Download - Skripsi suhu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan
pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan
kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena
pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup
menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun
kewajiban sebagai warga negara yang baik. Sedangkan kegiatan belajar mengajar
merupakan inti pendidikan yang akan lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran.
Aktivitas siswa menyangkut fisik dan mental, bukan hanya untuk individu
tetapi juga dalam kelompok sosial. Dengan demikian siswa akan mendalami,
menghayati dan menarik pelajaran dan pengalamannya sebagai hasil belajar yang
merupakan bagian dari dirinya. Proses pembelajaran tidak hanya memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa
2
siswa aktif dan kreatif belajar untuk mencapai perubahan tingkah laku. Dalam
pelaksanaannya sering dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar, yang
mungkin di karenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat.
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga
terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi
tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan.
Suryosubroto (1997:19) menyatakan “proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan
yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi
dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu yakni pengajaran”.
Proses pembelajaran Fisika sering membuat siswa merasa kesulitan
memahami pelajaran yang guru sampaikan, kurang antusias untuk mengikuti
pembelajaran bahkan menjadikan pelajaran Fisika sebagai pelajaran yang
membosankan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru
yang menggunakan metode konvensional, yaitu guru membacakan atau
membawakan bahan yang sudah dipersiapkan sedangkan siswa mendengarkan,
mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan sebagaimana yang dicontohkan
oleh guru sehingga siswa hanya pasif.
Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, pembelajaran yang terjadi di SMP
Negeri 9 Banda Aceh setelah peneliti melakukan observasi pendahuluan ditemukan
permasalahan antara lain: (1) Kurangnya media pembelajaran yang mendukung
terlaksananya proses pembelajaran, (2) Kurangnya minat belajar siswa saat
pembelajaran, (3) Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran, (4) kegiatan
3
pembelajaran di kelas yang masih satu arah atau monoton, (5) Siswa lebih
menyenangi pembelajaran dengan disertai media, (6) Siswa sulit memahami konsep
Fisika.
Pelajaran Fisika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit,
ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru Fisika. Rendahnya hasil
belajar Fisika karena siswa kurang menarik dalam mengikuti proses belajar mengajar
di sekolah, baik metode maupun pendekatan yang digunakan para guru tidak sesuai
dengan karakteristik siswa. Dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang antusias
mengikuti pembelajaran Fisika sehingga mudah merasa jenuh karena model
pembelajaran yang kurang bervariasi dan tidak adanya alat peraga yang menarik.
Model mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa
mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Salah satu model pembelajaran
Fisika yang dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah quantum learning.
Pembelajaran quantum learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan suasana
yang menyenangkan karena guru mengubah segala sesuatu yang ada disekelilingnya
sehingga siswa bergairah belajar. Dalam hal ini, quantum learning merupakan salah
satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan,
menyenangkan, dan menggairahkan.
Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum Teaching atau Quantum learning adalah pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
4
cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum
teaching menggunakan prinsip-prinsip komunikasi ampuh, diperkuat dengan
pendekatan multisensori, multikecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan
belajar Quantum teaching yang dikenal TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasi, Ulangi, Rayakan).
SuperCamp menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan
keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Quantum
teaching dimulai di SuperCamp, Vos-Groenendal pada tahun 1991 melakukan
penelitian terhadap siswa-siswa mulai usia sembilan hingga dua puluh empat tahun
memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal membaca
cepat, menulis, berkreativitas, berkomunikasi, dan membina hubungan kiat-kiat yang
meningkatkan kemampuan mereka menguasai segala hal dalam kehidupan. Hasilnya
menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai
yang baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka
sendiri (Deporter, 2000: 32).
Disamping model pembelajaran, pemilihan alat peraga juga sangat penting
untuk menunjang pembelajaran. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.
Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara
lain tujuan, bahan, model dan alat serta evaluasi. Unsur model dan alat merupakan
unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau
teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam
pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan
5
penting sebab adanya alat ini bahan dapat dengan mudah di pahami oleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu
guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Sebagaimana Djamarah,
Saiful Bahri (1996 : 3) menyatakan bahwa “Keefektifan daya serap anak didik
terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan adanya alat
bantu”.
Wijaya dan Rusyan (1994 : 137) menyatakan bahwa “Media alat peraga
berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar
sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar”.
Penerapan metode pembelajaran quantum learning dengan menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran Fisika khususnya pada konsep suhu dan pengukuran
melibatkan peserta didik untuk aktif dengan bimbingan guru, agar konsep yang ada
dipokok bahasan itu dapat di pahami dengan benar.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Penerapan Model Quantum Learning Dengan
Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Suhu dan Pengukuran Di Kelas VII SMP Negeri 9 Banda Aceh” .
6
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan
pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan menerapkan model
Quantum learning menggunakan alat peraga.
2. Bagaimana aktifitas guru dan siswa pada proses belajar mengajar dengan
menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
3. Bagaimana keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menerapkan model Quantum learning menggunakan alat peraga.
4. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model Quantum Learning
dengan menggunakan alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.
1.3 Tujuan Penelitian
Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran
diperlukan usaha-usaha agar terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan
pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan penerapan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga.
2. Mengetahui aktifitas guru dan siswa pada proses belajar mengajar dengan
penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
7
3. Mengetahui keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan
penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
4. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model Quantum Learning
dengan menggunakan alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya serta pembaca pada
umumnya mengenai kegunaan alat peraga dalam model Quantum learning.
2. Sebagai penambah bahan acuan bagi guru Fisika dalam memberikan materi
pelajaran.
3. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Fisika di kelas VII dengan
penerapan model Quantum learning menggunakan alat peraga.
1.5 Definisi Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran tentang
istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi ini, maka ada baiknya penulis
menjelaskan pengertiannya. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai
berikut :
1). Model
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas (Agus Suprijono, 2009 : 46).
8
2). Quantum Learning
Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai
sesuatu untuk melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia)
(Deporter, 2004 : 14).
3). Alat Peraga
Alat peraga adalah Suatu alat yang di pergunakan untuk dapat lebih
memperjelas atau membuat pelajaran lebih konkrit dan siswa pun lebih terdorong
untuk belajar serta membuat situasi selama proses belajar mengajar lebih bervariasi
(Darwis A. Soelaiman, 1990 : 13).
4). Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar (Mulyono Abdurrahman, 1999:37)
5). Suhu dan Pengukuran
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Sedangkan
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya yang
dianggap sebagai patokan (M.M, Bob Foster, 1997 : 3).
6). Fisika
Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengertian Fisika itu
sendiri adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan benda-benda mati.
9
Fisika berhubungan dengan benda-benda yang nyata, yang dapt diukur dengan suatu
alat ukur (Supiyanto, 2002 : 2).
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Quantum learning
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang berusaha mengubah
suasana belajar yang menoton dan membosankan kedalam suasana belajar gembira
dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa. DePorter (2003:14)
mengemukakan bahwa “Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah
belajar yang terbukti efektif untuk semua umur”.
Quantum Learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara belajar dan
bermain antara ransangan internal dan eksternal, dan pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Quantum Learning adalah
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, semua kehidupan adalah energi.
Pemaknaan Quantum Learning adalah kiat, petunjuk strategi, dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik
yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah
populer dan umum digunakan.
Pendidikan memiliki peranan utama dalam mengembangkan perubahan
individu dan sosial kearah yang lebih baik. Untuk itu perlu dorongan terhadap
pendidikan dan peserta didik untuk melakukan perubahan dan pembaharuan. Salah
satu pembaharuan yang perlu di lakukan adalah dengan menggunakan sebagian
metode dan model pembelajaran dikelas, seperti model Quantum Learning.
11
2.1.1 Konsep Quantum learning
Konsep kunci Quantum learning dari berbagai teori dan strategi belajar yang
digunakan antara lain:
a. Teori otak kanan/kiri
b. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan karakteristik)
c. Teori kecerdasan ganda
d. Pendidikan holistik (menyeluruh)
e. Belajar berdasarkan pengalaman
f. Belajar dengan simbol (metaphoric learning)
g. Simulasi/permainan ( Yatim Riyanto, 2009 : 185)
2.1.2 Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum learning agar dapat berjalan dengan benar ini
paradigma yang harus di anut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi
sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang akan belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu
formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau
cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan rileks.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berfikir yang unik dan
berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu
merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk
dalam menerima informasi atau materi yang di berikan oleh fasilitator.
12
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat di sajikan dalam bentuk
sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk
simbol atau asoaiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih
banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram dan simbol.
f. Kunci menuju kesuksesan model Quantum learniang adalah latar belakang
(background) instrumental yang telah terbukti memberi pengaruh positif
dalam proses pembelajaran.
g. Penggunaan warna model Quantum Learning dapat meningkatkan daya
tangkap dan ingat sebanyak 78%.
h. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi
sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat
belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa).
i. Sistem penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran adalah
50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau
atasan (Jeannette Vos).
j. Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi
namun umpan balik negatif akan membuat anak menjadi frustasi.
Salah satu metode yang digunakan adalah Quantum learning dan contoh
pendekatan tang digunakan adalah : pendekatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasi, Ulangi dan rayakan) merupakan kerangka perancangan
pengajaran Quantum teaching. Unsur-unsur ini membentuk basis struktural
keseluruhan yang melandasi Quantum Teaching (Deporter, 2004 : 289). Kemudian
13
Sutrisno (2007) dalam http://blog.unila.ac.id/momon/2012/04/03/ bagaimana-
strategi-pembelajaran-quantm-teaching menyatakan bahwa :
Jika strategi TANDUR ini digunakan dengan baik maka akan di peroleh pembelajaran yang membuat siswa (dan guru) aktif, dengan begitu berkembanglah, inovatif, dengan inovatif, siswa terdorong termotivasi berbuat, dan bertindak ke hal-hal yang belum di lakukan oleh temannya, kreativitas baik siswa maupun guru, sehingga proses situ berjalan dengan efektif, dan akhirnya menyenangkan bagi semua (Pakem).
