Download - Skripsi Probleem Posing
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
1/95
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARANPROBLEM POSING TIPEPOST SOLUTION POSING
DALAM KELOMPOK KECIL BERMEDIAKAN ALAT PERAGA DAN LKS
MATERI POKOK KELILING DAN LUAS SEGIEMPAT KELAS VIIB
SEMESTER 2 SMP NEGERI 5 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Nama : Dwi Octorina Wulandari
NIM : 4101403531
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan: Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
2/95
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dirujuk
dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Semarang, 27 Agustus 2007
Dwi Octorina Wulandari
NIM. 4101403531
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
3/95
ABSTRAK
Dwi Octorina Wulandari, 4101403531, 2007. Meningkatkan Aktivitasdan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat Peraga dan LKS
Materi Pokok Keliling dan Luas Segiempat Kelas VIIB Semester 2 SMPN 5
Semarang.
Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan
cenderung ditakuti oleh siswa. Siswa di sekolah akan lebih mudah mempelajari
sesuatu bila didasari pada apa yang diketahui siswa, karena untuk mempelajari
suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang
akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Minat
belajar siswa kelas VIIB SMPN 5 Semarang khususnya materi pokok keliling dan
luas segiempat masih dianggap rendah. Hal itu dapat diketahui dari rendahnyanilai ulangan harian, maupun nilai raport yakni rata-rata kurang dari 70. Kondisi
tersebut terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dan
pemahaman terhadap materi pokok keliling dan luas segiempat, dalam proses
pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya kecenderungan guru
meminimalkan keterlibatan siswa aktif. Dengan menggunakan model
pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil
menjadi salah satu solusi. Sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa
akan meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok keliling dan luas
segiempat masih rendah dan merencanakan tindakan yang harus dilakukan oleh
guru yakni menerapkan model pembelajaran problem posing tipe post solution
posing dalam kelompok kecil untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga
aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Metode penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB semester 2 SMPN 5 Semarang
tahun pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 44 siswa.
Hasil penelitian yang dapat penulis sajikan adalah sebagai berikut. Pada
siklus I aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata 65%. Hasil tes yang
dilaksanakan pada siklus I terdapat 31 anak dari 44 anak yang mendapat nilai 7,0
ke atas (70,5%), dan 13 anak mendapatkan nilai di bawah 7,0 (29,5%), dengannilai rata-rata 7,21. Pada siklus II Aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata
87,5%. Pada siklus II siswa memperoleh nilai lebih dari 7,0 sebanyak 38 anak
(86,36%) dan yang tidak tuntas belajar 6 anak (13,63%) dengan nilai rata-rata
7,83, dengan demikian ada peningkatan 12,25% dari siklus I. Simpulan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa model pembelajaran problem posing
tipe post solution posing dalam kelompok kecil dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas VIIB semester 2 SMPN 5 Semarang tahun pelajaran
2006/2007. Oleh karena itu guru disarankan untuk mengimplementasikan model
pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil
pada materi pokok keliling dan luas segiempat serta materi pelajaran matematika
yang lain yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
4/95
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Problem Posing Tipe Post Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat
Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling Dan Luas Segiempat
Kelas VIIB Semester 2 SMP Negeri 5 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007
Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
Pada:
Hari : Senin
Tanggal : 27 Agustus 2007
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs.Supriyono, M.Si
NIP.130781011 NIP.130815345
Pembimbing Utama, Ketua Penguji,
Drs.Supriyono, M.Si Drs. M. Asikin H, M.Pd
NIP. 130815345 NIP. 131568879
Pembimbing Pendamping, Anggota penguji,
Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom Drs.Supriyono, M.Si
NIP. 132231407 NIP. 130815345
Anggota penguji,
Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom
. NIP. 132231407
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
5/95
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: Allah SWT akan selalu memberikan RahmatNYA kepada kita
selagi kita selalu berusaha dan berdoa dan yakinlah bahwa Allah
SWT akan menghargai apa yang sudah kita lakukan dengan kerja
keras serta usaha yang tulus, ikhlas, dan jujur.
Percayalah pada diri sendiri walau badai menerjang, jurang yang
terjal menghalangi jalan kita badai pasti berlalu dan akan ada
jalan keluar lain menuju sukses
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi justru
merupakan pelajaran yang terbaik untuk menuju kesuksesan
Usaha dan doa dari manusia, nasib dan kehidupan manusia
semua yang mengatur Allah SWT semuanya kita serahkan
kepadaNYA
PERSEMBAHAN:
Karyaku ini akan ku persembahkan
kepada:
Syukur Alhamdulillah Allah SWT Ibuku yang memiliki semangat dan
perjuangan yang begitu keras yang
selalu mendoakan ina terima kasih
Bapakku yang berjuang keras mencari nafkah dan yang selalu
mendoakan ina terima kasih
Kakakku ita yang baik dan cantikterima kasih
Adekku sayang nanang terima kasih Mas Avif yang selalu memberikan
dukungan, dan yang selalu
memberikan motivasi thanks all
Teman-temanku 8A Prl semua terimakasih
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
6/95
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta HidayahNya kepada peneliti, sehingga dengan kekuatan dan
kesehatan peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
Peneliti menyadari keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S, Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Supriyono M.Si, Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas NegeriSemarang, serta pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada kami penyusun skripsi.
4. Drs. M. Asikin M.Pd, Penguji utama yang telah memberikan bimbinganarahan kepada kami penyusun skripsi.
5. Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom. Pembimbing skripsi yang telah memberikanbimbingan dan arahan kepada kami penyusun skripsi
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bimbingandan arahan serta bekal kepada peneliti dalam menyusun skripsi.
7. Suharto, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Semarang yang telahmemberikan ijin untuk penelitian di sekolah tersebut.
8. Tukiyem, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 5Semarang.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
7/95
9. Rekan-rekan guru di SMP Negeri 5 Semarang yang telah membantuterlaksananya penelitian ini.
10.Siswa-siswi kelas VIIB SMP Negeri5 Semarang yang telah membantukelancaran penelitian.
11.Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan secara moral.12.Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun materiil yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda
atas bantuan dan amal baiknya.
Kami peneliti menyadari keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca demi kebaikan di
masa yang akan datang.
