Download - Spec 2(Beton)
BETON
A. UMUM
2.01. KETENTUAN UMUM
Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton yaitu pada pekerjaan
dermaga.
Semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan beton mulai dari material,
proses pembuatan serta cara pengujiannya harus mengikuti
persyaratan-persyaratan dan standar yang terdapat dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia PBI 1971 NI-2 atau Pedoman Beton 1989
SKBI 1.4.53.1988, sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
Apabila ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh PBI 1971 NI-2 atau PB
1989 SKBI - 1.4.53.1988, maka peraturan atau standard internasional
yang umum dipakai bisa digunakan.
Apabila terjadi kontradiksi, maka yang menentukan berturut-turut
adalah faktor teknik dan kemudian biaya.
Kontraktor diwajibkan menggunakan perusahaan jasa untuk quality
control (q.c) dan quality assurance (q.a) yang telah berpengalaman, dan
seluruh pembiayaan menjadi beban kontraktor.
Perusahaan q.c dan q.a ini bertanggung jawab dan menyerahkan hasil
penyelidikannya kepada Direksi Pengawas.
Prosedur pelaporan dan hal-hal yang perlu dilaporkan harus disesuaikan
dengan dokumen spesifikasi teknis ini.
2.02. PELAPORAN
Sebelum mulai melakukan pekerjaan beton, Kontraktor harus
mengajukan usulan rencana campuran (mix design) kepada Direksi
Pengawas/Ahli Teknik sebagai bahan pertimbangan dan persetujuan.
Laporan hasil-hasil pengujian juga harus diserahkan kepada Direksi
Pengawas/Ahli Teknik untuk dikaji ulang. Penyerahan laporan hasil
pengujian tersebut tidak membebaskan Kontraktor dari kewajibannya
untuk mengintrepretasikan hasil-hasil pengujian dan melakukan koreksi
serta penyesuaian terhadap konstruksi maupun rencana campurannya
(mix design).
B - II - 1
B A B II
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan beton,
Kontraktor harus menyerahkan laporan mengenai sumber-sumber
material yang diusulkannya serta laporan atau sertifikat pengujian
kepada Direksi Pengawas untuk mendapat persetujuan.
Apabila diminta oleh Direksi Pengawas, Kontraktor harus menyerahkan
contoh material yang diusulkannya.
Paling lambat 6 (enam) minggu sesudah dimulainya pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan draft usulan metode pengendalian mutu
beton kepada Direksi Pengawas/Ahli Teknik sebagai bahan diskusi dan
persetujuan. Laporan final metode pengendalian mutu tersebut harus
diserahkan paling lambat 2 (dua) minggu setelah mendapatkan
persetujuan. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas metode
yang diusulkan serta hasil-hasil pekerjaannya.
B. SEMEN
2.03. SUMBER BAHAN-BAHAN
Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam
pekerjaan ini adalah portland semen Type I dan admixture atau
Pozzolan Portland Cement (PPC) yang memenuhi ketentuan dan
syarat-syarat dalam
SII 0013-81.
2.04. JENIS SEMEN
Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras atau mempunyai
sifat ekstra cepat mengeras, juga yang mempunyai kadar calcium
chloride TIDAK BOLEH DIGUNAKAN.
2.05. SEMEN ALTERNATIF
Direksi Pengawas dapat mempertimbangkan usulan jenis semen yang
sama yang memenuhi Standar Nasional seperti tersebut dalam pasal 2.04
di atas atau jenis semen lain yang mempunyai karakteristik yang bisa
dipertimbangkan untuk dapat digunakan, setiap persetujuan untuk
Kontraktor yang mengajukan alternatif tidak akan ada TAMBAHAN biaya !
Setiap usulan yang mengacu pada pasal ini harus dilampiri dengan
spesifikasi lengkap termasuk cara-cara / pengujian, disampaikan kepada
Direksi Pengawas rangkap 3 (tiga).
B - II - 2
2.06. KANDUNGAN ALKALI
Jumlah kandungan Alkali (Na2O + 0.658 K2O) dari semen yang ditentukan
berdasarkan ASTM C150-94 tidak boleh melebihi 0.60% dari beratnya, kecuali
jika disetujui lain sesuai dengan persyaratan. Jika disetujui dengan
menggunakan semen yang mempunyai kandungan alkali melebihi batasan
maksimum ini, maka harus dipertimbangkan usulan agregat yang tidak
reaktif terhadap alkali ini. Kontraktor harus memberikan data pengujian yang
memuaskan kepada Direksi Pengawas/Ahli Teknik untuk menyakinkan bahwa
mutu beton yang diinginkan dapat tercapai.
2.07. SERTIFIKAT UJI DAN ANALISA SEMEN
Setiap semen yang didatangkan di lapangan harus disertai sertifikat dari
pabrik pembuat yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah
diadakan pengujian dan analisa, hasil uji serta analisa harus memenuhi
SII 0013-81 atau standard ASTM C150-94.
Kantong setiap semen yang sampai di lapangan harus dalam kondisi
baik dan utuh serta diberi tanda yang jelas dan secara detil dari tanda
itu disebutkan pada sertifikat uji.
2.08. PEMASOKAN
Direksi Pengawas harus selalu diberitahu tentang setiap kedatangan semen,
dan setiap kedatangan harus disertai sertifikat pabrik pembuat yang
disatukan dengan dokumen pengiriman yang mana menyatakan jumlah
semen yang datang, nama, serta alamat pabrik pembuat semen tersebut.
2.09. TEST SETELAH PEMASOKAN
Setiap semen yang didatangkan di lapangan dan atas pertimbangan
Direksi Pengawas, harus diambil contoh untuk diadakan pengujian dan
peng-analisaan mengacu kepada Standard Nasional SII 0013-81 atau
ASTM C 183-88.
Contoh semen secukupnya untuk bahan pengujian sesuai dengan
standard tidak kurang dari 5 kg harus disediakan dan dikerjakan atas
biaya Kontraktor.
2.10. PERSEDIAAN SEMEN
Untuk menjamin kelancaran serta kemajuan pelaksanaan,
kesinambungan (kontinuitas) persediaan semen di lapangan dari waktu
ke waktu harus tetap dijaga.
Tidak ada semen yang dipergunakan untuk pekerjaan tanpa persetujuan
dan memuaskan Direksi Pengawas /Ahli teknik.
B - II - 3
2.11. PENYIMPANAN SEMEN
Semen mungkin bisa dipasok dalam keadaan curah sehingga
memerlukan silo sebagai gudang semen curah.
Semen yang disimpan dalam silo harus terlindung dari hujan,
kelembaban dan embun. Seluruh lubang untuk bongkar muat pada silo
harus benar-benar terlindung. Perlengkapan aerasi dari silo harus
disediakan untuk mencegah dan menjaga kelembaban yang ada.
Bila semen tidak dalam bentuk curah, maka Kontraktor harus
menyediakan gudang tertutup dengan ventilasi sebaik-baiknya. Desain
gudang harus disetujui Direksi Pengawas dan harus memenuhi artikel
3.9 PBI 1971 NI-2.
Ukuran gudang harus dibuat cukup besar untuk menyimpan persediaan
yang menjamin kesinambungan (kontinuitas) pekerjaan.
Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap cuaca dan kelembaban
serta ditumpuk diatas alas yang betul-betul kedap air serta paling
sedikit 30 cm diatas tanah.
Tumpukan semen tidak diperkenankan melampaui ketinggian 2 meter.
Jenis semen lain harus disimpan secara terpisah.
Jenis semen yang serupa tetapi berbeda tanggal sampainya di lapangan,
agar ditumpuk sedemikian sehingga mudah dikenal dan dibedakan.
Semen-semen harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-semen
yang datang terlebih dulu dalam gudang, bisa dipakai terlebih dulu.
2.12. PEMILAHAN JENIS SEMEN
Tidak diperkenankan mencampur berbagai-bagai type semen, atau
menambah campuran untuk mempercepat pengerasan dan sebagainya,
kecuali diijinkan oleh spesifikasi atau oleh Direksi Pengawas/Ahli Teknik.