Quantum Learning yaitu kumpulan bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan disekitar situasi belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat
ilmiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain. Quantum learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses
belajar baru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun
mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan model Quantum Learning,
guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan
pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.
Quantum Learning adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala
nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
maksimalkan momen belajar, sehingga berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar.
14
2.1.3 Quantum Learning Dengan Pendekatan TANDUR
Tinjauan mengenai pendekatan TANDUR adalah sebagai berikut :
2.1.3.1 Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam
bentuk : Apakah Manfaat Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini
dengan guruku?. Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam
suasana rileks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka
dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa
harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa.
2.1.3.2 Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara apa yang
terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat di berikan agar
pengetahuan dan keterampilan yang sudah di miliki siswa bertambah.
2.1.3.3 Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk
menulis dikertas, menamai apa saja yang mereka peroleh, apakah itu informasi,
rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-
nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.
2.1.3.4 Demonstrasikan
Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki
kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya dia
mendemonstrasikan dihadapan guru, teman, maupun saudara-saudaranya.
15
2.1.3.5 Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu pada
diri siswa.
2.1.3.6 Rayakan
Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil
mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah
mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik, layak untuk dirayakan dengan :
Bertepuk tangan, bernyayi bersama-sama, atau secara bersama-sama mengucapkan :
“aku berhasil”.
2.1.4 Kerangka Perancangan Quantum learning
Kerangka perancangan pengajaran Quantum learning dengan pendekatan
TANDUR adalah sebagai berikut :
Tumbuhkan yaitu : Sertakan diri siswa, pikat siswa dan puaskan AMBAK
(apa manfaat bagiku) mengikuti pembelajaran ini.
Alami yaitu : Berikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan
untuk mengetahui”.
Namai yaitu : Sediakan kata kunci, konsep, rumus.
Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya
sebagai pengalaman pribadi.
Rayakan yaitu : Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan
menambatkan belajar dengan asosiasi positif (Bobbi Deporter, 2000:128).
16
2.1.4.1 Langkah-langkah model Quantum Learning (dengan menggunakan pendekatan TANDUR)
1. Tumbuhkan minat belajar siswa.
2. Berikan siswa tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan
pengetahuan yang sudah mereka miliki.
3. Mengajarkan konsep kepada siswa.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan kepada pengetahuan
baru mereka kepada orang lain.
5. Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan,
dan kesuksesan. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
2.1.4.2 Skenario pembelajaran model Quantum Learning
a. Kegiatan Pendahuluan (± 10 menit)
1. Guru memberikan pretest kepada siswa
2. Guru memotivasi siswa berupa memberikan pertanyaan
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini
b. Kegiatan Inti (± 60 menit)
1. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok
2. Guru meminta siswa menyebutkan beberapa contoh penerapan suhu
dalam kehidupan sehari-hari
3. Guru menjelaskan materi tentang suhu
4. Guru menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan alat ukur
suhu
5. Melalui diskusi kelompok siswa di beri tugas untuk mengulangi
pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya
17
6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
7. Guru memberi soal
c. Kegiatan Penutup (± 10 menit)
1. Siswa dibimbing oleh guru membuat kesimpulan hasil belajar
2. Guru memberikan evaluasi berupa postest.
2.2 Pengertian Alat Peraga
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Arief S. Sadiman, (2005 : 7) menyatakan “ Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi”. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat di
manipulasi, dapat di lihat, di dengar, dan di baca. Apapun batasan yang diberikan,
ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2.2.1 Jenis-jenis Alat Peraga
Sejalan dengan perkembangan atau pertumbuhan pengetahuan atau teknologi
yang semakin pesat dewasa ini, maka berbagi macam alat peraga sudah dapat di
peroleh oleh guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran. Karakteristik
media juga dapat di lihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera
18
penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau
kesesuaiannya dengan tingkatan belajar. Menurut Arief S.Sadiman, dkk (2005 : 27) “
Jenis alat peraga dapat dibagi dalam tiga (tiga) jenis, yaitu : (1) Alat peraga grafis,
(2) Alat peraga Audio, (3) Alat peraga Audio Visual”.
1). Alat peraga grafis (Media visual)
Alat peraga grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya alat peraga
yang lain alat peraga grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Saluran yang di pakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu di pahami benar artinya agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara
khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau
diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya alat peraga grafis termasuk alat
peraga yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Alat peraga grafis diantaranya :
gambar (foto), sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, peta dan globe.
2). Alat Peraga Audio (Media audio)
Alat peraga audio yaitu alat peraga yang berkaitan dengan indra pendengar.
Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik
verbal (ke dalam kata-kata lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang
dapat dikelompokkan dalam media audio, antar lain : Radio, Alat perekam pita
magnetik, piring hitam dan laboratorium bahasa.
19
3). Alat Peraga Audio Visual (Media Proyeksi Diam)
Alat peraga audio mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti
penyajiannya ransangan-ransangan visual. Selain itu bahan grafis banyak sekali
dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantaranya adalah pada
media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang
bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan
proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu. Adakala media jenis ini
disertai dengan rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja. Alat peraga
yang didengar dan dilihat contohnya : proyektor dan televisi.
2.2.2 Alat Peraga Termometer
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termometer.
Termometer adalah alat ukur suhu yang sering digunakan. Sebuah termometer
biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca berongga sempit dan panjang, disebut pipa
kapiler, yang di dalamnya berisi zat cair. Biasanya alkohol atau raksa (merkuri),
sedangkan bagian atas cairan adalah ruang yang hampa udara.
2.2.3 Fungsi Alat Peraga Dalam Proses Belajar Mengajar
Secara umum alat peraga mempunyai kegunan sebagai berikut :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media alat peraga berguna untuk
a. Menimbulkan kegairahan belajar
20
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan
bila mana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi
dengan alat peraga, yaitu dengan kemampuannya dalam :
a. Memberikan perangsang yang sama
b. Mempersamakan pengalaman
c. Menimbulkan persepsi yang sama.
2.3 Hasil Belajar Siswa
Secara umum hasil belajar didefenisikan status bentuk pertumbuhan dan
perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku
yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Tingkat kemampuan peserta didik dalam
proses belajar-mengajar dapat diketahui dari hasil belajarnya.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:37) “Hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Hasil belajar merupakan hasil
dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
21
penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu perubahan
dibidang kognitif, belajar sensorik-psikomotorik, belajar dinamik-afektif dan
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku (Winkel, 1991 : 3).
Berdasarkan kutipan di atas bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang
terjadi pada diri siswa berdasarkan kemampuan yang diperoleh siswa setelah
mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh karena adanya suatu usaha yang
dicurahkan oleh anak, intelegensi, dan kesempatan yang diberikan kepada anak
untuk mencapai hasil belajar tersebut.
Jadi hasil belajar Fisika adalah hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas
belajar dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang di peroleh dari hasil tes.
Indikator yang digunakan untuk menetapkan hasil belajar mengacu pada ranah
kognitif(kognitif domain), yaitu : ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan atau
aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
Berkenaan dengan hasil belajar, hasil pengukuran dan penilaian pendidikan
tidak hanya berguna untuk mengetahui penguasaan siswa atau berbagai hal yang
pernah diajarkan atau dilatih, melainkan juga untuk memberikan gambaran tentang
proses pendidikan secara lebih menyeluruh.
22
2.4 Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)2.4.1.Pengertian penelitian Tindakan Kelas (Action Research)
Pada penelitian tindakan kelas, dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari
prinsip-prinsipnya. Adapun yang menjadi prinsip pelaksanaan penelitian Tindakan
Kelas (PTK) antara lain :
1. PTK tidak boleh mengganggu pembelajaran dan tugas-tugas mengajar guru.
2. PTK tidak boleh banyak menghabiskan waktu, karena itu PTK sudah harus
dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang.
3. Pelaksanaan PTK hendaknya konsisten dengan rancang yang telah dibuat.
4. Masalah yang dikaji haruslah merupakan masalah yang benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru.
5. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin
kepala sekolah, membuat laporan dan lain-lain).
6. Harus selalu menjadi lebih fokus bahwa PTK bertujuan untuk menjadikan
adanya perubahan atau peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui
serangkaian kegiatan pembelajaran, oleh karena itu adanya kemauan dan
kemampuan untuk merubah menjadi sangat penting.
7. PTK dimaksudkan pula untuk membelajarkan guru agar meningkatkan dalam
kemauan dan kemampuan berfikir kritis dan sistematis.
8. PTK juga bertujuan untuk membiasakan atau membelajarkan guru untuk
menulis, membuat catatan berbagai kegiatan akademik lain.
9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan
tajam.
23
10. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat
empat tahap utama kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Menurut Arikunto (2006:2) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”. Selanjutnya, pada
penelitian tindakan kelas, dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari prinsip-
prinsipnya. Prinsip pelaksanan penelitian tindakan menurut Arikunto (2006:3) antara
lain:
1. Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.2. Penelitian tindakan dilakukan atas adanya kesadaran diri untuk mem-
perbaiki kinerja3. Penelitian tindakan harus dimulai dengan mselakukan analisis SWOT,
terdiri atas unsur-unsur Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (ancaman).
2.4.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)
Secara umum Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk :
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas
pembelajaran.
2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya
layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan
tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara
bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga
tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
24
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam
pembelajaran (Mulyasa, 2009 : 89).
2.5 Suhu dan Pengukurannya
Suhu atau temperatur merupakan salah satu besaran pokok yang sering kita
jumpai dalam kehidupan seharihari. Pada siang hari kita merasa panas, sebaliknya
pada malam hari terasa dingin. Api terasa panas, sedangkan es terasa dingin.
