SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN
PANGAN DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN
PANGAN DI KABUPATEN TANGERANG
Oleh
HENING FEBRIANA
NIM 6661140344
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, JANUARI 2019
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Insyirah: 5)
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya (39). Dan sesungguhnya usahanya itu kelak
akan diperlihatkan (kepadanya) (40). Kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna(41).
Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala
sesuatu) (42).”
(QS. An-Najm : 39-42)
Jika Niat Kita Baik, Insya Allah akan Menghasilkan Sesuatu
yang Baik pula. -Penulis
ABSTRAK
Hening Febriana. NIM. 6661140344. 2019. Strategi Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Tangerang. Program Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. 2018. Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si dan Pembimbing II: Dr.
Ayuning Budiati, MPPM.
Kata Kunci: Strategi, Ketahanan Pangan, Kabupaten Tangerang
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk
mengaksesnya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang juga
mendukung ketahanan pangan nasional, dengan menjadikan sektor pertanian sebagai
salah satu potensi wilayah yang terus dikembangkan. Namun, terdapat permasalahan
seprti belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di wilayah
Kabupaten Tangerang, jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian
yang masih kurang, angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.
belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan masyarakat dan
kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di Kabupaten Tangerang.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah berupaya dalam meningkatkan
ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, seperti dengan adanya pelaksanaan
program Lumbung Padi masyarakat, KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari),
LCMB2SA (Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman) tingkat
Kabupaten, Pengawasan keamanan pangan segar dan lainnya. Hasil dari penelitian ini
yaitu dalam pelaksanaannya masih belum berjalan secara optimal dikarenakan masih
banyaknya kendala dalam pelaksanaan program-program tersebut.
ABSTRACT
Hening Febriana. NIM. 6661140344. 2019. Agriculture Service Strategy and
Food Security in Increasing Food Security in Tangerang District.. Public
Administration. Faculty of Social and Political Sciences. 2018. First Advisor :
Riny Handayani, M.Si and Second Advisor: Dr. Ayuning Budiati, MPPM.
Keywords: Strategy, Food Security, Tangerang District
Food security is food availability and a person's ability to access it. The
Tangerang District Agriculture and Food Security Agency also supports national
food security, by making the agricultural sector one of the regional potentials that
continues to be developed. However, there are problems such as the lack of
government and community food reserves in the Tangerang District region, the
number of agricultural extension workers is still lacking, the poverty rate in
Tangerang Regency is still quite high, the lack of quality in the diversity of
people's food consumption and the lack of interest in the younger generation in
agriculture in Tangerang Distict. The Agriculture and Food Security Agency has
sought to improve food security in Tangerang District, such as the implementation
of the community rice barn program, KRPL (Sustainable Food House Area),
LCMB2SA (Diverse, nutritious, balanced, and safe copyright menu competition)
at the district level, Supervision fresh and other food security. The results of this
study, which are still not running optimally because there are still many obstacles
in the implementation of these programs.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan
baik itu nikmat jasmani dan rohani. Sholawat serta salam tidak lupa dipanjarkan
kepada junjungan nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi suri tauladan bagi kita
semya.
Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Tangerang.” Ketahanan Pangan merupakan salah satu isu strategis dalam pemenuhan
kebutuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan
kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu negara. Kabupaten Tangerang
merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Banten, dan memasukkan
Ketahanan Pangan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah) Tahun 2013-2018 dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai
perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa yang akan datang. Terima kasih
paling terdalam penulis ucapkan untuk ibunda yang selalu mendokan tiada henti,
serta untuk ayahanda yang selalu memberikan motivasi agar dapat menjadi anak yang
ix
sukses. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah
memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukhroman S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Dr. Arenawati M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Riny Handayani M.Si., Dosen Pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
x
9. Dr. Ayuning Budiati, MPPM, Dosen Pembimbing II skripsi yang selalu
bijaksana dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini.
10. Dr. Ipah Ema Jumiati M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti
selama proses penelitian.
13. Para pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan wawancara
yang dibutuhkan peneliti, khusunya pada Bidang Ketahanan Pangan.
14. Kepada seluruh informan penelitian yang telah bersedia dan menyempatkan
waktunya untuk memberikan informasi kepada peneliti.
15. Ayah dan Ibunda yang selalu mendoakan penulis tiada henti, agar menjadi
orang yang berhasil dan selalu memberikan semangat, nasehat dengan
bijaksana kepada penulis.
16. Mardelani Angelica, Raysa Amelia Fareza, Dea Merinda, Siti Azizah, Tiara
Kusnia Dewi, Nur oktafiani, Iyun Wahyuni, sahabat yang selalu memberikan
motivasi dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
xi
17. Teman-teman seperjuangan Kelas A dan B Administrasi Publik angkatan
tahun 2014 yang saling mendukung agar semuanya bisa sukses.
Selain itu peneliti selaku penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Disamping itu juga peneliti berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, peneliti ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Serang, 04 Januari 2019
Hening Febriana
xii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 30
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 31
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 31
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 31
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 31
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................... 32
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori ................................................................................... 35
2.1.1 Konsep Organisasi Publik .................................................... 36
2.1.2 Definisi Manajemen ............................................................. 37
2.1.3 Definisi Strategi ................................................................... 39
2.1.4 Pengertian Manajemen Strategi ........................................... 41
2.1.5 Proses Manajemen Strategi .................................................. 44
xiii
2.1.6 Analisis SWOT ..................................................................... 47
2.1.7 Ketahanan Pangan ................................................................. 55
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 59
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................... 63
2.4 Asumsi Dasar ...................................................................................... 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 66
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ...................................................... 67
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 68
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 68
3.4.1 Definisi Konsep .................................................................... 68
3.4.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................ 69
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 70
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 71
3.7 Informan Penelitian ........................................................................... 74
3.8 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data .......................................... 75
3.8.1 Teknik Analisis Data ............................................................ 75
3.8.2 Uji Keabsahan Data .............................................................. 77
3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 81
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang ................................ 81
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang ............................................................... 83
4.1.2.1 Visi dan Misi .................................................................. 83
4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang ..................... 85
4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang........................................ 88
xiv
4.2 Deskripsi Data ..................................................................................... 91
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 91
4.2.2 Data Informan ............................................................................ 92
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 93
4.4 Hasil Penelitian ................................................................................... 124
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 132
5.2 Saran .................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 134
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga
Berlaku (Persen) Tahun 2017........................................................................ 3
1.2 Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota dalam (ton) di Provinsi
Banten Tahun 2016 ....................................................................................... 7
1.3 Penggunaan Luas Lahan berdasarkan Status Penggunaan Lahan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017 ..................................................... 9
1.4 Jumlah Status Penggunaan Lahan untuk Bangunan, Perkantoran,
Pekarangan dan halaman sekitar/ House Compound dalam Hektare (Ha)
di Kabupaen Tangerang Tahun 2017 ..................................................... 10
1.5 Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota dalam Hektare (Ha)
Di Provinsi Banten Tahun 2012-2016 ....................................................... 11
1.6 Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota dalam Persen (%)
Di Provinsi Banten Tahun 2012-2016 ....................................................... 12
1.7 Perbandingan Luas Lahan Sawah dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten Tahun 2016 ............................................................... 13
1.8 Distribusi PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2016 .... 15
1.9 Indikator Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang
Mengacu kepada Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang ...... 18
1.10 Ketersediaan Pangan terhadap Konsumsi (produksi, konsumsi normative,
surplus/defisit) di Kabupaten Tangerang Tahun 2010-2017 ...................... 23
xvi
1.11 Jumlah Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja Balai Penyuluh Pertanian
(WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ..................................... 24
1.12 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang
Tahun 2011-2016 ....................................................................................... 26
1.13 Penduduk 15 Tahun Keatas yang bekerja sebagai Petani di
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2016 ................................................... 29
2.1 Format Menganalisis dan Menentukan Keputusan Strategis dengan
Pendekatan Matriks SWOT ...................................................................... 52
2.2 Matriks Analisis SWOT .......................................................................... 53
3.1 Pedoman Wawancara ............................................................................... 69
3.2 Informan Penelitian .................................................................................... 75
3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 80
4.1 Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan
(WKBPP) seKabupaten Tangerang tahun 2016 ......................................... 96
4.2 Jumlah keanggotaan Kelompok Tani di Kabupaten Tangerang
Tahun 2016 ................................................................................................ 98
4.3 Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani di Wilayah kerja Balai
penyuluhan Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang tahun 2016 .... 109
4.4 Hasil Proyeksi penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ................... 112
4.5 Penggunaan Tanah Sementara tidak diusahakan dalam Hektare (Ha)
di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ..................................................... 116
4.6 Matriks Analisis SWOT ............................................................................. 125
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Proses Manajemen Strategi ........................................................................... 44
2.2 Mengidentifikasi Peluang-Peluang Organisasi ............................................ 48
2.3 Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan dalam Perspektif SWOT ........... 49
2.4 Analisis Diagram SWOT ............................................................................. 54
2.5 Dampak Kekurangan Pangan pada Pengembangan Fisik,
Kesehatan dan Sosial .................................................................................... 57
2.6 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................................... 64
3.1 Analisis data Kuallitatif menurut Miles dan Huberman ............................... 77
4.1 Peta Wilayah Provinsi Banten ....................................................................... 82
4.2 Wilayah Kabupaten Tangerang ..................................................................... 83
4.3 Struktur Organisasi Bidang Ketahanan Pangan di
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang ................... 90
4.4 Lumbung Pangan atau Lumbung Padi Poktan Palis ..................................... 103
4.5 KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari ...................................................... 105
4.6 Penggunaan Lahan menurut status penggunaan lahan di
Kabupaten Tangerang (hektar) 2016 ............................................................. 115
4.7 Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang ....... 127
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin mencari data Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Membercheck
Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data
Lampiran 5 Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018
Lampiran 6 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang membentang
dari Sabang sampai Merauke dan terletak di garis khatulistiwa. Luas wilayah
Indonesia seluruhnya adalah 5,2 juta km2 yang terdiri atas 1,9 juta km
2 daratan
dan 3,3 juta km2 lautan. Letak geografis Indonesia berada di antara 6 Lintang
Utara - 11 Lintang Selatan dan 95 Bujur Timur - 141 Bujur Timur. Jika
dibentangkan, maka wilayah Indonesia berada di sepanjang 3.977 mil antara
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2015). Pengaruh dari letak geografis menyebabkan wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, sehingga mengalami dua perubahan
musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Adanya dua perubahan musim
tersebut membuat Indonesia termasuk negara dengan iklim tropis. Iklim tropis
berkaitan dengan sumberdaya alam Indonesia, karena memberikan dampak yang
sangat signifikan terutama sumber daya alam yang dimilki Indonesia.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33
Ayat 3). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Pasal 33 Ayat 4). Dengan demikian,
sudah seharusnya bahwa negara menjaga sumberdaya alam baik yang ada di darat
1
2
maupun yang ada di laut, untuk pembangunan dan juga untuk keberlangsungan
kehidupan rakyat Indonesia. Selain itu, agar kekayaan alam di Indonesia tidak
habis dan tetap terjaga kelestariannya.
Indonesia juga disebut negara agraris karena sebagian besar
wilayah Indonesia terdiri atas lahan pertanian. Berdasarkan pada data Badan Pusat
Statistik (BPS) tentang angkatan kerja di tiap sektor, Indonesia dikatakan sebagai
negara agraris. Setidaknya, masih ada lebih dari 30% angkatan kerja Indonesia
bekerja di sektor pertanian. Salah satu kekayaan alam Indonesia yaitu memiliki
tanah yang relatif subur sehingga dapat dikelola untuk berbagai hal seperti
pertanian. Penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk sektor pertanian yang
meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman keras,
untuk kehutanan maupun untuk ladang penggembalaan dan perikanan. Tetapi
untuk daerah perkotaan khususnya, penggunaan tanah yang utama adalah untuk
pemukiman serta untuk industri dan perdagangan. Penggunaan tanah yang
meliputi pegunungan, pantai atau danau lebih banyak untuk keperluan rekreasi.
Maka dari itu, pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai
peran strategis dan penting. Bagi Indonesia, sektor ini juga merupakan sektor
paling krusial karena menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto.
Dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah, bahwa pertanian memberikan kontributor
kedua dalam pertumbuhan ekonomi nasional setelah industri manufaktur terhadap
PDB (produk domestik bruto) berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS),
pada triwulan II 2017 dan terus memberi kontribusi positif untuk perekonomian
3
Indonesia. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti
perdagangan maupun konstruksi.
Tabel 1.1
Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar
Harga Berlaku dalam (Persen) di Indonesia pada Tahun 2017
Kategori Uraian 2017
I II
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,59 13,92
B Pertambangan dan Penggalian 7,94 7,36
C Industri Pengolaan 20,48 20,26
D Pengadaan Listrik dan Gas 1,21 1,17
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limba dan
Daur Ulang
0,07 0,07
F Konstruksi 10,22 10,11
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
13,22 13,03
H Transportasi dan Pergudangan 5,20 5,27
I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum 2,90 2,83
J Informasi dan Komunikasi 3,79 3,83
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,29 4,21
L Real Estate 2,84 2,80
M,N Jasa Perusahaan 1,76 1,74
O Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
3,54 3,63
P Jasa Pendidikan 3,13 3,23
Q Jasa Kegiatan dan Kegiatan Sosial 1,07 1,05
R Jasa Lainnya 1,77 1,75
Sumber: BPS Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan Tahun 2013-2017
Pertanian juga sebagai penggerak ekonomi rakyat, yaitu menyumbang
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat. Dr. Abdul Basit, Kepala Pusat Sosial
4
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, PSEKP, Kementerian Pertanian mengatakan,
selama lima tahun terakhir (2011-2016) jumlah penduduk yang bekerja pada
sektor pertanian sekitar 38,3 juta – 42,5 juta orang atau sekitar 31,7 persen – 37,9
persen dari angkatan kerja penduduk Indonesia (www.republika.co.id). Pertanian
juga sebagai sumber pendapatan utama petani serta penyedia bahan-bahan pokok
agar inflasi tetap terkendali dan menyumbangkan devisa yang cukup besar bagi
Indonesia.
Selain itu, sektor pertanian Indonesia juga sebagai penopang ekonomi
bangsa, mengingat Indonesia yang luas dan kaya akan hasil dari pertanian. Secara
teoritis, berkurangnya pangsa tenaga kerja dari suatu sektor dapat disebabkan oleh
dua perubahan, yakni penurunan secara absolut: jumlah orang yang bekerja di
sektor tersebut berkurang, atau penurunan secara relatif : laju pertumbuhan tenaga
kerja di sektor tersebut lebih kecil dibandingkan di sektor-sektor lain atau tidak
ada perubahan, sementara di sektor-sektor lain jumlah tenaga kerja meningkat.
Kasus Indonesia menunjukkan bahwa turunnya pangsa tenaga kerja di sektor itu
sejak pertengahan hingga menjelang akhir tahun 1990-an. Walaupun tidak ada
data agrerat yang dapat mendukung, namun dapat diduga kuat bahwa selama
periode tersebut telah terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor-
sektor lain, khususnya industri pengelolaan, angkutan, restoran, jasa dan lain-lain
(Perkembangan sektor pertanian di Indonesia, 2003).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
5
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Hasil pertanian berupa pangan menjadi kebutuhan dasar bagi manusia yang paling
utama. Dalam UUD 1945 melakukan pemenuhuan akan pangan termasuk bagian
dari hak asasi manusia. Karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia, maka
pangan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan bangsa.
Setiap tahun jumlah penduduk meningkat, tetapi jumlah produksi pertanian
tetap sama atau mengalami kenaikan tapi sedikit. Maka, hasil produksi pertanian
tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk.
Pertumbuhan akan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
pangan, seperti yang dikatakan oleh Thomas Robert Malthus pada tahun 1798
dalam bukunya “Essay on the Principle of Population” bahwa pertumbuhan
penduduk mengikuti deret ukur, (geometric progression, dari 2 ke 4, 8, 16, 32 dan
seterusnya), sedangkan pertumbuhan produksi pangan hanya mengikuti deret
hitung (arithmetic progression, dari 2 ke 4, 6, 8 dan seterusnya). Malthus
menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah populasi pada suatu waktu, semakin
banyak bayi yang dilahirkan dan mengakibatkan jumlah populasi pada generasi
selanjutnya makin tinggi. Pertumbuhan populasi dunia akan semakin cepat
mengikuti pertumbuhan eksponensial, sementara daya dukung lingkungan seperti
ketersediaan lahan dan air bertambah mengikuti deret aritmatika. Pada suatu
waktu, jumlah populasi akan melebihi ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan.
6
Banyak orang yang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan
penduduk di dunia, yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia
untuk kegiatan-kegiatan untuk pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat
dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi
oleh teori Malthus. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan dua hal,
yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau
lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah
terus, atau akibat distribusi yang tidak merata ke seluruh dunia : banyak daerah
seperti Afrika mengalami krisis pangan, sementara di Eropa Barat, Amerika Utara
dan sebagian Asia mengalami kelebihan pangan (Perkembangan sektor pertanian
di Indonesia, 2003).
Ketidakstabilan ekonomi dapat terjadi jika ketersediaan pangan lebih kecil
dibandingkan kebutuhannya. Bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas nasional apabila ketahanan pangan terganggu dan berada dalam kondisi
kritis pangan. Upaya meningkatkan peran sektor pertanian dihadapkan pada
beberapa kendala seperti terjadinya konversi lahan, akses petani terhadap
teknologi, sumber-sumber pembiayaan dan pasar masih rendah, sebaran produksi
pangan tidak merata baik antar daerah maupun waktu, berkurangnya minat
generasi muda untuk terlibat pada sektor pertanian, serta dampak negatif dari
perubahan iklim global. Pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan pangan
terutama pangan pokok melalui berbagai program. Penyediaan pangan dari
produksi dalam kurun 2010-2014 menunjukkan peningkatan seperti untuk padi
sebesar 1,63% per tahun. Peningkatan produksi di Luar Jawa lebih tinggi
7
dibandingkan dengan di Jawa. Demikian pula produksi jagung meningkat
walaupun dengan tingkat yang lebih rendah yaitu sekitar 1,11% per tahun dan
produksi kedelai meningkat sebesar 1,93% per tahun. Pemicu peningkatan
produksi padi diantaranya karena peningkatan luas panen seluas 540 ribu ha dan
produktivitas sebesar 1,20 kw/ha. Peningkatan produksi jagung diakibatkan
adanya peningkatan produktivitas (2,87 %/tahun), namun luas panen mengalami
penurunan sebesar -1,77 persen per tahun (Badan Ketahanan Pangan, 2015).
Provinsi Banten Pada tahun 2016 menghasilkan produksi padi sebesar
2.300.595 ton untuk padi sawah. Dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2
Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota dalam (ton)
di Provinsi Banten Tahun 2016
Wilayah Dalam (ton)
Kabupaten Pandeglang 694.295
Kabupaten Lebak 584.648
Kabupaten Tangerang 531.806
Kabupaten Serang 384.648
Kota Tangerang 88.228
Kota Cilegon 13.347
Kota Serang 3.368
Kota Tangerang Selatan 401
(Sumber: BPS Provinsi Banten dalam angka Tahun 2017)
Pada tabel 1.2, dapat dilihat bahwa ada 4 wilayah yang memiliki produksi
padi tertinggi yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Tangerang dan Kabupaten Serang. Seperti yang dilansir oleh Bisnis.com
(17/10/2016) bahwa pemerintah Banten mengarahkan lahan pertanian pangan
8
berkelanjutan di Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang. Kabupaten
Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Kepala Bidang Produksi Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Banten Budiyana menjelaskan sejumlah
Kabupaten/Kota di Banten sudah mengalami laju alih fungsi lahan cukup
signifikan, salah satunya berada di Kabupaten Tangerang. Hal ini patut
dimaklumi, kawasan ini berada dekat dengan DKI Jakarta dan satu-satunya daerah
di Tangerang Raya yang masih memiliki lahan cukup luas.
Kabupaten Tangerang memiliki alih fungsi lahan tinggi dibandingkan
dengan ketiga wilayah lainnya, karena setiap tahunnya luas lahan pertanian di
Kabupaten Tangerang semakin menyusut. Penyusutan lahan produktif diubah
menjadi bangunan perusahaan, kawasan pemukiman atau bangunan lainnya. Hal
itu disebabkan karena kebutuhan pengusaha terhadap lahan sehingga berdampak
terhadap penyediaan pangan lokal. Padahal, Kabupaten Tangerang merupakan
salah satu kabupaten yang memiliki sistem pertanian yang cukup baik. Berada di
wilayah rendah, memiliki jenis tanah yang subur, dan cocok digunakan untuk
pertanian. Namun, seiring dengan berkembangnya wilayah Kabupaten Tangerang
menjadi daerah urban, wilayah Kabupaten Tangerang mengalami laju alih fungsi
lahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan wilayah Kabupaten/Kota yang
berada di wilayah Provinsi Banten. Dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah Status
Penggunaan Lahan di Kabupaten Tangerang sebagai berikut:
9
Tabel 1.3
Penggunaan Luas Lahan berdasarkan Status Penggunaan Lahan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017
(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka Tahun 2015-2018)
Dilihat pada Tabel 1.3 di atas, bahwa penggunaan lahan paling besar yaitu
untuk lahan pertanian dan juga lahan bangunan, hal tersebut dikarenakan desakan
kebutuhan yang berada di Kabupaten Tangerang, maka mau tidak mau Kabupaten
No Status Penggunaan
Lahan
2014
2015 2016 2017
Tahun Hektare % Hektare % Hektare % Hektare %
1 Lahan Sawah 39.177 52,53 37.127 38,65 37.073 41,90 36.193 37,7
2 Bangunan,
Perkantoran,
Pekarangan dan
halaman sekitar/
House Compound
27.657 37,08 37.935 39,49 37.917 42,85 38.731 40,3
3 Tegal, kebon/Garden 13,275 0,01 10.319 10,74 10.319 11,66 10.176 10,6
4 Ladang, huma /Dry
Land
3.878 5,20 18 0,01 18 0,02 0 0
5 Penggembalaan,
Padang rumput/
Grass Land
126 0,16 136 0,14 136 0,15 136 0,14
6 Rawa (tidak ditanam)
Swamps Fed
249 0,33 0 0 0 0 0 0
7 Tanah sementara
tidak diusahakan/
Temporary Follow
Land
1.210 1,62 1066 1,10 122 0,13 1237 1,28
8 Tanaman kayu-
kayuan dan hutan
rakyat/Private Woods & Forested
Land
324 0,43 1547 1,61 1654 1,86 1654 1,72
9 Hutan negara/State Forest
0 0 0 0 0 0 0 0
10 Perkebunan/Estate
Land
54 0,07 154 0,16 154 0,17 154 0,16
11 Tambak, kolam, dan
empang.
1.884 2,52 7740 8,05 1078 1,2 7680 8,00
Jumlah 74.572
100 96.042
100 88.471
100 186.961
100
10
Tangerang harus memenuhi kebutuhan tersebut dan menjadi daerah urban.
Kawasan ini berada dekat dengan daerah Ibu Kota Jakarta dan satu-satunya daerah
di Tangerang Raya yang masih memiliki lahan cukup luas, sehingga lahan
pertanian yang ada sedikit demi sedikit terus berkurang dan dijadikan bangunan
pabrik atau perumahan. Berikut adalah data jumlah penggunaan lahan Bangunan,
Perkantoran, Pekarangan dan halaman sekitar dapat dilihat pada tabel 1.4 di
bawah ini.
Tabel 1.4
Jumlah Status Penggunaan Lahan untuk Bangunan, Perkantoran,
Pekarangan dan halaman sekitar/ House Compound dalam Hektare (Ha) di
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No Kecamatan Hektare
(Ha)
No Kecamatan Hektare
(Ha)
1 Cisoka 968 16 Sukamulya 1.011
2 Solear 955 17 Kresek 392
3 Tigaraksa 1.393 18 Gunung Kaler 194
4 Jambe 887 19 Kronjo 1.329
5 Cikupa 3.458 20 Mekar Baru 90
6 Panongan 2.225 21 Mauk 978
7 Curug 1.984 22 Kemiri 873
8 Kelapa Dua 1.801 23 Sukadari 626
9 Legok 1.500 24 Rajeg 1.658
10 Pagedangan 2.613 25 Sepatan 1.054
11 Cisauk 1.615 26 Sepatan Timur 752
12 Pasar Kemis 1.595 27 Pakuhaji 1.325
13 Sindang Jaya 1.753 28 Teluk Naga 983
14 Balaraja 1.683 29 Kosambi 2.256
15 Jayanti 780
(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka tahun 2018)
11
Pada Tahun 2017 berdasarkan Tabel 1.4 Di atas, wilayah yang status
penggunaannya paling banyak digunakan untuk kawasan Bangunan, Perkantoran,
Pekarangan dan halaman sekitar adalah Kecamatan Cikupa dengan 3.458 ha,
kedua yaitu Pagedangan 2.613 ha dan ketiga Panongan 2.225 ha. Kecamatan
Cikupa menempati urutan pertama karena memang disana banyak terdapat
kawasan industri dan juga rumah serta bangunan. Kita dapat lihat perbandingan
luas lahan Kabupaten Tangerang yang setiap tahunnya berkurang dibandingkan
dengan tiga wilayah lainnya yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan
juga Kabupaten Serang pada tabel 1.5 di bawah ini.
Tabel 1.5
Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota
dalam Hektare (Ha) di Provinsi Banten Tahun 2012-2016
No Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1 Kabupaten
Pandeglang
47.153,00 54.080,00 54.541,00 54.541,00 54.540,00
2 Kabupaten Lebak 40.150,00 40.150,00 47.572,00 49.444,00 53.946,00
3 Kabupaten
Tangerang
42.702,00 38.644,00 38.644,00 36.934,00 36.635,00
4 Kabupaten
Serang
49.543,00 45.024,00 48.861,00 48.095,00 47.548,80
5 Kota Tangerang 1.310,00 690,00 618,00 460,00 460,00
6 Kota Cilegon 1.965,00 1.746,00 1.786,00 1.618,00 1.601,90
7 Kota Serang 8.197,00 8.476,00 8.355,00 8.325,00 8.325,00
8 Kota Tangerang
Selatan
- 213,00 103,00 75,00 66,00
Jumlah Luas Lahan 191.020,00 194.716,00 200.480,00 199.492,00 203.122,70
) Sumber:epublikasi.setjen.pertanian.go.id,(diakses pada tanggal 5 November 2017)
12
Dapat dilihat pada tabel 1.5 bahwa Kabupaten Tangerang mengalami
penurunan jumlah lahan sawah setiap tahunnya secara perlahan. Berbeda dengan
wilayah Kabupaten yang lainnya walaupun mengalami penurunan, ada dibagian
tahun lainnya mengalami kenaikan. Tetapi, di Kabupaten Tangerang terus lahan
sawah terus menerus mengalami penyususutan dan tidak mengalami kenaikan.
Pada tahun 2012-2013 penurunan terjadi sebesar 9,5%. 2013-2014 tidak
mengalami penurunan karena jumlah lahan yang ada tetap sama. Tahun 2014-
2015 turun 4,4%, dan tahun 2015-2016 turun 0,8%. Selain itu luas lahan Sawah di
Provinsi Banten dapat dilihat dalam bentuk persen pada tabel 1.6 dibawah ini.
Tabel 1.6
Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota
dalam Persen (%) di Provinsi Banten Tahun 2012-2016
No Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1 Kabupaten
Pandeglang
24,68 28,61 27,20 27,33 26,85
2 Kabupaten Lebak 21,01 21,24 23,72 24,78 26,55
3 Kabupaten
Tangerang
22,35 20,44 19,27 18,51 18,03
4 Kabupaten
Serang
25,93 23,81 24,37 24,10 23,40
5 Kota Tangerang 0,68 0,36 0,30 0,23 0,22
6 Kota Cilegon 1,02 0,92 0,89 0,81 0,78
7 Kota Serang 4,29 4,48 4,16 4,17 4,09
8 Kota Tangerang
Selatan
- 0,11 0,05 0,03 0,03
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber:epublikasi.setjen.pertanian.go.id,(diakses pada tanggal 5 November
2017) diolah Peneliti.
13
Untuk mengetahui perbandingan luas lahan sawah terhadap luas wilayah
Kabupaten/Kota pada Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel 1.7 di bawah ini.
Tabel 1.7
Perbandingan Luas Lahan Sawah dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten Tahun 2016
Wilayah Luas Wilayah
dalam (Km2)
Luas wilayah
diubah menjadi
(hektare)
Luas Lahan
dalam
(hektare)
Persentase luas
lahan terhadap
wilayah
Kabupaten Pandeglang 2.746,89 274.689 54.540,00 19,86%
Kabupaten Lebak 3.426,56 342.656 53.946,00 15,74%
Kabupaten Tangerang 1.011,86 101.186 36.635,00 36,20%
Kabupaten Serang 1.734,28 173.428 47.548,80 27,41%
Kota Tangerang 153,93 15.393 460,00 2,98%
Kota Cilegon 175,50 17.550 1.601,90 9,13%
Kota Serang 266,71 26.671 8.325,00 31,21%
Kota Tangerang Selatan 147,19 14.719 66,00 0,44%
Dilihat pada tabel 1.7 di atas adalah perbanding luas lahan sawah terhadap
luas wilayah Kabupaten/Kota masing-masing. Kabupaten Tangerang merupakan
salah satu wilayah yang persentase luas lahan sawahnya cukup tinggi sebesar
36,20% terhadap luas wilayahnya, padahal luas wilayah Kabupaten Tangerang
tidak terlalu besar. Berbeda dengan Kabupaten Pandeglang yang persentasenya
sebesar 19,86%, padahal luas wilayahnya cukup besar. Sama juga seperti
(sumber: data didapat dari BPS Provinsi Banten dalam angka Tahun 2017 dan
epublikasi.setjen.pertanian.go.id diolah peneliti)
14
Kabupaten Lebak yang persentasenya 15,74% terhadap luas wilayahnya yang juga
termasuk cukup besar. Oleh karena itu Kabupaten Tangerang bisa dikatakan
memiliki sebuah potensi untuk pengembangan dalam sektor pertanian. Namun
seperti yang sudahh dijelaskan, karena termasuk wilayah urban yang alih fungsi
lahannya cukup tinggi dan juga banyaknya kebutuhan pengusaha terhadap lahan,
maka setidaknya Kabupaten Tangerang saat ini minimal bertahan dan
mempertahankan luas lahan yang ada sekarang ini karena sebagai penyangga bagi
kota-kota disekitarnya.
Sektor pertanian juga memberikan kontribusi penting untuk pendapatan
daerah Kabupaten Tangerang. Sumbangan Produk Domestik Regional Bruto
sektor pertanian di Kabupaten Tangerang termasuk cukup besar. Secara lebih
rincinya sumbangan PDRB setiap sektor di Kabupaten Tangerang dalam periode
tahun 2010-2016 dapat dilihat dalam tabel 1.8 di bawah ini.
15
Tabel 1.8
Distribusi PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2016
TAHUN 2010 - 2016 (Persen) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
6,79 6,60 6,40 6,66 6,55 6,64 6,88
B. Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
C. Industri Pengolahan 44,37 43,29 42,54 42,51 39,30 37,95 37,25
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,91 3,45 3,58 3,02 5,70 6,27 5,11
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah,Limbah dan Daur Ulang
0,08 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
F. Konstruksi 9,92 10,19 10,75 11,55 12,43 12,76 13,12
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
10,98 11,37 11,61 11,16 10,94 10,82 10,76
H. Transportasi dan Pergudangan 2,36 2,35 2,39 2,51 2,64 2,69 2,79
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
1,37 1,35 1,37 1,37 1,42 1,45 1,49
J. Informasi dan Komunikasi 3,93 3,76 3,54 3,22 3,26 3,19 3,25
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,97 4,25 4,71 4,88 4,68 4,73 5,31
L. Real Estate 6,93 6,84 6,62 6,54 6,40 6,65 6,90
M,N. Jasa Perusahaan 0,87 0,89 0,89 0,94 0,94 0,98 1,02
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1,42 1,51 1,51 1,49 1,51 1,60 1,69
P. Jasa Pendidikan 2,23 2,23 2,30 2,30 2,32 2,35 2,46
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,42 0,41 0,40 0,39 0,39 0,39 0,40
R,S,T,U. Jasa lainnya 1,38 1,37 1,28 1,36 1,39 1,41 1,45
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Dilihat dari tabel 1.8, pertanian menempati kontributor ke lima dalam
PDRB Kabupaten Tangerang setelah industri pengelolaan, konstruksi,
perdagangan, dan real estate. Namun, laju pertumbuhan pertanian setiap tahun
(Sumber : BPS Kabupaten Tangerang dalam angka 2017)
16
mengalami naik turun. Pada tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami penurunan,
dan naik kembali pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 menurun kembali
dan naik kembali pada tahun 2016. Kabupaten Tangerang saat ini merupakan
daerah yang di wilayahnya merupakan lokasi indsutri, sehingga Industri
Pengolahan menempati urutan pertama dalam PDRB Kabupaten Tangerang,
sehingga pertumbuhan ekonomi lebih banyak pada sektor Industri Pengolahan
dibandingkan dengan sektor pertanian yang menempati urutan ke lima. Dapat
dikatakan bahwa sektor Pertanian menempati urutan ke lima, berarti pertanian di
Kabupaten Tangerang masih memberikan kontribusi penting dan masih bertahan
walaupun sektor industri pertumbuhannya kian meningkat tiap tahunnya..
Pada Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun
2013-2018, Pemerintah Kabupaten Tangerang memasukkan Ketahanan Pangan
dalam RPJMD Kabupaten Tangerang dalam upaya mendukung ketahanan pangan
nasional. Pada sektor pertanian diharapkan dapat terus berkembang dalam rangka
turut mensukseskan program pemerintah dalam mempertahankan swasembada
beras berkelanjutan. Salah satu peningkatan Ketahanan Pangan
pertanian/perkebunan dilakukan dengan adanya pengembangan desa mandiri
pangan. Dalam mendukung terwujudnya RPJMD 2013 – 2018 Kabupaten
Tangerang, program nasional yang akan dijalankan salah satunya adalah Program
Peningkatan Ketahanan Pangan, yang kemudian terbentuk program prioritas dan
salah satunya adalah Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.
17
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang mempunyai
Tugas Pokok membantu Bupati merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,
membina dan mengendalikan urusan pemerintahan bidang pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,
serta ketahanan pangan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan
yang diberikan kepada Pemerintah Daerah. Mengacu pada Visi Kabupaten
Tangerang 2013-2018 yaitu “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang
yang cerdas, Makmur, Religius dan Berwawasa Lingkungan, maka Visi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten tangerang Tahun 2013-2018 adalah
“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis, Menuju
Kemandirian Pangan”. Misinya antara lain (1) Meningkatkan produksi dan
produktivitas serta kualitas produk pertanian yang berdaya saing; (2)
Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung pengembangan
sistem pertanian berorientasi Agribisnis; (3) Mengembangkan dan memantapkan
ketersediaan, keamanan, keragaman, distribusi dan cadangan pangan masyarakat
berbasis kemandirian untuk peningkatan akses pangan dan mengantisipasi
kerawanan pangan; (4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
pertanian.
