Transcript
Page 1: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA

BERKOMUNIKASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ira Nur Azizah NIM: 1113034000034

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M

Page 2: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi
Page 3: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi
Page 4: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi
Page 5: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Page 6: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

ii

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ` ء

y ye ي

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u ḏammah و

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

Page 7: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

iii

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ā a dengan garis di atas ا

ī i dengan daris di atas ي

ū u dengan garis di atas و

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-

syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-

turut, seperti السنت = al-sunnah.

6. Ta marbūṯah

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.

7. Huruf Kapital

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti البخاري = al-Bukhāri.

Page 8: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

iv

ABSTRAK

IRA NUR AZIZAH

Studi Tematik Hadis tentang Etika Berkomunikasi

Komunikasi merupakan salah satu fitrah manusia yang apabila digunakan

secara efektif dapat mengantarkan kepada kesuksesan dan membawa

kemaslahatan bagi banyak pihak. Namun komunikasi juga dapat berakibat fatal

jika tidak dikontrol. Kenyataannya, tidak sedikit pertikaian dan perselisihan yang

terjadi dikarenakan komunikasi yang tidak beretika. Hal ini menandakan bahwa

etika sangat diperlukan ketika komunikasi berlangsung. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui etika berkomunikasi menurut hadis Nabi Saw, sehingga dapat

dijadikan sebagai pedoman oleh setiap muslim ketika berkomunikasi.

Terkait jenisnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka

(Library Research) yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan

masalah terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hadis

mauḏū’ī (tematik) yang secara umum menggunakan langkah-langkah:

menetapkan masalah yang akan dibahas; menghimpun hadis-hadis yang berkaitan

dengan masalah; melakukan takhrij al-hadis; meneliti keadaan perawi (sanad);

meneliti matan hadis; menarik kesimpulan dari hadis yang diteliti dan

menjelaskan aspek-aspek yang terkait, seperti faedah dan pendapat para ulama

mengenai hadis yang dimaksud.

Sumber data penelitian ini dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:

Pertama, sumber primer berupa al-Kutub al-Sittah yang memuat hadis-hadis

tentang tema terkait berikut kitab syarah-nya. Kedua, sumber sekunder berupa

buku-buku, karya ilmiah dan artikel-artikel yang berkaitan dengan tema yang akan

diteliti.

Data yang ditemukan menunjukkan bahwa etika komunikasi menurut

hadis dapat dirumuskan sebagai berikut: berkomunikasi harus dengan kalimat

yang baik; berkomunikasi dengan efektif dan efisien (berbicara seperlunya dan

tidak banyak bertanya terhadap hal yang tidak penting); berkomunikasi dengan

jujur dan tidak berkata bohong; mendahulukan yang lebih tua dalam berbicara;

tidak berkata kotor, mencaci dan mencela; menjauhi perdebatan dengan lawan

bicara; komunikasi hendaknya berisikan pesan yang positif dan jauh dari unsur

ghībah.

Page 9: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang selalu

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Salawat beserta salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Muhammad Saw, kepada

keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.

Penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan dan keingintahuan penulis

terhadap beberapa hal yang kelihatannya sepele, namun sebenarnya mempunyai

pengaruh dan manfaat yang luar biasa dalam bidang hadis. Penulis menyadari

bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada orang-orang paling istimewa dalam kehidupan

penulis, yakni Ayahanda tercinta Sari Muda, Ibunda tersayang Desi Narti dan

Adinda terkasih Muhammad Aldi Aripan atas kasih sayang dan dukungannya

serta doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis selama ini.

Begitu juga ucapan terima kasih yang tidak kalah pentingnya penulis

ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A selaku

Dekan Fakultas Ushuluddin.

2. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis dan

Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

Page 10: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

vi

3. Bapak Dr. Bustamin, M.Si selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya karena telah

dengan sabar membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis hingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag dan Drs. Harun Rasyid, M.Ag selaku

dosen penguji yang telah memberi saya banyak saran atas kekurangan

skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di Jurusan

Tafsir Hadis yang telah mendidik dan memberikan berbagai macam ilmu

kepada penulis. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu sampaikan dapat

bermanfaat dan menjadi amal jariyah.

6. Segenap karyawan/i akademik Fakultas Ushuluddin yang telah membantu

penulis selama menjalani kuliah.

7. Teman-teman Tafsir Hadis angkatan 2013 UIN Syarif Hidayatullah dan

ATHA (Anak Tafsir Hadis A) yang telah berjuang bersama penulis selama

duduk di bangku kuliah.

8. My Roommate, Nelfoy dan Tiul. Terima kasih karena telah dengan setia

menjadi teman berjuang, teman bercanda dan teman berbagi keluh kesah

selama di Cempaka V. Dan juga kepada Ipeh, Icuik dan Uul yang telah

mengisi hari-hari sepi penulis dan kemudian menggantinya dengan

kebahagiaan.

9. Keluarga besar di kampung, Maknga, Makwo (almh), Wo Renti, Ayuk Ici,

Ayuk Cica, Wo Ang, Mbol, Wak Abang Yon, Wak Oki, Wak Rilo, Wak

Dang Lik, Wak Ema, Datuk Gajah, Mamang Cut, Dang Dudut dan semua

Page 11: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

vii

nama yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa,

restu dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

10. Teman-teman penulis di manapun berada, Ijak, Chaim, Ocbem, Ayuk Yel,

Mbak Apil, Ojik, Alumni PPAH Bengkulu, MF 2023 dan semua rekan-

rekan seperjuangan yang selalu memberi support dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

11. Dan semua pihak yang sudah membantu proses penyelesaian skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa keilmuan yang dimiliki penulis

masih sangat minim sehingga tulisan ini pasti mempunyai banyak kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Atas kekurangan penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya, semoga hal tersebut dapat menjadi pelajaran berharga khususnya bagi

penulis sendiri.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis mengharap riḏa dan

mengucap rasa syukur. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan memberi motivasi

kepada pembaca agar senantiasa berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah Saw.

Amīn.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ciputat, 15 Mei 2017

Ira Nur Azizah

Page 12: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

viii

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................... 8

D. Kajian Pustaka ............................................................. 9

E. Metodologi Penelitian ................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ................................................. 13

BAB II SEKILAS MENGENAI TEMATIK, HADIS DAN

ETIKA KOMUNIKASI

A. Sekilas Mengenai Tematik ........................................... 14

1. Tematik Secara Etimologi dan Terminologi .......... 14

2. Tematik Menurut Para Ahli ................................... 15

B. Sekilas Mengenai Hadis ............................................... 15

1. Pengertian Hadis .................................................... 15

2. Pembagian Hadis ................................................... 18

3. Kedudukan dan Fungsi Hadis ................................ 20

C. Etika Komunikasi ........................................................ 22

1. Pengertian Etika Komunikasi ................................ 22

2. Macam-macam Etika Komunikasi ......................... 26

3. Kedudukan Etika Komunikasi dalam Islam .......... 29

BAB III KAJIAN TERHADAP HADIS-HADIS ETIKA

BERKOMUNIKASI

A. Teks Hadis tentang Berbicara Menggunakan Kalimat

yang Baik ..................................................................... 33

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 33

Page 13: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

ix

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 35

B. Teks Hadis tentang Berbicara dengan Efektif dan

Efisien .......................................................................... 39

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 39

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 40

C. Teks Hadis tentang Berbicara Jujur dan Tidak Dusta .. 43

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 43

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 45

D. Teks Hadis tentang Mendahulukan yang Lebih Tua

dalam Berbicara ........................................................... 50

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 51

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 52

E. Teks Hadis tentang Larangan Mencaci, Mencela

dan Berkata Keji ........................................................... 54

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 55

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 56

F. Teks Hadis tentang Menjauhi Perdebatan dengan

Lawan Bicara ............................................................... 59

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 60

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 61

G. Teks Hadis tentang Larangan Mengumpat atau

Ghībah .......................................................................... 64

1. Takhrij al-Hadis ..................................................... 65

2. Fiqh al-Hadis .......................................................... 66

H. Asbāb al-Wurūd al-Hadis ............................................. 70

I. Pandangan Ulama Mengenai Etika Komunikasi ......... 73

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................. 76

B. Saran-saran ................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 83

Page 14: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sunnah memiliki kedudukan yang penting dalam Islam karena kekuatan

otoritatif yang dimilikinya. Posisi tersebut menjadikannya sebagai salah satu

sumber dalam pengambilan dan penetapan hampir setiap keputusan hukum.1

Umat Islam bersepakat bahwa apa saja yang berasal dari Rasulullah Saw baik

berupa ucapan, perbuatan dan taqrīr yang diriwayatkan dengan sanad yang sahih

dan dengan jalan mutawātir maupun ahād maka wajib untuk mematuhi dan

mengamalkannya. Hal ini senada dengan yang tertera dalam al-Qur’an pada

surat al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi:

… هللا هللا

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Ayat di atas menegaskan tentang kewajiban untuk mengikuti dan

mentaati Rasulullah Saw.2 Termasuk di dalamnya mematuhi apa yang ia

perintahkan dan berusaha menjauhi hal-hal yang ia larang. Semua ajaran Islam,

baik itu anjuran, perintah dan larangan, telah diatur dan tertera di dalam al-

Qur’an dan hadis. Jika penjelasan di dalam al-Qur’an masih bersifat umum,

maka penjelasan yang terperinci akan ditemukan di dalam hadis. Baik itu

1 Alamsyah, Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam dalam Pemahaman Syahrur dan Al-

Qaradhawi, Disertasi Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2005, h. 1. 2 Mannā’ al-Qaththān, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Penerjemah Mifdhol Abdurrahman

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 30.

Page 15: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

2

perkara yang besar, sedang, maupun sangat kecil sekalipun akan ditemukan

penjelasannya di dalam al-Qur’an atau hadis. Dalam hadis sendiri, banyak

sekali ditemukan penjelasan yang berkenaan dengan adab dan etika, salah

satunya yaitu etika berkomunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu fitrah manusia. Dengan komunikasi

manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial

dan mengembangkan kepribadiannya.3 Manusia yang terlatih untuk

berkomunikasi dan manusia yang tertutup serta enggan membangun interaksi

dengan individu lain sungguh berbeda. Mereka yang aktif berkomunikasi dan

berinteraksi dengan individu lain tidak akan menemukan kesulitan yang

signifikan dalam hidupnya. Berbeda halnya dengan manusia yang tertutup, ia

akan menemukan banyak kesulitan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya

dalam mengekspresikan diri. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa manusia

adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendirian, maka dalam hal

ini komunikasi merupakan jembatan yang menghantarkan manusia untuk

bersosialisi dan membangun empati antara satu individu dengan individu

lainnya.

Komunikasi mempunyai peran yang sangat penting dalam kelanjutan

hidup manusia, baik ketika kedudukannya sebagai seorang hamba dari Rabb-

nya, sebagai anggota masyarakat, anggota keluarga bahkan sebagai manusia

secara umumnya. Dengan kemampuan komunikasi, seseorang mampu memukau

pendengar selama berjam-jam, tanpa bergeming. Dengan kemampuan

3 Muh. Syawir Dahlan, Etika Komunikasi dalam Al-Qur’an dan Hadis, Jurnal Dakwah

Tabligh Vol. 15, No. 1, Juni 2014, h. 117.

Page 16: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

3

berkomunikasi secara efektif, ternyata kebenaran pemikiran manusia yang

sedemikian relatif dapat mempengaruhi jalan pemikiran berjuta anak bangsa.4

Namun disisi lain, berkomunikasi juga dapat berakibat fatal jika tidak di

kontrol. Kenyataannya, tidak sedikit pertikaian dan perselisihan yang terjadi

dikarenakan komunikasi yang tidak beretika. Bahkan diantaranya ada yang

sampai menyebabkan pertumpahan darah yang mengerikan. Hal ini tidak akan

pernah terjadi jika umat manusia memahami dengan benar etika berkomunikasi

sebagaimana yang diajarkan oleh al-Qur’an dan sunnah.

Dalam segala hal, umat Islam hendaknya selalu bersandar kepada

keteladanan Nabi Muhammad Saw. Ia merupakan teladan utama bagi seluruh

umat manusia.5 Sebagaimana yang telah diketahui, Nabi Muhammad Saw adalah

sosok yang sangat berhasil, baik dalam kedudukannya sebagai hamba Allah,

sebagai Rasul, maupun sebagai model kehidupan manusia yang layak diteladani

oleh para pengikutnya hingga akhir zaman.6

Mengenai tutur kata dan lisan Nabi Saw, al-Jāhiz mengatakan bahwa

pada lisan Rasulullah Saw, Allah telah menaruh cinta dan dikumpulkan padanya

kewibawaan dan kemanisan, tidak ada yang tergelincir, tidak ada yang terbantah

dan tidak seorang pun musuh yang mampu menentang.7 Dikarenakan hal inilah

umat manusia khususnya kaum muslimin hendaknya meneladani lisan dan tutur

kata Nabi Saw serta menjadikannya panutan ketika berkomunikasi.

4 Muh. Syawir Dahlan, Etika Komunikasi dalam Al-Qur’an dan Hadis, h. 116.

5 Abdullah Syihata, Dakwah Islamiyah, diterjemahkan oleh Ibrahim Husein dkk (Proyek

Pembinaan Prasarjana dan Sarjana Perguruan Tinggi Agama: Departemen Agama, 1986), h. 23. 6 M. Munir, Metode Dakwah, cet. 2, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 204.

7 Abdurrahman Azam, Keagungan Nabi Muhammad SAW: Kepahlawanan dan

Keindahan Kehidupan Rasulullah (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1982), h. 113.

Page 17: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

4

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhāri, Rasulullah Saw

menjelaskan tentang bahaya yang akan menimpa seorang hamba jika ia bertutur

kata dan bicara yang salah. Hadis tersebut berbunyi:

ثن ابن أب ثن إب راىيم بن حزة حد حد بن ي ن د بن إب راىيم ن ن زد حز

ن أب ىر رة هللاب يد بن ع رسول الت يي يو وسم قول إن العبد ليتكم هللاص هللاس فيهز بزلك 8.زل بز ف النزر أب عد مز ب ي الشرق مز تب ي

“Telah menceritakan kepadaku Ibrāhim bin Hamzah telah menceritakan

kepadaku Ibnu Abu Hāzim dari Yazīd dari Muhammad bin Ibrāhim dari Isa bin

Talhah bin 'Ubaidullāh Al-Taimī dari Abu Hurairah dia mendengar Rasulullah

shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba

mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karenanya ia terlempar ke neraka

sejauh antara jarak ke timur.”

Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa hadis di atas merupakan peringatan dari

Rasulullah Saw untuk umatnya agar senantiasa menjaga lisan. Maksudnya,

menjaga ucapan agar tidak melontarkan perkataan yang tidak baik secara syar’i

dan tidak dibutuhkan oleh yang diajak bicara.9 Menjaga lisan dianggap sangat

penting, karena ia menjadi penentu akhir perjalanan hidup manusia, di surga atau

neraka.

Pada hadis lain, Rasulullah Saw menegaskan tentang lebih utamanya

diam daripada mengeluarkan perkataan yang tidak baik. Bahkan pada hadis

tersebut dinyatakan bahwa lisan yang baik merupakan ciri dari seorang yang

beriman. Hadis tersebut berbunyi:

8 Muhammad bin Ismāīl bin al-Mughīrah al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri (Riyādh:

Maktabah al-Rusyd, 2006), h. 897. 9 Ibnu Hajar al-Asqalāni, Fath al-Bāri. Penerjemah Amir Hamzah (Jakarta Selatan:

Pustaka Azzam, 2009), Jilid 31, h. 267.

Page 18: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

5

ن أب س ن ابن شهزب ثن حرم بن يي أن بأنز ابن وىب قزل أخب رن ونس بد حد بن ن أب ىر رة والي و الخر هللايو وسم قزل من كزن ؤمن بز هللاص هللان رسول الرحن

را أو ليصت ي قل خي يكر جزره ومن كزن ؤمن هللابزومن كزن ؤمن ف هللابزوالي و الخر ف فو يكر ضي 10والي و الخر ف

“Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah

memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan

kepadaku Yūnus dari Ibnu Syihāb dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu

Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia

mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman

kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan

barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia

memuliakan tamunya.”

Menurut hadis di atas, menjaga lisan bisa dilakukan dengan dua cara,

yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian

diam kedudukannya lebih rendah daripada berkata baik, namun masih lebih baik

dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.

Pada hadis lain Rasulullah Saw menjelaskan mengenai jaminan surga

bagi orang-orang yang mampu menjaga lisan. Dalam hadis tersebut

digambarkan tentang dahsyatnya lisan yang bisa membawa manusia ke dalam

surga jika dijaga dan dipelihara. Hadis tersebut berbunyi:

ن سهل بن س ع أبز حز ي س ر بن ث نز د بن أب بكر القدمي حد ث نز ن عد حد 11يو وسم قزل من ضن ل مز ب ي لي يو ومز ب ي رجيو أضن لو الن هللاص هللارسول

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al

Muqaddamī telah menceritakan kepada kami Umar bin Alī dia mendengar Abu

Hazim dari Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau

bersabda: "Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara

kedua tulang pipinya dan di antara kedua kakinya, maka aku akan menjamin

baginya surga.”

10

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Jilid I (Beirut: Dār al-

Kutub al-Ilmiyah, 1991), h. 68. 11

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 897.

Page 19: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

6

Ibn Hajar menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “sesuatu yang ada

di antara kedua tulang pipinya” adalah bibir, tempat keluarnya lisan dan

perkataan. Barangsiapa yang bisa menjaganya, maka ia terpelihara dari semua

keburukan, karena yang tersisa tinggal pendengaran dan penglihatan.12

Hadis di

atas menjelaskan tentang pentingnya peran lisan di kehidupan manusia, sehingga

ia menjadi jaminan masuknya seorang hamba ke dalam surga. Lisan yang baik

dan terjaga akan mengantarkan pemiliknya ke dalam surga, begitupun

sebaliknya, lisan yang kotor dan tidak terpelihara akan mengantarkan

pemiliknya ke jurang api neraka.

Begitu banyak hadis-hadis yang disampaikan oleh Rasulullah Saw yang

berkenaan dengan etika berkomunikasi, namun sangat sedikit yang

mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari. Bahkan yang terjadi saat ini sangat

bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh agama. Dewasa ini sangat

banyak lisan-lisan yang tidak beretika, ucapan-ucapan dusta, bahkan fitnah dan

namīmah merajalela di setiap sudut negeri. Padahal ancaman terhadap pelaku

dusta, ghībah, namīmah, fitnah dan penyakit lisan lainnya sudah sangat jelas

tertera di dalam hadis Nabi Saw.

Melihat fenomena yang terjadi, penulis merasa perlu untuk meneliti

bagaimana hadis Nabi Saw memberikan rambu-rambu dalam hal etika

berkomunikasi antar sesama. Hal ini dirasa perlu oleh penulis, karena pijakan

dan panutan umat manusia setelah al-Qur’an adalah hadis Nabi Saw. Oleh

karena itu penulis memilih judul skripsi adalah “Studi Tematik Hadis tentang

Etika Berkomunikasi.”

12

Ibnu Hajar al-Asqalāni, Fath al-Bāri…, Jilid 31, h. 271.

Page 20: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

7

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Etika berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk

diketahui. karena komunikasi antar sesama merupakan aktivitas sehari-hari

yang akan senantiasa dilakukan. Untuk menemukan hadis-hadis yang berkenaan

dengan etika berkomunikasi, penulis melakukan pelacakan terhadap kitab-kitab

takhrij, yakni kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīs, Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah dan Mausū’ah Aṯrāf al-Hadīts. Selain itu, penulis juga menggunakan

jasa komputer dengan program CD Lidwa yang mampu mengakses sembilan

kitab sumber primer hadis.

Penelurusan hadis menggunakan kata kunci ال , ق 13ث د ح

14سن ل 15

dan . م ل ك16

Setelah dilakukan pelacakan dengan 4 kata kunci tersebut, penulis menemukan

hadis-hadis yang berkenaan dengan hal-hal yang diperintahkan dan dilarang

ketika berkomunikasi. Data yang ditemukan menunjukkan bahwa terdapat

beberapa etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw, di antaranya adalah

etika komunikasi lisan dan komunikasi gerak tubuh atau isyarat.

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan di atas, maka diperlukan pembatasan masalah guna menjaga agar

penelitian ini fokus pada pembahasan dan lebih terarah. Penelitian ini akan

penulis fokuskan kepada hadis-hadis yang berkenaan dengan etika komunikasi

lisan saja.

13

A.J. Wensinck, Mu’jam Al Mufahras Li Alfāz Al Hadīts An Nabawy, Juz V (Madinah:

Maktabah Baril, 1936), h. 504. 14

A.J. Wensinck, Mu’jam Al Mufahras Li Alfāz Al Hadīts An Nabawy…, Juz I, h. 433. 15

A.J. Wensinck, Mu’jam Al Mufahras Li Alfāz Al Hadīts An Nabawy…, Juz VI, h. 115. 16

A.J. Wensinck, Mu’jam Al Mufahras Li Alfāz Al Hadīts An Nabawy…, Juz VI, h. 55.

Page 21: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

8

Hadis Nabi Saw yang berbicara mengenai etika komunikasi juga

terpencar di beberapa kitab hadis, maka penulis sekiranya juga perlu

membatasi sumber rujukan kitab matan yang akan dipakai. Pada penelitian ini,

penulis membatasi kajian terhadap hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-

Kutub al-Sittah saja, yakni Sahīh al-Bukhārī, Sahīh Muslim, Sunan Abū Dāud,

Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Nasā’ī dan Sunan Ibnu Mājah. Hal ini

dikarenakan kitab-kitab tersebut merupakan enam kitab induk hadis yang

paling utama dan sudah diakui ke-eksistensiannya.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

sebuah masalah, yaitu: Bagaimana etika berkomunikasi menurut hadis Nabi

Saw?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian yang dilakukan memiliki konsekuensi

logis yang berupa tujuan dan manfaat, baik secara teori, praktis maupun

akademis.

1. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana hadis-hadis Nabi

Saw berbicara mengenai etika berkomunikasi.

b. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat akhir studi S1 di Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.

2. Manfaat Penelitian:

a. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih dalam kajian Islam khususnya dalam kajian hadis dan

Page 22: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

9

bermanfaat khususnya bagi penulis serta umumnya untuk masyarakat

Islam.

b. Aspek Praktis, melalui penelitian terhadap hadis-hadis tentang etika

komunikasi ini, penulis berharap dapat memberi masukan kepada

kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan adabnya ketika

berkomunikasi dengan lawan bicaranya sesuai dengan tuntunan hadis.

c. Aspek akademis, menambah keilmuan penulis akan berbagai hadis

yang berkenaan dengan etika komunikasi.

D. Kajian Pustaka

Dalam melakukan sebuah penelitian, tentunya seorang penulis akan

memerlukan beberapa referensi sebagai bahan untuk tulisan yang akan diteliti.

Untuk menghindari plagiarisme dan menegaskan perbedaan antara yang akan

penulis bahas dengan tulisan yang telah ada sebelumnya, maka penulis akan

mengulas tulisan lain yang dirasa memiliki judul ataupun pembahasan yang

hampir serupa dengan apa yang akan penulis bahas.

Di antara tulisan tersebut adalah skripsi yang ditulis oleh Amir Mu’min

Solihin, Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Skripsinya berjudul “Etika Komunikasi Lisan

Menurut Al-Qur’an: Kajian Tafsir Tematik”. Dengan menggunakan metode

maudū’ī, penelitian dilakukan dengan mengumpulkan semua ayat al-Qur’an

yang berkenaan dengan etika berkomunikasi. Data yang ditemukan dari

penelitian menunjukkan bahwa kata komunikasi banyak ditemukan dalam al-

Quran baik yang menggunakan kata qāla, takallama, dan lain-lain. Dari semua

ayat yang diteliti, di dapatkan kesimpulan bahwa rumusan al-Qur’an terhadap

Page 23: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

10

etika komunikasi adalah; berkomunikasi haruslah baik; isi pembicaraan haruslah

benar; dalam berkomunikasi harus menggunakan kalimat yang baik dan

menjauhi kalimat buruk; tidak boleh berkata bohong dan salah (batil);

merendahkan diri saat berkomunikasi; dan larangan bersikap manja bagi wanita

ketika berkomunikasi dengan laki-laki yang bukan muhrim.

Penelitian sebelumnya terfokus kepada etika berkomunikasi yang

terdapat dalam al-Qur’an, maka penulis pada penelitian ini akan berusaha

membahasnya dari perspektif yang berbeda, yakni etika berkomunikasi

dipandang dari perspektif hadis Nabi Saw. Sejauh pengetahuan penulis,

penelitian secara terfokus dengan tema ini belum pernah dilakukan.

E. Metodologi Penelitian

Sebagai landasan operasional dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan metode tertentu yang kemudian penulis membatasinya kepada

beberapa bagian, yaitu:

1. Sumber Data

Dalam melakukan pengkajian dan penelitian terhadap hadis-hadis

tentang etika berkomunikasi, penulis sepenuhnya melakukan studi

kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan adalah tehnik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada

sehingga diperoleh data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan

masalah yang dipecahkan.17

17

M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 27.

Page 24: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

11

Sebagai langkah awal penelitian ini, dilakukan penelusuran terhadap

bahan-bahan kajian yang akan diambil dari data kepustakaan, baik dari

sumber utama (primer), maupun sekunder. Adapun sumber primer yaitu

kitab hadis (al-Kutub al-Sittah) yang memuat hadis-hadis tentang etika

berkomunikasi berikut kitab syarah-nya. Sedangkan sumber sekunder

diambil dari buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel, majalah yang relevan

dengan tema dan hadis yang akan diteliti.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Tematik (Maudū’ī)

Metode tematik (maudū’ī) adalah menafsirkan al-Qur’an (ayat-ayat

al-Qur’an) sesuai dengan tema yang telah ditetapkan atau tafsir yang

mengkaji masalah-masalah khusus ayat-ayat al-Qur’an dengan masalah

yang dibahas.18

Menurut Abd. Al-Hayy al-Farmawī, metode tematik atau

maudū’ī adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud

yang sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah yang

menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat tersebut.19

Pendekatan maudū’ī pada hadis tidak jauh berbeda dengan

pendekatan maudū’ī pada tafsir, yakni menghimpun hadis-hadis yang

membicarakan satu topik masalah yang sama kemudian memberikan

penjelasan terhadapnya. Sehingga pada penelitian ini, penulis mencoba

mengumpulkan hadis-hadis yang berkenaan dengan etika berkomunikasi

18

Muhammad Ali, Mengapa Tafsir al-Qur’an Dibutuhkan (Semarang: Wicaksana, t.th.),

h. 119 19

Abd. Al-Hayy Al-Farmawī, Metode Tafsir Maudhu’i: Suatu Pendekatan (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1994), h. 36.

