UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
Skripsi
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Program Strata I dalam Ilmu Sastra Indonesia
Oleh:
Akhlish Fuadi
NIM A2A008005
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Peneliti menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil
penelitian baik untuk suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di suatu
universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh yang peneliti ketahui, skripsi ini
juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang
sudah disebutkan dalam rujukan. Peneliti bersedia menerima sanksi jika terbukti
melakukan penjiplakan.
Akhlish Fuadi
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hasbunallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’mannasyir.
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung,
dan Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
(Quran Surat Ali Imron ayat 173 dan Quran Surat Al-Anfal ayat 40)
Selalu tersenyum itu hal yang sulit, lebih sulit lagi hidupmu jika tidak selalu
tersenyum.
(Akhlish Fuadi)
Dengan rasa cinta, kupersembahkan skripsi ini untuk Ibu, (alm.) Bapak, dan dua
Adikku.
Terimakasih banyak telah mengajarkan keserdahanaan hidup serta setiap aliran
doa yang terselip setiap waktu.
iv
v
vi
PRAKATA
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin,
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya yang
tak terhingga, serta salawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabatnya. Syukur alhamdulillah skripsi yang berjudul “UPACARA BUKA
LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS DI KABUPATEN KUDUS” ini dapat
diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ken Widyatwati, S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang rela
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing,
mendengarkan serta mengarahkan peneliti dengan kasih sayang sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini;
2. Dra. Mirya Anggrahini, M.Hum., selaku Dosen Wali yang selalu memberi
motivasi, dukungan dan wejangannya;
3. Drs. Suharyo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Diponegoro atas segala kemudahan dan dukungan yang diberikan dalam
kelancaran penulisan skripsi ini;
4. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang atas dukungan dan wejangannya;
5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Semarang terutama Jurusan Sastra Indonesia atas pengetahuannya dan
masukannya kepada peneliti (Prof. Mudjahirin, Pak Yudiono, Pak Redy, dan
Mbak Laura);
vii
6. Seluruh dosen peminatan linguistik, sastra, dan filologi yang telah mengajar
selama masa perkuliahan (Pak Surono, Pak Ary, Setyadi, Pak Trias, Pak
Abdullah, Ibu Sri Puji Astuti, Pak Mujid, Pak Muzakka, Pak Hermin, Ibu
Uki, Mas Mulyo Hadi, Pak Fauzan, Mas Karjo, dan lain-lain);
7. Tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada dosen senior (Prof.
Soedjarwo, Pak Anhari Basuki, Prof. Sardanto, Ibu Kemala, Ibu Tina Hatrina
dan lain-lain) yang tetap semangat membagikan ilmunya kepada kami.
Seluruh jajaran pegawai Fakultas Ilmu Budaya pada umumnya dan seluruh
pegawai Jurusan Sastra Indonesia (Mbak Yanti dan Mbak Sari) yang sudah
seperti ibu dan kakak karena selalu bersedia peneliti repoti. Terima kasih
yang tak terhingga penulis ucapkan;
8. Mas Ndayak (Denny Nur Hakim) yang telah membantu dan memudahkan
peneliti untuk mengikuti prosesi Buka Luwur.
9. K.H. Em. Nadjib Hassan selaku Ketua YM3SK yang meluangkan waktunya
untuk peneliti, serta izinnya untuk memudahkan mengikuti prosesi Buka
Luwur.
10. Ibu Niken Setyorini dan Bapak Rafiqul Hidayat (Kepala Desa Kauman) atas
kehangatan dan keramahannya yang banyak membantu dalam penelitian ini;
11. Pak Nur Chanis, Pak Nailal Muna, Pak Gimin, Pak Muchlis, Pak Abdul Aziz,
Pak Hardy Cahyana, Bu Tun, Pak Nashori, Miftahus Surur, Mas Boy, Kimun,
dan tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang rela meluangkan waktu
untuk meladeni segala macam pertanyaan peneliti.
viii
12. Ibuku (Zuminah) dan almarhum Bapakku (Suwanto Tamsa) yang selalu
mendukung peneliti dengan kucuran kasih sayang serta aliran do’a yang tiada
henti. Adik-adikku (Akbar Rizqi dan Ulil Fathon) atas semua kehangatan
keluarga. Dengan segala kerendahan hati, peneliti ucapkan terima kasih dan
mohon maaf jika menyusahkan;
13. Teman-teman Jurusan Sastra Indonesia 2008 yang selama ini berproses
melewati tangis, tawa, duka, sedih, bahagia, maaf jika komtingmu
menyebalkan;
14. Kakak-kakak tingkat angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, 2006 dan 2007 terima
kasih banyak atas masukan dan bantuannya selama masa perkuliahan;
15. Adik-adik tingkat angkatan 2009, 2010, 2011 dan 2012, semangat berproses
teman-teman;
16. Teater Emka (Mas Adit, Mas Anton, Mas Umam, Mas Ucup, Mas Bagus,
Mbak Asih, Mbak Diah, Mbak Erna, Mas Sony, Mbak Tia, Asyhar, Heri,
Diah Jambi, Fida, Rina Kikan, Rere, Ocim, Dian, dan yang tidak dapat
peneliti sebutkan semua), kalian mengajariku banyak tentang arti keluarga;
17. Pengurus dan mantan pengurus Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
(KMSI) terima kasih banyak (Mas Adi, Mas Tiar, Mas Dito, Mas Fajrul,
Mbak Zulfa, dan lain-lain);
18. Teman-teman Apartement (Fery Gepenk, Taufik, Broni, Yudit, Rival, Bram
dan Dimas), terima kasih untuk kekonyolan kalian;
19. Teman-Teman Sosro Cuqme (Lili, Fahmi, Alina Emon, Fanny, Grace, Yopie,
dan lain-lain) atas kehangatan persahabatan kalian;
ix
20. Keluarga KKN Desa Ngadikerso, Kecamatan Sumowono, Kabupaten
Semarang (Pak Hardono, Bu Dewi, Tirta, Fandy, Aspar, Bagas, Edy, Iis, Alfi,
Nopek, dan Devita);
21. Dwi Laksmi Karengga Ruci (Ami) yang telah mengajariku, terimakasih atas
segala kenangannya;
22. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan studi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu karena kealpaan peneliti.
Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
diharapkan kritik yang konstruktif dan rekomendasi untuk membuat tulisan ini
menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
perkembangan keilmuan khususnya folklor dan filologi. Terimakasih atas
segalanya, semoga setiap kebaikan dibalas oleh Sang Maha Pengasih Allah SWT.
Semarang, Januari 2013
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
PRAKATA ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
INTISARI .......................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
C. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
1. Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 7
2. Landasan Teori ................................................................................... 9
xi
a. Teori Filologi .............................................................................. 10
b. Teori Folklor .............................................................................. 11
c. Teori Resepsi Sastra ................................................................... 14
D. Metode Penelitian................................................................................... 17
1. Pengumpulan Data ............................................................................ 17
a. Metode Observasi ...................................................................... 17
b. Metode Wawancara ................................................................... 18
c. Dokumentasi dan Studi Pustaka ................................................ 19
2. Sumber Data ..................................................................................... 20
3. Analisis Data ..................................................................................... 20
4. Penyajian Hasil Analisis Data .......................................................... 21
E. Sistematika Penulisan............................................................................. 22
BAB II KONDISI SOSIAL GEOGRAFI DESA KAUMAN KABUPATEN
KUDUS ................................................................................................. 23
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ............................................................ 23
1. Kondisi Geografis ............................................................................. 23
2. Kondisi Demografi ........................................................................... 26
a. Penduduk ................................................................................... 26
b. Mata Pencaharian ...................................................................... 27
B. Kondisi Sosial Budaya ........................................................................... 27
1. Pendidikan ........................................................................................ 27
2. Agama ............................................................................................... 29
3. Bahasa ............................................................................................... 30
xii
4. Ritual ................................................................................................ 31
a. Ritual Daur Hidup ..................................................................... 31
1) Pernikahan ............................................................................ 31
2) Tujuh Bulanan ...................................................................... 33
3) Pisowanan dan Puputan......................................................... 34
4) Kekahan ................................................................................ 35
5) Khitanan ................................................................................. 35
6) Kematian ............................................................................... 36
b. Ritual Upacara Adat dan Keagamaan ........................................ 37
1) Muludan ................................................................................ 37
2) Dhandangan ......................................................................... 37
3) Kupatan ................................................................................. 38
4) Suronan ................................................................................. 41
BAB III DESKRIPSI TEKS LISAN TRADISI UPACARA BUKA LUWUR
MAKAM SUNAN KUDUS.................................................................. 43
A. Pedoman Transkripsi Teks Lisan Tradisi Upacara BLMSK .................. 44
1. Huruf Abjad .................................................................................... 44
2. Huruf Vokal .................................................................................... 45
3. Huruf Konsonan ............................................................................. 45
4. Huruf Diftong ................................................................................. 47
5. Gabungan Huruf Konsonan ............................................................ 47
6. Penulisan Tanda-Tanda yang Dipakai dalam Transkripsi .............. 48
B. Deskripsi Teks Lisan Tradisi Upacara BLMSK .................................... 48
xiii
1. Teks 1 ............................................................................................. 48
2. Teks 2 ............................................................................................. 52
C. Perbandingan Teks ................................................................................ 53
D. Penetapan Teks ...................................................................................... 59
E. Suntingan Teks Lengkap ........................................................................ 59
BAB IV PROSESI TRADISI UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN
KUDUS DI KABUPATEN KUDUS .................................................. 64
A. Deskripsi Tradisi Upacara Buka luwur Makam Sunan Kudus............... 64
B. Susunan Acara Tradisi Upacara Buka luwur Makam Sunan Kudus ..... 66
C. Pelaksanaan Tradisi Upacara Buka luwur Makam Sunan Kudus ......... 67
1. Penjamasan Keris Kiai Cinthaka .................................................... 67
2. Pengajian Malam 1 Muharram ....................................................... 71
3. Pelepasan dan Pembuatan Luwur ................................................... 73
4. Shodaqoh Masyarakat .................................................................... 79
5. Munadharah Masa’il Diniyyah ....................................................... 81
6. Doa Rosul dan Terbang Papat ........................................................ 82
7. Pengolahan Nasi dan Daging Shodaqoh ........................................ 84
8. Khatmil Quran bil Ghoib................................................................. 86
9. Pembuatan dan Pembagian Bubur Asyuro ..................................... 87
10. Santunan Anak Yatim .................................................................... 89
11. Pengajian Umum Malam 10 Muharrram ....................................... 90
12. Pembagian Berkat Salinan ............................................................. 91
13. Pembagian Berkat Kartu Shodaqoh ............................................... 92
xiv
14. Pembagian Berkat Umum .............................................................. 92
15. Upacara Pemasangan Luwur .......................................................... 95
BAB V ANALISIS RESEPSI MASYARAKAT KABUPATEN KUDUS
TERHADAP UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
................................................................................................................ 98
A. Pengertian Resepsi ................................................................................ 98
B. Resepsi Masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK ..... 99
1. Usia ............................................................................................... 102
2. Latar Belakang Pendidikan .......................................................... 107
3. Agama .......................................................................................... 113
C. Mitos atau Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Terkait Upacara
BLMSK ............................................................................................... 124
1. Legenda Sunan Kudus .................................................................. 124
2. Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Mengenai Air Bekas
Jamasan Keris Cinthaka ................................................................ 126
3. Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Mengenai Luwur
Bekas Makam Sunan Kudus ......................................................... 128
4. Kepercayaan Kabupaten Kudus Mengenai Sego Jangkrik .......... 129
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 133
A. Simpulan .............................................................................................. 133
B. Hambatan ............................................................................................ 134
C. Saran .................................................................................................... 135
xv
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 137
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 140
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta Jawa Tengah ....................................................................................... 24
2. Peta Kabupaten Kudus ............................................................................... 24
3. Peta Desa Kauman ..................................................................................... 25
4. Batu Prasasti di atas Mihrab Pengimaman ................................................. 65
5. Proses Penurunan Keris ............................................................................. 69
6. Proses Penjamasan Keris ........................................................................... 70
7. Pengajian 1 Muharram ............................................................................... 72
8. Proses Pelepasan Luwur ............................................................................ 74
9. Proses Pembuatan Unthuk Banyu .............................................................. 76
10. Proses Pembuatan Melati ........................................................................... 77
11. Proses Pembuatan Kompol ......................................................................... 78
12. Proses Pembuatan Wiru ............................................................................ 79
13. Proses Pembuatan Langitan ...................................................................... 79
14. Salah Satu Kotak Shodaqoh ....................................................................... 80
15. Pendataan Shodaqoh .................................................................................. 80
16. Munadharah Masa’il Diniyyah .................................................................. 81
17. Terbang Papat ............................................................................................ 83
18. Pengolahan Nasi ......................................................................................... 85
19. Pengolahan Daging .................................................................................... 85
20. Pembungkusan Nasi ................................................................................... 85
21. Khataman Al-Quran ................................................................................... 87
xvii
22. Pengolahan Bubur Asyuro ......................................................................... 88
23. Bubur Asyuro ............................................................................................. 88
24. Suasana Santunan Anak Yatim .................................................................. 90
25. Suasana Pengajian Umum 10 Muharram ................................................... 91
26. Sego Jangkrik ............................................................................................. 94
27. Pembagian Berkat Umum .......................................................................... 94
28. Proses Pembuatan Ranjam ......................................................................... 95
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Desa Kauman ............................................................... 26
2. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kauman ............................................ 27
3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kauman ......................................... 28
4. Contoh Penggunaan Bahasa di Kabupaten Kudus ..................................... 30
5. Penggunaan Huruf Abjad dalam Bahasa Indonesia ................................... 44
6. Penggunaan Huruf Vokal dalam Bahasa Indonesia ................................... 45
7. Penggunaan Huruf Konsonan dalam Bahasa Indonesia ............................. 46
8. Penggunaan Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia ................................ 47
9. Penggunaan Gabungan Huruf Konsonan dalam Bahasa Indonesia ........... 47
10. Teks Lisan K.H. Em. Nadjib Hassan ......................................................... 49
11. Teks Lisan K.H. Nur Riza .......................................................................... 52
12. Perbandingan Teks Lisan .......................................................................... 54
13. Perbedaan/Persamaan Teks Lisan .............................................................. 56
14. Susunan Acara Tradisi Upacara BLMSK .................................................. 66
15. Perbandingan Jumlah Shodaqoh ................................................................ 86
16. Perbandingan Jumlah Nasi ......................................................................... 93
17. Resepsi Upacara BLMSK Berdasarkan Kategori Usia ............................ 102
18. Resepsi Upacara BLMSK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ...... 108
19. Resepsi Responden yang Beragama Islam terhadap Upacara BLMSK ... 114
20. Hasil Resepsi Masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK 119
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Biodata Narasumber dan Daftar Pengisi Responden
2. Angket Wawancara
3. Angket Kuesioner
4. Hasil Wawancara
5. Dokumentasi
6. Doa Asyuro
xx
INTISARI
Fuadi, Akhlish. 2012. Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus Di KabupatenKudus. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, Program Sarjana, Fakultas IlmuBudaya Universitas Diponegoro. Semarang. Pembimbing. Ken Widyatwati, S.S.,M.Hum.
Di kalangan masyarakat Pulau Jawa terdapat banyak tradisi peninggalan Hindu-Budha yang sudah disisipi ajaran Islam, salah satunya adalah Upacara Buka LuwurMakam Sunan Kudus (BLMSK). BLMSK adalah ritual penggantian kainkelambu/kain mori (luwur) yang digunakan untuk membungkus nisan, cungkup,makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Puncak upacara yangdilaksanakan setiap tahun tersebut adalah pemasangan luwur baru pada tanggal 10Muharram. Kyai Sepuh terdahulu mengadakan Upacara BLMSK untukmenghormati jasa Sunan Kudus. Banyak masyarakat Kabupaten Kudus yangmenanti upacara tersebut untuk mendapatkan berkah dari Sunan Kudus. Adakepercayaan/mitos yang terdapat pada luwur bekas makam Sunan Kudus dan segojangkrik. Penelitian ini bertujuan mengetahui teks lisan Upacara BLMSK,mendeskripsikan latar belakangnya, menjelaskan prosesinya, dan mengungkaptanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK.
Data dalam penelitian ini bersumber dari lisan, yaitu dari narasumber daninforman. Data dikumpulkan dengan beberapa langkah yaitu pengamatan langsungpartisipasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Dari beberapa langkah tersebut,dihasilkan data berupa legenda Sunan Kudus, cerita Upacara BLMSK, dantanggapan masyarakat terhadap Upacara BLMSK.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan teorifilologi, teori folklor, dan teori resepsi sastra. Teori filologi digunakan pada prosespengumpulan data teks lisan yang terdapat di masyarakat Kabupaten Kudus. Teorifolklor digunakan dalam proses pendeskripsian Upacara BLMSK yang tergolongfolklor sebagian lisan. Teori resepsi sastra sebagai acuan peneliti untuk mengetahuitanggapan tentang cerita, pengaruh, manfaat, dan kepercayaan terkait UpacaraBLMSK. Ketiga teori tersebut dapat mengungkap gambaran, pandangan, danpengaruh Buka Luwur terhadap kehidupan masyarakat kabupaten Kudus.
Hasil penelitian menunjukan resepsi masyarakat Kabupaten Kudusmenghargai dan antusias terhadap Upacara BLMSK. Selain lingkungan sosial,keberagaman resepsi masyarakat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu: 1)usia; 2) latar belakang pendidikan; 3) agama.
Kata kunci: Buka luwur Makam Sunan Kudus, upacara BLMSK, segojangkrik, dan resepsi sastra.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kebudayaan1. Kebudayaan
di Indonesia tersebar dari Pulau Sumatra sampai Pulau Papua. Di Pulau Jawa
terdapat kebudayaan yang khas dibandingkan kebudayaan dari pulau-pulau lain.
Kekhasan kebudayaan di Pulau Jawa tidak terlepas dari pengaruh agama.
Kebudayaan di Pulau Jawa merupakan gabungan ajaran Hindu-Budha dengan
ajaran Islam. Sebagian besar masyarakat Pulau Jawa memeluk agama Islam, tetapi
tidak murni ajaran Islam dari negeri Arab. Islam di Pulau Jawa merupakan salah
satu paham Islam dengan toleransi dan elastisitas tinggi di antara paham-paham
Islam yang ada di Indonesia.
Kebudayaan pesisiran merupakan kebudayaan yang hidup di sepanjang
daerah pantai utara Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan orang pesisir2
(Thohir, 2006: 39-40). Di kalangan masyarakat Jawa Pesisir yang masih kental
dengan budaya terdapat banyak tradisi, salah satu di antaranya adalah tradisi
1 Kebudayaan berasal dari bahsa Sansekerta, yaitu buddhayah. Bentuk jamak dari “budi” atau“akal”. Kebudayaan dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan “akal”. Sedangkan“budaya” merupakan perkembangan kata majemuk dari “budi daya” yang berarti daya dari budiyang berupa cipta, rasa, karsa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa (Koentjaraningrat,1979: 181).2 Untuk kawasan pantai utara Jawa, mereka yang disebut orang pesisir adalah masyarakat Jawayang tinggal di sepanjang daerah Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Demak,Jepara, Kudus, Pati, Juwana, Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Cengkal Sewu yangumumnya bersifat terbuka, lugas, dan egaliter.
2
Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus (selanjutnya disingkat BLMSK).
Dikatakan sebagai tradisi karena dilakukan secara tetap setiap tahun dan
dilangsungkan secara turun-temurun. Tradisi Upacara Buka Luwur Makam Sunan
Kudus di Kabupaten Kudus dilaksanakan untuk memperingati haul 3 Sunan
Kudus. Tanggal wafat Sunan Kudus tidak diketahui secara pasti, tetapi para ulama
sepakat mengadakan puncak upacara Buka Luwur pada tanggal 10 Muharram
(Suro).
Istilah haul Sunan Kudus tidak digunakan karena pengertian haul
berorientasi pada peringatan wafatnya seorang tokoh atau ulama yang dihormati
atau berjasa. Dikhawatirkan jika disebut haul Sunan Kudus, maka masyarakat
setempat akan menganggap bahwa tanggal 10 Muharram adalah tanggal wafatnya
Sunan Kudus. Padahal hari dan tanggal wafatnya Sunan Kudus sampai sekarang
belum diketahui.
Penetapan pada bulan Muharram karena bulan Muharram bagi masyarakat
Jawa merupakan bulan suci. Pada tanggal 1 Muharram banyak masyarakat yang
melakukan puasa, semedi, berendam di sungai, dan sebagainya. Mereka percaya
melakukan hal tersebut membuat mawas diri dan lebih siap mental untuk
menghadapi hidup di masa yang akan datang. Hal ini merupakan laku prihatin
bagi orang Jawa untuk menghadapi suatu cita-cita luhur yang menjamin hidupnya
(Widayati, 2002: 4).
3 Haul: peringatan hari wafatnya seseorang yang diadakan setahun sekali, (biasanya disertaiselamatan arwah serta tahlilan) tetangga dan keluarga diundang untuk menghadiri(kamusbahasaindonesia.org).
3
Solichin Salam (1960: 21) mengatakan tanggal 10 Muharram dalam
masyarakat Syi’ah4 diperingati sebagai hari wafatnya Sayyidina Hussain, cucu
Nabi Muhammad SAW. Kaum Syi’ah memperingati wafatnya Sayyidina Hussain
yang wafat dalam perang melawan bangsa Umayyah dekat Padang Karbala. Di
Jawa, khususnya Kudus pada tanggal 10 Muharram masih banyak masyarakat
yang memperingati wafatnya Sayyidina Hussain. Hal ini menarik karena sebagian
besar masyarakat Kudus adalah pemeluk agama Islam bermazhab Syafi’i5.
Upacara BLMSK merupakan tradisi yang melibatkan kurang lebih seribu
(1000) orang. Kebanyakan yang terlibat adalah warga Desa Kauman dan
sekitarnya. Puncak pelaksanaan BLMSK pada tanggal 10 Muharram dengan
prosesi yang berjalan selama sepuluh (10) hari.
Ketika Upacara BLMSK berlangsung, banyak masyarakat yang menunggu
dan rela mengantre untuk mendapat air bekas jamasan, kain mori, atau nasi
bungkus. Masyarakat percaya dan meyakini air bekas jamasan, khususnya kain
mori serta nasi bungkus mengandung berkah dan dapat memberikan keselamatan.
Kepercayaan yang muncul pada masyarakat Kudus bukannya tidak
beralasan. Setiap penjamasan keris Sunan Kudus cuaca pasti timbreng (tidak
panas dan tidak hujan). Masyarakat Kudus yang percaya hal tersebut beranggapan
bahwa hal itu terjadi karena kesaktian keris Sunan Kudus. Masyarakat Kudus
4 Kaum Syi’ah, mereka itu pecinta berat keluarga Nabi (ahl al-bayt). Mereka lebih mengutamakanAhl al-Bayt daripada sahabat yang bukan keluarga Nabi. Tetapi mereka tidak membenci, memaki,atau mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan Umar(media.isnet.org/islam/ss/Pengertian.html).5 Mazhab Syafi’i pemikiran fiqih mazhab ini diawali oleh Imam Syafi’i, yang hidup di zamanpertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cendeerung berpegang pada teks hadits) dan Ahlul Ra’yi(cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Beliau kemudian merumuskan aliran sendiri,yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut(idm.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi’i).
4
yang mempunyai keris menunggu air bekas jamasan keris Sunan Kudus untuk
kemudian dipakai mencuci keris yang dimiliknya.
Sebagian masyarakat percaya bahwa luwur6/kain mori bekas dari makam
Sunan Kudus membawa berkah dan rejeki bagi yang mempunyai karena di dalam
kain mori tersebut mengalir doa-doa, tahlil, dan bacaan Al-Quran dari peziarah
makam Sunan Kudus. Mereka juga beranggapan bahwa kain mori bekas makam
Sunan Kudus dapat dijadikan sebagai jimat bagi orang yang menyimpan.
Nasi bungkus (nasi keranjang/sego jangkrik7) yang diperoleh pada waktu
ritual Buka Luwur dipercaya berkhasiat. Kepercayaan masyarakat Kudus bagi
yang makan nasi tersebut akan terjaga kesehatannya. Jika nasi itu dikeringkan dan
ditabur di sawah/tanah, maka akan memberikan kesuburan. Nasi yang telah
dikeringkan, ditumbuk hingga halus, kemudian dicampur dengan pakan ternak,
akan membuat ternak tersebut sehat dan cepat berkembang biak.
Upacara BLMSK juga berperan menjaga ikatan antara berbagai kelompok
masyarakat, menjaga ikatan masyarakat dengan alam gaib (roh-roh halus) dan
menjaga kelangsungan adat istiadat setempat. Masyarakat Kudus adalah
masyarakat modern namun mereka tetap memegang teguh adat istiadat dalam
kehidupan bermasyarakat, Upacara Buka Luwur juga diharapkan dapat menjaga
keseimbangan kehidupan bermasyarakat dan toleransi antarumat beragama.
Pelaksanaan Upacara BLMSK merupakan wujud ikatan batin masyarakat
Kudus dengan Sunan Kudus. Upacara BLMSK merupakan bukti pola kehidupan
6 Luwur adalah kain mori atau kelambu yang dipergunakan untuk menutup kedua nisan, makam,atap atau langitan dan tembok sekeliling makam Kangjeng Sunan Kudus. Luwur yang hendakdibuka atau dilepas telah terpasang selama 1 tahun.7 Sego Jangkrik merupakan istilah untuk menyebut nasi yang dibungkus daun jati. Nasi tersebutakan dibagikan ke masyarakat umum pada tanggal 10 Muharram.
5
yang tradisional dalam masyarakat Kudus. Upacara BLMSK berfungsi menjaga
kelangsungan adat istiadat yang telah dibentuk dan diwariskan oleh Sunan Kudus
kepada masyarakat Kudus.
Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus khususnya
dan di Jawa Tengah pesisir utara pada umumnya. Beliau merupakan salah seorang
ulama, guru besar agama yang telah mengajarkan serta menyiarkan agama Islam
di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau terkenal hebat dalam ilmu agama,
terutama Ilmu Tauhid, Ushul, Hadits, Sastra Mantiq, Tasawuf dan Ilmu Fiqih.
Oleh karena itu, beliau mendapat sebutan Waliyyul 'Ilmu 8 . Menurut riwayat
hidupnya, beliau juga termasuk salah seorang pengarang cerita pendek yang berisi
tentang filsafat dan agama. Di antara ciptaannya yang terkenal, adalah Gending
Maskumambang dan Mijil, (Purwadi dan Enis Niken, 2007: 155).
Upacara BLMSK adalah upacara ritual/upacara penggantian kain
kelambu/kain mori (luwur) yang digunakan untuk membungkus nisan, cungkup,
makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Acara tersebut
dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan Muharram. Puncak upacara tersebut
adalah acara pemasangan kain kelambu (luwur) yang baru pada tanggal 10
Muharram.
Peneliti tertarik untuk meneliti Upacara BLMSK, sebab masyarakat Kudus
dan sekitarnya berjumlah puluhan ribu orang rela mengantre untuk mendapatkan
sego jangkrik. Selain itu, peneliti juga tertarik karena terdapat berbagai macam
8 Waliyyul ‘Ilmu dapat diartikan sebagai pelindung ilmu. Kata wali (bhs. Arab) memilikipengertian kerabat, teman, pelindung. Sunan Kudus juga dikenal peduli dengan setiap anak didik(santri) dan urusan pendidikan (pengajian). Hal ini menjadi visi umum Walisongo yangmemandang mendidik adalah tugas dan panggilan agama. Mendidik anak didik dan santri samdengan mendidik anak kandung sendiri (Said, 2010).
6
kepercayaan (mitos) terkait pelaksanaan Buka Luwur. Berdasarkan pengamatan
peneliti, banyak yang meneliti tentang tradisi Upacara BLMSK. Dokumentasi
yang beredar di media cetak maupun media elektronik mengenai Upacara
BLMSK yang dilaksanakan setiap tahunnya hanya sekadar dokumentasi foto dan
penjelasan makna secara umum saja, tidak digali secara mendalam. Selain itu teks
lisan yang ada di masyarakat mengenai Upacara BLMSK perlu dijelaskan secara
rinci oleh peneliti agar pemahaman masyarakat menjadi jelas.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan meneliti lebih dalam mengenai
tradisi Upacara BLMSK. Penelitian ini bermanfat memberikan penjelasan dan
deskripsi bagaimana tradisi Upacara BLMSK dan resepsi masyarakat setempat
dalam memandang ritual Buka Luwur.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah latar belakang Upacara Buka Luwur Makam Sunan
Kudus?
b. Bagaimana prosesi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus?
c. Bagaimana tanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara
Buka Luwur Makam Sunan Kudus?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
7
a. Mendeskripsikan latar belakang Upacara Buka Luwur Makam Sunan
Kudus.
b. Menjelaskan prosesi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus.
c. Mengungkap tanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara
Buka Luwur Makam Sunan Kudus.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan di bidang penelitian folklor, khususnya pembaca tentang
pengetahuan tradisi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan penelitian lain yang
sejenis. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya
pengetahuan tentang latar belakang serta tanggapan masyarakat Kudus
terhadap tradisi upacara BLMSK. Tujuannya adalah supaya masyarakat
Kudus tetap menjaga dan melestarikan warisan tradisi, terutama tradisi
lisan.
C. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu yang membahas tradisi upacara BLMSK di Kabupaten Kudus
di antaranya:
8
a. Tahun 2004, Muliadi mahasiswa S2 Teknik Arsitektur membuat tesis
dengan judul “Pola Spasial Objek Wisata Ziarah Wali Masjid Menara
dan Makam Sunan Kudus Dikaitkan dengan Persepsi Peziarah”. Dalam
tesis ini dibahas mengenai bentuk bangunan menara yang
menggabungkan unsur Hindu dan Cina, serta tanggapan peziarah terkait
letak Kudus yang sangat strategis sehingga sangat terkenal. Penelitian
tersebut menitikberatkan aspek arsitektur dari menara, masjid, dan
makam yang menjadi daya tarik para peziarah. Ketiga tempat tesebut
merupakan perwujudan arsitektur yang bertumpu pada pandangan
hidup masyarakat Jawa dengan akulturasi Hindu-Budha-Islam sehingga
menumbuhkan pola spasial yang unik dalam objek wisata ziarah
tersebut.
b. Ulin Ni’mah, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (2007) membuat
skripsi dengan judul “Tradisi Buka Luwur di Makam Sunan Kudus
Kabupaten Kudus: Studi Tentang Pengelolaan Dana Umat Untuk
Pengembangan Dakwah Islam”. Skripsi tersebut membahas
pengelolaan Dana Umat untuk pengembangan dakwah Islam melalui
tradisi Buka Luwur di Makam Sunan Kudus. Pengelolaan Dana Umat
terkait pengembangan dakwah Islam dapat tersalurkan dan tertata rapi
dengan manajemen yang baik oleh panitia. Skripsi ini lebih
menitikberatkan pada pengeloaan sirkulasi uang untuk kegiatan Buka
Luwur daripada tradisi upacara Buka Luwur. Penelitian ini hanya
9
terbatas pada panitia yang ikut andil dalam melaksanakan tradisi
upacara Buka Luwur.
c. Erik Aditia Ismaya, mahasiswa Unnes (2008), skripsi dengan judul
“Makna Simbolik Dibalik Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus:
Studi Kasus di Desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”.
Penelitian tersebut mencoba menguraikan tentang prosesi Buka Luwur.
Skripsi tersebut juga mengungkap makna prosesi Buka Luwur, namun
kurang menyeluruh karena yang diungkap hanya makna secara umum.
Penelitian tersebut menggunakan teori simbolisasi untuk mengungkap
makna dari upacara Buka Luwur.
Kelebihan penelitian ini adalah menuliskan teks lisan tentang Buka Luwur.
Penelitian ini juga mengungkapkan resepsi (tanggapan) masyarakat tentang
kepercayaan yang muncul berkenaan dengan upacara Buka Luwur yang belum
pernah diteliti sebelumnya.
2. Landasan Teori
Teori berasal dari kata theoria (bahasa latin). Secara etimologis, teori berarti
kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Menurut Ratna via Irawan (2011: 14)
pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan keilmuan, teori berarti
perangkat pengertian, konsep, proposisi yang memunyai korelasi, dan telah teruji
kebenarannya. Teori dalam kaca mata Poerwadarminta diartikan sebagai asas-asas
dan hukum yang menjadi dasar dalam suatu kesenian dan ilmu pengetahuan
(2007: 1253).
10
Objek kajian penelitian ini adalah tradisi upacara Buka Luwur Makam
Sunan Kudus. Penelitian ini akan menjelaskan tentang pengertian, latar belakang,
prosesi, dan tanggapan masyarakat Kudus terhadap tradisi upacara BLMSK.
Untuk menganalisis masalah tersebut diperlukan teori. Teori yang digunakan
adalah teori filologi, teori folklor dan teori resepsi sastra.
a. Teori Filologi
Filologi adalah ilmu yang mengungkap makna teks dengan latar belakang
budayanya. Dalam hal ini, teks dipandang sebagai refleksi budaya pada
zamannya (Basuki, 2004: 3). Dengan teori filologi dapat diketahui latar
belakang kebudayaan suatu masyarakat yang menghasilkan kepercayaan,
agama, adat istiadat, dan pandangan hidup. Objek kajian filologi adalah
naskah dan teks. Teks tersebut bisa berupa teks lisan maupun teks tulis.
Salah satu teks lisan ada dalam cerita rakyat, sedangkan teks tulis ada dalam
naskah (Djamaris, 2002: 7).
