Download - Sejarah Perkembangan Akidah
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 1/42
AQIDAH PADA ZAMAN RASULULLAH
“Dan barangsiapa yg menta’ati Allah dan Rasul -Nya mereka itu akan bersama-
sama dgn orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah yaitu Nabi-nabi para
siddiqin orang-orang yang mati syahid dan orang-orang soleh. Dan mereka
itulah teman yg sebaik- baiknya”
Pendahuluan Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin
besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yg paling
penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT Sang Pencipta.
Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir walaupun dia Profesor,
Doktor tetapi pada hakikatnya dia bodoh.
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnyadibanding dgn makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah membimbing mereka
dengan mengutus para Rasul-Nya . Dari sahabat Abu Umamah disebutkan bahawa
jumlah para Rasul 313 } agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang
Pencipta melalui wahyu yg dibawa oleh Para Rasul. Namun ada yang menerima
disebut Mukmin ada pula yg menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu
disebut Munafik yg merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini
sehingga Nabi Muhammad penghulu para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya
selama 13 tahun ketika berada di Mekkah,ini kerana aqidah adalalah landasan
semua tindakan.Aqidah adalah seperti kepala di dalam tubuh manusia. Maka,
apabila suatu ummat sudah rosak, bahagian yang harus dipulihkan adalah
kepalanya terlebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apatah lagi ini bersangkut
paut kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aqidahlah kunci menuju syurga.
Aqidah dari segi bahasa bererti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia
adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 2/42
menurut syara‟ ialah keimanan kepada Allah, Malaikat- malaikat, Kitab-kitab, Para
Rasul, Hari Akhirat dan keimanan kepada takdir Allah iaitu qada‟ dan qadar.
Dalam syariat Islam terdiri dua bahagia utama. Pertama, Aqidah iaitu keyakinan pada
rukun iman itu letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan .
Bahagian ini disebut pokok atau asas. Kedua, Perbuatan iaitu cara-cara amal atau
ibadah seperti solat, puasa, zakat dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai
cabang. Nilai perbuatan ini baik buruk, diterima atau tidak bergantung kepada yang
pertama itu tadi. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua pertama Ikhlas
kerana Allah SWT iaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua
Mengerjakan ibadahnya sesuai dgn petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal
sholeh. Ibadah yg memenuhi satu syarat saja umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti
petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak
ikhlas kerana faktor manusia umpamanya maka amal tersebut tertolak. Sampai
benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yg terkandung dalam Al-Qur‟an
surah Al-Kahfi 110 yg artinya “Barangsiapa mengharap perjumpaan d engan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yg soleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
Perkembangan Aqidah Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan
disiplin ilmu tersendiri kerana masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbezaan-
perbezaan faham kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita
dapatkan keterangan para sahabat yg artinya berbunyi “Kita diberikan keimanan
sebelum Al- Qur’an”
Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -
pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yg mengkafirkan Ali dan Muawiyah
kerana melakukan tahkim lewat utusan masing-masing iaitu Abu Musa Al- Asy‟ari dan
Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yg menuhankan Ali bin Abi Thalib dan
timbul pula kelompok dari Irak yg menolak takdir dipelopori oleh Ma‟bad Al-Juhani
dan dibantah oleh Ibnu Umar kerana terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para
ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka.Aqidah juga digunakan
dengan istilah Tauhid ushuluddin As-Sunnah Al-Fiqhul Akbar Ahlus Sunnah wal
Jamaah atau istilah ahlul hadits atau salaf iaitu mereka yang berpegang atas jalan
Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 3/42
mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya Aqidah Islamiyah yg sahih boleh
disebut Tauhid fiqh akbar dan usuluddin. Sedangkan manhaj dan contohnya adalah
ahlul hadits ahlul sunnah dan salaf.
Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yg dialami oleh seseorang mengakibatkan dalam
seluruh kehidupannya bukan saja di dunia tetapi berlanjutan sebagai kesengsaraan
yang tidak berkesudahan di akhirat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas
dan penuh dengan keraguan dan menjadi peribadi yang sakit personaliti. Biasanya
penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya
Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar kerana kurangnya pengertian
dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang
aqidah yg benar.
Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak
aqidah yg benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yg
keberatan menerima aqidah yg dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-
Baqarah 170 yg artinya “Dan apabila dikatakan kepada mereka “Ikutlah apa
yg telah diturunkan Allah” mereka menjawab ” tetapi kami hanya mengikuti
apa yg telah kami dapati dari nenek moyang kami.” walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk.”
Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yg dihormati tanpa melalui seleksi
yg tepat sesuai dgn argumen Al-Qur‟an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat maka ia ikut tersesat.
Berlebihan dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yg
sudah meninggal dunia sehingga menempatkan mereka setara dgn Tuhan
atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu krn menganggap mereka
sebagai penengah/arbiter antara dia dgn Allah. Kuburan-kuburan mereka
dijadikan tempat meminta bernadzar dan berbagai ibadah yg seharusnya
hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya
Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat
Surah Nuh 23 yg artinya “Dan jangan pula sekali -kali kamu meninggalkan
penyembahan} Wadd dan jangan pula Suwa’ Yaghuts Ya’uq dan Nasr.”
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 4/42
Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau
terhadap peradaban Barat yg materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para
pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yg telah dicapainya sekaligus
menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
Pendidikan di dalam rumah tangga banyak yang tidak berdasar ajaran Islam
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi
Muhammad SAW telah memperingatkan yg artinya “Setiap anak yang lahir
berdasarkan fithrahnya maka kedua orang tuanya yg meyahudikannya
menashranikannya atau memajusikannya” .
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua maka anak akan dipengaruhi oleh
acara / program television yang menyimpang sasarannya.
Peranan pendidikan rasmi tidak memberikan input yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Bayangkan apa yang boleh diperoleh dari 2 jam seminggu
dalam pelajaran agama itupun dengan informasi yang kurang. Ditambah lagi dengan
media cetak mahupun elektronik yang banyak tidak mendidik kearah aqidah.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari
hal-hal yg disebut diatas adalah dengan mendalami, memahami dan
mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang sahih agar hidup kita yang sekali dapat
berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akhirat kita.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa‟ 69 yg artinya “Dan barangsiapa yg
menta’ati Allah dan Rasul -Nya mereka itu akan bersama-sama dgn orang-orang
yg dianugerahi ni’mat Allah yaitu Nabi-nabi para shiddiqin orang-orang yg mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yg sebaik- baiknya.”
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yg artinya “Barangsiapa yg mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik
dari apa yg telah mereka kerjakan.”
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 5/42
AKIDAH PADA ZAMAN SAHABAT
Justeru, apa yang dimaksudkan dengan sahabat pada bab ini ialah Khulafa‟ Ar -
Rasyidun. Sesungguhnya urusan akidah pada zaman mereka adalah seperti pada
zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam . Maka sesungguhnya sahabat-sahabat talah
berjalan mengikut jejak langkah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam daripada
kepentingan dengan perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya,
iaitu lebih memberi perhatian ke arah hukum-hukum amali. Mereka tidak
memandang luas kepada urusan-urusan I‟tiqadiyyah. Dan apabila terdapat perkara-
perkara baru yang timbul, maka mereka merujuk kepada kepada Kitab Allah danHadis Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam jika didapati perkara yang ingin dicari.
Apabila tidak didapati, maka mereka merujuk kepada pendapat-pendapat
perseorangan atau melalui musyawarah sehingga tenang hati mereka kepada
pendapat tersebut dan mereka patuh kepadanya.
AKIDAH PADA PEMERINTAHAN BANI UMAIYAH
Setelah berhenti umat Islam dari usaha-usaha mempertahankan kedaulatan Islam.
Telah terbuka masa untuk memikirkan hukum-hukum agama dan dasar-dasar
akidah. Pada masa itu juga terdapat ramai yang memeluk agama Islam daripada
agama-agama lain, tetapi mereka masih terpengaruh dengan unsur-unsur agamalama mereka. Maka telah lahirlah kebebasan berbicara tentang masalah-masalah
yang didiamkan oleh ulama‟ salaf iaitu memperkatakan mengenai masalah qadar.
Contohnya seperti Ma‟bad Al-Juhani , Ghailan Ad-Dimasyqi , dan Ja‟ad ibnu Dirham .
Mereka ini adalah tokoh-tokoh qadariyyah yang pertama. Para sahabat yang dapat
hidup sezaman dengan mereka seperti Abdullah ibnu Umar, Ibnu „Abbas, Anas bin
Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Hurairah, dan sahabat-sahabat lain menyalahkan
mereka, serta menganjurkan masyarakat menjauhi dari mereka, jangan memberi
salam, jangan menengok orang yang sakit dari kalangan mereka, serta jangan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 6/42
menyembahyangkan jenazah mereka.
Demikian pula muncul dalam fasa ini orang-orang yang mentiadakan qudrat dan
iradat dari manusia, agar Allah tidak mempunyai sekutu dalam sesuatu perbuatan-
Nya dan menidakkan pula sifat-sifat daripada Allah. Golongan ini dikendalikan oleh
Jaham ibnu Shafwan . Mereka ini dinamakan Jabariyyah atau Mujrabah. Dikatakan
demikian adalah kerana mengingat akidah yang mereka anut. Dan dikatakan juga
Jahmiyyah iaitu pengikut-pengikut Jaham ibnu Shafwan. Mereka juga dinamakan
Mu‟aththilah kerana mereka mentiadakan sifat-sifat Allah.
Sebahagian umat Islam yang berbuat maksiat beralasan untuk membenarkan
perbuatan dan tindakannya dengan qadar. Seorang berkata kepada Ibnu Umar, ada
segolongan manusia berzina, mencuri, meminum arak, membunuh orang, kemudian
berhujah bahawa mereka berbuat demikian itu adalah kerana itu adalah qadar yang
telah ditetapkan oleh Allah. Setelah Ibnu Umar mendengar pernyataan tersebut,
beliau marah dan mengatakan: “Maha Suci Allah, ilmu Allah tidak mendorong
mereka kepada berbuat maksiat”.
Di penghujung abad pertama hijrah terkenallah dalam masyarakat mazhab-mazhab
golongan Khawarij iaitu mengkafirkan orang yang mengerjakan dosa besar.
Hassan Al-Basri menetapkan pendapat yang menjadi anutan umum ummat Islam
iaitu orang yang mengerjakan dosa besar dipandang fasiq, tidak keluar dari
gelanggang mukmin. Pendapat Hassan ini dibantah keras oleh muridnya Wasil bin
atha‟ , dia ini mengatakan bahawa orang yang mengerjakan dosa besar berada di
antara dua tempat. Pendapatnya diikuti oleh „Amar ibnu „Ubaid . Oleh kerana mereka
mengasingakan diri dari majlis gurunya (Hassan) dari pendapat umum, maka mereka
dinamakan dengan nama Mu‟tazilah.
Oleh kerana golongan Qadariyyah dan Jahmiyyah tidak dapat berdiri sebagai satu
kumpulan, maka kedua-dua kumpulan itu adalah fahaman sahaja. Maka Qadariyyah
telah berpindah kepada nama Mu‟tazilah. Golongan mu‟tazilah tidak menerima nama
“mu‟tazilah”, malah mereka sendiri mengelarkan diri mereka sebagai Ahlul „Adli wat
Tauhid. Dikatakan mereka menamakan dengan nama demikian kerana mereka
menetapkan bahawa hamba ini mempunyai qudrat, bebas aktif dalam segala
tindakannya. Mereka juga percaya segala amalan mesti dipahalai dan diseksa.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 7/42
Mereka menidakkan adanya kezaliman Allah (mansucikan Allah dengan sifat Adil).
Mereka juga menetapkan bahawa tiada sifat daripada Allah agar zat-zat Allah tidak
tersusun dari zat dan sifatNya supaya Allah benar-benar Esa .
-------------------------------------------------------------------------------------
Ma‟bad ibnu Khalid Al-Juhani adalah seorang tabi‟in. Dia adalah permulaan orang
yang memperkatakan masalah qadar dan menurut riwayat, dia mengambil fahaman
itu dari seorang Iraq yang beragama Nasrani yang kembali murtad sesudah Islam.
Ma‟bad telah dibunuh oleh Al-Hajjaj lantaran turut memberontak bersama-sama Ibnul
Asy‟ats pada tahun 80 hijrah.
Ghailan Ad-Dimasyqi ialah Abu Marwan Ghailan ibnu Muslim. Ayahnya seorang
budak yang telah dimerdekakan oleh Uthman bin „Affan. Dia datang ke Damasqus
dalam masa pemerintahan Hisyam ibnu Malik. Dia adalah seorang yang sangat
pandai berbicara. Dia mengikut Ma‟bad dalam fahaman Qadar.
Ja‟ad ibnu Dirham ialah seorang pendidik Marwan ibnu Muhammad. Dia salah
seorang yang menganut fahaman qadar dan orang yang mula-mula mengatakan Al-
Quran itu makhluk. Dia dibunuh oleh Khalid ibnu Abdullah Al-Qasri dalam
pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik.