2.13. PENOLAKAN SEMEN
Direksi Pengawas akan menolak semen yang setelah diadakan
pengujian di laboratorium lapangan ternyata tidak memenuhi syarat,
walaupun pabrik pembuat telah menyertakan sertifikat uji.
Direksi Pengawas juga berhak menolak semen yang telah rusak /
kadaluwarsa disebabkan karena cuaca, kurang terlindung atau sebab-
sebab lain.
B - II - 4
Semua semen yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari daerah /
lapangan kerja.
2.14. LAPORAN BULANAN
Kontraktor harus membuat laporan bulanan kepada Direksi Pengawas yaitu
pada tanggal sehubungan dengan tanggal penagihan/pembayaran,
mengenai jumlah semen yang diterima di lapangan dan pemakaian semen
pada bulan itu, serta sisa persediaan pada aklhir bulan itu.
C. AGREGAT
2.15. UMUM
Agregat halus dan kasar untuk semua mutu beton harus memenuhi
Standard Industri Indonesia SII-0052-80 atau harus memenuhi
ketentuan ASTM C33-93 “Standard Specification for Concrete
Aggregates”.
Agregat tersebut harus keras, kuat ,awet dan bersih tidak tercampur
bahan-bahan humus, karang, serpihan mika, bahan organik, alkali atau
bahan-bahan sampah dan lumpur yang dapat mempengaruhi kekuatan
dan keawetan dari beton, atau mempengaruhi tulangan beton.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% sedang
agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila
kadar lumpur lebih besar dari ketentuan yang diatas maka agregat
harus dicuci.
2.16. DERAJAT UKURAN BUTIR / GRADING
Untuk beton, agregat kasar harus memenuhi persyaratan derajad
ukuran butir (grading) sesuai dengan SKSNI S-04-1989 F yaitu 5
mm - 40 mm.
Derajad ukuran butir dari agregat halus harus memenuhi standard ASTM
C33-93, atau SKSNI S-04-1989-F, kecuali Direksi Pengawas menyetujui
derajad ukuran yang lain sebagai hasil dari test dan percobaan mutu
beton.
Perbedaan derajad ukuran butir (grading) antara agregat kasar mungkin
diijinkan setelah diadakan test dan percobaan campuran beton dan
disetujui Direksi Pengawas, tetapi untuk batu pecah halus
B - II - 5
dipersyaratkan untuk memenuhi derajad ukuran untuk mutu beton yang
ditetapkan.
2.17. PERSYARATAN PHISIK
Agregat halus dan kasar harus memenuhi ketentuan syarat phisik sesuai
dengan SII 0052-80 “ Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”, dan dalam hal
yang tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka aggregat juga harus
memenuhi ketentuan ASTM C33-93 “Standard Spesification for Concrete
Aggregates”.
Secara umum persyaratan fisik untuk aggregat adalah sebagai berikut :
(1) Berat dari bagian yang lemah dari agregat kasar bila diuji dengan
goresan batang tembaga tidak boleh melebihi 5%.
(2) Lempung (clay), silt dan kadar debu (yang lebih halus dari saringan
0,060 mm), harus tidak melebihi batas-batas berikut :
agregat kasar ...........................1 % dari berat
pasir alam .................................2 % dari berat
batu pecah halus ......................3 % dari berat
(3) Agregat kasar yang mengandung butir pipih dan panjang hanya
dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir yang pipih dan panjang
tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.
(4) Agregat halus dan kasar harus bersifat kekal (sesuai SKSNI S-04-
1989 F),
Untuk agregat halus :
Jika diuji dengan larutan Natrium sulfat, bagian yang hancur
maksimum 10%.
Jika diuji dengan larutan Magnesium sulfat, bagian yang hancur
maksimum 15%.
Untuk agregat kasar :
Jika diuji dengan larutan Natrium sulfat, bagian yang hancur
maksimum 12%.
Jika diuji dengan larutan Magnesium sulfat, bagian yang hancur
maksimum 18%.
(5) Kekerasan dari agregat kasar dan halus harus sesuai dengan SII
0052-80, SK SNI-04-1989 F atau ASTM C 131.
B - II - 6
(6) Kekerasan agregat kasar bila diuji dengan bejana geser Los Angelos
harus memenuhi tabel 1 Bab II judul No. 6 SKSNI-S-04-1989 F.
(7) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat organik dan zat-zat yang reaktif terhadap alkali,
maupun alkali reaktif.
(8) Agregat halus harus bebas dari bahan organik dan bahan yang
merusak beton, sesuai standard SKSNI S-04-1989-F.
(9) Kepadatan dan ruang kosong dari agregat harus ditentukan di
lapangan, sesuai standard ASTM C29/C29 M.
2.18. AGREGAT HALUS UNTUK ADUKAN SPESI DAN GROUT SEMEN
Agregat halus untuk adukan spesi dan grout harus memenuhi dalam segala
hal sesuai yang dipersyaratkan oleh standard ASTM C 937-80 (1991) atau
SKSNI-04-1989 F ayat 2.1.
2.19. PERSYARATAN KIMIAWI
Kandungan zat-zat yang berbahaya untuk agregat halus dan kasar
harus sesuai dengan Standard ASTM C 33-93 atau SKSNI S-04-1989 F.
Reaksi agregat dengan alkali harus negatif.
Batas pengaruh (contamination) chloride dan sulphate harus memenuhi
persyaratan berikut :
(1) Jumlah berat chloride dalam agregat halus tidak lebih dari 0.06%
(2) Jumlah berat chloride dalam agregat kasar tidak lebih dari 0.03%
(3) Untuk beton dipersyaratkan tidak boleh mengandung Cl lebih dari
0.3% jumlah berat standard.
(4) Dalam agregat halus dan kasar kandungan sulphat tidak lebih dari
0.5% jumlah berat SO3.
(5) Untuk beton dipersyaratkan kandungan sulphat tidak lebih dari
0.4% jumlah berat semen.
Bahan-bahan yang bisa merusakkan
(1) Jumlah bahan-bahan yang merusakkan dalam agregat halus harus
tidak melebihi batas-batas yang ditentukan sesuai dengan standar
ASTM C33-93.
(2) Bahan organik yang kotor :
- Agregat halus harus bebas dari sejumlah bahan organik yang
merusakkan, kecuali disini dijelaskan bahwa agregat yang diuji
untuk bahan organik yang kotor dan menghasilkan warna lebih
gelap dari pada standard harus ditolak.
B - II - 7
- Agregat halus yang gagal dalam pengujian bisa dipakai, bila
perobahan warna itu dikarenakan oleh adanya sejumlah kecil
dari coal, lignit atau partikel-partikel serupa yang mempunyai
ciri-ciri tersendiri.
- Agregat halus yang gagal dalam pengujian bisa dipakai, tapi bila
pengujian untuk pengaruh dari bahan-bahan organik yang kotor
pada kekuatan adukan, maka kekuatan relatif pada umur 7
(tujuh) hari di-hitung menurut Methode Pengujian C87, tidak
kurang dari 95%.
(3) Agregat halus yang digunakan untuk beton yang akan dibasahi,
atau bersinggungan dengan tanah lembab harus tidak
mengandung bahan-bahan yang reaktif dengan alkali dalam
semen dengan jumlah yang cukup untuk menyebabkan kerusakan
yang lebih luas dalam adukan atau beton, kecuali bahwa bila
bahan-bahan itu berada dalam jumlah yang merugikan, agregat
halus mungkin bisa digunakan dengan semen yang mengandung
alkali kurang dari 0.60%, dihitung sebagai sodium oxide
equivalent
(Na2O + 0.658 K2O) atau dengan tambahan bahan yang bisa
menahan kerusakan yang meluas, dikarenakan reaksi dari
agregat-alkali.
