Download - TA - BAB I
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak dan pertambahan penduduk yang sangat pesat. Kebutuhan akan
tempat tinggal dan fasilitas umum, seperti taman, rumah, apartemen, jembatan,
rumah sakit, sekolah, gedung perkantoran, dan sebagainya sangat dibutuhkan.
Dengan demikian, peranan perusahaan negeri maupun swasta yang bergerak
dalam bidang pembangunan atau konstruksi fisik sangat diperlukan.
Dalam sebuah proyek konstruksi, perencanaan akan aktivitas – aktivitas dalam
menjalankan proyek sangat penting. Tanpa perencanaan yang matang, sebuah
proyek tidak dapat berjalan dengan baik. Perencanaan ini diperlukan untuk
mencegah atau mengurangi hambatan – hambatan yang biasa terjadi dan dapat
mengganggu pelaksanaan proyek bahkan dapat menghentikan proyek secara
keseluruhan. Hambatan – hambatan yang biasa terjadi selama pelaksanaan proyek
adalah pembengkakan dana, keterlambatan, kecelakaan, kurangnya sumber daya,
dan sebagainya.
Bagi pemilik proyek, dalam tugas akhir ini yang diambil sebagai acuan adalah PT.
Jakarta Intiland dengan proyek pembangunan gedung kantor pusat Ramayana,
pasti menginginkan penggunaan biaya, sumber daya, dan waktu secara optimal
dalam membangun proyek tersebut. PT. Jakarta Intiland pasti tidak ingin terjadi
pemborosan biaya, baik dalam penggunaan tenaga kerja maupun bahan baku yang
disebabkan perencanaan yang kurang matang.
Ketepatan waktu penyelesaian dalam proyek ini menjadi aspek penting yang harus
dijaga perusahaan kontraktor, dalam hal ini adalah PT. Total Bangun Persada.
Keterlambatan sangat tidak diharapkan dalam sebuah proyek, karena
keterlambatan akan menimbulkan pembengkakan biaya yang akan berujung pada
ketidakpuasan klien. Untuk menjaga agar proyek dapat berjalan dengan baik dan
1
meminimalisir hambatan – hambatan yang dapat terjadi, dibutuhkan perencanaan
pelaksanaan konstruksi sebelum berjalannya proyek konstruksi.
Dalam tugas akhir ini, penulis akan membuat perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi untuk proyek gedung kantor pusat Ramayana. Diharapkan dengan
selesainya tugas akhir ini, penulis dapat memahami untuk membuat metode
pelaksanaan, penjadwalan, pengestimasian biaya, dan pengalokasian sumber daya
manusia dalam suatu proyek.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah yang akan dibahas
pada Tugas Akhir ini. Perumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menyusun perencanaan pelaksanaan untuk proyek gedung
kantor pusat Ramayana, dimulai dari metode pelaksanaan, penjadwalan,
biaya, dan manajemen sumber daya manusia?
2. Faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam membuat perencanaan
pelaksanaan konstruksi tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah tersusunnya dokumen perencanaan pelaksanaan
yang terdiri dari:
1. Metode pelaksanaan konstruksi untuk proyek Gedung Kantor Pusat
Ramayana;
2. Penjadwalan konstruksi proyek Gedung Kantor Pusat Ramayana, dengan
durasi yang dirancang penulis berbeda dengan durasi yang dirancang oleh
kontraktor;
3. Estimasi biaya untuk proyek Gedung Kantor Pusat Ramayana;
4. Alokasi sumber daya untuk proyek Gedung Kantor Pusat Ramayana.
1.4 Lingkup Kajian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
2
1. Metode konstruksi yang dirancang adalah metode pelaksanaan untuk pekerjaan
– pekerjaan utama pada proses kontsruksi. Pekerjaan utama yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
- pekerjaan persiapan dan bongkaran,
- pekerjaan galian dan tanah,
- pekerjaan pondasi,
- pekerjaan beton,
- pekerjaan struktur baja,
- pekerjaan finishing dan arsitektural, dan
- pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
Pada tugas akhir ini metode konstruksi dibatasi hanya pekerjaan struktur atas
dan struktur bawah saja. Pekerjaan finishing, arsitektural, mekanikal dan
elektrikal tidak dibahas didalam metode konstruksi pada Tugas Akhir ini.
2. Penjadwalan yang dirancang merupakan penjadwalan untuk rangkaian
pekerjaan struktur pada konstruksi, dimulai dari pekerjaan persiapan hingga
pekerjaan struktur baja, dengan menggunakan metode PDM.
3. Pembiayaan yang dimaksud dalam tugas akhir ini merupakan estimasi
pembiayaan selama proyek berlangsung.
4. Manajemen sumber daya pada tugas akhir ini adalah sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan struktur.
1.5 Metode Penelitian
Permasalahan yang ingin dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana
menyusun perencanaan pelaksanaan pada sebuah proyek, mulai dari metode
pelaksanaan, penjadwalan, manajemen biaya, dan manajemen kualitas. Untuk itu
dibutuhkan informasi-informasi yang terkait dengan perencanaan pelaksanaan
pada sebuah proyek. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan
observasi langsung pada proyek pembangunan gedung kantor pusat Ramayana
dan dengan meminta data tertulis mengenai spesifikasi bangunan, data kontrak,
kurva-S, bill of quantities, dan gambar perencanaan yang sudah ada sebelumnya.
3
Tahap-tahap tugas akhir perencanaan pelaksanaan konstruksi Gedung Kantor
Pusat Ramayana adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, dilakukan pengumpulan data primer dan
data sekunder. Data sekunder merupakan data – data dari proyek
konstruksi Gedung Kantor Pusat Ramayana, yang akan digunakan
untuk menjawab rumusan masalah dari tugas akhir. Data tersebut
adalah data yang didapat melalu wawancara serta pengamatan
langsung pada proyek gedung kantor pusat Ramayana.
Data sekunder merupakan data – data yang sudah tersedia dan tinggal
dicari serta dikumpulkan. Data sekunder digunakan untuk mendukung
pengolahan data primer. Data ini diperoleh secara tidak langsung,
melalui media perantara, diantaranya adalah text book, jurnal, data
spesifikasi bangunan, data kontrak, kurva-S, gambar teknik, bill of
quantities, dan peraturan – peraturan yang berkaitan dengan
perencanaan dan pelaksanaan proyek.
2. Tahap Pengolahan Data
Data - data yang sudah didapat, digunakan untuk menyusun
perencanaan pelaksanaan konstruksi Gedung Kantor Pusat Ramayana,
dimulai dari perencanaan metode pelaksanaan konstruksi,
penjadwalan, manajemen biaya, hingga quality control. Untuk
memudahkan tahap pengolahan data, terlebih dahulu diidentifikasi
tahapan pengerjaan keempat aspek perencanaan pelaksanaan tersebut.
- Tahap Perencanaan Metode Konstruksi
Metode pelaksanaan konstruksi didapat dengan breakdown
pekerjaan dari bill of quantity, lalu didapat diagram alur
pekerjaan (logic sequence). Diagram alur pekerjaan ini akan
merincikan pekerjaan – pekerjaan utama yang dilakukan pada
proyek ini. Pekerjaan - pekerjaan utama tersebut diantaranya
adalah:
A. Pekerjaan persiapan
4
Persiapan yang dimaksud adalah perencanaa site plan, access
road jika dibutuhkan, dan sebagainya.
B. Pekerjaan struktur bawah
Pada konstruksi gedung, pekerjaan struktur bawah umumnya
terdiri dari dewatering, pondasi dalam¸ basement, dan ground
beam.
C. Pekerjaan struktur atas
Pekerjaan struktur atas terdiri dari pekerjaan kolom, balok,
dan slab; pekerjaan shearwall atau corewall.
D. Pekerjaan finishing
Yang termasuk pekerjaan finishing adalah pemasangan bata,
plesteran dinding, lantai, dan plafon.
- Tahap Perencanaan Penjadwalan
Logic secuence dari pekerjaan – pekerjaan yang akan dilakukan
pada proyek yang didapat pada tahap perencanaan metode
konstruksi digunakan sebagai acuan dalam pembuatan durasi
pekerjaan. Pekerjaan – pekerjaan tersebut dimulai dari
pembongkaran, persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur,
hingga pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Durasi yang sudah ada
akan digunakan untuk membuat CPM dan penjadwalan dengan
Microsoft Project, lalu dilakukan pengeplotan pada Kurva-S.
- Tahap Estimasi Biaya
Estimasi biaya dilakukan untuk tiap pekerjaan dengan
memperhitungkan material dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, selanjutnya anggaran
pun dapat dirumuskan. Durasi yang sudah didapat pada tahap
perencanaan penjadwalan digunakan untuk perhitungan
kebutuhan tenaga kerja. Hasil dari perhitungan tenaga kerja ini
akan digunakan untuk mengestimasi biaya tenaga kerja. Untuk
5
estimasi biaya material dihitung berdasarkan data kebutuhan
material pada volume pekerjaan dan harga satuan material.
3. Tahap Pembahasan dan Penarikan Kesimpulan
Setelah data-data diolah, dilakukan pembahasan dari hasil pengolahan
tersebut. Pembahasan pada tugas akhir ini berupa perencanaan
pelaksanaan dari proyek gedung kantor pusat Ramayana. Hasil dari
pembahasan adalah kesimpulan yang menjawab tujuan.
1.6 Sistematika Pembahasan Tugas Akhir
Rencana susunan dan isi dari tugas akhir yang akan dikerjakan adalah sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan kajian tugas
akhir, manfaat dan keutamaan tugas akhir, ruang lingkup pembahasan
tugas akhir, metoda kajian tugas akhir, serta sistematika pembahasan tugas
akhir.