Jaham ibnu Shafwan ialah seorang persia yang memeluk agama Islam. Lama dia
bermukim di Kufah, dia bertemu dengan Ja‟ad dan menganuti beberapa
pendapatnya. Kemudiannya dia bersama-sama dengan Harith ibnu Syuraij
melancarkan pemberontakan terhadap bani Umayyah di Khurasan. Lalu tertawan
dan dibunuh. Kemudian Al-Harith pula dibunuh pada 128 hijrah.
Hassan Al-Basri ialah Abu Sa‟id al-Hassan ibnu Dinar ibnu Yasar Al-Basri. Seorang
tabi‟in terkenal. Beliau merupakan Imam penduduk Basrah dan seorang ulama‟
fuqaha‟ yang terkemuka. Lahir di Madinah dan dibesarkan dibawah asuhan „Ali bin
Abi Talib. Wafat pada tahun 110 hijrah.
Wasil bin Ata‟ adalah seorang ulama‟ berbangsa persia. Dia dilahirkan di Madinah
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 8/42
pada tahun 80 hijrah. Kemudian dia berpindah ke Basrah dan belajar dengan
Hassan Al-Basri. Kemudiannya dia mengasingkan diri dari majlis gurunya lantaran
perbezaan fahaman lalu membentuk majlisnya sendiri. Dia terkenal sebagai ahli
pidato yang terkemuka dan sangat pandai dalam berdebat membantah pendapat
orang. Wafat pada 131 hijrah.
„Amar ibnu Ubaid adalah seorang yang berbangsa persia dari muri-murid Hassan Al-
Basri, kemudiannya dia memilih untuk mengasingkan diri. Dia mengahwinkan
saudara perempuannya dengan Wasil bin Ata‟. Wafat pada tahun 144 hijrah.
MAZHAB AHLI SUNNAH WAL-JAMAAH
PENDAHULUAN
TAKDIRNYA mazhab Ahli's-Sunnah Wal-Jama'ah merupakan mazhab yang paling
dominan dalam sejarah ummat ini dan ianya merupakan mazhab yang orthodoks
dalam pengertian yang asalnya iaitu mazhab yang benar, asal, tepat mengikut apa
yang dikehendaki oleh ajaran dan amalan Islam itu sendiri. Walaupun di dalamnya
terdapat beberapa pendirian yang mengambil kira peristiwa sejarah awal Islam -
yang memang tidak boleh dielakkan - hakikat ajaran dan pendiriannya adalah hakikat
yang telah ada dalam Islam semenjak awal; penzahirannya dalam sejarah kemudian
dengan istilah-istilah itu adalah merupakan 'deployment' proses perkembangan
kemudian yang semestinya berlaku sebagaimana berkembangnya pokok daripada
biji benihnya dengan segala sifat-sifat yang telah ada padanya sejak awal
lagi. Dalam nota ringkas ini in sha'Allah akan ditelitikan sedikit sebanyak
perkembangannya dalam sejarah dan juga konsep-konsep asas yang terlibat dalam
perkembangan ini untuk memperingatkan kembali segi-segi demikian iniberhubungan dengan identiti umat ini. Moga-moga ini mendatangkan faedah
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 9/42
bersama dan bukan merupakan sesuatu untuk kepentingan ilmiah semata, walau
bagaimana relevannya kepentingan ilmiah itu pada parasnya sendiri.
Bab I
SEBELUM dilihatkan kembali segi-segi sejarahnya, eloklah dimulakan perbincangan
ini dengan meneliti istilah Ahli's-Sunnah wa'I-Jama'ah itu sendiri dan punca-
puncanya. Penggunaan istilah jama'ah Muslimin memang terdapat dalam hadith-
hadith, terutamanya dua istilah iaitu "jamaah" dan "firqah" dengan pluralnya
"firaq". Dalam Sunan Ibn Majah 1 riwayat dari Abu Hurairah radiya'Llahu 'anhu:
Maksudnya: " Orang-orang Yahudi telah berpecah menjadi tujuh puluh satu
golongan atau puak(firqah) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh
tiga golongan".
Dalam catitan nota kakinya oleh Muhammad Fu'ad 'Abdul Baqi dinyatakan bahawa
mereka yang dikatakan "umatku" itu adalah umat ijabah, ahli Qiblat, dan perpecahanyang dimaksudkan itu adalah dalam bidang usul dan 'aqidah, bukan dimaksudkan
dalam bidang furu' dan 'amaliyat.
Sebuah hadis lagi ialah diriwayatkan daripada 'Auf bin Malik bahawa baginda
salla'Llabu 'alaihi wa sallam bersabda
Maksudnya: "Orang-orang Yahudi telah berpecah kepada tujuh puluh satu
golongan (ihda wa sab'ina firqatan). Satu golongan daripada mereka itu dalam syurga dan yang tujuh puluhnya dalam neraka. Orang-orang Nasara
pulaberpecah menj'adi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu golongan
mereka dalam neraka, dan satu golongan dalam syurga. Demi Tuhan yang dirl
Muhammad berada dalam tangan kekuasaannya, benar-benar umatku akan
berpecah kepada tujuh puluh tiga golongan, satu golongan berada dalam
syurga dan tujuh puluh dua dari mereka dalam neraka' Baginda ditanya:
Siapakah mereka (yang masuk syurga) itu?". Jawab Baginda "Jama'ah".
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 10/42
Boleh dilihatkan bagaimana disebutkan golongan yang selamat itu adalah "jama'ah".
Dalam catatan pentahkiknya dengan berdasarkan kepada az-Zawa'id 3 bahawa
isnadnya terdiri daripada mereka yang dipercayai.
Dalam sebuah hadith lagi diriwayatkan daripada Anas bin Malik radiya'Llahu'anhu
bahawa baginda salla'Llahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Maksudnya: "Sesungguhnya Bani Isra'il berpecah menjadi tujuh puluh satu
golongan. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh dua
golongan (firqah), semuanya masuk neraka, melainkan satu golongan, iaitu al-
Jama'ah".
Boleh diperhatikan bahawa yang disebutkan sebagai golongan selamat di sini ialah
"al-Jama'ah". Dan dari segi isnadnya, sebagaimana yang dicatitkan 5 isnadnya
adalah sahih dan periwayat-periwayat di dalamnya oleh pentahkik
adalah mereka yang kepercayaan (rijaluhu thiqat).
Kepentingan berpegang kepada jama'ah Muslimin yang berada atas jalan yang hak
itu disebutkan dalam sebuah hadith dari Hudbaifah bin al-Yaman radiya'Llahu 'anhu,
katanya bahawa Nabi S.A.W. bersabda bila diminta baginda menyifatkan penyeru-
penyeru kepada neraka jahannam pada akhir zaman, katanya, "Mereka itu kaum dari
bangsa kita (jildatina) dan bercakap dengan bahasa kita". Lalu Hudhaifah bertanya,
"Apakah yang tuan hamba suruh bila hamba bertemu dengan keadaan itu?". Jawab
Baginda: "Hendaklah tuan hamba berpegang kepada jamaah Muslimin dan imam
mereka. Maka kalau tidak ada jamaah dan tidak ada imam mereka, hendaklah
engkau tinggalkan golongan-golongan itu semua sekali, walaupun engkau terpaksa
berpegang kepada pangkal pokok kayu dan engkau mati dalam keadaan demikianitu".
Hadith di atas jelas menunjukkan kepentingan berpegang kepada jamaah Muslimin
dan imam mereka.
Hadith berkenaan dengan kepentingan berpegang kepada jamaah Muslimin dan
imam mereka terdapat juga dalam Sahih al-Bukhari 7 riwayat daripada Hudhaifah bin
al-Yaman; di dalamnya disebutkan oleh baginda S.A.W. penyeru-penyeru yang
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 11/42
menyeru manusia kepada neraka jahannam, dan Hudhaifah meminta arahan
daripada baginda apa yang patut dilakukan dalam keadaan itu. Sabda Baginda:
Maksudnya: "Hendaklah engkau berpegang kepada jamaah Muslimin dan imam
mereka....... (dan bila tidak ada mereka itu) hendaklah engkau meninggalkan
semua golongan-golongan itu walaupun engkau terpaksa berpegang kepada
pangkal pokok kayu dan engkau mati dalam keadaan demikian itu".
Dalam kitab al-Farq baina'l-Firaq, al-Khatib al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala ada
menyebutkan beberapa hadith berkenaan dengan perpecahan ummat dalam bab
awal kitabnya itu.
Antara hadith-hadith itu ialah yang diriwayatkan daripada 'Abdullah bin 'Amru
radiya'Llahu 'anhu Baginda diriwayatkan bersabda:
Maksudnya: " Benar-Benar akan berlaku atas umatku apa yang telah berlaku ke
atas Bani Isra'il. Bani Isra'il telah berpecah menj'adi tujuh puluh dua golongan
(ithnatain wa sab'ina millatan) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh
tiga golongan (thalathin wa sab'in millatan) meleblhi mereka itu satu golongan
(millah). Semua mereka itu dalam neraka melainkan satu golongan (illa
millatan wahidatan).
Mereka bertanya Baginda, "Siapakah satu millah yang tidak masuk neraka
itu?". Jawab Baginda, "(Mereka itu adalah golongan yang mengikut)
perjalanan hidupku dan para sahabatku (ma ana 'alaihi wa ashabi)".
Sebuah hadith lagi yang disebutkan dalam kitab al-Farq baina'l-Firaq ialah yang
diriwayatkan daripada Anas melalui Qatadah, bahawa Baginda S.A.W. bersabda:
Maksudnya: "Sesungguhnya Bani Isra'il berpecah kepada tujuh puluh satu
golongan (firqah) dan sesungguhnya umatku akan berpecah menjadi tujuh
puluh dua golongan ('ala thinatain wa sab'infirqatan), semuanya dalam neraka
melainkan satu iaitu al-jama'ah" .
"Abdul Qahir al-Baghdadi menyatakan bahawa hadith yang datang riwayatnya
daripada Nabi S.A.W berkenaan dengan perpecahan umat (iftiraq al-ummah) itu
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 12/42
banyak isnad-isnadnya.9 Satujamaah daripada para sahabat meriwayatkan hadith itu
daripada Nabi S.A.W. seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Darda', Jabir, Abu
Sa'id al-Khudri, Ubay bin'Ka'ab, 'Abdullah bin 'Amr bin al-'As, Abu Umamah dan
Wathilah bin al-Asqa'dan yang lain daripada mereka itu.
Beliau menyatakan lagi bahawa ada diriwayatkan daripada Khulafa' alRashidin
radiya'Llahu 'anhum bahawa mereka itu ada menyebut perpecahan umat yang akan
berlaku selepas mereka dan mereka menyebutkan ada satu golongan yang selamat,
yang lain itu dalam kesesatan di dunia dan di akhirat mereka mengalami kebinasaan.
Beliau menyatakan lagi bahawa Baginda S.A.W. menunjukkan kecelaan kaum
Qadariyah dan menyatakan bahawa mereka itu adalah golongan Majusi bagi umatini
Selain dari itu ada riwayat daripada Baginda S.A.W. yang menunjukkan kecelaan
kaum Murji'ah beserta dengan kaum Qadariyah itu; ada riwayat yang menunjukkan
kecelaan kaum Khawarij. Selain daripada riwayat daripada Baginda S.A.W. sendiri,
ada riwayat daripada pemuka para Sahabat (a'lam as-sahabah) berkenaan dengan
kecelaan kaum Qadariyah,Murji'ah dan Khawarij.
Pada fahaman 'Abdul Qahir al-Baghdadi 12 yang disebutkan sebagai golongan-
golongan yang keji itu yang dikatakan ahli neraka itu merujuk kepada golongan-
golongan dari kalangan para fuqaha' (firaq al-fuqaha') yang mempunyai pendirian
yang berlainan dalam masalah-masalah cawangan fiqh beserta mereka itu bersetuju
dalam bidang usul agama. Beliau menyatakan pendirian atau kefahaman yang
demikian itu adalah berdasarkan kepada kaedah bahawa dalam perkara-perkara
furu' tentang halal dan haram yang berlaku di dalamnya khilaf di kalangan 'ulama'Muslim ada dua pendapat; satunya mereka yang menganggap benar semua
pandangan mujtahidin yang dikeluarkan dalam masalah-masalah furu'fiqh. Pada
pendapat mereka yang berpegang kepada kaedah ini golongan fiqh adalah
benar. Keduanya mereka yang menganggap di dalam tiap-tiap masalah furu' ada
satu golongan yang benar, dan yang baki lagi itu tersilap, dan peri tersilapnya
golongan yang baki lagi itu tidak membawa kepada kesesatan.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 13/42
Seterusnya beliau menyatakan bahawa Baginda S.A.W. mendetailkan sebutan
tentang golongan-golongan tercela (firaq al-mudhmumah)sebagai golongan-
golongan mengikut hawa nafsu yang sesat yang menyalahi golongan yang selamat
itu dalam perkara-perkara: keadilan Tuhan dan tauhid, dalam al-Wa'd dan al-Wa'id,
bab al-Qadr dan al-Istita'ah, atau dalam bab Taqdir baik dan buruknya, bab hidayah
dan kesesatan, atau bab Iradah dan Mashi'ah (Kehendak dan Iradat Allah) atau bab
Ru'yah atau Idrak (Melihat Tuhan dan mencapainya), atau bab-bab sifat-sifat Allah
dan nama-namanya, atau dalam satu bab daripada bab-bab ta'dil dan taj'wiz, atau
satu bab daripada bab-bab nubuwwah dan syarat-syaratnya dan sebagainya,
daripada bab-bab yang di dalamnya Ahli's-Sunnah Wa ' I-Jama'ah bersepakat. Yang
tidak bersepakat dengan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah ialah golongan Ahlu'I-Ahwa'ad-
Dallah, golongan pengikut hawa nafsu yang sesat, yang terdiri daripada
Qadariyah,Khawarij, Rawafid, Najjariyah, Jahmiyah, Mujassimah dan Mushabbihah,
dan mereka yang mengikuti pegangan yang sesat. Ringkasnya, mengikut beliau
bahawa sahlah pentakwilan maksud hadith berkenaan dengan golongan-golongan
yang sesat itu adalah golongan yang bukan termasuk di dalamnya mereka yang
berikhtilaf dalam bidang furu' fiqhiyyah bahkan dalam bidang usulu'd-din.