2.20. CONTOH DAN TEST
(1) Agregat yang akan digunakan untuk beton tidak boleh mengandung
alkali atau unsur lain yang mempunyai sifat-sifat reaktif bila
berhubungan dengan ion-ion alkali dari sumber apapun.
Untuk maksud dan tujuan ini, agregat harus sesuai dengan Standard
ASTM C 33-93 atau SKSNI S-04-1989 F.
(2) Agregat yang akan digunakan untuk campuran yang tidak memenuhi
persyaratan di ayat (1) atau yang tidak dapat diterima dalam kaitannya
dengan ayat (1) harus diadakan analisa petrography menurut standard
ASTM C295-90 dan kemudian diadakan pengujian dengan cara kimiawi
seperti yang disyaratkan dengan ASTM C289-94 .
(3) Enam (6) buah contoh acak dari agregat, dimana masing-masing
berberat 25 kg, diambil dari tempat persediaan material agregat yang
berjumlah 100 ton.
Contoh akan dikombinasikan dan dibagi empat untuk menghasilkan
contoh berberat 25 kg, yang akan dikirimkan ke laboratorium untuk
bahan pengujian.
B - II - 8
Laboratorium harus memperoleh contoh bahan tersebut untuk analisa
petrographi dan kimiawi dan membuat perbandingan untuk test
MORTAR BAR.
(4) Sebagai alternatif, agregat yang dinyatakan tidak berbahaya untuk
dipakai, setelah hasil uji sesuai dengan Standard ASTM C 289-94, bisa
diterima.
(5) Agregat yang semula diterima sesuai dengan ayat (3), kemudian
diadakan pengujian dengan cara MORTAR BAR.
Pembuatan contoh harus seperti diuraikan dalam ayat (3), yaitu enam
(6) buah MORTAR BAR yang akan diuji sesuai dengan standard ASTM
C227-90.
Agregat akan diterima, bila rata-rata pengembangan dari 6 (enam) buah
MORTAR BAR tidak melebihi 1% setelah disimpan selama 26 minggu
sesuai dengan standard test C 227-90.
Direksi Pengawas mengijinkan penggunaan agregat itu, setelah MORTAR
BAR tersebut disimpan selama 13 minggu, dan pengembangan MORTAR
BAR setelah 26 minggu tidak lebih dari 1% seperti yang dipersyaratkan,
tetapi hal ini harus dipastikan dengan pengukuran MORTAR BAR setelah
disimpan selama 26 minggu.
(6) Test yang diuraikan pada ayat tersebut diatas harus dilaksanakan di
laboratorium resmi yang disetujui dan atas biaya Kontraktor.
(7) Direksi Pengawas dapat minta pengulangan dari test setiap waktu,
untuk memastikan hal tersebut benar-benar telah memenuhi ayat (1)
2.21. PENCUCIAN AGREGAT
Setiap agregat yang kotor harus dibersihkan dengan mencuci secara mekanis
dalam air yang bersih oleh Kontraktor untuk menghilangkan lempung, debu,
lumpur dan sebagainya.
2.22. PENYERAHAN CONTOH AGREGAT
Segera setelah kontrak dan pelaksanaan pekerjaan dimulai, maka
sebelum memulai dengan pekerjaan pembetonan, Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi Pengawas contoh-contoh agregat yang
diusulkan akan dipakai dalam pekerjaan untuk bahan test.
Direksi Pengawas akan mengadakan pemeriksaan ke tempat / sumber
dari agregat yang diusulkan, dan harus puas dengan melihat cara-cara
B - II - 9
kerja, cara-cara pencucian agregat, yang akan menghasilkan agregat
yang memenuhi persyaratan.
Sebelum ada persetujuan dari Direksi Pengawas terhadap agregat yang
akan didatangkan di lapangan, Kontraktor tidak dibenarkan
mendatangkan bahan agregat tersebut.
2.23. PENOLAKAN AGREGAT
Direksi Pengawas berhak setiap waktu menolak agregat yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan.
Kontraktor berhak atas biaya sendiri untuk membuktikan dengan meng-
adakan test-test dari contoh agregat tersebut, tetapi bila setelah itu
agregat tetap ditolak maka agregat harus segera dikeluarkan dari
daerah/lapangan kerja oleh Kontraktor, walaupun mungkin telah
diberikan persetujuan se-belumnya berdasarkan persyaratan.
2.24. PERBANDINGAN AGREGAT
Agregat halus dan agregat kasar, masing-masing harus diadakan
pengukuran dalam suatu perbandingan sesuai dengan masing-masing
mutu beton yang di-persyaratkan / mix desain yang dipakai.
Derajad ukuran masing-masing dan derajad ukuran campuran harus
atas persetujuan Direksi Pengawas.
2.25. PENUMPUKAN AGREGAT
Kontraktor secara terus-menerus harus melihat dan mengamati tempat
penumpukan agregat, jumlah setiap jenis dan ukuran dari agregat,
apakah masih mencukupi atau kurang untuk menjamin kelangsungan
dan kelancaran pekerjaan.
Setiap jenis dan derajad butiran dari agregat harus ditumpuk dalam
kotak-kotak berlantai beton cor atau dari bahan lain yang cukup
kemiringannya untuk mengalirkan genangan air.
Agregat basah yang tiba di lapangan harus ditumpuk dan dibiarkan
selama 24 jam, untuk meyakinkan apakah agregat tersebut cukup
kering untuk dapat digunakan sebagai bahan beton.
B - II - 10
Selama cuaca hujan terus-menerus, kotak-kotak tumpukan agregat
harus ditutup dengan kain terpal atau bahan penutup lain yang disetujui
Direksi Pengawas.
Agregat kasar dan halus harus ditimbun pada tempat-tempat terpisah
sesuai artikel 3.9. PBI 1971 NI - 2 agar memudahkan pelaksanaan
pengawasan oleh Direksi.
D. AIR
2.26. PERSYARATAN MUTU AIR
Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi
ketentuan yang ada pada SKSNI S-04-1989 F
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis
atau bahan-bahan yang bisa merusak beton dan / atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum,
kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai untuk
pekerjaan beton air harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak
dengan ketentuan yang ditetapkan pada SKSNI S-04-1989 F.
Bila terdapat keragu-raguan mengenai air, disarankan untuk
memeriksakan air tersebut ke laboratorium pemeriksaan air bersih (air
minum), untuk mengetahui sampai berapa jauh kandungan air tersebut
terhadap bahan-bahan atau zat-zat yang merusak beton dan / atau baja
tulangan.
Apabila pada pemeriksaan contoh air seperti disarankan di atas
tidak dapat dilaksanakan, maka dalam hal adanya keragu-raguan
mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan
tekan mortar semen + pasir dengan memakai air itu dan dengan
memakai air suling. Air tersebut dapat dianggap dipakai, bila kekuatan
tekan mortar dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari minimal
adalah 90 % dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air suling
pada umur yang sama, sesuai dengan ketentuan SKSNI S-04-1989 F.
Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton
ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya
terutama untuk beton dengan nilai f’c > 20 Mpa, sesuai dengan SKSNI
S-04-1989 F .
B - II - 11
E. MUTU BETON
2.27. MUTU BETON
Mutu dan kelas beton yang dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
standard PBI 1971 NI-2, SK SNI T-15-1991-03, SNI 03-2847-2002 atau
memenuhi ASTM.
Mutu dan kelas beton yang mengacu pada PBI 1971 NI-2 adalah mutu K
350.
Kekuatan karakteristik beton 350 kg/cm2 dengan pemakaian PC
minimum 400 Kg untuk tiap 1 m3 beton, faktor air semen maksimum
0,45 dan slump beton maksimum 7 cm, untuk ini pemborong harus
membuat mixed design dengan persetujuan.
Sebelum pelaksanaan pembetonan, pemborong terlebih dahulu harus
mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu
karakteristik beton seperti yang disyaratkan dan untuk mengetahui
komposisi campuran beton (pasir, semen dan batu pecah).
Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakukan dengan
menggunakan ukuran yang sudah tertentu, baik untuk material
betonnya maupun ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana
ukuran tersebut nantinya akan digunaka selama pelaksanaan konstruksi
percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai
dengan karakteristik yang sudah ditentukan yaitu K > K Syarat (K =
350)
Pekerjaan konstruksi pengecoran/beton boleh dilaksanakan, tetapi kalau
K < K syarat (K = 350), maka percobaan ini harus terus dilakukan
dengan komposisi lain, sampai mendapatkan mutu beton sesuai dengan
yang disyaratkan. Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan
komposisi agregrat tersebut diatas dan telah disetujui oleh Direksi harus
digunakan dalam pemakaian selanjutnya.
Segala perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran
agregat yang telah disetujui harus mendapat persetujuan Direksi.
Campuran beton kedap air harus sedemikian rupa agar kedap air dapat
dicapai tanpa mengandalkan material lain.
Beton kedap air tersebut harus dapat dibuktikan sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SK SNI S - 36 - 1990 - 03, untuk air agresif
kuat.
B - II - 12
Pembuatan campuran beton dengan mutu dan kelas tersebut harus
dibawah pengawasan yang ketat dari Kontraktor. Maksud pengawasan
ketat adalah terhadap mutu dan jenis agregat halus dan kasar serta
terhadap agregat campuran.
Rencana campuran (mix design) dan hasil dari pengujian kubus di
laboratorium untuk 7 hari dan 28 hari harus dilaporkan kepada Direksi
Pengawas jauh sebelum setiap kali akan diadakan pekerjaan
pengecoran.
2.28. PERCOBAAN PENDAHULUAN
Setidak-tidaknya 42 hari sebelum memulai pengecoran beton,
Kontraktor harus mengusulkan kepada Direksi Pengawas desain
campuran serta faktor air semen dan harus membuat percobaan
pendahuluan campuran meng-gunakan contoh agregat dan jenis semen
yang disetujui.
Bila mungkin tempat mencampur beton dan alat transportnya bisa
dicoba untuk membuat campuran beton dan untuk mengangkut ke
suatu jarak tertentu.
Alat pengaduk beton yang dipakai harus bersih, dan sisa-sisa adukan
beton harus dibuang jauh-jauh.
Kelecakan (workability) dari setiap campuran harus ditentukan pada
mesin pencampur dan setelah diangkut sampai pada jarak yang
representatif.
Kontraktor harus melakukan pemeriksaan mutu beton pada
laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas, dan
menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pembuatan
contoh benda uji, serta pembuatannya harus dilakukan oleh petugas-
petugas yang terlatih.
Kriteria penerimaan mutu beton harus sesuai dengan PBI 1971 NI - 2.
Kubus berukuran sisi-sisinya 150 mm harus dibuat dan diadakan
pengujian terhadap kelas dan mutu beton sebagai berikut :
a) 6 (enam) buah kubus dibuat dari contoh beton yang diambil dari
tiga kali adukan masing-masing berturut-turut (3 set benda uji atau
sama dengan 18 benda uji).
b) Dari setiap set yang terdiri dari 6 (enam) buah kubus, 3 (tiga) buah
akan diuji pada umur 7 hari dan 3 (tiga) buah lagi pada umur 28
hari.
B - II - 13
Tekanan hancur rata-rata dari setiap set kubus tersebut minimal
harus melampaui 35% tekanan hancur untuk masing-masing mutu
beton. Semua kubus yang dibuat, dirawat, disimpan dan dibawa
ketempat pengujian sesuai dengan ketentuan yang ada pada PBI
1971 N.I-2 .
Perbandingan dari agregat halus , kasar dan semen untuk beton harus
sedemikian, sehingga menghasilkan kekuatan yang diinginkan dengan
kepadatan setinggi mungkin secara konsisten dan kelecakan yang
cukup (workability).
Segera setelah pengujian pendahuluan tersebut selesai dan
memuaskan, Kontraktor harus menyerahkan laporan secara detil kepada
Direksi Pengawas mengenai percobaan campuran tersebut dan cara
pengujiannya.
Sebelum memulai pada setiap pembetonan, Kontraktor harus
menyerah-kan kepada Direksi Pengawas untuk persetujuannya secara
terperinci, ter-masuk jenis agregat dan derajad butirannya serta
perkiraan kekuatan rata-rata, dari setiap campuran yang diusulkan /
untuk pekerjaan. Semua perincian tersebut harus berdasarkan hasil dari
pengujian pendahuluan.
Bila desain campuran tersebut disetujui, maka perbandingannya tidak
akan berubah, sumber dari semen dan agregat dalam hal jenis, ukuran
dan zona derajad butiran dari agregat, yang lain tanpa persetujuan
Direksi Pengawas harus bergantung pada hasil yang memuaskan dari
pengujian selanjutnya sesuai dengan persyaratan diatas.
Percobaan pendahuluan juga harus dilakukan setiapkali akan
diadakannya perubahan-perubahan dalam jenis dari bahan-bahan atau
dalam perbandingannya di dalam campuran.
2.29. BAHAN CAMPURAN TAMBAHAN (ADMIXTURES)
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan
untuk memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah bahan
yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan campuran tambahan
tersebut harus disetujui terlebih dulu oleh Direksi Pengawas.
Manfaat bahan campuran tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil
pengujian dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang sama
dengan jenis semen dan agregat yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan beton yang sesungguhnya (permanen).
B - II - 14
Kalsium Chlorida atau bahan campuran tambahan yang mengandung
chlorida tidak boleh dipakai.
Fly ash atau pozolan lainnya yang dipakai sebagai bahan campuran
tambahan harus memenuhi standard ASTM C618-94a : “Specification for
Fly ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for use as Mineral
Admixtures in Portland Cement Concrete” atau memenuhi standard
SKSNI S 15-1990 F.
Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah
air pencampur atau untuk menambah workability beton dapat
digunakan sepanjang memenuhi standar ASTM C494 - 92 “ Standard
Specification for chemical Admixtures for concrete” atau memenuhi
standard umum Bahan Bangunan Indonesia.
2.30. KELECAKAN (WORKABILLITY)
Beton dibuat cukup kelecakan (workability) dan konsistensinya,
sehingga memungkinkan pengerjaan beton (pengecoran, percobaan,
pemadatannya) secara mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan
serta sudut-sudut acuan, sehingga tanpa menimbulkan kemungkinan
segregasi agregat dan terpisahnya air secara berlebihan.
Faktor air semen sejauh mungkin minimum, karena hal ini berhubungan
dengan pekerjaan pemadatannya dengan alat yang dipersyaratkan.
Bila jenis, derajad butiran dan perbandingan agregat dalam campuran
telah disetujui, percobaan-percobaan harus dilakukan untuk faktor air
semen minimal dan Kontraktor akan terikat oleh hal itu.
Faktor kepadatan akan ditentukan sesuai dengan standar BS 1881. Bila
nilai optimal telah ditentukan dan Direksi Pengawas telah menyetujui
campuran tersebut untuk dapat dipakai, maka nilai harus dipertahankan
dalam batas toleransi + 0.03.
Selain itu pengujian slump sesuai dengan standar PBI 1971 NI-2 akan
dipakai bila rata-rata slump dari beton itu sedemikian ditentukan adalah
sama atau lebih besar dari yang tertera dalam Tabel 2.1.
Dalam hal ini slump harus dipertahankan dalam batas toleransi 25
mm dari optimal yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Apabila Kontraktor berkeinginan merubah dengan jenis agregat lain dan
perobahan itu telah disetujui Direksi Pengawas, maka prosedur tersebut
di atas untuk menentukan minimum faktor air semen harus diulangi.
2.31. PENGUKURAN BAHAN-BAHAN BETON
B - II - 15
Sesuai dengan SKSNI T-15 - 1991 - 03 pada saat pencampuran bahan-
bahan beton, harus diadakan pengukuran berat masing-masing (SKSNI
T-15-1991-03), dengan peralatan untuk mencampur yang telah
disetujui, yang dapat mengukur berat semen secara teliti sampai + 1%
dan berat agregat secara teliti sampai + 2% .