Semarang, 27 Agustus 2007
Peneliti,
Dwi Octorina Wulandari
NIM. 4101403531
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
8/95
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1B. Permasalahan ......................................................................................4C. Tujuan .................................................................................................5D. Manfaat ..............................................................................................5E.
Penegasan Istilah.................................................................................6
F. Sistematika Skripsi...............................................................................7BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori....................................................................................9B. Kerangka Berfikir ...............................................................................50C. Hipotesis Tindakan .............................................................................52
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
9/95
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ................................................................................53B. Subjek Penelitian.................................................................................53C. Prosedur Kerja Dalam Penelitian.........................................................53D. Sumber Data Dan Cara Pengambilan Data..........................................59E. Indikator Keberhasilan.........................................................................59
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian dan pembahasan siklus I ..........................................61B. Hasil penelitian dan pembahasan siklus II ..........................................68
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................77B. Saran.....................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................81
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
10/95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman:
1. Daftar Nama Siswa Kelas VIIB Sebagai Subjek Penelitian....................... 812. Daftar Nama Kelompok.............................................................................. 823. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus I..................................................... 844. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus II.................................................... 865. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I............................................. 886. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II............................................ 917. Lembar Pengamatan Aktivitas Diskusi Kelompok Siklus I......................... 948. Lembar Pengamatan Aktivitas Diskusi Kelompok Siklus II........................ 979. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I............................................... 10010.Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II............................................. 10311.Angket Refleksi Siswa Siklus I.................................................................... 10612.Hasil Angket RefleksiSiswa siklus I............................................................ 10713.Angket Refleksi Siswa Siklus II.................................................................. 10914.Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus II.......................................................... 11015.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I............................ 112
16.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I............................ 11917.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................................... 12818.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas
Persegipanjang.............................................................................................. 135
19.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas Persegi......... 137
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
11/95
20.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan LuasJajargenjang.................................................................................................. 139
21.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas BelahKetupat......................................................................................................... 140
22.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas Layang-layang........................................................................................................... 142
23.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan LuasTrapesium.................................................................................................... 143
24.Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I.................................................................. 14525.Soal-Soal Evaluasi Siklus I......................................................................... 14626.Kunci Jawaban Soal-Soal Evaluasi Siklus I................................................ 14927.Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II................................................................. 15928.Soal-Soal Evaluasi Siklus II........................................................................ 16029.Kunci Jawaban Soal-Soal Evaluasi Siklus II.............................................. 16330.Contoh Lembar Pengajuan Soal dan Jawaban Soal Siswa Kelas VIIB Siklus
I................................................................................................................... 169
31.Contoh Lembar Pengajuan Soal dan Jawaban Soal Siswa Kelas VIIB SiklusII.................................................................................................................. 176
32.Gambar Foto Objek Penelitian.................................................................... 18333.Surat Usulan Dosen Pembimbing............................................................... 18634.Kartu Bimbingan DosenI dan Dosen II....................................................... 18735.Surat Permohonan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan.................................. 19136.Surat Permohonan Ijin Penelitian Sekolah................................................ 192
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
12/95
37.Surat Penetapan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan..................................... 19338.Surat Penetapan Ijin penelitian sekolah..................................................... 194
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
13/95
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pmbelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bahri Djamah, Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bina Aksara.
Dimiyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Mudjiono dan Hasibuan. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Susilo, M. Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: UPT UNNES Press.
Simangunson, Wilson dan Sukino. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII.
Jakarta: Erlangga.
Sardiman, A.M. 2001.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
14/95
Lembar Pengesahan
Proposal ini telah disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Semarang, Maret 2007
Yang mengajukan,
Dwi Octorina W.
NIM.4101403531
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Supriyono, M.Si Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom
NIP.130815345 NIP.132231407
Ketua Jurusan
Drs. Supriyono, M.Si
NIP.130815345
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
15/95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahMatematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berfungsi
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan menggunakan
rumus matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi
keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu siswa diharapkan
memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, sehingga berguna
bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan.
Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan
struktur-struktur) dan hubungannya diatur secara logika, matematika
berkaitan dengan konsep abstrak, hal tersebut membuat siswa merasa
kesulitan dalam mempelajarinya. Siswa lebih mudah mempelajari hal-hal
yang bersifat kongkrit, sehingga muncul anggapan bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan cenderung ditakuti
siswa.
Siswa di sekolah akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari pada apa yang diketahui siswa tersebut, karena untuk
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang
lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi
matematika tersebut. Siswa belajar bukan menghafal dan bukan pula
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
16/95
2
mengingat. Setelah pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada
siswa. Perubahan sebagai hasil dari pembelajaran seperti pengetahuan
siswa dapat bertambah, perubahan pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan, dan kemampuannya.
Dalam pembelajaran matematika diharapkan guru dapat
menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam
mempelajari matematika tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
strategi pembelajaran yang dapat membuat guru dan siswa menjadi aktif.
Di SMP Negeri 5 Semarang, sarana dan prasarana untuk kegiatan
pembelajaran sudah cukup tersedia, akan tetapi pada saat ini, minat belajar
siswa kelas VII SMP khususnya pelajaran matematika pada materi pokok
keliling dan luas segiempat masih dianggap rendah, hal ini dapat diketahui
bahwa masih rendahnya nilai ulangan harian, maupun nilai raport, yaitu
nilai rata-rata kurang dari 70. Kondisi tersebut terjadi karena dalam proses
pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya kecenderungan
guru meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal dan pemahaman terhadap materi
pokok keliling dan luas segiempat. Peran guru dalam proses pembelajaran
sangat dominan sehingga menyebabkan kecenderungan siswa lebih
bersifat pasif. Hal tersebut meyebabkan siswa lebih banyak menunggu
sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan,
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
17/95
3
kemampuan, serta sikap aktif siswa tersebut. Siswa yang melakukan
proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pemimpin dan sebagai
fasilitator belajar yakni mengatur, mengorganisasi siswa, hal ini yang
menyebabkan pembelajaran di kelas tidak dapat terlaksana dengan
optimal. Saat ini yang dibutuhkan adalah siswa yang lebih aktif melakukan
proses pembelajaran sehingga akan tercapai hasil yang optimal.
