Sinonim Terjemahan Kata ل قو dalam Qur’an Surat An-Nisa Karya Aam
Amiruddin
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Disusun oleh:
Ratih Karina
1111024000024
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
Sinonim Terjemahan Kata قول dalam Qur’an Surat An-Nisa Karya Aam
Amiruddin
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Ratih Karina
1111024000024
Dosen Pembimbing
Karlina Helmanita, M.Ag.
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT
yang selalu memberikan Rahmat dan karunia-Nya hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita terutama di
bidang ilmu pengetahuan.
Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT
yang selalu memberikan Rahmat dan karunia-Nya hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita terutama di
bidang ilmu pengetahuan.
Skripsi ini merupakan laporan tugas akhir yang dibuat untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Strata satu (S1)
program studi Tarjamah (B. Arab) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak lepas atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku ketua Prodi
Tarjamah yang selalu mengarahkan dan memberikan saran yang terbaik.
ii
3. Ibu Rizqi Handayani, M.A selaku sekertaris jurusan yang selalu
memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan peneliti dalam menyelesaikan
skripsi.
4. Ibu Karlina Helmanita, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabaran telah menyempatkan waktu untuk membimbing serta
memberikan arahan kepada peneliti selama tahap penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Aam Amiruddin selaku penerjemah Al-Qur’an Al-Mu’asir yang
telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan memberikan
pengalaman yang tentunya sangat membantu dalam kelancaran skripsi ini
dan kepada tim penerbit Khazanah Intelektual di bawah pimpinan bapak
Aam Amiruddin.
6. Semua pihak yang telah membantu dan bersedia berbagi ilmu yang belum
dapat dilampirkan secara langsung dalam skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa pada skripsi ini masih banyak kekurangan
dalam materi maupun teknik penyajian dan analisisnya, oleh karena itu peneliti
mengharapkan masukan yang baik berupa saran maupun kritik yang membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa sekarang dan yang akan datang serta
dapat dijadikan acuan untuk pengembangan selanjutnya.
Jakarta, 8 Desember 2016
RATIH KARINA
iii
Daftar Isi
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Pengesahan Panitia Ujian
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Pedoman Transliterasi Arab-Latin..........................................................................vi
Abstrak...................................................................................................................xii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................1
B. Pembatasan Rumusan Masalah................................................. 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.....................................................................3
E. Tinjauan Pustaka........................................................................4
F. Metodologi Penelitian................................................................5
1. Metode Penelitian................................................................5
2. Sumber Data........................................................................5
3. Teknik Pengumpulan Data...................................................6
4. Analisis Data........................................................................6
G. Sistematika Penulisan.................................................................7
iv
BAB II Kerangka Teori.................................................................................9
A. Relasi Makna..............................................................................9
1. Sinonimi.............................................................................10
2. Antonimi............................................................................11
3. Homonim, Homofon, Homograf.......................................12
4. Hiponimi dan Hipernimi....................................................13
5. Polisemi..............................................................................14
6. Ambiguitas.........................................................................15
7. Redundansi.........................................................................16
B. Sinonimi...................................................................................16
1. Kemunculan-Kemunculan Sinonimi..................................17
2. Masalah yang Muncul Sehubungan dengan Sinonimi.......19
3. Perbedaan antara Makna Sinonimi.....................................20
4. Cara Menetukan Sinonimi..................................................23
C. Penerjemahan al-Qur’an...........................................................26
1. Pengertian...........................................................................26
2. Syarat-syarat Penerjemah al-Qur’an..................................26
3. Strategi Penerjemahan........................................................27
4. Teknik Menerjemahan al-Qur’an.......................................28
BAB III Gambaran Umum al-Qur’an al-Mu’asir Terjemah Kontemporer
A. Profil Aam Amiruddin.............................................................29
1. Riwayat Hidup...................................................................29
v
2. Karir...................................................................................31
3. Karya-karya........................................................................32
B. Metode Penerjemahan dalam al-Qur’an al-Mu’asir Terjemah
Kontemporer............................................................................33
BAB IV Temuan dan Pembahasan...............................................................37
A. Temuan kata 37........................................................................قاه
B. Pembahasan..............................................................................39
BAB V Penutup...........................................................................................57
A. Kesimpulan..............................................................................57
B. Rekomendasi............................................................................59
Daftar Pustaka
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini merujuk
pada pedoman transliterasi pada buku terbitan CEQDA yang berjudul ‘Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) cetakan II, April 2007.
Berikut daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ث
ts te dan es د
j je ج
h h dengan garis dibawah ح
kh ka dan ha ر
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
vii
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ه
m em م
n en ى
w we
h ha ه
apostrof ‛ ء
y ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
viii
a fathah
i kasrah
u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـ يـــ ai a dan i
ـ ـــ au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
اـ â a dengan topi di atas
ي ـ î i dengan topi di atas
ـ ŭ u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
ix
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi /I/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan tanda (ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya kata "ة ر ر "الض tidak ditulis
ad-darŭrah melainkan al-darŭrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbŭtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbŭtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbŭtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbŭtah tersebut
diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
Contoh:
x
No. Kata Arab Alih Aksara
Tariqah طريقت 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجاهعت اإلسالهيت 2
wahdat al-wujŭd ددة الجد 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abŭ Hâmid al-Ghazâlî
bukan Abŭ Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,
maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokot yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
xi
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nŭr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
خ اذ ى ة األ س dzahaba al-ustâdzu ذ
ر tsabata al-ajru ث ب ج األ ج
ر ي ت ت الع ص م ر al-harakah al-‘asriyyah الذ
ي د أ ى ال ا ل و إ ال للا asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أ ش
ال خ ل ل الص ل ن ا ه Maulânâ Malik al-Sâlih ه
ن للا م ثر yu’atstsirukum Allâh ي ؤ
ق ل ي ت ظ اى ر الع al-mazâhir al-‘aqliyyah الو
ن يت al-âyât al-kauniyyah اآلي اث الن
اث ر ظ ذ ة ح ب ي خ الو ر ر al-darŭrat tubîhu al-mahzŭrât الض
xii
ABSTRAK
RATIH KARINA
Sinonim Terjemahan Kata قول dalam Qur’an Surat An-Nisa Karya Aam
Amiruddin
Penelitian ini didasari oleh hubungan (relasi) makna dari terjemahan kata
هق yang memiliki sinonimi yang varian pada ayat-ayat di dalam surat an-Nisa
karya Aam Amiruddin dalam al-Qur’an al-Mu’asir Terjemah Kontemporer.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui relasi makna sinonimi pada terjemahan
kata هق dalam terjemahan al-Qur’an al-Mu’asir dengan terjemah leksikal kata هق
itu sendiri, agar pesan pada Bsu tetap tersampaikan dengan baik meski
penerjemah menerjemahkan dengan metode pemaknaan. Dengan analisis ini,
dapat memberikan pengetahuan mengenai pemaknaan yang digunakan
penerjemah keluar dari konteks Bsu atau tidak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik .Penelitian yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai
atau makna yang terdapat dibalik fakta. Data diperoleh dari hasil pengamatan,
kemudian data disusun dan dianalisis dengan memperkaya informasi melalui
wawancara penerjemah, mencari hubungan, membandingkan dengan teori relasi
makna untuk mengetahui hubungan antara hasil terjemahan dengan terjemah
leksikalnya.
Hasil penelitian ini peneliti menemukan 6 ayat untuk dianalisis yang
memiliki 8 variasi terjemahan kata هق . Setelah peneliti menganalisis ke-8 variasi
terjemahan tersebut melalui teori relasi makna, terjemahan tersebut memiliki
relasi dalam sinonimi, hiponimi dan hipernimi. Sehingga terjemahan tersebut
relevan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang penelitian ini didasari oleh sinonimi yang terjadi pada
terjemahan kata قىل dalam al-Quran al-Mu‟asir terjemah kontemporer karya Aam
Amiruddin. Secara harfiah kata sinonimi adalah „nama lain untuk benda atau hal
yang sama‟.1
Dalam kamus al-Munawwir kata لىق diartikan dengan perkataan.2 Dan
pada umumnya kata قىل ditejemahkan dengan perkataan atau ucapan. Namun
secara sinonimi, belum banyak yang mengenal sinonimi dari terjemahan kata لقى
yang selama ini hanya dimaknai dengan kata perkataan. Sama halnya dengan
sinonimi-sinonimi yang lain, bahwa kata قىل ini disamping bermakna perkataan
atau ucapan juga memiliki makna berucap, berbicara, menjawab, bertanya,
berdo‟a, perintah, tuduhan dan sebagainya.
Peneliti menemukan sinonim atau persamaan makna tersebut dalam
terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir karya Aam Amiruddin dengan terjemahan yang
kontemporer. Kontemporer ialah pada waktu yang sama, semasa, pada masa kini
1Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
83.
2Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1171.
2
atau dewasa ini.3 Peneliti melihat al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer ini
adalah terjemahan al-Qur‟an yang diterjemahkan dengan menggunakan bahasa
pada masa ini agar lebih mudah dipahami pembaca masa kini, sehingga disebut
terjemahan kontemporer. Bisa dikatakan juga bahwa al-Qur‟an al-Mu‟asir
terjemah kontemporer ini adalah al-Qur‟an yang terjemahannya sudah
diperbaharui dari terjemahan klasik.
Dengan melihat keterangan diatas, peneliti menilai bahwa analisis pada
terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir ini perlu dilakukan guna mengetahui pemilihan
diksi pada padanan kata dalam Bsa (bahasa sasaran) berelasi dengan kata dalam
Bsu (bahasa sumber). Sehingga hasil terjemahan dapat dipahami pembaca dan
pesan dalam Bsu tersampaikan pada Bsa dengan baik dan benar.
Sebelum menganalisis terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir ini, peneliti
terpicu untuk meneliti lebih dalam mengenai kasus pada terjemahan ini dengan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: Sinonim Terjemahan Kata قول
dalam Qur’an Surat An-Nisa Karya Aam Amiruddin.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini adalah 6 ayat yang terdapat kata قىل
dalam QS. An-Nisa. Yang terdiri dari ayat 8, ayat 9, ayat 75, ayat 97, ayat 154 dan
ayat 156. Kata قىل dalam 6 ayat tersebut diterjemahkan dalam 8 variasi seperti:
berucap, berbicara, berkata, berdo‟a, menjawab, bertanya, perintah dan tuduhan.
Sedangkan perumusan masalah yang diuraikan peneliti adalah sebagai berikut:
3Tim Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia, 2008), h. 729.
3
a. Bagaimana relasi atau hubungan makna sinonimi kata قىل dalam terjemahan al-
Qur‟an surat an-Nisa karya Aam Amiruddin dengan terjemah leksikalnya?
b. Bagaimana hubungan (relasi) makna kata قىل dalam terjemahan al-Qur‟an surat
an-Nisa karya Aam Amiruddin dengan hubungan makna yang lain?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan yang sudah diidentifikasikan oleh peneliti, maka
penelitian ini memiliki tujuan:
a. Untuk mengetahui relasi atau hubungan makna sinonimi kata قىل dalam
terjemahan al-Qur‟an surat an-Nisa karya Aam Amiruddin dengan
terjemah leksikalnya.
b. Untuk mengetahui hubungan (relasi) makna kata قىل dalam terjemahan al-
Qur‟an surat an-Nisa karya Aam Amiruddin dengan hubungan makna
yang lain.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan dan pengetahuan tentang hasil terjemahan dari zaman ke zaman.
