Download - SPRAY DRYER.docx
I. TUJUAN a. Pembelajaran Umum
Mahasiswa mengenal karakteristik pengeringan hambur Mampu mengoperasikan alat pengeringan hambur skala laboratorium yang
dioperasikan secara batch sesuai prosedur operasi standar.b. Pembelajaran Khusus
Memisahkan solute dalam larutan tersuspensi dari pelarutnya, hingga
diperoleh produk serbuk susu yang memenuhi syarat preservasi
Menghitung laju penguapan air untuk konsentrasi padatan dalam umpan
bervariasi dengan laju pemanasan tetap
Menghitung % perolehan produk untuk konsentrasi padatan dalam umpan
bervariasi, dengan laju pemanasan tetap
Mengevaluasi kinerja alat ‘spray dryer’ (jumlah air maksimum yang dapat
diuapkan oleh sistem per jam) dengan memvariasikan konsentrasi padatan
dalam umpan dengan laju pemanasan tetap
Menghitung efisiensi alat pemanasan ‘spray dryer’
II. DASAR TEORI
Spray dryer pada umumnya merupakan pengering untuk memisahkan zat padat dari
pelarutnya (biasanya air), sehingga kandungan air yang tersisa di dalam zat padat
mencapai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Teknologi ini sangat ideal
digunakan jika produk akhir harus memenuhi standar kualitas yang spesifik, seperti
distribusi ukuran partikel (misalnya katalis), kandungan kelembaban residual, massa
jenis curah (bulk density), serta morfologi partikel.
Proses pengeringan dengan spray dryer pada umumnya dilakukan terhadap
produk pangan dan farmasi yang berupa larutan suspensi atau pasta yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
(1) Bahan sensitif terhadap panas atau akan mengalami kerusakan pada
temperatur tinggi dan kontak dengan pemanas dalam waktu relatif panjang
(2) Larutan mengandung partikel-partikel halus
Sebagai media pemanas biasanya digunakan udara panas, tetapi jika pelarut yang
digunakan bersifat mudah terbakar, seperti alkohol, atau umpan berupa bahan yang
sensitif terhadap oksigen, maka digunakan nitrogen sebagai pemanas.
Untuk memberikan kontak yang efektif antara larutan pekat dengan udara panas,
larutan dikabutkan hingga membentuk butiran halus berukuran sekitar 50 mikron
dengan luas permukaan 120 m2/liter. Operasi pengkabutan dilakukan melalui nozel
(gambar 1.1) atau dibantu oleh alat cakram, yang pada umumnya berdiameter 50-350
mm, yang berputar dengan kecepatan tinggi disesuaikan dengan produk yang
dihamburkan. Media pemanas mengalir searah (cocurrent) dengan cairan umpan,
ataupun berlawanan arah. Aliran searah memberikan waktu tinggal partikel dalam
drying chamber yang cukup singkat dan siklon beroperasi secara efisien, sedangkan
aliran media pengering berlawanan arah akan memperpanjang waktu tinggal, dan
biasanya sistem dilengkapi dengan unggun terfluidisasi.
Butiran halus yang berkontak dengan aliran media panas akan kehilangan kandungan
pelarutnya (pada permukaan partikel) dengan cepat, menghasilkan butiran yang
bersifat dapat mengalir bebas, tetapi tetap tersuspensi di dalam media pengering
(dalam drying chamber).
Gambar 1 Nozel untuk pengkabutan umpan
Kemudian serbuk kering dipisahkan dari
udara lembap di dalam siklon yang
bekerja berdasarkan gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal menyebabkan kenaikan
kecepatan campuran udara/uap air-serbuk
yang masuk ke sistem siklon.
Partikel serbuk yang lebih berat terkumpul di dinding siklon dan jatuh ke
bejana penampung. Pengeringan dengan ‘spray dryer’ terjadi pada tekanan atmosfer,
dengan udara pengering yang dipanaskan pada temperatur tinggi, sekitar 150-175oC.
