SKRIPSI
EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA DAERAH
KOTA PAREPARE
SABIR
10573 02607 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
A. Pengertian Evaluasi Pelaporan .......................................................... 5
B. Kebijakan Laporan Pengelolaan Daerah ........................................... 6
C. Standar Akuntansi Pemerintahan No. 71 Tahun 2010 ...................... 16
D. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Penyajian
Laporan Keuangan ………………………………………………. . 26
E. Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dengan
Pengelolaan Keuanagan Daerah....................................................... 55
F. Kerangka Pikir................................................................................... 58
BAB III. METODE PENELITIAN . ................................................................. 59
A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 59
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 59
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 60
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.…………………..…...…. 61
A. Deskripsi Umum Kota Parepare……………...………………….... 61
B. Deskripsi Pemerintahan Kota Parepare…………………………… 65
C. Deskripsi Sekretariat Daerah Kota Parepare ……………………... 68
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN…………...………………………… 74
A. Hasil Penelitian .…………………………………………….......... 74
1. Laporan Keuangan Kota Parepare Tahun 2014……………… 74
2. Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Kota Parepare
Tahun 2015 Dengan Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 …………………………………………..... 84
B. Pembahasan…………...…………………………………………... 61
1. Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004 .………………………… 91
2. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang
Penyajian Laporan Keuangan Kota Parepare…………………. 93
3. Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kota Parepare Tahun 2014 Berdasar Peraturan Pemerintah
Nomor 71. Tahun 2010 ……………………………...………. 97
BAB VI. PENUTUP ………………………………………………...………. 108
A. Kesimpulan ……………………………………............................. 108
B. Saran………………………………………..................................... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kota Parepare ………………………............ 62
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Parepare Tahun 2009-2013 ………............. 65
Tabel. 5.1 Neraca Kota Parepare Tahun 2014 …………………….................. 75
Tabel 5.2 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2014 ..….……... 78
Tabel 5.3 Laporan Arus Kas Kota Parepare 2014 ……………………….….... 83
Tabel 5.4.Perbandingan Penyajian Neraca Kota Parepare Tahun 2014
Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ……………...…. 85
Tabel 5.5 Perbandingan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
Kota Parepare Tahun 2014 Dengan Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 …………………………………………...….…. 87
Tabel 5.6 Perbandingan Penyajian Laporan Arus Kas Kota Parepare
Tahun 2014 Dengan Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010 ………………………………………….…….... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Dasar Basis Akuntansi ……....................................................... ..... 12
Gambar 2 : Kerangka Pikir ……………………………………......................... 58
Gambar 3 : Sttruktur Organisasi Sekretariat Kota Parepare……...…….…….... 73
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji syukur ke hadirat Allah Swt atas
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, hingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan Skripsi ini yang berjudul “Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan Menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Daerah Kota Parepare’’ ini. Shalawat serta
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw
sebagai uswatun hasanah dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
Melalui tulisan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
Sebesar-besarnya, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, atas segala doa, restu,
kasih sayang, pengorbanan dan perjuangan yang telah diberikan selama ini. Kepada
beliau penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah Swt. mengasihi dan
mengampuni dosanya. Amin.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini, kami mendapat masukan, bimbingan,
bantuan, dan dorongan berbagai pihak akhirnya dapat menyelesaikan proposal
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd., Selaku Bapak Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr.H.A.Mahmud Nuhung, MA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi,SE.,M.Si.Ak.CA. Selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fak. Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Ayahanda Dr.H.Ansyarif Khalid, SE.,M.Si.Ak.CA. dan Ibunda
Muttiarni, SE.,M.Si masing-masing selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II. atas segala saran dan bimbingan yang diberikan
kepada penulis.
5. Seluruh Jajaran dosen dan staf administrasi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
6. Bapak Dr.H.M.Taufan Pawe dan Faisal Andi Sapada, selaku walikota
dan Wakil walikota Parepare, Bapak Agussalim selaku Kepala Bidang
Akuntansi & Pelaporan, serta seluruh staf Kantor Sekretariat Kota
Parepare yang telah banyak membantu terselesainya skripsi ini.
7. Kedua Orang tua, Saudara dan Semua keluarga besar Marcilas yang
telah memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, materi dan doa
yang tulus ikhlas bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
8. Ramadhan AR, SE yang telah memberikan inspirasi, semangat, doa,
dorongan, dan bantuan dalam setiap waktu kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yaitu Andis (Daeng kulle), Endar (Daeng
Ngada), Wawan (Daeng Kebo), Hamat (Daeng Limpo), dan teman
teman Akuntansi angkatan 2011.
10. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan do’a yang diberikan mendapat pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga tulisan Skripsi ini
berkah dari Allah SWT serta bersama dalam menambah ilmu
pengetahuan. Amin
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis meminta maaf atas kekurangan yang terjadi. Penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya
yang sempurna. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Makassar , Oktober 2015
Penyusun
Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui Penyajian Laporan Keuangan Daerah
Pada Pemerintahan kota Parepare yang telah disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Jenis
dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer dari hasil wawancara tentang penyajian Laporan
Keuangan Kota Parepare pada Kantor Sekretariat Kota Parepare selaku pengelola
keuangan daerah Kota Parepare. Data sekunder berupa data atau informasi yang
berhubungan dengan laporan keuangan Kota Parepare dan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintahan Kota Parepare pada
tahun 2014 dalam menyajikan laporan keuangan daerah telah berpedoman pada
peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemrintahan. Dalam keberhasilan dalam penyajian laporan keuangan daerah
dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu sumber daya manusia dan perangkat
pendukung lainnya.
Kata kunci : Penyajian Laporan Keuangan Daerah, PSAP, Sumber Daya
Manusia dan Faktor Pendukung
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan pengelolaan
keuangan yang sehat. Dalam era otonomi daerah, salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dengan seksama adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah. KeuanPgan daerah merupakan dokumen publik yang berhak
diketahui oleh masyarakat. Pemerintah Daerah wajib mempublikasikan setiap
laporan keuangan daerah ke masyarakat. Sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan telah ditetapkan, pemerintah daerah berkewajiban untuk membuat
Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi
keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas yang
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Tujuan dari penyajian laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan yang berguna
untuk pengambilan keputusan. Dengan adanya laporan keuangan ini menunjukkan
akuntabilitas pemerintah atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan oleh
masyarakat (Halim, 2002). Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggung
jawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas.
Laporan keuangan yang diterbitkan harus disusun berdasarkan standar akuntansi
2
yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas
yang lain.
Lebih lanjut, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010 yang berbasis akrual.
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah di indonesia. Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan
pelaksanaan No. 32 Tahun 2004 tentang perintah Daerah. Peraturan ini
diharapkan pemerintah daerah dapat melaksanakan pengelolaan keuangan daerah
secara transparan dan akuntabel.
Pada dasarnya buah pikiran yang melatarbelakangi terbitnya Peraturan
Pemerintah di atas adalah keinginan untuk mengelola keuangan negara dan
daerah secara efektif dan fisien. Ide dasar tersebut tentunya ingin dilaksanakan
melalui tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang memiliki
beberapa karakteristik yaitu partisipasi, aturan hukum, transparansi, responsif,
berorientasi pada kepentingan masyarakat, keadilan, efisiensi dan efektivitas,
akuntabilitas, dan visi strategis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan
adanya suatu peraturan pelaksanaan yang komprehensif dan terpadu (omnibus
regulation) dari berbagai undang-undang tersebut di atas yang bertujuan agar
memudahkan dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multitafsir dalam
penerapannya. Peraturan dimaksud memuat berbagai kebijakan terkait dengan
3
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggung jawaban keuangan
daerah (Nordiawan, 2006).
Akan tetapi hingga saat ini masih terjadi kendala dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah dalam skala nasional, di antaranya adalah: 1.)
Keterlambatan penyampaian data keuangan dari daerah ke pusat. Hal ini
mangakibatkan penyajian data keuangan daerah secara nasional untuk
kepentingan merumuskan kebijakan fiskal terlambat dari jadwal yang
direncanakan. 2.) Ketidak seragaman input data keuangan dari daerah baik dalam
hal kode rekening maupun format laporan keuangannya, sehingga menyulitkan
kompilasi dan konsolidasi database keuangan daerah yang harus disajikan sebagai
satu kesatuan laporan keuangan sektor publik.
Penulis tertarik untuk meneliti Penerapan menurut Peraturan Pemerintah
(PP) No. 71 Tahun 2010 yang berbasis Menuju Akrual dan Berbasis Akrual.
karena penerapannya masih dalam masa transisi sehingga memerlukan
penyesuaian yang lama untuk dapat menerapkan peraturan tersebut secara
keseluruhan. Dan dari evaluasi penyajian laporan keuangan Kota Parepare
berdasarkan peraturan tersebut, diharapkan akan memberikan gambaran secara
umum peraturan ini pada pemerintah Kota Parepare. Oleh sebab itu penulis
mengambil judul penelitian yaitu :
“EVALUASI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA
PAREPARE’’
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah sebelumnya, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah Laporan keuangan Pemerintah
Daerah kota parepare sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) No. 71 Tahun 2010
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyajian laporan keuangan
Daerah Kota Parepare dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) No. 71 Tahun 2010
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai
penyajian laporan keuangan Kota Parepare berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan serta sebagai bahan masukan dalam menyajikan laporan keuangan
daerah agar sesuai dengan peraturan tersebut dengan menindaklanjuti hambatan-
hambatan yang muncul dalam penerapan peraturan tersebut.
2. Bagi Kalangan Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian akuntansi sektor
publik dengan topik yang sama dan memperluas wawasan mahasiswa serta
menambah minat mahasiswa jurusan akuntansi untuk melakukan penelitian di
bidang akuntansi sektor publik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Evaluasi Pelaporan
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik,
evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu
berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi mempunyai definisi yang beragam,
William N. Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa:
“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-katayang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam artisatuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan denganproduksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan” (Dunn,2003:608).
Pendapat di atas dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur serta membandingkan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya menurut
rencana. Sehingga diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan, serta dapat dilakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan di
dalamnya.
Dan beberapa pengertian di sebelumnya dapat disimpulkan evaluasi
laporan keuangan daerah adalah kegiatan untuk mengukur dan
menginterpretasikan perkembangan laporan keuangan dari tahun berjalan dan
membandingkannya dengan standar akuntansi yang berlaku, dengan
memperhatikan kelebihan serta kekurangan dari laporan keuangan tersebut,
6
sehingga dapat mudah di koreksi pada tahapan penyusunan laporan tahun
berikutnya.
B. Kebijakan Laporan Pengelolaan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) disebutkan bahwa pengungkapan kebijakan
akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari
kesalah pahaman dalam membaca laporan keuangan. Pengungkapan kebijakan
akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan yang sangat membantu pemakai laporan
keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan
untuk suatu komponen laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, atau
laporan lainnya yang merupakan pengungkapan kebijakan akuntansi terpilih.
Selain itu penetapan kebijakan akuntansi terpilih dimaksudkan untuk menjamin
adanya keseragaman pencatatan dalam setiap transaksi akuntansi di setiap satuan
kerja.
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, laporan pertanggung jawaban pelaksanaan Anggaran
Belanja Daerah disajikan dengan standar akuntansi yang berlaku yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah mendapatkan pertimbangan dari
Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana tertuang pada pasal 32 ayat (2).
7
Laporan Keuangan adalah catatan informasi keuangan suatuperusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat dipergunakan untukmenggambarkan kinerja perusahaan tersebut (Wikipedia, 2010). PernyataanStandar Akuntansi Pemerintah (SPAP) No.1 menjelaskan definisi laporankeuangan sebagai laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dantransaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporankeuangan menjadi alat yang digunakan untuk menunjukan capaian kinerjadan pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban dalam suatu entitas.
1. Pengguna Laporan Keuangan
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan
pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a) Masyarakat;
b) Wakil rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman
d) Pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan
demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi
kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian,
berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-
tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena
pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan
8
keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu
mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta
posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai
apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya
hak dan kewajiban, bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila
terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian
suatu laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib
disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di
dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk
dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang
diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang
dinyatakan lebih lanjut.
2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan
a) Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
9
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,
dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya
dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
10
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan
ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.
b.) Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
1.) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan;
2.) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran;
3.) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
4.) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
5.) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman;
11
6.) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.Untuk memenuhi tujuan-
tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber
dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa
lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-
Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu
entitas pelaporan.
3. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan Basis Kas menuju Akrual
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas
atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu
pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga
dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus
sumber daya dicatat.
Akuntansi berbasis kas adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi
ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, dengan memperhatikan waktu
kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Pada basis ini pengakuan aset
diterima setelah aset tersebut sudah dipergunakan oleh entitas/Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, penerapan Basis Kas
menuju Akrual adalah tahapan pelaporan keuangan yang dapat menjembatani
12
Acrual basis
Cash basis
peralihan antara akuntansi berbasis kas dengan Akuntansi berbasis akrual. Dalam
hal ini dapat di jabarkan sebagai berikut :
a) Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran
b) Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
Melihat besarnya manfaat dari laporan keuangan, maka pemerintah pusat
menerbitkan aturan mengenai kewajiban presiden dan gubernur/bupati/walikota
untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD
dan transaksi ekonomi lainnya berupa laporan keuangan yang dituangkan melalui
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
Gambar 1 : Dasar Basis Akutansi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menggunakan basis kas menuju akrual setidaknya meliputi :
Cash Toward Accrual = Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuanganpemerintah, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan,
sedangkan basis akrual di gunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana
Mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan saat terjadi atau pada saatperolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya ekonomis dan
perubahan sumber Akuntansi yang daya pada suatu entitas
Akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksikeuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan
13
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan realisasi anggaran menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam suatu periode pelaporan, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode laporan
keuangan. Lebih lanjut, dalam laporan realisasi anggaran setidaknya menyajikan
unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
asset, kewajiban, ekuitasdana pada tanggal tertentu (PP Nomor 71 Tahun 2010
dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). Unsur yang mencakup neraca terdiri
dari asset, kewajiban, dan ekuitas dana. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di mas maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2.) Kewajiban
14
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
3.) Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah.
c. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintah serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami
dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya.Selain laporan
keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan lain atau
elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan (statutory reports).
d. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
15
pemerintah daerah selama periode tertentu. Unsur dalam Laporan Arus Kas ini
meliputi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Penerimaan kas adalah semua
aliran kas yang masuk ke bendahara daerah, sedangkan pengeluaran kas adalah
semua aliran kas yang keluar dari bendahara daerah.
4. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang
mengatur keuangan Negara; (khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran
pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.)
b. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara;
d. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara;
e. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
f. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
j. Perda dan aturan-aturan hukum selain yang tersebut di atas, yang mengatur
tentang keuangan negara, khususnya keuangan daerah.
16
a.) Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri atas:
1.) Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap
sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan
keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antarunit instansi pemerintah dalam
pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya
kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan sumber daya dimaksud, utang-
piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak
terlaksananya program yang telah ditetapkan.
2.) Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan
berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
C. Standar Akuntansi Pemerintahan No. 71 Tahun 2010
Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Dengan ditetapkannya SAP maka untuk pertama kali
17
Indonesia memiliki standar akuntansi pemerintahan. Salah satu langkah konkrit
untuk mewujudkan akuntabilitas laporan keuangan daerah adalah penyampaian
laporan keuangan pemerin yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.
Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang berbunyi : “Standar Akuntansi
Pemerintah yang selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”.
Standar Akuntansi Pemerintah merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan
hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di
Indonesia. Selain itu SAP bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
keadalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi pemerintah, termasuk mendukung pelaksanaan
penerapan standar tersebut.
1. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) diterapkan di lingkup
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, dan satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan. Pada halaman selanjutnya, akan diuraikan poin-poin yang merupakan
ruang lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengacu pada kerangka
konseptual akuntansi pemerintahan menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yaitu :
18
a) Lingkungan akuntansi pemerintahan, Lingkungan operasional organisasi
pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangannya.
b) Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada :
1.) Masyarakat
2.) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
3.) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman
4.) Pemerintah.
Kebutuhan informasi berkaitan dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari
semua kelompok pengguna. Pemerintah wajib memperhatikan informasi yang
tercantum dalam laporan keuangan pemerintah untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.
c.) Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Dalam
penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap asset, yurisdiksi,
19
tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang
terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
d.) Peranan dan tujuan pelaporan keuangan serta dasar hukum
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
dengananggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan pelaporan
keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik.
e.) Asumsi dasar,
karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi. Asumsi Dasar,
dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi
dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1) Asumsi kemandirian entitas, Asumsi ini menyatakan bahwa setiap unit
organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban
untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar
unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.salah satu indikasi
20
terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
2) Asumsi kesinambungan entitas, Asumsi ini diartikan bahwa laporan keuangan
disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikianpemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
3) Asumsi keterukuran dalam satuan uang, Keterukuran dalam satuan uang
berarti bahwa laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan
agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki :
a. Relevan : informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini, dan memprediksikan masa depan, serta menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Karakteristik relevan :
1) Memiliki umpan balik (feedback value), informasi memungkinkan
pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa
lalu.
21
2) Memiliki manfaat prediktif (prediktif value), informasi dapat membantu
pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini.
3) Tepat waktu, informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh
dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4) Lengkap, informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, yaitu mencakup semua
5) Informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
b. Andal : informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Karakteristik andal :
1) Penyajian jujur, informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
2) Dapat diverifikasi (verifiability), informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali
oleh pihak yang berbeda, hasilnya menunjukan simpulan yang tidak jauh
berbeda.
3) Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
pada kebutuhan pihak tertentu.
c. Dapat dibandingkan : informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya.
22
d. Dapat dipahami : informasi yang disajikan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna.
Keempat karakteristik diatas yang menjadi prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu, relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami.
2. Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami
laporan keuangan yang disajikan. Adapun prinsip akuntansi yang digunakan
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Basis akuntansi, Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,ddalam
laporan realisasi anggaran yang berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas diterima di rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan dan
basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban,dan ekuitas dalam neraca yang
berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
23
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Prinsip nilai historis, Asset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk
memperoleh asset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar
jumlah kas.
c. Prinsip realisasi, Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan
digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.
d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal, Informasi dimaksudkan untuk
menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya
disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya
aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan.
e. Prinsip periodisitasan pembiayaan.Kegiatan akuntansi dan pelaporan
keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan
sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan.
f. Prinsip konsistensi, Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian
yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip
konsistensi internal). Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan
24
syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi
yang lebih baik dibanding metode lama.
g. Prinsip pengungkapan lengkap, Laporan keuangan menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
h. Prinsip penyajian wajar, Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
3. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
laporan keuangan pemerintah, yaitu:
a. Materialitas
Adalah suatu kondisi jika tidak tersajikannya atau salah saji suatu informasi
akan mempengaruhi keputusan atau penilaian pengguna yang dibuat atas
dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada hakikat atau besarnya
pos atau kesalahan yang dipertimbangkan dari keadaan khusus dimana
kekurangan atau salah saji terjadi.
b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak
semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari
biaya penyusunannya.
c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif
25
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.
4. Tujuan dan Peranan Standar Akuntansi Pemerintahan
Tujuan diterapkannya standar akuntansi pemerintahan adalah untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah
baik pusat maupun daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan pemerintah digunakan sebagai acuan bagi :
a. Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah atau sekarang disebut
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam pelaksanaan tugasnya;
b. Penyusunan laporan keuangan pemerintah untuk menanggulangi masalah
akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan pemerintah.
c. Aparat pengawasan fungsional yang mempunyai tugas untuk memeriksa
laporan keuangan pemerintah dalam memberikan pendapat atas laporan
keuangan pemerintah.
d. Para pemakai untuk menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah yang telah disusun sesuai dengan standar keuangan
pemerintah.
Dari uraian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa empat
acuan dari kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah merupakan bagian dari tujuan dan peranan standar akuntansi
pemerintahan
26
D. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Penyajian LaporanKeuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan. Setiap entitas
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
(a) Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan
fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang undangan.
27
(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para
pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode
pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
1. Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan
seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman
struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-
pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-
pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain,
diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.
a. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan
pokok adalah:
a) Laporan Realisasi Anggaran;
28
b) Neraca;
c) Laporan Arus Kas; dan
d) Catatan atas Laporan Keuangan
b. Periode Pelaporan
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entita berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau
lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi
berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus
kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
c. Tepat Waktu
Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak tersedia
bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-
faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan
bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat
waktu. Batas waktu penyampaian laporan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran.
2. Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-
dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-
29
undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan
antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
a. Manfaat Informasi Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu
entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
(a) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
(b) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
efisiensidan efektivitas penggunaan anggaran.
b. Struktur Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Dalam Laporan
Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada setiap
halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut:
30
(a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
(b) cakupan entitas pelaporan;
(c) periode yang dicakup;
(d) mata uang pelaporan; dan
(e) satuan angka yang digunakan.
c. Isi Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit,
dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan
Realisasi Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi
Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut
angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Laporan Realisasi
Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
(a) Pendapatan
(b) Belanja
(c) Transfer
(d) Surplus atau deficit
(e) Penerimaan pembiayaan
(f) Pengeluaran pembiayaan
31
(g) Pembiayaan neto; dan
(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
3. Laporan Arus kas
Tujuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian
laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan
aktivitas operasi, investasi asset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran
selama satu periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama
suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
a. Manfaat Informasi Arus Kas
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa
yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus
kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat
pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus
kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).
32
b. Entitas Pelaporan Arus Kas
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan yang terdiri dari:
(a) Pemerintah pusat;
(b) Pemerintah daerah; dan
(c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib membuat laporan arus kas. Entitas pelaporan yang wajib
menyusun dan menyajikan laporan arus kas perbendaharaan
c. Penyajian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran
kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi keuangan yang
lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga
pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan
keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang
disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
33
a. Struktur Dan Isi
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus
mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi
tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan
yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; (d) Mengungkapkan
informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
34
b. Susunan
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
(a) Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-
Undang APBN/Perda APBD;
(b) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
(c) Kebijakan akuntansi yang penting:
(d) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
(e) Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis
akrual
(f) Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum daerah.
5. Akuntansi Persediaan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam
laporan keuangan.Persediaan merupakan aset yang berwujud: Barang atau
perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah; Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses
produksi; Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat. Barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan;
35
a. Pengakuan
Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya
dan/ atau kepenguasaannya berpindah.
b. Pengukuran
Persediaan disajikan sebesar:
(a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
(b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
(c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan;
c. Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan:
(a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
(b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat ;
(c) Kondisi persediaan;
36
6. Akuntansi Investasi
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan
dalam laporan keuangan.
a. Bentuk Investasi
Pemerintah melakukan investasi dengan beberapa alasan antara lain
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka
panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi
jangka pendek dalam rangka manajemen kas. Terdapat beberapa jenis
investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang
serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat utang baik
jangka pendek maupun jangka panjang, serta instrumen ekuitas.
b. Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah dibagi atas dua yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset
lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset
nonlancar.
c. Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria:
(a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial
di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah;
37
(b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable). Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui
sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai
belanja dalam laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk
memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran
pembiayaan.
d. Pengukuran Investasi
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga misalnya saham dan
obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi
perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka
perolehan tersebut. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh
tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi
pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai
wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain
yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut. Investasi jangka pendek
dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek
dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. Investasi jangka panjang yang
bersifat permanen misalnya penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar
biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah
biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. Investasi
nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian obligasi jangka panjang dan
investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar
38
nilai perolehannya. Sedangkan investasi dalam bentuk dana talangan untuk
penyehatan perbankan yang akan segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman
modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai
sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk
perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian
proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga. Apabila investasi
jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset pemerintah, maka nilai investasi
yang diperoleh pemerintah adalah sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar
investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada. Harga perolehan investasi
dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai
tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.
e. Metode Penilaian Investasi
Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:
(a) Metode biaya; Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat
sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui
sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya
investasim pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
(b) Metode ekuitas; Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah
mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau
dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang
diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah dan
39
tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai
investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi
pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh
valuta asing serta revaluasi aset tetap.
(c) Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan; Metode nilai bersih yang
dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan
dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
f. Pengakuan Hasil Investasi
investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa
bunga deposito, bunga obligasi dan dividen tunai (cash dividend) dicatat
sebagai pendapatan. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari
penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan
metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah akan dicatat
mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dicatat sebagai pendapatan
hasil investasi. Kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan
menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan
dengan jumlah yang sama.
g. Pelepasan Dan Pemindahan Investasi
Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan
pelepasan hak karena peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Penerimaan
dari penjualan investasi jangka pendek diakui sebagai penerimaan kas
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan dalam laporan realisasi
40
anggaran, sedangkan penerimaan dari pelepasan investasi jangka panjang
diakui sebagai penerimaan pembiayaan. Pelepasan sebagian dari investasi
tertentu yang dimiliki pemerintah dinilai dengan menggunakan nilai rata-rata.
Nilai rata-rata diperoleh dengan cara membagi total nilai investasi terhadap
total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.nPemindahan pos investasi
dapat berupa reklasifikasi investasi permanen menjadi investasi jangka
pendek, Aset Tetap, Aset Lain-lain dan sebaliknya.
h. Pengungkapan
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain
(a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
(b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
(c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
jangka panjang;
(d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
(e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
(f) Perubahan pos investasi.
7. Akuntansi Aset Tetap
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
aset tetap. Masalah utama akuntansi untuk aset tetap adalah saat pengakuan aset,
penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian
kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying value) aset tetap. Pernyataan
41
Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintah yang menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya,
termasuk pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan
kecuali bila Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya mensyaratkan
perlakuan akuntansi yang berbeda.
a. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap
yang digunakan:
(a) Tanah;
(b) Peralatan dan Mesin;
(c) Gedung dan Bangunan;
(d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
(e) Aset Tetap Lainnya; dan
(f) Konstruksi dalam Pengerjaan.
b. Pengakuan Aset Tetap
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan
memenuhi kriteria:
(a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
(c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
(d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
42
c. Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset
tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
d. Penilaian Awal Aset Tetap
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu
aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur
berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai,
biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh
e. Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures)
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar member
manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.
f. Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) Terhadap Pengakuan
Awal
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut
dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan
penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada
masing-masing akun aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
43
g. Akuntansi Tanah
Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan
secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur
pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap. Pengakuan tanah di luar negeri
sebagai aset tetap hanya dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan
hukum serta perundang undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan
Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat
permanen.
h. Aset Bersejarah (Heritage Assets)
Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset
bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
i. Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing masing jenis aset
tetap sebagai berikut:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan: Penambahan; Pelepasan; Akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai, jika ada; Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi: Nilai penyusutan; Metode penyusutan
yang digunakan; Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
44
periode; Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: Eksistensi dan
batasan hak milik atas aset tetap; Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi
yang berkaitan dengan asset tetap; Jumlah pengeluaran pada pos aset
tetap dalam konstruksi; dan Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
8. Akuntansi Dalam Pengerjaan
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur
perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan denganm metode nilai
historis. Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah
jumlah biaya yang diakui sebagai aset yang harus dicatat sampai dengan
konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
a. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang
proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada
umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan
tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. Perolehan aset
dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak
ketiga dengan kontrak konstruksi.
b. Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset yang
berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan,
45
teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak seperti ini
misalnya konstruksi jaringan irigasi.
Kontrak konstruksi dapat meliputi:
(a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
(b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
(c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung pengawasan
konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value
engineering;
(d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi
lingkungan.
c. Penyatuan Dan Segmentasi Kontrak Konstruksi
Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari
setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah
apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi
(a) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
(b) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta
pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang
berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
(c) Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset
tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi
46
aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi tambahan
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika:
(a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi,
atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau
(b) harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga kontrak
semula.
d. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan
jika:
(a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan dating
berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
(b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
(c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan
digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan
jika kriteria berikut ini terpenuhi:
(a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
(b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;
e. Pengukuran
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Biaya
Konstruksi Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain:
47
(a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
(b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
(c) biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.
f. Pengungkapan
Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam
Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:
(a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesaiannya;
(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
(d) Uang muka kerja yang diberikan;
(e) Retensi.
9. Akuntansi Kewajiban
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi
kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya
pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut. Pernyataan Standar ini
diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan
untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
Pernyataan Standar ini mengatur:
48
(a) Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri dan
Utang Luar Negeri.
(b) Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang asing.
(c) Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi pinjaman.
(d) Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan
khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
a. Umum
Karakterisitik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban
umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab
untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban
muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas
yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak
dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau
peraturan perundang-undangan.