Hadith-hadith sebagaimana yang disebutkan di atas didapati dalam Sahih Tirmidhi,
14 riwayat dari Abu Hurairah; diriwayatkan bahawa Baginda S.A.W. bersabda:
Maksudnya: "Sesungguhnya orang-orangyahudi telah berpecah menjadi tujuh
puluh, satu golongan atau tujuh puluh dua golongan, dan orang-orang Kristian
seperti itu juga, dan umatku akan berpecah menj adi tujuh puluh tiga golongan
(firqah) " . Dinyatakan oleh Tirmidhi bahawa ini hadith hasan sahih.
Sebuah lagi hadith diriwayatkan dalam Sahih Tirmidhi 15 dari riwayat 'Abdullah bin
'Amr radiya'Llahu 'anhu bahawa Baginda S.A.W. bersabda:
Maksudnya: "Benar-benar akan berlaku ke atas umatku apa yang telah berlaku
atas Bani Isra'il seperti selipar dengan selipar, sehinggajikalau ada di kalangan
mereka seseorang yang mendatangi emaknya sendiri (bersetubuh dengannya)
dengan terang-terangan, akan ada di kalangan ummatku seseorang yang
melakukan demikian itu; dan sesungguhnya Bani Isra'il berpecah kepada tujuh
puluh dua golongan (millah) dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 14/42
tiga golongan (millah) semua mereka itu dalam neraka melainkan satu
golongan (yang tidak masuk neraka). Para sahabat bertanya: (Siapakah
mereka dalam) millah yang satu itu wahai Rasulullah? Kata Baginda "(Mereka
itu adalah golongan yang mengikuti) perjalanan hidupku dan para
sahabatku" . Hadith gharib.
Tentang hadith yang menganjurkan supaya sentiasa diikuti sunnah Baginda S.A.W.,
maka kita teringat kepada hadith riwayat Tirmidhi, 16 riwayat daripada 'Irbad bin
Sariyah katanya, bahawa pada suatu hari selepas sembahyang pagi (iaitu lepas
subuh) Nabi S.A.W. menyampaikan pengajaran yang cukup maksudnya, maka dari
itu keluarlah air mata orang ramai, dan hati mereka pun menjadi takut, maka (dalam
hal itu) berkatalah seorang lelaki "Sesungguhnya nasihat adalah nasihat seperti
nasihat mengucap selam ' at tinggal, apakah yang tuan hamba ingin mewasiatkan
kepada kami wahai Rasulullah?" Lalu Baginda S.A.W. bersabda:
Maksudnya: "Aku berwasiat kepada kamu sekelian supaya bertaqwa kepada
Allah, supaya mendengar dan taat, walaupun ia seorang hamba abdi bangsa
Habsyi (yang diangkat menjadi ketua kamu sekelian); maka sesungguhnya
sesiapa dari kalangan kamu yang hidup (bila sampai masanya) ia akan melihat
berlaku perselisihan yang banyak, dan bendaklah kamu berjaga-jaga daripada
(mengadakan) perkara-perkara baru (dalam urusan agama), maka
sesungguhnya itu adalah kesesatan; maka sesiapa di kalangan kamu yang
mendapat perkara demikian itu hendaklah ia mengikuti Sunnahku dan Sunnah
para Khulafa' a]-Rasyidin yang mendapat hidayat daripada Allah, dan
hendaklah kamu berpegang kepada Sunnah itu dengan gigi geraham
kamu" . Hadith hasan sahih.
Dengan jelas sekali hadith ini menyuruh berpegang kepada Sunnah Nabi S.A.W. dan
perjalanan para Khulafa' a]-Rasyidin yang terpimpin ke jalan yang benar.
Hadith yang demikian itu juga didapati dalam Sunan Ibn Majah 17,juga nwayat dari
'Irbad bin Sariyah radiya'Llahu 'anhu, bahawa Nabi S.A.W. bersabda selepas
daripada Baginda memberi nasibat yang cukup berkesan pada hati, katanya:
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 15/42
Maksudnya: "Hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah; hendaklah kamu
dengar dan taat (kepada pemimpin kamu) walaupun ianya seorang hamba
Habsyi. Dan kamu akan melihat selepasku perselisihan yang teruk dan berat
(ikhtilafan shadidan). Maka hendaklah kamu berpegang kepada perjalanan
sunnahku dan sunnah atau perjalanan hidup para Khulafa' al-Rashidin yang
mendapat hidayat dari Tuhan. Hendaklah kamu berpegang kepada perjalanan
itu dengan gigi geraham kamu. Jaga-jagalah diri kamu daripada
(mengadaadakan atau mengikut) perkara-perkara baru (dalam urusan agama);
maka sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu adalah kesesatan".
Boleh diperhatikan dalam hadith ini kelainan kalimat dadpada hadith terdahulu, laitu
ikhtilafah shadidan mengganti ikhtilafan kathiran. Yang ditekankan dalam hadith ini
ialah keperluan berpegang kepada Sunnah Baginda S.A.W. dan para Khulafa' al-
Rashidin. Berkenaan dengan konsep Khulafa' alRashidin, dikatakan oleh
pentahkiknya bahawasanya ada kaul yang menyatakan bahawa yang dimaksudkan
Khulafa'al-Rashidin itu bukan sahaja terbatas kepada mereka itu, tetapi termasuk
mereka yang menjalani perjalanan sebagaimana mereka itu yang terdiri daripada
para pemimpin Muslimin (min a'immat'ul-Islam). Kata beliau lagi: Mereka itu adalah
para khalifah bagi Rasulullah S.A.W. yang menegakkan al-haqq dan menghidupkan
agama dan memimpin manusia kepada perjalanan yang benar. Penafsiran demikian
ini nampaknya dibenarkan oleb sebuah hadith yang menyebutkan para khulafa'
sebagai mereka yang menghidupkan Sunnah Nabi S.A.W.
Maksudnya: " Moga-moga rahmat Allah dicucurkan ke atas para
khalifahku. Baginda ditanya: Siapakah para khalifah tuan hamba ya
Rasulullah?. Mereka yang menghidupkan Sunnahku............... (Hadith riwayat
dari al-Hassan) 18
Selain dari itu juga kita boleh sebutkan sebuah lagi hadith riwayat Ibn Majah 19 juga
riwayat daripada al-'lrbad bin Sariyah radiya'Llabu 'anhu bahawa Baginda bersabda
bila diminta tambahkan wasiatnya:
Maksudnya: "Aku telah meninggalkan kamu dalam perjalanan yang terang
benderang ('yang putih' (al-baida') yang bennaksud millah dan hujjah yang
nyata yang tidak ada kekeliruan lagi di dalamnya); Malaninya adalah seperti
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 16/42
siangnya. Tidak menjadi terseleweng selepasku melainkan orang yang
sengaja membinasakan dirinya. Sesiapa daripada kamu semua yang hidup
(sampai masa itu) maka ia akan melihat perselisihan yang banyak (ikhtilafan
kathiran); maka hendaklah kamu berpegang kepada apa yang kamu ketahui
daripada Sunnahku dan Sunnah Khulafa'al-Rashidin yang dikurniakan hidayat
(oleh Allah). Hendaklah kamu berpegang kepadanya dengan gigi geraham
kamu. Dan hendaklah kamu taat (kepada para pemimpin kamu) walaupun
(yang diangkat menjadi pemimpin itu) seorang hamba bangsa
Habshi. Sesungguhnya seseorang Mu'min itu adalah seperti unta yang
dicucuk hidungnya (iaitu ada tali penuntunnya pada hidungnya), ke mana ia
dibawa, ia mengikut (iaitu orang Mu'min yang tidak takabbur dan merendah diri
itu mengikut peraturan Syara'di mana ia dibawa".
Jelas dalam hadith ini tuntutan di atas umat supaya mengikuti Sunnah Nabi S.A.W.
dan perjalanan Khulafa'al-Rashidin dan mereka yang sedemikian itu
pedalanannya. Demikian juga ditekankan kepada mereka dasar ketaatan yang
sewajamya yang dituntut oleh Syara'.
Selepas meneliti beberapa hadith berkenaan dengan masalah perpecahan ummat
dan golongan yang selamat serta tuntutan supaya orang mu'min itu mengikuti
Sunnah Nabi S.A.W., Sunnah Khulafa'al-Rashidin, dan pedalanan para Sahabat,
Allah meredhai mereka itu, ada beberapa pengamatan yang boleh dibuat berkenaan
dengan nas-nas ini.
Antaranya bahawa hadith-hadith itu adalah kuat sandarannya, maka oleh itu jelas
mengapa itu semuanya dijadikan sandaran bagi memahami perihal ini di kalangan
para ulama' kita yang mu'tabar. Tentang perpecahan-perpecahan yang berlaku
dalam sejarah tiga agama besar itu, itu nampaknya biasa, sebagaimana yang
didapati dalam al-Quran yang kerap menyebut tentang AhlilKitab yang terdiri dari al-
Yahud wan-Nasara. Maka dalam hadith-hadith berkenaan dengan perpecahan ini
tersebutjuga al-Yahud wan-Nasara. Kalimat-kalimat yang digunakan bagi menyebut
"golongan" itu ialah antaranya "firqah" jamak "firaq", "millah", tapi tidak disebut
jamaknya;
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 17/42
yang tidak ada kekeliruan kemungkinan lagi di dalamnya. Orang yang terseleweng
daripadanya adalah Orang Yang mempunyai kecenderungan yang tidak baik Yang
dengan sengaja mernbinasakan dirinya. Istilah ini menarik hati kita oleh kerana
ianya memberikan konsep tentang kewujudan umat yang berdiri di atas aiaran dan
Pegangan yang nonnative, yang menjadi penentu,
atau neraca bagi memutuskan sesuatu itu benar atau wajar atau sebaliknya' 20
Itulah ummah ahlul-haqq yang orthodoks dalam pengertian yang sebenar-
benamya. Neraca inilah yang menentukan konsep Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang
sistem keilmuannya dihuraikan kemudiannya.
Bab II
Untuk meneliti beberapa tahap perkembangan sejarah Islam yang kemudiannya
membawa kepada berbagai perselisihan dan khllaf itu, menasabah kita mengingati
kembali beberapa persoalan yang berhubungan dengan hal itu. Antaranya ialah
sebagaimana yang disebutkan oleh al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala dalam al-
Farq baina'l-Firaqnya. 21 Dinyatakan oleh bellau bahawa pada masa wafat Baginda
S.A.W. (iaitu pada tahun 10 hijrah) berada dalam perjalanan agama yang satu dalam
dasar-dasar agama (usulu'ddin) dan cawangan-cawangannya, selain daripada
mereka yang menzahirkan persetujuan dan yang menyembunyikan
kemunafikan. Perkara khilaf yang pertama berlaku ialah berkenaan dengan
kewafatan Baginda S.A.W. Akhimya mereka yang menyangka Baginda tidak mati
tetapi diangkat oleh Allah sebagaimana Sayyiduna 'Isa A.S. bersetuju Baginda
memang wafat bila Abu Bakar radiya'Llahu 'anhu membaca ayat yang bermaksud:
"Sesungguhnya engkau mati dan mereka pun mati',.22
+
Beliau juga berkata kepada mereka, "Sesiapa yang menyembah Muhammad, maka
sesungguhnya Baginda telah wafat, dan sesiapa yang menyembah Tuhan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 18/42
Muhammad, maka la Maha Hidup dan tidak mati". Kemudian timbul khilaf tentang
tempat hendak dikebumikan Baginda S.A.W. Akhimya ia selesai dengan Abu Bakar
radiya'Llahu 'anhu meriwayatkan kepada mereka hadith daripada Nabi S.A.W. yang
bermabsud: "Sesungguhnya para anbiya' dikebumikan di mana mereka wafat".,,3
Maka Baginda dikebumikan dalam biliknya di Madinah. Kemudian timbul ikhtilaf
berkenaan dengan khilafah, pihak al-Ansar ingin memberi bai'ah kepada Sa'd bin
'Ubadah; kemudian pibak Quraish menyatakan bahawa imamah mestilah di tangan
orang-orang Quraish berdasarkan kepada hadith yang bermaksud, "Imam-imam
hendaklah dari kalangan orang-orang Quraish". Ikhtilaf berkenaan dengan Imamah
ini berterusan sampailah ke zaman 'Abdul Qahir al-Baghdadi rahimahu'Llahu Ta'ala
dan boleh dikatakan kesan-kesannya sampai sekarang masih ada di kalangan
Muslimin.
