Download - Statist i k Dae Rah Aceh 2010
STATISTIK DAERAH PROVINSI ACEH 2010
Katalog BPS : 1101002.11
Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman : 86 halaman
Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit: Bidang Integrasi Pengolahan dan Disemenasi Statistik
Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Dicetak Oleh :
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan
publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 yang merupakan edisi
perdana sudah selesai dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Aceh. Penyusunan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh
2010 ini merupakan wujud kepedulian BPS dalam menyediakan data
dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas dalam bentuk
analisis terhadap data-data yang disajikan.
Penerbitan publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 dimaksudkan untuk melengkapi
ragam publikasi statistik yang telah rutin diterbitkan yaitu Aceh Dalam Angka 2010 yang juga
baru saja selesai disusun. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang menggambarkan
tentang kondisi daerah dalam bentuk uraian deskriptif sederhana.
Harapan kami semoga publikasi Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 ini menambah referensi
dan memberikan informasi yang bermanfaat sebagai dasar perencanaan, monitor dan evaluasi
berbagai kegiatan pembangunan di Provinsi Aceh.
Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan publikasi ini kami
ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, dan semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa meridhoi segala usaha kita.
Banda Aceh, Desember 2010 Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh,
Syech Suhaimi, SE, M.Si
Kata Sambutan
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
saya menyambut baik penerbitan publikasi Statistik Daerah yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi dan
kabupaten/kota. Penyusunan publikasi Statistik Daerah ini merupakan
inovasi dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta
penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan visi BPS sebagai “ pelopor data statistik terpercaya untuk
semua “.
Penerbitan publikasi Statistik Daerah dimaksudkan untuk melengkapi ragam publikasi statistik
yang telah tersedia di daerah seperti Daerah Dalam Angka (DDA) yang telah terbit secara rutin
dalam memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang
menggambarkan tentang kondisi daerah dalam bentuk tampilan uraian deskriptif sederhana.
Saya berharap, publikasi Statistik Daerah ini mampu memberikan informasi secara cepat dan
tepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan, monitor dan evaluasi mengenai perkembangan pembangunan di berbagai sektor
serta membantu para pengguna data lainnya dalam memahami kondisi umum daerahnya.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, dan semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita.
Jakarta, Desember 2010 Kepala Badan Pusat Statistik,
DR. Rusman Heriawan
DAFTAR ISI
1. Geografis 1 2. Pemerintahan 3 3. Penduduk 7 4. Ketenagakerjaan 11 5. Pendidikan 15 6. Kesehatan 21 7. Perumahan dan Lingkungan 25 8. Pembangunan Manusia 29 9. Pertanian 35
10. Pertambangan dan Energi 43
11. Industri Pengolahan 45 12. Konstruksi 47 13. Hotel dan Pariwisata 49 14. Transportasi dan Komunikasi 53 15. Perbankan dan Investasi 57 16. Harga-Harga 61 17. Pengeluaran Penduduk 63 18. Perdagangan 65 19. Pendapatan Regional 67 20. Perbandingan Regional 69
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
1
1 LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM
Provinsi Aceh berada pada ujung Utara pulau
Sumatera secara geografis terletak pada lokasi 20-6
0
Lintang Utara dan 950-98
0 Bujur Timur. Luas daratan
Aceh sebesar 57.948,94 km2 yang didominasi oleh
wilayah Aceh pada daratan pulau Sumatera dengan
jumlah pulau keseluruhan sebanyak 119 pulau.
Wilayah terluas daratan Aceh merupakan hutan
belantara yaitu seluas 35.239,25 km2 (60,80% dari
total wilayah Aceh). Hutan Aceh merupakan salah
satu hutan terluas di Indonesia yang menjadi paru-
paru dunia.
Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara
dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah
Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah
Barat dengan Samudera Indonesia. Satu-satunya
hubungan darat hanyalah dengan Provinsi Sumatera
Utara.
Statistik Geografis dan Iklim Provinsi Aceh
Uraian Satuan 2009
Luas km2 57.948,94
Jumlah pulau pulau 119 Kecepatan angin m/s 4,8 Suhu udara rata-rata
0C 25,4 - 28,3
Kelembaban rata-rata % 78,7 Hari hujan hari/tahun 158 Curah hujan mm/tahun 1.576,76 Desa di pesisir desa 678 Desa bukan pesisir desa 5.746 ü desa di lembah/DAS desa 427 ü Desa di lereng desa 1.020 ü Desa di dataran desa 4.299
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010 dan Statistik Indonesia 2009
Peta Provinsi Aceh
Tahukah Anda?
***Luas wilayah Provinsi Aceh sebesar
3,03 % dari luas wilayah Indonesia***
Hutan Aceh merupakan salah satu hutan terluas
Seebesar 60,80% dari total wilayah Aceh merupakan hutan belantara yang merupakan
paru-paru dunia. Sedangkan luas perkebunan sudah mencapai 12,81%
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Komposisi Wilayah Aceh
Menurut Jenis Penggunaan
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 2
Suhu udara-rata tahun 2009 berkisar antara 25,4 0C
sampai dengan 28,3 0C dengan suhu udara tertinggi
terjadi pada bulan Juni dan Juli. Rata-rata penyinaran
matahari sepanjang tahun 2009 berkisar antara 34,8
sampai dengan 69,0 persen dimana pada bulan
Februari, April dan Juni persentase penyinaran
matahari lebih tinggi daripada bulan lainnya.
Kelembaban rata-rata 78,7 persen. Jumlah curah
hujan sepanjang tahun 2009 sebesar 1.576,76 mm
dengan jumlah hari hujan selama 158 hari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, November
dan Desember 2009.
Tingginya curah hujan di Aceh disebabkan oleh
luasnya wilayah penguapan air yang bersumber pada
lautan dan sungai yang pada umumnya berukuran
lebar dengan aliran yang panjang. Terdapat 73 buah
sungai (krueng) yang lebar dan panjang di Aceh
antara lain Krueng Aceh, Krueng Teunom, Krueng
Lamno dan lainnya.
Provinsi Aceh yang berada di ujung Utara Pulau
Sumatera merupakan wilayah yang rawan gempa
bumi, karena berada pada pertemuan dua lempeng
bumi yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia. Lempeng ini sewaktu-waktu akan terjadi
pergeseran dan patahan yang akan menimbulkan
gempa tektonik bahkan gelombang tsunami.
Selama tahun 2009 Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Banda Aceh mencatat telah
terjadi gempa bumi di Aceh sebanyak 1.545 kali
dengan rinciaan sebanyak 1.432 kali pusat gempa di
wilayah Aceh dan 113 kali gempa bumi yang berpusat
di luar wilayah Aceh.
Intensitas gempa di Aceh tahun 2009 mengalami
penurunan dibanding tahun 2008 yang mencapai
jumlah 2.206 kali dengan jumlah gempa yang
berpusat di Aceh sebanyak 2.104 kali dan sebanyak
102 kali gempa dengan pusat di luar wilayah Aceh.
1
Tahukah Anda?
***Wilayah Indonesia dikelilingi oleh
tiga lempeng dunia yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Pasifik***
Perkembangan Suhu Rata-rata dan Rata-rata Penyinaran Matahari
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
BMKG Banda Aceh mencatat terjadi gempa bumi sebanyak 1.545 kali ; sebanyak 1.432 kali
pusat gempa di wilayah Aceh dan 113 kali berpusat di luar wilayah Aceh.
Wilayah Aceh sangat rawan gempa bumi
Jembatan diatas Krueng Aceh
LETAK GEOGRAFIS DAN IKLIM
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
3
2 PEMERINTAHAN
Sejarah pemerintahan Aceh dimulai sejak berdirinya
kerajaan Peureulak dan Pasai di pesisir Utara ujung
pulau Sumatera. Pada zaman Sultan Ali
Mughayatsyah, pemerintahan kerajaan dipusatkan di
Bandar Aceh (sekarang Banda Aceh) dengan wilayah
pemerintahan meliputi sebagian besar pantai Barat
dan Timur Sumatera.
Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada
masa kesultanan Iskandar Muda pada permulaan
abad ke-17 Masehi.
Wilayah Administrasi
Wilayah administrasi kabupaten/kota di Provinsi
Aceh telah mengalami beberapa kali pemekaran. Hal
ini kemungkinan sebagai konsekuensi dari berlakunya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah yang mulai efektif diterapkan pada
tahun 2001. Eforia pemekaran wilayah menjadi
sebuah daerah otonomi provinsi atau kabupaten/kota
terjadi di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2000 jumlah kabupaten/kota di Provinsi
Aceh masih sebanyak 10 kabupaten/kota. Tahun
2002 terjadi pemekaran wilayah menjadi 20
kabupaten/kota. Setahun kemudian yaitu tahun 2003
kembali terjadi pemekaran menjadi 21
kabupaten/kota, dan pemekaran wilayah terakhir
terjadi pada tahun 2007 menjadi 23 kabupaten/kota.
Jumlah kecamatan sebanyak 276 kecamatan terdiri
dari 6.423 desa (gampong). Di Aceh juga terdapat
wilayah mukim sebanyak 755 mukim yang merupakan
wilayah pemerintahan berada diatas desa.
Lambang Daerah Provinsi Aceh
Dalam waktu 7 tahun wilayah administrasi Aceh bertambah 130 persen
Pada tahun 2000 Provinsi Aceh terdiri dari 10 Kabupaten/Kota dan pada tahun 2007
dimekarkan menjadi 23 Kabupaten/Kota
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Jumlah Desa/Gampong Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2010
Tahukah Anda?
*** Di Aceh “Gampong” adalah sebutan
untuk Desa dan “Geuchik” adalah sebutan
untuk Kepala Desa ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 4
Kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah
administrasi dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebanyak 852 desa atau 13,26 persen dari jumlah desa di Aceh. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah desa sebanyak 727 desa (11,38%). Sedangkan wilayah yang mempunyai jumlah desa yang paling sedikit yaitu Kota Sabang 18 desa (0,28%).
Aparatur Pemerintahan
Pada tanggal 11 Desember 2006 telah dilaksanakan
pemilihan kepala daerah secara langsung untuk
memilih pasangan gubernur dan wakil gubernur
Provinsi Aceh. Drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan
Muhammad Nazar, S.Ag sebagai salah satu
pasangan peserta pemilu dari calon independen
meraih suara terbanyak dan terpilih menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012. Pada
tanggal 8 Februari 2007 pasangan ini resmi dilantik
oleh Menteri Dalam Negeri M. Ma’ruf menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang pertama
dari hasil pemilihan langsung oleh rakyat Aceh.
Pemilihan umum (pemilu) secara langsung pada
tanggal 9 April 2009 yang mengikutsertakan partai
lokal telah menghasilkan komposisi wakil rakyat yang
duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)
berbeda dari hasil pemilu sebelumnya. Partai Aceh
(PA) sebagai partai lokal mendominasi perolehan
kursi wakil rakyat di DPRA periode 2009-2014 yaitu
sebanyak 33 orang (47,83%) dari total 69 orang.
Sisanya berasal dari Partai Demokrat (10 orang)
Partai Golkar (8 orang), PAN (5 orang), PPP (4
orang), PKS (4 orang), PBB, PKB, Partai Patriot,
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai
Daulat Atjeh masing-masing satu orang.
2
Jumlah Anggota DPRA Menurut Asal
Partai Politik Tahun 2009-2014
Sumber : Sekretariat DPRA
Proses Penghitungan suara di TPS pada PEMILU
Legislatif tanggal 9 April 2009
Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terplih
pada tanggal 8 Februari 2007
PEMERINTAHAN
Partai Lokal mengalahkan partai Nasional
Hasil pemilu legislatif tanggal 9 April 2009 telah menghantarkan Partai Aceh yang
merupakan partai Lokal sebagai pemenang dengan wakil di DPRA sebanyak 47,83 persen
Tahukah Anda?
***Pemilu Legislatif tahun 2009 diikuti
oleh 38 Partai Nasional dan 6 Partai
Lokal ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
5
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009
Pada tahun 2008 Aceh memiliki Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebanyak 144.950 orang, terjadi penambahan
sebanyak 8.862 orang (naik 6,51%) dibanding kondisi
tahun 2007 yang jumlahnya sebanyak 136.088 orang.
Jumlah PNS perempuan lebih banyak dibandingkan
laki-laki pada tahun 2007 maupun 2008. Penambahan
jumlah PNS perempuan juga lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, yaitu PNS perempuan
bertambah 10,21 persen dan laki-laki bertambah 2,60
persen. Akibatnya komposisi PNS laki-laki dan
perempuan pada tahun 2008 menjadi 53,17 persen
perempuan dan 46,83 persen laki-laki.
Untuk jumlah PNS Daerah pada pemerintahan
Provinsi Aceh beserta Satuan Kerja Perangkat
Daerah Aceh (SKPA) dibawahnya pada tahun 2009
terdapat sebanyak 8.651 orang. Sebagian besar
merupakan PNS golongan III (58,09 persen) dan
golongan II (32,85 persen. Sedangkan PNS dengan
golongan IV sebanyak 7,25 persen dan PNS
golongan I paling sedikit yaitu 1,81 persen.
Keuangan Daerah
Untuk pembiayaan pembangunan yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh
(APBA), Pemerintah Aceh pada tahun anggaran 2008
memiliki dana sebesar 9,73 triliun rupiah. Anggaran
sebesar itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar 716,29 milyar rupiah (7,36%),
pendapatan transfer (Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus, dll) sebesar
6,19 triliun rupiah (63,67%), dan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun 2007 sebesar
2,82 triliun rupiah (28,97%).
2 Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
2007 66.164 69.924 136.088
2008 67.886 77.064 144.950
% Perubahan 2,60 10,21 6,51
Jumlah PNS di Provinsi Aceh
Tahun 2007-2008
Jumlah PNS Daerah di Pemerintahan
Provinsi Aceh Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009
Sumber Pendapatan dalam
APBA Tahun 2008
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Tahukah Anda?
***Bagian terbesar dari penerimaan transfer 6,19 triliun rupiah adalah komponen Dana Otonomi Khusus sebesar 3,59 triliun rupiah (57,95%)***
PEMERINTAHAN
Jumlah PNS perempuan lebih banyak dari PNS laki-laki
Pada tahun 2008 jumlah PNS yang mengabdi di Provinsi Aceh sebanyak 67.886 orang
laki-laki dan 77.064 orang perempuan
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 6
2
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009
Alokasi Pembiayaan Pembangunan
APBA Tahun 2008
Walaupun anggaran yang tersedia pada tahun 2008
sebesar 9,73 triliun rupiah, realisasi belanja daerah
pada tahun tersebut hanya sebesar 5,72 triliun rupiah
atau sekitar 58,79 persen. Sehingga pada tahun 2008
terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
sebesar 4,01 triliun rupiah yang akan digunakan
sebagai penerimaan pembiayaan pada tahun
anggaran 2009.
Realisasi pembiayaan pembangunan pada tahun
anggaran 2008 sebesar 5,72 triliun rupiah didominasi
oleh belanja modal sebesar 45,66 persen, belanja
barang 26,92 persen dan belanja pegawai 11,21
persen. Sisanya sebesar 16,21 persen merupakan
belanja bantuan sosial, belanja hibah dan transfer ke
kabupaten/kota (bagi hasil pajak dan bagi hasil
pendapatan lainnya).
PAD
Pendapatan Asli Daerah/Pendapatan Asli Aceh
(PAA) merupakan salah satu komponen penerimaan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh
(APBA). Penerimaan PAA mengalami peningkatan
setiap tahunnya bahkan PAA 2008 mengalami
peningkatan sebesar 50,19 persen dibandingkan
tahun 2007 yaitu dari 476,91 milyar rupiah menjadi
716,29 milyar rupiah.
PAA terdiri dari lima komponen penerimaan yaitu
Pajak Aceh, Retribusi Aceh, Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan
Hasil Penyertaan Modal Aceh, Zakat/Infaq, serta Lain-
lain Pendapatan Asli Aceh yang Sah.
Komponen PAA terbesar pada tahun 2008 berasal
dari Pajak Aceh yaitu sebesar 464,32 milyar rupiah
atau sekitar 64,82 persen dari total PAA. Kemudian
dari komponen Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang
Sah sebesar 158,86 milyar rupiah (22,18%).
Sedangkan sisanya terdiri dari tiga komponen
penerimaan masing-masing kurang dari 10 persen.
PEMERINTAHAN
Anggaran pembangunan Aceh tahun 2008 masih tersisa
Pada tahun anggaran 2008 realisasi belanja pembangunan Aceh mencapai 58,79 persen
sehingga masih tersisa dana sebesar 4,01 triliun rupiah.
Komposisi Pendapatan Asli Aceh
Tahun 2008
Sumber : Aceh Dalam Angka 2009
Catatan :
A. Pajak Aceh
B. Retribusi Aceh
C. Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Aceh yang dipisahkan dan
Hasil Penyertaan Modal Aceh
D. Zakat/Infaq
E. Lain-lain Pendapatan Asli Aceh yang
Sah
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
7
Penduduk
Penduduk merupakan pelaku dalam proses
pembangunan sekaligus sebagai objek yang akan
menikmati hasil pembangunan tersebut. Oleh
karenanya penduduk yang berkualitas merupakan
sumber daya yang tidak ternilai dalam peroses
membangun suatu bangsa. Sedangkan penduduk
yang tidak berkualitas akan menjadi beban dalam
proses pembangunan, karena bisa jadi akan
menimbulkan berbagai permasalahan sosial seperti
pengangguran, kemiskitan dan kriminalitas.
Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah bersama penduduknya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan akses penduduk terhadap pendidikan,
kesehatan, layanan keluarga berencana/berkualitas
(KB), program subsidi terhadap komoditi strategis,
bantuan langsung terhadap penduduk miskin dan
sebagainya merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000
jumlah penduduk di Provinsi Aceh tercatat sebanyak
4,07 juta jiwa. Kemudian setiap tahun mengalami
penambahan jumlah penduduk sehingga pada tahun
2009 diperkirakan jumlah penduduk Aceh sebanyak
4,36 jiwa atau memberikan kontribusi sebesar 1,89
persen terhadap total penduduk Indonesia.
Pada periode 2000-2009 penduduk Aceh rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 0,77 persen setiap
tahunnya. Angka ini masih dibawah rata-rata Nasional
sebesar 1,35 persen. Rendahnya laju pertumbuhan
penduduk Aceh periode tersebut disebabkan oleh
penurunan jumlah penduduk secara dramatis pada
akhir 2004 saat gempa bumi dan gelombang tsunami
menerjang wilayah Aceh dan menelan sekitar 200 ribu
korban jiwa manusia. Namun secara kondisi normal,
rata-rata laju pertumbuhan penduduk Aceh juga tidak
terlalu tinggi yaitu sekitar 1,62 persen pertahun.
PENDUDUK
Pertambahan penduduk Aceh masih dibawah rata-rata Nasional
Pada periode 2000-2009 rata-rata penduduk Aceh bertambah 1,17 persen setiap tahun,
lebih rendah dari angka Nasional yang mencapai 1,35 persen per tahun
Catatan:
1 Hasil Sensus Penduduk 2000
2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005
3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus
Penduduk Aceh
Beberapa Indikator Kependudukan
Provinsi Aceh
3
Sumber: Statistik Indonesia 2009
Uraian 20001
20052
20083
20093
(1) (2) (3) (4) (5)
Jumlah penduduk (ribu) 4.073,0 4.031,6 4.293,9 4.363,5
Rasio jenis kelamin 101,0 99,0 99,0 99,1
Jumlah rumah tangga 921,9 898,8 957,0 972,5
Rata-rata banyaknya
anggota rumah tangga4,4 4,5 4,5 4,5
Kepadatan penduduk per
km2 72 68 74 75
Persentase terhadap
penduduk Indonesia1,92 1,86 1,88 1,89
1990-
2000
2000-
2005
2000-
2008
2000-
2009
Laju pertumbuhan
penduduk (%)1,46 (0,20) 0,66 0,77
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 8
Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan atau
rasio jenis kelamin pada tahun 2009 sebesar 99,1
artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
hampir seimbang yaitu setiap 1.000 orang perempuan
terdapat 991 orang laki-laki. Secara Nasional juga
menunjukkan jumlah laki-laki dan perempuan yang
hampir sama dengan rasio jenis kelamin sebesar
100,2 atau setiap 1.000 orang perempuan terdapat
1.002 orang laki-laki.
Jumlah rumah tangga tahun 2009 diperkirakan
sebanyak 973 ribu rumah tangga dengan rata-rata
anggota rumah tangga sebesar 4,5 jiwa per rumah
tangga. Jumlah rata-rata anggota rumah tangga di
Aceh sedikit lebih besar dibandingkan dengan rata-
rata Nasional yang besarnya 4,0 jiwa per rumah
tangga. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk melihat
beban tanggungan setiap rumah tangga secara sosial
ekonomi.
Tingkat kepadatan penduduk per luas wilayah
administrasi juga menjadi ukuran besarnya tanggung
jawab pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi
penduduknya serta kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup. Wilayah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai
permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan.
Pada tahun 2009 tingkat kepadatan penduduk Aceh
sebesar 75 jiwa/km2, masih jauh dibawah rata-rata
Nasional yang mencapai angka 124 jiwa/km2. Namun
kondisi tersebut tidak merata untuk keseluruhan
wilayah kabupaten/kota. Kota Banda Aceh
merupakan wilayah terpadat di Provinsi Aceh dengan
tingkat kepadatan sebesar 3.459 jiwa/km2.
3
Piramida penduduk Aceh tahun 2009
Laki-laki
Perempuan
Tingkat Kepadatan Penduduk Aceh
dan Nasional
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010 dan Statistik
Indonesia 2009
PENDUDUK
Aceh masih mempunyai wilayah yang sangat luas untuk penduduknya
Pada tahun 2009, setiap satu kilometer persegi wilayah Aceh ditempati oleh 77 orang penduduk.
Secara Nasional, setiap satu kilometer persegi wilayah Indonesia dihuni oleh 124 orang penduduk
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tahukah Anda?
*** Penduduk perempuan berpeluang
lebih lama hidup dibandingkan
penduduk laki-laki***
Sumb Aceh Dal A ka 2010 da Statistik
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
9
Struktur penduduk Aceh tahun 2009 dapat dilihat dari
piramida penduduk. Dasar piramida yang lebih sempit
dibanding bagian atasnya bisa memberikan indikasi
tingkat fertilitas/jumlah kelahiran yang semakin
menurun, namun juga bisa memberikan indikasi
masih tingginya angka kematian balita (0-4 tahun).
Untuk itu perlu ukuran statistik lainnya seperti angka
kematian bayi (infant mortality rate).
Sedangkan struktur penduduk kelompok usia tua
memberikan gambaran jumlah perempuan lebih
banyak dari laki-laki. Indikasi ini memberikan
informasi bahwa perempuan mempunyai angka
harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Sedangkan komposisi penduduk menurut usia
produktif dan tidak produktif memberikan gambaran
tentang beban tanggungan. Persentase penduduk
Aceh usia produktif tahun 2009 sebesar 65,21 persen.
Dari data tersebut diperoleh angka beban
ketergantungan penduduk Aceh tahun 2009 sebesar
53,35 persen. Artinya setiap 100 orang penduduk usia
produktif terdapat 53 orang penduduk tidak produktif
yang secara ekonomis ditanggung oleh penduduk
produktif.
Penduduk Kabupaten/Kota
Kabupaten Aceh Utara merupakan wilayah
administrasi dengan jumlah penduduk yang paling
banyak yaitu sebanyak 532.537 jiwa atau 12,20
persen dari jumlah penduduk Aceh tahun 2009.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah
penduduk sebanyak 386.053 jiwa (8,85%) dan
Kabupaten Bireuen sebanyak 359.032 jiwa (8,23%).
Sedangkan wilayah yang mempunyai penduduk
paling sedikit yaitu Kota Sabang sebanyak 29.184
jiwa (0,67%) dan Kota Subulussalam sebanyak
66.451 jiwa (1,52%).
Jumlah Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2009
3 Komposisi Penduduk Aceh Menurut
Kelompok Umur Tahun 2009
Sumber : Susenas 2009
PENDUDUK
Distribusi penduduk antar kabupaten/kota tahun 2009 sangat timpang
Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara sebesar 533 ribu jiwa dan paling sedikit di Kota
Sabang sebanyak 29 ribu jiwa sehingga rentang distribusi penduduk sebesar 504 ribu jiwa
Sumber : Susenas 2009
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 10
Walaupun rata-rata pertumbuhan penduduk Aceh
periode 2008-2009 sebesar 1,62 persen, namun
sangat bervariasi menurut kabupaten/kota. Bahkan
terdapat dua daerah dengan pertumbuhan negatif
atau terjadi penurunan jumlah penduduk yaitu Kota
Banda Aceh sebesar -2,61 persen dan Kota Sabang
sebesar -0,13 persen. Sedangkan pertumbuhan
tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Jaya yaitu sebesar
9,67 persen.
Tingkat kepadatan penduduk Aceh pada tahun 2009
secara rata-rata setiap satu km2 luas wilayah dihuni
oleh 75 orang penduduk. Namun menurut
kabupaten/kota kepadatan penduduk sangat
bervariasi yaitu terendah berada di Kabupaten Gayo
Lues sebesar 13 jiwa/km2, dan terpadat penduduknya
berada di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 3.459
jiwa/km2. Jika dikelompokkan, sebanyak 13
kabupaten/kota mempunyai tingkat kepadatan
penduduk kurang dari 100 jiwa/km2, 6 kabupaten/kota
dengan tingkat kepadatan antara 100-200 jiwa/km2,
dan hanya 4 kabupaten/kota dengan tingkat
kepadatan lebih dari 200 jiwa/km2.
Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan
usia perkawinan pertama pada perempuan
merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi
penurunan tingkat fertilitas, karena berdampak
memperpendek masa reproduksi mereka. Perempuan
yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko
terhadap keselamatan ibu maupun anak. Dengan
memberi kesempatan kepada perempuan untuk
bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda
usia perkawinan bagi seorang perempuan.
Dari total penduduk perempuan yang pernah
menikah masih terdapat 8,64 persen menikah pada
usia dini yaitu 15 tahun atau kurang. Sedangkan
mayoritas usia perkawinan pertama adalah 19-24
tahun (45,59%).
Kabupaten/ Kota
Pertumbuhan Penduduk 2008-2009
(%)
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
(1) (2) (3)
Simeulue 0,68 40 Aceh Singkil 2,23 39 Aceh Selatan 2,48 56 Aceh Tenggara 0,87 42 Aceh Timur 2,35 56 Aceh Tengah 3,71 44 Aceh Barat 3,33 54 Aceh Besar 0,86 105 Pi d i e 1,49 135 Bireuen 0,41 189 Aceh Utara 2,86 165 Aceh Barat Daya 1,39 53 Gayo Lues 0,50 13 Aceh Tamiang 0,76 125 Nagan Raya 0,87 32 Aceh Jaya 9,67 22 Bener Meriah 1,70 79 Pidie Jaya 3,39 236 Banda Aceh -2,61 3.459 Sabang -0,13 191 Langsa 0,11 535 Lhokseumawe 0,30 879 Subulussalam 3,42 66
Aceh 1,62 75
3 Laju Pertumbuhan Penduduk
dan Kepadatan Tahun 2009
Persentase perempuan pernah kawin
menurut umur perkawinan pertama, 2009
Sumber : Inkesmas 2010
PENDUDUK
Perempuan Aceh yang menikah pada usia dini masih cukup tinggi
Pada tahun 2009, sebanyak 8,64 persen dari total penduduk perempuan yang pernah kawin
melangsungkan perkawinan pertama pada usia 10-15 tahun
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
11
Angkatan Kerja
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya
sumber daya manusia. Tenaga kerja manusia sebagai
salah satu faktor produksi sangat menentukan dalam
perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang banyak
namun tidak berkualitas justru akan memberikan
tingkat produktivitas yang rendah yang pada akhirnya
memperlambat pertumbuhan perekonomian.
