Download - skenario blok jiwa

Transcript
Page 1: skenario blok jiwa

KATA PENGANTAR

Kelompok 8 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing

tutorial skenario A blok 20, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik.

Tidak lupa kelompok 8 mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah

memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah nya sehingga

kelompok 8 dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 20.

Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya, sehingga perjalanan blok per blok yang

seharusnya sulit dapat dilewati dengan mudah.

Kelompok 8 menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh

karena itu kelompok 8 mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat

memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 30 Oktober 2013

Penyusun,

Kelompok 8

1

Page 2: skenario blok jiwa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 3

BAB II Pembahasan

2.1. Data Tutorial......................................................................................... 4

2.2. Skenario Kasus...................................................................................... 5

2.3. Paparan

I.Klarifikasi Istilah................................................................................ 6

II.Identifikasi masalah ......................................................................... 7

III.Analisis Masalah.............................................................................. 8

IV.Learning Issues................................................................................ 33

V.Kerangka Konsep............................................................................ 42

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan........................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 44

2

Page 3: skenario blok jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Jiwa dan Fungsi Luhur merupakan blok 20 pada semester 5 dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk

menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan

kasus yang diberikan mengenai Autisme Spectrum Disorder

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

3

Page 4: skenario blok jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Rasrinam Rasyad, SpS(K)

Moderator : Ali Zainal Abidin

Sekretaris Papan : Gunna Sundary Thirumalai

Sekretaris Meja : Charisma Tiara Ramadhani

Hari, Tanggal : Senin, 28 Oktober 2013

Rabu, 2 Oktober 2013

Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

4

Page 5: skenario blok jiwa

2.2 SKENARIO A BLOK 20

Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum

bisa bicara dan tidak bisa diam. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia

25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa

kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, tidak ada

riwayat kejang. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang

dikeluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti. Dia juga tidak bisa bermain

dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata. Di samping itu Pradipta selalu

bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-

ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris

bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan

pendamping.

Pemeriksaan Fisik:

Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran

dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada

pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak-ngepakkan

lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah

menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat

ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan

hanya bagian rodanya saja.

Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat

keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.

5

Page 6: skenario blok jiwa

2.3 Paparan

I. Klarifikasi Istilah

1. Belum bisa bicara : Keterlambatan dalam mengucapkan kata-kata

2. Tidak bisa diam : Bergerak aktif tanpa dikoordinasi

3. Lahir spontan : Proses lahir bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan URI, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir

4. Kejang : Kontraksi involunter atau serangkaian kontraksi dari otot-otot volunter.

5. Bahasa planet : Kata-kata yang tidak mempunyai makna atau arti yang hanya bisa dimengerti oleh si pengucap kata-kata.

6. Histeris : Meluap- luap , dramatis

7. Dismorfik : Kelainan bentuk muka. Gambaran penderita Sindroma Down

8. Tes Denver : Uji untuk identifikasi keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak-anak prasekolah

6

Page 7: skenario blok jiwa

II. Identifikasi Masalah

1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum

bisa bicara dan tidak bisa diam.

2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan

pada kehamilan 40 minggu.

3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan

hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.

4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.

5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan

sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang.

Tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila

memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping.

6. Pemeriksaan Fisik:

Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada

gambaran dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan

tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu

mengepak-ngepakkan lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat

secangkir teh). Tidak pernah menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat

benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-

mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja.

Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat

keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.

7

Page 8: skenario blok jiwa

III. Analisis Masalah

1. Pradipta, laki-laki, usia 3 tahun, dibawa ke klinik tumbuh kembang karena belum bisa

bicara dan tidak bisa diam.

a) Apa hubungan jenis kelamin, usia dengan keluhan ?

Jenis kelamin : gangguan autistic 4-5 kali lebih sering pada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan autistic lebih

besar kemungkinannya memilik retardasi mental

Usia: berdasarkan onset usia 25% kasus pada usia 1 tahun ,50% pada usia 2 tahun,

25% setelah 2 tahun

b) Bagaimana etiologi dan mekanisme belum bisa bicara ?

Etiologi:

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan

mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ

pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara :

a. Gangguan Pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan

disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan

bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi,

trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang

berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena

kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat

hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan

pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian

obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

b. Kelainan Organ Bicara

8

Page 9: skenario blok jiwa

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang

bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,

adenoid atau kelainan laring.

c. Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak

lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan

bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai

keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.

d. Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga

terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Sebagai contoh, menurut

Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara

sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah.

Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami

kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom

47 XXX.

e. Kelainan Sentral (Otak)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan

kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih

rendah.

f. Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan

adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,

komunikasi dan interaksi sosial.

g. Mutism Selektif

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau

bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau

9

Page 10: skenario blok jiwa

kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih

tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai

neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan

gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

h. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,

gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya

diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

i. Alergi Makanan

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga

mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara

pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan

pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya

keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak

sangat pesat perkembangan bicaranya.

j. Deprivasi Lingkungan

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari

lingkungannya.

Mekanisme:

Gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, seperti terlambat bicara,

mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti,

echolalia, dst.

Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan

yang dikenal sebagai lobus frontalis (lobus frontalis mempunyai fungsi sebagai

aktivitas motorik, intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian, dan

aspek produksi bahasa). Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya

ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan

10

Page 11: skenario blok jiwa

dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan

otak besar yang berperan dalam proses memori).

c) Bagaimana etiologi dan mekanisme tidak bisa diam ?

Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih

dan kekurangan seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan

pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton.

dr . Chatijah Satrio Wibowo SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran UnPad, menyatakan bahwa bahan kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sehingga anak autis cendrung agresivitas, hiperaktivitas, dan memiliki perilaku menyakiti diri sendiri. Selain itu terjadi peningkatan dopamin dalam otak dan gangguan pada lobus frontalis dan gangglia basalis yang berperan dalam representasi dalam Action plans, motoric plans, dan working memory sehingga terjadi gangguan pengaturan motorik

d) Bagaimana perkembangan anak usia 3 tahun yang normal dan apa maknanya dia belum bisa bicara dan tidak bisa diam ?Pada anak usia 3 tahun normal menunjukkan sudah dapat berbicara bebas pada diri

sendiri, orang lain, bahkan dengan mainannya, mampu berbicara lancar, dan bermain

dengan kelompok. Anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk waktu yang

lama dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film.

Pada umur 1,5 – 3 tahun, tingkah laku anak :

- Anak mempunyai kebutuhan social

- Belajar atau mengenal bahaya

- Mengetahui peraturan dan disiplin

- Belajar mematuhi peraturan sosial dan mengetahui kebersihan

- Anak belajar adanya hadiah / hukuman (Reward and Punishment).

11

Page 12: skenario blok jiwa

2. Pradipta anak pertama dan anak tunggal dari ibu berusia 25 tahun. Lahir spontan pada

kehamilan 40 minggu.

a) Bagaimana peran faktor genetic dalam kasus ini ?

12

Page 13: skenario blok jiwa

Anak dengan autistic 2-4% sanak saudaranya terkena gangguan autistic.

80 % pada kembar monozigot, dan 20% untuk kembar dizigot.Sindrom X rapuh tampaknya berhubungan dengan gangguan autistic, tetapi jumlah orang dengan kedua gangguan autistic dan Sindrom X adalah tidak jelas

3. Saat ini Pradipta tidak pernah mau menoleh bila dipanggil, suara yang dikeluarkan

hanyalah bahasa planet yang tidak dimengerti.

a) Mengapa dia tidak pernah mau menoleh bila dipanggil sedangkan tes pendengarannya normal ?

Adanya kurang respon terhadap stimuli sensorik contoh terhadap suara→

Mengabaikan ucapan yang diarahkan kepadanya→ Tidak menoleh ketika dipanggil

namanya.

Anak autistik dapat mengabaikan bunyi normal atau keras dan berespon pada bunyi

yang lembut atau rendah.

Pada anak autis terdapat keabnormalan di area lobus temporal (Area Wernick) -->

tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain --> tidak menoleh bila dipanggil.

b) Apa makna dari Pradipta mengeluarkan bahasa planet yang tidak dimengerti ?

30 s.d. 40% indivicu dengan autis tidak pernah menggunakan bahasa untuk

komunikasi mereka. Keterlambatan dalam bahasa merupakan salah satu chief

komplain orang tua tersering.

Ketika orang dengan autis berbicara, mereka mungkin melakukan ekolali dan ciri

dari bahasanya adalah aspek sosial dari bahasa lambat berkembang.

4. Dia juga tidak bisa bermain dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata.

Apa makna dari tidak bisa bermain bersama dengan teman sebaya dan selalu menolak kontak mata ?

13

Page 14: skenario blok jiwa

Interaksi sosial anak autistik dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

a. Kelompok yang menyendiri, umumnya anak ini menerik diri, acuh tak acuh, akan

kesal bila diadakan pendekatan sosial dan menunjukkan perilaku dan perhatian yang

terbatas atau tidak hangat.

b. Kelompok pasif, dpat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain

jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.

c. Kelompok aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain namun interaksi

ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. Walaupun mereka berminat

untuk mengadakan hubungan karena ketidakmampuan mereka untuk memhami

aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran sosial yang kurang

menyebabkan mereka baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Hal ini

menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada orang lain.

Hal ini menunjukkan adanya gangguan interaksi sosial penderita dalam

beraktivitas bersama-sama dengan orang lain yang ditandai dengan tidak aktifnya

daerah otak yang memproses ekspresi wajah (daerah lobus temporalis) & emosi

(amygdala) selama melakukan tugas tersebut. Kerusakan lobus temporalis

menyebabkan anak kehilangan perilaku sosial yang diharapkan, kegelisahan, perilaku

motorik berulang dan kumpulan perilaku terbatas.

Beberapa penyebab lain:

Peningkatan homo vanilic acid (metabolit utama dari dopamine) dalam cairan

serebrospinal disertai dengan peningkatan penarikan diri dan stereotipik.

Temuan lain, penurunan sel purkinje di serebelum mungkin menyebabkan kelainan

atensi, kesadaran dan proses sensorik

Ditemukan kelainan pada lobus temporalis penarikan diri.

Adanya gangguan komunikasi pada penderita autistic

Faktor neurokimiawi adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan

endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan dirinya

sendiri.

Teori Emphatizing – Systemizing teori ini menyimpulkan bahwa pada anak

autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk

membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem ini 14

Page 15: skenario blok jiwa

menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya

(Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri daripada

bergaul dengan orang lain.

