Transcript
Page 1: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Oleh :

Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan – Pusat Sumber Daya Geologi

ABSTRAK

Daerah Penyelidikan I.P (Polarisasi Terimbas) dan Geomagnet di daerah Parit Tebu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung, yang diduga memiliki potensi timah primer. Berdasarkan hasil kajian timah primer di daerah Parit Tebu (Tim Kajian PSDG, 2013) mineralisasi dijumpai berupa urat-urat tipis dalam batuan sedimen. Selain timah, di daerah ini juga dijumpai mineral sulfida seperti Cu, Pb, Zn, Ag, dan Au. Secara genetik timah di daerah Parit Tebu diduga terbentuk oleh larutan hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi granit tipe S yang berumur Trias. Keberadaan intrusi granit sampai saat ini masih menjadi pertanyaan. Karena itu hasil survei geofisika diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan intrusi granit.

Hasil survei I.P di daerah Parit Tebu, diduga lapisan batuan granit dengan tahanan jenis ≥ 10000 Ohmm terdeteksi pada kedalaman 41 meter - 175 meter, serta diduga dengan nilai chargeability > 160 mv/volt dengan diduga keberadaan batuan sulfida pada kedalaman sekitar 41 meter dan menerus sampai ke kedalaman 175 meter.

Sedangkan untuk hasil survei Geomagnet di dapatkan nilai anomali magnet total daerah survei mulai dari -90 nT sampai dengan 100 nT. Di bagian tengah daerah survei didominasi oleh nilai magnetik sekitar 0-30 nT dengan penyebaran yang cukup luas. Nilai magnetik ini diduga merupakan respon dari batuan sedimen yang bersifat kurang magnetis. Anomali yang menarik terlihat disisi timurlaut daerah survei, dimana terlihat adanya pasangan anomali negatif dan anomali positif. Karena inklinasi daerah penyelidikan sekitar -20o, maka pasangan anomali negatif dan positif ini diperkirakan berkaitan dengan bodi/batuan yang bersifat magnetis. Bodi tersebut diduga berupa intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal.

Hasil kompilasi data geosain menunjukkan daerah prospek potensi timah primer berada pada zona sebaran intrusi dari batuan granit dan sedimen (formasi Kelapakampil dan Formasi Tajam). Dimana pendugaan luas daerah prospek sekitar 731283 m2, serta dengan asumsi densitas batuan di daerah survei 2.64 kg/m3, maka cadangan sumber daya hipotetik batuan granit sebagai pembawa unbsur timah di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar 250000 Ton. Kata Kunci: Polarisaisi Terimbas, Geomagnet, Mineral Logam, Parit Tebu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung. 1. PENDAHULUAN

Dalam rangka merealisasikan kerjasama (MoU) antara Badan Geologi dan PT. Timah Tbk, telah dilakukan kajian timah primer di Pulau Belitung. Pada umumnya penambangan timah yang dilakukan di pulau Belitung merupakan tambang timah sekunder/placer. Dengan kata lain selama ini potensi timah primer belum banyak digali.

Hasil pengumpulan data sekunder dan uji petik yang telah dilakukan oleh Tim Kajian dari Pusat Sumber Daya Geologi menunjukkan adanya sejumlah indikasi

timah primer terutama pada wilayah IUP PT. Timah Tbk. Bardasarkan data tersebut dinilai perlu dikaji untuk pengembangan timah primer di masa mendatang yaitu Daerah Parit Tebu, Belitung Timur. Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini Pusat Sumber Daya Geologi melalui Tim Geofisika/Bawah Permukaan telah melakukan survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet untuk melihat keadaan bawah permukaan di kedua daerah tersebut.

Page 2: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

2. METODE DAN TEORI Penyelidikan polarisasi terimbas (IP)

meliputi pengambilan data dengan konfigurasi dipole-dipole sebanyak 5 lintasan berarah baratdaya-timurlaut dengan jarak elektroda a = 50 meter dan a = 100 meter, panjang lintasan 2000 meter dan jarak antar lintasan 500m. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial sehingga didapat nilai tahanan jenis dan nilai chargeability. Ditunjukkan pada gambar 3.

