Download - Stuntingn

Transcript
Page 1: Stuntingn

1. Stunting

Stunting adalah perawakan pendek yang timbul akibat malnutrisi yang lama.

Stunting baru disadari setelah anak memasuki usia pubertas atau remaja.

Stunting mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal yang

disebabkan oleh status kesehatan dan atau status gizi yang suboptimal.

2. Penyebab

Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, namun secara umum dikategorikan

menjadi tiga faktor yaitu

1. faktor dasar (basic factors) : ekonomi, sosial dan politik

2. faktor yang mendasari (underlying factors) : keluarga (tingkat pendidikan orang

tua, jumlah anak dlam keluarga) dan pelayanan kesehatan

3. faktor dekat (immediate factors) : diet dan kesehatan

Kondisi lingkungan di dalam maupun di sekitar rumah juga dapat mempengaruhi

terjadinya stunting. Lingkungan yang kotor dan banyak polusi menyebabkan anak

mudah sakit sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

(Aryu,Candra 2011)

1. Faktor langsungnya adalah pemenuhan akan asupan gizi dan adanya penyakit

infeksi

2. faktor tidak langsungnya salah satunya adalah ketersediaan pangan keluarga

yang terkait dengan pola asuh anak seperti pemberian ASI eksklusif dan

pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI yang diberikan pada saat usia <6

bln, kualitas dan kuantitas buruk) serta pangan yang bergizi seimbang khususnya

bagi ibu hamil (Bappenas R.I, 2013b).

3. Faktor resiko stunting

a. Anak

1) anak dengan jarak kelahiran dekat <2 th (<21 blan) berisiko menjadi stunting

11,65 kali dibandingkan anak yang memiliki jarak kelahiran ≥ 2 th

menyebabkan :

1. Orangtua cenderung lebih kerepotan sehinga kurang optimal dalam merawat

anak. Disebabkan anak yang lebih tua belum mandiri dan masih

memerlukan perhatian yang sangat besar. Apalagi pada keluarga dengan

Page 2: Stuntingn

status ekonomi kurang yang tidak mempunyai pembantu atau pengasuh

anak. Perawatan anak sepenuhnya hanya dilakukan oleh ibu seorang diri,

padahal ibu juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang

lain => asupan makanan anak kurang diperhatikan.

2. Salah satu anak, biasanya yang lebih tua tidak mendapatkan ASI yang cukup

karena ASI lebih diutamakan untuk adiknya. Akibat tidak memperoleh ASI

dan kurangya asupan makanan, anak akan menderita malnutrisi yang bisa

menyebabkan stunting.

2) Anak sering bermain ditempat yang kotor memasukkan benda-benda kotor ke

dalam mulut yang dapat membuat anak menjadi sakit.

3) Status kelahiran bayi : lahir premature

4) Mendapat MP asi usia < 6 bln

b. Ibu / keluarga

1) Status ekonomi kurang ( anggaran belanja < 25000/hari)

Menyebabkan :1. daya beli juga rendah sehingga kemampuan membeli bahan makanan yang

baik juga rendah.2. Kualitas dan kuantitas makanan yang kurang menyebabkan kebutuhan zat

gizi anak tidak terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangannya (orangtua tidak memberikan telur, daging, ikan atau kacang-kacangan setiap hari => kebutuhan protein anak tidak terpenuhi => anak tidak mendapatkan asupan protein yang cukup)

2) Kurangnya pengawasan pada anakAnak sering diasuh oleh kakak atau neneknya karena ibu harus bekerja membantu suami atau mengerjakan pekerjaan rumah yang lain.Anak sering bermain ditempat yang kotor memasukkan benda-benda kotor ke dalam mulut yang dapat membuat anak menjadi sakit.

3) Jumlah anak >2Menyebabkan :

1. Keluarga yang memiliki banyak anak terutama dengan kondisi ekonomi kurang tidak akan dapat memberikan perhatian dan makanan yang cukup pada seluruh anak- anaknya.

2. Kurang perhatian dan stimulasi untuk perkembangan otaknya anak disamping membutuhkan zat gizi yang lengkap untuk pertumbuhan fisiknya.

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan cenderung akan dialami oleh anak yang dilahirkan belakangan, karena beban yang ditangggung orangtua semakin besar dengan semakin banyaknya jumlah anak yang dimiliki.

