PENGEMBANGAN PRODUKDALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN
PADA TOKO “GROBAK TOYS”
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Program Studi Manajemen
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM (STIE AMM) Mataram
Diajukan oleh:
TERRY JULIANDI
NPM: 06.0072.SM
JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1)JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM
MATARAM2010
PERSETUJUAN SKRIPSI
PENGEMBANGAN PRODUKDALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN
PADA TOKO “GROBAK TOYS”
Diajukan oleh:
TERRY JULIANDI
NPM: 06.0072.SM
Mataram, ........................................ Mataram, ........................................
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Hj. Indah Ariffianti, S.E., M.M. Zulkarnaen, S.E.NIK: 3310199 NIK: 802047101
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGEMBANGAN PRODUKDALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN
PADA TOKO “GROBAK TOYS”
Disusun oleh:
NAMA : TERRY JULIANDI
NPM : 06.0072.SM
Telah DipertahankanDi depan Dewan Penguji
Pada tanggal 2010
Ketua Penguji,
I Made Suardana, S.E., M.M.NIP: 19630902.198903.1.002
Anggota Anggota
Hj. Indah Ariffianti, S.E., M.M. Zulkarnaen, S.E.NIK: 3310199 NIK: 802047101
Mengetahui,
Ketua STIE AMM
H. Umar Said, S.H., M.M.NIK: 610005472
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana proses pengembangan produk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana, analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 74.314.435,55 + 5,472348808 X. Sedangkan koefisien korelasi r = 0,951590402, dan koefisien determinasi adalah 90,55%. Analisis hipotesis menunjukkan bahwa pengembangan produk dapat meningkatkan volume penjualan topi pada toko “Grobak Toys” secara signifikan. Adapun pengaruh dari pengembangan produk tersebut dalam meningkatkan volume penjualan topi pada toko “Grobak Toys” adalah sebesar 95,16%.
Kata kunci: pengembangan produk, volume penjualan, teori konsumen
iv
ABSTRACT
This research is aimed to find out if the development of product can increase the volume of hat sales at “Grobak Toys” store, and to find out how much the influence of the development of product in increasing the volume of hat sales at “Grobak Toys” store. The data used in this research is primary and secondary. Data analysis used is qualitative and quantitative. The qualitative analysis is used to find out the description of how the process of development of the product and the factors influenced. The quantitative analysis used is simple linear regression, correlation coefficient analysis and determination coefficient analysis.
The result of this research shows that the equation of the regression is Y = 74.314.435,55 + 5,472348808 X. While the correlation coefficient r is 0, 951590402, and determination coefficient is 90,55%. Hypothesis analisis shows that the development of the product can increase the volume of hat sales at “Grobak Toys” store significantly. Meanwhile, the influence of the development of the product in increasing the volume of the hat product at “Grobak Toys” store is 95,16%.
Keywords: product development, sales volume, consumer theory
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Mataram, 26 Agustus 2010
TERRY JULIANDI
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Produk dalam Meningkatkan Volume Penjualan di Toko ‘Grobak Toys’”. Tak lupa shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir jaman.
Pengembangan produk merupakan suatu hal yang cukup penting dalam perusahaan dalam usaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pengembangan produk haruslah benar-benar dikembangkan dan dikelola dengan sebaik mungkin. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis dalam usaha pengembangan produk tersebut. Untuk mengetahui arti pentingnya pengembangan produk terhadap volume penjualan pada suatu perusahaan, terutama pada toko “Grobak Toys”, penulis mencoba untuk meneliti hal tersebut. Penulis berharap bahwa penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan ilmu kepada pembaca. Amin.
Penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak orang dalam penyelesaiannya. Penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, saran, dukungan bahkan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak H. Umar Said, S.H., M.M. selaku Ketua STIE AMM Mataram,2. Ibu Hj. Indah Ariffianti, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing utama yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan skripsi ini,
3. Bapak Zulkarnaen, S.E. selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan skripsi ini,
4. Bapak I Made Suardana, S.E., M.M. selaku pembahas utama, yang telah banyak memberikan saran dan kritik guna penyempurnaan penyusunan skripsi ini,
5. Ibu Dra. Bq. Ertin Helmida, M.P. selaku dosen wali penulis,6. Seluruh staf STIE AMM Mataram yang telah membantu guna kelancaran
penyusunan skripsi ini,7. Bapak dan Ibu dosen STIE AMM Mataram yang telah dengan sabar
membimbing dan mentransformasikan ilmunya kepada penulis,8. Kedua orang tua penulis, yang selalu membantu, mendoakan, mendorong dan
mendukung penulis untuk terus menuntut ilmu,9. Adik-adik penulis, yang selalu mendoakan, mendorong dan mendukung
penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini,
vii
viii
10. Teman-teman satu angkatan yang saling menyemangati dalam penulisan skripsi, tanpa kalian skripsi ini akan lebih lama lagi selesai,
11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan, sehingga segala saran dan kritik yang membangun dengan senang hati akan penulis terima sebagai masukan guna penyempurnaan penyusunan skripsi ini lebih lanjut.
Mataram, 26 Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI................................................................................ iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
ABSTRACT....................................................................................................... v
PERNYATAAN............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................. 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH..................................................... 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN........................................................... 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN....................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU..................................... 5
2.2 LANDASAN TEORI................................................................ 6
2.2.1 DEFINISI PEMASARAN............................................. 6
2.2.3 DEFINISI BAURAN PEMASARAN........................... 8
2.2.4 PRODUK...................................................................... 10
2.2.5 TINGKATAN PRODUK.............................................. 10
2.2.6 HIRARKI PRODUK..................................................... 11
2.2.7 KLASIFIKASI PRODUK............................................. 12
2.2.8 DAUR HIDUP PRODUK............................................. 16
2.2.9 PERENCANAAN PRODUK........................................ 17
2.2.10 PENGEMBANGAN PRODUK BARU........................ 19
ix
x
2.2.11 LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU.......................................................... 22
2.2.12 SASARAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU.... 25
2.2.13 DILEMA PENGEMBANGAN PRODUK BARU....... 26
2.3 KERANGKA BERPIKIR......................................................... 28
2.4 HIPOTESIS............................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................. 30
3.1 JENIS PENELITIAN................................................................ 30
3.3 TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA................... 31
3.3.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA............................. 31
3.3.2 ALAT PENGUMPULAN DATA................................. 31
3.4 JENIS DAN SUMBER DATA................................................. 32
3.4.1 JENIS DATA................................................................ 32
3.4.2 SUMBER DATA.......................................................... 32
3.5 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL............................................................................... 33
3.5.1 VARIABEL PENELITIAN.......................................... 33
3.5.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL.................... 33
3.6 ANALISIS DATA.................................................................... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 36
4.1 HASIL PENELITIAN............................................................... 36
4.1.1 METODE KUALITATIF............................................. 36
4.1.2 METODE KUANTITATIF........................................... 41
4.2 PEMBAHASAN....................................................................... 45
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 48
5.1 SIMPULAN.............................................................................. 48
5.2 SARAN..................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................... 50
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Korelasi dari Guilford Empirical Rulesi................. 35
Tabel 4.1 Data Biaya Pengembangan Produk Topi Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009........................................................................... 42
Tabel 4.2 Data Volume Penjualan Produk Topi Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009........................................................................... 42
Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Biaya Pengembangan Produk dengan Volume Penjualan pada Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009........................................................................... 42
Tabel 4.4 Hasil Uji-t antara Biaya Pengembangan Produk dan Volume Penjualan pada Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009............... 44
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Daur hidup penjualan dan laba.................................................... 17
Gambar 2.2 Daur hidup penjualan dan laba serta pengaruh produk baru terhadap laba perusahaan............................................................. 21
Gambar 2.3 Kerangka berpikir........................................................................ 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1: Hasil Analisis Regresi antara Biaya Pengembangan Produk
terhadap Volume Penjualan pada toko “Grobak Toys” periode
2004-2009 dengan derajat signifikan 95%.................................. 51
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemasaran merupakan suatu proses merencanakan dan menjalankan
serangkaian konsep mengenai harga, promosi dan konsep distribusi terhadap suatu
ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu,
organisasi dan masyarakat. Pemasaran memiliki fokus bagaimana agar kita dapat
mengubah suatu kebutuhan menjadi suatu keinginan, keinginan untuk memiliki,
keinginan untuk menggunakan dan keinginan untuk memuaskan diri. Oleh karena
itu terdapat dua bagian penting dalam proses pemasaran yakni produsen sebagai
penyedia barang dan jasa, serta konsumen sebagai pemakai barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen.
Menerapkan pemasaran bagi produsen berarti melakukan usaha-usaha untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dan berusaha membuat suatu
produk atau jasa yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut
serta melakukan usaha-usaha untuk meyakinkan konsumen tersebut bahwa produk
atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Di sisi lain, keinginan
konsumen berbeda-beda dan sangat cepat berubah, karena adanya faktor-faktor
penyebab antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan
ekonomi, perkembangan kebudayaan dan kebijakan pemerintah.