Penyelidikan geomagnet meliputi kegiatan akuisisi data meliputi pengukuran di titik ukur geomagnet di titik yang telah ditentukan (gambar 4) dan di titik base untuk mengukur nilai variasi harian. Kemudian dilakukan pengambilan conto batuan untuk diukur nilai kerentanan magnetiknya. Selanjutnya dilakukan pengolahan data geomagnet setelah dikoreksi oleh nilai variasi harian dan nilai IGRF untuk menghasilkan peta anomali magnet total. 3. HASIL PENYELIDIKAN Hasil penyelidikan polarisasi terimbas (IP) disajikan dalam bentuk model lateral perkedalaman dan model penampang 2 dimensi berupa sebaran data tahanan jenis dan sebaran data chargeability. Hasil penyelidikan geomagnet disajikan dalam bentuk model lateral berupa sebaran data intensitas magnet total. Secara umum sebaran tahanan jenis pada kedalaman 13.6 m didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah (<1000 Ohm.m). Nilai tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan sedimen yang mendominasi hampir seluruh daerah survei. Di sebelah timurlaut lintasan D, terdapat nilai tahanan jenis tinggi (>5000 Ohm.m) yang diduga berasosiasi dengan batuan granit. Nilai chargeability pada kedalaman ini juga cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah, kecuali di sisi sebelah timurlaut lintasan D yang menunjukkan adanya sebaran nilai chargeability tinggi. Nilai tahanan jenis tinggi dan chargeability

tinggi yang terlihat di sisi sebelah timurlaut lintasan D ini mengindikasikan keberadaan batuan granit yang diduga berasosiasi dengan keberadaan timah primer. Sebaran tahanan jenis pada kedalaman 41 meter juga masih didominasi oleh sebaran nilai tahanan jenis rendah. Tahanan jenis rendah ini merupakan respon dari batuan sedimen dan metasedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai tahanan jenis tinggi terlihat di sisi sebelah baratdaya dan sebelah timurlaut lintasan D. Tahanan jenis tinggi ini mengindikasikan keberadaan batuan yang bersifat resistif dan masif. Batuan tersebut diperkirakan berupa batuan granit yang menerobos batuan sedimen. Nilai chargeability pada kedalaman 41 meter umumnya didominasi oleh nilai chargeability rendah. Nilai chargeability rendah ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang tersusun atas mineal yang kurang dapat menyimpan arus. Mineral tersebut umumnya berupa mineral yang bersifat resistif. Di sebelah timurlaut dan baratdaya lintasan D terlihat adanya nilai chargeability yang cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada daerah tersebut terkandung mineral-mineral yang dapat meyimpan arus dan diperkirakan berhubungan dengan batuan yang mengandung timah baik sekunder maupun primer. Pada kedalaman 70 meter, sebaran tahanan jenis cenderung didominasi oleh nilai tahanan jenis sedang (1000 – 10.000 Ohm.m) dan tinggi (>10.000 Ohm.m). Nilai tahanan jenis sedang ini diperkirakan masih berasosiasi dengan batuan sedimen dan meta sedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai tahanan jenis tinggi yang berada di sebelah timurlaut diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang bersifat resistif berupa batuan granit. Keberadaan nilai tahanan jenis tinggi di sebelah timurlaut juga bertepatan dengan keberadaan sebaran nilai chargeability tinggi . Kombinasi dari nilai tahanan jenis tinggi dan chargeability tinggi mengindikasikan keberadaan batuan yang resistif dan mengandung mineral yang dapat menyimpan arus. Keadaan ini

