Transcript
Page 1: supplay maksimum rawat inap

TUGAS EKONOMI KESEHATAN DAN EKONOMI MIKRO

“MENGHITUNG SUPPLY MAKSIMAL PELAYANAN RAWAT INAP

DI RS ISLAM SURABAYA DAN UTILIZATION FOR MEDICAL CARE”

Oleh :

1. Aulia Oktaviani

2. Elvira Yuniarti

3. Norita Rachman FR

4. Domitianus Adhio

5. Agia Tessa A

MANAJEMEN PEMASARAN DAN KEUANGAN PELAYANAN

KESEHATAN

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

1

Page 2: supplay maksimum rawat inap

A. Menghitung Supply Maksimal Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit

Islam Surabaya

1. Definisi Supply Dalam Pelayanan Kesehatan

a. Pengertian supply dan supply maksimal

Penawaran (supply) adalah sejumlah barang yang dijual atau

ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu. Dalam ilmu ekonomi,

penawaran maksimal (supply maximal) menunjukkan jumlah (maksimum)

yang ingin dijual pada berbagai tingkat harga, atau berapa harga

(minimum) yang masih mendorong penjual untuk menawarkan berbagai

jumlah dari suatu barang. Titik beratnya pada kerelaan atau kesediaan

untuk menjual, bukan berapa barang yang sungguh-sungguh terjual.

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang yang

ditawarkan para penjual. Hukum penawaran mengatakan bahwa makin

tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut yang

akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga

suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan

dengan asumsi ceteris paribus bahwa semua variabel yang sedang tidak

dibicarakan diangap tetap dan sama.

Hal mendasar dalam supply baik itu pada produk barang ataupun

jasa adalah fungsi produksi yang meliputi input (6M2T1I) dan proses.

Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara output pada barang

ataupun jasa tersebut dengan sumber daya (input) yang digunakan untuk

memproduksinya.

b. Pengertian pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya, pekerjaan atau kegiatan

kesehatan yang ditujukan untuk mencapai derajat kesehatan perorangan/

masyarakat yang optimal/ setinggi-tingginya.

2

Page 3: supplay maksimum rawat inap

c. Supply maksimal pelayanan kesehatan

Supply maksimal pelayanan kesehatan adalah jumlah maksimal/

kemampuan maksimal/ kapasitas maksimal pelayanan yang dapat

diberikan dalam periode tertentu.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan

a. Karakteristik fungsi produksi (Characteristics of production

function)

Penawaran terhadap produk atau pelayanan adalah tergantung pada

fungsi produksi. Supply pada pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

kemampuan produksi /input yaitu 6M (man, money, material, machine,

methode, market ), 2T (time, technology), dan 1I (information).

a. Man : dokter, dokter spesialis, bidan, perawat, skm,

farmasis, tenaga administrasi, dan lain sebagainya.

b. Money : biaya operasional, biaya infestasi dan biaya lain-lain.

c. Material : berhubungan dengan logistik pelayanan

kesehatan, misalnya obat, suntik, bahan makanan, dan

lain sebagainya.

d. Methode : SOP rumah sakit, Standart Pelayanan Minimal

(SPM), dll

e. Machiene : peralatan laboratorium, peralatan unit

penunjang, incenerator, dll

f. Market : wilayah kerja pelayanan kesehatan,

segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang dibidik

berdasarkan proses STP (segmenting, targeting dan

posisioning)

g. Teknologi : kecanggihan dan kemutakhiran teknologi

yang digunakan misalnya finger print, dan lain

sebagainya.

h. Time : waktu yang digunakan untuk pelayanan, unit pelayanan.

i. Informasi : melalui internet, pamflet dan leaflet.

3

Page 4: supplay maksimum rawat inap

b. Faktor Dominan Dalam Supply Pelayanan Kesehatan

Supply pelayanan kesehatan merupakan derivat dari supply

sehingga faktor yang mempengaruhi juga sama. Faktor paling dominan

yang mempengaruhi penawaran pada pelayanan kesehatan adalah man dan

machine (fasilitas medis) sedangkan 4M 2T 1i lainnya diasumsikan

terpenuhi. Sumberdaya manusia dan machine merupakan faktor terpenting

dalam pelayanan kesehatan karena:

a. Pelayanan kesehatan merupakan bisnis jasa, jadi man yang memberi

pelayanan (man sebagai pemberi jasa), seperti paramedic dan non

paramedic.

b. Man pada pelayanan kesehatan memiliki kompetensi secara khusus.