Sehingga dapat menambah sudut pandang penerjemah untuk terus memberikan
hasil terjemahan terbaik dan benar dengan tetap mengacu pada teori-teori
penerjemahan yang benar dan tidak mengabaikan makna yang terkandung dan
struktur pada bahasa sumbernya. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan kajian guna menambah khasanah keilmuan khususnya bagi
4
mahasiswa Tarjamah yang merupakan seorang calon mutarjim dan sebagai
tambahan referensi kepustakaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Pada skripsi ini peneliti menggunakan terjemahan al-Quran al-Mu‟asir
Terjemah Kontemporer yang diterbitkan oleh penerbit Khazanah Intelektual
sebagai objek utama dalam penelitian ini. Namun, judul skripsi ini terinspirasi
setelah peneliti menemukan terjemahan al-Quran al-Mu‟asir Terjemah
Kontemporer yang memberikan hasil terjemahan yang berbeda dari terjemahan al-
Quran biasanya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti relasi makna sinonimi
kata قىل dalam al-Qur‟an al-Mu‟asir.
Setelah peneliti meneliti dan menelaah karya-karya ilmiah baik dalam
buku-buku penerjemahan, internet, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
ataupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang peneliti
ketahui ada kajian skripsi yang substansinya sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu:
1. Agus Nawawi (2015) yang meneliti “Terjemahan Sinonimi Yaum al-
Qiyâmah dalam Terjemah al-Qur’an Kontemporer al-Mu’âsir Karya
Aam Amiruddin: Studi Akurasi dan Makna”.
2. Deni Wahyudin (2010) yang meneliti “Analisis Homonimi Terhadap
Kata Kufr (كفر) dalam Al-Qur‟an (Studi Komparatif; Terjemahan H.B.
Jassin dan Mahmud Yunus).
5
3. Nur Rahmawati (2011) yang meneliti “Terjemahan Kata ar-Ruh dalam
Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus”.
4. Muhammad Hilman (2010) yang menulis “Analisis Semantik terhadap
Terjemahan al-Quran (Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah): Studi
Komparatif antara Terjemahan Mahmud Yunus dengan T. M. Hasbi
ash Shiddieqy”.
5. Nur‟aini (2010) yang menulis “Analisis Semantik pada kata يحكم dan
dalam al-Quran Terjemahan Depag dengan H.B. Jassin حكم
Dari kelima penelitian skripsi diatas memiliki substansi yang sama dengan
yang peneliti lakukan pada penelitian ini, yaitu analisis linguistik bidang semantik
mengenai makna. Yang membedakan dengan yang peneliti lakukan adalah
analisis yang digunakan peneliti mengenai relasi makna sinonimi, kata yang
dianalisis peneliti adalah kata قىل , dan al-Qur‟an yang digunakan oleh peneliti
adalah al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer karya Aam Amiruddin.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Kualitatif berarti sesuatu
yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik
fakta.4 Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian data disusun dan
dianalisis dengan memperkaya informasi, mencari hubungan,
4Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013) h. 82.
6
membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data
berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif.5
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari al-Qur‟an al-
Mu‟asir Terjemah Kontemporer karya Aam Amiruddin. Sedangkan untuk
bahan sekunder adalah dengan mengumpulkan dari berbagai literature yang
relevan dengan pokok permasalahan baik dari artikel, majalah, internet,
maupun dari buku-buku yang berkaitan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data berupa kata قىل yang diterjemahkan oleh Aam Amiruddin
dalam al-Quran terjemah kontemporer yang telah di terjemahkan dalam
beberapa kata yang berbeda, kemudian kata itu dikumpulkan ditulis beserta
terjemahannya. Dan surat yang terpilih untuk diteliti adalah QS. an-Nisa
karena peneliti menemukan hasil terjemahan kata قىل lebih banyak variasi
terjemahannya dari terjemahan leksikalnya. Namun peneliti belum mengetahui
apakah relevan atau tidak dengan relasi makna leksikalnya.
4. Analisis Data
Data dari kata قىل beserta terjemahannya yang sudah peneliti
kumpulkan kemudian direkap dengan urutan berdasarkan suratnya.
5Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. h. 87.
7
Selanjutnya kata قىل dihitung jumlah per suratnya dengan mencantumkan
terjemahannya. Setelah itu peneliti menganalisis dari surat apa yang lebih
banyak menghasilkan terjemahan kata قىل yang berbeda. Dan kemudian, dari
surat yang sudah ditentukan berdasarkan analisis tersebut, peneliti memilih
ayat dari setiap ayat yang mengandung kata قىل dengan terjemahan yang
berbeda-beda. Dengan terjemahan kata قىل yang berbeda-beda dari al-Qur‟an
al-Mu‟asir terjemah kontemporer tersebut, penelitian akan dilanjutkan dengan
wawancara dengan penerjemah mengenai alasan dan tujuan penerjemah
menerjemahkan kata tersebut dengan bervariasi. Setelah itu, dari setiap
terjemahan kata قىل yang terjemahannya bervariasi dari terjemahan
leksikalnya, peneliti analisis dengan teori yang terdapat pada bab II untuk
memastikan dan menentukan dari beberapa variasi terjemahan tersebut masih
berelasi dengan makna leksikalnya atau tidak. Langkah selanjutnya peneliti
akan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif, peneliti merumuskan
sistematika penelitian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, pembatasan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, sistematika penelitian.
BAB II Kerangka teori, meliputi: sinonimi, penerjemahan al-Qur‟an.
8
BAB III Gambaran Umum al-Qur‟an al-Mu‟asir, meliputi: profil Aam
Amiruddin, metode penerjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir.
BAB IV Analisis relasi makna sinonimi kata قىل dalam terjemahan al-
Qur‟an al-Mu‟asir, meliputi: temuan dan pembahasan.
BAB V Penutup, meliputi: kesimpulan dan rekomendasi.
9
BAB II
Kerangka Teori
A. Relasi Makna
Hubungan atau relasi makna adalah hubungan yang tidak kontroversi atau
tidak berlawanan, tetapi mengacu pada hubungan apa yang terjadi antara unit-unit
makna. Unit makna ada yang memiliki ciri tersendiri dengan rentang dari
hiponimi sampai dengan polisemi – dalam unsur cara mencari submakna
berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya (hubungan makna sebagai ciri-ciri
mengenai „kajian‟ unit makna) unit makna sendiri bersifat sensitif secara
kontekstual merupakan hubungan makna. Perhatikanlah:
BINATANG
ANJING KUCING KUDA
PEMOTONG
PISAU GARPU GUNTING
10
Relasi pertama relasi submakna dengan superordinatnya (hiperonim) – Binatang,
sedangkan yang kedua relasi makna berdasarkan jenis – Pemotong sebagai
superordinat dengan hiponimi antara lain: pisau, garpu dan gunting.6
Dalam penelitian yang diteliti ini, peneliti menemukan adanya hubungan
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya
dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini
mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna
(antonim), kagandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna
(hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan
sebagainya.
1. Sinonimi
Sinonimi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
onoma yang berarti „nama‟, dan syn yang berarti „dengan‟. Maka secara
harfiah kata sinonimi adalah „nama lain untuk benda atau hal yang sama‟.
Secara semantic Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa
berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan
makna ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua kata yang
yang bersinonim; bunga, kembang, puspa adalah tiga buah kata yang
6
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Relasi Makna Paradigmatik-Sintagmatik-
Derivasional, (Bandung: Refika Aditama, 2013) h. 111.
11
bersinonim; mati, wafat, meninggal dan mampus adalah empat buah kata yang
bersinonim.7
Sinonimi digunakan untuk menyatakan sameness of meaning
„kesamaan arti‟. Hal tersebut dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun
kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata yang memiliki makna sama;
semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan
diantara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa: pandai bersinonim dengan cerdas; ringan bersinonim
dengan enteng; lafal bersinonim dengan ucapan; kotor dengan noda,
meskipun diantara kata-kata yang bersinonim itu memiliki makna sama dalam
lebih dan kurangnya (dalam arti ada perbedaan secara inklusif didalamnya).8
2. Antonimi
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang
artinya „nama‟, dan anti yang artinya „melawan‟. Maka secara harfiah
antonym berarti „nama lain untuk benda lain pula‟. Secara semantic Verhaar
(1978) mendefinisikan sebagai: Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat
pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari
makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonim dengan
kata buruk. Kata besar adalah berantonim dengan kata kecil; dan kata membeli
berantonim dengan kata menjual.
7
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
83.
8T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Relasi Makna, Paradigmatik, Sintagmatik, dan
Derivasional, h.124.
12
Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia, antonym biasanya
disebut lawan kata. Banyak orang yang tidak setuju dengan istilah ini sebab
pada hakikatnya yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari
kata-kata itu.9
3. Homonimi, Homofon, Homograf
Kata homonim berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya
„nama‟ dan homo yang artinya‟sama‟. Secara harfiah, homonim dapat
diartikan sebagai „nama sama untuk benda atau hal lain‟. Secara semantic,
Verhaar (1978) member definisi homonimi sama dengan ungkapan lain (juga
berupa kata, frase atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.
Misalnya: Pacar = Inai dengan Pacar = Kekasih
Bisa = Racun ular dengan Bisa = Sanggup, dapat
Baku = Standar dengan Baku = Saling
Bandar = Parit dengan Bandar = Pelabuhan
dengan Bandar = Pemegang uang
dalam perjudian
Homofon dilihat dari segi „bunyi‟ (homo= sama, fon= bunyi). Bisa dikatakan
bahwa homofon adalah kata yang pengucapannya sama tetapi maknanya
berbeda.
9
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 88-89.
13
Misalnya: Bank = lembaga yang mengurus lalu lintas uang
Bang = bentuk singkat dari abang yang berarti „kakak laki-laki‟
Sanksi = akibat, konsekuensi
Sangsi = ragu
Homograf dilihat dari segi „tulisan, ejaan‟ (homo= sama, grafi=
tulisan). Homograf yaitu kata yang penulisannya sama tetapi pengucapan
dan maknanya berbeda.
Misalnya: Tǝras = inti-kayu
dengan
Teras = lantai yang agak ketinggian di depan rumah
Sǝdan = tangis kecil, isak
dengan
Sedan = sejenis mobil penumpang
4. Hiponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti
„nama‟ dan hypo berarti „di bawah‟. Jadi, secara harfiah berarti „nama yang
termasuk di bawah nama lain‟. Secara semantic, Verhaar menyatakan hiponim
ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu
ungkapan lain.
14
Hipernim adalah kata yang berada diatas nama lain. Konsep hiponim
dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan.
Misalnya:
IKAN Hipernimi
TONGKOL BANDENG TENGGIRI TERI MUJAIR CAKALANG
Hiponimi
5. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahas (terutama kata, bisa
juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya:
Arti dari kata KEPALA:
a. Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia
dan hewan.
b. Bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan dan
merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala
susu, kepala meja dan kepala kereta api.
c. Bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti
pada kepala paku, dan kepala jarum.
15
d. Pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala
kantor, dan kepala stasiun.
e. Jiwa atau orang, seperti pada kalimat setiap kepala menerima
bantuan Rp. 5.000,00.
f. Akal budi, seperti pada kalimat badannya besar tetapi
kepalanya kosong.
6. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang
bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas
berasaldari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan
terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Misalnya:
Buku sejarah itu baru
Buku sejarah baru
Buku itu berisi sejarah zaman baru
Jarang ada orang yang mau lewat
disana
Orang malas lewat disana
Yang mau lewat disana hanya orang-
orang malas
16
7. Redundansi
Istilah redundansi sering diartikan sebagai „berlebih-lebihan
pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‟. Umpamanya:
‘Bola ditendang si Udin’ maknanya tidak akan berubah bila dikatakan ‘Bola
ditendang oleh si Udin’.
Pemakaian kata oleh pada kalimat nomor dua dianggap sebagai
sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan, dan yang sebenarnya tidak
perlu.
B. Sinonimi
Berdasarkan penelitian yang diteliti, peneliti menetapkan bahwa dalam
penelitian ini memiliki hubungan atau relasi kemaknaan dalam hal kesamaan
makna atau sinonim. Untuk itu, disini peneliti hanya akan menjelaskan teori
tentang sinonim atau kesamaan makna.
Beberapa pakar linguistik terkemuka memberikan definisi tentang
sinonimi. Menurut matthews sinonimi adalah hubungan antara dua unit leksikal
yang mempunyai kesamaan arti. Verhaar melambangkan suatu kata dalam kasus
sinonimi dengan X dan kata lainnya dengan Y. Menurutnya, jika X dan Y
bermakna hampir sama, maka kesamaan makna antara X dan Y itulah yang
disebut dengan sinonimi. Definisi yang kurang lebih sama dikemukakan oleh
fromkin dan Rodman bahwa sinonimi adalah beberapa kata yang mempunyai
kemiripan makna tetapi bunyi pelafalannya (sound) berbeda. Dengan demikian
17
dapat disimpulkan bahwa sinonimi adalah dua kata yang mempunyai komponen
makna yang sama meski bunyi pelafalan dan bentuknya berbeda.
Namun, fakta menunjukkan bahwa ternyata tidak ada sinonimi yang
lengkap karena karena tidak semua konteks dapat ditempatinya secara penuh.
Matthews membagi sinonim kedalam dua pembagian. Pertama, sinonimi absolut.
Maknanya, dalam semua konteks X dan Y selalu sesuai dalam maknanya. Kedua,
sinonimi parsial. Maksudnya tidak dalam semua konteks X dan Y selalu
mempunyai makna yang sama.10
1. Kemunculan-kemunculan Sinonimi:
a. Sinonimi muncul antara kata asli dan kata serapan. Kontak
antarbahasa dapat terjadi antarbajasa serumpun dan antarbahasa
tidak serumpun. Kontak itu menimbulkan serapan kata yang
bermakna. Salah satu ciri serapan ialah serapan kata yang
bermakna sama dengan kata bahasa penyerap, bahasa Indonesia
mengalami proses serapan dengan ciri sinonimi. Kata serapan
temperatur bersinonim dengan suhu.
b. Sinonimi muncul antara bahasa umum dan dialek. Serapan
intrabahasa terjadi antara dialek dan bahasa-bahasa umum dan
bahasa standar. Bahasa Indonesia yang mengenal beberapa dialek
mengalami penyerapan makna sinonimi intrabahasa. Misalnya,
10
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah,
2012), h. 112.
18
sinonimi antara cabe dan lombok, selamat malam dan malam baik,
kayak dan seperti (percakapan), nggk dan tidak (percakapan).
c. Sinonimi muncul untuk membedakan kata umum dan kata ilmiah.
Sering pula dimunculkan sinonimi untuk membedakan kata umum
dan istilah untuk bidang ilmu tertentu atau kata profesional.
Pemunculan sinonimi antara kata umum dan istilah ditujukan untuk
memberikan pembatasan yang jelas atau definisi terhadap sebuah
kata. Kata-kata dalam ilmu teknik/ teknologi dan ilmu kedokteran
pada umumnya menghadirkan sinonimi antara kata umum dan kata
istilah. Kata umum contoh disinonimkan secara ilmiah dengan
sampel, kata umum air seni atau air kencing bersinonimi secara
ilmiah dengan urine, kata hemat disinonimikan secara ilmiah
dengan ekonomis atau efisien.
d. Sinonimi muncul antara bahasa kekanak-kanakan dan bahasa orang
dewasa. Untuk memudahkan pemahaman muncullah
penyinonimian bahasa anak-anak dan bahasa orang dewasa. Salah
satu ciri bahasa anak-anak ialah pengulangan suku kata. Misalnya,
papa, mama, gigi, dada, pipi. Lalu dimunculkan bentuk pipis,
mamam, mimi.
e. Sinonimi muncul untuk kerahasiaan. Untuk kerahasiaan dapat saja
dimunculkan kata-kata rahasia untuk instansi pengamanan tertentu
(intel), dalam profesi (misalnya profesi penjahat), antargeng dan
antarremaja. Kata bokap, nyokap, adalah sinonim dari ayah dan
19
ibu. Kamus Gaul oleh Debby Sahertian, B.Sc. berisikan daftar
sinonimi bahasa gaul dan bahasa umum. Pemunculan bahasa gaul
bertujuan untuk pembatasan pemahaman dan kerahasiaan antar
pemakai bahasa gaul tertentu.
f. Sinonimi muncul karena Kolokasi. Sinonimi muncul karena
kolokasi yang terbatas. Suara yang dikeluarkan oleh binatang
dikatakan dengan kata berbeda untuk merujuk “bersuara...”.
Misalnya, kuda meringkik, kucing mengeong, anjing menyalak.
Dalam bahasa Sikka untuk konsep mencuci dikatakan dengan dua
kata, yakni bopo dan rasi. Misalnya, bopo labu „mencuci baju‟,
bopo waeng „cuci muka‟, tetapi rasi pigang „cuci piring‟, rasi
limang „cuci tangan‟. Kata indah dan cantik bahasa Indonesia
sinonimi, tetapi dibatasi kolokasinya. Kata indah sudah
dihubungkan dengan keadaan alam, misalnya pemandangan yang
indah, sedangkan kata cantik dihubungkan dengan manusia
perempuan, misalnya gadis yang cantik.
Dalam analisis sinonimi perlu dibedakan kemunculan sinonimi yang
dilakukan dengan sengaja dan tidak sengaja pada satu pihak, dan paparan
tentang perbedaan antara sinonimi dan pemakaian.11
2. Masalah yang muncul sehubungan dengan sinonimi
11
J.D Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 64-67.
20
Masalah yang muncul di dalam bahasa Indonesia yang sehubungan
dengan sinonimi antara lain:
a. Pronomina persona 1: saya (formal) bersinonim dengan aku,
hamba, patik, beta, kami, gua, (sinonimi yang bergantung pada
situasi dan status social kawan bicara, dan areal bahasa).
b. Kata-kata yang dapat dibandingkan antara lain: berian (hasil
berian) bersinonim dengan sedekah, anugerah, karunia,
pemberian, derma, amal, hadiah, suap, dana bantuan, sumbangan,
iuran (maknanya mirip, setiap kata memiliki makna + +
dibandingkan dengan berian).
c. Kondisi sesuatu yang memiliki kemiripan makna antara lain:
bandingkan antara rumah, gubuk, gedung dan istana
(bandingkanlah tampilan dan fisik bahan yang digunakan).
d. Hubungan makna yang berbeda, seperti pada: anak dan putera;
kaki tangan dan pembantu, buruh dan karyawan, penyair dan
pujangga, memiliki makna yang sama secara generic dengan
makna spesifik masing-masing, yang kemudian dapat dicari
perkembangan maknanya.12
3. Perbedaan antara makna sinonimi
Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi antara kata-kata
yang bersinonimi.
12
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Relasi Makna, Paradigmatik, Sintagmatik, dan
Derivasional, h.124-125.
21
a. Perbedaan makna sinonimi diakibatkan oleh perbedaan implikasi.
Contoh dalam bahasa Indonesia adalah kata remeh dan sepele yang
merujuk kepada “hal atau sesuatu yang tidak penting”. Makna
sepele mengarah dan berimplikasi positif, sedangkan makna remeh
berimplikasi negatif. Misalnya, “Dia selalu memperhatikan hal-hal
yang sepele” berbeda implikasinya dengan “Dia selalu
memperhatikan hal-hal yang remeh”.
b. Perbedaan makna sinonimi diakibatkan oleh perbedaan aplikasi.
Ada perbedaan aplikasi antara kata nikmat, enak dan lezat. Kata
nikmat dikenakan pada makanan, minuman, kehidupan, atau semua
yang dapat memberikan kesenangan, perasaan puas, sedangkan
kata enak dan leza thanya dikenakan pada makanan dan minuman.
Misalnya, “orang itu dapat menikmati makanan, minuman, dan
hidup di dunia ini” atau “nikmatilah hidup ini”, tetapi tidak dapat
dikatakan *”orang itu dapat melezati makanan, minuman, dan
hidup di dunia” atau *”lezatilah hidup ini”. Makna kata situs,
lokasi dan habitat merujuk kepada makna „tempat‟. Akan tetapi,
kata situs dipakai untuk merujuk „tempat penemuan benda-benda
arkeologi‟, lokasi merujuk „tempat yang umum, misalnya tempat
tinggal, kediaman, gedung‟, dan habitat merujuk ke „tempat untuk
kehidupan binatang liat atau binatang yang dilindungi‟.
c. Perbedaan antara makna sinonimi didasarkan pada kelebihluasan
cakupan makna yang satu dari yang lain. Dalam bahasa Indonesia
22
terdapat perbedaan cakupan antara makna mengerti dan
memahami. Perbedaan ini dapat diuji bahwa seorang dapat
mengerti perkataan orang, tetapi belum tentu ia memehami
perkataan orang. Akan tetapi, seseorang yang memahami perkataan
orang lain sudah tentu ia mengerti akan perkataan orang lain itu.
Lain halnya dengan makna kata nikmat dan lezat. Makna nikmat
tidak lebih luas daripada makna lezat. Perbedaan makna itu terletak
pada penerapannya.
d. Perbedaan antara makna sinonimi didasarkan pada asosiasi yang
bersifat konotasi. Ciri perbedaan antara dua atau lebih kata yang
bersinonimi yang didasarkan pada asosiasi konotatif terletak pada
ciri konotasi positif dan negatif. Makna kata rekam, merekam,
rekaman dan sadap, menyadap, sadapan (pengambilan suara atau
bunyi dan bantuan pita dan alat elektronik) terletak pada konotasi
positif dan negatif; rekam, merekam dan rekaman bersifat positif
dan lebih netral, sedangkan sadap, menyadap dan sadapan
cenderung bersifat negatif (diambil suara secara rahasia dan tidak
ada izin dari suara orang diambil dengan pita suara secara
elektronik).
e. Perbedaan antara sinonimi berdasarkan sudut pandang. Perbedaan
antara makna sinonimi sudut dan segi didasarkan pada sudut
pandang. Bentuk sudut dan segi yang dirujuk sama, tetapi bentuk
sudut dilihat dari dalam dan segi dilihat dari luar. Penyebutan segi
23
tiga didasarkan pada pandangan dari luar, sedangkan sudut
dipandang dari dalam. Misalnya, sebuah segi tiga mempunyai tiga
sudut. Pada masa tertentu di Indonesia makna kata penjara atau bui
dan (lembaga) pemasyarakatan dibedakan menurut sudut pandang.
