i
STRATEGI COPING PADA BIDAN
FRESH GRADUATE YANG BERTUGAS DI
PONTIANAK - KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Monika Dwi Apriliyanti Nugraha
NIM : 039114087
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Kupersembahkan karyaku ini
kepada : Yang pertama dan terutama… Tuhan Yesus tempat aku
datang di saat aku berbeban berat,
Mama dan Papa tersayang... sumber kekuatan dalam
hidupku,
Mas Eko terhebat... sumber inspirasiku,
Keluarga besar Setrodimedjo & Pawironadi… sumber
segala kasih,
Sahabat & teman seperjuangan… Psikologi 2003,
Mereka yang membaca karyaku dan
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma…
almamaterku.
Di saat aku merasa haus dan terjatuh dalam menapaki hidup dengan segala beban berat yang harus kulalui…
Sejenak aku menutup mata dan mencoba memahami bahwa tidak semua jalan dapat kulalui sendiri dengan tangguh…
Tersadar aku untuk mengandalkan diriNya, yang selalu siap memberi seteguk air dan mengulurkan tanganNya agar aku
mampu bangkit kembali dalam pengharapan… Percaya bahwa Tuhan adalah penolongku yang setia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta :
Nama : Monika Dwi Apriliyanti Nugraha
Nomor Mahasiswa : 039114087
demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STRATEGI COPING PADA BIDAN FRESH GRADUATE YANG
BERTUGAS DI PONTIANAK - KALIMANTAN BARAT.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara
terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 April 2008
Yang menyatakan,
Monika Dwi Apriliyanti Nugraha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang senantiasa
mendampingi, memberkati, memberikan kasih dan pertolonganNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul
Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak –
Kalimantan Barat disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu A. Tanti Arini selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah
bersedia memberi masukan, dorongan, saran dan kritik mulai dari awal
hingga akhir penyusunan skripsi ini.
3. Bapak A. Supratiknya selaku Dosen Penguji yang bersedia menguji,
memberi saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu P. Henrietta selaku Dosen Penguji yang bersedia menguji, memberi
saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Agnes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendukung,
memotivasi, dan membantu selama masa kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Terima kasih atas pengetahuan dan pengalamannya.
7. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi’. Terima
kasih atas kerja sama, bantuan, dan sapa ramahnya.
8. Mama dan Papa, orang tua terhebat yang selalu mendoakanku, setia
menemani saat aku jatuh, dan membantuku bangkit dari kegagalan.
9. Mas Eko kakakku tersayang, yang memberikan inspirasi dan tidak pernah
membiarkanku berada dalam kesulitan.
10. Kak David Ambarita, yang membuka mataku dan mengajarkan aku
berbagai hal dalam hidup.
11. Rini, Nova, Rachel, Cahya, Lina, Olis, Ita, Mbak Susi, dan Mbak Titin
sahabat yang memberi warna berbeda dalam hidupku dan selalu menjadi
tempat berbagi kasih maupun perih.
12. Teman-teman seperjuangan tempat berbagi canda tawa juga keluh kesah
hingga muncul semangat baru untuk menyelesaikan tugas berat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi.
Yogyakarta, 25 Maret 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Maret 2008
Penulis,
Monika Dwi Apriliyanti Nugraha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................v
KATA PENGANTAR ...............................................................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xvi
ABSTRAK ................................................................................................................xvii
ABSTRACT ................................................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................1
B. Rumusan Permasalahan ....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................8
A. Bidan ................................................................................................................8
1. Pengertian Bidan ..........................................................................................8
2. Tugas Bidan ................................................................................................ 9
3. Peran Bidan ................................................................................................ 10
4. Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan ...........................................................11
5. Bidan Fresh Graduate .................................................................................13
B. Stres ..................................................................................................................15
1. Pengertian Stres ............................................................................................15
2. Sumber Stres ................................................................................................16
3. Reaksi Terhadap Stres ..................................................................................18
4. Stres dan Sumber Stres pada Bidan Fresh Graduate ................................ 21
C. Strategi Coping ................................................................................................22
1. Pengertian Strategi Coping ...........................................................................22
2. Jenis-jenis Strategi Coping ...........................................................................23
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping .....................................26
4. Hasil Coping ................................................................................................27
D. Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di
Pontianak ..........................................................................................................
28
E. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................31
BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................................32
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................................32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Penelitian Kualitatif ......................................................................................32
2. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif ...........................................................32
B. Identifikasi Variabel .........................................................................................34
C. Definisi Variabel Penelitian .............................................................................34
D. Subjek Penelitian ..............................................................................................35
1. Karakteristik Subjek .....................................................................................35
2. Prosedur penentuan Subjek ..........................................................................36
E. Metode Pengambilan Data ................................................................................37
1. Wawancara ................................................................................................ 37
2. Observasi ......................................................................................................37
F. Instrumen Penelitian .........................................................................................38
1. Pedoman Wawancara dan Observasi ...........................................................38
2. Alat Perekam ................................................................................................43
G. Metode Analisis Data .......................................................................................43
1. Organisasi Data ............................................................................................43
2. Koding dan Analisis .....................................................................................43
3. Interpretasi ....................................................................................................44
BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........45
A. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................................45
1. Tahap Persiapan ...........................................................................................45
2. Tahap Pelaksanaan .......................................................................................45
3. Pelaksanaan Pengambilan Data ....................................................................46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
4. Keabsahan Data Penelitian............................................................................47
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .....................................................................48
1. Karakteristik Subjek .....................................................................................48
2. Stres dan Strategi Coping Subjek ................................................................60
C. Pembahasan ......................................................................................................87
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................102
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 103
A. Kesimpulan ......................................................................................................103
B. Saran .................................................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................106
LAMPIRAN ..............................................................................................................109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Taksonomi Strategi Coping ......................................................................25
Tabel 2. Pedoman Umum Wawancara - Data Demografi ......................................38
Tabel 3. Pedoman Umum Wawancara - Riwayat Pendidikan................................39
Tabel 4. Pedoman Umum Wawancara - Riwayat Pekerjaan................................ 39
Tabel 5. Pedoman Umum Wawancara - Sumber Stres ...........................................40
Tabel 6. Pedoman Umum Wawancara - Strategi Coping .......................................41
Tabel 7. Pedoman Umum Observasi ......................................................................42
Tabel 8. Pelaksanaan Pengambilan Data ................................................................46
Tabel 9. Pelaksanaan Membercheck .......................................................................47
Tabel 10. Data Demografi Subjek.............................................................................48
Tabel 11. Riwayat Pendidikan Kebidanan Subjek....................................................52
Tabel 12. Riwayat Pekerjaan Subjek ........................................................................56
Tabel 13. Kategori Umum Sumber Stres Subjek ......................................................60
Tabel 14. Kategori Umum Strategi Coping Subjek ..................................................61
Tabel 15. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping pada Awal Masa
Kerja.........................................................................................................
66
Tabel 16. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Menghadapi Berbagai Kasus ................................
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel 17. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Siap Bekerja 24 Jam...............................................
72
Tabel 18. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Gagal dalam Menangani Persalinan.......................
73
Tabel 19. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Dilema Terkait Isu Etik ..........................................
75
Tabel 20. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Memberi Pertolongan/ Pelayanan yang Baik .........
76
Tabel 21. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Pasien dan Keluarga Tidak Kooperatif ..................
78
Tabel 22. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan - Menghadapi Keterbatasan......................................
81
Tabel 23. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pribadi........................................................................................
83
Tabel 24. Kesimpulan Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha
Penyelesaian Masalah..............................................................................
85
Tabel 25. Kesimpulan Hasil dari Penggunaan Strategi Coping untuk
Mengatasi Masalah ..................................................................................
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Mekanisme General Adaptation Syndrome...........................................19
Gambar 2. Dinamika Coping Stres pada Bidan Fresh Graduate ............................101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Hasil Wawancara Subjek ....................................................................109
Lampiran B. Hasil Observasi Subjek ........................................................................126
Lampiran C. Analisis Data........................................................................................133
Lampiran D. Triangulasi Data ..................................................................................146
Lampiran E. Koding Data ........................................................................................151
Lampiran F. Surat Pernyataan Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRAK
Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak – Kalimantan Barat.
Bidan fresh graduate cukup rentan terhadap stres. Mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan profesional. Hal ini ditambah dengan kualitas dan prasarana pelayanan kesehatan di luar pulau Jawa yang terbatas. Bidan muda juga harus menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya. Berdasakan fenomena tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi coping yang digunakan bidan fresh graduate ketika mengatasi stres, khususnya yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang bidan berusia 20-25 tahun dengan masa kerja tidak lebih dari 1 tahun dan belum menikah. Data diperoleh dengan wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipasi pasif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika menghadapi masalah pekerjaan khususnya saat menangani pasien, subjek melakukan tindakan sesuai prosedur medis. Pada saat menghadapi kasus yang sulit dan jarang ditemui, mereka berkonsultasi dengan dokter atau senior. Akan tetapi pada beberapa situasi seperti saat menyesuaikan diri pada awal bekerja, saat dituntut bekerja 24 jam, mengalami kegagalan, dan menghadapi pasien yang tidak kooperatif, mereka akan mengeluh namun tetap pasrah menerima resiko dan tanggung jawab, berdoa, menceritakan masalah dengan teman dan menenangkan diri. Pada saat menghadapi masalah pribadi terkait aspek kelelahan, keterbatasan waktu untuk diri sendiri atau orang terdekat, dan bermasalah dengan rekan sejawat, mereka menceritakan masalah dengan orang terdekat, menangis dan mengeluh, serta menghentikan usaha penyelesaian masalah. Namun terkadang subjek berusaha untuk langsung membicarakan masalahnya pada waktu atau situasi yang tepat.
Kata kunci: bidan fresh graduate, sumber stres, strategi coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Monika Dwi Apriliyanti Nugraha (2008). Coping Strategies of Fresh Graduate Midwives who Work in Pontianak - West Kalimantan. Fresh graduate midwives had susceptibility to stress. They were demanded to work independently and professional. This condition could be worse because of the limited quantity and quality of health services outside Java. Those young midwives should also adapt to the developmental tasks. Based on this phenomenon, this research aimed to know and describe coping strategies that were used by fresh graduate midwives when they faced stressors, especially for them who worked in Pontianak, West Kalimantan. This was a descriptive qualitative research. The subjects of this research were three midwives of 20-25 years old, who had worked less than 1 year and had not married. The data collections were taken by semi-structured interview and passive participation observation. The results of this research showed that when the subjects were facing the problems in work, especially in treating patients, they would give treatment based on medical procedure. While subjects were facing complicated case and the rarely ones, they would consult with the doctor or senior midwives. Although in several situation, such as when they were adapting in their early working, they were being demanded to work 24 hours, experiencing some failure, and facing patients who didn't cooperative, subjects would complain nevertheless they would try to accept the risk and responsible, pray, tell their problems to friends, and being calm. When the subjects were facing personal problems related to exhaustion aspect, time limitation for themselves or someone who had close relationship, and having some problem with their colleague, they would tell their problems to closest person, cry and complain, and also stop their effort to solve the problems. Sometimes subjects would also try to tell their problems immediately at right time or situation. Key words: fresh graduate midwives, stressors, coping strategies.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu sarana terpenting dalam
kehidupan suatu negara, terutama untuk menunjang kesejahteraan rakyat. Tolak
ukur yang digunakan untuk melihat kemampuan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan suatu bangsa adalah tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi
dalam 100.000 jumlah persalinan (Manuaba, 1998). Indonesia saat ini memiliki
angka kematian tertinggi ibu dan bayi, yaitu mencapai angka 390 dari 100.000
persalinan hidup (RIS, 2005 dalam www.gemari.com). Angka yang tinggi ini
menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga di Indonesia belum terwujud dengan
baik. Hal ini dipicu pula dengan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga ahli
melainkan masih mengandalkan bantuan dukun beranak yang belum tentu
memiliki keterampilan dalam ilmu kebidanan dan tidak mengutamakan standar
kesehatan yang berlaku, misalnya teknik yang digunakan dalam persalinan dan
penggunaan peralatan steril.
Kecenderungan masyarakat memilih dukun beranak daripada tenaga
kesehatan yang kompeten, seperti dokter atau bidan disebabkan oleh tingkat
pendidikan masyarakat Indonesia yang masih rendah dan faktor ekonomi lemah
(RIS, 2005 dalam www.gemari.com). Akan tetapi, saat ini sebagian dari
masyarakat Indonesia, khususnya yang memiliki status ekonomi menengah ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
bawah sudah mulai menyadari dan beralih untuk menggunakan tenaga bidan guna
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan kebidanan, lulus dalam ujian sesuai persyaratan yang ditentukan dan
memiliki Surat Izin Bidan (SIB) sebagai bukti kewenangan untuk menjalankan
pelayanan kebidanan (Kepmenkes No.900/MENKES/SK/VII/2002, dalam Hartini
dan Sulasmono, 2006). Sesuai dengan sumpahnya, bidan memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap masyarakat khususnya dalam memberikan pertolongan
kepada siapapun yang membutuhkannya, kapan dan di manapun (Goelam, 1964).
Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan memberikan pertolongan
pertama pada orang sakit terlebih jika sukar mendapatkan akses dokter, misalnya
karena jarak rumah sakit yang jauh. Meskipun demikian, bidan memiliki tugas
pokok, yaitu mengawasi perempuan hamil, membantu persalinan, dan mengawasi
perempuan pasca persalinan beserta bayinya (Goelam, 1964). Bidan dituntut dapat
bekerja secara mandiri, baik pada saat membuat keputusan maupun dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa bantuan dokter walaupun keadaan sangat
mendesak.
Tuntutan untuk mandiri inilah yang terkadang menjadi tekanan bagi
mereka. Bidan harus selalu bekerja secara profesional. Mereka dituntut untuk
dapat bekerja dan membuat keputusan sendiri dalam keadaan mendesak, berani
menghadapi risiko serta mengesampingkan masalah pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya (Goelam, 1964). Tekanan-tekanan seperti ini akan terasa sangat
berat apalagi bagi bidan pemula yang belum banyak memiliki pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Bidan fresh graduate atau bidan yang baru menamatkan pendidikannya
dari Akademi Kebidanan (Akbid) harus siap menghadapi kondisi darurat. Mereka
tidak dapat lagi mengharapkan bantuan dari senior dan harus siap menghadapi
kondisi terburuk ibu dan bayi pada saat persalinan. Melihat situasi tersebut,
seorang bidan harus tanggap untuk menyelamatkan klien dengan menggunakan
pengetahuan yang dimiliki meskipun ia sendiri berada dalam keadaan bingung,
cemas, dan takut, apalagi jika harus membuat keputusan yang terkait dengan isu
etik. Lulusan Akbid yang umumnya berada pada masa dewasa dini juga harus
dapat menyesuaikan diri dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan tugas-
tugas perkembangannya, terkait dengan pekerjaan, keintiman, bertanggung jawab
sebagai warga negara, dan bergabung dengan kelompok sosial (Hurlock, 1990).
Kondisi-kondisi tersebut dapat menjadi sumber stres bagi bidan,
khususnya mereka yang masih minim pengalaman dengan jam terbang praktik
yang rendah. Situasi kritis di lapangan, tekanan profesionalisme, beban kerja
mandiri, tanggung jawab, dan masalah tugas perkembangan dapat menyerang
setiap saat. Hal ini kemudian memicu munculnya stres, yaitu reaksi psikologis
maupun fisiologis yang muncul jika seseorang merasakan adanya ketidak-
seimbangan antara tuntutan yang diberikan dengan kemampuan yang dimiliki
(Davies, 2004). Oleh karena itu mereka harus mampu melepaskan diri dari
tekanan supaya dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Setiap individu menggunakan usaha yang berbeda-beda untuk mengatasi
tekanan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan coping, yaitu cara individu
menyesuaikan pikiran dan perilakunya untuk memecahkan sumber stres dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengelola reaksi emosinya (Lazarus 1993, dalam Compas, Connor-Smith &
Saltzman, 2001).
Upaya-upaya individu ini secara garis besar dimanifestasikan dalam dua
kelompok coping, yaitu sebagai pemecah masalah (problem focused coping) dan
sebagai pengatur emosi (emotional focused coping) (Hamburg, Coelho, & Adams,
1974; Lazarus, 1975 dalam Kasl & Cooper, 1995). Problem focused coping
merupakan coping yang mengarah pada penyelesaian masalah dengan mengatasi
dan mengubah situasi yang menekan. Hal ini berbeda dengan sudut pandang
emotional focused coping yang menekankan pada pengendalian respon emosional
dalam situasi tertekan dengan mengatur reaksi-reaksi emosional yang muncul
(Lazarus & Folkman, 1984 dalam Sarafino, 1998).
Berdasarkan sumber stres yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu
tuntutan profesionalisme kerja maupun tuntutan-tuntutan dalam kehidupan pribadi
dan sosial, maka baik disadari maupun tidak, bidan melakukan usaha untuk
melepaskan diri dari situasi-situasi bermasalah dan penuh tekanan. Dengan
demikian tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukan salah satu
atau bahkan beberapa jenis coping sekaligus dalam menghadapi permasalahannya.
Uraian di atas mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian pada
bidan yang bertugas di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa kualitas dan prasarana pelayanan kesehatan di luar pulau Jawa
terbatas. Rumah sakit yang jumlahnya minim mengakibatkan bidan tidak dapat
dengan mudah membawa pasien yang berada dalam kondisi kritis untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai, terlebih jika jaraknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
cukup jauh dari rumah sakit. Di samping itu, bidan dihadapkan pada kondisi
terbatasnya peralatan yang memadai dan canggih untuk membantu tindak
kebidanan yang hanya terdapat pada rumah sakit tertentu saja. Kondisi seperti ini
yang membuat bidan sebagai professional helper dalam bidang kesehatan berada
dalam kondisi rentan terhadap stres. Mereka dituntut untuk menyelamatkan nyawa
seseorang namun di sisi lain sarana yang dimiliki kurang menunjang.
Dalam penelitian ini, peneliti terdorong untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana seorang bidan yang baru menamatkan pendidikannya
dan bertugas di Pontianak menghadapi berbagai macam sumber stres dengan
menggunakan strategi coping yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Data-
data yang diperoleh sangat penting untuk dijadikan acuan identifikasi efektif atau
tidaknya coping yang telah dilakukan. Secara praktis, apabila coping dinilai
efektif, maka strategi yang sesuai dalam menghadapi stres dapat menjadi masukan
bagi calon bidan agar siap menghadapi tuntutan profesionalisme. Apabila coping
dinilai tidak efektif, maka hal ini menjadi PR bagi lembaga kesehatan yang
bergerak dalam bidang pendidikan, dalam hal ini Akademi Kebidanan (Akbid)
agar dapat lebih memahami dan memperhatikan kondisi calon bidan khususnya
yang akan menamatkan pendidikannya terkait dengan strategi coping. Akbid
dapat menindak lanjuti hal tersebut dengan memberikan pelatihan keterampilan
coping bagi calon bidan. Dengan demikian bidan muda ini dapat secara optimal
mengabdikan diri kepada masyarakat seperti yang telah diucapkan dalam
sumpahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui “Strategi coping seperti apa yang digunakan
bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat dalam
mengatasi stres selama melaksanakan tugas-tugasnya?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi
coping yang digunakan bidan dalam mengatasi stres selama melaksanakan tugas-
tugasnya, khususnya pada bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak,
Kalimantan Barat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini menyediakan data hasil penelitian mengenai strategi
coping yang digunakan bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak,
Kalimantan Barat dalam menghadapi berbagai permasalahannya. Dengan
demikian penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu
Psikologi terutama Psikologi Klinis dalam memahami strategi coping,
khususnya yang digunakan oleh para bidan saat menghadapi sumber stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat menjadi wacana evaluasi efektif tidaknya strategi
coping yang digunakan saat mengatasi permasalahan yang dihadapi bagi
bidan, khususnya bidan yang baru saja menamatkan pendidikannya.
b. Penelitian ini dapat menjadi wacana evaluasi bagi lembaga pendidikan di
bidang kesehatan untuk lebih memahami dan memperhatikan kondisi
calon bidan terkait dengan strategi coping yang digunakan sehingga dapat
segera ditindak lanjuti agar calon bidan lebih siap untuk masuk ke dunia
kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bidan
1. Pengertian Bidan
Klinkert (dalam Wiknjosastro, dkk., 2002) menyatakan bahwa istilah
bidan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu widwan atau wirdhan yang
memiliki arti wanita yang bijaksana atau dukun yang terdidik. Bidan secara
tegas diartikan sebagai seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan kebidanan, lulus dalam ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku, dan memiliki Surat Izin Bidan (SIB) sebagai bukti
kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan (Kepmenkes
No.900/MENKES/SK/VII/2002, dalam Hartini & Sulasmono, 2006).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan bidan sebagai seorang
wanita yang telah menamatkan program pendidikan bidan dan memperoleh
kualifikasi guna mendapatkan izin legal yang diakui oleh negara untuk
melaksanakan praktik kebidanan. WHO juga memberikan batasan yang lebih
spesifik mengenai bidan, yaitu seseorang yang kompeten dalam bidang
obstetric atau ilmu kebidanan, yang sebelumnya telah dilatih secara khusus
untuk melakukan perawatan selama kelahiran normal (WHO, 2003).
Secara umum dapat ditarik batasan bahwa yang dimaksud dengan
bidan adalah seorang tenaga kesehatan wanita yang telah mengikuti dan
menamatkan pendidikan kebidanan. Di samping itu, bidan juga memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kompetensi untuk melaksanakan praktik kebidanan yang telah diakui oleh
pemerintah serta mendapatkan izin menjalankan praktik kebidanan.
2. Tugas Bidan
Seorang bidan memiliki tugas selayaknya tenaga kesehatan pada
umumnya, yaitu memberi pertolongan pertama kepada orang sakit khususnya
ibu dan bayi terlebih jika tidak terdapat dokter yang berwenang di wilayah
tersebut (Hartini & Sulasmono, 2006). Akan tetapi bidan mengemban tugas
pokok, yakni mengawasi perempuan hamil, membantu proses persalinan, dan
mengawasi perempuan pasca persalinan beserta bayinya (Goelam, 1964).
Goelam (1964) menekankan secara spesifik bahwa terdapat tiga tugas
utama bidan sebagai pemilik kewenangan untuk memberikan Pelayanan
Kebidanan (Kesehatan Reproduksi), yaitu:
a. Pengawasan perempuan hamil sebelum bersalin.
Pengawasan penting dilakukan karena pada masa ini perempuan
cukup rentan terserang penyakit yang dapat berdampak pada bayinya.
b. Mempimpin persalinan.
Bidan yang memimpin proses persalinan dengan sebaik-baiknya
dapat menghindari atau setidaknya mengurangi bahaya yang mengancam.
c. Mengawasi perempuan dalam waktu nifas1 dan bayinya.
Pengawasan dilakukan karena masih mungkin muncul bahaya yang
disebabkan oleh kelainan-kelainan, baik pada ibu maupun pada bayi.
1 Proses pulihnya alat kandungan hingga pada keadaan normal setelah persalinan berakhir. Masa
ini biasanya berlangsung selama 42 hari (Manuaba, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Selain memberikan pelayanan kesehatan reproduksi, bidan juga
memiliki tugas lain, yaitu memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
dan kesehatan masyarakat (Hartini & Sulasmono, 2006).
3. Peran Bidan
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model atau
panutan di dalam masyarakat. Menurut Wahyuningsih & Zein (2005), peranan
bidan secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu peran sebagai pelaksana,
pengelola, pendidik dan peneliti atau investigator.
a. Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yakni:
1). Tugas mandiri
Bidan memberi pelayanan dasar kepada perempuan pra nikah,
memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama masa kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, serta memberi asuhan kebidanan pada
bayi dan balita. Di samping itu, memberi layanan KB bagi wanita
dalam masa subur dan yang mengalami ganggunan reproduksi.
2). Tugas Kolaborasi
Bidan memberi layanan kesehatan seperti pada tugas mandiri,
namun dalam hal ini melibatkan peran klien dan keluarga.
3). Tugas Ketergantungan/ Merujuk
Bidan memberi layanan keseha tan pada klien yang
memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan atau yang
memerlukan rujukan pada institusi kesehatan yang berwenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Peran sebagai pengelola
Bidan berperan dalam mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
dan berpartisipasi untuk melaksanakan program kesehatan di wilayah
kerjanya.
c. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik, peran bidan adalah memberikan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan kepada kader termasuk siswa bidan serta membina
dukun bayi di wilayah kerjanya.
d. Peran sebagai peneliti atau investigator
Peran bidan sebagai peneliti, yaitu melakukan penelitian terapan
dalam bidang kesehatan, baik mandiri maupun berkelompok dengan
tenaga kesehatan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bidan memiliki peran sebagai pelaksana
yang memberikan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan kepada klien,
kepada klien dan keluarga dalam tugas kolaborasi dan pada klien yang
memerlukan rujukan. Bidan juga berperan sebagai pengelola dengan
mengembangkan dan melaksanakan program kesehatan, sebagai pendidik
yang memberikan ilmu dan penyuluhan kesehatan, dan sebagai peneliti atau
investigator yang melakukan penelitian demi kemajuan bidang kesehatan.
4. Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Seorang bidan sering dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
yang dilematis dalam melaksanakan praktik kebidanannya, seperti pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
harus membuat suatu keputusan yang sulit dan berhadapan dengan etik.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral atau nilai-nilai yang
bertentangan dengan kenyataan yang harus dihadapi (Wahyuningsih & Zein,
2005). Sebagai contoh, seorang ibu berada dalam masa persalinan menyatakan
bahwa ia tidak mau melakukan episiotomi2. Setelah beberapa waktu, janin
menunjukkan keadaan fetal distress3, sehingga tindakan episotomi harus
dilakukan. Ibu tetap menolak meskipun bidan telah menjelaskan kondisinya.
Dalam situasi ini, bidan dapat saja melakukan episiotomi tanpa izin dari
pasien. Akan tetapi konsekuensinya adalah bidan dapat dituntut secara hukum
oleh pasien. Situasi tersebut merupakan dilema moral yang dihadapi bidan, di
satu sisi ia dihadapkan pada nilai moral dan etik apabila melakukan tindakan
tanpa persetujuan pasien, namun di sisi lain ia dihadapkan pada tugasnya
untuk menolong dan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
Selain contoh permasalahan di atas, kondisi yang sering menjadi
dilema bagi bidan yang terkait dengan isu etik adalah sebagai berikut:
a. Persetujuan dalam proses melahirkan.
b. Memilih dan mengambil keputusan dalam persalinan.
c. Kegagalan dalam proses persalinan.
d. Pelaksanaan USG (ultrasonografi) dalam persalinan.
e. Konsep normal pelayanan kebidanan.
2 Tindakan operatif untuk mempersingkat persalinan dengan menggunting kulit perineum (kulit
antara lubang vagina dan anus) (Rusda, 2004) 3 Komplikasi dimana janin di dalam kandungan mengalami stres atau kekurangan oksigen. Jika
berada dalam kondisi ini bayi harus segera dilahirkan (Merck Medical Dictionary, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dalam pelayanan kebidanan sering kali muncul masalah yang terkait
dengan etik dan moral, sehingga hal tersebut menjadi konflik yang harus
dihadapi terlebih bagi bidan yang masih minim pengalaman. Oleh karena itu,
bidan dituntut untuk berhati-hati dalam berperilaku dengan menampilkan
perilaku yang etis profesional (Wahyuningsih & Zein, 2005).
5. Bidan Fresh Graduate
Bidan fresh graduate pada dasarnya memiliki pengertian yang sama
dengan pengertian bidan yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu wanita
yang telah mengikuti, menamatkan, dan lulus dari pendidikan kebidanan
sehingga sah diakui oleh pemerintah. Akan tetapi yang ditekankan pada bidan
fresh graduate adalah bidan yang baru saja menamatkan pendidikannya,
karena fresh graduate dalam konteks pendidikan memiliki pengertian umum,
yaitu baru saja menyelesaikan pendidikan dari suatu institusi (Oxford, 1995).
Pada umumnya yang disebut bidan fresh graduate adalah bidan yang
baru saja lulus, maksimal satu tahun dari waktu kelulusan. Angka satu tahun
ini didasarkan pada kelulusan dalam Akbid yang hanya berlangsung setahun
sekali. Seperti halnya di lembaga lain, bidan juga memiliki tingkatan senior
maupun yunior. Meskipun tidak ada batasan yang jelas, istilah ini didasarkan
pada lamanya seorang bidan bekerja di suatu tempat. Seorang bidan terlebih
bidan muda yang baru saja bekerja di suatu klinik, otomatis disebut yunior.
Selain dianggap sebagai yunior, bidan fresh graduate juga dianggap
kurang berpengalaman dibandingkan dengan bidan-bidan senior. Kurangnya
pengalaman disebabkan oleh bidan muda ini hanya mendapatkan kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
untuk magang selama menjalani pendidikan. Oleh karena itu, pengalaman
yang didapat tidak sebanyak bidan-bidan yang sudah menjalankan praktik
kebidanan selama beberapa tahun. Meskipun bidan yang sudah terjun
langsung dalam praktik kebidanan selama lebih kurang 1 (satu) tahun masih
sering dianggap kurang berpengalaman, namun setidaknya mereka telah
beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya dan menangani kasus-
kasus yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Bidan fresh graduate pada umumnya adalah wanita yang berusia 20
hingga 25 tahun. Hal ini disebabkan pada saat memasuki program Diploma
Akbid, mereka merupakan lulusan SMU/ sederajat. Masa pendidikan yang
ditempuh selama lebih kurang 3 (tiga) tahun, menyebabkan bidan muda ini
berkembang menjadi wanita yang berada dalam masa dewasa dini, yaitu pada
rentang usia 18 hingga 40 tahun dan memiliki berbagai tugas perkembangan
sesuai dengan harapan-harapan masyarakat (Hurlock, 1990).
Tugas-tugas perkembangannya itu antara lain mulai bekerja, memilih
pasangan guna membina rumah tangga, bertanggung jawab sebagai warga
negara, dan bergabung dengan kelompok sosial yang menyenangkan.
Penguasaan tugas-tugas ini akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka
saat menghadapi tugas perkembangan pada masa setengah baya, di samping
mempengaruhi kebahagiaan mereka di rentang kehidupan selanjutnya
(Hurlock, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
B. Stres
1. Pengertian Stres
Stres pada dasarnya sulit untuk didefinisikan karena setiap individu
dapat memberi pengertian yang berbeda-beda mengenai stres (Atwater, 1994).
Bagi sejumlah orang, stres dapat menyebabkan kesedihan, misalnya bekerja di
bawah tekanan, dan hidup di tengah-tengah peperangan. Akan tetapi sejumlah
orang dapat memberikan respon yang berbeda dalam memandang situasi yang
sama. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita merespon suatu peristiwa,
sehingga kita tidak menitikberatkan diri pada peristiwa itu sendiri yang akan
membawa lebih banyak tekanan dalam kehidupan kita (Atwater, 1994).
Stres secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertekan,
baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999). Stres juga diartikan
sebagai reaksi universal terhadap peristiwa yang menantang kemampuan
untuk meresponnya dan dapat menimbulkan kecemasan serta membangkitkan
berbagai reaksi, baik fisik maupun psikologis (Davies, 2004).
Stres adalah pengalaman emosional negatif yang biasanya diikuti oleh
perubahan-perubahan biokimia tubuh, psikologis, kognitif, dan perilaku yang
dapat diarahkan, baik dengan mengubah peristiwa yang penuh dengan tekanan
maupun menyesuaikan pada hasilnya (Baum, 1990 dalam Taylor, 1999). Stres
menurut Sarafino (1998) adalah kondisi ketika seseorang atau lingkungan
mempengaruhi individu sehingga individu tersebut merasakan ketidak
seimbangan antara tuntutan situasi dan kemampuan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Selye (1974, dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997) memaparkan
bahwa yang dimaksud dengan stres adalah bentuk respon tubuh yang tidak
spesifik, baik itu berupa reaksi fisik maupun mental terhadap setiap tuntutan
dari dalam diri individu dan dari luar diri individu. Sebagai contoh, seseorang
yang akan mengikuti wawancara kerja akan merasa tertekan dengan
pikirannya untuk memberikan jawaban yang benar dan meyakinkan. Di
samping itu tubuh memberikan respon, seperti detak jantung yang lebih cepat,
tangan berkeringat, dan mulut terasa kering.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
stres adalah keadaan yang menekan, penuh tuntuan, sehingga individu akan
menampilkan reaksi fisiologis maupun psikologis. Pada kondisi stres, individu
akan merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang diberikan dengan
kemampuan yang dimiliki untuk dapat mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut.
2. Sumber Stres
Sumber stres atau stressor adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pembahasan stres. Secara sederhana stressor merupakan penyebab
munculnya stres. Sumber stres dapat berupa kejadian yang menyangkut diri,
orang lain, dan lingkungan maupun kebutuhan beradaptasi (Harjana, 1994).
Sumber stres dapat dibedakan berdasarkan besar kecilnya penyebab
stres itu sendiri karena beberapa masalah dapat menyebabkan individu
mengalami stres yang lebih berat daripada penyebab yang lain. Sumber-
sumber stres tersebut yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Perubahan dalam hidup
Peristiwa-peristiwa tertentu sering kali mengacaukan kehidupan
dan menjadi penyebab stres yang dialami. Mulai bekerja di tempat yang
baru, menikah, dan kematian merupakan beberapa peristiwa yang dapat
menyebabkan stres (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).
Lazarus dan Folkman (1984, dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy,
1997) menyatakan bahwa persepsi individu dapat berbeda-beda terhadap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Sebagai contoh, seseorang
menganggap bekerja di tempat yang baru adalah tantangan karena dapat
mengembangkan karirnya. Akan tetapi bagi individu lain, situasi yang
sama dapat menjadi sumber stres karena mengharuskan dirinya untuk
mulai beradaptasi dengan situasi dan tugas-tugas yang baru.
b. Sumber stres kronis
Peristiwa yang dapat menyebabkan munculnya stres bukan hanya
yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat, namun peristiwa yang
terjadi dalam jangka waktu yang lama juga berpotensi menjadi sumber
stres kronis (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997). Misalnya, pernikahan
yang tidak harmonis atau kondisi tempat kerja yang tidak menyenangkan.
c. Masalah dalam kehidupan sehari-hari
Permasalahan ringan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi hal ini dapat menjadi sumber stres yang cukup besar apabila
permasalahan menumpuk dalam jangka waktu tertentu (deLongis, et.al.,
1988 dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d. Frustrasi
Frustrasi adalah keadaan penuh ketegangan dan kecemasan akibat
terhambatnya pencapaian tujuan yang dimiliki (Huffman, Vernoy, &
Vernoy, 1997). Kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan frustrasi
misalnya, bila telah berusaha keras namun pada akhirnya gagal atau bila
berada dalam keadaan terdesak namun kemudian terhambat.
e. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada di bawah tekanan untuk
memberikan respon terhadap dua atau lebih kekuatan yang berlawanan
(Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997).
1) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik yang terjadi saat individu berada pada dua pilihan yang
sama-sama tidak disukai dan pada hasil yang tidak dikehendaki.
2) Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik yang terjadi saat individu dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama diinginkan dan pada hasil yang dikehendaki.
3) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik yang terjadi saat individu dihadapkan pada pilihan, di
satu sisi ia tertarik namun di sisi lain ia menghindari situasi tersebut.
3. Reaksi Terhadap Stres
Pada saat individu menghadapi stres, tubuh akan memberikan reaksi
baik disadari maupun tidak. Reaksi terhadap sumber stres ini disebut dengan
strain. Reaksi ini dapat dibedakan ke dalam dua tipe (Atwater, 1994), yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Reaksi Fisiologis
Reaksi fisologis umumnya terjadi secara otomatis. Selye (1980,
dalam Atwater, 1994) mengemukakan bahwa terdapat bentuk karakteristik
dari mekanisme fisiologis yang diaktifkan pada kebanyakan respon, yang
kemudian disebut dengan general adaptation syndrome. Bentuk ini terdiri
atas tiga tahap kemajuan yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Mekanisme General Adaption Syndrome (Atwater, 1994, hal. 107).
1) The alarm reaction
The alarm reaction terdiri atas perubahan biokimia tubuh. Pada
umumnya individu yang berada pada tahap ini mengeluhkan gejala-
gejala seperti demam, sakit kepala, nafsu makan berkurang, dan lelah.
2) The stage of resistance
The alarm reaction diikuti oleh the stage of resistance apabila
keadaan yang penuh tekanan terus berlanjut. Tahap ini ditandai dengan
hilangnya gejala-gejala pada tahap pertama dan pertahanan tubuh akan
meningkat guna mengatasi stres yang terus berlanjut.
SUMBER STRES
ALARM REACTION Respon darurat tubuh terhadap sumber stress
RESISTANCE STAGE Pertahanan tubuh meningkat terhadap sumber stres
EXHAUSTION STAGE Pertahanan tubuh menurun, energi untuk beradaptasi berkurang dan gejala pada tahap pertama muncul kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3) The exhaustion stage
Tahap ini akan muncul apabila stres kronis terus berlanjut.
Pada tahap ini, tubuh tidak lagi menghasilkan hormon secara optimal
sehingga individu sulit untuk menyesuaikan diri dengan stres. Kondisi
ini ditandai dengan pertahanan tubuh yang menurun, energi untuk
beradaptasi berkurang, dan gejala-gejala pada tahap the alarm reaction
muncul kembali.
b. Reaksi Psikologis
Berbeda dengan reaksi fisiologis yang terjadi secara otomatis,
reaksi psikologis merupakan hasil belajar. Respon kognitif, emosional, dan
perilaku terhadap stres termasuk dalam reaksi psikologis (Atwater, 1994).
Sumber stres seringkali diinterpretasikan sebagai ancaman yang
dapat mengganggu fungsi kognitif. Stres dapat mengganggu penilaian,
pemecahan masalah, dan keputusan yang diambil, termasuk memori
karena stres dapat mengurangi perhatian. Di samping kognitif, stres juga
mempengaruhi kondisi emosi individu, mulai dari menantang sumber stres
hingga menampilkan emosi negatif, seperti marah, cemas, takut, kecil hati,
agresi, dan depresi (Atwater, 1994). Misalnya, seseorang yang dipecat dari
pekerjaannya akan menilai rendah dirinya berbeda dengan saat ia masih
bekerja, marah karena merasa tidak adil dikeluarkan secara sepihak, dan
sedih memikirkan kelangsungan hidup keluarganya yang pada akhirnya
juga berpengaruh pada perilakunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Stres dan Sumber Stres pada Bidan Fresh Graduate
Bidan khususnya yang yang baru saja lulus dari pendidikan kebidanan
tidak lepas dari kemungkinan mengalami stres. Banyak situasi yang menekan
dan penuh tuntutan berpotensi menimbulkan stres, seperti tuntutan untuk
bekerja secara profesional dan harapan masyarakat dari wanita seusianya
terkait tugas-tugas perkembangan.