Ketelitian itu justru dibuat untuk berat air yang dikandung di agregat,
sehingga jumlah sebenarnya yang ditambahkan pada adukan bila perlu
disesuaikan.
Bila semen tersedia dalam kantong-kantong, pencampuran untuk
berbagai-bagai mutu dan kelas dari beton, spesi / adukan atau grout,
harus dibuat perbandingan sedemikian untuk menghindari perlunya
membagi isi dari kantong.
2.32. ALAT PENCAMPUR BETON
Alat pencampur beton harus sesuai dengan jenis dan kapasitasnya,
serta desainnya harus sesuai dengan tujuan yang bersangkutan.
Peralatan ini harus dilengkapi dengan alat pendingin air dan harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.
Beton harus diaduk dalam alat pengaduk beton (concrete mixer), jenis
dan kapasitasnya harus disetujui Direksi Pengawas dan harus sesuai
dengan ketentuan pada PBI 1971 NI-2 atau SKBI 1.4.53.1988.
Semua alat pengaduk beton harus mengacu kepada manual pabrik
pembuat dan waktu pengadukan (setelah semua bahan-bahan beton di-
dalam mixer) adalah minimal 1.5 menit sesuai dengan ketentuan pada
PBI 1971 NI-2 atau SKBI 1.4.53.1988.
Waktu pengadukan harus ditambah jika tidak didapatkan hasil adukan
yang merata dan warna yang seragam.
Pengadukan yang berlebih-lebihan dan membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsisten beton yang dikehendaki, tidak
diperbolehkan.
Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (Hand
Mixing).
2.33. PROSEDUR PENGUJIAN KUBUS UJI
Contoh beton untuk bahan pengujian harus diambil dan dibuat serta
diuji atas petunjuk Direksi Pengawas / Ahli Teknik.
Jumlah benda uji yang diambil pada setiap pengecoran pada prinsipnya
harus sesuai dengan ketentuan PBI 1971 Pasal 4.7 atau bila ditentukan
lain oleh Direksi Pengawas/Ahli Teknik.
B - II - 16
Jika volume pembetonan < 60 m3 maka ketentuan yang berlaku sesuai
pada PBI 1971 NI-2 pasal 4.7.
Direksi Pengawas akan memvariasi jumlah kubus untuk setiap kelas dan
mutu beton, bila diperlukan diadakan pengujian tambahan .
Kubus-kubus beton harus dicuring oleh Kontraktor dan kemudian
diangkut ke laboratorium untuk dilaksanakan pengujian.
Agar dalam waktu yang singkat sudah ada gambaran tentang mutu dari
beton dalam pelaksanaan, maka disarankan untuk membuat 4 (empat)
kubus diuji untuk diuji pada umur 3 (tiga) hari dan 4 (empat) kubus
untuk diuji pada umur 7 (tujuh) hari dan (dua puluh) kubus lainnya diuji
setelah berumur 28 hari. Hasil pemeriksaan benda uji ini dengan
mengacu pada pasal 4.1 ayat 4 PBI 1971 NI-2, dapat dijadikan dasar
untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam
campuran beton dan/atau cara pelaksanaan. Sebagai penilaian yang
menentukan bagi mutu beton tetap harus diambil berdasarkan
pemeriksaan benda-benda uji pada umur 28 hari.
Kubus beton tersebut harus diberi tanda dengan nomor kontrak khusus
pekerjaan bersangkutan, nomor seri dan tanggal pengecoran.
Prosedur pengujian dari kubus beton tersebut harus mengikuti
ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI-2.
Hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada PBI
1971 NI-2 Bab 4.
2.34. PENERIMAAN HASIL PENGUJIAN KUBUS BETON
Penerimaan hasil pengujian kubus beton mengikuti ketentuan yang ada
pada PBI-1971 NI-2 sebagai berikut :
1. Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut terjadi kurang dari ‘bk.
2. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda
uji berturut-turut terjadi kurang dari (‘bk + 0.82 Sr), Sr adalah
deviasi standard rencana beton sesuai pasal 4.5 ayat 3, PBI 1971
NI-2.
3. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari
4.3 Sr.
4. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut
harus memenuhi pasal 4.5 PBI 1971 NI-2.
Kontraktor diminta untuk menyerahkan hasil rekaman pekerjaan beton
yang pernah dilaksanakan untuk proyek-proyek sebelumnya minimal 3
B - II - 17
(tiga) proyek yang meliputi besarnya Sr (Standard Deviasi) yang bisa
dicapai oleh tim pelaksana di lapangan, sebagai kontrol dari kualitas
pekerjaannya.
2.35. PENGUJIAN CONTOH BETON DARI PEKERJAAN BETON YANG SUDAH
MENGERAS
Dalam hal dimana kualitas pekerjaan beton dianggap mencurigakan
oleh Direksi Pengawas, dimana hasil uji kubus beton seperti disyaratkan
di pasal 2.33 belum dapat memuaskan sesuai dengan pasal 2.34, maka
apabila pengecoran beton belum selesai, pengecoran harus segera
dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan percobaan non
destruktif pada bagian konstitusi yang kekuatan betonnya meragukan
itu untuk memeriksa kekuatan beton yang benar-benar terjadi.
Untuk itu Direksi Pengawas dapat memerintahkan pengujian mutu
dengan palu beton atau dengan pengambilan spesimen bor inti (core
drilled) berbentuk silinder dengan diameter nominal 150 mm dan tinggi
disarankan 300 mm yang diambil (dibor) dari bagian konstruksi yang
meragukan itu. Metode pengambilan dan pengujian spesimen bor inti
tersebut mengacu pada ASTM C42 “ Method of Obtaining and Testing
Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete”. Dalam hal ini harus
diambil minimum 3 (tiga) buah spesimen bor inti pada bagian konstruksi
yang mutunya meragukan itu.
Alat-alat tes palu beton serta pemotong beton dan cara untuk
mengerjakannya harus disediakan oleh Kontraktor, agar Direksi
Pengawas dapat terlebih dulu memeriksa sebelum pengujian, dan
semua peralatan dan pengujian yang diperlukan harus mengikuti
ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI-2, ASTM C42 atau standar lain
yang relevan.
Apabila dalam masa layannya bagian beton dalam struktur tersebut
akan selalu kering, maka spesimen inti yang didapatkan harus dikering
udarakan (temperatur antara 15° C hingga 30° C, kelembaban relatif
kurang dari 60%) selama 7 (tujuh) hari sebelum diuji tekan dan harus
diuji dalam keadaan kering. Bila bagian beton tersebut ternyata pada
masa layannya lebih dari sekedar basah permukaan saja, maka
spesimen bor inti tersebut harus direndam di dalam air minimal selama
40 jam dan kemudian diuji dalam keadaan basah.
Beton yang diwakili oleh hasil uji bor inti harus dianggap secara
struktural cukup bila rata-rata kuat tekan dari ketiga spesimen bor inti
tersebut paling kurang sama dengan 85% dari f’c (kuat tekan silinder)
B - II - 18
seperti yang disyaratkan pada pasal 2.27 dan tidak satupun dari
spesimen bor inti tersebut mempunyai kekuatan tekan kurang dari 75%
f’c. Untuk memeriksa akurasi dari hasil pengujian bor inti, lokasi yang
diwakili oleh kuat tekan spesimen bor inti yang tidak menentu (eratik)
boleh diuji ulang.
Bila kekuatan spesimen silinder yang diambil dari pekerjaan beton yang
sudah mengeras tersebut kurang dari kekuatan beton minimum yang
dipersyaratkan pada PBI 1971 NI-2 pasal 4.8, atau bila menurut
pendapat Direksi Pengawas beton tersebut gagal memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan beton pada bagian pekerjaan yang
diambil contohnya itu dianggap tidak memenuhi spesifikasi, maka dapat
diperintahkan pada Kontraktor untuk mengadakan percobaan
pembebanan langsung sesuai dengan ketentuan yang ada pada Bab 21.