Berdasarkan konsep ketenagakerjaan yang
digunakan di Indonesia, penduduk memasuki usia
kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau
lebih. Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang
sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Sedangkan
bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga
atau lainnya (sakit, cacat, dan orang yang tidak
memungkinkan untuk bekerja).
Pada tahun 2009 di Aceh terdapat sebanyak 1,89 juta
angkatan kerja atau tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) sebesar 62,50 persen dari total penduduk
usia 15 tahun keatas. Jumlah ini mengalami
penambahan sekitar 104 ribu orang (5,83%)
dibanding tahun 2008 dimana jumlah angkatan
kerjanya mencapai 1,79 juta orang.
Dari 1,89 juta angkatan kerja terdapat 1,73 juta orang
penduduk bekerja (91,29%) dan sisanya 165 ribu
orang (8,71%) masih menjadi pengangguran (tingkat
pengangguran terbuka/TPT). Secara persentase
terjadi penurunan jumlah pengangguran tahun 2009
dibanding tahun 2008 dimana jumlah
penganggurannya mencapai 9,56 persen. Secara
nominal jumlah pengangguran tahun 2009 juga
mengalami penurunan sebanyak 6 ribu orang (3,53%)
dari 171 ribu orang menjadi 165 ribu orang.
4 KETENAGAKERJAAN
Pengangguran di Aceh berkurang
Pada tahun 2009 jumlah pengangguran sebanyak 165 ribu orang, sedangkan tahun 2008
sebanyak 171 ribu orang, terjadi pengurangan sebanyak 6 ribu orang
Angkatan kerja laki-laki
Beberapa Indikator Ketenakakerjaan
Provinsi Aceh Tahun 2008-2009
Angkatan kerja laki-laki
Pelatihan terhadap angkatan kerja perempuan
Uraian 2008 2009
1. Angkatan Kerja (000) 1.793 1.898
- Bekerja 1.622 1.733
- Pengangguran 171 165
2. Bukan Angkatan Kerja (000) 1.180 1.139
3. TPAK (%) 60,32 62,50
4. TPT (%) 9,56 8,71
Sumber: Inkesmas 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 12
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut jenis
kelamin lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki.
TPT perempuan tahun 2009 sebesar 10,74 persen,
mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yang
besarnya 13,97 persen. Sedangkan TPT laki-laki
tahun 2009 sebesar 7,52 persen, justru mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 7,11 persen.
Berdasarkan perbandingan jenis kelamin, dari 1,73
juta penduduk Aceh yang bekerja tahun 2009,
sebanyak 63,85 persen adalah laki-laki dan sisanya
36,15 adalah perempuan. Data ini memberikan
gambaran ternyata cukup banyak perempuan yang
bekerja di Aceh, ikut mencari nafkah bagi
keluarganya.
Sedangkan dari 165 ribu orang pengangguran,
sebanyak 54,22 persen laki-laki dan 45,78 persen
perempuan. Ternyata jumlah penganggur laki-laki
dan perempuan hampir sama. Hal ini membutuhkan
perhatian serius pemerintah dalam penyediaan
lapangan kerja, sehingga tidak hanya penganggur
laki-laki saja yang terserap dipasar kerja, melainkan
perempuan juga.
Persentase penduduk yang bekerja menurut
kelompok umur lima tahunan pada umumnya hampir
merata untuk setiap kelompok, kecuali pada kelompok
umut 15-19 tahun yaitu sebanyak 4,27 persen dari
1,73 juta penduduk yang bekerja.
Sedangkan struktur umur pengangguran lebih banyak
pada kelompok umur dibawah 30 tahun, yaitu umur
15-19 tahun sebanyak 21,83 persen, umur 20-24
tahun sebanyak 39,34 persen dan umur 25-29 tahun
sebanyak 18,55 persen. Tingginya persentase
pengangguran pada kelompok umur tersebut
disebabkan karena mereka baru menamatkan jenjang
pendidikan dan masih dalam tahap mencari
pekerjaan. Namun tidak tertutup kemungkinan
pengangguran tersebut disebabkan oleh tingkat
pendidikan dan keahlian yang kurang memadai.
4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tahun 2008-2009
Persentase angkatan kerja, bekerja
dan pengangguran tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Persentase Penduduk Bekerja dan
Penganggur Tahun 2009
KETENAGAKERJAAN
Lebih sepertiga penduduk yang bekerja adalah perempuan
Pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja sebanyak 1,73 juta orang, yang terdiri dari 63,85 persen
laki-laki dan 36,15 persen perempuan
Kelompok Umur Bekerja Penganggur
15-19 4,27 21,83
20-24 12,26 39,34
25-29 14,37 18,55
30-34 13,97 8,63
35-39 13,57 5,20
40-44 11,06 2,82
45-49 9,42 2,05
50-54 7,74 0,92
55+ 13,35 0,67
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
13
Pada umumnya penduduk yang bekerja pernah
bersekolah, namun masih mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah. Jumlah penduduk yang
bekerja dengan tingkat pendidikan tidak pernah
bersekolah hanya sebesar 3,25 persen. Sedangkan
penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan tidak
tamat Sekolah Dasar sebanyak 13,89 persen.
Kemudian persentase penduduk bekerja dengan
tingkat pendidikan SD/sederajat sampai
SMU/sederajat hampir sama yaitu berkisar antara 21-
27 persen. Sementara pekerja dengan pendidikan
yang tinggi jumlahnya masih rendah yaitu sekitar 10
persen. Data tersebut memberikan informasi bahwa
tingkat pendidikan pekerja di Aceh masih rendah.
Sedangkan penduduk yang mengganggur hampir 90
persen mempunyai pendidikan SMU/sederajat atau
lebih rendah. Penanggur dengan ijazah
SMU/sederajat sendiri mencapai 51,19 persen. Hanya
10,29 persen pengangguran dengan tingkat
pendidikan diploma atau sarjana.
Jumlah Jam Kerja
Jumlah jam kerja dalam seminggu menentukan status
pekerja apakah termasuk dalam pekerja dengan
jumlah jam kerja normal atau masih dibawah normal.
Jam kerja normal menurut konsep BPS adalah jika
bekerja selam 35 jam atau lebih dalam seminggu. Jika
bekerja dibawah jam kerja normal lebih sering disebut
dengan setengah pengangguran. Disamping itu
jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal juga bisa
memberikan indikasi tingkat produktivitas pekerja
yang rendah.
Pada tahun 2009 persentase penduduk yang bekerja
dengan jumlah jam kerja normal sebanyak 54,62
persen dari 1,73 juta penduduk Aceh yang bekerja.
Sisanya bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah 35
jam dalam satu minggu yaitu antara 15-34 jam
sebanyak 36,27 persen, selama 1-14 jam sebanyak
7,35 persen dan sementara tidak bekerja (0 jam)
sebanyak 1,76 persen.
4 Persentase Penduduk Bekerja dan
Pengangguran Menurut Tingkat
Pendididkan Tahun 2009
Persentase Penduduk Bekerja Menurut
Jumlah Jam Kerja dalam Seminggu
Tahun 2009
Sumber : Inkesmas 2010
Sumber : Inkesmas 2010
Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka
peningkatan produktivitas petani
KETENAGAKERJAAN
Masih banyak penduduk yang bekerja dibawah jam kerja normal
Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau lebih
dalam seminggu mencapai 54,62 persen, sisanya masih dibawah 35 jam dalam seminggu
Tingkat Pendidikan Bekerja Penganggur
1. Tidak sekolah 3,25 0,32
2. Tidak tamat SD 13,89 4,87
3. SD/sederajat 24,28 13,50
4. SMP/sederajat 21,67 19,83
5. SMU/sederajat 26,49 51,19
6. Diploma/sarjana 10,42 10,29
Jumlah 100,00 100,00
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 14
Lapangan Usaha
Pertanian secara umum merupakan lapangan usaha
yang paling banyak ditekuni masyarakat Aceh. Pada
tahun 2008 dan 2009 hampir separuh dari jumlah
penduduk yang bekerja menggantungkan nafkahnya
pada lapangan pertanian yaitu pertanian tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan. Persentase yang bekerja di pertanian pada
tahun 2009 juga meningkat dibandingkan tahun 2008
yaitu dari 48,47 persen menjadi 48,89 persen.
Informasi ini memberikan gambaran bahwa sektor
pertanian masih menjadi andalan masyarakat Aceh
sehingga pemerintah juga harus memberikan
perioritas pada sektor pertanian dalam menyusun
perencanaan pembangunan.
Jasa kemasyarakaatan, sosial dan perorangan
merupakan lapangan usaha kedua terbanyak
menjadi pilihan penduduk dalam bekerja. Sebanyak
19,13 persen penduduk bekerja pada sektor ini pada
tahun 2009. Jumlah ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercatat
sebanyak 17,43 persen.
Kemudian sektor perdagangan, rumah makan dan
jasa akomodasi sebanyak 15,26 persen, sedikit
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 15,59
persen. Jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha lainnya pada tahun 2009 masih
dibawah 10 persen.
Status Pekerjaan
Sebagian besar status pekerjaan penduduk Aceh
yang bekerja pada tahun 2009 adalah sebagai
“buruh/karyawan/pegawai”, yaitu mencapai 31,44
persen. Kemudian yang berstatus “bekerja sendiri”
sebanyak 20,54 persen, “berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tidak dibayar” sebesar 19,14 persen, dan
“pekerja keluarga/tidak dibayar” sebesar 19,14
persen. Sedangkan status pekerjaan lainnya masih
dibawah 5 persen.
4 Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha
Sumber : Inkesmas 2010
Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan Tahun 2009
Sumber : Susenas 2009
KETENAGAKERJAAN
Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja
Jumlah pekerja di sektor pertanian tahun 2009 mencapai 48,89 persen, sedikit meningkat dibanding
tahun 2008 yang mencapai 48,47 persen
Uraian 2008 2009
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan 48,47 48,89
Pertambangan dan Penggalian0,53 0,62
Industri5,35 4,66
Listrik, Gas, dan Air0,17 0,23
Konstruksi6,40 6,09
Perdagangan,Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi 15,59 15,26
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi 5,48 4,50
Lembaga Keuangan, Real Estate,
Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,58 0,62
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan 17,43 19,13
Jumlah 100,00 100,00
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
15
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan
peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam
membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat
pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi
pembangunan pendidikan secara formal maupun non-
formal.
Dunia pendidikan di Provinsi Aceh masih
menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah
keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan
yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang
kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara telah
dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan
mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan
dapat menciptakan lulusan yang lebih berkualitas
yang dapat meningkatkan mutu sumber daya
manusia.
Jumlah Sekolah
Pada tahun ajaran 2009/2010 di Provinsi Aceh
terdapat sekolah umum menurut tingkatan dengan
rincian SD negeri sebanyak 3.140 sekolah ditambah
136 SD swasta, SLTP negeri sebanyak 692 sekolah
ditambah 135 SLTP swasta, SMU negeri sebanyak
273 sekolah ditambah 93 SMU swasta, dan SMK
negeri sebanyak 78 sekolah serta SMK swasta
sebanyak 34 sekolah. Keseluruhan sekolah tersebar
di 23 kabupaten/kota se Provinsi Aceh.
Sedangkan untuk sekolah agama pada tahun ajaran
2009/2010 terdapat Madrasah Ibtida’iyah (MI) Negeri
sebanyak 433 sekolah dan 137 MI Swasta. Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Negeri sebanyak 109 sekolah dan
234 MTs Swasta. Madrasah Aliyah (MA) Negeri
sebanyak 68 sekolah dan 128 MA Swasta. Untuk
sekolah agama pada tingkatan MTs dan MA jumlah
sekolah berstatus swasta lebih banyak daripada
sekolah berstatus negeri.
5 PENDIDIKAN
Dunia pendidikan di Aceh masih menghadapi banyak masalah
Keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang
kurang berkualitas merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan di Aceh
Salah satu bangunan sekolah di Aceh Salah satu bangunan sekolah di Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Keadaan Sekolah Umum di Aceh
Tahun 2009/2008
Keadaan Sekolah Agama di Aceh
Tahun 2009/2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Skolah Kelas Guru Murid
SD Negeri 3.140 20.826 42.979 500.787
SD Swasta 136 741 1.258 15.690
SMP Negeri 692 6.816 16.922 184.151
SMP Swasta 135 589 1.751 15.926
SMU Negeri 273 4.050 11.956 124.743
SMU Swasta 93 579 3.259 16.336
SMK Negeri 78 1.718 2.996 25.779
SMK Swasta 34 347 821 5.156
Jenjang Sekolah
Jumlah
Skolah Kelas Guru Murid
MI Negeri 433 3.701 6.093 104.115
MI Swasta 137 727 5.187 13.761
MTs Negeri 109 1.299 2.529 44.831
MTs Swasta 234 910 5.187 29.406
MA Negeri 68 771 1.541 28.210
MA Swasta 128 500 2.731 14.705
Jenjang Sekolah
Jumlah
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
16
Rasio Murid-Guru
Rasio murid guru merupakan salah satu indikator
terukur untuk mengetahui rata-rata beban tanggung
jawab satu orang guru terhadap anak didiknya. Rasio
murid guru adalah perbandingan jumlah guru
terhadap jumlah murid. Semakin besar nilai rasio,
semakin berat beban tanggung jawab guru dalam
proses belajar mengajar.
Rasio murid terhadap guru pada sekolah umum
jenjang pendidikan SD Negeri sebesar 12 dan SD
Swasta sebesar 13, SMP Negeri sebesar 11 dan SMP
Swasta sebesar 9, SMU Negeri sebesar 10 dan SMU
Swasta sebesar 5, SMK Negeri sebesar 9 dan SMK
Swasta sebesar 6. Sedangka rasio murid terhadap
guru pada sekolah agama pada umumnya lebih besar
pada sekolah/madrasah negeri dibandingkan sekolah
swasta.
Rasio Murid-Rombel, Guru-Rombel
Rasio murid terhadap rombongan belajar (rombel)
menunjukkan rata-rata jumlah murid untuk setiap
rombel (kelas). Semakil besar angkanya maka
semakin berat beban kelas, proses belajar mengajar
tidak efektif karena terlalu banyak murid dalam satu
kelas, yang bisa jadi ruangan kelas juga tidak
memadai. Sedangkan rasio guru terhadap rombel
menjadi ukuran ketersediaan guru untuk setiap
rombel.
Pada sekolah umum rasio murid-rombel tertinggi
pada SMU Negeri yaitu sebesar 31, dan pada sekolah
agama rasio diatas 30 terdapat pada MTs Negeri,
MTs Swasta dan MA Negeri.
Sedangkan untuk rasio Guru-Rombel pada umumnya
setiap rombel terdapat 2 sampai 3 orang guru, kecuali
pada SMU Swasta sebesar 6, dan pada sekolah
agama swasta. Artinya pada sekolah swasta pada
umumnya ketersediaan jumlah guru untuk setiap
rombel lebih banyak dibandingkan pada sekolah
negeri.
5 Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan
Guru-Rombel pada Sekolah Umum
Tahun 2009/2010
Rombel = Rombongan Belajar (Kelas) Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Rasio Murid-Guru, Murid-Rombel dan
Guru-Rombel pada Sekolah Agama
Tahun 2009/2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber Foto: Aceh Desain
PENDIDIKAN
Rata-rata jumlah murid dalam satu rombongan belajar masih tinggi
Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,
pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
17
Angka Melek Huruf
Angka melek huruf (AMH) sering digunakan sebagai
indikator keberhasilan pembangunan dibidang
pendidikan, karena dapat merefleksikan out come
pelaksanaan pendidikan dasar di suatu daerah.
Disamping itu, AMH dapat dijadikan alat ukur
keberhasilah program-program pengentasan buta
huruf, kemampuan penduduk menyerap informasi dari
berbagai media, dan kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka melek
huruf dihitung berdasarkan persentase penduduk usia
15 tahun keatas yang mampu membaca dan menulis
huruf latin atau huruf lainnya.
Capaian AMH Provinsi Aceh dua tahun terakhir sudah
cukup baik yaitu 96,20 persen pada tahun 2008,
kemudian naik menjadi 96,39 persen pada tahun
2009. Angka ini merefleksikan jumlah penduduk usia
15 tahun atau lebih yang bisa membaca dan menulis
serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
Angka Melek Huruf (AMH) kabupaten/kota pada
tahun 2009 sudah menunjukkan kondisi yang lebih
baik walaupun masih ada beberapa kabupaten/kota
dengan AMH yang masih rendah. Masih terdapat 8
kabupaten/kota dengan AMH dibawah rata-rata
provinsi dan selebihnya sudah berada diatas rata-rata
provinsi.
Kabupaten dengan AMH tertinggi adalah Kota
Lhokseumawe yaitu sebesar 99,22 persen,
sedangkan terendah adalah Kabupaten Gayo Lues
sebesar 86,97 persen.
Selama tahun 2008-2009 AMH Provinsi Aceh lebih
tinggi dibandingkan rata-rata Nasional. Pada tahun
2008 AMH Nasional sebesar 92,19 persen, kemudian
naik menjadi 92,58 pada tahun 2009. Sedangkan
AMH Aceh pada tahun 2008 sebesar 96,20 persen
dan naik menjadi 96,39 persen pada tahun 2009.
5 Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota
Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Angka Melek Huruf Aceh dan Nasional
Tahun 2008-2009
PENDIDIKAN
Angka melek huruf di Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional
Jumlah murid dalam satu rombongan belajar (kelas) pada jenjang SMU negeri mencapai 31 orang,
pada MA negeri sebanyak 37 orang dan MTs negeri sebanyak 35 orang
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
18
5
Rata-rata Lama Sekolah Provinsi
Aceh dan Nasional Tahun 2008-2009
Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota Tahun 2009
Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah (Mean Years of
Schooling/MYS) dapat dijadikan indikator rata-rata
tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk.
Semakin tinggi angka rata-rata sekolah, semakin
tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan. Target
yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama
sekolah sebesar 15 tahun, atau setara dengan tingkat
pendidikan Diploma III atau Akademi di Indonesia.
Jika dirinci, sembilan tahun untuk pendidikan dasar,
tiga tahun tingkat pendidikan menengah, dan selama
tiga tahun pada tingkat Akademi/D3.
Rata-rata lama sekolah di kabupaten/kota pada tahun
2009 tertinggi berada di Kota Banda Aceh yaitu
sebesar 11,91 tahun. Artinya rata-rata penduduk Kota
Banda Aceh umur 15 tahun sudah menamatkan
pendidikan di SMP (selama 9 tahun) dan menduduki
jenjang pendidikan SMU/sederajat selama 2,91 tahun.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata
secara Provinsi Aceh yang mencapai 8,63 tahun.
Sedangkan daerah dengan rata-rata lama sekolah
terendah terdapat di Kabupaten Nagan Raya yaitu
sebesar 7,34 tahun, atau baru menamatkan
SD/sederajat (selama 6 tahun) dan menduduki
jenjang pendidikan SMP/sederajat selama 1,34 tahun.
Masih terdapat 10 kabupaten/kota dengan rata-rata
lama sekolah dibawah angka rata-rata provinsi.
Perkembangan rata-rata lama sekolah di Provinsi
Aceh periode 2008-2009 sudah cukup baik dibanding
capaian secara Nasional. Rata-rata lama sekolah
Provinsi Aceh tahun 2008 sebesar 8,50 tahun, dan
naik menjadi 8,63 tahun pada tahun 2009. Sedangkan
capaian Nasional pada tahun 2008 sebesar 7,52
tahun, kemudian meningkat menjadi 7,72 pada tahun
2009. Namun jika dibandingkan dengan target UNDP
yaitu selama 15 tahun, capaian rata-rata lama sekolah
di Provinsi Aceh maupun Nasional masih jauh
tertinggal.
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
PENDIDIKAN
Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Banda Aceh tertinggi di Aceh
Tahun 2009 penduduk Kota Banda Aceh usia 15 tahun atau lebih rata-rata sudah menamatkan
pendidikan pada jenjang SMP/sederajat, dengan angka rata-rata lama sekolah 11,91 tahun
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
19
Angka Partisipasi Sekolah
Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia
sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan yang ada dapat dilihat dari persentase
penduduk yang masih bersekolah pada usia tertentu
yang lebih dikenal dengan angka partisipasi sekolah
(APS). Meningkatnya APS berarti menunjukkan
adanya keberhasilan di bidang pendidikan terutama
yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan
pelayanan pendidikan.
APS anak-anak kelompok umur 7-12 tahun di
Provinsi Aceh pada tahun 2009 telah mencapai 99,07
persen, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2008 sebesar 99,06 persen. APS pada
kelompok umur ini tidak jauh berbeda antara laki-laki
dan perempuan.
Pada kelompok umur 13-15 tahun APS mencapai
94,14 persen pada tahun 2008 dan naik menjadi
94,31 persen pada tahun 2009. APS perempuan
sedikit lebih tingggi dibandingkan laki-laki.
Sedangkan pada kelompok umur 16-18 tahun yang
merupakan kelompok umur sekolah pada jenjang
pendidikan SMU/sederajat, APS Provinsi Aceh pada
tahun 2008 sudah mencapai 72,32 persen dan
meningkat menjadi 72,72 persen pada tahun 2009.
APS menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada
kelompok umur 7-12 tahun sudah cukup baik dengan
interval antara 97,96 persen (Kota Subulussalam)
sampai 100 persen. Sedangkan pada kelompok umur
13-15 tahun nilai APS berada pada interval 88,86
persen (Kabupaten Nagan Raya) sampai 100 persen.
Untuk kelompok umur 16-18 tahun capaian APS di
beberapa kabupaten/kota masih rendah antara lain di
Aceh Timur sebesar 59,34 persen, Kabupaten Aceh
Jaya, Nagan Raya, Aceh Tengah dan Aceh Singkil
yang masih dibawah 70 persen. Sedangkan daerah
lainnya sudah mencapai angka diatas 70 persen.
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2008-2009
5
Angka Partisipasi Sekolah Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2009
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
PENDIDIKAN
APS Kota Banda Aceh dan Pidie Jaya tertinggi tahun 2009
Di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie Jaya APS kelompok umur 7-12 tahun sudah mencapai
100 persen. Sedangkan untuk usia 13-15 tahun sebesar 100 persen di Kota Banda Aceh
2008 2009
7-12 Laki-laki 99,08 98,83
Perempuan 99,05 99,35
Laki-laki + Perempuan 99,06 99,07
13-15 Laki-laki 93,70 93,15
Perempuan 94,57 95,57
Laki-laki + Perempuan 94,12 94,31
16-18 Laki-laki 71,50 70,49
Perempuan 73,13 74,92
Laki-laki + Perempuan 72,32 72,72
Kelompok usia dan
jenis kelamin
7-12 13-15 16-18
1. Simeulue 99,64 96,60 85,65
2. Aceh Singkil 99,35 91,33 69,72
3. Aceh Selatan 99,34 96,68 76,00
4. Aceh Tenggara 99,63 96,81 75,22
5. Aceh Timur 98,03 89,89 59,34
6. Aceh Tengah 99,01 93,82 67,09
7. Aceh Barat 98,68 95,70 80,33
8. Aceh Besar 98,82 95,09 77,45
9. Pi d i e 98,66 93,98 73,28
10. Bireuen 98,97 92,71 75,41
11. Aceh Utara 99,18 93,72 72,90
12. Aceh Barat Daya 99,68 89,80 73,37
13. Gayo Lues 99,26 96,14 78,00
14. Aceh Tamiang 99,73 96,48 70,22
15. Nagan Raya 98,85 88,86 65,78
16. Aceh Jaya 99,58 95,55 61,93
17. Bener Meriah 99,00 93,69 76,57
18. Pidie Jaya 100,00 97,63 70,59
19. Banda Aceh 100,00 100,00 72,38
20. Sabang 99,75 98,87 74,45
21. Langsa 99,13 97,98 76,73
22. Lhokseumawe 98,83 96,82 79,72
23. Subulussalam 97,96 91,50 76,64
99,07 94,31 72,72
Kabupaten/Kota Kelompok Umur Sekolah
ACEH
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
20
Angka Partisipasi Murni
Angka partisipasi murni (APM) mengukur proporsi
anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam
tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (usia 7-12
tahun), SLTP (usia 13-15 tahun) dan SLTA (usia 16-
18 tahun). Pada saat ini pemerintah telah
melaksanakan program wajib belajar sembilan tahun,
maka sasaran dari program tersebut adalah anak-
anak usia 7-12 tahun (SD) dan 13-15 tahun (SLTP).
APM SD selama tahun 2008-2009 mengalami sedikit
peningkatan, yaitu dari sebesar 96,16 persen menjadi
sebesar 96,95 persen. Begitupun APM tingkat SLTP
meningkat cukup besar yaitu dari sebesar 76,67
persen menjadi sebesar 77,40 persen. Demikian juga
dengan APM tingkat SLTA sedikit naik dari sebesar
62,05 persen menjadi sebesar 62,10 persen.
Untuk jenjang pendidikan SD dan SMU, ternyata
capaian APM perempuan lebih besar dibandingkan
laki-laki. Hal ini memberikan informasi bahwa proporsi
perempuan yang bersekolah pada jenjang pendidikan
tersebut lebih banyak dibandingkan laki-laki.
APM menurut kabupaten/kota tahun 2009 pada
kelompok umur 7-12 tahun berada pada rentang
91,04 persen (di Kabupten Aceh Selatan) hingga
98,90 persen (di Kabupaten Goyo Lues). Sedangkan
untuk kelompok umur 13-15 tahun terendah berada di
Kota Sabang (54,62 persen) dan tertinggi di
Kabupaten Pidie (85,70 persen). Untuk kelompok
umur 16-18 tahun APM tertinggi dicapai oleh
Simeulue sebesar 74,00 persen dan terendah di
Kabupaten Aceh Timur sebesar 49,15 persen.
Beberapa daerah yang mempunyai APS yang tinggi
sedangkan APM rendah, memberikan gambaran
bahwa di daerah tersebut banyak siswa yang
bersekolah tidak tepat pada jenjang sekolah yang
seharusnya. Ini disebabkan oleh usia masuk sekolah
yang tidak sesuai dengan ketentuan, atau banyaknya
siswa yang mengulang (tidak naik kelas).
Angka Partisipasi Murni
Tahun 2008-2009
5
Angka Partisipasi Murni Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2009
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
PENDIDIKAN
Di Aceh APM masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan APS
Siswa yang terlalu cepat masuk SD/sederajat, atau banyaknya siswa yang mengulang
(tidak naik kelas) akan mengakibatkan capaian APM jauh lebih rendah dari APS.
