AYAT-AYAT KOMUNIKASI
(Studi Deskripsi Kualitatif Etika Berkomunikasi dalam Al-
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
MAS NAYYIROTUL ABHARIYAH, A.Md.
135120209111001
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
i
AYAT-AYAT KOMUNIKASI
(Studi Deskripsi Kualitatif Etika Berkomunikasi dalam Al-
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
MAS NAYYIROTUL ABHARIYAH, A.Md.
135120209111001
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
ii
iii
iv
LEMBAR DAFTAR PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah di uji oleh tim penguji pada tanggal 31 Juli 2017 dengan daftar
penguji sebagai berikut :
NO.
NAMA
JABATAN PENGUJI
1.
Dr. Bambang Dwi Prasetyo, S.Sos.,M.Si
Ketua Majelis Sidang
2.
Dr. Antoni, S.Sos., M.Si
Anggota Sidang Majelis Penguji 1
3.
Yun Fitrahyati L., S.I.Kom., M.IKom
Anggota Sidang Majelis Penguji 2
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mas Nayyirotul Abhariyah, A.Md.
NIM : 135120209111001
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Peminatan : Manajemen Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi dengan judul :
Ayat-Ayat Komunikasi
(Studi Deskripsi Kualitatif Etika Berkomunikasi dalam Al- )
Adalah benar merupakan karya sendiri. Hal-hal yang bukan merupakan
karya saya, diberikan tanda, dan citasi yang ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan
ditemukan pelanggaran atas skripsi, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh.
Malang, 25 Juli 2017
Mas Nayyirotul A
NIM. 135120209111001
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, atas takdirmu telah Engkau jadikan hamba manusia yang
senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan
ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-
cita besarku.
Kedua kalinya sholawat serta salam ku ucapkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad Saw dengan ucapan
Sungguh.. Lantunan Al-fatihah beriring dalam doaku merintih.. menadahkan doa
dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu Buya Ibu..
kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Buya dan Ibu tercinta, yang tiada
pernah hentinya memberikanku doa, semangat, nasehat, dorongan dan tulus
kasih sayangmu serta pengorbanan yang tak akan pernah tergantikan hingga
aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Buya Ibu..
terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua
pengorbananmu. Sungguh.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas
mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, berjuang apapun hingga
segalanya. Maafkan anakmu Buya Ibu..
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. dalam setiap usai
lah yaa
Rahman yaa Rahim... Terimakasih telah Engkau titipkan hamba kepada Buya
dan Ibu yang setiap waktu ikhlas menjagaku, mendidikku, membimbingku
dengan baik di lingkungan pesantren yang berkalut keindahan nuansa Islami,
yaa Allah berikanlah dan tempat
Terima kasih yang tak terhingga nggih BBuya KH.Mas Yusuf Muhajir dan IIbu Hj.
Siti Kholidatur R, M.PdI yang telah menyayangi kami anak-anakmu. We Always
Loving You BuyaIbu ...
vii
Dalam setiap langkah ku akan selalu berusaha mewujudkan harapan-harapan
yang kalian impikan di diriku Buyaibu.. meski belum semua itu kuraih, Insyallah
atas dukungan doa dan restu buyaibu semua mimpi itu kan terjawab di masa
penuh kehangatan nanti. Setelah ini InsyaAllah aku akan melanjutkan ke jenjang
S2 seperti yang Buya dan Ibu inginkan hingga S3 bergelar Doktor. Amin YaAllah
Yaa Robbal Alaminn..
Terima kasih kuucapkan juga untuk adik-adikku tersayangg... MMas Ayu Ainun
yang selalu menemani dalam proses terselesainya karya ini, harapanku
untukmu tetap belajar yang rajin demi menjadi dokter skin care nantinya, untuk
adikku MMas Amaliyatus Sholichah yang selalu mendoakanku di pondok, semoga
kamu cepat jadi hafidzah 30 juz yaa sayangg.. dan untuk adek mungilku MMas
Muhammad Isa Mahdi yang masih SD semoga kelak besar bisa menjadi Imam
Masjidil Haram hehe Aminn serta bisa kuliah di luar negri seperti buya dulu
untuk mendalami ilmu agama. Semoga kami semua dapat sukses demi meraih
ridhomu yaa Allah dan demi meraih ridho kedua orang tua kami, karena ridhomu
terletak pada ridho orang tua. Teruntuk BuyaIbu.. Semoga kami semua anak-
anakmu dapat membahagiakanmu Buya Ibu tersayanggg... Amin Aminn Yaa
Robbal Alaminnn...
Hj. Mas Nayyirotul A, A.Md.
viii
ABSTRAK
Mas Nayyirotul Abhariyah. (135120209111001). Ayat-Ayat Komunikasi (Studi Deskripsi Kualitatif Etika Berkomunikasi dalam Al-Pembimbing: Dr. Bambang Dwi Prasetyo, S.Sos, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis bahwa firman Allah dalam Al-praktik komunikasi yang buruk. Fokus penelitian ini adalah mengenai bagaimana etika berkomunikasi yang baik dan benar demi dapat memperbaiki disfungsi komunikasi. Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia adalah kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar dapat menjadi jalan untuk mengantarkan seseorang dalam kebaikan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif. Djamh.23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya,, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014, h.247), yang diantaranya ialah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan data bahwa terdapat banyak sekali kata komunikasi di dalam Al- -
-untuk dapat menerapkan etika komunikasi dengan baik melalui komunikasi verbal yang dikategorikan dalam sembilan macam yaitu : qoulan sadidan, qoulan
, qoulan baligha, qoulan maysuron, qoulan karima, qoulan layyinan, qoulan tsaqilan, qoulanadziman, dan ahsanu qoulan. Serta terdapat ayat tentang metode menyampaikan pesan yaitu hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabligh, tabsyir, indzar, , dan tawashi. Selain itu juga terdapat ayat-ayat kekuatan pesan yaitu , khabar, dan hadis. Serta fungsi komunikasi islam yang terbagi menjadi delapan yaitu fungsi informasi, meyakinkan, mengingatkan, memotivasi, sosialisasi, bimbingan, kepuasan spiritual, dan fungsi hiburan.
Kata Kunci: Kata Kunci : Ayat-ayat Komunikasi, Etika Komunikasi, Perspektif Islam
ix
ABSTRACT
Mas Nayyirotul Abhariyah (135120209111001). Communication Verses (Qualitative Description Study of Communication Ethic in Al-Quran). Supervisor: Dr. Bambang Dwi Prasetyo, S.Sos, M.Si
This study aims to know and analyze that the word of God in the Qur'an can be used as a source to overcome the complexity in poor communication practices. The focus of this study is on how to communicate ethics is good and correct in order to improve communication dysfunction. One of the privileges given by Allah to man is the ability to communicate. Good communication skills and correctness can be a way to bring someone in goodness.
The type of research used is qualitative description. Djam'an Satori (2011, p.23) reveals that qualitative research is conducted because researchers want to explore descriptive non-quantifiable phenomena such as the process of a work step, the formula of a recipe, notions of a variety of concepts, characteristics A goods and services, drawings, styles, ordinances of a culture, physical model of an artifact and so forth. This research uses Miles and Huberman model in Sugiyono (2014, p.247), which is data reduction, data presentation, conclusion and verification.
The results of this study show data that there are so many words of communication in the Qur'an, the word communication in the Qur'an is called "qoulan" which means "word or speech". The Qur'an recommends to apply good communication ethics through verbal communication categorized in nine kinds: qoulan sadidan, qoulan ma'rufan, qoulan baligha, qoulan maysuron, qoulan karima, qoulan layyinan, qoulan tsaqilan, qoulanadziman, and ahsanu Qoulan. And there is a verse about the method of delivering a message that is hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabligh, tabsyir, indzar, ta'aruf, and tawashi. There are also verses of the power of the message that is naba ', khabar, and hadith. And the function of Islamic communication is divided into eight namely the function of information, convincing, reminding, motivating, socializing, guidance, spiritual satisfaction, and entertainment functions.
Keywords: communication verses, communication ethic, Islamic perspective.
x
KATA PENGANTAR
Tiada habisnya puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Jika tidak karena petunjuk-Nya, penulisan ini tidak akan mungkin terselesaikan dengan baik. Terimakasih yang tak terhingga buat Buya dan Ibu serta adek-adek tercinta atas jerih payah dan doa beliau sehingga saya dapat mencapai jalan sejauh ini.
Di dalam laporan berikut ini berisi seluruh rangakaian skripsi saya yang AYAT-AYAT KOMUNIKASI (Studi Deskripsi Kualitatif Etika
Berkomunikasi dalam Al- Dimana skripsi ini adalah satu mata kuliah keahlian khusus yang harus diselesaikan mahasiswa dalam memperoleh gelar sarjananya, yang dalam hal ini adalah mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, jurusan ilmu komunikasi dengan peminatan manajemen komunikasi, Universitas Brawijaya Malang. Besar harapan saya agar skripsi yang saya susun ini dapat memberikan manfaat positif bagi pembacanya.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari adanya bantuan banyak pihak, maka dari itu rasa terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Bambang Dwi Prasetyo, S.Sos.,M.Si selaku dosen pembimbing saya, yang telah banyak membimbing saya serta memberi pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Antoni, S.Sos.,M.Si selaku dosen penguji saya, yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Yun Fitrahyati L.,S.I.Kom.,M.Ikom selaku dosen penguji saya, yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Semua teman-teman yang telah banyak membantu, mendukung, dan menguatkan saya, namun tak dapat saya sebutkan disini satu-persatu.
5. Semua warga Fisip, dan semua pihak yang banyak membantu namun tak dapat saya sebutkan disini satu-persatu.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.
Malang, 31 Juli 2017
Mas Nayyirotul Abhariyah, A.Md.
NIM. 135120209111001
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN ................................................. iii
LEMBAR DAFTAR PENGUJI SKRIPSI ................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Akademis ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Etika Komunikasi ....................................................................................... 7
2.1.1 Etika ................................................................................................. 7
2.1.2 Tujuan Etika Komunikasi ................................................................ 9
2.2 Komunikasi dan Islam ............................................................................... 10
2.2.1 Sejarah Komunikasi ......................................................................... 10
2.2.2 Definisi Komunikasi ........................................................................ 11
2.2.3 Definisi Islam ................................................................................... 13
2.2.4 Makna Komunikasi Islam ................................................................ 15
xii
2.3 Kajian Komunikasi Islam ........................................................................... 16
2.3.1 Ruang Lingkup Kajian Komunikasi Islam....................................... 16
2.3.2 Manfaat Mempelajari Ilmu Komunikai Islam ................................. 17
2.3.3 Sumber Ilmu Komunikasi Islam ...................................................... 18
......................................................................... 20
2.5 Konsep Dasar Komunikasi Islam ............................................................... 21
2.5.1 Komunikasi Ada Sejak Manusia Ada .............................................. 23
2.5.2 Etika Adalah Bahasa Kasih Sayang ................................................. 24
2.5.3 Etika Komunikasi Memiliki Efek Bahagia Dunia dan Akhirat ....... 24
2.6 Fungsi Komunikasi Umum dan Fungsi Komunikasi Islam ....................... 25
2.6.1 Fungsi Ilmu Komunikasi Umum ..................................................... 25
2.7 Ayat-Ayat Komunikasi Sebagai Pesan Verbal dan Non Verbal Etika Berkomunikasi .......................................................................................... 26
2.7.1 Komunikasi Verbal dan Non Verbal Komunikasi Umum ............... 26
2.7.2 Pesan Verbal dan Non Verbal Dalam Al-Quran .............................. 27
2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 30
2.9 Kerangka Pikiran ........................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 34
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
3.2 Fokus Penelitian ......................................................................................... 35
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 35
3.4 Jenis dan Data ............................................................................................ 35
3.4.1 Sumber Data Primer ......................................................................... 36
3.4.2 Sumber Data Sekunder .................................................................... 36
3.4.3 Teknik Pemilihan Informan ............................................................. 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
3.6 Analisis Data .............................................................................................. 38
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................ 41
3.8 Etika Penelitian .......................................................................................... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM ..................................................................... 42
xiii
4.1 Sejarah Turunnya Al-Quran ....................................................................... 42
4.1.1 Periode Turunnya Al-Quran............................................................. 43
4.2 Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan ................................................................ 45
4.3 Etika Global ............................................................................................... 46
4.3.1 Pemanfaat Etika-Keagamaan ........................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 49
5.1 Ayat-Ayat Pesan Verbal ............................................................................. 49
5.1.1 Qoulan Sadidan (Perkataan Yang Benar Dan Tepat) ...................... 49
taan Yang Baik) ........................................ 51
5.1.3 Qoulan Baligha (Perkataan Yang Cukup) ........................................ 52
5.1.4 Qoulan Maysuron (Perkataan Yang Mudah) ................................... 54
5.1.5 Qoulan Karima (Perkataan Yang Mulia) ......................................... 56
5.1.6 Qoulan Layyinan (Perkataan Yang Lembut) ................................... 67
5.1.7 Qoulan Tsaqilan (Perkataan Yang Berat) ........................................ 59
5.1.8 Qoulan Adziman (Perkataan Yang Besar) ....................................... 61
5.1.9 Ahsanu Qoulan (Baik Perkataanya) ................................................. 62
5.2 Ayat Pesan Non Verbal .............................................................................. 64
5.3 Ayat-Ayat Metode Menyampaikan Pesan ................................................. 65
5.3.1 Hiwar ................................................................................................ 65
5.3.2 Jidar .................................................................................................. 66
5.3.3 Hiwar dan Jidal ................................................................................ 67
5.3.4 Bayan ............................................................................................... 69
5.3.5 Tadzkir ............................................................................................. 71
5.3.6 Tabligh ............................................................................................. 73
5.3.7 Tabsyir atau Busyra ......................................................................... 84
5.3.8 Indzar ............................................................................................... 75
5.3.9 .............................................................................................. 76
5.3.10 Tawashi .......................................................................................... 77
5.4 Ayat-Ayat Kekuatan Pesan ........................................................................ 78
5.4.1 ........................................................................ 79
xiv
5.4.2 Khabar (Kabar) ................................................................................ 80
5.4.3 Hadist (Berita) .................................................................................. 81
5.5 Ayat-Ayat Fungsi Komunikasi .................................................................. 82
5.5.1 Fungsi Informasi .............................................................................. 83
5.5.2 Fungsi Meyakinkan .......................................................................... 84
5.5.3 Fungsi Mengingatkan ....................................................................... 85
5.5.4 Fungsi Memotifikasi ........................................................................ 86
5.5.5 Fungsi Sosialisasi ............................................................................. 87
5.5.6 Fungsi Bimbingan ............................................................................ 88
5.5.7 Fungsi Kepuasan Spiritual ............................................................... 89
5.5.8 Fungsi Hiburan ................................................................................. 90
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 91
6.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 91
6.2 SARAN ...................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 30
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran........................................................................... 32
3.1 Analisis Data Model Interaktif........................................................... 38
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era perkembangan zaman pada saat ini, menjadi sangatlah menarik
apabila kajian ilmu komunikasi dapat disandingkan dengan firman Allah di dalam
Al- Cara berkomunikasi yang tidak baik dan tidak benar dapat
mengakibatkan kefatalan dalam hidup bermasyarakat. Realitasnya tidak sedikit
perselisihan, permusuhan dan pertengkaran muncul karena perkataan yang tidak
terkontrol. Seperti halnya salah satu contoh berita harian Kompas (10/4/2015, h.7)
dalam Ngorang (2016,h.2), mengungkapkan bahwa wacana etika komunikasi
politik mendapat sorotan luas beberapa waktu lalu, lantaran gaya bicara dan
pernyataan-pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, Ahok,
dinilai sebagian anggota DPRD DKI yang tidak mempunyai etika.
Etika adalah (1) nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya, misalnya etika suku-suku Indian, etika agama Budha dan etika protestan.
