Download - Tafsir al-fatihah
TAFSIR AL-FATIHAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Nadhifah, M.S.I
Disusun oleh :
Dina Ayu K 113411001
Istianatus Sa’diyah 113411004
Mufrihah Huwaidah 113411007
Novi. A 113411032
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I. PENDAHULUAN
Al-qur’an merupakan wahyu Allah yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad
melalui Jibril a.s yang berfungsi sebagai hidayah atau petunjuk bagi segenap manusia.
Dari 114 surat di dalam al-qur’an, surat al-fatihah termasuk surat yang populer, di
kenal dari semua kalangan dari anak-anak maupun orang tua.
Al-fatihah artinya ialah pembukaan. Surat ini pun dinamai fatihatul kitab1, yang
berarti pembukaan kitab karena kitab suci al-qur’an dimulai atau dibuka dengan surat
ini. Dia yang dimulai ditulis di dalam Mushhaf, dan dia yang mulai dibaca ketika
tilawatil qur’an, meskipun bukan dia surat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Kedudukan surat al-fatihah dalam al-qur’an
2. Pokok-pokok ajaran tentang keimanan
3. Pokok-pokok ajaran tentang ibadah
4. Pokok-pokok ajaran tentang hukum agama
5. Pokok-pokok ajaran tentang kisah
6. Asbabun nuzul surat al-fatihah
7. Munasabah surat al-fatihah
8. Tafsir surat al-fatihah
III. PEMBAHASAN
1. Kedudukan Surat Al-Fatihah
Surat al-fatihah memiliki kedudukan yang tinggi dalam ajaran islam, diman
dia di sebut surat paling mulia di dalam al-qur’an. Dari Abu Said Bin Al Mu’alla
dia berkata : Rasullah bersabda kepadanya “ saya akan beritahukan kepadamu
surat yang paling mulia di dalam al-qur’an sebelum engkau keluar dari masjid.
Kemudian beliau memegang kedua tangan ku. ketika beliau hedak keluar dari
masjid, aku berkata : Ya Rasullah, tadi engkau katakan akan memberitahukan
surat yang paling mulia di al-qur’an. Beliau bersabda : baik….. Al-
1 Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta, Pustaka Panjimas 1982) hlm.67
Hamdulillahirobbil ‘aalamin ( surat al-fatihah) adalah As Sab’ul Matsani dan
surat yang paling mulia yang diberikan kepada ku.” 2
Dari 114 surat yang ada dalam Al-Qur’an al-fatihah merupakan salah satu
surat yang paling populer. Mengapa demikian?
Pertama, karena surat Al-Fatihah berada pada urutan pertama dalam susunan Al-
Qur’an. Dengan demikian, bagi setiap orang yang membuka dan membaca Al-
Qur’an walaupun tidak sampai tamat, sudah tentu akan membaca surat Al-Fatihah
terlebih dahulu.
Kedua, karena surat Al-Fatihah termasuk bacaan wajib dalam shalat. Jadi,
minimalnya seorang muslim akan membaca surat Al-Fatihah sebanyak tujuh belas
kali dalam sehari semalam dalam shalat wajib, belum lagi kalau ditambah dengan
shalat sunnah lainya.
Ketiga, karena surat Al-Fatihah mengandung pokok-pokok ajaran Al-Qur’an.
Berbagai ajaran yang terdapat pada surat selanjutnya yang ada dalam Al-Qur’an
sudah disinggung secara singkat di dalam surat Al-Fatihah.
Keempat, karena surat Al-Fatihah digunakan sebagai do’a yang dipanjatkan untuk
seorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah.
Kalimat dalam Al-Fatihah yang menunjukan do’a, seperti:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” ( QS. Al-Fatihah:6)3
Kedudukan yang tinggi ini tentu memiliki makna yang sangat dalam, sebab
jika dikatakn al-qur’an secara menyeluruh adalah mulia, maka bagaimakah hal
nya surat yang dikatan paling mulia dalam al-qur’an??