Untuk menghilangkan rasa ketakutan pada pelajaran matematika
dan anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, dapat
ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode
yang tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi
sehingga pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses
yang menghubungkan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang
menyebabkan anak dapat berkembang dengan baik secara aktif dan
penguasaan bahan ajar akan meningkat.
Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu
pendekatan belajar non konvensional yang dalam proses kegiatannya
membangun struktur kognitif siswa, siswa diberi kesempatan secara
terbuka dan luas untuk mengembangkan kreativitas. Problem posing tipe
post solution posing mengajarkan dan mewajibkan siswa dalam membuat
soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
Cara belajar sendiri biasanya sering menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan. Untuk mengatasinya dapat divariasikan dengan cara belajar
bersama dengan teman yang paling dekat. Belajar bersama pada dasarnya
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
18/95
4
memecahkan persoalan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran
dari banyak orang biasaya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi
atau belajar kelompok merupakan cara yang lebih baik dalam belajar
bersama. Pembentukan kelompok-kelompok kecil bertujuan agar siswa
dapat bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara
bersama-sama, memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama serta
meningkatkan keterlibatan emosional dan intelektual siswa dalam
pembelajaran.
Melalui penerapan model pembelajaran problem posing tipe post
solution posing dengan pembentukan kelompok kecil, diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar dengan peningkatan hasil nilai rata-rata
minimal 7,0 khususnya pada materi pokok segiempat dan meningkatnya
aktivitas belajar, sehingga dapat mendidik siswa untuk belajar mandiri.
B. PermasalahanBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah melalui model pembelajaranproblem posing tipepost solution
posing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar
kerja siswa (LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5
Semarang?
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
19/95
5
2. Apakah melalui model pembelajaranproblem posing tipepost solutionposing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar
kerja siswa (LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri
5 Semarang?
C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing
dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar kerja siswa
(LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5
Semarang.
D. Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi SiswaDapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat lebih aktif
memiliki semangat dalam mengikuti pelajaran matematika serta dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik
dalam pembelajaran matematika maupun memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami suatu konsep dalam pembelajaran.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
20/95
6
2. Bagi GuruGuru mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem posing tipe
post solution posing dalam kelompok kecil. Selain itu juga dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan strategi
pembelajaran yang bervariatif dan inovatif.
3. Bagi SekolahDengan meningkatnya hasil belajar siswa, dapat menjadi acuan bagi
sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah
dan sekolah yang menjadi objek dalam penelitian tindakan kelas akan
memperoleh hasil pengembangan ilmu.
4. Bagi PenelitiMendapat pengalaman dan dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan
pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam
kelompok kecil.
E. Penegasan Istilah1.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh siswa
setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan perilaku yang harus
dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam
kelompok kecil.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
21/95
7
2. MeningkatkanMeningkatkan adalah suatu usaha untuk menjadikan sesuatu menjadi
lebih baik.
3. Model pembelajaranproblem posing tipe post solution posingModel pembelajaranproblem posing adalah suatu model pembelajaran
yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar
soal atau berlatih soal secara mandiri. Sedangkan tipe post solution
posing di mana siswa membuat soal yang sejenis , seperti yang dibuat
oleh guru.
4. Alat PeragaAlat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran sebagai penghubung
untuk menjelaskan pengertian yang abstrak antara teori dengan
kenyataan dalam kehidupan seharihari.
F. Sistematika SkripsiSistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut.
1.
Bagian awal skripsi memuat tentang halaman judul,lembar pernyataan,
abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar,
daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri dari 5 bab yang meliputi:a. Bab I : Pendahuluan
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
22/95
8
Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika skripsi.
b. Bab II : Landasan teori dan hipotesis tindakanBerisi landasan teori dan hipotesis tindakan, berisi uraian
pendapat para ahli tentang masalahmasalah yang
berhubungan dengan judul skripsi.
c. Bab III : Metode PenelitianMeliputi lokasi penelitian, subjek penelitian, prosedur
kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan
data dan indikator keberhasilan.
d. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasanMeliputi hasil setiap siklus I, dan siklus II beserta
pembahasan hasil penelitian.
e. Bab V : PenutupMeliputi simpulan dan saran.
3. Bagian akhir skripsi berisi tentang daftar isi dan lampiranlampiranyang mendukung tersusunnya skripsi.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
23/95
9
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
24/95
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori1. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Konsep belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar
psikologi antara lain:
a. Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakanproses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena
hasil belajar dari pengalaman.
b. Morgan et.al. menyatakan bahwa belajar merupakan perubahanrelatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik dan
pengalaman.
c. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahanindividu yang disebabkan oleh pengalaman.
d.
Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama
periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal
dari proses pertumbuhan
(Anni, 2004:2).
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
25/95
10
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responsnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responsnya akan menurun. Dalam belajar ditemukan
adanya hal berikut.
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan responspeserta didik,
2. respons peserta didik, dan3. konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi
tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta didik yang
baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons peserta didik
yang tidak baik diberi teguran atau hukuman (Dimiyati dan
Mudjiono, 2002:9).
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar. Belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu (Sudjana, 2002:28).
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
26/95
11
Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku
kompleks, tindak interaksi antara peserta didik dan guru sangatlah
dibutuhkan. Oleh karena itu dengan adanya interaksi, maka belajar
dapat didinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi oleh peserta didik
dan lingkungan belajar. Dinamika pembelajaran yang bersifat internal
terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Sedangkan dinamika dari luar dapat berasal
dari guru atau peserta didik di lingkungannya. Usaha guru dalam
mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa
menghadapi bahan belajar, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan
memaksimalkan peran sebagai guru. Keterpaduan proses belajar siswa
dengan proses pembelajaran guru dapat dioptimalkan, sehingga
interaksi dalam pembelajaran tidak datang begitu saja dan tidak dapat
tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan
sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel
yang harus ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga
memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif (Sudjana,
2002: 29).
