IV-1
BAB IV
PEMODELAN DAN PENGHITUNGAN CADANGAN
ENDAPAN BATUBARA
Data dasar yang akan diinput ke dalam Software Minescape Versi 4.115c
adalah data topografi, rekapitulasi data lubang bor, patahan, dan data hasil analisis
proksimat batubara. Validasi data diberlakukan terhadap rekapitulasi data lubang
bor dan data hasil analisis proksimat batubara. Validasi data dilakukan dengan
Metoda Analisis Statistik Univarian. Rekapitulasi lubang bor dilihat pada
lampiran.
4. 1 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN REKAPITULASI DATA
LUBANG BOR
Tujuan dilakukannya analisis statistik adalah untuk mengetahui parameter-
parameter atau karakteristik populasi endapan dari sampel yang diambil, yaitu dari
lubang bor. Analisis statistik yang dilakukan yaitu statistik univarian untuk
ketebalan seam batubara.
Pada daerah penelitian, berdasarkan tabel rekapitulasi data lubang bor,
terdapat 10 seam batubara seperti terlihat pada Tabel IV.1.
IV-2
Tabel IV.1. Daftar seam batubara Pit 4 KPP-TAJ.
Seam group Seam split Description A A A seam
B BU B Upper SeamBL B Lower SeamB B Seam
C CU C Upper SeamCL C Lower SeamC C Seam
D DU D Upper SeamDL D Lower SeamD D Seam
Selanjutnya analisis statistic univarian dilakukan terhadap 6 seam saja,
hal ini disebabkan pada daerah penelitian seam A cenderung menjari dan tidak
terlalu tebal, sedangkan seam B keberadaannya tidak menerus akibat adanya
washout. Sehingga yang dianggap ekonomis hanya 6 seam saja. Hasil analisis
statistik univarian terhadap data ketebalan seam batubara daerah penelitian tertera
pada Tabel IV.2.
IV-3
Tabel IV.2. Analisis Statistik Univarian Data Ketebalan Seam Batubara
Parameter Analisis Statistik
seam N Maximum Minimum Range Int. Kelas Median Mean Modus STD
CU 23 4.40 0.50 3.90 0.70 3.10 2.71 1.32
CL 23 2.80 0.15 2.65 0.47 0.80 1.04 0.75 0.69
C 9 4.50 1.69 2.81 0.67 3.60 3.40 0.81
DU 1 0.60 0.60 0 0.60 0.60
DL 1 3.10 3.10 0 3.10 3.10
D 16 3.35 0.70 2.65 0.52 2.53 2.37 2.95 0.64
IV-4
Gambar 4.1. Histogram ketebalan batubara seam Cupper
Gambar 4.2. Histogram ketebalan batubara seam Clower
IV-5
Gambar 4.3. Histogram ketebalan batubara seam C
Gambar 4.4. Histogram ketebalan batubara seam D
IV-6
Selanjutnya menurut persyaratan kuantitatif lapisan batubara dan lapisan
pengotor BSN, 1999 (Tabel IV.3.), dapat ditentukan seam batubara yang potensial
untuk dimodelkan untuk selanjutnya dihitung.
Tabel IV.3. Persyaratan kuantitatif ketebalan lapisan batubara dan lapisan pengotor (BSN,1999).
Ketebalan Jenis Batubara
Brown coal Hard coal Minimum lapisan Batubara
(m) ≥1,00 m ≥0,40 m
Maksimum Lapisan pengotor
(m) ≤0,30 m ≤0,30 m
Brown Coal adalah dari rank Gambut/Peat sampai Sub-Bituminous. Hard
Coal adalah rank Bituminous sampai Antrasit.
Pada daerah penelitian, batubaranya digolongkan sebagai rank sub-
bituminous sampai bituminous maka ketebalan minimum batubara yang potensial
untuk dihitung sebagai cadangan adalah 0,4 m dan untuk pemodelannya sendiri
dilakukan terhadap semua seam. Sehingga seam yang akan dimodelkan sebanyak
6 (enam) buah, seperti terlihat pada Tabel IV.4.dan Gambar 4.5.