2008 2009
7-12 Laki-laki 95,90 96,95
Perempuan 96,44 96,96
Laki-laki + Perempuan 96,16 96,95
13-15 Laki-laki 75,87 77,53
Perempuan 77,55 77,25
Laki-laki + Perempuan 76,67 77,40
16-18 Laki-laki 60,67 61,09
Perempuan 63,39 63,08
Laki-laki + Perempuan 62,05 62,10
Kelompok usia dan
jenis kelamin
7-12 13-15 16-18
1. Simeulue 94,82 77,60 74,00
2. Aceh Singkil 94,58 81,33 56,74
3. Aceh Selatan 91,04 83,58 51,83
4. Aceh Tenggara 98,16 84,92 70,51
5. Aceh Timur 97,56 80,43 49,15
6. Aceh Tengah 97,48 73,15 53,14
7. Aceh Barat 93,83 79,36 65,52
8. Aceh Besar 98,82 81,17 63,99
9. Pi d i e 97,32 85,70 64,34
10. Bireuen 97,25 75,15 65,57
11. Aceh Utara 97,55 71,46 65,42
12. Aceh Barat Daya 96,55 65,50 65,54
13. Gayo Lues 98,90 81,28 69,21
14. Aceh Tamiang 98,25 76,83 60,64
15. Nagan Raya 95,59 70,90 56,82
16. Aceh Jaya 97,60 73,55 54,87
17. Bener Meriah 97,29 79,73 64,89
18. Pidie Jaya 98,43 70,63 60,88
19. Banda Aceh 96,26 73,92 64,11
20. Sabang 96,66 54,62 73,84
21. Langsa 97,09 68,43 69,16
22. Lhokseumawe 97,62 85,46 67,79
23. Subulussalam 97,38 70,42 54,52
96,95 77,40 62,10
Kabupaten/Kota Kelompok Umur Sekolah
ACEH
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
21
Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator
dari tingkat kesejahteraan penduduk. Penduduk yang
mempunyai proporsi terbanyak dengan keluhan
penyakit mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang
lebih rendah. Upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan penduduk terus dilakukan seperti
penyediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit
dan puskesmas, penyediaan tenaga kesehatan yang
cukup, dan kampanye budaya hidup sehat. Beberapa
indikator statistik yang dapat menggambarkan tingkat
kesehatan penduduk antara lain angka harapan
hidup, tingkat kesakitan, angka kematian bayi, angka
kematian ibu, balita kurang gizi, dan sebagainya.
Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup (life expectancy) merupakan
salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup
yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,
kecukupan gizi dan kalori termasuk program
pengentasan kemiskinan.
Angka harapan hidup (AHH) Provinsi Aceh periode
2008-2009 mengalami sedikit peningkatan. Pada
tahun 2008 AHH Provinsi Aceh mencapai 68,50
tahun, kemudian meningkat menjadi 68,60 tahun
pada tahun 2009. AHH Provinsi Aceh tahun 2009
sebesar 68,60 tahun dapat didefinisikan sebagai rata-
rata lama hidup yang akan dijalani oleh seseorang
yang lahir pada tahun 2009, dalam suatu situasi
morbilitas yang berlaku di lingkungan Provinsi Aceh.
AHH Provinsi Aceh tahun 2008-2009 lebih rendah
dibandingkan angka Nasional. Pada tahun 2008 AHH
Nasional mencapai 69,00 tahun, kemudian
mengalami peningkatan menjadi 69,21 tahun pada
tahun 2009.
6KESEHATAN
Angka Harapan Hidup di Aceh masih dibawah angka Nasional
Pada tahun 2009 AHH Nasional sudah mencapai 69 tahun sementara Aceh 68,50 tahun,
dan tahun 2009 Nasional sudah mencapai 69,21 persen, Aceh sebesar 68,60 tahun
Angka Harapan Hidup Aceh dan
Nasional Tahun 2008-2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah
kemungkinan lamanya seseorang
menjalani hidup sejak dia lahir sampai
meninggal. AHH Aceh tahun 2009 sebesar
68,60 tahun artinya peluang seorang bayi
yang lahir di Aceh pada tahun 2009 akan
menjalani hidup selama 68,60 tahun,
dalam situasi morbilitas yang berlaku di
Wilayah Provinsi Aceh.
Sumber Foto : Serambinews.com
Sumber Foto : Serambinews.com
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
22
Berdasarkan AHH kabupaten/kota tahun 2009,
terdapat 14 kabupaten/kota yang mempunyai AHH
diatas rata-rata provinsi (diatas 68,60) dan 9
kabupaten/kota dengan AHH dibawahnya.
Kabupaten/kota yang mempunyai AHH dibawah rata-
rata angka provinsi pada umumnya kabupaten/kota
yang berada di pesisir pantai Barat-Selatan Aceh
yaitu Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya dan Kota
Subulussalam. Untuk wilayah tengah Aceh terdapat
Kabupaten Gayo Lues dan Bener Meriah. Sedangkan
di pantai Utara-Timur Aceh terdapat Kabupaten Aceh
Tamiang. Sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Simeulue dengan AHH sebesar 62,91
tahun.
Kabupaten/kota dengan AHH tertinggi pada
umumnya berada pada wilayah Utara-Timur Aceh
yaitu tertinggi adalah Kabupaten Bireuen sebesar
72,32 tahun, kemudian Kota Sabang, Kabupaten
Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Pidie
Jaya, Kota Banda Aceh, Lhokseumawe dan Langsa,
serta Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya di
wilaya Barat-Selatan Aceh dan Kabupaten Aceh
Tengah dan Tenggara di wilayah Tengah Aceh.
Fasilitas Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan berupa rumah sakit di
Provinsi Aceh pada tahun 2009 sebanyak 47 unit
yang tersebar di 19 kabupaten/kota. Jumlah rumah
sakit terbanyak terdapat di ibu kota provinsi yaitu
Banda Aceh sebanyak 11 buah. Masih ada
kabupaten/kota yang belum mempunyai rumah sakit
pada tahun 2009 yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Bener
Meriah dan Pidie Jaya. Tiga kabupaten ini merupakan
daerah pemekaran, sehingga berbagai fasilitas
kesehatan masih mengandalkan kabupaten induknya.
Dengan jumlah fasilitas rumah sakit di Aceh
sebanyak 47 buah dan penduduk Aceh tahun 2009
sebanyak 4,3 juta jiwa maka rasio ketersedian rumah
sakit per jumlah penduduk sekitar 1 : 92 ribu jiwa.
6
Catatan : termasuk dokter di Puskesmas Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Jumlah RS dan Dokter Tahun 2009
Angka Harapan Hidup Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
KESEHATAN
Masih ada kabupaten yang belum punya rumah sakit
Pada tahun 2009 masih terdapat tiga kabaten yang belum mempunyai fasilitas kesehatan
berupa rumah sakit, yaitu Kabupaten Bener Meriah, Aceh Jaya dan Pidie Jaya
Umum Spesialis GigiSimeulue 1 12 - 1 Aceh Singkil 1 13 - - Aceh Selatan 1 27 10 4 Aceh Tenggara 1 21 1 1 Aceh Timur 2 37 4 18 Aceh Tengah 2 25 - 7 Aceh Barat 1 26 8 4 Aceh Besar 1 67 - 21 Pi d i e 2 36 - 4 Bireuen 3 24 2 4 Aceh Utara 1 54 - 5 Aceh Barat Daya 1 28 4 1 Gayo Lues 1 10 - 1 Aceh Tamiang 2 35 - 9 Nagan Raya 1 23 - 3 Aceh Jaya - 9 - - Bener Meriah - 19 - 2 Pidie Jaya - 10 - 3 Banda Aceh 11 105 97 18 Sabang 2 24 - 6 Langsa 5 20 - 7 Lhokseumawe 8 24 - 10
Jumlah 47 649 126 129
Jumlah DokterRSKabupaten/ Kota
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
23
Sementara itu jumlah tenaga kesehatan berupa
dokter umum dan dokter spesialis sebanyak 775
orang diperoleh rasio tenaga kesehatan dokter per
jumlah penduduk Aceh tahun 2009 sebesar 1: 5.600
jiwa. Dokter umum dan dokter spesialis ini termasuk
yang bertugas di rumah sakit dan puskesmas yang
ada di kabupaten/kota. Namun tidak semua
kabupaten/kota memiliki dokter spesialis bahkan 15
kabupaten/kota belum mempunyai dokter spesialis.
Sedangkan ketersedian dokter gigi di Aceh pada
tahun 2009 tercatat sebanyak 129 orang.
Angka Kesakitan dan Rata-rata
Lama Sakit
Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang
mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum
pencacahan. Angka ini memberikan indikasi tentang
kondisi kesehatan penduduk di suatu wilayah.
Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan
merasa terganggu aktivitasnya pada tahun 2009
mengalami penurunan dibandingkan keadaan tahun
2008, yaitu dari 36,80 persen menjadi 35,28 persen.
Bahkan jauh menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2007 yang mencapai 40,81 persen. Namun
angka ini masih berada diatas angka rata-rata
Nasional yaitu pada tahun 2007 sebesar 30,90 persen
dan tahun 2008 sebesar 33,24 persen.
Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009
ternyata terdapat 10 kabupaten/kota dengan tingkat
kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata
provinsi. Angka kesakitan tertinggi terdapat di
Kabuptaen Aceh Timur yang mecapai 47,34 persen.
Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya juga dua
daerah dengan angka kesakitan diatas 40 persen.
Sementara itu persentase penduduk yang paling
sedikit mempunyai keluhan kesehatan pada tahun
2009 berada di Kabupaten Aceh Tenggara yaitu
sebanyak 18,76 persen.
6
Angka Kesakitan (%) Tahun 2009
Angka Kesakitan (%) Tahun 2007-2008
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
KESEHATAN
Angka kesakitan di Aceh masih tinggi
Pada tahun 2009 di Kabupaten Aceh Timur 47,34 persen pendduknya mempunyai keluhan sakit,
termasuk Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Jaya dengan angka kesakitan diatas 40 persen
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
24
Indikator berikutnya ialah rata-rata lama sakit, yaitu
rata-rata lamanya keluhan sakit dirasakan yang
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Rata-rata lama sakit tahun 2009 di Aceh sebesar 3,10
hari. Angka ini mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 5,39 hari.
Berdasarkan kabupaten/kota pada tahun 2009,
jumlah hari sakit terlama berada di Kabupaten Aceh
Selatan yaitu rata-rata selama 5,41 hari, sedangkan
paling pendek berada di Kota Sabang yaitu rata-rata
selama 2,26 hari.
Penolong Kelahiran Bayi
Selama periode 2008-2009, persentase persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan
dan tenaga medis lain) meningkat yaitu dari 83,08
persen menjadi 85,85 persen. Paling banyak
persalinan bayi ditolong oleh bidan yaitu sebesar
73,09 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi
76,49 persen pada tahun 2009.
Disisi lain penolong persalinan oleh bukan tenaga
kesehatan masih cukup tinggi walaupun sudah
mengalami penurunan. Tenaga persalinan bukan
medis umumnya adalah dukun tradisional yaitu
mencapai 16,03 persen pada tahun 2008 dan 13,31
persen pada tahun 2009.
Namun jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun
2009, persentase tertinggi kelahiran yang dibantu
dukun tradisional terjadi di Kabupaten Aceh Barat,
yaitu sebesar 43,56 persen, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Singkil sebesar 35,71 persen. Sedangkan
persentase terendah penolong kelahiran oleh dukun
tradisional terdapat di Kota Banda Aceh, Langsa dan
Lhokseumawe.
6 Rata-rata Lama Sakit (Hari)
Tahun 2009
Persentase Penolong Kelahiran Bayi
Tahun 2008-2009
KESEHATAN
Dukun tradisional di Aceh masih berperan dalam proses kelahiran
13,31 persen dari total kelahiran di Aceh tahun 2009 dibantu oleh dukun tradisional dalam
proses kelahiran, sedangkan setahun sebelumnya mencapai 16,03 persen
Tahukah Anda?
***Kabupaten Aceh Barat juga dikenal
dengan nama Bumi Teuku Umar***
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
Sumber : Inkesmas Provinsi Aceh 2010
Penolong Kelahiran Bayi 2008 2009
Tenaga Kesehatan 83,08 85,85
Dokter 9,38 8,78
Bidan 73,09 76,49
Tenaga Paramedis Lain 0,61 0,58
Bukan Tenaga Kesehatan 16,92 14,15
Dukun Tradisional 16,03 13,31
Famili/Lainnya 0,89 0,84
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
25
Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan
fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam
sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia.
Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam,
maka manusia berusaha membuat tempat
perlindungan, yang pada akhimya disebut rumah atau
tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan
berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga
satu persatu bangunan rumah tempat tinggal
bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman
rumah penduduk.
Dalam sepanjang kehidupannya, manusia selalu
membutuhkan rumah yang merupakan salah satu
kebutuhan pokok hidupnya selain sandang dan
pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat
terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah
satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat tersedia
maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak.
Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai
tempat untuk berteduh atau berlindung, dari hujan
dan panas, rumah juga diperlukan untuk memberi
rasa aman penghuninya dari gangguan yang tidak
diinginkan. Rumah menjadi tempat berkumpul bagi
para penghuni rumah yang biasanya merupakan satu
ikatan keluarga. Rumah dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya.
Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat
diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang
menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang
dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut
antara lain dapat dilihat dari jenis atap, jenis dinding,
jenis dan luas lantai rumah, sumber air minum,
fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dan
juga tempat penampungan kotoran akhir.
umah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya
7 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Rumah dan Lingkungan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya
Rumah shelter merupakan rumah bantuan untuk
rakyat Aceh pasca tsunami
Rumah adat Aceh masih digunakan oleh
penduduk aceh terutama di daerah
perkampungan
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 26
Status kepemilikan rumah
Status kepemilikan rumah tempat tinggal bisa
dijadikan indikator tingkat kesejahteraan penghuni
rumahnya. Penduduk yang menempati rumah sendiri
berarti sudah mempunyai aset atau kekayaan,
walaupun tingkat kekayaan yang dimiliki sangat
tergantung pada jenis, luas dan fasilitas rumah yang
dimiliki tersebut.
Pada tahun 2009 persentase penduduk Aceh yang
menempati rumah dengan status milik sendiri
sebanyak 77,27 persen. Angka ini mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2008 sebesar 77,95
persen. Hal ini bisa disebabkan oleh peningkatan
jumlah rumah tangga pada tahun 2009 tidak serta
merta mereka juga mempunyai rumah sendiri.
Sedangkan persentase kepemilikan rumah
kontrak/sewa tahun 2009 sebanyak 6,60 persen, milik
orang tua/keluarga 10,45 persen dan lainnya seperti
rumah dinas, rumah bebas sewa dan lain-lain
sebanyak 5,68 persen (Tabel 7.1)
Kualitas perumahan
Salah satu ukuran kesehatan perumahan diantaranya
adalah luas lantai rumah. Luas lantai rumah selain
digunakan sebagai indikator untuk menilai
kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung
juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan
keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai
erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau
rata-rata luas ruang untuk tiap anggota keluarga.
Persentase rumah penduduk Aceh dengan luas lantai
rata-rata perkapita kurang dari 10 m2 masih terdapat
sebanyak 30,14 persen pada tahun 2009. Angka ini
sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun
2008 yang mencapai angka 34,29 persen.
7
Persentase perumahan menurut kualitas
tahun 2008-2009
Persentase kepemilikan rumah
tahun 2008-2009
2008 2009
(2) (3)
77,95 77,27
6,82 6,60
9,03 10,45
6,20 5,68
Status
kepemilikan rumah
(1)
Milik sendiri
Kontrak/sewa
Milik orang tua/keluarga
Lainnya
2008 2009
(2) (3)
34,29 30,14
23,33 28,80
56,05 56,62
65,72 66,01 Jenis Kloset Leher Angsa
Luas Lantai Perkapita < 10 m2
Air Minum Ledeng/ Kemasan
Jamban Sendiri
Indikator
kualita perumahan
(1)
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Tahun 2009 sebagian besar status kepemilikan rumah adalah milik sendiri
Sebanyak 77 persen lebih rumah tempat tinggal penduduk Aceh sudah berstatus milik sendiri,
sisanya berstatus kontrak/sewa, milik orang tua dan lainnya
Sumber: Google Search
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
27
Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009, di
Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,70 persen rumah
tempat tinggal penduduknya mempunyai luas kurang
dari 10 m2 perkapita. Artinya hampir separo rumah di
Aceh Timur mempunyai ukuran luas yang relatif
sempit jika luas rumah yang ditempati dibagi dengan
jumlah anggota rumah tangga yang mendiaminya.
Sedangkan persentase terkecil terdapat di Sabang
yaitu hanya 19,59 persen rumah dengan rata-rata
luas lantai dibagi dengan jumlah penghuninya kurang
dari 10 m2.
Sumber air minum rumah tangga juga sangat
menentukan status kesejahteraan dan tingkat
kesehatan penghuni rumahnya. Kualitas air minum
yang tidak terjamin akan memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan. Air minum yang layak untuk
dikonsumsi berasal dari sumber yang sudah terjamin
kebersihannya. Sumber air minum yang berasal dari
ledeng atau isi ulang atau air minum dalam kemasan
dianggap lebih sehat dikonsumsi dibanding sumber
air minun lainnya seperti air sumur, air sungai, air
hujan dan sejenisnya.
Pada tahun 2009 sebanyak 28,80 persen rumah
tangga di Aceh sudah menkonsumsi air minum yang
berasal dari ledeng/isi ulang/air kemasan. Namun
kondisi ini sedikit menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai angka 30,14 persen.
Jika dilihat menurut kabupaten/kota, persentase
tertinggi jumlah rumah tangga yang menggunakan
sumber air minum ini terdapat di Kota Banda Aceh
yaitu mencapai angka 92,91 persen. Hal ini dapat
dimaklumi disamping distribusi air ledeng (PDAM)
sudah menjangkau hampir seluruh rumah tangga di
Kota Banda Aceh, juga air isi ulang sangat mudah
diperoleh di kota ini dengan harga yang cukup murah.
Sedangkan Kabupaten Nagan Raya dan Aceh
Selatan merupakan dua daerah dengan persentase
yang sangat sedikit rumah tangga pengguna air
ledeng/isi ulang/kemasan yaitu kurang dari 10 persen.
7 Persentase rumah menurut luas lantai
dan sumber air minum
tahun 2009
Sumber : BPS, Inkesmas 2010
(1) (2) (3)
Simeulue 35,91 16,15
Aceh Singkil 31,38 16,19
Aceh Selatan 25,29 7,79
Aceh Tenggara 36,68 18,14
Aceh Timur 48,70 15,28
Aceh Tengah 23,59 36,46
Aceh Barat 20,61 28,30
Aceh Besar 27,50 41,47
Pi d i e 24,30 17,89
Bireuen 31,39 26,67
Aceh Utara 36,11 20,51
Aceh Barat Daya 30,32 15,42
Gayo Lues 39,74 17,11
Aceh Tamiang 29,02 35,15
Nagan Raya 27,79 6,99
Aceh Jaya 29,52 22,91
Bener Meriah 26,82 23,99
Pidie Jaya 20,68 14,39
Banda Aceh 24,00 92,91
Sabang 19,59 86,10
Langsa 25,57 52,75
Lhokseumawe 29,09 71,35
Subulussalam 39,39 13,66
Aceh 30,14 28,80
Kabupaten/ Kota
% rumah dengan luas
lantai perkapita
< 10m2
% rumah dengan air
minum ledeng/ isi ulang/ kemasan
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Kualitas perumahan dari sisi luas bangunan rumah di Aceh Timur belum memadai
Sebesar 48,70 persen dari total rumah tempat tinggal di Aceh Timur berukuran sempit yaitu
dengan luas kurang dari 10 m2 per setiap orang pernghuninya
Sumber: Google Search
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 28
7 Persentase rumah menurut kepemilikan
jamban dan jenis kloset
tahun 2009
Persentase rumah dengan fasilitas jamban milik
sendiri secara rata-rata sebanyak 56,62 persen.
Sisanya masih menggunakan jamban secara
bersama, jamban umum, atau tidak mempunyai
jamban sama sekali. Rumah tangga yang tidak
mempunyai jamban biasanya berada di daerah aliran
sungai sehingga untuk keperluan buang air besar
tidak ada tempat khusus, melainkan di tempat
sepanjang aliran sungai tersebut.
Berdasarkan wilayah kabupaten/kota, persentase
rumah tangga yang paling sedikit mempunyai jamban
sendiri adalah Kabupaten Pidie yaitu hanya 24,70
persen rumah tangga yang memiliki jamban sendiri.
Sedangkan persentase terbesar adalah di Kabupaten
Aceh Tamiang yaitu sebanyak 88,35 persen.
Jenis kloset yang digunakan oleh rumah tangga yang
memiliki jamban sendiri terbagi atas beberapa jenis
yaitu kloset leher angsa, plengsengan, cemplung atau
cubluk. Jenis kloset yang memenuhi standar
kesehatan adalah jenis kloset leher angsa karena
mempunyai bagian (leher) untuk menampung
genangan air sehingga tidak menimbulkan aroma
yang tidak sedap terhadap lingkungan perumahan.
Pada tahun 2009 secara rata-rata sebanyak 66,01
persen rumah tangga yang mempunyai jamban
sendiri sudah menggunakan jenis kloset leher angsa.
Berdasarkan kabupaten/kota persentase tertinggi
terdapat di Kota Banda Aceh yaitu 98,75 persen.
Kemudian Kota Sabang sebanyak 94,50 persen dan
Kabupaten Aceh Besar sebanyak 94,46 persen.
Sedangkan persentase terendah terdapat di
Kabupaten Aceh Timur sebanyak 28,97 persen dan
Kabupaten Gayo Lues sebanyak 33,87 persen.
Artinya di dua kabupaten ini walaupun rumah tangga
menggunakan jamban sendiri/hanya untuk anggota
rumah tangga sendiri tetapi jenis kloset yang
digunakan masih belum sesuai dengan syarat
kesehatan rumah tangga dan lingkungan.
(1) (2) (3)
Simeulue 54,59 79,80
Aceh Singkil 55,46 47,69
Aceh Selatan 44,87 66,28
Aceh Tenggara 27,24 56,42
Aceh Timur 64,91 28,97
Aceh Tengah 60,56 62,77
Aceh Barat 57,33 73,88
Aceh Besar 64,24 94,46
Pi d i e 24,70 72,86
Bireuen 68,00 57,02
Aceh Utara 58,15 56,29
Aceh Barat Daya 30,36 66,35
Gayo Lues 26,06 33,87
Aceh Tamiang 88,35 66,04
Nagan Raya 43,15 63,00
Aceh Jaya 61,80 83,07
Bener Meriah 64,33 46,16
Pidie Jaya 31,00 76,81
Banda Aceh 85,00 98,75
Sabang 77,78 94,50
Langsa 81,53 79,68
Lhokseumawe 75,61 69,26
Subulussalam 71,75 49,40
Aceh 56,62 66,01
Kabupaten/Kota% rumah
dengan jamban milik sendiri
% rumah dengan jamban
kloset leher angsa
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Rumah tempat tinggal di Kabupaten Pidie banyak yang tidak memiliki jamban sendiri
Hanya 24,70 persen rumah tangga di Pidie yang mempunyai jamban sendiri, dan sisanya adalah rumah
tangga dengan jamban bersama, umum dan sebagian tidak punya jamban
Sumber: Google Search
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
29
Indeks Pembangunan Manusia
Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
dihitung berdasarkan data yang dapat
menggambarkan keempat komponen yaitu angka
harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan;
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
mengukur capaian pembangunan di bidang
pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari
rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.
Periode tahun 2007-2009 perkembangan IPM
Provinsi Aceh menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2007 IPM Provinsi Aceh
sebesar 70,35 dan meningkat menjadi 70,76 pada
tahun 2008. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi
71,31. Jika dibandingkan dengan capaian IPM secara
Nasional, IPM Provinsi Aceh pada tahun 2007 dan
2008 berada diatas angka IPM Nasional. Namun
pada tahun 2009, IPM Aceh berada dibawah angka
Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2009 rata-rata perubahan capaian pembangunan
manusia secara Nasional lebih cepat dibandingkan
dengan yang terjadi di Aceh.
Perubahan nilai IPM dari tahun ke tahun pada
dasarnya merupakan pengurangan jarak IPM
terhadap nilai idealnya yaitu 100. Besarnya
perubahan tersebut digambarkan oleh angka reduksi
shortfall. Angka ini juga menjelaskan seberapa besar
atau seberapa cepat terjadi perubahan pembangunan
yang terjadi selama satu tahun di suatu wilayah
terutama pada dimensi penghitungan IPM yaitu
bidang kesehatan, pendidikan dan standar hidup
layak, yang berdampak pada capaian peningkatan
kualitas hidup. Semakin besar nilai reduksi shortfall
semakin besar terjadinya peningkatan angka IPM.
8 PEMBANGUNAN MANUSIA
Perubahan pencapaian pembangunan manusia di Aceh melambat
Pada tahun 2007 dan 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Aceh masih diatas rata-rata nasional,
namun pada tahun 2009 IPM Aceh lebih rendah dibanding rata-rata nasional
Perkembangan IPM Aceh dan Nasional Tahun 2007-2009
SMA.N.1. Pante Raja Aceh Selatan, sarana
peningkatan kualitas SDM dibidang pendidikan
Sumber : BPS, 2010
Tahukah Anda?
***Peringkat IPM Aceh pada
tahun 2009 adalah posisi ke-
17 dari 33 provinsi. Peringkat
ini sudah dicapai mulai dari
dua tahun sebelumnya yaitu
tahun 2007 dan 2008***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
30
Reduksi shortfall IPM Aceh pada tahun 2008
(perubahan IPM dari 2007 ke 2008) mencapai angka
1,39, dan pada tahun 2009 naik menjadi 1,90. Ini
memberikan informasi bahwa peningkatan kualitas
hidup penduduk selama dua tahun terakhir terus
meningkat dan semakin membaik. Peningkatan
tersebut lebih cepat terjadi pada periode tahun 2008
ke tahun 2009 dibandingkan pada periode tahun
2007 ke tahun 2008.
Namun jika dibandingkan dengan capaian
pembangunan manusia secara nasional, perubahan
capaian IPM rata-rata secara Nasional lebih cepat
dibandingkan dengan yang terjadi di Provinsi Aceh.
Hal ini terlihat dari angka reduksi shortfall Nasional
lebih tinggi dibandingkan dengan angka Provinsi
Aceh. Reduksi Shortfall Nasional pada tahun 2007-
2008 mencapai 1,98 dan pada tahun 2008-2009
sebesar 2,06.
IPM Kabupaten/Kota
IPM kabupaten/kota periode tahun 2008-2009
semuanya memperlihatkan suatu peningkatan.
Perbedaan kecepatan peningkatan IPM antara satu
kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya
menyebabkan pergeseran urutan posisi IPM
kabupaten/kota.
Urutan lima kabupaten/kota dengan IPM tertinggi
tahun 2009 adalah Kota Banda Aceh pada posisi
pertama yang diikuti oleh Kota Lhokseumawe, Kota
Sabang, Kabupupaten Aceh Tengah dan Kota
Langsa. Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2008
berada pada urutan ke lima, tahun 2009 naik ke posisi
empat menggantikan Kabupaten Aceh Besar yang
tidak masuk lima besar lagi pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 Kabupaten Aceh Besar turun ke peringkat
enam. Sedangkan Kota Langsa pada tahun 2008
berada pada peringkat enam, naik menjadi peringkat
lima pada tahun 2009.
