PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1018
STRATEGI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MALANG
DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SAMPAH DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Ahmad Wahyudi1, Rachmanuddin Arief Abdillah 2, Ahmad Iqballussain Irvan Nutqhi3.
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Istilah revolusi industri 4.0 membawa tantangan baru terhadap pelayanan publik di kota malang
khususnya tantangan tentang pengelolaan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang.
Sampah sendiri menjadi persoalan penting bagi kota malang. Produksi sampah di Kota Malang
menembus 500-600 ton/hari sehingga diperlukan kesadaran lingkungan yang kuat disertai dengan
manifestasi yang nyata sehingga sampah tidak menjadi problem lingkungan yang membebani kota.
Maka perlu strategi khusus dalam pengelolaan sampah di Kota malang maka dinas lingkungan
hidup perlu inovasi inovasi teknologi dalam pengelolaan sampah. Sistem pengelolaan sampah
yang dilakukan di Kota Malang saat ini sebagian besar masih menggunakan paradigma lama, yaitu
kumpul, angkut dan buang. Padahal, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan perlunya perubahan
paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul, angkut dan
buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Kata kunci: Pengelolaa sampah, inovasi teknologi, Dinas Lingkungan Hidup
ABSTRACT
The term industrial revolution 4.0 brings new challenges to public services in Malang, especially
the challenges regarding waste management by the Malang City Environment Agency. Waste itself
becomes an important issue for the city of Malang. Waste production in Malang City penetrates
500-600 tons / day so that it needs strong environmental awareness accompanied by tangible
manifestations so that waste does not become an environmental problem that burdens the city. Then
it needs a special strategy in waste management in Malang City, the environmental service needs
technological innovation in waste management. Most of the waste management systems in Malang
are still using the old paradigm, which is gathering, transporting and disposing. In fact, Law
Number 18 of 2008 concerning Waste Management along with Government Regulation Number 81
of 2012 mandates the need for a fundamental paradigm shift in waste management, from the
gathering, transport and disposal paradigm to processing that relies on waste reduction and waste
management.
Keywords: Waste management, technological innovation, environmental service
PENDAHULUAN
Isu sampah sekarang ini menjadi isu besar dan menjadi sebuah masalah
serius bagi pemerintah, hal ini dilatar belakangi jumlah penduduk yang terus
meningkat. Selain itu,bilamana di suatu daerah tumbunan sampah terus mengalami
peningkatan yang signifikan maka hal tersebut juga berkorelasi dengan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Bilamana suatu negara yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi akan berkorelasi dengan jumlah
produksi sampah yang tinggi dibanding negara berkembang.Tetapi ada factor yang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1019
terpenting dalam melonjaknya timbunan sampah yaitu apakah Negara tersebut
sudah siap dalam pengelolaannya. Dari tahun ke tahun , jumlah timbulan sampah
yang ada di Indonesia selalu mengalami peningkatan hal tersebut juga berkorelasi
dengan jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia. Selain itu, meningkatnya
jumlah timbulan sampah tidak seimbang dengan program pengelolaan sampah yang
ada misal kita ambil contoh di kota Malang sendiri dimana luas dari TPA supit
urang tetap tetapi volume timbunan sampah semakin meningkat dan hal tersebut
menjadi persoalan tersendiri bagi kota Malang,karena kota malang dari tahun ke
tahun juga mengalami pertumbuhan jumlah timbunan sampah.
Kota Malang sendiri mempunyai luas wilayah 110.06 km2 dengan jumlah
penduduk sekitar 831,123 Berdasarkan jumlah penduduk, kota Malang sendiri
masuk dalam kategori kota besar, yang menjadi salah satu faktor menjadi kota besar
adalah permasalahan sampah yang dapat mengganggu kebersihan dan keindahan
kota Malang . Sekitar 69% timbulan sampah yang ada di TPA berasal dari sampah
domestik seperti sampah rumah tangga sedangkan 31% sisanya berasal dari sampah
non domestik yaitu dari sampah pasar, fasilitas pertokoan, fasilitas industri, sampah
jalan, sampah pertamanan, dan sampah dari fasilitas kesehatan.
Pengelolaan sampah perkotaan yang banyak diterapkan di kota kota yang
ada di Indonesia seperti kita ambil contoh di kota Malang yang masih mengalami
banyak permasalahan salah satu masalah yang ada yaitu masalah pengelolaan yaitu
masih terbatas pada sistem 3P yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.
Sampah tersebut dikumpulkan dari sumbernya,lalu diangkut ke tempat
pembuangan sementara (TPS) yang ada disetiap kelurahan/desa dan habis itu
diangkut dan dibuang ke TPA. Padahal, Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam hal
pengelolaan sampah yaitu dari paradigma lama seperti kumpul, angkut, buang
menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan
sampah yang tujuannya untuk mengurangi timbunan sampah di TPA. Kegiatan
pengurangan sampah sendiri memiliki makna agar seluruh lapisan masyarakat,
baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas sadar akan sampah dan
melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, dengan cara pendauran ulang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1020
dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce,
Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram.
Sampah memiliki ancaman yang cukup serius terhadap lingkungan ,
perekonomian serta sosial. Pada pendahuluan ini akan dijelaskan fungsi-fungsi
ekonomis dari lingkungan alam bagi masyarakat dan perekonomian kita. Apa yang
diberikan oleh lingkungan kita mencakup penyediaan sumberdaya-sumberdaya
seperti mineral dan energi , dan penyerapan residu sampah yang dihasilkan oleh
aktivitas-aktivitas kehidupan kita. Pembuangan sampah atau aliran polusi turut
berpengaruh terhadap meningkatnya masalah lingkungan dan ekonomi dengan dua
cara berikut. Pertama,sampah mengandung bahan-bahan berbahaya yang secara
langsung mempengaruhi fungsi lingkungan alam yang menjadi penyokong utama
kehidupan dan perekonomian. Kedua, lingkungan alam memiliki kapasitas
asimilatif yang terbatas untuk menyerap residu-residu sampah artinya tidak semua
sampah bisa diurai oleh alam(tanah). Ketika jumlahnya timbunan sampah melebihi
kapasitas tertentu , tentu saja akan menjadi problem dan menimbulkan ancaman
serius bagi stabilitas lingkungan dan batas toleransi dari suatu ekosistem,yang
kadangkala juga efeknya sangat merusak . Polusi air dari merkuri atau limbah cair
yang dibuang kesungai misalnya dapat memiliki efek proporsional dan relatif kecil
pada kadar polusi yang rendah, akan tetapi pada level yang lebih tinggi, respon
dampaknya dapat memiliki substansi yang sangat besar dan akan mempengaruhi
kualitas air . Dalam hal ini, polusi merkuri akan mengubah fungsi ekosistem dan
oleh karena itu bisa mengurangi kapasitas asimilatif dari lingkungan alam tersebut
Dengan berbagai inovasi dalam pengelolaan sampah, kota Malang
mendirikan Bank Sampah Malang (BSM) serta binaan di bawahnya bsm ada
disetiap kelurahan di kota Malang . BSM ini tidak hanya bermanfaat bagi
lingkungan dengan cara mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPA, tetapi
juga bermanfaat secara ekonomi, pendidikan, pemberdayaan dan sosial yaitu
dengan cara pemanfaatn . Pendirian bank sampah merupakan kegiatan yang bersifat
social engineering dimana masyarakat belajar untuk memilah sampah serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan
baik ,pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pendirian
bank sampah sendiri dapat menjadi momentum dalam membina kesadaran
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1021
masyarakat dalam memilah, mendaur ulang dan memanfaarkan sampah karena
sampah mempunyai nilai jual atau fungsi ekonomi sehingga bila hal tersebut terus
berlangsung dapat menjadi budaya bagi baik masyarakat Indonesia. Sebelum
didirikannya BSM, di kota Malang belum ada lembaga yang dapat megelola
sampah dari hulu sampai hilir atau secara keseluruhan dan berkesinambungan
sampah hanya di kelola di TPA. Hal ini disebabkan belum adanya kesadaran
masyarakat terhadap sampah,padahal bila masyarakat mampu mengelola sampah
dengan baik sampah yakan nilai tambah secara sosial, ekonomi, kesehatan dan
lingkungan.