Tabel IV.4. Daftar seam batubara pemodelan.
Seam group Seam split Description
C CU C Upper SeamCL C Lower SeamC C Seam
D DU D Upper SeamDL D Lower Seam D D Seam
IV-7
Gambar 4.5. Skema pembagian Seam C dan D
4.2 ANALISIS STATISTIK UNIVARIAN DATA ANALISIS PROKSIMAT
BATUBARA
Validasi data analisis proksimat batubara dilakukan untuk menentukan
rank batubara daerah penelitian; di mana berdasarkan klasifikasi rank batubara
ASTM dan DIN akan dapat ditentukan rank batubara daerah penelitian.
Rank batubara menyatakan tahapan yang telah dicapai oleh bahan
organik dalam proses pembatubaraan. Rank batubara bukan suatu besaran yang
dapat diukur, melainkan gabungan beberapa parameter analisis proksimat yang
diukur. Hasil analisis univarian terhadap data analisis proksimat batubara terlihat
pada Tabel IV.5.
C
Cupper
D
Clower
Dupper
Dupper
IV-8
Tabel IV.5. Analisis Statistik Univarian Data Analisis Proksimat Batubara
Parameter Analisis Proksimat
Batubara
Parameter Analisis Statistik Univarian
Xmaks Xmin Mean STD
Total Moisture (TM = %) 5.80 4.60 5.20 0.66
Inherent Moisture (IM = %) adb 3.20 2.80 3.00 0.28
Ash Content (Ash = %) adb 8.20 7.00 7.60 0.84
Volatile Matter (VM = %) adb 47.80 43.10 45.45 2.35
Fixed Carbon (FC = %) adb 43.30 37.40 40.35 3.17
Total Sulphur (TS = %) adb 2.10 0.32 1.21 0.89
Relative Density (RD = ton/m3) 1.35 1.27 1.31 0.04
Caloric value (CV=Kcal/Kg) 7322 6357 6839 517.80
Selanjutnya mengacu pada tabel Klasifikasi Rank Batubara ASTM dan
DIN (terlihat pada Tabel IV.6) dan tabel hasil analisis statistik univarian terhadap
data analisis proksimat di atas, dapat ditentukan rank batubara daerah penelitian.
IV-9
Tabel IV.6.
Klasifikasi Batubara ASTM & DIN (Stach et al, 1975)
IV-10
4.3 SCHEMA
Schema berfungsi untuk mendefenisikan stratigrafi dan parameter-
parameter model yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan model stratigrafi.
Defenisi stratigrafi dan model parameter dalam schema dapat diubah-ubah atau
dapat dibuat dalam berbagai macam rancangan schema yang berbeda-beda.
Suatu schema terdiri dari 9 bagian / form defenisi yang berbeda, pada
penelitian ini pendefinisian schema tidak mengisi semua form, yaitu form limit,
fault, dan survey. Hal ini disebabkan tidak adanya data untuk form tersebut.
Setiap bagian dari form tersebut akan mengatur suatu kumpulan dari parameter
geologi dan model.
4.3.1 Form Model
a. Model Files
Sebagian besar modeling dalam Stratmodel dilakukan dalam tabel
Stratmodel. Pinchouts, surface yang dihasilkan dan interpolasi titik-titik data yang
tidak diketahui ditentukan dalam tabel Stratmodel. Unit-unit stratigrafi yang
didefenisikan untuk modeling disimpan dalam kolom-kolom tabel Stratmodel.
Setiap unit yang dimodel membuat beberapa kolom berdasarkan pada pilihan
model yang dipilih. Jika jumlah dari unit-unit model bertambah maka jumlah
kolom-kolom tabel pun bertambah.
Pilihan model yang dipilih untuk schema menentukan komponen-
komponen unit (roof, floor, thickness dan interburden) yang akan disimpan
sebagai kolom-kolom dalam tabel Stratmodel. Memodel parting dalam model
stratigrafi akan menambah jumlah dari kolom-kolom yang didefenisikan dalam
tabel Stratmodel. Menambahkan suatu trend surface juga akan menambah kolom-
kolom dalam Stratmodel.