Etika dalam hal ini berkaitan dengan sistem nilai; (2) etika sebagai kumpulan
asas atau nilai moral. Ini dimaksudkan sebagai kode etik. Etika dalam konteks ini
berkaitan dengan kode etik; (3) etika sebagai ilmu tentang hal yang baik dan hal
yang buruk. Etika menjadi ilmu apabila ia menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
Dalam bahasa Inggris, etika diterjemahkan dengan ethics. Sementara, etiket
adalah hal yang berkaitan dengan tata cara yang tepat dan sopan santun yang
2
kerap kali berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain, dari suatu budaya ke
budaya lain dan disaksikan oleh orang lain. Etiket dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan kata etiquette (Bertens,2005).
Wacana etika komunikasi politik disebut Alois Nugroho Dalam Ngorang
(2016, h.2), sebagai oxymoron, suatu istilah yang bertentangan dengan fakta
politik itu sendiri. Penilaian Alois Nugroho ini lahir dari realitas politik yang
cenderung tidak mengenal etika. Praktik politik kerap kali menghadirkan
kejahatan, tipu muslihat dan permainan kotor dalam rangka memperoleh dan
mempertahankan kekuasaan. Praktik politik yang demikian, terutama di mata
kaum realis, dianggap sah dan karena itu tidak perlu dipersoalkan. Oleh sebab itu,
penggunaan istilah etika komunikasi politik dalam praktik komunikasi politik
jelas bertentangan dengan realitas politik itu sendiri.
Dari perspektif etika komunikasi diatas, penulis merasa bahwa kajian etika
komunikasi menjadi penting. Dalam hal ini Al-
komunikasi yang salah. Al-Q
dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan serta dapat dijadikan sebagai
sumber yang dapat mengatasi komunikasi yang buruk.
Menurut Halah (2008,h.11), kajian komunikasi Islam merupakan upaya
manusia untuk menampilkan hubungan yang terbaik dengan pencipta-Nya yaitu
Allah, dengan dirinya, dan dengan sesama manusia. Salah satu keistimewaan yang
diberikan oleh Allah SWT, kepada manusia adalah kemampuan berkomunikasi.
Kemampuan ini sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya secara
efektif. Selain itu, kemampuan komunikasi yang baik dan benar dapat menjadi
3
jalan untuk mengantarkan seseorang dalam meraih kesuksesan dan akan
membawa kemaslahatan bagi orang lain. Sebaliknya, komunikasi juga bisa
menjadi pemicu munculnya permasalahan, khususnya jika seseorang salah dalam
berkomunikasi atau membuat orang lain terganggu. Apa lagi pembicaraan yang
tidak baik tersebut muncul dari seseorang di pandang sebagai pejabat publik atau
public figure, sebab pembicaraan yang kurang terkontrol akan menimbulkan
keresahan dimasyarakat atau menyebabkan munculnya reaksi negatif terhadap
dirinya (Dahlan,2014).
Ayat-ayat Al- pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia
merupakan pesan yang Allah sampaikan kepada manusia lewat Malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad dan umat manusia. Bila dilihat dari sudut pandang
komunikasi seperti yang dijelaskan Harold Lasswel dan ilmuan komunikasi
lainnya. Harold Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan yaitu : Who, Says
What, In Which Channel, To Whom, With What Effect? (Effendy, 2006, h.10),
maka dilihat dari sudut pandang di atas,
merupakan proses komunikasi karena di dalamnya mengandung unsur-unsur
komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Dalam hal ini
komunikatornya adalah Allah, pesannya berupa wahyu al-
Malaikat Jibril lewat berbagai bentuk baik langsung bertemu nabi Muhammad,
lewat suara, cahaya dan bentuk lainnya, komunikannya adalah Nabi Muhammad
dan manusia secara umum, dan efeknya adalah perubahan pemahaman dan sikap
Nabi Muhammad dan manusia pada umumnya.
4
Konsep komunikasi tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara
efektif saja, melainkan juga etika bicara. Semenjak memasuki era reformasi,
masyarakat Indonesia berada dalam suasana euforia, bebas bicara tentang apa
saja, terhadap siapapun, dengan cara bagaimanapun. Ayat-ayat Al-
menjelaskan bahwa komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi yang beretika mencakup nilai-nilai demokrasi yang tetap diutamakan
serta diharuskan untuk tetap dapat menjaga komitmen demi mengutamakan
kepentingan kerukunan bersama. Perintah berkata yang baik dalam ayat Al-
dan hadist menjadi pedoman wajibnya bagi kaum muslim untuk
mengaplikasikan sifat jujur dan perkataan yang benar, dalam Al-
dengan istilah qaulan sadidan (Dahlan,2014,h.115).
Melihat latar belakang diatas, maka sangat diperlukan penerapan
komunikasi sehari-hari dengan diimbangi etika berkomunikasi yang baik dan
benar agar menciptakan kedamaian. Kajian ini akan mendeskripsikan bahwa Al-
perbaiki praktik komunikasi politik
yang buruk. Maka dari itu peneliti berusaha meneliti kajian yang dianggapnya
penting dalam penerapan kehidupan sehari- AYAT-AYAT
KOMUNIKASI (Studi Deskripsi Kualitatif Etika Berkomunikasi dalam Al-
5
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti merumuskan
Sejauh mana Al-
komunikasi yang semakin buruk ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bahwa ayat-
ayat dalam Al-
praktik komunikasi yang buruk.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi
peneliti dan pembaca untuk dijadikan pedoman hidup bermasyarakat
dengan menggunakan etika komunikasi yang baik dan benar
berlandaskan Al-
b. Bermanfaat untuk dapat mengatasi kerumitan dalam praktik
komunikasi yang buruk.
1.4.2 Manfaat Akademis
a. Sebagai kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi
mengenai eratnya keterkaitan Al- dan ilmu komunikasi,
khususnya dalam etika berkomunikasi.
b. Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki disfungsi komunikasi.
6
c. Sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas
hidup dengan efektivitas komunikasi yang baik dan benar demi
tercapainya perdamaian.
d. Sebagai tambahan wacana perpustakaan dan wawasan dalam kajian
etika komunikasi dalam ayat-ayat Al-
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etika Komunikasi
2.1.1 Etika
Menurut Ruslan (2004,h.31), etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos
yang berarti adat kebiasaan (custom) atau watak kesusilaan. Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin,
yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti juga adat kebiasaan
atau cara hidup seseorang dengan cara melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral
hampir sama pengertiannya, akan tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika menurut Ruslan (2004,h.31), adalah
sebagai berikut :
a. Susila (Sansekerta), menunjukkan , prinsip, dasar-dasar, aturan hidup
(sila) yang lebih baik (su).
b. Akhlaq (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlaq.
Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang
pembahasan etika sebagai berikut :
8
a. Terminius Techicus
Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah tindakan atau perbuatan
manusia.
b. Manner dan Custom
Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat)
yang melekat dalam kodrat manusia (inherent in human nature) yang
perbuatan manusia (Ruslan, 2014,h.32).
dalam tingkah laku atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct).
Pengertian etika menurut beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu
pendapat dari I.R.Poedjawijatna, dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa
etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat
ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika adalah mencari
ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan
manusia yang manakah yang baik. Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika
ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup
manusia semuanya, teristimewa yang mengenai pikiran dan gerak-gerik dan rasa
yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang
dapat merupakan perbuatan (Ruslan, 2014,h.32).
9
2.1.2 Tujuan Etika Komunikasi
Menurut Haryatmoko (2007, h. 9) dalam bukunya yang berjudul etika
komunikasi mengungkapkan bahwa media memiliki idealisme, yaitu memberikan
informasi yang benar. Memberikan informasi yang benar merupakan bagian dari
etika komunikasi. Dalam hal ini, tentunya dalam kegiatan komunikasi politik
harus mampu menyampaikan informasi yang benar dan tepat tanpa
menyembunyikan realitas yang ada, yang bertujuan untuk demi kebaikan seluruh
lapisan masyarakat.
Etika komunikasi dalam al-Qur an menekankan bahwasanya dalam
berkomunikasi dengan siapa, dimana, dan kapanpun kita harus bisa menunjukan
adab dan norma kita sebagai mahkluk yang mempunyai peradaban. Dalam hal
ini, Hefni (2015), menjelaskan bahwa ayat-ayat yang tercantum pada Al-Qur an
menggambarkan terdapat etika komunikasi yang seharusnya dijadikan pegangan
saat berbicara, disebutkan dalam Al- -surah berikut ini :
1. Qoulan Sadidan Surah An-Nisa/4: 9, yaitu perkataan yang benar dan
jujur
2. Qoulan Ma , Surah An-Nisa/4: 8 , yaitu perkataan yang baik.
3. Qoulan Balighan, Surah An-Nisa/4:63, yaitu perkataan yang cukup.
4. Qoulan Maysuron, Surah Al-Isra/17: 28, yaitu perkataan yang mudah.
5. Qaulan Kariman, Surah al-Isra/17: 23, yaitu perkataan yang mulia.
6. Qoulan Layyinan, Surah Thaha/20: 44, yaitu perkataan yang lemah
lembut.
10
7. Qoulan Tsaqilan, Surah Al-Muzammil/73:5, yaitu perkataan yang
berat.
8. Qoulan Adziman, Surah Al-
9. Ahsanu Qoulan, Surah Fushilat/41:33, yaitu yang baik perkataannya.
2.2. Komunikasi dan Islam
2.2.1 Sejarah Komunikasi
Menurut Ngalimun (2017,h.12) dalam bukunya yang berjudul ilmu
komunikasi sebuah pengantar praktis, mengemukakan tentang sejarah komunikasi
bahwa komunikasi jauh sebelum masehi (4000 SM) ia sudah berkembang bahkan
awal lahirnya manusia, sudah lahir juga. Namun berbeda dengan ilmu
komunikasi, ilmu komunikasi mulai menjadi suatu gagasan yang menjadi dasar
ilmu ini lahir sejak munculnya gagasan bapak ilmuan dunia, Aristoteles (300 an
SM). Menurut H. Rochajat Harun, periode ini disebut dengan periode tradisi
retorika. Secara umum pembagian periode ilmu komunikasi ini bisa dirincikan
menjadi empat bagian, yaitu periode tradisi retorika, pertumbuhan, konsilidasi,
dan teknologi komunikasi (Ngalimun, 2017:12).
Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss dalam bukunya yang berjudul
Ensiklopedia Teori Komunikasi (2016) juga mengungkapkan sejarah komunikasi
secara singkat. Komunikasi sebagai sebuah konsep selalu bersama, namun asal
muasal disiplin ini baru muncul belakangan. Di Amerika Serikat, dari sisi ilmu
humaniora, akar disiplin ilmu ini dapat dijumpai dalam studi retorika Yunani dan
Romawi Kuno, sedangkan dari sisi ilmu sosial bidang ini muncul dari studi media
massa, opini publik, propaganda, dan persuasi pada awal abad ke-20, terutama
11
selama perang dunia II. Keduanya memiliki kecenderungan pragtamatis : lima
pilar utama retorika-penciptaan, organisasi, gaya, penyampaian dan memori-
dirancang untuk membantu juru bicara lebih siap mempertahankan argumen di
pengadilan, majelis, atau acara seremonial. Ilmuwan sosial juga memiliki
pertimbangan pragmatis saat mempelajari fungsi dan kemungkinan komunikasi di
bidang advertising, media, teknologi, dan di dalam konteks tata muka.
Tentu saja, teori komunikasi bukan hanya ada dalam tradisi Barat dan
Amerika Serikat. Setiap kultur punya perhatian pada sifat dan fungsi komunikasi.
Para sarjana komunikasi mulai mengintegrasikan teori-teori dari berbagai negara
dan kultur. Sarjana feminis berusaha mendeskripsikan cara pandang feminin yang
mungkin membentuk mode komunikasi berbeda sejak 1970-an. Komunikasi
Afrosentris dan Asiasentris mungkin merupakan karya yang bagus yang
mendeskripsikan asumsi dan praktik komunikasi dari orang Afrika, amerika, dan
Asia. Sejak itu, para sarjana berusaha memahami persamaan dan perbedaan lintas
kultural dan mengemukakan teori yang lebih beragam untuk merefleksikan
pemahaman yang lebih komprehensif mengenai bagaimana kerja komunikasi
(Ngalimun,2017).
2.2.2 Definisi Komunikasi
Secara etimologis komunikasi ata communication
communication communis
Hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan makna yang sama
antara kedua belah pihak. Karena kegiatan komunikasi itu tidak bersifat informatif
saja, yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang
12
bersedia menerima sesuatu paham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan dan
lain-lain (Ilaihi, 2010,h.4).
Sedangkan menurut Ngalimun, (2017,h.21), komunikasi yang efektif dapat
terjalin dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengakui kekurangan dan
kelebihan orang lain serta mengerti terhadap kelemahan orang lain. Lebih jelas
Effendi (2010,h.4) mengungkapkan, komunikasi dapat dilakukan secara primer
(langsung) maupun secara sekunder (tidak langsung). Komunikasi ini berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan,
yakni panduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan
(Ilahi, 2010,h. 4).
Komunikasi pada pengertian-pengertian di atas adalah komunikasi yang
dilakukan oleh manusia, karena adanya manusia yang hidup bermasyakat maka
komunikasi akan bisa terjadi. Muhtadi (2012,h.16) menegaskan komunikasi
insani (human communication) adalah proses pertukaran pesan yang berlangsung
dalam dunia manusia. Karena itu, ia selalu melibatkan manusia, baik dalam
konteks intrapersonal, interpersonal, kelompok, maupun massa. Dalam suatu
interaksi antar individu, seperti halnya kegiatan tabligh
pertemuan di tempat kerja, ataupun belajar-mengajar disekolah, komunikasi
bertujuan menghidupkan suasan interaksi yang berlangsung sehingga diperoleh
efek yang maksimal, baik efek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Menurut Arifin (2011,h.42) komunikasi sebagai fenomena sosial,
sesunggunya telah hadir sejak perjumpaan Adam dan Hawa di muka bumi.
Bahkan eksistensinya tidak dapat dielakkan, Karena perjumpaan itu sendiri
13
memerlukan komunikasi, agar dapat berlanjut menjadi persahabatan, pertemanan,
persekutuan atau perkawainan. Justru itu banyak orang yang menyebut
kaomunikasi sebagai pererat hidup bersama dan merupakan aktivitas yang hadis
bersama kehadiran dan pertemuan Adam dan Hawa.
Komunikasi yang terjadi antar individu dalam masyarakat pun mempunyai
proses-proses tertentu. Secara psikologis komunikasi ini terjadi pada diri
komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan
menyampaikan sesuatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi
suatu proses. Pesan komunikasi ini terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan
lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya
adalah bahasa (Effendi, 2003,h.31).
Bahasa dapat menjembatani dua atau lebih pikiran dan perasaan terutama
untuk membangun kesamaan-kesamaan yang diperlukan dalam proses
komunikasi. Jembatan penguhubung inilah yang kemudian diekspresikan secara
verbal melalui bahasa. Dalam banyak hal, bahasa dapat mempermudah
menemukan kesamaan rujukan sejauh simbol-simbol (kosakata) yang
digunakannya dapat dimaknai secara sama pula (Muhtad, 2012,h.19).
2.2.3 Definisi Islam
Abdul Karim Zaidan dalam Ushul al-Dakwah memparkan banyak sekali
definisi tentang islam. Diantara definisi Islam menurut beliau :
1. Dijelaskan dalam suatu hadist ketika Rasulullah ditanya Jibril tentang
Islam, beliau menjawab :
14
bersyahadat mengucapkan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah Rasulullah, engkau mendirikan shalat, engkau membayar zakat, engkau berpuasa ramadhan, dan
Definisi pertama ini memotret Islam dari sisi amalan utama atau
lima rukun utama yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang
memeluk agama Islam.
2. Definisi kedua, mengenai pendidikan Islam menurut Arifin dalam
Thohirin (2011,h.9), mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik
dan derajat yang tinggi, sesuai dengan kemampuan dasar dan
kemampuan ajarnya. Sedangkan firman Allah dalam Al-
berbunyi :
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab- (QS. Ali Imran (3) :19).