BAB II Kajian Teoritis Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Gedung
Bab ini berisikan hasil studi dari beberapa literatur yang berkaitan dengan
metode konstruksi, penjadwalan, dan pembiayaan. Hasil studi ini berupa
teori-teori yang dijadikan landasan berpikir dan bertindak selama
pengerjaan riset.
BAB III Pengambilan Data Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi
Gedung
Bab ini berisikan tentang metode pengambilan data serta data-data yang
diperoleh selama penelitian berlangsung.
BAB IV Pengolahan Data Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi
Gedung
6
Bab ini berisikan tentang proses analisis data yang diperoleh selama riset.
BAB V Penyajian dan Interpretasi Hasil Pengolahan Data
Bab ini berisikan tentang hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya.
BAB VI Simpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang menjawab rumusan masalah
dari riset yang telah dilakukan dan dicantumkan pada bab-bab
sebelumnya, serta saran untuk penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Proyek Konstruksi
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada
titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi
organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi
dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang
persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana
untuk menjadikan / mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun
waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tertentu (bangunan / konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan
mutu tertentu (Ahuja, 1994).
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk
mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.
Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada
tugas tertentu dalam proyek. (Budi Santoso, 2003).
2.3 Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi
Tahap perencanaan konstruksi merupakan tahap mendasar dalam sebuah proyek
konstruksi. Hal ini menjadi dasar dalam manajemen dan pelaksanaan suatu
proyek. Tahap perencanaan konstruksi melibatkan pemilihan teknologi,
mendefinisikan rangkaian pekerjaan, perkiraan sumber daya yang dibutuhkan
serta durasi penyelesaian masing-masing kegiatan, dan identifikasi hubungan
antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.
8
2.4 Work Breakdown Structure (WBS)
Work break down structure membagi proyek menjadi berbagai macam satuan
pekerjaan yang dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan pengendalian terhadap hal
tersebut. Secara garis besar work breakdown structure menggunakan konsep:
untuk mengerjakan proyek konstruksi, diperlukan pengontrolan dalam tiap bagian
pekerjaan. Secara umum WBS membagi proyek menjadi lima level,yaitu :
a. Sub Project Level
Pada Sub Project, proyek dibagi menjadi pekerjaan dengan volume besar
yang saling independent. Sebagai contoh pada proyek perumahan, untuk
tiap tipe rumah, jenis rumah yang digunakan adalah bagian dari sub
project level.
b. Work Package level
Work Package mengandung paket pekerjaan yang dapat
terukur,teridentifikasi,dapat dihitung biaya dan dapat dikontrol. Pada
master plan proyek, tiap Work Package berkaitan dengan tingkat performa
pekerjaan sehingga kualitas pelaksanaan tiap Work Package menjadi hal
yang patut diperhatikan. Contoh dari Work Package adalah Proyek
Perumahan, tipe rumah yang dikerjakan dapat dibagi menjadi empat work
package, base-raft-plint wall-ground floor slab.
c. Activity Level
Work package asih dapat dibagi mejadi berbagai tingkat pekerjaan yang
lebih kecil dan teridentifikasi. Untuk dapat membagi Work Package
menjadi Activity level, diperlukan pengetahuan mengenai metode kerja dan
pengalaman dalam implementasi metode kerja tersebut. Activity level
sudah berbicara mengenai penggunaan sumber daya dan waktu/durasi.
d. Operation Level
Tiap Activity level akan memiliki berbagai macam operasi pekerjaan.
Operasi pekerjaan mengandung bagian dari pekerjaan utama dari Activity.
Secara umum, operasi pekerjaan telah memiliki sumber daya fixed yang
ditetapkan pada suatu pekerjaan tertentu. Operasi pekerjaan biasanya
9
dimulai dengan Activitas, namun tidak menutup kemungkinan operasi
pekerjaan mengalami overlap dengan operasi pekerjaan lain.
Proyek konstruksi lebih tepat dikontrol menggunakan Work Packages dan
direncanakan untuk pekerjaan berbasis harian dengan operasi pekerjaan yang
termonitor dari Activity level. Proses penggunaan WBS, pembagian pekerjaan
konstruksi, akan terus dilakukan hingga level aktivitas yang diinginkan terpenuhi.
2.5 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Metode konstruksi merupakan gambaran bagaimana cara melaksanakan suatu
pekerjaan (Asiyanto, 2006). Menurut Agung Hartoyo (2010), dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul di lapangan akibat kondisi lapangan yang tidak
sesuai dengan dugaan sebelumnya.Untuk itu, perencanaan metode pelaksanaan
akan sangat membantu dalam menyelesaikan proyek konstruksi tersebut.
Selain tergantung dengan kondisi lapangan, penerapan metode pelaksanaan
konstruksi juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. Berbeda dengan
bangunan lain, proyek gedung bertingkat memiliki karakteristik spesifik,
khusunya dalam teknologi pelaksanaan. Beberapa hal spesifik tersebut adalah:
1. Urutan Pekerjaan
Pada proses konstruksi, tiap bagian pekerjaan sangat terkait dengan bagian
pekerjaan lainnya. Jika pengurutan pekerjaan ini tidakdilakukan dengan
baik, makadapat timbul berbagai masalah pada tahap pelaksanaan yang
mengakibatkan tidak tercapainya sasaran efisiensi dan efektivitas.
2. Jenis Pekerjaan
Banyak jenis kegiatan serta beragam material yang digunakan pada proyek
konstruksi gedung. Untuk merinci hal-hal tersebut dengan lengkap,
diperlukan suatu bagan yang mencakup seluruh kegiatan dan pekerjaan
yang diperlukan. Bagan tersebut disebut dengan work breakdown
structures (WBS).
3. Kegiatan Pengangkutan Vertikal
10
Tidak seperti bangunan lain, pembangunan gedung bertingkat tidak bisa
lepas dari kegiatan pengangkutan vertikal, baik pengangkutan material
maupun tenaga kerja. Agar efektif dan efisien, pemilihan peralatan
pengangkut harus tepat sesuai dengan kebutuhan.
4. Keselamatan Kerja
Kegiatan konstruksi bangunan gedung bertingkat termasuk pekerjaan yang
rawan kecelakaan, baik disebabkan oleh manusia, alat, material, maupun
desain dan metode yang tidak aman. Oleh karena itu safety plan
dibutuhkan utuk menghindari kecelakaan kerja dan juga untuk menjaga
keamanan bangunan selama proses pelaksanaan.
5. Keterbatasan Lokasi
Gedung bertingkat umumnya dibangun di daerah perkotaan dengan lahan
terbatas, hal ini juga membatasi area kerja dan ruang gerak tenaga kerja
maupun peralatan. Untuk menghindarinya, perlu dibuat perencanaan site
(site plan). Perencanaan site plan yang baik dibuat dengan
memperhitungkan nilai ergonomi, efisiensi, dan efektivitas. Dengan site
plan yang baik maka proses pelaksanaan akan lebih lancar.
6. Air Tanah
Pada gedung bertingkat, kondisi air tanah akan sangat berpengaruh pada
proses pelaksanaan, khusunya pada proses konstruksi basement.
2.6 Penjadwalan
Penjadwalan digunakan untuk memprediksi waktu penyelesaian sebuah proyek.
Dalam proyek konstruksi secara umum, metode penjadwalan yang umum
digunakan adalah Bar Charts atau Gantt Chart, Critical Path Method (CPM), dan
Precedence Diagramming Method (PDM).
2.6.1 Bar Charts
Bar charts merupakan kumpulan kegiatan yang termuat pada kolom vertikal
dengan durasi yang direpresentasikan pada skala horizontal. Bar charts
adalah salah satu metode penjadwalan yang sederhana sehingga mudah untuk
dimengerti. Bila digabung dengan metode lain seperti kurva S, bar charts
11
dapat digunakan sebagai pengendalian progress proyek. Akan tetapi, bar
charts memiliki beberapa kekurangan seperti tidak spesifik dalam
menunjukkan hubungan antar kegiatan dan sulit dalam melakukan updating,
karena sama seperti membuat bar chart baru. Penggunaan metode bar charts
kurang cocok untuk proyek berukuran sedang dan besar, terutama yang
bersifat kompleks.
Kurva S merupakan kurva yang terbentuk dari hasil kumulatif satuan
pekerjaan berbanding dengan kumulatif satuan waktu (hari/minggu/bulan).
Fungsi kurva S adalah memberikan gambaran kemajuan pekerjaan terhadap
waktu yang direpresentasikan terhadap bobot biaya.
Langkah – langkah dalam membuat bar charts:
Menentukan kegiatan yang akan dimasukkan ke dalam bar charts
Menentukan perkiraan durasi untuk setiap kegiatan tersebut
Menentukan keterkaitan antar kegiatan
Melakukan plotting dengan bentuk bar pada bar charts
2.6.2 Critical Path Method (CPM)
Critical Path Method (CPM) merupakan Activity on Arrow (AOA) karena
kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua
lingkaran yang mewakili dua peristiwa.
Gambar 6.1 Contoh CPM dalam Activity on Arrow
Terminologi dan rumus – rumus perhitungan CPM dapat dilihat dibawah ini:
Earliest Start Time (ES)
12
Waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai, dengan
memperhatikan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan
pengerjaan.
Latest Start Time (LS)
Waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa
penundaan keseluruhan proyek.
Earliest Finish Time (EF)
Waktu paling awal kegiatan dapad diselesaikan, atau sama dengan ES +
waktu kegiatan yang diharapkan.
Latest Finish Time (LF)
Waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa
penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan
LS + waktu kegiatan yang diharapkan.
Untuk mendapatkan jalur kritis, terlebih dahulu dilakukan perhitungan
Forward Pass dan Backward Pass.