Sukarmin (2008:16) menyatakan “Suatu benda dikatakan panas berarti benda
tersebut bersuhu tinggi, demikian juga sebaliknya, benda dikatakan dingin berarti
benda tersebut bersuhu rendah”. Jadi suhu menyatakan ukuran tingkat atau derajat
panas atau dinginnya suatu benda.
Alat ukur suhu yang sering digunakan adalah termometer. Sebuah
termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca berongga sempit dan panjang,
disebut pipa kapiler, yang di dalamnya berisi zat cair, biasanya alkohol atau raksa
(merkuri), sedangkan bagian atas cairan adalah ruang yang hampa udara.
Agar pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dapat diketahui
nilainya, maka pada dinding kaca termometer diberi skala. Tidak semua termometer
menggunakan skala yang sama. Antara lain dikenal skala celcius (C), rearmur (R)
fahrenheit (F), kelvin (K). Perbandingan skala Celcius dan Fahrenheit.
25
Gambar 2.1 Kaitan skala pada termometer
Perbandingan skala antara keempat jenis termometer tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
ºC : ºR : ºF : K = 100 : 80 : 180 : 100
ºC : ºR : ºF : K = 5 : 4 : 9 : 5
Keterangan :
ºC (derajat Celcius)
ºR (derajat Reaumur)
ºF (derajat Fahrenheit)
K (Kelvin)
26
Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut dapat diketahui bahwa:
a. Termometer skala Celcius:
Titik didih air 1000 C, titik bekunya 00C. Skala Celcius dibagi dalam 100
skala.
b. Termometer skala Reamur:
Titik didih air 800 R, titik bekunya 00 R . Skala Reamur di bagi dalam 80
skala.
c. Termometer skala fahrenhait:
Titik didihnya air 2120 F, titik bekunya 320 F. Skala Fahrenheit dibagi dalam
180 skala.
d. Termometer skala Kelvin:
Titik didih air 373 K, titik bekunya 273 K. skala Reamur dibagi dalam 100
skala.
Konversi Skala Termometer
Hubungan skala Celcius dan Fahrenheit:
atau
Hubungan skala Celcius dengan Kelvin:
atau
Hubungan skala Celcius dengan Reamur:
atau
27
Jenis-Jenis Termometer
Termometer yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari banyak jenisnya, di
antaranya termometer klinis, termometer ruangan, dan termometer maksimum-
minimum. Setiap jenis termometer tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
fungsi dari jenis-jenis termometer tersebut adalah sebagai berikut:
A). Termometer Klinis
Gambar 2.2 Termometer Klinis
Termometer klinis sering digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Umumnya,
termometer ini digunakan oleh para dokter untuk mengetahui suhu badan pasiennya.
Termometer ini mempunyai skala dari 35 °C sampai dengan 42 °C. Hal ini
dikarenakan suhu tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35 °C atau tidak pernah
lebih dari 42 °C. Bagian-bagian termometer ini terdiri atas tabung (terbuat dari kaca
tipis), bagian sempit, batang kaca, dan air raksa.
28
B). Termometer Ruangan
Gambar 2.3 Termometer Ruangan
Termometer ruangan adalah termometer yang digunakan untuk mengukur
suhu suatu ruangan. Termometer ini umumnya mempunyai skala dari –20 °C sampai
50 °C. Untuk memudahkan pembacaan suhu, termometer ini biasanya diletakkan
menempel pada dinding dengan arah vertikal. Termometer ini biasa di tempel di
dinding suatu ruangan agar mengetahui suhu pada ruangan tersebut.
C). Termometer Maksimum-Minimum
Gambar 2.4 Termometer Maksimum-Minimum
29
Termometer maksimum-minimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi
dan suhu terendah di suatu tempat. Termometer ini dapat mengukur suhu maksimum
dan suhu minimum sekaligus. Hal ini dapat dilakukan karena termometer
maksimum-minimum terdiri atas raksa dan alkohol. Raksa digunakan untuk
mengukur suhu maksimum, sedangkan alkohol digunakan untuk mengukur suhu
minimum (Mikrajuddin Abdullah, 2006:29).
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
reseach). Salah satu ciri khusus dari penelitian kelas ini adalah sikap reflektif yang
berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas secara terus menerus bertujuan untuk
mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-
efektifan, dan sebagainya guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan
berikutnya.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di
dalamnya terdapat 4 tahapan utama kegiatan. Menurut Sukardi (2003:212), metode
penelitian tindakan kelas (classroom action research) terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1. Rencana ; kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan ; tindakan apa yang dilakukan guru sebagai perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi ; mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan.
4. Refleksi ; Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dari tindakan di berbagai kriteria.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Banda Aceh yang berlokasi di Jl.
H.T. Daudsyah No. 26 Peunayong, mulai tanggal September 2012 sampai 29
September 2012.
31
3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian
Untuk penelitian ini yang dijadikan subjek adalah siswa kelas VII SMP Negeri 9
Banda Aceh tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 26 orang. Selanjutnya,
objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fisika kelas VII1 pada pokok bahasan
suhu dan pengukuran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan
alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yaitu
penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
setiap kali pertemuan adalah mengikuti siklus rancangan tindakan kelas, yaitu
rencana, tindakan, observasi dan refleksi seperti pada siklus. Sebelum
melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan sebagai
berikut :
3.4.1 Tahapan Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan bagaimana tahapan perencanaan
penelitian tindakan kelas. Agar mendapatkan hasil yag optimal sebaiknya penelitian
dilakukan berpasangan, PTK yang dilakukan oleh guru sendiri memiliki kelemahan,
karena para guru umumnya kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian dan
tidak memiliki banyak waktu.
Selanjutnya, guru melakukan tindakan, yaitu melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan RPP pertemuan 1 yang telah di susun. Pada saat KBM
berlangsung di lakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa serta
32
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga oleh dua orang pengamat. Setelah
KBM berlangsung, maka siswa diberikan postest.
Dari evaluasi yang direncanakan tadi maka akan didapat siswa-siswi yang
belum tuntas. Berdasarkan model Quantum Learning, maka siswa yang belum tuntas
belum bisa melanjutkan ke sub-bab kedua. Untuk itu di perlukan program
perbaikan/remedial yang harus dilaksanakan sebaik mungkin.
Kemudian guru dan pengamat melaksanakan kegiatan refleksi terhadap
pelaksanaan RPP-1. Hasil refleksi yang di berikan oleh pengamat di jadikan
pedoman oleh guru dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP-1 dalam
menyusun RPP-2.
Berdasarkan hasil refleksi atau masukan pada kegiatan pembelajaran pertama.
Peneliti menyiapkan RPP-2 tentang skala suhu, di sesuaikan dengan hasil pretest.
Selanjutnya peneliti melakukan tindakan yaitu melaksanakan KBM berdasarkan
RPP-2. Pada saat guru melaksanakan KBM berlangsung di lakukannya pengamatan
terhadap aktivitas guru dan siswa serta kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning. Setelah KBM
berlangsung maka siswa di berikan postest.
Pada tahap perencanaan penulis melakukan kegiatan yaitu:
1) Merencanakan siklus yang terdiri dari 3 siklus.
2) Menentukan kelas sample.
3) Menentukan materi yaitu pada pokok bahasan Suhu dan Pengukuran.
4) Menyusun RPP sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
33
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
6) Menyusun kisi-kisi soal.
7) Menyusun instrumen respon siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan KBM
dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
8) Menyusun lembaran pengamatan aktivitas guru dan siswa dan lembaran
pengamatan pengelolaan kelas dengan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga.
9) Menyusun alat evaluasi
3.4.2 Tahap Pelaksanaan
Sebelum dilakukan tatap muka untuk sub bab yang pertama, terlebih dahulu
dilakukan pretes untuk menguji kemampuan awal siswa. Pelaksanaan KBM untuk
setiap kali pertemuan mengikuti siklus rancangan penelitian tindakan kelas
(Classroom action research), yaitu rencana-tindakan-observasi-refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pembelajaran (RPP-1)
tentang materi suhu yang terdiri atas pengertian suhu, alat ukur suhu dan jenis-jenis
termometer dan disesuaikan dengan hasil pretes. Disamping itu peneliti juga
mempersiapkan alat perangkat pembelajaran lainnya yang dibutuhkan pada RPP-1.
Setelah memperoleh hasil belajar siswa maka guru kembali menilai siswa
secara individu, serta mempersiapkan program perbaikan kepada siswa yang belum
tuntas. Selanjutnya guru dan pengamat melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan
RPP-2 serta menyusun rencana pertemuan ketiga tentang, hingga keseluruhan RPP
selesai dilaksanakan.
34
3.4.3 Tahap Pengamatan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengamati prosedur pelaksanaan
pembelajaran,termasuk didalamnya aktifitas siswa serta mencatat semua hal-hal yang
perlu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, untuk dijadikan bahan
masukan guna penyempurnaan pada siklus-siklus selanjutnya. Pengamatan ini
dilakukan oleh seorang guru mitra (teman peneliti).
3.4.4 Tahap Refleksi
Refleksi artinya merenungkan apa yang sudah dikerjakan. Kegiatan ini
bertujuan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan melalui kegiatan pada siklus selanjutnya. Mulyasa (2009:71) menyatakan
“Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria
dan rencana tindakan pada siklus berikutnya”.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan instrumen sebagai
berikut:
3.5.1 Lembar tes hasil belajar siswa
Lembar tes tertulis ini berisi tes berbentuk objektif dengan empat pilihan
yaitu a, b, c, dan d. Jumlah soal tes ini sesuai dengan jumlah indikator yang
dirumuskan dalam RPP. Lembar tes hasil belajar siswa ditentukan dengan
ketuntasan individual dan klasikal. Siswa dapat melanjutkan ke KBM selanjutnya
35
secara klasikal bila dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa mencapai
kompetensi minimal 85 % dan secara individual mencapai kompetensi minimal 75 %
(Susilo, 2007:160).
