SISTEM INFORMASI KURIKULUM SARASWATI (SIKUSA)
DI SMK SARASWATI SALATIGA
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun Oleh:
Dwi Rafiana Sari
702014601
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN
KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
TAHUN 2017
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan mengacu
pada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang salah
satunya pada standar sarana dan prasarana, sekolah dituntut menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Menurut Kadir, sistem informasi
merupakan salah satu bentuk TIK yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas dalam proses pendidikan yang mencakup sejumlah komponen (manusia,
komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses
(data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau
tujuan [1]. Dapat dikatakan, sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk
mengelola keberagaman data agar dapat disajikan menjadi sebuah informasi yang
bermanfaat dengan kemasan yang menarik untuk menjalankan aktivitas kerjanya
sehingga dihasilkan informasi yang akurat.
Sistem Informasi memiliki beberapa manfaat dalam bidang pendidikan.
Beberapa penelitian menunjukkan manfaat dari penggunaan sistem informasi.
Sistem informasi membantu kerja para guru dan wali kelas dan dapat
mempermudah pengguna untuk melakukan proses pengolahan nilai secara efektif
dan efisien, sehingga bisa langsung di akses dengan baik serta keamanan data
lebih terjamin [2]. Selain itu, dengan sistem informasi, penyimpanan data yang
dilakukan secara komputerisasi dapat diproses dengan cepat serta dalam
pencariannya tidak membutuhkan waktu yang lama, serta dokumen dapat
disimpan secara digital [3]. Dengan kata lain, sistem informasi dapat digunakan
untuk mencapai proses danpelayanan pendidikan yang berkualitas. Penelitian
diatas menunjukkan manfaat dari penggunaan sistem informasi. Akan tetapi,
supaya sistem informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara maksimal
perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja sistem tersebut [4].
SMK Saraswati merupakan salah satu sekolah kejuruan swasta di
Salatiga yang sudah menggunakan Sistem Informasi Manajemen yang diberi
nama Sistem Informasi Kurikulum Saraswati (SIKUSA). SIKUSA digunakan
untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang akademik pada siswa, orang tua,
dan stakeholder. Dari hasil wawancara kepada staf kurikulum, ditemukan bahwa
SMK Saraswati sudah menggunakan SIKUSA sejak tahun 2015. Akan tetapi,
apakah SIKUSA sudah cukup efektif dalam penggunaannya belum diketahui
karena ternyata belum pernah dilakukan evaluasi berkaitan dengan penggunaan
SIKUSA disekolah. Salah satu cara mengukur efektifitas sebuah sistem informasi
bagi pengguna adalah dengan menggunakan usability testing. Oleh karena itu,
dengan menggunakan alat evaluasi usability testing, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas “SIKUSA” di SMK Saraswati Salatiga dilihat dari
kemudahan untuk digunakan dan dipelajari, ketepatan waktu, kemudahan untuk
diingat, antisipasi kesalahan sistem, dan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian
diharapkan dapat menyediakan informasi-informasi yang berguna untuk
pengembangan atau perbaikan sistem berkaitan dengan penggunaan SIKUSA
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem baik fisik
maupun non-fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama
secara harmonis untuk satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang
berarti dan berguna [5]. Sistem informasi telah menjadi kebutuhan untuk
menunjang proses pendidikan. Pemanfaatan sistem informasi selain untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi, berguna untuk meningkatkan
produktivitas bagi manajemen pendidikan di sekolah. Selain itu sistem informasi
menyediakan informasi bagi para pengguna dalam rangka pengambilan
keputusan [6]. Menurut Amirudin dalam Setiyawan mengatakan sistem informasi
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
mendapatkan, menyusun, memproses, menyimpan dan memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas [7]. Dalam
penelitiannya tersebut sistem informasi bermanfaat untuk menunjang kinerja
pendidikan. Salah satunya adalah untuk membantu pendataan hasil belajar siswa.
Sistem informasi bermanfaat bagi sekolah untuk menunjang kecepatan dan
ketepatan dalam penyajian informasi tentang perkembangan dan pengolahan
data-data akademik pendidikan siswa dengan baik dan benar serta informatif.
Sistem Informasi dalam dunia pendidikan memiliki peran penting sebagai
penunjang pendidikan dan memperluas komunikasi dan informasi. Diperlukan
sebuah evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan sistem atau kinerja sebuah
sistem, mengetahui kendala dan hambatan yang ditemui dalam proses sistem
informasi serta kelemahan dan kelebihan dari sistem yang dijalankan sehingga
sistem informasi dapat digunakan dan diterapkan serta bermanfaat untuk
pengguna [4]. “SIKUSA” merupakan salah satu contoh dari sistem informasi
akademik yang membantu guru dalam menyelesaikan administrasi disekolah.
Dengan adanya SIKUSA tugas guru yang berkaitan dengan administrasi
penilaian dapat efektif dan efisien. Dengan melihat manfaat adanya sistem
informasi ini perlukan beberapa faktor yang menunjang keberhasilan sebuah
sistem. Menurut teori Lasar dalam Indrayani, mengemukakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah sistem informasi yaitu
keterlibatan pengguna dan kemampuan teknik pengguna dalam pengunaan sistem
informasi [8]. Dapat dikatakan keberhasilan sebuah sistem tidak hanya pada
sistem itu dapat digunakan dengan baik, akan tetapi faktor manusia memiliki
peran penting didalam keberhasilan sebuah sistem.