Bidan fresh graduate dituntut mampu berdiri sendiri saat menjalankan
praktik kebidanan dan harus siap menghadapi berbagai kondisi yang menekan.
Bidan dituntut untuk dapat membuat keputusan yang terbaik dalam persalinan
dengan mengedepankan keselamatan ibu beserta bayinya. Hal ini merupakan
konflik bagi bidan yang menghadapinya. Frustrasi juga dapat terjadi apabila
bidan sudah berusaha keras dalam membantu proses persalinan namun pada
akhirnya tidak dapat menyelamatkan ibu atau bayi yang ditolongnya.
Di samping masalah yang terkait dengan tuntutan profesionalisme,
bidan fresh graduate juga berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan masa
dewasa dini. Tugas-tugas perkembangan ini menuntut mereka untuk dapat
menyesuaikan diri dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu mulai bekerja untuk
mencapai perubahan status ekonomi, memilih pasangan, bertanggung jawab
sebagai warga negara, dan bergabung di dalam kelompok sosial (Hurlock,
1990). Tugas-tugas perkembangan tersebut mungkin saja dapat mengganggu
kinerja bidan, misalnya sebagai makhluk sosial, bidan memiliki tugas untuk
bergabung dalam kelompok sosial, tapi di sisi lain ia kesulitan untuk mengatur
waktu karena ia harus siap jika sewaktu-waktu diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tuntutan akan profesionalisme kerja dan tugas-tugas perkembangan
tersebut pada kenyataannya dapat berkembang memunculkan masalah-
masalah baru yang berpotensi menyebabkan stres. Dengan demikian semakin
banyak pula tekanan maupun tuntutan yang harus dihadapi oleh bidan fresh
graduate.
C. Strategi Coping
1. Pengertian Strategi Coping
Coping dapat diartikan secara umum sebagai suatu cara untuk
menghadapi stres. Berdasarkan definisi umum tersebut, beberapa peneliti
memberikan batasan spesifik mengenai pengertian coping.
Usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk mengatur emosi,
kognisi, perilaku, fisiologi, maupun lingkungan dalam merespon peristiwa
atau hal-hal yang menekan dapat didefinisikan sebagai coping (Compas, et.al.,
1999 dalam Compas, Connor-Smith, & Saltzman, 2001). Lazarus dan
Folkman (1984, dalam Taylor, 1999) menyatakan bahwa coping merupakan
perubahan baik kognitif maupun perilaku sebagai usaha untuk mengatasi
tuntutan-tuntutan internal (dari dalam diri individu) dan eksternal (dari luar
diri individu) yang dianggap melebihi batas kemampuan seseorang.
Pengertian mengenai coping yang lain adalah proses ketika seseorang
mencoba untuk mengendalikan ketidakseimbangan yang dirasakannya antara
tuntutan dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi kondisi yang penuh
dengan tekanan (Sarafino, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Coping selanjutnya dimanifestasikan ke dalam bentuk strategi coping.
Strategi coping mengarah pada usaha-usaha yang lebih spesifik, baik perilaku
maupun psikologis sehingga individu mampu untuk mengatasi kecemasan saat
berhadapan dengan ancaman-ancaman (Burger, 2000).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa coping
merupakan cara individu baik kognitif maupun konatif untuk menghadapi
situasi-situasi penuh tekanan yang berasal dari luar maupun dari dalam diri
individu. Cara-cara tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk strategi coping
yang merupakan upaya-upaya yang dilakukan individu baik mental maupun
perilaku untuk menguasai situasi yang penuh tekanan dengan melakukan
perubahan kognitif dan perilaku sehingga ia lepas dari perasaan terancam.
2. Jenis-jenis Strategi Coping
Sejumlah peneliti menyatakan bahwa coping dapat dikelompokkan ke
dalam dua tipe utama, yaitu problem focused coping dan emotion focused
coping (Folkman, Schaefer, & Lazarus, 1979; Leventhal & Nerenz, 1982;
Pearlin & Schooler, 1978 dalam Taylor, 1999). Kedua tipe tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Problem focused coping
Problem focused coping mengarah pada strategi yang mencoba
untuk memecahkan ataupun mengurangi pengaruh atau akibat dari situasi
stres (Zeidner & Endler, 1996). Dengan kata lain, individu secara aktif
mencari penyelesaian masalah untuk menghindari atau mengurangi
kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres. Individu cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menggunakan problem focused coping apabila ia merasa yakin bahwa
kemampuan ataupun tekanan dapat diubah.
b. Emotion focused coping
Emotion focused coping menekankan pada pengendalian respon
emosional dalam situasi-situasi tertekan dengan mengatur reaksi-reaksi
emosional (Lazarus & Folkman, 1984, dalam Sarafino, 1998). Dengan
kata lain, individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya agar
dapat menyesuaikan diri dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh
kondisi yang penuh dengan tekanan. Misalnya, menyangkal akan adanya
ancaman dan mengulur waktu dengan bepergian saat harus menyelesaikan
tugas yang menumpuk.
Beberapa strategi coping yang dapat dikategorikan dalam problem
focused coping dan emotional focused coping dapat dilihat pada Tabel 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel 1. Taksonomi Strategi Coping (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989 dalam Bishop, 1994, hal.156).
Strategi Deskripsi
Problem-Focused Coping
Active coping Mengambil tindakan secara aktif atau mencoba untuk
menghilangkan sumber stres dan memperbaiki
pengaruhnya.
Planning Memikirkan cara bagaimana mengatasi sumber stres dan
merencanakan active coping yang akan dilakukan.
Suppression of
competing activities
Berkonsentrasi dalam menghadapi sumber stres dengan
mengurangi perhatian pada aktivitas yang lain.
Restraint Coping Menunggu kesempatan yang tepat untuk melakukan
suatu upaya coping.
Seeking social support
for instrumental reasons
Mencari saran, dukungan, dan informasi mengenai
tindakan yang layak untuk dilakukan.
Emotional-Focused Coping
Seeking social support
for emotional reasons
Mendapatkan dukungan moral, simpati, dan pengertian
dari orang lain.
Positive reinterpretation Memandang situasi dengan lebih positif.
Acceptance Menerima kenyataan akan kejadian penyebab stres.
Denial Menyangkal kenyataan akan penyebab stres.
Turning to religion Meningkatkan keterlibatan diri dalam kegiatan
keagamaan, seperti berdoa dan menyerahkan diri kepada
Tuhan.
Focusing on and venting
emotions
Memusatkan perhatian pada apa saja yang menekan dan
melepaskan diri dari perasaan-perasaan tersebut.
Behavioral
disengagement
Mengurangi atau menghentikan usaha-usaha yang
dilakukan dalam menghadapi sumber stres.
Mental disengagement Beralih pada aktivitas yang lain untuk mengalihkan
perhatian dari situasi-situasi yang menekan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Jenis-jenis coping tersebut, dalam praktiknya dapat dilakukan secara
terpisah maupun bersama-sama. Apabila dilakukan secara bersamaan, maka
kombinasi penggunaan jenis coping tersebut dapat berbeda-beda tergantung
pada latar belakang individu maupun situasi yang sedang dihadapinya.
Sebagai contoh, seseorang yang menderita penyakit kronis akan melakukan
coping dengan mencari informasi dari dokter ahli, melakukan pengobatan,
serta menyerahkan diri pada Tuhan. Akan tetapi, orang lain yang sedang
menderita penyakit yang sama dapat melakukan coping yang berbeda,
misalnya dengan menyangkal bahwa ia sedang menderita penyakit dan tidak
melakukan usaha apapun untuk menghadapi penyakit.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping
Individu dalam melakukan usahanya mengatasi situasi yang menekan
dan menimbulkan stres dipengaruhi oleh sejumlah faktor (Huffman, Vernoy,
& Vernoy, 1997), antara lain:
a. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan faktor penting karena dalam mengatasi stres
individu memerlukan tenaga yang besar dan hal ini ditunjang dengan
kesehatan fisik yang baik.
b. Keyakinan dan pandangan positif
Keyakinan seseorang untuk mampu mengatasi masalahnya merupakan hal
yang penting dimiliki dalam usaha mengatasi stres. Keyakinan akan nasib
(internal atau eksternal locus of control) akan mengarahkan individu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penilaian akan ketidak-berdayaan (helplessness) sehingga mempengaruhi
strategi coping yang digunakannya (problem solving focused coping).
c. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini terkait dengan bagaimana individu mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah untuk mendapatkan pilihan-
pilihan tindakan, mempertimbangakan pilihan tersebut sesuai dengan
tujuan dan melakukan tindakan secara tepat.
d. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan individu untuk berkomunikasi dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
e. Dukungan sosial
Dukungan yang dapat berupa pemenuhan kebutuhan akan informasi dan
emosional yang berasal dari orang tua, keluarga, teman dan masyarakat.
f. Materi
Sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan- layanan juga
mendukung individu dalam usahanya untuk meyelesaiakan permasalahan
yang dihadapi.
4. Hasil Coping
Hasil coping yang diharapkan dari penggunaan strategi coping adalah
dapat berkurangnya tekanan-tekanan emosional yang tidak menyenangkan
atau berkurangnya respon fisiologis sebagai akibat dari stres (Kasl & Cooper,
1995). Coping pada dasarnya memberikan pengaruh dalam 3 (tiga) ranah,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Hasil psikologis; yang dapat dikategorikan sebagai hasil psikologis adalah
reaksi emosional, misalnya seperti apa kecemasan yang terjadi pada diri
seseorang dan prestasi yang ditunjukkan dalam mengerjakan tugasnya.
b. Hasil sosial; yang termasuk di dalam hasil sosial yaitu perubahan dalam
hubungan interpersonal dan kemampuan individu untuk melaksanakan dan
memenuhi peran-peran sosial.
c. Hasil fisiologis; hasil di sini ditunjukkan dengan pergerakan dari reaksi
fisiologis jangka pendek (misalnya, sistem saraf autonom dan perubahan
hormonal) hingga pada perubahan kesehatan dalam jangka waktu yang
panjang (misalnya, berkembangnya penyakit kronis).
Hasil-hasil tersebut diperoleh setelah individu melakukan tindakan
konkret dari strategi coping. Hal ini dimaksudkan agar kondisi lingkungan
yang kurang menyenangkan dapat berkurang, individu dapat bertahan
menghadapi peristiwa-peristiwa negatif, gambaran diri individu yang positif
dan keseimbangan emosi dapat terpelihara, serta hubungan dengan orang lain
dapat terpuaskan (Kasl & Cooper, 1995). Kesejahteraan pada individu tersebut
akan dicapai jika coping dapat berjalan dengan efektif.
D. Strategi Coping pada Bidan Fresh Graduate yang Bertugas di Pontianak
Bidan fresh graduate yang lulus tidak lebih dari 1 (satu) tahun dari
Akademi Kebidanan tidak lepas dari permasalahan-permasalahan yang berpotensi
memunculkan stres. Minimnya pengalaman dalam praktik kebidanan tidak
mengurangi tuntutan yang harus mereka hadapi, meskipun dalam waktu 1 (satu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tahun bidan muda tersebut sudah banyak belajar untuk beradaptasi dengan dunia
kerja yang sesungguhnya.
Berbagai macam situasi yang menekan dan penuh dengan tuntutan
memungkinkan bidan mengalami stres, misalnya tuntutan profesionalisme kerja.
Bidan fresh graduate dituntut sudah dapat membantu persalinan dengan lancar
tanpa melihat berapa lama pengalaman kerja mereka. Bidan-bidan ini dituntut
untuk mandiri saat menjalankan praktik kebidanan tanpa dibantu oleh orang lain.
Bidan harus dapat memilih dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai
kasus persalinan tentunya dengan mengutamakan keselamatan ibu beserta bayinya
dan tanpa mengeyampingkan nilai etik serta moral. Kegagalan dalam proses
persalinan sebagai kondisi terburuk juga harus siap dihadapi oleh bidan muda ini.
Bidan juga sering kali berhadapan dengan keterbatasan. Hal ini cenderung
dialami oleh bidan-bidan yang bekerja di daerah, khususnya yang berada di luar
pulau Jawa, misalnya di kota Pontianak. Rumah sakit besar yang jumlahnya
minim mengakibatkan bidan tidak dapat dengan mudah membawa pasien yang
berada dalam kondisi kritis untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih
memadai, terlebih jika jaraknya cukup jauh dari rumah sakit. Di samping itu,
peralatan yang memadai dan canggih jumlahnya terbatas dan hanya terdapat pada
rumah sakit-rumah sakit tertentu saja. Kondisi-kondisi tersebut semakin membuat
bidan berada dalam kondisi konflik yang rentan terhadap stres. Di satu sisi, bidan
dituntut untuk menyelamatkan nyawa seseorang namun di sisi yang lain sarana
yang dimiliki tidak menunjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Permasalahan pribadi tidak dapat dilepaskan pula dari kehidupan bidan
tersebut apalagi bidan fresh graduate pada umumnya berada pada masa dewasa
dini. Di samping permasalahan yang muncul akibat tuntutan profesionalisme,
bidan juga berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan yang terkait dengan
harapan masyarakat dari wanita seusianya. Tugas-tugas perkembangan ini
menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri dalam berbagai aspek
kehidupan, misalnya mulai bekerja untuk mencapai perubahan status ekonomi,
memilih pasangan yang mengarah pada jenjang perkawinan, bertanggung jawab
sebagai warga negara, dan bergabung di dalam kelompok sosial yang sesuai.
Sumber stres yang mengancam tersebut dapat diatasi oleh bidan fresh
graduate dengan strategi coping yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang
sedang dihadapi. Problem focused coping dan emotion focused coping merupakan
2 (dua) kelompok jenis strategi yang sering digunakan dalam menghadapi situasi
yang menekan. Penggunaan jenis coping tersebut dapat berbeda-beda tergantung
pada latar belakang individu maupun situasi yang sedang dihadapi. Dengan
menggunakan strategi coping yang sesuai maka diharapkan tekanan-tekanan
emosional yang tidak menyenangkan semakin berkurang, begitu pula dengan
respon fisiologis sebagai akibat dari stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat ditarik beberapa
pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:
1. Sumber stres apa saja yang muncul selama menjalankan praktik kebidanan
sebagai bidan fresh graduate?
a. Terkait tugas profesionalisme
b. Terkait masalah pribadi
2. Jenis strategi coping apa yang digunakan untuk mengatasi stres?
a. Terkait tugas profesionalisme
b. Terkait masalah pribadi
3. Bagaimana hasil pemakaian strategi coping tersebut pada bidan fresh
graduate?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
1. Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif lebih menekankan pada informasi yang mendalam dan terperinci
sebagai hasil pengolahan/ pengitepretasian data-data yang bersifat deskriptif,
seperti transkrip wawancara, catatatan lapangan, foto, atau rekaman video
(Poerwandari, 2005). Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti
kondisi obyek yang alamiah dengan peneliti sebagai instrumen kuncinya,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian dititik-beratkan pada makna dari
data (Alsa, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
bertujuan untuk memahami, mengeksplorasi dan menggambarkan strategi
coping yang dilakukan oleh bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak
dalam menghadapi stres ketika menjalankan tugas- tugasnya.
2. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif
a. Kredibilitas
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif merupakan kepercayaan
terhadap data hasil penelitian (Sugiyono, 2007). Kredibilitas penelitian
terletak pada keberhasilan mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
secara mendalam kemajemukan dan interaksi aspek-aspek yang terkait.
Penelitian dalam konsep kredibilitas harus menjamin bahwa subjek
penelitian diidentifikasi secara akurat di samping parameter penelitian
yang juga diungkapkan dengan jelas (Poerwandari, 2005).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas
adalah triangulasi. Pada dasarnya triangulasi adalah bentuk teknik untuk
mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data. Metode triangulasi dapat dibedakan menjadi
triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Melalui triangulasi teknik,
peneliti menggunakan beberapa teknik yang berbeda pada sumber yang
sama. Sebaliknya melalui triangulasi sumber data, peneliti mendapat data
dari beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama (Sugiyono,
2007). Dengan demikian dari triangulasi dapat diketahui apakah data yang
diperoleh meluas, tidak konsisten, dan kontradiksi, sehingga pada akhirnya
didapatkan data yang lebih konsisten dan pasti (Mathinson, 1988 dalam
Sugiyono, 2007).
Cara lain yang dilakukan untuk menguji kredibilitas dari suatu
penelitian adalah dengan membercheck. Membercheck merupakan proses
pengecekan untuk mengetahui kesesuaian data yang diperoleh peneliti
dengan apa yang dimaksudkan oleh sumber data (Sugiyono, 2007).
Apabila data yang diperoleh disepakati oleh sumber data, maka data
tersebut valid dan semakin kredibel atau dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Dependability
Istilah reliabilitas disebut sebagai dependability dalam penelitian
kualitatif. Pengujian dependability terkait dengan aspek konsistensi
dimana orang lain dapat mengulangi proses penelitian yang dilakukan. Uji
dependability dilakukan dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian.
Apabila peneliti tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangan”, maka
dependabilitas penelititannya dapat diragukan (Sanafiah Faisal, 1990
dalam Sugiyono, 2007). Jejak aktivitas lapangan dapat berupa jadwal
pelaksanaan pengambilan data maupun prosedur penelitian, termasuk di
dalamnya langkah- langkah persiapan dan pelaksanaan penelitian.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai strategi coping yang
digunakan bidan fresh graduate yang bertugas di Pontianak dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Dengan demikian variabel dalam penelitian ini adalah strategi
coping pada bidan fresh graduate.
C. DEFINISI VARIABEL PENELITIAN
Berdasarkan variabel penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka
definisi variabel strategi coping pada bidan fresh graduate adalah usaha-usaha
yang dilakukan bidan fresh graduate untuk menguasai situasi penuh tekanan yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, dengan melakukan perubahan
kognitif dan perilaku. Strategi ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
problem focused coping yang mengarah pada pencarian aktif penyelesaian
masalah dan emotion focused coping yang mengarah pada pengendalian respon
emosional. Adapun yang dimaksud dengan bidan fresh graduate adalah seorang
tenaga kesehatan wanita yang telah mengikuti dan baru saja menamatkan
pendidikan kebidanan maksimal satu tahun dari waktu kelulusan, memiliki
kompetensi untuk membantu proses kelahiran dan memiliki izin dari negara untuk
menjalankan praktik kebidanan.
D. SUBJEK PENELITIAN
1. Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Seorang wanita yang telah menamatkan pendidikan kebidanannya dan
memperoleh izin sah oleh negara untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Bidan fresh graduate dengan pengalaman kerja tidak lebih dari satu tahun
setelah menamatkan pendidikan, mengingat subjek sudah memiliki
pengalaman kerja yang berpotensi menimbulkan stres dan sudah memiliki
pengalaman dalam mengatasinya. Secara teknis, ukuran satu tahun masa
kerja ini diambil karena kelulusan Akbid dilaksanakan setahun sekali.
c. Berusia 20 sampai dengan 25 tahun karena pada umumnya bidan fresh
graduate berada pada rentang usia ini, setelah menamatkan pendidikan di
Akbid selama ± 3 tahun dan termasuk dalam usia dewasa dini yang juga
harus menyesuaikan diri dengan berbagai tugas-tugas perkembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
d. Belum menikah, dengan alasan subjek masih berkonsentrasi dengan
pekerjaannya atau berorientasi pada dirinya sendiri dan belum berorientasi
dalam membina sebuah keluarga.
2. Prosedur Penentuan Subjek
Peneliti menentukan sumber data yang selanjutnya disebut dengan
subjek penelitian dengan cara purposive, yaitu pemilihan berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Pemilihan di sini tidak didasarkan
pada keterwakilan, akan tetapi mengarah pada kecocokan konteks teoritis
terhadap hal yang akan diteliti.
Secara operasional penentuan subjek dilakukan dalam beberapa
langkah, yaitu pertama adalah dengan memilih subjek yang sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan dan menjadikannya sebagai subjek kunci
(key person). Kedua, dari subjek kunci diperoleh beberapa nama subjek lain
yang memungkinkan untuk menjadi sumber data. Ketiga, menghubungi calon
subjek dan memastikan kesesuaian dengan karakteristik. Langkah terakhir
adalah menanyakan kesediaan subjek terpilih sebagai sumber data penelitian.
Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh dari Subjek 3 sebagai key
person yang sudah memenuhi karakteristik subjek pene litian. Subjek kunci
awalnya memberikan lima nama calon subjek. Peneliti kemudian menemui
dan menyesuaikannya dengan karakteristik. Oleh karena satu orang subjek
sudah menikah dan satu orang lagi akan melanjutkan studi di luar kota, maka
peneliti memastikan tiga orang subjek untuk menjadi sumber data dalam
penelitian ini setelah subjek menyatakan bersedia untuk diwawancarai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
E. METODE PENGAMBILAN DATA
Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan
observasi. Metode-metode ini merupakan teknik untuk mendapatkan data yang
memenuhi standar yang sudah ditetapkan.
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data melalui percakapan
dan tanya jawab yang diarahkan agar peneliti mendapatkan pengetahuan
tentang makna-makna subjektif berkaitan dengan topik-topik yang diteliti dan
hal ini tidak dapat diperoleh dari kegiatan observasi (Banister dkk, 1994 dalam
Poerwandari, 2005). Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara
semiterstruktur yang sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, hanya
saja pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara terstruktur (Esterberg,
2002 dalam Sugiyono, 2007). Dalam teknik ini, peneliti hanya dilengkapi
dengan pedoman umum wawancara, yang mencantumkan garis-garis besar
proses dan isi wawancara meskipun tidak perlu ditanyakan secara berurutan
(Moleong, 2000).
2. Observasi
Observasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dengan
memperhatikan subjek secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Banister,
dkk, 1994 dalam Poerwandari, 2005). Tujuan dari observasi adalah memberi
gambaran akan setting, aktivitas dan orang yang terlibat di dalamnya, dan
makna kejadian dilihat dari perspektif orang-orang yang terlibat (Poerwandari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2005). Peneliti melakukan observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang di
tempat kegiatan subjek yang diamati namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan-
kegitan yang dilakukan (Sugiyono, 2007). Pada saat observasi berlangsung,
peneliti dilengkapi juga dengan panduan observasi yang mencakup garis besar
hal-hal yang akan diamati sehingga peneliti mendapatkan banyak informasi
tanpa terpaku pada amatan tertentu saja.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pedoman Wawancara dan Observasi
Peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi sebagai
metode pengambilan data dalam penelitian ini. Dalam kedua metode tersebut,
peneliti dilengkapi dengan panduan umum untuk mengingatkan peneliti pada
aspek-aspek yang harus ditanyakan atau diamati sekaligus untuk mengecek
apakah peneliti tidak melewatkan aspek-aspek yang relevan. Panduan umum
wawancara dan observasi ditunjukkan pada Tabel 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Tabel 2. Pedoman Umum Wawancara – Data Demografi
Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan
Data demografi LBD-nm Nama Nama Anda siapa?
LBD-ttl Tempat dan tanggal lahir Di mana Anda lahir? Tanggal berapa?
LBD-us Usia Berapa usia Anda sekarang?
LBD-ag Agama Apa agama Anda?
LBD-pdk Pendidikan Apa pendidikan terakhir Anda?
LBD-spw Status Perkawinan Apakah Anda sudah menikah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 3. Pedoman Umum Wawancara – Riwayat Pendidikan
Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan
Pendidikan kebidanan dan Kursus LBPd-ip Institusi pendidikan kebidanan Di mana Anda menjalani pendidikan
kebidanan?
LBPd-ls Lama studi Berapa lama Anda menyelesaikan studi?
LBPd-pk Pendidikan dan keterampilan
yang diperoleh
Apa saja pendidikan dan keterampilan
yang Anda peroleh selama studi?
LBPd-kt Keterampilan tambahan yang
diberikan institusi agar lulusan
memiliki pengalaman dan siap
masuk ke dalam dunia kerja
Apakah ada keterampilan tambahan
yang diberikan institusi agar Anda/
lulusan siap masuk dalam dunia kerja?
Jika ada sebutkan!
LBKg Kegiatan di luar institusi yang
diikuti terkait dengan praktik
kebidanan sebagai persiapan
masuk dalam dunia kerja
Apakah ada kegiatan (kursus, seminar
ataupun workshop) di luar istitusi terkait
dengan praktik kebidanan yang Anda
ikuti?
Tabel 4. Pedoman Umum Wawancara – Riwayat Pekerjaan
Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan
Pekerjaan LBKj-tkj Institusi tempat bekerja Di mana Anda bekerja sekarang?
LBKj-lkj Lama bekerja Berapa lama Anda sudah bekerja?
Tugas dan peran bidan LBTP-tg Tugas-tugas yang dijalani
dalam praktik kebidanan
Apa saja tugas-tugas bidan yang Anda
lakukan dalam bekerja?
LBTP-pr Peran bidan yang dijalani pada
saat ini
Apa peran yang Anda jalani sebagai
seorang bidan dalam bekerja saat ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 5. Pedoman Umum Wawancara – Sumber Stres
Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan
Sumber stres terkait dengan profesionalisme kerja SSKj-dlkj Pengalaman berada dalam
kondisi tertekan saat bekerja
Apakah Anda pernah merasa tertekan
saat menjalankan tugas sebagai bidan?
SSKj-awkj Pengalaman berada dalam
situasi tertekan di awal praktik
kebidanan/ fresh graduate
Apakah Anda pernah merasa tertekan di
awal praktik kebidanan/ ketika mulai
bekerja?
SSKj-ggl Pengalaman gagal dalam
membantu persalinan
Apakah Anda pernah mengalami
kegagalan saat membantu persalinan?
SSKj-etk Pengalaman praktik kebidanan
yang terkait dengan isu etik
Apakah Anda pernah menghadapi
dilema yang terkait dengan isu etik?
SSKj-sdby Pengalaman kerja menghadapi
tuntutan stand by
Apakah Anda merasa terganggu saat
menghadapi tuntutan untuk stand by?
Sumber stres terkait dengan masalah pribadi SSPr Pengalaman dalam situasi
tertekan akibat masalah pribadi
Apakah Anda pernah merasa tertekan
karena permasalahan pribadi?
SSPr-pmk Pengaruh permasalahan
pribadi dalam bekerja
Apakah permasalahan pribadi sampai
mempengaruhi pekerjaan Anda?
Sumber stres yang dominan muncul SS-dom Permasalahan yang sering
muncul dan menekan
Manakah yang sering menekan, tugas
dalam bekerja atau masalah pribadi?
Reaksi yang menyertai keadaan tertekan S-RFis Reaksi fisiologis yang
menyertai keadaan tertekan
§ Apakah Anda merasakan mual, tidak
nafsu makan, atau sakit kepala?
S-RPsi Reaksi psikologis yang
menyertai keadaan tertekan
§ Apakah saat tertekan Anda kurang
konsentrasi hingga mempengaruhi
dalam menyelesaikan masalah?
§ Apakah muncul emosi-emosi negatif
pada saat Anda merasa tertekan?
§ Perilaku seperti apa yang muncul
pada saat Anda merasa tertekan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 6. Pedoman Umum Wawancara – Strategi Coping
Kode Hal yang Diungkap Contoh Pertanyaan
Cara mengatasi sumber stres SC-Kj Cara mengatasi sumber stres
terkait profesionalisme kerja
Bagaimana cara Anda mengatasi
permasalahan pekerjaan yang menekan?
SC-Pr Cara mengatasi sumber stres
terkait dengan masalah pribadi
Bagaimana cara Anda mengatasi
permasalahan pribadi yang menekan?
Jenis-jenis strategi coping Problem Focused Coping PF-ac Active coping
Tindakan apa yang Anda lakukan untuk
keluar dari situasi menekan?
PF-pl Planning Apakah Anda sebelumnya menyusun
rencana untuk mengatasi masalah?
PF-soc Suppression of competing Saat merasa tertekan, apakah Anda
mengesampingkan hal yang tidak perlu?
PF-rc Restraint coping Adakah tindakan yang Anda tunda
karena saat itu bukan waktu yang tepat?
PF-s3fir Seeking social support for
instrumental reason
Saat merasa tertekan, apakah Anda me-
minta nasihat/ informasi dari orang lain?
Emotion Focused Coping EF- s3fer Seeking social support for
emotional reasons
Apakah pada saat merasa tertekan Anda
mencari orang lain untuk berbagi?
EF-pr Positive reinterpretation Ada tidak hal positif yang Anda ambil?
EF-acc Acceptance Apakah Anda menerima saat-saat sulit?
EF-dn Denial Apakah Anda pernah menyangkal
masalah yang sedang dihadapi?
EF-t2r Turning to religion Pada saat bermasalah apakah Anda lebih
religius, misalnya berdoa?
EF-fove Focusing on and venting
emotions
Bagaimana Anda mengekspresikan
perasaan tidak nyaman ketika tertekan?
EF-bd Behavioral disengagement Adakah usaha-usaha yang Anda
hentikan untuk mengatasi masalah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
EF-md Mental disengangement Apakah Anda melakukan aktivitas lain
untuk melupakan masalah?
Hal-hal yang mempengaruhi strategi coping SC-bam Hal-hal yang dapat membantu
dalam mengatasi masalah
Apa saja hal-hal yang dapat membantu
usaha Anda dalam mengatasi masalah?
SC-ham Hal-hal yang menghambat
dalam mengatasi masalah
Apa saja hal-hal yang Anda anggap
menghambat usaha mengatasi masalah?
Dampak strategi coping SCD-prs Dampak pada perasaan Bagaimana perasaan Anda setelah
masalah terselesaikan?
SCD-hub Dampak pada hubungan/ relasi
dengan orang lain
Apakah terjadi perubahan relasi setelah
Anda berhasil menyelesaikan masalah?
SCD-fis Dampak secara fisiologis Apakah gejala fisik yang dirasakan saat
merasa tertekan akhirnya berkurang?
Hasil strategi coping SCH Kesesuaian strategi coping
dengan masalah yang dihadapi
Apakah tindakan yang Anda lakukan
dirasa sesuai untuk mengatasi masalah?
Tabel 7. Pedoman Umum Observasi
Tema Hal yang Diamati
1. Lingkungan tempat
subjek bekerja
a) Lingkungan fisik
b) Lingkungan sosial
2. Saat subjek bertugas a) Kesiapan subjek untuk bekerja
b) Perilaku subjek saat bekerja secara umum
c) Perilaku subjek saat menangani pasien
d) Komunikasi yang dilakukan subjek dengan pasien
3. Saat subjek tidak
bertugas
a) Perilaku subjek setelah lepas jam kerja
b) Perilaku subjek saat menghadapi masalah pribadi
c) Relasi subjek dengan orang lain/ lingkungan sosial
d) Tindakan saat menangani pasien di luar jam kerja
4. Saat wawancara Kondisi fisik dan ekspresi saat wawancara berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Alat Perekam
Sebelum wawancara dan observasi berlangsung, peneliti menyiapkan
alat-alat yang dibutuhkan selama proses wawancara dan observasi, antara lain
alat perekam (tape recorder), kaset kosong (micro cassette), dan baterai dalam
keadaan yang baik dan siap pakai. Setelah wawancara berlangsung, kaset
diberi label dan kode. Peneliti juga menyiapkan alat perekam di telepon
selular (handphone) jika diperlukan sewaktu-waktu.
G. METODE ANALISIS DATA
1. Organisasi Data
Mengorganisasikan data merupakan tahap awal dari pengolahan dan
analisis data. Data yang banyak dan beragam diorganisasikan dengan rapi dan
sistematis sehingga peneliti mendapat kualitas data yang baik, memungkinkan
peneliti mendokumentasikan analisis yang dilakukan, serta menyimpan data
dan analisis yang berkaitan dengan penelitian (Highlen dan Finley, 1996
dalam Poerwandari, 2005). Manajemen data juga perlu dilakukan, seperti
memberi label pada kaset, membuat transkrip wawancara setelah wawancara
selesai, membuat salinan data, dan menyimpannya dengan baik.
2. Koding dan Analisis
Jorgensen (1989, dalam Poerwandari, 2005) memaparkan bahwa
proses analisis merupakan proses memecah atau membagi materi penelitian ke
dalam bagian-bagian atau unit-unit. Hal pertama yang dilakukan dalam proses
analisis adalah koding sebagai upaya memecah atau membagi materi data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Koding adalah proses membubuhkan kode pada materi yang diperoleh.
Proses koding bertujuan agar data yang diperoleh dapat diorganisasikan dan
dibuat sistematis secara lengkap dan terperinci sehingga pada akhirnya akan
ditemukan makna dari data yang dikumpulkannya (Poerwandari, 2005).
Analisis data ini diarahkan pada analisis tematik (Poerwandari, 2005)
yang dilakukan untuk mengkode informasi sehingga dapat menghasilkan
daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks. Tema-tema tersebut
selanjutnya dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal dapat
menginterpretasi fenomena.
3. Interpretasi
Interpretasi dilakukan peneliti setelah melakukan analisis. Interpretasi
merupakan upaya memahami data secara ekstensif dan lebih mendalam. Pada
tahap ini, peneliti menginterpretasi data melalui perspektif yang dimiliki
mengenai hal yang sedang diteliti. Mengingat setiap orang dapat memberikan
interpretasi yang berbeda-beda terhadap suatu data, maka Kvalve (1996 dalam
Poerwandari, 2005) memaparkan konteks situasi dan komunitas validasi.
Pertama, konteks interpretasi pemahaman diri; interpretasi dikembalikan pada
sudut pandang subjek penelitian. Kedua, interpretasi pemahaman biasa yang
kritis; memahami sebagai masyarakat umum di mana subjek berada. Ketiga,
interpretasi pemahaman teoritis; dilihat dari sudut pandang peneliti sebagai
komunitas validasi. Setelah peneliti melakukan interpretasi data, peneliti dapat
melanjutkan pada tahapan penulisan laporan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan subjek kunci yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik
subjek penelitian dan memiliki informasi mengenai calon-calon subjek.
b. Menghubungi calon subjek yang direkomendasikan oleh subjek kunci.
c. Memeriksa kesesuaian calon subjek dengan karakteristik dan menanyakan
kesediaannya untuk menjadi responden, sekaligus membuat janji.
d. Membuat pedoman umum wawancara dan observasi.
2. Tahap Pelaksanaan
b. Konfirmasi kembali janji dengan subjek.
c. Melakukan wawancara I.
d. Mendengarkan hasil wawancara dan membuat transkrip.
e. Mengecek jawaban yang belum jelas dan membuat pertanyaan lanjutan.
f. Melakukan observasi dan wawancara II.
g. Mencatat semua temuan hasil observasi di lapangan.
h. Mendengarkan hasil wawancara dan membuat transkrip.
i. Mengecek jawaban yang belum jelas dan membuat pertanyaan lanjutan.
j. Melakukan wawancara III.
k. Mendengarkan hasil wawancara dan membuat transkrip.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
l. Melakukan proses a – k pada subjek lainnya.
m. Menuliskan kembali dan mengorganisasi hasil wawancara dan observasi.
n. Melakukan membercheck.
o. Melakukan prosedur analisis data.
p. Membuat pembahasan.
3. Pelaksanaan Pengambilan Data
Pada Bab III di atas, telah dipaparkan bahwa teknik pengambilan data
dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Pengambilan data
dengan wawancara berlangsung sebanyak tiga kali dan observasi dilakukan
selama dua hari. Pelaksanaan pengambilan data ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pelaksanaan Pengambilan Data
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Wawancara I
Hari,
tanggal
Kamis, 26 Juli 2007 Minggu, 29 Juli 2007 Minggu, 29 Juli 2007
Waktu Pk. 19.30 - 20.10 Pk. 10.00 - 11.05 Pk. 17.00 – 17.55
Tempat Kharitas Bhakti
Medical Centre
Klinik Bidan Swasta
Ji Li Ngo
Balai Pengobatan dan
Rumah Bersalin St.
Agustinus
Observasi dan Wawancara II
Hari,
tanggal
Jumat - Sabtu,
27 dan 28 Juli 2007
Rabu - Kamis,
1 dan 2 Agustus 2007
Senin - Selasa,
30 dan 31 Juli 2007
Tempat Tempat tinggal
subjek dan Kharitas
Bhakti Medical
Centre
Tempat tinggal
subjek dan Klinik
Bidan Swasta Ji Li
Ngo
Tempat tinggal
subjek dan BP dan
Rumah Bersalin St.
Agustinus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Wawancara III
Hari,
tanggal
Senin,
5 November 2007
Senin,
5 November 2007
Minggu,
4 November 2007
Waktu Pk. 08.30 - 08.55 Pk. 15.15 - 15.40 Pk. 14.15 - 14.45
Tempat Via telepon Via telepon Kediaman peneliti
4. Keabsahan Data Penelitian
Membercheck dilaksanakan guna melihat kesesuaian data yang
diperoleh peneliti dengan yang dimaksudkan oleh subjek penelitian. Proses ini
dimulai dengan subjek membaca kembali data yang sudah dirangkum. Subjek
kemudian menambah atau mengurangi data sesuai dengan maksudnya.
Peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan guna mendapat jawaban yang
lebih pasti. Pelaksanaan membercheck dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pelaksanaan Membercheck
Membercheck
Hari,
tanggal
Selasa,
18 Desember 2007
Rabu,
19 Desember 2007
Senin,
10 Desember 2007
Waktu Pk. 16.05 - 16.45 Pk. 10.30 - 11.10 Pk. 14.45 - 15.50
Tempat Kediaman subjek Kediaman subjek Kediaman peneliti
Setelah memperoleh data baik dari wawancara maupun observasi,
peneliti melakukan proses triangulasi. Data yang sudah diberi koding
selanjutnya dikumpulkan untuk dikelompokkan. Pengelompokkan dilakukan
berdasarkan teknik yang berbeda pada subjek yang sama (triangulasi teknik)
atau teknik yang sama pada subjek yang berbeda (triangulasi sumber data).
Triangulasi data pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Subjek
a. Data Demografi Subjek
Tabel 10. Data Demografi Subjek
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Nama J. J I. W C. S
Tempat,
tanggal lahir
Pemangkat,
28 Juni 1985
Singkawang,
24 Februari 1984
Sambas,
27 Juni 1985
Usia 22 tahun 23 tahun 22 tahun
Agama Kristen Protestan Islam Kristen Katolik
Anak ke… 1 dari 2 bersaudara 2 dari 4 bersaudara 3 dari 3 bersaudara
Status
Perkawinan
Lajang, sedang
menjalin hubungan
Lajang, sedang
menjalin hubungan
Lajang, sedang
menjalin hubungan
Berdasarkan data pada Tabel 10 di atas, maka berikut ini
merupakan gambaran kondisi demografi ketiga subjek.