Menurut Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani dalam Tohirin
(2005,h.9), mengungkapkan tentang pendidikan islam adalah usaha mengubah
15
tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai islami dalam kehidupan pribadinya
atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui
proses kependidikan. Mohammad Fadil al-Djamali juga dalam Tohirin
menyatakan bahwa pendidikan islam adalah proses yang mengarahkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya. Sedangkan
Imam Bawani (1987,h.122) dalam Tohirin (2005), menyatakan bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
2.2.4 Makna Komunikasi Islam
Hefni (2015,h.14-15) mengemukakan bahwa setelah mengetahui definisi
komunikasi dan definisi Islam, dapat diketahui secara jelas bahwa tindakan
apapun dalam komunikasi yang membuat hati seseorang menjadi rusak atau hati
orang menjadi sakit atau luka bertentangan dengan roh komunikasi dalam Islam.
Karena itu komunikasi islam dalam kajian ini bukan hanya sekedar pemberian
label Islam untuk komunikasi. Lebih jauh dari itu, kajian ini bertujuan untuk
membuka wawasan pembaca bahwa Islam sangat peduli dengan komunikasi yang
menyelamatkan, meskipun secara sistematis sebagai sebuah ilmu belum mapan
sebagaimana komunikasi yang sudah ada.
Kepedulian islam terhadap ilmu pengetahuan lainnya dapat dicari dalam
ayat-ayat Al- -ayatnya terdapat banyak istilah yang
sesungguhnya sangat berkaitan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya
seperti ilmu komunikasi, ilmu hukum, ilmu geografi, ilmu sains, dan lain-lain.
Istilah-istilah yang dikemas dalam Al-
16
menggali karakteristik ilmu pengetahuan yang lain.. Istilah-istilah komunikasi
yang disebut oleh peneliti sebagai ayat-ayat komunikasi yang terdapat dalam kitab
Al- ditemukan dalam pembahasan pada bab 5.
2.3. Kajian Komunikasi Islam
2.3.1 Ruang Lingkup Kajian Komunikasi Islam
Tiga bentuk komunikasi yang dikemas dalam komunikasi islam tergambar
dalam atsar dari Wahab bin Munabbih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hanbal dalam Hanad bin Sari dalam Kitab Zuhud, No. Hadis 1227, Hadis
-Qayyim, Ightasat al-Lahfan: 1/79 (Beirut:Dar al-Marifah,1975)
berikut ini :
g yang berakal untuk tidak lalai dari empat waktu dari siangnya, waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk mengevaluasi dirinya, waktu berkumpul dengan teman-teman yang bisa memberikan nasehat dan menunjukkan kekurangannya, dan waktu untuk santai
17
Berkaitan dengan hal diatas, menurut Najati (2005,h.36) dalam bukunya
yang berjudul psikologi nabi dijelaskan dalam keterangan salah satu hadis yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw telah memberikan pembinaan dan
pendidikan kepada para sahabat tentang berbagai hal yang dapat menjaga
kesehatan mental dan fisik, agar mereka menjadi orang-orang yang
berkepribadian sempurna, memiliki tubuh yang kuat dan jiwa yang tenang,
sehingga mereka bisa bahagia adalah salah satunya dengan menjaga dengan baik
hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan diri sendiri, hubungannya
dengan orang lain, dan hubungannya dengan alam. Keterangan ini sangat
berkaitan dengan pentinya kita menerapkan hubungan yang baik dengan siapapun
yang didampingi dengan etika komunikasi.
2.3.2 Manfaat Mempelajari Ilmu Komunikasi Islam
Cangara (2012,h.2) mengemukakan bahwa, sebagai salah satu sisi dalam
kehidupan manusia, aktifitas komunikasi itu dikatakan akademisi sebagai aktivitas
vital dalam kehidupannya. Astrid soesanto mensinyalirnya sebagai aktifitas yang
dilakukan manusia sebanyak 90% dalam kehidupan sehari-hari. Cangara yang
menyimpulkan penilaian dari banyak pakar mengatakan bahwa komunikasi adalah
sebagai suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Hefni (2015,h.18), karena pentingnya komunikasi tersebut Islam
kafah
umat yang meyakininya berkomunikasi tanpa panduan etika komunikasi.
Komunikasi yang terjalin dengan prinsip komunikasi Islam akan menghadirkan
18
kedamaian, dan keselamatan, baik untuk diri komunikan maupun untuk
masyarakat secara umum. Jika umat islam melakukan komunikasi dengan nilai
ikhlas untuk menjalin silaturahmi dan meningkatkan kualitas hubungan positif
dengan sesama manusia, maka mereka tidak hanya mendapatkan keuntungan
dunia, tetapi juga akan mendapatkan pahala akhirat. Hal tersebut adalah indahnya
berkomunikasi dengan etika komunikasi yang terkandung dalam Al-
2.3.3 Sumber Ilmu Komunikasi Islam
Sumber Ilmu Komunikasi Islam adalah Al-
Abdul dalam kitab Manahil al-irfan Al-
SAW yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah SAW yang tertulis di dalam mushaf, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala
Al- . Menurut Al-
Munawar (2003,h.33), Al-
dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang
berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-
memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan
mereka tidak mampu membuat yang seperti itu (meniru Al-
asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya.
Bahasa atau kalimat-kalimat Al- -kalimat yang
menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bahasa Arab. Ia
19
mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang dapat
dirasakan sehingga didalamnya dapat dirasakan ruh dinamika. Adapun huruf tidak
lain hanya simbol atau makna-makna, sementara lafadz memiliki petunjuk-
petunjuk etimologis yang berkaitan dengan makna-makna tersebut (Al-Munawar,
2003,h.3).
Sedangkan sumber berikutnya adalah hadist, Hadist Shahih Muslim
beserta syarah Nawawi dalam kitabnya al-ilm bab man sanna sunnah hasanah aw
sayyiah (hal 225) , antara lain tersebut dalam hadis berikut ini :
baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang membuat suatu tradisi yang baik dalam Islam, maka atasnya dosanya dan dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak kurang sedikitpun dari dosa-
Dia adalah Jarir bin Abdullah bin Jabir Al-Jabaly. Seorang sahabat yang
masyhur .meninggal tahun 51H. Hadis beliau diriwayatkan oleh Jamah al-
Asqalani , Ibnu Hajar dalam Taqrib al Tahdzib No 915, h. 139.
Hadis diatas menggunakan istilah sunnah untuk tradisi ritual komunikasi
dalam perbuatan baik dan buruk. Tradisi komunikasi ritual yang baik disebut
sunnah hasanah dan tradisi buruk disebut .
Contoh hadis selanjutnya adalah dalam Qawaid al-Tahdist h.35 :
20
persetujuan, dan sifat jasmani atau perilaku, serta sirah beliau sebelum atau
Dengan definisi terbut para muhaddisin ingin memposisikan Rasulullah
SAW sebagai sosok yang harus diikuti dalam segala aspek kehidupannya. Tugas
Rasul paling utama adalah menyampaikan risalah Allah kepada manusia. Tugas
ini mememiliki hubungan yang sangat erat dengan etika komunikasi (Hefni.
2015,h. 42-43).
2.4.
Menurut Muis (2001,h.65), komunikasi dalam pengertian islam adalah
sistem komunikasi umat islam, lebih fokus pada sistemnya dan latar belakang
filosofi (teori) yang berbeda dengan perspektif komunikasi non islam. Dengan
kata lain sistem komunikasi Islam berdasarkan pada Al- -
al-haq
makna yang sangat luas dan mendalam, diantaranya adalah al-haq berarti
petunjuk atas citra tri tunggal yang luhur, yaitu kebenaran, kebajikan, dan
keindahan, serta al-haq juga berarti berarti etika timbal balik antara manusia.
Hude,dkk (2002,h.189) mengemukakan bahwa ayat-ayat dalam Al-
terdapat sekitar 500 ayat yang membicarakan tentang konsep komunikasi dan
ajaran etika.Hal ini menunjukkan kepada pentingnya etika. Etika yang diajarkan
mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Allah. Menurut penulis pribadi, figur
contoh keteladanan etika berkomunikasi adalah Rasulullah sendiri, karena etika
komunikasi tidak hanya merupakan suatu anjuran yang bersifat konseptual tetapi
juga praktikal. Keberadaan Rasulullah SAW sebagai figur keteladanan dalam
21
bidang etika komunikasi dan juga tingkah laku (behavior) menunjukkan metode
pengajaran dan aplikasi nilai-nilai etika dapat ditiru secara langsung oleh manusia.
Rasulullah sendiri mengakui bahwa seluruh isi pesan yang terdapat dalam Al-
Q
1. Mengajarkan dan menuntun manusia kepada perbuatan yang baik
serta menjauhkan dari segala perbuatan yang buruk. Menjadikan
pedoman akhlaqnya melalui Al- dan hadist.
2. Bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh
manusia di segala tempat dan waktu.
3. Dengan ajaran-ajaran yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrahnya
dan akal fikiran manusia, maka etika komunikasi Islam dapat
dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
4. Mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlaq yang jujur dan
meluruskan perbuatan manusia dibawah pancaran sinar petunjuk
ALLAH SWT, menuju ridhonya (QS Al-Hujurat ayat 6).
2.5. Konsep Dasar Komunikasi Islam
HR Bukhori , no 2969, dan Muslim no 4781 dalam Hefni (2015,h.52)
mengungkapkan, bahwa dalam sebuah hadist disebutkan :
dan setelah itulah roh diciptakan (HR. Bukhari, no.2969, dan Muslim no
Setelah unsur jasad dan roh berpadu dalam diri kita di hari ke-120,
manusia kecil yang sedang tumbuh dalam rahim ibunya itu sudah mulai mampu
22
berkomunikasi dengan alam di luar rahim. Al- n bahwa alat
komunikasi yang paling pertama berfungsi pada manusia adalah pendengaran,
setelah itu penglihatan, dan baru .
Menurut Laitner dalam Stewart dan Moss (2001,h.3), melaporkan bahwa
di Hayward, California, Dr. Rene Van de Carr, seorang ahli kandungan dan
kebidanan, mendirikan Universitas Prenatal (UP). Kegiatannya meliputi
pengajaran terhadap bayi yang masih dalam rahim yakni dengan melatih
kemampuan verbalnya dan kemampuan beesosialisinya lebih dini. Orang tua
bercakap-cakap dengan bayinya melalui megafon kertas (pregafon) yang
diarahkan ke perut ibunya. Penelitian terhadap lulusan-lulusan UF menunjukkan
bahwa mereka mampu berkomunikasi lebih awal, mampu merangkaikan kata-kata
lebih dini, dan para ibu merasa bahwa si anak lebih cepat memahami sesuatu.
Setelah lahir, bayi menambah kosa katanya dengan perantaraan
pandangan. Dia selalu penasaran melihat objek yang baru, lalu bertanya kepada
orang yang terdekat dengannya apa nama objek tersebut. Semakin banyak objek
yang dilihat semakin bertambah kosa katanyadan semakin lancar dia membangun
komunikasi dengan ibu, bapak, dan orang-orang di sekitarnya. Tetapi semakin
sedikit yang ia lihat dan dengar, maka semakin kecil juga peluang dia untuk
menambah kosa kata dan semakin sulit dia untuk berkomunikasi dan
mengungkapkan keinginannya pada pihak lain. Mengingat proses komunikasi ada
sejak belum lahir, dan seorang bayi dapat memahami sedikit demi sedikit, maka
dari sini sangat penting peran orang tua dalam mendidik cara beretika komunikasi
(Stewart dan Moss,2001).
23
2.5.1 Komunikasi Ada Sejak Manusia Ada
Komunikasi ada sejak manusia ada, dalam arti sejak penciptaan Adam dan
Hawa ditunjukkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi :
Artinya : -baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari air sari pati yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh ciptaannya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. Tetapi kamu sedikit sekali
-Sajadah(32) :7-9) Ibnu Katsir (1993,h.70) dalam tafsirnya menyatakan bahwa, yang
nasluhu sir Ibnu Katsir Al-
-Adzim (1993,h.70) artinya adalah anak keturunan Adam. Berdasarkan
ayat ini dipahami bahwa Adam maupun anak keturunannya termasuk kita
diciptakan oleh Allah dengan perangkat komunikasi yang sama.
Perangkat komunikasi sudah disiapkan oleh Allah yaitu berupa lisan untuk
berbicara, telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasakan sudah ada sejak
dahulu. Lalu setelah itu Adam diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan
kepada para malaikat kosa kata yang telah diajarkan kepadanya. Komunikasi telah
ada sejak manusia ada, maka dari itu sangatlah penting penerapan etika
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
24
2.5.2 Etika Komunikasi Adalah Bahasa Kasih Sayang
Bentuk kasih sayang Allah dari Allah lewat Rasulnya adalah melarang
manusia untuk tidak saling berkomunikasi lebih dari tiga hari jika jika didasarkan
atas alasan kebencian atau pertengkaran. Dalam Islam, perbuatan tidak menegur
sesama selama tiga hari atas dasar kebencian hukumnya haram. Sungguh indah
kajian ilmu komunikasi dan Islam yang sesungguhnya merupakan bentuk kasih
sayang jika didasari oleh etika komunikasi (Hefni, 2005,h.67).
Hadis Rasulullah SAW bersabda dalam kitab Shahih Muslim oleh Muslim
bin al-Hajjaj juz 1, h.68. hadist no 46 :
ak aman dari
Sungguh ayat-ayat dalam Al-
menghantarkan umatnya menuju RahmatallilAlamin. Adapun saling
merendahkan, memfitnah orang, melakukan adu domba, serta berbuat atau
berkomunikasif negatif lainnya tidak sejalan dengan dasar etika komunikasi
(Hefni, 2005,h.70).
2.5.3 Etika Komunikasi Memiliki Efek Bahagia Dunia dan Akhirat
Rasulullah SAW bersabda dalam kitab Shahih Al-Bukhori karangan
Muhammad bin Ismail, juz 7, h.19, No 5146:
25
r.a telah datang dua orang dari Masyriq, lalu keduanya berpidato. Orang-orang terkagum-kagum dengan penjelasannya.
Setelah menelaah hadis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
ucapan yang keluar dari mulut kita, harus dipastikan kebenarannya. Karena
informasi yang salah bukan bagian dari etika komunikasi. Ketika ucapan tidak
berlandasrkan dengan etika, maka akan dengan mudah dapat menyakiti hati orang
lain dan hal itu tidak dianjurkan dalam Al-
atau dakwah yang mempunyai pesan dan kesan baik, maka juga dapat membuat
orang mengikutinya. Dengan diterapkannya etika komunikasi akan dapat
membawa kebahagiaan dunia dan akhirat karena terciptanya kedamaian.
2.6. Fungsi Komunikasi Umum
2.6.1 Fungsi Ilmu Komunikasi Umum
Menurut Effendy Gazali dalam Ngalimun (2017,h.32) fungsi utama
komunikasi adalah :
1. to inform (menginformasikan), yakni memberikan informasi kepada
orang lain tentang suatu peristiwa masalah, pendapat, pikiran, segala
tingkah laku orang lain dan apa yang disampaikan orang lain.
2. to educate (mendidik), yakni sebagai sarana pendidikan, karena
melalui komunikasi, manusia dalam suatu lingkungan masyarakat
dapat menyampaikan segala bentuk pengetahuan, ide, gagasan, kepada
orang lain sehingga orang lain dapat menerima segala bentuk informasi
yang kita berikan.
26
3. to entertain (menghibur), komunikasi juga berfungsi untuk menghibur
orang lain dan menyenangkan hati orang lain.
4. to influence (mempengaruhi, selain sebagai sarana untuk
menyampaikan pendidikan, informasi dan sebagai sarana untuk
menghibur orang lain komunikasi juga berfungsi untuk memberikn
pengaruh terhadap orang lain. Saling mempengaruhi segala bentuk
sikap dan perilaku orang lain agar mengikuti apa yang diharapkan.
2.7. Ayat-ayat Komunikasi Sebagai Pesan Verbal Dan Non Verbal Etika
Berkomunikasi
Menurut Deddy Mulyana, pesan adalah seperangkat simbol verbal atau
non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.