Tabel Stratmodel akan memodel stratigrafi yang ditentukan dalam schema
menggunakan data drill hole yang dimasukkan ke dalam tabel dari drill hole
IV-11
object yang disimpan dalam suatu design file. Setiap drill hole yang dimasukkan
ke dalam sebuah tabel Stratmodel dimasukkan dalam sebuah baris terpisah.
• Table file; nama output table file yang harus diisi. Nama berupa nama yang
valid untuk sebuah tabel Minescape. Tabel ini disebut sebagai tabel
Startmodel atau tabel stratigrafi.
• Grid file; nama output grid file yang harus diisi. Nama berupa nama yang
valid untuk sebuah grid Minescape. Grid ini disebut sebagai grid Startmodel
atau grid stratigrafi.
b. Modelling control
Form modeling control ini terdiri atas beberapa option yang berguna untuk
mendefenisikan model yang akan dibuat.
• Topography; nama surface yang akan digunakan sebagai permukaan paling
atas dalam model, yaitu topografi. Tidak akan ada surface atau interval yang
akan dimodel di atas permukaan topo. Topo surface terlebih dahulu dibuat
sebagai grid file maupun triangle file di dalam Minescape. Pada penelitian ini
yang digunakan adalah model topografi dalam bentuk grid file, sebab software
Minescape akan lebih mudah dalam memodel dan menghitung jumlah
overburden dengan data topografi yang teratur. Model Option; bagian ini akan
menentukan surface-surface dan thickness yang akan dimasukkan sebagai
kolom-kolom dalam tabel Stratmodel. Kolom-kolom surface dan thickness
dalam tabel Stratmodel akan menentukan hubungan antara unit-unit yang
dimodel. Digunakan pilihan All dimana pilihan ini akan memodel semua
interval dan surface yang mungkin untuk Stratmodel. Pilihan ini juga dapat
memodel kolom-kolom interburden dengan menggunakan trend surfaces.
• Parting; parting yang dimaksud merupakan material waste yang didefenisikan
di dalam sebuah interval (misalnya dirt bands / lapisan pengotor dalam seam
batubara). Jika parting dipilih maka kode litologi yang berkaitan dengan
interval resources dari parting dalam data drill hole harus dimasukkan.
Parting disimpan sebagai suatu decimal fraction dari ketebalan total suatu
interval. Jika parting tidak dipilih maka keseluruhan ketebalan interval yang
IV-12
diambil dari data drill hole akan dimodel. Lokasi dari parting dengan cara
decimal fraction tidak dapat ditentukan. Namun lokasi parting dapat juga
ditentukan dengan jelas dengan cara mendefenisikan material pengotor
sebagai suatu unit interval sendiri.
Dalam penelitian ini parting tidak dimodel sebab data yang digunakan berupa
data sekunder yang tidak menampilkan data perlapisan batuan dan lapisan
pengotor batubara secara mendetail.
• Interval Weighting; merupakan perbandingan jumlah relatif weighting dalam
memodel interval terhadap surface. Semakin banyak jumlah nilai yang
dimasukkan maka akan semakin besar nilai perbandingan interval terhadap
surface pada saat proses pembuatan model. Pada penelitian ini digunakan nilai
default 100 yang berarti interval mempunyai besar relatif weighting 100 kali
dibandingkan surface. Faktor weighting interval dan burden membantu
penentuan pada saat memecahkan konflik surface / thickness dalam sebuah
model dikarenakan thickness dan interval lebih mudah untuk diukur dalam
data drill hole dibandingkan surface, maka faktor weighting interval dan
burden cenderung ke thickness. Sehingga thickness khususnya unit thickness
akan mendominasi surface pada saat menentukan yang mana prioritas.