49
b. Klasifikasi Kewajiban
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang
mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 12
(dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan.
c. Pengakuan Kewajiban
Pelaporan keuangan untuk tujuan umum harus menyajikan kewajiban
yang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada
sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
d. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
e. Penyelesaian Kewajiban Sebelum JatuhTempo
Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo
karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature) dari sekuritas
tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh
permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan kembali
dan nilai tercatat netonya harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan.
50
f. Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk
Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan
sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
g. Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang,
debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat
restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang
pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah
pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.
Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.
h. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah
Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah Adalah Biaya
Bunga Dan Biaya Lainnya Yang Timbul Dalam Kaitan Dengan Peminjaman
Biaya-Biaya Dimaksud Meliputi:
(a) Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek
maupun jangka panjang;
(b) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
(c) Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya .
(d) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal
tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.
51
i. Penyajian Dan Pengungkapan
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi
yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;
(b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
(c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;
(d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
(e) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
(1) Pengurangan pinjaman;
(2) Modifikasi persyaratan utang;
(3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
(4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
(5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
(6) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
(f) Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur
utang berdasarkan kreditur.
(g) Biaya pinjaman:
(1) Perlakuan biaya pinjaman;
52
(2) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan; dan
(3) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
10. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Dan Peristiwa
Luar Biasa
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakua akuntansi atas
koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar biasa.
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas harus
menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan pengaruh kesalahan,
perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa. Pernyataan Standar ini
berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan yang
mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi, termasuk badan layanan
umum, yang berada di bawah pemerintah pusat/daerah.
a. Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa
periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi
anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta,
kecurangan , atau kelalaian. Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai
pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya
sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.
53
b. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu entitas
pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui trend posisi Keuangan,
Kinerja, Dan Arus Kas. Oleh Karena Itu, Kebijakan Akuntansi Yang Digunakan
Harus Diterapkan Secara Konsisten Pada Setiap Periode. Perubahan Di Dalam
Perlakuan, Pengakuan, Atau Pengukuran Akuntansi Sebagai Akibat Dari
Perubahan Atas Basis Akuntansi, Kriteria Kapitalisasi, Metode, Dan Estimasi,
Merupakan Contoh Perubahan KebijakanAkuntansi.
c. Peristiwa Luar Bias
Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau transaksi yang
secara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Di dalam aktivitas biasa entitas
pemerintah termasuk penanggulangan bencana alam atau sosial yang terjadi
berulang. Dengan demikian, yang termasuk dalam peristiwa luar biasa hanyalah
peristiwa-peristiwa yang belum pernah atau jarang terjadi sebelumnya. Peristiwa
yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas adalah kejadian yang sukar
diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan di dalam anggaran. Suatu
kejadian atau transaksi yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas
merupakan peristiwa luar biasa bagi suatu entitas atau tingkatan pemerintah
tertentu, tetapi peristiwa yang sama tidak tergolong luar biasa untuk entitas atau
tingkatan pemerintah yang lain.
11. Laporan Keuangan Konsolidasian
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan
keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan
54
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
demi meningkatkan kualitas dankelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam
standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
a. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan Keuangan Konsolidasian Terdiri Dari Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan
Konsolidasian Disajikan Untuk Periode Pelaporan Yang Sama Dengan Periode
Pelaporan Keuangan Entitas Pelaporan Dan Berisi Jumlah Komparatif Dengan
Periode Sebelumnya. Dalam standar ini proses konsolidasi diikuti dengan
eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian,
apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Entitas Pelaporan
Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan,
yang umumnya bercirikan:
(a) Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat
pemisahan kekayaan dari anggaran,
(b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
(c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau
pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
55
(d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak
langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
c. Entitas Akuntansi
Pengguna anggaran/pengguna barang sebagai entitas akuntansi
menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan
dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
pelaporan.
d. Badan Layanan Umum
Badan Layanan Umum (BLU) menyelenggarakan pelayanan umum,
memungut dan menerima serta membelanjakan dana masyarakat yang diterima
berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak berbentuk badan hukum
sebagaimana kekayaan negara yang dipisahkan. Termasuk dalam BLU antara
lain adalah rumah sakit, universitas negeri, dan otorita.
e. Prosedur Konsolidasi
Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Standar ini dilaksanakan dengan
cara menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan atau tanpa mengeliminasi
akun timbal balik.
E. Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan denganPengelolaan Keuangan Daerah
Seperti dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
56
menyajikan laporan keuangan pemerintah dan merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia. Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan
secara tertib taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien,
efektif, transparan dan bertanggung jawab yang kesemuanya ini merupakan azas
umum pengelolaan keuangan daerah menurut Peraturan Mendagri No. 13 Tahun
2006 yang juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal
184 ayat 1 dan 3 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: “Laporan keuangan
pemerintahan daerah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah”. (2004:132-133).
Undang-undang No.17 tahun 2003 pasal 32 tentang Keuangan Negara berbunyi :
1. Bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBDdisusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
2. Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dalamperaturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dariBadan Pemeriksa Keuangan.
Governmental Accounting Standards Board (GASB) dalam Concepts
Statement No.1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa
akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di pemerintahan.
Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan pemerintah. Seperti
telah dijelaskan diawal, bahwa wujud dari pengelolaan keuangan daerah adalah
dengan adanya laporan keuangan.
57
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Besar kecilnya dana (nilai
uang) yang tercantum pada APBD akan mencerminkan peranan pemerintah dalam
perekonomian dan pelayanan masyarakat suatu negara atau daerah. Dengan
demikian, besar kecilnya peranan akuntansi pemerintahan pada pengelolaan
keuangan daerah yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat dikaitkan dengan besar kecilnya nilai APBD.
58
F. Kerangka Pikir.
Dari uraian sebelumnya dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut :
s
Gambar 2 : Kerangka Pikir
Otonomi DaerahUU Nomor 32 Tahun 2004
HASIL EVALUASISesuai/Tidak Sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah
Evaluasi Laporan Keuangan DaerahBerdasarkan
PP Nomor 71 Tahun 2010
PSAP No.71 Tahun 2010 tentang Penyajian LaporanKeuangan
1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran3. PSAP 03 Laporan Arus Kas4. PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan6. PSAP 06 Akuntansi Investasi7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap8. PSAP 08 Akuntansi Dalam Pengerjaan9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan Perubahan
Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
Komponen Laporan Keuangan SKPD
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Catatan atas Laporan Keuangan
4. Arus kas
(PP Nomor 71 Tahun 2010)
KANTOR DINAS SEKRETARIATDAERAH KOTA PAREPARE
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih lembaga publik yaitu pada
Pemerintahan Daerah Kota parepare (Sulawesi-Selatan) Khususnya pada Kantor
Sekretariat kota Parepare sebagai pengelola keuangan daerah kota Parepare, serta
pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Mulai tanggal 25
April s/d 25 Juni Tahun 2015
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk uraian atau
penjelasan mengenai keadaan instansi Pemerintah.
2. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau dalam bentuk angka-
angka,yang dapat diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari staf/karyawan
kantor sekretariat Kota Parepare.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen kantor sekretariat
Kota Parepare dan bahan-bahan lain yang mempunyai keterkaitan dengan
pembahasan.
60
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Hal ini dimaksudkan agar tujuan penelitian
dapat tercapai. Adapun metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Fiel Research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengungjungi langsung obyek penelitian untuk memperoleh
dan mengumpulkan data secara langsung mengenai bahan yang akan
digunakan.
2. Penulisan pustaka (Library Research), yaitu penelitian dilakukan untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan serta landasan teori dari berbagai
literatur, referensi, buku-buku yang berkaitan dengan ruang lingkup
penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif, dengan cara reduksi data dengan menyeleksi, memfokuskan,
dan menyederhanakan abstraksi data mentah. Reduksi data dilakukan dengan cara
mengolah catatan-catatan tertulis di lapangan sehingga dapat disajikan sebagai
laporan. Data mentah dievaluasi didasarkan pada kebutuhan dengan memilih
poin-poin yang dianggap penting dan substansial yang terkait dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan No. 71 Tahun 2010.
61
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Deskripsi Umum Kota Parepare
1. Keadaan Geografis
Secara geografis Kota Parepare terletak diantara 3° 57’ 39” – 4° 04’ 49”
Lintang selatan dan 119° 36’ 24” – 119 derajat 43’ 40” Bujur timur, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Dilihat dari letaknya, secara regional Kota Parepare menempati posisi
yang sangat strategis, yaitu merupakan titik silang jalur transportasi darat dari
utara yang merupakan daerah kaya akan hasil alam/pertanian dan bagian selatan
yang merupakan sentra jasa/perdagangan karena terdapat ibu kota provinsi. Luas
wilayah Parepare keseluruhan adalah 99,33 km2, yang merupakan daerah kota
terkecil di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu hanya 0.16% dari luas Provinsi
Sulawesi Selatan. Kota Parepare sampai tahun 2007, terbagi menjadi 3 kecamatan,
21 kelurahan, dan mulai awal tahun 2008 dimekarkan menjadi 4 kecamatan dan
22 kelurahan, Peraturan Daerah (Perda) Kota Pare-pare Nomor 4 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kecamatan dan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kelurahan).
62
Dari luas keseluruhan yang ada, 85% merupakan wilayah perbukitan
dengan ketinggian yang bervariasi antara 0-500 m. Sedangkan sisanya merupakan
wilayah pusat permukiman dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan catatan stasiun
klimatologi, rata-rata temperatur Kota Parepare sekitar 28,5° C dengan suhu
minimum 25,6° C dan suhu maksimum 31,5° C. Kota Parepare beriklim tropis
dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan
September dan musim hujan pada bulan Oktober sampai bulan Februari.
Gambaran luas wilayah perkecamatan dalam Kota Parepare dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kota Parepare
NO KECAMATAN LUAS DAERAH (KM2)
1 BACUKIKI 66,70
2 BACUKIKI BARAT 13,00
3 UJUNG 11,30
4 SOREANG 8,33
KOTA PAREPARE 99,33Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Parepare 2013
2. Keadaan Demografis
Berdasarkan hasil Pencacahan Sensus Penduduk 2012, jumlah penduduk
Kota Parepare sementara adalah 129.542 orang, yang terdiri atas 63.719 laki-laki
dan 65.823 perempuan. Dari hasil Sensus Penduduk 2012 tersebut masih tampak
bahwa penyebaran penduduk Kota Parepare masih bertumpu pada Kecamatan
63
Soreang yakni sebesar 33,72 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bacukiki
Barat sebesar 30,18 persen, Kecamatan Ujung sebesar 24,97 persen dan terakhir
Kecamatan Bacukiki sebesar 11,13 persen.
Dengan luas wilayah Kota Parepare sekitar 99,33 km², yang didiami oleh
129.542 jiwa maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Parepare adalah
sebanyak 1.304 jiwa/ Km². Hal ini menunjukkan bahwa Kota Parepare termasuk
wilayah yang cukup padat penduduknya. Kecamatan yang paling tinggi tingkat
Kecamatan Bacukiki adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kota
Parepare yakni sebesar 3,71 % meskipun jumlah penduduknya hanya sebesar
14.415 jiwa, sedangkan yang terendah di Kecamatan Soreang yakni sebesar 0,38
persen, walaupun dari segi jumlah penduduk menempati urutan pertama yakni
sebesar 43.684 jiwa. sedangkan Kecamatan Bacukiki Barat yang dari segi jumlah
penduduk menempatu urutan kedua yakni sebesar 39.090 jiwa, tetapi laju
pertumbuhan penduduknya masih di bawah Kecamatan Bacukiki, yakni sebesar
1,67 persen. Sedangkan Kecamatan Ujung menempati urutan ketiga dari segi
jumlah penduduk, yakni sebesar 32.353 jiwa, tapi laju pertumbuhan penduduk
menempati urutan keempat, yakni sebesar 1,19 persen.
Jumlah rumah tangga berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 di
Kota Parepare adalah sebesar 29.040 rumah tangga. Hal ini berarti kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Soreang yakni sebanyak 5.244 jiwa / Km² ,
sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Bacukiki yakni sebanyak 216
jiwa/ Km². Secara nasional, sex ratio penduduk Indonesia adalah sebesar 101,
yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
64
penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.
Sedangkan untuk Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 95 yang artinya dari
100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Untuk Kota Parepare sendiri, sex ratio-nya
adalah sebesar 97 yang berarti bahwa dari 100 penduduk perempuan di Kota
Parepare terdapat 97 laki-laki atau penduduk laki-laki 3 persen lebih sedikit dari
penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Bacukiki yakni
sebesar 98 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Bacukiki Barat yakni sebesar
96. Laju pertumbuhan penduduk Kota Parepare per tahun selama sepuluh yakni
dari tahun 2000-2010 sebesar 1,46 %. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bacukiki adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kota Parepare
yakni sebesar 3,71 % meskipun jumlah penduduknya hanya sebesar 14.415 jiwa,
sedangkan yang terendah di Kecamatan Soreang yakni sebesar 0,38 persen,
walaupun dari segi jumlah penduduk menempati urutan pertama yakni sebesar
43.684. sedangkan Kecamatan Bacukiki Barat yang dari segi jumlah penduduk
menempatu urutan kedua yakni sebesar 39.090 jiwa, tetapi laju pertumbuhan
penduduknya masih di bawah Kecamatan Bacukiki, yakni sebesar 1,67 persen.
Sedangkan Kecamatan Ujung menempati urutan ketiga dari segi jumlah
penduduk, yakni sebesar 32.353 jiwa, tapi laju pertumbuhan penduduk menempati
urutan keempat, yakni sebesar 1,19 persen.
Jumlah rumah tangga berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2012 di
Kota Parepare adalah sebesar 29.040 rumah tangga. Hal ini berarti bahwa dari
jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 (126.542 jiwa), maka banyaknya
penduduk yang menempati satu rumah tangga adalah rata-rata sebanyak 4,5
65
orang. Untuk seluruh kecamatan rata-rata anggota rumah tangga berkisar 4,3
sampai dengan 4,5 orang. Rata-rata anggota rumah tangga Kota Parepare sedikit
lebih tinggi dari rata-rata anggota rumah tangga Provinsi Sulawesi Selatan, yakni
sebesar 4,3 dan Nasional sebesar 3,86.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Parepare Tahun 2009-2013
Tahun Jenis KelaminLaki-Laki Perempuan Total Rasio
2009 56,883 58,286 115,169 98
2010 56,967 59,342 116,309 96
2011 57,931 59,132 117,063 98
2012 57,032 61,810 118,842 92
2013 63.719 65.823 129,542 97
Sumber : Sensus Penduduk 2013 dan Badan Pusat Statistik Parepare, 2013
B. Deskripsi Pemerintahan Kota Parepare
1. Visi dan Misi Pemerintah Kota Parepare
Visi pemerintah Kota Parepare adalah “Terwujudnya Parepare sebagai
Bandar Madani dengan Masyarakat yang Mandiri , Religius, serta Berkomitmen
Lingkungan”.