4) Faktor usia orang tua => pengaruh terhadap pola asuh anak

Page 3: Stuntingn

5) Faktor gizi kurang pada ibu saat hamilKurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dengan kejadian stunting usia 6-24 bulan dimana KEK pada ibu hamil 1,47 kali meningkatkan risiko terjadinya stunting (Sartono, 2013)

6) Anemia pada ibu hamil akan mengakibatkan pertumbuhan janin yang terlambat, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah serta dapat menyebabkan bayi lahir prematur yang dapat menyebabkan kejadian stunting pada balita (Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA, 2012; Anugraheni dan Kartasurya, 2012; Meilyasari dan Isnawati, 2014)

4. Yang bukan faktor resiko1. Usia ibu terlalu muda(minim pengetahuan) atau terlalu tua(penurunan

stamina) pada waktu hamil (faktor psikologis).2. Tingkat pendidikan ibu, karena Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan

tinggi lebih banyak yang berprofesi sebagai wanita karier dibanding sebagai ibu rumah tangga sehingga perawatan anak diserahkan kepada pengasuh yang belum tentu mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang cukup baik.

3. Tingkat pendidikan ayah, ayah biasanya berada di luar rumah untuk mencari nafkah, sehingga perawatan anak sepenuhnya diserahkan kepada ibu. Baik ayah yang mempunyai pendidikan tinggi maupun pendidikan rendah semuanya cenderung tidak pernah terlibat dalam kegiatan pemberian makan anak.

4. Panjang badan bayi pada saat lahir : Tergantung TB ayah dan ibunya5. Epidemiologi

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi nasional Gizi Buruk pada

Balita adalah 4,9%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0% sedangkan prevalensi

nasional Balita Stunting adalah 35,6%. Persentase balita stunting di Jawa Tengah 33,1%

sedangkan balita normal 66,9%.

Sumber :

e-journal undip.ac.id Chandra, aryu. 2011. HUBUNGAN UNDERLYING FACTORS DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK 1-2 TH.Jurnal Kedokteran trisakti Vol.23 No. 3 Kusharisupeni. 2011. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi

B. Urgensi GIZI TUMBANG BALITA

Menurut dr. Soedjatmiko. Agar proses tumbuh-kembang dapat berjalan dengan optimal,

seorang anak harus mendapatkan pemenuhan gizi balita dari 3 kebutuhan pokoknya,

yaitu:

1. Pertama adalah kebutuhan fisik-biologis, berupa kebutuhan akan nutrisi (ASI,

Makanan Pengganti ASI/MP-ASI), imunisasi, serta kebersihan fisik dan lingkungan.

Page 4: Stuntingn

2. Kedua adalah kebutuhan emosi berupa kasih kasih sayang, rasa aman dan nyaman,

dihargai, diperhatikan, serta didengar keinginan dan pendapatnya. Kebutuhan ini

memiliki peran yang sangat besar pada kemandirian dan kecerdasan emosi anak.

“Oleh sebab itu perbanyaklah memberi limpahan kasih sayang dan kegembiraan bagi

anak,” Jelas dr. Soedjatmiko.

3. Ketiga yang tak kalah penting adalah kebutuhan akan stimulasi yang mencakup

aktivitas bermain untuk merangsang semua indra, mengasah motorik halus dan kasar,

melatih ketrampilan berkomunikasi, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Stimulasi

ini harus diberikan sejak dini karena memiliki pengaruh yang besar pada ragam

kecerdasan atau multiple intelligences.

Gizi balita yang cukup akan mempengaruhi segala kinerja otak, yaitu:

ü  Kemampuan belajar berjalan,

ü  Mengenal huruf,

ü  Bersosialisasi atas pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antarsel

saraf.

Sedangkan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran

sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya.

Agar gizi balita melalui makanan anak setiap harinya dapat memenuhi kebutuhan

perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisik yang optimal, maka komposisi

makanan haruslah terdiri atas 55-67% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 13-15%

protein agar gizi balita terpenuhi. “Konkretnya gizi balita berupa 3-4 porsi nasi atau

penggantinya seperti bihun, mi atau roti yang merupakan sumber zat tenaga.