Dalam penelitian ini, evaluasi sistem akan dilihat dari keterlibatan
pengguna, yaitu dengan menggunakan alat evaluasi pengukuran usability testing
atau uji ketergunaan. Usability testing adalah teknik yang digunakan untuk
mengevaluasi produk dengan mengujinya langsung pada pengguna, untuk
menilai seberapa mudah interface digunakan [9]. Menurut Redish dalam
Wulandari. Usability digunakan untuk mengukur tingkat pengalaman pengguna
ketika berinteraksi dengan produk sistem [10]. Secara umum, Usability mengacu
kepada bagaimana pengguna bisa mempelajari dan menggunakan produk untuk
memperoleh tujuaannya dan seberapa puas mereka terhadap penggunaannya.
Menurut Nielsen dalam Anisya, terdapat aspek dalam metode usability testing
yang dapat dilihat pada gambar satu berikut ini [11].
Gambar 1. Aspek Usability
(Sumber : Anisya, 2014)
Aspek yang pertama adalah mudah dipelajari (Learnability) merupakan
kualitas sistem yang mudah untuk dipelajari dan digunakan dalam menyelesaikan
“tugas”. Kemudahan tersebut diukur dari pemakaian fungsi-sungsi dan fitur yang
tersedia, sehingga guru tidak merasa kesulitan dalam penyelesaian tugasnya.
Kedua adalah efisiensi (Eficiency), yang menjelaskan tingkat ketepatan dalam hal
waktu pengguna, dalam pengerjaan “tugas”. Hal ini menunjukkan upaya
pengoperasian sistem yang memiliki langkah-langkah yang sederhana untuk
mendapatkan hasil yang sama sehingga informasi hasil belajar siswa dapat
tersampaikan sesuai target. Ketiga adalah mudah diingat (Memorabiliy), yang
berkaitan dengan kemampuan pengguna mempertahankan pengetahuannya
setelah jangka waktu tertentu. Dalam hal ini kemampuan tersebut diarahkan pada
tata letak desain interface yang relatif tetap, tata letak menu-menu yang ada
memudahkan guru untuk menemukan dan mengingat.
Keempat adalah kesalahan dan keamanan (Errors). Sistem sebaiknya
mempunyai berbagai fasilitas pertolongan untuk pengguna dalam berbagai situasi
untuk menghindarkan mereka dari kesalahan yang tidak disengaja dilakukan.
Dapat dikatakan sebuah sistem harus dapat mengantisipasi dan mengatasi
kesalahan yang dilakukan pengguna supaya mudah bagi pengguna untuk
mengantisipasi dan mengatasi kesalahan tersebut jika melakukannya. Kesalahan
dari sistem seharusnya dapat teratasi dengan mudah melalui informasi yang ada
dalam sistem yang baik.Yang kelima adalah kepuasan pelanggan (Satisfaction),
menunjuk pada tingkat kepuasan pengguna terhadap sistem dan
mengidentifikasikan bahwa sistem tersebut layak pakai. Kepuasan pelanggan
dapat diukur dari bagaimana perasaan pengguna ketika menggunakan produk,
tanggapan terhadap desain produk secara keseluruhan saat dioperasikan, manfaat
yang dirasakan dari sistem tersebut, dan sejauh mana harapan dari pengguna
terpenuhi oleh pemanfaatan sistem informasi tersebut.
Lima komponen diatas merupakan syarat yang harus dipenuhi sebuah
sistem informasi untuk mencapai usability (ketergunaan) yang ideal. Rubin and
Chisnell dalam Handiwijoyo, menjelaskan bahwa suatu produk dapat dikatakan
usable apabila dalam menggunakannya tidak ditemukan kesulitan, keraguan dan
pertanyaan serta pekerjaan dikerjakan sesuai dengan harapan [9]. Dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya sistem informasi ini diharapkan pelaksanaan
tugas guru yang berkaitan dengan penginputan nilai siswa, pencetakan absensi
guru dan murid, pencarian informasi hasil belajar, pencetakan hasil belajar dapat
dilaksanakan atau dikerjakan secara lebih efisien dan efektif.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggabungkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan fakta-fakta, atau membuat kesimpulan atas fenomena yang
diselidiki [12]. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan
Saraswati Salatiga yang menggunakan SIKUSA (Sistem Informasi Kurikulum
Saraswati) sebagai salah satu sistem informasi kurikulum di SMK Saraswati
Salatiga yang menjadi objek yang diteliti dan guru sebagai subjek yang diteliti.