Berdasarkan definisi tersebut, simbol bahasa verbal adalah kata, baik yang terucap
maupun tertulis. Adapun komunikasi non verbal adalah pesan nonlinguistik yang
diisyaratkan oleh anggota tubuh untuk menunjukkan sikap dan penampilan
(Mulyana, 2005,h.63).
2.7.1 Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Komunikasi Umum)
1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sebagai sistem kode verbal
(Deddy Mulyana,2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol,
dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan
dan dipahami suatu komunitas.
27
2. Komunikasi Non Verbal
Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi
verbal dan non verbal dapat dipisahkan. Namun, dalam kenyataanya, kedua jenis
komunikasi ini saling berhubungan, saling melengkapi dalam komunikasi yang
kita lakukan sehari-hari (Ngalimun, 2017,h.49).
2.7.2 Pesan Verbal Dan Non Verbal Dalam Al-
1. Pesan Verbal Dalam Al-
a. Lafadz
Makna asal dari kata lafadz Menurut Ibnu Mandzur dalam kitab
Lisan al-Arab juz, 7, h.461 dalam bahasa Arab adalah melempar.
Disebut lafadz, karena bunyi yang kita keluarkan dari mulut ibarat
bunyi atau simbol yang kita lemparkan dari mulut kita. Ayat yang
menggunakan kata lafadz terdapat dalam surat Qaf ayat 18. Allah
berfirman :
elainkan ada
Berdasarkan ayat ini kita memahami bahwa lafadz berfungsi
memproduksi kata hingga melemparkannya keluar. Ketika lafadz
terlempar keluar maka keluarlah bunyi. Bunyi yang terlempar keluar
dan bisa dipahami melahirkan kata. Karena itu, ayat diatas
28
menyebutkan bahwa lafadz yang berbentuk qaul atau kata yang keluar
dari lisan manusia yang bisa dipahami oleh objek yang akan menjadi
catatan para malaikat. Adapun suara yang keluar tanpa diketahui
maknanya tidak disebut kata, dan tidak menjadi objek catatan
malaikat. Lafadz juga dipahami sebagai pesan paling sederhana yang
keluar dari lisan seseorang yng dapat dipahami maknanya (Hefni,
2005:79-80).
b. Qaul
Dalam bahasa Indonesia qaul diartikan kata. Kata qaul disebutkan
1.7222 kali dalam Al- qala, 92 kali
dalam bentuk yaqulun, 332 kali dalam bentuk qul, 13 kali dalam
bentuk qulu, 49 kali dalam bentuk qila, 52 kali dalam bentuk al-qaul,
12 kali dalam bentuk qauluhum dan bentuk-bentuk lainnya (Hefni,
2005:80).
Menurut Ibnu Mandzur kitab Lisan al-Arab juz 11, h.572 dalam
Hefni (2005:81), qaul adalah lafadz yang diucapkan oleh lisan baik
maknanya sempurna maupun tidak. Menurut definisi Ibnu Mandzur
ini, maka qaul bisa berarti kata atau bisa juga berarti kalimat, karena
kata yang maknanya sempurna dalam bahasa Indonesia disebut
dengan kalimat.Selain mengandung makna, qaul adalah ucapan yang
diucapkan oleh pembicara karena keinginan darinya. Dalil yang
t 93. Allah berfirman :
29
t kedustaan
padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang -
orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul mau, sedangkan para
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap Ayat-
Ayat ini menyebutkan bahwa orang yang dikatakan zalim dan mengada-
ada adalah karena kesengajaan mereka untuk mengatakan hal yang mengada-ada.
Qaul yang dimaksud disini adalah kata yang mengandung makna dan keluar dari
lisan atas dasar kesengajaan dan kesadaran penuh dari orang yang mengucapkan.
Qaul adalah jenis pesan verbal yang sama dengan lafadz atau lebih lengkap dan
luas penggunaannya dibanding lafadz. Dengan kata lain lafadz adalah bagian dari
qaul (Hefni, 2005,h.81-82).
30
2. Pesan Non Verbal Pada Al-
Hefni (2015), mengungkapkan komunikasi non verbal adalah makna isyarat
dari wajah,mata, bibir, tangan, kaki, kepala, gerakan tubuh dan seterusnya, bahkan
meliputi isyarat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dalam hal ini diistilahkan
bahwa keteladanan berupa perbuatan yang baik, akan cepat lebih mempersuasif
dalam hal kebaikan, dibandingkan dengan hanya berupa kalimat atau perkataan.
2.8. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun Judul
1. Muh Syawir Dahlan 2014 Etika Komunikasi Dalam Al-
2. Fachrul Zikri Nurhadi 2015 Komunikasi Dalam Pendekatan Islam
3. Ali Nurdin 2014 kar Komunikasi Dalam Al-
4. Limmatus Saada 2013 tika Jurnalistik Perspektif Al- an
Hasil penelitian yang ditemukan oleh Dahlan adalah menyatakan bahwa
Al-
31
karena di dalam Al- -orang yang menyampaikan
informasi tidak benar adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah.
Sejarah islam menjelaskan bahwa umat muslim sudah banyak dirugikan karena
berita yang tidak benar. Maka dari itu, informasi harus disampaikan benar adanya.
Hasil penelitian yang ditemukan oleh Nurhadi menyatakan bahwa pada
dasarnya sholat dan Al-
berkomunikasi, dengan membaca Al-
komunikasi, dimana baik Tuhan maupun manusia saling bertemu dengan
membaca Al- dasarnya manusia telah melibatkan Allah
dan berkomunikasi dengannya, apalagi jika sampai dengan mengamalkannya.
Hasil penelitian yang ditemukan oleh Nurdin, menjelaskan akar
komunikasi budaya dalam Al-
dunia untuk mengenal satu sama lain (berkomunikasi), dengan keragaman latar
belakang agama, etnis, bangsa, dan sebagainya. Akar dari komunikasi organisasi
di dalam Al-
organisasi lembaga untuk dapat mengopt
yaitu memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan.
Hasil penelitian ke empat yang ditemukan oleh Saada, menyatakan
jurnalistik bukan hanya mencatat, menyampaikan dan menyebarkan informasi,
tapi lebih kepada seni atau keterampilan menyampaikan berita. Al-
sekedar media pemberitaan biasa melainkan media pemberitaan Tuhan yang
agung. Etika jurnalistik yang disinggung dalam Al-
32
informasi yang harus valid, bukan dugaan atau fitnah dan tidak bertujuan untuk
menyebarkan keburukan serta sikap kritis terhadap suatu berita.
2.9. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Disfungsi Komunikasi
Ilmu Komunikasi Islam
Ayat-Ayat Komunikasi
Ayat-ayat Pesan Verbal
dan Nonverbal Dalam Al-
Ayat-ayat Metode
Menyampaikan Pesan dalam Al-
Ayat-ayat Kekuatan
Pesan Dalam Al-
Ayat-ayat fungsi
Komunikasi dalam
perspektif Islam dalam
Al-
33
Penelitian ini berangkat dari fenomena bentuk keprihatinan praktik
komunikasi yang buruk, seperti halnya berita pada media massa yang secara terus
menerus membicarakan tentang ahok kurang mempunyai etika dalam berbicara.
Berdasarkan perspektif tersebut peneliti berusaha meneliti sejauh mana Al-
dapat memperbaiki disfungsi komunikasi. Artinya disini adalah dengan
menerapkan etika komunikasi yang telah tercantum dalam ayat-ayat Al-
maka fungsi komunikasi dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Dalam Al- -ayat yang mengharuskan kita untuk
berbicara yang baik, benar, dan jujur dalam hal apapun demi mencapai
kepentingan bersama-sama. Anjuran-anjuran dalam firman Allah tersebut akan
dikaji oleh peneliti dalam bab selanjutnya. Hal tersebut mempunyai kesimpulan
bahwa peneliti berusaha meneliti Al-
memperbaiki praktik komunikasi yang buruk dalam ayat-ayat-Nya yang disebut
oleh peneliti disini adalah ayat-ayat komunikasi yang terdiri dari ayat-ayat pesan
verbal dan non verbal, ayat-ayat metode menyampaikan pesan dalam Al-
ayat-ayat kekuatan pesan dalam Al- -ayat fungsi komunikasi dalam
perspektif islam dalam Al-
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak
dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,
formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,
karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu
budaya,, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.
Selain itu, Sugiono (2012,h.9) juga mengemukakan penelitian kualitatif
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan tringaluasi, analisis
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011,h.73), penelitian deskriptif
kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain
itu penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi
yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu
sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
35
Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena
penelitian ini mengeksplor fenomena Etika Berkomunikasi dalam Al-
Selain itu penelitian ini juga bersifat induktif dan hasilnya lebih menekankan
makna. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan
metode penelitian deskripsi kualitatif karena penelitian ini mengeksplor sejauh
mana Al- -
ayatnya.
3.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam Suprayogo (2003), adalah pemusatan konsentrasi
pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus dalam penelitian ini adalah
untuk memperbaiki praktik komunikasi yang buruk. Dalam hal ini peneliti
menggunakan ayat-ayat Al-
baik dan benar demi memperbaiki disfungsi komunikasi.
3.3. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara di komplek Pondok
Pesantren An-Najiyah Surabaya yang merupakan tempat tinggal dari informan
kunci yakni KH. Mas Yusuf Muhajir.
3.4. Jenis Dan Sumber Data
Menurut Moleong (2005), data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif
dan naratif. Jenis data dalam penelitian kualitatif terdiri atas kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Jenis data yang berupa sumber
data tertulis terdiri atas dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen resmi itu
36
sendiri terdiri atas dokumen internal (memo, pengumuman, instruksi dalam
kalangan tertentu) dan dokumen eksternal (majalah, buletin, dan berita yang
disiarkan melalui media massa). Sumber data dalam penelitian ini terbagi atas :
3.4.1. Sumber Data Primer
Sumber data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan
pencatatan lapangan. Data primer diperoleh melalui interview (wawancara) dan
hasil wawancara yang dilakukan dengan informan atau nara sumber yang disini
adalah tokoh agama KH. Mas Yusuf Muhajir dengan tema yang berhubungan
dengan etika komunikasi dalam Al-
3.4.2. Sumber Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan kepustakaan
yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data ini digunakan untuk
melengkapai data primer yang telah ada. Data ini berupa gambaran umum tentang
objek penelitian, yakni latar belakang objek penelitian, tujuan, dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan kitab tafsir yang berisi pembahasan tentang
ayat-ayat komunikasi.
3.4.3. Teknik Pemilihan Informan
Untuk memilih informan, prosedurnya adalah dengan mempertimbangkan
siapa yang dipandang paling mengetahui terhadap masalah yang dikaji yang
biasanya disebut informan kunci (key informan), melalui pengawasan seorang
tokoh agama yaitu pihak yang memahami dan mengetahui kitab Al-
37
dengan baik dan benar,. terlebih berkaitan tentang etika berbicara yang baik dan
benar. Dalam hal ini adalah Kh.Mas Yusuf Muhajir. Beliau adalah pengasuh dan
pembimbing pondok pesantren An-Najiyah yang didirikan pada tahun 1613 oleh
Kh. Mas Ali Akbar putra KH. MAS Ali Akbar putra Sayyid Sulaiman ( Sunan
Mojoagung cucu dari Sunan Gunung Jati) bin Sayyid Abdurrahman bin Umar bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid Achmad bin Sayyid Abu Bakar Al-Basyaiban. Kh.
Mas Yusuf Muhajir selulus SMA nya, beliau menuntut ilmu di Damasykus Syiria.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan untuk
memperoleh data yang benar dan akurat. Data observasi ini berupa deskripsi
yang faktual, cermat dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan
manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi
(Sugiyono,2014). Dalam hal ini peneliti mengamati berita tentang gaya
bicara dan pernyataan-pernyataan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang dinilai
tidak mempunyai etika.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Sugiyono,2014,h.231). Dengan wawancara, maka peneliti
akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak
38
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan/ Verifikasi
bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2014,h.232), dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan KH. Mas Yusuf Muhajir.
3.6. Analisis Data
Menurut Patton dalam Moleong (2004,h.161), analisis data merupakan
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola atau
kategori dan satuan uraian dasar. Analisa data dilakukan setelah selesai
melakukan pengumpulan data. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus. sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2014:246). Suatu analisa data secara kualitatif ini
dapat memperoleh keteraturan dan sistematis, maka akan dilakukan tiga alur
kegiatan yang mengacu pada Miles dan Huberman yang ketiganya saling
berkaitan (Sugiyono, 2014:247) seperti pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014:247)
39
1. Reduksi Data
Merupakan suatu proses pemusatan perhatian, pemilihan,
pengabstrakan, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan, proses ini akan terus berlangsung selama
penelitian. Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian
laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian
direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok,
difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau
polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan).
Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang
tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan,
penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan data
menjadi informasi yang terpadu dan mudah dipahami yang memberi
kemungkinan dilakukannya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari data penelitian.
Hal ini merupakan pengorganisasian data ke dalam suatu bentuk
tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut
kemudian dipilah-pilah untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun
sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan
40
permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara
diperoleh pada waktu data direduksi. Menurut Miles dan Huberman untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif yang sering digunakan adalah
teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
penarikan temuan berdasarkan variabel penelitian dalam permasalahan
yang ditemukan peneliti pada saat penelitian berlangsung, baik pada saat
penggalian data maupun penyajian data. Selanjutnya peneliti akan
melakukan pengecekan pada hasil yang ditemukan dengan bukti-bukti
yang didapatkan baik dari data primer maupun sekunder. Sehingga
kesimpulan yang didapatkan benar-benar merupakan jawaban atas
permasalahan dalam penelitian ini.
Ketiga komponen berinteraksi sampai didapat suatu kesimpulan
yang benar. Dan ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu
diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di
lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih terarah.
Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara
ketiga komponan analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan suatu
proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.
41
3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu (Moleong,
2006,h.330). Tujuan dari teknik ini sendiri adalah untuk suatu pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data hasil penelitian. Triangulasi merupakan cara
terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada
dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian
dan hubungan dari berbagai pandangan (Moleong,2008). Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya selain melalui
wawancara dan observasi peneliti menggunakan observasi terlibat (participant
observation), dokumen tertulis, catatan, foto dan gambar (Moleong, 2008).
3.8. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin
kepada informan yang akan di wawancara. Penelitian ini dijalankan setelah
mendapatkan persetujuan secara suka rela dari informan dengan memberikan
keterangan mengenai tujuan penelitian.
42
BAB 1V
GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Turunnya Al-
Al- -persoalan akidah,
, dan akhlaq, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai
persoalan-persoalan tersebut, dan Allah Swt menugaskan Rasulullah Saw untuk
memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu : Kami telah
turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-
apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir (QS 16:44).
Mempelajari Al-
prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-
-
hubungannya dengan ilmu p
terutama pada masa-masa sekarang ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan
demikian pesat dan meliputi seluruh aspek kehidupan (Shihab,2003)..
Kekaburan mengenai hal ini dapat menimbulkan eksek-ekses yang
mempengaruhi perkembangan pemikiran kita dewasa ini dan generasi-generasi
yang akan datang. Dalam bukunya, Science and the Modern World, A.N.
dan betapa pentingnya ilmu pengetahuan, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa sejarah kita yang akan datang akan bergantung pada putusan generasi
43
islam, pengertian kita terhadap hubungan antara Al- n ilmu pengetahuan
akan memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan agama dan
perkembangan etika manusia pada generasi-generasi yang akan datang (Shihab,
2003,h.33).
4.1.1 Periode Turunnya Al-
Al- -Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya
ditentukan oleh Allah Swt, dengan cara tawqifi, tidak menggunakan metode
sebagaimana metode-metode penyusuna buku-buku ilmiah yang membahas satu
masalah, selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan
pasal-pasal. Metode ini tidak terdapat di dalam Al-
banyak persoalan induk silih-berganti diterangkan.
Persoalan akidah terkadang bergandengan dengan persoalan hukum dan
kritik, sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasehat, ultimatum,
dorongan, atau tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Para ulama
Ulum Al- -
Periode sebelum hijrah, dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada
periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang turun pada
periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi disini akan dibagi menjadi
tiga periode, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah.
