SKRIPSI
PENGELOLAAN IRIGASI OLEH P3A DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Kasus Desa Trimurjo Bd 10 Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah)
Oleh:
MELISA PANDOLAWATI
NPM: 13103484
JURUSAN: EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS: EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H/ 2018 M
PENGELOLAAN IRIGASI OLEH P3A DALAM PERSPEKTIF
ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Kasus Desa Trimurjo Bd 10 Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
Oleh :
MELISA PANDOLAWATI
NPM. 13103484
Pembimbing I : H. Husnul Fatarib, Ph.D
Pembimbing II : Sainul, S.H.,M.A
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H/ 2018 M
PENGELOLAAN IRIGASI OLEH P3A DALAM PERSPEKTIF ETIKA
BISNIS ISLAM
(Studi Kasus Desa Trimurjo Bd 10 Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah)
ABSTRAK
Oleh
MELISA PANDOLAWATI
Perkumpulan petani pemakai air (P3A) merupakan kelembgaan pengelola
irigasi yang wajib dibentuk oleh petani pemakai air secara demokratis pada setiap
daerah, tujuan dari P3A dimaksut untuk mengatur pengelolaan irigasi. Sebagai
sumber daya alam maka kegiatan pengelolaan sumber daya air menjadi penting
agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang sama baik dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya dan dapat mensejahterakan para anggota petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan oleh irgasi
P3A dalam Perspektif Etika Bisnis Islam di Desa Bd 10 Lampung Tengah. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research), bersifat
deskriptif kualitatif. Sumber data yang peneliti gunakan adalah sumber data
primer diperoleh dari petugas P3A dan pemilik sawah atau petani, sumber data
sekunder diperoleh dari buku-buku, internet dan lainya. Metode pengumpulan
data, peneliti menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Metode analisis
data peneliti menggunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan cara
berfikit induktif.
Bedasarkan analisis data yang peneliti lakukan, maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh petugas P3A di desa
bd 10 kecamatan Trimurjo Lampung Tengah kurang memuaskan karena masih
terdapat beberapa petugas yang tidak menjalankan tugas nya dengan baik dan
masih ada beberapa saluran irigasi yang kotor dan berlumpur. Selain itu juga ada
beberapa petani yang berbuat curang untuk mendapatkan air. Jika dilihat
pengelolaan irigasi ini belum mengacu pada syarat dan rukun ijaroh karena kedua
belah pihak antara petani dengan petugas tidak melakukan akad secara langsung
ataupun secara tertulis. Adapun pengelolaan irigasi jika ditinjau dari etika bisnis
Islam pengelolaan irigasi belum mengacu pada prinsip tauhid, keadilan, dan
prinsip tanggung jawab. karena ada beberapa petugas yang tidak memenuhi
tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya misalnya dalam membersihkan
saluran irigasi.
MOTTO
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air
di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya
hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal”
(Q.S. Az-Zumar : 21)1
1 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta : Al-Huda, 2002)
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT
Rabb semesta alam, serta rasa bahagia kupersembahkan skripsi ini sebagai
ungkapan rasa hormat dan cinta kasihku yang tulus kepada:
1. Ayahanda tercinta Bapak Suharsono dan Ibunda tercinta Ibu doriyem
yang selalu melimpahkan kasih sayang yang tak pernah habis dan tak
pernah bosan mendo’akan disetiap langkah-langkah kecil putrinya
serta memberikan support untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Terimaksih juga mas aldo, mas hendri , mas anto dan ayuku yang telah
memberikan doa dan dorongannya supaya dapat menyelesaikan
skripsinya.
3. Sahabat-sahabat seperjuangan (uus, empit, tinik, tante yani, teteh ira, sanah,
gentong, reza, aven) yang selalu memberikan keceriaan, kesedihan, dukungan
dan bantuan yang tak ternilai harganya, serta teman-teman angkatan 2013
khususnya kelas E.
4. Terimakasih untuk perpustakaan serta fakultas yang telah memberikan
fasilitas dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Almamater tercinta IAIN Metro yang menjadi tempat peneliti
menuntut ilmu dan mendapatkan teman serta pengalaman baru.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt atas taufik dan inayah
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Metro guna memperoleh gelar S.E.
Upaya penyelesaian skripsi ini peneliti telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Rina El Maza, S.H.I.,M.S.I selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
4. Bapak Hi. Husnul Fatarib,Lc.MA.,ME, Ph.D, dan Bapak Sainul, SH.,MA
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga
dalam mengarahkan dan memberikan motivasi, yang selanjutnya ucapan
terima kasih.
5. kepada Bapak dan Ibu selaku dosen karyawan atau karyawati IAIN Metro
yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka pengumpulan data.
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada dan akhirnya semoga hasil penelitian yang
telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Ekonomi Syariah.
Metro, Januari 2018
Peneliti
MELISA PANDOLAWATI NPM. 13103484
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN ....................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vii
HALAMAN PESEMBAHAN ........................................................................................ viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
D. Penelitian relevan ..................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Akad ........................................................................................................... 10
1. Pengertian Akad .................................................................................. 10
2. Syarat dan Rukun Akad ....................................................................... 11
3. Macam- macam Akad ......................................................................... 13
4. Tujuan Akad......................................................................................... 14
B. Ijaroh ......................................................................................................... 14
1. Pengertian Ijaroh ................................................................................. 14
2. Dasar Hukum Ijaroh ............................................................................ 15
3. Rukun dan Syarat Ijaroh ...................................................................... 15
C. Pengelolaan Air Irigasi dan Hak Kewajiban Petani dan P3A ..................... 18
1. Pengertian Air Irigasi dan Petani ........................................................ 18
a. Pengertian Air Irigasi .................................................................... 18
b. Pengertian Petani ......................................................................... 19
2. Landasan Hukum ................................................................................ 21
3. Pengelolaan Air Irigasi ...................................................................... 22
4. Hak dan Kewajiban Petani dan P3A .................................................... 27
a. Hak dan Kewajiban Petani............................................................. 27
b. Hak dan Kewajiban P3A ................................................................ 29
D. Etika Bisnis Islam ...................................................................................... 31
1. Pengertian Etika Bisnis Islam .............................................................. 31
2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam ......................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................................................... 36
1. Jenis Penelitian ................................................................................... 36
2. Sifat Penelitian ................................................................................... 36
B. Sumber Data ............................................................................................. 37
1. Sumber Data Primer ........................................................................... 37
2. Sumber Data Sekunder ....................................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
1. Wawancara (interview) ...................................................................... 38
2. Dokumentasi ...................................................................................... 39
D. Teknis Analisis Data ................................................................................ 39
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 41
1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Bd 10 Kecamatan Trimurjo ............. 41
2. Luas Dan Batas Wilayah Desa Bd 10 Kecamatan Trimurjo ................. 42
3. Sejarah Singkat Berdirinya Pengelolaan Irigasi Desa Bd 10
Kecamatan Trimurjo ............................................................................ 43
B. Analisis Pengelolaan Irigasi Oleh P3A dan Hak Kewajiban P3A ................ 47
C. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Pengelolaan Irigasi Oleh P3A ......... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 60
B. Saran ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan
manusia, bisa dibayangkan jika air tidak tersedia secara luas maka kehidupan
dan kegiatan manusia akan terhambat. Dengan adanya krisis air maka
pemerintah telah merancang undang-undang yang mengatur tentang sumber
daya air yaitu UU No 7 tahun 2004, Indonesia mengadopsi kebijakan
pengelolaan sumber daya air secara terpadu untuk meningkatkan pengeloaan
air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan.2
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang fital
baik untuk kehidupan flora dan fauna dan manusia dimuka bumi maupun
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
di berbagai sektor. Sebagai sumber daya alam maka kegiatan pengelolaan
sumber daya air menjadi penting agar yang membutuhkan air dapat
mendapatkan akses yang sama baik dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya.3Air merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis.
Nilai ekonomi akan berada disetiap lokasi karena ketersediaannya, selain itu
2 M. Yanuar J. Purwanto, Pengelolaan Sumber Daya Air, (Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015), h. 5 3Ibid, h. 1
1
nilai ekonomi akan semakin tinggi karena akan menjadi salah satu input untuk
industri berbagai produk. 4
Melakukan perlindungan dan pelestarian sumber daya air yang
ditunjukan untuk melestarikan sumber daya air, keberadaannya terhadap
kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam termasuk
kekeringan dan yang disebabkan tindakan manusia seperti tertera pada pasal
21 ayat 1 undang-undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air.5
Sekitar tahun 1906 untuk mengatasi masalah pembiayaan
pembanguana perairan didirikan panitia tetap dengan maksut untuk mengatur
penarikan distribusi dari para pemakai air pegairan.6 Dalam upaya mengatasi
berbagi kendala tersebut petani menyerahkan pengelolaan irigasi tersebut
kapada petugas P3A (perkumpulan petani pemakai air) sebagai pengambil
keputusan didalam pengelolaan irigasi tersebut.
Perkumpulan petani pemakai air (P3A) merupakan organisasi yang
bersifat sosial dengan maksut menuju ke arah hasil guna pengelolaan air dan
jaringan irigasi dalam satu atau lebih petak tersier, daerah irigasi pedesaan dan
daerah irigasi pompa untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.7
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang
pengelolaan sumber daya air, pasal 1 ayat 8 menyebutkan bahwa pola
pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,
4ibid, h. 3 5HR.Mulyanto, Pengembanagan Sumber Daya Terpadu, (Yokyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 23 6A.g.kartasapoetra, Mul Muljani Sutedjo, Pollein, Teknologi Pngairan Pertanian(irigasi),
(Jakarta: Bumi Aksara , 1994), h. 168 7 http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/632/jbptitbpp-gdl-yuliandari-31578-5-2007ts-3.pdf
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
sehingga pola pengelolaan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan
beberapa kaidah sebagai berikut:
1. Pengelolaan sumber daya air didasarkan pada kaidah satu sungai, satu
rencana induk, dan satu manajemn terkoordinasi dengan menggunakan
pendekatan wilayah sungai sebagai kesatuan wilayah pengelolaan.
2. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan
maka upaya pendayagunaan sumber daya air harus diimbangi dengan upaya
konservasi yang memadai.
3. Proses penyusunan rencan induk diselenggrakan melalui pelibatan peran
seluas-luasnya semua unsur pihak yang pekepentinagan.
4. Penetapan kebijakan oprasional pengelolaan sumber daya air
diselenggarakan secara demokratis dengan pelibatan semua yang
berkepentingan dalam wadah koordinasi.
5. Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang mandiri,
profesional, dan akuntabel.
6. Masyarakat dan semua unsur pihak yang berkepentingan dilibatkan dalam
keseluruhan proses perencanaan, pengambilan keputusan kebijakan
pengelolaan dan pelaksaan pembangunan.