5. Di samping itu Pradipta selalu bergerak, berlari ke sana kemari tanpa tujuan, dan sering

melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang. Tidak suka

dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu

dia akan mengambil tangan pendamping.

a) Apa makna klinis pradipta selalu bergerak, berlari kesana kemari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau terbang ?

Selalu bergerak ke sana kemari tanpa tujuan

Jawab:

Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik, mengatur pergerakan

otot secara terkoordinasi dan seimbang. Kerusakan pada daerah serebelum gerakan

menjadi tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan Anak autism selalu bergerak

kesana kemari tanpa tujuan.

Adanya peningkatan neurotransmitter serotonin anak menjadi lebih aktif

(hiperaktivitas)

sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lenganya seperti mau

terbang !

Sering melakukan gerakan mengepak-ngepakan lengannya seperti mau terbang ini merupakan stereotipic atau gerakan berulang yang terjadi akibat adanya abnormalitas cerebelum (kegagalan perkembangan sel otak untuk menyatu dengan benar dan tidak membentuk jaringan koneksi seperti dalam perkembangan otak normal atau putusnya sinaps).

b) Apa makna klinis tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras ?

Makna klinis nya menunjukkan bahwa anak dengan gangguan autistic memiliki

gangguan dalam persepsi sensoris (anak-anak autistik mungkin responsif secara

15

Page 16: skenario blok jiwa

berlebihan atau kurang responsif terhadap stimuli sensorik, contoh suara dan nyeri)

dalam kasus ini,penderita menjadi histeris bila mendengar suara keras. Pada anak

dengan gangguan autistik juga menunjukkan gangguan interaksi sosial sehingga

anak tidak suka dipeluk

c) Apa makna klinis dari bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pendamping ?

Makna klinis: kemungkinan mengalami keterlambatan dalam pekembangan

komunikasi verbal, karena adanya gangguan pada area broca dan wernick yang

merupakan fungsi untuk kemampuan berbahasa, sehingga ia akan menarik tangan

ibunya sebagai caranya untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini merupakan

bentuk komunikasi non verbal yang mana pada autism lebih dominan daripada

komunikasi verbal

6. Pemeriksaan Fisik:

Berat badan 16 kg, panjang badan 95 cm, lingkar kepala 54 cm. Tidak ada gambaran

dismorfik. Anak sadar, tidak ada kontak mata, tidak mau melihat dan tersenyum kepada

pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Selalu mengepak=ngepakkan

lengannya. Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh). Tidak pernah

menunjuk sesuatu, tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat

ke tangan pemeriksa. Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan

hanya bagian rodanya saja.

Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran normal. Tes Denver terdapat

keterlambatan di sektor bahasa dan perilaku.

a) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari masing-masing pemeriksaan fisik ?

KASUS NILAI NORMAL INTERPRETASI

berat badan 16 Kg 11.3-18.3 kg normal

16

Page 17: skenario blok jiwa

bb :2n + 8 = (3x2)+8 = 14 kg

Panjang badan 95 cm

tb : umurx6 + 77 = (3x6)+77 = 95cm

95-101.5 cm normal pendek

Lingkar kepala 54 cm 48 cm (berdasarkan kurva nellhaus)

Terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan fungsi abnormal pada usia pra natal sampai usia 2 atau 3 tahun. Yaitu adanya Pembesaran volume otak tidak merata yang terdapat hanya pada bagian tertentu (pada substansi putih otak besar dan otak kecil serta substansi kelabu otak besar).Namun mulai usia 6 tahun sampai remaja, terjadi perlambatan pertumbuhan otak sehingga volume otak pada remaja dan dewasa yang autis lebih kecil dibanding otak normal.

17

Page 18: skenario blok jiwa

b) Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan tes Denver ?

Delay / keterlambatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji

coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.

c) Bagaimana cara melakukan tes Denver ?

18

Page 19: skenario blok jiwa

I. Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).  

II.   Fungsi DDSTDDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.

III.   Aspek-aspek Perkembangan yang DinilaiDalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :A. Personal Social (Perilaku Sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, seperti:1. Menatap muka2. Membalas senyum pemeriksa3. Tersenyum spontan4. Mengamati tangannya5. Berusaha menggapai mainan6. Makan sendiri7. Tepuk tangan8. Menyatakan keinginan9. Daag-daag dengan tangan10. Main bola dengan pemeriksa11. Menirukan kegiatan12. Minum dengan cangkir13. Membantu di rumah14. Menggunakan sendok dan garpu15. Membuka pakaian16. Menyuapi boneka17. Memakai baju18. Gosok gigi dengan bantuan19. Cuci dan mengeringkan tangan20. Menyebut nama teman21. Memakai T-shirt22. Berpakaian tanpa bantuan23. Bermain ular tangga / kartu24. Gosok gigi tanpa bantuan25. Mengambil makan

B. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan dalam:1. Mengikuti ke garis tengah