PBI 1972-NI-2, dengan semua biaya ditanggung oleh Kontraktor.
Hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada PBI
1971 NI-2 Bab 4, SKBI-1.4.53.1988 atau peraturan lain yang relevan.
2.36. GAGAL MEMENUHI PERSYARATAN YANG DITENTUKAN
Bila persyaratan yang ditentukan belum dapat dipenuhi, Kontraktor
harus segera memperbaikinya seperti yang diperintahkan Direksi
Pengawas. Sebelum melanjutkan pekerjaan pembetonan, Kontraktor
harus minta persetujuan Direksi Pengawas mengenai rincian dari
kegiatan yang diusulkan untuk meyakinkan bahwa beton yang akan
dicor untuk pekerjaan itu telah sesuai dengan spesifikasi.
2.37. CATATAN / REKAMAN
Rekaman semua pekerjaan pembetonan tentang mutu dan kelas beton
dari semua hasil pengujian kubus beton, inti atau spesimen yang
diambil dari pekerjaan beton yang sudah mengeras, harus disimpan
baik-baik oleh Kontraktor.
Salinan (copy) dari rekaman tersebut harus disampaikan kepada Direksi
Pengawas.
2.38. SPESI / ADUKAN DAN SPESI SEMEN (CEMENT GROUT)
Adukan dan spesi semen (cement grout) harus dari susunan semen
portland type I dan pasir yang disetujui dan harus dicampur dalam
perbandingan berdasarkan contoh bahwa 50 kg semen dan 0.07 m3
pasir memberikan perbandingan 1 semen : 2 pasir.
B - II - 19
Jumlah air yang digunakan dalam campuran harus disetujui Direksi
Pengawas dan harus seminimal mungkin untuk maksud tersebut.
Spesi semen (cement grout) harus dicampur sedemikian sehingga
berbentuk koloid dalam jenis alat pencampur koloidal.
2.39. PERALATAN BETON YANG SIAP DI LAPANGAN
Pada waktu pelaksanaan pekerjaan beton yang terus-menerus,
Kontraktor harus selalu mengusahakan kesiapan peralatan beton di
lapangan, seandainya terjadi kerusakan/kemacetan dalam alat
pencampur beton, pengangkutan, pengecoran dan pemadatan beton,
maka Kontraktor karus menyiapkan penggantinya dan harus dapat
segera dioperasikan agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.
F. BETON SIAP PAKAI
(READY MIXED CONCRETE)
2.40. BAHAN - BAHAN HARUS SESUAI
Pemakaian beton siap pakai (Ready mixed concrete) seperti yang
ditentukan dalam standard ASTM C94-94, penggunaannya harus
dengan persetujuan Direksi Pengawas dan harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam spesifikasi tersebut.
2.41. PENGANGKUTAN
Beton harus diangkut dalam suatu truk alat pengaduk beton (mixer
truck). Bila menggunakan truck mixers, maka mixers tersebut harus
terus-menerus berputar. Kecuali Direksi Pengawas menyetujui lain maka
truk pengangkut adukan, mengaduk dan mengecor dari alat itu harus
sesuai dengan persyaratan standard ASTM C94-94 dan pengadukan
harus terus-menerus dengan kecepatan perputarannya mengacu pada
standard ASTM C94-94.
2.42. PEMBERIAN AIR DI LAPANGAN
Bila digunakan truk adukan beton, air harus diukur dan dituangkan di
lapangan dibawah pengawasan.
Pemberian tambahan air dilarang pada beton yang sudah diaduk dan
siap untuk dicor.
B - II - 20
G. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN
2.43. PERSIAPAN PEMBETONAN
Sebelum pekerjaan pembetonan dimulai, baja tulangan dan cetakan
beton harus dibersihkan dari kotoran termasuk sisa-sisa beton dari
pengecoran sebelumnya, (baja tulangan baru yang telah berkarat harus
dibersihkan dengan cara Sand Blasting)
Semua cetakan beton, penguat cetakan, as-as kelurusan dan
sebagainya harus diperiksa dan diteliti, ruangan dimana beton akan
dicor harus sebersih-bersihnya.
Lobang-lobang antara sambungan cetakan atau disudut-sudut cetakan
harus ditutup dengan material yang disetujui Direksi Pengawas.
Bagian dalam cetakan harus dilapisi dengan bahan yang disetujui untuk
menghindari pelekatan beton pada dinding cetakan dan dijaga agar
bahan lapisan itu tidak menempel pada baja tulangan.
Lagi pula dimana perlu untuk mencegah terhisapnya air dari beton,
maka cetakan harus dibasahi seluruhnya, sebelum pekerjaan
pembetonan dimulai dan air yang berlebihan dicetakan itu harus
dikeluarkan.
Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang
ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 5.
2.44. MULAI PEKERJAAN PEMBETONAN
Tidak ada pekerjaan pembetonan yang dapat dimulai sebelum
persiapan serta ijin untuk itu disetujui oleh Direksi Pengawas.
Pemberitahuan yang cukup jelas kepada Direksi Pengawas, bahwa suatu
bagian pekerjaan sudah dapat dicor, sehingga dengan demikian
Pengawas dapat hadir dan mengadakan pengujian, memeriksa, meneliti
dan sebagainya yang mungkin sangat diperlukan.
Paling lambat 12 jam setelah ada persetujuan dari Direksi Pengawas
pekerjaan pembetonan harus segera dimulai untuk menghindari proses
terjadinya karat pada tulangan. Apabila tulangan telah berkarat maka
sebelum dilakukan pengecoran harus dibersihkan terlebih dahulu dari
karat tersebut dengan sistem sand blasting.
Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Direksi Pengawas atau wakilnya
yang ditunjuk ada ditempat pekerjaan.
2.45. PENGANGKUTAN BETON
B - II - 21
Segera bila tidak ada suatu hal maka paling lama 2 jam setelah mulai
pengadukan, beton harus sudah dituang dari alat pengaduk ketempat
pekerjaan dengan suatu alat yang dapat melindungi dari pengaruh
kontaminasi, segregasi atau hilangnya bahan-bahan utama dari beton.
Penggunaan pompa untuk pengecoran beton hanya dapat diijinkan oleh
Direksi Pengawas.
Setiap perubahan (modifikasi) yang mungkin dibuat terhadap
perbandingan bahan-bahan beton untuk menggunakan pompa dalam
pengecoran harus mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas dan
atas biaya Kontraktor.
Dalam hal dimana menyangkut faktor air semen yang dipersyaratkan
untuk suatu kelas dan mutu beton sehingga, beton tidak diperkenankan
untuk dipompakan, maka beton harus diangkut dengan suatu alat kedap
air yang jenis dan ukurannya disetujui oleh Direksi Pengawas.
Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang ada
pada PBI 1971 NI-2 Bab 6.
2.46. PENGECORAN BETON
Semua beton harus dituang sesuai dengan posisi dan urutan yang
ditunjukkan dalam gambar, spesifikasi atau yang ditunjukkan oleh
Direksi Pengawas dengan suatu alat yang dapat mencegah kontaminasi,
segregasi atau hilangnya bahan-bahan utama beton.
Beton harus dituang sedekat mungkin ke dalam posisinya di cetakan
dan akan diratakan secara horizontal serta dipadatkan pada ketebalan
(setinggi) antara 150 s/d 300 mm.
Penyebaran dan perataan beton dalam cetakan sangat perlu, dan ini
dilakukan dengan suatu alat yang disetujui dan harus dibantu dengan
vibrator (Mechanical Vibrator).
Penuangan Beton kedalam cetakan tidak boleh melebihi dari ketinggian
1.0 m.
Desain dan kemiringan dari corong penuangan yang dipakai dalam
pengecoran beton harus disetujui Direksi Pengawas.
Jika beton dituang dengan menggunakan pompa, maka biaya
ditanggung oleh Kontraktor sendiri, Kontraktor harus mengatur
kecepatan penuangan beton untuk menghindari segregasi atau
kerusakan dan gangguan pada baja tulangan, cetakan dan sebagainya.
