STRATEGI PROGRAMMING MNCTV DALAM
MEMPERTAHANKAN PROGRAM DAKWAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ISYANA TUNGGA DEWI
NIM. 1110051000113
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
STRATEGI PROGRAMMING MNCTV DALAM
MEMPERTAHANKAN PROGRAM DAKWAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ISYANA TUNGGA DEWI
NIM. 1110051000113
Pembimbing
Dr. H. Sunandar, M.Ag NIP. 19620626 199403 1 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang disajikan utnuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Komunikasi
Penyiaran Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau
merupakan plagiat dari karya ilmiah orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2014
Isyana Tungga Dewi
i
ABSTRAK
Nama: Isyana Tungga Dewi
Judul: Strategi Programming dalam Mempertahankan Program Dakwah
NIM: 1110051000113
Programming (pemrograman) adalah suatu jadwal (schedule) atau
perencanaan siaran yang akan diudarakan, merupakan bagian penting dari
aktivitas siaran televisi tanpa adanya programming tidak akan ada siaran televisi
sebagai media massa berperan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan ke
khalayak. Pesan seperti apa yang akan ditampilkan melalui sebuah channel
televisi dikendalikan oleh orang-orang dibalik layar televisi atau para
programmers televisi. Dalam skripsi ini, penulis akan mencoba menganalisis
strategi programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi
programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah? dan program
dakwah apa sajakah yang ada di MNCTV?
Menurut Sydney W. Head strategi programming mencakup lima (5)
elemen yaitu: compatibility (kesesuaian), habit formation (membangun kebiasan),
control of audience flow (mengontrol aliran permirsa), conservation of program
resource (pemeliharaan sumber daya program), beadth of appeal (daya tarik yang
luas). Dimana kelima elemen tersebut perlu diperhatikan dalam programming.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan melakukan penelitian perpustakaan: teknik
pengumpulan data melalui sumber tertulis dilapangan: yaitu teknik menggunkan
data metode observasi, wawancara dengan Amie Ristianti, selaku programming
MNCTV.
Hasil dari penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukan bahwa
MNCTV sudah menerapkan teori tentang strategi programming menurut Sydney
W. Head yang mencangkup lima (5) elemen, meski masih perlu pembenahan
lagi dalam perencanaan program dakwah dan pemilihan acara agar program
acara yang disajikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan permirsa. Namun
demikian MNCTV sudah berusaha memenuhi kebutuhan permirsa memperoleh
informasi, hiburan, dan khususnya program dakwah melalui program-program
yang disajikan, meskipun masih perlu pembenahan lagi. Dan adapun program
dakwah di MNCTV yaitu Sarapan Hati dan Tabligh Akbar.
Keyword: Strategi, Programming, Program Dakwah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Strategi Programming
MNCTV dalam Mempertahankan Program Dakwah” ini dengan baik dan lancar.
Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang
penulis miliki. Namun karena adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai
pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Dr Arief Subhan,
MA, Wakil Dekan I, Dr Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni,
M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Fita Fathurokmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Dr. H. Sunandar, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan
banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis
selama proses penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT selalu memberikan
keberkahan kepada Beliau.
iii
5. Hadiah spesial dan berharga untuk ayahanda tercinta Basuki Raharjo,
Ibunda Aliyah Handayani yang telah membantu memberikan segala do’a,
semangat baik materi dan non materi, terimakasih sudah menjadi orang tua
yang sempurna bagi penulis.
6. Adikku Intan atas dukungan materi dan non materi yang telah di berikan
kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidyatullah Jakarta.
8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Sahabat KPI D angkatan 2010, Icha, Rika, Yusrina, Erfa, Anis, Ibel, Anggy,
Arista, Vivi, Cory, Ita, Intan, Karlia, Nurul terimakasih atas tawa dan tangis
yang diberikan selama ini, semoga kebahagian akan turut serta dalam
langkah kita kedepan nanti.
10. Terimakasih kepada Ibnu Qhoton Anturidu yang telah memberikan
semangat tiada henti, membantu, menemenai kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Terimaksih kepada Mas Danang, Ka Dila dan Teman-teman VOC, KKN
Sayaga, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
12. Redaksi MNCTV yang dengan berbaik hati telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian terkait skripsi. Terutama kepada Om Raditya dan Ka
Amie Restianti selaku programming MNCTV yang bersedia meluangkan
waktu kepada peneliti untuk diwawancara berkaitan dengan skripsi peneliti.
iv
Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, September 2014
Isyana Tungga Dewi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Strategi ......................................................................................... 11
1. Pengertian Strategi ............................................................... 11
2. Tahapan Strategi ................................................................. 12
B. Konsep Programming ................................................................ 13
1. Programming Bagian Penting Aktivitas Siaran Televisi ..... 13
2. Periode Standar Waktu Televisi ........................................... 14
3. Strategi Programming .......................................................... 15
4. Tujuan Programming .......................................................... 20
5. Proses Programming ............................................................ 21
C. Televisi ....................................................................................... 25
1. Pengertian Televisi ............................................................... 26
2. Sejarah Perkembangan Televisi ........................................... 28
3. Program Siaran Televisi ...................................................... 29
4. Media Massa Televisi .......................................................... 32
D. Unsur- unsur Dakwah ................................................................ 35
1. Arti Dakwah Menurut Istilah .............................................. 33
2. Tujuan Dakwah .................................................................... 37
3. Subjek Dakwah .................................................................... 39
vi
4. Objek Dakwah ...................................................................... 40
5. Media Dakwah ..................................................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA NUSANTARA CITRA TELEVISI
A. Gambaran Umum Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV) ... 44
B. PROGRAMMING MNCTV ....................................................... 54
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Pogram-program Acara Dakwah MNCTV .............................. 59
B. Strategi MNCTV dalam Perencanaan Program untuk
Mempertahankan Program Dakwah ........................................ 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 76
B. Saran ........................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan
salah satu media massa yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan
sikap dan kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan
secara efektif dengan memusatkan pandangan pemirsa melalui ilustrasi visual,
tata gerak, warna dan berbagai bunyi atau suara. Tidak mengherankan televisi
memiliki daya tarik luar biasa jika sajian program acara dapat menyesuaikan
dengan karakter televisi dan pemirsa yang terpengaruh oleh televisi.1
Ciri khas dari produk teknologi komunikasi/informasi, yaitu
menjanjikan kecepatan, ketepatan, kepratisan, dan kualitas dalam mencari,
mengumpulkan, menyeleksi, mengolah, dan menyajikan informasi.2 Pada
televisi hal pengolahan, penyajian informasi dan mata acara TV dilakukan oleh
pihak televisi yaitu praktisi TV, programmer TV, atau para pembuat keputusan
stasiun TV yang bersangkutan.
Adapun orientasi institusional pada televisi dapat berbeda antara yang
satu dengan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan programming
masing-masing televisi yang bersangkutan. Programming (program)
merupakan sebuah proses dalam menyeleksi dan menjadwalkan program yang
1 Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi (Jakarta: PT. Grasindo, 1997),
h. 1. 2 J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1994), h. 1.
2
dilakukan seorang programmer.3 Saat ini dikenal tiga macam media televisi
berdasarkan sistem penguasaan, yaitu penguasaan pemerintah, publik dan
swasta.4 Media televisi pemerintah digunakan sebagai media organik bagi
birokrasi pemerintah dan ditunjukan untuk mensosialisasikan nilai atau doktrin
yang mendasari kerja birokrasi pemerintah. Begitu pula untuk televisi publik,
memiliki karakter sebagai media masyarakat untuk menjalankan fungsi
institusional yang memiliki tujuan sosial. Sedangkan media televisi swasta,
bertolak dari dorongan komersial, memiliki yang ketat dalam interaksi stasiun
khalayak pemasang iklan.
Bergerak dari orientasi institusional kebijakan programming merupakan
dasar pemikiran yang digunakan setiap kali akan menilai mata program yang
disajikan oleh suatu stasiun penyiaran. Kebijakan programming adalah
landasan untuk membangun penampilan media televisi.5 Di Indonesia, saat ini
televisi yang ada lebih terarah kepada media televisi swasta komersial seperti
RCTI, SCTV, Indosiar, MNCTV, ANTV, Metro TV, Trans TV, TV One dan
Global TV. Ditengah persaingan industri media, isi kualitas program menjadi
semakin mengemukakan, karena kualitas dipandang sebagai syarat penting
untuk memenangkan persaingan tersebut dalam perebutan konsumen
karenannya pengelola stasiun televisi berusaha untuk mengembangkan
kebijakan bersaing dengan menargetkan kelompok penonton yang lebih
spesifik. Dengan berorientasi pada celah-celah penonton tertentu, aktifitas
3 Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies
& Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4. 4 Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran: Membaca televisi Melihat Radio, ( Yogya,
LP3Y. 2001), h. 11. 5 Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran: Membaca televisi Melihat Radio, ( Yogya,
LP3Y, 2001), h. 12.
3
dalam perencanaan program (programming) menjadi lebih efisien dan efektif
karena target permirsa menjadi lebih jelas dan spesifik. Hal ini kemudian
dituangkan dalam format target pemirsa terhadap program. Stasiun televisi pun
memerlukan penyusunan program televisi yang tepat ke dalam suatu
penjadwalan. Dalam hal ini, tugas programmer TV menetapkan strategi yang
tepat dalam mencari serta meraih materi-materi program yang ditunjukan untuk
menarik target audiens tertentu dalam pasar, dan dalam penjadwalkan program
sebagai menghasilkan keseluruhan pelayanan program.6
MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di
Indonesia yang mulai mengudara sejak tanggal 20 Oktober 2010 dengan tag-
line atau slogan 'Selalu di Hati'. Logo dan merek perseroan MNCTV ini
diharapkan dapat memperluas pangsa pasar dan pemirsa dari stasiun ini.
Bersamaan dengan kehadiran MNCTV, publik dapat menyaksikan peningkatan
kualitas dan keragaman tayangan, sebagai hasil dari komitmen untuk
memperbaiki kerja dan budaya perseroan.7
MNCTV sejak awal juga telah membuktikan diri sebagai stasiun
televisi yang paling jeli dalam menangkap selera dan kebutuhan masyarakat
Indonesia, stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra Indonesia,
mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan bisa dinikmati seluruh keluarga.
Program-program yang sangat Indonesia inilah yang mampu
mengantarkan MNCTV sebagai stasiun televisi papan atas Indonesia. MNCTV
sendiri senantiasa mengasah diri sebagai partner yang memberikan layanan
6 Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies
& Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 5.
7Artikel diakses pada tanggal 4 Mei 2014 pukul 01.00 dari situs
http://www.mnctv.com/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=26
4
terbaik bagi seluruh mitra usaha. Dengan dukungan SDM profesional,
MNCTV siap menjadi televisi terdepan yang dapat diandalkan. Dengan
berbagai program yang disajikan MNCTV mencoba untuk tetap eksis di media
penyiaran, ditengah-tengah persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus
memperbaiki mutu program agar tetap diminati masyarakat. MNCTV program
adalah salah satu bagian atau saluran dari stasiun MNCTV yang mempunyai
format siaran hiburan, informasi, dan pendidikan. dalam melakukan siaran baik
berupa siaran hiburan, informasi, dan pendidikan MNCTV program tidak
memihak kepada salah satu program yang disajikan, termasuk siaran agama
Islam. Salah satu contohnya adalah program tentang dakwah, program dakwah
ini juga bervariatif seperti program tanya jawab agama, sinetron/film,dan lagu
khas dipandang Islami.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
mengkaji permasalahan ini, oleh karena itu peneliti mengangkat judul
“Strategi Programming MNCTV dalam Mempertahankan Program
Dakwah”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis
membatasi kajian ini pada program Tabligh Akbar dan Sarapan Hati. Adapun
perumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Program dakwah apa saja yang ditanyangkan oleh MNCTV ?
2. Bagaimana strategi programming MNCTV dalam mempertahankan
program dakwah ?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti ingin
mendeskripsikan bagaimana strategi programming MNCTV dalam
mempertahankan program dakwah, yang pada ahkirnya MNCTV bisa
tetap eksis dan berkembang sebagaimana yang diharapkan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui strategi programming MNCTV dalam
mempertahankan program dakwah.
2. Untuk mengetahui Program dakwah apa saja yang ditanyangkan
oleh MNCTV.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
mengembangkan pengetahuan ilmiah bagi mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
di bidang komunikasi yang berhubungan dengan strategi
programming.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam dan juga bermanfaat bagi
seluruh lapisan masyarakat.
6
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
berdasarkan pendekatan deskriptif analisis. Sedangkan metode penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif. Yang merupakan prosedur
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.8
Metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan
informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar
dari pengalaman mereka untuk menciptakan rencana dan keputusan pada
waktu yang akan datang.9
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Programming MNCTV. Kemudian
yang menjadi objek penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
strategi programming pada MNCTV dalam mempertahankan program
dakwah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut:
8 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 3. 9 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikas (Bandung: PT Remaja Rasdakarya,
2006), Cet, ke-XIII, h. 25
7
a. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.10
Diartikan sebagai kegiatan
mengamati secara langsung tanpa mediator suatu objek untuk melihat
dengan dekat kegiatan yang dilakukan oleh objek tersebut. Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset
kualitatif. Seperti penelitian kualitatif lainnya, observasi difokuskan
untuk mendefinisikan dan menjelaskan fenomena riset. Observasi yang
peniliti lakukan mencari tahu bagaimana strategi programming dalam
mempertahankan program dakwah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa buku-buku, data
dari dokumen yang berupa catatan formal, jurnal, artikel dan
sebagainya. Kemudian peneliti menggunakan analisa deskriptif.
