Download - Sintaksis Bahasa Banjar
Bahasa Banjarmasin
BAB IV
TATA KALIMAT
(SINTAKSIS)
4.1 Klausa
4.1.1 Pengertian dan Ciri Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang
terdiri atas predikat (P) baik disertai subjek
(S), objek (O), dan keterangan (ket) atau tidak
(Ramlan, 2001: 79).
Keraf (1984:137) mengemukakan bahwa klausa adalah satuan konstruksi
yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional
yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek, dan
keterangan.
4.1.2 Klasifikasi Klausa
Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa
bebas dan klausa terikat.
4.1.2.1 Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna.
Syarat untuk menjadi kalimat sempurna yang harus terpenuhi adalah unsur subjek dan
predikat. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat sempurna dan merupakan kelengkapan dari suatu kalimat. Perhatikan contoh
berikut:
(1) Abah tulak 'ayah pergi'
(2) Duduk! 'duduk'
i Bahasa Banjar Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 75
Pada kalimat (1) mempunyai unsur subjek dan predikat. Abah 'ayah' berfungsi
sebagai unsur subjek karena merupakan orang yang melakukan tindakan, sedangkan
tulak 'pergi' berfungsi sebagai unsur predikat karena merupakan tindakan dari pelaku.
Berbeda dengan kalimat (2) Duduk dan (3) Ulun 'saya'. Kalimat-kalimat tersebut hanya
mempunyai satu unsur saja. Kalimat duduk! hanya mempunyai satu unsur predikat, serta
kalimat ulun 'saya' hanya mempunyai satu unsur subjek saja. Kalimat apabila
mempunyai satu unsur inti saja baik berupa subjek atau predikat, kalimat tersebut
dikatakan kalimat tidak sempurna.
Klausa bebas bila ditinjau berdasarkan jenis katanya yang berfungsi sebagai
predikat dapat dibedakan menjadi: 1. Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja.
Contoh:
(1) Siti manyanga iwak.'Siti menggoreng ikan.'
(2) Amir guring di kamar.'Amir tidur di kamar.'
(3) Acil tulak ka pasar.'Bibi pergi ke pasar.'
Contoh-contoh kalimat di atas termasuk klausa verbal karena klausa tersebut
predikatnya terdiri atas kata kerja, yaitu manyanga 'menggoreng', guring 'tidur', tulak
'pergi'.
Klausa verbal bila ditinjau dari unsur internalnya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:(a) Klausa Transitif
76 Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar
Balai Bahasa Banjarmasin
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu
kata keija yang memerlukan objek. Contoh:
(1 )Ading memasang baju. S P O 'Adik memakai baju.'
(2) Kaka manyipak bola .S P O 'Kakak menendang bola.'
(3) Sidin mambaca buku . S P O'Beliau membaca buku.'
(b) Klausa Intransitif
Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, yaitu
kata keija yang tidak memerlukan objek. Contoh:
(1) U din balajar rajin banar .
S P K 'Udin belajar rajin
sekali.'
(2) Adins bamainan sampai sore. S P K'Ading bermain sampai sore.
(3) Inya bukah pina laju banar .S P K'Dia lari tampak cepat sekali.'
77 Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar
Balai Bahasa Banjarmasin
2. Klausa Nonverbal
Klausa nonverbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari kata selain kata
kerja (kata benda, sifat, dan sebagainya). Contoh:
(DNininva guru mangaji kuran. S P'Neneknya guru mengaji Alqur'an.'
(2) Umanya himung banar .S P 'Ibunya senang sekali.'
(3) Sapinya anam ikung .S P 'Sapinya enam ekor.'
Pada contoh (1) termasuk kalimat yang predikatnya kata benda, yaitu guru
mangaji Alquran 'guru mengaji Alqur'an', contoh (2) termasuk kalimat yang
predikatnya kata sifat, yaitu himung banar 'senang sekali', dan contoh (3) predikatnya
kata bilangan anam ikung 'enam ekor'.
4.1.2.2 Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak berdiri sendiri sebagai kalimat
sempurnanya, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak sempurna.
