Transcript
Page 1: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

0

PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) – TAKEHOME EXAM

Oleh :

Ghofar Ismail

(P052137614)

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sekolah Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

2014

Page 2: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

1

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan

kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan soal Take Home Exam sebagai pengganti Ujian

Tengah Semester mata kuliah “Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan” sesuai dengan waktu yang

ditentukan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Hadi Susilo Arifin, Ph.D dan Dr

Regan Leonardus Kaswanto,SP, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengelolaan Lanskap

Berkelanjutan.

Saya menyadari bahwa jawaban yang disampaikan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan

makalah ini.

Akhirnya, Saya mengharapkan semoga jawaban ujian tengah semester ini dapat memberikan

manfaat, khususnya bagi saya dan siapa saja yang kelak membaca tulisan ini.

Jakarta, April 2014

Page 3: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

2

Daftar Isi

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Daftar Tabel 3

Daftar Gambar 4

PEMBAHASAN SOAL 5

Soal 1 5

JAWABAN SOAL 1.a. 5

JAWABAN SOAL 1.b. 9

JAWABAN SOAL 1.c. 11

Soal 2 13

JAWABAN SOAL 2.a. 13

JAWABAN SOAL 2.b. 14

Soal 3 16

JAWABAN SOAL 3.a. 16

JAWABAN SOAL 3.b. 17

Soal 4 21

JAWABAN SOAL 4 21

Soal 5 25

JAWABAN SOAL 5.a. 25

JAWABAN SOAL 5.b. 27

Soal 6 28

JAWABAN SOAL 6.a. 28

JAWABAN SOAL 6.b. 30

Soal 7 31

JAWABAN SOAL 7 31

Soal 8 33

JAWABAN SOAL 8 33

Daftar Pustaka 36

Page 4: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

3

Daftar Tabel

Tabel 1. Klasifikasi Kepekaan Vegetasi 23

Tabel 2. Peringkat Daya Dukung Biofisik pada Studi Daya Dukung Biofisik di Area Rekreasi

Kebun Raya Bogor

24

Page 5: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

4

Daftar Gambar

Gambar 1. Diagram Cincin on Thunen 6

Gambar 2. Penggunaan Lahan Model von Thunen 7

Gambar 3. Empat tipe permukiman di sepanjang Sungai Mendalam (Sub-DAS Kapuas Hulu) 9

Gambar 4. Settlements along Mendalam River, Kapuas Watershed 11

Gambar 5. Gunung Merapi 17

Gambar 6. Beberapa contoh rumah di Lereng Merapi 18

Gambar 7. Contoh rumah di Lereng Merapi 19

Gambar 8. Model Konstruksi Rumah Jawa di Lereng Merapi 19

Gambar 9. Skema Imbal Jasa Lingkungan DAS Cidanau 35

Page 6: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

5

PEMBAHASAN SOAL

SOAL 1

1. (a) Jelaskan tentang ”Strip Development” berdasarkan teori pola tata-ruang Von Thunen?

(b) Berdasarkan penelitian Arifin et al. (2008) terdapat 4 (empat) tipe permukiman di sepanjang

Sungai Mendalam (Sub-DAS Kapuas Hulu). Bahas tentang kaitannya dengan strip

development?

(c) Bahas faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pada keempat type permukiman tersebut

dari hulu sampai dengan hilir pada DAS Mendalam (Sub-DAS Kapuas Hulu)?

JAWABAN SOAL 1.a.

Analisis lokasional pada awalnya merupakan pertanyaan inti dari ilmu ekonomi wilayah. Analisis-

analisis yang dikembangkan oleh von Thunen, Weber, Losch dan Christaller di awal abad 19 dan awal

abad 20 pada dasarnya berupaya mencari jawaban-jawaban tentang “di mana” dan “mengapa”

aktivitas ekonomi memilih lokasi.

Pada awalnya (hingga 1950-an) teori lokasi hanya didominasi oleh pendekatan-pendekatan

geografis-lokasional atau karya-karya teori lokasi klasik (von Thunen, Weber, Palander, Hotelling,

dan lain-lain). Sejak 1950-an teori lokasi berkembang dengan analogi-analogi ilmu ekonomi umum,

dan diperkaya oleh analisis-analisis kuantitatif standar ilmu ekonomi, khususnya ekonometrika,

dynamic model dan model-model optimasi seiring berkembangnya cabang ilmu sosial baru regional

science. Sejak akhir 1980-an mulai tumbuh pendekatan-pendekatan metodologis kuantitatif yang

mempertimbangkan aspek-aspek spasial, khususnya akibat dipertimbangkan otokorelasi spasial

(spacial outocorrelation) dan heterogenitas spasial (spacial heterogeneity). Pada tahapan yang paling

mutakhir, model-model spatio-temporal semakin dikembangkan khususnya dengan berkembangnya

metode-metode statistik spasial, ekonometrika spasial (spacial econometrics) dan SIG.

Teori Lokasi dari von Thunen

Johann Heinrich von Thunen (1783-1850) adalah seorang ahli ekonomi, filsafat, matematik dan tuan

tanah dari Jerman, yang tahun 1826 menulis buku berjudul “Der Isolierte Staat” (The Isolated State

atau Negara yang Terisolasi). Karya ini merupakan tonggak penting mengenai konsep tata ruang

wilayah. Von Thunen mengasumsikan suatu negara yang terisolasi dengan satu pusat kota dengan

tipe permukiman perdesaan, sehingga tidak ada pengaruh dari luar negara. Di dalam deskripsi

konsepnya von Thunen membayangkan suatu kota yang berada di pusat dataran yang subur, yang

dipotong oleh sungai. Pada dataran tersebut kondisi tanahnya dapat ditanami dan mempunyai

kesamaan kesuburan. Semakin jauh dari kota, dataran tersebut berubah menjadi hutan belantara

yang memutus hubungan antara negara ini dengan dunia luar. Tidak ada kota lain di daerah

tersebut. Pusat kota dengan sendirinya harus mensuplai daerah perdesaan dengan semua hasil

produksi industri, dan sebagai penggantinya akan mendapatkan perbekalan dari desa-desa di

sekitarnya. Pertambangan yang menyediakan garam dan logam berada dekat dengan pusat kota,

dan hanya satu, yang nantinya disebut “kota”.

Asumsi yang dikembangkan von Thunen secara garis besar asumsi-asumsi yang dibuat adalah

sebagai berikut :

Page 7: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

6

� Pusat kota sebagai kota pemasaran, lokasi di pusat suatu wilayah homogen secara geografis.

Bagian pusat dilukiskan sebagai pusat permukiman, pusat industri yang sekaligus merupakan

pusat pasar.

� Biaya transportasi (untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota) berbanding lurus

dengan jarak. Setiap petani di kawasan sekeliling kota akan menjual kelebihan hasil

pertaniannya ke kota tersebut, dan biaya transportasi ditanggung sendiri.

Di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat hubungannya dengan nilai (value), dan

karenanya biaya transportasinya yang mahal, sehingga distrik di sekitarnya yang berlokasi lebih jauh

tidak dapat mensuplainya. Ditemukan juga produsk-produk yang mudah rusak, sehingga harus

digunakan secara cepat. Semakin jauh dari kota, lahan akan secara progresif memproduksi barang

dengan biaya transpor murah dibandingkan dengan nilainya. Dengan alasan tersebut, terbentuk

lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota, dengan produk pertanian utama tertentu. Setiap

lingkaran produk pertanian, sistem pertaniannya akan berubah, dan pada berbagai lingkaran akan

ditemukan sistem pertanian yang berbeda.

Gambar 1. Diagram Cincin on Thunen

Penggunaan tanah saat ini tidak lagi berkelompok persis seperti cincin dan isi masing-masing cincin

juga tidak lagi sama seperti dalam lingkaran von Thunen. Namun demikian, konsep von Thunen

bahwa sewa tanah sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang mengambil tempat pada lokasi

tertentu masih tetap berlaku dan ini mendorong terjadinya konsentrasi kegiatan tertentu pada

lokasi tertentu. Von Thunen menggunakan contoh sewa tanah untuk produksi pertanian, tetapi

banyak para ahli studi ruang berpendapat bahwa teori itu juga relevan untuk sewa/penggunaan

tanah di perkotaan dengan menambah aspek tertentu, misalnya perkotaan tidak lagi berbentuk

cincin tetapi tetap terlihat adanya kecenderungan pengelompokan untuk penggunaan yang sama

berupa kantong-kantong, di samping adanya penggunaan berupa campuran antara berbagai

kegiatan.

