Download - SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT KOTA JAMBI DALAM …
SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT KOTA JAMBI DALAM MELAWAN
AGRESI MILITER BELANDA PADA TAHUN
1947-1949
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Oleh
ARNIANTA SWASTIKA
402170788
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021/2022
ii
iii
iv
v
MOTTO ذلكم خير لكم ا ن كنتم تعلمو سبيل ا اللهقال وخاهدوابامو ا لكم وا نفسكم في انفرواخفافاوث لبا
ن
“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Qs. At-Taubah: 41)1
1 Departemen Agama RI, Alqur’an dan terjemahannya, (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanlema,2009), hal. 194
vi
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan Karunia-
nya yang telah memberikanku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu
Pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi
ini.Sholawat serta salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad
SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau. Amiin..
Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada bapak (Adanta Prangin-
Angin) dan ibu (Rasmiati Piliang) yang telah mengasuh dan membimbing penulis
dari lahir hingga saat ini.kemudian terimakasih kepada kedua saudaraku
Ardianta DhanusaS.Pd dan Armianta Pinola yang telah memberi semangat dan
dukungannya selama ini, Begitu banyak kasih sayang yang mereka berikan yang
tidak bisa terhitung dengan angka dan tak sanggup tersusun dengan kata-kata.
Dan tak lupa pula ucapan terimakasih kepada Tedy Kurniawan S. Hum
danseluruh teman-teman SPI 17 karena telah menjadi teman selama ini.
Teriring do'a semoga allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah
kepada mereka, Aminn....
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah kepada penulis sehngga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Sejarah Perjuangan Rakyat
Jambi dalam melawan Agresi Militer Belanda pada Tahun 1947-1949”
Sholawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan alam, yani
Rasulillah Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau ummatnya terbebas
dari alam kegelapan dan dapat menikmati indahnya islam dan manisnya ilmu
pengatahuan seperti yang dirasakan saat sekarang ini. Serta saya ucapkan terima
kasih kepada Yth. Bapak Aliyas, M. Fil danHendra Gunawan, M. Hum. selaku
pemimbing I dan II yang telah membantu dan memberikan dan memberikan
kritikan saran serta nasehat dalam penyususan skripsi ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada beberapa pihak:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi As’ari, M.A Ph.D, selaku Rektor UIN
Sultan Thaha Safuddin Jambi.
2. Yth. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, SE, M. EI. Yth. Bapak Dr, As’ad Isma,
M.Pd. Yth Bapak Dr. Bahrul Ulum, S. Ag, MA, selaku Wakil Rektor I,
II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Dr. Halimah Dja’far, S. Ag, M. Fil.I, selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humanora UIN sultahan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag. Yth Bapak Dr. Alfian, S. Pd, M.
Ed. Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S. Ag, SS selaku waki Dekan I, II dan III
Fakultas Adab dan Humaniora UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Yth. Bapak Agus fiadi, S.Ip, M.Si selaku ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Serta bapak
Rahyu Zami, M. Hum selaku sekretastis jurusan sejarah peradaban
isalam UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
viii
ix
ABSTRAK
Arnianta Swastika. 2021, Sejarah Perjuang Rakyat Jambi Melawan Agresi Militer
Belanda Pada Tahun 1947-1949. Jurusan Peradaban Islam Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Pembimbing I: Aliyas, M. Fil. I dan Pembimbing II, Hendra Gunawan,
M.Hum.
Penelitian ini membahas tentang sejarah perang melawan agresi militer
yang dilakukan pada tahun 1947 dan 1948. Adapun tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui kondisi daerah Jambi pada masa agresi militer teersebut, terutama
adalah Kota Jambi. Dalam melakukan penelitian ini menggunakan dengan
metode sejarah, data-data yang diperoleh berupa data hasil observasi dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia yang dibacakan oleh Suekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945,
membuat setiap daerah menyambut gembira berita tersebut, di Daerah Jambi
mengadakan pertemuan dirumah Abdullah Kartawiraga, tentang kelanjutan dari
berita proklamasi tersebut. Pada masa agresi militer Belanda pertama, daerah
Jambi hanya mendapatkan pemblokiran ekonomi serta mendapatkan ancaman dari
udara dengan menyebarkan pamflet-pamflet, sedangkan pada agresi militer kedua,
Daerah Jambi menjadi tempat pertempuran yang memakan banyak korban jiwa,
selain TNI, laskar-laskar Rakyat juga ikut membantu dalam melawan agresi
militer Belanda.