Kompetensi ini meliputi keterampilan, kemampuan yang disertai

kewenangan yang dilindungi undang-undang.

c. Fasilitas disini sebagai penunjang keberadaan sumberdaya manusia

tersebut. Jadi antara man dan machine harus selalu ada di dalam

pelayanan kesehatan.

c. Contoh Supply Dalam Pelayanan Kesehatan (keperawatan)

Pada Rumah Sakit “X” akan dilakukan perhitungan mengenai

jumlah pelayanan perawat. Jika outputnya adalah pelayanan keperawatan

tiap pasien dan input yang digunakan adalah jumlah dan jenis perawat,

alat keperawatan, maka hubungan teknis antara keduanya adalah sebagai

berikut:

Qnpc = f (RNs, LPNs, Ads, UN)

Keterangan :

Qnpc = Quantity of nursing patient care (kuantitas pelayanan

keperawatan pasien)

RNs = Registered Nurse (Perawat yang terdaftar)

LPNs = Licensed Practical Nurse (Perawat yang telah

terlisensi/tersertifikasi)

4

Page 5: supplay maksimum rawat inap

ADs = Nursing Aides (pembantu perawat)

UN = The type of nursing unit (Unit atau tipe perawatan)

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa Qnpc adalah kuantitas

pelayanan keperawatan , RNs (jumlah perawat yang tercatat, perawat yang

mahir, sudah memiliki surat ijin praktek, sudah bisa mandiri sebagai

perawat panggilan), AD (pembantu perawat) dan LPN (perawat praktek

yang masih harus dinaungi oleh institusi), ketiga (RNs, LPNs, Ads) factor

diatas terkategori dalam MAN, sedangkan UN terkategori dalam aspek

sarana, prasarana, teknologi, material dan methode.

Karakteristik tertentu dari fungsi produksi pada sektor kesehatan

mempengaruhi biaya dan kuantitas pelayanan yang dapat disediakan.

Hubungan dari fungsi ini menyatakan bahwa antara pelayanan untuk tiap

pasien dan jenis perawat dapat digantikan dengan lainnya untuk

menghasilkan kualitas pelayanan yang sama. Tingkat penggantian tersebut

bukan berarti jenis yang satu digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai

contoh satu LPN tidak dapat digantikan oleh satu RN, walaupun RN

memiliki skill lebih. LPN hanya dapat menggantikan beberapa tetapi tidak

semua tugas RN dapat digantikan. Tingkat penggantikan tersebut penting

untuk ditentukan karena menyediakan informasi untuk pengambilan

keputusan untuk merencanakan kombinasi tenaga yang dapat meminimkan

cost / biaya yang dikeluarkan produsen dalam memberikan pelayanan

karena pemanfaatan resources yang maksimal.

Dalam industri kesehatan terdapat legal restriction (pembatasan

legal) dalam hal tugas dari pemberi pelayanan kesehatan. Artinya

walaupun seorang perawat mampu untuk melakukan tugas tertentu dari

dokter maka perawat itu tidak boleh melakukannnya karena akan

melanggar kode etik profesi. Adanya legal restriction ini membatasi

tingkat penggantian pada fungsi produksi. Sehingga pengambil harus

memperhatikan kombinasi pemakaian input yang akan digunakan.

Karakteristik lain dari fungsi produksi yaitu tidak semua input

dapat divariasikan secara simultan pada setiap waktu. Pada waktu tertentu

5

Page 6: supplay maksimum rawat inap

pengambil keputusan dapat memvariasikan kombinasi input. Misalnya

dalam anaisis jangka waktu yang panjang dengan mengkombinasikan tipe

perawat (memperbanyak atau memperbaikinya) selama penggunaan yang

lebih besar dari mekanisme monitoring. Periode jangka panjang adalah

jangka waktu dimana administrator dapat memvariasikan tidak hanya

jumlah dan tipe perawat, tetapi juga ukuran dan karakteristik dari unit

keperawatan. Periode jangka pendek adalah jangka waktu dimana

administrator hanya dpat memvariasikan input , tidak dapat melakukan

perubahan pada unit keperawatan. Contoh lain yaitu dalam periode jangka

pendek, untuk menaikkan pelayanan dokter dapat dilakukan dengan

menambah jumlah jam kerja atau dengan menambah pekerja tambahan.

Pada periode jangka panjang dapat dilakukan dengan pelatihan. Perbedaan

antara analisis jangka pendek dan panjang ini penting untuk ditentukan

karena mempengaruhi penetapan biaya terendah dalam pemberian

pelayanan kesehatan.

