Transcript
Page 1: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMKN 6 Bandung yang bertempat di Jalan

Soekarno Hatta, Riung Bandung 40295 telp. 022 7563293. Pada Program Studi

Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Alasan

pemilihan SMKN 6 Bandung sebagai lokasi penelitian adalah karena di SMKN 6

Bandung terdapat kelas siswa Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan sesuai

dengan disain penelitian ini. Faktor lainnya adalah SMKN 6 Bandung merupakan

sekolah kejuruan dengan fasilitas yang sudah memenuhi standar sarana prasarana.

2. Sampel dan Sumber Data Penelitian

Pengambilan sampel yang sesuai untuk desain penelitian ini adalah tidak

secara acak sebagaimana yang disebutkan oleh Gall et al. (2003: 402): “in this

design, (non-equivalent control group desin) research participants are not

randomly assigned”. Creswell juga menyebutkan bahwa: “ dalam rancangan ini

(nonequivalent pre-test and post-test control-group design), kelompok kontrol

dan eksperimen diseleksi tanpa prosedur acak (without random assigment)”.

Pemilihan subjek penelitian (siswa) yang akan dilibatkan dalam kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Pemilihan

subjek penelitian secara random akan berakibat pada berubahnya susunan subjek

penelitian pada tiap-tiap kelas. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena susunan

Page 2: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

52

subjek penelitian pada tiap-tiap kelas telah dilakukan sebelumnya oleh sekolah

yang bersangkutan dalam penentuan anggota rombongan belajar.

Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dari populasi 4 kelas. Satu

kelas dipergunakan sebagai kelompok kontrol, yakni kelas XI TP1 sebanyak 34

siswa dan satu kelas lainnya sebagai kelompok eksperimen, yakni kelas XI TP3

sebanyak 34 siswa. Pemilihan sampel ini didasari pada pertimbangan bahwa tim

guru yang mengajar pada dua kelas itu adalah sama, sehingga treatment/perlakuan

yang dilakukan kepada kedua kelas tersebut akan menunjukan pengaruh yang

jelas terhadap perbedaan peningkatan procedural knowledge dan hasil belajar.

Selain dari sampel penelitian, digunakan juga data dari sumber data Responden

1(guru observer), Responden 2 dan 3 (siswa kelas kontrol) serta Responden 4

(Wakasek bid Kurikulum).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian

yang ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah pembelajaran, interaksi antara

guru dan siswa, prasyarat-prasyarat pembelajaran serta persepsi guru dan siswa

tentang penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan

procedural knowledge dan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Melakukan

Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Desain pada penelitian ini dijabarkan dalam

tahap-tahap penelitian pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Page 3: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

53

Gambar 3.1 Desain Penelitian

1. Survey dilakukan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Masalah

yang diambil adalah masalah nyata yang ada dalam dunia pendidikan

teknologi dan kejuruan. Dalam penelitian ini, survey dilakukan ke SMK-

SMK dan LPTK PTK yang ada di Kota Bandung khususnya dengan

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Studi pendahuluan dilakukan untuk lebih memperdalam permasalahan dan

mencari informasi yang diperlukan sehingga didapatkan keputusan bahwa

masalah perlu diteliti atau tidak. Studi pendahuluan pada penelitian inin

dilakukan dengan melakukan studi literatur dari beberapa buku sumber dan

Feed back

Survey

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Memilih Metode Penelitian

Menentukan variabel dan sumber data

Menyusun dan menguji instrumen

Pelaksanaan Pre-Test

Treatment direct instruction untuk kelas eksperimen

Treatment model konvensional untuk kelas kontrol

Pelaksanaan Post-test

Analisis Data

Pembahasan hasil penelitian

Kesimpulan dan Implikasi

Page 4: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

54

pengambilan data awal penelitian ke SMK-SMK Program Keahlian Teknik

Mesin di Kota Bandung.

3. Merumuskan masalah dilakukan setelah didapatkan data awal penelitian

melalui studi pendahuluan, kemudian masalah-masalah yang ada tersebut

diidentifikasi untuk menperjelas permasalahan. Pada penelitian ini masalah

yang dirumuskan terdiri dari rumusan masalah secara umum dan

penjabarannya.

4. Langkah selanjutnya adalah memilih metode yang sesuai dengan rumusan

masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Experimental Design, hal ini disebabkan rumusan masalah yang ingin

mengetahui penerapan suatu treatment terhadap kelas eksperimen dan

dibandingkan dengan kelas kontrol.

5. Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian dan sumber data.

Variabel penelitian pada penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu

penerapan model direct instruction pada mata pelajaran melakukan pekerjaan

dengan mesin bubut, dan variabel terikat yaitu procedural knowledge (Y1)

dan hasil belajar siswa (Y2). Keduanya diukur setelah mendapatkan treatment

model pembelajaran direct instruction. Sumber data pada penelitian ini

meliputi siswa kelas eksperimen sebanyak 34 orang, siswa kelas kontrol

sebanyak 34 orang, satu orang guru mata pelajaran dan seorang wakasek bid.

Kurikulum.

6. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan menguji instrumen. Pada langkah

ini instrumen yang disusun adalah: RPP kelas eksperimen, RPP kelas kontrol,

Page 5: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

55

instrumen untuk mengetahui peningkatan procedural knowledge siswa,

instrumen untuk mengetahui hasil belajar siswa, instrumen untuk mengetahui

tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran direct instruction, instrumen

untuk mengetahui prasyarat, interaksi yang terjadi dan persepsi tentang

penerapan model pembelajaran ini. Pengujian instrumen dilakukan dengan uji

validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan taraf kesukaran.

7. Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan pre-test. Pre-test dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa baik itu kelas eksperimen, maupun kelas

kontrol. Aspek yang di pre-testkan adalah procedural knowledge, hasil

belajar siswa aspek pengetahuan, test kinerja untuk mengukur keterampilan

dan sikap. Setelah diambil data pre-test kemudian diuji homogenitas data

untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas ekperimen

homogen atau tidak. Jika homogen maka penelitian quasi eksperimen bisa

dilanjutkan.

8. Langkah selanjutnya adalah KBM (treatment). Untuk kelas kontrol KBM

dilakukan dengan menggunakan model konvensional, sedangkan untuk kelas

eksperimen KBM menggunakan model pembelajaran alternatif yaitu direct

instruction.

9. Langkah selanjutnya dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir

siswa setelah mendapat perlakuan (treatment) dengan model direct instruction

untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Seperti

halnya pre-test, pada pos-test aspek yang diujikan meliputi: procedural

Page 6: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

56

knowledge, hasil belajar siswa aspek pengetahuan, tes kinerja untuk

mengukur keterampilan dan sikap.

10. Tahap selanjutnya adalah analisis data. Setelah didapatkan data pre-test, post-

test, data mengenai tahapan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa,

prasyarat-prasyarat pembelajaran ,serta data persepsi guru dan siswa tentang

model pembelajaran direct instruction, maka selanjutnya dilakukan analisis

data. Pada tahap analisis data hal yang dilakukan adalah melakukan uji

normalitas data, uji homogenitas data, melakukan uji hipotesis data,

melakukan triangulasi data sehingga didapatkan data yang kredibel.

11. Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, kemudian dilakukan

pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan penelitian peneliti mencoba

mencari relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang ada dan

relevansinya dengan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

12. Karena peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk penerapan model direct

instruction yang sesuai karakteristik Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan

dengan Mesin Bubut, maka pada penelitian ini treatment dilakukan tidak

hanya sekali. Tetapi dilakukan beberapa kali treatment sampai peningkatan

procedural knowledge dan peningkatan hasil belajar dianggap sudah jenuh.

Hasil dari pembahasan penelitian kemudian dijadikan feed back untuk

penyempurnaan treatment selanjutnya.

13. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, implikasi dan

rekomendasi penelitian.

Page 7: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

57

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode Quasi Experimental Design. Tipe kuasi eksperimen yang

digunakan adalah Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design.

Rancangan metode ini menurut Creswell (2010: 242):

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan yang acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test dan post-test. Hanya kelompok eksperimen saja yang di treatment.

Menurut Creswell pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dilakukan tidak secara acak, kemudian pada keduanya sama-sama dilakukan pre-

test dan post-test sehingga Gall menyebutkan bahwa sebenarnya metode

penelitian ini mirip dengan Pre-test-Post-test Experimental Control-Group

Design, hanya saja yang berbeda adalah pada proses pemilihan kelompok

eksperiman dan kontrolnya saja. Gall et al. (2003: 402) menyebutkan bahwa pada

non-equivalent control-group design: “...the experimental and control groups,

and both groups take a pre-test and post-test. Except for random assigment, the

steps involved in this design are the same as for the pre-test-post-test

experimental control-group design.”