Menentukan berat badan ideal balita menggunakan rumus:

ü  BBI = (Usia dalam tahunan X 2) + 8

·        Menentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Gizi Total Perhari

menggunakan rumus:

ü  Keb. Energy = 1000 + (100 x usia dalam tahunan)

ü  Keb. Energy usia 1 – 3 tahun = 100 kalori/kgBBI

Page 5: Stuntingn

ü  Keb. Energy usia 4 – 5 tahun = 90 kalori/kg BBI

ü  Keb. Protein ; (10% x total energy harian) : 4 = x gram

ü  Keb. Lemak ; (20% x Total energy harian) : 9 = x gram

ü  Keb. Kabohidrat ; total energy – keb. Protein dan lemak.

Menurut pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia (FKUI), Dr Fiastuti

Witjaksono MS, SpG(K), memberikan makanan MPASI merupakan masa atau titik kritis

makan anak.

"Ajari anak makan makanan bervariasi, perkenalkan dengan satu-satu, tapi bergantian untuk

semua makanan karena tidak ada satu pun makanan yang kandungan gizinya sempurna."

Secara umum, MPASI harus memenuhi persyaratan tentang jumlah zat-zat gizi yang

diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan

lainnya. Menurut Lilian Juwono (2004), MPASI yang memenuhi syarat adalah:

1. Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin

A, vitamin C, dan folat).

2. Bersih dan aman. Artinya, tak ada patogen bakteri penyebab penyakit atau

organisme yang berbahaya lainnya. Tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau

toksin. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak

tersedak, atau tidak terlalu panas serta tak terlalu pedas atau asin.

3. Mudah dimakan oleh anak dan disukai anak.

4. Bahan makanan tersebut tersedia di daerah di mana keluarga tinggal dan harganya

terjangkau.

5. Mudah disiapkan

1. C. Lingkar Kepala bayiMenggunakan skala Nellhaus. a. Ukuran lingkar kepala bayi yang normal yaitu 30-37 cm. b. pertumbuhan pada usia 0-3 bulan yaitu sebesar 2 cm.

Dan, rentang lingkar kepala normal untuk bayi usia 0 – 3 bulan adalah: 34– 41 cm untuk bayi usia 1 bulan 36 – 42.5 cm untuk bayi usia 2 bulan 37.5 – 44 cm untuk bayi usia 3 bulan

c. usia 4-6 bulan maka akan mengalami pertambahan 1 cm per bulan 38.5 – 45 cm untuk bayi usia 4 bulan 39.5 – 45.5 cm untuk bayi usia 5 bulan 40 – 46 cm untuk bayi usia 6 bulan

d. usia 6-12 bulan maka akan mengalami pertambahan 0,5 cm per bulannya

Page 6: Stuntingn

40.5 – 47 cm untuk bayi usia 7 bulan 41 – 47.5 cm untuk bayi usia 8 bulan 41.5 – 48 cm untuk bayi usia 9 bulan 42 – 48.5 cm untuk bayi usia 10 bulan 42.5 – 49 cm untuk bayi usia 11 bulan 43 – 49.5 cm untuk bayi usia 12 bulan

e. Terakhir pada usia anak anda balita hanya akan bertambah 50 cm Ukuran lingkar kepala normal bayi usia 12 – 24 bulan (1 – 2 tahun) adalah:

43 – 49.5 cm untuk bayi usia 12 bulan 43.5 – 49.5 cm untuk bayi usia 15 bulan 44 – 50.5 cm untuk bayi usia 18 bulan 44.5 – 51 cm untuk usia 21 bulan 45 – 51.5 cm untuk bayi usia 24 bulan (2 tahun)

Ukuran lingkar kepala normal untuk anak usia 24 – 36 bulan adalah:

45 – 51.5 cm saat usia 24 bulan (2 tahun) 45.5 – 52 cm saat usia 30 bulan (2.5 tahun) 45.5 – 52.5 cm saat usia 36 bulan (3 tahun)

f. Usia 12 tahun maka akan menetap dan tidak akan membesar lagi.