Di dalam praktiknya, perusahaan biasanya mengembangkan produk yang
identik dengan produk lamanya, atau menciptakan suatu produk yang baru. Hal
1
2
ini dilakukan untuk menjaga citra perusahaan yang telah dibentuk oleh lini produk
terlebih dahulu. Situasi ini menunjukkan adanya tingkat persaingan yang semakin
ketat antar produsen, sehingga memaksa perusahaan untuk lebih meningkatkan
daya saing dengan cara lebih jeli melihat situasi dan kondisi dalam menerapkan
kebijakan pemasarannya.
Aktivitas pengembangan produk dapat dilakukan dengan baik jika
perusahaan selalu berinteraksi dengan konsumen untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan konsumen. Pengembangan produk dilakukan dalam bentuk
pengembangan kualitas, disain, kemasan dan pelayanan yang diberikan pada
konsumen. Hal ini diperlukan karena kesetiaan konsumen terhadap produk bukan
merupakan sesuatu yang tetap, karena selalu ada produk-produk pesaing.
Kemampuan perusahaan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya akan
mengakibatkan konsumen semakin tergantung kepada produk yang dihasilkan dan
melakukan pembelian secara berulang-ulang.
Toko “Grobak Toys” merupakan usaha dagang yang menjual topi. Untuk
mengikuti perkembangan model dan tren yang diinginkan oleh konsumen, maka
toko “Grobak Toys” perlu melakukan pengembangan produk yang dijual, baik
dengan memberikan variasi terhadap merk yang dijual, jenis topi yang dijual,
kemasan dan disain topi. Hal ini dalam rangka untuk mempertahankan dan
mengembangkan kelangsungan hidup perusahaannya. Selama ini toko “Grobak
Toys” hanya menjual topi jenis biasa, sehingga dengan berkembang dan
bervariasinya keinginan masyarakat, toko “Grobak Toys” mencoba untuk menjual
3
topi yang lebih variatif, yaitu dengan menambah lini produk yang ada dengan
tambahan merk dan jenis topi.
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul, “Pengembangan Produk dalam
Meningkatkan Volume Penjualan di Toko ‘Grobak Toys’.”
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, penulis mengambil perumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan
pada toko “Grobak Toys”?
b. Seberapa besar pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah pengembangan produk topi dapat meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan produk topi dalam
meningkatkan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Secara akademis, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan
studi strata satu (S1) pada STIE AMM Mataram.
4
2. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini mampu membantu mahasiswa untuk
mengetahui tentang manajemen pemasaran, terutama dalam mencari tahu
bagaimana hubungan antara pengembangan produk baru dengan volume
penjualan.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk
manajemen toko “Grobak Toys” dalam strategi pemasaran ke depan, terutama
untuk mengetahui apakah pengembangan produk yang dilakukan berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap perolehan laba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.5 HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Mukodam (2005), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap-
tahap pengembangan produk apa saja yang dilakukan, untuk mengetahui faktor-
faktor yang mendorong dalam melakukan pengembangan produk, serta untuk
mengetahui besar peranan pengembangan produk dalam meningkatkan volume
penjualan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi Pearson yang didukung dengan analisis koefisien determinasi, serta untuk
mengetahui signifikan nilai korelasi dilakukan uji t satu pihak. Hasil penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang cukup kuat antara pengembangan produk dengan
volume penjualan, yaitu dengan nilai r = 0,9502.
Nugraha (2008), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap
pengembangan produk apa saja yang dilakukan, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mendorong dalam melakukan pengembangan produk, serta untuk
mengetahui berapa besar peranan pengembangan produk dalam meningkatkan
volume penjualan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis korelasi Pearson yang didukung dengan analisis koefisien determinasi,
serta untuk mengetahui signifikan nilai korelasi dilakukan uji hipotesis (uji t) satu
pihak. Hasil yang didapat dari analisis korelasi Pearson dapat diketahui bahwa
nilai r = 0,9067 yang menunjukkan hubungan yang cenderung sangat kuat dan
5
6
searah. Hal tersebut mengandung arti bahwa peningkatan biaya pengembangan
produk akan meningkatkan volume penjualan, begitu juga sebaliknya.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-
sama meneliti pengembangan produk terhadap volume penjualan dengan analisis
data regresi linear sederhana, koefisien korelasi dan koefisien determinasi.
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini mencoba untuk meneliti pada
perusahaan dagang, sedangkan pada penelitian terdahulu perusahaan yang diteliti
adalah perusahaan manufaktur.
1.6 LANDASAN TEORI
1.6.1 DEFINISI PEMASARAN
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para pakar pemasaran, namun
belum ada suatu keseragaman tentang definisi pemasaran antara pakar yang satu
dengan yang lain. Beberapa orang menyamakan pemasaran dengan penjualan dan
promosi yang agresif, tetapi pemasar yang hebat tidak bertindak seperti itu.
Pemasaran bukanlah promosi yang sensasional, tetapi penyusunan program yang
terencana dengan biak untuk memenangkan pelanggan. Pemasar yang baik akan
membuat orang-orang menginginkan produk tersebut, bukan lagi menawarkan
produk mereka.
Menurut Engel, et.al. (2002: 4), pemasaran adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang,
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individual dan
organisasional.
7
In (2004: 2) menyatakan bahwa pemasaran merupakan penyesuaian
kemampuan dan keterbatasan perusahaan dengan perubahan situasi untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan, staf, dan pemilik saham sambil menghindari
dan mengontrol konflik dengan pesaing.
Sedangkan Kotler (2006: 4) menyebutkan bahwa pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk
dan nilai.
Definisi tersebut didasarkan pada konsep-konsep inti: kebutuhan, keinginan
dan permintaan, produk, kegunaan, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan
hubungan, pasar, pemasaran dan pemasar.
1.6.2 DEFINISI MANAJEMEN PEMASARAN
Manajemen pemasaran terjadi jika setidak-tidaknya salah satu pihak dalam
pertukaran potensial mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh
tanggapan yang diinginkan dari pihak lain.
Kotler (2006: 14) menyebutkan:
Definisi manajemen pemasaran yang disahkan tahun 1985 oleh Asosiasi
Pemasaran Amerika (American Marketing Association) adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-
sasaran perorangan dan organisasi.
Definisi ini memandang manajemen pemasaran sebagai suatu proses yang
meliputi analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian; bahwa ia
8
mencakup gagasan, barang dan jasa; bahwa manajemen pemasaran dilandasi oleh
gagasan pertukaran; dan bahwa tujuannya adalah menghasilkan kepuasan bagi
pihak-pihak yang terlibat.
1.6.3 DEFINISI BAURAN PEMASARAN
Bauran pemasaran mengacu pada strategi terpadu yang memadukan produk,
harga, promosi dan distribusi. Masing-masing unsur dari bauran tersebut
memerlukan masukan dari penelitian konsumen. Penelitian menjadi sangat kritis
ketika pemasaran meluas melintasi batasan budaya ke latar internasional. Untuk
itu, perusahaan harus memutuskan bagaimana mengalokasi seluruh anggaran
biaya pemasaran untuk berbagai alat dalam bauran pemasaran. Bauran pemasaran
merupakan sebuah konsep kunci dalam teori pemasaran modern.
Kotler (2006: 93) menyebutkan bahwa bauran pemasaran adalah campuran
dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh
suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar
sasaran.
Adapun unsur-unsur dalam bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Penetapan posisi produk
Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk.
Secara luas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan (Kotler, 2006: 5).
Kunci dalam penempatan produk adalah selalu mendapatkan tempat yang cocok
yang mewakili hasrat konsumen yang tidak terpenuhi dan memanfaatkan peluang
itu secara agresif (Engel, et.al., 2002: 15).
9
2. Keputusan penetapan harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh
produk tersebut (Kotler, 2006: 96). Keputusan penetapan harga tidak pernah boleh
dibiarkan dilakukan secara kebetulan. Ada saatnya penetapan harga disesuaikan
dengan hukum permintaan, tapi suatu saat bisa jadi penetapan harga justru
berlawanan dengan hukum permintaan. Bila suatu merk mampu membawa citra
bergengsi, maka kurva permintaan akan cenderung miring ke belakang, sehingga
menaikkan harga dapat menaikkan penjualan (Engel, et.al., 2002).
3. Strategi periklanan dan promosi
Kotler (2006: 97) menyebutkan bahwa promosi menunjuk pada berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan
produknya dan membujuk para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli
produk itu. Suatu perusahaan harus dapat memutuskan untuk berkonsentrasi pada
pangsa pasar di mana perusahaan tersebut secara historis sudah menghasilkan
yang terbaik, misalnya pada kelompok usia tertentu. Sebuah promosi dengan tema
yang tepat akan dapat merefleksikan motivasi yang mendasari dan manfaat yang
diharapkan yang didapatkan melalui penelitian pasar (Engel, et.al., 2002).