Pada penelitian ini, akan dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran.

Pengukuran pertama (pre-test) dilakukan terhadap kedua kelompok sebelum

diberikan perlakuan, setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda,

yakni kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran direct instruction

sedangkan kelompok kontrol menggunakan model konvensional. Pengukuran

kedua dilakukan setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan (post-test),

Page 8: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

58

dengan perangkat tes yang sama. Perbedaan rata-rata skor tes akhir dengan skor

tes awal pada setiap kelompok dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan

eksperimen menghasilkan perubahan lebih besar dari pada situasi/perlakuan kelas

kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukan pada tabel 3.1 di

bawah ini:

Tabel 3.1 Metode Penelitian Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design

Grup Pre Test Perlakuan

(Treatment) Post Test

Kontrol T1 XK T2 Eksperimen T1 XE T2

Keterangan:

T1 = Pre-test atau tes awal dimaksudkan untuk mengetahui procedural knowledge dan kemampuan awal siswa (pada kelas kontrol dan eksperimen).

T2 = Post-test atau tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui procedural knowledge dan kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (pada kelas kontrol dan eksperimen).

XE = Berupa model pembelajaran direct instruction yang diberikan pada kelas eksperimen.

XK = Berupa model pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas kontrol.

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran direct instruction.

Model pembelajaran direct instruction adalah salah satu pendekatan mengajar

yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan

dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur

dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap atau

selangkah demi selangkah. Model direct instruction yang digunakan adalah

Page 9: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

59

model Joyce et al. (2009, 427), yang terdiri dari lima tahap aktivitas; yakni

orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah

bimbingan, dan praktik mandiri. Pada penelitian ini, model direct

instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi

Keahlian Teknik Pemesinan SMKN 6 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011

pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Penerapan

model direct instruction pada standar kompetensi melakukan pekerjaan

dengan mesin bubut ini merupakan variabel bebas (X) pada penelitian ini

2. Procedural knowledge.

Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara

melakukan sesuatu (how to do something). Procedural knowledge pada

penelitian ini adalah pengetahuan siswa tentang bagaimana melakukan

pekerjaan dengan mesin bubut, khususnya pekerjaan membubut tirus.

Procedural Knowledge merupakan variabel terikat (Y1) pada penelitian ini.

3. Hasil belajar.

Hasil belajar adalah nilai yang didapat Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian

Teknik Pemesinan SMKN 6 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada Mata

Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, setelah melaksanakan

pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction bagi kelas

eksperimen dan model konvensional bagi kelas kontrol. Hasil belajar

merupakan variabel terikat (Y2) pada penelitian ini.

Page 10: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

60

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2011:148) adalah “suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel.” Sugiyono menambahkan bahwa jumlah

instrumen tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk

diteliti. Pada penelitian ini terdapat beberapa instrumen diantaranya:

1. Alat tes untuk mengukur variabel procedural knowledge dan hasil belajar

ranah kognitif.

Alat tes ini berupa tes tertulis pilihan ganda, digunakan untuk mengukur

peningkatan procedural knowledge dan alat tes esai untuk mengukur

peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa baik itu sebelum mendapatkan

treatment model pembelajaran direct instruction melalui pre-test dan setelah

mendapatkan treatment model pembelajaran direct instruction melalui post-

test untuk kelas eksperimen. Alat test ini juga digunakan untuk mengukur

procedural knowledge dan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas kontrol

melalui pre-test sebelum pembelajaran konvensional dan post-test setelah

pembelajaran konvensional.

2. Alat tes kinerja (performance test) untuk mengukur hasil belajar (afektif dan

psikomotor) siswa.

Alat tes kinerja ini berupa lembar observasi kinerja peserta diklat pada saat

mengikuti tes. Alat tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar (afektif dan

psikomotor) siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) mengikuti model

Page 11: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

61

pembelajaran direct instruction untuk kelas eksperimen dan model

pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

3. Angket untuk mengetahui persepsi siswa terhadap penerapan model

pembelajaran direct instruction.

Angket ini pada penelitian ini dibuat untuk mendapatkan persepsi siswa

terhadap model pembelajaran direct instruction, sehingga pertanyaan pada

angket ini tidak menuntut jawaban benar atau salah. Bentuk skala yang

digunakan pada angket ini adalah skala Likert. Menurut Arikunto (2010: 180):

Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat persepsi yang menunjukan tingkatan, misalnya: SS = sangat sesuai; S = sesuai; TS = tidak sesuai; STS = sangat tidak sesuai;

4. Pedoman wawancara untuk mengetahui pendapat para responden mengenai

langkah-langkah penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat

penerapannya, interaksi antara guru dan siswa, dan persepsi guru terhadap

penerapan model direct instruction.

5. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui gambaran nyata mengenai

langkah-langkah penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat

penerapannya, dan interaksi antara guru dan siswa.

F. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Sugiyono (2011:173) mengemukakan bahwa “valid

Page 12: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

62

berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Dengan

menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan

hasil penelitian akan menjadi valid.

Validitas instrumen dibedakan oleh Sugiyono (2011:173) menjadi “validitas

internal dan validitas eksternal.” Validitas internal instrumen dikembangkan

menurut teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen

dikembangkan dari fakta empiris yang telah terbukti. Selanjutnya validitas

internal dibedakan atas validitas konstrak dan validitas isi. Validitas instrumen

yang berupa tes harus memenuhi keduanya, sedangkan yang nontes cukup

memenuhi validitas konstrak. Untuk menguji validitas konstrak (Sugiyono,

2011:177) “dapat digunakan pendapat dari ahli atau judgement experts.”

Selanjutnya dilakukan validitas butir soal digunakan untuk mengetahui

dukungan setiap butir soal terhadap seluruh soal yang diberikan. Sebuah soal akan

memiliki validitas yang tinggi, jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang

besar terhadap seluruh soal yang ada. Dukungan setiap butir soal dinyatakan

dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga

untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi.

Untuk menguji validitas butir soal digunakan persamaan korelasi product moment

sebagai berikut:

( ) ( )( )( ) ( )( )[ ]∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑

−−

⋅−⋅=

2222 YYNXXN

YXXYNrxy (Arikunto, 2010:72)

Keterangan:

xyr = koefisien korelasi

Page 13: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

63

∑ X = jumlah skor X

∑Y = jumlah skor Y

∑ XY = jumlah skor X dan Y

N = jumlah responden

“Koefisien korelasi yang didapatkan kemudian dikonsultasikan dengan tabel

harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan atau tidaknya

korelasi tersebut.” (Arikunto, 2010:75). Jika harga rhitung lebih besar dari harga

kritik r tabel maka korelasi tersebut signifikan, atau butir soal tersebut valid.

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan pada butir soal beberapa alat tes.

Uji validitas yang dilakukan untuk alat tes procedural knowledge siswa (Lampiran

C.1) hasilnya seluruh butir soal sebanyak 30 butir soal dinyatakan valid. Uji

validitas yang dilakukan untuk alat tes hasil belajar siswa (Lampiran C.4) hasilnya

seluruh butir soal sebanyak 8 butir soal dinyatakan valid. Uji validitas yang

dilakukan untuk angket persepsi siswa (Lampiran C.6) hasilnya seluruh butir

angket sebanyak 30 butir angket dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian selain harus valid juga harus reliabel. Instrumen yang

reliabel (Sugiyono, 2011:173) adalah “instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik belah

dua dari Spearman Brown untuk alat objective test procedural knowledge dan

angket persepsi siswa, yaitu:

Page 14: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

64

��� = 2�� �� � ��1 + �� �� � �� (��� ����, 2010: 93)

Di mana:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Sedangkan untuk soal uraian, yang digunakan untuk mengukur hasil belajar

ranah kognitif digunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas soal. Rumus

Alpha yang digunakan adalah sebagai berikut:

��� = � �(���)� �1 − ��� �� � (Arikunto, 2010:109)

Di mana:

��� = reliabilitas yang dicari

Σ"#� = jumlah varians skor tiap-tiap item

"#� = varians total

Setelah didapatkan harga r11 maka hasil tersebut dikonsultasikan dengan

tabel r product moment. Dengan ketentuan ika harga rhitung lebih besar dari harga

kritik r tabel maka korelasi tersebut signifikan, atau soal tersebut reliabel.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap beberapa data.

Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap soal procedural knowledge siswa

(Lampiran C.2) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel dengan r11 > rtabel

yaitu 0,843 > 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap soal hasil

belajar kognitif siswa (Lampiran C.5) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel

dengan r11 > rtabel yaitu 0,734> 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan

terhadap angket persepsi siswa (Lampiran C.7) hasilnya adalah bahwa angket

tersebut reliabel dengan r11 > rtabel yaitu 0,928 > 0,339

Page 15: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

65

3. Uji Daya Pembeda Instrumen

Pengujian daya pembeda (DP) dilakukan untuk mengukur sejauh mana

suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang

pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto

(2010:211) bahwa ” daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Angka yang menunjukan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Pada indeks diskriminasi terdapat nilai negatif (-). Tanda negatif pada indeks

diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas testee. Yaitu

anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai.