Klausa terikat apabila ditinjau berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi:
1. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh: Bubuhan nang umpat pamainan nitu ditangkapi pulisi.'Orang-orang yang ikut permainan itu ditangkap polisi.'
2. Klausa Adjektif
Klausa adjektif adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adjektif.
Contoh:
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 78-
Balai Bahasa Banjarmasin
(1) Urang nangpina marista nitu si Aluh. 'Orang yang kelihatan sedih itu si Aluh.'
(2) Kakanak halus nitu adingnya Ati. 'Anak kecil itu adiknya Ati.'
3. Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Udin bulik ka Kandangan menjadi Udin bulik ka kampung halamannya. 'Udin
pulang ke Kandangan' menjadi 'Udin pulang ke kampung halamannya.'
4.2 Kalimat
4.2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam
bentuk lisan ditandai dengan alunan titi nada, keras lembutnya suara, dan sela jeda, serta
diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.4.2.2 Unsur-unsur Kalimat
Di samping berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat dibangun dari unsur
yang lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Abah manzirimi duit pas awal bulan. 'Ayah mengirimi uang ketika
S P O Pel K S P O Pel
awal bulan.'
K
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 79-
Balai Bahasa Banjarmasin
Berdasarkan contoh di atas, sebuah kalimat dapat tersusun dari unsur yang
berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing unsur tersebut.
4.2.2.1 Subjek
Subjek adalah unsur kalimat yang ada dalam sebuah kalimat. Subjek memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
2. Tidak didahului kata depan atau preposisi.
3. Dapat disertai kata ini atau itu.
4. Dapat merupa kata/kelompok kata benda atau kelas kata yang lain yang dapat
memiliki salah satu ciri subjek.
4.2.2.2 Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau menerangkan subjek.
Keterangan itu berhubungan dengan apa, berapa, mengapa, atau bagaimana subjek.
Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Berupa jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa atau berapa.
2. Dapat disertai kata pengikar tidak atau bukan.
3. Dapat disertai adverbia seperti ingin, mau, akan.
4. Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kelompok kata sifat, atau kelompok kata
benda, kata atau kelompok kata bilangan.
4.2.2.3 Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau yang menderita akibat
perbuatan subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 80-
Balai Bahasa Banjarmasin
1. Terdapat dalam kalimat berpredikat verba transitif.
2. Langsung mengikuti predikat.
3. Tidak dapat didahului kata depan atau preposisi.
4. Menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Dapat berupa kata atau kelompok kata benda atau anak kalimat (ditandai dengan kata
penghubung bahwa).
6. Dapat diganti dengan bentuk -nya.
4.2.2.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang menerangkan predikat, tetapi tidak
dikenai perbuatan subjek. Pelangkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Melengkapi makna kata kerja (predikat).
2. Terdapat dalam kalimat berpredikat kata keija dwitransitif.
3. Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek di dalam kalimat itu.
4. Tidak didahului kata depan.
5. Berupa kata/kelompok kata benda, kata/ kelompok kata sifat atau klausa.
6. Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
7. Tidak dapat digantikan dengan -nya.
8. Cenderung tidak dapat dilesapkan.
4.2.2.5 Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
mengenai hal yang dinyatakan di dalam kalimat, keterangan kalimat bahasa Indonesia
tidak wajib hadir. Selain itu letaknya pun bebas. Keterangan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 81-
Balai Bahasa Banjarmasin
1. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, penyerta, alat.
2. Memiliki keleluasaan letak/tempat (dapat di awal, di akhir, atau menyisip di antara
subjek dan predikat).
3. Didahului kata depan seperti ke, di, dari, pada, dalam, dengan atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.
4. Tanpa kata depan jika berupa kata seperti kemarin, sekarang, tadi, nanti.
5. Dapat berupa kata, frase, atau klausa.
4.3 Kalimat Dasar dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai berikut: (i)
terdiri dari satu klausa; (ii) unsur-unsurnya lengkap; (iii) susunan unsur- unsurnya
menurut urutan yang paling umum; dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran (Alwi, et al, 2003:319). Kridalaksana (2001:92) mengemukakan bahwa
kalimat dasar adalah kalimat yang strukturnyasederhana tetapi unsur-unsurnya lengkap dan yang paling lazim.