Page 25: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

12

yang terdapat dalam al-Kutub al-Sittah, kemudian menarik kesimpulan dan

memberi penjelasan terhadap hadis-hadis tersebut.

b. Metode Analisis Data

Metode Deskriptif adalah menguraikan secara teratur seluruh konsep

yang akan dikaji.20

Sedangkan analisis adalah metode yang digunakan untuk

pemeriksaan secara konseptual atas data-data yang ada, kemudian

mengklarifikasi sesuai permasalahan, dengan maksud untuk memperoleh

atas data yang sebenarnya.21

Dalam hal ini penulis memaparkan data yang

ada yaitu berupa hadis-hadis Nabi Saw tentang etika berkomunikasi dan

mengklarifikasikan juga menafsirkannya. Adapun metode penelitian dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama, yakni melakukan pelacakan hadis, melalui kitab-

kitab Takhrij al-Hadīts sesuai dengan matan dari hadis-hadis yang

akan diteliti. Dalam hal ini, pelacakan hadis menggunakan tiga

kitab takhrij, yakni Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts, Miftāh

al-Kunūz al-Sunnah yang merupakan karangan A.J. Wensinck dan

Mausū’ah Aṯrāf al-Hadīts al-Syarīf karya Abu Hajir Muhammad

al-Said Basyuni Zaghlul.

2. Langkah selanjutnya adalah melakukan telaah terhadap matan

hadis dan memberikan kesimpulan berupa pesan penting dari

hadis-hadis tersebut.

20

Anton Bakker dan Chairris Zubair. Metode Penulisan Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,

1994), h. 65. 21

Lois O Katsoff, Pengantar Filsafat. Terj. oleh Suyono Sumargono (Yogyakarta, 1992),

h. 70.

Page 26: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

13

c. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini berjalan dengan sistematis dan menghasilkan

sebuah skripsi yang utuh dan komprehensif, maka penelitian ini dibagi dalam

sub-sub bab sesuai dengan cakupan bab. Penulis membagi tulisan ini kepada

empat bab. Bab pertama berisikan gambaran umum penulisan skripsi yang

meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, kajian pustaka, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.

Setelah menjelaskan latar belakang dan rumusan masalah pada bab

pertama, pada bab kedua penulis akan menguraikan mengenai tinjauan umum

mengenai etika komunikasi. Pada bab ini akan dimuat pembahasan mengenai

pengertian etika komunikasi, macam-macam etika komunikasi dan kedudukan

etika komunikasi dalam Islam. Pada bab ketiga, penulis akan masuk kepada

pembahasan inti. Yakni kajian mengenai hadis-hadis yang berkenaan dengan

etika komunikasi. Penulis telah mengklasifikasikannya menjadi beberapa sub-

bab sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Pada bab keempat adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran bagi dunia akademik untuk menggali lebih spesifik lagi tentang tema

terkait. Terakhir adalah daftar pustaka yang menjadi rujukan penulis dalam

membuat skripsi ini dan lampiran-lampiran.

Page 27: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

14

BAB II

SEKILAS MENGENAI TEMATIK, HADIS DAN ETIKA KOMUNIKASI

A. Sekilas Mengenai Tematik

1. Tematik Secara Etimologi dan Terminologi

Secara etimologis, tematik berasal dari bahasa Yunani thema dari

'tithemi yang berarti menempatkan atau menunjukkan. Dalam Kamus Besar

Ilmu Pengetahuan disebutkan setidaknya ada tiga pengertian umum tentang

tematik, yakni: a) Ciri khusus kegiatan tahu dan pengetahuan manusia, b)

Pengetahuan yang bersifat eksplisit, refleks, tepat secara konseptual, c) Isi dari

tindakan pengetahuan yang dikenal secara langsung.1 Secara terminologis,

tematik seringkali disamakan dengan maudhū’ī (berasal dari bahasa Arab وضع

yang berarti meletakkan). Pendekatan tematik (maudhū’ī) diartikan sebagai

menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an sesuai dengan tema yang telah ditetapkan oleh

oleh pengkaji.2

Sesuai dengan namanya tematik, maka yang menjadi ciri utama dari

pendekatan ini adalah menonjolkan sebuah tema, judul dan topik pembahasan.

Mufassir akan mencari tema-tema dan masalah yang ada di tengah masyarakat

dan disesuaikan dengan ayat yang ada dalam al-Qur‟an. Tema-tema yang

terpilih kemudian dikaji secara menyeluruh agar menemukan sebuah solusi dari

permasalahan tersebut.3

1 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (T.tp: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN, 2013), h. 1783. 2 M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 27.

3 Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012), h. 152.

Page 28: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

15

2. Tematik Menurut Para Ahli

Metode tematik atau maudhū’ī menurut Abd. Al-Hayy al-Farmawi

adalah menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama,

dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah yang menyusunnya

berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat tersebut.4 Menurut Muhammad

Baqir al-Sadr bahwa istilah tematik digunakan untuk menerangkan ciri pertama

dari bentuk tafsir ini, yaitu memulai dari sebuah terma yang berupa kenyataan

eksternal dan kembali ke al-Qur‟an.5

Pendekatan maudhū’ī pada kajian hadis tidak jauh berbeda dengan

pendekatan maudhū’ī pada tafsir, yakni upaya seorang peneliti dalam

menghimpun hadis-hadis yang membicarakan satu topik masalah yang sama

kemudian menganalisa dan memberikan penjelasan terhadap hadis-hadis

tersebut.

B. Sekilas Mengenai Hadis

1. Pengertian Hadis

Secara etimologis hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdīts

yang berarti al-Ikhbār (pemberitaan)6 dan lawan dari kata Qadīm (lama).

7 Kata

“hadis” itu sendiri berasal dari akar kata وحدثة –حدوثا -يدث –حدث yang memiliki

beberapa makna, antara lain : ة اجلد (al-jiddah = baru), الط ري (al-ṯarī = lunak,

4 Abd. Al-Hayy Al-Farmawy, Metode Tafsir Maudhu’i: Suatu Pendekatan (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1994), h. 36. 5 Maragustam Siregar, “Metode Tafsir Maudhu‟i (Tematik),” Artikel diakses pada 6

Maret 2017 dari https://maragustamsiregar.wordpress.com/2011/01/10/metode-tafsir-tematik-oleh-

h-maragustam-siregar-prof-dr-m-a/ 6 Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis (Jakarta: Ushul Press, 2009), h. 1.

7 Ibnu Nashirudin al-Dimasyqi, Mutiara Ilmu Atsar Klarifikasi Kitab Hadis; Permata

Salaf yang Terpendam, Penerjemah Faisal Saleh (Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana, 2008), h.

128.

Page 29: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

16

lembut dan baru) dan اخلرب و الكالم (al-khabar = berita dan al-kalām = perkataan).8

Sedangkan menurut istilah muhadditsīn, hadis adalah apa yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat

atau sirah beliau, baik sebelum dan sesudah kenabian.9

Menurut para pakar ilmu hadis, hadis mempunyai beberapa

sinonim/murādif, yaitu sunnah, khabar dan atsar. Berikut penjelasannya:

a. Mengenai sunnah itu sendiri, jumhur muhadditsīn sepakat bahwa tidak

ada perbedaan antara hadis dan sunnah kecuali dari segi makna

etimologi.10

Hadis secara etimologi diartikan sebagai sesuatu yang

baru,11

sedangkan sunnah diartikan sebagai jalan yang biasa ditempuh

dan dilalui.

b. Khabar, menurut etimologi berarti al-Nabā` (berita). Sedangkan menurut

istilah, jumhur ahli hadis ada yang menyamakannya dengan hadis, akan

tetapi sebagian yang lain membedakan keduanya.12

Mereka mengatakan

bahwa khabar sifatnya lebih umum dibandingkan hadis. Jika hadis

adalah apa yang datang dari Nabi Saw, maka khabar adalah apa yang

datang dari selainnya.13

c. Sinonim hadis yang ketiga adalah atsar. Menurut bahasa atsar berarti

bekas sesuatu. Sedangkan menurut istilah ada dua pendapat, ada yang

mengatakan bahwa atsar dan hadis mempunyai makna yang sama,

8 Abdul Majid Khan, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2013), h. 1-2.

9 Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Penerjemah Mifdhol Abdurrahman

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 22. 10

Al-Dimasyqi, Mutiara Ilmu Atsar Klarifikasi Kitab Hadis…, h. 128. 11

A. Qadir Hasan, Ilmu Musthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2002), h.

17. 12

Al-Dimasyqi, Mutiara Ilmu Atsar Klarifikasi Kitab Hadis…, h. 129. 13

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 25.

Page 30: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

17

pendapat kedua mengatakan bahwa atsar adalah apa yang disandarkan

kepada sahabat dan tabi‟in.14

Penulis lebih condong kepada pendapat

kedua.

Selanjutnya, dalam disiplin ilmu hadis juga dikenal istilah hadis qudsi.

Adapun qudsi menurut bahasa dinisbatkan kepada qudus yang berarti suci, yaitu

penisbatan yang menunjukkan adanya pengangungan dan pemuliaan. Sedangkan

menurut istilah, hadis qudsi adalah apa yang disandarkan oleh Nabi Saw dari

perkataan-perkataan beliau kepada Allah Swt.15

Al-Tiby sebagaimana yang

dikutip oleh Teungku Muhammad Hasbie Ash Shiddieqy mendefinisikan hadis

qudsi sebagai titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Saw lewat mimpi atau

dengan jalan ilham, lalu Nabi Saw menerangkan mimpinya tersebut dengan

susunan perkataan beliau sendiri dan menyandarkannya kepada Allah Swt.16

Hadis qudsi memang disandarkan kepada Allah Swt, akan tetapi

hakikatnya berbeda dengan Al-Qur‟an yang juga merupakan kalamullah.

Mannā‟ al-Qattān menyebutkan beberapa perbedaan antara hadis qudsi dan al-

Qur‟an, diantaranya:17

a. Al-Qur‟an lafazh dan maknanya berasal dari Allah Swt, sedangkan hadis

qudsi maknanya saja yang berasal dari Allah Swt sedangkan lafazhnya

dari Nabi Saw.

b. Jika membaca al-Qur‟an merupakan ibadah dan mendapat pahala disisi

Allah Swt, maka lain halnya dengan membaca hadis qudsi, membacanya

bukan termasuk ibadah dan tidak pula berpahala.

14

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 25. 15

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 25. 16

Teungku Muhammad Hasbie Ash-Shiddiqiey, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits

(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 18. 17

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 26.

Page 31: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

18

c. Disyaratkan mutawātir dalam periwayatan al-Qur‟an, sedang dalam hadis

qudsi tidak disyaratkan mutawātir.

Hadis qudsi juga mempunyai perbedaan dengan hadis nabawi. Hadis

nabawi seutuhnya disandarkan kepada Nabi Saw baik lafazh maupun maknanya,

sedangkan hadis qudsi lafazhnya dari Nabi Saw tapi maknanya berasal dari

Allah Swt.18

2. Pembagian Hadis

a. Pembagian hadis didasarkan pada jumlah periwayat hadis

Semua yang dikatakan Nabi Saw dalam berbagai kesempatan dan

kondisi merupakan hadis. Karena itu, mungkin saja perkataan Nabi Saw

tersebut didengar dan disaksikan oleh banyak orang atau mungkin hanya satu

orang saja. Dikarenakan oleh hal inilah, para ulama hadis mengklasifikasi hadis

berdasarkan jumlah periwayatnya menjadi dua, yaitu hadis mutawātir dan hadis

ahād.19

Hadis mutawātir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak rawi dari

awal hingga akhir sanad, serta akan tidak masuk akal (mustahil) jika mereka

bersepakat untuk mengadakan kebohongan.20

Sedangkan hadis ahād adalah

hadis yang tidak memenuhi syarat dari hadis mutawātir. Hadis ahād juga

terbagi kepada tiga macam, yakni hadis masyhūr, hadis azīz dan hadis gharīb.

Pertama, hadis masyhūr adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang

atau lebih pada tiap tingkatan sanad, namun tidak mencapai derajat mutawātir.

18

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 26. 19

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis…, h. 133. 20

Ahmad Umar Hāsyim, Qawā’id Ushūl al Hadīts (Beirut: Dār al-Kutub al-Arabī, 1984),

h. 143.

Page 32: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

19

Kedua, hadis azīz adalah hadis yang tidak diriwayatkan oleh perawi yang

jumlahnya kurang dari dua orang pada tiap tingkatan sanadnya. Definisi inilah

yang dikemukakan oleh al-Hāfiẕ Ibn Hajar al-Asqalāni (w 825 H). Ketiga, hadis

gharīb adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu orang pada bagian

manapun dari sanadnya.21

b. Pembagian hadis ditinjau dari segi kualitasnya

Secara garis besar, hadis dikelompokkan menjadi dua kategori; hadis

yang bisa diterima (maqbūl) dan hadis yang ditolak (mardūd). Hadis bisa

maqbūl jika memenuhi persyaratan-persyaratan dari diterimanya sebuah hadis,

baik dari segi sanadnya (sanadnya muttasīl, rawinya adil dan dabīt) maupun

matannya (terhindar dari syadz dan ‘illah).22

Pada akhirnya, dari segi diterima

dan tidaknya, hadis terbagi kepada tiga macam, sahīh, hasan dan da’īf.

Hadis sahīh adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh

perawi yang adil, dabīṯ23

, tidak syazd24

dan tidak illah25

. Ketika salah satu dari

syarat hadis sahīh tidak terpenuhi (rawinya kurang dabīṯ), maka inilah yang

21

Al-Dimasyqi, Mutiara Ilmu Atsar Klarifikasi Kitab Hadis…, h. 147. 22

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis…, h. 143. 23

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalāni, dhābiṯ dapat dimaknai dengan sesuainya sesuatu dan

tidak bertentangan dengan lainnya, mengingat sesuatu secara sempurna, kuat pegangannya.

Adapun pengertian dhābiṯ menurut istilah adalah seseorang yang kuat hafalannya tentang apa-apa

yang didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya itu kapan saja dia menghendakinya.

Lihat: referensimakalah.com 24

Syadz secara bahasa adalah kata benda yang berbentuk isim fā’il dari kata syadza-

yasyudzu-syadzdzan-syādzdzun yang diartikan ganjil, tidak sama dengan mayoritas, tersendiri dari

kelompoknya atau bertentangan dengan kaidah. Sedangkan dari segi istilah adalah hadis yang

diriwayatkan orang makbūl menyalahi orang yang lebih utama darinya. Imam al-Syafi‟ī (w 204 H)

dan ulama Hijaz memberikan definisi adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang tsiqah tetapi

menyalahi atau bertentangan dengan periwayatan orang banyak. Lihat: Abdul Majid Khon, Takhrij

dan Metode Memahami Hadis, h. 117. 25

Illah menurut bahasa berarti cacat atau berpenyakit. Sedangkan menurut istilah illah

adalah suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat pada hadis, sementara secara lahir tidak

tampak adanya cacat tersebut. Lihat: Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis,

h.123.

Page 33: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

20

dinamakan dengan hadis hasan. Apabila sebuah hadis tidak terdapat padanya

sifat-sifat hadis sahīh dan hadis hasan, maka ia dinamakan hadis da’īf.

Para ulama bersepakat bahwa hadis sahīh dan hasan wajib untuk

diamalkan, namun tidak halnya dengan hadis da’īf. Mereka berbeda pendapat

mengenai boleh atau tidaknya beramal dengan hadis da’īf. Pendapat mereka

dapat diklasifikasi menjadi tiga macam. Pertama, ulama yang tidak

membolehkan sama sekali dalam mengamalkannya. Di antara ulama yang

berpegang pada pendapat ini adalah Yahya bin Ma‟īn, al-Bukhāri dan Muslim.

Kedua, ulama yang membolehkan secara mutlak. Pendapat ini dianut oleh

kebanyakan ulama fikih seperti Abu Hanīfah, al-Syāfi‟ī, Mālik dan Ahmad.

Ketiga, ulama yang membolehkan beramal padanya dengan beberapa syarat;

kelemahan hadis tersebut tidak seberapa dan terkhusus pada masalah targhīb,

tarhīb serta keutaman amal saja.26

3. Kedudukan dan Fungsi Hadis

Ahli ‘aql dan ahli naql dalam Islam telah ber-ijma’ bahwa hadis adalah

dasar bagi hukum-hukum Islam dan umat diperintahkan untuk mengikutinya

sebagaimana mengikuti al-Qur‟an.27

Al-Quran merupakan wahyu yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, di dalamnya dimuat berbagai

petunjuk untuk umat manusia. Akan tetapi, penjelasan yang ada dalam al-

Qur‟an tidak semuanya bersifat rinci. Masih banyak ayat-ayat yang global dan

tidak mungkin dipahami kecuali dengan membuka kitab-kitab hadis. Terhadap

26

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits…, h. 131. 27

Hasbie Ash-Shiddiqiey, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits…, h. 127.

Page 34: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

21

ayat al-Qur‟an yang masih bersifat global maknanya, maka hadis Nabi Saw

berperan sangat penting dalam memberikan penjelasan terhadapnya.28

Rasulullah Saw mendapatkan izin langsung dari Allah Swt untuk

menyelesaikan masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan

kepadanya, dan seluruh umat Islam berkewajiban untuk mengikutinya. Hal ini

tercermin dalam surat al-Hasyr ayat 7:

... ...

“...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…”

Ayat di atas mengajarkan bahwa apa saja yang disampaikan oleh Nabi

Saw, maka wajib untuk diikuti dan apa saja yang dilarang oleh Nabi Saw maka

wajib untuk ditinggalkan. Dalam surat Ali Imran ayat 32 juga dijelaskan:

هللا هللا

“Katakanlah: „Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa adalah sebuah kewajiban untuk mentaati

Rasulullah Saw. Bahkan taat kepada beliau berada setelah ketaatan kepada Allah

Swt. Hal inilah yang menjadi landasan kewajiban ittibā’ kepada hadis-hadis

Nabi Saw.

Selanjutnya, menurut M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi ada beberapa

fungsi hadis dalam kaitannya dengan al-Qur‟an, di antaranya:29

28

Bustamin, Dasar-Dasar Ilmu Hadis…, h. 194. 29

M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),

h. 78.

Page 35: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

22

a. Bayān al-Tafsīr, yakni hadis memberikan tafsīl kepada ayat-ayat yang

masih mujmal, memberikan taqyīd ayat-ayat yang masih mutlaq dan

memberikan takhsīs ayat-ayat yang masih ‘ām,

b. Bayān al-Taqrīr (Bayān al-Ta’kid), yakni hadis berfungsi untuk

memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur‟an,

c. Bayān al-Nasakh, yakni hadis sebagai ketentuan yang datang berikutnya

dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi al-Qur‟an yang datang

kemudian.

C. Etika Komunikasi

1. Pengertian Etika Komunikasi

Secara etimologi, etika berasal dari kata bahasa Yunani ethos. Dalam

bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, kebiasaan, adat,

akhlak dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha berarti adat kebiasaan.

Sedangkan menurut istilah, etika dimaknai sebagai nilai-nilai dan norma yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya.30

Sementara itu, pengertian etika menurut Ki Hajar Dewantara

sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata, adalah ilmu yang mempelajari

soal kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia, terutama yang

berhubungan dengan pikiran dan perasaan yang akhirnya mencapai tujuannya

dalam bentuk perbuatan.31

Selanjutnya, Burhanudin Salam mengungkapkan

bahwa etika adalah suatu cabang ilmu Filsafat yang berbicara tentang nilai-nilai

dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.

30

Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2009), h. 173. 31

Abudin Nata, Ahklak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), h. 88.

Page 36: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

23

Definisi etika menurut A. Mustafa tidak jauh berbeda dari Ki Hajar Dewantara,

menurutnya etika adalah ilmu yang menyelidiki terhadap perilaku mana yang

baik dan yang buruk dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh

apa yang telah diketahui oleh akal pikiran.32

Dari pengertian tentang etika yang telah disebutkan, dapat diketahui

bahwa ada beberapa hal yang berkaitan erat dengan etika, yakni bahwa etika

selalu dikaitkan dengan perbuatan dan tingkah laku manusia; etika adalah

sebuah ilmu yang mengatur baik dan buruk; dan etika mempunyai hubungan

erat dengan norma dan nilai yang berlaku di kehidupan.

Etika mengatur segala gerak-gerik dan tingkah laku manusia dalam

kehidupan agar timbul kesadaran, keseimbangan dan menghindarkan manusia

dari kerusakan budi. Karna dengan budi pekertilah manusia dihargai, dan hal itu

pula yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hal ini menandakan

betapa pentingnya etika dalam kehidupan manusia. Meskipun etika tidak dapat

membuat manusia menjadi pribadi yang baik secara instan, namun dengan etika

manusia dapat membuka mata dan melihat baik dan buruk.33

Seorang filosof, S.

Jack Odell sebagaimana dikutip oleh Richard L. Johannesen mengutarakan

tentang pentingnya etika, bahwa sebuah masyarakat bisa saja hancur jika tidak

memiliki etika.34

Etika mempunyai istilah lain yang semakna dengannya, yakni akhlak

Dikatakan demikian, karena akhlak jika ditinjau dari segi bahasa .(األخالق)

merupakan jamak dari kata khuluq atau khalq yang berarti tabi‟at, budi pekerti,

32

Seputar Pengetahuan, “15 Pengertian Etika menurut Para Ahli Terlengkap,” Artikel

diakses pada 3 Maret 2017 dari www.seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-

menurut-para-ahli-terlengkap.html 33

Ahmad Amin, Etika: Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet ke-8, h. 6. 34

Richard L. Johannesen, Etika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 6.

Page 37: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

24

kebiasaan atau adat.35

Sedangkan definisi akhlak menurut istilah sebagaimana

yang dituturkan oleh Abdullah Nata adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pikiran dan

pertimbangan.36

Melihat pengertian-pengertian di atas, tidaklah salah jika etika

disamakan dengan akhlak, karena keduanya sama-sama mengatur mengenai

adab dan tata krama.

Selanjutnya, secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin

“communicatio” dan perkataan sumbernya dari kata “communis” yang artinya

sama, pengertian sama yang dimaksud adalah sama makna.37

Sedangkan secara

terminologis, beberapa ahli mengungkapkan bahwa sulit untuk menemukan

makna hakiki dari komunikasi. hal ini dikarenakan kata kerja to communicate

(berkomunikasi) sudah sangat mapan sebagai kosakata yang umum dan

karenanya tidak mudah untuk menemukan maknanya. Stephen Littlejohn

sebagaimana dikutip oleh Morissan mengatakan: Communication is difficult to

define. The word is abstract and, like most term, posses numerous meanings

(Komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata “komunikasi” bersifat abstrak,

seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).38

Meskipun sulit untuk mengetahui makna hakiki dari komunikasi,

beberapa ahli melakukan terobosan dalam upaya mendefinisikannya. Menurut

Hovland seperti yang dikutip A. Markarma, bahwa komunikasi merupakan

suatu proses dimana seorang komunikator mengirimkan stimulus untuk

35

Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), h. 175. 36

Abudin Nata, Ahklak Tasawuf…, h. 3. 37

Tsalis Rifa‟i, “Komunikasi dalam Musyawarah (Tinjauan Konsep Asyura dalam

Islam),” Channel 3, no. 1 (April 2015): h. 37. 38

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Prenada Media Group,

2015), Cet ke-3, h. 8.

Page 38: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

25

mengubah perilaku dari orang lain atau komunikan. Pengertian lain menurut

Webster New Dictionary, bahwa komunikasi dimaknai sebagai seni

mengekpresikan ide-ide dan pikiran baik secara lisan maupun tulisan.39

Dan

Nimmo mendefinisikan komunikasi sebagai proses interaksi sosial yang

digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka

mengenai dunia dan untuk bertukar citra tersebut melalui simbol-simbol.40

Menurut Muhammad Mufid, hakikat komunikasi adalah proses ekspresi

antar-manusia. Setiap manusia mempunyai kepentingan untuk menyampaikan

pikiran atau perasaan yang dimiliki.41

Komunikasi juga tidak luput dari

prosenya. Proses komunikasi terjadi ketika ada komunikator (orang yang

menyampaikan pesan), message (pesan yang disampaikan) dan komunikan

(orang yang menerima pesan). Ketika tiga hal tersebut terpenuhi dan ada pada

waktu tertentu, maka disaat itulah proses komunikasi berkemungkinan terjadi.

Setelah mengetahui definisi masing-masing dari etika dan komunikasi

baik secara bahasa maupun istilah, maka dapat dipahami bahwa etika

komunikasi adalah sesuatu yang mengatur cara penyampaian maksud dan

perasaan manusia kepada manusia lainnya, yang sesuai dengan nilai serta norma

yang berkembang di masyarakat dan bersifat konsensual.

Pengertian etika komunikasi lainnya adalah cara berkomunikasi yang

sesuai dengan standar nilai akhlak. Pengertian yang seperti ini terdengar

mempunyai nuansa begitu islami. Namun terdapat pengertian yang lebih umum,

bahwa etika komunikasi adalah sesuatu yang mengacu kepada pengertian

39

A. Markarma, “Komunikasi Dakwah Efektif dalam Perspektif al-Qur‟an,” Studi

Islamika 11, no. 1 (Juni 2014): h. 130. 40

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media (T.tp: Remadja

Karya CV, t.t.), h. 7. 41

Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi…, h. 98.

Page 39: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

26

bagaimana berkomunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat atau golongan tertentu.42

2. Macam-Macam Etika Komunikasi

Komunikasi tidak hanya multi makna dan multi definisi, namun

pembagiannya pun juga bermacam-macam.43

Menurut Hafied Cangara

sebagaimana yang ia kutip dari buku Human Communication (1980)

komunikasi terbagi kepada lima macam, yakni a) Komunikasi Antar Pribadi

(Interpersonal Communication), b) Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group

Communication), c) Komunikasi Organisasi (Organizational Communication),

d) Komunikasi Massa (Mass Communication), dan e) Komunikasi Publik

(Public Communication).44

a. Etika Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau

lebih, baik secara terorganisasi maupun di kerumunan orang banyak.45

Etika

komunikasi antar pribadi bisa diartikan sebagai norma-norma yang harus

dipatuhi oleh dua orang atau lebih yang sedang berkomunikasi secara tatap

muka.