Kata kunci: Perjuangan, Rakyat dan Kemerdekaan
x
ABSTRACT
Arnianta Swastika. 2021, History of the Struggle of the Jambi People Againts
Dutch Military Aggression in 1947-1949. Departement of Islamic
Civilization, Faculty of Adab and Humanities, Islamic University Negri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Advisor I: Aliyas, M. Fil.I and Supervisior
II: Hendra Gunawan, M. Hum.
This research discusses the history of the war againts military aggresion
that was carried out in 1947 and 1948. The purpose of this research is to find out
the condition of the Jambi area during the military aggresion, especially in the city
of the Jambi. In conducting this research using a historical, the data obtained are
in the from of data from observation and documentation. The result of this
research is that after the proclamation of Indonesian independence read by
Suekarno-Hatta on August 17, 1945 making every region welcome the news.
Jambi held a meeting at abdullah Kartawiraga’s House about the continuation of
the news of the proclamation. During the frist dutch military aggression, the Jambi
area became a piace of battle that claimed many lives, apart from the TNI, the
people’s paramilitary troops also participated assisted in countering Dutch
military aggresion.
Keywords: Struggle, People and Independence
xi
DAFTAR ISI
NOTA DINAS................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... iii
MOTTO............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan dan manfaat ............................................................... 5
D. Batasan Masalah..................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka.................................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORI
A. Sejarah .................................................................................. 8
B. Perjuangan............................................................................. 9
C. Provinsi Jambi....................................................................... 9
D. Agresi Militer........................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode sejarah................................................................... 13
1. Heruistik.......................................................................... 13
2. Verifikasi ........................................................................ 15
xii
3. Interprestasi..................................................................... 17
4. Historiografi.................................................................... 18
B. Tabel Penelitian..................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN JAMBI PADA MASA REVOLUSI
KEMERDEKAAN TAHUN 1945-1949
1. Masa kependudukan Belanda diJambi........................... 23
2. Masa kependudukan Jepang di Jambi.............................25
3. Berita kemerdekaan Indonesia sampai ke Jambi..............30
B. PERJUANGAN RAKYAT JAMBI DALAM MELAWAN
AGRESI MILITER BELANDA 1947-1949
1. Agresi Militer Belanda I...........................................43
2. Agresi Militer Belanda II.........................................45
3. Perundingan gencatan senjata....................................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................62
B. Saran.....................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...………….…… 64
LAMPIRAN........................................................................................................66
CURRICULUM VITE........................................................................................70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia, setelah Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945,
yang merupakan tahap awal bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara
berdaulat penuh, dengan pernyataan kemerdekaan, yang pada hakikatnya secara
de jure Indonesia merdeka, akan tetapi secara de facto yang menunjukkan bahwa
kekuatan bangsa asing masih bertahan dan belum meninggalkan Indonesia pada
saat itu, hal ini telah terbukti dengan adanya kedatangan sekelompok tentara
Sekutu pada akhir bulan September tahun 1945.
Pada awal datangnya tentara Sekutu tersebut, hanya untuk mengurus
tawanan perang dengan membebaskan orang-orang Eropa yang selama perang
ditawan oleh tentara Jepang, serta memulangkan tentara Jepang kembali ke tanah