19

Page 20: skenario blok jiwa

2. Mengikuti lewat garis tengah3. Memegang icik-icik4. Mengikuti 1800

5. Mengamati manik-manik6. Tangan bersentuhan7. Meraih8. Mencari benang9. Menggaruk manik-manik10. Memindahkan kubus11. Mengambil dua buah kubus12. Memegang dengan ibu jari dan jari13. Membenturkan 2 kubus14. Menaruh kubus di cangkir15. Mencoret-coret16. Ambil manik-manik ditunjukkan17. Menara dari 2 kubus18. Menara dari 4 kubus19. Menara dari 6 kubus20. Meniru garis vertikal21. Menara dari kubus22. Menggoyangkan dari ibu jari23. Mencontoh O24. Menggambar dengan 3 bagian25. Mencontoh (titik)26. Memilih garis yang lebih panjang27. Mencontoh ð  yang ditunjukkan28. Menggambar orang 6 bagian29. Mencontoh ð 

C. Language (Bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan yang meliputi :1. Bereaksi2. Bersuara3. Oooo ? Aaaah4. Tertawa5. Berteriak6. Menoleh ke bunyi icik-icik7. Menoleh ke arah suara8. Satu silabel9. Meniru bunyi kata-kata10. Papa/mama tidak spesifik11. Kombinasi silabel12. Mengoceh13. Papa/mama spesifik14. 1 kata

20

Page 21: skenario blok jiwa

15. 2 kata16. 3 kata17. 6 kata18. Menunjuk 2 gambar19. Kombinasi kata20.  menyebut 1 gambar21. Menyebut bagian badan22. Menunjuk 4 gambar23. Bicara dengan dimengerti24. Menyebut 4 gambar25. Mengetahui 2 kegiatan26. Mengerti 2 kata sifat27. Menyebut satu warna28. Kegunaan 2 benda29. Mengetahui30. Bicara semua dimengerti31. Mengerti 4 kata depan32. Menyebut 4 warna33. Mengartikan 6 kata34. Mengetahui 3 kata sifat35. Menghitung 6 kubus36. Berlawanan 237. Mengartikan 7 kata

D. Gross Motor (Gerak Motorik Kasar)Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam:1. Gerakan seimbang2. Mengangkat kepala3. Kepala terangkat ke atas4. Duduk kepala tegak5. Menumpu badan pada kaki6. Dada terangkat menumpu satu lengan7. Membalik8. Bangkit kepala tegak9. Duduk tanpa pegangan10. Berdiri tanpa pegangan11. Bangkit waktu berdiri12. Bangkit terus duduk13. Berdiri 2 detik14. Berdiri sendiri15. Membungkuk kemudian berdiri16. Berjalan dengan baik17. Berjalan dengan mundur18. Lari19. Berjalan naik tangga

21

Page 22: skenario blok jiwa

20. Menendang bola ke depan21. Melompat22. Melempar bola, lengan ke atas23. Loncat24. Berdiri satu kaki 1 detik25. Berdiri satu kaki 2 detik26. Melompat dengan satu kaki27. Berdiri satu kaki 3 detik28. Berdiri satu kaki 4 detik29. Berjalan tumit ke jari kaki30. Berdiri satu kaki 6 detik

Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDSTPada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 15-20 menit saja

A. Alat yang Digunakan1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-

hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.2. Lembar formulir DDST3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara

menilainya.

B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6

bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

C. Penilaian Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).  

1. Abnormala. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebihb. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor

atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

2. Meragukan

22

Page 23: skenario blok jiwa

a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama

tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.3. Tidak dapat ditesa. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau

meragukan.4. Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

d) Mengapa Pradipta tidak bisa diajak bermain pura-pura ?

Karena anak dengan autism memiliki imajinasi yang minim sehingga tidak bisa bermain pura-pura

Hal ini berkaitan dengan sebuah hipotesis bahwa anak-anak penderita autisme

memiliki kerusakan pemahaman terhadap mental states dirinya dan orang lain yang

tidak dapat dilihat secara langsung, seperti kepercayaan dan keinginan. Hal ini

didukung oleh theory of mind (ToM) yang memiliki premis kemampuan manusia

membaca intensi, kepercayaan, perasaan dan keinginan orang lain berdasarkan

perilaku eksternal mereka memiliki dampak besar untuk bertahan hidup dari sebuah

evolusi. ToM menyatakan bahwa semua orang, secara alami adalah pembaca pikiran

(mind readers). Dan manusia melakukan hal ini secara otomatis dan mengeluarkan

sedikit usaha. Anak-anak yang menderita autisme kurang memiliki premis yang

dinyatakan oleh ToM sehingga mereka kurang dan bahkan tidak dapat membaca

pikiran orang lain. Dan hal ini dapat menjadi sangat membingungkan, misterius,

bahkan menakutkan bagi anak-anak penderita autisme. Anak-anak dengan ToM

deficits dapat mempelajari, mengingat dan mengetahui hal-hal tentang dunia sosial,

namun kurang dapat memahami pengertian dunia sosial tersebut. Namun perlu

diingat bahwa ToM deficits tidak dialami oleh semua anak-anak penderita autisme,

namun sering dijumpai pada anak-anak penderita autisme.

e) Mengapa Pradipta tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk malah melihat ketangan pemeriksa ?

23

Page 24: skenario blok jiwa

Hal ini kemungkinan akibat dari Kegagalan untuk mengembangkan empati dan

ketidakmampuan mereka untuk berespon terhadap minat, emosi, dan perasaan orang

lain.

f) Mengapa Pradipta bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian rodanya saja ?