Penentuan sampel dalam penelitian kali ini menggunakan random sampling yang
diambil dengan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5 %, dimana dari jumlah
lima puluh guru di SMK Saraswati Salatiga diambil sampel sejumlah tiga puluh
lima guru. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yang pertama adalah studi pustaka yang merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan untuk pencarian bahan-bahan melalui buku-buku, jurnal dan
internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan untuk mendukung
dalam pendefinisian masalah. Kedua yaitu mengunjungi instansi terkait dan
melakukan pengamatan terhadap SIKUSA di SMK Saraswati Salatiga. Ketiga
adalah kuesioner,yaitu dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada tiga
puluh lima guru. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dimana
responden memberi tanda centang pada kolom yang tersedia. Kuesioner ini
digunakan sebagai instrumen pengumpulan data untuk melakukan uji
ketergunaan (usability testing) guna mengetahui tingkat penerapan layanan dan
tingkat kemudahan penggunaan SIKUSA di SMK Saraswati Salatiga, terutama
pada aspek learnability, efficiency, memorability, errors, satisfaction. Kuesioner
terdiri dari dua puluh tiga pernyataan, yang berkaitan dengan masing-masing
aspek usability.
Sebelum kuesioner dibagikan pernyataan diuji dengan menggunakan Uji
validitas Product Moment Pearson Correlation. Berdasarkan hasil output
perhitungan uji validitas dan reliabilitas, dapat diambil kesimpulan dengan
perbandingan nilai rhitung dan rtabel. Nilai rtabel didapatkan dari total
responden yaitu N=35 pada signifikansi 5% yaitu 0,334. Dengan kata lain, hasil
pernyataan dinyatakan valid dan pernyataan bisa digunakan karena nilai rhitung
lebih besar dari 0,334. Dan berdasarkan pengujian reliabilitas diketahui angka
cronbach alpha adalah sebesar 0,752. Jadi angket tersebut lebih besar dari nilai
minimum cronbach alpha 0,4. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan
reliable atau handal. Yang keempat adalah wawancara yang dilakukan dengan
cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada 5 (lima) guru sebagai
pengguna SIKUSA, terutama untuk memperkuat pernyataan dari aspek
satisfaction sehingga memperoleh gambaran secara umum sejauh mana
penggunaan SIKUSA, apakah sudah efektif dan efisien dalam meningkatkan
pelayanan dalam bidang akademik. Berikut merupakan tabel indikator evaluasi,
sumber data dan instrumen yang digunakan untuk mengukur penggunaan
SIKUSA di SMK Saraswati Salatiga.
Tabel 1. Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Aspek Indikator Sumber
Data Instrumen
Learnability Kemudahan penggunaan SIKUSA :
1. Kemudah dipelajari dan
dioperasikan.
2. Kemudahan mendapatkan
informasi.
3. Ketepatan penggunaan simbol
pada icon menu pada sistem
informasi.
4. Kemudahan tulisan atau
bentuk huruf untuk
dimengerti.
5. Penggunakan bahasa yang
tidak ambigu.
Guru Angket dan
observasi
Efficiency Ketepatan waktu SIKUSA:
1. Pemanfaatan menu dapat
ditampilkan dengan cepat.
2. Pencarian data dapat
dilakukan dengan cepat
3. Proses input data dapat
dilakukan dengan cepat
4. Proses editing data dapat
dilakukan dengan cepat
Guru Angket dan
observasi
Aspek Indikator Sumber
Data Instrumen
Memorabiliy SIKUSA mudah diingat :
1. Kemudahan penggunaan
namaalamat untuk diingat.
2. Kemudahan halaman
SIKUSA untuk diingat.
3. Penempatan menu-menu pada
tempat yang mudah dilihat
dan diingat.
Guru Angket dan
observasi
Errors Antisipasi kesalahan SIKUSA:
1. Pesan error.
2. Respon sistem terhadap
kesalahan.
3. Petunjuk perbaikan kesalahan.
4. Penggunaan browser tertentu.
5. Penggunaan sistem operasi
tertentu.
6. Batas jumlah kesalahan
sistem yang dilakukan
sehingga sistem tidak
berjalan.
Guru Angket dan
observasi
Satisfaction Kepuasan pelanggan SIKUSA:
1. Tanggapan terhadap desain
produk.
2. Perasaan ketika menggunakan
sistem informasi
3. Kesesuaian dengan harapan.
4. Manfaat menggunakan sistem
infomasi
Guru Angket dan
wawancara
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif
dan data disajikan dalam bentuk tabulasi. Penentuan skala pengukuran variabel
dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert. Variable yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian diberi skor penilaian 5, 4, 3, 2,
1 pada setiap pertanyaan. Penilaian diuraikan dengan nilai 5 untuk sangat setuju
(SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak setuju (TS), 1 untuk
sangat tidak setuju (STS). Penghitungan hasil analisis data menggunakan SPSS
[13]. Dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap data dengan menghitung
persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi
frekuensi dan persentase, dengan menggunakan formula Berikut ini.
Gambar 2. Rumus menghitung persentase skor responde
Keterangan :
P = Persentase
TS = Total skor yang didapat
Y = Nilai tertinggi x jumlah responden
Hasil dari proses olah data diatas didapatkan data berupa persentase
masing-masing dari tiap variabel jawaban. Untuk memperoleh gambaran atau
keterangan dari hasil persentase maka pengelompokan hasil persentase dilakukan untuk penilaian terhadap sistem dengan penentuan kelas interval yang disertai
dengan nilai kategori yang sesuai dengan rumus interval sebagai berikut.