• Burden Weighting; digunakan untuk menentukan prioritas dari thickness
interburden dalam hubungannya terhadap surface dan unit thickness dalam
Stratmodel. Interburden thickness mengontrol relativity dari conformable
adjancent unit-unit yang dimodel. Bila burden weighting bertambah maka
interburden thickness akan mulai mempengaruhi struktur dari unit-unit model.
Perlipatan dan bends dalam struktur mulai membentuk perlipatan konsentris
dan bends di semua unit-unit yang didefenisikan dalam model. Burden
weigthing yang tinggi berguna dalam mengatur data yang sedikit dan juga
dapat menyebabkan unit-unit yang dimodel menutupi conformable. Dalam
penelitian ini digunakan nilai default burden weigthing yaitu sebesar 5.
IV-13
4.3.2 Form Default
a. Interpolation Defaults
Pada penelitian ini intepolar yang digunakan adalah:
• Thickness : interpolar Planar dengan power / order 0, dan search radius :
1000 m
• Surface : interpolar Height, dengan power / order 1, dan search radius:
1000 m
• Trend : interpolar Planar, dengan power / order 0 dan search radius :
1000 m
Jenis interpolar yang dipilih merupakan interpolar yang dianjurkan dalam
software Minescape. Nilai power / order juga merupakan nilai yang dianjurkan.
Nilai ini jika semakin besar maka pengaruh dari jarak akan semakin kecil. Pada
penelitian ini digunakan nilai power / order yang sekecil mungkin agar pengaruh
dari jarak semakin besar. Hal ini berakibat pada data yang berjarak lebih kecil
mendapat bobot yang lebih besar. Pengaruh jarak ini juga akan memberikan efek
pengelompokan data dan munculnya efek jarak dan ruang.
b. Defaults
Merupakan form yang menentukan bagaimana pemodelan dilakukan.
Apabila terdapat masalah dalam hal ketebalan interval maupun surface maka akan
dipecahkan berdasarkan priorotas yang didefenisikan.
• Extrapolation Distance; merupakan nilai yang akan menentukan sampai
sejauh mana data akan diekstrapolasi dari data terakhir yang ada. Data yang
dimodel akan dipotong pada jarak ekstrapolasi. Pada penelitian ini nilai yang
digunakan 250, hal ini disesuaikan dengan batasan untuk sumberdaya
measured.
• Maximum Interval Thickness; merupakan nilai maksimum dari ketebalan
interval yang dimodel. Pada penelitian nilai ini tidak ditentukan sehingga
besanya nilai thickness interval akan disesuaikan dengan data lubang bor.
IV-14
• Minimum Interval Thickness; identik dengan sebelumnya dan nilai ini juga
tidak ditentukan.
• Maximum Parting Thickness; merupakan maksimum nilai ketebalan parting
yang dapat dimodel. Identik dengan interval di atas dan pada penelitian
parting tidak dimodel.
• Minimum Parting Thickness ; identik dengan sebelumnya.
4.3.3 Form Lithology
Merupakan kode-kode untuk menyatakan interval yang akan dimodel.
Baik overburden maupun batubara dapat diberi kode litologinya. Pada penelitian
ini dengan data yang ada maka yang diberi kode litologi hanya seam batubara
saja.
4.3.4 Form Elements
Elemental unit merupakan unsur dasar dari suatu model stratigrafi yang
dapat berupa interval (seam tunggal maupun seam splitting) dan surface (trend
surface, batas pelapukan, dsb. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Name; merupakan nama dari elemental unit yang didefenisikan dalam drill
hole.
• Type; surface untuk unit weathering dan interval untuk unit seam.
• Relationship; conformable untuk weathering maupun seam. Conformable
didefenisikan sebagai bentuk susunan lapisan selaras yang mempunyai
kesamaan struktur umum. Hal ini sesuai dengan sifat perlapisan batubara yang
selaras dan berlapis-lapis pada Multi Seam Deposit. Unit yang dimodel secara
comformable akan mengacu pada data yang ada, tetapi pada daerah dimana
hanya ada sedikit atau tidak ada data sama sekali untuk unit tersebut maka
struktur unit tersebut akan dimodel mengikuti kecederungan (trend) struktur
dari unit di sekitarnya. Antara unit bagian atas dan bagian bawah akan
IV-15
dipisahkan oleh interburden. Unit-unit yang conformable mungkin saling
bersentuhan (interburden tidak ada), tetapi tidak mungkin saling berpotongan.