4. Seleksi saluran distribusi
Tempat menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh bagi konsumen sasaran
(Kotler, 2006: 96). Bagaimana dan di mana konsumen lebih suka membeli apa
yang ditawarkan suatu perusahaan? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
10
mudah melalui penelitian konsumen, sehingga dapat meminimalkan risiko
keputusan distribusi yang keliru (Engel, et.al., 2002: 16).
1.6.4 PRODUK
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa salah satu unsur dari bauran
pemasaran adalah produk. Menurut Angipora (2004: 26) produk merupakan
kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh seseorang atau lembaga untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Sedangkan Kotler (2006: 54)
menyebutkan bahwa produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan.
Keberadaan produk dapat dikatakan sebagai titik sentral dari kegiatan
pemasaran, karena semua kegiatan dari unsur-unsur bauran pemasaran lainnya
berawal dan berpatokan pada produk yang dihasilkan. Adapun unsur-unsur dalam
bauran produk terdiri atas keanekaragaman atau macam-macam produk, kualitas,
disain, ciri-ciri/bentuk produk, merk dagang, kemasan, ukuran, pelayanan,
jaminan/garansi dan pengembalian.
Jadi, pada dasarnya konsumen membeli suatu produk tidak hanya sekedar
membeli kumpulan atribut fisik, tetapi pada sasarannya mereka membayar sesuatu
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
1.6.5 TINGKATAN PRODUK
Angipora (2004) menyebutkan bahwa terdapat lima tingkatan produk,
sehingga tiap-tiap tingkat mampu menambahkan lebih banyak nilai pelanggan dan
11
pada akhirnya kelima tingkat tersebut akan membentuk suatu hirarki nilai
pelanggan. Kelima tingkatan produk tersebut terdiri atas:
1. Produk utama/inti (core benefit) adalah produk yang sesungguhnya dibeli
konsumen karena memiliki manfaat utama atau sesungguhnya.
2. Produk dasar (basic product) adalah produk yang mencerminkan versi dasar
(fungsional) dari suatu produk.
3. Produk yang diharapkan (expected product) yaitu suatu kumpulan atribut dan
kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pelanggan ketika mereka
membeli produk tersebut.
4. Produk yang ditingkatkan (augmented product) yaitu suatu pelayanan
tambahan yang diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan bahkan
melampaui harapan mereka, sehingga mampu membedakan penawaran
perusahaan dengan penawaran perusahaan pesaing.
5. Produk potensial (potential product) adalah semua tambahan yang mencakup
segala peningkatan dan transformasi pada produk yang mungkin dilakukan di
masa mendatang.
1.6.6 HIRARKI PRODUK
Pada dasarnya setiap produk secara hirarkis berhubungan dengan produk
tertentu lainnya. Hirarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai dengan
tipe produk yang akan memuaskan kebutuhan tersebut. Kotler (2006)
mengidentifikasi tujuh tingkat hirarki produk sebagai berikut:
1. Kelompok kebutuhan, merupakan kebutuhan inti yang nantinya akan
membentuk kelompok produk.
12
2. Kelompok produk, merupakan seluruh kelas produk yang dapat memuaskan
suatu kebutuhan inti dengan tingkat efektivitas yang kurang lebih memadai.
3. Kelas produk, merupakan sekumpulan produk di dalam kelompok produk
yang dianggap memiliki hubungan fungsional tertentu.
4. Lini produk, merupakan sekumpulan produk di dalam kelas produk yang
berhubungan erat karena fungsinya yang sama atau karena dijual pada
kelompok konsumen yang sama atau karena dipasarkan melalui saluran
distribusi yang sama, atau karena harganya berada dalam skala yang sama.
5. Tipe produk, adalah barang atau hal yang berada dalam lini produk dan
memiliki bentuk tertentu dari sekian banyak kemungkinan bentuk.
6. Merk, merupakan nama yang dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau
lebih barang atau hal yang melihat dalam lini produk dan digunakan untuk
mengenal sumber atau ciri barang/hal tersebut.
7. Jenis produk, adalah sesuatu yang khusus di dalam suatu merk atau lini
produk yang dapat dibedakan dengan ukuran, harga, penampilan atau atribut
yang lain.
1.6.7 KLASIFIKASI PRODUK
Pemasar mengklasifikasikan produk ke dalam berbagai jenis berdasarkan
karakteristik-karakteristik produknya. Gagasan yang mendasari pemikiran ini
ialah bahwa masing-masing jenis produk perlu memiliki strategi bauran
pemasaran yang memadai. Kotler (2006) menyebutkan klasifikasi produk dan
implikasinya terhadap strategi pemasaran adalah sebagai berikut:
13
1. Barang tahan lama, tidak tahan lama dan jasa.
Berdasarkan daya tahan atau berwujud tidaknya, produk bisa
diklasifikasikan dalam tiga kelompok:
a. Barang tidak tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya
dikonsumsikan satu atau beberapa kali. Barang ini dikonsumsi dengan cepat
dan sering dibeli, maka strategi yang bisa digunakan adalah menyebarkannya
seluas mungkin, menarik keuntungan per unit tidak terlalu besar, serta
memasang iklan dengan gencar untuk merangsang orang agar mencoba dan
memiliki.
b. Barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian. Jenis barang ini menuntut cara penjualan
perorangan, keuntungan yang lebih besar dan jaminan penjual yang lebih
pasti.
c. Jasa, yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Strategi yang digunakan pada umumnya membutuhkan lebih banyak
pengawasan mutu, tingkat kepercayaan tinggi dan kesesuaian.
2. Barang konsumsi.
Barang konsumsi dikelompokkan berdasarkan kebiasaan konsumen dalam
membeli. Barang konsumsi dibedakan menjadi:
a. Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods), merupakan barang yang
pada umumnya sering dibeli, segera dan memerlukan usaha yang sangat kecil
dalam pembandingan dan pembeliannya. Barang ini dibagi menjadi barang
pokok yang dibeli konsumen secara tetap, barang impulsif yang dibeli tanpa
14
perencanaan dan barang darurat yang dibeli bila kebutuhan konsumen sudah
mendesak. Strategi yang digunakan adalah dengan menempatkan barangnya di
beberapa tempat yang tersebar.
b. Barang belanjakan (shopping goods), merupakan barang yang dibeli
konsumen dengan cara membanding-bandingkan berdasar kesesuaian, mutu,
harga, dan modalnya. Barang ini dipisahkan menjadi barang homogen yang
memiliki kesamaan dalam hal mutu namun cukup berbeda dalam hal harga
dan heterogen yang lebih beragam jenis dan mutunya. Strategi yang
digunakan untuk barang homogen adalah dengan menawarkan harga yang
kompetitif, sedangkan untuk barang heterogen adalah dengan memperbanyak
variasi barang, agar selera konsumen bisa terpenuhi.
c. Barang khusus (specialty goods), merupakan barang yang memiliki ciri unik
dan/atau merk khas di mana sekelompok konsumen bersedia berusaha lebih
keras dalam proses membeli. Strategi yang digunakan adalah dengan memberi
tahu konsumen di mana lokasi penjualannya, pemasar tidak perlu
menyediakan tempat penjualan yang mudah dicapai, karena konsumen akan
tetap berusaha membelinya meskipun tempat tersebut jauh sekalipun.
d. Barang yang tidak dicari (unsought goods), merupakan barang yang tidak
terpikirkan oleh konsumen untuk membeli, konsumen cenderung tidak
mengetahui tentang barang ini. Barang ini membutuhkan tantangan yang besar
untuk memasarkannya, sehingga strategi yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan pemasaran secara gencar dalam bentuk iklan maupun penjualan
perorangan.
15
3. Barang industri.
Barang industri dapat dikelompokkan dari segi bagaimana peran mereka
dalam proses produksi dan biaya relatifnya. Barang ini dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok, yaitu:
a. Bahan jadi dan suku cadang, yaitu barang-barang yang seluruhnya masuk ke
dalam produk jadi. Kebanyakan bahan jadi dan suku cadang dijual langsung
kepada pemakai industri. Harga dan mutu pelayanan di sini merupakan
pertimbangan pemasaran yang utama, sementara merk dan iklan cenderung
kurang penting.
b. Barang modal, yaitu barang-barang yang sebagian masuk ke hasil barang jadi
akhir. Barang modal dipecah menjadi dua kelompok, yaitu instalasi dan
peralatan tambahan. Barang instalasi pada umumnya dibeli langsung dari
produsen dengan didahului dengan negosiasi yang panjang dan lama.
Sehingga strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan tenaga penjual
yang ahli, serta harus bersedia merancang segala spesifikasi yang rumit dan
juga pelayan purna jual. Iklan tetap diadakan meskipun jauh kurang penting
dibanding penjualan perorangan. Barang peralatan tambahan memiliki
konsumen yang tersebar secara geografis, banyak meskipun pesanan masing-
masing kecil. Mutu, ciri-ciri, harga dan pelayanan merupakan pertimbangan
utama dalam pemilihan strategi pemasaran. Peran tenaga penjual cenderung
menjadi lebih penting dari pada iklan, walaupun iklan pun dapat dimanfaatkan
dengan efektif.