Dalam operasionalnya, pada tahun 2012 jumlah nasabah BSM mencapai
150 unit afiliasi yang tersebar di kelurahan se Kota Malang. Namun, jumlah sampah
yang diolah oleh BSM masih rendah bila dibandingkan dengan volume timbulan
sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Malang.
Beberapa dampak apabila sampah tidak dikelola dengan baik adalah sebagai
berikut .
1. Sampah dapat menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi kumuh dan kotor.
Hal ini akan menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme
pathogen(penyebab penyakit) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
juga menjadi tempat sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya.
2. Pembakaran sampah sendiri dapat berakibat pencemaran udara yang dapat
menganggu kesehatan masyarakat karena zat zat berbahaya dan juga memicu
terjadinya pemanasan global.
3. Pembususkan sampah dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya
bagi kesehatan. Dan cairan yang dikeluarkan oleh sampah dapat meresap ke
tanah dan dapat menimbulkan pencemaran sumur, air tanah dan yang dibuang
ke badan air akan mencemari sungai.
4. Pembuangan sampah ke sungai atau ke badan air dapat menimbulkan
pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu terjadinya banjir.dan tidak hanya
itu saja sampah(limbah) bila dibuang kesungai akan menimbulkan pencemaran
sungai yang akan membahayakan ekosistem sungai.
Maka dari itu perlu adanya Pengelolaan sampah tidak hanya menjadi
kewajiban pemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagai penghasil sampah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1022
juga harus bertanggung jawab atas sampah yang diproduksi untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Dengan demikian Partisipasi dari berbagai
pihak merupakan salah satu factor kunci keberhasilan suatu kegiatan ataupun
program yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, penilaian, dan
pemanfaatan hasil. Ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dan berbagai
pihak dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk
diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengelolaan sampah dikota malang ?
2. Bagaimana strategi pemerintah dalam mengembangkan sistem
pengelolaan sampah ?
3. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung pemerintah dalam
mengembangkan sistem pengelolaan sampah ?
2.1 Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemerintah
dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah di kota Malang.
2. Manfaat
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian penambah
informasi dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang ada dikota
malang.
3. Manfaat Akademik
Dengan mengetahui kebijakan pemerintah daerah Kota Malang yang dbuat
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang tentang pengelolaan sampah ,maka
penelitian ini mengharapkan adanya sebuah informasi baru tentang Pengelolaan
sampah dikota malang khususnya untuk para pembaca tulisan ini
4. Manfaat Dunia Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pemerintah Kota Malang dalam mengatasi persoalan sampah dikota malang
5. Kontribusi Riset
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1023
Dari kontribusi riset ini dapat memberikan informasi mengenai bagaiman
kebijakan pemerintah daerah malang dalam mengatasi persoalan sampah di kota
malang.
METODE PENELITIAN
II.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah salah satunya melalui
wawancara yaitu proses tanya jawab sesuai dengan bidang penelitian yang
dilakukan secara lisan kepada pihak terkait masalah pengelolaan sampah ,dan juga
mengambil dari data-data di dari penelitian sebelumnya.
II.2 Lokasi Penelitian
Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang (Jl. Bingkil No.1, Ciptomulyo, Kec.
Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65148)
II.3 Jenis Data
Jenis dan sumber data yang diperoleh berupa data sekunder. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen
penelitian terdiri dari peneliti sendiri, pedoman wawancara dan perangkat
penunjang. Analisis data menggunakan model interaktif menurut Miles dan
Hubberman (1992) yang membagi analisis data kualitatif menjadi pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan adalah salah satunya melalui wawancara
yaitu proses Tanya jawab sesuai dengan bidang penelitian yang dilakukan secara
lisan kepada pihak terkait masalah pengelolaan sampah, dan juga mengambil dari
data-data di dari penelitian sebelumnya.
II.5 Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yaitu data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan
studi kepustakaan atau dekomentasikan, dianalisis dan ditafsirkan untuk
mengetahui maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah
penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan
langsung hasil wawancara. Pengumpulan data dengan cara:
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1024
1. Perencanaan: Penelitian merancang hasil wawancara baik wawancara maupun
data yang telah ditemukan dalam bentuk laporan hasil penelitian yang
dilakukan di Dinas Sosial Kota Malang.
2. Pelaksanaan: Peneliti melaksanakan mengamatan dan memahami
bagaimanana peran pemerintah terhadap kaum disabilitas dalam pelayanan
publik di Dinas Sosial Kota Malang sehingga dapat menyimpulkan.
Selanjutnya Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen
penelitian.
3. Evaluasi: Pada tahap ini peneliti akan menganalisis dan mengelola data yang
telah dikumpulkan dengan metode yang sudah ditentukan.
Penyusunan Laporan; Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun hasil dari pada pengumpulan data dan melaporkan hasil-hasil penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Inovasi
Rogers (dikutip dari Suwarno, 2007, h.3) menjelaskan inovasi adalah
“sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi
lainnya”. Menurut Mckeown (dikutip dari Ancok, 2012, h.34-35) bahwa “inovasi
adalah suatu bentuk perubahan dari suatu hal, baik yang bersifat inkremental
(sedikit demi sedikit), maupun perubahan yang radikal”. Penerapan inovasi dalam
kehidupan masyarakat akan mendapatkan manfaat dari segi sosial dan ekonomi.
Muluk (2008, h.47) membagi inovasi menjadi 3 level, yaitu inovasi inkremental,
radikal dan transformatif. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah agar lebih berkompoten , memiliki daya
saing antar daerah , dan pelaksanaan masterplan (perencanaan) percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi secara terarah dan berkesinambungan.
