Download - Sistem Indra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indra Penglihatan
2.1.1 Anatomi Organ Penglihatan
Indera penglihatan terletak pada mata (organ visus) yang
terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus
(bola mata). Saraf indera penglihatan, saraf optikus (urat saraf
kranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam retina,
bergabung untuk membentuk saraf optikus.
A. Organ Okuli Assesoria
Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di
sekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata,
terdiri dari:
Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya
seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke
dalam. Dinding rongga mata di bentuk oleh tulang: Os frontalis, Os
zigomatikum, Os sfenoidal, Os etmoidal, Os palatum, Os lakrimal.
Rongga mata mempunyai beberapa celah yang menghubungkan
rongga mata dengan rongga otak, rongga hidung, rongga
etmoidalis dan sebagainya. Rongga bola mata ini berisi jaringan
lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah dan aparatus lakrimalis.
Supersilium (alis mata), merupakan batas orbita dan
potongan kulit tebal yang melengkung,di tumbuhi oleh bulu
pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan
sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik.
Palpebra (kelopak mata), merupakan dua buah lipatan
atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli. Kelopak
mata atas terdiri dari lebih lebar dari kelopak mata bawah.
Kelopak mata terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan
kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-
waktu kalau ada gangguan dari mata (menutup dan membuka
mata). Kelopak mata atas lebih mudah di gerakkan yang terdiri
dari muskulus levator palpebra superior. Pada tepi kelopak mata
terdapat silia (bulu mata). Tarsus merupakan bagian dari kelopak
berlipat-lipat. Pada kedua tarsus terdapat beberapa kelenjar:
kelenjar tarsalia, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Fungsi
kelopak mata sebagai pelindung bola mata terhadap gangguan
pada bola mata.
Aparatus lakrimalis (air mata), air mata di hasilkan
oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus
ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui
bagian depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke
dalam kanalis lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimalis terus
ke meatus nasalis inferior.
Muskulus okuli (otot mata), merupakan otot ekstrinsik
mata, terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot di antaranya melekat
dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata ke
atas.
Muskulus levator palpebralis superior inferior,
fungsinya mengangkat kelopak mata.
Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata.
fungsinya untuk menutup mata.
Muskulus rektus okuli inferior (otot di sekitar mata),
fungsinya untuk menutup mata.
Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata),
fungsinya menggerakkan mata dalam (bola mata).
Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya
menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar
mata ke atas, ke bawah dan ke luar.
Muskulus rektus okuli berorigo pada anulus tendineus
komunis, yang merupakan sarung fibrosus yang menyelubungi
nervus optikus. Strabismus (juling) di sebabkan tidak seimbangnya
atau paralisis (kelumpuhan) fungsi dari salah satu otot mata.
Konjungtiva, permukaan dalam kelopak mata di sebut
konjugtiva palpebra merupakan lapisan mukosa. Bagian yang
membelok dan kemudian melekat pada bola mata di sebut
konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-
kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva di
sebut konjungtivitis.
Kadang-kadang terlihat granulasi kelenjar-kelenjar limfe
yang meradang menahun. Misalnya pada trakoma, kadang-kadang
telah membentuk jaringan parut.
B. Okulus
Okulus meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus
optikus saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan
bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari
organ visus.
B.1 Tunika Okuli
Tunika okuli terdiri dari:
Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya,
melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris.
Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan
epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen), 3 subtansi
propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak
mengandung pembuluh darah, peralihan antar kornea ke sklera di
sebut sclero corneal junction.
Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang
merupakan bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian
putih mata. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong
konjungtiva.
B.2 Tunika vaskulosa okuli
Tunika vaskuola okuli merupakan lapisan tengah dan
sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini
menurut letaknya terbagi atas 3 bagian, yaitu:
Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab
merupakan bagian belakang tunika vaskulosa. Fungsinya
memberikan nutrisi pada tunika.
Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal,
terbentang mulai dari ora serata sampai ke iris. Bentuk
keseluruhan seperti cincin, korpus siliaris terdiri dari orbikulus
siliaris, korona siliaris, dan muskulus siliaris. Bagian ini terdapat
diluar korpus siliaris antara sklera dan korona siliaris. Fungsinya
untuk terjadinya akomodasi. Pada proses melihat, muskulus siliaris
harus berkontraksi.
Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli,
berwarna karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti
piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak
bagian berlubang yang di sebut pupil. Pupil berguna untuk
mengatur cahaya yang masuk ke mata. Bagian belakang dari
ujung iris menempel pada lensa mata, sedangkan ujung tepinya
melanjut sampai ke korpus siliaris. Pada iris terdapat 2 buah otot:
muskulus sfingter pupila pada pinggir iris, dan muskulus
dilatator pupila terdapat agak ke pangkal iris dan banyak
megandung pembuluh darah dan sangat mudah terkena radang,
bisa menjalar ke korpus siliaris. Jumlah cahaya yang memasuki
mata dapat berubah sekitar 30 X lipat sebagai akibat dari
perubahan diameter pupil. Fungsi utama iris adalah untuk
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata pada
waktu gelap, dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk
ke dalam mata pada waktu terang.