4.4 Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar memiliki struktur dengan pola SP, SPO, SPPel, SPK,
SPOPel, dan SPOK. Berikut penjelasan pola-pola tersebut.
4.4.1 Pola SP
Kalimat yang predikatnya tidak menuntut objek, pelengkap, dan
keterangan mempunyai pola SP seperti berikut. Contoh:
(1) Umanya guring. S P
'Ibunya tidur.'
(2) Kucingnya tiga ikuns .
S P
'Kucingnya tiga ekor.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 82-
Balai Bahasa Banjarmasin
(3) Ading balaja r.
S P 'Adik belajar.'
4.4.2 Pola SPO
Dalam kalimat dasar yang berpola SPO, predikat diisi oleh kata kerja
transitif yang menghendaki dua pendamping, yakni subjek dan predikat. Dengan kata
lain pola SPO ini menuntut kehadiran objek seperti contoh berikut. Contoh:
( 1 ) Sidin lasi mambaca koran. S P O(2) Uma manjarang banyu .
S P O 'Ibu merebus air.'
(3) Ading mananam kambans mawar .S P O'Adik menanam bunga mawar.'
4.4.3 Pola SPPel
Kalimat dasar berpola SPPel juga menghendaki dua pendamping yang berupa
subjek dan predikat, tetapi tidak memerlukan objek. Dalam pola SPPel yang diperlukan
kehadiran pelengkap. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh:
(1) Inya marasa hara .
S P Pel 'Dia merasa kuatir.'
(2) Sidin manjadi katua RT . S P Pel 'Beliau menjadi ketua RT.'
(3) Muhanya nanskaya kainya .S P P e l " 'Wajahnya mirip kakeknya.'
4.4.4 Pola SPK
Dalam kalimat berpola SPK, predikat menuntut kehadiran dua pendamping,
yakni subjek dan keterangan. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh:
( 1 ) Abah tulak ka kantor. S P K 'Ayah pergi ke kantor.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 83-
Balai Bahasa Banjarmasin
(2) Sampah masih haja dibuang sambarangan .S P K
'Sampah masih saja dibuang sembarangan.'
(3) Inya balaiar sampai t angah malam .S P K
'Dia belajar hingga tengah malam.'
4.4.5 Pola SPOPel
Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOPel menuntut kehadiran objek dan
pelengkap sekaligus. Berikut contoh pemakaiannya. Contoh:
(1) Aku manukarakan ading w adai cincin .
S P 0 Pel'Saya membelikan adik kue cincin.'
(2) Bubuhannya manggalari sidin Utuh Ganal . S P 0 Pel 'Mereka menggelari beliau Utuh Ganal.'
(3) Inya mambari unda buah langsat .S P 0 Pel 'Dia memberi saya buah langsat.'
4.4.6 Pola SPOK
Predikat dalam kalimat dasar berpola SPOK menuntut tiga pendamping
sekaligus, yakni subjek, objek, dan keterangan. Berikut contoh pemakaiannya.
Contoh:
( 1 ) Sidin mambawa bawaan gasan cucunya. S P O K'Beliau membawa oleh-oleh untuk cucunya.'
(2) Uma maandak epok di bawah tilam . S P O K'Ibu meletakkan dompet di bawah kasur.'
(3) Kami sudah badapat sidin samalam . S POK 'Kami sudah
bertemu beliau kemarin.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 84-
Balai Bahasa Banjarmasin
4.5 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah klausa, bentuknya, sifatnya,
serta berdasarkan predikatnya.
4.5.1 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
(1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk (Djajasudarma dalam Putrayasa, 2007:26).
4.5.1.1 Kalimat Tunggal A. Pengertian Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa
terikat (Cook, 1971:38; Elson and Pickett, 1969:123). Alwi, et al, (2003:338)
mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal
ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat,
hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal terdapat semua
unsur wajib yang diperlukan. Dalam kalimat tunggal tidak mustahil terdapat unsur
manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Hal senada juga dikemukakan
Keraf (1991:194) kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti
dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur
tambahan itu tidak membentuk pola yang baru.