Dengan tujuan, setelah data-data terkumpul, kemudian penulis
menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
diambil kesimpulan akhir
c. Wawancara
Wawancara adalah teknik untuk mencari data dengan menanyakan
pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan
informasi seputar permasalahan yang akan diteliti. Lebih lanjut bahwa
wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung
10
Winarno Surahmad, Dasar-dasar Teknik Penelitian (Bandung: CV. Tarsita, 1989), h.
201.
8
secara lisan, dimana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi-informasi atau keterangan.11
Penelitian
melakukan wawancara dengan Amie Ristianti karena beliau
merupakan programming MNCTV.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada bulan 3 Juni 2014 sampai
dengan 27 Juni dilaksanakan. Tempat penelitian adalah PT CIPTA
MNCTV di jalan. Pintu II TMII Jakarta.
5. Teknik Analisis Data
Sebuah data yang terkumpul melalui observasi, dokumentasi, dan
wawancara, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut disusun secara
sistematis, kemudian diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam bentuk
laporan ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul penelitian ini sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah maupun
Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Menurut pengamat peneliti dari
hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan,
yakni:
1. Kristiani Retnowati mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang berjudul
11
Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodelogi penelitian (Jakarta: PT Bumi
Aksara,1997), Cet, ke-I, h. 83
9
“Strategi Programming pada RRI Programa (Studi Tentang pemeliharaan
Mutu Program Siaran Agama Islam)”. Pada skripsi ini terdapat perbedaan
objek penelitiannya. Pada skripsi ini objek penelitiannya adalah strategi
programming pada radio RRI yogyakarta. Sedangkan skripsi yang saya
tulis berisikan tentang strategi programming pada MNCTV dalam
mempertahankan program dakwah.
2. Rani Anandayu Wibowo, mahasiswi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Strategi Programming TPI pada
jam jam siaran Prime Time”. Pokok bahasan skripsi ini adalah strategi
programming TPI dalam meraih potensial permirsa terbesar pada jam
prime time.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembatasan dalam penulisan skripsi ini sistematis, untuk itu
penulis membaginya menjadi lima bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-
sub sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika dari sistem penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Menjelaskan pengertian Strategi, konsep Programming, Televisi,
dan Unsur-unsur Dakwah.
10
BAB III: GAMBARAN UMUM MNCTV
Menjelaskan tentang Gambaran umum MNCTV yang mencangkup
sejarah dan perkembangan MNCTV.
BAB IV: ANALISIS Strategi Programming MNCTV dalam
Mempertahankan Program Dakwah
Menjelaskan tentang strategi programming beserta Program apa
sajakah yang diproduksi dan ditanyangkan oleh MNCTV.
BAB V: PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti “seni
berperang” suatu strategi memiliki dasar-dasar atau skema untuk mencapai
sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari Yunani, yaitu stratosgos, yang
berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi di artikan sebagai
generalship atau tujuan yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat
rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan.1
Strategi seringkali diartikan sebagai usaha yang dilakukan demi
mencapai suatu tujuan. strategi adalah perencanaan untuk mencapai
tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan taktik operasionalnya.2 strategi adalah cara yang terbaik
untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia, sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan.3
Dengan memahami beberapa devinisi dari para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian strategi adalah suatu cara dan taktik yang
1Setiawan hari purwono dan Zalkiflimansyah. Manajemen strategi sebuah Konsep
Pengantar (Jakarta: lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 20. 2Onong Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), Cet, ke-21.h. 32.
3Sondang Siagan, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, (Jakarta:
PT. Gunung Agung, 1986), Cet. K-2, h. 17.
12
sudah direncanakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan
memperhatikan peluang dan ancaman yang akan dihadapi.
2. Tahapan Strategi
Dalam melakukan strategi perlu melalui beberapa tahapan dalam
prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahap, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi
yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menerapkan
suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih
strategi untuk dilaksanakan.
b. Impelementasi Strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan,
maka langkah berikutnya melaksanakan strategi yang diterapkan
tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi,
jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan
menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang ditempatkan melalui penempatan
struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan
bersama budaya perusahaan organisasi.
13
c. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi
strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang dapat
dicapai dapat diukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh
suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan
sasaran yang dinyatakan telah dicapai.4
B. Konsep Programming
1. Programming Bagian Penting Aktivitas Siaran Televisi
Siaran sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh
organisasi penyiaran, merupakan hasil perpaduan antara kreatifitas
manusia dan kemampuan sarana/alat atau antara perangkat keras dan
lunak. Perangkat keras terdiri dari sarana dan prasarana, pemancar dan
perangkatnya, sedangkan perangkat lunak terbagi atas manusia pengelola
(termasuk di dalamnya manajemen) dan program.5 Jadi, perangkat keras
ini baru dapat berfungsi bila didukung oleh perangkat lunak, yaitu:
manusia dan program siaran.
Program siaran pada sebuah televisi diatur dalam sebuah
Programming televisi yang mengatur perencanaan program dan
penjadwalan program yang akan disebarluaskan ke masyarakat melalui
sebuah chennel. Programming merupakan perangkat lunak yang
menjadikan adanya perangkat keras. Keduanya penting untuk menjalankan
sistem bekerja, namun tanpa adanya Programming tidak akan ada
4 Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep (Jakarta: Perhelalindo, 2002), h. 3.
5J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama), 1994, h. 8-9.
14
siaran/broadcasting.6 Sehingga dapat dikatakan bahwa Programming
merupakan bagian penting dari aktivitas siaran televisi.
2. Periode Standar Waktu Televisi
Dalam siaran televisi, programmers membagi beberapa waktu
siaran televisi ke dalam standar priode waktu televisi (dayparts).Berikut
urutan pembagian standar waktu periode televisi:7
a. Daytime Programming, terbagi atas: early morning, yakni pukul
6.00-9.00, morning, pukul 9.00-12.00, dan efternoon, pukul 12.00-
16.00.
b. Evening Programming, terbagi atas: early fringe, yakni pukul
16.00-18.00, early evening atau early news, pukul 18.00-19.00,
prime time access atau prime acsess, pukul 19.00-20.00, dan prime
time pada pukul 20.00-23.00.
c. Late-Night Programming, terbagi atas: late fringe, yakni pukul
23.00-23.30, late-night, pukul 23.30-2.00 pagi, dan overnight,
pukul 2.00-6.00.
Dari sekian banyak priode waktu televisi yang telah disebutkan di
atas, prime time merupakan waktu siaran televisi yang paling banyak
menarik penonton. Selain itu, penonton yang berada pada segmen ini
sangat beragam (tua, muda, anak-anak, dan sebagainya). Stasiun televisi
biasanya akan menempatkan program acara yang paling bagus pada
6 Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies
& Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4. 7Barry L. Sherman, Telecommunications Management, Broadcasting / Cable and The
New tecnologies, 2nd
Edition (McGraw-Hill Inc, 1995), h. 342-346.
15
segmen ini karena jumlah audiennya yang besar. Selain itu, acara prime
time juga harus bisa dinikmati semua kalangan termasuk anak-anak.8.
3. Strategi Programming
Programming adalah perorganisasian program radio atau televisi
dalam periode harian, mingguan, atau periode bulanan. Programming
dalam bahasa Indonesia adalah penjadwalan program yang akan
diudarakan (to be aired). Jadi sinonim Programming adalah scheduling.
Lembaga penyiaran umumnya menggunakan strategi, yaitu secara rutin
mengganti ulang penjadwalan ini untuk tetap merebut perhatian pendengar
dan pemirsanya (audience) dengan hadirnya program-program yang
terbarukan.9
Adapun yang dimaksud dengan strategi adalah perencanaan dan
pengarahan suatu operasi dalam skala besar. Dalam Programming, operasi
tersebut mengacu kepada keseluruhan penjadwalan suatu stasiun
penyiaran dan cable sytem.10
Strategi itu sendiri mengacu kepada
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan.11
Dengan demikian strategi Programming merupakan
perencanaan dan manajemen Programming untuk mencapai suatu tujuan.
Hal yang dinikmati oleh masyarakat dari industri televisi adalah
program acara. Salah satu kunci sukses dari program acara terletak pada
8Morissan, Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &Televisi (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 344. 9Hidajanto Djmal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011) h. 135. 10
Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies
& Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4. 11
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti 1993), h. 300.
16
Programmingnya. Pentingnya Programming dalam media penyiaran,
yaitu:12
Once the shows have been produced, where and when to place
them in the schedule must be decided. This task, known as Programming,
is a crucial one. A bad Programming decision might mean failure for a
good show while a shrewd decision might make a mediocre show a hit.
(Ketika suatu pertunjukan telah diproduksi, dimana dan kapan
menempatkannya di dalam jadwal haruslah diputuskan. Tugas ini, dikenal
sebagai Programming, yang rumit. Suatu keputusan Programming yang
buruk mungkin dapat diartikan kegagalan untuk pertunjukkan yang bagus
sedangkan suatu keputusan pintar mungkin membuat suatu pertunjukan
yang cukup untuk suatu pukulan).
Dari penjelasan tersebut, secara sederhana bahwa Programming
dilihat sebagai suatu proses untuk memilih, menyeleksi, menjadwal
program, dan mengevaluasinya. Programming dianggap sangat penting
karena menentukan berhasil atau tidaknya sebuah program berhasil meraih
audiens dalam jumlah besar.
Programming is the product of broadcasting. Just as a store sells
goods or a law firm sells advice, broadcasting sells Programming. Just as
store owners set prices for their goods and layers set fees for their
services, broadcasters set rates for the commercials that will share time
with Programming. 13
12
Joseph R Dominick, The Dynamic of Mass Communication (Third Edition) (Boston: Mc
Graw- Hill, 1990), h. 304. 13
John R Bittner, Broadcasting Telecommunication; An Introduction (Third Edition)
(New Jersey: Pretince Hall, 1991), h. 209.
17
(Programming adalah produk penyiaran. Sama halnya dengan
suatu toko menjual barang-barang atau suatu perusahaan hukum menjual
nasihat, penyiaran menjual Programming. Sama halnya dengan pemilik
toko menetapkan harga untuk barang-barangnya dan pengacara
menetapkan pembayaran untuk jasa mereka, penyiar menetapkan tingkat
tarif untuk komersil yang akan berbagi waktu dengan Programming).
Penjelasan di atas memberikan gambaran lain tentang
Programming, yaitu merupakan serangkaian program mata acara stasiun
penyiaran. Dengan demikian Programming memiliki dua pengertian, yaitu
sebagai proses dan hasil.
Program-program acara yang disajikan tidak sembarangan asal
ditampilkan. Programming is war. You are general. The object is to win,
ungkapan Hal ini tersebut menggambarkan bahwa Programming
merupakan strategi untuk memenangkan kompetisi. Untuk dapat meraih
penonton, program-program acara disusun sedemikian rupa sehingga
dengan khalayak sasaran dan target audiens yang telah ditetapkan
sehingga memberikan pemasukan dengan terisinya slot iklan.14
Oleh
karena itu, diperlukan berbagai cara untuk menghasilkan program acara
yang menarik sehingga mampu menarik perhatian banyak pemirsa.
Program-program acara yang dinikmati oleh khalayak tidak bisa
lepas dari peranan programmer. Mereka memakai strategi Programming
tertentu yang membuat acara mereka berbeda dengan acara di stasiun
televisi lain. Program acara hasil olahan programmer telah diatur
sedemikian rupa sehingga diselaraskan dengan tujuan yang hendak dicapai
14
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 5.
18
oleh organisasi penyiaran tersebut dengan melihat sisi kebutuhan dan
keinginan dari khalayak secara luas.
Fokus utama Programming adalah khalayak sebagai pemirsa
televisi. Khalayak sasaran merupakan kunci dari penyajian susunan mata
acara. Riset khalayak dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan
keinginan khalayak. Sehubungan dengan selera khalayak, Sydney W.
Head menguraikan lima (5) elemen yang perlu diperhatikan dalam strategi
Programming, sebagai berikut:15
a) Compatibility (kesesuaian)
Program acara disusun berdasarkan kegiatan sehari-hari khalayak.
Rutinitas khalayak seperti kapan mereka sarapan, kerja, istirahat, dan
sebagainya menjadi acuan televisi dalam menjalankan Programming.
b) Habit formation (membangun kebiasaan)
Kebiasaan khalayak dibentuk melalui program acara yang
ditayangkan. Tidak jarang dari pembentukan kebiasaan ini timbul
sikap fanatik dari khalayak terhadap suatu program acara, sehingga
khalayak pun enggan meninggalkan program acara yang ditayangkan.
c) Control of audience flow (mengontrol aliran pemirsa)
Ketika sebuah program selesai ditayangkan, maka program
berikutnya disajikan. Antara program yang satu dengan berikutnya,
jumlah audiens harus tetap dijaga dengan menyajikan program yang
tetap bisa menjaga aliran penonton agar tidak beralih ke channel lain
atau bahkan menarik penonton channel lain.
15
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984) h. 10-16.
19
d) Conservation of program resources (pemeliharaan sumber daya
program)
Tidak jarang program acara yang sangat terkenal dan digemari
banyak khalayak sekalipun menjadi sangat kuno ketika ditayangkan
kembali untuk kesekian kalinya. Oleh karena itu, stasiun televisi
dituntut untuk kreatif dalam menyajikan materi program yang
ditayangkan.
e) Breadth of appeal (daya tarik yang luas)
Program acara yang ditayangkan dapat menjangkau khalayak
luas, baik secara teknis maupun sosial. Namun demikian, hal ini
bergantung pada status organisasi televisi dan tujuan yang ingin
dicapai melalui program acara yang ditayangkan.
Elemen-elemen ini sangat berguna dalam menyusun schedule
serangkaian mata acara televisi. Program apa saja yang pantas untuk pagi,
siang, sore hingga tengah malam. Dengan demikian keinginan dan
kebutuhan khalayak bisa terpenuhi meskipun tidak semua pihak
terpuaskan. Hal ini dikarenakan setiap stasiun televisi mempunyai target
audiens yang juga dikehendaki pengiklan, walaupun mereka berusaha
meraih audiens sebanyak mungkin.