Makna penjara dan bui dipandang dari sudut pandang hukuman,
sedangkan lembaga pemasyarakatan dipandang dari sudut pandang
“tujuan untuk merehabilitasi, memperbaiki sikap dan sifat
terpidana agar dapat masuk ke masyarakat yang baik dan benar”.
Demikianlah secara lebih rinci perlu dibedakan antara kemunculan
sinonimi dan perbedaan antara makna sinonimi. Kami mencatat bahwa uraian
dan paparan tentang sinonimi belum sampai kepemikiran untuk membedakan
dua fenomena ini. Perbedaan ini tentu masih dapat diperdebatkan karena
paparan ini merupakan satu alternatif untuk lebih mendalami masalah-masalah
sekitar pembahasan tentang sinonimi.13
4. Cara menentukan Sinonimi
Jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat
kata itu tersebut sinonim. Kesamaan makna (sinonim) dapat ditentukan
dengan tiga cara:
a. Substitusi (penyulihan). Hal tersebut dapat terjadi bila kata dalam
konteks tertentu dapat disulih dengan kata yang lain dan makna
konteks tidak berubah. Maka kedua kata tersebut disebut sinonim.
13
J.D Parera, Teori Semantik, h. 67-70.
24
Misalnya: Amir anak pandai dapat disulih menjadi Amir anak
pintar (pandai=pintar).
b. Pertentangan. Kata dapat dipertentangkan dengan sejumlah kata
lain. Pertentangan itu dapat menghasilkan sinonim. Misalnya: kata
berat bertentangan dengan ringan dan enteng di dalam bahasa
Indonesia. Maka ringan dan enteng disebut sinonim.
c. Penentuan Konotasi. Jika terdapat perangkat kata yang memiliki
makna kognitifnya sama, tetapi makna emotifnya berbeda, maka
kata-kata itu tergolong sinonim. Misalnya: kamar kecil, kakus,
jamban, WC mengacu ke acuan yang sama, tetapi konotasinya
berbeda.
Makna sebuah kata bergantung pada konteks. Hal tersebut dapat kita
perhatikan dalam kalimat-kalimat berikut:
1. Saya mau ke rumah bersalin untuk menengok kakak yang baru
melahirkan.
(Jelas kepada kita bahwa kata kakak pada kalimat tersebut adalah ‘kakak
perempuan’, dan hal tersebut ditentukan oleh konteks kalimatnya).
2. Suatu kata kadang-kadang berbeda maknanya didalam berbagai
konteks. Perhatikan kalimat berikut di dalam bahasa Indonesia, misalnya:
(a) Pagi-pagi benar iamasuk sekolah.
(b) Ia masuk angin harus dibawa ke dokter.
25
Kata makna didalam bahasa Indonesia pada kalimat (a) dan
(b) berbeda maknanya. Sama seperti kata naik pada kalimat
“Ayah naik mobil ke kantor”, tidak bermakna memanjat, tetapi
mengendarai (naik bersinonim dengan mengendarai).14
Dari semua keterangan yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa ada tiga batasan untuk sinonim, yakni:
a. Kata-kata dengan referen ekstra linguistic yang sama.
b. Kata-kata yang memiliki makna yang sama.
c. Kata-kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama.
Istilah sinonim ini mengacu pada kesamaan makna banyak hal
yang harus diperhatikan di dalam kesamaan tersebut, Untuk mengetahui
kadar kesamaan tersebut, dapat kita perhatikan contoh berikut ini:
korupsi
mencuri
menggelapkan uang melibatkan masalah uang
mencopet
menjambret
Semua itu melibatkan masalah uang dan maknanyarelevan.
14
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung:
Refika Aditama, 1999), h. 37-38.
26
Kita tidak dapat mengatakan bahwa “Orang yang sedang mencopet
uang dari saku seseorang” dengan “Ia sedang melakukan korupsi”.
Kemudian kata korupsi dilemahkan dengan frase menggelapkan uang
(unsure eufemisme). Benarkah uang tersebut dibawa ke tempat yang
gelap? Tidak dapat diartikan secara kognitif, hanya makna asosiatif yang
terkandung didalam pengertian kata menggelapkan.15
C. Penerjemahan Al-Qur’an
1. Pengertian
Penerjemahan al-Qur‟an adalah mengalihkan bahasa al-Qur‟an, ke
bahasa asing selain bahasa Arab, dan terjemahan tersebut dicetak dengan
tujuan agar dapat dikaji oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab
sehingga dapat dimengerti maksud dari firman Allah tersebut dengan bantuan
terjemahan tadi.
2. Syarat-syarat penerjemah Al-Qur’an
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah al-Qu‟ran:
a. Penerjemah harus seorang muslim, sehingga tanggung jawab
keislamannya dapat dipercaya.
b. Penerjemah harus seorang yang „adil dan tsiqah. Karenanya, seorang
fasik tidak diperkenankan menerjemahkan al-Qur‟an.
15
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, h. 42.
27
c. Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan kata. Ia harus
mampu menulis dalam bahasa sasaran dengan baik.
d. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran al-Qur‟an dan
memenuhi kriteria sebagai mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya
adalah seorang mufasir.
3. Strategi Penerjemahan
Strategi yang digunakan ketika menerjemahkan al-Qur‟an:
a. Dalam menerjemahkan seorang penerjemah harus berpedoman pada
syarat-syarat penafsiran rasional (التفسير العقلي).
b. Penerjemah harus memperhatikan ketepatan terjemahdengan melihat
tingkat penerjemah sebagai berikut: 1. Penerjemah kata per kata dengan
melihat padanannya; 2. Terjemah makna dan penjelasannya dengan
menggambarkan makna tersebut dan memberi beberapa penjelas
tambahan atas makna kata; 3. Menjelaskan kebenaran pemilihan makna
terjemahan dan berusaha menjelaskan dengan dalil.
c. Dalam menerjemahkan harus terkonsentrasi pada redaksi (األافاظ) dan
makna al-Qur‟an, bukan pada bentuk susunan al-Qur‟an, karena sistem
susunan tersebut merupakan mukjizat yang terjemahkan.
d. Hendaknya menerjemahkan makna al-Qur‟an dengan metode terjemah
yang benar dengan kriteria: 1. Gaya penerjemahan dengan bahasa yang
mudah dicerna, dan sesuai dengan kemampuan umum pembaca; 2.
Hati-hati dalam mencarikan padanan yang tepat dari kalimat-kalimat
28
yang ada dalam al-Qur‟an; 3. Menulis makna ayat dengan sempurna; 4.
Memohon bantuan pada ahli Bsa untuk mendapatkan koreksi.
e. Menjadikan tafsir sebagai rujukan dalam penerjemahan.
f. Harus memberikan keterangan pendahuluan yang menyatakan bahwa
terjemah al-Qur‟an tersebut bukanlah al-Qur‟an, melainkan tafsir al-
Qur‟an.
4. Teknik Menerjemahkan al-Qur’an
Teknik umum yang harus diketahui penerjemah al-Qur‟an ketika
menerjemahkan al-Qur‟an:
a. Penerjemahan ayat sebaiknya ditulis miring.
b. Penerjemahan informasi ayat dituliskan sesuai dengan kelaziman yang
dipakai, seperti (QS. al-Baqarah [2]: 33). Namun demikian, penulisan
ini bisa disesuaikan dengan gaya selingkung yang berlaku.
c. Penerjemahan ayat sebaiknya diapit oleh tanda petik ganda.
d. Penerjemahan harus mengacu pada penerjemahan lain yang telah
disepakati keakuratannya oleh banyak kalangan, meskipun tetap
dibenarkan melakukan penyuntingan bahasa, bukan isi terjemahan.
e. Penerjeamahan al-Quran di dalam teks lain, biasanya didahului dengan
klausa Allah Swt. berfirman. Ini bukan merupakan keharusan.
Penerjemah bisa memodifikasinya.16
16
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia,
h. 54-55.
29
BAB III
Gambaran Umum al-Qur’an Al-Mu’asir Terjemah Kontemporer
A.Profil Aam Amiruddin
1. Riwayat Hidup
Aam Amiruddin lahir di Bandung, 14 Agustus 1965. Saat ini tinggal
di Bandung. E-mail: [email protected]. Menikah dengan Hj. Sasa Esa
Agustiana, SH. Diamanahi 1 putra dan 2 putri. Yang pertama bernama Iqbal
Rasyid Ridha, dan kedua putrinya bernama Tsania Shofia Afifa dan Tsalisa
Syifa Afia. Pendidikan tingkat dasar ditempuh di SD Pabaki 1 Bandung.
Tingkat SLTP dan SLTA di Pesantren Persatuan Islam No. 1 Bandung.
Sedangkan pendidikan tinggi yang pernah ditempuh:
a. Diploma di Ma‟had Ta‟lim Lughah Al-„Arabiyyah (LIPIA -
Jakarta)
b. S1 – Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Islam Bandung
c. S2 – Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung –
Bidang Ilmu Komunikasi
d. S3 – Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung –
Bidang Ilmu Komunikasi, Lulus dengan Yudisium Cumlaude.
30
Berdasarkan pendidikan yang telah ditempuhnya, pendidikan pun
menjadi salah satu latar belakang penerjemah menerjemahkan al-Qur‟an Al-
Mu‟asir terjemah kontemporer ini. Karena S2 dan S3 penerjemah dibidang
komunikasi, hal itu yang melatarbelakangi pembuatan terjemahan
kontemporer ini. Karena menurutnya, masih banyak terjemahan al-Qur‟an
yang tidak dimengerti sehingga penerjemah ingin terjemahan al-Qur‟an itu
mudah dicerna dan pembaca pun tidak harus berpikir 2 kali untuk memahami
makna yang disampaikan dalam al-Qur‟an tersebut17
. Sehingga penerjemah
menggunakan bahasa yang lebih komunikatif dan kontemporer agar mudah
dipahami oleh orang-orang dijaman sekarang. Karena menurutnya, setiap
masa berbeda, bahasa pun ikut berkembang. Jadi jika generasi sekarang
diberikan bahasa yang lampau belum tentu bahasa itu akan dimengerti. Dan
tugas seorang penerjemah adalah tidak hanya mengalihkan suatu bahasa ke
bahasa lain tetapi memberikan pemaknaan terhadap teks tersebut. Pemaknaan
bisa didapat ketika penerjemah paham tentang konteks, konten dan kultur.
Sehingga hasil terjemahannya tidak rancu, mudah dipahami dan dibaca, dan
menghasilkan informasi yang benar untuk pembaca.
Latar belakang lain yang memotivasi penerjemah dalam
menerjemahkan al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer ini adalah ada
bagian-bagian yang menurutnya untuk konteks sekarang perlu diubah tetapi
bukan berarti penerjemah mengubah isi al-Qur‟an itu tetapi mengubah
pemaknaan Al-qur‟an dan disesuaikan dengan sudut pandang manusia dijaman
17Hasil wawancara dengan penerjemah Al-Qur‟an Al-Mu‟asir terjemah Kontemporer
pada tanggal 8 Maret 2016.
31
sekarang. Karena selain itu pun, bahasa selalu melibatkan budaya. Karena
budaya dahulu dan sekarang banyak yang berubah, secara tidak disadari
banyak bahasa juga yang berubah. Dan jika terjemahan al-Qur‟an tidak di
update, maka akan sulit bahasa dahulu dipahami oleh orang-orang dijaman
sekarang. Selain itu pun penerjemah ingin memberikan edukasi kepada
masyarakat bahwa al-Qur‟an itu harus dipahami. Namun yang menjadi
hambatannya adalah ketika membaca terjemahan itu sulit dimengerti.