Kebijakan Publik
Parker (dikutip dari Abdul Wahab, 2008:51) kebijakan publik sebagai
“suatu tujuan tertentu, atau serangkaian asas(pedoman) tertentu, atau tindakan yang
dilaksanakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan
suatu subjek atau sebagai respon terhadap suatu keadaan yang kritis”. Inti dari
kebijakan publik adalah perumusan kebijakan, karena didalamnya terdapat batasan-
batasan kebijakan itu. Perumusan kebijakan menggunakan model kebijakan, model
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1025
digunakan karena adanya eksistensi masalah pubik yang kompleks, model
merupakan pengganti kenyataan. Model inkrementalisme (policy sebagai
kelanjutan masa lalu), inti dari model ini menekankan bahwa pembuat kebijakan
tidak melakukan peninjauan secara teratur dari seluruh kebijakan yang telah
dibuatnya, tidak mau melakukan identifikasi tujuan-tujuan sosial, meneliti untung
rugi dari alternatif-alternatif policy yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial, mengklasifikasi preferensi bagi setiap alternatif dalam hubungannya dengan
perhitungan untung dan rugi, dan menyeleksi informasi-informasi yang
relevan.Jadi kebijakan Inkramentalisme dimana kebijakan dibuat untuk kelanjutan
masa yang akan dating .
Efektivitas
Subagyo menggatakan bahwa efektivitas adalah kesesuaian antara output
dengan tujuan yang ditetapkan, (Budiani, 2007, h.52). Dikatakan efektif apabila
tercapainya tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output).
Tolak ukur efektivitas adalah elemen yang menjadi dasar dalam melakukan
penilaian pada efektivitas, semakin besar kontribusi output yang dihasilkan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi. Budiani, (2007, h.53) menggatakan terdapat variabel-variabel yang
digunakan untuk mengukur efektivitas adalah sebagai berikut:
1. Ketepatan sasaran program
2. Sosialisasi program
3. Tujuan program
4. Pemantauan
Sampah dan Pengelolaannya
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari
proses alam yang berbentuk padat. (Damanhuri & Tri, 2011, h.6-8) menggatakan
aspek-aspek penting yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah antara
lain:
1. Peraturan atau hukum dan kebijakan publik
2. Kelembagaan dan organisasi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1026
3. Teknik operasional
4. Finansial dan ekonomi
5. Sosial
6. Lingkungan hidup
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat diartikan dengan keikutsertaan atau keterlibatan baik
secara fisik maupun non fisik dari seorang individu atau masyarakat. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Santosa (1998:13) bahwa :
“Partisipasi didefinisikan sebagai karakteristik mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usahayang bersangkutan.”
Definisi tersebut menekankan bahwa partisipasi merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam artian sudah disepakati secara
bersama , serta lebih menekankan pada aspek psikologis yang mendorong
seseorang atau individu untuk melakukan tindakan tertentu dalam rangka mencapai
tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka terdapat tiga unsur partisipasi, yaitu:
1. Adanya tanggung jawab
2. Kesediaan memberikan sumbanganuntuk mencapai tujuan kelompok
3. Kesediaan mereka terlibat di dalam kelompok.
Dari definisi-definisi tentang partisipasi yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah pada dasarnya merupakan keterlibatan aktif masyarakat dalam proses
pembuangan,pengangkutan, dan pengelolaan sampah,atas dasar rasa kesadaran dan
tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama mewujudkan lingkungan yang
bersih dan sehat. Sesuai dengan pernyataan Sastropoetro (1988:37), bahwa
“Keterlibatan Spontan(tiba-tiba) dengan kesadaran disertai tanggung jawab penuh
terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan yang sudah ada
”.Berdasarkan pendapat tersebut, maka partisipasi seseorang sebaiknya didasarkan
atas kesadaran sendiri(kemauan individu), keyakinan serta kemauan, sebab hal itu
akan bermanfaat bagi dirinya tentu bila ada kesadaran kolektifitas partisipasi akan
lebih maksimal. Karena dirinya(individu) merasa tidak dipaksakan sehingga dalam
mengikuti kegiatan dapat dilaksanakan dengan sukarela.
Jenis-Jenis Partisipasi Masyarakat
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1027
Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat
tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan. Menurut
Uphoff,Cohen, dan Goldsmith (1979: 51) membagi partisipasi ke dalam beberapa
tahapan, yaitu:
1. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat atau partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang
akan dilaksanakan, serta menyusun rencana kerjanya.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap utama dan terpenting dalam
program kegiatan , inti dari keberhasilan suatu program adalah dari
pelaksanaannya . Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran bisa berupa
ide atau gagasan , bentuk sumbangan materi bisa seperti uang dsb, dan bentu
keterlibatan sebagai anggota bisa seperti turut aktif mengikuti kegiatan .
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program. Menurut Sastropoetro (1986: 16-18) jenis partisipasi
meliputi:
a. Pemikiran
b. Tenaga
c. Pemikiran dan Tenaga
d. Keahlian
e. Barang
f. Uang.
Kemudian Hamijoyo (2007: 21) menjabarkan jenis partisipasi sebagai
berikut:
1. Partisipasi pemikiran adalah partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau
buah pikirankonstruktif, baik untuk menyusun program, maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan
yang diikutinya.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1028
2. Partispasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
3. .Partisipasi ketrampilan adalah memberikan dorongan melalui ketrampilan
yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat
meingkatkan kesejahteraan sosialnya.
4. Partisipasi barang adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang barang atau
harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja.
5. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha
bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
Tinjauan tentang Sampah
Menurut Davis dan Cornwell (2008:737) menjelaskan bahwa kata sampah
padat merupakan suatu kata yang umum digunakan untuk menggambarkan sesuatu
yang kita buang. Sampah padat, dimana terdiri dari bermacam benda-benda yang
sudah dibuang, mengandung berbagai macam zar baik yang dapat berbahaya
maupun tidak bebahaya. Akan tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk
mampu menimbulkan dampak yang cukup serius bagi populasi manusia yang kian
hari semakin meningkat yang mempengaruhi jumlah produksi sampah. Dari
penjelasan tersebut, masalah sampah sebagai salah satu permasalahan lingkungan
dapat dikatakan juga sebagai masalah sosial yang perlu diatur karena
mempengaruhi kehidupan masyarakat luas sebagaimana dikatakan bahwa
lingkungan merupakan factor pendukung kehidupan manusia bisa kita ibarakan
lingkungan sebagai wadah tempat kita hidup bila wadah itu kotor akan
mempengaruhi kehidupan diwadah itu .Salah satu upaya untuk dapat
menyelesaikan permasalahan sampah adalah dengan melakukan pengelolaan
sampah yang bisa dilakukan dengan prinsip 3R (reduce,reuse, dan recycle). 3R
adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai
langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber. Menurut
Enviromental Services Program (2011: 19) kunci keberhasilan program kebersihan
dan pengelolaan sampah terletak pada pemilahan. Tanpa pemilahan pengolahan
sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1029
membahayakan kesehatan karena pemilahan sampah di TPA berbagai daerah di
Indonesia sendiri masih menggunakan tenaga manual atau tenaga manusia.