Hal ini membutuhkan bahan bakar yang cukup besar, ditambah lagi tidak
dimungkinkan adanya regenerasi energi dari fasa uap. Dengan demikian, biasanya
operasi pengeringan dengan ‘spray dryer’ dikombinasikan dengan evaporasi, untuk
memekatkan larutan umpan, karena:
Ekonomi operasi (evaporasi lebih murah)
Meningkatkan kapasitas (jumlah air terevaporasi konstan)
Meningkatkan ukuran partikel ( setiap partikel mengandung lebih banyak
padatan)
Meningkatkan massa jenis partikel (menurunkan ukuran vakuola)
Pemisahan serbuk lebih efisien (sebanding dengan peningkatan massa jenis)
Meningkatkan dispersibilitas produk (penurunan luas permukaan)
Karena evaporasi terjadi pada tekanan vakum dan temperatur rendah (sekitar 65o C
pada efek pertama), maka kebutuhan energi relatif kecil. Kinerja spray dryer
dinyatakan dalam jumlah air maksimum yang dapat diuapkan oleh sistem per jam.
Neraca massa padatan
Massa padatan dalam umpan masuk = Massa padatan dalam larutan tak
teruapkan + massa produk (serbuk kering)
Persen perolehan produk
Persen perolehan produk adalah rasio antara massa produk kering terhadap padatan
yang terkandung di dalam umpan, sesuai persamaan:
% perolehan = ( massa produk / massa padatan dalam umpan teruapkan ) x 100%
Massa produk : produk yang terkumpul di dalam siklon dan penampung
Massa padatan dalam umpan =
(vol umpan awal – vol sisa umpan – vol umpan dlm penampung – vol umpan dlm perpipaan) x (massa padatan/vol lart. umpan awal)
Penukaran Panas (heat exchange)
Proses penukaran massa dan panas antara butiran umpan dengan udara pemanas ditunjukkan pada gambar 2 berikut:
Gambar 2 Mekanisme penukaran panas butiran dengan udara panas
Pelarut akan menguap dengan mengambil energi yang dilepaskan oleh udara
panas (dan kering).
Evaluasi Data terukur
Massa air masuk ke dryer MW1 = VW1 * W1 / (kg/s)
Massa air keluar dari dryer MW2 = VW2 * W2 / (kg/s)
Massa air teruapkan MEW = MW1 – MW2 (kg/s)
Specific evaporative capacity EC = MEW * 3600 / VDC (kg EW/m3h)
Laju alir udara MA = MEW / (x2 – x1) (kg/s)
Konsumsi energi untuk pemanasan udara QA = MA * (hA1 – hA0) (kW)
Drying air specific consumption mA = 1 / (x2 – x1) (kg d.a./kg EW) (kg d.a./kg EW)
Keterangan:
Massa cairan teruapkan M1 (kg/h)
Dried liquid concentration (dry mass) DM1 (%)
Kadar air dalam serbuk W2 (%)
Temperatur udara luar tA0 (°C)
Kelembaban spesifik udara luar x0 = x1 (kg/kg dry air)
Temperatur udara pemanas masuk tA1
Temperatur udara keluar tA2 (°C)
Kapasitas evaporatif spesifik nyata ECR (kg/m3h) (Real value of the specific evaporative capacity) Note: density air dan udara diambil dari tabel, enthalpy, specific moistures dan
wet bulb temperature diambil dari diagram Mollier h – x udara basah
(psychrometrics chart).
Nilai T, E dan EC plot pada diagram tergantung pada tA1.