Hal ini secara tidak langsung menuntut seorang muslim untuk menempatkan
surat ini sesuai kedudukan yang telah Allah tetapkan, baik dari segi bacaan,
pemahaman maupun pengamalan.
2 Abdullah Haidir, Pelajaran dan Hikmah yang terdapat dalam tafsir al-fatihah ( Indonesia, kantor kerjasama
da’wah, bimbingan dan penyuluhan bagi pendatang, Al-sulay 2004)
3 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al Ayat at tarbawi), (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm.11-13
2. Pokok-Pokok Ajaran Tentang Keimanan
Keimanan yang terkandung di dalam al-qur’an meliputi keimanan kepada
Allah, para Rasul Nya, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabyang telah di turunkan
Nya, hari ahir serta qodo’ dan qodar.
Bangsa Arab, baik yang telah pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim,
maupun tidak, sebagian besar telah menjadi penganut kepercayaan wasani,
penyembah patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat, di sekitar ka’bah
terdapat 360 buah patung. Maka, datanglah Al-Qur’an untuk mensucikan akidah
manusia dari berbagai kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang
murni. Di dalam surat Al-Fatihah, akidah tauhid ini terdapat dalam ayat-ayat:
“segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Maksud ayat tersebut adalah bahwa yang berhak dipuji hanyalah Allah, maka
pujian haruslah dihadapkan kepada-Nya.
3. Pokok-Pokok Ajaran Tentang Ibadah
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada adanya Allah, dengan segala sifat
kesempurnaan-Nya. Orang yang meyakini adanya segala sifat kesempurnaan-Nya
akan menyembah Allah. Ajaran ibadah ini dipaparkan di dalam surah al-fatihah
dengan firmanya :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”
Di dalam ayat ini Allah mengajari hamba-Nya agar meyembah hanya kepada
Allah semata. Maka ayat ini selain mengandung ajaran tentang tauhid, juga
mengandung ajaran ibadah kepada Yang Maha Esa itu.
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus,”
Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat, Allah mengadakan
peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan kepercayaan, memberi pelajaran
dan contoh-contoh. Ini semua adalah laksana jalan lurus yang dibentangkan Allah
yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat.
Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan sengsaralah orang yang
menghindari diri dari jalan itu.
Mengikuti jalan yang lurus ini artinya ialah beribadah kepada Allah,dengan
mematuhi peraturan-peraturan, hukum-hukum, dan berpegang kepada akidah
yang benar, mengambil pelajaran dari contoh-contoh yang telah diberikan Allah.
Hal ini diterangkan dalam ayat-ayat lain, yang menjadi uraian dari surat al-
fatihah.
Ibadah tidak dapat di pisahkan dengan tauhid, sebagaiman tauhid pun tidak
dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadah adalah buah dari tauhid, dan ia tak
mempunyai nilai dan harga kalau timbulnya tidak dari perasaan tauhid. Demikian
pula dengan tauhid, yakni tauhid tidak akan subur hidupnya kalau tidak selalu
dipupuk dengan ibadah.
Sebab itu, di dalam surah al-fatihah ini, disamping disebut tauhid, di sebut
juga ibadah. Kedua-duanya secara ringkas akan diikuti dengam penjelasan-
penjelasan pada ayat-ayat lain di dalam surah-surah yang lain.4
4. Pokok-pokok ajaran tentang hukum agama
Pokok ajaran syari’at dalam surat Al-Ftihah terdapat pada ayat keenam
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” Jalan kebahagiaan dan bagaimana
seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh jalan itu untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud “Hidayah” disini adalah hidayah yang
menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang
mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.5
5. Pokok-Pokok Ajaran Tentang Kisah
Untuk menjadi contoh dan teladan, pelajaran dan iktibar, al-qur’an telah
menceritakan keadaan bangsa-bangsa dan kaum-kaum yang telah lalu dan bahwa
4 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Tafsirnya,(Jakarta;lentera abadi, 2010) jilid 1,hlm 3-4 5 http://tarbiyaha11uinujpr.blogspot.com/2012/06/makalah-tafsir-surat-al-fatihah-t-2a.html Di unduh pada tgl 16
september 2014 pada pukul 10.30
Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi kepada mereka dan telah membuat
peraturan, hukum dan syariat untuk kebahagiaan hidup mereka. Diantara mereka
ada yang menerima dan ada yang menolak, dan Allah menerangkan apa akibat
dari penerimaan atau penolakan itu, untuk di jadikan iktibar dan pelajaran.