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri
dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan
instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
27/95
12
yang harus memainkan peran serta dalam hubungan sosial tertentu,
jenis kegiatan yang dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia. Guru dalam mengajarkan suatu materi perlu
memiliki strategi pembelajaran dan metode yang tepat. Strategi
pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan siswa di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran. Strategi dalam hal ini menunjuk
kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru dan siswa
dalam suatu pembelajaran. Metode mengajar adalah alat yang
merupakan bagian dari perangkat, alat dan cara dalam pelaksanaan
suatu strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan
sarana dan alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar
merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar (Moedjiono dan
Hasibuan, 2006:3).
Dalam penelitian ini diharapkan proses pembelajaran antara
guru dan siswa dapat berjalan lancar. Guru mengajar menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, kreatif, dan memaksimalkan
peran guru sehingga proses pembelajaran dapat optimal. Proses belajar
siswa dapat maksimal apabila keterpaduan belajar mengajar antara
guru dan siswa terlaksana. Usaha guru dalam mendinamisasikan
belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Apabila ada siswa
yang gagal maupun berhasil dalam pembelajaran semuanya bergantung
dari bagaimana usaha guru dan kesiapan siswa menerima interaksi dari
guru.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
28/95
13
2. Pembelajaran MatematikaPembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu
proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam
mengajarkan matematika kepada para siswanya yang di dalamnya
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa
tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa dalam mempelajari
matematika tersebut.
Guru dalam mengajarkan matematika perlu memiliki strategi
pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran adalah perencanaan
dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar
kompetensi yang diharapkan tercapai. Strategi pembelajaran,
khususnya dalam pembelajaran matematika, yang dikembangkan
adalah bagaimana cara membuat siswa menjadi aktif. Strategi
pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dikenal sebagai
pembelajaran aktif. Selain itu, agar pembelajaran matematika dapat
diserap secara baik oleh siswa maka perlu memilih satu atau beberapa
metode yang dipandang tepat. Metode mengajar adalah cara mengajar
yang dapat digunakan untuk mengajarkan tiap bahan pelajaran.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
29/95
14
Misalnya metode ceramah, metode ekspositori, metode tanya jawab,
dan lain-lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka guru
mata pelajaran matematika juga perlu memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarannya,
yakni tercapainya kompetensi dasar yang diharapkan (Suyitno,
2004:2).
3. Hasil BelajarHasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspekaspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang
harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau
deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.
Perumusan tujuan pembelajaran itu, yakni hasil belajar yang
diinginkan pada diri siswa. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk
harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara
menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa yakni
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
30/95
15
pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajar (Anni, 2004:5).
Tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting
dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas
belajar. Tujuan belajar harus dirumuskan dengan jelas karena tujuan
yang efektif dan efisien akan memudahkan baik bagi guru atau siswa
untuk mencapainya. Tujuan belajar juga dapat dipakai sebagai kriteria
internal bagi siswa untuk menilai keberhasilan dalam belajar.
Kegunaan tujuan belajar ialah untuk memandu guru menciptakan
kondisi belajar yang menunjang pencapaian tujuan belajar itu sendiri.
Tujuan belajar yaitu membentuk guru menyusun alat evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran
berhasil atau gagal.
Tujuan belajar yang lain sebagai berikut.
a. Untuk mendapatkan pengetahuanHal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilihan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang
tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan. Sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
31/95
16
b. Penanaman konsep dan keterampilanPenanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang
dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis
atau lisan, bukan kosakata atau tatabahasa, semua memerlukan
banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian
ketrampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan
bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru cara
berinteraksi.
c. Pembentukan sikapDalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
peserta didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya, untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan
motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi
guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Dalam
pembelajaran guru akan senantiasa diobservasi, dilihat
didengar, dan ditiru semua perilakunya oleh peserta didik. Dari
proses observasi mungkin juga menirukan perilaku guru,
diharapkan terjadi proses internalisasi. Sehingga menumbuhkan
proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian
diamalkan (Sardiman, 2001:26-28).
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
32/95
17
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan
siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di
samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang
yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif
(berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik
(kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak
berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak
dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah.
Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil
belajar siswa, dari proses pembelajaran (Sudjana, 2002: 49).
4.
Ciri-Ciri Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta
didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ciri-ciri belajar
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
33/95
18
adalah perubahan perilaku akibat belajar yang tidak dimiliki oleh
perubahan perilaku yang lain. Ciri-ciri interaksi pembelajaran, yaitu:
a. Interaksi pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membantupeserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang
dimaksud interaksi pembelajaran itu sadar tujuan, dengan
menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian. Peserta
didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan
pendukung.
b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan.Didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar
dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah
sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan
membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
c. Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penggarapanmateri khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian
rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang
tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen
yang lain, apalagi komponen peserta didik yang merupakan
sentral. Materi harus sudah di desain dan disiapkan sebelum
berlangsungnya interaksi pembelajaran.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
34/95
19
d. Ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Sebagaikonsekuensi, bahwa peserta didik merupakan sentral, maka
aktivitas siswa merupakan syarat mutlak baik berlangsungnya
interaksi pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini,
baik secara fisik maupun secara mental aktif, inilah yang sesuai
dengan konsep pembelajaran aktif. Jadi tidak ada gunanya guru
melakukan kegiatan interaksi pembelajaran kalau peserta didik
hanya pasif saja. Sebab peserta didiklah yang belajar, maka
merekalah yang harus melakukannya.
e. Dalam interaksi pembelajaran, guru berperan sebagaipembimbing. Peranan guru sebagai pembimbing ini guru harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi
proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai
mediator dalam segala situasi proses pembelajaran, sehingga
guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru
tingkah lakunya oleh peserta didik. Guru akan memimpin
terjadinya interaksi pembelajaran.
f.
Di dalam interaksi antara guru dan peserta didik dalam
pembelajaran membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi
pembelajaran ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati
oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun
pihak siswa. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
35/95
20
atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur yang
sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu
indikator pelanggaran disiplin.
g. Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentudalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi
salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan
diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.
(Sardiman, 2001:15-16).
Strategi Pembelajaran sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah rencana dan cara-cara
membawakan pembelajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana
dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Sistem lingkungan ada pembelajaran terdiri atas beberapa
komponen termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan
proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Komponen tersebut
adalah:
a. Tujuan pembelajaranb.