16
c. Perbekalan dan pelayanan, merupakan jenis produk yang sama sekali tidak
masuk ke barang jadi akhir. Perbekalan biasa dipasarkan melalui pedagang
perantara karena jumlah pembelinya yang sangat banyak, tersebar secara
geografis dan rendahnya nilai per satuannya. Harga dan pelayanan merupakan
faktor pertimbangan yang penting dalam strategi pemasaran karena
seragamnya pembekal dan kesetiaan pada merk tidak tinggi. Sedangkan
pelayanan dipasarkan berdasar pada reputasi dan keahlian dari pemasok.
Selain itu, perlengkapan yang lengkap dalam melakukan usaha pelayanan,
terutama dengan perlengkapan aslinya menjadi salah satu pertimbangan
konsumen dalam memilih pelayanan yang baik.
1.6.8 DAUR HIDUP PRODUK
Konsep daur hidup produk adalah suatu upaya untuk mengenali berbagai
tahap yang berbeda dalam sejarah penjualan suatu produk (Kotler, 2006: 462).
Pada tahap-tahap ini terdapat peluang dan masalah yang berbeda-beda dalam
kaitannya dengan strategi pemasaran dan potensi laba. Adapun tahap-tahap daur
hidup produk adalah sebagai berikut:
1. Perkenalan. Periode pertumbuhan penjualan lambat karena produk baru saja
diperkenalkan kepada konsumen. Biaya sangat tinggi sehingga produk tidak
menghasilkan laba sama sekali.
2. Pertumbuhan (growth). Pasar dengan cepat menerima produk baru sehingga
penjualan melonjak dan menghasilkan laba yang besar.
3. Kedewasaan (maturity). Periode dimana pertumbuhan penjualan mulai
menurun karena produk sudah bisa diterima oleh sebagian besar pembeli
Penjualan
Laba
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Kemunduran
Usia Produk
Penjualan dan L
aba
17
potensial. Jumlah keuntungan stabil atau menurun yang disebabkan oleh
meningkatnya biaya pemasaran untuk melawan persaingan yang ketat.
4. Penurunan (decline). Dalam periode ini penjualan menurun dengan tajam
diikuti dengan menyusutnya laba.
Tahap-tahap daur hidup produk tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
sebagai berikut:
Gambar 2.1Daur hidup penjualan dan laba
1.6.9 PERENCANAAN PRODUK
Salah satu tanggung jawab bagian pemasaran adalah untuk membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan akan pasar yang
baru serta menanggapi kebutuhan dan kesempatan tadi secara cermat dan efektif
dengan mencari jalan keluar atas pemecahan produk tersebut (Kotler, 2006).
Tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan dengan cepat, mengingat bahwa
produk memiliki daur hidup, sehingga produk yang sekarang dalam masa
kedewasaan sebentar lagi akan mengalami kemunduran. Produk tersebut perlu
18
diganti dengan produk yang baru supaya volume penjualan perusahaan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Masalah perencanaan produk baru bisa ditempuh dengan dua metode, yaitu
akuisisi dan pengembangan produk baru. Akuisisi bisa ditempuh dengan tiga
bentuk. Pertama, perusahaan menyusun rencana akuisisi perusahaan termasuk
penelitian mengenai perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dan memiliki lini
produk yang menarik. Kedua, perusahaan bisa mengusahakan akuisisi paten, yaitu
pengalihan atau pembelian hak atas produk-produk baru dari pemegang hak paten.
Ketiga, perusahaan melakukan akuisisi lisensi untuk memproduksi berbagai
produk.
Pengembangan produk baru dapat ditempuh dengan dua bentuk pokok.
Pertama, perusahaan menjalankan pengembangan produk baru intern dengan
membentuk bagian penelitian dan pengembangan sendiri. Kedua, perusahaan
memilih pengembangan produk baru dengan kontrak, yaitu menyewa jasa peneliti
atau biro pengembangan produk yang independen agar menyiapkan segalanya
mengenai produk tertentu bagi perusahaan.
Dalam melakukan perencanaan dan pengembangan produk, bagian
pemasaran perlu memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan
keputusan strategis perusahaan dalam usaha untuk tetap hidup dan bertahan.
Angipora (2002: 201-205) menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu
dipertimbangkan tesebut adalah sebagai berikut:
1. Produk yang mana yang harus dibuat dan dibeli oleh perusahaan?
19
2. Apakah perusahaan perlu memasarkan lebih banyak atau lebih sedikit setelah
memutuskan dan menetapkan produk mana yang akan dikembangkan dan
mana yang akan dihasilkan?
3. Apakah manfaat baru dari setiap produk?
4. Untuk setiap produk, merk dan kemasan serta label apa yang akan digunakan?
5. Bagaimana seharusnya corak dan disain sebuah produk?
6. Berapa seharusnya jumlah dari setiap produk yang harus dihasilkan?
7. Bagaimana seharusnya penetapan harga atas sebuah produk?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas merupakan dasar dan awal dari
kegiatan perusahaan yang harus dilakukan oleh bagian perencanaan dan
pengembangan produk dalam suatu perusahaan.
1.6.10 PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Kotler (2006: 2) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan produk baru
adalah produk asli, penyempurnaan produk, modifikasi produk dan merk-merk
baru yang dikembangkan sendiri di bagian penelitian.
Sementara Booz, et.al. dalam Kotler (2006: 2) menggolongkan produk baru
menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Produk baru bagi dunia. Produk ini mencipta pasar yang baru sama sekali.
2. Lini produk baru. Dengan produk ini perusahaan untuk pertama kalinya
memasuki pasar yang sudah ada.
3. Tambahan pada lini produk yang sudah ada. Produk yang menambah lini
produk yang sudah ada di suatu perusahaan.
20
4. Penyempurnaan/revisi atas produk yang sudah ada. Produk yang baru
dengan daya kerja/kegunaan yang disempurnakan atau dengan nilai yang lebih
tinggi dan mengganti produk yang sudah ada.
5. Penempatan kembali/repositioning. Produk yang sudah ada dipasarkan pada
pasar baru atau segmen pasar baru.
6. Penekanan biaya. Produk yang daya kerja/kegunaannya sama dengan yang
sudah ada pada biaya yang lebih rendah.
Biasanya suatu perusahaan menggabungkan beberapa dari enam golongan
di atas. Kenyataannya, hanya sekitar 10% dari produk baru tersebut yang benar-
benar baru. Jenis produk tersebut melibatkan biaya yang sangat tinggi dan risiko
yang sangat besar karena benar-benar baru baik, bagi perusahaan maupun pasar.
Pentingnya inovasi produk dilatarbelakangi oleh adanya pembenaran
terhadap sosio ekonomi bisnis untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen secara terus menerus. Angipora (2002) menyebutkan bahwa untuk
memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam
melakukan perencanaan dan pengembangan produk, di antaranya adalah:
1. Produk memiliki daur hidup.
2. Produk akan menentukan laba.
3. Produk baru sangat penting bagi perusahaan.
4. Konsumen yang semakin selektif.
Penjualan
Laba
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Kemunduran
Usia Produk
Penjualan dan L
aba
Laba produk baru dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan perusahaan
21
Pertimbangan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Daur hidup penjualan dan laba serta pengaruh produk baru terhadap laba perusahaan
Angipora (2006: 212) menyebutkan bahwa pengembangan produk baru
dalam istilah yang terbatas meliputi kegiatan teknis seperti:
1. Riset produk yang dibutuhkan oleh konsumen pada masa yang akan datang.
2. Rekayasa (engineering) yang berkaitan dengan pembuatan produk yang
diperlukan.
3. Disain yang berkaitan dengan perencanaan terhadap suatu produk yang akan
dibuat.
Pengembangan produk baru merupakan masalah yang mendasar bagi
perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya,
baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Dalam melakukan pengembangan
produk baru, perusahaan akan selalu memperhatikan perubahan kebutuhan,
keinginan dan motivasi dari konsumen melalui pelaksanaan pengembangan
22
produk baru secara berkala berdasarkan kepada perencanaan pemasaran umumnya
dan perencanaan produk khususnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1.6.11 LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGEMBANGAN PRODUK
BARU
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan dalam bidang pemasaran,
manajemen perlu memperhatikan langkah-langkah dalam pengembangan produk
baru. Penetapan yang jelas apakah pengembangan produk baru tersebut perlu
dilanjutkan atau tidak harus berdasarkan pada langkah-langkah yang sudah
disusun oleh manajemen perusahaan. Jika pada langkah tertentu, riset pasar
membuktikan bahwa pengembangan produk tidak akan menghasilkan keuntungan
yang signifikan, maka manajemen harus dapat mengambil keputusan apakah akan
membatalkan atau perlu mencari data dan informasi tambahan guna melengkapi
produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
Angipora (2002: 214-222) menyebutkan langkah-langkah yang harus
dilakukan perusahaan dalam melakukan pengembangan produk baru antara lain:
1. Pemunculan gagasan/pengembangan ide.
Gagasan dapat muncul dari konsumen, pesaing, perantara, ahli pemasaran,
departemen pemasaran, manajemen puncak, atau bahkan dari karyawan sendiri.