Page 3: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan timah primer yang secara geologi diduga berasosiasi dengan batuan granit. Secara umum sebaran tahanan jenis pada kedalaman 101 meter didominasi oleh nilai tahanan jenis sedang hingga tinggi. Nilai tahanan jenis rendah (<1000 Ohm.m) terlihat di sebelah utara dengan pola kontur membuka ke arah. Tahanan jenis rendah juga terlihat membentuk spot-spot kecil di bagian tengah daerah survei. Tahanan jenis tinggi terlihat di sebelah tenggara dan baratlaut dengan pola membuka ke arah baratlaut dan tenggara. Tahanan jenis tinggi juga terlihat di bagian tengah daerah survei dengan pola kontur menutup. Tahanan jenis rendah dan sedang diperkirakan masih berasosiasi dengan batuan sedimen dan metasedimen yang mendominasi daerah survei. Tahanan jenis tinggi yang terlihat di bagian tengah dan tenggara diinterpretasikan sebagai respon dari batuan granit yang diduga sebagai indikasi keberadaan timah primer. Nilai chargeability pada kedalaman 101 meter cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah dan sedang. Nilai chargeability tinggi hata terlihat berupa spot-spot kecil. Nilai chargeability rendah menunjukkan bahwa arus yag diinjeksikan kurang dapat disimpan oleh batuan ketika aliran arus tersebut diputus. Nilai chargeability sedang di bagian tengah bertepatan dengan nilai tahanan jenis tinggi yang diinterpretasikan sebagai batuan granit. Hal ini mengindikasikan bahwa di sekitar batuan granit terdapat batuan yang mengandung mineral dengan kemampuan menyimpan arus baik. Tahanan jenis pada kedalaman 136 meter, secara umum nilai tahanan jenis pada kedalaman ini sedang hingga tinggi. Nilai tahanan jenis rendah dan sedang terlihat di sebelah utara dan baratdaya daerah survei dengan pola membuka ke arah utara dan baratdaya. Nilai tahanan jenis tinggi membentuk pola yang cenderung menerus dari baratlaut ke arah tenggara. Dominasi nilai tahanan jenis tinggi pada kedalaman ini memperlihatkan bahwa semakin dalam, batuan semakin masif dan bersifat resistif.

Nilai chargeability pada kedalaman ini masih didominasi oleh chargeability rendah dan sedang. Nilai chargeability tinggi terlihat di sebelah baratlaut dan timur daerah survei. Kedua area dengan nilai chargeability tinggi juga memiliki nilai tahanan jenis yang tinggi. Kondisi tersebut menunjukkan keberadaan batuan yang resistif dan mengandung mineral yang dapat menyimpan arus dengan baik. Karena itu zona tersebut dapat diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang berasosiasi dengan timah primer. Secara umum pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 175 meter hampir sama dengan pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 136 meter. Nilai tahanan jenis rendah terlihat di sebelah utara dan baratdaya dengan pola kontur membuka ke arah utara dan baratdaya. Nilai tahanan jenis sedang dan tinggi tersebar menerus dari baratalaut ke arah tenggara. Pola sebaran chargeability pada kedalaman 175 meter sedikit berbeda dengan pola sebaran chargeability pada kedalaman 136 meter. Pada kedalaman 175 meter, sebaran nilai chargeability cenderung menerus dari baratlaut ke sebelah timur. Daerah yang memiliki nilai chargeability tinggi umumnya juga memiliki nilai tahanan jenis tinggi, sehingga kondisi ini dapat diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang berasosiasi dengan timah primer. Hasil pemodelan tahanan jenis dan chargeability lintasan A secara umum sebaran nilai tahanan jenis dan chargeability di dekat permukaan bernilai rendah dan cenderung lebih tinggi di bagian bawah. Kontras nilai chargeability terlihat di sisi sebelah baratdaya dan sebelah timurlaut. Di sebelah baratdaya terdapat nilai chargeability rendah (<10 msec) yang mengindikasikan bahwa batuan di daerah tersebut sedikit mengandung mineral yang dapat menyimpan arus. Di sisi sebelah timurlaut terdapat nilai chargeability sangat tinggi (>200msec) yang mengindikasikan bahwa batuan di sekitarnya tersusun atas mineral-mineral yang dapat menyimpan arus. Nilai tahanan jenis pada sisi timurlaut juga relatif