Kemudian timbul ikhtilaf berkenaan dengan harta Fadak, akhimya diselesaikan
dengan Abu Bakar radiya'Llahu 'anhu meriwayatkan hadith yang berinaksud:
"Sesungguhnya para anbiya' tidak dipusakai,,.25 Lepas itu timbul masalah tentang
mereka yang tidak mahu menunaikan zakat, lepas itu mereka bersetuju dengan
keputusan Abu Bakar bahawa golongan yang enggan itu hendaklah
diperangi. Lepas itu mereka sibuk dengan peperangan melawan Tulaihah bila ia
mengaku menjadi nabi dan murtad daripada agama Islam. Selepas ia lari ke Syam,
kemudian kembali dalam zaman Umar kepada agama Islam, ia keluar jihad bersama
Sa'ad bin Abi Waqqas dalam peperangan Qadissiyyah dan ia syahid dalam
peperangan Nehawand. Kemudian Musliniin sibuk dengan peperangan melawan
Musailamah al-Kadhdhab yang mengaku nabi, serta alAswad bin Zaid'ansi. Lepas
itu mereka sibuk dengan membunuh mereka yang lain yang murtad keluar daripada
agama Islam. Kemudian mereka sibuk dengan peperangan melawan kerajaan RomTimur dan juga kerajaan Farsi, dan Allah membuka negeri-negeri untuk
mereka. Pada masa itu mereka berperang berdasarkan pegangan yang satu
tentang bab-bab keadilan Tuhan, Tauhid, al-Wa'd, al-Wa'id, dan lain-lain hal dalam
usulu'd-din.
Adapun dalam masalah-masalah fiqh ada berlaku perselisihan pendapat di kalangan
mereka misalnya keadaan datuk menerima pesaka berserta saudara lelaki dan
saudara-saudara perempuan serta dengan bapa dan emak atau serta dengan bapa,
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 19/42
demikian seterusnya, tetapi perselisihan atau kelainan pendapat itu tidak membawa
kepada timbulnya kekafiran atau kesesatan di kalangan mereka. Demikianlah
keadaannya di zaman pemerintahan Abu Bakar, 'Umar dan 'Uthman radiya'Llahu
'anhum ajma'in.
Kemudian berlaku khilaf di kalangan mereka berkenaan dengan 'Uthman bin 'Affan
dan perkara-perkara yang dituduh ke atasnya sehingga para penzalim
membunuhnya; kemudian mereka berikhtilaf lagi tentang para pembunuhnya dan
mereka yang menghasut manusia supaya menentangnya itu; demikianlah khilaf itu
masih ada sampai zaman kemudian, sampailah pada zaman alBaghdadi, dan boleh
kita katakan sampai abad kita ini.
Selepas itu berlaku ikhtilaf pula dalam hubungan dengan keadaan 'Ali bin Abi Talib
radiya'Llahu 'anhu dan mereka yang terlibat dalam peperangan alJamal, juga tentang
kedudukan Mu'awiyah dan mereka yang terlibat dalam peperangan Siffin, serta dua
orang hakam iaitu Abu Musa al-Ash'ari dan 'Amru bin al-'As; ikhtilaf yang melibatkan
mereka ini kekal sampailah ke zaman kemudian, dan kita sekarang boleh
mengatakan ianya kekal sampai hari ini.
Kemudian dalam zaman muta'akhkhirin dari kalangan para Sahabat berlakulah khilaf
golongan Qadariyah berkenaan dengan Qadar dan istita'ah atau ikhtiar makhluk,
yang datang dari Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimashqi, serta Ja'd bin
Darham. Mereka yang muta'akhkhirin di kalangan para Sahabat bebas daripada
perkara itu semua, seperti 'Abdullah bin 'Amr, Jabir bin 'Abdullah, Abu Hurairah, Ibn
'Abbas, Anas bin Malik, 'Abdullah bin Abi Aufa, 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani dan yang
semasa dengan mereka itu.26 Mereka ini mewasiatkan orang ramai supayajangan
memberi salam kepada golongan Qadariyah dan jangan pergi sembahyang jenazah
mereka itu.
Kemudian berlaku ikhtilaf di kalangan golongan Khawarij sehingga mereka berpecah
menjadi dua puluh golongan, tiap-tiap satu daripadanya mengkafirkan yang lain
lagi. Kemudian berlakulah pada zaman al-Hassan al-Basri radiya'Llahu 'anhu khilaf
dengan Wasil bin 'Ata' dalam masalah Qadar dan masalah manzilah bainal-
manzilatain (iaitu kedudukan antara dua kedudukan: antara iman dan kufr); masalah
itu menjadi bertambah pula dengan timbulnya bid'ah daripada 'Amru bin 'Ubald bin
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 20/42
Bab yang keduanya disingkir oleh alHasan daripada majlisnya, Ialu mereka berdua
meninggalkanjamaah di Masjid Basrah. Keduanya itu dan para pengikutnya
dipanggil Mu'tazilah kerana mereka itu memisahkan diri daripada pegangan ummat
di mana mereka mendakwakan bahawa orang fasiq dari kalangan Muslimin tidak
Mu'min dan juga tidak kafir.27
Adapun golongan Rawafid maka cawangan yang dipanggil al-Sababiyah di kalangan
mereka menzahirkan bid'ah mereka itu pada zaman 'Ali bin Abi Talib lagi. Mereka itu
dihukum oleh 'Ali dan Ibn Saba dikenakan hukuman pembuangan kerana
bid'ahnya. Golongan ini tidak termasuk umat Islam kerana mereka berpendapat 'Ali
radiya'Llahu 'anhu sebagai Tuhan. Selepas zaman 'Ali, golongan Rafidah itu
berpecah menjadi empat golongan laitu Zaidiyah, Imamiyah, Kaisaniyah dan
golongan Ghulat(pelampau). Golongan Zaidiyah pula menjadi berpuaK-puaK,, satu
golongan mengkafirkan yang lainnya. Seluruh golongan Ghulat keluar daripada
umat Islam. Adapun golongan Zaidiyah dan Imamiyah, mereka terbilang daripada
golongan Islam (firaq al-Islam) ; 28 Golongan Bakhkhariyah berpecah dan mereka
saling kafir mengkafirkan; timbul khilaf dari golongan Bakriyah, iaitu dari seorang
yang bernama Bakr, dari saudara perempuan 'Abdul Wahid bin Ziyah, juga timbul
khilaf golongan Dirariyah dari Dirar bin 'Amr, dan khilaf al-Jahmiyah dari Jahm bin
Safwan. Kemunculan Jahm, Bakr dan Dirar adalah pada zaman zahir Wasil bin 'Ata'
dengan kesesatannya.
Dalam zaman al-Ma'mun al-'Abbasi timbullah seruan Batiniyah dan mereka ini
bukanlah dari golongan Islam, bahkan mereka ini adalah daripada golongan
Majusi. Dan muncul dalam zaman Muhammad bin Tahir bin 'Abdullah bin Tahir di
Khurasan khilaf al-Karramiyah al-Mujassimah.
Mengenai golongan Zaidiyah dari kalangan Rawafid, yang kuat di kalangan mereka
ialah tiga iaitu Janidiyah, Sulaimaniyah juga dipanggil Haririyah dan al-Batriyah. Tiga
golongan ini bersepakat tentang imamah Zaid bin 'Ali bin al-Husain bin 'Ali bin Abi
Talib pada hari keluarnya iaitu pada zaman Hisham bin 'Abdul Malik.
Dari golongan Kaisaniyah pula timbul banyak golongan, bagaimanapun akhimya
kembali kepada dua golongan sahaja. Satunya yang mendakwa bahawa
Muhammad bin al-Hanaflyah hidup tidak mati dan mereka menantinya timbul sebagai
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 21/42
al-Mahdi yang dinanti-nantikan itu. Satu golongan lagi yang mempercayai
imamahnya pada masa hidupnya sahaja dan bila ia meninggal imamahnya itu
berpindah kepada orang lain.
Golongan Imamiyah yang mufarawah bagi Zaidiyah, Kisa'iyah dan Ghulat, mereka ini
menjadi lima belas firqah iaitu Muhammadiyah, al-Baqiriyah, alNawisiyah,
Shumaitiyah,'Ammariyah, Isma'iliyah, Mubarakiyah, Musawiyah, Qat'iyah dan Ithna
'Ashariyah, Hishamiyah daripada pengikut Hisharn bin al-Hakam, atau dari pengikut
Hisham bin Salim al-Jawaliqi,Zharariyah, dari pengikut Zurarah bin U'yun dan
Yunusiyah dari pengikut Yunus al-Qummi dan Shaitaniyah dari pengikut Shaitan al-
Taq dan Kamiliyah dari pengikut Abu Kamil; beliau inilah yang mengeluarkan kata-
kata yang paling keji tentang
'Ali dan para sahabat yang lain, radiya'Llahu 'anhum. Inilah dua puluh golongan
yang merupakan golongan Rawafid; tiga daripada Zaidiyah, dua dari Kaisaniyah dan
lima belas dari Imamiyah.
Adapun golongan Ghulat mereka itu yang berpegang kepada ketuhanan Imam-imam
mereka dan mengharuskan perkara-perkara yang diharamkan oleh. syara', dan yang
menggugurkan kewajipan perkara-perkara yang wajib daripada shariat seperti
Bayyaniyah, Mughiriyah, Janahiyah, Mansuriyah, Khattabiyah dan Hululiyah dan
yang mengikuti perjalanan mereka itu. Maka mereka itu bukan daripada golongan
Islam walaupun mereka itu dikaitkan dengannya.
Adapun golongan Khawarij, bila berlaku perpecahan dalam kalangan mereka, maka
mereka menjadi dua puluh golongan iaitu Muhakkimah Ula, Azraqiyah, Najdlyah,
Sifriyah, 'Ajradiyah dan daripada 'Ajradiyah itu berpecah menjadi Khazimiyah,
Shu'aibiyah, Ma'lumiyah, Majhuliyah, Ma'badiyah, Rashidiyah, Mukarramiyah,
Hamziyah, Ibrahimiyah dan Wafiqiyah. Dari golongan lbadiyah timbul perpecahan
menjadi Hafsiyah, Harithiyah,Yazidiyah dan para ahli taat yang bukan terhadap
Allah. Yazidiyah itu ialah dari kalangan mereka yang mengikuti Ibn Yazid bin Unais
dan mereka itu bukan daripada golongan Islam oleh kerana mereka berpegang
kepada pendapat bahawa shari'at Islam menjadi mansukh di akhir zaman dengan
adanya nabi yang dibangkitkan dari kalangan orang-orang bukan Arab (al-
'Ajam). Demikian juga daripada 'Ajradiyah itu timbul golongan Maimuniyah yang
bukan daripada golongan Islam kerana mereka mengharuskan perkahwinan anak
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 22/42
perempuan dari anak perempuan dan anak perempuan dari anak lelaki sebagaimana
yang diharuskan oleh orang-orang Majusi, walaupun disebutkan bahawa Yazidiyah
dan Maimuniyah itu dinisbahkan kepada golongan Islam.
Golongan Qadariyah Mu'tazilah yang memisahkan diri mereka dari yang baik
berpecah kepada dua puluh golongan, tiap satunya mengkafirkan yang
lainnya. Mereka itu ialah golongan lsliyah, 'Umariyah,Hudhailiyah, Nazzamiyah,
Amwariyah, 'Umariyah, Thumamiyah, Jahiziyah, Hayitiyah,Himariyah, Khayyatiyah,
Sahhamiyah dan para pengikut Salih Qabah, Muwaisiyah,Kalblyah, Jubba'iyah,
Hashimiyah, dinisbahkan kepada Abu Hashim ibn alJubba'i. Mereka itu terdiri
daripada dua puluh golongan, dua daripadanya bukan daripada golongan Islam iaitu
golongan Hayitiyah dan Himariyah.29
Zaidiyah pula menjadi berpuak-puak, demikian juga Imamiyah dan Ghulat, satu
golongan mengkafirkan yang lainnya. Seluruh golongan Ghulat keluar daripada
umat Islam. Adapun golongan Zaidiyah dan Imamiyah, mereka terbilang daripada
golongan Islam (firaq al-Islam) ; 28- Golongan Bakhkhariyah berpecah dan mereka
saling kafir mengkafirkan; timbul khilaf dari golongan Bakriyah, iaitu dari seorang
yang bemama Bakr, dari saudara perempuan 'Abdul Wahid bin Zlyah, 'uga timbul
khilaf golongan Dirariyah dari Dirar bin 'Amr, dan khilaf al-Jahmiyah dari Jahm bin
Safwan. Kemunculan Jahm, Bakr dan Dirar adalah pada zaman zahir Wasil bin 'Ata'
dengan kesesatannya.