Langkah-langkah kerja filologis yang diterapkan adalah sebagai
berikut:
1) proses pengambilan teks lisan dari masyarakat
2) inventarisasi teks;
3) transkripsi dan translasi;
4) klasifikasi teks;
5) perbandingan teks;
6) analisis teks;
7) penetapan teks.
11
Inventarisasi teks merupakan proses pengumpulan data teks lisan yang
dilakukan dengan cara wawancara kepada sejumlah informan yang dianggap
menguasai cerita. Setelah inventarisasi teks, hasil rekaman wawancara akan
ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Tulisan tadi selanjutnya akan
diklasifikasi guna mengetahui cerita yang utuh dan cerita yang kurang utuh.
Cerita yang telah ditranskripsikan selanjutnya diperbandingkan untuk
mencari teks yang paling baik. Teks akan ditetapkan dengan
mempertimbangkan kelengkapan isi cerita dan jalan cerita yang paling
lengkap. Teks yang terpilih akan disunting dengan mempertahankan unsur
bahasa teks aslinya.
b. Teori Folklor
Folklor berasal dari dua kata, yaitu folk dan lore. Menurut Danandjaja
folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik,
sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-
kelompok lainnya. Mereka memiliki suatu tradisi yakni kebudayaan yang
telah mereka warisi turun temurun sedikitnya dua generasi. Lore adalah
tradisi yang diwariskan turun- temurun secara lisan atau melalui suatu
contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
(Danandjaja, 1997: 1-2). Folklor merupakan sebagian kebudayaan suatu
masyarakat yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, secara
tradisional atau secara lisan, sehingga memungkinkan timbulnya versi cerita
yang berbeda, baik secara lisan maupun sebagian lisan dengan disertai alat
bantu pengingat atau mnemonic device (Danandjaja, 1997: 2).
12
Folklor merupakan kumpulan pengetahuan budaya, baik dalam artian
pemikiran maupun artefak masyarakat ”masa lalu” yang ciri utamanya
diturunkan secara oral atau dari mulut ke mulut antargenerasi. Foklor
dewasa ini masih berwujud demikian atau sebagian sudah tercatatkan dalam
manuskrip-manuskrip. Sebagiannya lagi sudah hilang atau hanya tinggal
ingatan belaka. Cerita yang sekarang masih hidup dan masih tetap relevan
tersebut dikenal sebagai ”kearifan lokal” masyarakat masa lalu.
Folklor sebagai objek kajian dalam bentuk dan isi tidak hanya
didokumentasikan, tetapi juga ditafsir-ulang sehingga menjadi relevan
dengan kehidupan dewasa ini (Thohir, 2009: 32). Folklor mempunyai ciri-
ciri yang berbeda dengan karya sastra naskah dan teks. Ciri-ciri pengenal
utama folklor adalah: (1) penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; (2)
bersifat tradisional; (3) ada dalam versi-versi dan variasi yang berbeda; (4)
biasanya mempunyai bentuk berumus (berpola); (5) bersifat anonim (tidak
diketahui penciptanya); (6) mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat
kolektifnya; (7) bersifat pralogis; (8) menjadi milik bersama; (9) bersifat
polos dan lugu (Danandjaja, 1997: 3-5).
Jan Harold Bruvand menggolongkan folklor ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan dan folklor bukan lisan.
Folklor sebagian lisan adalah folklor yang terbentuknya merupakan
campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk folklor yang tergolong
kelompok ini yaitu kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari
rakyat, adat-istiadat, upacara, pesta rakyat (Danandjaja, 1997: 21-22).
13
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, BLMSK termasuk kategori folklor
sebagian lisan karena penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan,
bersifat tradisional, berpola, memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat,
milik bersama, termasuk upacara dan pesta rakyat yang di dalamnya
terdapat adat istiadat. Upacara BLMSK adalah salah satu jenis folklor
sebagian lisan (partly verbal) karena berbentuk upacara yang diadakan
dalam rangka lingkaran hidup seseorang, atau dalam rangka keagamaan, dan
sebagainya (Thohir, 2009: 6). Meskipun telah diterbitkan (YM3SK telah
menerbitkan 2 buku terkait BLMSK), suatu folklor akan tetap memilki
identitas folklornya selama mengetahui bahwa BLMSK berasal dari
peredaran lisan.
William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi tiga, di
antaranya mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale) 9
(Danandjaja, 1994: 50). Dalam kenyataan banyak cerita yang mempunyai
ciri lebih dari satu kategori. Jika ada suatu cerita sekaligus mempunyai ciri-
ciri mite dan legenda, maka harus mempertimbangkan ciri mana yang lebih
besar (Danandjaja, 1997: 50).
9 Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci olehempunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadidi dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masalampau.
Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaknidianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Legenda ditokohi manusia walaupunadakalanya mempunyai sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib(gaib). Tempat terjadinya adalah dunia seperti yang kita kenal sekarang ini, karena waktuterjadinya belum terlalu lampau.
Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunyacerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.
14
BLMSK termasuk kategori legenda karena terkait dengan cerita Sunan
Kudus yang dipercaya pernah ada dan terjadi. Sunan Kudus merupakan
cerita yang dianggap benar-benar terjadi pada masa lampau. Beliau menjadi
panglima perang Kerajaan Demak dan merupakan Guru Besar dalam agama
Islam karena memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Tauhid, Usluhudin, Ilmu
Fiqih, Filsafat, Tafsir, dan juga ahli Hadis (Widayati, 2002: 28-29).
c. Teori Resepsi Sastra
Karya sastra utuh akan mati jika tidak diungkapkan maknanya. Karya sastra
akan bermakna jika sudah dibaca atau diapresiasi. Suatu karya sastra
dikatakan mempunyai makna apabila memiliki hubungan dengan pembaca.
Resepsi sastra memusatkan perhatian antara teks dan pembaca. Pembaca
mengkonkretkan makna atau arti yang ada dari suatu (unsur dalam) teks
(Junus, 1985: 99).
Menurut Ratna via Roni (2012: 11-12) resepsi sastra merupakan aliran
sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku
pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam memberikan sambutan dan
tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan golongan
sosial. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin),
reception (Inggris), yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan
pembaca. Dalam arti luas resepsi diartikan sebagai pengolahan teks, cara-
cara pemberian makna terhadap karya sehingga dapat memberikan respon
terhadapnya. Respon yang dimaksudkan tidak dilakukan antara karya
15
dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah,
pembaca dalam periode tertentu.
Masyarakat Kabupaten Kudus di sini dapat dikatakan sebagai
pendengar, bukan pembaca (mengenai cerita Buka Luwur). Penyebutan
pendengar karena karya sastra yang beredar di masyarakat adalah karya
sastra yang berbentuk lisan, yaitu cerita terkait Sunan Kudus dan Buka
Luwur. Selain pembaca, teori resepsi sastra juga dapat diaplikasikan kepada
pendengar karya sastra. Pendengar juga mempunyai intrepetasi
(tanggapan/sambutan/reaksi) tentang cerita yang didengar sebagaimana
pembaca membaca karya sastra.
Pengetahuan pendengar mengenai karya sastra yang sedang dikajinya
menjadi suatu hal yang penting bagaimana dia bisa menggali makna yang
terkandung di dalam karya sastra tersebut. Pemahaman pendengar terhadap
karya sastra ditentukan dari bagaimana dia bisa menangkap makna dan
menerjemahkannya ke bahasa yang mudah dia mengerti. Setiap pendengar
mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap karya sastra, meskipun
karya sastra (cerita Buka Luwur) itu sama.
Junus (1985: 30) menyebutkan bahwa karya sastra mempunyai
makna bila ia telah hidup dalam diri pendengarnya. Pendengar akan
memperoleh suatu interpretasi yang kemudian menghasilkan suatu
kesimpulan (nilai). Tahapan-tahapan inilah yang disebut sebagai proses
resepsi sebuah karya sastra.
16
Untuk dapat memahami resepsi terhadap suatu karya, harus
memperhatikan sistematika unsur-unsur pembentuk resepsi sastra (Junus,
1985: 52) sebagai berikut:
1) Pembentuk Resepsi Sastra
Pendengar merupakan pembentuk resepsi sastra. Pendengar
dibedakan menjadi pendengar biasa dan pendengar ideal.
Pendengar biasa adalah pendengar dalam arti yang sebenarnya
yang mendengar suatu karya sastra, bukan sebagai bahan
penelitian. Pendengar biasa dalam penelitian cerita rakyat ini
adalah masyarakat Kabupaten Kudus. Pendengar ideal adalah
pendengar yang dibentuk atau diciptakan oleh peneliti dari
pendengar biasa (Junus, 1985: 52).
Pendengar ideal dibedakan menjadi dua, yaitu pendengar
implisit dan pendengar eksplisit. Pendengar implisit memainkan
peranan bagaimana suatu teks dapat didengar. Pendengar implisit
adalah tokoh masyarakat yang menguasai cerita. Pendengar
eksplisit adalah pendengar berpengetahuan yang kompeten dalam
pemakai bahasa, juga berkompeten dalam sastra (Junus, 1985: 52-
54). Pendengar eksplisit adalah peneliti.
2) Langkah-langkah Penelitian Resepsi Sastra
Langkah-langkah penelitian resepsi sastra yang dilakukan secara
eksperimenter adalah sebagai berikut.
17
a) pengumpulan cerita yang terdapat di masyarakat
(pendengar), kemudian disusun untuk mendapatkan
cerita yang utuh.
b) penyebaran kuesioner kepada masyarakat Kota Kudus
untuk menentukan variasi kepercayaan tentang
BLMSK di masyarakat. Peneliti melakukan wawancara
untuk mendapatkan variasi teks dari tokoh masyarakat
Kota Kudus yang menguasai cerita tentang BLMSK.
c) penganalisisan cerita dengan teori resepsi sastra untuk
mengetahui struktur cerita dan tanggapan masyarakat
terhadap cerita.
Dari langkah-langkah tersebut diharapkan mampu disajikan
data dan analisis resepsi sastra mengenai tradisi Upacara BLMSK.
D. Metode Penelitian
Menurut Koentjaraningrat via Irawan (2011: 25) metode adalah cara kerja untuk
memahami objek yang akan dijadikan bahan penelitian. Metode adalah cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta,
2007: 767). Ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
1. Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan melalui
pengamatan secara sistematis objek yang diteliti. Observasi juga sering
18
diartikan dengan pengamatan, pengamatan adalah alat pengumpul data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-
gejala yang diselidiki (Octavitri, 2012: 15-16). Tipe observasi yang akan
digunakan adalah observasi semi-partisipasi, yaitu observasi di mana
peneliti kadang memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang
diteliti. Data yang dikumpulkan menggunakan observasi adalah bentuk
kegiatan dan urutan jalannya tradisi Upacara BLMSK, serta bentuk fisik
yang berhubungan dengan tradisi Upacara BLMSK.
b. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dapat menunjang
penelitian. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewanwancara dengan informan terkait (Octavitri, 2012: 16). Wawancara
juga dapat diartikan proses tanya jawab guna memperoleh keterangan terkait
objek penelitian (Poerwadarminta, 2007: 1365). Peneliti menggunakan
wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur10.
Informan atau narasumber dipilih dan diklasifikasikan berdasarkan
empat kriteria, yaitu usia, latar belakang pendidikan, agama, dan status
sosial. Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan penguasaan cerita,
kemampuan menuturkan cerita dan kemampuan berkomunikasi.
10 Wawancara terstruktur adalah wawancara terikat, artinya peneliti hanya menanyakanpertanyaan kepada informan. Pertanyaan tersebut sudah ditulis sebelumnya, peneliti tidak bebasmengembangkan pertanyaan. Pertanyaan yang sedemikian rupa memungkinkan jawaban dariinforman cenderung menjawab “Ya” atau “Tidak”.Wawancara tak terstruktur wawancara tidak terikat, artinya peneliti sudah mencatat pertanyaanyang akan diajukan, namun memungkinkan peneliti mengembangkan pertanyaannya.
19
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur disertai perekaman dan
pencatan untuk mendokumentasikan cerita lisan BLMSK. Wawancara tak
terstruktur digunakan untuk mendapatkan kepercayaan yang ada di
masyarakat mengenai tradisi Upacara BLMSK.
Kemudian untuk mendapatkan tanggapan masyarakat terhadap tradisi
Upacara BLMSK dilakukan penyebaran kuesioner secara acak kepada 35
informan yang diambil berdasarkan klasifikasi usia, agama, status
kependudukan dan latar belakang pendidikan. Berdasarkan klasifikasi usia
yaitu usia 17-25 tahun diambil 10 responden, usia 26-40 tahun diambil 10
orang, dan usia 45 tahun ke atas di ambil 15 orang.
c. Dokumentasi dan Studi Pustaka
Dokumentasi adalah pengumpulan data dari data-data yang telah
didokumentasikan dalam berbagai bentuk. Selain wawancara dan observasi,
peneliti juga mengumpulkan informasi dengan cara mencari dokumen serta
arsip yang berhubungan dengan objek penelitian dan dijadikan sebagai
sumber data yang juga diharapkan mendukung hasil penelitian. Dokumen-
dokumen yang berusaha peneliti kumpulkan antara lain dokumen berupa
foto yang diperoleh dari media massa, jurnal, internet mengenai objek
penelitian, yaitu tradisi upacara BLMSK.
Studi pustaka adalah pencarian data melalui catatan atau buku-buku
yang berhubungan dengan objek penelitian yang masih relevan. Buku yang
peneliti kumpulkan berasal dari perpustakaan atau dari perorangan.
20
2. Sumber Data
Sumber data diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yaitu:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber
utama yang berhubungan dengan objek dari penelitian. Data primer
diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan informan yang
menguasai tentang Upacara BLMSK. Data primer diperoleh melalui 3
(tiga) cara yaitu observasi disertai dokumentasi, wawancara berstruktur
dan tak berstruktur, dan penyebaran kuesioner.
Data primer yang diperoleh dari observasi adalah bentuk kegiatan,
urutan jalannya, dan bentuk fisik tradisi Upacara BLMSK. Data primer
yang diperoleh dari wawancara adalah teks lisan dan tanggapan tentang
kepercayaan yang ada di masyarakat terkait tradisi Upacara BLMSK.
Data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner adalah resepsi
masyarakat mengenai tradisi Upacara BLMSK.
b. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang
merupakan data pelengkap atau pendukung yang berhubungan dengan
objek penelitian. Data sekunder meliputi buku, jurnal, surat kabar dan
sumber lain yang menjadi referensi terkait dengan objek penelitian.
Data yang diperoleh adalah kondisi sosial geografis dan demografi
Kabupaten Kudus serta gambaran ritual Upacara BLMSK.
3. Analisis Data
Setelah semua data diperoleh, langkah berikutnya adalah analisis data. Pada
langkah ini terdapat tiga tahapan, yang pertama menyangkut kondisi sosial
21
geografis yang berkaitan dengan tradisi Upacara BLMSK. Kedua analisis
menyangkut identifikasi dan deskripsi teks. Ketiga analisis tanggapan masyarakat
setempat terhadap tradisi Upacara BLMSK.
Analisis mengenai kondisi sosial budaya dan geografis dilakukan untuk
mengetahui kondisi empiris masyarakat Kota Kudus, tempat teks tersebut lahir
dan berkembang. Hal ini perlu dilakukan sebab karya sastra tidak lahir dari
kekosongan sosial. Pada tahap analisis ini peneliti menggambarkan kondisi
masyarakat Kota Kudus, khususnya Desa Kauman. Penggambaran kondisi
meliputi keadaan sosial, lingkungan fisik dan kegiatan ritual yang dilakukan.
Analisis kedua adalah identifikasi dan deskripsi teks lisan guna mencari
(mendeskripsikan) teks yang utuh. Penggolongan tradisi Upacara BLMSK
menggunakan teori folklor, yaitu tergolong folklor sebagian lisan. Teori filologi
digunakan untuk mengumpulkan, mencatat, menetapkan, dan menuliskan teks
lisan mengenai tradisi Upacara BLMSK.
Analisis ketiga menggunakan teori resepsi untuk mengetahui sejauh mana
tanggapan masyarakat setempat terhadap tradisi Upacara BLMSK. Selain itu teori
resepsi digunakan untuk mengungkap penerimaan masyarakat setempat mengenai
mitos yang berkaitan dengan tradisi Upacara BLMSK.
4. Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif
ini bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena
yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya.
Analisis deskriptif adalah memaparkan sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan
22
terperinci. Dalam hal ini menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan
dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di dalam
masyarakat, hubungan antarvariabel, pertentangan dua kondisi atau lebih.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca memahami isi, maka penulisan skripsi ini disusun
secara sistematis dalam enam (6) bab, yang disusun berurutan, yaitu:
BAB I : pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : kondisi sosial geografis Desa Kauman, Kecamatan Kota,
Kabupaten Kudus.
BAB III : deskripsi teks lisan tradisi Upacara BLMSK.
BAB IV : prosesi tradisi Upacara BLMSK.
BAB V : analisis reserpsi masyarakat Kudus terhadap tradisi Upacara
BLMSK.
BAB VI : penutup yang meliputi paparan simpulan dari keseluruhan
analisis data.
BAB II
KONDISI SOSIAL GEOGRAFI DESA KAUMAN
KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kabupaten Kudus sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah, terletak di
antara 4 (empat) kabupaten. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan
Kabupaten Pati, serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Demak
dan Kabupaten Jepara11.
Letak Kabupaten Kudus antara 110o 36’ dan 110 o 50’ Bujur Timur
dan antara 6o 51’ dan 7o 16’ Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke
timur adalah 16 km, sedangkan dari utara ke selatan 22 km.
Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan
yaitu Kota Kaliwungu, Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Bae, Gebog, dam
Dawe. Kabupaten kudus terdiri atas 123 desa serta 9 kelurahan. Luas
wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 hektar atau sekitar 1,31
persen dari luas propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah
Kecamatan Dawe yaitu 8.584 ha (20,19 persen), sedangkan yang paling
11 Kudus Dalam Angka 2012. Data diambil bulan Agustus tahun 2012 di Kantor Badan PusatStatistik Kabupaten Kudus. Data BPS Kabupaten Kudus tahun 2012 adalah hasil daripengumpulan data di seluruh Kabupaten Kudus pada tahun 2011.
24
kecil adalah Kecamatan Kota dengan luas 1.047 ha (2,46 persen) dari luas
Kabupaten Kudus.
Gambar 1. Peta Jawa Tengah
Sumber: olahan data internet
Gambar 2. Peta Kabupaten Kudus
Sumber: olahan data internet
Desa Kauman terletak di wilayah Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
Luas wilayah Desa Kauman sekitar 290, 97 ha. Desa Kauman tidak dialiri
25
sungai dan tidak mempunyai lahan sawah. Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Kerjasan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Damaran dan Desa
Kerjasan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Janggalan, serta sebelah
timur berbatasan dengan Desa Langgar Dalem12.
Desa Kauman terletak di titik koordinat 6” 30’ – 7” 00’ Lintang
Selatan dan 3” 40’ – 20” 10’ Bujur Timur. Hanya mempunyai 1 (satu)
dusun yang terdiri dari satu (1) RW dan tiga (3) RT.
Gambar 3. Peta Desa Kauman
Sumber: dokumentasi pribadi
12 Data Statis Desa Kauman peroide bulan Januari-Juni 2012. Data Statis ini dilaporkan ke tingkatkecamatan setiap bulan, kemudian akan diolah kembali di tingkat Kecamatan Kota dan KabupatenKudus.
26
2. Kondisi Demografi
a. Penduduk
Berdasarkan data dinamis Desa Kauman tahun 2012, penduduk Desa
Kauman berjumlah 408 jiwa dengan 114 kepala keluarga.
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 208 jiwa (50,99%)
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 200 jiwa (49,01%).
Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan pengelompokan usia13.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Kauman
No Kelompok Usia Jumlah Persentase
1. 0 – 4 11 orang 2,69 %
2. 5 – 9 42 orang 10,29 %
3. 10 – 14 43 orang 10,54 %
4. 15 – 19 29 orang 7,11 %
5. 20 – 24 41 orang 10,05 %
6. 25 – 29 23 orang 5,64 %
7. 30 – 34 28 orang 6,87 %
8. 35 – 39 21 orang 5,15 %
9. 40 – 55 112 orang 27,45 %
10. 56 – 79 53 orang 12,99 %
11. 80 ke atas 5 orang 1,22 %
Jumlah 408 orang 100 %
Sumber: data dinamis Desa Kauman bulan Juni tahun 2012
13 Data Dinamis Desa Kauman peroide Januari-Juni 2012. Data Dinamis ini dilaporkan ke tingkatkecamatan setiap 6 bulan sekali yang akan diolah kembali di tingkat kecamatan dan kabupaten.
27
b. Mata Pencaharian
Berdasarkan data pemerintah Desa Kauman tahun 2012, tercatat
bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Kauman
adalah sebagai buruh industri yakni sebesar 33,98 %. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kauman
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1. Petani - -
2. Pengusaha sedang/besar 4 orang 3,89 %
3. Pengrajin/Industri 25 orang 24,27 %
4. Buruh Industri 35 orang 33,98 %
5. Pegawai Negeri Sipil 10 orang 9,7 %
6. Dokter - -
7. Pedagang 25 orang 24,27 %
8. Peternak 4 orang 3,89 %
9. Pensiunan (ABRI/PNS) - -
Jumlah 103 orang 100 %
Sumber: data dinamis Desa Kauman bulan Juni tahun 2012
B. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kauman secara umum tergolong baik.
Hal ini terbukti sudah banyak masyarakat yang berpendidikan tinggi yaitu
mencapai 72 orang (17,65 %) dari jumlah penduduk 408 orang. Akan tetapi
28
masih banyak masyarakat yang tidak lulus SD dan hanya lulusan SD
mencapai 101 orang (24.75%), sebagian lulusan SMP sejumlah 52 orang
(12,75%) dan lulusan SMA mencapai 156 orang (38,23%). Desa Kauman
hanya mempunyai fasilitas pendidikan berupa satu Sekolah Dasar (SD), dan
tidak mempunyai Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga untuk
bersekolah tingkat SMP dan seterusnya masyarakat harus keluar desa.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kauman
No Pendidikan Jumlah Persentase
1. Belum sekolah 27 orang 6,62 %
2. Tidak tamat SD 49 orang 12 %
3. Tamat SD/ sederajat 52 orang 12,75 %
4. Tamat SMP/ sederajat 52 orang 12,75 %
5. Tamat SMA/ sederajat 156 orang 38,23 %
6. Tamat Akademi 53 orang 12,99 %
7. Tamat Perguruan Tinggi 19 orang 4,66 %
Jumlah 408 orang 100 %
Sumber: data dinamis Desa Kauman bulan Juni tahun 2012
Biasanya lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya akan mengadu nasib di luar kota. Kota yang dituju biasanya kota-kota
besar seperti Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
29
2. Agama
Sesuai data yang ada tahun 2012 14 , seluruh penduduk Desa Kauman
memeluk agama Islam. Sedangkan penduduk Kabupaten Kudus yang
memeluk agama Islam sebesar 97,47%, Kristen Protestan 1,46% dari
769.904 jiwa. Jika dilihat dari persentase tersebut dapat dipahami apabila
keseharian masyarakat Kudus khususnya Desa Kauman, menunjukan corak
kehidupan yang Islami.
Karakter umat Islam di Kudus adalah memiliki semangat yang tinggi
dalam menuntut ilmu dan juga memilkii etos kerja yang tinggi. Kemudian
muncul konsep pemuda ideal Gusjigang, yaitu harus bagus, pinter ngaji, lan
dagang. Memposisikan Gusjigang sebagai acuan bagi pemuda Islam di
Kudus merupakan tanda bahwa mereka masih memiliki hubungan dengan
Sunan Kudus dan mengaharap berkah dari beliau (Said, 2010: 149-150).
Konsep gusjigang, terutama gang (dagang) inilah yang selalu dijadikan
pedoman para pemuda Kudus sehingga terkenal dengan etos kerja yang
tinggi.
Kota Kudus terbagi menjadi dua bagian, Kudus Kulon dan Kudus
Wetan. Bagian barat Kali Gelis adalah wilayah Kudus Kulon, sedangkan
bagian timur Kali Gelis adalah wilayah Kudus Wetan.
Masyarakat Kudus merasa sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam
struktur ruang fisik dan ruang sosial dari aura Sunan Kudus. Sehingga
masyarakat Kudus Wetan pun merasakan kehadiran makam Sunan Kudus
14 Id. at 23
30
yang terletak dalam komplek Kudus Kulon. Hingga sekarang dalam
konstruksi sosial masyarakat kudus, ulama yang menjadi rujukan adalah
yang berasal dari Kudus Kulon. Hal ini tidak lepas dari eksistensi Sunan
Kudus yang kiprah dan dakwahnya berpusat di Kudus Kulon. Dengan
demikian masyarakat Kudus Kulon lebih menemukan keberkahan dan
barokah atas keramat makam Sunan Kudus (Said, 2010: 153).
3. Bahasa
Kudus adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara
umum bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Dalam penggunaanya
bahasa Jawa yang dipergunakan di daerah Desa Kauman (termasuk
Kabupaten Kudus) mempunyai dialek yang khas dibanding bahasa Jawa
umumnya.
Tabel 4. Contoh Penggunaan Bahasa di Kabupaten Kudus
Dialek Kudus Bahasa Jawa Arti
Ibunem Ibumu Ibumu
Kacangem Kacangmu Kacangmu
Paanem Bapakmu Bapakmu
Sikilem Sikilmu Kakimu
Ketoh Rusoh Kotor
Kethu Pecis/Peci Peci/Kopyah
Luru Golek Cari
Lapo Opo Apa/Kenapa
Mbok tenggoh Mbok kiro Kamu kira
31
Songgek/gathang Orok-orok Galah
Sulohi Senteri Diterangi
Akehe Neni/Meneni Akehe Pol Banyak Sekali
Pol Tekan/Tutuk Sampai (bukan tiba)
Sumber: olahan data lapangan
4. Ritual
a. Ritual Daur Hidup
Ritual daur hidup yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa
Kauman adalah pernikahan, tujuh bulanan, pisowanan dan puputan,
selapanan dan kekahan, tedhak siten, khitanan, dan peringatan hari
kematian. Dalam pelaksanaannya, masyarakat tidak selalu mengikuti
aturan yang ada, mereka melakukan ritual daur hidup sesuai dengan
kemampuan mereka. Ritual daur hidup tersebut akan dipaparkan pada
penjelasan selanjutnya.
1). Pernikahan
Pernikahan atau perkawinan adalah upacara yang dilakukan
dengan ketentuan hukum adat dan ajaran agama. Pernikahan
merupakan upacara sakral di mana laki-laki dan perempuan saling
mengucap janji untuk menjalin rumah tangga sebagai suami dan
istri yang sah.
Dalam tradisi Jawa, sebelum melangsungkan pernikahan
terlebih dahulu dilaksanakan prosesi ndodok lawang/nakokno.
32
Ndodok lawang/nakokno adalah proses di mana keluarga pihak
laki-laki (biasanya pakdhe atau paklek) datang ke rumah pihak
perempuan. Keluarga pihak laki-laki (biasanya hanya 2-6 orang)
bertemu dengan keluarga pihak perempuan untuk menanyakan
apakah laki-laki misal bernama Tono memang betul kenal dengan
perempuan misal bernama Tini, apakah Tono dan Tini saling
suka. Setelah itu maka pihak keluarga Tono akan naleni15 dengan
memberikan sebuah cincin kepada Tini sebagai wujud ikatan
antara Tono dan Tini. Setelah diterima maka kedua belah pihak
keluarga menentukan tanggal baik untuk prosesi lamaran dan
akad nikah antara Tono dan Tini
Lamaran adalah prosesi yang tidak lepas dari pernikahan.
Biasanya dalam prosesi lamaran keluarga Tono menyiapkan
seserahan. Seserahan berupa perhiasan, perlengkapan sholat,
mahar, pakaian lengkap untuk Tini, kosmetik, buah-buahan, dan
aneka jajan pasar.
Proses selanjutnya adalah akad nikah sesuai dengan hari
yang telah ditentukan. Akad nikah pada dasarnya berisi
pernyataan kedua belah pihak di hadapan penghulu, wali, dan
para saksi sebagai pengukuh pernyataan bahwa kedua belah pihak
dengan sadar dan bertanggung jawab untuk mengikat diri dalam
suatu perrnikahan sesuai hukum adat dan ajaran agama.
15 Biasanya dalam prosesi ndodok lawang ini Tono dan Tini tidak ikut dalam perundingan antarkeluarga. Pihak keluarga Tini bisa saja menolak talenan (ikatan) dari keluarga Tono.
33
Setelah akad nikah selesai biasanya dilanjutkan resepsi.
Acara resepsi biasanya tuan rumah mengundang saudara,
tetangga, teman, kenalan, dan sebagainya. Para undangan datang
untuk memberikan ucapan kepada kedua mempelai serta memberi
sumbangan. Resepsi biasanya dilangsungkan di kediaman Tini
(pihak perempuan), sedangkan jika ada resepsi di kediaman Tono
(pihak laki-laki) disebut ngundhoh mantu.
2). Tujuh Bulanan
Tujuh bulanan atau sering disebut mitoni yakni selamatan usia
kandungan yang memasuki usia tujuh bulan. Upacara ini
dimaksudkan agar persalinan lancar, ibu serta bayinya dalam
keadaan sehat. Upacara ini diawali dengan acara siraman sang ibu
yang sedang mengandung dengan air tujuh sumur dan bunga
tujuh rupa. Dilanjutkan dengan meneroboskan belut dan kelapa
gading yang telah diukir gambar Arjuna dan Srikandi melalui
kain sang ibu. Hal ini dimaksudkan agar proses persalinan lancar
(licin seperti belut) dan bayi yang dilahirkan kelak watak dan
fisiknya menyerupai Arjuna atau Srikandi. Kemudian sang ibu
berganti pakaian sebanyak tujuh kali yang menandakan usia
kandungan memasuki tujuh bulan. Acara ditutup dengan
pengajian. Acara tujuh bulanan ini hanya untuk kehamilan anak
pertama saja.
34
3). Pisowanan dan Puputan
Seorang ibu yang melahirkan, biasanya akan membawa pulang
langusung si bayi. Bagi sebagian masyarakat Kudus, mereka tidak
akan langusng membawa pulang bayi itu. Mereka akan singgah
terlebih dahulu di kompleks makam Sunan Kudus. Mereka
melakukan pisowanan bayi. Bayi tersebut digendong oleh ibunya
lalu dibawa menuju kulah16 lebih dahulu sebelum menuju makam.
Sesampainya di sana si ibu akan mengambil sedikit air dari kulah
untuk diusapkan ke mbun-mbunan 17 bayi. Hal ini dipercaya
sebagian masyarakat Kudus agar si bayi mendapatkan berkah dari
Sunan Kudus.
Ritual puputan dilakukan sekitar satu minggu dari kelahiran
setelah bekas potongan tali pusar lepas. Acara ini berkaitan
dengan pemberian nama dan pemotongan sebagian rambut sang
bayi. Pemberian nama pada umumnya ditentukan oleh ayah atau
kakek. Tetangga terdekat diundang untuk mengikuti acara
tersebut. Acara diawali dengan doa bersama dan pemotongan
rambut bayi.
Selanjutnya diadakan acara selametan (kajatan) 18 . Bayi
digendong mengelilingi para tetangga yang diundang, diiringi
16 Kulah adalah tempat air di kamar mandi, bentuknya persegi, biasanya dibuat dari batu bata.17 Mbun-mbunan atau dalam bahasa Indonesia “ubun-ubun”, artinya bagian kepala yang dekatdahi bagi anak bayi yang masih bergerak-gerak.18 Selametan atau kajatan adalah sebutan acara yang diadakan (biasanya sehabis maghrib/isya’)untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Dalam acara ini tetangga sekitarrumah diundang, kemudian membaca potongan ayat Alquran, sholawat, dan tahlil bersama.
35
lantunan sholawat nabi dan Al-Barjanzi19. Kemudian dibagikan
sego berkat sebelum tamu undangan pulang. Pada sego berkat20
tersebut diselipkan kertas yang bertuliskan nama bayi tersebut.
4). Kekahan
Kekahan berasal dari kata aqiqah (Arab). Masyarakat Kudus lebih
mengenal kata kekahan daripada aqiqah. Penyelenggaraan
kekahan itu sendiri dilakukan penyembelihan seekor kambing
untuk anak perempuan dan dua ekor kambing untuk anak laki-
laki. Hal tersebut berdasarkan Hadist Riwayat Turmuzi yang
berbunyi ”Bahwasanya Rasulallah SAW memerintahkan orang-
orang agar menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor
kambing yang umurnya sama dan untuk anak perempuan seekor
kambing”.
Daging dari pemotongan kambing tersebut dibagikan
kepada tetangga sekitar dalam keadan matang berbentuk sego
berkat. Ritual tersebut dilaksanakan supaya nantinya sang anak
pada kehidupan dunia dan akhirat akan mendapatkan kemudahan.
5). Khitanan
Ritus yang berhubungan dengan perubahan masa kanak-kanak ke
masa remaja hanya berlaku bagi anak laki-laki saja, yakni dalam
bentuk khitanan atau sunatan atau supitan atau tetakan. Khitanan
19 Al-Barjanzi adalah nama kitab yang biasa digunakan tuntunan dalam pembacaan sholawat nabi,baik dalam acara selametan atau Maulud Nabi. Pembacaan kitab Al-Barjanzi dalam masyarakatKudus lebih dikenal dengan nama berjanjen.20 Sego berkat merupakan istilah untuk nasi dengan lauk (ikan, ayam, atau daging) yangdibungkus kardus/besek (kardus dari anyaman bambu).