Misi dari pemerintah Kota Parepare dalam mewujudkan visi adalah :
a) Mewujudkan peningkatan dan pemeratan kesejateraan masyarakat
b) Mewujudkan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat
c) Mewujudkan kecukupan sarana, prasarana, infrastruktur dan fasilitas kota
d) Mewujudkan tatanan masyarakat yang berwawasan lingkungan.
e) Mewujudkan tatanan masyarakat yang religius, toleran, tertib dan humoris
66
f) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
2. Tata Kerja Organisasi Pemerintah Kota Parepare
Secara administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 tentang organisasi perangkat daerah, Pemerintah Derah Kota Parepare
dipimpin oleh seorang Walikota dan seorang Wakil Walikota dibantu seorang
Sekretaris Daerah yang membawahi 3 asisten, 14 dinas, 12 lembaga teknis daerah
berupa badan, kantor, Satpol PP, Inspektorat dan Rumah Sakit, 4 kecamatan dan
22 Kelurahan.
a. Dinas – dinas di Kota Parepare
1. Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pendidikan
4. Dinas Pekerjaan Umum
5. Dinas Perhubungan
6. Dinas Komunikasi & Informatika
7. Dinas Tenaga Kerja
8. Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil
9. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
10. Dinas Sosial
11. Dinas Tata Ruang & Pengawasan Bangunan
12. Dinas Perindag, Koperasi & UKM
13. Dinas Olahraga, Pemuda & Pariwisata
14. Dinas Pendapatan Daerah
67
b. Kecamatan/Kelurahan Kota Parepare, terdiri dari :
1. Kecamatan Bacukiki
2. Kecamatan Bacukiki Barat
3. Kecamatan Ujung
4. Kecamatan Soreang
5. Kelurahan Watang bacukiki
6. Kelurahan Lemoe
7. Kelurahan Lompoe
8. Kelurahan Galung Maloang
9. Kelurahan Lumpue
10. Kelurahan Bumi Harapan
11. Kelurahan Sumpang Minangae
12. Kelurahan Cappa Galung
13. Kelurahan Tiro Sompe
14. Kelurahan Kampung Baru
15. Kelurahan Labukkang
16. Kelurahan Mallusetasi
17. Kelurahan Ujung Sabbang
18. Kelurahan Ujung Bulu
19. Kelurahan Lapadde
20. Kelurahan Kampung Pisang
21. Kelurahan Lakessi
22. Kelurahan Ujung Baru
68
23. Kelurahan Ujung Lare
24. Kelurahan Bukit Indah
25. Kelurahan Wattang Soreang
26. Kelurahan Bukit Harapan
C. Deskripsi Kantor Dinas Sekretariat Daerah Kota Parepare
Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang
mempunyai tugas pokok dan kewajiban membantu Walikota dalam melaksanakan
penyelenggara pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat, pembinaan
administrasi, organisasi dan tata laksana serta menyusun kebijakan dan
menkoordinasi dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretaris Daerah dibantu
oleh 3 Asisten yang masing masing membawahi beberapa bidang antara lain:
1. Asisten Bidang Pemerintahan
Asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat mempunyai tugas
membantu sekretaris daerah dalam penyelenggaraan tugas pokok
pengkoordinasian kebijakan administrasi pemerintah umum, kesejahteraan rakyat,
pembinaan hubungan kemasyarakatan serta memimpin, merencanakan,
menkoordinasikan bagian-bagian yang terkait dengan bidang pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat, pembinaan hubungan kemasyarakatan serta memimpin,
merencanakan, menkoordinasikan bagian-bagian yang terkait dengan bidang
pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Asisten Pemerintahan dan
kesejahteraan rakyat terbagi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Bagian Pemerintahan
69
Dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengkoordinasian dan penyiapan rancangan kebijakan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan umum termasuk penataan
kewenangan dan pelimpahan kewenangan , pengawasan dan pembantuan,
ketentraman, ketertiban, perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana,
kependudukan, dan kerjasama serta melaksanakan sebagian kewenangan di
bidang pertanahan secara berjenjang berdasarkan peraturan yang ada serta
penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraanotonomi
daerah, perangkat daerah dan pemerintah kecamatan dan kelurahan
b. Bagian Hukum dan Perundang Undangan
Mempunyai tugas pokok merumuskan, merencanakan, membina, mengawasi
kegiatan Program Peraturan Perundang-undangan dan dokumentasi hokum,
Bantuan hukum, dan Hak Asasi Manusia (HAM) dan tidak lanjut.
c. Bagian Humas dan Protokoler
Bagian humas dipimpin oleh seorang kepala bagian yang mempunyai tugas
pokok merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas
kesatuan bangsa dan politik, pemuda, olahraga dan pemberdayaan masyarakat
serta pembinaan-pembinaan Humas & Protokol, guna memperjelas kebijakan
pimpinan dan pemerintah daerah serta kelancaran hubungan komunikasi antar
tingkatan pemerintah.
70
2. Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan
Asisten sekertaris daerah bidang perekonomian dan pembangunan mempunyai
tugas merumuskan, mengkoordinasikan, membina, mengendalikan, melaksanakan
tugas pokok di bidang administrasi pembangunan, sumber daya alam dan
perekonomian. Bidang ini terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Bagian Ekonomi
Bagian ekonomi dan penanam modal dipimpin oleh kepala bagian yang
mempunyai tugas pokok merumuskan, merencanakan, membina dan mengawasi
program dan koperasi dan usaha kecil, menengah, perindustrian, perdagangan,
penanam modal dan badan usaha daerah.
b. Bagian Pembangunan
Bagian pembangunan dipimpin oleh seorang kepala bagian mempunyai tugas
pokok melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk
teknis Pembina administrasi pembangunan, melaksanakan kegiatan dalam lingkup
secretariat daerah, pengendalian dan pelaporan kegiatan pembangunan serta
menyusun program kerja pemerintah daerah.
c. Bagian Kesejahteraan Rakyat
Bagian kesejahteraan rakyat dipimpin oleh seseorang kepala bagian yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan penyiapan rancangan
kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan,
d. Bagian Organisasi social, tenaga kerja, transmigrasi, pemberdayaan
perempuan, KB dan pembinaan mental spiritual dan keagamaan.
71
3. Asisten Bidang Administrasi Umum
Asisten Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas pokok merumuskan,
mengkoordinasikan, membina, mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang
hukum dan perundang-undangan, organisasi dan tatalaksana, keuangan dan
umum.Asisten bidang administrasi umum terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
a. Bagian Umum
Bagian Umum dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai tugas
pokok membantu Sekretaris Daerah dalam melaksanakan kegiatan dan
penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan ketatausahaan pimpinan,
kearsipan, urusan rumah tangga dan perlengkapan.
b. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang mempunyai
tugas melaksanakan, menyiapkan, penyusunan rencana anggaran Sekretariat.
Daerah mengurus dan menata usahakan keuangan serta menyiapkan laporan
keuangan sekretariat daerah.
c. Bagian Pengelolaan Aset
Bagian Pengelolaan Aset dipimpin oleh Kepala bagian yang mempunyai tugas
pokok merumuskan, merencanakan dan mendistribusi, inventarisasi aset,
pengawasan dan penghapusan aset .
d. Bagian Organisasi
Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas mengkaji bahan
kebijakan umum dan fasilitasi penataan kelembagaan dan analisis jabatan,
ketatalaksanaan dan pembinaan standar pelayanan serta pengembangan kinerja
72
kepegawaian serta mengkoordinasikan melaksanakan tugas bidang kearsipan,
perpustakaan dan kepegawaian.
Gambar Struktur organisasi Kantor Sekretariat Kota Parepare adalah
sebagai berikut :
73
STRUKTUR ORGANISASISEKRETARIAT DAERAH KOTA PAREPARE
Gambar 3 : Struktur Organisasi Sekretariat Kota parepare
SEKRETARIS DAERAH KOTASTAF AHLI1. BIDANG HUKUM DAN POLITIK2. BIDANG PEMRINTAHAN3. BIDANG KEMASYARAKTAN DAN SDM4. BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN
KELOMPOKJABATAN FUNGSIONAL
ASISTEN BIDANGPEMERINTAHAN
ASISTEN BIDANG EKONOMI PEMBANGUNAN DANKESEJATRAAN RAKYAT
ASISTEN BIDANGADMINISTRASI UMUM
BAGIANHUKUM DANPERUNDANG-UNDANGAN
SUB BAGIANDOKUMENTASIHUKUM
SUB BAGIANBANTUANHUKUM DANHAK ASASIMANUSIA
SUB BAGIANPERUNDANG-UNDANGAN
BAGIANHUMAS
SUB BAGIANPEMERINTAHAN,DOKUMENTA
SI DAN PERS
SUB BAGIANPROTOKOL &HUBUNGANANTAR LEMBAGA
SUB BAGIANMONITORINGPERKEMBANGANMASYARAKAT
BAGIANPEMERINTAHAN
SUB BAGIANAGRARIAANDANPENATAANBATSWILAYAH
SUB BAGIANPEMBINAANPEMERINTAHANKECAMATAN
SUB BAGIANOTONOMIDAERAHDANKERJASAMA
BAGIAN UMUM
SUB BAGIANMENTALSPRITUALDANKEAGAMAAN
SUB BAGIANORMAS DANPENANGGULANGANMASALAHSOSIAL
SUB BAGIANPEMBINAANKESEJATRAANRAKYAT
BAGIANKEUANGAN
SUB BAGIANMENTALSPRITUALDANKEAGAMAAN
SUB BAGIANPROGRAMKERJA
SUB BAGIANPENGENDALIAN DANPELAPORAN
BAGIANORGANISASI
SUBBAGIANPEMBINAAN USAHADAERAH
SUBBAGIANSARANAPEREKONOMIAN DANPRODUKSIDAERAH
SUBPOTENSIEKONOMI
BAGIANKESEJATERAAN RAKYAT
BAGIANEKONOMI
SUB BAGIANANGGARAN
BAGIANPEMBANGUNA
N
SUB BAGIANTATAUSAHA
SUB BAGIANKEPEGAWAIAN DANPENGEMBANGANKINERJA
SUB AKUNTANSI
DAN PELAPORAN
SUB BAGIANRUMAH TANGGA
SUB BAGIANKEUANGAN
SUB BAGIANPERBENDAHARAAN
SUB GAGIANKELEMBAGAAN &ANALISISJABATAN
SUB BAGIANKETATALAKSANAAN
SUB BAGIANPENGAWASAN DANPENGHAPUSAN ASET
SUB BAGIANPERENCANAAN DANDISTRIBUSI
SUB BAGIANINVENTARISASET
BAGIANPENGELOLAAN ASET
74
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penyajian Laporan Keuangan Kota Parepare Tahun 2014
Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban pemerintah
daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis yang dipercayakan
serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
keuangan pemerintah. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk
menyediakan informasi, mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas selama satu periode
pelaporan. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang
dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Kota Parepare tahun Anggaran 2014 dilakukan oleh Bidang Akuntansi Dinas
skretariat daerah selaku Pengelola Keuangan Daerah telah menyusun dan
menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
a. Neraca
Neraca adalah pernyataan tertulis sah bagi publik tentang kewajaran
keuangan yang dinyatakan oleh intitas karena postur neraca menggambarkan
posisi keuangan suatu entitas mengenai asset, kewajiban dan ekuitas. Aset
mengcakup seluruh sumber daya yang memberikan manfaat ekonomi atau sosial
yang dimiliki yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah dimasa yg akan
datang. Ekuitas mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah, yaitu selisih
75
antara asset dan kewajiban. akun-akun yang disajikan dalam Neraca Pemerintah
Kota Parepare Terdiri dari: Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap,
Dana Cadangan, Aset Lainnya, Kewajiban,Ekuitas Dana. Bisa dilihat dari Tabel
Neraca Kota Parepare Tahun 2014 Berikut ini :
Tabel. 5.1 Neraca Kota Parepare Tahun 2014NO
Uraian Tahun 2014 Tahun 2013
1 ASET2 ASET LANCAR3 Kas 114.732.492.565,02 22.043.625.841,014 Kas di Kas Daerah 97.815.067.616,19 21.128.434.714,205 Kas di Bendahara BULD 16.274.410.070,83 338.730.202,816 Kas di Bendahara Pengeluaran 318.186.608,00 576.460.924,007 Kas di Bendahara Penerimaan 176.000,00 -8 Kas di Bendahara JKN 324.652.270,00 -9 Investasi Jangka Pendek - -10 Piutang Pajak 3.604.886.273,00 1.520.557.829,0011 Piutang Retribusi 284.549.050,00 276.027.050,0012 Piutang lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah (BLUD) 8.425.796.398 17.919.516.723,0013 Piutang Dana alokasi umum - -14 Piutang Dana alokasi khusus - -15 Bagian Lancar pinjaman Kepada BUMD - -16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 1.257.900,00 1.257.900