1) Subjek 1
Subjek pertama dengan inisial J.J adalah seorang bidan yunior
yang berusia 22 tahun dan merupakan anak sulung dari 2 bersaudara.
Subjek lahir dan besar di kota kecil Pemangkat (187 km dari kota
Pontianak) dan berdomisili di kota Potianak sejak memasuki jenjang
kuliah hingga bekerja. Ia cukup dekat dengan orang tua, adik, maupun
dengan keponakannya. Pada saat sedang tidak bertugas di klinik,
subjek menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga,
seperti makan malam bersama sambil menceritakan pengalamannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Aktivitas sederhana seperti mengerjakan tugas-tugas rumah tangga
juga menjadi momen dimana ia dapat berbagi cerita/ curhat dengan
keluarga terlebih pada ibunya (SSC.BS1.Obs.27-28Juli’07). Saat ini ia
berstatus lajang meskipun sedang menjalin hubungan dengan seorang
pria yang bertugas sebagai perawat. Subjek yang memeluk agama
Kristen Protestan termasuk seorang yang taat, hal ini terlihat ketika ia
berdoa setiap kali sebelum menyantap makanan atau pada pagi hari
setelah bangun tidur (SSC.BS1.Obs.27-28Juli’07).
Secara fisik subjek termasuk bertubuh langsing dengan tinggi
badan 158 cm. Ia berkulit kuning langsat dan merupakan keturunan
suku Dayak. Rambutnya yang ikal dan hitam selalu diikat ke belakang
jika sedang bertugas sembari mengenakan setelan berwarna putih
sebagai seragam kerjanya. Subjek tidak memiliki cacat tubuh sehingga
ia dapat melakukan berbagai aktivitas dengan baik. Ia ramah dan sabar
dalam menangani pasien begitu pula saat menghadapi masalah pribadi.
“Ia terlihat ramah dan sabar saat memeriksa dan memberikan penjelasan kepada pasien rawat inap”. (SSC.BS1.Obs.27-28Juli’07) “Walaupun awalnya sempat merasa kesal, subjek terlihat sabar saat memberikan penjelasan kepada ibunya…” (SSC.BS1.Obs.27-28Juli’07)
2) Subjek 2
Subjek kedua juga seorang bidan yunior yang berinisial I.W.
Pada saat ini ia berusia 23 tahun yang berarti lebih tua 1 tahun dari usia
kedua subjek lainnya. Di dalam keluarganya, subjek adalah anak ke-2
dari empat bersaudara. Ia cukup dekat dengan setiap anggota keluarga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
meskipun jika merasa sangat lelah dengan aktivitas di klinik terkadang
ia terlibat masalah dengan abang atau adik-adiknya. Sebagai contoh
keakraban yang terjalin di antara mereka terlihat pada saat anggota
keluarga berkumpul untuk menonton acara televisi bersama sambil
mengobrol. Selain mengomentari acara televisi, mereka juga saling
bercerita tentang pengalamannya masing-masing (SSC.BS2.Obs.1-2
Agust’07). Sejak lahir hingga menamatkan pendidikan SMA, subjek
tinggal di kota Singkawang (157 km dari kota Pontianak) dan
kemudian berdomisili di Pontianak sejak menginjak bangku kuliah.
Saat ini subjek masih berstatus lajang dan sedang menjalin hubungan
dengan seorang pria di kota yang sama. Sebagai seorang perempuan
Muslim, subjek termasuk taat beribadah. Ia selalu menjalankan ibadah,
seperti menjalankan shalat subuh ataupun shalat maghrib pada saat
sedang tidak menangani pasien di klinik (SSC.BS2.Obs.1-2Agust’07).
Subjek juga sering menyebut namaNya (“ya Allah”) ketika
menceritakan pengalamannya terlebih yang kurang menyenangkan
(ADS.BS2.WwI.no.34;WwII&Obs.no.66).
Subjek termasuk langsing secara fisik dengan tinggi badan
lebih kurang 162 cm. Ia adalah gadis keturunan suku Melayu dan
berkulit sawo matang. Subjek termasuk orang yang ramah dan murah
senyum meskipun terkadang ia tidak bisa menutupi jika sedang merasa
kesal ataupun marah, seperti saat ia bermasalah dengan pacarnya.
“…muncul kesalah pahaman antara subjek dengan pacarnya. Hal ini membuat subjek kesal dan marah hingga saat memeriksa pasien rawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
inap sebelum pulang ia tidak bisa menutupi rasa kesalnya dan memaksakan untuk tersenyum”. (SSC.BS2.Obs.1-2Agust’07)
3) Subjek 3
Subjek ketiga berinisial C.S. Ia adalah seorang perempuan
muda yang pada saat ini berusia 22 tahun dan bekerja sebagai bidan.
Dalam keluarganya subjek adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dan
satu-satunya anak perempuan. Oleh karena itulah ia sangat dekat
dengan ibunya selain karena ayahnya sudah meninggal sejak ia duduk
di bangku SD. Begitu pula hubungannya dengan kedua kakaknya
sangat akrab. Kedekatan ini terlihat dari pembicaraan dengan ibunya
meskipun hanya lewat telepon atau SMS (SSC.BS3.Obs.30-31Juli’07).
Saat ini ia masih berstatus lajang dan baru dalam tahap berpacaran
dengan seorang pria yang berdomisili di Jogjakarta (SSC.BS3.Obs.30-
31Juli’07). Subjek lahir di Sambas, sebuah kota yang berjarak 217 km
dari kota Pontianak. Meskipun demikian ia menempuh jenjang SD
hingga SMA di kota Singkawang. Subjek baru pindah ke Pontianak
sejak ia tamat SMA untuk melanjutkan pendidikannya. Sebelum
bekerja subjek selalu berdoa agar selalu dilindungi dan dibimbing oleh
Tuhan serta membaca beberapa ayat Alkitab sebelum tidur (SSC.BS3.
Obs.30-31Juli’07). Pada saat panik menghadapi pasien gawat ia juga
berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan bahkan mengajak pasien untuk
berdoa (ADS.BS3.WwI.no.43).
Secara fisik subjek termasuk bertubuh langsing dengan tinggi
badan mencapai 160 cm. Ia berkulit sawo matang dan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
gadis keturunan suku Jawa. Dalam berinteraksi dengan orang lain ia
terlihat ramah (SSC.BS3.Obs.30-31Juli’07), meskipun ketika sedang
menghadapi masalah terkadang wajahnya terlihat lebih serius karena
terpancing emosi (ADS.BS3.WwI.no.23).
b. Riwayat Pendidikan Subjek
Tabel 11. Riwayat Pendidikan Kebidanan Subjek
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Pendidikan
terakhir D3 Kebidanan D3 Kebidanan D3 Kebidanan
Asal sekolah Politeknik Kesehatan
Pontianak
Politeknik Kesehatan
Pontianak
Politeknik Kesehatan
Pontianak
Lama
pendidikan 3 tahun 3 tahun 3 tahun
Pendidikan
dan
keterampilan
yang
diperoleh
Persalinan, asuhan
bayi baru lahir, ibu
post partum dan KB.
Akan tetapi,
pengetahuan dan
keterampilan yang
diperoleh dianggap
sangat terbatas.
Tumbuh kembang
bayi, ibu hamil,
persalinan, wanita
menopause, memberi
konseling, memberi
imunisasi, serta
memberi penyuluhan
dan pendidikan
seksual yang baik
bagi remaja.
Mengurus bayi baru
lahir dan tumbuh
kembangnya, balita,
anak, remaja puteri,
masa pranikah
hingga menopause,
memeriksa dan
menolong persalinan,
imunisasi, dan
layanan KB.
Keterampilan
tambahan
yang
diperoleh
dari Akademi
Mendapat masukan
dari dokter obgin, di
samping mendapat
kesempatan magang
di RS, puskesmas,
Praktik pembimbing
setelah jam kuliah
untuk memahami
teori yang diajarkan
sebelumnya termasuk
Keterampilan terkait
tindakan kebidanan
yang dipelajari dalam
teori. Latihan dapat
dilakukan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kebidanan atau klinik sebagai
program pendidikan
meskipun Akbid
jarang memberikan
pelatihan
beberapa pendidikan
dasar. Selain itu
terdapat kesempatan
magang di RS pada
sore atau malam hari.
perorangan maupun
tim, dengan dosen,
senior, atau teman.
Selain itu terdapat
kesempatan magang.
Kegiatan luar
kampus yang
pernah
diikuti
Mengikuti seminar
umum di luar
program kampus
yang terkait ilmu
kebidanan dan dapat
menunjang kesiapan
dalam bekerja.
Mengikuti berbagai
seminar mengingat
ilmu semakin maju
dan berkembang, di
samping memberikan
pengalaman agar siap
bekerja di lapangan.
Mengikuti seminar
pada saat kuliah
untuk menambah
pengetahuan dan
pengalamannya
sehingga menjadi
bekal dalam bekerja.
1) Subjek 1
Subjek adalah seorang bidan, lulusan program D3 (Diploma)
Politeknik Kebidanan Pontianak atau yang sebelumnya lebih dikenal
dengan nama Akbid Depkes Soedarso Pontianak (ADS.BS1.WwI.
no.2). Di Akbid ini subjek banyak memperoleh pengetahuan maupun
keterampilan terkait dengan tindakan kebidanan, seperti memeriksa
kehamilan termasuk tumbuh kembang janin, membantu persalinan
khususnya persalinan normal, penanganan setelah persalinan, asuhan
bayi baru lahir, dll (ADS.BS1.WwI. no.3). Meskipun demikian subjek
menganggap ilmu yang diperolehnya masih kurang karena masih
merupakan pendidikan dasar saja (ADS.BS1.WwI.no.10).
Selain ilmu dan keterampilan yang diperoleh di kelas, subjek
juga memperoleh keterampilan tambahan di luar kelas, seperti
memperoleh pengarahan dari dokter-dokter obgin dan magang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
rumah sakit, puskesmas, atau klinik. Guna menambah ilmu yang
terbatas dan sebagai bekal dalam bekerja, maka subjek dan teman-
temannya mengikuti seminar terkait ilmu kebidanan jika terdapat
kesempatan (ADS.BS1.WwI.no.6). Berkat kerja kerasnya, maka
subjek akhirnya berhasil menyelesaikan studi selama kurang lebih 3
tahun (ADS.BS1.WwI.no.1) dan mendapat SIB (Surat Izin Bidan)
pada akhir tahun 2006.
2) Subjek 2
Subjek memilih program Diploma (D3) dengan spesialisasi
Ilmu Kebidanan sebagai pendidikan lanjutan setelah ia tamat dari
jenjang menengah atas (SMA). Pendidikannya ini ditempuh di sebuah
Akbid negeri yang sekarang dikenal dengan Politeknik Kebidanan
Pontianak (ADS.BS2.WwI.no.1), yang berhasil diselesaikannya
selama 3 tahun (ADS.BS2.WwI.no.2). Selama menjalani pendidikan,
subjek memperoleh pengetahuan secara teoritis maupun praktis, seperti
tumbuh kembang bayi, pengetahuan mengenai ibu hamil, persalinan,
wanita menopause, latihan memberi konseling kesehatan, memberi
imunisasi, serta memberi penyuluhan dan pendidikan seksual yang
baik khususnya bagi remaja (ADS.BS2.WwI.no.3&4). Di samping itu
terdapat pula keterampilan tambahan yang diperoleh di luar waktu
perkuliahan, misalnya praktik pembimbing setelah jam kuliah selesai
untuk memahami teori yang sudah diajarkan termasuk beberapa
keterampilan dasar, seperti menyuntik. Selain itu terdapat kesempatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
magang di rumah sakit pada sore atau malam hari setelah jam kuliah
berakhir (ADS.BS2.WwI. no.5). Menyadari bahwa pendidikan yang
diperolehnya merupakan pendidikan standar dan ilmu akan terus
berkembang, maka subjek mengikuti berbagai seminar untuk
menambah pengalamannya yang kemudian menjadi bekal saat ia mulai
terjun ke dunia kerja (ADS.BS2.WwI.no.6).
3) Subjek 3
Tidak berbeda dari kedua subjek sebelumnya, subjek ketiga
memutuskan untuk mendalami Ilmu Kebidanan setelah lulus SMA. Ia
juga diterima di Politeknik Kesehatan Pontianak (ADS.BS3.WwI.no.1)
dan berhasil menyelesaikan pendidikan selama 3 tahun (ADS.BS3.
WwI.no.2). Pada dasarnya ketiga subjek memperoleh pendidikan yang
sama sesuai dengan kurikulum, antara lain asuhan bayi baru lahir dan
tumbuh kembangnya hingga balita, pengetahuan tentang anak-anak,
remaja, masa pranikah hingga menopause, pemeriksaan kehamilan,
persalinan, imunisasi, dan layanan KB (ADS.BS3.WwII.no.3). Selain
mendapat kesempatan magang di luar kampus untuk melatih ilmu yang
telah diperoleh dan menambah pengalamannya, subjek juga berlatih
secara mandiri teori yang telah dipelajari, baik dengan tim maupun
perorangan (ADS.BS3.WwII. no.67). Di luar kegiatan kampus, subjek
juga mengisi waktu dengan mengikuti seminar sehingga dapat menjadi
nilai tambah dan memberi gambaran serta pengalaman mengenai
tantangan di dunia kerja sesungguhnya (ADS.BS3.WwI.no.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
c. Riwayat Pekerjaan Subjek
Tabel 12. Riwayat Pekerjaan Subjek Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Tempat
bekerja
Klinik Kharitas
Bhakti (sebelumnya
di Klinik Swasta
Bidan Mariana)
Klinik Bidan Swasta
Ji Li Ngo
Balai Pengobatab dan
Rumah Bersalin St.
Agustinus
Lama
bekerja
± 6 bulan (pernah
bekerja ± 3 bulan)
± 11 bulan ± 11 bulan
Tugas-tugas
sebagai
bidan yang
dijalani
Perawatan bayi dan
balita, imunisasi,
membantu persalinan,
perawatan ibu post
partum dan setelah
operasi, perawatan
ibu nifas, kuretase,
KB, konseling, dan
kesehatan reproduksi.
Di samping itu juga
memantau pasien
rawat inap,
mengerjakan tugas
adminstrasi,
mengecek obat-
obatan, serta
strerilisasi alat.
Imunisasi, memeriksa
kehamilan,
membantu persalinan,
KB, perawatan ibu
nifas, kesehatan bayi
dan balita,
penyuluhan, dan
kesehatan reproduksi.
Membantu dalam
pengobatan umum,
perawatan pasien
rawat inap,
memeriksa cadangan
obat, mempersiapkan
peralatan dan bahan
yang digunakan
dalam praktik.
Menjalankan praktik
kebidanan pada bayi,
balita, anak, remaja
puteri, usia pranikah
dan menikah, KB,
kehamilan,
membantu persalinan,
ibu dalam masa nifas,
hingga menopause.
Membantu dokter
menangani pasien &
pasien rawat inap,
strerilisasi alat,
mendata obat, serta
membantu calon
bidan mengadakan
penyuluhan.
Peran bidan
yang
dijalani
Peran hingga saat ini
adalah sebagai bidan
pelaksana.
Peran hingga saat ini
adalah sebagai bidan
pelaksana.
Peran hingga saat ini
adalah sebagai bidan
pelaksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1) Subjek 1
Pada akhir tahun 2006, setelah dinyatakan lulus dengan
menyandang gelar Ahli Madya Kebidanan, maka subjek juga
mendapat SIB (Surat Izin Bidan). Dengan demikian ia dapat bekerja
dimana saja meskipun untuk membuka praktik sendiri ia harus
memiliki jam terbang praktik yang cukup tinggi. Pada awalnya subjek
bekerja di Klinik Bidan Swasta Mariana. Akan tetapi ia hanya bertahan
selama 3 bulan dan karena suatu alasan, maka ia pindah untuk bekerja
di Kharitas Bhakti Medical Center (ADS.BS1.WwI.no.7). Subjek
bekerja di sana sejak bulan Januari 2007 hingga saat ini
(ADS.BS1.WwI.no.8). Dengan demikian ia belum genap setahun
bekerja. Di tempat kerjanya yang baru ia bertugas di sal kebidanan.
Berbeda dengan klinik bidan swasta pada umumnya, di klinik Kharitas
Bhakti subjek hanya memberikan tindakan kebidanan dan tidak
menangani pasien pengobatan umum. Sebagai bidan pelaksana
(ADS.BS1.WwI.no.12), ia memiliki wewenang untuk memberikan
perawatan pada bayi dan balita termasuk imunisasi, memberi asuhan
kepada ibu hamil, membantu dalam proses persalinan baik normal
maupun operasi, perawatan ibu post partum, perawatan ibu setelah
operasi/ post SC, perawatan ibu nifas, kuretase, memberi penyuluhan
dan layanan KB, dan layanan kesehatan reproduksi (ADS.BS1.
WwI.no.10&11;WwIII.no.90). Di samping tugas-tugas kebidanan
tersebut, ia juga diminta untuk memantau kondisi pasien rawat inap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengerjakan tugas-tugas adminstrasi khusus unit kebidanan seperti
menulis berbagai laporan, mengecek obat-obatan, serta strerilisasi alat
dan bahan (ADS.BS1.Obs.no.82&83). Tugas tambahan ini juga
diberikan kepada bidan lainnya termasuk perawat-perawat yang
bekerja di sana.
”Ia juga mengerjakan tugas administrasi seperti menulis laporan pemeriksaan pasien, mengecek persediaan obat-obatan, serta melakukan sterilisasi pada alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pemeriksaan ataupun persalinan”. (SSC.Obs.BS1.27-28Juli’07)
2) Subjek 2
Sejak tamat pada bulan Oktober 2007, subjek langsung bekerja
di Klinik Bidan Swasta Ji Li Ngo (ADS.BS2.WwI.no.9), meskipun
sebelumnya subjek juga sudah sempat magang di klinik tersebut.
Dengan demikian subjek sudah bekerja selama 11 bulan meskipun jika
terhitung dari tamatnya ia baru bekerja selama 9 bulan
(ADS.BS2.WwI.no.10). Sebagai seorang bidan pelaksana (ADS.BS2.
WwI.no.12), ia bertanggung jawab atas sejumlah tugas yang terkait
dengan tugas kebidanan seperti melakukan pemeriksaan kehamilan,
membantu dalam persalinan hingga perawatan ibu nifas, kesehatan
bayi dan balita termasuk imunisasi, penyuluhan, pelayanan KB, dan
kesehatan reproduksi. Di samping itu subjek membantu dalam
pengobatan umum, baik itu perawatan pasien rawat inap, pemeriksaan
cadangan obat dan mempersiapkan peralatan serta bahan yang akan
digunakan dalam praktik kebidanan (ADS.BS2.WwI.no.11; WwII.no.
59; Obs.no.70,71&72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3) Subjek 3
Subjek segera bekerja di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin
Santo Agustinus begitu ia mengantongi izin untuk melakukan praktik
kebidanan (ADS.BS3.WwI.no.5). Hingga saat ini, ia sudah bekerja di
klinik tersebut selama 11 bulan termasuk masa magangnya dan belum
pernah pindah tempat kerja. Tidak jauh berbeda dengan kedua subjek
sebelumnya, tugas-tugas yang merupakan tanggung jawabnya terkait
dengan tindakan kebidanan, misalnya menjalankan praktik kebidanan
pada bayi, balita, anak-anak, remaja puteri, wanita usia pranikah,
menikah hingga menopause, pemeriksaan kandungan, membantu
persalinan, perawatan masa nifas, serta layanan KB (ADS.BS3.WwI.
no.7). Selain itu subjek juga mendapat tugas untuk membantu dokter
menangani pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan strerilisasi
alat dan bahan, mendata obat-obatan, termasuk mendampingi calon
bidan mengadakan penyuluhan di klinik tersebut (ADS.BS3.Obs.
no.62&63). Dengan masa kerja yang belum genap setahun, subjek baru
berperan sebagai bidan pelaksana dan belum memperoleh pendidikan
lanjutan untuk peran-peran lainnya (ADS.BS3.WwI.no.8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Stres dan Strategi Coping Subjek
Tabel 13. Kategori Umum Sumber Stres Subjek
Subjek No. Kategori Sub - Kategori 1 2 3 a. Keterbatasan ilmu dan pengalaman
sehingga ragu dan bingung untuk
memberikan tindakan kepada pasien.
P P P
b. Melakukan kesalahan saat pemeriksaan
sedangkan harus bertanggung jawab
sepenuhnya akan keselamatan pasien.
P P P
1. Penyesuaian diri
pada awal masa
kerja
c. Merasa rendah diri sebagai yunior
karena sering melakukan kesalahan.
P
a. Tekanan menghadapi berbagai kasus
yang sulit atau jarang ditemui.
P P P
b. Siap bekerja selama 24 jam/ stand by. P P P
c. Mengalami kegagalan saat menangani
proses persalinan.
P
d. Dilema menangani kasus yang terkait
dengan isu etik.
P P P
e. Dituntut untuk memberi pertolongan
dan pelayanan yang baik kepada pasien.
P P P
f. Pasien/ keluarga tidak kooperatif. P P P
2. Tekanan-tekanan
yang dihadapi dalam
pekerjaan
g. Menemui berbagai keterbatasan P P P
a. Keterbatasan waktu yang dimiliki
untuk diri sendiri dan orang terdekat.
P P P
b. Rasa lelah yang dirasa setelah bekerja
mempengaruhi emosi di rumah.
P P
c. Memiliki masalah pribadi dengan rekan
sejawat terkait lawan jenis.
P
3. Tekanan-tekanan
yang dihadapi terkait
masalah pribadi lain
d. Masalah pribadi mengganggu
konsentrasi dalam bekerja.
P P P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 14. Kategori Umum Strategi Coping Subjek
Subjek No. Kategori Sub - Kategori 1 2 3 a. Memberikan tindakan medis pada pasien. P P P
b. Menenangkan diri dari situasi menekan. P P P
c. Melakukan tindakan terencana sesuai
prosedur.
P P P
d. Mengutamakan tindakan medis terpenting
dan mengesampingkan aktivitas lain.
P P P
e. Menunda melakukan suatu tindakan medis
jika waktunya belum tepat.
P P P
f. Berkonsultasi/ meminta nasihat dari
dokter, senior, atau rekan kerja.
P P P
g. Curhat/ menceritakan masalah kepada
orang-orang terdekat agar merasa lega.
P P P
h. Mengambil hikmah dari setiap kasus/
masalah berat yang dihadapi.
P P P
i. Menerima dengan pasrah tugas, risiko dan
tanggung jawab meskipun berat.
P P P
j. Berdoa sebelum memberi tindakan kepada
pasien khususnya dalam kondisi kritis.
P P P
k. Melepaskan emosi negatif yang dirasakan
agar beban terasa lebih ringan.
P P P
m.Menghentikan prosedur yang sudah
tidak sesuai dengan kondisi yang ditemui.
P P
1. Strategi coping
saat menghadapi
masalah pekerjaan
n. Mengurangi tekanan yang dihadapi
dengan melakukan berbagai aktivitas.
P P
a. Membicarakan masalah langsung dengan
orang ybs, termasuk melalui SMS/ telepon
P P P 2. Strategi coping
saat menghadapi
masalah pribadi
lain
b. Menggunakan cara yang pernah digunakan
untuk mengatasi masalah yang serupa.
P P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
c. Menunggu kondisi emosi menjadi lebih
tenang untuk menyelesaikan masalah.
P P P
d. Sharing dan meminta nasihat dari teman
sehingga masalah dipecahkan bersama.
P
e. Curhat/ menceritakan masalah kepada
orang-orang terdekat yang dipercaya.
P P P
f. Mengambil hikmah dari setiap masalah
yang dihadapi.
P P P
g. Tidak ingin membicarakan masalah dan
berusaha melupakannya.
P
h. Melepaskan ketegangan yang dirasa
dengan berbagai cara.
P
i. Menghentikan usaha-usaha penyelesaian
masalah karena tidak mendapat respon
yang positif dari orang ybs.
P P P
j. Mengalihkan perhatian dari masalah yang
dihadapi dengan melakukan kegiatan lain.
P P P
a. Dukungan dari keluarga/ orang terdekat. P
b. Keterampilan dan keinginan untuk
mencoba hal-hal yang baru.
P P
3. Faktor pendukung
usaha penyelesaian
masalah
c. Pendapat atau masukan dari orang lain P P
a. Keterbatasan dalam ilmu kebidanan
maupun pengobatan umum.
P P P
b. Kurang percaya diri pada kemampuan
yang dimiliki.
P
c. Pasien dan keluarga yang tidak kooperatif. P
4. Faktor penghambat
usaha penyelesaian
masalah
d. Keterbatasan peralatan, tenaga medis, dan
obat-obatan.
P
5. Hasil setelah a. Merasa lega dan tenang setelah masalah
terselesaikan.
P P P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
b. Hubungan dengan orang lain menjadi
lebih baik terlebih jika terkait hubungan
profesional.
P P P
c. Keluhan fisik seperti tremor, berkeringat,
dan berdebar-debar perlahan menghilang
setelah situasi tidak menyenangkan dapat
dilewati.
P P P
menggunakan
strategi coping
d. Kesesuaian strategi yang digunakan
dengan masalah yang dihadapi setelah
dapat menyelesaikan masalah.
P P
Tabel 13 dan Tabel 14 di atas memberi gambaran mengenai sumber
stres sebagai penyebab munculnya rasa tertekan yang dialami dan strategi
coping yang digunakan oleh ketiga subjek untuk menghadapi sumber stres
tersebut sehingga situasi-situasi yang kurang menyenangkan dapat berkurang.
a. Sumber stres dan strategi coping yang digunakan di awal masa kerja
Setelah menamatkan pendidikan kebidanannya dan memperoleh
SIB (Surat Izin Bidan), ketiga subjek segera masuk dalam dunia kerja
yang sesungguhnya. Stres dan perasaan tertekan tidak dapat dihindari pada
masa awal bekerja. Mereka dituntut untuk segera dapat menyesuaikan diri
dan segera mulai bekerja meskipun hal itu tidak mudah bagi ketiga subjek.
Penyesuaian diri ini meliputi penyesuaian terhadap tugas-tugas barunya
dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial, seperti mulai bersosialisasi
dengan bidan atau tenaga medis yang bekerja di tempat tersebut (ADS.
BS2.WwI.no.21). Subjek yang mengalami rasa tertekan itu pada akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
melakukan berbagai upaya agar ia terlepas dari perasaan yang tidak
menyenangkan tersebut.
Pada saat ketiga subjek melakukan penyesuaian terhadap tugas-
tugasnya, situasi itu menyadarkan mereka pada keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang dimiliki, baik terkait dengan ilmu kebidanan maupun
pengobatan umum. Seperti yang terjadi pada Subjek 3 ketika melakukan
kesalahan penghitungan tanggal kembali pasien KB suntik sehingga
memunculkan rasa takut dan rasa bersalah (ADS.BS3.WwIII.no.69).
Setelah mendapat teguran (ADS.BS3.WwIII.no.70) dan meminta nasihat
dari senior, maka subjek segera menemui pasien untuk meminta maaf serta
mengkoreksi kesalahannya tersebut. Meskipun sempat merasa tertekan,
hal ini menjadi motivasi bagi subjek agar bekerja lebih teliti sehingga
tidak mengulangi kesalahannya lagi (ADS.BS3.WwIII.no.69). Hal yang
hampir sama terjadi pada Subjek 1 ketika ia salah memberikan obat dan
tindakan kepada pasien, sehingga merasa takut bahkan hingga kini masih
sering teringat. Namun ia mengatasi rasa tertekan itu dengan bekerja lebih
teliti baik saat memberikan tindakan maupun jenis obat dan dosisnya
(ADS.BS1.WwI.no.32).
Keterbatasan yang dialami subjek di luar ilmu kebidanan terjadi
pula pada Subjek 1, dimana ia harus menangani bayi yang sakit parah
(ADS.BS1.WwI.no.17). Saat itu ia merasa ragu akan kemampuannya
(ADS.BS1.WwI.no.15), sehingga bingung dan takut jika salah dalam
memberi tindakan. Walaupun berada dalam keadaan tertekan, subjek tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
berusaha memberi pengobatan awal kepada pasien (ADS.BS1.WwI.
no.17). Berbeda dengan Subjek 1, Subjek 2 menghadapi kasus lain yang
menimbulkan stres bagi dirinya. Ia menangani pasien yang mengalami
pendarahan hebat saat persalinan meskipun sebelumnya luka sudah dijahit
(ADS.BS2.WwI.no.16). Menghadapi kasus tersebut, walaupun subjek
belum banyak memiliki pengalaman, ia segera melakukan pertolongan
awal, seperti dengan memasang infus, mencari sumber pendarahan dan
menjahitnya, selain berusaha menenangkan pasien (ADS.BS2.WwI.no17).
Dalam keterbatasan itu, Subjek 2 juga banyak bertanya pada bidan senior
sehingga ia dapat lebih mengerti tindakan apa yang harus dilakukan pada
kasus tersebut (ADS. BS2.WwIII.no.77).
Meskipun menghadapi kasus yang berbeda-beda, tekanan yang
cukup membebani subjek pada masa awal kerjanya adalah keharusan
untuk bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keselamatan pasien.
“Subjek tertekan karena bertanggung jawab atas nyawa dan keselamatan pasien ditambah risiko dituntut jika mengalami kesalahan”. (ADS.BS2.WwI.no.15)
Hal ini berbeda dengan situasi ketika mereka menjalani praktik atau
magang yang masih mendapat bimbingan dari dosen ataupun senior
(ADS.BS3.WwIII.no.67) bahkan masih berhadapan dengan panthom
(ADS.BS1.WwI.no.16). Di samping itu, stres semakin terasa saat mereka
harus bekerja dengan cepat menghadapi kasus gawat yang belum pernah
mereka tangani sebelumnya (ADS.BS3.WwIII.no.72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa ketiga subjek juga
melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sosial, dimana mereka
dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga medis maupun karyawan
di tempat mereka bekerja. Masa penyesuaian ini sebenarnya cukup berat
bagi ketiga subjek, terlebih bagi Subjek 1, dimana proses penyesuaian itu
membuatnya tertekan sehingga merasa rendah diri. Sebagai yunior ia
merasa setiap tindakan yang dilakukannya masih kurang benar apabila
dibandingkan dengan bidan atau tenaga medis lainnya yang notebene lebih
berpengalaman (ADS.BS1.WwI.no.51). Oleh karena itu, subjek sering
mengeluh dan mengungkapkan kekesalannya pada teman dalam
menghadapi situasi seperti itu (ADS.BS1.WwI. no.52).
Tabel 15. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping yang Digunakan Pada
Awal Masa Kerja Sumber Stres Strain Strategi Coping
Melakukan kesalahan saat memeriksa atau memberi tindakan kepada pasien, spt salah menghitung tanggal kembali pasien KB.
Merasa takut dan merasa bersalah.
§ Meminta nasihat dari bidan senior.
§ Menemui pasien, meminta maaf dan mengkoreksi kesalahan.
Melakukan kesalahan dalam memberi jenis obat dan dosis.
Merasa takut. § Bekerja lebih teliti agar tidak mengulangi kesalahan.
Terbatasnya pengetahuan di luar ilmu kebidanan, spt saat menangani bayi sakit parah.
Merasa ragu, bingung dan takut.
§ Segera melakukan tindakan medis meskipun bersifat sementara.
Menghadapi kasus pendarahan saat persalinan.
§ Melakukan tindakan awal, spt pasang infus, mencari sumber pendarahan dan menjahitnya.
§ Menenangkan pasien. § Bertanya pada bidan senior.
Sebagai yunior, tindakan dirasa masih kurang benar dibandingkan dengan bidan/ tenaga medis lain.
Merasa tertekan dan rendah diri.
§ Mengeluh. § Menceritakan kekesalannya
dengan teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b. Sumber stres dan strategi coping yang digunakan saat menghadapi
masalah pekerjaan
Setelah melalui masa penyesuaian diri dengan lingkungan kerja,
subjek juga harus siap apabila menghadapi masalah-masalah yang lebih
berat di kemudian hari bahkan tidak sedikit yang berpotensi menimbulkan
stres. Mereka harus siap dengan berbagai kondisi hingga yang terburuk
sekalipun. Tuntutan dan tekanan yang dialami oleh ketiga subjek, yaitu:
1) Tekanan akibat menghadapi berbagai kasus
Pada saat menghadapi berbagai kasus, ketiga subjek terkadang
tidak bisa menghindar dari rasa tertekan. Kondisi tersebut sering
terjadi ketika mereka menghadapi kasus-kasus sulit atau kasus yang
jarang ditemui, yang semakin didukung dengan situasi-situasi yang
kurang menyenangkan.
Kasus pendarahan akibat persalinan (ADS.BS1.WwII&Obs.
no.64; ADS.BS2.WwI.no.16; ADS.BS3.WwI.no.12), partus letak
sunsang (ADS.BS1.WwI.no.14), persalinan dengan ibu pre-eklamsi
(ADS.BS1.WwIII.no.91), kasus distosia bahu (ADS.BS3.WwI.no.15)
dan afeksia (ADS.BS2.WwI.no.19), atau menangani pasien percobaan
bunuh diri (ADS.BS3.WwIII.no.71) cukup membuat ketiga subjek
selain mengalami gejala-gejala fisik seperti tremor, bedebar-debar,
lemas dan berkeringat (ADS.BS1.WwI.no.28; ADS.BS2.WwI.no.34;
ADS.BS3.WwI.no.27), juga merasa panik dan bingung dalam
bertindak mengingat mereka masih kurang memiliki pengalaman.
Menghadapi kasus-kasus tersebut terlebih jika harus bertugas sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
maka mereka cenderung untuk berkonsultasi dengan dokter atau senior
(ADS.BS3.WwIII.no.71), memberikan tindakan medis (ADS.BS1.
WwII&Obs.no.64), dan merujuk pasien ke rumah sakit bila tidak
memungkinkan mendapat pertolongan di klinik (ADS.BS2.
WwI.no.19).
Pada saat Subjek 2 menangani kasus bayi biru (kulit bayi yang
baru dilahirkan berubah kebiru-biruan), meskipun merasa panik ia dan
tenaga medis lain menunda membawa pasien ke rumah sakit agar
kondisi pasien lebih baik sebelum dirujuk dengan memberikan suplai
oksigen terlebih dahulu (ADS.BS2.WwI.no.45). Di kesempatan yang
berbeda, Subjek 3 juga harus menghadapi kasus persalinan kehamilan
pertama yang menunda dilakukannya tindakan episiotomi untuk
melihat keelastisan kulit perineum, sehingga jika elastis tindakan
episiotomi tidak perlu dilakukan (ADS.BS3.WwIII.no.80). Dalam
menangani kasus kecelakaan, Subjek 2 mengesampingkan sesaat usaha
untuk merujuk pasien, namun ia dengan segera membersihkan dan
menjahit luka agar tidak terjadi infeksi dan pendarahan. Setelah
kondisi lebih baik, pasien segera dibawa ke rumah sakit untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut (ADS.BS2.WwII&Obs.no.68).
Ketika Subjek 2 merasa sangat lelah, ia menangani persalinan
dengan pendarahan dan bayi yang sulit keluar. Setelah melakukan
berbagai tindakan, pasien dapat selamat. Rasa takut dan lelah tidak
dirasakan lagi namun mengambil hikmah bahwa situasi ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pengalaman berharga karena selain merupakan pengalaman pertama
dan berhasil, pengalaman ini juga dapat dibagi dengan rekan lainnya.
“...capek, benar-benar ndak tidur dari kemarin, pasien melahirkan banyak, eh pasien ini tiba-tiba melahirkan pendarahan. Tapi setelah itu diambil pelajaran, eh itu pengalaman mana ada pasien kayak gitu. Jadi positifnya, kita pas ngadapin itu, pas tertangani lagi ‘kan. Ya Allah itu pengalaman berharga belum tentu orang lain bisa. Kebanggan, itu syukur”. (ADS.BS2.WwI.no.47)
Subjek 1 juga mengambil hikmah dari setiap kasus yang dihadapi,
yaitu sebagai kesempatan mengintrospeksi kekurangannya (ADS.BS1.
WwI.no.50), sedangkan bagi Subjek 3 menyelesaikan masalah/kasus
merupakan kesempatan mengasah mental dan pengalamannya (ADS.
BS3.WwI.no.21&40).
Penyerahan kepada Tuhan dengan berdoa dilakukan ketiga
subjek saat berada dalam masa sulit, terutama saat menangani pasien
krit is (ADS.BS1.WwII&Obs.no.76). Subjek 2 berusaha menenangkan
diri/ menarik nafas (ADS.BS2.WwII&Obs.no.66) sambil tidak henti-
hentinya berdoa agar pasien selamat ketika ia merujuk bayi ke rumah
sakit dengan kondisi kurang oksigen dan detak jantung yang lambat
(ADS.BS2.WwI.no.50). Subjek 3 juga melakukan hal yang sama,
selain selalu berdoa sebelum bekerja agar dibimbing dan dilindungi
Tuhan, ia juga berdoa pada saat menangani pasien gawat bahkan
mengajak pasien untuk berdoa juga (ADS.BS3.WwI.no.43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 16. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan – Tekanan Akibat Menghadapi Berbagai Kasus
Sumber Stres Strain Strategi Coping Menghadapi kasus pendarahan, partus letak sunsang, ibu pre-eklamsi, kasus distosia bahu, afeksia, kasus percobaan bunuh diri.
Tremor, berdebar-debar, lemas, dan berkeringat. Merasa panik dan bingung.
§ Berkonsultasi dengan dokter atau bidan senior.
§ Memberikan tindakan medis. § Merujuk pasien ke RS. § Intropseksi diri dan mengasah
mental serta pengalaman. Menghadapi kasus bayi biru. Merasa panik. § Memberi suplai oksigen
sebelum merujuk ke RS. Menangani kasus kecelakaan. § Mengesampingkan merujuk
untuk membersihkan luka. Dalam kondisi capek, harus menangani persalinan dengan pendarahan.
Merasa takut dan lelah.
§ Mengambil hikmah dari setiap situasi menekan sebagai pengalaman berharga.
Menangani pasien bayi yang kekurangan oksigen dan detak jantung yang lambat.
§ Merujuk pasien ke RS. § Menenangkan diri dengan
mengatur nafas. § Terus berdoa agar pasien
dapat selamat.