Lebih lanjut, pada komunikasi antar pribadi ini terdapat beberapa etika

yang harus dipenuhi, diantaranya: jujur dan terus terang, harus konsisten

42

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam (Jakarta: Logos, 1999),

h. 33. 43

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006), h. 31. 44

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2005), h. 29. 45

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 32.

Page 40: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

27

terhadap apa yang disampaikan serta tidak memotong pembicaraan lawan bicara

dengan sengaja, termasuk di dalamnya tidak dengan tiba-tiba mengganti topik

pembicaraan.46

b. Etika Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang

berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dan anggotanya

saling berinteraksi satu sama lainnya. Banyak kalangan yang menganggap

bahwa komunikasi kelompok kecil adalah bagian dari komunikasi antar

pribadi.47

Selanjutnya, etika komunikasi kelompok kecil bisa dimaknai sebagai

norma dan nilai yang harus dipatuhi ketika terjadi proses komunikasi dan

interaksi antara tiga orang atau lebih pada waktu tertentu.

c. Etika Komunikasi Organisasi

Etika Komunikasi organisasi adalah norma dan nilai yang harus dipatuhi

dan diterapkan ketika berada dalam forum diskusi atau lembaga tertentu. Etika

komunikasi organisasi berfungsi ketika mengatur penyelesaian konflik.48

Sudah

bukan lagi rahasia bahwa sebuah organisasi pasti dibumbuhi dengan

perselisihan dan konflik terutama ketika ingin mencapai sebuah keputusan

akhir. Maka pada saat itulah etika berfungsi untuk menjaga suasana agar tetap

tenang dan kondusif.

d. Etika Komunikasi Massa

Menurut Hafied Cangara komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai

proses komunikasi yang berlangsung yang message (pesan)nya dikirim dari

46

Richard L. Johannesen, Etika Komunikasi…, h. 148. 47

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 32. 48

Richard L. Johannesen, Etika Komunikasi…, h. 162.

Page 41: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

28

sumber yang melembaga kepada khalayak ramai melalui alat-alat mekanis

seperti radio, TV, surat kabar dan film. Ia mengungkapkan, bahwa komunikasi

masa mempunyai ciri tersendiri, ciri yang menonjol dari komunikasi tipe ini

adalah bahwa komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan

dihubungkan dengan alat yang bersifat mekanik. Komunikasi massa juga

bersifat sangat terbuka dan variatif, baik dari segi usia, suku, pekerjaan maupun

segi kebutuhan.49

Selanjutnya, dari keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa etika

komunikasi massa adalah norma dan nilai yang harus dipatuhi oleh

komunikator dan komunikan ketika proses komunikasi massa berlangsung.

Karena komunikasi ini bukan terjadi antara dua orang secara tatap muka, maka

yang perlu diperhatikan adalah pesan (message) yang disampaikan. Hendaknya,

pesan yang disajikan bersifat baik dan terhindar dari hal-hal yang berbau

negatif. Komunikan yang menerima message pun hendaknya selalu mengambil

sisi positif dari messege yang disampaikan.

e. Etika Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah suatu proses komunikasi yang pesan-

pesannya disampaikan oleh pembicara secara tatap muka kepada khalayak yang

lebih besar. Komunikasi ini sering disebut sebagai pidato, public speaking dan

komunikasi khalayak.50

Selanjutnya, dari definisi di atas dapat dipahami bahwa etika

komunikasi publik adalah norma dan nilai yang harus dipatuhi ketika proses

komunikasi publik berlangsung.

49

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 36. 50

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 34.

Page 42: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

29

3. Kedudukan Etika Komunikasi dalam Islam

Islam memberikan perhatian yang besar terhadap etika. Hal ini terlihat

jelas ketika kita membaca dan merenungi lembaran kitab suci al-Qur‟an dan

hadis-hadis Nabi Saw. Dalam al-Qur‟an dapat ditemukan banyak ayat yang

berbicara tentang etika, baik etika kepada Tuhan, kepada orang tua, kepada

tetangga, dan manusia pada umumnya. Salah satu ayat yang berisikan tentang

etika terdapat dalam surat al-Isrā` ayat 23-24 yang berbunyi:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-

baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai

berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan

rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan

ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Ayat di atas sarat dengan etika dan akhlak, baik itu kepada Allah Swt dan

kepada kedua orang tua. Termasuk akhlak kepada Allah Swt adalah dengan

tidak menyekutukannya dengan yang lain. Adapun akhlak kepada kedua orang

tua yang diajarkan oleh ayat di atas adalah dengan selalu berbuat baik kepada

keduanya, tidak melawan, tidak membentak, tidak meninggikan suara ketika

berbicara kepada mereka dan mendoakan keduanya dengan doa yang baik.

Terkhusus untuk etika dalam berkomunikasi, al-Qur‟an melalui ayat-

ayatnya yang agung telah memerintahkan manusia agar senantiasa berkata yang

Page 43: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

30

baik. Hal ini sebagaimana yang dimuat dalam surat al-Nisā` ayat 5 yang

berbunyi:

هللا

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan

Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil

harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”

Pada ayat yang lain, Allah Swt memerintahkan manusia agar senantiasa

mengucapkan perkataan yang benar. Hal ini terdapat dalam surat al-Ahzāb ayat

70 yang berbunyi:

هللا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

Katakanlah Perkataan yang benar.”

Dari ayat-ayat di atas, dapat diketahui bahwasannya al-Qur‟an yang

kedudukannya sebagai sumber hukum dan dalil paling utama dalam Islam

memberikan perhatian besar terhadap etika, khususnya etika berkomunikasi.

Tidak hanya sebatas itu, hadis yang merupakan sumber hukum kedua setelah al-

Qur‟an juga demikian. Dalam hadis-hadis yang telah dihimpun dalam kitab-

kitab hadis, ditemukan banyak sekali tuntunan Nabi Saw mengenai etika.

Nabi Muhammad Saw merupakan teladan bagi umat manusia. Beliau

dibekali oleh Allah perasaan lemah lembut, bijaksana dan sabar.51

Sebagaimana

yang telah diketahui, ia adalah sosok yang sangat berhasil, baik dalam

kedudukannya sebagai hamba Allah, sebagai Rasul, maupun sebagai model

51

Abdullah Syihata, Dakwah Islamiyah, diterjemahkan oleh Ibahim Husein dkk, (Proyek

Pembinaan Prasarjana dan Sarjana Perguruan Tinggi Agama: Departemen Agama, 1986), h. 23.

Page 44: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

31

kehidupan manusia yang layak diteladani oleh para pengikutnya hingga akhir

zaman.52

Mengenai etika dalam berkomunikasi, Nabi Saw telah memberikan

rambu-rambu kepada kaum muslimin, bahkan hadis-hadis yang berkenaan

dengan hal itu sangat banyak jumlahnya. Salah satu hadis yang sangat familiar

adalah tentang perintah untuk mengucapkan hal-hal yang baik saja atau jika

memang tidak mampu berbuat demikian maka hendaklah diam. Hadis tersebut

berbunyi:

ثن حرملة بن يي أن بأنا ابن وىب قال أخب رن يونس عن ابن شهاب عن أب سلمة بن حد والي وم هللامن كان ي ؤمن باعليو وسل م قال هللاصل ى هللاعن رسول عبد الر حن عن أب ىري رة

را أو ليصمت الخر 53 ...ف لي قل خي “Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah

memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan

kepadaku Yūnus dari Ibnu Syihāb dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu

Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia

mengucapkan perkataan yang baik atau diam…”

Pada hadis lain disebutkan:

ث نا ح اد ىو ابن زيد ث نا سليمان بن حرب حد مول يسار عن بشي بن عن يي بن سعيد حد ثاه النصار عن رافع بن بن سهل وميصة بن هللاأن عبد خديج وسهل بن أب حثمة أن هما حد

بن سهل فجاء عبد الر حن بن سهل وحويصة هللاخيب ر ف ت فر قا ف الن خل ف قتل عبد مسعود أت يا

صاحبهم ف بدأ عبد الر حن عليو وسل م ف تكل موا ف أمر هللاصل ى وميصة اب نا مسعود إل الن ب

ر هللاوكان أصغر القوم ف قال لو الن ب صل ى 54...عليو وسل م كب ر الكب

“Telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Harb telah

menceritakan kepada kami Hammād yaitu Ibnu Zaid dari Yahya bin Sa'īd dari

Busyair bin Yasar bekas budak Ansār, dari Rāfi' bin Khadīj dan Sahal bin Abu

52

M. Munir, Metode Dakwah, cet. 2, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 204. 53

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjāj al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Jilid I (Beirut: Dār al-

Kutub al-Ilmiyah, 1991), h. 68. 54

Muhammad bin Ismāīl bin al-Mughīrah al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri (Riyādh:

Maktabah Al-Rusyd, 2006), h. 855.

Page 45: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

32

Hatsmah bahwa keduanya menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Sahal

dan Muhayishah bin Mas'ūd pergi ke Khaibar, kemudian keduanya berpisah di

suatu kebun kurma, tiba-tiba Abdullah bin Sahal terbunuh, lantas Abdurrahman

bin Sahl Huwayishah dan Muhayishah bin Mas'ūd pergi menemui Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam untuk melapor mengenai perkara saudaranya,

Abdurrahman angkat bicara padahal dia adalah orang yang paling muda di

antara mereka, maka Rasulullah shallallāhu 'alaihi wasallam bersabda: „Yang

lebih tua, yang lebih tua‟…….”

Hadis di atas berisikan tentang etika yang diajarkan oleh Nabi Saw,

yakni mendahulukan yang dewasa untuk berbicara ketika berkomunikasi. Dari

beberapa ayat dan hadis yang telah disebutkan, dapat dipahami bahwa etika

berkomunikasi dalam Islam diberi perhatian yang sangat besar dan mempunyai

kedudukan yang sangat penting.

Page 46: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

33

BAB III

KAJIAN TERHADAP HADIS-HADIS ETIKA BERKOMUNIKASI

A. Teks Hadis tentang Berbicara Menggunakan Kalimat yang Baik

ث نا أبو الحوص عن أب حصني عن أب صالح عن أب ىري رة ث نا ق ت يبة بن سعيد حد قال حدوالي وم الخر فل ي ؤذ جاره ومن كان هللاباصلى اللو عليو وسلم من كان ي ؤمن هللاقال رسول

فو و هللاباي ؤمن را أ هللابامن كان ي ؤمن والي وم الخر ف ليكرم ضي و والي وم الخر ف لي قل خي ليصمت

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟īd, telah

menceritakan kepada kami Abu al-Ahwās dari Abu Hasīn dari Abu Sālih dari

Abu Hurairah, ia berkata telah bersabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang

beriman kepada Allah dan hari Akhir maka janganlah ia menyakiti

tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah

memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari

Akhir hendaklah berkata baik atau hendaklah diam”

1. Takhrij Hadis

Takhrij menurut bahasa berasal dari kata kharraja yang berarti tampak

atau jelas.3 Sedangkan menurut istilah, takhrij adalah menunjukkan tempat

hadis pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut dengan sanadnya

dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.4

Sebagaimana telah dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa proses

takhrij hadis akan dilakukan dengan menelusuri hadis-hadis melalui tiga kitab,

yakni Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Hadīs al-Nabawī dan Miftāh al-Kunūz

1Hadis ini sanadnya bersambung dan semua perawinya dinilai tsiqah oleh ulama hadis.

2 Muhammad bin Ismāīl bin al-Mughīrah al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri (Riyāḏ: Maktabah

Al-Rusyd, 2006), h. 840. 3Abu Muhammad Abdul Mahdi, Metode Takhrij Hadis, Penerjemah Sa‟id Agil Husin

Munawwar dan Ahmad Rifqi Mukhtar (Semarang: Dina Utama, 1994), h. 2. 4 Mannā‟ al-Qaṯṯān, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Penerjemah Mifdhol Abdurrahman

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 189.

Page 47: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

34

karya A.J. Wensinck dan Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts karya Abu Hājir

Muhammad al-Sa‟id Basyuni Zaghlul.

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ

al-Hadīs al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis, penulis

menemukan hasil sebagai berikut:

والي وم الخر هللابا: من كان ي ؤمن ن م أ

را ف لي قل : ت م ص أو ليصمت خي

فل ي ؤذ جاره من كان ي ؤمن و ى : ذ أ

Kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāzh al-Hadīs al-Nabawī

أمن صمت أذى و أدب خ : رقاق

جو : أدب

, و خ : أدب رقاق

م : إيان د : أدب

خ : أدب د : أدب

ت : بر و جو : أدب

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 1 dan 2.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

8ضيف : وجوب إكرام الضيف على ادلسلم

5 A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī, Juz I, (Leiden:

Maktabah Baril, 1936), h. 108. 6 A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz III, h. 416.

7 A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz I, h. 50.

8 A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah, (Lahore: Idarah Tarjaman Al Sunnah,

1978), h. 297.

Page 48: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

35

Sahīh al-Bukhāri, kitab ke-81 bab ke-23

Sahīh Muslim, kitab ke-1 hadis ke- 74

Sunan Ibnu Mājah, kitab k-33 bab ke-4

ب بخ : رقاق ك ح مس : إيان ك

ب جو : أدب ك

Ketiga, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts

را والي وم الخر ف لي قل هللابامن كان ي ؤمن 9أو ليصمت خي Sahīh Muslim, kitab al-iman hadis ke-74;

kitab al-luqṯah hadis ke-14

Sunan al-Tirmidzī, hadis nomor 1967 dan

2500

اللقطة و م اإليان

, ت

2. Fiqh al-Hadīts

Fiqh al-Hadīts terdiri dari dua kata, yakni fiqh dan hadis. Secara

etimologi, fiqh berasal dari bahasa Arab فقها -يفقه –فقه yang berarti mengerti dan

memahami,10

sedangkan hadis adalah apa yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad Saw, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan dan sifatnya.11

Maka dapat dipahami bahwa fiqh al-hadīs adalah upaya memahami maksud

hadis Nabi Saw. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Abu Yasir al-

Hasan al-Ilmi, menurutnya fiqh al-hadīts adalah:

فقو احلديث النبوي معناه ف هم مراد النب صلى اهللا عليو وسلم من كلمو

“Fiqh al-hadīts adalah memahami maksud dari perkataan Nabi Saw”

9 Abu Hājir Muhammad al-Sa‟id Basyuni Zaghlul, Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī

al-Syarīf, Jilid 8, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, .t.t), h. 505. 10

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), Edisi Kedua, h. 1067. 11

Mannā‟ al-Qattān, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Penerjemah Mifdhol Abdurrahman

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 22. 12

Zilfaroni, “Fiqh al-Hadits.” Artikel diakses pada 25 April 2017 dari http://zilfaroni-

putratanjung-blogspot.co.id/2012/10/fiqh-al-hadits.html?m=1

Page 49: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

36

Menurut hadis di atas berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu

serta selalu mengucapkan kata-kata yang baik atau diam mengenai sesuatu

yang tidak diketahuimya merupakan hal baik dan bagian dari manisnya iman.13

Pada akhir redaksi hadis dapat dipahami bahwa Rasulullah Saw

memerintahkan umatnya agar selalu menjaga lisan dari perkataan-perkataan

yang tidak baik, atau jika tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam

kedudukannya lebih rendah daripada berkata baik, namun masih lebih baik

dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.

Lidah diciptakan Allah Swt hanya untuk hal yang baik-baik saja, seperti

zikir mengingat-Nya, membaca kitab suci-Nya,14

melakukan amar ma‟rūf nahi

munkar, berdakwah dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.

Sungguh tidak pantas jika lidah yang diciptakan dengan tujuan kebaikan

digunakan untuk mengucap hal-hal yang kotor dan keji.

Abu al-Hasan Ali al-Mawardi mengungkapkan beberapa syarat bicara

agar selamat dari ketergeliciran dan kecacatan. Di antaranya, pembicaraan itu

sengaja diucapkan guna mengajak manusia kepada ketaqwaan, meletakkan

pembicaraan tepat pada tempatnya, berbicara sekedar keperluan dan memilah

kata-kata yang akan diucapkan.15

Jika saja salah satu atau semua syarat di atas

tidak terpenuhi, maka tidak dianjurkan untuk berbicara atau lebih baik diam

saja.

13

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi, Asbabul Wurud: Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul, Penerjemah Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim

(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Jilid 3, h. 311. 14

Al-Ghazali, Tuntunan Dasar Pembinaan Pribadi Bertakwa (T.tp: Angkasa Raya, t.t.),

h. 95. 15

Abu al-Hasan Ali al-Mawardi, Mutiara Akhlak al-Karimah, Penerjemah M. Qodirun

Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h. 137.

Page 50: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

37

Mengenai hadis perintah berkata yang baik ini Ibnu Hajar menjelaskan,

termasuk kebaikan adalah semua perkataan yang diperlukan, baik fardu

maupun sunnah. Maka selain dari itu yang termasuk perkataan buruk, manusia

diperintahkan untuk diam agar tidak terjerumus kepada keburukan.

Ibnu Hajar juga menjelaskan bahwa manusia yang masih memiliki iman

di hatinya akan memiliki sifat kasih sayang kepada makhluk ciptaan Allah. Hal

ini dibuktikan dengan senantiasa mengucapkan perkataan yang baik dan penuh

manfaat serta meninggalkan perkataan yang buruk dan menimbulkan

mudarat.16

Dalam al-Qur‟an ditemukan beberapa ayat berkenaan dengan tuntunan

untuk berbicara dengan perkataan yang baik, salah satunya adalah surat al-

Nisā` ayat 5 yang berbunyi:

اهللا

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum

sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang

dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian

(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”

Khitab pada ayat di atas ditujukan kepada semua umat dan larangannya

mencakup setiap harta, yang pada intinya perintah agar memberikan harta

kepada anak yatim yang sudah baligh kecuali apabila mereka orang yang safih

(dungu) yang tidak bisa menggunakan harta benda. Pada akhir ayat disebutkan

bahwa hendaknya para wali menasehati orang yang diasuhnya apabila mereka

16

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 29, h. 158.

Page 51: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

38

masih kecil dengan perkataan yang baik agar membuatnya menjadi penurut.17

Hamka menjelaskan, “perkataan yang baik” dalam ayat ini maksudnya adalah

perkataan yang terus terang.18

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhārī disebutkan

bahwa perkataan yang baik merupakan salah satu bentuk sedekah. Hadis

tersebut berbunyi:

ث نا شعبة عن عمرو عن خيثمة عن عدي بن حات ث نا سليمان بن حرب حد أن النب صلى حدها ث و وسلم علي اهللا ها ث ذكر النار فأشاح بوجهو ف ت عوذ من ذكر النار فأشاح بوجهو ف ت عوذ من

د فبكلمة طيبة قال ات قوا النار ولو بشق ترة فمن ل ي

“Telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Harb telah

menceritakan kepada kami Syu'bah dari Amru dari Khaitsamah dari „Adī bin

Hatim, bahwasanya Nabi Shallallahu'alaihiwasallam pernah

memperbincangkan neraka, kemudian beliau memalingkan wajahnya dan

berlindung diri daripadanya, kemudian beliau memperbincangkan neraka dan

beliau memalingkan wajahnya seraya meminta perlindungan daripadanya,

selanjutnya beliau bersabda: Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya

dengan setengah biji kurma, siapa yang tak mendapatkannya, ucapkanlah yang

baik.”

Menurut Ibnu Hajar kata tayyib (baik) adalah segala sesuatu yang

membuat panca indra menjadi enak dan nyaman. Kalimat yang tayyib menjadi

salah satu bentuk sedekah karena ia dapat menggembirakan siapa saja yang

mendengar dan menghilangkan perasaan tidak senang dalam hati.20

Hadis di atas membuktikan bahwa perkataan yang baik mempunyai

banyak keutamaan, salah satunya adalah sebagai perisai dari api neraka. Oleh

karena inilah Rasulullah Saw mendidik dan menanamkan nilai akhlak kepada

17

Amir Mu‟min Solihin, “Etika Komunikasi Lisan Menurut Al-Qur‟an: Kajian Tafsir

Tematik”, Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2011, h. 48. 18

Hamka, Tafsir al-Azhar (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983), h. 265. 19

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri..., h. 841. 20

Ibnu Hajar al-Asqalāni, Fath al-Bāri, Penerjemah Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azzam,

2008), Jilid 29, h. 167.

Page 52: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

39

umatnya agar selalu berbicara dengan kalimat yang baik dan menjauhi kalimat-

kalimat yang tidak baik. Karena selain tidak bermanfaat, mengatakan perkataan

yang tidak baik, tidak sopan dan tidak layak merupakan perkara yang buang-

buang waktu dan bisa saja menyakiti perasaan orang lain.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

selalu dengan perkataan yang baik. Jika memang tidak mampu mengatakan hal

yang baik maka diam menjadi lebih utama.

B. Teks Hadis tentang Berbicara dengan Efektif dan Efisien

ث نا ث ناسعد بن حفص : حد ب الن ن ع ة ر ي ادلغ ن ع اد ر و ن شيبان عن منصور عن ادلسيب ع حدهات ومنع وىات ووأد اهللا إن : ال م ق ل س و و ي ل ع ى اهللا ل ص الب نات وكره حرم عليكم عقوق الم

ؤال وإضاعة المال لكم قيل وقال وكث رة الس

“Telah menceritakan kepada kami Sa‟ad bin Hafs, telah menceritakan

kepada kami Syaibān dari Mansūr dari al-Musayyab dari Warrād dari al-

Mughīrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia bersabda: “Sesungguhnya

Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu, tidak memberi tapi mau

menerima dan mengubur anak wanita hidup-hidup, serta membenci kalian dari

qīla wa qāla, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ

al-Hadīts al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis, penulis

menemukan hasil sebagai berikut:

ات ه م ال ق و ق ع م ك ي ل ع م ر / ح ات ه م ال ق و ق ... ع ن ى ع ه ن ي ان ك : و ق ع

ات ى و ع ن م ن ع ... و ن )ص( ع اهللا ل و س ى ر ه ن ي ان ك ى, و ه : ن ع ن م

ال ؤ الس ة ر ث ك و ال ق و ل ي ق ن ى ع ه ن ي ان ك : و ل ئ س

21 Hadis ini sanadnya bersambung dan semua perawinya dinilai tsiqah oleh ulama hadis.

22 Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 836.

23 A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz IV, h. 288.

24 A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz VI, h. 275.

Page 53: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

40

Kitab Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī

عق منع سئل خ أدب م أقضية

خ إستفراض م أقضية

خ أدب , م أقضية

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 3 dan 4.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

26كلم : الكلمة الطيبة و الكلمة اخلبيثة و فضل قلة الكلم

Sahīh al-Bukhāri, kitab ke-81 bab ke-22 : ب رقاق ك خ

2. Fiqh al-Hadīts

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif diartikan sebagai

manjur, berguna dan dapat membawa hasil. Sedangkan efisien diartikan

sebagai ketepatan cara dalam melakukan sesuatu dengan tidak membuang-

buang waktu.27

Secara keseluruhan, berbicara dengan efektif dan efisien bisa

dimaknai sebagai berbicara dengan tepat dan tidak buang-buang waktu serta

berdampak positif, baik terhadap komunikator maupun komunikan.

Pada redaksi hadis di atas disebutkan, kariha lakum qīla wa qāla wa

katsra al-su`āl (Allah membenci kalian dari qīla wa qāla dan banyak

bertanya). Ibnu Hajar menjelaskan, qīla wa qāla diartikan sebagai

25

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz II, h. 384. 26

A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah…, h. 421. 27

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2012), Edisi ke-4, h. 352.

Page 54: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

41

memperbanyak perkataan yang tidak berguna, sedangkan banyak bertanya

maksudnya adalah mendesak dalam bertanya dan menanyakan hal yang tidak

penting.28

Hal inilah yang menjadikan hadis di atas sebagai salah satu tuntunan

dalam berkomunikasi, yakni keharusan berbicara dengan efektif dan efisien,

bahwa berbicara hendaknya seperlunya saja, tidak mengatakan hal yang tidak

bermanfaat dan tidak pula banyak menanyakan hal yang tidak penting.

Jika memperhatikan ayat-ayat al-Qur‟an, maka akan ditemukan

sebuah ayat yang mendukung pernyataan hadis untuk bicara seperlunya dan

yang bermanfaat saja. Hal ini tercermin dalam al-Qur‟an surat al-Mukminūn

ayat 1-3 yang berbunyi:

… {-}

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) … dan

orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada

berguna.”

Salah satu ciri dari orang yang beriman sebagaimana dijelaskan oleh

ayat di atas adalah menjauhkan diri dari al-laghwu. Menurut Kamus Arab-

Indonesia karangan Mahmud Yunus, al-laghwu adalah sesuatu yang tiada

berguna.29

Perkataan maupun perbuatan yang tidak berguna juga termasuk

kategori al-laghwu. Maka menurut ayat di atas, semua yang tidak wajar dan

tidak bermanfaat hendaknya ditinggalkan walau ia tidak haram.30

Hal ini sama halnya dengan kandungan hadis yang diteliti. Bahwa

melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, termasuk di dalamnya perkataan

28

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 31, h. 262. 29

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzurriyyah,

1990), h. 398. 30

M. Quraish Shihab, Al-Lubāb: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur‟an (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 537.

Page 55: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

42

yang sia-sia dan banyak bertanya atas hal yang tidak penting merupakan hal

yang harus dijauhi dan ditinggalkan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi disebutkan:

ث نا أبو مسهر عن إسعيل بن ع ر واحد قالوا حد يسابوري وغي ث نا أحد بن نصر الن بن اهللا بد حد

صلى اهللا قال رسول عن أب ىري رة قال ساعة عن الوزاعي عن ق رة عن الزىري عن أب سلمة

عليو وسلم من حسن إسلم المرء ت ركو ما ل ي عنيو اهللا “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Nasr al-Naisābūrī dan

yang lainnya telah menceritakan kepada kami mereka berkata bahwa Abu

Mushir telah menceritakan kepada kami dari Ismā'īl bin 'Abdullah bin Samā'ah

dari Al Auzā'i dari Qurroh dari al-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah

dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: „Di antara

tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak

bermanfaat baginya.”

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah hendaknya kaum

muslimin meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kemudian hijrah

melakukan hal yang lebih bermanfaat. Itulah ciri dari baiknya Islam seseorang.