3.5.2 Lembar Pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga
Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga digunakan untuk
mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan oleh guru dan siswa selama KBM dengan
menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
3.5.3 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru
Lembar pengamatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi pada materi pengukuran suhu digunakan untuk
mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan ini
dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan memberikan tanda
cek (√) yang sesuai dengan kolom yang tersedia. Dengan skala penelitian 1 (tidak
baik), 2 (kurang baik), 3 (cukup baik), 4 (baik).
3.5.4 Respon siswa terhadap perangkat dan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga
Lembar pengamatan ini disusun untuk mengetahui bagaimana respon siswa
terhadap penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga yang
diterapkan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar. Lembar pengamatan ini
disusun dalam bentuk angket yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai komponen-komponen pembelajaran yaitu materi yang diajarkan, suasana
kelas, cara guru mengajar, komentar siswa tentang keuntungan dengan menerapkan
36
model Quantum Learning menggunakan alat peraga, dan komentar siswa tentang
harapan mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menerapkan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga, serta komentar siswa tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini mengguanakan statistik deskriptif.
Statistik deskriptif mempunyai fungsi untuk menggolongkan atau mengelompokkan
data yang belum teratur menjadi susunan yang teratur dan mudah diinterpretasikan.
Selain itu statistik deskriptif juga memberikan, memaparkan dan menyajikan
informasi sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh
orang lain. Hal ini sesuai dengan Anas Sudijono (2009:4) mengemukakan “ Statistik
deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisis
data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas
mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau
makna tertentu”.
Data hasil belajar siswa berupa tes subjektif dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif, yaitu dengan menentukan ketuntasan individual dan klasikal.
Siswa dapat melanjutkan ke KBM selanjutnya secara klasikal bila dalam waktu
terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85 % dan secara
individual mencapai kompetensi minimal 75 % (Susilo, 2007:160).
37
1. Untuk tingkat ketuntasan individual
P = fN
x 100 %(Anas Sudijono, 2009:43)
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
f = Frekuensi soal yang dijawab benar
N = Jumlah soal
2. Untuk tingkat ketuntasan klasikal
P = fN
x 100 %(Anas Sudijono, 2009:43)
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
f = Frekuensi siswa yang menjawab benar
N = Jumlah siswa
3.6.1 Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa dalam KBM Pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga
Data aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan penerapan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga dianalisis menggunakan metode deskriptif
persentase, yaitu:
P= fN
x 100 %(Anas Sudijono, 2005:43)
Keterangan:
P = Angka persentase yang dicari
f = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
38
N = Banyak aktivitas yang dilakukan
3.6.2 Analisis Data Keterampilan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran ini digunakan untuk
mengetahui keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, dianalisis
sesuai dengan apa yang terdapat dalam setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Data keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan
penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga dianalisis berdasarkan
hasil skor rata-rata pengamatan. Dengan pretasi sebagaimana yang dikemukakan oleh
Budiningarti (1998:10) seperti pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Skor Prestasi Keterampilan Guru Skor Konteks
1,00-1,69 Kurang baik
1,70-2,59 Sedang
2,60-3,50 Baik
3,51-4,00 Baik sekali
Sumber : Budiningarti, 1998
3.6.3 Analisis data respon siswa terhadap perangkat dan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga
Lembar data respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan
statistik deskriptif persentase, yaitu:
P= fN
x 100% (Anas Sudjiono, 2005:43)
Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi jawaban siswa
39
N = Jumlah siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan analisis hasil penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan data hasil penelitian.
4.1 Siklus Pertama
Setelah semua rencana penelitian dipersiapkan, peneliti (sebagai guru)
melaksanakan tindakan di kelas, yang diamati oleh dua orang pengamat. Dengan
subjek penelitian yaitu kelas VII1 SMP Negeri 9 Banda Aceh. Pada siklus pertama
ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan tindakan yang telah dipersiapkan
dengan materi Suhu dan Pengukuran. Rencana tindakan itu diterapkan melalui
langkah-langkah berikut :
4.1.1 Perencanaan (Planing)
Pada setiap tatap muka guru mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test, LKS, serta instrumen penelitian
lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, serta lembar pengamatan pengelolaaan
pembelajaran dan lembar respon siswa terhadap kegiatan PBM dengan menerapkan
model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
Persiapan ini semuanya disesuaikan dengan materi dan permasalahan yang
akan disajikan. Langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus 1 yaitu :
1. Guru memberikan pre-test secara keseluruhan kepada siswa.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus I.
40
3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan
kehidupan sehari-hari.
4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi hari ini.
5. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa
dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang.
6. Guru menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan demonstrasi.
7. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.
8. Melalui diskusi kelompok, siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan
yang diperoleh dan mempersentasikannya.
9. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
dan hadiah terhadap keberhasilan siswa.
10. Di akhir pembelajaran guru akan mengadakan penilaian dengan mengadakan
post-test guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal
yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa
yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses
pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah
diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil
refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau
untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan
selanjutnya.
41
4.1.2 Tindakan (Action)
Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Aktivitas guru
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
3. Memotivasi siswa
4. Membimbing siswa dalam membentuk kelompok belajar
5. Membagi LKS kepada tiap kelompok
6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi
7. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan
hasil demonstrasinya
8. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
9. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
10. Mengevaluasi siswa
Aktivitas siswa
1. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru
2. Menjawab pertanyaan dari guru
3. Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru
4. Melaksanakan perintah guru
5. Menerima LKS yang diberikan guru
42
6. Mendengarkan penjelasan guru
7. Melaksanakan perintah guru
8. Menerima penghargaan oleh guru
9. Membuat kesimpulan materi
10. Mengerjakan soal
Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru untuk pertemuan 1 atau
selama siklus I dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan awal
sampai dengan kegiatan akhir.
4.1.3 Pengamatan (Observation)
Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama siklus I di kelas
VII1 pada SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan menggunakan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga, berdasarkan hasil pengamatan pengamat 1 dan
pengamat 2 dapat dikategorikan cukup baik dengan nilai rata-rata 3,15.
Pada siklus I masih terdapat aspek yang harus ditingkatkan yaitu guru harus
harus lebih memotivasi siswa saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung
sehingga adanya kesinambungan antara guru dan siswa. Hal ini disebabkan siswa
masih cenderung ragu-ragu dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapi.
4.1.4 Refleksi dan Tindak Lanjut
Setelah guru melaksanakan KBM pada siklus I dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga, telah terlihat adanya pengaruh
tindakan guru. Pengaruh ini dapat ditinjau dari keberhasilan dan kelemahan baik dari
segi guru maupun siswa, antara lain :
43
1. Keberhasilan guru dan siswa
- Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar siswa dengan menerapkan
model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga sebagai sumber
pembelajaran yaitu sebesar 10 %
- Kemampuan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar sesuai materi
suhu dan pengukuran yang diterapkan di dalam model Quantum Learning
dengan menggunakan alat peraga yaitu sebesar 11 %.
- Hasil tes siswa pada siklus I secara individual telah tuntas sebesar 88,47% ada
3 orang siswa yang belum tuntas. Secara klasikal sebesar 60 % dan dinyatakan
belum tuntas dengan 10 soal tes terdapat 4 soal tes yang belum tuntas.
2. Kelemahan guru dan siswa
- Upaya guru untuk menerapkan proses belajar mengajar dengan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga sesuai dengan rencana yang
disusun pada RPP-1, karena berdasarkan hasil pengamatan pada guru masih
kurang dalam memotivasi siswa saat pembelajaran berlangsung.
- Pelaksanaan tindakan yang direncanakan oleh guru (peneliti), menurut
pengamat belum memadai, perlu diperbaiki pada kegiatan-kegiatan
memotivasi siswa.
- Dalam mengajukan pendapat dan pertanyaan didominasi oleh siswa yang
pintar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus I, telah terlihat adanya pengaruh tindakan
44
guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang
diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan
tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes
siswa pada siklus I secara individual telah tuntas sebesar 88,47% ada 3 siswa yang
tidak tuntas. Secara klasikal belum tuntas yaitu sebesar 60% dengan 10 soal tes, 4
soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan
pengayaan dengan memberikan pekerjaan rumah, tugas yang diberikan sesuai
dengan soal-soal yang belum tuntas dan dikumpulkan pada pertemuan kedua.
4.2 Siklus Kedua
Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus I, maka guru bersama pengamat
menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus I perlu perbaikan pada
siklus 2 agar pembelajaran berlangsung secara optimal.
4.2.1 Perencanaan (Planing)
Pada siklus II akan dilakukan perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada siklus I dengan pembelajaran yang lebih sesuai pada RPP-2. Guru
mempersiapkan RPP untuk pertemuan kedua, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal
pretes dan soal postes, serta instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan RPP-2 yang dilakukan dari
perbaikan Siklus I sehingga ada peningkatan ketuntasan tes hasil belajar siswa baik
secara individu maupun klasikal. Persiapan untuk pelaksanaan rencana tersebut
berupa:
1. Guru memberikan pre-test kedua.
45
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus II.
3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan kehidupan
sehari-hari.
4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi hari ini.
5. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa
dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang.
6. Melalui diskusi kelas, guru menginformasikan cara membaca skala termometer
yang benar.
7. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran suhu suatu
objek, dan pembacaan skala pada termometer.
8. Melalui diskusi kelompok, peserta didik diberi tugas membandingkan skala pada
termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit.
9. Guru menginformasikan cara pembacaan skala termometer Celcius dengan
termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Dengan perbandingan :
Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9
10. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Di akhir
pembelajaran guru juga mengadakan penilaian dengan mengadakan post-test
guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah
disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa
yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses
pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah
46
diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil
refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau
untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan
selanjutnya.