2) Dituntut untuk siap bekerja 24 jam
Ketiga subjek memiliki jadwal kerja yang sudah diatur oleh
atasan termasuk hari liburnya. Akan tetapi mereka juga harus siap jika
dibutuhkan hingga 24 jam, misalnya untuk membantu persalinan atau
menangani pasien gawat dan menggantikan tugas rekan yang tidak
dapat bekerja pada hari itu.
Subjek 1 dituntut harus siap untuk stand by walaupun dalam
kondisi kurang istirahat karena sudah bekerja di shift sebelumnya atau
sedang menghadapi masalah pribadi (ADS.BS1.WwII&Obs.no.72).
Seringkali ia merasa kesal dan keberatan terlebih jika rekan-rekannya
menjadi terbiasa mengandalkan dirinya karena statusnya sebagai
yunior (ADS.BS1.WwI.no.26&27). Subjek 2 juga mengalami hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
serupa, ia harus siap bertugas karena bidan senior/ atasannya harus
kuliah sehingga terkadang ia harus bekerja selama hampir 24 jam
bahkan sendirian menghadapi kasus-kasus sulit (ADS.BS2.WwI.
no.24) atau ia tidak dapat langsung pulang setelah shift selesai karena
harus membantu bidan jaga (ADS.BS2.Obs.no.76).
Berbeda halnya dengan keadaan Subjek 3, ia harus selalu siap
karena ia bertempat tinggal di klinik sehingga tanggung jawab pada
shift malam dilimpahkan kepadanya. Ia juga selalu dipanggil jika bidan
jaga memerlukan bantuan padahal ia baru saja turun jaga .
“Saya tinggal di klinik itu sendiri. Jadi kadang kita waktunya istirahat kita tiba-tiba dipanggil untuk bantu pasti ada”. (ADS.BS3. WwI.no.20) “...subjek sempat diminta menangani pasien untuk membantu bidan di luar jam jaga. Meskipun akhirnya ia membantu, tapi ia tampak sedikit malas karena ia baru selesai mandi setelah jam jaganya usai”. (ADS.BS3.Obs.no.65)
Meskipun dengan alasan yang berbeda-beda, ketiga subjek menerima
dengan pasrah tuntutan tersebut mengingat tanggung jawab akan
tugasnya dan status sebagai yunior (ADS.BS1.WwII&Obs.no72; ADS.
BS2.WwI.no.25; ADS.BS3.WwI.no.20). Mereka tetap harus bekerja
secara profesional walaupun tidak jarang mereka mengeluh akan tugas
dan tanggung jawab berat yang dibebankan kepadanya (ADS.BS2.
WwI.no.48; ADS.BS3.WwI.no.42)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 17. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan – Dituntut untuk Siap Bekerja 24 Jam
Sumber Stres Strain Strategi Coping Dituntut untuk siap bekerja 24 jam meskipun dalam kondisi kurang istirahat atau sedang menghadapi masalah pribadi. Siap bertugas sendirian dan 24 jam saat atasan harus kuliah atau membantu bidan jaga. Siap bekerja 24 jam karena bertempat tinggal di klinik.
Merasa kesal dan keberatan.
§ Menerima dengan pasrah tuntutan tersebut sebagai tanggung jawab akan tugasnya dan mengingat statusnya sebagai yunior.
§ Mengeluhkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bidan.
3) Tekanan akibat gagal dalam menangani proses persalinan
Dalam melaksanakan tugasnya, subjek bertanggung jawab
untuk menolong pasien semaksimal mungkin, sehingga pasien dapat
terhindar dari kemungkinan terburuk. Meskipun demikian terkadang
bidan tidak dapat mengelak dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Hal ini terjadi pada Subjek 3 ketika ia menolong kasus persalinan. Ia
bersama tenaga medis lainnya sudah berusaha memberi tindakan medis
hingga merujuk pasien ke rumah sakit (ADS.BS3.WwI.no.17), namun
bayi yang baru saja lahir tidak dapat diselamatkan karena kondisinya
buruk sejak dalam kandungan dan paru-parunya tidak dapat berfungsi
(ADS.BS3.WwI.no.16). Subjek yang baru pertama kali menghadapi
kegagalan seperti ini merasa bersalah dan sedih setiap kali mengingat
hal ini. Pada akhirnya ia menghindar dari pembicaraan mengenai kasus
ini sambil menggeleng-gelengkan kepalanya (ADS.BS3.Obs.no.66).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 18. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan – Gagal Dalam Menangani Proses Persalinan
Sumber Stres Strain Strategi Coping Gagal menolong bayi saat persalinan karena kondisi bayi sudah tidak baik sejak dalam kandungan.
Merasa sedih dan bersalah.
§ Memberi tindakan medis. § Merujuk pasien ke RS. § Menghindari pembicaraan
mengenai kasus ini.
4) Tekanan akibat dilema yang terkait dengan isu etik
Sebagai bidan, ketiga subjek sering menghadapi dilema yang
terkait dengan isu etik. Di satu sisi mereka memiliki kewajiban untuk
membantu pasien, namun di sisi lain harus berhadapan dengan norma-
norma yang ada dalam masyarakat.
Dilema ini sering membuat subjek merasa tertekan, seperti
yang dialami oleh Subjek 2, yang menangani kasus seorang ibu dengan
gangguan rahim. Oleh karena harus dilakukan pemeriksaan yang
intensif, maka subjek menyarankan ibu untuk dirujuk ke rumah sakit,
namun pasien menolak dengan alasan keterbatasan ekonomi dan
memohon untuk ditangani oleh subjek. Ia merasa bingung karena tidak
bisa memaksakan hak pasien untuk tidak dirawat di rumah sakit tetapi
ia juga tidak dapat berbuat banyak untuk kesembuhan pasien. Pada
akhirnya subjek memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter dan
memberikan tindakan medis agar kondisi pasien dapat menjadi lebih
baik walaupun hanya bersifat sementara (ADS.BS2.Obs.no.73). Pasien
atau keluarga yang tidak memberi izin kepada subjek untuk melakukan
tindakan juga menimbulkan rasa tertekan dan kesal karena tugasnya
adalah menyelamatkan nyawa pasien namun ia sendiri tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bertindak tanpa sepengetahuan pasien karena risiko hukum yang harus
ditanggung. Oleh karena itu, ia meminta pasien/ keluarga untuk
menanda tangani surat inform consent sehingga tanggung jawab
beralih dari subjek kepada pasien/ keluarga setelah sebelumnya
memberikan informasi mengenai kondisi pasien.
“Setiap tindakan ‘kan memang harus dapat persetujuan pasien atau keluarga. Tapi kita kasih tahu dulu gimana-gimananya... Kalau tetap nggak mau ya kita kasih surat inform consent itu, biar segala sesuatu udah jadi tanggung jawab pasien ama keluarganya”. (ADS.BS2.WwIII.no.82)
Perasaan tertekan ini juga dialami oleh Subjek 3, dimana ia
harus menghadapi pasien aborsi. Pada dasarnya ia tidak tega melihat
kondisi pasien yang datang sambil menangis dengan berbagai alasan
dan mendesak dirinya untuk membantu menggugurkan kandungan,
akan tetapi ia juga terikat sumpah jabatan dan dapat dihadapkan pada
hukum dan norma agama (ADS.BS3.WwI.no.18). Dengan demikian
subjek menolak memberi bantuan sembari memberikan nasihat kepada
pasien (ADS.BS3.WwI.no.19). Berbeda dengan aborsi dengan alasan
kriminalis, terkadang subjek harus menyarankan pengguguran
kandungan kepada pasien karena kondisi pasien yang tidak baik,
seperti ibu yang menderita penyakit jantung sangat beresiko karena
dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Akan tetapi jika pasien dan
keluarga tidak memberikan izin, maka subjek mengikuti kemauan
pasien dan tidak melakukan tindakan, selain meminta pasien/ keluarga
menanda tangani surat inform consent.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
“...setiap tindakan ya perlu persetujuan dari keluarga ataupun pasien, ya walaupun itu demi kebaikan pasien sendiri, kadang pasien ada yang menolak sih ya. Misalnya, bayinya digugurkan masalahnya karena ibu ada penyakit jantung. Itu nanti ketimbang ibunya berbahaya, bayinya juga berbahaya, mending digugurkan salah satu. Ibunya nggak mungkin ‘kan, kemungkinan bayi. Itu harus ada surat izin tindakan. Tapi kalau keluarganya nggak setuju ya udah, kita nggak perlu ngelakuin , tetap kita nggak boleh”. (ADS.BS3.WwIII.no.73)
Tabel 19. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pekerjaan – Dilema Terkait Isu Etik Sumber Stres Strain Strategi Coping
Tidak bisa memaksakan pasien gangguan rahim untuk dirujuk namun tidak dapat berbuat banyak jika ditangani di klinik.
Merasa bingung. § Berkonsultasi dengan dokter dan memberikan tindakan medis meskipun bersifat sementara.
Keluarga pasien tidak memberi izin untuk melakukan tindakan penggguran meskipun dapat membahayakan ibu dan bayi.
Merasa kesal dan tertekan.
§ Tidak melakukan tindakan tanpa izin pasien/ keluarga.
§ Meminta keluarga menanda tangani surat inform consent.
Tidak tega melihat kondisi pasien yang menangis mohon untuk diaborsi namun tidak dapat melanggar hukum dan kode etik.
Merasa tidak tega.
§ Menolak untuk melakukan aborsi.
§ Memberi nasihat kepada pasien agar mengurungkan niatnya.
5) Dituntut untuk memberi pertolongan dan pelayanan yang baik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai bidan,
ketiga subjek bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pasien
yang ditolongnya. Pada saat merasa panik ketika menangani suatu
kasus, muncul kekhawatiran pada diri ketiga subjek jika mereka tidak
dapat menolong pasien dengan selamat (ADS.BS1.WwII&Obs.no65;
ADS.BS3.WwI.no26). Selain merasa terbebani dengan tuntutan dari
pasien dan keluarga, ia juga dapat berhadapan dengan hukum apabila
dituntut oleh pasien yang menganggap tindakan yang dilakukan
merupakan malpraktik (ADS.BS2.WwI.no.20). Atasan maupun dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
juga menuntut subjek agar mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik dan mengusahakan keselamatan nyawa pasien (ADS.BS1.WwII&
Obs.no.66; ADS.BS2.WwI.no.13). Menghadapi situasi tersebut, ketiga
subjek menerima dengan pasrah tekanan-tekanan yang berasal dari luar
dan semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa pasien (ADS.BS2.
WwI.no.20) dengan melakukan tindakan sesuai prosedur (ADS.BS1.
WwI.no.46; ADS.BS2.WwII&Obs.no67; ADS.BS3. WwI.no15)
Di samping tuntutan di atas, ketiga subjek juga dituntut untuk
memberikan pelayanan yang baik meskipun mendapat perlakuan buruk
dari pasien dan keluarga. Seperti yang dialami oleh Subjek 2, dimana
ia dituntut untuk tidak menyinggung perasaan pasien meskipun pasien
bersikap tidak menyenangkan. Tuntutan ini terkait dengan reputasi
klinik tempat ia bekerja. Meskipun terkadang merasa lelah dan kesal
dengan sikap pasien, ia tetap harus menjaga suasana hati, mampu
menenangkan diri, dan memberikan tindakan dengan cepat dan benar
dalam menangani pasien (ADS.BS2.WwI.no.28&29).
Tabel 20. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Mas alah Pekerjaan – Memberi Pertolongan dan Pelayanan yang Baik Sumber Stres Strain Strategi Coping
Dituntut untuk melakukan tugas dengan baik dan menyelamatkan pasien. Keluarga pasien dapat menuntut secara hukum bila tindakan dianggap malpraktik.
Merasa panik dan khawatir.
§ Melakukan tindakan terencana sesuai prosedur.
§ Menerima dengan pasrah segala tekanan-tekanan dari luar dan semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa pasien.
Dituntut tidak menyinggung perasaan pasien walaupun mendapat perlakuan buruk dari pasien.
Merasa kesal dan lelah.
§ Menjaga suasana hati. § Menenangkan diri. § Memberikan tindakan yang
cepat dan benar kepada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
6) Tekanan dari sikap pasien atau keluarga yang tidak kooperatif
Sebagai seorang bidan, subjek sering berinteraksi dengan
pasien. Menghadapi karakter pasien yang berbeda-beda merupakan
tantangan bagi ketiga subjek namun sekaligus tekanan terlebih jika
menemui pasien yang tidak kooperatif. Hal ini terjadi ketika Subjek 2
menangani pasien bersalin yang kurang mengerti dengan arahan yang
diberikan oleh subjek (ADS.BS2.WwI. no.54). Menghadapi situasi
tersebut, subjek hanya dapat terus memberikan arahan dan semangat
kepada ibu supaya mengerti apa yang harus dilakukannya
(ADS.BS2.WwI.no.54). Situasi lain yang dihadapi Subjek 2 adalah
menangani pasien gangguan rahim. Ketika subjek menganjurkan agar
dirujuk ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan intensif, pasien
menolak meskipun anjuran subjek demi kebaikan pasien juga. Melihat
hal itu subjek hanya bisa memberikan tindakan sementara setelah
sebelumnya berkonsultasi dengan dokter (ADS.BS2.Obs.no.73).
Keluarga dari pasien terkadang juga menghambat subjek untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Seperti yang terjadi pada Subjek 3,
dimana keluarga pasien menolak memberi izin kepada subjek dan tim
medis untuk menggugurkan bayi karena dapat membahayakan nyawa
ibu dan bayi dimana ibu menderita penyakit jantung. Menerima
penolakan itu, maka subjek mengikuti kemauan keluarga pasien dan
dengan demikian subjek tidak bertanggung jawab lagi jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan pada pasien (ADS.BS3.WwIII.no.73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Di samping pasien dan keluarga yang tidak dapat bekerja sama
dengan subjek sebagai bidan, ia juga tidak jarang harus menghadapi
sikap pasien atau keluarga yang tidak menyenangkan bahkan terkesan
tidak menghargai subjek. Keluarga pasien secara terang-terangan
menolak Subjek 1 yang notabene seorang bidan yunior, melakukan
tindakan kuretase pada pasien dan segera menyetujui setelah dokter
yang menyarankan kepada mereka. Ketidak percayaan yang
ditunjukkan oleh keluarga pasien semakin menekan yang hanya dapat
diterima dengan pasrah oleh subjek dan menceritakan hambatan
tersebut kepada dokter, atasannya,
“ …waktu pasien harus dikuret gitu habis keguguran, tapi pernah ‘tu keluarganya ndak bolehkan. Padahal kondisi rahim masih nggak baik, harus dibersihkan ‘kan darah-darah yang tertinggal. Tapi keluarganya takut malah terjadi apa-apa pas dikuret. Saya langsung ngomong sama dokter, akhirnya dokter yang kasih tahu keluarganya itu. Boleh akhirnya, mungkin karena lebih percaya dokter ya. Ya udah langsung kita kuret”. (ADS.BS1.WwIII.no.94)
dan bercerita pula kepada orang terdekat agar menjadi lebih lega
(ADS.BS2.WwI.no.36; ADS.BS3.WwI.no.37).
Tabel 21. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan – Pasien dan Keluarga Tidak Kooperatif
Sumber Stres Strain Strategi Coping Menangani pasien bersalin yang kurang mengerti dengan arahan yang diberikan.
§ Terus memberi arahan dan semangat agar pasien mengerti apa yang dimaksud.
Pasien menolak untuk dirujuk meskipun demi kebaikannya.
§ Berkonsultasi dengan dokter. § Memberi tindakan sementara.
Keluarga pasien menolak memberi izin menggugurkan bayi demi keselamatan pasien yang berpenyakit jantung.
§ Tidak melakukan tindakan tanpa izin dari keluarga pasien
§ Meminta keluarga menanda tangani surat inform consent.
Keluarga pasien menolak bidan yunior melakukan kuretase pada pasien.
Merasa tertekan.
§ Menerima dengan pasrah. § Menceritakan hambatan pada
dokter, atasan, orang terdekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
7) Tekanan akibat menghadapi berbagai keterbatasan
Selama subjek bekerja sebagai bidan, mereka menyadari bahwa
terdapat banyak keterbatasan yang dapat menghambat pada saat
menangani pasien. Keterbatasan itu tidak hanya dari diri sendiri namun
juga berasal dari luar diri subjek.
Bagi ketiga subjek keterbatasan ilmu dan pengalaman yang
dimiliki sangat menghambat dalam penanganan pasien. Keterbatasan
ini tidak hanya di wilayah ilmu kebidanan saja namun juga pada ilmu
pengobatan umum. Subjek 1 terhambat saat ia harus melakukan
pemeriksaan dan memberi pertolongan kepada ibu atau kepada bayi
yang sedang sakit. Keterbatasan ilmu dan pengalaman juga
dirasakannya saat menghadapi kasus-kasus yang belum pernah ditemui
sebelumnya (ADS.BS1.WwIII.no.101) atau saat menghadapi
kehamilan yang tidak normal bagi Subjek 2 (ADS.BS2.WwIII.no.84).
Sedangkan bagi Subjek 3 keterbatasan dialami saat menangani pasien
diabetes dimana ia tidak tahu terlalu banyak mengenai jenis penyakit
ini (ADS.BS3.WwIII.no.84). Oleh karena sering terhambat untuk
segera memberi pertolongan kepada pasien, maka ketiga subjek segera
bertanya atau konsultasi dengan dokter atau senior. Mereka juga
mengamati tindakan yang diberikan dokter atau senior kepada pasien,
berdiskusi, dan membaca (ADS.BS1.WwIII.no102; ADS.BS2.WwIII.
no84; ADS.BS3.WwIII.no84).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Faktor lain yang menjadi penghambat subjek dalam memberi
penanganan kepada pasien adalah keterbatasan alat dan tenaga medis.
Keterbatasan alat dialami oleh Subjek 2 dan 3 mengingat tempat
mereka bekerja tidak terlalu besar dan harga alat yang cukup mahal.
“...apalagi kalau alat itu ya, pasien udah istilahnya setengah mati ‘tu harus dibawa ke tempat lain karena kita ndak ada alat... alat juga mahal, ya udahlah, kita aja yang nemanin pasien rujuk...”. (ADS.BS2.WwIII.no.83) “Kita ‘kan peralatan juga nggak lengkap, nggak ada USG. Ya pasti kita maunya kita rujuk pasiennya untuk USG, untuk pemeriksaan segala macam ke rumah sakit besar gitu ‘kan”. (ADS.BS3.WwIII.no.79).
Oleh karenanya, subjek memberikan penanganan sementara
sebelum merujuk pasien ke rumah sakit (ADS.BS2.WwIII.no.83;
ADS.BS3.WwIII.no.79). Melihat jumlah tenaga medis yang tidak
terlalu banyak di tempat Subjek 2 dan 3 bekerja, maka keterbatasan
tenaga medis terkadang dialami, misalnya hanya terdapat beberapa
tenaga medis yang stand by sedangkan jumlah pasien banyak atau
terdapat antrian pasien di klinik sedangkan terdapat pasien gawat yang
membutuhkan pertolongan segera, misalnya pasien kecelakaan
(ADS.BS2.WwIII.no.83; ADS.BS3.WwIII.no.83). Guna mengatasi hal
tersebut, subjek memanggil bidan dari klinik lain (ADS.BS2.WwIII.
no.83) atau langsung membagi tugas dengan tenaga medis yang ada
(ADS.BS3.WwIII.no.83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 22. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping yang Digunakan Saat Menghadapi Masalah Pekerjaan – Menghadapi Keterbatasan
Sumber Stres Strain Strategi Coping Keterbatasan ilmu di luar ilmu kebidanan, spt saat memeriksa bayi sakit atau pasien diabetes.
Keterbatasan ilmu saat menghadapi kasus yang belum pernah ditemui.
§ Bertanya atau berkonsultasi dengan dokter atau senior.
§ Mengamati tindakan dokter/ senior saat menangani pasien.
§ Berdiskusi dengan teman. § Membaca.
Keterbatasan alat karena harganya yang mahal.
§ Memberi tindakan sementara sebelum merujuk pasien.
Keterbatasan tenaga medis terlebih jika sedang menghadapi pasien gawat.
§ Memanggil bidan yang tidak bertugas atau dari klinik lan.
§ Membagi tugas dengan rekan sejawat.
c. Sumber stres dan strategi coping yang digunakan saat menghadapi
masalah pribadi
Stres bagi ketiga subjek tidak terbatas pada masalah pekerjaan saja
tetapi juga disebabkan oleh masalah pribadi. Pada dasarnya masalah
pribadi terkait dengan keluarga, teman-teman, rekan sejawat, dan dengan
pacar (ADS.BS1.WwI.no.40). Terbatasnya waktu adalah salah satu
penyebab permasalahan pribadi yang dialami oleh ketiga subjek. Hampir
separuh hari mereka bekerja dan waktu luang yang tersisa hanya cukup
digunakan untuk beristirahat setelah bekerja (ADS.BS1.WwII.no.68).
Dengan demikian mereka sering membatalkan janji terlebih jika mendapat
panggilan dari klinik, seperti yang terjadi pada Subjek 1 dan 2.
Subjek 1 membatalkan janji untuk bertemu dengan teman-
temannya karena kondisi yang lelah setelah bekerja di klinik (ADS.BS1.
Obs.no.86). Oleh karena merasa tidak enak tiba-tiba membatalkan janji,
maka subjek meminta maaf kepada teman-temannya dan berjanji untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
datang keesokan harinya (ADS.BS1.Obs.no.86). Situasi yang serupa
dialami oleh Subjek 2 yang harus membatalkan janji dengan pacarnya
karena menangani kasus berat. Terkadang pacar tidak mengerti dengan
situasi yang dihadapinya sehingga menyulut pertengkaran. Apabila hal itu
terjadi, maka untuk menghindari masalah semakin membesar, subjek akan
menenangkan diri, kemudian membicarakan masalah dengan pacarnya jika
masing-masing sudah dapat mengendalikan emosi (ADS.BS2.WwII&Obs.
no.61). Meskipun demikian, adakalanya saat bertengkar, pacar tidak mau
mengerti akan kondisinya, maka subjek memilih untuk diam, menon-
aktifkan telepon selularnya sebagai bentuk penghentian usaha
penyelesaian masalah, dan mengomel atau menangis agar beban yang
dirasa sedikit berkurang.
“...muncul kesalah pahaman antara subjek dengan pacarnya. ...subjek sudah beberapa kali mengirim SMS untuk memberikan penjelasan tapi pacarnya tetap tidak mau mengerti. Pada akhirnya ia mematikan telepon selulernya dan tertidur meskipun sempat menangis”. (ADS.BS2.Obs.no.75)
Kondisi badan yang lelah setelah bekerja juga dapat menyebabkan Subjek
2 menjadi cepat tersinggung sehingga sering terjadi salah paham dengan
keluarganya (ADS.BS2.WwII.no.64).
Permasalahan dengan rekan sejawat merupakan salah satu masalah
pribadi yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan membuat suasana kerja
menjadi tidak nyaman, terlebih jika harus menangani pasien bersama-sama
(ADS.BS1.WwIII.no.96; ADS.BS3.WwIII.no.75). Hal inilah yang dialami
oleh Subjek 3, dimana ia berulangkali dituduh oleh rekan sejawat
mencampuri urusannya bahkan hingga dicemooh. Merasa tidak bersalah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dalam keadaan marah dan tremor, subjek memberikan penjelasan. Setelah
rekan itu pergi, ia berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas
sambil meminum segelas air. Beberapa saat kemudian subjek terlihat lebih
tenang dan tremor pun hilang meskipun ia mengakui masih cukup kesal
(ADS.BS3.Obs.no.64). Pada saat bermasalah dengan teman di situasi lain,
subjek menunggu waktu yang tepat hingga masing-masing lebih tenang
barulah kemudian membicarakan permasalahan yang dihadapi (ADS.BS3.
WwIII.no.75&81). Walaupun permasalahan pribadi sering mempengaruhi
konsentrasi kerja, namun terkadang subjek mengurangi perhatiannya dari
masalah pribadi dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan di tempat
kerja (ADS.BS1.WwI.no.42) selain tidur (ADS.BS2.WwIII.no.99), olah
raga (ADS.BS2.WwI.no.52), jalan-jalan dan berbelanja (ADS.BS3.WwI.
no.45), sehingga dapat melupakan permasalahan yang sedang dihadapi.
Tabel 23. Kesimpulan Sumber Stres dan Strategi Coping Saat Menghadapi
Masalah Pribadi Sumber Stres Strain Strategi Coping
Membatalkan janji dengan teman setelah lelah bekerja.
Merasa tidak enak.
§ Minta maaf pada temannya. § Berjanji datang keesokan hari.
Membatalkan janji dengan pacar karena menangani kasus berat dan pacar tidak mengerti.
§ Diam agar tenang sebelum membicarakan masalah.
§ Menon-aktifkan telepon selular jika usahanya tidak diperhatikan.
§ Mengomel dan menangis. Dituduh oleh rekan sejawat mencampuri urusannya terkait dengan lawan jenis.
Tremor. Merasa marah.
§ Memberikan penjelasan. § Berusaha menenangkan diri
dengan minum segelas air. Bermasalah dengan orang terdekat atau teman-temannya.
§ Menunggu waktu yang tepat hingga merasa tenang barulah membicarakan masalah.
§ Menyibukkan diri pada pekerjaannya dan aktivitas lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
d. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat usaha penyelesaian
masalah
Setelah menghadapi sumber stres dengan strategi coping tertentu,
maka pada akhirnya diharapkan membuahkan hasil yang positif. Namun
sebelumnya, terdapat sejumlah faktor yang membantu dalam mengatasi
masalah. Dukungan sosial terlebih dari keluarga adalah hal utama yang
membantu Subjek 1 untuk keluar dari masalah (ADS.BS1.WwI.no.57)
termasuk masukan atau pendapat dari orang lain (ADS.BS3.WwI.no.46),
sedangkan bagi Subjek 2 dan 3 keterampilan dan keinginan untuk
mencoba hal-hal barulah yang dapat membantu (ADS.BS2.WwI.no.53;
ADS.BS3.WwI.no.46).
Di sisi yang lain terdapat pula faktor- faktor yang menghambat
subjek untuk mengatasi masalah, misalnya keterbatasan ilmu, baik ilmu
kebidanan maupun pengobatan umum dan kurangnya keterampilan dalam
memberikan tindakan (ADS.BS1.WwIII.no.101; ADS.BS2.WwIII.no.84;
ADS.BS3.WwI.no.47). Bagi Subjek 2 dan 3, faktor keterbatasan alat
sangat menghambat usaha menolong pasien (ADS.BS2.WwIII.no.83;
ADS.BS3.WwIII.no.79). Bagi Subjek 1 faktor yang menghambat adalah
rasa kurang percaya diri pada kemampuan yang dimilikinya (ADS.BS1.
WwIII.no.100), pasien dan keluarga yang kurang kooperatif dengan bidan
merupakan penghambat bagi Subjek 2 (ADS.BS2.WwI.no.54), sedangkan
bagi Subjek 3 keterebatasan tenaga medis dan obat-obatan cukup
mengganggu meskipun tidak selalu terjadi (ADS.BS3.WwI.no.47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 24. Kesimpulan Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Penyelesaian Masalah
Eksternal Internal F. Pendukung Dukungan sosial dari keluarga
dan orang-orang terdekat. Motivasi dan keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru.
F.Penghambat Keterbatasan peralatan/ sarana, keterbatasan tenaga medis dan obat-obatan, serta sikap pasien yang kurang kooperatif.
Keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.
f. Hasil dan kesesuaian dari penggunaan strategi coping untuk
mengatasi masalah
Hasil psikologis setelah subjek mampu menyelesaikan masalah
adalah mereka merasa lega, tenang, dan tidak terbebani sehingga bekerja
juga lebih terarah dan sistematis (ADS.BS1.WwI.no.59; ADS.BS3.WwI.
no.50). Bagi Subjek 2 ia juga merasa bangga karena berhasil menangani
kasus yang mungkin belum pernah dihadapi oleh rekan sejawatnya.
“Bangga pasti bangga, lega. Lega, ya Allah syukur deh, selamat ‘kan. Ya Allah bangga, capeknya sih pas ti ada, capeknya bukan main, udah pasti kita ngerasain bangganya”. (ADS.BS2.WwIII.no.55)
Apabila ditilik secara sosial, maka hubungan interpersonal antara subjek
dengan orang yang bermasalah menjadi baik kembali terlebih jika terkait
dengan hubungan profesionalisme kerja (ADS.BS1.WwI.no.60; ADS.BS2.
WwI.no.56), dan secara fisiologis, gejala-gejala fisik seperti tremor,
pusing, jantung berdebar-debar, atau berkeringat yang dialami sebelumnya
perlahan- lahan menghilang (ADS.BS1.WwII.no.80; ADS.BS3.WwII.
no.61) dan tidak berkembang menjadi suatu penyakit kronis.
Melihat pengaruh tersebut, Subjek 1 berpendapat bahwa strategi
yang digunakan dalam menangani pasien sudah cukup sesuai karena
dilaksanakan sesuai prosedur (ADS.BS1.WwI.no.61). Akan tetapi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
masalah pribadi strategi yang digunakan terkadang masih belum
memuaskan (ADS.BS1.WwI.no.62) karena masih ada permasalahan yang
belum terselesaikan, misalnya subjek menghentikan usaha penyelesaian
dengan tidak menegur lagi teman karena merasa tidak digubris. Upaya itu
memberi rasa lega namun terkadang masih mengganjal terlebih bila masih
sering bertemu (ADS.BS1.WwII&Obs.no.79). Begitu pula dengan Subjek
2, ia merasa strategi sudah cukup sesuai tapi mungkin strategi tersebut
tidak sesuai bagi orang lain (ADS.BS2.WwI.no.58). Sedangkan Subjek 3
merasa masih belum puas dengan strategi yang digunakannya karena ia
merasa masih harus banyak belajar terutama dalam hal menangani pasien
(ADS.BS3. WwI.no.51).
Tabel 25. Kesimpulan Hasil dari Penggunaan Strategi Coping untuk Mengatasi
Masalah Hasil Psikologis Hasil Sosial Hasil Fisiologis
Merasa lebih lega, tenang, tidak terbebani sehingga dapat bekerja lebih baik dan terarah.
Hubungan interpersonal membaik setelah masalah dapat diselesaikan terlebih jika terkait dengan hubungan profesionalisme kerja.
Gejala-gejala fisik seperti tremor, pusing, jantung berdebar-debar, atau berkeringan pada saat tertekan perlahan-lahan menghilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi yang diutarakan oleh sejumlah sumber, seperti
Klinkert (dalam Wiknjosastro, dkk, 2002), Permenkes No.900/MENKES/SK/VII/
2002 (dalam Hartini & Sulasmono, 2006), dan WHO (2003), maka dapat ditarik
batasan bahwa yang dimaksud dengan bidan adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menamatkan pendidikan kebidanan. Di samping itu, bidan juga
harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktik kebidanan, yang telah
diakui oleh pemerintah serta secara sah.
Bidan fresh graduate pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir
sama dengan pengertian bidan. Akan tetapi yang ditekankan pada bidan fresh
graduate di sini adalah bidan yang baru saja menamatkan pendidikannya dari
Akademi Kebidanan (Akbid), karena fresh graduate memiliki pengertian umum,
yaitu baru saja menyelesaikan atau menamatkan pendidikan dari suatu institusi
(Oxford, 1995). Pada umumnya bidan fresh graduate adalah bidan yang baru saja
lulus, maksimal satu tahun dari waktu kelulusan. Angka satu tahun ini didasarkan
pada waktu kelulusan dalam Akbid yang hanya setahun sekali. Sebagian besar
bidan fresh graduate adalah wanita yang berusia 20 hingga 25 tahun. Dengan
demikian, bidan muda ini berada dalam masa dewasa awal saat mereka mulai
bekerja sesuai dengan tugas perkembangannya.
Ketiga subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yang sudah
memenuhi pengertian dari seorang bidan. Mereka sudah menamatkan pendidikan
kebidanannya pada program Diploma (D3) di Akademi Kebidaan (Akbid) Depkes
Soedarso Pontianak yang sekarang dikenal dengan nama Politeknik Kebidanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Pontianak (ADS.BS1.WwI.no.2; ADS.BS2.WwI.no.1; ADS.BS3.WwI.no.1).
Subjek juga sudah memperoleh Surat Izin Bidan (SIB) sebagai legalisasi untuk
menjalankan praktik kebidanan yang sah karena telah berhasil menamatkan
pendidikan selama 3 tahun selain memiliki kompetensi di bidangnya. Kompetensi
ini dimiliki subjek atas dasar pendidikan dan keterampilan yang diperolehnya,
seperti asuhan bayi baru lahir, balita, dan anak-anak, pengetahuan tentang remaja,
masa pranikah dan kehamilan, menolong persalinan, masa nifas dan menopause,
pendidikan seksual, pemberian konseling, pemberian imunisasi dan KB, serta
kesehatan masyarakat. Di samping itu, kemampuan yang dimiliki subjek
diperoleh pula dari kesempatan magang di rumah sakit, klinik, atau puskesmas,
latihan praktik secara mandiri, serta mengikuti berbagai seminar.
Subjek juga termasuk ke dalam definisi bidan fresh graduate karena
mereka baru saja menamatkan pendidikannya pada bulan Oktober tahun 2006
sehingga belum genap setahun bekerja. Selain itu mereka adalah bidan yunior jika
dilihat dari usia kerjanya yang rata-rata baru bekerja selama 9 hingga 11 bulan
dan jika dibandingkan dengan bidan-bidan senior yang sudah bekerja selama
bertahun-tahun. Sebagai individu yang telah berusia 22 dan 23 tahun, maka
mereka masuk ke dalam masa dewasa dini yang berada pada rentang 18 hingga 40
tahun. Mereka juga sudah memenuhi sebagian dari tugas-tugas perkembangan di
tahap ini, yaitu mendapatkan pekerjaan sesuai pendidikannya sebagai bidan
(ADS.BS1.WwI.no.12), mengambil tanggung jawab sebagai warga negara dalam
hal ini terkait taat pada hukum dan sumpah jabatannya untuk bekerja sesuai kode
etik (ADS.BS3.WwI.no.18), menjalin hubungan dengan lawan jenis dalam upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
memilih pasangan (SSC.BS3.Obs.30-31Juli,07), dan bergabung dalam kelompok
sosial meskipun dalam hal ini terkadang masih berbenturan dengan keterbatasan
waktu (ADS.BS2.WwI.no.25).
Peranan bidan di dalam masyarakat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu peran
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti (Wahyuningsih & Zein, 2005)
dimana ketiga subjek masih berperan sebagai bidan pelaksana yang memberikan
asuhan kebidanan kepada klien (ADS.BS1.WwI.no.12; ADS. BS2.WwI.no.12;
ADS.BS1.WwI.no.8). Peran ini tidak dapat dipisahkan dari tugas-tugasnya. Pada
dasarnya seorang bidan bertugas untuk memberikan pertolongan pertama kepada
orang sakit namun bidan juga mengemban tugas pokok, yakni mengawasi
perempuan hamil, membantu proses persalinan, dan mengawasi perempuan pasca
persalinan beserta bayinya (Goelam, 1964). Selain ketiga tugas pokok tersebut,
subjek juga memberikan perawatan dan asuhan kebidanan pada bayi, balita, anak-
anak, remaja puteri, dan wanita menopause, memberi konseling/ penyuluhan,
imunisasi, KB, dan kesehatan reproduksi. Sebagai tambahan, subjek juga bertugas
merawat pasien rawat inap dan melakukan tugas administrasi. Oleh karena Subjek
2 dan 3 bekerja di klinik ataupun balai pengobatan dengan poliklinik umum, maka
mereka mendapat tugas tambahan untuk memberi pengobatan umum (ADS.BS2.
WwI.no.11; ADS.BS3.Obs.no.63). Hal ini berbeda dengan Subjek 1 yang khusus
bekerja di sal kebidanan dan hanya bertugas memberikan layanan kebidanan
termasuk operasi maupun tindakan kuretase.
Pada saat mengerjakan tugas-tugasnya, subjek dituntut pula untuk bekerja
secara mandiri dan profesional, bekerja dengan cepat termasuk dalam mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
keputusan, mampu menghadapi situasi-situasi sulit, dan juga dapat menyesuaikan
diri dengan tugas-tugas perkembangannya. Tuntutan dan tekanan inilah yang
kemudian berpotensi memunculkan stres terlebih pada bidan yunior yang belum
banyak memiliki pengalaman.
Stres pada dasarnya sulit untuk didefinisikan karena pengertian setiap
individu terhadap stres berbeda-beda (Atwater, 1994). Akan tetapi secara
sederhana stres dapat diartikan sebagai suatu keadaan penuh tuntutan dan tekanan
baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999). Sumber stres atau stressor
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembahasan stres yang merupakan
sumber atau penyebab munculnya stres.
Sumber stres bagi ketiga subjek terkait dengan masalah pekerjaan dan
kehidupan pribadinya. Stres pada masalah pekerjaan dimulai pada awal subjek
bekerja sebagai perubahan dalam hidup (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997),
dimana subjek harus mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang asing
termasuk dengan rekan kerja yang umumnya merupakan bidan senior. Selain itu
subjek juga harus menyesuaikan diri dengan tugas, tuntutan, maupun tanggung
jawab yang diberikan kepadanya dalam menghadapi berbagai kasus hingga kasus-
kasus berat tanpa tergantung pada orang lain, baik senior maupun atasan. Hal ini
sangat dirasakan oleh Subjek 1 terlebih karena ia berkecil hati dan merasa kurang
memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dan tenggung jawabnya.
“Awal-awalnya sih dulu, pertama -tama kali kerja, apa pas turun setelah dari pendidikan itu rasanya, aduh rasanya kok nol sekali, rasanya kurang sekali…”. (ADS.BS1.WwI.no.15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kesalahan dalam pemberian obat dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
Subjek 3 menyebabkan ia merasa stres pada awal bekerja, ditambah lagi dengan
kemarahan senior atas kesalahannya.
Setelah mampu untuk menyesuaikan diri, subjek juga dihadapkan pada
berbagai tugas dan tuntutan yang semakin berat. Mereka harus menghadapi kasus-
kasus yang jarang ditemui dan dengan situasi sulit terlebih jika ia harus bekerja
sendiri tanpa bantuan senior, harus siap dengan tuntutan dan risiko yang diambil
saat menolong pasien, harus mengambil keputusan yang tidak merugikan pasien,
serta bertindak dengan tepat dan cepat. Tekanan dalam bekerja juga diperoleh
subjek dari atasan dan senior, dokter, hingga keluarga pasien, serta mereka
dituntut bekerja seprofesional mungkin termasuk tuntutan untuk siap 24 jam jika
sewaktu-waktu diperlukan untuk menolong pasien.