Menandakan ada keterbatasan perilaku, pola, dan minat perkembangan pada anak. Pada tahun pertama kehidupan anak autistic, anak biasanya kurang bermain. Anak autistic biasanya tidak menunjukkan keinginan ingin bermain.

7. Apa diagnosis banding yang berkaitan dengan kasus ?

Pembanding Autisme Asperger ADHD Mental Retardation

Usia terdeteksi <3 tahun > 3tahun <7 tahun < 18 tahun

Kurangnya interaksi dgn orang

lain

Tidak terjadi kontak mata

Tidak ada spontanitas

Bergerak tanpa tujuan

Gangguan komprehensif dan

panggunaan bahasa

Gangguan pendengaran

Perhatian terbatas

Aktivitas sama berulang

Tidak bisa bermain imajinatif

Tidak mengikuti perintah

8. Bagaimana cara mendiagnosis kasus diatas ?

a. Anamnesis

24

Page 25: skenario blok jiwa

- Total 6 hal (atau lebih) dari criteria gangguan interaksi sosial, gangguan

komunikasi, dan pola perilaku dengan sekurang-kurangnya 2 dari kriteria

gangguan interaksi sosial, 1 dari criteria gangguan komunikasi, dan 1 dari

criteria gangguan pada pola perilaku.

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik:

a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti

kontak mata, ekspresi wajah, dan posisi tubuh;

b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

sesuai dengan tingkat perkembangan;

c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi

dengan orang lain; dan

d. kurang mampu melakukan hubungan sosial atau emosional timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi:

a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali;

b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada

kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang

lain;

c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitif atau sulit dimengerti; dan

d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura

3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan

aktivitas:

a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih;

b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non

fungsional;

c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan

d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek.

Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan

autistik bila simtom-simtom di atas telah tampak

sebelum anak mencapai usia 36 bulan.

25

Page 26: skenario blok jiwa

- Riwayat selama kehamilan apakah pernah mengalami infeksi TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex

virus)

- Apakah ada riwayat ibu merokok, minum alcohol atau mengkonsumsi

obat-obatan tertentu selama kehamilan

- Bagaimana pemeriksaan fisik postnatal, ada abnormal atau tidak.

- Apakah anak menderita infeksi setelah kelahiran seperti ensefalitis,

meningitis

- Riwayat keluarga adakah yang menderita gejala autistic juga

b. Pemeriksaan Fisik

- Sensorium, Berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan bentuk muka

normal

- Tes Denver : gangguan bahasa dan perilaku

- Tidak ada kontak mata, flapping hand, stereotipik, echolalia, daya

imajinasi tidak ada, melakukan sesuatu berulang-ulang dan monoton, tidak

mau disentuh atau dipeluk, menarik tangan orang lain jika butuh bantuan

(tidak meminta dengan suara), mengeluarkan suara yang tidak dimengerti

orang lain.

c. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium:

- Tes logam berat pada rambut

- Tes alergi

- Analisis asam amino

- Analisis sistem pencernaan

9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosis pada kasus ?

Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa pemeriksaan Tes

BERA, Audio gram and Typanogram.

26

Page 27: skenario blok jiwa

EEG untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukkan gangguan kejang,

diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak

Pemeriksaan lain adalah screening gangguan metabolik, berupa pemeriksaan

darah dan urine untuk melihat metabolisme makanan di dalam tubuh dan

pengaruhnya pada tumbuh kembang anak. Beberapa spectrum autism dapat

disembuhkan dengan diet khusus.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited Axial

Tomography): sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak, karena

dapat melihat struktur otak secara lebih detail.

Pemeriksaan genetik dengan melalui pemeriksaan darah untuk melihat kelainan

genetik yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa penelitian

menunjukkkan bahwa penyandang autism telah dapat ditemukan pola DNA dalam

tubuhnya.

MRI

Hasil MRI menunjukkan bahwa volume total otak meningkat pada orang dengan

autisme,meskipun anak autistik dengan retardasi mental berat umumnya memiliki

kepala yang lebih kecil. Peningkatan presentase rerata ukuran terbesar terdapat pada

lobus oksipitalis,lobus parietalis,dan lobus temporalis. Peningkatan volume dapat

terjadi akibat tiga kemungkinan mekanisme yang berbeda yaitu meningkatnya

neurogenesis,menurunnya kematian neuron,dan meningkatnya produksi jaringan otak

non neuronal seperti sel glia atau pembuluh darah.Pembesaran otak dijadikan sebagai

kemungkinan penanda biologis untuk gangguan autistik.Lobus temporalis diyakini

merupakan area yang penting pada kelainan otak di dalam gangguan autistik

CT scan

Hasil computed tomography (CT) scan kepala tidak konsisten pada pasien dengan

gangguan autis. Namun, hasil dari CT scan dapat menunjukkan defisit, termasuk

pembesaran ventrikel, hidrosefalus, lesi parenkim, dan pengurangan ukuran nukleus

caudatus27

Page 28: skenario blok jiwa

Electroencephalography

Electroencephalography berguna terhadap gejala yang konsisten dengan kejang

karena tingginya prevalensi gangguan kejang pada individu dengan autisme. Yang

penting, sindrom Landau-Kleffner mungkin membuat seseorang tampak autis

Penilaian psychophysiologic

Positron emission tomography (PET) scanning

10. Apa diagnosis pada kasus ?

Pradipta, laki-laki usia 3 tahun mengalami gangguan komunikasi, gangguan imajinatif, gangguan sosial dan gangguan perilaku e.c Autisme Spectrum Disorder

11. Bagaimana epidemiologi sesuai dengan kasus ?

Tidak ada hubungan dengan ras, etnis, dan social ekonomi

Autisme merupakan sebuah gangguan yang cukup jarang ditemui dengan

perbandingan 15 hingga 20 orang penderita berbanding 10.000. Namun, penderita

autisme mungkin akan bertambah lebih banyak mengingat diagnosis gangguan ini

terus diperbaharui dan diperbanyak, terutama mengenai gangguan autisme yang

ringan.