Forward Pass
Mulai dari kegiatan paling awal sampai paling akhir, dirumuskan :
EF = ES + D atau EF(i-j) = ES(i-j) + D(i-j),
dengan D adalah durasi kegiatan.
Backward Pass
Mulai dari waktu terakhir penyelesaian proyek, dirumuskan :
LS = LF – D atau LS(i-j) = LF(i-j) - D(i-j)
Total Float
Menunjukkan jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan
ditunda, tanpa memengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Total float dirumuskan dengan :
TF = LF – EF = LS – ES
TF = L(j) – E(i) – D(i-j)
Jalur Kritis
13
Menunjukkan urutan kegiatan yang mempunyai jumlah waktu
penyelesaian terlama dan jumlah waktu tersebut merupakan waktu proyek
tercepat. Jalur kritis memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0
Pada kegiatan terakhir : LF = EF
Total Float (TF) = 0
Dalam penjadwalan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah
menghitung durasi kegiatan. Pada umumnya, perhitungan durasi kegiatan
menggunakan rumus sebagai berikut,
D= QK
Dimana :
D : Durasi yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan (dalam
hari/minggu/bulan)
Q : Jumlah kuantitas pekerjaan yang harus diselesaikan (dalam
m/m2/m3/kg/buah)
K : Kapasitas/kemampuan menyelesaikan pekerjaan per satuan waktu
(dalam m3/hari)
Kuantitas pekerjaan dan durasi dari waktu yang telah ditentukan dapat dilihat
pada gambar kerja yang ada. Oleh karena itu, kapasitas kerja atau
produktivitas kerja merupakan hal yang wajib untuk dimaksimalkan. Untuk
menyesuaikan produktivitas dapat dengan hal berikut:
Menggunakan sumber daya besar
Menambah jumlah sumber daya bila kapasitas kerja tidak terpenuhi
2.6.3 Precedence Diagramming Method (CPM)
Aktivitas pada metode Precedence Diagramming Method (PDM) ditampilkan
dalam node yang berbentuk kotak. Oleh karena itu, metode PDM disebut juga
14
dengan Activity on Node. Pada gambar 6.2 menunjukkan beberapa contoh
notasi penulisan node pada metode PDM.
Gambar 6.2 Contoh notasi PDM
2.6.3.1 Lead dan Lag
Lead dan Lag merupakan istilah – istilah yang digunakan dalam PDM.
Positive lag (disebut lag saja) digunakan bilamana suatu kegiatan
berikutnya (succeeding activities) dapat dimulai setelah waktu lag habis.
Berikut adalah gambar contoh positive lag:
Gambar 6.3 Contoh positive lag
Negative lag (disebut lead) digunakan bilamana suatu kegiatan
berikutnya (succeeding activities) dapat dimulai sebelum kegiatan yang
mendahuluinya (preceding activities) selesai. Berikut adalah gambar
contoh negative lag:
Gambar 6.4 Contoh negative lag
15
Logika ketergantungan (logical relationship) PDM:
Finish to Start (FS)
Kegiatan yang mengikuti (succeeding activities) hanya dapat
dimulai jika kegiatan yang mendahului (preceding activities) telah
selesai. Contoh dari finish to start dapat di lihat pada gambar 6.3
dan gambar 6.4.
Start to Start (SS)
Menjelaskan hubungan antara dua kegiatan yang dapat dimulai
secara bersamaan. Berikut adalah contoh start to start:
Gambar 6.5 Contoh SS dengan positive lag dan zero lag
Finish to Finish (FF)
Menunjukkan hubungan penyelesaian antara dua kegiatan. Berikut
adalah contoh dari finish to finish:
Gambar 6.6 Contoh FF dengan positive lag dan zero lag
Start to Finish (SF)
16
Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan
mulainya kegiatan terdahulu. Sebagian porsi dari kegiatan
terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang
dimaksud boleh diselesaikan. Berikut adalah gambar contoh
logical relationship dari SF:
Gambar 6.7 Contoh SF logical relationship
2.6.3.2 Forward dan Backward Pass
Untuk melengkapi data yang tercantum di dalam suatu jaringan kerja,
diperlukan metode yang disebut forward dan backward pass. Forward
pass digunakan untuk melengkapi earliest activity, sedangkan backward
pass digunakan untuk melengkapi latest activity. Earliest activity
merupakan kapan suatu kegiatan paling cepat dapat dimulai atau
diselesaikan. Pada gambar 6.2, earliest activity diwakilkan dengan
simbol ES (Early Start) dan EF (Early Finish). Sebaliknya, latest activity
merupakan kapan suatu kegiatan paling lambat dapat dimulai atau
diselesaikan. Pada gambar 6.2, latest activity diwakilkan dengan simbol
LS (Latest Start) dan LF (Latest Finish).
Forward pass dimulai dari kegiatan paling awal dan selanjutnya
digunakan untuk menentukan ES dan EF dari kegiatan berikutnya. Bila
ada lebih dari satu kegiatan bergabung, maka digunakan angka ES yang
17
terbesar dari kegiatan - kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 6.8 Contoh forward pass
Notasi (i) merupakan kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j)
merupakan kegiatan yang sedang ditinjau
Waktu awal dianggap nol
Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j)
adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan
terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain yang bersangkutan
ES(j) = pilih angka terbesar dari
ES(i) + SS(i-j) atau
ES(i) + SF(i-j) – D(j) atau
EF(i) + FS(i-j) atau
EF(i) + FF(i-j) – D(j)
Waktu selesai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau EF(j)
EF(j) = ES(j) + D(j)
Backward pass dimulai dari kegiatan yang paling akhir. Selanjutnya
kegiatan tersebut yang menentukan LS dan LF dari kegiatan yang
mendahuluinya. Bila ada lebih dari satu kegiatan bergabung, makan
digunakan angka LF yang paling kecil dari kegiata – kegiatan tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
18
Gambar 6.9 Contoh backward pass
Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya
LF(i) adalah waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
ditinjau yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan
LF ditambah konstrain yang bersangkutan
LF(i) = pilih angka terkecil dari
LF(j) – FF(i-j) atau
LS(j) – FS(i-j) atau
LF(j) – SF(i-j) + D(i) atau
LS(j) – SS(i-j) + D(j)
Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS(i)
LS(i) = LF(i) – D(i)
2.6.3.3 Durasi Proyek dan Jalur Kritis
Untuk dapat mengetahui durasi proyek secara keseluruhan, harus
diketahui terlebih dahulu jalur kritis proyek. Jalur kritis proyek adalah
rantai kegiatan yang memiliki waktu penyelsaian terpanjang dan
menentukan waktu tercepat dimana proyek tersebut dapat diselesaikan
(Hira N. Ahuja, dkk, 1994).
Jalur kritis juga dapat ditentukan melalui diagram penjadwalan, baik
CPM maupun PDM. Kegiatan yang berada pada jalur kritis adalah
kegiatan yang memiliki ketiga ciri berikut:
1. Waktu earliest start sama dengan latest start. (ES = LS)
2. Waktu earliest finish juga harus sama dengan latest finish. (EF = LF)
19
3. Memiliki total float sama dengan nol atau dengan kata lain selisih
antara latest finish dan earliest finis sama dengan durasi kegiatan
tersebut.
(LF – ES = D)
Total float pada PDM adalah:
Total Float (TF) = LS – ES
Free Float (FF) :
untuk konstrain FS atau SS, FF = (ES of succeeding activity) – (EF
of the constraint)
untuk konstrain SF atau FF, FF = (EF of succeeding activity) – (EF
of the constraint)
2.7 Estimasi Biaya
Estimasi biaya adalah perkiraan kebutuhan biaya untuk menyelesaikan suatu
kegiatan atau pekerjaan berdasarkan faktor – faktor yang memengaruhi pekerjaan
tersebut. Berikut adalah faktor – faktor yang memengaruhi estimasi biaya proyek
konstruksi :
Keadaan proyek;
Rencana kontrak;
Penjadwalan konstruksi;
Metode konstruksi yang digunakan;
Produktivitas tenaga kerja;
Metode estimasi biaya.
Estimasi biaya merupakan hal yang mendasar dalam sebuah proyek. Dapat
dikatakan mendasar karena kegunaan estimasi biaya menyentuh beberapa pihak,
yaitu:
Pemilik atau owner
Kegunaan estimasi biaya bagi pemilik adalah untuk memelajari kelayakan
proyek, kelanjutan investasi, mendapatkan nilai ekonomis dari proyek dan
kebutuhan untuk menetapkan arus kas.
20
Perencana
Estimasi biaya memengaruhi pelaksanaan desain terhadap investasi
proyek. Pemilihan material, penetapan besar atau kecilnya nilai proyek
yang berada dalam batas anggaran pemilik, dan menetapkan alternatif
terbaik untuk penghematan biaya bagi pemilik merupakan hal yang
penting bagi perencana.
Kontraktor
Estimasi biaya menentukan besarnya nilai tender dan mendapatkan
keuntungan potensial untuk bisa menyelesaikan proyek sesuai dengan
harapan.
Pada sebuah proyek konstruksi, estimasi biaya memiliki komponen – komponen
yang harus diperhitungkan. Komponen – komponen tersebut adalah :
Biaya langsung
Biaya langsung terdiri dari pekerja, alat, material, dan sub-kontrak.
Biaya tak langsung
Biaya tak langsung terdiri dari pajak, kondisi umum, resiko (kemungkinan
yang dapat terjadi dan keuntungan), overhead
2.7.1 Langkah – Langkah Estimasi Biaya
Berikut adalah langkah – langkah dalam membuat estimasi biaya :
Rincikan proyek sampai sub – elemen proyek yang membutuhkan biaya
(cost center). Biaya yang dibutuhkan terkait dengan penggunaan sumber
daya material, alat, tenaga kerja, dan sebagainya, baik yang berbentuk
fisik maupun non-fisik. Biasanya perincian ini menggunakan metoda
WBS (Work Breakdown Structure).