Sesuai dengan tujuan dan sasaran Rencana Strategis Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang mengacu kepada Tujuan dan
Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang pada misi nomor dua yaitu Peningkatan
pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat
18
menuju peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat dengan
sasaran Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah, maka
indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabuaten Tangerang
adalah sebagai berikut :
1. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan
2. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Pertanian
3. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Peternakan
Rincian selengkapnya mengenai indikator kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.9
Indikator Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang Mengacu
kepada Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang
No
Indikator
Kondisi
kinerja pada
awal periode
RPJMD
(Tahun 2012)
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kinerja
pada
akhir
periode
RPJMD
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Pencapaian Skor Pola
Pangan Harapan
85% 86% 87% 89% 91% 93% 95% 95%
2 Presentase Kenaikan
Produksi Pertanian
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
3 Presentase Kenaikan
Produksi Hasil
Peternakan
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
(Sumber: Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018)
Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA)
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018,
19
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Ketersediaan pangan dan neraca Bahan Makanan;
2. Pengembangan cadangan pangan daerah;
3. Pemantauan pasokan, harga dan akses pangan;
4. Analisis stabilitas harga dan pasokan pangan;
5. Fasilitasi Tim Koordinasi distribusi beras bersubsidi;
6. Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat
kabupaten;
7. Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari;
8. Analisis pola konsumsi pangan;
9. Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten;
10. Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar;
11. Pemberdayaan masyarakat miskin di desa mandiri pangan;
12. Pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi.
Salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan cadangan pangan
daerah dengan cara pengadaan Lumbung Padi/Lumbung Pangan dan juga
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Lumbung Pangan adalah sebuah
lumbung yang digunakan untuk menyimpan dan mengeringkan padi yang telah
dipanen. Lumbung tersebut digunakan untuk pengembangan cadangan pangan
masyarakat, dalam kelembagaan kelompok Tani, anggota kelompok tani dapat
meminjam beras yang berada di lumbung sesuai dengan kesepakatan dan sistem
peminjamannya seperti koperasi. Lumbung ini sangat bermanfaat sekali, karena
20
ketika para anggota sedang membutuhkan beras dapat meminjamnya di lumbung.
Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan mengatakan kepada peneliti pada
tanggal 22 Oktober 2018, kelemahannya jika tidak ada pendampingan
berkelanjutan pada akhirnya lumbung padi ada indikasi beralih fungsi
manajemennya, bisa hilang dan tidak berkembang.
Strategi lainnya yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), ini juga
salah satu strategi untuk peningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Program ini
dilakukan dengan penanaman bibit, atau tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat
dengan memanfaatkan pekarangan rumah, sehingga hasilnya dapat dikonsumsi
oleh masyarakat itu sendiri. Adapun hasil pencapaian kinerja Program
Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat pada Tahun 2017 yaitu dapat
meningkatkan pencapaian skor pola pangan harapan sebesar 91 %.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan
masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga semakin
meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk mencapai
peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan menjadi
sangat penting, terutama untuk meningkatkan kebutuhan pangan yang semakin
tinggi.
Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014, pembangunan pertanian dan
peternakan terus mencatat berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut disyukuri
dan membanggakan adalah Kabupaten Tangerang berhasil mencapai peningkatan
produksi padi yang mencapai 5% per tahun. Selain produksi padi yang meningkat,
21
selama periode pembangunan empat tahun terakhir pembangunan pertanian dan
peternakan juga mencatat sejumlah keberhasilan seperti peningkatan produksi
beberapa komoditas pertanian, antara lain peningkatan produksi palawija,
sayuran, buah-buahan, produksi daging dan telur. Hal ini merupakan salah satu
kekuatan yang dimiliki Kabuaptean Tangerang karena mampu meningkatkan
produksi padi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.
Tetapi, selain itu masih banyak permasalahan yang menghambat dalam
ketercapaian ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang, seperti yang dikatakan
oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang kepada Peneliti
pada tanggal 12 Maret 2018, bahwa Ketahanan Pangan itu mencakup 3 pilar.
Pertama Ketersedian Pangan, Keterjangkauan/Distribusi, dan Konsumsi. Dari
ketiga aspek tersebut, maka dapat ditemukan permasalahannya. Berdasarkan
pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa permasalahan
terkait dengan sektor pertanian ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang.
Pertama, adalah belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan
masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang. Salah satu penyebabnya karena
terjadinya alih fungsi lahan pertanian karena lahan dijadikan kawasan perumahan
atau pabrik. Kebutuhan akan rumah terus mendesak, sehingga lahan pertanian
berkurang tiap tahun. Akhirnya terjadi peningkatan kebutuhan dalam hal
penyediaan lahan bagi industri dan perumahan. Peningkatan produksi pertanian di
Kabupaten Tangerang tidak begitu pesat karena luas lahan sawah yang cukup
luas, namun terjadi peningkatan jumlah penduduk serta pertumbuhan ekonomi
yang lebih kepada industri pengelolaan. Akibatnya, Kabupaten Tangerang
22
termasuk sebagai salah satu daerah yang mengalami alih fungsi lahan sawah ke
penggunaan lain seperti perumahan, industri, jasa, dan pembangunan
infrastruktur.
Seperti yang dikatakan oleh Kepala seksi Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Februari 2018 kepada peneliti,
mengatakan bahwa saat ini Kabupaten Tangerang termasuk daerah urban (yaitu
daerah yang kegiatan utamanya bukanlah pertanian). Karena setiap tahun
wilayahnya terus berkembang dan mengalami perubahan, serta terjadinya
dorongan permintaan dari berbagai pihak yang berada di wilayah Kabupaten
Tangerang, mau tidak mau Kabupaten Tangerang sudah tidak bisa
mempertahankan wilayahnya untuk wilayah pertanian, oleh karena itu perlu
dilakukannya strategi untuk mencukupi kebutuhan pangan di wilayah Kabupaten
Tangerang.
Menurut Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang pada
tanggal 12 Maret 2018, dengan adanya alih fungsi lahan, mengakibatkan produksi
padi dan ketersedian beras pun berkurang atau rendah. Ditambah dengan
penduduk Kabupaten Tangerang yang setiap tahunnya bertambah, maka
kebutuhan beras penduduk tidak bisa dipenuhi dari produksi sendiri. Selain karena
pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang yang meningkat, hal itu
dikarenakan tingkat urbanisasi penduduk dari luar Kabupaten juga semakin
meningkat. Dapat dilihat dari Tabel 1.10 di bawah, kondisi surplus defisit beras
Kabupaten Tangerang dari tahun 2010 sampai tahun 2017 sebagai berikut:
23
Tabel 1.10
Ketersediaan Pangan terhadap Konsumsi (produksi, konsumsi normatif,
surplus/defisit) di Kabupaten Tangerang Tahun 2010-2017
Data Dasar Tahun Rasio Ketersediaan
Pangan (IAV)
Range AV
2010 1,11 Defisit rendah
2011 0,90 Surplus rendah
2012 1,38 Defisit sedang
2013 1,43 Defisit sedang
2014 1,47 Defisit sedang
2015 2,04 Defisit tinggi
2016 1,64 Defisit tinggi
2017 1,72 Defisit tinggi
(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2018)
Kita lihat pada tabel 1.10, bahwa Kabupaten Tangerang masuk kedalam
defisit beras yang tinggi pada tahun 2017. Defisit tertinggi terjadi pada tahun 2015
dengan rasio sebesar 2,04. Pada tahun 2010 mengalami defisit rendah dan sempat
surplus pada tahun 2011, setelah itu angka defisit beras semakin tinggi dan
menurun pada tahun 2016 namun naik kembali pada tahun 2017 sebesar 1,72.
Cadangan pangan yang belum meningkat dikarenakan jumlah produksi padi atau
beras yang menurunnya setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tabel 1.10 karena
setiap tahunnya di Kabupaten Tangerang mengalami defisit beras, maka akan
berpengaruh ke pada cadangan pangan di Kabupaten Tangerang.
Selain itu, dapat dilihat juga dari sumber berita Republika.Co.Id, Tangerang
(03/15) yang mengatakan bahwa Lahan pertanian produktif berkurang seluas 70
24
hektar tiap tahun di kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang, Banten. Lahan
pertanian tergerus lantaran dijadikan kawasan perumahan dan pabrik. Jika hal ini
terus terjadi, maka akan berpengarug besar dengan ketahanan pangan setempat.
Pada validnews.co (23/01/2018) Sedikitnya 274,5 hektare lahan persawahan
produktif berubah menjadi areal pemukiman penduduk di Kabupaten Tangerang.
Kedua, yaitu jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian
yang masih kurang. Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang mengatakan,
dilihat dari sisi petugasnya jumlah penyuluh di Kabupaten Tangerang masih
kurang. Tenaga penyuluh pertanian di Wilayah Kerja Penyuluhan Balai Pertanian
(WKBPP) se-Kabupaten Tangerang Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1.11
Jumlah Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja Balai Penyuluh
Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016
No BPP PNS CPNS Honorer THL-
TBPP
Swadaya Swasta Jumlah
1 Cisauk 1 - - 5 7 - 13
2 Caringin 3 - - 3 7 - 13
3 Curug 3 - - 3 9 - 15
4 Carenang 4 - - 7 7 - 20
5 Kaliasin 3 - - 7 15 - 25
6 Keronjo 2 - - 10 3 - 15
7 Sukatani 2 - - 8 19 - 29
8 Tegal
Kunir
4 - - 8 20 - 31
9 Sepatan 2 - - 14 112 - 28
10 Kampung
Melayu
2 - - 4 8 - 14
TOTAL 27 - - 69 107 - 203
(Sumber: Program dan Monografi BPP se Kaupaten Tangerang Tahun 2017)
25
Berdasarkan data pada Tabel 1.11, tercatat jumlah Penyuluh adalah 203
orang, jumlah yang berstatus sebagai PNS sebanyak 27 orang, Tenaga Harian
Lepas 69 orang, dan Swadaya 107 orang.
Ketiga, angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.
Dengan masih adanya penduduk miskin, pendapatan mereka tidak menentu dan
juga rendah. Hal itu menyebabkan daya beli terhadap pangan rendah, dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Masalah kemiskinan merupakan
masalah yang sangat kompleks dan mendasar. Kemiskinan muncul karena adanya
sekelompok masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk
mencapai tingkat kehidupan yang layak.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemiskinan absolut
dimana pengukuran tingkat kemiskinan didasarkan pada satu garis yang disebut
sebagai garis kemiskinan (GK). Rumah tangga dikategorikan sebagai rumah
tangga miskin apabila pengeluaran perkapita perbulannya tidak melebihi garis
kemiskinan. Garis kemiskinan dihitung setiap tahun untuk setiap Kabupaten/Kota.
GK terdiri dari 2 komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis
kemiskinan non makanan (GKNM). Masalah kemiskinan menjadi hal yang
menjadi pusat perhatian Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang. Berikut ini
adalah Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang 2011-2016.
26
Tabel 1.12
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang 2011-2016
Tahun Garis
Kemiskinan
(rupiah)
Penduduk dibawah garis
kemiskinan
Jiwa Presentase
2011 290,423 188.700 6.42
2012 311,141 176.000 5.71
2013 335,291 183.900 5.78
2014 351,789 173.100 5.26
2015 392,786 189.100 5.61
2016 412,609 202.600 5.86
(Sumber: RKPD Kabupaten Tangerang Tahun 2017)
Dilihat dari tabel 1.6 di atas, memperlihatkan adanya persentase yang
penduduk miskin yang cenderung meningkat, pada tahun 2014 sebesar 5,26
persen naik hingga 5,61 persen di tahun 2015 dan diperkirakan meningkat lagi
menjadi 5,86 persen di tahun 2016. Hal ini dikarenakan masyarakat dengan
pendapatan sedikit di atas garis kemiskinan tidak tergolong miskin, tetapi sangat
rentan terhadap kemiskinan.
Menurut Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang yang dikatakan
kepada peneliti pada pada tanggal 12 Maret 2018, mengatakan bahwa dengan
masih tingginya angka kemiskinan, maka tingkat pendapatan masyarakat rendah
dan menyebabkan daya beli masyarakat terhadap pangan rendah. Akibatnya, salah
satu dari tiga pilar ketahanan pangan yaitu dilihat dari aspek konsumsi memiliki
masalah. Karena konsumsi masyarakat terhadap pangan dapat dikatakan rendah,
27
karena masih ada masyarakat yang berada pada garis kemiskinan yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Ketahanan pangan dapat tercapai, yaitu
denga kondisi terpenuhinya pangan sampai tingkat individu seseorang
mengkonsumsi pangan. Dalam berita infonawacita.com (02/01/2017) di
Kabupaten Tangerang memiliki sekitar 3,1 juta penduduk yang masih dibawah
garis kemiskinan. Rata-rata penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
bermukim di kawasan pesisir. Mayoritas mata pencarian penduduk miskin adalah
berupa nelayan dan petani penggarap sawah maupun tambak milik orang lain.
Keempat, belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan
masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Kepala seksi ketersediaan dan
Kerawanan Pangan Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Februari 2018, bahwa
memang benar jika di Kabupaten Tangerang masih belum beragam dalam
pangannya, karena masih bergantung dengan beras. Oleh karena itu sulit untuk
mengubah makanan pokok beras, karena masyarakat sudah terbiasa memakan
nasi. Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang, mengatakan bahwa dilihat
dari pola konsumsi masyarakat Kabupaten Tangerang, beras masih menjadi salah
satu bahan makanan pokok yang dominan dan dikonsumsi setiap hari. Tingkat
ketergantungan masyarakat pada bahan pangan beras masih tinggi. Hal ini
mengakibatkan pola konsumsi pangan masyarakat tidak berimbang, belum sesuai
dengan harapan yaitu dengan keanekaragaman konsumsi masyarakat dengan
mengkonsumsi makanan selain beras, seperti konsumsi umbi-umbian dan pangan
hewani seperti daging daging unggas, telur, susu dan ikan. Jika dibandingkan
dengan negara tetangga seperti Malaysia dan juga Thailand, tingkat konsumsi
28
beras di negara Indonesia memang masih sangat tinggi salah satunya di
Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang semakin meningkat
sejak tahun 2009 sebesar 2.565.277 jiwa meningkat sampai dengan tahun 2013
yaitu 3.157.780 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,07 persen per
tahun dalam kurun waktu 4 tahun dan tingkat konsumsi beras 109 kg/kapita/tahun
(tahun 2012). Maka, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan menempatkan beras,
daging dan telur sebagai komoditas utama. Oleh karena itu, untuk menekan
konsumsi beras, diharapkan masyarakat untuk mulai beragam konsumsi
makannya dengan memakan selain beras. Seperti jagung, singkong.
Kelima, kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian. Banyak
generasi muda yang lebih tertarik dan bekerja pada sektor lainnya dibandingkan
dengan pertanian. Banyak penyebabnya, seperti jika berkerja di sektor pertanian
tidak mampu menopang masa depan, akses lahan dan modal yang terbatas, dan
minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda. Ini menyebabkan potensi
pertanian tidak bisa digarap optimal. Menurut Kepala Bidang Ketahanan
Kabupaten Tangerang yang dikatakan kepada peneliti pada pada tanggal 12 Maret
2018, mengatakan para generasi muda saat ini mengapa minatnya berkurang,
karena mereka beranggapan bahwa pekerjaannya petani tidak menarik dan masa
depannya tidak menjanjikan. Walaupun sekarang petani sudah masuk kedalam
industrialisasi pertanian dan sudah modern, tetapi sektor ini semakin kurang
diminati dan selalu kalah bersaing dengan sektor lain.
29
Dengan kurang minatnya generasi muda terhadap pertanian, menyebabkan
jumlah petani yang menurun. Menurut data BPS Kabupaten Tangerang setiap
tahunnya jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai petani mengalami penurunan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.13
Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja sebagai Petani di Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2016
Tahun Jumlah
2013 96.028
2014 83.355
2015 63.997
2016 63.997
(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017)
Pada Tahun 2013 dan 2014 jumlah petani mengalami penurunan sebanyak
13,1%. Kemudian tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan 23,2%. Tetapi
pada tahun 2015 dan 2016 jumlah petani stagnan atau berada pada jumlah yang
sama tanpa adanya kenaikan maupun penurunan. Berkurangnya jumlah petani,
juga merupakan satu permasalahan di Kabupaten Tangerang karena dapat menjadi
kendala dalam upaya meningkatkan peran sektor pertanian. Berdasarkan Renstra
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018, karena permasalahan
dalam pertanian seperti belum berkembangnya jasa pelayananan untuk akses
30
moda, dan teknologi, kondisi tersebut akhirnya kurang menarik minat generasi
muda untuk berkerja di bidang pertanian.
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, dan ketahanan pangan
merupakan isu strategis yang menjadi perhatian saat ini, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba
mengidentifikasikan permasalahan ketahanan pangan. identifikasi masalah
penelitian ini dikelompokkan menjadi masalah internal dan eksternal, yaitu
sebagai berikut :
1. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di
wilayah Kabupaten Tangerang.
2. Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian yang masih
kurang.
3. Angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.
4. Belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan
masyarakat.
5. Kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di
Kabupaten Tangerang
31
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, peneliti
memiliki keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh, oleh karena
itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya hanya pada strategi Dinas Pertanian
dan Ketahanan Kabupaten Tangerang.
1.4 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,
maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian, yaitu “bagaimana Strategi
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan
di Kabupaten Tangerang?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang penulis harapkan berdasarkan judul “Strategi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di
Kabupaten Tangerang” ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Manfaaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran
dalam rangka pengembangan Ilmu Administrasi Publik dan ilmu
32
sosial pada umumnya, terutama mengenai teori strategi dan hal
yang berkaitan dengan ketahanan pangan.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai media pembelajaran dan juga untuk menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan terhadap teori strategi
ketahanan pangan.
b. Bagi Instansi
Dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan
informasi dan masukan terhadap pihak Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang untuk program
ketahanan pangan.
c. Untuk peneliti lain
Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalan penelitian menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah
yang menjadi dasar penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara
praktis maupun teoritis, serta sistematika penulisan.
33
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi teori, penelitian terdahulu, kerangka
berpikir, dan asumsi dasar. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang
pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan terhadap masalah
penelitian. Penelitian terdahulu berisi penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti lain serta relevan dengan judul skripsi. Kemudian, peneliti
membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori. Setelah itu, dibuatlah asumsi dasar
penelitian yang merupakan rumusan dari kajian teori serta kerangka
berpikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, ruang
lingkup penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data informan penelitian, teknik analisis data, dan jadwal
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi mengenai data yang berhubungan dengan masalah
penelitian, berupa deskripsi lokasi penelitian, dan pembahasan observasi
hasil wawancara lengkap dengan analisisnya. Pembahasan hasil penelitian
ini menggunakan teknik analisis SWOT.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan mengenai
strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan
34
ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang. dan juga berisi saran dari
peneliti yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penelitian
skripsi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bagian ini berisi lampiran hasil dokumentasi lapangan, matriks,
wawancara, surat ijin penelitian, dan data-data penunjang lainnya yang
berkaitan dengan penelitian skripsi.
35
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
Kajian teori dibutuhkan untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan
yang telah dipaparkan pada Bab 1 (satu), serta untuk mengetahui indikator-
indikator apa saja yang relevan dengan permasalahan yang ada. Teori adalah
seperangkat konstruk (konsep) definsi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antara variabel,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Neuman
dalam Sugiyono 2009:52). Untuk itu teori dalam penelitian sangatlah diperlukan
karena semua penelitian bersifat ilmiah.
Dalam penelitian Stategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang ini, kajian yang
digunakan dan relevan dengan judul adalah pendekatan mengenai manajemen
strategis. Dimana dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang sangat
dibutuhkan strategi yang baik dan mampu dilaksanakan oleh pihak-pihak atau
stakeholder yang bertanggung jawab untuk mengemban tugas tersebut dan sesuai
dengan Tugas Pokok dan Fungsi dinas dalam hal ini yaitu Dinas Pertanian dan
Ketahan Pangan Kabupaten Tangerang.
35
36
2.1.1 Konsep Organisasi Publik
Istilah Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Organon" dalam
bahasa Latin yaitu "Organum" yang berarti alat, bagian, anggota, atau badan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah kesatuan yang terdiri
atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-
orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,
material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi (Kanto, 2017:237).
Robbins dalam Kanto (2017:237) menyatakan bahwa Organisasi adalah
kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan
yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Konsep ini menunjukkan adanya produk-produk yang bersifat kolektif dan
harus diupayakan secara kolektif pula. Untuk organisasi publik, tujuannya
biasanya adalah pelayanan masyarakat yang prima dan transparansi/akuntabilitas.
Menurut Fahmi (2015:1) organisasi publik merupakan sebuah wadah yang
memiliki multi peran dan didirikan dengan tujuan mampu memberikan serta
mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tidak terkecuali kepuasan bagi
pemiliknya. Sedangkan menurut Robbins dalam Fahmi (2013:2), organisasi
publik merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
37
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Pengertian organisasi publik berkenaan dengan proses pengorganisasian.
2.1.2 Definisi Manajemen
Istilah Manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan,
Stoner dalam Handoko (2003:8). Menurut Hasibuan dalam bukunya manajemen
(2006:9) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
dan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. G.R Terry berpendapat:
“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfataan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.”(Sucahyowati, 2017: 5)
Pengertian manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari
titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum
pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh
hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara
menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan pekerjaan itu sendiri
terdiri dari bermacam ragam, misalnya berupa pengelolaan industri, pemerintahan,
38
pendidikan, pelayanan sosial, olahraga, kesehatan, keilmuan dan lain-lain. Bahkan
hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan pengelolaan. Oleh karena itu
manajemen ada dalam setiap aspek kehidupan manusia dimana berbentuk suatu
kerja sama organisasi.
Fungsi manajemen adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis
pekerjaan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk
suatu kesatuan administratif. George R. Terry dalam Handayaningrat (2001:25)
dengan bukunya Principle of Managemet menggunakan pendekatan proses
daripada manajemen, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-
kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan
waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya
hasil yang dikehendakinya”.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah menentukan, mengelompokkan dan pengaturan
berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan
orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan
fisik yang sesuai, dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan
terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
39
3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating)
Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota kelompok suka
melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada
perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasiannya.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu:
pelaksanaan, penilaian pelaksanaan bila perlu melakukan tindakan korektif agar
supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.
2.1.3 Definisi Strategi
Pada masa sekarang ini, kata strategi sudah menjadi bagian integral dari
aktivitas organisasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya (tantangan
perubahan ekonomi, sosial, budaya, teknologi, konsumen, suplier, dan terutama
persaingan) sehingga strategi tidak lagi terbatas bagi keperluan kalangan militer
saja.
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Selain definisi-definisi
strategi yang sifatnya umum tersebut, ada juga pengertian strategi yang lebih
khusus, seperti yang diungkapkan oleh dua pakar strategi, Hamel dan Prahalad.
Menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001:31) memberikan pengertian:
“Strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat)
dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa
yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.”
40
Mulyadi (2001:72) berpendapat bahwa strategi adalah pola tindakan utama
yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Untuk menjamin
agar strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan bukan saja dipercaya oleh
orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten (1996: 108-109)
memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :
a) Strategi harus konsisten dengan lingkungan, strategi dibuat
mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang
memberi peluang untuk bergerak maju.
b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung
pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang
dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi
yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua
strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.
c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan
semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang
lain. Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu
organisasi seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya
terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang
tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.
d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang
merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru
adalah kelemahannya. Selain itu hendaknya juga memanfaatkan
kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat
untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang
layak dapat dilaksanakan.
f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu
besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah
berhati-hati, sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke lubang
yang lebih besar. Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat
dikontrol.
g) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang
telah dicapai. Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi
ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang
terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam
organisasi.
Berdasarkan definisi strategi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
41
tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi dengan melakukan prioritas dan
kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.1.4 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen Strategik adalah sekumpulan keputusan manajerial dan aksi
pengambilan keputusan jangka panjang didalam perusahaan. Hal ini termasuk
analisis lingkungan (lingkungan eksternal dan internal), formulasi strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi dan kontrol (Wheelen dan Hunger, 2012:53).
Manajamen strategi juga merupakan suatu rencana yang disusun dan dikelola
dengan memperhitungkan berbagi sisi dengan tujuan agar pengaruh rencana
tersebut bisa memberikan dampak positif bagi organisasi tersebut secara jangka
panjang.
Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan
komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan atau organisasi
untuk mencapai strategic competitiveness dan menghasilkan keuntungan diatas
rata-rata (Kuncoro, 2006:13). Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan
keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana
yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategik
melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa depan
serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi
manajemen puncak sangat penting (Pearce dan Robinson, 2011:21).
Menurut Dengan pendekatan manajemen strategik, manajer pada semua
tingkatan perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya.
42
Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku manajemen strategik serupa dengan
pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena itu, penilaian yang akurat
mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak hanya
memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non keuangan pengukuran
dampak berbasis perilaku (Pearce dan Robinson, 2011:13).
Manajemen strategik adalah serangkaiann keputusan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Manajemen
strategik adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluaian
keputusan lintas fungsional yang memungkinkan suat perusahaan mencapai
sasarannya.
Menurut Hunger dan Wheleen (2003:4) “strategic management is that a
seat of managerial decicisions and actions that determines the long-run
performance of a corporation.” Artinya, manajemen strategik adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang.
Pada hakikatnya manajemen strategik adalah proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan strategi yang efektif
atau membantu perusahaan mencapai tujuannya. Dengan demikian, terdapat dua
hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu sebagai berikut.
a. Manajemen strategik terdiri atas tiga proses (1) pembuatan strategi,
meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang,
pengidentifikasian peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan
43
kelemahan perusahaan, pengembangan alternatif strategi dan penentuan
strategi yang sesuai untuk diadopsi; (2) penerapan strategi meliputi
penentuan sasaran operasi tahunan, kebijakan organisasi, pemotivasian
anggota dan pengalokasian sumber daya agar strategi yang telah
ditetapkan dapat diimplementasikan; (3) evaluasi/kontrol strategi,
mencaup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil pembuatan dan
penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan
serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
b. Peran manajemen strategik: meraih tujuan yang diinginkan oleh
perusahaan. Dengan manajemen strategik, setiap unit atau bagian yang
ada diperusahaan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebaik mungkin. Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini
bahwa setiap organisasi perusahaan telah melakukan ekspansi pasar
untuk mendapatkan keuntungan besar. Semua itu memerlukan langkah
strategik dan taktik yang tepat.
Secara umum, konsep-konsep strategik memperoleh perhatian serius
dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi terlibat lebih dari satu elemen
pembentuk keadaan dan berbagai penampilan organisasi sejenis lainnya sebagai
kompetitor.
Apabila decicion making dan planning merupakan fungsi manajemen,
begitu juga peranan pengambilan keputusan strategik dan perencanaan strategik
pada manajemen strategik. Pertama, manajemen strategik bertugas membuat
keputusan strategik membuat ketetapan tujuan dan sasaran. Manajemen strategik
44
menetapkan tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk masa mendatang, dan
menentukan orang-orang yang melakukannya serta tindakannya. Setelah itu,
manajemen strategik meninjau, menggerakkan aktivitas operasional total pihak-
pihak yang bertanggung jawab, yang terlibat dalam pencapaian tujuan dan
sasaran. Singkatnya, manajemen strategik berfungsi membuat keputusan strategik,
menyusun rencana strategik, serta untuk peninjauan atau evaluasi strategik.
2.1.5 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi adalah proses enam langkah yang memadu
perencanaan, implementasi, dan evaluasi strategi. Walaupun empat langkah yang
pertama menjelaskan perencanaan yang harus dilakukan, implementasi dan
evaluasi juga sama pentingnya. Bahkan strategi terbaik pun dapat saja gagal bila
manajemen tidak mengimplementasikan atau mengevaluasinya secara layak.
Gambar 2.1
Proses Manajemen Strategi (Robbins dan Coulter, 2013)
Mengidentifikasi
misi, tujuan dan
strategi
organisasi saat ini
45
Langkah 1: Mengidentifikasi Misi, Tujuan dan Strategi Organisasi saat ini
Setiap organisasi membutuhkan misi-sebuah pernyataan tentang tujuannya.
Mengidentifikasikan sebah misi akan memaksa manajer untuk megidentifikasi apa
yang harus dilakukan organisasi dalam menjalankan bisnis. Penting bagi manajer
untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi saat ini. Karena manajer akan
mempunyai dasar untuk menilai apakah mereka perlu berubah.
Langkah 2: Melakukan Analisis Eksternal
Menganalisis lingkungan tersebut merupakan langkah kritis dalam proses
manajemen strategik. Sebagai contoh, manajer melakukan analisis eksternal untuk
mengtahui apakah persaingan sedang dilakukan, apakah peraturan legislatif yang
tertunda dapat mempenharuhi perusahaan, atau seperti apa pasokan tenaga kerja di
lokasi beroperasinya. Dalam analisis eksternal, manajer harus memeriksa
lingkungan khusus dan umum untuk melihat tren serta perubahan. Setelah
menganalisis lingkungan, manajer harus menunjukkan peluang apa yang dapat
dieksploitasi perusahaan dan ancaman yang harus diatasi atau diredam. Peluang
adalah tren positif dalam lingkungan eksternal; sementara ancaman adalah tren
negatif.
Langkah 3 Melakukan Analisis Internal
Analisis internal memberikan informasi penting mengenai sumberdaya dan
kapabilitas khusus organisasi. Sumber daya perusahaan adalah aset-keuangan,
fisik, manusia, dan tak berwujud yang digunakan untuk mengembangkan,
membuat, dan mengantarkan produk kepada pelanggannya. Pada sisi lain,
kapabilitas adalah keterampilan dan kapabilitas dan melakukan aktivitas kerja
46
yang diperlukan dalam bisnis “bagaimana” mengerjakannya. Kapabilitas
menciptakan nilai yang utama bagi organisasi adalah mengetahui kompetensi
intinya baik sumber daya maupun kompetensi utama akan menentukan senjata
kompetitif organisasi.
Setelah menyelesaikan analisis internalnya, manajer harus mampu
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi. Semua aktivitas organisasi
yang dikerjakan dengan baik atau sumberdaya yang unik disebut kekuatan.
Sementara itu, kelemahan adalah aktivitas organisasi yang tidak dilakukan dengan
baik atau sumber daya yang diperlukan tetapi belum dimiliki.
Langkah 4: Memformulasikan Strategi
Pada saat memformulasikan strategi, manajer harus mempertimbangkan
realitas lingkungan ekternal dan sumber daya yang tersedia serta kapabilitas dan
mendesain srategi yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya.
Langkah 5: Mengimplementasikan Strategi
Setelah diformulasikan, strategi harus diimplementasikan. Tidak peduli
seberapa efektif sebuah organisasi telah merencanakan strateginya, kinerja tetap
saja akan buruk jika strategi tidak diimplementasikan dengan benar.
Langkah 6: Mengevaluasi Hasil
Langkah terakhir dalam proses manajemen strategik adalah mengevaluasi
hasil. Seberapa efektif strategi telah membantu organisasi mencapai tujuannya?
Penyesuaian apa yang dibutuhkan? Setelah menilai hasil strategi sebelumnya dan
menentukan bahwa memang diperlukan perubahan.
47
Penggabungan langkah dua dan tiga diatas, menghasilkan penilaian terhadap
sumber daya internal dan kemampuan organisasi tersebut dengan berbagai
peluang dilingkungan eksternalnya yang kemudian disebut dengan analisis
SWOT. Setelah menyelesaikan analisis SWOT, manajer telah siap
memformulasikan strategi yang tepat yaitu strategi yang (1) menggali kekuatan
organisasi dan peluang eksternal, (2) menyangga atau melindungi organisasi dari
ancaman eksternal, atau (3) memperbaiki kelemahan yang kritis (Robbins dan
Coulter, 2013:214-217).
2.1.6 Analisis SWOT
Menurut Griffin (2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesess) internal suatu organisasi yang dilakukan
secara berhati-hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, stategik terbaik untuk mencapai
misi suatu organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan
suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2) menetralisasikan ancamannya, dan
(3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threaths). (Rangkuti, 2009:18)
Menurut Pearce & Robinson (2011:201-202) kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman adalah:
48
“Kekuatan (Strenght) merupakan sumber daya atau kapabiltas yang
dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat
perusahaan relatif lebih ungguk dibandingkan pesaingnya dalam
memenuhi kebutuhan. Kelemahan (Weaknesses) merupakan keterbatasan
atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu
perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yaitu menjadi hambatan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Peluang (Opportunity)
merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Tren utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi
atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan teknologi, dan
membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat menjadi
peluang perusahaan. Ancaman (threats) merupakan situasi utama yang
tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman
merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai saat ini
atau yang diinginkan.”
SWOT dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi
yang berorientasi profit maupun non profit dengan tujuan utama untuk
mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komperhesif.
Gambar 2.2
Mengidentifikasi Peluang-Peluang Organisasi
(Sumber: Fahmi, 2015:252)
Sumber
daya/kemampuan
-kemampuan
organisasi
Peluang-peluang di
lingkungan tersebut Peluang-
peluang
organisasi
49
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat
faktor internal dan faktor eksternal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT.
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities dan
threats (O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-
kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam
pembuatan keputusan perusahaan.
b. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenght and
weaknesses (S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi
yang terjadi didalam perusahaan, yang dimana turut mempengaruhi
terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan.
Gambar 2.3
Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan dalam perspektif SWOT
a. Faktor Eksternal
Opportunities Threats Kondisi Perusahaan
(peluang) (ancaman) yang baik
Opportunities Threats Kondisi Perusahaan
(peluang) (ancaman) yang tidak baik
b. Faktor Internal
Strenghts Weaknesses Kondisi Perusahaan
(kekuatan) (kelemahan) yang baik
Strenghts Weaknesses Kondisi Perusahaan
(kekuatan) (kelemahan) yang tidak baik
(Sumber: Fahmi, 2015:252)
50
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh
apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa “SWOT”
merupakan akronim untuk kata-kata “Strengths” (kekuatan), “Weaknesses”
(kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan “Threats” (ancaman). (Sondang P.
Siagian, 2008:172). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strengths)
Yaitu memiliki kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.
Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber, keterampilan, produk
andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam
memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani oleh
satuan usaha yang bersangkutan.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi
yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan
kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau
tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang
tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminati oleh
para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang
kurang memadai.
51
3. Peluang (Oportunities)
Yaitu berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan
bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Yang dimaksud dengan berbagai
situasi tersebut antara lain adalah kecenderungan penting yang terjadi di kalangan
pengguna produk, identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat
perhatian, perubahan dalam kondisi persaingan, perubahan dalam peraturan
perundang-undangan yang membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan
berusaha, hubungan dengan pembeli yang “akrab”, hubungan dengan pemasok
yang “harmonis”.