• Unit Relationship; diisi jika bentuk model endapan merupakan gabungan dari
unit conformable dan non conformable atau transgressive (misalnya jika
memodel lapisan batubara dan interburden yang tidak menerus).
• Continuity; Untuk seam / interval diisi pinched yang berarti bila data tidak ada
maka model lapisan akan dipotong membentuk endapan lensa.
4.3.5 Form Compound
Compound unit didefenisikan untuk membuat model parent seam yang
terdiri dari gabungan unit bagian atas dan bagian bawah. Unit bagian atas dan
bagian bawah dapat berupa elemental unit maupun compound unit yang telah
didefenisikan sebelumnya. Pada penelitian form ini diisi sebab seam didefenisikan
sebagai Compound unit dan elemental unit.
4.3.6 Form Conformable
Conformable sequences merupakan suatu paket stratigrafi yang terdiri dari
unit-unit yang mempunyai kemiripan karakteristik secara stratigrafi dan struktural.
Bagian paling atas dari conformable sequences adalah surfaces berupa topografi.
seam batubara (Coal) dengan trend mengikuti surface lapisan floor seam CU.
4.4 VERIFIKASI DATA DAN VALIDASI MODEL
Verifikasi data dan dilakukan untuk mengantisipasi error yang dihasilkan
oleh model, sehingga dapat dihasilkanperhitungan cadangan yang akurat. Setelah
verifikasi data selanjutnya dilakukan validasi model.
IV-16
Validasi model dilakukan secara statistik yang dibandingkan terhadap
statistic data lubang bor, serta validasi model secara grafis. Tabel IV.7. dan Tabel
IV.8. menunjukkan validasi model secara statistic, sedangkan validasi model
secara grafis terlihat pada Gambar 4.6.
Tabel IV.7. Analisis statistic drill holes Software Minescape 4.115C
Tabel IV.8. Analisis statistic model Software Minescape 4.115C
DRILL HOLE STATISTICS
INTERVAL NUMBER AVERAGE
MINIMUM MAXIMUM S.D. VALUE VALUE
CU 23 2.714 0.5 4.4 1.327 CL 23 1.049 0.15 2.8 0.694 DU 1 0.6 0.6 0.6 ‐ DL 1 3.1 3.1 3.1 ‐ C 9 3.27 1.69 4.1 0.756 D 16 2.366 0.7 3.35 0.829
STRATIGRAPHIC MODEL STATISTICS
INTERVAL NUMBER AVERAGE MINIMUM MAXIMUM S.D. CU 120 2.606 0.375 4.377 1.117 CL 116 1.217 0.21 3.043 0.663 DU 11 0.369 0.161 0.708 0.192 DL 13 2.596 1.515 3.216 0.471 C 2 2.463 2.447 2.48 0.023 D 38 1.845 0.306 3.045 0.937
IV-17
Gambar 4.6. Validasi model secara grafis.
IV-18
4.5 PEMODELAN ENDAPAN BATUBARA
Pemodelan endapan batubara bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran
lapisan batubara, baik geometri secara umum, letak/posisi lapisan, kedalaman,
kemiringan, serta penyebaran dari tanah penutup.
Konstruksi model endapan batubara direpresentasikan dalam bentuk peta-
peta, yang dilakukan dengan menggunakan Software Minescape. Data-data dasar
yang dperlukan berupa data topografi dan data lubang bor. Dari data-data tersebut
dapat dibuat data turunan untuk perhitungan cadangan yaitu peta kontur struktur
atap/roof dan lantai/floor batubara. Peta-peta hasil pemodelan dapat dilihat pada
lampiran.