Pemilihan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang
lainnya. Minimal pemilihan menjadi dua jenis:
1. Sampah organik, yaitu sampah yang tidak dapat di daur ulang tetapi dapat
dirubah menjadi kompos yang bernilai ekonomis contoh sampah organik
seperti sayur, buah-buahan, dan sebagainya.
2. Sampah non-organik, yaitu sampah yang dapat di daur ulang menjadi
benda/barang lain yang dapat bermanfaat kembali seperti plastik, kaca, logam,
dan sebagainya.pendaurulangan sampah non organic bisa dibuat seperti
kerajinan tangan dsb
Tinjauan Tentang Pengelolaan Sampah
Sampah seharusnya dikelola dengan baik sampai seminimal mungkin agar
tidak menganggu dan mengancam(berdampak) kesehatan masyarakat. Pengelolaan
sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk
kelestarian lingkungan social dan alam. Pengelolaan sampah meliputi
pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan
sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menganggu kesehatan masyarakat
dan lingkungan hidup. Cara pengelolaan sampah antara lain:
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau industri yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu, mereka
harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk sampah sampah itu di
tampung yaitu yang biasa kita sebut (TPS) dan selanjutnya ketika sudah penuh
diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Mekanisme sistem atau cara
pengangkutan untuk di derah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah
setempat yang didukung oleh partisipasi aktif dari masyarakat yang memproduksi
sampah, pemerintah harus memiliki anggaran pendanaan pengelolaan sampah.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya dapat dikelola oleh masing-
masing keluarga, tanpa memerluka TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga
daerah pedesaan umumnya didaur ulang menjadi pupuk,tapi itu hanya sedikit kalau
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1030
kita ke desa di daerah-daerah pengelolaan sampah hanya sebatas dikumpulkan
dilokasi tertentu lalu dibakar.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan pengelolaan sampah padat ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
a. Ditanam(dipendam), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat ladang di
tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah,tetapi cara ini
terlalu riskan bila sampah itu berupa sampah non-organik
b. Dibakar, yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku
pembakaran tapi hal ini juga akan membuat polusi udara dan tanah bekas
bakaran menjadi tidak subur.
c. Dijadikan pupuk, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos)
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain
yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di
daerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap rumah tangga
dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian
sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai
sendiri. Sedangkan sampah an-organik dibuang dan akan segera dipungut oleh
pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang.
d. Penghancuran, yaitu beberapa kota besar di Indonesia telah memiliki mobil
pengumpul sampah yang dilengkapi alat pelumat atau pencacah sampah.
Sampah yang berasal dari bak-bak penampungan langsung dihancurkan
menjadi potongan potongan kecil sehingga lebih ringkas. Sampah yang telah
dilumatkan atau dicacah dapat dimanfaatkan untuk menimpun permukaan
tanah yang rendah. Selain itu juga bisa dibuang ke laut tapi tentu akan memberi
efek yang mengakibatkan penurunan kualitas air laut.
e. Dijadikan makanan ternak, yaitu sampah organik seperti sayuran, ampas
tapioka, dan ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.
f. Pemanfaatan ulang yaitu, sampah-sampah yang sekiranya masih bisa diolah,
dipungut, dan dikumpulkan. Contohnya adalah kertas, pecahan kasa, botol
bekas,logam, dan plastik. Sampah-sampah semacam ini dapat dibuat kembali
menjadi karton, kardus pembungkus, alat-alat perangkat rumah tangga dari
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1031
plastik dan kaca. Tetapi perlu diingat jangan sampai sampah demikian
dimanfaatkan atau termanfaatkan lagi. Misalnya, kertas-kertas dari tempat
sampah dimanfaatkan begitu saja untuk membungkus makanan. Hal ini
membahayakan bagi kesehatan karena kertas kertas bekas tersebut sudah
terkontaminasi dengan zat-zat yang besifat patogen yang menimbulkan efek
buruk bagi kesehatan .
Maka dengan ini dapat dikatakan pengelolaan sampah yang baik dan layak
bukan saja dapat meninggalkan kebersihan maupun estetika lingkungan, akan tetapi
juga dapat meniadakan atau menghambat berkembang biaknya vektor berbagai
penyakit menular yang dapat merugikan kesehatan masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan sampah dapat sebagai sumber makanan, sarang/tempat tinggal serta
media yang baik untuk perkembangan kehidupan makhluk hidup seperti bakteri
pathogen dan virus virus yang akan membahayakan kesehatan tubuh manusia .
Pengembangan Masyarakat
Konsep pengembangan/pemberdayaan masyarakat sebenarnya adalah
pengorganisasian Masyarakat, yang bermakna mengorganisir masyarakat sebagai
sebuah kelompok atau sistem untuk melayani warganya dalam setting kondisi yang
berubah. Dengan demikian inti pengertiannya adalah mendorong agar warga
masyarakat untuk mengorganisasikan diri untuk melaksanakan kegiatan/program
guna mencapai kesejahteraannya sendiri. (Budhi Wibhawa dkk, Dasar-dasar
Pekerjaan Sosial, 2010:109) PBB (1995) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai berikut: “Pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai
suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan
sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin
menumbuhkan prakarsa masyarakat itu sendiri”. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa pemberdayaan masyarakat sejatinya merupakan bentuk intervensi
pekerjaan sosial yang bertujuan untuk memberikan perubahan terhadap masyarakat
dari segala aspek kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, dan aspek kehidupan yang
lainnya. Pengembangan masyarakat menurut Jim Ife dan Longman (1995)
merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan terhadap konsep Negara
kesejahteraan(walfare state) artinya Negara bukan sebagai actor utama untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat tetapi dengan masyarakat saling berkoordinasi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1032
dalam pemberdayaan mereka mampu mencapai kesejahteraan . Jim Ife dan Logman
menyebutkan bahwa: “Konsep pengembangan masyarakat lebih menekankan pada
upaya pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan ide
utama keberlanjutan dalam penyelenggaraan kebutuhan hidup manusia karena
dikembangkannya keswadayaan(secara gotong-royong). Pengembangan
masyarakat harus selalu mencari cara untuk menumbuhkan dan memaksimalkan
partisipasi masyarakat , dengan maksud agar setiap warga masyarakat terlibat
secara aktif dan turut andil dalam proses dan aktivitas kemasyarakatan untuk
mencapai yang dinamakan tujuan bersama ” Dalam pekerja sosial pengembangan
masyarakat adalah sebuah metode yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
hidup masyarakat melalui penggunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta
menekankan pada partisipasi sosial (Suharto, 2009: 37). Pengembangan masyarakat
diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai kondisi masyarakat dimana
transformasi sosial-budaya, politik, ekonomi, teknologi, dapat dilaksanakan oleh
masyarakat secara berkelanjutan. Ada tiga karakter umum program pengembangan
mayarakat, yaitu:
1. Berbasis masyarakat atau masyarakat sebagai pelaku utama(actor) atau subyek
dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
2. Berbasis sumberdaya setempat, yaitu penciptaan kegiatan dengan melihat
potensi sumberdaya (alam, manusia) yang ada untuk dimanfaatkan .