B.3 Tunika Nervosa
Tunika Nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata,
dan disebut retina.
Retina merupakan bagian mata yang peka terhadap
cahaya, mengandung:
Sel-sel kerucut, yang berfungsi untuk penglihatan warna.
Sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan
hitam dan putih dan penglihatan di dalam gelap. Bila sel
batang ataupun kerucut terangsang, sinyal akan di jalarkan
melalui lapisan sel saraf yang berurutan dalam retina itu sendiri
dan akhirnya ke dalam serabut nervus optikus dan korteks
serebri.
Lapisan Retina menunjukkan komponen fungsional retina
yang di susun dalam lapisan dari luar ke dalam sebagai berikut:
1. Lapisan pigmen.
2. Lapisan batang dan kerucut yang menonjol pada lapisan
pigmen.
3. Lapisan nucleus luar yang mengandung badan sel batang
dan kerucut.
4. Lapisan pleksiform luar.
5. Lapisan nucleus dalam.
6. Lapisan pleksiform dalam.
7. Lapisan ganglion.
8. Lapisan serabut saraf optik.
9. Membran limitan dalam.
Sesudah melewati susunan lensa mata dan selanjutnya
melalui humor vitreus, cahaya memasuki retina dari sebelah
dalam. Jadi ,cahaya itu akan melewati sel-sel ganglion, lapisan
pleksiform, dan lapisan nucleus sebelum akhirnya sampai pada
lapisan batang dan kerucut yang terletak di sepanjang sisi luar
retina. Jarak yang di tempuh ini merupakan ketebalan yang
besarnya beberapa ratus micrometer, tajam penglihatan jelas
berkurang karena perjalanan melalui jaringan non homogen ini.
Daerah Fovea Retina dan Peranannya dalam Tajam
Penglihatan
Fovea merupakan suatu daerah yang sangat kecil di
bagian tengah retina, luasnya kurang dari 1 milimeter persegi
terutama berfungsi untuk penglihatan cepat dan rinci. Fovea
sentralis, dengan diameter hanya 0,3 milimeter, hampir
seluruhnya terdiri dari sel-sel kerucut. Sel-sel kerucut ini
mempunyai sruktur khusus yang membantu mendeteksi bayangan
penglihatan secara lebih rinci. Sel – sel kerucut yang terletak di
fovea sentralis ini berbentuk panjang dan ramping, berbeda
dengan sel kerucut yang berbentuk lebih gemuk yang terletak
pada retina di bagian yang lebih perifer. Dalam bagian fovea,
pembuluh-pembuluh darah, sel-sel ganglion, lapisan sel-sel inti
dalam, dan lapisan pleksiform terletak lebih tersebar di satu sisi
dan bukannya terletak tepat di puncak konus.
Keadaaan ini menyebabkan cahaya tiba di konus tanpa di
redam.
Retina di bagi atas 3 bagian yaitu:
Pars optika retina, di mulai dari kutub belakang bola
mata sampai ke depan khatulistiwa bola mata.
Pars siliaris, merupakan lapisan yang di lapisi bagian
dalam korpus siliar.
Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.
Pada daerah macula lutea, retina mengalami
penyederhanaan sesuai dengan fungsinya untuk melihat secara
jelas. Semua akson dari neuron ganglion berkumpul pada bagian
belakang dari diskus optikus (papila). Diskus optic di sebut juga
titik buta oleh karena cahaya yang jatuh di daerah ini memberikan
kesan dapat melihat.
Bulbus okuli berisi tiga jenis cairan refracting media
dan masing-masing cairan mempunyai kekentalan yang berlainan.
Cairan akueus, cairan seperti limfe yang mengisi bagian
depan mata. Cairan ini di perkirakan di hasilkan oleh prosessus
siliaris kemudian masuk ke dalam kamera okuli posterior, melalui
celah Fontana (sudut iris) masuk ke dalam kamera okuli anterior.
Setelah masuk melalui saluran schelm menghilang ke dalam
pembuluh vena siliaris anterior.
Lensa kristalina merupakan massa yang tembus cahaya
berbentuk bikonkaf, terletak antara iris dan korpus vitrous yang
sangat elastis. Kedua ujung lensa ini di ikat oleh ligamentum
suspensorium.
Korpus vitrous merupakan cairan bening kental seperti
agar, terletak antara lensa dan retina. Isinya merupakan 4/5
bagian dari bulbus okuli, sehingga bola mata ini tidak kempes.
2.1.2 Fisiologi Penglihatan
Mata merupakan organ sensorik kompleks yang
mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk tranduksi
sinar. Apparatus optik mata membentuk dan mempertahankan
ketajaman fokus objek dalam retina. Prinsip optik: sinar dialihkan
berjalan dari satu medium ke medium lain dari kepadatan yang
berbeda, focus utama pada garis yang berjalan melalui pusat
kelengkungan lensa sumbu utama.