4. Ancaman (Threats)
Yaitu faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan
bisnis. Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi “ganjalan” bagi satuan bisnis
yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Berbagai
contohnya adalah masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani oleh
satuan bisnis, Pertumbuhan pasar yang lamban, Meningkatnya posisi tawar
pembeli produk yang dihasilkan, menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah
atau bahan baku yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk
tertentu, perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai, perubahan
dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.
52
Format menganalisis dan menentukan keputusan strategis dengan
pendekatan Matrik SWOT.
Tabel 2.1
Format Menganalisa dan Menetuka Keputusan Strategis dengan Pendekatan
Matrik SWOT
Strenght (S)
(Kekuatan)
Weaknesses (W)
(Kelemahan)
Opportunities (O)
(Peluang)
Strategi untuk
SO
Strategi untuk
WO
Threats (T)
(Ancaman)
Strategi untuk
ST
Strategi untuk
WT
(Sumber: Fahmi, 2015:264)
Dalam hal ini Iskandar Putong mengatakan bahwa, berdasarkan nilai
peringkat dan pembobotan yang kemudian dikalikan akan diperoleh hasil
kombinasi antara beberapa situasi sebagai berikut:
1. (Kekuatan, Peluang atau S, O) artinya perusahaan menentukan strategi
berdasarkan kombinasi kekuatan dan kesempatan yang bisa
memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik-baiknya.
2. (Kelemahan, Peluang atau W, O) artinya perusahaan harus membuat
strategi bagaimana meminimalkan kelemahan yang selalu muncul dalam
perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang menguntungkan.
53
3. (Kekuatan, Ancaman atau S, T) artinya perusahaan bisa memanfaatkan
kekuatan baik dalam hal management, sistem pemasaran maupun
kemampuan finansial untuk mengatasi ancaman.
4. (Kelemahan, Ancaman atau W, T) artinya perusahaan harus
meminimalkan kelemahann dan menghindari ancaman.
Tabel 2.2
Matrik Analisis SWOT
Strenght (S)
Daftar semua kekuatan yang
dimiliki
Weakness (W)
Daftar semua kelemahan yang
dimiliki
Opportunities (O)
Daftar semua peluang yang
dapat diidentifikasi
Strategi (SO)
Gunakan semua kekuatan yang
dimiliki untuk memanfaatkan
peluang yang ada.
Strategi (WO)
Atasi semua kelemahan
dengan memanfaatkan semua
peluang yang ada.
Threats (T)
Daftar semua ancaman yang
dapat diidentifikasi
Strategi (ST)
Gunakan semua kekuatan
untuk menghindari semua
ancaman.
Strategi (WT)
Tekan semua kelemahan dan
cegah semua ancaman.
(Sumber: Fahmi, 2015:264)
Strategi WO diperoleh ketika manajemen mencoba memanfaatkan peluang
bisnis yang tersedia untuk mengurangi bahkan mengeliminasi perusahaan yang
ada. Strategi ST serupa dengan strategi WO karena kedua variabel yang tidak
maksimal. Strategi ST lahir dari analisis manajemen yang hendak menggunakan
kekuatan dan keunggulan yang dimiliki untuk menghindari efek negatif dari
ancaman bisnis yang dihadapi. Strategi WT pada dasarnya lebih merupakan
54
strategi bertahan yakni strategi bisnis yang masih mungkin ditemukan dan dipilih
dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman bisnis.
Gambar 2.4
Analisis Diagram SWOT
(Sumber: Irham Fahmi, 2015:266)
Terdapat 8 langkah dalam menyusu matrik SWOT, yaitu:
1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan
2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan
mencaat resultan strategi T dalam sel yang tepat. (Rangkuti, 2009)
I II
III IV
Peluang Bisnis
Ancaman Bisnis
Sel 2: Strategi Penyehatan
Sel 1: Strategi Agresif
Sel 4: Strategi Bertahan
Sel 3 : Strategi Diversifikasi
Kelemahan
Internal
Kekuatan
Internal
Kritis Subtansial
55
2.1.7 Ketahanan Pangan
Konsep ketahanan pangan (food security) sedikit lebih luas dibandingkan
dengan konsep swasembada pangan dan bahkan kemandirian pangan (Arifin,
2001:50). Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung
dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksebilitas masyarakat terhadap
bahan pangan tersebut (Tambunan 2003:15). Menurut Purwanti (2010:14)
parameter ketahanan pangan rumah tangga yang didasarkan pada definisi
ketahanan pangan dari UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, mempunyai empat
komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan, yaitu :
1. Kecukupan ketersediaan pangan;
2. Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga;
3. Aksesbilitas atau keterjangkauan terhadap pangan;
4. Kualitas atau keamanan pangan.
Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional atau ditingkat
regional, tetapi akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya sangat tidak
merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Aspek distribusi bahan
pangan sampai ke pelosok rumah tangga pedesaaan yang tentunya mencakup
fungsi tempat, ruang, dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam upaya
memperkuat strategi ketahanan pangan. Ketersediaan dan kecukupan pangan juga
mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat
terpenuhi standar kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas
ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
56
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia
untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut
membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan
hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.
Ada beberapa hal penting dalam mengatasi permasalahan pangan di
Indonesia. Permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah jumlah
penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang positif. Dengan
demikian permintaan pangan masih akan meningkat. Peningkatan permintaan
pangan juga didorong oleh peningkatan pendapatan, kesadaran akan kesehatan
dan pergeseran pola makan karena pengaruh globalisasi, serta ragam aktivitas
masyarakat. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya lahan semakin berkurang,
karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan antara sektor
pangan dengansektor non pangan. Secara spesifik, permasalahan sehubungan
dengan ketahanan pangan (Purwaningsih, Jurnal 2008:15).
57
adalah penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kekurangan
pangan, yang merupakan cermin dari lemahnya ketahanan pangan (Food
Security) yang dapat menimpa manusia pada berbagai siklus kehidupan dengan
dampak sebagai terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5
Dampak Kekurangan Pangan pada Pengembangan Fisik, Kesehatan dan Sosial
(Sumber : Susanto dkk, 2006: 242-243)
Menyongsong World Food Summit dan target Millenium Development
goal, UNCHR (United Nations High Commissioner for Refugees) sebagai
eksekutor hak asasi atas kecukupan pangan dengan tegas menyatakan: food comes
first. Makanan menjadi prioritas utama. Bila pendidikan merupakan penyuapan
pikiran, maka makanan merupakan penyuapan tubuh. Sebelum otak dapat
berpikir, tubuh harus mendapatkan makanan terlebih dahulu.
Kelaparan
Kekurangan Gizi
Penurunan berat
badan dan
penghambatan
pertumbuhan
Kelelahan
Sakit kepala
Mudah tersinggung
Tidak mampu
berkonsentrasi
Sering masuk angin
Bila berlanjut
menyebabkan kekurangan
gizi (malnutrition)
Menekan pengembangan
intelektual dan fisik anak-
anak
Daya tahan terhadap
penyakit rendah
Angka kematian karena
melahirkan tinggi
58
World Bank (1996) mendefinisikan ketahanan pangan (food security)
sebagai akses terhadap kecukupan pangan bagi semua orang pada setiap saat
untuk memperoleh tubuh yang sehat dan kehidupan yang aktif. Ketahanan pangan
mencakup produksi dan ketersediaan pangan, distribusi dan keterjangkauan oleh
semua orang, konsumsi individual untuk memenuhi kebutuhan gizi, dan monitor
kekurangan pangan (food insecurity). Ketahan pangan merupakan alat untuk
mewujudkan penerapan hak asasi terhadap kecukupan pangan, yang meliputi
kecukupan semua zat-zat gizi dibutuhkan untuk proses metobalisme seluler yang
normal dan juga bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya.
Ketahanan pangan yang lemah atau food insecurity disebabkan oleh
berbagai faktor menurut Susanto dkk, (2006: 242-243):
1. Produksi hasil pertanian pangan yang rendah menyebabkan pasokan
pangan yang rendah. Faktor ini dapat merupakan akibat dari alam atau
iklim yang tidak mendukung dan kesalahann pengelolaan produksi
pertanian pangan.
2. Kekurangan pangan (famine) yang bisa disebabkan oleh bencana alam
atau akibat ulah manusia.
3. Faktor sosial dan politiik yang meliput peperangan dan pengungsian (civil
unrest) ketimpangan ekonomi makro rancangan urban dan sustainability;
pertumbuhan populasi penduduk; penanganan kesehatan sistem pangan;
kerusakan lingkungan dan pendidikan.
Selain itu, ketergantungan pada satu jenis pangan seperti beras disebabkan
antara lain adanya konsep staple food yaitu makanan pokok. Konsep ini membuat
usaha produksi pangan pertanian pangan terfokus pada satu jenis pangan saja
yaitu beras.
59
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan peninjauan terhadap
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa skripsi, jurnal, maupun
tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Dengan rujukan
tersebut diharapkan mampu membentuk kerangka berpikir dalam melakukan
kajian. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan
penelitian yang dilakukan.
Penelitian Pertama, yaitu diambil dari jurnal Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol.3, No. 10, Hal. 1792-1786, dengan judul “Strategi Pemerintah Daerah
dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Daerah (Studi Pada Kabupaten Malang)”
oleh Yanuar Fiandana, Mochammad Makmur, Imam Hanafi Jurusan Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang pada Tahun
2015. Fokus dalam penelitian ini ialah: (1) Strategi pemerintah daerah dalam
meningkatkan ketahanan pangan daerah; (2) Faktor-faktor kekuatan (Streghts),
kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) strategi
pemerintah Kabupaten Malang dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah.
Jenis penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis yang digunakan dengan
menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)
terbagi dalam 4 matriks yakni strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi
WT.
Hasil Penelitian ini, yaitu dengan menggunakan mastriks SWOT Pemerintah
Kabupaten Malang melalui Badan Ketahanan Pangan Pelaksana dan Penyuluhan
60
(BKP3) telah berupaya dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah melalui
pengembangan lumbung pangan, mempercepat penganekaragaman konsumsi
pangan dan gizi, membentuk Dewan Ketahanan Pangan, pengembangan desa
mandiri pangan.
Sedangkan peneliti saat ini berusaha mengetahui sejauh mana strategi yang
diterapkan dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan.
Seperti strategi lumbung pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jika sudah,
maka dapat mengetahui kendala apa yang menghambat dalam pelaksanaan
tersebut. Apakah strategi yang diterapkan sesuai dengan kondisi wilayah
Kabupaten Tangerang.
Penelitian kedua, yaitu diambil dari jurnal Gizi Pangan Volume 11, Nomor
1, Maret 2016 yang berjudul “Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan dinas
Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan” oleh Dini Maharani
Arum Rimadianti, Arief Daryanto, Yayuk Farida Baliwati pada Tahun 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi ketahanan pangan,
menganalisis faktor eksternal dan internal yang memengaruhi ketahanan pangan
serta merumuskan strategi guna meningkatkan kondisi ketahanan pangan di Kota
Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analisis deskriptif pada data
sekunder digunakan untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan di Kota
Tangerang Selatan. Analisis IFE dan EFE digunakan untuk merumuskan strategi
peningkatan ketahanan pangan. Analisis SWOT untuk menyusun alternatif
61
strategi dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan
alternatif strategi yang terbaik.
Hasil penelitian ini, yaitu berdasarkan analisis SWOT, maka alternatif
strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan pangan Kota
Tangerang Selatan adalah melalui peningkatan kerjasama triple helix antara
pemerintah, swasta serta lembaga pendidikan dan penelitian, peningkatan
kerjasama government to government, peningkatan kerjasama government to
business, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan,
peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi penduduk, pengembangan
pertanian perkotaan, penguatan kelembagaan serta peningkatan kesejahteraan
petani dan pelaku utama. Prioritas strategi yang perlu diambil dalam upaya
peningkatan ketahanan pangan adalah meningkatkan kerjasama triple helix antara
universitas, industri dan pemerintah.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu teori yang digunakan adalah teori
SWOT. Namun, dalam penelitian di atas bukan menggunakan matriks SWOT,
tetapi menggunaka Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk untuk
menyusun alternatif strateginya. Penelitian ketiga, memiliki persamaan yaitu
dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Perbedaannya yaitu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan
peneliti saat ini berusaha untuk mengetahui sejauh mana strategi yang diterapkan
dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan. Serta
pelaksanaan strategi yang dilakukan dalam meningkatkan ketahanan pangan
daerah sudah sesuai atau belum sesuai aspek-aspek ketahanan pangan.
62
Penelitian ketiga, yaitu diambil dari Skripsi dengan judul Strategi Kantor
Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Dalam Mengimplementasikan Kebijakan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal oleh Ari Dwi
Putranto dengan D0106033. Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2010. Tujuaannya yaitu
untuk mengetahui gambaran tentang strategi Kantor Ketahanan Pangan
Kabupaten Boyolali dalam mengimplementasikan kebijakan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Jenis Penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil Penelitian ini, yaitu strategi awal yang diambil Kantor Ketahanan
Pangan Kabupaten Boyolali adalah dengan sesegera mungkin menyusun
Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2010 sebagai petunjuk teknis pelaksanaan
penganekaragaman pangan di Kabupaten Boyolali. Hal ini dilakukan karena
Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang percepatan penganekaragaman
pangan berbasis sumber daya lokal dan Peraturan-peraturan di tingkat bawahnya
baru terbit pada pertengahan tahun 2009, sehingga Kantor Ketahanan Pangan
Kabupaten Boyolali segera menindak lanjutinya dengan segera menyusun
Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2010 tersebut agar kebijakan segera dapat
dijalankan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah ruang lingkup
disetiap penelitian mengangkat tema yang sama tentang ketahanan pangan.
Penelitian pertama, persamaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian
63
dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teori dan
teknih analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis SWOT.
Perbedaannya adalah lokasi atau tempat penelitian yang berbeda. Sedangkan
peneliti saat ini berusaha mengetahui sejauh mana strategi yang diterapkan dalam
ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan. Maka. dapat
mengetahui kendala apa yang menghambat dalam pelaksanaan tersebut. Apakah
strategi yang diterapkan sesuai dengan kondisi wilayah Kabupaten Tangerang dan
juga sesuai atau belum dengan aspek-aspek ketahanan pangan.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan alur pemikiran
peneliti mengenai fokus penelitian yaitu Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang. Dalam
penyusunan kerangka berpikir, peneliti menggunakan teori analisis SWOT
“Strengths” (kekuatan), “Weakness” (kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan
“Threats” (ancaman). (Sondang P. Siagian, 2008:172).
Dengan mengacu kepada analisis SWOT tersebut, maka diharapkan dapat
membuat sebuah strategi alternatif untuk meningkatkan Ketahanan Pangan di
Kabupaten Tangerang. Peneliti diharapkan mampu melakukan analisis dilapangan
secara lebih mendalam dan mampu menemukan jawaban atas rumusan masalah
dalam penelitian ini. Untuk menggambarkan alur pemikiran peneliti dapat terlihat
dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
64
Gambar 2.6
Kerangka Berpikir Penelitian
.
(Sumber : Peneliti, 2018)
Analisis SWOT
1. Strenght (kekuatan
2. Weaknesses (Kelemahan)
3. Opportunities (peluang)
4. Threats (ancaman)
(Sondang P. Siagian, 2008:172)
Output
Mengetahui Strategi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam Meningkatkan Ketahanan
Pangan di Kabupaten Tangerang.
Permasalahan:
1. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di
wilayah Kabupaten Tangerang.
2. Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian yang masih
kurang.
3. Angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.
4. Belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan
masyarakat.
5. Kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di Kabupaten
Tangerang
Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang
Feedback
Merumuskan strategi
alternatif untuk
meningkatkan ketahanan
pangan Kabupaten
Tangerang sesuai dengan
masalah yang sedang
dihadapi
65
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan hasil observasi awal, permasalahan yang ada dan kerangka
berpikir yang telah dipaparkan terhadap fokus penelitian, maka peneliti berasumsi
bahwa Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang belum berjalan optimal.
66
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Usman dan Purnomo (1996:42) menyatakan bahwa metode adalah suatu
prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah
sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau
dari sudut filsafat metodologi penelitian merupakan epistemologi penelitian, yaitu
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.
Menurut Hasan (2002:21) metode penelitian adalah tata cara bagaimana
suatu penelitian dilaksanakan. Penentuan metode penelitan ini tidak dapat
dipisahkan dari tujuan dan rumusan masalah. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, hal ini dapat dilihat melalui judul penelitian. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Format
desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format
verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode
kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran
secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan
gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89). Digunakannya metode kualitatif
dimaksudkan untuk menemukan dan memahami apa yang ada di balik fenomena
yang akan diteliti. Metode kualitatif dapat memberikan rincian fenomena (the
66
67
detail of phenomenon) yang sulit diungkapkan dalam metode kuantitatif. Menurut
Creswell (2016:250) penelitian kualitatif juga memiliki rancangan penelitian yang
spesifik. Rancangan ini utamanya terkait dengan pengumpulan data, analisis data,
dan laporan penelitian, tetapi tetap berasal dari berbagai disiplin dan terus
berkembang dinamis sepanjang proses penelitian.
Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang
mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami
dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi ingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menrut perspektif peneliti sendiri. Responden dalam metode
kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data
yang dikumpulkan dianggap memuaskan.
3.2 Ruang Lingkup /Fokus Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang
lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian, agar terfokus pada fokus
penelitian. Dengan itu, maka ruang lingkup penelitian diharapkan dapat
memudahkan peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan,
yaitu mengenai “Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam
meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada pemaparan yang
terdapat pada latar belakang masalah, dimana dijabarkan secara ringkas dalam
identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan secara mendalam, fenomena terkait bagaimana Dinas Pertanian
68
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang membuat strategi Ketahanan
Pangan.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan mengenai locus penelitian yang akan
dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.
Lokasi Penelitian ini berokasi di Kabupaten Tangerang, khususnya di Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang. Alasan mengapa peneliti
memilih di Kabupaten Tangerang, karena Kabupaten Tangerang merupakan salah
satu Kabupaten di Provinsi Banten yang mengalami alih fungsi lahan pertanian
setiap tahunnya tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lainnya,
seperti yang telah dipaparkan di latar belakang masalah, maka dari itu peneliti
ingin meneliti tentang bagaimana Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang berkaitan
dengan strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan
Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang. Adapun teori yang digunakan
adalah Analisis SWOT Sondang P. Siagian, yang terdiri dari:
1. Strenght (kekuatan)
2. Weakness (kelemahan)
3. Oportunities (peluang)
4. Threats (tantangan)
69
Indikator strategi anallisis SWOT yang telah disebutkan diatas, dianggap
releven, rasional dan tepat dalam menjawab permasalahan yang ada pada
Strategi Ketahanan Pangan ini.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Pada penelitian Strategi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di
Kabupaten Tangerang, teori yang digunakan adala teori analisis SWOT, berikut
rincian dari dimensi dan indikator pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
Dimensi Deskripsi Pertanyaan
Analisis SWOT Menganalisis faktor
internal dan eksternal
dengan menggunakan
analisis SWOT
Menganalisis faktor internal dan
eksternal, yaitu:
1. Kekuatan apa saja yang dimiliki?
2. Kelemahan apa saja yang
dimiliki?
3. Peluang apa saja yang dimiliki?
4. Ancaman apa saja yang dimiliki?
Setelah mengetahui faktor internal dan
ekternal maka akan menemukan masalah
dari 4 (empat) sisi yang berbeda, yang
kemudian akan dianalisis dengan
menggunakan matriks SWOT.
Strategi dalam
meningkatkan
ketahanan
pangan
Merumuskan strategi
sebagai alternatif
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
ketahanan pangan
Merumuskan strategi dengan melihat
faktor-faktor yang ada di Kabupaten
Tangerang untuk meningkatkan Ketahan
Pangan dengan potensi yang dimilliki
Kabupaten Tangerang
(Sumber:Peneliti 2018)
70
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, intrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Menurut
Irawan (2006:17) satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk
mengumpulkan data dan kamera. Tetapi alat-alat tersebut benar-benar tergantung
kepada peneliti yang menggunakannya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti akan berinteraksi
secara langsung dengan responden penelitian, bahkan untuk penggalian data yang
menuntut partisipasi peneliti secara terbatas, keterlibatan peneliti menjadi suatu
keharusan.
Peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi
perilaku, atau wawancara dengan para partisipan (Creswell, 2016:250) Peneliti
menyiapakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini. Pokok
permasalahan ini dapat berkembang sehingga peneliti menemukan informasi lain
berhubungan dengan permasalahan selama wawancara berlangsung.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian baik secara
akademik maupun logistiknya, yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan
bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2009:222).
71
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan
spesifik. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara
Usman dan Purnomo (1996:57), wawancara adalah tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut
intervieuwer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe.
Dalam wawancara kualitatif (qualitative observation), peneliti dapat
melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan
partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam
focus group interview (wawancara dalam kelompok tertentu). Peneliti
kualitatif sering menggabungkan teknik observasi persiapan dengan
wawancara mendalam (Sugiono, 2009:319). Macam-macam wawancara,
antara lain:
a. Wawancara terstruktur, pengumpulan data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan teknik yang
alternatif jawabannya telah disiapkan.
b. Wawancara semi struktur, wawancara menggunakan model lebih
bebas dari pada wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta
72
pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk
menentukan permasalahan secara lebih terbuka.
c. Wawancara tidak terstruktur, wawancara yang bebas dan peneliti tidak
menggunakan pedoman lengkap untuk pengumpulan datanya.
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, yaitu
wawancara menggunakan model lebih bebas dari pada wawancara
terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karena
tujuan wawancara ini untuk menentukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide.
Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan bantuan pedoman
wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan
diutarakan. Peneliti menggunakan alat bantu rekam untuk memudahkan
dalam proses pengolahan data.
2. Observasi
Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengamati langsung
terhadap objek yang sedang diteliti untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya. Peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati
perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam
pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur
maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang memang ingin diketahui oleh peneliti). Peneliti kualitatif juga
terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-
partisipan hingga partisipan utuh. Pada umumnya observasi ini bersifat
73
open-ended dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum
kepada pasrtisipan yang memungkinkan partisipan bebas memberikan
pandangan mereka. Usman dan Purnmo (1996:54), menyatakan bahwa
observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila: (i) sesuai dengan tujuan penelitian (ii)
direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (iii) dapat dikontrol
kendalanya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya). Observasi
merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses bilogis dan
psikologis. Dalam melakukan teknik observasi yang terpenting ialah
mengandalakan pengamatan dan ingatan si peneliti.
3. Dokumentasi dan Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumentasi merupakan
pengumpulan data penelitian diperoleh dari peraturan perundang-
undangan, laporan-laporan, catatan-catatan serta menghimpun dokumen-
dokumen dan menganalisisnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Dokumen berupa dokumen publik (misalnya koran, makalah, laporan
kantor) atupun dokumen privat (misalnya buku harian, surat, e-mail). Studi
literatur dan kepustakaan dimana pengumpulan data penelitian yang
diperoleh dari berbagai referensi baik buku atapun jurnal ilmiah yang
74
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun dalam penetian ini
menggunakan undang-undang atau dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 1996 tentang
Pangan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2018.
4. Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2018.
5. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Kabupaten Tangerang
Tahun 2017.
3.7 Informan Penelitian
Penelitian mengenai Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, penentuan
informannya menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan (Sugiyono,2009:54). Pada teknik ini peneliti sudah mengetahui siapa
narasumber yang akan diwawancara untuk mendapatkan informasi, sesuai dengan
75
fokus penelitian. Teknik purposive ini juga berarti peneliti mengambil sumber di
beberapa orang yang dianggap mempunyai informasi yang tepat dan relevan
mengenai masalah penelitian yang dijadikan informan atau sumber data dalam
penelitian. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagi
berikut.
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No Informan Kode Keterangan
1 Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan I1 Key
Informan
2 Kepala Bidang Ketahanan Pangan I2 Key
Informan
3 Kepala Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan I3 Key
Informan
4 Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan I4 Key
Informan
5 Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan I5 Key
Informan
6 Koordinator BPP (Balai Penyuluh Pertanian) I6 Secondary
Informan
7 Ketua Poktan (Kelompok Tani) I₇ Secondary
Informan
8 Petani I8 Secondary
Informan
9 KWT (Kelompok Wanita Tani) I9 Secondary
Informan
(Sumber: Peneliti 2018)
3.8 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data
3.8.1 Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun
data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau katagori (Nasution, 1996:
126). Data hanya akan bermakna jika dianalisis secara akurat dan seksama untuk
diberi makna. Dalam analisis data, peneliti dilibatkan sedemikian rupa agar
76
kesimpulan dan keputusan dapat dirumuskan secara baik dan benar. Analisis data
merupakan proses pencandraan/description dan penyusunan transkrip interview
serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat
menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian
menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah
ditemukan atau dapatkan dari lapangan (Danim, 2002: 210).
Bodgan dalam Sugiyono (2009:244) menyatakan bahwa analisa data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisa data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
Analisis kualitatif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
membahas dan menerangkan hasil penelitian mengenai berbagai gejala atau kasus
yang dapat diuraikan dengan menggunakan kata-kata yang tidak dapat diukur
dengan angka-angka tetapi memerlukan penjabaran uraian yang jelas. Data yang
diperoleh hanya bersifat memberikan keterangan dan penjelasan. Analisis data
kualitatif sebenarnya bertumpu pada strategi deskriptif kualitatif dimulai dari
analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, pengklasifikasian data
kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan.
77
Proses analisis data didasarkan pada penyederhanaan dan interpretasi data
yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses pengumpulan data. Proses
ini terdiri dari tiga sub proses yang saling berkaitan yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification (Miles dan Huberman, 1992: 15-20).
Gambar 3.1
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(Miles dan Huberman, 1992: 15-20).
3.8.2 Uji keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2009:117), validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan
oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda
antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian. Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan dua cara yaitu triangulasi dan member check, yaitu:
Data
Collection
Data
Display
Data
Reduction Conclusion:
Drawing/ Verifying
78
1. Triangulasi
Menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu pengujian
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas pada penelitian Strategi
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan
di Kabupaten Tangerang, maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah
diperoleh dari beberapa informan, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan
yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber data tersebut.
Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi dan dokumentasi untuk menguji keabsahan data. Triangulasi dilakukan
melalui wawancara, observasi langsung, observasi tidak langsung dan
dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk
pengamatan atas beberapa kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut
di ambil benang merah yang menghubungkan antara keduanya.
79
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
3.9 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
2017 2018 2019
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
1
Pengajuan Judul
2 Pengumuman Judul
3 Observasi Awal
4 Penyusunan Proposal
Bab I Pendahuluan
5 Penyusunan Proposal
Bab II Deskripsi Teori
6 Penyusunan Proposal
Bab III Metodologi
Penelitian
7 Seminar Proposal
Penelitian
8 Penelitian di Lapangan
10 Penyusunan bab 4
11 Penyusunan bab 5
12 Sidang skripsi
Sumber: Peneliti 2018
80
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi
bagian dari wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis yang cukup
strategis dengan ibukotanya adalah Tigaraksa. Letak astronomis antara 6°00'-
6°20' Lintang Selatan dan 106°20'-106°43' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten
Tangerang 959,51 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten
dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Kabupaten Tangerang dibagi ke
dalam 29 kecamatan yang sebagian besar merupakan kecamatan yang dimekarkan
dari kecamatan induk. Dari 29 kecamatan tersebut, terbagi lagi menjadi 246 desa
dan 28 kelurahan (BPS Kabupaten Tangerang dalam angka, 2017)
Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar
dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah
berkisar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Secara topografi, Kabupaten
Tangerang wilayah dataran yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.
Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan
Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji dan Sepatan.
Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah bagian Tengah ke arah Selatan.
81
82
Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar
daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah
barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 26,20C - 28,5
0C dengan
temperatur maksimum tertinggi pada Bulan Oktober 33,50C dan temperatur
minimum terendah pada bulan Agustus yaitu 24,20C. Rata - rata kelembaban
udara dan intensitas matahari sekitar 80,2% dan 53,4%. Keadaan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 390,4 mm, sedangkan rata-rata curah
hujan dalam setahun adalah 170,5 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari
dengan hari hujan sebanyak 24 hari dan terendah pada Bulan Agustus sebanyak 6
hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 12,6 knot dengan kecepatan
maksimum 18,4 knot di bulan Desember.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Provinsi Banten
Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com
83
Gambar 4.2
Wilayah Kabupaten Tangerang
(Sumber: https://tangerangkab.go.id/)
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang
4.1.2.1 Visi dan Misi
Mengacu pada visi Kabupaten Tangerang yaitu
”Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Cerdas,
Makmur, Religius dan Berwawasan Lingkungan”, maka Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
menetapkan visi yaitu :
“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi
Agribisnis Menuju Kemandirian Pangan”.
Penjabaran makna dan Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang tersebut adalah sebagai berikut :
84
a. Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi bidang tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan dan aneka tanaman
lainnya, serta peternakan yang diusahakan oleh setiap individu,
kelompok atau masyarakat dengan tujuan mendapatkan hasil.
b. Berdaya Saing mengandung makna kemampuan pengelolaan
sumberdaya pertanian secara efektif, efisien dan memiliki nilai
tambah sehingga lebih unggul dari daerah lainnya baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
c. Berorientasi Agribisnis mengandung makna cara pandang
ekonomi bagi usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir melalui
penerapan strategi untuk memperoleh keuntungan dengan
mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
d. Kemandirian Pangan mengandung makna bahwa Kabupaten
Tangerang mampu dalam memproduksi pangan dari dalam
negeri yang dapat menjamin kebutuhan pangan yang cukup
dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,
sosial ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, yang
didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin
85
dicapai. Adapun misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk
pertanian yang berdaya saing;
b. Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk
Mendukung pengembangan sistem pertanian berorientasi
Agribisnis;
c. Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, keamanan,
keragaman, distribusi dan cadangan pangan masyarakat berbasis
kemandirian untuk peningkatan akses pangan dan
mengantisipasi kerawanan pangan;
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
pertanian.
4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang
A. Tugas
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati
merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan
mengendalikan urusan pemerintahan bidang pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan
sumber daya manusia pertanian, serta ketahanan pangan yang
86
menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang
diberikan kepada Pemerintah Daerah.
B. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura
dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura
dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup
tugasnya
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup
tugasnya;
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. merumuskan program kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan;
87
b. mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintah daerah
dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,
peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,
serta ketahanan pangan;
c. membina sikap perilaku dan disiplin pegawai untuk
peningkatan kompetensi dan penilaian kinerja setiap pegawai
selaku individu dan dalam organisasi;
d. mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah
dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,
peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,
serta ketahanan pangan;
e. menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dibidang
tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,
pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta
ketahanan pangan;
f. mengevaluasi pelaksanaan urusan pemerintah daerah
dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,
peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,
serta ketahanan pangan; dan
88
g. melaporkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang
tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,
pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta
ketahanan pangan.
4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang
Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016 tentang
Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang adalah
sebagai berikut:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat:
1. Sub Bagian Perencanaan;
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
3. Sub Bagian Keuangan.
c. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura:
1. Seksi Tanaman Pangan;
2. Seksi Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman; dan
89
3. Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian;
d. Bidang Peternakan :
1. Seksi Budidaya Peternakan;
2. Seksi Usaha dan Kemitraan; dan
3. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.
e. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner :
1. Seksi Pengendalian Penyakit Hewan;
2. Seksi Farmasi dan Sarana Kesehatan Hewan; dan
3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan.
f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
dan Penyuluhan :
1. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan;
2. Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertanian; dan
3. Seksi Pengembangan Inovasi dan Teknologi.
g. Bidang Ketahanan Pangan :
1. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;
2. Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan; dan
3. Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan.
h. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
i. Jabatan Fungsional.
Sumber: (Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang 2013-2018)
90
Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada
salah satu bidang yang ada di Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan di Kabupaten Tangerang, adapun bidang yang terkait
dengan masalah penelitian ini yaitu bidang Ketahanan Pangan.
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Bidang Ketahanan Pangan di Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
KEPALA DINAS
JABATAN
FUNGSIONAL SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN
KEPALA BIDANG KETAHANAN PANGAN
SEKSI KETERSEDIAAN DAN
KERAWANAN PANGAN
SEKSI DISTRIBUSI DAN
CADANGAN PANGAN
SEKSI KONSUMSI DAN
KEAMANAN PANGAN
(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, 2018)
91
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang
didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai strategi
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan ketahanan
pangan di kabupaten tangerang, peneliti menggunakan teknik analisis
SWOT. Analisis SWOT dijadikan sebagai suatu model dalam
menganalisis suatu organisasi yang berorientasi profit maupun non profit
dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara
lebih komperhesif. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threaths).
Mengingat jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang peneliti dapatkan
dalam penelitian mengenai strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang lebih
banyak didapatkan dari hasil wawancara, yaitu kata-kata yang
diungkapkan oleh informan. Data lainnya yaitu berupa tindakan dari
orang-orang yang peneliti amati sewaktu melakuan observasi pengamatan.
Langkah yang pertama dilakukan adalah mereduksi data, yaitu
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting
dicari tema serta polanya. Untuk mempermudah peneliti memberikan
92
kode-kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut ditentukan
berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
pembahasan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu:
1. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan
2. Kode A, B, C, D menunjukkan item pertanyaan
3. Kode I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar urut
informan.
Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti
melakukan penyanjian data dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
Selanjutnya menarik kesimpulan dari hasil yang sudah di dapatkan.
4.2.2 Data Informan
Peneliti memilih teknik sampel bertujuan ( purposive sampling) dalam
penelitian ini, seperti yang sudah dipaparkan pada bab 3 (tiga). Informan-
informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang menurut
peneliti merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan fokus
penelitian atau orang-orang yang dalam kesehariannya berada atau terkait
langsung dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti.
Adapun informan-informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
uraian berikut ini.
1. Drh. Mawardi Nasution (I1), beliau adalah Sekretaris Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.
2. Drh. Kustri Windayani M.Si (I2), beliau adalah Kepala Bidang
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.
93
3. Supriyadi,SP., M.Si (I3), beliau adalah Kepala Seksi Konsumsi
dan Keamanan Pangan Kabuapten Tangerang.
4. Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4), beliau adalah Kepala Seksi
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kabupaten Tangerang.
5. Dra. Sunaryati, M.Si (I5), beliau adalah Kepala Seksi Distribusi
dan Cadangan Pangan Kabupaten Tangerang.
6. Aman Suherman, SP (I6), beliau adalah Koordinator BPP (Balai
Penyuluhan Pertanian) wilayah Kaliasin Kabupaten Tangerang.
7. Encam Samsuro (I7), beliau adalah Ketua Poktan (Kelompok
Tani) Palis di Desa Kaliasin Kabupaten Tangerang.
8. Abd Hadi (I8), beliau ada Petani di Desa Kaliasin Kabupaten
Tangerang.
9. Siti Jumriah (I9), beliau adalah anggota KWT (Kelompok Wanita
Tani) Sri Cikoja di Desa Tobat Kabupaten Tangerang.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisi data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan serta di sesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.
Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan analisis SWOT. Adapun
pembahasan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strengths)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat
94
dalam tubuh organissi, proyek ataupun konsep bisnis itu sendiri. Untuk
memaksimalkan strategi yang dilaksanakan dalam ketahan pangan, bidang
ketahanan pangan memiliki kekuatan atau strenght yang dimiliki dapat dilihat dari
pernyataan Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si
(I2) sebagai berikut:
“Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang
pangan No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan
itu kebutuhan wajib masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah
harus menyediakan pangan bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan
pangan yang cukup yang bergizi yang berimbang bagi masyarakat atau
penduduknya dengan tidak bertentangan dengan adat, agama, suku dan
lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya peraturan-
peraturan daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah
tentang percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati
tentang pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya
Perda No 11 Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal
ketahanan pangan dan pertanian bisa terus dikembangkan.”. (Senin, 17-
09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas kekuatan bidang ketahanan
pangan yang dimiliki adalah adanya Undang-Undang tentang Pangan Nomor 18
Tahun 2012. Undang-Undang Pangan No 18 Tahun 2012 disebutkan bahwa
penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
memproduksi pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam
dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat,
mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga
yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, juga
untuk mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan pangan dan gizi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing
komoditas pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan
95
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan
bergizi bagi konsumsi masyarakat.
Selain itu, juga terdapat Perda Nomor 11 Tahun 2015 yang dengan adanya
Perda tersebut, mendukung dalam pelaksanaan ketahanan pangan di wilayah
Kabupaten Tangerang, agar tetap menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu
potensi wilayah yang bisa terus dikembangkan.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan
yang sama mengenai kekuatan ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang yaitu
jumlah petani di Kabupaten Tangerang masih terbilang cukup banyak.
Berdasarkan SK Menteri pertanian RI Nomor :
273/Kpts/OT.160/4/2007 kelompok tani dalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Seperti yang diungkap oleh Seksi Konsumsi dan
Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada
berapa ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa meningkatkan
ketahanan pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan, kalau ga ada
kelompok tani nanti gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan kita larinya
ke kelompok. Bagaimana supaya meningkakan pangan itu, yang di
lapangan kelompok tani.. ” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).
Hal senada juga diucapkan oleh Seksi Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:
“Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan
atas nama kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti
mereka pinjaman ada pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah
keluar pinjamnya. Cuma memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga,
96
walaupun bentuknya lumbung padi ada juga yang meminjamkan uang,
ada yang sembako juga. Tapi belum banyak..” (Senin 17-09 2018, Pukul
13.35 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, kekuatan yang dimiliki salah satunya
adalah dengan masih banyaknya kelompok tani di wilayah Kabupaten Tangerang
sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan. Berikut ini adalah jumlah
Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan (WKBPP) seKabupaten
Tangerang tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan (WKBPP)
seKabupaten Tangerang tahun 2016
Kelas Petani Jumlah
Kelas pemula 555 kelompok
Kelas lanjut 473 kelompok
Kelas madya 13 kelompok
Kelas utama - kelompok
Total 1041
(Sumber: Program Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tangerang Tahun 2017)
Jika dilihat pada tabel 4.1 bahwa jumlah kelompok tani masih ada sekitar
1041 kelompok yang menandakan masih banyak jumlah kelompok tani di
Kabupaten Tangerang. Klasifikasi Kemampuan Poktan adalah pemeringkatan
kemampuan kelompok tani ke dalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari kelas
pemula, kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama yang penilaiannya berdasarkan
kemampuan kelompok tani. Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut,
97
masing-masing kelompoktani-nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dengan
mempunyai nilai 0 sampai dengan 250.
b) Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula
dimana kelompoktani-nelayan sudah melakukan kegiatan perencanaan
meskipun masih terbatas, dengan mempunyai nilai 251 sampai
dengan 500.
c) Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana
kemampuan kelompoktani-nelayan lebih tingggi dari kelas lanjut yaitu
dengan nilai 501 sampai dengan 750.
d) Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi,
dimana kelompoktani-nelayan sudah berjalan dengan sendirinya atas
dasar prakarsa dan swadaya sendiri. Nilai kemampuan diatas 750.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang
pedoman pembinaan kelompoktani-nelayan, maka pengakuan terhadap
kemampuan kelompok diatur sebagai berikut:
a) Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala Desa.
b) Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.
c) Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota.
d) Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur.
Kelompok tani memiliki peran yang sangat penting karena sangat
memudahkan ketika ada bantuan atas nama kelompok tani, sehingga ketua
98
kelompok tinggal mengkoordinasikan dengan para anggotanya. Pada tabel 4.2 di
bawah ini jumlah anggota kelompok tani secara keseluruhan mencapai 79.641
anggota.
Tabel 4.2
Jumlah keanggotaan Kelompok Tani di Kabupaten Tangerang Tahun 2016
No BPP Kel
D,W,TR
Gapoktan Jumlah Anggota Kelembagaan
KLD/Koptan
1 Cisauk 81 7 2286 1
2 Caringin 83 7 2020 -
3 Curug 54 7 2108 -
4 Careneng 128 41 9139 3
5 Kaliasin 228 30 13284 -
6 Keronjo 162 27 11663 -
7 Sukatani 124 15 9724 -
8 Tegal Kunir 114 19 18182 1
9 Sepatan 166 27 9051 -
10 Kampung
Melayu
68 15 2184 -
Total 1208 195 79.641 5
(Sumber: Program Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tangerang Tahun 2017)
Hal lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang
sama mengenai kekuatan ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang yaitu strategi
dan program yang dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan seperti yang
dikatakan oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bapak
Drh.Mawardi Nasution (I1) .
“Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya
untuk meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan
holtikultura dan peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk
ketersediaan pangan. Langkah-langkahnya, kita sekarang berupaya
terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) LP2B itu
adalah lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas lainnya yaitu
dengan menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi,
perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga
99
membina masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya
termasuk keamanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina
terus dengan melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran
produk pertanian secara menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk
melaksanakan pembinaan kepada mereka. Itu yang kita
laksanakan..”(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa banyak program yang
mendukung ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Tangerang seperti upaya
untuk meningkatkan produksi pangan baik itu tanaman pangan, perkebunan,
holtikultura dan juga peternakan. Langkah-langkah yang dilakukannya seperti
pembuatan pompanisasi di lahan sawah pertanian dan sebagainya. Seperti juga
dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani,
M.Si (I2) sebagai berikut:
“Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang
kaitannya dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian
peningkatan ketahanan pangannya. Program peningkatan ketahanan
pangan masyarakat adanya dibidang ini sekarang. Program peningkatan
ketahanan pangan masayarakat, disitu di program itu dijadikan lagi
kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah rawan pangan,
kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat, penyuluhan sumber
pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan daerah.”
(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, program yang dilakukannya adalah
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kegiatannya ada pengembangan
lumbung pangan masyarakat, penyuluhan sumber pangan alternatif dan juga
pengembangan cadangan pangan daerah. Hal serupa juga dikatakan oleh Seksi
Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita
melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu Beragam,
Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi lombanya
dari ibu pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu pesertanya
pkk tingkat kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu menyajikan
100
makanan ke anak-anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan lomba ini
adalah makanan itu harus beragam. Jadi kita menggali potensi supaya
masyarakat ini bisa meningkatkan pangan lokalnya atau beragamnya
jangan beras saja, kita bisa dari singkong, ubi atau apa dari pangan
lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL (Kawasan
Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu pemanfaatan
supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan pekarangan
untuk dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai macam
bantuan dengan pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang
keamanan pangan kita khusus ke pangan segar asal tumbuhan. jadi
khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya dari tumbuhan cuma
lingkupnya itu aja.”( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa program atau kegiatan yang
dilakukan salah satunya adalah adanya lomba cipta menu beragam, bergizi,
seimbang dan aman tingkat kabupaten, KRPL (kawasan rumah pangan lestari)
dan pengawasan keamanan pangan segar yaitu yang berasal dari tumbuhan.
Hal serupa dikatakan juga oleh Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:
“Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan
prasarana produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya.
Untuk di ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung, jadi
petani disini banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpan saja
untuk kebutuhannya sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan bangunan
lumbung, supaya memberikan stimulan. Gabahnya disimpan dan dipakai
bersama anggotanya dengan bikin ijab kabul. Seperti ketika meminjam
sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg seperti itu, itu sudah kita buat
sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60. Waktu itu rencananya 100
lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa karena saya
meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua yaitu KRPL
(Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi penyediaan
pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita berikan bantuan
rak tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya, seperti sayuran dan
buah-buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.” (Senin 17-09
2018, Pukul 13.35 WIB).
Dilihat dari hasil wawancara di atas dikatakan bahwa salah satunya adalah
memperbanyak lumbung padi masyarakat. Lumbung padi masyarakat ini juga
101
merupakan salah satu strategi dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten
Tangerang untuk meningkatkan pengembangan cadangan pangan masyarakat jika
dilihat dari renstra dinas pertanian dan Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018,
selain itu juga terdapat program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari).
Hal senada juga diungkap oleh Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan Ibu
Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:
“itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan
kelembagaan dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah
lumbung padi kita itu sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga
ada, 2017 sama tahun ini. kita bangun 64 lumbung pangan pada
masyarakat plus kita bangun dengan isinya. Kita modalin dulu. Kita
bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3 ton lebih. Ada
yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah 2 ton
setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu
diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika
dia paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa
tabungan dia jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-
anggota kelompoknya sambil menunggu penanaman berikutnya. kemudian
akan diganti dan akan digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1 kwintal
atau 100 kg dipinjam oleh anggotanya nanti dia kesepakatan kelompok
berapa yang harus di kembalikan. Jangan 100 kg dikembalikan 100 kg
lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu sendiri itu keuntungannya
untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan bahan pangan
terhadap masyarakat itu sendiri.” ( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa salah satu strategi dinas
pertanian dan ketahanan pangan adalah dengan memberikan lumbung padi kepada
kelompok tani yang fungsinya untuk cadangan pangan. Ketika terjadi musim
kemarau atau musim paceklik para anggota tani bisa meminjam beras yang ada di
lumbung pangan tersebut sesuai dengan kesepakatan. Sistem yang berlaku seperti
102
sistem koperasi. Hal serupa juga dikatakan oleh Koordinator Balai Penyuluh
Pertanian Kaliasin Bapak Aman Hermansyah (I6), yaitu:
“Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada
lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui
bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalo musim
paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.
seesuai perjanjian. (Selasa, 09-10-2018 Pukul 10.04 WIB)
Hal ini juga sesuai dengan kutipan wawancara yang dikemukakan oleh
salah satu Poktan (Kelompok Tani) Palis di Kaliasin Bapak Encham Samsuro (I7)
sebagai berikut:
“lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan ke
anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan
tanaman ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya
koperasi simpen pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu.
Bayarnya disetiap musim pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan
bayarnya bagimana itu sesuai anggota yang bicara sesuai kesepakatan.
Alhamdulillah gabah ini dipinjam setelah itu panen bayar tapi bunganya
hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma 5 kg bunganya. Bukan
berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada gitu kalau anggota
baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50 kg. Wajibnya
juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.
Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi.
Makanya jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem
lagi.” (Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas lumbung padi di kelompok tani Palis
sudah berdiri tiga tahun. Sistem peminjaman yang dilakukan seperti sistem
koperasi dan juga sesuai kesepakatan anggota. Di bawah ini merupakan foto
lumbung padi poktan Palis.
103
Gambar 4.4
(Lumbung Pangan atau Lumbung Padi Poktan Palis)
(Sumber : lumbung Padi Poktan Palis, 2018)
Selain itu terdapat pula Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)
Seperti yang di katakan oleh salah satu anggota KWT (Kelompok Wanita Tani)
Sri Cikoja di desa Tobat, yaitu ibu Siti Jumriah (I9) sebagai berikut.
“Sudah sekitar dua tahun. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang
ini disini. Dapat juara di provinsi ini. Dulu hijau sekali, dari rumah
depan sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika
KWT (Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011. Yah namanya
warga kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan. Seharusnya masih
berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah seperti jalan
ditempat ini. Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa
mengkonsumsi sendiri tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. yang
dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,
brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat
dikonsumsi sendiri oleh warga. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi
begitulah warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap
104
gitu. Kalau sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi
sendiri.”(Rabu 30-01-19, Pukul 13.00 WIB)
Berdasarkan wawancara di atas, mengatakan bahwa KRPL (Kawasan
Rumah Pangan Lestari) adalah program yang kegiatannya memanfaatkan lahan
pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan. KRPL juga mencakup upaya
intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya
(sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan
pengolahan dan pemasaran hasil. Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan
kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii)
konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga
kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam pelaksaannya ternyata terdapat kendala, seperti yang dikatakan Ibu
Siti Jumriah (Anggota KWT) ketika diadakan atau dibentuk program tersebut
maka akan berjalan programnya. Tetapi, lama kelamaan program tersebut tidak
berjalan karena warga tidak memiliki inisiatif sendiri dalam pelaksanaan program
tersebut. Gambar KRPL (Kawaasan Rumah Pangan Lestari) di Desa Tobat dapat
dilihat di bawah ini.
105
Gambar 4.5
KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di Desa Tobat Kabupaten
Tangerang
(Sumber: KRPL di Desa Tobat, 2019)
Dapat disimpulkan bahwa strategi ketahanan pangan di Kabupaten
Tangerang dijabarkan dengan banyaknya program untuk mendukung ketahanan
pangan. Seperti penguatan kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan
lembaga cadangan pangan komunitas lainnya dengan optimalisasi Poktan. Salah
satunya adalah dengan membuat kelompok tani menjadi mandiri dan mengelola
lumbung pangan sendiri dengan para anggotanya sebagai cadangan pangan seperti
106
lumbung padi, Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat
kabupaten (LCMB2SA), Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari (KRPL).
2. Kelemahan (Weaknesses)
Merupakan kondisi keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan
kinerja organisasi yang memuaskan. Mengenai kelemahan Dinas pertanian dan
Ketahanan Pangan melalui pernyataan oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut:
“kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi
masalah adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan
yang ada di petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa
kita berikan pada petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih
setengah lebih dari kebutuan alat-alat pertanian yang ada.”(Senin 22-10-
2018, Pukul 11.58)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa salah satu kelemahan yang
dimiliki adalah kualitas sumber daya manusianya (petani) yang harus dinaikan
dan menjadi lebih baik lagi. Selain itu juga alat-alat pertanian yang belum
memenuhi kebutuhan petani. Adapun hal serupa dikatakan oleh Kepala Seksi
Distribusi dan Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:
“Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga
juga, kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu
ditingkatkan lagi.” ( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Abd Hadi (I8), yaitu:
“Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga
kadang benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya, dari alat pertaniannya
ini yang kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai banyak terus
107
gantian, apalagi garapan juga kan luas.”(Rabu, 30-01-2019 Pukul 10.00
WIB).
Dilihat dari wawancara tersebut, dikatakan bahwa sarana dan prasarana
harus ditingkatkan lagi guna mendukung perkembangan sektor pertanian di
Kabupaten Tangerang, selain itu masih terdapat kekurangan dalam alat pertanian
seperti trakor.
Hal lainnya yang menjadi kelemahan juga menurut Kepala Bidang
Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2) mengatakan sebagai
berikut:
“Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu
bidang, sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang
ketahanan pangan tidak hanya satu bidang. Sekarang kan bidang
ketahanan pangan ada satu bidang dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin
nanti kalau ada sesuatu yang baru itu bisa diperluas, karena semua
ketahanan pangan itu sebenarnya semua sektor terkait dengan ketahanan
pangan. Dari segi produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi dari
internal organisasinya bisa kewenangannya diperluas. Bukan
kewenangannya tapi bidang. Kalau sekarang hanya satu bidang bisa jadi
2 bidang. Karena satu bidang kita kekurangan personil sedikit sekali.
Sedangkan kalau misalnya 2 bidang yang menanganinya lebih banyak.”
(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Dari hasil wawancara di atas, dikatakan bahwa karena kegiatan bidang
ketahanan pangan yang terlalu banyak dan satu bidang ketahanan pangan hanya
dibagi tiga seksi, personil yang melakukan kegiatan hanya sedikit sekali. Sehingga
berharap bahwa adanya perluasan bidang. Diungkap pula oleh seksi Seksi
Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk
melaksanakan kegiatan. Justru itu karena di lapangan terbatas, untuk
monitoring di lapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan
108
kerjaannya banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing
terpecah, banyak kerjaan nya jadi tidak fokus.”(Rabu 17-10-2018, Pukul
10.30).
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, sumber daya manusia atau
personil pegawainya terbatas sehingga ketika ingin memonitoring tidak semuanya
bisa termonitoring. Selain itu penyuluh pertanian juga kegiatannya banyak
sehingga tidak terfokus hanya salah satu program yang dilaksanakan saja. Seperti
juga yang dikatakan oleh Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:
“Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang.
Karena mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas
wilayahnya juga jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja,
1 pendamping penyuluh itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1
desa jumlah petaninya banyak. Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi
juga kan pekerjaannya bukan hanya ketahanan pangannya saja. Seperti
kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil kita termasuk cukup, SDM
dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang kurang.” (Senin 17-09
2018, Pukul 13.35 WIB).
Hasil wawancara di atas juga mengungkapkan bahwa dari segi sumber
daya manusia terutama pendampingan penyuluh pertanian di desa-desa masih
kurang sehingga kegiatan yang dilakukan ada yang tidak berlanjut. Selain itu
dilihat juga dari SDM (petani) menurut Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan
Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:
“harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang
diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar.
di kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan kesempatan ini.
Jadi masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan bekerja, kalau ga
mendapat bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-pahlawan pangan
yang harus kita persiapkan baik dari segi mental merekal karena orang
kan terkadang gini petani-petani kita sudah tua yang muda ga mau jadi
petani. Karena selalu konotasinya jadi petani itu miskin. Pekerjaan yang
kasar kotor yang tidak mendapatkan hasil. Padahal mereka ini adalah
109
pahlawan pangan kita. Selain itu juga, contoh nih ya lumbung padi,
kelemahannya karena kita tidak ada pendampingan berkelanjutan pada
akhirnya ini ada indikasi beralih fungsi manajemennya juga karena pola
cara berpikir kelompok petani juga kan dia tidak tau bagaimana ini
dikembangkan. Harus dikembangkan kedepannya dari 2 ton bisa umpanya
jadi 2 ton setengah atau tahun berikutnya ton sekian eh tapi malah hilang
karena tidak ada pendampingan yang berkelanjutan. SDMnya yang harus
dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah juga.”( Senin, 22-
10-2018 Pukul 10.45 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, mengatakan bahwa bukan hanya
petani tetapi juga pegawai dinas juga harus ditingkatkan lagi kualitasnya. Petani
juga harus diubah pola pikirnya agar jangan terpaku dengan bantuan, tetapi juga
mengubah pola pikir petani agar mengembangkan apa yang sudah diberikan oleh
pemerintah. Di bawah ini dapat kita lihat klasifikasi petani berdasarkan tingkat
pendidikan.
Tabel 4.3
Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani di Wilayah kerja Balai Penyuluhan
Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang tahun 2016
No BPP Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani Jumlah
Tdk
tamat
SD/buta
huruf
SD SLTP SLTA D-III S-1
1 Cisauk 1.156 4.909 2.243 877 216 107 9.508
2 Caringin 8.718 353 120 59 122 35 9.279
3 Curug 1.817 4.877 201 163 2 4 7.064
4 Careneng 17.298 12.815 1.910 1.554 24 34 33.635
5 Kaliasin 10.562 23.471 12.909 5.868 1.760 4.107 58.677
6 Keronjo 8.240 18.312 10.072 4.578 1.373 3.205 45.780
7 Sukatani 44.664 51.278 38.098 25.479 368 256 160.143
8 Tegal Kunir 8.053 7.829 9.049 7.199 78 133 32.341
9 Sepatan 3.771 1.737 1.967 1.453 76 63 9.067
10 Kampung
Melayu
623 1.203 1.540 1.449 135 63 5.013
TOTAL 194.902 126.784 78.109 48.679 4.044 8.007 370.525
(Sumber: Program dan monografi BPP se Kabupaten Tangerang 2017)
110
Klasifikasi tingkat pendidikan petani di wilayah kerja Balai Penyuluhan
Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016 masih rendah yaitu
rata-rata 34,22% tinggkat pendidikan Sekolah Dasar SD (124.784) orang) dan
buta huruf atau tidak tamat SD sebanyak 28,31% (104.902 orang). Rendahnya
tingkat pendidikan membuat para petani membutuhkan waktu lebih lama untuk
mengadopsi teknologi pertanian. Tidak bisa cepat berubah mengikuti kondisi
pertanian saat ini. Jadi pola pikir (mindset) petani susah untuk menerima
percepatan teknologi pertanian sehingga menyebakan belum optimalnya
kemampuan petani dalam penerapan teknologi, seperti yang dikatakan oleh Bapak
Abd Hadi (I8)
“Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam pertanian,
saya juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak kurang kalau
untuk potensi dari orangnya udah mulai sulit, apalagi banyak teknologi-
teknologi ya sekarang. Selain itu pola pikirnya juga mungkin, padahal
sudah dibilang jangan terlalu banyak pengunaan pestisida kimia, tetapi
masih ada juga petani yang memakai terlalu banyak.”(Rabu, 30-01-2019
Pukul 10.00 WIB)
Berdasarkan Renstra Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang, kelemahan atau permasalahan yang ada beberapa diantaranya yaitu:
Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat; Masih
tingginya angka kemiskinan; Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan
pangan; Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan
masyarakat; Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani pada
sektor pertanian; Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian; Belum
optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi; Belum adanya standar
kompetensi SDM pertanian.
111
b. Peluang (Opportunities)
Merupakan kondisi peluang bagi perkembangan di masa yang akan datang.
Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi proyek atau konsep
bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan
sekitar, seperti yang dinyatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh.
Kustri Windayani, M.Si (I2) sebagai berikut:
“Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari
penduduk itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber daya
manusia yang hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk yang
banyak ya artinya kan bisa potensinya besar untuk mengelolah lahan.
Laju penduduk yang tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu bisa untuk
pengembangan pengelolaan lahan pertanian. Penduduk yang tinggi juga
bisa sebagai SDM untuk beraneka ragam pupuk olahan. Mungkin ada
kelompok-kelompok yang bisa mengembangkan olahan pangan khas
KabupatenTangerang misalnya apa, itu kan sebagai potensi yang bisa
dikembangkan. Kalau kita bisa lihat misalkan Bogor punya lapis tales
bogor. Kabupaten Tangerang punya apa kan itu bisa dikembangkan jadi
banyak potensi sebenarnya, jadi tinggal bagaimana kita memanfaatkan
potensi-potensi itu, kekuatan itu bagaimana kita meningkatan potensi
yang ada memanfaatkan peluang dan mengurangi kekurangan tadi.”
(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Hal senada juga dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan
Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan
banyak kan masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil
pertanian banyak.”( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).
Hasil Proyeksi Penduduk 2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Tangerang mencapai lebih dari 3,58 juta orang, terdiri dari 1,83 juta
laki-laki dan 1,75 juta perempuan. Persentase penduduk Tangerang pada tahun
2017 mencapai 28,80 persen dari total penduduk Banten yang berjumlah lebih
dari 12,45 juta orang. Bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Tangerang
112
adalah kabupaten dengan populasi tertinggi pertama di Banten, diikuti Kota
Tangerang (17,19 persen), Kota Tangsel (13,21 persen), Kabupaten Serang (12,00
persen), Kabupaten Lebak (10,35 persen), Kabupaten Pandeglang (9,68 persen),
Kota Serang (5,36 persen) dan terendah Kota Cilegon (3,41 persen). Bila dilihat
dari kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang, untuk tahun 2017 tingkat
kepadatannya mencapai 3.73 orang per kilo meter persegi, lebih tinggi bila
dibandingkan tahun sebelumnya. (Statistik Kabupaten Tangerang dalam angka,
2018)
Berbeda dengan Provinsi Banten dengan luas wilayah sekitar 9.662,92 kilo
meter persegi yang didiami lebih dari 12,4 juta jiwa rata-rata tingkat kepadatan
penduduknya masih berada jauh di bawah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar
1.288 orang per kilometer persegi.
Tabel 4.4
Hasil Proyeksi penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Uraian Satuan 2017
Kabupaten Tangerang
Penduduk orang 3.584.770
laki-laki orang 1.833.470
Perempuan orang 1.751.300
Kepadatan Penduduk Orang/km2
3.736
(Sumber: Kabupaten Tangerang dalam angka, 2018)
Dengan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang sebesar 3.584.770
orang, maka jumlah penduduk yang banyak dapat menjadi potensi atau peluang
untuk pengembangan pengelolaan lahan pertanian dan juga bisa dijadikan peluang
untuk memasarkan hasil pertanian.
113
Hal lainnya diungkapkan oleh informan lain tentang pembahasan yang
sama mengenai peluang yaitu menurut Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4).
“Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik
terus. Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada
mereka. Karena kan pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap
pelan-pelan. Kemarin sudah bagus skornya makanan bergizi seimbang
seperti apa. Peluang untuk industri pangan kita sudah banyak. Kalau
pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget. Tapi perlu diawasi
keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari proses
membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari pengawasan.
Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha Kecil
Menengah) sudah ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang harus
dapat dukungan sih. Dukungannya kita masih agak kurang karena
memang bahhan bakunya kita kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri
kan enak tapi itu bahan bakunya dari luar belum ongkosnya emping itu.
Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing wuluh. Kalau jus naga itu
pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya belum. Tapi kalau
pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia juga sama
ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya hampir
mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya butuh
protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada...” (Senin 17-09 2018, Pukul
13.35 WIB).
Berdasarkan kutipan wawancara diatas, sudah banyak pelaku usaha yang
memanfaatkan hasil pertanian, walaupun masih dalam tahap mengolah. Peluang
untuk mencapai industri pangannya sudah muncul namun harus ditingkatkan lagi
dukungan kita terhadap pelaku industri tersebut. Menurut Kepala Seksi Distribusi
dan Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5).
“Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang
mendukung tapi kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung
dalam padi nah yang sangat mendukung adalah bagaimana petugas-
petugas kita dilapangan mesosialisasikan agar petani bisa tau
bagaimana cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih bagus
hasilnya. Seperti pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang
bagus kan nanti berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik
yang berkualitas.” (Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)
114
Hasil wawancara diatas menyebutkan bahwa sosialisasi yang baik dan
memberikan pengertian kepada petani bagaimana untuk menanam padi yang baik
agar hasil panennya menjadi berkualitas. Sepeti yang di ungkap oleh Kepala
Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2):
“Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal
dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten
Tangerang, masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan
kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus
meningkatkan produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-
lahan tidur.”(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Hasil wawancara diatas mengatakan bahwa lahan pertanian yang masih
tiga puluh ribu hektar dan juga banyak lahan tidur yang menjadi sebuah peluang
tersendiri di kabupaten Tangerang apabila lahan tersebut dimanfaatkan secara
optimal.
115
Gambar 4.5
Penggunaan Lahan menurut status penggunaan lahan
di Kabupaten Tangerang 2017
(Sumber : BPS Kabupaten Tangerang dalam angka, 2017)
Berdasarkan data di atas adalah data penggunaan lahan di Kabupaten
Tangerang. Terdapat lahan bukan sawah seperti kebon sebanyak 10.176 hektar,
tanah sementara tidak diusahakaan sebanyak 1.237 hektar. Diantara lahan bukan
sawah tersebut banyak terdapat lahan tidur atau lahan kosong yang tidak
dimanfaatkan seperti yang diucap Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh.
Kustri Windayani, M.Si (I2). Menurut data BPS Kabupaten Tangerang dalam
116
Angka, penggunaan Tanah sementara didak diusahakan, yaitu pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.5
Penggunaan Tanah Sementara tidak diusahakan dalam Hektare (Ha) di
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No Kecamatan Hektare
(Ha)
No Kecamatan Hektare
(Ha)
1 Cisoka - 16 Sukamulya 75
2 Solear - 17 Kresek 7
3 Tigaraksa 502 18 Gunung Kaler -
4 Jambe - 19 Kronjo -
5 Cikupa 96 20 Mekar Baru -
6 Panongan - 21 Mauk 16
7 Curug 2 22 Kemiri -
8 Kelapa Dua - 23 Sukadari -
9 Legok 14 24 Rajeg -
10 Pagedangan 239 25 Sepatan 9
11 Cisauk 86 26 Sepatan Timur 4
12 Pasar Kemis 5 27 Pakuhaji 22
13 Sindang Jaya 62 28 Teluk Naga 98
14 Balaraja - 29 Kosambi -
15 Jayanti - TOTAL 1237
(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka tahun 2018)
Berdasarkan data di atas, jumlah tanah yang tidak diusahakan terbanyak
terdapat pada Kecamatan Tigaraksa sebesar 502 hektare, kedua Pagedangan
sebesar 239 hektare, kemudian disusul cikupa sebanyak 96 hektare.
c. Ancaman (Threaths)
Merupakan kondisi yang mengancam atau menjadi tantangan dari luar.
Ancaman atau tantangan ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep
bisnis sendiri. Mengenai tantangan atau ancaman dalam strategi dinas pertanian
dan ketahanan dalam meningkatkan ketahanan pangan dinyatakan oleh Kepala
117
Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, mengatakan M.Si (I2)
sebagai berikut:
“lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi
produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi padi
perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini malah belum
sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan. Kurangnya
permodalan bagi petani juga bisa menjadi kekurangan. Akses petani pada
permodalan masih susah, pinjam ke orang yaitu pemodal-pemodal besar.
Jadi, misalkan kalau panen, petani mendapatkan sedikit sekali karena
langsung diambil untuk membayar hutang. Kekurangan lahan pertanian
itu udah jelas ya, tapi bagaimana agar kita bisa memanfaatkan
kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus
meningkatkan produktivitasnya perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan
lahan-lahan tidur, tidak hanya harus sawah aja. Kan kita punya banyak
lahan tidur, lahan pekarangan sempit yang di sebelah rumah, di depan
rumah, di belakang rumah itu kab bisa ditanami oleh tanaman sayuran
untuk konsumsi sendiri juga, itu kan bisa dimanfaatkan. Tapi kita tuh
masih belum memanfaakan. Ya jadi masyarakat masih perlu ditingkakan
lagi pemahamannya pemanfaatan pekarangan. Mungkin masyarakat kita
masih konsumtif, belum bisa memanfaatkan apa yang ada. Potensi sumber
daya di lingkungannya sendiri, itu kekurangannya. Perlu pendidikan
kepada masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti itu kan ga
harus petani.”(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Hal serupa juga dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan
Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih fungsi
lahan. Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi. Dulu sih
banyak tapi sekarang-sekarang sudah mulai berkurang. Adanya dinas
pertanian kan itu fungsinya untuk mengurusi itu. Sekarang tidak tahu
nanti kedepannya pertanian masih ada atau tidak. Seperti di kota sudah
habis lahannya, paling yaitu kita memanfaatkan lahan-lahan pekarangan.
Atau lahan-lahan yang sudah dikuasai perusahaan kan tidak
dimanfaatkan nah itu permasalahan juga itu. Banyak lahan tidur tapi
tidak di manfaatkan, seharusnya kan pemerintah daerah yang MOU
(memorandum of understanding) dengan yang punya lahan itu, supaya
bisa dimanfaatkan. Takutnya kalau tidak ada perjanjian itu, jika petani-
petani kita menggarap untuk panen, nanti lahannya mau dibangun. Kalau
ada perjanjiannya berapa tahun kita bisa kalau seandainya mau dibangun
juga menunggu sampai panen dulu.” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).
118
Pernyataan yang sama juga diucapkan Kepala Seksi Distribusi dan
Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) berikut ini:
“Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama
kan bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan
pertanian yang belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas
musim kemarau kan tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang
berjalan bagus itu yang sudah mendapat aliran irigasi.” ( Senin, 22-10-
2018 Pukul 10.45 WIB).
Pendapat lainnya diungkapkan oleh Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai
berikut:
“Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa
petani untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka
punya hak untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu. (Senin 17-09
2018, Pukul 13.35 WIB).
Hal ini ditegaskan pula oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut
“tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang
yang memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan
pembangunan bandara sehingga lahannya berkurang karena
digunakannya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi ya.
Contohnya perluasan bendara pembangunan jalan tol serpong sampai
Balaraja dan juga Teluknaga sampai Balaraja.”(Senin 22-10-2018, Pukul
11.58).
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa lahan
pertanian yang ada di Kabupaten Tangerang semakin berkurang akibat adanya
alih fungsi lahan yang mengakibatkan produktivitas pertanian pun berkurang.
Lahan pertanian yang berkurang menjadi sebuah ancaman sehingga dapat
mengganggu ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang. Seperti yang
disampaikan oleh informan bahwa alih fungsi lahan itu karena adanya kebutuhan
119
umum seperti untuk pembangunan jalan tol serpong sampai Balaraja. Berdasarkan
data yang sudah dijelaskan pada bab 1 (satu) setiap tahunnya Kabupaten
Tangerang mengalami penurunan lahan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 sebesar
42.702,00 ha, tahun 2013 dan 2014 tetap sama sebesar 38.644,00 ha, tahun 2015
turun yaitu menjadi 36.934,00 ha dan tahun 2016 menjadi 36.635,00 ha. Lahan
sawah menjadi terus berkurang juga karena banyak lahan sawah yang dijual,
karena kebanyakan petani adalah petani penggarap bukan petani pemilik sehingga
tidak adanya power dan tidak bisa memaksa untuk tidak menjual lahannya.
Seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri
Windayani, M.Si (I2):
“Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap
bukan petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten
Tangerang banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang
Kabupaten Tangerang.” (Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)
Hal serupa juga dikatakan Ketua Poktan Palis Encham Samsuro (I7)
sebagai berikut:
“Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak yang
petani penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-desakan
sosial sekarang banyak industri perumahan. mau tidak mau dijual.”
(Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)
Hal senada juga diucapkan oleh Bapak Abd Hadi (I8) sebagai berikut:
“Lahan disini kebanyakan petani penggarap. Sekarang kebanyakan
pemilik lahannya adalah orang luar bukan orang sini.”(Rabu, 30-01-2019
Pukul 10.00 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa banyak kebutuhan umum dan
juga desakan sosial, maka lahan pertanian digunakan untuk kebutuhan tersebut.
120
Sehingga mau tidak mau pemilik lahan menjual lahannya tersebut, serta banyak
petani penggarap karena lahan yang dikelola bukan lahan milik petani tersebut.
Masih dalam pembahasan yang sama, Seksi Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) menyatakan sebagai berikut:
“Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri
jadi untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal
bertahan. Kita coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini
jangan sampai berubah fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang
diatas. Apakah sistemnya nanti kalau pengen menjual menjual juga ke
orang yang berusaha di pertanian juga atau kalau ga ada apa diambil alih
pemerintah pemerintah yang mengelola. Itu masih digodok
peraturannya..” (Senin 17-09 2018, Pukul 13.35 WIB)
Sama juga seperti yang dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan
Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:
“Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada
jangan sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak bisa
memaksakan kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis diubah
jadi perumahan. Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi pemerintah.
semacam peraturan walaupun lahan dijual tapi peruntukkannya untuk
kegiatan pertanian. Khusus untuk pertanian aja harusnya ya bertahan.