36
biasanya dilakukan oleh anak laki-laki usia 10 tahun sampai 12
tahun (saat lulus Sekolah Dasar atau kelas satu Sekolah
Menengah Pertama).
Setelah dilakukan khitanan, lalu diadakan selametan. Pada
acara selametan khitanan biasanya tuan rumah mengundang
saudara, teman, tetangga, kenalan, dan sebagainya untuk
menghadiri acara tersebut. Orang yang diundang tersebut datang
untuk memberi sumbangan (berupa uang atau barang).
Acara selametan berbeda tergantung kemampuan keluarga
tersebut. Ada yang nanggap dangdutan, wayangan, terbangan,
pengajian, dan sebagainya. Ada juga yang diam-diam dan
membagikan sego berkat kepada tetangga terdekat saja.
6). Kematian
Peringatan orang yang sudah meninggal dunia dilaksanakan pada
hari ketiga (nelung dina), hari ketujuh (metung dina), hari
keempat puluh (matang puluh), hari keseratus (nyatus), setahun
(mendhak siji), dua tahun (mendhak loro), serta hari keseribu
(nyewu). Biasanya dalam peringatan tersebut diadakan pembacaan
tahlil. Tahlilan ialah pembacaan kalimat tauhid secara berulang-
ulang. Tahlilan dilaksanakan di rumah duka, biasanya tahlilan
dilakukan setelah shalat Maghrib maupun shalat Isya. Tahlilan
tersebut dipimpin oleh seorang modin, kyai atau ustadz. Terakhir
ditutup dengan pembacaan doa untuk almarhum. Setelah
37
rangkaian tahlilan selesai, tuan rumah menyediakan aneka
makanan dan sego berkat yang telah disediakan untuk peserta
tahlilan.
b. Ritual Upacara Adat dan Keagamaan
1). Muludan
Muludan atau Maulidan adalah memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW pada tanggal 12 Maulid (Rabi’ul Awal).
Masyarakat Desa Kauman memeriahkan acara tersebut dengan
mengadakan pengajian-pengajian di masjid maupun mushola-
mushola secara bergantian. Dalam acara ini biasanya diisi
ceramah oleh seorang mubaligh atau kyai. Masyarakat juga
melaksanakan berjanjen 21 setiap hari dari mulai tanggal 1-12
Rabiul Awal.
2). Dhandangan
Setiap bulan suci Ramadhan tiba, masyarakat Kudus menyambut
suka dan cita. Penanda masuknya bulan Ramadhan ini menjadi
sebuah tradisi penting bagi umat Islam di Kudus. Tradisi tersebut
populer di masyarakat dengan nama dhandangan. Pencetus tradisi
tersebut adalah Sunan Kudus.
Tradisi itu bermula ketika Sunan Kudus mengumumkan
mengenai kapan dimulainya hari pertama puasa Ramadhan.
21 Berjanjen adalah istilah untuk melakukan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Puji-pujian tersebut biasanya dinyanyikan dengan nada yang khas. Kitabnya bernama Syaraful Anam,namun oleh masyarakat lebih dikenal dengan nama Al-Barjanzi karena dikarang oleh Syaikh Jafarbin Hasan al Barjanzi.
38
Pengumuman itu diawali dengan pemukulan bedug yang berbunyi
dhang-dhang-dhang di menara masjid Al-Aqsha (masjid Sunan
Kudus). Konon bunyi bedug itulah yang memunculkan nama
dhandangan, sehingga kebiasaan tersebut dikenal dengan nama
tradisi dhandangan.
Seiring perkembangan zaman, tradisi dhandangan tidak lagi
sekadar untuk mendengarkan pengumuman awal Ramadhan.
Tradisi dhandangan mulai diramaikan pedagang dari berbagai
daerah yang menawarkan kebutuhan pokok, aneka mainan,
pakaian, dan makanan di sepanjang jalan Sunan Kudus. Bahkan
para pedagang sudah bersiap sekitar tiga (3) minggu sebelum
awal Ramadhan.
3). Kupatan
Kupatan merupakan salah satu tradisi Jawa yang berlangsung
seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Dinamakan kupatan
karena pada hari ke-7 setelah perayaan 1 Syawal masyarakat
membuat kupat (ketupat). Tradisi ini sangat terasa jika kita berada
di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak, Kendal, dan beberapa daerah
terutama di pantura (pantai utara Jawa).
Pada hari kupatan itu, sebagian besar masyarakat Kudus,
Jepara, dan sekitar merayakannya dengan mengunjungi tempat-
tempat tertentu, misalnya Bulusan di Kudus, Pantai Kartini dan
Bandengan di Jepara. Tempat tersebut sampai sekarang masih
39
menjadi tempat favorit untuk menghabiskan Hari Raya Kupatan.
Di Bulusan Kudus, oleh sebagian orang dipercaya sebagai tempat
ritual pemandian dengan harapan mendapatkan jodoh bagi muda-
mudi. Di Desa Bulusan menurut cerita rakyat merupakan tempat
Sunan Muria pertama kali mengeluarkan fatwa (sabda/dhawuh):
jeg kula wonten mriki sampun wonten. Kata-kata inilah yang
konon menjadi nama daerah Jekulo (sekarang nama kecamatan
dan desa di Kabupaten Kudus ).
Konon bulus (kura-kura) itu adalah penjelmaan orang-orang
yang tidak mematuhi dhawuh (perintah) Sunan Muria. Cerita
rakyat yang ada, Sunan Muria memberi makanan pada bulus-
bulus setiap kali lewat daerah tersebut. Namun sekarang bulus
tersebut sudah tidak ada.
Di Desa Colo, Kecamatan Dawe Kudus sejak 2012 adalah
tahun keenam memperingati tradisi kupatan dengan merayakan
upacara sewu kupat (seribu ketupat) yang telah tercatat dalam
rekor Muri. Sewu kupat diarak menuju makam Sunan Muria,
kemudian dibacakan do’a oleh ulama. Selanjutnya ketupat
tersebut dibagikan kepada masyarakat. Masyarakat biasanya
saling berebut ketupat karena sebagian mempercayai bisa
membawa berkah.
Tidak diketahui persis kapan mulai tumbuh dan
berkembangnya tradisi dan apa makna filosofi dari perayaan
40
tersebut. Ada yang berpendapat bahwa kupatan merupakan hari
rayanya orang yang berpuasa 6 hari pada seminggu setelah
lebaran hari pertama (tanggal 2-7 Syawal).
Kupat adalah berasal dari kata ngaku lepat, artinya
mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kalepatan (mengakui
pernah berbuat salah). Kupatan telah menjadi Hari Raya yang ke-
2 pada bulan Syawal setelah Idul Fitri. Secara sosiologis, kupatan
telah mengajarkan arti pentingnya saling bertemu dan saling
mengakui kesalahan serta memaafkan satu dengan yang lainnya.
Kupat dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari “kafi”,
yakni “kuffat” yang berarti sudah cukup harapan. Jadi, dengan
berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadhan, kemudian
lebaran 1 Syawal, dan dilanjutkan dengan puasa sunnah enam (6)
hari di bulan Syawal, maka orang-orang menjadi kuffat (merasa
cukup ibadahnya). Sebagaimana Hadis Nabi, pahala puasa enam
(6) hari di bulan Syawal bagaikan berpuasa selama satu tahun
penuh.
Dalam filosofi Jawa, kupatan bukan hanya sebuah tradisi
lebaran dengan menghidangkan ketupat, sejenis makanan atau
beras yang dimasak dan dibungkus daun janur berbentuk prisma
maupun segi empat. Kupatan ternyata memiliki makna dan
filososi mendalam. Tradisi tersebut berangkat dari upaya-upaya
Walisongo memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu orang
41
Jawa selalu menggunakan simbol-simbol tertentu, akhirnya
Walisongo memanfaatkan cara tersebut sehingga tradisi itu
menggunakan simbol janur atau daun kelapa muda berwarna
kuning.
Salah satu pertimbangannya adalah janur biasa digunakan
masyarakat Jawa dalam suasana suka cita. Janur dalam bahasa
Arab berasal dari kata ja a nur atau telah datang cahaya. Sebuah
harapan cahaya menuju rahmat Allah, sehingga terwujud negeri
yang makmur dan penuh berkah. Sedangkan isinya, dipilih beras
kualitas terbaik yang dimasak jadi satu sehingga membentuk
gumpalan beras yang sangat kempel (padat). Kempel memiliki
makna tersendiri, yakni kebersamaan dan kemakmuran.
4). Suronan
Ritual ini berhubungan dengan bulan Suro (Muharram). Biasanya
pada malam satu Suro masyarakat di Kudus khususnya kaum
laki-laki mengadakan lek-lekan. Lek-lekan berasal dari bahasa
Jawa yakni dari kata melek yang berarti tidak tidur (begadang)
sampai pagi hari. Ritual ini biasanya dilakukan di rumah kepala
desa atau tempat yang telah disepakati bersama. Setelah
melakukan ritual ini masyarakat berharap mereka dijauhkan dari
mara bahaya, seperti gagal panen, bencana alam, penyakit
menular, dan sebagainya.
42
Acara lek-lekan dimulai dengan membaca Surat Yasin dan
Tahlil dilanjutkan dengan makan bubur Suro yang dibuat
beramai-ramai oleh ibu-ibu setempat. Setelah itu warga hanya
duduk-duduk sambil berbincang-bincang ada pula yang main
kartu untuk menghilangkan kantuk. Hal tersebut dilakukan
sampai pagi hari.
BAB III
DESKRIPSI TEKS LISAN TRADISI UPACARA BUKA LUWUR
MAKAM SUNAN KUDUS
Upacara BLMSK merupakan folklor sebagian lisan karena termasuk upacara dan
pesta rakyat yang di dalamnya terdapat adat istiadat. Upacara BLMSK dipercaya
keberadaaanya oleh masyarakat Kabupaten Kudus, khususnya Desa Kauman.
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti pada masyarakat Kabupaten Kudus,
diketahui bahwa sebagian besar mereka mengandalkan ingatan untuk mewariskan
cerita tradisi Upacara BLMSK. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Kudus tahu
tentang tradisi Upacara BLMSK tetapi tidak berani menjelaskan dan takut salah
ucap terkait Buka Luwur, karena takut kualat22. Bagi masyarakat Kabupaten
Kudus lebih baik menanyakan langsung kepada ketua Yayasan Masjid Menara
dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) atau juru kunci makam Sunan Kudus.
Narasumber yang dipilih peneliti melalui proses pertimbangan dan seleksi.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan narasumber adalah: 1)
Kedudukan dalam struktur sosial 2) Status Kependudukan 3) Pengetahuan
Narasumber. Narasumber tersebut adalah K.H. Em. Nadjib Hassan23 merupakan
ketua YM3SK. Beliau pernah menjabat sebagia ketua pemangku makam wali se-
Jawa. Narasumber berikutnya adalah K.H. Nur Riza yang menjabat sebagai juru
22 Kualat berasal dari bahasa Jawa yang artinya mendapat bencana, celaka, atau terkutuk karenaberbuat kurang baik.23 Beliau adalah narasumber satu, seorang kyai yang disegani di Kota Kudus. Selain menjadipengajar di Madrasah Qudsiyyah, beliau salah seorang yang memprakasai terbentuknya pemangkumakam wali se-Jawa.
44
kunci makam Sunan Kudus.. Hasil yang diperoleh dari penelitian menyatakan
bahwa semua narasumber tahu dan mengerti mengenai tradisi upacara BLMSK.
A. Pedoman Transkipsi Teks Lisan Tradisi Upacara BLMSK
Untuk memudahkan pemahaman terhadap teks lisan, perlu adanya proses
transkipsi. Transkipsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang
berlaku sekarang (EYD). Transkpsi juga diartikan pengalihan teks lisan
(rekaman) ke dalam teks tertulis (Basuki, 2004: 54).
Proses transkipsi ini mengacu “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan” yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional di Jakarta pada tahun 2000, yaitu:
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Tabel 5. Penggunaan Huruf Abjad dalam Bahasa Indonesia
HURUF NAMA HURUF NAMA HURUF NAMA
A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q ki Z z zet
45
I i i R r er
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
Tabel 6. Penggunaan Huruf Vokal dalam Bahasa Indonesia
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
a api tapi bara
e enak petak sore
- emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
kata menimbulkan keraguan. Misalnya:
a. Anak-anak bermain di teras (téras).
b. Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
c. Kami menonton film seri (séri).
d. Pertandingan itu berakhir seri.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam Bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
46
Tabel 7. Penggunaan Huruf Konsonan dalam Bahasa Indonesia
Huruf
Konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafir maaf
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa sesak
- - rakyat * bapak *
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama Anak daun
p pasang apa siap
q ** qur’an Furqan -
r raib bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varian lava -
w wanita bawa -
x ** xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz
47
Keterangan tanda (*) adalah huruf k melambangkan bunyi hamzah
(bahasa Arab). Sedangkan tanda (**) adalah huruf q dan x digunakan
khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
4. Huruf Diftong
Huruf yang melambangkan diftong dalam penggunaan Bahasa Indonesia
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Tabel 8. Penggunaan Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot sepoi
5. Gabungan Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan gabungan konsonan dalam penggunaan
Bahasa Indonesia terdiri atas kh, ng, ny, dan sy.
Tabel 9. Penggunaan Gabungan Huruf Konsonan dalam Bahasa Indonesia
Gabungan Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata hanyut -
sy syarat isyarat arasy
48
6. Penulisan Tanda-Tanda yang Dipakai dalam Transkipsi
a) Tanda koma ( ,) adalah tanda untuk menerangkan bahwa ada
jeda dalam teks lisan.
b) Tanda dengan fontasi italic (cetak miring) adalah tanda bahwa kata-
kata atau kalimat yang dicetak miring tersebut berupa kosakata
asing, yang belum dibakukan sebagai kosakata bahasa Indonesia.
c) Tanda kurung (…) adalah tanda untuk memberi keterangan bahwa
teks lisan aslinya tidak terdengar dengan sempurna, maka kata
atau huruf yang terdapat dalam dua tanda kurung tersebut adalah
tambahan peneliti.
B. Deskripsi Teks Lisan Tradisi Upacara BLMSK
1. Teks 1
Teks 1 didapat dari narasumber K.H. Em. Nadjib Hassan. Pemilihan
narasumber ini didasarkan jabatan pada stuktur sosial dan struktur
dalam YM3SK. Kemampuan beliau menjelaskan sangat baik.
Kemampuan beliau berkomunikasi sangat baik mengingat beliau
adalah guru, seorang kyai dan terbiasa menjadi narasumber. Teks ini
direkam pada hari Senin, tanggal 29 Oktober 2012, pukul 09.50 WIB
di kantor YM3SK.
49
Tabel 10. Teks Lisan K.H. Em. Nadjib Hassan
ASLI TRANSKRIPSI TEKSPerlu diketahui mas bahwa BukaLuwur itu hanya sebuah istilahyang pada hakekatnya adalahperingatan haul, itu lho yang perluditekankan. Kenapa kok tidak pakeacara haul? Karena memang kitatidak mempunyai catatan, kapanwafatnya beliau. Jadi ya pakaitanggal 10 Muharram itu.
Mengapa tetep menggunakanistilah muharram? Karena kalenderislam. Kalau suro itu identikdengan jawa, justru muharram itudalam kacamata islam dinakamanasyuro, karena asyuro itu artinyasepuluh (10) mas. Jadi ya 10Muharram itu.
Jadi aku rasa yang perlu disadaridari haul adalah doa dan shodaqohyang pahalanya dikirimkan kepadayang dihauli. Nah yang perluditekankan adalah yang subtansialbukan pengembangan acaranya.Pengembangan acara contohnyasantunan anak yatim dan segalamacem itu kan belum lama, paling-paling 10 tahunan. Itu gag terkaitlangsung, hanya kebetulan dalamtradisi islam ini bulan muharramjuga disebut bulan anak yatim.
Buka Luwur iku hakekatnyandongakno, nyedekahi.
Saya prihatin mas, sekarang inisetiap acara haul itu identik denganpengajian. Ini bias mas, yangnamanya pengajian itudilaksanakan kapan-pun kan bisa.Pada intinya haul itu kan kirimdo’a dan shodaqoh, do’a danpahala shodaqoh itu hakekat haul.
Perlu diketahui bahwa Buka Luwur ituhanya sebuah istilah yang padahakekatnya adalah peringatan haul, ituyang perlu ditekankan. Kenapa tidakmemakai istilah haul? Karena kita tidakpunya catatan kapan beliau (SunanKudus) wafat. Jadi memakai tanggal 10Muharram.
Mengapa tetap memakai istilahMuharram? Karena kalender Islam.Kalau Suro itu identik dengan Jawa,Muharram itu dalam kacamata Islamdinamakan asyuro yang mempunyai artisepuluh (10).
Menurut saya yang perlu disadari darihaul adalah doa dan shodaqoh yangpahalnya dikirimkan kepada yang di-haul-i. Yang perlu ditekankan adalahyang subtansial bukan pengembanganacaranya. Pengembangan acaracontohnya santunan anak yatim dan lainsebagainya itu sebenarnya belum lama,ada sekitar 10 tahun yang lalu. Itu tidakterkait langsung, hanya kebetulan dalamtradisi Islam ini, bulan Muharram jugadisebut bulan anak yatim.
Buka Luwur itu hakekatnya mendoakandan bersedekah.
Saya turut prihatin, sekarang ini setiapacara haul itu identik dengan pengajian.Ini bias. Yang namanya pengajian itudilaksanakan kapanpun bisa. Padainitinya haul itu kirim doa dan shodaqoh,di mana doa dan pahala shodaqoh ituhakekat haul.
Di sini ini (di makam Sunan Kudus) adamori (luwur) makam, dan mori itukemudian diganti. Maka penggantian
50
Nah di sini ni ada mori-mori luwurmakam, dan itu kemudian diganti.Maka penggantian mori itudinamakan Buka Luwur.
Masalah sholawatan, terbangan itusebenarnya tradisi islam dan jugajawa, setiap kali awal kegiatanpasti diadakan dengan do’a rosul,bisa lengkap bisa tidak. Yangpenting do’a rosulnya. Terbangpapat itu yang dibaca adalahriwayat nabi. Kalau orang Jawa iturosulan. Setiap mau mengawali,maka jatuhnya itu tanggal 9,disitulah mulai rangkaianacaranya. Dengan harapan agarpelaksanaannya tidak adahalangan, nyuwun dan bisa lancar.
Orang yang terlibat lebih dariseribu (1000) orang. Semua yangterlibat, imbalannya berupa nasikeranjang. Semua yang darimasyarakat akan kembali kemasyarakat, sumbangane kebo pirogorok kabeh, wedus piro ya udahgorok kabeh. Tapi kalau beras yangsudah-sudah ya sekitar 6,5 ton.
Gini mas, ingkung, opor, doa rosul,dapat fasilahe kanjeng nabi bensupoyo pelaksanaane lancar, kansesajine di situ, tapi coro islam.
Nag ono mendem ndas kebo, utowosegala macem iku kan di luartradisi seng durung di islamno.
Nah yang sering kemudiandisalahpahami iku masalahmenyan. Menyan itu kan wewangi.Nabi sendiri itu seneng dengan halyang wangi. Sayangnya, yangnamanya menyan iki yo macem-macem, ono menyan-menyan sengmurahan. Podo wae mungkin
mori tersebut dinamakan Buka Luwur.
Masalah sholawatan, terbangan, itusebenarnya tradisi Islam dan juga Jawa,setiap kali awal kegiatan pasti diadakandengan doa rosul, bisa lengkap bisa tidak.Yang penting ada doa rosulnya. Terbangpapat itu yang dibaca adalah riwayat nabi(Al-Barjanzi). Kalau orang Jawamenyebutnya itu rosulan. Setiap maumengawali, maka jatuhnya itu tanggal 9(Muharram), disitulah tanda mulairangkaian acaranya. Dengan harapan agarpelaksanaanya tidak ada halangan,memohon pada Yang Kuasa, dan bisalancar.
Orang yang terlibat lebih dari seribu(1000) orang. Semua yang terlibat,imbalannya berupa nasi keranjang.Semua yang dari masyarakat, akankembali ke masyarakat. mendapatsumbangan kerbau berapapun, akandisembelih semua. Mendapat sumbangankambing berapapun, akan disembelihsemua. Kalau beras menurut acara tahun-tahun sebelumnya, sekitar 6,5 ton.
Adanya ingkung ayam, opor ayam, doarosul, supaya dapat fasilahe (petunjukdan pertolongan) Kangjeng Nabi,sehingga pelaksanaannya lancar,sesajinya terdapat di situ, tetapi dengancara Islam.
Kalau ada yang mengubur kepala kerbauatau hal-hal lainnya itu di luar tradisiIslam.
Yang sering disalahpahami adalahmasalah menyan. Menyan itu adalahwewangi. Nabi sendiri itu senang denganhal-hal yang wangi. Sayangnya, yangnamanya menyan itu ada banyakmacamnya, ada menyan yang harganyamurah. Sama seperti Anda sebagai anak
51
sampeyan sendiri seng cah nom,ngenggo minyak seng nggendalek,ya sama aja itu karena kualitasmenyan-menyan murahan. Orangarab sampe sekarang masih pakewewangian seng koyo dupo iku.Tapi seng di deleng-delengdiidentikan koyo ngundang setan,la iki repot. Itu kan kacau.
Kemudian banyak yang shodaqohitu kan dikirimkan kepada yangbersangkutan. Banca’an shodaqohini ya dengan masakan yang khas.Masakan uyah asem ini gag bisabagus kalau menggunakan dagingselain kerbau. Sapi ya bagus tapiserat daging sapi terlalu halus. Nahkerbau ini kan lambang toleransi.
Saya tahunya juga darimasyarakat, misalnya dalambungkus nasi, e godhonge kurangopo odak, neg godhonge cukupatau bahkan luweh itu dipahamioleh masyarakat ini salah satuindikator, o nag ngono yangnamanya sandhang itu cukup, inimenarik. Neg segone kurang o nagngono iki pangan iso larang.
muda, memakai minyak wangi yangbaunya nggendalek/nggembuleng24, ituhampir sama dengan dengan kualitasmenyan murahan. Orang Arab sampaisekarang masih memakai wewangianyang hampir mirip dupa. Yang dilihatsekarang ini, dupa diidentikan sepertimengundang setan, pengertian seperti inirepot dan kacau (karena salah paham).
Kemudian banyak orang yangbershodaqoh itu (pahalanya) dikirimkankepada yang bersangkutan. Bancaan25
shodaqoh ini dimasak dengan masakanyang khas. Masakan uyah asem ini tidakbisa bagus (enak) kalau menggunakandaging selain daging kerbau. Daging sapibagus, tapi seratnya terlalu halus. Nahkerbau ini juga lambang toleransi (SunanKudus terhadap kepercayaan pra-Islampada waktu itu)
Saya tahu ini dari masyarakat, misalnyadalam bungkus nasi, daunnya kurang atautidak, kalau cukup atau bahkan lebih, itudipahami masyarakat salah satu indikatorbahwa yang namanya pakaian itu cukup.Kalau nasinya kurang, ini indikatormakanan bisa kekurangan/mahal (dalamwaktu setahun kemudian).
24 Nggendalek/nggembuleng adalah bau yang menyengat, tetapi bukan bau tidak sedap, melainkanbau wangi (menurut pemakai) yang apabila dicium orang lain justru membuat orang yangmenciumnya pusing, mual/mau muntah, bau tersebut bisa jadi terlalu banyak memakai minyakwangi, atau kualitas bau yang dihasilkan.25 Bancaan mengacu pada pembagian makanan kepada orang yang hadir, dalam hal ini peziarah.
52
2. Teks 2
Teks 2 didapat dari narasumber bernama K.H. Nur Riza26. Beliau
merupakan juru kunci makam Sunan Kudus yang sudah bertugas selama
kurang lebih 10 tahun (sejak 2002). Selain pak Najib Hasan, beliaulah
yang berani berbicara tentang Buka Luwur. Beliau sebelum diwawancarai
mengatakan bahwa, sudah agak lama beliau tidak menjelaskan tentang
Buka Luwur, jadi mungkin ada beberapa yang lupa. Teks ini direkam pada
hari Kamis, 29 Nopember 2012 di depan Pendopo Tajug, pukul 10.30
WIB.
Tabel 11. Teks Lisan K.H. Nur Riza
ASLI TRASNKRIPSI TEKSBuka Luwur itu upacara yang sudahberjalan ratusan tahun yang lalu.Upacara dari Sunan Kudus untukpenggantian kelambu Sunan Kudus,tanggal 1 Suro mulai dilepas.
Membuka kelambu Sunan Kudus,kelambu mori semua yang adadisini itu dibuka. Buka Luwur yabisa di artikan haul.
Sudah menjadi tradisi dan wujudpenghormatan masyarakat DesaKauman khususnya, masyarakatKudus umumnya kepada auliya.Intinya itu haul. Semua berbentukkepanitian dipersiapkan untukacara Buka Luwur.
Ya seperti yang kemarin mas.
Buka Luwur adalah upacara yang sudahberjalan ratusan tahun yang lalu. Upacaradari Sunan Kudus untuk penggantiankelambu makam Sunan Kudus, tanggal 1Suro mulai dilepas.
Membuka kelambu makam SunanKudus, semua kelambu atau mori yangada disini dibuka. Buka Luwur juga dapatdiartikan haul.
Sudah menjadi tradisi dan wujudpenghormatan masyarakat Desa Kaumankhususnya, masyarakat Kudus umumnyakepada auliya (kyai pendahulu). Intinyaadalah haul. Semua berbentuk kepanitiandipersiapkan untuk acara Buka Luwur.
Acaranya seperti yang kemarin sudahterlaksana.
26 Sebelum wawancara beliau mengatakan bahwa dia sudah lama tidak melakukan wawancaratentang Buka Luwur, jadi ingatannya mulai lupa. Dari segi kejelasan berbicara, beliau sedikitkurang jelas karena faktor usia.
53
Sesaji, menyan itu sebagaiwewangian saja.
Yang terlibat khususnya masyarakatKauman, dan masyarakat Kudus.
Bagus sekali, sebagai wujudpenghormatan kita kepada auliya.
Positif sekali memang, kita tahusejarah beliau yang telah berjasakepada masyarakat kudus,khususnya umat islam di kudus.
Penghormatan kepada auliya yangada di kauman khususnya.
Untuk penjamasan, kita itu harusmerawat semua peninggalan beliau,mulai dari bangunan sampaipusaka beliau.
Morinya itu, semua itu yang ada disini itu 24 jam tanpa henti dibuatuntuk mengaji dan tahlil, insyaallahsemua yang ada disini itu adaberkahnya.
Nasinya juga semua didoain.Berkahnya itu nomer satu. Kalautidak ada berkahnya itu semua tidakada artinya.
Sesaji, menyan adalah sebagaiwewangian saja.
Yang terlibat khususnya masyarakatKauman, dan masyarakat Kudus.
Bagus sekali, sebagai wujudpenghormatan kita kepada auliya (kyaipendahulu).
Positif sekali, dengan begitu kita tahusejarah beliau yang telah berjasa kepadamasyarakat Kudus, khususnya umatIslam di Kudus.
Penghormatan kepada auliya (kyaipendahulu) yang ada di Desa Kaumankhususnya.
Untuk penjamasan, kita harus merawatsemua peninggalan beliau, mulai daribangunan sampai pusaka beliau.
Semua yang ada di sini (makam) danmorinya 24 jam tanpa henti dibuat untukmengaji dan membaca tahlil, insyaallahsemua yang ada di sini itu ada berkahnya.
Nasinya juga semua ada doanya.Berkahnya itu nomor satu. Kalau tidakada berkahnya, semua tidak ada artinya.
C. Perbandingan Teks
Perbandingan terhadap teks lisan Tradisi Upacara BLMSK dilakukan guna
mengetahui perbedaan dari masing-masing teks. Teks lisan Tradisi Upacara
BLMSK diperoleh dari penuturan tokoh masyarakat yang mengetahui seluk
beluk upacara tersebut. Teks lisan tersebut bagian dari kearifan lokal
masyarakat Kabupaten Kudus yang berupa upacara adat.
54
Tabel 12. Perbandingan Teks Lisan
Hal-HalMengenai
Upacara BLMSKTeks 1 Teks 2
Apa yangdimaksud upacaraBLMSK?
Perlu diketahui bahwaBuka Luwur itu hanyasebuah istilah yang padahakekatnya adalahperingatan haul, itu yangperlu ditekankan. Kenapatidak memakai istilahhaul? Karena kita tidakpunya catatan kapan beliau(Sunan Kudus) wafat. Jadimemakai tanggal 10Muharram.
Upacara dari Sunan Kudusuntuk penggantian kelambumakam Sunan Kudus, tanggal1 Suro mulai dilepas.
Membuka kelambu makamSunan Kudus, semuakelambu atau mori yang adadisini dibuka. Buka Luwurjuga dapat diartikan haul.
Mengapa diberinama BukaLuwur?
Di sini ini (di makamSunan Kudus) ada mori-mori luwur makam, danmori itu kemudian diganti.Maka penggantian moritersebut dinamakan BukaLuwur atas kesepakatanalim ulama terdahulu.
Sudah dari sesepuh namanyabegitu.
Latar Belakangupacara BLMSK?
Mengenang perjuangandan teladan Sunan Kudusdalam menyebarkanagama Islam.
Sudah menjadi tradisi danwujud penghormatanmasayarakat Desa Kaumankhususnya, masyarakat Kudusumumnya kepada SunanKudus dan auliya (kyaipendahulu) yang telah berjasa.
Sejak kapan tradisiBLMSKdilaksanakan?
Sudah ada sejak dulu.Buka Luwur itu upacara yangsudah berjalan ratusan tahunyang lalu
Bagaimanasusunan acaranya?
Susunan acaranya ikutisaja mas dari awal
Acaranya seperti yangkemarin sudah terlaksana.
Apa yang harusdipersiapkan?
Banyak sekali,persiapannya mulai setelahIdul Adha
Semua berbentuk kepanitiandipersiapkan untuk acara BukaLuwur
55
Adakah sesajendalam pelaksanaanBLMSK?
Ingkung, opor, doa rosul,supaya dapat fasilahe(petunjuk dan pertolongan)Kangjeng Nabi, sehinggapelaksanaannya lancar,sesajinya terdapat disitu,tetapi cara Islam.Kalau ada yang menguburkepala kerbau atau hal-hallainnya itu di luar tradisiIslam.Yang sering disalahpahamiitu masalah menyan.Menyan itu wewangi. Nabisendiri senang dengan hal-hal yang wangi.Sayangnya, yang namanyamenyan itu ada banyakmacamnya, ada menyanyang harganya murah.Sama seperti Anda sebagaianak muda, memakaiminyak wangi yangbaunyanggendalek/nggembuleng,itu hampir sama dengandengan kualitas menyanmurahan. Orang Arabsampai sekarang masihmemakai wewangian yanghampir mirip dupa. Yangdilihat sekarang ini, dupadiidentikan sepertimengundang setan,pengertian seperti ini repotdan kacau (karena salahpaham).
Sesaji, menyan itu sebagaiwewangian saja.
Apa saja doa yangdipanjatkan ketikaacaraberlangsung?
Ada sholawatan, tahlil,doa tahlil, doa rosul
Tahlil, sholawat, doa rosul.
56
Siapa saja yangterlibat dalamupacara BLMSK?
Orang yang terlibat lebihdari seribu (1000) orang
Yang terlibat khususnyamasyarakat Kauman, danmasyarakat Kudus
Mitos apa yangada dibalikupacara BLMSK?
Saya tahu ini darimasyarakat, misalnyadalam bungkus nasi,daunnya kurang atau tidak,kalau cukup atau bahkanlebih, itu dipahamimasyarakat salah satuindikator bahwa yangnamanya pakaian itucukup. Kalau nasinyakurang, ini indikatormakanan bisakekurangan/mahal (dalamwaktu setahun kemudian).
Untuk penjamasan, kita harusmerawat semua peninggalanbeliau, mulai dari bangunansampai pusaka beliau.
Semua yang ada di sini(makam) dan morinya 24 jamtanpa henti dibuat untukmengaji dan membaca tahlil,insyaallah semua yang ada disini itu ada berkahnya.
Nasinya juga semua adadoanya. Berkahnya itu nomorsatu. Kalau tidak adaberkahnya, semua tidak adaartinya.
Berdasarkan perbandingan dari teks 1 dan teks 2, diperoleh teks 1
memiliki penceritaan yang lengkap. Hal ini terjadi karena K.H. Em. Nadjib
Hassan memiliki jabatan di struktur YM3SK yaitu sebagai ketua dalam
yayasan tersebut. Beliau juga pernah menjadi ketua Pemangku Makam Wali
se-Jawa.
Tabel 13. Perbedaan/Persamaan Teks Lisan
Unsur Pembeda Perbedaan Persamaan
Apa PengertianBuka Luwur?
Teks 1 menyatakan bahwaBuka Luwur hanya istilahuntuk memperingati haulSunan Kudus. Istilah haultidak digunakan karenawafatnya Sunan Kudustidak diketahui.
-
57
Teks 2 menyatakan BukaLuwur adalah upacarapenggantian kelambuSunan Kudus. Buka Luwurdapat diartikan haul.
Kapan PertamaKali Prosesi BukaLuwur?
Teks 1 menyatakan BukaLuwur sudah ada sejakdulu.
Teks 2 menyatakan BukaLuwur sudah berjalanratusan tahun yang lalu.
-
Latar BelakangBuka Luwur?
-
Kedua Teks Lisan hampirmirip yaitu Teks 1menyatakan bahwa BukaLuwur untuk mengenangperjuangan dan teladanSunan Kudus.