7. Biaya pengelolaan sumber daya air ditanggung bersama oleh penerima
manfaat melalui penerapan prinsip pembayaran penggunaan air dan prinsip
pembayaran polusi atas dasar sistem subsidi silang menurut norma
kelayakan umum.
8. Revormasi kebijakan suber daya air mencakup kebijakan sumber daya air
(non irigasi) dan kebijakan irigasi.8
Sehingga P3A memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaan irigasi di petak tersier dan berpartisipasi dalam jaringan sekunder
dan primer sehingga P3A harus memberikan kontribusi dalam pengelolaan
irigasi yang telah menjadi wewenangnya dan mampu melaksanakan tugas dan
kewajiban dalam pemeliharaan jaringan irigasi. Kelembagaan P3A diharapkan
mampu melakukan pengembangan dan pengelolaan suatu sistem irigasi
dengan baik dan berkelanjutan dan mampu meningkatkan produktivitas dan
produksi pertanian.
Pengelolaan pengairan irigasi yang dilakukan di daerah trimurjo, dapat
dilihat dari pendataan saluran jaringan irigasi oleh P3A yaitu untuk BPU II
kanan panjang keseluruhan saluran tersier setiap blok 5.500 Meter dan untuk
panjang saluran tersier BPU II kiri memiliki panjang 5000 Meter. Dengan
kondisi tersier yang berbeda-beda untuk BPU kanan kondisi tersier yang
sudah lining (bagus) 1350 Meter, yang sudah lining tetapi rusak 500 Meter
sedangkan untuk yang belum lining 3650 Meter dengan jumlah petani 150
orang dan luas sawah 60 Ha, sedangkan untuk BPU kiri kondisi tersier yang
sudah lining (bagus) 1100 Meter, yang sudah lining tetapi rusak 700 Meter
8 M. Yanuar J. Purwanto, Agus Susanto, h. 1.7-1.8
sedangkan yang belum lining 3200 Meter. Dengan jumlah petani 155 orang
dan luas sawah 90 Ha.9
Berdasarkan wawncara dengan Bapak Samijo dan mas Aris
mengatakan bahwa pengelolaan irigasi tersebut belum optimal karena masih
banyak petani yang kekurangan air pada saat tanam tiba, teruma petani yang
memiliki sawah jauh dari aliran irigasi dan harus menunggu giliran untuk
mendapatkan air. Banyak petani lain yang berlaku curang untuk mendapatkan
air misalnya dengan menutup saluran air milik petani lain untuk mengairi
sawahnya sendiri.10
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Tukiran mengatakan
bahwa pembagian air harus dilakukan dengan baik, karena masih ada beberapa
petani yang tidak sepenuhnya mendapatkan hak air secara menyeluruh.
Mereka harus menunggu air dari atas untuk mengalirkan air kesawahnya.11
Sedangkan menurut Bapak Misro selaku ketua P3A yang mengurus
pengelolaan irigasi. Semua petugas sudah berusaha menjalankan tugasnya
dengan baik, meskipun begitu ada beberapa petani yang tidak sabar dengan
giliran untuk mendapatkan air terkadang mereka berlaku curang dengan petani
lainnya. Ketika pemilik sawah tidak datang lalu mereka menutup saluran air
untuk dialirkan kesawahnya. Hal ini sering sering terjadi jika pemilik sawah
9Pendataan saluran jaringan irigasi P3A Kecamatan trimurjo tahun 2017. 10Hasil wawancara dengan Bapak Samijo dan bapak Aris selaku pemilik sawah,
wawancara pada tanggal 23 september 2017. 11 Hasil wawancara dengan Bapak Tukiran selaku pemilik sawah, wawancara pada
tanggal 25 september 2017
tidak rajin untuk memeriksa saluran air mikiknya dan hal ini membuat resah
petani lainnya.12
Selanjutnya penelitian ini lebih kepada pengelolaan irigasi oleh P3A
dan hak dan kewajiban yang timbul antara petani dengan P3A dalam
pengelolaan air untuk mengairi sawah di BD 10 Kecamatan Trimurjo
Lampung Tengah untuk diukur relevansinya dengan Etika Bisnis Islam.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik memilih
judul “PENGELOLAAN IRIGASI OLEH P3A DALAM PERSPEKTIF
ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Desa Trimurjo BD 10 Kecamatan
Trimurjo Lampung Tengah)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti lebih memfokuskan
permasalahan pada pengelolaan irigasi ptugas P3A dan hak kewajiban yang
diberikan oleh P3A kepada petani. Yang nantinya akan dirumuskan menjadi
suatu permasalahan untuk diteliti. Adapun pertanyaan yang akan diajukan
sebagai berikut: Bagaimana Pengelolaan irigasi dan hak kewajiban P3A
dalam Etika Bisnis Islam di Desa Trimurjo BD 10?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan
12Hasil wawancara dengan Bapak Misro selaku ketua P3A , wawancara pada tanggal 20
september 2017.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan
irigasi oleh P3A didesa Trimurjo BD 10.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran semua pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui dan memahami tentang pengelolaan
irigasi oleh P3A.
b. Secara praktis
Merupakan sumbangsih keilmuan dalam wawasan kepada umat Islam,
terutama terhadap pengelolaan irigasi.
D. Penelitian relevan
Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan permasalahan
yang diangkat dalam pembahasan atau topik penelitian ini. Oleh karena itu,
peneliti akan memaparkan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah
yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya.
Penelitian pertama melakukan peninjauan terhadap skripsi novi afrianti
yang berjudul “Analisis Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Irigasi Di
Daerah Irigasi Limau Manis Kota Padang Sumatera Barat” yang diteliti Nova
Afrianti Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian ini
memiliki persamaan dengan penelitian yang saya teliti yaitu tentang
pengelolaan irigasi. Penelitian Nova Afrianti fokus terhadap partisipasi dan
motivasi petani dalam pengelolaan irigasi di daerah irigasi kelurahan limau
manis. Sedangkan skripsi yang saya bahas tentang pengelolaan irigasi oleh
P3A.13
Melakukan peninjauan terhadap skripsi Amirul Mukmin yang
berjudul “Analisis Hukum Islam Dan UUD No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber
Daya Air Terhadap Jual Beli Air Irigsi Di Desa Rejosari Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan” yang Diteliti Amirul Mukmin Jurusan Hukum Perdata
Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Universitas Islam Negeri
Sunan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa jual beli air irigasi di
desa rejosari kecamatan deket kabupaten lamongan merupakan jual beli air
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan air untuk para petani. Dalam
ketentuan jual beli air irigasi pihak penjual telah menentukan harga dengan
tarif 400.000 untuk para pembeli yang menginginkan sawahnya penuh dan
200.000 untuk para petani yang hanya menginginkan pada sawahnya hanya
separuh dan ketentuan harga itu berlaku untuk semua ukuran sawah.14
Melakukan peninjauan terhadap skripsi milik Fx.Prajoewo Guntoro
yang berjudul “analisis model kemauan dan kemampuan bayar petani atas
iuran air irigasi (studi kasus daerah irigasi sidorejo kabupaten grobongan)”
yang diteliti oleh Fx.Prajoewo Guntoro progam studi magister ilmu ekonomi
13 novi afrianti, “Analisis Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Irigasi Di Daerah
Irigasi Limau Manis Kota Padang Sumatera Barat”, universitas Andalas Padang, 2011 14 Amirul Mukmin, “Analisis Hukum Islam Dan Uud No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber
Daya Air Terhadap Jual Beli Air Irigsi Di Desa Rejosari Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan”, UIN Sunan Ampel, 2015
dan studi pembangunan universitas diponegoro semarang. Penelitin dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden (58,67%) mempunyai kemauan
untuk membyar iuran pelayanan irigasi dilihat dari tingkat kedisiplinan dalam
membayar ipair. Besarnya iuran irigasi yang sanggup dibayar petani ternyata
bervariasi, dimana 38,67 % responden atau petani mampu membayar lebih
keci dari 5% dari penghasilan bersih, 20% petani kemampuannya membyar
antara di atas 5% sampai 7% dari penghasilan bersih kemudian yang mampu
membayar di atas 7%sampai 9% dari penghasilan bersih sebesar 19,33%
petani. Dan yang mampu membayar antar 9 sampai dengan kurang dari 11%
sebanyak 16% petani. Dari sini dapat dilihat bahwa secara umum kemampuan
petani dalam membayar iuran pelayanan irigasi masih rendah.15
Hasil penelitian yang dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa
penelitian- penelitian antara peneliti satu dan dua memiliki perbedaan dari
penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian terdahulu secara garis besar.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa karya ilmiah tersebut belum pernah
diteliti sebelumnya.
15 Fx.Prajoewo Guntoro, Analisis Model Kemauan Dan Kemampuan Bayar Petani Atas
Iuran Air Irigasi (Studi Kasus Daerah Irigasi Sidorejo Kabupaten Grobongan), (UNDIP
Semarang, 2003)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Akad
1. Pengertian Akad
Menurut segi etimilogi, akad antara lain berarti
اىرر رر ر نى اىرر رر رروار ن نىبوررانى نىربررا سطا ررا ى ال رر راررباى الرربط بطرررأ. ابىأى ر نى
Artinya: “ikatan antara dua perkara baik ikatan secara nyata maupun
ikatan secara maknawi dari satu segi maupun dua segi.”16
Sedangkan menurut bahasa akad mempunyai beberapa arti, antara lain:
a. Mengikat yaitu
ب ىا ررر ررربى ا ب ررر ر ى بر ررراطىرررا ررربى ررر ب ب ر ررر ا ب بررر ورررأى جرررطاررربب برة ا ى
Artinya : “mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya
dengan yang lain sehingga bersambung kemudian keduanya menjadi
sepotong benda”.
b. Sambungan yaitu
16Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 43
ثر بهبما كبهبما برنب ى لبالذىىيب المنصىArtinya : “sambungan yang memegang kedua ujung itu dan
mengikatnya”.
c. Janji sebagaimana dijelaskan dalam alquran:
Artinya : “Ya, siapa saja yang menepati janjinya dan takut kepada
allah sesungguhnya allah mengasihi orang-orang yang taqwa” (QS
Ali Imran: 76)17
2. Syarat dan Rukun Akad
a. Syarat-Syarat Akad
Setiap pembentuk aqad atau akad mempunyai syarat yang
ditentukan syara’ yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya
akad ada dua macam yaitu:
1) Syarat-syarat yang bersifat umum yaitu syarat yang wajib
sempurna wujudnya dalam berbagai akad.
2) Syarat-syarat yang bersifat khusus yaitu syarat yang wujudnya
wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini bisa juga disebut
17 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 2013), h. 44
10
syarat idhafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat
umum, seperti adanya saksi dalam pernikahan.18
Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan
untuk terjadinya akad secara syara’. Jika tidak memenuhi syarat
tersebut akan menjadi batal.19
b. Rukun Akad
1) Aqid adalah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak
terdiri dari satu orang terkadang terdiri dari beberapa orang,
misalnya penjual dan pembeli beras dipasar biasanya masing-
masing pihak satu orang. Ahli waris sepakat untuk memberikan
sesuatu kepada pihak lain yang terdiri dari beberapa orang,
seseorang yang berakad terkadang orang yang memiliki haq (aqid
ashli) dan terkadang merupakan wakil dari yang memiliki haq.