Aspek lain dalam fungsi produksi yang perlu diperhatikan adalah

teknologi. Peran teknologi adalah dalam efisiensi yaitu memperbanyak

jumlah output/ pelayanan dari penggunaan input yang lebih sedikit. Dalam

perawatan kesehatan, teknologi dapat merubah penyakit yang awalnya

tidak bisa diobati sekarang dengan adanya kecanggihan dapat di-treatment

dengan kemungkinan sembuh yang lebih tinggi. Tetapi penggunaan

teknologi dapat meningkatkan penggunaan input. Namun dalam hal lain

teknologi dapat menurunkan penggunaan obat baru (input) yang dapat

menurunkan perawatan yang mahal.

d. Elastisitas Supply Dalam Pelayanan Kesehatan

Efisiensi ekonomis pada sisi supply dalam sektor pelayanan

kesehatan juga memiliki dampak kebijakan penting. Jika sisi supply

pelayanan kesehatan secara relatif inelastis. Kebutuhan peningkatan harga

yang besar secara relatif selalu membawa kelanjutan peningkatan pada

output pelayanan kesehatan (karena provider tidak sedang berusaha untuk

meminimalisasi biaya mereka).maka hal ini akan mempengaruhi jenis

6

Page 7: supplay maksimum rawat inap

redistribusi tujuan program dalam sisi demand, secara spesifik, jenis

program asuransi kesehatan nasional yang dapat diinstitusikan. Seperti

ditunjukkan pada gambar, kurva supply yang relatif inelastis, digambarkan

dengan S1, akan, dengan peningkatan demand dari D1 ke D2,

menghasilkan peningkatan harga yang lebih baik dan peningkatan

penyediaan layanan yang lebih kecil daripada jika supply pelayanan

kesehatan adalah lebih elastis. Daftar supply yang lebih elastis menjadi,

sama meningkat dalam demand, menggambarkan Q2-Q1 meningkatkan

pelayanan dengan peningkatan harga yang lebih kecil: P2 dibandingkan

dengan P1. Total biaya dalam peningkatan demand menjadi P1 xQ1 dalam

kasus yang inelastis. Versus P2 xQ2 dalam situasi jika suplai lebih elastis.

Dalam kasus terakhir, peningkatan yang lebih dalam total peningkatan

belanja akan menyebabkan peningkatan pelayanan kesehatan, mengingat

bentuknya maka akan lebih meningkatkan harga dengan cepat dengan

peningkatan pelayanan yang lebih kecil. Biaya untuk program asuransi

kesehatan nasional menjadi lebih baik dan kesediaan pelayanan.

S1 (In Elastis)

Price

P1 S2 ( Elastis)

P2

D1 D2

Q1 Q2 Q/T

Kuantitas pelayanan medis

Gambar 1. pengaruh elastisitas supplay berbeda pada kuantitas, harga, dan

biaya asuransi kesehatan nasional

7

Page 8: supplay maksimum rawat inap

Efisiensi ekonomi dari sisi penawaran perawatan medis akan

mempengaruhi pengambilan keputusan kita untuk jenis program asuransi

kesehatan nasional yang dikembangkan, ketika akan dilaksanakan, dan apa

yang akan menutupi. Juga akan ada efek redistributif di antara kelompok

penduduk yang berbeda dalam masyarakat tergantung pada sifat kaku

pasokan pelayanan medis. sifat kaku lebih besar akan berarti lebih

meningkatkan harga, upah, dan pendapatan dari penyedia layanan

kesehatan. Sisanya penduduk akan membiayai kenaikan tersebut dari

pendapatan mereka sendiri dan dari pajak mereka membayar untuk

mendukung program pergeseran permintaan dalam perawatan medis.

Dengan menganalisis elastisitas penyediaan pelayanan medis,

adalah mungkin untuk lebih akurat memperkirakan efek pada harga dan

pengeluaran program peningkatan permintaan dan untuk mengevaluasi

kinerja penyedia perawatan medis. Jika analisis menunjukkan bahwa

pasokan pelayanan medis hanya ditentukan oleh sifat fungsi produksi

untuk menghasilkan jasa tersebut, dan selanjutnya, bahwa penyedia sedang

berusaha untuk meminimalkan biaya mereka, maka sangat sedikit

perubahan akan mungkin untuk meningkatkan kinerja industri. Kenaikan

harga medis dan jenis output yang dihasilkan tidak dapat diubah tanpa

efek serius dan berbahaya pada industri dan pasien. Namun jika, fungsi

produksi secara artifisial dibatasi oleh batasan hukum, dan ada beberapa

insentif bagi penyedia layanan untuk meminimalkan biaya produksi

mereka, maka akan mungkin untuk meningkatkan kinerja sektor medis.