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas
cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus,
menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak
untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan
bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan ini
akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan
vitrous. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan
pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang
difokuskan.
1. Pembentukan Bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina selalu
lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang jatuh
pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dan mosaic reseptor,
selanjutnya mengirimkan bayangan dua dimensi ke otak untuk
direkonstruksi menjadi tiga dimensi.
Pembentukan bayangan abnormal jika bola mata terlalu
panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh di depan retina
sehingga bayangan kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa
bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata.
Hiperpropia, titik focus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi
dengan lensa bikonveks. Presbiopia, bentuk abnormal karena
lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
2. Mekanisme Akomodasi
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang,
lensa tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan
memperpanjang jarak focus. Bila benda dekat dengan mata maka
otot berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada retina
menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris
membuat pupil mengecil dan melebar.
Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar
sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam keadaan
gelap pupil melebar agar sinar banyak ditangkap.
Respons dalam melihat benda: jika mata melihat jauh
kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar terjadi
peningkatan ke dalam lapang penglihatan.
Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik
negatif secara otomatis.
3. Lintasan Penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan
ke belakang melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus,
serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut yang
berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi
untuk dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks
visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
2.2 Indra Pendengaran
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali
getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama
dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga
dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima
rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk
diolah.
1. Susunan Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.
Gambar. Struktur telinga pada manusia
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan
membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia
mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang
mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran
suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya
adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan
membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut
halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar
lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang
telinga tidak kering.
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat
saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar
melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan
bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar
yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang
tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga
dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil
(maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan
(inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga
mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah
tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval.
Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk
mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran
timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
c. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari
labirin tulang dan labirin membrane. Ada 5 bagian utama dari
labirin membran, yaitu sebagai berikut:
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran
sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan
sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya
terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran.
Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran
vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran
tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela
bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya
oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan saluran
tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran
tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam
saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai
membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada
di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di
permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan
membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada
membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang
bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka
terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
2. Cara Kerja Indra Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar
menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh
ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea
pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam
saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan
membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran
cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran
basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam
saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya
membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu
akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan
menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran
basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di
dalam otak melalui saraf pendengaran.
3. Innervasi / Saraf Pendengaran
Nervus Auditorius
Terdiri dari 2 bagian : Salah satu dari padanya
pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga
dalam, yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan.
Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus vestibularis
yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla
oblongata terus bergerak menuju serebelum. Bagian kokhlearis
pada nervus auditorius adalah saraf pendengar yang sebenarnya.
Cedera pada saraf kokhlearis akan berakibat ketulian saraf,
sementara cedera pada saraf vestibularis akan berakibat
vertilago, ataxia dan nistagmus.
Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada
sebuah nucleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus,
lantas dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir
dalam kortex otak yang terletak pada bagian bawah lobus
temporalis.
Potensial aksi dalam serabut saraf pendengar. Frekuensi
potensial aksi dalam serabut saraf pendengar sebanding dengan
kekerasan bunyi. Pada intensitas bunyi yang rendah, tiap akson
melepaskan listriK terhadap bunyi hanya 1 frekuensi. Frekuensi ini
bervariasi dari akson ke akson, bergantung pada bagian koklea
tempat asal serabut.
Pusat Keseimbangan
Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis
semisirkuleris, menghantarkan impuls-impuls menuju otak.
Impuls-impuls itu dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena
adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran2
itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran
kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang sekonyong-
konyongnya didorong kearah satu sisi, maka kepala orang itu
cenderung miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan
yang didorong) guna mempertahankan kseimbangan, berat badan
diatur, posisi berdiri dipertahankan, dan jatuhnya badan dapat
dihindarkan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran
semisirkuler inilah yang merangsang impuls, yang segera dijawab
badan berupa gerak reflex, guna memindahkan berat badan serta
mempertahankan keseimbangan.
Pusat pendengaran
Pusat pendengaran di otak jarasnya sangat rumit. Neuron
auditorik primer mempunyai badan sel di ganglia spiral yang
berlokasi di koklea. Setelah keluar dari koklea bergabung dengan
serabut dari organ vestibule untuk membentuk saraf VIII (n.
auditorius) masuk ke medulla berakhir di nuclei koklea. Di stasiun
ini terjadi beberapa koneksi dengan beberapa pusat saraf di otak:
Pusat auditorik medular, mencari sumber bunyi, reflex
pendengar mengatur otak telinga tengah.
Pusat midbrain, mengatur reflex pendengar yang berkaitan
dengan gerak kepala dan mata mencari sumber bunyi.