Lebih kurang dari tiga perempat dari isi al-qur’an adalah cerita tentang
bangsa-bangsa dan umat yang lalu, serta anjuran dari Allah untuk mengambil
iktibar dan pelajaran dari keadaan mereka. Di dalam surah al-Fatihah ini keadaan
bangsa-bangsa dan umat-umat yang telah lalu itu dipaparkan oleh Allah dalam
firman-Nya:6
“ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Menurut Prof,DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy ayat tersebut
menjelaskan bahwa masa lampau telah hidup beberapa umat yang diberi syariat
Allah yang benar, lalu mereka mengikuti dan menjalankan. Maka seharusnya kita
juga harus meneladani kehidupan mereka.7
Dengan keterangan yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa surah al-Fatihah
mengandung isi al-qur’an dalam surah-surah yang berikutnya.
6. Asbabun Nuzul Surat Al-fatihah
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, mantu Rasulullah
Muhammad saw. “surah Al-Fatihah turun di Mekkah dari perbendaharaan di
bawah ‘arsy”. Riwayat lain menyatakan, Amir bin Shalih bertutur kepada kami;
“Ayahku bertutur kepadaku, dari Al-Kalbi, dari Ibnu Abbas, ia berkata; Nabi
berdiri di Makkah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta
Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah
menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada)”
6 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta, lentera abadi, 2010 ) jilid 1, hlm 9 7 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nurr (Semarang,: Pustaka Rizki Putra,
2000) hlm 7.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda saat Ubai bin
Ka’ab membacakan Ummul Qur’an pada beliau, ‘Demi dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil,
Zabur dan Al-Qur’an. Sesungguhnya surat ini adalah as-sab’ul matsani (tujjuh
kalimat pujian) dan Al-Qur’an Al-Adzim yang diberikan kepadaku.”
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al-Qur’an dan
teerdiri dari tujuh ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyah, yakni surat yang
diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekkah. Dinamakan Al-Fatihah,
lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al-Qur’an.
Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan
intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat
sesudahnya
Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di
Mekkah sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah.surat ini berada di urutan
pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema
besar Al-Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi
orang yang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku
kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada
Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semata itu tercermin dalam ekstrak
surat Al-Fatihah.8
7. Munasabah surat Al-Fatihah
Munasbah disini hanya munasabah untuk surat Al-Fatihah dengan surat Al-
Baqarah, dan dapat beberapa hubungan diantaranya:9
a. Surat Al-Fatihah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan di rinci
dalam surat Al-Baqarah.
b. Di bagian akhir surat Al-Fatihah disebutkan permohonan hamba kepada
Allah, agar diberi petunjuk kearah jalan yang lurus, sedangkan di surat Al-
Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwasannya Al-Qur’an
merupakan kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan tersebut.
8 Belajar-islamic.blogspot.com diunduh pada tgl 16 september 2014 pada pukul 10.30 9 http://duniacemoro.wordpress.com/2012/09/20/tentang-surah-alfatihah diunduh pada tgl 16 september 2014 pada
pukul 10.30
c. Di akhir surat Al-Fatihah disebutkan tiga kelompok menusia, yaitu manusia
yang diberi nikmat, manusia yang dimurkai oleh Allah, dan manusia yang
sesat. Sedangkan dalam surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok
manusia, aitu manusia yang bertakwa, manusia yang kafir, dan manusia yang
munafiq.