Dapat menentukan bayinya makrosepali atau mikrosepalikasus mikrosefali umumnya terjadi dikarenakan adanya gangguan pada saat kehamilan, salah satu contohnya infeksi kehamilan dikarenakan oleh mikroorganisme yaitu rubella, virus, herpes. Bahkan dapat pula kondisi ini disebabkan karena gangguan kromosom atau faktor genetik. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sebelum dan selama kehamilan, perhatikan pula faktor genetik atau asupan gizi ibu hamil.disebabkan karena adanya kelainan saraf pada otak bayi, terjadinya hidrosefalus (kepala bayi membesar karena adanya penumpukan cairan di otak), atau akibat adanya tumor.Lakukan pemeriksaan dengan cermat USG dan CT scan.Dampak :memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak kedepannya karena kelainan pada kepala merupakan kelainan yang terjadi pada otak= tumbang otak tidak optimal, dimana otak merupakan organ vital yang paling penting bagi manusia untuk melakukan berbagai fungsi dalam kehidupan seperti kemampuan berpikir, kemampuan motorik, kemampuan bahasa, emosi dan sosial serta fungsi-fungsi penting lainnya.usia 1 tahun berat otak mencapai 1000 gram, usia 2 tahun mencapai 1200 gram, dan pada usia 3 tahun sudah mencapai sekitar 80% ukuran otak orang dewasa (berat otak orang dewasa sekitar 1400 gram untuk pria dan 1250 gram untuk wanita).Sumber data: cdc.gov/growchart

Page 7: Stuntingn

Sumber : Lingkar Kepala Dapat Deteksi Kesehatan Bayi Anda? - Bidanku.com http://bidanku.com/lingkar-kepala-dapat-deteksi-kesehatan-bayi-anda#ixzz3tRF4Lfug

D. Hubungan ASI EKLUSIF terhadap Gizi bayi

Tidak ada hubungan signifikan, Komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi

menjadikan ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan

bayi sampai 6 bulan. Pada studi ini yang menjadi faktor yang berhubungan dengan

status gizi adalah waktu memulai menyusui dan usia bayi saat diberi makanan

tambahan. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1)

Berdasarkan penjabaran tinjauan pustaka di atas dapat dikatakan bahwa dengan

pemberian ASI karena adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun

(Kristiyanasari, 2009).

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta

terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih

tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. Sebagai

hasilnya, bayi yang mendapatka ASI secara eksklusif akan mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dapat dilihat dari penambahan berat

badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan perkembangan yang optimal

dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik, psikomotorik dan bahasa

(Sulistyoningsih, 2011).

Berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif meningkat lebih lambat dibanding

bayi yang mendapat susu formula (MPASI). Hal ini tidak berarti bahwa berat badan

yang lebih besar pada bayi yang mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi

yang mendapat ASI. Berat badan berlebih pada bayi yang mendapat susu formula

justru menandakan terjadinya kegemukan (obesitas). Karena dengan pemberian ASI

eksklusif status gizi bayi akan  baik dan mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan

usianya (Hariyani, 2011).

E. Hubungan Gizi ibu saat hamil dan menyusui terhadap bayi stunting

Page 8: Stuntingn

Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine

growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi

a.      Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan,

yaitu:

·         Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting.

Ibu  hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat

kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan  makanan

tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah,

minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami

sakit.

·         Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI

Eksklusif).

·         Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI

terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul

vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.

·         Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.

b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

·         Kebutuhan gizi masa hamil

Page 9: Stuntingn

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk

kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga  keseimbangan

segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi

tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae.

Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,  bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam

zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang

mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan

vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.

·         Kebutuhan Gizi Ibu  saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil, akan

tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang

bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk

mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam

ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh

tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka

ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari,

di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.

·         Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan

terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya

dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama

minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila

hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan

memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.

·         Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

  Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan motorik

meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari,

lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan

Page 10: Stuntingn

kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat

gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini  ASI tetap

diberikan.  Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan

anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan

penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang

terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping

2.7. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

a.       Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi otot.

Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-

kacangan.

b.      Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan

kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.

c.       Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan

pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan

kacang-kacangan.

d.      Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme energi.

Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.

e.       Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel, memproduksi sel

darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-

kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

2.8. Pemfokusan Tenaga Kesehatan

Hal yang menjadi pemfokusan adalah menurunkan prevalensi pendek. Jika kita berhasil

menurunkan prevalensi pendek (TB/U) 1% akan diikuti penurunan prevalensi berat kurang

(BB/U) 0,5%, sehingga pada untuk tahun 2011-2014 dengan penurunan 4% prevalensi balita

Page 11: Stuntingn

pendek dapat menurunkan 2% prevalensi balita berat kurang. Artinya pada tahun 2015, target

MDG’s prevalensi balita pendek sebesar 32% dapat tercapai, karena kita berhasil menurunkan

35,6% menjadi 31,6%.