4.2.2 Tindakan (Action)
Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Aktivitas guru
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
3. Memotivasi siswa
4. Membimbing siswa dalam membentuk kelompok belajar
5. Menginformasikan cara membaca skala termometer yang benar
6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi pengukuran suhu dan pembacaan
skala termometer
7. Meminta siswa membandingkan skala pada termometer
8. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan
hasil demonstrasinya
9. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
10. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
11. Mengevaluasi siswa
47
Aktivitas siswa
1. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru
2. Menjawab pertanyaan dari guru
3. Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru.
4. Melaksanakan perintah guru
5. Mendengarkan penjelasan guru
6. Mendengarkan penjelasan guru
7. Melaksanakan perintah guru
8. Melakukan perintah guru
9. Menerima penghargaan oleh guru
10. Membuat kesimpulan materi
11. Mengerjakan soal
Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru dengan pengamat
selama siklus II, dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan awal
sampai dengan kegiatan akhir.
4.2.3 Pengamatan (Observation)
Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama 2 kali tatap muka
dan hasil pengamatan pengamat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penerapan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus
II, telah terjadi peningkatan lebih baik dibandingkan pada siklus I dan sesuai
dengan RPP-2
48
2. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran cukup teratur sesuai dengan
rencana pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada, hasil analisis pengelolaan
pembelajaran dapat dikategorikan cukup baik dengan nilai rata-rata 3,67.
3. Siswa sudah mulai aktif dan antusias dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat
peraga.
4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut
Setelah guru melaksanakan KBM dengan menerapkan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru, ini
dapat ditinjau dari keberhasilan dan kelemahan baik dari segi guru maupun siswa,
antara lain :
1. Keberhasilan guru dan siswa
― Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran sudah
mulai ada peningkatan dari siklus I.
― Kemampuan siswa menyampaikan pendapat dan berdiskusi dalam kelompok
semakin baik dan tidak lagi terlalu didominasi oleh anak-anak pintar saja.
2. Kelemahan guru dan siswa
Kelemahan-kelemahan yang dialami oleh guru dan siswa yang masih perlu
ditindaklanjuti dalam pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
49
― Upaya guru untuk meningkatkan motivasi siswa sudah lebih baik dari siklus
1, namun masih ada siswa yang kurang antusias dalam mengikuti proses
belajar mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
― Walaupun siswa sudah mulai aktif dalam berdiskusi dan memberikan
pendapat tetapi masih ada siswa yang merasa kurang percaya diri pada saat
mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pendapat.
― Kemampuan siswa dalam menjawab soal masih kurang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus II, telah terlihat adanya pengaruh tindakan
guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang
diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan
tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes
siswa pada siklus II secara individual telah tuntas sebesar 92,30% terdapat 2 siswa
yang tidak tuntas. Secara klasikal belum tuntas dengan nilai 80 %, soal tes sebanyak
10 soal hanya 2 soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas,
dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas yang dikerjakan di rumah, tugas
yang diberikan sesuai dengan soal-soal yang belum tuntas dan dikumpulkan pada
pertemuan ketiga.
50
4.3 Siklus Ketiga
Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus II, maka guru bersama pengamat
menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus III perlu perbaikan pada
siklus III agar pembelajaran berlangsung secara optimal.
4.3.1 Perencanaan (Planing)
Pada siklus III akan dilakukan perbaikan atas kelemahan-kelemahan pada
siklus II, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga yang lebih sesuai dengan RPP-3, pelaksanaan tindakan
yang lebih memadai guna memotivasi siswa untuk belajar, penggunaan waktu yang
lebih sesuai dengan perencanaan RPP-3, dan peningkatan ketuntasan tes hasil belajar
siswa baik secara individual maupun klasikal. Persiapan untuk pelaksanaan rencana
tersebut berupa:
1. Guru memberikan pre-test ketiga.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus III.
3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan kehidupan
sehari-hari.
4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi hari ini.
5. Menjelakan materi tentang pengukuran suhu
6. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa
dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang
7. Guru menjelaskan langkah-langkah demonstrasi tentang pengukuran suhu
8. Guru membagikan LKS kepada tiap kelompok
51
9. Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan
yang diperoleh dan mempersentasikannya
10. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Di akhir
pembelajaran guru juga mengadakan penilaian dengan mengadakan post-test
guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah
disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.
11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa
yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses
pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah
diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil
refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau
untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan
selanjutnya.
4.3.2 Tindakan (Action)
Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Aktivitas guru
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya
3. Memotivasi siswa
52
4. Membimbing siswa membentuk kelompok belajar
5. Membagi LKS kepada tiap kelompok
6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi
7. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan
hasil demonstrasinya
8. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik
9. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
10. Mengevaluasi siswa
Aktivitas siswa
1. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru
2. Menjawab pertanyaan dari guru
3. Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru
4. Melaksanakan perintah guru
5. Menerima LKS yang diberikan guru
6. Mendengarkan penjelasan guru
7. Melaksanakan perintah guru
8. Menerima penghargaan oleh guru
9. Membuat kesimpulan materi
10. Mengerjakan soal
53
Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru dengan pengamat
selama siklus III dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan
awal sampai dengan kegiatan akhir.
4.3.3 Pengamatan (Observation)
Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama siklus III dan
hasil pengamatan pengamat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Penerapan langkah-langkah pembelajaran oleh guru pada siklus III, telah lebih
baik dibandingkan pada siklus II dan sesuai dengan RPP-3.
2. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran cukup teratur sesuai dengan
rencana pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada, hasil analisis pengelolaan
pembelajaran dapat dikategorikan hampir baik dengan nilai rata-rata 3,82.
4.3.4 Refleksi dan Tindak Lanjut
Setelah guru melaksanakan KBM dengan menerapkan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru, ini
dapat ditinjau dari keberhasilan yang dicapai oleh guru dan siswa selama siklus III,
yaitu :
1. Keberhasilan guru dan siswa
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran yang
telah direncanakan.
Kemampuan siswa mengajukan pendapat dan bekerja dalam kelompok
semakin baik dan suasana diskusi semakin hidup, tidak lagi didominasi
siswa-siswa tertentu saja.
54
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus III sudah baik sekali, hal ini dapat dilihat
berdasarkan hasil pengamatan diaman guru berfungsi sebagai fasilitator bukan
sebagai pusat pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung lebih berpusat ke
siswa, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat
penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun
ketuntasan klasikal.
Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus III secara individual telah tuntas
sebesar 96,15% terdapat 1 siswa yang belum tuntas. Secara klasikal telah tuntas
sebesar 90,0% dengan 10 soal tes, 1 soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi
siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas yang
dikerjakan di rumah, tugas yang diberikan sesuai dengan soal-soal yang belum
tuntas. Dalam rangka menindaklanjuti kelemahan penelitian ini, perlu dicari
gagasan/ide baru agar pembelajaran Fisika selanjutnya dapat terlaksana dengan lebih
baik dan memperoleh hasil yang lebih baik.
55
4.4 Grafik Hasil Pembelajaran 4.4.1 Grafik Aktivitas Guru dan Siswa4.4.1.1 Siklus Pertama
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus I dapat dilihat pada Grafik
4.1 di bawah ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 110
2
4
6
8
10
12
14
6.8
8.810
8.8
11.3
8.810 10
7.58.8
10
8.47.2 7.5
8.8 8.8 9.1 9.4
11.8
8.1
11 11
GURUSISWA
JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWASKO
R A
KT
IVIT
AS
GU
RU
DA
N S
ISW
A (%
)
GRAFIK 4.1 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS I)
Grafik 4.1 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum learning
menggunakan alat peraga. Aktivitas guru yang dominan adalah membimbing siswa
dalam melakukan demonstrasi sebesar 11,3 %. Selanjutnya, aktivitas siswa yang
dominan adalah mengulangi pengetahuan yang diperoleh dengan
mempersentasikannya sebesar 11,8%.
56
4.4.1.2 Siklus Kedua
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus II dapat dilihat pada Grafik
4.2 di bawah ini :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 110
2
4
6
8
10
12
6.3
10
7.5
10 10
8.8
10
8.8
11.3
10
7.5
10
8.49.1 8.8
9.6
7.8
9.4
10.7
7.5
9.4 9.4
GURUSISWA
JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWA
SKO
R A
KT
IVIT
AS
GU
RU
DA
N S
ISW
A
(%)
GRAFIK 4.2 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS 2 )
Grafik 4.2 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam
KBM dengan menggunakan Model Quantum Learning menggunakan alat peraga.
Aktivitas guru yang dominan sebesar 11,3% yaitu guru menginformasikan cara
pembacaan skala termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan
fahrenheit. Dengan perbandingan Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9
Selanjutnya, aktivitas siswa yang dominan adalah siswa diberi tugas
membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur
dan Fahrenheit sebesar 10,7 %.
57
4.4.1.3 Siklus Ketiga
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus III dapat dilihat pada
Grafik 4.3 di bawah ini :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 110
2
4
6
8
10
12
14
10
8.8
7.5
10
11.3
10
8.8
10
8.8 8.8
6.3
9.48.9
9.7
8.4 8.8 8.4 8.8 8.4
11.6
9.48.4
GURU
SISWA
JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWA
SKO
R A
KT
IVIT
AS
GU
RU
DA
N S
ISW
A (%
)
GRAFIK 4.3 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS 3 )
Grafik 4.3 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga. Aktivitas guru yang dominan adalah mejelaskan materi
tyentang materi pengukuran suhu sebesar 11,3%. Selanjutnya, aktivitas siswa yang
dominan adalah melalui diskusi kelas siswa diberi tugas untuk mengulangi
pengetahuan yang diperoleh dengan mempersentasikannya sebesar 11,3%.