2. Penyaringan gagasan/ide
Tidak semua gagasan merupakan gagasan yang baik, sehingga diperlukan
penyaringan untuk menetapkan gagasan mana yang paling baik untuk kinerja ke
depan perusahaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyaring
gagasan di antaranya adalah:
23
a. Gagasan tersebut harus sesuai dengan strategi perusahaan secara keseluruhan.
b. Gagasan tersebut harus didasarkan pada sumber daya dan keahlian yang
dimiliki oleh perusahaan seperti kemampuan keuangan, teknologi dan
manajerial.
c. Gagasan tersebut harus memiliki pasar potensial yang memadai.
3. Pengembangan dan pengujian konsep.
Setelah melakukan kedua langkah di atas, gagasan yang muncul masih
berupa gagasan umum. Untuk itu, tim pengembangan produk harus menelaah
lebih mendalam agar gagasan-gagasan tersebut menjadi konsep yang lebih
spesifik. Adapun konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelompok konsumen mana yang akan membeli produk baru tersebut.
b. Apa manfaat utama dari gagasan pengembangan produk baru yang dapat
diterima oleh para konsumen.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dengan memperlihatkan
suatu disain yang lengkap dan menanyakan langsung kepada calon konsumen
untuk mengetahui pendapat mereka tentang gagasan pengembangan produk yang
akan dilakukan dan bagaimana pendapat mereka untuk menyempurnakan
gagasan-gagasan tersebut.
4. Analisis bisnis.
Langkah ini merupakan langkah yang dianggap kritis, karena pada langkah
ini tim pengembangan produk baru harus mampu memperkirakan secara jelas
biaya, laba, tingkat pengembalian investasi dan arus kas perusahaan, jika produk
yang dikembangkan sudah diproduksi secara komersial.
24
5. Pengembangan produk.
Pada tahap ini, semua konsep atas produk baru tersebut sudah harus
memiliki bentuk konkrit. Seperti prototipe, model-model, disain dan sebagainya.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha membantu keberhasilan tim
antara lain:
a. Keterlibatan multi fungsi.
b. Keterlibatan purna waktu yang simultan.
c. Kolokasi.
d. Komunikasi konstan.
e. Sumber daya tersedia secara penuh.
f. Keterlibatan pihak luar.
6. Pengujian pasar.
Pengujian pasar dilakukan sebagai dasar untuk mengukur reaksi calon
konsumen terhadap hasil pengembangan produk yang sesungguhnya terjadi di
hadapan konsumen dan dilakukan dalam daerah geografis terbatas. Perusahaan
akan mengamati dengan seksama kinerja elemen-elemen pemasaran lainnya
melalui segmen pasar tertentu dan mengevaluasi untuk melihat berbagai
kemungkinan terjadinya kesuksesan yang lebih besar dengan segmen pasar yang
lebih luas atau bahkan kegagalan yang akan dialami.
7. Komersialisasi.
Tahap ini berarti bahwa seluruh komponen elemen bauran produk yang
didukung oleh elemen pemasaran lainnya telah siap untuk diproduksi dan
didistribusikan dengan skala penuh ke pasar sasaran.
25
1.6.12 SASARAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Dalam usaha untuk memberikan arah yang jelas bagi manajemen untuk
mengambil keputusan terhadap pengembangan produk baru, tentunya sasaran dari
usaha pengembangan harus ditetapkan secara jelas. Angipora (2002: 227-229)
secara spesifik menetapkan ada empat jenis sasaran pokok bagi pengembangan
produk baru, yaitu:
1. Program modifikasi lini produk.
Modifikasi dari produk lama pada umumnya dipilih dengan sasaran
meningkatkan penjualan dari lini produk yang ada saat ini. Perubahan besar pada
rancangan atau bahkan sekedar perubahan sederhana pada kemasan dapat
mengakibatkan pemakaian yang lebih cepat atas produk.
2. Program perluasan lini produk.
Sasaran dari program ini adalah untuk menjangkau suatu segmen pasar baru
di pasar, artinya penerapan program ini adalah untuk menjaring pelanggan pesaing
dalam segmen di mana perusahaan ini tidak mempunyai produk untuk ditawarkan,
atau untuk merangsang permintaan. Untuk memasukinya perlu diciptakan produk
yang sama sekali baru dengan karakteristik produk yang berbeda dengan produk
yang ada sekarang.
3. Program produk pelengkap.
Produk pelengkap adalah produk yang pada umumnya digunakan bersama-
sama dengan produk yang sudah ada. Produk tersebut dikembangkan untuk
meningkatkan penjualan produk yang sudah ada ataupun untuk memantapkan
pertumbuhan penjualan di pasar yang bersangkutan.
26
4. Program diversifikasi.
Diversifikasi merupakan suatu kebijaksanaan penambahan produk bar guna
melayani pasar yang baru. program diversifikasi pada umumnya dirancang untuk
mendirikan perusahaan baru guna mencapai sasaran seperti peluang pertumbuhan
baru atas stabilitas penjualan.
1.6.13 DILEMA PENGEMBANGAN PRODUK BARU
Perkembangan dunia usaha yang penuh persaingan menghadapkan
perusahaan berada pada posisi dilematis. Di satu sisi, perusahaan harus selalu
mempersiapkan pengembangan produk baru, di sisi lain, perhitungan dalam
pengeluaran biaya untuk mengembangkan produk baru tersebut juga harus
menjadi pertimbangan perusahaan. Seringkali dihadapi bahwa biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk yang baru lebih besar
dari anggaran yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Selera konsumen yang
berubah-ubah, teknologi baru, daur hidup suatu produk yang semakin pendek,
persaingan dari perusahaan lain, baik dalam maupun luar negeri, bahkan peraturan
pemerintah semakin menempatkan perusahaan pada posisi yang sulit.
Kotler (2006: 4) merumuskan beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan
makin sulitnya keberhasilan pengembangan produk di masa yang akan datang,
antara lain adalah:
1. Kurangnya gagasan pada jenis barang tertentu. Beberapa ilmuwan
menyatakan sedikitnya teknologi baru yang setara dengan penemuan mobil,
televisi, komputer dan foto copy dan obat-obat mujarab.
27
2. Pasar yang terpecah-pecah. Persaingan yang tajam menyebabkan pasar
terpecah-pecah. Perusahaan-perusahaan terpaksa mengarahkan produk
barunya pada segmen pasar yang lebih sempit, bukan pasar/massa dan ini
berarti penjualan dan laba yang lebih kecil dari masing-masing barang.
3. Kendala sosial dan pemerintah. Produk baru harus memenuhi persyaratan
umum seperti keselamatan konsumen dan tidak mencemarkan lingkungan.
Peraturan-peraturan pemerintah menyebabkan lambatnya pembauran pada
industri obat-obatan dan juga membuat produsen peralatan industri, kimia,
mobil dan mainan lebih berhati-hati dalam hal disain dan periklanan.
4. Mahalnya proses pengembangan produk baru. Untuk menghasilkan satu
atau dua gagasan yang baik, perusahaan harus mulai dengan banyak gagasan
tentang produk baru. Biaya pengembangan dan peluncuran untuk masing-
masing produk akan meningkat tinggi terutama pada laju inflasi yang nyata
pada biaya-biaya produksi, periklanan dan distribusi.
5. Kurangnya modal. Kebanyakan perusahaan tidak mampu mengumpulkan
dana yang diperlukan bagi penelitian untuk inovasi yang sesungguhnya.
Akhirnya mereka hanya menekankan pada modifikasi dan peniruan.
6. Pendeknya rentang waktu menyelesaikan produk. Tidak sedikit pesaing
yang mungkin saja mendapat gagasan yang sama pada saat yang sama pula,
dan pada akhirnya kemenangan tadi diperoleh lebih cepat. Karenanya,
kesiapan perusahaan untuk mempersingkat waktu pengembangan perlu
dipertinggi dengan menggunakan rancangan dan teknik memproduksi
Produk Topi
Volume Penjualan
Pengembangan Produk:Harga beli produk
Biaya kirimBiaya pemeliharaan
Hasil
Regresi linear sederhana
28
berbantu komputer, mencari mitra usaha, menguji konsep secara dini, dan
merencanakan strategi yang unggul.
7. Pendeknya masa manfaat bagi produk yang berhasil. Bila suatu produk
baru berhasil di pasar, para pesaing dengan cepat akan menirunya, sehingga
dengan demikian memperpendek daur hidup produk baru tadi.