Estimasi kuantitas untuk setiap cost center. Untuk yang berbentuk fisik
dapat dihitung menggunakan quantity take-off (QTO), untuk non-fisik
dapat dihitung dengan menggunakan parameter yang cocok, seperti
resiko dengan persentase jaminan, dan lain – lain.
21
Kuantitas yang sudah dihitung kemudian diberi hargasesuai dengan data
yang diperoleh, misalnya dari data historis, supplier, katalog, dan
sebagainya.
Jika dibutuhkan data produktivitas, maka lakukan analisa sumber daya.
Hitung harga total untuk setiap cost center dengan mengalikan kuantitas
dengan harga satuannya.
Untuk lebih jelasnya, prosedur dalam pengestimasian biaya yang biasa
dilakukan di Indonesia dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 6.2 Prosedur Estimasi Biaya Detail yang Biasa Dilakukan di Indonesia
2.7.2 Quantity Take-Off (QTO)
QTO adalah perhitungan kuantitas pekerjaan yang ditetapkan dalam suatu
unit satuan. Dalam membuat QTO, gambar desain dan spesifikasi menjadi
acuan, akan tetapi terkadang harus dilakukan perincian terhadap gambar
desain dan spesifikasi dengan menggunakan shop drawing. Perhitungan QTO
dilakukan dalam suatu kertas kerja yang didokumentasikan untuk validasi dan
verifikasi ulang jika diperlukan.
22
2.7.3 Analisis Harga Satuan (AHS)
Analisis harga satuan atau AHS diperlukan untuk menghitung biaya
pelakasanaan proyek. Biaya pelaksanaan proyek ini merupakan total biaya
dari gabungan biaya tenaga kerja, biaya bahan, biaya peralatan, dan biaya
lainnya, dengan menggunakan harga satuan (unit price). Unit yang digunakan
sesuai dengan pekerjaannya, misalkan pekerjaan beton, harga satuannya
adalah Rp./m3.
23
BAB III
DATA KONSTRUKSI PROYEK
3.1 Objek Pengamatan
Pembangunan gedung kantor pusat Ramayana menjadi objek pengamatan pada
Tugas Akhir ini. Gedung kantor pusat Ramayana dibangun di belakang gedung
kantor pusat Ramayana yang lama, tepatnya di Jalan Wahid Hasyim 220A.
Gedung ini direncanakan selesai pada bulan Maret 2013. Pada awalnya gedung ini
direncanakan untuk 8 lantai, akan tetapi terjadi perubahan menjadi 12 lantai yang
akan selesai pada Februari 2014. Tugas akhir ini berdasarkan rencana awal
pembangunan gedung yaitu 8 lantai.
Berikut adalah ringkasan umum mengenai Proyek Gedung Kantor Pusat
Ramayana :
Nama Proyek : Head Office Ramayana Pusat
Pemilik Proyek : PT. Jakarta Intiland
Konsultan Perencana : PT. Kurniadi Rekajasa
Kontraktor : PT. Total Bangun Persada
Nilai Kontrak : RP 71.055.600.000,00 (termasuk PPN 10%)
Pada saat pengambilan data dan pengamatan lapangan, proyek sudah pada tahap
finishing untuk desain 12 lantai. Akan tetapi, hal ini tidak memengaruhi penulis
dalam menjadikan proyek ini menjadi bahan tugas akhir, karena penyusunan tugas
akhir ini lebih berfokus pada aspek perencanaan.
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tugas akhir ini dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli, tanpa melalui perantara. Data primer dapat berupa
opini subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
objek, dan hasil pengujian. Metode yang dipakai penulis untuk mendapatkan data
primer pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
24
A. Wawancara pihak pelaksana
Pihak pelaksana dari proyek gedung kantor pusat Ramayana adalah PT Total
Bangun Persada. Wawancara yang dilakukan berdasar pada pertanyaan
mengenai langkah – langkah perencanaan pelaksanaan proyek gedung kantor
pusat Ramayana.
B. Pengamatan lokasi gedung
Pengamatan lokasi gedung memberikan gambaran tentang bagaimana proyek
gedung tersebut menjalani proses konstruksi. Hal ini diperlukan agar
pembuatan perencaan pelaksanaan berjalan lebih mudah dalam mendesain
urutan pekerjaan.
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh penulis secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Data
sekunder yang akan digunakan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Bill of Quantity (BOQ)
BOQ berisikan volume pekerjaan dan estimasi biaya pekerjaan. BOQ akan
digunakan sebagai acuan dalam menentukan volume pekerjaan serta harga
satuan pekerjaan.
Dokumen spesifikasi
Dokumen spesifikasi digunakan sebagai referensi syarat – syarat spesifikasi
sumber daya, material, dan lain sebagainya yang digunakan selama proyek
tersebut berjalan.
Kurva – S proyek
Kurva – S proyek digunakan sebagai acuan dalam menentukan durasi
pekerjaan dan penjadwalan dari proyek tersebut.
25
3.3 Gambaran Umum Objek Penelitian
3.3.1 Latar Belakang Proyek
Pusat perbelanjaan Ramayana merupakan anak perusahaan dari PT. Jakarta
Intiland selaku owner dari proyek pada tugas akhir ini. Gedung kantor pusat
Ramayana sudah dibangun pada tahun 2000, akan tetapi seiring berjalannya
waktu, kebutuhan penggunaan gedung semakin besar sehingga ruang kantor,
gudang, serta area parkir yang tak lagi mampu menangani kebutuhan saat ini.
Oleh karena itu, PT. Ramayana Lestari Sentosa memerlukan kantor pusat
yang lebih besar agar kinerjanya dapat dipertahankan. Solusi yang diputuskan
untuk dilaksanakan adalah membangun gedung baru tepat di bagian belakang
gedung kantor yang lama. PT. Ramayana Lestari Sentosa telah memiliki
lahan di belakang gedung lama, dahulu digunakan sebagai tempat parkir.
Kondisi ini jelas menjadi jalan keluar terbaik yang ada. Selain itu terdapat
keuntungan lain dari pembangunan gedung baru ini. Jalan Wahid Hasyim
yang merupakan jalan utama keluar-masuk gedung kantor pusat Ramayana
yang lama, akan tetapi jalan ini sangat padat hampir sepanjang hari, karena
letaknya yang dekat dengan Pusat Grosir Tanah Abang. Dibangunnya gedung
baru ini memungkinkan terbuka akses baru bagi kantor yaitu melalui Jalan
Kampung Bali.
Gedung baru terletak tepat dibelakang gedung lama serta dirancang memiliki
2 basement dan 8 lantai. Untuk menyelesaikan permasalahan akan kurangnya
kapasitas gedung lama maka gedung baru diperuntukan untuk kantor (4
lantai), gudang (4 lantai), serta parkir (2 lantai basement + 1 lantai dasar).
Akses gedung lama dan baru menggunakan tangga penghubung yang dimulai
dari lantai 2 sampai lantai 6. Gedung baru dapat diakses melalui gedung lama
serta terdapat akses baru dimuka gedung yang mengarah ke Jalan Kampung
Bali. Dengan dibangunnya gedung baru ini diharapkan permasalahan
kapasitas, dan juga kemacetan kantor lama PT. Ramayana Lestari Sentosa
dapat tersolusikan.
26
3.3.2 Lokasi Proyek
Kantor Pusat Ramayana terletak di Jln. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Selatan
gedung ini berbatasan langsung dengan gedung kantor lama Ramayana. Utara
gedung ini berbatasan dengan Jalan Kampung Bali, Tanah Abang. Bagian
Barat dan Timur dari gedung berbatasan langsung dengan perumahan warga
dan SMPN 273.
Untuk menuju lokasi proyek terdapat dua akses jalan yang utama adalah Jn
Wahid Hasyim melalui bangunan eksisting atau Jalan Kampung Bali di
bagian belakang gedung. Akses jalan ini cukup susah diakses oleh kendaraan
proyek karena merupakan titik macet pada jam kerja dan kondisi jalan yang
kecil karena berada pada daerah perumahan.
Gambar 3.1 Lokasi Proyek Gedung Kantor Pusat Ramayana (Tampilan Google
Earth, 2010)
3.3.3 Informasi Dasar Proyek Gedung Kantor Pusat Ramayana
Nama Proyek : Head Office Ramayana Pusat
Pemilik Proyek : PT Jakarta Intiland
Konsultan Perencana : PT Kurniadi Rekajasa
Kontraktor : PT Total Bangun Persada
Nilai Kontrak : RP 71.055.600.000,00 (termasuk PPN 10%)
Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan pondasi tiang pancang
Pekerjaan Struktur
27
Arsitektur / finishing
Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing
Pekerjaan halaman atau eksternal
Waktu Pelaksanaan : 16 bulan
Lokasi Proyek : Jalan Wahid Hasyim 220A
Luas Bangunan : 23.070,50 m2
3.4 Penyajian Data
Perencanaan pelaksanaan pada tugas akhir ini meliputi struktur bawah (pondasi)
dan struktur atas. Data volume pekerjaan dan spesifikasi teknis didapat melalui
permintaan langsung kepada kontraktor dan konsultan perencana pada proyek
Gedung Kantor Pusat Rayamana. Data harga satuan dan upah pekerja didapat dari
Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan, Konstruksi dan Interior tahun 2013.
Berikut adalah penyajian data volume, harga satuan, dan upah pekerja:
3.4.1 Data Volume Pekerjaan Struktur
Tabel 3. 1 Volume Pekerjaan Pasangan Per LantaiNo.