Korikular inferior, proyeksi bunyi dipancarkan ke nuklae
genikulata medial dari thalamus.
4. Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan
organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di
dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar
dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya
berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan
yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori
yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk
kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran
setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri
dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas
yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi
kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
5. Kelainan pada Telinga dan Fungsi Pendengaran
a. Infeksi telinga atau radang telinga
- Disebabkan karena virus dan bakteri
- Menyerang bagian luar melalui kotoran yang masuk
ketika berenang
- Menyerang bagian dalam bakteri dan virus dari
rongga mulut melalui saluran eustachius
b. Otosklerosis atau tuli
- Disebabkan karena tulang sanggurdi kaku dan tidak
dapat bergerak leluasa
- Akibatnya terjadi tuli konduksi yang menahun
c. Ketulian
Gangguan hantaran kerusakan sel rambut jaras saraf (tuli
saraf), sumbatan meatus akustikus, penebalan membrane
timpani dan infeksi telinga tengah.
Tuli saraf : akibat dari obat-obatan oleh streptomisin dan
gentamisin yang terkonsentrasi dalam endolimfe.
Kerusakan sel rambut luaar : ntibiotik pemakaian lama,
tumor kerusakan vaskulr dalam medulla oblongata.
Tuli hantaran : dapat dilakukan dengan uji sederhana
dengan garpu tala, uji Weber dan Schwabach untuk
mengetahui ambang pendengaran.
d. Tersumbatnya telinga oleh kotoran
Telinga bagian luar memiliki kelenjar yang menghasilkan
minyak. Minyak ini berguna untuk mencegah air dan
kotoran masuk ke dalam telinga. Biasanya, minyak
bersama kotoran mengggumpal dan akan mengering.
Selanjutnya, kotoran telinga ini akan keluar dengan
sendirinya. Namun, kadangkala kotoran telinga
mengumpul terlalu banyak dan menyumbat telinga. Jika
keadaan demikian, harus konsultasi dengan dokter.
e. Hilangnya pendengaran akibat pencemaran suara
Suara yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan
telinga bagian dalam. Akibatnya, pendengaran dapat
terganggu dan bahkan pendengaran hilang. Rusaknya
telinga akibat suara yang terlalu keras dapat dicegah
dengan tidak mendengarkan dan menghindari sumber
pencemaran suara atau menggunakan alat penutup telinga
yang dapat mengurangi intensitas suara.
2.3 Indra Penciuman
Penciuman merupakan rasa yang paling tidak di pahami
dengan baik. Hal ini sebagian akibat dari letak membrana
olfaktoria yang tinggi dalam hidung, tempat akar di selidiki dan
sebagian dari knyataan bahwa penciuman merupakan suatu
fenomene subjektif yang tidak dapat dipelajari dengan mudah
pada binatang tingkat rendah. Masalah - masalah rumit lainnya
juga merupakan kenyataan bahwa pnciuman hamper rudimenter
pada manusia di bandingkan dengan penciuman pada binatang
tingkat rendah.
2.3.1 Membrane Olfaktoria
Membrane olfaktoria terletak pada bagian superior rongga
hidung. Di medial ia melipat kebawah pada permukaan septum,
dan di lateral ia melipat diatas konka superior dan malahan
sebagian kecil bagian atas konka media. Pada setiap rongga
hidung membrane olfaktoria mempunyai luas permukaan sekitar
2,4 cm2.
Sel sel olfaktoria adalah sel sel reseptor untuk penciuman
yang sebenarnya merupakan sel sel saraf bipolar yang
sebenarnya berasal dari susunan sara sendiri. Terdapat sekitar
100 juta. Sel – sel ini pada epitel olfaktoria yang di selang seling
antara sel sustentakuler. Ujung – ujung mukosa sel – sel olfaktoria
membentuk pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria dari mana
sjumlah besar rambut olfaktoria atau silia yang bergaris tengah
0,3 mikron dengan panjang 50 sampai 150 mikron, menonjol
kedalam mucus yang meliputi permukaan dalam rongga hidung.
Rambut olfaktoria yang menonjol ini diduga bereaksi terhadap bau
– bau dalam udara dan kemudian merangsang sel – sel olfaktoria.
Ruang antara sel olfaktoria pada membrane olfaktoria terisi
banyak. Kelenjar bowman kecil yang mengskresi mucus ke
permukaan membrane olfaktoria.
2.3.2 Perangsangan Sel – Sel Olfaktorius
Rangsang yang tidak di prlukan dalam penciuman. Kita
tidak mengetahui apa yang berlangsung secara kimia untuk
merangsang sel – sel olfaktoria. Namun kita mengetahui sifat
fisikazat – zat yang merangsang penciuman sebagai berikut :
1. Zat harus mudah menguap sehinga ia dapat dihirup masauk
kedalam lubang hidung.
2. Zat harus sedikit larut dalam air sehingga ia dapat melalui
mucus untuk mencapai sel olfaktoria.