Tapi ya harus ada regulasi itu dari pemerintah ada payung hukumnya
selama ini kan belum ada.” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, mengatakan bahwa setidaknya
Kabupaten Tangerang minimal bertahan dengan wilayah pertanian yang sekarang
ini. Minimal mempertahankan lahan pertanian yang ada dengan membuat payung
hukum dan regulasi agar bisa mempertahankan wilayah pertanian tersebut. Karena
sebenarnya jika dikelola dengan baik Kabupaten Tangerang mempunyai potensi
yang cukup untuk mengembangkan pertaniana. Jadi setidaknya walupun setiap
tahunnya mengalami alih fungsi lahan, minimal Kabupaten Tangerang bertahan
121
dengan kondisi wilayah pertaniannya saat ini dan jangan sampai pertanian itu
hilang.
Selain itu tantangan lainnya menurut Sekretaris Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut:
“iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang,
karena ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup luas.
Kalau musim penghujan adalah kebanjiran.” (Senin 22-10-2018, Pukul
11.58)
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut mengatakan bahwa iklim di
kabupaten Tangerang yang seringkali tidak bersahabat menjadi sebuah ancaman
tersendiri karena seringkalinya gagal panen. Seperti yang dikatakan oleh salah
satu Poktan (Kelompok Tani) Palis di Kaliasin Bapak Encham Samsuro (I7)
sebagai berikut:
“Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan
irigasi teknis disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena berhubung
debit airnya kurang jadi tidak sampai sini. Saluran airnya dari primer ke
sekunder terus tersier tidak sampai. Soalnya yang butuh kan berapa
kecamatan berapa hektar jadi tidak cukup. Kita minta bantuan ke
pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum dikabulkan. Karena
kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga produktivitas ga ada
kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini sampai puso. puso itu kita
udah tanam pakai biaya udah mau reuneh udah mau mateng, tidak
keambil busuk gara-gara kerendam air kebanjiran.”(Selasa, 09-10-2018
Pukul 11.15 WIB)
Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwa ketika musim kemarau
terjadi kekurangan air karena aliran irigasi yang debitnya dikit jadi tidak sampai
lahan sawah, dan juga ketika musim hujan pernah mengalami puso. Menurut Arti
menurut KBBI puso adalah kondisi ketika sawah tidak mengeluarkan hasilnya.
122
Jadi bisa dikatakan Puso adalah keadaan dimana suatu pertanaman tidak
menghasilkan dikarenakan kerusakan yang disebabkan oleh OPT (organisme
pengganggu tumbuhan) dan dampak perubahan iklim atau yang sering disingkat
dengan DPI antara lain: Banjir, Kekeringan, tanah longsor, gunung meletus, angin
kencang dan lain-lain yang termasuk bencana. Maka dari itu, kondisi iklim yang
tidak bersahabat mempengarui kegiatan pertanian di Kabupaten Tangerang.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tenang pembahasan
yang sama mengenai ancaman yaitu mengenai saluran irigasi yang tidak mencapai
lahan-lahan pertanian juga dikatakan oleh Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan
Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5).
“belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas
yang mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok sama
desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam. Tapi yang
tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa menanam.” ( Senin, 22-10-
2018 Pukul 10.45 WIB)
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut juga dikatakan bahkan masih
banyak lahan yang belum tersaluran saluran irigasi jadi ketika musim kemarau
lahan tersebut tidak bisa digunakan karena kekurangan air. Seperti yang dikatakan
Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution
(I1).
“ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya
perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena tidak
sedikit untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan. Tugas kita
sekarang sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air akan tanaman
melaui pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah itu.
Tapi sekundernya kewenangannya lain, primernya kewenangannya lain.
Sementara sumber air kan primer, sekunder, dan tersier. Karena debet air
123
kita di Kabupaten Tangerang ini sudah sangat berkurang debit airnya,
kan kita juga suka lihat saluran irigasi. Itu kendalanya itulah yg paling
umum, jadi masih banyak lahan yang tidak mendapatkan saluran
irigasi.”(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58)
Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Abd Hadi (I8) yang mengatakan:
“Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit
naiknya dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah si
lumayan. Tapi memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan cuma buat
pertanian aja airnya, buat yang lain juga.”(Rabu 30-01-2019, Pukul 10.00
WIB)
Dari wawancara tersebut dikatakan bahwa ketersediaan air bukan hanya
untuk tersier saja tapi untuk primer dan sekunder. Serta dari dinas sudah diberikan
tugas untuk menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi,
perbaikan jaringan irigasi tersier dan lain-lain. Hal tersebut diungkap pula oleh
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2):
“sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan
sebagainya. sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya
sawah itu ada irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak
dipelihara dengan baik, jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya
akhirnya kalau sawah tidak ada air tidak bisa ditanamin. Mungkin dari
mekanisasi pertanian juga. Dari sisi petaninya orang-orang udah males,
pemuda-pemuda terutama jadi petani. Akhirnya banyaknya perubahan
lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan pertanian, karena orang sudah
tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya ya tadi ya itu petaninya
sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.” (Senin, 17-09-2018. Pukul
14.30 WIB.)
Dari hasil wawancara diatas dikatakan bahwa lahan tidak mendapatkan
aliran irigasi karena banyak irigasi yang tidak terpelihara, juga kurang minatnya
generasi muda terhadap pertanian. Jika tidak ada lagi generasi yang meneruskan
pertanian, ini bisa menjadi sebuah kendala.
124
4.4 Hasil Penelitian
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis dan fakta yang peneliti di
lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Pada penelitian ini
dengan judul Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan
teori Sondang P. Siagian yaitu analisis SWOT “Strengths” (kekuatan),
“Weaknesses” (kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan “Threats” (ancaman).
Matriks ini menjabarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal
yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang
dimiliki. Matrik ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi
seperti pada tabel berikut:
125
Tabel 4.6
Matriks Analisis SWOT
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
1. Adanya Undang-undang tentang
pangan No 18 Tahun 2012
tentang pangan dan Perda No 11
Tahun 2015 yang mendukung
adanya Ketahanan Pangan
2. Jumlah Poktan (Kelompok Tani
yang masih banyak)
3. Banyak program ketahanan
pangan yang mendukung
ketahanan pangan seperti
lumbung padi masyarakat, KRPL
(Kawasan Rumah Pangan
Lestari), Lomba Cipta Menu dan
lain sebagainya.
1. Kualitas SDM (Sumber daya
manusia) petani yang masih
rendah dan juga pola pikir
(mindset) petani yang harus
diubah.
2. Sarana dan Prasarana
pertanian yang kurang
memadai dan harus
ditingkatkan
3. SDM (sumber daya manusia)
petugas dilapangan terbatas.
Jadi tidak maksimal dalam
melaksanakan kegiatan.
.
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Jumlah penduduk Kabupaten
Tangerang yang cukup banyak
2. Banyak pelaku usaha yang
memanfaatkan hasil pertanian,
walaupun masih dalam tahap
mengolah
3. Banyak lahan tidur yang tidak
terpakai dan bisa
dimanfaatkan
1. Mengoptimalkan peran poktan
(kelompok tani) yang masih
banyak dengan mengelola lahan-
lahan tidur agar bisa
dimanfaatkan dan memberikan
outcome kepada petani.
2. Memberdayakan dan mendukung
poktan (kelompok tani) dengan
memberikan bantuan modal serta
membuat sebuah kegiatan
pelatihan agar para petani dapat
menghasilkan sebuah produk
pertanian.
3. Membuat pusat distribusi pangan
agar memudahkan petani menjual
hasil petaniannya.
4. Mengoptimalkan program
(Kawasan Rumah Pangan
Lestari), agar dapat
meningkatkan kemandirian
pangan dalam tingkat rumah
tangga.. Caranya yaitu dengan
1. Meningkatkan kualitas petani
dengan memberikan
pelatihan untuk
memanfaatkan pengelolaan
hasil pertanian.
2. Mengubah pola pikir petani
dengan melakukan
pembinaan agar mau
bergerak sendiri
mengembangkan apa yang
sudah diberikan pemerintah.
3. Mengoptimalkan
pemanfaatan sarana dan
prasarana pertanian yang
telah ada seperti traktor
walaupun jumlahnya tidak
banyak.
4. Mengembangkan
pengetahuan dan
keterampilan petani untuk
pemanfaatan lahan-lahan
tidur yang berada di
126
melakukan monitoring secara
menyeluruh terhadap daerah yang
memang sudah terdapat program
KRPL tersebut, sehingga
program tersebut dapat continue
dan tidak stagnan
lingkungan sekitarnya.
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Alih fungsi lahan akibat
banyaknya kebutuhan umum.
2. Belum meratanya saluran
irigasi serta banyak saluran
irigasi yang tidak terpelihara
dengan baik.
3. Iklim yang terkadang tidak
bersahabat.
4. Kurang minatnya generasi
muda dalam pertanian
1. Meyegerakan untuk menerbitkan
Perda mengenai terbentuknya
lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) agar bisa
menetapkan lahan-lahan abadi
untuk pertanian. Sehingga tidak
terjadi alih fungsi lahan pada
lahan pertanian. Walaupun saat
ini masih dalam tahap
pembuatan.
2. Membuat desa Agropilitan,
sehingga memudahkan pelayanan
akses modal, agar para generasi
muda tertarik dalam bidang
pertanian.
3. Melibatkan poktan (kelompok
tani) dalam memelihara saluran
irigasi pertanian.
1. Penambahan sarana dan
prasarana pertanian untuk
petani, sesuai dengan
kebutuhan petani. Seperti
traktor dan sebagainya.
2. Mengoptimalkan irigasi
yang sudah ada dengan
memelihara saluran irigasi
agar sampai ke lahan
pertanian.
3. Menambah personil
pegawai penyuluhan agar
kegiatan yang dilakukan
bisa maksimal seperti untuk
memonitoring.
4. Melakukan Pelatihan
terhadap Penyuluh
Pertanian agar sesuai
dengan standar kompetensi
SDM pertanian.
5. Mengantisipasi perubahan
iklim dan cuaca agar bisa
meminimalisir gagal panen.
(Sumber:Peneliti 2018)
127
Gambar 4.6
Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang
Berikut ini adalah penjelasan Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di
Kabupaten Tangerang
1. Sel I : Strategi SO (Strenght, Opportunities)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif atau agresif, artinya
organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk
terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
I II
III IV
Peluang
(Opportunities)
di Kabupaten Tangerang
Ancaman
(Threats)
di Kabupaten
Tangerang
Sel 2: Strategi Penyehatan
Sel 1: Strategi Agresif
Sel 4: Strategi Bertahan
Sel 3 : Strategi Diversifikasi
Kelemahan
(Weaknesses)
di Kabupaten
Tangerang
Kekuatan
(Strenght)
di Kabupaten
Tangerang
128
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik
wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan
ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu dengan menentukan strategi
berdasarkan kombinasi kekuatan internal dan peluang eksternal yang bisa
memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik-baiknya. Strategi
tersebut yaitu, mengoptimalkan peran poktan (kelompok tani) yang masih banyak
dengan mengelola lahan-lahan tidur agar bisa dimanfaatkan dan memberikan
outcome kepada petani. Kelompok petani yang berada di Kabupaten Tangerang
berjumlah 1041 kelompok tani tergolong masih cukup banyak, sehingga dapat
dioptimalkan perannya untuk mengelola lahan-lahan tidur disekitar lingkungan
kelompok petani tersebut.
Kedua, memberdayakan dan mendukung poktan (kelompok tani) dengan
memberikan bantuan modal serta membuat sebuah kegiatan pelatihan agar para
petani dapat menghasilkan sebuah produk pertanian. Dengan hal tersebut maka
petani bukan hanya melakukan pengelolaan saja, tetapi juga dapat menghasilkan
sebuah produk dan dijual dipasaran. Ketiga, membuat pusat distribusi pangan agar
memudahkan petani menjual hasil petaniannya. Keempat, mengoptimalkan
program (Kawasan Rumah Pangan Lestari), agar dapat meningkatkan
kemandirian pangan dalam tingkat rumah tangga.. Caranya yaitu dengan
melakukan monitoring secara menyeluruh terhadap daerah yang memang sudah
terdapat program KRPL tersebut, sehingga program tersebut dapat continue dan
tidak stagnan.
129
2. Sel 2 : Strategi WO (Weaknesses, Opportunities)
Posisi ini menandakan organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat
besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around). Berdasarkan hasil penelitian
yang peneliti lakukan dengan teknik wawancara terhadap informan, strategi yang
dapat dilakukan untuk peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Tangerang
artinya organisasi harus membuat strategi bagaimana meminimalkan kelemahan
yang selalu muncul dalam perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang
menguntungkan.
Strategi pertama yaitu, meningkatkan kualitas petani dengan memberikan
pelatihan untuk memanfaatkan pengelolaan hasil pertanian dengan memberikan
pelatihan kepada petani, diharapkan para petani bisa mengembangkan apa yang
sudah didapatkannya dengan mengelolah hasil pertaniannya. Kedua, mengubah
pola pikir petani dengan melakukan pembinaan agar mau bergerak sendiri
mengembangkan apa yang sudah diberikan pemerintah. Ketiga, mengoptimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang telah ada seperti traktor dan
lainnya. Keempat, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan petani untuk
pemanfaatan lahan-lahan tidur yang berada di lingkungan sekitarnya.
3. Sel 3 : Strategi ST (strenght, Threats)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi
130
strategi, meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik
wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan
ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu organisasi bisa memanfaatkan
kekuatan baik dalam hal management, sistem pemasaran maupun kemampuan
finansial untuk mengatasi ancaman. Strategi pertama yaitu meyegerakan untuk
menerbitkan Perda mengenai terbentuknya lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B) agar bisa menetapkan lahan-lahan abadi untuk pertanian. Sehingga tidak
terjadi alih fungsi lahan pada lahan pertanian. Walaupun saat ini masih dalam
tahap pembuatan. Kedua, segera membuat desa Agropilitan, sehingga
memudahkan pelayanan akses modal, agar para generasi muda tertarik dalam
bidang pertanian.. Ketiga, melibatkan poktan (kelompok tani) dalam memelihara
saluran irigasi pertanian.
4. Sel 4 : Strategi WT (Weaknesses, Threats)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan,
artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya,
organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.
131
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik
wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan
ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu organisasi harus meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi pertama yaitu, penambahan sarana
dan prasarana pertanian untuk petani, sesuai dengan kebutuhan petani. Seperti
traktor dan sebagainya. Kedua, mengoptimalkan irigasi yang sudah ada dengan
memelihara saluran irigasi agar sampai ke lahan pertanian. Ketiga, menambah
personil pegawai penyuluhan agar kegiatan yang dilakukan bisa maksimal seperti
untuk memonitoring. Keempat, melakukan pelatihan terhadap Penyuluh Pertanian
agar sesuai dengan standar kompetensi SDM pertanian. Ke lima, mengantisipasi
perubahan iklim dan cuaca agar bisa meminimalisir gagal panen.
Penjelasan di atas merupakan srategi dengan menggunakan matrik SWOT
sebagai beberapa kemungkinan alternatif strategi dengan cara menggunakan
kekuatan untuk memanfaatakan peluang, memanfaatkan peluang untuk mengatasi
kelemahan, menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman dan
minimalisirkan kelemahan dan menghindari ancaman mengenai ketahanan pangan
di Kabupaten Tangerang. Diharapakan dengan membuat alternatif strategi seperti
yang sudah dijelaskan, dapat lebih mendukung dalam ketahanan pangan di
Kabupaten Tangerang, karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
selama ini masih diandalkan oleh Kabupaten Tangerang.
132
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu mengenai strategi Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Tangerang menggunakan matrik analisis SWOT. Faktor-faktornya yaitu kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman. Kesimpulan akhir penelitian ini yaitu dalam
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah berupaya dalam meningkatkan
ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, seperti dengan adanya pelaksanaan
program Lumbung Padi masyarakat, KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari),
LCMB2SA (Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman) tingkat
Kabupaten, Pengawasan keamanan pangan segar dan lainnya, walaupun
pelaksanan yang dilakukan memang masih belum berjalan secara optimal
dikarenakan masih banyaknya kendala dalam pelaksanaan program-program
tersebut. Selain itu, strategi yang telah dilaksanakan juga sudah sesuai dengan
kondisi wilayah Kabupaten Tangerang yang memang termasuk wilayah urban.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Dinas Pertanian Dalam
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabuaten Tangerang, maka peneliti mencoba
memberikan saran-saran mengenai hasil penelitiannya agar dapat membantu pihak
132
133
dinas pertanian dan ketahanan pangan dalam peningkatan ketahanan pangan di
kabupaten tangerang sebagai berikut:
a. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bidang khusunya Bidang
Ketahanan Pangan perlu melakukan monitoring dan juga penggerakan
kembali agar pelaksanaan program seperti KRPL (Kawasan Rumah
Pangan Lestari) berjalan dan tidak Stagnan.
b. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khusunya pada Seksi Prasarana
dan Sarana Pertanian perlu memelihara saluran irigasi agar tidak rusak
dan juga membuat pompanisasi atau sumur di lahan sawah yang tidak
mendapat aliran irigasi, karena dalam pertanian air sangat penting untuk
menanam padi.
c. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khususnya Bidang
Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan perlu
menambah personil penyuluh agar kegiatan atau program yang
terlaksana bisa maksimal terutama dalam hal monitoring
d. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khususnya Bidang
Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan perlu
memberikan pelatihan dan juga pembinaan kepada petani agar
mengubah pola pikir petani jangan hanya terpacu oleh bantuan, jadi
harus lebih mandiri petaninya dan juga apa yang sudah diberikan
bantuan oleh pemerintah tetap ada dan terus berjalan.
134
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Creswell W. John. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan.
Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia
Fahmi, Irham. 2015. Perilaku Organisasi. Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung:
Alfabeta.
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen : Jakarta: Erlangga.
Handoko, T. Hani . 2003 . Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta
Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Studi Ilmu Administrasi
dan.Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,.
Bogor : Ghalia. Indonesia
Hasibuan, Malayu S. P. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hatten, Kenneth J dan Mary Louise Hatten, 1996. Effective. Strategic Management ,
Prentice Hall, Englewood Cliffs
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP-UI.
134
135
John A. Pearce II dan Richard B.Robinson, Jr., 2011. Manajemen Strategis-.
Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia.
Kanto, Mukhlis & Patta Rappana. 2017. Filsafat Manjemen. Makassar: Celebes
Media Perkasa
Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.
Universitas Indonesia
Moleong, Lexy.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mudrajad, Kuncoro. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2001.Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Jakarta:
Salemba Empat.
Nasution. 1996. Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta : Sinar Grafika.
Purwanti, Pudji. (2010) Model Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil dalam
Mencapai Ketahanan Pangan. Malang : Press UB
Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum.
Robbins, Stephen dan Coulter, Mary. 2013. Manajemen, Jakarta: Gramedia.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Strategik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sucahyowati, Hari. 2017. Manajemen Sebuah Pengantar. Wilis
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
136
Susanto, Jusuf. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Surabaya :
Ghalia Indonesia.
Umar, Husein. 2001. Strategic Management In Action .Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
DOKUMEN LAIN :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun
2013-2018.
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2018
Badan Pusat Statistik Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan Tahun 2013-
2017
Badan Pusat Statisik Produk Domestik Bruto Kabupaten Tangerang Tahun 2011-
2016
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Provinsi Banten dalam Angka 2017
Program Penyuluh Pertanian Kabupaten Tangerang 2017
Kabupaten Tangerang dalam Angka Tahun 2012-2018
137
SUMBER-SUMBER LAIN :
Purwaningsih. 2008.”Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan
Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan.
Jurnal Ilmiah FE Universitas Muhamadiyah Surakarta, Terakreditasi Dikti
No. 55a/DIKTI/Kep 2006, Volume 9, Nomor 1, Juni 2008.
Yanuar Fiandana. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Ketahanan
Pangan Daerah (Studi Pada Kabupaten Malang) Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol.3, No. 10, Hal. 1792-1786
Dini Maharani Arum Rimadianti, Arief Daryanto, Yayuk Farida. Jurnal Gizi Pangan
Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 “Strategi Peningkatan Ketahanan
Pangan dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan”
Ari Dwi Putranto .Strategi Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Dalam
Mengimplementasikan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya Lokal dengan Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun
2010.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/intan/17/04/06/onyups280-dominasi
sektor-pertanian-di-indonesia, (diakses pada tanggal 20 Februari 2018)
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-perstatistikan/167-statistik/statistik-
lahan/450-statistik-data-lahan-pertanian-tahun-2012-2016, (diakses pada
Tanggal 5 November 2017)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/03/06/nksbau-tiap-tahun-lahan
pertanian-tangerang-tergerus-70-hektare, (diakses pada Tanggal 22
November 2017)
https://infonawacita.com/31-juta-kabupaten-tangerang-dibawah-garis-kemiskinan/,
(diakses pada tanggal 25 April 2018)
http://industri.bisnis.com/read/20161017/99/593073/javascript, (diakses pada tanggal
25 April 2018)
https://petatematikindo.wordpress.com, (diakses pada tanggal 22 November 2018)
http://www.litbang.pertanian.go.id/krpl/, (diakses pada tanggal 30 Januari 2019)
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI
DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM
MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN
TANGERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi
Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang
diberikan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancaraa seperti
di bawah ini:
Informan
1. Ketua Kelompok Tani (Poktan)
2. Petani
3. Kelompok Wanita Tani
Pertanyaan Wawancara Poktan
1. Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan pangan
Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?
2. Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?
3. Kebanyak sawah di wilayah ini tadah hujan atau irigasi?
Pertanyaan Wawancara Petani
1. Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan pangan
Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?
2. Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?
3. Apakah Perbedaan Pertanian zaman dulu dengan sekarang menurut bapak?
4. Apakah petani-petani terbiasanya menyimpan berasnya sendiri?
5. Kendala apa yang dialami dalam bertani?
6. Proses mendapatkan bantuan seperti apa?
Pertanyaan Kelompok Wanita Tani
1. Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) ini sudah berjalan
berapa lama?
2. Apakah Programnya sampai saat ini masih berjalan?
3. Kendala apa yang menjadi hambatan perogramnya?
4. Apakah Partisipasinya banyak atau tidak?
5. Proses diberikan program ini seperti apa? Apa ada sosialisasi terlebih
dahulu?
6. Apa yang dilakukan dalam program ini?
7. Apa yang dirasakan setelah adanya program ini?
8. Apa harapan untuk program ini?
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Drh. Mawardi Nasution ( I1)
USIA/UMUR : -
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan
PENDIDIKAN : -
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya untuk
meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan holtikultura dan
peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk ketersediaan pangan. Langkah-
langkahnya, kita sekarang berupaya terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan) LP2B lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas
lainnya yaitu dengan menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui
pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga
membina masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya termasuk
kemanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina terus dengan
melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran produk pertanian secara
menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk melaksanakan pembinaan kepada
mereka. Itu yang kita laksanakan.
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi masalah
adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan yang ada di
petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa kita berikan pada
petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih setengah lebih dari kebutuan
alat-alat pertanian yang ada.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
- iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang, karena
ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup luas. Kalau
musim penghujan adalah kebanjiran.
- tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang yang
memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan pembangunan
bandara sehingga lahannya berkurang karena digunakannya untuk
kepentingan umum bukan kepentingan pribadi ya. Contohnya perluasan
bendara pembangunan jalan tol serpong sampai Balaraja dan juga Teluknaga
sampai Balaraja.
- ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya
perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena tidak sedikit
untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan. Tugas kita sekarang
sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui
pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah itu. Tapi
sekundernya kewenangannya lain, primernya kewenangannya lain. Sementara
sumber air kan primer, sekunder, dan tersier. Karena debet air kita di
Kabupaten Tangerang ini sudah sangat berkurang debit airnya, kan kita juga
suka lihat saluran irigasi. Itu kendalanya itulah yg paling umum, jadi masih
banyak lahan yang tidak mendapatkan saluran irigasi.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Drh. Kustri Windayani M.Si ( I2)
USIA/UMUR : 53 Tahun
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Kepala Bidang Ketahanan Pangan
PENDIDIKAN : S2
Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang pangan No 18
Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan itu kebutuhan wajib
masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah harus menyediakan pangan
bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan pangan yang cukup yang bergizi yang
berimbang bagi masyarakat atau penduduknya dengan tidak bertentangan dengan
adat, agama, suku dan lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya
peraturan-peraturan daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah
tentang percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati tentang
pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya Perda No 11
Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal ketahanan pangan dan
pertanian bisa terus dikembangkan.
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang kaitannya
dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian peningkatan ketahanan
pangannya. Program peningkatan ketahanan pangan masyarakat adanya dibidang
ini sekarang. Program peningkatan ketahanan pangan masayarakat, disitu di
program itu dijadikan lagi kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah
rawan pangan, kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat,
penyuluhan sumber pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan
daerah.
Apa Kelemahan (weaknessess) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu bidang,
sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang ketahanan pangan tidak
hanya satu bidang. Sekarang kan bidang ketahanan pangan ada satu bidang
dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin nanti kalau ada sesuatu yang baru itu bisa
diperluas, karena semua ketahanan pangan itu sebenarnya semua sektor terkait
dengan ketahanan pangan. Dari segi produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi
dari internal organisasinya bisa kewenangannya diperluas. Bukan
kewenangannya tapi bidang. Kalau sekarang hanya satu bidang bisa jadi 2
bidang. Karena satu bidang kita kekurangan personil sedikit sekali. Sedangkan
kalau misalnya 2 bidang yang menanganinya lebih banyak.
Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
- Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari penduduk
itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber daya manusia yang
hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk yang banyak ya artinya
kan bisa potensinya besar untuk mengelolah lahan. Laju penduduk yang
tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu bisa untuk pengembangan
pengelolaan lahan pertanian. Penduduk yang tinggi juga bisa sebagai SDM
untuk beraneka ragam pupuk olahan. Mungkin ada kelompok-kelompok yang
bisa mengembangkan olahan pangan khas KabupatenTangerang misalnya
apa, itu kan sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Kalau kita bisa lihat
misalkan Bogor punya lapis tales bogor. Kabupaten Tangerang punya apa kan
itu bisa dikembangkan jadi banyak potensi sebenarnya, jadi tinggal
bagaimana kita memanfaatkan potensi-potensi itu, kekuatan itu bagaimana
kita meningkatan potensi yang ada memanfaatkan peluang dan mengurangi
kekurangan tadi.
- Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal
dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten Tangerang,
masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan
pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan
produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
- lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi
produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi padi
perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini malah belum
sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan. Kurangnya permodalan
bagi petani juga bisa menjadi kekurangan. Akses petani pada permodalan
masih susah, pinjam ke orang yaitu pemodal-pemodal besar. Jadi, misalkan
kalau panen, petani mendapatkan sedikit sekali karena langsung diambil
untuk membayar hutang. Kekurangan lahan pertanian itu udah jelas ya, tapi
bagaimana agar kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan pertanian itu
supaya produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan produktivitasnya
perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur, tidak hanya harus
sawah aja. Kan kita punya banyak lahan tidur, lahan pekarangan sempit yang
di sebelah rumah, di depan rumah, di belakang rumah itu kab bisa ditanami
oleh tanaman sayuran untuk konsumsi sendiri juga, itu kan bisa
dimanfaatkan. Tapi kita tuh masih belum memanfaakan. Ya jadi masyarakat
masih perlu ditingkakan lagi pemahamannya pemanfaatan pekarangan.
Mungkin masyarakat kita masih konsumtif, belum bisa memanfaatkan apa
yang ada. Potensi sumber daya di lingkungannya sendiri, itu kekurangannya.
Perlu pendidikan kepada masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti
itu kan ga harus petani.
- Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap bukan
petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten Tangerang
banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang Kabupaten
Tangerang.
- sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan sebagainya.
sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya sawah itu ada
irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak dipelihara dengan baik,
jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya akhirnya kalau sawah tidak ada air
tidak bisa ditanamin. Mungkin dari mekanisasi pertanian juga. Dari sisi
petaninya orang-orang udah males, pemuda-pemuda terutama jadi petani.
Akhirnya banyaknya perubahan lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan
pertanian, karena orang sudah tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya
ya tadi ya itu petaninya sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.
1
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Supriyadi,SP., M.Si (I3)
USIA/UMUR : 51 Tahun
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Kepala Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan
PENDIDIKAN : S2
Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada berapa
ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa meningkatkan ketahanan
pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan, kalau ga ada kelompok tani nanti
gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan kita larinya ke kelompok. Bagaimana
supaya meningkakan pangan itu, yang di lapangan kelompok tani.
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita
melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu Beragam,
Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi lombanya dari ibu
pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu pesertanya pkk tingkat
kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu menyajikan makanan ke anak-
anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan lomba ini adalah makanan itu harus
beragam. Jadi kita menggali potensi supaya masyarakat ini bisa meningkatkan
pangan lokalnya atau beragamnya jangan beras aja kita bisa dari singkong, ubi
atau apa dari pangan lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL
(Kawasan Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu pemanfaatan
supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan pekarangan untuk
dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai macam bantuan dengan
pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang keamanan pangan kita khusus
ke pangan segar asal tumbuhan. jadi khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya
dari tumbuan cuma lingkupnya itu aja.
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk
melaksanakan kegiatan. Justru itu karena dilapangan itu karena terbatas untuk
monitoring dilapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan kerjaannya
banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing terpecah banyak
kerjannya jadi tidak fokus.
Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan banyak kan
masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil pertanian banyak.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
- lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih fungsi lahan.
Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi. Dulu sih banyak tapi
sekarang-sekarang sudah mulai berkurang. Adanya dinas pertanian kan itu
fungsinya untuk mengurusi itu. Sekarang tidak tahu nanti kedepannya
pertanian masih ada atau tidak. Seperti di kota sudah habis lahannya, paling
yaitu kita memanfaatkan lahan-lahan pekarangan. Atau lahan-lahan yang
sudah dikuasai perusahaan kan tidak dimanfaatkan nah itu permasalahan juga
itu. Banyak lahan tidur tapi tidak di manfaatkan, seharusnya kan pemerintah
daerah yang MOU (memorandum of understanding) dengan yang punya
lahan itu, supaya bisa dimanfaatkan. Takutnya kalau tidak ada perjanjian itu,
jika petani-petani kita menggarap untuk panen, nanti lahannya mau dibangun.
Kalau ada perjanjiannya berapa tahun kita bisa kalau seandainya mau
dibangun juga menunggu sampai panen dulu.
- Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada jangan
sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak bisa memaksakan
kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis diubah jadi perumahan.
Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi pemerintah. semacam peraturan
walaupn lahan dijual tapi peruntukkannya untuk kegiatan pertanian. Khusus
untuk pertanian aja harusnya ya bertahan. Tapi ya harus ada regulasi itu dari
pemerintah ada payung hukumnya selama ini kan belum ada.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4)
USIA/UMUR : 5 Tahun
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan
Pangan
PENDIDIKAN : S1 Perikanan
Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan atas nama
kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti mereka pinjaman ada
pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah keluar pinjamnya. Cuma
memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga, walaupun bentuknya lumbung
padi ada juga yang meminjamkan uang, ada yang sembako juga. Tapi belum
banyak.
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan prasarana
produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya. Untuk di
ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung, jadi petani disini
banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpen saja untuk kebutuhannya
sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan bangunan lumbung, supaya memberikan
stimulan. Gabahnya disimpan dan dipakai bersama anggotanya dengan bikin ijab
kabul. Seperti ketikan meminjam sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg
seperti itu, itu sudah kita buat sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60.
Waktu itu rencananya 100 lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa
karena saya meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua yaitu
KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi penyediaan
pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita berikan bantuan rak
tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya, seperti sayuran dan buah-
buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang. Karena
mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas wilayahnya juga
jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja, 1 pendamping penyuluh
itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1 desa jumlah petaninya banyak.
Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi juga kan pekerjaannya bukan hanya
ketahanan pangannya saja. Seperti kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil
kita termasuk cukup, SDM dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang
kurang.
Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik terus.
Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada mereka. Karena kan
pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap pelan-pelan. Kemarin sudah
bagus skornya makanan bergizi seimbang seperti apa. Peluang untuk industri
pangan kita sudah banyak. Kalau pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget.
Tapi perlu diawasi keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari
proses membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari pengawasan.
Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha Kecil Menengah) sudah
ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang harus dapat dukungan sih.
Dukungannya kita masih agak kurang karena memang bahhan bakunya kita
kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri kan enak tapi itu bahan bakunya dari
luar belum ongkosnya emping itu. Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing
wuluh. Kalau jus naga itu pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya
belum. Tapi kalau pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia
juga sama ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya
hampir mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya butuh
protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
- Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa petani
untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka punya hak
untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu.
- Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri jadi
untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal bertahan. Kita
coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini jangan sampai berubah
fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang diatas. Apakah sistemnya nanti
kalau pengen menjual menjual juga ke orang yang berusaha di pertanian juga
atau kalau ga ada apa diambil alih pemerintah pemerintah yang mengelola.
Itu masih digodok peraturannya.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Dra. Sunaryati, M.Si (I5)
USIA/UMUR : 54 Tahun
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan
PENDIDIKAN : S2
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan kelembagaan
dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah lumbung padi kita itu
sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga ada, 2017 sama tahun ini. kita
bangun 64 lumbung pangan pada masyarakat plus kita bangun dengan isinya.
Kita modalin dulu. Kita bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3
ton lebih. Ada yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah
2 ton setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu
diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika dia
paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa tabungan dia
jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-anggota kelompoknya
sambil menunggu penanaman berikutnya. kemudian akan diganti dan akan
digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1 kwintal atau 100 kg dipinjam oleh
anggotanya nanti dia kesepakatan kelompok berapa yang harus di kembalikan.
Jangan 100 kg dikembalikan 100 kg lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu
sendiri itu keuntungannya untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan
bahan pangan terhadap masyarakat itu sendiri.
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
- harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang
diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar. di
kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan kesempatan ini. Jadi
masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan bekerja, kalau ga mendapat
bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-pahlawan pangan yang harus kita
persiapkan baik dari segi mental merekal karena orang kan terkadang gini
petani-petani kita sudah tua yang muda ga mau jadi petani. Karena selalu
konotasinya jadi petani itu miskin. Pekerjaan yang kasar kotor yang tidak
mendapatkan hasil. Padahal mereka ini adalah pahlawan pangan kita. Selain
itu juga, contoh nih ya lumbung padi, kelemahannya karena kita tidak ada
pendampingan berkelanjutan pada akhirnya ini ada indikasi beralih fungsi
manajemennya juga karena pola cara berpikir kelompok petani juga kan dia
tidak tau bagaimana ini dikembangkan. Harus dikembangkan kedepannya
dari 2 ton bisa umpanya jadi 2 ton setengah atau tahun berikutnya ton sekian
eh tapi malah hilang karena tidak ada pendampingan yang berkelanjutan.