Teks 2 menyatakan BukaLuwur menjadi tradisi danwujud penghormatanmasyarakat Kudus kepadaSunan Kudus dan auliyayang telah berjasa.
Siapa Saja YangTerlibat dalamBuka Luwur?
Teks 1 menyatakan yangterlibat lebih dari seribu(1000) orang.
Teks 2 menyatakan yangterlibat masyarakat DesaKauman dan masyarakatKudus.
-
Bagaimana SesajenProsesi BukaLuwur?
Narasumber Teks 1menjelaskan contohsesajen yang ada dalamBuka Luwur, sedangkanNarasumber Teks 2 tidakmenjelaskan.
Kedua Teks Lisan sama-sama menyatakan bahwasesajen itu sebagaiwewangian saja.
Mitos Terkait BukaLuwur?
Teks 1 mengungkap 1mitos terkait nasi bungkus(sego jangkrik). Ketikabungkus (daun jati) nasicukup/lebih, makadipahami masyarakatbahwa pakaian selama 1
Kedua Teks Lisan sama-sama menyatakan bahwaada berkah dalam UpacaraBuka Luwur.
58
tahun ke depan akancukup. Ketika nasi kurang,hal tersebut merupakanindikator bahwa makananbisa mahal (kekuranganpangan) dalam kurun 1tahun ke depan.
Teks 2 menyatakan bahwakita harus merawat semuapeninggalan beliau, mulaidari bangunan hinggapusaka (Keris KiaiCinthaka). Kain mori adaberkahnya karena dipakaimengaji dan tahlilan 24jam tanpa henti. Nasibungkus juga adaberkahnya karena adado’anya. Berkahnya itunomor satu.
Alur Penceritaan
Alur penceritaan Teks 1maju-mundur sesuaikebutuhan cerita, jelas,padu, dan dapat dipahami.Narasumber Teks 1 lebihnyaman diajakkomunikasi.
Alur penceritaan Teks 2maju, lebih terkesan hanyamenjawab pertanyaan saja,mungkin karenanarasumber Teks 2mengaku sudah lama tidakdiwawancarai terkait BukaLuwur.
-
KejelasanPenceritaan
Cerita Teks 1 lebih jelasdan dapat dipahami karenadideskripsikan sertadijelaskan dengan contoholeh narasumber.
Cerita Teks 2 jelas, namunhanya sekadar menjawabpertanyaan dan kurangnya
-
59
penjelasan lebih terkaitBuka Luwur.
Penguasaan Cerita
Narasumber Teks 1 lebihmenguasai cerita tentangBuka Luwur, terbuktidengan penjelasan ceritaterkait Buka Luwur.
Narasumber Teks 2sebenarnya menguasaicerita, namun pengakuandari narasumber Teks 2bahwa beliau agak lupadan sudah lama tidakdiwawancarai.
-
D. Penetapan Teks
Acuan dalam perbandingan teks adalah Teks 1, karena Teks 1 dinilai paling
lengkap daripada Teks 2. Dapat diperhatikan pada tabel perbandingan teks dan
tabel perbedaan teks sebelumnya bahwa dari teks lisan yang berhasil
dikumpulkan, Teks 1 yang bernarasumber K.H. Em. Nadjib Hassan adalah
yang paling banyak mengungkapkan keterangan-keterangan yang paling
lengkap mengenai tradisi Upacara BLMSK di antara teks yang lain.
E. Suntingan Teks Lengkap
Suntingan teks ini berdasarkan Teks 1 dan dilengkapi dengan Teks 2. Adapun
suntingan teks lengkap Tradisi Upacara BLMSK adalah sebagai berikut:
Perlu diketahui bahwa Buka Luwur itu hanya sebuah istilah. Pada
hakekatnya yang perlu ditekankan dari Buka Luwur adalah
peringatan haul. Nama haul tidak digunakan karena belum ada
catatan pasti kapan Sunan Kudus wafat. Jadi para Kyai Sepuh zaman
dahulu sepakat memakai tanggal 10 Muharram.
60
Pemakaian istilah Muharram karena merupakan bulan dalam
kalender Islam. Sedangkan Suro itu identik dengan Jawa, Muharram
itu dalam kacamata Islam dinamakan asyuro yang mempunyai arti
sepuluh (10).
Hal yang perlu disadari dari peringatan haul adalah berdoa dan
bershodaqoh yang pahalnya dikirimkan kepada yang di-haul-i.
Selain itu yang perlu ditekankan adalah acara subtansial (inti) bukan
pengembangan acaranya. Pengembangan acara contohnya santunan
anak yatim dan lain sebagainya itu ada belum lama, sekitar 10 tahun
yang lalu. Pengembangan acara tersebut tidak terkait langsung,
hanya kebetulan dalam tradisi Islam ini, bulan Muharram juga
disebut bulan anak yatim.
Buka Luwur itu sudah ada sejak dahulu, tidak diketahui tahun
berapa pertama kali Buka Luwur diadakan. Buka Luwur pada
hakekatnya adalah mendoakan dan bersedekah. Setahun sekali
diadakan penggantian kain mori/luwur di makam Sunan Kudus.
Maka penggantian mori tersebut dinamakan Buka Luwur. Tanggal 1
Muharram luwur tersebut mulai dilepas.
Fenomena yang terjadi di masyarakat seringkali memperingati
haul dengan acara pengajian. Hal tersebut dapat menimbulkan
pembiasan makna haul. Pengajian dapat dilaksanakan kapan pun dan
sewaktu-waktu. Pada intinya haul itu mengirim doa dan
bershodaqoh, di mana doa dan pahala shodaqoh itu hakekat haul.
61
Buka Luwur diadakan untuk mengenang perjuangan dan teladan
Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam di daerah Kudus.
Pengembangan acara Buka Luwur antara lain sholawatan dan
terbang papat. Sholawatan dan terbang papat (terbangan)
sebenarnya tradisi Islam dan juga Jawa. Setiap kali awal kegiatan
pasti diadakan dengan doa rosul, pembacaan sholawatan bisa
lengkap bisa juga tidak, yang penting ada doa rosulnya. Dalam
terbang papat yang dibaca adalah riwayat nabi (Al-Barjanzi).
Pembacaan riwayat nabi (berjanjen) jatuh pada tanggal 9 Muharram
yang menandakan dimulainya rangkaian acara Buka Luwur. Maksud
dari berjanjen adalah memohon kepada Yang Kuasa, dengan
harapan agar pelaksanaanya tidak ada halangan.
Acara Buka Luwur sebenarnya menggunakan sesajen27, tetapi
dengan cara ajaran Islam. Ingkung28 ayam dan opor ayam merupakan
peninggalan tradisi pra-Islam yang tidak ada dalam tradisi Islam.
Setelah dilaksanakan berjanjen dan doa rosul, hadirin disuguhi
ingkung ayam dan opor. Penggabungan keduanya dengan harapan
supaya mendapat safa’at29/berkah dari Nabi Muhammad, sehingga
27 Sesajen atau lebih dikenal dengan sesaji berasal dari bahasa Jawa yang berarti memberikansajian kepada makhluk gaib/halus yang dianggap ada. Sajian biasanya berupa menyan, rokok,pisang, bunga, makanan, dan lain-lain. Maksud dari sesajen adalah untuk meminta ijin kepadamakhluk gaib/halus setempat supaya acaranya lancar dan tidak diganggu.28 Ingkung adalah istilah untuk menyebut lauk ayam utuh dengan kepala, kaki, dan tanpa jeroan(usus, hati, rempelo, dll). Ayam tersebut dimasak dengan bumbu dan disajikan utuh tanpadipotong-potong.29 Safa’at adalah pertolongan Nabi Muhammad SAW pada Hari Kiamat kelak kepada umatnyaketika seluruh manusia dikumpulkan Allah di Padang Mashar. Manusia tidak dapat menolongsesama manusia karena sama-sama dalam keadaan kesusahan.
62
pelaksanaan acara lancar. Kalau ada yang mengubur kepala kerbau
atau hal-hal lainnya itu di luar tradisi Islam.
Masyarakat sering salah paham masalah kemenyan,
sebenarnya kemenyan itu wewangi. Nabi Muhammad SAW senang
dengan hal-hal yang wangi. Sayangnya, yang namanya kemenyan itu
ada banyak jenisnya, ada kemenyan yang harganya murah dan
mahal. Sama seperti anak muda yang memakai minyak wangi yang
baunya nggendalek/nggembuleng30. Hal tersebut hampir sama
dengan kualitas menyan murahan. Orang Arab sampai sekarang
masih memakai wewangian yang mirip dupa. Sekarang ini
masyarakat salah paham ketika menyalakan dupa. Menyalakan dupa
identik dengan memanggil makhluk halus. Hal seperti itu menjadi
kacau (salah pemahaman) ketika banyak masyarakat yang belum
tahu esensi dari kemenyan atau dupa tersebut.
Banyak orang yang bershodaqoh yang pahalanya dikirimkan
kepada yang bersangkutan. Bancaan31 shodaqoh tersebut dimasak
dengan masakan yang khas, yaitu uyah asem. Masakan uyah asem
tidak enak jika menggunakan daging selain daging kerbau. Daging
sapi enak, tetapi seratnya terlalu halus. Kerbau tersebut adalah
lambang toleransi Sunan Kudus terhadap kepercayaan pra-Islam
pada waktu itu, yaitu tradisi Hindu yang menganggap sapi adalah
hewan suci.
30 Id. at 5131 Ibid
63
Orang yang terlibat dalam prosesi Upacara BLMSK lebih dari
seribu (1000) orang. Masyarakat yang terlibat khususnya dari
masyarakat Kauman dan masyarakat sekitar Kauman. Semua yang
terlibat imbalannya berupa nasi keranjang. Semua yang dari
masyarakat, akan kembali ke masyarakat. Mendapat sumbangan
(shodaqoh) kerbau dan kambing berapapun jumlahnya, disembelih
semua. Kalau jumlah beras yang dimasak menurut pengalaman acara
sebelumnya, menghabiskan beras sekitar 6,5 ton.
Kepercayaan atau mitos setempat mengenai Upacara BLMSK
sangat beragam. Misalnya daun jati (bungkus nasi keranjang dan
sego jangkrik), jika daun jati kurang maka pakaian dalam kurun
waktu satu tahun mendatang akan kekurangan. Jika daun jati cukup
atau bahkan lebih, masyarakat percaya bahwa yang namanya pakaian
dalam waktu satu tahun mendatang akan cukup (murah dan tidak
kekurangan). Jika nasi yang akan dibagikan dalam Upacara BLMSK
kurang, maka hal tersebut dipercaya sebagian masyarakat sebagai
indikator makanan dalam waktu satu tahun mendatang bisa mahal
(mengalami kesulitan/kekurangan dalam makanan). Jika nasi (sego
jangkrik) yang dibagikan cukup atau lebih, masyarakat percaya
bahwa makanan (pangan) dalam waktu satu tahun mendatang akan
cukup (tidak kekurangan).
BAB IV
PROSESI TRADISI UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
A. Deskripsi Tradisi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus
Syeikh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah imam kelima (terakhir) di Masjid
Kerajaan Demak. Sunan Kudus juga tercatat sebagai senopati atau panglima
perang saat Kerajaan Demak berperang melawan Majapahit pada tahun 1527
Masehi. Sunan Kudus memutuskan meninggalkan Kerajaan Demak menuju
Tajug32 pada tahun 1543 setelah menyelesaikan tugas sebagai seorang senopati.
Langkah tersebut sengaja dilakukan Sunan Kudus dengan tujuan utama
membaktikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Cerita
rakyat yang berkembang juga menyebutkan bahwa ada perbedaan pendapat antara
Sunan Kalijaga dengan Sunan Kudus, sehingga Sunan Kudus memilih untuk
meninggalkan Kerajaan Demak33.
Pada tanggal 19 Rajab 956 Hijriyah, Syeikh Ja’far Shodiq mendirikan
Kudus sebagai kota yang kental dengan nuansa Islam. Kudus merupakan satu-
satunya nama kota di Jawa yang menggunakan bahasa Arab. Kudus berasal dari
bahasa Arab “Al Quds” yang berarti “suci”. Pendirian Masjid al-Alqsha beserta
32 Tajug adalah nama sebuah daerah yang sekarang ini dikenal dengan nama Kudus. Di TajugSunan Kudus bertemu dengan The Ling Sing (penduduk keturunan Tionghoa yang beragamaIslam). Menurut cerita Sunan Kudus berguru kepada The Ling Sing dan melanjutkan dakwah didaerah Tajug.33 Ada cerita perbedaan pendapat tersebut adalah perselisihan tentang jatuhnya awal Ramadhanantara Sunan kudus dengan Raja Demak. Selain itu, adanya persaingan dengan Sunan Kalijagayang baru saja pindah dari Cirebon ke Demak. Cerita rakyat yang masih melekat di masyarakatmenyebutkan bahwa Sunan Kudus merasa tersinggung ketika Pangeran Prawata (semula muridSunan Kudus) mengakui dua guru sekaligus, yaitu Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
65
menaranya juga semakin meneguhkan kesan Islami Kota Kudus. Pendirian masjid
tersebut dipahat pada batu persegi ukuran 40x23 cm, yang tertulis dalam huruf
dan bahasa Arab. Batu prasasti tersebut saat ini berada di atas mihrab
(pengimaman) Masjid Al-Alqsha Kudus (YM3SK, 2011:1). Karena batu tersebut
sudah begitu lama, maka tulisannya kurang jelas. Namun menurut Solichin Salam
yang dikutip Said (2010: 92) berbunyi:
“Bismillahirrahmaanirrahiim. Aqaama bina al masjid al Aqshaawal al balad al Quds khalifatu haadzad dahr habru (aali)Muhammad, yasytari (?) izzan fi jannah alkhudi ... qurban minarrahman bibalad al Quds (?) ansya-a haadzal masjid al Manar(?) al musamma bi Aqsha khaalifatullaahi fil ardhi ... al’ulyaa waal mujtahid as-sayyid al ‘arif al Kamil al Fadhil al Maksus bi‘inayati ... al Qaadhi Ja’far as Shodiq ... sanah sittin wa khomsiinawa tis’in mi’atin min al hijri annabawiyyah wa shallallahu ‘alaihusayyidina Muhammadin wa ashhabihi ajma’in”.
Gambar 4. Batu Prasasti di atas Mihrab Pengimaman
Sumber: dokumentasi pribadi
Untuk mengenang perjuangan dan teladan Sunan Kudus dalam
menyebarkan agama Islam, masyarakat Kudus menggelar tradisi Buka Luwur
yang puncaknya diselenggarakan setiap tanggal 10 Muharram. Para alim ulama di
Kudus bersepakat menamai tradisi tersebut dengan nama Buka Luwur. Nama haul
66
tidak digunakan karena dikhawatirkan akan muncul salah pemahaman di
masyarakat bahwa Sunan Kudus wafat pada tanggal 10 Muharram. Sementara
hingga saat ini belum ditemukan sumber sejarah yang menerangkan kapan
persisnya Sunan Kudus wafat.
Buka Luwur adalah upacara penggantian luwur atau kain mori yang
digunakan membungkus nisan, cungkup, dan bangunan di sekitar makam Sunan
Kudus. Penyelenggaraan Buka Luwur merupakan serangkaian kegiatan dengan
berbagai ritus yaitu Penjamasan Keris Sunan Kudus, Pengajian Malam 1
Muharram, Pelepasan Luwur, Munadharah Masail Diniyyah, Doa Rasul dan
Terbang Papat, Pembuatan dan Pembagian Bubur Asyuro, Khatmil Quran bil
Ghoib, Santunan Anak Yatim, Pengajian Malam 10 Muharram, Pembagian
Berkat, dan Upacara Pemasangan Luwur Baru (Budiyanto, Ary dan Maesah
Anggni, 2012: 8-22).
B. Susunan Acara Tradisi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus
Tabel 14. Susunan Acara Tradisi Upacara BLMSK
No. Acara Hari Tanggal Pukul Tempat
1. Penjamasan KerisKiai Cinthaka
KamisWage
16 Dzulhijjah1433 H
07.00WIB
PendopoTajug
2.Pengajian Malam1 Muharram
MalamKamis Pon
1 Muharram1434 H
20.00WIB
Masjid Al-Aqsha
3.Pelepasan Luwurdan PembuatanLuwur
Kamis Pon-Jum’atLegi
1 dan 6-9Muharram1434 H
06.00WIB
PendopoTajug
4. ShodaqohMasyarakat
Kamis Pon-SabtuPahing
1-10Muharram1434 H
06.00WIB
PendopoTajug, danYM3SK
5.MunadharahMasa’il Diniyyah Ahad Legi
4 Muharram1434 H
08.30WIB
Masjid Al-Aqsha
6.Doa Rosul danTerbang Papat
MalamJum’atLegi
9 Muharram1434 H
20.00WIB
Masjid Al-Aqsha
67
No. Acara Hari Tanggal Pukul Tempat
7.Pengolahan Nasidan DagingShodaqoh
Jum’atLegi
9 Muharram1434 H
03.00WIB
Jl. SunanKudus 194
8.Khatmil Quran bilGhoib
Jum’atLegi
9 Muharram1434 H
04.30WIB
Masjid Al-Aqsha
9.Pembuatan danPembagian BuburAsyuro
Jum’atLegi
9 Muharram1434 H
08.00WIB
RumahTimurPewastren
10. Santunan AnakYatim
Jum’atLegi
9 Muharram1434 H
08.00WIB
Jl. SunanKudus 194
11.Pengajian UmumMalam 10Muharram
MalamSabtuPahing
10 Muharram1434 H
20.00WIB
Masjid Al-Aqsha
12.Pembagian BerkatSalinan
SabtuPahing
10 Muharram1434 H
01.30Jl. SunanKudus 194
13.Pembagian BerkatKartu Shodaqoh
SabtuPahing
10 Muharram1434 H
03.00WIB
Jl. SunanKudus 188
14.Pembagian BerkatUmum
SabtuPahing
10 Muharram1434 H
05.00WIB
Jl. SunanKudus 194
15.UpacaraPemasanganLuwur
SabtuPahing
10 Muharram1434 H
07.00WIB
PendopoTajug danPesarean
Sumber: olahan data lapangan
C. Pelaksanaan Tradisi Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus
1. Penjamasan Keris Kiai Cinthaka
Rangkaian prosesi Buka Luwur sudah dimulai dengan acara penjamasan
pusaka Sunan Kudus yang berupa keris yang bernama Cinthaka atau Ciptaka.
Penjamasan keris luk34 sembilan dengan hiasan emas yang menempel pada
gandhik35 tersebut dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Penjamasan pusaka ini
dilakukan setelah hari raya Idul Adha pada hari Senin atau Kamis pertama
setelah hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Penjamasan ini dilakukan di Pendopo
Tajug.
34 Luk/keluk adalah kelok; lekuk; lengkung; berlengkok (Poerwadarminta, 2007: 553).35 Gandhik adalah perhiasan pada keris sebelah atas (Poerwadarminta, 2007: 345).
68
Petugas pencuci adalah orang khusus pilihan dan rekomendasi K.H.
Ahmad Baasyir dari daerah Bareng, kecamatan Jekulo. Petugas penjamasan
adalah K.H. Faqihuddin Soleh dan dibantu satu orang asisten. Penjamasan
dimulai sekitar pukul 07.30 dan lama pencucian pusaka sekitar 2 jam.
Setiap pencucian pusaka, cuaca pasti timbreng dan tidak diketahui
secara pasti apakah karena keampuhan pusaka Sunan Kudus sehingga cuaca
menjadi timbreng atau memang kebetulan saja. Cuaca timbreng adalah di
mana cuaca tidak panas dan tidak hujan, matahari juga tertutup oleh awan
mendung.
Sebelum melakukan penjamasan, terlebih dahulu ziarah ke makam
Sunan Kudus. Seusai ziarah, dengan diiringi bacaan sholawat “allahumma
sholli ‘ala muhammad, ya robbisholli ‘alaihi wasallim” juru kunci makam
mengambil dan menurunkan Keris Kiai Cinthaka yang disimpan di bagian
atas Pendopo Tajug. Sholawat tersebut mempunyai arti “Semoga Allah
senantiasa mencurahkan sholawat atas Muhammad, semoga Allah senantiasa
mencurahkan selamat dan salam atasnya”
Peti berisi keris tersebut kemudian diserahkan kepada Bapak
Faqihuddin untuk dimulai penjamasan. Keris terlebih dahulu dilepas
pegangannya atau ukiran-nya, karena yang dijamas hanya wilah atau bagian
utama keris saja. Penjamasan dimulai dengan membasuh wilah keris dengan
menggunakan banyu landa, yaitu air rendaman merang ketan hitam.
Selanjutnya, wilah keris direndam dalam air jeruk nipis, serta menggosoknya
69
dengan beberapa butir jeruk nipis. Setelah dirasa bersih, wilah keris
dikeringkan dengan cara dijemur di atas brambut atau sekam ketan hitam.
Gambar 5. Proses Penurunan Keris
Sumber: dokumentasi pribadi
Untuk menjaga bentuk pamor agar tetap terlihat dan terawat, wilah
keris dibasuh dengan warangan, yaitu cairan kimia khusus yang telah
dipersiapkan. Setelah itu keris dipijat perlahan untuk memastikan warangan
telah benar-benar merasuk.
Penjamasan diakhiri dengan membasuh lagi wilah keris
mengggunakan banyu landa. Kemudian kembali dikeringkan menggunakan
sekam ketan hitam. Setelah dikeringkan keris dilap menggunakan kain mori
putih.
Wilah keris yang telah dijamas diolesi minyak khusus yang tidak
mengandung alkohol. Pegangan atau ukiran keris dipasangkan pada wilahnya
dan kembali dimasukkan dalam warangka36.
36 Warangka adalah bungkus atau sarung keris yang terbuat dari kain.
70
Keris lalu dibungkus dengan kain dan dimasukkan ke dalam peti.
Setelah itu juru kunci mengembalikan peti berisi keris ke tempat semula
diiringi bacaan sholawat “allahumma sholli ‘ala muhammad, ya robbisholli
‘alaihi wasallim”.
Gambar 6. Proses Penjamasan Keris
Sumber: dokumentasi pribadi
Selain keris, dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab atau
pengimaman Majid Al-Aqsha juga ikut dijamas dengan cara yang sama.
Sebagai penutup, diselenggarakan tahlil oleh K.H. Ahmadi Abdul Fatah dan
doa oleh K.H. Khoiruzad yang masih garis keturunan dari Sunan Kudus.
Setelah rangkaian acara selesai, hadirin37 disuguhi jajan pasar dan hidangan
opor panggang. Opor panggang adalah makanan opor, dengan kuah sedikit,
dan daging ayam yang dipanggang. Konon opor panggang tersebut adalah
menu kesukaan Sunan Kudus.
37 Yang hadir dalam penjamasan adalah kyai, tamu undangan dan warga sekitar.
71
Biasanya air bekas mencuci keris tersebut atau dalam bahasa jawa
disebut kolo diperebutkan masyarakat yang memiliki keris di rumah.
Masyarakat percaya bahawa kolo tersebut bila dipakai untuk mencuci keris
lagi, maka akan ada berkah dari Sunan Kudus.
2. Pengajian Malam 1 Muharram
Setiap memasuki tahun baru Islam (bulan Muharam/Suro) sudah menjadi
tradisi bagi kaum muslim untuk melakukan doa yang disebut awal dan akhir
tahun. Doa tesebut dilakukan untuk merefleksi kadar keimanan dan dosa-dosa
yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat lebur sehingga
lembaran tahun baru nantinya akan lebih baik.
Pada malam 1 Muharram yang merupakan awal tahun baru Islam telah
dimulai rangkaian tradisi upacara BLMSK dengan diadakannya pengajian
umum. Pengajian umum ini dihadiri oleh masyarakat umum yang datang dari
berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya. Pengajian umum ini
diselenggarakan di serambi Masjid Al-Alqsha Menara Kudus. Pengajian
tersebut dimulai pukul 20.00, berlangsung kurang lebih selama dua jam
dengan penceramah K.H. Khoiruzad.
Dalam pengajian umum tersebut jamaah mendapat penjelasan
mengenai penanggalan tahun Hijriyah. Menurut keterangan yang
disampaikan K.H. Khoiruzad, penetapan tahun hijriyah yang diawali dengan
hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah atas usul Umar bin
Khatab.
72
Dalam pengajian ini juga diterangkan macam-macam hitungan yang
digunakan untuk menghitung datangnya tahun baru Hijriyah. Hitungan
asapon (Ahad Selasa Pon), hitungan aboge (Ahad Rebo Wage) dan hitungan
tahun Jawa yang dibuat oleh Sultan Agung Hanyokro Kusumo yang dimulai
pada 8 Juli 1663 (ajumgi) atau yang disebut Tahun Windon.
Suro merupakan nama bulan pertama dalam kalender Jawa. Kalender
Jawa (kalender Saka) merupakan kalender Jawa Hindu yang berdasarkan
pada peredaran matahari (syamsiyah). Namun sejak 1043 H/1633 M (1555
tahun Saka) Sultan Agung Hanyokro Kusumo menggabungkan kalender Jawa
Hindu dengan kalender Islam (qomariyah/peredaran bulan). Penggabungan
kalender yaitu mengubah pedoman peredaran kalender Jawa Hindu
(peredaran matahari/syamsiyah) dengan pedoman pergantian tahun
berdasarkan peredaran bulan (kalender Islam), untuk selanjutnya menjadi
kalender Jawa Islam. Nama Suro dalam kalender Jawa sama dengan
Muharam dalam kalender Hijriyah.
Gambar 7. Pengajian 1 Muharram
Sumber: dokumentasi pribadi
73
Pengajian malam 1 Muharram ini merupakan simbol kebebasan yang
diperoleh umat Islam dari masa Jahiliyah. Bulan Muharam atau Suro adalah
bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Bulan Muharam adalah salah
satu dari empat (4) bulan yang dimuliakan Allah. Kata “muharam” itu sendiri
mempunyai makna “dilarang”. Artinya pada bulan tersebut dilarang untuk
melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengkataan lainnya.
Bulan Muharram merupakan bulan yang penting karena banyak peristiwa
masa lampau pada zaman nabi yang dapat dipetik hikmahnya.
3. Pelepasan Luwur dan Pembuatan Luwur baru
Pagi hari pada tanggal 1 Suro diadakan upacara pelepasan Luwur38 Makam
Sunan Kudus yang dimulai sekitar pukul 06.00. sebelum Luwur dibuka,
terlebih dahulu dibacakan tahlil dan doa di makam Sunan Kudus. Pembacaan
tahlil dan pelepasan luwur dipimpin oleh K.H. Khoiruzad beserta Kyai Sepuh
lainnya yang berada di dalam makam Sunan Kudus yang dikelilingi bangunan
cungkup beratap singkap.
Pembukaan secara simbolis dilakukan di dalam makam Sunan Kudus
oleh para Kyai Sepuh, kemudian diikuti dengan pelepasan luwur sekitar
makam Sunan Kudus oleh panitia (pengurus YM3SK) dan warga yang hadir.
Luwur yang telah dilepas kemudian dibawa ke Pendopo Tajug untuk
dirapikan. Kain-kain luwur tadi dilipat dan disimpan. Menurut keterangan
Pak Nailal Muna39 selaku kepala seksi pelepasan luwur, pada puncak acara
38 Id. at 439 Wawancara dilakukan pada hari Kamis tanggal 1 Muharram 1434 H (15 Nopember 2012) seusaiacara pelepasan luwur
74
Buka Luwur yaitu tanggal 10 Muharram, sebagian kain dengan ukuran kecil
(10-20 cm) akan dibagikan bersama berkat keranjang. Tanggal 12 Muharram
kain dengan ukuran 3-5 meter akan dibagikan kepada kyai-kyai, warga sekitar
yang telah membantu, serta penyumbang sesuai saran Kyai Sepuh.
Gambar 8. Proses Pelepasan Luwur
Sumber: dokumentasi pribadi
Maksud dari pembagian luwur adalah untuk tabarakan/ngalab
barokah (mendapat berkah) karena selama 24 jam tanpa henti berdatangan
peziarah makam Sunan Kudus yang membaca Al-Quran serta doa-doa.
Kepercayaan yang ada bahwa insyaallah kain mori tersebut akan menjadi
perantara dalam memperoleh berkah atau rejeki.
Buka Luwur bukan hanya sekedar membuka dan melepas saja luwur
yang lama, tapi juga menggantinya dengan luwur yang baru. Setelah luwur
dilepas, panitia dan masyarakat yang ikhlas membantu bersama-sama
membuat luwur baru sebagai pengganti luwur lama. Proses pembuatan luwur
baru dimulai tanggal 6-9 Muharram.
75
Dalam membuat luwur ada pedoman khusus yang sudah baku,
pedoman ini dibuat oleh para pendahulu. Dalam pedoman itu, terdapat
petunjuk mengenai bentuk luwur, jumlah luwur yang dibutuhkan dan ukuran
untuk tiap bentuk luwur. Pelaksana pembuatan luwur adalah para warga
sekitar yang tergabung dalam seksi luwur panitia Buka Luwur.
Jumlah kain yang dibutuhkan untuk luwur sekitar 1.551 meter kain
mori dan 77 meter kain korden atau kelambu. Kain korden tersebut digunakan
untuk membuat penutup makam di bagian luar sepanjang 38 meter, dalam 18
meter, dan hiasan tepi 21 meter. Semua kain luwur yang digunakan adalah
hasil sumbangan masyarakat.
Luwur-luwur yang digunakan untuk menutupi makam Sunan Kudus
dibuat dalam beberapa bentuk, yaitu unthuk banyu, melati, kompol, wiru dan
langitan40.
Unthuk banyu adalah salah satu bentuk luwur yang berfungsi sebagai
ornamen untuk memperindah rangkaian luwur yang terpasang di makam
Sunan Kudus. Sesuai namanya, unthuk berbentuk seperti buih air yang
dirangkai dan akan ditempatkan di pinggir-pinggir secara mengeliling di
bagian atas dalam dan luar makam.
Pembuatan unthuk dimulai dengan menyiapkan dan memotong kain
mori dalam dua ukuran, kecil dan agak besar. Kain tersebut ditambatkan ke
40 Peneliti melakukan wawancara berkelanjutan dengan Pak Nur Chanis (57 tahun), selaku ketuaseksi Pembuatan Luwur. Beliau tidak tahu tentang makna nama-nama bentuk luwur tersebut.Beliau hanya mengikuti para pendahulu dan kyai sepuh dalam pembuatan luwur tersebut. Beliaujuga kebingungan dan heran dengan nama yang dibuat oleh para pendahulu. Peneliti hanyamenemukan makna dari unthuk banyu, yaitu dalam ajaran sufi mengajarkan bahwa hidup itu hanyasementara, seperti buih air (unthuk banyu), mudah sekali untuk meletup dan hilang.
76
sebuah tiang bersama tali. Kain berukuran besar ditarik ke atas dengan lebar
kurang lebih 15 cm atau kira-kira satu jengkal telapak tangan orang dewasa
hingga membentuk lingkaran. Lingkaran yang terbentuk dari tarikan kain
besar tadi kemudian diikat kuat menggunakan kain kecil untuk
mempertahankan bentuk lingkaran. Setelah dirapikan bentuk lingkarannya
jadilah satu unthuk. Langkah tersebut diulang terus menerus hingga menjadi
rangkaian unthuk. Satu rangkaian unthuk biasanya berukuran satu meter.
Untuk membuat satu meter rangkaian unthuk dibutuhkan dua meter kain.
Pada saat pemasangan, rangkaian unthuk tersebut disambung menurut
kebutuhan ukuran tempat yang akan dipasangi.
Gambar 9. Proses Pembuatan Unthuk Banyu
Sumber: dokumentasi pribadi
Melati adalah bentuk luwur yang menyerupai unthuk banyu, namun
dalam ukuran yang kecil seperti ukuran bunga melati. Panjang bentuk luwur
melati ini sekitar 25-30 meter. Bentuk luwur melati ini nantinnya sebagai
77
hiasan pada ranjam41 atau luwur utama yang akan dipasang saat puncak acara
BLMSK.
Gambar 10. Proses Pembuatan Melati
Sumber: dokumentasi pribadi
Bentuk ornamen luwur lainnya adalah kompol. Fungsinya sebagai
hiasan untuk memperindah penataan luwur. Kompol akan ditempatkan
menggantung pada tiang-tiang yang ada di makam Sunan kudus, termasuk di
sudut-sudutnya.
Untuk membuat kompol terlebih dahulu dipersiapkan kain dalam dua
ukuran, yakni kain dengan ukuran lebar sebgai bahan utama kompol, serta
kain dengan lebar yang lebih kecil sebagai tali kompol. Kedua kain dipegang
dan direntang vertikal. Ujung kain dipegang dengan salah satu tangan,
sementara tangan yang lain memegang bagian kain di bawahnya dengan jarak
sekitar 30 cm. Kedua pegangan tangan ditemukan hingga membentuk lipatan.
Ambil bagian bawah kain dengan jarak yang sama, lalu bentuk lipatan lagi ke
41 Ranjam adalah luwur utama berbentuk kubus dengan tinggi sekitar 2,15 meter. Ranjammerupakan luwur utama yang menutupi makam Sunan Kudus. Ranjam inilah yang nantinya akandibawa saat puncak acara BLMSK tanggal 10 Muharram.