Gambar 3. Rumus interval pembobotan
Adapun kategori bobot penilaian sistem disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Parameter Bobot Penilaian Sistem
(Aspek learnability, aspek efficiency, aspek memorability, aspek errors)
Skor Kategori
0% - 20% Sangat tidak baik
21% - 40% Tidak baik
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik
Sedangkan untuk pengukuran kepuasan pelanggan dalam menggunakan
sistem, penafsiran angka presentasi yang didapat dari nilai interval disajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Parameter Bobot Kepuasan Penggunaan Sistem
(Aspek satisfaction)
Skor Kategori
0% - 20% Sangat tidak puas
21% - 40% Tidak puas
41% - 60% Cukup puas
61% - 80% Puas
81% - 100% Sangat puas
Setelah didapatkan hasil pengolahan data, untuk mendapatkan derajat
ketepatan antara objek penelitian dengan data yang dilaporkan dalam penelitian
ini, pengujian keabsahan data atau validitas menggunakan uji kredibilitas dengan
triangulasi. Triangulasi adalah metode yang digunakan dalam penelitian untuk
memeriksa dan menetapkan validitas data dengan menganalisa dari berbagai
perspektif. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi
sumber adalah menguji redibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui hasil wawancara dengan hasil kuesioner.
4. HASIL PENELITIAN
Berikut ini adalah hasil penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi
sistem informasi “SIKUSA” dengan menggunakan alat evaluasi usability testing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas sistem dilihat dari lima
aspek evaluasi yaitu kemudahan untuk digunakan dan dipelajari (learnability),
ketepatan waktu (efficiency), kemudahan untuk diingat (memorability), antisipasi
kesalahan sistem (errors), dan kepuasan pelanggan (satisfaction). Adapun hasil
penelitian dari tiap aspek adalah sebagai berikut.
Aspek Learnability menjelaskan bahwa kualitas sistem yang mudah
untuk dipelajari dan digunakan dalam menyelesaikan “tugas”. Aspek learnability
terdiri dari enam butir pernyataan. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi aspek
learnability berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah.
Tabel 4. Penilaian guru terhadap kemudahan penggunaan “SIKUSA”
(learnability).
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
1. Mudah untuk mengoperasikan
“SIKUSA”. 6 21 6 1 1 35 77,1 Baik
2 Mudah untuk mempelajari
“SIKUSA”. 7 21 5 1 1 35 78,3 Baik
3 Dengan “SIKUSA”, mudah
untukmendapatkan informasi. 3 19 9 4 0 35 72,0 Baik
4. Simbol-simbol icon menu
pada “SIKUSA” tepat
sehingga mudah dikenali.
4 20 9 2 0 35 74,9 Baik
5. Tulisan atau bentuk huruf
pada “SIKUSA” mudah
dibaca.
9 21 5 0 0 35 82,3 Sangat
Baik
6. Bahasa yang ada pada
“SIKUSA”mudah dimengerti. 6 25 4 0 0 35 81,1
Sangat
Baik
TOTAL 77,6 Baik
Berdasarkan tabel empat, dapat dijelaskan bahwa penilaian guru terhadap
kemudahan penggunaan “SIKUSA”, dari hasil total rata-rata skor pada aspek
learnability, persentase yang didapat sebesar 77,6%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa aspek learnability pada kategori “baik”, dengan perincian
sebagai berikut (1) Mudah mengoperasikan “SIKUSA” dengan persentase
sebesar 77,1% dikategorikan “baik”, dapat diartikan bahwa menu yang ada di
“SIKUSA” mudah di pelajari dan dimengerti akan tetapi masih ada satu guru
yang beranggapan bahwa “SIKUSA” masih sulit dioperasikan karena terkendala
dalam pengoperasian komputer. (2) Mudah mempelajari “SIKUSA” dengan
persentase sebesar 78,3% dikategorikan “baik”. Dari hasil observasi, ditemukan
juga bahwa menu pada “SIKUSA” mudah untuk dipelajari karena terlihat jelas
dari tampilan informasi yang disampaikan bisa dipahami dengan mudah. Akan
tetapi, masih terdapat dua guru yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak
setuju karena jarang memanfaatkan “SIKUSA” untuk kebutuhan adminitrasi
sekolah. (3) Pada pernyataan mudah mendapatkan informasi melalui “SIKUSA”
mendapatkan persentase terendah yaitu sebesar 72,0% dikategorikan “baik”
karena terdapat empat guru menyatakan tidak setuju. Dari hasil observasi,
didapatkan pernyataan guru tentang informasi mengenai nilai tidak up to date
dan penyebabnya adalah guru tidak menginput nilai tepat waktu. Penyebab yang
kedua adalah koneksi jaringan internet yang tidak stabil sehingga terkendala
dalam proses “SIKUSA”. (4) Pernyataan penempatan simbol-simbol icon menu
pada “SIKUSA” tepat sehingga mudah dicari mendapatkan persentase sebesar
74,9% dan dikategorikan “baik”. Guru berpendapat bahwa letak menu dan icon
pada “SIKUSA” mudah dilihat dan simbol-simbol dibuat seragam sehingga dapat
dimengerti oleh guru. Terdapat dua guru yang menyatakan tidak setuju
dikarenakan faktor ketidaktanggapan terhadap teknologi. (5) Tulisan atau bentuk
huruf pada “SIKUSA” mudah dibaca mendapatkan persentase tertinggi sebesar
82,3% dikategorikan “sangat baik” karena tulisan atau bentuk huruf pada
“SIKUSA” menggunakan jenis tulisan standart yaitu dengan jenis tulisan “Arial”
dalam arti tidak banyak tulisan kreasi dalam tulisan pada jenis ini sehingga
mudah untuk dibaca. (6) Bahasa yang ada pada “SIKUSA”pun mudah dimengerti
dengan persentase sebesar 81,1% dan dikategorikan “sangat baik”. Duapuluh
lima guru berpendapat “setuju” dalam penggunaan bahasa “SIKUSA karena
bahasanya tidak ambigu atau memunculkan makna ganda sehingga jelas dalam
memaknai setiap perintah dalam “SIKUSA”.