Periode Pertama
Diketahui bahwa Muhammad Saw, pada awal turunnya wahyu pertama
( ), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru
44
merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang
diterima. baru setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk
menyampaikan wahyu-wahy
-2).
Kemudian, setelah itu kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal.
Pertama, pendidikan bagi Rasulullah Saw dalam membentuk kepribadiannya.
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan Allah. Ketiga,
keterangan mengenai dasar-dasar akhlaq islamiah, serta bantahan-bantahan secara
umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah pada saat itu. Periode ini
berlangsung sekitar 4-5 tahun dan dakwah Al-
perbatasan Mekkah menuju daerah-daerah sekitarnya.
Periode Kedua
Periode kedua ini dari sejarah turunnya Al- -9
tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah.
Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk
menghalangi kemajuan dakwah Islamiah, dimulai dari fitnah, intimidasi dan
penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-
terpaksa berhijrah ke Habsyah dan pada akhirnya mereka semua termasuk
Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah. Pada masa tesebut, ayat-ayat Al-
satu pihak silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsip
penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu.
45
Periode Ketiga
Selama masa periode ketiga ini, dakwah Al-
mewujudkan suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup
bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yastrib (yang kemudian diberi nama
Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun,
dimana timbul bermacam-macam peristiwa dan masalah, seperti prinsip apakah
yang diterapkan dalam masyarakat demi mencapai kebahagiaan? Atau tentang
bagaimana sikap terhadap orang-orang munafik, Ahl Al-Kitab, orang-orang kafir
,dan lain-lain, yang semua itu diterangkan Al- -
beda (Shihab, 2003,h.34-37).
4.2 Al-
Al-
Al- manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah
antara yang hak dan batil (QS 2:185). Jika demikian apakah hubungannya Al-
Jawahir Al- Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa
seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah
diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al- -Karim.
Membahas hubungan Al-
dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya,
bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahaan
hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian
46
dan kesucian Al- pengetahuan itu
sendiri.
Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj Al-Mustasyriqin wa At-Saruhu fi
Al-Fikriy Al-Hadist,
serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah
hanya terbatas dalam bidang-bidang tersebut, tetapi bergantung pula pada
sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang mempunyai pengaruh negatif
dan positif sehingga dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan atau
mendorongnya lebih jauh. Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat,
tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan
ilmu itu (Shihab, 2003,h.42).
4.3 Etika Global
Menurut Syamsudin (2002), pandangan Deklarasi Etika Global, tidak
mungkin ada suatu tatanan dunia baru tanpa suatu etika global baru. Etika global,
dalam hal ini, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu ideologi global atau suatu
agama tunggal, tapi etika global dimaksudkan sebagai suatu permufakatan
mendasar tentang nilai-nilai mengikat, ukuran-ukuran pasti, dan sikap-sikap
pribadi yang harus dimiliki setiap manusia. Tanpa pemufakatan mendasar akan
etika seperti itu, cepat atau lambat setiap komunitas manusia akan mengalami
kekacauan dan setiap diri kemudian akan menderita dan menyesal.
47
Agama memiliki kemungkinan peran dan peluang yang besar dalam
mewujudkan suatu tatanan dunia baru yang berwawasan etika. Semua agama,
sejatinya membawa paradigma etik, moral, dan spiritual. Kekuatan etika, moral,
dan spiritual agama dapat berfungsi baik sebagai penilaian atau penyaring
terhadap berbagai dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi, mauoun
sebagai pendorong kemajuan peradaban manusia (Syamsudin, 2002,h.209).
Berdasarkan pemikiran diatas, Deklarasi Etika Global menekankan perlu
dikembangkannya komitmen umat manusia kepada budaya baru yang berwajah
lebih manusiawi, yang salah satunya dan sederhananya tentu harus dapat
memahami dn menerapkan etika komunikasi dengan sebaik-baiknya yang dalam
hal ini dikaitkan dengan ayat-ayat suci Al-
4.3.1 Pemanfaatan Etika-Keagamaan
Agama dapat dijadikan sebagai faktor pendamping dan pendukung
(komplementer) terhadap proses pembangunan, jika politik pembangunan
dilangsungkan atas dasar Pancasila sebagai nilai-nilai dasar (fundamental values),
maka agama sebagai nilai-nilai yang hidup dan berkembang di kalangan
masyarakat, dapat difungsikan sebagai nilai-nilai instrumental (instrumental
values), yakni dengan mengembangkan etika komunikasi dan moralitas
keagamaan untuk dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang merupakan pelaku dan pelangsung pembangunan.
Perumusan konsep etika-keagamaan merupakan tantangan bagi para
pemikir dan cendekiawan di kalangan umat beragama. Dalam hal ini komitmen
48
keagamaan dan komitmen keilmuan umat beragama ditantang untuk mampu
menghadirkan konsep etika-keagamaan yang dapat memperkuat perwujudan cita
dan citra kemoderenan serta terwujudnya akhlakul karimah.
Agama-agama sangat kaya dengan nilai etika dan moral. Secara
konseptual agama membawa paradigma etika dan moral untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat. Diantara etika keagamaan yang perlu disumbangkan
bagi perwujudan masyarakat Indonesia modern, adalah nilai-nilai yang
mendorong terwujudnya tridimensi kemodernan, yaitu kemajuan, kemandirian
dan keunggulan.
Seperti diajarkan agama, pencapaian tridimensi kemodernan diatas
meniscayakan adanya beberapa orientasi hidup yang positif, dinamis, dan
progresif, yaitu : (a) orientasi kepada perbuatan (b) orientasi kepada kualitas (c)
orientasi kepada tujuan, (d) dan orientasi kepada masa depan (Syamsudin,
2002,h.224-225).
49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Ayat-Ayat Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal dalam kajian ilmu komunikasi umum adalah
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat
juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana dalam Ngalimun
2017,h.45). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untuk mengkombinasi simbol-simbol terebut (Ngalimun, 2017).
Sedangkan pesan verbal dalam ilmu komunikasi Islam terbagi menjadi dua
bagian yaitu lafdz dan Qoul. Lafadz diartikan oleh Ibnu Mandzur dalam Hefni
(2015:80), merupakan suara yang keluar dari mulut, ibarat suara atau simbol-
simbol yang kita tunjukkan dari mulut kita. Sedangkan suatu lafdz yang
diucapkan oleh lisan dengan makna yang sempurna atau tidak, bisa berarti kalimat
ataupun kata, karena dalam Bahasa Indonesia telan menjelaskan bahwa kata yang
memiliki makna sempurna dapat dikatakan juga sebagai kalimat.
5.1.1 Qoulan Sadidan (Perkataan Yang Benar dan Tepat)
50
Artinya :
-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka, anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, maka hendaklah mereka merasa takut.Oleh karena itu hendaklah bertaqwa kepada Allah dan hendaknya mengucapkan
-Nisa (4):9). Setelah diamati ayat Al-
Menurut Shihab (2000,h.38), Qoulan Sadidan yang mempunyai arti perkataan
yang benar atau tepat. Ibn Faris memaknai juga sebagai konsistensi atau
istiqomah. Kata ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan kepada sasaran.
Seseorang yang menyampaikan ucapan ataupun sesuatu yang benar serta tepat
pada sasarannya, digambarkan dengan kata ini. Dapat disimpulkan kata sadid
dalam ayat tersebut diatas tidak hanya berarti benar, akan tetapi juga harus tepat
sasaran.
Ayat tersebut diatas, menjelaskan tentang keadaan sebagai anak-anak yatim
yang tentunya pada hakikatnya berbeda dengan anak-anak kandung, hal tersebut
menjadikan mereka lebih peka sehingga akan sangat membutuhkan perlakuan
yang lebih hati-hati serta kalimat-kalimat yang lebih terpilih, bukan saja yang
memiliki kandungan benar, tetapi juga harus tepat. Sehingga saat memberikan
informasi atau menegur, jangan sampai yang menyebabkan sakit hati mereka,
tetapi teguran yang disampaikan hendaknya yang dapat membuat mereka sadar
atas kesalahannya dengan bimbingan dan binaan yang baik.
Kata sadidan juga telah memberikan petunjuk bahwa jika menyampaikan
sebuah pesan berupa saran maupun kritik hendaknya disampaikan dengan
kalimat-kalimat yang membangun. Informasi yang disampaikan juga harus
51
mendidik. Sehingga akan dapat tersampaikan dengan baik (Shihab, 2000,h.338-
339).
5.1.2 (Perkataan Yang Baik)
Artinya :
miskin, Maka berilah mereka sebagian dari harta itu serta ucapkanlah -Nisa (4):8).
Ayat diatas menunjukkan kata yang berbunyi yaitu
perkataan yang baik. Makna dari perkataan yang baik disini adalah perlunya
memilih kalimat-kalimat yang baik sesuai dengan kebiasaan pada masing-masing
lingkungan masyarakat, selama kalimat-kalimat tersebut dinyatakan bahwa tidak
bertentangan dengan nilai-nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Ayat ini
menganjurkan agar pesan sebaiknya disampaikan dalam bahasa yang sesuai
dengan adat kebiasaan yang baik menurut ukuran setiap masyarakat (Shihab,
2000,h.339).
Ayat ini menjelaskan bahwa bukanlah yang termasuk dalam kategori sifat
yang terpuji, apabila ada yang hadir serta mengetahui adanya pembagian rizqi,
lalu yang hadir dan mengetahui itu tidak diberi, apalagi jika diketahui oleh yang
mendapat bagian itu bahwa mereka adalah kerabat dan kaum lemah yang tentunya
sangat membutuhkan uluran tangan, dan tergolong orang yang berhak untuk
52
menerimanya, oleh sebab itu sebelum mengulurkan bagian masing-masing, kedua
ayat tersebut diatas mengingatkan akan dua hal pokok, yaitu yang pertama adalah
apabila sewaktu pembagian itu hadir, yakni diketahui oleh kerabat yang tidak
berhak mendapat warisan, baik mereka adalah anak-anak ataupun dewasa, atau
hadir orang miskin dan anak yatim, baik mereka kerabat atau bukan kerabat,
bahkan ketika mereka menghadari ataupun tidak, selama diketahui oleh orang-
orang yang menerima adalah dikategorikan orang-orang yang butuh, maka
hendaknya berilah mereka sebagian atau sekedarnya dari harta tersebut, dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik, yang sekiranya dapat menghibur
hati mereka, karena keterbatasan atau sedikitnya sesuatu yang diberikan kepada
mereka atau bahkan karena tidak ada sesuatu yang bisa diberikan kepada mereka
(Shihab, 2000,h.337).
5.1.3 Qoulan Baligha (Perkataan Yang Cukup)
Artinya :
-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas
S An-Nisa (4):63). Ayat diatas menunjukkan kata yang berbunyi Qoulan Baligha, yang artinya
adalah perkataan yang cukup. Balighan terdiri dari huruf Lam dan Gain. Para
pakar bahasa mengungkapkan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf-huruf
tersebut diatas mengandung arti yaitu sampainya sesuatu kepada sesuatu yang
53
mengandung arti yaitu sampainya sesuatu kepada batas yang dibutuhkan. Perlu
diketahui bahwa seseorang yang pandai menyusun kata sehingga mampu
menyampaikan pesannya dengan baik lagi cukup disebut dengan balig. Muballigh
yaitu seorang yang menyampaikan suatu pesan atau berita yang cukup kepada
orang lain. Para pakar sastra menekankan perlunya dipenuhi beberapa kriteria
sehingga pesan yang disampaikan dapat disebut balighan, yaitu :
1. Tersampainya isi dari seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan.
2. Kalimatnya tidak terlalu singkat, namun juga tidak bertele-tele sehingga dapat
mengaburkan pesan. Artinya kalimat tersebut sebaiknya secukupnya saja, tidak
berlebihan maupun kurang.
3. Kalimat yang sesuai dengan kebutuhan, artinya kosa kata yang merangkai kalimat
tersebut tidak asing bagi pendengar dan pengetahuan lawan bicara, mudah
4. Kesesuaian dengan tata bahasa.
Ayat diatas mengibaratkan hati mereka sebagai wadah ucapan, sebagaimana
fianfusihim
apa yang dimasukkan kedalamnya sesuai, bukan saja dalam kuantitasnya, tetapi
juga dengan sifat wadah itu. Ada jiwa yang harus diasah dengan ucapan-ucapan
yang halus, dan ada juga yang harus dihentakkan dalam kalimat-kalimat keras
atau ancaman yang menakutkan. Walhasil, disamping ucapan yang disampaikan
cara penyampaian dan waktunya pun harus diperhatikan.
54
anfusihim
menyangkut diri mereka, yakni sampaikan kepada mereka menyangkut apa yang
mereka rahasiakan, sehingga mereka mengetahui bahwa hakikat keadaan mereka
telah disampaikan Allah kepadamu, wahai Muhammad. Dengan demikian
diharapkan mereka malu dan takut sehingga menginsafi kesalahannya. Bisa juga
kata itu dipahami dalam arti, sampaikan nasehat kepada mereka secara rahasia,
jangan permalukan mereka di hadapan umum, karena nasehat atau kritik secara
terang-terangan dapat melahirkan antipati (Shihab, 2002).
5.1.4 Qoulan Maysuron (Perkataaan Yang Mudah)
Artinya :
rpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari -
Isra (17):28).
Tafsir dari ayat diatas adalah menjelaskan bahwa memang seseorang tidak
selalu memiliki harta atau sesuatu untuk dipersembahkan kepada keluarga mereka
yang butuh. Namun paling tidak rasa kekerabatan dan persaudaraan serta
keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa manusia, karena itu ayat diatas
menuntun dan jika kondisi keuangan atau kemampuanmu tidak memungkinkanmu
membantu mereka sehingga memaksa engkau berpaling dari mereka bukan karena
enggan membantu, tetapi berpaling dengan harapan suatu ketika engkau akan
55
membantu setelah berusaha dan mencapai keberhasilan untuk dapat memperoleh
kasih sayang dari Allah, yang selama ini selalu berbuat baik kepadamu, maka dari
hal tersebut hendaknya katakanlah kepada mereka dengan ucapan yang mudah
atau pantas dan tidak menyinggung perasaannya dan yang melahirkan harapan
dan optimisme.
al-urdh ni samping. Dengan
demikian kata tersebut berarti memberi sisi samping bukan menghadapnya. Untuk
memberi sesuatu kepada orang lain, maka anda harus menghadapinya, sedang bila
tidak memberinya dengan alasan apapun, maka anda tidak mengarahkan wajah
kepadanya, tetapi anda menyampingkannya, yakni memberi sisi samping anda.
Sementara ulama berpendapat bahwa ayat ini turun ketika Nabi Saw atau
kaum muslimim menghindar dari orang yang meminta bantuan karena merasa
malu tidak dapat memberinya. Allah Swt memberi tuntunan yang lebih baik
melalui ayat ini, yakni menghadapinya dengan cara penyampaian kata-kata yang
baik dengan harapan dapat memenuhi keinginannya di lain waktu. Selanjutnya
yaitu untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu, dapat dipahami sebagai sebuah perintah untuk mengucapkan kata-kata
yang mudah, sehingga ayat ini menyatakan bahwasannya katakanlah kepada
mereka yaitu ucapan yang mudah demi memperoleh rahmat dari Tuhanmu
(Shihab, 2004,h.453).
56
5.1.5 Qoulan Karima (Perkataan Yang Mulia)
Artinya :
nmu telah menetapkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya (sempurna). jika salah seorang di antara keduanya ataupun kedua-duanya mencapai ketuaan disisimu dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya
-
Sihab (2004,h.445), mengungkapkan bahwa ayat tersebut diatas
menunjukkan kata yang berbunyi Qoulan Karima yang artinya adalah perkataan
-huruf , dan mim. Menurut para
pakar bahasa mengandung makna yang mulia atau yang terbaik sesuai dengan
objeknya. Dicontohkan pada kata rizqun karim
rizqi yang halal dalam segi memperolehkannya dan memanfaatkannya, selain itu
kualitas dan kuantitasnya juga tergolong baik. Apabila kata karim dikaitkan
dengan akhlaq atau sikap dalam menghadapi orang lain, maka karim bermakna
pemaafan.