Dalam zaman al-Ma'mun al-'Abbasi timbullah seruan Batiniyah dan mereka ini
bukanlah dari golongan Islam, bahkan mereka ini adalah daripada golongan
Majusi. Dan muncul dalam zaman Muhammad bin Tahir bin 'Abdullah bin Tahir di
Khurasan khilaf al-Karramiyah al-Mujassimah.
Mengenai golongan Zaidiyah dari kalangan Rawafid,yang kuat di kalangan mereka
ialah tiga iaitu Jarudiyah, Sulaimaniyah juga dipanggil Haririyah dan al-Batriyah. Tiga
golongan ini bersepakat tentang imamah Zaid bin 'Ali bin al-Husain bin 'Ali bin Abi
Talib pada hari keluamya iaitu pada zaman Hisham bin 'Abdul Malik.
Dari golongan Kaisaniyah pula timbul banyak golongan, bagaimanapun akhimya
kembali kepada dua golongan sahaja. Satunya yang mendakwa bahawa
Muhammad bin al-Hanaflyah hidup tidak mati dan mereka menantinya timbul sebagai
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 23/42
al-Mahdi yang dinanti-nantikan itu. Satu golongan lagi yang mempercayai
imamahnya pada masa hidupnya sahaja dan bila ia meninggal imamahnya itu
berpindah kepada orang lain.
Golongan Imamiyah yang mufarawah bagi Zaidiyah, Kisa'iyah dan Ghulat, mereka ini
menjadi lima belas firqah iaitu Muhammadiyah, al-Baqiriyah, alNawisiyah,
Shumaitiyah, 'Animariyah, Isma'iliyah, Mubarakiyah, Musawiyah, Qat'iyah dan Ithna
'Ashariyah, Hishamiyah daripada pengikut Hisham bin al-Hakam, atau dari pengikut
Hisham bin Salim al-Jawaliqi, Zharariyah, dari pengikut Zurarah bin U'yun dan
Yunusiyah dari pengikut Yunus al-Qummi dan Shaitaniyah dari pengikut Shaitan al-
Taq dan Kamiliyah dari pengikut Abu Kamil; beliau inilah yang mengeluarkan kata-
kata yang paling keji tentang
'Ali dan para sahabat yang lain, radiya'Llahu 'anhum. Inilah dua puluh golongan
yang merupakan golongan Rawafid; tiga daripada Zaidiyah, dua dari Kaisaniyah dan
lima belas dari Imamiyah.
Adapun golongan Ghulat mereka itu yang berpegang kepada ketuhanan Imamimam
mereka dan mengharuskan perkara-perkara yang diharamkan oleh. syara', dan yang
menggugurkan kewajipan perkara-perkara yang wajib daripada shariat seperti
Bayyaniyah, Mughiriyah, Janahiyah, Mansuriyah, Khattabiyah dan Hululiyah dan
yang mengikuti perjalanan mereka itu. Maka mereka itu bukan daripada golongan
Islam walaupun mereka itu dikaitkan dengannya.
Adapun golongan Khawarij, bila berlaku perpecahan dalam kalangan mereka, maka
mereka menjadi dua puluh golongan iaitu Muhakkimah Ula, Azraqiyah, Najdiyah,
Sifriyah, 'Ajradiyah dan daripada 'Ajradiyah itu berpecah menjadi Khazimlyah,
Shu'aibiyah, Ma'lun-iiyah, Majhuliyah,Ma'badiyah, Rashidiyah, Mukarramiyah,
Hamziyah, Ibrahimiyah dan Wafiqiyah. Dari golongan lbadiyah timbul perpecahan
menjadi Hafsiyah, Harithiyah, Yazidiyah dan para ahli taat yang bukan terhadap
Allah. Yazidiyah itu ialah dari kalangan mereka yang mengikuti Ibn Yazid bin Unais
dan mereka itu bukan daripada golongan Islam oleh kerana mereka berpegang
kepada pendapat bahawa shari'at Islam menjadi mansukh di akhir zaman dengan
adanya nabi yang dibangkitkan dari kalangan orang-orang bukan Arab (al-
'Ajam). Demikian juga daripada 'Ajradiyah itu timbul golongan Maimuniyah yang
bukan daripada golongan Islam kerana mereka mengharuskan perkahwinan anak
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 24/42
perempuan dari anak perempuan dan anak perempuan dari anak lelaki sebagaimana
yang diharuskan oleh orang-orang Majusi, walaupun disebutkan bahawa Yazidiyah
dan Maimuniyah itu dinisbahkan kepada golongan Islam.
Golongan Qadariyah Mu'tazilah yang men-iisahkan diri mereka dari yang baik
berpecah kepada dua puluh golongan, tiap satunya mengkafirkan yang
lainnya. Mereka itu ialah golongan lsliyah, 'Umariyah,Hudhailiyah, Nazzamiyah,
Amwariyah, 'Umariyah, Thumamiyah, Jahiziyah, Hayitiyah, Himariyah, Khayyatiyah,
Sahhamiyah dan para pengikut Salih Qabah, Muwaisiyah, Kalbiyah, Jubba'iyah,
Hashimiyah, dinisbahkan kepada Abu Hashim ibn alJubba'i. Mereka itu terdiri
daripada dua puluh golongan, dua daripadanya bukan daripada golongan Islam iaitu
golongan Hayitiyah dan Himarlyah.29
Golongan Murji'ah ada tiga cawangan; satunya mereka yang murji'ah beriman dan
berpegang kepada Qadar mengikut Mazhab Qadar'yah, maka dengan itu mereka
terbilang di kalangad golongan Qadariyab; keduanya Murji'ah seperti Abu Shimr al-
Murji'i dan Muhammad Shabib al-Basri al~Khalidi. Satu golongan lagi ialah mereka
yang beraliran Murj "ah, beriman dan cenderung kepada ajaran Jahm dalam bab
amalan-amalan, maka mereka itu daripada golongan Jahmiyah dan Murji'ah. Satu
golongan lagi ialah golongan Murjl'ah 'dak cenderung kepada aliran yang
lain. Mereka 'alah golongan-
yang ti
golongan Yunsiyah, Ghassaniyah, Thaubianiyah, Tuminiyah dan
Muralsiyah. Adapun golongan Najjariyah pada zaman Baghdadi mereka berada di
Rayy, mereka terdiri daripada sepuluh golongan leblh;mereka ini kembali kepada
asal tiga golongan iaitu Burghuniyah, Za'faraniyah dan Mustadrikah. Adapun
golongan Bakriyah dan Dirariyah, tiap-tiap satunya adalah satu golongan tersendiri
yang tidak mempunyai pengikut yang ramai, demikianjuga golongan Jahmiyah satu
golongan tersendiri, dan golongan Karramiyah berada di Khurasan, terdiri daripada
tiga golongan iaitu Haqqaqiyah, Tarayiqiyah dan Ishaqiyah, tetapi tiga golongan ini
tiap satunya tidak mengkafirkan yang lainnya.
Selepas menyenaraikan firqah-firqah itu, al-Baghdadi rahirnahu'Llahu Ta'ala
menyatakan30 bahawa itulah firqah-firqah yang disenaraikannya yang terdiri
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 25/42
daripada tujuh puluh dua firqah, dua puluh daripadanya dari kalangan Rawafid, dua
puluh dari kalangan Khawarij, dua puluh lagi dari kalangan Qadariyah, sepuluh dari
kalangan Murji'ah dan tiga dari kalangan Najjariyah, Bakriyah, Dirariyah, Jahmiyah
dan Karramiyah. Inilah yang dikatakan tujuh puluh dua firqah itu.
Lepas itu beliau menyebutkan golongan yang ketujuh puluh tiga katanya itulah
golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang terdiri daiipada dua golongan besar di
kalangan mereka iaitu golongan yang banyak berpegang kepada pendapat (al-ra'y)
(selain daripada mereka berpegang kepada Quran dan Sunnah), dan mereka yang
berpegang kepada Hadith (iaitu mereka lebih banyak bersandar kepada hadith
daripada menggunakan fikiran di dalam memutuskan sesuatu).
Beliau menyatakan bahawa golongan fuqaha' mereka itu, juga golongan qurra'nya,
ahli-ahli hadithnya, golongan ilmu kalamnya, di kalangan ahliabli hadith dari kalangan
mereka berinuafakat di atas pegangan yang satu
tentang mentauhidkan Tuhan yang menjadikan alam ini, serta sifat-sifatnya,
keadilannya, hikmatnya, nama-namanya, dan sifat-sifatnya, juga mereka
bermuafakat di dalam bab-bab nubuwwah, juga bab Imamah, mereka juga
bermuafakat tentang hukum-hukum di alam akhirat, dan lain-lain lagi yang terdiri
daripada masalah-masalah usulu'd-din atau pun perkara-perkara asas dalam
agama. Mereka ini hanya berikhtilaf dalam masalah halal haram daripada perkara-
perkara furu' atau cawangan dalam hukum, dan tidak ada dalam perkara-perkara
yang mereka ikhtilafkan itu yang membawa kepada kesesatan atau
kefasikan. Mereka itulah yang merupakan firqah yang selamat (al-firqah al-najiyah)
yang bersepakat dalam berikrar tentang keesaan Tuhan yang menjadikan QidamNya
dan Qidam sifat-sifatnya yang Azaliyah dan harus memandangnya dengan tidak ada
tashbih dan ta'til;juga mereka bersepakat tentang berikrar beriman terhadap kitab-
kitab Allah,para RasuINya dan percaya mereka itu diperkuatkan dan ditolongkan
dengan Shari'at Islamiyah, dan mereka itu mengharuskan apa yang diharuskan oleh
Quran dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Qur'an serta pula dengan
kawalan-kawalan daripada apa yang sah datangnya daripada Sunnah Nabi
Muhammad S.A.W., mereka juga bersepakat dalam beriman kepada kebangkitan
dan perhimpunan hari akhirat, soalan Munkar dan Nakir, tentang Kolam Nabi S.A.W.,
tentang Neraca Timbangan Amal. Maka sesiapa yang beriman dengan ini semua
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 26/42
dan tidak mencampurkannya dengan sesuatu daripada bid'ah-bid'ah Khawarij,
Rawafid dan Qadariyah serta lain-lain dari kalangan mereka yang mengikuti hawa
nafsu mereka sendiri maka tergolonglah ia ke dalam golongan yang selamat,
kalaulah takdimya habis umumya dalam keadaan demikian itu.
Termasuk ke dalam golongan yang selamat ini ialah jumhur ummat Islam dan
golongan terbanyaknya (al-sawad al-a'zam) yang terdiri daripada para pengikut
Imam-imam Malik, Shafie, Abu Hanifah Auza'i, Thauri dan Daud Zahiri.
Dalam Bughyatu'I-Mustarshidin 32 disebutkan bahawa yang dikatakan tujuh puluh
dua golongan yang sesat itu ialah mereka yang terdiri daripada tujuh golongan.
Pertama, kaum Syiah yang terlalu melebihi dan memuja'Ali dan keluarganya;
mereka sampai tidak mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, 'Umar dan
'Uthman. Mereka ini berpecah menjadi dua puluh dua golongan.
Kedua, golongan Khawarij yang terlalu berlebihan dalam membenci Sayyidina 'Ali
radiya'Llahu 'anhu. Antara mereka ada yang mengkafirkan beliau. Pada pandangan
mereka, orang-orang yang melakukan dosa besar menjadi kafin Mereka ini
kemudiannya berpecah menjadi dua puluh golongan.
Ketiga, kaum Mu'tazilah yang mempunyai fahaman bahawa Allah tidak mempunyai
sifat-sifatnya, dan bahawa manusia melakukan amalnya sendiri dengan bebas
merdeka, dan bahawa Tuhan tidak boleh dilihat dalam syurga, dan bahawa orang-
orang yang melakukan dosa besar diletakkan antara syurga dan neraka; mereka
juga beranggapan bahawa Mi'raj Nabi S.A.W. adalah dengan roh
sahaja. Kemudiannya mereka ini berpecah menjadi dua puluh golongan.
Keempatnya ialah kaum Murji'ah yang mempunyai pegangan bahawa sesiapa yang
melakukan dosa, maka itu tidak mendatangkan mudharat bila ia sudah beriman,
sebagaimana katanya bila seseorang itu kafir maka kebajikan yang bagaimanapun
dilakukan tidak memberi manfaat juga. Mereka ini kemudiannya berpecah kepada
lima golongan.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 27/42
Kelimanya ialah golongan Najjariyah yang mempunyai pegangan bahawa perbuatan
manusia dijadikan oleh Tuhan dan Tuhan tidak mempunyai sifatsifat. Mereka
berpecah kepada tiga aliran.
Keenamnya ialah kaum Jabbariyah yang mempunyai keyakinan bahawa manusia
tidak terdaya apa-apa; usaha atau ikhtiar manusia tidak ada sama sekali. Mereka
terdiri daripada satu golongan sahaja.
Ketujuhnya ialah kaum Musyabbihah, iaitu kaum yang mempunyai pegangan
bahawa Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana yang ada pada manusia,
umpamanya Tuhan ada tangan, ada kaki, duduk atas 'Arsy, naik tangga dan turun
tangga dan sebagainya. Mereka terdiri dari satu golongan sahaja. Dengan itu maka jumlah mereka semua adalah tujuh puluh dua golongan.