“… senior saya kadang-kadang dia kuliah, jadi kalau dia kuliah kita yang terbebani, kita tanggung jawab kita ‘kan… Kadang-kadang kita harus stand by 24 jam di situ nunggu senior kita pulang ‘kan. Jadi itu rasanya, ada sih kadang-kadang berat”. (ADS.BS2.WwI.no.24)
Perasaan tertekan yang sering dialami oleh Subjek 1 dan 2 akibat keterbatasan
kemampuannya dalam menolong pasien atau hubungan yang sempat kurang baik
antara Subjek 3 dengan rekan sejawat bahkan hingga berlarut- larut pada akhirnya
berpotensi menjadi sumber stres kronis (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997)
Sumber stres juga dapat disebabkan oleh frustrasi dan konflik. Frustrasi
adalah keadaan yang tidak menyenangkan akibat terhambatnya pencapaian tujuan
yang dimiliki (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997). Bentuk stres ini kentara
dirasakan oleh Subjek 3 ketika gagal dalam menyelamatkan bayi saat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
persalinan, dimana ia bertujuan menolong bayi namun pada akhirnya terhambat
karena kondisi bayi sendiri sudah tidak baik sejak dalam kandungan.
“… kalau dari ibunya sih nggak ada, dari bayi pernah kemarin, itu cuma satu kali. Itu ya, tapi memang udah dari dalamnya bayinya memang udah kurang baik, terminum air ketuban gitu, jadi begitu lahir memang dari kondisi bayi ‘tu juga udah nggak bagus”. (ADS.BS3.WwI.no.16)
Konflik terjadi ketika individu berada di bawah tekanan untuk memberi respon
terhadap dua atau lebih kekuatan yang berlawanan (Huffman, Vernoy, & Vernoy,
1997). Hal ini terjadi ketika Subjek 2 dan 3 menghadapi kasus yang terkait
dengan isu etik, dimana keluarga pasien tidak memberi izin tindakan. Pada situasi
ini subjek ingin dan berkewajiban untuk menolong pasien namun di satu sisi ia
tidak dapat melakukan tindakan medis apapun karena pasien dan keluarga tidak
menyetujui dilakukannya tindakan. Apabila subjek melakukan tindakan tanpa
seizin pasien atau keluarganya, maka mereka beresiko untuk dituntut sebagai
bentuk pelanggaran hukum (ADS.BS1.WwIII.no.94; ADS.BS2.WwIII.no.82).
Konflik juga dapat terjadi saat subjek berhadapan dengan keterbatasan alat
(ADS.BS2.WwIII. no.83; ADS.BS3.WwIII.no79).
Sumber stres subjek yang menyangkut kehidupan pribadinya sering terkait
dengan keluarga, pasangan atau pacar, teman, dan rekan sejawat. Pada umumnya
masalah muncul akibat kesalahpahaman. Subjek juga merasa stres akibat
mengalami keterpencilan sosial, dimana hubungan dengan orang lain khususnya
teman kelompok sebaya menjadi renggang padahal salah satu tugas
perkembangannya adalah bergabung dalam kelompok sosial. Hal ini disebabkan
oleh sebagian besar waktu yang dimiliki subjek dihabiskan untuk bekerja,
sehingga waktu yang tersisa hanya dapat digunakan untuk beristirahat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(ADS.BS1.WwII. no.68). Seringkali masalah pribadi mempengaruhi subjek dalam
bekerja, sehingga mereka sulit untuk berkonsentrasi. Kondisi ini semakin parah
jika pada saat yang sama subjek juga menghadapi masalah pekerjaan, misalnya
menangani kasus berat.
“Kalau misalnya sama teman kerja sendiri ‘kan, terus agak-agak renggang, biasa namanya persahabatan ‘kan nggak mesti langgeng… Teman-teman seprofesi, bidan gitu. Kadang ada apa ya, ada perasaan agak gimana gitu, jadi kadang membuat kita kerja ‘tu jadi nggak semangat, gitu lho. Terus kita mau ketemu sama orangnya aja kadang malas gitu ‘kan, apalagi mau kerja bareng”. (ADS.BS3.WwIII.no.74)
Masalah pekerjaan maupun masalah pribadi sama-sama berpotensi untuk
menimbulkan stres. Tingkat stres berbeda-beda yang didasarkan pada latar
belakang atau penyebab masalah itu sendiri. Bagi Subjek 1 dan 3 masalah
pekerjaan lebih dominan dan menekan karena tanggung jawab yang dibebakan
lebih besar terutama tanggung jawab untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak.
Berbeda dengan kedua subjek tersebut, bagi Subjek 2 meskipun masalah yang
terkait dengan pekerjaan dirasa cukup menekan, tapi masalah pribadi juga sama
menekannya dan sama-sama berpotensi menimbulkan stres.
Pada saat individu menghadapi stres, maka tubuh akan memberikan reaksi
baik disadari maupun tidak. Reaksi atau strain ini dapat dibedakan ke dalam dua
tipe, yaitu reaksi fisiologis dan reaksi psikologis (Atwater, 1994). Reaksi fisik
yang umumnya terjadi secara otomatis dapat berupa tremor, jantung berdebar-
debar, berkeringat, pusing, dan mimik wajah yang berubah. Subjek 1 juga
merasakan reaksi lain, seperti lemas dan cepat lelah, sedangkan Subjek 2 hingga
merasa ingin buang air dan menderita gangguan tidur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berbeda dengan reaksi fisiologis, reaksi psikologis merupakan hasil
belajar. Respon kognitif, emosional, dan perilaku terhadap stres termasuk dalam
reaksi psikologis (Atwater, 1994). Pada saat mengalami stres, fungsi kognitif
terganggu sehingga subjek mudah lupa dan mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan selain disebabkan oleh kepanikan yang muncul sebagai
respon emosional. Respon emosional yang lain ditampilkan dalam bentuk emosi
negatif, seperti merasa takut, marah, jengkel, panik, dan bingung.
Pada saat individu berada dalam kondisi stres individu berusaha untuk
lepas dari keadaan yang tidak menyenangkan tersebut. Usaha tersebut selanjutnya
dinamakan coping. Compas, et.al. (1999 dalam Compas, Connor-Smith &
Saltzman, 2001) membuat batasan spesifik bahwa coping adalah usaha yang
dilakukan individu secara sadar untuk mengatur emosi, kognisi, perilaku,
fisiologi, maupun lingkungan dalam merespon peristiwa atau hal-hal yang
menekan. Subjek seperti individu lainnya juga melakukan strategi coping jika
berada di bawah tekanan pekerjaan dan tekanan dari masalah pribadi. Strategi-
strategi yang digunakan subjek dapat dikelompokkan menjadi dua tipe utama,
yaitu problem focused coping yang mengarah pada strategi untuk memecahkan
ataupun mengurangi akibat dari situasi stres dan emotional focused coping yang
menekankan pada pengendalian respon emosional (Folkman, Schaefer, &
Lazarus, 1979; Leventhal & Nerenz, 1982; Pearlin & Schooler, 1978 dalam
Taylor 1999).
Subjek mengambil langkah aktif untuk menghilangkan sumber stres
(active coping) dengan memberi tindakan medis dengan teliti, merujuk pasien ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
rumah sakit jika penanganan di klinik tidak memungkinkan, serta memberi arahan
dan semangat kepada pasien saat membantu proses persalinan. Selain itu subjek
juga melakukan tindakan terencana sesuai prosedur yang berlaku (planning),
mengesampingkan hal-hal lain seperti masalah pribadi pada saat berkonsentrasi
menangani pasien (suppression of competing), menunda memberi tindakan hingga
waktu yang tepat seperti dalam kasus persalinan dengan episiotomi (restraint
coping), dan mencari informasi atau nasihat dengan bertanya kepada dokter atau
senior, sharing dan berdikusi, serta membaca (seeking social support for
instrumental reason). Kelima jenis strategi coping ini termasuk ke dalam ranah
problem focused coping.
Di samping itu terdapat beberapa strategi yang termasuk dalam ranah
emotional focused coping yaitu, mencari dukungan moral dan pengertian dari
keluarga dan orang terdekat yang bisa dipercaya sehingga merasa lebih lega
(seeking social support for emotional reason), serta menerima dengan pasrah
segala risiko dan tanggung jawab yang diberikan (acceptance). Terkadang subjek
memandang positif segala masalah yang dihadapi sebagai suatu kesempatan
mengintrospeksi diri, mengasah mental, dan untuk bersyukur kepada Tuhan
(positive reinterpretation), berdoa sebelum memberikan tindakan kepada pasien
(turn to religion), melakukan aktivitas lain untuk mengalihkan perhatian dari
masalah misalnya dengan bertemu dengan teman, berolahraga, atau beristirahat
(mental disengagement), bahkan hingga menghentikan tindakan medis jika dirasa
sudah tidak ada lagi penyelesaian yang sesuai dengan kondisi pasien (behavioral
disengagement). Bagi Subjek 2, mengomel dan mengeluh adalah salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
caranya untuk melampiaskan perasaan atau emosi negatif yang dialami (focusing
on and venting emotions).
“… ndak sih marahnya di rumah, kadang-kadang udah pulang capek biasanya ‘kan stres, ah pulang-pulang ah ya ngomel-ngomellah, biasa. Ngomel-ngomel sendiri, ah adeklah kena sasaran”. (ADS.BS2.WwI.no.51)
Tidak jauh berbeda dengan upaya saat menghadapi masalah pekerjaan,
subjek melakukan beberapa strategi coping guna mengatasi masalah pribadi, yaitu
langsung membicarakan masalah dengan orang yang bermasalah dengannya
meski terkadang hanya melalui SMS atau telepon (active coping) walaupun
terkadang menunda upaya penyelesaian masalah sampai waktu yang tepat seperti
saat menunggu hingga rasa marah mereda dan menjadi lebih tenang untuk
membicarakan masalah (restraint coping). Akan tetapi upaya-upaya tersebut
sering didasari oleh pengalaman sehingga subjek menggunakan solusi yang
pernah digunakan pada masalah serupa sebelumnya, misalnya jika bermasalah
dengan teman (planning). Agar merasa lebih lega dan beban yang dirasa
berkurang, maka subjek menceritakan masalah pada keluarga atau orang yang
dipercaya sehingga rasa tertekan dapat berkurang (seeking social support for
emotional reason), memandang positif dan mengambil hikmah dari masalah yang
dihadapi sebagai kesempatan untuk mengintrospeksi diri dan kesempatan untuk
berlaku lebih baik (positive reinterpretation). Ketiga subjek mengeluhkan tugas
dan tanggung jawabnya (focusing on and venting emotions), bahkan Subjek 1 dan
3 berusaha melupakan masalah atau tidak ingin membicarakannya sebagai usaha
mengesampingkan ingatan- ingatan yang menyakitkan.
“Kadang kalau sampai ndak mampu ‘tu larilah dari dari masalah, itu kalau masalah pribadi sih”. (ADS.BS1.WwI.no.44)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Usaha ini dapat berlanjut dengan subjek menyibukkan diri pada kegiatan tertentu
misalnya fokus pada pekerjaan, berolahraga atau sekedar berjalan-jalan (mental
disengagement). Subjek juga sampai menghentikan upaya untuk menyelesaikan
masalah karena tidak menemui penyelesaian dari masalahnya (behavioral
disengagement). Hal ini terjadi saat mereka memiliki masalah dengan teman atau
pacar, seperti Subjek 2 yang menon-aktifkan telepon selularnya karena usahanya
menyelesaikan masalah dengan pacarnya dirasa sia-sia. Ia bahkan sempat
menangis untuk melepaskan rasa marah dan kesalnya (focusing on and venting
emotions).
Jenis-jenis coping di atas, dalam praktiknya dapat dilakukan secara
terpisah maupun bersama-sama. Apabila dilakukan bersamaan, maka kombinasi
penggunaan jenis coping tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada latar
belakang individu maupun situasi yang sedang dihadapinya.
Sejumlah faktor mempengaruhi subjek dalam melakukan usahanya
mengatasi situasi yang menekan dan menimbulkan stres, seperti kesehatan fisik,
keyakinan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial,
dukungan sosial, dan materi (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997). Faktor-faktor
ini ada yang membantu namun ada juga yang menghambat subjek dalam
mengatasi masalah. Bagi Subjek 2 dan 3, faktor yang dapat membantunya dalam
mengatasi masalah adalah keterampilan memecahkan masalah yang berasal dari
pengalaman maupun dari informasi/ pendapat orang lain, selain keyakinan dan
pandangan positif dimana keinginan untuk mencoba hal baru termasuk di
dalamnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
“...keterampilan itu pasti. Karena kalau masalah kebidanan itu kalau ndak ada keterampilan yang itu mau nggak mau harus kita coba. Misalnya kita belum pernah melakukan ya, mau nggak mau kita harus terampil, mau nggak mau harus dilakukan”. (ADS.BS2.WwI.no.53)
sedangkan untuk Subjek 3 dukungan sosial dari orang tua dan orang-orang
terdekatlah yang dapat membantu. Di sisi yang lain, terdapat pula faktor-faktor
yang menghambat subjek dalam menyelesaikan masalah, yaitu keterbatasan
materi yang terdiri dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, keterampilan,
alat, dan tenaga medis sehingga subjek tidak dapat segera membantu pasien yang
memerlukan tindakan cepat. Bagi Subjek 1, hal lain yang dapat menghambat
adalah ketidak percayaan diri serta keraguan akan kemampuan yang dimiliki,
sedangkan bagi Subjek 2, pasien dan keluarga yang tidak kooperatif adalah
penghambat pada saat menghadapi masalah.
Hasil coping yang diharapkan dari penggunaan strategi coping adalah
dapat berkurangnya tekanan-tekanan emosional yang tidak menyenangkan atau
berkurangnya respon fisiologis sebagai akibat dari stres (Kasl & Cooper, 1995).
Dengan demikian individu akan menjadi lebih sejahtera yang merupakan acuan
strategi yang efektif. Pengaruh yang diberikan dari penggunaan strategi coping,
yaitu hasil psikologis termasuk di dalamnya reaksi emosional, hasil sosial dan
hasil fisiologis.
Pada saat masalah dan rasa tertekan dapat diatasi secara psikologis subjek
merasa lega, lebih tenang, dan beban yang terasa sangat berat pada awalnya
menjadi lebih ringan. Di samping itu, ada rasa bangga yang menyertai Subjek 2
terutama jika ia berhasil keluar dari kondisi tertekan dalam menghadapi masalah
pekerjaan (ADS.BS2.WwI.no.55). Secara sosial hubungan ketiga subjek dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
orang lain akan kembali membaik setelah masalah dapat diselesaikan, meskipun
sebelumnya dalam keadaan tertekan terkadang subjek juga merasa emosi dengan
orang lain. Bagi ketiga subjek, reaksi-reaksi fisik seperti tremor, berkeringat, atau
berdebar-debar yang dialami pada saat berada dalam kondisi tertekan akan
berkurang perlahan-lahan setelah masalah yang dihadapi teratasi dan tidak
membawa dampak jangka panjang seperti munculnya penyakit kronis.
Berdasarkan hasil psikologis, sosial, dan fisiologis yang telah dirasakan,
ketiga subjek memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap strategi coping
yang telah digunakan dalam menghadapi kondisi stres. Subjek 1 menganggap
bahwa strategi yang digunakan dalam menangani pasien sudah cukup sesuai
karena dilaksanakan berdasarkan prosedur yang ada. Akan tetapi untuk masalah
pribadi, strategi yang digunakan terkadang masih belum memuaskan karena masih
ada permasalahan yang tidak selesai, misalnya karena subjek menghentikan
tindakan yang dilakukan meskipun saat itu merasa lega namun terkadang masih
ada perasaan mengganjal. Sama halnya dengan subjek 2, ia merasa bahwa strategi
yang digunakan sudah cukup sesuai walaupun mungkin bagi orang lain strategi
yang digunakan tidak sesuai. Sedangkan Subjek 3 masih belum merasa puas
dengan strategi yang digunakannya karena ia merasa masih harus banyak belajar
terutama dalam hal menangani pasien dan seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan maka prosedur penanganan dan tindakan juga akan berubah.
”...kadang-kadang juga belum. Perlu belajar lebih banyak lagi sih. Terus, terus meningkatlah. Nggak mungkin ‘kan strategi kita cuma mentok di situ aja. Pasti setiap saat kita berubah gitu”. (ADS.BS2.WwI.no.51)
Kepuasan itulah yang dapat menjadi motivasi bagi subjek untuk mengembangkan
strategi ke arah yang lebih baik lagi, baik dalam masalah pekerjaan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dalam masalah pribadi yang ditemui sehari-hari. Rasa optimis ditambah dengan
aset pribadi, seperti keterampilan dan kemauan untuk mencoba hal baru hingga
dukungan sosial, dapat mengarahkan ketiga subjek mencapai efektivitas coping
dengan catatan mereka mampu menangani masalah pekerjaannya sesuai prosedur
yang berlaku. Efektivitas ini akan semakin tercapai apabila ketiga subjek tidak
mengabaikan masalah pribadi, sehingga baik masalah pribadi maupun pekerjaan
tidak saling mengganggu. Dengan demikian mereka akan mencapai kesejahteraan
dan mampu bertahan menghadapi situasi-situasi yang menekan bahkan lebih, di
samping dapat memelihara keseimbangan emosi, serta meningkatkan kualitas
hubungan dengan orang lain. Dinamika coping stres pada bidan dapat dilihat pada
Gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Strain
Strain
Strategi Coping
Ê É
9 8
Sumber Stres
Gambar 2. Dinamika Coping Stres pada Bidan Fresh Graduate
Pekerjaan § Pada awal bekerja merasa ilmu yang dimiliki terbatas
sehingga merasa ragu dan bingung dalam bertindak. § Melakukan kesalahan saat pemeriksaan dan
bertanggung jawab kepada pasien. § Merasa rendah diri sebagai yunior karena sering
melakukan kesalahan. § Menghadapi berbagai kasus yang sulit dan jarang
ditemui. § Dituntut untuk siap bekerja 24 jam. § Mengalami kegagalan saat menolong persalinan. § Menghadapi dilema yang terkait dengan isu etik. § Dituntut untuk memberikan pertolongan dan
pelayanan yang baik kepada pasien meskipun pasien tidak bersikap baik.
§ Pasien maupun keluarga tidak bersikap kooperatif. § Menemui keterbatasan alat, tenaga medis, bahkan
obat-obatan.
Pribadi § Memiliki keterbatasan waktu untuk diri sendiri, untuk
bertemu dengan keluarga, pacar, dan teman-teman. § Bermasalah dengan keluarga, pacar, dan teman
karena kesalah pahaman. § Rasa lelah setelah hampir seharian bekerja
mempengaruhi kondisi emosi sehingga lebih mudah tersinggung.
§ Memiliki masalah dengan rekan sejawat terkait dengan lawan jenis.
§ Konsentrasi dalam bekerja terganggu oleh adanya masalah pribadi.
Problem Focused Coping Memberi tindakan medis dengan teliti; merujuk pasien ke RS; meminta maaf kepada pasien jika melakukan kesalahan; meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani inform consent; memberi arahan dan semangat kepada pasien saat proses persalinan; membagi tugas dengan rekan sejawat saat menangani banyak pasien; memberi penjelasan kepada orang ybs; bertindak sesuai prosedur; menggunakan solusi yang pernah dipakai pada masalah serupa; mengsampingkan usaha merujuk namun memberi pertolongan pertama terlebih dahulu (spt. memasang infus); menunda memberi tindakan hingga kondisi pasien lebih baik; konsultasi dengan dokter/ senior; menceritakan hambatan yang ditemui kepada dokter atau atasan; memperhatikan dokter/ senior saat memberi tindakan; berdiskusi; membaca.
Emotional Focused Coping Menceritakan masalah pada orang terdekat seperti orang tua, pacar dan teman; mengambil hikmah dari peristiwa yang dihadapi sebagai kesempatan untuk introspeksi diri dan mengasah mental; menerima dengan pasrah tuntutan dan tanggung jawab yang diberikan; berdoa agar pasien dapat selamat; mengomel, menangis, dan mengeluh untuk melepaskan perasaan menekan sehingga menjadi lebih lega; menghentikan usaha penyelesaian masalah dengan menon-aktifkan telepon selularnya saat pacar sudah tidak mau mendengar penjelasan; mengatur nafas dan minum segelas air untuk menenangkan diri; diam untuk meredakan emosi; bekerja dan menyibukkan diri agar sejenak perhatian teralih dari masalah pribadi; melakukan aktivitas lain seperti tidur, senam, renang, jalan-jalan dan berbelanja; menggelengkan kepala dan tidak ingin membicarakan kasus terkait kegagalan.
Faktor Pendukung Dukungan sosial dari orang terdekat, keterampilan dan keinginan mencoba hal baru, masukan dari orang lain.
Faktor Penghambat Keterbatasan ilmu, kurang percaya diri pada kemampuan, pasien dan keluarga tidak kooperatif, keterbatasan peralatan.
Hasil Coping § Psikologis : Merasa lebih lega, tenang, tidak terbebani sehingga bekerja menjadi lebih terarah dan sistematis.
Merasa banga karena berhasil menangani kasus yang mungkin belum pernah dihadapi rekan sejawat. § Sosial : Hubungan interpersonal dengan orang yang bermasalah menjadi baik kembali terlebih jika didasari pada
hubungan profesionalisme kerja. § Fisiologis : Keluhan fisik seperti tremor, jantung berdebar-debar, berkeringat atau pusing perlahan-lahan
menghilangdan tidak berkembang menjadi penyakit kronis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat sejumlah keterbatasan, yaitu:
1. Bukti rekaman Wawancara II tidak dapat disertakan disebabkan wawancara
direkam dengan menggunakan telepon selular. Oleh karena mengalami
keterbatasan kapasitas dan alat pemindah data, maka data tidak dapat
ditransfer ke dalam format kaset. Adapun alasan penggunaan telepon selular
adalah kepraktisan secara teknis sebab kenyamanan subjek akan terganggu
jika menggunakan tape recorder, mengingat wawancara dilaksanakan selama
observasi berlangsung.
2. Bukti rekaman pada Wawancara III untuk Subjek 1 dan 2 tidak dapat
disertakan karena wawancara dilakukan dan direkam via telepon, mengingat
subjek berada di Pontianak sedangkan peneliti berada di Yogyakarta. Di
samping itu keterbatasan kapasitas alat dan alat pemindah data menyebabkan
hasil rekaman tidak dapat ditransfer ke dalam format kaset.
3. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian
sebanyak 3 orang. Meskipun data yang diperoleh cukup bervariasi namun
data-data tersebut belum cukup kuat untuk mencerminkan penggunaan
strategi coping untuk seluruh bidan fresh graduate yang bertugas di
Pontianak, Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Subjek menghadapi berbagai macam tekanan dan tuntutan, baik dalam
pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya yang menimbulkan reaksi fisik
dan reaksi psikologis. Guna menghadapi sumber stres dan mengurangi reaksi
tersebut, maka subjek menggunakan strategi coping. Pada saat menghadapi
masalah pekerjaan khususnya saat menangani pasien, ketiga subjek segera
melakukan tindakan sesuai prosedur medis yang berlaku. Pada saat menghadapi
kasus yang sulit dan jarang ditemui, ketiga subjek berkonsultasi dan berdiskusi
kepada dokter maupun senior untuk mencari informasi. Akan tetapi pada beberapa
situasi seperti saat menyesuaikan diri pada awal bekerja, saat dituntut bekerja 24
jam, mengalami kegagalan, dan menghadapi pasien yang tidak kooperatif, mereka
mengeluh namun tetap pasrah menerima risiko dan tanggung jawab, berdoa,
menceritakan masalah dengan teman dan berusaha menenangkan diri.
Pada saat menghadapi masalah pribadi terkait aspek kelelahan,
keterbatasan waktu untuk diri sendiri dan orang terdekat, dan bermasalah dengan
rekan sejawat, mereka menceritakan masalah dengan orang terdekat, menangis
dan mengeluh, serta menghentikan usaha penyelesaian masalah. Namun terkadang
subjek berusaha untuk langsung membicarakan masalahnya pada waktu atau
situasi yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Setelah melakukan strategi coping, maka subjek merasa lega, tenang, dan
tidak terbebani sebagai hasil psikologis sehingga mereka dapat bekerja dengan
lebih baik dan terarah. Hubungan interpersonal subjek dengan orang yang
bermasalah dengannya kembali membaik terlebih jika didasari hubungan
profesionalisme, sedangkan keluhan-keluhan fisik perlahan-lahan menghilang dan
tidak berkembang menjadi penyakit kronis.
B. SARAN
1. Bagi bidan fresh graduate; diharapkan bidan dapat menggunakan strategi
coping yang sesuai dan efektif sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan
mampu bertahan menghadapi situasi-situasi yang menekan. Di samping itu
bidan diharapkan tidak mengabaikan masalah pribadi meskipun memiliki
porsi kerja yang padat Dengan demikian mereka tidak mengabaikan tugas-
tugas perkembangannya yang dapat berakibat pada tidak adekuatnya tugas-
tugas berikutnya dalam perkembangan.
2. Bagi institusi pendidikan kebidanan/ Akademi Kebidanan; diharapkan dapat
melakukan evaluasi dan melakukan tindak lanjut mengingat pengetahuan
yang diperoleh calon bidan masih bersifat mendasar dan waktu praktiknya
terbilang singkat. Pengetahuan yang lebih dengan waktu praktik yang panjang
dapat menambah pengalaman calon bidan agar siap terjun ke dunia kerja
sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3. Bagi lembaga tempat bidan fresh graduate bekerja; diharapkan porsi kerja
bidan muda ini disesuaikan dengan keterampilan dan usianya, di samping
memberikan bimbingan agar bidan tidak menjadi rendah diri yang dapat
mempengaruhi perkembangannya dan kerja profesional selanjutnya.
4. Bagi peneliti lain; diharapkan melakukan penelitian serupa terkait strategi
coping dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan dengan jumlah
subjek yang lebih banyak. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh
dapat lebih representatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi. (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anonim. (2003). Fetus or Newborn Problems. www.merck.com, diakses 15 Agustus 2007.
Anonim. (2005). Obstetri dan Ginekologi. www.geocities.com/klinikobgin, diakses 15 Agustus 2007.
Atwater, E. (1994). Psychology for Living: Adjustment, Growth, and Behavior Therapy. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Bishop, G. D. (1994). Health Psychology: Integrating Mind and Body. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Bismoko, J. & Supratiknya, A. (2004). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Burger, J. M. (2000). Personality (5th ed.). Belmant: Wadsworth Thomson Learning.
Chaplin, C. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. (Kartini Kartono, Penerjemah). Jakarta: Rajawali Pers.
Compas, B. E., Connor-Smith, J. K., & Saltzman, H. (2001). Coping with Stress during Childhood and Adolescence: Problems, Progress, and Potential in Theory and Research. Psychological Bulletin, 127, 87 - 127.
Davies, P. (2004). Berkembang Pesat di Bawah Tekanan (Thriving Under Pressure). Yogyakarta: Torrent Books.
Gejali, Yudhi H. (2008). Preeklamsi dan Defisiensi Vitamin D. www.indonesianmedical.blogspot.com, diakses 21 Februari 2008. Sumber: Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 2007.
Goelam, S. A. (1964). Ilmu Kebidanan II. Jakarta: Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Hardjana, Agus M. (1994). Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Kanisius
Huffman, K., Vernoy, M. & Vernoy J. (1997). Psychology in Action (4th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hurlock, Elizabeth. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Kasl, S. V. & Cooper, C. L. (1995) Research Methods in Stress and Health Psychology. England: John Willey & Sons, Ltd.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Moleong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya.
Oxford University. (1995). Oxford Learner’s Pocket Dictionary. New York: Oxford University Press.
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
RIS. (2005). www.gemari.com, diakses 20 Februari 2007.
Rusda, Muhammad. (2004). Anastesi Infiltrasi pada Episiotomi. www.library.usu.ac.id, diakses 15 Agustus 2007
Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. New York: John Willey & Sons.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taylor, S. E. (1999). Health Psychology (4th ed.). Singapore: McGraw – Hill Book, Co.
Wahyuningsih, H. P., & Zein, A. Y. (2005). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., & Rachimhadhi, T. (2002). Ilmu Kebidanan (Edisi Ketiga). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
WHO. (2003). Perawatan dan Kelahiran Normal (Burhan, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Zidner, M. & Endler, N. S. (1996). Handbook of Coping: Theory, Research, Applications. New York: John Willey & Sons, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
A. Hasil Wawancara Subjek B. Hasil Observasi Subjek C. Analis Data D. Triangulasi Data E. Koding Data F. Surat Pernyataan Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
A. HASIL WAWANCARA*
HASIL WAWANCARA SUBJEK 1
Wawancara I (SSC.BS1.WwI.26Juli’07) Hari/ tanggal : Kamis, 26 Juli 2007 Waktu : Pukul 19.30 – 20.10 WIB Tempat : Tempat tinggal subjek Keterangan: P : Peneliti S : Subjek
P : Selamat malam Mbak. S : Iya, selamat malam. P : Gini Mbak… Seperti yang udah Mbak Cahya bilang mungkin ke Mbak, ee…
kalau saya memerlukan subjek untuk penelitian untuk skripsi saya. Penelitian saya ‘tu tentang strategi coping bidan waktu bertugas, ee… maksudnya sih, mm… cara Mbak dalam mengatasi stres saat bekerja gitu, tekanan waktu bekerjalah intinya. Apalagi masih muda gitu ‘kan, ee… ada permasalahan mungkin dengan keluarga, pacar atau lingkungan Mbak. Gitu sih Mbak intinya, gimana?
S : Iya… terus? P : Karena penelitian saya itu wawancara, jadi apa ya… hanya tanya jawab gitu
sih Mbak. Mungkin kalau bisa ee… saya juga melakukan observasi besok-besok di sini (klinik) juga ee… sehari-harinya Mbak.
S : Hm, boleh. P : Oke. Bisa kita mulai Mbak? Saya rekam tapi ya? S : Direkam? Aduh… tapi suara saya kayak gini (tertawa). P : Nggak apa-apa kali Mbak. S : Iya, ayolah. P : Oke, kita mulai ya. P : Mbak, ee… menjalani pendidikan kebidanan selama ee… berapa tahun? S : Selama 3 tahun. P : Itu di Akbid ini…? S : Akbid Depkes Soedarso. P : Ee… sama seperti ini ya, Mbak Linda kemarin ya? S : Iya sama. P : Kalau misalnya, pendidikan dan keterampilan yang Mbak peroleh dari Akbid,
selain ini… selain maksudnya tentang persalinan… mungkin apalagi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
S : Persalinan… persalinan, asuhan bayi baru lahir, asuhan ibu post partum1… ibu nifasnya, terus keluarga berencana sama mm… banyak sih, pokoknya yang seputar kebidanan gitu.
P : Oke. Kalau misalnya yang apa… apa sih yang diberikan Akbid kepada bidan agar siap bekerja? Ada nggak seperti pelatihan-pelatihan dari Akbid?
S : Pelatihan? Pelatihan kita sih jarang ya, cuma itu biasanya dari ada tenaga obgin2, tenaga dokter-dokter dari obgin, itu yang memberikan kita masukan-masukan, terus apa… ilmu yang sekarang sedang, sedang nge-trend gitu, apa… jadi kita jarang pelatihan, cuma dari obgin aja gitu.
P : Oke. Kalau misalnya dari kayak magang gitu ada nggak Mbak? S : Magang? Magang kita ada juga, magang di paling rumah sakit, puskesmas,
klinik. Itu kitanya, mahasiswanya, kita yang pendidikannya. P : Itu tapi memang… memang apa ya… S : Memang wajib, memang program dari kampus. P : Oke. Kalau misalnya, yang tadi itu ‘kan memang dari Akbid gitu Mbak, kalau
misalnya yang di luar dari Akbid seperti apa ya kursus, atau apa ya, kayak workshop atau seminar di luar Akbid, tapi yang memang seputar kebidanan, pernah ikut nggak?
S : Pernah. P : Bisa kasih contoh mungkin apa gitu Mbak? S : Seminar… Biasanya sih seminar memang termasuk dari, bukan program dari
kampus, cuma kita ‘kan ada kayak ada dies natalis gitu. Itu kita di situ ada seminar dari biasanya dokter obgin, biasa dari juga dari kepala kampus kita itu. Apa ya, kemarin ya? Tentang kebidanan jugalah, apa misalnya… saya udah lupa nih.
P : Tapi… S : Tapi yang masih menyangkut kebidanan juga tapi… menunjang itulah,
menunjang ilmu kita gitulah. P : Itu juga istilahnya untuk seminar, misalnya untuk kesiapan untuk bekerja
selanjutnya gitu? S : Iya. P : Oke. Sekarang Mbak bekerja di mana? S : Saya bekerja di klinik Kharitas Bakti di jalan Siam, Gajah Mada. P : Berapa lama udah bekerja di situ Mbak? S : Saya sih baru. Masuknya bulan Januari, awal Januari. P : Januari 2007? S : Iya… sampai sekarang. P : Itu, sebelum di situ udah pernah apa… S : Sebelum di situ pernah kerja juga di klinik Bidan Mariana, rumah bersalin. Itu
cuma 3 bulan. P : Hm. Oke, terus baru pindah ke situ? S : Iya, baru pindah ke Kharitas. 1 Masa setelah melahirkan/ persalinan (www.merck.com) 2 Dokter obstetri ginekologi/ dokter ahli dalam tata laksana kehamilan dan persalinan serta ilmu kandungan, termasuk gangguan haid, pendarahan, mioma, menopause, dll (www.geocities.com/klinikobgin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
P : Oke. Kalau misalnya saya tanya tentang tugas-tugas bidan yang dijalani, apa aja sih Mbak?
S : Hm… P : Kayak yang saya tahu ‘kan ada yang mengawasi ibu-ibu hamil, atau terus apa
ya… membantu persalinan atau mengawasi ibu dan bayi dalam masa nifas. Kalau misalnya selain itu ada nggak Mbak?
S : Ini selama kuliah atau kerja? P : Ya dari kuliah sampai kerja, terutama kerja, selama kerja ini. S : Hm… Selama kerja ini, kita di sini ‘kan kalau selama kuliah ‘kan kita cuma
diberi dasar aja ‘kan. Kalau selama kerja ini kita jadi apa, ada yang kita ndak tahu ‘tu kita jadi tahu. Misalnya ini, bayi-bayi yang sakit itu selama kuliah atau kita praktik di lapangan itu ‘kan kurang… kurang mendapat ilmunya. Terus di sini ‘ni kita memang ada perawatan juga bayi sakit, tapi bayi baru lahir juga. Ee… terus yang, intinya sih memang ibu- ibu post partum, terus ibu yang kita ‘kan ada operasi caesarea (baca: cesar) juga di sana.
P : Oh ada? S : Iya, perawatan setelah itu, post SC3, perawatan ibu ‘kan. Selanjutnya ada juga
kita perawatan nifas, nifas ke rumah, seperti biasa itulah. P : Oh kayak gitu? Itu jadi sistemnya sekalian jalan sekalian belajar ini ya Mbak. S : Iya, kita juga, biasanya apa, ada… P : Di sana ada dilatih dengan bidan senior juga? S : Ada. Bidan seniornya ada. Kemarin pas kita juga ada, kita bikin surat izin
praktik itu ada diorientasi dari bidan-bidan senior untuk… ha’a, bidan-bidan senior supaya itu apa melatih lagi apa… merekap ulang ilmu yang didapat dari kampus ‘tu, terus sama yang sekarang sedang berkembang gitu ‘kan. Jadi ilmu ‘kan berkembang terus, kemarin kuliah ndak dapat ini sekarang berubah jadi nambah, gitu.
P : Pembaharuan juga ya? S : Hm. Pembaharuan. P : Kalau peran, peran yang Mbak jalani ‘tu apa? Kalau misalnya peran bidan? S : Peran bidan, perannya… P : Sebagai pelaksana atau mungkin juga yang lain… S : Sekarang sih masih sebagai pelaksana saja, iya (tertawa). P : Oke, kita masuk ke ini ya Mbak, ke kondisi stres. S : Hm... P : Pasti pernah dong, kalau misalnya ini apa, mungkin dalam bekerja Mbak
merasakan kondisi tertekan? Mungkin pada saat ini ya, membantu persalinan atau kayak gimana?
S : Tertekan sih sering. Sering, kayak apa deg-degan gitu. Kalau misalnya pas lagi nolong partus4 pas lagi pasiennya ada masalah itu kita deg-degan. Cuma kita ‘kan selalu harus konsultasi sama dokter, jadi kita ndak terlalu beban ke kita benar gitu ‘kan.
P : Contohnya Mbak, misalnya…
3 Masa setelah operasi pada proses persalinan (sectio caesarea) (www.medterms.com) 4 Persalinan (www.medterms.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
S : Misalnya pasiennya ee… partus letak sunsang. Letak sunsang itu ‘kan pasti kita harus konsultasi dokter ‘kan, ndak hanya kita sendiri yang nanganin. Kalau dia bisa lahir normal ya kita tanganin sendiri.
P : Kalau dalam keadaan mendesak gitu Mbak gimana? S : Mendesak? P : Dia datang sunsang gitu ‘kan, memang udah harus brojol gitulah istilahnya… S : Kalau memang misalnya dia bisa normal kita tunggu sampai partus spontan.
Hm, tapi kita juga tetap harus konsultasi sama dokter, konsultasi terus. P : Oke. Kalau misalnya pada saat awal-awal Mbak ini, ee… praktik kebidanan.
Misalnya udah tamat terus ee… kerja, itu ‘tu ada nggak sih… istilahnya tanggung jawab, tanggung jawab otomatis besar ‘kan Mbak kalau misalnya kayak gitu, misalnya udah nggak ada dosen, nggak ada bidan senior, itu pernah nggak sih pada awal-awal gitu stres?
S : Hm. Awal-awalnya sih dulu, pertama-tama kali kerja, apa pas turun setelah dari pendidikan itu rasanya, aduh rasanya kok nol sekali, rasanya kurang sekali gitu. Apa… kita praktiknya…
P : Down gitu ya? S : Ha’a. Praktiknya ‘kan biasanya cuma ke panthom5, tapi ini langsung benar-
benar harus ke manusia. Kita sebagai bidan turun sendiri gitu, jadi benar-benar ada itulah, perasaan gimana.
