Download - Tantangan Dan Peluang Bisnis Makro
0
MAKALAH
TANTANGAN DAN PELUANG BISNIS MAKRO
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KewirausahaanSemester V Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2013/2014
Disusun oleh :
Shendy Bayu Widhiyansyah
10070111132
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG1434 H / 2013 M
0
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi dari ekonomi makro Indonesia adalah suatu sistem yang
mempelajari tentang perubahan ekonomi di indonesia yang membawa pengaruh
besar terhadap masyarakat, pasar, dan juga perusahaan. Dengan kata lain
ekonomi makro indonesia adalah sistem yang melakukan analisa mengenai
segala bentuk perubahaan kondisi ekonomi indonesia untuk mencapai hasil
analisa terbaik. Bentuk perubahaan ekonomi yang dimaksud di sini meliputi
tentang pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan kestabilitasan harga, serta
tercapai atau tidaknya kesimbangan neraca yang dilakukan secara
berkesinambungan. Oleh karena itu kita harus mempelajari tentang tantangan
dan juga peluang bisnis makro di indonesia agara tujuan tersebut dapat tercapai
dengan baik.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Tugas ini dibuat dengan maksud agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan tantangan dan juga peluang bisnis
makro yang ada di indonesia, terutama tentang, perkembangan ekonomi makro,
tantangan atau masalah (supply and demand), peluang usaha di indonesia, dan
juga strategi dalam pengembangannya.
1.2.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang perkembangan
ekonomi
Mahasiswa dapat mengetahui tentang tantangan dan juga masalah dalam
dunia bisnis
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang peluang usaha dan
juga strategi dalam pengembangannya
1
2
BAB II
TINJAUAN PERKEMBANGAN EKONOMI
2.1 Ekonomi Makro Pada Era Globalisasi Di Indonesia
Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini adalah stabil.
Hal itu didasarkan pada rendahnya suku bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya
nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam
pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti
gejolak, walau dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus
mampu mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak juga
terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal itu tidak terjadi
yang antara lain oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi
umpamanya adalah masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik dan
sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak
pastian hukum), masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu
2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari
pengangguran yang tinggi). Masalah transportasi/jalan raya/jembatan yang jelek
berakibat pada turunnya tingkat efisiensi perusahaan. Waktu angkutan barang
baik bahan baku maupun barang jadimenjadi semakin panjang. Biaya
penyusutan moda angkutan juga semakin tinggi.Akibatnya biaya angkut menjadi
naik. Hal lainnya adalah distribusi barang menjaditak merata, yang akhirnya akan
mengundang kenaikan harga barang pada daerah-daerah tertentu, yang
menciptakan kondisi perekonomian terganggu. Faktor non ekonomi memberikan
andil yang besar mengapa kondisi ekonomi makroyang stabil tidak juga
mendorong sektor riil. Kita bertanya apa sebenarnya investasi itu. Investasi
adalah dana yang ditanamkan dalam perusahaan yang dapat menambah
peralatan modal atau peralatan sektor produktif sehingga dapat mendorong
kemampuan berproduksi. Inilah yang disebut dengan real investment.
Apa yang terjadi saat ini adalah financal investment, yang pada dasarnya
tidak menambah peralatan produksi tapi hanya memperbesar arus uang saja.
Terjadi pertukaran uang dengan uang tidak pertukaran uang dengan barang. Di
sini tidak ada penambahan produksi. Hal ini disukai oleh investor (financial
2
3
investor) karena setiap saat iadengan mudah dapat menarik kembali dananya
jika suatu waktu keadaan ekonomi gawat. Ini berbeda dengan real investment
dimana dananya sudah berubah menjadi peralatan produksi, yang tidak bisa
ditarik kembali walau keadaan ekonomi gawat.Oleh sebab itu bagi investor yang
melakukan real investment ia harus mempelajari betul waktu yang tepat untuk
melakukan investasi. Berdasarkan pengertian di atas siapa yang mau
menanamkan modalnya ( realinvestment) dalam suatu situasi yang tidak
menjamin atas keselamatan investasi tersebut. Kita tidak menampik, persoalan
politik saat ini tidak pernah mereda walau tidak menciptakan situasi gawat.