Kecuali disyaratkan, tidak boleh ada kemiringan sehubungan dengan
penuangan beton.
B - II - 22
Penghentian pengecoran harus direncanakan dan harus mendapat
persetujuan Direksi Pengawas. Tempat dan bentuk pemberhentian
pengecoran harus mengikuti ketentuan pada PBI 1971 NI - 2 Bab 6.5
atau SKBI -1.4.53.1988.
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah, harus diberi lantai dasar dari beton tak bertulang dengan
campuran 1PC : 3PS : 5 KR setebal minimum 5 cm, untuk menjamin
duduknya tulangan dengan baik dan tidak ada penyerapan air semen ke
dalam tanah .
Selama hujan yang dapat berpengaruh pada campuran beton, maka
pengecoran harus diberhentikan atau apabila Kontraktor telah
menyediakan suatu sarana pelindung khusus yang memungkinkan
pekerjaan pengecoran tidak terganggu oleh hujan. Semua prosedur dan
persiapan harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Direksi
Pengawas/Ahli Teknik untuk mendapar persetujuan.
Selama pengecoran beton agar tidak mengganggu posisi penulangan,
maka tukang pemasang baja tulangan harus selalu berada di pekerjaan
itu atau berturut-turut hadir dalam kegiatan pengecoran beton tersebut
untuk membetulkan posisi dari baja tulangan.
Jadwal waktu untuk pengecoran beton haruslah diatur sedemikian,
sehingga tidak ada permukaan beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit
sebelum pengecoran beton selanjutnya.
Istirahat makan, penggantian kelompok (shifting group) dan sebagainya,
serta pemberhentian posisi pengecoran haruslah diatur secara simultan
yang cermat dan hati-hati untuk meyakinkan bahwa interval diatas tidak
akan mengganggu mutu pelaksanaan serta pekerjaan.
Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang
ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 6 atau SKBI-1.4.53.1988.
2.47. PENTINGNYA PEMADATAN
Beton harus selalu dipadatkan dan disempurnakan permukaannya
terutama untuk bagian sambungan-sambungan. Sangatlah penting
untuk memadatkan keseluruhan dari beton dan meyakinkan kondisi
homogenitas beton serta bebas dari porositas, selain itu bagian
permukaan sambungan itu harus segera dihubungkan dengan beton
baru.
Pemadatan tidak terbatas pada permukaan atas dari lapisan-lapisan
penuangan, tetapi harus keseluruhan, sehingga semua beton menjadi
padat, dan dapat dilihat seperti permukaan jelly.
B - II - 23
Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada
PBI 1972-NI-2 Bab 6.
2.48. PENGGETARAN BETON
Semua beton harus digetar kecuali ada persyaratan atau perintah yang
lain dan penggetaran adalah merupakan permintaan Direksi Pengawas
sebagai tambahan terhadap pemadatan beton jadi bukan sebagai
pengganti pemadatan yang telah dicantumkan dalam pasal lain.
Semua pekerjaan penggetaran harus dilaksanakan berdasarkan rencana
yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Tidak ada orang yang diijinkan untuk mengoperasikan alat penggetar
tanpa instruksi dan latihan lebih dulu bagaimana menggunakan
peralatan tersebut.
Alat penggetar (immersion vibrator) yang digunakan minimal harus
mempunyai frekuensi 8000 cycles/ menit dan harus mengacu pada pola
dan pengaturan yang telah disetujui.
Pelaksanaan harus hati-hati untuk menghindari segregasi dan
penggetaran yang berlebihan.
Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada
PBI 1971 NI-2 Bab 6.
2.49. PENGECORAN PADA PASANG SURUT
Semua pengecoran beton diantara permukaan pasang surut harus
dilaksanakan dalam keadaan kering.
Dalam hal pengecoran di sambungan konstruksi, pelindung / penutupan
harus segera diambil, setelah itu sambungan harus dibersihkan dan
dibuat kasar serta diberi bonding agent seperti yang dipersyaratkan dan
pengecoran beton dilanjutkan pada air surut.
Semua tulangan, cetakan dan permukaan sambungan harus bersih
seperti yang dipersyaratkan dan seluruh beton yang baru dicor harus
dipadatkan.
Kesempatan maksimum yang menguntungkan harus diambil dari air
surut paling rendah (pasang perbani), untuk menghindari pengecoran
pada waktu air pasang.
2.50. PERATAAN PERMUKAAN DAN FINISHING
B - II - 24
Semua permukaan dari plat beton atau bagian-bagian lain yang tidak
harus ditutup harus diratakan dengan cara yang disetujui Direksi
Pengawas sampai rata dan padat dengan peralatan berupa alat perata
dari baja.
Pelaksanaannya harus hati-hati untuk meyakinkan, bahwa beton benar-
benar merata dan padat.
Pada prinsipnya finishing untuk permukaan beton yang akan mendapat
tambahan beton di atasnya (concrete topping) harus dikasarkan dengan
cara sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.
Sedangkan untuk permukaan beton yang terbuka (exposed), finishing
yang disyaratkan adalah finishing halus atau apabila ditentukan lain
oleh Direksi Pengawas.
2.51. KEDUDUKAN SIAR PELAKSANAAN (CONSTRUCTION JOINT)
Siar pelaksanaan harus dinyatakan dalam gambar atau seperti yang
disetujui oleh Direksi Pengawas.
Semua pekerjaan pembetonan pada sambungan konstruksi harus
menerus.
Pada permukaan yang terlihat, siar pelaksanaan harus dengan hati-hati
dibentuk agar didapatkan garis lurus yang rapi atau dimana ditunjukkan
pada gambar, harus dibentuk dengan bentuk khusus antara permukaan
beton yang terdahulu dicor dan pengecoran kelanjutannya. Agar
pertemuan antara dua permukaan konstruksi tersebut dapat benar-
benar bersatu dan monolit, maka antara permukaan beton lama dan
baru harus dipersiapkan sebaik-baiknya, atau diberi bonding agent yang
sesuai dengan persyaratan, bila memang diperlukan.
Siar pelaksanaan harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengurangi kekuatan dan keawetan konstruksi , dan
mampu meneruskan gaya geser dan gaya lainnya.
Spesi semen (cement grout) yang berbentuk celah berukuran lebar 25
mm dan tinggi 40 mm harus disediakan pada semua siar pelaksanaan
datar dimana bentuk khusus diatas tidak dipersyaratkan.
Bahan perekat yang sesuai harus diberikan pada akhir atau permukaan-
permukaan lain dari bagian-bagian yang melebihi 200 mm tebal untuk
tujuan mengunci bagian-bagian itu terhadap sambungan.
Bahan perekat itu harus diberikan pada seluruh permukaan sambungan
dan harus mempunyai kemiringan kesamping seperti pada gambar detil.
B - II - 25
Hal lain yang tidak termasuk dalam ketentuan diatas , mengikuti
ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI - 2 Bab. 6 atau SKBI-1.4.53.1988
Bab. 6.
2.52. PROSEDUR PADA SIAR PELAKSANAAN
Pada siar pelaksanaan datar, pembersihan lapisan bekas cetakan dan
tonjolan-tonjolan batu pada permukaan harus dilaksanakan, secara
praktis dengan cara pencucian dan penyikatan setelah pengecoran,
harus dilaksanakan hati-hati agar adukan tidak ter-erosi.
Setelah pembersihan, kelebihan air harus segera dikeluarkan agar tidak
terhisap oleh semen.
Dalam hal dimana beton mulai proses mengikat tetapi belum mulai
mengeras, pembersihan dari lapisan bekas cetakan dan membuat kasar
permukaan beton sambungan harus dilaksanakan dengan sikat kawat
dan mencucinya harus sangat hati-hati, agar tidak merusak lapisan
dibawahnya.
Baik pada sambungan vertikal atau horizontal, dimana beton telah mulai
mengeras, setiap kulit atau lapisan bekas cetakan harus dibersihkan dan
permukaan dibuat kasar memakai palu dengan kekuatan tertentu dan
dilanjutkan dengan sikat kawat untuk membersihkan semua partikel.