3. Cara menghitung supply maksimal pada pelayanan kesehatan

a. Rawat Inap

A. Sumber Daya

Sumber daya paling dominan pada rawat inap adalah material

(tempat tidur), Material disini adalah sarana dan prasarana yang

berhubungan dengan tempat tidur di rumah sakit. Material yang dimaksud

adalah bantal, sarung bantal, guling, sarung guling dan seprei, untuk 5M

8

Page 9: supplay maksimum rawat inap

2T 1i, diasumsikan sebagai faktor penunjang dan terpenuhi. Berikut

pelayanan rawat inap RS Islam Surabaya dengan jumlah tempat tidur 116

buah.

B.Supply Maximal

Perhitungan supply maximal untuk pelayanan rawat inap di RS

Islam Surabaya dengan jumlah tempat tidur sebanyak 116 buah adalah

sebagai berikut :

1.) S pasien yg dirawat = 365 hari x 1 hari x 1 16 TT

Rata-rata hari pasien yang dirawat

Apabila rata-rata hari pasien yang dirawat disamakan dengan

standart yaitu berjumlah 6 maka :

S pasien yg dirawat = 365 x 1 x 1 16

6

= 42340 / 6

= 7.056,66

= 7.057 pasien

Jadi jumlah pasien maksimal yang dirawat untuk 116 TT dalam

waktu 1 tahun adalah 7.057 pasien.

2.) S hari rawat = 365 hari x jumlah TT x 24 jam

24 jam

= 365 x 1 16 x 24

24 jam

= 42.340 hari

Jumlah hari rawat maksimal untuk 116 TT dalam waktu 1 tahun

adalah 42.340 hari.

4. Utilization for Medical Care

9

Page 10: supplay maksimum rawat inap

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat

(consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan

yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider

satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien

(institutional satisfaction).

Harapan pasien terhadap kualitas pelayanan yang mereka terima dapat

dilihat dari beberapa aspek, meliputi:

1) kemudahan mengakses atau mendapatkanPerawatan

2) tenaga kesehatan yang kompeten dan terampil

3) kebebasan memilih dokter dan rumah sakit;

4) pengobatan yang sesuai

5) penjelasan tenaga kesehatan tentang kondisi dan pengobatan/perawatan

6) penghargaan tenaga kesehatan terhadap klien

7) perhatiantenaga kesehatan

8) tenaga kesehatan yang profesional

9) perbaikan kondisi klien setelah perawatan

(Kajian Pengeluaran Publik Sektor Kesehatan Tahun 2007)

Teori Perubahan Perilaku

Perilaku adalah apa yang dilakukan oleh seseorang.

GreenCOM mengemukanan definisi, “Behavior as a single, observable action

performed by an individual”.(Perilaku,secara tunggal, adalah aksi dari seseorang

yang  dapat diamati). Walaupun perilaku tersebut barangkali dilaksanakan

menurut kebiasaan (habit), tapi hal itu merupakan sebuah keputusan yang sadar.

Berbicara masalah perilaku, Ajzen dan Fishbein (1980) mengatakan bahwa

perilaku mempunyai empat elemen, yakni action, target, context and time.

Elemen action,  sangat mudah dimengerti, karena berkaitan dengan apa yang

dikerjakan.

Elemen Target, merujuk kepada perorangan atau kelompok yang

dipengaruhi oleh action tersebut. Berkaitan dengan perilaku  penggunaan jamban

10

Page 11: supplay maksimum rawat inap

saniter, adalah berkaitan dengan siapa yang melakukan perilaku tersebut: laki-laki

dewasa saja dan perempuan dewasa saja,   atau orang-orang di kampung A saja

dan seterusnya, serta siapa yang terkena akibat perilaku yang tidak sehat itu.

Elemen context, merujuk kepada bagaimana action tersebut dilakukan.

Misalnya: buang air besar di kebun dan membersihkannya pakai kayu; atau buang

air besar di kebun dan bilasnya dirumah; atau buang air besar disungai tanpa cuci

tangan dengan sabun dan sebagainya.

Elemen Time, merujuk kepada kapan action tersebut dilakukan. Misalnya:

masyarakat urban biasa buang air di kanal pada malam hari; atau ada kebiasaan

buang air besar  pakai kantong plastik pada pagi buta dan dilembar ke kebun dan

sebagainya.