Ada dua hal besar yang harus diperhatikan untuk berhasilnya suatu
pemasaran produk baru. Pertama, perusahaan harus meningkatkan efektivitas
seluruh pengelolaan organisasinya dalam menangani proses pengembangan
produk baru. Kedua, perusahaan harus menangani setiap tahap dalam proses
dengan teknik-teknik yang terbaik.
1.7 KERANGKA BERPIKIR
Gambar 2.3 Kerangka berpikir
1.8 HIPOTESIS
Dari latar belakang dan penelitian terdahulu, penulis dapat mengambil
hipotesis sebagai berikut.
29
Ha1 : Pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan
pada toko “Grobak Toys”.
Ha2 : Pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume
penjualan sebesar lebih dari 90%.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.9 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis ambil adalah penelitian asosiatif. Penelitian
asosiatif adalah penelitian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang
terjadi (Umar, 2003: 36). Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui berapa
besar kontribusi biaya pengembangan produk topi terhadap volume penjualan, dan
bagaimana hubungan biaya pengembangan produk topi dalam meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
1.10LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini penulis lakukan dengan metode studi kasus. Metode studi
kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas obyek
tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu, termasuk
lingkungannya (Umar, 2003: 32). Untuk itu, penulis mengambil toko “Grobak
Toys” sebagai lokasi penelitian. Toko “Grobak Toys” adalah toko yang menjual
topi yang berada di lantai dasar Mataram Mall. Dalam perkembangannya, toko
“Grobak Toys” telah melakukan beberapa kali pengembangan produk dalam
usaha bertahan dari para pesaing, dengan melakukan penambahan lini produk.
30
31
1.11 TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1.11.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara. Penulis mewancarai pemilik toko “Grobak Toys” tentang
bagaimana proses pengembangan produk yang dilakukan, dan faktor-faktor
apa saja yang mendorong pemilik untuk melakukan pengembangan produk.
2. Dokumentasi. Penulis mencatat biaya dan volume penjualan yang diperoleh
selama pengembangan produk dilakukan oleh pemilik toko “Grobak Toys”.
1.11.2 ALAT PENGUMPULAN DATA
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan pedoman (guide sheet) wawancara. Penulis
membuat suatu daftar pertanyaan tentang apa saja yang akan penulis tanyakan
kepada pemilik toko “Grobak Toys” dalam hubungannya dengan pengembangan
produk yang dilakukan oleh pemilik toko “Grobak Toys”. Seperti bagaimana
proses pengembangan produk, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
pemilik toko “Grobak Toys” melakukan pengembangan produk. Untuk mencatat
berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha pengembangan produk dan
bagaimana volume penjualan setelah adanya pengembangan produk, penulis
menggunakan telepon selular sebagai alat pengumpulan data. Dalam hal ini,
penulis mendapatkan pesan singkat dari pemilik toko “Grobak Toys” berapa biaya
pengembangan produk dan volume penjualan selama enam tahun terakhir.
32
1.12 JENIS DAN SUMBER DATA
1.12.1 JENIS DATA
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar
(Sugiyono, 2010: 23). Data kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini
adalah tentang bagaimana proses pengembangan produk dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilik toko “Grobak Toys” dalam melakukan
pengembangan produk.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan (skoring) (Sugiyono, 2010: 23). Data kuantitatif pada penelitian
ini berupa biaya pengeluaran dalam pengembangan produk dan volume
penjualan selama enam tahun terakhir.
1.12.2 SUMBER DATA
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari
individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau
bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir (Umar,
2003: 60). Dalam penelitian ini, data primer berupa hasil wawancara penulis
dengan pemilik toko “Grobak Toys”.
2. Data sekunder
Sumber data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut,
misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya,
33
sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain (Umar, 2003: 60).
Dalam penelitian ini, penulis memperoleh datanya dari pemilik toko “Grobak
Toys” langsung. Yaitu berupa data biaya pengeluaran dalam pengembangan
produk dan volume penjualan selama enam tahun terakhir.
1.13 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL
1.13.1 VARIABEL PENELITIAN
1. Biaya pengembangan produk, sebagai variabel independen.
2. Volume penjualan, sebagai variabel dependen.
1.13.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Biaya pengembangan produk dalam penelitian ini adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli produk. Seperti: harga beli produk, biaya
pemeliharaan, dan biaya kirim.
2. Volume penjualan dalam penelitian ini adalah jumlah penjualan produk
selama satu tahun dalam satuan rupiah.
1.14 ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua metode analisis data sebagai
berikut:
1. Metode kualitatif. Metode ini penulis gunakan untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana proses pengembangan produk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan produk.
34
2. Metode kuantitatif. Dalam metode ini, penulis menggunakan regresi linier
sederhana, analisis korelasi dan koefisien determinasi.
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara dua variabel (Muhidin dan Abdurahman, 2009: 187). Dalam
penelitian ini penulis ingin mengetahui bentuk hubungan antara biaya
pengembangan produk dengan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
Persamaan regresi linear sederhana dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + bX
a = ∑ Y−b∑ X
N
b = N .¿¿
(Muhidin dan Abdurahman, 2009: 188)
Dimana:
Y = variabel dependen, yaitu volume penjualan
X = variabel independen, yaitu biaya pengembangan produk
a = penduga bagi intercept, yaitu volume penjualan jika tidak ada biaya
pengembangan produk.
b = penduga bagi koefisien regresi, yaitu untuk mengetahui bagaimana
pengaruh biaya pengembangan produk terhadap volume penjualan.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
dua variabel (Muhidin dan Abdurahman, 2009: 187). Dalam penelitian ini analisis
korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara biaya
pengembangan produk dengan volume penjualan. Persamaan yang digunakan
dalam melakukan analisis korelasi adalah sebagai berikut:
35
r = N ∑ XY−∑ X∑Y√¿¿¿
(Muhidin dan Abdurahman, 2009: 123)
Adapun untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan tersebut digunakan
nilai koefisien korelasi dari Guilford Empirical Rulesi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Korelasi dari Guilford Empirical Rulesi
Nilai Korelasi Keterangan
0,00 – < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
≥ 0,20 – < 0,40 Hubungan rendah
≥ 0,40 – < 0,70 Hubungan sedang/cukup
≥ 0,70 – < 0,90 Hubungan kuat/tinggi
≥ 0,90 – < 1,00 Hubungan sangat kuat/tinggi
Sumber: Muhidin dan Abdurahman (2009: 128)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume penjualan.
Persamaan yang digunakan dalam mencari koefisien determinasi adalah sebagai
berikut:
Kd = r2 x 100%
Dimana:
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien regresi linear sederhana,
koefisien korelasi, dan koefisien determinasi, seluruhnya menggunakan bantuan
analisis data ToolPak analysis dari Microsoft Excel 2007.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.15 HASIL PENELITIAN
1.15.1 METODE KUALITATIF
Pengembangan produk merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi
perusahaan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat menentukan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, perusahaan harus
bisa menghadapi persaingan yang begitu ketat. Untuk itu, perusahaan harus terus
mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis mereka.
Toko “Grobak Toys” yang merupakan toko penjualan topi harus melakukan
pengembangan produk agar toko tersebut dapat terus bersaing dan mampu
bertahan hidup. Adapun tujuan toko “Grobak Toys” dalam mengembangkan
produk adalah untuk mempertahankan pangsa pasar, meningkatkan laba dan
menjaga tingkat kepuasan konsumen yang sudah menjadi pelanggan pada toko
“Grobak Toys”.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong toko “Grobak Toys” untuk
melakukan pengembangan produk. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan
agar pengembangan produk yang dilakukan dapat berhasil sesuai dengan harapan.
Adapun faktor-faktor yang mendorong toko “Grobak Toys” dalam melakukan
pengembangan produk tersebut adalah sebagai berikut:
36
37
1. Perubahan selera konsumen
Toko “Grobak Toys” merupakan toko yang menjual topi, sehingga toko
“Grobak Toys” dituntut untuk selalu mengetahui perkembangan mode topi
yang sedang tren di Indonesia pada umumnya dan Mataram pada khususnya.
Hal ini mengingat bahwa selera konsumen terhadap bentuk, jenis dan merek
topi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
2. Persaingan
Toko “Grobak Toys” berusaha untuk tetap bertahan hidup dalam
persaingan dengan toko lain yang sejenis, terutama distro-distro topi dengan
merek terkenal. Untuk itu, toko “Grobak Toys” mencoba untuk memasuki
persaingan dengan distro tersebut dengan menjual topi dengan merek-merek
yang sama, dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pengembangan produk yang dilakukan oleh toko “Grobak Toys” pada
dasarnya adalah untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Dengan demikian, toko “Grobak Toys” dituntut haruslah
benar-benar mengembangkan produknya dengan sebaik mungkin. Untuk
mencapai hal tersebut, toko “Grobak Toys” menerapkan beberapa langkah dari
pengembangan produk secara sistematis. Adapun tahapan-tahapan dari
pengembangan produk yang dilakukan oleh toko “Grobak Toys” adalah sebagai
berikut:
1. Pencarian gagasan
Gagasan untuk melakukan pengembangan produk diperoleh toko
“Grobak Toys” dari dalam lingkungan toko sendiri maupun dari luar. Toko
38
“Grobak Toys” mencari gagasan berdasarkan ide-ide yang diberikan oleh
karyawan, melihat topi-topi yang sedang tren di Indonesia melalui televisi, di
mana biasanya topi yang dipakai oleh selebritis menjadi patokan, keinginan
konsumen sendiri dalam memilih topi yang mereka inginkan, internet,
majalah-majalah dan lain sebagainya.