Cara melakukan pengujian daya pembeda adalah dengan membagi dua

kelompok skor atas (JA) dan bawah (JB). Selanjutnya dilakukan perhitungan

dengan menggunakan rumus:

$ = %&'& − %('( = )* − )% (Arikunto, 2010: 213)

Di mana: D = Indeks diskriminasi

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Nilai D kemudian dibandingkan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini:

Page 16: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

66

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda

Interval DP Kriteria 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP = (-) Sangat jelek

(Sumber: Arikunto, 2010: 218)

Hasil dari pengujian daya beda soal procedural knowledge (Lampiran C.3)

menunjukan bahwa butir soal dengan klasifikasi “baik sekali” sebanyak 3 butir,

klasifikasi “baik” sebanyak 24 butir, dan kualifikasi “cukup” sebanyak 3 butir.

Dengan demikian semua butir soal bisa digunakan untuk keperluan pengambilan

data penelitian.

4. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal

yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya.

Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa putus asa dan tidak

bersemangat untuk mencobanya lagi. Bilangan yang menunjukan sukar dan

mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (P). Arikunto (2010:207)

menyebutkan:

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah.

Rumus untuk mencari indeks kesukaran (P) adalah:

) = %'+ (Arikunto, 2010:208)

Page 17: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

67

Di mana:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kemudian nilai P dikonsultasikan dengan ketentuan berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Interval P Kriteria

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

(Sumber: Arikunto, 2010: 218)

Menurut Arikunto (2010: 210), “soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal

yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.” Namun demikian

soal yang sukar dan mudah juga bisa digunakan untuk keperluan variasi soal.

Berdasarkan pengujian taraf kesukaran didapatkan hasil bahwa soal “mudah”

sebanyak empat butir soal, soal “sedang” sebanyak 25 soal dan soal

“sukar”sebanyak satu soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes,

angket (kuesioner), observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana procedural knowledge siswa

serta kemampuan kognitif pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan

Mesin Bubut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2006:223) bahwa

Page 18: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

68

“Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta

besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes”.

Alat tes yang diberikan berupa tes objektif pilihan ganda (multiple choice

test) dan soal uraian. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur procedural

knowledge siswa, sedangkan soal uraian digunakan untuk mengukur hasil belajar

kognitif siswa. Alat tes diberikan dua kali yaitu pada saat pre-test dan post-test.

Pre-test diberikan pada saat sebelum pembelajaran dimulai, sedangkan post-test

diberikan setelah pembelajaran selesai.

2. Angket (kuesioner)

Teknik pengumpulan data melalui angket ini dilakukan untuk mendapatkan

data mengenai persepsi siswa tentang model pembelajaran direct instruction.

Sukaran (Sugiyono, 2011: 200) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan

angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu “prinsip penulisan, pengukuran

dan penampilan fisik”. Ketiga prinsip itu lebih dirinci oleh Sugiyono (2011: 200)

sebagai berikut:

(a) Isi dan tujuan pertanyaan; (b) bahasa yang digunakan; (c) tipe dan bentuk pertanyaan; (d) pertanyaan tidak mendua; (e) tidak menanyakan yang sudah lupa; (f) pertanyaan tidak menggiring; (g) panjang pertanyaan; (h) urutan pertanyaan; (i) prinsip pengukuran; dan penampilan fisik angket.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi ini digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa terutama dalam hal afektif dan psikomotor.

Observasi juga dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai langkah-langkah

Page 19: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

69

penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapan serta interaksi

antara guru dan siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2011: 203)

bahwa: “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia. Proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.”

Dilihat dari posisi observer, maka observasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi nonpartisipan artinya bahwa peneliti tidak terlibat

ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data dan hanya bertindak sebagai

pengamat independen. Jika dilihat dari bentuk observasi, maka penelitian ini

menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur (Sugiyono, 2011: 205)

ialah “observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan

diamati, kapan dan di mana tempatnya.”

4. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data mengenai langkah-langkah

penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapan, interaksi

antara guru dan siswa serta persepsi guru tentang penerapan model ini.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu “wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap dengan alternatif jawabannya.” (Sugiyono,

2011:197). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Page 20: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

70

5. Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut

Guba dan Lincoln dalam Moleong, L. J. (2002:161), karena alasan-alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan seperti berikut: “(1) dokumen dan record

digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong, (2)

berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.” Data dokumen yang digunakan

pada penelitian ini adalah foto-foto yang memotret langkah-langkah penerapan

model direct instruction.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena

dengan menganalisi data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi

pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh adalah berupa nilai yang

didapat dari tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data-

data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga akan diolah pada

penelitian ini.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis statistik, maka dilakukan terlebih

dahulu perhitungan statistik deskriptif dengan menggunakan harga frekuensi,

standar deviasi, dan rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk membantu

perhitungan/analisis data selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh

dalam mengolah data adalah pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji

homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain), dan uji

hipotesis.

Page 21: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

71

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menentukan data dari dua kelas homogen

atau heterogen. Apabila kelompok data homogen, maka data berasal dari populasi

yang sama dan layak untuk diuji menggunakan statistik parametrik. Uji

homogenitas untuk data penelitian ini menggunakan uji Bartlett

Tabel 3.4 Harga-harga untuk Uji Bartlett

Sampel Dk 1/(dk) ,-� Log ,-� (dk) Log ,-�

A

B

(Sudjana, 2005: 263)

.� = ∑(�- − 1).-�∑(�- − 1)

B = log s2 . ∑(ni - 1)

0� = (ln 10).(B - ∑(dk). Log ,-�)

Dengan taraf nyata ∝ , Hipotesis H0 : σ12 = σ2

2 ditolak jika 0� ≥

0(��3)(4��)� dan Hipotesis H0 : σ12 = σ2

2 diterima jika 0� < 0(��3)(4��)� atau

dengan kata lain data homogen. Data hasil pengujian homogenitas nilai pre test

(lampiran C.8) dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Uji Homogenitas Pre-test

Kelas 67 = 8 − 9 9 67� :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 53,77 1,7305 57,1065

Kontrol 33 0,0303 58,13 1,7644 58,2252

∑ 66 0,0606 - - 115,3317

,� 55,9492

A�B ,� 1,75

C 115,5000

Page 22: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

72

0D-#E�F� 0,39 0G,HI(�)� 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: "�� = "��. Dengan

taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0� ≥ 0(��3)(4��)� , dimana 0� ≥0(��3)(4��)� didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan

dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan

dk =1 didapat 0G,HI(�)� = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E�F� < 0G,HI(�)� yaitu 0,39 <

3,84 sehingga hipotesis JG: "�� = "�� diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa varians pre test kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol adalah homogen.

Data hasil pengujian homogenitas N-Gain Procedural Knowledge (lampiran

D.4) dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Uji Homogenitas N-Gain Procedural Knowledge

Kelas 67 = 8 − 9 9 67� :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 0,054 -1,268 -41,844

Kontrol 33 0,0303 0,084 -1,076 -35,5080

∑ 66 0,0606 - - -77,3520

,� 0,0690

A�B ,� -1,16

C -76,260 0D-#E�F� 1,67 0G,HI(�)� 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: "�� = "��. Dengan

taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0� ≥ 0(��3)(4��)� , dimana 0� ≥0(��3)(4��)� didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan

Page 23: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

73

dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan

dk =1 didapat 0G,HI(�)� = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E�F� < 0G,HI(�)� yaitu 1,67 <

3,84 sehingga hipotesis JG: "�� = "�� diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa varians N-Gain Procedural Knowledge

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji

menggunakan statistik parametrik.

Data hasil pengujian homogenitas hasil belajar (lampiran D.9) dapat dilihat

pada tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Uji Homogenitas Hasil Belajar

Kelas 67 = 8 − 9 9 67� :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 0,054 -1,268 -41,844

Kontrol 33 0,0303 0,036 -1,4440 -47,6520

∑ 66 0,0606 - - -89,4960

,� 0,0450

A�B ,� -1,35

C -88,9020 0D-#E�F� 1,37 0G,HI(�)� 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: "�� = "��. Dengan

taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0� ≥ 0(��3)(4��)� , dimana 0� ≥0(��3)(4��)� didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan

dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan

dk =1 didapat 0G,HI(�)� = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E�F� < 0G,HI(�)� yaitu 1,37 <

3,84 sehingga hipotesis JG: "�� = "�� diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa varians hasil belajar kelompok eksperimen

Page 24: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

74

dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji menggunakan

statistik parametrik.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah

berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat

untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Menurut Sugiyono

(2011: 210) menyatakan bahwa:

Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.