8. Tafsir Surat Al-Fatihah
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Ayat pertama ini terlebih dahulu perlu di jelaskan pengertian “ba” yang
dibaca “bi” pada awal ayat.
Pertama, “ba” atau yang dibaca “bi” yang di terjemahkan dengan kata
“dengan” menyimpan satu kata “memulai”. Sehingga “bismillah” berarti “saya
atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian menjadi semacam
do’a atau pernyataan dari pengucap.
Kedua, “bi” yang diterjemahkan dengan kata “dengan”, dikaitkan dalam kata
“kekuasaan dan pertolongan”. Mengucap “basmallah” seakan-akan berkata,
“dengan kekuasaan Allah dan pertolonganya, pekerjaan yang sedang dilakukan ini
dapat terlaksana.10
Kata “ismi” terambil dari kata “as summuw” yang berarti tinggi, atau “as
simmah” yang berarti tanda.
Lafal Allah khusus ditujukan kepada yang wajib disembah secara benar. Nama ini
tidak boleh digunakan untuk selain Allah.
Lafal “ar rahman ar rahim” berarti suatu gejolak jiwa yang penuh dengan
perasaan kasih sayang terhadap lainnya. Kemudian kata ini dipakai untuk Allah.
Berarti Allah bersifat “Rahman dan Rahim”.
Maksudnya setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut
asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah
ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya,
10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
hlm.12-13
yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya.
Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian
bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim
(Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah
yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Al Hamdulillah merupakan kalimat berita dimaksud sebagai ungkapan pujian
kepada Allah, yaitu: bahwa Allah SWT adalah yang memiliki semua pujian yang
di ungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang di maksud adalah Allah
SWT Dzat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Dzat yang
berhak untuk di sembah.
Lafal Rabbil’alamin berarti Allah adalah yang memiliki pujian semua
makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan
lain-lainya. Masing-masing daripada mereka disebut alam, oleh karenanya ada
alam manusia, alam jin dan sebagainya. Alam semesta merupakan pertanda
mengingat Ia adalah pertanda bagi adanya yang menciptakannya.11
“ Maha Pemurah lagi Maha Penyayang “.
Pemeliharaan tidak dapat terlaksana dengan baik dan sempurna kecuali bila di
sertai oleh rahmat dan kasih sayang. Oleh karena itu, ayat ini menggaris bawahi
kedua sifat Allah ini setelah sebelumnya menegaskan bahwa Allah adalah
pemelihara seluruh alam. Pemeliharaanya diliputi oleh rahmat dan kasih sayang.
Ayat ke tiga ini, tidak dapat dianggap sebagai pengulangan sebagian
kandungan ayat pertama (basmalah) kalimat Ar-Rohman dan Ar-Rahim dalam
ayat ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah
11 Imam Jalaludin Al Mahali dan Imam Jalaludin Assuyuti , Tarjamah Tafsir Jalalain, Terj. Mahyudin Syaf dan
Bahrun Abu Bakar, ( Bandung: Sinar Baru, 1990), hlm. 1-2
sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan untuk kepentingan
Allah untuk sesuatu pamrih.12
Pendidikan dan pemeliharaan dilakukan semata-mata karena rahmat dan kasih
sayang Tuhan yang dicurahkan kepada makhluk-makhluknya. Demikian pendapat
Muhammad Abduh.
“yang menguasai di hari pembalasan”.
Ayat ini menggambarkan keseluruhan besar yang mendalam pengaruhnya
bagi kehidupan manusia, yaitu kepercayaan global terhadap akhirat. “Malik”
adalah puncak tingkat kekuasaan, dan “Yaumiddin” adalah hari pembalasan di
akhirat.
Banyak manusia yang mengakui uluhiyah ‘ketuhanan’ Allah dan penciptanya
terhadap alam, tetapi mereka tidak percaya kepada hari pembalasan.