Demikian pula halnya dengan meninggalkan pembicaraan yang tidak berguna

dan banyak bertanya yang tidak penting. Hendaknya dalam berbicara selalu

ringkas, jelas dan tidak bertele-tele. Karena pembicaraan yang panjang lebar

hanya akan membuat pusing dan bosan orang yang diajak bicara.32

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

umat Islam berbicara seperlunya saja, tidak berlebihan, dan memperhatikan

mutu dari hal yang disampaikan. Karena percuma saja panjang lebar jika poin

yang ingin disampaikan tidak ditangkap dengan benar oleh lawan bicara.

31

Abu Isa Muhammad bin Isa Al-Tirmidzi, Jāmi‟ al-Tirmidzi (T.tp: Bait al-Afkār al-

Dauliyyah, t.t), h.382. 32

Khalil al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Penerjemah Ahmad Subandi

(Jakarta: PT Lentera Basritama, 1998), h. 158.

Page 56: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

43

C. Teks Hadis tentang Berbicara Jujur dan Tidak Dusta

د بن عبد ث نا مم ث نا أبو معاوية اهللا حد ث نا أبو بن ني حد ث نا العمش ح و حد ووكيع قال حد

ث نا العمش عن شقيق عن عبد كريب ث نا أبو معاوية حد صلى اهللا قال رسول قال اهللا حد

دق ي هد عليو وسلم عليكم اهللا دق فإن الص ي إل الب وإن الب ي هدي إل النة وما ي زال بالص

دق حت يكتب عند يقا وإياكم والكذب فإن الكذب اهللا الرجل يصدق وي تحرى الص صدلنار وما ي زال الرجل يكذب وي تحرى الكذب حت ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي إل ا

ابااهللا يكتب عند كذ“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin

Numair; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'āwiyah dan Wakī' keduanya

berkata; Telah menceritakan kepada kami al-A'masy; Demikian juga

diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Abu

Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'āwiyah; Telah menceritakan

kepada kami al-A'masy dari Syaqīq dari 'Abdullah dia berkata; Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tempuhlah kejujuran, karena

sesungguhnya kejujuran itu membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya

kebaikan itu membimbing ke surga. Ada orang yang senantiasa menempuh dan

memilih kejujuran sehingga dia dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah.

Jauhilah kedustaan, karena sesungguhnya kedustaan itu membimbing kepada

kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membimbing ke neraka. Ada orang

yang berdusta dan memilih kedustaan sehingga dia dicatat sebagai pendusta di

sisi Allah.”

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras Li

Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis,

penulis menemukan hasil sebagai berikut:

33

Hadis ini sanadnya bersambung dan semua perawinya dinilai tsiqah oleh ulama hadis

kecuali Abu Kuraib (Muhammad bin „Ilā`). Terdapat beberapa penilaian berbeda mengenai Abu

Kuraib. Abu Hātim menilainya sudūq, al-Nasā‟i menilainya lā ba`sa bihi dan Ibnu Hibbān

menilainya dengan tsiqah. (Lihat Tahdzīb al-Kamāl Fī Asmā` al-Rijāl karya Jamāl al-Dīn Abu al-

Hajjāj Yūsuf al-Mizzī, Jilid 26 h. 247, dan Tahdzīb al-Tahdzīb karya Ibn Hajar al-Asqalāni, Jilid 3,

h. 668) 34

Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjāj al-Qusyairi al-Naisābūri, Sahīh Muslim (Beirūt:

Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991), Jilid 4, h. 2013.

Page 57: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

44

ااب ذ ا, ك ق ي د ص اهللا د ن ع ب ت ك ي , ف ب ت ك ي ت : ح ب ت ك

إياكم والكذب كذب :

ي قا صدق : الرجل ليصدق حت يكون صد

فإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي إل النارفجر :

Kitab Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī

كتب كذب صدق فجر خ : أدب

م : بر د : أدب

ت : بر جو : مقدمة

خ : أدب -م : بر

د : أدب

م : بر د : أدب

ت : بر جو : مقدمة

خ : أدب م : بر

د : أدب جو : مقدمة

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 5 dan 6.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

39الكذب : العاقبة الكذب Sahīh al-Bukhāri, kitab ke-78 bab ke-69

Sahīh Muslim, kitab ke-45 hadis ke-102-105

Sunan Abu Dāud, kitab ke-37 bab ke-80

Sunan al-Tirmidzī, kitab ke-25 bab ke-46

ب بخ : أدب ك -ح مس : بر ك

ب بد : أدب ك ب تر : بر ك

35

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz V, h. 522. 36

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz V, h. 556. 37

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz III, h. 271. 38

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz V, h. 78. 39

A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah…, h. 412.

Page 58: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

45

Ketiga, setelah melalukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts

40الفجور إياكم والكذب فإن الكذب ي هدي إل Sahīh Muslim, kitab al-Birr wa al-Silah hadis ke 105

Sunan al-Tirmidzī, hadis ke 1971

Sunan Abu Dāud, kitab al-Adab, bab ke-87

م الب و الصلة ت

د الدب ب

2. Fiqh al-Hadīts

Jujur dan dusta41

senantiasa dipasangkan dalam setiap keadaan. Kendati

demikian, dua sifat ini dipasangkan bukan karena kesamaan yang mereka

miliki, melainkan karena kebalikan yang layaknya langit dan bumi (berbeda

sekali). Jika jujur dapat mengantarkan manusia ke dalam surga, maka dusta

adalah kebalikannya, ia akan mengantarkan manusia ke dalam neraka yang

disana terdapat segala bentuk penyiksaan.

40

Basyuni Zaghlul, Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf…, Jilid IV, h. 145. 41

Dusta adalah sesuatu dilarang, akan tetapi ada dusta yang diperbolehkan yakni dalam

tiga perkara: a) Dalam rangka mendamaikan pertikaian di antara manusia b) Dalam peperangan

dan c) Dalam perkataan seorang suami terhadap istrinya dan sebaliknya perkataan seorang istri

terhadap suaminya. Dalil yang mendasari hal ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dāud,

hadis nomor 4921:

ث نا الربيع بن سليمان اليز اب بن أب حد ث نا أبو السود عن نافع ي عن ابن يزيد عن ابن اذلادي أن عبد الوى ثو عن ابن ي حد بكر حدو أم كلثوم بنت عقبة قالت ص ف شيء من ما شهاب عن حيد بن عبد الرحن عن أم عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي رخ س

ه كاذبا الرجل ل يريد بو إل يصلح ب ني الناس ي قول القول و الكذب إل ف ثلث كان رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول ل أعدث زوجها ث امرأتو والمرأة تد صلح والرجل ي قول ف احلرب والرجل يد اإل

“Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Sulaiman Al Jizi berkata, telah

menceritakan kepada kami Abul Aswad dari nafi' -maksudnya Nafi' bin Yazid- dari Ibnul Hadi

bahwa Abdul Wahhab bin Abu Bakr menceritakan kepadanya, dari Ibnu Syihab dari Humaid bin

'Abdurrahman dari ibunya Ummu Kultsum binti Uqbah ia berkata, "Aku tidak pernah mendengar

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga

tempat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Aku tidak menganggapnya sebagai

seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia, ia

mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali

untuk mendamaikan, seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan, dan seorang laki-laki

yang berbohong kepada isteri atau isteri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).” Hadis

ini disahihkan oleh Al-Bāni. Lihat: Majid Sa‟ud Al-Ausyan, Panduan Lengkap dan Praktis Adab

dan Akhlak Islami, h. 153)

Page 59: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

46

Dusta adalah sifat madzmūmah dalam Islam yang harus dijauhi dan

dihindari oleh setiap pribadi Muslim. Karena sifat ini senantiasa menunjukkan

kepada kejahatan.42

Orang yang sudah terbiasa berbohong dan nyaman dengan

kebohongannya akan terus-menerus melakukannya. Karena untuk menutupi

sebuah kebohongan, manusia harus berbohong lagi dengan kebohongan yang

lain.

Pada redaksi hadis yang diteliti, jujur disebut dengan al-sidq sedangkan

dusta dengan al-kidzb. Imam al-Nawawi menjelaskan, kejujuran (al-sidq) dapat

menuntun melakukan perbuatan baik yang bersih dari hal-hal tercela. Maksud

dari kata al-birru dalam hadis di atas adalah satu kata yang mencakup semua

jenis kebaikan. Dikatakan juga bahwa al-birru berarti surga. Sedangkan

kebohongan (al-kidzbu) dapat menyeret pada hal dosa dan melenceng dari

kebenaran, dikatakan juga maksudnya adalah dorongan untuk berbuat

maksiat.43

Redaksi hadis „alaikum bi al-sidqi… wa iyyākum wa al-kadziba

maksudnya adalah anjuran agar senantiasa berlaku jujur dan mengecam

kebohongan. Yang dimaksud dengan yuktabu „inda Allah… adalah dia

dihukumi dengan itu; seorang yang jujur yang akan mendapatkan pahala, atau

sebagai pendusta yang akan mendapatkan siksa.44

42

Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Thaharah, Ibadah

dan Akhlak, Penerjemah Rahmat Djatnika dan Ahmad Sumpeno (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1997), h. 387. 43

Yahya bi Syaraf al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Penerjemah Fathoni Muhammad

dan Futuhal Arifin (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), Jilid 11, Cet ke-2, h. 737. 44

Al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim…, h. 738

Page 60: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

47

A. Ilyas Ismail mengungkapkan, bahwa kejujuran seseorang dapat

terlihat dari seberapa mampu ia dalam menjaga tiga aspek:45

af‟āl (perbuatan),

aqwāl (perkataan) dan ahwāl (keadaan). Jujur dalam perkataan berarti adanya

kesesuaian antara hati dan realita yang diucapkan, jujur dalam perbuatan

berarti adanya kesinambungan antara yang dilakukan dan perintah Allah Swt,

jujur dalam mental atau keadaan berarti adanya komitmen dan kesetiaan dalam

bekerja dan beribadah kepada Allah Swt.

Mengenai keadaan saat hadis ini disampaikan, Abu Bakar al-Siddīq

berkata, “Rasulullah Saw pernah berdiri di tempatku berdiri ini, pada tahun

pertama kerasulan beliau. Kemudian ia bersabda: „Hendaklah kamu menjauhi

bohong…dan seterusnya.”46

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hadis ini tergolong

hadis ibtidā`i.47

Dalam al-Qur‟an banyak disinggung mengenai kejujuran dan dusta.

Salah satunya adalah yang terdapat dalam surat al-Taubah ayat 119 yang

berbunyi:

اهللا

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”

45

A. Ilyas Ismail, Pilar-Pilar Taqwa: Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan

Spritual (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 136. 46

Al-Husaini al-Dimasyqi, Asbabul Wurud: Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-

Hadits Rasul…2004, Jilid 2, h. 235. 47

Hadis ibtidā`i adalah hadis yang datang tanpa didahului sebab tertentu. Hadis jenis ini

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan hadis sababī (yang mempunyai sebab turun berupa

peristiwa tertentu atau pertanyaan para Sahabat). Hal itu karena sesuai dengan tugas Nabi Saw

sebagai penyampai syariat yang tidak perlu menunggu adanya sebab. 48

Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Thaharah, Ibadah

dan Akhlak…, h. 387.

Page 61: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

48

Menurut Abu Ja‟far, maksud dari kata al-sādiqīn di atas adalah orang-

orang yang menyesuaikan ucapan dengan perbuatan dan tidak pernah menjadi

munafik.49

Allah Swt juga berfirman pada surat al-Hajj ayat 30 yang berbunyi:

“…Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah

perkataan-perkataan dusta.”

Al-Raghib

50 mengatakan bahwa maksud dari al-zūr pada ayat di atas

adalah dusta. Disebut zūr (bengkok) karena menyimpang dari kebenaran.51

Maka menurut ayat di atas, perilaku zūr (dusta) harus dijauhi.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhāri disebutkan:

ث نا شعبة عن ق تادة عن صالح أب اخلليل عن عبد ث نا سليمان بن حرب حد بن احلارث اهللا حد

عان اهللا صلى اهللا قال رسول عنو قال اهللا م رضي رف عو إل حكيم بن حزا عليو وسلم الب ي نا بورك ذلما ف ب يعهما و إن كتما وكذبا باخليار ما ل ي ت فرقا أو قال حت ي ت فرقا فإن صدقا وب ي

قت ب رك ة ب يعهمام “Telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Harb telah

menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatādah dari Sālih Abu al-Khalīl dari

'Abdullah bin al-Harits yang dinisbatkannya kepada Hakīm bin Hizām

radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

„Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk

melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah‟,

Atau sabda Beliau: „hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan

menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan

bila menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual

belinya.”

49

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr al-Tabari, Tafsir al-Tabari, Penerjemah Anshari

Taslim dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 367. 50

Ia adalah Al-Raghib al-Asfahāni. Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Husain bin

Muhammad bin al-Mufaḏal. Ia merupakan seorang ahli kebudayaan dan ahli ilmu yang terkenal.

Di antara buah penanya yang sangat berharga adalah Mu‟jam Mufradat Li Alfāẕ al-Qur‟ān. Ia

wafat pada tahun 502 M/1108 H. 51

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 29, h. 250. 52

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 275.

Page 62: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

49

Umat Islam diperintahkan untuk berlaku jujur pada setiap keadaan,

dimanapun dan kapanpun. Bahkan pada saat berdagang sekalipun, nilai

kejujuran tidak boleh hilang. Menurut hadis di atas, keberkahan jual-beli

terdapat pada kejujuran pedagang dan pembelinya. Jika pada prosesnya

terdapat unsur dusta, maka akan hilanglah keberkahan dari jual-beli yang

dilakukan.

Pada hadis lain disebutkan bahwa dusta merupakan salah satu ciri orang

yang munafik. Dan sudah tidak dipungkiri lagi bahwa munafik adalah sifat

tercela yang harus dijauhi, karena balasan bagi pelakunya adalah ditempatkan

di al-darki al-asfali min al-nār (kerak neraka).53

Hadis tersebut berbunyi:

ث نا نافع بن مالك بن ث نا إساعيل بن جعفر قال حد ث نا سليمان أبو الربيع قال حد أب عامر حدعليو وسلم قال آية المنافق ثلث إذا اهللا عن النب صلى أبو سهيل عن أبيو عن أب ىري رة

ث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتن خان حد “Telah menceritakan kepada kami Sulaimān Abu al-Rabī‟ berkata, telah

menceritakan kepada kami Ismā'īl bin Ja'far berkata, telah menceritakan

kepada kami Nāfi' bin Mālik bin Abu 'Amir Abu Suhail dari bapaknya dari

Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda-

tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika

diberi amanat dia khianat‟.”

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

umat Islam selalu mengutamakan kejujuran daripada dusta. Karena, kejujuran

akan membawa pelakunya kepada kebaikan dan berujung kepada surga,

sedangkan dusta akan membawa kepada keburukan yang akhirnya membuat

pelakunya terjerumus ke dalam neraka.

53

Hal ini dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Nisā` ayat 145.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari

neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” 54

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 11.

Page 63: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

50

D. Teks Hadis tentang Mendahulukan yang Lebih Tua dalam Berbicara

ث نا حاد ىو ابن زيد عن ث نا سليمان بن حرب حد يسار مول بشي بن يي بن سعيد عن حدثاه النصار عن رافع بن خديج وسهل بن أب حثمة بن سهل وميصة اهللا أن عبد أن هما حد

سهل بن عبد الرحن بن سهل فجاء اهللا ف قتل عبد النخل ف مسعود أت يا خيب ر ف ت فرقا بن

وسلم ف تكلموا ف أمر صاحبهم ف بدأ عبد عليو اهللا وحويصة وميصة اب نا مسعود إل النب صلى

ر ((عليو وسلم اهللا لو النب صلى لقوم ف قال ان أصغر االرحن وك ر الكب قال يي ي عن ليلي ))كب

ون قتيلكم ((وسلم عليو اهللا صلى الكلم الكب ر ف تكلموا ف أمر صاحبهم ف قال النب أتستحق

أمر ل ن ره قال ف تبئكم ي هود ف أيان اهللا قالوا يا رسول ))أو قال صاحبكم بأيان خسني منكم

هم قالوا يا رسول ار ف وداىم اهللا خسني من عليو وسلم من قبلو قال اهللا لو صلى رسول ال ق وم كفبل فدخلت مربدا ثن قال برجلها ذلم ف ركضتن سهل فأدركت ناقة من تلك اإل يي الليث حد

ث نا يي أنو قال مع رافع بن بشي عن سهل قال يي حسبت عن نة حد خديج وقال ابن عي ي عن بشي عن سهل وحده

“Telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Harb telah

menceritakan kepada kami Hammād yaitu Ibnu Zaid dari Yahya bin Sa'īd dari

Busyair bin Yasār bekas budak Ansār, dari Rāfi' bin Khadīj dan Sahal bin Abu

Hatsmah bahwa keduanya menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Sahal

dan Muhayyisah bin Mas'ūd pergi ke Khaibar, kemudian keduanya berpisah di

suatu kebun kurma, tiba-tiba Abdullah bin Sahal terbunuh, lantas Abdurrahman

bin Sahl, Huwayyisah dan Muhayyisah bin Mas'ud pergi menemui Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam untuk melapor mengenai perkara saudaranya,

Abdurrahman angkat bicara padahal dia adalah orang yang paling muda di

antara mereka, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang

lebih tua, yang lebih tua." Yahya berkata; "Maksudnya hendaknya yang paling

tua yang lebih dulu angkat bicara." Lalu mereka melaporkan mengenai perkara

saudaranya, lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaknya

lima puluh orang dari kalian bersumpah atas satu orang dari mereka (Yahudi),

maka kalian berhak menuntut darah sahabatmu." Mereka berkata; "Perkara ini

sama sekali belum pernah kami alami, bagaimana kami akan bersumpah?"

beliau bersabda: "Jika demikian, orang-orang Yahudi telah terbebas dari

tuduhanmu, dengan lima puluh orang dari mereka yang bersumpah." Mereka

berkata; "Wahai Rasulullah, mereka adalah orang-orang kafir." Kemudian

55

Hadis ini sanadnya bersambung dan semua perawinya dinilai tsiqah oleh ulama hadis. 56

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 855.

Page 64: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

51

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membayar diyat dari diri beliau sendiri

kepada mereka." Sahal berkata; "Maka saya dapati seekor unta dari unta-unta

tersebut, lalu saya masukkan ke kandang unta mereka, tiba-tiba saya di tendang

oleh kaki unta itu." Laits berkata; Telah menceritakan kepadaku Yahya dari

Busyair dari Sahal. Yahya berkata; Aku mengira dia berkata bersama dengan

Rāfi' bin Khadīj. Ibnu 'Uyainah berkata; Telah menceritakan kepada kami

Yahya dari Busyair dari Sahal saja.”

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ

al-Hadīts al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis, penulis

menemukan dengan hasil sebagai berikut:

ون دم قاتلكم-ق ح إستحق : أتلفون و تستحق

Kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī

إستحق -حق ت ديات - ن قسامة - جو ديات -

, أدب خ جزية - م قسامة - د ديات -

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 7 dan 8.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

58ليتكلم البكار قبل الصغار

Sahīh al-Bukhāri kitab ke-78 bab ke-89 : ب أدب ك بخ

57

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz I, h. 484. 58

A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah…, h. 422.

Page 65: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

52

Ketiga, setelah melalukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts

ر ر للكب 59كب Sunan al-Tirmidzī, hadis nomor 1422 ت

2. Fiqh al-Hadīts

Petunjuk Islam telah memerintahkan kaum muslimin agar senantiasa

menghormati orang lain dan tidak menghina atau merendahkan mereka,

khususnya jika mereka yang memang layak mendapatkan penghormatan.

Bahkan Islam mengkategorikan penghormatan kepada orang tua, orang

berilmu dan orang-orang yang memiliki keutamaan dalam bidang pokok-pokok

akhlak.60

Mendahulukan yang lebih tua dalam berbicara merupakan salah satu

bentuk sopan santun dan penghormatan. Bahkan al-Hasyimi menyebutnya

sebagai bukti kemajuan masyarakat yang mengamalkannya sekaligus sebagai

bukti kepahaman mereka terhadap kaidah-kaidah akhlak kemanusiaan serta

tanda ketinggian jiwa.61

Oleh karena itulah Rasulullah Saw mengajarkan dan

menanamkan nilai tersebut ke dalam jiwa kaum muslimin, bahwa memuliakan

dan menghormati orang yang lebih tua merupakan salah satu akhlak mulia.

Pada hadis yang diteliti terlihat dengan jelas bahwa Rasulullah Saw

tengah mendidik sahabatnya agar mendahulukan yang lebih tua dalam

berbicara. Hal ini tergambar dari ucapan Rasulullah Saw kepada Abdurrahman

59

Basyuni Zaghlul, Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf…, Jilid VI, h. 394. 60

Muhammad Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim, Penerjemah Abdul Ghaffar (Jakarta:

Pustaka Al-Kaustar, 1999), h. 218. 61

Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim…, h. 218.

Page 66: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

53

bin Sahl yang pada saat itu berusaha menjelaskan perkara yang terjadi (saat itu

Abdurrahman adalah yang paling kecil usianya), kemudian Rasulullah Saw

menimpalinya dengan berkata, “Bicaralah yang lebih tua.”

Mengenai hal ini Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud tua

adalah tua usianya. Ia juga menambahkan bahwa mendahulukan yang lebih tua

dalam berbicara berlaku jika mereka memiliki keutamaan yang sama. Namun

jika tidak, maka yang lebih utama dalam pemahaman dan ilmu lebih

didahulukan meskipun usianya lebih muda.62

Pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi disebutkan,

bahwa penghormatan kepada yang lebih tua dan kasih sayang kepada yang

muda memberikan identitas kepada yang mengamalkanya sebagai bagian dari

masyarakat Islam. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mengamalkannya maka

dia telah kehilangan identitas tersebut.

د بن ث نا أبو بكر مم د بن إسحق عن عمرو بن حد د بن فضيل عن مم ث نا مم أبان حده قال عليو وسلم ليس منا من ل ي رحم اهللا صلى اهللا قال رسول شعيب عن أبيو عن جد

د بن إسحق نوه إل أنو قال ح صغينا وي عرف شرف كبينا ث نا عبدة عن مم ث نا ىناد حد د وي عرف حق كبينا

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Abān,

telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fuḏail dari Muhammad bin

Ishaq dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah

bersabda: Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mengasihi anak-

anak kecil dan tidak pula menghormati para orang tua kami. Telah

menceritakan kepada kami Hannād, telah menceritakan kepada kami Abdah

dari Muhammad bin Ishaq semisalnya. Hanya saja, ia menyebutkan; "Dan

(tidak pula) mengetahui hak para orang tua kami.”

62

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 29, h. 454. 63

Al-Tirmidzi, Jāmi‟ al-Tirmidzī…, h. 479.

Page 67: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

54

Banyak hal yang harus diperhatikan ketika berbicara dengan orang yang

lebih tua. Selain dengan mendahulukan mereka dalam berbicara, ketika

berkomunikasi dengan mereka pun perkataan yang diucapkan hendaklah

terdengar jelas, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu pelan.64

Tentunya hal

ini juga perlu diperhatikan tidak hanya ketika berbicara dengan orang yang

lebih tua saja, ketika berbicara dengan teman sebaya bahkan dengan anak kecil

sekalipun, agar komunikasi berjalan dengan lancar, message (yang diucapkan)

pun harus jelas.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

mendahulukan orang yang lebih tua usianya dan orang yang lebih utama dalam

pemahaman dan ilmu.

E. Teks Hadis tentang Larangan Mencaci, Mencela dan Berkata Keji

ن ب ل ل ى ن ع ان م ي ل س ن ف ليح ب و , ى ي ي و ب ا أ ن ر ب خ : أ ب ى و ن اب ن ر : أخب ال ق صبغ ا أ ن ث د ح عليو وسلم فاحشا ول لعانا اهللا صلى اهللا ل يكن رسول قال ل ا ق ك ال م ن ب س ن أ ن ة ع ام س أ

ول سبابا كان ي قول عند المعتبة ما لو ترب جبينو “Telah menceritakan kepada kami Asbagh ia berkata: telah

mengabarkan kepadaku Ibnu Wahb: telah mengabarkan kepada kami Abu

Yahya, dia adalah Fulaih bin Sulaimān dari Hilāl bin Usāmah dari Anas bin

64

Majid Sa‟ud Al-Ausyan, Panduan Lengkap dan Praktis Adab dan Akhlak Islami,

Penerjemah Abdurrahman Nuryaman (Jakarta: Darul Haq, 2015), Cetakan II, h. 155. 65

Hadis ini sanadnya bersambung, namun banyak perbedaan mengenai penilaian terhadap

para perawinya. Perawi pertama, Asbagh dinilai Abu Hātim dengan sudūq, al-„Ijli menilainya

dengan lā ba`sa bihi sedangkan Ibnu Hibbān dan Abu Ali bin al-Sakan menilainya tsiqāh (Lihat

Tahzīb al-Kamāl Jilid 3 h. 304 dan Tahzīb al-Tahzīb Jilid 1 h. 183). Perawi kedua, Ibn Wahab

(Abdullah bin Wahab bin Muslim al-Qurasyi) dinilai tsiqah oleh Yahya bin Ma‟īn dan al-„Ijly,

Abu Hātim menilainya dengan sālih al-hadīts, sudūq, sedangkan al-Nasā`i menilainya dengan lā

ba`sa bihi (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 16 h. 283 dan Tahzīb al-Tahzīb Jilid 2 h. 453). Perawi

ketiga, Fulaih bin Sulaimān, Abu Hātim dan Yahya bin Ma‟īn menilainya dengan laisa bi al-qawi,

sedangkan al-Nasā‟i menilainya dengan ḏa‟īf (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 23 h. 321). Perawi

keempat, Hilāl bin „Ali bin Usāmah, Abu Hātim menilainya dengan syaikhun, hadisnya ditulis, al-

Nasā‟i menilainya dengan laisa bihi ba`sun dan Ibnu Hibbān menilainya tsiqah (Lihat Tahzīb al-

Kamāl Jilid 30 h. 344). 66 Al-Bukhari, Sahīh al-Bukhāri…, h. 843.

Page 68: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

55

Mālik dia berkata; „Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah

mencela, berkata keji dan mengutuk. Jika Rasulullah Saw ingin menegur

seseorang, beliau hanya berkata, “Semoga dahinya dipenuhi debu.” (dengan

bahasa sindiran).