Guru
c. Peserta didikd. Materi pelajarane. Metode pembelajaranf. Media pembelajarang. Faktor administrasi dan finansial
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
36/95
21
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
tergantung pada mutu masing-masing dan cara memprosesnya dalam
pembelajaran (Gulo, 2002:7).
5. Guru Dan Peserta DidikGuru dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, tetap
memegang peranan penting. Siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa
bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik.
Berkaitan dengan peran guru, peranan guru sebagai fasilitator belajar
bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maka guru
berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi
rencana-rencana yang operasional. Guru bertugas memberikan
pengajaran di dalam sekolah. Ia menyampaikan pelajaran agar murid
memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan.
Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap,
keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya
melalui pembelajaran (Hamalik, 2001:124).
Kaitannya dengan implementasi kurikulum, maka guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut.
a. Mengurangi metode ceramah,b. Memberikan tugas yang berbeda dari peserta didik,c. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya,d. Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya,
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
37/95
22
e. Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialis bila ada pesertadidik yang mempunyai kelainan,
f. Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian danmembuat laporan,
g. Ingat peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama,h. Usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan
setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada
tiap pelajaran, dan
i. Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.(Susilo, 2007:180)
Peserta didik merupakan pihak yang akan menerima dan
memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam
kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini, peserta didik perlu
diposisikan sebagai subjek dari implementasi kurikulum, sehingga
kurikulum bukan diperuntukkan bagi guru, akan tetapi diperuntukkan
bagi peserta didik. Untuk itu peserta didik dituntut mampu
berpartisipasi secara aktif dalam menjabarkan, mengembangkan dan
mengimplementasikan aspek-aspek kurikulum yang mendukung bagi
terbentuknya suatu profil lulusan sebagaimana terumus dalam
kurikulum. Hal ini berarti bahwa setiap siswa dituntut memiliki
kemampuan-kemampuan.
a. Kreatif dan inovatif dalam belajar,b. Menciptakan suasana kompetitif dalam belajar,
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
38/95
23
c. Menghargai dan menghormati setiap warga sekolah,d. Mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan IPTEKS yang
sedang terjadi di masyarakat untuk selanjutnya dibawa ke sekolah
sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas sekolah, dan
e. Sense of belongingness terhadap berbagi program sekolah.(Susilo, 2007:190)
Pengalaman dari kegiatan belajar menunjukkan aktivitas
belajar yang perlu dilakukan oleh peserta didik dalam rangka mencapai
penguasaan kemampuan dasar dan materi pelajaran. Berbagai alternatif
pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan jenis kompetensi serta
kegiatan materi yang dipelajari. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang
ingin dicapai, kegiatan atau pengalaman belajar peserta didik meliputi
menghafal, menggunakan/mengaplikasikan, dan menemukan. Ditinjau
dari dimensi materi yang perlu dihafal, diaplikasikan serta ditemukan
adalah fakta, konsep, prinsip dan skill.
Pengalaman belajar dapat dilakukan baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan
dengan jalan mengadakan interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang telah
dirumuskan (Susilo, 2007:132-133).
6. Model PembelajaranProblem PosingProblem posing merupakan model pembelajaran yang
mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
39/95
24
suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang
mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan
soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi
dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan
dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya
dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing
dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika. Silver dan
Cai menulis bahwa Problem posing is central important in the
discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking.
Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah
perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang
ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat
dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit.
(Pujiastuti, 2001:3)
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan
di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan
dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini
dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
Model pembelajaran problem posing tipe post solution posing
yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang
sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
40/95
25
Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah
suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara
mandiri.
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem
posing adalah sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaanalat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang,
dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswauntuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini,
guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot
soal yang diajukan oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.(Suyitno, 2004:31-32).
Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat
diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni
sebagai berikut.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
41/95
26
a. Presolution posingYaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.
Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan
dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
b. Within solution posingyaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan
soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan
penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi,
diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari
sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posingYaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal
yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang
sejenis.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing)
siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar
matematika.
Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran
problem posing sebagai berikut.
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima ataumemperkaya konsep-konsep dasar.
b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuandalam belajar.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
42/95
27
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang padadasarnya adalah pemecahan masalah.
(Suyitno, 2003:7-8).
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan
keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana
diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah
tersebut.
Model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) dapat
dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum
terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya (Silver,
Kilpatrick dan shlesinger), pemikiran English dalam menghasilkan
pertanyaan baru dari masalah matematika yang diberikan dapat
menjadi aktivias utama dalam mengajukan permasalahan.
Guru matematika dalam rangka mengembangkan model
pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan
terstruktur dalam pembelajaran matematika, dapat menerapkan prinsip-
prinsip dasar berikut.
1.
Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan
dari aktivitas siswa di dalam kelas.
2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahanmasalah siswa
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
43/95
28
3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentukulang
karakteristik bahasa dan tugas.
Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam
pembelajaran matematika dibutuhkan keterampilan sebagai berikut.
1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi danmemecahkan masalah yang diajukan.
2. Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupansehari-hari.
3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakanmasalah pada situasi matematika.
4. mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalammatematika.
5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga
masalah yang sederhana.
7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukanmasalah matematika.
8. Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untukmengembangkan strategi mengajukan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?b. Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?c. Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
44/95
29
Memunculkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang
diberikan dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan
masalah sebagaimana dijelaskan oleh English sebagai berikut.
1. Apakah gagasan penting dalam masalah ini?2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal
ini?
3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yangberbeda untuk memecahkan suatu masalah?
4. Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkanmasalah?
5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untukmembuat sebuah masalah yang berbeda?
6. Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?
Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang
guru yang tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat
melakukan aktivitas bertanya tersebut.
Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa
tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan
masalah tertentu. Strategi tersebut mengemukakan bagaimana
melihat atau menemukan masalah (Dillon). Krutetskii memanipulasi
kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya.
Hashimoto bertanya bagaimana jika, dan bagaimana jika tidak
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
45/95
30
Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah
baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan
adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan
mengajukan sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut
(Krutelskii). Cara melihat atau menemukan masalah sejenis dengan
gabungan strategi dalam perumusan masalah (Kilpatrick). Strategi ini
berada pada penemuan tingkatan masalah (Dillon). Masalah tersebut
ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang mengajukan
pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan
tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan
penggunaan analogi dalam menghasilkan masalah baru yang terkait
(Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua strategi berbeda yang
dikembangkan sebagai berikut.