58
4.4.2 Keterampilan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, terlihat adanya peningkatan
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 4.4 di
bawah ini :
1 2 30
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
3.15
3.67 3.82
SIKLUS
SKO
R RA
TA-R
ATA
GRAFIK 4.4 KETERAMPILAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Grafik 4.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Pada siklus
pertama skor rata-rata yang dicapai oleh guru adalah 3,15 dan dapat dikategorikan
baik, pada siklus kedua skor rata-rata yang dicapai oleh guru adalah 3,67 dan dapat
dikategorikan baik sekali, pada siklus ketiga skor rata-rata yang dicapai oleh guru
adalah 3,82 dan dapat dikategorikan baik sekali. Dari grafik tersebut terlihat bahwa
59
guru semakin terampil dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning menggunakan alat peraga.
4.4.3 Analisis Hasil Tes Belajar Siswa4.4.3.1 Siklus Pertama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0.46
0.620.69
0.5
0.380.27
0.120.23
0.35
0.12
0.96 0.92 0.92 0.92 0.880.96
0.62
0.38
0.54 0.54UJI AWALUJI AKHIR
NOMOR SOAL
PRO
PORS
I BUT
IR S
OAL
GRAFIK 4.5 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS I)
Grafik 4.5 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari
uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah
pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat
peraga berlangsung.
Pada siklus 1 ketuntasan individual sebesar 88,47 % dan ada 3 siswa yang
tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar 60 %
dari 10 soal tes terdapat 4 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa
siklus 1 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
60
4.4.3.2 Siklus Kedua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0.42
0.85
0.58
0.46
0.31 0.31
0.19
0.38
0.19 0.19
0.92 0.88 0.88 0.88 0.88 0.92
0.38
0.88
0.23
0.88
GRAFIK 4.6 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS II)
UJI AWALUJI AKHIR
NOMOR SOAL
PRO
PORS
I BUT
IR S
OAL
GRAFIK 4.6 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS II)
Grafik 4.6 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari
uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah
pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat
peraga.
Pada siklus 2 ketuntasan individual sebesar 92,30% dan terdapat 2 siswa yang
tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar 80%
dari 10 soal tes hanya 2 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa siklus
2 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 9.
61
4.4.3.3 Siklus Ketiga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0.46
0.62
0.5 0.54
0.38 0.42
0.12
0.5 0.46
0.23
0.88 0.92 0.88 0.92 0.88 0.88
0.15
0.88 0.88 0.88
GRAFIK 4.4 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS III)
UJI AWALUJI AKHIR
NOMOR SOAL
PRO
PORS
I BUT
IR S
OAL
GRAFIK 4.7 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS III)
Grafik 4.7 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari
uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan model Quantum
Learning menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah
pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat
peraga.
Pada siklus 3 ketuntasan individual sebesar 96,15 % dan terdapat 1 siswa
yang tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar
90,0 % dari 10 soal tes, 1 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa
siklus 3 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 10.
62
4.5 Pembahasan
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan ini, dari siklus pertama sampai
dengan siklus ketiga semuanya telah diamati, hasil penelitian memperlihatkan bahwa
adanya peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Sehingga, pada siklus ketiga
hanya ada 1 siswa yang tidak mencapai ketuntasan dan juga 1 soal yang tidak
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Jadi, tampak bahwa penerapan model
Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga cocok diterapkan pada sub
materi Suhu dan Pengukuran.
4.5.1 Siklus Pertama
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus I, terlihat adanya pengaruh tindakan guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan
yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai
rata-rata 3,15.
Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat
penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun
ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I
secara individual telah tuntas dengan rata-rata 88,47% dari 26 siswa hanya 3 siswa
yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 60% dari 10 soal hanya 4 soal
yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan
dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR).
63
Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus
I adalah senang dengan suasana kelas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar
(96,15%). Secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan Pengukuran.
4.5.2 Siklus Kedua
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus II, terlihat adanya pengaruh tindakan guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan
yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai
rata-rata 3,67.
Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat
penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun
ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I
secara individual telah tuntas dengan rata-rata 92,30% dari 26 siswa hanya 2 siswa
yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 80% dari 10 soal hanya 2 soal
yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan
dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR).
Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus II
adalah senang dengan model pembelajaran yang dilatih dan berminat untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar selanjutnya (96,15%). Secara keseluruhan siswa
memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
64
model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan
Pengukuran.
4.5.3 Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan
pengamat selama tatap muka pada siklus I, terlihat adanya pengaruh tindakan guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan
yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai
rata-rata 3,82.
Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat
penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun
ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I
secara individual telah tuntas dengan rata-rata 96,15% dari 26 siswa hanya 1 siswa
yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 90% dari 10 soal hanya 1 soal
yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan
dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR).
Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus
I adalah senang dengan model pembelajaran yang dilatih dan berminat mengikuti
kegiatan belajar mengajar selanjutnya (100%). Secara keseluruhan siswa
memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan
Pengukuran.
65
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tentang pelaksanaan
penilaian hasil belajar Fisika di SMP Negeri 9 Banda Aceh. Maka dalam hal ini
penulis mengambil kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan sebagai penutup
dari pembahasan skripsi, dan penulis mengemukakan juga saran yang
dipertimbangkan.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengelolaan penelitian dan analisis data dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pengelolaan dengan menerapkan model Quantum Learning dengan
menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
suhu dan pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh, dengan nilai rata-rata
pada Siklus pertama yaitu 3,15, siklus kedua yaitu 3,67 dan siklus ketiga
yaitu 3,82.
2. Hasil tes belajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan
alat peraga telah terjadi peningkatan nilai ketuntasan individual dan
ketuntasan klasikal dari siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga. pada
siklus pertama, ketuntasan individual 88,47% dan ketuntasan klasikal 60%.
Pada siklus kedua, ketuntasan individual 92,30% dan ketuntasan klasikal
80%. Pada siklus ketiga, ketuntasan individual 96,15 dan ketuntasan klasikal
90%.
66
3. Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model Quantum Learning dengan
menggunakan alat peraga telah meningkatkan aktivitas siswa dalam bekerja
sama dalam melakukan demonstrasi, bekerja sama dalam memecahkan
masalah dan mempersentasikan hasil diskusi. Hal ini telah mencerminkan
bahwa penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga
lebih berpusat pada siswa.
4. Respon siswa SMP Negeri 9 Banda Aceh terhadap kegiatan belajar mengajar
menerapkan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga pada
materi Suhu dan Pengukuran bersifat senang terhadap kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan, jelas atas bimbingan yang diberikan oleh guru,
dan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga dapat
dilaksanakan untuk pembelajaran dimasa yang akan datang.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Untuk para guru Fisika yang akan menerapkan model Quantum Learning
dengan menggunakan alat peraga agar dapat menyusun perangkat
pembelajaran sesuai dengan aturan yang ada pada pembelajaran tersebut agar
hasil pembelajaran lebih maksimal.
2. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi Suhu dan Pengukuran, sehingga diharapkan kepada
67
guru Fisika agar dapat memanfaatkan alat peraga pada materi Fisika yang
dianggap sesuai.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajudin. 2007. IPA Fisika 1 SMP untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS.
Arikunto, Suharsimi, dkk.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Bobbi Deporter, Hernacki.2004. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.
Bobbi Deporter, dkk.2011. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa.
Djamarah, Saiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP UNSYIAH.
Hamid, Abdul. 2005. Fisika SMP Kelas VII Kurikulum 2004. Jakarta : Rineka Cipta.
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Harjono. 2004. Pokok-pokok Fisika SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2002. Sains Fisika SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
M.M, Bob Foster. 1997. Fisika SMA Terpadu. Jakarta : Erlangga.
Mulyasa E. 2009. Praktik penelitian Tindakan kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
Soelaiman, A Darwis. 1990. Media Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistik Edisi V. Bandung : Tarsino.
Sadiman, Arief S.2005. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.
69
Sukarmin, wasis, dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Edisi 4. Jakarta : Pusat Perbukuan.
Sulistyo. 2001. Intisari Fisika SMP. Bandung : Pustaka Setia.
Supiyanto. 2002. Fisika SMA XI. Jakarta : Erlangga.
Suprijono Agus. 2009. Cooperative learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutrisno. 2007. http://blog.unila.ac.id/bagaimana-strategi-pembelajaran-quantum- teching. Diakses 3 April 2012
Winkel, Winarno. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
70
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 9 Banda Aceh
Kelas / Semester : VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu : 2 X 40 Menit
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari
benda-benda alam dengan menggunakan
peralatan.
Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan
pengukurannya.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian suhu.
2. Menyebutkan nama alat pengukur suhu.
3. Menjelaskan kegunaan thermometer.
4. Menyebutkan jenis-jenis thermometer.
5. Menyebutkan Satuan Internasional (SI) dari
besaran suhu.
6. Mengaplikasikan konsep suhu dalam kehidupan
sehari-hari.
71
Karakter siswa yang diharapkan :
- Disiplin ( Discipline )
- Rasa hormat dan perhatian ( respect )
- Tekun ( diligence )
- Tanggung jawab ( responsibility )
- Ketelitian ( carefulness)
Materi Pembelajaran : Suhu
Suhu dan alat ukur suhu
Suhu adalah derajat panas atau dingin suatu benda. Alat ukur suhu yang
sering digunakan adalah termometer. Termometer dapat digunakan untuk mengukur
suhu badan, mengukur suhu ruangan, mengukur suhu zat cair. Jenis-jenis termometer
ada tiga yaitu, termometer laboratorium yang digunakan untuk mengukur suhu zat
air, termometer klinis digunakan untuk keperluan pengobatan untuk mengetahui suhu
badan, termometer ruang digunakan untuk mengukur suhu ruangan. Satuan
Internasional (SI) dari besaran suhu adalah Celsius. Konsep suhu dan pengukuran
banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti : ketika seseorang demam,
kita tidak dapat menentukan derajat panasnya. Tetapi, kita dapat mengetahui derajat
panasnya dengan menggunakan termometer.