Von Thunen menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan bentuk wilayah yang

melingkar seputar kota. Von Thunen memberi gambaran pola penggunaan lahan seperti terlihat

Page 8: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

7

pada Gambar 3.1. dan 3.2, yang didasarkan pada “economic rent”, di mana setiap tipe penggunaan

lahan akan menghasilkan hasil bersih per unit areal yang berbeda-beda, sehingga modelnya disusun

berupa seri zone-zone konsentrik.

Gambar 2. Penggunaan Lahan Model von Thunen

Gambar 2 tersebut dibagi menjadi dua bagian, bagian A yaitu setengah lingkaran di atas, merupakan

zona-zona konsentris yang memenuhi asumsi-asumsi ideal menurut model von Thunen, sedangkan

setengah lingkaran di bawah (bagian B), mdrupakan zona-zona nyata di mana terdapat sungai yang

memotong bentang lahan pertanian, dan terdapat sebuah kota kecil yang memiliki wilayah pasaran

sendiri.

STRIP DEVELOPMENT

Strip Development merupakan pola pembangunan permukiman penduduk yang berbentuk seperti

garis biasanya mengikuti jalur transportasi. Jalur transportasi dalam hal ini bisa berupa jalan raya,

sungai, dan garis pantai yang digunakan untuk sarana transportasi. Pola permukiman penduduk

linier ini biasanya terjadi di daerah dataran rendah. Jika pola permukiman ini suatu saat mengalami

pemekaran, maka tanah-tanah pertanian di sepanjang jalur transportasi tersebut akan menjadi

permukiman baru. Pembangunan permukiman secara linear mengikuti koridor tersebut yang

nampak pada pemukiman-pemukiman yang berkembang di Indonesia seperti permukinan suku-suku

Dayak di tepi-tepi sungai, permukiman di kawasan transisi antara kawasan kota dan desa yang

banyak berkembang di samping kanan kiri jalan penghubung kawasan kota dan kawasan desa.

Mengacu pada teorinya, von Thunen menggunakan tanah pertanian sebagai contoh kasusnya. Dia

menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat

produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Model

von Thunen mengenai tanah pertanian ini, dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki asumsi

dasar sebagai berikut : Kota terletak di tengah antara "daerah terisolasi" (isolated state). Isolated

State dikelilingi oleh hutan belantara. Tanahnya datar. Tidak terdapat sungai dan pegunungan.

Page 9: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

8

Kualitas tanah dan iklim tetap. Kondisi tersebut akhirnya mengakibatkan perkembangan

permukiman disepanjang jalur transportasi baik transportasi darat maupun air.

Page 10: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

9

JAWABAN SOAL 1.b.

Gambar 3. Empat tipe permukiman di sepanjang Sungai Mendalam (Sub-DAS Kapuas Hulu).

Corak yang terlihat dari pola permukiman suku dayak sangatlah kental sesuai dengan struktur atau

keadaan geografis keberadaanya. Biasanya pemukiman suku dayak berada di pinggir sungai

mengikuti alur sungai. Rumah yang berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu bulat biasanya

menghadap ke sungai dan menghadap ke arah timur. Keduanya bermakna sebagai sumber

kehidupan yang bisa memberikan kekuatan, nafas, dan kehidupan bagi manusia.Sungai memiliki

multi-fungsi bagi orang Dayak. Disamping dipercaya sebagai satu-satunya jalan yang ditempuh oleh

roh-roh orang yang sudah mati menuju ke surga baka, sungai juga berfungsi sebagai prasarana

transportasi, sumber lauk pauk(ikan), sumber air minum dan sarana MCK.

Berdasarkan sejarah perkembangan dayak, pada zaman dahulu masyarakat dayak tinggal dengan

permukiman bertipe konsentrik dan linear dalam pola permukiman tepi sungai . Hal tersebut turut

dipengaruhi oleh peran besar sungai, dalam hal ini sungai arut, dalam kehidupan masyarakat dayak.

Pola memanjang sebagai pola pembangunan mengikuti sungai merupakan dampak atas pentingnya

sungai sebagai sumber mata pencaharian maupun sumber kebutuhan hidup sehari-hari seperti

mandi, mencuci, masak, dan lain-lain.

Permukiman Tipe A : merupakan tipe pemukiman yang bisa disamakan dengan area cincin 1 dan 2

pada teori von Thunen. Area ini dapat berupa pusat industri/kerajinan dan area pertanian intensif

(produksi susu dan sayuran). Merupakan area yang masuk kategory very intensive sehingga

kemungkinan besar harga lahan ataupun land rent-nya mahal. Ciri lain yang dapat dijumpai adalah

Page 11: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

10

adanya struktur jalan diantara permukiman, akses ini memungkinkan berhubungan dengan area

pusat atau area lain melalui darat walaupun area permukiman ini kemungkinan awal

berkembangnya melalui jalur trasnport sungai.

Permukiman Tipe B : merupakan tipe pemukiman yang bisa disamakan dengan area cincin 3 pada

teori von Thunen. Jika melihat dengan teori von Thunen maka daerah ini merupakan area penyedia

kayu bakar yang diambil dari hutan/kebun terdekat. Hal itu bisa dilihat dari kondisi permukiman

yang berada dibelakang kebun dimana masih nampak pohon-pohon ukuran besar di tepi sunga.

Aksesibilitas perkampungan ini mengandalkan transportasi melalui sungai.

Permukiman Tipe C : merupakan tipe pemukiman yang bisa disamakan dengan area cincin 4 pada

teori von Thunen. Merupakan area pertanian ekstensif dimana permukiman menjadi satu dengan

kebun yang diusahakan. Menurut von Thunen area pertanian ekstensif ini mengalami rotasi pada

rentang wakti 6-7 tahun. Aksesibilitas permukiman ini adalah transportasi melalui badan sungai.

Permukiman Tipe D : merupakan tipe pemukiman yang bisa disamakan dengan area cincin 5 pada

teori von Thunen. Daerah yang sangat datar karena telah mendekati hilir sungai sehingga model

rumahnya adalah rumah panjang untuk satu keluarga besar. Ada kemungkinan pengembangan

peternakan pada area ini. Aksebilitas utama melalui jalus sungai.

Page 12: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

11

JAWABAN SOAL 1.c.

Gambar 4. Settlements along Mendalam River, Kapuas Watershed

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tipe pemukiman dari Hulu hingga Hilir pada Sub DAS

Mendalam:

1. Topografi

Kondisi topografi pemukiman pada bagian hulu tentunya lebih terjal dibandingkan dengan

daerah hilir. Oleh karena itu area yang memiliki kemiringan landai hingga datar lebih sedikit

dibandingkan dengan pada daerah hilir. Hal ini menyebabkan lahan pertanian yang

diusahakan pada pemukiman bagian hulu terpisah jauh dengan kawasan perumahan.

Kawasaan perumahan yang ada pada bagian hulu benar-benar mengelompok sehingga perlu

dibangun jaringan jalan antar perumahan.

2. Tingkat kesuburan tanah dan kestabilan tanah

Pada pemukiman kawasan hulu tingkat kesuburan tanahnya kurang karena kemungkinan

solum tanah tipis sehingga lahan pertanian berbeda agak jauh dari permukiman. Lahan

tersebut hanya cocok untuk dibangun permukiman. Sedangkan pada kawasan hilir tingkat

kesuburan tinggi sehingga permukiman cenderung menyatu dengan lahan pertanian .

3. Aksesibilitas terhadap pusat pertumbuhan

Semakin dekat dengan pusat pertumbuhan maka tipe permukiman akan berbeda. Pada

permukiman yang jaraknya lebih dekat dengan pusat pertumbuhan ada alternatif

aksesibilitas selain sungai. Bisa dilihat pada tipe permukiman A yang dekat dengan pusat

pertumbuhan memiliki jaringan jalan untuk aksesibilitasnya.