8 Perkembangan Reduksi Shortfall IPM
Aceh dan Nasional
Potret kehidupan anak-anak di salah satu
kampung nelayan di Aceh
Kabupaten/Kota IPM Kabupaten/Kota IPM
Kota Banda Aceh 76,74 Gayo Lues 67,17
Kota Lhokseumawe 75,00 Aceh Singkil 68,12
Kota Sabang 75,00 Subulussalam 68,42
Aceh Besar 72,84 Nagan Raya 68,47
Aceh Tengah 72,81 Simeulue 68,60
Kota Banda Aceh 77,00 Gayo Lues 67,59
Kota Lhokseumawe 75,54 Aceh Singkil 68,29
Kota Sabang 75,49 Nagan Raya 68,74
Aceh Tengah 73,22 Subulussalam 68,85
Kota Langsa 73,20 Simeulue 68,92
TahunUrutan IPM Tertinggi Urutan IPM Terendah
2008
2009
IPM Kabupaten/Kota Tertinggi dan Terendah Tahun 2008-2009
Sumber : BPS, 2010
Sumber : BPS, 2010
PEMBANGUNAN MANUSIA
Tiga wilayah dengan IPM tertinggi tidak berubah pada tahun 2008-2009
Pada tahun 2008 dan 2009 rangking teratas IPM di Aceh tidak berubah yaitu tertinggi diperoleh
oleh Kota Banda Aceh, kemudian Kota Lhokseumawe dan Kota Sabang
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
31
Untuk lima urutan terendah IPM tahun 2009 adalah
Kabupaten Gayo Lues pada urutan terakhir yaitu
urutan ke 23 dari 23 kabupaten/kota. Kemudian diikuti
oleh Kabupaten Aceh Singkil, Nagan Raya,
Subulussalam dan Simeulue. Untuk lima
kabupaten/kota dengan IPM terendah ini terjadi
pergeseran posisi jika dibandingkan dengan IPM
tahun 2008, yaitu Kabupaten Nagan Raya pada tahun
2008 pada urutan ke 20, turun menjadi urutan ke 21
pada tahun 2009. Sedangkan Kota Subulussalam
yang semula urutan ke 21 meningkat menjadi urutan
ke 20 pada tahun 2009.
Variasi pencapaian IPM antar kabupaten/kota
memberikan gambaran adanya ketidakmerataan
perkembangan di berbagai sektor pembangunan.
Ketidakmerataan ini dapat dilihat dengan
menggunakan indikator IPM karena indikator yang
terangkum dalam IPM merupakan indikator penting
dan mendasar dibidang kesehatan, pendidikan, dan
standar hidup layak.
Pada tahun 2009 IPM tertinggi sebesar 77,00 yaitu di
Kota Banda Aceh, sedangkan terendah di Kabupaten
Gayo Lues sebesar 67,59. Dengan IPM Provinsi Aceh
tahun 2009 sebesar 71,31, maka terdapat 10
kabupaten/kota dengan IPM diatas angka provinsi
dan 13 kabupaten/kota dengan IPM berada
dibawahnya.
Keseluruhan kabupaten/kota yang berada di wilayah
pantai Barat-Selatan Aceh yaitu Kabupaten Aceh
Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Aceh Selatan, Aceh Singkil, Simeulue, dan Kota
Subulussalam mempunyai IPM dibawah angka IPM
Provinsi Aceh. Untuk wilayah pantai Utara-Timur Aceh
terdapat Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Timur
dengan IPM berada dibawah angka provinsi.
Sedangkan wilayah Tengah Aceh terdapat Kabupaten
Gayo Lues, Bener Meriah dan Aceh Tenggara
dengan IPM berada dibawah angka provinsi.
8 IPM Kabupaten/Kota Tahun 2009
Tahukah Anda?
*** IPM tertinggi di wilayah
pantai Barat-Selatan Aceh
yaitu Kabupaten Aceh Barat
hampir sama dengan IPM
terendah di wilayah pantai
Utara-Timur Aceh yaitu
Kabupaten Aceh Timur***
Sumber : BPS, 2010
PEMBANGUNAN MANUSIA
IPM Aceh pada tahun 2009 terendah 67,59 dan tertinggi 77,00
Pada tahun 2009 Kabupaten Gayo Lues mempunyai IPM terendah di Aceh yaitu sebesar 67,59 dan
Kota Banda Aceh mempunyai IPM tertinggi yaitu sebesar 77,00
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
32
Penduduk Miskin
Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator
penting yang dapat digunakan untuk mengukur
fenomena kemiskinan. Indikator yang paling sering
digunakan adalah head-count ratio (P0). Ukuran ini
memberikan gambaran tentang proporsi (persentase)
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Garis kemiskinan merupakan suatu batasan minimal
jumlah rupiah per jiwa yang dikeluarkan rumah tangga
selama sebulan untuk kebutuhan dasar minimum
anggota rumah tangga, baik untuk makanan maupun
untuk non makanan (pengeluaran untuk pakaian,
pendidikan, kesehatan, dan perumahan).
Penghitungan didasarkan pada hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) setiap tahunnya.
Garis kemiskinan tahun 2009 Provinsi Aceh untuk
daerah perkotaan sebesar 292.428 rupiah, meningkat
sebesar 9,87 persen dari tahun 2008 yang besarnya
266.168 rupiah. Sedangkan garis kemiskinan daerah
perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 8,86
persen yaitu dari 229.237 rupiah pada tahun 2008
menjadi 249.546 rupiah pada tahun 2009. Secara
rata-rata garis kemiskinan di Provinsi Aceh tahun
2009 sebesar 261.898 rupiah atau meningkat sebesar
9,18 persen dibanding tahun 2008 yang besarnya
239.873 rupiah. Garis kemiskinan Provinsi Aceh jauh
lebih tinggi bila dibandingkan dengan garis
kemiskinan rata-rata secara nasional.
Periode tahun 2007-2009 tingkat kemiskinan di
Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Pada
tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar
26,65 persen, kemudian turun menjadi 23,53 persen
pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 21,80 persen
pada tahun 2009. Persentase penduduk miskin di
Aceh jauh berada di atas persentase penduduk
miskin secara nasional. Pada tahun 2007 penduduk
miskin di Indonesia sebesar 20,37 persen, kemudian
turun menjadi 18,93 persen pada tahun 2008 dan
turun lagi menjadi 17,35 persen pada tahun 2009.
8
Persentase Penduduk Miskin Aceh
dan Nasional Tahun 2007-2009
2007 2008 2009
ACEH
Kota 246.375 266.168 292.428
Desa 206.724 229.237 249.546
Kota+Desa 218.143 239.873 261.898
NASIONAL
Kota 187.942 204.896 222.123
Desa 146.837 161.831 179.835
Kota+Desa 166.697 182.636 200.262
Garis Kemiskinan (rupiah)Daerah
Garis Kemiskinan Aceh dan Nasional
Tahun 2007-2009
2007 2008 2009
ACEH
Kota 18,68 16,67 15,44
Desa 29,87 26,30 24,37
Kota+Desa 26,65 23,53 21,80
NASIONAL
Kota 12,65 11,65 10,72
Desa 20,37 18,93 17,35
Kota+Desa 16,58 15,45 14,15
DaerahJumlah Penduduk Miskin (%)
Perkembangan Penduduk Miskin
Aceh dan Nasional
Sumber : BPS, 2010
Sumber : BPS, 2010
Sumber : BPS, 2010
PEMBANGUNAN MANUSIA
Kemiskinan di Aceh masih tinggi dan berada diatas rata-rata nasional
Pada periode tahun 2007-2009 persentase penduduk miskin di Aceh lebih tinggi dibandingkan
persentase penduduk miskin di Indonesia
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
33
Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk
miskin masih banyak terkonsentrasi di daerah
perdesaan daripada di daerah perkotaan, meskipun
tingkat penurunan persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan lebih besar dari pada daerah
perkotaan. Pada tahun 2007, terdapat sebesar 29,87
persen penduduk miskin yang tinggal di daerah
perdesaan kemudian turun menjadi 26,30 persen
pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 24,37 persen
pada tahun 2009.
Sedangkan persentase penduduk miskin di perkotaan
tahun 2007 sebesar 18,68 persen, kemudian turun
menjadi 16,67 persen pada tahun 2008, dan turun lagi
menjadi 15,44 persen pada tahun 2009. Secara
nasional persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan juga lebih tinggi dibanding di daerah
perkotaan selama periode 2007-2009.
Jika dilihat menurut kabupaten/kota tahun 2009,
terdapat 11 kabupaten/kota dengan persentase
penduduk miskin berada diatas persentase penduduk
miskin Provinsi Aceh. Persentase penduduk miskin
tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie Jaya yaitu
sebesar 27,97 persen. Kemudian diikuti oleh
Kabupaten Aceh Barat, Kota Subulussalam,
Kabupaten Bener Meriah, Nagan Raya, Pidie, Aceh
Utara, Simeulue, Goyo Lues, Kota Sabang dan
Kabupaten Aceh Jaya.
Sementara itu terdapat 12 kabupaten/kota dengan
persentase penduduk miskin dibawah angka
persentase penduduk miskin Provinsi Aceh. Daerah
tersebut adalah Kabupaten Bireuen, Aceh Tengah,
Aceh Barat Daya, Aceh Timur, Aceh Singkil, Aceh
Besar, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Tenggara,
Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Banda
Aceh. Sedangkan daerah dengan persentase
penduduk miskin terendah adalah Kota Banda Aceh
yaitu sebesar 8,64 persen, dan merupakan satu-
satunya kabupaten/kota dengan tingkat penduduk
miskin berada dibawah angka 10 persen.
8 Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten/Kota Tahun 2009
PEMBANGUNAN MANUSIA
Berdasarkan indikator kemiskinan, ketimpangan pembanguan antar wilayah masih tinggi
Pada tahun 2009 persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 27,97 persen yaitu di Kabupaten
Pidie Jaya dan terendah sebesar 8,64 persen di Kota Banda Aceh
Pendataan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
Pendataan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
34
Gini Rasio
Gini rasio adalah salah satu ukuran ketimpangan
pendapatan penduduk secara menyeluruh. Gini rasio
didasarkan pada kurva Lorenz yaitu kurva 2 dimensi
antara distribusi penduduk (persentase kumulatif
penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita
(persentase kumulatif pengeluaran perkapita). BPS
menghitung gini rasio berdasarkan data survei sosial
ekonomi nasional (Susenas) khususya dari modul
konsumsi yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.
Pada tahun 2009 angka gini rasio Aceh sebesar 0,29,
sedikit meningkat dibandingkan tahun 2008 yang
besarnya 0,27. Hal ini meggambarkan bawah tingkat
ketimpangan pendapatan penduduk Aceh tahun 2009
lebih besar dari pada tahun 2008.
Angka gini rasio Nasional juga menunjukkan
peningkatan yaitu dari 0,35 pada tahun 2008 menjadi
0,37 pada tahun 2009. Jika dibandingkan dengan
angka gini rasio Nasional, gini rasio Aceh masih jauh
lebih rendah. Artinya secara rata-rata ketimpangan
pendapatan penduduk di Aceh lebih rendah
dibandingkan ketimpangan pendapatan penduduk
secara rata-rata di Indonesia.
8 PEMBANGUNAN MANUSIA
Ketimpangan distribusi pendapatan di Aceh relatif lebih rendah dibanding Nasional
Pada tahun 2009 gini rasio di Aceh sebesar 0,29, lebih rendah dibandingkan capaian Nasional
yaitu sebesar 0,35
Gini Rasio Aceh dan Nasional
Tahun 2008-2009
Sumber : www.bps.go.id
Potret kemiskinan akibat disparitas pendapatan Sumber Foto : Geoggle image
Tahukah Anda?
*** Angka Gini Rasio
Kabupaten/Kota se Indonesia
belum bisa dihitung BPS
disebabkan jumlah sampel
Susenas yang belum
mencukupi ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
35
9 PERTANIAN
Usaha sektor pertanian masih medapat perhatian
utama oleh pemerintah dalam mewujudkan
peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini sangat
relevan karena sebagian besar rakyat Indonesia
masih berusaha di sektor pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan).
Demikian juga di Propinsi Aceh, sektor pertanian
masih memberikan sumbangan terbesar pada PDRB
Aceh. Kontribusi sektor pertanian pada pembentukan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
2009 mencapai 33,69 persen tanpa migas, dan sekitar
27,40 persen dengan migas. Sedangkan penduduk
yang bekerja di sektor pertanian mencapai 860,5 ribu
jiwa atau sekitar 50,87 persen dari seluruh penduduk
Aceh yang bekerja.
Lahan pertanian yang tersedia di Aceh masih cukup
luas untuk budidaya tanaman pertanian. Tahun 2009
terdapat 310.880 hektar sawah, 494.573 hektar
tegal/kebun, 270.893 hektar ladang dan 817.357
hektar perkebunan. Lahan pertanian yang sementara
belum diusahakanpun cukup luas.
Membangun sektor pertanian berarti meningkatkan
ketahanan pangan, meningkatkan daya serap tenaga
kerja sektor pertanian, yang berarti menekan
pengangguran, dan yang paling utama adalah
meningkatkan kesejahteraan petani.
Pemerintah telah dan sedang mencanangkan upaya
peningkatan produksi komoditi pertanian guna
memenuhi kebutuhan pangan nasional. Untuk
maksud tersebut, diperlukan dukungan sarana dan
prasarana produksi yang memadai dari hulu sampai
ke hilir, termasuk dukungan kebijakan Pemerintah
terhadap rumah tangga usaha tani.
Beberapa program pemerintah terkait dengan usaha
peningkatan produksi tanaman pangan khususnya
padi telah membuahkan hasil. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya produksi padi di Aceh dari tahun ke
tahun.
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Aceh
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Aceh tahun 2009 mencapai 33,69 persen dan
terdapat 50,87 persen penduduk yang bekerja di sektor pertanian
Komposisi Wilayah Aceh Menurut Jenis
Penggunaan Tahun 2009 (hektar)
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Hamparan tanaman padi sawah yang luas di
Provinsi Aceh
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 36
Padi
Dalam empat tahun terakhir (2006-2009), luas panen,
produktivitas dan produksi padi di Aceh berfluktuasi.
Pada tahun 2006 produksi padi sawah dan ladang
sebanyak 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG),
selanjutnya pada tahun 2007 produksi padi melonjak
menjadi 1,53 juta ton GKG (naik 12,58 %).
Sedangkan pada tahun 2008 produksi padi
mengalami penurunan menjadi 1,40 juta ton GKG
(8,87 persen). Penurunan produksi pada tahun 2008
disebabkan luas panen merosot tajam dari 360,72
ribu hektar tahun 2007 menjadi 329,11 ribu hektar
pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 produksi padi kembali meningkat
mencapai 1,57 juta ton GKG. Peningkatan produksi
padi pada tahun 2009 disebabkan oleh peningkatan
luas panen dari 329,11 hektar tahun 2008 menjadi
359,38 hektar pada tahun 2009 atau naik 9,19 persen
dan juga produktivitas mengalami peningkatan dari
42,61 kwintal per hektar di tahun 2008 menjadi 43,32
kwintal per hektar tahun 2009.
Peningkatan produksi tidak terlepas dari
meningkatnya produktivitas setiap tahunnya dalam
periode 2006-2008 yaitu pada tahun 2006 sebesar
42,11 kwintal per hektar, tahun 2007 produktivitas
42,35 kwintal per hektar, tahun 2008 sebesar 42,61
kwintal per hektar. Sedangkan pada tahun 2009
kembali mengalami peningkatan menjadi 43,32
kwintal per hektar.
Meningkatnya produktivitas tanaman padi setiap
tahunnya tidak terlepas dari berhasilnya berbagai
progam peningkatan produktivitas yang dilakukan
instansi terkait seperti program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) dengan menggantikan benih
lokal menjadi benih hibrida atau unggul dan
kecukupan pupuk di seluruh daerah sentra produksi
padi serta didukung dengan beberapa irigasi yang
sudah diperbaiki akibat rusak pada saat musibah
gemba dan gelombang tsunami.
9 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2006-2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Dengan tersedianya benih unggul dan adanya pupuk di setiap daerah serta didukung oleh
kecukupan air sehingga produksi padi pada tahun 2009 mencapai 1,57 juta ton
Produksi padi Aceh mengalami peningkatan
Padi Sawah di Provinsi Aceh
PERTANIAN
Perkembangan Produktivitas Padi (Kwintal/Hektar)
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
37
Produksi Beras
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Provinsi
Aceh yang terus meningkat tentu memerlukan
ketersedian pangan yang cukup terutama beras.
Pada tahun 2009 jumlah penduduk Aceh telah
mencapai 4.363,5 (ribu) jiwa. Dengan asumsi
konsumsi beras pertahun/kapita sebanyak 139 kg,
maka diperlukan beras untuk tahun 2009 sebanyak
606,53 ton dan dari hasil angka tetap tahun 2009
produksi padi di Provinsi Aceh sebanyak 1,57 juta ton
GKG atau setara beras 889,82 ribu ton, berarti
Provinis Aceh untuk tahun 2009 surplus beras
sebanyak 283,29 ribu ton.
Selama ini kebutuhan beras masyarakat Aceh
semuanya terpenuhi dari produksi sendiri, namun
demikian ada beberapa kabupaten/kota perlu
mengimpor beras dari kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Aceh. Kota Banda Aceh pada tahun 2009
dengan jumlah penduduk sekitar 224,21 ribu jiwa
membutuhkan beras per tahun sebanyak 31,16 ribu
ton sementara beras produksi sendiri hanya mencapai
237 ton sehingga Kota Banda Aceh menduduki
peringkat pertama yang harus mengimpor beras untuk
kebutuhan konsumsi yaitu sebanyak 30,93 ribu ton.
Disusul Kota Lhokseumawe 18,98 ribu ton, Kota
Langsa 18,01 ribu ton dan Kabupaten Singkil 11,64
ribu ton.
Untuk daerah dataran tinggi yang ada di Provinsi
Aceh yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener
Meriah kedua kabupaten ini lebih terfokus pada
tanaman hortikultura sehingga untuk kebutuhan beras
perlu mengimpor dari daerah lain masing-masing
sebesar 7,90 ribu ton dan 9,84 ribu ton. sedangkan
kabupaten lumbung beras dan harus mengekspor
karena surplus adalah Kabupaten Aceh Utara
diperingkat pertama sebanyak 59,16 ribu ton,
kemudian Kabupaten Aceh Timur sebanyak 48,19
ribu ton, Pidie sebanyak 46,12 ribu ton dan Aceh
Besar sebanyak 44,16 ribu ton
Tahukah Anda?
***Tahun 2009 Aceh surplus beras,
namun juga impor beras***
9 Perbandingan Data Produksi dan
Kebutuhan Beras Tahun 2009
PERTANIAN
Produksi beras Aceh melebihi kebutuhan konsumsi masyarakatnya
Pada tahun 2009 produksi beras mencapai 889,82 ribu ton, sedangkan kebutuhan konsumsi
sekitar 606,53 ribu ton, sehingga kelebihan beras sebanyak 283,29 ribu ton
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 38
Lahan Sawah
Lahan sawah yang sudah mempunyai irigasi di Aceh
pada tahun 2009 seluas 194,62 ribu hektar (62,60%
dari 310,88 hektar yaitu luas sawah yang ditanami).
Sebagian besar luas lahan sawah irigasi merupakan
irigasi ½ teknis yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan
irigasi teknis masih sebesar 5 persen. Lainnya adalah
irigasi sederhana 23 persen dan irigasi desa/non PU
22 persen.
Luas lahan sawah secara keseluruhan baik yang
beririgasi maupun tidak seluas 398,97 ribu hektar
dengan rinciannya adalah yang bisa ditanami padi
tiga kali dalam setahun seluas 1,22 ribu hektar, dua
kali dalam setahun seluas 170,93 ribu hektar dan satu
kali dalam setahun 138,72 ribu hektar, 34,62 ribu
hektar tidak ditanami padi dan sisanya seluas 53,47
ribu hektar sementara tidak diusahakan. Untuk
Provinsi Aceh luas lahan sawah didominasi oleh
lahan sawah tadah hujan yaitu sekitar 50,34 persen.
Lahan sawah yang ditanami padi pada tahun 2009
seluas 310,88 ribu hektar, yang terbesar berada di
wilayah pantai Timur yaitu Aceh Utara 47,82 ribu
hektar, Pidie 37,37 ribu hektar, Aceh Timur 35,59 ribu
hektar dan Aceh Besar 28,26 ribu hektar. Sedangkan
di wilayah pantai Barat-Selatan Aceh terdapat
Kabupaten Nagan Raya 18,59 ribu hektar, Aceh Barat
15,46 ribu hektar, Aceh Jaya 13,15 ribu hektar dan
Aceh Selatan 12,10 ribu hektar. Luas lahan sawah
terkecil berada diwilayah Kota Sabang dan Banda
Aceh masing-masing 10 hektar dan 48 hektar.
Persentase Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Irigasi Tahun 2009
Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman Tahun 2009
9 Hampir 50 persen luas sawah yang ada di Aceh berada di empat kabupaten di wilayah Utara-Timur
Aceh yaitu Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie dan Aceh Besar
Wilayah Utara-Timur Aceh sentra produksi tanaman padi
PERTANIAN
Distribusi Luas Lahan Sawah Tahun 2009
Tahukah Anda?
***50% lebih lahan sawah di Aceh masih
mengandalkan air hujan (tadah hujan) ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
39
Penguasaan Lahan Pertanian
Jumlah rumahtangga usaha tanaman padi yang
menguasai lahan pertanian adalah sebanyak 430,73
ribu rumahtangga. Sebahagian besar yaitu 50,92
persen atau 219,66 ribu rumah tangga menguasai
lahan untuk menanam padi dibawah setengah hektar
(gurem). Hal ini menunjukan bahwa untuk
mensejahterakan petani padi masih jauh dari harapan
karena petani menanam padi hanya untuk memenuhi
konsumsinya sendiri dengan menghasilkan padi
sekitar 2,2 ton untuk lahan setengah hektar.
Rumahtangga yang penguasaan lahan 0,5 – 1 hektar
sebanyak 100,74 ribu rumahtangga atau 23,39
persen dan sisanya 110,66 ribu rumahtangga (25,69
persen) menguasai lahan pertanian diatas satu
hektar.
Jagung
Tanaman jagung merupakan tanaman pengganti
beras diantara beberapa tanaman pangan lainnya,
Provinsi Aceh dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2009 produksi jagung mengalami perubahan yang
berfluktuatif, ditahun 2007 produksi jagung mencapai
125,16 ribu ton naik sekitar 29,24 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya
berproduksi 96,84 ribu ton pipilan kering.
Karena cuaca yang tidak menentu (ektrim) pada
tahun 2008 menyebabkan pada tahun tersebut
mengalami penurunan produksi sebesar 9,80 persen
atau sekitar 12,26 ribu ton jika dibandingkan dengan
tahun 2007. Pada tahun 2009 kembali terjadi
kenaikan produksi sebesar 22,02 persen.
Daerah sentra produksi jagung pipilan kering adalah
Kabupaten Aceh Tenggara hampir mencapai 70
persen dari total produksi yang ada di Provinsi Aceh,
sisanya berada di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh
Tamiang.
Produksi
(ton)
Pertum-
buhan (%)
Produksi
(ton)
Pertum-
buhan (%)
2006 96.838 25.495
2007 125.155 29,24 19.025 (25,38)
2008 112.894 (9,80) 43.885 130,67
2009 137.753 22,02 63.538 44,78
Jagung Kedelai
Tahun
Jumlah Rumah Tangga Usaha Tani Padi yang Menguasai Lahan Pertanian
Tahun 2009
Sumber : Pendataan Lengkap Usaha Tani (PLUT)
Tahun 2009
Produksi Jagung dan Kedelai
Tahun 2009
9
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
PERTANIAN
Sebgaian besar petani padi di Aceh adalah petani gurem
Jumlah petani gurem yaitu yang mengusahakan lahan seluas setengah hektar atau kurang
tahun 2009 mencapai 50,92 persen dari seluruh petani padi di Aceh
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 40
Kedelai
Produksi Kacang kedelai ditahun 2009 mencapai
63,54 ribu ton biji kering, mengalami peningkatan
44,78 persen atau sekitar 19,65 ribu ton bila
dibandingkan dengan tahun 2008, Kabupaten
penghasil kedelai terbesar adalah di Kabupaten
Bireuen disusul Kabupaten Pidie Jaya. Produksi
kacang kedelai di Provinsi Aceh secara Nasional
berada di posisi ke empat (6,52 persen) setelah
Provinsi Jawa Timur (36,86 persen), Jawa Tengah
(17,97 persen) dan Nusa Tenggara Barat (9,84
persen).
Produktivitas kacang kedelai di Provinsi Aceh
mencapai 14,09 kuintal per hektar, masih di atas rata-
rata produktivitas Nasional yang hanya 13,48 kuintal
per hektar, hal ini menunjukan bahwa provinsi Aceh
sebagai salah satu wilayah yang sangat sesuai untuk
dikembangkan tanaman kedelai.
Kopi
Produksi kopi tahun 2009 mencapai 48,65 ribu ton
yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Daerah
penghasil kopi terbanyak di Provinsi Aceh adalah di
dua kabupaten potensi yaitu Kabupaten Aceh Tengah
dan Bener Meriah, lebih dari setengahnya atau 58,26
persen (28,34 ribu ton) diproduksi oleh Kabupaten
Aceh Tengah, 13,25 ribu ton (27,23 persen)
dihasilkan dari Kabupaten Bener Meriah sedangkan
Kabupaten Pidie hanya menghasilkan 1,99 ribu ton
(4,08 persen), sisanya 10,42 persen menyebar di
kabupaten/kota lainnya.
Tanaman kopi di Provinsi Aceh hampir seluruhnya
menanam jenis tanaman kopi Arabica dengan
produksi 48,65 ribu ton atau sekitar 97,72 persen dari
total produksi, kopi robusta produksinya hanya 2,28
persen atau sekitar 1,14 ribu ton. Namun yang lebih
specific adalah seluruh tanaman kopi merupakan
tanaman perkebunan rakyat.
Produksi Kopi Tahun 2009
Produksi Kedelai Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2009
9 Lebih dari 85 persen produksi kopi Aceh berasal dari Kabupaten Aceh Tengah (58,26%)dan
Kabupaten Bener Meriah (27,23%)
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah sentra prduksi kopi
PERTANIAN
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
41
Sapi Potong
Hasil pendataan lengkap usaha tani (PLUT) tahun
2009 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi
potong di Provinsi Aceh yang ada di rumahtangga
sebanyak 378,11 ribu ekor yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota. Namun populasi ternak sapi potong
terbanyak berada di wilayah pantai Utara-Timur Aceh
Kabupaten potensi populasi sapi potong terdapat di
Aceh Utara dengan jumlah populasi sebanyak 63,93
ribu ekor dengan konstribusi sekitar 16,91 persen dari
total populasi sapi di Provinsi Aceh. Kemudian
Kabupaten Pidie 54,04 ribu ekor (14,29 persen), Aceh
Besar 52,42 ribu ekor (13,86 persen), Aceh Timur
48,79 ribu ekor (12,90 persen), Bireuen dan Aceh
Tamiang masing-masing 12,67 persen dan 11,26
persen.
Kerbau
Wilayah Utara-Timur Aceh sebahagian besar petani
memelihara ternak sapi, sebaliknya untuk wilayah
Barat-Selatan dan Tengah Aceh (Simeulu, Aceh
Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya,
Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues) lebih
menyukai ternak kerbau.
Di Kabupaten Simeulu terdapat 24,30 ribu ekor
kerbau dan hanya 1,74 ribu ekor populasi ternak sapi
potong. Sementara Aceh Barat populasi ternak
kerbau mencapai 19,90 ribu ekor dan sapi hanya 3,07
ribu ekor. Demikain juga dengan Aceh Selatan, Aceh
Barat Daya, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo
Lues dimana populasi ternak kerbau jauh lebih
banyak dibandingkan dengan populasi ternak sapi.