17 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 6.381.916,00 10.081.916,0018 Piutang Lain-lain 284.916.500,00 122.228.049,0019 Penyisihan piutang (196.029.878,67) (49.6144.452,83)20 Persediaan 7.200.164.838,00 6.435.257.558,0021 JUMLAH ASET LANCAR 134.344.415.561,40 48.278.938.413,1822 INVESTASI JANGKA PANJANG23 Investasi nonpermanent24 Pinjaman Kepada Perusaan Negara -25 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah -26 Pinjaman Kepada Daerah Lainnya -27 Dana Bergulir 1.281.932.220 1.310.232.988,0028 Investasi dalam proyek Pembangunan -29 Investasi Non permanen lainnya/Pinjaman kepada
Masyarakat134.700.000,000 155.400.000,00
30 Jumlah Investasi Non permanen 1.353.632.220,00 1.465.632.988,0031 Investasi Permanen32 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12.647.000.001,00 1.465.632.988,0033 Investasi Permanen Lainnaya34 Jumlah Investasi Permanen 12.647.000.001,00 11.147.000.001,0035 JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 14.000.632.221,00 12.612.632.989,0036 ASEP TETAP37 Tanah 240.966.688.9777,27 219.241.634.152,0038 Peralatan Dan Mesin 145.204.539.757,37 182.131.005.553,0439 Gedung dan Bangunan 572.301.817.730,86 615.627.085.425,9440 Jalan, Irigasi dan Jalanan 640.365.192.786,68 673.279.735.271,0041 Aset tetap lainnya 13.967.738.291,11 11.176.733.913,0042 Kontruksi Dalam Pengerjaan 57.418.828.053,95 70.462.542.801,7643 Akumulasi Penyusutan Asep tetap (590.924.195.588,21) (589.866.330.713,14)44 JUMLAH ASET TETAP 1.079.300.610.009,04 1.182.052.406.403,60
76
45 DANA CADANGAN46 Dana Cadanagan - -47 JUMLAH DANA CADANGAN - -48 ASET LAINNYA - -
49 Tagihan Penjualan Angsuran - -50 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah - -51 Piutang Perhitungan Pihak ke Tiga - -52 Kemitraan dengan pihak ke tiga 25.642.700.000,00 25.642.700.000,0053 Aset tak Berwujud 3.325.740.874,03 -54 Aset Lain-lain 86.504248.537,27 78.271.413,0055 JUMLAH ASET LAINNYA 115.472.689.411,30 25.720.971.413.0056 JUMLAH ASET 1.343.118.347.202,74 1.268.664.949.218,7857 KEWAJIBAN58 Kewajiban Jangka Pendek59 Utang perhitungan Pihak ke tiga60 Utang Bunga 3.120.052.910,02 4.459.921.366,8161 Utang Pajak 8.030.024,00 -62 Utang Retensi 2.598.883.014,00 1.479.012.993,0063 Utang Belanja 11.909.459.291,00 14.418.056.277,0064 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri 243.255.755,50 243.255.755,5065 Bagian Lancar Utang Jangka Panang Luar Negeri 2.765.857.030,00 2.765.857.030,7366 Utang Jangka Pendek Lainnya 1.156.244.765,00 -67 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 21.801.782.790,25 23.366.103.373,0468 Kewajiban Jangka Panjang69 Utang Dalam Negeri 1.224.329.473,0470 Utang Luar Negeri 27.658.570.307,34 30.424.427.338,0771 Utang Jangka Panjang Lainnya - 625.075.000,0072 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 27.658.570.307,34 32.273.831.811,4573 JUMLAH KEWAJIBAN74 EKUITAS DANA75 Ekuitas Dana LancarNo Uraian Tahun 2014 Tahun 2013
76 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 114.399.634.271,02 22.037.276.568,0177 Pendapatan Yang Di Tangguhkan 324.828.270,00 6.349.273,00
78 Cadangan Piutang 12.411.758.158,38 19.800.055.014,17
79 Cadangan Persediaan 7.200.164.838,00 6.435.257.558,00
80 Dana yang Haru Disediakan untuk Pembayaran Utang JangkaPanjang
(21.793.752.766,25) (23.366.103.373,04)
81 Jumlah Ekuitas Dana Lancar 112.542.632.771,15 24.912.835.040,14
82 Ekuitas Dana Investasi
83 Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang 14.000.632.771,15 12.612.632.989,0084 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 1.079.300.610.009,04 1.182.052.406.40385 Diinvestasiskan Dalam Aset Lainnya 115.472.689.411,30 25.720.971.413,0086 Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang
Jangka panjang(27.658.570.307,34) (32.273.831.811,45
87 Jumlah Ekuitas Dana Investasi 1.181.115.361.334,00 1.188.112.178.994,1588 Ekuitas Dana Cadangan89 Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan90 Jumlah Ekuitas Dana Investasi91 JUMLAH EKUITAS 1.293.657.994.105,15 1.213.025.014.034,2992 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 1.343.657.994.105,15 1.213.025.014.034,78
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan-
77
Berikut ini deskripsi setiap akun yang disajiakan setiap akun-akun yang
disajikan Permerintah Kota Parepare adalah :
a) Aset Lancar
Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2014 dan 2013 adalah sebesar
Rp134.344.415.561,40 dan Rp48.278.938.413,18
b) Investasi Jangka Panjang
Nilai investasi Jangka panjang Pemerintah Kota Parepare per 31 Desember
2014 dan 2013 adalah sebesar Rp14.000.632.221 dan Rp12.612.632.989,00
c) Aset Tetap
Nilai Aset Tetap Pemerintah Kota Parepare per 31 Desember 2014 dan 2013
adalah sebesar1.079.300.610.009,04 dan Rp182.052.406.403,60
d) Aset Lainnya
Nilai Aset lainnya Pemerintah Kota Parepare per 31 Desember 2014 dan
2013 adalah sebesar Rp115.472.689.411,30 dan Rp25.720.971.413,00
e) Kewajiban
Nilai Kewajiban Pemerintah Kota Parepare per 31 Desember 2014 dan 2013
adalah sebesar Rp49.460.353.097,59 dan Rp55.639.935.184,49
f) Ekuitas Dana
Nilai Ekuitas Dana Pemerintah Kota Parepare per 31 Desember 2014 dan
2013 adalah sebesar Rp1.343.118.347.202,74 dan Rp1.268.664949.218,78
b. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan
78
pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi
Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi
Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Laporan Realisasi Anggaran Laporan Keuangan Pemerintah Kota Parepare
Meliputi; Pendapatan Daerah, Pendapatan Transfer, Belanja Daerah, Penerimaan
Daerah, Pengeluaran Daerah, Jumlah Pembiayaan, Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA), Berikut ini adalah Tabel Laporan Realisasi Anggaran Kota
Parepare adalah Sebagai Berikut :
Tabel 5.2 Laporan Realisasi Anggaran Kota Parepare Tahun 2014No Uraian Anggaran
2014Realisasi
2014Realisasi
20131 Pendapatan Daerah2 Pendapatan Asli Daerah3 Hasil Pajak Daerah 18.575.000,00 19.910.765.061,00 14.986.654,004 Hasil Retribusi Daerah 7.689.660.000,00 10.280.548.559,29 9.551.912.243,005 Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan 3.000.000.000,00 3.127.671.918,00 2.551.912.243,006 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah 56.886.900.841,00 78.751.960.689,22 45.170.075.526,797 JUMLAH PENDAPATAN ASLI
DAERAH 86.131.560.841,00 112.070.946.227,51 72.462.216.859,79
8 PENDAPATAN TRANSFER9 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 476.229.282.178,00 480.140.326.301,00 445.852.712.822,00
10 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 15.946.645.656,00 18.169.595.650,00 24.744.284.072,0011 Pendapatan Bagi Hasil bukan Pajak 1.391.331.522,00 3.079.425.651,00 1.214.135.750,0012 Pendapatan Dana Alokasi Umum 426.405.955.000,00 426.405.955.000,00 384.096.063.000,013 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 32.485.350.000,00 32.485.350.000,00 45.798.230.000,0014 Transfer Dari Dana Pusat- Lainnya 104.820.291.000,00 78.343.835.000,00 53.865.128.000,0015 Dana otonomi Khusus16 Dana Penyesuaian 108.820.291.000,00 78.343.835.000,00 53.865.128.000,0017 Transfer Pemerintah Pusat 19.890.124.309,00 33.436.350.164,19 25.126.722.015,5518 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 19.890.124.309,00 33.463.350.164,19 25.126.722.015,5519 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya20
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER 600.939.697.487,00 591.947.511.465,19 534.8444.562.837,55
79
21 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANGSAH
22 Pendapatan Hibah - - -23 Pendapatan Dana Darurat - - -24 Pendapatan Lainnya 8.064.467.560,00 8.064.467.560,00 7.207.156.880,0025 JUMLAH LAIN-LAIN PENDAPATAN
YANG SAH8.064.467.560,00 8.064.467560,00 7.207.156.880,00
26 JUMLAH PENDAPATAN 695.135.725.888,00 712.082.925.252,70 614.513.936.577,3427 BELANJA DAERAH28 BELANJA OPERASI29 Belanja Pegawai 379.294.246.247,00 326.785.681.590,00 317.042.673.167,0030 Belanja Barang dan Jasa 185.663.303.361,00 176.916.378.926,00 134.391.866.950,0031 Belanja Bunga 4.500.000.000,00 3.393.912.411,10 4.459.921.366,8132 Belanja Subsidi33 Belanja Hibah 16.190.108.750,00 9.698.152.115,00 12.611.971.254,0034 Belanja Bantuan Sosial 701.235.723,00 594.084.889,00 450.028.884,0035 JUMLAH BELANJA OPERASI 586.348.894.081,00 517.388.208.931,10 468.956.461.621,8136 BELANJA MODAL37 Tanah 2.810.000.000,00 461.251.500,0038 Peralatan dan Mesin 24.360.064.403,00 19.318.033.327,00 14.178.810.930,0039 Gedung dan Bangunan 60.857.600.595,00 19.090.441.283,000 27.088.483.170,0040 Jalan, Irigasi dan Jaringan 9.629.671.150,00 31.195.567.655,00 47.527.949.157,0041 Aset tetap Lainnya 9.629.671.150,00 7.032.557.610,00 6.978.328.880,0042 Belanja Aset Lainnya43 JUMLAH BELANJA MODAL 123.605.382.648,00 97.097.851.330,00 95.773.572.137,0044 BELANJA TIDAK TERDUGA45 Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 301.784.800,00 814.357.991,00
46 JUMLAH BELANJA TIDAKTERDUGA 2.000.000.000,00 301.784.800,00 814.357.991,00
47 JUMLAH BELANJA 711.954.276.729,00 614.787.845.061,10 565.544.391.749,8148 TRANSFER49 TRANSFER BAGI HASIL KE DESA - - -50 Bagi Hasii hasil Pajak - - -51 Bagi Hasil Retribusi - - -52 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - -53 JUMLAH TRANSFER BAGI HASIL
KE DESA54 SURPLUS/(DEFISIT) (16.818.550.841,00) 97.295.080.191,60 48.965.544.827,5355 PEMBIAYAAN56 PENERIMAAN DAERAH57 Penggunaan Sisa Perhitungan Anggaran
(SILPA)22.043.625.841,00 21.915.061.574,01 2.245.918.263,73
61 Penerimaan Kembali Pemberian PinjamanDaerah
250.000.000,00 500.471.205,66 -
63 JUMLAH PENERIMAAN DAERAH 22.293.625.841,00 22.415.532.779,67 2.245.918.263,7364 PENGELUARAN DAERAH64 Pembetukan Dana Cadangan -66 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah1.500.000.000,00 1.500.000.000,00 1.000.000.000,00
67 Pembayaran Pokok Utang 3.725.075.000,00 3.634.187.786,26 27.827.304.281,2568 Pemberian Pinjaman Daerah 250.000.000,00 250.000.000,00 250.000.000,0069 JUMLAH PENGELUARAN DAERAH 5.475.075.000,00 5.384.178.786,25 29.077.304.281,2570 JUMLAH PEMBIAYAAN 16.818.550.841,00 17.031.344.993,42 (26.831.386.017,52)71 SISA LEBIH PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA)114.326.425.185,02 22.138.158.810,01
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
80
Pemerintah Kota Parepare dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang menjadi panduan dalam menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Karenanya dalam menyusun
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini difokuskan untuk
mewujudkan kondisi yang aman, damai, adil, demokratis serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maupun pencapaian Kebijakan Keuangan ekonomi
makro dan pembiayaan pembangunan
Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Parepare pada Tahun
Anggaran 2014 disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a) Realisasi pendapatan tahun 2014 sebesar Rp 712.082.925.252,70
dibandingkan realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar Rp
601.513.936.577,34 meningkat sebesar Rp 110571.988.675,36 Peningkatan
dari pos Pendapatan Daerah ini berasal dari:
1) Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 112.070.227,51 dibandingkan realisasi
tahun 2013 sebesar Rp 72.462.859,79 meningkat sebesar Rp
39.607.367,72.