Masalah jaminan terhadap keselamatan investasi juga tidak pernah
dibicarakan. Ini semua menciptakan keraguan bagi calon investor. Yang
menonjol antara lain adalah masalah birokrasi, tanah dan perburuhan. Walau
sengketa mengenai masalah pertanahan sering dimenangkan oleh pihak investor
tapi semuanya itu dicapai dengan tenaga dan waktu serta biaya yang tinggi.
Demikian juga mengenai masalah perburuhan dimana terjadinya pengkavlingan
antara pihak pengusaha dengan pihak pekerja. Masing-masing merasa lebih
menentukan jalannya perusahaan sehingga terjadi sengketa. Saling ancam
mengancam antar keduanya juga sering terjadi yang diakhiri dengan kerugian
kedua belah pihak. Hasrat untuk melakukan investasi juga menurun.
2.2 Perkembangan Ekonomi Dunia Kini
Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai
berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi
Indonesia di tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan
salah satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8% (YoY),
namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan
tahun 2011 yang mampu mencapai 6,5%. Adapun nilai PDB Indonesia atas
dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik
sebesar IDR 153,4 trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7
trilyun.
Berdasarkan penggunaannya, laju pertumbuhan sektor tertinggi pada
tahun 2012 terjadi pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
atau investasi fisik sebesar 9,81% (YoY). Meski mengalami laju pertumbuhan
3
4
tertinggi, secara kuartalan pertumbuhan sektor PMTB mengalami penurunan
cukup signifikan. Pada kuartal IV 2012 secara year on year, sektor PMTB tumbuh
sebesar 7,29% menurun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu
mencapai pertumbuhan sebesar 9,80%. Bahkan pada kuartal II 2012 PMTB
tumbuh sebesar 12,47% (YoY). PMTB memilikimultiplier effectyang luas karena
tidak hanya mendorong sisi produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi.
PMTB akan mendorong pembukaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat, yang nantinya akan menstimulasi konsumsi
masyarakat.
Selain PMTB, pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 juga ditopang oleh
Konsumsi Rumah Tangga, tercatat tumbuh sebesar 5,28% (YoY). Sedangkan,
sektor Konsumsi Pemerintah yang diharapkan menberikan sumbangan optimal
pada pertumbuhan ekonomi nasional hanya tumbuh sebesar 1,25% (YoY).
Sementara itu, tekanan pelemahan ekonomi global berimbas pada
melambatnya ekspor nasional karena berkurangnya permintaan dari negara
tujuan ekspor. Di tahun 2012 ekspor Indonesia tercatat tumbuh sebesar 2,01%
(YoY). Sementara itu, impor tumbuh jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,65% (YoY).
Secara kuartalan, di kuartal IV 2012, impor Indonesia meningkat pesat, tumbuh
sebesar 6,79% (YoY) padahal pada kuartal sebelumnya mengalami
pertumbuhan minus 0,17% (YoY). Peningkatan impor ini diakibatkan oleh
meningkatnya impor non migas dan migas. Selain itu, kenaikan impor juga
dipengaruhi oleh meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Di tahun
2012, impor bahan baku tercatat sebesar IDR 140.127,6 juta, atau tumbuh
7,02% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar IDR 130.934,3
juta. Sementara itu, impor barang modal di tahun 2012 mencapai IDR 38.154,8
juta, tumbuh sebesar 15,24% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar
IDR 33.108,4 juta. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan
komponen ekspor menyebabkan Indonesia masih mengalami defisit neraca
perdagangan.
Dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu, nampaknya
Indonesia masih akan mengandalkan konsumsi dalam negeri dan investasi untuk
menggenjot pertumbuhan ekonominya di tahun 2013 ini karena kontribusi ekspor
belum bisa diharapkan akibat permintaan global yang sedang menurun.
4
5
Gambar 1Laju Pertumbuhan PDB Indonesia 2005-2012
Dari sisi lapangan usaha, 9 sektor lapangan usaha mencatat pertumbuhan
positif pada tahun 2012. Di tahun 2012, sektor Pengangkutan dan Komunikasi
mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,98% diikuti sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran yang tumbuh sebesar 8,11%, serta sektor Konstruksi
sebesar 7,50%. Adapun pertumbuhan terendah dialami oleh sektor
Pertambangan dan Penggalian, tumbuh sebesar 1,49% di tahun 2012. Hal ini
disebabkan oleh turunnya harga komoditas pertambangan.