1. Mengajukan pertanyaan mengenai masalah matematika darimasalah yang ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan
bahwa ada dua tahap dalam proses penyelesaian masalah selama
masalah baru diciptakan. Penyelesaian masalah bisa dengan
mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk melihat
masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah
diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang
bagaimana solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
46/95
31
a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika ataubuku LKS matematika.
b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan halyang tidak diketahui.
c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbedaPertama, tambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru
pada masalah asli kemudian rumuskan satu pertanyaan baru.
kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli kemudian
rumuskan pertanyaan baru.
2. Mengajukan masalah matematika dari situasi yang belumterstruktur. Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum
terstrukstur sebagai situasi terbuka yang diberikan dan
menggunakan format berikut.
a. Masalah open-ended(penyelidikan matematis).b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.c. Masalah dengan solusi serupa.d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.e.
Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan
f. Masalah kata-kata.Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semuasiswa.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
47/95
32
b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untukmenyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.
c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasitertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari
situasi tersebut
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan denganmasalah tersebut.
(Abu-Elwan, 2007:2-5)
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk
turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem
posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak
hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha
menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya
menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan
keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal
sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran
problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak
dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri
maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal
tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan
penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan
model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar
kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
48/95
33
7. Metode mengajar pembentukan kelompok-kelompok kecilMetode mengajar adalah suatu cara atau teknik mengajarkan
topik-topik tertentu yang disusun secara sistematis dan logis. Bertitik
tolak dari arti metode tersebut maka metode mengajar dapat diartikan
juga sebagai cara mengajar yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran.
Metode mengajar yang penulis kemukakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah metode kerja kelompok dengan strategi
pembentukan kelompok-kelompok kecil, yang didalamnya terdapat
diskusi untuk memecahkan masalah. Adapun syarat agar dapat
dikatakan sebagai diskusi kelompok kecil menurut Udin S.
Winataputra, H, dkk, 1997 adalah:
a. Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang,b. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya
semua anggota kelompok berkesempatan saling melihat,
mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung,
c. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehinggaterjadi kerjasama untuk mencapainya, dan
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menujukepada tercapainya tujuan kelompok (Gulo, 2002:20).
Lingkungan dalam belajar sebagai stimulus selalu memberikan
rangsangan kepada manusia untuk menanggapinya dalam cara-cara
tertentu. Kegiatan untuk menanggapi ini akan berlangsung secara
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
49/95
34
optimal jika didukung oleh motivasi yang kuat. Disinilah pembelajaran
aktif berperan dalam strategi belajar mengajar. Indikator terhadap
tinggi rendahnya kadar pembelajaran aktif dalam kegiatan
pembelajaran adalah:
a. Prakarsa peserta didik secara spontan dalam mengemukakanpendapat secara berani dalam pembelajaran,
b. Keterikatan peserta didik pada tugas on the tasksebagai lawan darioff the task(kecenderungan menghindari tugas),
c. Belajar dari pengalaman langsung (experiental learning),d. Kefasilitatoran guru dalam pembelajaran,e. Variasi bentuk dan alat pembelajaran, danf. Kualitas interaksi antar peserta didik, baik secara intelektual
maupun secara sosial emosional (Gulo, 2002:125-126).
8. Aktivitas Dalam BelajarBelajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,
jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam pembelajaran. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga
mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.
Frobel mengatakan bahwa manusia sebagai pencipta. Dalam
ajaran agama diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang
kedua setelah Tuhan. Secara alami peserta didik memang ada
dorongan untuk mencipta. Peserta didik adalah suatu organisme yang
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
50/95
35
berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel
bahwa peserta didik harus bekerja sendiri untuk memberikan motivasi.
Dalam dinamika kehidupan manusia, maka berpikir dan berbuat
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga
dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin meninggalkan dua
kegiatan itu, berpikir dan berbuat.
Montessori juga menegaskan bahwa peserta didik mempunyai
tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.
Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati
bagaimana perkembangan peserta didiknya. Pernyataan Montessori ini
memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di
dalam pembentukan diri adalah peserta didik itu sendiri. Sedang
pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan
yang akan diperbuat oleh peserta didik.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli
di atas, jelas bahwa dalam pembelajaran, peserta didik harus aktif
berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar diperlukan adanya
aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan
baik (Sardiman, 2001:93-95).
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan
demikian sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh peserta didik di
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
51/95
36
sekolah. Aktivitas peserta didik tidak cukup hanya mendengarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah.
Paul B. Dierich membuat suatu daftar yang berisi macam-
macam kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,memperhatikan gambar, mengamati algoritma penyelesaian soal,
demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, membuat pertanyaan, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi interupsi.
c. Listening activities, seperti misalnya mendengarkan uraian,percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,laporan angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,diagram.
f. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuatkonstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, sebagai contoh menanggap, mengingat,memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya merasa bosan, gembira,bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001).
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
52/95
37
Dari uraian di atas, tampak bahwa dalam pembelajaranproblem
posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil tetap
dibutuhkan kehadiran guru, aktivitas siswa untuk membaca,
memperhatikan gambar, mengamati algoritma penyelesaian soal, hal
ini tampak pada visual activities. Diperlukan pula kemampuan
membuat model-model pertanyaan dan memecahkan suatu soal yang
didukung oleh pengawasan guru, hal ini tampak pada oral activities
dan mental activities. Guru memberikan kesempatan bagi siswa
beraktivitas dengan melakukan diskusi kelompok, hal ini tampak pada
listening activities. Siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan
alat peraga agar penguasaan materi lebih optimal dan membuat siswa
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya aktivitas-
aktivitas yang mendukung siswa, maka diharapkan keterampilan
berpikir siswa akan meningkat.
Tujuan pembelajaran terarah pada peningkatan kemampuan,
baik dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kegiatan
pembelajaran tidak lagi sekadar menyampaikan dan menerima
informasi, tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha
peningkatan kemampuan.