Gambar 3 Pembacaan Diagram Mollier
Berikut ini adalah seperangkat alat spray dryer beserta bagian-bagiannya:
Gambar 4 Seperangkat alat spray dryer beserta bagiannya
III. PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
(1) Seperangkat alat pengering hambur (lihat gambar)(2) Pompa dosing(3) Neraca teknis(4) Neraca analitis(5) Stop watch(6) Anemometer(7) Gelas kimia 1000 ml(8) Gelas ukur 100 ml(9) Spatula (10) Cawan(11) Kaca arloji (12) Mikroskop(13) Oven(14) Susu bubuk yang dilarutkan dalam aquades
solution
Gambar 5 Skema peralatan spray dryer
III.2 Langkah Kerja
Persiapan alat
Pembuatan larutan:
Buat larutan dari susu serbuk, (20% w/v dan 30% w/v) masing-masing
dengan volume 100 ml
Proses Pengeringan dengan spray dryer
IV. DATA PENGAMATAN
Alat Spray dryer
dirangkai
valve udara
tekan 2 bar dibuka
Menyalakan pemanas
pada T= 180o C
Set Temperatu
r udara masuk pada
bejana
Larutan dimasukkan ke dalam bejana umpan
Pompa dinyalakan saat suhu udara masuk ± 75 o C
Keluaran sampel dari nozel diamati
Lakukan proses pengeringan terhadap umpan selama waktu tertentu
Mengeluarkan larutan dari bejana, umpan, dan penampungan
mengukur volume umpan yang tak teruapkan
menimbang produk dari labu penampung
memanaskan sisa produk hingga berat konstan
Berat produk kosong 218,9 gram
Berat tak teruapkan kosong 176,9 gram
Berat cyclone kosong 900 gram
Berat chamber kosong 1080 gram
Berat pikno kosong 17,96 gram
Laju Udara 14 km/jam = 3,89 m/s
Diameter Penampang 4,7 cm = 0,047 m
Tabel 1. Berat alat spray dryer kosong
Variasi 1 : Konsentrasi 20% Variasi 2: Konsentrasi 10%
Berat susu bubuk = 20 gram Berat susu bubuk = 10 gram
Volume larutan = 100 mL Volume larutan = 100 mL
Variasi 1 Variasi 2
Berat produk + isi 219,26 gram 219,2 gram
Berat tak teruapkan + isi 188,31 gram 191,55 gram
Berat cyclone + isi 907 gram 904 gram
Berat chamber + isi 1090 gram 1090 gram
Sisa larutan susu 59,5 ml 37 ml
Tabel 2. Berat alat spray dryer dengan variasi konsentrasi
Variasi 1
Waktu (detik))
Temperatur Control (°C)
Temperatur Silinder (°C)
0 162 54
30 163 53
60 163 50
90 163 49
120 162 48
150 164 48
180 163 49
210 163 51
240 164 50
270 164 51
300 162 52
330 164 53
360 165 54
390 165 54
*420 163 54
450 163 53
480 162 52
510 162 52
540 163 52
570 164 52
600 163 52
630 164 52
660 164 53
690 163 53
720 163 54
750 163 54
780 162 54
810 162 55
840 163 55
870 161 56
900 163 56
930 164 55
960 164 56
990 162 57
1020 164 57
1050 164 57
1080 164 57
1110 164 57
1140 166 63
Tabel 3. Hasil percobaan spray dryer variasi 1
Variasi 2
Waktu (detik) Temperatur Control (°C)
Temperatur Silinder (°C)
0 165 74
30 164 63
60 165 54
90 165 48
120 166 48
150 165 46
180 165 48
210 164 58
240 164 62
270 166 62
300 164 56
330 165 60
360 165 65
390 164 67
*420 166 68
450 165 70
480 166 71
510 166 63
540 167 68
570 166 71
600 165 72
630 164 74
660 164 75
690 163 75
720 164 70
750 164 65
780 166 67
810 166 72
Tabel 4. Hasil percobaan spray dryer variasi 2
Keterangan:
*) Dilakukan perubahan skala pompa aliran umpan dari 2 menjadi 3
V.PEMBAHASAN
Oleh Alda Inesya Putri (131411031)
Proses pengeringan adalah pemisahan cairan dari suatu bahan padat yang
lembab dengan cara menguapkan cairan tersebut dan membuang uap yang terbentuk.