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ

al-Hadīts al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis, penulis

menemukan dengan hasil sebagai berikut:

عليو وسلم فاحشااهللا صلى اهللا ل يكن رسول : ش ح ف

صلى اللو عليو وسلم فاحشا ول لعانااهللا ل يكن رسول : ن ع ل

ول لعانا صلى اللو عليو وسلم سبابااهللا ل يكن رسول : ب س

Kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāzh al-Hadīs al-Nabawī

فحش لعن سب , , فضائل أصحاب النب خ : مناقب خ : أدب و أدب خ :

-أدب م : فضائل

ت : بر

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 9 dan 10.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

ش فح 70كلم : إن اهللا ل يب الفحش ول الت

67

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz V, h. 79. 68

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz VI, h. 129. 69

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz II, h. 389.

Page 69: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

56

Sahīh al-Bukhāri, kitab ke-78 bab ke-38 dan 82

Sunan Abu Dāud, kitab ke-40 bab ke-5

Sunan al-Tirmidzī, kitab ke-25 bab ke-47

و ب بخ : ك ب بد : ك ب تر : ك

Ketiga, setelah melalukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts

71عليو وسلم فاحشااهللا ل يكن رسول اللو صلى

Sunan al-Tirmidzī, hadis nomor 2016 ت

2. Fiqh al-Hadīts

Segala aktivitas yang kita lakukan hendaknya selalu bersandarkan

kepada tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dari pengkabaran para

sahabat yang bertemu dan belajar langsung dari Nabi Saw bisa diketahui

bahwa beliau merupakan seseorang yang tutur katanya sangat terjaga. Ia tidak

pernah berbicara kotor apalagi mencaci dan mencela.

Hadis di atas merupakan hadis fi‟liyah72

yang diriwayatkan dari sahabat

Anas bin Mālik. Ia dikenal dengan julukan khādim al-Nabi (pembantu Nabi

Saw). Anas tinggal bersama Nabi Saw dalam jangka waktu yang sangat lama.

Ia telah menyaksikan banyak hal yang dilakukan Nabi Saw yang tidak

diketahui oleh sahabat-sahabat yang lain.

Anas sangat akrab dan selalu menyertai perjalanan Nabi Saw, sehingga

ia juga tahu dengan pasti bagaimana kepribadian Nabi Saw. Dalam sebuah

70

A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah…, h. 422. 71

Basyuni Zaghlul, Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf…, Jilid 8, h. 683. 72

Hadis fi‟liyah adalah hadis yang berbentuk pernyataan sahabat yang menggambarkan

perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Saw yang kemudian dijadikan dasar hukum

yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh umat Islam.

Page 70: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

57

riwayat disebutkan, Anas berkata, “Selama dua puluh tahun saya menjadi

pembantu Nabi Saw, saya tidak pernah dipukul oleh Nabi Saw, tidak pernah

dicaci, dan tidak pula pernah ia bermuka masam kepada saya.”73

Umat Islam sudah seharusnya meneladani sosok Nabi Muhammad Saw.

Karena pada dirinya terdapat suri teladan yang baik (uswah al-hasanah). Hal

ini sebagaimana yang dijelaskan al-Qur‟an pada surat al-Ahzāb ayat 21:

][... كان لكم ف رسول اهللا أسوة حسنة ولقد

“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah Saw itu suri teladan yang baik

bagimu…”

Setelah mengetahui bahwa pada diri Nabi Muhammad Saw terdapat

uswah yang baik, maka yang harus dilakukan oleh kaum muslimin adalah

mengikuti ajaran-ajarannya, meneladani kepribadiannya dan berusaha

mengamalkan sunnah-sunnahnya. Di antara kepribadian Nabi Saw yang harus

diikuti dan diteladani oleh umat Islam adalah menjaga lisan dari berkata yang

kotor dan keji, serta dari mencela dan mencaci.

Mencela, mencaci dan berkata kotor; semua sifat tersebut tidak baik

untuk dimiliki oleh seorang muslim yang telah menghirup angin hidayah Allah

Swt, yang hatinya telah dipenuhi dengan keimanan serta lidah dan perasaanya

telah dipoles oleh ajaran-ajaran syari‟at.74

Dalam sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh al-Tirmidzi disebutkan:

د بن ث نا مم ث نا الزدي يي حد د بن البصري حد عن العمش إسرائيل عن سابق عن مم قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ليس المؤمن بالطعان علقمة عن عبد اللو قال ن ع م ي اى ر ب إ

73

Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis (Sidoarjo: Mashun, 2008), h. 57. 74

Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim…, h. 199.

Page 71: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

58

ىذا حديث حسن غريب قال أبو عيسى . ول اللعان ول الفاحش ول البذيء

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Azdī Al

Basari, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sābiq dari Isrā`īl dari

al-A'masy dari Ibrāhīm dari ‟Alqamah dari Abdullah ia berkata; Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah termasuk hamba yang

mukmin, yaitu mereka yang selalu mengungkap aib, melaknat, berperangai

buruk dan suka menyakiti.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih

gharib.

Al-Mubārakfūrī menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan laisa al-

mukmin (tidaklah termasuk hamba yang mukmin) adalah tidaklah sempurna

imannya dan yang dimaksud al-ṯa‟ān adalah aib-aib manusia.76

Maka, menurut

hadis di atas tidaklah sempurna iman seorang muslim jika ia mengungkap aib ,

melaknat, berperangai buruk dan suka menyakiti perasaan orang lain.

Al-Qur‟an memberikan penjelasan mengenai larangan mencaci,

mencela dan berkata keji. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surat al-

Hujurat ayat 11 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik

dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan

lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka

mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-

orang yang zalim.”

75

Abu Isa Muhammad bin Isa Al-Tirmidzi, Jāmi‟ al-Kabīr Li al-Tirmidzi (Beirūt: Dār al-

Gharb al-Islāmī, 1996), Jilid 3, h.520. 76

Abu Abdrurrahmān bin Abdurrahīm al-Mubārakfūrī, Tuhfah al-Ahwādzī Syarah Jāmi‟

al-Tirmidzī (T.tp: Bait al-Afkār al-Dauliyyah, t.t), h. 1650.

Page 72: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

59

Ayat di atas berisi tentang larangan dari Allah Swt kepada seluruh

orang beriman agar tidak mengejek orang beriman lainnya dengan berbagai

macam ejekan, misal karena kemiskinannya, dosanya,77

baik itu dilakukan

langsung dihadapan orang yang diejek maupun tidak.78

Semua hal yang

mengarah kepada ejekan, olokan dan hal semacamnya tetap saja dilarang.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

selalu dengan tutur kata yang baik dan jauh dari cacian, celaan dan perkataan

kotor. Umat Islam patut meneladani Nabi Muhammad Saw yang lisannya

selalu terjaga dari mencaci, melaknat dan mencela. Dengan begitu semua sifat

terpuji dan mulia dapat menggenangi kehidupan manusia khususnya

masyarakat Islam di dunia ini.79

F. Teks Hadis tentang Menjauhi Perdebatan dengan Lawan Bicara

ث نا ابن أب فديك ي البصري حد ث نا عقبة بن مكرم العم ثن سلمة بن حد وردان الليثي قال حد بن عليو وسلم من ت رك الكذب وىو باطل هللاصلى هللاقال رسول قال عن أنس بن مالك

ن ق بن لو ف وسطها ومن حس خلقو بن لو ف أعلىالو ف ربض النة ومن ت رك المراء وىو م

“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu

Al Basari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia berkata, Telah

menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi dari Anas bin Mālik ia

77

Abu Ja‟far al-Tabari, Tafsir al-Tabari…, Jilid 23, h. 742. 78

M. Quraish Shihab, Al-Lubāb: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur‟an…, buku 4, h. 537. 79

Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim…, h. 201. 80

Hadis ini sanadnya bersambung, namun ada perbedaan mengenai penilaian terhadap

para perawinya. Ulama hadis sepakat memberi penilaian tsiqah kepada Uqbah bin Mukarram

(Lihat Tahzīb al-Tahzīb Jilid 3 h. 127). Ibnu Abu Fudaik dinilai tsiqah oleh Ibnu Hajar al-

Asqalāni, Ibnu Ma‟īn dan Ibnu Hibbān, sedangkan al-Nasā`i menilainya dengan laisa bihi ba`sun

(Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 24 h. 488 dan Tahzīb al-Tahzīb Jilid 3 h. 514). Salamah bin Wardān

dinilai Abu Hātim dengan laisa biqawi, Ibnu Ma‟īn dengan laisa bi syai` dan ḏa‟īf menurut al-

Nasā‟i (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 11 h. 327. Al-Tirmidzi mengatakan hadis ini adalah hadis

hasan, dan tidak diketahui jalur lain selain jalur periwayatan Salamah bin Wardān dari Anas bin

Mālik. 81

Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Jāmi‟ al-Kabīr , (Beirut: Dār al-Gharb al-

Islām, 1996), Jilid 3, h. 530.

Page 73: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

60

berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang

meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak

dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga,

barangsiapa yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar maka akan

dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang

memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di bagian

yang paling atas.”

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras Li

Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis,

penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut:

... وسلم من ت رك الكذب وىو باطل بن لو ترك : ن خلقو بن لو ف أعلىابىن : ومن حس

Kitab Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī

ترك بىن ت : بر

جو : مقدمة ت : بر

جو : مقدمة

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 11 dan 12.

Kedua, setelah melakukan penelusuran dalam kitab Miftāh al-Kunūz al-

Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftāh al-Kunūz al-Sunnah

84الداب : ما جاء ىف ادلراء Sunan Al-Tirmidzī, kitab ke-25 bab ke-60 ب ك : تر

82

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz I, h. 269. 83

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī…, Juz I, h. 221. 84

A.J. Wensinck, Miftāh al-Kunūz al-Sunnah…, h. 28.

Page 74: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

61

Ketiga, setelah melalukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Athrāf al-Hadĭts

85من ت رك الكذب وىو باطل بن لو ف ربض النة

Sunan al-Tirmidzī, hadis nomor 1993 ت

2. Fiqh al-Hadīts

Rasulullah Saw mengajarkan umatnya agar meninggalkan perdebatan

sekalipun berada dalam posisi benar. Perdebatan dilarang karena seringkali

membuat kegaduhan dan muḏarat bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan

permusuhan dan saling membenci.

Secara umum perdebatan terbagi menjadi dua, yakni perdebatan yang

terpuji dan tercela. perdebatan yang terpuji adalah debat yang dilakukan oleh

orang alim untuk menemukan kebenaran dan menetapkannya. Sedangkan

perdebatan yang tercela adalah debat yang dilakukan untuk menolak kebenaran

dan tanpa dilandasi ilmu. Hal inilah yang diungkapkan oleh Imam Nawawi,

“Terkadang debat itu dengan kebenaran dan terkadang dengan

kebatilan. Jika berdebat untuk menemukan kebenaran (al-haq) dan

menetapkannya, maka itu menjadi terpuji. Namun jika debat itu untuk

menolak kebenaran atau berdebat tanpa landasan ilmu, maka debat itu

menjadi tercela.”86

Dalam berkomunikasi, umat Islam diperintahkan untuk mengucapkan

hal-hal yang baik dan meninggalkan perkataan yang sia-sia.87

Namun dalam

perdebatan, seringkali yang terlontar bukan lagi perkataan yang baik dan wajar.

85

Basyuni Zaghlul, Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf…, Jilid 8, h. 184. 86

Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara: Manajemen Lisan, Penerjemah Gunaim

Ihsan (Jakarta: Darul Haq, 2006), h. 150. 87

Hal ini sudah dijelaskan pada pembahasan hadis pertama dan kedua.

Page 75: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

62

Karena sudah terlalu emosi, biasanya kalimat yang terlontar ketika berdebat

tidak terkontrol, bahkan sering dimuat dengan kata-kata makian.

Perdebatan yang sehat dalam rangka mencari dan menegakkan

kebenaran memang diperbolehkan, namun perdebatan jenis ini sangat jarang

sekali terjadi. Seringkali terlihat di TV, anggota DPR berdebat dengan LSM,

Polisi berdebat dengan pengacara dan beberapa perihal lain. Gara-gara

berdebat pula, pada tahun 2003 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob

Nuwa Wea menyerang dan memukul kepala koordinator ICW Danang

Widyoko di sebuah acara Today‟s Dialog di Metro TV. Tidak hanya memukul,

sang Menteri juga dinilai menghina Danang dengan kata-kata.88

Peristiwa di atas merupakan salah satu dari banyaknya kasus

perdebatan yang berujung kepada pertengkaran dan permusuhan. Umat Islam

hendaknya sebisa mungkin menahan diri untuk tidak melakukan perdebatan,

meskipun boleh jadi berada di posisi yang benar. Sebab Rasulullah Saw telah

menjamin sebuah rumah di surga teruntuk mereka yang mampu menahan diri

dari perdebatan. Redaksi hadis yang menunjukkan hal tersebut adalah:

ق بن لو ف وسطها ومن ت رك المراء وىو م

“Barangsiapa meninggalkan debat meskipun ia benar, maka akan

dibangunkan baginya rumah di tengah surga.”

Al-Mubārakfūrī menjelaskan, al-mirā` pada redaksi hadis di atas adalah

al-jidāl (perdebatan). Wa huwa muhiqqun maksudnya adalah seseorang yang

jujur dan berbicara dengan benar. Ia menambahkan bahwa berbohong dan

berdebat biasanya saling berkaitan. Hal ini dikarenakan, orang yang berbohong

88

Cholis Akbar, “Hindari Debat, Berbahasalah yang Bijak”, Atikel diakses pada 19 April

2017 dari www.hidayatullah.com

Page 76: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

63

akan berusaha membenarkan dirinya dengan cara apapun, termasuk mendebat

lawan bicaranya. Namun dibandingkan berbohong saja, berdebat yang

dibumbui dengan unsur bohong lebih parah keburukannya. Orang yang mampu

meninggalkan kebohongan akan dibangunkan rumah di sekitar surga, namun

orang yang mampu meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar akan

dibangunkan rumah di tengah-tengah surga. Karena meninggalkan debat ketika

berada dalam posisi benar tentu lebih sulit daripada meninggalkan debat ketika

dalam posisi salah. Inilah yang menjadikannya lebih utama.89

Pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mājah disebutkan:

ث نا داود بن أب ىند عن عمرو بن شعيب ث نا أبو معاوية حد د حد ث نا علي بن مم عن أبيو حده قال حابو وىم يتصمون ف القدر عليو وسلم على أص هللاصلى هللاخرج رسول عن جد

ان من الغضب ف قال بذا أمرت أو ذلذا خلقتم تضر ا ي فقأ ف وجهو حب الرم بون القرآن فكأنلكم ب عضو بب عض بذا ىلكت المم ق ب

“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Mu'āwiyah berkata, telah menceritakan kepada

kami Dāud bin Abu Hindun dari 'Amru bin Syu'aib dari Bapaknya dari

Kakeknya ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menjumpai

para sahabatnya yang sedang berdebat tentang takdir. Maka seakan-akan wajah

beliau seperti buah delima karena marah. Beliau lalu bersabda: „Apakah untuk

ini kalian diperintahkan‟, atau beliau mengatakan, „untuk inikah kalian

diciptakan! Kalian benturkan sebagian Al Qur'an dengan sebagian yang lain.

Karena hal inilah kaum sebelum kalian binasa.”

Menurut keterangan hadis di atas, Rasulullah Saw sangat marah ketika

melihat sahabat-sahabatnya sedang berdebat mengenai takdir. Beliau sangat

tidak menyukai perdebatan dan berbantah-bantahan, apalagi yang

diperdebatkan adalah ayat-ayat al-Qur‟an. Hal ini mengindikasikan bahwa

89

Al-Mubārakfūrī, Tuhfah al-Ahwādzī Syarah Jāmi‟ al-Tirmidzī…, h. 1656. 90

Abu Abdullah Muhammad bin Yazīd Al-Qazwinī, Sunan Ibn Mājah…, h. 26.

Page 77: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

64

termasuk ke dalam perdebatan yang dilarang; perdebatan yang menimbulkan

perpecahan dan perdebatan mengenai ayat-ayat al-Qur‟an.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

umat Islam selalu menjaga lisan dari hal-hal yang bisa menjerumuskan kepada

yang baṯil, salah satunya yaitu perdebatan. Debat memang tidak dilarang secara

mutlak, namun sangat dianjurkan untuk meninggalkannya. Redaksi hadis yang

menyebutkan “Bagi orang yang meninggalkan debat sekalipun pada posisi

yang benar sebuah rumah di tengah surga” mengisyaratkan bahwa sebisa

mungkin perdebatan harus dijauhi. Karena menjaga diri dari muḏarat lebih

diutamakan daripada mencari kemaslahatan. Berdebat untuk mencari

keberanan diperbolehkan, namun jika hal tersebut menjadikan diri hilang

kontrol dan memberi lebih banyak muḏarat, maka meninggalkan perdebatan

lebih diutamakan.

G. Teks Hadis tentang Larangan Mengumpat atau Ghibah

ث نا السود ث نا عثمان بن أب شيبة حد ث نا أبو بكر بن عياش عن العمش عن بن عامر حد حد عليو وسلم هللاصلى هللاقال رسول قال السلمي عن أب ب رزة بن جريج هللا سعيد بن عبد

يان ق لبو ل من آمن بلسانو ول يدخل يا معشر ت غتابوا المسلمني ول ت تبعوا عوراتم فإنو من اإل ي تبع اللو عورتو ي فضحو ف ب يتو عورتو ومن هللاات بع عوراتم ي تبع

91

Hadis ini sanadnya bersambung, namun ada perbedaan mengenai penilaian terhadap

para perawinya. Ustmān bin Abu Syaibah dinilai sudūq oleh Abu Hātim dan tsiqah oleh Ahmad

bin Abdullah al-„Ijly dan Yahya bin Ma‟īn (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 9 h. 482). Aswād bin

Amir dinilai tsiqah oleh Ibnu Hajar, Ibnu al-Madini dan Ibnu Hibbān, Ibnu Ma‟īn menilainya

dengan lā ba`sa bihi, Abu Hātim menilainya sudūq sālih dan Ibnu Sa‟ad menilainya dengan sālih

al-hadīts (Lihat Tahzib al-Tahzīb Jilid 1 h. 172). Abu Bakr bin „Ayyāsy dinilai tsiqah oleh Yahya

bin Ma‟īn, Ahmad bin Hambal dan Ibnu Hibbān (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid 33 h. 132). Sulaimān

al-A‟masy dinilai tsiqah oleh al-„Ijly, Yahya bin Ma‟in dan al-Nasā`i (Lihat Tahzīb al-Kamāl Jilid

12 h. 89). Sa‟īd bin Abdullah bin Juraij dinilai Abu Hatim dengan majhūl, dan tsiqah menurut Ibnu

Hibbān. (Lihat Tahzīb al-Tahzīb Jilid 2 h.28). 92

Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats Al-Sijistāny, Sunan Abi Dāud (Beirut: Bait al-Afkār

al-Dauliyyah, 1420 H), h. 529

Page 78: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

65

“Telah menceritakan kepada kami Utsmān bin Abu Syaibah berkata,

telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin „Amir berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Bakar bin „Ayyāsy dari al-A'masy dari Sa‟īd

bin Abdullah bin Juraij dari Abu Barzah al-Aslami ia berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai orang-orang yang beriman

dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya,

janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari

kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan mereka, maka

Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah

mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan menampakkan kesalahannya

meskipun ia ada di dalam rumahnya.”

1. Takhrij Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada kitab Mu‟jam al-Mufahras Li

Alfāẕ al-Hadīs al-Nabawī dari semua lafazd yang ada dalam matan hadis,

penulis menemukan hasil sebagai berikut:

يان ق لبو : ... ل خ د ... ول يدخل اإل

يا معشر من آمن بلسانو : ن م أ

Kitab Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīs al-Nabawī

دخل أمن د : أدب د : أدب

Adapun hadis-hadis pada tabel di atas dan skema sanadnya terdapat

pada lampiran 13 dan 14.

Kedua, setelah melalukan penelusuran dalam kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-

Hadīts dari awal matan hadis, penulisan menemukan hasil sebagai berikut:

Kitab Mausū‟ah Aṯrāf al-Hadīts

يان 95ق لبو يا معشر من آمن بلسانو ول يدخل اإل

93

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīs al-Nabawī…, Juz II, h. 114. 94

A.J. Wensinck, Mu‟jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīs al-Nabawī…, Juz I, h. 107. 95

Basyuni Zaghlul, Mausu‟ah Athraf al-Hadĭts al-Nabawi al-Syarīf…, Jilid 8, h. 249.

Page 79: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

66

Sunan Abu Daud, hadis nomor 4880 د

2. Fiqh al-Hadīts

Ghībah berarti mempergunjingkan orang lain, yakni membicarakan hal-

hal yang tidak disukai oleh orang yang dibicarakan kalau ia mendengarnya.96

Hal ini juga dikenal dengan gosip. Ketika komunikasi berlangsung, hendaknya

yang dikomunikasikan adalah hal-hal yang baik dan bermanfaat bukan hal

negatif seperti mempergunjingkan orang lain.

Menggunjing adalah salah satu perilaku tercela yang harus dijauhi oleh

seluruh umat Islam sejauh-jauhnya. Karena selain membicarakan orang lain

adalah sesuatu yang tidak bermanfaat, pelaku gunjing atau ghībah dalam al-

Qur‟an diibaratkan dengan orang yang suka memakan daging saudaranya

sendiri yang sudah meninggal. Tentu saja tidak ada seorangpun yang mau

disamakan dengan pengibaratan itu.

Abu Tayyib Abādī mengungkapkan, maksud dari potongan hadis yā

ma‟syar man āmana bi lisānihi wa lam yadkhul al-īmān qalbahu lā taghtābū

al-muslimīn (Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun

keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat

muslim) adalah peringatan bahwa bergunjing merupakan syi‟ār orang-orang

munafik dan bukan ajaran umat Islam. Wa lā tattabi‟ū „aurātahum (dan jangan

pula mencari-cari kesalahannya) maksudnya adalah jangan men-tajassus atau

memata-matai dan mencari-cari aib mereka.97

96

Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 216. 97

Abu al-Tayyib Muhammad Syam al-Haq al-„āẕīm Abādi, Aun al-Ma‟būd (Madīnah: al-

Maktabah al-Salāfiyah, 1969), Jilid 13, h. 224.

Page 80: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

67

Biasanya manusia lebih cenderung memperhatikan aib orang lain dan

melupakan aib sendiri, hal ini bersumber dari sifat manusia yang mencintai

dirinya sendiri (hub al-dzāt).98

Namun, perilaku yang sering membuka dan

menceritakan aib orang lain dan melupakan aib sendiri karena terlalu hub al-

dzāt sangat tidak baik dan dilarang. Karena bisa jadi orang yang dibicarakan

tersebut lebih baik amalnya dan lebih sedikit aibnya dari orang yang

membicarakan.

Pada redaksi hadis yang diteliti disebutkan, “Janganlah kalian

mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya.”

Dilarang mencari tau aib orang lain karena setiap pribadi bertanggung jawab

atas aibnya sendiri. Sedangkan mencari-cari kesalahan dan aib orang lain akan

membuat lupa aib yang ada pada diri sendiri. Sibuk mengurusi urusan orang

lain padahal urusan sendiri saja tidak tuntas. Repot kesana-kemari mencari tau

aib orang lain, padahal aib sendiri menggunung. Sungguh tercela perilaku

seperti ini.

Al-Qur‟an memberikan petunjuk mengenai larangan ghībah. Salah

satunya adalah yang terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:

هللا هللا

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.

Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah

98

Khalil al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana…, h. 156.

Page 81: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

68

kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

Penyayang.”

Ayat di atas berisi tentang larangan terhadap tiga hal yakni

berprasangka buruk, tajassus dan ghībah. Ketiga hal ini saling berkaitan satu

dengan lainnya. Orang-orang yang hatinya dipenuhi dengan ẕan yang buruk

akan selalu mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan ketika sudah

menemukan aib dan kesalahan orang lain, ia akan menggunjingkannya.

Redaksi ayat wa lā yaghtab ba‟ḏukum ba‟ḏā (dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain) ditafsirkan oleh al-Tabari dengan, “Janganlah

sebagian dari kalian berkata tentang sebagian lainnya di belakangnya dengan

sesuatu yang tidak disukainya jika hal tersebut dikatakan dihadapannya.”99

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan

mengenai definisi ghībah. Hadis tersebut berbunyi:

ث نا إسعيل عن العل ث نا يي بن أيوب وق ت يبة وابن حجر قالوا حد ء عن أبيو عن أب ىري رة حدورسولو أعلم قال ذكرك هللاعليو وسلم قال أتدرون ما الغيبة قالوا هللاصلى هللاأن رسول

كان فيو ما ت قول ف قد اغتبتو وإن أخاك با يكره قيل أف رأيت إن كان ف أخي ما أقول قال إن ل يكن فيو ف قد ب هتو

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyūb dan Qutaibah dan

Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Al-

„Alā` dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam pernah bertanya: "Tahukah kamu, apakah ghībah itu?" Para sahabat

menjawab; 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda: 'Ghībah adalah kamu membicarakan saudaramu

mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah,

bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang

sesuai dengan yang saya ucapkan? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

berkata: 'Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti

kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada

padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.”

99

Abu Ja‟far al-Tabari, Tafsir al-Tabari…, Jilid 23, h. 757. 100

Muslim bin al-Hajjāj al-Qusyairi al-Naisābūri, Sahīh Muslim…, Jilid 4, h. 2001.

Page 82: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

69

Dari keterangan hadis di atas dapat diketahui perbedaan antara ghībah

dan fitnah. Jika aib memang ada pada diri orang yang dibicarakan, maka itu

adalah ghībah, namun apabila aib tersebut tidak ada pada dirinya, maka itu

adalah kebohongan yang dibuat-buat alias fitnah. Ghībah dan fitnah memang

berbeda, namun yang jelas keduanya adalah perilaku yang dilarang dalam

Islam.