P : Yang pernah Mbak alami contohnya kayak gimana Mbak? Pada saat-saat apa ya… awal memang harus kerja…
S : Awal-awal kerja itu misalnya, kita ‘kan kalau di klinik rumah bersalin ‘tu ‘kan biasa terima kasus ndak hanya kebidanan ‘kan. Bayi yang sakit itu ‘kan, kita ‘kan, apa… kita ilmu kita ‘kan dikit dari itu ‘kan dari pendidikan harus cari sendiri ‘kan. Itu kalau bayi sakit, misalnya kita udah sakitnya parah, kita ‘kan jadi bingung gitu, mau apa pengobatannya. Kita paling ngasih pengobatan awal itu ‘kan. Itu aja itu rasanya udah membingungkan. Kita ‘kan ngertinya cuma kebidanan. Itu ‘tu udah njelimetlah itu, jadi kepikiran sampai ke rumah kadang-kadang.
P : Jadi apa, malah nambah-nambah beban? S : Hm… Malah beban, benar nggak sih obat yang dikasih, apa… P : Pernah ngerasa seperti itu Mbak? S : Pernah, sering. P : Takut salah ngasih obat gitu? S : Hm. Takut salah dosis atau salah apa, jenis obatnya gitu. P : Apalagi bagi yang apa istilahnya, bagi yang… ilmu yang kurang juga ya? S : Pasien-pasien umum gitu ‘kan, kita ‘kan lebih fokusnya ‘kan kebidanan. P : Kalau misalnya, pernah nggak sih menghadapi kondisi sulit saat persalinan
itu? Apa ya, yang memang Mbak alami sendiri. Misalnya kadang-kadang ‘kan ibu darah tinggi atau gimana, itu ‘kan benar-benar…
S : Pre-eklamsi6 gitu ya? Hm… P : Hm, atau apa ya, misalnya bayi, posisi bayi yang nggak normal. 5 Boneka tiruan manusia (www.medterms.com) 6 Suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan dalam masa kehamilan > 20 minggu (www.indonesianmedical.blogspot.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
S : Itu udah panik, udah saya itu… (tertawa). P : Itu, kalau kayak gitu konsultasi gitu nggak? S : Konsultasi, kita langsung telepon dokter atau kita langsung apa suruh
dokternya cepat segera datang gitu. P : Kalau misalnya memang harus ditangani send iri? S : Ditangani sendiri kayaknya kita nggak bisa, kita langsung rujuk. ‘Kan pasti
resikonya lebih besar kalau kita tangani sendiri, itu ‘kan bukan dari wewenang kita lagi, kalau misalnya pasiennya lebih bermasalah lebih banyak ‘kan?
P : Jadi otomatis harus rujuk? S : Iya harus rujuk, jadi kita ndak bisa ngambil keputusan sendiri memang. P : Terus kalau misalnya, pernah nggak Mbak mengalami gagal, apa, menangani
gagal persalinan atau mungkin ibu atau bayi yang mungkin nggak selamat atau gimana?
S : Selama ini sih belum pernah sih. Moga-moga ke depannya ndaklah. P : Kalau misalnya, kalau misalnya dalam kondisi gini, apa ya terkait dengan isu
etik, sosial gitu. Ee… di satu sisi Mbak sebagai bidan ‘kan harus apa ya, nyelamatin nyawa ibu dan bayi gitu ‘kan, misalnya keselamatan yang diutamakan. Tapi di satu sisi ‘tu, ee… bertentangan dengan nilai agama dengan moral. Misalnya seperti inilah aborsi, itu pernah nggak dialami?
S : Aborsi… P : Mungkin, mungkin bukan hanya aborsi aja ya. Memang apa ya… S : Yang melanggar etik gitu ya, kode etik. Misalnya sih selama menjalani tugas
ini belum pernah mendapat kasus gitu ‘kan. Ah kalau misalnya pasien minta aborsi sama kita, kita ‘tu pokoknya anjurkan kita pokoknya, memberi dia pengarahan kalau aborsi itu nggak benar, pokoknya itu bertentangan sama ini agama atau sama hukum, terus kita harus ini apa anjurkan dia untuk konsul ke dokter, terutama ke dokter obginnya itu ya. Aa… jadi biar dokter obgin itu yang menjelaskan sendiri, aa… mengapa ini harus, apa mengapa dia minta aborsi, apakah ada misalnya indikasi ‘kan, kalau misalnya dia minta aborsi karena kriminalis gitu ‘kan, provokatus misalnya, minta sendiri gitu ‘kan, aa… itu sebenarnya ndak boleh ‘kan. Itu tergantung lagi dari dia ‘kan misalnya takut dia, kondisi dia yang nanti lebih gimana, lebih parah kalau dia ndak aborsi gitu ‘kan. Nah, jadi kita harus konsulkan sama dokter gitu.
P : Tapi sampai saat ini belum ya? S : Belum. Belum pernah sih nerima kasus-kasus kayak gitu. P : Kalau misalnya, Mbak ‘kan jadi bidan, bidan praktik di sini ‘kan mungkin
harus stand by juga. Istilahnya kalau misalnya ada mendadak perlu, yang Mbak dipanggil harus siap. Kadang-kadang ‘kan apa ya, membebani Mbak nggak sih untuk hal yang kayak gitu? Misalnya pada saat itu Mbak juga mungkin perlu refreshing atau ada keperluan pribadi seperti itu?
S : Hm. Selama saya kerja sih, mm… pas disuruh stand by ‘tu belum pernah pas ada juga kegiatan. Jadi pas lagi kosong, lagi lowong gitu, jadi selalu pergi gitu kalau disuruh. Misalnya on call, panggilan gitu, mau ada operasi terus stand by, kita pergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
P : Kadang kerasa nggak sih Mbak, maksudnya apa ya, mungkin pada saat itu memang pas lagi kosong. Tapi kadang dalam hati, kadang-kadang kenapa sih…
S : Ya kadang sih kepikiran. Aduh, ngapa sih jadi kok misalnya jadi kayak gini, gitu. Sering dipanggil ‘kan capek juga, nanti jadi kebiasaan dipanggil terus gitu (tertawa). Nggak sih, apa jadi tapi ah ndak apa-apalah daripada kita nanti ndak enak juga sama teman-teman gitu.
P : Kalau misalnya apa ya… Kalau misalnya menghadapi, menghadapi stres gitu ‘kan pernah nggak sih Mbak sampai merasa, apa ya kalau misalnya kayak tadilah yang menghadapi bayi-bayi sunsang atau apa gitu dalam kondisi stres pada saat bekerja. Reaksi fisik yang Mbak alami ‘tu kayak gimana?
S : Biasa ‘tu langsung cepat capek, benar-benar… lemas, rasanya pengen marah terus, ee… pokoknya nggak enak gitulah. Terus mau ngerjakan apa-apa ‘tu jadinya malas gitu.
P : Kalau misalnya mual-mual gitu? Apa ya kalau misalnya stres ‘kan kadang ada juga orang yang mual apa deg-degan.
S : Kadang langsung pusing. Nggak sih mual, pusing. Pasti pusing itu. P : Oke. Kayak gitu ya. Mm… misalnya pada saat apa ya, menghadapi peristiwa
yang menekan seperti itu gimana perasaan Mbak? Ada nggak sih rasa, aduh sedih, kadang-kadang ada juga orang yang sedih kenapa sih aku nggak bisa ngelakuin gitu atau gimana?
S : Kalau misalnya gagal gitu? P : Hm. S : Kadang itu benar-benar rasa bersalah sekali, rasanya takut sekali. Pokoknya
takut dimarahin, takut ada apa-apa sama pasiennya. P : Itu yang dalam kondisi seperti apa? Maksudnya peristiwanya kayak gimana? S : Misalnya kita salah… salah melakukan tindakanlah pokoknya. Salah
misalnya, salah pemberian obat, salah dosis. Itu pasti kepikiran sampai sekarang masih ingat ‘tu. Kejadian itu pasti masih diingat.
P : Oke, jadi membekas? S : Ha’a. Jadi tapi berusaha supaya ndak diulangi lagi. Jadi sekarang ‘tu dikontrol
lagi, misalnya suntikannya, misalnya berapa dosisnya. Jadi kita benar-benar nanyain lebih akurat lagi.
P : Itu jadi istilahnya membawa perubahan dalam diri Mbak jugalah ya? S : Iya. P : Oke. Kalau misalnya pada saat menghadapi masalah-masalah seperti itu, ada
nggak sih apa ya, pemikiran apa sih ya Mbak, mm… pikiran yang Mbak muncul, sorry, pikiran Mbak yang muncul, misalnya ‘kan ada juga orang yang ya udah dihadapin aja tapi ada juga orang menghindari atau gimana?
S : Yang misalnya hadapin masalah yang gimana? P : Yang masalah tadi misalnya dalam kerja ya terutama mengenai pasien gitu.
Ee… muncul nggak sih pemikiran apakah memang harus menghadapi atau misalnya ya mau nggak mau kadang-kadang kita harus menghadapi tapi ada juga ada mungkin lebih baik menghindarilah.
S : Sebenarnya sih memang mau nggak mau harus dihadapi. Jadi itu ‘kan memang apa, tugas kita. Daripada kita nanti dapat kasus kayak gini lagi ‘kan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
lebih baik kita dapat sekarang. Misalnya pas memang ada kasusnya. Jadi selanjutnya kita jadi bisa ngerti, jadi kita bisa ambil tindakan yang seperti apa untuk kasus itu, gitu.
P : Oke. Kalau misalnya seperti Mbak bilang membawa rujukan ke dokter, itu menurut Mbak, ee… itu menurut Mbak itu menghindari atau ee… secara prosedural gitu?
S : Itu sebenarnya ndak menghindari cuma itu ‘kan ada prosedurnya. Tindakan bidan itu ‘kan ada wewenangnya, wewenang dan batas-batasannya ‘kan. Batasannya itu sampai di mana. Kalau misalnya kita ndak bisa tangani sampai batas itu, batas kerja bidan, baru kita rujuk. Itu bukan menghindari.
P : Jadi memang, memang apa ya… udah memang model prosedurnya ya. S : Iya, kotaknya itu istilahnya. P : Kalau misalnya secara psikologis, kalau misalnya ee… ada nggak sih pada
saat stres dalam bekerja gitu kognitif Mbak terganggu? Maksudnya kognitif di sini, misalnya Mbak jadi mudah lupa atau apa ya…
S : Itu sering itu… (tertawa). P : Sering ya? Apalagi selain itu Mbak? Pernah nggak? S : Sering mudah lupa, kadang kita banyak pasien gitu ‘kan, jadi banyak pesan-
pesannya, ee… banyak tindakan-tindakan yang dilakukan. Itu kadang ‘tu ada satu yang kelewat gitu.
P : Berarti nggak konsen ya? S : (Tertawa). Udah dicoba konsenkan tapi kok bisa kelupaan gitu. P : Udah kacau bangetlah ya? Kalau misalnya sampai memunculkan emosi-emosi
negatif, misalnya Mbak marah, atau apa ya mungkin kecewa, kesal, sedih, gimana gitu?
S : Biasanya sih nggaklah. Cuma paling apa rasanya, merasa bersalah aja. P : Oo… lebih sering merasa bersalah ya? S : Iya (tertawa). Merasa bersalah kayak tadi. P : Kalau ini, tadi itu ‘kan udah di ee… ini ya reaksinya. Kalau misalnya cara
Mbak untuk mengatasi sumber stres dalam bekerja itu biasanya gimana? S : Maksudnya gimana? P : Misalnya, coba misalnya kasus yang tadi deh, Mbak menghadapinya seperti
apa? Mungkin Mbak, Mbak bisa kasih contoh, kasih beberapa contoh kasus gimana selama ini Mbak menanggulangi masalah itu?
S : Gimana ya? Menanggulangi masalah? Misalnya kasusnya gimana gitu? P : Misalnya apa ya, kasus Mbak yang pernah Mbak hadapi, misalnya kasus yang
menekan Mbak, yang sampai Mbak tertekan pada saat bekerja gitu. S : Kita sih biasanya kita sharing sama teman. Ha’a, jadi biar kita ndak terlalu
terbebani sendiri, biar nggak stres sendiri. Jadi kita cerita sama teman, misalnya masalah gini, jadi teman ‘tu bisa, oo… nenangkan kita. Misalnya gini jadi teman ‘tu bisa kasih jalan keluar juga ‘kan, nggak hanya kita merasa terbebani sendiri gitu. Jadi kita ndak merasa bersalah sendiri. Jadi emang memang kesalahan kita ‘kan jadi… apa, kita supaya kita ndak nutupin kesalahan itu, jadi kita cerita sama teman biar teman juga ngerti ‘kan. Jadi dia bisa…
P : Sama-sama ya…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
S : Ha’a. Bisa nenangin kita gitu. P : Jadi selain perilaku konkrit, Mbak lebih sering ini, apa curhat ke teman Mbak? S : Hm. Sering itu. P : Kalau misalnya masalah pribadi, ‘kan kita juga punya masalah pribadi gitulah
ya Mbak. Kalau misalnya itu ee… pernah nggak sih masalah pribadi sampai mengganggu kerja?
S : Masalah pribadi? Oh itu kadang-kadang (tertawa). P : Kadang-kadang? S : Hm. (tertawa). P : Bisa kasih contoh nggak Mbak seperti apa? S : Masalah pribadi misalnya… ini sih kok kayaknya apa, nggak etislah
diceritain. Pokoknya dengan teman, dengan pacar ya gitulah. Sering itu kadang-kadang dibawa ke kerja gitu.
P : Oke. Jadi masalah pribadi sering kebawa-bawa… S : Hm. Jadi kerja ‘tu kadang cemberut, kadang apa wajahnya nggak enaklah. P : Jadi bad mood gitu? S : Ha’a, udah bad mood-lah. P : Oke. Jadi kadang-kadang aja ya kalau masalah pribadi mempengaruhi kerja. S : Tapi kalau sekali udah di tempat kerja ‘tu udah beda lagi suasananya. Jadi
udah yang itu udah dilupain. P : Ya udahlah, enjoy aja di pekerjaan? S : Ha’a. Yang penting soalnya pekerjaan biasanya ‘kan kita nggak, nggak apa…
ada terus gitu ‘kan. Jadi kita sering ngelupain yang itu, yang masalah pribadi. P : Oke, kalau misalnya itu, juga kurang lebih sama ya reaksi-reaksinya, misalnya
reaksi fisik pada saat masalah pribadi… apa ya stres akibat masalah pribadi ‘tu reaksi fisiknya sama aja apa… pusing apa segala?
S : Itu sih nggak pusinglah, cuma apa emosinya naik, panas rasanya (tertawa). P : Oke. Ee… secara fisik nggak terlalu tampak ya kalau misalnya untuk masalah
ini? S : Iya. Wajahnya aja yang tampak sangar (tertawa). P : Oke. Kalau misalnya untuk cara Mbak mengatasi masalah pribadi, mungkin
lebih pada gimana sih mengatasi masalah pribadi itu agar tidak apa ya… kebawa-bawa dalam pekerjaan. Mungkin…
S : Itu tadi, kita berusaha ngelupakan sendiri. Aa… berusaha supaya kita fokus ke pekerjaan itu, jadi kita ‘kan nggak mikirkan yang pribadi kita.
P : Oke. Jadi lebih fokus kepada pekerjaan? S : Hm. P : Oke, kalau saya nyoba ngasih beberapa pertanyaan tentang ini ya, strategi
Mbak. Mm… mungkin langkah- langkah apa sih yang Mbak ambil untuk keluar pada apa ya, saat-saat nggak enak? Misalnya apa ya, masalah baik itu masalah pekerjaan, mungkin lebih pada masalah pekerjaan atau masalah pribadi gitu, langkah- langkah yang sering diambil gitu?
S : Yang diambil? Apa ya? Kadang kalau sampai ndak mampu ‘tu larilah dari ‘tu… dari masalah, itu kalau masalah pribadi sih.
P : Kalau masalah pekerjaan? S : Kalau pekerjaan sih, itu tadi konsultasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
P : Lebih pada konsultasi ya atau sharing gitu? S : Iya. P : Oke. Kalau misalnya ee… apa, Mbak punya rencana-rencana yang harus
dilakukan jika menghadapi masalah yang sama? S : Hm… P : Misalnya Mbak punya masalah apa ya, menghadapi masalah ee… dalam
pekerjaan ‘tu apa ya, tadi kayaknya bayi posisi, misalnya posisi bayi yang nggak normal, letaknya nggak normal. Ee… itu, Mbak punya masalah itulah ya, apakah setiap masalah itu Mbak melakukan hal yang sama untuk menanggulangi masalah tersebut? Apa pemecahannya hanya selalu dengan misalnya mungkin konsultasi atau rujukan gitu?
S : Karena prosedurnya seperti itu ya jadi seperti itu penanggulangannya. P : Kalau kasus-kasus yang lain misalnya yang mungkin secara prosedural nggak
perlu dokter tapi mungkin ada option lain untuk ini? S : Kita kalau di sana ‘tu ‘kan udah peraturan yayasan, jadi susah. Jadi memang
kita prosedural itu harus ke dokter. Misalnya yang normal kita tangani sendiri. P : Ada nggak sih, kalau misalnya Mbak punya rencana atau tindakan untuk
menghadapi suatu masalah, tapi rencana atau tindakan itu Mbak batalkan karena Mbak menganggap hal itu bukan waktu yang tepat?
S : Ada. P : Misalnya? S : Misalnya waktu apa ya? Susah juga sih. Masalahnya beribet-beribet yang
dipikiran. Misalnya tindakan kita disuruh lakukan ini sebenarnya ‘kan kita kira itu belum tepat jadi kita tunda, tunda untuk waktu selanjutnya. Pernah sih kayak gitu.
P : Itu lebih sering pada pekerjaan ya? S : Iya, pekerjaan. P : Oke, kalau misalnya pada waktu Mbak mengalami stres, ee… Mbak mencari
seseorang yang apa ya… tempat ee… bercerita, mungkin meminta nasihat itu, pernah?
S : Pernah. P : Biasanya itu dengan siapa? Lebih sering ke siapa? S : Dengan siapa ya? (tertawa). Dengan teman kerja yang paling… paling
seringnya. P : Kalau dengan dokter-dokter ahli gitu? S : Dokter ahli sih, kita lebih pada prosedur tindakan apa. P : Oke. Kalau misalnya ini, ada nggak sih hal-hal positif yang Mbak ambil dari
masa-masa apa ya, masa sulit, masa stres Mbak, masa tertekan? S : Hal positif… kadang jadi pelajaran supaya itu nggak diulangi lagi
kedepannya. P : Lebih pada ini ya, pada pengalaman? S : Introspeksi. P : Hm. Kalau misalnya, kadang-kadang ada orang yang protes, ngeluh gitu ‘kan
saat menghadapi masalah. Pernah nggak Mbak seperti itu? S : Pernah. Waktu misalnya protes sama kita gitu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
P : Nggak, maksudnya Mbak yang protes. Apa ya, Mbak yang ngeluh, kenapa sih ini terjadi sama aku atau kayak gimana gitu?
S : Sering juga… (tertawa). Karena saya juga ‘kan yunior di sana, jadi kayaknya masih kurang benar gitu. Jadi seringlah.
P : Protes-protes sendiri? S : Ha’a, protes sendiri. Ya diungkaplah kekesalan itu diceritakan sama teman,
disharingkan. Aa… gitu aja. P : Kalau, tapi sering nggak juga menerima saat-saat sulit seperti itu? Soalnya
kadang-kadang kita juga protes tapi juga menerima itu nggak kadang-kadang? S : Iya, kadang-kadang (tertawa). P : Kalau misalnya saat menghadapi masalah, ada nggak sih, pernah Mbak… ya
udahlah aku berdoa aja, tapi mungkin usahanya… S : Kadang usaha jugalah, lebih usaha. Berdoa itu pas mau melakukan tindakan,
kalau udah misalnya itu ah… harus usaha. P : Kalau misalnya, ee… Mbak tadi ‘kan ada bilang, ada perasaan bersalah
mungkin pada saat itu juga, pada saat stres itu juga ada sedikit marah atau gimana. Mbak, ada nggak cara Mbak untuk melepaskan perasaan… emosi-emosi Mbak itu? Mungkin kadang-kadang ada orang yang lebih senang teriak-teriak gitu, atau gimana?
S : Perasaan emosinya? Gimana caranya? P : Atau mungkin hanya, ya udahlah cukup diam, udah selesai gitu. S : Itu ajalah, cuma apa emosinya biar ndak tertekan, terlalu tertekan gitu. Itu
cerita aja sama teman. Saya begini-begini jadi biar lepas, ndak tertekan gitu. Nggak sampai marah-marah benar.
P : Kalau misalnya untuk melakukan aktivitas lain, misalnya untuk melupakan masalah yang sedang terjadi, pernah nggak? Apa ya, orang ‘kan kadang-kadang ada yang model-model ya udahlah untuk melupakan masalah ini aku belanja atau gimana gitu?
S : Nggak bisa sih kadang-kadang dilupain. P : Tetap ya? S : Pasti kepikiran. P : Tapi lama-lama hilang sendiri? S : Hm. Akhirnya ada pemecahannya. Itu sih kalau ‘kan udah disharingkan gitu,
jadi pecahkan bersama. P : Oke, itu berarti bareng teman-teman ya? S : Iya. P : Kalau misalnya, ada nggak sih hal-hal yang Mbak anggap bisa membantu
ketika menghadapi masalah? Mungkin lebih kepada apa ya, dukungan-dukungan mungkin, dukungan sosial gitu? Hal-hal yang Mbak anggap bisa membantu Mbak memecahkan masalah?
S : Gimana ya, hal-hal… Kita sih, kalau misalnya kita udah terlalu gimana ‘tu dari dukungan-dukungan dari keluargalah. Pokoknya aduh bingung… dari keluargalah gitu.
P : Seringnya dari keluarga ya? Kalau misalnya, hal-hal yang malah menghambat itu ada nggak Mbak untuk Mbak memecahkan masalah gitu? Pada masalah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
masalah di tempat kerja tapi ada hal-hal yang menghambat untuk menyelesaikan masalah itu?
S : Biasanya ‘tu yang menghambat dari diri sendiri. P : Maksudnya? S : Karena masalahnya ‘tu dari diri sendiri. Mm… misalnya, oh ini maksudnya
dari tempat kerjanya? P : Ya bisa masalah pribadi atau masalah di tempat kerja. Ada nggak sih hal-
hal… Kita ‘kan punya masalah gitu, ada nggak sih situasi yang menghambat untuk kita untuk menyelesaikan masalah itu?
S : Untuk menyelesaikan masalah di tempat kerja ya? Biasanya sih masalah dari diri sendiri itulah. He’e dari diri sendiri ‘tu rasanya bersalah, jadi apa, malah…
P : Malah stag gitu? S : Ha’a. Iya. Kurang yakin jadinya. P : Terus kalau misalnya ee… perasaan Mbak ada nggak sih, gimana perasaan
Mbak kalau misalnya udah, ya Mbak merasa udah menyelesaikan masalah Mbak gitu?
S : Perasaannya, perasaan lega pastinya. Lega terus nggak terbebani, nggak stres lagi, itu pasti.
P : Misalnya hubungan dengan orang lain mungkin? Pada saat kita bermasalah ‘tu kadang-kadang kita uring-uringan gitu ‘kan Mbak. Mungkin seperti yang Mbak tadi bilang, cemberut atau gimana. Setelah itu gimana? Kalau misalnya udah, ya udah selesai gitu?
S : Setelah selesai ya, senang lagi, ceria lagi, udah bisa enjoy. P : Maksudnya, secara nggak langsung, otomatis, hubungan dengan orang lain
udah… S : Lega. Udah baik lagi. P : Kalau misalnya saya nanya Mbak, apakah tindakan-tindakan yang Mbak
lakukan untuk memecahkan masalah Mbak, baik ini masalah pekerjaan atau masalah pribadi ya, selama ini Mbak anggap udah… udah apa ya, udah sesuai nggak dengan keinginan Mbak? Udah cocok nggak strategi yang Mbak lakukan untuk menyelesaikan masalah A, masalah B, masalah C?
S : Udah sih, udah cukup. P : Kalau misalnya di pekerjaan? S : Ya, karena kita ‘kan udah ada prosedurnya, jadi rasanya udah cocok kayak
gitu. Ee… udah sesuailah. P : Jadi memang udah ada aturan-aturan berlakunya seperti itu ya? S : He’e. P : Kalau misalnya untuk yang ini, untuk masalah pribadi? S : Masalah pribadi, biasanya ‘kan masalah pribadi ‘tu tergantung masalahnya.
Jadi kadang ada yang kurang cocok, ada yang cocok. Jadi bingung jugalah menentukannya.
P : Kembali kita melihat hal-hal positifnya itu? S : He’e. P : Oke. Ya udah Mbak kalau gitu makasih atas segala bantuannya. S : Iya, sama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Wawancara II (SSC.BS1.WwII.27-28Juli’07) Hari/ tanggal : Jumat - Sabtu, 27 - 28 Juli 2007 Waktu : Pada saat observasi berlangsung Tempat : Klinik dan tempat tinggal subjek Keterangan: P : Peneliti S : Subjek
P : Kasus-kasus sehari-hari yang Mbak temui ‘tu apa aja sih Mbak? Bervariasi nggak sih?
S : Apa ya... kasus ‘tu ada yang harian ada juga yang tindakan gitu. Kalau yang harian macam imunisasi atau KB gitu, mm... tapi kalau tindakan ‘tu kayak pas persalinan, orang melahirkan ‘tu, terus apa ya... kuret7 rahim sama operasi gitu. Ada juga sih yang kespro (kesehatan reproduksi) gitu, kayak orang keputihan, yang kayak-kayak gitulah.
P : Kalau yang bikin panik Mbak ‘tu kasus-kasus yang seperti apa? S : Yang bikin panik? Yang nggak bisa kita hadapin, bukan ndak bisa sih mm…
hanya apa ya jarang kali ya, jadi bingung. P : Contohnya Mbak? S : Kayak apa ya… Kasusnya macam-macam sih. Tapi panik kalau ada ibu yang
pendarahan, itu udah panik, udah panik itu. Pendarahan berat gitu ya, yang nggak berhenti-henti. Mana harus berhentiin darah, harus siap donor segala ‘kan, tapi kadang kalau udah nggak sanggup langsung rujuk ajalah. Resikonya besar juga ‘kan.
P : Kalau ada tekanan nggak Mbak saat panik gitu? S : Tekanan ya karena kita ‘tu ‘kan harus nolong ‘kan, takut juga kita pasien
entah gimana nanti ‘kan. P : Kalau dari keluarga pasien atau dokter? S : Dari dokter ‘tu pasti, apalagi kalau kita rujuk ke rumah sakit, kadang diomelin
juga. Kalau dari keluarga pasien kadang, ada yang ngerti tapi ada juga yang ndak. Orang ‘kan beda-beda ‘kan (tertawa).
P : Capek nggak sih Mbak? S : Tiap kerjaan pasti ada capeknya, tapi yang terima ajalah, udah tugas kita ‘kan. P : Kalau untuk ngumpul sama teman-teman terbatasi nggak sih Mbak? S : Ya pastilah. Kita ‘kan udah capek kerja, berapa jam sehari. Nanti kalau ada
waktu ada aja tugas di rumah, atau dipanggil lagi ke klinik. Kalau libur, udah capek, paling tidur, di rumah. Kadang-kadang aja sih keluar sama teman, paling SMS-an atau ndak telepon bentar gitu ‘kan. ‘Kan juga udah sibuk juga mereka.
P : Terus ngatasinnya gimana Mbak? S : Yang jarang ketemu itu? Ya itu tadi SMS atau telepon. Paling nanya kabar
atau curhat gitulah. Kalau sempat aja baru ketemuan.
7 Proses pengeluaran isi rongga rahim untuk membersihkan sisa kehamilan atau jaringan yang tidak normal (www.lib.unair.ac.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
P : Kalau sama pacar atau keluarga gitu Mbak? Mungkin protes sama kesibukan Mbak?
S : Udah ngerti sih mereka. Hanya kalau ada masalah suka salah paham aja sih, maksudku gini ‘kan mereka nangkapnya lain. Tapi kalau urusan sibuk sih udah tahulah mereka. Jadi nggak masalah.
P : Ngatasin masalah itu kayak gimana Mbak? S : Ya diomongin aja sih. Tapi itu lihat-lihat waktu juga ‘kan, kadang pas lagi
emosi bisa jadi besar masalahnya. Jadi kadang tunggu tenang dulu. Gitu aja sih, kayak orang lain juga.
P : Kalau kayak Mbak lagi jaga sendiri atau disuruh stand by gitulah ya, sering bete nggak sih Mbak? Apa ya ngeluh gitu?
S : Kadang-kadang sih, pas kita lagi ada masalah atau baru mau tidur tiba-tiba dipanggil ‘kan jadi agak malas, tapi mau gimana lagi, itu kerjaan kita. Ya pergilah kita ke klinik.
P : Kalau jaga sendiri? S : Mm... jarang sih. Tapi kalau harus ngambil keputusan gitu yang suka bingung. P : Pas gitu Mbak gimana? S : Lakukan dulu yang penting, entah pasang infus atau apalah. Baru habis ‘tu
telepon dokter nanya gimana -gimana. Nah baru kita lakukan apa yang dibilang dokter. Bingung sih biasa, panik gitu.
P : Pas panik gitu apa yang Mbak lakuin? Nggak mungkin ‘kan… S : Nenangkan diri dululah, tarik nafas. Tapi ndak boleh lama-lama, kita ‘kan
harus ngasih tindakan (tertawa). Habis itu barulah konsul ke dokter gitu. He’e. P : Pas panik gitu doa ndak Mbak biasanya? Atau udah buru-buru ya udahlah... S : Doa pastilah. Entah hanya doa sebentar biar bisa ngerjakan dengan benar gitu.
Seringnya paniknya berkurang, jadi enak kita pas mau ngasih tindakan. P : Tapi... S : Sehari-hari sebelum jaga juga doa sih. Biar enak juga kita kerja ‘kan. P : Hm. Kalau perencanaan tindakan gitu ada nggak Mbak lakukan? Misalnya
waktu menghadapi masalah ini, aku harus gini, gini, gini? S : Rencana? Mm… P : Waktu Mbak ngadapin masalah di klinik atau masalah pribadi? S : Rencana nggak juga sih. Hadapin apa adanya. Kalau di klinik ya kalau
tindakan ‘kan udah ada prosedurnya, tapi itu tergantung kasus lagi, makanya konsultasi lagi ke dokter atau tanya ke senior biar jelas gitu ‘kan.
P : Oke. Kalau menghentikan usaha untuk mengatasi masalah? S : Hm... Maksudnya? P : Gimana ya... Mbak punya masalah terus Mbak melakukan tindakan tertentu
tapi pada akhirnya Mbak hentikan gitu? S : Oh ada sih. Kalau kita misalnya ini, melakukan tindakan sesuai prosedur, tapi
kita harus lihat perkembangannya lagi ‘kan. Ya kalau misalnya prosedurnya udah nggak sesuai ya kita hentikan gitu.
P : Kalau dalam masalah pribadi? S : Apa ya? Kalau sama teman gitulah ya. Oh kalau kita ada masalah sama teman,
tapi kita negur dia gitu, tapi dia cuek, atau gimana gitulah, ya udah ndak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ditegur lagi. Kita ‘kan udah mau berbuat baik, gitu (tertawa). Tapi dianya gitu, mau gimana lagi (tertawa).
P : Oke. Kalau selain rasa pusing, deg-degan, lemas ada nggak yang Mbak rasakan waktu tertekan gitu? Hilangnya kapan?
S : Itu sih gemetaran aja, apa tremor, keringatan juga. Terus itu kalau udah parah sekali ya. Tapi kalau udah selesai ya hilang, lega juga ‘kan masalahnya selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Wawancara III (SSC.BS1.WwIII.5Nov’07) Hari/ tanggal : Senin, 5 November 2007 Waktu : Pukul 08.30 – 08.55 WIB Tempat : Wawancara via telepon Keterangan: P : Peneliti S : Subjek
P : Mbak, tugas Mbak di klinik ‘tu apa aja sih? Tugas-tugas yang diatur yayasan gitu?
S : Tugas dari yayasan? Ya standar sih, pokoknya yang terkait dengan tindakan kebidanan gitu sih.
P : Bisa kasih contoh tugas-tugas khususnya ‘tu apa aja Mbak? S : Kalau memeriksa kehamilan, membantu persalinan termasuk operasi ya, terus
perawatan ibu nifas, post partum dan post SC, sama kuret, itu pasti ‘kan. Ada juga kalau untuk bayi ‘tu, perawatan bayi yang baru lahir, bayi sakit, balita, imunisasi. Apalagi ya, kesehatan reproduksi gitu ada juga, misalnya kalau remaja puteri datang dia keputihan gitu ‘kan, konsul KB juga.
P : Selain itu Mbak? S : Pokoknya sih itu, tapi tindakan di dalamnya ‘kan macam-macam. Tergantung
kasusnya apa. Tapi penanganan kita itu tadi. P : Oke. Kalau kasus-kasus yang membuat Mbak tertekan apa aja? Mungkin
selain kasus pendarahan gitu? S : Umumnya sih yang parah kasus pendarahan, mau itu kelahiran normal atau
operasi tapi kalau udah pendarahan udah panik aja. Partus letak sunsang juga panik, apalagi yang posisinya bisa sangkut-sangkut ‘kan, kalau yang nggak biasa ditemui gitu. Pas proses persalinan juga, kadang ibunya ‘kan susah disuruh, bingung kayaknya, jadi disuruh tarik nafas gitu malah nggak, malah banyak gerak, padahal dia harus ngeden juga ‘kan. Bingung kadang mau kasih tahunya gimana (tertawa).
P : Adalagi nggak Mbak? S : Ndak sih, paling seringnya pendarahan, partus letak sunsang. Kalau ibunya
pre-eklamsi itu juga bermasalah, terutama darah tinggi ya, panik ‘tu biasanya. Bingung juga apa yang harus dilakuin gitu, ‘kan beda-beda tiap orang ‘kan. Tapi biasa langsung konsul dokter, kadang ibunya kesakitan kita lagi telepon dokter ‘kan, ndak tega juga. Udahlah jadi satu, jadi bingung gitu.
P : Selain konsul apalagi Mbak yang Mbak lakukan untuk mengatasi masalah ini? S : Habis konsul lakukan apa yang dibilang dokter. Sebelumnya sih kita udah beri
tindakan dulu sebelum telepon dokter kadang ya, tindakan penting dululah, kita pasang infus, kita kasih obat apa dulu, baru kita hubungi dokter. Kalau udah parah baru kita rujuk ke rumah sakit.
P : Ada yang langsung ditangani sendiri? S : Kalau kasus-kasus berat harus konsul dokter, kita nggak boleh sembarangan
‘kan, apalagi kita panik, kita nggak yakin, pokoknya pastikan sama dokter dulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
P : Kalau saat bertugas sendiri pernah nggak Mbak? S : Pas lagi sendiri? Apa ya soalnya sering bareng sama teman ‘kan. Paling
nanganin pemeriksaan atau apa, kayaknya nggak ada kasus berat gitu. Bisa panik kalau harus sendiri. Sama teman aja udah bingung biasanya ‘kan apalagi sendiri.
P : Kemarin ‘kan Mbak bilang kalau Mbak belum pernah menghadapi kasus aborsi. Kalau kasus lain yang terkait dengan isu etik gitu ada nggak?
S : Apa ya… P : Mungkin izin keluarga untuk melakukan tindakan ke pasien gitu? S : Oh pernah sih baru-baru ini. Waktu pasien harus dikuret gitu habis keguguran,
tapi pernah ‘tu keluarganya ndak bolehkan. Padahal kondisi rahim masih nggak baik, harus dibersihkan ‘kan darah-darah yang tertinggal itu. Nggak bagus ‘kan bikin kista. Tapi keluarganya takut malah terjadi apa-apa pas dikuret.
P : Terus Mbak gimana waktu itu? S : Ya udah kalau keluarga nggak boleh mau apalagi. Saya langsung ngomong
sama dokter, akhirnya dokter yang kasih tahu keluarganya itu. Boleh akhirnya mungkin karena lebih percaya dokter ya. Ya udah langsung kita kuret.
P : Kalau nggak dapat izin keluarga berarti nggak dilakuin Mbak? S : Nggak, nanti ada apa-apa kita lagi yang kena. Ikut maunya mereka. Tapi kita
beri saran, kita kasih tahu gitu resiko-resikonya. P : Ke masalah pribadi ‘ni ya Mbak, apa masalah pribadi gitu mengganggu Mbak
dalam bekerja? S : Masalah pribadi? Kadang sih. P : Bisa kasih contoh nggak Mbak? S : Kalau kita lagi marah atau kesal dari rumah ‘kan kadang udah bingung mau
ngapa-ngapa pas di klinik. Tapi harus usaha konsen soalnya nanti salah-salah nanganin pasien. Kalau misalnya ada masalah sama teman kerja ya kadang juga kebawa malas, gimana mau kerja nyaman ‘kan, tapi kita pikirkanlah kerjaan kita juga.
P : Nambah-nambah tertekan nggak Mbak? S : Iya, kalau kita pas ngadapin kasus berat pas sama teman itu, ya kadang
udahlah yang penting nolong dulu aja. P : Kalau masalah yang paling nekan yang mana Mbak? S : Masalah pekerjaan sih nekan, tapi kadang tambah lagi masalah pribadi gitu
kadang jadi tambah berat aja. P : Kalau pas lagi bermasalah gitu Mbak lakuin aktivitas lain nggak, ya untuk
ngurangin tekanan? S : Paling istirahat aja di rumah. Main juga kadang sama teman itu aja sih. Curhat
biasa kalau ketemu teman. P : Kemarin ‘kan Mbak bilang yang menghambat dalam menyelesaikan masalah
‘tu diri sendiri. Maksudnya gimana? S : Gimana ya? Diri sendiri… Mm… kadang kita nggak yakin kita bisa
nyelesaikan gitu ‘kan, jadi kadang nanganin pasien ragu padahal kadang kena pasien yang harus dikasih tindakan cepat ‘kan. Kadang salah-salah yang udah pernah dibuat bikin nggak yakin juga untuk ngelakuin tindakan gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
P : Oke. Kalau hambatan dari segi keterbatasan pernah Mbak alami? Mungkin tenaga, obat atau pengetahuan gitu?
S : Jarang sih ya. Seringnya pengetahuan. Yang kita dalami ‘kan tentang kebidanan, lebih ke ibunya ‘kan, gimana ngasih pertolongan yang baik ke ibu, pemeriksaan juga. Tapi kita juga harus nanganin bayi sakit kadang, itu yang bingung. Belum lagi kalau salah-salah nantinya ‘kan. Kasus-kasus yang belum pernah dapat juga kadang bikin bingung, panik gitu.