2) Ma’qud ‘alaih adalah benda-benda yang diakadkan seperti benda
yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibbah (pemberian)
dalam akad gadai, utang yang dijamin seseorang kafalah.
3) Maudhu’ al‘aqd adalah suatu tujuan atau maksut pokok
mengadakan akad. Berbeda akad maka berbeda tujuan akad dalam
akad jual beli tujan akadnya adalah memindahkan barang dari
penjual ke pembeli dengan diberi ganti. Tujuan akad ijaroh adalah
memberikan manfaat dengan adanya pengganti.
18 Ibid, h. 49 19Rachmat Syafe’i. Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 65
4) Shighat al’agd adalah ijab dan qobul. Ijab iyalah permulaan dan
penjelasan yang keluar dari salah satu orang yang berakad sebagai
gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad sedangkan qobul
adalah perkataan yang keluar dari pihak yang berakad yang
diucapkan setelah adanya ijab.20
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad adalah ijab
dan qabul. Adapun orang yang mengadakan akad atau hal-hal lainnya
yang menunjang terjadinya akad tidak dikategorikan rukun sebab
keberadaannya sudah pasti.21
c. Macam-Macam Akad
1) ‘Aqad mujis yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu
selesainya akad. Pernataan akad yang diikuti dengan pelaksanaan
akad ialah ernyataan yang tidak disertai dengan syarat-syarat dan
tidak pula ditentukan waktu pelaksanaan setelsh adanya akad.
2) Aqad mu’alaq ialah akad yang didalam pelaksanaannya terdapat
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad misalnya penentuan
penyerahan barang-barang yang di akadkan setelah adanya
pembayaran.
3) Aqad mudhaf ialah akad yang dalam pelaksanaannya terdapat
syarat-syarat mengenai penanggulangan pelaksanaan akad,
pernyataan yang pelaksanaannya ditangguh hingga waktu yang
20Hendi Suhendi, h. 47 21Rachmat Syafe’i. Fiqh Muamalah, h. 45
ditentukan. Perkataan ini sah dilakukan pada waktu akad tetapi
belum mempunyai akibat hukum sebelum tibanya waktu yang telah
ditentukan. 22
d. Tujuan Akad
1) Bertujuan tamlik seperti jual beli.
2) Bertujuan untuk mengadakan usaha bersama (perkongsian)seperti
syirkah dan mudhorobah.
3) Bertujuan tautsiq (memperkokoh kepercayaan) saja seperti rahn
dan kafalah.
4) Bertujuan menyerahkan kekuasaan seperti wakalah dan washiyah.
5) Bertujuan mengadakan pemeliharaan seperti ida’ atau titipan.23
B. Ijaroh
1. Pengertian Ijaroh
Al ijaroh berasal dari kata al-ajru yang artinya menurut bahasanya
yaitu al-iwadh yang arti dalam bahasa indonesia ialah ganti dan upah.24
Ijaroh secara terminologi adalah masdar dari kata arab yaitu upah yang
diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan. Al-ajru berarti upah atau
imbalan untuk sebuah pekerjaan. Al-ajru makna dasarnya pengganti, baik
22Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h.50-51 23Ibid, h.55 24 Ibid, h.114
yang bersifat materi atau imateri.25 Ijaroh adalah akad pemindahan hak
guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan.26
2. Dasar Hukum Ijaroh
Dasar hukum ijaroh dari al-hadis adalah :
بهبقربلا يىفعبببقبهب بر ر ى ربعبابناا
Artinya : “berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya
kering”(riwayat Ibnu Majah).
نافى اعوال ابكبىىا سضبى انرببب ررهرسوبرنللهاصى كلىر الرسى نى
)س اهاحمدا د( ا سق اطىذه Artinya : “dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari
tanaman yang tumbuh. Lalu rasulullah melarang kami cara itu dan
memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang mas atau
perak”(Riwayat Ahmad dan Abu Dawud).27
3. Rukun dan Syarat Ijaroh
a. Rukun Ijaroh
25 Imam Mustofa, Fiqh Muamalah kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.101 26 Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gemma Insani Perss, 2001), h.117 27Hendi Suhendi, 116-117
Fatwa DSN MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan mengenai
rukun ijaroh yang terdiri dari:
1) Sigah ijaroh yaitu ijab dan qobul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad (berkontrak) baik secara verbal atau
dalam bentuk lain.
2) Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa atau pemberi
jasa dan penyewa atau pengguna jasa.
3) Objek ijaroh yaitu:
a) Manfaat barang dan sewa
b) Manfaat jasa dan upah 28
b. Syarat Ijaroh
Adapun akad ijaroh adalah sebagai berikut:
1) Untuk kedua orang yang berakad (al-muta’aqidain), menurut
ulama syafi’iyah dan hanabilah disyaratkan telah balig dan berakal
oleh sebab itu apabila orang yang belum atau tidak berakal seperti
anak kecil dan orang gila, menyewakan harta mereka atau diri
mereka (sebagai buruh) menurut mereka al-ijarohnya tidak sah.
2) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk
melakukan akad ijaroh. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa
melakukan akad itu maka akad nya tidak sah. Hal ini berdasarkan
kepada firman Allah dalam surat al-Nisa 4:29 yang berbunyi
28Imam Mustofa, Fiqih Muamalah, h.105
Artinya : “wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu
saling memakan harta kamu dengan cara yang batil, kecuali
melalui suatu perniagaan yang berlaku suka sama suka”
3) Manfaat yang menjadi objek ijaroh harus diketahui secara
sempurna sehungga tidak muncul perselisihan di kemudian hari.
4) Objek al-ijaroh boleh diserahkan dan dipergunakan secara
langsunng dan tidak bercacat. Oleh karena itu para ulama fiqh
sepakat menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang
tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa.
5) Objek al-ijaroh itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’ oleh sebab
itu para ulama fiqh sepakat tidak boleh menyewa seseorang untuk
mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang untuk membunuh
orang lain (pembunuh bayaran) dan orang islam tidak boleh
menyewakan rumah kepada orang non muslim untuk dijadikan
tempat ibadah mereka.
6) Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa.
Misalnya menyewa orang untuk melaksanakan solat untuk diri
penyewa dan menyewa orang yang belum haji menggantikan haji
penyewa. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sewa
menyewa seperti itu tidak sah.
7) Objek al-ijaroh itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan seperti
rumah, mobil, dan hewan tunggangan.
8) Upah atau sewa dalam akad ijaroh harus jelas, tertentu dan sesuatu
yang bernilai harta. Oleh sebab itu para ulama sepakat menyatakan
bahwa khamar dan babi tidak boleh menjadi upah dalam akad
ijaroh kerena kedua benda itu tidak bernilai harta dalam islam.
9) Ulama hanafiah mengatakan upah atau sewa itu tidak sejenis
dengan manfaat yang disewa.
Berdasarkan uraian diatas jadi bahwasannya dapat disimpulkan
pada dasrnya ijaroh adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang dan
jasa dengan membayar imbalan tertentu. Dalam kepemilikan ijaroh
dibatasi dengan waktu para fuoha sepakat bahwa ijaroh merupakan akad
yang diperbolehkan oleh syara’.
C. Pengelolaan Air Irigasi
1. Pengertian Air Irigasi dan Petani
a. Pengertian Air Irigasi
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada
tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman-tanaman.29 sumber daya air merupakan suatu
sumber daya alam yang utama baik bagi kehidupan flora dan fauna
maupun untuk kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan
29Endang Pipin Tachyan, Dasar-Dasar Dan Praktek Irigasi, (Jakarta: Erlangga, 1984). h.
4
berbagai sktor kehidupan. Selain itu air juga merupakan sumber daya
yang mempunyai nilai ekonomis karena menjadi salah satu input untuk
proses industri. 30 Irigasi merupakan praktek pertanian lama yang
duguanakan 7000 tahun yang lalu di meso potamia. Sistem irigasi lama
yang terkenal terletak di mesir, cina, meksiko dan peru kini sekitar
11% lahan pertanian dunia diirigasi. Beberapa populasi didunia yang
paling padat didukung oleh hasil pertanian pada lahan yang diirigasi
seperti di republik arab persatuan (mesir) yang 100% lahan
pertaniannya diirigasi.31
Pemberian air irigasisi dapat dilakukan dalam lima cara yaitu :
1) Dengan penggenangan (flooding).
2) Dengan menggunakan alur besar atau kecil.
3) Dengan menggunakan air dibawah permukaan tanah melalui sub
irigasi sehingga permukaan air tanah naik.
4) Dengan penyiraman (sprinkling).