Proses pengeringan memerlukan panas untuk menguapkan kandungan air pada bahan,
oleh karena itu proses ini disebut pengeringan termal. Setiap pengeringan termal
ditandai oleh adanya perpindahan panas dan massa yang berlangsung bersamaan.
Salah satu metode proses pengeringan adalah dengan menggunakan metode
spray dryer atau pengering hambur. Keuntungan penggunaan metode spray dryer
adalah dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi, tingkat kerusakan gizi rendah
serta perubahan warna, bau dan rasa dapat diminimalisasi. Pengeringan dengan spray
dryer terjadi pada tekanan atmosfer, dengan udara pengering yang dipanaskan pada
temperature tinggi, sekitar 150-175oC. Hal ini membutuhkan bahan bakar yang cukup
besar, ditambah lagi tidak dimungkinkan adanya regenerasi energy dari fasa uap.
Dengan demikian, operasi pengeringan dengan spray dryer dikombinasikan dengan
evaporasi. Karena evaporasi terjadi pada tekanan vakum dan temperature rendah,
maka kebutuhan energi relative kecil.
Dalam praktikum kali ini, praktikan melakukan suatu proses pengeringan pada
susu bubuk yang dilarutkan dalam aquades dengan konsentrasi yang di variasikan.
Variasi yang dilakukan adalah konsentrasi dengan 10% dan 20%. Praktikan
melakukan proses pengeringan dengan menggunakan udara kering dan dijaga suhu
operasinya pada kisaran 170 oC (set point). Selain itu suhu operasi pada tempat proses
dijaga pada rentang 60 – 75oC. Pada proses pengeringan, hasil yang didapatkan ada
yang belum cukup memuaskan. Berdasarkan praktikum diperoleh hasil seperti
berikut:
Variasi I (Konsentrasi
20%)
Variasi II (Konsentrasi
10%)
Laju penguapan
pelarut
0,0499× 10-3 kg/s 0,0776 × 10-3 kg/s
Q penguapan pelarut 0,11444 kJ/s 0,17797 kJ/s
Efisiensi 14,42 % 28,20 %
Yield 86,8 % 143 %
Pada variasi pertama, hasil pengeringan dari larutan susu yang dihasilkan cukup
tinggi dengan yield yang dihasilkan 86,8%. Namun efisiensi yang didapatkan hanya
14,42 %. Seharusnya efisiensi pada variasi pertama lebih besar dibandingkan dengan
variasi kedua secara teoritis. Tapi kenyataannya tidak karena banyak faktor yang tidak
terkendalikan dengan baik. Sedangkan variasi kedua diperoleh yield sebesar 143%
dan efisiensi 28,20%. Hal demikian bisa terjadi karena pada variasi kedua saat
terjadinya kenaikan skala dari 2 menjadi 3, larutan susu yang seharusnya keluar dari
nozzle berbentuk seperti serbuk namun yang terjadi yang keluar berbentuk larutan
sehingga menempel pada dinding chamber. Dan masih tersisa larutan susu di dalam
selang jadi volume yang dimasukkan bertambah.
Kondisi alat pada saat praktikum terjadi kerusakan sehingga tidak berfungsi
dengan baik. Terjadi kemacetan (penyumbatan) pada selang akibatnya proses
pengeringan pun kurang maksimal. Konsentrasi bahan juga mempengaruhi
pengeringan bahan cair. Semakin tinggi konsentrasi bahan maka kadar air akan
semakin rendah sedangkan rendemen yang dihasilkan akan semakin tinggi dan
sebaliknya, semakin rendah konsentrasi larutan maka kadar air akan semakin
tinggi sedangkan rendemen yang dihasilkan akan semakin sedikit.