Sementara itu, di kuartal IV 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia
ditopang oleh seluruh sektor. Namun, pertumbuhan paling kecil dialami oleh
sektor Pertambangan dan Penggalian, tercatat sebesar 0,48%. Di kuartal IV
2012, terdapat 6 sektor yang memiliki pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan
PDB yang tumbuh sebesar 6,11% seperti sektor Pengangkutan dan Komunikasi
yang tumbuh 9,63%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh 7,80%,
sektor Konstruksi dan Pengolahan masing-masing tumbuh sebesar 7,79%,
sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tumbuh 7,66%, serta sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh sebesar 7,25%.
5
6
Gambar 2Laju Pertumbuhan PDB Indonesi Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2012
Meski laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, kondisi
ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2012 menunjukkan keadaan yang
lebih baik dibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan periode sebelumnya.
Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pengangguran yang semakin menurun. Tingkat
pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 menurun dibandingkan
dengan tingkat pengangguran Indonesia pada bulan Februari 2012. Pada bulan
Agustus 2012 tingkat pengangguran Indonesia sebesar 7,24 juta atau 6,14%,
sedangkan pada bulan Februari 2012 sebesar 7,61 juta atau 6,32%. Tingkat
pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 juga lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada bulan yang sama tahun
sebelumnya tercatat mencapai 6,56%. Turunnya tingkat pengangguran
Indonesia, nampaknya juga didukung oleh persentase jumlah angkatan kerja
Indonesia yang menurun pada bulan Agustus 2012. Pada bulan Agustus 2012
persentase angkatan kerja Indonesia adalah 67,88% menurun dari Februari 2012
yaitu 69,66%.
6
7
Gambar 3Tingkat Pengangguran Indonesia 2005 – 2012
2.3 Ekonomi Makro Indonesia Dalam perekonomian Indonesia
Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang diatas bahwa,
ekonomi makro Indonesia adalah suatu sistem yang mempelajari tentang
perubahan ekonomi di indonesia yang membawa pengaruh besar terhadap
masyarakat, pasar, dan juga perusahaan. Dengan kata lain ekonomi makro
indonesia adalah sistem yang melakukan analisa mengenai segala bentuk
perubahaan kondisi ekonomi indonesia untuk mencapai hasil analisa terbaik.
Bentuk perubahaan ekonomi yang dimaksud di sini meliputi tentang
pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan kestabilitasan harga, serta tercapai
atau tidaknya kesimbangan neraca yang dilakukan secara berkesinambungan.
Namun perlu diketahui juga bahwa karakter ekonomi indonesia ini
termasuk dalam kategori Small Open Economy yang berarti bahwa kondisi
perekonomian indonesia dipengaruhi tidak hanya karena perekomian di dalam
negeri namun juga dipengaruhi oleh perekonomian yang terjadi di negara-negara
maju serta beberapa negara yang termasuk negara tujuan ekspor. Itu artinya
Indonesia punya tantangan tersendiri untuk berusaha menyeimbangkan pasar
keuangan internasional dengan pasar keuangan nasional.
Di sini lain ada juga tiga variabel yang ada dalam ekonomi makro
Indonesia yang pada kenyataannya memiliki cakupan lebih luas dalam
perekonomian Indonesia. Berikut ini tiga variabel tersebut :
1. Nilai Tukar Rupiah
2. Tingkat Suku Bunga
7
8
3. Inflasi
Konsumsi privat, pengeluaran pemerintah, impor dan ekspor, serta
investasi adalah dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut di dalam permintaan
agregat.
Semakin membaik atau tidaknya permintaan agregat itu tergantung
semakin baik atau tidaknya varibel di atas. Dan supaya perekonomian indonesia
dapat berkembang sesuai keinginan masyarakat dan pemerintah maka harus
mendapat penanganan yang seimbang. Hal ini dikarenakan selain permintaan
agregat ada juga penawaran agregat yang meliputi pasar tenaga kerja dan
teknologi atau yang kita kenal dengan IPTEK.
Seperti informasi yang lalu mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia di
tahun 2011, saat itu menurut RAPBN 2011 diperkirakan pertumbuhan ekonomi
mencapai angka 6,4% yang berarti mengalami peningkatan 0,6 persen lebih
tinggi dari pada tahun 2010 yang hanya sebesar 5,8 %. Dan perkiraan
pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 – 2014 diprediksi mencapai angka antata
6,4% sampai dengan 7,7%.