Percaya kepada hari kiamat merupakan salah satu dari keseluruhan aqidah
islam yang bernilai di dalam menghubungkan pandangan dan hati manusia
dengan alam lain di luar alam dunia. Karena itu, mereka tidak di kekang oleh
kepentingan duniawi dan pada waktu itu mereka memiliki kedudukan yang tinggi
di atas kepentingan.13 Mereka juga tidak di kekang oleh kegoncangan hati untuk
mendapatkan pembalasan atas usahanya pada masa hidupnya yang pendek dan
terbatas di belahan bumi yang terbatas pula. Pada waktu itu, ia menguasai amal
untuk mencari ridlo Allah dan menantikan pembalasan yang di tentukan oleh
Allah di dunia dan akhirat.
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan”.
Iyya Ka Na’budu terdiri dari dua kata yaitu iyyaka dan na’budu. Kata
na’budu biasa di terjemahkan dengan “menyembah, mengabdi dan taat. Na’budu
di ambil dari kata ibadah. Kepatuhan dan ketundukan yang di timbulkan oleh
12 M. Quroish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),,
hlm. 24-25 13 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Ter. As’ad Yasin dkk., (Jakarta: Gema Insani, 2000),. hlm. 35-36
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai tuhan yang di sembah karena
berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.14
Artinya kami beribadah hanya pada Allah, karena tugas manusia dimuka bumi
ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, dengan menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya dan kami senantiasa memohon pertolongan hanya
kepada Allah.15
Wa iyya Ka Nasta’in mengandung dua konsekuensi pokok:
Bahwa si pemohon harus berperan aktif bersama dengan siapa ia bermohon
demi tercapainya yang dimohonkan.
Bahwa si pemohon berjanji untuk tidak meminta bantuan kecuali kepada
Allah SWT semata-mata.
“ Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Ihdinash Shiratal al Mustaqim adalah permohonan pada Allah agar
ditunjukan ke jalan yang lurus. Hidayah yang dimohonkan dalam surat Al-Fatihah
ini tertuang dalam “tunjukilah kami ke jalan yang lurus lagi luas”.16 Menurut
sebagian Ulama merupakan hidayah, karena pada hakekatnya hidayah adalah
ajaran yang telah disampaikan para Nabi kepada seluruh manusia.17
Hidayah Allah kepada manusia terdapat bermacam-macam bentuk,
diantaranya yaitu18:
1. Hidayah dalam bentu Ilham
2. Hidayah kepada panca indera
3. Hidayah kepada akal
4. Hidayah berupa agama dan syari’at
14 T. Mustofa dan Samiludin, Tafsirn Al-Jami’ah Sebuah Kajian 6 Tafsir Surat Al-Fatihah (Bandung : pustaka,
1990) hlm 54-55 15 Imam Jalaludin Al Mahali dan Imam Jalaludin Assuyuti , Tarjamah Tafsir Jalalain, Terj. Mahyudin Syaf dan
Bahrun Abu Bakar, ( Bandung: Sinar Baru, 1990), hlm. 3 16 M. Quroish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),,
hlm. 46 17 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim(Jakarta: PT Hida Karya agung, 2004), hlm.2 18 Ahmad Mustofa al Maraghi, Terjemah Tafsir al Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), hlm. 49-50
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Firman-Nya:”Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat
kepada mereka”. Adalah sebagai tafsir dari firman-Nya, jalan yang lurus. Dan
merupakan Badal menurut para ahli nahwu dan boleh pula sebagai athof bayan.
Wallahu a’lam.
Orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah itu adalah orang-orang yang
tersebut dalam surat An-Nisa, Dia berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati
Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-
baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup
Mengetahui.”(QS. An-Nisaa’: 69-70).