Pada hadis lain disebutkan:

ثن راشد ب ث نا صفوان قال حد ث نا بقية وأبو المغية قال حد ى حد ث نا ابن المصف ن سعد وعبد حدا عرج ب مررت عليو هللاصلى هللاقال رسول الرحن بن جب ي عن أنس بن مالك قال وسلم لم

جبيل قال ىؤلء من ناس يمشون وجوىهم وصدورىم ف قلت من ىؤلء يا أظفار ذلم بقوم ث ناه الذين يأكلون حلوم الناس وي قعون ف أعراضهم عن بقية بن عثمان يي قال أبو داود حد

لحين عن أب ي ث نا عيسى بن أب عيسى الس ىليس فيو أنس حد المغية كما قال ابن المصف

“Telah menceritakan kepada kami Ibnu al-Musaffa berkata, telah

menceritakan kepada kami Baqiyyah dan Abul Mughīrah keduanya berkata;

telah menceritakan kepada kami Safwān ia berkata; telah menceritakan

kepadaku Rāsyid bin Sa'ad dan 'Abdurrahmān bin Jubair dari Anas bin Mālik

ia berkata, „Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: „Ketika aku

dinaikkan ke lagit (dimi'rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka

terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada

mereka. Aku lalu bertanya, „Wahai Jibril, siapa mereka itu?‟ Jibril menjawab,

„Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghībah) dan

merusak kehormatan mereka.‟ Abu Dāud berkata, „Yahya bin Utsmān

menceritakannya kepada kami dari Baqiyyah, tetapi tidak disebutkan di

dalamnya nama Anas. Telah menceritakan kepada kami Isa bin Abu Isa As

Sailahini dari al-Mughīrah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu al-Musaffa.”

Ancaman pada hadis di atas menunjukkan bahwa ghībah termasuk dosa

besar102

dan pelakunya mendapatkan siksa yang sangat berat dan mengerikan.

Hal ini mengindikasikan bahwa ghībah benar-benar harus dijauhi dan

101

Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats Al-Sijistāny, Sunan Abi Dāud..., h. 529 102

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 29, h. 239.

Page 83: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

70

ditinggalkan. Namun ada beberapa ghībah yang diperbolehkan, di antaranya

adalah:103

a) Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim, b)

Meminta tolong menasihati orang yang berbuat munkar pada orang yang

dianggap sanggup menasehatinya, c) Karena minta fatwa, missal, “Fulan

menganiaya saya maka bagaimana jalan menghindarinya”, d) Bertujuan

menasihati jangan sampai orang lain tertipu oleh perbuatan jahatnya, e)

Terhadap orang yang benar-benar melakukan kejahatan, f) Untuk mengenali

orang-orang terkenal, seperti gelar atau sebutan para ahli hadis atau

semacamnya.

Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam berkomunikasi hendaknya

umat Islam selalu menjauhkan diri dari ghībah. Komunikasi yang dibangun

oleh komunikator dan komunikan harus berisikan message (pesan) yang positif

dan jauh dari nilai-nilai gunjing dan fitnah. Dengan begitu, komunikasi yang

terjalin antara komunikator dan komunikan akan menjadi bermanfaat dan

membawa dampak baik kepada dua belah pihak.

H. Asbāb al-Wurūd al-Hadīts

Asbāb al-wurūd merupakan gabungan dua kata yang berasal dari kata

asbāb dan al-wurūd. Kata asbāb adalah jama‟ dari kata sabab yang berarti tali

atau segala sesuatu yang menghubungkan dengan yang lain, sedangkan al-

wurūd adalah ism masdar dari warada-yaridu-wurūdan yang berarti datang

atau sampai.104

Dengan demikian Asbāb al-wurūd al-hadīts dapat dimaknai

sebagai sesuatu yang menjadi sebab dari timbulnya sebuah hadis. Namun tidak

103

Choiruddin Hadhiri, Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim Ideal (Jakarta:

Qibla, 2015), h. 193. 104

Abdul Majid Khan, Ulumul Hadis…, h. 177.

Page 84: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

71

semua hadis mempunyai asbāb al-wurūd. Bahkan hadis yang tidak mempunyai

asbāb al-wurūd terbilang lebih banyak dibanding hadis yang ada asbāb al-

wurūdnya.

Mengenai hadis-hadis etika berkomunikasi yang diteliti oleh penulis

dalam skripsi ini, hanya tiga dari tujuh hadis yang mempunyai asbāb al-wurūd.

Berikut penjelasannya:

a. Hadis ke-1

والي وم الخر فل ي ؤذ جاره ومن كان هللاباعليو وسلم من كان ي ؤمن هللاقال رسول اللو صلى

فو و هللاباي ؤمن را أو هللابامن كان ي ؤمن والي وم الخر ف ليكرم ضي والي وم الخر ف لي قل خي ليصمت

Asbāb al-wurūd hadis ini, sebagaimana yang tercantum dalam al-Jamī‟

al-Kabīr dari Muhammad bin Abdullah bin Salam bahwa dia pernah menemui

Rasulullah Saw dan mengatakan, “Aku disakiti (diusik) oleh tetanggaku”,

Beliau bersabda, “Bersabarlah!” Abdullah bin Salam menemui Rasulullah

untuk kedua kalinya dan berkata, “Aku diusik oleh tetanggaku”, Beliau

bersabda, “Bersabarlah!” Kemudian datang untuk ketiga kalinya, “Aku diusik

oleh tetanggaku.” Beliau bersabda, “Lepaskan (sedikit) kesenanganmu lalu

berikan kepadanya untuk menjinakkannya. Jika seseorang mendatangimu dan

menyakitimu, maka katakanlah, dia menyakitiku, maka pantaslah laknat

terhadapnya. Barangsiapa beriman kepada Allah Swt dan hari Akhir hendaklah

ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah Swt dan

105

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 840.

Page 85: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

72

hari Akhir hendaklah ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada

Allah Swt dan Hari Akhir hendaklah berkata baik atau diamlah.”106

b. Hadis ke-4

ر :عليو وسلم هللاف قال لو النب صلى … ر الكب كب

Mengenai asbāb al-wurūd hadis ini, diceritakan bahwa Abdullah bin

Sahl dan Muhayisah bin Mas‟ūd bin Zaid pergi ke Khaibar pada waktu dalam

keadaan damai. Kemudian keduanya berpisah. Sesudah itu datanglah

Muhayisah kepada Abdullah yang bermandikan darah karena terbunuh, lalu ia

menguburkannya. Kemudian ia datang ke Madinah. Maka pergilah

Abdurrahman bin Sahl, Muhayisah dan Huwayisah bin Mas‟ūd menghadap

Nabi Saw, lalu Abdurrahman lebih dahulu berbicara. Maka Nabi Saw

bersabda, “Yang tua, yang tua berbicara dahulu!” Sedangkan dia

(Abdurrahman) yang paling muda, lalu ia diam dan berbicaralah yang lebih

tua. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Maukah kamu bersumpah dan

menuntut orang yang membunuhmu dan kawanmu?” Mereka berkata,

“Bagaimana kami bersumbah atau menuntut padahal kami tidak menyaksikan

dan tidak melihat?” Beliau bersabda, “Orang Yahudi akan berlepas diri dari

kamu dengan sumpah sebanyak lima puluh kali” Mereka berkata, “Bagaimana

kami mengambil sumpah orang kafir?” Maka akhirnya Nabi Saw sendiri yang

membayarnya.108

106

Al-Husaini al-Dimasyqi, Asbabul Wurud: Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-

Hadits Rasul…, Jilid 3, h. 310. 107

Al-Bukhāri, Sahīh al-Bukhāri…, h. 855. 108

Al-Husaini al-Dimasyqi, Asbabul Wurud: Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-

Hadits Rasul…, Jilid 3, h. 90.

Page 86: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

73

c. Hadis ke-6

ف ربض النة بن لو قصر من ت رك الكذب وىو باطل عليو وسلم هللاصلى هللاقال رسول ن خلقة بن لو ف أعلىا ق بن لو ف وسطها ومن حس ومن ت رك المراء وىو م

Mengenai asbāb al-wurūd hadis ini, sebagaimana yang tercantum

dalam al-Jamī‟ al-Kabīr dari Salamah bin Wardān bahwa Rasulullah Saw

sedang duduk bersama sahabatnya, maka beliau bersabda: “Telah diwajibkan

Allah Swt” (beliau berucap tiga kali). Seorang sahabat bertanya, “Wahai

Rasulullah Saw, apakah yang engkau maksudkan dengan sabdamu itu?” Beliau

menjawab, “Barangsiapa meninggalkan dusta, sementara dia batil, maka akan

dibangunkan baginya istana di tepian surga. Barangsiapa meninggalkan debat

meskipun ia benar, maka akan dibangunkan baginya istana di tengah

surga…dst.”110

I. Pandangan Ulama Mengenai Etika Komunikasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa etika mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya etika, kehidupan manusia

menjadi lebih terarah karena ada yang mengatur dan menjelaskan ketentuan

mana yang baik dan yang buruk.

Para ulama memberikan perhatian yang cukup besar terhadap etika

berkomunikasi. Hal ini terbukti ketika menuntut ilmu, para ulama sangat

mengedepankan akhlak dan sopan santun terhadap guru-gurunya. Ibnu al-Jauzi

berkata, “Dan pada saat seorang penuntut ilmu tidak memahami suatu pelajaran,

109

Abu Abdullah Muhammad bin Yazīd Al-Qazwinī, Sunan Ibn Mājah (Beirut: Bait al-

Afkār al-Dauliyyah, 1999), h. 23 110

Al-Husaini al-Dimasyqi, Asbabul Wurud: Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-

Hadits Rasul…, 2002, Jilid 3, h. 273.

Page 87: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

74

hendaklah ia bersabar sampai gurunya tersebut berhenti bicara, lalu barulah

bertanya kepada Syeikh dengan beradab dan cara yang lembut serta tidak

memotong penjelasan gurunya saat berbicara.”111

Di dalam hadis juga

disebutkan bahwa salah satu adab berkomunikasi dengan seseorang yang lebih

tua adalah dengan mendahulukan mereka berbicara.

Ibnu Katsir ketika menjelaskan isi kandungan surat al-Isra ayat 53112

mengatakan bahwa orang-orang yang beriman berkewajiban untuk

mengucapkan kata-kata yang baik bahkan menggunakan kata-kata yang terbaik

ketika berkomunikasi.113

Hal serupa juga dijelaskan oleh al-Tabari, ia

mengatakan bahwa kaum muslimin diharuskan mengucap perkataan yang lebih

baik dalam percakapan dan pergaulan mereka.114

Menurut Imam al-Nawāwi, jika seseorang ingin berkata mengenai suatu

hal baik yang berkenaan dengan perkara wajib maupun sunnah, maka

hendaknya ia berpikir terlebih dahulu mengenai akankah hal yang ia utarakan

tersebut mendatangkan pahala baginya. Karena jika hal yang ia ungkapkan

tidak mendatangkan pahala, hendaknya ia berusaha menahan perkataannya

tersebut.115

Ibnu Hajar juga mengungkapkan, bahwa diam merupakan solusi

111

Majid bin Su‟ud al-Usyan, Adab Menuntut Ilmu, Penerjemah oleh Muzafar Sahidu bin

Mahsun (T.tp: Islamhouse, 2009), h. 5. 112

Ayat tersebut berbunyi:

…وقل لعبادي ي قولوا الت ىي أحسن “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, „Hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang lebih baik…” 113

Ismā‟īl bin Amr bin Katsir al-Dimasyqi Abu al-Fidā`, Tafsir al-Qur‟ān al-„Aẕīm Ibnu

Katsir (Beirūt: Dar al-Fikr, 1992), Jilid 3, h. 59. 114

Abu Ja‟far al-Tabari, Tafsir al-Tabari…, Jilid 16, h. 723. 115

Yahya bin Syaraf al-Nawāwi, Syarh al-Nawāwi „ala Sahīh Muslim (Beirūt: Dar al-

Ihya al-Turāts, 1392 M), Jilid 2, h. 29.

Page 88: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

75

untuk orang-orang yang tidak mampu menjaga lisannya agar tidak terjerumus

kepada keburukan.116

Para sahabat juga sangat besar perhatiannya terhadap etika komunikasi.

Ali bin Abi Tālib berkata, “Berbicaralah kepada orang lain dengan sesuatu

yang mereka ketahui.” Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas pernah

berkata, “Jangan engkau mendatangi suatu kaum saat mereka sedang bicara

sehingga bisa memotong pembicaraan mereka dan membuat mereka bosan.”117

Hal ini menunjukkan bahwa para sahabat pun sangat memperhatikan cara

berkomunikasi yang baik.

Maka dari itu, kita hendaknya bisa meneladani para sahabat dan ulama

yang sangat berhati-hati dengan lisannnya dan yang besar perhatiannya

terhadap adab-adab yang diajarkan Nabi Saw ketika berkomunikasi.

116

Ibnu Hajar, Fath al-Bāri…, Jilid 29, h. 158. 117

Majid bin Su‟ud al-Usyan, Adab Menuntut Ilmu…, h. 9.

Page 89: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

76

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dalam al-Kutub al-Sittah, ditemukan banyak

hadis Nabi Saw yang berkenaan dengan etika berkomunikasi. Secara

keseluruhan, etika berkomunikasi menurut hadis dapat dirangkum menjadi

beberapa poin, di antaranya adalah: a) Berkomunikasi hendaknya menggunakan

kalimat yang baik, b) Berkomunikasi dengan efektif dan efisien, yakni berbicara

seperlunya, tidak mengatakan hal yang sia-sia dan tidak pula banyak

menanyakan hal yang tidak penting, c) Berkomunikasi dengan landasan

kejujuran dan menjauhi sifat dusta, d) Mendahulukan yang lebih tua untuk

berbicara saat komunikasi berlangsung, e) Tidak mencaci, mencela dan berkata

kotor, f) Menjauhi perdebatan dengan lawan bicara, dan g) Komunikasi yang

dibangun oleh komunikator dan komunikan hendaknya berisikan message

(pesan) yang positif dan jauh dari unsur ghībah.

Semua hadis yang ditemukan kemudian penulis rangkum menjadi tujuh

tema dengan tujuh bahasan hadis. Hadis-hadis tersebut memiliki kedudukan

yang sangat penting untuk menjelaskan kepada kaum muslimin mana yang patut

dan tidak patut dilakukan ketika berkomunikasi. Dengan mengamalkan hadis-

hadis tersebut, niscaya akan tercipta komunikasi yang beradab dan beretika yang

sesuai dengan tuntunan sunnah Nabi Saw.

B. Saran-saran

Penelitian ini sangatlah sederhana dan belum optimal, namun diyakini

akan dapat membimbing siapapun yang ingin mengamalkan hadis Nabi Saw,

Page 90: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

77

khususnya dalam berkomunikasi. Tentu saja disarankan untuk membaca literatur

lainnya yang berkenaan dengan etika komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar

pengetahuan tentang etika komunikasi menjadi maksimal, sehingga dapat

mengamalkannya secara maksimal pula.

Penulis juga menyarankan dan menghimbau kepada kaum muslimin

untuk lebih mensosialisasikan lagi hadis-hadis tentang etika berkomunikasi.

Karena apabila hadis-hadis tersebut sudah dikenal oleh masyarakat Islam, maka

bukan suatu yang mustahil hadis-hadis tersebut akan diamalkan dan dengan

berangsur akan tercipta komunikasi Islami yang berlandaskan tuntunan sunnah

Nabi Saw.

Akhirnya kepada Allah Swt penulis berharap agar skripsi ini menjadi

setitik sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi

kaum muslimin pada umumnya.

Page 91: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

78

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al-Karīm.

Abādi, Abu al-Tayyib Muhammad Syam al-Haq al-„Aẕīm. Aun al-Ma’būd.

Madīnah: al-Maktabah al-Salāfiyah. 1969.

Abu al-Fidā`, Ismā‟īl bin Amr bin Katsir al-Dimasyqi. Tafsir al-Qur’ān al-‘Aẕīm

Ibnu Katsir. Beirūt: Dar al-Fikr. 1992.

Alamsyah. Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam dalam Pemahaman Syahrur

dan Al-Qaradhawi. Disertasi Program Pasca Sarjana UIN Sunan

Kalijaga, 2005.

Ali, Muhammad. Mengapa Tafsir al-Qur’an Dibutuhkan. Semarang: Wicaksana.

Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis. Sidoarjo: Mashun. 2008.

Amin, Ahmad. Etika: Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet ke-8.

Amir, Mafri. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Ciputat: Logos

Wacana Ilmu. 1999.

Amril, Etika Islam: Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghīb al-Isfahāni.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002, Cet ke-1.

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2006.

Al Asqalāni, Ibnu Hajar. Fath al-Bāri. Penerjemah: Amiruddin. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008.

_______. Tahdzīb al-Tahdzīb. Beirūt: Muassasah al-Risālah. 1995.

Al Ausyan, Majid Sa‟ud. Panduan Lengkap dan Praktis Adab dan Akhlak Islami.

Penerjemah Abdurrahman Nuryaman. Jakarta: Darul Haq. 2015.

Al Awayisyah, Husain. Saat Diam Saat Bicara: Manajemen Lisan. Penerjemah

Gunaim Ihsan. Jakarta: Darul Haq. 2006, Cet ke-2.

Azam, Abdurrahman. Keagungan Nabi Muhammad SAW: Kepahlawanan dan

Keindahan Kehidupan Rasulullah. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya. 1982.

Baidan, Nashiruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2012.

Bakker, Anton dkk. Metode Penulisan Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1994.

Page 92: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

79

Al Bukhāri, Muhammad bin Ismāīl bin al Mughīrah. Sahīh al-Bukhāri. Riyādh:

Maktabah Al-Rusyd. 2006.

Bustamin. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Ushul Press. 2009.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

2005.

Dahlan, Muh. Syawir. Etika Komunikasi dalam Al-Qur’an dan Hadis. Jurnal

Dakwah Tabligh Vol. 15, No. 1, Juni 2014. h. 117.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. 2012, Edisi ke-4.

Al Dimasyqi, Ibnu Nashirudin. Mutiara Ilmu Atsar Klarifikasi Kitab Hadis;

Permata Salaf yang Terpendam. Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana.

2008.

Al Farmawy, Abd. Al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i: Suatu Pendekatan. Jakarta:

Raja Grafindo Persada. 1994.

Al Ghazali. Tuntunan Dasar Pembinaan Pribadi Bertakwa. T.tp: Angkasa Raya.

t.t.

Hadhiri, Choiruddin. Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim Ideal.

Jakarta: Qibla. 2015.

Hamka. Tafsir al-Azhar. Jakarta: PT Pustaka Panjimas. 1983.

Al Hanafi, Ibnu Hamzah al-Husaini. Asbabul Wurud: Latar Belakang Historis

Timbulnya Hadits-Hadits Rasul. Penerjemah Suwarta Wijaya dan

Zafrullah Salim. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Hasan, A. Qadir. Ilmu Musthalah Hadits. Bandung: CV Penerbit Diponogoro.

2002.

Hāsyim, Ahmad Umar. Qawā’id Ushūl al Hadīts. Beirut: Dār al-Kutub al-Arabī.

1984.

Al Hasyimi, Muhammad Ali. Jati Diri Muslim. Penerjemah Abdul Ghaffar.

Jakarta: Pustaka Al-Kaustar. 1999.

Ismail, A. Ilyas. Pilar-Pilar Taqwa: Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan

Spritual. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2009.

Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Thaharah,

Ibadah dan Akhlak. Penerjemah Rahmat Djatnika dan Ahmad Sumpeno.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1997.

Page 93: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

80

Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1996.

Kastof, Lois O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta. 1992.

Khan, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah. 2013.

M. Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. T.tp: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN). 2013.

M. Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana. 2006.

M. Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. 2003.

Markarma, A. “Komunikasi Dakwah Efektif dalam Perspektif al-Qur‟an,” Studi

Islamika 11, no. 1 (Juni 2014): h. 130.

Al Mawardi, Abu al-Hasan Ali. Mutiara Akhlak al-Karimah. Penerjemah M.

Qodirun Nur. Jakarta: Pustaka Amani. 1993.

Al Mizzī, Jamāl al-Dīn Abu al-Hajjāj Yūsuf. Tahdzīb al-Kamāl Fī Asmā` al-Rijāl.

Beirūt: Muassasah al-Risālah. 1988.

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media

Group. 2015.

Al Mubārakfūrī, Abu Abdrurrahmān bin Abdurrahīm. Tuhfah al-Ahwādzī Syarah

Jāmi’ al-Tirmidzī. T.tp: Bait al-Afkār al-Dauliyyah. t.t.

Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2009.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif. 1997.

Al Musawi, Khalil. Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Penerjemah Ahmad

Subandi. Jakarta: PT Lentera Basritama. 1998.

Al Naisābūrī, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjāj. Sahīh Muslim. Beirut: Dār al-

Kutub al-Ilmiyah. 1991.

Nata, Abudin. Ahklak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo. 1996.

Al Nawawi, Yahya bi Syaraf. Syarah Shahih Muslim. Penerjemah Fathoni

Muhammad dan Futuhal Arifin. Jakarta: Darus Sunnah. 2014, Cet ke-2.

Al Nawāwi, Yahya bin Syaraf. Syarh al-Nawāwi ‘Ala Sahīh Muslim. Beirūt: Dar

al-Ihya al-Turāts. 1392 M.

Page 94: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

81

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. T.tp: Remadja

Karya CV. t.t.

Al Qaththān, Mannā‟. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

2005.

Al Qazwinī, Abu Abdullah Muhammad bin Yazīd. Sunan Ibn Mājah. Beirut: Bait

al-Afkār al-Dauliyyah. 1999.

Rifa‟i, Tsalis. “Komunikasi dalam Musyawarah (Tinjauan Konsep Asyura dalam

Islam).” Channel 3, no. 1 (April 2015): h. 37.

Sahriansyah. Ibadah dan Akhlak. Banjarmasin: IAIN Antasari Press. 2014.

Al Shiddiqiey, Teungku Muhammad Hasbie. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.

Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2009.

Shihab, M. Quraish. Al-Lubāb: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah

Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati. 2012.

Al Sijistāny, Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats. Sunan Abi Dāud. Beirut: Bait al-

Afkār al-Dauliyyah. 1420 H.

Solahudin, M. Agus dan Suyadi, Agus. Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka

Setia. 2015.

Solihin, Amir Mukmin. “Etika Komunikasi Lisan Menurut Al-Qur‟an: Kajian

Tafsir Tematik.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Syihata, Abdullah. Dakwah Islamiyah. Diterjemahkan oleh Ibahim Husein dkk.

Proyek Pembinaan Prasarjana dan Sarjana Perguruan Tinggi Agama:

Departemen Agama. 1986.

Al Tabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr. Tafsir al-Tabari. Penerjemah Anshari

Taslim dkk. Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.

Tebba, Sudirman. Sehat Lahir Batin. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. 2005.

Al Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Jāmi’ al-Tirmidzi. T.tp: Bait al-Afkār

al-Dauliyyah. t.t.

_______. Jāmi’ al-Kabīr Li al-Tirmidzi. Beirūt: Dār al-Gharb al-Islāmī. 1996.

Al Usyan, Majid bin Su‟ud. Adab Menuntut Ilmu, Penerjemah oleh Muzafar

Sahidu bin Mahsun. T.tp: Islamhouse. 2009.

Page 95: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

82

Wensinck, A.J. Mu’jam al-Mufahras Li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī. Leiden:

Maktabah Baril. 1936.

________. Miftāh al-Kunūz al-Sunnah. Lahore: Idarah Tarjaman Al Sunnah.

1978.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus

Wadzurriyyah. 1990.Zaghlul, Abu Hājir Muhammad al-Sa‟id Basyuni.

Mausū’ah Aṯrāf al-Hadīts al-Nabawī al-Syarīf. Beirut: Dār al-Kutub al-

Ilmiyah. t.t.

Akbar, Cholis. “Hindari Debat, Berbahasalah yang Bijak.” Artikel diakses pada

19 April 2017 dari www.hidayatullah.com

Pengetahuan, Seputar. “15 Pengertian Etika menurut Para Ahli Terlengkap,”

Artikel diakses pada 3 Maret 2017 dari

www.seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-

ahli-terlengkap.html

Siregar, Maragustam. “Metode Tafsir Maudhu‟i (Tematik).” Artikel diakses pada

6 Maret 2017 dari

https://maragustamsiregar.wordpress.com/2011/01/10/metode-tafsir-

tematik-oleh-h-maragustam-siregar-prof-dr-m-a/

Zilfaroni. “Fiqh al-Hadits.” Artikel diakses pada 25 April 2017 dari

http://zilfaroni-putratanjung-blogspot.co.id/2012/10/fiqh-al-

hadits.html?m=1

Page 96: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

83

Lampiran 1

Keterangan hadis tentang menggunakan kata dan kalimat yang baik adalah

sebagai berikut:

a. Sahīh al-Bukhāri, kitab adab, bab 31, halaman 840.

ث نا أبو الحوص عن أب حصني عن أب صالح ث نا ق ت يبة بن سعيد حد عن أب ىري رة حده قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم من كان ي ؤمن باللو والي وم الخر فل ي ؤذ جار قال

فو و للو والي وم الخر ف لي قل من كان ي ؤمن باومن كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف ليكرم ضي را أو ليصمت خي

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'īd telah

menceritakan kepada kami Abu al-Ahwās dari Abu Hasīn dari Abu Sālih

dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: Barangsiapa berimana kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah

ia menyakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari

Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada

Allah dan Hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.”

b. Sahīh Muslim, kitab īman, hadis nomor 74, jilid I, halaman 68.

ثن حرملة بن يي أن بأنا ابن وىب قال أخب رن يونس عن ابن شهاب عن أب سلمة حدمن كان ي ؤمن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال عن بن عبد الرحن عن أب ىري رة

را أو ليصمت ومن كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف ليكرم جاره باللو والي وم الخر ف لي قل خي فو ومن كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف ليكرم ضي

“Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah

memberitakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah mengabarkan

kepadaku Yūnus dari Ibnu Syihāb dari Abu Salamah bin Abdurrahman

dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau

bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka

hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan

barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah

dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan

Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”

Page 97: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

84

c. Sunan Abu Dāud, kitab adab, bab 123, halaman 554.

ث نا عبد الرزاق أخب رنا معمر عن الزىري ل العسقلن حد د بن المت وك ث نا مم عن أب حدي ؤمن باللو والي وم قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم من كان سلمة عن أب ىري رة قال

فو ومن كان ي ؤمن باللو والي وم الخر فل ي ؤذ جاره و من كان ي ؤمن باللو الخر ف ليكرم ضي را أو ليصمت والي وم الخر ف لي قل خي

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu al-Mutawakkil

al-Asqalāni berkata, telah menceritakan kepada kami Abd al-Razzāq

berkata, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari al-Zuhri dari Abu

Salamah dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat,

hendaklah ia muliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan

hari kiamat, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa

beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berbicara yang baik-

baik, jika tidak bisa hendaklah ia diam.”

d. Sunan Al-Tirmidzī, hadis ke-2500 halaman 407.