Namun seperti pada artikel sebelumnya menjelaskan bahwa prediksi
ekonomi Indonesia 2013 baru akan mencapai angka 6,8%.
Dan mengenai kerangka asumsi makro ekonomi Indonesia yang diakui
pemerintah selama ini selalu mempertimbangkan baik faktor eksternal maupun
internal dalam penetapannya. Faktor eksternal yang akan mempengaruhi
ekonomi makro Indonesia yaitu :
1. Harga minyak mentah internasional relatif stabil
2. Perekonomian global diperkirakan akan tumbuh pada level yang moderat
3. Proses pemulihan terhadap perekonomian global.
Faktor internal yang akan mempengaruhi ekonomi makro Indonesia yaitu :
1. Hutang terhadap PBB yang terus mengalami penurunan.
2. Optimalisasi terhadap anggaran belanja negara.
3. Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur.
4. Fiscal Sustainability tetap terdukung dengan terkendalinya konsolidasi
fiskal.
5. Terkendalinya penerapan target inflasi.
Jika dilihat dari sisi makro, nilai tukar mana uang juga merupakan salah
satu variabel penting bagi kondisi ekonomi Indonesia. Sesuai dengan data dari
8
9
BI (Bank Indonesia) tahun 2010 dan 2011 rupiah mengalami penguatan nilai
tukar sebesar lebih dari 3,8% meskipun di beberapa hari pada bulan-bulan
tertentu nilai tukar rupiah mengalami pergerakan melemah. Demikian juga yang
kita amati di tahun 2012. Melemahnya nilai rupiah di beberapa waktu tersebut
salah satu penyebabnya dikarenakan kondisi pasar yang tidak menentu
sehingga membuat para pelaku pasar cenderung menunjukkan penurunan
aktivitas pada pasar uang sehingga menyebabkan rupiah melemah.
Sebenarnya, nilai tukar rupiah masih memiliki kemungkinan untuk lebih
menguat ladi dan lebih stabil lagi karena kondisi makro ekonomi di dalam negeri
saat ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi global. Namun ada
penghalang yang mencegah rupiah untuk terus menguat, yaitu terdapat
beberapa investor dari luar yang masih melepas saham pada pasar ekuiti lokal.
Di lain pihak kenaikan mata uang di Asia memperlihatkan dukungan juga
terhadap pergerakan mata uang di dalam negeri. Dan pemerintah juga terus
berusaha untuk mencegah anjloknya nilai rupiah agar stabilitas kondisi ekonomi
Indonesia tidak terganggu. Selain itu juga pemerintah bertujuan untuk menekan
tingkat inflasi.
Terjadinya inflasi disebabkan karena meningkatnya harga barang secara
umum dalam waktu yang berlangsung terus-menerus. Hal ini juga disebabkan
beberapa faktor yang berkaitan dengan mekanisme pasar, yaitu :
1. Meningkatnya daya konsumsi masyarakat.
2. Terhambatnya pendistribusian barang.
3. Spekulasi yang memicu konsumi karena berlebihnya likuiditas di pasar.
Selain beberapa penjelasan di atas mengenai ekonomi makro Indonesia,
sebenarnya ada satu masalah lagi yang juga menjadi masalah utama ekonomi di
Indonesia, yaitu jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar. Menurut data
terakhir dari Badan Statistik Nasional bulan Maret tahun 2012 saja angka
kemiskinan Indonesia masih mencapai angka 11,96% atau sekitar 29,13 juta
jiwa. Meskipun sudah mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai
angka 12,49% atau sekitar 30 juta orang. Yah, mungkin ini masih menjadi tugas
pemerintah lagi untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia yang juga
memiliki pengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Tentunya hal ini
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan kita semua.
9
10
BAB III
ANALISIS
3.1 Tantangan
Dari pembahasan mengenai perkembangan ekonomi diatas, kita dapat
mengetahui bahwa tantangan terbesar dan juga masalah yang dihadapi
mengenai perekonomian makro di Indonesia ini ialah karena kurangnya
manajemen atau pengendalian mengenai perekonomian makro di indonesia ini,
sehingga mengakibatkan meningkatnya nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga
yang naik, dan terjadinya inflasi. Selain itu juga tantangan terbesar yang harus
diatasi ialah meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat terhadap barang-barang
import, lambatnya pendistribusian barang, dan kurangnya perhatian pemerintah
terhadap pengusaha-pengusaha lokal. Sehingga perekonomian di negara kita ini
baik usaha mikro, UKM, hingga makro, kita ini memprihatinkan dan semakin
terpuruk, ini adalah merupakan tantangan terbesar dan juga masalah yang harus
kita hadapi bersama.