Page 4: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

tinggi (>10.000 Ohm.m) yang mengindikasikan bahwa batuan disekitarnya bersifat resistif. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang bersifat lebih resistif jika dibandingkan dengan batuan sedimen yang ada di sekitarnya. Pola sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan B relatif berbeda dengan pola sebaran tahanan jenis dan chargeability di lintasan A. Pada penampang tahanan jenis lintasan B terlihat adanya nilai tahanan jenis tinggi di bagian bawah yang menyebar cukup luas, sedangkan nilai chargeabilitynya cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah, khususnya di bagian tengah hingga ke sisi baratdaya. Nilai tahanan jenis tinggi yang tidak diiringi dengan nilai chargeability tinggi mengindikasikan bahwa batuan di daerah tersebut bersifat resistif tetapi tidak dapat menyimpan arus cukup lama yang berarti kandungan mineral yang dapat menyimpan arusnya sedikit. Akan tetapi, pada sisi sebelah timurlaut terlihat adanya nilai chargeability yang cukup tinggi (>150 msec) dan tahanan jenis tinggi (> 10.000 Ohm.m) yang dapat ditafsirkan sebagai zona resistif dengan kemampuan menyimpan arus yang cukup tinggi. Sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan C memperlihatkan pola yang cenderung merendah ke arah timurlaut. Di bagian atas dekat permukaan didominasi oleh nilai tahanan jenis dan chargeability yang rendah. Nilai tahanan jenis rendah diperkirakan berasosiasi dengan batuan sedimen. Nilai tahanan jenis tinggi di sebelah baratdaya diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang bersifat resistif. Lintasan D berada di bagian tengah lokasi penyelidikan. Sebaran tahanan jenis dan chargeability di sebelah timurlaut cenderung didominasi oleh nilai yang tinggi, sedangkan di sebelah baratdaya didominasi oleh nilai yang rendah. Di sebelah timurlaut terdapat nilai tahanan jenis tinggi dan juga chargeability yang tinggi. Nilai tahanan jenis tinggi ini diinterpretasikan sebagai batuan yang bersifat resistif, diduga berupa batuan

granit. Nilai chargeability tinggi mengindikasikan keberadaan mineral yang dapat menyimpan arus cukup lama. Nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah di sebelah baratdaya mengindikasikan batuan yang relatif konduktif berupa batuan sedimen dan tidak tersusun atas mineral yang dapat menyimpan arus cukup lama. Sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan E didominasi oleh nilai tahanan jenis dan chargeability yang rendah. Nilai tahanan jenis rendah ini mengindikasikan batuan yang bersifat konduktif, yang diduga berupa batuan sedimen. Nilai chargeability rendah mengindikasikan sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus. Di bagian bawah sebelah baratdaya terlihat ada anomali berupa nilai tahanan jenis tinggi (>10.000 Ohm.m) yang menunjukkan keberadaan batuan resistif. Pengukuran geomagnet di daerah Parit Tebu telah dilakukan pada 904 titik ukur yang tersebar pada lima lintasan dan titik ukur acak/random dengan spasi 25 meter pada lintasan dan maksimal 200 meter pada titik acak. Pada data yang terukur kemudian dilakukan koreksi yang meliputi koreksi variasi harian dan koreksi IGRF. Koreksi-koreksi tersebut dilakukan untuk melihat anomali magnet lokal dan menghilangkan pengaruh dari variasi medan magnet harian. Data magnet yang telah terkoreksi umumnya disebut sebagai Anomali Magnet Total. Anomali magnet ini kemudian diplot ke dalam peta dasar menjadi Peta Anomali Magnet Total. Daerah Parit Tebu memiliki inklinasi -24.5o dan deklinasi 0.8o. Nilai inklinasi dan deklinasi ini sangat penting terutama untuk membantuk melakukan interpretasi terhadap data magnet. Anomali magnet total diperoleh dari data pengukuran yang telah dikoreksi. Nilai anomali magnet total bervariasi dari sekitar -90 nT hingga sekitar 100 nT. Pola anomali magnet total cenderung acak dan memiliki nilai yang relatif seragam di bagian tengah, yaitu sekitar 0 – 30 nT. Nilai anomali yang rendah dan cenderung seragam ini menunjukkan bahwa batuan yang ada di sekitar area pengukuran kurang bersifat