Pada variasi kedua tidak dilakukan pemanasan dengan maksimal hanya dengan
waktu mencapai 810 detik. Jadi variasi satu hanya diambil datanya hingga 810 detik
agar dapat dibandingkan. Saat detik ke 420 terjadi perubahan skala pompa aliran dari
2 menjadi 3 karena saat praktikum dengan skala awal 2, larutan susu tidak langsung
masuk dan keluar dari nozzle sehingga dinaikkan skala pompanya agar aliran pada
larutan susu menjadi naik.
Bila telah diketahui konsentrasi bahan yang tepat maka hasil pengeringan pun
akan lebih optimal. Maka optimalisasi spray dryer ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya :
1. tingkat viskositas larutan bahan (kental/encer),
2. jenis bahan,
3. suhu input dan output spray dryer,
4. kecepatan aliran bahan.
Oleh Heryudion Kunto Wicaksono (131411040)
Pada praktikum kali ini adalah mengenai pengeringan. Alat pengeringan yang digunakan adalah spray dryer. Spray dryer digunakan untuk memmisahkan zat yang padat yang terlarut dari pelarutnya, sehingga kandungan pelarutnya memiliki suatu nilai yang rendah. Penggunaan ini biasanya digunakan pada pembuatan susu bubuk.
Praktikum kali ini digunakan susu bubuk yang dilarutkan dalam air. Untuk membandingkan data yang diperoleh digunakan variasi konsentrasi pada praktikum ini sehingga dapat mengetahui kondisi operasi yang lebih menguntungkan.
Berdasarkan pada data yang diperoleh, laju penguapan air pada percobaan pertama dengan konsentrasi 20% padatan diperoleh sebesar 0,0499× 10-3kg/s sedangkan pada percobaan kedua dengan konsentrasi 10% padatan diperoleh laju penguapan sebesar 0,0776 × 10-3 kg/s. Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa laju penguapan pelarut(air) lebih besar pada percobaan kedua dikarenakan air yang terkandung dalam suatu larutan sangat banyak. Sehingga karena laju penguapan pelarut lebih besar maka energi yang dibutuhkan untuk menguapkan pelarut akan semakin besar. Terbukti dari hasil percobaan ini panas penguapan pelarut pada percobaan konsentrasi 20% sebesar 0,11444 kJ/s sedangkan pada percobaan konsentrasi 10% sebesar 0,17797 kJ/s.
Berdasarkan pada persen perolehan produk, pada konsentrasi 20% padaran memiliki persen perolehan sebesar 86,8% sedangkan pada konsentrasi 10% padatan sebesar 143%. Dilihat dari hasilnya, semakin kecil konsentrasinya maka semakin besar persen perolehan yang didapat. Namun jika dibandingkan dengan teori semakin besar konsentrasi suatu padatan makan akan semakin besar persen perolehannya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya gumpalan yang terjadi pada drying chamber. Namun pada kondisi konsentrasi 10% hasilnya melebihi 100%. Hal ini diakibatkan munculnya gumpalan pada drying chamber diakibatkan proses pemanasan yang tidak sempurna sehingga lebih banyak susu yang terbuang dan tidak menjadi bubuk. Susu yang menempel pada drying chamber ini selanjutnya akan mengering sehingga mempengaruhi berat dari produk. Seharusnya produk berupa bubuk yang halus bukan produk yang menggumpal. Selain itu pula persen perolehan diperngaruhi efisiensi proses. Efisiensi proses ini berkaitan dengan kondisi operasi. Dilihat dari hasil percobaan, efisiensi proses pada konsentrasi 10% lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 20%. Hasil ini dipengaruhi oleh temperature udara masuk dan temperature udara keluar. Hasil tersebut akan mempengaruhi hasil laju penguapan pelarut, konsumsi panas yang dibutuhkan, dan persen perolehan. Jadi untuk membandingkan pengaruh konsentrasi pada kondisi ini tidak signifikan karena kondisi operasi yang berbeda.