4. Keamanan terhadap bencana alam

Potensi bencana juga mempengaruhi pola permukiman yang berkembang. Jika

memperhatikan permukiman tipe A dimana permukiman mengelompok dapat diartikan

sebagai lokasi tersebut merupakan lokasi yang paling aman terhadap potensi bencana.

Page 13: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

12

Sementara pada tipe lain potensi bencananya kecil sehingga permukiman bisa terpisah-

pisah.

5. Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan dibangunnya

sebuah permukiman. Jika memperhatikan anggapan suku Dayak bahwa sungai sebagai

sarana perjalanan roh-roh leluhur menuju surga dan tentunya sebagai sumber air bersih

maka perkembangan permukiman cenderung mengikuti alur sungai.

6. Ketersediaan Bahan Bangunan

Bahan bangunan utama untuk mendirikan rumah bagi suku-suku pedalaman adalah kayu

dari hutan. Pada tipe permukiman A dapat dipastikan bahwa potensi bangunan besar dan

mengelompok sehingga pembangunan permukiman terfokus pada satu area. Sedangkan

pada tipe permukiman lain sumber bahan bangunan menyebar sehingga memunkinkan

untuk pengembangan permukiman yang menyebar.

7. Ketersediaan sumber Energi

Akses terhadap sumber energi seperti kayu bakar juga menentukan perkembangan

permukiman. Selain untuk bahan bangunan kayu juga dijadikan sebagai bahan bakar untuk

memasak atau untuk proses produksi.

8. Iklim Mikro

Iklim mikro yang lembab cenderung basah mendorong permukiman untuk berkumpul.

Sedangkan pada area yang memiliki iklim mikro lebih panas maka pola permukiman akan

menyebar.

9. Kesesuian untuk areal pertanian

Permukiman pada daerah pedalaman identik dengan pengembangan pertanian budidaya

oleh karena itu semakin subur area tersebut maka permukiman akan berkembang lebih

cepat.

Page 14: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

13

SOAL 2

Kota yang baik adalah kota yang dapat dimukimi oleh penduduknya dengan rasa aman dan nyaman

serta memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya secara lahir dan

batin. Kota yang baik juga harus dikelola dan dibangun secara berkelanjutan. Pembangunan kota

yang berkelanjutan harus memenuhi empat prinsip utama, yakni 1) sustainability, 2) security/safety,

3) comfortability, dan 4) productivity. Berdasarkan pemahaman Saudara mengenai keempat prinsip

ini, silakan dibahas dua pernyataan di bawah ini!

a. Bahas urutan terbaik keempat prinsip di atas berdasarkan yang lebih dahulu harus dicapai

dengan memberikan alasan-alasan yang ilmiah.

b. Bahas dan berikan contoh implementasinya dari masing-masing prinsip tersebut dalam

kaitannya dengan pengelolaan lanskap menuju kota yang berkelanjutan (eco-city).

JAWABAN SOAL 2.a.

Urutan terbaik dari keempat prinsip tersebut adalah Security/safety, Comfortability, Productivity,

Sustainability.

1. Security/safety: masyarakat dapat menjalankan kegiatannya tanpa takut terhadap gangguan

baik gangguan buatan manusia /alami.

2. Comfortability: menyediakan kesempatan setiap elemen masyarakat mengartikulasikan nilai

sosial budaya dalam keadaan damai

3. Productivity:Menyediakan infrstruktur yang efektif –efisien, memfasilitasi proses ekonomi

produksi & distribusi dalam meningkatkan nilai tambah, untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat/ meningkatkan daya saing.

4. Sustainability: Menyediakan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi generasi saat ini tetapi

untuk generasi yang akan datang.

Page 15: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

14

JAWABAN SOAL 2.b.

1. Prinsip Security/safety,

Pengelolaan landskap perkotaan yang baik harus menjamin rasa aman masyarakat dari ancaman

bencana alam serta aman dari kejahatan.

Contoh: perkotaan yang dikembangkan seharusnya terlebih dahulu ada studi kelayaknnya sehingga

area yang dibangun merupakan area yang bebas dari ancaman bencana banjir dan tanah longsor

atau jika memiliki data yang cukup akurat harusnya area tersebut merupakan area yang aman dari

potensi gempa bumi. Pengembang seharusnya memiliki prosedur yang jelas jika terjadi bencana

(early warning system) yang dipahami oleh seluruh masyarakat. Faktor keamanan yang lain adalah

keamanan dari potensi tindak kejahatan. Pengembang harus memiliki sitem keamanan yang

diterapkan secara tegas sehingga potensi kejahatan kriminal dapat dikurangi.

2. Prinsip Comfortability,

Perkotaan yang baik tentunga menjamin kenyamanan dalam kehidupan sosial seperti

bermasyarakat, menyediakan kesempatan setiap elemen masyarakat mengartikulasikan nilai sosial

budaya dalam keadaan damai. Kenyamanan fisik lainnya adalah ketersediaan jaringan jalan yang

memadai sehingga masyarkat nyaman dalam berkendara (tidak macet).

Contoh: pada wilayah permukiman yang dikembangkan disediakan area untuk berkegiatan sosial

antar warga seperti lapangan, taman, dan balai warga untuk pertemuan. Dengan adanya berbagai

sarana sosial tersebut maka warga akan merasa nyaman untuk berkegiatan sosial. Jaringan jalan

yang ada seharusnya mempertimbangkan potensi kepemilikan kendaraan pribadi masing-masing

rumah tangga sehingga daya tampungnya mampu mengakomodir kendaraan warga baik pada saat

pagi maupun sore hari.

3. Prinsip Productivity,

Konsep tata ruang kota membuat masyarakat yang tinggal di dalamnya bisa produktif (efektif

efisien). Pengembang atau pemerintah menyediakan infrastruktur yang efektif–efisien, memfasilitasi

proses ekonomi produksi & distribusi dalam meningkatkan nilai tambah, untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat/meningkatkan daya saing.

Contoh: tata ruang perkotaan seharusnya sudah membagi dengan jelas kawasan pemerintahan,

kawasan bisnis, kawasan pemukiman, kawasan industri dan lain sebagainya. Dengan adanya

pembagian kawasan yang jelas maka jalur transportasi juga bisa dikembangkan dengan

mempertimbangkan potensi lalu lintas manusia dan barang sehingga tata ruang mampu mendukung

produktifitas semua aktifitas yang ada.

4. Prinsip Sustainability.

Perkotaan yang menggunakan prinsip berkelanjutan seharusnya mampu menyediakan kualitas

lingkungan yang lebih baik bagi generasi saat ini dan untuk generasi yang akan datang. Ada 3 prinsip

yang harus diterapkan antara lain saving land, saving material, saving evergy.

Page 16: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

15

Contoh: pengembangan perkotaan yang berbasis ekosistem/habitat asli pada kawasan tersebut.

Kondisi vegetasi yang masih baik dipertahankan dan permukiman dibangun mengikuti pola

ekosistem yang ada. Penghijauan yang dilaksanakan juga memperhatikan tanaman asli/lokal yang

sesuai dengan ekosistem yang dipertahankan.

Page 17: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

16

SOAL 3

Dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan sangat diperlukan pemahaman tiga pilar keberlanjutan.

Tiga pilar penting tersebut wajib ada dalam konsep sustainable development, yakni lingkungan,

ekonomi dan budaya (kultural). Pilar kultural berkaitan dengan budaya masyarakat yang memiliki

suatu etika yang berbasis pada pengetahuan lokal yang telah menjadi kearifan-kearifan lokal (local

wisdoms). Berkaitan dengan pengetahuan Saudara mengenai kearifan lokal, bahaslah dua

pernyataan di bawah ini!

a. manfaat kearifan lokal dalam kaitannya dengan pengelolaan lanskap berkelanjutan!

b. bahas satu kearifan lokal (sebutkan nama kearifan local tersebut apakah sebagai system

aturan/adat-istiadat/pengetahuan/tindakan), yang dimiliki daerah asal Saudara (sebutkan daerah

asal: kota/kabupaten, provinsi) dan kaitannya dengan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan.

JAWABAN SOAL 3.a.