SDMnya yang harus dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah
juga.
- Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga juga,
kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu ditingkatkan
lagi.
Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang mendukung tapi
kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung dalam padi nah yang sangat
mendukung adalah bagaimana petugas-petugas kita dilapangan mesosialisasikan
agar petani bisa tau bagaimana cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih
bagus hasilnya. Seperti pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang
bagus kan nanti berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik yang
berkualitas.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
- Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama kan
bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan pertanian yang
belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas musim kemarau kan
tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang berjalan bagus itu yang
sudah mendapat aliran irigasi.
- belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas yang
mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok sama
desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam. Tapi yang
tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa nanem.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Aman Suherman, SP (I6)
USIA/UMUR : 59 Tahun
PEKERJAAN : PNS
JABATAN : Koordinator BPP Kaliasin
PENDIDIKAN : S1
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada lumbung padi.
Ya walupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui bantuan dari dinas.
fungsinya untuk cadangan pangan. Kalau musim paceklik itu bisa dipinjam
kemudian dikembalikan ke kelompok lagi. sesuai perjanjian.
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
Kalau fasilitas pertanian belum. Masalah-masalah ada salah satunya fasilitas
kerja fasilitas untuk kegiatan belum memadai.
Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
irigasi harus diperbaiki. Menurut catatanan irigasi tapi ternyata airnya ga sampai,
harus ada perbaikan salurannya. Untuk daerah sini ada 2 saluran pertama
cisadane kedua cidurian.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Encam Samsuro (I7)
USIA/UMUR : 55 Tahun
PEKERJAAN : Petani Padi
JABATAN : Ketua Poktan
PENDIDIKAN : SLTP
Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan
pangan Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?
Disini ada lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan
ke anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan tanaman
ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya koperasi simpen
pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu. Bayarnya disetiap musim
pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan bayarnya bagimana itu sesuai
anggota yang bicara sesuai kesepakatan. Alhamdulillah gabah ini dipinjam
setelah itu panen bayar tapi bunganya hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma
5 kg bunganya. Bukan berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada
gitu kalau anggota baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50
kg. Wajibnya juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.
Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi. Makanya
jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem lagi.
Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?
Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak yang petani
penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-desakan sosial sekarang
banyak industri perumahan. mau tidak mau dijual
Kebanyak sawah di wilayah ini tadah hujan atau irigasi?
Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan irigasi teknis
disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena berhubung debit airnya kurang
jadi tidak sampai sini. Saluran airnya dari primer ke sekunder terus tersier tidak
sampai. Soalnya yang butuh kan berapa kecamatan berapa hektar jadi tidak
cukup. Kita minta bantuan ke pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum
dikabulkan. Karena kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga
produktivitas ga ada kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini sampai puso.
puso itu kita udah tanam pakai biaya udah mau reuneh udah mau mateng, tidak
keambil busuk gara-gara kerendam air kebanjiran.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Abd Hadi (I8)
USIA/UMUR : 45 Tahun
PEKERJAAN : Petani Padi
JABATAN : Bendahara Poktan (Swadaya)
PENDIDIKAN : SD
Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan
pangan Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?
Program sepertinya banyak ya. Tapi yang dilakukan disini seperti mencoba
menerapkan pupuk organik, tetapi sampai sekarang belum benar-benar terserap
yaitu penggunaan pestisida nabati. Stelah diuji sama laboratorium ternyata untuk
memberantas hama jangan kebanyakan pestisida dan jangan kimia bahkan itu
lebih bahaya. Sebenarnya pemerintah punya program tapi petaninya kecanduan
keyakinannya. kan sudah mengingatkan jika dalam pengunaan pestisida jangan
terlalu banyak, tapi masih banyak petani yang menggunakannya berlebihan,
pemikirannya lebih kearah kalau padi ga disemprot, maka hama semakin banyak,
padahal nantinya malah menjadi parah hamanya jika terlalu berlebihan. Saya
cuma menggunakan 3 sampai 4 kali pengunaan alhamdulilah selamat. Jadi daya
tahannya beda. Bahkan kemarin sama balai benih dikaji ada daya rangsang sama
pupuk-pupuk kimia itu. pestisida kimia itu lebih rentan serangannya. Apalagi
potensi pupuk organik sebenarnya kan banyak seperti pupuk kandang kalau kita
mau.
Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?
Lahan disini kebanyakan lahan penggarap. Sekarang kebanyakan pemilik
lahannya adalah orang luar bukan orang sini.
Apakah Perbedaan Pertanian zaman dulu dengan sekarang menurut
bapak?
Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam pertanian, saya
juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak kurang kalo untuk potensi
dari orangnya udah mulai sulit, apalagi banyak teknologi-teknologi ya sekarang.
Selain itu pola pikirnya juga mungkin, padahal sudah dibilang jangan terlalu
banyak pengunaan pestisida kimia, tetapi masih ada juga petani yang memakai
terlalu banyak.
Apakah petani-petani terbiasanya menyimpan berasnya sendiri?
Disimpan dulu, gabahnya sih yang disimpan sambil nunggu harga gabah naik
baru dijual. Kan disini petani garapannya tidak banyak yang luas. Paling
maksimal 1 hektar, yang lainnya paling 5000 meter ada yang 4000 meter.
Kendala apa yang dialami dalam bertani?
- Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga kadang
benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya. Dari alat pertaniannya ini yang
kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai banyak terus gantian, apalagi
garapan juga kan luas.
- Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit naiknya
dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah si lumayan. Tapi
memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan cuma buat pertanian aja
airnya, buat yang lain juga.
Proses mendapatkan bantuan seperti apa?
Jadi kita mengajukan proposal kemudian kita berikan kepada BPP (Balai
Penyuluh Pertanian) dan mereka nanti yang mengurus. Alhamdulillah kalau
sekarang dapat terus. Tetapi juga terkadang dari pemerintahnya langsung, jika
ada program apa kemudian memberikan bantuan ke kita.
MEMBERCHECK
NAMA/KODE INFORMANI : Siti Jumriah (I9)
USIA/UMUR : 53 Tahun
PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga
JABATAN : Anggota Kelompok Tani (Sri Cikoja)
PENDIDIKAN : SLTP
Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) ini sudah berjalan
berapa lama?
Sudah sekitar dua tahun yang lalu. Dapet juara di provini ini. Dulu hijau sekali,
dari rumah depan sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika
KWT (Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011.
Apakah Programnya sampai saat ini masih berjalan?
Sebenarnya dari bapak yang nilainya ini kalau sudah dibentuk harusnya berjalan
terus. Yah namanya warga kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan.
Seharusnya mah masih berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah
seperti jalan ditempat ini mah.
Kendala apa yang menjadi hambatan programnya?
Tapi kalau warga daerah sini aktif pada mau semangat ketika dibentuk program
ini. Tetapi warganya inginnya harus dibuat pagar segala macem. Bibitnya harus
dibawain. Padahal buat dia sendiri manfaatnya. Sawi, mau ditanam tapi males.
Sampai dikasih rak-rak yang putih dari dinasnya.
Apakah Partisipasinya banyak atau tidak?
Partisipasinya ya dari warganya aja yang ikut terlibat dari program ini.
Proses diberikan program ini seperti apa? Apa ada sosialisasi terlebih
dahulu?
Penyuluh ke KWT memebrikan bibit dan rak-rak dari dinas. Diadakan disini di
Desa Tobat karena di pilih dari dinasnya.
Apa yang dilakukan dalam program ini?
Yang dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,
brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat
dikonsumsi sendiri oleh warga.
Apa yang dirasakan setelah adanya program ini?
Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa mengkonsumsi sendiri
tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi
begitulahh warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap gitu.
Kalo sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi sendiri
Apa harapan untuk program ini?
Pengennya berjalan programnya. Buat konsumi masyarakatnya sendiri ga dijual
lagi. Tapi kalo banyak mah boleh dijual.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA
I
Q
Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
I1 -
I2 Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang pangan
No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan itu
kebutuhan wajib masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah
harus menyediakan pangan bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan
pangan yang cukup yang bergizi yang berimbang bagi masyarakat atau
penduduknya dengan tidak bertentangan dengan adat, agama, suku dan
lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya peraturan-peraturan
daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah tentang
percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati tentang
pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya Perda No
11 Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal ketahanan
pangan dan pertanian bisa terus dikembangkan.
I3 Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada
berapa ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa
meningkatkan ketahanan pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan,
kalau ga ada kelompok tani nanti gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan
kita larinya ke kelompok. Bagaimana supaya meningkakan pangan itu,
yang di lapangan kelompok tani.
I4 Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan atas
nama kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti mereka
pinjaman ada pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah keluar
pinjamnya. Cuma memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga,
walaupun bentuknya lumbung padi ada juga yang meminjamkan uang,
ada yang sembako juga. Tapi belum banyak.
I5 -
LAMPIRAN 4
I6 Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada
lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui
bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalau musim
paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.
sesuai perjanjian.
I7
Lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan ke
anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan
tanaman ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya
koperasi simpen pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu.
Bayarnya disetiap musim pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan
bayarnya bagimana itu sesuai anggota yang bicara sesuai kesepakatan.
Alhamdulillah gabah ini dipinjam setelah itu panen bayar tapi bunganya
hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma 5 kg bunganya. Bukan
berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada gitu kalau anggota
baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50 kg. Wajibnya
juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.
Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi.
Makanya jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem lagi.
I8 -
I9 Sudah sekitar dua tahun. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang
ini disini. Dapat juara di provinsi ini. Dulu hijau sekali, dari rumah depan
sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika KWT
(Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011. Yah namanya warga
kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan. Seharusnya masih
berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah seperti jalan
ditempat ini. Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa
mengkonsumsi sendiri tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. yang
dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,
brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat
dikonsumsi sendiri oleh warga. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi
begitulah warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap
gitu. Kalau sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi sendiri.
I
Q
Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
I1 Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya
untuk meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan
holtikultura dan peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk
ketersediaan pangan. Langkah-langkahnya, kita sekarang berupaya
terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) LP2B
lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas lainnya yaitu dengan
menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi, perbaikan
jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga membina
masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya termasuk
kemanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina terus dengan
melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran produk pertanian
secara menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk melaksanakan
pembinaan kepada mereka. Itu yang kita laksanakan..
I2 Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang
kaitannya dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian
peningkatan ketahanan pangannya. Program peningkatan ketahanan
pangan masyarakat adanya dibidang ini sekarang. Program peningkatan
ketahanan pangan masayarakat, disitu di program itu dijadikan lagi
kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah rawan pangan,
kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat, penyuluhan
sumber pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan
daerah.
I3 ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita
melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu
Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi
lombanya dari ibu pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu
pesertanya pkk tingkat kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu
menyajikan makanan ke anak-anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan
lomba ini adalah makanan itu harus beragam. Jadi kita menggali potensi
supaya masyarakat ini bisa meningkatkan pangan lokalnya atau
beragamnya jangan beras aja kita bisa dari singkong, ubi atau apa dari
pangan lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL
(Kawasan Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu
pemanfaatan supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan
pekarangan untuk dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai
macam bantuan dengan pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang
keamanan pangan kita khusus ke pangan segar asal tumbuhan. jadi
khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya dari tumbuhan cuma
lingkupnya itu aja.
I4 Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan
prasarana produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya.
Untuk di ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung,
jadi petani disini banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpen
saja untuk kebutuhannya sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan
bangunan lumbung, supaya memberikan stimulan. Gabahnya disimpan
dan dipakai bersama anggotanya dengan bikin ijab kabul. Seperti ketikan
meminjam sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg seperti itu, itu
sudah kita buat sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60. Waktu itu
rencananya 100 lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa
karena saya meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua
yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi
penyediaan pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita
berikan bantuan rak tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya,
seperti sayuran dan buah-buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.
I5 itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan
kelembagaan dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah
lumbung padi kita itu sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga
ada, 2017 sama tahun ini. kita bangun 64 lumbung pangan pada
masyarakat plus kita bangun dengan isinya. Kita modalin dulu. Kita
bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3 ton lebih. Ada
yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah 2 ton
setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu
diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika
dia paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa
tabungan dia jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-
anggota kelompoknya sambil menunggu penanaman berikutnya.
kemudian akan diganti dan akan digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1
kwintal atau 100 kg dipinjam oleh anggotanya nanti dia kesepakatan
kelompok berapa yang harus di kembalikan. Jangan 100 kg dikembalikan
100 kg lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu sendiri itu
keuntungannya untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan bahan
pangan terhadap masyarakat itu sendiri.
I6 Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada
lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui
bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalo musim
paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.
seesuai perjanjian.
I7 -
I8 -
I9 -
I
Q
Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
I1 kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi
masalah adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan
yang ada di petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa
kita berikan pada petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih
setengah lebih dari kebutuan alat-alat pertanian yang ada.
I2 Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu bidang,
sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang ketahanan
pangan tidak hanya satu bidang. Sekarang kan bidang ketahanan pangan
ada satu bidang dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin nanti kalau ada
sesuatu yang baru itu bisa diperluas, karena semua ketahanan pangan itu
sebenarnya semua sektor terkait dengan ketahanan pangan. Dari segi
produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi dari internal organisasinya
bisa kewenangannya diperluas. Bukan kewenangannya tapi bidang. Kalau
sekarang hanya satu bidang bisa jadi 2 bidang. Karena satu bidang kita
kekurangan personil sedikit sekali. Sedangkan kalau misalnya 2 bidang
yang menanganinya lebih banyak.
I3 kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk
melaksanakan kegiatan. Justru itu karena dilapangan itu karena terbatas
untuk monitoring dilapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan
kerjaannya banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing
terpecah banyak kerjannya jadi tidak fokus.
I4 Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang. Karena
mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas wilayahnya
juga jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja, 1
pendamping penyuluh itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1 desa
jumlah petaninya banyak. Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi juga
kan pekerjaannya bukan hanya ketahanan pangannya saja. Seperti
kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil kita termasuk cukup, SDM
dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang kurang.
I5 - harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang
diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar.
di kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan
kesempatan ini. Jadi masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan
bekerja, kalau ga mendapat bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-
pahlawan pangan yang harus kita persiapkan baik dari segi mental
merekal karena orang kan terkadang gini petani-petani kita sudah tua
yang muda ga mau jadi petani. Karena selalu konotasinya jadi petani
itu miskin. Pekerjaan yang kasar kotor yang tidak mendapatkan hasil.
Padahal mereka ini adalah pahlawan pangan kita. Selain itu juga,
contoh nih ya lumbung padi, kelemahannya karena kita tidak ada
pendampingan berkelanjutan pada akhirnya ini ada indikasi beralih
fungsi manajemennya juga karena pola cara berpikir kelompok petani
juga kan dia tidak tau bagaimana ini dikembangkan. Harus
dikembangkan kedepannya dari 2 ton bisa umpanya jadi 2 ton
setengah atau tahun berikutnya ton sekian eh tapi malah hilang karena
tidak ada pendampingan yang berkelanjutan. SDMnya yang harus
dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah juga.
- Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga
juga, kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu
ditingkatkan lagi.
I6 Kalau fasilitas pertanian belum. Masalah-masalah ada salah satunya
fasilitas kerja fasilitas untuk kegiatan belum memadai.
I7 -
I8 - Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga
kadang benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya, dari alat
pertaniannya ini yang kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai
banyak terus gantian, apalagi garapan juga kan luas.
- Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam
pertanian, saya juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak
kurang kalau untuk potensi dari orangnya udah mulai sulit, apalagi
banyak teknologi-teknologi ya sekarang. Selain itu pola pikirnya juga
mungkin, padahal sudah dibilang jangan terlalu banyak pengunaan
pestisida kimia, tetapi masih ada juga petani yang memakai terlalu
banyak
I9 -
I
Q
Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan
ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?
I1 -
I2 - Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari
penduduk itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber
daya manusia yang hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk
yang banyak ya artinya kan bisa potensinya besar untuk mengelolah
lahan. Laju penduduk yang tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu
bisa untuk pengembangan pengelolaan lahan pertanian. Penduduk
yang tinggi juga bisa sebagai SDM untuk beraneka ragam pupuk
olahan. Mungkin ada kelompok-kelompok yang bisa mengembangkan
olahan pangan khas KabupatenTangerang misalnya apa, itu kan
sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Kalau kita bisa lihat
misalkan Bogor punya lapis tales bogor. Kabupaten Tangerang punya
apa kan itu bisa dikembangkan jadi banyak potensi sebenarnya, jadi
tinggal bagaimana kita memanfaatkan potensi-potensi itu, kekuatan itu
bagaimana kita meningkatan potensi yang ada memanfaatkan peluang
dan mengurangi kekurangan tadi.
- Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal
dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten
Tangerang, masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan
kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus
meningkatkan produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan
lahan-lahan tidur.
I3 Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan
banyak kan masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil
pertanian banyak.
I4 Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik
terus. Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada
mereka. Karena kan pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap
pelan-pelan. Kemarin sudah bagus skornya makanan bergizi seimbang
seperti apa. Peluang untuk industri pangan kita sudah banyak. Kalau
pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget. Tapi perlu diawasi
keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari proses
membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari
pengawasan. Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha
Kecil Menengah) sudah ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang
harus dapat dukungan sih. Dukungannya kita masih agak kurang karena
memang bahhan bakunya kita kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri
kan enak tapi itu bahan bakunya dari luar belum ongkosnya emping itu.
Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing wuluh. Kalau jus naga itu
pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya belum. Tapi kalau
pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia juga sama
ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya
hampir mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya
butuh protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada.
I5 Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang
mendukung tapi kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung
dalam padi nah yang sangat mendukung adalah bagaimana petugas-
petugas kita dilapangan mesosialisasikan agar petani bisa tau bagaimana
cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih bagus hasilnya. Seperti
pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang bagus kan nanti
berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik yang berkualitas.
I6 -
I7 -
I8 -
I9 -
I
Q
Peluang (Threats) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan
pangan dalam ketahanan pangan?
I1 - iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang,
karena ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup
luas. Kalau musim penghujan adalah kebanjiran.
- tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang
yang memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan
pembangunan bandara sehingga lahannya berkurang karena
digunakannya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi
ya. Contohnya perluasan bendara pembangunan jalan tol serpong
sampai Balaraja dan juga Teluknaga sampai Balaraja.
- ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya
perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena
tidak sedikit untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan.
Tugas kita sekarang sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air
akan tanaman melaui pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier
ditengah sawah itu. Tapi sekundernya kewenangannya lain, primernya
kewenangannya lain. Sementara sumber air kan primer, sekunder, dan
tersier. Karena debet air kita di Kabupaten Tangerang ini sudah sangat
berkurang debit airnya, kan kita juga suka lihat saluran irigasi. Itu
kendalanya itulah yg paling umum, jadi masih banyak lahan yang
tidak mendapatkan saluran irigasi.
I2 - lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi
produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi
padi perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini
malah belum sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan.
Kurangnya permodalan bagi petani juga bisa menjadi kekurangan.
Akses petani pada permodalan masih susah, pinjam ke orang yaitu
pemodal-pemodal besar. Jadi, misalkan kalau panen, petani
mendapatkan sedikit sekali karena langsung diambil untuk membayar
hutang. Kekurangan lahan pertanian itu udah jelas ya, tapi bagaimana
agar kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan pertanian itu supaya
produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan produktivitasnya
perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur, tidak hanya
harus sawah aja. Kan kita punya banyak lahan tidur, lahan pekarangan
sempit yang di sebelah rumah, di depan rumah, di belakang rumah itu
kab bisa ditanami oleh tanaman sayuran untuk konsumsi sendiri juga,
itu kan bisa dimanfaatkan. Tapi kita tuh masih belum memanfaakan.
Ya jadi masyarakat masih perlu ditingkakan lagi pemahamannya
pemanfaatan pekarangan. Mungkin masyarakat kita masih konsumtif,
belum bisa memanfaatkan apa yang ada. Potensi sumber daya di
lingkungannya sendiri, itu kekurangannya. Perlu pendidikan kepada
masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti itu kan ga harus
petani.
- Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap
bukan petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten
Tangerang banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang
Kabupaten Tangerang.
- sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan
sebagainya. sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya
sawah itu ada irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak
dipelihara dengan baik, jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya
akhirnya kalau sawah tidak ada air tidak bisa ditanamin. Mungkin dari
mekanisasi pertanian juga. Dari sisi petaninya orang-orang udah
males, pemuda-pemuda terutama jadi petani. Akhirnya banyaknya
perubahan lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan pertanian, karena
orang sudah tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya ya tadi ya
itu petaninya sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.
I3 - lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih
fungsi lahan. Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi.
Dulu sih banyak tapi sekarang-sekarang sudah mulai berkurang.
Adanya dinas pertanian kan itu fungsinya untuk mengurusi itu.
Sekarang tidak tahu nanti kedepannya pertanian masih ada atau tidak.
Seperti di kota sudah habis lahannya, paling yaitu kita memanfaatkan
lahan-lahan pekarangan. Atau lahan-lahan yang sudah dikuasai
perusahaan kan tidak dimanfaatkan nah itu permasalahan juga itu.
Banyak lahan tidur tapi tidak di manfaatkan, seharusnya kan
pemerintah daerah yang MOU (memorandum of understanding)
dengan yang punya lahan itu, supaya bisa dimanfaatkan. Takutnya
kalau tidak ada perjanjian itu, jika petani-petani kita menggarap untuk
panen, nanti lahannya mau dibangun. Kalau ada perjanjiannya berapa
tahun kita bisa kalau seandainya mau dibangun juga menunggu
sampai panen dulu.
- Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada
jangan sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak
bisa memaksakan kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis
diubah jadi perumahan. Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi
pemerintah. semacam peraturan walaupun lahan dijual tapi
peruntukkannya untuk kegiatan pertanian. Khusus untuk pertanian aja
harusnya ya bertahan. Tapi ya harus ada regulasi itu dari pemerintah
ada payung hukumnya selama ini kan belum ada.
I4 - Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa
petani untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka
punya hak untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu.
- Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri
jadi untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal
bertahan. Kita coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini
jangan sampai berubah fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang
diatas. Apakah sistemnya nanti kalau pengen menjual menjual juga ke
orang yang berusaha di pertanian juga atau kalau ga ada apa diambil
alih pemerintah pemerintah yang mengelola. Itu masih digodok
peraturannya.
I5 - Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama
kan bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan
pertanian yang belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas
musim kemarau kan tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang
berjalan bagus itu yang sudah mendapat aliran irigasi.
- belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas
yang mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok
sama desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam.
Tapi yang tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa menanam.
I6 irigasi harus diperbaiki. Menurut catatanan irigasi tapi ternyata airnya ga
sampai, harus ada perbaikan salurannya. Untuk daerah sini ada 2 saluran
pertama cisadane kedua cidurian.
I7 - Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak
yang petani penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-
desakan sosial sekarang banyak industri perumahan. mau tidak mau
dijual.
- Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan
irigasi teknis disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena
berhubung debit airnya kurang jadi tidak sampai sini. Saluran airnya
dari primer ke sekunder terus tersier tidak sampai. Soalnya yang butuh
kan berapa kecamatan berapa hektar jadi tidak cukup. Kita minta
bantuan ke pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum dikabulkan.
Karena kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga
produktivitas ga ada kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini
sampai puso. puso itu kita udah tanam pakai biaya udah mau reuneh
udah mau mateng, tidak keambil busuk gara-gara kerendam air
kebanjiran.
I8 - Lahan disini kebanyakan petani penggarap. Sekarang kebanyakan
pemilik lahannya adalah orang luar bukan orang sini.
- Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit
naiknya dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah
si lumayan. Tapi memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan
cuma buat pertanian aja airnya, buat yang lain juga.
I9 -
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. i
KATA PENGANTAR
Rencana Srategis (RENSTRA) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 merupakan Revisi dari Renstra Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, maka nama Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan berubah menjadi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dengan peleburan Bidang Hortikultura kedalam Bidang Tanaman Pangan menjadi
Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta penambahan satu Bidang yaitu
Bidang Sumber Daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan. Renstra merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 yang memuat visi, misi dan program
pembangunan Kabupaten Tangerang. Renstra disusun untuk dapat dijadikan
acuan dan pegangan dalam rangka melaksanakan pembangunan pertanian dan
peternakan dalam menentukan langkah kebijakan dan melaksanakan kegiatan
guna mencapai tujuan dan sasaran program yang dapat berjalan sesuai dengan
Visi dan Misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.
Atas kerjasama semua pihak, akhirnya Renstra Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 dapat disusun, dan
merupakan pedoman dan acuan bagi pelaksanaan pembangunan di sektor
pertanian dan peternakan.
Tigaraksa, Januari 2017
Kepala Dinas Pertaniandan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
Ir. H. ENDANG KOSASIH, M.SiPembina Utama Muda
NIP. 19580306 198512 1 001
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iv
v
I BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
1.2. Landasan Hukum …….......................................…………... 4
1.3. Maksud dan Tujuan ...................................................... 10
1.4. Sistematika Penulisan ................................................... 11
II BAB II
GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN
PANGAN...............................................................
14
2.1. Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi ........................... 14
2.2. Sumber Daya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang ........................................ 20
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
.........................................................
22
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan OPD 27
III BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI OPD .. 33
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan OPD .............................................................. 33
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. iii
Wakil Kepala Daerah Terpilih ........................................ 35
3.3. Telaahan Renstra OPD ................................................... 37
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah .......................... 38
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis ............................................ 39
IV BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ....... 41
4.1. Visi dan Misi ……………………………………………………………....... 41
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka menengah ……..................... 43
4.3. Strategi dan Kebijakan …………………………………………………. 46
V BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ………….. 50
5.1 Rencana Program ............................................................ 50
5.2 Rencana Kegiatan ............................................................ 52
5.3 Indikator Kinerja............................................................... 56
5.4 Kelompok Sasaran ............................................................ 57
5.5 Rencana Pendanaan Indikatif ........................................... 59
VI BAB VI
INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013-2018 65
VII BAB VII
PENUTUP ................................................................................ 67
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 .............................................................................................................. 20
Tabel 2.2 ............................................................................................................... 21
Tabel 2.3 ............................................................................................................... 21
Tabel 2.4 ............................................................................................................... 25
Tabel 2.5 ............................................................................................................... 25
Tabel 2.6 ............................................................................................................... 26
Tabel 2.7 ............................................................................................................... 27
Tabel 3.1 ............................................................................................................... 36
Tabel 3.2 ............................................................................................................... 37
Tabel 3.3 ............................................................................................................... 38
Tabel 3.4 ............................................................................................................... 38
Tabel 4.1 ............................................................................................................... 45
Tabel 4.2 ............................................................................................................... 47
Tabel 5.1 ............................................................................................................... 57
Tabel 5.2 ............................................................................................................... 58
Tabel 5.3 ............................................................................................................... 59
Tabel 5.4 ............................................................................................................... 61
Tabel 6.1 ............................................................................................................... 65
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ............................................................................................................. 19
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 1
1.1. LATAR BELAKANG
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2013 – 2018 merupakan dokumen perencanaan yang
berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD)
Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa
setiap daerah diwajibkan menyusun RPJMD tersebut, Satuan Kerja Perangkat
Daerah (OPD) menyusun Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra
OPD.
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2013 – 2018, selain mengacu kepada RPJMD, juga
mengandung Renstra Provinsi dan Kementerian Pertanian, sehingga diharapkan
adanya sinergitas kebijakan, program dan kegiatan.
Rencana Strategis ini merupakan dokumen yang dapat menjadi acuan
bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan pihak-pihak lain yang terkait
lainnya untuk penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan
serta ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dalam jangka 5 (lima) tahun
kedepan.
PENDAHULUANBAB 1
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 2
1.2. LANDASAN HUKUM
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahananan Pangan Kabupaten
Tangerang disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3888);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 3
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 92);
10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 4
12. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
14. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor227;
16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubaan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5589);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 142);
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 5
18. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Kabupaten
Tangerang dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 6
24. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,
Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Kabupaten Tangerang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
29. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan
Pangan;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 7
30. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;
31. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
32. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
33. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010-2025;
34. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan
Yang Berkeadilan;
35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peruabahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan daerah;
36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan
Pangan Pemerintah Desa;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 8
38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2010 tentang Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK);
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
40. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009
tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal;
41. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/OT.140/2/2010 tentang
Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;
42. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 670);
43. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;
44. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah;
45. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Darah Kabupaten Tangerang;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 9
46. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 09 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Tangerang;
47. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tangerang Tahun
2005-2025;
48. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2011-2031;
49. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013–
2018.
50. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten;
51. Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Berita
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 9);
52. Peraturan Gubernur Banten Nomor 38 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Kabupaten
Tangerang 2011-2015;
53. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 24 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 10
54. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 521.05/Kep.294-Huk/2010 tentang
Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang;
55. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Tahun 2013-2018 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja
perangkat daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan, yang menggambarkan visi, misi,
strategi atau kebijakan umum serta tahapan program kegiatan strategis yang
akan dicapai dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten
Tangerang di bidang pertanian, peternakan dan ketahanan pangan disusun
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dokumen Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang Tahun 2013-2018 ditetapkan dengan maksud :
a. Sebagai dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman atau acuan dalam
menyusun Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang;
b. Untuk menentukan sasaran, arah kebijakan dan program serta kegiatan
prioritas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
dalam jangka menengah;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 11
c. Untuk dasar penilaian kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang yang mencerminkan penyelenggaraan pembangunan
yang baik, transparan dan akuntabel;
Adapun tujuan penyusunan dokumen Renstra antara lain adalah :
a. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima)
tahun yang akan datang;
b. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien dan
berkelanjutan;
c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku
pembangunan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang;
d. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan tahun 2013-2018;
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 secara garis besar disusun dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 12
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penyusunan Renstra; landasan hukum;
maksud dan tujuan; serta sistematika penulisan dokumen Renstra.
BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS OPD
Bab ini memuat Tugas, fungsi dan struktur organisasi; Sumber daya
yang dimiliki; Kinerja pelayanan sampai saat ini; Tantangan dan
peluang pengembangan pelayanan di Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang.
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI OPD
Bab ini memuat Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan
fungsi pelayanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan; Telaahan
visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih; Telaahan Renstra; Telaahan dokumen rencana tata ruang
wilayah; dan Penentuan isu-isu strategis di bidang pertanian,
peternakan dan ketahanan pangan.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Bab ini berisi visi, misi beserta tujuan dan sasaran jangka menengah
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun
2013 – 2018, serta strategi dan kebijakan dalam menjabarkan sasaran
jangka menengah bidang pertanian, peternakan dan ketahanan
pangan.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 13
BAB V
BAB VI
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Bab ini memuat rencana program dan kegiatan Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan selama 5 (lima) tahun kedepan yang dilengkapi
dengan indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.
INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
Bab ini memuat indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan
Panganyang terkait langsung atau mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang.
BAB VII PENUTUP
Berisi ringkasan singkat dari maksud dan tujuan penyusunan dokumen
Rencana Strategis disertai dengan harapan bahwa dokumen ini mampu
menjadi pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun kedepan oleh
unit kerja didalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 14
2.1. TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan urusan pemerintahan bidang
pertanian tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber
daya manusia pertanian, serta ketahanan pangan yang menjadi kewenangan
Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang mempunyai fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura dan aneka
tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta
ketahanan pangan;
b) Pelaksanaan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura dan aneka
tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat
veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta
ketahanan pangan;
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
GAMBARAN PELAYANANOPD
BAB 2
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 15
d) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. merumuskan program kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan;
b. mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang
tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan;
c. membina sikap perilaku dan disiplin pegawai untuk peningkatan
kompetensi dan penilaian kinerja setiap pegawai selaku individu dan dalam
organisasi;
d. mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman
pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan;
e. menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman pangan,
hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya manusia
pertanian, serta ketahanan pangan;
f. mengevaluasi pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman
pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 16
dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan; dan
g. melaporkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman
pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya
manusia pertanian, serta ketahanan pangan.
Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tangerang dan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016
tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat:
a. Sub Bagian Perencanaan;
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan
c. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura:
a. Seksi Tanaman Pangan;
b. Seksi Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman; dan
c. Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 17
4. Bidang Peternakan :
a. Seksi Budidaya Peternakan;
b. Seksi Usaha dan Kemitraan; dan
c. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.
5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner :
a. Seksi Pengendalian Penyakit Hewan;
b. Seksi Farmasi dan Sarana Kesehatan Hewan; dan
c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan :
a. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan;
b. Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian; dan
c. Seksi Pengembangan Inovasi dan Teknologi.
7. Bidang Ketahanan Pangan :
a. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;
b. Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan; dan
c. Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan.
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
9. Jabatan Fungsional.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 18
Gambar 2.1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang
KEPALA DINAS
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIANUMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIANPERENCANAAN
SUB BAGIANKEUANGAN
SEKRETARIAT
BIDANGPETERNAKAN
BIDANGTANAMAN
PANGAN DANHORTIKULTURA
SEKSITANAMANPANGAN
SEKSIHORTIKULTURA
DAN ANEKATANAMAN
SEKSIPRASARANA DAN
SARANAPERTANIAN
SEKSIBUDIDAYA
PETERNAKAN
SEKSIUSAHA DANKEMITRAAN
SEKSISARANA DANPRASARANAPETERNAKAN
BIDANGKESEHATAN HEWAN
DAN KESEHATANMASYARAKAT
VETERINEIR
BIDANGKETAHANAN PANGAN
SEKSIPENGENDALIAN
PENYAKITHEWAN
SEKSIFARMASI DAN
SARANA KESEHATANHEWAN
SEKSIKESEHATAN
MASYARAKATVETERINER DANKESEJAHTERAAN
HEWAN
SEKSIKETERSEDIAAN
DANKERAWANAN
PANGAN
SEKSIDISTRIBUSI DAN
CADANGANPANGAN
SEKSIKONSUMSI DAN
KEAMANANPANGAN
BIDANGPENGEMBANGAN
SUMBER DAYAMANUSIA PERTANIAN
DAN PENYULUHAN
SEKSIPENYELENGGARAAN PENYULUHAN
SEKSIKELEMBAGAAN
DANPENGEMBANGANSDM PERTANIAN
SEKSIPENGEMBANGAN
INOVASI DANTEKNOLOGI
UPTUPTUPT
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 19
2.2. SUMBER DAYA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGANKABUPATEN TANGERANG
Kondisi organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut.
Tabel 2.1. Data Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten TangerangTahun 2016
NO UNIT KERJA DINASJUMLAH APARATUR
JUMLAHSTRUKTURAL FUNGSIONAL
1.Dinas Pertanian dan KetahananPangan 39 44 83
2. UPT Perlindungan Tanaman 9 - 9
3.UPT Pengembangan BenihTanaman Pangan danHortikultura 8 - 8
4.UPT Laboratorium KesehatanHewan, Kesehatan MasyarakatVeteriner dan Taman Ternak 6 2 8
5.UPT Pos Kesehatan HewanKampung Melayu 10 1 11
6.UPT Pos Kesehatan HewanBalaraja 9 1 10
JUMLAH 81 48 129
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 2016
Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa jumlah seluruh pegawai Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang berjumlah 129 orang.