5) Dengan sistem cucuran (trickle).32
Dalam memilih lahan untuk irigasi harus dilakukan
pemeriksaan tanah yang teliti untuk menentukan tekstur tanah sampai
kedalaman beberapa kaki, akumulasi garam yang terlarut dalam
30M. Yanuar J. Purwanto, Agus Susanto, Pengelolaan Sumber Daya Air, (Tanggerang
Selatan: Universitas Tebuka, 2015), h. 1.11 31Soenartono Adisoemarto, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (PT Gelora Aksara Pratama, 1994),
h. 91 32 Endang Pipin Tachyan, Dasar-Dasar Dan Praktek, h. 4
jumlah yang dapat merusak lereng dan kerataan permukaan tanah dan
perilaku tanah dalam irigasi.33
b. Pengertian Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian,
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga,
buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada
orang lain. Setiap orang bisa menjadi petani (asalkan punya sebidang
tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan bukan sebagai
petani. Maksud dari kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah harus
mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa
bekerjasama dengan petani tulen untuk bercocok tanam di tanah
pertanian miliknya. Apabila ini diterapkan, berarti pemilik tanah itu
telah memberi pekerjaan kepada orang lain walau hasilnya tidak
banyak. Apabila bermaksud mengolah sendiri, tentu harus benar-benar
bisa membagi waktu, tetapi kemungkinan akan kesulitan kalau
tanahnya lebih dari satu petak.34
Pengelolaan petani dalam prakteknya, misalnya membuat
praktek lebih nyata. Pengelolaan petani dalam teknologi yang diujikan
menyediakan suatu praktek penerimaan tentang potensi taraf
33 Soenartono Adisoemarto, Dasar-Dasar Ilmu, h. 92-94 34 https://id.wikipedia.org/wiki/Petani, diunduh pada tanggal 28 September 2017
kemampuan menerima petani. Akan tetapi disisi lain penyatuan
pengelolaan petanik dengan teknik percobaan lapangan buku tidaklah
mudah.35
35Endang Syamsudin, Justika S. Baharsjah Dkk, Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian, (Jakarta: UI press, 1995), h. 583
c. Landasan Hukum
PP No. 77 tahun 2001 tentang Irigasi pada Pasal 1 angka (15)
dan penjelasannya dinyatakan:
“Perkumpulan petani pemakai air (P3A) adalah kelembagaan
pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
daerah irigasi yang dibentuk petani secara demokratis termasuk
kelembagaan lokal pengelola air irigasi. Selanjutnya yang dimaksud
dengan kelembagaan lokal pengelola air irigasi adalah kesatuan
masyarakat hukum adat yang bersifat sosio agraris religius yang
secara historis tumbuh dan berkembang sebagai kelompok atau
organisasi bidang tataguna air di lahan pertanian, seperti subak dan
kelembagaan sejenis lain yang pelaksanaan pengaturan airnya
dilaksanakan antara lain oleh raja bandar, tuo banda, jogotirto,
pekaseh dan ulu-ulu.36
Berbeda dengan ketentuan di atas, PP Nomor 42 Tahun 2008
tentang sumber Daya Air, pada Pasal 75 ayat (4) Hak guna pakai air
yang diperoleh tanpa izin hanya diperuntukkan pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang
berada di dalam sistem irigasi yang sudah ada. Dengan demikian
Pemerintah memaknai Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di
masa reformasi diberi ruang gerak dan tempat oleh hukum negara
kepada masyarakat hukum adat dalam mengelola air irigasi sesuai
kearifan masyarakat setempat.37
36 PP No. 77 tahun 2001 tentang Irigasi pada Pasal 1 angka (15) 37 PP Nomor 42 Tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, pada Pasal 75 ayat (4)
2. Pengelolaan Air Irigasi
Pengelolaan air adalah pelaksanaan semua kegiatan yang
berangkaian dan terus menerus secara terpadu yang dilakukan pada
jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan, pengaturan, pengukuran,
penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan yang aman (terbebas dari
limbah dan pencemaran).38
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang
pengelolaan sumber daya air, pasal 1 ayat 8 menyebutkan bahwa pola
pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
sehingga pola pengelolaan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan
beberapa kaidah sebagai berikut:
9. Pengelolaan sumber daya air didasarkan pada kaidah satu sungai, satu
rencana induk dan satu manajemen terkoordinasi dengan
menggunakan pendekatan wilayah sungai sebagai kesatuan wilayah
pengelolaan.
Sebagai kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
sehingga harus bedasarkan dengan kaidah, rencana induk dan
menejemen yang terkoordinasi dengan baik.
38A.G. Kartaspoerta, Mul Muljani Sutedjo, Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi),
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 149
10. Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan maka upaya pendayagunaan sumber daya air harus
diimbangi dengan upaya konservasi yang memadai.
Supaya terselenggaranya pengelolaan sumber daya air dengan
baik maka harus diimbangi perlindungan dan pengelolaan yang hati-
hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
11. Proses penyusunan rencan induk diselenggrakan melalui pelibatan
peran seluas-luasnya semua unsur pihak yang pekepentinagan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pihak baik dari pihak
P3A, pamong desa, UPTD, PU maupun pihak petani ikut serta dalam
proses diselenggarakannya penyusunan rencana induk.
12. Penetapan kebijakan oprasional pengelolaan sumber daya air
diselenggarakan secara demokratis dengan pelibatan semua yang
berkepentingan dalam wadah koordinasi.
Dalam penetapan kebijakan oprasional pengelolaan sumber
daya air harus diselenggarakan secara demokratis dan harus
melibatkan semua pihak yang ada seperti P3A, pamong desa, UPTD,
PU dan petani.
13. Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang
mandiri, profesional, dan akuntabel
Jadi kebijakan yang dilaksakan harus mencapai sasaran baik
fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat dan harus bersikap
profesional dan bertanggung jawab.
14. Masyarakat dan semua unsur pihak yang berkepentingan dilibatkan
dalam keseluruhan proses perencanaan, pengambilan keputusan
kebijakan pengelolaan dan pelaksaan pembangunan.
Jadi P3A, pamong desa, UPTD, PU dan petani harus terlibat
dalam pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk melihat
apakah semua rencana yang ada sudah terlaksana dengan baik .
15. Biaya pengelolaan sumber daya air ditanggung bersama oleh penerima
manfaat melalui penerapan prinsip pembayaran penggunaan air dan
prinsip pembayaran polusi atas dasar sistem subsidi silang menurut
norma kelayakan umum.
Berdasarkan prinsip pembayaran biaya pengelolaan irigasi
akan ditanggung bersama oleh penerima manfaat baik dari pihak
petani maupun petugas dan harus sesuai dengan akad ijaroh yang telah
ditentukan .
16. Revormasi kebijakan sumber daya air mencakup kebijakan sumber
daya air (non irigasi) dan kebijakan irigasi.39
Harus ada perubahan dalam pengelolaan irigasi baik dari
irigasi maupun non irigsi agar lebih baik.
Menurut pendapat Wickhan dan Valera beberapa proyek
penenlitian tentang pengelolaan irigasi di filiphina menunjukan bahwa
39 M. Yanuar J. Purwanto, Agus Susanto, h. 1.7-1.8
masalah-masalah pembagian air justru lebih besar disaluran-saluran primer
dan sekunder dibandingkan di tingkat usaha tani.40
Dalam Undang-Undang No 7 pasal 82 tahun 2004 tentang sumber
daya air pelaksanaa pengelolaan sumber daya air masyarakat berhak
untuk:
1) Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya air.
Masyarakat harus mendapatkan informasi dari petugas yang
berkaitan dengan pengelolaan irigasi misalnya seperti kapan petani
akan mendapatkan giliran air .
2) Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
Jika terjadi kerugian yang diakibatkan dari pengelolaan itu
maka masyarakat harus mendapatkan ganti rugi misalnya masyarakat
tidak mendapatkan hak atas penggunaan air yang cukup.
3) Memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air.41
Masyarakat harus mendapatkan manfaat atas pengelolaan
irigasi yang dilakukan oleh petugas salah satunya seperti ketersediaan
air yang memadai dan kebersihan kebeesihan irigasi.
Menurut pendapat Wickhan dan Valera beberapa proyek
penenlitian tentang pengelolaan irigasi di filiphina menunjukan bahwa
40 Efendi Pasandaran, Donald C. Taylor, Irigasi Perencanaan Dan Pengelolaan, (Jakarta:
PT Gramedi, 1984), h. 31 41 Undang-Undang No 7 Pasal 82 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
masalah-masalah pembagian air justru lebih besar disaluran-saluran primer
dan sekunder dibandingkan di tingkat usaha tani.42
Dalam Undang-Undang No 7 pasal 82 tahun 2004 tentang sumber
daya air pelaksanaa pengelolaan sumber daya air masyarakat berhak
untuk:
4) Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya air.
Masyarakat harus mendapatkan informasi dari petugas yang
berkaitan dengan pengelolaan irigasi misalnya seperti kapan petani
akan mendapatkan giliran air .
5) Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
Jika terjadi kerugian yang diakibatkan dari pengelolaan itu
maka masyarakat harus mendapatkan ganti rugi misalnya masyarakat
tidak mendapatkan hak atas penggunaan air yang cukup.
6) Memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air.43
Masyarakat harus mendapatkan manfaat atas pengelolaan
irigasi yang dilakukan oleh petugas salah satunya seperti ketersediaan
air yang memadai dan kebersihan kebeesihan irigasi.
42 Efendi Pasandaran, Donald C. Taylor, Irigasi Perencanaan Dan Pengelolaan, (Jakarta:
PT Gramedi, 1984), h. 31 43 Undang-Undang No 7 Pasal 82 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
D. Hak dan Kewajiban Petani Dan P3A
1. Hak dan Kewajiban Petani
a. Hak Petani
1) Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai
keperluan.
2) Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk
memperoleh sarana dan prasarana sumber daya air, yaitu dapat
berupa bangunan air beserta bangunan lain yang dapat menunjang
kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak
langsung.
3) Berhak memperoleh kemakmuran sebesar-besarnya dari sumber
daya yang dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan hidup.
4) Berhak mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari
guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5) Berhak memakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam
sistem irigasi tanpa membutuhkan izin.
6) Berhak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah
orang lain yang berbatasan dengan tanahnya.
7) Perkumpulan petani pemakai air berhak atas pengembangan
sistem irigasi tersier.
8) Berhak menyatakan keberatan terhadap rancangan rencana
pengelolaan sumber daya air yang sudah diumumkan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat.
9) Berhak memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya air dan memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber
daya air.
b. Kewajiban
1) Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib memelihara
keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber
daya air agar selalu tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada
waktu sekarang maupun yang akan datang.
2) Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk mencegah,
menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang disebabkan oleh daya rusak air.
3) Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk merawat
sumber air dan prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk
menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber daya
air.
4) Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib izin terlebih
dahulu jika cara penggunaan air dilakukan dengan mengubah
kondisi alami sumber air, ditujukan untuk keperluan kelompok
yang memerlukan air dalam jumlah besar, atau digunakan untuk
pertanian rakyat di luar sistem irigas iyang sudah ada.
5) Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib menyimpan air
yang berlebihan di saat hujan, menghemat air dengan pemakaian
yang efisien dan efektif, dan mengendalikan penggunaan air tanah.
6) Perkumpulan petani pemakai air wajib memelihara pengembangan
sistem irigasi tersier.
7) Berkewajiban untuk melalukan upaya pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan dalam upaya pengendalian daya
rusak air.44
2. Hak dan Kewajiban P3A
a. Hak P3A
1) Mengusulkan rencana pola dan tata tanam.
2) Mendapatkan alokasi untuk irigasi.
3) Memperoleh hak guna pakai air irigasi pada pintu pengambilan di
bangunan utama.
4) Mempunyai hak suara dalam pengelolaan sumber daya air daerah
pengaliran sungai melalui rapat komisi irigasi tingkat kabupaten
dan provinsi.
5) Melakukan kerjasama dengan pihak lain termasuk pemerintah.
44Delvira Novianti, Hak Dan Kewajiban Petani, https://brainly.co.id/tugas/1287846,
diunduh tanggal 27 September 2017
6) Memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, perubahan
dan pembongkaran bangunan atau saluran irigasi pada jaring irigasi
tersier sesuai dengan kesepakatan bersamma para anggota.
7) Mendapatkan imbalan materi dari orgaisasi yang besarnya sesuai
yag telah diepakati.45
b. Kewajiban P3A
1) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan jaringan tersier dan
pedesaan.
2) Membuat peraturan dan ketentuan pembagian air pengairan serta
pengamanan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan
yang membutuhkan air untuk kepentingan diri sendiri.
3) Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi
diantara anggota petani pemakai air dalam pengelolaan air.
4) Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan
eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para
anggota petani yang telah mereka sepakati bersama.