Namun selalu ada pihak yang tidak terpuaskan dengan program-
program yang disiarkan televisi, karena sangat sulit memuaskan semua
pihak. Dalam menyusun jadwal program ada banyak pihak yang
mempengaruhi Programming, terlepas dari status organisasi penyiaran
tersebut, apakah televisi komunitas, televisi publik ataupun televisi
komersial. Jika televisi publik dan televisi komunitas memiliki aturan dan
pijakan yang jelas dalam mengatur program-programnya serta ada evaluasi
20
yang berasal dari publik atau komunitas tertentu, bukan berarti televisi
komersial memiliki tekanan dan pengaruh dalam menyusun program-
programnya.16
4. Tujuan Programming
Tujuan utama yang ingin diraih dari Programming televisi adalah
memaksimalkan jumlah pemirsa yang menjadi target bagi pemasang iklan.
Caranya adalah dengan memenuhi kepuasan pemirsa dengan
menayangkan program acara yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau
diiginkan mereka.17
Tanpa adanya pemirsa tidak ada pemasang iklan, dan
tidak ada keuntungan serta tidak akan siaran televisi. Dengan begitu
Programming erat kaitannya dengan bagaimana merebut perhatian
khalayak. Dalam meraih perhatian khalayak tersebut, pada model
komunikasi di bawah ini digambarkan sebagai berikut:
Grafik 2.1 Communication as Display and Attentian18
16
Effendi Gazali, dkk, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran: Plus Acuan Tentang
Penyiaran Publik dan Komunitas (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h. xiii-x 17
Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi &
Practices, 5th
Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4. 18
Dennis McQuali & Sven Windahl, Communication Models The Study Of Mass
Comunication, 2nd
, Edition (New York: Longman Publishing, 1993), h. 56-57.
S1
S2
S3
S4
S5
MD
MD
MD
A Ud I E N C E
Source Chanel Media Display Attention Share
21
Dalam menangkap dan menahan perhatian visual darti khalayak,
secara langsung media berusaha mencapai tujuan ekonomi, yaitu
meningkatkan pendapatan permirsa (secara praktis, atensi = konsumsi),
dan secara tidak langsung atensi dari permirsa dipergunakan untuk
menarik pengiklanan. Sehingga media televisi yakni dari atensi yang
diberikan khalayak hingga pada akhirnya mampu menarik sejumlah
pemasang iklan.
Pada gambar diatas menunjukan beberapa sumber (S)
menggunakan media yang berbeda-beda dan saling berkompetitif, untuk
menyampaikan pesan (MD) (dalam grafik atau suara) guna meraih atensi
dan penonton yang berada di „market‟ yang sama. Potensial atensi dari
audiens yang tersedia itu sangat terbatas, sehingga peningkatan tontonan
pada satu channel akan merugikan channel lainya.
Ukuran kesuksesan komunikasi sebagai display dalam model
Communication as Display and Attention ini dinyatakan dalam
perhitungan share dari perolehan keseluruhan atensi khalayak. Dalam
dunia industri televisi hal ini diinterpretasikan dengan peningkatan
perolehan rating. Atau peningkatan perolehan raiting atau perolehan iklan
juga digunakan sebagai tolak ukur kesuksesan.
5. Proses Programming
Programming merupakan hasil dari sebuah proses. Adapun proses
atau produser dasar dalam melakukan Programming adalah: pertama,
memilih program yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan audiens,
kedua yakni mengatur keseluruhan penjadwalan program dari satu
22
program ke program berikutnya, dan terakhir yakni melakukan evaluasi
dari hasil yang diperoleh dan membuat beberapa penyesuaian.19
a. Memilih dan Menyeleksi Program
Adapun atensi yang dilakukan terhadap media massa berhubungan
dengan persepsi dan harapan khalayak terhadap media tersebut.
Khalayak memiliki motivasi yang spesifik dalam menggunakan media
beberapa fungsi media massa.20
1. Surveillance, yaitu menginformasikan dan menyediakan berita.
Berfungsu memberikan peringatan terhadap lingkungan, alat untuk
mendapatkan berita mengenai ekonomi, dan masyarakat, serta
mengekspos nilai-nilai dalam suatu peristiwa atau individu.
2. Correlation, yaitu menyeleksi, mengartikan, dan mengkritik.
Berfungsi memperteguh nilai-nilai sosial, mempengaruhi
kestabilitas sosial, memberikan status, memonitor dan mengatur
opini publik, mengawasi pemerintah.
3. Transmission of culture, yaitu mewariskan. Berfungsi untuk
meningkatkan kohensi sosial, menyebarkan pengalaman umum,
mengurangi anomie (rasa keterasingan), dan melanjutkan
sosialisasi secara terus menerus.
4. Entertaiment atau hiburan. Berfungsi: mengisi waktu luang,
escapism (pelarian diri), menciptakan budaya massa dalam seni
dan musik, serta meningkatkan selera atau pilihan.
19
Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi
& Practices, 5th
Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h 6. 20
Severin Warner Joseph, Communication Theories: origins, methods, and uses in the
mass media, 3rd
edition (New york: Longman, 1992), h. 296.
23
Itulah beberapa fungsi media massa yang menjadi pencarian
tujuan bagi khalayak dalam memberikan atensinya kepada media.
Bagian terpenting dari Programming adalah bagaimana mengerti
keinginan ataupun kebutuhan audiens. Permintaan akan hiburan dapat
berarti campuran antara program drama dan komedi. Sedangkan
information Programming mengacu kepada hal-hal yang bersifat
kebaruan atau novelty. Jenis program informasi lain yang dapat
menarik banyak penonton adalah program infotainment yang
merupakan perpaduan antara unsur hiburan dan informasi.
b. Strategi Penjadwalan Televisi
Stasiun Tv dapat menggunakan beberapa strategi penjadwalan agar
program tersebut ditonton banyak orang. Startegi penjadwalan televisi
yang mendominasi jam siaran prime time network televisi antara lain:
hammocking, tentpoling, counterProgramming, blunting, stunting,
blocking, bridging, lead-off, lead in, seamlessness.21
1. Hammocking, yaitu menempatkan program baru atau program
lemah di antara dua program yang sukses.
2. Tentpoling, yaitu penjadwalan dengan penempatan program yang
sukses di antara kedua program baru atau lemah dengan tujuan
menguatkan ketiganya.
3. Conter Programming, yaitu menjadwalkan program dengan
menyajikan program yang jauh berbeda dari apa yang ditayangkan
komperitor. Strategi ini juga dapat dilakukan dengan tidak
21
Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi &
Practices, 5th
Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 118-121.
24
memperhitungkan konsep demografis, melainkan mencoba meraih
sejumlah permirsa yang „terabaikan‟ yang bukan mayoritas.
Contoh ABC pada hari senin menyayangkan program yang berbeda
dengan stasiun televisi lain dengan tayangan Monday Night
Football.
4. Blunting, yaitu menayangkan suatu episode yang menampilkan
bintang tamu terkenal untuk melawan program baru, atau dengan
menayangkan program spesial yang dibintangi selebriti terkenal.
5. Stunting, dalam rangka untuk meraih rating yang tingi,
Programming dapat menyimpang dari hal biasa yang dilakukan.
Contoh, serial baru komedi ditayangkan dua episode sekaligus,
atau memindahkan suatu program ke jadwal yang berbeda untuk
sementara waktu, menjadwalkan program spesial, ataupun dengan
menambahkan bintang tamu.
6. Blocking (stacking), strategi ini menggunkan teori audience flow
yaitu menayangkan secara beruntun program sejenis pada suatu
rentang waktu tertentu atau daypart.
7. Bridging, strategi ini tidak umum digunakan pada televisi
komersial, melainkan lebih digunakan bagi televisi publik maupun
televisi kabel. Adapun strategi ini dengan menayangkan program
yang berdurasi panjang dan ditayangkan pada saat prime access
dan berlanjut hingga saat prime time, selain itu, bridging dapat pula
berupa penayangan program pada waktu yang ganjil. Contoh TBS
menayangkan program pada 5 menit setelah satu jam. Dengan
begitu permirsa dipaksa untuk menonton program TBS selanjutnya
atau menonton program lain dengan terlambat 5 menit.
25
8. Lead-off : strategi penjadwalan yang menempatkan program kuat di
jam siaran pertama pada saat prime time.
9. Lead-in : program yang cukup baguis dan ditempatkan sebelum
program berikutnya agar penonton dari program sebelumnya
mengikuti program berikutnya.
10. Seamiessness: program acara dimulai dengan menampilkan adegan
yang dapat menarik perhatian dan judul serta credit tittle lainya
dipersingkat. Ketika acara akan berakhir diberikan “bloopers”
(cuplikan beberapa adegan menarik agar penonton tetap menonton
di stasiun tersebut hingga menonton ke program berikutnya.
c. Evaluasi
Industi penyiaran dan kabel televisi menggunakan beberapa
pendekatan riset dalam mengevaluasi program dan pemirsa. Riset
kualitatif berupaya menjelaskan mengapa orang menonton program
tertentu. Programmers menggunakan data kualitatif untuk membantu
memperbaiki isi program, memilih program dan melihat reaksi orang
terhadap program.
C. Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari bahasa yunani “tele” yang berarti jarak jauh
dan “Vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya sudahakan oleh
prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.22
Dengan demikian televisi
yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
22
Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma
Rainbon, 1989), Cet. Ke-2, h. 221.
26
Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui
sebuah perangkat penerima (televisi set).23
Pengertian televisi menurut Ensiklopedi Encarta disebutkan bahwa
televisi adalah sistem pengiriman dan penerimaan gambar serta suara
dengan sinyal elektronik yang dikirimkan melalui kawat atau kabel dan
fiber optik atau dengan radiasi elektromagnetik. Sinyal-sinyal tersebut
biasanya disiarkan dari stasiun televisi sebagai tempat produksi pada alat-
alat penerimanya pada televisi yang ada di rumah atau diteruskan oleh
penyedia jasa televisi kabel.
Dengan pengertian di atas, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa
sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh
kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan
selanjutnya transmisi dilanjutkan melalui pemancar. Gelombang elektro
magnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat
penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro
magnetik diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita
nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro
magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.
Televisi sebagai suatu alat yang merupakan bagian dari suatu
sistem yang besar, sehingga meskipun televisi seperti kotak hitam ajaib,
tapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar televisi,
berhubungan langsung dengan televisi tadi yang sudah ditekan tombolnya,
23
Sunandar, Telaah format Keagamaan di Televisi Studi Deskriptif Analisis TPI Tesis,
(Yogyakarta: 1998).
27
maka dengan serta merta akan merubah ke arah fungsi sebenarnya, di
mana kita akan dapat menikmati acara yang ditayangkan langsung dari
stasiun penyiaran yang bersangkutan. Televisi sebagai suatu alat dapat
dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi, dengan menggunakan
bayangan gambar dan suara demikian halnya dengan video dan film.24
Kamus besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai
berikut: televisi adalah pesawat sytem penyiaran gambar objek yang
bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan
bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi
berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar,
digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita dan sebagainya.25
Televisi merupakan suatu sytem komunikasi yang menggunakan
suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat
berurutan, dan diiringi unsur audio.26
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa televisi
adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau
pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel. Dalam sytem tranmisi
gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi
gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisi melalui pemancar,
24
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994), h. 1-2. 25
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.191. 26
P.C.C. Sutisno, Pedoman Praktis, penulisan Scenario TV dan Vidio (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), Cet. Ke-3, h. 59
28
gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sytem antena yang
menyalurkan pesawat penerima.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang
membawa suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton
dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan.
2. Sejarah Perkembangan Televisi
Televisi secara harfiyah artinya “Melihat dari Jauh”. Dalam
pengertian sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi
yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View)
bersama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh
pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi
penerima yang menangkap sinyal-sinyal dan mengubahnya kembali
sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat
dan di dengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan
mendengar dari tempat yang jauh.27
Televisi merupakan sebuah karya massal yang dikembangkan dari
tahun ketahun. Sebagai sebuah penemuan, televisi tidak hanya ditemukan
oleh satu pihak saja, melainkan melibatkan banyak pihak, penemu maupun
inovator didalamnya. Televisi mulai hadir di Indonesia pada tahun 1953
dari sebuah bagian Departemen penerangan, di dorong oleh perusahaan
AS, Ingris, Jerman, Jepang yang berlomba-lomba menjual hardwer-nya.
27
Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu, 2005), h. 2.
29
Menjelang Asian games ke-4 dijakarta pada 1962, soekarno dan kabinet
akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional
Indonesia tergantung kepada pekan olah raga yang disiarkan, terutama
kejepang (yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).28
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27
tahun penonton televisi hanya dapat menonton satu saluran televisi saja,
yaitu TVRI. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada
kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang
merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, yang kemudian disusul
dengan saluran-saluran lain SCTV, Indosiar, ANTV, dan MNCTV.29
Saat
ini sudah pasti banyak kita temukan saluran-saluran televisi di Indonesia
seperti METRO TV, TRANSTV, GLOBAL TV, TV ONE dll. Ditambah
lagi dengan adanya sambungan satelit dan parabola yang menyajikan TV
kabel yang juga memberikan pilihan-pilihan kepada penonton di Indonesia
untuk memilih berbagai jenis salurran televisi yang disiarkan dari luar
negri.