Jenis ternak lainnya yang banyak dibudidayakan
masyarakat Aceh adalah ternak kambing, ayam buras
dan itik.
9 PERTANIAN
Wilayah Utara-Timur Aceh potensi ternak sapi
Total populasi ternak sapi di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Tamian
dan Aceh Aceh Besar mencapai 81,91 persen dari total populasi sapi di Aceh tahun 2009
Populasi Ternak Sapi Potong dan Kerbau Hasil PLUT tahun 2009
Ternak Sapi Potong
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 42
Perikanan
Provinsi Aceh mempunyai potensi yang sangat besar
untuk perikanan laut mengingat wilayah Aceh yang
berada di ujung Utara Pulau Sumatera berbatasan
dengan dua lautan yang sangat luas yaitu Samudera
Indonesia di Pantai Barat-Selatan dan Laut Selat
Malaka di Pantai Utara-Timur Aceh. Jumlah daerah
yang mempunyai garis pantai sebanyak 18
kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Aceh.
Produksi perikanan laut tahun 2009 mencapai 40,40
ribu ton, mengalami peningkatan sebesar 8,56 persen
dibandingkan tahun 2008 yang produksinya sebesar
129,33 ribu ton. Produksi tahun 2009 juga merupakan
produksi tertinggi yang dicapai oleh Aceh dalam kurun
waktu 2006-2009. Daerah penghasil perikanan laut
terbanyak tahun 2009 adalah Kabupaten Aceh Timur.
Disamping perikanan laut, budidaya perikanan darat
juga sangat prospek di Aceh. Pada tahun 2009
produksi perikanan darat mencapai 38,08 ribu ton,
mengalami peningkatan sebesar 9,55 persen
dibandingkan produksi tahun 2008 yang besarnya
mencapai 34,76 ribu ton.
Budidaya perikanan darat pada umumnya dilakukan
di tambak dan kolam, disamping juga ada yang
memeliharanya di sawah, keramba dan jaring apung.
Produksi perikanan darat tahun 2009 berasal dari
budidaya tambak sebesar 67,48 persen, kolam 25,84
persen dan sisanya budidaya perikanan di sawah,
keramba dan jaring apung.
Budidaya perikanan darat di tambak banyak
ditemukan di Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara,
Bireuen, Pidie, Kota Langsa dan Lhokseumawe.
Sedangkan budidaya perikanan darat di sawah
banyak dijumpai di Kabupaten Aceh Tenggara dan
Bireuen.
9 PERTANIAN
Aceh sangata berpotensi untuk pengembangan perikanan laut
Produksi perikanan laut Aceh tahun 2009 mencapai 140,40 ribu ton, meningkat 8,56 persen
dari tahun sebelumnya.
Perkembangan Produksi Perikanan Laut Aceh
Perkembangan Produksi Perikanan Darat Aceh
Produksi Perikanan Darat Menurut Tempat Budidaya Tahun 2009
Sumber: Aceh Dalam Angka 2010
Sumber: Aceh Dalam Angka 2010
Sumber: Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
43
Listrik
Listrik merupakan sumber energi yang dibutuhkan
oleh rumah tangga, industri, perkantoran dan sarana
umum seperti penerangan jalan raya. PT.PLN
(Persero) Wilayah Aceh sebagai penyedia energi
listrik di Aceh pada tahun 2009 mempunyai cabang di
enam wilayah. Keenam wilayah membawahi
sebanyak 39 ranting/subranting yang mengelola
pendistribusian energi listrik di 23 kabupaten/kota se
Provinsi Aceh.
Berdasarkan data dari PT. PLN (Persero) Wilayah
Aceh tahun 2009, jumlah desa yang sudah mendapat
distribusi aliran listik PLN di Aceh sebanyak 6.305
desa atau sekitar 98 persen dari total 6.423 desa di
Aceh. Jumlah desa yang sudah mendapatkan aliran
listrik tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,5
persen dibanding tahun 2008 yang baru mencapai
6.092 desa.
Pada tahun 2009 jumlah mesin pembangkit listrik
yang dioperasikan sebanyak 255 unit. Kapasitas
terpasang sebesar 160.731 KW. Dibanding tahun
2008 jumlah mesin pembangkit mengalami
peningkatan sebesar 25 persen dan kapasitas
terpasang mengalami peningkatan sebesar 16,38
persen.
Perkembangan energi yang terjual pada periode
2005-2009 terus mengalami peningkatan yaitu dari
sebesar 701.485 ribu KWh pada tahun 2005 menjadi
1.276.452 ribu KWh pada tahun 2009 atau rata-rata
mengalami peningkatan sekitar 20,5 persen setiap
tahunnya. Sedangkan jumlah pelanggan juga
mengalami peningkatan dalam periode tersebut.
Jumlah pelanggan pada tahun 2005 sebanyak
147.193 pelanggan meningkat menjadi 288.325
pelanggan tahun 2009 atau rata-rata mengalami
penambahan sebesar 10 persen setiap tahunnya.
10 PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Petumbuhan energi listrik terjual lebih besar dari pertumbuhan jumlah pelanggan
Pada periode 2005-2009 energi listrik terjual rata-rata meningkat 20,5 persen pertahun,
sedangkan jumlah pelanggan rata-rata meningkat 10 persen per tahun
Komposisi jumlah pelanggan PLN
tahun 2009
Jumlah mesin pembangkit dan daya
terpasang pada PT. PLN (Persero)
Wilayah Aceh tahun 2008-2009
Perkembangan jumlah energi yang
dibangkitkan dan jumlah pelanggan
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
CabangJumlah Mesin
Pembangkit
Daya Terpasang
(KW)
1. Banda Aceh 42 22.639
2. Sigli 11 14.274
3. Meulaboh 70 48.614
4. Subulussalam 57 31.083
5. Lhokseumawe 41 29.339
6. Langsa 34 14.782
Jumlah 255 160.731
Tahun 2008 204 138.112
% pertumbuhan 2008-2009
25,00 16,38
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
44
Sebagian besar konsumen/pelanggan PT. PLN
(Persero) Wilayah Aceh adalah rumah tangga yaitu
mencapai 90,91 persen dari total pelanggan tahun
2009. Sisanya adalah pelanggan industri, publik dan
bisnis.
Pelanggan PLN berupa perusahaan industri,
walaupun hanya sebanyak 0,09 persen dari total
pelanggan PLN, namun jumlah konsumsi energi listrik
untuk industri mencapai 17,07 persen dari total energi
listrik yang terjual tahun 2009. Untuk keperluan
sarana publik menghabiskan energi listrik sebesar
3,22 persen, untuk bisnis sebesar 15,21 persen dan
untuk rumah tangga sebesar 64,49 persen.
Air Bersih
Air bersih untuk konsumsi penduduk Aceh dikelola
oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun
belum semua kabupaten/kota mempunyai PDAM.
Pada tahun 2008 masih terdapat enam
kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota yang ada di
Aceh belum mempunyai PDAM.
Berdasarkan data tahun 2008, total air bersih yang
terjual di semua PDAM yang ada di Aceh sebesar
18,99 juta m3. Jumlah ini dijual kepada lima kelompok
konsumen yaitu kelompok non niaga sebanyak 15,21
juta m3 atau sebanyak 80,11 persen dari total air
terjual, kemudian kelompok niaga sebanyak 2,00 juta
m3 (10,54%), kelompok khusus sebanyak 1,16 juta m
3
(6,11%), kelompok sosial sebanyak 0,59 juta m3
(3,10%), dan yang paling sedikit adalah kelompok
industri sebanyak 0,03 juta m3 (0,14%).
Sedangkan jumlah pelanggan PDAM seluruh aceh
tercatat sebanyak 128.596 pelanggan dengan
pelanggan terbesar adalah kelompok non niaga yaitu
87,05 persen dari total pelanggan, kelompok niaga
sebesar 10,54 persen dan kelompok lainnya masing-
masing masih dibawah 10 persen.
10 Distribusi energi listrik terjual menurut
jenis pelanggan tahun 2009
Distribusi air minum terjual menurut
jenis pelanggan tahun 2008
Komposisi jumlah pelanggan PDAM
tahun 2008
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Pelanggan terbesar PDAM adalah kelompok non niaga
Pelanggan PDAM tahun 2008 kelompok non niaga sebanyak 87,05 persen dari total pelanggan,
sedangkan air yang dikonsumsi kelompok ini sebanyak 80,11 persen dari total air terjual
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
45
Industri pengolahan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
industri besar dan industri sedang. Pengelompokan
ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan
penggunaan mesin produksi ataupun modal yang
dimiliki. Industri besar adalah perusahan industri yang
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.
Sedangkan industri sedang adalah perusahaan
industri yang mempunyai tenaga kerja 20-99 orang.
Pengumpulan data perusahaan industri besar/
sedang dilakukan setiap tahun dengan cara sensus
lengkap. Pelaksanaan survei industri besar/sedang
berdasarkan direktori hasil pemutakhiran yang
dilakukan BPS setiap tahun.
Bila dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah
perusahaan dan penyerapan tenaga kerja industri
besar/sedang pada tahun 2009 mengalami
penurunan atau terjadi pertumbuhan negatif. Jumlah
perusahaan tahun 2008 sebanyak 92 perusahaan
turun menjadi 75 perusahaan pada tahun 2009 atau
terjadi penurunan sebesar 18,48 persen.
Penurunan jumlah perusahaan juga diikuti oleh
penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja yaitu
berkurang sebanyak 14,98 persen. Pada tahun 2008
jumlah tenaga kerja sebanyak 9.546 orang menjadi
8.116 orang pada tahun 2009.
Sebagian besar industri besar/sedang berlokasi di
Kabupaten Aceh Tamiang yaitu sebanyak 11
perusahaan, Aceh Utara dan Aceh Besar masing-
masing sebanyak 10 perusahaan dan Kabuptaen
Simeulue sebanyak 8 perusahaan. Kemudian
Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Banda Aceh
masing-masing 5 perusahaan.
Pada tahun 2009 masih terdapat sebanyak 7
kabupaten/kota yang tidak mempunyai industri
pengolahan yang dapat diklasifikasikan sebagai
industi besar/sedang.
11 INDUSTRI PENGOLAHAN
Perusahaan industri besar/sedang tidak merata di seluruh kabupaten/kota
Jumlah perusahaan industri besar/sedang tahun 2009 mencapai 75 perusahaan yang berlokasi di
15 kabupaten/kota, sedangkan 7 kabupaten/kota lainnya tidak mempunyai industri besar sendag
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja
Industri Besar/Sedang Tahun 2009
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja
Industri Besar/Sedang di Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Simeulue 8 176
Aceh Singkil 5 942
Aceh Selatan 3 96
Aceh Tenggara - -
Aceh Timur 2 232
Aceh Tengah - -
Aceh Barat 1 609
Aceh Besar 10 240
Pi d i e 3 114
Bireuen 4 170
Aceh Utara 10 1.735
Aceh Barat Daya - -
Gayo Lues - -
Aceh Tamiang 11 1.641
Nagan Raya 4 1.265
Aceh Jaya - -
Bener Meriah 1 406
Pidie Jaya - -
Banda Aceh 5 175
Sabang 2 62
Langsa 4 145
Lhokseumawe 2 108 Subulussalam - -
Aceh 75 8.116
Kabupaten/KotaJumlah
Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
46
Industri besar/sedang di Kabupaten Aceh Utara
menyerap tenaga kerja sebanyak 1.735 orang
(21,38%), Sedangkan di Aceh Tamiang sebanyak
1.641 orang (20,22%). Di Kabupaten Nagan Raya
walaupun jumlah industri besar/sedangnya hanya
sebanyak 4 perusahaan, tapi mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 1.265 orang (15,59%).
Sedangkan di Kabupaten Aceh Barat, jumlah industri
besar/sedang yang terdapat di daerah ini hanya
sebanyak satu unit perusahaan, namun mempunyai
tenaga kerja mecapai 609 orang (7,50%). Sebaliknya
di Kabupaten Aceh Besar terdapat 10 unit
perusahaan industri besar/sedang, namun
keseluruhan industri ini hanya menyerap tenaga kerja
sebanyak 240 orang, atau rata-rata sebanyak 24
orang tenaga kerja per unit perusahaan.
Berdasarkan jenis/kelompok perusahaan, dari
sebanyak 8.116 orang tenaga kerja industri
besar/sedang, sebagian besar yaitu 63,23 persen
bekerja pada kelompok industri makanan, minuman
dan tembakau. Kelompok ini pada umumnya
merupakan industri pengolahan buah sawit menjadi
minyak sawit atau crude palm oil (CPO).
Kelompok industri kertas, percetakan dan penerbitan
menyerap tenaga kerja sebesar 16,35 persen.
Sedangkan sisanya sebanyak 20,42 persen
merupakan tenaga kerja industri besar/sedang
kelompok industri lainnya seperti industri pakaian jadi,
barang-barang dari kayu/rotan dan sebagainya.
Untuk keseluruhan jenis industri, jumlah penduduk
Aceh yang bekerja pada sektor industri tercatat
sebanyak 86.762 orang tahun 2008 dan turun
sebesar 6,90 persen menjadi 80.772 orang pada
tahun 2009. Jika nilai tambah yang dihasilkan sektor
industri yang dihitung pada PDRB Aceh tahun 2009
dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja pada
sektor industri, diperoleh produktivitas tenaga kerja
sebesar 98,13 juta rupiah/tenaga kerja/pertahun.
11 INDUSTRI PENGOLAHAN
Produktivitas tenaga kerja sektor industri meningkat
Pada tahun 2009 produktivitas tenaga kerja sektor industri mencapai 98,13 juta
rupiah/orang/tahun, naik dibandingkan tahun 2008 yang besarnya 94,39 juta rupiah/orang/tahun
Distribusi Tenaga Kerja Industri
Besar/Sedang menurut Lokasi
Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Distribusi Tenaga Kerja Industri
Besar/Sedang di Aceh Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Uraian 2009
Total Nilai Tambah pada
PDRB
(Juta rupiah)
8.189.799 7.926.275
Jumlah Tenaga Kerja
(orang)86.762 80.772
Produktivitas Tenga
Kerja (Juta
rupiah/orang/tahun
94,39 98,13
2008
Sumber : BPS Provinsi Aceh
Beberapa Indikator Sektor Industri
di Aceh
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
47
Pelaporan Ketenagakerjaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan, setiap
perusahaan wajib melaporkan jumlah orang atau
tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahaaan.
Perusahaan-perusahaan tersebut dapat
dikelompokkan dalam sembilan lapangan usaha
sesuai dengan jumlah lapangan usaha yang ada
dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Berdasarkan undang-undang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan tersebut, jumlah perusahaan yang
terdaftar pada tahun 2009 sebanyak 5.368
perusahaan yang dikelompokkan dalam sembilan
lapangan usaha. Jumlah perusahaan pada lapangan
usaha konstruksi yang terdaftar termasuk jumlah
kedua terbesar yaitu mencapai 29,32 persen atau
sebanyak 1.574 perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang paling banyak terdaftar adalah
perusahaan-perusahaan yang bergerak pada
lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran
yaitu sebanyak 51,08 persen atau 2.742 perusahaan.
Demikian juga untuk jumlah tenaga kerja, dari
sembilan lapangan usaha yang dilaporkan ternyata
jumlah tenaga kerja pada lapangan usaha konstruksi
yang didaftarkan mencapai 18,72 persen atau
sebanyak 13.257 orang tenaga kerja dari total tenaga
kerja yang terdaftar sebanyak 70.806 orang. Jumlah
tenaga kerja yang dilaporkan pada lapangan usaha
konstruksi juga menempati posisi kedua terbanyak.
Jumlah tenaga kerja yang terbanyak dilaporkan
adalah tenaga kerja perusahaan-perusahaan yang
bergerak pada lapangan usaha pertanian yaitu
mencapai 25,70 persen atau sebanyak 18.194 orang.
Jumlah tenaga kerja tersebut berasal dari 59 buah
berusahaan (1,10% dari jumlah perusahaan yang
dilaporkan).
12 KONSTRUKSI
Pelaporan perusahaan dan tenaga kerja tahun 2009 cukup baik
Jumlah perusahaan yang dilaporkan pada tahun 2009 mencapai 5.368 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja yang dipekerjaan perusahaan tesebut sebanyak 70.805 orang
Komposisi Perusahaan yang Terdaftar
Menurut Lapangan Usaha
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Komposisi tenaga kerja yang terdaftar
menurut lapangan usaha
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tahukah Anda?
***Perusahaan-perusahaan pada
lapangan usaha pertanian rata-rata
mempunyai 308 orang tenaga kerja
per perusahaan, sedangkan paling
sedikit adalah perusahaan pada
lapangan usaha perdangangan
yaitu rata-rata 5 orang per
perusahaan ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
48
Jumlah perusahaan yang terdaftar untuk lapangan
usaha konstruksi menunjukkan tren meningkat pada
periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006 tercatat
jumlah perusahaan konstruksi sebanyak 1.326
perusahaan dan tahun 2009 sudah mencapai 1.574
perusahaan atau terjadi penambahan sebanyak 248
perusahaan dalam kurun waktu empat tahun.
Jika dilihat perkembangan jumlah perusahaan
konstruksi setiap tahunnya, pada tahun 2007 terjadi
peningkatan jumlah perusahaan sebesar 6,26 persen
yaitu dari 1.326 buah tahun 2006 menjadi 1.409 buah.
Tahun 2008 juga bertambah lagi sebesar 19,16
persen menjadi 1.679 perusahaan. Sedangkan tahun
2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan konstruksi
menjadi 1.574 buah atau berkurang 6,25 persen.
Penurunan jumlah perusahaan konstruksi ini erat
kaitannya dengan mulai berkurangnya aktivitas
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami
pada tahun 2009.
Jumlah tenaga kerja yang terdaftar untuk lapangan
usaha konstruksi juga menunjukkan tren meningkat
pada periode 2006 sampai 2009. Pada tahun 2006
tercatat jumlah tenaga kerja perusahaan konstruksi
sebanyak 9.519 orang dan tahun 2009 sudah
mencapai 13.257 orang atau terjadi penambahan
sebanyak 3.738 orang dalam kurun waktu empat
tahun.
Perkembangan jumlah tenaga kerja perusahaan
konstruksi setiap tahunnya, pertumbuhan tenaga
kerja tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu
meningkat sebesar 22,22 persen dibanding tahun
2006. Kemudian bertambah lagi sebesar 13,13
persen pada tahun 2008. Hal ini dapat dimaklumi
karena banyaknya aktivitas pembangunan pasca
tsunami di Aceh pada periode 2007-2008. Sedangkan
pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja pada
perusahaan konstruksi hanya mengalami sedikit
penambahan yaitu bertambah sebesar 0,72 persen
dibandingkan tahun 2008.
12 Perkembangan Jumlah Perusahaan
Konstruksi di Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
KONSTRUKSI
Jumlah perusahaan konstruksi semakin meningkat
Berdasarkan UU wajib lapor ketenagakerjaan, pada periode 2006-2009 jumlah perusahaan
maupun tenaga kerja perusahaan konstruksi mempunyai trend peningkatan
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
pada Perusahaan Konstruksi di Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tahukah Anda?
***Rata-rata jumlah tenaga kerja
setiap perusahaan konstruksi di
Aceh hanya sebanyak 7 sampai 8
orang***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
49
Hotel
Keberadaan sarana akomodasi berupa hotel, wisma,
losmen, dan jenis penginapan lainnya di suatu daerah
sangat dibutuhkan dalam mendukung mobiltas
penduduk ke daerah tersebut dalam rangka tugas dan
kepentingan lainnya. Suatu daerah yang mengklaim
wilayahnya sebagai tujuan wisata tidak akan berhasil
jika tidak didukung oleh fasilitas akomodasi yang
memadai.
Hingga tahun 2008, sebanyak 23 kabupaten/kota
yang ada di Aceh, masih terdapat tiga kabupaten
yang tidak mempunyai fasilitas akomodasi yaitu
Kabupaten Aceh Utara, Bener Meriah dan Pidie Jaya.
Kemungkinan tidak tersedianya akomodasi di daerah
tersebut disebabkan karena sudah tersedianya
fasilitas akomodasi di kabupaten/kota terdekat.
Seperti Kabupaten Aceh Utara, akomodasi yang
digunakan oleh tamu atau wisatawan yang
berkunjung ke daerah ini adalah akomodasi yang ada
di Kota Lhokseumawe.
Sedangkan Kabupaten Bener Meriah yang
merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah
dan Kabupaten Pidie Jaya yang mekar dari
Kabupaten Pidie, kedua daerah ini masih
mengandalkan keberadaan akomodasi di ibukota
kabupaten induknya yaitu di Takengon dan Sigli.
Pada tahun 2009 jumlah hotel berbintang di Aceh
terdapat di Kota Banda Aceh sebanyak 10 buah dan
masing-masing satu hotel di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah, di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, di
Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe dan Kota
Subulussalam.
Sedangkan hotel kelas melati atau akomodasi lainnya
seperti wisma, losmen, dan penginapan tersedia
dalam jumlah yang bervariasi di setiap
kabupaten/kota. Jumlah akomodasi lainnya ini di
Aceh pada tahun 2009 sebanyak 190 buah.
Kabupaten/Kota Jumlah Hotel
Berbintang
Jumlah Hotel
Melati dan Akomodasi
Lainnya
Simeulue - 20
Aceh Singkil - 10
Aceh Selatan - 14
Aceh Tenggara - 14
Aceh Timur - 2
Aceh Tengah 1 14
Aceh Barat 1 9
Aceh Besar 1 3
Pidie - 7
Bireuen - 6
Aceh Utara - -
Aceh Barat Daya - 3
Gayo Lues - 6
Aceh Tamiang - 2
Nagan Raya - 1
Aceh Jaya - 6
Bener Meriah - -
Pidie Jaya - -
Banda Aceh 10 26
Sabang - 15
Langsa - 15
Lhokseumawe 1 14
Subulussalam 1 3
ACEH 15 190
13 HOTEL DAN PARIWISATA
Hotel berbintang belum banyak di Aceh
Sebanyak 10 hotel berbintang berada di Kota Banda Aceh,masing-masing satu di
Aceh Besar, Takengon, Meulaboh, Lhokseumawe dan Subulussalam
Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya
Di Aceh Tahun 2009
Tahukah Anda?
*** Sebelum tsunami hanya ada satu
hotel berbintang di Banda Aceh,
kemudian terjadi penambahan
sembilan hotel berbintang pasca
tsunami ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
50
Selama periode 2007-2009 tingkat penghunian kamar
hotel berbintang dan hotel melati di Aceh masih
rendah yaitu belum mencapai 50 persen setiap
tahunnya. Artinya secara rata-rata setiap hari masih
ada separo dari kamar hotel yang tersedia dalam
keadaan kosong. Dan pada umumnya tingkat
penghunian kamar hotel kelas hotel berbintang lebih
tinggi dibandingkan kelas hotel melati.
Pada tahun 2007 tingkat penghunian kamar hotel
berbintang mencapai 48,95 persen, kemudian naik
menjadi 49,19 persen pada tahun 2008, dan turun
kembali pada tahun 2009 menjadi 46,97 persen.
Sedangkan tingkat penghunian kamar hotel melati
terus mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu
tahun 2007 sebesar 42,82 persen, tahun 2008
sebesar 40,85 persen dan tahun 2009 menjadi 35,34
persen.
Secara keseluruhan jumlah tamu yang menginap di
hotel berbintang di Aceh mempunyai tren meningkat
setiap tahunnya. Peningkatan terlihat jelas pada tamu
Nusantara, yaitu pada tahun 2007 tercatat sebanyak
39.215 orang naik menjadi 98.714 orang pada tahun
2008 atau mengalami penambahan sebanyak 151,72
persen. Tahun 2009 meningkat lagi menjadi 123.423
orang atau bertambah 25,03 persen.
Sedangkan tamu dari Mancanegara yang menginap
di hotel berbintang tercatat sebanyak 3.952 orang
tahun 2007, kemudian meningkat 77,20 persen
menjadi 7.003 orang tahun 2008. Pada tahun 2009
jumlah tamu Mancanegara mengalami sedikit
penurunan dibanding tahun 2008 yaitu menjadi 5.900
orang atau berkurang 15,75 persen.
Untuk jumlah tamu yang menginap pada hotel kelas
melati atau akomodasi lainnya seperti losmen,
penginapan dan wisma datanya belum tersedia.
13 Hotel kelas Melati di Aceh memprihatinkan
Jumlah Tamu Mancanegara dan
Nusantara yang Menginap
di Hotel Berbintang
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tingkat penghunian kamar hotel kelas melati dari tahun 2007 sampai
2009 terus mengalami penurunan dari 42,82 persen menjadi 35,34
persen
Tingkat Penghunian Kamar Hotel
Di Aceh Tahun 2007-2009
HOTEL DAN PARIWISATA
Tahukah Anda?
*** Jumlah tamu mancanegara yang
datang ke Aceh tahun 2009
sebanyak 18.589 orang dan yang
menginap di hotel berbintang
sebanyak 5.900 orang (31,74%)***
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
51
Pariwisata
Jumlah tamu atau turis yang datang ke Aceh periode
tahun 2007-2009 mengalami peningkatan setiap
tahunnya baik tamu nusantara maupun tamu
mancanegara. Pada tahun 2009 jumlah tamu
mancanegara yang datang ke Aceh sebanyak 18.589
mengalami peningkatan sebesar 7,56 persen
dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 17.282
orang.
Untuk tamu nusantara yang berkunjung ke Aceh
tahun 2009 tercatat sebanyak 712.630 orang atau
mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen
dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 710.081
orang. Tamu yang berkunjung ke Aceh tentu bukan
keseluruhannya bertujuan untuk wisata, namun juga
terkait berbagai aktivitas seperti kegiatan seminar,
perdagangan, kunjungan kerja dan sebagainya.
Jika dilihat data kunjungan menurut kabupaten/kota
tahun 2009, seluruh kabupaten/kota dikunjungi oleh
tamu nusantara maupun tamu mancanegara dengan
jumlah yang sangat bervariasi.
Kota Banda Aceh paling banyak dikunjungi oleh tamu
nusantara yaitu mencapai 153.217 orang atau sekitar
21,50 persen dari total kunjungan tamu nusantara ke
Aceh. Sedangkan tamu mancanegara yang
berkunjung ke Banda Aceh mencapai 5.283 orang
atau sekitar 28,42 persen dari total kunjungan tamu
mancanegara ke Aceh.
Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang
paling banyak dikunjungi oleh tamu mancanegara
pada tahun 2009 yaitu mencapai 7.253 orang atau
39,02 persen dari total tamu mancanegara yang
berkunjung ke Aceh. Sedangkan Kota Sabang yang
yang mempunyai objek wisata taman laut dikunjungi
oleh 1.759 orang (9,46%) tamu mancanegara dan
88.083 orang (12,36%) tamu nusantara.