3. Ia juga harus larut dalam lipid, diduga karena rambu – rambut
olfakoria dan luar ujung sel – sel olfaktoria terutam terdiri dari zat
– zat lipid.
Dengan mengabaikan mekanisme dasar sel – sel olfaktoria
dirangsang, telah di ketahui bahwa sel olfaktoria akan terangsang
bila udara mengalir ke atas, masuk darah superior hidung. oleh
karena itu, penciuman terjadi dalam siklus inspirasi , yang
menunjukkan bahwa reseptor olfaktoria member respon dalam
milidetik terhadap agen yang mudah menguap. Kareana intensitas
bau di tingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung,
seseorang dapat menambah kepekaan pembauannya dengan
tekhnik menghirup yang telah di kenal.
Penyelidikan sensasi primer penciuman. Sebagian besar
ahli pisikologi yakin bahwa banyak sensasi penciuman dipengaruhi
oleh beberrapa sesasi primer , bukan sensasi primer yang di
secret melalui jalan yang sama seperti rasa yang dipengaruhi oleh
sensasi asam, manis, pahit dan asin. Sejauh ini hanya sedikit yang
di capai dalam menggolongkan sensasi primer penciuman. Namun
berdasarkan tes pisikologi dan penetrasi potensial aksi dari
berbagai tempat pada lintasan N. olfaktorius, elah di kemukakan
bahwa terdapat 7 kelas perangsang penciuman primer yang lebih
merangsang sel olfaktoria tertentu. Kelas perangsang penciuman
tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Kamfer
2. Musky
3. Bau bunga
4. Permen
5. Eter
6. Bau pedas
7. Bau busuk
Akan tetapi tidak mungkin daftar ini menyatakan sensasi
primer sebenarnya dari penciuman , walaupun ia melukiskan dari
hasil salah satu. Dari banyak percobaan untuk
mengklasifikasikannya. Memang beberapa petunjuk pada tahun
tahun terakhir ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat
sebanyak 50 sensasi penghidu primer atau lebih jelas berbeda
denagn disini yang hanya terdapat 3 snsasi primer warna yang
dapat dibedakan oleh mata dan hanya 4 sensasi primer
pengecapan yang hanya dapat di diteksi oleh lidah. Misalnya telah
ditemukan seseorrang secara khusus buta bau untuk lebih dari 50
zat. Karena di duga baha buta bau untuk setiap zat
mengambarkan tidak adanya reseptor yang sesuai untuk zat
tersebut . diduga bahwa pnghidu mungkin di pengaruhi oleh 50
sensasi pnghidu primer atau lebih.
Dua teori dasar telah di kemukakan untuk menjelaskan
kemampuan sebagai reseptor untuk member respon secara
selektif terhadap berbagai jenis rangsang penciuman. Teori kimia
dan teori fisika.
1. Teori kimia berpendapat bahwa : reseptor kimia dalam
membrane rambut olfaktoria bereaksi secara spesifik berbagai
jenis perangsang penciuman. Jenis reseptor kimia menentukan
jenis perangsangan yang akan menimbulkan respon pada sel
olfaktoria. Reaksi antara perangsang dan perespon mungkin
meningkatkan permediabilitas memban rambut olfaktoria dan hal
ini selanjutnya akan menimbulkan impuls pada serabut N.
olfaktorius.
2. Teori fisika berpendapat bahwa : pada berbagai tempat
reseptor fisika pada membrane rambut olfaktoria dari sl olfaktoria
terpisah memungkinkan perangsang olfaktoria sepesifik
terabsorpsi pada membrane berbagai sel olfaktoria. Bukti yang
menyokong teori ini adalah bahwa banyak zat yang mempunyai
sifat kimia yang sangat berbeda. Tetapi bentuk molekul hampi
identik, mempunyai bau yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
hal sifat fisika perangsang mungkin menentukan bau.
Ambang penciuman. Salah satu sifat penting dari penghidu adalah
sedikitnya konsentrasi agn perangsang di udara yang di buuhkan
untuk mempengaruhi sensasi penghidu. Misalnya, metal
merkaptan dapat tercium hanya dalam jumlah 1/25.000.000.000
miligram dalam setiap milliliter udara. Karena ambangnya yang
rendah, zat ini dicampur dengan gas alam untuk memberikan bau
yang dapat dieteksi bila bocor dai pipa gas.