3. Program Siaran Televisi
Dalam Kamus Besar Indonesia, terbit Departemen Pendidikan dan
kebudayaan (1988), program adalah seperti pertunjukan siaran, pegelaran
dan sebagainya.30
28
Muhammad Mufid, M.si, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana,
2007), Cet. Ke-2, h. 47 29
Morissan M.A., Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet, ke-1, h. 10 30
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h. 702
30
Program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam suatu format
sajian dengan unsur vidio yang ditunjang unsur audio yang secara teknis
memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan
artistic yang berlaku.31
Ada Empat yang harus diperhatikan dan menyiapkan program
siaran televisi, yakni:
1. Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih
dahulu harus menyiapkan pola siaran. Programmer akan
mengumpulkan terlebih dahulu harus menyiapkan terlebih dahulu
referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari pemimpin
stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang ditengah
masyarakat, jangkauan siaran, hasil jarak pendapat penonton,
pemasok-pemasok program, dan tentunya analisis bahan siaran yang
mengacu pada kebijakan umum televisi.
2. Arahan pola siaran. Untuk memoleskan suaru acara siaran dibutuhkan
wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan
memperkuat posisi perusahaan atau instansi pertelevisian
bersangkutan.
Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu:
a) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan
pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
b) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan
kehidupan bangsa.
31
P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Audio, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), Cet. Ke-1, h 9
31
c) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
d) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai prikehidupan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
3. Peubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan.
Karena, perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi
simpati penonton. Penonton bisa menilai bahwa stasiun bersangkutan
tidak professional, dan bisa berakibat penonton bisa meninggalkan
saluran stasiun tersebut untuk berpindah kesaluran lain. Ada dua alasan
mengapa ada perubahan pola acara? Pertama penempatan susunan
acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan kata lain, ada
kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang ingin dicapai,
yaitu tepat pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara lain untuk
“bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.
4. Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan sistem
penempatan program siaran, masing-masing adalah :
a) Program tahunan, perecanaan program tahunan berpijak pada tahun
berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.
b) Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran
dalam setiap minggunya.
c) Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada
beberapa banyak bahasa siaran jadi, bisa pula bahan siaran yang
harus diproduksi terlebih dahulu.32
32
RM Soeharto, Program Televisi Dari penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta:
IKJ Press, 2007), Cet. Ke-1, h. 5-15
32
Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang
akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam
menyusun program siaran televisi, yaitu:
1. Landasan Filosofis yang mendasari tujuan semua program
2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan
program
3. Sasaran program
4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program
Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai
usaha yang optimum.
4. Media Massa Televisi
Media massa televisi merupakan alat komunikasi massa yang
dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar dan luas. Komunikasi
massa melalui media televisi mengandung pengertian yaitu proses
komunikasi antara komunikator (organisasi media massa) dengan
komunikan (khalayak) yang tersebar luas, heterogen dan anonim melalui
sarana media televisi.
Proses komunikasi massa (melalui media televisi) terdiri atas
beberapa unsur yaitu: sumber (komunikator), transmitter, saluran (media),
penerima (komunikan), umpan balik dan tujuan, serta gangguan (noise)
yang ada di semua unsur tersebut. Adanya unsur umpan balik (feedback)
adalah yang membedakan model komunikasi ini dengan model
komunikasi sebelumya (model komunikasi Lasswell), yang menganggap
33
bahwa dalam proses komunikasi massa tidak ada umpan balik (zero
feedback).
Model komunikasi DeFleur memberikan penjelasan lebih lengkap
tentang fenomena komunikasi massa, namun dalam hal ini, sumber atau
komunikator memperoleh umpan balik yang terbatas dari audiennya.33
Dalam teori ini dikatakan bahwa umpan balik dalam komunikasi massa itu
ada, tapi datangnya terlambat (delayed). Orang (pemirsa televisi) mencoba
memberikan respon terhadap apa yang disajikan media massa, respon itu
berupa komentar, pendapat, saran, kritik, dan sebagainya, yang
disampaikan kepada stasiun penyiaran atau program bersangkutan.
Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai fungsi dan
kedudukan yang sama seperti halnya media massa lainnya, di antaranya
sebagai sumber informasi, menghibur, memengaruhi, mendidik, dan
kontrol sosial.
Tiga fungsi utama media massa terhadap masyarakat/audien
yaitu:
1) Media berfungsi untuk memberitahu audien mengenai apa yang
terjadi di sekitar mereka (surveying the environment).
2) Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal
yang terjadi, maka audien dapat memahami lingkungan sekitarnya
secara lebih akurat (correlation of environment part).
3) Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial
kepada generasi audien selanjutnya (transmit social norms and
33
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media,
Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 20.
34
customs). Menurut Lasswell, penyampaian warisan sosial ini
merupakan fungsi media yang paing kuat.34
Media massa televisi mempunyai keistimewaan dan daya tarik
tersendiri dibandingkan dengan media massa lainnya (surat kabar,
majalah, radio, dan sebagainya). Dengan sifatnya yang audio-visual,
mayoritas masyarakat lebih suka menonton televisi daripada
mendengarkan radio, ataupun membaca surat kabar. Karena sifatnya yang
audio-visual jugalah, pesan-pesan yang disampaikan media televisi lebih
mudah untuk dimengerti, dipahami, dan diterima oleh masyarakat.
Media televisi bisa menciptakan suasana tertentu, yaitu para
pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk
menyaksikan. Penyampaian isi pesan melalui media televisi seolah-olah
langsung dari komunikator ke komunikan. Informasi yang disampaikan
televisi, akan mudah dipahami karena jelas terdengar dan terlihat.35
Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga membuat pola-
pola aktivitas kehidupan manusia berubah total sebelum dan sesudah
munculnya salah satu media massa elektronik ini. Media televisi menjadi
panutan baru (news religius) bagi kehidupan masyarakat. Tidak menonton
televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung.36
Media televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang
berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi
(sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru
34
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media,
Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 83. 35
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 8. 36
Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 23.
35
(pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara
televisi.37
Kelebihan media televisi dibandingkan media massa lainnya
antara lain: Pertama, televisi bisa menembus jarak dan ruang. Kedua,
sasaran media televisi dapat menjangkau massa cukup besar. Ketiga, daya
rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi, hal ini
disebabkan karena kekuatan suara dan gambar yang dimiliki televisi.
Keempat, informasi yang diberikan televisi disampaikan lebih singkat,
jelas, dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi
pesan dalam menangkap siaran televisi.
Namun, kehadiran televisi sebagai media komunikasi massa bisa
membawa dampak positif maupun negatif bagi penikmatnya, tergantung
dari bagaimana mereka (para pemirsa televisi) bisa memanfaatkan media
massa tersebut.
D. Unsur- unsur Dakwah
1. Arti Dakwah Menurut Istilah
Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang
beraneka ragam. Banyak para ahli ilmu dakwah dalam memberikan
pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah, dan terdapat beraneka
ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka di dalam
memberikan pengertian kepada istilah tersebut. Sehingga antara definisi
37
Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 4.
36
menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan
dan kesamaan, diantaranya:
Menurut Hamzah Yakub dalam bukunya: Beliau memberikan
pengertian tentang dakwah dalam Islam adalah “Mengajak umat manusia
dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
Rasulnya”.
Dalam al-Quran surat An-Nahl ayat 125, juga disebutkan:
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.
Dari ayat di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa dakwah
adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana,
nasehat yang baik, serta berdebat dengan cara yang baik pula.
Kedua pengertian dakwah tersebut di atas, bila ditelaah sedetail
mungkin terdapat beberapa kesamaan yang mana hal ini penulis
berprasangka bahwasanya Drs. Hamzah Yakub kemungkinan didalam
memberikan pengertian istilah dakwah berstandar pada ayat al-Quran
tersebut sehingga antara kedua definisi itu terdapat kesamaan.38
Definisi yang lain, seperti definisi dakwah menurut Team Proyek
Penerangan Bimbingan dan Dakwah/Khotbah Agama Islam (pusat)
Departemen RI dalam bukunya “Metodologi Dakwah Kepada Suku
Terasing“. Dakwah yaitu: Setiap usaha yang mengajak untuk memperbaiki
38
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya Indonesia, Penerbit:
Al-Ikhlas,), h.17-19.
37
usaha kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan
tuntunan kebenaran.39
Dan banyak pakar yang mendefinisikan dakwah ini, diantaranya
adalah Thoha Yahya Umar M.A., Yang membagi dakwah dari dua segi :
a. Pengertian dakwah secara umum : Ialah suatu pengertian yang berisi
cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik
perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi,
pendapat, pekerjaan tertentu.
b. Pengertian dakwah menurut ajaran agama Islam: Ialah mengajak
manusia dengan cara bijaksan pada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di
dunia dan di akhirat.40
2. Tujuan Dakwah
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwasanya dakwah adalah proses penyampaian mengajak, menyerukan,
serta menarik perhatian manusia kejalan Allah SWT. untuk melaksanakan
perintahnya dan menjauhkan larangannya dalam upaya mencapai
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dan bahwasanya dakwah dilaksanakan untuk mencapai suatu
tujuan, dan sudah termasuk dalam pengertian dakwah itu sendiri, dan
tujuan dakwah merupakan salah salah satu faktor yang sangat penting
39
Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya Indonesia, Penerbit: Al-
Ikhlas,), h.20. 40
A. H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1992), Cet. ke-1, h.34.
38
dalam proses dakwah. Oleh karena itu dibawah ini akan dijelaskan tujuan
dakwah itu sendiri.
M. Natsir menulis dakwah dan tujuannya pada Serial Tujuan
Dakwah. Dalam brosur tersebut, beliau memberikan beberapa ulasan
tentang dakwah, terutama tujuannya. Menurut M. Natsir tujuannya
adalah:
a. Memanggil kita kepada syari`at, untuk memecahkan persoalan hidup
perorangan dan dan persoalan berumah tangga, berjama`ah-
bermasyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar
negara.
b. Memanggil kita kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas
dunia yang terbentang luas ini, berisikan berbagai jenis manusia,
bermacam pola pendirian dan kepercayaannya, yakni pungsi sebagai
syuhadâ `ala an-nâs menjadi pelopor dan pengawas bagi umat
manusia.
c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah
Allah. Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi dan tujuan yang
tertentu.41
Adapun tujuan dakwah menurut Asmuni Syukir sebagai berikut :
a. Mengajak manusia yang sudah memeluk agama untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.
b. Membina mental orang Islam yang masih Muallaf.
41
Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta : Gema Insani, 1999), Cet.
ke-1, h.70.
39
c. Mengajak umat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada
Allah (memeluk agama Islam).
d. Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
3. Subjek Dakwah
Subjek dakwah bias dikaji dalam sudut pandang Islam yaitu:
seorang atau sekelompok orang yang berorganisasi. Manusia diciptakan
Allah dalam bentuk tubuh yang indah dan unik, mempunyai tugas
memakmurkan bumi yang telah diciptakan-Nya, untuk bekal hidup
manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Manusia diciptakan Allah sebagai kholifah (pengganti/wakil) dan harus
mengabdi kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. Diri manusia terdiri dari
fisik dan non fisik, keduanya memerlukan pemeliharaan, peranan dan
pungsi untuk menyempurnakan hidup agar mencapai keseimbangan hidup
di dunia maupun di akhirat. Mengapa demikian? Karena manusia dituntut
menjadi hamba Allah yang sholeh dan harus mempertanggung jawabkan
kehidupannya di akhirat nanti. Selain itu, banyak lagi konsep-konsep yang
berkenaan dengan subjek dakwah yang terdapat di dalam al-Quran dan
hadis yang menyangkut budaya atau akal pikiran, sikap dan prilaku
manusia serta pernyataan-pernyataan verbal atau non verbal. Pada setiap
unsur manusia yang menjadi Subjek dakwah terdapat permasalahan-
permasalahan yang memerlukan pemecahan. Misalnya, mengapa terjadi
pebedaan antara pernyataan yang disampaikan kepada obyek dakwah
dengan prilaku subjek dakwah itu.
40
Mengapa tingkat kesejahteraan ekonomi seseorang da`i berada di
bawah garis kemiskinan? adakah pengaruh aqidah yang dimiliki da`i
terhadap status sosial yang dimilikinya?. Adakah pengaruh aqidah, sikap,
prilaku seorang da`i terhadap objeknya?. Masalah-masalah yang mungkin
terdapat pada subjek dakwah, adalah pada persepsi karakter, sikap,
perilaku, dan hasil dari perilakunya dan mungkin pula terdapat pada sistem
organiknya.42
4. Objek Dakwah
Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih
(masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam,
tergantung dari sudut mana memandang. Dipandang dari bidang Sosiologi,
bahwa masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami perubahan-
perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan
orang lain, antara satu kelompok dengan kelompk lain, antara individu
dengan kelompok. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok,
lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan,
proses perubahan. Itulah pandangan Sosiologi terhadap masyarakat. Dan
pandangan Psikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari bidang
Antropologi, Sejarah, Ekonomi, Agama, dsb.
Penelitian objek dakwah adalah berangkat dari permasalahan yang
terdapat dalam masyarakat itu, baik masyarakat yang telah memperoleh
dakwah Islamiyah maupun masyarakat yang belum memperoleh dakwah
Islamiyah itu sendiri. Misalnya; mengapa mengapa umat Islam miskin
42
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta : Logos, 1997), Cet. ke-
1, h.33-34.
41
harta,padahal potensi untuk memperoleh rezeki telah disediakan oleh
Allah Swt?. Mengapa umat Islam ada yang menjadi penjahat?. Mengapa
umat Islam melakukan cerai, kawin--cerai, kawin?.43
5. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi,
radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua
aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan keberadaannya, bahkan menurut juru media bahwa manusia
adalah sasaran media yang sangat dominan, dikarenakan manusia
mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan
berita dan hiburan.44
Disaat ini media telah menjelma dalam berbagai
bentuk dan sarana yang dari waktu kewaktu senantiasa mengalami
perkembangan dan pembaharuan.
Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang
dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran unuk menyampaikan
suatu pesan kepada komunikan, yang apabila sikomunikan jauh
tempatnya, banyak jumlahnya, atau kedua-duanya.45
Demikian juga
dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi,
jelas-jelas sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapa menunjang
proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk
43
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), Cet. ke-
1, h.35-36. 44
Muna Haddad Yakan, Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak (Jakarta : Gema
Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12. 45
Onong Ujana Efendi, Kamus Komunikasi (Bandung : CV. Mandar Maju, 1989), h.220.
42
mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Sedangkan pengertian
dari media dakwah itu sendiri adalah alat objektif menjadi saluran untuk
menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen
yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.46
Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus
benar-benar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah
seyogyanya apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi
mad`u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban
yang tinggi. Ada beberapa media dakwah yang lain yang dapat digunakan
oleh para aktivis dakwah (da`i) guna menunjang aktifitasnya :
a. Lisan, di mana yang termasuk bentuk ini adalah khutbah, pidato,
ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, Nasihat, ramah
tamah, obrolan secara bebas, dan apapun yang dilakukan dengan
lidah atau suara.
b. Tulisan, di mana dakwah yang dilakukan di sini dengan perantaraan
tulisan, seperti: Majalah, surat kabar, buletin, risalah, pamflet,
spanduk, dsb. Da`i yang spesial ini menguasai jurnalistik, yakni
keterampilan mengarang dan menulis.
c. Lukisan, di mana dalam media ini adalah gambar-gambar hasil seni
lukis, photo, film cerita, dsb. Bentuk seni lukis ini banyak menarik
perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu
maksud ajaran yang disampaikan kepada orang lain, termasuk komik-
komik bergambar yang sangat digemari anak-anak.
46
Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung : CV.
Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46.
43
d. Audio visual, di mana di sini dengan menggunakan suatu cara
penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan
pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, sandiwara,
ketoprak, wayang, dll.
e. Akhlak, dan ini merupakan suatu penyampaian langsung yang
ditujukan dalam perbuatan nyata.47
47
Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung : CV.
Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.47-48.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM MEDIA NUSANTARA CITRA TELEVISI
A. Gambaran Umum Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV)
1. Sejarah Berdirinya Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV)
Pada tanggal 23 Januari 1991 TPI lahir dengan sebuah idealisme
besar, yakni memberikan pemerataan pendidikan diseluruh Tanah Air.
Untuk itu, pada awalnya TPI. Menyajikan tayangan pendidikan formal
dengan menjamin kerja sama dengan TVRI/Deppen dan Pustekom atau
Debdikbud. Dengan paket pendidikan formal yang ditayangkan dua kali
sehari, yakni setiap pagi dan siang, TPI berharap dapat membantu
memeratakan program pendidikan sekolah di bagai wilayah Tanah Air,
sampai pelosok-pelosok terpencil yang selama ini belum terjangkau
pendidikan formal.1
Pada tahun 1997 adanya perubahan peraturan pemerintah, yang
memberikan izin bagi kehadiran TV Swasta lain, seperti RCTI, SCTV,
Indosiar dan lain sebagainya. Keadaan ini sejalan dengan biaya
operasional yang semakin meningkat, menjadi beban bagi TPI jika tetap
membawa misi pendidikan yang sama sekali tidak mengandalkan subsidi
dari pemerintah. Untuk dapat tetap bertahan, para profesional pun direkrut
untuk menangani manajemen TPI. Sejalan dengan itu, diputuskan bahwa
TPI tak lagi merupakan TV pendidikan, melainkan televisi keluarga, yang
bersifat komersial sebagaimana TV swasta lainnya. Bersamaan dengan itu
1 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
45
TPI juga merangkul mitra strategis, yakni Indosat dan Channel 7. Dan
pada waktu yang besamaan, TPI menghentikan kerjasama dengan TVRI.
Sejak saat itu, secara bertahap TPI membangun sampai dengan saat ini,
jumlahnya dicapai 15 transmisi diberbagai wilayah. Perkembangan TPI
mulai dirasakan berbagai pihak, namun tak sebesar yang direncanakan.
Hal ini disebabkan adanya krisis moneter yang menimpa negeri ini.
Disamping itu, dengan dipertahankannya logo lama, membuat pemirsa
masih tetap mengidentikkan TPI dengan misi pendidikan, yang membuat
ruang gerak TPI menjadi terbatas.2
Pada tanggal 23 januari 2002, TPI telah memmasuki usia yang ke
11, inilah momentum yang tepat untuk memulai sebuah proses perubahan,
yaitu TPI sebelas tahun wajah baru dan semangat baru. Di tengah era
kompetisi stasiun televisi yang semakin ketat, management TPI
memandang perlu untuk melakukan berbagai langkah yang strategis. Hal
ini dilakukan agar pemirsa TPI itu sendiri. Dengan kata lain, TPI
mempertegas Positioning dalam dunia broadcast, yakni mempertahankan
segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial BCD, bersamaan dengan itu
juga mencoba memperluas segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial AB.
Tentunya dengan kejelasan ini, TPI dapat melancarkan startegi marketing
yang terarah. Dari segi tampilan layar dan program secara keseluruhan,
TPI berusaha menawarkan konsep “One Stop Entertaining”, yang dapat
membuat pemirsa bertahan pada channel TPI, tanpa harus berpindah
kesaluran lain, karena semua yang ditawarkan TPI dari jam ke-jam,
2 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
46
menarik untuk disimak. Program yang ditawarkan adalah hiburan yang
bernilai tambah, dengan kemasan baru yang lebih luas.3
Adapun nama “TPI” dipertahankan untuk tetap menjaga “brand
Image” yangs selama ini telah tertanam dikepala pemirsa. Tanpa harus
mengidentikan “P” dengan pendidikan. Perubahan lain juga menyangkut
sistem manajement internal guna meningkatkan kinerja, kreatifitas dan
kemampuan profesional karyawan sehingga TPI dapat memberikan service
atau pelayanan yang lebih baik kepada para mitra usaha, termasuk kepada
para pemasang iklan dan terutama juga tentunya kepada para pemirsa. Dari
segi teknologi siaran, TPI saat ini didukukung oleh 15 transmisi, yaitu:
Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Semarang, Surabaya, Madiun, Banda
Aceh, Medan, Batam, Makassar, Palu, Yogyakarta, Denpasar, dan
Lampung. Dan dalam waktu yang dekat akan menambah transmisi di
daerah-daerah lain. TPI berupaya menajdi televisi yang paling berkembang
di Indonesia, atau TV yang paling mengerti selera dan memenuhi minat
masyarakat Indonesia. Proporsi perbandingan tayangan lokal dan manca
negara pada saat ini masih dipertahankan sebanyak 65-35%. Utnuk
kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi 70-30% sesuai dengan
undang-undang. Pada kesempatan ini pula, TPI akan memperkuat
komitmen untuk mengedepankan produk lokal, karena sejak awal berdiri,
TPI dikenal karena keunggulan lokalnya yang unik, memiliki kedekatan
dengan budaya lokal serta bersentuhan langsung dengan kebutuhan dan
selera sebagai masyarakat Indonesia.
3 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
47
TPI mempunyai landasan dan falsafah landasan yang dianut TPI
adalah mengembangkan dan memanfaatkan sumber dan kemajuan
teknologi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan.
Tujuan penyiaran TPI itu sendiri adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Esa, memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap dan mandiri serta
bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. TPI diselenggarakan
sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat, yang didorong oleh
semangat untuk memacu kreatifitas dan usahanya memajukan dan
meningkatkan kemajuan Bangsa ini dengan membangkitkan pesawat
televisi kepada sekolah-sekolah diberbagai daerah mencangkup 27
propinsi.4
TPI mempunyai Motto yang diemban. Televisi Pendidikan
Indonesia mengandung makna tersendiri, yaitu melalui TPI di samping
untuk turut “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” juga TPI merupakan
katagori sarana hiburan yang tepat dan aman bagi keluarga.5
Pada tanggal 26 Desember 1990, awal mengudaranya Televisi
Pendidikan Indonesia dengan siaran percobaan. Kemudian pada tanggal 23
Januari 1991 TPI mengudara secara resmi dengan pola 4jam dalam sehari,
tepatnya (pukul 06.00-10.00 WIB) dan pada tanggal 23 Januari 1991 itu
dijadikan hari yang secara resmi ditetapkan sebagai hari lahirnya Televisi
Pendidikan Indonesia. Kemudian pembenahan dilakukan tahap demi tahap
dan pada waktu yang lebih singkat, pada tanggal 8 Juni 1991 jam
4 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
5 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
48
penayangan TPI ditambah menjadi 6,5 jam yaitu pada pukul 5.30 s/d 13.30
WIB dan sore pukul 16.00-21.00 WIB, bukan hanya itu sektor-sektor yang
lain pun semakin ditingkatkan dan pembenahan-pembenahan terus
dilakukan di sana-sini, dan penayangan pun semakin ditambah dan ini
terbukti setelah beberapa kali dilakukan penyesuaian, kemudia TPI sendiri
melakukan penambahan jam tayang, mulai pukul 05.30-13.30 dan sore
sampai dengan pukul 23.30 Non stop.
TPI menyelenggarakan siaran Televisi Pendidikan Indonesia atas
dasar perjanjian kerja sama antara yayasan televisi Republik Indonesia
dengan PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, dan mengenai
pelaksanaan Televisi Pendidikan Indonesia, penayangannya di mulai pada
setiap harinya jam 5.30 s/d 13.30 WIB. Dengan menggunakan channel
VHF. Siaran dilaksanakan secara nasional dan penyelenggaraan jaringan
siaran (net work) TPI berpusat di Jakarta yang mempunyai tujuan:
a) Siaran televisi berfungsi untuk memperkuat ikatan kesatuan bangsa.
b) Menyatukan pola pikiran seluruh bangsa Indonesia kepada tujuan
nasional.
Kemudian pada tahun 1994, jam siar TPI untuk penayangan
siarannya ditetapkan 18 jam sehari, termasuk pada hari libur di luar hari
Minggu dan sebagai suatu jaringan televisi nasional TPI pun mampu
mencapai 118 juta pemirsa yang secara potensial memperoleh rating
terbesar hampir 70% penduduk Indonesia, yang terbesar seluas 12.500.000
km2.6
Namun, pada tanggal 21 Oktober 2010 ini menjadi sejarah bagi TPI
(Televisi Pendidikan Indonesia) karena telah berganti nama jadi MNCTV,
6 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
49
tentunya hal ini menjadikan TPI tak terbatas lingkup akan memiliki arti
luas tak didefinisikan lagi sebatas TV pendidikan namun akan beragam
dan lebih umum seperti televisi lainnya, berganti nama dan berganti logo
tentunya seperti yang diberitakan di dunia maya berikut ini.
PT Cipta Televisi (TPI) akan menggunakan logo baru bertuliskan
MNCTV mulai 21 Oktober 2010. Pihak PT Media Nusantara Citra
Televisi Tbk (MNC) milik Hary Tanoesoedibjo tetap akan melaksanakan
pergantian logo tersebut.
MNCTV mulai mengudara sejak tanggal 20 Oktober 2010 dengan
tag-line atau slogan 'Selalu di Hati'. Logo dan merek perseroan MNCTV
ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar dan pemirsa dari stasiun
ini. Bersamaan dengan kehadiran MNCTV, publik dapat menyaksikan
peningkatan kualitas dan keragaman tayangan, sebagai hasil dari
komitmen untuk memperbaiki kerja dan budaya perseroan.
MNCTV pada awalnya menggunakan nama TPI, di mana TPI
sendiri didirikan pada tahun 1990 di Jakarta, sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa penyiaran televisi di Indonesia. TPI
merupakan perusahaan swasta ketiga yang mendapatkan izin penyiaran
televisi pada tanggal 1 Agustus 1990, dan sebagai stasiun televisi pertama
yang mendapat izin penyiaran secara nasional. TPI mulai beroperasi secara
komersial sejak tanggal 23 Januari 1991. Dan pada bulan Juli 2006, Media
Nusantara Citra (MNC) mengakuisisi 75% saham TPI. Sejak saat itu
secara resmi TPI bergabung menjadi salah satu televisi yang dikelola
MNC yang juga merupakan induk dari RCTI dan Global TV.7
7 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
50
MNCTV sejak awal juga telah membuktikan diri sebagai stasiun
televisi yang paling jeli dalam menangkap selera dan kebutuhan
masyarakat Indonesia, stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra
Indonesia, mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan bisa dinikmati
seluruh keluarga. Program-program yang sangat Indonesia inilah yang
mampu mengantarkan MNCTV sebagai stasiun televisi papan atas
Indonesia. MNCTV sendiri senantiasa mengasah diri sebagai partner yang
memberikan layanan terbaik bagi seluruh mitra usaha. Dengan dukungan
SDM profesional, MNCTV siap menjadi televisi terdepan yang dapat
diandalkan.
2. MNCTV INSIGHT8
MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di
Indonesia yang mulai mengudara dengan nama baru sejak 20 Oktober
2010 (sebelumnya TPI) dengan izin Menteri Penerangan
No.127/E/RTF/K/VIII/1990, dan menjangkau 158 juta pemirsa di
seluruh Indonesia. Berdasarkan riset Nielsen, di tengah persaingan
industri pertelevisian yang semakin ketat, MNCTV berhasil mencapai
posisi 1 dengan 16,6% audience share pada April 2005.