Kabupaten/Kota Tamu
Mancanegara
Tamu Nusan-
tara
Simeulue 290 8.186
Aceh Singkil 216 14.312
Aceh Selatan 36 9.455
Aceh Tenggara 382 3.932
Aceh Timur 102 3.364
Aceh Tengah 203 79.461
Aceh Barat 156 42.880
Aceh Besar 7.253 55.402
Pidie 386 88.843
Bireuen 190 5.878
Aceh Utara 169 7.597
Aceh Barat Daya 54 11.348
Gayo Lues 70 3.085
Aceh Tamiang 67 6.141
Nagan Raya 63 11.973
Aceh Jaya 526 5.261
Bener Meriah 63 1.871
Pidie Jaya 108 39.230
Banda Aceh 5.283 153.217
Sabang 1.759 88.083
Langsa 157 25.997
Lhokseumawe 888 40.511
Subulussalam 168 6.603
ACEH 18.589 712.630
13
Jumlah Tamu Mancanegara dan
Nusantara yang Berkunjung ke Aceh
Tahun 2009
Jumlah Tamu Mancanegara dan
Nusantara yang Berkunjung ke Aceh
Tahun 2007-2009
HOTEL DAN PARIWISATA
Banda Aceh dan Aceh Besar tebanyak dikunjungi wisatawan
Pada tahun 2009 sebanyak 7.253 tamu mancanegara datang ke Aceh Besar dan
153.217 orang tamu nusantara yang datang ke Banda Aceh
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
52
Tempat Wisata
Tempat-tempat wisata di Aceh yang sudah terkenal
luas di dalam maupun luar negeri antara lain taman
wisata dan taman laut pulau Weh Sabang. Luas
tempat wisata taman wisata Sabang sebesar 1.300
hektar, sedangkan luas taman laut sebesar 2.600
hektar. Kedua objek wisata Kota Sabang ini paling
sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara
maupun nusantara. Di Pulau Weh Sabang juga
terdapat monumen/tugu Kilometer Nol yang
menandakan titik nol wilayah Indonesia di Bagian
Barat.
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang
meliputi empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten
Gayo Lues, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Aceh
Tenggara, juga terkenal hingga mancanegara dengan
fungsinya sebagai paru-paru dunia. Luas area wisata
TNGL mencapai 623.987 hektar.
Objek wisata alam lainnya yang tersebar di beberapa
kabupaten/kota antara lain Taman Buru Lingge Issac
di Aceh Tenggara, Cagar Alam Serba Jadi di Aceh
Timur, Suaka Marga Satwa Rawa Singkil dan Taman
Wisata Laut di Aceh Singkil, Cagar Alam Jantho di
Aceh Besar, Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan
di Aceh Besar dan Pidie, dan banyak lagi objek wisata
lainnya yang tersebar di kabupaten/kota di Aceh.
Pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami
yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 juga
meninggalkan situs-situs yang sampai saat ini
menjadi tujuan wisata kota bagi tamu yang datang ke
Kota Banda Aceh, disamping tempat wisata yang
sudah lama ada. Tempat wisata Kota Banda Aceh
antara lain Kapal PLTD Apung yang dibawa
gelombang tsunami ke daratan sejauh lebih kurang
empat kilometer, Museum Tsunami, Kerkhof,
Gunongan, Taman Putro Phang, Museum Aceh dan
Makam Syiah Kuala.
13
PLTD Apung menjadi salah satu objek wisata
yang banyak dikunjungi
Gayo Lues, Aceh Selatan,
Taman wisata pulau Weh
Hutan dengan fungsi khusus
Taman wisata laut kepulauan
Suaka Margasatwa Rawa
Objek Wisata yang Terkenal di Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
No. Nama Objek Wisata LokasiLuas Area
(Ha)
1 Taman Nasional Gunung Lauser
Gayo Lues, Aceh
Selatan, Aceh
Barat Daya dan
Aceh Tenggara
623.987
2 Taman Buru Lingge Isac Aceh Tengah 80.000
3 Cagar Alam Serbajadi Aceh Timur 300
4 Taman Wisata Pulau Weh Sabang Sabang 1.300
5 Taman Laut Pulau Weh Sabang Sabang 2.600
6 Cagar Alam Jantho Aceh Besar 16.640
7Hutan dengan fungsi khusus untuk
latihan gajah (PLG)Aceh Utara 112
8 Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak Aceh Singkil 227.500
9 Suaka Margasatwa Rawa Singkil Aceh Singkil 102.500
10 Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Aceh Besar/Pidie 6.220
Situs tsunami menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi
Kapal Apung PLTD yang dibawa gelombang tsunami sejauh lebih kurang empat kilometer
ke daratan menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan
HOTEL DAN PARIWISATA
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
53
Panjang Jalan
Jalan sebagai sarana transportasi darat memegang
peranan penting dalam kemajuan suatu daerah.
Daerah yang sulit diakses cederung lebih tertinggal
dibandingkan daerah lainnya yang mudah diakses
melalui perjalanan darat. Terlebih lagi jika suatu
daerah sangat tergantung dengan daerah lainnya
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya seperti
sembako, maka jalan akan menjadi urat nadi
kehidupan oleh masyarakat di daerah tersebut.
Jalan menurut statusnya terbagi tiga yaitu jalan
negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Pada
tahun 2008 total panjang jalan ketiga jenis tersebut di
Aceh sepanjang 17.046,19 kilometer dengan rincian
masing-masing adalah; jalan negara sepanjang
1.782,78 kilometer (10,46%), jalan provinsi sepanjang
1.681,82 kilometer (9,87%) dan jalan kabupaten/kota
sepanjang 13.581,59 kilometer (79,67%).
Pembangunan jalan baru maupun perbaikan jalan
lama terus dilakukan oleh pemerintah Aceh, terutama
pasca bencana tsunami tahun 2004 yang banyak
merusak prasarana jalan darat. Namun belum
keseluruhan jalan mempunyai kondisi yang baik.
Pada tahun 2008 jalan negara yang sepanjang
1.782,78 kilometer sebagian besar dalam kondisi
yang baik yaitu sebesar 65,18 persen (1.163,26 km).
Sedangkan kondisi sedang sebesar 17,15 persen
(306,01 km) dan kondisi rusak berat sebesar 17,68
persen (315,51 km).
Sedangkan jalan provinsi sepanjang 1.681,82
kilometer, sebesar 26,31 persen aatau sepanjang
442,47 km berkondisi baik. Sedangkan kondisi
sedang dan rusak berat hampir sama yaitu 36,93
persen (621,08 km) berkondisi sedang dan 36,76
persen (618,27 km) berkondisi rusak berat.
14 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Sebagian besar jalan negara berkondisi baik
65,18 persen dari total panjang jalan negara di Aceh mempunyai kondisi baik,
sedangkan sisanya dalam kondisi sedang dan rusak
Persentase Panjang Jalan Negara
Menurut Kondisi Tahun 2008
Persentase Panjang Jalan Provinsi
Menurut Kondisi Tahun 2008
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Persentase Panjang Jalan Menurut
Status Tahun 2008
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 54
Sementara itu proporsi terbesar jalan di Aceh
merupakan jalan kabupaten/kota yaitu sepanjang
13.581,59 kilometer. Berbeda dengan jalan negara
yang lebih banyak berkondisi baik, jalan kabupaten/
kota hanya sebesar 17,73 persen (2.408,60 km)
dengan kondisi baik. Sedangkan kondisi sedang
sebesar 51,86 persen (7.043,28 km) dan kondisi
rusak berat sebesar 30,41 persen (4.129,71 km).
Jika dilihat lokasi jalan kabupaten/kota di masing-
masing daerah, Kabupaten Nagan Raya dan Aceh
Jaya mempunyai persentase panjang jalan rusak
terbesar di Aceh yaitu mencapai 92,74 persen di
Nagan Raya dan 92,56 persen di Aceh Jaya.
Kemudian Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh
Barat, dan Gayo Lues sebesar 50 sampai 60 persen
dari panjang jalan kabupaten di masing-masing
daerah berkondisi rusak. Sedangkan kabupaten/kota
lainnya masih dibawah 50 persen jalan
kabupaten/kota dengan kondisi rusak (Lampiran
Tabel 14.1).
Jenis permukaan jalan kabupaten/kota sebagian
besar masih berupa kerikil dan tanah yaitu 4.758,20
kilometer (35,03%) permukaan kerikil dan 3.234,53
kilometer (23,82%) masih berupa jalan tanah.
Sedangkan jalan dengan permukaan aspal sepanjang
5.588,86 kilometer (41,15%).
Jembatan sebagai penghubung ruas jalan yang
melalui sungai (“krueng” dalam bahasa Aceh) pada
tahun 2008 berjumlah 794 unit, dengan total panjang
jembatan 20.393 meter. Sebagian besar jembatan
yang ada dalam kondisi baik yaitu sebanyak 659 unit
(83%).
14 Jalan kabupaten/kota masih dalam kondisi memprihatinkan
Persentase Panjang Jalan Kabupaten/
Kota Menurut Kondisi Tahun 2008
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Persentase Panjang Jalan Kabupaten/
Kota Menurut Kondisi Tahun 2008
Pembangunan jalan baru lintas Banda Aceh - Calang
Tahukah Anda?
***Panjang rata-rata jembatan di
Aceh adalah 25,68 meter per unit***
Sebesar 30,41 persen dari total panjang jalan kabupaten/kota atau sepanjang empat ribu
kilometer lebih masih dalam kondisi rusak berat.
TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
55
Angkutan Udara
Bandar udara (bandara) Sultan Iskandar Muda (SIM)
yang sudah mempunyai status sebagai bandara
internasional dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan jumlah frekuensi penerbangan baik
datang maupun berangkat. Hal ini terlihat pada
periode 2006-2009 dimana frekuensi penerbangan
datang dan berangkat terus meningkat setiap
tahunnya.
Frekuensi kedatangan dan keberangkatan pesawat
hampir sama setiap tahunnya. Pada tahun 2007
frekuensi keberangkatan dan kedatangan pesawat
meningkat sekitar 5 persen dari tahun 2006. Demikian
juga pada tahun 2008 meningkat sekitar 10 persen.
Sedangkan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.088
kali keberangkatan pesawat dan 3.091 kali
kedatangan pesawat. Jumlah ini mengalami
peningkatan sebesar 11 persen dibanding tahun
sebelumnya.
Demikian juga dengan jumlah penumpang yang
datang dan berangkat mempunyai proporsi yang
sama setiap tahun. Pada tahun 2009 sebanyak
289.351 orang penumpang datang dan 294.980 orang
berangkat, meningkat sebesar 2,4 persen dibanding
tahun sebelumnya. Jumlah penumpang yang datang
dan berangkat juga mengalami peningkatan pada
tahun-tahun sebelumnya.
Perusahaan penerbangan yang beroperasi di
bandara ini antara lain Garuda Indonesia, Lion Air,
Sriwijaya, Air Asia, Firefly, MAF, NBA dan SMAC,
disamping juga terdapat penerbangan khusus seperti
dari TNI dan Polri.
14 Perkembangan Frekuensi Penerbangan
dan Jumlah Penumpang pada Bandara
Sultan Iskanda Muda
Bandara Sultan Iskandar Muda
Frekuensi penerbangan di Bandara SIM meningkat setiap tahun
Periode 2006-2009 frekuensi penerbangan datang dan berangkat serta jumlah
penumpang datang dan berangkat mengalami peningkatan setiap tahun
TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Bandara Sultan Iskandar Muda
Datang Berangkat Datang Berangkat
2006 2.391 2.390 234.927 241.460
2007 2.516 2.521 253.937 259.531
2008 2.773 2.775 282.512 287.872
2009 3.091 3.088 289.351 294.980
TahunPesawat Penumpang (orang)
Frekuensi Pesawat Berangkat pada
Bandara Sultan Iskanda Muda
Tahukah Anda?
***Aceh mulai memberangkatkan
jamaah haji melalui Bandara SIM
mulai tahun 2000 ***
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 56
Angkutan Penyeberangan
Pelabuhan penyeberangan antar pulau di Aceh
antara lain pelabuhan Labuhan Haji dan Singkil untuk
penyeberangan menuju pelabuhan Sinabang di Pulau
Simeulue dan pelabuhan Uleelhe untuk
penyeberangan ke pelabuhan Balohan di pulau Weh
(Sabang).
Pada tahun 2009 frekuensi kapal fery yang datang
dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang
mengalami penurunan sekitar 48 persen dibanding
tahun 2008. Namun jumlah penumpang yang datang
dan berangkat justeru mengalami peningkatan.
Sebaliknya di pelabuhan Sinabang pada tahun 2009
frekuensi kapal fery yang datang dan berangkat
mengalami peningkatan sebesar 75 persen. Jumlah
penumpang yang datang juga meningkat dari 35.371
orang tahun 2008 menjadi 37.053 orang. Sedangkan
jumlah penumpang yang berangkat dari pelabuhan
Sinabang justeru mengalami penurunan yaitu tahun
2008 sebanyak 38.328 orang turun menjadi 31.077
orang pada tahun 2009.
Rumahtangga Akses TIK
Jumlah rumahtangga yang mengakses teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) pada tahun 2009
mengalami peningkatan dibanding tahun 2008.
Peningkatan terjadi pada penggunaan telepon seluler,
penggunaan komputer, dan penggunaan internet.
Sedangkan penggunaan telepon jaringan mengalami
penurunan persentase.
Secara persentase jumlah rumahtangga yang
memiliki/menguasai telepon seluler pada tahun 2009
secara rata-rata mencapai 60,09 persen. Bahkan di
daerah perkotaan mencapai 81,53 persen.
Sedangkan di daerah perdesaan sebesar 51,88
persen.
14 Perkembangan Frekuensi Penyeberangan
Kapal Fery di Pelabuhan Balohan dan
Sinabang
2008 2009 2008 2009 2008 2009
Telepon 13,5 11,27 1,77 1,96 5,15 4,54
Telepon Selular 74,09 81,53 40,45 51,88 50,14 60,09
Komputer 17,78 20,06 3,24 3,88 7,42 8,36
Penggunaan Internet 13,7 19,24 4,31 3,24 7,01 7,68
Jenis Alat yang
Dimiliki/Kuasai
Kota Desa Kota+Desa
Kapal Ferry di Pelabuhan Sinabang
Datang Berangkat Datang Berangkat
2008 1.006 1.006 122.417 113.557
2009 519 517 148.011 136.607
2008 138 139 35.371 38.328
2009 241 244 37.053 31.077
Penumpang (orang)Tahun
Sinabang
Balohan
Frekuensi Kapal
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Persentasi Rumahtangga yang Memiliki/
Menguasai Berbagai Media Informasi dan
Komunikasi Tahun 2009
Sumber: Inkesmas Aceh 2010
Tahun 2009 aktivitas pelabuhan Balohan menurun drastis
Frekuensi kapal yang datang dan berangkat di pelabuhan Balohan Sabang tahun 2009
menurun hingga 48 persen dibanding tahun 2008
TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
57
Bank Konvensional
Bank konvensional yang beroperasi di Aceh terdiri
dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Kedua jenis bank konvensional berstatus bank
pemerintah dan bank swasta nasional.
Jumlah bank umum pemerintah yang beroperasi di
Aceh sampai dengan April 2010 sebanyak lima bank
yaitu empat bank pemerintah pusat yaitu Bank
Mandiri, BNI, BRI dan BTN, serta satu bank
pemerintah daerah yaitu Bank BPD Aceh dan
merupakan satu-satunya bank umum pemerintah
yang mempunyai Kantor Pusat di Aceh.
Bank BRI merupakan bank pemerintah yang
mempunyai kantor pelayanan terbanyak di Aceh yaitu
sebanyak 155 kantor dan satu-satunya bank yang
mempunyai Kantor Unit yaitu mencapai 126 kantor
unit. Kemudian Bank BPD Aceh terdapat 88 kantor,
Bank Mandiri 14 kantor, BNI 12 kantor dan BTN dua
kantor.
Disamping bank pemerintah, juga terdapat bank
swasta nasional yang beroperasi di Aceh yaitu BCA,
Bukopin, Danamon, BII, Bank Panin, Bank Permata,
BTPN dan Bank Sinarmas. Jumlah keseluruhan
kantor pelayanan bank swasta nasional kondisi April
2010 sebanyak 43 kantor, terbanyak adalah Bank
Danamon sebanyak 15 kantor dan Bank BTPN
sebanyak 14 kantor.
Sementara itu terdapat satu buah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang dikelola oleh pemerintah daerah
yaitu BPR Mustaqim dan mempunyai kantor cabang
sebanyak 12 kantor.
Sedangkan BPR yang dikelola oleh swasta nasional
yang beroperasi di Aceh terdapat empat BPR dengan
kantor pusat di Aceh yaitu BPR Koperasi Ingin Jaya,
BPR Darul Imarah, BPR Sabee Meusampe dan BPR
Global Berlian Aceh.
15 PERBANKAN DAN INVESTASI
Bank BRI mempunyai kantor pelayanan terbanyak
Kantor pelayanan perbankan jenis bank umum pemerintah yang beroperasi di Aceh mulai
Kantor Pusat sampai Kantor Unit berjumlah 271 buah, dengan 155 buah milik BRI
Jumlah Bank Umum Pemerintah yang
Beroperasi di Aceh Kondisi April 2010
Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah
Catatan : KP = Kantor Pusat KW = Kantor Wilayah KC = Kantor Cabang KCP = Kantor Cabang Pembantu KK = Kantor Kas KU = Kantor Unit
Jumlah Bank Umum Swasta Nasional
yang Beroperasi di Aceh Kondisi April
2010
Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan Daerah
Bank Pemerintah KP KW KC KCP KK KU Jumlah
1. Bank Mandiri - - 3 7 4 - 14
2. Bank BNI - - 6 6 - - 12
3. Bank BRI - 1 10 10 8 126 155
4. Bank BTN - - 1 1 - - 2
5. Bank BPD Aceh 1 - 19 68 - - 88
Jumlah 1 1 39 92 12 126 271
Bank Swasta
NasionalKP KW KC KCP KK KU Jumlah
1. Bank BCA - - 2 2 - - 4
2. Bank Bukopin - - 1 1 2 - 4
3. Bank Danamon - - 2 10 - 3 15
4. Bank BII - - 1 1 - - 2
5. Bank Panin - - 2 - - - 2
6. Bank Permata - - 1 - - - 1
7. Bank BTPN - - 2 9 3 - 14
8. Bank Sinarmas - - 1 - - - 1
Jumlah - - 12 23 5 3 43
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
58
Bank Syariah
Kegiatan perbankan yang menjalankan usaha
berdasarkan prinsip syariah di Aceh ada yang berupa
bank umum dan ada yang berupa unit usaha dari
bank umum. Kondisi April 2010 terdapat sebanyak
empat bank umum syariah dan enam bank umum
yang mempunyai unit usaha syariah. Sedangkan
berupa BPR terdapat sebanyak delapan BPR
Syariah.
BPR Syariah yang terdapat di Aceh dan juga
mempunyai kantor pusat di Aceh adalah BPR Syariah
Baiturrahman, Hareukat, Hikmah Wakilah, Teungku
Chiek Dipante, Rahman Hijrah Agung, Renggali,
Adeco dan Kota Juang.
Dana Perbankan
Simpanan masyarakat pada perbankan dapat berupa
uang rupiah maupun valuta asing (valas).
Perkembangan simpanan masyarakat berupa uang
rupiah pada bank umum pemerintah umumnya
mengalami peningkatan.
Simpanan berupa Giro mengalami peningkatan dari
sisi jumlah rekening selama periode 2006-2009 yaitu
rata-rata meningkat 16,27 persen setiap tahun. Pada
tahun 2006 terdapat 44,2 ribu rekening giro,
kemudian naik setip tahun hingga mencapai 69,4 ribu
rekening tahun 2009.
Namun dari sisi nilai nominal rupiah yang disimpan
justeru mengalami penurunan. Pada tahun 2006
simpanan masyarakat dalam bentuk giro tercatat
sebesar 7,47 triliun rupiah. Kemudian turun menjadi
5,86 triliun rupiah pada tahun 2007, dan meningkat
lagi menjadi 6,20 triliun rupiah pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 simpanan masyarakat dalam bentuk giro
ini turun drastis menjadi 4,26 triliun rupiah, atau
selama periode 2006-2009 rata-rata nilai simpanan
giro berkurang 17,08 persen setiap tahunnya.
15 Tabungan masyarakat meningkat tajam
Jumlah Bank Syariah yang Beroperasi
di Aceh Kondisi April 2010
Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan
Periode 2006-2009 simpanan masyarakat jenis tabungan terus meningkat
baik jumlah rekening maupun jumlah dana rupiah yang disimpan
Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah pada
Bank Umum Pemerintah
PERBANKAN DAN INVESTASI
Bank Syariah KP KW KC KCP KK KU Jumlah
A. Bank Umum - - 8 6 3 - 17
1. Bank BRI - - 1 - - - 1
2. Bank BSM - - 3 3 3 - 9
3. Bank Muamalat - - 2 - - - 2
4. Bank Syariah
Mega Indonesia
B. Unit Usaha Syariah - - 7 9 - - 16
1. Bank BPD Aceh - - 2 9 - - 11
2. Bank BNI - - 1 - - - 1
3. Bank Danamon - - 1 - - - 1
4. Bank Permata - - 1 - - - 1
5. Bank BII - - 1 - - - 1
6. CIMB Niaga - - 1 - - - 1
C. BPR Syariah 8 - - - 3 - 11
Jumlah 8 - 15 15 6 - 44
5 - - 2 3 - -
Jenis Simpanan 2006 2007 2008 2009
Rata-rata
pertum-
buhan per
tahun
Giro (000 rekening)
44,2 53,8 59,8 69,4 16,27%
Tabungan (000 rekening)
1.310,1 1.374,1 1.408,6 1.434,1 3,06%
Simpanan Berjangka (000 bilyet)
8,3 7,8 7,4 7,7 -2,58%
Jumlah dana
(triliun rupiah)16,27 14,24 15,94 15,08 -2,51%
Giro 7,47 5,86 6,20 4,26 -17,08%
Tabungan 4,62 5,39 5,90 6,72 13,28%
Simpanan Berjangka 4,18 2,99 3,84 4,11 -0,63%
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
59
Sedangkan simpanan jenis tabungan mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dari sisi nilai nominal
yaitu sebesar 4,62 triliun rupiah pada tahun 2006
menjadi 6,72 triliun rupiah pada tahun 2009, atau
rata-rata meningkat 13,28 persen setiap tahunnya.
Dari sisi jumlah rekening tabungan juga meningkat
dari 1,31 juta rekening tahun 2006 menjadi 1,43 juta
rekening tahun 2009, atau rata-rata meningkat 3,06
persen setiap tahunnya.
Untuk jenis simpanan berjangka pada periode tahun
2006-2009 mengalami fluktuasi dari sisi jumlah bilyet
maupun jumlah rupiah yang disimpan. Namun jika
dibandingkan posisi awal pada tahun 2006 dan posisi
akhir tahun 2009 nilai simpanan berjangka maupun
jumlah bilyet mengalami penurunan.
Besarnya dana simpanan masyarakat dalam bentuk
rupiah pada bank umum swasta nasional secara
keseluruhan juga mengalami peningkatan pada
periode 2006-2009. Pada tahun 2006 posisi simpanan
masyarakat berjumlah 1,69 triliun rupiah dan pada
tahun 2009 berjumlah 2,15 triliun rupiah, atau
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,46
persen pertahun.
Jenis simpanan yang mengalami peningkatan dari sisi
dana yang disimpan adalah jenis tabungan dan
simpanan berjangka. Tabungan mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 11,22 persen pertahun
dalam periode 2006-2009. Sedangkan simpanan
berjangka mengalami peningkatan rata-rata sebesar
11,93 persen per tahun pada periode yang sama.
Sementara itu jenis giro mengalami penurunan rata-
rata sebesar 5,56 persen pertahun.
Dari sisi jumlah rekening atau bilyet peride 2006-
2009 terus mengalami peningkatan. Peningkatan
terbesar terjadi pada rekening tabungan yaitu dari
104,3 ribu rekening pada tahun 2006 menjadi 173,1
ribu jumlah rekening pada tahun 2009, atau rata-rata
bertambah 18,41 persen setiap tahunnya.
15 Perkembangan Simpanan Masyarakat
pada Bank Umum Pemerintah
Sumber : BI- Statistik Ekonomi Keuangan
Jumlah simpanan masyarakat pada bank umum swasta nasional terus meningkat
Jumlah simpanan masyarakat pada bank swasta nasional tahun 2006 sebesar 1,69 triliun rupiah
dan menjadi 2,15 triliun rupiah pada tahun 2009, meningkat sebesar 8,46 persen per tahun
PERBANKAN DAN INVESTASI
Jenis Simpanan 2006 2007 2008 2009
Rata-rata
pertum-
buhan per
tahun
Giro (000 rekening)
4,2 4,8 5,3 5,4 8,36%
Tabungan (000 rekening)
104,3 129,4 132,5 173,1 18,41%
Simpanan Berjangka (000 bilyet)
3,2 3,1 3,3 3,4 1,92%
Jumlah dana
(triliun rupiah)1,69 1,91 2,10 2,15 8,46%
Giro 0,34 0,30 0,32 0,28 -5,66%
Tabungan 0,89 1,09 1,13 1,23 11,22%
Simpanan Berjangka 0,46 0,52 0,65 0,64 11,93%
Tahukah Anda?
***Total Simpanan masyarakat
Aceh pada bank pemerintah dan
bank swasta nasional tahun 2009
mencapai 17,23 triliun rupiah***
Posisi Simpanan Masyarakat Rupiah
pada Bank Umum Swasta Nasional
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
60
Koperasi
Lembaga keuangan non bank berupa koperasi di
Aceh cukup berkembang dengan baik. Pada tahun
2008 terdapat 6.570 unit koperasi simpan pinjam di
Aceh dengan jumlah anggota sebanyak 494.564
orang dan total simpanan sebesar 283,02 milyar
rupiah.
Sedangkan pada tahun 2009 jumlah koperasi
bertambah 0,33 persen menjadi 6.592 unit, dan
jumlah anggota juga bertambah 2,19 persen menjadi
505.412 orang, serta jumlah simpanan anggota juga
mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar
27,62 persen, menjadi 361,18 milyar rupiah.
Investasi
Usaha untuk mempercepat realisasi pembangunan
suatu daerah membutuhkan investasi, baik dari dalam
maupun luar negeri, sehingga tujuan pembangunan
untuk kesejahteraan masyarakatnya dapat segera
dicapai. Namun terkadang dalam merealisasikan
suatu investasi yang sudah direncanakan menemui
hambatan dan kendala sehingga investasi tidak dapat
diwujudkan.
Pada tahun 2009 rencana investasi yang sudah
disetujui oleh pemerintah berupa Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) mencapai 42,4 milyar rupiah
dan berupa Penanaman Modal Asing (PMA)
mencapai 77,85 juta US$. Namun kedua jenis
investasi tersebut tidak terealisasi sebagaimana
direncakan.
Kondisi tahun 2008 sedikit lebih baik dimana rencana
investasi berupa PMDN sebesar 26 milyar rupiah
dapat direalisasikan seluruhnya (100%). Sedangkan
investasi berupa PMA sebesar 1.477,3 juta US $ yang
sudah disetujui ternyata juga tidak dapat
direalisasikan.
15 Tahun 2009 investasi melalui PMDN dan PMA 0%
Pada tahun 2009 sebesar 42,4 milyar rupiah PMDN dan 77,85 juta US$ PMA
yang sudah disetujui pemerintah tidak dapat direalisasikan
PERBANKAN DAN INVESTASI
Perse-
tujuan
Reali-
sasi
Perse-
tujuan
Reali-
sasi
1. PMDN (juta rupiah) 26.000 100% 42.400 0%
2. PMA (ribu US $) 1.477.300 0% 77.850 0%
2008 2009
Jenis Investasi
Persetujuan dan Realisasi Investasi
Tahun 2008-2009
Uraian Satuan 2008 2009Perubahan
(%)
Jumlah Koperasi Primer Unit 6.570 6.592 0,33
Jumlah Anggota Orang 494.564 505.412 2,19
Jumlah Simpanan Juta rupiah 283.019 361.178 27,62
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam
di Aceh Tahun 2008-2009
Tahukah Anda?