Sehingga itulah alasan penerjemah menerjemahkan al-Qur‟an al-Mu‟asir
terjemah kontemporer ini.
2. Karir
Kegiatan kesehariannya cukup beragam; sebagai narasumber di
sejumlah media cetak dan elektronik, pendidik, konsultan, jurnalis, penulis
buku dan sebagai professional. Diantara kegiatannya: Narasumber acara
dakwah di sejumlah TV swasta seperti TV-One, RCTI, TRANS-TV, dll.,
Narasumber acara Percikan Iman di Radio OZ 103,1 FM - Bandung setiap
pagi jam 05.15-06.00, Komisaris Utama PT. Khazanah Intelektual, Direktur
Utama PT. Percikan Iman Tour & Travel, Ketua Pembina Yayasan Dakwah
Percikan Iman, Konsultan Corporate Religious di sejumlah perusahaan swasta
dan pemerintah, Dosen Luar Biasa pada Program Pascasarjana Universitas
Islam Bandung, Telah menulis lebih dari selusin buku, diantaranya:Tafsir
Kontemporer Juz 'Amma (3 jilid) (Terbit thn. 2004, 956 hal.)
32
3. Karya-karya
Karya-karya tulis Pak Aam Amiruddin yang sudah diterbitkan dan sudah
dipasarkan adalah: Bedah Masalah Kontemporer (2 jilid) (Terbit thn. 2005,
542 hal.), Dzikir Orang-Orang Sukses (Terbit thn. 2008, 250 hal.), Kunci
Sukses Meraih Cinta Illahi (Terbit tahun 2008 , 240), Sudah Benarkah
Shalatku? (Terbit tahun 2008, setebal 274), Melangkah ke Surga dengan
Shalat Sunat (Terbit tahun 2009, 160 hal), Ketika Shofie Bertanya (Buku
For Teenager) (Terbit 2005, 172 hal.), Menelanjangi Strategi Jin (Terbit
2005, 200 hal.), Doa Orang2 Sukses (Terbit 2004, 128 hal.), Seks Tak
Sekadar Birahi-ditulis bersama dr. Hanny Ronosulistyo- (Terbit 2005, 216
hal.), Kehamilan yang Didamba-ditulis bersama dr. Hanny Ronosulistyo-
(Terbit 2007, 132 hal.), Cinta dan Seks Rumah Tangga Muslim - ditulis
bersama dr. Untung Sentosa-(Terbit 2006, 226 hal.), Anak anda bertanya
seks? -ditulis bersama Dra. Alfa Handayani-(Terbit 2008, 160 hal.),
Membingkai Surga Dalam Rumah Tangga-ditulis bersama Priyatna Muhlis
(Terbit 2006, 194 hal.), Sudah Benarkah Shalatku? (Terbit 2009), Menuju
Syurga dengan Shalat Sunnah (Terbit 2010), Mudah & Cepat Pahami Al
Qur'an (Terbit 2010), Fiqih Kecantikan (Terbit 2011), dan Golden
Parenting : Sudahkah Kudidik Anakku dengan Benar? (Terbit 2011).
Seluruh buku tersebut diterbitkan oleh Khazanah Intelektual.18
18
http://www.percikaniman.org/staticpage/profil-pembina-yayasan yang diakses pada
tanggal 30 Desember 2015.
33
B. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan pada al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemah Kontemporer
ini sudah diterangkan oleh penerjemahnya dalam pembahasan Memahami al-
Qur‟an dengan Terjemah Kontemporer setelah halaman Pengantar dalam al-
Qur‟an tersebut. Penerjemah menerangkan bahwa penerjemahan dilakukan
dengan menggunakan pendekatan Tarjamah Ma’nawiyah, artinya terjemah bahasa
Indonesia yang lebih mengutamakan mengikuti struktur bahasa Indonesia, tetapi
tidak mengurangi makna yang dikandung dalam struktur bahasa al-Qur‟an.
Sehingga, hasil terjemahan lebih kontekstual dan kontemporer.
Metode maknawiyyah ini bisa dilakukan setelah penerjemah memahami
kultur bahasa Indonesia, kultur bahasa Arab, konteks bahasa Indonesia dan
konteks bahasa Arab. Ada hal yang harus diperhatikan ketika menerjemahkan
dengan metode maknawiyyah adalah jangan terlalu jauh memaknakan sehingga
merasa bebas memaknai karena dikhawatirkan terjadi pemaknaan yang terlalu
jauh dan terlalu berani dari yang diinginkan oleh ayat.19
Sehingga penerjemah al-
Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer ini memaknai dengan tetap terikat pada
aturan-aturan metode tafsir. Rujukan terjemah saat menerjemahkan adalah tafsir.
Kitab-kitab tafsir yang dijadikan rujukan oleh penerjemah saat menerjemahkan al-
Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer ini, tafsir klasiknya adalah tafsir ath-
Thabari, Tafsir Ibn Abbas, dan Tafsir Ibn Katsir. Tafsir modern yang digunakan
adalah tafsir al-Maraghi. Dan tafsir sosialnya adalah Fii Dhilal al-Qur’an.
19Hasil wawancara dengan penerjemah Al-Qur‟an Al-Mu‟asir terjemah Kontemporer
pada tanggal 8 Maret 2016.
34
Penerjemahan secara makna disebut juga dengan penerjemahan semantik
yaitu mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkompromikan makna
selama masih dalam batas wajar. Kata yang sedikit bermuatan budaya
diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah fungsional. Metode
penerjemahan semantik ini adalah salah satu metode yang dibenarkan para ahli
saat menerjemahkan karena dapat menjamin keteralihan pesan dengan baik.20
Selain aspek struktur bahasa dalam al-Quran al-Mu‟asir Terjemah
Kontemporer ini, beberapa kata atau penggunaan istilah sengaja kami sesuaikan
dengan logika qur‟ani yang ditujukan untuk pria dan wanita, misalnya setiap ada
kata “bidadari-bidadari”, ditambahkan pula “bidadara-bidadara”, karena secara
logika qur‟ani, yang masuk surga bukan hanya pria, melainkan juga wanita.
Demikian juga dengan kata “istri-istri”, diubah menjadi “pasangan-pasangan”
kalau konteksnya suami istri, karena secara logika, al-Qur‟an merupakan panduan
hidup untuk pria dan wanita. Jadi harus ada bahasa keseimbangan antara pria dan
wanita. Selain aspek struktur kebahasaan dan logika qur‟ani, ada juga masalah
teknis kebahasaan yang dilakukan dalam terjemah kontemporer ini untuk
menguatkan penghayatan dan pemaknaannya. Diantaranya meminimalkan
penggunaan kata ganti “Dia” sebagai pengganti nama “Allah”. Jadi kata “Allah”
akan lebih dominan daripada kata ganti “Dia”. Karena kata “Allah” dirasakan
20Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia,
h. 32.
35
lebih membumi dan menghujam dalam rasa dan pikiran dibanding menggunakan
kata “Dia”.21
Cara penerjemah menerjemahkan al-Qur‟an al-Mu‟asir dengan
diterjemahkan terlebih dahulu kemudian hasil terjemahan didiskusikan dengan
editor mengenai struktur kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sudah
diceritakan diawal, rujukan penerjemah ketika menerjemahkan adalah tafsir-tafsir
klasik sebagai batasan aturan dalam menerjemahkan. Penerjemah menerjemahkan
al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah kontemporer ini menghabiskan waktu selama 3
tahun dari tahun tahun 2009-2011. Selain itu, penerjemah mengerjakan
terjemahan ini 90% ketika penerjemah melakukan haji dan umrah pada saat
membimbing travel miliknya. Karena menurut beliau, pada saat haji dan umrahlah
beliau memiliki banyak waktu untuk menerjemahkan tidak terganggu dengan
mengajar, konsultasi dan lainnya seperti ketika di Indonesia. Sehingga ketika
mengerjakan terjemahan itu, penerjemah banyak menghabiskan waktu di Mekkah
dan Madinah. Ketika penerjemah menemukan kesulitan dalam menerjemahkan,
kadang penerjemah lewati terlebih dahulu setelah itu penerjemah mencari tahu
dengan merujuk kepada tafsir-tafsir bahkan penerjemah pun sering mendatangi
perpustakaan yang berada di Masjidil Haram dan masjid Nabawi untuk
mengeksplor ketika penerjemah merasa kesulitan memaknai suatu ayat. Selain
penerjemah memiliki banyak waktu ketika berada di kota Rasulullah tersebut pun
21Aam Amiruddin, Al-Qur’an Al-Mu’atsir Terjemah Kontemporer, (Bandung: Khazanah
Intelektual, 2012), tanpa halaman.
36
penerjemah merasa terbantu dengan suasana yang menenangkan dan dengan
atmosfir itu penerjemah bisa lebih fokus ketika menerjemahkan22
.
22Hasil wawancara dengan penerjemah al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah Kontemporer pada
tanggal 8 Maret 2016.
37
BAB IV
Temuan dan Pembahasan
A. Temuan Makna kata لقو
Berdasarkan temuan yang peneliti temukan, peneliti mengumpulkan temuan
hasil terjemahan kata لقى yang terdapat pada QS. an-Nisa dalam terjemahan al-
Qur‟an al-Mu‟asir dengan tabel dibawah ini:
No Ayat Kata لقى Terjemahan Al-Mu‟asir
قولوا 5 .1 ق ولا
1. Ucapkan
2. Perkataan
قولوا 8 .2 ق ولا
1. Ucapkan
2. Perkataan
قولوا 9 .3 ق ولا
1. Berbicara
2. Kata/ tutur kata
Mengatakan قالا 18 .4
ناقولوات ا 43 .5 dengan ucapanmu
قولوناي ا 46 .6 قالوا
1. Mereka berkata
2. Mereka berkata
ناقولواي ا 51 .7 Berkata kepada orang-orang
kafir
38
قلا 63 .8 ق ولا
1. Katakanlah
2. Perkataan
Berkata قالا 72 .9
قولوناي ا 75 .10 Mereka yang berdo‟a
قيلا 77 .11 قالوا
قلا
1. Dikatakan
2. Mereka berkata
3. Katakan
قولوا 78 .12 قولوا
قلا
1. Mereka mengatakan
2. Mereka mengatakan
3. Katakan
ناقولواي ا 81 .13 قولات ا
1. Mereka mengatakan
2. Mereka katakan
قولوات ا 94 .14 Kamu berkata
قالوا 97 .15 قالوا قالوا
1. Para malaikat bertanya
2. Mereka menjawab
3. malaikat bertanya
Berkata قالا 118 .16
Katakanlah قلا 127 .17
قالوا 141 .18 قالوا
1. Mereka berkata
2. Mereka berkata
Perkataan ق ولا 148 .19
اقولوا 150 .20 Mereka mengatakan
Mereka berkata قالوا 153 .21
39
ناق لا 154 .22 ناق لا
1. kami perintahkan
2. kami perintahkan
ماق ولا 155 .23 Mereka mengatakan
ماق ولا 156 .24 Tuduhan mereka
ماق ولا 157 .25 Ucapan mereka
قولوات ا 171 .26 قولوات ا
1. Kamu berkata
2. Kamu mengatakan
Katakan قلا 176 .27
Berdasarkan hasil penelitian pada QS. an-Nisa di atas, dari 27 ayat yang
terdapat kata لقى tersebut, peneliti menemukan 6 ayat yang menerjemahkan kata
لقى dengan terjemahan yang berbeda dari terjemahan leksikalnya yaitu berkata.