3. VISI, MISI, SLOGAN
Visi : Pilihan Utama Pemirsa Indonesia
Misi : Menyajikan Tayangan Bercita Rasa Indonesia yang Menghibur
dan Inspiratif
Slogan : Selalu di Hati
8 Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014
51
4. DEWAN DIREKSI
Direktur Utama – Sang Nyoman Suwisma
Managing Director - Ella Kartika
Finance & Technology Director - Ruby Panjaitan
Program & Production Director - Endang Mayawati
Sales & Marketing Director - Tantan Sumartana
5. DEWAN KOMISARIS
Komisaris Utama - Hary Tanoesoedibjo
Komisaris - Rudijanto Tanoesoedibjo
Komisaris – Tarub
Komisaris - David Fernando Audy
6. NEWS
Dari news room dan studio di News Center di jalan Kebon sirih
Raya, Jakarta, News Division MNCTV Memproduksi dan
menayangkan 3,5 jam tayangan per hari, Terdiri dari kelompok
program buletin berita televisi dan magazine televisi.
Di kelompok buletin, ada Lintas Pagi, Lintas Petang, dan Lintas
Malam, yang menyajikan berita dan informasi terkini bagi pemirsa
MNCTV. Sedangkan di kelompok magazine ada sejumlah program
features, dokumenter dan investigasi menarik dan inspiratif seperti
Jendela, Di Antara Kita, Mata pancing dan Sidik Kasus.
Berbagai penghargaan telah diraih, sebut saja KPI Award,
Mochtar Lubis Award, Aji Award dan Panasonic Gobel Award. News
52
MNCTV berusaha memberikan yang terbaik pada khalayak sesuai
dengan motonya, “Lebih Dekat, Lebih Memikat dan Semakin Akurat”.
7. PROGRAM
Programming bertanggung jawab membuat perencanaan
strategis untuk pencapaian target audience share yang disesuaikan
dengan visi dan misi perusahaan. Dalam prosesnya untuk pencarian dan
penemuan materi yang sesuai, akan bekerjasama dengan penyedia
program, tujuannya untuk memperluas target pemirsa, tidak hanya
keluarga dan anak-anak. Optimalisasi program inhouse (variety, talent
scouting, komedi) juga dengan menayangkan program olahraga
international seperti Sudirman Cup dan Thomas - Uber Cup. Penguatan
slot pendukung dengan memperkuat FTV, Features, Infotaintment, dan
Religi-taintment. Juga peningkatan kepedulian dengan awarding
program dan reguler on the ground event. Menjalin kerjasama dengan
Production House terbaik Indonesia dan Luar Negeri merupakan bukti
kalau MNCTV selalu menyuguhkan program terbaik untuk keluarga
Indonesia.Selain pengaturan dinamika perencanaan, penjadwalan dan
penayangan juga harus mampu mengantisipasi kompetisi eksternal
antar stasiun tv.
8. KEGIATAN SOSIAL MNCTV
Corporate Social Responsibility (CSR) kegiatan sosial
MNCTV sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat yang didanai oleh perusahaan. Salah
satu bentuk aktivitas yang dilakukan adalah pemberian sumbangan
untuk rehabilitasi rumah-rumah ibadah dan fasilitas warga sekitar
53
kantor dan tranmisi MNCTV. Pemberian bantuan bagi seniman
legendaris Bali yang tengah sakit, penanaman 500 pohon di Bandung.
9. MNCTV PEDULI
MNCTV menyalurkan bantuan pemirsa yang dikirimkan ke
rekening MNCTV peduli kepada pihak - pihak yang membutuhkan,
terutama para korban bencana alam. Namun kegiatan MNCTV Peduli
juga melakukan kegiatan sosial non bencana alam lainnya. Salah satu
bentuk aktivitas yang dilakukan adalah pemberian bantuan bagi korban
tsunami Aceh dan Mentawai, bakti sosial di kampung Ayapo Papua,
Malang, dan Jatinangor Bandung.
10. FASILITAS
Gedung pusat MNCTV di kawasan TMII, Jakarta Timur
a. Studio
studio production
b. Master Control Room
Pusat operasional siaran yang sudah menggunakan sistem digital
c. Post Production Centre
Terdiri dari 3 unit linier editing, 8 unit non linier editing, 3 unit cut
to cut, 4 set QC equipment
d. Technical Outside Broadcast Equipment
Terdiri dari 21 unit camera plus assesoris
e. Outside Broadcast Van (OB Van)
Terdiri dari 3 camera system dan 1 unit mini vang dilengkapi 2
camera
54
11. IDENTITAS MNCTV
Nama Perushaan : MNCTV
Alamat : JL. Pintu II TMII Jakarta-Timur 1380
Telp : 021-8412473
Fax : 021-8412471
http://www.mnctv.com
https://twitter.com/program_MNCTV
B. PROGRAMMING MNCTV
Tim programming MNCTV
Programming merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah
stasiun televisi. Bagian programming mengemban suatu tanggung jawab
corpore yang sangat besar serta banyak melakukan berbagai analisa yang
berhubungan dengan pemograman acara TV bahkan pada pada MNCTV jika
terjadi kestabilan dalam perusahaan atau terjadi kegoncangan dalam
organisasi maka bagian yang mengalami banyak perubahan atau perbaikan
adalah bagian programming. Bagian ini seringkali menjadi kambing hitam
dalam berbagai permasalahan yang terjadi padahal sesungguhnya
programming hanyalah merupakan bagian dari struktur organisasi yang tidak
terlepas dari bagian lainnya yang saling mendukung.9
9 Wawancara Pribadi dengan Programmer MNCTV Amie Ristianti, Jakarta: 11 Juni
2014
55
Adapun struktur organisasi pada MNCTV adalah sebagai berikut:
Pada tingkat atas dalam organisasi stasiun MNCTV dipimpin oleh
direktur Utama. Di bawah Direktur Utama terdapat Wakil Direktur Utama
MNCTV memiliki empat Direktur untuk masing-masing Departemen,
seperti direktur Programming & Production, Direktur Marketing & Sales,
Direktur Finance & Technology, dan Direktur General Affairs & News.
Tim programming MNCTV berada di Departemen Programming
& Production sebelumnya Bagian Programming dan Marketing berada di
bawah satu pimpinan yaitu Direktur Marketing & programming. Baik
Marketing maupun Produksi sangat erat hubungannya dengan
programming. Kerjasama Bagian Programming dan Produksi dapat
berupa saling memberi masukan terhadap isi program baik terhadap isi
program baik terhadap program yang akan tayang maupun program yang
sedang tayang agar program lebih banyak di tonton khalayak. Sedangkan
marketing lebih memberi masukan terhadap program yang disesuaikan
Direktur Utama
Wakil Direktur Utama
Direktur
Programming &
Production
Direktur
Marketing &
Sales
Direktur
Finance &
Technology
Direktur General
Affairs & News
56
dengan keinginan klien/pemasang iklan. Misalkan dalam satu episode
program Game zone, tim produksi memutuskan akan membuat tema
paskah. Tetapi begitu para sponsor program tersebut tidak
menghendakinya maka tema pun diganti dengan yang lain. Dengan
manajemen seperti ini – produksi dan programming dalam satu
departemen – akan lebih mengefektifkan kinerja keduanya karena
perkerjaan yang dilakukan tidak jauh berbeda.
Adapun bagian programming MNCTV memiliki empat tim,
berikut bagan dari alur kerja tim programming MNCTV :10
Masing-masing dari bagian programming tersebut di atas memiliki
tugas ataupun tanggung jawab yang berbeda-beda.
a. Bagian Riset
Tugasnya adalah melakukan audience research baik bersumber dan
ACNielsen maupun membuat riset sendiri. Gunanya untuk melihat
perilaku kepermirsaan dan tren kepermirsaan seperti, hal-hal apa yang
10
Wawancara Pribadi dengan Programmer MNCTV Amie Ristianti, Jakarta, 11 Juni
2014
Planning & Development Program
(Bagian Perencanaan / Penjadwalan
Program)
Acqusition Program
(Bagian Pembelian)
Bagian
Promo
Bagian
Riset
57
lebih suka ditonton oleh pemirsa, alasan menonton TV, dan program-
program apa yang disukai pemirsa.
b. Planning & Development program
Tugas utama bagian ini pada stasiun MNCTV adalah melakukan
audience analysis (analisis risert data penonton) dan competitor analysis
(analisis kompetitor) bagian ini ditentukan strategic planning program
yang berhubungan dengan pemilihan dan penempatan program pada suatu
kurun waktu tertentu (penjadwalan program)
c. Acqusiton Program
Pada bagian ini lebih memfokuskan diri kepada hal-hal yang
berhubungan dengan pembelian program dari pihak luar, baik dalam negri
maupun luar negri. Hal yang dipertimbangkan dalam memutuskan
pembelian sebuah program diantaranya meliputi cost analysis (analisa
biaya) dan content analysis (analisa isi). Jadi ketika akan membeli
program dianalisa dahulu mengenai isi program (apa isi/cerita program,
menarik/tidak), setelah itu dilanjutkan dengan analisa harga dari program
tersebut yang disesuaikan dengan kemampuan keungan perusahaan saat
itu.
d. Bagian Promosi
Pada bebrapa stasiun TV bagian promosi berada di bawah bagian
Marketing atau humas (Hubungan Masyarakat). Namun di MNCTV
bagian promosi berada dibawah programming. Hal ini baru saja dilakukan
tahun 2003 ini, karena sebelumnya bagian promosi merupakan bagian dan
marketing communication. Tugas bagian promosi adalah mempromosikan
58
program baru maupun lama, dan mempertahankan penonton ada dua aspek
yang menjadi tanggung jawab bagian promosi, yaitu aspek kreatif dan
aspek perencanaan media. Aspek kreatif meliputi bagaimana menesain
promo agar pesannya sampai ke masyarakat, yaitu berupa penentuan
bentuk promo seperti apa yang akan dipakai, apakah harus menggunakan
grafis dalam tampilan videonya, atau hanya berisi komentar orang-orang
terhadap program tersebut. Sedangkan aspek perencanaan media meliputi
penempatan promo program dalam suatu waktu periode siaran tertentu.
Hal yang dipertimbangkan adalah apakah penonton dan program tersebut
memiliki karakteristik yang sama dari program yang akan di promo secara
on-air, misalkan, penontonnya adalah kaum wanita/female maka promonya
ditempatkan di program-program wanita.
59
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
Strategi programming MNCTV sebagai salah satu media massa tentunya
memiliki strategi pemograman untuk menarik perhatian para audiensnya. Dan
berdasarkan hasil penelitan di lapangan mengenai strategi programming untuk
mempertahankan program dakwah yang peneliti teliti dengan dua program
dakwah MNCTV yaitu Tabligh Akbar dan Sarapan Hati. Alasan peneliti memilih
program dakwah di MNCTV karena program dakwah begitu sedikit maka peneliti
dapat mendeskripsikan bahwa disitulah strategi progamming berperan. Bagaimana
cara mempertahankan program dakwah tersebut untuk tetap bertahan meskipun
presentase program dakwah hanya sedikit.
Strategi programming dalam mempertahankan program dakwah tersebut
harus memiliki strategi yang tepat agar program atau acara tersebut masih disukai
oleh para penonton dan juga untuk bisa menaikan rating agar program dakwah
tersebut bisa bertahan. Untuk itu dalam strategi programming harus melewati
berbagai startegi pendukung dari keberhasilan tersebut antara lain:
A. Pogram-program Acara Dakwah MNCTV
Setelah penulis mengamati program-program yang ada pada MNCTV
bahwasanya tidak hanya menghadirkan program-program hiburan saja, akan
tetapi MNCTV juga menghadirkan program religi sebagai baktinya kepada
masyarakat Indonesia. Seperti dalam program Sarapan Hati tayang Setiap hari
pukul 04.00-04.30 WIB dan program Tabligh Akbar tayang setiap akhir
60
pekan pukul 22.30-24.30 di stasiun televisi ini selalu menyajikan program-
program religi yang sangat ditunggu pemirsa setianya.
1. Gambaran Program Sarapan Hati
Sarapan hati hadir setiap hari pukul 04.00-04.30 WIB selama
setengah jam yang memiliki format Tausiyah dan talkshow yang berdurasi
30 menit dengan konsep dialog antara host, Ustadz dan jamaah. Host
mewakili kaum wanita terutama ibu-ibu rumah tangga dan membahas
tentang permasalahan keluarga pada umumnya. Konsepnya humoris, dan
tausiah dibuat santai agar bisa lebih dimengerti oleh semua kalangan, host
bertanya mewakilkan permasalahan pemirsa, dan jama’ah di floor juga
bebas untuk bertanya dan curhat, Ustadznya lebih banyak interaktif
dengan jamaah di masjid.
Sarapan Hati memiliki sasaran audien orang dewasa atau usia
berkisar antara 25-60 tahun. Karena dari segi penyampaian Ustadz
Wijayanto, Ustadz Zacky, Ustdzah Lulu dan narasumber lain dengan
gaya ringan dan santai serta diselingi oleh candaan.
Hal yang menarik dari program ini adalah bahwa program ini tidak
hanya sebatas melakukan tausiah saja tetapi dalam program ini juga
menampilkan hadist-hadist dilayar kaca juga diselingi dengan dialog serta
tanya jawab dengan narasumber, selain itu Sarapan Hati juga membuka
layanan tanya jawab kepada jamaah yang ada di Sarapan Hati atau yang
berada di rumah.
61
Desain program Sarapan Hati
Berhasil atau tidaknya sebuah program televisi adalah ditentukan
dengan desain atau konsep program itu sendiri. Tidak mudah untuk
menarik perhatian khalayak untuk menyaksikan sebuah program
keagamaan, hal ini disebabkan karena image yang melekat dimasyarakat
bahwa program keagamaan televisi seperti tausiah atau apapun
berunsurkan agama tidak menarik dan akan membosankan.
Dalam mendesain program Sarapan Hati tidak melalui proses yang
rumit. Dengan desain yang sederhana, program Sarapan Hati mampu
tampil berbeda dari program keagamaan lainnya.