78
arah sebaliknya. Kemudian tali dengan kuat simpulnya menggunakan kain
berukuran kecil. Setelah itu buka dan rapikan kedua lipatan hingga
membentuk lingkaran yang cukup besar. Ulangi kembali langkah tersebut
hingga terbentuk 2 lingkaran. Ciri lain dari kompol adalah adanya kain yang
dibiarkan terurai pada bagian bawah atau ujung, menyerupai ekor. Setiap
pelaksanaan tradisi Upacara BLMSK kompol yang dibuat sebanyak seratus
(100) buah.
Gambar 11. Proses Pembuatan Kompol
Sumber: dokumentasi pribadi
Wiru adalah luwur yang dibuat dengan cara melipat kain mori secara
horizontal membentuk wiron, dengan pola yang teratur. Berbeda dengan
unthuk banyu dan kompol. Pemasangan wiru diletakkan pada sebuah batang
kayu dan kuningan. Setelah kain selesai dilipat membentuk wiru, kain
kemudian diletakkan di atas batang kayu. Pada bagian kayu yang terdapat
pengait, kain dipotong untuk memberi lubang. Setelah itu kayu dan kain wiru
diangkat dan digantung pada tempat sementara yang telah dipersiapakan.
Langkah terakhir adalah menjahit bagian atas wiru agar tidak lepas dari kayu.
Jumlah kayu dan kuningan yang dipasang wiru adalah 110 batang dengan
79
panjang total 819,96 meter. Wiru diletakkan di emper-emper bangunan
makam serta dalam makam Sunan Kudus yang melekat di ranjam atau luwur
utama makam Sunan Kudus.
Gambar 12. Proses Pembuatan Wiru Gambar 13. Proses Pembuatan Langitan
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Bentuk luwur langitan berfungsi sebagai atap (seperti kernit)
bangunan kompleks makam Sunan Kudus. Pemotongan kain disesuaikan
dengan bangunan yang akan dipasangi langitan. Bentuk luwur langitan
menghabiskan kain mori sekitar 8 gulungan, tiap gulungan berukuran 45
meter.
4. Shodaqoh Masyarakat
Penyelenggaraan Buka Luwur adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Segala kebutuhan untuk pelaksanaan Buka Luwur diperoleh dari masyarakat
berupa shodaqoh. Prinsip dari pelaksanaan Buka Luwur adalah mengolah apa
yang ada dan tidak diperkenankan “mengada-adakan” atau memaksakan.
80
Maka dari itu panitia hanya memfasilitasi masyarakat yang hendak
memberikan shodaqoh untuk pelaksanaan Buka Luwur. Bentuk fasilitas
tersebeut adalah dengan membuka sekretariat penerimaan shodaqoh di
kompleks Tajug yang dibuka kurang lebih sepuluh hari selama prosesi
pelaksanaan Buka Luwur.
Shodaqoh dari masyarakat dapat beraneka ragam bentuknya, di
antaranaya adalah hewan kerbau dan kambing, bahkan banyak pula yang
menyumbang ayam. Selain itu shodaqoh juga berupa uang, beras, bumbu
dapur, tahu tempe, gula, kelapa, teh, dan sebagainya.
Gambar 14. Kotak Shodaqoh Gambar 15. Pendataan Shodaqoh
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Shodaqoh yang terkumpul dari masyarakat dicatat dengan rapi pada
sebuah program khusus komputer, kemudian menjadi sebuah data
penerimaan shodaqoh.
81
5. Munadharah Masa’il Diniyyah
Salah satu makna penting BLMSK adalah untuk mengenang jasa dan teladan
beliau dalam penyebaran serta pengembangan agama Islam. Oleh karena itu,
diselenggarakan berbagai rangkaian kegiatan yang memiliki hubungan
dengan tujuan dakwah Islam. Salah satunya adalah Munadharah Masa’il
Diniyyah, forum berkumpulnya para alim atau orang yang memiliki
pengetahuan ilmu fiqih untuk membahas masalah-masalah yang muncul di
kalangan masyarakat yang belum ada hukum dan dalilnya.
Acara tersebut bertujuan untuk belajar bersama tanpa membedakan
tingkat usia dan ilmu yang dimiliki. Acara ini menjadi wadah bagi orang yang
pandai dalam ilmu agama untuk memberi arahan atau petunjuk bagi siapa saja
yang belum mengerti dan memahami persoalan ilmu agama.
Gambar 16. Munadharah Masa’il Diniyyah
Sumber: dokumentasi pribadi
Munadharah Masa’il Diniyyah biasanya dilaksanakan pada hari Ahad
antara tanggal 1-10 Muharram, bertempat di Masjid Al-Aqsha Menara
Kudus. Forum ini selain dihadiri para alim yang mengerti dalam ilmu agama,
82
juga dihadiri kyai, dan warga sekitar. Munadharah dimulai sekitar pukul
08.30 sampai menjelang Dhuhur.
Materi yang dibahas dalam forum tersebut adalah kumpulan
pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat yang sudah didata panitia
sebelumnya. Satu per satu pertanyaan dibahas dan kepada peserta diberikan
kesempatan untuk mengajukan pendapat beserta dalilnya. Tidak jarang dalam
pembahasan terjadi perdepatan seru karena keragaman pendapat dan dasar
yang dipergunakan.
Munadharah dikahiri dengan membacakan kesimpulan jawaban
serta hukum dari maisng-masing pertanyaan yang dibahas. Jawaban tersebut
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan dasar yang disampaikan para
peserta dalam forum.
6. Doa Rosul dan Terbang Papat
Terbang papat adalah salah satu kesenian khas Kudus yang hingga kini masih
dimainkan masyarakat. Terbang papat menggunakan komposisi empat
terbang atau rebana dan satu jidur. Empat rebana tersebut terdiri kemplong,
telon, salahan, dan lajer. Posisi tempat duduk penabuh Terbang Papat
menggunakan pola baku. Penabuh kemplong duduk di deretan paling kanan
dari arah penonton, kemudian telon, salahan, dan yang paling kiri adalah
penabuh terbang lajer.
Rebana yang digunakan biasanya berdiameter antara 38-42 cm. Dari
keempat tebang tersebut, terbang kemplong dan telon memainkan peran
83
penting sebagai pengendali irama. Sedangkan salahan dan lajer lebih
berfungsi sebagai pemanis nada atau variasi suara.
Lirik lagu yang dilantunkan dengan iringan Tebang Papat berasal dari
kitab Majmu’ah Maulud Syarofil Anam sebanyak lima belas lagu. Jika semua
lagu dinyanyikan secara utuh, setidaknya membutuhkan wakti tiga jam.
Gambar 17. Terbang Papat
Sumber: dokumentasi pribadi
Ciri khas Terbang Papat adalah pada lagu atau irama melantunkannya,
serta alat yang minimalis, murni rebana tanpa ada penambahan alat musik
modern. Keunikan lainnya adalah selain menabuh terbang, para pemain
terbang juga harus bisa melantunkan lagu sekaligus.
Terbang papat dilaksanakan pada tanggal 8 Muharram, pukul 20.00
bertempat serambi Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Terbang Papat sangat
dinanti masyarakat, terbukti secara bergantian dalam berbagai kelompok
terbang mereka melantunkan bait demi bait albarjanzi. Pada waktu yang
bersamaan, tokoh masyarakat menggelar Doa Rasul yang bertempat di rumah
Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).
84
7. Pengolahan Nasi dan Daging Shodaqoh
Salah satu yang paling menarik dari persiapan Buka Luwur adalah proses
memasak nasi dan daging yang akan dibagikan kepada para peziarah Buka
Luwur. Panitia mempersiapkan segala kebutuhan karena yang dimasak dalam
jumlah yang sangat besar, di antaranya penataan pawon atau tungku masak.
Pawon dibuat dalam dua jenis, yaitu untuk memasak nasi dan daging.
Sebelum menata dan menyusun pawon, terlebih dahulu mempersipakan
paving blok. Paving tersebut disusun membentuk dapur dengan bentuk sejajar
memanjang sebanyak 16 dapur dan diberi plat besi sebagai tumpuan
dandhang. Satu pawon akan dipergunakan untuk meletakkan dua buah
dandhang, dandhang utama untuk memasak nasi dan dandhang yang lebih
kecil untuk merebus air.
Proses menanak nasi dalam acara Buka Luwur meliputi beberapa
tahapan, yaitu ndedek, mesusi, ngunggahke, simbar dan ungkil yang dimulai
sekitar pukul 03.00. proses menanak nasi dilakaukan selama kurang lebih tiga
jam, dengan total dandhang yang digunakan 16 dandhang. Setiap dandhang
membutuhkan dua orang tenaga. Khusus untuk untuk menanak nasi
dibutuhkan setidaknya 32 orang, belum termasuk tenaga bantu.
Proses menanak nasi dimulai pukul 03.00 dan harus melewati
beberapa proses, yaitu:
a. Ndadek (membuat/menghidupkan api)
b. Mesusi (mencuci beras)
c. Unggahake (menaikan beras ke dandhang)
85
d. Simbar (menyiram beras dalam dandhang dengan air)
e. Ungkil (mengaduk-aduk beras supaya rata matangnya), setelah 3
jam nasi yang di tanak sudah matang (untuk satu angkatan).
Gambar 18. Pengolahan Nasi Gambar 19. Pengolahan Daging
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 20. Pembungkusan Nasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Buka Luwur tahun ini beras yang dimasak sekitar 6.652,8 kg yang
dimasak dalam lima angkatan. Setiap dandhang untuk satu angkatan dapat
memasak nasi sebanyak 89,1 kg (khusus angkatan terakhir sebanyak 59,4 kg).
Pada saat yang bersamaan panitia juga sibuk menyembelih dan mengolah
daging shodaqoh. Buka Luwur kali ini shodaqoh yang terkumpul dari
masyarakat sebanyak sepuluh (10) ekor kerbau dan 81 ekor kambing. Hewan
shodaqoh yang hendak disembelih diberi tanda nadzar atau biasa.
86
Penyembelihan dilakukan mulai kerbau kemudian kambing. Setelah
disembelih hewan tersebut dikuliti, ditimbang, dipotong-potong. Hewan yang
sudah dipotong dikelompokkan sendiri-sendiri berdasarkan pengelompokan
jenisnya, yaitu daging, tulang, jeroan, dengan tetap memisahkan mana yang
nadzar dan biasa. Daging biasa akan dibagikan kepada semua lapisan
masyarakat, sementara daging nadzar hanya dibagikan kepada kalangan
tertentu sesuai nadzar.
Tempat untuk memasak nasi berada dibelakang gedung YM3SK.
Penataan ruang masak dilakukan sejak tanggal 3 sampai 8 Suro.
Tabel 15. Perbandingan Jumlah Shodaqoh
Tahun Jumlah Nasi Jumlah Kambing Jumlah Kerbau
1429 H 6.400 kg 68 ekor 8 ekor
1433 H 6.776 kg 78 ekor 11 ekor
1434 H 6.652,8 kg 81 ekor 10 ekor
Sumber: olahan data lapangan dan internet
8. Khatmil Quran bil Ghoib
Tanggal 9 Muharram pukul 05.00, di dalam masjid diadakan khataman Al-
Quran bil Ghoib yang dilakukan oleh para khafidz (hafal Al-Quran di luar
kepala). Khataman Al-Quran ini akan dilaksanakan sebanyak 9 kali
khataman. Sebelum khataman dimulai, terbelih dahulu diadakan pembukaan
serta tausiah dari seorang kyai.
87
Gambar 21. Khataman Al-Quran
Sumber: dokumentasi pribadi
Khataman Al-Quran dilaksanakan dalam rangka memeriahkan
upacara BLMSK yang sudah dilakukan berkali-kali dan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan dalam acara Buka Luwur. Khataman yang
dilakukan tersebut pahalanya dihadiahkan khusus kepada Kanjeng Sunan
Kudus, dan bagi yang mengikutinya diharapkan mendapat barokah/tabarukan
dari khataman yang dilakukan.
9. Pembuatan dan Pembagian Bubur Asyuro
Di sebelah utara masjid, tepatnya rumah sebelah timur pawestren (tempat
sholat wanita) ada pembuatan bubur asyuro yang dimulai sehabis subuh pada
tanggal 9 Muharram. Bubur Asyuro konon merupakan bancaan atau sedekah
Nabi Nuh AS ketika selamat dari banjir bandang pada tanggal 10 Muharram.
Bubur Asyuro dibuat dari delapan bahan yaitu beras, jagung, kedelai,
ketela, kacang tolo, pisang, kacang hijau, dan kacang tanah. Delapan bahan
tersebut konon sesuai dengan bubur Asyuro Nabi Nuh AS yang juga terbuat
88
dari bahan yang sama. Selain bahan-bahan tersebut, bubur Asyuro juga
ditaburi dengan beberapa pelengkap yaitu tempe, tahu, teri, udang, telur yang
telah digoreng sebelumnya, kecambah, jeruk bali, cabe merah, dan penthul.
Penthul adalah snack goreng berbentuk bulat yang terbuat dari kelapa muda,
daging, gandum, dicampur dengan gula merah dan ditambah daun jeruk.
Bumbu yang dipakai adalah bumbu gule, bawang merah, bawang putih,
garam, kayu manis, serai, dan kelapa.
Gambar 22. Pengolahan Bubur Asyuro Gambar 23. Bubur Ayuro
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Pembuatan bubur Asyuro dilakukan dengan merebus beras, disusul
kemudian bahan bubur yang lain. Selama direbus, bubur diaduk terus
menerus selama kurang lebih tiga jam. Bubur yang dimasak sebanyak enam
kawah atau wajan besar dalam dua angkatan, satu angkatan memasak bubur
tiga kawah. Cara penyajiannya khas, yakni ditempatkan pada wadah yang
tebuat dari daun pisang yang dipotong berbentuk bulat, disebut takir.
Bubur asyuro ini akan akn dibagikan kepada penduduk sekitar, dan
tokoh masyarakat di beberapa desa sekitar Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.
89
Bubur Asyuro juga dibagikan sebagai menu bancaan bagi ibu-ibu yang
menghadiri acara Al-Barjanzi pada malam 10 Muharram sehabis sholat isya’.
10. Santunan Kepada Anak Yatim
Sekitar pukul 08.00 diadakan santunan kepada anak yatim yang dilaksanakan
di gedung YM3SK. Pada kesempatan ini ada sekitar 125 anak yatim yang
mendapat santunan. Panitia menentukan kriteria anak yatim yang diberi
santunan, untuk putra maksimal berumur sebelas tahun dan putri maksimal
berumur sepuluhtahun. Panitia melakukan pendataan untuk mendapatkan
calon penerima santunan, bukan melalui mekanisme pendaftaran. Nama yang
telah didata kemudian diseleksi. Nama yang memenuhi kriteria akan dikirimi
undangan penerimaan santunan oleh panitia.
Acara santunan didahului dengan tausiyah tentang anjuran umat Islam
untuk senantiasa memperhatikan anak yatim. Bulan Suro adalah bulannya
anak yatim sehingga pada bulan ini umat Islam dianjurkan untuk menyayangi
anak-anak yatim dengan cara mengelus-ngelus sebagian rambut kepala dan
memberikan sedikit santunan sesuai kemampuan kita. Pahala yang diberikan
Allah jika kita menyayangi anak yatim pada bulan Suro adalah sebanyak
jumlah rambut yang dimiliki anak yatim yang disayangi tersebut.Selain itu
anak-anak juga diajak bersama-sama mendoakan orang tuanya yang telah
tiada.
90
Gambar 24. Suasana Santunan Anak Yatim
Sumber: dokumentasi pribadi
Setelah berdoa, satu per satu anak-anak dipanggil untuk menerima
santunan berupa uang, tas sekolah, dan lain-lain. Santunan anak yatim
tersebut berasal dari shodaqoh masyarakat.
11. Pengajian Umum Malam 10 Muharram
Tanggal 9 Muharram diadakan pengajian umum yang dihadiri oleh
masyarakat dari berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya. Suasana pengajian
selalu ramai dan penuh sesak hingga orang-orang rela duduk hanya
beralaskan koran atau plastik karena tidak mendapat tempat duduk.
Pengajian 10 Muharram atau yang yang lebih dikenal dengan
pengajian 10 Syuro sebenarnya baru dimulai sekitar pukul 21.00. akan tetapi
dengan penuh antusias masyarakat lebih memilih untuk bersiap sejak
menjelang maghrib. Anak-anak hingga orang yang sudah tua datang
berbondong-bondong memenuhi kompleks masjid Al-Aqsha Menara Kudus.
91
Gambar 25. Suasana Pengajian Umum 10 Muharram
Sumber: dokumentasi pribadi
Dalam kesempatan tersebut, warga yang memilki lahan dekat Menara
Kudus memanfaatkan dengan membuka tempat parkir dadakan. Mereka
memaksimalkan lahan sekecil apapun untuk dijadikan tempat parkir dengan
tarif parkir antara Rp. 3000,- sampai Rp. 5000,- per motor.
12. Pembagian Berkat Salinan
Pembagian berkat salinan dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sekitar
pukul 01.30 sampai 03.30. Pembagian berkat salinan dilaksanakan di kantor
YM3SK. Pembagian berkat salinan ini awalnya hanya imbalan dari panitia
kepada warga sekitar menara yang telah membantu dengan menyumbang nasi
dalam pelaksanaan rangkaian upacara BLMSK. Namun dalam
perkembangannya banyak warga yang datang dari luar kota juga meniru hal
ini dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Keluarlah kebijakan baru
untuk membagi berkat salinan kepada siapa saja yang telah menyumbang nasi
dan imbalannya berupa berkat salinan.
Ada yang unik dari pembagian berkat salinan ini, dari pengamatan
yang peneliti lakukan bahwa dalam pembagian berkat salinan ini
92
dimanfaatkan bagi sebagian orang untuk mengais rejeki. Mereka yang
mendapat berkat salinan menjual kepada peziarah atau orang lain yang tidak
mendapat berkat salinan dengan menjualnya dengan harga Rp. 5.000 sampai
Rp. 25.000. Alasan peziarah atau orang lain yang ingin mendapatkan berkat
salinan adalah karena mereka tidak membawa bekal dari rumah. Ada juga
sebagian dari mereka percaya bahwa di dalam berkat salinan tersebut terdapat
barokah dari Sunan Kudus.
13. Pembagian Berkat Kartu Shodaqoh
Berkat kartu dibagikan kepada masyarakat yang menyumbang dalam bentuk
apapun yang diterima secara resmi oleh panitia. Berkat ini merupakan ucapan
terima kasih dari panitia kepada masyarakat. Penyumbang yang memberi
sumbangan kecil akan diberi bungkusan/keranjang kecil, bagi penyumbang
besar (misal seekor kambing/kerbau) berkat akan diantar panitia langsung ke
rumahnya. Dalam perkembangannya berkat kartu juga diberikan kepada
orang-orang yang ikut membantu serta mensukseskan upacara BLMSK,
seperti tukang masak, tukang bolang-cincang, anak-anak yatim, dan
sebagainya. Pembagian berkat dilaksanakan di Jl. Sunan Kudus no. 188 pada
pukul 05.00-08.30.
14. Pembagian Berkat Umum
Di luar Pendopo Tajug suasana ramai sekali oleh masyarakat sekitar yang
antre untuk mendapat nasi bungkus. Antusias masyarakat meningkat dari
93
tahun ke tahun dan dapat dilihat dari jumlah nasi bungkus yang disediakan
panitia.
Tabel 16. Perbandingan Jumlah Nasi
TahunJumlah Keranjang
untuk Tamu Undangan
Jumlah nasi bungkus
(sego jangkrik)
1426 H 2.000 22.000
1427 H 1.700 23.150
1429 H 1.691 24.165
1431 H 1.791 25.500
1432 H 1.750 25.000
1433 H 1.750 27.500
1434 H 1.700 25.500
Sumber: olahan data lapangan dan internet
Memang banyaknya jumlah nasi bungkus yang disediakan panitia
tidak bisa menjadi acuan yang pasti dalam mengukur tingkat perhatian
masyarakat terhadap upacara BLMSK. Pengamatan peneliti di lapangan
dalam prosesi upacara BLMSK menunjukan bahwa antusias masyarakat
terhadap upacara tersebut mengalami peningkatan sesuai data. Peziarah tidak
hanya berasal dari daerah Kudus saja, sebagian juga berasal dari luar daerah
Kudus, misal Jepara, Pati, Demak, dan Semarang.
94
Gambar 26. Sego Jangkrik Gambar 27. Pembagian Berkat Umum
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Sejak tahun 2008, peziarah yang antre dibagi menjadi dua jalur. Di
bagian selatan jalur antrean untuk perempuan, di jalur utara tersedia jalur
antrean bagi laki-laki. Mereka rela berdesak-desakan, sabar dan rela
mengantre panjang hanya untuk mendapatkan nasi bungkus. Tahun-tahun
sebelumnya jalur laki-laki dan perempuan disatukan menjadi 1 (satu) jalur.
Peziarah yang mendapat nasi bungkus umumnya langsung dimakan.
Ada kepercayaan yang melekat pada masyarakat (peziarah) bahwa nasi
bungkus (sego jangkrik42) yang mereka dapat itu mengandung barokah dari
Sunan Kudus. Sebagian peziarah yang langsung memakan nasi bungkus
tersebut percaya setelah memakannya akan memberi kesehatan yang lebih.
42 Istilah sego jangkrik yang dikenal masyarakat Kudus dan sekitarnya ketika pembagian nasitanggal 10 Muharram sebenarnya adalah olahan uyah asem. Daging dari shodaqoh masyarakatdimasak menjadi dua olahan yaitu uyah asem dan jangkrik goreng. Yang membedakan selainbumbunya yaitu, olahan uyah asem tidak ada kuahnya, sedang jangkrik goreng ada kuahnyasedikit. Olahan jangkrik goreng hanya dibagikan kepada kalangan tertentu. Jangkrik gorengdimasak atas dasar aqiqoh atau nadzar (janji).
95
15. Upacara Pemasangan Luwur
Puncak Upacara BLMSK adalah upacara pemasangan luwur baru yang
dilaksankaan pada tanggal 10 Muharram sekitar pukul 07.00 WIB. Acara
prosesi puncak Buka Luwur di halaman Pendopo Tajug dihadiri para kyai dan
tokoh ulama kota Kudus. Tidak lepas juga figur penting kota Kudus dari
unsur pemerintahan, tokoh masyarakat, para pemangku makam wali se-Jawa,
serta para tamu undangan lainnya.
Gambar 28. Proses Pembuatan Ranjam
Sumber: olahan data lapangan dan internet
Mengawali prosesi pemasangan luwur baru ditandai dengan surat Al-
Fatihah, kemudian pembacaan ayat suci Al-Quran, dilanjutkan pembacaan
hasbunallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’mannasyir43 70 kali dan
diakhiri Doa Asyuro. Ketiga acara tersebut dilaksanakan di Pendopo Tajug.
43 Zikir tersebut diambil dari dua ayat Al-Quran. hasbunallah wani’mal wakiil adalah potonganayat Q.S. Ali Imron ayat 173 yang berarti “cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allahadalah sebaik-baik penolong”. ni’mal maulaa wani’mannasyir adalah potongan ayat Q.S. Al-Anfalayat 40 yang berarti “Dia (Allah) adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
96
Luwur yang dipasang adalah luwur utama yang bentuknya menyerupai
ranjam44.
Doa Asyuro berbunyi:
Do’a yaumu asyuro45
Hasbunallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’mannasyir70x.(Subhanallah mil al miizani wa muntahal‘ilmi wamablaghorridloo wa zinatal’arsyi, walhamdulillahi mil almiizan wa muntahal‘ilmi wa mablaghorridloo wazinatal’arsyi, wallahuakbaru mil al miizani wa muntahal‘ilmiwa mablaghorridloo wa zinatal’arsyi, laa malja-a walaamanjaa minallahi illaa ilaihi. Subhanallahi ‘adadasy syaf’iwal watri wa ‘adada kalimaatillaahit taammaati kullahaa,walhamdulillaahi ‘adadasy syaf’i wal watri wa ‘adadakalimaatillaahit taammaati kullahaa, wallaahu akbaru‘adadasy syaf’i wal watri wa ‘adada kalimaatillaahittaammaati kullahaa, as-alukas salaamata birohmatika yaaarhamar raahimiin, walaa haula walaa quwwata illaabillaahil ‘aliyyil ‘adhiim. Washollallahu ta’aalaa ‘alaasayyidinaa muhammadin wa’alaa aalihi washohbihiwasallama ajma’ina. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiina). 3x
Bismillaahir rohmaanir rohiimi
Allahumma yaa mufarrija kulli karbiiwwayaa mukhrijadliinnuuni yauma ‘asyuuroo-a, wayaa jaami’a syamli ya’qubayauma ‘asyuuroo-a, wayaa ghoofiro dlanmbi daawuda yauma‘asyuuroo-a, wayaa kaasyifa dhurri ayyuuba yauma‘asyuuroo-a, wayaa saami’a da’wati muusaa wa haruunayauma ‘asyuuroo-a, wayaa khooliqo ruuhi sayyidinamuhammadin shollollu ‘alai wasallim habiibihiwamusthofaahu yauma ‘asyuuroo-a, wayaa rohmaanaddunyaa wal aakhiroti, laa ilaaha illa anta iqdhi haajatii fiiddunyaa wa athil ‘umrii fii thooatika wa majabbatika
44 Id. at 7745 Doa Asyuro bisa dilihat aslinya pada lampiran. Doa Asyuro intinya mempunyai arti bahwa kitameminta rahmat, ampunan, perlindungan, keselamatan dan pertolongan hanya kepada Allah. Didalam doa tersebut juga dicontohkan peristiwa penting yang terjadi pada hari Asyuro.
97
waridhooka yaa arhamar roohimiina. Wa ahyinii hayaataththoyyibataw watawaffanii ‘alaal islaami wal iimaani yaarhamar roohimiina. Washollallaahu ‘alaa sayyidinaamuhammadin wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallama.
Prosesi dilanjutkan dengan pemasangan luwur baru yang sudah
disiapkan di Pendopo Tajug. Luwur kemudian dibawa ke makam Sunan
Kudus. Panitia yang bertugas membantu dengan hati-hati membawa dan
memasang luwur sesempurna mungkin. Setelah sampai di makam Sunan
Kudus, dilakukan pembacaan tahlil dan doa. Prosesi pemasangan luwur
diiringi dengan bacaan sholawat dengan khidmat dari para hadirin. Luwur
yang dipasang adalah luwur yang menutupi makam Sunan Kudus di bagian
dalam. Setelah luwur terpasang, dilakukan pembacaan tahlil dan doa di
makam Sunan Kudus yang dipimpin oleh Kyai Sepuh. Seusai upacara
pemasangan luwur yang baru, para hadirin dibagikan berkat luwur dalam
keranjang berisi nasi dan daging dengan olahan uyah asem serta potongan
kain luwur lama makam Sunan Kudus.
BAB V
ANALISIS RESEPSI MASYARAKAT KABUPATEN KUDUS
TERHADAP UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
A. Pengertian Resepsi
Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana pembaca memberikan makna terhadap
karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan
terhadapanya (Junus, 1985:1). Seorang pembaca akan memilih salah satu dari
berbagai kemungkinan realisasi yang tak akan pernah habis. Pembaca biasanya
menghubungkan dengan pengalamannya sendiri dalam menghidupi suatu realitas,
sehingga bacaan itu selalu dihubungkan dengan realitas pembaca (Junus,
1985:36). Kaitannya dalam suatu masyarakat, ada berbagai kemungkinan
penerimaan seorang pembaca menerima sebuah karya sastra. Pertama, berupa
reaksi aktif yang akan menciptakan suatu karya sastra dalam bentuk atau wujud
lain. Kedua, berupa penerimaan atau reaksi pasif yang hanya mengomentari atau
mungkin hanya menyukai (Junus, 1985:34).
Teori resepsi sastra dapat diterapkan pada folklor sebagian lisan yang
tergolong karya sastra. Buka Luwur adalah salah satu upacara adat yang tergolong
dalam folklor sebagian lisan. Buka Luwur di Kabupaten Kudus dilaksanakan
dengan tata cara dan adat istiadat tertentu yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya. Pengaruh tanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap
Upacara BLMSK menjadi penting karena mereka merupakan “pembaca” yang
menerima teks sebagian lisan upacara tersebut.
99
Suatu karya sastra, dalam hal ini Upacara BLMSK, akan menimbulkan
kesan tertentu pada pembacanya (masyarakat Kudus). Kesan tersebut didapat
melalui hakekat yang ada pada Upacara BLMSK yang “dibaca” oleh masyarakat
Kudus. Proses pembacaan tersebut akan ada interaksi antara hakekat karya itu
dengan “teks luar” yang mungkin memberikan kaidah dan nilai yang berbeda.
Kaidan dan nilai “teks luar” akan menentukan kesan yang akan muncul pada
seseorang sewaktu membaca suatu teks, karena dalam tahap ini akan menentukan
imajinasi pembaca dalam membaca teks itu (Junus, 1985: 38).
Upacara BLMSK sudah diterima sebagian besar masyarakat Kabupaten
Kudus secara turun-temurun, kemudian mereka memerikan respon tentang
ceritanya, mitosnya46, maupun benda-benda yang terkait dengan upacara tersebut.
Tindakan tersebut menandakan adanya interaksi timbal balik antara masyarakat
dengan Upacara BLMSK. Pembaca (masyarakat) memilki peran dalam
mengapresiasi karya sastra (Upacara BLMSK), tanpa tanggapan pembaca karya
sastra tersebut akan mati.
B. Resepsi Masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK
Resepsi masyarakat Kudus terhadap Upacara BLMSK pada ranah umum adalah
mengetahui dan peduli kelestarian budaya bangsa, sedangkan dalam ranah khusus
46 Mitos umumnya merupakan cerita yang memberi pedoman dan arah tertentu kepadasekelompok orang. Cerita itu dapat dituturkan, dituliskan, dan juga bisa lewat pertunjukan. Inticerita dalam mitos adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman manusia tentangkebaikan dan kejahatan; hidup dan kematian; dosa dan penyucian; perkawinan dan kesuburan dst.Mitos tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dulu terjadi, sebuah kisah mengenaidewa-dewa dan dunia gaib tetapi sekaligus memberikan “pengetahuan tentang dunia”. Cerita-cerita seperti itu terkadang menyimpang atau berkembang menjadi cerita spekulatif mengenaiterjadinya alam raya dan dewa-dewa. Fungsi dari mitos semacam ini adalah menyadarkan manusiabahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib, dan memeberi jaminan bagi masa kini (Thohir, 2006: 33).
100
yaitu pemahaman terhadap esensi dan hakekat tradisi Upacara BLMSK terbagi
dalam beberapa kualifikasi. Untuk mendapatkan tanggapan masyarakat secara
utuh, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur kepada beberapa
informan, yaitu kepada Kepala Desa Kauman, Ketua YM3SK, Kepala Humas PT
Djarum Kudus. Peneliti juga menggunakan teknik wawancara tak terstruktur
kepada beberapa warga saat prosesi Buka Luwur atau di luar prosesi.
Peneliti menyebarkan angket kepada 35 responden47 dengan kualifikasi
berusia 17 tahun ke atas, beragama Islam, latar belakang pendidikan terakhir dari
dari Sekolah Dasar (SD) sampai pendidikan sarjana (S1). Alasan dipilihnya
responden pada kategori tersebut karena pada usia 17 tahun ke atas biasanya
seseorang dapat menilai suatu hal berdasarkan pikirannya sendiri dan mulai peka
terhadap keadaan sekitar. Selain itu, latar belakang pendidikan juga berpengaruh
terhadap subjektifitas dan objektifitas pola pikir seseorang dalam menilai suatu
hal. Pemilihan responden yang beragama Islam untuk mengetahui kedalaman
pemahaman tentang Upacara BLMSK. Dikhawatirkan jika mengambil responden
yang tidak beragama Islam, akan menimbulkan kesalahpahaman terkait Upacara
BLMSK. Hal tersebut menimbulkan kerancuan pemaknaan jika mengambil
contoh responden dengan objek ritual keagamaan Islam, sedangkan responden
tidak memeluk agama Islam.
47 Dari keseluruhan responden yang berjumlah 35 orang, semuanya pernah melakukan ziarah keMakam Sunan Kudus. Mereka mengakui bahwa Sunan Kudus merupakan salah satu dariWalisongo.
101
Peneliti memilih responden yang memiliki status kependudukan di luar
Desa Kauman, antara lain desa yang berada Kecamatan Dawe48, Kecamatan
Gebog, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, dan Kecamatan Kaliwungu. Peneliti
tetap memilih Kecamatan Dawe (meski jauh dari Desa Kauman) karena di sana
pada bulan Muharram melaksanakan Buka Luwur Sunan Muria. Hal ini
menandakan adanya keterkaitan sejarah antara Sunan Muria dengan Sunan Kudus
yang hidup pada masa yang hampir sama.
Model kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner tertutup dan
terbuka. Kuesioner tertutup biasanya hanya terbatas pada jawaban “Ya” atau
“Tidak”. Pada kuesioner tertutup biasanya peneliti sudah memberikan jawaban
dalam bentuk pilihan ganda, jadi responden hanya butuh memilih jawaban yang
sesuai dengan pemikirannya. Sedangkan kuesioner terbuka lebih membebaskan
responden untuk menuangkan jawaban dalam bentuk uraian jawaban.
Kuesioner terbagi atas pertanyaan tertutup dan terbuka. Pada awal
kuesioner responden hanya mengisi pertanyaan tertutup yaitu pilihan ganda.