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti, dari 27 ayat tersebut ada 6 ayat
terjemahan yang berbeda dari terjemahan dasarnya kata لقى . Sehingga peneliti
memutuskan untuk meneliti ke 6 ayat tersebut. Ke-6 ayat tersebut yaitu ayat 8, 9,
75, 97,154, dan ayat 156. Semua itu akan dibahas disubbab selanjutnya.
B. Pembahasan
QS. an-Nisa ayat 8:
نواوا اواليتامىاوالمساكنيافارزقوىمام عروفااق ولالمااقولواوإذااحضراالقسمةاأولواالقرب .م
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan peneliti
40
Apabila saat pembagian warisan itu
hadir beberapa kerabat2, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin,
berilah mereka sekedarnya dari harta
itu3 dan ucapkan kepada mereka
perkataan yang baik.
Apabila sanak saudara, anak yatim, dan
orang-orang miskin hadir pada saat
pembagian harta warisan, maka berilah
mereka sekedarnya dari harta warisan
itu. Dan ucapkan kepada mereka
perkataan yang baik.
Pada kedua terjemahan di atas, kata قول diterjemahkan dengan ucapkan
dan perkataan. Peneliti menerjemahkan kata قول yang pertama dengan ucapkan
karena dalam tafsir Jalalain kata قىل tersebut dijelaskan bahwa قولواوا (dan ucapkan)
األولياء ايها (para wali( لهم (kepada mereka) yakni اوالمساكنياا اواليتامى االقرب أولو (sanak
saudara, anak yatim, dan orang-orang miskin) ق ولا (perkataan) mengenai warisan
tersebut معروفا (yang baik). اقولوا diterjemahkan dengan ucapkan karena memiliki
kedudukan sebagai fi’l amr atau yang biasa disebut kata perintah (imperatif). Dan
.lebih tepat diterjemahkan dengan perkataan ق ولا
Jika dilihat dari segi ilmu nahwu dan sharaf, kata اوالاواق ا adalah bentuk jamak
dari kata لاقا yang merupakan bentuk اامر الاقا dari kata فعل . Definisi اامر dalam فعل
ilmu nahwu adalah ااملستقبل ايف احدث اعلي yaitu kata yang menunjukkan kata مادل
perintah. Sehingga kata اوالاواق ا diterjemahkan dengan katakanlah karena kata
41
perintah dari kata dasar kata/ berkata. Namun dalam ayat diatas, kata ق ولوا
menggunakan bentuk jamak dari kata قلا karena perintah itu ditunjukkan kepada
sanak saudara, anak yatim, dan orang-orang miskin seperti pada kalimat yang
tercantum sebelumnya yakni اوالمساكنيا اواليتامى االقرب yang perintah itu tidak أولو
ditujukan untuk satu orang, melainkan perintah untuk beberapa orang.
Kata قال yang kedua menggunakan bentuk مصدار sehingga dalam ayat itu
kata قال menjadi مصدار .قول dalam ilmu sharaf adalah اجييئاثالثاا اإلسمااملنصوباالذي
االفعل اتصريف 23يف (isim manshub yang ada diurutan ketiga dalam tashrif fi‟il).
Mashdar disebut juga lafadz yang menunjukkan perbuatan yang bebas dari makna
zaman serta menyimpan huruf-huruf fi‟il-nya secara lafadz, seperti علماا—علما ,
atau secara perkiraan, seperti قتالاا—قاتلا .24
Mashdar terjadi dalam tiga fungsi
keadaan, yaitu: 1. Menguatkan, seperti اضربا aku telah memukul dengan) ضربت
pukulan sesungguhnya). 2. Menjelaskan macam atau ragam bentuk, seperti ا سرت
احسنا ر .3 .(Aku telah berjalan malam dengan perjalanan yang indah) سي
23 Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Syarh Mukhtashar Jiddan ‘ala Matni al-Jurumiyyah,
(Surabaya: Daar El‟ Ilmi, 2008), h. 22
24 Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu nahwu dan Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 242
42
Menjelaskan hitungan, seperti ضرب ت نيااتاضربا (aku telah memukul dengan dua
pukulan).25
Pada kata ق ولا diatas, menurut peneliti adalah mashdar yang berfungsi
menjelaskan macam atau ragam bentuk, sehingga امعراوفا اق ولا الم وق ولوا
diterjemahkan dengan “…dan ucapkanlah kepada mereka (sanak saudara, anak
yatim, dan orang-orang miskin) perkataan yang baik. Sehingga ق ولا diterjemahkan
dengan perkataan.
Untuk menganalisis sinonimi dari terjemahannya, kata ucap dan kata ini,
peneliti sengaja mengambil kata dasarnya agar terlihat persamaan dan
perbedaannya. Untuk mengetahui persamaan makna dari kata ucap dan kata dapat
dianalisis dari segi kemunculan sinonimi itu sendiri. Kata ucap dan kata
bersinonim yang muncul karena kolokasi yang terbatas. Kata ucap, ucapan
dihubungkan dengan kata yang dilisankan. Sedangkan kata, perkataan
dihubungkan dengan unsur bahasa yang diucapkan dan dilisankan.
Jika dilihat dari segi perbedaan yang dapat diidentifikasi antara kata-kata
yang bersinonimi, kata ucapan dan perkataan masuk pada kategori perbedaan
antara makna sinonimi didasarkan pada kelebihluasan cakupan makna yang satu
dari yang lain. Ucapan adalah kata yang diucapkan (dilisankan atau disebutkan).
Perkataan adalah sesuatu yang dikatakan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
25 Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu nahwu dan Sharaf, h. 243
43
Perbedaan ini dapat diuji bahwa perkataan dapat digunakan untuk sebuah bahasa
yang diucapkan ataupun dituliskan. Akan tetapi, ucapan hanya digunakan untuk
membunyikan sebuah bahasa yang dilisankan atau disebutkan saja. Dengan
begitu, perkataan memiliki cakupan makna yang lebih luas dibanding dengan
ucapan.
Cara yang digunakan dalam menentukan bahwa kedua kata tersebut
termasuk kedalam sinonimi, peneliti menggunakan cara substitusi (penyulihan)
untuk membuktikannya. Ucapan, ucapkan dan perkataan, katakan dapat disulih
dengan kata yang lain dan makna konteks tidak berubah. Contohnya: Aku akan
ucapkan satu kata perpisahan untukmu, dapat disulih menjadi Aku akan katakan
satu kata perpisahan untukmu.
Dari relasi (hubungan) makna di atas, peneliti menilai terjemahan pada al-
Qur‟an al-Mu‟asir menggunakan padanan kata yang tepat dan masih memiliki
hubungan antara satu makna dengan makna yang lain. Sehingga terjemahan
tersebut peneliti pertahankan karena pemilihan padanan pada diksinya tepat.
QS. An-Nisa ayat 9:
قواااللواولا .سديدااق ولااي قولواوليخشاالذينالوات ركواامناخلفهماذريةاضعافااخافوااعليهماف ليت
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan Peneliti
Hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang meninggalkan keturunan
Hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yg seandainya mereka
44
yang lemah dibelakang mereka dan
khawatir terhadap kesejahteraannya,.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan berbicara
dengan tutur kata yang benar.
meninggalkan keturunan yang lemah
dibelakang mereka dan khawatir
terhadap kesejahteraannya
(keturunannya yang lemah). Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan berbicara dengan tutur kata
yang benar.
Kedua terjemahan di atas menerjemahkan kata قال dengan berbicara dan
tutur kata. Alasan peneliti menerjemahkan kata قال pertama dengan berbicara
karena dijelaskan dalam tafsir Jalalain bahwa قولواولي ا (hendaklah berbicara) للميت
(kepada orang yang akan meninggal) سديدااق ولا (dengan tutur kata yang benar)
Seperti menyuruhnya bersedekah kurang dari sepertiga, dan memberikan
selebihnya untuk para ahli waris agar mereka tidak terlantar.
Terdapat dua kata لقوا yang ada di ayat ini. Ayat pertama terdiri dari fi‟il
mudhori‟ ضمراىم (dhamir hum) sehingga bentuknya menjadi قولواي ا jamak dari kata
ي قولاا (akan berkata). Fi‟il mudhari‟ adalah kalimah yang menunjukkan suatu
kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang, seperti يكتبا
45
(dia laki-laki sedang/akan menulis).26
Dhamir hum adalah kata ganti nama untuk
orang ketiga/ mereka. Namun, sebelum kata ي قولوا terdapat lam amr (والاي قولوا). Lam
amr adalah huruf jazm thalabi yang berada pada fi‟il mudhari‟ pada lazimnya lam
amr dibaca sukun (mati) bila berada setelah wawu dan fa‟ athaf, seperti ayat
اولي ا ال اباف ليستجيب وا ؤمن وا (maka hendaklah mereka memenuhi [perintah]-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku).27
Sehingga قولواي اولا disini diterjemahkan
dengan “dan hendaklah mereka berkata (orang yang akan meninggal)”.
tersebut adalah mashdar ق ولا .ق ولا yang kedua berbentuk mashdar yaitu قول
yang berfungsi menguatkan. Dan kedudukan dari kalimah ق ولا adalah maf‟ul
muthlaq, yaitu mashdar manshub (dibaca nasab) yang disebutkan setelah kalimah
fi‟il dari bentuk lafadz-nya sebagai penguat atau penjelas jenis dan hitungan
„amil-nya, seperti اشديدا اضربا Aku telah memukul dengan pukulan yang) ضربت
keras). Disebut maf‟ul muthlaq karena ia tidak terikat dengan huruf jarr dan
lainnya dan tanpa disebutkan sesuatu sesudahnya, seperti dengan lafazh فيو،ابو،امعوا
26 Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu nahwu dan Sharaf, h. 189.
27
Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu nahwu dan Sharaf, h. 218.
46
dan 28.لوا Sehingga terjemahan dari ديداساولي قولوااق ولا adalah “dan hendaklah mereka
berkata dengan perkataan/ucapan yang benar.”
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan atas hasil terjemahan kata ل قى
diatas diterjemahkan sama, لواق ا pertama diterjemahkan dengan berbicara dan ق ول
kedua diterjemahkan dengan tutur kata. Tutur kata adalah padanan kata dari
berkata, perkataan, atau kata yang sudah dijelaskan pada ayat 8. Namun, karena
pada ayat ini قال ada yang diterjemahkan dengan berbicara, peneliti menganalisis
relasi makna antara berkata dan berbicara.
Pada kata berkata dan berbicara, masuk dalam kategori sinonimi muncul
untuk membedakan kata umum dan kata ilmiah. Sinonimi untuk membedakan
kata umum dan kata istilah untuk bidang ilmu tertentu atau kata profesional.
Pemunculan sinonimi antara kata umum dan istilah ditujukan untuk memberikan
pembatasan yang jelas atau definisi terhadap sebuah kata. Kata umum berkata
disinonimkan secara ilmiah dengan berbicara. Karena kata berbicara biasanya
lebih banyak digunakan dalam bidang akademik.
Adapun perbedaan yang dapat diidentifikasi antara kata-kata yang
bersinonimi, kata berkata dan berbicara memiliki perbedaan makna sinonimi
yang diakibatkan oleh perbedaan aplikasi. Berkata dikenakan dari hasil bentuk
kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa baik diucapkan
28 Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu nahwu dan Sharaf, h. 239.