Ayat tersebut memberi tuntunan agar apa yang disampaikan kepada kedua
orang tua bukan sebatas yang benar dan tepat, bukan pula sekedar penyesuaian
57
dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi ia juga harus yang termulia dan
terbaik, seandainya orang tua dengan tidak sengaja melakukan kesalahan terhadap
anak, maka kesalahan tersebut harus dimaafkan dan dianggap tidak ada atau
dalam arti terhapus dengan sendirinya. karena tidak ada orang tua yang
bermaksud mempunyai niat buruk terhadap an kariman
yang dipesankan kepada anak dalam menghadapi orang tuanya.
Salah satu perintah agama adalah harus berbakti kepada orang tua, hal
tersebut sangat penting untuk dipahami. Islam mengajarkan akhlakul karimah
yaitu sikap yang mulia, dengan menunjukkan sikap sopan dengan keduanya
dalam hal ucapan dan perbuatan yang baik, sehingga dapat terciptanya
kebahagiaan terhadap hati mereka, dan penuhilah segala kebutuhannya sesuai
dengan tingkat kemampuan kita. Maka diperintahkan sekalipun janganlah engkau
mengandung makna kemarahan, pelecehan ataupun kejemuan, karena walau
sebanyak dan sebesar apapun pemeliharaan dan pengabdianmu kepadanya, akan
tetap tidak bisa menggantikan kasih sayang orang tua kepada engkau, dan
janganlah engkau sekalipun membentak keduanya mengenai segala hal yang
mereka lakukan. Apalagi melakukan yang lebih buruk dari membentak. Maka
ucapkanlah perkataan yang mulia, lembut, yang tentunya penuh dengan
kehormatan (Shihab, 2004, h.445-446).
5.1.6 Qoulan Layyinan (Perkataan Yang Lemah Lembut)
58
Artinya :
-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS Thaha (20):44).
Menurut Shihab, (2004,h.306), ayat diatas menunjukkan kata yang berbunyi
faqulalahu qaulan layyinan
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, menjadi dasar tentang
dalam berdakwah perlunya sikap bijaksana yang tidak menyakitkan hati sasaran
dakwah yaitu dengan ucapan-ucapan yang sopan. Karena dicontohkan seseorang
dasarnya adalah ajakan secara lemah lembut. Dakwah merupakan upaya dalam
menyampaikan hidayah. Hidayah maknanya adalah menyampaikan dengan lemah
lembut untuk menunjukkan simpati. Bukan berarti bahwa juru dakwah tidak
melakukan kritik, hanya saja seandainya melakukan kritik, tetap harus
disampaikan dengan tepat pada kandungannya, waktu, tempat dan susunan kata-
katanya, yaitu tidak berkesan memojokkan atau memaki. Dalam hal ini
memberikan penekanan lagi bahwa berucaplah dengan lemah lembut.
Ayat ini mengisahkan tentang Allah yang memerintahkan Nabi Musa
pergilah engkau beserta saudaramu Harun yang engkau memohonkan untuk
menjadi pembantumu dengan membawa serta ayat- -
mukjizat yang telah engkau saksikan sendiri baik tongkat yang dapat beralih
menjadi ular dan tanganmu yang bercahaya serta bukti-bukti lainnya, juga
membawa serta ayat-ayatKu dan berpegang teguhlah dengannya dan janganlah
kamu berdua lalai, jemu, melemah, dan terlena dalam mengingatKu, pergilah
59
-
mukjizat yang telah Ku-anugerahkan kepadamu, karena sesungguhnya ia telah
melampaui batas dalam kedurhakaan. Maka tetap engkau berdua berbicaralah
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut yaitu ajaklah ia beriman kepada
Allah dan serulah ia kepada kebenaran dengan cara yang tidak mengundang
antipati atau amarahnya, mudah-mudahan yakni agar ia ingat akan kebesaran
Allah dan kelemahan makhluk, sehingga ia terus menerus kagum kepada Allah
dan taat secara penuh kepada-Nya atau paling tidak ia terus menerus takut kepada-
Nya akibat kedurhakaanya kepada Allah (Shihab, 2004,h.306-307).
5.1.7 Qoulan Tsaqilan (Perkataan Yang Berat)
Artinya :
Al-Muzammil (73):5).
qoulan
adalah lafal-lafal yang bersumber langsung dari Allah Swt, itu beliau terima
bukan berupa inspirasi karena inspirasi atau ilham adalah pengetahuan yang
diperoleh secara langsung menyangkut persoalan-persoalan yang dapat dipikirkan
atau telah dipikirkan. Sedang wahyu yang diterima oleh nabi adalah pengetahuan
secara langsung menyangkut masalah-masalah yang tidak terpikirkan. Disamping
itu inspirasi tidak menimbulkan keyakinan yang bulat dari penerimanya, berbeda
halnya dengan wahyu. Di sisi lain inspirasi tidak mengakibatkan atau tidak
60
disertai gejala-gejala yang nampak pada fisik penerimanya, berbeda halnya
dengan wahyu Al-
bangkit sholat dan bermunajat mendekatkan diri kepada Allah, itu disebabkan
karena sesungguhnya Kami melalui Malaikat Jibril As dalam waktu singkat ini
akan menurunkan atasmu wahai Nabi Muhammad perkataan yang berat yakni
firman-firman Allah berupa Al-
Aisyah r.a istri Nabi Muhammad Saw, menceritakan sebagaimana dinukil
oleh Bukhari, bahwa di kala Rasulullah menerima wahyu, keringat beliau sungguh
bercucuran walaupun di musim dingin yang sangat menyekat. Rasulullah dalam
sekian riwayat menyampaikan bahwa pada saat menerima wahyu terkadang
penerimaannya disertai dengan bunyi yang demikian keras bagaikan
gemerincingan lonceng di telinga, atau seperti suara lebah yang menderu,
memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk menutup wajah beliau. Demikian
gambaran tentang cara penerimaan wahyu serta salah salah satu arti kata
tsaqilan dilukiskan oleh ayat ini.
tsaqilan
diterima, dan bukan keadaan yang beliau alami ketika menerimanya. Menurut
mereka beratnya kandungan Al-
Maha Agung dan karena ia mengandung petunjuk-petunjuk yang menuntut
kesungguhan , ketabahan, dan kesabaran dalam melaksanakannya. Sejarah
membuktikan betapa berat perjuangan Nabi dan para sahabatnya dalam
menegakkan ajaran-ajaran tersebut dan betapa berat pula tantangan yang dihadapi
61
umat untuk mempertahankannya. Sebenarnya kedua makna tersebut dapat
dicakup bahkan ditegaskan oleh QS.Al-
sekiranya Kami menurunkan Al-
akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada
-518).
5.1.8 Qoulan Adziman (Perkataan Yang Besar)
Artinya :
Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara Para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-(QS Al- Tafsir pada ayat ini berbicara tentang keesaan Allah dan konsekuensi
tuntunan-tuntunan yang dikaitkan dengan keesaan itu. Dalam kelompok ayat ini
dibuktikan kesucian Allah dari kepercayaan Dia memiliki anak atau sekutu sambil
membuktikan bahwa seluruh wujud hanya mengarah kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sementara kaum musyrikin percaya bahwa malaikat adalah anak-anak Allah
dan bahwa mereka berjenis kelamin betina. Kecaman datang, pertama dari sisi
bahwa mereka memberi kepada Allah jenis yang mereka tidak sukai yakni
perempuan, padahal mereka selalu mengharapkan anak laki-laki, dan sisi lain
adalah mereka dikecam karena menyatakan bahwa Allah memiliki dan
membutuhkan anak, padahal Dia yang tidak serupa dengan sesuatu dan tidak pula
membutuhkan sesuatu.
62
Ayat ini menyatakan bahwa apakah mereka yang menyatakan seperti itu
yakni memiliki anak juga menyatakan bahwa Tuhan lebih mengutamakan mereka
dari diri-Nya sendiri? Karena pernyataan ini adalah satu hal yang sangat aneh lagi
menimbulkan tanda tanya, maka secara langsung Allah menghadapkan firman-
Nya yang berupa kecaman ini kepada mereka dengan menyatakan bahwa jika
demikian itu kepercayaan kalian, maka apakah patut Tuhan yang selalu
melimpahkan kebajikan-Nya kepada makhluk, memilihkan bagi kamu anak-anak
laki-laki dan juga menganugerahkan anak-anak perempuan sedang Dia sendiri
mengambil dengan terpaksa diantara para Malaikat, anak-anak perempuan yang
menurut pandanganmu lebih rendah derajatnya dari laki-laki. Sesungguhnya kamu
benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar kesalahannya, kebohongannya,
dan dosanya. Betapa tidak demikian, padahal Allah Swt tidak memiliki anak
bahkan tidak membutuhkannya, malaikatpun tidak dapat dianggap berjenis
kelamin, dan apa yang mereka ucapkan itu tidak memiliki dasar sama sekali,
lebih-lebih karena mereka mengkhususkan Tuhan dengan sesuatu yang mereka
sendiri tidak sukai. Hal ini mengisyaratkan kekacauan cara berpikir kaum
musyrikin itu (Shihab, 2004,h.469-470).
5.1.9 Ahsanu Qoulan (Baik Perkataannya)
63
Artinya :
menyeru kepada Allah dan telah mengerjakan amal saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berseerah diri" (QS Fushilat (41):33).
ahsan
tetapi yang baikpun dicakup olehnya. Memang kata tersebut berbentuk superlatif,
tetapi bentuk tersebut dipilih untuk lebih mendorong menghadapi keburukan
dengan kebaikan. Ayat diatas menjelaskan betapa besar pengaruh perbuatan baik
terhadap manusia walaupun terhadap lawan. Sementara cendekiawan
faidza -
tadinya merupakan musuh tiba-tiba dapat menjadi teman yang sangat akrab?
orang-
orang ini. Dialah yang terbaik, dan dengan demikian dia tidak sama dengan para
pendurhaka dan memang tidaklah sama kebaikan dan pelakunya, dengan
kejahatan dan pelakunya, dan tidak sama juga kejahatan dan pelakunya dengan
kebaikan dan pelakunya. Tolaklah sedapat mungkin kejahatan dan keburukan
pihak lain dengan memperlakukannya dengan cara yang lebih baik dan sebaik-
baiknya, kalau tidak dapat maka yang baik sajapun jadilah. Jika itu yang engkau
lakukan, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan,
akan berubah sikapnya kepadamu, sehingga seolah-olah dia telah menjadi teman
yang setia.
Sifat-sifat yang baik yakni menghadapi keburukan dengan kebaikan,
tidaklah dipertemukan yakni dianugerahkan hal itu yakni melainkan kepada
64
orang-orang yang telah terbiasa sabar yakni yang telah mantap kesabaran serta
ketabahannya, dan tidaklah ia dianugerahkan melainkan kepada pemilik
keberuntungan yang besar dan kesucian jiwa yang luhur (Shihab, 2003,h.413-
414).
5.2 Ayat Pesan Non Verbal
Menurut Zuhri (2010,h.27), komunikasi non-verbal yaitu ekspresi wajah,
penampilan fisik, kontak mata, gerakan tubuh, nada suara, atau pakaian dan
aksesoris yang kita gunakan semuanya dapat memberikan efek ataupun pengaruh
yang cukup besar terhadap penyampaian pesan kita.ketika bahasa verbal yang kita
ucapkan, berbeda dengan bahasa tubuh kita, maka para hadirin akan bingung.
Maka dari itu biarkan tubuh kita berkomunikasi juga dengan audiens kita. Bahasa
tubuh kita sebagai pengirim pesan atau pembicara dan bahasa tubuh audiens atau
pendengar kita tersebut akan dapat membantu atau menghalangi proses
komunikasi. Jika hadirin menunjukkan sikap duduk seperti mau tidur atau
menunjukkan wajah bosan, maka kita harus mengubah cara kita menyampaikan
pesan, sehingga mendapatkan suasana yang yaitu berbeda yaitu lebih menarik dan
tidak membuat mengantuk.
Penulis menemukan keterangan syair dari pesan non verbal melalui hasil
di Damaskus Syria yang juga merupakan pembimbing dan pengasuh Pondok
Pesantren Salaf An-Najiyah menerangkan :
ucapan (kata-santrinya melalui keteladanan dari pada melalui ceramah. Hal tersebut akan
65
memberikan pengaruh yang lebih besar dan akan lebih mudah untuk mempersuasif para santri untuk taqwa kepada Allah dan menjauhi segala larangan- (Hasil wawancara bersama Pengasuh Pondok Pesantren an-Najiyah, Kh.Mas Yusuf, pada tanggal 9 Juli 2017). 5.3 Ayat-Ayat Metode Menyampaikan Pesan
Berikut ini beberapa ayat-ayat yang terpenting yang terkait dengan
komunikasi yang perlu dirujuk maknanya secara mendalam dalam kitab Tafsir Al-
Misbah, Tafsir Al-Maraghy, serta kitab Al- Terjemahannya milik
Departemen Agama Republik Indonesia. Hal tersebut yaitu meliputi :
5.3.1 Hiwar
Artinya :
aka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat" (QS Al-Kahfi (18):34).
yuhawiruhu
ucapannya dikembalikan yakni ditanggapi oleh si B, sehingga terjadi
perbincangan antara dua pihak atau lebih, yang dimaksud disini adalah si kafir
mengemukakan pandangannya dengan angkuh dan sombong, sedang yang
menemaninya menjawabnya dengan peringatan dan nasihat(Shihab, 2002,h.60).
Ayat ini menceritakan bahwa salah satu dari kedua orang yang dijadikan
tamsil adalah kafir dan dan memiliki kebun-kebun sebagaimana dilukiskan diatas,
66
dan sebenarnya bukan hanya kebun-kebun ia juga memiliki kekayaan yang lain
yang besar dan melimpah sehingga membuat dirinya angkuh, maka
keangkuhannya itu mengantarkan ia berkata kepada teman yang menemaninya
yaitu sang mukmin (Shihab, 2002,h.57).
5.3.2 Jidal
Artinya :
idak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (Rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap Rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku? (QS Al-
Tafsir dari ayat tersebut diatas adalah menerangkan bahwa hanyalah orang-
orang kafir yang tidak senang kepada kebenaran, yaitu suka menentang, mendebat
serta mendustakan isi Al- yang bukan-bukan, mereka
67
mengatakan bahwasannya Al-
sebuah dongeng orang-orang purbakala dan lain-lain. Sungguh tuduhan tersebut
sangat meremehkannya, meskipun Al-
yang jelas dan benar, serta sudah diketahui oleh umum atas kebenarannya.
Perdebatan yang telah dijelaskan seperti sifat diatas, yaitu mendebat isi Al-
merupakan perbuatan yang sangat tercela dan ia adalah suatu kekafiran.
Adapun perdebatan yang mempersoalkan sesuatu dengan maksud untuk
mencari dan menguatkan sesuatu yang hak, menjelaskan yang masih samar-
samar, mengambil suatu pengertian hukum, menolak paham-paham dan
kepercayaan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, menentang
pengertian yang meremehkan isi Al-
terpuji, bahkan yang demikian itu adalah perbuatan yang menjadi tugas para nabi
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1993,h.548-549).
5.3.3 Hiwar dan Jidal
Artinya :
gugatan kepada engkau tentang suaminya, dan mengadukan kepada Allah. padahal Allah mendengar soal jawab atau diskusi antara kamu berdua.
-Mujadilah (58):1).
68
Menurut Shihab (2003,h.60), ayat ini turun berkenaan dengan persoalan
seorang wanita yang menurut beberapa riwayat bernama Khaulah binti Tsa´labah
yang di zhihar oleh suaminya bernama Aus ibn Shamit, ia mencertitakan ketika ia
selesai sholat suaminya meminta agar melayaninya sebagai seorang istri, tetapi
Khaulah enggan, maka sang suami marah dan menziharnya, dengan mengatakan
boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya.
Menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu sudah sama halnya dengan
menthalak isteri. Khaulah kemudian mengadukan hal itu kepada Rasul s.a.w,
Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah,
-apa mengenai persoalanmu
menyebutkan kata-
Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian
turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya. Adat yang berlaku waktu itu adalah
menyamakan zihar dengan perceraian untuk selama-lamanya.
tujadiluka
padahal peristiwa itu berlalu ketika turunnya ayat ini, agaknya hal tersebut untuk
menghadirkan dalam benak mitra bicara peristiwa yang sungguh menakjubkan itu,
yakni diskusi atau debat seorang wanita tua dengan itusan Allah Swt, yang
69
menakjubkan bukan saja debatnya akan tetapi juga upayanya meyakinkan Rasul
zihar
Rasul yang tidak menetapkan hukum sebelum mendapat wahyu atau izin Allah,
kemudian yang lebih mengagumkan lagi adalah perkenan Allah mendengarkan
dan menerima pengaduan tersebut. Dari kasus diatas dapat terlihat betapa tinggi
kedudukan wanita, Allah mendengarkannya dan memperkenankannya. Terlihat
pula betapa demikian bebas ia menyampaikan pendapatnya yang ternyata direstui
Allah (Shihab, 2003,h.61).
5.3.4 Bayan
Artinya :
h yang mengajarkan Al Quran, Dialah -
Rahman (55):1-4).
al-bayan
yakni kalam atau ucapan, yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat
dalam benak. Lebih lanjut ulama ini menyatakan bahwa kalam bukan sekedar
mewujudkan suara dengan menggunakan rongga dada, tali suara dan
kerongkongan. Bahkan juga hanya dalam keanekaragaman suara yang keluar dari
kerongkongan akibat perbedaan tempat-tempat keluarnya huruf dari mulut yakni
makharijul huruf
dengan mengilhaminya mampu memahami makna dari suara yang keluar itu,
70
yang dengannya dia dapat menghadirkan sesuatu dari alam nyata ini, betapapun
besar atau kecilnya, yang wujud atau tidak wujud, yang berkaitan dengan masa
lampau atau masa datang, juga menghadirkan dalam benaknya hal-hal yang
bersifat abstrak yang dapat dijangkau oleh manusia dengan akal pikirannya walau
tidak dapat dijangkau oleh inderanya. Hal tersebut dihadirkan oleh manusia
kepada pendengar dan ditampilkan ke indranya seakan-akan pendengar itu
melihatnya dengan mata kepala.
Tidaklah dapat wujud kehidupan bermasyarakat manusia, tidak juga
makhluk ini dapat mencapai kemajuan yang mengagumkan dalam kehidupannya,
al-
kalam gan demikian dia telah
membuka pintu untuk memperoleh dan memberi pemahaman, tanpa itu manusia
akan sama saja dengan binatang dalam hal ketidakmampuannya mengubah wajah
kehidupan ini.
al-bayan
segala bentuk ekspresi, termasuk raut muka dan seni. Bahkan menurut Al-
al-bayan
mengetahui persoalan kulli dan menilai yang tampak dan juga yang ghaib
dan menganologikannya dengan yang tampak. Sekali dengan tanda-tanda , di kali
lain dengan perhitungan, kali ketiga dengan ramalan dan dikali selanjutnya
dengan memandang ke alam raya serta cara-cara yang lain, sambil membedakan
antara mana yang termasuk baik dan mana yang masuk dalam kategori buruk atau
semacamnya, hal tersebut semua disertai dengan potensi untuk menguraikan
71
sesuatu yang tersembunyi dalam benak atau menjelaskan dan mengajarkannya
kepada pihak lain. Sekali dengan kata-kata, di kali lain dengan perbuatan, dengan
ucapan, tulisan, isyarat, dan lain-lain, dengan demikian manusia tadi mampu
untuk menyempurnakan dirinya sekaligus menyempurnakan selainnya.
Tafsiru Al-Mufrodat dari kata Al-bayan adalah kemampuan manusia untuk
mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain. Sedangkan
pengertian secara ijmal dalam Tafsir Al-Maraghy (Al-Maraghy,1989,h.195),
menafsirkan bahwa Allah Swt menerangkan nikmat-nikmat yang telah dibuat oleh
Yang Maha Kuasa itu untuk hamba-hambanya, sebagai rahmat bagi mereka, yaitu
:
1. Allah telah mengajarkan kitab Al- -
guna memberi petunjuk pada makhluknya dan menyempurnakan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.
2. Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan terbaik
serta diberikan akal dan pengetahuan.
3. Allah telah membimbing serta mengajari manusia dalam kemampuan
berbicara serta memahamkannya kepada orang lain, hal mana tidak bisa terlaksana
kecuali adanya jiwa dan akal.
5.3.5 Tadzkir
Artinya :
-(87):9).
72
in
syarat. Maka, jika peringatan yang dimaksud tidak akan bermanfaat, maka
in
dalam arti jika menegaskan bahwa tidak perlu menyia-nyiakan waktu. Sekali atau
tidak ada
menyampaikan dakwahnya. Dakwah adalah ajakan dalam hal kebaikan dan
tentunya akan memberi banyak manfaat serta keuntungan. Jika tidak terhadap
Apabila hati seorang pendengar sedang terbuka, maka sedikit pesan yang
m mengajak
kepada hal kebaikan dan akan dapat memberi pengaruh yang begitu besar
keberhasilan dakwahnya (Shihab, 2007,h.213).
73
5.3.6 Tabligh
Artinya :
dan jika tidak engkau kerjakan berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- -Maidah (5):67).
Menurut Thahir Ibn Asyur dalam Shihab (2004,h.152), ayattersebut diatas
merupakan bentuk mengingatkan Rasul untuk dapat menyampaikan ajaran agama
kepada Ahl-Kitab tanpa menghiraukan ancaman dan kritik mereka. Berbagai
teguran keras yang disampaikan kepada Ahl-Kitab itulah dihadapkan pada
kecenderungan sikap lemah lembut Nabi Saw, yang merupakan hal khusus dan
mengantar kepada turunnya peringatan tentang kewajiban menyampaikan risalah
dengan disertai jaminan keamanan beliau. Allah memelihara dari gangguan yang
berarti manusia, khususnya dari Ahl Kitab yang bermaksud buruk terhadapmu,
akibat teguran-teguranmu.
74
5.3.7 Tabsyir atau Busyra
r
Artinya :
-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, yakni orang-orang yang telah beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat atau janji-janji Allah. yang demikian itu adalah
-64). Ulama memaha al-busyra fi al-hayati ad-dunnya
mimpi-mimpi yang benar. Ini berdasar pada hadist yang diriwayatkan oleh At-
tirmidzi, Ad-Darami, dan lain-lain melalui Ubadah ibn Ash-Shamit dalam Shihab
(2004,h.115), bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Saw tentang makna kata itu,
maka Nabi Saw menjawab bahwa itu adalah mimpi yang benar yang dilihat oleh
seorang mukmin atau diperlihatkan kepadanya. Ada juga yang memahaminya
yang disegerakan bagi orang-
Saw, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abu Dzar. Memang apabila
seseorang mengikuti tuntunan Ilahi, maka hatinya akan tenang, jiwanya tentram
dan dari wajahnya akan nampak cahaya kecerahan yang melahirkan simpati siapa
75
yang melihatnya, bahkan sebelum melihat tingkah laku dan aktifitas positifnya.
Inilah yang melahirkan pujian manusia terhadapnya. Apa yang diungkapkan
diatas tentang berita gembira dimaksud, kesemuanya dapat dicakup oleh kata
tersebut.
walaa
yahzunka qouluhum
bertujuan melarang Nabi Saw terpengaruh oleh ucapan-ucapan buruk kaum
musyrik, seperti halnya orang lain yang terpengaruh oleh caci maki. Beliau
sedemikian mulia, sehingga tidaklah kehinaan akan menyentuh beliau sedikitpun.
Itu agaknya yang menjadi alasan mengapa lanjutan penggalan ayat tesebut
mengingatkan beliau akan kemuliaan Allah Swt, yang telah berjanji melalui ayat
yang lain bahwa Dia menganugerahkan kemuliaan bagi Rasul dan kaum
mukminin (Shihab, 2004,h.115).
5.3.8 Indzar
Artinya :
-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya Muhammad suatu tanda keagungan dari Tuhannya? Sesungguhnya engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan bagi tiap-tiap kaum ada orang
-Rad (13):7).
76
Allah Swt menyebutkan perihal orang-orang musyrik. Mereka mengatakan
dengan nada kafir dan ingkar, bahwa mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu
tanda (mukjizat) dari Tuhan-Nya? Sebagaimana yang telah didatangkan oleh
rasul-rasul terdahulu? Mereka pernah pula mengatakan dengan nada ingkar yang
isinya meminta agar Nabi Saw mengubah bukit Safa menjadi emas buat mereka,
dan semua bukit di Mekkah dilenyapkan, lalu digantikan dengan ladang-ladang
dan sungai-sungai, maka Allah berfirman :
kali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang- -
-Rad:7
5.3.9
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa, bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara engkau disisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara engkau. Sesungguhnya Al-Hujurat (49):13).
Menurut Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Misbah, kebiasaan manusia
memandang kemuliaan itu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan.
Padahal menurut pandangan Allah, orang yang mulia itu adalah orang yang paling
77
bertakwa kepada Allah. Mengapa manusia saling mengolok-olok sesama saudara
hanya karena Allah menjadikan mereka bersuku-suku dan berkabilah-kabilah
yang berbeda-beda, sedangkan Allah menjadikan seperti itu agar manusia saling
mengenal dan saling tolong menolong dan kemaslahatan-kemaslahatan mereka
yang bermacam-macam. Namun, tidak ada kelebihan bagi seorang pun atas yang
lain, kecuali dengan taqwa dan keshalihan (Shihab,2002).
5.3.10 Tawashi
Artinya :
edatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"(Al-Baqarah(2):133).
Menurut Al-Maraghi (1989:258), ayat ini diturunkan dan diarahkan kepada
-hari menghadapi kematiaannya mewasiatkan
kepada putra-
yang membantah ucapan-ucapan mereka itu.
78
Ayat ini menentang kebenaran ucapan-ucapan orang Yahudi karena kenapa
mereka berani mengucapkan demikian, apakah mereka hadir ketika
Nasrani? Sebabnya mereka tidalkk menghadirinya, karena itu janganlah mengada
adakan yakni mengatakan sesuatu yang tidak ada, seperti mengatakan Ibrahim
beragama Yahudi atau Nasrani, dan sebagainya. Karena kebenaran yang
Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka menganut agama Islam. Agama yang dianut
-Maraghy,
1989,h.258).
5.4 Ayat-Ayat Kekuatan Pesan
Komunikasi Islam menjelaskan bahwa pesan yang disampaikan seseorang
dapat memiliki pengaruh yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
yaitu baik pengaruh tersebut bersifat positif ataupun negatif. Ada pesan yang
memiliki kekuatan serta berdampak luas, dan ada pesan yang biasa saja, tidak
terlalu berdampak besar, dan kadang-kadang dianggap oleh pendengar atau
pembacanya seperti angin yang lalu saja. Ada pesan yang sangat akurat dan ada
pula yang terkesan asal-asalan, ada yang dikategorikan benar dan ada pula yang
tidak benar, dalam maksud ini menjelaskan bahwa pesan tidak selalu mengandung
kebenaran, dalam Al-
pesan yang disebut dengan istilah , apakah berita itu benar atau salah adapun
pesan yang mengandung pengaruh yang biasa saja, mengandung kemungkinan
79
besar atas kebohongan, salah atau benar yang kedua-duanya memungkinkan
disebut khabar (Hefni, 2015,h.111).
Sedangkan dalam lingkup komunikasi umum dijelaskan oleh Haryatmoko
(2007,h.19), mengapa perlunya etika komunikasi, karena suatu informasi atau
berita yang benar akan dapat mencerahkan kehidupan. Ia membantu menjernihkan
pertimbangan untuk bisa mengambil keputusan yang tepat menjadi sarana
pendidikan yang efektif. Ia membuka peluang untuk memperbaiki sarana atau
kelompok, memiliki akses ke informasi berarti kemudahan untuk mendapatkan
kekuasaan atau mempertahankannya, yang pada gilirannya akan membantu orang
untuk mensapatkan keuntungan. Informasi yang benar menghindarkan salah
paham dan menjadi sarana penting untuk menciptakan perdamaian. Jika dalam
komunikasi Islam informasi atau berita yang besar dapat diketahui dari Al-
menyampaikan dan mendapatkan informasi. Peningkatan pendidikan tidak bisa
dilepaskan dari sumbangan media, sayang hak publik untuk mendapatkan
informasi yang benar sering tidak dijamin karena adanya pertarungan kepentingan
dalam hal politik, ekonomi, dan budaya, maka dari itu sangat diperlukannya
kebenaran informasi atau berita melalui etika komunikasi dan etika jurnalistik.
Etika komunikasi mau menjamin hak berkomunikasi di ruang publik dan hak
mendapatkan informasi yang benar (Haryatmoko, 2007,h.13).
5.4.1 Nab (berita besar)
80
Artinya :
An- -2).
Shihab (2007:6), mengemukakan bahwa kata hanya digunakan untuk
berita yang penting, berbeda dengan kata khabar yang pada umumnya digunakan
juga untuk berita-berita sepele. Bahkan sementara ulama menyampaikan bahwa
berita baru dinamai , apabila mengandung manfaat besar dalam
pemberitaannya, adanya kepastian atau paling tidak dugaan yang besar atas
kebenarannya. Penyifatan kata dengan adzim atau agung menunjukkan
bahwa berita tersebut bukan hal yang biasa tetapi luar biasa, bukan saja pada
peristiwanya, tetapi juga pada kejelasan dan juga bukti-buktinya, sehingga ia
mestinya tidak dipertanyakan lagi, memang bukti-bukti tentang keniscayaan
kiamat sungguh jelas.
5.4.2 Khabar (kabar)
Artinya :
-Zalzalah (99):44).
Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dalam riwayatnya menyatakan makna
akhbaraha -beritanya, bahwa Rasulullah Saw membaca ayat ini lalu
-
-
Berita-beritanya adalah bahwa dia menyaksikan terhadap setiap manusia lelaki
81
sehingga Nabi Saw menganjurkan seseorang yang telah sholat dan ingin sholat
lagi sesudahnya agar berpindah selangkah dua langkah dari tempatnya semula,
sehingga dua tempatnya sholat itu akan memberikan kesaksian untuknya dan
terlihat amal mereka pada hari akhir (Shihab, 2007,h.453).
5.4.3 Hadist (Berita)
Artinya :
hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al- -Kahf (18):6).
Ayat ini turun setelah Rasulullah Saw berkali-kali mengajak kaumnya
untuk beriman, namun mereka tetap menolak. Rasulullah Saw sangat
berkeinginan agar semua manusia beriman. Apa yang dilukiskan diatas tentang
kepercayaan kaum musyrikin sungguh menyedihkan hati beliau. Karena itu ayat
ini menggambarkan belas kasih atas perasaan Rasulullah Saw itu dengan
menyatakan, , maka akibat ucapan dan perbuatan kaum musyrikin itu apakah
barang kali engkau membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati atas sikap
mereka berpaling dari tuntunan-tuntunan yang engkau sampaikan, sekiranya
mereka tidak beriman kepada keterangan ini yaitu Al-
hai Nabi Muhammad,
82
janganlah engkau membinasakan dirimu hingga mati akibat rasa sedih sebab
penolakan mereka terhadap firman Allah dalam Al-
menggambarkan tentang satu urat yang terdapat di bagian belakang leher
binatang. Itulah batas akhir, atau urat binatang yang terakhir, yang jika ia
dipotong, mak leher dapat terpisah dari badannya. Kata ini digunakan disini untuk
menggambarkan skesedihan yang luar biasa sehingga, mengantar kepada
kematian (Shihab, 2004,h.10).