ث نا سويد أخب رنا عبد اللو بن المبارك عن معمر عن الزىري عن أب سلمة عن أب حدفو عن النب صلى ا ىري رة للو عليو وسلم قال من كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف ليكرم ضي

را أو ليصمت و من كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف لي قل خي “Telah menceritakan kepada kami Suwaid telah mengkabarkan

kepada kami Abdullah bin al-Mubārak dari Ma'mar dari al-Zuhri dari Abu

Salamah dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam

bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah

memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari

akhir hendaklah mengatakan kebaikan atau diam.”

e. Sunan Ibnu Mājah, kitab adab, bab 4, jilid II, halaman 1211.

ع نافع ب نة عن عمرو بن دينار س ث نا سفيان بن عي ي ث نا أبو بكر بن أب شيبة حد ن حدأن النب صلى اللو عليو وسلم قال من كان ي ؤمن باللو يب عن أب شريح الزاعي جب ي

فو و ن م والي وم الخر ف ليحسن إل جاره ومن كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف ليكرم ضي را أو ليسكت كان ي ؤمن باللو والي وم الخر ف لي قل خي

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah

telah menceritakan kepada kami Sufyān bin Uyainah dari Amru bin Dīnār

dia mendengar Nāfi' bin Jubair mengabarkan dari Abu Syuraih al-Khuzā'ī,

bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa beriman

Page 98: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

85

pada Allah dan Hari Akhir hendaknya ia berbuat baik terhadap

tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir

hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada

Allah dan Hari Akhir hendaknya ia berbicara baik atau diam.”

Page 99: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

86

Lampiran 2

النيب

اخلزائ أبو شريح أبو هريرة

أبو صاحل أبو سلمة

أبو حصني

األحواصأبو

قتيبة بن سعيد

البخاري

إبن شهاب

يونس معمر

مسلم

ابن وهب

حرملة بن حيىي

عبد الرزاق عبد اهلل بن املبارك

الرتمذي

حممد بن املتوكل سويد

أبو داود

نافع بن جبري

عمر بن دينار

سفيان بن عيينة

أبو بكر بن أيب شيبة

ابن ماجه

را أ و لي صمت و ي م ن ك ان ي ؤمن بالله و الي وم الخر ف لي قل خ

Page 100: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

87

Keterangan nama-nama :

Riwayat al-Bukhāri

1. Abu Sālih : Dzakwān, Abu Sālih al-Sammān

2. Abu Hasīn : Utsmān bin Asim

3. Abu al-Ahwās : Sallām bin Sulaim

Riwayat Muslim

1. Ibn Syihāb : Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri

2. Yūnus : Yūnus bin Yazīd al-‘Ailay

3. Ibn Wahb : Abdullah bin Wahb bin Muslim al-Qurasyi

Riwayat Abu Dāud

1. Al-Zuhri : Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri

2. Ma’mar : Ma’mar bin Rasyīd al-Azdi

3. Abd al-Razzāq : Abd al-Razzāq bin Hammām

Page 101: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

88

Lampiran 3

Keterangan hadis tentang berbicara dengan efektif dan efisien adalah

sebagai berikut:

a. Sahīh al-Bukhāri, kitab adab, halaman 836.

ث نا شيبان عن منصور عن المسيب عن وراد عن المغرية ث نا سعد بن حفص حد بن حدعا شعبة هات ومن عن النب صلى اللو عليو وسلم قال إن اللو حرم عليكم عقوق الم

ؤال وإضاعة المال وىات ووأد الب نات وكره لكم قيل وقال وكث رة الس“Telah menceritakan kepada kami Sa'ad bin Hafs telah

menceritakan kepada kami Syaibān dari Mansūr dari al-Musayyib dari

Warrād dari al-Mughīrah bin Syu'bah dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian

durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka

meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan

membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka desas-desus, banyak

bertanya dan menyia-nyiakan harta.”

b. Sahīh al-Bukhāri, kitab istifrādh, bab 19, halaman 318.

عب عن وراد مول المغرية بن شعبة عن ث نا جرير عن منصور عن الش ث نا عثمان حد حدهات قال النب صلى اللو عليو وسلم إن اللو حرم عليكم ع المغرية بن شعبة قال قوق الم

ؤال وإضاعة المال ووأد الب نات ومنع وىات وكره لكم قيل وقال وكث رة الس“Telah menceritakan kepada kami Utsmān telah menceritakan

kepada kami Jarīr dari Mansūr dari al-Sya'bi dari Warrād, mantan budak

al-Mughīrah bin Syu'bah dari al-Mughīrah bin Syu'bah berkata: Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah mengharamkan

atas kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak wanita hidup-hidup dan

serta membenci kalian dari qīla wa qāla), banyak bertanya dan menyia-

nyiakan harta.”

c. Sahīh Muslim, kitab aqdiyyah, hadis nomor 12, halaman 1341.

عب عن وراد مو ث نا إسحق بن إب راىيم النظلي أخب رنا جرير عن منصور عن الش ل و حدعن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال إن اللو بة عن المغرية بن شعبة المغرية بن شع

عا وىات وكره لكم ثلثا قيل و هات ووأد الب نات ومن قال عز وجل حرم عليكم عقوق المؤال وكث رة ا وإضاعة المال لس

Page 102: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

89

“Dan telah menceritakan kepada kami Ishāq bin Ibrāhīm al-Hanẕāli

telah mengabarkan kepada kami Jarīr dari Mansūr dari al-Sya'bi dari

Warrād bekas budak al-Mughīrah bin Syu'bah, dari al-Mughĭrah bin

Syu'bah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

Sesungguhnya Allah 'azza wajalla mengharamkan kalian mendurhakai

seorang ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan tidak suka

memberi dan suka meminta-minta. Dan membenci atasmu tiga perkara;

qīla wa qāla, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”

d. Sahīh Muslim, kitab aqdiyyah, hadis nomor 14, halaman 1341.

د بن سوقة أخب رنا م ث نا مروان بن معاوية الفزاري عن مم ث نا ابن أب عمر حد د بن حد معت اللو الث قفي عن وراد قال عب يد ا ب عد فإن س كتب المغرية إل معاوية سلم عليك أم

رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول إن اللو حرم ثلثا ون هى عن ثلث حرم عقوق ؤال والد ووأد الب نات ول وىات ون هى عن ثلث ال وإضاعة المال قيل وقال وكث رة الس

“Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah

menceritakan kepada kami Marwān bin Mu‟āwiyah al-Fazāri dari

Muhammad bin Sūqah telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin

Ubaidullah al-Tsaqafi dari Warrād dia berkata: al-Mughīrah pernah

berkirim surat kepada Mu‟āwiyah, „Semoga engkau mendapat

keselamatan. Amma ba'du, sesungguhnya aku pernah mendengar

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah

mengharamkan tiga perkara dan melarang dari tiga perkara: Allah

mengharamkan durhaka terhadap orang tua, mengubur anak perempuan

hidup-hidup dan tidak mau memberi. Dan Allah melarang dari tiga

perkara: mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya

dan menyia-nyiakan harta.”

Page 103: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

90

Lampiran 4

النيب

املغرية

وراد

حممد بن عبيد اهلل الثقفي الشعيب املسيب

منصور

عثمان

شيبان

سعد بن حفص

البخاري

إسحاق بن إبراىيم احلنظلي

جرير

حممد بن سوقة

بن معاوية الفرازي مروان

ابن أيب عمر

مسلم

هات ومنع وىات ووأد الب نات وكره إن اللو حرم عليكم عقوق المؤال وإضاعة المال لكم قيل وقال وكث رة الس

Page 104: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

91

Keterangan nama-nama perawi :

Riwayat al-Bukhāri 1

1. Al-Mughīrah : al-Mughīrah bin Syu’bah, sahabat.

2. Al-Musayyab : al-Musayyab bin Rāfi’

3. Mansūr : Mansūr bin al-Mu’tamir bin Abdullah bin Rubayya’ah

4. Syaibān : Syaibān bin Abd al-Rahmān

Riwayat al-Bukhāri 2

1. Al-Sya’bi : Amir al-Sya’bi

2. Jarīr : Jarīr bin Abd al-Hamīd

3. Ustmān : Ustmān bin Muhammad bin Abi Syaibah

Riwayat Muslim 2

1. Ibn Abu Umar : Muhammad bin Yahya bin Abu Umar al-‘Adani

Page 105: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

92

Lampiran 5

Keterangan hadis tentang berbicara jujur dan tidak dusta adalah sebagai

berikut:

a. Sahīh al-Bukhāri, kitab adab, bab ke-69, halaman 849.

ث نا جرير عن منصور عن أب وائل عن ث نا عثمان بن أب شيبة حد عبد اللو رضي اللو حددق ي هدي إل الب عن النب صلى اللو عليو وسلم قال إن عنو وإن الب ي هدي إل الص

يقا وإن الكذب ي هدي إ ل الفجور وإن الفجور النة وإن الرجل ليصدق حت يكون صدابا ي هدي إل النار وإن الرجل ليكذب حت يكتب عند اللو كذ

“Telah menceritakan kepada kami Utsmān bin Abu Syaibah telah

menceritakan kepada kami Jarīr dari Mansūr dari Abu Wā`il dari Abdullah

raḏiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:

Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan

itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang

senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur.

Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan

sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan

sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat

baginya sebagai seorang pendusta.”

b. Sahīh Muslim, kitab birr, hadis nomor 105, jilid IV, halaman 2013

ث نا العمش ح ث نا أبو معاوية ووكيع قال حد د بن عبد اللو بن ني حد ث نا مم و حدث نا أبو كريب ث نا أبو معاوية حد ث نا العمش عن شقيق عن عبد اللو قال حد قال حد

دق ي هدي إل الب وإن الب رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عليكم دق فإن الص بالصيقا ي هدي إل النة وما ي زال الرجل يصدق دق حت يكتب عند اللو صد وي تحرى الص

وإياكم والكذب فإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي إل النار وما ي زال اباالرجل يكذب وي تحرى الكذب حت يكتب عند ال لو كذ

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin

Numair, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’āwiyah dan Wakī’

keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami al-A'masy, demikian

juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami

Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’āwiyah, telah

menceritakan kepada kami al-A’masy dari Syaqīq dari Abdullah dia

berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Kalian harus

berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan dan

Page 106: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

93

kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa

berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai

orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu

akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan

ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan,

maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.”

c. Sunan Abu Dāud, kitab adab, bab 80, halaman 539.

ث نا ث نا عبد حد د حد ث نا مسد ث نا وكيع أخب رنا العمش ح و حد أبو بكر بن أب شيبة حدث نا العمش عن أب وائل عن عبد اللو قال قال رسول اللو صلى اللو اللو بن داود حد

سلم إياكم والكذب فإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي إل النار عليو و اباوإن الرجل ليكذب وي تحرى الكذب دق فإن حت يكتب عند اللو كذ وعليكم بالص

دي إل الب وإن الب ي هدي إل النة وإن الرجل ليصدق وي تحرى الصدق الصدق ي ه يقا حت يكتب عند اللو صد

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah

berkata, telah menceritakan kepada kami Waki’ berkata, telah

mengabarkan kepada kami al-A’masy (dalam jalur lain disebutkan) Telah

menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada

kami Abdullah bin Dāud berkata, telah menceritakan kepada kami al-

A'masy dari Abu Wā`il dari Abdullah ia berkata, Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda: Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan

menggiring kepada keburukkan, dan keburukkan akan menggiring kepada

neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam

kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang

pembohong. Dan hendaklah kalian jujur, sebab jujur menggiring kepada

kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga. Dan sungguh, jika

seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi Allah

ia akan ditulis sebagai orang yang jujur.”

d. Sunan Al-Tirmidzī, kitab birr, bab 46, halaman 330.

ث نا أبو معاوية عن العمش عن شقيق بن سلمة عن عبد اللو بن مسعو ث نا ىناد حد د حددق قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال فإن الصدق ي هدي إل الب عليكم بالص

و وإن الب ي هدي إل النة وما ي زال الرجل يصدق وي تحرى الصدق حت يكتب عند الل يق ا وإياكم والكذب فإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي إل النار وما صد

ابا ي زال العبد يكذب وي تحرى الكذب حت يكتب عند اللو كذ

Page 107: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

94

“Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan

kepada kami Abu Mu'awiyah dari A'masy dari Syaqiq bin Salamah dari

Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan

membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada

surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia

ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian

menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian,

sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. Dan tidaklah seorang

berbuat dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai

seorang pendusta."

e. Sunan Ibnu Mājah, kitab muqaddimah, bab 7, halaman 18.

د بن عب يد بن ميمون ال ث نا مم د بن جعفر بن أب حد ث نا أب عن مم مدن أبو عب يد حدأن كثي عن موسى بن عقبة عن أب إسحق عن أب الحوص عن عبد اللو بن مسعود

ا ها اث نتان الكلم والدي فأحسن الكلم كلم رسول اللو صلى اللو عليو وسلم قال إند أل وإياكم ومدثات المور فإن شر المور مدثات ها وكل اللو وأحسن الدي ىدي مم

للة أل ل يطولن عليكم المد ف ت قسو ق لوبكم أل إن ما ىو مدثة بدعة وكل بدعة ض عيد من و والس قي من شقي ف بطن أم ا الش ا البعيد ما ليس بآت أل أن آت قريب وإن

ل لمسلم أن ي هجر أخاه ف وق وعظ بغيه أل إن قتا ل المؤمن كفر وسبابو فسوق ول ي ثلث أل وإياكم والكذب فإن الكذب ل يصلح بالد ول بالزل ول يعد الرجل صب يو

دق ي هدي إل الفجور الكذب ل يفي لو فإن وإن الفجور ي هدي إل النار وإن الصادق صدق وب ر وي قال للك ب ي هدي إل الب وإن الب ي هدي إل النة وإنو ي قال للص ا

ابا كذب وفجر أل وإن العبد يكذب حت يكتب عند اللو كذ“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid bin

Maimūn al-Madani Abu Ubaid berkata, telah menceritakan kepada kami

bapakku dari Muhammad bin Ja’far bin Abu Katsīr dari Mūsa bin Uqbah

dari Abu Ishāq dari Abu al-Ahwas dari Abdullah bin Mas'ūd berkata;

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Keduanya merupakan

perkataan dan petunjuk. Maka sebaik-baik perkataan adalah kalamullah,

dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Ketahuilah, jangan

kalian membuat perkara-perkara baru. Sesungguhnya seburuk-buruk

perkara adalah hal-hal baru (diada-adakan), dan setiap hal baru adalah

bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Ketahuilah, janganlah kalian terlalu

panjang dalam berangan-angan, hingga menjadikan hati kalian keras.

Ketahuilah, segala sesuatu yang akan datang itu adalah dekat, dan

bahwasanya yang jauh itu sesuatu yang tidak datang. Ketahuilah,

Page 108: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

95

bahwasanya orang yang sengsara itu adalah orang yang sengsara di perut

ibunya, dan orang yang berbahagia adalah orang yang diberi nasehat

dengan selainnya. Ketahuilah, sesungguhnya membunuh seorang muslim

adalah kekafiran, dan mencercanya adalah kefasikan. Tidak halal bagi

seorang muslim untuk tidak mengajak bicara saudaranya di atas tiga hari.

Ketahuilah, jauhilah oleh kalian berkata dusta, sesungguhnya dusta itu

tidak dibenarkan baik dilakukan dengan serius maupun main-main.

Janganlah seseorang berjanji kepada anak kecilnya kemudian dia tidak

menepatinya. Sesungguhnya dusta akan menggiring kepada perbuatan

dosa dan sesungguhnya perbuatan dosa akan menggiring ke dalam neraka.

Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan dan

kebaikan akan menunjukkan kepada surga. Dan akan dikatakan kepada

orang yang jujur; ia telah berlaku jujur dan berbuat baik. Sementara

kepada pendusta dikatakan; ia telah berlaku dusta dan dosa. Seorang

hamba yang selalu berdusta, akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

Page 109: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

96

Lampiran 6

النيب

أبو األحواص أبو وائل

منصور األعمش

جرير

عثمان بن أيب شيبة

عبد اهلل بن مسعود

عبد اهلل بن داود وكيع أبو معاوية

أبو كريب

الرتمذي

بكر بن أيب شيبةأبو مسدد

أبو داود

أبو إسحاق

موسى بن عقبة

حممد بن جعفر بن أيب كثري

أيب

حممد بن عبيد بن ميمون املدين

ابن ماجة

البخاري مسلم

حممد بن عبداهلل هناد

دق ي هدي إل الب إن وإن الب ي هدي إل النة وإن الرجل ليصدق الصيقا وإن الكذب ي هدي إل الفجور وإن الفجور ي هدي حت يكون صد

اباإل النار وإن الرجل ليكذب حت يكتب عند الله كذ

Page 110: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

97

Keterangan nama-nama perawi:

Riwayat al-Bukhāri

1. Abu Wāil : Syaqīq bin Salamah

2. Mansūr : Mansūr bin al-Mu’tamir

3. Jarīr : Jarīr bin Abd al-Hamīd

Riwayat Muslim

1. Abu Kuraib : Muhammad bin ‘Ila` bin Kuraib al-Hamdāni

2. Muhammad bin Abdullah : Muhammad bin Abdullah bin Numair

Riwayat Abu Dāud

1. Musaddad :

2. Al-A’masy : Sulaimān bin Mihrān al-A’masy

3. Wakī’ : Wakī’ bin al-Jarrāh

Riwayat al-Tirmidzi

1. Abu Mu’āwiyah : Muhammad bin Khāzim al-Darīr

2. Hannād : Hannād bin al-Sarri

Riwayat Ibn Mājah

1. Abu al-Ahwās : Auf bin Mālik al-Asyjā’i

2. Abu Ishāq : Amru bin Abdullah al-Sabī’i

3. Abī : Ubaid bin Maimūn al-Madani

Page 111: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

98

Lampiran 7

Keterangan hadis tentang mendahulukan yang lebih dewasa untuk

berbicara ketika berkomunikasi adalah sebagai berikut:

a. Sahīh al-Bukhāri, kitab jizyah, bab 12, halaman 430.

ث نا ل حد ث نا بشر ىو ابن المفض د حد ث نا مسد يي عن بشي بن يسار عن سهل بن حدانطلق عبد اللو بن سهل وميصة بن مسعود بن زيد إل خيب ر وىي ي ومئذ أب حثمة قال

ط ف دمو قتيل فدف نو ث قدم صلح ف ت فرقا فأتى ميصة إل عبد اللو بن سهل وىو ي تشماللو المدينة فانطلق عبد الرحن بن سهل وميصة وحويصة اب نا مسعود إل النب صلى

ر وىو أحدث القوم فسكت ف تكلما عليو وسلم فذىب عبد الرحن ي تكلم ر كب ف قال كب ون قاتلكم ف قال تلفون و أو صاحبكم قالوا وكيف نلف ول نشهد ول ن ر قال تستحق

ار ف عقلو النب صلى اللو عليو ف تبيكم ي هود بمسني ف قالوا كيف نأخذ أيان ق وم كف وسلم من عنده

“Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada

kami Bisyir, dia adalah anak al-Mufaḏḏal telah bercerita kepada kami

Yahya dari Busyair bin Yasār dari Sahal bin Abi Hatsmah berkata;

Abdullah bin Sahal dan Muhayyisah bin Mas‟ūd bin Zaid berangkat

menuju Khaibar yang saat itu Khaibar terikat dengan perjanjian damai lalu

keduanya terpisah. Kemudian Muhayyisah mendapatkan Abdullah bin

Sahal dalam keadaan gugur bersimbah darah lalu dia menguburkannya.

Kemudian dia kembali ke Madinah. Lalu Abdurrahmān bin Sahal,

Muhayyisah dan Huwayyisah, keduanya anak Mas‟ūd, menemui Nabi

shallallahu „alaihi wasallam. Abdurrahmān bin Sahal memulai berbicara

Namun Beliau Shallallahu 'alaihiwasallam berkata: Tolong yang bicara

yang lebih tua, tolong yang bicara yang lebih tua. Dia (Abdurrahmān)

memang yang paling muda usia diantara kaum yang hadir, lalu dia pun

diam. Maka keduanya (anak Mas‟ūd) berbicara. Beliau Shallallahu

'alaihiwasallam bertanya: Hendaknya kalian bersumpah sehingga bisa

menuntut pembunuhnya atau kalian tuntut darah saudara kalian. Mereka

berkata: Bagaimana kami dapat bersumpah padahal kami tidak

menyaksikan dan tidak melihat kejadiannya. Beliau berkata: Kalau begitu

kaum Yahudi bisa menyatakan ketidakterlibatannya dengan lima puluh

sumpah. Mereka bertanya: Bagaimana mungkin kami terima sumpah kaum

kafir? Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membayar diyatnya dari

harta Beliau sendiri.”

Page 112: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

99

b. Sahīh al-Bukhāri, kitab adab, bab 89, halaman 430.

ث نا حاد ىو ابن زيد عن يي بن سعيد عن بشي بن يسار ث نا سليمان بن حرب حد حدثاه مول النصار عن رافع بن خديج وسهل بن أب حثمة أن هما أن عبد اللو بن سهل حد

لرحن وميصة بن مسعود أت يا خيب ر ف ت فرقا ف النخل ف قتل عبد اللو بن سهل فجاء عبد الى اللو عليو وسلم ف تكلموا ف أمر بن سهل وحويصة وميصة اب نا مسعود إل النب ص

ر صاحبهم ف بدأ عبد الرحن وكان أصغر القوم ف قال لو النب صلى اللو عليو وسلم كب ر قال يي ي عن ليلي الكلم الكب ر ف تكلموا ف أمر صاحبهم ف قال النب صلى اللو الكب

ون قتيلكم أو قال صاحبكم بأيان خسني منكم قالوا يا رسول الل و عليو وسلم أتستحقار ف وداىم أمر ل ن ره قال ف تبئكم ي هود ف أي هم قالوا يا رسول اللو ق وم كف ان خسني من

بل فدخ لت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم من قبلو قال سهل فأدركت ناقة من تلك الثن يي عن بشي عن سهل قال يي حسبت ق مربدا لم ف ركضتن برجلها ال الليث حد

ث نا يي عن بشي عن سهل وحده نة حد أنو قال مع رافع بن خديج وقال ابن عي ي Telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Harb telah

menceritakan kepada kami Hammād yaitu Ibnu Zaid dari Yahya bin Sa'īd

dari Busyair bin Yasār bekas budak Ansar, dari Rāfi' bin Khadīj dan Sahal

bin Abu Hatsmah bahwa keduanya menceritakan kepadanya bahwa

Abdullah bin Sahal dan Muhayisah bin Mas‟ūd pergi ke Khaibar,

kemudian keduanya berpisah di suatu kebun kurma, tiba-tiba Abdullah bin

Sahal terbunuh, lantas Abdurrahmān bin Sahl Huwayisah dan Muhayisah

bin Mas'ud pergi menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk

melapor mengenai perkara saudaranya, Abdurrahmān angkat bicara

padahal dia adalah orang yang paling muda di antara mereka, maka

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: „Yang lebih tua, yang

lebih tua.‟ Yahya berkata; „Maksudnya hendaknya yang paling tua yang

lebih dulu angkat bicara.‟ Lalu mereka melaporkan mengenai perkara

saudaranya, lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: „Hendaknya

lima puluh orang dari kalian bersumpah atas satu orang dari mereka

(Yahudi), maka kalian berhak menuntut darah sahabatmu.‟ Mereka

berkata; „Perkara ini sama sekali belum pernah kami alami, bagaimana

kami akan bersumpah?‟ Beliau bersabda:‟Jika demikian, orang-orang

Yahudi telah terbebas dari tuduhanmu, dengan lima puluh orang dari

mereka yang bersumpah.‟ Mereka berkata; „Wahai Rasulullah, mereka

adalah orang-orang kafir.‟ Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam membayar diyat dari diri beliau sendiri kepada mereka.‟ Sahal

berkata; „Maka saya dapati seekor unta dari unta-unta tersebut, lalu saya

masukkan ke kandang unta mereka, tiba-tiba saya di tendang oleh kaki

unta itu.‟ Laits berkata; Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Busyair

Page 113: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

100

dari Sahal. Yahya berkata: Aku mengira dia berkata bersama dengan Rāfi'

bin Khadīj. Ibnu 'Uyainah berkata: „Telah menceritakan kepada kami

Yahya dari Busyair dari Sahal saja.”

c. Sahīh Muslim, kitab qasāmah, hadis ke-1, jilid III, halaman 1291.

ث نا ليث عن يي ث نا ق ت يبة بن سعيد حد عن بشي بن يسار عن )وىو ابن سعيد (حدخرج عبد وعن رافع بن خديج أن هما قال )وحسبت قال قال يي (سهل بن أب حثمة

ما اللو بن سهل بن زيد وميصة بن مسعود بن زيد حت إذا كانا بيب ر ت فرقا ف ب عض د عبد اللو بن سهل قتيل فدف نو ث أق بل إل رسول اللو صلى اللو ىنالك ث إذا ميصة ي

د عليو وسلم ىو وحويصة بن مسعود وعبد الرحن بن سهل وكان أصغر القوم فذىب عب ر الرحن ليتكلم ق بل ص ر ف (احب يو ف قال لو رسول اللو صلى اللو عليو وسلم كب الكب

ن فصمت ف تكلم صاحباه وتكلم معهما فذكروا لرسول اللو صلى اللو عليو وسلم )السون صاحبكم أو قاتلكم مقتل عبد اللو بن سه ل ف قال لم أتلفون خسني يينا ف تستحق

ن ق وم قالوا وكيف نلف ول نشهد قال ف تبئكم ي هود بمسني يينا قالوا وكيف ن قبل أياا رأى ار ف لم ذلك رسول اللو صلى اللو عليو وسلم أعطى عقلو كف

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'īd telah

menceritakan kepada kami Laits dari Yahya -yaitu Ibnu Sa'īd- dari Busyair

bin Yasār dari Sahal bin Abu Hatsmah - Yahya berkata: dan aku mengira

dia berkata- dari Rāfi' bin Khadīj bahwa keduanya berkata, „Abdullah bin

Sahl bin Zaid dan Muhayisah bin Mas'ūd bin Zaid pernah melakukan safar,

hingga ketika mereka sampai di Khaibar, mereka berdua berpisah, Tidak

beberapa lama Muhayishah mendapati Abdullah telah terbunuh, dia pun

menguburkannya. Sesudah itu dia datang menghadap Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersama-sama dengan Huwaisah bin Mas'ūd

dan Abdurrahmān bin Sahl. Sedangkan Abdurrahmān adalah yang paling

muda di antara mereka, tetapi Abdurrahmān yang lebih dahulu berbicara

daripada saudara sepupunya itu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: „Dahulukanlah yang lebih tua umurnya.‟ Maka ia pun

diam dan kedua saudaranya lalu angkat bicara. Keduanya menceritakan

kepada beliau bahwa Abdullah bin Sahal telah terbunuh, lalu Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada mereka: „Maukah kalian

bersumpah lima puluh kali? Jika kalian mau bersumpah, maka kalian

berhak menuntut balas atas kematian saudara kalian.‟ Mereka menjawab,

„Bagaimana kami harus bersumpah, sedangkan kami tidak menyaksikan

terjadinya pembunuhan itu.‟ Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: „Jika begitu maka orang-orang Yahudi akan bebas dari kalian

dengan lima puluh sumpah yang mereka lakukan.‟ Mereka menjawab,

Page 114: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

101

„Bagaimana mungin kami dapat menerima sumpah orang kafir itu?‟

melihat kondisi seperti itu, akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam memberikan diyatnya (tebusannya).”

d. Sunan Abu Dāud, kitab diyāt, bab 8, halaman 495.