2.3.3 Penghantaran Sensasi Bau Ke Susunan Saraf Pusat
Fungsi susunan saraf pusa pada penciuman hamper
setidaknya jelasseperti reseptor perifer. Akan tetapi melukiskan
gambaran umum hantaran sensasi penghidu ke susunan saraf
pusat. Bahwa ini menunjukkan sejumlah sel olfaktoria terpisah
mengirimkan akson ke bulbus olfaktorius untuk berakhir pada
dendrite dendrite sel mitral dalam struktur yang dinamaknan
glomerulus . kira kira 25.000 akson dari sel olfaktoria masuk pada
setiap glomerulus dan bersinaps dengan sekitar 25 sel mitral yang
selanjutnya mengirimkan isyarat ke dalam otak. Terdapat sekitar
5.000 glomeruluspada gambaran hubungan system saraf
olfaktorius. Menggambarkan lintasan utama untuk penghantaran
isyarat penghidu dari sel mitral ke otak. Serabut dari sel mitral
berjalan melalui traktus olfaktorius dan berkhir utama atau melalui
neuron pemancar dalam 2 daerah utama dala otak yang masing
masing dinamakan :
1. Area olfaktoria media
2. Area olfaktoria lateral
Area olfaktoria media terdiri atas kelompokan inti yang terletak
pada bagian tengah otak superior dan anterior terhadap
thalamus. Kelompokan ini terdiri atas :
1. Septum pelisidum
2. Ginus subkalosus
3. Area paaolfaktoria
4. Trigonum olfaktoria
5. Dan bagian substantia perforate anterior
Area olfakoria lateral terletak bilateral, terutama di bagian anterior
inferior lobus temporalis. Ia terdiri dari :
1. Area prepiriformis
2. Urkus
3. Bagian lateral substansia perforate anterior
4. Dan bagian nuclei amigdaloid.
Traktus olfaktoius sekunder berjalan dari nuclei pada area
olfaktoria lateral menuju ke :
1. Hipotalamus
2. Thalamus
3. Hipokampus
4. Dan nuclei batang otak
Daerah sekunder ini mngatur respon otomaik tubuh terhadap
rangsangan penciuman, termasuk aktivitas makan otomatis dan
juga respon emosi, sperti keakutan, keadaan terangsang
kenikmatan, dorongan seksual.
Pembuangan seluruh area olfaktoria lateral sangat mempengaruhi
repon primitive penghidu, seperti menjilat bibir, salvias, dan
respon makan lain yang disbabkan oleh bau makanan atau
berbagai emosi yang berhubungan dengan bau. Sebaliknya
pengbuangan tersebut menghilangkan reflex bersyarat yang lebih
kompleks yang tergantung pada rangsang penhidu. Oleh karena
itu, daerah ini di anggap sebagai korteks olfaktoria primer untuk
penghidu. Pada manusia, tumor pada daerah ungkus dan
amigdala sering menyebabkan orang menerima bau abnormal.
2.3.4 Gangguan Penciuman
1. Anosmia
Kehilangan rasa bau atau hilangnya daya menghidu.
Penyakit ini disebabkan:
Penyumbatan rongga hidung missal tumor
Reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi
virus/atrophi
Gangguan pada saraf ke I, bulbus, tractus
olfaktorius/cortex otak karena kepala atau tumor.
2. Hiposmia
Pengurangan sensifitas olfaktorius atau berkurangnya
kepekaan dalam menghidu.
3. Disosmia
Distori daya menghidu atau indera penciuman berubah.
Penyakit ini disebabkan oleh:
Infeksi didalam sinus
Kerusakan parsial pada saraf olfaktorius
Kebersihan mulut yang jelek sehingga terjadi infeksi mulut
yang berbau tidak enak yang tercium oleh hidung
2.4 Indra Pengecap / Perasa
Pada hakekatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri
dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan semua
gerakan halus, sementara otot extrinsik mengaitkan lidah pada
bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan
kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan.
Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit
dan gigi, dan akhirnya mendorong masuk ke farinx.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh
darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara
dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas
lidah. Bila lidah digulung kebelakang, maka tampaklah permukaan
bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen
halus yang mengaitkan bagian postrior lidah pada dasar mulut.
Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka
ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang didasar mulut,
maka ujung lidah berbentuk bulat.
Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan
pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya
seperti beludru dan ditutupi papil-papil, yang terdiri atas tiga jenis.
Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah
dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papillae
sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-
masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini
tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.
Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan
sisi lidah, dan berbentuk jamur.
Papillae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar
pada seluruh permukaan lidah. Organ ujung untuk pengecapan
adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat
dalam dinding papillae sirkumvalata dan fungiforum. Papillae
firiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh, dari pada
rasa pengecap yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan
farinx juga bermuatan puting-puting pengecap.
Ada empat macam rasa kecapan : manis, pahit, asam dan
asin. Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa,
tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan
ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua
makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguh
bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima
rangsangan yang berbeda-beda. Puting penegecap yang berbeda-
beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
Lidah memiliki pelayanan persarafan yang majemuk. Otot-
otot lidah mendapat persyarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf
otak kedua belas). Daya perasaannya dibagi menjadi “perasaan
umum”, yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan
ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya, dan
rasa pengecap khusus.
Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian
anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah
cabang urat saraf kranial kelima, sementara impuls indera
pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf lingual,
lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial ketujuh, yaitu
nervus saraf fasialis.