5) Sebagai badan masyarakat mewujudkan peran sertanya kepada
pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan-
persoalan pengairan dan pertanian.46
45 http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/632/jbptitbpp-gdl-yuliandari-31578-5-2007ts-3.pdf 46A.G Kartasapoetra, Mul Muljani Sutedjo, Pollein, Teknologi Pengairan Pertanian
(irigasi), (Jakarta: Bumi Aksara 1994), h. 179-180
E. Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika merupakan seperangkat prinsip moral yang membedakan
yang baik dari yang buruk.47 Bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha
komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Sehingga bisnis
merupakan suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang-barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
memperoleh profit.48
Etika bisnis Islam merupakan prinsip moral untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk untuk aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuk yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya termasuk
profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehanya atas penjualan barang-
barang dan pendayagunaan hartanya.
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Ada lima prinsip yang membentuk sistem etika bisnis islam, yaitu:
a. Keesaan (Tauhid)
Sebagai sumber utama etika Islam karena mengandung
kepercayaan tentang kesatuan atau keesaan tuhan. Tauhid merupakan
dasar dan sekaligus motivasi untuk menjamin kelangsungan hidup,
47Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul asli
Islamic Business Ethics, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 3 48Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjakusuma, Menggagas Bisnis
Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 15
kecukupan, kekuasaan dan kehormatan manusia yang telah di disain
Allah SWT untuk menjadi mahluk yang di mulyakan. Secara umum
tauhid di pahami sebagai sebuah ungkapan keyakinan (Syahadat)
seorang muslim atas keesaan Tuhan.49
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa dalam
prinsip Tuhid harus mengakui keesaan Allah SWT. Adapun wujud
keyakinan tersebut dapat di tunjukan dengan melakukan aktivitas
bisnis yang di niatkan untuk mendapatkan Ridho Allah SWT dan
mencari keuntungan bukan hanya sebatas untuk kehidupan dunia
namun juga untuk di akherat dengan keuntungan yang berlipat ganda.
Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala
aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan
manusia sebagai mahluk ilahiyah, sosok mahluk yang bertuhan. 50
Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari
pengawasan tuhan, dan dalam rangka melaksanakan perintah tuhan.
Dalam Al-Qur’an juga di sebutkan bahwa tauhid merupakan filsafat
fundamental dari ekonomi Islam.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap manusia memperlakukan
orang lain sesuai dengan haknya. Hak orang lain perlu di hargai dan
49 Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), h. 109 50 Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic Ethnics, (Jakarta: PT Aksara, 2012),
h.38
jangan sampai di langgar, persis seperti dirinya mengharapkan agar
hak-haknya di hargai dan tidak di langgar.
Keadilan adalah suatu masalah yang sangat sulit di laksanakan
mudah di katakan dan sulit di terapkan. Terutama keadilan dalam
bidang ekonomi dan hukum.51 Islam telah menetapkan nilai keadilan
dalam semua aspek ekonomi dan Islam mengharuskan setiap orang
mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak atau bagian orang
lain.
Prinsip adil merupakan pilar penting dalam ekonomi islam.
Penegakan keadilan ini termasuk keadilan ekonomi terutama dalam
hal berbisnis dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Allah SWT
menurunkan Islam sebagai sistem kehidupan bagi seluruh umat
manusia, menekankan pentingnya keadilan dalam sektor ekonomi
atau bisnis.
c. Kehendak Bebas
Manusia di perbolehkan melakukan segala hal yang di
inginkan selama tidak melanggar syari’at, dalam bisnis pun manusia
bebas untuk memilih. Kebebasan yang di miliki oleh setiap individu
di akui dalam kerangka etika bisnis Islam selama tidak bertentangan
dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu
itu tidak melangkahi hak-hak orang lain.52
51 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2, (Jakarta: Kalam Mulia. 1995) h. 466 52Yatimin Abdullah, Studi Ahlak dalam persepektif Al-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
h.106
Manusia di beri kehendak bebas untuk mengendalikan
kehidupan sendiri manakala Allah SWT menurunkanya ke bumi.
Manusia tidak boleh mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya di
tuntut oleh hukum yang di ciptakan Allah SWT. Manusia di beri
kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan untuk memilih
jalan hidup yang di inginkan dan untuk bertindak berdasarkan aturan
yang di pilihnya.
Dapat di pahami bahwa manusia memiliki kehendak bebas
untuk melakukan aktivitas bisnis berdasarkan keputusan dan
keinginanya selama aktivitas bisnis tersebut tidak melanggar hak-hak
orang lain, sedangkan dalam aktivitas bisnis tidak ada paksaan dari
siapapun.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip yang sangat berhubungan
dengan prilaku manusia, karena segala kebebasan dalam melakukan
segala aktivitas bisnis oleh manusia tidak terlepas dari pertanggung
jawaban yang di berikan manusia atas aktivitas bisnisnya. 53
Allah SWT telah berfirman:
53Burhanudin Salam, Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) h. 308.
Artinya: “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
54Muddasir(74) : 38). -” (QS.Aldiperbuatnya,
Ibnu Abbas meriwayatkan dalam ayat ini Allah SWT
mengingatkan agar setiap orang harus berperihatin dan benar-benar
memperhatikannya hubungannya dengan Allah SWT, supaya sadar
bahwa tiap orang bergantung pada amal perbuatannya sendiri, baik
buruknya terserah pada rahmat Allah SWT kepadanya dalam
menerima petunjuk hidayahnya serta taufiknya.55
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap individu berkewajiban
untuk bertanggung jawab atas apa yang telah di perbuatnya serta
dapat menanggung risiko-risikonya. Seperti halnya dalam berbisnis,
setiap perusahaan harus bertanggung jawab terhadap bisnis yang di
jalaninya dan sanggup menanggung risiko yang akan terjadi nantinya.
e. Kebenaran, kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna
kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu
kebajikan dan kejujuran. Prinsip kebajikan (ihsan) atau kebaikan
terhadap orang lain di definisikan sebagai tindakan yang
menguntungkan orang lain lebih di banding orang yang melakukan
tindakan tersebut dan di lakukan tanpa kewajiban apapun. Sedangkan
54Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Diponegoro. CV Penerbit, 2006), h
460. 55 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 8, (Surabaya.
PT Bina Ilmu Offset, 2004), Edisi Revisi, h. 267.
kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang di
lakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun.56
Sikap kebajikan dan kejujuran maka suatu bisnis akan
melahirkan persaudaraan, dan kemitraan yang saling menguntungkan,
tanpa adanya pihak yang merasa di rugikan dari bisnis yang di
jalaninya.
56 Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul asli
Islamic Business Ethics, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 43.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dalam
kancah kehidupan sebenarnya. Penelitian lapangan pada hakekatnya
merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realitas apa yang
tengah terjadi di masyarakat.57
Penelitian lapangan yang dimaksud pada penelitian ini adalah
penelitian pengelolaan oleh P3A di desa Trimurjo bd 10.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif.
Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan
mengenai situasi atau kejadian.58 Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian lapangan yang berjenis deskrptif, ini merupakan penelitian yang
menggambarkan dan menguraikan situasi atau kejadian secara sistematis,
faktual, dan akurat maksudnya adalah penelitian yang di arahkan untuk
meneliti realitas tentang “Pengelolaan Irigasi Oleh P3A Dalam Perspektif
57Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h.
32. 58Sumandi Suryabrata, Metode Penelitian,(Jakarta: Rajawali Pers,2010),h. 76.
Etika Bisnis Islam ( Studi Kasus Desa Trimurjo Bd 10 Kecamtan Trimurjo
Lampung Tengah)”.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.59 Dalam penulisan ini, sumber data yang digunakan adalah:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan dan
diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari
objeknya. Pengumpulan data tersebut dilakukan khusus untuk mengatasi
riset yang sedang diteliti.60 Sumber data primer yang di kumpulkan
peneliti dari lapangan, yaitu langsung dari sumber utamanya, yaitu petani
dan petugas P3A.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang sudah tersedia
sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan, sumber data sekunder
dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia,
misalnya diperpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi
perdagangan, biro pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah, atau
dengan kata lain suatu data yang bersumber dari bahan-bahan bacaan
seperti buku tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, jurnal, hasil
59Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 129. 60 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). h.
178
penelitian, dan lain sebagainya yang dapat mendukung sumber data primer
yaitu yang terkait dengan pengelolaan irigasi oleh P3A. 61
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam
kegiatan penelitian dan dilakukan setelah peneliti selesai membuat desain
penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti.62 Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian.
Beberapa teknik yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data
dalam penelitian antara lain:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.63
Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3 bentuk
yaitu :
a. Wawancara berstruktur (pertanyaan-pertanyaan mengarahkan pada
jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan)
b. Wawancara tak berstruktur (pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab
secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola-pola tertentu)
61Rony Kountor, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), h. 178
62Jonatan Sarwono. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 1, h.17 63W Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Widia Sarana Indonesia, 2002), h. 119
c. Campuran (campuran antara wawancara struktur dan tak berstruktur)64
Peneliti menggunakan interview berstuktur. Wawancara ini
bertujuan untuk menyiapkan garis besar mengenai hal-hal yang akan
ditanyakan terkait dengan pengelolaan air irigasi. Wawancara ini
dilakukan kepada Bapak Goswan, Samijo, Salimin, dan Bapak tukiran
(petani) dan Bapak Misro, Poniman, Yudi, Wasiran (petugas P3A).
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa
buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya.65
Dokumen ini mencari data-data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan Tinjauan Etika Bisnis Islam terhadap pengelolaan
irigasi oleh P3A.
D. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.66 Penelitian ini
menggunakan teknik analisa data kualitatif. Kualitatif merupakan penelitian
64Ibid., h. 120-121 65Musein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali
Press, 2000), h. 102
66Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: Erlangga,
2003), h. 18
yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan
bahasa.67 Penelitian ini menggunakan metode berfikir induktif yaitu suatu
cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah yang bertolak
dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat umum.68 Cara berfikir ini, peneliti gunakan
untuk menguraikan kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Berdasarkan keterangan di atas maka dalam menganalisa data
peneliti menggunakan data yang telah diperoleh dalam bentuk uraian-uraian
kemudian data tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berfikir induktif
yang berangkat dari informasi tentang tinjauan etika bisnis Islam pada
pengelolaan irigasi oleh P3A.
67Moh. Nazir, Metode Penelitian edisi 7, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 54
68Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984), cet ke-XVI, hal. 42.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Trimurjo
a. Sejarah Singkat Kampung
Kelurahan trimurjo kecamatan trimurjo kabupaten lampung
tengah secara fisik dibuka pada tahun 1935 oleh pemerintah kolonial
belanda yang pada waktu itu masih merupakan hutan belantara, adapun
perintis kelurahan trimurjo di datangkan dari pulau jawa dengan nama
kolonisasi jawa. Dengan persediaan bahan pangan seadanya para
perintis desa Trimurjo terus memperjuangkan hidupnya dengan jalan
membuka lahan baru yang masih merupakan hutan belantara untuk
dipergunakan sebagai lahan pertanian.