Golongan yang selamat ialah golongan yang satu sahaja iaitu golongan Ahli'sSunnah
wal-Jama'ah.
Sebagai reaksi daripada apa yang timbul itu yang membawa kepada timbulnya
berbagai firqah itu, maka timbullah golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang
diketuai oleh dua orang ulama' besar dalam Usulu'd-din iaitu Syaikh Abu'l Hasan al-
Ash'ari radiya'Llahu 'anhu dan Syaikh Abu Mansur al-Maturidi radiya'Llahu
'anhu. Dari segi 'aqidah seseorang itu boleh dipanggil Sunni sahaja, yang
menunjukkan bahawa ianya adalah tergolong ke dalam golongan Ahli's-Sunnah;
ataupun ia boleh dipanggilkan Asy'ari atau Asya'irah.
Abu-Hasan al-Asy'ari lahir di Basrah tahun 260 Hijrah dan meninggal dunia di Basrah
tahun 324 Hijrah. Mula-mulanya beliau berpegang kepada fahaman Mu'tazilah
sebagaimana diajarkan oleh gurunya al-Jubba'i. Kemudian beliau meninggalkan
aliran itu setelah mendapat hidayat daripada Allah. Antara kitab-kitab yang
dihasilkannya ialah al-Ibanah fi Usuli'd-Diyanah, Maqalat al-Islamiyyin dan al-Mujaz.
Antara para ulama besar yang menyebarkan aliran al-Asy'ari ini ialah Imam Abu
Bakar al-Qaffal (men. 365 Hijrah), Abu Ishaq al-Isfara'ylni (men. 411 Hijrah), Imam
Hafiz al-Baihaqi (wafat 458 Hijrah), Imam al-Haramain, al-Juwaini, guru pada Imam
al-Ghazali (wafat 460 Hijrah), Imam al-Qusyairi (wafat 465 Hijrah), Imam a]-Baqillani,
dengan kitab at-Tamhidnya yang terkenal (wafat 403 Hijrah), Imam al-Ghazali (wafat
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 28/42
505 Hijrah), Imam Fakhruz-Razi (meninggal 606 Hijrah), Imam 'Izzud-Din ibn 'Abdiss-
Salam (men. 606 Hijrah) yang semuanya pendokong aliran Ahli's-Sunnah
sebagaimana yang dihuraikan oleh Imam Abdul Hasan al-Asy'ari.
Dalam masa-masa kemudian para ulama'yang mendokong faham al-Asy'ari ini ialah
antaranya seperti Syaikhul-Islam Syaikh Abdullah asy-Syarqawi (men. 1227 Hijrah),
Syaikh Ibrahim al-Bajuri (men. 1272 Hijrah), Syaikh Nawawi a]-Bantani (men. 1315
Hijrah) dengan kitab tauhidnya Tljanu'd-Darari, FathulMajid, antara lainnya Syaikh
Zainul 'Abidin bin Muhammad al-Fatani dengan 'Aqidatun-Najin, Syaikh Husain al-
Tarabalasi dengan al-Husun alHamidiyahnya yang terkenal itu.33
Imam Abu Mansur al-Maturidi radiya'Llahu 'anhu juga dianggap sebagal pengasasusulu'd-din di kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah, dan namanya biasa disebut-
sebut bersekali dengan nama Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari. Beliau dilahirkan di
kampung Maturid di Samarqand, Asia Tengah dan meninggal di sana juga pada
tahun 333 Hijrah, sepuluh tahun setelah meninggalnya Imam Abu Hasan al-
Asy'ari. Beliau mempertahankan pegangan Ahli's-Sunnah dalam menghadapi
pelbagai fahaman yang batil pada zamannya sebagaimana juga keadaannya dengan
Imam Abul Hasan al-Asy'ari. Oleh kerana jasanya dalam mengemukakan
pandangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah sebagaimana yang disebutkan dalam Syarah
Ihya' oleh Murtada az-Zabidi, bila dikatakan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah, maka yang
dimaksudkan ialah aliran yan diajarkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu
Mansur al Maturidi.34
Bab III
Siapakah yang digolongkan ke dalam firqah Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah itu? Antara
mereka yang dinyatakan termasuk ke dalam firqah Ahli's-Sunnah itu ialah
sebagaimana yang dicatitkan oleh al-Baghdadi dalam al-Farq baina'lFiraq nya.'-3
Dinyatakan bahawa mereka itu terdiri daripada lapan golongan.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 29/42
Pertamanya mereka yang mempunyai dan berkeyakinan tentang bab-bab
mengesakan Allah, nubuwwah, hukum-hukum wa'd Oanjl memberi balasan baik
kepada mereka yang melakukan kebaikan) dan wa'id (iaitu janji memberi balasan
jahat kepada mereka yang melakukan kejahatan jika tidak diampunkan), pahala,
balasan azab, syarat-syarat ijtihad dan imamah, serta mereka menjalani jalan agama
yang demikian ini. Mereka ini termasuk daripada golongan mutakallimin yang bebas
daripada tashbih dan ta'til daripada perkara-perkara bid'ah Rawafid, Khawarij,
Jahmiyah, Najjariyah dan lain-lain golongan sesat yang mengikuti hawa nafsu.
Keduanya mereka yang terdiri daripada imam-imam dalam ilmu fiqh yang terdiri
daripada dua golongan pula, laitu mereka yang berpegang kepada hadith (dan tidak
begitu berpegang kepada fikiran, ra'y) dan yang berpegang kepada hadith (selepas
daripada berpegang kepada Qur'an); mereka ini terdiri daripada golongan yang
beri'tikad tentang dasar-dasar agama (usulu'd-din) mazhab yang percaya kepada
sifat-sifat Allah, ZatNya dan mereka yang bersih daripada pegangan Qadariyah dan
Mu'tazilah. Mereka percaya kepada harusnya memandang Wajah Allah di akhirat
dengan pandangan mata tanpa tashbih dan ta'til, serta mereka mempercayai bangkit
dari kubur serta soalan Munkar dan Nakir di dalamnya, juga percaya kepada Kolam
Nabi, Sirat, Shafa'at dan keampunan dosa dan mereka tidak mensyirikkan
Allah. Mereka percaya kepada kekalnya ni'mat syurga kepada ahlinya dan kekalnya
azab neraka kkepada ahlinya. Na,udhi billahi min dhalik. Mereka percaya kepada
Imamah Abu Bakar, 'Umar, 'Uthinan dan 'Ali serta mereka memuji golongan salaf as-
Salih dengan pujian yang baik dan mereka berpegang kepada wajibnya sembahyang
juma'at di belakang para imam Jumu'at bersih diri mereka daripada bid'ah ahli hawa
nafsu yang mengikut keinginan mereka dalam Pegangan itu. Mereka ini juga
berpegang kepa da wajibnya istinbat hukum hukum Syari'at daripada Qur'an danSunnah dan ijma' para Sahabat, serta mereka memegang kepada ajaran harus
menyapu kasut panjang (dalam wudhu') dan berlakunya tiga talak, dan juga mereka
mengharamkan mut'ah serta berpegang kepada wajibnya taatnya kepada Sultan di
dalam perkara yan bukan ma'siat terhadap Allah.
Termasuk ke dalam golongan ini ialah para pengikut imam-imam Malik, Syafi'i,
Auza'i, al-Thauri Abu Hanifah, Ibn Abi Laila juga para pengikut Abi Thaur, Ahmad b.
Hanbal dan ahli zahir dan lain-lain ulama fiqh yang berpegang kepada Perkara-
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 30/42
perkara yang boleh dicapai dengan akal dan berpegang kepada asal usul sifat Allah
serta tidak mencampurkan fiqhnya dengan suatu daripada bid'ah-bid'ah sesat
daripada mereka yang mengikut hawa nafsu yang sesat.
Golongan Ahlis-Sunah Yang ketiga ialah mereka yang mempunyai ilmu yang cukup
tentang jalan-jalan riwayat hadith-hadith Nabi S.A.W. serta sunnah-sunnah yang
datang daripada Baginda S.A.W. serta mereka boleh membezakan antara riwayat-
riwayat yang sahih, yang 'sakit', dan mereka tahu tentang sebab-sebab 'cedera'nya
para periwayat, dan 'adil'nya mereka (dan oleh itu riwayat mereka boleh diterima)
dan mereka tidak mencampuradukkan ilmu mereka itu dengan sesuatu daripada ahli
hawa nafsu yang sesat.
Golongan yang keempat ialah mereka yang mempunyai ilmu mencukupi tentang
sastera dan nahu serta tasrif serta mereka Yang mengikuti perjalanan imam-imam
dalam ilmu bahasa seperti al-Khali'l, Abu 'Amru bin al-'Ala, Sibawaih, al-Farra', al-
Akhfash, al-Asma'i, al-Mazini dan Abi 'Ubaid, dan lain-lain imam dalam nahu yang
terdiri daripada golongan orang-orang Kufah dan Basrah Yang tidak
mencampuradukkan ilmu mereka dengan bid'ah-bid'ah sesat daripada kaum-kaum
sesat itu, seperti kaum Qadariyah, Rafidah atau Khawarij. Sesiapa daripada mereka
yang cenderung kepada sesuatu daripada aliran bid'ah sesat kaum sesat itu, maka
mereka tidak termasuk ke dalam golongan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah dan
pendapatnya dalam lughat dan nahu tidak menjadi hujjah lagi.
Golongan yang kelima ialah mereka yang mempunyai ilmu yang mencukupi
berkenaan dengan segi-segi pembacaan Qur'an (qira'at) serta segi-segi tafsir ayat-
ayat Qur'an dan ta'wil-ta'wilnya yang sesuai dengan mazhab Ahli's Sunnah wal-
Jama'ah, dan bukan ta'wil-ta'wil mengikut ahli-ahli aliran-aliran yang sesat itu.
Golongan yang keenam ialah golongan ahli-ahli zuhud dan sufiyah (al-zuhhad al-
sufiyah) yang mempunyai pandangan yang tajam, serta mereka mengawal diri
daripada apa yang tidak sepatutnya, dan mereka menguji diri dan mendapat
pengalaman dalam bidang rohaniah (absaru fa aqsaru wa'khtabaru) serta mereka
mengambil i'tibar sebaiknya dan mereka redha dengan apa yang ditakdirkan oleh
Allah. Mereka rasa memadai dengan rezeki yang sedikit (yang dikurniakan oleh
Allah kepada mereka), dan mereka ini tahu bahawasanya pendengaran,
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 31/42
pemandangan dan fu'ad atau hati, itu semuanya akan ditanya tentang kebaikan dan
kejahatan yang dilakukan. Mereka itu menghisab diri mereka di atas amalan yang
dilakukan walau sebesar zarrah, dan mereka mempersiapkan bagi diri mereka
persiapan yang sebaiknya bagi hari yang penghabisan itu iaitu Akhirat. Mereka
menghuraikan ilmu mereka dengan menggunakan jalan 'ibarat dan isyarat mengikut
perjalanan ahli-ahli ilmu hadith, bukan mengikut mereka yang mengeluarkan kata-
kata kosong dan tidak melakukan apa yang baik kerana ria' dan mereka tidak
meninggalkan apa yang baik itu kerana malu kepada sesiapa. Agama golongan
sufiyah ini adalah agama tauhid yang menolak tashbih dan mazhab mereka ialah
menyerah diri tunduk (tafivid) kepada Allah, bertawakkal kepadanya serta tunduk
taslim bagi perintahnya serta merasai memadai dengan apa yang direzekikan
olehnya serta berpaling daripada menentang apa yang ditentukan Allah. Mereka itu
adalah sebagaimana yang digambarkan dalam Qur'an.
Maksudnya: "Itulah pemberian daripada Allah yang dikurniakan kepada sesiapa vang
dikehendakinya dan Allah mempunyai pemberian yang amat besar'.
Golongan yang ketujuh ialah mereka yang bersiap sedia menjaga kubu-kubu
Muslimin (di sempadan Negeri Islam) dalam menghadapi orang-orang kafir, berjuang
melawan seteru Muslimin dan mereka menjaga kawasan Muslimin dan juga memberi
perlindungan kepada para wanita maeremkuasiltiumminaz dan rumah tangga
mereka serta menzahirkan pada kubu-kubu mereka itu mazhab Ahli's-Sunnah wal-
Jama'ah. Dalam hubungan dengan mereka inilah Allah turunkan firmannya:
Maksudnya: "Dan mereka yang berjihad untuk (mencari keredaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami".
Mudah-mudahan Allah kurniakan kepada mereka itu taufik dengan pemberian dan
kemurahannya.