Dibawah ini merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh tim-tim yang
bekerja dalam mendesain program sarapan hati
a. Ide/gagasan
Berawal dari sebuah ide/gagasan program Sarapan hati
dicetuskan. Sebelumnya tim kreatif mencetuskan ide untuk
meneruskan program yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini,
program Sarapan Hati yang diisi oleh Ustadz atau Ustadzah yang
berbeda yaitu Ustadz Wijayanto, Ustadz Zaky, Ustdzah Lulu dengan
format yang lebih segar yang menampilkan tema disetiap harinya .
Judul program Sarapan Hati dipilih dengan harapan agar
program ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat luas serta
agar lebih mudah untuk mengingat nama program tersebut.
Melihat program-program yang ada baik distasiun televisi
yang sama mampu pada stasiun televisi lain, tim keratif yang berada di
62
bawah departemen produksi mencoba untuk menampilkan sebuah
program keagamaan yang berbeda dari program lainnya.
b. Segmentasi program Sarapan Hati
Segmentasinya umum, kebanyakan yang menyukai acara ini
adalah kaum ibu.
c. Garis-garis besar isi program Sarapan Hati
Program sarapan hati ditayangkan di stasiun swasta MNCTV
merupakan program yang bermateri dakwah menggunakan format
tausiah. Dibawakan oleh Ustadz-Ustadzah yang berbeda-beda seperti:
Ustadz Wijayanto, Ustadz Zaky, Ustdzah Lulu dalam penyajiannya
pendekatan tausiyah ringan, interaktif, dan solutif. Diselingi canda
tawa untuk mencairkan suasana namun tetap fokus pada konten yang
dikupas secara berbobot dan tuntas .
d. Jenis program Sarapan Hati
Jenis program ini adalah tausiyah dan talk show dimana sang
Ustadz mengadakan dialog kepada para narasumber yang hadirdan
juga mengadakan sesi tanya jawab kepada permirsa di sudio ataupun
dirumah.
e. Format program Sarapan Hati
Format program ini terbagi dalam tiga (3) segmen, yaitu
shalawat, tausiah beserta tanya jawab, memberi kesimpulan dan doa.
f. Tema dalam program Sarapan Hati
63
Tema dalam program Sarapan Hati ini selalu berbeda
tiapharinya mengikuti isu-isu yang berkembang di masyarakat setelah
sebelumnya dibicarakan terlebih dahulu dengan Ustadz atau Ustadzah.
2. Gambaran program Tabligh Akbar
Tabligh Akbar hadir setiap satu (1) bulan sekali di akhir pekan
pukul 22.30-24.00 WIB selama satu jam setengah yang memiliki format
tausyiah dan talkshow menampilkan narasumber yang berbeda-beda
seperti: Ustadz Cepot, Ustadz Taufiqurrahman, Ustadz Zaky Mirza,
Syaikh Fikri, Ustadz Wijayanto.
Tabligh Akbar tidak hanya menyajikan tausyiah saja tetapi juga
membuka layanan tanya jawab kepada jamaah yang ada di Tabligh Akbar
atau yang berada di rumah disamping itu juga mendatangi berbagai musisi
untuk menyanyikan senandung lagu-lagu yang berlafas Islami.
Desain program Tabligh Akbar
Berhasil atau tidaknya sebuah program televisi adalah ditentukan
dengan desain atau konsep program itu sendiri. Tidak mudah untuk
menarik perhatian khalayak untuk menyaksikan sebuah program
keagamaan, hal ini disebabkan karena image yang melekat dimasyarakat
bahwa program keagamaan televisi seperti tausiah atau apapun
berunsurkan agama tidak menarik dan akan membosankan.
Dalam mendesain program Tabligh Akbar tidak melalui proses
yang rumit. Dengan desain yang sederhana, program Tabliq Akbar mampu
tampil berbeda dari program keagamaan lainnya.
64
Dibawah ini merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh tim-tim
yang bekerja dalam mendesain program Tabligh Akbar.
a. Ide/gagasan
Berawal dari sebuah ide/gagasan program Tabligh Akbar
Sebelumnya tim kreatif mencetuskan ide untuk meneruskan program
yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini, program Tabligh
Akbar yang dibawai oleh Ustadz yang berbeda-beda seperti: Ustadz
Cepot, Ustadz Taufiqurrahman, Ustadz Zaky Mirza, Syaikh Fikri,
Ustadz Wijayanto dengan format yang lebih segar yang menampilkan
tema disetiap akhir pekan bulan.
Judul program Tabligh Akbar dipilih dengan harapan agar
program ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat luas
program ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat luas serta
agar lebih mudah mengingat nama program ini.
Melihat program-program yang ada baik distasiun televisi
yang sama mampu pada stasiun televisi lain, tim kratif yang berada di
bawah departemen produksi mencoba untuk menampilkan sebuah
program keagamaan yang berbeda dari program lainnya.
b. Segmentasi program Tabligh Akbar
Segmentasinya umum, kebanyakan yang menyukai acara ini
adalah kaum ibu tetapi anak remaja juga menyukainya
c. Garis-garis besar isi program Tabligh Akbar
Program Tabligh Akbar ditayangkan di stasiun swasta MNCTV
merupakan program yang bermateri dakwah menggunakan format
65
tausiah dan talkshow. Dibawakan oleh Ustadz yang bebeda-beda
seperti: Ustadz cepot, Ustadz Taufiqurrahman, Ustadz Zaky Mirza,
Syaikh Fikri, Ustadz Wijayanto. Selain itu juga di datangi oleh para
musisi yang menyanyikan lagu-lagu berlafas Islami.
d. Jenis program Tabligh Akbar
Jenis program ini adalah tausiyah dan talk show dimana sang
Ustadz mengadakan dialog kepada para narasumber yang hadirdan
juga mengadakan sesi tanya jawab kepada permirsa di sudio ataupun
dirumah.
e. Format program Tabligh Akbar
Format program ini terbagi dalam lima (5) segmen, yaitu
opening dari perfom para artis, tausiah, interaksi Ustadz dengan
jamaah, tanya jawab Ustadz dengan jamaah disusul dengan kehadiran
bintang tamu untuk menyanyikan lagu-lagu islami, muhasabah closing
host.
f. Tema dalam program Tabligh Akbar
Tema dalam program Tabligh Akbar ini selalu berbeda tiap
bulannya mengikuti isu-isu yang berkembang di masyarakat setelah
sebelumnya dibicarakan terlebih dahulu dengan Ustadz-Ustadznya.
B. Strategi MNCTV dalam Perencanaan Program untuk Mempertahankan
Program Dakwah
Dalam manajemen penyiaran, pemilihan program serta penyusunan
jadwal program dapat dimasukan ke dalam kelompok besar aktivitas
perencanaan program atau program planning meliputi:
66
1. Perencanaan
Perencanaan program atau program planning, merupakan
langkah di mana programmer harus melakukan pemilihan program dan
kemudian menepatkan program-program yang terpilih kedalam sebuah
susunan yang koheren untuk menarik target stasiun tersebut. Tahapan
ini menjadi sangat penting mengingat jika terjadi kesalahan
penempatan, maka betapapun baiknya program serta eksekusi program
yang dilakukan, maka hal programming secara keseluruhan akan
mengecewakan.1
Dalam proses perencanaan program terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
Pertama, Program yang dibuat sendiri (In-House Production),
biasanya adalah program berita (news programmer) dan program yang
terkait dengan informasi misalnya: laporan khusus, infotaiment,
laporan kriminalitas, fenomena sosial, perbincangan (talk show),
biografi tokoh, feature, film dokumenter. Program yang menggunkan
studio, misalnya game show, kuis, musik, variety show juga termasuk
program yang dibuat sendiri.2
Program acara yang dibuat oleh MNCTV adalah program
perbincangan (talk show) Program yang dibuat sendiri (In-House
Production) oleh MNCTV adalah program talk show yaitu Tabligh
Akbar dan Sarapan Hati. Program dari in house di MNCTV berawal
dari proposal, kemudian di diskusikan dalam meeting oleh
1 Jb. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Prenyiaran (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1994), h. 79. 2 Morissan, Manajemen Media Penyiaran :StrategiMengelola Radio &Televisi (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 307.
67
programming. Jika program tersebut disetujui maka oleh programming
dilanjutkan kebagian produksi untuk dibuat untuk di realisasikan
dalam bentuk format acara televisi. Kemudian dari bagian produksi
dibalikan lagi kepada programming untuk melakukan penjadwalan
acara atau program yang akan di tayangkan di televisi.
Hal ini bersadarkan wawancara dengan Amie Restianti sebagai
programming MNCTV:
“Proses dari dalam terbagi menjadi dua production dan news.
Pada saat in house proses pertama, tim kreatif atau produser
memberikan proposal kepada programming. Proposal tersebut
berupa format program beserta talen-talen dan buget.
Kemudian programming mengadakan rapat untuk membahas
program tersebut. Jika mendapatkan kesepakatan bersama
maka programming memberikan kepada produksi untuk dibuat
program tersebut setelah program tersebut dibuat maka
programming membuat jadwal untuk ditayangkan”.3
Kedua, Program yang dibuat pihak lain (production house) utamanya
jenis program hiburan misalnya: program drama (film, sinetron,
telenovela), program musik (vido klip), program reality show, dan lain-
lain.4
Program yang dibuat oleh pihak lain (production house) oleh
MNCTV tidak ada untuk acara religi. Tetapi jika ada program dari
3 Wawancara Pribadi dengan Programming MNCTV Amie Ristianti, Jakarta, 11 Juni
2014. 4 Morissan, Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &Televisi (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 308.
68
pihak lain maka ada langkah-langkah oleh programming untuk
membuatnya. Langkah-langkah tersebut antara lain yaitu: pada kutipan
wawancara oleh Amie Ristianti sebagai divisi programming:
“proses dari luar aqusision mencari tayangan yang terbaru
yang bias dijadikan tayangan unggulan. setelah mendapatkan
kesepakatan harga kemudian aqusision membelian program
tersebut melalui Production house (PH), kemudian
programming memberi jadwal untuk ditayangkan.5
Tetapi untuk pembuatan program religi, MNCTV hanya
menggunakan program dari produksi dalam saja.
2. Penjadwalan dan Evaluasi
Langkah selanjutnya dalam pemrograman televisi adalah
terkait dengan implementasi siaran. Penjadwalan adalah upaya
menentukan komposisi dari berbagai program acara yang harmonis,
dinamis, menarik dan mempunyai kekuatan dalam menarik perhatian
penonton. Penjadwalan adalah kunci sukses aktivitas programming,
karena meskipun suatu acara telah disusun dan dikemas dengan baik
tetapi pemilihan waktu yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan
audiens yang ditarget, maka semua akan sia-sia. Dalam menyusun
penjadwalan program harus cerdas. Menata program dengan
melakukan penempatan acara sebaik- baiknya untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Programmer harus memilih-milih setiap
5 Wawancara Pribadi dengan Programming MNCTV Amie Ristiani, Jakarta, 11 Juni
2014
69
bagian waktu siaran untuk mendapatkan berbagai audiens yang
berbeda pula. Jika audiens yang menjadi sasaran adalah remaja,
maka jangan memutar acara tersebut selama jam sekolah atau pada
larut malam. Jika audiens adalah laki-laki dan perempuan semua
umur, maka perlu dipertimbangkan untuk meletakkan acara tersebut
pada jam tayang utama (prime time).6
Programming MNCTV akan menentukan penjadwalan
program berdasarkan analisa kepermirsaan dan analisa kompetitor.
Berdasarkan analisa tersebut dapat diputuskan program apa yang
paling sesuai untuk ditayangkan pada suatu rentang waktu tertntu.
Namun penjadwalan pun dapat dilakukan setelah mendapat program
terlebih dahulu, baru kemudian dicari jam tayang yang paling sesuai
menurut jenis maupun isi program. Dengan begitu penjadwalan
program pada MNCTV dilakukan dengan cara, Dilakukan dengan
menjadwalkan waktunya terlebih dahulu kemudian dicari program
yang sesuai untuk ditayangkan pada waktu tersebut. Kemudian
berdasarkan ketersediaan program yang diperoleh dari bagian
acquisition program.
Langkah selanjutnya setelah program diperoleh adalah
melakukan koordinasi dengan bagian marketing guna mendiskusikan
aspek penjualan dari program, apakah program tersebut dapat menarik
pemasang iklan atau tidak, hal ini penting dilakukan demi
6 Morissan, Manajemen Media Penyiaran :StrategiMengelola Radio &Televisi (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 161.
70
kelangsungan program, tanpa iklan sponsor maka program tidak akan
bertahan lama.