Kehidupan para penduduk perintis desa trimurjo pada waktu itu
banyak mengalami lika liku hidup, rintangan, dan terjangkit wabah
penyakit yang menyebabkan banyak para perintis yang meninggal
dunia namum masih juga yang bertahan hidup demi mencapai tujuan
hidup yaitu membentuk suatu wilayah desa yang sekarang bernama
kelurahan trimrjo. Dengan daya dan upaya serta kemampuan yang ada
serta kerja sama antara para perintis yang satu dengan yang lainnya
maka dibuatlah kesepakatan tentang nama yaitu desa trimurjo.
41
Adapun pemerintahan pada waktu itu masih dibawah
pemerintahan jajahan kolonial belanda dab jepang yang perilakunya
sangat kejam. Seiring dengan perkembangan waktu negara indonesia
dinyatakan merdeka teatnya pada tanggal 17 agustus 1945 maka secara
otomatis pemerintahan desa langsung berada dibawah pemerintahan
republik indonesia.
Pada awal berdirinya kelurahan kelurahan trimurjo masih
berstatus sebagai pemerintah desa dengan perangkat desanya yang
disebut pamong desa. Pada tanggal 1 januari1981 sistem pemerintahan
desa trimurjo masuk ke dalam wilayah administratip sehingga sistem
pemerintahannya ikut berubah yang semula berupa pemerintahan desa
menjadi pemerintahan kelurahan dan pamong desa diangkat menjadi
pegawai negeri sipil.
b. Luas dan batas wilayah kelurahan trimurjo
1) Luas wilayah kampung
a) Perkarangan dan perumahan : 159 ha
b) Sawah teknis : 356 ha
c) Jalan : 1 ha
d) Kantor : 0,70 ha
e) Sekolahan : 3 ha
f) Lapangan : 2 ha
g) Kuburan dan lain-lain : 3 ha
2) Batas wilayah kampung
a) Sebelah utara dengan kampung notoharjo
b) Sebelah timur dengan kelurahan simbarwaringin
c) Sebelah selatan dengan keluraha adipuro
d) Sebelah barat dengan kampung sidokerto
3) Orbitasi
a) Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 1 km
b) Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 32 km
c) Jarak dari pemerintahan propvinsi 42 km
4) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
a) Jumlah penduduk : 4.699 jiwa
b) Laki-laki : 2.396 jiwa
c) Perempuan : 2.303 jiwa
d) Kepala keluarga : 1.354 kk69
2. Sejarah Singkat Berdirinya Pengelolaan Irigasi Desa Bd 10
Kecamatan Trimurjo
a. Sejarah Berdirinya P3A
Pada tahun 80an saluran irigasi masih biasa dan belum terbuat
dari semen dan sistem pengaliran air belum terkoordinasi dengan baik
dengan berjalannya waktu maka dibentuklah subuah organisasi untuk
mengatur masalah-masalah pengairan yang ada di desa dan petugas
membentuk hubungan kerja antara petugas dengan petani. Sejak tahun
69 Dokumen desa kelurahan trimurjo, kabupaten lampung tengah
itulah dibentuk organisasi yang mengatur pengelolaan air irigasi
pertanian yaitu Tirta Jaya
Nama tirta berasal dari kata tirta yang berarti air dan jaya yang
berarti berhasil atau sukses. Hal ini dimaksudkan agar nantinya P3A
tirta jaya ini dapat memberikan manfaat bagi para petani sehingga
menjadikan paetani di desa trimurjo bd 10 ini makmur sejahtera.
Sekitar tahun 2000 untuk mengatasi masalah pembiayaan
pembangunan irigasi maka mulailah dibentuk organisasi dengan tujuan
untuk mengatur penarikan iuran dari para pemakai air atau pemilik
sawah. Selain untuk penarikan iuran pembentukan panitia ini bertujuan
untuk mengatur atau menentukan giliran pembagian air saat debit air
berkurang.
Sekitar 7 sampai 8 tahun yang lalu penarikan iuran yang
dilakukan oleh petugas hanya sebesar 2,5 kg per hektar dan iuran
tersebut akan dibagi 2 yaitu untuk pengurus dan untuk pembangunan.
Karena semakin tinggi biaya pembangunan maka sekitar 4 tahun yang
lalu biara iuran dianikan sebesar 25 kg per hektar, iuran tersebut akan
dibagi menjadi 3 yaitu 5kg untuk pengurus P3A, 10 kg untuk
oprasional dan 10 kg untuk kas bangunan.70
70 Wawancara dengan Misro selaku Ketua P3A, pada tanggal 28 Desember 2017.
b. Struktur organisasi P3A
Ketua
MISRO
Sekertaris
PONIMAN
Pelaksanaan teknis/Ili-Ili
Ili-ili
Bpu 2 Ka
Paiman
Ili-ili
Bpu 2 Ki
Wasiran
Ili-Ili Bpu 3 Ka/Ki
Poniman
ANGGOTA PETANI PEMAKAI AIR
Ilil-ili
Bpu 1
Setio
Bendahara
SLAMET ARIS
Ili-ili
Kh 2 Ki
Karsun
45
Adapun perician tugas dari setiap bagian struktur yang ada
1. Ketua P3A
Ketua mempunyai tugas yaitu:
a. Memimpin pertemuan atau rapat
b. Membagi tugas kepada anggotanya
c. Membimbing anggota
d. Memelihara kerjasama dan mempertanggung jawabkan
mengurusi urusan-urusan yang berkaitan dengan internal
lembaga.
2. Sekertaris
Sekertaris mempunyai tugas yaitu:
a. Membuat catatan daftar anggota
b. menyusun laporan kegiatan
c. melakukan tugas yang diberikan ketua
3. Bendahara
Bendahara mempunyai tugas yaitu:
a. Mencatat kebutuhan sarana dan prasarana
b. menyusun laporan keuangan
c. mengadakan penarikan iuran
d. bertanggung jawab pada pemasukan dan pengeluaran kas
B. Analisis Pengelolaan Irigasi Oleh P3A dan Hak Kewajiban P3A
Pengelolaan irigasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas P3A untuk merawat jaringan irigasi. Air meupakan sumber daya alam
yang penting bagi kehidupan manusia pengelolaan sumber daya air menjadi
penting agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang sama baik
dalam memenuhi kebutuhan air pada sawah petani.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas P3A di
desa Trimurjo Bd 10 dan dengan petani sekitar adalah sebagai berikut:
Berdasarkan wawancara dengan bapak poniman selaku sekertaris P3A
pengelolaan irigasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena setiap
musim sawah petugas ili-ili selalu membersihkan saluran irigasi dengan cara
membersihkan kotoran yang ada disaluran seperti tanah yang berlumpur dan
rumput yang tumbuh disekitar setier tersebut.71
Menurut Bapak Poniman untuk mendapat perubahan maka upaya yang
dilakukan yaitu dengan memperbaiki saluran irigasi yang sudah mulai rusak.
perubahan dapat dilihat dari pembangunan irigasi yang sudah mulai dibangun
menggunakan semen agar dapat bertahan lebih lama. Perubahan yang terlihat
yaitu pada tahun 2017 telah dibangun jembatan permanen pada penyebrangan
setier.72
Iuran yang ditentukan oleh petugas yaitu 25kg per hektar yang
nantinya akan dibagi menjadi 3 posko, 5kg untuk pengurus P3A 10kg untuk
oprasional dan 10kg untuk kas bangunan dan tujuan dari iuran irigasi itu
71 Wawancara dengan Bapak Poniman , selaku sekertaris P3A, pada tanggal 13 januari
2018 72 ibid
sendiri untuk biaya oprasional dan pemeliharaan irigasi dan menjadi sumber
dana bagi kelompok.73
Menurut penuturan Bapak Poniman kewajiban yang berkaitan dengan
petani salah satunya yaitu melayani kebutuhan air dan menjaga kebersihan
dari saluran irigasi.74
Kendala yang sering dihadapi jika petani membutuhkan air sedangkan
jatah gilir air belum dibuka, petugas bingung untuk mencukupi ketersediaan
air karena saat air surut kebutuhan air untuk petani mendapatkan gilir buka
tutup selama 5 hari.75
Antara pihak petani dengan petugas P3A tidak ada perjanjian secara
tertulis maupun bentuk lainnya. Dan kedua belah pihak tidak melakukan akad
atau perjanian dalam melakukan sewa atas jasa yang telah dilakukan oleh
petugas P3A.76
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan bapak wasiran
selaku ketua blok BPU II kanan pengelolaan irigasi sudah dilakukan dengan
baik karena sebelum air mulai masuk dan musim tanam akan tiba petugas ili-
ili bergotong royong untuk membersihkan saluran irigasi dengan cara
memotong rumput atau menyeprotnya. Selain itu juga biasanya petugas
membersihkan batu-batu kecil yang dibuang ke saluran irigasi.77
73Wawancara dengan Bapak Poniman , selaku sekertaris P3A, pada tanggal 13 januari
2018 74ibid 75ibid 76 Wawancara dengan bapak poniman, wasiran, selaku petugas P3A, pada tanggal 26
januari 1018 77Wawancara dengan Bapak wasiran, selaku ketua blok bpu II, pada tanggal 13 januari
2018
Pendapat Bapak Wasiran serupa dengan pendapat Bapak Yudi beliau
mengatakan bahwa Pencapaian yang dilakukan dalam pengelolaan irigasi
supaya ada perubahan yaitu tidak hanya dilihat dari pebaikan
pembangunannya saja tetapi kinerja petugas juga harus lebih ditingkatkan
lagi.78
Iuran atau pembayaran janggol dilakukan setelah semua petani selesai
panen, iuran yang ditarik sebesar 25kg padi per bau atau bisa berupa uang dan
jumlah uang yang dibyar sesuai dengan harga padi saat itu dan hasil iuran itu
akan digunakan untuk uang kas, biaya oprasional dan akan dibagi kepada
anggota ili-ili yang telah bekerja membersihkan saluran irigasi.79
Kendala yang dihadapi petugas yaitu pada saat petani tidak
memperoleh hasil panen secara maksimal karena akan mempengaruhi proses
pengambilan iuran yang dilakukan oleh petugas, seperti yang terjadi pada 2
musim yang mengalami gagal panen secara total yang mengakibatkan petani
tidak bisa membayar iuran janggol dengan tepat waktu.80
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Yudi
selaku anggota ili-ili menurut beliau pengelolaan irigasi yang dilakukan
petugas sudah cukup baik karena petugas melakukan pemeliharaan irigasi
dengan baik dan selain pemeliharaan petugas juga sudah memberikan
78 Wawancara dengan bapak wasiran dan bapak yudi, selaku ketua blok bpu II kanan,
pada tanggal 13 janiuari 2018 79 ibid
80 ibid
pelayanan yang baik dengan cara memberikan air ke petak-petak sawah petani
secara merata dan sesuai dengan gilirannya.81
Selama menjadi anggota ili-ili tidak begitu banyak perubahan
pembagunan irigasi yang terlihat jelas saat ini yaitu perubahan pada
pembangunan jembatan secara permanen. Selain perubahan pada bangunan
terlihat juga pada besarnya iuran yang ditarik dari petani karena zaman dulu
iuran yang ditarik hanya sebesar 2,5kg padi dan itu harus dibagi 2 untuk
pengurus dan bangunan sedangkan sekarang iuran yang ditarik sebesar 25kg.82
Pelaksanaan iuran dilakukan pada saat panen telah tiba dengan besaran
biaya yang telah ditentukan, dilakukan iuran ini bertujuan untuk megisi uang
kas dan biaya oprasional, biaya tersebut akan digunakan utuk perbaikan-
perbaikan irigasi dan untuk pemeliharaan kebersihan irigasi. Iuran dilakukan
pada saat musim tanam padi saja karena petugas hanya mengalirkan air ketika
musim tanam padi.83
Kendala yang sering dihadapi oleh petugas yaitu menghadapi petani
yang sering berbuat curang untuk mengaliri sawahnya meski belum
mendapatkan gilir air. Dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi tidak
hanya pada pemeliharaan irigasi saja melainkan pada tingkah petani yang suka
berbuat curang untuk mendapatkan air.84
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas P3A maka dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh petugas sudah
81 Wawancara dengan bapak yudi, selaku anggota ili-ili, pada tanggal 14 januari 2018 82 ibid 83 ibid 84 ibid
baik. Karena berdasarkan peraturan pemerintah No.42 tahun 2008 tentang
pengelolaan sumber daya air, pasal 1 ayat menyebutkan bahwa pengelolaan
sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air.85maka
berdasarkan peraturan pemerintah tersebut petugas sudah melakukan tugas
nya dengan baik dan dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa petugas sudah
merencanakan sebuah perubahan yang baik untuk pembangunan irigasi dan
petugas juga selalu memantau ketersediaan air yang ada.