IV-19
4.5.1 Penampang Model
Gambar 4.7. Penampang Model
4.6 PERHITUNGAN SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA
DENGAN SOFTWARE MINESCAPE 4.115C
4.6.1 Perhitungan Sumberdaya
Perhitungan sumberdaya dilakukan dengan metode poligon, dimana
lingkaran dibuat dari titik informasi terluar (dalam hal ini adalah data sebaran titik
bor). Untuk jarak daerah pengaruhnya mengacu pada klasifikasi BSN, 1999 yang
mana daerah penelitian merupakan daerah dengan kondisi geologi moderat
(Formasi Tanjung). Metode ini diberlakukan karena kemiringan batubara yang
IV-20
akan dihitung < 30° sehingga tidak perlu ada proyeksi ke topografi. Daerah radius
sumberdaya tersebut kemudian akan dibatasi oleh garis outcrop.
Sumberdaya terukur : radius ≤ 250 m
Sumberdaya terindikasi : radius 250-500 m
Sumberdaya tereka : radius 500-1000 m
Pada Software Minescape 4.115C hanya bisa memodelkan daerah yang
dibatasi oleh topografi, dalam hal ini sumberdaya yang dapat dihitung hanya
sumber daya terukur. Berdasarkan persyaratan di atas diperoleh hasil sumber daya
terukur : areal 137.41 ha; tonase batubara 6.220.319 ton.
4.6.2 Perhitungan Cadangan
Untuk perhitungan cadangan dilakukan dengan membagi areal pit
potensial menjadi blok-blok tambang. Dalam kasus ini ukuran blok dibuat 150 x
75. Ukuran ini disesuaikan dengan ukuran Long term Design yang dipakai oleh
perusahaan. Blok-blok tambang ini akan menghasilkan jumlah cadangan batubara,
overburden, dan kualitas. Dalam perhitungan cadangan batubara dengan Software
Minescape 4.115c sudut lereng yang digunakan 570 sesuai dengan keadaan aktual
di lapangan. Perhitungan cadangan batubara dilakukan dengan recovery 100% dan
ketebalan minimum 0.4 m.
Hasil perhitungan cadangan pada Seam group C memperoleh hasil sebagai
berikut:
Jumlah batubara = 1.926.537 ton (recovery 100%)
Jumlah overburden = 13.228.150 bcm
SR = 6,8 Bcm/ton
Apabila perhitungan cadangan dilakukan pada seam group C dan D akan
memperoleh hasil sebagai berikut:
Jumlah batubara = 2.230.083 ton (recovery 100%)
Jumlah overburden = 16.961.740 bcm
SR = 7,6 Bcm/ton
IV-21
Gambar 4.8. Peta Pembagian Blok Perhitungan Cadangan.
IV-22
4.7 PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE PENAMPANG
Perhitungan cadangan batubara dengan menggunakan metode penampang
vertikal dapat menggambarkan kondisi endapan, tanah penutup (overburden) pada
tiap penampangnya. Pada penelitian ini perhitungan dengan metode penampang
hanya dilakukan pada Seam Group C sebagai komparasi dari hasil perhitungan
cadangan menggunakan software Minescape 4.115C. volume dilakukan dengan
menggunakan rumus mean area yaitu:
( )
2
2S + 1S LV =
Gambar 4.9. Peta Penampang Vertikal
S1, S2 = luas penampang endapan
L = jarak antar penampang
V = volume cadangan
IV-23
Gambar 4.10. Tipikal Penampang dan Geometri Lereng
Dalam perhitungan cadangan menggunakan penampang ini, jarak antar
penampang sebesar 50 m dan diasumsikan sudut lereng pit sebesar 570, berat jenis
batubara 1,3 ton/m3, serta tidak memasukkan losses dan zona pelapukan.
Perhitungan dilakukan pada pit yang sudah dihasilkan pada software Minescape
4.115c. dari masing-masing penampang akan diperoleh luas batubara dan
overburden, selanjutnya dilakukan perhitungan sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
Jumlah batubara = 1.925.512 ton (recovery 100%)
Jumlah overburden = 13.048.685 bcm
SR = 6,7 Bcm/ton