Autisme lebih banyak diderita oleh anak laki-laki hingga 3 sampai 4 kali lebih

besar daripada perempuan. Selain itu, IQ pada anak-anak tersebut kebanyakan

berkisar pada interval normal daripada mereka yang memiliki IQ mental retardation.

Status sosioekonomi, penelitian awal menyatakan bahwa status sosioekonomi yang tinggi sering ditemukan pada keluarga dengan anak-anak autistik, tapi temuan tersebut kemungkinan didasarkan pada rujukan bias. Selama lebih dari 25 tahun yang lalu. Semakin banyak kasus ditemukan pada kelompok sosioekonomi rendah. Temuan tersebut mungkin dikarenakan meningkatnya pengetahuan tentang gangguan dan bertambahnya petugas kesehatan mental yang tersedia bagi anak-anak miskin.

12. Apa saja faktor resiko yang dapat menimbulkan keluhan ?

Laki-laki

Memiliki saudara yang mengalami autis28

Page 29: skenario blok jiwa

Riwayat keluarga

Adanya gangguan perkembangan seperti Fragile X syndrome

Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar, phenol pada

plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida, dll.

Umur orang tua, resiko pada ayah yang mempunyai anak pada usia >40 tahun.

Faktor Psikososial dan keluarga

Anak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain dapat berespon melalui

gejala yang memburuk pada stressor psikososial termasuk perselisihan keluarga,

kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan

gangguan autistic dapat sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di

dalam keluarga serta lingkungan sekitarnya.

Faktor Imunologis

Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan imunologis

dapat turut berperan di dalam gangguan autistic. Limfosit beberapa anak autistic

bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan

jaringan saraf embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.

Faktor Biokimia

Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat (metabolit

dopamine utama) di dalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya

stereotype dan penarikan diri.

13. Bagaimana Penatalaksanaannya ?

a. Psikofarmakoterapi

Risperidon 2x0,1 mg

Haloperidol 0,25 – 3 mg/kgBB/hari

Menurunkan hiperaktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan, hubungan objek

abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil

Thioridazine 0,5 – 3 mg/kgBB/hari

b. Diet

29

Page 30: skenario blok jiwa

Menghindari casein dan gluten karena dapat berikatan dengan reseptor opiod yang

dapat berpengaruh terhadap mood dan tingkah laku.

Beri vitamin A & D untuk meningkatkan kemampuan kontak mata dan behavior,

vitamin B dan magnesium membantu perkembangan otak, dan vitamin C sebagai

antioksidan serta mengurangi depresi dan confusion.

Hindari makanan yang mengandung pengawet.

c. Edukasi untuk mengikuti:

Applied Behavioral Analysis (ABA)

Memberi pelatihan khusus untuk anak autism dengan cara memberikan pujian.

Terapi wicara

Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian

reinforcement dan meniru vokalisasi terapis, terapi bicara dalam upaya

peningkatan kemampuan komunikasi anak autis.

Kemampuan bersosialisasi

Membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan

teman-teman dan member cara-caranya.

Terapi perilaku

Anak autistic seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali tidak

memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya. Mereka

banyak hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka

sering mengamuk.

Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku

negative tersebut dan mencari solusinya dnegan merekomendasikan perubahan

lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki lingkungannya.

Terapi okupasi

Untuk melatih motorik halus anak, karena gerak-gerik kaku dan kasar.

Terapi perkembangan

RDI (Relationship Developmental Intervention), anak dipelajari minatnya,

kekuatan dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan

sosial, emosional dan intelektualnya.

Terapi bermain30

Page 31: skenario blok jiwa

Terapis mengajari anak untuk bermain dengan teman sebayanya sehingga dia bisa

belajar untuk berkomunikasi, bicara dan interaksi sosial dengan teknik-teknik

tertentu.

Terapi visual

Anak autis lebih mudah belajar dengan visual dengan metode PECS (Picture

Exchange Communication System), metodenya dengan menggunakan gambar-

gambar agar lebih mudah belajar komunikasi.

Terapi biomedik

Memeriksakan secara teratur feses, darah, urin dll untuk mencegah adanya

gangguan metabolic yang dapat memperparah gejala autis sehingga otak bersih

dari gangguan dan bisa berkembang dengan baik.

Terapi sensori integrasi

Untuk melatih kepekaan dan koordinasi daya indra anak autis.

14. Bagaimana Prognosis pada kasus ?

Vitam : Bonam

Fungsionam : Ad Bonam

Sanationam : Ad Bonam

Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu

menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua

pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada

keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus

independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline.

15. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan ?