Selain melakukan wawancara kepada petugas P3A peneliti juga
melakukan wawancara kepada petani sekitar adapun hasil wawancara tersebut
adalah:
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Goswan selaku petani
beliau mengatakan karena sawahnya dekat dengan saluran irigasi jadi
kebutuhan air yang diperoleh sudah terpenuhi dengan cukup walaupun
mendapatkan jatah gilir air selama 5 hari dan debit air yang mengalir cukup
lancar.86
Pembangunan irigasi yang ada sudah tersedia dengan baik dan sudah
ada perubahan, dulu saluran irigasi hanya terbuat dari tanggul biasa dan belum
permanen sedangkan sekarang sudah hampir semua tanggul mulai dibangun
dengan permanen menggunakan semen.87
Kinerja yang dilakukan oleh petugas sudah bagus karena petugas
selalu membersihkan saluran irigasi sebelum musim tanam tiba dan sebelum
85 M.yanuar j. Purwanto, agus susanto, h.1.7-1. 86 Wawancara dengan Bapak Goswan, selaku petani, pada tanggal 14 januari 2018 87 ibid
air datang saluran irigasi sudah dibersihkan oleh petugas dan dan selama masa
tanam petugas juga selalu memeriksa kebersihan saluran irigasi.88
Menurut Bapak Goswan karena sawahnya berdekatan dengan saluran
irigasi dan bendungan jadi pembagian air yang diberikan oleh petugas untuk
sudah diberikan dengan adil dan merata. Saat kebutuhan air yang tersedia
kurang petani hanya bisa sabar karena harus menunggu giliran dengan blok
lain dan giliran dilakukan selama 3-5 hari.89
Saat musim sawah petani tidak perlu melukan izin untuk mengalirkan
airnya ke petak-petak sawah nya karena pada saat musim sawah ketersedian
air yang ada sudah cukup, berbeda dengan musim palawija petani harus
meminta izi kepada petugas untuk membuka pintu air agar dapat dialirkan
kesawah petani dan pada saat tidak ada jatah gilir air maka petani juga harus
meminta izin terlebih dahulu untuk membuka pintu air.90
Petani diberikan kebebasan untuk memberikan pendapat dan
menyatakan keberatan atas rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh
petugas dan hal itu dilakukan dengan musyawarah antara petani dengan
petugas dan keputusan yang diambil sesuai dengan suara terbanyak dari
pendapat petani.91
Menurut Bapak Gowan setiap petani berhak mengalirkan air kepetak
sawahnya melalui sawah petani yang lain, terkadang ada beberapa petani yang
88 ibid 89 ibid 90 ibid 91 ibid
langsung membuka bendungan air tanpa melihat apakah sawah tersebut
sedang di pupuk atau tidak.92
Menurut beliau dengan adanya iuran yang dilaukan oleh petugas petani
tidak merasa keberatan karena uang iuran tersebut akan digunakan untuk biaya
operasinal, dan penarikan iuran dilakukan setelah panen padi jadi petani tidak
merasa kebertan dengan adanya iuran tersebut.93
Menurut Bapak Goswan sebagai petani beliau sudah mendapatkan hak
nya dalam memanfaatkan sumber daya air yang tersedia, karena sawahnya
dekat dengan bendungan air maka beliau tidak merasa kekuragan air dan
kebersihan saluran juga selalu bersih.94
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Samijo
beliau mengatakan bahwa petani sudah mendapatkan hak untuk memperoleh
air yang cukup dan patani juga bebas untuk menggunakan air sebagai
kebutuhan tanam padi.95
Pembangunan irigasi sudah tersedia dengan baik hampir semua saluran
terbuat dari semen hanya beberapa blok saja yang masih berbentuk tanah dan
belum permanen. Untuk saluran irigasi yang masih terbuat dari tanah
kebersihan yang ada masih kurang terjaga dan ada beberapa jembatan yang
masih terbuat dari bambu atau kayu.96
Pengelolaan yang dilakukan petugas kurang baik karena ada beberapa
petugas yang malas untuk melaksanakan tugasnya. Menurut Bapak Samijo
92 ibid 93 ibid 94 ibid 95 Wawancara dengan Bapak Samijo , selaku petani, pada tanggal 13 januari 2018 96 ibid
petugas hanya membersihkan saluran irigasi ketika akan memulai tanam saja
berbeda dengan petugas yang berada di blok lain, pembersihan dilakukan
sebanyak 3 kali selama proses tanam padi.97
Pembagian air yang dilakukan oleh petugas sudah rata dan adil tetapi
ada bebrapa petani yang tidak sabar untuk mendapatkan air ketika ada gilir air
datang petani yang tidak sabar terkadang langsung menyerobotnya dengan
cara menutup bendungan sawah petani lain.98
Pendapat Bapak Samijo serupa dengan pendapat Bapak Salimin beliau
mengatakan bahwa untuk mengalirkan air ke sawah petani tidak perlu
meminta izin terlebih dahulu karena petugas sudah membuka pintu air untuk
dialirkan kesawah petani, berbeda ketika musim palawija petani harus
meminta izin terlebih dahulu kepada petugas karena saat palawija petani tidak
mendapatkan jatah untuk mengaliri sawah mereka, jika tidak meminta izin
sama saja petani tersebut mencuri air dari petugas.99
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Samijo beliau
mengatakan bahwa ketika akan diadakan pembangunan irigasi maka petani
diberikan hak untuk menyatakan pendapatnya, hal ini biasanya dilakukan
dengan musyawarah bersama dan keputusannya akan diambil dengan suara
terbanyak.100
Petani tidak merasa keberatan dengan adanya iuran yang dilakukan
oleh petugas kerena tujuan dari ipair itu sendiri untuk biaya operasioanal dan
97 ibid 98 ibid 99 ibid 100 ibid
perbaikan jaringan irigasi selain untuk perbaikan, ipair juga digunakan untuk
biaya tenaga kerja. Dengan 25kg per bau petani tidak keberatan dibandingkan
dengan kinerja yang dilakukan oleh petugas.101
Hak dalam memanfaat air petani sudah merasa terpenuhi karena petani
bisa menggunakan air dengan bebas berbeda ketika air sedang surut maka
petani harus bersabar dan harus bergantian dengan blok yang lain untuk
mendapatkan jatah gilir air.102
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Salimin
menurut beliau petani sudah mendapatkan air yang cukup tetepi tidak semua
petani mendapatkan air dengan cukup. Untuk petani yang jauh dari aliran
irigasi mereka kesulitan untuk mendapatkan air terlbih mereka yang
mempunyai sawah diujung-ujung petani harus bersabar untuk mendapatkan
jatah gilir air.103
Untuk pembanguna irigasi sudah mulai membaik terutama untuk
pembangunan yang dekat dengan pemukiman warga hampir semua irigasi
sudah terbuat dari semen, hanya beberapa blok saja yang masih tebuat dari
tanggul biasa. Selain itu juga pembangunan jembatan sudah terbuat dari
jembatan permanen, jadi untuk pemabangunan yang dilakukan oleh petugas
sudah mengalami perubahan yang baik.104
Pengelolaan yang dilakukan oleh petugas sudah baik tetapi harus
ditingkatkan lagi, karena untuk kebersihan irigasi yang berada diujung
101 ibid 102 ibid 103 Wawancara dengan bapak Salimin,selaku petani, pada tanggal 12 jannuari 2018 104 ibid
terkadang masih terdapat beberapa tumpukan sampah yang dapat menyumbat
saluran irigasi.105
Pembagian air yang dilakukan oleh petugas sudah rata dan adil tetapi
karena kebutuhan petani banyak terkadang ada beberapa petani yang tidak
sabar untuk mendapatkan jatah gilir air. Dan petani yang tidak rajin untuk
mengairi sawah mereka maka akan terjadi kekeringan pada tanamannya.106
Menurut Bapak Salimin setiap petani diberikan kebebasan untuk
menyatakan pendapat dan keberatan atas keputusan yang dibuat oleh petugas
seperti pembangunan jalan ditengah sawah sebelum dilaksanakan
pembangunan petugas melakukan musyawarah dengan petani terlebih dahulu
dan hasil musyawarah akan diputuskan berdasarkan suara terbanyak.107
Selama petani mendapatkan hasil panen yang bagus petani tidak
merasa keberatan dengan adanya iuran yang dilakukan oleh petugas karena
tujuan iuran tersebut akan digunakan untuk perbaikan irigasi dan akan
digunakan sebagai kas yang nantinya akan digunakan sebagai biaya
operasional. Berbeda ketika petani mengalami gagal panen maka petani akan
keberatan dengan iuran tersebut karena petani harus membagi hasil panen
untuk biaya yang telah dikeluarkan oleh petani.108
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petani yang ada
didesa Bd 10 maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan yang dilukan oleh
petugas P3A sudah baik terkadang masih ada beberapa petugas yang belum
105 ibid 106ibid 107 ibid 108ibid
bekerja debgan baik dan masih ada beberapa blok yang perlu perawatan lagi.