47
atau dituliskan. Berbicara biasanya dikenakan ketika diskusi yang berupa
pendapat/ bahasa yang dihasilkan dari buah pikir seseorang yang kemudian
disampaikan kepada orang lain.
Berkata dan berbicara keduanya adalah sinonimi ditentukan dengan cara
substitusi. Kedua kata tersebut dapat disulih dengan kata yang lain dan makna
konteks tidak berubah. Contohnya: Dia selalu berkata dengan baik kepada orang
tua dapat disulih dan makna konteks tetap sama dengan Dia selalu berbicara
dengan baik kepada orang tua.
Berdasarkan relasi di atas, menunjukkan bahwa berkata dan berbicara
memiliki relasi makna mengenai kesamaan makna (sinonimi). Sehingga berbicara
dapat menjadi padanan kata berkata. Dan pemilihan diksi untuk terjemahan kata
pada terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir peneliti nilai sudah sesuai dengan ق ول
konteks dan terjemahan tersebut perlu dipertahankan.
QS. an-Nisa ayat 75:
رب ناااي قولوناوماالكمالات قاتلونايفاسبيلااللواوالمستضعفنيامناالرجالاوالنساءاوالولداناالذينا
اأىلهااواجعلالناامنالدنكاوليااواجعلالناامنالدنكا ذهاالقريةاالظال .نصرياأخرجناامناى
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan Peneliti
Mengapa kamu tidak mau berperang Mengapa kamu tidak mau berperang di
48
di jalan Allah dan membela orang
lemah, baik laki-laki, perempuan,
maupun anak-anak yang berdo‟a,
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
dari negeri (Makkah) yang
penduduknya zalim. Beri kami
pelindung dari sisi-Mu dan beri kami
penolong dari sisi-Mu.”
jalan Allah dan membela orang lemah,
baik laki-laki, perempuan, maupun
anak-anak yang berdo‟a, “Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami dari negeri
(Makkah) yang penduduknya zalim.
Beri kami pelindung dari sisi-Mu dan
beri kami penolong dari sisi-Mu.”?.
Kedua terjemahan di atas menerjemahkan kata لواق dengan berdo‟a.
Namun sudut pandang peneliti dalam menerjemahkan kata لواق tersebut dapat
dilihat pada penjelasan kata لواق tersebut pada tafsir Jalalain adalah داعني (yang
berdo‟a). Sehingga jelas sekali, maksud ناقولواي ا adalah mereka yang berdo‟a bukan
mereka yang berkata.
berkedudukan sebagai fi‟il mudhari‟ dhamir hum, sehingga jika ي قولونا
berdasarkan kedudukannya diterjemahkan dengan mereka sedang/ akan berkata.
Analisis terhadap terjemahan kata لواق yang diterjemahkan dengan berdo’a
oleh penerjemah, peneliti melihat dari KBBI arti dari berdo’a adalah
49
mengucapkan (memanjatkan) do’a kepada Tuhan. Sedangkan do’a adalah
permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Jika direlasikan antara
berkata dan berdo’a, memiliki kesamaan makna yang muncul karena kolokasi.
Sinonimi muncul karena kolokasi yang terbatas. Kata berkata ditujukan untuk
kesesama makhluk. Sedangkan berdo’a ditujukan dari makhluk kepada khaliqnya
(Tuhan-Nya). Sehingga berdo’a dan berkata adalah sinonimi yang dibatasi oleh
kolokasinya.
Jika dilihat dari masalah yang muncul didalam bahasa Indonesia yang
sehubungan dengan sinonimi, kata berkata dan berdo’a dipengaruhi oleh kondisi
sesuatu yang memiliki kemiripan makna. Kondisi yang sama yaitu berkata.
Namun maknanya yang berbeda, dapat dilihat dari sasaran tujuan berkata tersebut.
Berkata dan berdo’a dapat diidentifikasi perbedaannya pada kata yang
bersinonimi dalam hal perbedaan makna sinonimi yang diakibatkan oleh
perbedaan aplikasi. Ada perbedaan aplikasi antara berkata dan berdo’a. Berkata
diaplikasikan untuk kesesama makhluk, sedangkan berdo’a diaplikasikan dari
makhluk untuk Tuhannya (Penciptanya).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penggunaan padanan pada diksi sudah
tepat dan sesuai dengan konteks pada ayat tersebut. Sehingga terjemahan pada al-
Qur‟an al-Mu‟asir peneliti pertahankan.
QS. an-Nisa ayat 97:
50
االذينات وفاىماالملئكةاظالمياأنفسهما كناامستضعفنيايفاالرضاااقالواا فيماكنتمااقالواإن ا
.وساءتامصرياا فأولئكامأواىماجهنماا ألاتكناأرضااللواواسعةاف ت هاجرواافيهاااقالوا
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan Peneliti
Sesungguhnya, orang-orang yang
dicabut nyawanya oleh malaikat
dalam keadaan menzalimi diri
mereka sendiri12
, para malaikat
bertanya, “Bagaimana kamu ini?”
Mereka menjawab, “Kami orang-
orang tertindas di Mekkah.” Para
Malaikat bertanya, “Bukankah bumi
Allah itu luas hingga kamu dapat
berhijrah di bumi? Maka, untuk
orang-orang itu tempatnya di Neraka
Jahannam dan Jahannam itu seburuk-
buruk tempat kembali.
Sesungguhnya para malaikat bertanya
kepada orang-orang yang mati dalam
keadaan mendzalimi diri mereka
sendiri, “Bagaimana kamu ini?”
Mereka menjawab, “Kami orang-orang
tertindas di Mekkah.” Para malaikat
menegaskan, “Bukankah bumi Allah itu
luas hingga kamu dapat berhijrah di
bumi?”. Maka, untuk orang-orang itu
tempatnya di Neraka Jahannam dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali.
Menganalisis terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir pada ayat di atas, peneliti
menilai terjemahan tersebut sudah mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Namun, pada kata لواق ketiga lebih tepat diterjemahkan dengan menegaskan
karena pada konteks kata لواق ketiga, pertanyaan malaikat disini adalah pertanyaan
yang tidak membutuhkan jawaban. Pertanyaan tersebut adalah perkataan yang
51
menegaskan mengenai pertanyaan pertama malaikat kepada orang-orang yang
tinggal bersama orang-orang kafir di Mekkah dan tidak mau ikut hijrah bersama
Rasulullah saw.
Terdapat tiga kata قالوا dalam ayat ini. semua kata tersebut terbentuk dari
fi’il madhi atau kalimah yang menunjukkan suatu kejadian (perbuatan) yang telah
berlalu dan selesai.29
Namun fi’il madhi tersebut termasuki dhamir hum yang
menunjukkan kata ganti untuk mereka. Sehingga jika diterjemahkan menjadi
mereka telah berkata.
Jika peneliti relasikan antara makna kata bertanya dan menjawab dengan
berkata, terjadi kata yang bersinonim karena bertanya dan menjawab masih
memiliki makna berkata pula. Namun sebenarnya bertanya dan menjawab adalah
padanan terjemahan yang cukup jauh dari terjemahan pada umumnya yaitu
berkata. Namun, penerjemah menggunakan terjemahan komunikatif untuk
menyesuaikan dengan konteks kalimat sebelum dan sesudahnya. Karena konteks
kalimat diatas adalah percakapan antara malaikat dan orang-orang kafir yang
membutuhkan perkataan yang berupa pertanyaan dan perkataan balasan dari
pertanyaan tersebut berupa jawaban. Sehingga kurang tepat jika terjemahan
diterjemahkan dengan berkata saja karena diksi yang digunakan tidak variatif dan
tidak memudahkan pemahaman pembaca terjemahan untuk lebih mudah dalam
memahami konteks ayat tersebut. Sehingga meskipun padanan kata yang
digunakan penerjemah terlalu jauh, tetapi untuk meningkatkan pemahaman
29 Iman saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf, h.188.
52
membaca, terjemahan ini selaras dengan konteks pada ayat tersebut. Dan jika
dilihat dari segi makna, padanan tersebut masih bersinonim dengan terjemahan
leksikal لقى pada umumnya.
Jika dilihat dari masalah yang muncul sehubungan dengan sinonimi, antara
bertanya dan menjawab dengan berkata masuk dalam masalah sinonimi yang
muncul karena kondisi sesuatu yang memiliki kemiripan makna. Kondisi pada
ayat ini adalah percakapan sehingga kata berkata disini adalah berkata yang
membutuhkan pertanyaan dan jawaban. Dari segi perbedaan makna sinonimi, kata
bertanya dan menjawab dengan berkata diakibatkan oleh perbedaan aplikasi.
Bertanya dan menjawab diaplikasikan dalam sebuah percakapan. Akan ada
jawaban ketika ada pertanyaan.
Berdasarkan relasi maknanya, ketiga terjemahan kata لواق pada terjemahan
al-Qur‟an al-Mu‟asir memiliki hubungan makna, namun peneliti menilai
terjemahan kata لواق ketiga lebih tepat penggunaan diksinya jika diterjemahkan
dengan menegaskan, karena bertanya sudah digunakan pada pemilihan diksi
terjemahan kata لواق pertama. Sehingga hasilnya akan lebih variatif.
QS. an-Nisa ayat 154:
دااواق لناورف عنااف وق هماالطورابيثاقهماوا بتاوأخذناااق لنااالماادخلوااالباباسج لمالات عدواايفاالس
53
يثاقااغليظا همام .من
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan Peneliti
Kami angkat gunung Sinai diatas
mereka untuk menguatkan perjanjian
mereka. Kami perintahkan kepada
mereka, “Masukilah pintu gerbang
Baitul Maqdis itu sambil bersujud.”
Kami perintahkan pula mereka,
“Janganlah kamu melanggar
peraturan tentang hari Sabat20
.”
Kami telah mengambil perjanjian
yang kukuh dari mereka.
Dan Kami angkat gunung Sinai diatas
mereka untuk menguatkan perjanjian
mereka. Kami perintahkan kepada
mereka, “Masukilah pintu gerbang
Baitul Maqdis itu sambil bersujud
(menundukkan kepala).” Kami
perintahkan pula mereka, “Janganlah
kamu melanggar peraturan tentang hari
Sabat20
.” Kami telah mengambil
perjanjian yang kukuh dari mereka.
Kata لواق di atas diterjemahkan dengan perintah. Peneliti menerjemahkan
kata لواق dengan perintah karena konteks berkata pada ayat tersebut berupa
perintah. Dan terjemahan pada al-Qur‟an al-Mu‟asir peneliti pertahankan karena
diksi yang digunakan ketika menerjemahkan sudah tepat.
Kedua kata ق ول diatas berkedudukan sebagai fi‟il amr dhamir nahnu (kata
ganti orang ketiga/ kami) sehingga bentuknya adalah ق لنا. Jika diterjemahkan
berdasarkan kedudukan nahwu dan sharafnya adalah Kami ucapkan.
54
Pada arti KBBI, perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh
melakukan sesuatu. Dari arti kata yang terdapat KBBI, dapat disimpulkan bahwa
perintah dan berkata masih memiliki relasi pada kesamaan makna yaitu berkata.