16. Apa saja tindakan preventif yang dapat dilakukan ?

Bebapa anak dengan autisme dapat menderita kehilangan semua atau bebrapa

kemampuan berbicara yang ada sebelumnya. Anak dengan autisme ada yang ditemukan

suka menyakiti diri sendiri, seperti melukai diri sendiri, memukul diri sendiri, bahkan

memutilasi diri sendiri tanpa merasa sakit. Jika tidak ditata laksanan dengan baik, anak

31

Page 32: skenario blok jiwa

dengan autisme dapat berkembang dengan gangguan kepribadian yang lebih parah,

mereka hidup dengan dunia mereka sendiri tapi tidak menjadi skizofrenia dengan

halusinasi atau delusi

17. Apa tingkatan Kompetensi Dokter Umum sesuai dengan kasus ?

Tingkat Kemampuan 2 Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

IV. Learning Issue

1. Tumbuh Kembang Anak

Perkembangan Pediatric Normal

Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek meliputi :

(MedlinePlus)32

Page 33: skenario blok jiwa

Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.

Fine motor : Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.

Sensori : Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh, membau.

Bahasa : Dapat berbicara dan memahami perkataanya, mengerti apa yang orang

tua mereka dan teman-teman lain katakan.

Sosial : Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan anak-anak lain.

Berikut parameter dari setiap aspek dari beberapa literature :

a. Verbal

Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)

Umur Language

1 bulan Bersuara. Memperhatikan bel.

4 bulan Tertawa, membuat dan memperdengarkan suara.

7 bulan Berteriak dengan senang membuat suara. Mendengarkan suaranya

sendiri.

10 bulan Mengucapkan 1 kata. Memperhatikan namanya.

1 tahun Dapat mengucapkan 2 kata atau lebih.

1,5 tahun Berkata-kata tanpa arti. Mengenal gambar.

2 tahun Memakai perkataan yang tidak berarti. Mengerti beberapa

petunjuk mudah.

3 tahun Berbicara lengkap dalam kalimat. Menjawab pertanyaan yang

mudah.

4 tahun Memakai kata penghubung. Mengetahui kata tambahan.

5 tahun Berbicara lancar. Bertanya “mengapa ?”

33

Page 34: skenario blok jiwa

b. Motorik

Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)

Umur Motor Behavior Adaptive

1 bulan Kepala merebah, tonic neck

reflex, tangan mengepal.

Melihat sekitarnya, tracking eye

movement ada tapi terbatas.

4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak

simetris, tangan terbuka.

Tracking eye movement baik,

menggenggam benda yang diberikan

padanya.

7 bulan Duduk dengan sokongan kedua

tangan, memegang kubus,

melihat dan menyentuh kancing.

Memindahkan kubus dari satu tangan ke

tangan yang lain.

10 bulan Duduk tanpa sokongan tangan,

merangkak hingga berdiri.

Bermain dengan 2 kubus, yang satu

disentuhkan dengan yang lain

1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk

bersila. Mengetahui arti kancing,

memasukan dan mengambilnya

dari botol.

Memindahkan kubus kedalam cangkir.

1 6/12

bulan

Berjalan tanpa jatuh. Duduk

sendiri di kursi kecil. Menyusun

tumpukan dengan 3 kubus.

Mengeluarkan kancing dari botol.

Meniru coretan garis lurus.

2 tahun Berlari.

Menyusun tumpukan dari 6

kubus.

Meniru coretan garis lingkaran.

3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa

jatuh.

Membuat jembatan dengan 3 kubus.

Meniru gambar silang.

34

Page 35: skenario blok jiwa

Membuat tumpukan dari 10

kubus.

4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus.

Menggambar orang.

5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.

c. Sosial

Universitas Indonesia : (Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak UI, edisi 4)

Umur Status Interaksi

Sosial

Tindakan

0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli

eksternal

Dapat melihat wajah orang.

2-4 bulan Awal reaksi sosial Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.

Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal

botol dan bersiap-siap untuk makan.

5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau

menyentuh ortu.

8-12 bulan Perkembangan

social aktif

Membedakan wajah marah & tidak dengan

memalingkan muka. Membedakan suara.

Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu

pada orang yang belum dikenal.

1-2 tahun Penyempurnaan

social aktif

Anak mencari mengharapkan ada teman bermain,

mencari teman sebaya.

Memberikan mainan bila diminta.

35

Page 36: skenario blok jiwa

2-4 tahun Masa

membangkang

Anak berulang-ulang mengatakan “saya mau”

dan akan marah bila tidak terpenuhi.

Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan

oleh ortunya.

5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan,

krn pd masa ini terdapat perkembangan kesadaran

kewajiban dan pekerjaan.

> 6 tahun Masa berpikir dan

emosi

Anak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak

mulai tahu membenci dan menyanyangi orang lain,

serta menilai sikap lingkungan terhadapnya.

> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari

jalannya sendiri.

2. Autis

Definisi

Autisme berasal dari kata autis yang berarti sendiri, pasien penderita autisme

merasa memiliki dunianya sendiri. Biasanya mereka masa bodoh dengan apa yang terjadi

di lingkungannya.

Interaksi dengan lingkungan dapat bersifat:

a. Hipersensitif terhadap suara seperti suara AC, bahkan suara pemotong rumput.

b. Hiposensitif, bila jatuh tidak merasa sakit, kulit terluka juga tidak sakit. Tidak takut

akan bahaya.