Kridalaksana (2001:95) mengemukakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat
yang terjadi dari satu klausa bebas. Chaer (2003:243) mengatakan bahwa kalau
klausanya hanya satu, kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah
kalimat yang terdiri dari satu klausa atau satu konstituen SP. Unsur inti kalimat tunggal
adalah subjek dan predikat (Rusyana dan Samsuri, 1976:29).
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 85-
Balai Bahasa Banjarmasin
Dengan demikian, kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari
satu klausa atau dua unsur inti subjek dan predikat dan dapat diperluas dengan satu atau
lebih unsur tambahan tetapi tidak membentuk pola baru.
B. Ciri-ciri Kalimat Tunggal
Ciri-ciri kalimat tunggal sebagai berikut:
1. Terdiri dari unsur inti subjek dan predikat.
2. Dapat diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan.
3. Hasil dari perluasan tersebut tidak boleh membentuk pola baru.
4. Boleh ditambah dengan objek dan keterangan.
Contoh penggunaan kalimat tunggal sebagai berikut:
(1) Urang itu kai kami. 'Orang itu kakek kami.'
(2) Abah manukar peci hanyar. 'Ayah membeli kopiah baru.'
(3) Bajauh! 'Pergi!'
4.5.1.2 Kalimat Majemuk
A. Pengertian Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih
yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola
yang baru di samping pola yang sudah ada (Keraf, 1991:199). Chaer (2003:243)
mengatakan kalau klausa di dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, kalimat itu
disebut kalimat majemuk. Atmojo, et al, (1991:119) juga mengemukakan bahwa kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas
(Kridalaksana, 2001:94; Tangan 1985:7). Verhaar (1999:275) juga mengatakan bahwa
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 86-
Balai Bahasa Banjarmasin
kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Purba, et al.
(2002:149) mengatakan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu
proposisi sehingga mempunyai kesatuan. Dengan demikian, sifat kalimat majemuk
selalu berwujud dua klausa atau lebih dan akan terjadi hubungan antarklausa yang ada
pada kalimat itu.
B. Ciri-ciri Kalimat Majemuk
Ciri-ciri kalimat majemuk sebagai berikut:
1. Hasil penggabungan atau perluasan dari kalimat tunggal.
2. Mempunyai unsur inti yang ganda, baik subjek, predikat, maupun objek.
3. Menggunakan kata tugas.
4. Mempunyai induk kalimat dan anak kalimat.
C. Jenis-jenis Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu: (1) kalimat
majemuk setara, (2) kalimat majemuk rapatan, dan (3) kalimat majemuk bertingkat
(Putrayasa, 2007:55). 1. Kalimat Majemuk Setara
Alwi, et al. (2001:24) mengemukakan bahwa kalimat majemuk setara adalah
kalimat majemuk yang unsur-unsurnya sederajat atau setara. Artinya, unsur yang satu
tidak lebih tinggi atau lebih rendah daripada unsur yang lainnya. Masing-masing unsur
yang membentuk kalimat majemuk itu dapat berdiri sendiri. Keraf (1991:200)
mengemukakan hal yang sama bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk
yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, tidak ada pola kalimat
yang menduduki suatu fungsi yang lebih tinggi dari pola yang ada.
Purba, et al. (2002:149) juga mengemukakan hal yang senada bahwa dalam
kalimat majemuk setara, hubungan antara klausa yang satu atau dengan klausa yang lain
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 87-
Balai Bahasa Banjarmasin
dalam satu kalimat menyatakan hubungan koordinatif/sederajat/setara. Kridalaksana
(2001:94) mengatakan bahwa kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari
klausa-klausa bebas.
Putrayasa (2007:55) mendefinisikan bahwa kalimat majemuk setara adalah
gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya tidak ada yang
dihilangkan. Dengan kata lain, unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan
mempunyai kedudukan yang setara. Jadi, kalimat majemuk setara diberi nama sesuai
dengan jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan.
Selanjurnya, Putrayasa (2007:55) mengatakan bahwa secara garis besar, kalimat
majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kalimat majemuk
setara sejalan, (2) kalimat majemuk berlawanan, dan (3) kalimat majemuk penunjukkan.