Page 5: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

magnetik dan diinterpretasikan sebagai batuan sedimen. Anomali yang paling menarik berada di sebelah timurlaut, dimana di daerah tersebut terlihat ada pasangan anomali rendah (negatif) dan anomali tinggi (positif). Hal ini terjadi karena data magnetik bersifat dipole, maka anomali magnetik umumnya teridiri atas dua kutub yaitu kutub positif dan kutub negatif. Di daerah Parit Tebu, dimana nilai inklinasi sekitar -24.5, batuan dengan sifat magnetik yang tinggi umumnya memberikan respon anomali negatif dan positif. Karena itu, pasangan anomali yang berada di sebelah timurlaut dapat diinterpretasikan sebagai batuan dengan nilai magnetik tinggi (positif). Batuan tersebut diduga berupa batuan granit yang lebih bersifat magnetik jika dibandingkan dengan batuan sedimen. Pada data anomali magnetik ini dilakukan kontinuasi ke atas (upward continuation) dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 meter hingga 100 meter. Kontinuasi ke atas ini dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang bersifat lokal dan melihat anomali secara lebih regional. Hasil kontinuasi ke atas 25 meter dan 50 meter masih memperlihatkan adanya spot-spot kecil pada peta anomali magnet. Spot-spot kecil ini umumnya menunjukkan anomali yang bersifat dangkal atau noise. Hasil kontinuasi ke atas 75 meter dan 100 meter memperlihatkan pola anomali yang lebih regional, ditandai dengan pola kontur yang lebih smooth. Berdasarkan hasil kontinuasi ke atas tersebut, pola anomali di bagian tengah relatif seragam dan tidak menunjukkan adanya pasangan anomali yang sangat kontras. Kondisi ini mengindikasikan bahwa batuan di bagian tengah relatif seragam dan diduga berasosiasi dengan batuan sedimen yang mendominasi daerah survei berupa formasi Tajam dan formasi Kelapakampil. Anomali menarik terlihat di sebelah timurlaut dan sebelah selatan yang ditandai dengan pasangan anomali positif dan negatif yang cukup kontras. Pasangan anomali di sebelah timurlaut memperlihatkan anomali negatif berada di sebelah utara sedangkan anomali

positifnya berada di selatan. Kondisi ini umumnya berasosiasi dengan batuan yang memiliki suseptibilitas tinggi (positif) karena daerah penelitian berada pada inklinasi sekitar -24.5o. Jika dibandingkan dengan batuan di sekitarnya yang berupa batuan sedimen formasi Tajam dan formasi Kelapakampil, maka batuan yang dicirikan dengan anomali ini kemungkinan besar memiliki suseptibilitas (kemagnetan batuan) yang lebih tinggi. Batuan tersebut diduga berupa batuan beku (granit) yang mungkin berasosiasi dengan keberadaan timah primer. Pasangan anomali di sebelah selatan ditandai dengan keberadaan anomali rendah di sebelah barat dan anomali tinggi di sebelah timur. Karena dipole magnetik berarah utara selatan, maka pasangan anomali ini kemungkinan bukan merupakan respon dari batuan yang sama, tetapi lebih mengindikasikan adanya kontras sifat kemagnetan batuan. Anomali tinggi diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang sifat kemagnetannya tinggi, sedangkan anomali rendah berasosiasi dengan batuan yang kemagnetannya rendah. Kontras ini juga mengindikasikan keberadaan struktur/sesar, yang berdasarkan data geologi berarah baratlaut-tenggara. 4. PEMBAHASAN Secara genetik timah di daerah Parit Tebu diduga terbentuk oleh larutan hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi granit tipe S yang berumur Trias. Keberadaan intrusi granit sampai saat ini masih menjadi pertanyaan. Karena itu hasil survei geofisika diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan intrusi granit. Secara umum batuan yang mengalami mineralisasi ataupun alterasi akan mengalami perubahan sifat fisika maupun sifat kimia. Batuan yang mengandung mineral sulfida umumnya memiliki nilai tahanan jenis rendah (konduktif), sedangkan sifat kemagnetannya relatif lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Kontras dan perubahan sifat fisika ini dapat menjadi acuan dalam melakukan interpretasi geofisika.