2. Penyaringan gagasan
Dari sekian banyak gagasan yang muncul, toko “Grobak Toys” mulai
menyaring gagasan-gagasan tersebut dengan memisahkan mana gagasan yang
menguntungkan pihak toko “Grobak Toys” dan mana yang kurang
menguntungkan. Gagasan yang menguntungkan pihak toko “Grobak Toys”
akan ditindaklanjuti dengan menerapkan tahapan yang berikutnya.
3. Analisis bisnis
Toko “Grobak Toys” mencoba untuk menimbang bahwa gagasan-
gagasan yang sudah disaring tersebut dapat direalisasi dengan memperkirakan
keuntungan yang mungkin diperoleh dengan pengembangan produk topi yang
sudah ada. Jika dalam perhitungannya konsumen yang tertarik untuk membeli
topi tersebut besar, maka pengembangan produk dapat dilanjutkan, tapi jika
pada perkembangannya, konsumen yang tertarik dengan topi jenis tertentu
relatif kecil, maka pengembangan produk dihentikan atau ditunda.
4. Pengembangan strategi pemasaran
Setelah melakukan analisis bisnis, toko “Grobak Toys” mulai
memasarkan produknya dengan menaruh topi-topi yang terbaru (hasil
pengembangan produk) di tempat-tempat yang lebih strategis. Hal ini untuk
39
menarik calon konsumen sehingga mereka dapat melihat secara langsung hasil
dari pengembangan produk tersebut. Topi-topi yang unik, lucu, baru dan
sedang tren, tentunya akan menarik konsumen jika ditempatkan pada lokasi
yang mudah untuk dilihat oleh konsumen. Apalagi jika topi tersebut memang
telah lama ditanyakan oleh konsumen. Tetapi jika topi tersebut merupakan
gebrakan dari toko “Grobak Toys” dengan mengharapkan tambahan
konsumen dengan topi yang benar-benar baru di Mataram, maka tugas
karyawan untuk melakukan promosi apa kelebihan dari topi yang dijual
tersebut.
5. Pengujian pasar
Toko “Grobak Toys” melakukan pengujian pasar dengan hanya membeli
topi jenis tertentu dalam jumlah yang relatif sedikit dengan tujuan untuk
mengetahui reaksi pasar terlebih dahulu. Apabila produk yang ditawarkan ke
pasar mendapatkan reaksi positif, maka toko “Grobak Toys” akan menambah
jumlah topi yang dijual, dan sebaliknya, jika reaksi pasar kurang positif, maka
toko “Grobak Toys” akan menghentikan penambahan jumlah topi yang dijual
sampai menemukan strategi pemasaran yang lebih baik.
6. Komersialisasi
Setelah melakukan pengujian pasar, maka toko “Grobak Toys” baru
melakukan pembelian topi tersebut dengan jumlah yang relatif lebih banyak.
Meskipun begitu, toko “Grobak Toys” tetap mempertimbangkan tingkat
kesiapan konsumen dalam menerima produk yang baru tersebut. Hal ini untuk
menghindari konsumen mudah bosan dengan topi yang baru, sehingga jika
40
produk yang dibeli terlalu banyak, maka produk yang belum terjual akan
menyebabkan produk tersebut tidak diminati konsumen karena dianggap
sudah ketinggalan jaman. Sedangkan jika produk yang dibeli masih relatif
baru bagi masyarakat Mataram, ada kemungkinan konsumen belum siap
dengan kehadiran produk baru tersebut, sehingga konsumen tidak melakukan
pembelian yang relatif besar. Hal ini akan mengakibatkan biaya pemeliharaan
yang relatif lebih besar jika pemesanan produk baru relatif lebih banyak.
Toko “Grobak Toys” dalam usahanya untuk dapat terus mempertahankan
hidup melakukan kegiatan pengembangan produk. Adapun usaha pengembangan
produk yang dilakukan meliputi:
1. Menambah jenis topi
Pada awalnya toko “Grobak Toys” hanya menjual jenis topi biasa.
Seiring berkembangnya dunia mode, toko “Grobak Toys” juga menyediakan
jenis topi yang lain. Seperti: topi koboi, komando, bil-up, sebo, rajutan, hip-
hop, mbah Surip, twil, gembel, koplok, dan pada musim-musim tertentu toko
“Grobak Toys” juga menyediakan topi haji. Jenis-jenis topi tersebut
disediakan untuk konsumen dari berbagai usia, baik anak-anak, remaja,
maupun orang dewasa.
2. Menambah variasi merek
Dalam upaya meningkatkan kualitas dari topi-topi yang dijual, toko
“Grobak Toys” melakukan pengembangan produk dengan menambah variasi
merek. Jika sebelumnya merek-merek yang dijual tidak beragam, maka setelah
pengembangan produk, merek yang dijual mulai bervariasi dengan
41
menampilkan merek-merek yang biasa dijual di distro-distro topi, dengan
harga yang relatif lebih bersaing. Dengan penambahan merek-merek seperti:
Billabong, Quick Silver, Rip Curl dan sebagainya, toko “Grobak Toys”
berusaha menarik konsumen dari remaja yang menginginkan merek terkenal
dengan harga miring.
3. Menambah corak dan desain baru
Perkembangan dunia mode, terutama topi, secara langsung
mempengaruhi toko “Grobak Toys” dalam menjual topi. Pada awalnya, topi
yang dijual di toko “Grobak Toys” hanyalah topi biasa, tetapi untuk lebih
menarik perhatian konsumen, maka toko “Grobak Toys” berusaha untuk
menambah corak dan desain, yaitu dengan melakukan penambahan pada
produk topi yang sudah ada. Misalnya, toko “Grobak Toys” menambah
asesoris berupa pin pada topi yang dijual jika memang konsumen
menginginkan, atau melakukan jasa bordir nama konsumen pada topi yang
dipesan, sehingga memiliki kesan yang lebih eksklusif.
1.15.2 METODE KUANTITATIF
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu biaya pengembangan
produk dan volume penjualan, yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Penelitian
ini menggunakan data time series di mana periode amatan mulai tahun 2004
sampai dengan tahun 2009. Berikut adalah data biaya pengembangan produk dan
volume penjualan yang akan dijadikan data pada penelitian selanjutnya.
42
Tabel 4.1 Data Biaya Pengembangan Produk Topi Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009
Tahun Biaya Perubahan Persentase2004 Rp 43,550,000 2005 Rp 50,450,000 Rp 6,900,000 15.84%2006 Rp 63,393,000 Rp 12,943,000 25.66%2007 Rp 131,065,000 Rp 67,672,000 106.75%2008 Rp 144,330,000 Rp 13,265,000 10.12%2009 Rp 154,902,000 Rp 10,572,000 7.32%
Tabel 4.2 Data Volume Penjualan Produk Topi Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009
Tahun Volume Perubahan Persentase2004 Rp 90,306,500 2005 Rp 165,675,000 Rp 75,368,500 83.46%2006 Rp 180,614,000 Rp 14,939,000 9.02%2007 Rp 220,382,500 Rp 39,768,500 22.02%2008 Rp 285,453,000 Rp 65,070,500 29.53%2009 Rp 313,989,000 Rp 28,536,000 10.00%
Dari data di atas, selanjutnya dilakukan analisis data sesuai dengan tujuan
penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi regresi sederhana, koefisien
korelasi, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis untuk menguji apakah
terdapat hubungan yang berarti antara aktivitas pengembangan produk dengan
volume penjualan, dan berapa besar pengaruh tersebut.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Biaya Pengembangan Produk dengan Volume Penjualan pada Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009
Coefficients Standard Error t Stat P-valueIntercept 74314435.55 24676228.7509 3.011579942 0.0394889009Biaya 5.4723488082 0.883799592118 6.1918435548 0.0034585101
Tabel 4.3 di atas merupakan data hasil analisis regresi sederhana antara
biaya pengembangan produk dengan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”
43
periode 2004-2009 dengan tingkat signifikansi 95%. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 1.