Bila memakai prosedur ini, maka pelaksanaannya harus amat sangat
hati-hati untuk menghindari keretakan permukaan sambungan dan
sekitar tempat batu-batu yang menonjol.
Cara manapun yang dipakai untuk pembersihan permukaan yang
kelihatan, bahan-bahan yang asing-asing harus dibersihkan dari
permukaan itu dengan sikat kawat lebih lanjut bila perlu, sebelum
pemasangan beton selanjutnya.
Kemudian keseluruhannya harus dicuci bersih dengan air bersih dan
dihembus.
Sangatlah penting bahwa beton harus dituang / dicor pada permukaan-
permukaan yang telah disiapkan, pemadatan dan penggetaran dimana
perlu, harus dilakukan pada permukaan lama dan kesudut-sudut
cetakan beton.
Hal lain yang tidak termasuk ketentuan diatas, mengikuti ketentuan
yang ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 6 atau SKBI - 1.4.5.3.1988 Bab 6.
2.53. SIAR SAMBUNGAN
Siar-siar sambungan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar atau bila tidak harus atas petunjuk Direksi Pengawas.
B - II - 26
2.54. PARIT / ALUR, LOBANG
Parit, lekukan, rabat dan lobang-lobang harus diisi dengan beton seperti pada
detil dan posisinya digambar.
2.55. JADWAL WAKTU PEMBETONAN
Kontraktor harus menyerahkan jadwal secara detil mengenai rencana
pembetonan semua bagian dari pekerjaan sebelum memulai pengecoran.
2.56. BETON TIDAK BOLEH DIGANGGU
Harus selalu hati-hati, jangan sampai mengganggu beton dengan
pembebanan, dengan memukul-mukul / mengetuk-ketuk cetakan secara
langsung maupun tidak langsung pada saat proses pengerasan beton.
2.57. PENGERINGAN
Seluruh beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap
sinar matahari dan hembusan angin kering, lingkungan harus dalam
keadaan lembab.
Semua permukaan beton yang terlihat harus terus-menerus dibasahi
dengan air bersih selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran.
Dalam hal pelat beton atau pengecoran beton pada luas permukaan
yang sangat besar, rangka kayu dibalut dengan karung goni basah
untuk menutup beton.
Bila beton telah mengeras, kerangkanya tadi diambil dan penutup
karung goni yang dibasahi langsung menutupi beton, atau dilakukan
pembasahan pada permukaan beton dengan cara menggenangi air .
Selama 14 (empat belas) hari beton harus tetap terus-menerus dibasahi
dengan menyemprot penutup tadi dengan air bersih.
Curing compound bisa digunakan apabila disetujui oleh Direksi
Pengawas.
Bila disetujui, maka harus secara mutlak mengikuti instruksi dan
rekomendasi dari pabrik pembuat.
Persetujuan sewaktu-waktu akan dibatalkan bila ternyata hasilnya tidak
memuaskan dan pengeringan untuk pengecoran beton yang kurang dari
14 (empat belas) hari harus dilanjutkan dengan cara seperti diatas.
Penggunaan curing compound tidak akan diijinkan untuk permukaan
yang akan ditutup dengan bahan bitumen atau untuk permukaan yang
menuntut pengikatan secara struktural dengan cor beton selanjutnya
dikemudian hari.
B - II - 27
Lembaran polythene mungkin bisa digunakan dengan seijin Direksi
Pengawas.
Lembaran harus bebas dari permukaan cetakan dan sambungan harus
ditutup untuk menahan penguapan, lembaran seperti itu harus tetap
ditempat selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran.
Hal lain diluar ketentuan diatas, mengikuti ketentuan yang ada pada PBI
1971-NI-2 Bab 6 atau SKBI-1.4.53.1988 Bab 5.
2.58. PERAWATAN PERMUKAAN NORMAL
Semua permukaan beton harus benar-benar halus. Setiap permukaan
yang bersisik harus dibersihkan, dan lobang berisi udara (keropos) harus
diisi campuran spesi 1PC : 1½ PS.
Setiap permukaan yang memerlukan perawatan setelah dibuka, seperti
yang diuraikan diatas, kemudian harus digosok dengan balok
carborundum dan dicuci sampai bersih.
Tidak pada pelaksanaan perawatan permukaan sebelum ada
pemeriksaan permukaan itu oleh Direksi Pengawas.
Pelaksanaan perawatan permukaan normal harus dibawah pengawasan
Direksi Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk.
2.59. PENOLAKAN DARI PEKERJAAN YANG RUSAK
Walaupun telah ada persetujuan Direksi Pengawas akan cara-cara
pengecoran dan pemadatan beton dan hasil yang memuaskan atau
hasil uji kubus yang relevan, Direksi Pengawas berhak menolak setiap
pengerasan beton yang ternyata tidak padat, poreus dan keropos.
Kerusakan-kerusakan kecil mungkin bisa diperbaiki dengan mengisi
spesi / plester dengan pertimbangan dan kebijaksanaan Direksi
Pengawas.
Bila tidak, beton yang telah ditolak atau yang tidak sesuai dengan
spesifikasi harus dihancurkan dan diganti dengan beton baru, yang
semuanya atas biaya Kontraktor.
2.60. PENCEGAHAN SELAMA CUACA YANG BURUK
Selama cuaca yang berangin, perlindungan yang efisien harus
dilaksanakan untuk menghindari semen terhembus angin, selama
proses pembagian dan pencampuran.
Selama musim hujan beton harus cukup terlindung, demikian juga
setelah proses pengecoran.
B - II - 28
Pada waktu hujan lebat tidak ada pekerjaan pembetonan, kecuali
terlindung total pada waktu mencampur, mengangkut dan menuang,
demikian juga setelah proses penuangan.
2.61. PENGECORAN BETON PADA CUACA PANAS
Tidak ada pembatasan untuk pengecoran beton pada cuaca panas, akan
tetapi bila suhu pada waktu itu melebihi 28 derajad Celcius, dan bila
Kontraktor tetap akan mencampur serta mengecor beton pada cuaca
yang sedemikian itu, maka haruslah mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
(1). Seluruh bahan-bahan untuk beton harus terlindung dari sinar
matahari secara langsung, demikian juga sebelum, selama dan
setelah pen-campuran.
(2). Air pencampur harus melalui alat pendingin atau sebagian dari air
pencampur harus ditambah dengan air es.
Untuk maksud ini, es harus disediakan dalam keadaan hancur
(pecah-pecah).
Harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa es tersebut telah mencair
seluruhnya.
Agar diusahakan menutup, mengisolasi dan / atau mengecat putih
semua tanki-tanki, pipa-pipa dan truk mixer.
(3). Seluruh penutup, cetakan dan tulangan harus disemprot dengan air
dingin segera sebelum pengecoran beton.
(4). Perhatian khusus harus dilakukan terhadap perlindungan dan
pengeringan beton; seluruh penutup dan cetakan harus tetap
dalam keadaan dingin dan terlindung dari sinar matahari langsung
dengan penutup kain goni basah atau bahan-bahan isolasi lain
yang disetujui.
(5). Bila suhu dari campuran beton sebelum dicor melebihi 35 derajad
celcius maka seluruh pekerjaan pembetonan harus dihentikan.
(6). Beton dapat dibuat dan dicor pada waktu malam hari, asalkan
disetujui oleh Direksi Pengawas sesuai pasal pada Persyaratan
Kontrak, dan bila penerangan dari cahaya lampu memuaskan.
(7). Harus dibuat slump test pada suhu saat itu yang berpengaruh dan
Kontraktor diminta untuk menyimpan rekaman dari slump dan
suhu dari berbagai kelas dan mutu beton dengan faktor air semen
yang sama.
Pada kondisi apapun faktor air semen tidak boleh ditambah pada
saat suhu naik.
B - II - 29
B - II - 30