Keterangan di atas menjelaskan bahwa autism dapat memiliki interaksi yang berbeda di

antaranya hiposensitif yang ada pada scenario.

Epidemiologi

36

Page 37: skenario blok jiwa

Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan

dengan perbandingan 3 : 1.

Etiologi :

Dahulu : Faktor psikologis Bruno Bettelheim : Teori Frigid Mother

Sekarang : Gangguan Neurobiologis pada Susunan Syaraf Pusat (SSP)

Faktor risiko :

Gangguan pada Susunan syaraf Pusat disebabkan oleh :

- Faktor genetik

- Gangguan pertumbuhan sel otak janin, infeksi virus, jamur, pendarahan, keracunan

selama hamil muda

- Gangguan Pencernaan

- Keracunan logam berat (Pb, Hg, Cad)

- Gangguan auto imunity

FAKTOR GENETIK :

Mutasi genetik : penyebab multi faktor

Telah ditemukan lebih dari 7 gen yang berhubungan dgn autisme , perlu beberapa gen

untuk menimbulkan gejala autisme.

GANGGUAN NEUROBIOLOGIS :

- Cerebellum

37

Page 38: skenario blok jiwa

- Lobus Parietalis kiri / kanan

- Lobus Frontalis

- Sistem Limbik

- Kerusakan pada myelin sel otak dan bagian dalam (endothel) pembuluh darah otak.

- Gangguan Neurotransmitter

GANGGUAN PENCERNAAN :

- Peradangan dari mucosa usus (autistic enterocolitis)

- Leaky gut syndrome

- Enzim Pencernaan yg kurang

- Terlalu banyak jamur dalam usus (yeast overgrowth)

- Kekurangan enzim sehingga makanan tidak dicerna secara sempurna

Protein yg sulit dicerna :

Casein ( Susu sapi / domba ), Gluten (Gandum), Casein dan Glutein : rangkaian 20

asam amino, seharusnya terpecah dengan sempurna.

Peptide : 2 ?3 rantai asam amino yg diserap oleh darah dialirkan ke otak. Di Otak

menjadi casomorphin dan gluteomorphin.

MEKANISME TERJADINYA AUTISME

Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas sehingga

terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah putih, kadarnya

meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology.

38

Page 39: skenario blok jiwa

Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke dalam

makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak penderita

autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-nya, ternyata

kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih tinggi daripada

darah anak normal.

Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang kelak akan

menyebabkan timbulnya penyakit autisme.

Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya diakibatkan

oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis mengalami

kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus.

Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian ditangkap

reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid menyerupai kondisi

seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau heroin.

Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan jumlah

protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir normal dan

setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada anak normal tidak

terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah yang abnormal pada

penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal atau bahkan mematikan sel

selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung. Perlu diingat bahwa pertumbuhan

saraf selama embrio penting untuk membentuk formasi sistem saraf pusat dan sel otak

yang baru.

Tatalaksana

Tatalaksana (PsikoFarmako)

Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku dan mempercepat

belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas, stereotipik, menarik diri, kegelisahan,

hubungan objek abnormal, iritabilitas, dan afek yang labil. Haloperidol dapat

digunakan untuk obat jangka panjang.

Fenfluramine (Pondimin) menurunkan kadar serotonin darah.

Naltroxone (Trexan) antagonisopiat39

Page 40: skenario blok jiwa

Lithium (Eskalith) diberikan pada perilaku agresif atau melukai diri sendiri

jika medikasi lain gagal.

Edukasi

Orang tua jangan menganggap anaknya yang autis itu sebagai beban atau

musibah

Si anak harus sering diajak keluar rumah, bersama orang tuanya agara si anak

menyadari bahwa ada dunia lain diluar dunianya sendiri

Orang tua harus memberikan dukungan penuh pada anaknya, karena anak autis

membutuhkan dukungan dari orang2 di sekitarnya agar bs sembuh

Preventif

Diagnosis dini saat kehamilan.

Prognosis

Vitam : Bonam

Fungsionam : Ad Bonam

Sanationam : Ad Bonam

Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu

menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua

pertiga orang dewasa autisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada

keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus

independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline.

Komplikasi

a. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami gangguan bicara,

interaksi social dan perilaku yang menetap.

b. Self-injury

c. Gangguan depresi saat remaja

40

Page 41: skenario blok jiwa

V.Kerangka Konsep

41

Belum bisa bicara Mengoceh dengan

kata-kata yang tidak dimengerti

Tidak bisa bermain imaginasi

Tidak bisa kontak mata dan senyum

Tidak mau bermain dengan anak lain

Tidak bereaksi dengan panggilan

Tidak bisa duduk diam Menyusun bola,

dibongkar, berulang-ulang.

Diego, Laki-laki, 30 bulan

Page 42: skenario blok jiwa

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pradipta, laki-laki usia 3 tahun mengalami gangguan komunikasi, gangguan imajinatif, gangguan sosial dan gangguan perilaku e.c Autisme Spectrum Disorder

42

Autis

Gangguan komunkasi

dan imaginatif

Gangguan interaksi

sosialGangguan perilaku

Page 43: skenario blok jiwa

Daftar Pustaka

Maslim, Rudi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-

Unika Atmajaya.

Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar

Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.

43


Top Related