***Total rencana investasi PMA
tahun 2008 dan 2009 sebesar
1.555,15 juta US$ adalah sekitar
14,77 triliun rupiah jika nilai kurs
rupiah Rp.9.500,-***
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
61
Indek Harga Konsumen
Selama tahun 2009 indek harga konsumen (IHK) di
Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe
mempunyai kecenderungan meningkat, walaupun jika
dilihat IHK setiap bulannya berfluktuasi. Hal ini
memberikan informasi bahwa secara umum harga
barang-barang yang dikonsumsi masyarakat terus
mengalami peningkatan.
Laju inflasi selama perode 2007-2009 yang bernilai
positif menunjukkan besarnya peningkatan harga-
harga secara umum pada tahun yang bersangkutan.
Di kota Banda Aceh tahun 2007 terjadi peningkatan
harga secara umum sebesar 11 persen, kemudian
meningkat lagi sebesar 10,27 persen tahun 2008, dan
sedikit mengalami peningkatan sebesar 3,50 persen
pada tahun 2009. Artinya secara umum harga
pembelian barang-barang konsumsi masyarakat di
akhir tahun 2009 sudah mengalami peningkatan
harga sekitar 24,77 persen bila dibandingkan harga
pada awal tahun 2007.
Demikian juga di Kota Lhokseumawe dan secara
rata-rata nasional, perkembangan harga kebutuhan
masyarakat terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, walaupun dengan tingkat perubahan yang
berbeda-beda.
Harga beras, minyak goreng dan
gula pasir
Beras, minyak goreng dan gula pasir merupakan tiga
komoditas strategis kebutuhan hidup penduduk setiap
harinya. Gejolak harga pada ketiga jenis komoditas
sering menimbulkan dampak terhadap persoalan
ekonomi maupun persoalan sosial bahkan politik
bangsa Indonesia. Karena itu ketersedian dan
kestabilan harga komoditas strategis di pasaran terus
diupayakan oleh pemerintah.
16 HARGA-HARGA
Harga komoditas ditingkat konsumen terus meningkat
Perubahan harga berbagai komoditi kebutuhan masyarakat yang digambarkan oleh
IHK selama tahun 2009 mempunyai tren meningkat
Perkembangan IHK Umum
Tahun 2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tahun Banda AcehLhok-
seumaweNasional
2007 11,00 4,18 6,59
2008 10,27 13,78 11,06
2009 3,50 3,96 2,78
Laju Inflasi Tahun 2008-2009
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
62
Periode 2007-2009 rata-rata harga minyak goreng
mengalami fluktuasi. Minyak goreng bimoli tahun
2007 rata-rata seharga 10.591 rupiah per liter,
kemudian naik menjadi 13.991 rupiah per liter tahun
2008, dan sedikit menurun tahun 2009 menjadi
13.625 rupiah per liter. Demikian juga dengan harga
minyak goreng malinda juga mengalami fluktuasi,
namun harga lebih murah dibandingkan minyak
goreng bimoli. Minyak goreng malinda merupakan
minyak goreng curah dan dijual dengan satuan
kilogram.
Sedangkan harga gula pasir putih peride 2007-2009
terus mengalami peningkatan. Selama tahun 2007
harga gula pasir rata-rata 7.104 rupiah per kilogram,
tahun 2008 seharga 7.220 rupiah per kilogram, dan
tahun 2009 meningkat tajam menjadi 9.900 rupiah per
kilogram.
Nilai Tukar Petani
Nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu
indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli
petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya
tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk
biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif
semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli
petani.
NTP rata-rata Aceh pada tahun 2008 dan 2009 masih
dibawah angka seratus walaupun pada tahun 2009
mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 98,64 tahun
2008 menjadi 99,76 atau naik 1,14 persen.
Jika dilihat menurut sub sektor, hanya ada satu sub
sektor yang mempunyai NTP diatas angka seratus
yaitu sub sektor perkebunan rakyat. Pada tahun 2008
NTP sub sektor ini sebesar 103,5 dan tahun 2009
turun menjadi 101,05. Hal ini memberikan informasi
bahwa hanya petani sub sektor perkebunan yang
memiliki kelebihan nilai tukar hasil produksi mereka
dengan barang dan jasa yang dibutuhkan.
16 Harga gula pasir terus meningkat
Rata-rata Harga Minyak Goreng dan Gula
Pasir di Kota Banda Aceh
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Harga gula pasir selama tiga tahun terus mengalami peningkatan yaitu dari
7.104 rupiah/kg tahun 2007 menjadi 9.900 rupiah/kg tahun 2009
Komoditi 2007 2008 2009
Minyak Goreng
Bimoli (Rp/ltr)10.591 13.991 13.625
Minyak Goreng
Malinda (Rp/kg)8.280 10.460 8.877
Gula Pasir Putih
(Rp/kg)7.104 7.220 9.900
Sub Kelompok 2008 2009
1. Tanaman Pangan 95,36 98,98
2. Hortikultura 99,65 99,2
3. Perkebunan Rakyat 103,5 101,05
4. Peternakan 98,13 98,55
5. Perikanan 99,36 98,98
Gabungan 98,64 99,76
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinis Aceh
Tahun 2008-2009
HARGA-HARGA
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
63
Rata-rata Pengeluaran
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk
Aceh periode 2007-2009 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar 336.900
rupiah pada tahun 2007 menjadi 427.488 rupiah pada
tahun 2009. Namun rata-rata pengeluaran penduduk
Aceh masih dibawah rata-rata pengeluaran penduduk
secara Nasional yaitu mencapai 353.421 rupiah pada
tahun 2007 menjadi 430.065 rupiah pada tahun 2009.
Pengeluaran penduduk sebesar itu digunakan
sebagai biaya hidup yaitu untuk pembelian kebutuhan
akan makanan (bahan makanan atau makanan jadi)
dan non makanan (biaya rumah tangga, pendidikan,
kesehatan dan lainnya). Pada tahun 2007 biaya yang
digunakan penduduk Aceh untuk konsumsi makanan
sebesar 204.200 rupiah perkapita perbulan.
Kemudian terus mengalami peningkatan sampai
sebesar 266.962 rupiah pada tahun 2009.
Sementara itu rata-rata pengeluaran untuk makanan
secara Nasional pada tahun 2007 jauh lebih rendah
dibanding di Aceh yaitu sebesar 174.028 rupiah.
Kemudian mengalami peningkatan setiap tahun
sehingga mencapai 217.720 rupiah pada tahun 2009,
namun nilai ini juga masih dibawah nilai pengeluaran
untuk makanan penduduk Aceh. Hal ini memberikan
gambaran bahwa biaya hidup di Aceh terutama untuk
memenuhi kebutuhan makanan lebih mahal
dibandingkan biaya hidup secara rata-rata Nasional.
Jika dilihat proporsi pengeluaran makanan dan non
makanan, maka penduduk Aceh menggunakan
sebagian besar pengeluarannya untuk konsumsi
makanan, yaitu mencapai 60 persen lebih selama
periode 2007-2009. Sedangkan secara rata-rata
Nasional pada periode yang sama pengeluaran untuk
makanan hanya sekitar 50 persen. Namun proporsi
pengeluaran untuk makanan baik secara Nasional
maupun di Aceh menunjukkan tren meningkat setiap
tahunnya.
17 PENGELUARAN PENDUDUK
Sebagian besar pendapatan penduduk dikeluarkan untuk makan
Persentase pengeluaran penduduk untuk makanan mencapai 60 persen lebih dari
total konsumsi setiap bulan pada periode 2007-2009
Sumber : BPS RI 2010
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita
Per Bulan
Rata-rata Pengeluaran Untuk Makanan
Per Kapita Per Bulan
Sumber : BPS RI 2010
Persentase Pengeluaran Untuk Makanan
Sumber : BPS RI 2010
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 64
Konsumsi Protein dan Kalori
Pada tahun 2010 konsumsi protein penduduk Aceh
per kapita per hari rata-rata sebesar 57,45 gram.
Sedangkan secara Nasional berada dibawah Aceh
yaitu mencapai 55,01 gram. Jika dilihat tempat tinggal
penduduk yaitu desa dan kota, secara rata-rata di
Aceh tidak terjadi perbedaan jumlah protein yang
dikonsumsi oleh penduduk desa dengan penduduk
kota, yaitu daerah perkotaan sebesar 57,52 gram dan
daerah perdesaan sebesar 57,41 gram.
Namun kondisi ini jauh berbeda untuk rata-rata
secara Nasional, yaitu jumlah protein yang
dikonsumsi oleh penduduk kota jauh lebih besar
dibandingkan penduduk desa. Rata-rata konsumsi
protein penduduk perkotaan secara Nasional sebesar
56,14 gram dan di perdesaan lebih rendah yaitu
sebesar 53,97 gram.
Untuk konsumsi kalori perkapita perhari penduduk
Aceh juga berada diatas angka Nasional. Rata-rata
penduduk Aceh mengkonsumsi 2.075,79 kkal
perkapita perhari, sedangkan secara Nasional
sebesar 1.925,61 kkal.
Konsumsi kalori penduduk di perdesaan ternyata
lebih tinggi dibandingkan penduduk perkotaan. Hal ini
terjadi baik di Aceh maupun secara rata-rata
Nasional. Di daerah perkotaan di Aceh konsumsi
kalori sebesar 1.993,32 kkal perkapita perhari.
Sedangkan penduduk perdesaan lebih banyak lagi
yaitu sebesar 2.109,16.
Begitu juga secara Nasional konsumsi kalori
penduduk perkotaan sebesar 1.882,29 kkal perkapita
perhari dan di perdesaan sebesar 1.966,09 kkal
perkapita perhari. Fenomena ini sangat menarik
karena ternyata penduduk perdesaan lebih
mencukupi kebutuhannya akan kalori dibandingkan
penduduk perkotaan.
17 Penduduk Aceh lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional dalam pemenuhan gizi
Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal)
Per Hari Per Kapita
Sumber : Aceh Dalam Angka 2010
Tahukah Anda?
***Kebutuhan energi/kalori
minimal penduduk yang
disyaratkan dalam penghitungan
garis kemiskinan makanan
adalah sebesar 2.100 kkal
perkapita perhari. Secara rata-
rata hanya dipenuhi oleh
penduduk Aceh yang berada di
pedesaan***
Konsumsi protein dan konsumsi kalori perkapita perhari penduduk Aceh lebih tinggi
dibandingkan rata-rata secara Nasional
Rata-rata Konsumsi Protein (gram)
Per Hari Per Kapita
PENGELUARAN PENDUDUK
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
65
Ekspor
Nilai ekspor Provinsi Aceh pada tahun 2009
mengalami penurunan sebesar 49,00 persen
dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya.
Nilai ekspor tahun 2009 mencapai US$ 1.139,45 juta,
sedangkan tahun 2008 mencapai US$ 2.234,13 juta.
Penurunan nilai ekspor pada tahun 2009 juga diikuti
oleh penurunan jumlah volume (berat) barang-barang
yang diekspor. Volume barang-barang yang diekspor
pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
18,98 persen. Pada tahun 2008 volume ekspor Aceh
mencapai 3.386,38 ribu ton, kemudian turun menjadi
2.743,58 ribu ton pada tahun 2009.
Ekspor Provinsi Aceh menurut negara tujuan pada
tahun 2009 dilakukan ke 14 negara dengan yang
didominasi oleh negara Korea Selatan sebesar 61,32
persen dari total nilai ekspor Aceh. Kemudian diikuti
oleh negara Jepang sebesar 27,71 persen, India 2,68
persen, Singapore 2,09 persen, dan sisanya sebesar
6,20 persen ke beberapa negara lainnya antara lain
Malaysia, Philipina, Myanmar, Thailand, dan
Hongkong.
Pada tahun 2009 kegiatan ekspor dilakukan melalui
sembilan pelabuhan muat. Tiga pelabuhan yang
melakukan aktivitas muat komoditi ekspor terbanyak
adalah pelabuhan Blang Lancang di Aceh Utara yang
merupakan pelabuhan ekspor komoditi minyak dan
gas (LNG). Nilai ekspor melalui pelabuhan Blang
Lancang sebesar 90,83 persen dari total nilai ekspor
Aceh tahun 2009. Kemudian pelabuhan
Lhokseumawe untuk pengiriman komoditi hasil
industri fertilizer/ammonia, sebesar 7,83 persen dan
pelabuhan Kuala Langsa sebesar 1,32 persen yang
merupakan ekspor komoditi hasil pertanian dan
industri (non migas). Negara tujuan dari ekspor non
migas Aceh antara lain Negara Australia, India dan
Columbia.
18 PERDAGANGAN
Ekspor Aceh tahun 2009 menurun
Nilai ekpor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 49 persen dan
berat komoditi ekspor juga mengalami penurunan sebesar 18,98 persen
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial
Berat dan Nilai Ekspor Aceh
Tahun 2008-2009
Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut
Pelabuhan Muat Tahun 2009
Indikator 2008 2009 Perubahan
Berat bersih (000 ton) 3.386,38 2.743,58 -18,98%
Nilai FoB (juta US$) 2.234,13 1.139,45 -49,00%
Persentase Nilai Ekspor Aceh Menurut
Negara Tujuan Tahun 2009
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 66
Impor
Nilai impor Provinsi Aceh pada tahun 2009 mencapai
US$ 117,04 juta. Nilai ini mengalami penurunan
hingga 69,54 persen dibandingkan nilai impor tahun
2008. Nilai impor tahun 2008 mencapai US$ 384,24
juta, sedangkan tahun 2009 turun menjadi US$
117,04 juta.
Penurunan nilai impor Aceh ternyata tidak diikuti oleh
penurunan volume impornya. Melainkan volume impor
tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun 2008
sebesar 162,87 persen yaitu dari 201,81 ribu ton
tahun 2008 menjadi 530,48 ribu ton tahun 2009.
Pada tahun 2009 Aceh melakukan impor barang dari
15 negara. Impor dari negara Singapura merupakan
yang tertinggi, yakni dengan nilai US$ 72,34 juta atau
mencapai 61,81 persen dari total impor Aceh.
Selanjutnya disusul oleh negara Malaysia dengan
nilai US$ 27,84 juta (23,79 persen), dan Pakistan
senilai US$ 6,65 juta (5,68 persen). Kemudian dari
China dan Jepang masing-masing sebesar 2,31
persen, dan selebihnya sebesar 4,11 persen dari total
nilai impor Aceh berasal dari 10 negara lainnya.
Total nilai impor Aceh tahun 2009 sebesar US$
117,04 juta dilakukan melalui 10 pelabuhan bongkar
yang ada di Provinsi Aceh. Pelabuhan Blang Lancang
memiliki kontribusi terbesar yaitu mencapai US$
57,23 juta atau 48,90 persen dari total impor.
Kemudian diikuti oleh pelabuhan Lhokseumawe
sebesar 23,49 persen atau senilai US $ 27,49 juta.
Aktivitas bongkar komoditi impor di pelabuhan
Lhoknga menduduki posisi ketiga terbesar dari sisi
nilai barang yang diimpor yaitu senilai 13,70 persen
dari total nilai impor Aceh namun terbesar dari sisi
volume yang diimpor, yaitu sekitar 296 ribu ton.
18 Impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan
Berat dan Nilai Impor Aceh
Tahun 2008-2009
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial
Nilai impor Aceh pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 69,54 persen namun
berat komoditi impor mengalami peningkatan sebesar 162,87 persen
Persentase Nilai Impor Aceh Menurut
Negara Asal Tahun 2009
PERDAGANGAN
Indikator 2008 2009 Perubahan
Berat bersih (000 ton) 201,81 530,48 162,87%
Nilai CIF (juta US$) 384,24 117,04 -69,54%
Sumber : Perspektif Ekonomi Makro dan Sosial
Persentase Nilai Impor Aceh Menurut
Pelabuhan Bongkar Tahun 2009
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
67
Pendapatan Regional
Pendapatan domestik regional Bruto (PDRB)
merupakan salah satu indikator untuk menilai
kemajuan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dari
PDRB dapat diperoleh informasi tentang kemampuan
keuangan daerah, potensi daerah dan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari PDRB
perkapita.
Perkembangan PDRB Aceh periode 2007-2009 jika
memperhitungkan komponen minyak dan gas (migas)
yang dihasilkan di wilayah Aceh, dari tahun-ketahun
terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
penurunan produksi migas dari lahan yang sudah
diekploitasi dalam waktu puluhan tahun. Oleh karena
itu pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas
mengalami pertumbuhan yang negatif.
Pada tahun 2007 komposisi PDRB Aceh terdiri dari
30,07 persen dari komponen migas dan 69,93 persen
dari komponen non migas. Kemudian tahun 2008
kontribusi migas turun menjadi 26,30 persen dan
kontribusi non migas 73,70 persen. Pada tahun 2009
kontribusi migas terhadap PDRB sudah dibawah 20
persen yaitu sebesar 18,67 persen, dan kontribusi
non migas sebesar 81,33 persen. Diperkirakan
kontribusi migas akan terus menurun terhadap PDRB
Aceh, kecuali jika ditemukan dan diekploitasi sumber-
sumber migas di lokasi lainnya di Aceh.
Seiring dengan penurunan komponen migas,
komponen non migas terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya terhadap PDRB Aceh. Pertumbuhan
ekonomi Aceh tanpa migas tahun 2007 tercatat
sebesar 7,23 persen. Kemudian tahun 2008
perekonomian Aceh meningkat tipis yaitu sebesar
1,88 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh
tahun 2009 kembali meningkat yaitu tumbuh sebesar
3,92 persen.
19 PENDAPATAN REGIONAL
Kontribusi minyak dan gas terus mengalami penurunan
Kontribusi minyak dan gas terhadap pembentukan PDRB Aceh tahun 2007 masih sebesar
30,07 persen, kemudian terus menurun sehingga tinggal 18,67 persen pada tahun 2009
Komposisi PDRB Aceh Menurut
Migas dan Non Migas
Sumber : PDRB Aceh 2006-2009
Beberapa Indikator Ekonomi
Aceh Tahun 2007-2009
Sumber : PDRB Aceh 2006-2009
Indikator 2007 2008 2009
Dengan Minyak dan Gas
PDRB ADHB (triliun rupiah) 71,09 73,53 70,76
PDRB ADHK (milyar rupiah) 35,98 34,09 32,18
PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah) 16,83 17,12 16,22
PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah) 8,52 7,94 7,38
Pertumbuhan ekonomi (%) (2,36) (5,27) (5,58)
Tanpa Minyak dan Gas
PDRB ADHB (triliun rupiah) 49,72 54,19 57,55
PDRB ADHK (milyar rupiah) 26,02 26,51 27,55
PDRB ADHB/Kapita (juta rupiah) 11,77 12,62 13,19
PDRB ADHK/Kapita (juta rupiah) 6,16 6,17 6,31
Pertumbuhan ekonomi (%) 7,23 1,88 3,92
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 68
Pendapatan Perkapita
PDRB perkapita dapat dijadikan ukuran produktivitas
masyarakat secara makro. Semakin besar PDRB
perkapita semakin produktif masyarakat di daerah
tersebut yang seharusnya juga semakin sejahtera.
PDRB perkapita Aceh atas dasar harga berlaku
(ADHB) dengan migas tahun 2009 mencapai 16,22
juta rupiah, mengalami penurunan sebesar 5,31
persen dibanding tahun 2008. Sedangkan tanpa
migas mencapai 13,19 juta rupiah, mengalami
peningkatan sebesar 4,50 persen dari tahun 2008.
Penurunan PDRB perkapita dengan migas
disebabkan karena di satu sisi terjadi penurunan nilai
PDRB dan di sisi lain jumlah penduduk sebagai faktor
pembagi terus bertambah setiap tahunnya. Pada
tahun 2009 terjadi pertumbuhan jumlah penduduk
sekitar 1,62 persen dibandingkan jumlah penduduk
pada tahun 2008.
Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian Aceh dengan
mengikutsertakan komponen migas dalam PDRB
pada tahun 2009 masih didominasi oleh sektor
pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar
27,40 terhadap total PDRB Aceh.
Selain sektor pertanian, terdapat enam sektor lainnya
yang cukup berperan terhadap pembentukan PDRB
Aceh dengan migas yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang meberikan kontribusi sebesar
14,73 persen, sektor jasa-jasa (11,80%), sektor
pertambangan dan penggalian (11,59%), sektor
industri pengolahan (11,20%), sektor pengangkutan
dan komunikasi (10,67%) dan sektor konstuksi
(9,67%). Dua sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air
bersih serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan memberikan kontribusi masih dibawah
tiga persen.
19 Sektor pertanian masih menjadi andalan perekonomian Aceh
Peranan Sektor Terhadap PDRB Dengan
Migas Tahun 2009
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Aceh pada tahun 2009 sebesar 27,40
persen dan merupakan kontribusi terbesar dari sembilan sektor PDRB
Keterangan :
A. Pertanian
B. Pertambangan & Penggalian
C. Industri Pengolahan
D. Listrik dan Air Bersih
E. Konstruksi
F. Perdagangan, Hotel & Restoran
G. Pengangkutan & Komunikasi
H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
I. Jasa-jasa
PENDAPATAN REGIONAL
PDRB Perkapita Aceh Dengan Migas dan
Tanpa Migas
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
69
Penduduk
Persentase penduduk Provinsi Aceh terhadap total
penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebesar 1,89
persen. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2000
mencapai 1,92 persen. Kemudian pada tahun 2005
turun menjadi 1,86 persen akibat berkurangnya
jumlah penduduk Aceh pada saat musibah tsunami
pada tanggal 26 Desember 2004 yang banyak
menelan korban jiwa.
Di pulau Sumatera kontribusi terbesar terhadap
penduduk Indonesia dicapai oleh Provinsi Sumatera
Utara yaitu sebesar 5,73 persen pada tahun 2009.
Kemudian diikuti oleh Provinsi Lampung sebesar 3,24
persen dan Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,12
persen. Kontribusi terkecil diberikan oleh Provinsi
Kepulauan Riau yaitu hanya 0,65 persen dari total
penduduk Indonesia tahun 2009.
Secara keseluruhan penduduk provinsi se Sumatera
memberikan kontribusi sebesar 21,44 persen
terhadap total penduduk Indonesia tahun 2009.
Angka ini mengalami peningkatan setiap tahunnya
mulai dari tahun 2000 yang tercatat sebesar 20,71
persen.
Pertumbuhan penduduk Aceh pada periode tahun
2000-2009 rata-rata sebesar 0,77 persen per tahun.
Angka ini lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan
penduduk secara Nasional tahun 2000-2009 yaitu
sebesar 1,35 persen per tahun. Provinsi lain di
Sumatera dengan angka pertumbuhan penduduk
lebih rendah dari angka Nasional adalah Provinsi
Lampung sebesar 1,20 persen per tahun. Sedangkan
delapan provinsi lainnya berada diatas angka
pertumbuhan penduduk Nasional.
Di pulau Sumatera pertumbuhan penduduk tertinggi
terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 4,27
persen per tahun, kemudian Provinsi Riau sebesar
3,46 persen pertahun.
20 PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan
Riau yaitu rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009
Persentase Jumlah Penduduk Provinsi
se Sumatera Terhadap Total Penduduk
Indonesia
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Catatan :
1 Hasil Sensus Penduduk 2000
2 Hasil Sensus Penduduk Aceh Nias 2005
3 Hasil estimasi penduduk berdasarkan sensus
Laju Pertumbuhan Penduduk
Menurut Provinsi se Sumatera
Provinsi 20001
20052
20083
20093
1. Aceh 1,92 1,86 1,88 1,89
2. Sumatera Utara 5,68 5,65 5,71 5,73
3. Sumatera Barat 2,07 2,08 2,08 2,09
4. Riau 2,41 2,20 2,27 2,29
5. Kepulauan Riau … 0,58 0,64 0,65
6. Jambi 1,17 1,21 1,22 1,22
7. Sumatera Selatan 3,03 3,10 3,12 3,12
8. Kep. Bangka Belitung 0,44 0,49 0,49 0,49
9. Bengkulu 0,71 0,71 0,72 0,72
10. Lampung 3,28 3,22 3,23 3,24
PULAU SUMATERA 20,71 21,10 21,36 21,44
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Provinsi1990-
2000
2000-
2005
2000-
2008
2000-
2009
1. Aceh 1,46 (0,20) 0,66 0,77
2. Sumatera Utara 1,32 1,30 1,43 1,45
3. Sumatera Barat 0,63 1,46 1,44 1,43
4. Riau 4,35 4,14 3,47 3,46
5. Kepulauan Riau … 5,05 4,79 4,27
6. Jambi 1,84 1,94 1,85 1,83
7. Sumatera Selatan 1,28 1,88 1,73 1,69
8. Kep. Bangka Belitung 0,97 3,61 2,80 2,64
9. Bengkulu 2,20 1,48 1,52 1,52
10. Lampung 1,17 1,04 1,18 1,20
INDONESIA 1,45 1,40 1,36 1,35
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
70
Tingkat kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk
dibagi luas wilayah di Aceh sebesar 75 jiwa per km2.
Angka ini terus meningkat dari 72 jiwa per km2 pada
tahun 2000. Provinsi terpadat penduduknya di
Sumatera tertinggi dicapai oleh Provinsi Lampung
yaitu sebesar 199 jiwa per km2. Kemudian diikuti oleh
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 187 jiwa per km2
dan Provinsi Sumatera Utara sebesar 182 jiwa per
km2. Ketiga provinsi ini mempunyai tingkat kepadatan
penduduk diatas rata-rata Nasional sebesar 124 jiwa
per km2.
Sedangkan kepadatan penduduk terendah dan
dibawah angka Provinsi Aceh adalah Provinsi Riau
sebesar 60 jiwa per km2, Provinsi Jambi sebesar 62
jiwa per km2, dan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 69 jiwa per km2.
PDRB
PDRB perkapita tanpa migas provinsi se Sumatera
tertinggi berada di Provinsi Kepulauan Riau yaitu
sebesar 24,30 juta pada tahun 2008. Bahkan PDRB
perkapita provinsi ini juga tertinggi selama periode
2005-2008. Nilai yang dicapai juga jauh lebih tinggi
dibandingkan PDRB perkapita provinsi lainnya di
Sumatera.
Provinsi Aceh berada pada posisi ke empat terendah
dari sepuluh provinsi di Sumatera yaitu sebesar 6,17
juta rupiah pada tahun 2008. PDRB perkapita
terendah berada di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar
4,48 juta rupiah pada tahun 2008.
Jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Nasional
pada tahun 2008 sebesar 8,49 juta rupiah, ternyata
hanya terdapat dua provinsi dengan PDRB perkapita
diatas angka Nasional yaitu Provinsi Kepulauan Riau
dan Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan delapan
provinsi lainnya mempunyai PDRB perkapita dibawah
rata-rata Nasional.
20 Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Kepadatan Penduduk per Km2
Menurut Provinsi se Sumatera
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera
Sumber : Statistik Indonesia 2009
PDRB Perkapita Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Provinsi 2005 2006 2007 2008
1. Aceh 5,52 5,84 6,16 6,17
2. Sumatera Utara 7,03 7,34 7,72 8,08
3. Sumatera Barat 6,38 6,68 7,01 7,35
4. Riau 6,93 7,35 7,77 8,21
5. Kepulauan Riau 22,33 22,94 23,65 24,30
6. Jambi 4,17 4,44 4,66 4,92
7. Sumatera Selatan 5,33 5,63 6,00 6,29
8. Kep. Bangka Belitung 8,80 8,05 8,36 8,66
9. Bengkulu 3,98 4,15 4,34 4,48
10. Lampung 4,07 4,22 4,42 4,59
INDONESIA 7,30 7,65 8,07 8,49
PERBANDINGAN REGIONAL
Tahukah Anda?