2.9. Usaha Pemerintah dalam Masalah Stunting

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk, terutama pertumbuhan

yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.

Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012 untuk

menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan

Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung pengembangan regulasi

tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan gangguan kekurangan

iodine, panduan tentang pencegahan dan pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang

suplementasi multi-nutrient perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.

Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan bayi dan anak

menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi buruk, sementara pengendalian

gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat

(stunting) (Laporan Tahuna Unicef Indonesia, 2012).

Untuk membantu pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi pada

balita Stunting,  menurut Unicef Indonesia perhatian khusus harus diberikan pada:

1.  Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional dan daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor non-gizi. 

2. Pengembangan, pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk mengawasi pemasaran produk pengganti ASI.

3.  Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk mencakup aksi-aksi dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.

4. Penguatan sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan keandalan data, promosi pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi, dan promosi penggunaan data oleh petugas kesehatan secara terus-menerus untuk meningkatkan dampak program. 

5. Penguatan program fortifikasi pangan nasional dengan memperbarui standar fortifikasiuntuk terigu, pengharusan fortifikasi minyak, dan peningkatan penegakan legislasi yang ada; tentang iodisasi garam. 

Page 12: Stuntingn

6. Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan dan mempertahankan ahli gizi  yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurang terlayani. 

aporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef

Indonesia.Oktober 2012.

Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan

Dasar 2013.

Cara paling mudah untuk mengetahui status gizi balita ialah dengan melihat status berat badan mereka di Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika berat badan anak tersebut mengikuti garis pertumbuhan (warna yang sama) atau berpindah ke warna yang ada di atasnya maka status gizi anak tersebut bisa dipastikan dalam kondisi baik. Atau melihat Kenaikan Berat Badan Minimal (KBM) anak setiap bulan. Standar KBM setiap bulan juga tercantum di KMS.

Akan tetapi,  KMS hanya menggambarkan 1 (satu) indicator dari 3 (tiga) indicator status gizi pada balita, yaitu hanya indicator BB/U (baca: berat badan menurut umur), sedangkan indicator lainnya seperti BB/TB (baca:berat badan menurut tinggi badan) dan TB/U (baca: tinggi badan menurut umur) tidak dapat dicover oleh KMS.

Ketiga indicator tersebut sangat penting diketahui karena anda bisa mengindetifikasi secara mendalam penyebab dari masalah gizi yang dialami oleh seorang balita, apakah kronis atau akut, sehingga memungkinkan seorang tenaga kesehatan menetapkan rencana intervensi yang tepat.

Menghitung satus gizi dengan menghitung nilai Z-Score merupakan salah satu cara dan paling sering digunakan dalam menghitung status gizi balita. Hingga saat ini telah tersedia baku standar untuk ketiga indeks status gizi tersebut yang dikeluarkan oleh WHO.

Akan tetapi, sebelum saya menguraikan rumus perhitungan nilai Z-Score tersebut, maka terlebih dahulu anda harus memahami terlebih dahulu beberapa konsep dasar seperti menghitung umur (akan kami jelaskan pada tulisan yang lain), rekomendasi baku rujukan dan klasifikasi satus gizi balita.

Rekomendasi Baku Rujukan

Page 14: Stuntingn

Rumus Perhitungan Nilai Z-Score

F. Penanganan

Tingkat Posyandu- Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu

serta mencatat hasil penimbangan pada KMS

- Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun

- Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu

- Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga lainnya

- Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan PMT Penyuluhan

- Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)

- Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain

Page 15: Stuntingn

- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan balita

C. Pusat pemulihan Gizi (PPG)

PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang

ada di desa dan dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di

PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan pemulihan bagi

balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua balita

(5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT

Pemulihan anak balita.

Layanan yang dapat diberikan adalah :

- Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani di PPG

- Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk

- Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya

Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan penyuluhan gizi seimbang untuk dilaksanakan di rumah

Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas

- Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan

diberikan setiap hari. Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama,

makanan tersebut diberikan satu hari dalam bentuk matang selebihnya diberikan dalam bentuk bahan makanan mentah

Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari

Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain

Page 16: Stuntingn

- Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan

- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP

- Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan tentang gizi dan kesehatan

- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan dan gizi anak


Top Related