Kalau diperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang makin pesat pada waktu mendatang, maka rasanya
tidak mungkin semua informasi dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah untuk disampaikan kepada peserta didik. Peningkatan
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
53/95
38
kemampuan peserta didik untuk memproses informasi yang
ditemukannya sangat dibutuhkan demi lancarnya pembelajaran.
Strategi pembelajaran menitikberatkan pada usaha
pengembangan keterampilan berpikir untuk memproses informasi yang
berguna. Guru melihat peserta didiknya sebagai peneliti yang aktif
terhadap lingkungan sekitarnya dan bukan penerima yang pasif
terhadap stimulus yang diberikan cara mengajar seperti ini disebut
dengan cara belajar siswa aktif (Gulo, 2002:71).
9. Motivasi BelajarMotivasi adalah penting. Apabila terdapat dua anak yang
memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang
sama untuk mencapai tujuan, kinerja, dan hasil yang dicapai oleh anak
yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak
termotivasi. Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan
sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki
motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri
anak tersebut. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor
penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar.
Secara historik guru selalu mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi
selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih
menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan
siswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Pembelajaran
yang diikuti oleh siswa yang termotivasi akan benar-benar
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
54/95
39
menyenangkan, terutama bagi guru. Siswa yang menyelesaikan
pengalaman belajar dan menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan
termotivasi terhadap materi yang telah dipelajari, mereka akan lebih
mungkin menggunakan materi yang telah dipelajari. Hal ini juga logis
untuk mengasumsikan bahwa semakin anak memiliki pengalaman
belajar yang termotivasi, maka semakin mungkin akan menjadi siswa
sepanjang hayat. Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting
dalam belajar, namun agar aktivitas beajar itu terjadi pada diri anak,
ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang
harus diperhatikan pula. Terdapat enam faktor yang terkait dan
memiliki dampak terhadap motivasi belajar siswa yaitu: (1) sikap, (2)
kebutuhan, (3) rangsangan, (4) afeksi, (5) kompetensi, dan (6)
penguatan (Anni, 2004:157).
Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari pembelajaran dan yang memberikan arah
pada pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada
umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan
peserta didik untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa
yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
55/95
40
melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar itu akan optimal kalau
ada motivasi yang tepat.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.
Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-
cita. Kekuatan mental tersebut tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli
psikologi pendidikan yang meyebut kekuatan mental mendorong
terjadinya belajar sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya kegiatan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar
(Dimiyati dan Mudjiono, 2002:80).
10.Media Sebagai Alat BantuAlat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat
bantu ini sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk
membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan/
pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan
yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui
panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima
sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pengertian/
pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
56/95
41
dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin pada suatu
objek, sehingga mempermudah persepsi (Notoatmodjo, 2003:71).
Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang
menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan
pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada
peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bentuan media, maka bahan
pelajaran sukar untuk diterima dan dipahami oleh setiap peserta didik.
Terutama pada pelajaran yang rumit dan kompleks.
Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan peserta
didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru
bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya, hal ini tentu saja harus
dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan suatu bahan dengan baik, sebagai solusinya adalah
menggunakan media sebagai alat bantu pelajaran guru mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran (Bahri
Djamah dan Aswan Zain, 2002:15).
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang
mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Apabila proses belajar itu
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
57/95
42
diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah tidak lain ini
dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Interaksi yang terjadi selama proses pelajaran tersebut
dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas siswa,
guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi
pelajaran (buku modul, selebaran, majalah, rekaman vidio atau audio,
dan sejenisnya) dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (
proyektor, overhead, perekam pita audio dan vidio, radio, televisi,
komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar dan lain-
lain). Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat peraga yang
murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi
merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia,
guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan
membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media
tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam
pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus,pengertian media dalam pembelajaran
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
58/95
43
diartikan sebagai alat-alat grafis photografis atau elektropis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal. Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak
atau mental maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata, sehingga
pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara sistematis
dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat
menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media
pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Arsyad,
2005:15).
Berdasarkan uraian di atas kegiatan pembelajaran khususnya
model pembelajaran problem posing sangat dibutuhkan penggunaan
alat peraga. Seorang guru bukan hanya dapat menguasai bahan ajar,
tetapi mampu menyajikan suatu materi yang menarik dan membuat
siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu
untuk menjelaskan suatu bahan yang optimal kepada siswa dengan
menggunakan alat peraga maka guru akan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirancang. Selain itu keterampilan siswa akan
meningkat dan sikap mental siswa akan meningkatkan aktivitas dalam
pembelajaran.
11.Materi Segiempata. Jajar genjang
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
59/95
44
Jajar genjang adalah suatu segi empat yang sisi-sisinya sepasang-
sepasang sejajar.
Jika K adalah keliling jajargenjang dengan panjang alas a dan
panjang sisi yang lain b maka keliling jajargenjang adalah
K = a + b + a + b = 2a + 2b = 2 (a + b)
JikaL adalah luas jajargenjang dengan panjang alas a dan tinggi t
maka luas jajargenjang:
tinggialasLuas =
taL =
t b
a
b. Persegi panjangPersegi panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya
siku-siku.
Keliling:
Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang sisi-sisi persegi
panjang tersebut. Jika K adalah keliling persegi panjang dengan
ukuran panjangp dan lebarl maka:
K= 2p + 2l atau K=2(p + l)
Luas:
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
60/95
45
Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah
tertutup suatu permukaan bangun datar, ukuran untuk luas adalah
, atau satuan luas lainnya.222 ,, kmmcm
Jika L adalah luas persegi panjang dengan panjang p dan
lebar l. Berdasarkan gambar halaman 37, maka luas persegi
panjang = lebarpanjang = lp dan dapat ditulis, sbb:
lpL=
p
l (Persegi panjang)
Contoh Soal:
Tentukan keliling dan luas persegi panjang dengan panjang 10cm
dan lebarnya 7cm.
Jawab:
Dipunyai: cmp 10=
cml 7=
Ditanyakan: K dan Lpersegi panjang?
Selesaian:
K= 2(p + l) = 2(10 + 7) = 2(17) =34 cm
lpL =
cmcm 710 =
270cm=
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
61/95
46
c. PersegiPersegi adalah suatu segi empat yang semua sisinya sama panjang
dan satu sudutnya siku-siku.