5.5 Ayat-Ayat Fungsi Komunikasi
Deddy Mulyana mengutip kerangka berpikir William I. Gorden dalam
Ngalimun (2017,h.30), mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi
empat bagian yaitu fungsi komunikasi sosial, fungsi komunikasi ekspresif, fungsi
komunikasi ritual, dan fungsi komunikasi instrumental. Sedangkan dalam
komunikasi Islam, Hefni (2015,h.155) membagi fungsi komunikasi menjadi
delapan bagian yaitu fungsi informasi yang diambil dari istilah dan khabar,
fungsi meyakinkan yang diambil dari metode hiwar dan jidal, fungsi
mengingatkan yang diambil dari metode tadzkir dan indzar, fungsi memotivasi
diperoleh dari metode tabligh dan tabsyir, fungsi sosial diambil dari metode
fungsi bimbingan dari metode irsyad dan wasiat, fungsi kepuasan spiritual
diambil dari mauidzah dan nasihat, dan terakhir fungsi hiburan diambil dari istilah
idkhal al-surur.
83
5.5.1 Fungsi Informasi
Artinya :
-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang diremehkan, kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkannya ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, dan penglihatan dan hati, (tetapi) sedikit sekali engkau bers -Sajadah (32):7-9).
ahsana
pada potensi dan kesiapannya secara sempurna mengemban fungsi yang dituntut
darinya. Pisau yanng baik adalah yang tajam, karena dia diciptakan untuk
memotong. Kursi yang baik adalah yang bisa diduduki dengan nyaman, demikian
seterusnya. Ayat diatas menyatakan bahwa Allah Swt telah menciptakan ciptaan-
Nya dalam keadaaan baik, yakni diciptakan-Nya secara sempurna agar masing-
masing dapat berfunfsi sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Malaikat diciptakan
Allah sebagai makhluk sempurna untuk tugas-tugas yang seharusnya mereka
emban,dsb (Shihab, 2004,h.184).
84
Hadits Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Salim bin Abdullah berkata,
Aku mendengar Abu Hurairah berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda
:
ialah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di pagi harinya ia menceritakan dengan bangga apa yang dia lakukan di malam harinya, padahal Allah telah menutupinya, tetapi dia sendiri membuka aib dirinya
Prinsip dasar agama Islam dalam menyampaikan informasi adalah menutup
rapat informasi yang tidak baik yang terkait dengan orang lain, terutama yang
terkait dengan masalah pribadi. Islam melarang namimah atau mengungkap
kejelekan orang lain (Shihab,2002).
5.5.2 Fungsi Meyakinkan
Komunikasi Islam menjelaskan fungsi meyakinkan bisa dicapai diantaranya
dengan metode hiwar (dialog) dan jidal (debat). Hiwar (dialog) dilakukan dengan
suasana santai, saling mengemukakan pendapat dengan tenang , mungkin di
dalamnya juga terjadi tarik ulur, dan akhirnya berujung pada suatu kesepakatan
mendukung ide bersama atau salah satu ide yang lebih baik, adapun jidal (debat),
biasanya lebih menarik karena saling memperkuat pendapatnya masing-masing.
Orang yang menyampaikan ide cemerlang dengan alasan-alasan dan logika yang
kuat biasanya akan menjadi pemenang dan idenya akan dijadikan
rujukan(Hefni,2015,h.167).
Dari Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad
Al-Syaibani, Musnad Ahmad dalam (Hefni,2015,h.168), Suatu hari datang
seorang pemuda mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk meminta izin berbuat
85
zina. Nabi Muhammad tidak langsung mematahkan keinginan si pemuda, tetapi
mengajaknya untuk berdialog tentang tema yang diinginkan pemuda. Dialog Nabi
dengan pemuda tersebut adalah Dari Abu Ummah berkata :
g
llah... aku bersumpah, aku
hal itu dilakukan terhadap bibi dari bapakmu?, pemiuda itu menjawab, Demi Allah... aku tidak suka hal itu, dan semua manusia tidak senang
h... aku
tidak sedikit pun berpikir untuk berb 5.5.3 Fungsi Mengingatkan
Artinya :
Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan
Rasa takut Nabi Saw melupakan Al-
114, mengundang uraian tentang Adam As yang pernah melupakan pesan Allah,
sehingga terjerumus dalam kesalahan. Demikian Sayyid Qutub menghubungkan
86
ayat ini dengan ayat yang lalu. Hal itu memberi kesan bahwa rasa takut
melupakan tuntunan Allah merupakan sesuatu yang terpuji (Shihab, 2004,h.379)
Menurut penafsiran Shihab (2004,h.380), Jauh sebelum kehadiran manusia
di pentas bumi ini
ia lupa pesan Kami itu, sehingga ia dan istrinya terperdaya oleh setan dan
mengabaikan apa yang Kami pesankan itudan tidak Kami dapati adanya tekad dan
kemauan yang kuat untuk membentengi diri dari rayuan dan perangkap setan.
bisikan hati yang menganjurkan agar mengabaikan sesuatu yang seharusnya
dikerjakan, karena sulit dan beratnya pekerjaan yang dimaksud dan kuatnya daya
tarik lawannya.
Hefni (2015,h.173), menjelaskan dakwah agama merupakan salah satu cara
untuk dapat memberikan informasi kepada manusia agar selalu mengingat akan
tujuan hidupnya. Metode komunikasi dalam dakwah yang paling cocok untuk
5.5.4 Fungsi Memotivasi
Buku komunikasi Islam oleh Hefni (2015,h.174), mengungkapkan ada
beberapa kondisi yang menyebabkan motivasi hidup seseorang tidak stabil. Suatu
hari Rasulullah mendapati seorang sahabat yang bernama Abu Umamah sedang
termangu di dalam masjid di luar waktu sholat. Rasulullah menyapa sahabat
87
menawarkannya untuk memmbaca zikir khusus yang dibaca setiap pagi dan
petang. Zikir yang diajarkan oleh Rasulullah tersebut adalah berbunyi :
-Mu dari rasa gundah dan sedih, aku berlindung kepada-Mudari rasa lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari
Sejak menerima ajaran Nabi diatas, Abu Umamah langsung mengamalkan
kalimat-kalimat yang diajarkan Rasul kepadanya, dan ternyata hasilnya luar biasa
persis seperti yang dikatakan oleh Rasul, segala kegelisahannya hilang dan
hutangnya dapat dibayar. Penyakit mental diatas membuat Abu Umamah galau
dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya termangu di dalam masjid di saat
sahabat yang lain bertebaran di muka bumi mencari karunia Allah. Al Karmani
dalam Hefni (2015,h.174), mengatakan bahwa hadis di atas adalah mukjizat
mengandung makna yang lengkap). Salah satu cara untuk dapat menyuntikkan
motivasi kepada orang lain adalah komunikasi, dalam komunikasi Islam metode
yang dianggap cocok untuk funfsi menyuntikkan motivasi adalah metode tabligh
dan tabsyir (Hefni, 2015,h.176).
5.5.5 Fungsi Sosialisasi
Menurut Ngalimun (2017,h.30), dalam bukunya Ilmu Komunikasi
mengatakan bahwa fungsi sosialisasi menjadi sangat penting demi membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekana pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah
pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh melalui
88
informasi orang lain kepada kitakonsep diri yang paling dini umumnya
dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita.
Sedangkan menurut Hefni (2015,h.178), dalam bukunya Komunikasi
Islam mengatakan fungsi sosialisasi dalam kajian komunikasi Islam adalah
mukhalatah
Al- -Imam meriwayatkan, sesungguhnya Rasul bersabda
:
gangguan, mereka lebih baik dari pada muslim yang tidak berbaur dan
merupakan metode komunikasi yang efektif, dengan
hubungan antar manusia menjadi tersambung. yang baik akan melahirkan
keinginan untuk saling membantu bahkan sampai ke tingkat saling mengayomi
(Hefni,2015,h.178).
5.5.6 Fungsi Bimbingan
Fokus utama tindakan komunikasi dalam membimbing seseorang adalah
yang pertama,dapat membimbing orang untuk melakukan perbuatan positif serta
dapat menghindari dari perbuatan yang negatif. Kedua, memulihkan dan
memperbaiki keadaan atau kondisi yang sudah rusak. Ketiga mengarahkan dan
menggali potensi yang mereka miliki. Keempat, mengembangkan potensi secara
lebih maksimal.
Kisah seorang pemuda yang menggebu untuk melakukan zina saat
pembahasan sebelumnya adalah contoh kepiawaian Nabi dalam membimbing
manusia. Beliau tahu persis bahwa pemuda tersebut memiliki nurani. Karena itu,
89
beliau mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi keingina pemuda
tersebut. Lalu, secara perlahan beliau membimbing pemuda itu dengan
menanyakan hal-hal yang menyentuh nuraninya, sehingga pemuda itu dapat
menerimanya dengan baik dan seketika itu langsung menyadari kesalahannya dan
dapat tidak melakukan suatu kesalahan (Hefni, 2015,h.180).
5.5.7 Fungsi Kepuasan Spiritual
Artinya : -orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram disebabkan
karena dzikrullah yaitu mengingat Allah. Sungguh, hanya dengan -Rad (13):28) .
Dzikr
makna ini kemu
mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah menyebutnya. Demikian juga
menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi
apa yang disebut- aitkan dengan sesuatu,
maka apa yang disebut itu adalah namanya. Karena itu ayat diatas dipahami dalam
arti menyebut nama Allah. Selanjutnya nama sesuatu terucapkan apabila ia
teringat disebut sifat, perbuatan maupun peristiwa yang berkaitan dengannya. Dari
sini dzikrullah dapat mencakup makna menebut keagungan Allah, surga atau
90
neraka-Nya, rahmat dan siksa-Nya atau perintah dan larangan-Nya dan juga
wahyu-wahyu-Nya (Shihab, 2004,h.587).
Menurut Sihab (2004,h.588) dalam bukunya Tafsir Al- ala
digunakan untuk meminta perhatian mitra bicara menyangkut mengenai ucapan
yang akan disampaikan. Dalam konteks ini adalah tentang dzikrullah yang
melahirkan ketentraman hati. Kehidupan betapapun mewahnya tidak akan baik
jika tidak disertai ketentraman hati, sedangkan ketentraman hati baru dapat
dirasakan bila hati yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan
yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan.
5.5.8 Fungsi Hiburan
Menurut Effendi Ghazali dalam Ngalimun (2017,h.32), komunikasi juga
berfungsi untuk menghibur orang lain dan menyenangkan hati orang lain.
Sedangkan menurut Hefni (2015,h.183), fungsi hiburan dapat digunakan ketika
sedang menjenguk orang sakit, Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk
menghiburnya dengan kata-kata :
-apa,
Kalimat diatas menunjukkan makna bahwa, jika Allah memberikan musibah
sakit kepada seseorang, maka Allah akn mengampuni juga segala dosa-dosanya,
tentram.
91
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Al-
komunikasi atau praktik komunikasi yang buruk. Urgensi komunikasi perspektif
Islam telah menjelaskan tentang bagaimana berkomunikasi dengan baik dan
benar. Etika komunikasi Islam adalah tata cara berkomunikasi sesuai dengan
standar nilai moral atau akhlaq dalam menilai benar atau salah. Ketika etika
dikaitkan dengan komunikasi, maka etika itu dapat menjadi dasar pijakan dalam
berkomunikasi. Terbukti terdapat banyak sekali ditemukan dalam ayat-ayat Al-
qaulan sadidan yang
artinya perkataan yang benar atau jujur, yang artinya perkataan
yang baik, qaulan baligha yang artinya perkataan yang cukup atau tepat sasaran,
qaulan maysuron artinya perkataan yang ringan atau mudah, qaulan karima
artinya perkataan yang mulia, qaulan layyinan artinya perkataan yang lemah
lembut, qaulan tsaqilan artinya perkataan yang berat atau, qaulan adziman
perkataan yang besar, dan Ahsanu qaulan yang artinya perkataan yang baik.
Haryartmoko mengatakan mengapa perlu etika komunikasi dikarenakan
informasi yang benar akan mencerahkan kehidupan. Ia membantu menjernihkan
pertimbangan untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Informasi yang tepat
menjadi sarana pendidikan yang efektif (Haryatmoko, 20017,h.19). Ketika etika
komunikasi dapat diterapkan dengan baik, maka hal tersebut akan jauh dari
disfungsi komunikasi.
92
Dari hal tersebut diatas, maka apa yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat
Al-
Perintah berkata dalam Al-
bagi muslim mengaplikasikan sifat kejujuran dan perkataan benar yang dalam
konsep Al- dikenal dengan istilah qaulan sadidan. Dengan perkataan lain,
masyarakat menjadi rusak apabila isi komunikasi tidak benar. Maka, hal tersebut
diatas yang telah dijelaskan dalam Al-
diterapkan dalam hidup bermasyarakat akan dapat memperbaiki praktik
komunikasi yang buruk.
6.2 Saran
Semua manusia dapat dipastikan sangat menyadari tentang pentingnya
etika dalam berkomunikasi. Hanya saja, ada yang mau memakai etika tersebut dan
ada yang enngan beretika. Namun demikian, pada akhirnya akan kembali pada
masing-masing komunikan itu sendiri untuk dapat menerapkan etika dalam
berkomunikasi, sehingga mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya dan orang lain.
Penulis berharap berharap bahwa isi etika komunikasi dalam ayat-ayat Al-
Q -sungguh, sehingga tidak hanya
menjadi bahan bacaan, akan tetapi juga dapat dipahami dan di praktekkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga agar hak publik untuk dapat
mendapatkan informasi yang benar dapat terealisasi.
93
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghy, Ahmad Musthofa.1974. Tafsir Al-Maraghy, juz XXVII. Semarang:
Toha Putra.
Al-Munawar. 2003. Al- . Jakarta :
Ciputat press.
Arifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Grafindo
Persada.
Dahlan, Muh Syawir. 2014. Etika Komunikasi Dalam Al- .
STAIN : Jurnal Dakwah Tabligh.Vol.15, No.1 : 115-123.
Departemen Agama. 1993. Al- , Jilid VII. Jakarta : CV
Andika Jaya.
Devito, Joseph A. 1991. Human Communication. New York : Harper Collins
Publisher.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Haryatmoko.2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta : PT Kanisius.
Hefni, Harjani. 2015. Komunikasi Islam. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Hude,H.M Darwis,dkk. Cakrawala Ilmu Dalam Al- . Jakarta : Pustaka
Firdaus
Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung :PT Remaja Rosdakarya
Jailani, Syahran. 2013. Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi,
Grounded Theory, dan Studi Kasus. Edu-Bio Vol 4.
Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L.J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Moss Sylvia, L.Tubbs Stewart. 2001. Human Communication. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
94
Muhtadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi Dakwah : Teori, Pendekatan, dan
Aplikasi. Bandung : Sambiosa Rekatama Media.
Muis, A.2001. Indonesia di Era Dunia Maya. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Najati.2005. Psikologi Nabi. Bandung : Pustaka Hidayah.
Nana Syaodih, Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih, Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Nata, Abidun. 1996. Akhlaq Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ngalimun.2017. Ilmu Komunikasi :Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta :
Pustaka baru press.
Ngorang, Philips. 2016. Etiket Komunikasi Politik Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama. Kwik Kian Gie : Jurnal Kajian Politik dan Masalah
Pembangunan.
Nurhadi, Zikri Fachrul. 2015. Komunikasi Dalam Pendekatan Islam. Jawa Barat :
Jurnal Communication Vol.6.No.1.105-112.
Ruslan, Rosady. 2004. Etika Kehumasan, Konsepsi&Aplikasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta :
Bandung.
Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Shihab, M.Quraish. 2000. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2003. Membunikan Al-
Kehidupan Masyarakat. Bandung : PT Mizan Pustaka.
Shihab, M.Quraish. 2003. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Jakarta : Lentera Hati.
95
Shihab, M.Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2004. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab, M.Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
. Jakarta : Lentera Hati.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Sutrisno, Hadi. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Syamsudin, Din,M. 2002. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani.
Ciputat : PT Logos Wacana Ilmu.
Thohirin. 2011. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta :
Rajawali press.
Zuhri, Saifuddin. 2010. Public speaking. Yogyakarta : Graha Ilmu.