Page 6: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Hasil survei IP memperlihatkan sebaran nilai tahanan jenis yang didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah pada kedalaman kurang dari 70 meter. Tahanan jenis rendah ini berasosiasi dengan batuan sedimen formasi Tajam dan formasi Kelapakampil yang mendominasi daerah survei. Di sebelah timurlaut (sisi Timurlaut lintasan D) terlihat adanya sebaran tahanan jenis tinggi yang mulai terlihat dari kedalaman sekitar 13 meter hingga kedalaman 175 m. Semakin ke dalam nilai tahanan jenis di area tersebut juga semakin tinggi. Zona ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang lebih resistif jika dibandingkan dengan batuan sedimen. Batuan tersebut dapat berupa batuan beku atau batuan metamorf. Karena banyak ditemukan mineralisasi di sekitar area survei yang berasosiasi dengan batuan granit, maka batuan yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi dapat diinterpretasikan sebagai respon dari batuan granit. Batuan granit ini diduga sebagai penyebab adanya sistem hidrotermal yang membentuk mineralisasi dan cebakan timah di daerah Parit Tebu. Sebaran nilai chargeability pada kedalaman kurang dari 70 meter cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah yang menunjukkan sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus dengan baik. Nilai chargeability rendah ini bertepatan dengan keberadaan batuan sedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai chargeability tinggi terlihat di sebelah timurlaut lintasan D bertepatan dengan sebaran nilai tahanan jenis tinggi. Nilai chargeability tinggi ini mengindikasikan banyaknya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus, seperti mineral-mineral sulfida. Nilai chargeability tinggi terlihat jelas pada kedalaman 70 meter. Penyebarannya semakin meluas seiring dengan bertambahnya kedalaman. Chargeability tinggi umumnya berasosiasi dengan mineral-mineral logam, seperti emas, besi, perak, dan sebagainya. Zona chargeability tinggi di daerah Parit Tebu diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan mineral sulfida atau timah. Mineral sulfida atau timah ini diperkirakan

berasosiasi dengan keberadaan intrusi granit yang ditandai dengan nilai tahanan jenis tinggi. Anomali magnetik memperlihatkan nilai yang cukup bervariasi dari sekitar -90 nT hingga sekitar 100 nT. Di bagian tengah daerah survei didominasi oleh nilai magnetik sekitar 0-30 nT dengan penyebaran yang cukup luas. Nilai magnetik ini diduga merupakan respon dari batuan sedimen yang bersifat kurang magnetis. Anomali yang menarik terlihat disisi timurlaut daerah survei, dimana terlihat adanya pasangan anomali negatif dan anomali positif. Karena inklinasi daerah penyelidikan sekitar -20o, maka pasangan anomali negatif dan positif ini diperkirakan berkaitan dengan bodi/batuan yang bersifat magnetis. Bodi tersebut diduga berupa intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Interpretasi komprehensif dilakukan terhadap data tahananan jenis dan chargeability pada kedalaman 70 meter, model tahanan jenis dan chargeability lintasan D, dan anomali magnet total. Data-data tersebut memperlihatkan adanya anomali menarik di sebelah timurlaut. Di zona tersebut terlihat adanya nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang pada model 2D lintasan D nilai tersebut menerus dari kedalaman sekitar 70 meter hingga ke bawah. Zona ini ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan intrusi granit yang menyebabkan terbentuknya sistem hidrotermal, sehingga dipermukaan banyak ditemukan timah dan mineral sulfida. Di sebelah timurlaut zona ini juga terlihat adanya pasangan anomali magnetik rendah dan anomali magnetik tinggi. Anomali ini mencerminkan keberadaan batuan dengan sifat kemagnetan yang lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Batuan tersebut diduga merupakan bagian dari intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Batuan ini juga diduga sebagai indikasi keberadaan timah primer di daerah Parit Tebu.

Berdasarkan hasil interpretasi data geofisika yang meliputi data IP (tahanan jenis dan chargeability) dan data geomagnet, keberadaan intrusi

Page 7: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

granit ditunjukkan oleh respon nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang juga diperkuat oleh adanya pasangan anomali magnet rendah dan anomali magnet tinggi. Zona tersebut berada di sebelah timurlaut di lintasan D di titik D-2500, dengan kemungkinan kedalaman titik bor uji di sekitar kurang lebih 50m - 70m dengan perkiraan luas sekitar 731283 m2 . Berdasarkan perhitungan, dimana pendugaan sumberdaya hipotetik batuan granit pembawa unsur timah, dengan asumsi nilai densitas batuan granit 2.64 kg/m3, maka cadangan sumber daya hipotetik batuan granit sebagai pembawa unbsur timah di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar 250000 ton. Dengan distribusi volume hipotetiknya seperti pada gambar di bawah.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil survei IP, daerah Parit Tebu didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah yang berasosiasi dengan batuan sedimen di bagian tengah pada kedalaman kurang dari 70 m. Di sebelah timurlaut ditemukan nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan intrusi granit. Dari hasil penampang tahanan jenis dan chargeability 2D, nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diduga sebagai respon dari batuan granit terlihat pada kedalaman 70 m dan menerus hingga ke dalam. Interpretasi keberadaan batuan granit di daerah ini diperkuat dengan adanya pasangan anomali magnet rendah dan anomali magnet tinggi di sebelah timurlautnya. Pasangan anomali magnet ini mengindikasikan keberadaan batuan yang lebih magnetis daripada batuan di sekitarnya (batuan sedimen). Batuan granit ini diperkirakan berasosiasi dengan timah primer yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan mengenai keberadaannya. Karena itu zona prospek timah primer diperkirakan berada di sebelah timurlaut dengan perkiraan luas sekitar 731283 m2.

Serta cadangan sumber daya hipotetik batuan granit di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar 250000 ton.

Pengeboran uji di daerah prospek perlu dilakukan untuk membuktikan dan lebih menegaskan mengenai keberadaan batuan granit sebagai indikasi adanya timah primer. Pengeboran sebaiknya dilakukan pada perkiraan zona prospek, yaitu di sebelah timurlaut daerah survei (di sekitar titik D-2500). Hasil pemodelan tahanan jenis dan chargeability 2D pada lintasan D memperlihatkan bahwa anomali yang diduga sebagai batuan granit berada pada kedalaman 70 m dan menerus hingga ke dalam. Karena itu kedalaman pengeboran uji disarankan lebih dari 100 m. 6. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih tim penulis hantarkan kepada para staf Pusat Sumber Daya Geologi bidang bawah permukaan dan mineral logam yang telah berperan serta dalam penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA Armin Tampubolon, 2013, Kajian Timah

Primer Di Pulau Belitung Provinsi Bangka Belitung

Baharudin dan Sidarto, 1995, Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatera, sekala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Kadir, W.G.A. 2000, Eksplorasi Gaya Berat dan Magnetik. Program Studi Teknik Geofisika ITB. Bandung.

Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting.

Osberger, R., 1965. Geologi dari Pulau Belitung. Arnhem. Netherlands, Billiton Co., Unpubl. Rep. On the Geology of the Inan Part of the Great Southeast Asian Tin Girgle. Billiton Tin Mining Company (Unpubl). 1965.

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., Keys, D. A., 1990, Applied Geophysics, Cambridge University Press, London

Page 8: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Gambar 1 Peta Indeks daerah survei IP dan Geomagnet, Belitung-Timur,

Provinsi Bangka-Belitung

Gambar 2. Peta Geologi daerah Survey IP dan Geomagnet Belitung Timur

Lokasi Survei

Page 9: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Gambar 3 Peta sebaran titik ukur IP

Gambar 4. Peta sebaran titik ukur Geomagnet

Page 10: Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu

Gambar 5. Peta sebaran tahanan jenis dan chargeability per kedalaman

Gambar 9. Interpretasi Geofisika Terpadu Daerah prospek berdasarkan data peta sebaran IP 70 meter, model 2D dan peta anomali magnet total


Top Related