1. Menimbulkan rasa hormat yang mendorong terciptanya keselarasan (harmoni) Hubungan

manusia dengan alam sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong memandang

dirinya sebagai bagian dari alam itu sendiri. Oleh karena itu perencana dan pengelola lanskap harus

bisa merasakan harmoni antara manusia dengan tempat tersebut.

2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis sumberdaya alam

tertentu sebagai hak kepemilikan bersama (communal property resource). Rasa memiliki ini

mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankan sumberdaya bersama ini dari pihak luar.

Seharusnya pemahaman ini juga dimiliki oleh perencana agar memiliki rasa tanggung jawab yang

besar terkait dengan area yang akan dikembangkan.

3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledge system) yang memberikan

kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam

memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas. Terkadang sistem pengetahuan yang berkembang

tersebut lebih baik untuk diterapkan dalam pengelolaan lanskap yang ada dibandingkan dengan ilmu

dan teknologi baru yang dipahami oleh para perencana.

4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat (input) energi

sesuai dengan kondisi alam setempat

5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumberdaya milik

bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh masyarakat luar

(pendatang). Dalam hal ini masyarakat tradisional sudah memiliki pranata dan hukum adat yang

mengatur semua aspek kehidupan bermasyarakat dalam satu kesatuan sosial tertentu.

6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik bersama yang dapat

mencegah munculnya kesenjangan berlebihan di dalam masyarakat tradisional. Tidak adanya

kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau penggunaan sumberdaya di

luar aturan adat yang berlaku.

Page 18: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

17

JAWABAN SOAL 3.b.

BUDAYA ARSITEKTUR DI LERENG MERAPI

(Ghofar Ismail, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

TENTANG MERAPI

Gambar 5. Gunung Merapi

Fisik gunung, tapi keberadaanya sangat berpengaruh besar untuk warga sekitar. Orang

kampung sangat menghormati dan menjaga kelestarian Merapi. Mereka percaya merapi

diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menunjang kehidupan mereka. Erupsi kemarin

tidak membuat mereka menjadi kecewa dengan Merapi. Mereka malah bersyukur terjadi

erupsi. Dengan begitu mereka dapat mendapat berkat yakni berupa bantuan sana sini.

Mereka yakin Merapi tidak akan menghancurkan mereka bila mereka selalu berbuat baik

terhadap sesama dan tidak menghancurkan alam sekitar (pertambangan pasir liar). Hal ini

membuat mereka semakin menghargai Merapi.

BUDAYA

Indonesia memiliki berbagai macam budaya yang harus kita pelihara dan lestarikan. Zaman

semakin modern, banyak budaya luar yang kita adopsi tanpa seleksi yang matang. Sebagai

warga negara yang cinta akan budaya lokal, sebaiknya kita pintar dalam mengadopsi budaya

luar. Karena tanpa kita sadari pengaruh budaya luar sangat besar pada perkembangan

kebudayaan lokal kita.

Disisi lain ada berbagai macam budaya di Indonesia yang sangat menarik bila di kupas.

Berbeda dengan masyarakat kota pada umumnya yang lebih individual, maunya serba

instant, dan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kita bisa mengambil sisi positif dari

kehidupan warga di lereng Merapi.

Pembangunan rumah warga dilakukan secara gotong royong. Dan itu terjadi bergilir. Setiap

warga akan dengan senang hati mambantu tetangganya yang sedang membangun, karena

Page 19: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

18

menurut mereka hal yang sama akan mereka alami. Jadi apa salahnya kalau membantu.

Gambar 6. Beberapa contoh rumah di Lereng Merapi

Ternyata harta yang paling berharga buat warga di lereng Merapi adalah sapi. Mengapa?

Karena sapi kalau dijual lumayan besar pendapatannya. Gambar di samping menunjukkan

betapa berharganya sapi untuk mereka(samping kiri atas: Kandang sapi, kiri bawah: Rumah

tinggal).

Sehari-hari mata pencaharian warga lereng Merapi adalah bercocok tanam (petani).

Sebelum terjadi erupsi pencaharian mereka mencari kayu bakar kemudian di jual di pasar.

Tapi sekarang kayu bakar sudah tidak laku di pasar.

ARSITEKTUR MASYARAKAT LERENG MERAPI

Arsitektur masyarakat lereng Merapi tidak terlepas dari Arsitektur jawa pada umumnya.

Bentuk rumah kampung, berdinding gedhek (anyaman bambu) dengan bagian dalamnya

menggunakan anyaman bambu yang lebih rapat (disebut Kepang). Di bagian tengahnya

terdapat sakaguru yang menurut kepercayaan warga sana bahwa sakaguru sebagai pengikat

yang merupakan pemberi keselamatan pada penghuni rumah (penangkal gempa bumi). Saat

membangun rumah biasanya dilakukan pemberkatan atau syukuran bersama memohon izin

kepada Dewa Bumi agar rumahnya kokoh. Mereka juga sangat menghindari hari Nas (hari

meninggalnya salah satu dari penghuni rumah). Tambahan yang dibangun di luar rumah

disebut Gombak, sedangkan tambahan bagian belakang disebut Kuncung.

Dalam membangun sakaguru sebagai tiang pertama pada rumah, masyarakat memiliki

aturan-aturan tersendiri. Diantaranya adalah, tinggi rendahnya sakaguru tergantung

panjang telapak kaki pemilik rumah dikalikan 13 pecah (langka kaki), Itulah panjang tiang

sakaguru. Menggunakan pondasi umpak,yang hanya di tumpangi oleh sakaguru dan di

selipin uang sen (misalnya 5 sen dst). Penebangan kayu dilakukan pada hari pasaran kliwon

Selain itu kayu yang di gunakan adalah kayu jati dan nangka.

Page 20: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

19

Untuk penebangan bambu dilakukan setelah bulan purnama tanggal tua pada bulan itu (dari

tanggal 20 keatas merupakan tanggal tua) . Penebangan dilakukan pada pagi hari, dan

dibiarkan setahun agar bambunya lebih kuat dan tidak di makan hewan kecil.

Pemakaian dinding gedhek pada rumah penduduk lereng Merapi disebabkan karena gedhek

lebih ringan sehingga saat gempa atau terjadi bencana, kerusakan yang terjadi tidak

membuat pergantian bahan bangunan yang terlalu signifikan. Selain rumah berdinding

gedek, warga juga memanfaatkan batu-batuan yang berasal dari letusan gunung merapi

sebagai bahan untuk dinding. Biasanya ketebalan dinding batu mencapai 17-18 cm.

Gambar 7. Contoh rumah di Lereng Merapi

Selain itu jika membangun rumah baru, maka pemahatan pertama harus jam 12 atau jam 6

pagi sampai jam 2 malam harus sudah selesai. Struktur bangunan tidak menggunakan paku

sebagai pengikat tapi menggunakan system pasak. Dan itu sangat baik karena ketika terjadi

gempa, rumah hanya bergoyang(fleksibel). Menurut kepercayaan warga sana, kuda-kuda

rumah memberi rejeki(ngeret). mereka juga menggunakan serang (bracing) sebagai

pengukat dan penahan gaya lateral.

Gambar 8. Model Konstruksi Rumah Jawa di Lereng Merapi

Masyarakat di sekitar Gunung Merapi mempunyai kepercayaan bahwa arah hadap suatu

bangunan tempat tinggal membawa pengaruh terhadap keselamatan dan kesejahteraan

Page 21: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

20

pemiliknya dan keluarganya. Di Dusun Pelemsari, rumah tinggal kebanyakan didirikan

menghadap kearah selatan atau ke arah jalan desa, menghindari arah hadap Gunung

Merapi dan Merbabu. Penghindaran arah hadap ke arah gunung-gunung itu dimaksudkan

untuk mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bagi pemiliknya dan keluarganya.

Rumah tempat tinggal yang menghadap Gunung Merapi merupakan "rumah sangar" karena

pemiliknya dianggap tidak menghormati, menantang dan menyediakan rumahnya sebagai

tempat tinggal makhluk halus yang menghuni Keraton Merapi. Begitu pula dengan rumah

yang menghadap ke arah Merbabu.