Aparatur Struktural PNS di Lingkup Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang sebanyak 39 orang dan jumlah aparatur fungsional
sebanyak 44 orang.
Ditinjau dari latar belakang pendidikan, jumlah pegawai Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan yang menduduki jabatan struktural dan
fungsional terdiri dari: Program Pasca Sarjana (S2) sebanyak 12 orang, Sarjana
(S1) sebanyak 62 orang, Program Diploma (D4 dan D3) sebanyak 3 dan 16 orang,
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 20
SLTA sebanyak 34 orang, SLTP sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 1 orang
dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2.2. Daftar Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan KabupatenTangerang Berdasarkan eselonering dan Pendidikan
No.Kualifikasi
Pendidikan (orang)Pangkat/
Gol.Ruang (orang)
Pejabat StrukturalStaf
PejabatFungsional
JumlahPegawaiEselon Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 S-2 12 IV 17 II 1 51 44
2 S-1 62 III 77 III 6
3 D-IV 3 II 33 IV 27
4 D-III 16 I 2
5 SLTA 34
6 SLTP 1
7 SD 1
Jumlah 129 129 34 51 44 129
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang, 2016
Dalam upaya mendukung tugas dan fungsi Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang perlu asset/modal yang dimiliki,
diantaranya asset laha/tanah, bangunan, alat mesin dan lain-lain.
Tabel 2.3. Data Asset/Modal Lahan/Tanah Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang
NO Jenis AssetLuas (M2)
/UnitKeterangan
1. Tanah Bangunan/Dinas 234 Eks Kantor Dinas Peternakan
2. Tanah Bangunan/Dinas Sekretaris 630 Eks Kantor Dinas Peternakan
3. Tanah Bangunan/Dinas Sekretaris 1.726 Eks Kantor Dinas Pertanian
4. Kantor BPP Curug 20.000 Curug
5. UPT Puskeswan Balaraja 40.148 Eks RPH Balaraja
6. UPT Pengembangan Benih Tanaman Pangan danHortikultura
100.218 Tanah, Bangunan dan Sawah
7. UPT Puskeswan Balaraja - Eks RPH Balaraja
8. UPT Perlindungan Tanaman - Lokasi Sepatan
9. UPT Laboratoium Kesehatan Hewan, KesehatanMasyarakat Veteriner dan Taman Ternak
33.276 Taman Ternak
10. Kantor BPP Sepatan 50.540 Sepatan
11. UPT Puskeswan Kampung Melayu 30.540 Sepatan
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 21
2.3. KINERJA PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
Pembangunan pertanian tetap memegang peran yang strategis
dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan
melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja,
sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan
melalui praktik usahatani yang ramah lingkungan.
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan sebagai salah satu peran
strategis pertanian merupakan tugas yang tidak ringan, mengingat jumlah
penduduk Kabupaten Tangerang yang semakin meningkat sejak tahun 2009
sebesar 2.565.277 jiwa meningkat sampai dengan tahun 2013 yaitu 3.157.780
orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,07 persen per tahun dalam
kurun waktu 4 tahun dan tingkat konsumsi beras 109 kg/kapita/tahun (tahun
2012).
Berdasarkan kondisi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
menempatkan beras, daging dan telur sebagai komoditas pangan utama. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pangan utama tersebut, target Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan selama 2008 – 2014 adalah peningkatan produksi
pertanian dan peningkatan produksi hasil peternakan sebesar 5% (2014).
Pencapaian peningkatan produksi ditujukan untuk padi, palawija, sayuran, buah-
buahan, daging, dan telur. Dengan target sasaran produksi padi adalah 434.421
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 22
ton, palawija 6.178 ton, sayuran 98.478 ton, buah-buahan 34.795 ton, daging
sapi 40.000 ton, dan telur 44.366 ton pada tahun 2014. Karena padi dan sayuran
sudah pada posisi surplus, maka target pencapaian tahun-tahun berikutnya
adalah berkelanjutan.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan
masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga semakin
meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk mencapai
peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan
menjadi sangat penting, terutama untuk meningkatkan kebutuhan pangan yang
semakin tinggi.
Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014, pembangunan pertanian dan
peternakan terus mencatat berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut
disyukuri dan membanggakan adalah Kabupaten Tangerang berhasil mencapai
peningkatan produksi padi yang mencapai 5% per tahun.
Selain produksi padi yang meningkat, selama periode pembangunan
empat tahun terakhir pembangunan pertanian dan peternakan juga mencatat
sejumlah keberhasilan seperti peningkatan produksi beberapa komoditas
pertanian, antara lain peningkatan produksi palawija, sayuran, buah-buahan,
produksi daging dan telur.
Selama tahun 2008 – 2014, rata-rata pertumbuhan produksi yang
cukup tinggi setiap tahunnya ditunjukkan oleh padi 4,01%. Pertanian telah
menjadi katup penyelamat dimasa krisis multidimensional 1998 dan telah cukup
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 23
berhasil dalam menyediakan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja,
peningkatan devisa Negara, dan pengurangan kemiskinan di perdesaan.
Sudah sejak lama kita terbebas dari keharusan antri bahan pangan.
Kalaupun ada kasus kerawanan pangan yang relative terbatas dibeberapa
wilayah terpencil, hal itu lebih banyak diakibatkan karena agroklimat yang kurang
bersahabat dan belum cukupnya infrastruktur pertanian, khususnya berkaitan
dengan pengelolaan (manajemen) air serta distribusi pangan yang belum merata.
Data statistik menunjukkan pada tahu 2008 – 2014 yang berkembang
di kabupaten Tangerang mencakup komoditi padi, palawija, dan tanaman
hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan.
Pada Tahun 2014 jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten
Tangerang dengan produktivitas tinggi adalah padi dengan produksi mencapai
433.953 Ton, Palawija 6.177 Ton (Jagung, Kacang Tanah, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar),
Sayuran 7.486 Ton, Buah-buahan 6.860 Ton, Daging 36.925 Ton, dan telur 41.935
Ton.
Semua capaian pembangunan pertanian ini merupakan bentuk nyata
hasil kerja keras dan kerjasama yang baik dan terus menerus dari para pelaku
pembangunan pertanian dan peternakan yaitu petani, penyuluh, pelaku usaha
bersama dengan Pemerintah daerah.
Sektor pertanian merupakan salah satu potensi wilayah yang harus
terus dikembangkan untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai
swasembada pangan berkelanjutan.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 24
Tabel 2.4. Produksi Komoditas Pertanian Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 Padi 387.565 399.733 454.470 439.914 393.518
2 Jagung 1.123 1.167 1.288 1.634 2.209
3 Kacang Tanah 588 576 323 350 322
4 Ubi Kayu 4.461 6.703 5.082 5.381 5.247
5 Ubi Jalar 4.138 1.926 1.081 515 1.056
Capaian produksi komoditas pertanian selama tahun 2008 – 2012
telah menunjukkan prestasi sangat baik, antara lain: peningkatan produksi padi
dari 387.565 ton GKG tahun 2008 menjadi 393.518 ton GKG pada tahun 2012
atau meningkat rata-rata 3,69% setiap tahun.
Peningkatan produksi ini telah menempatkan Kabupaten Tangerang
meraih penghargaan dari Presiden RI atas keberhasilannya menaikkan produksi
padi sampai dengan lebih dari 5% pada tahun 2010.
Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat selama tahun 2008 –
2013, yaitu mencapai rata-rata 9,98% setiap tahun. Produksi jagung meningkat
dari 1.123 ton pipilan kering tahun 2008 menjadi 2.209 ton pipilan kering tahun
2012. Perhitungan sementara berdasarkan ARAM III (Oktober 2013) produksi
jagung akan mencapai 1.895 ton pipilan kering. Sementara target produksi
jagung yang ditetapkan untuk tahun 2013 adalah 2.315 ton pipilan kering.
Secara lebih lengkap capaian produksi pertanian dan peternakan
selama 2008 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2.5. Produksi Komoditas Hortikultura (Sayuran) Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 Kacang Panjang 1.638,3 1.662,7 8.003,0 4.463,0 1.003,2
2 Ketimun 2.650,4 2.600,9 2.551,6 1.080,4 1.722,4
3 Terung 879,8 882,5 419,9 208,0 109,3
4 Kangkung 2.501,4 2.508,6 962,7 2.443,6 1.733
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 25
No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
5 Bayam 829 836,5 1.041,2 1.894,2 1.510,2
6 Bawang Merah 0 0 10,5 28,2 33,5
7 Petsai 1.503 1.515 6.738 1.269,1 1.212,8
8 Tanaman Hias Anggrek 881.035 882.563 72.200 185.860 33.875
9 Semangka 436 443 463 487,5 502,32
10 Pisang 4.273,7 4.399,4 4.587,9 1.887 4.252
11 Pepaya 4.871 4.984 1.622 573 467
12 Nangka 120 125,48 128,76 728 116
13 Mangga 48.103 49.405 7.180 1.136 6.774
14 Jambu Air 1.837,22 1.933,92 1.998,38 672 1.755
15 Belimbing 112,24 118,66 125,07 194 958
16 Rambutan 24.664 25.657 736 727 729
17 Sukun 29,34 31,44 33,56 25,63 250
Tabel 2.6. Produksi Hasil Peternakan Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 Daging (Ton) 24.893 25.663 26.456 26.800 28.014
2 Telur (Ton) 36.218 37.338 38.493 38.992 40.757
Pertumbuhan yang membanggakan juga diperlihatkan oleh
komoditas peternakan dan hortikutura selama 2008 – 2012 antara lain daging
sapi 3,15%, daging kambing/domba 5,34%, daging itik 10,12%, mangga 12,22%,
dan anggrek 5,06%. Capaian produksi peternakan dan hortikultura dalam kurun
waktu 2008 – 2012 tersebut dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel 2.4 -
2.6.
Kondisi umum pembangunan pertanan di Kabupaten Tangerang juga
dapat dilihat dari indikator makro lainnya yaitu capaian PDRB sektor pertanian
tahun 2008 – 2012 tercatat 10,26 (2008) sampai dengan 10,56% (2011).
Sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan dalam RPJMD
Kabupaten Tangerang 2008 – 2013, capaian indikator kinerja Dinas Pertanian
Peternakan dan Ketahanan Pangan mencapai target bahkan ada beberapa
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 26
indikator yang melampaui target. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.7. Realisasi Target Kinerja Tahun 2008 – 2013
Program/Indikator Program Target/ Realisasi Target Jangkamenengah
2008 2009 2010 2011 2012 Evaluasis/d 2012
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Persentase Kesehatan asalhewan
Target indikator 75% 50 55 60 65 70 70
Realisasi Indikator 50 60 65 70 70.05 70.05
Capaian Indikator 100 109.09 108.33 107.69 100.07 100.07
Program peningkatan Produksi Pertanian
Persentase kenaikanproduksi pertanian
Target indikator 6% 3 3 3 4 5 5
Realisasi Indikator 3 3.12 3.26 4.01 5 5
Capaian Indikator 100 104 108.67 100.25 100 100
Program peningkatan kesehatan hewan
Persentase kesehatanHewan
Target indikator 75% 50 55 60 65 70 70
Realisasi Indikator 50 58 65 70 70 70
Capaian Indikator 100 100.45 108.33 107.69 100 100
Program/Indikator Program Target/ Realisasi Target Jangkamenengah
2008 2009 2010 2011 2012 Evaluasis/d 2012
Program peningkatan Kesejahteraan petani
Persentase jumlah petanipelaku agribisnis
Target indikator 20% 20 20 20 20 20 20
Realisasi Indikator 20 20 16.9 20 20 20
Capaian Indikator 100 100 84.50 100 100 100
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Persentase peningkatanketersediaan alat dannmesin pertanian (Alsintan)
Realisasi Indikator 3 3.23 1.29 3.2 5.99 5.99
Capaian Indikator 100 107.67 43 106.67 149.75 149.75
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Persentase kenaikanproduksi hasil peternakan
Target indikator 5% 3 3 4 4 5 5
Realisasi Indikator 3 3 1.28 4.33 5 5
Capaian Indikator 100 100 32 108.25 100 100
2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN OPD
2.4.1 Tantangan Pengembangan Pelayanan OPD
2.4.1.1 Peningkatan Produktivitas, Mutu dan Nilai Tambah ProdukPertanian di beberapa sentra produksi dengan MenciptakanSistem Pertanian yang Ramah Lingkungan
Pembangunan pertanian kedepan akan menghadapi
berbagai tantangan yang memerlukan penanganan yang
cermat yaitu menyangkut produksi dan produktivitas,
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 27
penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang,
infrastruktur lahan dan air, perbenihan/perbibitan,
pembiayaan, pemenuhan kebutuhan pangan dan
kelembagaan usaha ekonomi produktif serta citra pertanian
dan persaingan global.
Kondisi produktivitas komoditas pertanian primer
yang diproduksi di sentra-sentra produksi masih jauh
dibawah potensi genetiknya karena belum diterapkannya
aplikasi paket teknologi sesuai anjuran.
Hal ini antara lain diakibatkan karena keterbatasan
kemampuan permodalan petani untuk membeli sarana
produksi terutama benih/bibit unggul pupuk kimia dan
pestisida.
Harga pupuk dan pestisida kimia yang cenderung
terus meningkat juga semakin membebani biaya produksi.
Penerapan pestisida secara terus menerus mengakibatkan
organisme pengganggu tanaman menjadi semakin kebal dan
membutuhkan dosis pestisida yang semakin tinggi,
predator/musush alami hama penyakit juga ikut musnah
akibat penggunaan pestisida yang kurang selektif.
Degradasi lahan sumber air juga terjadi akibat
budidaya produksi yang mengabaikan kaidah konservasi
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 28
lingkungan. Disisi lain, sebagian besar produksi pertanian
masih belum mamapu memahami standar mutu untuk
memenuhi pasar domestik maupun ekspor.
Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan mutu
melalui penerapan budidaya yang berdasarkan standar
prosedur baku dan melaksanakan prinsip-prinsip Good
Agriculture Practices (GAP).
Untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman
sekaligus meningkatkan nilai tambah melalui pengurangan
biaya pembelian sarana produksi seperti pupuk dan pestisida
kimia serta menjaga produktivitas lahan dan sumber air,
maka diperlukan upaya-upaya untuk mendorong petani agar
menerapkan teknologi pertanian organik yang ramah
lingkungan dengan sedapat mungkin memproduksi sendiri
pupuk organik yang dihasilkan dari limbah pertanian,
penerapan sistem pegendalian hama terpadu, serta
penerapan teknologi budidaya dilahan kering.
2.4.1.2 Penggunaan Pupuk Kimiawi dan Organik secara BerimbangUntuk Memperbaiki dan Meningkatkan Kesuburan Tanah
Saat ini produktivitas beberapa komoditas
pertanian primer yang diproduksi petani sudah mencapai
titik jenuh (leveling off) yang diakibatkan oleh menurunnya
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 29
kesuburan fisik tanah pertanian, terutama di lahan sawah.
Struktur tanah semakin massif akibat penerapan pupuk
kimia dalam jangka waktu lama.
Disamping itu penyebab tidak bertambahnya
produktivitas tanaman adalah kecenderungan petani yang
masih menggunakan salah satu pupuk tunggal secara
berlebihan, terutama pupuk Nitrogen (N), sementara
penggunaan jenis pupuk lainnya (P,K dan unsure mikro)
masih sangat kurang.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan
lahan sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N, diperlukan
upaya antara lain: (1) mencanangkan gerakan nasional
penggunaan pupuk majemuk secara berimbang, (2)
menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia, dan (3)
meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk
memperbaiki kesuburan fisik tanah.
2.4.1.3 Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Lahan dan Airserta Perbenihan dan Perbibitan
Lahan dan Air merupakan faktor produksi utama
pertanian/peternakan, sedangkan benih/bibit merupakan
sarana produksi utama produksi pertanian/peternakan.
Keberadaan dan berfungsinya infrastruktur lahan, air serta
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 30
benih/bibit merupakan prasyarat bagi kelangsungan proses
produksi pertanian/peternakan.
Saat ini, kondisi infrastruktur lahan dan air
pertanian sangat memprihatinkan. Jaringan jalan produksi
dan usahatani dari dann ke sentra produksi pertanian masih
sangat terbatas. Alat dan mesin pertanian kesulitan keluar
masuk daerah pertanian untuk membawa sarana produksi
maupun memasarkan hasil pertanian secara efisien. Ladang
penggembalaan luasnya semakin mengecil, karena
perubahan fungsi maupun ketidakjelasan status lahannya
(antara milik negara atau milik adat).
Demikian pula dengan jaringan irigasi dan drainase
yang ada semakin menurun kapasitasnya, akibat
pendangkalan dan kurangnya perawatan. Sementara
pembangunan embung yang baru masih jauh dari memadai
untuk mendukung tuntutan peningkatan produksi komoditas
pertanian, terutama di daerah sub optimal seperti di lahan
kering. Lebih lanjut, keberadaan infrastruktur pendukung
usaha penangkaran benih dan bibit juga masih sangat
kurang, seperti laboratorium sertifikasi dan pengujian mutu,
balai benih, kebun bibit maupun kebun induk.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 31
2.4.1.4 Perbaikan Citra Petani dan Pertanian Agar Kembali DiminatiGenerasi Penerus
Belum berkembangnya agroindustri di perdesaan,
sehingga usaha tani masih dominan diaspek produksi on-
farm dengan tingkat pendataan yang relatif kecil dan belum
berkembangnya usaha jasa pelayanan permodalan, dan
teknologi, mengakibatkan citra petani dan pertanian lebih
sebagai aktifitas sosial budaya tradisional, bukan sosial
ekonomi yang dinamis dan menantang.
Kondisi ini pada akhirnya kurang menarik minat
generasi muda di perdesaan untuk bekerja dan berusaha
dibidang pertanian, terlebih bagi mereka yang telah
mengikuti pendidikan sekolah menengah ke atas.
Oleh karena itu kedepan perlu upaya pementapan
pengembangan agroindustri di perdesaan, diantaranya
melalui pengembangan kawasan agropolitan, sehingga
menumbuhkembangkan usaha penyediaan barang dan jasa
pendukung yang merupakan peluang usaha dan lapangan
kerja bagi angkatan kerja baru diperdesaan.
Disamping itu, perlu juga mendorong
pengembangan mekanisasi pertanian (alsin tepat guna) agar
bidang pertanian lebih menarik minat generasi muda selain
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 32
untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, nilai tambah,
efisiensi dan daya saing produksi komoditas pertanian.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 33
3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSIPELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
Pembangunan periode jangka menengah tahun 2013 – 2018 pada
dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan
pada periode jangka menengah sebelumnya.
Agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan
dan memenuhi target sasaran yang ditetapkan diperlukan gambaran
permasalahan yang akan dihadapi pada periode pembangunan jangka waktu
lima tahun kedepan.
Berdasarkan hasil evaluasi atas pembangunan pertanian yang telah
dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih
dihadapi sektor pertanian dimasa yang akan datang, khususnya jangka waktu
2013 – 2018, mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan
iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air, kepemilikan lahan,
perbenihan dan perbibitan, akses petani terhadap permodalan, kelembagaan
petani, sinergitas sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian/peternakan,
serta sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.
ISU-ISU STRATEGISBERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI OPD
BAB 3
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 34
Secara lebih lengkap, permasalahan mendasar tersebut di atas
diuraikan sebagai berikut:
a. Belum maksimalnya kemandirian pangan dengan menekankan pada
pengembangan 5 komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, gula, dan
daging sapi);
b. Belum optimalnya data Neraca Bahan Makanan;
c. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat;
d. Masih tingginya angka kemiskinan;
e. Masih kurangnya informasi stok dan harga pangan;
f. Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan pangan;
g. Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan
masyarakat;
h. Kurangnya intensifikasi lahan dan pengendalian hama penyakit serta
peningkatan sarana prasarana pra panen dan pasca panen untu
meningkatan produktifitas pertanian dan peternakan;
i. Banyaknya kerusakan saluran irigasi tersier dan kekurangan pasokan air;
j. Rendahnya ketersediaan benih/bibit pertanian dan peternakan;
k. Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani pada sektor
pertanian;
l. Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian;
m. Belum optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 35
n. Belum optimalnya produktivitas pertanian komoditas utama seperti padi,
jagung, kacang tanah dan bawang merah;
o. Masih rendahnya tingkat pelayanan kesehatan hewan;
p. Belum tersedianya data akurat mengenai penyakit hewan;
q. Rendahnya produktivitas ternak;
r. Belum optimalnya produktivitas kelompok ternak agribisnis;
s. Belum optimalnya mutu dan kesehatan produk asal hewan;
t. Belum optimalnya sanitasi dan higiene pada unit usaha produsen/
distributor produk asal hewan;
u. Lemahnya kapasitas dan kompetensi kelembagaan petani;
v. Belum optimalnya peran Balai Penyuluhan Pertanian sebagai pusat
koordinasi program dan pelaksanaan kegiatan di kecamatan;
w. Kurangnya penyebaran penyuluhan melalui jaringan internet (cyber
extension);
x. Belum adanya standar kompetensi SDM pertanian;
y. Kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian;
3.2 TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKILKEPALA DAERAH TERPILIH
Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan sangat dipengaruhi dan merupakan penjabaran yang lebih detail dari
perencanaan pembangunan daerah kabupaten Tangerang, sehingga semua
langkah-langkah yang disusun dalam Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 36
Pangan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Tangerang 2013 – 2018.
Visi Kabupaten tangerang adalah “Mewujudkan Masyarakat
kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur, religius, dan berwawasan
lingkungan”.
Sementara misinya adalah : (1) Peningkatan Pemerataan akses dan
fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat; (2) Peningkatan
Pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju
peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat; (3) Peningkatan dan
pengembangan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan pemerintahan serta
kehidupan bermasyarakat menuju masyarakat yang religius; (4) Penciptaan iklim
investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh peningkatan Peningkatan
Pembangunan Infrastruktur dasar yang merujuk pada keseimbangan ruang dan
lingkungan; (5) Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang
bersih, professional, berwibawa, transparan, dan bertanggung jawab.
Telaahan terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala daerah memberikan gambaran peran serta dan keterlibatan langsung
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Hal ini ditujukan melalui pernyataan misi
nomor 2 (dua) yaitu Peningkatan Pengembangan perekonomian daerah dan
perekonomian masyarakat menuju peningkatan daya saing daerah dan daya
saing masyarakat. Pada misi ini terlihat jelas peran serta Dinas Pertanian dan
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 37
Ketahanan Pangan dalam upaya pengembangan ekonomi daerah melalui
pengembangan bidang pertanian/peternakan.
Telaahan terhadap visi, misi dan program kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih di Kabupaten Tangerang dalam hubungannya dengan
tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
tangerang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 3.1. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan OPD TerhadapPencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah
No.Misi dan Program KDHdan Wakil KDH Terpilih
Permasalahan PelayananOPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 Misi 3 : PeningkatanPengembanganperekonomian daerahdan perekonomianmasyarakat menujupeningkatan daya saingdaerah dan daya saingmasyarakat.
Program Unggulan :Program PengembanganKawasan Strategis CepatTumbuh
Program 1 :Program PeningkatanProduksiPertanian/Perkebunan
Program 2 :Program PeningkatanPenerapan TeknologiPertanian/Perkebunan
Program 3 :Program Pencegahan danPenanggulangan PenyakitTernak
Program 4 :Program PeningkatanProduksi Hasil Peternakan
Program 5 :Program PeningkatanKesehatan MasyarakatVeteriner
a. Kompetensi aparaturdinas belumsepenuhnya meratadan sesuai denganyang diharapkan.
b.Pelaksanaan kegiatanbelum sepenuhnyamengacu padaTupoksi.
c. Ases terhadap datadan informasiPertanian/ peternakanbelum optimal.
d.Peran dan fungsi UPTbelum optimal.
e. Sinergitas Tupoksiantar bidang dan UPTbelum terjalin denganbaik.
f. Koordinasi antarbidang belum optimal.
a. Semakin tingginya alih fungsilahan.
b. Menurunnya kesuburan tanah(lahan) pertanian.
c. Kerusakan infrastrukturjaringan irigasi.
d. Meluasnya areal yangpotensial terkena gangguanbencana alam kekeringan/kebanjiran.
e. Mahalnya agroinput (saranaproduksi dan alat mesinpertanian/ peternakan.
f. Menurunnya minat terhadapusaha tani-ternak.
g. Kemampuan permodalanpetani/ peternak terbatas.
h. Penerapan teknologipertanian terbatas.
i. Daya saing produk pertaniandan peternakan masihrendah.
j. Hama dan penyakit tanaman(Organisme PenggangguTumbuhan) makinberkembang.
k. Tingkat kehilangan hasil masihtinggi.
l. Tingginya kasus penyakithewan menular dan zoonosis.
m. Rendahnya manajemenpemeliharaan dan reproduksiternak.
a. Kewenangan Dinasdalam pengembanganAgribisnis pertaniandan peternakan.
b.Komitmen pimpinandalam peningkatanketersediaan pangandaerah.
c. Ketersediaansumberdayapertanian.
d.Ketersediaan data daninformasipengembangan usahapertanian/peternakan.
e. Ketersediaandukungan anggaran.
f. Keberadaan lembagaperbenihan/perbibitan.
g. Ketersediaanlaboratorium pengujimutu.
h.Ketersediaan fasilitasalat mesin pertanian /peternakan.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 38
3.3 TELAAHAN RENSTRA OPD
Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Strategis Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, permasalahan pelayanan Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang beserta faktor
penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan pertanian dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Sasaran Renstra FaktorPenghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No.Sasaran Jangka Menengah
Renstra OPDPermasalahan Pelayanan
OPDFaktor
Penghambat Pendorong
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
MeningkatkanKetersediaan danCadangan Pangan.
Berkembangnya Distribusidan Akses Pangan
MeningkatnyaPenanganan RawanPangan.
BerkembangnyaPenganekaragaman danKeamanan Pangan.
Meningkatnya ProduksiPertanian.
Meningkatnya ProduksiHasil Peternakan
Meningkatnya KualitasProduk Hewan.
MeningkatnyaKemandirianKelembagaan Tani.
MeningkatnyaKompetensi aparaturpertanian.
Ketersediaan AnggaranPembangunan Pertaniandan SDM teknisPertanian/ Peternakan
a. Masih rendahnya konsumsienergi dan protein perkapitaperhari
b. Kurangnya informasi hargadan pasokan pangan
c. Kurang beragamnya konsumsipangan masyarakat.
d. Semakin tingginya alih fungsilahan.
e. Menurunnya kesuburan tanah(lahan) pertanian.
f. Kerusakan infrastrukturjaringan irigasi.
g. Mahalnya agroinput (saranaproduksi dan alat mesinpertanian/ peternakan.
h. Kemampuan permodalanpetani/ peternak terbatas.
i. Penerapan teknologipertanian terbatas.
j. Daya saing produk pertaniandan peternakan masihrendah.
k. Hama dan penyakit tanaman(Organisme PenggangguTumbuhan) makinberkembang.
l. Tingkat kehilangan hasil masihtinggi.
m. Tingginya kasus penyakithewan menular dan zoonosis.
n. Rendahnya manajemenpemeliharaan dan reproduksiternak.
o. Rendahnya kompetensikelembagaan Petani.
a. Kewenangan Dinasdalam pengembanganAgribisnis pertaniandan peternakan.
b.Komitmen pimpinandalam peningkatanketersediaan pangandaerah.
c. Ketersediaansumberdayapertanian.
d.Ketersediaandukungan anggaran.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 39
No.Sasaran Jangka Menengah
Renstra OPDPermasalahan Pelayanan
OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
p. Belum Optimalnya peran BalaiPenyuluhan Pertanian (BPP).
q. Kurangnya PenyebaranInformasi penyuluhanPertanian.
r. Belum ada StandarKompetensi SDM Pertaniandan Penyuluhan.
3.4 TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIANLINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tangerang Tahun 2011 – 2031, permasalahan pelayanan Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan kabupaten Tangerang beserta faktor
penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan
pertanian/peternakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Telaahan Rencana tataRuang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Faktor PendorongKeberhasilan Penanganannya.
No.Rencana tata Ruang
Wilayah Terkait Tugas danFungsi OPD
Permasalahan PelayananOPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1. Rencana Kawasan Budidaya Belum dimilikinya peraturanperlindunganLahanPertanian PanganBerkelanjutan
a. Pertumbuhan pendudukKaupaten Tangerang yangsetiap tahun meningkatserta tingkat urbanisasipenduduk dari luarKabupaten semakinmeningkat.
b. Peningkatan kebutuhandalam hal penyediaanlahan bagi industri danperumahan.
a. Pemanfaatan penerapanteknologi ramahlingkungan danberkelanjutan masihbelum optimal.
b.Kebutuhan atas panganyang semakinmeningkat.
Berdasarkan analisis KLHS permasalah pelayanan Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang beserta faktor penghambat dan faktor
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 40
pendorong keberhasilan pembangunan pertanian / peternakan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.4. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Analisis KLHS besertaFaktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No.KLHS terkait Tugas dan
Fungsi OPDPermasalahan Pelayanan
OPDFaktor
Penghambat Pendorong
1.
2.
3.
Keterbatasan LahanBudidaya Pertanian danPeternakan danHortikultura.
Terjadinya alih fungsi lahan.
Menambah tingkat efekrumah kaca.
Belum dimilikinyaperaturan untukmelindungi LahanPertanian PanganBerkelanjutan
a. Pertumbuhanpenduduk KaupatenTangerang yangsetiap tahunmeningkat sertatingkat urbanisasipenduduk dari luarKabupaten semakinmeningkat.
b. Peningkatankebutuhan dalam halpenyediaan lahanbagi industri danperumahan.
a. Pemanfaatanpenerapan teknologiramah lingkungandan berkelanjutanmasih belum optimal.
b.Kebutuhan ataspangan yang semakinmeningkat.
3.5 PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan hasil review faktor-faktor pelayanan Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang meliputi: analisis renstra
OPD, analisis Rencana Tata Ruang Wilayah dan analisis KLHS, maka dapat
ditentukan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang sebagai berikut:
1. Tingkat ketersediaan energi dan protein perkapita perhari;
2. Ketersediaan informasi harga dan pasokan pangan;
3. Tingkat keragaman kosumsi pangan;
4. Alih fungsi lahan pertanian;
5. Kerusakan saluran irigasi tingkat usaha tani dan irigasi tingkat desa;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 41
6. Optimalisasi lahan usaha tani;
7. Peningkatan ketersediaan sarana pra panen dan pasca panen;
8. Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman;
9. Peningkatan ketersediaan benih/bibit tanaman dan ternak;
10. Peningkatan manajemen pemeliharaan dan reproduksi ternak;
11. Penanggulangan penyakit hewan menular dan zoonosis;
12. Peningkatan ketersediaan produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal
(ASUH);
13. Peningkatan penerapan teknologi pertanian dan peternakan;
14. Peningkatan kapasitas dan ompetensi kelembagaan petani;
15. Penguatan peran Balai Penyuluhan Pertanian;
16. Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM Pertanian.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 42
4.1. VISI DAN MISI
Memperhatikan potensi sumber daya manusia, sumber daya buatan,
dan ketersediaan teknologi maju di Kabupaten Tangerang yang sangat
menunjang dalam pembangunan pertanian dan peternakan, serta mengacu pada
Visi Kabupaten Tangerang yaitu ”Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang
yang Cerdas, Makmur, Religius dan Berwawasan Lingkungan”, serta Visi Provinsi
Banten “Rakyat Banten Sejahtera Berdasarkan Iman dan Taqwa”, maka Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang menetapkan Visi Yaitu :
“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis Menuju
Kemandirian Pangan”.
Penjabaran makna dan Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang tersebut adalah sebagai berikut :
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi bidang tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan dan aneka tanaman
lainnya, serta peternakan yang diusahakan oleh setiap individu,
kelompok atau masyarakat dengan tujuan mendapatkan hasil.
VISI, MISI, TUJUAN,SASARAN, STRATEGI &
KEBIJAKAN
BAB 4
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 43
Berdaya Saing mengandung makna kemampuan pengelolaan sumberdaya
pertanian secara efektif, efisien dan memiliki nilai tambah
sehingga lebih unggul dari daerah lainnya baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Berorientasi Agribisnis mengandung makna cara pandang ekonomi bagi usaha
pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor
hulu maupun di hilir melalui penerapan strategi untuk
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan,
hingga tahap pemasaran.
Kemandirian Pangan mengandung makna bahwa Kabupaten Tangerang mampu
dalam memproduksi pangan dari dalam negeri yang dapat
menjamin kebutuhan pangan yang cukup dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial
ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Untuk dapat mewujudkan Visi dengan cara mendorong efektivitas
dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, yang didalamnya
mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.
Misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
adalah sebagai berikut:
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 44
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk pertanian
yang berdaya saing;
2. Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung
pengembangan sistem pertanian berorientasi Agribisnis;
3. Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, keamanan, keragaman,
distribusi dan cadangan pangan masyarakat berbasis kemandirian untuk
peningkatan akses pangan dan mengantisipasi kerawanan pangan;
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pertanian.
4.2. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH
4.2.1 Tujuan
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan
misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) – 5 (lima)
tahun. Penetapan tujuan dalam Rencana Strategis didasarkan pada potensi dan
permasalahan serta isu utama bidang pertanian dan peternakan.
Adapun rumusan tujuan didalam Perencanaan Strategis Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013 – 2018 adalah :
a. Mendorong Peningkatan Produksi dan Kualitas Hasil Pertanian serta Efisiensi
Usaha;
b. Memfasilitasi ketersediaan prasarana dan sarana dalam rangka mendukung
produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 45
c. Meningkatkan Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan Serta
Mengembangkan Distribusi dan Akses Pangan;
d. Meningkatkan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan;
e. Meningkatkan Penanganan Daerah Rawan Pangan;
f. Mendorong Peningkatan kemandirian kelembagaan petani serta kompetensi
sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.
4.2.2 Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang
akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Perumusan sasaran harus memiliki kriteria “SMART”. Analisis SMART
digunakan untuk menjabarkan isu yang telah dipilih menjadi sasaran yang lebih
jelas dan tegas. Analisis ini juga memberikan pembobotan kriteria, yaitu khusus
(specific), terukur (measureable), dapat dicapai (attainable), nyata (realistic) dan
tepat waktu (time bound).
Sasaran didalam Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten tangerang Tahun 2013 – 2018 adalah :
a. Meningkatnya Produksi Pertanian;
b. Meningkatnya Kualitas Produk Hewan;
c. Tersedianya sarana dan prasarana pertanian guna mendukung aktivitas usaha
tani;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 46
d. Meningkatnya Ketersediaan dan Cadangan Pangan;
e. Berkembangnya Distribusi dan Akses Pangan;
f. Meningkatnya Penanganan Daerah Rawan Pangan;
g. Berkembangnya Penganekaragaman dan Keamanan Pangan;
h. Meningkatnya kemandirian kelembagaan petani;
i. Meningkatnya kemandirian kelembagaan petani;
j. Meningkatnya kompetensi sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.