Uraian Pekerjaan Volume Sat
I PEKERJAAN PONDASI BORE PILEKedalaman 30 m
1 Boring dia 60 cm 3600 m2 Boring dia 80 cm 2640 m3 Boring dia 90 cm 1920 m4 Beton bore pile K. 300 4108.11 m35 Besi beton 314396.25 kg6 Upah pengecoran 4108.11 m37 Upah pembesian, handling 314396.25 kg8 Persiapan + Administrasi 1 ls9 Mob & demob alat 1 ls
10 PDA test 3 ttk11 Buang lumpur bekas boring 4108.11 m312 Potong kepala tiang 272 ttk
II PEKERJAAN DPT BORE PILEKedalaman 15 m
1 Boring dia 80 cm 3690 m2 Beton K. 300 2257.13 m33 Besi beton 170152.5 kg4 Upah pengecoran 2257.13 m3
28
5 Upah pembesian, handling 170152.5 kg6 Persiapan + Administrasi 1 ls7 Mob & demob alat 1 ls8 Buang lumpur bekas boring 2257.13 m39 Potong kepala tiang 246 ttk
10 Caping beam 60x40 cm K300 48.3 m3Bekisting 160.8 m2Pembesian 8180 kg
III PEKERJAAN TANAH & PASIR
1 Galian tanah 32574.52 m32 Urugan tanah kermbali 1958 m33 Buangan tanah bekas galian 28491.7 m34 Pasir urug teb. 10 cm 404.91 m35 Lantai kerja teb. 5 cm 202.46 m36 Bobokan aspal & paving existing 3078 m2
IV PEKERJAAN BETON BERTULANG ( MUTU BETON K. 350 )a. Lantai Basement 21 Pile cap 1195.55 m3
bekisting 1320.41 m2pembesian 139944 kg
2 Tie beam 443.7 m3bekisting 2366.43 m2pembesian 146422.58 kg
3 Slab teb. 30 cm 1047.58 m3bekisting 147.84 m2pembesian 80879.4 kg
4 Dinding lift pit teb. 20 cm 5.81 m3bekisting 63.84 m2pembesian 957.6 kg
5 Retaining wall teb. 25 cm 196.04 m3bekisting 1659.96 m2pembesian 40362 kg
6 Tangga 8.82 m3bekisting 77.05 m2pembesian 1617 kg
7 Kolom lift 3.4 m3bekisting 56.92 m2pembesian 909.5 kg
8 Kolom 133.25 m3bekisting 822.83 m2pembesian 45471.56 kg
9Ground Water Tank ( 132 M2 TG. 2 M ) = ± 235 m3 1
unit
Galian tanah 353.43 m3Beton K. 225 108.31 m3Bekisting 262.65 m2Besi 16245.9 kg
29
Waterproofing coating 402.44 m2Keramik 402.44 m2Man hole 2 bh
10Sewage Treatment Plant ( 67 M2 TG. 2 M ) = ± 120 m3 1
unit
Galian tanah 169.79 m3Beton K. 225 56.13 m3Bekisting 204.44 m2Besi 8419.95 kgWaterproofing coating 257.9 m2Man hole 2 bh
11 Sumpit uk. 1x1x0,5 m 5unit
b. Lantai Basement 11 Kolom 133.25 m3
bekisting 807.45 m2pembesian 34978.13 kg
2 Kolom lift 3.36 m3bekisting 56.92 m2pembesian 882 kg
3 Balok lantai 294.91 m3bekisting 1814.47 m2pembesian 72126.9 kg
4 Plat lantai teb. 15 cm 513.67 m3bekisting 3423.83 m2pembesian 43511.04 kg
5 Ramp teb. 17 cm 23.93 m3bekisting 147.84 m2pembesian 3293.95 kg
6 Retaining wall teb. 25 cm 196.04 m3bekisting 1613.85 m2pembesian 41130.8 kg
7 Tangga 8.82 m3bekisting 77.05 m2pembesian 1617 kg
c. Lantai Dasar1 Kolom 115.8 m3
bekisting 598.08 m2pembesian 24318 kg
2 Kolom lift 9.83 m3bekisting 172.59 m2pembesian 2580.38 kg
3 Balok lantai 307.47 m3bekisting 1923.46 m2pembesian 75197.2 kg
4 Plat lantai teb. 17 cm 582.01 m3bekisting 3423.83 m2pembesian 77031 kg
30
5 Ramp teb. 17 cm 24.86 m3bekisting 150.57 m2pembesian 3289.95 kg
6 Tangga 9.45 m3bekisting 82.8 m2pembesian 1732.5 kg
d. Lantai 21 Kolom 108 m3
bekisting 536.34 m2pembesian 23166 kg
2 Kolom lift 9.83 m3bekisting 172.59 m2pembesian 2580.38 kg
3 Balok lantai 110.31 m3bekisting 758.87 m2pembesian 27540.43 kg
4 Plat lantai teb. 13 cm 210.53 m3bekisting 1618.74 m2pembesian 20062.08 kg
5 Lisplank 12x100 cm 22.37 m3bekisting 371.7 m2pembesian 3983.1 kg
6 Tangga 9.45 m3bekisting 82.8 m2pembesian 1732.5 kg
e. Lantai tiga s/d lantai delapan = 6 lantai1 Kolom 341.43 m3
bekisting 2232.41 m2pembesian 77077.82 kg
2 Kolom lift 58.98 m3bekisting 1035.42 m2pembesian 15482.25 kg
3 Balok lantai 1048.89 m3bekisting 6915.48 m2pembesian 256529.02 kg
4 Plat lantai teb. 13 cm 1607.54 m3bekisting 12365.52 m2pembesian 153189.14 kg
5 Lisplank 12x100 cm 127.58 m3bekisting 2126.25 m2pembesian 22720.5 kg
6 Tangga 56.7 m3bekisting 496.8 m2pembesian 10395 kg
f. Lantai R. mesin & dak atap1 Kolom 30x30 cm 6.05 m3
31
Jenis Pekerjaan Sat Harga Satuan
Beton K-350 m3 882,899.67Rp Beton K-300 m3 846,455.23Rp Beton K-225 m3 873,537.92Rp Pembesian Kg 18,007.50Rp Bekisting Pondasi m2 152,837.50Rp Bekisting Sloof m2 171,337.50Rp Bekisting Kolom m2 289,381.25Rp Bekisting Balok m2 300,481.25Rp Bekisting Pelat m2 321,381.25Rp Bekisting Dinding m2 278,881.25Rp Bekisting Tangga m2 252,156.25Rp Lantai Kerja m3 660,508.02Rp Pasir Urug m3 333,000.00Rp
bekisting 84.67 m2pembesian 1429.31 kg
2 Kolom lift 9.83 m3bekisting 169.37 m2pembesian 2580.38 kg
3 Balok lantai 176.68 m3bekisting 1164.53 m2pembesian 42310.49 kg
4 Plat lantai teb. 13 cm 271.97 m3bekisting 2092.22 m2pembesian 25917.41 kg
5 Lisplank 12x100 cm 21.26 m3bekisting 354.38 m2pembesian 3786.75 kg
6 Balok lantai atap R. mesin 34.16 m3bekisting 248.95 m2pembesian 8529.31 kg
7 Plat lantai teb. 13 cm R. mesin 72.11 m3bekisting 549.78 m2pembesian 6872.04 kg
8 Lisplank 12x100 cm atap R. mesin 20.66 m3bekisting 344.4 m2pembesian 3680.16 kg
3.4.2 Data Material dan Upah Pekerja
Data material dan upah pekerja berdasarkan Jurnal Harga Satuan Bahan
Bangunan, Konstruksi, dan Interior edisi XXXII tahun 2013.
Tabel 3. 2 Harga Satuan Pekerjaan
32
Pekerja hari/8jam 93,351.00Rp Tukang Gali hari/8jam 109,960.00Rp Tukang Batu hari/8jam 109,960.00Rp Tukang Kayu hari/8jam 109,960.00Rp Tukang Besi hari/8jam 109,960.00Rp Kepala Tukang hari/8jam 126,598.00Rp Mandor hari/8jam 143,221.00Rp Operator Alat Besar hari/8jam 143,221.00Rp
Tenaga Kerja Sat Harga Upah
Tabel 3. 2 Harga Upah Tenaga Per Hari
33
BAB IV
PENGOLAHAN DATA PERENCANAAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI GEDUNG KANTOR PUSAT RAMAYANA
4.1 Perencanaan Metode Pelaksanaan Konstruksi Gedung Kantor Pusat
Ramayana
Dalam merancang metode pelaksanaan konstruksi, pekerjaan konstruksi gedung
ini dibagi menjadi tujuh pekerjaan besar, yaitu:
1. pekerjaan persiapan dan bongkaran,
2. pekerjaan galian dan tanah,
3. pekerjaan bor pile,
4. pekerjaan beton cast in-situ,
5. pekerjaan struktur baja,
6. pekerjaan finishing dan arsitektural, dan
7. pekerjaan mekanikal elektrikal.
Namun metode pelaksanaan yang direncanakan hanya untuk pekerjaan persiapan
hingga pekerjaan struktur atas. Dengan menggunakan breakdown pekerjaan dari
bill of quantity, dibuat bagan alur pekerjaan (logic sequence) sebagai berikut:
34
35
4.1.1 Pekerjaan Persiapan
Rangkaian pekerjaan persiapan dilakukan pada tahap awal proyek untuk
menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Pekerjaan persiapan
pada proyek gedung kantor pusat Ramayana meliputi:
A. Pekerjaan Pembongkaran dan Pembersihan Lahan
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan lahan direncanakan tidak
merusak keutuhan dari struktur bangunan existing dengan memasang pagar
senga pada sekitar site. Pada umumnya, seluruh daerah tapak bangunan
harus dalam kondisi siap pada saat akan dibangun. Sampah dan atau
material lainnya yang berada di dalam daerah yang akan dikerjakan harus
disingkirkan dan dikeluarkan dari lokasi proyek.