Dan firman-Nya: “bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat.”. jumhur ulama membaca Ghaira dengan memberikan
kasroh pada huruf ra’ dan kedudukanya sebagai na’at. Artinya, tunjukanlah
kepada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah engkau berikan
nikmat kepadanya. Yaitu mereka yang memperoleh hidayah, istiqomah dan
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Bukan
jalan orang yang mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak meskipun
mereka mengetahui kebenaran, namun menyimpang dari-Nya.19Selanjutnya
diteruskan dengan lafadz Amiin yang menjadi penyempurna dari surat al fatihah.
19 M. ‘Abdul Ghoffar, Tafsir Ibnu katsir(,(Jakarta: Pustaka imam Asyafi’I, 2003), hlm. 34-35
Lafadz Amin adalah kalimat isim yang berarti istijab. Ada beberapa pendapat
mengenai kata Amin:20
1. Ya Allah perkenankanlah (mayoritas ulama)
2. Ya Allah lakukanlah
3. Demikian itu ya Allah, maka semoga engkau mengabulkanya
4. Jangan kecewakan kami ya Allah
5. Nama Allah (Arkeolog Mesir)
IV. ANALISIS
Berdasarkan pemaparan di atas secara panjang mengenai tafsir surat Al-Fatihah
dari berbagai sumber referensi dan dari berbagai mufassir yang menafsirkan surat Al-
Fatihah, sedikitnya kita dapat menganalisis bahwa, Al-Fatihah merupakan salahsatu
dari beribu-ribu ayat Al-Qur’an yang sekaligus menjadi induk dari surat Al-Qur’an
yang mempunyai beribu-ribu kandungan makna yang tersirat di dalamnya.
Surat Al-Fatihah mempunyai kekuatan do’a maha dahsyat yang diyakini
mayoritas umat islam. Terbukti dengan diamalkannya surat Al-Fatihah diberbagai
kesempatan. Walaupun demikian, apabila seorang muslim tidak meyakini
kedahsyatan surat Al-Fatihah akan menjadi biasa-biasa saja atau sama dengan surat-
surat lain. Apabila kita sudah meyakini betapa mulianya ayat tersebut semoga kita
dapat mendapatkan keberkahan dan dapat menambah keimanan kita. Amin.
V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
DAFTAR PUSTTAKA
20 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ( Jakarta : Lentera Hati, 2002)
hlm. 79
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta:Lentera Hati. 2010
Hamka, Tafsir Al-Azhar .Jakarta, Pustaka Panjimas 1982
Haidir ,Abdullah, Pelajaran dan Hikmah yang terdapat dalam tafsir al-fatihah.
Indonesia: kantor kerjasama da’wah, bimbingan dan penyuluhan bagi pendatang, Al-sulay 2004
Nata ,Abudin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al Ayat at tarbawi), Jakarta; Raja
Grafindo Persada, 2002
‘Abdul Ghoffar, M, Tafsir Ibnu katsir.Jakarta: Pustaka imam Asyafi’I, 2003.
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nurr
Semarang,: Pustaka Rizki Putra, 2000.
Quraish Shihab, M. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Jalaludin Al Mahali, Imam, dan Imam Jalaludin Assuyuti , Tarjamah Tafsir Jalalain,
Terj. Mahyudin Syaf dan Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru, 1990.
Qutb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Ter. As’ad Yasin dkk., Jakarta: Gema Insani,
2000
Mustofa, T. dan Samiludin, Tafsirn Al-Jami’ah Sebuah Kajian 6 Tafsir Surat Al-Fatihah
Bandung : pustaka, 1990
Mahmud, Yunus, Tafsir Qur’an Karim.Jakarta: PT Hida Karya agung, 2004.
Mustofa al Maraghi, Ahmad. Terjemah Tafsir al Maraghi, Semarang: PT Karya Toha
Putra, 1992.
http://tarbiyaha11uinujpr.blogspot.com/2012/06/makalah-tafsir-surat-al- fatihah-t-2a.html.
http://duniacemoro.wordpress.com/2012/09/20/tentang-surah-alfatihah.
Belajar-islamic.blogspot.com.