P : Yang Mbak lakukan apa untuk mengatasinya? S : Banyak nanya sih, ke dokter atau senior, terus kalau pas ngadapin kasus rumit
‘tu ngelihat senior apa aja yang dikerjakan, jadi besok-besok udah tahu. Jadi nggak bingung ‘kan. Kadang juga baca-baca.
*) Hasil Wawancara Subjek 2 dan Subjek 3 selengkapnya dapat dilihat pada
naskah skripsi tercetak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
B. HASIL OBSERVASI*
HASIL OBSERVASI SUBJEK 1 (SSC.BS1.Obs.27-28Juli’07)
Hari, tanggal : Jumat - Sabtu, 27 - 28 Juli 2007 Tempat : Klinik Kharitas Bhakti dan tempat tinggal subjek
Tema Observasi
1. Lingkungan tempat subjek bekerja
a) Lingkungan fisik Subjek bekerja di Kharitas Bhakti Medical
Centre, yaitu balai pengobatan swasta yang terletak di tengah kota Pontianak. Bangunannya merupakan sebuah ruko (rumah toko) tingkat tiga yang cukup luas dan dibagi menjadi beberapa bagian/ sal. Balai pengobatan ini tidak hanya dikhususkan pada pelayanan kebidanan saja, tetapi ada juga beberapa unit medis lainnya, antara lain poli umum, poli gigi, poli mata, dan penyakit dalam. Oleh karena terdapat beberapa unit medis, maka pengurusan administrasi pasien, laboratorium, obat-obatan/ apotek, dan kantor personalia tidak terpisah antar unit.
Unit kebidanan tempat subjek bertugas terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang periksa, ruang bersalin, ruang operasi, kamar bayi, ruang perawat, ruang obat, dan beberapa ruang perawatan. Ruang perawatan sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ruang perawatan kelas 3 dengan daya tampung 4 orang, ruang perawatan kelas 2 dengan daya tampung 2 orang, dan ruang perawatan kelas 1 dengan daya tampung 1 orang. Baik di ruang periksa maupun di ruang bersalin terdapat tempat tidur pasien dan lemari yang berisi peralatan-peralatan yang siap digunakan oleh tenaga medis. Tabung oksigen juga terlihat di ruang operasi jika sewaktu-waktu digunakan dalam proses persalinan atau saat operasi caesarea (baca: cesar). Sedangkan di kamar bayi, selain terdapat beberapa tempat tidur bayi juga terdapat inkubator yang digunakan jika pasien bayi mengalami gangguan, seperti lahir prematur. Meskipun unit kebidanan pada klinik Kharitas Bhakti memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti ruang operasi, tetapi juga memiliki sejumlah keterbatasan sehingga terkadang pasien tetap harus dirujuk ke rumah sakit besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
b) Lingkungan sosial Subjek mengerjakan tugas-tugas kebidanannya
bersama 5 orang bidan. Di antara keempat bidan lainnya, subjek adalah bidan yunior yang bekerja di tempat tersebut. Selain bidan, terdapat pula 5 orang perawat yang ditugaskan di sal kebidanan untuk membantu tugas-tugas bidan.
Bidan dan perawat ini bertugas secara bergiliran sesuai dengan shift kerjanya. Shift kerja di balai pengobatan ini dibagi menjadi 3, yaitu shift pagi, sore, dan malam. Shift pagi dimulai dari pukul 07.00 hingga 14.00, dengan 2 bidan dan 2 perawat sebagai petugas jaga. Shift sore dimulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 21.00, sedangkan shift malam dimulai dari pukul 21.00 hingga pukul 07.00 keesokan harinya. Kedua shift tersebut masing-masing dijaga oleh seorang bidan dan seorang perawat. Bidan maupun perawat mendapat jatah libur setelah mendapat giliran dua kali bekerja di shift pagi, dua kali di shift sore, dan dua kali di shift malam. Meskipun jadwal tugas sudah disusun secara bergiliran setiap minggunya, namun bidan maupun perawat tetap harus siap jika diperlukan sewaktu-waktu apabila keadaan gawat dan mendesak.
Jumlah pasien yang mendapatkan tindakan, seperti persalinan, operasi, dan kuretase rata-rata per bulannya mencapai lebih dari 15 orang. Jumlah tersebut belum termasuk pasien yang datang untuk melakukan konsultasi KB, imunisasi, maupun pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
2. Saat subjek
bertugas a) Kesiapan subjek untuk bekerja
Observasi I dan Observasi II
Baik pada observasi pertama dan kedua, subjek mendapat giliran shift pagi. Pada observasi pertama, subjek yang seharusnya memperoleh libur diminta untuk menggantikan tugas rekannya yang tidak dapat masuk pada hari itu.
Subjek telah bangun dan bersiap-siap untuk bekerja sejak pukul 05.00 pagi. Sesaat setelah ia bangun, subjek menyempatkan diri untuk berdoa. Setelah mengerjakan beberapa pekerjaan rumah ia segera mandi dan bersiap-siap. Pukul 06.30 pada observasi pertama subjek sudah berangkat karena jarak rumah dan tempat kerjanya agak jauh. Meskipun demikian subjek tidak terlambat bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
dan tiba ±10 menit sebelum jam kerjanya dimulai. Seperti pada hari sebelumnya, pada observasi kedua subjek sudah mempersiapkan diri dari pagi, tiba beberapa menit sebelum jam kerja dimulai dan tidak terlihat terburu-buru.
Subjek terlihat menegur rekan-rekannya yang bekerja pada shift malam dan mengobrol mengenai kondisi pasien yang baru saja melahirkan semalam. Walaupun terlihat masih mengantuk, subjek tidak mengeluh harus berangkat pagi-pagi ke tempat kerja bahkan ia segera membaca laporan yang ada di ruang periksa dan merapikannya.
b) Perilaku subjek saat bekerja secara umum
Observasi I dan II
Perilaku subjek pada saat bekerja baik pada observasi pertama dan kedua tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Subjek tidak lagi tampak canggung dengan berbagai aktivitas yang merupakan tugasnya sehari-hari. Bersama dengan rekan-rekan sekerjanya, ia bercerita mengenai pengalaman yang dihadapi saat bertugas dan sesekali diselingi dengan senda gurau. Terkadang subjek terlibat pembicaraan dengan dokter obgin atau bidan senior mengenai kasus yang sedang dihadapi. Secara berkala subjek melihat kondisi pasien rawat inap. Ia juga mengerjakan tugas administrasi seperti menulis laporan pemeriksaan pasien, mengecek persediaan obat-obatan, serta melakukan sterilisasi pada alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pemeriksaan ataupun persalinan. Ketika tidak ada pasien yang berkunjung, maka subjek mengobrol dengan dengan peneliti dan rekan sekerjanya atau menonton tayangan televisi bersama serta saling memberikan komentar terlebih jika ia merasa bosan.
c) Perilaku subjek saat menangani pasien
Observasi I dan II
Pada observasi pertama dan kedua, selain memberi perawatan pada pasien rawat inap, subjek juga memberikan pelayanan yang terkait dengan praktik kebidanan kepada pasien-pasien yang datang, antara lain memberikan konseling KB, memeriksa kandungan, atau memeriksa kesehatan bayi dan balita. Subjek juga menangani keluhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
remaja puteri yang mengalami keputihan. Akan tetapi peneliti tidak diizinkan untuk masuk ke ruang periksa untuk mengobservasi kegiatan secara langsung. Subjek hanya terlihat panik, berkeringat, dengan wajah yang serius ketika harus memeriksa kandungan seorang ibu yang berusia 8 bulan. Ia terlihat beberapa kali keluar masuk ruang periksa dan menghubungi dokter untuk tindakan yang tepat karena kondisi kandungan yang kurang baik. Adapun pada saat itu ia hanya berjaga dengan seorang perawat. Kejadian ini terjadi pada observasi hari pertama.
Peneliti hanya dapat melihat saat subjek menangani pasien rawat inap dan bayinya. Subjek terlihat cekatan ketika memeriksa kondisi pasien. Subjek juga mendengarkan keluhan-keluhan pasien dan terkadang berkonsultasi dengan bidan senior sebelum memberikan tindakan. Ia mengaku masih sering ragu dalam memberikan tindakan terutama pada keluhan-keluhan yang jarang ditemui. Pada observasi kedua subjek harus memeriksa ibu yang mulai pembukaan dan masih menunggu waktu melahirkan. Subjek tampak tenang meskipun sigap mempersiapkan alat dan melakukan pemeriksaan.
d) Komunikasi yang dilakukan subjek dengan pasien
Observasi I dan II
Subjek tidak terlihat memiliki masalah saat berkomunikasi dengan pasien. Ia terlihat ramah dan sabar saat memeriksa dan memberikan penjelasan kepada pasien rawat inap. Hanya saja pada saat subjek sudah merasa capek ketika observasi kedua berlangsung, ia harus menangani pasien keturunan Tiong Hoa yang keras kepala untuk berkonsultasi pemilihan alat KB. Walaupun kesal, subjek tetap memberikan penjelasan dan akhirnya pasien dapat mengerti juga. Kekesalannya itu selain diungkapkan sendiri oleh subjek juga terlihat dari perubahan raut wajahnya.
3. Saat subjek tidak
bertugas a) Perilaku subjek setelah lepas jam kerja
Observasi I dan II
Subjek banyak menghabiskan waktu di rumah setelah pulang dari bekerja. Ia beristirahat, menonton televisi, atau membantu mengurus pekerjaan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
tangga, seperti menyapu, memasak, dll. Pada sore hari saat observasi pertama berlangsung, subjek mengantar ibunya ke pasar. Subjek yang merasa capek akhirnya membatalkan janji untuk bertemu dengan teman-temannya, meminta maaf, dan berjanji untuk bertemu keesokan harinya. Ia sempat mengungkapkan bahwa sebenarnya ia merasa tidak enak karena sudah beberapa kali membatalkan janji. Oleh karena itu, subjek menepati janji bertemu dengan teman semasa kuliahnya pada observasi hari kedua untuk sekedar berjalan-jalan dan makan malam sambil bertukar cerita mengenai kehidupan pribadi maupun pengalamannya di klinik. Subjek berusaha untuk memanfaatkan waktu luangnya dan membuat dirinya tidak merasa jenuh dengan rutinitasnya.
b) Perilaku subjek saat menghadapi masalah di luar
pekerjaan Observasi I dan II
Selama observasi berlangsung subjek tidak menunjukkan bahwa ia sedang menghadapi masalah. Hal ini dapat dilihat secara fisik khususnya dari raut wajah yang tidak terlihat kesal, murung, atau marah. Meskipun demikian pada observasi pertama, ia sedikit menghadapi masalah pribadi dengan ibunya. Namun kesalah pahaman tersebut tidak menjadi masalah besar dan dapat ia selesaikan. Walaupun awalnya sempat merasa kesal, subjek terlihat sabar saat memberikan penjelasan kepada ibunya setelah sebelumnya menunggu kondisi dan emosinya menjadi lebih tenang.
c) Relasi subjek dengan orang lain
Observasi I dan II
Hubungan subjek dengan rekan sejawatnya terlihat cukup baik meskipun ia termasuk baru dan yunior di klinik tersebut. Disela-sela pekerjaannya, subjek sering mengobrol dan bercanda dengan rekan-rekannya.
Subjek juga terlihat dekat dengan keluarganya termasuk dengan keponakannya (anak dari saudara sepupunya). Hal ini terlihat ketika mereka mengobrol saat makan malam pada observasi pertama. Mereka masing-masing bercerita tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
pengalamannya dan sesekali diselingi dengan senda gurau. Selama observasi berlangsung subjek tidak terlihat memiliki masalah di dalam keluarga selain masalah kecil dengan ibunya.
Hubungan subjek dengan teman-temannya juga cukup baik. Meskipun jarang bertemu dan terkadang membatalkan janji, mereka sering mengirim SMS (pesan singkat) untuk sekedar menanyakan kabar atau curhat. Pada saat keluar dengan teman-temannya, subjek terlihat gembira dan menikmati acara tersebut, meskipun sebelumnya ia beberapa kali meminta maaf karena merasa tidak enak telah mendadak membatalkan janji.
Subjek jarang menunjukkan ekspresi marah. Kalaupun memiliki masalah ia hanya terlihat kesal dan tidak banyak bicara seperti ketika memiliki masalah dengan ibunya. Namun setelah ia merasa tenang subjek mau menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan memberi penjelasan kepada ibunya. Subjek mengaku pada saat-saat tertentu saja ia mau menceritakan permasalahannya dengan teman-temannya.
d) Perilaku subjek saat harus menangani pasien di luar
jam kerja Observasi I
Pada saat observasi pertama berlangsung seharusnya subjek mendapat jatah libur, akan tetapi ia diminta untuk menukar jadwal dan menggantikan tugas rekannya yang tidak dapat masuk kerja pada hari itu. Subjek tidak terlihat mengeluh meskipun harus berangkat pagi-pagi ke klinik. Observasi II
Pada saat observasi hari kedua berlangsung, subjek tidak menangani pasien di luar jam kerjanya. Ia juga tidak mendapat panggilan dari klinik untuk menangani pasien.
4. Saat wawancara
berlangsung Subjek cukup grogi pada saat wawancara pertama
dimulai. Ia mengaku agak stres sehingga menggigiti kuku jari tangannya. Hal ini terjadi karena ini adalah kali pertama ia diwawancarai dan ia kurang percaya diri apabila suaranya harus didengar oleh orang lain. Akan tetapi setelah diyakinkan bahwa rekaman hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, maka ia pun setuju. Di samping itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
pada awalnya subjek bingung akan bercerita apa. Setelah dijelaskan bahwa subjek hanya bercerita sesuai yang ditanyakan oleh peneliti, maka ia merasa nyaman dan mulai bercerita. Meskipun tidak banyak bicara, ia tidak malu-malu untuk mengakui ketakutan dan kepanikan yang dirasakannya saat menghadapi pasien. Meskipun demikian untuk masalah pribadi, subjek merasa hal itu tidak etis untuk dibicarakan. Ia hanya menekankan bahwa permasalahan pribadi yang sering terjadi terkait dengan pacar, keluarga, teman-teman, maupun rekan sejawat.
Pada saat menjawab pertanyaan dari peneliti subjek terlihat serius. Meskipun demikian ia tidak terlihat terlalu tegang dan tampak lebih santai di tengah wawancara. Sesekali ia terlihat tersenyum bahkan tertawa saat menceritakan pengalamannya. Ekspresi wajahnya ketika bercerita juga mewakili apa yang dirasakannya ketika itu. Terkadang subjek melemparkan pandangan ke arah lain atau mengerutkan kening jika mulai bingung untuk menyampaikan pendapat.
Wawancara kedua terjadi secara spontan saat melihat suatu kejadian selama kegiatan observasi berlangsung, baik di tempat kerja maupun di tempat tinggal subjek. Pada wawancara ini subjek terlihat lebih santai karena peneliti hanya merekam dengan telepon selular di sela-sela kesibukan maupun waktu senggang subjek. Subjek tetap terlihat ekspresif saat bercerita bahkan terkadang menyelingi pembicaraan dengan senda gurau. Wawancara kadang-kadang dihentikan karena subjek harus melaksanakan tugas-tugasnya sebagai bidan. Peneliti segera mencatat hasil wawancara jika memiliki kesempatan seperti itu.
Wawancara ketiga dilakukan dan direkam via telepon karena tidak memungkinkan peneliti dapat melakukan wawancara tatap muka dengan subjek dengan alasan jarak yang jauh. Pada wawancara ketiga peneliti berada di Jogjakarta dan subjek berada di Pontianak. Wawancara dilakukan saat subjek sedang libur. Sebelum wawancara berlangsung subjek sempat bercanda dengan peneliti dan suaranya terdengar serius saat peneliti mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
*) Hasil Observasi Subjek 2 dan Subjek 3 selengkapnya dapat dilihat pada
naskah skripsi tercetak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
C. ANALISIS DATA *
ANALISIS DATA SUBJEK 1 (ADS.BS1….)
Pengambilan Data No. Waktu Jenis
Hasil Penelitian Interpretasi Koding
1. 26.07.2007 Ww I “Menjalani pendidikan… selama 3 tahun”. Subjek menyelesaikan studi kebidanan selama 3 tahun.
LBPd -ls
2. 26.07.2007 Ww I “Menempuh pendidikan… di Akbid Depkes Soedarso”. Subjek menempuh pendidikan kebidanan di Akbid Depkes Soedarso.
LBPd -ip
3. 26.07.2007 Ww I “Pendidikan megenai persalinan, asuhan bayi baru lahir, asuhan ibu post partum, ibu nifasnya, terus keluarga berencana, sama mm… banyak sih, pokoknya yang seputar kebidanan gitu”.
Subjek mendapat pendidikan dan keterampilan seperti persalinan, asuhan bayi baru lahir, ibu post partum dan KB.
LBPd -pk
4. 26.07.2007 Ww I “Pelatihan kita sih jarang, cuma itu biasanya dari tenaga obgin, tenaga dokter-dokter dari obgin, itu yang memberikan kita masukan-masukan, terus apa… ilmu yang sekarang sedang nge-trend gitu, apa… jadi kita jarang pelatihan, cuma dari obgin aja”.
Subjek jarang mendapatkan pelatihan dari Akbid, namun ia mendapatkan masukan dan ilmu baru dari dokter obgin.
LBPd -kt
5. 26.07.2007 Ww I “Magang kita ada juga, magang di paling rumah sakit, puskesmas, klinik. Itu kitanya, mahasiswanya, kita yang pendidikannya. Memang wajib, memang program dari kampus.”
Subjek mendapat kesempatan magang di rumah sakit, puskemas atau klinik yang merupakan program dari kampus.
LBPd -kt
6. 26.07.2007 Ww I “Biasanya sih seminar memang termasuk dari, bukan program dari kampus, cuma kita ‘kan ada kayak ada dies natalis. ...biasanya dokter obgin, biasa dari juga dari kepala kampus kita itu. Tapi yang masih menyangkut kebidanan juga tapi menunjang ilmu kita”.
Subjek pernah mengikuti seminar umum di luar program kampus yang terkait ilmu kebidanan dan dapat menunjang kesiapan dalam bekerja.
LBKg
7. 26.07.2007 Ww I “Saya bekerja di klinik Kharitas Bakti di jalan Siam, Gajah Mada”.
Subjek saat ini bekerja di klinik Kharitas Bakti.
LBPj-tkj
8. 26.07.2007 Ww I “Saya sih baru. Masuknya bulan Januari, awal Januari”.
Subjek sudah bekerja selama 6 bulan terhitung sejak bulan Januari 2007 hingga sekarang (bulan Juli 2007).
LBPj-lkj
9. 26.07.2007 Ww I “Sebelum di situ pernah kerja juga di klinik Bidan Mariana, rumah bersalin. Itu cuma 3 bulan”.
Sebelumnya subjek bekerja di klinik swasta Bidan Mariana selama 3 bulan.
LBPj-lkj
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
10. 26.07.2007 Ww I “Selama kerja ini, kita di sini ‘kan kalau selama kuliah ‘kan kita cuma diberi dasar aja ‘kan. Kalau selama kerja ini kita jadi apa, ada yang kita ndak tahu ‘tu kita jadi tahu. Misalnya ini, bayi-bayi yang sakit itu selama kuliah atau kita praktik di lapangan itu ‘kan kurang… kurang mendapat ilmunya. Terus di sini ‘ni kita memang ada perawatan juga bayi sakit, tapi bayi baru lahir juga. Terus yang, intinya sih memang ibu-ibu post partum, terus ibu yang kita ‘kan ada operasi caesarea (baca: cesar) juga di sana”.
Subjek mendapat banyak pengalaman selama bekerja karena pendidikan dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah terbatas. Tugas bidan yang dijalani subjek antara lain, perawatan bayi sakit, bayi baru lahir, perawatan ibu post partum/ setelah persalinan.
LBPd -pk LBTP-tg
11. 26.07.2007 Ww I “Iya, perawatan setelah itu, post SC, perawatan ibu ‘kan. Selanjutnya ada juga kita perawatan nifas, nifas ke rumah”.
Tugas lainnya yaitu perawatan ibu setelah operasi/ post SC, dan ibu nifas.
LBTP-tg
12. 26.07.2007 Ww I “Sekarang sih masih sebagai pelaksana saja”. Peran subjek hingga saat ini adalah sebagai bidan pelaksana.
LBTP-pr
13. 26.07.2007 Ww I “Tertekan sih sering. Kayak apa deg-degan gitu. Kalau misalnya pas lagi nolong partus pas lagi pasiennya ada masalah itu kita deg-degan. Cuma kita ‘kan selalu harus konsultasi sama dokter, jadi kita ndak terlalu beban ke kita benar gitu ‘kan”.
Subjek sering merasa tertekan saat harus menolong persalinan yang bermasalah sehingga sering menimbulkan reaksi fisik, seperti merasa berdebar-debar.
SSKj-dlkj S-RFis
14. 26.07.2007 Ww I “Misalnya pasiennya partus letak sunsang. Letak sunsang itu ‘kan pasti kita harus konsultasi dokter ‘kan, ndak hanya kita sendiri yang nanganin. Kalau dia bisa lahir normal ya kita tanganin sendiri”.
Subjek segera menangani langsung jika kelahiran dapat berjalan normal, namun segera berkonsultasi dengan dokter jika kasus tidak dapat ditangani sendiri.
SC-Kj (PF-ac) (PF-s3fir)
15. 26.07.2007 Ww I “Awal-awalnya sih dulu, pertama -tama kali kerja, apa pas turun setelah dari pendidikan itu rasanya, aduh rasanya kok nol sekali, rasanya kurang sekali gitu”.
Pada awal bekerja , subjek merasa nol dan merasa kurang memiliki kemampuan dan pengalaman.
SSKj-awkj
16. 26.07.2007 Ww I “Praktiknya ‘kan biasanya cuma ke panthom, tapi ini langsung benar-benar harus ke manusia. Kita sebagai bidan turun sendiri gitu, jadi benar-benar ada itulah, perasaan gimana”.
Subjek semakin tertekan karena pada praktiknya harus menghadapi manusia sehingga tanggung jawab lebih besar.
SSKj-awkj
17. 26.07.2007 Ww I “Awal-awal kerja itu misalnya, kita ‘kan kalau di klinik rumah bersalin ‘tu ‘kan biasa terima kasus ndak hanya kebidanan ‘kan. Bayi yang sakit itu ‘kan, ilmu kita ‘kan dikit dari pendidikan harus cari sendiri ‘kan. Itu kalau bayi sakit, misalnya kita udah sakitnya parah, kita ‘kan jadi bingung gitu, mau apa pengobatannya. Kita paling ngasih pengobatan awal itu ‘kan. Itu aja itu rasanya udah membingungkan. Kita ‘kan ngertinya cuma kebidanan. Itu ‘tu udah njelimetlah itu, jadi kepikiran sampai ke rumah kadang-kadang”.
Pada saat awal bekerja, subjek merasa bingung dalam memberikan tindakan pada kasus yang tidak terkait langsung dengan praktik kebidanan, seperti pengobatan pada bayi sakit. Oleh karena itu, sering tanpa disadari, subjek merasa tertekan hingga masalah terus terpikir walaupun sudah berada di rumah.
SSKj-awkj
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
18. 26.07.2007 Ww I “Malah beban, benar nggak sih obat yang dikasih” “Takut salah dosis atau salah apa, jenis obatnya gitu”.
Subjek sering terbebani dan merasa takut jika melakukan kesalahan, misalnya salah memberi obat dan dosis .
S-RPsi
19. 26.07.2007 Ww I “…pasien-pasien umum gitu ‘kan, kita ‘kan lebih fokusnya ‘kan kebidanan”.
Subjek kesulitan saat menangani pasien umum karena kurang memiliki ilmu dan hanya terfokus pada ilmu kebidanan.
SC-ham
20. 26.07.2007 Ww I “Dalam menghadapi kondisi sulit… itu udah panik, udah saya itu”.
Subjek merasa panik jika harus menghadapi kasus persalinan abnormal.
S-RPsi
21. 26.07.2007 Ww I “Konsultasi, kita langsung telepon dokter atau kita langsung apa suruh dokternya cepat segera datang”.
Dalam keadaan tertekan dan darurat, subjek berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum bertindak.
SC-Kj (PF-s3fir)
22. 26.07.2007 Ww I “Menghadapi kondisi sulit dan gawat pada saat persalinan... ditangani sendiri kayaknya kita nggak bisa, kita langsung rujuk. ‘Kan pasti resikonya lebih besar kalau kita tangani sendiri. Itu ‘kan bukan dari wewenang kita lagi, kalau misalnya pasiennya lebih bermasalah lebih banyak ‘kan?”.
Dalam menghadapi kondisi yang sulit dan gawat pada saat persalinan, maka subjek segera merujuk pasien ke rumah sakit dan tidak ditangani sendiri terlebih jika kondisi pasien sangat beresiko.
SC-Kj (PF-ac)
23. 26.07.2007 Ww I “Iya harus rujuk, jadi kita ndak bisa ngambil keputusan sendiri memang”.
Dalam kondisi itu, subjek tidak boleh mengambil keputusan sendiri namun segera merujuk pasien ke rumah sakit.
SC-Kj (PF-ac)
24. 26.07.2007 Ww I “Gagal dalam menolong persalinan... selama ini sih belum pernah sih. Moga-moga ke depannya ndaklah”.
Subjek belum pernah mengalami kegagalan dalam membantu proses persalinan dan berharap tidak akan pernah mengalaminya.
SSKj-ggl
25. 26.07.2007 Ww I “Yang melanggar etik gitu ya, kode etik. Misalnya sih selama menjalani tugas ini belum pernah mendapat kasus gitu ‘kan”.
Subjek belum pernah menghadapi kasus yang terkait dengan isu etik, dalam hal ini kasus aborsi.
SSKj-etk
26. 26.07.2007 Ww I “Selama saya kerja sih, pas disuruh stand by ‘tu belum pernah pas ada juga kegiatan. Jadi pas lagi kosong, lagi lowong gitu, jadi selalu pergi gitu kalau disuruh. Misalnya on call panggilan gitu, mau ada operasi terus stand by, kita pergi”.
Subjek dituntut untuk stand by jika dibutuhkan sewaktu-waktu dan langsung berangkat jika dipanggil, seperti saat akan dilaksanakan operasi.
SSKj-sdby
27. 26.07.2007 Ww I “Kadang sih kepikiran. Aduh, ngapa sih jadi kok misalnya jadi kayak gini. Sering dipanggil ‘kan capek juga, nanti jadi kebiasaan dipanggil terus gitu (tertawa). Nggak sih, apa jadi tapi ndak apa-apalah daripada kita nanti ndak enak juga sama teman-teman gitu”.
Menghadapi kondisi tersebut, terkadang subjek mengeluh bahwa ia merasa capek tapi di satu sisi ia juga menerima karena merasa tidak enak dengan rekan kerja.
SC-Kj (EF-dn) (EF-acc)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
28. 26.07.2007 Ww I “Pada saat menghadapi stres... biasa ‘tu langsung cepat capek, benar-benar lemas, rasanya pingin marah terus, pokoknya nggak enak gitulah. Terus mau ngerjakan apa-apa ‘tu jadinya malas gitu”.
Pada saat subjek merasa tertekan, maka subjek menjadi cepat capek, lemas, berdebar-debar dan pusing.
S-RFis
29. 26.07.2007 Ww I “Kadang langsung pusing. Nggak sih mual, pusing. Pasti pusing itu”.
Subjek juga merasa ingin marah dan malas melakukan kegiatan apapun.
S-RPsi
30. 26.07.2007 Ww I “Kadang itu benar-benar rasa bersalah sekali, rasanya takut sekali. Pokoknya takut dimarahin, takut ada apa-apa sama pasiennya”.
Subjek merasa bersalah dan takut jika dimarahi dan takut bila terjadi hal yang tidak diinginkan pada pasien.
S-RPsi
31. 26.07.2007 Ww I “Misalnya kita salah… salah melakukan tindakanlah pokoknya. Salah misalnya, salah pemberian obat, salah dosis. Itu pasti kepikiran sampai sekarang masih ingat ‘tu. Kejadian itu pasti masih diingat”.
Subjek sering merasa bersalah dan takut jika salah memberi tindakan maupun obat, dan kejadian menekan tersebut seringkali teringat.
S-RPsi
32. 26.07.2007 Ww I “Tapi berusaha supaya ndak diulangi lagi. Jadi sekarang ‘tu dikontrol lagi, misalnya suntikannya, misalnya berapa dosisnya. Jadi kita benar-benar nanyain lebih akurat lagi”.
Setelah melakukan kesalahan yang menekan, maka subjek bertindak lebih teliti agar kesalahan tidak terulang lagi.
SC-Kj (PF-ac)
33. 26.07.2007 Ww I “Sebenarnya sih memang mau nggak mau harus dihadapi. Jadi itu ‘kan memang apa, tugas kita. Daripada kita nanti dapat kasus kayak gini lagi ‘kan lebih baik kita dapat sekarang. Misalnya pas memang ada kasusnya. Jadi selanjutnya kita jadi bisa ngerti, jadi kita bisa ambil tindakan yang seperti apa untuk kasus itu, gitu”.
Dalam mengatasi masalah yang sulit dalam pekerjaan, subjek mau tidak mau menerimanya sebagai tanggung jawab akan tugas. Akan tetapi pengalaman itu juga digunakan sebagai solusi/ rencana jika menemukan kasus yang sama.
SC-Kj (EF-acc) (PF-pl)
34. 26.07.2007 Ww I “Itu sebenarnya ndak menghindari cuma itu ‘kan ada prosedurnya. Tindakan bidan itu ‘kan ada wewenangnya, wewenang dan batas -batasannya ‘kan. Batasannya itu sampai di mana. Kalau misalnya kita ndak bisa tangani sampai batas itu, batas kerja bidan, baru kita rujuk”.
Menurut subjek, tindakan merujuk pasien ke rumah sakit bukanlah bentuk menghindari masalah, namun merupakan prosedur tindakan, selain wewenang bidan ada batasannya.
SC-Kj (PF-ac)
35. 26.07.2007 Ww I “Sering mudah lupa, kadang kita banyak pasien gitu… banyak tindakan-tindakan yang dilakukan. Kadang ada satu yang kelewat”.
“Udah dicoba konsenkan tapi kok bisa kelupaan gitu”.
Subjek menjadi mudah lupa saat merasa tertekan meskipun sudah berusaha untuk berkonsentrasi.
S-RPsi
36. 26.07.2007 Ww I “...biasanya sih nggaklah. Cuma paling apa rasanya, merasa bersalah aja”.
Subjek lebih sering merasa bersalah jika sedang berada dalam kondisi tertekan.
S-RPsi
37. 26.07.2007 Ww I “Kita sih biasanya kita sharing sama teman. Jadi biar kita ndak terlalu terbebani sendiri, biar nggak stres sendiri. Jadi kita cerita sama teman, misalnya masalah gini, jadi teman ‘tu bisa nenangkan
Pada saat menghadapi masalah pekerjaan, subjek mengatasinya dengan curhat kepada teman-temannya. Selain
SC-Kj (EF-s3fer)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
kita. Misalnya oo… gini jadi teman ‘tu bisa kasih jalan keluar juga ‘kan, nggak hanya kita merasa terbebani sendiri gitu. Jadi kita ndak merasa bersalah sendiri. Jadi memang memang kesalahan kita ‘kan jadi… apa, kita supaya kita ndak nutupin kesalahan itu, jadi kita cerita sama teman biar teman juga ngerti ‘kan”.
menenangkan dan menjadi tempat berbagi, teman juga dapat memberikan solusi atau pendapat sehingga subjek tidak merasa terbebani dan bersalah sendiri.
(PF-s3fir)
38. 26.07.2007 Ww I “Mengatasi masalah dengan perilaku konkrit dan curhat dengan teman.... sering itu”.
Di samping itu subjek juga melakukan tindakan nyata untuk menghadapi kondisi tertekannya.
SC-Kj SC-Tk (PF-ac)
39. 26.07.2007 Ww I “Masalah pribadi mengganggu pekerjaan… oh itu kadang-kadang”.
Masalah pribadi yang dihadapi subjek terkadang mengganggu pekerjaannya.
SSTk-pmk
40. 26.07.2007 Ww I “Masalah pribadi misalnya… ini sih kok kayaknya apa, nggak etislah diceritain. Pokoknya dengan teman, dengan pacar ya gitulah. Sering itu kadang-kadang dibawa ke kerja gitu”.
Subjek merasa tidak etis menceritakan masalah pribadi. Masalah yang terjadi sering terkait dengan teman atau pacar.
SSTk-mp
41. 26.07.2007 Ww I “Masalah pribadi sering terbawa… jadi kerja ‘tu kadang cemberut, kadang apa wajahnya nggak enaklah”.
“…udah bad mood-lah”.
Pada saat subjek memiliki masalah pribadi, terkadang ia bekerja dengan wajah cemberut dan menjadi bad mood.
S-RFis S-RPsi
42. 26.07.2007 Ww I “Yang penting soalnya pekerjaan biasanya ‘kan ada terus gitu ‘kan. Jadi kita sering ngelupain yang itu, yang masalah pribadi”.
“...berusaha ngelupakan sendiri. Berusaha supaya kita fokus ke pekerjaan itu, jadi kita ‘kan nggak mikirkan yang pribadi kita”.
Subjek mengalihkan perhatiannya dari masalah pribadi yang dihadapi dengan berkonsentrasi pada pekerjaan.
SC-Tk (EF-md)
43. 26.07.2007 Ww I “Masalah pribadi... itu sih nggak pusinglah, cuma apa emosinya naik, panas rasanya”.
Pada saat menghadapi masalah pribadi, muncul emosi negatif terutama marah.
S-RPsi
44. 26.07.2007 Ww I “Langkah yang diambil saat menghadapi saat-saat yang tidak enak… Kadang kalau sampai ndak mampu ‘tu larilah dari ‘tu… dari masalah, itu kalau masalah pribadi sih”.
Pada saat menghadapi masalah pribadi, jika dirasa tidak mampu maka subjek “lari” dari masalah dan berusaha tidak mengingat masalah tersebut.
SC-Tk (EF-dn)
45. 26.07.2007 Ww I “Kalau masalah pekerjaan pekerjaan… itu tadi konsultasi”. Subjek mengatasai masalah pekerjaan yang dihadapi dengan konsultasi.
SC-Kj (PF-s3fir)
46. 26.07.2007 Ww I “Rencana tindakan… karena prosedurnya seperti itu ya jadi seperti itu penanggulangannya”.
Subjek melakukan tindakan terencana sesuai prosedur saat menghadapi pasien.
SC-Kj (PF-pl)
47. 26.07.2007 Ww I “Kita kalau di sana ‘tu ‘kan udah peraturan yayasan, jadi susah. Jadi memang kita prosedural itu harus ke dokter. Misalnya yang normal kita tangani sendiri”.
Subjek melakukan tindakan terencana sebagai tuntutan dari yayasan dimana subjek bekerja.
SC-Kj (PF-pl)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
48. 26.07.2007 Ww I “Menunda tindakan... misalnya tindakan kita disuruh lakukan ini sebenarnya ‘kan kita kira itu belum tepat jadi kita tunda, tunda untuk waktu selanjutnya. Pernah sih kayak gitu”.
Subjek menunda tindakan bila dirasa waktunya belum tepat untuk dilaksanakan.
SC-Kj (PF-rc)
49. 26.07.2007 Ww I “Mencari teman sebagai tempat bercerita dan meminta nasihat… pernah”.
“Dengan teman kerja paling seringnya” “Dokter ahli kita lebih pada prosedur tindakan apa”.
Subjek bercerita dan meminta nasihat pada rekan kerja jika sedang stres dan mencari informasi pada dokter ahli mengenai prosedur tindakan.
SC-Kj (PF-s3fir)
50. 26.07.2007 Ww I “Hal positif yang diambil… kadang jadi pelajaran supaya itu nggak diulangi lagi kedepannya”.
“Untuk introspeksi”.
Masa stres dan tertekan menjadi pelajaran dan bahan introspeksi agar tidak mengulangi lagi kesalahannya.
SC-Kj SC-Tk (EF-pr)
51. 26.07.2007 Ww I “Mengeluh saat menghadapi masalah… sering juga. Karena saya juga ‘kan yunior di sana, jadi kayaknya masih kurang benar gitu. Jadi seringlah”.
Subjek mengeluh karena pada awalnya masih dianggap sebagai yunior dan bekerja masih dianggap kurang benar.
SC-Kj (EF-dn)
52. 26.07.2007 Ww I “Protes sendiri… diungkaplah kekesalan itu diceritakan sama teman, disharingkan”.
Subjek melepaskan rasa tertekannya dengan menceritakan kekesalannya pada teman sehingga ia merasa lebih lega.
SC-Kj SC-Tk (EF-s3fer)
53. 26.07.2007 Ww I “Menerima saat-saat sulit… kadang-kadang”. Subjek juga terkadang menerima saat-saat sulit yang dialaminya.
SC-Kj (EF-acc)
54. 26.07.2007 Ww I “Kadang usaha jugalah, lebih usaha. Berdoa itu pas mau melakukan tindakan, kalau udah misalnya itu ah… harus usaha”.
Subjek selalu berdoa sebelum melakukan tindakan/ bertugas selain melakukan usaha/ tindakan konkrit.
SC-Kj (EF-t2r) (PF-ac)
55. 26.07.2007 Ww I “Melepaskan emosi negatif... Itu ajalah, cuma apa emosinya biar ndak tertekan, terlalu tertekan gitu. Itu cerita aja sama teman. Saya begini-begini jadi biar lepas, ndak tertekan gitu”.
Upaya subjek melepaskan emosi negatif yang menekan dengan cara bercerita pada teman.
SC-Kj (EF-s3fer)
56. 26.07.2007 Ww I “Akhirnya ada pemecahannya. Itu sih kalau ‘kan udah disharingkan gitu, jadi pecahkan bersama”.
Pada saat stres , subjek melakukan sharing dengan teman-temannya agar masalah dapat dipecahkan bersama.
SC-Kj SC-Tk (PF-s3fir)
57. 26.07.2007 Ww I “Hal yang dapat membantu atasi masalah… Kita sih, kalau misalnya kita udah terlalu gimana ‘tu dari dukungan-dukungan dari keluargalah. Pokoknya aduh bingung… dari keluargalah gitu”.
Menurut subjek dukungan sosial dari keluarga adalah salah satu hal yang dapat membantunya mengatasi masalah.