B. Pekerjaan Pengukuran
Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang sesuai dengan gambar
rencana, diperlukan pedoman-pedoman pengukuran. Pada pekerjaan
pengukuran, pekerjaan yang dilakukan adalah:
1. Pembuatan pedoman titik koordinat dan elevasi.
Titik koordinat dan titik elevasi pada proyek konstruksi ini
ditentukan dengan alat – alat ukur mekanis jenis theodolit dan
waterpass dan dikerjakan oleh ahli ukur yang berpengalaman.
2. Pembuatan papan dasar pelaksanaan ( bouwplank ).
Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan harus
dibuat dari kayu jenis kering dengan tebal 2 cm dengan tiang
dari kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 – 10 cm dengan jarak 2
meter, satu dengan yang lainnya. Pada papan dasar pelaksanaan
harus dibuat tanda – tanda yang menyatakan as – as dan atau
level dengan warna yang jelas dan tidak mudah hilang.
C. Pekerjaan Mobilisasi
36
Pekerjaan mobilisasi meliputi mobilisasi tenaga kerja, peralatan, dan
material yang diperlukan pada proses konstruksi. Semua peralatan dan
material dimobilisasikan melalui jalan Wahyid Hasim. Pekerjaan mobilisasi
alat berat dilakukan pada pukul 05.00 atau malam hari diatas pukul 20.00
untuk menghindari waktu sibuk.
D. Pekerjaan Fasilitas Lapangan
Air dan listrik kerja diperlukan selama proses konstruksi. Air yang
digunakan adalah air bersih, berasal dari PAM. Listrik kerjadiperlukan
untuk pelaksanaan konstruksi dan penerangan pada malam hari. Sumber
listrik yang digunakan adalah PLN. Generator set akan digunakan apabila
sumber listrik PLN tidak memenuhi. Fasilitas lapangan dibuat dari tiang
kaso dan dinding papan susun, beberapa fasilitas lapangan penunjang
kegiatan konstruksi adalah:
Kantor Konsultan Pengawas (Direksi Keet)
Kantor Pelaksana/Kontraktor
Kamar mandi/MCK dan WC untuk pekerja dan pengawas
Mushola dan tempat wudhu
Gudang material, pos keamanan, tempat kerja, dan sebagainya
4.1.2 Pekerjaan bore pile.
Tiang bor dibuat dari beton bertulang, jenis tiang pondasi ini memiliki daya
dukung yang lebih tinggi dari pondasi tiang pancang. Pada proyek ini, dipilih
pondasi menggunakan tiang bor karena beberapa alasan yang mendukung,
yaitu:
Lokasi proyek berada di lingkungan yang padat, pekerjaan bored pile
tidak akan terlalu gaduh (dibandingkan dengan pelaksanaan pondasi
tiang pancang).
Mobilisasi lebih mudah.
Tidak menimbulkan getaran yang mengganggu struktur di sekitarnya.
Pekerjaan tiang bor dilakukan di 578 titik dengan rincian sebagai berikut:
120 titik ukuran Ø 600 mm, kedalaman bor 30 meter. Menggunakan
37
beton K-350, serta tulangan BJ-40 dan BJ-24.
88 titik ukuran Ø 800 mm, kedalaman bor 30 meter. Menggunakan
beton K-350, serta tulangan BJ-40 dan BJ-24.
64 titik ukuran Ø 900 mm, kedalaman bor 30 meter. Menggunakan
beton K-350, serta tulangan BJ-40 dan BJ-24.
246 titik ukuran Ø 800 mm, kedalaman bor 15 meter. Menggunakan
beton K-350, serta tulangan BJ-40 dan BJ-24. Bore pile ini akan
digunakan untuk sheet pile yang berfungsi sebagai penahan tanah.
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan bor pile diantaranya:
Auger diameter 600mm dan 1000mm.
Crawler crane Kobelco CKE800.
Pipa tremi & bucket pembersih lubang bor.
Pelaksanaan bore pile terdiri dari pekerjaan pengeboran, instalasi tulangan,
dan pengecoran. Penjelasan mengenai setiap pekerjaan pada pelaksanaan
bore pile adalah sebagai berikut:
A. Pengeboran
Berdasarkan syarat pada dokumen RKS, pengeboran dilakukan dengan
sistem rotary (continuous flying auger) yang ditambatkan pada crawler
crane. Crane yang digunakan adalah crawler mounted crane Kobelco
CKE800.
Gambar 4.2 Pengeboran dengan Auger
Setelah di bor, lubang tersebut dipasang casing. Pasangan ini jugaa
menggunakan crane untuk membantu mengangkat dan memposisikan
38
casing. Setelah casing terpasang, mata bor diganti menjadi bucket, bucket
digunakan untuk membersihkan lubang bor dari tanah bekas-bekas
pengeboran.
B. Instalasi Tulangan
Setelah casing terpasang dan lubang sudah bersih, penulangan dapat
dilakukan. Untuk bore pile dengan kedalaman seperti pada proyek ini,
penulangan dilakukan dengan bantuan crane.
C. Pengecoran
Pasang pipa tremi hingga ke dasar lubang, pasang corong di muka casing,
dan beton siap dialirkan dari mixer. Pipa tremi ini berfungsi untuk
mengalirkan beton langsung ke dasar lubang tanpa tercampur dengan air
dan lumpur. Casing diangkat seiring dengan proses pengaliran beton.
Kualitas beton yang dipakai pada bore pile adalah K-300.
Pada tahap ini tidak perlu dilakukan dewatering, karena berat jenis beton
yang dimasukkan ke lubang lebih besar dari berat jenis air dan lumpur,
maka lumpur dan air akan terdesak ke atas permukaan. Untuk itu,
ketinggian pengecoran dilebihkan sekitar 30 cm, angka tersebut
diasumsikan sebagai kedalaman beton yang tercampur dengan air dan
lumpur, sisa 30 cm tersebut akan dipotong dan dibuang.
D. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dari bor pile dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
Dilakukan uji tekan beton sebanyak satu set untuk satu tiang bor. Satu
set terdiri dari empat silinder, 1 sampel diuji setelah 7 hari, 2 sampel
diuji setelah 28 hari, dan sisanya disimpan untuk pengujian cadangan.
Dilakukan pengecekan slump dari beton ready mix yang tiba di
lapangan.
Dilakukan PDA test.
Dilakukan percobaan beban tiang bor pada tiang bor yang dianggap
berkualitas paling buruk dari yang sudah jadi.
39
4.1.3 Pekerjaan Tanah dan Galian
Dokumen yang berhubungan dengan pekerjaaan ini adalah dokumen
ketentuan umum dan persyaratan umum, gambar rencana, dan dokumen
penyelidikan tanah. Pekerjaan tanah dan galian di proyek ini melingkupi:
penggalian dan pengurugan untuk bangunan dan struktur (cut and fill),
persiapan dan grading subgrade, subbase, dan base course untuk jalan
orang, perkerasan, dan jalan kerja.
Galian terdalam yang dilakukan pada proyek ini adalah sedalam 8 meter
untuk 2 lantai basement. Pada kedalaman ini, dibutuhkan metode khusus
untuk menjaga stabilitas tanah galian . Metode konstruksi untuk menjaga
stabilitas tanah adalah dengan memasang sheet pile disekeliling lahan
konstruksi. Jenis sheet pile yang digunakan pada proyek ini adalah coutigueus
bored pile wall, yaitu pemasangan pile secara saling bertempel sepanjang
lahan galian. Metoda pelaksanaan coutigueus bored pile wall serupa dengan
pelaksanaan pondasi bored pile.
Setelah pemasangan sheet pile ini selesai, penggalian mulai dilakukan. Pada
kedalaman ini, air tanah cukup menggaggu proses penggalian, sehingga perlu
dilakukan proses dewatering. Untuk mengatasi permasalahan air tanah, akan
dilakukan dewatering dengan metode boring. Pada pelaksanaannya,
disiapkan 5 titik sumur bor pada daerah galian lalu dilakukan pemasangan
pompa air pada tiap titik sumur, kemudian air pada sumur dipompa dan
dialirkan pada sampit atau saluran pembuangan akhir. Metode ini perlu
dilaksanakan sebagai jaminan agar permukaan air pada daerah galian turun
dan lantai kerja dalam keadaan kering sehingga konstruksi dapat
dilaksanakan.
Apabila terjadi rembesan air pada dinding basement, dilakukan grouting,
yaitu penyuntikan semen pada dinding basement yang mengeluarkan
rembesan air.
40
Alat yang digunakan pada pekerjaan galian adalah:
Excavator Komatsu PC130, dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Spesifikasi Komatsu PC130(sumber: http://www.komatsu.com/ce/products/crawler_excavators)
Flywheel Horsepower68.4kW
91.7HP
Operating Weight 12380kgBucket Capacity 0.6m3Max Digging 6m3
Dumptruck 3,5 ton dengan spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 4. 2 Spesifikasi Dumptruck 3,5 TonUraian Simbol Koefisien Satuan
Kapasitas Bak V 3.5 ton
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.83
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 20 Km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 30 Km/jam
Dengan bantuan kedua peralatan tersebut, direncanakan metode pelaksanaan
pekerjaan tanah dan galian sebagai berikut:
1. Gali lokasi kerja. Penggalian ini dilakukan menggunakan bantuan alat
excavator backhoe Komatsu PC130 dan langsung ditempatkan di
dumptruck 3,5 ton. Dumptruck ditempatkan sedemikian rupa dari
excavator agar tercapai sudut swing optimum (45 sampai 90 derajat).