Dari data di atas diperoleh nilai intercept adalah 74.314.435,55 dan nilai
koefisien regresi adalah 5,472348808. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 74.314.435,55 + 5,472348808 X
Persamaan tersebut berarti bahwa jika tidak terdapat pengembangan produk
(dalam hal ini biaya pengembangan produk = 0), maka volume penjualan pada
toko “Grobak Toys” adalah sebesar Rp74.314.435,55. Sedangkan setiap kenaikan
biaya pengembangan produk sebesar 1 rupiah akan menyebabkan kenaikan
volume penjualan sebesar Rp5,47. Sehingga bila biaya pengembangan produk
naik sebesar Rp1.000.000, maka volume penjualan akan meningkat sebesar
Rp5.472.348,81.
Untuk mengetahui kuat-lemah dan arah hubungan antara variabel biaya
pengembangan produk dengan variabel volume penjualan, maka perlu dicari
koefisien korelasinya. Dari lampiran 1 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi
r = 0,951590402. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat
antara variabel biaya pengembangan produk dan volume penjualan. Berarti bahwa
semakin tinggi biaya pengembangan produk maka volume penjualan juga akan
semakin meningkat.
Untuk mengetahui peranan pengembangan produk dalam meningkatkan
volume penjualan, dilakukan perhitungan koefisien determinasi. Dari lampiran 1
dapat dilihat bahwa nilai dari r2 = 0,905524294, sehingga nilai koefisien
44
determinasinya adalah 90,55%. Hal ini berarti bahwa pengembangan produk
memiliki pengaruh sebesar 90,55% dalam meningkatkan volume penjualan,
sedangkan sisanya yaitu sekitar 9,45% merupakan pengaruh dari variabel lainnya
yang tidak diukur, seperti promosi, saluran distribusi, harga dan sebagainya.
Tabel 4.4 Hasil Uji-t antara Biaya Pengembangan Produk dan Volume Penjualan pada Toko “Grobak Toys” periode 2004-2009
t-Test: Paired Two Sample for Means
Volume BiayaMean 209403333.33 24686083.333Variance 6.753461E+15 2.042084E+14Observations 6 6Pearson Correlation 0.951592399Hypothesized Mean Difference 0df 5t Stat 6.5840046142P(T<=t) one-tail 0.0006068157t Critical one-tail 2.0150483721P(T<=t) two-tail 0.0012136314t Critical two-tail 2.5705818347
Untuk melakukan pengujian hipotesis, penulis menggunakan uji-t yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Untuk pengujian hipotesis yang pertama
yaitu:
H01 : Pengembangan produk topi tidak dapat meningkatkan volume
penjualan pada toko “Grobak Toys”
Ha1 : Pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan
pada toko “Grobak Toys”
Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai thitung adalah 6,584004614,
sedangkan nilai dari ttabel adalah 2,570581835. Hal ini menunjukkan bahwa thitung
45
lebih besar dari ttabel, yang berarti bahwa H01 ditolak dan Ha1 diterima. Jadi
pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan topi pada toko
“Grobak Toys”. Sedangkan jika dilihat dari tingkat signifikansinya, dari tabel 4.4
diperoleh hasil 0,001213631, yang berarti jauh lebih kecil dibandingkan dengan
0,05, sehingga hasil di atas menunjukkan bahwa pengaruh pengembangan produk
topi dalam meningkatkan volume penjualan topi pada toko “Grobak Toys” sangat
signifikan.
Untuk pengujian hipotesis kedua, yaitu:
H02 : Pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume
penjualan sebesar kurang dari atau sama dengan 90%
Ha2 : Pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume
penjualan sebesar lebih dari 90%
Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai dari Pearson Correlation adalah
0,951592399. Hal ini berarti bahwa pengaruh pengembangan produk topi dalam
meningkatkan volume penjualan adalah 95,16%, sehingga H02 ditolak dan Ha2
diterima.
1.16 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa meskipun menggunakan
manajemen yang sederhana, sebenarnya toko “Grobak Toys” sudah menerapkan
manajemen pemasaran seperti dalam teori. Dalam mengembangkan produknya,
toko “Grobak Toys” sudah menggunakan tahapan-tahapan yang termasuk ke
dalam teori manajemen pemasaran (meskipun tidak secara menyeluruh). Dengan
adanya tahapan-tahapan yang jelas dalam pengembangan produk topi pada toko
46
“Grobak Toys”, maka kemungkinan kegagalan pengembangan produk topi
tersebut akan dapat diminimalisir.
Secara kuantitatif, setiap peningkatan pengembangan produk (yaitu dengan
semakin meningkatnya biaya pengembangan produk), akan dapat meningkatkan
volume penjualan, hal ini bisa dilihat pada persamaan regresinya yang memiliki
koefisien regresi positif. Hal ini wajar, mengingat bahwa perusahaan yang ingin
melakukan pengembangan produk tentunya mengharapkan imbal balik dengan
meningkatnya volume penjualan secara signifikan. Sehingga keuntungan yang
diperoleh diharapkan juga akan semakin tinggi. Dengan begitu, kelangsungan
hidup perusahaan akan tetap terjaga.
Dari hasil analisis korelasi yang menunjukkan hasil yang sangat kuat, hal ini
menunjukkan bahwa pengembangan produk yang dilakukan oleh toko “Grobak
Toys” dalam memasuki pasar dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan secara signifikan. Jika dalam memasuki pasar
dilakukan lebih awal atau lebih lambat, tentunya hal tersebut akan berpengaruh
terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk topi yang ada, baik itu
pengaruh positif maupun negatif.
Dari hasil analisis determinasi, pemilihan pengembangan produk dalam
meningkatkan volume penjualan pada toko “Grobak Toys” merupakan pilihan
yang tepat. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat dari segi tempat, toko “Grobak
Toys” berada pada posisi yang relatif strategis, yaitu berada pada pintu masuk
Mataram Mall, dari segi harga toko “Grobak Toys” sudah menawarkan harga
yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan topi yang dijual di distro,
47
dengan kualitas yang sama. Sehingga pilihan untuk meningkatkan volume
penjualan akhirnya dilakukan dengan melakukan pengembangan produk. Hal
tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh pengembangan produk dalam
meningkatkan volume penjualan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan
faktor-faktor lain.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.17 SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah penulis paparkan di atas,
penulis mengambil simpulan bahwa:
1. Pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan topi pada
toko “Grobak Toys” secara signifikan.
2. Pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume penjualan
topi pada toko “Grobak Toys” sebesar 95,16%.
1.18 SARAN
Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa
kekurangan. Untuk itu berikut saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian
selanjutnya:
1. Sebaiknya dalam penelitian tentang pengembangan produk, obyek penelitian
adalah perusahaan manufaktur, sehingga tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam melakukan pengembangan produk dapat dilihat secara lebih jelas.
2. Untuk penelitian yang akan datang, akan lebih baik jika menggunakan jenis
penelitian komparatif, dimana peneliti membandingkan pengaruh peningkatan
volume penjualan antara sebelum adanya pengembangan produk dengan
sesudah adanya pengembangan produk. Hal ini akan lebih menguatkan hasil
bahwa pengembangan produk dapat meningkatkan tingkat volume penjualan
secara signifikan.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mukodam. 2005. Peranan Pengembangan Produk dalam Meningkatkan Volume Penjualan di PT. Multi Garmentama Bandung. http://dspace. widyatama.ac.id. Diunduh tanggal 6 Maret 2010.
Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1 terjemahan. F. X. Budiyanto. Tangerang: Binarupa Aksara.
Harry Nugraha. 2008. Peranan Pengembangan Produk Jaket dalam Meningkatkan Volume Penjualan pada Perusahaan On-Line di Bandung. http://dspace.widyatama.ac.id. Diunduh tanggal 5 Maret 2010.
Husein Umar. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
In, Charlie. 2004. Mengukir Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Bisnis & Profit Anda terjemahan. Septian Yuda. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran – Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 1 terjemahan. Jaka Wasana. Jakarta: Penerbit Erlangga.
_______. 2006. Manajemen Pemasaran – Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 2 terjemahan. Jaka Wasana. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Marius P. Angipora. 2002. Dasar-dasar Pemasaran edisi kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
STIE AMM Mataram. 2010. Pedoman Penyusunan Skripsi. Mataram: LP3M STIE AMM Mataram.
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Analisis Regresi antara Biaya Pengembangan Produk terhadap Volume Penjualan pada toko “Grobak Toys” periode 2004-2009 dengan derajat signifikan 95%
SUMMARY OUTPUT
Regression StatisticsMultiple R 0.9515904022R Square 0.9055242936Adjusted R Square 0.881905367Standard Error 28240883.094Observations 6
ANOVAdf SS MS F Significance F
Regression 1 3.0577114E+16 3.05771E+16 38.338926607 0.00345851005Residual 4 3.1901899E+15 7.97547E+14Total 5 3.3767304E+16
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%Intercept 74314435.55 24676228.7509 3.011579942 0.0394889009 5802241.0241 142826630.08 5802241.0241 142826630.08Biaya 5.4723488082 0.883799592118 6.1918435548 0.0034585101 3.01852775681 7.9261698596 3.0185277568 7.9261698596
51