Golongan kelapan ialah negeri-negeri yang mendokong mazhab Ahli's-Sunnah wal-
Jama'ah, bukannya mendokong tempat-tempat yang merupakan syi'ar-syi'ar bagi
golongan-golongan yang sesat dan mengikut hawa nafsu. Yang dimaksudkan
dengan golongan ini ialah golongan orang ramai di mana-mana yang beri'tikad
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 32/42
tentang benarnya ulama' Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah yang berpegang kepada bab-
bab keadilan Tuhan dan TauhidNya, wa'd, wa'id, dan mereka merujuk kepada ulama'
Ahli's-Sunnah dalam bimbingan ajaran-ajaran agama mereka serta mereka
mengikuti Para ulama' dalam perkara-perkara furu' berkenaan dengan halal dan
haram. Mereka tidak beri'tikad suatupun daripada perkara yang ada dalam
pegangan golongan-golongan ahli kesesatan itu. Inilah golongan-golongan yang
berada dalam kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama ah. Merekalah pemegang agama
yang benar dan mereka berada di atas Sirat al-Mustaqim. Moga-moga Allah
tetapkan mereka di atas kalimah yang hak dan tetap di atas dunia ini dan
akhirat. Allahumma amin.
Inilah yang dikatakan golongan Ahli's-Sunnah yang dicatitkan daripada huraian
'Abdul-Qahir al-Baghdadi yang merupakan sesuatu yang sudah jelas selepas
perjalanan sejarah Islam selama empat abad lebih lamanya (Al-Baghdadi meninggal
pada tahun 429 Hijrah/1037 Masehi). Gambarannya adalah sesuatu yang
merupakan 'crystallization' daripada pegangan insan dan sejarahnya yang boleh
rnenjadi sebagai indeks bagi kita memahami persoalan ini. Dengan berdasarkan
kepada neraca yang diberikan oleh al-Baghdadi ini, kita boleb menentukan
kedudukan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah dan mereka Yang berpegang kepadanya,
dalam keadaan menghadapi berbagai aliran faham Timur dan Barat yang datang dari
dalam masyarakat Islam sendiri dan juga dari luarnya. Bagaimanapun ini bukanlah
tujuan utama perbincangan ini.
Dalam membela kebenaran Ahli's-Sunnah dan keselamatan kedudukan mereka
sebagaimana yang dijanjikan dalam hadith-hadith Nabi S.A.W., al-Baghdadi dengan
penuh keyakinan nampaknya menyatakan bahawa:
"Dan kami tidak mendapati sehingga hari ini dari kalangan firqah-firqah ummat
ini siapakah di kalangan mereka itu yang bersepakat dengan perjalanan para
Sahabat radiya'Llahu 'anhum melainkan golongan Ahli'sSunnah wal-Jama'ah
dari kalangan para fuqaha' ummat ini dan para mutakallimin mereka itu yang
berpegang kepada Sifat-sifat Allah lain daripada golongan Rafidah, Qadariyah,
Khawarij, Jahmiyah, Najjariyah, Mushabbihah, Ghulat dan Hululiyah" .
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 33/42
Lepas itu beliau menyebut satu persatu di mana tidak selamatnya pendirian-
pendirian golongan lain seperti golongan Qadariyah, Khawarij dan
seterusnya. Kemudian beliau menghuraikan dasar-dasar yang disepakati di
kalangan Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah.39
Dasar pertamanya, tentang mengithbatkan hakikat-hakikat dan ilmu-llmu. Katanya
bahawa para Ahli's-Sunnah berijma' tentang thabitnya ilmu-ilmu sebagai pengertian-
pengertian yang ada pada para ulama' dan mereka mengatakan tentang peri
sesatnya mereka yang menafikan ilmu pengetahuan dan sifat-sifat yang ada pada
benda dengan mereka menganggap jahilnya golongan Sophists yang menafikan ilmu
dan hakikat sesuatu semuanya. Dianggapnya mereka itu sebagai golongan yang
mengingkari apa yang mereka telah mengetahuinya dengan secara daruri. Demikian
juga dengan golongan Sophists (Sufasta'iyah) yang syak tentang wujudnya hakikat-
hakikat. Demikian juga golongan daripada mereka itu yang berpegang kepada
ajaran bahawa hakikat segala sesuatu mengikut anggapan dan mereka
menganggapkan sah semua i'tikad-i'tikad walaupun semuanya saling canggah
bercanggah dan nafi menafikan. Semua tiga golongan ini kafir dan engkar serta
degil untuk menerima apa yang diwajibkan akal secara dharuri.
Bagi Ahli's-Sunnah, ilmu manusia dan ilmu haiwan-haiwan lain terdiri daripada tiga
jenis ilmu.
Pertamanya ilmu yang badihi iaitu secara tersendiri tanpa difikirkan. Keduanya ilmu
yang bersifat hissi iaitu melalui pengalaman pancaindera dan ketiganya ilmu istidlali
iaitu yang datang dengan manusia mengambil dalil dengan menggunakan
akalnya. Mereka menyatakan bahawa sesiapa yang menolak ilmu-ilmu yang badihi
ataupun ilmu yang hissiyah yang datang melalui pengalaman pancaindera yang lima,
itu adalah orang yang degil. Adapun orang yang tidak menerima ilmu-ilmu yang
bersifat nazariah dan yang datang dengan pemikiran dengan mengambil dalil, ia
perlu diteliti. Kalau lanya terdiri daripada orang yang menolak dan mengingkari
pemahaman dengan akal tentang ilmu-ilmu yang boleh difahami dengan akal
langsung, maka ia adalah kafir mulhid, hukumnya adalah seperti hukum Dahriyah
(atau fahaman yang tidak percaya kepada Tuhan dan mengithbatkan wujud alam
benda sahaja) kerana pegangan mereka bahawa alam ini abadi, dan menafikan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 34/42
Tuhan yang menjadikan tambahan lagi dengan pegangan mereka membatalkan
semua agama-agama.
Adapun seseorang yang berpegang kepada kefahaman akal dalam perkaraperkara
yang boleh difahamkan dengan akal, dan ia tidak menerima qiyas dalam masalah
furu' hukum Syariat, seperti ahli mazhab Zahiriyah,maka ia tidak menjadi kafir
dengan ia mengingkari qiyas secara syar'i itu. Golongan Ahli's-Sunnah menerima
pancaindera sebagai punca-punca pengetahuan yang diakui dan pengesanan
pancaindera adalah diterima.
Golongan Ahli's-Sunnah menyatakan juga bahawa khabar mutawatir adalah
satujalan ilmu yang dharuri dan benda yang datang melalui punca itu adalah sahih,misalnya tentang sahnya ada negeri yang belum dikunjungi oleh seseorang itu, tetapi
ia dengar berita mutawatir tentangnya. Itu adalah sebagaimana ilmu kita tentang
adanya para anbiya' dan raja-raja sebelum zaman kita. Adapun tentang benamya
pengakuan para anbiya'tentang pangkat kenabian mereka maka itu diketahui olch
kita dengan hujah-hujah ilmu secara nazariah.
Golongan Ahli's-Sunnah menyatakan bahawa hadith yang melazimkan kita beramal
dengannya adalah tiga jenis: mutawatir, ahad dan yang menengah antara
keduanya. Khabar mutawatir yang mustahil lanya direka-rekakan adalah
berkedudukan sebagai ilmu yang dharuri dan contohnya ialah seperti berita tentang
negeri-negeri yang belum kita kunjungi,dan ilmu yang kita tahu tentang raja-raja dan
nabl-nabl serta generasi-generasi sebelum kita. Dengan itulah seseorang
mengetahui kedua ibubapanya dan dengan keduanya ia dinisbahkan.
Adapun khabar ahad maka bila sah isnadnya dan matannya bukan menasabah danbukan mustahil pada akal, maka ianya wajib diamalkan; ianya berkedudukan sebagal
kesaksian orang yang adil di sisi hakim bahawa wajib ia memutuskan hukum
dengannya pada zahir walaupun ia tidak mengetahui tentang benamya iaitu dalam
kesaksian. Dan dengan khabarjenis inilah maka para fuqaha'menthabitkan
kebanyakan daripada furu'hukum-hukum Syariah dalam ibadat, mu'amalat, dan lain-
lain bab haial haram. Dan golongan Ahli'sSunnah menganggapkan sesat mereka
yang menggugurkan wajib beramal dengan khabar ahad dari kalangan Rafidah,
Khawarij dan lain-lain golongan sesat.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 35/42
Adapun khabar mustafid yang duduk di tengah-tengah antara yang mutawatir dan
yang ahad, maka ianya seperti mutawatir dalam wajibnya berilmu dengannya dan
beramal dengannya; tetapi ia berlainan pula daripada yang mutawatir kerana ilmu
yang datang darinya adalah ilmu yang muktasab yang nazari, adapun ilmu yang
datang dari yang mutawatir adalah dikirakan dharuri ti 'dak muktasab. Dan khabar
jenis ini ada bahagian-bahagiannya pula. Termasuk ke dalam jenisnya ialah khabar-
khabar tentang para anbiya'. Tertnasuk ke dalam jenis ini juga khabar yang tersebar
di kalangan manusia yang tidak sahih mereka itu melakukan pembohongan, bila
sesuatu berita dikhabarkan di kalangan mereka. Bila seseorang di kalangan mereka
tidak mengatakan ianya bohong, maka kita ketahui bahawa orang itu berkata
benar. Dengan khabar cara inilah kita ketahui tentang mu'jizat-mu'jizat Nabi kita
S.A.W. tentang terbelahnya bulan, bertasbihnya anak batu dalam tangannya,
menangisnya pelepah tamar dan sebagainya. Demikian juga khabar-khabar
mustafidah antara imam-imam hadith dan fiqh yang mereka ijma' bahawa ianya
adalah sahih seperti hadith-hadith tentang Syafa'at, Hisab, Haud, Sirat, Mizan, azab
kubur, soal Munkar dan Nakir.
Demikian juga khabar mustafidah dalam banyak daripada hukum-hukum fiqh seperti
nisab zakat, had bagi yang n-dnum arak, hadith-hadith tentang menyapu khuf,
tentang rejam, dan yang sepertinya, daripada apa yang diijma'kan oleh
fuqaha'. Maka golongan Ahli's-Sunnah menganggap sesat mereka yang tidak
memahami seperti mereka dalam hal-hal itu seperti kaum-kaum sesat yang
mengikut hawa nafsu mereka. Contohnya ialah kesesatan kaum Khawarij yang
menolak rejam, dan sesatnya kaum Najdiah yang mengingkari had kerana meminum
arak dan mengingkari harusnya menyapu khuf; dan menjadi kafir mereka yang
mengingkari memandang Allah di Akhirat dan yang mengingkari Haud, Syafaat dan
azab kubur.
Demikian juga Ahli's-Sunnah menganggap sesat kaum Khawarij yang memotong
tangan pencuri yang mencuri sedikit atau banyak daripada tempat simpanan atau
tidak, sebagaimana mereka menyesatkan golongan yang menolak khabar mustafid
demikian juga mereka menganggapkan sesat golongan yang menthabitkan
mansukhnya hukum khabar yang sepakat tentangnya fuqaha' golongan Ra'y dan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 36/42
Hadith sebagaimana juga mereka menganggapkan sesat Rafidah yang
mengharuskan kahwin mut'ah walhal keharusannya sudah dimansukhkan.
Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Allah Ta'ala mewajibkan ke atas para
hambanya supaya mencapai ma'rifat terhadapnya, dan juga mewajibkan ke atas
mereka ma'rifat terhadap rasuinya, kitabnya, serta beramal dengan apa yang
ditunjukkan oleh Kitab dan Sunnah.
Juga golongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan - dari
kalangan Qadariyah dan Rafidah - bahawa Allah tidak mewajibkan ma'rifat
terhadapnya, sebagaimana yang dipegangi oleh Thumamah dan alJahiz, dan satu
golongan daripada Rafidah. Mereka bersepakat bahawa tiaptiap ilmu kasbi dannazari harus Allah menjadikan kita mesti mengetahui tentangnya. Dan mereka
menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan dari kalangan Mu'tazilah, bahawa
ma'rifat terhadap Allah di Akhirat adalah dihasilkan, muktasabah, dengan tidak
termesti kepada ma'rifatnya.
Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa punca-punca hukum-hukum Syar'iyah
adalah al-Quran, Sunnah, dan ljma' golongan Salaf. Mereka menganggapkan kafir
orang yang menegaskan, dari kalangan Rafidah, bahawa pada hari ini - kalau pada
zaman al-Baghdadi, abad kelima Hijrah - tidak ada hujah dalam Qur'an dan Sunnah
kerana mereka mendakwakan bahawa para sahabat ada mengubahkan sebahagian
daripada al-Quran dan melakukan tahrif terhadap sebahagian daripadanya.
mengikut hawa nafsu mereka. Contohnya ialah kesesatan kaum Khawarij yang
menolak rej am, dan sesatnya kaum Najdiah yang mengingkari had keranameminum arak dan mengingkari harusnya menyapu khuf; dan menjadi kafir mereka
yang mengingkari memandang Allah di Akhirat dan yang mengingkari Haud, Syafaat
dan azab kubur.
Demikian juga Ahli's-Sunnah menganggap sesat kaum Khawarij yang memotong
tangan pencuri yang mencun' sedikit atau banyak daripada tempat simpanan atau
tidak, sebagaimana mereka menyesatkan golongan yang menolak khabar mustafid
demikian juga mereka menganggapkan sesat golongan yang menthabitkan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 37/42
mansukhnya hukum khabar yang sepakat tentangnya fuqaha' golongan Ra'y dan
Hadith sebagaimana juga mereka menganggapkan sesat Rafidah yang
mengharuskan kahwin mut'ah walhal keharusannya sudah dimansukhkan.
Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Allah Ta'ala mewajibkan ke atas para
hambanya supaya mencapai ma'rifat terhadapnya, dan juga mewajibkan ke atas
mereka ma'rifat terhadap rasuINya, kitabnya, serta beramal dengan apa yang
ditunjukkan oleh Kitab dan Sunnah.
Juga golongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan - dari
kalangan Qadariyah dan Rafidah - bahawa Allah tidak mewajibkan ma'rifat
terhadapnya, sebagaimana yang dipegangi oleh Thumamah dan al-Jahiz, dan satugolongan daripada Rafidah. Mereka bersepakat bahawa tiap-tiap ilmu kasbi dan
nazari harus Allah menjadikan kita mesti mengetahui tentangnya. Dan mereka
menganggapkan kafir sesiapa yang menegaskan dari kalangan Mu'tazilah, bahawa
ma'rifat terhadap Allah di Akhirat adalah dihasilkan, muktasabah, dengan tidak
termesti kepada ma'rifatnya.
Golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa punca-punea hukum-hukum Syar'iyah
adalah al-Quran, Sunnah, dan ljma' golongan Salaf. Mereka menganggapkan kafir
orang yang menegaskan, dari kalangan Rafidah, bahawa pada hari ini - kalau pada
zaman al-Baghdadi, abad kelima Hijrah - tidak ada hujjah dalam Qur'an dan Sunnah
kerana mereka mendakwakan bahawa para sahabat ada mengubahkan sebahagian
daripada al-Quran dan melakukan tahrif terhadap sebahagian daripadanya.
(jolongan Ahli's-Sunnah menganggapkan kafir golongan Khawarij yang menolak
seluruh kitab sunan yang diriwayatkan oleh perlwayat-Periwayat hadith kerana padapandangan mereka periwayat-periwayat hadith itu kafir.
Merekaj'uga menganggapkan kafir al-Nazzam yang mengingkari hujjah ijma' dan
hujjah daripada riwayat mutawatir. Mereka juga menghukum kafir bag] orang yang
berpendapat mungkin seluruh ummat Islam berljma' dalam kesesatan (ijtima'al-
ummah 'ala al-dalalah), juga kerana ia berpendapat harus mereka yang terlibat
dalam riwayat yang mutawatir itu bermuafakat mereka-rekakan sesuatu yang
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 38/42
bohong. Inilah penerangan tentang apa yang disepakati oleh Ahli's-Sunnah dalam
hubungan dengan rukun yang pertama.40 -
Dasar yang kedua ialah pegangan Ahii's-Sunnah tentang barunya alam ini. Mereka
telah ijma'kan bahawa alam itu adalah segala sesuatu yang selain daripada Allah,
mereka ijma'kan bahawa sesuatu yang selain daripada Allah dan selain daripada
sifat-sifatnya yang azali adalah makhiuk yang dijadikan serta diciptakan oleh
Allah. Mereka juga bersepakat bahawa Tuhan yang menjadikan itu bukan makhluk,
bukan yang diciptakan dan bukan daripada jenis alam ini dan bukan daripadajenis
sesuatu daripada juzuk alam ini.
Mereka bersepakat lagi bahawa bahaglan-bahagian daripada alam ini ada dua, jauhar dan 'arad (pl. Jawahir dan a'arad), khilaf pendapat mereka yang menafikan
a'arad.
Mereka bersepakat bahawa setiap jauhar adalah juzuk yang tidak boleh berpecah
lagi. Dan mereka menganggapkan kafir al-Nazzam dan ahli-ahli falsafah yang
menganggap boleh berpecahnya tiap-tiap juzuk daripada juzuk-juzuk benda dengan
tidak berkesudahan dan ini dikirakan berlawanan dengan ayat yang bermaksud:
" Dan Dia (Allah) menghitung segala sesuatu satu persatu." (Surah al-Jin;28)
Golongan Ahli's-Sunnah juga mengithbatkan para malaikat, jin dan syaitan sebagai
makhluk-makhluk yang ada dalam alam ini, dan mereka menganggap kafir mereka
yang menafikan demikian itu dari kalangan ahli falsafah dan golongan Batiniyah.
Kemudian kenyataan ini disusuli dengan beberapa kenyataan tentang sesatnya
golongan ahli falsafah dan Mu'tazilah dalam hubungan dengan alam benda dan
konsep alam.
Mereka menganggap kafir Abul-Hudhail yang berpegang kepada pegangan bahawa
ni'mat syurga dan azab neraka itu terputus dan mereka menganggap kafir golongan
Jahmiyah yang berpendapat syurga dan neraka itu tidak kekal.
Dasar yang ketiga ialah berkenaan dengan Tuhan yang menciptakan alam serta
Sifat-SifatNya. Pada Ahli's-Sunnah, segala sesuatu yang baru itu mesti ada yangmenjadikannya dan mengadakannya dan mereka berpegang kepada pegangan
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 39/42
bahawa Tuhan yang menjadikan alam ini Dialah yang menjadikan jisim-jisim dan
'arad-'arad. Mereka menganggap kafir Mu'ammar dan para pengikutnya dari
kalangan Qadariyah yang berpendapat bahawa Allah tidak menjadikan sesuatu
daripada 'arad-'arad. la hanya menjadikan jisim-jisim.
Antaranya disebutkan bahawa golongan Ahli's-Sunnah bersepakat bahawa Tuban
tidak dikandung oleh tempat dan tidak berlalu atasnya masa, khilaf golongan yang
mengatakan Tuhan menyentuh'Arsy, dan'golongan Syihamiyah dan
Karramiyah. Ahli's-Sunnah juga berijma' menafikan adanya kecederaan, kesedihan,
kesakitan dan kelazatan daripada Tuhan, serta gerak dan diam, khilaf pendapat
golongan Hisyamiyah dari golongan Rafidah yang menganggap harus ada gerak
pada Tuhan.
Antaranya yang dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Allah Maha Kaya
tidak berkehendakkan kepada makhluknya, dan la Itidak mendapat manfaat daripada
menjadikan makhluknya itu dan juga la tidak menolak kemudaratan daripada DiriNya
dengan menjadikan makhluknya itu. Inilah khilaf pegangan Majusi yang mendakwa
bahawa Allah menjadikan para malaikat bagi menolakkan kesakitan pada DiriNya
yang datang daripada syaitan dan penolong-penolongnya.
Ahli's-Sunnah juga berijma'Tuhan yang menjadikan alam itu tunggal, khilaf pendapat
yang mengatakan Tuhan itu dua yang sedia kala, satunya cahaya, Nur dan satu lagi
ialah kegelapan Zulmah (Yazdan dan Ahriman di kalangan Majusi). Pegangan
tentang keesaan Tuhan ini berlawanan dengan pegangan golongan Ghulat di
kalangan Rafidah yang menyatakan bahawa Allah menyerahkan tadbiran alam
kepada'Ali yang merupakan Khaliq yang kedua.
Dasar keempat , berkenaan dengan sifat-sifat yang ada pada Zat Allah, Ahli's
Sunnah berpegang kepada pegangan bahawa sesungguhnya Ilmu Allah, QudratNya,
HayatNya, IradatNya, Sama'Nya dan BasarNya, serta KalamNya adalah sifat-
sifatnya yang azali serta abadi. Golongan Mu'tazilah menyatakan bahawa tidak ada
Qudrat, Ilmu, Hayat bagi Allah Ta'ala dan la tidak dapat dilihat di Akhirat.
Ahli's-Sunnah berijma'bahawa Qudrat Allah yang berlaku di atas segala yang
ditakdirkan itu semuanya sebagai satu qudrat yang dengannya ditakdirkan semua
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 40/42
yang ditakdirkannya itu. Ini disusuli dengan kesesatan-kesesatan Mu'tazilah dalam
hubungan dengan hal ini.
Antaranya dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Ilmu Allah adalah satu
yang dengannya itu la mengetahui segala maklumat secara satu persatu. Satu
golongan daripada Rafidah mengatakan bahawa Allah tidak mengetahui sesuatu
sebelum adanya dan Zurarah bin Kyun dan para pengikutnya di kalangan Rafidah
menyatakan bahawa Ilmu Allah, QudratNya, HayatNya, dan lain-lain sifat yang baru
bahawasanya ia tidak Hidup, Berkuasa dan Mengetahui melainkan sehingga la
menjadikan bagi DiriNya Hayat, Qudrat,Ilmu, Iradat, Sama', Basar.
Golongan Ahli'-Sunnah berijma' bahawa Sifat Sama' dan Basar Tuhan meliputisegala yang didengar dan segala yang dilihat dan Tuhan sentiasalah melihat bagi
DiriNya dan Mendengar bagi Kalam DiriNya. Ini diikuti dengan khilaf Mu'tazilah.
Golongan Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Allah boleh dilihat oleh orang-orang yang
beriman di Akhirat. Ini adalah berlawanan dengan pendapat Qadariyah dan
Jahmiyah yang menganggap bahawa mustahil Allah boleh dilihat di Akhirat.
Antaranya dinyatakan bahawa Ahli's-Sunnah berijma' bahawa Iradat Allah adalah
Masyi'ah atau KehendakNya; dan mereka ijma'kan bahawa KehendakNya lulus
dalam apa yang dikehendakinya mengikut IlmuNya. Ini disusuli dengan golongan
yang menyalahinya, juga disusuli dengan kenyataan tentang sifat-sifat lain, seperti
hayat, tanpa Roh, Sifat Kalam dan khilaf golongan yang berpendirian berlainan.
Dasar yang kelima tentang nama-nama Allah yang diambil daripada Qur'an dan
Sunnah yang sahih.
Dasar keenam tentang keadilan Allah. Dinyatakan pendirian Ahli's-Sunnah,
kemudian diikuti dengan khilaf golongan yang b6rlainan pegangan daripadanya.
Dasar ketujuh tentang nubuwwah dan ri salah, perbezaan antara nabi dan rasul;
karamat, kedudukan para malaikat dengan para anbiya'disusuli dengan khilaf kaum-
kaum yang menyalahi pegangan Ahli's-Sunnah.
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 41/42
Dasar kelapan berkenaan dengan mu'jizat dan karamat; mu'jizat yang dihubungkan
dengan nubuwwah, karamat dihubungkan dengan aullya' diikuti dengan khilaf
mereka yang menyalahi pegangan Ahli's-Sunnah.
Dasar kesembilan berkenaan dengan rukun-rukun Islam daripada syahadah
sampailah kepada rukun menunaikan haji. Diikuti dengan pegangan kaum-kaum
yang berlawanan dengannya.
Dasar kesepuluh berkenaan dengan suruhan dan tegahan dan hukum lima; wajib,
mahzur, masnun, makruh, mubah. Diikuti dengan pegangan kaum yang
menyalahinya.
Dasar kesebelas tentang fana'nya sekelian hamba Allah dan hukum terhadap
mereka dalam alam abadi, alam barzakh, Haud, Sirat, Mizan, Syafa'ah.
Dasar kedua belas tentang khjlafah dan Imamah. Khllafah diwajibkan di atas umat
bagi melakukan tugas-tugas tertentu. 'Aqd Imamah; disusull dengan khilaf kaum-
kaum yang menyalahinya, kedudukan Khulafa' al-Rashidin mengi 'kut tertib khilafah
mereka, disusuli dengan khilaf golongan yang berlainan pegangan daripadanya.
Dasar ketiga belas berkenaan dengan iman, Islam, tasdiq dan ma'rlfat. Diikuti
dengan khilaf pegangan-pegangan yang berlainan daripadanya.
Dasar keempat belas berkenaan dengan auliya', imam-imam dan para malaikat,
serta ajaran tentang ismah. Disusull dengan khilaf kaum-kaum yang berlainan faham
daripadanya.
Dasar kelima belas, hukum tentang seteru-seteru Islam, satu mereka yang adasebelum zahir daulah Islam, dan kedua mereka yang zahir dalam daulah Islam.
PENUTUP
Inilah antaranya apa yang boleh dipaparkan dalam hubungan dengan konsep Ahli's-
Sunnah wal-Jama'ah serta sedikit sebanyak perkembangan yang berlaku dalam
sejarah perkembangannya. Walaupun dalam terbentuknya konsep yang akhimya itu
5/14/2018 Sejarah Perkembangan Akidah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-perkembangan-akidah 42/42
kelihatan termasuk ke dalamnya segi-segi sejarah ummat ini, hakikat ajaran dan
amalan Ahli's-Sunnah adalah merupakan hakikat yang telah ada pada zaman awal
Islam lagi. Perkembangan kemudian itu adalah merupakan sesuatu sebagai
deployment, sesuatu pernyataan dirinya pada masa kemudian, sebagaimana pokok
adalah penyataan diri bagi hakikatnya yang ada dalam benihnya itu. Dalam konsep
Ahli's-Sunnah wal-Jama'ah inilah terletaknya neraca penerimaan atau penolakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pegangan dan amalan keagamaan.