72
Model dan Metode Pembelajaran :
Model :
- Direct Instruction (DI)
- Quantum Learning
Metode :
- Diskusi kelompok
- Eksperimen
Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberikan pretest kepada siswa
2. Motivasi dan Apersepsi
- Alat apakah yang dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa
panas?
- Apakah satuan suhu dalam Standar Internasional (SI)?
Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan suhu?
- Apakah Satuan Internasional dari besaran suhu?
Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca.
73
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan pengertian suhu.
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip
belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok;
74
Meminta siswa untuk menyebutkan contoh penerapan suhu dalam
kehidupan sehari-hari;
Menjelaskan materi tentang suhu;
Menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan alat ukur suhu;
Membagikan LKS;
Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi
pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya;
Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik;
Memberikan soal latihan dengan menyebutkan jenis termometer dan
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
75
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan
hasil belajar;
Memberikan evaluasi berupa postest;
Memberikan tugas kepada siswa.
Sumber Belajar
1. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS.
2. Abdul, Hamid.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan.
4. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
5. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga.
6. Lingkungan kelas dan rumah
7. LKS
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 9 Banda Aceh
Kelas / Semester : VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu : 2 X 40 Menit
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari
benda-benda alam dengan menggunakan
peralatan.
Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan
pengukurannya.
Indikator :
1. Membandingkan skala termometer celcius
dengan termometer yang lain.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
- Membaca skala pada termometer.
- Menjelaskan skala Celcius.
- Menjelaskan skala Kelvin.
- Menjelaskan skala Rearmur.
- Menjelaskan skala Fahrenheit.
77
- Membandingkan skala pada termometer Celsius
dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan
Farenheit.
Karakter siswa yang diharapkan :
- Disiplin ( Discipline )
- Rasa hormat dan perhatian ( respect )
- Tekun ( diligence )
- Tanggung jawab ( responsibility )
- Ketelitian ( carefulness)
Materi Pembelajaran : Skala Suhu
Skala suhu
Agar pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dapat di ketahui
nilainya, maka pada dinding kaca termometer di beri skala. Tidak semua
thermometer menggunakan skala yang sama. Antara lain di kenal skala celcius (C),
reamur (R) fahrenheit (F), kelvin (K).
Skala celsius memiliki seratus derajat panas yang dapat digunakan untuk
suhu air membeku dan air mendidih, skala kelvin untuk mengubah suhu nol mutlak
(-273oC) sebagai skala 0 pada termometer, skala reamur pada suhu es mencair di beri
nilai 0oR dan suhu air mendidih 80oR, skala fahrenheit pada suhu es mencair di beri
nilai 32oF dan suhu air mendidih diberi nilai 212oF.
78
Perbandingan skala antara keempat jenis termometer tersebut dapat di
jelaskan sebagai berikut :
ºC : ºR : ºF : K = 100 : 80 : 180 :100
ºC : ºR : ºF : K = 5 : 4 : 9 : 5
Model dan Metode Pembelajaran :
Model :
- Direct Instruction (DI)
- Quantum Learning
Metode :
- Diskusi kelompok
- Eksperimen
Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan pretest kepada siswa.
Guru melakukan motivasi dengan menanyakan :
- Mengapa pada termometer selalu diberi skala?
Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan :
- Hasil pengukuran suhu harus dinyatakan dengan satuan; satuan
apakah yang digunakan?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
79
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan pengertian skala pada termometer;
Membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer
skala Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit;
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam sesuai
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan belajar dari aneka
sumber;
Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
Melalui diskusi kelas, peserta didik diminta untuk menyebutkan
macam-macam skala pada termometer.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Melalui diskusi kelas, guru menginformasikan cara membaca skala
termometer yang benar;
Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran
suhu suatu objek, dan pembacaan skala pada termometer;
80
Melalui diskusi kelompok, peserta didik diberi tugas membandingkan
skala pada termometer Celsius dengan termometer Kelvin, Reamur,
dan Fahrenheit;
Memberikan informasi cara menentukan skala termometer Celsius
dengan termometer Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit dengan
perbandingan Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9.
Memberikan soal latihan mengenai cara menghitung skala termometer
Celsius, Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber;
Guru menanyakan tentang hal-hal yang belum di fahami oleh siswa;
Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan kesimpulan.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan
hasil belajar;
Memberikan evaluasi berupa postest;
Memberikan tugas kepada siswa.
81
Sumber Belajar
8. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII.
Jakarta : ESIS.
9. Hamid, Abdul.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004.
Jakarta : Rineka Cipta.
10. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga.
11. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta :
Erlangga.
12. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan.
13. Sulistyo, dkk. 2001.Intisari FISIKA SMP. Bandung : Pustaka Setia.
14. Tim Pustaka Agung Harapan. 2001. Pintar IPA FISIKA. Surabaya :
Pustaka Agung Harapan.
15. Lingkungan kelas dan rumah
16. LKS
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 9 Banda Aceh
Kelas / Semester : VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu : 2 X 40 Menit
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari
benda-benda alam dengan menggunakan
peralatan.
Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan
pengukurannya.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
- Mengetahui kegunaan termometer
- Mengetahui prinsip kerja termometer.
- Membaca skala pada termometer
- Mengetahui perubahan suhu zat cair saat
dipanaskan
- Mengukur suhu zat cair
83
Karakter siswa yang diharapkan :
- Disiplin ( Discipline )
- Rasa hormat dan perhatian ( respect )
- Tekun ( diligence )
- Tanggung jawab ( responsibility )
- Ketelitian ( carefulness)
Materi Pembelajaran : Pengukuran Suhu
Pengukuran Suhu
Termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu panas atau dingin yang
kita rasakan, ketika suhu ruangan yang udaranya panas, dengan menggunakan
termometer kita tau berapa sekala yang ditunjukkan oleh skala pada termometer.
Prinsip kerja termometer didasarkan pada prinsip pemuaian zat cair. Untuk
mengetahui bahwa pemuaian dan sifat pemuaian zat cair dapat digunakan untuk
mengukur suhu. Pembacaan skala pada celsius apabila pada titik atas ditandai 100oC
dan pada titik bawah 0 oC, pembacaan pada skala kelvin pada 0 oC sama dengan 273
K dan 100 oC sama dengan 373 K. Suhu zat cair ketika dipanaskan akan mengalami
kenaikan suhu sebesar 100 oC. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :
Hubungan skala Celcius dan Fahrenheit
atau
84
Hubungan skala Celcius dengan Kelvin:
atau
Hubungan skala Celcius dengan Reamur:
atau
Model dan Metode Pembelajaran :
Model :
- Direct Instruction (DI)
- Quantum Learning
Metode :
- Diskusi kelompok
- Eksperimen
Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
3. Guru memberikan pretest kepada siswa
4. Motivasi dan apersepsi
- Jenis zat cair apa yang sering digunakan dalam termometer?
- Sebutkan perbandingan pada skala termometer?
Prasyarat pengetahuan
- Apakah perbedaan zat cair raksa dan alkohol?
- Berapa perbandingan skala termometer?
Pra eksperimen
85
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan prinsip kerja termometer;
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip
belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
86
Membimbing siswa dalam membentuk kelompok;
Meminta siswa menyebutkan contoh perubahan zat cair;
Menjelaskan materi tentang pengukuran suhu;
Menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan pengukuran suhu;
Membagikan LKS;
Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi
pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya;
Memberi soal tentang pengukuran suhu pada skala celsius, kelvin,
reamur, fahrenheit.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber;
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar;
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
87
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan
hasil belajar;
Memberikan evaluasi berupa postest;
Memberikan tugas kepada siswa.
Sumber Belajar
17. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS.
18. Abdul, Hamid.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004. Jakarta : Rineka Cipta.
19. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan.
20. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
21. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga.
22. Lingkungan kelas dan rumah
23. LKS
88
LAMPIRAN 2
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)
KELAS :
KELOMPOK :
NAMA SISWA :
TUJUAN :
Memahami kekurangan alat indra peraba sebagai alat ukur suhu.
Alat & Bahan :
- Satu mangkuk berisi air es
- Satu mangkuk berisi air hangat
- Sebuah mangkuk berisi air ledeng
Langkah Percobaan :
1. Celupkan tangan kananmu ke mangkuk berisi air hangat. Apa yang kamu
rasakan?
2. Celupkan tangan kananmu ke mangkuk air es. Apa yang kamu rasakan?
3. Keluarkan kedua tanganmu dan celupkan secara bersamaan ke dalam
mangkuk berisi air ledeng. Apa yang kamu rasakan?
Diskusi :
1. Dapatkah kamu membedakan suhu ketiga jenis air tersebut? Bagaimana suhu
air tersebut?
2. Dapatkah tanganmu mengukur suhu air dengan tepat? Kemukakan alasanmu!
89
LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)
KELAS :
KELOMPOK :
NAMA SISWA :
TUJUAN :
Mengamati perubahan suhu zat cair saat dipanaskan
Alat & Bahan :
- Termometer laboratorium
- Gelas kimia berisi air
- Pembakar Bunsen
Langkah Percobaan :
1. Panaskan air di dalam gelas kimia dengan menggunakan Bunsen
2. Ukur suhu air dalam gelas kimia dengan cara mencelupkan bagian
wadah termometer kedalam air. Catat hasilnya.
3. Ukur suhu air yang sedang dipanaskan dalam selang waktu 1 menit.
Pengukuran pertama dilakukan setelah air dipanaskan i menit.
Hentikan beberapa saat setelah air mendidih.
Perhatian : Hati-hati saat melakukan pengukuran air yang
dipanaskan. Sebaiknya gunakan penjepit yang bertangkai panjang
agar tanganmu tidak terkena uap yang panas.
90
4. Catatlah hasilnya pada tabel berikut ini.
Suhu air
(oC)
Sebelum dipanaskan
Suhu air pada pemanasan menit ke- Suhu saat
mendidih
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Diskusi :
1. Pada sebuah gelas yang berisi air hangat dan termometer dilakukan
pengadukan. Setelah air diaduk beberapa saat, ternyata termometer
menunjukkan penurunan suhu. Mengapa demikian?
2. Berapa skala perubahan suhu dari menit ke 1 sampai menit ke 10?
91
LAMPIRAN 3
Soal Pretest dan Pos Tes 01
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VII
Semester : I
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D.
1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalaha. Kalorb. Intensitas panasc. Suhud. Koefesien muai
2. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah...a. Stopwatch b. Timbanganc. Termometerd. Mistar
3. Termometer digunakan untuk mengukur...a. Panas suatu bendab. Dingin suatu bendac. Panas dinginnya suatu bendad. Semua salah
4. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan adalah..a. Termometer klinisb. Termometer ruangc. Termometer laboratoriumd. Musschenbroek
5. Termometer yang paling tepat untuk mengukur suhu air panas adalah...a. Termometer klinisb. Termometer laboratoriumc. Termometer tubuhd. Termometer maksimum-minimum
6. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan disebut termometer...a. Klinisb. Maksimum-minimum
92
c. Bimetald. ruang
7. Satuan suhu menurut Satuan Internasional (SI) adalah...a. Kelvinb. Celsiusc. Fahrenheitd. Reamur
8. Bagimana apabila pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan tangan... a. Kurang akuratb. Sangat akuratc. tidak dapat menententukan suhunyad. dapat ditentukan suhunya
9. Zat cair yang baik dipakai untuk mengisi termometer agar dapat digunakan untuk mengukur suhu yang rendah adalah...a. Airb. Raksac. Spiritusd. alkohol
10. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan...a. Wujudb. Massa jenisc. Volumed. Tekanan
93
JAWABAN SOAL
1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah
Kunci Jawaban : C - Suhu
2. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah...
Kunci Jawaban : C - Termometer
3. Termometer digunakan untuk mengukur...
Kunci Jawaban : C – Panas dinginnya suatu benda
4. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan adalah..
Kunci Jawaban : A – Termometer klinis
5. Termometer yang paling tepat untuk mengukur suhu air panas adalah...
Kunci Jawaban : B - Termometer laboratorium
6. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan disebut
termometer...
Kunci Jawaban : D – Termometer ruang
7. Satuan suhu menurut Satuan Internasional (SI) adalah...
Kunci Jawaban : B – Celsius
8. Bagimana apabila pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan tangan...
Kunci Jawaban : A – Kurang akurat
9. Zat cair yang baik dipakai untuk mengisi termometer agar dapat digunakan
untuk mengukur suhu yang rendah adalah...
Kunci Jawaban : D - Alkohol
10. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan...
Kunci Jawaban : C - Volume
94
SKOR NILAI
Nomor Soal Skor Nilai
1 5
2 5
3 10
4 10
5 10
6 10
7 15
8 15
9 10
10 10
JUMLAH 100
95
Soal Pretest dan Pos Tes 02
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VII
Semester : I
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D.
1. Termometer skala . . . menunjukkan angka 212o pada titik didih
a. Celsius
b. Fahrenheit
c. Reamur
d. Kelvin
2. Suhu air mendidih adalah...0C
a. 273
b. 212
c. 373
d. 100
3. Suhu tubuh orang yang sehat adalah...
a. 43 oC
b. 40 oC
c. 37 oC
d. 35 oC
4. Alkohol membeku pada suhu 161 K. Pada suhu berapa alkohol membeku jika
diukur dengan skala Celcius?
96
a. -112oC
b. -122 oC
c. -221 oC
d. -211 oC
5. Pada hari yang panas, suhu udara 32oC. Berapakah suhu yang ditunjukkan
oleh skala Kelvin?
a. 32 K
b. 305 K
c. 200 K
d. 273 K
6. Bila termometer Celcius menunjukkan skala 80 oC, skala Rearmur akan
menunjukkan...
a. 64o
b. 96o
c. 100o
d. 150o
7. Perbandingan skala Celcius dan skala Fahrenheit adalah...
a. 9 : 5
b. 5 : 9
c. 4 : 5
d. 5 : 4
8. Perbandingan skala Celsius dan Rearmur adalah...
a. 5 : 4
97
b. 4 : 5
c. 9 : 4
d. 4 : 9
9. Perbandingan skala Rearmur dan Fahrenheit adalah...
a. 9 : 5
b. 5 : 9
c. 9 : 4
d. 4 : 9
10. Perbandingan skala Fahrenheit dan Rearmur adalah...
a. 9 : 4
b. 5 : 4
c. 5 : 9
d. 9 : 5
98
JAWABAN SOAL
1. Termometer skala . . . menunjukkan angka 212o pada titik didih
Kunci Jawaban : B - Fahrenheit
2. Suhu air mendidih adalah...0C
Kunci Jawaban : D – (1000C)
3. Suhu tubuh orang yang sehat adalah...
Kunci Jawaban : C – (37oC)
4. Alkohol membeku pada suhu 161 K. Pada suhu berapa alkohol membeku jika
diukur dengan skala Celcius?
Kunci Jawaban : A – (-112oC)
5. Pada hari yang panas, suhu udara 32oC. Berapakah suhu yang ditunjukkan
oleh skala Kelvin?
Kunci Jawaban : B – (305 K)
6. Bila termometer Celcius menunjukkan skala 80 oC, skala Rearmur akan
menunjukkan...
Kunci Jawaban : C – (100o)
7. Perbandingan skala Celcius dan skala Fahrenheit adalah...
Kunci Jawaban : B – (5 : 9)
8. Perbandingan skala Celsius dan Rearmur adalah...
Kunci Jawaban : A – (5 : 4)
9. Perbandingan skala Rearmur dan Fahrenheit adalah...
Kunci Jawaban : D – (4 : 9)
99
10. Perbandingan skala Fahrenheit dan Rearmur adalah...
Kunci Jawaban : A – (9 : 4)
SKOR NILAI
Nomor Soal Skor Nilai
1 5
2 5
3 5
4 15
5 15
6 15
7 10
8 10
9 10
10 10
JUMLAH 100
100
Soal Pretest dan Pos Tes 03
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : VII
Semester : I
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D.
1. Manfaat menggunakan termometer adalah...a. Mengukur udarab. Mengukur suhuc. Mengukur panasd. Mengukur dingin
2. Zat cair yang paling banyak mengisi tabung termometer adalah . . .a. Raksa dan alkoholb. Airc. Minyakd. Oli
3. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan. . .a. Wujudb. Massa jenisc. Volumed. tekanan
4. Pipa sebuah termometer klinis dibuat dari bahan kaca tipis sehingga...a. Raksa tinggal pada pembacaan maksimumnyab. Termometer lebih teliti c. Termometer dapat menunjukkan suhu dengan cepatd. Raksa lebih mudah dilihat
5. Pernyataan yang bukan merupakan keuntungan alkohol jika digunakan sebagai pengisi tabung termometer adalah...
a. Membasahi dinding tabung kaca termometerb. Memiliki titik beku -112oCc. Peka terhadap perubahan suhud. Harganya murah
101
6. Perubahan yang tidak dapat digunakan untuk menyatakan perubahan suhu adalah...
a. Perubahan warnab. Perubahan kecepatanc. Perubahan volumed. Perubahan wujud7. Air akan mendidih pada suhu. . .
a. 100 oCb. 200 oCc. 300 oCd. 400 oC
8. Suhu nol mutlak adalah suhu ketika...a. Es batu meleburb. Partikel-partikel dalam suatu bahan tidak bergerakc. Air garam membekud. Gas berubah menjadi cairan
9. Jika pada skala Celsius terukur suhu 40 oC, maka pada skala fahrenheit suhu itu sama dengan . . . oFa. 40b. 72c. 104d. 56
10. Bila termometer celcius menunjukkan 20 oC maka termometer Fahrenheit menunjukkan . . .a. 68 oFb. 58 oFc. 48 oFd. 20 oF
102
JAWABAN
1. Manfaat menggunakan termometer adalah...
Kunci Jawaban : B - Mengukur suhu
2. Zat cair yang paling banyak mengisi tabung termometer adalah . . .
Kunci Jawaban : A - Raksa dan alkohol
3. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan. . .
Kunci Jawaban : C - Volume
4. Pipa sebuah termometer klinis dibuat dari bahan kaca tipis sehingga...
Kunci Jawaban : C - Termometer dapat menunjukkan suhu dengan cepat
5. Pernyataan yang bukan merupakan keuntungan alkohol jika digunakan
sebagai pengisi tabung termometer adalah...
Kunci Jawaban : A - Membasahi dinding tabung kaca termometer
6. Perubahan yang tidak dapat digunakan untuk menyatakan perubahan suhu
adalah...
Kunci Jawaban : A - Perubahan warna
7. Air akan mendidih pada suhu. . .
Kunci Jawaban : A - 100 oC
8. Suhu nol mutlak adalah suhu ketika...
Kunci Jawaban : B - Partikel-partikel dalam suatu bahan tidak bergerak
9. Jika pada skala Celsius terukur suhu 40 oC, maka pada skala fahrenheit suhu
itu sama dengan . . . oF
Kunci Jawaban : C - 104
103
10. Bila termometer celcius menunjukkan 20 oC maka termometer Fahrenheit
menunjukkan . . .
Kunci Jawaban : A - 68 oF
SKOR NILAI
Nomor Soal Skor Nilai1 52 53 54 105 106 57 108 109 2010 20
Jumlah 100
104