Selanjutnya adalah Aspek Efficiency yang menjelaskan tingkat ketepatan
dalam hal waktu pengguna, dalam pengerjaan “tugas”. Aspek Efficiency terdiri
dari empat butir pernyataan, dan berikut adalah tabel distribusi frekuensi Aspek
Efficiency berdasarkan hasil kuisioner yang sudah diolah.
Tabel 5. Penilaian guru terhadap ketepatan waktu “SIKUSA” (Efficiency).
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
1. Menu-menu yang saya klik
dapat tampil dengan cepat. 2 17 9 7 0 35 68,0 Baik
2. Pencarian data di
“SIKUSA” dapat dilakukan
dengan cepat.
3 20 9 3 0 35 73,1 Baik
3. Proses input data di
“SIKUSA”dapat dilakukan
dengan cepat.
3 19 7 6 0 35 70,9 Baik
4. Proses editing data di
“SIKUSA”dapat dilakukan
dengan cepat
1 19 6 9 0 35 66,7 Baik
TOTAL 69,7 Baik
Berdasarkan tabel lima, dapat dijelaskan bahwa penilaian guru terhadap
tingkat ketepatan dalam hal waktu pengguna dalam pengerjaan “tugas”,
mendapatkan persentase sebesar 69,7% sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek
Efficiency masuk pada kategori “baik”. Dapat dilihat dari persentase tertinggi
dari aspek efficiency adalah pada pernyataan nomor dua bahwa pencarian data di
“SIKUSA” dapat dilakukan dengan cepat dengan persentase tertinggi sebesar
73,1% dikategorikan “baik”. Informasi yang berkaitan dengan nilai siswa
memang dapat dengan mudah dicari. Akan tetapi, masih terdapat tiga guru yang
menjawab tidak setuju dikarenakan pada saat proses pencarian data kadang
kurang teliti dalam memasukkan setiap kategori pencarian. Selanjutnya
persentase terendah ada pada jawaban pernyataan nomor empat mengenai proses
editing data di “SIKUSA” dilakukan dengan cepat dengan persentase terendah
sebesar 66,7 % dikategorikan “baik”. Sembilan guru menjawab tidak setuju dari
hasil observasi didapatkan keterangan bahwa proses editing terlalu lama karena
harus merubah data satu persatu sehingga memakan waktu yang lama. Selain itu
juga dalam form ekstrakulikuler guru harus menuliskan satu persatu dalam
lembar print out siswa karena kegiatan ekstra tidak masuk kedalam “SIKUSA”.
Disisi lain, dalam hasil belajar siswa, kegiatan ekstra siswa tetap harus dituliskan.
Aspek yang ketiga adalah Aspek memorability yaitu kemampuan
pengguna mempertahankan pengetahuannya setelah jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini kemampuan tersebut diarahkan pada tata letak desain interface
yang relatif tetap, tata letak menu-menu yang ada memudahkan guru untuk
menemukan dan mengingat. Aspek memorability terdiri dari tiga butir
pernyataan terkelompok. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi Aspek
memorability berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah.
Tabel 6. Penilaian guru terhadap kemudahan “SIKUSA” untuk diingat
(memorability).
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
1. Nama alamat “SIKUSA”
mudah diingat. 2 22 11 0 0 35 74,9 Baik
2. Halaman“SIKUSA” mudah
diingat. 4 20 7 4 0 35 73,7 Baik
3. Letak menu pada tampilan
“SIKUSA” mudah dilihat
dan diingat
3 23 4 5 0 35 73,7 Baik
TOTAL 74,1 Baik
Berdasarkan tabel enam, dapat dijelaskan bahwa penilaian guru terhadap
kemudahan “SIKUSA” mendapatkan rata-rata skor sebesar 74,1% dan masuk
pada kategori “baik”. Kemudahan nama alamat untuk diingat mendapatkan skor
74,9% dan masuk pada kategori “baik”. Dari hasil observasi, ditemukan bahwa
hampir semua guru yang menggunakan “SIKUSA” mampu menghafal nama
alamat untuk masuk ke halaman “SIKUSA” dengan mudah. Sedangkan untuk
halaman “SIKUSA” mudah diingat dan letak menu pada tampilan “SIKUSA”
mudah dilihat dan diingat memiliki hasil persentase yang sama sebesar 73,1%
pada kategori “baik”. Terdapat sembilan guru yang berpendapat tidak setuju
dalam pernyataan ini karena merasa letak halaman dan tampilan “SIKUSA tidak
mudah untuk diingat. Akan tetapi, dari hasil observasi yang dilakukan, guru
merasa sulit dalam mengingat halaman dan letak menu di “SIKUSA”
dikarenakan terdapat banyak fungsi dalam setiap menu perintah pada “SIKUSA”.