3. Berkelanjutan(berkesimambungan) yaitu program berfungsi sebagai
penggerak awal pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan masyarakat
memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki
kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan
kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk:
2) Proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat
memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya.Seperti contoh
kegiatan pelatihan kerja hal ini merupakan langkah dari pemerintah
untuk menyiapkan mereka agar siap memasuki lapangan pekerjaan,kalau
dalam konteks pengelolaan sampah yaitu pengeloaan yang
mengahasilkan output nilai ekonomi.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1033
3) Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi oleh pihakpihak lain yang bertanggung jawab
(Payne, 1995:165).
Menurut Jim Ife (1995: 178-198),prinsip dasar dalam partisipasi masyarakat
yang harus diperhatikan adalah pengembangan terintegrasi, hak asasi manusia,
berkelanjutan, pemberdayaan, kemandirian, pengembangan organisasi, integritas
proses, kooperatif, partisipasi, melawan penindasan struktural, konsensus personal
dan politik, hak milik masyarakat, tidak bergantung pada Negara, tujuan jangka
pendek dan visi akhir, langkah-langkah pengembangan, keahlian eksternal
membangun masyarakat, tanpa kekerasan, keikutsertaan dan mendefinisikan
kebutuhan.
Relevansi pekerjaan sosial dalam pengelolaan sampah, didasarkan pada
kompetensi pekerjaan sosial yaitu pada bidang kesejahteraan sosial, dimana profesi
pekerjaan sosial memiliki peranan dominan dalam pembangunan kesejahteraan
sosial. Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan yang ditujukkan untuk
mendorong pemecahan masalah, baik individu, keluarga, dan masyarakat dengan
berusaha membantu menggunakan kemampuan untuk menghadapi
masalahmasalah sosial dalam kehidupan sehari-hari secara aktif dan bertanggung
jawab. Aktif dan tanggung jawab disini merupakan pendekatan pelayanan dengan
pengakuan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu, kelompok ataupun
masyarakat dalam kata lain selain dibantu juga ikut berpartisipasi dalam pemecahan
masalahnya.Partisipasi sejalan dengan prinsip pekerjan sosial yaitu memiliki hak
untuk menentukkan dirinya sendiri. Artinya bahwa seorang pekerja sosial berupaya
melibatkan individu, kelompok, ataupun masyarakat dengan mendayagunakan
kemampuan yang dimiliki.
Relevansi pekerjaan sosial dalam pengelolaan sampah, didasarkan pada
kompetensi pekerjaan sosial yaitu pada bidang kesejahteraan sosial, dimana profesi
pekerjaan sosial memiliki peranan dominan dalam pembangunan kesejahteraan
sosial. Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan yang ditujukkan untuk
mendorong pemecahan masalah, baik individu, keluarga, dan masyarakat dengan
berusaha membantu menggunakan kemampuan untuk menghadapi
masalahmasalah sosial dalam kehidupan sehari-hari secara aktif dan bertanggung
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1034
jawab. Aktif dan tanggung jawab disini merupakan pendekatan pelayanan dengan
pengakuan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu, kelompok ataupun
masyarakat dalam kata lain selain dibantu juga ikut berpartisipasi dalam pemecahan
masalahnya.Partisipasi sejalan dengan prinsip pekerjan sosial yaitu memiliki hak
untuk menentukkan dirinya sendiri. Artinya bahwa seorang pekerja sosial berupaya
melibatkan individu, kelompok, ataupun masyarakat dengan mendayagunakan
kemampuan yang dimiliki.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fokus intervensi pekerjaan sosial
dalam pengelolaan sampah adalah menggunakan locality development, Locality
development adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat
itu sendiri (United Nations, 1955). Dalam pengelolaan sampah ini pekerja sosial
masuk menjadi community worker. Dengan menjalankan tugas dan peran sebagai
community worker. Dalam pengelolaan sampah diperlukan partisipasi masyarakat
itu sendiri untuk mengatasi kekurangan dari keterbatasan pemerintah tersebut
dalam pengelolaan sampah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Pengelolaan Sampah
Saat ini sistem pengelolaan sampah dikota malang masih menggunakan
paradigma lama yaitu masih menggunakan sistem kumpul, angkut, dan buang.
Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengamanatkan
perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari sistem
kumpul, angkut dan buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan
sampah dan penanganan sampah. Sehingga pengurangan sampah bermakna agar
seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas
melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan
pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan melalui upaya-upaya
cerdas, efisien dan terprogram.
Adapun strategi nasional kebijakan penanganan sampah melalui program
3R yaitu adalah pengurangan sampah, penanganan sampah, pemanfaatan sampah,
peningkatan kapasitas pengelolaan, dan pengembangan kerja sama. Sedangkan UU
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1035
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengatakan bahwa pengelolaan
sampah rumah tangga, terdiri dari pengurangan sampah sampah dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud, meliputi: pembatasan timbulan
sampah, daur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.
Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan konsep Bank Sampah di
berbagai provinsi. Statistik perkembangan pembangunan Bank Sampah di
Indonesia pada bulan Februari 2012 menunjukkan sebanyak 471 Bank Sampah
telah berjalan. Dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah
sampah yang terkelola adalah 755.600 kg/bulan dengan nilai perputaran uang
sebesar Rp1.648.320.000,00 perbulan. Pada Mei 2012, angka statistik ini
meningkat menjadi 886 Bank Sampah, dengan jumlah penabungsebanyak 84.623
orang dan jumlah sampah yang terkelola sebesar 2.001.788 kg/bulan serta
menghasilkan uang sebesar Rp3.182.281.000,00 perbulan.
Sampai dengan tahun 2013 telah berdiri 1.443 Bank Sampah di 56 kota,
yang tersebar di 19 provinsi. Lebih dari dua juta kilogram sampah per bulan yang
berhasil diolah dengan adanya Bank Sampah. Sebagai penabung, masyarakat pun
langsung memperoleh keuntungan ekonomi. Ada beberapa aktivitas pengurangan
sampah yang telah dikembangkan di Indonesia sebagai proyek percontohan 3R di
beberapa provinsi. Kementerian Pekerjaan Umum telah membangun kurang lebih
525 fasilitas pengolahan sampah 3R pada periode 2010-2014.
Untuk itu bank sampah sendiri berdiri karena adanya keprihatinan
masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan
sampah yang berkorelasi dengan kesadaran manusia terhadap lingkungan semakin
menurun,sampah sampah yang kian menumpuk berupa organik maupun anorganik.
Semakin banyak sampah, akan menimbulkan semakin banyak masalah. Oleh
karenanya, diperlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang
berguna. Pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah ini diharapkan mampu
membantu pemerintah dalam menangani sampah dan eningkatkan ekonomi
masyarakat.