2) Pendapatan Transfer terealisasi sebesar Rp 591.947.511.465,19
dibandingkan realisasi tahun 20013 sebesar Rp534.844.562.837,55
meningkat sebesar Rp57.102.948.627,64
3) Lain – lain Pendapatan yang Sah Tahun 2014 terealisasi sebesar
Rp8.064.467.560,00 dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar
Rp7.207.156.880,00 meningkat sebesar Rp 857.310.672
81
b) Realisasi Belanja Daerah Tahun 2014 sebesar Rp 517.388.208.931,10
dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp 468.956.461.621,81 Peningkatan pos
belanja ini berasal dari :
1) Realisasi Belanja Operasi sebesar Rp 157.388.208.931,1 yang terdiri atas:
Belanja pegawai Rp 326.785.681.590,00
Belanja barang dan jasa Rp 176.916.378.926,00
Belanja bunga Rp 3.393.411,10
Belanja hibah Rp 9.698.152.115,00
Belanja bantuan social Rp 517.388.208.931,10
Jumlah Rp 517.388.208.931,10
2) Realisasi Belanja Modal sebesar Rp 509.768.513.321,00 terdiri dari:
Belanja tanah Rp 461.251.500,00
Belanja peralatan dan mesin Rp 19.318.033.327,00
Belanja bangunan dan gedung Rp 19.090.441238,00
Belanja jalan, irigasi dan jaringan Rp 51.195.567.655,00
Belanja aset tetap lainnya Rp 7.032.557.601,00
Jumlah Rp 509.768.513.321,00
3) Realisasi Belanja Tak Terduga sebesar Rp 301.784.800,00
c) Realisasi Pembiayaan Daerah sebesar Rp 50.903.610.289,40 terdiri dari:
1) Realisasi Penerimaan Daerah sebesar Rp 522.386.779,67 yang terdiri
dari:
SILPA Rp 21.915.574,01
82
Penerimaan kembali pinjaman daerah Rp 500.471.205,66
Jumlah Rp 522.386.779,67
2) Realisasi Pengeluaran Daerah sebesar Rp 5.384.187.786,25 yang terdiri
dari:
Penyertaan Modal (investasi) Rp 1.500.000.000,00
Pembayaran pokok utang Rp 3.634187.786,25
Pemberian pinjaman daerah Rp 250.000.000,00
Jumlah Rp 5.384.187.786,25
c. Laporan Arus Kas
Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian laporan
arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara
kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan
aktivitas operasi, investasi asset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran
selama satu periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama
suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan
keputusan. Ruang Lingkup Pemerintah pusat dan daerah menyusun laporan arus
kas sesuai dengan standar ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai salah satu
komponen laporan keuangan pokok untuk setiap periode penyajian laporan
keuangan. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus kas
pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat
83
dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan
atau menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun laporan arus
kas, kecuali perusahaan negara/daerah yang diatur tersendiri dalam Standar
Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Manfaat
Informasi Arus Kas Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas
di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran
arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Berikut ini Laporan Arus Kas Kota
Parepare Tahun 2014
Tabel 5.3 Laporan Arus Kas Kota Parepare 2014No Uraian Tahun 2014 Tahun 20131 ARUS KAS DARI AKTIFITAS OPERASI2 Arus Kas Masuk3 Pajak Daerah 19.910.765.061 426.495.955.000,004 Retribusi Daerah 10.280.548.559,29 9.551.912.243,005 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yanag Dipisahkan 3.127.671.918,00 2.753.598.436,006 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah 9.343.910.160,00 5.152.050.976,707 Dana Bagi Hasil Pajak 18.169.959.651,00 24.744.284.072,008 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 3.079.425.651,00 1.214.135.750,009 Dana Alokasi Umum 426.495.955.000,00 384.096.063.000,0010 Dana Alokasi Khusus 32.485.350.000,00 45.798.230.000,0011 Dana Otonomi Khusus - -12 Dana penyesuaian 78.343.835.000,00 53.865.128.000,0013 Pendapatan Bagi Hasil Pajak (Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya)33.463.350.164,19 25.126.722.015,55
14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya -15 Hibah -16 Dana Darurat -17 Pendapatan Lainnya (Bantuan Keuangan dari Provinsi Atau
Pemerintah Daerah Lainnya)8.064.467.560,00 7.207.156.880,00
18 Dana Penggunaan Desentralisasi Fiskal dan PercepatanPembanguna Daerah
19 Jumlah Arus Kas Masuk 642.674.874.723,68 574.495.912.027,0020 Arus Kas Keluar22 Belanja Pegawai 326.000.636.840,00 316.693.0987.167,0023 Belanja Bunga 126.718.005.597,00 99.713.146.113,0024 Belanja Subsidi 3.393.912.411,10 4.459.921.366,8125 Belanja HIbah 9.698.152.115,00 9.559.324.354,0026 Belanja Bantuan Sosial 594.084.889,00 450.028.884,0027 Belanja Tidak Terduga 301.784.800,00 814.357.991,0028 Belanja Bagi Hasil Ke Desa29 Jumlah Arus Kas Keluar 466.706.575.652,10 431.689.876.875,8130 Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 175.968.299.071,58 142.806.035.151,4431 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET
NONKEUANGAN32 Arus Kas Masuk33 Pendapatan Penjualan atas Tanah - -34 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin - -35 Pendapatan Penjualan atasGedung dan Bangunan - -38 Pendpatan dari Penjualan Aset Lainnya - -39 Jumlah Arus Kas Masuk - -40 Arus Kas Keluar
84
41 Belanja Tanah 461.251.500,00 -42 Belanja Peralatan Dan Mesin 16.829.080.745,00 12.512.918.174,0043 Belanja Gedung dan Bangunan 19.090.441.238,00 27.088.483.170,0044 Belanja Jalan, Irigaasi dan Jaringan 51.195.567.655,00 47.527.949.157,0045 Belanja Aset Tetap Lainnya 7.032.557.610,00 6.978.328.880,0046 Belanja Aset Lainnya - -47 Jumlah Arus Kas Keluar 94.608.898.748,00 94.107.679.381,0048 Jumlah Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan (94.604.898.748,00) (94.107.679.381,00)
49 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN50 Arus Kas Masuk51 Pencairan Dana Cadangan - -52 Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - -53 Penerimaan Pinjaman Dan Obligasi - -54 Penerimaan Kembali Pinjaman 500.471.205,66 -55 Penerimaan Kembali Sisa UUDP TA. 2013 447.896.657,00 827.160.071,0056 Penerin Penerimaan Piutang - -57 Pelampauan Penerimaan Lain-lain - -58 Jumlah Arus Kas Masuk 948.367.862,66 822.160.071,0059 Arus Kas Keluar60 Pembentukan Dana Cadangan61 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 1.500.000.000,00 1.000.000.0000,0062 Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi 3.634.187.786,25 27.827.304.281,2563 Pembayaran pada Pihak Ketiga64 Pemberian Pinjaman Daerah 250.000.000,00 250.000.000,0065 pengeluaran Kepada Bendahara Pengeluaran yang belum
dipertanggung jawabkan (UYHD)310.156.584,00 570.111.651,00
66 Jumlah Arus Kas Keluar 5.694.344.370,25 29.647.415.932,2567 Jumlah Arus kas dari Aktivitas Pembiayaan (4.745.976.507,59 (28.820.255.861,25)68 ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON KEUANGAN
69 Arus Kas Masuk70 Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga 44.754.821.545,00 38.834.815.521,0071 Jumlah Arus Kas Masuk 44.754.821.545,00 38.843.815.521,0072 Arus Kas Keluar73 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 44.681.612.459,00 38.944.697.763,0074 Jumlah Arus Keluar 44.681.612.459,00 38.944.697.763,0075 Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran 73.209.086,00 (100.882.242,00)76 Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode 76.686.632.901,99 19.777.217.667,1977 Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah 21.128.434.714,20 1.351.217.047,0178 Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah 97.815.067.616,19 21.128.434.714,2079 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran 318.186.608,00 576.460.924,0080 Saldo Akhir Kas di Rekening BLUD 16.274.410.070,83 338.730.202,8181 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan 176.000,00 -82 Saldo Akhir Kas di bendahara JKN 324.652.270,00 -83` Saldo Akhir Kas 114.732.492.565,02 22.043.625.841,01
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
2. Perbandingan Penyajian Laporan Keuangan Kota Parepare Tahun 2014Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
Pada umumnya program dan kegiatan pengelolaan keuangan daerah pada
Pemerintah Kota Parepare telah dilaksanakan dengan baik, sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dalam penyajian laporan keuangan
tahun 2014 karena masih dalam masa peralihan dari peraturan lama yaitu laporan
85
kas menuju berbasis akrual Dari hasil penelitian di lapangan, dapat diketahui
bahwa laporan keuangan daerah tahun 2014 yang dihasilkan oleh Sekretariat
selaku pengelolaan keuangan Kota Parepare Sudah sesuai yang terletak pada
penyajian, Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Arus Kas dan beberapa
penerapan kebijakan akuntansi yang tercantum dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Pada penyajian unsur laporan keuangan dalam struktur penyusunan pada
klasifikasi yang digambarkan dalam tabel berikut :
a. Neraca
Tabel 5.4.Perbandingan Penyajian Neraca Kota Parepare Tahun 2014Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
No. Penyajian Neraca Kota ParepareTahun 2014
Peraturan Pemerintah No.71Tahun 2010
1 ASET ASET
2 ASET LANCAR ASET LANCAR
3 Kas Kas di Kas Daerah
4 Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Pengeluaran
5 Kas di Bendahara BULD Kas di Bendahara Penerimaan
6 Kas di Bendahara Pengeluaran Investasi Jangka Pendek
7 Kas di Bendahara Penerimaan Piutang Pajak
8 Kas di Bendahara JKN Piutang Retribusi
9Piutang Pajak Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Negara
10Piutang Retribusi Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Daerah
11Piutang lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah(BLUD)
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
12Piutang Dana alokasi umum Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
13 Piutang Dana alokasi khusus Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
14 Bagian Lancar pinjaman Kepada BUMD Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
15 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
16 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Piutang Lainnya
17 Piutang Lain-lain Persediaan
18 Penyisihan piutang INVESTASI JANGKA PANJANG
19 Persediaan Investasi Nonpermanen
20 INVESTASI JANGKA PANJANG Pinjaman kepada Perusahaan Negara
86
21 Investasi nonpermanent Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
22 Pinjaman Kepada Perusaan Negara Pinjaman kepada Lembaga Internasional
23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Dana Bergulir
24 Pinjaman Kepada Daerah Lainnya Investasi dalam Obligasi
25 Dana Bergulir Investasi dalam Proyek Pembangunan
26 Investasi dalam proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya
27Investasi Non permanen lainnya/Pinjaman kepadaMasyarakat
Jumlah Investasi Nonpermanen
28 Jumlah Investasi Non permanen Investasi Permanen
29 Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah
30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya
31 Investasi Permanen Lainnaya
32 ASEP TETAP ASET TETAP
33 Tanah Tanah
34 Peralatan Dan Mesin Peralatan dan Mesin
35 Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan
36 Jalan, Irigasi dan Jalanan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
37 Aset tetap lainnya Aset Tetap Lainnya
38 Kontruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan
39 Akumulasi Penyusutan Asep tetap Akumulasi Penyusutan
40 ASET LAINNYA ASET LAINNYA
41 Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Penjualan Angsuran
42 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Tuntutan Perbendaharaan
43 Piutang Perhitungan Pihak ke Tiga Tuntutan Ganti Rugi
44 Kemitraan dengan pihak ke tiga Kemitraan dengan Pihak Ketiga
45 Aset tak Berwujud Aset Tak Berwujud
46 Aset Lain-lain Aset Lain-Lain
474849 KEWAJIBAN KEWAJIBAN
50 Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Pendek
51 Utang perhitungan Pihak ke tiga Utang Perhitungan Fihak Ketiga
52 Utang Bunga Utang Bunga
53 Utang Pajak Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
54 Utang Retensi Utang Jangka Pendek Lainnya
55 Utang Belanja Kewajiban Jangka Panjang
56 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Utang Luar Negeri
57 Bagian Lancar Utang Jangka Panang Luar Negeri Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan
58 Utang Jangka Pendek Lainnya Utang Dalam Negeri - Obligasi
59 Kewajiban Jangka Panjang Utang Jangka Panjang Lainnya
60 Utang Dalam Negeri EKUITAS DANA
87
61 Utang Luar Negeri Ekuitas Dana Lancar
62 Utang Jangka Panjang Lainnya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
63EKUITAS DANA Pendapatan yang Ditangguhkan
64 Ekuitas Dana Lancar Cadangan Piutang
65 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Cadangan Persediaan
66Pendapatan Yang Di Tangguhkan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka
67 Cadangan Piutang Ekuitas Dana Investasi
68 Cadangan Persediaan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
69Dana yang Haru Disediakan untuk PembayaranUtang Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
70 Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
71Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang Jangka
72 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
73 Diinvestasiskan Dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus disediakan Untuk PembayaranUtang Jangka panjang
Sumber : Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Laporan Realisasi Anggaran
Tabel 5.5 Perbandingan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran KotaParepare Tahun 2014 Dengan Peraturan Pemerintah No. 71Tahun 2010
Penyajian LRA Kota Parepare Tahun2014
Penyajian LRA PP No. 71 Tahun2010
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH
Hasil Pajak Daerah Pendapatan Pajak Daerah
Hasil Retribusi Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yangDipisahkan
PENDAPATAN TRANSFER PENDAPATAN TRANSFER
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Pendapatan Bagi Hasil bukan Pajak Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
TRANSFER DARI DANA PUSAT- LAINNYA TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
Dana otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian
88
Transfer Pemerintah Pusat Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya Pendapatan Lainnya
BELANJA DAERAH BELANJA DAERAH
BELANJA OPERASI BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa Belanja Barang
Belanja Bunga Bunga
Belanja Subsidi Subsidi
Belanja Hibah Hibah
Belanja Bantuan Sosial Bantuan Sosial
BELANJA MODAL BELANJA MODAL
Tanah Belanja Tanah
Peralatan dan Mesin Belanja Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan Belanja Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset tetap Lainnya Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya Belanja Aset Lainnya
BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tidak Terduga Belanja Tak Terduga
TRANSFER TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasii hasil Pajak Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
SURPLUS/(DEFISIT) SURPLUS/DEFISIT
PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Perhitungan Anggaran (SILPA) PencairanDana Cadangan
Penggunaan SiLPA
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pencairan Dana Cadangan
Penerimaan Pinjaman Daerah Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
89
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
PENGELUARAN DAERAH PENGELUARAN DAERAH
Pembetukan Dana Cadangan Pembetukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah Pemberian Pinjaman Daerah
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan(data diolah)
c. Laporan Arus Kas
Tabel 5.6 Perbandingan Penyajian Laporan Arus Kas Kota ParepareTahun 2014 Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
Penyajian Arus Kas Kota ParepareTahun 2014
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun2010
ARUS KAS DARI AKTIFITAS OPERASIArus Kas MasukPajak DaerahRetribusi DaerahHasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yanag DipisahkanLain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang sahDana Bagi Hasil PajakDana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)Dana Alokasi UmumDana Alokasi KhususDana Otonomi KhususDana penyesuaianPendapatan Bagi Hasil Pajak (Dari Provinsi danPemerintah Daerah Lainnya)Pendapatan Bagi Hasil LainnyaHibahDana DaruratPendapatan Lainnya (Bantuan Keuangan dari ProvinsiAtau Pemerintah Daerah Lainnya)Dana Penggunaan Desentralisasi Fiskal dan PercepatanPembanguna Daerah
Arus Kas KeluarBelanja PegawaiBelanja BungaBelanja SubsidiBelanja HIbahBelanja Bantuan SosialBelanja Tidak TerdugaBelanja Bagi Hasil Ke Desa
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASETNONKEUANGANArus Kas MasukPendapatan Penjualan atas TanahPendapatan Penjualan atas Peralatan dan MesinPendapatan Penjualan atasGedung dan BangunanPendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan JaringanPendapatan dari Penjualan Aset Tetap LainnyaPendpatan dari Penjualan Aset LainnyaArus Kas Keluar
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASIArus Masuk KasPendapatan Pajak DaerahPendapatan Retribusi DaerahPendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLain-lain PAD yang sahDana Bagi Hasil PajakDana Bagi Hasil Sumber Daya AlamDana Alokasi UmumDana Alokasi KhususDana Otonomi KhususDana PenyesuaianPendapatan Bagi Hasil PajakPendapatan Bagi Hasil LainnyaPendapatan HibahPendapatan Dana DaruratPendapatan Lainnya
Arus Keluar KasBelanja PegawaiBelanja BarangBungaSubsidiHibahBantuan SosialBelanja Tak TerdugaBagi Hasil PajakBagi Hasil RetribusiBagi Hasil Pendapatan LainnyaARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASETNONKEUANGANArus Masuk KasPendapatan Penjualan atas TanahPendapatan Penjualan atas Peralatan dan MesinPendapatan Penjualan atas Gedung dan BangunanPendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan JaringanPendapatan dari Penjualan Aset TetapPendapatan dari Penjualan Aset LainnyaArus Keluar Kas
90
Belanja TanahBelanja Peralatan Dan MesinBelanja Gedung dan BangunanBelanja Jalan, Irigaasi dan JaringanBelanja Aset Tetap LainnyaBelanja Aset Lainnya
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAANArus Kas MasukPencairan Dana CadanganHasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah Yang DipisahkanPenerimaan Pinjaman Dan ObligasiPenerimaan Kembali PinjamanPenerin Penerimaan PiutangPelampauan Penerimaan Lain-lain
Arus Kas KeluarPembentukan Dana CadanganPenyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahPembayaran Pokok Utang Pinjaman dan ObligasiPembayaran pada Pihak KetigaPemberian Pinjaman Daerahpengeluaran Kepada Bendahara Pengeluaran yang belumdipertanggung jawabkanARUS KAS DARI AKTIVITAS NON KEUANGANArus Kas MasukPenerimaan Perhitungan Pihak KetigaJumlah Arus Kas Masuk
Arus Kas KeluarPengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus KeluarJumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama PeriodeSaldo Awal Kas di BUD/Kas DaerahSaldo Akhir Kas di BUD/Kas DaerahSaldo Akhir Kas di Bendahara PengeluaranSaldo Akhir Kas di Bendahara PenerimaanSaldo Akhir Kas
Belanja TanahBelanja Peralatan dan MesinBelanja Gedung dan BangunanBelanja Jalan, Irigasi dan JaringanBelanja Aset Tetap LainnyaBelanja Aset Lainnya
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAANArus Masuk KasPencairan Dana CadanganHasil Penjualan Kekayaan Daerah yang DipisahkanPenerimaan Pinjaman Dan ObligasiPenerimaan Kembali PinjamanPenerin Penerimaan PiutangPelampauan Penerimaan Lain-lainArus Keluar KasPembentukan Dana CadanganPenyertaan Modal (Investasi) Pemerintah DaerahPembayaran Pokok Utang Pinjaman dan ObligasiPembayaran pada Pihak KetigaPemberian Pinjaman Daerahpengeluaran Kepada Bendahara Pengeluaran yang belum
dipertanggung jawabkan (UYHD)ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARANArus Masuk KasPenerimaan Perhitungan Fihak KetigaJumlah Arus Masuk KasArus Keluar KasPengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)Jumlah Arus Keluar KasArus Kas Bersih dari Aktivitas NonanggaranKenaikan/Penurunan KasSaldo Awal Kas di BUDSaldo Akhir Kas di BUDSaldo Akhir Kas di Bendahara PengeluaranSaldo Akhir Kas di Bendahara PenerimaanSaldo Akhir Kas
Sumber: Sekretariat Daerah Kota Parepare, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan(data diolah)
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Struktur Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun oleh sub bagian
Akuntansi dan Pelaporan di kantor sekretariat Daerah Kota Parepare tahun 2014
telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu terdiri
dari:
1) Ekonomi Makro
2) Kebijakan Keuangan
3) Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
4) Kebijakan Akuntansi
91
5) Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
6) Penjelasan atas Informasi Non Keuangan
Secara umum kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh sekretariat kota
Parepare berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. beberapa penerapan
kebijakan akuntansi yang tercantum dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
sesuai dengan Standar akuntansi akuntansi (PP NO.71 Tahun 2010 ) yaitu:
Setiap Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi sudah menyampaikan laporan
pertanggungjawabannya berupa laporan keuangan yang terdiri dari Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada
Sekretariat Daerah Kota Parepare selaku Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Parepare untuk digabungkan menjadi laporan keuangan pemerintah daerah.