Kalimat majemuk setara sejalan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu tidak
berlawanan atau pengertiannya sejalan. Kemudian yang dimaksud dengan kalimat
majemuk setara berlawanan adalah kalimat-kalimat yang digabungkan itu mengandung
makna pertentangan. Selanjutnya, kalimat majemuk setara penunjukkan adalah bagian
kalimat satu menunjuk kembali pada bagian lain.
Contoh:
(1) Inya makan dan minum di rumah unda. 'Dia makan dan minum di rumah saya.'
(2) Ikam umpat aku atawa umpat inya bulik? 'Kamu ikut saya atau ikut dia pulang?'
(3) Ading sudah rajin balajar, tapi nilai ulangannya masih haja randah.'Ading sudah rajin belajar, tapi nilai ulangannya masih saja rendah.'
2. Kalimat Majemuk Rapatan
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 88-
Balai Bahasa Banjarmasin
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terjadi dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang unsur-unsurnya sama dirapatkan atau
dituliskan sekali saja (Putrayasa, 2007:57). Kemudian Putrayasa (2007:57) membagi
kalimat majemuk rapatan menjadi: (1) kalimat majemuk rapatan sama subjek, (2)
kalimat majemuk rapatan sama predikat, (3) kalimat majemuk rapatan sama objek, dan
(4) kalimat majemuk rapatan sama keterangan. Pemberian nama ini sesuai dengan unsur
kalimat yang dirapatkan. Contoh:Contoh:
Maling itu dihajar , disepak-sepak , habis itu disimbur lawan banyu.S P1 P2 P3
'Pencuri itu dipukul, ditendang-tendang, setelah itu disiram dengan air.'
2) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Predikat
Contoh:
Rumahnya, pahumaannya, dan kabunnya dijual.
SI S2 S3 P'Rumahnya, sawahnya, dan kebunnya dijual.'
3) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Objek Contoh:
Abah manulis dan uma mangirimakan surat ini.
SI P1 S2 P2 O'Ayah menulis dan ibu mengirimkan surat ini.'
4) Kalimat Majemuk Rapatan Sama Keterangan
Contoh:
Ading manyapu halaman dan kaka mamasak di sumur.
SI P1 01 S2 P2 K'Adik menyapu halaman dan kakak memasak di sumur.'
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Admojo, et al. (1991:124) mengemukakan bahwa kalimat majemuk bertingkat
adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak mempunyai kedudukan yang
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 89-
Balai Bahasa Banjarmasin
sama. Hubungan klausa yang satu dengan klausa lainnya disebut hubungan subordinatif.
Ketidaksetaraan kedudukan klausa dalam kalimat ini akan menimbulkan adanya klausa
utama dan klausa sematan. Klausa utama adalah klausa yang menjadi induk kalimat,
sedangkan klausa sematan klausa yang menjadi bagian klausa utama.
Putrayasa (2007:59) mengatakan bahwa kalau sebuah unsur dari kalimat
sumber (kalimat tunggal) dibentak menjadi kalimat dan kalau kalimat bentakan itu
digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, terbentuklah kalimat majemuk bertingkat.
Dengan ketentuan:
1. Sisi kalimat sumber disebut induk kalimat.
2. Kalimat bentukan disebut anak kalimat.
3. Anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang
digantinya.
Keraf (1991:200) juga mengemukakan bahwa kalimat majemuk bertingkat
adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah
satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut induk kalimat,
sedangkan pola yang lain yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Sesuai
dengan fungsi atau relasinya itu, anak-anak kalimat dapat dibagi menjadi:
1. Anak-anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat, yaitu anak kalimat subjek
dan anak kalimat predikat.
2. Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap fungsi tambahan
yang rapat, yaitu anak kalimat objek langsung, objek pelaku, dan objek
berkepentingan.
3. Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang, baik
sebagai keterangan subjek dan objek maupun sebagai keterangan predikat yang
renggang, yaitu anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat keterangan objek, anak
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 90-
Balai Bahasa Banjarmasin
kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan tempat, keterangan sebab, dan
keterangan akibat.