airnya, akan tetapi Sekutu juga membawa pasukan tentara Belanda, yang bernama
NICA (Netherlands India Civil Administration). Datangnya tentara Sekutu ke
tanah air Indonesia, dalam rangka menjadi mediator antara Indonesia dan
Belanda, pada pengumuman yang dikeluarkan oleh panglima dari pasukan Sekutu
bernama Jendral Philip Christison, pada tanggal 1 Oktober 1945 yang menyatakan
kedatangan Sekutu ke Indonesia, untuk mempertemukan pemimpin Indonesia dan
Belanda dalam suatu perundingan, yang disebut dengan perundingan Linggarjati. 2
Perundingan Linggarjati yang dilaksanakan pada tanggal 10 November
1949, perundingan ini merupakan kelanjutan dari perundingan politik sebelumnya
dengan memakan waktu 5 hari, Perundingan Linggarjati Delegasi dari pihak
Indonesia yang diketuai oleh perdana Menteri Sultan Syahrir, dan Delegasi dari
pihak Belanda ialah Prof. Schermerhorn, maka perundingan itu menghasilkan
Perjanjian Linggarjati yang tertulis sebagai berikut:
2Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia. Jiid VI, ( Jakatra: Balai Pustaka 1997 ),
hal. 37
2
1. Indonesia dan Belanda diakui hanya berkuasa De facto atas Jawa,
Sumatra dan Madura
2. Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Negara Indonesia
Serikat
3. Negara Indonesia Serikat dengan Belanda akan dijadikan suatu Uni
(Uni Indonesia –Nederland) yang dikepalai oleh Ratu Belanda
Pada waktu Perjanjian Linggarjati telah disetujui kedua belah pihak, tetapi
perselisihan Republik Indonesia dan Belanda semakin meningkat, ditandai dengan
pihak Belanda mulai mengingkari Perjanjian Linggarjati, pada saat itu Perjanjian
Linggarjati terdengar sampai kepada rakyat Jambi, maka perjanjian tersebut
membuat sebagian rakyat Jambi merasa keberatan dan ingin menentang
persetujuan Perjanjian Linggarjati,yakni salah satunya dikarenakan pihak Belanda
tidak mengakui wilayah Republik Indonesia menurut Proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.3
Namun pada malam harinya, yakni tanggal 20 Juli tahun 1947 Belanda
resmi menyatakan bahwa tidak terikat dengan Perjanjian Linggarjati, kemudian
pada pagi harinya Belanda melancarkan agresi militer pertamanya, terhadap
Bangsa Indonesia dari segala penjuru dengan mengerahkan seluruh pasukan
Angkatan Darat, Udara, dan Lautnya akan tetapi Belanda mengatakan bahwa itu
hanya sekedar tindakan kepolisian belaka, akan tetapi yang sebenarnya terjadi
ialah tujuan Belanda dalam melancarkan serangan agresi militer I, dengan maksud
dan tujuan tertentu yakni salah satunya untuk memperluas wilayah kekuasaannya
seperti Daerah Jawa, Madura dan Sumatra.4
Hal ini membuat perekonomian Daerah Sumatra menurun tak terkecuali
Daerah Jambi pada masa agresi militer Belanda pertama tidak ada kontak senjata
secara frontal, aksi militer Belanda petama ini sering terjadi di perbatasan Kota
Jambi dan Palembang tepatnya di Bayulincir, maka hal itu membuat prekonomian
3 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, ( Jakarta:
Depdikbud, 1979 ), hal. 89 4 C.s.t. kansil. Dkk, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, ( Jakarta:
Erlangga, 1993 ), hal. 49-50
3
di Daerah Jambi menjadi tidak menguntungkan, karena agresi militer Belanda I
hanya memblokade Daerah Pantai, serta membuat para pedagang kesulitan untuk
menjual hasil karetnya ke Singapura.5
Setelah terjadinya agresi militer Belanda pertama, maka pada tanggal 31
Juli 1947, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menerima
solusi yang diusulkan oleh pihak India dan Australia, dalam memenuhi solusi
Dewan Keamanan tersebut maka dibentuklah Komisi Tiga Negara, yaitu :
Australia, Belgia, dan Amerika Serikat. Perundingan antara kedua Delegasi yang
dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 1947 bertempat diatas kapal Amerika
Serikat Renville, yang pada saat itu singgah di Pelabuhan Tanjung Priok, maka
Perjanjian Renville yang telah ditanda tangani pada tanggal 17 Januari 1948
sebagai berikut:
1. Belanda tetap berkedaulatan atas seluruh Indonesia, sampai kedaulatan
diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat, yang segera dibentuk.
2. Sebelum RIS dibentuk Belanda dapat diserahkan sebagaian dari
kekuasaannya kepada suatu pemerintah Federal sementara.
3. RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta
sejajar dengan kerajaan Belanda dalam Uni Nederland – Indonesia, dengan
Raja Belanda sebagai kepalanya.