3.2 Peluang
Indonesia memiliki banyak peluang usaha baik itu mikro maupun makro,
terutama peluang usaha dalam bidang pertambangan, karena indonesia ini
memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung dalam bidang energi dan
juga sumberdaya, yang mana apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah kita
dan juga tentunya dikelola secara mandiri tanpa adanya campur tangan asing,
maka kemungkinan besar kita ini menjadi negara yang maju, karena apabila
dalam sektor pertambangan kita maju, maka sektor-sektor yang lain seperti
sektor pertanian, peternakan, dan terutama dalam sektor-sektor bergai macam
industri tentu akan ikut meningkat juga.
10
11
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN/ARAH SOLUSI
Setelah memaparkan tentang tantangan dan juga peluang usaha ekonomi
makro yang terdapat di indonesia, kita dapat mengatur strategi yang baik untuk
mengatasi tantanga/masalah dan memanfaatkan peluang yang ada tersebut,
salah satunya ialah kita haarus mulai bisa mencintai produk dalam negeri kita
sendiri, agar pengusaha dalam negri kita menjadi maju dan pengusaha dalam
bidang bisnis mikro dapat berkembang menjadi pengusaha makro, sehingga kita
bisa dapat mengekspor produk-produk dari negri kita agar nilai tukar rupiah juga
menjadi naik, dan sebaiknya masyarakat kita ini mengurangi konsumsi akan
barang-barang import.
Untuk memanfaatkan peluang yang kita miliki sebaiknya kita mulai bisa
mandiri dalam mengolah kekayaan alam kita, terutama dalam bidang energi dan
juga sumber daya mineral, dengan cara tidak terlalu membuka peluang untuk
perusahaan-perusahaan milik asing untuk mengeksploitasi kekayaan negara kita,
dan kita juga bisa memanfaatkan sumber daya manusia kita terutama para ahli,
untuk mengelola dan mengatur sumbedaya energi dan juga mineral tersebut dan
tidak terlalu banyak menggunakan tenaga kerja ataupun ahli dari orang asing.
Selain itu untuk masalah sumberdaya mineral ini, kita sebaiknya menjual bahan
galian hasil petambangan itu setelah di olah, karena dengan pengolahan terlebih
dahulu maka kita dapat meningkatkan nilai jual sumber daya tersebut.
11
12
BAB V
RESUME/KESIMPULAN
Pada tugas ini kita jadi dapat mengetahui dan memahami tentang
perkembangan ekonomi saat ini, dimana, karena amerika merupakan negara
adikuasa, yang saat ini sedang mengalami krisis, maka Indonesia pun mendapat
imbasnya dengan naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, karena hal
tersebut juga semua barang-barang terutama barang-barang import menjadi
naik.
Apabila kita memulai suatu usaha maka kita akan mengahadapi suatu
tantangan dalam usaha tersebut, namun dari tantangan tersebut kita jadi dapat
mendapatkan suatu peluang untuk memulai suatu usaha yang sesuai dengan
keadaan pasar saat ini. Oleh karena itu kita harus pandai dalam memanfaatkan
peluang dan menganalisis suatu masalah atau tantangan yang ada untuk dapat
memanfaatkan peluang tersebut.
Setelah mengetahui peluang dan juga tantangan dari memulai suatu
usaha, maka kita dapat mulai menyusun strategi untuk memanfaatkan peluang
tersebut dengan sebaik-baiknya, dalam hal penyusunan strategi ini kita harus
cermat untuk meminimalisir berbagai macam kesalahan yang mungkin akan
terjadi.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Amani, husni, 2013, Lingkungan Makro : Tantangan dan Kesempatan Bisnis,
blogger, diakses pada tanggal 7 oktober 2013, pukul 19.00 WIB
Gunawan, Fandi, 2013, Perkembangan Ekonomi Terkini, wordpress, diakses
pada tanggal 7 Oktober 2013, Pukul 19.15 WIB
13