Selanjutnya responden akan memberikan penilaian dan penjabaran dalam
pertanyaan terbuka. Tujuan menggabungkan kuesioner tertutup dan terbuka
adalah untuk mendapatkan hasil data semaksimal mungkin. Di samping itu,
48 Alasan memilih daerah tersebut karena jika responden berasal dari Desa Kauman, dikhawatirkanresepsi/tanggapan akan homogen (sama). Kekhawatiran tersebut muncul karena wilayah DesaKauman yang kecil. Alasan lain adalah karena di masjid Al-Aqsha Menara Kudus tempatberkumpulnya kyai dan ulama. Lewat dakwah beliau, sebagian besar penduduk Kauman akansepakat dan menjalankan apa yang dikatakan kyai/ulama karena beliaulah panutan masyarakatsetempat. Ketika kyai/ulama setempat memberikan ceramah (pemahaman) tentang hakekatUpacara BLMSK, maka akan terekam oleh ingatan penduduk Desa Kauman. Orang yang datanguntuk mendengarkan ceramah tentu tidak hanya dari penduduk setempat, ada yang berasal dariluar Desa Kauman. Hasil ceramah tersebut akhirnya dibawa pulang dan diceritakan kembalimenurut pemahamannya. Dalam menceritakan kembali pasti ada pengurangan dan penambahancerita (pemahaman mengenai Upacara BLMSK) sesuai kondisi sosialnya. Hal tersebut yangmenjadi alasan peneliti untuk mengambil contoh responden dari luar Desa Kauman.
102
peneliti juga mengajukan pertanyaan spontan kepada beberapa responden guna
menambah data mengenai Upacara BLMSK.
Kualifikasi berdasarkan uraian di atas akan menjadi contoh yang dapat
mewakili Kabupaten Kudus untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap
Upacara BLMSK. Rincian kualifikasi adalah sebagai berikut:
1. Usia
Kematangan usia dianggap berpengaruh dalam menentukan penilaian
terhadap suatu hal. Ini terjadi karena usia memperngaruhi pola fikir
manusia dalam menanggapi Upacara BLMSK dari yang bersifat umum
sampai spesifik. Faktor Usia dianggap berpengaruh dalam menanggapi
esensi Upacara BLMSK.
Tabel 17. Resepsi Upacara BLMSK Berdasarkan Kategori Usia
Usia
Tanggapan17-25 tahun 26-40 tahun
40 tahunke atas
Mengetahui tentang UpacaraBLMSK
80% 80% 100%
Berpartisipasi dalam ProsesiUpacara BLMSK
50% 60% 86,66%
Pandangan Positif terhadapUpacara BLMSK
80% 90% 86,66%
Mengerti Latar BelakangPelaksanaan Upacara
BLMSK80% 100% 93,33%
Upacara BLMSKMempunyai Arti Penting
bagi Responden40% 80% 80%
103
Memercayai Ada Berkahatau Mitos dari Upacara
BLMSK30% 80% 80%
Sumber: olahan data lapangan
Responden yang berusia 17-25 tahun dengan jumlah 10 orang,
80% di antaranya mengetahui tentang Upacara BLMSK. Sebanyak 50% (5
dari 10 responden) pada usia 17-25 tahun pernah mengikuti prosesi
Upacara BLMSK, selebihnya belum pernah mengikuti prosesi upacara
tersebut. Responden yang pernah mengikuti prosesi Upacara BLMSK
adalah mereka yang pernah datang ke upacara tersebut. Mereka tidak
mengikuti seluruh rangkaian acaranya, tapi hanya beberapa prosesi acara
seperti pengajian atau pembagian sego jangkrik. Fakta tersebut
menunjukan bahwa separuh responden dari generasi muda belum pernah
mengikuti prosesi Buka Luwur. Ada kekhawatiran bahwa generasi muda
terkesan acuh terhadap Buka Luwur.
Sebanyak 8 dari 10 responden (80%) yang berusia 17-25 tahun
berpandangan positif terhadap BLMSK. Pandangan positif mereka adalah
sebagai tradisi yang harus dilestarikan. Sebanyak 80% (8 responden)
mengerti latar belakang diadakan Upacara BLMSK. Responden tidak
hanya sekadar tahu adanya upacara tersebut, tapi mengerti mengapa
diadakan upacara tersebut. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
dengan mengetahui latar belakang upacara tersebut, generasi muda sudah
mempunyai pemikiran untuk melestarikan tradisi.
104
Responden berusia 17-25 tahun yang menyatakan Upacara
BLMSK mempunyai arti penting bagi kehidupannya sebanyak 40% (4 dari
10 responden). Sebanyak 30% (3 responden) tidak menjawab pada
pertanyaan ini atau hanya menjawab “bagus”. Responden sebanyak 30%
(3 responden) menyatakan bahwa Upacara BLMSK tidak mempunyai arti
penting bagi kehidupannya. Sebanyak 3 dari 10 responden (30%)
memercayai mitos terkait Upacara BLMSK. Sebanyak 30% (3 responden)
menyatakan tidak memercayai mitos, sedangkan 40% (4 responden) lebih
memilih untuk netral. Mereka yang netral menyatakan bahwa mitos
tersebut merupakan kepercayaan yang berkembang dan dikembalikan
kepada masing-masing orang. Responden yang tidak percaya mitos
menyatakan bahwa perbuatan tersebut bagian dari syirik
(menyekutukan/menduakan Allah).
Masyarakat pada kategori usia 26-40 tahun dengan responden
berjumlah 10 orang, 80% (8 responden) mengetahui Upacara BLMSK,
sedangkan 20% (2 orang) tidak mengetahui upacara tersebut. Sebanyak 6
dari 10 responden (60%) mengakui pernah mengikuti prosesi Upacara
BLMSK, selebihnya tidak pernah mengikuti prosesi upacara tersebut.
Fakta tersebut menyatakan bahwa selain tahu tentang Buka Luwur, lebih
dari separuh responden pada kategori usia 26-40 tahun pernah mengikuti
prosesi Buka Luwur. Hal ini menunjukan adanya apresiasi lebih pada
orang dewasa dibandingkan dengan generasi muda (usia 17-25).
105
Sebanyak 9 dari 10 responden (90%) pada kategori usia 26-40
tahun memiliki pandangan positif terhadap Upacara BLMSK. Seluruh
responden (100%) menyatakan mengetahui latar belakang adanya Upacara
BLMSK. Dari fakta tersebut dapat dikatakan bahwa orang dewasa hampir
seluruhnya berpandangan positif tentang Buka Luwur. Mereka menyadari
bahwa upacara tersebut tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat
karena merupakan sebuah tradisi. Selain itu, seluruh responden pada
kategori orang dewasa mengerti latar belakang diadakannya Buka Luwur.
Hal tersebut dapat menjadi modal untuk meneruskan cerita mengenai Buka
Luwur kepada generasi muda.
Sebanyak 8 dari 10 responden (80%) pada kategori usia 26-40
tahun menyatakan bahwa Upacara BLMSK mempunyai arti penting bagi
kehidupannya. Sebanyak 1 responden (10%) menyatakan netral,
sedangkan 1 responden lagi (10%) menyatakan bahwa upacara tersebut
tidak mempunyai arti penting bagi kehidupannya. Sebanyak 8 dari 10
responden (80%) percaya adanya mitos terkait Upacara BLMSK.
Sebanyak 2 dari 10 responden (20%) memilih netral dan tidak ada
responden (0%) dari kategori ini yang tidak memercayai mitos terkait
Upacara BLMSK. Fakta tersebut menyatakan bahwa lebih dari separuh
pada orang dewasa sudah merasakan arti penting adanya upacara tersebut.
Mereka menyatakan bahwa harus menghormati nenek moyang dengan
menghormati dan mengenang jasa Sunan Kudus. Responden pada kategori
orang dewasa yang memercayai mitos menyatakan bahwa aliran doa-doa
106
setiap hari di makam Sunan Kudus atau ketika Upacara BLMSK akan
mendapat balasan lewat berkah dari Sunan Kudus.
Responden yang berusia 40 tahun ke atas berjumlah 15 orang,
seluruhnya (100%) menyatakan mengetahui Upacara BLMSK. Sebanyak
86,66% (13 responden) pernah mengikuti prosesi upacara tersebut. Dari
fakta tersebut dapat dikatakan bahwa faktor usia (yang sudah cukup lama
menetap di Kudus) mempengaruhi pengetahuan tentang upacara tersebut.
Masyarakat Kudus yang tergolong generasi tua (kategori usia 40 tahun ke
atas) lebih banyak yang tahu dan lebih banyak yang mengikuti prosesi
Buka Luwur dibandingkan generasi muda (kategori usia 17-25 tahun) atau
orang dewasa (kategori usia 26-40 tahun). Hal tersebut dimungkinkan
terjadi karena pada generasi tua masih menggunakan tradisi lisan untuk
menyebarkan sebuah informasi atau berita tertentu.
Sebanyak 13 dari 15 responden (86,66%) kategori usia 40 tahun ke
atas menyatakan berpandangan positif terhadap Buka Luwur. Sebanyak 14
dari 15 responden (93,33%) menyatakan mengerti latar belakang adanya
Buka Luwur. Fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa generasi tua hampir
seluruhnya berpandangan positif tentang Buka Luwur. Mereka menyadari
bahwa upacara tersebut tidak dapat lepas dari mereka karena merupakan
bagian dari kehidupan mereka. Hampir seluruh responden pada kategori
generasi tua mengerti latar belakang diadakannya Buka Luwur. Hal
tersebut dapat menjadi modal untuk meneruskan cerita mengenai Buka
Luwur kepada generasi yang berada di bawahnya.
107
Sebanyak 12 dari 15 responden (80%) pada kategori usia 40 tahun
ke atas menyatakan bahwa Upacara BLMSK mempunyai arti penting bagi
kehidupannya. Sebanyak 1 responden (6,66%) menyatakan netral,
sedangkan 2 responden lagi (13,33%) menyatakan bahwa upacara tersebut
tidak mempunyai arti penting bagi kehidupannya. Sebanyak 12 dari 15
responden (80%) percaya adanya mitos terkait Upacara BLMSK.
Sebanyak 3 dari 15 responden (20%) tidak memercayai mitos terkait
Upacara BLMSK. Fakta tersebut menyatakan bahwa lebih dari separuh
pada orang dewasa sudah merasakan arti penting adanya upacara tersebut.
Mereka menyatakan bahwa harus menghormati nenek moyang dengan
menghormati dan mengenang jasa Sunan Kudus, salah satunya lewat
ziarah dan Buka Luwur. Responden pada kategori orang dewasa yang
memercayai mitos menyatakan bahwa adanya berkah dari Buka Luwur
sehingga kehidupan mereka tenteram karena dekat dengan nenek moyang.
Responden yang tidak percaya mitos menyatakan bahwa perbuatan
tersebut bagian dari syirik (menyekutukan/menduakan Allah).
2. Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan merupakan aspek yang utama yang dapat
memengaruhi tanggapan mengenai Upacara BLMSK. Pendidikan yang
dimaksud adalah lulusan pendidikan formal dari jenjang SD sampai
sarjana. Pada saat pendidikan formal tentunya belajar mengenai
kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia, khususnya Jawa. Pada
bangku sekolah diceritakan peran Walisongo dalam penyebaran agama
108
Islam di pulau Jawa. Sunan Kudus adalah salah satu dari Walisongo yang
menyebarkan dakwah Islam di Kabupaten Kudus. Upacara BLMSK
adalah bentuk penghormatan masyarakat Kudus untuk mengenang jasa
beliau. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi
memilki pola pikir lebih netral dalam menanggapi Upacara BLMSK sesuai
pengetahuan intelektualnya.
Tabel 18. Resepsi Upacara BLMSK.Berdasarkan Latar BelakangPendidikan
Latar Belakang
Pendidikan
TanggapanSD/SMP SMA
Diplomaatau
Sarjana
Mengetahui tentang UpacaraBLMSK
100% 91,66% 81,25%
Berpartisipasi dalam ProsesiUpacara BLMSK
71,42% 83,33% 56,25%
Pandangan Positif terhadapUpacara BLMSK
100% 83,33% 81,25%
Mengerti Latar BelakangPelaksanaan Upacara
BLMSK100% 91,66% 87,5%
Upacara BLMSKMempunyai Arti Penting
bagi Responden71,42% 75% 62,5%
Memercayai Ada Berkahatau Mitos dari Upacara
BLMSK100% 66,66% 50%
Sumber: olahan data lapangan
Responden yang mempunyai latar pendidikan SD/SMP berjumlah
7 orang, seluruhnya (100%) mengetahui tentang Upacara BLMSK.
Sebanyak 71,42% (5 dari 7 responden) pernah mengikuti prosesi Upacara
109
BLMSK, selebihnya belum pernah mengikuti prosesi upacara tersebut.
Responden yang pernah mengikuti prosesi Upacara BLMSK adalah
mereka yang pernah datang ke upacara tersebut. Mereka hanya mengikuti
satu atau beberapa acara dari seluruh rangkaian acara Buka Luwur. Fakta
tersebut menunjukan bahwa meskipun berlatar pendidikan SD/SMP,
seluruh responden mengetahui adanya Upacara BLMSK. Hampir seluruh
responden pada kategori ini pernah mengikuti prosesi Upacara BLMSK.
Sebanyak 7 responden (100%) yang mempunyai latar belakang
pendidikan SD/SMP menyatakan berpandangan positif dan mengerti latar
belakang Upacara BLMSK. Pandangan positif mereka adalah Buka Luwur
sebagai tradisi penghormatan Sunan Kudus yang telah berjasa yang harus
dilestarikan. Responden tidak hanya sekadar tahu tapi mengerti latar
belakang diadakan upacara tersebut, yaitu sebagai wujud terima kasih,
penghormatan, dan kedekatan mereka dengan Sunan Kudus.
Sebanyak 5 dari 7 responden (71,42%) responden berlatar
belakang pendidikan SD/SMP menyatakan bahwa Buka Luwur
mempunyai arti penting bagi kehidupannya. Sebanyak 2 dari 7 orang (28,
58%) menyatakan netral terkait arti penting Buka Luwur. Mereka yang
netral menyatakan bahwa Buka Luwur hanya sebagai tradisi yang sudah
ada. Seluruh responden (7 orang) menyatakan percaya adanya mitos
terkait Buka Luwur. Responden yang percaya mitos menyatakan bahwa
ada berkah (kekuatan) dibalik luwur atau sego jangkrik. Selain mendapat
110
cerita dari orang tua/teman, sebagian dari mereka telah merasakan adanya
berkah dengan terwujudnya keinginannya.
Responden yang mempunyai latar belakang pendidikan SMA
berjumlah 12 orang, 91,66% (11 responden) menyatakan mengetahui
adanya Upacara BLMSK. Sebanyak 10 dari 12 responden (83,33%)
menyatakan pernah mengikuti prosesi Upacara BLMSK, selebihnya tidak
pernah mengikuti prosesi upacara tersebut. Fakta tersebut menyatakan
bahwa hampir seluruh responden mengetahui dan pernah mengikuti
prosesi Buka Luwur. Hal ini menunjukan bahwa Upacara BLMSK sudah
diketahui khalayak umum baik dari pendidikan formal, mulut ke mulut
atau diberitakan melalui media massa/elektronik.
Sebanyak 10 dari 12 responden (83,33%) yang berlatar belakang
pendidikan SMA menyatakan mempunyai pandangan positif tentang
Upacara BLMSK. Sebanyak 11 dari 12 responden (91,66%) menyatakan
mengetahui latar belakang adanya Upacara BLMSK. Dari fakta tersebut
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan tidak menjamin
seseorang untuk menghargai salah satu kebudayaan lokal. Hampir seluruh
responden berpandangan positif dan mengerti latar belakang Buka Luwur,
namun 2 responden memilih untuk tidak menjawab pada poin pertanyaan
terkait pandangan positif Buka Luwur.
Sebanyak 9 dari 12 responden (75%) yang berlatar belakang
pendidikan SMA menyatakan Buka Luwur memilki arti penting bagi
kehidupannya. Sebanyak 1 responden (8,34%) memilih netral, sedangkan
111
2 responden lagi (16,66%) menyatakan Buka Luwur tidak mempunyai arti
penting bagi kehidupannya. Sebanyak 8 dari 12 responden (66,66%)
percaya adanya mitos terkait Upacara BLMSK. Sebanyak 2 dari 12
responden (16,66%) memilih netral, sedangkan selebihnya (2 responden)
tidak memercayai adanya mitos terkait Upacara BLMSK. Fakta tersebut
menyatakan bahwa lebih dari separuh pada kategori ini merasakan arti
penting adanya upacara tersebut. Mereka menyatakan bahwa harus
menghormati nenek moyang dengan menghormati dan mengenang jasa
Sunan Kudus. Responden yang memercayai mitos menyatakan bahwa
aliran doa-doa setiap hari di makam Sunan Kudus atau ketika Upacara
BLMSK akan mendapat balasan lewat berkah dari Sunan Kudus.
Responden yang tidak memercayai menyatakan bahwa tindakan tersebut
(mitos) melebih-lebihkan dan termasuk tindakan syirik. Responden yang
netral terhadap mitos menyatakan bahwa hal tersebut kembali pada diri
masing-masing orang.
Responden yang mempunyai latar belakang pendidikan
diploma/sarjana berjumlah 16 orang, 81,25% (13 responden) menyatakan
mengetahui adanya Upacara BLMSK. Sebanyak 9 dari 16 responden
(56,25%) menyatakan pernah mengikuti prosesi Upacara BLMSK,
selebihnya tidak pernah mengikuti prosesi upacara tersebut. Fakta tersebut
menyatakan bahwa lebih dari separuh responden mengetahui Upacara
BLMSK. Terjadi penurunan jumlah presentase responden yang
berpartisipasi dalam Buka Luwur dibandingkan dengan kategori responden
112
yang berlatar belakang SMA. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena
responden yang berlatar belakang pendidikan diploma/sarjana memilki
pandangan intelektual lebih, sehingga mereka tidak perlu datang langsung
mengikuti prosesi Buka Luwur.
Sebanyak 13 dari 16 responden (81,25%) yang berlatar belakang
pendidikan diploma/sarjana menyatakan mempunyai pandangan positif
tentang Upacara BLMSK. Sebanyak 14 dari 16 responden (87,5%)
menyatakan mengetahui latar belakang adanya Upacara BLMSK. Dari
fakta tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan tidak
menjamin seseorang untuk menghargai salah satu kebudayaan lokal. Lebih
dari separuh responden berpandangan positif dan mengerti latar belakang
Buka Luwur, selebihnya (3 responden) berpandangan biasa dengan
menjawab “Ya” atau tidak mengisi pada poin pertanyaan tersebut.
Sebanyak 10 dari 16 responden (62,5%) yang berlatar belakang
pendidikan diploma/sarjan menyatakan Buka Luwur memilki arti penting
bagi kehidupannya. Sebanyak 2 responden (12,5%) memilih netral,
sedangkan 4 responden lagi (25%) menyatakan Buka Luwur tidak
mempunyai arti penting bagi kehidupannya. Sebanyak 8 dari 16 responden
(50%) percaya adanya mitos terkait Upacara BLMSK. Sebanyak 4 dari 16
responden (25%) memilih netral, sedangkan selebihnya (4 responden)
tidak memercayai adanya mitos terkait Upacara BLMSK. Fakta tersebut
menyatakan bahwa lebih dari separuh pada kategori ini merasakan arti
penting dengan adanya upacara tersebut. Mereka menyatakan bahwa harus
113
menghormati nenek moyang dengan menghormati dan mengenang jasa
sebagai wujud terima kasih kepada Sunan Kudus. Responden yang
menjawab netral (2 orang) menyatakan bahwa Buka Luwur hanya sebagai
tradisi yang harus dijalankan, selebihnya (4 responden) menyatakan Buka
Luwur tidak mempunyai arti penting karena memang tidak dirasa
pengaruhnya. Dalam kategori ini hanya separuh responden yang
memercayai mitos terkait Buka Luwur. Responden yang tidak memercayai
menyatakan bahwa tindakan tersebut (mitos) melebih-lebihkan dan
termasuk tindakan syirik. Responden yang netral terhadap mitos
menyatakan bahwa hal tersebut kembali pada diri masing-masing orang.
Hal tersebut dapat terjadi karena responden yang telah mengeyam
pendidikan tinggi akan memilki wawasan luas, sehingga mengaitkan
realitas kehidupan dengan hal yang dianggap tidak dapat diterima akal
pikiran.
3. Agama
Agama sebagai keyakinan dan pengetahuan yang menjadi dan dijadikan
landasan tindakan, secara umum diturunkan, diberlakukan dan dibakukan
orangtua serta lingkungan sosialnya (Thohir, 2006: 63). Penduduk
Kabupaten Kudus yang mengaku atau dicatat memeluk agama Islam
sebesar 97,47%49. Ini berarti hampir seluruh masyarakat Kudus memeluk
agama Islam. Presentase tersebut semata-mata didasarkan data yang
peneliti olah dari kantor BPS Kudus. Hal tersebut berdasarkan pengakuan
49 Id. at 29
114
masyarakat Kudus mengenai agama yang dipeluk, dan tidak terkait dengan
kualitas keagamaannya.
Responden yang beragama Islam mengaku pernah berziarah ke
makam Sunan Kudus, hal tersebut membuktikan adanya pengakuan dari
masyarakat bahwa Sunan Kudus merupakan tokoh yang disegani. Para
sesepuh kyai dahulu mungkin tidak cukup hanya berziarah, akhirnya
mencari bentuk penghormatan lain sehingga muncullah upacara Buka
Luwur. Upacara Buka Luwur sebagai tradisi diturunkan secara turun-
temurun dari generasi ke genarasi. Upacara tersebut merupakan bagian
dari ritual agama Islam yang dilaksanakan setahun sekali. Resepsi
masyarakat yang beragama Islam mengenai Buka Luwur akan lebih tajam,
mendalam, dan tidak menimbulkan salah pemaknaan. Dikhawatirkan jika
responden tidak beragama Islam akan memberikan resepsi yang kurang
mendalam karena perbedaan warna agama.
Tabel 19. Resepsi Responden yang Beragama Islam terhadap UpacaraBLMSK
Jawaban
TanggapanYa Netral Tidak
Mengetahui tentangUpacara BLMSK
88,58% - 11,42%
Berpartisipasi dalamProsesi Upacara
BLMSK68,58% - 31,42%
Pandangan Positifterhadap Upacara
BLMSK85,71% 14,29% -
115
Mengerti LatarBelakang
PelaksanaanUpacara BLMSK
91,43% - 8,57%
Upacara BLMSKMempunyai Arti
Penting bagiResponden
68,58% 14,28% 17,14%
Memercayai AdaBerkah atau Mitos
dari UpacaraBLMSK
65,72% 17,14% 17,14%
Sumber: olahan data lapangan
Dari keseluruhan responden berjumlah 35 orang yang mengaku
beragama Islam, sebanyak 31 responden (88,58%) mengetahui Upacara
BLMSK. Sebanyak 4 dari 35 responden (11,42%) mengaku tidak
mengetahui upacara tersebut. Sebanyak 24 dari 35 responden (68,58%)
mengaku pernah mengikuti prosesi Buka Luwur. Sebanyak 11 dari 35
responden (31,42%) menyatakan belum pernah mengikuti prosesi Buka
Luwur. Fakta tersebut membuktikan bahwa meski responden memilki
kepercayaan yang sama, namun masih ada yang belum mengetahui
Upacara BLMSK. Responden yang sudah mengetahui saja ada yang belum
mengikuti prosesi acaranya. Buka Luwur dapat dikatakan sebagai upacara
yang sangat terkenal bagi kalangan masyarakat Kudus dengan bukti lebih
dari separuh responden mengetahui keberadaan upacara tersebut.
Sebanyak 30 dari 35 responden (85,71%) yang mengaku beragama
Islam menyatakan berpandangan positif , sedangkan 5 responden (14,29%)
lebih memilih netral. Sebanyak 32 dari 35 responden (91,43%)
mengetahui latar belakang adanya Buka Luwur. Sebanyak 3 dari 35
116
responden (8,57%) tidak mengetahui latar belakang Buka Luwur.
Responden yang menjawab netral pada poin pertanyaan terkait pandangan
positif Buka Luwur adalah mereka dengan jawaban “Ya” atau “Bagus”
saja tanpa disertai alasan. Sedangkan responden yang tidak mengetahui
latar belakang (3 responden) menguraikan jawaban yang keliru. Fakta
tersebut membuktikan bahwa meski responden memilki kepercayaan yang
sama, masih ada yang belum mengetahui latar belakang Upacara BLMSK.
Responden yang berpandangan positif mengungkapkan bahwa Buka
Luwur adalah salah satu hasil kebudayaan yang harus dilestarikan.
Responden yang mengerti latar belakang Buka Luwur menjelaskan bahwa
upacara tersebut sudah ada sejak dahulu kala sebagai wujud penghormatan
terhadap Sunan Kudus. Responden juga mengungkapkan bahwa mereka
akan lebih merasa nyaman dan tenteram ketika masih berhubungan dengan
nenek moyangnya.
Sebanyak 24 dari 35 responden yang beragama Islam (68,58%)
mengaku Upacara BLMSK mempunyai arti penting di kehidupannya.
Responden sebagian besar menjelaskan bahwa dirinya mempunyai ikatan
dengan Sunan Kudus yang telah berjasa membawa Kudus menjadi
sekarang ini. Responden mengaku hidupnya tenang dan tentram jika
mengikuti prosesi Upacara Buka Luwur karena mendapat berkah dari
Sunan Kudus. Responden sebanyak 14,28% (5 orang) memilih untuk
netral, yaitu tidak mengisi pada lembar kuesioner. Responden sebanyak
117
17,14% (6 orang) mengaku Upacara BLMSK tidak mempunyai arti
penting bagi kehidupannya.
Sebanyak 22 dari 35 responden (62,86%) mengaku adanya mitos
terkait Buka Luwur. Mereka mengaku upacara Buka Luwur mengandung
berkah yang melimpah dari Sunan Kudus. Mereka juga mengakui adanya
mitos yang terkandung dari kain mori bekas makam Sunan Kudus atau
sego jangkrik yang dibagikan kepada masyarakat tanggal 10 Muharram.
Responden memercayai mitos karena mereka sudah mengetahui dan
memahami hakekat Buka Luwur karena ada tokoh Sunan Kudus dibalik
upacara tersebut. Mereka percaya kekuatan gaib itu ada dan memiliki
kekuatan di luar batas kekuatan mereka, di mana kekuatan gaib tersebut
adalah bukti kebesaran Allah.
Responden yang menjawab netral sebanyak 17,14% (6 dari 35
orang) dengan alasan mitos (kepercayaan) kain mori bekas makam Sunan
Kudus atau sego jangkrik berlaku bagi orang yang percaya saja. Mengenai
mitos tersebut, mereka menjelaskan mitos tersebut dikembalikan lagi
kepada masyarakat sesuai niatan masing-masing. Responden sebenarnya
mengakui keberadaan mitos tersebut namun mereka takut untuk
memercayai hal tersebut. Mereka mengakui bahwa bila kecenderungan
memercayai mitos, maka akan menjurus ke perbuatan/sifat syirik.
Sebanyak 6 dari 35 responden yang beragama Islam (17,14)
mengaku tidak mempercayai adanya mitos (kepercayaan) tentang kain
mori bekas makam Sunan Kudus atau sego jangkrik. Mereka berpendapat
118
bahwa dengan mempercayai hal tersebut jatuhnya akan menimbulkan
perbuatan syirik (menyekutukan/menduakan Allah). Responden hanya
mengakui kekuatan yang berasal dari Allah, bukan benda-benda terkait
Buka Luwur. Mereka lebih berpikir rasional sesuai kepercayaannya
daripada menggantungkan pada benda seperti luwur atau sego jangkrik.
Selain menyebarkan kuesioner pada responden, peneliti melakukan
wawancara dengan Kepala Desa Kauman bernama Rafiqul Hidayat. Beliau dari
kecil sudah mengikuti prosesi Upacara Buka Luwur meskipun belum terlibat
langsung di dalamnya. Ketika Buka Luwur berlangsung, hampir seluruh penduduk
Desa Kauman terlibat dalam prosesinya. Mereka sangat bersemangat karena
Sunan Kudus telah berjasa bagi Kota Kudus. Beliau juga memercayai tentang
mitos tentang kain mori bekas makam Sunan Kudus dan nasi jangkrik. Beliau
mengatakan bahwa penggunakan kain mori tergantung kebutuhan orang yang
memakainya, ada yang untuk jimat50, untuk membangun rumah biar selamat dan
aman ke depannya.
Em. Nadjib Hassan yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Masjid Menara
dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) memiliki tugas untuk menjaga pelaksanaan
Upacara BLMSK semakin baik. Pada tahun 2008 beliau membuat kebijakan
memisah jalur antrean antara laki-laki dan perempuan karena banyak kalangan
tidak setuju jalur antrean dijadikan satu. Dalam ajaran Islam laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim dilarang bersentuhan. Terlepas dari itu beliau
mengakui bahwa Upacara BLMSK adalah alat dakwah yang efektif. Meskipun
50 Jimat adalah suatu benda atau tulisan yang dianggap mengandung kesaktian, seperti dapatmenolak penyakit, menyebabkan kebal, dsb (Poerwadarminta, 2007: 490).
119
sesampainya di daerah masing-masing, penerimaan orang-orang yang mendengar
ceramah dakwah tadi berbeda. Hal tersebut yang harus diluruskan dan menjadi
tugas ulama, kyai, dan tokoh masyarakat setempat. Beliau memercayai adanya
mitos terkait kain mori bekas makam Sunan Kudus dan nasi yang dibagikan
masyarakat. Bahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Sunan Kudus pasti ada
berkahnya.
Kepala Coorporate Affair Officer (Humas) PT. Djarum Kudus yang
bernama Hardi Cahyana berpendapat bahwa Upacara BLMSK adalah wujud
toleransi antar umat beragama. Hal tersebut diterapkan dengan bentuk interaksi
antar sesama manusia tanpa membedakan ras dan golongan. PT. Djarum Kudus
mendukung Upacara BLMSK dengan bershodaqoh setiap tahunnya. Beliau
berpendapat bahwa ada ada energi tersendiri dan daya tarik magis dari upacara
tersebut. Sunan Kudus yang pandai berdagang dijadikan ikon sehingga sebagian
besar masyarakat Kudus sukses dalam hal berdagang. Terkait mitos yang ada di
masyarakat, beliau memercayai adanya berkah yang dilimpahkan oleh Sunan
Kudus. Berkah yang dirasakan setiap orang pasti berbeda-beda asalkan tidak
menjurus pada syirik terhadap benda (kain mori/nasi) tersebut.
Tabel 20. Hasil Resepsi Masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK
Faktor yangMemengaruhi
ResepsiKategori
Hasil Resepsi Masyarakat KabupatenKudus terkait Upacara BLMSK
Usia a. 17-25 tahun
Beberapa masyarakat Kabupaten Kudusyang berusia 17-25 tahun sebagian besarmengetahui tentang Upacara BLMSK.Namun hanya separuh dari responden padakategori ini yang pernah mengikuti prosesi
120
Buka Luwur. Hal tersebut karena belumadanya kesadaran dari responden generasimuda untuk mengikuti prosesi Buka Luwur.
Sebagian besar responden memilkipandangan positif terhadap Buka Luwur.Mereka berpendapat bahwa tradisi tersebutharus dilestarikan. Sebagian besar respondenmengerti latar belakang adanya Buka Luwur.Menandakan generasi muda peduli dan ingintahu upacara Buka Luwur.
Kurang dari separuh responden menyatakanBuka Luwur tidak memilki arti penting dantidak memercayai mitos terkait upacaratersebut. Hal tersebut menandakan generasimuda belum merasakan dampak dariupacara Buka Luwur sehingga belummerasakan arti penting dari upacara tersebut.
b. 26-40 tahun
Beberapa masyarakat Kabupaten Kudusyang berusia 26-40 tahun sebagian besarmengetahui tentang Upacara BLMSK. Padakategori orang dewasa lebih dari separuhpernah mengikuti prosesi Buka Luwur. Haltersebut menandakan bahwa pada kategoriorang dewasa lebih peduli pada upacaraBuka Luwur.
Hampir seluruh responden dari orangdewasa memilki pandangan positif terhadapBuka Luwur. Seluruh responden mengetahuilatar belakang adanya upacara tersebut. Haltersebut menandakan adanya kepedulianterhadap Buka Luwur, sehingga merekadapat meneruskan cerita kepada generasidibawahnya.
Hampir seluruh responden orang dewasamenganggap Buka Luwur memiliki artipenting bagi kehidupannya. Hampir selurhreponden memercayai adanya mitos terkait
121
Buka Luwur karena ada berkah dari SunanKudus.
c. 40 tahun keatas
Beberapa masyarakat Kabupaten Kudusyang berusia 40 tahun ke atas seluruhnyamengetahui tentang Upacara BLMSK.Hampir seluruh responden pernah mengikutiprosesi Buka Luwur. Hal tersebutmenandakan bahwa generasi tuamenghormati, mengapresiasi, dan ikutmelestarikan kearifan lokal.
Hampir seluruh responden memilikipandangan positif terhadap Buka Luwur.Mereka juga mengerti latar belakang adanyaupacara tersebut. Kekhawatiran punahnyaupacara Buka Luwur kecil.
Hampir seluruh responden generasi tuamenganggap Buka Luwur memiliki artipenting bagi kehidupannya. Hampir selurhreponden memercayai adanya mitos terkaitBuka Luwur karena ada berkah dari SunanKudus.
LatarBelakang
Pendidikana. SD/SMP
Beberapa masyarakat Kabupaten Kuduslulusan SD/SMP seluruhnya berpandanganpositif terhadap Upacara BLMSK. Seluruhrersponden juga mengerti latar belakangpelaksanaan Upacara BLMSK. Penelitiberasumsi bahwa pada kategori ini masihmengikuti pola tradisional, yaitu hanyamenganut apa yang diajarkan oleh kyai. Apayang diajarkan kyai selalu benar, jika salahmaka yang berdosa adalah kyai tersebut.