Sehingga dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi produk yang didapat adalah perbedaan suhu inlet dan outlet produk, suhu udara pengering, konsentrasi
padatan. Keuntungan dari penggunaan spray dryer produk yang dihasilkan memiliki ukuran yang halus, operasi sangat fleksibel dan mudah, waktu respon sangat cepat. Kekurangannya efisiensi termal yang buruk, membutuhkan bahan bakar yang cukup besar untuk pemanasan dan hanya dapat digunakan pada cairan dengan kekentalan tertentu.
Oleh Rizki Abi Karomi (131411048)Pada praktikum ini dilakukan pengeringan hambur (spray drying) pada larutan susu. Pengeringan hambur bertujuan untuk memisahkan sebuah padatan dari pelarutnya. Pada praktikum ini susu bubuk merupakan bahan padatan yang akan dipisahkan dari pelarutnya yaitu air. Konsep pengeringan hambur pada alat spray dryer adalah mengkontakan larutan yang dikabutkan oleh nozzle dengan udara panas sehingga terjadi penguapan pelarutnya yang kemudian dipisahkan antara padatan yang terbentuk dengan uap air menggunakan cyclone dan pompa vacuum.
Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan dengan variasi konsentrasi larutan yaitu 20% dan 10%. Pertama suhu pemanas di set pada 170℃ dan suhu udara panas di set pada 75oC. tetapi pada percobaan pertama kondisi optimum udara panas tidak mencapai suhu 75oC tetapi hanya mencapai 66oC. hal ini dimungkinkan karena adanya kebocoran pada sambungan antara drying chamber dengan cyclone sehingga terdapat udara yang keluar melalui sambungan dan menyebabkan suhu udara tidak bisa meningkat lagi sedangkan waktu pemanasan sudah cukup lama. Kemudian larutan umpan dialirkan ke drying chamber dengan pompa peristaltic dan dilakukan pada skala pompa 2. Larutan umpan yang masuk dikabutkan dengan noozle yang terpasang. Nozzle berfungsi untuk mengkabutkan larutan sehingga memperbesar luas permukaan kontak dengan udara panas. Semakin luas permukaan kontak ini meningkatkan efisiensi penguapan pelarut sehingga larutan lebih mudah dipisahkan dari pelarutnya dan padatan terbentuk menjadi serbuk serbuk halus. Pada variasi 1 ini didapat yield padatan sebesar 86.8%, efisiensi pemanasan 14.46%, laju penguapan sebesar 0,0499× 10-3 kg/s dan nilai Q penguapan pelarut sebesar 0,11444 kJ/s.
Kemudian dilakukan percobaan kedua dengan konsentrasi larutan 10%. Pada percobaan kedua dengan konsentrasi 10% diperoleh yield sebesar 143%, efisiensi penguapan sebesar 28.20%, laju penguapan sebesar 0,0776 × 10-3 kg/s dan nilai Q penguapan pelarut sebesar0,17797 kJ/s. Peroleha yield pada percobaan ini seharusnya tidak lebih dari 100%, hal ini disebabkan karena terdapatnya banyak produk padatan sisa yang kering didalam drying chamber dan cyclone sehingga menyebabkan perbedaan yang cukup besar pada saat menimbang drying chamber dan cyclone.
Jika dibandingkan denga percobaan pertama terlihat perbedaan pada efisiensi penguapan air. Hal ini menunjukan bahwa kondisi pada percobaan kedua lebih optimum dibandingkan percobaan kedua sehingga nilai laju penguapan pelarutpun lebih tinggi yang menyebabkan penguapan pelarut lebih cepat dibandingkan percobaan pertama. Nilai kalor pada pelarutpun lebih tinggi karena suhu yang dapat dicapai oleh udara lebih tinggi dibandingkan percobaan pertama. Pada kedua percobaan dilakukan perlakuan yang sama pada laju alir. Pada menit ke 7 dilakukan
peubahan skala pompa peristatik karena larutan sulit mengalir kedalam nozzle sehingga menyebabkan tidak efisiennya proses pengeringan.