Pengecapan berkaitan erat dengan fungsi gastro intestinal
Serabut sensoris tunas pengecap ; 2/3 anterior berasal dari
nervus fasialis, 1/3 posterior nervus glossofaringeus, area yang
lain dari nervus vagus
Pengecapan merupakan salah satu fungsi dari taste buds
di dalam mulut, tetapi indera pembau juga memiliki kontribusi
terhadap stimulus sensoris pada pengecapan. Sebagai contoh,
bentuk dari suatu makanan, yang terdeteksi oleh indera
pengecapan di mulut dan substansi di dalam makanan tersebut
menstimulasikan suatu rasa, seperti rasa manis, rasa pahit, rasa
asam, ataupun rasa asin. Pada kenyataannya indera pengecapan
juga berperan dalam proses pemilihan suatu makanan
berdasarkan keinginan dan yang dibutuhkan dalam proses
metabolisme jaringan organ.
Taste Bud
Taste bud terletak pada tipe papilla lidah,yakni (1)
sebagian besar taste bud terletak di dinding saluran yang
mengelilingi papilla sirkumvalata, yang membentuk garis V di
permukaan lidah posterior. (2) Sejumlah taste bud terletak pada
papilla fungiformis di atas permukaan anterior lidah. (3) Sejumlah
lainnya terletak pada papilla foliate yang terdapat di lipatan-
lipatan sepanjang permukaan lateral lidah. Taste bud tambahan
terletak pada palatum, da beberapa diantaranya diemukan pada
pilar tonsilar,epiglottis dan di esophagus bagian proximal. Orang
dewasa mempunyai 3000 samoai 10.000 taste bud, sedangkan
anak-anak mempunyai lebih sedikit. Di atas usia 45 tahun,
sebagian besar taste bud mengalami degenerasi, yang
menyebabkan sensasi pengecapan menjadi semak semakin
kurang tajam pada usia tua.
Taste bud mempunyai diameter sekitar 1/30 mm dan
panjang sekitar 1/16 mm. Terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel
yang termodifikasi, beberapa di antaranya adalah sel penyokong
yang disebut sebagai sel sustentakuler, dan yang lainnya disebut
sebagai sel pengecap. Sel-sel pengecap terus menerus digantikan
melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya,
sehingga beberapa sel pengecap adalah sel muda. Sel pengecap
lainnya adalah sel matang yang terletak k arah bagian tengah
bud, yang akan terurai dan larut.
Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun di sekitar pori-pori
pengecap yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel
pengecap, mikrovili atau rambut pengecap, akan keluar menuju
pori-pori pengecap, untuk mendekati rongga mulut. Mikrovili ini di
permukaan memberikan reseptor untuk pengecapan. Anyaman di
sekitar badan sel-sel pengecap merupakan rangkaian
percabangan terahir dari serabut-serabut saraf pengecap yang di
rangsang oleh sel-sel reseptor pengecap. Beberapa dari serabut-
serabut ini bernavigasi menjadi lipatan-lipatan membrane sel
pengecap. Beberapa vesikel membentuk membrane sel di dekat
serabut.
Mekanisme Perangsangan (Taste Bud Potensial Reseptor)
Membrane sel-sel pengecap seperti kebanyakan sel-sel
reseptor sensoris lainnya, mempunyai muatan negative di bagian
dalam yang berlawanan dengan bagian luar. Pemberian zat
pengecap pada rambut pengecap akan menyebabkan hilangnya
sebagian potensial negative, sehingga sel pengecap mengalami
depolarisasi. Perubahan potensial listrik pada sel pengecap ini
disebut potensial reseptor untuk pengecapan.
Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor di
sebagian besar zat yang terangsang dengan vili pengecap adalah
dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor protein
yang dekat atau menonjol melalui membrane vilus. Hal ini yang
kemudian akan membuka kanal ion, sehingga membuat ion
natrium yang memiliki muatan positif masuk dan mendepolarisasi
kenegatifan normal di dalam sel. Selanjutnya zat kimia kecap
secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva,
sehingga akan menghilangkan rangsangan.
Tipe protein reseptor di setiap vilus pengecap
menentukan tipe rasa yang akan diterima. Untuk ion natrium dan
hydrogen yng secara berurutan melepaskan sensasi kecap rasa
asin dan asam, protein reseptor akan membuka kanal ion yang
spesifik pada membrane sel kecap di bagian apical, dengan cara
mengaktifkan reseptor. Namun demikian, untuk sensasi rasa
pahit, bagian molekul protein reseptor yang menonjol ke
membrane di bagian apical akan mengaktifkan substansisecond
messenger transmitter di dalam sel dan second messenger
transmitter ini akan menyebabkan perubahan kimia untuk
melepaskan sinyal pengecapan.
Sensasi Pengecapan Utama
Seseorang dapat mempersepsikan ratusan rasa yang
berbeda. Adapun rasa – rasa yang umum kita dapat rasakan ada 5
yakni, asam, asin, manis, pahit, dan umami.