Aspek keempat adalah aspek errors yaitu sistem sebaiknya mempunyai
berbagai fasilitas pertolongan untuk pengguna dalam berbagai situasi untuk
menghindarkan mereka dari kesalahan yang tidak disengaja dilakukan. Aspek
errors terdiri dari enam butir pernyataan dan berikut adalah tabel distribusi
frekuensi Aspek errors berdasarkan hasil kuesioner yang sudah diolah.
Tabel 7. Penilaian guru terhadap antisipasi kesalahan “SIKUSA” (errors).
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
1. Muncul pesan error pada
“SIKUSA” ketika
melalukan kesalahan.
7 18 8 2 0 35 77,1 Baik
2. Sistem memberikan
langkah-langkah yang saya
harus lakukan untuk
mengatasi masalah.
2 16 10 7 0 35 67,4 Baik
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
3. Langkah-langkah yang
diberikan oleh sistem dapat
membantu mengatasi
masalah tersebut.
2 12 14 7 0 35 65,1 Baik
4. Ketika menggunakan
browser yang berbeda,
sistem tetap dapat berjalan.
4 17 7 6 1 35 69,7 Baik
5. Ketika menggunakan
Sistem Operasi yang
berbeda, sistem tetap dapat
berjalan.
3 16 9 6 1 35 68,0 Baik
6. Batas jumlah kesalahan
oleh pengguna yang
diberikan oleh sistem
cukup ideal.
1 16 17 1 0 35 69,7 Baik
TOTAL 69,5 Baik
Berdasarkan tabel tujuh, dapat dijelaskan bahwa penilaian guru terhadap
antisipasi kesalahan “SIKUSA” mendapatkan persentase sebesar 69,5% dan
masuk pada kategori “baik”. Dapat dilihat dari persentase tertinggi terdapat pada
pernyataan nomor satu yaitu muncul pesan error pada “SIKUSA” ketika
melakukan kesalahan. Namun terdapat dua guru yang berpendapat tidak setuju
dengan alasan “tidak semua pesan error muncul ketika melakukan kesalahan
tetapi hanya bersifat informasi yang tertulis pada halaman “SIKUSA”. Dan
sistem tidak memberikan umpan balik ketika melakukan kesalahan dalam
penginputan data”. Sedangkan untuk persentase terendah terdapat pada
pernyataan nomor tiga mengenai langkah-langkah yang diberikan oleh sistem
dapat membantu mengatasi masalah. Terdapat tujuh guru yang menjawab tidak
setuju karena “langkah-langkah yang diberikan belum bisa dipahami dan
dijalankan sesuai dengan langkah yang diberikan untuk perbaikan masalah”.
Sedangkan dalam penyataan nomor empat dan enam memiliki persentase yang
sama, dan terdapat satu guru yang berpendapat sangat tidak setuju ketika
menggunakan browser yang berbeda sistem tetap dapat berjalan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan, terlihat ketika guru akan mencetak hasil belajar untuk
jenis browser yang berbeda mengalami kendala seperti file PDF tidak mau
muncul pada browser tersebut. Dan pada pernyataan nomor lima mengenai
“penggunaan sistem operasi yang berbeda sistem tetap berjalan” terdapat satu
guru yang berpendapat sangat tidak setuju dan enam guru menjawab tidak setuju
karena selama ini belum dilakukan percobaan terhadap sistem “SIKUSA”,
sedangkan guru yang menjawab sangat setuju, setuju dan netral beranggapan
bahwa “selama ada akses jaringan internet maka “SIKUSA” dapat berjalan”.
Aspek terakhir adalah Aspek Satisfaction adalah tingkat kepuasan
pengguna terhadap sistem dan mengidentifikasikan bahwa sistem tersebut layak
pakai. Aspek Satisfaction terdiri dari empat butir pernyataan dan berikut adalah
tabel distribusi frekuensi Aspek Satisfaction berdasarkan hasil kuesioner yang
sudah diolah.
Tabel 8. Kepuasan guru terhadap “SIKUSA” (satisfaction).
No Pernyataan Jawaban Total % Kategori
SS S N TS STS
1. “SIKUSA” memiliki
tampilan yang menarik. 0 22 9 4 0 35 70,3 Puas
2. Saya senang menggunakan
“SIKUSA”. 0 18 11 6 0 35 66,9 Puas
3. Penggunaan “SIKUSA”
sudah sesuai dengan
harapan.