Seluruh responden memliki pandanganpositif dan mengerti latar belakang adanyaupacara Buka Luwur.
Lebih dari separuh responden mengakuBuka Luwur memiliki arti penting bagi
122
kehidupannya. Seluruh responden mengakumemercayai mitos terkait upacara tesebut.
b. SMA
Beberapa masyarakat Kabupaten Kuduslulusan SMA sebagian besar berpandanganpositif terhadap Upacara BLMSK. Hampirseluruh responden pada kategori mengertilatar belakang pelaksanaan BLMSK.
Hampir seluruh responden memilkipandangan positif dan mengerti latarbelakang adanya upacara Buka Luwur.
Lebih dari separuh responden mengakuBuka Luwur memilki arti penting bagikehidupannya. Lebih dari separuh respondenmengaku memercayai mitos terkait upacaratersebut.
c. Diploma/sarjana
Beberapa masyarakat Kabupaten Kuduslulusan diploma/sarjana sebagian besarberpandangan positif terhadap UpacaraBLMSK. Sebagian besar responden padakategori ini mengerti latar belakangpelaksanaan Upacara BLMSK. Faktasementara bahwa semakin tinggi lulusan,maka semakin menurun jumlahpresentasinya. Responden pada kategori inihanya mengetahui namun belum mengertihakekat latar belakang diadakan BukaLuwur.
Hampir seluruh responden memilkipandangan positif dan mengerti latarbelakang adanya upacara Buka Luwurdengan jumlah presentase turun dariresponden yang berlatar belakangpendidikan SMA.
Lebih dari separuh responden mengakuBuka Luwur memilki arti penting bagikehidupannya. Hanya separuh responden
123
mengaku memercayai mitos terkait upacaratersebut. Fakta tersebut menandakan bahwareponden yang memilki wawasal lebih luasserta pandangan intelektual lebihmengedepankan rasio (akal) dan realitassesuai pemahaman ilmunya.
Agama
a. Percayaterhadapmitos
Lebih dari dari separuh dari kategori inimemercayai adanya berkah atau mitos dariUpacara BLMSK.
Responden memercayai mitos karenamengetahui dan memahami hakekat BukaLuwur karena ada tokoh Sunan Kudusdibalik upacara tersebut. Mereka percayakekuatan gaib itu ada dan memiliki kekuatandi luar batas kekuatan mereka, di manakekuatan gaib tersebut adalah buktikebesaran Allah.
b. NetralterhadapMitos
6 dari 35 responden dalam kategori inimemilih netral dengan menjawab mitostersebut dikembalikan pada keyakinanmasing-masing orang.
Mereka menjelaskan mitos tersebutdikembalikan lagi kepada masyarakat sesuainiatan masing-masing. Responden mengakuikeberadaan mitos tersebut namun merekatakut untuk memercayai hal tersebut karenamenjurus ke perbuatan/sifat syirik.
c. TidakPercayaterhadapMitos
Jumlah responden yang sama (6 orang) tidakmemercayai berkah atau mitos dari UpacaraBLMSK. Fakta lapangan mengungkapkanbahwa meskipun agama yang dipelukresponden sama (Islam), namun tanggapanyang diberikan berbeda.
Mereka berpendapat dengan mempercayaihal tersebut jatuhnya akan menimbulkanperbuatan syirik (menyekutukan/menduakan
124
Allah). Responden hanya mengakuikekuatan yang berasal dari Allah, bukanbenda-benda terkait Buka Luwur. Merekalebih berpikir bahwa sumber segalanyaadalah Allah, bukan menggantungkan padabenda seperti luwur atau sego jangkrik.
C. Mitos atau Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Terkait Upacara
BLMSK
1. Legenda Sunan Kudus
Syeikh Ja’far Shodiq adalah nama asli Sunan Kudus. Beliau putra dari Raden
Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan. Menurut cerita
Jipan Panolan adalah sebuah daerah yang letaknya di utara Blora. Silsilah
Sunan Kudus adalah Ja’far Shodiq bin Raden Usman Haji bin Raja Pandita
bin Ibrahim Al Samarqandi bin Maulana Muhammad Jumadi al Kubra bin
Zaen al Husein bin Zain al Kubra bin Ali karomallahu wajhah51 bin Abu
Thalib (Said, 2010: 29).
Sunan Kudus menikah dengan Dewi Rukhil (putri Sunan Bonang) dan
mempunyai keturunan bernama Amir Hasan. Sunan Kudus juga menikah
dengan putri dari Pangeran Pecat Tandaterung dari Majapahit. Mereka
mempunyai keturunan delapan (8) orang, Nyi Ageng Pambayun, Panembah
Palembang, Panembah Mekaos Honggokusumo, Panembah Kodhi, Panembah
Karimun, Panembah Joko, Ratu Pakojo, Ratu Prodobinabar (Said, 2010: 31).
51 Karomallahu wajhah adalah gelar untuk Ali karena wajahnya bercahaya. Konon Ali bin AbuTholib selama hidupnya tidak pernah melihat kelaminnya sendiri sehingga wajahnya terjaga danbercahaya.
125
Meski dari keluaraga terhormat, beliau tetap rendah hati dan
bersosialisasi dengan warga tanpa membedakan golongan dan status sosial.
Sunan Kudus menaruh hormat kepada sesepuh agama yang hadir lebih dahulu
di Kudus meskipun keturunan Tionghoa yaitu The Ling Sing52. Bahkan Sunan
Kudus berguru kepada beliau untuk memahami kondisi sosial masyarakat
sekitar.
Konon Kyai Telingising inguk-inguk (menoleh kanan-kiri) mencari
seseorang yang bisa menggantikan dan meneruskan perjuangannya. Kyai
Telingisng yang mempunyai kekuatan indera keenam, melihat sosok Sunan
Kudus mampu mneruskan perjuangannya. Daerah di mana Kyai Telingsung
inguk-inguk diberi nama Nganguk (sebelah timur alun-alun Kudus). Di daerah
Nganguk terdapat Masjid Nganguk Wali, masjid pertama yang dibangun oleh
Sunan Kudus ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kudus.
Sunan Kudus juga terkenal dengan kesaktiannya. Menurut cerita suatu
hari Sunan Kudus pernah ditantang oleh Ki Ageng Kedu dengan
memanggilnya untuk segera keluar dari masjid. Sembari menaiki tampah53 Ki
Ageng Kedu terbang mengelilingi daerah sekitar masjid dengan penuh
kesombongan. Sunan Kudus keluar dari masjid seusai berzikir dan
mengarahkan jari ke arah Ki Ageng Kedu. Seketika itu Ki Ageng Kedu jatuh
bersama tampah dan masuk ke dalam air comberan/lumpur. Sekarang ini
tempat jatuhnya Ki Ageng Kedu tersebut dikenal dengan nama Jember,
52 The Ling Sing dikenal oleh masyarakat Kudus dengan nama Kyai Telingsing. Nama beliausekarang dibadikan menjadi nama sebuah jalan di daerah Sunggingan.53 Tampah adalah barang anyaman dari bambu berbentuk bulat, gunanya untuk menampi beras(Poerwadarminta, 2007: 805).
126
sebelah barat Desa Kauman. Versi lain asal usul nama daerah Jember adalah
ketika Aryo Penangsang (murid Sunan Kudus) roboh setelah dipanah. Aryo
Penangsang roboh dan mengucurkan darah hinggan darah tersebut ngecember
(menggenang). Tempat darah Aryo Penangsang ngecember tersebut diberi
nama Jember.
Menurut cerita yang masih ada sampai sekarang, putra dari Sunan
Kudus pernah kalah adu ayam jago dengan Sunan Kedu54. Taruhannya adalah
segala yang menempel dibadan harus dilepas. Sesampainya di rumah, Sunan
Kudus bertanya kepada putranya. Setelah mengetahui cerita dari putranya,
Sunan Kudus mengatakan bahwa besok adu ayam jago lagi melawan Sunan
Kedu tetapi menggunakan ayam jago Sunan Kudus. Ayam jago Sunan Kedu
kalah dengan ayam jago Sunan Kudus. Konon ayam jago Sunan Kudus yang
menang adalah hasil jelmaan dari pethel (kapak).
2. Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Mengenai Air Bekas
Jamasan Keris Cinthaka
Cinthaka adalah keris Sunan Kudus yang diyakini sampai sekarang masih
mempunyai kesaktian. Tebukti ketika penjamasan Keris Kiai Cinthaka saat
prosesi BLMSK cuaca pasti timbreng55. Masyarakat Kudus yang menyimpan
keris di rumah menunggu momen ini untuk memperoleh kolo (air bekas
54 Sunan Kedu menurut cerita adalah nama lain dari Ki Ageng Kedu. Sunan Kedu berasal daridaerah Kedu (Yogyakarta). Sunan Kedu dimakamkan di Desa Gribig, sekitar 2 kilometer ke utaradari perempatan Jember atau dari makam Sunan Kudus.55 Ibid at 68
127
jamasan) Keris Cinthaka. Masyarakat yang percaya bahwa kolo tersebut dapat
menularkan kesaktian dari Keris Cinthaka.
Menurut cerita ketika musim kemarau daerah sekitar luar kompleks
Makam Sunan Kudus bercuaca terang, namun anehnya daerah Makam Sunan
Kudus mendung. Lebih aneh lagi adalah daerah sekitar Makam Sunan Kudus
bisa hujan. Ketika musim hujan daerah Makam Sunan Kudus bisa hujan,
sedangkan daearah luar Makam Sunan Kudus hanya mendung. Sebaliknya,
jika luar daerah Makam Sunan Kudus hujan, sekitar Makam Sunan Kudus
hanya mendung. Masyarakat setempat mempercayai bahwa itu adalah efek
kesaktian Keris Cinthaka yang disimpan di Pendapa Tajug dan kesakralan
Makam Sunan Kudus.
Sunan Kudus setelah wafat sampai sekarang meninggalkan tiga (3)
benda yang masih bisa dilihat. Pertama adalah Masjid Al-Aqsha Sunan Kudus
yang sampai sekarang telah mengalami beberapa renovasi karena
bertambahnya jamaah. Kedua adalah Menara Kudus yang masih berdiri kokh
sampai sekarang. Ketiga adalah Keris Cinthaka56 yang disimpan di Pendapa
Tajug. Sebenaranya beberapa tahun yang lalu tasbih yang digunakan Sunan
Kudus masih ada, namun sekarang ini tasbih tersebut hilang.
56 Peneliti menyadari data tentang tanggapan Keris Cinthaka dan kolo yang disajikan terbatas. Haltersebut karena keterbatasan waktu wawancara dengan Pak Faqihuddin Soleh (orang yangmenjamas Keris Cinthaka). Selain itu, waktu peneliti yang relatif singkat untuk menemukan wargaKudus yang menyimpan keris.
128
3. Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Mengenai Luwur Bekas
Makam Sunan Kudus
Kain mori (bekas) Makam Sunan Kudus atau biasa yang disebut luwur
dipercaya sebagai perantara dalam memperoleh berkah atau rejeki. Tidak
sembarang orang dapat memperoleh luwur pada Upacara BLMSK. Luwur
berukuran 10-20 cm dibagikan tanggal 10 Muharram bersamaan pengambilan
berkat (nasi) keranjang dengan cara diselipkan pada keranjang. Pembagian
luwur berukuran 3-5 meter dilaksanakan pada tanggal 12 Muharram. Tidak
sembarang orang mendapat luwur bekas Makam Sunan Kudus. Orang yang
mendapat luwur adalah Kyai Sepuh, tokoh masyarakat, warga yang telah
terdaftar sebagai panitia dan ikhlas membantu, serta pihak-pihak yang
dianggap memberi sumbangsih pada Upacara BLSMK. Semua kriteria
tersebut telah didata panitia dari YM3SK sesuai kesepakatan.
Banyak masyarakat di luar Desa Kauman yang ‘memesan’ kepada
keluarga atau teman yang mendapat luwur tersebut, meskipun hanya
mendapat luwur dalam ukuran kecil. Kepercayaan setempat bahwa luwur
tersebut dapat menjadi jimat bagi pemiliknya. Ghofur (23tahun)57
menyebutkan bahwa luwur dalam bentuk potongan kecil akan dibungkus
plastik, kemudian dimasukkan ke dalam peci. Hal tersebut bisa menambah
percaya diri, kalau menyerap ilmu/pelajaran menjadi mudah.
57 Abdul Ghofur seorang pemuda lulusan Madrasah Qudsiyyah. Madrasah Qudsiyyah adalahsekolah yang semua muridnya (santri) laki-laki. Madarasah tersebut letaknya di Desa Kaumanberjarak hanya beberapa ratus meter dari Masjid Sunan Kudus. Qudsiyyah merupakan sekolahyang terkenal di kalangan masyarakat Kudus.
129
Nur Chanis (57 tahun) mengatakan bahwa beliau percaya di dalam
luwur terdapat kekuatan yang tidak dapat dijangkau pikiran. Beliau
menempatkan luwur pada kendaraannya dan sampai sekarang kendaraannya
tidak pernah jatuh/kecelakan dan tidak pernah rewel (mogok). Chanis
menambahkan ada sebagian orang yang menempatkan pada sabuk untuk
jimat.
Hidayat (43 tahun) sering diminta temannya agar memberikan luwur
bekas Makam Sunan Kudus walaupun ukurannya kecil. Pada saat itu
temannya akan membangun rumah, harapannya ketika menempatkan pada
kayu blandar (tiang peyangga utama pada atap rumah) selama pembangunan
diberi kelancaran. Kepercayaan sebagian masyarakat Kudus yang masih
beredar adalah menempatkan luwur tersebut pada daun pintu, daun jendela, di
kayu utama penyangga rumah, atau kayu dibawah genteng dengan harapan
rumah tersebut selalu dilimpahi berkah, diberi kesemalatan, suasana harmonis,
dan lain sebagainya. Meskipun terlihat mustahil tapi sampai sekarang masih
ada orang-orang yang melakukan hal tersebut. Bagi warga Kudus yang
mempunyai luwur, akan menempatkan luwur tersebut sesuai kebutuhan
masing-masing orang.
4. Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Kudus Mengenai Sego Jangkrik
Sego jangkrik58 adalah istilah untuk menyebut nasi yang dibagikan secara
masal pada tanggal 10 Muharram. Banyak masyarakat yang rela mengantre
untuk mendapatkan nasi tersebut. Bahkan banyak masyarakat dari luar Kota
58 Ibid at 94
130
Kudus seperti Jepara, Demak, Semarang, Kendal, Pekalongan, Pati, Rembang,
bahkan ada yang dari Tuban dan Surabaya.
Sego jangkrik menurut masyarakat yang percaya memilki khasiat yang
bermacam-macam. Rafiqul Hidayat (Kepala Desa Kauman) menyebutkan
ketika proses memasak nasi, air yang digunakan pertama kali berasal dari
sumur peninggalan Sunan Kudus yang tidak pernah asat (habis airnya).
Menurut cerita beliau pada tahun 1980-an terjadi kekeringan hebat di Desa
Kauman dan sekitarnya. Banyak warga sekitar yang ngangsu (mengambil air)
di sumur tersebut. Setelah diambil oleh banyak warga sekitar, sumur tersebut
tidak pernah asat.
Bu Tun (57 tahun) memercayai sego jangkrik dapat menyembuhkan
penyakit. Biasanya setelah mendapat sego jangkrik, orang-orang langsung
memakannya dengan harapan akan terjaga kesehatannya. Namun Bu Tun
menjemur nasi yang telah diperolehnya sampai kering. Nasi kering (dalam
istilah masyarakat Kudus namanya sego aking) tersebut kemudian direndam
air semalaman. Air rendaman dari sego aking diminum oleh orang yang sakit.
Perlakuan berbeda dilakukan oleh Gimin (67 tahun) yang menumbuk
halus sego aking. Gimin mencampur tumbukan sego aking tersebut ke dalam
persediaan berasnya. Harapannya ketika beras dimasak menjadi nasi dan
dimakan, badannya akan terjaga selalu dari segala macam penyakit. Gimin
mempunyai teman dari Tuban yang perkerjaannya seorang nelayan.
Temannya percaya bahwa ngemot (mengecap) sego aking sebelum pergi
melaut akan mempengaruhi hasil ikan yang dibawa pulang. Sebagian nelayan
131
percaya bahwa setelah ngemot sego aking tersebut hasil ikan yang dibawa
pulang menjadi berlimpah.
Sebagian masyarakat Kudus yang berdagang beras memercayai bahwa
tumbukan sego aking akan mempengaruhi lakunya beras mereka. Mencampur
tumbukan sego aking dengan beras dagangan akan menjadikan beras cepat
terjual. Ketika beras dagangan habis, pedagang kula’an (membeli) beras lagi
dan mengulangi laku tersebut pada beras baru hasil kula’an.
Masyarakat Kudus yang mempunyai ternak seperti bebek, ayam,
kambing, atau kerbau akan mencampur pakan ternaknya dengan tumbukan
sego aking. Mereka percaya ternak yang telah memakan tumbukan sego aking
akan sehat, gemuk, dan cepat berkembang biak (manak). Perlakuan berbeda
dilakukan oleh masyarakat Kudus yang mempunyai lahan/sawah. Mereka
menabur sego aking pada lahan/sawah mereka dengan harapan
lahan/sawahnya subur. Lahan/sawah yang subur mempengaruhi tanaman
sehingga tumbuh “gemuk” dan berbuah banyak.
Penerimaan/tanggapan masyarakat Kudus seperti di atas muncul pada
suatu masa dan lokasi tertentu karena ada proses pemaknaan dari Upacara
BLMSK. Hal tersebut disebabkan oleh adanya suatu latar belakang pemikiran
tertentu pada suatu masa yang menjadi pedoman bagi orang yang
memahami/memercayainya (Junus, 1985: 122). Setiap orang menerima
pemahaman/kepercayaan tentang Upacara BLMSK sesuai dengan caranya
sendiri dengan tetap memohon pertolongan kepada Allah SWT.
132
Mitos yang muncul pada masyarakat ada karena memang segala
sesuatu yang berasal dari Sunan Kudus ada berkahnya. Hal tersebut
diutarakan sendiri oleh Em. Nadjib Hassan (ketua YM3SK) dan Nur Riza
(Juru Kunci Makam Sunan Kudus). Habib Umar (dari Jepara) dalam
ceramahnya59 menganalogikan pahala dari Sunan Kudus semasa hidupnya
ibarat sebuah ember yang sudah penuh airnya. Masyarakat yang berziarah,
berdoa’a, dan bershodaqoh untuk Sunan Kudus banyak sekali. Pahala dari
masyarakat yang berziarah, berdoa, dan bershodaqoh ibarat air yang mengisi
ember tadi. Ember tersebut pasti sudah tidak dapat menampung sehingga
airnya luber (meluap). Luberan air tersebut ibarat berkah dari Sunan Kudus
yang mengalir kembali bagi masyarakat yang mendoakan Sunan Kudus.
59 Habib Umar memberikan tausiyah (ceramah) pada saat Pengajian Umum Malam 10 Muharramdi Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Upacara BLMSK tergolong folklor sebgain lisan yang dilaksanakan di Desa
Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Upacara BLMSK adalah upacara
ritual/upacara penggantian kain kelambu/kain mori (luwur) yang digunakan untuk
membungkus nisan, cungkup, makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan
Kudus. Acara tersebut dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan Muharram.
Puncak upacara tersebut adalah acara pemasangan kain kelambu (luwur) yang
baru pada tanggal 10 Muharram.
Buka Luwur merupakan upacara untuk memperingati haul Sunan Kudus.
Istilah haul Sunan Kudus tidak digunakan karena pengertian haul berorientasi
pada peringatan wafatnya seorang tokoh atau ulama yang dihormati atau berjasa.
Dikhawatirkan jika disebut haul Sunan Kudus maka masyarakat setempat akan
menganggap bahwa tanggal 10 Muharram adalah tanggal wafatnya Sunan Kudus.
Padahal hari dan tanggal wafatnya Sunan Kudus sampai sekarang belum
diketahui.
Resepsi (tanggapan) sebagian masyarakat Kabupaten Kudus muncul
karena ada proses pemaknaan terhadap Upacara BLMSK. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya suatu latar belakang pemikiran tertentu pada masyarakat, sehingga
muncul mitos yang berkembang di masyarakat bagi orang yang
134
memahami/memercayainya. Setiap orang menerima pemahaman/kepercayaan
mitos terkait Upacara BLMSK sesuai dengan caranya dan kebutuhannya sendiri.
Resepsi dari responden menunjukkan sebagian besar pernah mengikuti
prosesi Upacara Buka Luwur. Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat
Kabupaten Kudus yang sudah berusia 40 tahun ke atas, mereka semua pernah
mengikuti prosesi upacara tersebut. Semakin tinggi lulusan seseorang/masyarakat,
tidak menjamin mengerti latar belakang diadakannya Upacara BLMSK. Mereka
hanya mengetahui adanya Upacara BLMSK, karena hanya dianggap melakukan
tradisi yang sudah ada. Mayoritas responden menyatakan percaya adanya mitos
terkait Upacara BLMSK, seperti luwur bekas makam Sunan Kudus dan sego
jangkrik. Luwur dan sego jangkrik dipercaya mengandung berkah dari Sunan
Kudus meskipun ada beberapa yang tidak percaya karena dianggap musyrik.
Meskipun resepsi/tanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap
Upacara BLMSK berbeda-beda, mereka percaya bahwa upacara tersebut untuk
menghargai dan mengenang Sunan Kudus yang telah berjasa “membawa” Kota
Kudus menjadi sekarang ini. Sunan Kudus merupakan salah satu dari Walisongo
yang telah menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa. Masyarakat Kabupaten
Kudus, terutama Desa Kauman sangat antusias terhadap Upacara BLMSK.
Tanggapan masyarakat (baik aktif maupun pasif) menjadikan upacara tersebut
tetap “ada” dan masih sampai sekarang.
B. Hambatan
Hambatan dalm penelitian lapangan selalu ada, baik dalam skala kecil atau besar.
Hambatan yang dialami peneliti adalah tidak dapat meng-cover semua prosesi
135
Upacara BLMSK karena pada tanggal 9 Muharram kegiatnnya sangat padat.
Kemudian hambatan yang dialami peneliti pada saat di lapangan adalah sedikitnya
narasumber/informan yang dapat menjelaskan data-data yang dibutuhkan peneliti.
Kebanyakan dari masyarakat Kabupaten Kudus memilih diam dan tidak banyak
bicara karena takut kuwalat. Mereka menyarankan bertemu langsung dengan
Ketua YM3SK atau Juru Kunci makam Sunan Kudus yang lebih paham mengenai
upacara tersebut.
C. Saran
Tradisi Upacara BLMSK dari dahulu sampai saat ini masih berlangsung di
Kabupaten Kudus sejak ratusan tahun lalu. Pelaksanaan tradisi tersebut
seyogyanya menjadi perhatian masyarakat agar tetap dijaga karena menjadi
simbol budaya Kabupaten Kudus. Selain itu di dalam Upacara BLMSK bisa
dijadikan media dakwah dengan banyak pesan moral dan keagamaan sebagai
bentuk penerapan ajaran Islam. Salah satunya adalah menghormati jasa-jasa nenek
moyang kita, karena berkat merekalah kita ada dengan sistem masyarakat yang
toleran. Selain itu, upacara tersebut juga mempererat tali silaturahim bagi sesama
masyarakat Kabupaten Kudus.
Adapun mitos-mitos terkait Upacara BLMSK yang berkembang selama ini
hendaknya disikapi sesuai keyakinan. Jika memang benar dapat mewujudkan
keinginan, hal itu merupakan bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Masyarakat hendaknya mempunyai bekal bahwa segala sesuatu dan sumber
kekuatan itu berasal dari Allah SWT, sedangkan Sunan Kudus itu hanya perantara
kekuasanNya.
136
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi untuk penelitian-
penelitian selanjutnya dengan objek Upacara BLMSK. Peneliti berharap semoga
karya ini bermanfaat dan memunculkan penelitian-penelitian lain mengenai
bidang ilmu terkait serta analisis yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1995. “Potret Sosial Keagamaan Peziarah Dalam Upacara KhaulSunan Kudus” dalam Skripsi S-1 Fakultas Ushuluddin, Institut AgamaIslam Negeri Wali Songo Kudus.
Alwi, Yulis Haji (ed.). 1995. Kamus Filologi. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa danPustaka.
Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: BadanPenelitian dan Publikasi Fakultas Sastra Seksi Filologi UGM.
Basuki, Anhari. 1989. “Metode Penelitian Sastra Lama.” Semarang: FakultasSastra Undip. (belum terbit).
_________ . 2004. Pengantar Filologi. Semarang: Fasindo.
Budiyanto, Ari dan Maesah Anggni. 2012. Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus:Karamah Penuh Berkah. Kudus: YM3SK.
Danandjaja, James. 1997. Folklore Indonesia Ilmu gossip, dongeng, dan lain lain.Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Djamaris, Edwar. 2002. Metode Peneltian Filologi. Jakarta: PT. MANASCO.
Djamil, Abdul. 2006. “’Selametan’ sekedar instrumen”. Dalam Majalah El-Qudsy.Edisi 14. Halaman 30-32. Kudus: Persatuan Pelajar Qudsiyyah.
Djatman, Darmanto. 2006. “Dialog antara Islam dengan Budaya Jawa”. DalamMajalah El-Qudsy. Edisi 14. Halaman 26-29. Kudus: Persatuan PelajarQudsiyyah.
Fikry dan Dhifan. 2006. “Islam Jawa: Sinkretisme atau Tantularisme Jawa”.Dalam Majalah El-Qudsy. Edisi 14. Halaman 16-19. Kudus: PersatuanPelajar Qudsiyyah.
_________ . 2006. “Toleransi: Sebuah Kebudayaan Jawa”. Dalam Majalah El-Qudsy. Edisi 14. Halaman 20-22. Kudus: Persatuan Pelajar Qudsiyyah.
Hartatik, Endah Sri. 2011. “Tradisi Ziarah Di Jawa Tengah”. Dalam Jurnal Sabda.Volume 6. Halaman 24-26. Semarang: FIB Undip.
Irawan, Didik Erma. 2011. “Mitos dan Sinkretisme dalam Sistem GeneologiKeluarga Raja dalam Babad Jawa Barat” dalam Skripsi S-1 JurusanSastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas DiponegoroSemarang.
138
Ismaya, Erik Aditia. 2008. “Makna Simbolik Dibalik Upacara Buka LuwurMakam Sunan Kudus: Studi Kasus di Desa Kauman Kecamatan KotaKabupaten Kudus” dalam Skripsi S-1 Jurusan Pendidikan Sosiologi danAntropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Istanti, Kun Zachrun. 2008. Sambutan Hikayat Amir Hamzah. Seksi PenerbitanFakultas Ilmu Budaya UGM, Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Angkasa Baru.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Muliadi. 2004. “Pola Spasial Objek Wisata Ziarah Wali Masjid Menara danMakam Sunan Kudus Dikaitkan dengan Persepsi Peziarah” dalam TesisMagister Teknik Arsitektur Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro Semarang.
Muntohar, Ahfas et al. 2005. Peninggalan Sejarah dan Purbakala KabupatenKudus. Kudus: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus.
Ni’mah, Ulin. 2007. “Tradisi Buka Luwur di Makam Sunan Kudus KabupatenKudus: Studi Tentang Pengelolaan Dana Umat Untuk PengembanganDakwah Islam” dalam Skripsi S-1 Jurusan Manajemen Dakwah FakultasDakwah IAIN Walisongo Semarang.
Octavitri, Yollanda. 2012. “Resepsi Masyarakat Kabupaten Lebak ProvinsiBanten Terhadap Upacara Seba Suku Baduy” dalam Skripsi S-1 JurusanSastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas DiponegoroSemarang.
Panitia Pengembangan Bahasa Indinesia. 2000. Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa DepartemenPendidikan Nasional.
Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat BahasaDepartemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Prie GS. 2006. “Orang Jawa dan Sinkretisme”. Dalam Majalah El-Qudsy. Edisi14. Halaman 33-35. Kudus: Persatuan Pelajar Qudsiyyah.
Purwadi dan Enis Niken H.. 2007. Dakwah Wali Songo: Penyebaran IslamBerbasis Kultural di Tanah Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka.
Roni, Sub. 2012. “Analisis Reserpsi Cerita Rakyat Kedung Wali” dalam SkripsiS-1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UniversitasDiponegoro Semarang.
Robson, Stuart O.. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.
139
Said, Nur. 2010. Jejaj Perjuangan Sunan Kudus Dalam Membangun KarakterBangsa. Bandung: Brillian Media Utama.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Songo. Kudus: Menara Kudus.
Sukri, Sri Suhandjati. 2006. “Toleransi menuju sebuah keharmonisan”. DalamMajalah El-Qudsy. Edisi 14. Halaman 36-39. Kudus: Persatuan PelajarQudsiyyah.
Supadjar, Damardjati. 2006. “Ratu Adil”. Dalam Majalah El-Qudsy. Edisi 14.Halaman 23-25. Kudus: Persatuan Pelajar Qudsiyyah.
Thohir, Mudjahirin. 2006. Orang Islam Jawa Pesisiran. Semarang: Fasindo Press.
_________ . 2009. Metodologi Penelitian Folklore. Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.
Widayati, Sri Noor. 2002. “Tinjauan Historis Upacara Buka Luwur MenaraKudus 10 Muharram di Kabupaten Kudus Tahun 1999” dalam Skripsi S-1 Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu PengetahuanSosial IKIP Veteran Semarang.
Sumber dari internet
http://www.anneahira.com/penelitian-deskriptif-kualitatif.html (askses 25Nopember 2012).
http://www.feb.undip.ac.id/index.php/arsip-berita/61-dosen/497-prof-purbayu--kearifan-lokal-buka-luwur (akses 25 Nopember 2012).
idm.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi’i (akses 23 juli 2012).
media.isnet.org/islam/ss/Pengertian.html oleh Mahmud az-Za’by (akses 23 Juli2012).
www.pesantren.net/sejarah/wali, akses 15 Desember 2010).