Tujuan utama pendirian Bank Sampah ini adalah untuk membantu
menangani pengolahan sampah di Indonesia. Tujuan selanjutnya adalah untuk
menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih. Bank
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1036
Sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih
berguna dalam masyarakat, misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki
nilai ekonomis. Bank sampah adalah tempat untuk mengumpulkan berbagai macam
sampah yang telah dipisahpisahkan sesuai dengan jenisnya untuk disetorkan ke
tempat bengkel kerja lingkungan, hasil setoran sampah akan ditabung dan dapat
diambil atau dicairkan dalam jangka waktu tertentu dengan mengadopsi prinsip
perbankan, jadi penyetor sampah akan mendapat buku tabungan.
Bank Sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan
hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. Manfaat
lain Bank Sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan
masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan
imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki.
Masyarakat dapat sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat
tabungannya sudah terkumpul banyak.Imbalan yang diberikan kepada penabung
tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti
gula, sabun, minyak dan beras; pembelian pulsa telepon gemgam, listrik,
pembayaran jasa layanan air bersih bahkan biaya sekolah, kredit kepemilikan
barang, dan asuransi kesehatan Sampah-sampah yang disetorkan ke bank sampah
dibedakan menjadi beberapa jenis, misalnya: sampah organik, seperti potongan
sayuran atau sisa masakan; mapun nonorganik seperti plastik, besi, dan lainnya.
Bank Sampah menetapkan harga beli untuk masing-masing jenis sampah tersebut.
Sampah yang masih dapat di daur ulang seperti bahan organik dapat dimanfaatkan
untuk kompos ataupun biogas. Sedangkan bahan nonorganik didaur ulang menjadi
berbagai perabotan seperti tas, sendal, dan lainnya. Ada beberapa Bank Sampah
yang mempunyai alat pengolah sendiri seperti komposter, alat pembuat pelet
plastik, dsb, sehingga mereka dapat menjual barang daur ulang dengan harga yang
lebih tinggi. Meskipun demikian, ada juga Bank Sampah yang hanya berfungsi
sebagai pemasok bagi pengepul. Mereka bekerja sama dengan pengepul yang rutin
mengambil sampah bernilai ekonomis untuk didaur ulang. Bank Sampah dalam
pelaksanaanya dapat mengurangi tingginya angka sampah di masyarakat dan di
tempat pembuangan akhir (TPA). Dampaknya, volume sampah yang ada di
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1037
masyarakat dan TPA dapat berkurang. Pengelolaan Bank Sampah juga mengikuti
kaidah-kaidah yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, yang berprinsip 3R. Program pengelolaan sampah mandiri
melalui Bank Sampah dewasa ini menjadi salah satu alternatif solusi bagi
pemerintah maupun masyarakat, untuk mengurangi terus meningkatkanya volume
sampah yang semakin tidak terkendali.
Gambar 1. Alur Kerja Bank Sampah
Dengan ini penduduk sebanyak 895.838 jiwa Kota Malang memiliki potensi
sampah 620 ton/hari. Sementara itu, dengan sistem yang ada, timbulan sampah
yang ditangani adalah 607,44 ton/hari atau ±98% dari potensi timbulan yang ada.
Kurang dari 2% sampah saja yang tidak terdeteksi sistem pengelolaannya.
Gambar 2 Neraca pengelolaan sampah Kota Malang
(Diolah dari dari: Presentasi DKP Kota Malang, 28 Mei 2013)
Kemungkinan sampah tersebut merupakan sampah yang dibuang dengan
cara yang tidak semestinya, misal membuang ke sungai, lahan kosong, dan lainnya
(jawaban tertulis dan wawancara dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1038
Kota Malang. Jumlah timbulan yang diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
setiap harinya sebanyak 420,98 ton yang bersumber dari aktivitas di lima
kecamatan yang ada di Kota Malang. Ini berarti, sampah yang menjadi target
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan yang menjadi tugas
DKP sehari-harinya adalah 420,98 ton atau ±68% dari potensi timbulan yang ada.
Sebanyak 186,46 ton/ hari atau 30% potensi timbulan dikelola di tingkat
masyarakat dengan perlakuan, sebagai berikut:dikompos 58,01 ton/hari (±9,35%),
diolah pada tingkat rumah tangga (menjadi kerajinan) atau lapak (dijual) 110,95
ton/hari (±17,9%), diurug di halaman oleh masyarakat 15 ton/hari (±2,4%), dan
diolah oleh Bank Sampah Malang 2,5 ton/hari (±0,4%)(lihat Gambar 2).
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa persentase sampah yang dikelola oleh
Bank Sampah masih relatif kecil dibanding dengan total timbulan sampah yang
dihasilkan. Meskipun demikian, kecilnya persentase bukan satu-satunya indikator
untuk mengukur efektivitas pengelolaan sampah. Diperlukan kajian terhadap
aspek-aspek manajemen persampahan, untuk mengkaji secara lebih mendalam
mengenai peran bank sampah dalam mengatasi permasalahan sampah, khususnya
di Kota Malang.
Proses pengolahan sampah bisa melibatkan penggantian dan transfer zat-zat
antar media. Sebagai contoh, beberapa proses pengolahan menghasilkan limbah
cair yang dikirimkan ke sewer dan limbah padat yang dikirimkan ke TPA, dan yang
lainnya menghasilkan emisi ke udara terutama sebagai hasil dari pembakaran.
Sebagai alternatifnya, sampah dapat diubah agar cocok dengan rute perlakuan
sampah lainnya, misalnya pembakaran minyak bahan bakar yang bisa diperbaharui.
Terdapat sejumlah aktivitas tambahan yang penting yang berhubungan dengan
pengolahan sampah, seperti penerimaan dan penimbunan sampah. Pemilahan
sampah pada masyarakat akan sia sia jika tidak diimbangi dengan pengangkutan
sampah yang terpisah pula, sehingga sampah yang masuk ke tempat pembuangan
akhir akan terpilah dan lebih mudah dikelola, lalu masalahnya adalah bagaimana
cara pengangkutan sampah yang terpisah dengan kondisi keterbatasan sarana
transportasi maka alternatif yang dapat diambil adalah sebagaimana pemisahan
dimasyarakat maka untuk transportasi dapat dilakukan penjadwalan pengangkutan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1039
sampah berdasar jenisnya, atau dilakukan penambahan armada sehingga setiap hari
semua jenis sampah akan terangkut.