Hal tersebut menunjukan bahwa pengeringan hambur dipengaruhi oleh suhu, laju alir umpan dan laju alir udara panas serta konsentrasi larutan. Jika laju alir umpan semakin cepat maka proses tidak akan efisien dan menyebabkan banyaknya pelarut dari larutan susu yang tidak teruapkan. Konsentrasi larutanpun berpengaruh pada produk yang dihasilkan. Seharusnya semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi laju penguapannya serta produk yang dihasilkan pun lebih banyak dan butiran akan semakin besar ukurannya, sedangkan untuk konsentrasi rendah maka butiran akan lebih halus dan produk akan semakin sedikit karena pelarut lebih banyak dibandingkan dengan padatan terlarutnya
Oleh Siti Zulfamaria (131411062)
Pada praktikum spray dryer praktikan membuat 2 variasi larutan susu 20% dan 10%.
Pengoprasian alat dilakukan secara batch sesuai prosedur, dengan temperature control di set pada suhu 170℃ dan suhu silinder 75℃. Kecepatan udara diukur menggunakan anemometer. Temperature dan kecepatan udara bernilai fluktiatif, hal ini karena kecepatan udara dari fan yang tidak konstan serta dapat terjadi karena spray nozzle larutan tidak menyemprot larutan secara konstan. Ketika nozel menyemprot, panas yang digunakan untuk menguapkan pelarut susu sehingga suhu yang terba capada display menurun. Saat nozel tidak menyemprot terjadi clogging suhu pada display akan naik mengakibatkan nilai fluktiatif.Untuk memberikan kontak yang efektif antara antara larutan pekat dengan udara panas, larutan dikabutkan hingga membentuk butiran halus. Operasi pengkabutan dilakukan oleh nozzel.
Setelah suhu operasi mencapai set point sekitar 2 jam dialirkan larutan susu. Udara panas mengalir searah dengan cairan umpan, pada 20% laju alir udara(54℃) 7.277gr/s dan pada 10% laju alir udara(74℃) 6,863 gram. Aliran yang searah menghasilkan waktu tinggal partikel dalam drying chamber yang singkat dan cyclone beroperasi effisien. Butiran umpan yang berkontak dengan udara panasakan kehilangan kandungan airnya di dalam drying chamber, umpan yang tidak teruapkan akan jatuh kedalam penampung dibawah drying chamber. Hasil yang tidak teruapkan konsentrasi 20% sebanyak 11,41 gram dan 10% sebanyak 14,65 gram. Dan serbuk produk yang ada dalam penampung di bawah cyclone dan pada dinding cyclone itu sendiri, Hasil produk susu bubuk yang dihasilkan pada konsentrasi 20% sebanyak 17,36 gram danpada 10% sebanyak 14,3 gram.
Dari hasil yang didapat produk susu 10% lebih banyak dari 20% ,ditinjau dari
effisisensi penguapan pada konsentrasi 10% dua kali lebih besar dari 20% karena
kinerja nozzle saat spray larutan susu lebih stabil sehingga produk dihasilkan lebih
banyak. Sementara dengan konsep neraca massa dan neraca energy hal ini tidak
mungkin, karena pada 10% output yang dihasilkan lebih besar dari input. Dan
perlakuan pada kedua produk berbeda, hal ini akibat praktikan melihat pada
konsentrasi 20% banyak sisa larutansusu yang tidak tersedot ke nozzle karena pompa
persitaltik tidak dapat memompa sisa larutan susu, untuk memaksimalkan pratikan
mengangkat selang penampung larutan susu awal sehingga larutan susu dapat
mengalir alhasil susu yang teruapkan mencapai 70% (sisa larutan susu 37ml). Yield
produk pada 20% adalah 86,8% dan pada produk 10% adalah 143% perolehan yield
10% lebihbesardari 100% diakibatkan hasil produk susu lebih banyak dari sisa-sisa
proses sebelumnya, pembersihan alat tidak maksimal.