Uji normalitas distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi

normal atau tidak. Untuk uji normalitas dapat menggunakan aturan Sturges

dengan memperhatikan tabel berikut ini:

Tabel 3.8 Tabel Persiapan Uji Normalitas

kelas Oi bk Z Tabel Z L Ei (Oi-Ei) (Oi-Ei)2 0�=(Oi-Ei)2/Ei

0� ℎ����B =

(Sudjana, 2005: 293)

0� = ∑ (LM�NM) NM (Sudjana, 2005: 293)

Keterangan: 0� = Chi kuadrat Oi = Frekuensi nyata Ei = Frekuensi teoritik

Page 25: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

75

Setelah didapatkan 0� ℎ����B , dengan tingkat kepercayaan α dan dk= k – 3

selanjutnya didapatkan 0 (3)(4�O)� = 0� �PQRS. Kriteria pengujian adalah apabila

0� ℎ����B < 0� �PQRS maka data dinyatakan normal dan begitu juga sebaliknya.

Kesimpulan dari uji normalitas adalah jika hasil uji normalitas data tidak

berdistribusi normal, maka dapat dilakukan dengan pengujian non parametrik.

Data hasil uji normalitas data procedural knowledge (lampiran D.6), dapat

dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini:

Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Procedural Knowledge

Statistik Pre Test Post Test N-Gain

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

T�D-#E�F 2,76 1,06 1,68 1,06 1,91 1,06

dk (7 – 3) = 4

α 0,05

T�#UVWX 9,49

Syarat 0D-#E�F� < 0#UVWX� atau 0D-#E�F� < 0G,HI(Y)�

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan data dari Tabel 4.11, dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa, data

berdistribusi normal bila memenuhi kriteria 0D-#E�F� < 0#UVWX� dengan dk = (7 – 3)

dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E�F� < 0G,HI(Y)� . Dari hasil

perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,91 < 9,49 dengan demikian maka data

procedural knowledge berdistribusi normal. Maka pengujian hipotesis dapat

menggunakan statistik parametrik.

Page 26: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

76

Data hasil uji normalitas data hasil belajar (lampiran D.8), dapat dilihat pada

Tabel 3.10 di bawah ini:

Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Hasil Belajar

Statistik Pre-Test Post-Test N-Gain

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

T�D-#E�F 1,95 2,88 1,68 2,88 1,68 2,88

dk (7 – 3) = 4

α 0,05

T�#UVWX 9,49

Syarat 0D-#E�F� < 0#UVWX� atau 0D-#E�F� < 0G,HI(Y)�

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan data dari Tabel 3.10, dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa, data

berdistribusi normal bila memenuhi kriteria 0D-#E�F� < 0#UVWX� dengan dk = (7 – 3)

dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E�F� < 0G,HI(Y)� . Dari hasil

perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,68 < 9,49 dengan demikian maka data

hasil belajar berdistribusi normal. Sehingga pengujian hipotesis bisa dilanjutkan

menggunakan statistik parametrik

3. Gain yang Dinormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah

mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post

test) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan

mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 4 ke

Page 27: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

77

7 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 7 ke 10 dari suatu soal dengan nilai

maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang

sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari

siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 10 akan lebih

berat dari pada meningkatkan 4 ke 7.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama, belum

tentu memiliki N-gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan

sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi

(normalize gain).

Analisis gain yang dinormalisasi digunakan untuk mengetahui kriteria

normalisasi gain yang dihasilkan. Kelebihan penggunaan model pembelajaran

direct instruction dan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

procedural knowledge dan peningkatan hasil belajar ditinjau berdasarkan

perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat

dihitung dengan persamaan:

B = +Z[\��+Z]^+_`a\�+Z]^ (Richard R Hake, 1998: 66)

Di sini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari

kedua metode, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir,

Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya

gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g

Page 28: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

78

≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g ≥

0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3,

maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang dilakukan penelitian ini menggunakan statistik

inferensial. Pada statistik inferensial ada dua kemungkinan penggunaan statistik,

yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Jika data yang akan dianalisis

berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik parametrik dan jika

datanya tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka digunakan statistik

non parametrik. Dalam penelitian ini, data yang didapat berdistribusi normal dan

homogen, maka menggunakan statistik parametrik yaitu t-test.