Rincian Indikator Kinerja yang termuat dalam RPJMD 2013-2018
dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan OPD
NO. TUJUAN SASARANINDIKATORSASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE- KondisiKinerja Padaakhir periode
RPJMD2013 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. MeningkatkanKetersediaan Pangandan CadanganPangan SertaMengembangkanDistribusi dan AksesPangan
MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan
KetersediaanEnergi PerKapita Perhari
kkal/kap/hari
2200 2300 2300 2400 2400 2400 2400
KetersediaanProtein PerKapita Perhari
gram/kap/hari
57 63 63 63 63 63 63
PenguatanCadanganPangan
ton 7 7 7 7 7 7 7
BerkembangnyaDistribusi danAkses Pangan
KetersediaanInformasiPasokanHarga danAkses Pangan
% 65 72 79 86 93 100 100
StabilitasHarga danPasokanPangan
% 65 71 77 83 89 95 95
2. MeningkatkanPenganekaragamandan KeamananPangan
BerkembangnyaPenganekaragamandan KeamananPangan
PencapaianSkor PolaPanganHarapan
% 86 87 89 91 93 95 95
PengawasandanPembinaanKeamananPangan
% 83 86 89 92 95 100 100
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 47
NO. TUJUAN SASARANINDIKATORSASARAN
SATUAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE- KondisiKinerja Padaakhir periode
RPJMD2013 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. MeningkatkanKetersediaan Pangandan CadanganPangan SertaMengembangkanDistribusi dan AksesPangan
MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan
KetersediaanEnergi PerKapita Perhari
kkal/kap/hari
2200 2300 2300 2400 2400 2400 2400
KetersediaanProtein PerKapita Perhari
gram/kap/hari
57 63 63 63 63 63 63
PenguatanCadanganPangan
ton 7 7 7 7 7 7 7
BerkembangnyaDistribusi danAkses Pangan
KetersediaanInformasiPasokanHarga danAkses Pangan
% 65 72 79 86 93 100 100
StabilitasHarga danPasokanPangan
% 65 71 77 83 89 95 95
3.MeningkatkanPenanganan DaerahRawan Pangan
MeningkatnyaPenanganan RawanPangan
PenangananDaerah RawanPangan
% 15 22 29 36 43 50 50
4.
MendorongPeningkatanProduksi dan KualitasHasil Pertanian danPeternakan sertaEfisiensi Usaha;
MeningkatnyaProduksi Pertanian
PersentaseKenaikanProduksi HasilPertanian
% 2 2 2 2 2 2 2
MeningkatnyaProduksi HasilPeternakan
PersentaseKenaikanProduksi HasilPeternakan
% 2 2 2 2 2 2 2
MeningkatnyaKualitas Produkasal Hewan
TerpenuhinyaKualitasProduk AsalHewan
% 20 23 25 30 35 40 40
5.
MendorongPeningkatankemandiriankelembagaan petaniserta kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan
Meningkatnyakemandiriankelembagaanpetani
Bertambahnyajumahkelompokagribisnis
% 2 2 2 2 2 2 32
Peningkatanskala usahakelompok
% 2 2 1 1 1 1 12
Meningkatnyakompetensisumberdayamanusia pertaniandan penyuluhan
MeningkatnyaKapasitastenagapenyuluh
% 5 5 5 5 5 5 50
4.3. Strategi dan Kebijakan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran didalam Rencana Strategis,
diperlukan strategi. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 48
Sedangkan kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat bersifat internal,
yaitu kebijakan dalam mengelola pelaksanaan program-program pembangunan
maupun bersifat eksternal yaitu kebijakan dalam rangka mengatur, mendorong
dan memfasilitasi kegiatan masyarakat.
Strategi dan kebijakan pembangunan pertanian yang dilaksanakan
oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang sebagai
berikut.
Tabel 4.2. Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan Dinas Pertanian dan KetahananPangan Kabupaten Tangerang
Visi : Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis Menuju Kemandirian Pangan
Misi 1 : Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk pertanian dan peternakan yang berdaya saing
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1. Mendorongpeningkatan produksidan kualitas hasilpertanian serta efisiensiusaha
1. Meningkatnya produksipertanian.
2. Meningkatnya kualitasProduk asal hewan
1. Penyediaan benih/bibit unggul,Pengendalian hama penyakittanaman dan ternak, sertaPerbaikan kesuburan tanah;
2. Peningkatan daya saing dan nilaitambah produk pertanian danpeternakan
3. Pemeriksaan kesehatan hewanternak secara berkala;
1. Menata kelembagaanperbenihan / perbibitan;
2. Mengendalikan hamaterpadu, Pencegahan danpenanggulangan penyakittanaman maupun ternak,serta menurunkan tingkatkehilangan hasil pascapanen;
3. Menggalakkan penggunaanpupuk organik untukmengembalikan kesuburantanah;
1. Meningkatkan kualitasproduk pertanian danpeternakan;
2. Meningkatkan pengolahanhasil produksi danpenanganan pasca panen;
3. Mengembangkan kelompoktani ternak yang handaldalam melakukanmanajemen usaha;
4. Meningkatkan pelayanankesehatan ternak kepadamasyarakat secara berkala;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 49
4. Penyediaan obat-obatan ternakyang terjangkau danberkualitas;
5. Peningkatan pelayanankesehatan hewan;
6. Peningkatan pengetahuan danketerampilan pelaku usaha danpelaku utama dalam hal sanitasidan higiene
5. Menyediakan obat-obatanhewan yang berkualitasdan terjangkau;
6. Meningkatkan cakupandan kualitas pelayanankesehatan hewan;
7. Meningkatkanpengetahuan danketerampilan para pelakuusaha dan pelaku utamadalam hal sanitasi danhigiene.
Misi 2 : Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung pengembangan sistem pertanian berorientasiAgribisnis
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1. Memfasilitasiketersediaan prasaranadan sarana dalamrangka mendukungproduksi, produktivitasdan mutu hasilpertanian
1. Tersedianya sarana danprasarana pertanian gunamendukung aktivitasusaha tani
1. Penyediaan alat mesinpertanian;
2. Perbaikan jaringan irigasi danjalan usaha tani
1. Menyediakan alat mesinpertanian;
2. Meningkatkanketerampilan petanidalam penggunaan alatmesin pertanian;secaramandiri;
3. Membangun,mengembangkan,Memperbaiki, danmemelihara jaringanirigasi dan jalan usaha tani
Misi 3 : Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, cadangan, distribusi pangan berbasis kemandirian untukpeningkatan akses, keragaman, keamanan dan mengantisipasi kerawanan pangan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1. Meningkatkanketersediaan pangandan cadangan panganserta Mengembangkandistribusi dan aksespangan;
1. MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan;
2. Berkembangnya Distribusidan Akses Pangan;
1. Pemantapan ketersediaanpangan baik hewani maupunnabati dalam jumlah dankeragaman untuk mendukungkonsumsi pangan sesuai kaidahkesehatan dan gizi seimbangdan pengembangan cadanganpangan hidup (pekarangan,lahan desa, dan lahan tidur);
1. Pengembangan distribusipangan yang merata, hargastabil dan terjangkau(aksesibilitas) denganmendorong dan mendukungupaya peningkatan daya belidan mengurangi jumlahpenduduk yang miskin;
2. Penguatan kelembagaanlumbung pangan masyarakatdan lembaga cadangan pangankomunitas lainnya danpengembangan sistemcadangan pangan melaluiLembaga Distribusi PanganMasyarakat (LDPM) denganoptimalisasi Gapoktan danPoktan ataupun lembaga usahalainnya;
1. Mengkoordinasikan danmensinergikan upayapeningkatan kapasitasproduksi pangan;
2. Mengembangkan danmemperkuatketerampilan masyarakatdalam hal menyediakanmakanan sesuai kaidahkesehatan dan giziseimbang;
3. Mengembangkan danmemperkuat kemampuanpengelolaan cadanganpangan pemerintah danmasyarakat hingga ditingkat desa dan ataukomunitas;
4. Meningkatkan koordinasipengelolaan cadanganpangan masyarakat danpemerintah daerah sertapencegahan danpenanggulangan rawanpangan;
5. Meningkatkan aksespangan melaluipengembangan sistem
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 50
2. Meningkatkanpenganekaragaman dankeamanan pangan;
3. MeningkatkanPenanganan DaerahRawan Pangan
3. BerkembangnyaPenganekaragaman danKeamanan Pangan;
4. MeningkatnyaPenanganan daerah rawanpangan;
1. Pengembangan dan percepatandiversifikasi konsumsi panganberbasis pangan lokal melaluiupaya pengolahan panganberbahan-baku tepung umbi-umbian lokal danpengembangan aneka panganlokal lainnya;
2. Pengembangan bisnis panganuntuk peningkatan nilai tambahekonomi, gizi dan mutuketersediaan pangan yangberagam dan bergizi seimbangmelalui penguatan kerjasamapemerintah-masyarakat danswasta;
3. Peningkatan pengetahuan dankesadaran tentang keamananpangan pada masyarakat;
4. Penguatan pengawasan danpembinaan keamanan pangandengan melengkapi perangkatperaturan perundang-undangandi bidang mutu dan keamananpangan.
1. Pemantauan impor pangan(pemasukan pangan dari luardaerah);
2. Peningkatan efisiensi danefektivitas intervensi bantuanpangan/pangan bersubsidikepada masyarakat golonganmiskin (misalnya Raskin) danmengelola pangan bersubsidibagi kelompok khusus (rentangizi buruk dan rawan pangan);
3. Penanganan daerah rawanpangan yang terprogrammelalui penumbuhan danpengembangan desa mandiri
distribusi yang efektif danefisien;
1. Meningkatkanpenganekaragamankonsumsi pangan berbasisbahan baku pangan lokal;
1. Mendorong,mengembangkan danmembangun, sertamemfasilitasi peran sertamasyarakat dalampemenuhan pangan sebagaiimplementasi pemenuhanhak atas pangan;
2. Memfasilitasi pelaku usahadalam menyebarluaskanpangan berbahan bakupangan lokal;
3. Mengembangkan jaringanantar lembaga masyarakatuntuk pemenuhan hak ataspangan dan gizi;
1. Meningkatkan pengawasanmutu dan keamananpangan;
2. Meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan pangan.
1. Meningkatkan pengawasandan pembinaan keamananpangan dengan melengkapiperangkat peraturanperundang-undangan dibidang mutu dan keamananpangan.
1. Memantau peredaranpangan baik yang masukmaupun yang keluar daerah;
1. Memberlakukan HargaPembelian Pemerintah padakomoditas pangan strategis;
2. Mengembangkan Bufferstock Management(pembelian oleh pemerintahpada waktu panen danoperasi pasar pada waktupaceklik) pada komoditaspangan strategis;
1. Meningkatkanpemberdayaankelembagaan ekonomiperdesaan dalam rangka
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 51
pangan serta mengoptimalkantim Sistem KewaspadaanPangan dan Gizi Kabupaten;
mengembangkan sistemdistribusi pangan danaksesibilitas pangan sertaupaya kewaspadaan pangandan penanganan rawanpangan;
2. Meningkatkan penggunaansistem kewaspadaan pangandan gizi dalam halpemantauan danpenanganan daerah rawanpangan
Misi 4 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pertanian
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1. MendorongPeningkatankemandiriankelembagaan petaniserta kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan
1. Meningkatnyakemandirian kelembagaanpetani.
2. Meningkatnya kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan.
1. Pemberdayaan Poktan,Gapoktan, dan BUMP;
2. Revitalisasi kelompok tani danternak melalui pembinaan danevaluasi secara berkala;
3. Pengembangan dan penyebaraninformasi/ materi penyuluhanpertanian melalui sistemteknologi, informasi dankomunikasi pertanian;
1. Penguatan BPP sebagai PusatKoordinasi Program danPelaksanaan kegiatanPembangunan Pertanian dikecamatan.
2. Pemberdayaan penyuluh PNS,THL-TBPP dan Swadaya/swasta;
1. Pemberdayaankelembagaan petani dankelembagaan ekonomipetani menjadikelembagaan yang mandiridan berdaya saing melaluipengembangan jejaring dankemitraan usaha;
2. Penumbuhan danPengembangan KEP /BUMPmelalui jejaring dankemitraan usaha;
3. Pengembangan PosPenyuluhan Desa;
4. Pelatihan dan magang;
1. Penumbuhan danPengembangan Poktan danGapoktan melalui kelaskemampuan kelompok;
1. Penyebarluasan informasimelalui media elektronik(televisi dan radio), mediacetak (majalahextensia, leaflet, brosur,liptan, dan poster), dan e-learning;
1. Peningkatan manajemenpimpinan/pengelolaan BPP;
2. Pengembangan BPP model;
3. Perbaikan manajemen BPPmelalui database, pelatihanmanajemen, latihankunjungan dan supervisi(LAKU SUSI), monitoring danevaluasi (monev) sertapelaporan;
1. Peningkatan kompetensipenyuluh yang bersifatpolivalen di tingkat desa danspesialisasi;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 52
2. Peningkatan kapasitaspenyuluh melalui pelatihan(dasar, alih kelompok, danteknis agribisnis);
3. Bimbingan teknik/Apresiasi/ latihankunjungan/ magang/ studibanding;
4. Sertifikasi profesi penyuluh;
5. Penumbuhan danpeningkatan peran PenyuluhSwadaya;
6. Optimalisasi peran PenyuluhSwasta;
7. Evaluasi Kinerja Penyuluh(PNS dan THL-TBPP) secarakontinyu dan berjenjang;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 53
5.1. RENCANA PROGRAM
Rencana program untuk tahun 2013 – 2018 kedepan untuk
penyusunan program pembangunan pertanian dan ketahanan pangan
Kabupaten Tangerang, akan terus berlanjut dan diprioritaskan sesuai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang serta
sesuai dengan misi 2 Kabupaten Tangerang yaitu Peningkatan pengembangan
perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju peningkatan daya
saing daerah dan daya saing masyarakat yang mencakup bidang pertanian dan
peternakan.
Dalam mendukung terwujudnya RPJMD 2013 – 2018 Kabupaten
Tangerang program nasional yang akan dilaksanakan meliputi :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan;
2. Program Pengembangan Agribisnis;
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Untuk program pusat Kementerian Pertanian yang sesuai dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang akan dilaksanakan di
Rencana Program dan Kegiatan,Indikator Kinerja,Kelompok Sasaran
dan Pendanaan Indikatif
BAB 5
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 54
daerah mengalami perubahan dengan melalui pendekatan tugas dan fungsi
kementerian pertanian yaitu :
1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Pangan untuk Mencapai Swasembada dan swasembada berkelanjutan;
2. Program penyediaan produksi, produktivitas, dan mutu produk tanaman
hortikultura berkelanjutan;
3. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana
pertanian;
4. Program peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk
tanaman hortikultura berkelanjutan;
5. Pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan
pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal.
Rencana program dan kegiatan adalah cara untuk melaksanakan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta upaya yang dilakukan untuk
mengetahui capaian keberhasilan sasaran dan tujuan.
Sedangkan program dimaksudkan sebagai kumpulan kegiatan yang
sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan guna mencapai sasaran tertentu. Dengan
adanya program dan kegiatan diharapkan pula dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 55
Program Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten tangerang yang direncanakan untuk periode tahun 2013 – 2018
meliputi :
A. Program Prioritas terdiri dari 6 Program antara lain :
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.
2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan.
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
6. Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
B. Program Pendukung terdiri dari 5 program antara lain :
1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan.
3. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan.
4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
5. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan.
5.2. RENCANA KEGIATAN
Dalam mewujudkan strategis dan kebijakan tersebut di atas yaitu
untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian dan peternakan
akan dilaksanakan melalui kegiatan program antara lain :
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 56
A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Penyusunan Ketersediaan pangan dan neraca Bahan Makanan;
2. Pengembangan cadangan pangan daerah;
3. Pemantauan pasokan, harga dan akses pangan;
4. Analisis stabilitas harga dan pasokan pangan;
5. Fasilitasi Tim Koordinasi distribusi beras bersubsidi;
6. Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat
kabupaten;
7. Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari;
8. Analisis pola konsumsi pangan;
9. Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten;
10. Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar;
11. Pemberdayaan masyarakat miskin di desa mandiri pangan;
12. Pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi.
B. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dibawah program tersebut adalah :
1. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/
perkebunan tepat guna;
2. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan kelompok UPJA;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 57
3. Pelatihan penerapan teknologi pertanian / perkebunan modern bercocok
tanam;
4. Penyuluhan penerapan teknologi pertanian / perkebunan tepat guna.
C. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Penyediaan sarana produksi pertanian / perkebunan;
2. Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan;
3. Monitoring pupuk bersubsidi;
4. Pengeloaan lahan dan air di Kec. Mauk;
5. Pengembangan intensifikasi padi;
6. Pengembangan perbenihan dan perbibitan pertanian/perkebunan;
7. Peningkatan mutu dan keamanan pangan pertanian/perkebunan;
8. Pengembangan diversifikasi tanaman hortikultura;
9. Pengelolaan lahan dan air di Kecamatan Sepatan;
10. Pengembangan intensifikasi palawija;
11. Pendataan masalah organisme pengganggu tumbuhan;
12. Pembinaan petani pemakai air (P3A);
13. Sosialisasi rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan;
14. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
D. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Pendataan masalah peternakan;
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 58
2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kesehatan hewan;
3. Pengadaan obat dan sarana kesehatan hewan;
4. Pencegahan dan penanggulangan penyakit parasit;
5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit reproduksi;
6. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Barat;
7. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Utara;
8. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Selatan;
E. Program peningkatan produksi hasil pertanian
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Pembibitan dan perawatan ternak;
2. Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak;
3. Pendistribusian bibit ternak ruminansia besar kepada masyarakat;
4. Pendistribusian bibit ternak ruminansia kecil kepada masyarakat;
5. Pendistribusian bibit ternak unggas kepada masyarakat;
6. Peningkatan skala usaha kelompok ternak;
7. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana perbibitan dan hijauan
makanan ternak;
8. Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak;
9. Pengembangan agribisnis peternakan;
10. Penyuluhan dan pengelolaan bibit ternak yang akan didistribusikan
kepada masyarakat;
11. Pengembangan hijauan makanan ternak.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 59
F. Program peningkatan kesehatan masyarakat veteriner.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Pemeriksaan mutu dan kesehatan produk asal hewan;
2. Pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis;
3. Aplikasi kesejahteraan hewan;
4. Peningkatan sanitasi dan hygiene;
G. Program Peningkatan Kesejahteraan petani.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis;
2. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis
H. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggul daerah
I. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Monitoring dan Evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian (tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan);
2. Pemberdayaan tenaga penyuluh
J. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Penelitian dan pengembangan pemasaran hasil produksi peternakan;
2. Promosi atas hasil produksi peternakan unggul daerah
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 60
K. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :
1. Penelitian dan pengembangan teknologi peternakan tepat guna
5.3. INDIKATOR KINERJA
Tolok ukur kinerja pembangunan Kabupaten Tangerang khusus
bidang pertanian dan peternakan selama periode waktu 2013 – 2018, ditetapkan
indikator kinerja pembangunan pertanian dan peternakan.
Indikator kinerja tersebut merupakan implementasi dari target
indikator kinerja yang ada pada misi ke 2 Kabupaten Tangerang. Indikator kinerja
pembangunan sektor pertanian dan peternakan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Indikator kinerja makro pembangunan pertanian dan peternakantahun 2013 – 2018
No.Indikator
Kinerja
Kondisi
Awal
Target Capaian Setiap Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1. Ketersediaan Energi dan
Protein Per Kapita
90 % 91 % 92 % 93 % 94 % 95 % 96 %
2. Penguatan Cadangan Pangan 45 % 54 % 63 % 72 % 81 % 90 % 99 %
3. Ketersediaan Informasi
Pasokan Harga dan Akses
Pangan
60 % 65 % 72 % 79 % 86 % 93 % 100 %
4. Stabilitas Harga dan Pasokan
Pangan
60 % 65 % 71 % 77 % 83 % 89 % 95 %
5. Pencapaian Skor Pola Pangan
Harapan
85 % 86 % 87 % 89 % 91 % 93 % 95 %
6. Pengawasan dan Pembinaan
Keamanan Pangan
80 % 83 % 86 % 89 % 92 % 95 % 100 %
7. Penanganan Daerah Rawan
Pangan
10 % 15 % 22 % 29 % 36 % 43 % 50 %
8. Persentase Kenaikan
Produksi Hasil Pertanian
2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %
9. Persentase Kenaikan
Produksi Hasil Peternakan
2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %
10. Terpenuhinya Kualitas
Produk Asal Hewan
15 % 20 % 23 % 25 % 30 % 35 % 40 %
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 61
5.4. KELOMPOK SASARAN
Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor
penentu pembangunan pertanian dan peternakan. Tercapainya pembangunan
perlu ditentukan kelompok sasaran berdasarkan kawasan/wilayah/lokasi, SDA,
SDM dan komoditas sektor pertanian dan peternakan.
A. Sasaran Wilayah/Lokasi
Pelaksanaan pembangunan pertanian dan peternakan ditentukan
berdasarkan perwilayah dan peruntukan yang sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Tangerang sebagai berikut :
1. Wilayah Utara
Wilayah Utara (Prioritas Komoditi Padi, sayuran dataran rendah (kangkung,
mentimun, kacang panjang, casein, bayam, bawang merah, oyong, terung,
dll) dan perkebunan rakyat (kelapa).
2. Wilayah Tengah (Prioritas komoditi Palawija (jagung, kacang tanah, ubi kayu
dan ubi jalar).
3. Wilayah Selatan Bagian barat (padi gogo, palawija (jagung,kacang tanah, ubi
kayu, ubi jalar)).
4. Wilayah selatan bagian tengah dan timur (Buah-buahan (rambutan parakan,
Durian, Mangga, papaya, dll) dan Tanaman Hias (anggrek, anthurium).
Daerah yang petaninya sudah terbiasa menanam tanaman pangan,
hortikultura, dan berusaha dibidang peternakan dengan penggunaan teknologi
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 62
akan diarahkan menjadi sentra unggulan dengan meningkatkan kerjasama antar
kelompok dan kerjasama dengan swasta, antara lain :
Tabel 5.2. Sentra produksi unggulan di Kabupaten Tangerang
No. Sentra Produksi (Komoditi) Kecamatan
1 2 3
1 Padi Sepatan, Sepatan Timur, Pakuhaji,Teluknaga, Kronjo, Mekar Baru,Sukamulya, Gunung kaler, Kresek, Mauk,Rajeg, Kemiri, Sukadiri, dan Sindang jaya
2 Palawija (jagung, Kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi jalar) Cisoka, Balaraja, Solear, Sindang Jaya,Cisauk, Jambe, Pagedangan dan Legok
3 Sayuran Dataran rendah (Kacang Panjang, Mentimun,terung, bayam, kangkung, caisim, oyong, dll)
Rajeg, Sepatan timur, Mauk, Pakuhaji,Teluknaga, Sindang Jaya, Sukadiri,Kosambi, Kronjo, Jambe, dan Cisoka
4 Buah-buahan (Rambutan parakan, papaya, mangga, dll) Tigaraksa, Cisoka, Panongan, Curug,Legok, Jambe, Pagedangan
5 Ternak Ruminansia Besar (Sapi/Kerbau) Legok, Panongan, pagedangan, Curug,Cikupa, Tigaraksa, Kemiri, Pasar Kemis,Rajeg, Teluknaga, Cisauk, Jambe, Cisoka,Mauk, dan Gunung Kaler
6 Ternak Ruminansia Kecil (Kambing/Domba) 29 Kecamatan
7 Ternak Unggas (ayam buras, itik, ayam raspedaging/petelur)
29 Kecamatan
5.5. RENCANA PENDANAAN INDIKATIF
Kegiatan pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan
hortikultura di Kabupaten Tangerang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah memfasilitasi sebesar-besarnya partisipasi masyarakat
dengan mendayagunakan keterpaduan kegiatan yang dibiayai oleh APBN, APBD,
Swasta dan sumber-sumber dana pembangunan lainnya.
Implementasi pembangunan perlu adanya dukungan pendanaan
untuk pelaksanaan kegiatan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 63
Kabupaten Tangerang guna tercapainya program pembangunan selama kurun
waktu 2008 – 2013 sebagai berikut :
Tabel 5.3. Rencana pendanaan indikatif kegiatan Dinas Pertanian dan KetahananPangan Kabupaten Tangerang 2013 – 2018
Tahun Rencana APBD Pertumbuhan Rencana APBN Pertumbuhan
2013 13.632.330.000 3.706.762.000
2014 9.707.500.000 -40.43 3.892.100.100 4.76
2015 10.678.250.000 9.09 4.086.705.105 4.76
2016 11.746.075.000 9.09 4.291.040.360 4.76
2017 12.920.682.500 9.09 4.505.592.378 4.76
2018 14.212.750.750 9.09 4.730.871.997 4.76
Uraian lengkap tentang rencana program, kegiatan, indikator kinerja,
kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 dapat dilihat pada Tabel
berikut.
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 64
Tabel 5.4. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
MeningkatkanKetersediaanPangan danCadanganPangan SertaMengembangkan Distribusidan AksesPangan
Meningkat-nyaKetersediaandan CadanganPangan
Ketersedia-an Energidan ProteinPer Kapita
2 3 1
ProgramPeningkat-anKetahananPanganMasyarakat
Ketersediaanenergi perkapita
2200 2200 125 2300 125 2300 125 2400 90 2400 95 2400 100 2400 660
Ketersediaanprotein perkapita
57 57 123 63 123 63 123 63 90 63 95 63 100 63 654
PenguatanCadanganPangan
Penguatancadanganpangan
10 7 396 7 396 7 396 7 400 7 425 7 450 52 2463
Berkembang-nya Distribusidan AksesPangan
Ketersedia-anInformasiPasokanHarga danAksesPangan
Ketersediaaninformasipasokanharga danakses pangan
60 65 200 72 200 79 200 86 200 93 225 100 250 100 1275
StabilitasHarga danPasokanPangan
Stabilitasharga danpasokanpangan
60 65 25 71 25 77 25 83 200 89 225 95 250 95 750
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 65
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
MeningkatkanPenganekaragaman danKeamananPangan
Berkembang-nyaPenganekaragaman danKeamananPangan
PencapaianSkor PolaPanganHarapan
Pencapaianskor PPH
85 86 25 87 25 89 25 91 90 93 95 95 100 95 360
Pengawas-an danPembinaanKeamananPangan
Pengawasandanpembinaankeamananpangan segar
80 83 180 86 180 89 180 92 185 95 190 100 300 100 1215
MeningkatkanPenangananDaerah RawanPangan
MeningkatnyaPenangananRawan Pangan
Penangan-an DaerahRawanPangan
PenangananDaerah rawanpangan
10 15 270 22 270 29 270 36 300 43 350 50 400 50 1860
MendorongPeningkatanproduksi danKualitas HasilPertanian danPeternakanserta EfisiensiUsaha;
MeningkatnyaProduksiPertanian
PersentaseKenaikanProduksi
HasilPertanian
3 3 1 ProgramPeningkat-anKesejahteraan Petani
Bertambah-nya jumlahkelompokagribisnis
20 2 150 2 150 2 150 2 150 2 150 2 150 32 900
3 3 2 Programpeningkat-anpemasaranhasilproduksipertanian /perkebun-an
TelaksananyaPameranProduksi HasilPertanian
3 2 240 2 240 2 240 2 250 2 300 2 300 15 1570
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 66
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3 3 3 Programpeningkat-anpenerapanteknologipertanian /perkebun-an
Jumlah alatdan mesinpertanian(Unit)
800 53 952 46 775 46 775 46 775 46 775 46 775 1083 4827
3 3 4
Programpeningkat-an produksipertanian/perkebun-an
ProduktivitasPadi (TonGKG/Ha)
5,59 5,7 499 5,8 500 5,9 800 6 900 6,1 1000 6,35 2500 6,35 6199
Meningkat-nya IndeksPenanaman
1.9 2 420 2.1 420 1.8 2000 1.85 2000 1.9 2000 1.9 2000 1,9 8840
ProduktivitasBawangMerah
5.8 6.9 300 6.4 300 6.7 110 7 300 7.4 300 7.7 300 7,7 1610
ProduktivitasJagung
2.9 3 90 3.1 90 3.02 90 3.3 90 3.4 90 3.4 90 3,4 540
ProduktivitasKacang Tanah
1.7 1.8 90 1.9 90 1.9 90 2 90 2.1 90 2.1 90 2,1 540
ProduktivitasCabai
1 1.1 100 1.21 100 1.33 100 1.46 100 1.61 400 1.77 400 1,77 1200
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 67
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pengembang-an komoditiicon daerahrambutanparakan
0 0 0 0 0 0 0 1000 100 1000 100 1000 100 3000 300
3 3 5 ProgramPemberdayaanPenyuluhPertanian/Perkebun-anLapangan
Meningkat-nya KapasitasTenagaPenyuluh
20 5 200 5 200 5 200 5 200 5 250 5 300 50 1350
MeningkatnyaProduksi HasilPeternakan
PersentaseKenaikanProduksiHasilPeternakan
3 3 6 Programpencegah-an danpenanggu-langanpenyakitternak
Cakupanpelayanankesehatanhewan (Desa/ Kelurahan)
36 18 70 44 220 44 220 44 220 44 220 44 250 274 1200
3 3 7 Programpeningkat-an produksi
Meningkat-kan ProduksiPeternakan
9 6 1925 6 1000 6 1000 6 1000 6 1000 6 1000 45 6925
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 68
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
hasilpeternakan Peningkatan
skala usahakelompok
4 2 625 2 320 1 683 1 500 1 500 1 500 12 3128
Pengembangan komoditiicon daerahayam wareng
0 0 0 0 0 0 0 100 50 100 50 100 50 300 150
3 3 8 Programpeningkat-anpemasaranhasilproduksipeternakan
Meningkat-nyapemasaranternak danhasil produkpeternakan
0 0 0 1 70 0 0 1 150 1 1000 1 1000 4 2220
3 3 9 Programpeningkat-anpenerapanteknologipeternakan
Peningkatanpenerapanteknologipeternakan
1 2 100 1 100 2 125 1 200 1 200 1 200 9 925
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 69
Tujuan Sasaran
IndikatorSasaran Kode
Programdan
Kegiatan
IndikatorKinerja
Program(outcome)
dan Kegiatan(output)
DataCapaian padaTahunAwal
Peren-canaan
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kondisi Kinerjapada akhir
periode RenstraOPD
target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
MeningkatnyaKualitasProduk asalHewan
Terpenuhi-nyaKualitasProduk AsalHewan
3 3 10 ProgramPeningkat-anKesehatanMasyarakatVeteriner
Meningkat-nya mutu dankesehatanproduk asalhewan
50 120 60 60 90 60 90 60 90 60 90 60 90 470 510
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 70
Penetapan indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang.
Sesuai dengan tujuan dan sasaran Rencana Strategis Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang mengacu kepada Tujuan dan
Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang pada misi nomor dua yaitu Peningkatan
pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju
peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat dengan sasaran
Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah, maka indikator
kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabuaten Tangerang adalah
sebagai berikut :
1. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan
2. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Pertanian
3. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Peternakan
Pencapaian indikator kinerja ditunjukkan dengan pencapaian outcome
program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang setiap
Indikator Kinerja OPDYang Mengacu Pada Tujuan
dan Sasaran RPJMD KabupatenTangerang Tahun 2013-2018
BAB 6
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 71
tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi
kinerja yang diinginkan pada periode Rencana Strategis dapat dicapai.
Rincian selengkapnya mengenai indikator kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.1. Indikator Kinerja OPD yang Mengacu kepada Tujuan dan SasaranRPJMD Kabupaten tangerang
NO Indikator
KondisiKinerja padaawal periode
RPJMD(Tahun 2012)
Target Capaian Setiap Tahun KondisiKinerja padaakhir periode
RPJMDTahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Tahun2016
Tahun2017
Tahun2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1.Pencapaian Skor PolaPangan Harapan
85 % 86 % 87 % 89 % 91 % 93 % 95 % 95 %
2.Persentase KenaikanProduksi Pertanian
2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %
3.Persentase KenaikanProduksi HasilPeternakan
2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %
REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 72
Tersusunnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang 2013 – 2018 akan menjadi acuan dalam
penyusunan program dan kegiatan tahunan maupun lima tahunan yang
berorientasi pencapaian Standar Pelayanan Minimal urusan Ketahanan Pangan
dan juga pencapaian produksi dan produktivitas pertanian serta peternakan
terutama dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dengan adanya Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 diharapkan dalam penyusunan
perencanaan program dan kegiatan dalam tahun tersebut akan lebih sinergis
khususnya dengan program/kegiatan pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta
para stakeholder.
PENUTUP
BAB 7
Dokumentasi Penelitian di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Tangerang
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Bapak Mawardi (I1) selaku Sekretaris Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang
(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58 WIB)
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Ibu Kustri Windayani (I2) selaku Kepala
Bidang Ketahanan Pangan
(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB)
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Bapak Bapak Supriyadi (I3) selaku Seksi
Konsumsi dan Keamanan Pangan
( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30 WIB).
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Ibu Yanti Damaiyanti (I4) selaku Seksi
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
(Senin 17-09 2018, Pukul 13.35 WIB).
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Ibu Yanti Ibu Sunaryati (I5) selaku Seksi
Distribusi dan Cadangan Pangan
( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)
Dokumentasi Penelitian di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kaliasin
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Bapak Aman Hermansyah (I6) Selaku
Koordinator BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kaliasin.
(Selasa, 09-10-2018 Pukul 10.04 WIB)
Dokumentasi Penelitian di salah satu rumah Petani
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2018
Gambar : Wawancara dengan Bapak Encham (I7) Selaku ketua Poktan
(Kelompok Tani) Palis di desa Kaliasin
(Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2019
Gambar : Wawancara dengan Bapak Hadi (I8) Selaku Petani di Desa
Kaliasin
(Rabu, 30-01-2019 Pukul 10.00 WIB)
Dokumentasi di salah satu KWT (Kelompok Wanita Tani) Sri Cikoja Desa Tobat
Keterangan Gambar:
Sumber : Peneliti, 2019
Gambar : Wawancara dengan Ibu Jumriah (I9) Selaku Kelompok Wanita
Tani di Desa Tobat
(Rabu,30-01-2018 Pukul 13.00 WIB)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hening Febriana
NIM : 6661140344
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 17 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Talaga Bestari D4/08, Kab. Tangerang
E-mail : [email protected]
No Handphone : 085692126508
RIWAYAT PENDIDIKAN
2002-2008 : SD INSAN MADANI
2008-2011 : SMPN 1 BALARAJA
2011-2014 : SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG
2014-Sekarang : UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
PENGALAMAN ORGANISASI
ANGGOTA OSIS SMPN 1 BALARAJA
FORKIS SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG
FOSMAI FISIP UNTIRTA