Diketahui keliling persegi panjang adalah:
K= 2(p + l)
Jika Kadalah keliling persegi dengan panjang sisi s, maka keliling
persegi :
K= 2(s + s) = 2(2s) = 4s
Jadi, keliling persegi adalah
K = 4s
Jika L adalah luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya,
luas persegi dapat ditulis, sbb: 2sL =
s
s
Contoh Soal:
Tentukan keliling dan luas persegi apabila panjang sisinya 17cm!
Jawab:
Dipunyai: cms 17=
Ditanyakan: KdanL persegi?
Selesaian:
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
62/95
47
K= 4s = 4(17) = 68
2sL =
2)17( cm=
2289cmL =
d. Belah KetupatBelah ketupat adalah jajar genjang yang dua sisinya yang berurutan
sama panjang.
Jika Kadalah keliling belah ketupat dengan panjang sisi s karena
dari sifat belah ketupat diketahui bahwa panjang sisi belah ketupat
adalah sama, maka keliling belah ketupat adalah:
K= 2(s + s) = 2(2s) = 4s
K= 4s
Luas belah ketupat:
1.Belah ketupat sebagai jajar genjang
L adalah luas belah ketupat dengan panjang alas a dan tinggi t
pada gambar luas belah ketupat adalah:
tinggialasLuas =
taL = t
a
2.Belah ketupat sebagai gabungan dua segitiga sama kaki yang
kongruen, maka:
Luas belah ketupat Luas ABC + Luas ADC
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
63/95
48
D
L 22
ODACOBAC +
L 2
)( ODOBAC +A O C
L 2
BDAC
B
karena AC dan BD keduanya merupakan diagonal belah ketupat,
maka luas belah ketupat dirumuskan sebagai berikut:
2
21 diagonaldiagonalLuas
=
e. Layang-layangLayang-layang adalah segiempat dengan dua pasang sisi yang
berdekatan sama panjang dan mempunyai sepasang sudut yang
berhadapan sama besar.
Jika diketahui K adalah keliling layang-layang, L adalah Luas
layang-layang dengan sisi pendek layang-layang m dan sisi
panjang layang-layang n, maka keliling layang-layang adalah:
K= 2(m + n)
Luas daerah layang-layang adalah :
L Luas ABC + Luas ADC
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
64/95
49
L 22
ODACOBAC +
B
L 2
)( ODOBAC + A C
L 2
BDAC
D
karena AC dan BD keduanya merupakan diagonal layang-layang,
maka luas layang-layang dirumuskan sebagai berikut:
2
21 diagonaldiagonalLuas
=
f. Trapesiumtrapesium adalah suatu segi empat yang memiliki tepat sepasang
sisi yang sejajar.
Jika pada gambar di bawah diketahui Kadalah keliling trapesium,
L adalah Luas trapesium dengan panjang sisi AB adalah a ,
panjang panjang sisi DC adalah b, panjang sisi AD adalah k1,
panjang sisi BC adalah k2, dan tinggi t, maka keliling trapesium
adalah:
K = a + b + k1 +k2
Luas trapesium:
1. Trapesium yang disusun oleh 2 segitigaLuas trapesium:
Luas belah ketupat
Luas
ABC + Luas
ADC
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
65/95
50
L 22
tbta + D b C
L 2
)( tba +k1 t k2
A a B
2. Jajargenjang yang dibentuk oleh 2 trapesiumLuas jajargenjang (a + b) x t
Luas trapesium yang diarsir adalah separuh luas jajargenjang,
maka dapat ditulis:
L 2
1luas jajargenjang b a
tba + )(2
1t
a b
2
)( tba +
berdasarkan uraian di atas, maka luas trapesium dapat
dirumuskan sebagai berikut:
L 2
)( tba +
(Simangunsong dan Sukino, 2004:321-322).
B. Kerangka BerfikirKegiatan pembelajaran selama ini lebih didominasi oleh guru
sedangkan saat ini dibutuhkan siswa yang berkompeten, dan siswa yang
aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif dari
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
66/95
51
peserta didik. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun
makna atau pemahaman. Agar pembelajaran dapat optimal dan aktivitas
siswa dapat meningkat diperlukan media yang membantu tercapainya
tujuan pembelajaran. Alat peraga berfungsi untuk instruksi dimana
informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa, sehingga
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Materi keliling dan luas segiempat merupakan materi yang masih
dianggap relatif sulit. Apalagi kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-
soal jenis uraian, khususnya soal cerita yang berkaitan dengan keliling dan
luas segiempat. Materi ini sangat menarik jika diajarkan dengan model
pelajaran yang bervariatif, sehingga akan mengurangi kejenuhan siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kemampuan siswa tersebut akan tampak
dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara berkelompok
dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Kemampuan siswa dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk
menjelaskan penyelesaian soal yang diajukan di depan kelas.
Oleh karena itu, penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa diharapkan dapat terwujud melalui model pembelajaran
problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil
bermediakan alat peraga dan LKS dalam materi pokok keliling dan luas
segiempat siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
67/95
52
C. Hipotesis TindakanBerdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis tindakan pada
penelitian ini sebagai berikut:
Melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution
posing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar kerja
siswa (LKS) dalam materi pokok keliling dan luas segiempat siswa kelas
VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
68/95
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi PenelitianPenelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing
Tipe Post Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat
Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling Dan Luas
Segiempat Kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang,
dilaksanakan di SMP Negeri 5 Semarang.
B. Subjek PenelitianSubjek yang diteliti adalah siswa kelas VIIB semester II SMP
Negeri 5 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 sejumlah 44 siswa terdiri
dari 17 laki-laki dan 28 perempuan.
C. Prosedur Kerja Dalam PenelitianPenelitian tindakan kelas ini merupakan siklus yang dirancang
dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Tahapan tersebut disusun dalam siklus dan setiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
-
8/14/2019 Skripsi Probleem Posing
69/95
54
1. Siklus IDalam siklus 1 ada beberapa materi pokok yang akan diajarkan. Materi
pokok yang diajarkan yaitu tentang keliling serta luas persegi panjang,
pers