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan hasil belajar

siswa. Menurut Sugiyono (2011: 273), untuk sampel independen (tidak

berkorelasi) dengan jenis data interval menggunakan t-test. Untuk melakukan t-

test syaratnya data harus homogen dan normal. Berdasarkan pertimbangan dalam

memilih rumus t-test, yaitu bila n1 = n2, varians homogen ("�� = "��), maka

dapat digunakan rumus uji t-test dengan pooled varians, yaitu:

� = bcd�bc e(fdgd)hd i(f gd)h fdi f g j dfdk df l

(Sugiyono, 2011: 273)

Dengan derajat kebebasan (dk) = (n1+ n2) – 2

Uji t-test di atas didasarkan pada tabel persiapan berikut ini:

Page 29: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

79

Tabel 3.11 Persiapan Uji t-test

No. Eksperimen (KBM dengan model pembelajaran direct instruction)

Kontrol (KBM dengan model pembelajaran

konvensional) Pre-Test Post-Test Peningkatan Pre-Test Post-Test Peningkatan

1 ax1 bx1 N − nP��

= x�p − x�qxrqst − x�q ax1 bx1 N − nP��

= x�p − x�qxrqst − x�q

N nax nbx N − nP��

= xup − xuqxrqst − xuq nax nbx N − nP��= xup − xuqxrqst − xuq

=

==

21

1

1

s

x

n

=

==

22

2

2

s

x

n

Dimana: x1a = Skor pre-test x1b = Skor post-test xmaks = Skor maksimum n1 = Jumlah sampel pada kelas eksperimen n2 = Jumlah sampel pada kelas kontrol v̅� = Rata-rata N-Gain kelas eksperimen v̅� = Rata-rata N-Gain kelas kontrol ,�� = Varians N-Gain kelas eksperimen ,�� = Varians N-Gain kelas kontrol

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan

dengan nilai t table. Terima HA, jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = (0,05)

dengan dk=n1+n2-2.

I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Selain data kuantitatif yang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang

yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga perlu diuji

keabsahan datanya. Pengujian yang dilakukan menurut Sugiyono (2011: 366)

Page 30: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

80

meliputi uji: “credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas)”.

Pengujian kredibilitas data menurut Sugiyono (2011:368) antara lain

dilakukan dengan “perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan

member check.” Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan triangulasi dan

member check. Triangulasi menurut Wiersma (Sugiyono, 2011:372) ialah: “it

assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple

data, sources or multiple data collection procedures” Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara.

Transferability merupakan validitas eksternal data, sehingga berkenaan

dengan sejauh mana hasil penelitian bisa digeneralisasi (digunakan dalam konteks

dan situasi sosial lain). Prinsip transferability dalam penelitian dicapai (Sugiyono,

2011: 376) dengan “membuat laporan penelitian yang berisikan uraian yang rinci,

jelas dan sistematis dan dapat dipercaya.” Dengan demikian pembaca menjadi

jelas atas hasil penelitian, sehingga bisa memutuskan dapat atau tidaknya untuk

mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Untuk memenuhi kriteria

transferability peneliti membuat laporan penelitian yang sistematis berdasarkan

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2011.

Prinsip dependability sama dengan reliabilitas, untuk pemenuhan kriteria

dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Cara untuk melakukan uji dependability menurut Sugiyono

Page 31: T PTK 0907778 CHAPTER3repository.upi.edu/9911/4/t_ptk_0907778_chapter3.pdf · instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN

81

(2011:377) adalah “dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan

aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.” Untuk memenuhi kriteria

dependability dalam penelitian ini, maka peneliti selalu mengkonsultasikan

kepada pembimbing setiap tahap perkembangan penelitian sehingga pembimbing

dapat mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Pengujian konfirmability disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian.

Penelitian dikatakan obyektif apabila telah disepakati banyak orang. Pemenuhan

kriteria konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses

yang dilakukan. Sugiyono (2011:378) menyatakan bahwa bila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut

telah memenuhi standar konfirmability. Rancangan pemenuhan kriteria

konfirmability dalam penelitian ini ialah dengan selalu menjungjung tinggi sikap

objektivitas semaksimal mungkin melalui penggunaan metode, dan teknik

pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan kajian serta pendekatan dalam

penelitian itu sendiri. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan merupakan hasil

dari proses yang dilakukan.


Top Related