Proses evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana dan
tujuan sudah dapat tercapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran,
departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap
masing-masing individu dan departemen memungkinkan manajer
umum membandingkan kinerja sebenarnya dengan kinerja yang
direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut tidak sama, maka diperlukan
langkah-langkah perbaikan.7 Begitupun dengan MNCTV, evaluasi
selalu dilakukan ketika suatu program acara sudah berjalan dan telah
tayang, gunanya agar program tersebut berjalan lebih baik lagi
kedepannya. Sebagaimana Penjelasan oleh Amie Ristianti sebagai
divisi programming :
“evaluasi development itu mau bagus ataupun tidak kita tetap
melakukan evaluasi setelah produksi berlangsung. Misalkan
program religi, ini merupakan produk MNCTV sendiri. Namun
bila series, itu kita beli dari PH. Evaluasi itu setiap seminggu
sekali.”8
3. Elemen-elemen strategi programming.
Adapun lima (5) elemen-elemen strategi programming yang di
kemukakan oleh sydney dalam teorinya antara lain yaitu:
7 Morissan, Manajemen Media Penyiaran :StrategiMengelola Radio &Televisi (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 354. 8 Wawancara Pribadi dengan Programming MNCTV Amie Ristianti, Jakarta, 11 Juni
2014
71
1. Compatibility (kesesuaian)
Compatibility (kesesuaian) yaitu program acara disusun
berdasarkan kegiatan sehari-hari khalayak. Rutinitas khalayak
seperti kapan mereka sarapan, kerja, istirahat, dan sebagainya
menjadi acuan televisi dalam menjalankan programming.9 Adapun
rancangan yang dibuat oleh Program Sarapan Hati yang
ditayangkan di MNCTV merupakan program dakwah yang
ditayangkan setiap hari. Program ini menayangkan tentang
kehidupan sehari-hari yang memberikan makna atau hikmah
mengenai Islam. Disetiap harinya program ini menyampain pesan-
pesan dakwah dengan Ustadz-Ustadz yang berbeda. Program ini
ditayangkan pada pukul 04.00 pagi. karena pada pagi hari khalayak
bergegas untuk melaksanakan kegiatan rutinitasnya. Untuk
membantu dalam menjalankan aktivitasnya, program ini
menayangkan mengenai makna dan hikmah dalam kegitan sehari-
hari berdasarkan Islam. Dengan berkegiatan berasakan Islam,
khalayak menjadi lebih mengetahui mana yang baik dan yang
buruk untuk dilakukan.
Sedangkan pada program Tabligh Akbar ditayangkan setiap
satu bulan sekali di hari minggu pukul 22.30 malam, program ini
berisikan mengenai pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh
Ustadz-Ustadz serta ada sesi tanya jawab penonton oleh para
Ustadz dan juga hiburan berupa musik-musik religi. Program ini
ditayangkan pada minggu karena pada hari tersebut adalah hari
9 Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 10.
72
libur dan pada jam-jam adalah jam-jam untuk kumpul keluarga.
Dengan penayangan pada jam tersebut membuat program ini
ringan untuk ditonton dan juga bermanfaat untuk menambah
pengetahuan mengenai agama Islam.
2. Habit formation (membangun kebiasaan)
Habit formation yaitu kebiasaan khalayak dibentuk
melalui program acara yang ditayangkan. Tidak jarang dari
pembentukan kebiasaan ini timbul sikap fanatik dari khalayak
terhadap suatu program acara, sehingga khalayak pun enggan
meninggalkan program acara yang ditayangkan.10
Adapun yang
dibuat program pada MNCTV Dengan kesesuaian jam tayang yang
sudah ada, maka khalayak akan terbiasa untuk menonton dengan
jadwal program tersebut. Misalnya, Sarapan Hati yang disajikan
pada pagi hari di setiap hari pada pukul 04.00 pagi dan Tabligh
Akbar pada minggu di setiap bulannya pada pukul 22.30 malam.
dengan mengetahui jam tayang program tersebut membuat
khalayak tidak meninggalkan tayangan program-program religi di
MNCTV dan jika khalayak menyukai program tersebut khalayak
akan menjadi lebih antusias dalam menontonnya.
3. Control of audience flow (mengontrol aliran pemirsa)
Control of audience flow yaitu Ketika sebuah program
selesai ditayangkan, maka program berikutnya disajikan. Antara
program yang satu dengan berikutnya, jumlah audiens harus tetap
10
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 11.
73
dijaga dengan menyajikan program yang tetap bisa menjaga aliran
penonton agar tidak beralih ke channel lain atau bahkan menarik
penonton channel lain.11
Adapun program yang di buat MNCTV
Program tayangan Sarapan Hati yang ditayangkan setiap hari
dengan materi-materi pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh
Ustadz-Ustadz yang berbeda, MNCTV juga mempunyai program
yang tak kalah menarik untuk membuat penontonnya tidak beralih
saluran televisi. Program tersebut adalah program Tabligh Akbar,
program ini ditayangkan sebulan sekali pada hari minggu. Dalam
program ini disajikan pesan-pesan dakwah oleh para Ustadz yang
memberikan dakwahnya secara lebih menarik seperti membuat
lelucon atau candaan kepada para penontonnya. Dengan adanya
program ini MNCTV berupaya untuk membuat para penontonnya
tetap untuk memilih MNCTV sebagai stasiun televisi kesukaannya.
4. Conservation of program resources (pemeliharaan sumber daya
program)
Conservation of program resources (pemilihan sumber
program) yaitu tidak jarang program acara yang sangat terkenal dan
digemari banyak khalayak sekalipun menjadi sangat kuno ketika
ditayangkan kembali untuk kesekian kalinya. Oleh karena itu,
stasiun televisi dituntut untuk kreatif dalam menyajikan materi
program yang ditayangkan.12
Adapun program yang ada di
MNCTV Dalam program dakwah biasanya hanya memberikan
11
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 12-13. 12
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 13-15.
74
sebatas ceramah dari Dai ke mad’u. MNCTV mensajikan program
dakwah yang berbeda dari program dakwah lain yaitu dengan
mensajikan program dakwah yang disajikan pesan-pesan dakwah
oleh Ustadz secara menarik seperti membuat lulucon kepada
khalayak disamping itu juga di datangi artis-artis yang siap
menghibur dengan berikan hiburan berupa musik-musik religi.
Maka dari itu MNCTV menyajikan program dakwah yang menarik
di tonton sehingga khalayak tidak bosan untuk menontonya.
5. Breadth of appeal (daya tarik yang luas)
Breadth of appeal (daya tarik yang luas) yaitu Program
acara yang ditayangkan dapat menjangkau khalayak luas, baik
secara teknis maupun sosial. Namun demikian, hal ini bergantung
pada status organisasi televisi dan tujuan yang ingin dicapai
melalui program acara yang ditayangkan.13
Adapun program yang
ada di MNCTV Program dakwah yang terbiasa ditonton oleh orang
tua dan lebih terlihat membosankan, maka dari itu MNCTV
mensajikan program yang lebih menarik untuk ditonton. Dengan
membuat hanya tidak kalangan orang tua saja yang menonton
tetapi juga kalangan muda, musik menjadi salah satu nya. Dengan
memasukkan musik kedalam program dakwah tabligh akbar
menjadikan program dakwah tidak menjadi membosankan dan
lebih menarik bagi kalangan muda. Penyampaian dakwah yang
juga lebih interaktif dengan penontonnya seperti program Sarapan
Hati, da’i tidak hanya saja berbicara tetapi juga dapat berinteraksi
13
Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming,
Strategi & Practices, 2th
Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 15-16.
75
dengan para mad’u nya melalui tanya jawab. Dengan hal-hal
tersebut diharapkan program dakwah bukanlah lagi program
dakwah yang kaku dan membosankan, tetapi menjadi salah satu
program menarik yang bukan hanya saja orang tua saja yang
menonton tetapi juga bagi kalangan muda dan menjadi program
favorit oleh para penontonnya.
Dengan demikian kinerja programming dalam menentukan
acara yang ditampilkan sesuai dengan kebutuhan khalayak yang
mana mengutamakan Compatibility (kesesuaian), Habit formation
(membangun kebiasaan), Control of audience flow (mengontrol
aliran pemirsa), sebagai stasiun televisi kesukaannya, Conservation
of program resources (pemeliharaan sumber daya program),
Breadth of appeal (daya tarik yang luas), Sesuai dengan teori yang
di kemukakan oleh sydney, yang mana dapat mempertahankan
program dakwah yang ada di MNCTV. Adapun beberapa faktor
lainnya yang dapat mempertahankan program dakwah di MNCTV
diantaranya14
, pertama, ketentuan dari komisi penyiaran Indonesia
(KPI) yang mengharuskan setiap stasiun televisi harus memiliki
program dakwah kedua, banyaknya permirsa yang masih setia
menonton program tersebut.
14
Wawancara Pribadi dengan Programming MNCTV Amie Ristianti, Jakarta, 11 Juni
2014
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi
programming MNCTV, dapat disimpulkan bahwasanya: strategi yang telah
diterapkan program siaran dakwah bukanlah strategi yang asal-asalan
melainkan dengan menggunakan kriteria strategi programming menurut
Sydney W. Head. Yaitu antara lain: Compatibility (kesesuaian), Habit
formation (membangun kebiasaan), Control of audience flow (mengontrol
aliran pemirsa), Conservation of program resources (pemeliharaan sumber
daya program), Breadth of appeal (daya tarik yang luas). Secara umum
program dakwah yang disiarkan oleh MNCTV sudah memenuhi teori dari
strategi programming dalam perencanaan program dakwah dan pemilihan
acara agar program acara yang disajikan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan permirsa. Namun demikian MNCTV sudah berusaha memenuhi
kebutuhan permirsa memperoleh informasi, hiburan, dan khususnya program
dakwah melalui program-program yang disajikan, walaupun masih perlu
pembenahan lagi. Beberapa faktor lainnya yang dapat mempertahankan
program dakwah di MNCTV diantaranya, pertama, ketentuan dari komisi
penyiaran Indonesia (KPI) yang mengharuskan setiap stasiun televisi harus
memiliki program dakwah kedua, banyaknya permirsa yang masih setia
menonton program tersebut. Dan program dakwah yang ada di MNCTV
adalah Sarapan Hati dan Tabligh Akbar.
77
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berkesan dengan penelitian strategi
programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.
1. Maksimalkan penerapan strategi programming yang selama ini
telah diterapkan agar program dakwah semakin baik ke depannya.
2. Dalam rangka meningkatkan kualitas program dakwah khusunya di
MNCTV, maka program tabligh akbar dan sarapan hati hendaknya
menjadi sarana pengembangan ide kreativitas agar program yang disiarkan
dapat terus maju, sehingga mampu menghasilkan tayangan yang menarik
dan berkualitas.
3. Melakukan promosi program dan penjualan program kepada
pengiklan dengan lebih gencar. Manfaatkan semua media promosi
yang ada sehingga stasiun MNCTV dan seluruh programnya dapat dikenal
lebih luas.
4. Kemudian saran bagi pendengar dalam menonton program televisi, harus
pandai memilih program, tidak hanya mendapatkan hiburan, tetapi harus
memilih menonton dan mendengrkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri
kita. Untuk mendapat sesuatu yang bisa membuat kita lebih cerdas, dapat
memicu kita untuk hidup lebih baik dan mendapatkan wawasan baik
agama maupun pengetahuan umum.
78
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
Bittner, John R. Broadcasting Telecommunication; An Introduction. Third
Edition. New Jersey: Pretince Hall, 1991.
David, Fred R. Manajemen Strategi dan Konsep. Jakarta: Perhelalindo, 2002.
Djmal, Hidajanto dan Fachruddin. Andi. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah,
Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Dominick, Joseph R. The Dynamic of Mass Communication, Third Editio. Boston:
Mc Graw- Hill, 1990.
Eastman, Susan Tyler Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming,
Strategies & Practices, 2th Edition. Wadsworth Publishing Company,
1992.
Eastman, Susan Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein. Broadcast/ cable
programming, Strategi & Practices, 2th
Edition. California: Wadsworth
Publishing Company, 1984.
Efendi, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung : CV. Mandar Maju, 1989.
--------------------. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti 1993.
---------------------. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Gazali, Effendi. Konstruksi Sosial Industri Penyiaran: Plus Acuan Tentang
Penyiaran Publik dan Komunitas. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP UI, 2003.
Hasanuddin, A. H. Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan.
Surabaya : Usaha Nasional, 1992.
Joseph, Severin Warner. Communication Theories: origins, methods, and uses in
the mass media, 3rd
editio. New york: Longman, 1992.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televis. Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1996.
L. Sherman Barry. Telecommunications Management, Broadcasting / Cable and
The New tecnologies, 2nd
Edition. McGraw-Hill Inc, 1995.
79
Luth, Thohir, M. Natsir. Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta : Gema Insani, 1999.
McQuali, Dennis & Sven Windahl. Communication Models The Study Of Mass
Comunication, 2nd
Edition, New York: Longman Publishing, 1993.
Moleong, Lexi J, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid. Teori Komunikasi Massa:
Media, Budaya dan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: StrategiMengelola Radio & Televisi
Jakarta: Kencana, 2008.
Mufid, Muhammad, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana,
2007.
Narbuko, Chalid dan Abu Ahmad. Metodelogi penelitian. Jakarta: PT Bumi
Aksara,1997.
Purwono, Setiawan hari dan Zalkiflimansyah. Manajemen strategi sebuah Konsep
Pengantar. Jakarta: lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2001.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikas. Bandung: PT Remaja
Rasdakarya, 2006
Royidi, Lathief. Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: Firma
Rainbon, 1989.
Setyobudi, Ciptono. pengantar Teknik Broadcasting Televisi. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu, 2005.
Siagan, Sondang. analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi.
Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986.
Siregar, Ashadi. Menyikapi Media Penyiaran: Membaca televisi Melihat Radio.
Yogya: LP3Y. 2001.
Soeharto, RM. Program Televisi Dari penyusunan Sampai Pengaruh Siaran.
Jakarta: IKJ Press, 2007.
Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994.
Sunandar, Telaah format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI,
Tesis. yogyakarta: 1998.
80
Surahmad, Winarno. Dasar-dasar Teknik Penelitian. Bandung: CV. Tarsita,
1989.
Sutisno, P.C.C. Pedoman Praktis, penulisan Scenario TV dan Vidio. Jakarta: PT.
Grasindo, 1993.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya Indonesia,
Penerbit: Al-Ikhlas.
Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
Wibowo, Fred. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT. Grasindo,
1997.
Ya`kub, Hamzah. Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership. Bandung:
CV. Diponogoro, 1992.
Yakan, Muna Haddad. Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak. Jakarta:
Gema Insani Press, 1998.
DOKUMENTASI WAWANCARA (INTERVIEW)
Bersama Amie Ristianti (Programmer MNCTV)
Bersama Amie Ristianti (Programmer MNCTV)