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 91-
Balai Bahasa Banjarmasin
Contoh:
Abahnya rancak bamamai lantaran anaknya kada mau balajar. 'Ayahnya sering mengomel sebab anaknya tidak mau belajar.'
Inya sudah bapadah lawan unda kalau inya kada masuk sakolah. 'Dia sudah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak masuk sekolah.'
(3) Biar hujan unda tetap datang ka rumah ikam.'Meskipun hujan saya tetap datang ke rumah kamu.'
dapat dibedakan menjadi kalimat
Berikut uraiannya.
4.5.2 Kalimat Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, kalimat
berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
4.5.2.1 Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang berisi pemberitaan atau pernyataan.
Kalimat berita disebut juga kalimat deklaratif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana
(2001:92) mengatakan kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang
mengandung intonasi deklaratif dan pada umumnya mengandung makna 'menyatakan
atau memberitahukan sesuatu'; dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik (.) atau
tak diberi apa-apa pada bagian akhirnya.
Chaer (1998:349) mendefinisikan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang
isinya menyatakan berita atau pernyataan untuk diketahui oleh orang lain (pendengar
atau pembaca). Kalimat berita dibentuk dari sebuah klausa, dua buah klausa, tiga
buah klausa, atau juga lebih; atau dalam wujud kalimat sederhana, kalimat luas
rapatan, kalimat luas setara, kalimat luas bertingkat,
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 92-
Balai Bahasa Banjarmasin
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 93-
Balai Bahasa Banjarmasin
maupun kalimat kompleks, sesuai dengan besarnya atau luasnya isi berita yang ingin
disampaikan.
Selanjutaya, Ramlan (1996:32) juga menambahkan bahwa berdasarkan
fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan
sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti
tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Contoh:
(1) Isuk sidin tulak ka Tanjung.'Besok beliau pergi ke Tanjung.'
(2) Sidin baisi cucu 15 ikung.'Beliau mempunyai cucu 15 orang.'
(3) Bubuhannya dibari waktu saminggu manggawi tugas ini.'Mereka diberi waktu seminggu mengerjakan tugas ini.'
4.5.2.2 Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang biasanya digunakan untuk meminta
informasi tentang sesuatu dari lawan bicara. Kalimat tanya disebut juga kalimat
interogatif (Alwi, et al, 2001:9). Kridalaksana (2001:93) juga mengemukakan kalimat
tanya atau interogatif adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada
umumnya mengandung makna pertanyaan; dalam ragam tulis biasanya ditandai oleh
(?).
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban
berupa pengakuan, keterangan, alasan, atau pendapat dari pihak pendengar atau
pembaca (Chaer, 1998:350). Selanjutnya, Ramlan (1996:33)
kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola
intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita.
Contoh:
94 Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar
1Balai Bahasa Banjarmasin
(1) Sapa ngaran ikam ?'Siapa nama kamu?'
(2) Buku ini sudah pian baca?'Buku ini sudah tuan baca?'
(3) Ikamkah nang maambil iwakku?'Kamukah yang mengambil ikanku?'
4.5.2.3 Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan
(permohonan) kepada lawan bicara agar lawan bicara melaksanakan atau mengeijakan
apa yang diinginkan oleh pembicara. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif
(Alwi, et al, 2001:9).
Kridalaksana (2001:94) juga mengemukakan bahwa kalimat perintah atau
kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan pada
umumnya mengandung makna perintah atau larangan; dalam ragam tulis ditandai oleh
(.) atau (!). Kemudian, Cook (1971:38) mengatakan bahwa kalimat perintah adalah
kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan. Contoh
(1) Tutupakan lawang!
'Tutup pintu!'
(2) Ayu kita tulakan!
'Ayo kita berangkat!'(3) Kawakah ikam nang maantar bubur ini ka rumah nini!
'Bisakah kamu yang mengantar bubur ini ke rumah nenek?'
4.5.3 Kalimat Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat aktif dan
kalimat pasif. Berikut uraiannya.
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 95-
Balai Bahasa Banjarmasin
4.5.3.1 Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai pelaku atau
aktor (Cook, 1971:49). Jadi dalam kalimat aktif, subjeknya melakukan tindakan secara
aktif dan biasanya ditandai dengan kata kerja.