0 11 15 9 0 35 61,1 Puas
4. Saya mendapatkan manfaat
dari penggunaan
“SIKUSA”
5 17 11 2 0 35 74,3 Puas
TOTAL 68,1 Puas
Berdasarkan tabel delapan, total skor rata-rata kepuasan guru terhadap
“SIKUSA” berada pada persentase 68,1% dikategorikan“puas”. Dari hasil
tersebut dapat terlihat bahwa “SIKUSA” memiliki tampilan yang menarik
sehingga guru merasa senang dalam menggunakan “SIKUSA”. Persentase
tertinggi terdapat pada pernyataan nomor empat mengenai manfaat dari
penggunaan “SIKUSA”. Hanya dua guru yang menyatakan tidak puas dimana ini
berarti bahwa pemanfaatan “SIKUSA” belum semuanya terpenuhi. Disampaikan
melalui wawancara yang dilakukan kepada dua guru tersebut, salah satunya
adalah mengenai informasi yang tidak up to date. Ketika guru menginginkan
informasi data siswa baik dalam bentuk print out atau data, harus menghubungi
pihak yang terkait seperti walikelas dan admin “SIKUSA” di sekolah, sehingga
prosesnya terlalu lama. Sedangkan persentase terendah terdapat pada pernyataan
nomor tiga yaitu kesesuaian “SIKUSA” dengan persentase sebesar 61,1%
dikategorikan “puas”, dengan harapan dimana terdapat sembilan guru yang
berpendapat tidak setuju. Dari hasil wawancara yang dilakukan, dengan adanya
“SIKUSA” menurut guru menambah tugas guru dalam penginputan nilai, dimana
guru harus menginput nilai dari daftar nilai secara manual kemudian diinputkan
ke sistem sehingga informasi hasil belajar siswa kurang up to date. Didasarkan
pada setiap kali ada laporan atau pemberitahuan terhadap masalah, baru
penanganan terhadap kesalahan itu diperbaiki karena guru harus melihat dari
daftar nilai manual. Selain itu, setiap informasi yang diberitahukan untuk
mengup date data tidak diinformasikan kepada guru secara serempak jadi hanya
guru yang memiliki inisiatif saja yang mau mengup date data. Sedangkan
didalam sistem itu sendiri tidak dapat menyampaiakan informasi mengenai
kekurangan dalam penginputan hasil belajar siswa.
5. DISKUSI
Kegiatan evaluasi pada suatu sistem perlu dilakukan untuk melihat
tingkat keberhasilan sebuah sistem, guna mengetahui kendala dan hambatan yang
ditemui dalam proses sistem informasi, serta kelemahan dan kelebihan dari
sistem yang dijalankan sehingga sistem informasi dapat digunakan dan
diterapkan serta bermanfaat untuk pengguna. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas dari sebuah sistem dengan menggunakan alat evaluasi
usability testing. Menurut Nielsen dalam Anisya, terdapat lima aspek untuk
melihat ketergunaan dari sebuah sistem [11]. Dapat dilihat dari hasil aspek yang
pertama yaitu aspek learnability berada dalam kategori baik, dijelaskan bahwa
kualitas sistem mudah untuk dipelajari dan digunakan dalam menyelesaikan
“tugas”. Kemudahan tersebut diukur dari pemakaian fungsi-sungsi dan fitur yang
tersedia, sehingga guru tidak merasa kesulitan dalam penyelesaian tugasnya.
Walaupun masuk dalam kategori baik namun ada beberapa catatan yaitu koneksi
jaringan internet sebagai pendukungnya terkadang masih mengalami kendala,
dan guru jarang memanfaatkan “SIKUSA” sebagai fasilitas administrasi sekolah.
Dapat dikatakan bahwa faktor human error dan kelemahan sistem menjadi
penyebab salah satu kekurangan sistem tersebut.
Aspek yang kedua aspek efficiency berada dalam kategori baik berkaitan
dengan tingkat ketepatan waktu pengguna, dalam pengerjaan “tugas”.
Pengoperasian sistem memiliki langkah-langkah yang sederhana untuk
mendapatkan hasil yang sama, sehingga informasi hasil belajar siswa dapat
tersampaikan sesuai target. Walaupun masuk dalam kategori baik faktor
kelemahan sistem menjadi catatan yaitu kelengkapan form dalam sistem salah
satunya pada form ekstrakulikuler masih kurang bahkan tidak ada. Selain itu
juga faktor human error yaitu saat proses pencarian data terkadang beberapa
guru kurang teliti dalam memasukkan setiap kategori pencarian. Aspek yang
ketiga aspek memorability berada dalam kategori baik. Tata letak desain
interface relatif tetap, dan tata letak menu-menu yang ada juga memudahkan
mereka untuk menemukan dan mengingat. Dapat dibuktikan bahwa hampir
semua guru mampu menghafal nama alamat untuk masuk ke halaman
“SIKUSA”. Walaupun masuk dalam kategori baik, yang menjadi catatan adalah
pada kelemahan sistem, yaitu terlalu banyak fungsi dalam setiap menu perintah
dalam “SIKUSA” sehingga sulit dalam menghafal. Aspek yang keempat aspek
errors berada dalam kategori baik. Sistem mempunyai berbagai fasilitas
pertolongan untuk pengguna dalam berbagai situasi untuk menghindarkan
mereka dari kesalahan yang tidak disengaja dilakukan. Dapat dikatakan sistem
dapat mengantisipasi dan mengatasi kesalahan yang dilakukan pengguna
sehingga mudah bagi pengguna untuk mengantisipasi dan mengatasi kesalahan
tersebut jika melakukannya. Kesalahan dari sistem dapat teratasi dengan mudah
melalui informasi yang ada dalam sistem “SIKUSA”. Walaupun masuk dalam
kategori baik yang menjadi catatan adalah sistem memberikan langkah-langkah
dalam menyelesaikan masalah belum sepenuhnya dimengerti oleh beberapa guru,
serta belum dilakukan percobaan terhadap sistem dengan sistem operasi dan
browser yang berbeda, dan ini menjadi salah satu kelemahan dari sistem.