Sampah yang telah terpisah membutuhkan tempat pembuangan akhir yang
terpisah pula karena pengelolaannya juga akan dipisahkan, untuk sampah organik
atau sampah basah, maka dibutuhkan suatu tempat dengan sistem sanitary langsung
agar limbahnya tidak mengganggu lingkungan sedangkan sampahnya sendiri akan
menghasilkan gas methan yang dapat dimanfaatkan sebagai energi panas atau
listrik, dan sisa limbahnya akan menjadi pupuk, sementara untuk sampah kering
dapat didaur ulang untuk dipergunakan lagi melalui teknologi industry daur ulang,
begitu pula untuk jenis sampah yang lain. Pendanaan menjadi salah satu kendala
dalam menjalankan suatu model Kebijakan yang ideal untuk Pengelolaan sampah
karena sebagaiman yang diketahui bahwa pendanaan untuk Pengelolaan sampah
rata-rata secara nasional hanya mampu menutup 35% kebutuhan dana keseluruhan
maka dapat diambil alternative untuk keterlibatan swasta atau asing dalam
pengelolaannya sehingga terkelola dengan professional dan dapat memberikan
pemasukan pada kas daerah atau ketiga daerah akan menanamkan modal bersama
untuk berbagi keuntungan dalam Pengelolaan sampah Terpadu ini.
Strategi Pemerintah Dalam Mengembangkan Sistem Pengelolaan Sampah Di
Kota Malang
Dalam hal ini untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota yang bersih,
nyaman dan ramah lingkungan . Jika dilihat dari Kota Malang saat ini bersih dan
nyaman yang menjadi Kota Malang sebagai kota layak huni yang didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai. Banyaknya orang-orang pendatang yang ada
di Kota Malang membuktikan bahwa Malang sebagai kota layak huni yang menjadi
daya tarik wisatawan untuk berdatangan di Kota Malang. Untuk itu misi dinas
lingkungan hidup kota malang untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan
yaitu dengan berbasis pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran
dan menambah pendapatan dan mengelola TPA dengan memanfaatkan teknologi
tepat guna dan ramah lingkungan. Misi tersebut dijalankan melalui strategi
pengelolaan sampah dari tingkat hulu hingga tingkat hilir yang dimana ini sudah
mulai dilakukan atau diterapkan.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1040
Berdasarkan penelitian kami lakukan terdahulu wawancara yang kami
lakukan bersama Ibu Kusuma Wira Khristanti S.Sos Kepala seksi Bidang II
Penanggulangan Dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup yaitu karena mau
melakukan perubahan pada peraturan daerah, yaitu perda nomor 10 tahun 2010
tentang pengelolaan sampah itu karena munculnya peraturan pemerintah sesudah
turunnya perda sehingga harus ada perubahan pada perdanya dengan begitu ada
beberapa kebijakan terkait dengan kebijakan dan strategi daerah yang diamanatkan
dalam Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga. Sehingga provinsi, kabupaten/kota harus menyesuaikan peraturan tersebut.
Jadi dinas lingkungan hidup kota malang sedang menyusun peraturan tentang
kebijakan dan strategi daerah tentang pengelolaan sampah yang dimana bulan
November kemaren sudah keluar.
Secara umum diupayakan mulai dari tingkat sumber atau dari rumah tangga
dilakukan pengurangan, yang dimana pengurangan tersebut melalui dua langkah
yaitu Pemilahan (sampah organik dan sampah an-organik) Sampah organik
ditatanan rumah tangga itu diusahakan harus membuat kompos, jadi setiap rumah
tangga wajib melakukan pengkomposan sendiri. Untuk sampah an-organik masing-
masing RT/RW itu sudah dibentuk unit-unit bank sampah contoh sampah an-orgaik
itu seperti kertas, plastic, dan logam itu sudah di pisah-pisah. Dikarenakan adanya
bank sampah sehingga sampah-sampah itu bisa dijual dibank sampah pusat. Jadi
secara umum bank sampah induk yang ada di jl. Soekarno Hatta itu tinggal
mengambil di RT/RW itu untuk diangkut. Jadi itu merupakan upaya-upaya dinas
lingkungan hidup dalam meningkatkan pelayanan kebersihan. Adapun TPS sendiri
bukan hanya tempat penampungan sementara tetapi juga ada pengolahan atau
rumah pengomposan daur ulang dan di TPS itu juga ada mesin pencacah sehingga
pada akhirnya tinggal sedikit sampah yang akan diangkut ke TPA. Jadi didalam
kebijakan dan strategi daerah itu sudah disusun bagaimana kebijakannya dan
strateginya serta program kegiatannya untuk mengurangi sampah. Dinas
lingkungan hidup kota malang sendiri sudah mempunyai target 30% dan untuk
penanganan 70% yang harus dicapai oleh kabupaten/kota untuk tahun 2018-2020.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1041
Salah satu penghambat belum optimalnya pengelolaan sampah di Kota
Malang adalah belum dilakukannya kerjasama dangan pihak swasta maupun pihak
ketiga meskipun wacana kerja sama dengan swasta asing sudah ada, hal ini
disebabkan karena Dinas Lingkungan Hidup masih mampu untuk mengelola
sampah dan belum adanya pihak ketiga yang sesuai untuk diajak kerjasama.
Tindakan Dinas Lingkungan Hidup sangat tepat dalam memutuskan kriteria pihak
ketiga, dimana kerjasama yang akan dilaksanakan nantinya membawa visi sosial
dan bisnis berjalan dengan seimbang tanpa mengedepankan bisnis murni dan yang
terpenting adalah sampah menjadi berkah.
Sosialisasi pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Pemerintah Kota
Malang dengan menerapkan strategi dari tingkat hulu hingga tingkat hilir.
Sosialisasi diberikan kepada instansi kecamatan, kelurahan dan kader lingkungan
yang akan menyampaikan langsung kepada masyarakat dan instansi-instansi
sekolah ataupun instansi yang sejajar dengan Dinas Lingkungan Hidup. Adanya
kontak langsung dengan pelaksana program memudahkan proses tersampaikannya
informasi. Sosialisasi yang dilakukan oleh DKP sudah berjalan dengan efektif,
namun sosialisasi perlu ditingkatkan terutama di daerah perbatasan dan daerah yang
padat penduduknya,sosialisasi sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kesadaran
lingkungan para warga Kota Malang..
Berdasarkan hasil pengamatan tentang efektivitas kebijakan pengelolaan
sampah di Kota Malang dilihat dari tolak ukur dapat dikatakan efektif tetapi belum
optimal. Dikatakan efektif karena tujuan yang telah ditargetkan tercapai, meskipun
belum tercapai secara maksimal. Sasaran pengelolaan sampah sudah pada tahap
menuju yang dikatakan undang-undang dan peraturan presiden, untuk menerapkan
pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah
masih membutuhkan sinergi beberapa aktor. Kebijakan pengelolaan sampah juga
membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan sebagian masyarakat.
Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung Pemerintah Dalam
Mengembangkan Sistem Pengelolaan Sampah Di Kota Malang
a. Faktor Penghambat
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1042
Karena sampah itu merupakan minset masyarakat dan juga tidak semua
orang mau mengelola sampah sehingga masyarakat terkadang mikir bahwa mereka
sudah bayar untuk petugas sampah tetapi kenapa harus ikut mengelola. Serta
terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang efektif dan
efisien dalam menangani sampah itu seperti apa karena TPA dikota malang ini
hanya memiliki satu tempat pembuangan akhir. Lalu dalam satu tahun sampah di
kota malang ini sekitar 243.400 Ton/tahun dan perhari 667 Ton/Hari jadi bisa
dibayangkan kalau masyarakat tidak melakukan penanganan atau pengelolaan
sampah bisa jadi beberapa tahun kemudian sampah akan menumpuk. Jadi sampah
itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab
bersama. Dan juga salah satu faktor penghambat yaitu Terbatasnya anggaran, dan
Terbatasnya sarana dan prasarana. Dalam hal ini juga terbatasnya pengetahuan
warga tentang lingkungan dan bahaya apabila tidak mengelola lingkungan dengan
benar masih kurang. Dan kurangnya informasi serta sosialisasi pemerintah kota
yang terbukti dari masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui bentuk
inovasi pengelolaan sampah atau strategi pengelolaan sampah yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Malang.
Terbatasnya ketrampilan dan kemampuan dalam menangkap peluang juga
merupakan penghambat dalam Inovasi pengelolaan sampah untuk bisa menjadi satu
terapan membutuhkan riset, waktu dan dana yang cukup banyak. Inovasi yang baik
adalah inovasi yang belum banyak dilakukan oleh banyak orang, sehingga akan
menimbulkan manfaat dan menarik banyak orang. Keterbatasan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan oleh aparatur birokrasi dalam menangkap peluang
membuat inovasi yang dilakukan tidak bisa menjawab peluang dan tantangan dari
ling-kungan masyarakat, sehingga inovasi cenderung sia-sia. Selain itu, masih
terbatasnya kemampuan mengorganisir sumber daya yang dimiliki birokrasi
sehingga tidak mampu mengalokasikan sumber daya yang tersedia.
b. Faktor Pendukung
Faktor pendukung pemerintah kota malang yaitu komitmen dalam
pengurangan sampah salah satunya yaitu adanya pelatihan, sosialisasi dan
lokakarya maupun inovasi bank sampah akan memberikan suatu dukungan bagi
masyarakat terutama melalui kader lingkungan untuk mengetahui secara jelas
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1043
bagaimana pengelolaan sampah yang sebaiknya dilakukan. Selain itu, dengan
adanya pelatihan, sosialisasi dan lokakarya merupakan suatu bentuk teladan yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat maka, selain mendapatkan
pengetahuan dan juga mendapatkan ketrampilan.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa program
inovasi pengelolaan sampah di Kota Malang lebih banyak muncul dari kalangan
masyarakat/penggiat lingkungan. Program pengelolaan sampah yang telah
dilaksanakan di era revolusi industri 4.0 saat ini masih belum masuk menjadi
program pengelolaan sampah, terutama dalam renstra DLH dan dokumen
pembangunan lainnya. Kebijakan pengelolaan sampah yang telah diatur sudah
efektif, namun dalam pelaksanaannya belum optimal. Maka sangat diperlukan
Inovasi-inovasi dalam hal pngelolaan sampah di kota malang salah satu inovasi
yang ada saat ini adalah bank sampah, dimana sampah-sampah organik dan an-
organik dipisahkan, sampah yang memiliki nilai ekonomis akan disetorkan ke bank
sampah untuk “dinominalkan” setidaknaya juga memberikan pemasukan terhadap
warga, inovasi dalam bidang teknologi juga perlu karena sampai saat ini metode
pengumpulan sampah masih menggunakan paradigma lama yaitu sistem kumpul
angkut buang hal ini bertentangan dengan undang undang Nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan
sampah yaitu dari paradigma kumpul, angkut dan buang menjadi pengolahan yang
bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Maka dengan ini Masalah-masalah pengelolaan sampah yang terjadi saat
ini, tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara sama seperti dalam konsep yang
lampau. Revolusi Indsutri 4.0 tidak mungkin hanya dihadapi dengan
pengembangan teknologi tanpa melibatkan dinamika sosial di dalamnya. Oleh
karenanya perlu dibangun kesadaran dan kedewasaan pemerintah maupun
masyarakat dalam menyikapi perkembangan dunia saat ini, sehingga Perlu
dirumuskan strategi kebijakan nasional melalui kesadaran dan kedewasaan
berpikir. Oleh karena itu dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Partisipasi dari
berbagai pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu kegiatan ataupun
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1044
program yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, penilaian, dan
pemanfaatan hasil dalam persoaalan pengelolaan sampah di kota malang maupun
di seluruh kota yang ada di indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. (2015). Pengelolaan sampah malang raya menuju pengelolaan sampah
terpadu yang berbasis partisipasi masyarakat. Jurnal Humanity, 9(1).
Dwiyanto, B. M. (2011). Model peningkatan partisipasi masyarakat dan penguatan
sinergi dalam pengelolaan sampah perkotaan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 12(2), 239-256.
Firmansyah, A., Fatimah, W. N. A., & Mubarokah, U. (2016). Inovasi Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat. In Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil
PPM IPB (pp. 184-197).
Fitri, R. F., Ati, N. U., & Suyeno, S. (2019). Implementasi Kebijakan Pemerintah
Dalam Inovasi Pengelolaan Sampah Terpadu (Studi Kasus Di Taman Tempat
Pembuangan Akhir (Tpa) Randegan Kota Mojokerto). Respon Publik, 13(4),
12-18.
Ikram, Kamil, Saiman. (2019). Application of Co-Production in Waste
Management Through Waste Banks Program in Batu City. Journal of
Local Government Issues, 2 (2), 149-167,
DOI: https://doi.org/10.22219/logos.Vol2.No2.149-167.
Lestari, A. P. (2014). Program Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kota Malang.
Jurnal Administrasi Publik, 2(3), 571-577.
Ningsih, M. (2019). Pengaruh Perkembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam Dunia
Teknologi Di Indonesia UAS Murti Ningsih.
Paramita, D., Murtilaksono, K., & Manuwoto, M. (2018). Kajian Pengelolaan
Sampah Berdasarkan Daya Dukung dan Kapasitas Tampung Prasarana
Persampahan Kota Depok. Journal of Regional and Rural Development
Planning, 2(2), 104-117.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan
Perubahan Sosial. IPTEK Journal of Proceedings Series, (5), 22-27.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1045
Romadhan, Harianti, Taqwa, Khanifah. (2020). Political Ecology Protection
Spring Water in Batu. Journal of Local Government Issues, 3 (1), 75-85,
DOI: https://doi.org/10.22219/logos.v3i1.11522
Sudiro, S., Artiyani, A., & Poerwati, T. (2016). Pengelolaan sampah permukiman
wilayah Malang Barat berbasis karakteristiknya.
Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A. S. (2015). Partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug.
SHARE: Social Work Journal, 5(1).
Sulistyorini, L. (2005). Pengelolaan sampah dengan cara menjadikannya kompos.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(1).
Suryani, A. S. (2014). Peran bank sampah dalam efektivitas pengelolaan sampah
(studi kasus bank sampah Malang). Jurnal Aspirasi, 5(1), 71-84.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008
Undang-Undang No.32 Tahun 2004