Rasa Asam
Rasa asam di sebabkan oleh asam yang merupakan
konsentrasi ion hydrogen. Dan intensitas dari stimulus rasa ini kira
– kira sesuai dengan proporsi dari logaritma konsentrasi ion
hidrogen. Semakin banyak terdapat asam di dalam makanan
tersebut maka semakin asem pula rasa asem yang akan timbul.
Rasa Asin
Rasa asin di sebabkan oleh ion – ion garam seperti ion
yodium. Kualitas dari rasa tersebut bervariasi dari satu ion garam
ke lainnya, di sebabkan karena beberapa ion garam
mendatangkan rasa – rasa lain untuk menambah kadar
keasinannya. Kation dari garam, khususnya kation pada sodium,
yang bertanggung jawab terhadap rasa asin.
Rasa Manis
Penyebab rasa manis yang paling utama adalah bahan
kimia organik seperti gula, glikol, alkohol, aldehid, keton, ester,
dan beberapa asam amino, serta beberapa protein. Tetapi
perubahan yang sangat kecil pada struktur kimia, misalnya
penambahan radikal sederhana, seringkali dapat mengubah zat
dari rasa manis menjadi pahit.
Rasa Pahit
Rasa pahit, sama seperti rasa manis, disebabkan oleh
bahan kimia organik. Adapun 2 substansi yang biasanya
menyebabkan rasa pahit adalah :
Substansi organik rantai panjang yang mengandung
nitrogen,
Alkaloid,
Alkaloid biasanya di gunakan pada obat – obatan,
seperti caffeine, quinine, dan strychinine.
Pada beberapa subtansi yang pada awalnya terasa rasa
manis kemudian dapat terasa pahit yang merupakan pengaruh
dari saccharin. Rasa pahit yang berlebihan biasanya akan
menyebabkan seseorang akan menolak makanan / muntah.
Rasa Umami
Umami artinya adalah gurih atau renyah. Umami biasanya
dapat di rasakan pada makanan yang mengandung L-glutamate,
seperti daging ekstrak, dan keju.
Mekanisme Saraf Sensoris pada Indera Pengecapan
Membran pada sel perasa yang merupakan reseptor
sensoris pada sel biasanya akan peka terhadap stimulus yang
berasal dari luar. Mekanisme oleh substansi stimulus memberikan
reaksi pada reseptor potensial.
Mekanisme di mulai dengan stimulus oleh suatu substansi
pada taste vili yang merangsang reseptor potensial untuk
mengikat rasa yang timbul ke reseptor protein molekul yang
terletak di luar permukaan dari reseptor sel perasa melalui
membran villus. Kemudian ion sodium ataupun ion hidrogen
masuk dan mengalami depolarisasi pada sel. Kemudian bahan
kimia tersebut secara perlahan hilang dari taste villus karena
pengaruh dari saliva. Tipe pada reseptor protein di taste villus
menentukan tipe rasa yang akan di persepsikan. Contoh : untuk
ion sodium dan ion hidrogen akan menghasilkan persepsi rasa
asem. Untuk reseptor rasa manis dan pahit, bagian dari reseptor
molekul protein yang menonjol melalui membran apical yang
mengaktivasikan second messenger transmitter substances di sel
perasa, dan second messengers menyebabkan perubahan kimia
intraselular yang menyebabkan signal rasa pada indera
pengecapan.
Impuls saraf diterima melewati lingual nerve, kemudian
melewati chorda tympani melalui facial nerve, dan pada akhirnya
sampai pada tractus solitarius di dalam otak. Sensasi rasa dari
circumvallate papillae di bawah lidah dan bagian posterior lainnya
di bagian rongga mulut di transmisikan melewati
glossopharyngeal nerve dan tractus solitarius dari dasar
permukaan pada lidah dan bagian lain pada bagian pharyngeal.
Semua serabut sinaps pada bagian posterior pada otak di
dalam nuclei of the tractus solitaries mengirimkan second-order
neurons ke suatu area kecil pada ventral posterior medial nucleus
of the thalamus, yang terletak pada daerah medial ke thalamic
terminations pada bagian muka. Dari thalamus, third-order
neurons dikirimkan ke the lower tip of the postcentral gyrus in th
parietal cerebral cortex.
Dari tractus solitarius, banyak signal rasa di transmisikan
bersamaan dengan brain stem yang langsung menuju ke superior
dan inferior salivatory nuclei, dan ditransmisikan pada kelenjar
submandibular, sublingual, dan parotis yang mengontrol jumlah
kadar saliva yang di sekresikan di dalam rongga mulut.
Kelainan-kelainan pada Idera Pengecap
1. Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun
kronis, dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan lendir yang
menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul pada pasien yang
mengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah
lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada
pinggirannya. Biasanya, glositis kronis menghilang, apabila
kesehatan badan membaik dan pemeliharaan higiene mulut yang
baik.