Jenis-jenis kalimat aktif dapat dibedakan menjadi kalimat aktif transitif dan
aktif intransitif. Berikut penjelasannya.
A. Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif merupakan kalimat aktif yang memerlukan objek.
Contoh:
(1) Uma mamasak nasi. 'Ibu memasak nasi.'
(2) Ading balajar mambaca. 'Adik belajar membaca.'
(3) Sidin manyamir sapatu. 'Beliau menyemir sepatu.'
B. Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif merupakan kalimat aktif yang tidak memerlukan
objek. Contoh:
(1) Inya manari-nari sorangan. 'Dia menari-nari sendirian.'
(2) Sidin bahinakpina ngalih banar. 'Beliau bernapas tampak susah sekali.'
(3) Kakanakan itu babukahan haja.'Anak-anak itu berlari-larian saja.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 96-
Balai Bahasa Banjarmasin
4.5.3.2 Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperanan sebagai penderita.
Jadi dalam kalimat pasif, subjeknya melakukan tindakan secara pasif. Contoh:
(1) Wadai ini habis dimakan kaka. 'Kue ini habis dimakan kakak.'
(2) Kucing disepak ading. 'Kucing ditendang adik.'
(3) Bubuhannya kahausan. 'Mereka kehausan.'
4.5.4 Kalimat Berdasarkan Pengisi Predikat
Kalimat berdasarkan pengisi predikat maksudnya konstituen apa saja yang
mengisi predikat kalimat sehingga kalimat dapat dibedakan menjadi (1) kalimat verbal
dan (2) kalimat ekusional. Berikut penjelasannya.
4.5.4.1 Kalimat Verbal
(verba) atau frase verba. Contoh:
(1) Sidin maunjun. 'Beliau
memancing.'
(2) Abah guring di kamar.
'Ayah tidur di kamar.'
(3) Uma manggangan asam.
'Ibu menyayur asem.'
4.5.4.2 Kalimat Ekusional
Kalimat ekusional adalah kalimat yang memiliki predikat bukan kata kerja
(verba). Predikat dalam kalimat ekusional dapat berupa kata benda (nomina), kata sifat
(adjektiva), atau kata bilangan (numeralia). Contoh:
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 97-
Balai Bahasa Banjarmasin
(1) Abah undapulisi.'Ayah saya polisi.'
(2) Anak sidin bungas banar. 'Anak
beliau cantik sekali.'
(3) Rumah sidin 3 buah. 'Rumah
beliau 3 buah.'
4.5.5 Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya
Kalimat berdasarkan kelengkapan unsurnya dapat dibedakan menjadi kalimat
lengkap dan kalimat tak lengkap.
4.5.5.1 Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang unsur-unsurnya lengkap, seperti
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Contoh:
(1) Uma haratan manj arang pucuk daun gumbili di dapur. 'Ibu
sedang merebus pucuk daun singkong di dapur.'
(2) Kami manggawi tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu. 'Kami mengerjakan tugas bahasa Indonesia di rumah Ayu.'
(3) Bini sidin bungas banar.
'Istri beliau cantik sekali.'
4.5.5.2 Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap merupakan kalimat yang tidak ada unsur subjek dan
predikat. Hal ini terjadi dalam wacana karena unsur yang tidak muncul tersebut sudah
diketahui sebelumnya. Contoh:
(1) Kai! 'Kakek!'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 98-
Balai Bahasa Banjarmasin
(2) Guring 'Tidur'
(3) makan! 'makan!'
4.5.6 Kalimat Berdasarkan Susunan Unsurnya
Berdasarkan susunan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat biasa
dan kalimat inversi.
4.5.6.1 Kalimat Biasa
Kalimat biasa merupakan kalimat yang susunan subjeknya mendahului
predikat. Contoh:
(1) Bubuhannya mamutik langsat. 'Mereka memetik duku.'
(2) Ading ditukarakan anakan. 'Adik dibelikan boneka.'
(3) Kaka manapas jilbabnya. 'Kakak mencuci jilbabnya.