***Jika PDRB perkapita 24 juta rupiah pertahun dibagi 12 bulan dan dikali 4 orang rata-rata per rumahtangga hasilnya adalah 8 juta perbulan per rumahtangga***
Provinsi 2000 2005 2008 2009
1. Aceh 72 68 74 75
2. Sumatera Utara 161 171 180 182
3. Sumatera Barat 101 108 113 114
4. Riau 56 55 59 60
5. Kepulauan Riau … 158 180 187
6. Jambi 53 58 61 62
7. Sumatera Selatan 103 113 118 120
8. Kep. Bangka Belitung 55 65 68 69
9. Bengkulu 74 79 83 84
10. Lampung 178 188 196 199
INDONESIA 110 118 123 124
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
71
Laju pertumbuhan ekonomi provinsi se Sumatera
periode 2005-2008 seluruhnya mengalami
pertumbuhan positif dengan besaran nilai yang cukup
bervariasi. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan
ekonomi terendah sebesar 1,88 persen di Provinsi
Aceh dan tertinggi sebesar 8,06 persen di Provinsi
Riau.
Pada tahun 2008 terdapat tiga provinsi dengan laju
pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata Nasional yang
besarnya 6,52 persen, yaitu Provinsi Riau, Kepulauan
Riau dan Jambi. Sedangkan tujuh provinsi lainnya
mempunyai laju pertumbuhan dibawa rata-rata
Nasional.
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan
manusia khususnya dibidang kesehatan, pendidikan
dan kehidupan yang layak. Ketiga bidang tersebut
dianggap sebagai permasalahan yang mendasar
yang dapat merefleksikan keberhasilan pembangunan
manusia secara menyeluruh.
Indikator yang digunakan merupakan indikator
komposit yang terdiri dari “angka harapan hidup”
mewakili pembangunan bidang kesehatan, “angka
melek huruf dan rata-rata lama bersekolah” mewakili
bidang pendidikan serta “kemampuan daya beli” yang
merefleksikan tingkat kehidupan yang layak.
Pada tahun 2009 IPM provinsi se Sumatera tertinggi
diraih oleh Provinsi Riau yaitus sebesar 75,60. Angka
ini jauh lebih tinggi dibandingkan capaian IPM
Nasional tahun 2009 sebesar 71,76. Jika
dibandingkan dengan IPM Nasional tersebut, terdapat
delapan provinsi dengan IPM berada diatas angka
Nasional dan dua provinsi berada dibawahnya.
Provinsi Aceh dan Lampung termasuk provinsi
dengan IPM berada dibawah angka IPM Nasional
tahun 2009 dan juga pada tahun 2008.
20 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Provinsi se Sumatera
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi se Sumatera
Provinsi 2005 2006 2007 2008
1. Aceh 1,22 7,70 7,23 1,88
2. Sumatera Utara 5,52 6,26 6,89 6,40
3. Sumatera Barat 5,73 6,14 6,34 6,36
4. Riau 8,54 8,66 8,25 8,06
5. Kepulauan Riau 7,08 7,23 7,55 7,22
6. Jambi 6,25 8,35 6,59 7,36
7. Sumatera Selatan 6,91 7,31 8,04 6,34
8. Kep. Bangka Belitung 4,60 4,80 5,37 5,03
9. Bengkulu 5,82 5,95 6,03 4,93
10. Lampung 4,61 5,31 6,14 5,33
INDONESIA 6,57 6,11 6,87 6,52
PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu
rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009
Tahukah Anda?
***IPM Aceh pada tahun 2009 berada
pada peringkat ke 17 tertinggi dari 33
provinsi di Indonesia***
Sumber : Statistik Indonesia 2009
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 72
Kemiskinan
Perkembangan jumlah penduduk miskin provinsi se
Sumatera selama periode 2007-2009 mengalami
penurunan setiap tahunnya. Persentase penduduk
miskin terbanyak pada tahun 2009 berada di Provinsi
Aceh yaitu sebesar 21,80 persen. Bahkan pada tahun
2007 dan 2008 persentase penduduk miskin di
Provinsi Aceh tetap yang tertinggi di Pulau Sumatera.
Pada tahun 2007 dan 2008 tersebut hanya ada tiga
provinsi dengan tingkat kemiskinan diatas 20 persen
yaitu Provinsi Aceh, Bengkulu dan Lampung.
Tingkat penurunan persentase penduduk miskin dari
tahun 2007 ke tahun 2009 masing-masing provinsi se
Sumatera cukup bervariasi. Penurunan tertinggi
terjadi di Provinsi Aceh sebesar 4,85 persen poin
yaitu dari 26,65 persen pada tahun 2007 menjadi
21,80 persen pada tahun 2008. Kemudian Provinsi
Bengkulu sebesar 3,54 persen poin yaitu dari 22,13
persen pada tahun 2007 menjadi 18,59 persen pada
tahun 2009. Sedangkan provinsi lainnya terjadi
penurunan dibawah tiga persen poin. Secara
Nasional penurunan persentase penduduk miskin dari
tahun 2007 ke 2009 terjadi sebesar 2,43 persen poin.
Jika dibandingkan dengan persentase penduduk
miskin secara Nasional pada tahun 2009 yang
mencapai 14,15 persen, terdapat empat provinsi di
Sumatera dengan tingkat kemiskinan berada di atas
angka Nasional yaitu Provinsi Aceh, Lampung,
Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sedangkan enam
provinsi lainnya berada dibawah angka kemiskinan
Nasional, dengan tingkat kemiskinan terendah di
Pulau Sumatera adalah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yaitu sebesar 7,46 persen.
20 2007 2008 2009
1. Aceh 26,65 23,53 21,80
2. Sumatera Utara 13,90 12,55 11,51
3. Sumatera Barat 11,90 10,67 9,54
4. Riau 11,20 10,63 9,48
5. Kepulauan Riau 10,30 9,18 8,27
6. Jambi 10,27 9,32 8,77
7. Sumatera Selatan 19,15 17,73 16,28
8. Kep. Bangka Belitung 9,54 8,58 7,46
9. Bengkulu 22,13 20,64 18,59
10. Lampung 22,19 20,98 20,22
16,58 15,42 14,15
ProvinsiPenduduk Miskin (%)
INDONESIA
Perkembangan Jumlah Penduduk
Miskin Provinsi se Sumatera
Persentase Penduduk Miskin Provinsi
se Sumatera Tahun 2009
***Persentase penduduk miskin adalah
proporsi penduduk yang hidup dibawah
garis kemiskinan***
Tahukah Anda?
***Persentase penduduk miskin di Aceh
tahun 2009 tertinggi di Pulau Sumatera
dan urutan ke 7 tertinggi dari 33 provinsi
di Indonesia***
Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera
PERBANDINGAN REGIONAL
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010
73
Gini Rasio
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran
yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Angka
koefisien gini rasio akan bernilai dari 0 (nol) sampai
dengan 1 (satu). Nilai 0 menggambarkan pemerataan
yang sempurna, dan nilai 1 menggambarkan ketidak-
merataan (ketimpangan) yang sempurna.
Perkembangan angka gini rasio tahun 2007-2009
provinsi se Sumtera sangat bervariasi. Beberapa
provinsi mengalami penurunan angka gini rasio setiap
tahunnya seperti Provinsi Jambi dan Bengkulu. Hal ini
menggambarkan tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan semakin mengecil setiap tahunnya.
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera
Selatan mengalami peningkatan angka gini rasio
pada tahun 2009 yang berarti distribusi pendapatan
semakin memburuk dan semakin timpang dibanding
tahun sebelumnya. Sedangkan beberapa provinsi
lainnya mengalami penurunan angka gini rasio pada
tahun 2008 namun kembali terjadi peningkatan pada
tahun 2009, seperti Provinsi Sumatera Barat, Riau,
dan Sumatera Selatan.
Secara umum angka gini rasio provinsi se Sumatera
lebih baik dibandingkan rata-rata Nasional. Pada
tahun 2009 angka gini rasio seluruh provinsi di
Sumatera berada dibawah rata-rata Nasional yang
besarnya 0,37. Angka gini rasio provinsi se Sumatera
tahun 2009 berada dalam rentang 0,27 yaitu Provinsi
Jambi, sampai 0,35 yaitu Provinsi Lampung.
20 PERBANDINGAN REGIONAL
Penduduk Kepulauan Riau semakin padat
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di pulau Sumatera terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu
rata-rata bertambah 4,27 persen setiap tahun pada periode 2000-2009
2007 2008 2009
1. Aceh 0,27 0,27 0,29
2. Sumatera Utara 0,31 0,31 0,32
3. Sumatera Barat 0,31 0,29 0,30
4. Riau 0,32 0,31 0,33
5. Kepulauan Riau 0,30 0,30 0,29
6. Jambi 0,31 0,28 0,27
7. Sumatera Selatan 0,32 0,30 0,31
8. Kep. Bangka Belitung 0,26 0,26 0,29
9. Bengkulu 0,34 0,33 0,30
10. Lampung 0,39 0,35 0,35
0,36 0,35 0,37 INDONESIA
ProvinsiGini Rasio
Angka Gini Rasio Provinsi
se Sumatera Tahun 2009
Angka Gini Rasio Provinsi
se Sumatera Tahun 2007-2009
Tahukah Anda?
***Gini rasio Provinsi Aceh tahun 2009
sebesar 0,29 berada pada posisi kedua
terkecil setelah Provinsi Jambi sebesar
0,27***
Nilai gini ratio (G), jika: s G < 0,3 :ketimpangan rendah s 0,3 ≤ G ≤ 0,5 :ketimpangan sedang s G > 0,5 :ketimpangan tinggi
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 74
Ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) seluruh provinsi
se Sumatera pada tahun 2009 lebih rendah
dibandingkan kondisi tahun 2007. Namun ada
beberapa provinsi yang mengalami penurunan yang
tajam pada tahun 2008 namun kembali meningkat
pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 Provinsi Aceh mempunyai TPT
tertinggi se Sumatera yaitu sebesar 8,71 persen. TPT
Provinsi Aceh juga berada diatas rata-rata Nasional
yang besarnya 7,87 persen. Bahkan pada tahun 2007
dan 2008 TPT Provinsi Aceh juga masih berada
diatas rata-rata Nasional.
Tiga provinsi yang mempunyai TPT terendah pada
tahun 2009 adalah Provinsi Bengkulu yaitu sebesar
5,09 persen, Provinsi Jambi sebesar 5,54 persen dan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 6,14
persen. Sedangkan TPT tertinggi setelah Aceh adalah
Provinsi Riau sebesar 8,56 persen, Sumatera Utara
sebesa 8,45 persen dan Kepulauan Riau sebesar
8,11 persen.
Pada tahun 2009 terdapat lima provinsi di Sumatera
dengan TPT diatas rata-rata Nasional yaitu Provinsi
Aceh, Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan
Sumatera Barat. Sedangkan provinsi dengan TPT
dibawah angka Nasional adalah Provinsi Bengkulu,
Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung dan
Sumatera Selatan.
20 Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau secara rata-rata sangat sejahtera
Pada tahun 2009 PDRB perkapita Provinsi Kepulauan Riau mencapai 24,30 juta rupiah pertahun,
berada jauh diatas rata-rata Nasional dan angka provinsi lainnya di Sumatera
PERBANDINGAN REGIONAL
2007 2008 2009
1. Aceh 9,84 9,56 8,71
2. Sumatera Utara 10,10 9,10 8,45
3. Sumatera Barat 10,31 8,04 7,97
4. Riau 9,79 8,20 8,56
5. Kepulauan Riau 9,01 8,01 8,11
6. Jambi 6,22 5,14 5,54
7. Sumatera Selatan 9,34 8,08 7,61
8. Kep. Bangka Belitung 6,49 5,99 6,14
9. Bengkulu 4,68 4,90 5,09
10. Lampung 7,58 7,14 6,62
9,11 8,39 7,87
Provinsi
Tingkat Pengangguran Terbuka
(%)
INDONESIA
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi se Sumatera Tahun 2009
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi se Sumatera
Tahukah Anda?
***TPT Provinsi Aceh tahun 2009
sebesar 8,71 persen berada pada
rangking 7 terbesar dari 33 provinsi di
Indonesia***
Pengangguran Terbuka adalah penduduk usia 15 tahun keatas dan tidak bekerja: s Yang mencari pekerjaan s Yang sedang mempersiapkan usaha s Yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin dapat pekerjaan
s Mereka yang baru diterima bekerja namun belum mulai bekerja
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 75
LAMPIRAN TABEL
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 76
Tabel 1.1 Kondisi Klimatologi Provinsi Aceh Tahun 2009
Bulan
Suhu Udara
Rata-Rata (0C)
Rata-rata Penyinaran
Matahari (%)
Rata-rata Kelembaban Udara (%)
Jumlah Hari
Hujan
Curah Hujan (mm)
Tekanan Udara (atm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Januari 25,4 34,8 84 21 276,5 1.010,9
Februari 26,1 64,4 81 7 113,0 1.009,8
Maret 26,3 48,1 84 15 114,6 1.009,7
April 27,5 66,5 80 11 7,3 1.009,1
Mei 27,5 61,0 78 15 178,1 1.008,2
Juni 28,2 69,0 69 1 21,9 1.009,1
Juli 28,3 61,5 69 9 6,2 1.009,1
Agustus 27,2 39,2 76 18 118,3 1.009,4
September 27,3 49,6 74 12 126,8 1.009,8
Oktober 26,8 48,6 78 8 43,5 1.010,1
November 26,2 30,9 85 22 316,5 1.009,6
Desember 26,4 40,9 86 19 254,0 1.010,3
Rata-rata 26,9 51,2 79 13,2 131,4 1.008,8
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 77
Tabel 1.2 Jumlah Gempa Bumi di Provinsi Aceh Tahun 2009
Bulan
Frekuensi Gempa yang Tercatat
Pusat di Provinsi Aceh
Pusat di Luar Provinsi Aceh
Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Januari 164 16 180
Februari 110 2 112
Maret 149 3 152
April 128 6 134
Mei 97 0 97
Juni 102 5 107
Juli 133 13 146
Agustus 134 13 147
September 102 15 117
Oktober 101 15 116
November 106 14 120
Desember 106 11 117
Jumlah 1.432 113 1.545
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 78
Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah
Kecamatan Jumlah Mukim
Jumlah Gampong/
Desa
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Simeulue
Sinabang 8 29 137
2. Aceh Singkil
Singkil 10 16 116
3 . Aceh Selatan Tapaktuan 16 43 248
4. Aceh Tenggara Kutacane 16 51 385
5. Aceh Timur Idi 24 46 511
6. Aceh Tengah Takengon 14 18 268
7. Aceh Barat Meulaboh 12 33 321
8. Aceh Besar Kota Jantho 23 68 604
9. Pi d i e Sigli 23 94 727
10. Bireuen
Bireuen 17 75 609
11. Aceh Utara Lhoksukon 27 67 852
12. Aceh Barat Daya Blangpidie 9 20 132
13. Gayo Lues Blangkejeren 11 25 136
14. Aceh Tamiang Karang Baru 12 27 213
15. Nagan Raya Suka Makmue 8 29 222
16. Aceh Jaya Calang 6 21 172
17. Bener Meriah Sp. Tiga Redelong 7 12 232
18. Pidie Jaya Meureudu 8 34 222
19. Banda Aceh Banda Aceh 9 17 90
20. Sabang Sabang 2 7 18
21. Langsa Langsa 5 6 66
22. Lhokseumawe Lhokseumawe 4 9 68
23. Subulussalam Subulussalam 5 8 74
Jumlah 276 755 6.423
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 79
Tabel 3.1
Wilayah Administrasi Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota Luas Wilayah
Km2
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk per Km
2
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Simeulue
1.678,00 19.934 82.344 49
2. Aceh Singkil
2.597,00 23.672 102.505 39
3 . Aceh Selatan 3.851,69 52.497 215.315 56
4. Aceh Tenggara 4.231,41 43.742 177.024 42
5. Aceh Timur 6.040,60 76.561 340.728 56
6. Aceh Tengah 4.315,14 48.196 189.298 44
7. Aceh Barat 2.927,95 40.179 158.499 54
8. Aceh Besar 2.969,00 80.673 312.762 105
9. Pi d i e 2.856,52 106.882 386.053 135
10. Bireuen
1.946,96 80.084 359.032 184
11. Aceh Utara 3.288,83 133.775 532.537 162
12. Aceh Barat Daya 2.334,01 29.095 124.813 53
13. Gayo Lues 5.719,57 18.393 75.165 13
14. Aceh Tamiang 1.939,72 56.115 241.734 125
15. Nagan Raya 3.331,24 34.328 125.425 38
16. Aceh Jaya 3.817,00 23.811 82.904 22
17. Bener Meriah 1.457,34 30.137 114.464 79
18. Pidie Jaya 438,12 38.649 135.345 309
19. Banda Aceh 61,36 54.020 212.241 3.459
20. Sabang 238,00 7.669 29.184 123
21. Langsa 262,41 33.023 140.415 535
22. Lhokseumawe 256,07 37.350 159.239 622
23. Subulussalam 1.391,00 13.927 66.451 48
Jumlah 57.948,94 1.082.712 4.363.477 75
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 80
Tabel 5.1
Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf
(%) Rata-Rata Lama Sekolah
(Tahun)
(1) (2) (3)
1. Simeulue
98,58 8,30
2. Aceh Singkil
96,22 7,74
3 . Aceh Selatan 96,47 8,28
4. Aceh Tenggara 97,10 9,34
5. Aceh Timur 97,51 8,49
6. Aceh Tengah 98,13 9,44
7. Aceh Barat 94,08 8,23
8. Aceh Besar 96,95 9,51
9. Pi d i e 95,56 8,65
10. Bireuen
98,37 9,23
11. Aceh Utara 96,42 9,12
12. Aceh Barat Daya 96,25 7,63
13. Gayo Lues 86,97 8,71
14. Aceh Tamiang 98,25 8,77
15. Nagan Raya 89,78 7,34
16. Aceh Jaya 93,78 8,71
17. Bener Meriah 97,45 8,53
18. Pidie Jaya 94,23 8,38
19. Banda Aceh 99,10 11,91
20. Sabang 98,81 10,36
21. Langsa 99,10 10,04
22. Lhokseumawe 99,22 9,91
23. Subulussalam 96,53 7,58
Rata-Rata 96,39 8,63
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 81
Tabel 6.1
Angka Harapan Hidup, Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lama Sakit Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Kesakitan (%)
Rata-Rata Lama Sakit (Hari)
(1) (2) (3) (4)
1. Simeulue
62,91 22,40 3,57
2. Aceh Singkil
64,69 35,52 3,41
3 . Aceh Selatan 66,82 34,73 5,41
4. Aceh Tenggara 69,19 18,76 3,98
5. Aceh Timur 69,63 47,34 2,64
6. Aceh Tengah 69,53 39,44 4,14
7. Aceh Barat 69,87 26,96 4,32
8. Aceh Besar 70,64 39,70 2,50
9. Pi d i e 69,32 34,83 2,76
10. Bireuen
72,32 34,01 2,76
11. Aceh Utara 69,63 39,24 2,78
12. Aceh Barat Daya 66,74 29,00 3,70
13. Gayo Lues 66,96 32,11 3,50
14. Aceh Tamiang 68,27 35,02 2,77
15. Nagan Raya 69,53 34,60 2,81
16. Aceh Jaya 67,97 42,02 2,99
17. Bener Meriah 67,52 42,36 3,61
18. Pidie Jaya 69,13 39,39 3,01
19. Banda Aceh 70,56 20,34 3,42
20. Sabang 70,69 20,57 2,26
21. Langsa 70,36 36,19 2,44
22. Lhokseumawe 70,41 38,15 2,39
23. Subulussalam 65,71 33,68 3,25
Jumlah 68,60 35,28 3,10
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 82
Tabel 8.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota IPM Penduduk Miskin
(%)
(1) (2) (3)
1. Simeulue
68,92 24,72
2. Aceh Singkil
68,29 21,06
3 . Aceh Selatan 69,64 17,50
4. Aceh Tenggara 71,23 16,77
5. Aceh Timur 70,19 21,33
6. Aceh Tengah 73,22 21,43
7. Aceh Barat 70,32 27,09
8. Aceh Besar 73,10 20,09
9. Pi d i e 71,60 25,87
10. Bireuen
72,86 21,65
11. Aceh Utara 71,90 25,29
12. Aceh Barat Daya 69,81 21,33
13. Gayo Lues 67,59 24,22
14. Aceh Tamiang 70,50 19,96
15. Nagan Raya 68,74 26,22
16. Aceh Jaya 69,39 21,86
17. Bener Meriah 70,38 26,58
18. Pidie Jaya 71,71 27,97
19. Banda Aceh 77,00 8,64
20. Sabang 75,49 23,89
21. Langsa 73,20 16,20
22. Lhokseumawe 75,54 15,08
23. Subulussalam 68,85 26,80
Rata-Rata 71,31 21,80
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 83
Tabel 9.1
Populasi Ternak Sapi Potong dan Kerbau di Provinsi Aceh Tahun 2009
Kabupaten/Kota Sapi Potong
(ekor) Kerbau (ekor)
(1) (2) (3)
1. Simeulue
1.739 24.298
2. Aceh Singkil
2.180 538
3 . Aceh Selatan 1.439 6.075
4. Aceh Tenggara 3.430 1.200
5. Aceh Timur 48.791 11.092
6. Aceh Tengah 3.293 12.052
7. Aceh Barat 3.070 19.901
8. Aceh Besar 52.418 13.396
9. Pi d i e 54.039 12.753
10. Bireuen
47.922 2.444
11. Aceh Utara 63.926 5.853
12. Aceh Barat Daya 457 3.435
13. Gayo Lues 3.293 8.783
14. Aceh Tamiang 42.593 638
15. Nagan Raya 5.573 7.376
16. Aceh Jaya 9.046 2.491
17. Bener Meriah 211 1.274
18. Pidie Jaya 16.299 2.671
19. Banda Aceh 2.392 132
20. Sabang 2.332 128
21. Langsa 4.736 315
22. Lhokseumawe 8.144 166
23. Subulussalam 783 32
Rata-Rata 378.106 137.043
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 84
Tabel 14.1
Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi Jalan Tahun 2008
km % km % km % km %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Simeulue 17,50 4,58 136,41 35,70 228,24 59,73 382,15 100,00
Aceh Singkil 30,00 7,49 151,60 37,87 218,70 54,63 400,30 100,00
Aceh Selatan 148,00 16,02 560,05 60,63 215,65 23,35 923,70 100,00
Aceh Tenggara 140,55 19,76 352,30 49,54 218,30 30,70 711,15 100,00
Aceh Timur 24,10 3,41 599,01 84,80 83,30 11,79 706,41 100,00
Aceh Tengah 247,78 31,99 141,83 18,31 384,86 49,69 774,47 100,00
Aceh Barat 66,55 10,08 229,60 34,76 364,30 55,16 660,45 100,00
Aceh Besar 205,90 15,56 973,10 73,52 144,50 10,92 1.323,50 100,00
Pi d i e 444,52 42,85 248,45 23,95 344,32 33,19 1.037,29 100,00
Bireuen 64,80 8,23 491,65 62,42 231,20 29,35 787,65 100,00
Aceh Utara 366,92 16,01 1.440,66 62,84 484,95 21,15 2.292,53 100,00
Aceh Barat Daya 113,45 21,87 178,31 34,38 226,94 43,75 518,70 100,00
Gayo Lues 64,00 12,20 193,95 36,96 266,75 50,84 524,70 100,00
Aceh Tamiang 147,85 19,25 608,99 79,27 11,40 1,48 768,24 100,00
Nagan Raya - - 8,00 7,26 102,20 92,74 110,20 100,00
Aceh Jaya - - 26,80 7,44 333,20 92,56 360,00 100,00
Bener Meriah 174,35 49,07 61,11 17,20 119,87 33,73 355,33 100,00
Pidie Jaya*) - - - - - - - -
Banda Aceh 30,73 9,27 244,70 73,84 55,94 16,88 331,37 100,00
Sabang 25,45 18,66 101,52 74,43 9,43 6,91 136,40 100,00
Langsa 29,97 11,84 140,52 55,51 82,66 32,65 253,15 100,00
Lhokseumawe 66,18 29,56 155,20 69,32 2,50 1,12 223,88 100,00
Subulussalam*) - - - - - - - -
Jumlah 2.408,60 17,73 7.043,76 51,86 4.129,21 30,40 13.581,57 100,00
Rusak Jumlah
Catatan : *) Data masih tergabung dengan induk; Pidie Jaya dengan Pidie, Subulussalam dengan Aceh Singkil
Kabupaten/ KotaBaik Sedang
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 85
Tabel 16.1
Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Strategis di Provinsi Aceh
2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Januari 9.000 13.900 14.250 7.600 10.350 8.354 7.420 7.000 7.675
Februari 9.500 13.791 14.000 7.000 11.250 8.688 7.175 7.166 8.833
Maret 9.500 14.312 13.750 7.000 13.375 8.750 7.100 7.187 8.959
April 9.617 13.500 13.500 7.600 11.700 9.375 7.275 7.600 9.459
Mei 9.853 13.500 13.500 8.173 11.833 10.188 7.227 7.312 10.000
Juni 10.917 13.687 13.500 9.092 12.000 10.063 7.050 7.500 9.938
Juli 11.300 13.750 13.500 8.740 11.800 8.625 7.000 7.000 9.563
Agustus 11.000 13.750 13.500 8.575 10.500 8.500 7.050 7.000 10.000
September 11.000 14.200 13.500 8.500 9.400 8.500 6.950 7.146 11.500
Oktober 11.400 14.500 13.500 8.580 8.062 8.563 7.000 7.083 11.000
November 12.000 14.500 13.500 9.375 7.250 8.313 7.000 7.083 10.750
Desember 12.000 14.500 13.500 9.125 8.000 8.604 7.000 7.567 11.125
Rata-rata 10.591 13.991 13.625 8.280 10.460 8.877 7.104 7.220 9.900
Minyak Goreng Bimoli (Rp/liter) Minyak Goreng Malinda (Rp/kg) Gula Pasir Putih (Rp/kg)
Bulan
Statistik Daerah Provinsi Aceh 2010 86
Tabel 19.1
Struktur Ekonomi Provinsi Aceh Tahun 2007-2009
Sektor Ekonomi 2007 (%)
2008 (%)
2009 (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 25,51 26,19 27,40
2. a. Pertambangan & Penggalian b. Pertambangan & Penggalian tanpa migas
22,48
1,07
18,88
1,07
11,59
1,06
3. a. Industri Pengolahan b. Industri Pengolahan tanpa minyak dan gas
11,16
2,51
11,14
2,65
11,20
3,06
4. Listrik & Air Bersih 0,24 0,27 0,41
5. Konstruksi 7,62 8,52 9,67
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 12,98 13,95 14,73
7. Pengangkutan & Komunikasi 8,08 8,89 10,67
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,90 2,03 2,53
9. Jasa-jasa 10,02 10,14 11,80
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00
4 Kontribusi Minyak dan Gas 30,07 26,30 18,67
4 Kontribusi Bukan Minyak dan Gas 69,93 73,70 81,33