Dan sebagai petani hak yang mereka dapatkan juga sudah terpenuhi meskipun
tidak semua haknya terpenuhi tetapi sebagian petani sudah merasa puas
dengan kinerja yang dilakukan oleh petugas. Dan petani juga tidak keberatan
dengan adanya iuran yang dilakukan oleh petugas karena tujuan iuran tersebut
baik yaitu untuk perbaikan irigasi dan sebagai biaya oprasional.
C. Tinjauan etika bisnis islam terhadap pengelolaan irigasi
Dari kelima prinsip etika bisinis yang terdiri dari keesaan (tauhid,
keadilan, kehendak bebas,tanggung jawab, dan kebenaran, kebajikan dan
kejujuran maka dalam pengelolaan rigasi yang dilakukan P3A dapat dilihat
dari ke empat prinsip tersebut yaiu keesaan, keadilan, tanggung jawab, dan
kebenaran, kebajikan dan kejujuran.
1. Keesaan (tauhid)
Berdasarkan prinsip tauhid menjadi dasar seseorang dalam
menjamin kelangsungan hidup, kecukupan,dan kehormatan manusia untuk
menjadi mahluk yang dimuliakan. Dalam praktiknya peugas P3A dalam
menjalankan tugasnya belum sesauai dengan tauhid, karena dalam
perjanjian antara petugas dengan tidak ada akad yang dilaksanakan dan
sesuai dengan pp No. 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air
P3A masih lalai dalam menjalankan tugas karena masih ada beberapa
saluran irigasi yang kotor dan rusak.
2. Keadilan
Berdasarkan prinsip keadilan maka antara petugas dengan petani
harus saling menghargai dengan memperlakukan petani sesuai dengan
haknya yaitu dengan cara memenuhi semua kebutuhan yang petani
butuhkan tetapi dalam praktiknya masih ada beberapa petani yang masih
merasa kekurangan air, terlebih petani yang jauh dari saluran irigasi
mereka harus menunggu giliran untuk mendapatkan air.
3. Kehendak bebas
Kebebasan merupakan bagian penting dalam suatu organisasi.
Dalam P3A petugas memberikan kebebasan kepada petani seperti halnya
petani diberikan kebebasan dalam menyatakan pendapat. Dalam
praktiknya petani sudah diberikan kebebasan dalam memberikan hak suara
untuk menyatakan setuju atau tidak setuju dalam rencana perbaikan irigasi
dan petani uga diberikan kebebasan untuk mengalirkan air kesawah selama
tidak melanggar peraturan yang dibuat oleh petugas.
4. Tanggung jawab
Prinsip tanggung jawab merupakan dasar bagi setiap orang untuk
melakukan suatu aktivitas. Dimana sesorang diberikan tanggung jawab
untuk menjalankan suatu aktivitas seperti petugas diberi tanggung jawab
penuh untuk mengelola irigasi dengan baik tetapi dalam praktiknya masih
ada beberapa petugas yang lalai dalam mengerjakan tugasnya. Karena di
beberapa blok irigasi masih terdapat kotoran seperti sampah dan lumpur
hal itu dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran irigasi.
5. Kebenaran, kebajikan dan kejujuran
Berdasarkan prinsip kebenaran dan kejujuran merupakan modal
utama bagi setiap orang dalam melakukan suatu kegiatan. Prinsip
kejujuran ini sudah diterapkan oleh P3A, dapat dilihat dari proses
pengambilan iuran janggol petugas menjelaskan berapa besarnya iuran
yang harus dibayar dan petugas juga menjelaskan pembagian persentase
dari iuran tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kelima
prinsip etika bisinis yang ada belum semuanya terpenuhi karena dari
penjelasan diatas prinsip tauhid,keadilan, dan tanggung jawab belum
sesuai dengan peinsip etika bisnis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh petugas P3A
sudah dilakukan dengan baik meskipun belum semua terlaksana. Karena
masih ada beberapa petugas yang masih lalai dalam menjalankan tugasnya,
masih ada beberapa saluran irigasi yang kurang perawatan, kebersihannya
masih kurang terjaga yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran irigasi.
Berdasarkan teori ijaroh maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
irigasi yang dilakukan oleh petugas P3A ini belum megacu pada rukun dan
syarat ijaroh karena antara petugas dengan petani tidak melakukan akad atas
sewa jasa yang telah diberikan oleh petugas.
Jika ditinajau dari etika bisnis Islam pengelolaan irigasi belum
mengacu pada prinsip tauhid, keadilan, dan prinsip tanggung jawab. karena
ada beberapa petugas yang tidak memenuhi tanggung jawabnya dalam
menjalankan tugasnya misalnya dalam membersihkan saluran irigasi. Dan
prinsip keadilan belum diterapkan sepenuhnya oleh petugas karena menurut
petani ada beberapa blok masih m,erasa kekurangan air.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan maka peneliti memberikan
saran terhadap pengurus perlu adanya peningkatan dalam pengelolaan irigasi
seperti pemberihan tersier pada bagian yang belum terbuat secara permanen,
sehingga petani nyaman dengan kondisi tersier yang ada dan prinsip-prinsip
etika bisnis islam harus lebih diterpkan dengan baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
A.G. Kartaspoerta. Mul Muljani Sutedjo. Teknologi Pengairan Pertanian
(Irigasi). Jakarta: Bumi aksara, 1994
Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002
Departemen Agama RI. Al-qur’an dan Terjemah. Diponegoro. CV Penerbit, 2006
Efendi Pasandaran, Donald C. Taylor. Irigasi Perencanaan Dan Pengelolaan.
Jakarta: PT Gramedi, 1984
Endang Pipin Tachyan. Dasar-Dasar Dan Praktek Irigasi. Jakarta: Erlangga,
1984
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali, 2013
HR.Mulyanto. Pengembangan Sumber Daya Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu,
2007
Ibrahim Lubis. Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2. Jakatya: Kalam Mulia. 1995
Imam Mustofa. Fiqh Muamalah kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Jonatan Sarwono. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 1
Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
1996
M. Yanuar J. Purwanto. Pengelolaan Sumber Daya Air. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015
Moh. Nazir. Metode Penelitian edisi 7. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009
Mudrajad Kuncoro. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga,
2003
Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjakusuma. Menggagas
Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani Press, 2002
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 8,
Surabaya. PT Bina Ilmu Offset, 2004
Muhammad. Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008
Musein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Press, 2000
PP No. 77 tahun 2001 tentang Irigasi pada Pasal 1 angka (15)
PP Nomor 42 Tahun 2008 tentang sumber Daya Air, pada Pasal 75 ayat (4)
Rachmat Syafe’i. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001
Rafik Issa Beekun. Etika Bisnis Islam. diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul
asli Islamic Business Ethics. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004
Rony Kountor. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Akasara, 2005
Soenartono Adisoemarto. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Gelora Aksara Pratama,
1994
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
Sumandi Suryabrata. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM, 1984
Syafi’i Antonio. Bank Syariah. Jakarta: Gemma Insani Perss, 2001
Undang-Undang No 7 Pasal 82 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Veithzal Rivai. Islamic Business and Economic Ethnics. Jakarta: PT Aksara, 2012
W Gulo. Metode Penelitian. Jakarta: Widia Sarana Indonesia, 2002
Yatimin Abdullah. Studi Ahlak dalam persepektif Al-qur’an. Jakarta: Amzah,
2007
Delvira Novianti, Hak Dan Kewajiban Petani, https://brainly.co.id/tugas/1287846
http://jdihukumsragenkab.go.id/adm/file/28THO3%PEDOMAN%20P3A.HTM
https://id.wikipedia.org/wiki/Petani
ALAT PENGUMPUL DATA (APD)
PENGELOLAAN IRIGASI OLEH P3A DALAM PERSPEKTIF
ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Kasus Desa Trimurjo Bd 10 Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah)
A. Wawancara
1. Wawancara dengan petugas P3A
a. Apakah pengelolaan irigasi sudah dilakukan dengan baik dan
terselenggara dengan baik juga?
b. Siapa saja yang dilibatkan dalam proses penyusunan rencana induk?
c. Bagaimana penetapan kebijakan oprasional pengelolaan irigasi yang
ada di Desa BD 10?
d. pengambilan keputusan dan pelaksanaan pembangunan irigasi?
e. Bagaimana proses pengambilan biaya pengelolaan irigasi yang ada di
Desa BD 10?
f. Kebijakan apa yang dilakukan agar menjacapai perubahan yang baik?
g. Apa saja hak dan kewajiban P3A yang berkaitan dengan petani?
h. Apakah ada kendala dalam melaksanakan hak dan kewajiban P3A?
2. Wawancara dengan petani
a. Apakah petani sudah mendapatkan hak untuk memperoleh dan
memakai air untuk keperluan sawah?
b. Apakah pembangunan irigasi yang ada sudah tersedia dengan baik?
c. Apakah petani sudah merasa puas dengan pengelolaan yang
dilakukan oleh petugas?
d. Apakah pemabagian air yang dilakukan oleh petugas sudah dilakukan
dengan adil dan merata?
e. Apakah ada izin khusus jika ingin menggunakan air irigasi untuk
keperluan pertanian?
f. Apakah petani mendapatkan hak menyatakan keberatan atas rencana
pengelolaan irigasi?
g. Bagaimana pendapat anda tentang petani yang berlaku curang
terhadap petani lainnya?
h. Apakah anda keberatan dengan adanya iuran yang ditetapkan oleh
P3A dan sudah sesuaikah dengan pengelolaan yang dilakukan oleh
petugas?
i. Apakah hak sebagai petani dalam memanfaatkan sumber daya air
sudah terpenuhi dengan baik?
B. Dokumentasi
1. Data-data yang berkaitan dengan pengelolaan irigasi
2. Tentang struktur kepengurusan P3A
3. Buku- buku referensi yang berkaitan dengan penelitian
Metro, 2017
Melisa Pandolawati
NPM. 13103484
Pembimbing I
HUSNUL FATARIB, Ph.D NIP. 19721001 1999031 003
Pembimbing II
SAINUL, SH.,MH NIP. 19740302 199903 001
RIWAYAT HIDUP
Peneliti Bernama lengkap Melisa pandolawati,
lahir di trimurjo pada tanggal 06 mei 1994 merupakan
putri kelima dari lima bersaudara Bapak Suharsono dan
Ibu Doriyem .
Peneliti menyelesaikan Sekolah dasar di SDN 4 Trimurjo Bd 10
kecamatan trimurjo lampung tengah dari tahun 2000-2006, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama SMPN 2 Trimurjo Liman Benawi
Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah dari tahun 2006-2009, dan kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas SMAN 1 Trimurjo dari tahun 2009-
2012, dan kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Metro Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi
Syariah dimulai pada Semester I TA. 2013/2014 hingga saat ini.