Lampiran 1
BIODATA NARASUMBER DAN RESPONDEN
A. Biodata Narasumber1. Nama : K.H. Em. Nadjib Hassan
Usia : 51 tahun
Alamat : Kauman, Kudus
Profesi : -
Telepon : -
2. Nama : K.H. Nur Riza
Usia : 59 tahun
Alamat : Demangan, Kudus
Profesi : -
Telepon : -
3. Nama : Rafiqul Hidayat
Usia : 43 tahun
Alamat : Kauman, Kudus
Profesi : -
Telepon : -
4. Nama : K.H. Faqihuddin Soleh
Usia : 55 tahun
Alamat : Gondoarum, Jekulo, Kudus
Profesi : -
Telepon : -
5. Nama : Hardi Cahyana
Usia : 45 tahun
Alamat : Gebog, Kudus
Profesi : -
Telepon : -
B. Biodata Responden1. Nama : M. Yasir
Usia : 50 Tahun
Alamat : Kaliputu, Kudus
Profesi : Penjahit
Pendidikan Terakhir : SMP
2. Nama : Ngatiyem
Usia : 43 Tahun
Alamat : Kaliputu, Kudus
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
3. Nama : Mohammad Noor F.
Usia : 23 Tahun
Alamat : Kaliputu, Kudus
Profesi : Karyawan
Pendidikan Terakhir : SMA
4. Nama : Adhi Setiyo N.
Usia : 30 Tahun
Alamat : Ganesha Purwosari, Kudus
Profesi : Pegawai Bank
Pendidikan Terakhir : S1
5. Nama : Wiwin Eko Budiarti
Usia : 21 Tahun
Alamat : Wijilan RT 1/RW 4 Purwosari, Kudus
Profesi : Karyawan
Pendidikan Terakhir : SMA
6. Nama : Siti Nur
Usia : 42 Tahun
Alamat : Melati, Kudus
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
7. Nama : Alina
Usia : 23 Tahun
Alamat : Melati Kidul, Kudus
Profesi : -
Pendidikan Terakhir : S1
8. Nama : Suharto
Usia : 52 Tahun
Alamat : Melati Kidul, Kudus
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
9. Nama : Suyono
Usia : 28 Tahun
Alamat : Japan, Dawe, Kudus
Profesi : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
10. Nama : Khrisna Firman Hardiyanto
Usia : 27 Tahun
Alamat : Japan RT 3/RW 5 Dawe, Kudus
Profesi : Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
11. Nama : Arif Ulin N.
Usia : 20 Tahun
Alamat : Japan RT 2/RW 4 Dawe, Kudus
Profesi : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : SMA
12. Nama : Tri Nugroho
Usia : 17 Tahun
Alamat : Japan, Dawe, Kudus
Profesi : Pelajar
Pendidikan Terakhir : SMP
13. Nama : Sutikno
Usia : 42 Tahun
Alamat : Japan RT 2/RW 4 Dawe, Kudus
Profesi : -
Pendidikan Terakhir : SMA
14. Nama : Munjahid
Usia : 58 Tahun
Alamat : Gebog, Kudus
Profesi : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA
15. Nama : Sumarni
Usia : 55 Tahun
Alamat : Gebog, Kudus
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SD
16. Nama : Asyifa
Usia : 49 Tahun
Alamat : Jurang, Kudus
Profesi : Guru SD
Pendidikan Terakhir : S1
17. Nama : Munawar
Usia : 58 Tahun
Alamat : Jurang, Kudus
Profesi : Guru SD
Pendidikan Terakhir : DII
18. Nama : Nashori
Usia : 55 Tahun
Alamat : Menawan RT 3/RW 2 Gebog, Kudus
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : DII
19. Nama : Iqbal Raza
Usia : 28 Tahun
Alamat : Karang Malang, Kudus
Profesi : Pegawai
Pendidikan Terakhir : S1
20. Nama : Miftahus Surur
Usia : 26 Tahun
Alamat : Menawan RT 3/RW 2 Gebog, Kudus
Profesi : Petani
Pendidikan Terakhir : S1
21. Nama : Syamsudin Effendi
Usia : 20 Tahun
Alamat : Menawan RT 3/RW 2 Gebog, Kudus
Profesi : Pelajar
Pendidikan Terakhir : SMA
22. Nama : Sukanah
Usia : 51 Tahun
Alamat : Mblolo, Karang Ampel, Kaliwungu, Kudus
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SD
23. Nama : Arif Ulin Nuha
Usia : 27 Tahun
Alamat : Bakalan Krapyak, Kudus
Profesi : Pegawai
Pendidikan Terakhir : S1
24. Nama : Ardian Arief
Usia : 18 Tahun
Alamat : Karang Ampel RT 4/RW 3 Kaliwungu, Kudus
Profesi : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : SMA
25. Nama : Siti Fatkhiyah
Usia : 50 Tahun
Alamat : Karang Ampel RT 4/RW 3 Kaliwungu, Kudus
Profesi : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
26. Nama : Fanny Permatasari
Usia : 23 Tahun
Alamat : Karang Ampel RT 4/RW 3 Kaliwungu, Kudus
Profesi : -
Pendidikan Terakhir : S1
27. Nama : Hartono
Usia : 49 Tahun
Alamat : Karang Ampel RT 4/RW 3 Kaliwungu, Kudus
Profesi : Polisi
Pendidikan Terakhir : SMA
28. Nama : M. Kholis
Usia : 45 Tahun
Alamat : Bae, Kudus
Profesi : -
Pendidikan Terakhir : SMA
29. Nama : Nor Saiz
Usia : 26 Tahun
Alamat : Bae, Kudus
Profesi : Pegawai
Pendidikan Terakhir : S1
30. Nama : Mita Puji Ariani
Usia : 23 Tahun
Alamat : Rendeng, Kudus
Profesi : Pegawai
Pendidikan Terakhir : DIII
31. Nama : P. Ary Prakoso
Usia : 27 Tahun
Alamat : Bae, Kudus
Profesi : Back Office
Pendidikan Terakhir : S1
32. Nama : Erlita Prasetyo S.H.
Usia : 22 Tahun
Alamat : Jati RT 2/RW 2 199A, Kudus
Profesi : Mahasiswa
Pendidikan Terakhir : S1
33. Nama : Eka Aulia Yuliana
Usia : 26 Tahun
Alamat : Jepang Pakis RT 4/RW 6 Jati, Kudus
Profesi : Pegawai
Pendidikan Terakhir : S1
34. Nama : Fatimah
Usia : 39 Tahun
Alamat : Jati, Kudus
Profesi : Wiraswasta, Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
35. Nama : Shodiqin
Usia : 45 Tahun
Alamat : Jati, Kudus
Profesi : Petani
Pendidikan Terakhir : SMA
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK NARASUMBER
Nama :
Usia :
Alamat :
Profesi :
*BLMSK: Buka Luwur Makam Sunan Kudus
1. Apa yang dimaksud upacara BLMSK?
2. Mengapa diberi nama Buka Luwur?
3. Apa latar belakang/awal mulanya upacara BLMSK?
4. Sejak kapan tradisi upacara BLMSK dilaksanakan?
5. Bagaimana prosesi/rangkaian acara dalam upacara BLMSK?
6. Bagaiamana susunan acara dalam pelaksanaan upacara BLMSK?
7. Apa yang harus dipersiapkan dalam upacara BLMSK?
8. Adakah sesaji dalam pelaksanaan upacara BLMSK?
a. Sesaji lengkap apa saja?
b. Sesaji khusus?
c. Makna sesaji?
d. Kalau tidak ada sesaji bagaimana/kenapa?
9. Apa saja doa yang dipanjatkan ketika aara berlangsung?
a. Yang membawa siapa?
b. Makna doa tersebut apa?
10. Siapa saja yang terlibat dalam upacara BLMSK?
11. Bagaiamana tanggapan masyarakat terhadap upacara BLMSK?
12. Bagaimana tanggapan Anda terhadap upacara BLMSK?
13. Menurut Anda, mengapa diadakan upacara BLMSK?
14. Menurut Anda, mitos apa yang ada dibalik upacara Buka Luwur?
a. Mitos ini ada sebelum atau sesudah BLMSK?
b. Bagaimana jika mitos ini tidak dilaksanakan?
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
Lampiran 3
Tanggal:
DAFTAR KUESIONER
Nama :
Usia :
Alamat :
Profesi :
*BLMSK:Buka Luwur Makam Sunan Kudus
** Silahkan beri tanda silang “x” pada jawaban
1. Apakah Anda tahu tentang upacara BLMSK?
a. Ya (Kalau “Ya” dimohon menjawab pertanyaan berikutnya)
b. Tidak (Kalau “Tidak” dimohon menjawab pertanyaan dengan lembar warna
BIRU)
2. Apa yang Anda ketahui tentang upacara BLMSK?
a. Memperingati haul Sunan Kudus
b. Penjamasan (pencucian) Keris Sunan Kudus
c. Pergantian luwur/kelambu makam Sunan Kudus
d. Pembagian sego jangkrik
e. Lainnya, ...........................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Menurut sepengetahuan Anda, kapan diadakan upacara BLMSK?
a. 5-10 Suro
b. 1-10 Suro
c. Selama bulan Suro
d. Lainnya, ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
4. Bagaimana prosesi/rangkaian acara upacara BLMSK yang Anda ketahui?
(silahkan memberi tanda centhang pada tanda “( )“)
a. Penjamasan Pusaka ( )
b. Pengajian Umum Malam 1 Suro ( )
c. Pelepasan Luwur Makam Sunan Kudus ( )
d. Munadharah Masail Diniyah ( )
e. Sholawatan dan Terbangan ( )
f. Penyembelihan Hewan Shodaqoh ( )
g. Khataman Al-Qur’an ( )
h. Santunan Kepada Anak Yatim ( )
i. Masak Bubur Asyuro ( )
j. Pengajian Umum Malam 10 Suro ( )
k. Pembagian Berkat Salinan ( )
l. Pembagian Berkat Kartu Shodaqoh ( )
m. Upacara Pemasangan Luwur Makam Sunan Kudus ( )
n. Pembagian Berkat Umum (Sego Jangkrik) ( )
5. Menurut Anda, mengapa masyarakat Kudus melaksanakan upacara BLMSK?
a. Masyarakat percaya dan beranggapan bahwa kalau tidak melaksanakan,Kota Kudus
akan mendapat musibah.
b. Wujud terimaksih karena Sunan Kudus telah berjasa mengangkat derajat masyarakat
Kudus.
c. Karena dengan melaksanakannya, akan mendapatkan berkah dan barokah dari Sunan
Kudus.
d. Lainnya, ...........................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
6. Menurut pendapat Anda, apa yang menarik dari upacara BLMSK?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
7. Pernahkah Anda datang ke upacara BLMSK? Jika pernah, berapa kali?
a. Ya, ........................ kali
b. Tidak , (jika “Tidak”, silahkan lanjut ke pertanyaan nomor 9)
8. Mengapa Anda datang ke upacara BLMSK?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
9. Apa yang Anda harapkan dari upacara BLMSK?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
10. Bagaimana tanggapan Anda mengenai tradisi upacara BLMSK?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
11. Bagi Anda, apakah upacara BLMSK mempunyai arti penting? Jelaskan!
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
12. Terdapat kepercayaan dan anggapan pada sebagian masyarakat Kudus, yaitu:
a. Air bekas jamasan (cucian) keris Sunan Kudus diperebutkan karena terdapat “berkah”
dari Sunan Kudus. Setiap kali penjamasan (pencucian) keris Sunan Kudus cuaca pasti
timbreng (tidak panas dan tidak hujan) karena kesaktian keris tersebut.
b. Luwur/kelambu bekas dari makam Sunan Kudus membawa barokah dan rejeki bagi
yang mempunyainya karena mengalir doa-doa, tahlil, dan bacaan Al-Qur’an dari
peziarah makam Sunan Kudus yang buka 24 jam.
c. Nasi (nasi keranjang/sego jangkrik) yang diperoleh pada waktu ritual Buka Luwur
berkhasiat. Jika dimakan akan terjaga kesehatannya. Jika nasi itu dikeringkan dan
ditabur di sawah/tanah, maka akan memberikan kesuburan.
Bagaimana pendapat Anda dari 3 mitos yang masih berkembang tersebut?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS
DI KABUPATEN KUDUS
TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYAPENELITI MOHON MAAF APABILA ADA SALAH ATAU KURANG BERKENAN
“Lembar Biru”
Pertanyaan untuk yang menjawab “TIDAK” di nomor 1. Sedikit informasi tentang
Upacara BLMSK.
Upacara BLMSK: tradisi upacara penggantian luwur (kelambu dari kain mori) makam Sunan
Kudus yang diadakan pada bulan Suro. Upacara ini dilaksanakan untuk
memperingati haul Sunan Kudus (karena wafatnya Sunan Kudus tidak
diketahui secara pasti).
1. Menurut Anda, mengapa masyarakat Kudus melaksanakan upacara BLMSK?
a. Masyarakat percaya dan beranggapan bahwa kalau tidak melaksanakan,Kota Kudus
akan mendapat musibah.
b. Wujud terimaksih karena Sunan Kudus telah berjasa mengangkat derajat masyarakat
Kudus.
c. Karena dengan melaksanakannya, akan mendapatkan berkah dan barokah dari Sunan
Kudus.
d. Lainnya, ...........................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai tradisi upacara BLMSK?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Bagi Anda, apakah upacara BLMSK mempunyai arti penting? Jelaskan!
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Lampiran 4
LAMPIRAN TEKS LISAN HASIL WAWANCARA
1. Nama Narasumber : K.H. Nadjib HassanUsia : 51 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : Ketua YM3SKAgama : IslamAlamat : Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kab. KudusWaktu Wawancara : Senin, 29 Oktober 2012Pukul : 10.20 WIB - 11.30 WIBTempat : Kantor YM3SKTeknik Wawancara : Wawancara tak terstrukturBahasa Wawancara : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
Jangan terjebak dalam rangkaian acara Buka Luwur. Yang dikenal di masyarakatitu uyah asem, beda dengan sego jangkrik. Uyah asem itu ya daginge atau dikenaldengan aseman, kalau sego jangkrike ya nasinya sama kuahnya.
Perlu diketahui mas bahwa Buka Luwur itu hanya sebuah istilah yang padahakekatnya adalah peringatan haul, itu lho yang perlu ditekankan. Kenapa koktidak pake acara haul? Karena memang kita tidak mempunyai catatan, kapanwafatnya beliau. Jadi ya pakai tanggal 10 Muharram itu. Gini lho, mengapa tetepmenggunakan istilah Muharram? Karena kalender Islam. Kalau Suro itu identikdengan Jawa, justru Muharram itu dalam kacamata Islam dinakaman assyuro,karena assyuro itu artinya sepuluh (10) mas. Jadi ya 10 Muharram itu. Jadi akurasa yang perlu disadari dari haul adalah do’a dan shodaqoh yang pahalanyadikirimkan kepada yang dihauli. Nah yang perlu ditekankan adalah yangsubtansial bukan pengembangan acaranya, pengembangan acaranya ada sekitar10 tahun yang lalu seperti santunan anak yatim.
Saya prihatin mas, sekarang ini setiap acara haul itu identik dengan pengajian. Inibias mas, yang namanya pengajian itu dilaksanakan kapan-pun kan bisa. Padaintinya haul itu kan kirim do’a dan shodaqoh, do’a dan pahala shodaqoh ituhakikat haul.
Nah di sini ni ada mori-mori luwur makam, dan itu kemudian diganti. Makapenggantian mori itu dinamakan Buka Luwur. Sebenarnya acara Buka Luwur itukirim do’a yang ada pada khataman ada tahlil, itu semua kirim do’a itu. Lapengajian itu pada dasarnya menyampaikan, mencoba mereview apa yang pernahdilakukan oleh beliau, intinya itu.
Nah kemudian banyak yang shodaqoh itu kan dikirimkan kepada yangbersangkutan. Banca’an shodaqoh ini ya dengan masakan yang khas. Masakanuyah asem ini gak bisa bagus kalau menggunakan daging selain kerbau, sapi ya
bagus tapi serat daging sapi terlalu halus. Nah kerbau ini kan lambang toleransi.Nah menurut saya makna-makna ini yang perlu ditekankan, jangan terjebak dalammasalah prosesi yang bersifat seremonial, apalagi seremonial itu didapat daripengembangan acara contohnya santunan anak yatim dan segala macem itu kanbelum lama, paling-paling 10 tahunan. Itu gak terkait langsung, hanya kebetulandalam tradisi Islam ini bulan Muharram juga disebut bulan anak yatim.
Kemudian masalah sholawatan, terbangan itu sebenarnya ini tradisi Islam danjuga Jawa, setiap kali awal kegiatan pasti diadakan dengan do’a rosul, bisalengkap bisa tidak. Yang penting do’a rosulnya yang paling penting. Berjanjen inikan riwayat nabi yang ditulis oleh al barjanji nama pengarangnya. Terbang papatitu, terbang papat ini yang dibaca adalah riwayat nabi. Kalau orang Jawa iturosulan, setiap mau mengawali, maka jatuhnya itu tanggal 9, disitulah mulairangkaian acaranya. Dengan harapan apa, agar pelaksanaannya tidak adahalangan, nyuwun dan bisa lancar.
Jadi saya sarankan aja jangan berkembang terlalu ini, yang melebar hal-hal yangsebenarnya malah gak inti Buka Luwur.
Buka Luwur ya itu. Gini lo mas, segala sesuatu itu ketika sampai kepada orang lainada kecenderungan berkurang, maka justru kami harapkan sampeyan mempunyaikontribusi ketika anda menyampaikan wawancara nag perlu digiring menuju yangbener, jangan sekedar deskriptif iki wong do salah kabeh leng nanggapi.Jangankan tradisi lisan, la wong tulisan ae kadang-kadang ngono owk, wongngutip kadang-kadang gak utuh.
Makanya tradisi lisan ini, kadang-kadang begini, ini kan tidak pendekatankuantitatif kan, misal nag ono wong 5 salah kabeh berarti salah, kan gak bisabegitu.
Nah-nah makanya begini, okelah masalah 5, 6, opo 10 itu monggo, tapi masalahpemilihan itu kan menjadi penting.
Kadang yang menarik kan begini, contoh antara lain kayak kepecayaanmasyarakat (yang penting itu bukan nasinya), saya tahunya juga dari masyarakat,bahwa dalam pelaksanaan itu kiro-kiro dari segi material, yang cukup apa yangkurang apa. Misalnya dalam rangkaian acara ini umpamane dalam bungkus nasi, egodhonge kurang opo odak, neg godhonge cukup atau bahkan luweh itu dipahamioleh masyarakat ini salah satu indikator, o nag ngono yang namanya sandhang itucukup, ini menarik. Neg segone kurang o nag ngono iki pangan iso larang, inimenarik sebenarnya. Paling gak ada dua tadi, sandhang dan pangan.
Makanya ini, bahwa tradisi lisan memang betul bahwa tradisi ini memang betulkita tidak bisa lepas. Perlu dipahami Islam di Jawa itu Islam Jowo yang lebihbanyak dipengaruhi sultan agung. Jadi perlu dipahami yang namanya Islam itusebenarnya bukan tradisi, Islam itu ajaran. Nah dalam ajaran itu yang berisi nilai-nilai, dan nilai-nilai itu bisa dilaksanakan masyarakat dalam berbagai macambentuk. Tradisi ini yang dulunya itu berasal dari orang-orang sebelum Islam atau
pra Islam Hindu Budha, kemudian sering kali diisi nilai-nilai Islam. Adatkebiasaan itu menjadi hukum. Makanya mencari adat tradisi 3 hari, 7 hari dimakkah itu gak ono.
Jangankan kok begitu, sampeyan pernah gak menyebut almarhum kanjeng nabi?Gak pernah kan. Almarhum iku istilah Arab, tapi itu Jowo. Banyak sekali, halal bihalal ketoke bahasa Arab tapi ugak bahasa Arab iku, indonesia itu. Dalam bahasaArab itu halalun bi halalun itu gak ada. Yang ada itu muhallah bahasa Arabe,menghalalkan. Iku mbok goleki neng Arab gak ono, inilah Islam di Jawa Islamindonesia. Misal nyebut almarhum siapa, itu kan almarhum bahasa Arab, tapinyebut almarhum nabi yusuf kan gak pernah, almarhum syekh abdul qodir jaelanindak pernah. Ini istilah-istilah yang menurut saya bagus yang telah dikembangkansesepuh kita.
Sekali lagi jangan terjebak mengenai ritual-ritualnya, semua bermuara padahakekat haul itu apa. Mulane ada istilah yang sering rancu, kalau di kalangan NU,orang NU itu dia memperingati itu namanya harlah, hari lahir. Kalau ono uwongdi ulang tahuni itu sebenarnya bukan tradisi Jawa. Karena kanjeng nabi itu,maulid nabi itu hari kelahiran. Ulang tahun padahal nak bahasa Arabe kan haul,tradisi orang Jawa memberi nama haul itu memperingati orang seng wesmeninggal. Ulang tahun itu haul, yang diperingati itu lahirnya. La nagmeninggalnya itu mendo’akan, itu Jawa. Ndak ono no ngehauli kanjeng nabi, gakada itu, memperingati hari lahir.
Haul itu Jowo, tidak terlepas dari tradisi pra Islam yang memperingati 3 hari, 7hari, 100 hari, gak ada neng kono karena itu bukan Islam. Tradisinya bukan Islam,tapi oleh para sesepuh wali, inilah peran dari walisongo mengisi nilai Islam.
Yah sering ada istilah yang salah kaprah, bahkan menjadi nama pelajaran, SKI(Sejarah Kebudayaan Islam). Yang punya kebudayaan itu apa? Kebudayaan ituapa sih? Islam ki agomo soko manusia? La iku ki kebudayaan wong Islam, duduIslamnya. Itu bukan kebudayaan Islam, karena pandangan ini yang kadangmenjadi salah. Kudu iso milah-milah ndi seng jenenge Islam ndi seng tradisi, itukan bisa dipilahkan. Nah kehebatan para wali itulah yang kemudian memadukanitu. Tradisi itu kan hasil cipta rasa karsa manusia. Sehingga ada istilah yangmuncul menara Kudus ini perpaduan antara arsitek Islam dan Hindu, emangeIslam ndue arsitek? Kan enggak kan. Arsitek itukan hasil dari kebudayaanmanusia. Yang tepat bagaimana? Arsiteke Hindu Jowo atau opo yang diisi nilai-nilai ajaran Islam. Kayak menara ini melambangkan ini ini ini, itu kan nilai-nilaiIslam. Bukan perpaduan, gak ada yang dipaduke. Wong agomo mbe tradisi mbekebudayaan owk dipaduke yo gak iso.
Cuman konyolnya apa, konyolnya hasil kebudayaan wong timur tengah di enggowong kene apa anane, la kacau. Contone opo, seng paling gampang ae, saiki modelmasjid kan kubah-kubah ngono, nag wayah udan do tempiyas kabeh ojo do geger.Arsitektur kono ki bedo dengan sini. Nah disitulah peran besar dari walisongo,
membumikan atau menJawakan Islam sehingga sinkron dan melekat. Menjadisebuah keyakinan kepercayaan.
Masyarakat yang menyatu ini jarang yang menanyakan dasarnya apa, gak ada.Pertanyaan itu jarang muncul. Muncul wong-wong seng do aneh-aneh wae.Biasanya (ziarah) kalau menjadi tradisi itu kan memang gak punya dasar. La nagQur’ane nag ono iku dimasuk-masukan aja.
Buka Luwur iku hakekatnya ndongakno, nyedekahi. Nah ini menarik, orang Kudus,orang sini, pengurus merasa ndueni, seng nyedekahi yo wong akeh. Akeh sithikekita gak pernah mentarget. Dan bahkan kita, panitia pengurus tidak pernahmengajukan proposal kepada siapapun atau lembaga apapun, tidak pernah. Nilai-nilai ini penting. Karena apa, karena tradisi sekarang saya merasa prihatin, setiaptradisi dianak-anake itu kan tidak bagus. Koyo wong bali, hampir separoh hasilkerjone iku kan untuk sesaji atau itu, biayanya kan mahal.
Kami mewarisi dari mbah Asnawi yang saya pegang sampai sekarang, kue entukkebo piro entuk wedhus piro, gak usah njaluk-njaluk.
Cuman anehnya kita berani langsung pasang dandhang 16 iji. Seng sering terjadinopo, angger wayah masak kadang-kadang berase lagi sithik.
Ini sisi lain yang saya kira penting, bahwa ketokohan Sunan Kudus dan wali-waliyang lain tidak hanya pada masa hidupnya, tapi sampai sekarang. Para peziarahdatang tidak ada yang memerintahkan, sak mono okehe. Dan hebatnya lagi karenaketokohan beliau, satu makam wong do tahlilan banter-banteran gak ono sengtukaran. Masing-masing punya gaya sendiri, kita hanya ngatur ojo nggo speakerngono tok wae. Podo-podo banter gak ono seng keganggu. Kenopo kok ngasi gakono bentrok? Ketokohan, figur pemersatu.
Beliau bisa ngidupi wong urip, pedagang. Anehnya kan kelebihan beras inidiberikan seng melok ngehauli meneh, setelah wafat kok jeh mikiri wong urip. Gakada memperingati haul (entah itu keturunan, entah punya peran dengan beliau)apapun itu, kemudian rame-rame memperingati pada bulan Muharram.
Yang menarik apa tidak ada satupun yang mendahului Sunan Kudus. Ini penuhnilai. Coro gampangane kue ojo ndisiki bos. Menghormati yang tua.
Orang yang terlibat lebih dari 1000 orang. Semua yang terlibat, imbalannyaberupa nasi keranjang. Itungane kan gampang, ndue keranjang piro dikurangaiundangan dan para seng nyumbang iku dan sesepuhan. Selebihe ya kayak sengmbungkusi ibu-ibu saja kan sudah berapa ratus itu.
Semua yang dari masyarakat akan kembali ke masyarakat, sumbangane kebo pirogorok kabeh, wedus piro ya udah gorok kabeh. Tapi kalau beras yang sudah-sudahya sekitar 6,5 ton.
Gini mas, ingkung, opor, do’a rosul, dapat fasilahe kanjeng nabi ben supoyopelaksanaane lancar, kan sesajine di situ, tapi coro Islam.
Nag ono mendem ndas kebo, utowo segala macem iku kan di luar tradisi sengdurung di Islamno, kudu disyahadatno iku. Itu haram.
Nah yang sering kemudian disalahpahami iku masalah menyan. Menyan itu kanwewangi. Nabi sendiri itu seneng dengan hal yang wangi. Nah cuman sayangnyaini, yang namanya menyan iki yo macem-macem. Ono menyan-menyan sengmurahan. Podo wae mungkin sampeyan sendiri seng cah nom, ngenggo minyakseng nggendalek, karepe yo minyak tapi malah kudu mukok. Ya sama aja itu karenakualitas menyan-menyan murahan. Orang Arab sampe sekarang masih pakewewangian seng koyo dupo iku. Tapi seng di deleng-deleng diidentikan koyongundang setan, la iki repot. Itu kan kacau.
Iku koyo model akad nikah neng sinetron. Tradisi yang namanya akad nikahdijejerno diwenehi selendang bareng, bukan Jowo iku. Jowo iku orang masuk nengumahe wong wedok iku kudu akad ndisik. Seng koyo neg sinetron ketika dikalungiiku nag wes ba’da nikah. Yang namanya media apapun itu pengaruh, menjadipublic opinion, opinion maker, njadike opini sering salah.
Ketika dia temon, digiring, dituntun neng nggone pelaminan, neg coro Jowokemudian ono sawat-sawatan segala macem itu kan dari luar masuk ke rumah,wedoke nyambut neng njero omah.
Tradisi Jowo dewe iku akad nikah ugak di dalam rumah, neng teras, kenopo? Ladekne durung sah ok meh mlebu umahe wong wedok. Coro Jowo coba takoknowong sing Jowo, ngendi wae, orak ono.
Cuman sekarang ini kan sudah multikultural, nag di pikir yo kadang-kadang onoseng nggenah yo rag nggenah. Coba saiki ini ya, sekarang orang main praktis,wong kawinan, resepsi, mangan mbe ngadek. Ogak ono coro Jowo, tapi pakaianeJowo. Acarane ono ngajine ono ndongane iku coro Islam, berarti perpaduan tiga,nag masing-masing pengen menang kabeh orak iso. Gak sadar.
Wong duduk, cara tata boga menu iku kan menentukan coro Jowo mbe barat. Nagcoro barat kan sop neng ngarep, nag coro Jowo kan sop ndokok mburi wongngglontori, Jowo lo ya. Nag wong barat sop kok ngarep, nag Jowo ora ono sopokok ngarep. La sekarang ini kan sudah bias semua.
Nah makanya kita harus fahami itu dulu, baru menilai, ooo iku wes ugak Jowo, wescampuran.
Balik ke tadi, wewangian itu sebenere yo pewangi ruangan lah. Nag tradisi Jowoiku menggunakan buhur asep, dari bahasa Arab, pembakaran dari bahan-bahanwangi. Ini kan yo mau, goro-goro film mau seakan-akan yang namanya dupo,menyan iku ngundang setan. Podokaro parfum, ketoke wangi tapi lewat nglenyerrr,koyo minyak bibit ngono iku sitik gak ilang-ilang.
Dulu kan orang menggunakan areng, semakin ke sini areng semakin langka. Orangmenggunakan batu-bara atau bricket. Ini main praktis, ini sebenarnya gak bagus,asepnya kan bahaya mas, untuk kesehatan kan gak bagus.
Mengenai Buka Luwur, ada lagi kepercayaan, nag roto malah ngene. Adakecenderungan mas, ini baik menurut saya. Ketika keadaan ekonomi makro gakbagus, wong ziarah malah akeh. Pada dasarnya wong ziarah itu kan mintarekomendasi. Podo wae, nag pengen opo wae neng pengeran nag langsung ki yowong awake dewe wong nylekedes, perantarane para wali. Ini kebiasaan yangbagus mas. Wes mbogae angel malah rusak-rusakan, nambahi perkoro. Cumankami tidak menutup mata bahwa tidak semua peziarah itu berperilaku benar, totocorone ono seng salah iku ada. Neng ndi-ndi gak ono barang seng bener kabeh.Tapi kemudian yang sedkit itu dikendaliken biar gak jadi masalah, kami tidakmenutup, justru itu tugas kami.
Nag coro wong ndue gawe, ngaturi banca’an, maksute opo, sedekah. Coro Islamiku tafa’ul bala’, tolak balak. Bentuknya sedekah macem apa aja, biasane kantradisine opo. Makanya itulah tradisi yang diisi nilai Islam. Mbok goleki dalilenganggo ingkung ngono iku yo ogak ono. Iku tradisi.
2. Nama Narasumber : K.H. Nur RizaUsia : 59 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : Juru Kunci Makam Sunan KudusAgama : IslamAlamat : Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kab. KudusWaktu Wawancara : Senin, 29 Nopember 2012Pukul : 10.30 WIB - 10.50 WIBTempat : Depan Pendapa TajugTeknik Wawancara : Wawancara tak terstrukturBahasa Wawancara : Bahasa Indonesia
Buka Luwur itu upacara yang sudah berjalan ratusan tahun yang lalu. Upacaradari Sunan Kudus untuk penggantian kelambu Sunan Kudus, tanggal 1 Suro mulaidilepas.
Membuka kelambu Sunan Kudus, kelambu mori semua yang ada disini itu dibuka.Buka Luwur ya bisa d artikan haul.
Sudah menjadi tradisi dan wujud penghormatan masayarakat desa kaumankhususnya, masyarakat Kudus umumnya kepada auliya. Intinya itu haul
Semua berbentuk kepanitian dipersiapkan untuk acara Buka Luwur.
Sesaji, menyan itu sebagai wewangian saja.
Yang terlibat khususnya masyarakat kauman, dan khususunya masyarakat Kudus
Bagus sekali, sebagai wujud penghormatan kita kepada auliya.
Positif sekali memang, kita tahu sejarah beliau yang telah berjasa kepadamasyarakat Kudus, khususnya umat Islam di Kudus.
Penghormatan kepada auliya yang ada di kauman khususnya
Untuk penjamasan, kita itu harus merawat semua peninggalan beliau, mulai daribangunan sampai pusaka beliau.
Morinya itu, semua itu yang ada di sini itu 24 jam tanpa henti dibuat untuk mengajidan tahlil, insyaallah semua yang ada disini itu ada berkahnya.
Nasinya juga semua dido’ain. Berkahnya itu nomer satu. Kalau gak ada berkahnyaitu semua tidak ada artinya.
3. Nama Narasumber : Rafiqul HidayatUsia : 43 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiPekerjaan : Kepala Desa KaumanAgama : IslamStatus Kependudukan : Desa KaumanWaktu Wawancara : 14 Nopember 2012Pukul : 09.45 WIB - 10.15 WIBTempat : Wawancara dilakukan di Balai Desa KaumanTeknik Wawancara : Wawancara tak terstrukturBahasa Wawancara : Bahasa Indonesia
Buka Luwur itu, sebenarnya itu kan khaul, memperingati meninggalnya seseorang.Berhubung di sini, Sunan Kudus kan belum diketahui meninggalnya, yang tepattanggalnya itu berapa. Trus dari sesepuh yang dului-dulu itu diberi nama BukaLuwur. Buka Luwur itu, kan di dalam makam Sunan Kudus ada mori, luwur itumori, mori yang dipasang di dalam makam dan tiap tahunnya diganti. Dandilakukan setiap tanggal 10 Muharram.
Kalau dinamakan haul kan tidak tahu pasti meninggalnya Sunan Kudus, orangdulu tidak berani menamakan haul karena memang tidak tahu pasti meninggalnyakapan. Kalau di sana-sana ya dinamakan haul, di Demak, di Muria, di Ampel.Sebenarnya tujuannya sama. Ya sesepuh-sesepuh dulu yang mengerti kenapanamanya Buka Luwur.
Kapan pertama kali ada Buka Luwur saya tidak tahu, sudah ada sejak saya kecil.
Yang inti itu yang pemasangan luwur tanggal 10 Muharram pagi itu.
Panitia tiap tahun ganti, sukarela, orang yang sudah biasa ya dipakai lagi. Yangterlibat desa kauman dan sekitarnya.
Sekarang itu Buka Luwur lebih teratur dan tertib, kalau di sana-sana yangditonjolkan pengajiannya.
Masyarakat desa kauman setuju semua, sangat semangat. Sunan Kudus sangatberjasa bagi kota Kudus.
Orang besar itu mempunyai karisma besar, apa yang dimiliki mempunyai berkah.Orang-orang itu mengalap berkah dari Sunan Kudus.
Mori itu untuk macem-macem. Ada yang dibuat jimat, untuk bangun rumah biarselamat ke depannya.
Nasinya itu juga bisa buat tombo, kesehatan, ya tergantung orangnya lah.
Pertamanya air yang dibuat masak nasi adalah sumur peninggalan Sunan Kudusyang tidak pernah sat. Tahun berapa gitu sini kekeringan, tapi sumur itu tidak satsendiri, akhirnya warga minta air disitu.
Lampiran 5
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1. Alat Penjamasan Keris Gambar 2. Keris Cinthaka
Gambar 3. Pengajian 1 Muharram Gambar 4. Proses Pelepasan Luwur
Gambar 5. Shodaqoh Masyarakat Gambar 6. Penyembelihan Hewan Shodaqoh
Gambar 7. Munadharah Masa’il Diniyyah Gambar 8. Terbang Papat
Gambar 9. Pengolahan Daging Gambar 10. Suasana Pengolahan Nasi
Gambar 11. Pengolahan Nasi Gambar 12. Suasana Pembungkusan Nasi
Gambar 13. Khatmil Qur’an bil Ghoib Gambar 14. Pembuatan Bubur Asyuro
Gambar 15. Bumbu Bubur Asyuro Gambar 16. Bubur Asyuro
Gambar 17. Spanduk Santunan Anak Yatim Gambar 18. Pengajian 10 Muharram
Gambar 19. Nasi Keranjang Gambar 20. Sego Jangkrik
Gambar 21. Pembuatan Ranjam Gambar 22. Proses Pemasangan Ranjam
Gambar 23. Rute Antrean Gambar 24. Spanduk Buka Luwur
Gambar 25. Suasana Antrean Perempuan Gambar 26. Peziarah Berdesakan
Gambar 27. Antrean Perempuan Gambar 28. Antrean Laki-laki
Lampiran 6
LAMPIRAN DO’A ASYURO
BIODATA DIRI
Nama : Akhlish Fuadi
NIM : A2A008005
TTL : Kudus, 22 September 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jurusan : Sastra Indonesia (Filologi)
Alamat : Gribig RT: 01 RW: 01 no. 8, Kecamatan Gebog,Kabupaten Kudus
Nomor Telepon : 085640453080
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Gribig II
MTs Negeri Kudus
SMA Negeri 1 Kudus
Pengalaman Organisasi : 1. Jo-Ca SMA Negeri 1 Kudus
2. Pasgara SMA Negeri 1 Kudus
3. HMJ KMSI (Keluarga Mahasiswa SastraIndonesia)
4. Teater Emka (Emper Kampus)
5. Kompas (Komunitas Panggung Semarang)