Aspek yang kelima aspek satisfaction dikategorikan “puas” menunjuk
pada tingkat kepuasan pengguna terhadap sistem, bahwa sistem tersebut layak
pakai dan efektif. Kepuasan pelanggan dapat diukur dari perasaan pengguna
ketika menggunakan produk, tanggapan terhadap desain produk secara
keseluruhan saat dioperasikan, manfaat yang dirasakan dari sistem, dan harapan
dari pengguna terpenuhi oleh pemanfaatan sistem informasi tersebut. Walaupun
masuk dalam kategori baik yang menjadi catatan adalah sebuah sistem dapat
sesuai dengan manfaat dan harapan apabila sistem dapat mengcover semua
aktivitas yang berkaitan dengan administrasi sekolah dengan mudah dan
pengguna dapat merasakan kepuasan dari penggunaan sistem. Walaupun
“SIKUSA” dikatakan sudah efektif namun masih terdapat kendala dalam
pemanfaatan sistem, kendala ini bukan hanya berasal dari sistem tetapi berasal
dari human error atau lebih ke pengguna. Hal ini sejalan dengan yang
disampaikan oleh Lasar dalam Indrayani, bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja sebuah sistem informasi yaitu keterlibatan pengguna dan
kemampuan teknik pengguna dalam pengunaan sistem informasi. Sistem tidak
akan dapat berjalan tanpa adanya user sebagai pendukung dalam penggunaannya
[8]. Dapat dikatakan sebuah sistem dikatakan efektif dilihat dari aspek
learnability, aspek Efficiency, aspek memorability, aspek errors dan aspek
satisfaction. Untuk itu perlu dipertimbangkan terkait dengan tampilan sistem
(interface), keterlibatan pengguna dalam penggunaan sistem, dan kepuasan
pelanggan dalam penggunan sistem..
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
“SIKUSA” di SMK Saraswati Salatiga sudah efektif jika dilihat dari aspek
learnability (persentase 77,6%, kategori baik), aspek Efficiency (persentase
69,7%, kategori baik), aspek memorability (persentase 74,1%, kategorik baik),
aspek errors (persentase 69,5%, kategori baik), aspek satisfaction (persentase
68,1%, kategorik puas). Walaupun begitu terdapat beberapa catatan atau kendala
berkaitan dengan sistem yang dijadikan saran bagi sekolah sebagai pengguna
sistem. Pertama, karena ditemukan beberapa kelemahan sistem, maka pihak
sekolah terutama pengelola sistem seharusnya melakukan perbaikan “SIKUSA”.
Kedua, berkaitan dengan faktor manusia, maka perlu dilakukan pelatihan sistem
secara berkala kepada guru dalam pengunaan dan pengoperasian sistem. Ketiga,
disediakan operator khusus apabila ada guru yang kesulitan dalam pengoperasian
“SIKUSA”. Keempat, menambah fasilitas pendukung seperti perangkat
komputer dan jaringan yang memadai untuk kelancaran dalam mengakses sistem.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Kadir, Abdul., 2003., Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
[2] Wardani, Kusuma Susy., 2013., “Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai
Siswa Berbasis Web Pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah Pacitan”, Indonesian Jurnal on Networking and Security
(IJNS), 2(2), hal. 30-37.
[3] Puspitawati, Lilis & Anggadini Dewi Sri., 2011., Sistem Informasi
Akuntansi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[4] Arikunto, Suharsimi., 2009., Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara
[5] Susanto, Azhar., 2004., Sistem Informasi Manajemen konsep dan
Pengembangannya. Bandung: Lingga Jaya.
[6] Fachri, 2015., “Evaluasi Usability Fitur Nilai pada Aplikasi Sistem
Informasi Akademik Igracias Telkom University dengan Hak Akses
Mahasiswa Berbasis Web Desktop dengan Pendekatan Model Webuse.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University”. Diakses
dari file:///F:/JURNAL/reverensi/15.04.1299_jurnal_eproc.pdf tanggal 20
Mei 2017.
[7] Setiyawan, Andri., 2013., Pembuatan Sistem Informasi Akademik Berbasis
WEB pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngadirojo, Indonesian
Journal on Networking and Security (IJNS), Hal. 1-5.
[8] Indrayani, Etin., 2011., “PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI
AKADEMIK PERGURUAN TINGGI BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)”, Jurnal Penelitian
Pendidikan, 12(1), Hal. 51-67.
[9] Handiwidjoyo, wimmie., 2016., “Pengukuran Tingkat Ketergunaan
(Usability) Sistem Informasi Keuangan”, JUISI, 2(1), Hal. 49-55.
[10] Aisyah, Sriwulandari., 2014., “Analisis dan Evaluasi pada Web HRMIS
Telkom University menggunakan Usability Testing”, e-Proceeding of
Engineering, 1(1), Hal. 537-542.
[11] Anisya, 2014., Interaksi Manusia dan Komputer : Jurusan Teknik
Informatika Institusi Teknologi Padang hal: 6 Diakses dari :
https://id.scribd.com tanggal :1 juli 2017.
[12] Arikunto,S., 2010., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta
: PT. Rineika Cipta.
[13] Sugiyono, (2007)., Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.