2. Untuk pekerjaan urugan, tanah yang digunakan adalah tanah borrow.
Tanah tersebut disimpan di site dan tertutup dari air hujan. Pemadatan
saat urugan dilakukan menggunakan excavator, untuk grading
dilakukan dengan alat stamper.
4.1.4 Pekerjaan Beton Ready Mix
Dokumen yang berhubungan dengan pekerjaaan ini adalah dokumen
spesifikasi teknis. Pekerjaan beton pada proyek ini dilaksanakan dengan cara
ready mix. Seluruh kegiatan struktur mulai dari lantai basement 2 sampai
41
lantai dak dan ruang mesin menggunakan kualitas beton K-350, kecuali pada
pengerjaan Ground Water Tank dan Sewage Treatment Plant, menggunakan
kualitas beton K-225. Tahap pelaksanaan pekerjaan beton dimulai dari
pemasangan bekisting, pembesian, pengecoran beton, Finishing, dan
perawatan. Berikut adalah penjelasan mengenai tahap – tahap pelaksanaan
pekerjaan beton:
A. Pemasangan Bekisting
1. Susun bekisting dengan ukuran, bentuk, as, dan dimensi untuk
menghasilkan alinemen, lokasi, kemiringan, dan level yang akurat.
Bahan yang digunakan untuk bekisting adalah plywood dan kayu,
dengan tebal minimum 12 mm.
2. Untuk balok, dipasang scaffolding sepanjang balok sebagai penahan
bekisting balok, kaki scaffolding disambung dengan jack base dan
dilandasi papan atau balok.
Untuk kolom, dipasang penyangga vertikal pada bekisting untuk
memberikan kekuatan tambahan dan mencegah lendutan akibat
beban overload atau getaran. Untu kolom, penyangga tersebut
terbuat dari kayu.
3. Buat lubang sementara pada bekisting untuk keperluan pembersihan
bekisting dan untuk inspeksi jika bagian dalam bekisting tidak dapat
dicapai sebelum dan selama pengecoran. Sangga dan tutup lubang
tersebut untuk menghindari kebocoran pasta beton ketika
pengecoran.
4. Untuk persiapan pengecoran, bekisting dibersihkan dan
dikencangkan baut serta bracingnya.
5. Sebelum dilakukan pengecoran, permukaan bagian dalam bekisting
dilapisi dengan mould oil terlebih dahulu.
B. Pekerjaan Pembesian
1. Pemasangan besi harus sesuai dengan yang tertera pada gambar
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi diseluruh bagian
42
struktru tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar, dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas tulangan.
3. Cara pembesian tidak boleh mengakibatkan terjadinya jarak tulangan
terlalu rapat sehingga menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar atau vibrator.
4. Penyusunan tulangan :
Balok : tulangan sengkang harus seluruhnya diikatkan pada
tulangan longitudinal dengan menggunakan kawat besi
Pelat : tulangan boleh diikatkan berselang – seling. Gunakan
tulangan tetap terjaga dengan baik waktu pengecoran
Semua struktur : jarak antara acuan dan tulangan harus tetap
terjaga sesuai gambar, besi tulangan harus terpasang dengan
kokoh sehingga tidak terjadi pergerakan atau pergeseran pada
saat pengecoran.
C. Pengecoran Beton
1. Selama pelaksanaan harus dilakukan pengujian slump dengan syarat
slump minimum 5 cm dan slump maksimum 12 cm, serta dibuat
benda – benda uji berbentuk kubus atau silinder beton. Pengambilan
benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan. Pengambilan benda uji sebagai berikut :
Kolom : 1 benda uji setiap kolom penyangga lantai
Balok/pelat lisplank : 1 benda uji setiap maksimum 3 m3
Pile cap, tie beam, pelat : 1 benda uji setiap maksimum 3m3
Tangga : 1 benda uji setiap unit tangga
2. Beton diangkut dari mixer ke bekisting sesegera mungkin dengan
cara yang mencegah segregasi. Untuk menjaga kualitas beton dan
mengalirkan beton ke level yang lebih tinggi, digunakan concrete
pump.
3. Alirkan beton secara kontinu atau dalam lapisan dalam ketebalan
tertentu sehingga tidak ada beton yang dicor di atas beton yang sudah
mengeras, hal ini dapat menimbulkan bidang perlemahan. Jika tidak
43
dapat dicor secara kontinu, permukaan beton yang sudah mengeras
dilapisi epoxy adhesive terlebih dulu sebelum dialirkan beton lagi
dari mixer.
4. Selama pengecoran berlangsung, harus digunakan vibrator untuk
pemadatan pada seluruh bagian struktur beton.
5. Gunakan admixture yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi lapangan
sesuai dengan persetujuan pengawas.
6. Setelah pengecoran, pembersihan harus dilakukan secara baik dan
teratur, agar pada saat pengecoran beton, puing – puing tidak sampai
tercampur dengan adukan beton.
7. Beksiting dapat dilepas minimal setelah 3 hari pengecoran.
D. Finishing
Finishing dilakukan untuk menjaga nilai arsitektural dan penampilan
dari suatu struktur. Finishing dilakukan dengan cara pemolesan
permukaan beton yang sudah jadi dengan trowel atau kuas halus.
E. Perawatan
Perawatan beton dilakukan sebagai berikut :
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak
terjadi penguapan cepat, dapat dilakukan dengan menggunakan
terpal. Dilakukan pada beton yang sudah berumur 24 jam.
Beton harus dibasahi dengan cara disiram paling sedikit selama 7
hari setelah pengecoran.
4.1.4 Pekerjaan Beton Ready Mix
Pekerjaan baja struktur pada proyek ini meliputi fabrikasi dan ereksi. Pada
pekerjaan ini, diperlukan pekerja ahli pengelasan. Juga dibutuhkan peralatan
berat seperti crane untuk pengangkutan baja dan instalasi baja. Pelaksanaan
pekerjaan baja dimulai dari fabrikasi, pengelasan, sambungan baut, dan
ereksi.
44
A. Fabrikasi
Untuk fabrikasi, pemotongan besi harus dilaksanakan dengan rapid an
dilakukan dengan alat pemotong ( blender ) atau gergaji besi.
Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.
B. Pengelasan
1. Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las
karbit
2. Kawat las yang dipakai harus merk “Kobesteel” atau yang setara.
Ukuran kawat disesuaikan dengan tebal pengelasan.
3. Pengelasan dilakukan dibawah pengawasan tukang las yang
berpengalaman, hal ini dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat
yang masih berlaku.
4. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat,
minyak, karat, dan bekas – bekas potongan api yang kasar
dengan menggunakan “Mechanical Wire Brush” dan untuk
daerah – daerah yang sulit dijangkau dapat digunakan sikat baja.
Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
5. Pengelasan harus dilakukan tanpa menimbulkan distorsi dan
tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang dilas.
Pengelasan pada pertemuan elemen – elemen padat seperti pada
tumpuan harus dilakukan dengan teknik preheating.
6. Pada pekerjaan las dengan banyak lapisan las harus dilakukan
pembersihan terlebih dahulu kerak – kerak las dan percikan –
percikan logam sebelum dilakukan pengelasan berikutnya.
C. Sambungan baut
1. Mutu baut adalah ASTM A325 dengan tegangan tarik putus
minimum 120ksi. (Fy = 825 Mpa)
2. Posisi lubang – lubang baut harus benar – benar tepat dan sesuai
dengan diameter baut.
3. Pembuat lubang baut harus memakai mesin bor. Untuk
45
konstruksi dengan ketebalan kurang dari atau sama dengan 10
mm dapat digunakan mesin pons. Pembuatan lubang baut tidak
diizinkan dengan api.
4. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan
kunci momen torsi yang sudah dikalibrasi
5. Setelah dikencangkan, setidaknya masih ada 4 ulir baut yang
menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada
ulir baut tersebut.
D. Ereksi
1. Bracing dan penyangga sementara lainnya dipasang sebelum dan
selama dilakukan proses ereksi. Penyangga dipasang dengan cara
yang tidak merubah bentuk atau menimbulkan kerusakan pada
baja secara permanen.
2. Ereksi dimulai. Selama ereksi, elemen baja tidak boleh dipotong,
dilas, atau dibor tanpa persetujuan pengawas.
3. Setelah ereksi selesai, penyangga dan pengencang sementara
dilepas
4. Tidak ada pengencangan akhir batas baut dan pengelasan
permanen dilakukan sampai sejumlah elemen baja yang memadai
telah diereksi untuk memungkinkan pekerjaan diluruskan
posisinya, ditempatkan pada levelnya, dan ditegakkan posisinya
sesuai dengan yang ditentukan.
4.2 Perencanaan Penjadwalan Pekerjaan Konstruksi Gedung Kantor Pusat
Ramayana
4.2.1 Logic sequence
Dalam perencanaan penjadwalan pekerjaan, hal yang pertama kali dilakukan
adalah membuat logic sequence dari pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilakukan pada proyek. Logic sequence ini selanjutnya akan digunakan
sebagai acuan dalam menyusun penjadwalan. Pekerjaan tersebut dimulai dari
pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah, dan pekerjaan struktur atas.
46
Rancangan logic sequence terlampir pada Gambar 4.1.
4.2.2 Paket pekerjaan
Untuk perencanaan penjadwalan, pekerjaan-pekerjaan pada konstruksi
gedung kantor pusat Ramayana dibagi menjadi empat paket pekerjaan besar,
yaitu:
1. Pekerjaan Persiapan,
2. Pekerjaan Pondasi,
3. Pekerjaan Galian,
4. Pekerjaan Struktur.
Dari keempat pekerjaan besar tersebut, masing-masingnya akan dipecah
menjadi level yang lebih detail. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
menentukan durasi pengerjaan, serta mempermudah menentukan kebutuhan
material dan sumber daya lainnya. Berikut adalah pemaketan pekerjaan yang
digunakan untuk perencanaan penjadwalan.
I. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan mulai dikerjakan setelah Bongkaran selesai.
A. Pembersihan Lokasi Proyek
B. Pemagaran
C. Pemasangan Bouwplank
D. Pekerjaan Kantor Direksi
E. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Kerja
II. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi dapat dimulai jika setiap pekerjaan pada paket
Pekerjaan Persiapan telah selesai.
1. Pekerjaan pondasi bore pile
Boring
Pengecoran
PDA test
47
2. Pekerjaan bore pile untuk dinding penahan tanah
Boring
Pengecoran
Caping Beam
III. Pekerjaan Galian
Pekerjaan dimulai setelah pekerjaan bore pile untuk dinding
penahan tanah selesai dilaksanakan, agar pada saat penggalian
stabilitas tanah tetap terjaga. Pekerjaan galian terdiri dari:
Galian tanah
Buang tanah bekas galian
Urugan
Pemadatan tanah
Lantai kerja
Pemotongan kepala tiang
IV. Pekerjaan Lantai Basement 2
Pekerjaan struktur lantai basement 2 dimulai setelah paket pekerjaan
galian selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai basement 2
terdiri dari:
Pile cap
Tie beam
Slab
Kolom beton
Pekerjaan Ground Water Tank
Pekerjaan Sewage Treatment Plant
Retaining wall tebal 25 cm
Dinding lift pit tebal 20 cm
Tangga
V. Pekerjaan Lantai Basement 2
Pekerjaan struktur lantai basement dimulai setelah paket pekerjaan
48
basement 2 selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai basement
terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 15 cm
Ramp
Retaining wall tebal 25 cm
Tangga
VI. Pekerjaan Lantai Dasar
Pekerjaan struktur lantai dasar dimulai setelah paket pekerjaan
basement selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai dasar
terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 17 cm
Ramp
Tangga
VII. Pekerjaan Lantai 2
Pekerjaan struktur lantai dasar dimulai setelah paket pekerjaan
basement selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 2 terdiri
dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
VIII. Pekerjaan Lantai 3
Pekerjaan struktur lantai 3 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 2
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 3 terdiri dari:
49
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
IX. Pekerjaan Lantai 4
Pekerjaan struktur lantai 4 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 3
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 4 terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
X. Pekerjaan Lantai 5
Pekerjaan struktur lantai 5 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 4
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 5 terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
XI. Pekerjaan Lantai 6
Pekerjaan struktur lantai 6 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 5
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 6 terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
50
XII. Pekerjaan Lantai 7
Pekerjaan struktur lantai 7 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 6
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 7 terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
XIII. Pekerjaan Lantai 8
Pekerjaan struktur lantai 8 dimulai setelah paket pekerjaan lantai 7
selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai 8 terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
Tangga
XIV. Pekerjaan Lantai Dak dan Ruang Mesin
Pekerjaan struktur lantai dak dan ruang mesin dimulai setelah paket
pekerjaan lantai 8 selesai dilaksanakan. Pekerjaan struktur lantai
dak dan ruang mesin terdiri dari:
Kolom
Balok lantai
Plat lantai tebal 13 cm
Lisplank 12x100 cm
4.2.3 Kebutuhan Pekerja dan Durasi Pekerjaan
Pada pelaksanaan konstruksi, perencanaan akan kebutuhan pekerja dan
alat yang digunakan sangat diperlukan agar tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan sumber daya. Pada Tugas Akhir ini, sebagian besar durasi
51
pekerjaan pada perencanaan penjadwalan ini mengikuti durasi yang
sudah dirancang kontraktor. Durasi ini akan digunakan untuk membuat
PDM dengan Microsoft Project dan menghitung kebutuhan jumlah
pekerja untuk setiap pekerjaan. Beberapa pekerjaan dirancang ulang
durasinya untuk menyesuaikan dengan logic sequence dan manajemen
sumber daya yang dibuat penulis. Hasil dari perhitungan tenaga kerja
dan durasi ini selanjutnya akan digunakan untuk estimasi biaya.
Berikut adalah contoh perhitungan kebutuhan jumlah pekerja dan
durasi pekerjaan :
GALIAN TANAH
Pekerjaan galian terdiri dari galian untuk pondasi, basement, tie beam,
Ground WaterTank, dan Sewage Treatment Plant. Durasi pekerjaan
galian tanah dihitung berdasarkan produktivitas alat berat yang
digunakan, yaitu excavator Komatsu PC 130. Berikut adalah rumus
perhitungan produktivitas alat tersebut.
Produktivitas=V ×60CT
× S× BFF × efisiensi
Dengan V = kapasitas bucket
CT = waktu siklus
S = Faktor koreksi untuk kedalaman dan sudut putar
BFF = Faktor koreksi untuk alat gali
Tabel 4. 3 Waktu Siklus Backhoe Crawler
(sumber: Construction Methods and Management,
1998 dalam Susy Fatena 2008)
Jenis Material Ukuran Alat
<0,76 0,94-1,72 >1,72 m3
52
m3 m3
Kerikil, Pasir, Tanah Organik 0,240 0,300 0,400
Tanah, Lempung Lunak 0,300 0,375 0,500
Buatan, Lempung Keras 0,375 0,462 0,600
Tabel 4. 4 Faktor Koreksi (S) untuk Kedalaman & Sudut Putar(sumber: Construction Methods and Management,
1998 dalam Susy Fatena 2008)
Kedalaman Penggalian SudutPutar(% dari Maks) 45 60 75 90 120 180
30 1,33 1,26 1,21 1,15 1,08 0,9550 1,28 1,21 1,16 1,10 1,03 0,9170 1,16 1,10 1,05 1,00 0,94 0,8390 1,04 1,00 0,95 0,90 0,85 0,75
Tabel 4. 5 Tabel Faktor Koreksi untuk Alat Gali(sumber: Construction Methods and Management,
1998 dalam Susy Fatena 2008)
Material BFF (%)Tanah dan Tanah Organik 80-110Pasir dan Kerikil 90-100Lempung Keras 65-95Lempung Basah 50-90Batuan dengan Peledakan Buruk 40-70Batuan dengan Peledakan Baik 70-90
Tanah yang akan digali pada proyek ini adalah tanah lempung keras
dengan kedalaman maksimal 8 meter. Berdasarkan ketiga tabel di atas
dan tabel Spesifikasi Excavator Komatsu PC130, didapat:
V: 0,6 m3
CT: 0,3
S: 1,21
BFF: (digunakan) 70%
Efisiensi: 0,83
Produktivitas=0,6 ×600,3
×1,21 ×0,7 × 0,83=84,36m2
jam
Dengan volume galian total 32574.52 m3, durasi pekerjaan galian
53
dihitung dengan rumus:
Durasi= produktivitasvolume galian
=32574.5284,36
=386.14 jam
Pengerjaan penggalian dilakukan pada pukul 22.00 sampai pukul
05.00, atau dengan kata lain 7 jam per hari. Jumlah excavator yang ada
pada proyek ini adalah 2 buah, maka durasi penggalian tanah ≈ 28
hari.
PILE CAP
Kebutuhan jumlah pekerja menurut SNI :
Volume pekerjaan x Indeks Tenaga Kerja
Pada paket pekerjaan pondasi terdapat pekerjaan pengecoran beton K-
350 pada pile cap dengan volume pekerjaan 1195.55 m3, berikut adalah
indeks tenaga kerja untuk membuat 1 m3 beton mutu K-350.
Tabel 4. 6 Indeks Kebutuhan Tenaga Kerja Pekerjaan 1 m3 beton mutu K-350
Dari indeks kebutuhan tenaga kerja diatas, didapati jumlah pekerja
54
sebagai berikut :
Pekerja : 1,260 x 1195.55 m3 = 1506.393 hari pekerja
Tukang Batu : 0.175 x 1195.55 m3 = 209.22125 hari tukang batu
Kepala Tukang : 0.021 x 1195.55 m3 = 25.10655 hari kepala tukang
Mandor : 0.063 x 1195.55 m3 = 75.31965 hari mandor
Apabila pekerjaan membuat 1 m3 beton mutu K-350 dilaksanakan
dalam durasi 20 hari, maka jumlah pekerja yang dibutuhkan adalah :
Pekerja : 1506.393 hari pekerja : 20 hari = 75.32 pekerja
Tukang Batu : 209.22125 hari pekerja : 20 hari = 10.46 tukang batu
Kepala Tukang : 25.10655 hari pekerja : 20 hari = 1.25 kepala tukang
Mandor : 75.31965 hari pekerja : 20 hari = 3.766 mandor
Pembulatan jumlah pekerja :
Pekerja : 76 pekerja
Tukang Batu : 11 tukang batu
Kepala Tukang : 2 kepala tukang
Mandor : 4 mandor
Untuk setiap paket pekerjaan structural menggunakan cara perhitungan
seperti di atas. Hasil perhitungan jumlah pekerja dilampirkan pada
lampiran.
4.3 Estimasi Biaya Pekerjaan Konstruksi Gedung Kantor Pusat Ramayana
Hasil perhitungan jumlah pekerja dan durasi pada sub bab sebelumnya akan
dijadikan acuan dalam menghitung total biaya yang dibutuhkan selama
berjalannya proyek gedung kantor pusat Ramayana. Harga satuan bahan dan upah
pekerja berdasarkan Jurnal Harga Satuan Bahan Bangunan Konstruksi dan
Interior Edisi XXXII Tahun 2013. Berikut adalah pemaparan estimasi biaya:
55
56