Secara teoritis semakin besar konsentrasi padatan dalam umpan, perolehan produk
hasil pengeringan akan semakin besar pula. Sama seperti penjelasan laju penguapan
air, penyimpangan dalam hal ini sama-sama dapat disebabkan karena suhu yang
digunakan pada run untuk konsentrasi10% lebih besar (optimum) dibandingkan pada
run untuk konsentrasi 20%. Suhu optimum yang dilakukan pada percobaan akan
berimbas pada jumlah produk yang dihasilkanakan lebih banyak. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi operasi ini yaitu suhu control, suhu cyclone, konsentrasi umpan,
waktu serta kecepatan dan laju udara pemanas yang dikontakkan.
VI.
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Hal-hal yang diperoleh dari praktikum ini ‘Spray Dryer’ yaitu,
Laju penguapan pelarut 0,0499× 10-3kg/s 0,0776 × 10-3 kg/s
Q penguapan pelarut 0,11444 kJ/s 0,17797 kJ/s
Efisiensi 14,42 % 28,20 %
Yield 86,8 % 144 %
- Faktor yang mempengaruhi adalah temperature udara masuk dan udara keluar dan laju alir umpan
- Keuntungan penggunaan spray dryer adalah produk yang dihasillkan memiliki ukuran yang halus dan waktu responnya sangat cepat. Terlihat ketika larutan di-spray langsung terbentuk padatan.
SARANSaran untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya alat terus dirawat karena pada saat
praktikum, pompa sentrifugal dengan skala 2 ataupun 3 terkadang tidak mempompa sehingga cairan tidak keluar di drying chamber. Sehingga proses pengeringan tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Lintang, Ninik. “Jobsheet Praktikum:Pengeringan Hambur (Spray Drying)”. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Geankoplis,C.J., Transport Processes and Unit Operation, 3rd ed, 1993, Prentice Hall
LAMPIRAN
Variasi 1: Konsentrasi 20%
Laju alir udara
Laju alir udara=v × A × ρudara (54o C )
Laju alir udara=3,89ms
×( 3,14× (0,047 m )2
4 )× 1078,9kg
m3
Laju alir udara=7,277grs
Konsumsi energi untuk pemanasan udara
Q=m×Cp × ∆ t
Q=0,007277kgs
×1,01kJ
kg . K×(435−327) K
Q=0 ,7937kJs
Laju penguapan pelarut (air)
Laju penguapan pelarut¿
40,5 ml× 0,998grml
810 s
¿0,0499grs
=0,0499× 10−3 kgs
Q penguapan pelarut
Q penguapan pelarut ¿0,0499 ×10−3 kgs
×2293,436kJkg
¿0,11444kJs
Efisiensi
Efisiensi ¿ Q penguapan pelarutQ udara panas
×100 %
¿0,11444
kJs
0 ,7937kJs
×100 %
¿14,42 %
Yield = Massa ProdukMassa Umpan
x100%=17,36 gram20 gram
x100 %=86,8 %
Variasi 2 : Konsentrasi 10%
Laju alir udara
Laju alir udara=v × A × ρudara (74o C )
Laju alir udara=3,89ms
×( 3,14 × (0,047 m )2
4 )× 1017,4gr
m3
Laju alir udara=6,863grs
Konsumsi energi untuk pemanasan udara
Q=m×Cp × ∆ t
Q=0,006863kgs
×1,01kJ
kg . K×(438−347)K
Q=0 ,631kJs
Laju penguapan pelarut (air)
Laju penguapan pelarut ¿63 ml ×0,998
grml
810 s
¿0,0776grs
=0,0776 ×10−3 kgs
Q penguapan pelarut
Q penguapan pelarut ¿0,0776 ×10−3 kgs
×2293,436kJkg
¿0,17797kJs
Efisiensi
Efisiensi ¿ Q penguapan pelarutQ udara panas
×100 %
¿0,17797
kJs
0 , 631kJs
×100%
¿28,20 %
Yield = Massa ProdukMassa Umpan
x100 %=14,3 gram10 gram
x 100 %=143 %