B. Pembahasan
1. Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004
a. Umum
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan
keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban
anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban
anggaran pendapatan dan belanja negara. Administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan
92
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Kepala daerah adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah. Dalam melaksanakan
kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah melimpahkan
sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan
Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,
menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.
b. Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi laporan realisasi APBD, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan
laporan keuangan badan usaha milik daerah. laporan keuangan disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
c. Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam
APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara
Umum Daerah. Untuk setiap pengeluaran atas beban APBD, diterbitkan surat
keputusan otorisasi oleh kepala daerah atau surat keputusan lain yang berlaku
sebagai surat keputusan otorisasi. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada
93
anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia dalam APBD. Kepala daerah, wakil kepala daerah, pimpinan
DPRD, dan pejabat daerah lainnya, dilarang melakukan pengeluaran atas beban
anggaran belanja daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam
APBD. Uang milik pemerintahan daerah yang sementara belum digunakan dapat
didepositokan dan/atau diinvestasikan dalam investasi jangka pendek sepanjang
tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah. Bunga deposito, bunga atas
penempatan uang di bank, jasa giro, dan/atau bunga atas investasi jangka pendek
merupakan pendapatan daerah. Kepala daerah dengan persetujuan DPRD dapat
menetapkan peraturan tentang : penghapusan tagihan daerah, sebagian atau
seluruhnya; dan penyelesaian masalah Perdata.
2. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan Kota Parepare
a. Penyajian Laporan Keuangan Kota Parepare
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Parepare disusun untuk
menyediakan informasi yang andal dan relevan mengenai posisi keuangan serta
seluruh transaksi yang dilakukan selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan daerah juga digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Penyusunan laporan keuangan Pemerintah Kota Parepare merupakan bentuk
pertanggungjawaban Walikota Parepare atas pengelolaan keuangan dan kinerja
daerah dalam satu tahun anggaran. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
94
yang dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) Kota Parepare dilaksanakan oleh Kantor Dinas Sekretariat Kota Parepare
Komponen laporan keuangan kota Parepare yang disusun dan disajikan
terdiri dari :
1) Neraca tahun 2014 Neraca merupakan laporan keuangan yang menyajikan
posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada suatu
tanggal tertentu. Neraca Pemerintah Kota Parepare tahun 2014 menyajikan
pos-pos aset yang terbagi menjadi aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya,
kemudian kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang. Selain kedua pos tersebut, neraca Pemerintah
Kota Parepare juga menyajikan ekuitas dana yang terdiri dari ekuitas dana
lancar dan ekuitas dana investasi.
2) Laporan Realisasi Anggaran tahun 2014 Laporan realisasi anggaran
Pemerintah Kota Parepare tahun anggaran 2014 menyajikan informasi
mengenai perhitungan atas pelaksanaan kegiatan yang telah dianggarkan
dalam satu tahun anggaran meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan diklasifikasikan berdasarkan pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja diklasifikasikan menjadi
Belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga, dan transfer. Klasifikasi
untuk pembiayaan berdasarkan penerimaan daerah, pengeluaran daerah, dan
sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA). Laporan realisasi anggaran Kota
Parepare juga menyajikan realisasi anggaran tahun sebelumnya sebagai
pembanding dengan tahun sekarang.
95
3) Laporan Arus Kas tahun 2014 Laporan arus kas menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan,
pembiayaan, dan non anggaran. Informasi arus kas berguna sebagai indikator
jumlah arus kas dimasa yang akan datang, serta berguna untuk menilai
kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya serta menjadi
alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan. Komponen laporan arus kas Pemerintah Kota Parepare terdiri dari
arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi aset non
keuangan, arus kas dari aktivitas pembiayaan, dan arus kas dari aktivitas non
anggaran.
4) Catatan atas Laporan Keuangan tahun 2014 Catatan atas laporan keuangan
Pemerintah Kota Parepare tahun 2014 terdiri dari tujuh bab. Bab pertama
adalah pendahuluan yang memuat informasi tentang maksud dan tujuan
penyusunan laporan keuangan, landasan hukum penyusunan laporan
keuangan dan sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan. Bab kedua
memuat informasi tentang ekonomi makro, kebijakan keuangan dan
pencapaian target kinerja APBD. Bab ketiga memuat informasi mengenai
ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan serta hambatan dan
kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Bab
keempat menyajikan informasi mengenai entitas pelaporan keuangan daerah,
basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yag ada dalam standar
96
akuntansi pemerintahan. Bab lima berisi tentang rincian dan penjelasan
masing-masing pos-pos pelaporan keuangan, pengungkapan atas pos-pos aset
dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja serta rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas,
untuk entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual. Bab enam
menjelaskan tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari Laporan Keuangan. Bab tujuh memuat uraian penutup catatan
atas laporan keuangan.
b. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan. Adapun Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang
Penyajian Laporan Keuangan Adalah Sebagai Berikut :
a). PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
b). PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran
97
c). PSAP 03 Laporan Arus Kas
d). PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan
e). PSAP 05 Akuntansi Persediaan
f). PSAP 06 Akuntansi Investasi
g). PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
h). PSAP 08 Akuntansi Dalam Pengerjaan
i). PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
j). PSAP 10 Koreksi Kesalahan Perubahan Kebijakan Akuntansi dan
Peristiwa Luar Biasa
k). PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
3. Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Parepare Tahun
2014 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Standar Akuntansi pemerintahan (SAP) memasuki babak baru dengan
disahkannya Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 sebagai perubahan atas
peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan
yang mengacu pada basis kas, kini didasarkan pada basis akrual. Peraturan baru
tentang Standar Akuntansi pemerintahan ini mulai efektif dilaksanakan untuk
laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun
anggaran 2010. Pelaksanaan perubahan peraturan tentunya tidak mudah, perlu
adanya pemahaman dari peraturan baru sehingga pemerintah memberikan
kelonggaran untuk melakukan transisi selama empat tahun kedepan dengan
menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual. Evaluasi penyajian laporan
98
keuangan Pemerintah Daerah Kota Parepare tahun 2014 menggunakan standar
akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual.
Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Parepare tahun
2014 telah sesuai dengan PSAP No 1 paragraf 25 yang menjelaskan bahwa
laporan keuangan pokok terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Identifikasi setiap komponen laporan
keuangan juga telah memenuhi syarat sesuai dengan PSAP 01 ayat 26 yang mana
pada setiap komponen laporan keuangan disajikan informasi mengenai nama
entitas pelaporan, cakupan laporan keuangan, tanggal pelaporan, mata uang
pelaporan, dan ketepatan dalam penyajian angka-angka pada laporan keuangan.
a. Neraca
Penyajian neraca diatur dalam PSAP 01 tentang penyajian laporan keuangan.
Neraca Pemerintah Kota Parepare sesuai dengan PSAP 01 paragraf 38 karena
telah menggambarkan posisi keuangan berupa aset, kewajiban dan ekuitas dana.
Neraca juga sudah sesuai dengan PSAP 01 paragraf 43 karena telah menyajikan
sekurang-kurangnya pos kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang
pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban
jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan ekuitas dana. Aset Pemerintah Kota
Parepare dikategorikan menjadi dua yaitu aset lancar dan aset non lancar.
Penyajian aset lancar yang meliputi kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan
investasi jangka panjang telah sesuai dengan PSAP 01 paragraf 49. Namun, pada
komponen piutang terdapat penyisihan piutang tak tertagih yang tidak diatur
dalam PP 71 Tahun 2010 mengenai perlakuan dan pencatatannya. Aset non
99
lancar yang tercantum dalam neraca Kota Parepare tahun 2014 meliputi investasi
jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya. Klasifikasi aset non lancar belum
sesuai dengan PSAP 01 paragraf 51 yang menjelaskan bahwa aset non lancar
diklasifiksikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan
aset lainnya. Neraca Kota Parepare sudah menyajikan dana cadangan sebagai
salah satu komponen aset non lancarnya. Investasi jangka panjang terdiri dari
investasi nonpermanen dan investasi permanen yang penyajiannya sudah sesuai
dengan PSAP 01 paragraf 52. Aset tetap dalam neraca Kota Parepare tahun 2014
terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan, telah sesuai dengan
PSAP 01 paragraf 58 secara tepat. Komponen aset non lancar lainnya adalah aset
lainnya yang penyajiaannya telah mengacu pada PSAP 01 paragraf 60. Menurut
PSAP 01 paragraf 69 kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek diharapkan
dibayar dalam waktu dua belas bulan atau satu tahun setelah tanggal pelaporan,
sedangkan kewajiban jangka panjang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Penyajian pos kewajiban dalam neraca Kota Parepare tahun 2014 telah
berpedoman pada PSAP 01 paragraf 69 sampai paragraf 74. Pos terakhir dalam
neraca pemerintah daerah adalah ekuitas dana. Sesuai dengan PSAP 01 paragraf
78 dijelaskan komponen dari pos ekuitas dana adalah ekuitas dana lancar, ekuitas
dana investasi, dan ekuitas dana cadangan. Komponen ekuitas dana pada laporan
neraca Kota Parepare tahun 2014 sesuai dengan PSAP 01 paragraf 78
100
b . L apo r an R ea l i s as i An gg a ran
Penyajian Laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Parepare tahun 2014
pada pos pendapatan telah sesuai dengan PSAP No. 2 paragraf 22 dan 23.
Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum negara/daerah dan
pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Klasifikasi pos
Pendapatan Kota Parepare terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Penyajian pos pendapatan transfer
juga telah sesuai dengan PSAP 02 paragraf 24 yang menjelaskan bahwa transfer
adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain seperti penerimaan dana
perimbangan dari pemerintaah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah
provinsi. Ketentuan ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Parepare yang
mengelompokkan transfer Pemerintah Pusat - dana perimbangan, transfer
pemerintah pusat lainnya, dan transfer Pemerintah Provinsi. Pos belanja dalam
laporan realisasi anggaran Kota Parepare tahun 2014 diklasifikasikan menjadi
belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga, dan transfer.
Pengelompokan pos belanja menurut jenisnya telah mengacu pada PSAP 02
paragraf 18 yang mana dijelaskan bahwa entitas pelaporan menyajikan klasifikasi
belanja menurut jenis belanja dalam laporan realisasi anggaran. Pos belanja
operasi dalam laporan realisasi anggaran Kota Parepare tahun 2014 terdiri dari
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan. Penyajian pos
belanja operasi telah mengacu pada PSAP 02 paragraf 36. Penyajian belanja
modal terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan mesin, belanja gedung dan
101
bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja aset tetap lainnya, dan
belanja aset lainnya. Penjabaran pos belanja modal telah sesuai dengan PSAP 02
paragraf 37. Pos belanja tak terduga juga telah disajikan dalam laporan realisasi
anggaran Kota Parepare tahun 2014 dengan mengacu pada PSAP 02 paragraf 38.
Namun, tidak ada penjabaran mengenai jenis belanja tak terduga. Transfer keluar
yang disajikan adalah transfer bagi hasil yang meliputi bagi hasil pajak, retribusi
dan bagi hasil pendapatan lainnya. Penyajian ini telah sesuai dengan PSAP 02
paragraf 40. Selisih antara jumlah pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan disajikan dalam pos surplus/defisit. Hal ini sesuai dengan PSAP 02
paragraf 49. Pembiayaan Pemerintah Kota Parepare dikelompokkan menjadi dua
yaitu penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Selisih antara penerimaan dan
pengeluaran disajikan dalam pembiayaan neto. Pos pembiayaan telah mengacu
pada PSAP 02 paragraf 50 dengan menyajikan penerimaan sesuai dengan PSAP
02 paragraf 51 dan pengeluaran sesuai dengan PSAP 02 paragraf 55. Penyajian
pembiayaan neto juga telah sesuai dengan PSAP 02 paragraf 59. Penyajian sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran (silpa/sikpa) yang merupakan selisih antara
realisasi penerimaan dan pengeluaran selama periode pelaporan telah mengacu
pada PSAP 02 paragraf 60 dan 61. jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya. Neraca Parepare sudah menyajikan dana cadangan sebagai salah
satu komponen aset non lancarnya. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi
nonpermanen dan investasi
102
c. L apo r an A ru s Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Laporan arus kas Kota
Parepare tahun 2014 terdiri dari : (1) arus kas dari aktivitas operasi, (2) arus kas
dari aktivitas investasi aset non keuangan , (3) arus kas dari aktivitas pembiayaan,
dan (4) arus kas dari aktivitas non anggaran. Komponen laporan arus kas yang
disajikan Kota Parepare tahun 2014 sesuai dengan PSAP 03 paragraf 14.
Komponen-komponen yang disajikan dalam pos arus kas dari aktivitas operasi
yang meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas telah sesuai dengan PSAP 03
paragraf 18, 19, dan 20. Komponen Arus kas dari aktivitas investasi aset
nonkeuangan dijelaskan pada PSAP 03 paragraf 24 dan 25 yang mana arus
masuk kas diperoleh dari penjualan aset tetap dan penjualan aset lainnya,
sedangkan arus keluar kas diperoleh dari perolehan aset tetap dan perolehan aset
lainnya. Berpedoman pada PSAP 03 paragraf 24, Pemerintah Kota Parepare
menyajikan arus masuk kas dari aktivitas aset nonkeuangan terdiri dari
pendapatan penjualan atas tanah dan pendapatan penjualan
peralatan/perlengkapan kantor tak terpakai. Hal ini telah sesuai dengan PSAP 03
paragraf 24 karena tanah dan peralatan/perlengkapan tak terpakai termasuk dalam
kategori aset. Penyajian arus keluar kas pada laporan arus kas dari investasi aset
nonkeuangan meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung
dan bangunan,belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja aset tetap lainnya,
belanja aset lainnya. Komponen belanja tersebut merupakan upaya dalam
103
perolehan aset tetap sehingga penyajiannya telah sesuai dengan PSAP 03 paragraf
25. Komponen laporan arus kas selanjutnya adalah arus kas dari aktivitas
pembiayaan. Arus masuk kas yang disajikan dari aktivitas pembiayaan pada
laporan arus kas Kota Parepare adalah penerimaan kembali pemberian pinjaman
daerah. Penyajian sudah mengacu pada PSAP 03 paragraf 27 yang menjelaskan
penerimaan kembali pinjaman merupakan salah satu unsur arus masuk kas dari
aktivitas pembiayaan. Arus keluar kas yang disajikan meliputi penyertaan modal
pemerintah daerah, pembayaran pokok utang pinjaman dan obligasi, dan
pemberian pinjaman. Penyajian arus keluar kas telah sesuai dengan PSAP 03
paragaraf 28 karena unsur yang disajikan dalam arus keluar kas dari aktivitas
pembiayaan merupakan unsur yang terdapat pada standar yang telah ditetapkan.
Arus kas dari aktivitas non anggaran meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas.
Arus masuk kas yang disajikan pada laporan arus kas Kota Parepare tahun 2014
adalah penerimaan perhitungan fihak ketiga (PFK) dan penerimaan sisa UP tahun
yang lalu, sedangkan untuk arus keluar kas meliputi pengeluaran perhitungan
Fihak Ketiga (PFK) dan pengeluaran sisa UP tahun berjalan. Penyajian ini telah
memenuhi standar yang ditentukan sesuai dengan PSAP 03 paragraf 30 dan 31.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus dapat membantu pembacanya untuk
dapat memahami kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara
keseluruhan. Standar yang ditentukan pada PSAP 04 paragraf 19 menjelaskan
bahwa kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan adalah kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi
104
belanja dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Pemerintah Kota
Parepare telah berpedoman pada PSAP 04 paragraf 19 dalam menyediakan
informasi mengenai kebijakan fiskal. Kebijakan peningkatan pendapat daerah
yang ditetapkan pemerintah Kota Parepare adalah meningkatkan pendapatan PAD
dan penerimaan daerah lainnya. Sehubungan dengan efisiensi belanja daerah,
maka penggunaan belanja daerah lebih diarahkan dalam mendukung peningkatan
nilai tambah sektor ekonomi yang akan memberikan kontribusi yang besar bagi
pertumbuhan ekonomi. Informasi mengenai sumber pembiayaan yaitu dengan
pengoptimalan alternatif penerimaan yang paling cepat sedangkan untuk
penggunaan pembiayaan harus dapat memenuhi kewajiban angsuran utang pokok
dan penyertaan modal untuk meningkatkan kinerja BUMD. PSAP 04 paragraf 20
menjelaskan bahwa kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan adalah asumsi indikator ekonomi makro yang
digunakan dalam penyusunan APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator
tersebut antara lain PDB/PDRB, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai
tukar, harga minyak, tingkat suku bunga, dan neraca. Catatan atas laporan
keuangan pemerintah Kota Parepare telah menyajiakan kondisi ekonomi makro
kota Parepare, namun indikator yang digunakan tidak lengkap seperti yang telah
ditetapkan pada SAP. Indikator yang dipakai Pemerintah Kota Parepare adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor-impor, pertumbuhan ekonomi,
dan inflasi. Sehingga penyajian informasi mengenai ekonomi makro belum
sepenuhnya sesuai dengan PSAP 04 paragraf 20. Penjelasan dalam PSAP 04
paragraf 21 yaitu catatan atas laporan keuangan harus dapat menjelaskan
105
perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan
anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala
yang ada dalam pencapaian target, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh
manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan tentang PAD dan penerimaan daerah lainnya. Sehubungan
dengan efisiensi belanja daerah, maka penggunaan belanja daerah lebih diarahkan
dalam mendukung peningkatan nilai tambah sektor ekonomi yang akan
memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Informasi
mengenai sumber pembiayaan yaitu dengan pengoptimalan alternatif penerimaan
yang paling cepat sedangkan untuk penggunaan pembiayaan harus dapat
memenuhi kewajiban angsuran utang pokok dan penyertaan modal untuk
meningkatkan kinerja BUMD. PSAP 04 paragraf 20 menjelaskan bahwa kondisi
ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
adalah asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan
APBN/APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator tersebut antara lain
PDB/PDRB, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,
tingkat suku bunga, dan neraca. Catatan atas laporan keuangan pemerintah kota
Parepare telah menyajiakan kondisi ekonomi makro kota Parepare, namun
indikator yang digunakan tidak lengkap seperti yang telah ditetapkan pada SAP.
Indikator yang dipakai Pemerintah Kota Parepare adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), ekspor-impor, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.
Sehingga penyajian informasi mengenai ekonomi makro belum sepenuhnya sesuai
dengan PSAP 04 paragraf 20. Penjelasan dalam PSAP 04 paragraf 21 yaitu yang
106
penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama
kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam
pencapaian target, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen
entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan tentang pencapaian target kinerja APBD Kota Parepare tahun 2014
menjelaskan mengenai perbandingan anggaran dan realisasi tahun 2014 dengan
tahun 2013 serta ringkasan rencana dan realisasi anggaran untuk masing-masing
program pada tahun 2014 dan 2013. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan juga dijelaskan pada catatan atas laporan
keuangan Kota Parepare. PSAP 04 paragraf 21 sepenuhnya telah diterapkan oleh
Pemerintah Kota Parepare. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan Kota Parepare
menguraikan tentang gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja
keuangan. Uraian tentang perbandingan anggaran dan realisasi tahun 2014 dan
2013 juga telah dijelaskan. Pemerintah Kota Parepare menyajikan kebijakan
akuntansi pada catatan atas laporan keuangan meliputi entitas pelaporan keuangan
daerah, basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan, penerapan kebijakan
akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar akuntansi
pemerintahan. Penyajian ini telah sesuai dengan PSAP 04 paragraf 46 PSAP 04
paragraf 58 menjelaskan bahwa entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-
pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual
dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas. Sesuai dengan
107
penjelasan PSAP 04 paragraf 58, catatan atas laporan keuangan menyajikan
penjelasan mengenai pos-pos keuangan dari laporan realisasi anggaran, neraca,
dan laporan arus kas. Pemerintah Kota Parepare juga menyajikan penjelasan atas
informasi informasi non keuangan meliputi domisili dan bentuk hukum suatu
entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada, penjelasan mengenai sifat
operasi entitas dan kegiatan pokoknya, ketentuan perundang-undangan yang
menjadi kegiatan operasionalnya, penggantian manajemen pemerintahan selama
tahun berjalan, penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan,
putusan pengadilan terkait hak dan kewajiban Pemerintah Kota Parepare tahun
anggaran 2014. Unsur penyajian tersebut sesuai dengan PSAP 04 paragraf 62
yang menjelaskan bahwa catatan atas laporan keuangan juga harus
mengungkapkan informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi
pembaca laporan.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) diwajibkan menyampaikan laporan
keuangan daerah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan daerah tersebut
merupakan gabungan dari laporan-laporan keuangan SKPD. Berdasarkan data
yang diperoleh dan hasil Evaluasi yang telah dilakukan, penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyajian laporan keuangan Kota Parepare tentang Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah secara keseluruhan
laporan keuangan daerah tahun 2014 sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dihasilkan oleh Kantor Sekretariat Kota
Parepare Selaku pengelolaan keuangan Daearah Kota Parepare dengan
peraturan tersebut terdapat pada penyajian Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan beberapa penerapan kebijakan akuntansi
yang tercantum dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Berdasarkan dari evaluasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Parepare
Tahun 2014, Pemerintah Kota Parepare Sudah Siap Menerapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan No. 71 Tahun 2010 Pada Lampiran I (satu) yaitu
Standar Akuntansi Berbasis Akrual yang akan mulai berlaku di tahun 2015.
109
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Penelitian ini menekankan pada pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
daerah selama pelaksanaan otonomi daerah. Diharapkan penelitian selanjutnya
dapat membandingkan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan
daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah.
2. Penelitian berikutnya diharapkan dapat memasukkan kota/kabupaten lain
sebagai pembanding dalam penerapan Peraturan Pemerinta No. 71 Tahun 2010
sehingga dapat dijadikan landasan untuk menggali penerapan peraturan
tersebut pada pemerintah daerah di Indonesia.
3. Penelitian ini mengacu pada laporan keuangan Kota Parepare tahun 2014.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan penerapan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dengan laporan keuangan periode berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Wuryan. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Malang: Bayumedia
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
Dwijayanti. 2007. Evaluasi Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah pada LaporanKeuangan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja DaerahTahun Anggaran 2006 (Studi Kasus padaPemerintah Kabupaten Temanggung). SkripsiFakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Yogyakarta: LPP AMPYKPN
Utami, Diyah. 2008. Evaluasi Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 02Tahun 2005 pada APBD Pemerintah Kabupaten Klaten. Skripsi Fakultas Ekonomi.Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat
________________. , 2004. Akuntansi Daerah. Yogyakarta: LPP AMP YKPN
________________. , 2007.Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat
________________. , 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ,tentang StandarAkuntansi Pemerintahan
________________. , 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,tentangPedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
________________. , 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007, tentang PengelolaanKeuangan Daerah
________________. , 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004, tentang otonomiDaerah
44
STRUKTUR ORGANISASISEKRETARIAT DAERAH KOTA PAREPARE
Gambar 3 : Struktur Organisasi Sekretariat Kota parepare
SEKRETARIS DAERAH KOTASTAF AHLI
1. BIDANG HUKUM DAN POLITIK2. BIDANG PEMRINTAHAN3. BIDANG KEMASYARAKTAN DAN SDM4. BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN
KELOMPOKJABATAN FUNGSIONAL
ASISTEN BIDANGPEMERINTAHAN
ASISTEN BIDANG EKONOMI PEMBANGUNANDAN KESEJATRAAN RAKYAT
ASISTEN BIDANGADMINISTRASI UMUM
BAGIANHUKUM DANPERUNDANG-UNDANGAN
SUB BAGIANDOKUMENTASI
HUKUM
SUB BAGIANBANTUAN
HUKUM DANHAK ASASIMANUSIA
SUB BAGIANPERUNDANG-UNDANGAN
BAGIANHUMAS
SUB BAGIANPEMERINTAHA
N,DOKUMENTASI
DAN PERS
SUB BAGIANPROTOKOL &HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA
SUB BAGIANMONITORING
PERKEMBANGANMASYARAKAT
BAGIANPEMERINTAHAN
SUB BAGIANAGRARIAAN
DANPENATAAN
BATSWILAYAH
SUB BAGIANPEMBINAAN
PEMERINTAHAN
KECAMATAN
SUB BAGIANOTONOMIDAERAHDANKERJASAMA
BAGIAN UMUM
SUB BAGIANMENTAL
SPRITUALDAN
KEAGAMAAN
SUB BAGIANORMAS DAN
PENANGGULANGAN
MASALAHSOSIAL
SUB BAGIANPEMBINAAN
KESEJATRAANRAKYAT
BAGIANKEUANGAN
SUB BAGIANMENTAL
SPRITUALDAN
KEAGAMAAN
SUB BAGIANPROGRAM
KERJA
SUB BAGIANPENGENDALIA
N DANPELAPORAN
BAGIANORGANISASI
SUBBAGIAN
PEMBINAAN USAHADAERAH
SUB BAGIANSARANA
PEREKONOMIANDAN PRODUKSI
DAERAH
SUBPOTENSI
EKONOMI
BAGIANKESEJATERAAN
RAKYAT
BAGIAN EKONOMI
SUB BAGIANANGGARAN
BAGIANPEMBANGUNAN
SUB BAGIANTATAUSAHA
SUB BAGIANKEPEGAWAI
AN DANPENGEMBAN
GANKINERJA
SUB AKUNTANSI
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN RUMAHTANGGA
SUB BAGIANKEUANGAN
SUB BAGIANPERBENDAHARAAN
SUB GAGIANKELEMBAGA
AN &ANALISISJABATAN
SUB BAGIANKETATALAKSAN
AAN
SUB BAGIANPENGAWASA
N DANPENGHAPUSA
N ASET
SUB BAGIANPERENCANAA
N DANDISTRIBUSI
SUB BAGIANINVENTARIS
ASET
BAGIANPENGELOLAAN
ASET