Transcript
Page 1: Sudijono Sastroatmodjo TAK ADA KATA RUGI - unnes.ac.idunnes.ac.id/wp-content/uploads/04SM04C13bidik.pdf · Mengapa terburu-terburu untuk mewujudkan amanat PPitu di universitas yang

Kepada Suara Merdeka, Prof Sudijono bertu-tur tentang upaya Unnes untuk mewujudkanamanat Peraturan Pemerintah Nomor 66Tahun 2010 tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan, terutama

penyediaan 20% bangku kuliah bagi warga miskin.Berikut petikan wawancara dengan rektor yang dikenalgemar menanam, berjalan kaki, dan bersepeda di kam-pus ini.

Mengapa terburu-terburu untuk mewujudkan amanatPP itu di universitas yang Anda pimpin?

Berkali-kali saya katakan, komitmen kami untuk men-jadi universitas taat asas. Apa artinya taat asas? Taat asasitu artinya menjalankan segala kebijakan sesuai denganaturan yang berlaku.

Jika PP mengatakan seperti itu, itu pula yang haruskita lakukan. Jika aturan mengamanatkan sekarang juga,sekarang juga kita harus melakukannya, tidak bolehmenunda-nunda.

Lebih dari itu, selalu saya katakan, untuk membe-baskan biaya kuliah bagi keluarga tidak mampu secaraekonomi, tidak ada kata rugi. Yang ada hanya untung danuntung.

Ada alasan lain?

Saya kira semua di antara kita tidak ada yang berke-beratan, bahkan bersepakat, bahwa mereka yang kekuran-gan secara ekonomi juga memiliki hak yang sama untukmemperoleh layanan pendidikan. Lagi-lagi untuk hal ini,kita akan dengan mudah menemukan rujukannya dalamUUD 1945.

Boleh saja ada yang mengatakan pemerintah kurangmemerhatikan mereka dalam pendidikan.

Namun secara objektif harus dicatat, upaya pemerin-tah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepadasetiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan hing-ga jenjang tertinggi tak pernah berhenti.

Bahwa di antara itu masih ada kekurangannya, upayauntuk mengatasi kekurangan itu juga tidak pernah man-dek.

Keluarnya PP Nomor 66 Tahun 2010 merupakanwujud political will untuk memberikan pemihakanterhadap mereka. Sebagai institusi pemerintah, sekali-gus sebagai tangan panjang pemerintah pusat, tentu kitatidak boleh tinggal diam. Justru harus optimalmewujudkannya. Lembaga perguruan tinggi negerimemang memiliki tanggung jawab moral untukmewujudkan hal itu.

Ada kalkulasi terkait dengan betapa urgennya mewu-judkan target ini?

Ada memang catatan yang menyebutkan bahwa padatahun 2003, jumlah mahasiswa miskin di seluruh Indonesiahanya 0,98%. Tahun 2008 bahkan jumlahnya meningkat men-jadi sebanyak 3%, dan 2009 meningkat menjadi 6%.

Sementara itu, tak bisa dimungkiri bahwa ada sajamahasiswa yang kesulitan untuk membayar biaya kuliahsehingga harus minta keringanan, penundaan, ataupunpembebasan. Padahal, di antara mereka yang mengalamikesulitan finansial itu, tak jarang memiliki prestasiakademik maupun nonakedemik yang bagus. Jika sampaimereka tidak bisa mengakses pendidikan tinggi atau sam-pai drop out, sungguh sayang. Mereka aset bangsa.Karena itu, saat penyerahan Bidikmisi beberapa waktulalu saya katakan, jangan sampai ada yang berhenti kuliahgara-gara tidak bisa membayar uang kuliah.

Tentang Bidikmisi, tampaknya Anda tak perlu pikirpanjang untuk menyalurkan semuanya. Padahal, sejum-lah pemimpin perguruan tinggi sempat menyatakan rugikalau terlalu banyak ambil kuota beasiswa ini.

Untuk urusan beasiswa ini, sesungguhnya tidaksemestinya kita bicara soal untung-rugi. Bukankah selamaini, bagi perguruan tinggi negeri, support pemerintah sudahdemikian luar biasa. Apalagi beasiswa Bidikmisi ini asal-nya juga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Kami saat itu memandang beasiswa Bidikmisi merupakanupaya pemerintah untuk mendorong perguruan tinggimemberikan porsi secara memadai penyediaan bangkukuliahnya bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi,sekaligus membebaskan biayanya. Ibarat anak kecil,dengan Bidikmisi, kita itu ditetah, dituntun untuk berjalan.

Apa target selanjutnya?

Insya Allah tahun ini Unnes mewujudkan 27% bangkukuliah untuk mahasiswa baru yang berasal dari golonganlemah secara ekonomi sekaligus membebaskan mereka daribiaya kuliah, sesungguhnya tak lepas dari Bidikmisi.

Seiring dengan itu, bersama Dewan PertimbanganUnnes, kami akan terus menghimpun beasiswa Dana SetiaKawan Masyarakat. Kita semua harus cancut taliwandauntuk cawe-cawe agar anak bangsa yang memiliki potensibaik tidak terkubur impiannya untuk mengenyam pen-didikan tinggi. Catatan Museum Rekor Indonesia (Muri)yang menempatkan Unnes sebagai pelopor penyedia 20%kursi gratis bagi warga tidak mampu secara ekonomimerupakan janji yang senantiasa harus kami tepati. (33)

Sudijono Sastroatmodjo

Ketika sejumlah pemimpin perguruan tinggi "masih pikir-pikir dulu" untuk

menyalurkan beasiswa Bidikmisi, Prof Dr Sudijono Sastroatmodjo justru langsung

mengatakan, "Berapa pun akan kami terima dan salurkan." Setahun berikutnya,

Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) bahkan mencanangkan 20%

bangku kuliah untuk mahasiswa dari keluarga tak mampu secara ekonomi yang

disertai pembebasan dari segala biaya kuliah. Prakarsa itu yang kemudian dicatat

sebagai pelopor oleh Museum Rekor Indonesia (Muri).

TAK ADAKATA RUGI

UNTUKKULIAH GRATIS

SENIN, 4 MARET 2013

Top Related