Namun pada konteks ayat di atas memberikan penjelasan bahwa diksi yang tepat
untuk terjemahan kata لقوا adalah perintah karena jika diterjemahkan dengan
perkataan, esensi dari kata لقوا tersebut kurang tersampaikan. Karena kondisi لقوا
tersebut adalah perkataan yang menegaskan untuk melakukan sesuatu yang
diperintahkan. Meskipun padanan kata yang diambil penerjemah terlalu jauh dari
terjemahan leksikal berkata, namun hasil terjemahan ini akan membantu pembaca
lebih memahami maksud yang terkandung pada ayat tersebut.
Kata perintah dan berkata dapat diuji kesinonimiannya dengan relasi
makna pada kategori munculnya sinonimi karena kondisi sesuatu yang memiliki
kemiripan makna. Kemiripan makna pada kata perintah dan berkata adalah
masing-masing kata memiliki makna berkata atau mengatakan. Yang
membedakan adalah kondisi penggunaan kata tersebut. Kata perintah akan
digunakan ketika kondisi perkataan tersebut dalam keadaan memerintah atau
menyuruh.
Jika dilihat dari perbedaan makna sinonimi kata perintah dan berkata
tersebut terletak pada perbedaan makna sinonimi yang diakibatkan oleh perbedaan
aplikasi. Penggunaan dalam mengaplikasikan kedua kata tersebut jelas berbeda
meskipun maknanya tetap sama. Dan cara menentukan kata perintah dan berkata
55
itu dapat dilakukan dengan cara substitusi (penyulihan). Hal yang dapat terjadi
bila kata dalam konteks tertentu dapat disulih dengan kata yang lain dan makna
konteks tidak berubah. Contoh pada kasus ini adalah: Pak RT perintahkan kepada
warganya untuk menjaga kebersihan lingkungan dapat disulih menjadi Pak RT
berkata kepada warganya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Tetapi, esensi
yang terkandung dalam kedua kalimat tersebut berbeda.
QS. an-Nisa Ayat 156
.ماعلىامرياب هتانااعظيماق ولابكفرىماواوا
Terjemahan al-Qur‟an al-Mu‟asir Terjemahan Peneliti
Kami hukum juga karena kekafiran
mereka terhadap Isa serta tuduhan
yang sangat keji terhadap Maryam.
Kami hukum juga karena kekafiran
mereka terhadap Isa serta tuduhan yang
sangat keji terhadap Maryam.
Pada terjemahan kata لواق pada ayat ini, peneliti terjemahkan dengan
tuduhan karena dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa لواق disini adalah حيثارموىاا Sehingga perkataan disini .(mereka menuduh Maryam berbuat zina) بالزنا
maksudnya adalah tuduhan.
Tuduhan adalah tunjukan dan kataan bahwa seseorang berbuat kurang
baik. Kata لقوا pada ayat ini, diterjemahkan oleh penerjemah pada al-Qur‟an al-
Mu‟asir dengan kata tuduhan karena konteks ayat pada kalimat tersebut yang
56
mengharuskan penerjemah untuk memilih diksi dengan kata tuduhan. Karena
pada konteks tersebut lebih tepat diterjemahkan dengan tuduhan. Tidak salah jika
diterjemahkan dengan berkata, namun kalimat akan menjadi rancu ketika dibaca.
Relasi antara berkata dan tuduhan memiliki kesamaan makna yang maknanya
berkata pula. Hal tersebut dapat dilihat dari cara menentukan kedua kata tersebut
bersinonimi dengan penyulihan (substitusi). Misalnya: tuduhan itu membuatnya
harus masuk penjara bisa disulih dengan perkataan itu membuatnya harus masuk
penjara.
Perbedaan yang dapat diidentifikasi dari kata berkata atau perkataan yang
bersinonim dengan tuduhan diakibatkan oleh perbedaan aplikasi. Penggunaan
kedua kata yang bersinonim tersebut digunakan dalam aplikasi yang berbeda.
Kata berkata atau perkataan dapat dikenakan pada semua bidang sedangkan
tuduhan dikenakan dalam bidang hukum.
Jika dilihat dari hasil terjemahan kata لقوا pada terjemahan al-Qur‟an al-
Mu‟asir, terjemahan tersebut peneliti pertahankan karena padanan kata yang
dipakai sesuai dengan konteks peristiwa yang terjadi pada ayat tersebut. Dan
padanan kata pada konteks tersebut memiliki hubungan makna sinonimi.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian pada terjemah al-Qur‟an al-Mu‟asir
karya Aam Amiruddin, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil terjemahan
tersebut masih berelasi antara terjemah leksikal dengan terjemah maknawiyahnya.
Hal itu peneliti jelaskan pada kesimpulan di bawah ini:
Bagan di atas menunjukkan bahwa semua kata tersebut memiliki relasi
(hubungan makna). Hubungan makna yang terjadi pada 8 kata tersebut adalah
kata yang memiliki kesamaan makna (sinonimi). Hal tersebut sudah peneliti uji
coba dengan memasukkan pada teori cara menentukan sinonimi, dihubungkan
dengan sebab-sebab kemunculan sinonimi, masalah yang muncul sehubungan
58
dengan sinonimi, hingga perbedaan antara makna yang bersinonimi. Lihat analisis
di bab IV. Selain itu, penjelasan makna kata-kata yang bersinonimi dari kata لقوا
dapat dilihat pada tabel di bawah:
No Terjemah kata لقو Makna
1. Berkata unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa.
2. Berucap kata yang dilisankan.
3. Berbicara berkata, bercakap, berbahasa yang berupa pendapat atau
bahasa yang dihasilkan dari buah pikir kita sendiri yang
kemudian diucapkan kepada orang lain. Biasanya
digunakan ketika diskusi, dll.
4. Berdo‟a mengucapkan (memanjatkan) permohonan berupa harapan,
permintaan, atau pujian kepada Tuhan.
5. Bertanya perkataan atau ucapan yang tujuannya meminta penjelasan.
6. Menjawab perkataan atau ucapan yang berupa balasan dari sebuah
pertanyaan.
7. Perintah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu.
8. Tuduhan tunjukkan dan kataan bahwa seseorang berbuat kurang
baik.
59
Dari 8 kata diatas memiliki makna yang sama yaitu berkata sehingga dapat
disimpulkan bahwa ke-8 kata diatas memiliki hubungan sinonimi atau kesamaan
makna dalam relasi makna.
Hubungan makna terjemahan kata قال pada al-Qur‟an al-Mu‟asir terjemah
kontemporer selain memiliki relasi makna dalam sinonimi atau kesamaan makna,
juga memiliki relasi makna pada hiponimi dan hipernimi, Seperti bagan dibawah
ini:
Berkata Hipernimi
Berucap Bicara Berdo‟a Bertanya Menjawab Perintah Tuduhan
Hiponimi
Bagan di atas termasuk ke subbab hiponimi dan hipernimi pada bab relasi makna.
Semua kata itu masih berelasi (saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lain).
B. Rekomendasi
Berikut rekomendasi yang diberikan peneliti mengenai analisis al-Qur‟an al-
Mu‟asir terjemah kontemporer karya Aam Amiruddin:
60
1. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan semua perubahan bentuk dari
kata لواق baik yang berderivasi atau berinfleksi (إصطلحي atau لغوي).
Meskipun dalam judul penelitian ini peneliti menggunakan kata لواق namun
peneliti menggunakan semua bentuk yang memiliki akar kata لاواق ا .
Sehingga peneliti merekomendasikan untuk menindaklanjuti dan
mengupas lebih detail pengaruh penerjemahan dengan akar kata لاواق ا .
2. Relasi makna yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah relasi
dalam aspek kesamaan makna atau sinonimi. Namun ada relasi dengan
relasi makna lain yang belum sempat diteliti mengenai hiponimi dan
hipernimi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat
banyak hal yang belum sempurna. Peneliti berharap penelitian ini dapat
menambah pedoman yang bermanfaat untuk seluruh pembaca. Peneliti
menghimbau kepada pembaca bahwa kandungan isi terjemah al-Qur‟an al-
Mu‟asir terjemah kontemporer sangat penting dan sangat bermanfaat untuk
dikonsumsi sehari-hari. Masih banyak pula relasi makna yang dapat diteliti yang
terdapat pada surat-surat lainnya karena peneliti membatasi objek penelitiannya
hanya pada surat an-Nisa. Rekomendasi tersebut peneliti lontarkan guna menjadi
tolak ukur dan acuan bagi peneliti selanjutnya.
Daftar Pustaka
Referensi
Abubakar, Bahrun. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 1.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015.
Al-Jāwi, Muhammad Nawawi. Marāh Labīd Tafsīr An-Nawawi Juz 1. Semarang:
KaryaToha Putra, tanpa tahun.
Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Indonesia:
Pustaka Islamiyyah, tanpa tahun.
Amiruddin, Aam. .Al-Qur’an Al-Mu’atsir Terjemah Kontemporer. Bandung:
Khazanah Intelektual, 2012.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Dahlan, Sayyid Ahmad Zaini. Syarh Mukhtashar Jiddan ‘ala Matni al-
Jurumiyyah. Surabaya: Daar El‟ Ilmi, 2008.
Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung:
Refika Aditama, 1999.
-------------------------------. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika
Aditama, 1999.
-------------------------------.Semantik 2 Relasi Makna, Paradigmatik, Sintagmatik,
dan Derivasional. Bandung: Refika Aditama, 2013.
Fitriyah ZA, Mahmudah dan Hindun. Bahasa Indonesia Budayaku. Depok: Nufa
Citra Mandiri, 2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik .Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia. Tangerang: Dikara, 2010.
-----------------------------------. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang Selatan:
Alkitabah. 2012.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Mahmud, Muhammad Sa‟id. Fii ‘Ilm Al-Dilalah. Mesir: Zahra Al-Syarq, 2002.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.
Simatupang, Maurits D.S. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999.
Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogya: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Tim Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia, 2008.
Tim Penyusun Departemen Agama. Al-Qur’an dan terjemahnya. Semarang: PT.
Karya Toha Putra, 1990.
Umar, Ahmad Mukhtar. ‘Ilm Al-Dilalah. Kairo: Daar Al-„Arabiyyah li Al-Nasyri
wa Al-Tauzi‟i, 1982
Wawancara
Aam Amiruddin, penerjemah Al-Qur‟an Al-Mu‟asir terjemah Kontemporer pada
tanggal 8 Maret 2016.
Internet
Azani Ismail, Penerapan Teori Semantik dan Komunikatif dalam Menerjemahkan
Leksikal Qala dan Derivasinya dalam Al-Qur’an. Yang diakses pada tanggal 7
Maret 2016 dari
http://worldconferences.net/proceedings/icasic2014/toc/papers_icasic2014/I%201
36%20%20AZANI%20ISMAIL%20%20PENERAPAN%20TEORI%20SEMAN
TIK%20DAN%20KOMUNIKATIF%20DALAM%20MENTERJEMAHLAN%2
0LEKSIKAL%20QALA%20DAN%20DERIVASINYA%20DALAM%20ALQU
RAN.pdf
Tim Humas Percikan Iman, “Profil Pembina Yayasan.” Yang diakses pada
tanggal 30 Desember 2015 dari http://www.percikaniman.org/staticpage/profil-
pembina-yayasan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13346/1/09E01239.pdf diakses
pada tanggal 9 Maret 2016.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20160311-RB07M422a-Analisa%20komponen.pdf
yang diakses pada tanggal 9 Maret 2016.
http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/380/1/09E01836.pdf yang diakses
pada tanggal 13 Juli 2017
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/12677/1/SYAMSUDDI
N-FAH.pdf yang diakses pada tanggal 13 Juli 2017