SC-bam
58. 26.07.2007 Ww I “Biasanya ‘tu yang menghambat dari diri sendiri”. “Biasanya sih masalah dari diri sendiri itulah. He’e dari diri
sendiri ‘tu rasanya bersalah”. “Kurang yakin jadinya”.
Hal yang dapat menghambat pemecahan masalah adalah diri sendiri karena ada rasa bersalah dan keraguan bahwa dirinya mampu memecahkan masalah.
SC-ham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
59. 26.07.2007 Ww I “Perasaannya, perasaan lega pastinya. Lega terus nggak terbebani, nggak stres lagi, itu pasti”.
“Setelah selesai ya, senang lagi, ceria lagi, udah bisa enjoy”.
Sebagai dampak pada perasaan saat masalah selesai subjek merasa lega, senang, ceria, enjoy, tidak terbebani dan tidak merasa stres lagi.
SCD-prs
60. 26.07.2007 Ww I “Hubungan dengan orang lain... lega. Udah baik lagi”. Hubungan subjek dengan orang lain/ yang bermasalah dengannya menjadi baik kembali setelah masalah teratasi.
SCD-hub
61. 26.07.2007 Ww I “Kesesuaian strategi dengan masalah… udah sih, udah cukup”.
Pada masalah pekerjaan, strategi yang digunakan dirasa sudah cukup sesuai dengan masalah yang dihadapi karena dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
SCH
62. 26.07.2007 Ww I “Masalah pribadi, biasanya ‘kan masalah pribadi ‘tu tergantung masalahnya. Jadi kadang ada yang kurang cocok, ada yang cocok. Jadi bingung jugalah menentukannya”.
Pada masalah pribadi, kesesuaian strategi yang digunakan tergantung pada masalah yang dihadapi, terkadang ada yang cocok tapi ada juga yang kurang.
SCH
63. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Hal yang membuat panik… yang nggak bisa kita hadapin, bukan ndak bisa sih hanya apa ya jarang kali ya, jadi bingung”.
Subjek panik dan tertekan saat menghadapi kasus yang jarang ditemui sehingga bingung dalam bertindak.
SSKj-dlkj
64. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Contoh kasus... kasusnya macam-macam sih. Tapi panik kalau ada ibu yang pendarahan, itu udah panik, udah panik itu. Pendarahan berat gitu ya, yang nggak berhenti-henti. Mana harus berhentiin darah, harus siap donor segala ‘kan, tapi kadang kalau udah nggak sanggup langsung rujuk ajalah. Resikonya besar juga”.
Subjek merasa panik saat menghadapi kasus gawat dan kompleks, seperti pasien pendarahan. Untuk mengatasi kondisi tersebut subjek segera memberi pertolongan pertama.
S-RPsi SSKj-dlkj SC-Kj (PF-ac)
65. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Tekanan ya karena kita ‘tu ‘kan harus nolong ‘kan, takut juga kita pasien entah gimana nanti ‘kan”.
Subjek tertekan karena dituntut untuk menolong pasien dengan selamat, selain merasa takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien.
SSKj-dlkj S-RPsi
66. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Dari dokter ‘tu pasti, apalagi kalau kita rujuk ke rumah sakit, kadang diomelin juga. Kalau dari keluarga pasien kadang, ada yang ngerti tapi ada juga yang ndak. Orang ‘kan beda-beda ‘kan”.
Subjek merasa stres apabila mendapat tekanan dari dokter maupun dari keluarga pasien.
SSKj-dlkj
67. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Tiap kerjaan pasti ada capeknya, tapi yang terima ajalah, udah tugas kita ‘kan”.
Subjek merasa capek dalam bekerja tetapi tetap menerima tugas sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
S-RFis SC-Kj (EF-acc)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
68. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Terbatas untuk bersosialisasi… kita ‘kan udah capek kerja, berapa jam sehari. Nanti kalau ada waktu ada aja tugas di rumah, atau dipanggil lagi ke klinik. Kalau libur, udah capek, paling tidur, di rumah. Kadang-kadang aja sih keluar sama teman, paling SMS-an atau ndak telepon bentar gitu ‘kan. …udah sibuk juga mereka”.
Subjek merasa waktunya sangat terbatas untuk berkumpul dengan teman-teman, karena waktu luang yang ada digunakannya untuk beristirahat setelah bekerja.
SSTk-mp
69. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Cara mengatasi keterbatasan tersebut… SMS atau telepon. Paling nanya kabar atau curhat gitulah. Kalau sempat aja baru ketemuan”.
Subjek berusaha tetap berhubungan melalui SMS atau menelepon teman-temannya sebagai tempat curhat dan agar tidak dianggap sombong.
SC-Tk (PF-ac)
70. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Keluarga dan pacar mengerti kesibukan… udah ngerti sih mereka. Hanya kalau ada masalah suka salah paham aja sih, maksudku gini ‘kan mereka nangkapnya lain. Tapi kalau urusan sibuk sih udah tahulah mereka. Jadi nggak masalah”.
Menurut subjek, keluarga dan pacar sudah mengerti akan kesibukannya, jika bermasalah seringkali disebabkan oleh salah paham.
SSTk-mp
71. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Ya diomongin aja sih. Tapi itu lihat-lihat waktu juga ‘kan, kadang pas lagi emosi bisa jadi besar masalahnya. Jadi kadang tunggu tenang dulu. Gitu aja sih, kayak orang lain juga”.
Dalam menghadapi masalah pribadi yang menekan subjek menunggu waktu yang tepat hingga sudah merasa tenang.
SC-Tk (PF-rc)
72. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Kadang-kadang sih, pas kita lagi ada masalah atau baru mau tidur tiba-tiba dipanggil ‘kan jadi agak malas, tapi mau gimana lagi, itu kerjaan kita. Ya pergilah kita ke klinik”.
Subjek terkadang merasa kesal jika ia diminta untuk stand by terlebih jika ia sedang menghadapi masalah atau baru akan beristirahat. Meskipun terkadang malas, ia tetap melaksanakan tugasnya.
SSKj-sdby SC-Kj (EF-acc)
73. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Saat harus bekerja sendiri… jarang sih. Tapi kalau harus ngambil keputusan gitu yang suka bingung”.
Subjek sering merasa bingung dalam menentukan tindakan saat menangani pasien khususnya ketika berjaga sendiri ataupun saat menghadapi pasien gawat.
SSKj-dlkj
74. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Lakukan dulu yang penting, entah pasang infus atau apalah. Baru habis ‘tu telepon dokter nanya gimana-gimana. Nah baru kita lakukan apa yang dibilang dokter. Bingung sih biasa, panik gitu”.
Pada saat menghadapi kondisi darurat, subjek melakukan tindakan pertolongan yang penting terlebih dahulu, seperti memasang infus sebelum berkonsultasi dan melakukan tindakan seperti yang diarahkan oleh dokter.
SC-Kj (PF-soc) (PF-s3fir) (PF-ac)
75. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Nenangkan diri dululah. Tarik nafas. Tapi ndak boleh lama -lama, kita ‘kan harus ngasih tindakan. Habis itu barulah konsul ke dokter gitu”.
Saat merasa panik, subjek menenangkan diri dengan cara menarik nafas. Setelah itu segera berkonsultasi dengan dokter.
SC-Kj (PF-ac) (PF-s3fir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
76. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Doa pastilah. Entah hanya doa sebentar biar bisa ngerjakan dengan benar gitu. Seringnya paniknya berkurang, jadi enak kita pas mau ngasih tindakan”.
Pada saat menghadapi pasien kritis, subjek selalu berdoa, meyerahkan diri agar dapat melakukan tindakan dengan benar dan rasa panik dapat berkurang.
SC-Kj (EF-t2r)
77. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Rencana nggak juga sih. Hadapin apa adanya. Kalau di klinik ya kalau tindakan ‘kan udah ada prosedurnya, tapi itu tergantung kasus lagi, makanya konsultasi lagi ke dokter atau tanya ke senior biar jelas gitu ‘kan.
Subjek tidak membuat rencana khusus untuk tetapi melakukan tindakan terencana sesuai dengan prosedur dan berkonsultasi juga dengan dokter maupun senior.
SC-Kj (PF-pl) (PF-s3fir)
78. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Menghentikan tindakan dalam masalah pekerjaan... Kalau kita misalnya melakukan tindakan sesuai prosedur, tapi kita lihat perkembangannya lagi ‘kan. Ya kalau misalnya prosedurnya udah nggak sesuai ya kita hentikan gitu”.
Subjek menghentikan tindakan jika prosedur tindakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pasien/ melihat perkembangan kondisi pasien.
SC-Kj (EF-bd)
79. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Menghentikan tindakan dalam masalah pribadi... Kalau sama teman gitulah ya. Oh kalau kita ada masalah sama teman, tapi kita negur dia gitu, tapi dia cuek, atau gimana gitulah, ya udah ndak ditegur lagi. Kita ‘kan udah mau berbuat baik”.
Subjek tidak menegur lagi orang yang bermasalah dengannya karena sudah beberapa kali menegur tapi tidak pedulikan.
SC-Tk (EF-bd)
80. 27,28.07.2007 Ww II Obs
“Itu sih gemetaran aja, apa tremor, keringatan juga. Itu kalau udah parah sekali ya. Tapi kalau udah selesai ya hilang, lega juga ‘kan masalahnya selesai”.
Apabila subjek merasa sangat tertekan, maka muncul gejala fisik seperti tremor dan keluar keringat. Gejala tersebut akan hilang dengan segera setelah kondisi yang menekan terlewati. Setelah masalah selesai subjek juga merasa lega.
S-RFis SCD-fis SCD-prs
81. 27,28.07.2007 Obs Walaupun terlihat masih mengantuk, subjek tidak mengeluh harus berangkat pagi-pagi ke tempat kerja bahkan ia segera membaca laporan yang ada di ruang periksa dan merapikannya.
Subjek menerima tuntutan agar selalu siap jika diminta menggantikan tugas temannya dan tidak mengeluh meskipun merasa mengantuk bahkan segera bekerja sesampainya di klinik.
SC-Kj (EF-acc)
82. 27,28.07.2007 Obs Secara berkala subjek melihat kondisi pasien rawat inap. Ia juga mengerjakan tugas administrasi seperti menulis laporan pemeriksaan pasien, mengecek persediaan obat-obatan, serta melakukan sterilisasi pada alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pemeriksaan ataupun persalinan.
Di samping menjalankan tugas kebidanan, subjek juga harus memantau kondisi pasien rawat inap, mengerjakan tugas -tugas adminstrasi dan laporan kesehatan pasien, mengecek obat-obatan, serta menstrerilisasi alat/ bahan.
LBTP-tg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
83. 27,28.07.2007 Obs Subjek memberikan pelayanan yang terkait dengan praktik kebidanan kepada pasien-pasien yang datang, antara lain memberikan konseling KB, memeriksa kandungan, atau memeriksa kesehatan bayi dan balita. Subjek juga menangani keluhan remaja puteri yang mengalami keputihan.
Tugas-tugas subjek yang terkait praktik kebidanan yaitu memberikan konseling dan suntikan KB, memeriksa kandungan, memeriksa kesehatan bayi dan balita, dan menangani keluhan remaja puteri yang menderita keputihan.
LBTP-tg
84. 27,28.07.2007 Obs Subjek terlihat panik, berkeringat, dengan wajah yang serius ketika harus memeriksa kandungan seorang ibu yang berusia 8 bulan. Ia terlihat beberapa kali keluar masuk ruang periksa dan menghubungi dokter untuk tindakan yang tepat karena kondisi kandungan yang kurang baik. Adapun pada saat itu ia hanya berjaga dengan seorang perawat.
Ketika memeriksa kandungan yang kondisinya kurang baik tanpa ditemani tenaga bidan lain, subjek terlihat panik, berkeringat, dan raut wajahnya berubah serius. Menghadapi situasi itu, subjek menghubungi dokter untuk memastikan tindakan yang harus diambilnya.
SSKj-dlkj S-RPsi S-RFis SC-Kj (PF-s3fir)
85. 27,28.07.2007 Obs Terkadang subjek berkonsultasi dengan bidan senior sebelum memberikan tindakan. Ia mengaku masih sering ragu dalam memberikan tindakan terutama pada keluhan-keluhan yang jarang ditemui.
Subjek masih sering merasa ragu untuk memberikan obat atau tindakan terutama pada keluhan yang jarang ditemui sehingga berkonsultasi dengan senior.
SSKj-dlkj SC-Kj (PF-s3fir)
86. 27,28.07.2007 Obs Subjek yang merasa capek akhirnya membatalkan janji untuk bertemu dengan teman-temannya, meminta maaf, dan berjanji untuk bertemu keesokan harinya. Ia sempat mengungkapkan bahwa sebenarnya ia merasa tidak enak karena sudah beberapa kali membatalkan janji.
Subjek membatalkan janji untuk bertemu dengan teman-temannya karena merasa capek setelah bekerja dan merasa tidak enak karena situasi seperti ini sudah beberapa kali terjadi.
SSTk-mp
87. 27,28.07.2007 Obs Walaupun awalnya sempat merasa kesal, subjek terlihat sabar saat memberikan penjelasan kepada ibunya setelah sebelumnya menunggu kondisi dan emosinya menjadi lebih tenang.
Subjek sempat merasa kesal saat menghadapi masalah dengan ibunya, oleh karena itu ia menunggu emosinya menjadi lebih tenang sebelum memberi penjelasan.
SC-Tk (PF-rc)
88. 27,28.07.2007 Obs Pada saat observasi pertama berlangsung seharusnya subjek mendapat jatah libur, akan tetapi ia diminta untuk menukar jadwal dan menggantikan tugas rekannya yang tidak dapat masuk kerja pada hari itu. Subjek tidak terlihat mengeluh meskipun harus berangkat pagi-pagi ke klinik.
Subjek siap jika dibutuhkan sewaktu-waktu dan menerima tugas menggantikan temannya meskipun sebenarnya mendapat jatah libur dan tidak mengeluh atas pergantian jadwal atau harus berangkat pagi-pagi ke klinik.
SSKj-sdby SC-Kj (EF-acc)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
89. 27,28.07.2007 Obs Subjek cukup grogi pada saat wawancara pertama dimulai. Ia mengaku agak stres sehingga menggigiti kuku jari tangannya. Hal ini terjadi karena ini adalah kali pertama ia diwawancarai dan ia kurang percaya diri apabila suaranya harus didengar oleh orang lain.
Subjek merasa grogi dan stres saat menghadapi wawancara karena ini adalah pengalaman pertama selain merasa kurang percaya diri, sehingga ia sampai menggigiti kuku jari tangannya.
SSTk-mp S-RPsi S-RFis
90. 05.11.2007 Ww III “Tugas bidan yang diatur oleh yayas an… ya standar sih, pokoknya yang terkait dengan tindakan kebidanan gitu sih”.
“Kalau memeriksa kehamilan, membantu persalinan termasuk operasi ya, terus perawatan ibu nifas, post partum dan post SC, sama kuret, itu pasti ‘kan. Ada juga kalau untuk bayi ‘tu, perawatan bayi yang baru lahir, bayi sakit, balita. Apalagi ya, kesehatan reproduksi gitu ada juga, misalnya kalau remaja puteri datang dia keputihan gitu ‘kan, konsul KB juga, sama imunisasi”.
Tugas-tugas yang diatur oleh yayasan tempat subjek bekerja terkait tindakan kebidanan antara lain, memeriksa kehamilan, membantu persalinan dan operasi, perawatan ibu nifas (post partum dan post SC), kuretase, perawatan bayi dan balita, kesehatan reproduksi, KB, dan imunisasi.
LBTP-tg
91. 05.11.2007 Ww III “Kasus-kasus yang membuat tertekan… umumnya yang parah kasus pendarahan, mau itu kelahiran normal atau operasi tapi kalau udah pendarahan udah panik aja. Partus letak sunsang juga panik, apalagi yang posisinya bisa sangkut-sangkut ‘kan, kalau yang nggak biasa ditemui gitu. Pas proses persalinan juga, kadang ibunya ‘kan susah disuruh, bingung kayaknya, jadi disuruh tarik nafas gitu malah nggak, malah banyak gerak, padahal dia harus ngeden juga ‘kan. Bingung kadang mau kasih tahunya gimana”.
“Kalau ibunya pre-eklamsi itu juga bermasalah, terutama darah tinggi ya, panik ‘tu biasanya… Tapi biasa langsung konsul dokter, kadang ibunya kesakitan kita lagi telepon dokter ‘kan, ndak tega juga. Udahlah jadi satu, jadi bingung gitu”.
Kasus-kasus yang membuat subjek merasa tertekan antara lain, kasus pendarahan akibat kelahiran normal atau operasi, partus letak sunsang, proses persalinan yang kurang lancar, dan ibu pre-eklamsi/ darah tinggi. Subjek merasa bingung akan tindakan apa yang harus dilakukannya saat menghadapi pasien gawat. Subjek berkonsultasi dengan dokter sebagai upaya megatasi keadaan yang menekan.
SSKj-dlkj S-RPsi SC-Kj (PF-s3fir)
92. 05.11.2007 Ww III “Habis konsul lakukan apa yang dibilang dokter. Sebelumnya sih kita udah beri tindakan dulu sebelum telepon dokter kadang ya, tindakan penting dululah, kita pasang infus, kita kasih obat apa dulu, baru kita hubungi dokter. Kalau udah parah baru kita rujuk ke rumah sakit”.
Subjek memberi tindakan yang penting terlebih dahulu dan melakukan tindakan sesuai arahan dokter setelah konsultasi. Subjek merujuk pasien jika tidak dapat ditolong di klinik.
SC-Kj (PF-soc) SC-Kj (PF-ac)
93. 05.11.2007 Ww III “Kalau kasus-kasus berat harus konsul dokter, kita nggak boleh sembarangan ‘kan, apalagi kita panik, kita nggak yakin, pokoknya pastikan sama dokter dulu”.
Subjek tidak boleh mengambil tindakan sendiri yang beresiko dan dituntut untuk berkonsultasi dengan dokter dalam situasi gawat.
SC-Kj (PF-s3fir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
94. 05.11.2007 Ww III “Menghadapi kasus terkait isu etik… waktu pasien harus dikuret gitu habis keguguran, tapi pernah ‘tu keluarganya ndak bolehkan. Padahal kondisi rahim masih nggak baik, harus dibersihkan ‘kan darah-darah yang tertinggal. Nggak bagus, bikin kista. Tapi keluarganya takut malah terjadi apa-apa pas dikuret.
“Ya udah kalau keluarga nggak boleh mau apalagi. Saya langsung ngomong sama dokter, akhirnya dokter yang kasih tahu keluarganya itu. Boleh akhirnya mungkin karena lebih percaya dokter ya. Ya udah langsung kita kuret”.
Subjek menghadapi kasus yang terkait isu etik dimana pasien harus dikuret tetapi pihak keluarga tidak mengizinkan. Subjek berkonsultasi dengan dokter dan melakukan kuretase setelah diizinkan. Keluarga pasien terkadang kurang percaya dengan kerja bidan sehingga sering tidak menyetujui sebelum mendapat rekomendasi dokter.
SSKj-etk SC-Kj (PF-s3fir) (PF-ac) SSKj-dlkj
95. 05.11.2007 Ww III “Melakukan tindakan tanpa izin pasien… nggak, nanti ada apa-apa kita lagi yang kena. Ikut maunya mereka. Tapi kita beri saran, kita kasih tahu gitu resiko-resikonya”.
Subjek tidak memaksa dan melakukan tindakan tanpa izin pasien dan keluarga tapi memberi saran/ informasi mengenai resiko jika tindakan tidak dilakukan.
SSKj-etk
96. 05.11.2007 Ww III “Masalah pribadi mengganggu dalam bekerja… Kalau kita lagi marah atau kesal dari rumah ‘kan kadang udah bingung mau ngapa-ngapa pas di klinik. Tapi harus usaha konsen soalnya nanti salah-salah nanganin pasien. Kalau misalnya ada masalah sama teman kerja ya kadang juga kebawa malas, gimana mau kerja nyaman ‘kan, tapi kita pikirkanlah kerjaan kita juga”.
Terkadang konsentrasi subjek dalam bekerja terganggu akibat masalah pribadi. Masalah pribadi dengan rekan kerja juga dapat membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman dan muncul rasa malas dalam bekerja.
SSTk-pmk
97. 05.11.2007 Ww III “Semakin merasa tertekan jika sedang menghadapi masalah pribadi… iya, kalau kita pas ngadapin kasus berat pas sama teman itu, ya kadang udahlah yang penting nolong dulu aja”.
Subjek merasa tertekan jika menangani pasien gawat bersama dengan rekan yang sedang bermasalah dengannya. Pada situasi itu, subjek mengabaikan masalah pribadi dan berusaha untuk profesional menolong pasien.
SSTk-pmk SC-Kj (PF-soc)
98. 05.11.2007 Ww III “Masalah pekerjaan sih nekan, tapi kadang tambah lagi masalah pribadi gitu kadang jadi tambah berat aja”.
Subjek menganggap masalah pekerjaan lebih menekan terlebih jika ditambah dengan masalah pribadi.
SS-dom
99. 05.11.2007 Ww III “Melakukan aktivitas lain untuk mengurangi tekanan... paling istirahat aja di rumah. Main kadang sama teman itu aja sih. Curhat biasa kalau ketemu teman”.
Subjek mengalihkan perhatian dari masalah dengan istirahat atau bertemu dengan teman untuk bercerita/ curhat.
SC-Kj (EF-md)
100. 05.11.2007 Ww III “Diri sendiri menghambat menyelesaikan masalah… kadang nggak yakin kita bisa nyelesaikan gitu ‘kan, jadi kadang nanganin pasien ragu padahal kadang kena pasien yang harus dikasih
Hal yang menghambat subjek menghadapi kondisi tertekan adalah diri sendiri karena ia merasa tidak yakin dan
SC-ham
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
tindakan cepat ‘kan. Kadang salah-salah yang udah pernah dibuat bikin nggak yakin juga untuk ngelakuin tindakan gitu”.
ragu akan kemampuan yang dimiliki. Kesalahan yang pernah dilakukan juga membuatnya semakin tidak percaya diri .
101. 05.11.2007 Ww III “Keterbatasan sebagai hambatan… Seringnya pengetahuan. Yang kita dalami ‘kan tentang kebidanan, lebih ke ibunya ‘kan, gimana ngasih pertolongan yang baik ke ibu, pemeriksaan juga. Tapi kita juga harus nanganin bayi sakit kadang, itu yang bingung. Belum lagi kalau salah-salah nantinya ‘kan. Kasus-kasus yang belum pernah dapat juga kadang bikin bingung, panik”.
Subjek merasa terbatas dalam hal pengetahuan di luar ilmu dan tindakan kebidanan, begitu pula ia masih kurang memiliki pengalaman dalam menangai kasus-kasus yang belum pernah ditemui.
SC-ham
102. 05.11.2007 Ww III “Banyak nanya sih, ke dokter atau senior, terus kalau pas ngadapin kasus rumit ‘tu ngelihat senior apa aja yang dikerjakan, jadi besok-besok udah tahu. Jadi nggak bingung ‘kan. Kadang juga baca-baca”.
Untuk mengatasi rasa tertekan akibat ketidakmampuannya, maka subjek mencari informasi dengan bertanya dengan dokter atau senior, memperhatikan tindakan senior, dan dengan membaca.
SC-Kj (PF-s3fir)
*) Analisis Data Subjek 2 dan Subjek 3 selengkapnya dapat dilihat pada naskah skripsi tercetak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
D. TRIANGULASI DATA SUBJEK*
No. Tema Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
1. Memperoleh pendidikan dan keterampilan dasar mengenai ilmu kebidanan dari Akbid meskipun terbatas.
Ww I no. 3, 10 Ww I no. 3, 4 Ww I no. 3
2. Mendapatkan keterampilan tambahan dari Akbid seperti magang dan praktik pembimbing.
Ww I no. 4, 5 Ww I no. 5, 8 Ww III no. 67
3. Mengikuti berbagai kegiatan seminar yang dapat menjadi bekal saat bekerja.
Ww I no. 6 Ww I no. 6, 7 Ww I no. 4
4. Bekerja di klinik atau balai pengobatan swasta. Ww I no. 7 Ww I no. 9 Ww I no. 5 5. Telah bekerja maksimal 1 tahun. Ww I no. 8, 9 Ww I no. 10 Ww I no. 6 6. Memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas yang
terkait dengan ilmu kebidanan maupun pengobatan umum. Ww I no. 10, 11 Obs no. 82, 83 Ww III no. 90
Ww I no. 11 Ww II& Obs no. 59 Obs no. 70, 71, 72
Ww I no. 7 Obs no. 62, 63
7. Berperan sebagai bidan pelaksana. Ww I no. 12 Ww I no. 12 Ww I no. 8 8. Mengalami stres pada saat awal bekerja, misalnya karena
harus menyesuaikan diri dengan tugas-tugas maupun tenaga medis lain atau kurang berpengalaman hingga melakukan beberapa kesalahan.
Ww I no. 15, 16, 17 Ww I no. 16, 21 Ww III no. 77
Ww I no. 10 Ww II& Obs no. 54 Ww III no. 68, 69, 70, 72
9. Merasa tertekan pada saat bekerja terlebih jika menghadapi kasus-kasus sulit, tertekan dengan segala resiko yang harus diterima, tertekan jika harus mengambil keputusan atau bertindak dengan cepat dan tepat terlebih jika sedang bertugas sendiri, dan mendapat tekanan dari dokter, senior, pasien maupun keluarganya.
Ww I no. 13. WwII& Obs no. 63, 64, 65, 66, 73 Obs no. 84, 85 Ww III no. 91, 94
Ww I no. 13, 14, 15, 18, 19, 20, 28, 29, 42, 47 Ww II& Obs no. 68, 69 Ww III no. 79
Ww I no. 9, 11, 12, 15, 32 Ww II& Obs no. 56 Ww III no. 71
10. Mengalami kegagalan dalam membantu proses persalinan hingga pasien tidak dapat tertolong.
Ww I no. 24 Ww I no. 22 Ww I no. 16 Obs no. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
11. Menghadapi dilema yang terkait dengan isu etik, seperti kasus aborsi atau tidak mendapat persetujuan dari pasien maupun keluarga atas tindakan yang akan diambil.
Ww I no. 25 Ww III no. 94, 95
Ww I no. 18, 23, 33 Obs no. 73 Ww III no. 82
Ww I no. 18, 19 Ww II& Obs no. 58 Ww III no. 73
12. Menghadapi tuntutan dari pihak klinik agar selalu siap datang jika dipanggil sewaktu-waktu meskipun belum sempat beristirahat atau sedang menghadapi masalah.
Ww I no. 26 WwII& Obs no. 72 Obs no. 88
Ww I no. 24, 25 Obs no. 76
Ww I no. 20 Ww II& Obs no. 55 Obs no. 65
13. Menemui masalah pribadi di samping masalah yang terkait dengan pekerjaan, seperti keterbatasan waktu dalam melakukan kegiatan pribadi antara lain beristirahat, atau bertemu dengan keluarga, pacar, atau teman.
Ww I no. 40 WwII& Obs no. 68, 70 Obs no. 86, 89
Ww I no. 27 Ww II& Obs no. 60, 61, 64 Obs no. 75
Ww I no. 24, 25 Obs no. 64 Ww III no. 75
14. Konsentrasi kerja terganggu akibat masalah pribadi yang sedang dihadapi.
Ww I no. 39 Ww III no. 96, 97
Ww I no. 26 Ww II & Obs no. 62
Ww I no. 22 Ww III no. 74, 75
15. Masalah pekerjaan lebih dominan dan menekan daripada masalah pribadi yang dihadapi dengan alasan tanggung jawab yang lebih besar.
Ww III no. 98 Ww I no. 31 Ww I no. 26
16. Mengalami berbagai reaksi fisik pada saat merasa tertekan atau stres, seperti tremor, berkeringat, jantung berdebar-debar, mimik wajah berubah, dll.
Ww I no. 13, 28, 41. WwII& Obs no. 67, 80 Obs no. 84, 89
Ww I no. 14, 30, 34, 35, 36
Ww I no. 23, 27 Obs no. 64
17. Mengalami reaksi psikologis pada saat merasa tertekan atau stres, seperti merasa takut, marah, jengkel, panik, mudah lupa, dan bingung sehingga sulit untuk mengambil keputusan.
Ww I no. 18, 20, 29, 30, 31, 35, 36, 41, 43 WwII& Obs no. 64, 65 Obs no. 84, 89 Ww III no. 91
Ww I no. 14, 30, 32, 33, 35, 36, 38, 43 Ww II& Obs no. 64, 65 Obs no. 73, 74 Ww III no. 81
Ww I no. 27, 28, 29, 30, 31 Ww II& Obs no. 54 Obs no. 64, 65 Ww III no. 71
Strategi Coping dalam Mengatasi Stres Terkait Masalah Pekerjaan 18. Melakukan tindakan medis dengan langsung memeriksa
dan menangani pasien, merujuk pasien ke rumah sakit, menarik nafas untuk menangkan diri.
Ww I no. 14, 22, 23, 32, 34, 54 WwII& Obs no. 64, 74 Ww III no. 92, 94
Ww I no. 17, 19, 23, 39, 40, 42, 43 Ww II& Obs no. 65, 66 Obs no. 73 Ww III no. 77, 80, 81
Ww I no. 12, 13, 14, 17, 28, 32, 33 Ww II& Obs no. 57 Ww III no. 68, 69, 71, 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
19. Melakukan tindakan terencana sesuai dengan standar prosedur tindakan yang berlaku.
Ww I no. 33, 46, 47 WwII& Obs no. 77
Ww I no. 41, 46 Ww II& Obs no. 67
Ww I no. 15, 34, 40
20. Memusatkan perhatian pada kasus yang dihadapi dan cara-cara mengatasinya serta mengesampingkan hal yang dianggap kurang penting.
Ww I no. 74 Ww III no. 92, 97
Ww I no. 44,45 Ww II& Obs no. 68
Ww I no. 36 Ww III no. 79, 83
21. Menunda melakukan tindakan medis hingga waktunya tepat, misalnya menunggu perkembangan kondisi pasien.
Ww I no. 48
-
Ww III no. 80
22. Berkonsultasi dan bertanya pada dokter atau bidan senior, sharing dengan teman, membaca, serta browsing lewat internet sebagai upaya mencari informasi atas berbagai tekanan yang dialami.
Ww I no. 14, 21, 37, 45, 49, 56 WwII& Obs no. 74, 75, 77 Obs no. 84, 85 Ww III no. 91, 93, 94, 102
Ww I no. 37, 46 Ww II& Obs no. 66 Obs no. 73 Ww III no. 77, 78, 80, 84
Ww I no. 13, 38 Ww II& Obs no. 59 Ww III no. 71, 84
23. Curhat dengan teman, pacar, atau keluarga yang dapat dipercaya sebagai upaya memperoleh dukungan moral, simpati, dan pengertian dari orang lain.
Ww I no. 37,52, 55 Ww I no. 36, 37, 46 Ww II& Obs no. 64
Ww I no. 37, 38, 39, 44
24. Memandang masalah/ kasus sebagai hal yang positif untuk mengintrospeksi diri atau sebagai pengalaman berharga sehingga dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahan.
Ww I no. 50 Ww I no. 47, 52 Ww I no. 21, 24, 29, 40, 42 Ww III no. 72
25. Menerima dengan pasrah segala resiko, tuntutan, tekanan, dan tanggung jawab sebagai tugas yang harus dihadapi sebagai bidan.
Ww I no. 27, 33, 53 WwII& Obs no. 67, 72 Obs no. 81, 88
Ww I no. 20, 25, 49 Ww I no. 20, 29, 41 Ww II& Obs no. 52, 53
26. Mengeluh bahkan “melarikan diri” dari masalah saat menghadapi permasalahan yang berat atau keputusan yang sudah diambil.
- - -
27. Berdoa dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan terlebih pada saat-saat sulit sehingga dapat melakukan tindakan dengan baik dan pasien dapat selamat.
Ww I no. 54 WwII& Obs no. 76
Ww I no. 19, 50 Ww II& Obs no. 66
Ww I no. 43 Ww II& Obs no. 57
28. Melepaskan diri dari perasaan-perasaan yang menekan sehingga beban terasa lebih ringan.
Ww I no. 27, 51 Ww I no. 32, 48, 51
Ww I no. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
29. Menyerah dan menghentikan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menghadapi sumber stres, misalnya menghentikan tindakan medis yang tidak sesuai lagi dengan kondisi pasien.
WwII& Obs no. 75, 78 - Ww II& Obs no. 59, 61 Ww III no. 78
30. Melakukan aktivitas lain, seperti berolahraga, berjalan-jalan, berbelanja, atau tidur untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan yang menekan dan membuat stres.
Ww III no. 99 Ww I no. 52 Ww II& Obs no. 64
Ww I no. 33, 45
Strategi Coping dalam Mengatasi Stres Terkait Masalah Pribadi 31. Melakukan tindakan aktif dengan membicarakan masalah
secara langsung dengan orang yang bersangkutan, lewat SMS maupun pembicaraan lewat telepon, menenangkan diri dengan menarik nafas atau minum segelas air.
Ww I no. 38 WwII& Obs no. 69
Obs no. 75
Ww III no. 75, 76
32. Menggunakan solusi yang pernah dilakukan pada satu masalah pribadi untuk menyelesaikan masalah yang serupa
- - Ww I no. 35, 40
33. Memusatkan perhatian pada masalah dan cara mengatasi serta mengesampingkan hal yang dianggap kurang penting.
- - -
34. Menunda melakukan suatu upaya penyelesaian masalah hingga waktunya dianggap tepat, misalnya menunggu rasa marah mereda untuk membicarakan masalah.
WwII& Obs no. 71 Obs no. 87
- Ww III no. 81
35. Sharing dan meminta nasihat dari orang tua, teman, atau pacar untuk mengatasi tekanan yang dialami.
Ww I no. 56
Ww I no. 52 Ww II& Obs no. 67
-
36. Curhat dengan teman, pacar, atau keluarga yang dapat dipercaya sebagai upaya memperoleh simpati dan pengertian dari orang lain agar merasa lega.
Ww I no. 52 Ww I no. 36
Ww I no. 44 Ww III no. 77
37. Memandang setiap masalah memiliki pelajaran yang dapat diambil dan sebagai kesempatan untuk mengintrospeksi diri sehingga dapat bertindak lebih baik lagi.
Ww I no. 50 Ww I no. 52 Ww I no. 40
38. Menerima dengan pasrah segala masalah yang dihadapi. - - - 39. Mengeluh dan berusaha melupakan masalah yang dirasa
sangat berat untuk dihadapi. - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
40. Berdoa dan berserah kepada Tuhan terlebih pada saat sulit sehingga menjadi lebih tenang dan masalah dapat teratasi.
- - -
41. Melepaskan diri dari perasaan-perasaan yang menekan sehingga beban terasa lebih ringan.
Ww I no. 44 Obs no. 75 -
42. Menyerah dan menghentikan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menghadapi sumber stres.
WwII& Obs no. 79 Ww II& Obs no. 61, 63 Obs no. 75
Ww II& Obs no. 60, 64
43. Melakukan aktivitas lain, seperti berolahraga, berjalan-jalan, atau tidur untuk mengalihkan perhatian dari masalah.
Ww I no. 42
Ww I no. 52
Ww I no. 45
44. Keterampilan yang berasal dari pengalaman, informasi,
dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru, serta dukungan dari orang terdekat adalah beberapa faktor yang membatu dalam menyelesaikan masalah.
Ww I no. 57 Ww I no. 53 Ww I no. 46
45. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, alat, dan tenaga medis, serta ketidak percayaan keluarga pasien pada bidan yunior merupakan beberapa faktor yang dapat menghambat diri dalam usaha menolong pasien.
Ww I no. 19, 58 Ww III no. 100, 101
Ww I no. 54 Ww III no. 83, 84
Ww I no. 47 Ww III no. 83, 84
46. Berangsur-angsur merasa lega dan tenang saat masalah dapat teratasi.
Ww I no. 59 WwII& Obs no. 80
Ww I no. 55 Ww I no. 48, 50 Obs no. 64
47. Secara sosial hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik setelah permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Ww I no. 60 Ww I no. 56 Ww I no. 49
48. Reaksi-reaksi fisik yang menyertai saat berada dalam kondisi tertekan berkurang perlahan- lahan setelah masalah yang dihadapi dapat teratasi.
WwII&Obs no. 80 Ww I no. 57 Ww II& Obs no. 61 Obs no. 64
49. Strategi yang digunakan sebagian besar sudah sesuai meskipun masih perlu banyak belajar dari pengalaman dan mungkin kesesuaian tersebut berbeda dengan orang lain.
Ww I no. 61, 62 Ww I no. 58 Ww I no. 51
*) Triangulasi berdasarkan Hasil Analisis Data subjek 1, 2, dan 3 (Lampiran C). Keterangan : : Triangulasi teknik (menggunakan teknik yang berbeda pada sumber data/ subjek yang sama)
: Triangulasi sumber data (menggunakan teknik yang sama pada beberapa subjek yang berbeda)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
E. KODING
Koding Data Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Hasil Pengambilan Data Wawancara I (SSC.BS1.WwI.26Juli’07) (SSC.BS2.WwI. 29Juli’07) (SSC.BS3.WwI. 29Juli’07)
Wawancara II (SSC.BS1.WwII. 27-28Juli’07) (SSC.BS2.WwII. 1-2Agust’07) (SSC.BS3.WwII. 30-31Juli’07)
Wawancara III (SSC.BS1.WwIII. 5Nov’07) (SSC.BS2.WwIII. 5Nov’07) (SSC.BS3.WwIII. 4Nov’07)
Observasi (SSC.BS1.Obs. 27-28Juli’07) (SSC.BS2.Obs. 1-2Agust’07) (SSC.BS3.Obs. 30-31Juli’07)
Analisis Data Subjek Wawancara I (ADS.BS1.WwI.no...) (ADS.BS2.WwI.no...) (ADS.BS3.WwI.no...)
Wawancara II (ADS.BS1.WwII.no...) (ADS.BS2.WwII.no...) (ADS.BS3.WwII.no...)
Wawancara III (ADS.BS1.WwIII.no...) (ADS.BS2.WwIII.no...) (ADS.BS3.WwIII.no...)
Observasi (ADS.BS1.Obs.no...) (ADS.BS2.Obs.no...) (ADS.BS3.Obs.no...)
Keterangan:
SSC : Stres dan Strategi Coping Ww I : Wawancara I Ww III : Wawancara III ADS : Analisis Data Subjek
BS... : Bidan Subjek ... Ww II : Wawancara II Obs : Observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI