STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
SKRIPSI
GAMBARAN KEJADIAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
(DHF) PADA ANAK DI RUANGAN SANTA THERESIA
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2017
Oleh:
LIDIA SITANGGANG
012015015
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
SKRIPSI
GAMBARAN KEJADIAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
(DHF) PADA ANAK DI RUANGAN SANTA THERESIA
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2017
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)
Dalam Program Studi D3 Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh:
LIDIA SITANGGANG
012015015
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
ABSTRAK
Lidia Sitanggang 012015015
Gambaran Kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa
Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Program studi D3 Keperawatan Stikes Santa Elisabeth Medan
Kata kunci: Karakteristik Anak, Karakteristik Ibu, serta Daerah Tempat Tinggal
yang Menderita DHF
(xii+42+Lampiran)
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit infeksi akut dan
dapat berakibat fatal jika dalam waktu relatif singkat akan mengalami dengue
sindrom syok jika tidak ditangani. Parvalensi tertinggi dari data rekam medis
RSUP H.Adam Malik pada Tahun 2016 jumlah pasien penyakit DHF sebanyak
802 orang (33,8%) Tujuan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan
Kejadian Denggue Hemorrhagic Fever pada anak di Ruangan Santa Theresia di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017. Rancangan studi kasus yang
digunakan peneliti adalah metode deskriptif.Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak yang menderita DHF pada anak di Ruangan Santa Elisabeth Medan
Tahun 2017. Teknik penentuan besar sampel adalah total sampling. Teknik
penggumpulan data yang digunakan studi dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan perporsi tertinggi pada jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 156
orang (58%), pada usia perporsi yang paling tinggi adalah 6-18 tahun sebanyak
109 orang (40,5%), dan pendidikan ibu perporsi yang paling tinggi adalah
pendidikan menengah sebanyak 141orang (52,8%), pekerjaan ibu perporsi yang
paling tinggi adalah bekerja wiraswasta sebanyak 88 orang (31,2%), dan perporsi
paling tinggi daerah Kota Medan sebanyak 113 orang (42%). Kesimpulan
menunjukkan karakteristik anak yang berjenis kelamin laki-laki memiliki daya
tahan tubuh yang rendah, sedangkan pada usia 6-18 tahun lebih banyak waktu
berada di sekolah, sehingga kemungkinan PHBS yang kurang bersih, karakteristik
ibu pada pendidikan untuk mencari informasi dan pekerjaan swasta untuk
menjaga perilaku tentang 3M, serta pada daerah untuk menjaga lingkungan
tempat tinggal
Daftar Pustaka (2012-2017)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
ABSTRACT
Lidia Sitanggang 012015015
Dengue Hemorrhagic Fever Incidence in Children at Santa Theresia Room of Santa
Elisabeth Hospital Medan
D3 Nursing Study Program STIKes Santa Elisabeth Medan
Keywords: Child Characteristics, Mother Characteristics, and DHF Suffering Residential
Areas
(xii + 1 + 42 + appendices)
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute infectious disease and it can be fatal if in
a relatively short time it will experience dengue shock syndrome if left untreated. The
highest prevalence of medical record data of H.Adam Malik Hospital in 2016 was 802
patients (33.8%) of DHF. The purpose of this study is to describe the incidence of Dengue
Hemorrhagic Fever in children at the Santa Theresia Room of Santa Elisabeth Hospital
Medan Year 2017. The case study design used by researchers was descriptive method.
The populations in this study were all children who suffered DHF in children at Santa
Theresia Room of Santa Elisabeth Hospital Medan Year 2017. The technique of
determining the sample size was the total sampling. Data collection techniques used
documentation study. The result of the research showed that the highest perporsi on sex
were male with total were 156 people (58%), at the highest perporsi age of 6-18 years
were 109 people (40.5%), and the highest education of mother's perporsi of medium
education were 141 people (52.8%), the highest employment of mothers perporsi were
self-employed with the total was 88 (31.2%), and the highest percentage of Medan City
area were 113 people (42%). The conclusions show that the characteristics of boys of
male sex have low immunity, where as at the age of 6-18 years, they have more
time at school, so the chances of PHBS are less clean, the characteristics of
mothers in education to seek information and private work to keep behavior about
3M, as well as on areas to maintain a residential environment
References (2012-2017)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dapat selesai
pada waktunya. Adapun judul Proposal “Gambaran Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2017”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendiidkan tahap akademk program studi D3
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Penyusun Skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagau pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada, yaitu:
1. Mestiana Br. Karo S.,Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti serta
menyelesaikan di STIKes Santa Elisabeth Medan dan memberikan banyak
masukan, saran, dan menyarankan penulis denhgan kerendahan hati dalam
dalam menyelesaikan proposal ini
2. Dr. Maria Christina, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan yang telah diberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
3. Nasipta Ginting, SKM..S.,Kep.,Ns.,M.Pd selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang memberikan kesehatan
dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program D3
Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xii
4. Paska Situmorang SST., M.Biomed selaku Seketaris Prodi Program Studi D3
Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang memberikan kesehatan
dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program D3
Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan
5. Magda Siringo-ringo SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik
selama 3 tahun yang telah sabar dan banyak memberikan waktu dalam
membimbing dan memberikan arahan.
6. Nagoklan Simbolon SST.,M.,Kes selaku Dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar dan banyak memberikan waktu dalam membimbing dan
memberikan arahan sehigga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
baik.
7. Seluruh Dosen STIKes Santa Elisabeth Medan dan yang telah membantu,
membimbing dan memberikan dukungan kepada peneliti dalam upaya
pencapaian pendidikan dari semester I-semester VI didalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
8. Seluruh pegawai perpustakaan STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah
membntu peneliti menembukan sumber sebagai bahan dasar dalam proposal
penelitian ini.
9. Kedua orang tua penulis (Bapak J. Sitanggang dan ibu L. Sinurat) dan
saudara kandung (Juniindra Sitanggang) yang selalu memberikan doa,
dukungan dan pengertian yang sangat luar biasa dalam segala hal terhadap
penulis dan selalu mengingat doa dan membangkitkan semangat dalam proses
penulisan.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xiii
10. Kepada seluruh teman-teman Program Studi D3 Keperawatan terkhusus
angakatn XXIV stambuk 2015, yang selalu memberi semangat dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini serta semua orang yang
penulis sayangi.
11. Kepada kakak Siska Harefa dan opung Wiwin terima kasih telah mau
membantu, menyemangati, motivasi dan memberikan aku semangat begitu
juga arahan dalam pembuatan skripsi
12. Kepada Afril Dones Pane terima kasih atas menyemangati, motivasi, mendoa
kan agar bisa aku dalam pembuatan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulis pada proposal ini masih jauh dari
kesempatan, baik isi maupun teknik penulis. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan proposal ini.Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencurahlan berkat
dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.
Harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan,15 Mei 2018
(Lidia Sitanggang)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Luar ........................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................. ii
Persyaratan Gelar ............................................................................................. iii
Lembar Pernyataan........................................................................................... iv
Lembar Persetujuan .......................................................................................... v
Penetapan Panitia Penguji ................................................................................ vi
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vii
Surat Pernyataan Publikasi ............................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................. ix
Abstract ............................................................................................................ x
Kata Pengantar ................................................................................................. xi
Daftar Isi........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
Daftar Bagan .................................................................................................... xvii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.3.1. Tujuan umum ....................................................................... 4
1.3.2. Tujuan khusus ...................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1.4.1. Manfaat teoritis ................................................................... 5
1.4.2. Manfaat praktis .................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1.Konsep DHF ..................................................................................... 6
2.1.1. Definisi ................................................................................ 6
2.1.2. Etiologi ................................................................................. 6
2.1.3. Manifestasi Klinis ................................................................. 7
2.1.4.Patofisiologi ............................................................................ 8
2.1.5 Klasifikasi Penyakit ................................................................ 10
2.1.6 Komplikasi ............................................................................. 11
2.1.7 Penatalaksanaa ........................................................................ 12
2.2. Faktor-faktor Karakteristik pasien DHF .......................................... 14
2.2.1. Agent (Penyebab) ................................................................. 14
2.2.2.Unsur-unsur lingkungan ......................................................... 14
2.2.3.Host (Karakteristik) ................................................................ 15
2.3.Konsep Anak ................................................................................... 19
2.3.1.Prespektif Keperawatan Anak ............................................... 19
2.3.2.Falsafah Keperawatan anak ................................................... 20
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xv
BAB 3 KERANGKA KONSEP..................................................................... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 24
4.1.Rancangan Penelitian ....................................................................... 24
4.2. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 24
4.2.1. Populasi ................................................................................. 24
4.2.2. Sampel ................................................................................... 25
4.3. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ................................ 25
4.3.1. Variabel penelitian ................................................................. 25
4.3.2. Defenisi operasional .............................................................. 25
4.4. Instrumen Penelitian ........................................................................ 26
4.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................... 26
4.5.1. Lokasi .................................................................................... 26
4.5.2. Waktu .................................................................................... 27
4.6. Prosedur Pengumpulan Dan Pengambilan Data .............................. 27
4.6.1. Prosedur Pengambilan data ................................................... 27
4.6.2. Teknik Pengumpulan data .................................................... 27
4.7. Kerangka Operasional ..................................................................... 28
4.8. Analisa Data..................................................................................... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 30
5.1.1 Karakteristik anak kejadian DHF pada anak .................... 33
5.1.2 Karakteristik anak kejadian DHF pada ibu ........................ 34
5.1.3 Kejadian DHF pada anak berdasarkan daerah ................... 35
5.2 Pembahasan.................................................................................. 36
5.2.1 Distribusi Frekunsi Karakteristik Anak Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa
Theresia Rumah Medan Sakit Santa Elisabeth
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Tahun 2017 ............ 36
5.2.2 Distribusi Frekunsi Karakteristik Anak Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa
Theresia Rumah Medan Sakit Santa Elisabeth
Berdasarkan pendidikan dan pekerjaan Ibu Tahun 2017 .. 38
5.2.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dengue Hemorrhagic
Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Berdasarkan Daerah
Tempat Tinggal Tahun 2017 ............................................. 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 41
6.2 Saran ............................................................................................. 42
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xvi
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43
LAMPIRAN .................................................................................................... 44
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Pengajuan Judul Proposal ................................................................... 44
2 Surat Pengambilan Data Awal ...................................................................... 45
3. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 46
4. Surat Selesai Meneliti .................................................................................. 47
5. Lembar daftar konsultasi Lembar ceklit daftar data Kejadian
DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit ee
Santa Elisabeth Medan 2017 ....................................................................... 48
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xviii
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
Bagan 3.1. Kerangka Operasional gambaran kejadian DHF pada anak di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2017 .................................................................................... 23
Bagan 4.3. Kerangka operasional gambaran kejadian DHF pada anak di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2017 ................................................................................... 28
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Gambaran Kejadian DHF pada anak di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2017 .................................................................................... 26
Tabel 5.1 Gambaran Kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Berdasarkan jenis kelamin
dan usia Tahun 2017 ..................................................................... 33
Tabel 5.2 Gambaran Kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Berdasarkan pendidikan
dan pekerjaan Tahun 2017 34
Tabel 5.3 Gambaran Kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Berdasarkan Daerah
Tahun 2017 .................................................................................... 35
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit infeksi akut
dan dapat berakibat fatal jika dalam waktu relatif singkat akan mengalami Dengue
Sindrom Syok jika tidak ditangani Widyati (2016). Menurut Khadijah (2017)
penyakit DHF sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
secara nasional yang terinfeksi dengue merupakan suatu penyakit yang menular
melalui nyamuk yang paling sering terjadi sehingga merupakan masalah bagi
kesehatan.
WHO 2013 dalam jurnal (Siralaki,2014). berbagai macam karakteristik
yang dapat menyebabkan DHF terbanyak pada anak–anak yang status usia 0-17
tahun maka kemungkinan akan terkena DHF bisa juga dilihat dari jenis kelamin
laki-laki dan perempuan, laki–laki lebih cenderung untuk terserang DHF dan
karakteristik pada ibu dapat juga dilihat dari pekerjaan dan pendidikan karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman untuk akan pentingnya kesehatan. selain
dari karakteristik masih ada faktor lain seperti kepadatan penduduk, faktor
lingkungan ataupun kebersihan dari suatu lokasi atau tempat pada resiko
terjadinya DHF.
World Health Organization (WHO) melaporkan setiap tahunnya sekitar
500.000 jiwa penderita Dengue Homorrhagic PFever ini masih menyebar ke
seluruh dunia, dengan jumlah kematian sekitar 22.000 jiwa. Kasus DHF pertama
kali dilaporkan dari Filipina tepatnya di Manila sejak itu penyebaran DHF terjadi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
2
dengan cepat ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia.
Depkes Indonesia (2016) Indonesia terdapat 10 provinsi dengan angka
kesakitan kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan
DHF tertinggi yaitu di Denpasar sebesar 551,90 per 100.000 penduduk. Penyakit
DHF Sebagian data menurut penelitian Wirayanti (2014) di Rumah Sakit
Bhayangkara Trijata di Denpasar bidang pengelolaan data dari rekam medik
Karakteristik subjek pada penelitian ini didapatkan Pada tahun 2016 ada 12.490
kasus penyakit Dengue Hemorrhagic Fever pada usia < 5 tahun (17,8%), 5 tahun-
10 tahun (71,4%), 11 tahun (15%), pada jenis kelamin laki-laki (67%), perempuan
(32,1%), dari tingkat pendidikan orang tua yang tidak sekolah (15,7%), SD
(66,7%), SMP (10,0%), SMA (5,0%), Diploma/ perguruan tinggi (2,7%) , dan
dari segi pekerjaan Ibu Rumah Tangga (88,1%), buruh/ Petani (5,1%), PNS
(0,4%), pedagang/wiraswasta (2,7%).
Depkes Provinsi Sumatra Utara (2016) penyakit DHF telah menyebar luas
keseluruh Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian
yang relatif tinggi sebesar 7.140 kasus sebagian data dari rekam medis RSUP
H.Adam Malik pada Tahun 2016 jumlah pasien penyakit DHF sebanyak 802
orang (33,8%) yang mengalami penyakit DHF pada usia 0–21 tahun sebanyak
(17,8%), berdasarkam jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-
laki, perempuan sebanyak (55,1%) berdasarkan tingkat pendidikan, orang tua
lebih banyak yang tidak tamat sekolah dengan jumlah (55,1%) dan berdasarkan
pekerjaan lebih banyak yang tidak bekerja (31.4%)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
3
Menurut data dari rekam medis di Ruangan Santa Theresia rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan yang mengalami penyakit Dengue Hemorrhagic Fever
pada tahun 2015 sebanyak 630 orang pada tahun 2016 yang mengalami penyakit
Dengue Hemorrhagic Fever sebanyak 886 orang di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Maka setiap tahunnya yang menerita penyakit
Dengue Hemorrhagic Fever meningkat pada tahun 2016 ditemukkan berjenis
kelamin laki– laki 478 (50%) dan perempuan 410 (40%). Pasien meninggal tidak
ada, pasien sembuh 879 orang dan yang pasien PAPS (Pasien Atas Permintaan
Sendiri) 7 orang, maka dapat disimpulkan penyakit Dengue Hemorrhagic Fever
masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia.
Candra (2010) bahwa sebelum terjadinya faktor DHF penyakit ini di
timbulkan karena kurangnya pengetahuan seperti kurang informasi, dan tingkat
pendidikan yang tidak memadai yang akan menyebabkan terjadinya DHF.
Menurut penelitian Sucipto (2015) bahwa terjadinya DHF juga dipengaruhi oleh
foktor lingkungan, manusia, dan biologis. Menurut penelitian Rohmani (2013)
faktor kejadian DHF bahwa Pasien yang sudah terinfeksi virus dengue yang berat
akan mengalami gejala panas secara mendadak, kegagalan sirkulasi, sehingga
terjadi pendarahan, dan kebocoran sehingga akan terjadi Dengue Sindrome Syock
(DSS). Sampai saat ini belum ada terapi yang dilakukan untuk penyakit Dengue
Hemorrhagic Fever. didalam penyakit Dengue Hemorrhagic Fever tidak perlu di
berikan pemberian antibiotik kecuali jika sudah terjadi infeksi sekunder yang
disebabkan oleh bakteri. Namun, dalam beberapa kasus penanganan Dengue
Hemorrhagic Fever masih ditemukkan pemberian antibiotik untuk penanganan.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
4
Pasien yang mengalami DHF dapat juga diberi terapi cairan infus untuk
mencegahnya dehidrasi dan diberikan obat antipiretik sebagai penurun panas,
untuk tidak terjadi DSS dan melalukan pemantauan pada tanda–tanda vital, perlu
juga diperhatikan dari lingkungan tentang pengetahuan, sikap dam perilaku
masyarakat tentang pencegahan DHF dengan cara menguras, menutup dan
mengubur jika (Pranata, 2017). Maka penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian tentang Gambaran Kejadian
Dengue Hermoorhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Gambaran Kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa
Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kejadian DHF pada
Anak di Ruangan Santa Theresia di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2017
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Karakteristik anak yang menderita penyakit DHF di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2017
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
5
2. Mengidentifikasi Karakteristik ibu pada anak yang menderita penyakit
DHF di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
2017.
3. Mengenditifikasi daerah anak yang menderita penyakit DHF di Ruangan
Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna sebagai salah satu bahan sumber bacaan mengenai
gambaran karakteristik kejadian DHF pada Anak di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2017.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Memberikan gambaran dan masukkan tentang kejadian DHF pada anak di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
2. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman nyata bagi peneliti dan menambah wawasan
tentang kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2017.
3. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai memberi informasi tentang kejadian DHF pada anak.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep DHF
2.1.1 Definisi DHF
Penelitian (Arsin, 2014) faktor resiko kejadian Dengue Hemorrhagic Fever
adalah penyakit febril akut yang ditemukkan di daerah tropis, dengan penyebaran
geografis yang mirip dengan malaria . Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flaviviridae, famili flaviviridae. Setiap serotipe
cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi- silang wabah yang disebabkan kepada
manusia seperti kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat oleh nyamuk Aedes
Aegypti.
Dengue Hemorrhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae, DHF ditularkan melalui gigitan dari genue Aedes, terutama Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur (Depkes, 2016). Dengue Hemorrhagic
fever merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dan termasuk
golongan Arbovirus arthropod-borne virus yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus serta penyebarannya sangat cepat (Marni,
2016).
2.1.2 Etiologi
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda.Virus ini
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
7
termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. David Bylon (1799)
melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia disebabkan oleh tiga faktor
utama, yaitu virus, manusia, dan nyamuk. Vektor utama penyakit DHF adalah
nyamuk Aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah
perdesaan). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DHF adalah nyamuk yang
menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan vieremia
(terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula
ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya (Widoyono, 2008).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Diagnosa penyakit DHF dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis
dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DHF dengan diagnosa klinis
dan laboratoris adalah sebagai berikut (Wijaya dan Putri, 2013):
1. Diagnosa klinis
a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 -40℃),
b. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk: uji torniquet positif, petekie
(bintik merah pada kulit). Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit),
ekimosis, perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epitaktis
(pendarahan pada hidung), pendarahan pada gusi, Hematemesis
(muntah darah), melena (BAB berdarah), dan hamatusi (adanya
darah dalam urin.
c. Perdarahan pada hidung,
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik – bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah,
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
8
e. Pembesaran hati (hematomegali),
f. Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah,
g. Gejala klinis lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut diaredan
sakit kepala
2. Diagnosis laboratorium
a. Trombositopeni pada hari ke–3 sampai hari ke-7 ditemukan
penurunan trombosit sehingga 100.000/ mmHg,
b. Hemokosentrasi, meningkatkan hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
Widoyono (2008) pasien penyakit DHF pada umumnya disertai dengan
tanda-tanda berikut:
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas,
2. Manifestasi pendarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari
petekie (+) sampai pendarahan spontan seperti mimisan,muntah darah,
atau berak darah hitam,
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL).
Hematokrit meningkat (normal: pria < 45, wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar Dengue Shock Syndrome).
2.1.4 Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk masuk kedalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala
Dengue Fever. Pasien mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala,
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
9
mual, nyeri otot, pada seluruh badan, hiperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada pembesaran getah bening hati dan limfa.
Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang
dengan tipe virus yang berkelainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary
htererologous infection atau the sequental infection of hypothesis. Re-infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi
terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan
dimana yang sangat berperan terjadinya renjanan
2. Timbulnya agregarasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis
akan dimusnakan oleh sistem retikuloendtelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan pendarahan. Pada keadaan agreasi ,trombosit
akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor
III yang merangsang koagulasi intravaskular
3. Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembengkuan intravaskular yang meluas. Dalam proses
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
10
aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembekuan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen
degradaton product. Disamping itu aktivitas akan merangsang sistim
kinin yang berperan dalam proses meningginya premeabilitas dinding
pembuluh darah (Wijaya dan Putri, 2013).
2.1.5 Klasifikasi Penyakit
WHO 1997, mengatakan bahwa derajat parahnya penyakit DHF dibagi
menjadi 4 tingkat yaitu:
1. Derajat I (ringan)
Bila demam disertai dengan gejala konstituonal non–spesifik. Satu–
satunya manifestasi pendarahan adalah hasil uji torniquet positif dan/
atau mudah memar
2. Derajat II (sedang)
Bila pendarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I,
biasanya disertai dengan manifestasi pendarahan kulit,
epistaksis,perdarahan gusi,hematemesis atau melena.
3. Derajat III (berat)
Apabila terjadi kegagalan peredaran darah perifer dimanifestasikan
dengan nadi cepa dan lemah serta menyempit tekanan nadi atau
hipotensia, kulit dingin, lembeb, dan gelisah.
4. Derajat IV ( berat sekali)
Bila terjadi kegagalan peredaran darah tidak terukur,dan nadi tidak
terdeteksi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
11
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah
dengue yaitu pendarahan masif dengan Dengue Shock Syndrom (DSS) atau
Sindrom Syok Dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari
10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba,
tekanan nadi munurun menjadi 20 mmHg, atau sampai nol, tekanan darah
menurun 80 mmHg atau sampai nol terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
disekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,telinga, dan kaki teraba dingin dan
lembab, pucat, dan oliguria atau anuria (Marni,2016).
Candra (2010) mengatakan ada juga yang menyebabakan komplikasi yaitu:
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkempanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi terjadi
pada DHF yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti
hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DHF bersifat sementara,
maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh
darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular
diseminata (KID), dilaporkan pula bahwa virus dengue dapat
menembus sawar darah otak, tetapi sangat jarang dapat menginfeksi
jaringan otak, dilaporkan juga keadaan ensefalopati yang berhubungan
dengan kegagalan hati akut.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
12
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadinya pada fase terminal sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Diuresis merupakan
parameter apakah yang penting dan mudah dikerjakan untuk
mengetahui apakah syok teratasi.
3. Edema Paru
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat
peningkatan tekanan intravaskular. Edema paru terjadi karena adanya
aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru selanjutnya ke alveoli
paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui seluran
limfatik.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Suportif, penatalaksanaan bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan
plasma sebagai akibat pendarahan. Pasien demam dengue dapat berobat
jalan sedangkan pasien dengan DHF dirawat diruang perawatan
biasa,tetapi pada kasus DHF dengan komplikasi diperlukan perawatan
komplikasi diperlukan perawatan intersif. Fase kritis biasanya terjadi
pada hari ketiga. Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi, anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum 50 ml
/KgBB dalam 4– 6 jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu,
sari buah atau oralit. Setelah dehidrasi dapat diatasi, berikan cairan
rumatan 80 -100 ml/KgBB dalam 24 jam berikutnya. Hiperpireksi
diatasi dengan antipiretik dan bila surface cooling dengan kompres es
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
13
dan alkohol 70%. Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa
rejatan dilakukan apabila pasien terus–menerus muntah Jumlah cairan
yang diberikan tergantung derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%.Apabila
terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi
jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Perhatikan
apabila terdapat pendarahan yang membahayakan maka dilakukan
transfusi darah segera. Bila pasien kejang berikan diazepam. Jangan
lupa monitoring TTV tiap 3 jam. Perhatikan antibiotik bila terdapat
kekhawatiran infeksi sekunder. Apabila pasien syok maka cairan
melalui IV.
2. Pencegahan, pemberantas vektor yaitu:
a. Menggunakan insektisida
1) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida)
dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengambutan (cold
fogging).
2) Temephis (abate) untuk membunuh jentik (larvasida) dengan
menamburkan pasir abate kebejana–bejana tempat
pembuangan air bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm
atau 1 gram abate 1% per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida, caranya adalah:
1) Menguras tempat penampungan air minimal 1xseminggu
perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
14
2) tempata penampungan air rapat- rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas,
botol, dan benda lainnya tempat nyamuk bersarang.
4) Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk
dengan memasang kawat kasa di lubang angin di atas jendela,
tidur dengan kelambu (Wijaya dan P utri, 2013).
2.2 Faktor–faktor Mempengaruhi Pasien DHF
2.2.1 Agent (penyebab)
Pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbulkan hanya
disebabkan oleh satu faktor penyebab tunggal semata. Pada umumnya,
kejadian penyakit disebabkan oleh berbagai unsur secara bersama-sama
mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian, secara dasar, unsur
penyebab penyakit. Penyebab kausal primer Unsur dianggap faktor kausal
terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa unsur ini selalu dijumpai
sebagai unsur penyebab kausal. Unsul penyebab kausal ini adalah unsur
penyebab bilogis, Unsur penyebab biologis yakni semua unsur peyebab
yang tergolong makhluk hidup termasuk semua mikroorganisme seperti
virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing dan insekta. Unsur
penyebab ini pada umunya di jumpai pada penyakit infeksi dan penyakit
menular (Noor, 2008)
2.2.2 Unsur Lingkungan (Environment)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan terjadinya proses interaksi proses interaksi antara penjamu
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
15
dengan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit secara garis
besarnya, maka unsur lingkungan ada 3 bagian:
1. Lingkungan biologis
Yang disebabkan dalam mikroorganisme, dan tumbuh-tumbuhan
2. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik
secara langsung, maupun terhadap lingkungan logis dan biologis dan
lingkungan sosial manusia, meliputi:
a. Udara, keadaan cuaca, geografis, dan geologis
b. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber
penyakit bentuk pemancaran pada air
c. Unsur kimiawi lainnya dalam bentuk tanah dan air.
3. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, seperti kehidupan
sosial dan ekonomi, masyarakat setempat, kepadatan penduduk dan
kebiasaan kehidupan hidup sehat. (Noor, 2008)
2.2.2 Host (Karakteristik)
Unsur penjamu dapat dibagi dalam dua kelompok sifat yang erat
berhubungan dengan manusia sebagai makluk biologi
1. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin mempengaruhi keinginan dan kemampuan
masyarakat untuk berpartisipasi. Biasanya pemikiran laki-laki dan
perempuan mengenai suatu permasalah sudut pandangnya bahwa di
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
16
dalam sistem pelapisan dasar seksualitas ini, golongan pria memiliki
hak istimewa dibandingkan golongan wanita. Dengan demikian maka
kecenderungannya, kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi
(Arikunto, 2013). Klasifikasi jenis kelamin
a. Laki–laki
b. Perempuan
2. Usia
Responden pada saat penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Usia
dapat mempengaruhi responden dalam memberikan bentuk
partisipasinya.
3. Klasifikasi umur menurut (Soetjiningsih, 1995) adalah:
1. Masa bayi usia 0-1 tahun
2. Masa pra seekolah usia 1-5 tahun
3. Masa Sekolah 6-18 tahun
a) Masa pra remaja 6-10 tahun
b) Masa remaja 8-18 tahun
4. Pendidikan orang tua
Pendidikan menurut (Arikunto, 2013), mengemukakan bahwa
pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi (Notoatmojo,
2013) Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu pembentukan watak
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
17
yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan,
dan keterampilan.
Pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat SD,SMP,
SMA, dan tingkat akademik/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan
sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga
memungkinkan menyerap informasi. Informasi juga dapat berfikir
secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang
dihadapi. Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian
dan mengembangkan kemampuan manusia indonesia jasmani dan
rohani yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun di luar
sekolah dalam rangka pembangunan persatuan indonesia dan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila hal ini bermanfaat
dalam pencegahan DHF, karena semakin tinggi tingkat pengetahuan
akan mengetahui pengendalian dari penyebaran DHF.
Tingkat pendidikan menurut Undang–undang No 20 tahun 2003 dibagi
atas 3 tingkatan adalah:
a. Pendidikan dasar/rendah (SD, SMP/MTs).
b. Pendidikan Menegah (SMA/SMK).
c. Pendidikan Tinggi ( D3/S1,S2, dan S3).
5. Pekerjaan orang tua
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang
dijadikan pokok penghidupan sesorang yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil. Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
18
keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya
resiko menurut sifat pekerjaan juga kan berpengaruh pada lingkungan
kerja sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan
berdampak pada pendapatan suatu keluarga, jika berpenghasilan
rendah, maka pelayanan kesehatan yang didapat akan kurang memadai
dan sebaliknya, jika berpendapatan lebih tinggi maka akses terhadap
kesehatan menjadi lebih mudah dan memadai, pekerjaan dilakukan
untuk menunjang kehidupan pribadi maupun kelurga. Bekerja dianggap
kegiatan yang menyita waktu (Notoatmodjo, 2013). Jenis pekerjaan
menurut Notoatmojo (2013) dibagi menjadi: a. Pedagang; b.Buruh/
tani; c. PNS; d. TNI/Polri; e. Pensiunan; f. Wiraswasta; g, IRT (Ibu
Rumah Tangga
ISCO (International Standard Clasification of Oecupation), pekerjaan
diklasifikasikan menjadi:
a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis
pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah
maupun swasta, tanaga administrasi tata usaha
b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan
dan jasa
c. Pekerjaan yang bersatatus rendah, yaitu petani dan operatur alat
angkut/bengkel
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
19
2.3 Konsep Anak
2.3.1 Perspektif Keperawatan anak
Anak sebagai klien dipandang sebagai makluk unik yang memiliki
kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Tindakan yang dilakukan
dalam melakukan asuhan keperawatan anak berlandaskan pada prinsip atraumatic
care (asuhan keperawatan yang terapeutik). Prisip dasar yang dipahami dalam
melaksanakan asuhan keperawatan anak. Prespektif keperawatan anak merupakan
landasan berfikir bagi seorang perawat anak maupun keluarganya. Perspektif
keperawatan anak diketahui tentang mortalitas dan morbiditas dalam dunia anak
(Soetjiningsih, 1995).
1. Mortalitas/mortalitu
Mortalitas/mortalitu angka kematian menggambarkan angka kejadian
yang dalam waktu tertentu. Angka tersebut dinyatakan per 100.000
penduduk. Angka kematian bayi/ anak adalah angka kematian per bayi
hidup selama satu tahun.
Penyebab kematian bayi/anak adalah kelainan konginetal, suddent infat
death syndrime, BBLR, sindroma gagal nafas pneuminia,bayi lahir
dengan komplikasi kehamilan, kecelakan, infeksi. Angka kematian
anak adalah angka kematian pada anak dengan umur lebih dari satu
tahun, beberapa faktor penyebab kematian pada anak adalah kecelakan,
kelainan konginetal, kanker, pembunuhan, heart disease, HIV
(Soetjiningsih, 1995).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
20
2. Morbiditas/morbidity
Morbiditas/mordibity/angka kesakitan adalah yang mengambarkan
kejadian sakit yang spesifik per 1000 penduduk. Angka kesakitan anak
yang menggambarkan kesakitan anak adalah angka yang
menggambarkan kejadian sakit yang spesifik per 1000 anak. Kesakitan
yang banyak terjadi adalah sakit akut dan infeksi terutama infeksi
saluran pernafasan. Kelompok anak dengan resiko peningkatan angka
kesakitan adalah anak jalanan/gelandangan, anak dengan tingkat sosial
ekonomi orang tua rendah. (Soetjiningsih, 1995).
2.3.2 Falsafah Keperawatan Anak
Kompenen dalam keperawatan anak adalah manusia, sehat, lingkingan dan
keperawatan itu sendiri (Soetjiningsih, 1995).
1. Manusia
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang
berada dalam proses tumbuh kembang, mempuyai kebutuhan yang
spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan
orang dewasa. Kebutuhan fisik mencangkup makan, minum, udara,
eliminasi, tempat berteduh, dan kehangatan. Secara psikologis anak
memutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas ancaman.
Anak membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindar bahaya,
mengembangkan kemampuan berfikir, dan bertindak mandiri. Anak
membutuhkan kesempatan untuk belajar berfikir dan membuat
keputusan secara mandiri. Dalam mengembangkan harga diri anak
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
21
membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada usia sampai 1 sampai
3 tahun. Penghargaan merupakan pengalaman positif untuk membentuk
harga diri. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang
dewasa dan lingkungannya, yang berarti membutuhkan lingkungan
yang dapat memfasiltasi dan memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk
belajar mandiri (Soetjiningsih, 1995).
2. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sakit-sakit.
Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan
sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam angka
mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai
usianya. Apabila anak sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual
(Soetjiningsih, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal
dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan internal yaitu genetik
(keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi.
Dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan
eksternal yaitu status nutrisi, orang tua, saudara sekandung (sibling),
masyarakat, kelompok sekolah, kelompok/geng, disiplin yang
ditanamkan orang tua, agama, budaya, rumah maupun sanitasi di
sekililingnya. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
22
terutama dari lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli,
dan penuh kasih sayang (Soetjiningsih, 1995).
4. Keperawatan
Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah
peningkatan kesehtan dan pencegahan penyakit dengan falsafah utama
yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan
yang terapeutik. Keluargga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam
rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak . konsep
yang mendasari kerjasama orang tua dan perawat adalah memfasilitasi
keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anak dirumah
sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan perawatan
anak di rumah sakit (Soetjiningsih, 1995).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
23
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka
teori atau teori-teori yang mendukung penelitan tersebut untuk menganalisis hasil
penelitian (Notoatmodjo,2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kejadian DHF pada anak di ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2017. Faktor sosial demografi individu yang terkait
kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Elisabeth
Medan. Dibawah ini dapat dilihat kerangka konsep.
Bagan 3.1 Kerangka Operasional penelitian Gambaran Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017
Keterangan:
= Yang tidak diteliti
= yang diteliti
Konsep DHF
1. Definisi
2. Tanda dan gejala
4. Patofisiologi
5. Epidemiologi
6. Klasifikasi penyakit
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
3.Faktor-faktoryang mempengaruhi
keadian DHF
Faktor-faktoryang
mempengaruhi keadian DHF
1. Agent (Penyebab
2. Eviroment (daerah)
3. Host ( karakteristik)
- Jenis Kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan orang tua
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif dirancang untuk mendapatkan lebih banyak
informasi tentang karakteristik di bidang studi tertentu. Penelitian deskriptif ini
menggunakan rancangan penelitian studi kasus yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran situasi seperti yang terjadi secara alami. Desain deskriptif dapat
digunakan untuk mengembangkan teori, mengidentifikasi masalah dengan praktik
saat ini, membuat penilaian tentang praktik, atau mengidentifikasi kecenderungan
penyakit, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan pada kelompok yang
dipilih (Grove, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
kejadian DHF pada Anak si Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan 2017.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus yang diikut sertakan oleh
seorang peneliti. Populasi tidak hanya pada manusia tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain (Polit, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kejadian DHF pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang di dapat dari rekam medis
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
25
Rumah Sakit jumlah yang berkunjung 886 orang pada tahun 2016. Sehingga rata-
rata dalam satu bulan adalah 886 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah subset dari elemen populasi yang merupakan unit paling
dasar tentang data yang dikumpulkan dan pada penelitian yang digunakan adalah
manusia (Polit, 2012). Adapun sampel yang digunakan dalam total sampling
penelitian ini sama dengan populasi yang digunakan yaitu seluruh kejadian DHF
pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mulai
bulan januari sampai desember tahun 2016 yaitu 886 orang.
4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
4.3.1 Variabel Penelitian
Menurut Creswell (2009) variabel perlu ditentukan dalam percobaan
sehingga jelas bagi pembaca kelompok mana yang menerima perlakuan
eksperimental dan hasil apa yang diukur. Menurut sugiyono (2011) variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini hanya ada satu variabel tunggal
yaitu kejadian DHF pada anak
4.3.2 Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
26
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi
oleh orang lain (Nursalam, 2014).
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Gambaran Kejadian Dengue Hemorrhagic
Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2017.
Variabel Definisi Indikator Alat ukur
Kejadian DHF
pada anak
Data yang
berhubungan
dengan usia,
jenis kelamin
pada anak,
pekerjaan,
pendidikan
orang tua, serta
daerah yang
menderita
penyakit DHF
1. Karakteristik
pada anak
(usia, jenis,
kelamin).
2. Karakteristik
pada ibu
(pendidikan,
pekerjaan)
3. daerah pada
anak DHF
Tabel
pengum
pulan
data
(tabel
induk)
4.4 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah yang alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelitian yang digunakan pengumpulan data
berupa tabel induk yaitu jumlah tertulis yang didapat dari rekam medis.
(Notoatmodjo,2012).
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi
Lokasi data Penelitian adalah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan data
dari Rekam Medis Ruangan Santa Theresia.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
27
4.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh izin penelitian Stikes Santa
Elisabeth Medan pada bulan Maret- April 2018 yang sudah ditentukan untuk
melakukan penlitian di Rekam Medis Ruangan Sakit Santa Elisabeth Medan .
4.6 Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data
4.6.1 Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data adalah suatu prosedur pendekatan kepada subjek dan
prosedur pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2014). Cara pengambilan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pengajuan judul, prosedur izin penelitian, pengambilan data
awal, seminar proposal, surat izin penelitian dari pendidikan mahasiswa STIKes
dan Rumah Sakit dan pengambilan data
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2014). Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi dengan cara mempelajari data yang sudah ada
dari Rekam Medis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Khususnya di Ruangan
Theresia
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
28
4.7 Kerangka Operasional
Adapun kerangka operasional dalam penelitian dapat di lihat pada bagan di
bawah ini
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Penelitian Gambaran Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahan 2015.
Pengajuan judul proposal
Prosedur izin penelitian
Seminar Proposal
Konsul proposal
Pengambilan data awal
Prosedur ijin penelitian dari
pendidikan mahasiswa di Stikes dan
Rumah sakit
Revisi Proposal
Pengumpulan Data
Analisa Data
Pembahasan hasil penelitin
Persentasi hasil penelitian
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
29
4.8 Analisa Data
Analisa data adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan
dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel (Nursalam,2014). Analisa
data yang digunakan peneliti ini adalah univariat. Analisa univariat adalah untuk
melihat distribusi dan frekuensi atau untuk melihat 1 variabel yaitu distribusi dan
frekuensi.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
30
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Kejadian Dengue
Hemorhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2017. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah Rumah
Sakit swasta yang beralamat di Jl. Haji Misbah No. 7. Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan dibangun 11 Februari 1929 dan diresmikan 17 November 1930.
Rumah Sakit ini memiliki motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Matius
25:36)”.Visi yang dimiliki Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ini adalah
menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih
dan persaudaraan. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdiri dari 3, yaitu:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar
kasih,
2. Meningkatkan sumber daya manusia secara profesional untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas,
3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap
mempertahikan masyarakat yang lemah.
Tujuan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yaitu mewujudkan secara nyata
kharisma kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan dalam bentuk
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum tanpa membedakan suku, bangsa,
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
31
agama, ras dan golongan serta memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh (holistik).
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terakreditasi Paripurna sejak tanggal
21 Oktober 2016. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan menyediakan beberapa
pelayanan medis, yaitu: di Ruangan gawat darurat terdiri dari ruagan Instalasi
Gawat Darurat (IGD), ruangan Operasi, Ruang Intermedite (HCU, ICU, ICCU,
PICU dan NICU), dan selanjutnya Ruangan Rawat Inap yang terdiri dari:
Ruangan Bedah (Santa Maria, Santa Martha, Santa Yosep, Santa Lidwina),
ruangan Internis terdiri dari: (Santa Fransiskus, Santa Pia, Santa Ignatius, Laura,
Pauline, dan Santa Melania), Ruangan Stroke (Hendrikus), Ruangan Anak (Santa
Theresia), Ruangan Bayi (Santa Monika), Ruangan Martenitas (Santa Elisabeth)
dan Ruangan Bersalin (Santa Katarina), Haemodialisa (HD), Ruangan
Kemoterapi, Fisioterapi, Farmasi, Laboratorium, Klinik/Patologi Anatomi, dan,
Unit Transfusi Darah (UTD).
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki rawat jalan atau Poli yaitu:
BKIA, Poli Onkologi, Poli Orthopaedi, Poli Saraf, Poli urologi, Poli THT, Poli
gigi dan mulut, Poli Bedah Anak, Poli Kebidanan, Poli Anestesi, Poli Penyakit
Dalam dan VCT, Poli Spesialis Anak, Poli Urologi, Poli Jantung, Poli Kejiwaan,
Poli Paru, Poli Kulit dan Kelamin, dan Poli Konsultasi Vaskuler. Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 305.
Jenis tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat
dilihat dalam tabel:
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
32
Jenis Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada Tahun
2018 No Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Medis
- dr. Umum 15 orang
- dr.Spesialis Bedah Umum 6 orang
- dr. Spesialis Orthopaedi 4 orang
- dr. Spesialis Bedah Sarah 3 orang
- dr. Spesialis Urologi 3 orang
- dr. THT 3 orang
- dr. Gigi 5 orang
- dr. Spesialis Bedah Anak 1 orang
- dr. Spesialis Kebidanan 6 orang
- dr. Spesialis Anestesi 6 orang
- dr. Spesialis Penyakit Dalam 10 orang
- dr. Spesialis Anak 5 orang
- dr. Spesialis Neurologi (Saraf) 4 orang
- dr. Spesialis Jantung 4 orang
- dr. Spesialis Radiologi 2 orang
- dr. Spesialis Kejiwaan 2 orang
- dr. Spesialis Patologi Klinik 2 orang
- dr. Spesialis Paru 3 orang
- dr. Spesialis Kulit dan Kelamin 2 orang
- dr. Partologi 2 orang
- dr Spesialis Konsultan Vakular 1 orang
Jumlah 89 orang
2. Para Medis Keperawatan dan Kebidanan Jumlah
- SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan ) 4 orang
- D-3 Keperawatan 181 orang
- S-1 Keperawatan 1 orang
- Ners 276 orang
- D-3 Kebidanan 52 orang
Jumlah
3. 3. Para Medis Lainnya Jumlah
- D-3 Pelayanan Darah 5 orang
- SMAK Laboratorium 1 orang
- D-3 Laboratorium 16 orang
- SMF Farmasi 12 orang
- D-3 Farmasi 16 orang
- S-1 Farmasi 5 orang
- D-3 Radiologi 12 Orang
- D-3 Rekam Medis 8 orang
- SMU Gizi 24 orang
- SMKK Gizi 16 Orang
- D-3 Gizi 1 Orang
- S-1 Gizi 1 orang
Jumlah 121 orang
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
33
5.1.2 Hasil Penelitian Karakteristik Anak dan Ibu
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Kejadian Dengue Hemorrhagic
Fever pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2017 dengan responden 269 orang, distribusi frekuensi karakteristik pada
anak yaitu jenis kelamin dan usia, karakteristik pada ibu yaitu pendidikan dan
pekerjan, serta daerah tempat tinggal pasien. Hasil penelitian dapat di lihat pada
tabel.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada
Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Tahun 2017. Jenis Kelamin f %
Laki-laki 1 56 58,0
Perempuan 113 42,0
Total 269 100,0
Usia f %
0-1 Tahun 84 31,2
1-5 Tahun 76 28,3
6-18 Tahun 109 40,5
Total 269 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari jenis kelamin, bahwa perporsi yang
paling tinggi adalah laki-laki dengan jumlah 156 orang (58%) sedangkan perporsi
yang paling rendah adalah perempuan dengan jumlah 113 orang (42%) yang
mengalami kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada anak di Ruangan Santa
Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017.
Berdasarkan usia perporsi yang paling tinggi pada usia 6-18 tahun dengan
jumlah 109 orang (40%) sedangkan perporsi yang paling sedikit adalah usia 1-5
tahun dengan jumlah 76 orang (28,3%) yang mengalami kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2017.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
34
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada
Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Tahun
2017.
Pendidikan f %
Rendah 3 1,1
Menengah 141 52,8
Tinggi 12 46,1
Total 269 100
Pekerjaan f %
Pedagang 27 10,0
Buruh/Tani 16 5,0
PNS 53 18,1
Polwan 3 1,1
Pensiunan 1 4
Wiraswasta 88 31,2
Ibu Rumah Tangga 81 30,2
Total 269 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari pendidikan ibu, bahwa perporsi
yang paling tinggi adalah pendidikan menengah dengan jumlah 141 orang (52%)
sedangkan perporsi yang paling rendah adalah pendidikan rendah dengan jumlah
3 orang (1,1%). Pendidikan Rendah (SD,SMP/MTs), Pendidikan Menengah
(SMA/SMK), dan Pendidikan Tinggi (D3,S1/S2,dan S3). Berdasarkan pekerjaan
ibu, bahwa perporsi yang paling tinggi adalah bekerja Wiraswasta dengan jumlah
88 orang (52%) sedangkan perporsi yang paling rendah adalah bekerja Polwan
dengan jumlah 1 orang (4%).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
35
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dengue Hemorrhagic Fever
pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal Tahun
2017
Kabupaten dan Kota f %
Kabupaten Dairi 6 2,2
Kabupaten Deli Serdang 57 16,8
Kabupaten Karo 21 5,1
Kabupaten Pakpak 12 3,1
Kabupaten Nias 1 4
Kabupatem Pakpak 3 1,1
Kabupaten Simalungun 11 2,5
Kabupaten Tapanuli 1 4
Kabupaten Toba samosir 10 1,9
Kota Binjai 15 4,1
Kota Medan 113 42,0
Kota Gunung Sitoli 3 1,1
Kabupaten Padang sidempuan 2 5
Kota Pematang siantar 7 1,7
Kota Sibolga 1 4
Kabupaten Tebing tinggi 6 1,4
Total 269 100,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari daerah tempat tinggal, bahwa
perporsi yang paling banyak adalah Kota Medan dengan jumlah 113 orang (42%)
sedangkan perporsi yang paling rendah adalah Kabupaten Nias dengan jumlah 1
orang (4%), diliputi dengan Kabupaten Tapanuli dengan jumlah 1 orang (4%),
dan Kota Sibolga dengan jumlah 1 orang (4%) yang mengalami kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada anak di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2017.
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian gambaran kejadian dengue hemorrhagic fever pada anak di
Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017
berdasarkan karakteristik anak yaitu jenis kelamin dan usia, karakteristik ibu yaitu
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
36
pendidikan dan pekerjaan, serta daerah tempat tinggal penyakit dengue
hemorrhagic fever.
5.2.1 Distribusi Frekunsi Karakteristik Anak Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah
Medan Sakit Santa Elisabeth Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Tahun 2017.
Penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 menunjukkan
bahwa dari 269 orang yang menderita Dengue Hemorrhagic Fever di Ruangan
Santa Theresia ternyata perporsi yang paling tinggi adalah yang berjenis kelamin
laki-laki dengan jumlah 156 orang (58%) maka dari itu hasil diperoleh peneliti
tidak sejalan dengan penelitian (Sri, 2010) dimana perporsi yang lebih tinggi
adalah perempuan dengan jumlah 139 orang (50,3%), dimana status gizi pada
anak perempuan memiliki status gizi yang kurang baik di bandingkan anak laki-
laki sehingga anak perempuan lebih mudah terserang terkena penyakit. Maka dari
itu peneliti menemukan kesenjangan antara teori dan hasil, jadi peneliti
menyimpulkan tidak selamanya teori mengatakan lebih banyak perempuan yang
terkena DHF karena berbagai peristiwa penyakit tertentu, rasio jenis kelamin
harus selalu diperhitungkan karena bila suatu penyakit lebih tinggi frekuensinya
pada laki-laki, karena laki-laki lebih rentang terhadap infeksi sehingga lebih
mudah terserang penyakit dan anak laki-laki memiliki daya tahan tubuh yang
rendah dibandingkan perempuan, dan pengaruh jenis kelamin laki-laki kurang
memahami penggunaan sarana kesehatan.
Penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 menunjukkan
bahwa dari 269 pasien yang menderita Demam Hemorhagic Fever di Ruangan
Santa Theresia perporsi yang lebih tinggi adalah yang berusia 6-18 tahun dengan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
37
109 orang (40,5%) berdasarkan dalam penelitian (Sri, 2010) sejalan dengan
dimana perporsi paling tinggi adalah yang berusia 5-18 tahun sebanyak 717
(16,6%) hal ini disebabkan karena sistem imun pada anak masih lemah sehingga
ketika virus dengue masuk kedalam tubuh anak yang berusia 5-18 tahun mudah
mengalami terjadinya demam, mengigil, flu, wajah kemerahan, trombosit
menurun dan penumpukan cairan di rongga tubuh karena peningkatan
permeabilitas kapiler pembuluh darah kapiler sehingga akan mengakibatkan
kebocoran dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan plasma ke jaringan
tubuh yang disebabkan kerurangan endotel sehingga dapat terjadinya kekurangan
cairan dan dapat mengakibatkan DSS
Hal ini didukung oleh (Hasan, 2011) lebih banyak pada usia (>5 tahun)
terjadi karena adanya perubahan pola transmisi, pada awal era DHF transmisi
umumnya terjadi di dalam rumah namun saat ini telah beralih ke fasilitas publik
seperti sekolah dimana PHBS kurang diperhatikan, mesjid, gereja dan tempat
bermain anak-anak, dan foktor imun (kekebalan) tubuh anak-anak lebih rendah
dibandingakan dewasa. dan didukung dari penelitian (Rosa, 2010) sama halnya
lebih banyak pada usia (>5 tahun) karena pada anak-anak lebih banyak istirahat
pada siang hari dimana nyamyuk Aedes aegypty juga mempuyai kebiasaan
mencari makan (mengigit manusia/mengisap darah) sepanjang hari terutama
antara jam 08.00 – 13.00 dan jam 15.00-17.00. peneliti berpendapat bahwa usia 6-
18 tahun yang mudah terserang penyakit DHF dimana kemungkinan pemeliharaan
kebersihan sekolah tersebut dapat menyebabkan nyamuk aedes aegepty
berkembang atau program PHBS sekolah yang belum berjalan dengan baik.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
38
5.2.2 Distribusi Frekunsi Karakteristik Anak Kejadian Dengue
Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan Santa Theresia Rumah
Medan Sakit Santa Elisabeth Berdasarkan pendidikan dan pekerjaan
Ibu Tahun 2017.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017
menunjukkan bahwa dari 268 orang yang menderita Dengue Hemorrhagic Fever
pada anak di Ruangan Santa Theresia yang perporsi lebih tinggi adalah
pendidikan menengah sebanyak 141 orang (52,4%), hal ini sejalan dengan
penelitian (Ardini,2016) perporsi lebih banyak pada pendidikan menengah dengan
jumlah 754 orang (39%) dimana tingkat pengetahuan yang memadai DHF dan
metode untuk mencegahnya harus dapat dimengerti oleh masyarakat dimana
masyarakat kurang informasi tentang nyamuk Aedes aegepty pada tingkat
pendidikan yang menengah.
Hal ini berhubungan dengan penelitian (Aryani,2008) perporsi lebih tinggi
pada pendidikan menengah dengan jumlah 168 orang (33,3%) dimana dinyatakan
yang latar belakang pendidikan menengah lebih banyak karena dimana tingkat
pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir dan daya cerna untuk menerima
suatu informasi. penelitian. karena pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan keperibadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup, Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi (Notoatmojo,2013). Sedangkan dalam argumen peneliti kenapa lebih
banyak pendidikan menengah karena pola pikir dan daya ingat seseorang tidak
sama dimana semakin rendah pendidikan maka semakin rendah pula untuk
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
39
menerima suatu informasi yang di dapat, juga bisa juga karena perilaku yang
kurang memahami bagaimana cara menguras, menutup, dan menggubur.
Penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 menunjukkan
bahwa dari 269 arang yang menderita Dengue Hemorrhagi Fever pada Anak di
Ruangan Santa Theresia perporsi yang lebih tinggi adalah wiraswasta sebanyak 88
orang (32,7%) hal ini sejalan dengan penelitian (Aryani, 2010) bahwa perporsi
yang paling tinggi yang bekerja sebagai wiraswasta dengan jumlah 78 orang
(36,4%) pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang, dan banyak tantangan dimana merupakan kebutuhan dalam sehari-hari.
Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun keluarga.
Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu (Notoatmojo,2013) menurut
argumen peneliti dimana yang bekerja sebagai wiraswasta yang banyak
memerlukan waktu untuk menerima suatu informasi, dan kurang memperhatikan
kondisi rumah yang kurang bersih, pekerjaan wiraswasta juga dapat
mempengaruhi faktor ekonomi yang masih minim dalam bekerja sehingga
menjadi sasaran utama dalam untuk promosi kesehatan dan perlu untuk melihat
kondisi lingkungan rumah.
5.2.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada Anak
di Ruangan Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal Tahun 2017.
Penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017
menunjukkan bahwa dari 269 pasien yang menderita Dengue Hemorrhagic Fever
pada anak di Ruangan Santa Theresia perporsi yang lebih tinggi adalah daerah
Kota Medan dengan jumlah 113 orang (42%) hal ini sejalan dengan penelitian
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
40
(Aryani,2010) perporsi yang lebih tinggi di daerah perkotaan 180 (52,9%). karena
suatu lokasi perkotan yang dimana kondisi rumah yang berdekat- dekatan
mengakibatkan terjadinya nyamuk aedes aegepty karena radius terbangnya
nyamuk aedes aegepty, kurang dari 240 meter untuk menuju suatu lokasi rumah
satu ke rumah lainnya dan suatu iklim perkotaan yang tidak menentu juga dapat
mempengaruhi terjadinya nyamuk Dengue Hemorrhagic Fever dimana jika terjadi
hujan maka nyamuk aedes aegepty dapat berkembang biak pada genangan air
sehingga dapat menimbulkan banjir dan menggenang di suatu wadah yang
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Sedangkan dalam argumen peneliti
kenapa lebih banyak di perkotaan karena masyarakat kurang untuk
memperhatikan kondisi lingkungan selain itu juga masyarakat di perkotaan suka
mengkonsumsi makanan yang siap saji dalam bentuk kaleng hal ini dapat juga
dapat untuk menimbulkan terjadinya Dengue Hemorrhagic Fever.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
41
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rekam Medis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tetang kejadian Dengue Hemorhagic Fever pada Anak di
Ruangan Santa Theresia pada Tahun 2017 sebanyak 269 orang maka dapat
disimpulkan dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Hasil penelitian karakteristik anak menunjukkan bahwa perporsi yang paling
tinggi adalah laki-laki sebanyak 156 orang (58%), hal ini terjadi anak laki-
laki lebih rentan terhadap infeksi. Berdasarkan pada usia perporsi yang paling
tinggi adalah usia 6-18 tahun sebanyak 109 orang (40,5%) hal ini terjadi
karena 6-18 tahun lebih banyak berada di dalam sekolah dimana program
PHBS sekolah belum berjalan dengan baik.
2. Hasil penelitian karakteristik ibu menunjukkan bahwa perporsi paling tinggi
adalah pendidikan menengah sebanyak 141 orang (52,4%), hal ini terjadi
karena Pendidikan menegah kurang untuk menerima informasi, sedangkan
pada pekerjaan perporsi yang paling tinggi adalah bekerja wiraswasta dengan
jumlah 88 orang (32,7%), hal ini terjadi karena kurang memelihara kesehatan
anaknya.
3. Hasil penelitian pada daerah yang perporsi yang paling tinggi Kota Medan
sebanyak 113 orang (42%) hal ini disebabkan rumah yang terlalu padat dan
kurang kebersihan rumah.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
42
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan pada penelitian dengan
judul gambaran kejadian Dengue Hemorrhagic Fever pada Anak di Ruangan
Santa Theresia Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 dengan pasien
yang menderita Dengue Hemorrhagic Fever sebanyak 269 orang diharapkan
sebagai berikut:
1. Diharapakan pada orang tua dan perawat pada jenis kelamin laki-laki perlu
diperhatikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak terjadinya
angka kejadian Dengue Hemorrhagie Fever, dan berdasarkan usia pada umur
6-18 tahun perlu di perhatikan pada kondisi PHBS sekolah lebih di tingkatkan,
sehingga angka kejadian DHF menurun.
2. Diharpkan pada petugas kesehatan/perawat kamar anak untuk memberi
informasi pada pendidikan menengah sehingga dapat memelihara lingkungan
dan memperhatikan anak-anak untuk mengurangi DHF, diharapkan pada
pekerja ibu-ibu yang bekerja wiraswasta untuk lebih memperhatikan
kebersihan dalam rumah.
3. Diharapkan kepada Kepala Desa untuk memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang 3M yaitu menguras, mengubur, menutup, serta menguragi
makanan yang siap saji yang berbentuk kaleng untuk mengurangi suatu wabah
yang terjadinya genangan air.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
DAFTAR PUSTAKA
Ambrul.Hasan (2017). Hubungan Prilaku Pemberantas Sarang Nyamuk dan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Bandar Lampung. Diakses 3
Mei 2018; https://scholar.google.co.id
Arsin.Arsunan (2014). Epidemiologi DHF. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Azwar.S (2007). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Candra.A. (2010). Demam Berdarah Dengue. https://media.neliti.com
Dani.2012. Karakteristik Penderita Dengue Hemorrhagic Fever di RSUD PROF
DR W.Z Johannes Kupang Tahun 2017. Diakses 2 Mei 2018;
http://.Universitas Kristen Maranatha.ac.id
Depkes, RI. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2016 Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta
Depkes, RI. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2016. Profil Kesehatan
Provinsi Sumatra Utara.
Soetjiningsih,SpAK (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC
Grove.K.Susan (2015). Textbook Understanding Nursing Research. Edisi 6
Hardinegoro. Reski. Sri.2010 Faktor Terjadinya Dengue Hemorrhagic
Fever.hhtp://ojs.UI.ac.id/index.php/eum.3 mei 2018
Khadijah.N.A. (2017). Gambaran Gejala Klinis Demam Berdarah Dengue.
Diakses 24 April 2018; http://ojs.undud.ac.id
Marni (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:
Erlanga.
Medical Record RS Elisabeth Medan. 2016 Data Pasien DHF Pada Anak: Medical
Record RS Elisabeth Medan.
Noor.N.N. (2008). Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmojo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinika Cipta.
Nursalam (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
Polit F.D, dan Cheryl.T.B. (2013). Textbook of Nursing Research: Generating
And Assesing Evidence For Nursing Practice (ninth Edition) Lippincott
Williams & Wilkin.
Pranata dan Artini (2017). Gambaran Pola Penatalaksanaan Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kesehatan, Volume 6, No. 5. Denpasar: Universitas
Udayana.
Pranata. A.W.I. (2017). Gambaran Pola Penatalaksanaan Demam Berdarah
Dengue. Diakses 28 Januari 2018; http://ojs.unud.ac.id
Pujiyanti.Aryani.dkk. (2008). Pengetahuan, Sikap, dan Prilaku Ibu Rumah
Tangga dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
KutowinagunSalahtiga. Diakses 3 Mei 2018; https://scholar.google.co.id
Ragsanegara.Ardini (2017). Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Demam
Berdarah Dengue di Kota Bandung. Dikases 3 Mei 2018;
https://media.neliti.com
Rohmani.A, dan Anggriani.T. (2017). Kasus Demam Berdarah Dengue. Diakses
3 Mei 2018; http://Jurnal.unimus.ac.id
Sigarlaki.O.J.Herke (2013). Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Ibu terhadap
penyakit DHF. Diakses 3 Mei 2018; http://Jurnal.unimus.ac.id.
Sucipto.T.P. (2015). Fakto-Faktor yang mempengaruhi Kejadian Penyakit
Demam Berdarah. Dikases 28 April 2018; http://neliti.com
Sugiono (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung:
Cv.Alfabeta.
Surharsimi. Arikunto (2013). Metodologi Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipt.
Wahyuni.Dwi.Rosa dan M.Sabir (2010). Karakteristik Penderita Demam
Berdarah Dengue di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo periode Januari-
Desember 2010. Skripsi FKM UMI Makasar.3 Mei 2018
WHO (1997). Derajat Klasifikasi Dengue Hamorrhagic Fever. diakses 28
Januari 2018; http://eprints.undip.ac.id
Widoyono (2008). Penyakit Tropis.Jakarta: Erlangga.
Widyati.A.N.N. (2016). Hubungan Jumlah Hematokrit Dan Trombosit Dengan
Tingkat Keparahan Pasien Demam Dengue. Diakses 29 Februari 2018;
http://ojs.unud.ac.id
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
Wijaya.A.S, dan Putri.M.Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nurha Medika