Page 22: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

21

SOAL 4

Dalam pengelolaan lanskap yang berkelanjutan perlu dipahami konsep dasar mengenai daya dukung

(carrying capacity). Daya dukung (DD) dibatasi pada penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung

atau air. Kelak, ketika Saudara diminta untuk menganalisis DD suatu lanskap, ada baiknya untuk

terlebih dahulu menjawab pertanyaan di bawah ini.

Bahas definisi DD dalam kaitannya dengan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan (setiap

mahasiswa hanya membahas satu kasus saja, tidak boleh sama): Daya Dukung Kebun Raya (Ghofar

Ismail):

JAWABAN SOAL 4

Definisi Daya Dukung

Konsep daya dukung merupakan konsep dalam mengelola sumber daya yang merupakan

pembatasan penggunaaan dari suatu area yang menyimpan beberapa faktor alam dan lingkungan

yang ada (Odum,1971). Hendee, Stankey dan Lucas (1978) menyatakan bahwa daya dukung adalah

konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya

makanan, tempat berlindung, atau air. Knudson (1980) menyatakan bahwa daya dukung merupakan

penggunaan secara lestari dan produktif sumber daya yang dapat diperbaharui.

Batasan daya dukung untuk populasi manusia menurut Soerianegara (1977) adalah jumlah individu

yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi

daya dukung mempunyai dua komponen yaitu besarnya populasi manusia dan luasnya sumber daya

dan lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia.

Lime dan Stankey (1971) menyebutkan bahwa daya dukung rekreasi adalah sifat pemakaian yang

dapat ditopang oleh tingkat perkembangan area tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang

berlebihan baik pada lingkungan fisik maupun pada pengalaman pengunjung . Sedangkan Basuni dan

Soedargo (1988) mengemukakan bahwa daya dukung rekreasi merupakan sumber daya rekreasi

untuk mempertahankan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman rekreasi yang

diinginkan.

Menurut Chubb dan Ashton dalam Hendee et al (1978) dalam pengelolaaan rekreasi istilah daya

dukung menjadi sederhana. Secara umum, daya dukung digunakan dalam dua cara yang berbeda.

Pertama, daya dukung digunakan untuk menggambarkan kemampuan fisik bioligis lingkungan untuk

menahan penggunaan rekreasi. Berbagai penelitian telah dibuat dampak penggunaan rekreasi

terhadap vegetasi dan tanah, terhadap air dan satwa liar. Kedua, daya dukung telah digunakan untuk

memperlihatkan jumlah penggunaan yang konsisten dengan beberapa ukuran secara kualitatif

dalam pengalaman rekreasional (Wagar dalam Hendee et al,1978). Penelitian daya dukung sosial

diarahkan pada suatu dampak akibat peningkatan penggunaan terhadap pengalaman rekreasional

dan dampak konflik antara kelompok pengguna rekreasi.

Kemampuan lingkungan Sumber daya alam, selain itu tingkah laku pengunjung atau pengguna

rekreasi juga menentukan besar kecilnya daya dukung dari suatu area rekreasi wisata alam. Menurut

Page 23: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

22

Christiansen (1977) area rekreasi harus dicegah dari berbagai bentuk pencemaran yang ditimbulkan

terutama oleh para pengunjung itu sendiri. Hal itu akan berpengaruh terhadap kenyamanan

pengunjung, serta memelihara sumber daya alam, seperti satwa liar dan vegetasi serta berbagai

bentuk sampah sisa makanan, minuman, dan lain sebagainya.

Tiga hal yang dapat mempengaruhi daya dukung kawasan rekreasi menurut Knudson (1980) dan

Douglas (1975) adalah: (1) karakteristik sumber daya (geologis dan tanah, topografi, vegetasi, iklim,

air dan hewan), (2) karakteristik pengelolaan (kebijaksanaan dan metode pengelolaaan), (3)

karakteristik pemakai (psikologi, perlengkapan dan pemakaian).

Knudson (1980) menyatakan bahwa perubahan rancangan fasilitas pada tapak, tipe penggunaan,

atau teknik pengelolaan dapat meningkatkan daya dukung.

Daya dukung Biofisik

Soemarwoto (1983) mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah

pengunjung persatuan luas per satuan waktu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa baik luas maupun

waktu tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebaran pengunjung dalam ruang dan waktu tidak

merata. Karena itu daya dukung lingkungan daerah rekreasi tidak dapat dihitung berdasarkan

ratarata luas daerah dan rata-rata setiap bulan atau tahun, tetapi harus memperhatikan setiap lokasi

dan waktu yang penting. Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata.

Faktor biofisik, baik yang alami maupun buatan manusia mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu

ekosistem yang akan menentukan besar kecilnya daya dukung suatu kawasan atau tempat wisata

lainnya. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan

atau pengunjung yang datang dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dengan cepat dan

pulih dari kerusakan (Soemarwoto, 1983).

La Page dalam Lime dan Stankey (1971) menunjukan akibat penggunan tempat rekreasi pada tanah,

vegetasi dan komponen fisik yang lain dari sumber daya yang ada. Kerusakan pada penutup tanah

terjadi bukan hanya diakibatkan penginjakan vegetasi, tetapi juga karena pemadatan tanah akibat

injakan oleh pengunjung, pertumbuhan akan rusak dan stabillitas pohon terganggu. Vegetasi yang

rentan harus diganti dengan spesies yang lebih tahan.

Faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung suatu area rekreasi adalah (1) kepekaan

vegetasi, (2) kemiringan lereng, dan (3) kelangkaan satwa (Knudson, 1980 dan Douglas, 1975):

1. Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi terhadap gangguan

pengunjung, dinyatakan dengan klasifikasi tidak peka, agak peka, cukup peka, peka, dan sangat peka.

2. Kemiringan lereng adalah ukuran kecuraman lereng pada suatu area, dinyatakan dengan

klasifikasi kelas lereng A, B, C, D, E dan F.

3. Kelangkaan satwa adalah status kelangkaan satwa, dinyatakan dengan klasifikasi kategori 1, 2, 3, 4

dan 5.

Page 24: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

23

1. Kepekaan vegetasi.

Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi terhadap gangguan, dan

diklasifikasikan seperti pada table 1.

2. Kemiringan Lereng

Nilai kemiringan lereng diperoleh dari perhitungan kelas lereng dari peta topografi. Kriteria kelas

lereng yang digunakan adalah klasifikasi kelas lereng menurut USDA (Abdullah, 1998) yaitu: kelas A

(datar, 0-3%), kelas B (sedikit miring, 3-8%), kelas C (miring, 8-16% ), kelas D (moderat curam, 16-

30%), kelas E (curam 30-65% ), dan kelas F (sangat curam 65%). Berdasarkan direktorat Tata Guna

Lahan (1983) kelas lereng dapat dihitung dengan rumus berikut:

Page 25: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

24

3. Klasifikasi Kelangkaan Satwa

Klasifikasi kelangkaan satwa dibagi dalam lima katagori, yaitu katagori (1) satwa yang telah

mendekati kepunahan (endangered), katagori (2) satwa yang populasinya jarang atau terbatas dan

mempunyai resiko untuk punah (restricked/rare), katagori (3) satwa yang mengalami penurunan

pesat di alam (depleted/vulnerable), katagori (4) satwa yang belum dapat ditetapkan tingkat

kelangkaannya karena karena kekurangan data (undeterminate) (Dephut, 1978) dan katagori 5)

satwa tidak langka.

Daya dukung biofisik secara kualitatif ditentukan dengan cara “overlay” peta kepekaan vegetasi,

kemiringan lereng, dan kelangkaan satwa. Setelah daya dukung untuk setiap area diketahui maka

daya dukung kebun raya dapat dinyatakan dalam bentuk peringkat daya dukung (Tabel 2).

Page 26: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

25

SOAL 5

Urbanisasi adalah proses perubahan wilayah menjadi suatu bentuk kota.

(a) bahas paling tidak 5 ”Driven Factors” dalam proses urbanisasi tersebut dan terangkan alasan-

alasannya;

(b) Urbanisasi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan antara lain timbulnya kekumuhan lanskap

kota dan meningkatnya pengangguran. Sebagai seorang perencana/pengelola lanskap coba

kemukakan ide Saudara untuk mengatasi

JAWABAN SOAL 5.a

Lima driven factors dalam urbanisasi adalah :

1. Kesempatan kerja yang lebih luas dan bervariasi di kota.

Perkotaan memiliki daya tarik yang sangat besar terutama dikaitkan dengan istilah kesempatan

kerja. Secara umum memang perkotaan merupakan pusat bisnis/perniagaan atau bahkan pusat

produksi barang maupun jasa. Dengan melihat infrastrukturnya sangat memungkinkan sekali

untuk mengembangkan pabrik-pabrik. Saat ini di Indoensia masih menggunakan paham industri

padat karya yang memanfaatkan teknologinya terbatas. Hal ini tentunya menarik minat tenaga

kerja baik disekitar industri maupun daerah sekitarnya dan bahkan daerah yang jauh dari kota

tersebut. Motif mencari lapangan pekerjaan ini yang dijadikan alasan tenaga kerja dari daerah

untuk mengadu nasib ke kota. Hal ini juga diperparah dengan minat tenaga kerja usia produktif

ke bidang usaha tani yang semakin hilang. Dengan semakin besarnya tenaga kerja yang harus

ditampung oleh suatu kota, mau tidak mau maka proses urbanisasi di sekitar kota semakin cepat.

2. Tingkat upah yang lebih tinggi.

Standar upah yang lebih tinggi tentunya menjadi mimpi para tenaga kerja daerah untuk mencari

peruntungan ke kota. Saat ini perlu disadari bahwa jurang nilai UMR antar daerah dengan kota

tentu sangat lebar. Selain itu pengupahan di daerah yang terkadang tidak mengacu pada standar

UMR. Dengan kondisi tersebut sudah pasti tenaga kerja akan memilih pekerjaan yang dianggap

mampu memberikan upah yang lebih tinggi terutama di perkotaan.

Efektifitas produksi yang diperoleh perusahaan terkait lokasi pabrik memicu proses urbanisasi

yang lebih masif. Para pengusaha tentunya lebih suka membangun pabrik pada lokasi yang

memiliki aksesibilitas lebih baik walaupun harus meningkatkan upah tenaga kerja.

3. Fasilitas perkotaan yang lebih baik.

Jika dibandingkan antara kota dan daerah, fasilitas pendukung yang ada tentu lebih komplit di

kota. Di kota menyediakan kemudahan untuk mencari berbagai kebutuhan barang dan jasa yang

tentunya kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan fasilitas daerah. Budaya instant yang saat

ini sangat mewarnai kaum pekerja juga mendorong perkotaan untuk bisa menyediakan fasilitas

yang lebih baik.

Page 27: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

26

4. Lembaga pendidikan yang jauh lebih baik.

Mutu pendidikan menjadi alasan untuk penambahan lembaga pendidikan. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi untuk sekolah hingga level yang lebih tinggi.

Keberadaan lembaga pendidikan tentunya mengundang siswa atau terutama mahasiwa untuk

bersekolah pada lembaga tersebut. Imbas secara langsung dari penambahan jumlah mahasiswa

dari luar kota tentunya harus diimbangi dengan penyediaan permukiman sebagai tempat tinggal

mahasiswa selama mereka sekolah. Saat ini juga ada trend untuk menggeser pusat perkuliahan

ke daerah agar tidak terganggu masalah transportasi. Hal tersebut tentunya memicu terjadinya

urbanisasi di suatu daerah.Banya

5. Lahan pertanian yang semakin sempit.

Pembangunan disetiap daerah meningkatkan laju konversi lahan pertanian. Hal tersebut

berimbas kepada kesempatan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian menjadi lebih

sulit. Tenaga kerja akhirnya lebih memilih kerja di pabrik-pabrik sementara itu penambahan

tenaga kerja di kota akan memunculkan permintaan tempat bermukim. Proses tersebut akhirnya

mengakibatkan proses urbanisasi di sekitar pusat pertumbuhan berlangsung. Tidak tertutup

kemungkinan juga lahan pertanian semakin sempit karena digunakan sebagai lahan industri.

Kondisi tersebut akhirnya memunculkan berbagai infrastruktur pendukung untuk menunjang

kelangsungan industri tersebut seperti kost-kostan, warung makan, dan segala hal yang

mendukung aktifitas para tenaga kerja yang bermukim di sekitar pabrik.

Page 28: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

27

JAWABAN SOAL 5.b.

Tindakan penanganan kawasan permukiman kumuh dapat dilakukan dengan pendekatan enanganan

pada Property Development, Community Based Development, Guided Land Development.

Pendekatan penanganan ini dirumuskan dengan mempertimbangkan hasil-hasil penilaian kriteria

pembentuk kawasan permukiman kumuh.

Pendekatan Property Development

Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa kawasan permukiman kumuh akan dikelola

secara komersial agar ekonomi lokasi yang tinggi dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi

kepentingan kawasan dan daerah. Dalam hal ini masyarakat penghuni kawasan berkedudukan

sebagai kelompok sasaran perumahan, pemerintah sebagai pemilik aset (tanah) dan swasta sebagai

investor.

Community Based Development

Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini kemampuan

masyarakat penghuni sebagai perhatian utama. Masyarakat didudukan sebagai pemeran utama

penanganan.

Guided Land Development

Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini penekanan lebih

mengarah dan melindungi hak penduduk asal untuk tetap tinggal pada lokasi semula.

Page 29: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

28

SOAL 6

Tiga permasalahan utama pada lanskap/lingkungan perkotaan adalah transportasi, sampah domestik

dan banjir.

(a) Bahas strategi manajemen lanskap yang tepat menurut Saudara, yang dapat menjadi solusi bagi 3

permasalahan tersebut;

(b) Sebutkan perundang-undangan atau regulasi atau peraturan pemerintah atau etika yang terkait

dengan masalah transportasi, masalah sampah, dan masalah air

JAWABAN SOAL 6.a

Banjir, kemacetan dan masalah sampah merupakan masalah-masalah yang tidak dapat dihindari di

suatu perkotaan. Masalah tersebut bukan merupakan masalah dan tanggung jawab satu individu,

satu kelompok maupun satu institusi, masalah tersebut bukan untuk dihindari tetapi perlu dihadapi

bersama baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Permasalahan tersebut tidak mudah dan

tidak cepat diselesaikan.

Kota merupakan tempat bermukim, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang perekonomian,

pemerintah dan lain-lain yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dengan heterogenitas

penduduk. Artinya bahwa ada banyak komponen disana, mulai dari masyarakat, swasta dan

pemerintah. Ketika kita memandang bahwa masalah tersebut bukan pada 1 individu atau kelompok

sinergitas dari 3 pihak komponen tersebut harus didorong. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan,

aturan, fasilitas, swasta dan masyarakat sebagai pelaku utama harus memberikan kontribusi dalam

penaatan kebijakan dan atauran yang telah dibuat.

Sering kali kebijakan/aturan yang dibuat pemerintah misalkan, 3 R (reuse, reduce, recycle), landfill

sanitary dengan penyelesaian masalah sampahnya, pembuatan waduk, embung, biopori,

terowongan bawah tanah untuk masalah bajirnya dan penggunaan sistem three in one, jalan tol,

kenaikan tarif parkir, hingga pembatasan kendaraan dengan penyelesaian masalah transportasinya

dan segala upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan 3 masalah diatas (macet, banjir, dan

kemacetan) namun kenyataannya apa, masalah-maslah tersebut semakin meluas dan tambah parah.

Beberapa Strategi yang menurut saya dapat mengurangi permasalahan tersebut diantaranya:

1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus membuat kebijakan yang tegas terkait

penyusunan tata ruang baik Kabupaten maupun Kota. Tata Ruang harus disusun berdasarkan

daya dukung dan daya tampung serta memperhatikan keberlanjutan kota tersebut selanjutnya

dengan melihat aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Urutan penyusunan RTRW sebaiknya diawali

dengan penyusunan KLHS sebagai dokumen acuan penyusunan RTRW. Dalam dokumen RTRW

seharusnya juga dibahas strategi penyediaan trasportasi, pengelolaan sampah dan antisipasi

bencana agar implementasi menjadi lebih jelas.

2. Implementasi pembangunan sesuai RTRW yang mengacu pada pola ruang dan struktur ruang

yang telah disusun agar berbagai permasalahan yang mungkin timbul dapat terantisipasi.

3. Penegakan hukum terkait pelanggaran implementasi RTRW harus mulai direalisasikan karena

saat ini seolah-olah pemerintah melakukan pembiaran terhadap fenomena pelanggaran RTRW.

Page 30: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

29

lingkungan maupun masalah transportasi harus dilakukan dengan tegas agar ada efek jera bagi

para pelaku.

4. Melakukan edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh dan intensif terkait permasalahan

transportasi, sampah dan bencana banjir agar terbangun kesadaran masyarakat. Dengan

timbulnya kesadaran masyarkat maka pemerintah akan lebih ringan dalam mengatasi

permasalahan yang timbul. Peningkatan pemahaman masyarakat terkait permasalahan

lingkungan akan mendorong partisipasi aktif dari masyarakat untuk menghindari dan

menanggulangi permasalahan lingkungan yang terjadi.

5. Pelibatan swasta melalui program CSR-nya untuk mengembangkan community development

agar tercipta sinergi antar pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mengatasi berbagai

permasalahan lingkungan yang terjadi.

Page 31: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

30

JAWABAN SOAL 6.b

Undang-undang terkait Transportasi

� UU No 27 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

� UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

� UU No 01 tahun 2009 tentang Penerbangan

� UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

� PP No 62 tahun 2013 tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi

Undang-undang terkait Masalah Sampah

� UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

� UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

� PP No 81 tahun 2012 tentang Sampah Rumah Tangga dan sampah sejenis sampah rumah

tangga

Undang-undang terkait masalah Air

� UU No 07 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Page 32: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

31

SOAL 7

Silakan bahas ”masalah dan potensi ruang terbuka hijau” dan pengelolaan lanskapnya pada kasus

objek lanskap di bawah ini. Satu mahasiswa hanya satu kasus (tidak boleh sama): RTH Lanskap

Koridor Sempadan Sungai (Ghofar Ismail)

JAWABAN SOAL 7

Ruang terbuka hijau (Green Open spaces) merupakan kawasan permukaan tanah yang didominasi

oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana

lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain

untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau

(Green Open spaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan

kualitas lansekap kota.

Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan

fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau

dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kota dimana

ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi,

berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota. Salah satu contohnya adalah

ruang terbuka hijau yang difungsikan untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan

manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. Sedangkan ruang terbuka hijau untuk

fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung

Daerah Sempadan Sungai, khususnya diperkotaan yaitu sungai yang membelah kota, dimana

pemenuhan 20% RTH untuk publik, 2% diharapkan berasal dari RTH sempadan sungai, sekaligus

sebagai kawasan yang berfungsi sebagai penyangga erosi yang terjadi pada pinggiran sungai,

sehingga sungai dapat terjaga dari perluasan atau penyempitan aliran sungai yang diakibatkan lonsor

atau erosi.

Namun kenyataannya sempadan sungai hanya sebahagian yang ditanami pepohonan yaitu daerah

pinggiran tanggul, sehingga sempadan sungai diharapkan bisa dimanfaatkan secara optimal dalam

penataan RTH.

Hal tersebut diatas dikarenakan tidak memiliki konsep yang jelas, melihat potensi sempadan sungai

, sebaiknya konsep RTH yang berorentasi, pada pengembangan wisata dan rekreasi. Dengan konsep

ini Sungai yang merupakan salah satu trasportasi air bagi pemerintah dan masyarakat yang

berfungsi sebagi tempat penghubung terhadap wilayah sekitarnya, dapat mengundang pariwisata

lokal maupun manca negara sebagai tujuan persinggahan untuk rekreasi sehingga kawasan

sempadan sungai bukan saja hanya sebagai wilayah transpotasi air semata tetapi juga sebagai

wilayah tujuan wisata, juga sangat perlu dijaga kelestarian dan kebersihan lingkungan baik dari

pencemaran air, udara atau kerusakan daripada sempadan sungai.

Daerah sepanjang sempadan pada kenyataannya tidak didukung oleh adanya ruang terbuka hijau

yang mampu berfungsi secara ekologis, estetika maupun sosial budaya dan ekonomi, hal

tersebut terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau

pada daerah sempadan sungai, sehingga diperlukan adanya konsep ruang terbuka hijau yang

mampu memenuhi proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau sehingga mampu memenuhi

Page 33: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

32

fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, serta sosial budaya dan ekonomi dari

kawasan .

Dalam kaitannya dengan lansekap kota, ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai

merupakan suatu bagian penting dari keseluruhan lansekap ruang, dimana ruang terbuka hijau

berfungsi sebagai penunjang kualitas ekologis lansekap . Jika dilihat kondisi ruang terbua hijau

sepanjang daerah sempadan sungai yang tersebar belum merata dan keberadaan ruang terbuka

hijau yang ada belum menujukkan fungsi yang maksimal dalam interaksi terhadap lingkungan

sekitarnya, sehingga ruang terbuka hijau yang ada pada sepanjang sungai, terkesan masih gersang,

yang membuat masyarakat enggan berinteraksi, dalam melakukan aktivitas, seperti olah raga

jogging di sepanjang koridor jalan inpeksi yang ada, atau melakukan rekreasi. Sebagaimana dalam

suatu wilayah perkotaan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau Kota sesuai dengan kebutuhan

kota terutama kebutuhan masyarakat, maka kualitas ekologis lansekap kota akan terpenuhi dan

kualitas hidup masyarakat kota akan semakin meningkat. Molnar, menyatakan bahwa untuk

memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ada beberapa aspek

utama yang harus dipertimbangkan yaitu hubungan antar ruang terbuka hijau dengan

lingkungan sekitar, ruang terbuka hijau harus ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang

tetap memperhatikan aspek estetika dan fungsional, mengembangakan pengalaman substansial

dari ruang terbuka hijau (efek dari garis, bentuk, tekstur dan warna), disesuaikan dengan karakter

lahan dan karakter pengguna, memenuhi semua kebutuhan teknis dan pengawasan yang

mudah. Melalui penjabaran referensi tentang ruang terbuka hijau tersebut untuk dapat

mewujudkan ruang terbuka hijau didalam suatu wilayah perkotaan yang mampu berfungsi secara

ekologis, estetis dan memiliki nilai sosial budaya dan ekonomi maka dibutuhkan adanya proporsi

dan distribusi ruang terbuka hijau yang ideal terhadap suatu wilayah perkotaan, akan tetapi tetap

memperhatikan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna serta kebutuhan kota tersebut.

Ruang terbuka hijau (RTH) kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi

sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan

kota, kawasan hijau Daerah Aliran Sungai, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan

olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan,

bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya .

Permasalahan yang sering dijumpai:

1. Adanya pemanfaatan kawasan sempadan sungai di beberapa lokasi baik area hulu maupun hilir

yang mengakibatkan perubahan bentuk alamiah sungai sehingga area sempadan sungai telah

habis dipergunakan untuk bangunan

2. Pengendalian penggunaan lahan dikawasan sempadan sungai tidak ketat sehingga yang

seharusnya berfungsi sebagai RTH berubah fungsi

3. Penyediaan lahan terbuka hijau belum terintegrasi dengan pendirian bangunan dan kurangnya

pemahaman masyarakat tentang fungsi ekologi kawasan sempadan sungai

4. Jenis dan jumlah tegakan/vegetasi yang belum memadai untuk menjaga fungsi ekologi

lingkungan sekitar sempadan sungai

Page 34: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

33

SOAL 8

Bahas salah satu jasa lanskap atau jasa lingkungan atau jasa ekosistem yang Saudara ketahui dan

kaitkan dengan pengelolaannya.

JAWABAN SOAL 8

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat

langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi antara lain: jasa

wisata alam, jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir,

keindahan dan keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset). Jasa

lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan lahan (hutan atau pertanian), juga perairan

baik air tawar (sungai, danau, rawa) maupun laut. Jasa lingkungan dihasilkan dari perpaduan aset

alami, kualitas manusia, kondisi sosial yang kondusif, serta modifikasi teknik. Empat jenis jasa

lingkungan yang sudah dikenal oleh masyarakat global saat ini adalah:

(1) jasa lingkungan tata air,

(2) jasa lingkungan keanekaragaman hayati,

(3) jasa lingkungan penyerapan karbon, dan

(4) jasa lingkungan keindahan lanskap.