4.5.6.2 Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang susunan predikatnya mendahului
subjek. Contoh:
(1) Takurihing sidin mandangar habar nitu. 'Tersenyum beliau mendengar kabar yang itu.'
(2) Marangut muhanya manarima tugas nang banyak. 'Merengut wajahnya menerima tugas yang banyak.'
(3) Manangis ay inya mandangar habar adingnya maninggal dunia. 'Menangislah dia mendengar kabar adiknya meninggal dunia.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 99-
Balai Bahasa Banjarmasin
LATIHAN
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf B apabila pernyataan benar dan S apabila
pernyataan salah!
1. (B - S) Kucingnya tiga ikung.
'Kucingnya tiga ekor.'
Kalimat di atas termasuk kalimat dasar berpola SPK.
2. (B - S) Ading mananam kambang mawar.
'Adik menanam bunga mawar.'
Kalimat di atas termasuk kalimat dasar berpola SPO.
3. (B - S) Kalimat dasar berpola SPPel menghendaki dua
pendamping, yakni subjek dan predikat serta memerlukan objek.
4. (B - S) Salah satu ciri kalimat tunggal, yakni mempunyai induk
kalimat dan anak kalimat.
5. (B - S) Inya makan dan minum di rumah unda.
'Dia makan dan minum di rumah saya.' Kalimat di atas termasuk
kalimat majemuk setara.
B. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Bubuhannya
manggalari sidin Utuh Ganal.
'Mereka menggelari beliau Utuh Ganal.' Kalimat di atas berpola...
a. SP
b. SPK
c. SPOK
d. SPOPel
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 100-
Balai Bahasa Banjarmasin
a. Inya balajar sampai tangah malam. 'Dia belajar hingga tengah
malam.'
b. Inya marasa hara. 'Dia merasa kuatir.'
c. Uma manjarang banyu. 'Ibu merebus air.'
d. Sidin lagi mambaca koran. 'Beliau sedang membaca koran.'
Kalimat di bawah ini yang termasuk kalimat majemuk bertingkat adalah...
a. Ading sudah rajin balajar, tapi nilai ulangannya masih haja randah. 'Adik sudah
rajin belajar, tapi nilai ulangannya masih saja rendah.'
b. Ikam umpat aku atawa umpat inya bulikl 'Kamu ikut saya atau ikut dia pulang?
c. Inya sudah bapadah lawan unda kalau inya kada masuk sakolah. 'Dia sudah
mengatakan kepada saya bahwa dia tidak masuk sekolah.'
d. Abah manukar kupiah hanyar. 'Ayah membeli kopiah baru.'
Kalimat di bawah ini yang termasuk kalimat aktif adalah...
a. Bubuhannya kahausan. 'Mereka kehausan.'
b. Inya manari-nari sorangan. 'Dia menari-nari sendirian.'
c. W adai ini habis dimakan kaka. 'Kue ini habis dimakan kakak.'
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 28-
Balai Bahasa Banjarmasin
d. Kucing disepak ading. 'Kucing ditendang adik.' 5. Kalimat di
bawah ini yang termasuk kalimat verbal adalah...
a. Anak sidin bungas banar.
'Anak beliau cantik sekali.'
b. Abah undapulisi.
'Ayah saya polisi.'
c. Rumah sidin 3 buah.
'Rumah beliau 3 buah.'
d. Uma manggangan asam.
'Ibu menyayur asem.'
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Tentukan pola kalimat di bawah ini!
a. Inya bagadang sampai baisukan.
'Dia begadang sampai pagi.'
b. Uma mambari sidin wadai apam.
'Ibu member beliau kue apam.'
2. Tentukan jenis kalimat di bawah ini!
a. Abah manukar kupiah hanyar.
'Ayah membeli kopiah baru.'
b. Isuk kami tulak ka Barabai.
'Besok kami pergi ke Barabai.'
3. Berikan contoh kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif!
4. Apa perbedaan kalimat katif dan kalimat pasif? Berikan contohnya masing-
masing!
5. Berikan contoh kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap!
Tata Bahasa Praktis Untuk Pengajaran Bahasa Banjar 103-
Balai Bahasa Banjarmasin