Perumusan dengan jelas tentang 4 elemen perilaku tersebut akan sangat

membantu dalam men-spesifikasikan perilaku yang akan dirubah. Beberapa teori

perilaku akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Theory of Planed of Behaviour (Teori Tingkah Laku yang direncanakan)

oleh Ajzen (1985,1987)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut

dari TRA (Theory of Reasoned Action). Ajzen (1988) menambahkan konstruk

yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived

behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami

keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu

(Chau dan Hu, 2002).

Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak

hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi

individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada

keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs).

Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan)

mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors), seperti usia, jenis kelamin, suku, status

sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan)

mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar

11

Page 12: supplay maksimum rawat inap

belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang

dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Di

dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni

Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor personal adalah sikap umum seseorang

terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values),

emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia,

jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor

informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada media.

2. Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh

individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap

perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu

perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

3. Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan langsung dengan

pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field

Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT.

Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang

berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi

keputusan individu.

4. Norma subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki

motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan

dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hak

pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan

oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang

tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975)

menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena

ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh

dalam hidupnya atau tidak.

5. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs) diperoleh

dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama

sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain

(misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu sehingga ia

12

Page 13: supplay maksimum rawat inap

memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain

pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman, keyakinan individu mengenai

suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan

waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk

melaksanakannya, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan

yang menghambat pelaksanaan perilaku.

6. Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral Control), yaitu

keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah

melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk

melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas

kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki

kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini

dengan “persepsi kemampuan mengontrol” (perceived behavioral control). Niat

untuk melakukan perilaku (Intention) adalah kecenderungan seseorang untuk

memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini

ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku

tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu

itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam

kehidupannya.

b. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu

penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah

perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan

sarana & petugas kesehatan. Health Belief Model menurut Becker (1979)

ditentukan oleh :

• Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan

13

Page 14: supplay maksimum rawat inap

• Menganggap serius masalah

• yakin terhadap efektivitas pengobatan

• tidak mahal

• menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

Model ini menunjukkan bahwa perilaku seseorang yang berkaitan dengan

kesehatan tergantung kepada persepsi seseorang itu terhadap empat area kritis,

yaitu:

1.    Keganasan penyakit tersebut,

2.    Kerentanan seseorang terhadap penyakit itu,

3.    Keuntungan yang dirasakan bila melakukan perilaku yang baru dan

4.    Hambatan-hambatan yang mungkin ditemui bila melakukan perilaku baru

itu. 

Seseorang akan lebih mudah mengikuti anjuran untuk hidup sehat apabila:

Dia pernah merasakan atau paling kurang melihat keganasan penyakit yang akan

menyerangnya, bila ia tak mau merubah perilakunya. Dia merasakan bahwa dia

rentan terhadap penyakit tersebut. Contoh, karena yang bersangkutan selamanya

tak pernah merasakan sakit diare walaupun selalu minum air mentah, maka amat

sulit menganjurkannya untuk minum air air masak.

Menganjurkan seseorang yang sedang menderita sesuatu penyakit adalah

lebih mudah dari pada yang sedang sehat, karena akan merasakan manfaatnya bila

ia mau mengikuti anjuran kita.

Akhirnya, seseorang akan mau merubah perilakunya apabila dia tahu

bahwa dengan sumberdaya yang ada padanya dia mampu melakukan perilaku

baru tersebut. Misalnya, setelah tahu benar manfaat jamban bagi kesehatan diri

dan keluarganya, dia mempunyai uang yang cukup untuk membangun jamban

seperti yang diinginkan atau tidak sulit mendapatkan material tersebut didesanya.  

c. The Precede-Proceed Framework oleh Law Green

Lawrence Green mengemukakan bahwa ada 3 faktor utama yang

berpengaruh terhadap terjadinya perilaku, yaitu :

14

Page 15: supplay maksimum rawat inap

1)    Predisposing factors, yaitu faktor-faktor yang memberi kecenderungan

seseorang untuk berperilaku, yang mencakup pengetahuan, sikap , keyakinan

dan nilai. 

2)    Enabling factors atau faktor pemungkin, yaitu faktor-faktor lingkungan dan

masyarakat dari seseorang/individu yang memungkinkan atau yang hadir

sebagai hambatan dalam perubahan. 

3)    Reinforcing factors atau faktor pendorong, yaitu pengaruh-pengaruh positif

atau negatif dari penerimaan (adopsi) perilaku (termasuk dukungan sosial)

yang mempengaruhi keberlanjutan perilaku tersebut. 

Teori ini sering dipakai sebagai pendekatan dalam penyusunan

perencanaan, yang dekenal sebagai The Precede-Proceed Framework. Menurut

teori L.Green, seseorang akan merubah perilakunya bila ia paham akan manfaat

perubahan itu bagi kesehatan diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya; dia punya

keyakinan akan manfaat itu dan mampu mencapainya; serta sesuai dengan nilai-

nilai atau norma yang selam ini dianutnya.  Yang bersangkutan juga akan bersedia

merubah perilakunya apabila tak ada hambatan dari lingkungannya. Misalnya,

anjuran kepada PSK untuk memakai kondom, dimana semua pelanggannya

menolak memakai kondom, sementara di sangat membutuhkan uang untuk hidup

sehari-harinya, adalah sangat tidakrelevan.  Akhirnya, biasanya seseorang mau

merubah perilakunya bila orang-orang disekitarnya,   mendukung perubahan itu.

d. Learning Theory (Teori Pembelajaran)

Theori ini menekankan bahwa dalam mempelajari sesuatu yang baru, pola

perilaku yang sangat kompleks biasanya menghendaki adanya perubahan dari

banyak perilaku-perilaku kecil yang menyusun keseluruhan perilaku yang

kompleks tersebut. 

Perilaku-perilaku yang mengarah kepada perilaku tujuan utama

membutuhkan penguatan dan penegakan dengan pemberian penghargaan-

penghargaan pada pencapaian-pencapaian dari setiap bagian bila diperlukan.

Peningkatan secara bertahap, kemudian dibutuhkan dalam rangka menuju bentuk

perilaku yang diinginkan.

15

Page 16: supplay maksimum rawat inap

Berikutnya, tantangan akan dihadapi bila proses perubahan kearah perilaku

yang baru itu dihadapkan atau dikompetisikan dengan perilaku-perilaku lama

yang lebih dilakukan, sudah memberikan kepuasan, dan perilaku-perilaku yang

sudah menjadi kebiasaan atau adanya pengaruh lingkungan. Inilah permasalahan

yang sering kita jumpai dalam mempromosikan pemakaian jamban kepada

masyarakat. Dalam masyarakat telah mengkristal perilaku lama yang sangat

mudah dikerjakan, praktis, tak memerlukan biaya dan sudah dilakukan bertahun-

tahun, yakni buang air besar di sebarang tempat. Walapupun perilaku tersebut

kotor dan jorok, mereka telah terbiasa dengan keadaan itu dan sama sekali tak

merasa terganggu. Tidak ada pula   control social     yang melarang perilaku tersebut,

karena semua anggota masyarakat, termasuk para tokoh masyarakatnya pun

melakukan hal yang sama.

Upaya penguatan, menggambarkan konsekwensi-konsekwensi yang

memotivasi individu-individu untuk mau atau menolak untuk merubah

perilakunya. Sebagian besar perilaku dipelajari dan dipelihara/dipertahankan

dibawah skedul penguatan dan antisipasi   future reward   yang kompleks.   Future

rewards   atau   insentives   bisa berupa   konsekwensi-konsekwensi fisik (seperti

menjadi lebih bersih & sehat), extrinsic rewards   (seperti     penerimaan

hadiah/penghargaan), dan intrinsic rewards .  Penting untuk dicatat bahwa

walaupun pemberian penghargaan dari luar dapat merubah perilaku, tetapi tidak

menjamin terjadinya perubahan perilaku yang lestari dan dalam jangka panjang.

e. Trans Theoritical Model (TTM) 

Menurut TTM, individu bergerak maju melalui 5 tahap tersebut diatas

dalam perjalanan  mereka menuju sebuah perubahan yang bermanfaat dan lestari.

1)  Pre-contemplation – belum siap untuk melakukan perilaku sehat  

Pada tahap ini, orang belum ingin untuk memulai perilaku sehat dalam

waktu dekat (kira-kira dalam 6 bulan). Mereka mungkin belum menyadari

kebutuhan untuk berubah.

Strategi yang diperlukan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 

o    Belajar lebih banyak mengenai perilaku hidup sehat,

o    Berpikir tentang pro/menerima terhadap perubahan perilaku mereka 

16

Page 17: supplay maksimum rawat inap

o    Merasakan emosi-emosi tentang perilaku yang negative atau perilaku sehat

dari orang lain. 

2)  Contemplation (perenungan) – mencapai kesiapan untuk melakukan perilaku

sehat 

Pada tahap ini, seseorang/individu sedang berpikir tentang memulai

berperilaku sehat kira-kira dalam 6 bulan kedepan. Tetapi, mereka barangkali

masih berada bagian sisi bawah dari perubahan itu.

Strategi yang diperlukan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 

o    Membayangkan manfaatnya atau kenikmatannya  menjadi seseorang jika

mereka sudah merubah perilaku mereka. 

o    Belajar lebih banyak dari orang yang berperilaku sehat 

o    Bekerja dalam mengurangi kontra terhadap perubahan perilaku mereka .

3)  Preparation (persiapan) – siap untuk melakukan perilaku sehat  

Pada tahap ini, seseorang/individu telah siap untuk memulai berperilaku

sehat dalam kira-kira 30 hari kedepan. Mereka mengambil langkah-langkah yang

diyakini dapat menolong mereka untuk membuat mereka berperilaku sehat

sebagai bagian dari kehidupan mereka. Contohnya, mereka mengatakan kepada

teman-teman dan keluarganya bahwa mereka mau berubah.

Strategi yang dibutuhkan bagi individu dalam tahapan ini antara lain: 

o    Mencari dukungan dari teman-teman atau guru yang mereka percayai 

o    Mengatakan kepada orang lain tentang rencananya untuk merubah cara dia

berperilaku 

o    Berpikir tentang bagaimana mereka akan rasakan jika mereka melakukan

perilaku yang baru. 

4)  Action – mengerjakan perilaku sehat 

Pada tahap ini, orang mulai melakukan perilaku sehat, tapi mereka telah

melakukannya kurang dari 6 bulan. Ini jelas nampak pada si pelajar   dan mereka

yang disekitarnya bahwa mereka sedang bergerak maju. Pelajar-pelajar itu sedang

menegakkan komitmen untuk berubah.

Strategi yang diperlukan antara lain: 

17

Page 18: supplay maksimum rawat inap

o    Men-substitusi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perilaku yang tidak

sehat dengan yang positif 

o    Menghargai dirinya sendiri untuk mengambil langkah kedepan dalam

perubahan 

o    Menghindari orang dan situasi yang menggoda mereka untuk mengerjakan

perilaku yang tidak sehat. 

5)  Maintenance – memelihara perilaku sehat 

Pada tahap ini, seseorang telah (selalu) memelihara perilaku sehat untuk lebih dari

6 bulan. Hal ini penting untuk si pelajar , pada tahapan ini, untuk sadar terhadap

situasi-situasi yang mungkin menggoda mereka untuk tergelincir kembali kedalam

perilaku tidak sehat.   

Strategi yang diperlukan antara lain: 

o    Mencari dukungan dari dan berbicara dengan orang lain yang mereka

percayai. 

o    Meluangkan waktu dengan orang-orang yang melakukan perilaku sehat. 

o    Mengingat untuk melibatkan dalam kegiatan-kegiatan alternative dari pada

dengan perilaku yang tidak sehatSeseorang/individu bergerak maju melalui

tahap-tahap tersebut dengan sangat bervariasi, maju-mundur sepanjang

continuum, dengan membutuhkan waktu yang bervariasi pula sebelum

mencapai tujuan dari tahap   maintenance .     Lebih baik bila digambarkan

sebagai spiral atau sirkel dari pada linier.       Efisiensi seseorang untuk berubah

tergantung kepada   doing the right thing (processes) at the right time

(stages).

Menurut teori ini, intervensi yang specific pada tahap kesiapan seseorang

untuk berubah adalah essential. Sebagai contoh, untuk seseorang yang belum

pada tahap kontemplasi untuk menjadi lebih aktif, pemberian semangat

melalui tahap per tahap sepanjang continuum mungkin lebih efektif dari pada

menyuruh mereka untuk bergerak langsung untuk ber-aksi. 

f. Social Learning/Social Cognitive Theory

Social learning theory, yang kemudian dinamakan Social Cognitive

theory, mengusulkan bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh pengaruh

18

Page 19: supplay maksimum rawat inap

lingkungan, factor-faktor personal dan atribut dari perilaku itu sendiri. Masing-

masing bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh lainnya atau dari dua

diantaranya.

Inti ajaran dari social cognitive theory ini adalah Concept of Self

Efficacy(konsep kemanjuran diri). Seseorang harus yakin dalam dirinya sendiri

akan kemampuannya untuk melakukan perilakunya ( yaitu seseorang harus

memiliki self efficacy) dan harus merasakan suatu insentif dalam mengerjakan itu

(yaitu ekspektasi-ekspektasi positif seseorang pada saat melakukan perilaku itu,

dan harus mempertimbangkan pula ekspektasi-ekspektasi negatifnya).  

Sebagai tambahan, seseorang harus menghargai hasil-hasil akhir

(outcomes) atau konsekuensi-konsekuensinya, yang dia yakini akan terjadi

sebagai hasil dari melakukan sebuah perilaku atau action tertentu/spesisifik. Hasil-

hasil akhir dimaksud barangkali bisa diklasifikasikan sebagai keuntungan jangka

pendek/ immediate benefits( seperti rasa semangat mengikuti kegiatan fisik/olah

raga, misalnya) atau keuntungan jangka panjang (seperti mengalami peningkatan

kesehatan jantung sebagai hasil dari kegiatan fisik). Self-efficacy diyakini sangat

penting dalam menentukan perubahan perilaku seseorang, karena ekspektasi

jangka panjang dari seseorang akan disaring melalui ekspektasi-ekspekatasi atau

persepsi-persepsi akan kemampuannya melakukan perilaku tersebut. 

Self efficacy bisa ditingkatkan melalui berbagai cara, yaitu dengan

memberikan (1) instruksi yang jelas, (2) kesempatan untuk pengembangan

kemampuan atau pelatihan, dan (3) pemberian model tentang perilaku yang

diinginkan. Untuk bisa menjadi efektif, model harus bisa menimbulkan

kepercayaan (trust), kekaguman (admiration) dan rasa hormat (respect) dari si

observer. Tetapi, si model tidak harus, muncul untuk mewakili suatu tingkat

perilaku yang tidak mampu diwujudkan oleh si pengamat.

g. Ecological Approaches (Pendekatan Ekologi)

  Satu kritik terhadap sebagian besar teori dan model perubahan perilaku

adalah bahwa teori-teori tersebut menekankan kepada proses perubahan perilaku

individual dan sedikit memberikan perhatian kepada pengaruh sosio-kultural dan

19

Page 20: supplay maksimum rawat inap

lingkungan fisik terhadap perilaku.Belakangan ini, interest telah dikembangkan

dalam pendekatan ekologi guna meningkatkan partisipasi didalam kegiatan fisik.

Konsep sebuah lingkungan dalam promosi kesehatan telah

didemonstrasikan dengan menggambarkan bagaimana kegiatan fisik dapat di

promosikan melalui mewujudkan dukungan-dukungan lingkungan, seperti

bersepeda santai, jalan santai ditaman, dan penghargaan-penghargaan untuk

memberikan semangat kepada kebiasaan berjalan atau bersepeda ketempat kerja. 

Sebuah tema dasar dari perspektif ekologi adalah bahwa sebagian besar

intervensi yang efektif terjadi pada multiple levels (tingkatan-tingakatan ganda).

Sebuah model telah diusulkan bahwa meliputi beberapa tingkatan pengaruh

terhadap perilaku sehat, yaitu faktor intrapersonal, faktor interpersonal dan

kelompok, faktor institutional, faktor masyarakat dan kebijakan publik. Dengan

cara yang sama, model lain mempunyai tiga tingkatan (individual, organizational,

dan governmental) didalam 4 setting (sekolah, tempat kerja, institusi pelayanan

kesehatan dan masyarakat). Intervensi-intervensi yang secara bersamaan

mempengaruhi multiple levels dan multiple settings itu bisa diharapkan

mengarahkan kepada perubahan-perubahan yang lebih besar dan lestari dan

pemeliharaan promosi kebiasaan hidup sehat. Ini adalah sebuah area yang

dijanjikan untuk mendesign riset intervensi kedepan untuk mempromosikan

kegiatan-kegiatan fisik.

h. Kelman

Berkaitan dengan mengapa seseorang mau merubah perilakunya, Kelman

mengemukakan  bahwa seseorang mau merubah perilakunya karena alasan-alasan

sebagai berikut :

1)    Dipaksa (Coersive), karena instruksi , dipaksa atau ancaman.

2)    Terpaksa (compliance), menuruti anjuran orang lain karena ingin

mendapatkan imbalan, baik berupa materi maupun non materi.

3)    Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan (identification) dengan

seseorang yang ia kagumi.

4)    Karena menyadari manfaatnya (internalization)

20

Page 21: supplay maksimum rawat inap

Patut menjadi catatan bahwa perubahan yang paling lestari adalah apabila

seseroang menyadari benar akan manfaat perubahan perilakunya.

TINJAUAN PUSTAKA

Neila Ramdhani, 2007. Model Perilaku Penggunaan It “NR-2007”

neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/.../neila_buletin-tsm.pdf (sitasi

tanggal 10 April 2012)

Anonim, 2011. Teori Perubahan Perilaku Hidup Sehat.

http://labkomfkmuvri.blogspot.com/2011/06/teori-perubahan-perilaku-

hidup-sehat.html (sitasi tanggal 10 April 2012)

21


Top Related