Contoh : Program Jasa Lingkungan PT. Krakatau Tirta Industri

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu DAS penting di Provinsi Banten dengan

luas 22.620 hektar (ha) yang berada di wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.

Dengan debit air rerata mencapai 2.000 liter/detik, DAS Cidanau memegang peranan penting dalam

penyediaan sumber air baku untuk masyarakat dan industri Kota Cilegon, satu kawasan industri

strategis tidak saja untuk Provinsi Banten tetapi juga untuk skala nasional. Dalam kawasan ini

terdapat pula Cagar Alam Rawa Danau seluas 2.500 ha yang juga berfungsi sebagai reservoir DAS

Cidanau dan merupakan hulu dari Sungai Cidanau, sungai utama DAS Cidanau yang bermuara di

Selat Sunda.

Dalam dua puluh tahun terakhir DAS Cidanau mengalami degradasi lingkungan yang tidak saja

mengancam eksistensi Cagar Alam Rawa Danau, tetapi juga pada keberlanjutan ketersediaan dan

kualitas air. Untuk mengatasi hal tersebut para pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan

pemanfaatan DAS Cidanau mencoba mengantisipasi berbagai permasalahan secara terintegrasi

(integrated management) didasarkan pada konsep One river, one plan and one management. Prinsip

pengelolaan didasarkan pada prinsip save it, study it and use it. Upaya para pihak dimulai dengan

menyepakati pembentukan Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) dengan legalitas Surat

Keputusan Gubernur Banten Nomor 124.3/Kep.64-HUK/2002, tertanggal 24 Mei 2002. Perencanaan

pengelolaan DAS Cidanau oleh para pihak selalu didasarkan pada hasil rembug warga, rencana

teknik lapangan (RTL) dan Master Plan DAS Cidanau. Prioritas perencanaan pengelolaan didasarkan

pada prioritas yang diputuskan dalam rapat pleno FKDC. Hasil pleno kemudian didistribusikan

kepada para pihak, untuk diusulkan melalui mekanisme perencanaan keuangan masing-masing.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh FKDC untuk menahan laju deforestasi yang dilakukan oleh

Page 35: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

34

masyarakat di hulu DAS adalah dengan membangun hubungan hulu-hilir dengan mekanisme jasa

lingkungan. Fasilitasi pembangunan dan pengembangan konsep hubungan hulu-hilir dengan

mekanisme jasa lingkungan dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Rekonvasi Bhumi

bekerjasama dengan PSDAL-LP3ES dan dengan dukungan dana dari International Institut for

Environment and Development (IIED). Konsep dasar dari jasa lingkungan yang sedang dibangun dan

dikembangkan adalah pengguna jasa lingkungan (buyer) membayar kepada produsen jasa

lingkungan (seller/provider) atas jasa lingkungan yang digunakannya. Jenis jasa lingkungan DAS

Cidanau yang dijadikan dasar hubungan hulu-hilir adalah sumber daya air (water resources), dimana

pemanfaat air membayar kepada masyarakat yang memiliki peran dalam menjaga tata air DAS

Cidanau. Transaksi jasa lingkungan itulah yang diharapkan dapat menahan deforestasi di lahan-lahan

milik masyarakat (hutan rakyat), yang merupakan tutupan lahan dominan di DAS Cidanau, dengan

tanpa menghilangkan penghasilan masyarakat hulu.

Dalam implementasi konsep hubungan hulu-hilir dengan mekanisme jasa lingkungan, PT. Krakatau

Tirta Industri (KTI) merupakan pioneer buyer jasa lingkungan DAS Cidanau, yang dengan sukarela

(voluntary) membayar Rp. 175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta rupiah) per tahun dengan

masa perjanjian pembayaran jasa lingkungan selama 5 (lima) tahun. Lokasi model masyarakat yang

menerima pembayaran jasa lingkungan di Desa Citaman Kecamatan Ciomas dan Desa Cibojong

Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang, dengan jumlah pembayaran sebesar Rp. 1.200.000,-/ha

dengan masa perjanjian pembayaran jasa lingkungan selama 5 (lima) tahun, sedangkan kawasan

yang mendapat pembayaran jasa lingkungan masing-masing seluas 25 ha. Lahan milik masyarakat

yang berhak atas pembayaran jasa lingkungan adalah lahan yang ditanami pohon jenis kayu dan

buah-buahan, dengan jumlah tidak kurang dari 500 batang. Selama dalam masa perjanjian

masyarakat tidak boleh menebang tanaman yang masuk dalam skema jasa lingkungan. Apabila ada

anggota kelompok yang melanggar ketentuan tersebut, maka seluruh anggota kelompok tidak akan

menerima pembayaran jasa lingkungan yang sudah jatuh tempo. Seluruh proses implementasi

dilakukan melalui negosiasi, baik dengan KTI maupun anggota kelompok di Desa Citaman dan Desa

Cibojong. Hasil dari negosiasi tersebut dituangkan menjadi klausul-klausul dalam perjanjian

pembayaran jasa lingkungan masing-masing pihak.

Pengelola dari jasa lingkungan adalah Tim Adhoc yang merupakan independent body yang

ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Harian FKDC dengan SK No. 990/Kep.03-FKDC/I/2005, sedangkan

mekanisme pengelolaan diatur oleh SK Ketua Pelaksana Harian FKDC No. 990/Kep.05-FKDC/I/2005.

Pembentukan Tim Adhoc dan ketetapan-ketetapan yang dituangkan dalam SK Ketua Pelaksana

Harian FKDC, merupakan hasil diskusi dan rumusan dari Focus Group Discussion (FGD), yang

prosesnya memakan waktu selama kurang lebih 3 (tiga) tahun. Anggota Tim Adhoc dan FGD terdiri

dari unsur pemerintah (provinsi dan kabupaten di wilayah DAS Cidanau), swasta dan lembaga

swadaya masyarakat.

Page 36: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

35

Skema imbalan jasa lingkungan yang dilakukan oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) dapat dilihat

pada Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Skema Imbal Jasa Lingkungan DAS Cidanau

Pengelola Jasa Lingkungan

Pengelola dari jasa lingkungan adalah Tim Adhoc yang merupakan independent body yang

ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Harian FKDC dengan SK No. 990/Kep.03-FKDC/I/2005, sedangkan

mekanisme pengelolaan diatur oleh SK Ketua Pelaksana Harian FKDC No. 990/Kep.05-FKDC/I/2005.

Page 37: Take Home Exam PLB - Ghofar Ismail (P052137614)

36

Daftar Pustaka

Bambang S, 2010, Modul Kuliah, Ilmu Kewilayahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri,

Kemendagri.

BLH Kota Cilegon, 2013, Analisis Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai Kota Cilegon

Fatkhan M., 2006, KEARIFAN LINGKUNGAN MASY ARARAT LERENG GUNUNG MERAPI, Jurusan

Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Aplikasia, Jurnal

Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. VII, No 2 Desember 2006: 107-121

Heryati, 2010, Identifikasi Dan Penanganan Kawasan Kumuh Kota Gorontalo, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Gorontalo

Ruhiyat Y, 2008, Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor, Program Studi

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Soenarno SM, 2012, Jasa Lingkungan, Makalah Diklat “Pendidikan Konservasi Alam Bagi Guru

SLTP” Angkatan 29 yang diselenggarakan oleh The Indonesian Wildlife Conservation

Foundation (IWF) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta

Suhartini, 2009, Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan

Lingkungan, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas

MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Tato S, 2013, Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Sempadan Sungai

(http://syahriartato.wordpress.com/2013/08/11/ruang-terbuka-hijau-kawasan-sempadan-sungai)

http://alprmagz.wordpress.com/2013/07/02/keunikan-pola-permukiman-suku-suku-di-indonesia

http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/academic/course-subject/rural-landscape

http://melynb.blogspot.com/2011/06/budaya-arsitektur-di-lereng-merapi_25.html


Top Related