ث نا حاد بن د بن عب يد المعن قال حد ث نا عب يد اللو بن عمر بن ميسرة ومم زيد عن حدأن ميصة بن يي بن سعيد عن بشي بن يسار عن سهل بن أب حثمة ورافع بن خديج

ل مسعود وعبد اللو بن سهل انطلقا قبل خيب ر ف ت فرقا ف النخل ف قتل عبد اللو بن سه و حويصة وم يصة فأت وا النب فات هموا الي هود فجاء أخوه عبد الرحن بن سهل واب نا عم

و صلى صلى اللو عليو وسلم ف تكلم عبد الرحن ف أمر أخيو وىو أصغرىم ف قال رسول الل ر أو قال ليبدأ الكب ر ف تكل ر الكب ما ف أمر صاحبهما ف قال رسول اللو عليو وسلم الكب

تو قالوا أ هم ف يدفع برم مر ل اللو صلى اللو عليو وسلم ي قسم خسون منكم على رجل من ار نشهده كيف نلف قال ف تب رئكم ي هود بأيان خسني هم قالوا يا رسول اللو ق وم كف من

قال ف وداه رسول اللو صلى اللو عليو وسلم من قبلو “Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar bin

Maisarah dan Muhammad bin Ubaid secara makna, keduanya berkata:

telah menceritakan kepada kami Hammād bin Zaid dari Yahya bin Sa‟īd

dari Busyair bin Yasār dari Sahl bin Abu Hatsmah dan Rāfi' bin Khadīj

berkata, „Muhayisah bin Mas'ūd dan Abdullah bin Sahl berangkat menuju

Khaibar, namun keduanya berpisah di perkebunan kurma. Lalu Abdullah

bin Sahl mati terbunuh, dan mereka menuduh orang-orang Yahudi-lah

yang telah membunuhnya. Kemudian saudaranya bernama Abdurrahmān

bin Sahl datang bersama dua orang anak pamannya, Huwayisah dan

Muhayisah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lantas Abdurrahmān

menceritakan perihal saudaranya -dia adalah yang paling kecil di antara

saudaranya-, beliau pun bersabda; „Hendaknya dimulai dari yang lebih

besar, hendaknya dimulai dari yang lebih besar. Atau beliau bersabda;

„Hendaknya yang lebih besar yang memulai.‟ Lalu keduanya menceritakan

perihal saudaranya (yang terbunuh), Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: „Hendaklah lima puluh orang dari kalian bersumpah

atas seorang dari mereka (Yahudi yang membunuh), dengan demikian

maka akan dapat menebus tulang belulang saudaramu yang telah rapuh.‟

Mereka menjawab, „Kami tidak melihat peristiwanya secara langsung, lalu

bagaimana kami akan bersumpah!‟ Beliau bersabda: „Orang-orang Yahudi

itu akan bersih dari tuduhan kalian jika mereka bisa memberikan sumpah

dari lima puluh orang dari kalangan mereka.‟ Para sahabat menimpali,

„Mereka itu orang-orang kafir!‟ Ia (perawi) berkata, „Lantas Rasulullah

Page 115: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

102

shallallahu 'alaihi wasallam menebus (diyat) jiwa korban itu dengan harta

pribadinya sendiri.”

e. Sunan al-Tirmidzī, kitab diyāt, bab 22, halaman 249.

ث نا الليث بن سعد عن يي بن سعيد عن بشي بن يسار عن سهل بن ث نا ق ت يبة حد حدخرج عبد اللو بن سهل بن ما قال أب حثمة قال يي وحسبت عن رافع بن خديج أن ه

ميصة زيد وميصة بن مسعود بن زيد حت إذا كانا بيب ر ت فرقا ف ب عض ما ىناك ث إن أق بل إل رسول اللو صلى اللو عليو وسلم وجد عبد اللو بن سهل قتيل قد قتل فدف نو ث

ىو وحويصة بن مسعود وعبد الرحن بن سهل وكان أصغر القوم ذىب عبد الرحن ر للكب فصمت وتكلم ليتكلم ق بل صاحب يو قال لو رسول اللو صلى ا للو عليو وسلم كب

ن سهل صاحباه ث تكلم معهما فذكروا لرسول اللو صلى اللو عليو وسلم مقتل عبد اللو ب ون صاحبكم أو قاتلكم قالوا وكيف نلف ول ف قال لم أتلفون خسني يينا ف تس تحق

ا رأ ار ف لم ى ذلك نشهد قال ف تب رئكم ي هود بمسني يينا قالوا وكيف ن قبل أيان ق وم كف أعطى عقلو رسول اللو صلى اللو عليو وسلم

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan

kepada kami al-Laits bin Sa'ad dari Yahya bin Sa'īd dari Busyair bin Yasār

dari Sahl bin Abu Hatsmah, Yahya berkata; Aku kira dari Rāfi' bin Khadīj

di antara keduanya ada yang berkata Abdullah bin Sahl bin Zaid dan

Muhayyisah bin Mas'ūd bin Zaid keluar hingga ketika sampai di Khaibar

keduanya berpisah untuk sebagian keperluan mereka di sana, kemudian

Muhayyisah mendapati Abdullah bin Sahl gugur, ia telah dibunuh, setelah

menguburnya kemudian ia pun menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam, ketika itu beliau bersama Huwayyisah bin Mas'ūd dan

Abdurrahmān bin Sahl, ia adalah orang paling muda. Abdurrahmān pun

maju untuk berbicara sebelum kedua temannya, lalu Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda kepadanya: „Dahulukan orang yang lebih tua.‟ Ia

pun terdiam dan kedua temannya berbicara kemudian ia berbicara bersama

keduanya. Mereka menyebutkan perihal terbunuhnya Abdullah bin Sahl

kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pun bersabda

kepada mereka: „Apakah kalian mau bersumpah lima puluh kali sumpah

dan berhak terhadap sahabat atau orang yang membunuh kalian?‟ Mereka

berkata: „Bagaimana kami bersumpah sedangkan kami tidak

menyaksikan?‟ Beliau bersabda: „Apakah kalian mau orang-orang Yahudi

terbebas dari segala tuduhan kalian dengan lima puluh kali sumpah?‟

Maka mereka bertanya: „Bagaimana kami mengambil sumpah orang-orang

kafir?‟ Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat hal itu,

beliau pun memberikan diyatnya.

Page 116: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

103

f. Sunan al-Nasā‟ī, kitab qasāmah, bab 4, halaman 718.

ث نا الليث عن يي عن بشي بن يسار عن سهل بن أب حثمة قا ل أخب رنا ق ت يبة قال حدخرج عبد اللو بن سهل بن زيد وميصة بن قال وحسبت قال وعن رافع بن خديج أن هما

د عبد اللو بن سهل مسعود حت إذا كانا بيب ر ت فرقا ف ب عض ما ىنالك ث إذا بحيصة يرسول اللو صلى اللو عليو وسلم ىو وحويصة بن مسعود وعبد قتيل فدف نو ث أق بل إل

سول الرحن بن سهل وكان أصغر القوم فذىب عبد الرحن ي تكلم ق بل صاحب يو ف قال لو ر ن فصمت وتكلم صاحباه ث تكلم معهما اللو صلى اللو عليو ر ف الس ر الكب وسلم كب

ن فذكروا لرسول اللو صلى اللو عليو وسلم مقتل عبد اللو بن سهل ف قال لم أتلفو ون صاحبكم أو قاتلكم قالوا كيف نلف ول نشهد قال ف تب رئكم خسني يينا وتستح ق

ا رأى ذلك رسول اللو صلى ار ف لم اللو ي هود بمسني يينا قالوا وكيف ن قبل أيان ق وم كف اه عقلو عليو وسلم أعط

“Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah telah menceritakan

kepada kami al-Laits dari Yahya dari Busyair bin Yasār dari Sahl bin Abu

Hatsmah, dia berkata: „Saya mengira dia mengatakan: dan dari Rāfi' bin

Khadīj bahwa mereka berkata „Abdullah bin Sahl bin Zaid dan

Muhayyisah bin Mas'ūd telah keluar hingga ketika mereka sampai di

Khaibar mereka berpisah di sebagian tempat di sana, kemudian

Muhayyisah mendapatkan Abdullah bin Sahl terbunuh. Lalu dia

menguburnya kemudian menghadap kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersama dengan Huwayyisah bin Mas'ūd serta Abdurrahmān bin

Sahl dan dia adalah orang yang paling muda. Kemudian Abdurrahmān

pergi untuk berbicara sebelum dua orang sahabatnya. Lalu Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: „Dahulukanlah yang tua.‟

Kemudian dia diam dan dua orang sahabatnya berbicara, kemudian dia

berbicara bersama mereka dan mereka menyebutkan kepada Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam mengenai terbunuhnya Abdullah bin Sahl.

Lalu beliau bersabda: „Apakah kalian bersumpah lima puluh sumpah dan

kalian berhak terhadap sahabat kalian atau terhadap orang yang menyerang

kalian?‟ Mereka berkata „Bagaimana kami bersumpah sedang kami belum

menyaksikan?‟ Kemudian beliau bersabda: „Apakah kalian mau orang-

orang Yahudi akan bebas dari tuduhan kalian dengan lima puluh sumpah?‟

Mereka berkata: „Bagaimana kami menerima sumpah orang-orang kafir?‟

Kemudian tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat hal

tersebut beliau memberikan diyatnya.”

Page 117: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

104

g. Sunan Ibn Mājah, kitab diyāt, bab 28, halaman 893.

لى بن ثن أبو لي عت مالك بن أنس حد ث نا بشر بن عمر س ث نا يي بن حكيم حد حدأنو أخب ره عن رجال من كب راء عبد اللو بن عبد الرحن بن سهل عن سهل بن أب حثمة

أن عبد اللو بن سهل وميصة خرجا إل خيب ر من جهد أصاب هم فأت ميصة فأخب ق ومو ني بيب ر فأتى ي هود ف قال أن تم واللو أن عبد اللو بن سهل قد قتل وألقي ف فقي أو ع

بل ىو ق ت لتموه قالوا واللو ما ق ت لناه ث أق بل حت قدم على ق ومو فذكر ذلك لم ث أق ن بن سهل فذىب ميصة ي تكلم وىو الذي كان وأخوه حويصة وىو أكب ر منو وعبد الرح

ن ف تكل ر يريد الس ر كب م حويصة بيب ر ف قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم لمحيصة كب ا أن ث تكلم ميصة ف قال رسول ا ا أن يدوا صاحبكم وإم للو صلى اللو عليو وسلم إم

و ما ي ؤذنوا برب فكتب رسول اللو صلى اللو عليو وسلم إليهم ف ذلك فكتبوا إنا والل لى اللو عليو وسلم لويصة وميصة وعبد الرحن تلفون ق ت لناه ف قال رسول اللو ص

ون دم صاحبكم قالوا ل قال ف تحلف لكم ي هود قالوا ليسوا بسلمني ف وداه وتستحقلم من عنده ف ب عث إليهم رسول اللو صلى اللو عليو وسلم رسول اللو صلى اللو عليو وس

ار ها ناقة حراء مائة ناقة حت أدخلت عليهم الد ف قال سهل ف لقد ركضتن من “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hakīm, telah

menceritakan kepada kami Bisyr bin Umar, aku mendengar Mālik bin

Anas, telah menceritakan kepadaku Abu Laila bin Abdullah bin

Abdurrahmān bin Sahal dari Sahl bin Abu Hatsmah, dari para pembesar

kaum mereka, „Sesungguhnya Abdullah bin Sahl dan Muhayyisah,

keduanya keluar dari kediamannya menuju kawasan Khaibar karena

kesulitan yang menimpa mereka. Lalu Muhayyisah didatangi dan

diberitahu bahwa Abdullah bin Sahl telah terbunuh dan dilemparkan di

sebuah sumur yang biasa disebut Faqir atau Ain di kawasan Khaibar.

Orang-orang Yahudi datang lalu Muhayyisah berkata kepada mereka,

„Sungguh kalian telah membunuhnya! Demi Allah! Kalian telah

membunuhnya.‟ Mereka menjawab, „Demi Allah! kami tidak

membunuhnya.‟ Lalu ia kembali dan datang menemui kaumnya. Ia

mengemukakan hal yang terjadi kepada mereka. Kemudian Muhayyisah

dan saudara laki-lakinya Huwayisah yang lebih besar darinya serta

Abdurrahmān bin Sahl berangkat kembali. Muhayisah pergi lalu berbicara,

sebab dialah yang ada di kawasan Khaibar, namun Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam berkata kepada Muhayisah, „Yang besar, yang besar.‟

Maksudkan yang paling dewasa usianya. Maka Huwayishah berbicara

kemudian diikuti oleh Muhayisah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

berkata: „Mereka akan membayar diyat pada teman kalian atau mereka

Page 118: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

105

memberi isyarat untuk berperang.‟ Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam menulis surat dalam hal ini. kemudian mereka membalas dengan

pernyataan: „Sungguh Demi Allah! Kami tidak membunuhnya.‟ lalu

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Huwayisah,

Muhayisah dan Abdurrahmān: „Apakah kalian bersedia bersumpah dengan

benar hingga kalian mendapat hak darah saudara kalian?‟ Mereka

menjawab, „Tidak.‟ Rasulullah bersabda: „Jika demikian berarti orang-

orang Yahudi yang akan bersumpah pada kalian.‟ Mereka menjawab;

„Mereka bukan kaum Muslimin.‟ Rasulullah pun membayar diyat dari

pribadinya. Rasulullah mengirimkan seratus ekor unta kepada mereka

sampai dimasukan ke dalam rumah. Sahl berkata: Sungguh seekor unta

merah darinya telah menyepakku.”

Page 119: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

106

Lampiran 8

النيب

رافع بن خديج سهل بن أيب حثمة

أبو ليلى بن عبد اهلل

مالك بن أنس

بشر بن عمر

حيىي بن حكيم

ابن ماجه

بشري بن يسار

حيىي بن سعيد

الليث بن سعد محاد بن زيد بشر هو ابن املفضل

حممد بن عبيد املعىن عبيد اهلل بن عمر سليمان بن حرب مسدد

أبو داود البخاري

قتيبة بن سعيد

النسائ الرتمذي مسلم

ر : ف قال له النيب صلى الله عليه وسلم كب ر الكب

Page 120: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

107

Keterangan Nama-Nama Perawi:

Riwayat al-Bukhāri 1

1. Yahya : Yahya bin Sa’īd bin Qais al-Ansāri

2. Musaddad : Musaddad bin Musarhad

Riwayat Muslim

1. Laits : Laits bin Sa’ad

Riwayat al-Tirmidzi

1. Qutaibah : Qutaibah bi Sa’īd al-Balkhi

Page 121: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

108

Lampiran 9

Keterangan hadis tentang larangan melontarkan perkataan yang keji dan

kotor adalah sebagai berikut:

a. Sahīh al-Bukhāri, kitab manāqib, bab ke-23, halaman 484.

ث نا عبدان عن أب حزة عن العمش عن أب وائل عن مسروق عن عبد الله بن عمرو حدهما قال شا وكان فاحشا ل يكن النب صلى الله عليه وسلم :رضي الله عن ول مت فح

ي قول إن من خياركم أحسنكم أخلقا“Telah bercerita kepada kami Abdān dari Abu Hamzah dari al-

A'masy dari Abu Wā'il dari Masrūq dari 'Abdullah bin Amru radhiallahu

'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sekalipun

berbicara kotor (keji) dan juga tidak pernah berbuat keji dan beliau

bersabda: Sesungguhnya di antara orang yang terbaik dari kalian adalah

orang yang paling baik akhlaqnya.”

b. Sahīh al-Bukhāri, kitab adab, bab ke-38, halaman 842.

ث نا أصبغ قال أخب رن ابن وهب أخب رنا أبو يي هو ف ليح بن سليمان عن هلل بن حدل يكن النب صلى الله عليه وسلم سبابا ول أسامة عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال

اشا ول لعانا كان ي قول لحدنا عند المعتبة ما له ترب جبينه فح“Telah menceritakan kepada kami Asbagh dia berkata: telah

mengabarkan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami Abu

Yahya yaitu Fulaih bin Sulaimān dari Hilāl bin Usāmah dari Anas bin

Mālik radliallahu 'anhu dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

adalah sosok yang tidak pernah mencela, berkata keji dan melaknat,

apabila beliau mencela salah satu dari kami, maka beliau akan berkata:

Mengapa dahinya berdebu (dengan sindiran).”

c. Sahīh al-Bukhāri, kitab fadāil ashāb al-Nabi, bab ke-27, halaman 511.

عت مسروقا عت أبا وائل قال س ث نا شعبة عن سليمان قال س ث نا حفص بن عمر حد حدول ل يكن فاحشا إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قال عبد الله بن عمرو

ش ا وقال إن من أحبكم إل أحسنكم أخلقامت فح“Telah bercerita kepada kami Hafs bin Umar telah bercerita kepada

kami Sy‟bah dari Sulaimān berkata, aku mendengar Abu Wā'il berkata,

aku mendengar Masrūq berkata: Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah orang yang suka berbicara kotor

(keji) juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: Sesungguhnya

Page 122: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

109

orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik

akhlaqnya. Dan beliau juga bersabda: Ambillah bacaan Al Qur'an dari

empat orang. Yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, kemudian Salim, maula

Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal.”

d. Sahīh Muslim, kitab faḏāil, hadis nomor 68, jilid IV, halaman 1810.

ث نا جرير عن العمش عن شقيق عن ر بن حرب وعثمان بن أب شيبة قال حد ث نا زهي حدلنا على عبد الله بن عمرو حني قدم معاوية إل الكوفة فذكر رسول الله دخ مسروق قال

شاصلى الله عليه وسلم ف قال ل يكن وقال قال رسول الله صلى الله فاحشا ول مت فح قال عثمان حني قدم مع معاوية إل الكوفة .ن من خياركم أحاسنكم أخلقاعليه وسلم إ

“Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Utsmān bin

Abu Syaibah keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarīr dari

al-A'masy dari Syaqīq dari Masrūq dia berkata: Kami menemui Abdullah

bin Amru ketika Mu‟āwiyah datang ke Kūfah, kemudian dia ingat

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata: Beliau tidak pernah

berbuat kejelekan dan tidak menyuruh untuk berbuat kejelekan. Lalu

Abdullah bin Amru berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: „Sesungguhnya orang-orang pilihan di antara kamu ialah yang

paling indah budi pekertinya.‟ Utsmān berkata: Ketika dia datang bersama

Mu‟āwiyah ke Kūfah.”

e. Sunan Al-Tirmidzī, kitab birr, bab 47, halaman 330.

عت أبا ث نا أبو داود قال أن بأنا شعبة عن العمش قال س ث نا ممود بن غيلن حد وائل حدث عن مسروق عن عبد الله بن عمرو قال له صلى الله عليه وسلم قال رسول ال يد

شاخياركم أحاسنكم أخلقا ول يكن النب صلى الله عليه وسلم فاحشا ول مت فح“Telah menceritakan kepada kami Mahmūd bin Ghailān, telah

meriwayatkan kepada kami Abu Dāud ia berkata: Telah memberitakan

kepada kami Syu'bah dari al-A'masy ia berkata: Aku mendengar Abu

Wā`il menceritakan dari Masrūq dari Abdullah bin Amr ia berkata:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik orang di

antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah seorang yang buruk

perangainya. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.”

Page 123: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

110

Lampiran 10

صفة النيب

عبد اهلل بن عمرو أنس بن مالك

هالل بن أسامة

أبو حيىي

إبن وهب

أصبغ

مسروق

أبو وائل

األعماش

أبو محزة شعبة جرير بن احلازم

زهري بن حرب عثمان بن أيب شيبة أبو داود حفض بن عمر عبدان بن عثمان

حممود بن غيالن مسلم

الرتمذي

البخاري

ل يكن إن رسول الله صلى الله عليه وسلم

شا وقال إن من أحبكم إل فاحشا ول مت فح

أحسنكم أخالقا

Page 124: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

111

Keterangan Nama-Nama Perawi:

Riwayat al-Bukhāri 1

1. Masrūq : Masrūq bin al-Ajda’

2. Abu Wā`il : Syaqīq bin Salamah

3. Al-A’masy : Sulaiman al-A’masy

4. Abu Hamzah : Muhammad bin Maimūn al-Marwazi

5. ‘Abdān : ‘Abdān bin Utsmān

Riwayat al-Bukhāri 2

1. Ibn Wahb : Abdullah bin Wahb bin Muslim al-Qurasyi

2. Asbagh : Asbagh bin al-Faraj

Riwayat al-Bukhāri 3

1. Sulaimān : Sulaimān al-A’masy

2. Syu’bah : Syu’bah bin al-Hajjāj

Riwayat Muslim

1. Jarīr : Jarīr bin Hāzim

Riwayat al-Tirmidzi

1. Abu Dāud : Sulaimān bin Dāud al-Jārūd

Page 125: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

112

Lampiran 11

Keterangan hadis tentang larangan berdebat sekalipun dalam posisi yang

benar adalah sebagai berikut:

a. Sunan Al-Tirmidzī, kitab birr, bab 85, halaman 530.

ث نا ابن أب ي البصري حد ث نا عقبة بن مكرم العم ثن سلمة بن وردان حد فديك قال حدقال رسول الله صلى الله عليه وسلم من ت رك الكذب وهو الليثي عن أنس بن مالك قال

ن خلقه المراء وهو م باطل بن له ف ربض النة ومن ت رك ق بن له ف وسطها ومن حس بن له ف أعلها

“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram al-

Ammiyyu al-Basri, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia

berkata, telah menceritakan kepadaku Salamah bin Wardān al-Laitsi dari

Anas bin Mālik ia berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam

bersabda: Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan berbohong

pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan

untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan

perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk berdebat) maka akan

dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang

memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di

bagian yang paling atas.”

b. Sunan Ibnu Mājah, kitab muqaddimah, bab 7, halaman 23.

ث نا ابن أب فديك مشقي وهارون بن إسحق قال حد ث نا عبد الرحن بن إب راهيم الد عن حدمن ت رك قال رسول الله صلى الله عليه وسلم سلمة بن وردان عن أنس بن مالك قال

ق بن له ف وسطها الكذب وهو باطل بن له قصر ف ربض النة ومن ت رك المراء وهو من خلقة بن له ف أعلها ومن حس

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrahmān bin Ibrāhīm al-

Dimasyqi dan Hārūn bin Ishāq, keduanya berkata; telah menceritakan

kepada kami Ibnu Abu Fudaik dari Salamah bin Wardān dari Anas bin

Mālik ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa meninggalkan dusta, sementara dia bathil, maka akan

dibangunkan baginya istana di tepian surga. Barangsiapa meninggalkan

debat meskipun ia benar, maka akan dibangunkan baginya istana di tengah

surga. Barangsiapa memperbaiki akhlaknya maka baginya akan

dibangunkan istana di surga yang paling tinggi.”

Page 126: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

113

Lampiran 12

Keterangan Nama Perawi:

1. Ibnu Abi Fudaik : Muhammad bin Ismā’īl bin Abi Fudaik

النيب

أنس بن مالك

سلمة بن وردان الليثى

أبن أيب فديك

إسحاق املهداينهارون بن عبد الرمحن بن إبراهيم عقبة بن مكرم

ابن ماجه الرتمذي

بن له قصر ف ربض النة ومن من ت رك الكذب وهو باطل

ت رك المراء وهو مق بن له ف وسطها ومن حسن خلقة

بن له ف أعلها

Page 127: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

114

Lampiran 13

Keterangan hadis tentang larangan mengumpat atau ghībah adalah sebagai

berikut:

a. Sunan Abu Dāud, kitab adab, bab 35, halaman 529.

ث نا أبو بكر بن ث نا السود بن عامر حد ث نا عثمان بن أب شيبة حد عياش عن حدقال رسول الله بن جريج عن أب ب رزة السلمي قال العمش عن سعيد بن عبد الله

ميان ق لبه ل ت غتاب وا المسلمني صلى الله عليه وسلم يا معشر من آمن بلسانه ول يدخل اله ول ت تبعوا عوراتم فإنه من ات بع عوراتم ي تبع الله عورته ومن ي تبع الله ع ورته ي

ب يته “Telah menceritakan kepada kami Utsmān bin Abu Syaibah

berkata, telah menceritakan kepada kami al-Aswād bin Amir berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ayyāsy dari al-A'masy dari

Sa’īd bin Abdullah bin Juraij dari Abu Barzah Al Aslami ia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Wahai orang-orang

yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke

dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan

pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari

kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka

siapa saja yang Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan

menampakkan kesalahannya meskipun ia ada di dalam rumahnya.”

Page 128: STUDI TEMATIK HADIS TENTANG ETIKA BERKOMUNIKASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36816/2/IRA NUR... · manusia dapat mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi

115

Lampiran 14

Keterangan Nama Perawi:

1. Abu Barzah al-Aslami : Naḏlah bin Ubaid

2. Al-A’masy : Sulaimān al-A’masy

النيب

أبو برزة األسلمي

سعيد بن عبد اهلل بن جريج

األعمش

أبو بكر بن عياش

أسواد بن عامر

عثمان بن أيب شيبة

أبو داود

ميان ق لبه ل ت غتابوا يا معشر من آمن بلسانه ول يدخل ال

المسلمني ول ت تبعوا عوراتم فإنه من ات بع عوراتم ي تبع الله

عورته ومن ي تبع الله عورته ي فضحه ف ب يته


Top Related