4. Republik Indonesia merupakan negara bagian dari RIS.
5. Dalam jangka waktu sedikitnya enam bulan dan selambat-lambatnya satu
tahun supaya diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan
Konstituante RIS.6
Namun pada tanggal 28 Desember tahun 1948 Belanda melakukan agresi
militernya yang ke II terhadap Indonesia, tak terkecuali pulau Sumatra tepatnya di
Kota Jambi pada saat itu dihujani peluru oleh 14 pesawat terbang Belanda selama
24 jam dan itu menghanguskan Kota Jambi. Kemudian setelah itu Belanda
5 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jambi, ( Jakarta: Depdikbud,
1979), hal. 72-73 6 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jambi, hal. 91
4
menurunkan tentaranya di Daerah Tanah Minyak, serta di Pinggir-Pinggir Kota
Jambi, pada tanggal 29 Desember tahun 1948 beberapa pesawat Belanda kembali
datang ke Kota Jambi, akan tetapi tidak melakukan penembakan hanya melakukan
manuver (terbang dengan berbagai gerakan). Berbeda dengan Daerah Kenali
Asam, Bajubang, Tempino dan Lapangan Paal Merah pesawat udara Belanda
melakukan penembakan serta menjatuhkan bom di beberapa tempat sebelum pergi
meninggalkan daerah tersebut.7
Setelah perginya pesawat Belanda di Kota Jambi pasukan STD (Sub
Teritorium Jambi) memanggil letnan Muda A. Hady kepala Jawatan III STD,
untuk mencari Ajudannya yaitu Sersan Mayor Kadet R. Suhur, dalam pencarian
ini tepatnya di Simpang Pulai, maka bertemulah Letnan Muda A. Hady, Letnan
Satu Bolang serta Kapten Ramli, yang melarang agar tidak ke arah Kenali Asam
karena telah diduduki Belanda, pada saat itu Belanda mengepung Kota Jambi dari
tiga penjuru yaitu Pall Merah, dari Simpang Jelutung yang langsung dari Kota
Jambi, kemudian dari Kenali Asam sampai di Simpang Kawat terpecah menjadi
dua, yaitu arah Lebak Bandung dan Simpang Pulai dan lainnya di Simpang Tiga
Sipin.
Dari penjelasan di atas, penelitian ini mejelaskan tentang perjuangan rakyat
Jambi yang dalam literatur sejarah cukup banyak akan tetapi penelitian ini khusus
daerah yang belum banyak terungkap terutama, ” Sejarah Perjuangan Rakyat
Jambi dalam Melawan Agresi Milter Belanda Pada Tahun 1947-1949”. Atas
dasar inilah peneliti ingin membahas secara lengkap bagaimana sejarah
perjuangan tersebut.
7 Tim Penyusun Sejarah Perjuangan Sub Komandemen Sumatra Selatan, Sejarah
Peranan Subkoss Dalam Berjuang Rakyat Sumbagsel (1945-1949), ( Sumbagsel: Tim DHD 45,
2003 ), hal. 552-553
5
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah pokoknya ialah perjuangan rakyat Jambi
dalam menghadapi agresi militer belanda khusus di Kota Jambi, untuk
memudahkan penelitian permasalahan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
berikut :
1. Bagaimana keadaan Jambi pada masa revolusi kemerdekaan pada tahun
1945-1949?
2. Bagaimana perjuangan rakyat Jambi dalam menghadapi agresi militer
Belanda tahun 1947-1949?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan
serta manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengetahui keadaan Kota Jambi pada masa revolusi kemerdekaan
pada tahun 1945-1949
2. Untuk mengetahui perjuangan rakyat Jambi dalam menghadapi agresi
militer Belanda tahun 1947-1949
Manfaat penelitin:
1. lembaga
Memberikan terhadap civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan landasan untuk para mahasiswa terutama mahasiswa Jurusan Sejarah
Peradaban Islam pada Fakultas Adab dan Hamaniora Universitas Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Keilmuan
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi mahasiswa Jurusan
Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humanira Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6
a. Digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman.
b. Digunakan sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah diperoleh pada
masa perkuliahan.
D. Batasan Masalah
Dalam penulisan penelitian ini peneliti memiliki batasan masalah agar tidak
terjadi kekeliruan terhadap penelitian, adapun ruang lingkup batasan masalah
dalam penelitian ini ialah “Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi dalam Melawan
Agresi Militer Belanda pada Tahun 1947-1949”, dimana pada tahun 1945
Republik Indonesia telah merdeka akan tetapi pada tahun 1947 terjadi agresi
militer Belanda yang pertama akan tetapi dijambi tidak terjadi perang senjata
secara frontal dan kemudian disusul dengan agresi militer Belanda kedua pada
tahun 1948 dimana terjadinya perang senjata pertama kali di daerah Jambi yang
pada saat itu banyak menelan korban jiwa salah satunya saerah Simpang Tiga
Sipin (Tugu Juang) dan pada tahun 1949 berakhirnya kedudukan Belanda di
Jambi.
E. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka ialah uraian secara sistematis dari hasil penelitian
terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan,8 serta
melakukan peninjauan kembali pustaka terkait yang berfungsi salah satunya,
untuk mengetahui manfaat penelitian sebelumnya dan untuk menghindari
duplikasi dalam memberikan masalah penelitian, sepengetahuan penulis
pembahasan mengenai perjuang rakyat Jambi dalam melawan agresi militer
Belanda pada tahun 1947-1949 sudah ada yang menyinggung secara sekilas akan
tetapi tidak mendalami dan ada beberapa karya yang dapat dijadikan sebagai
sumber bagi penelitian ini, yaitu:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Syarif Hidayahtullah yang berjudul,
“bentuk-bentuk perjuangan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan di Jambi
8 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta:ombak,
2011), hal. 128
7
(1945-1949)”. Yang hanya membahas tentang peran-peran ulama dalam
mempertahankan kemerdekaan RI (Republik Indonesia),9persamaan dengan
penelitian ini ialah membahas bagaimana perjuangan masyarakat Jambi dalam
mempertahankan kemerdekaan, sedangkan perbedaannya dengan penelitian diatas
ialah penelitian ini lebih memfokuskan daerah Jambi yang sekarang menjadi Kota
Jambi yakni Simpang Tiga Sipin, serta lebih membahas bagaimana peran
masyarakat Kota Jambi dan bukan hanya membahas peran ulamanya saja, dalam
melawan agresi militer yang di lakukan terhadap rakyat Jambi khususnya Kota
Jambi.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Rahma Winata yang berjudul, “perjuangan
rakyat Batanghari menghadapi agresi militer Belanda II 1948-1949”, yang
membahas perjuangan rakyat Batanghari dalam agresi militer Belanda II yang
hanya membahas sedikit tentang agresi militer Belanda di Jambi.10 Pada penelitian
diatas yang menjadi persamaan dengan penelitian ini ialah agresi militer yang
dilakukan Belanda terhadap Jambi serta peran masyrakat dalam melawan agresi
militer tersebut, kemudian yang membedakan penelitian diatas dengan penelitian
ini ialah tempat penelitian yang menjadi acuan penelitian ialah Kota Jambi
sedangkan yang penelitian diatas membahas peran rakyat batanghari.
Ketiga, buku ini ditulis oleh Drs Bambang Suwondo yang diterbitkan oleh
dapartemen pendidikan dan kebudayaan Daerah 1979 yang berjudul “Sejarah
Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi”. Buku ini membahas sejarah sebelum dan
sesudah proklamasi kemerdekaan secara struktural yang merupakan daerah
keresidenan dari Provinsi Sumatra Tengah.11 Yang menjadi persamaan ialah
membahas masa revolusi kemerdekaan di Jambi pada tahun 1945-1949,
sedangkan yang menjadi perbedaannya ialah penelitian ini lebih memfokuskan
pada peran masyrakat Jambi dalam melawan agresi militer di Jambi, Khususnya
Kota Jambi.
9Syarif Hidayahtullah, Bentuk-Bentuk Perjuangan Ulama Memepertahankan
Kemerdekaan Di Jambi (1945-1949). 10 Rahma Winata, Sejarah Perjuangan Rakyat Batanghari Dalam Melawan Agresi
Militer Belanda II Skripsi, ( Jambi: Universitas Jambi,2017 ). 11Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jambi, hal. 1
8
Yang menjadi pembeda antara tulisan diatas ialah studi kasus yang
menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini, ketiga tulisan tersebut
penulis jadikan perbandingan dengan sumber arsip hasil penelitian, dalam skripsi
ini lebih fokus menjelaskan perjuangan rakyat Jambi dalam melawan Agresi
militer Belanda yang terjadi setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang
sekarang menjadi daerah kota Jambi.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Sejarah
Secara etimologi, sejarah berasal dari kata syajarah dalam bahasa Arab
yang berarti pohon kehidupan, keturunan, akar dan asal-usul. Maka dengan
demikian pembahasan sejarah dari masa klasik ialah menyelusuri asal-muasal dan
geneologi (nasab: keturunan).
Namun, dari segi termologi itu banyak yang berpendapat tentang
pengertian dari sejarah, diantaranya ada pakar-pakar tentang pengertian sejarah,
yaitu:
Menurut Herodotus, yang mempunyai julukan The Father Of History,
yang mengungkapkan bahwa sejarah tidak tumbuh dan berkembang kearah depan
yang bertujuan pasti, akan tetapi bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi dan
rendahnya diakibatkan oleh suatu keadaan manusia melainkan cangkokan (hybris)
danpeniruan. Maka segala pristiwa yang terjadi menurut Herodotus itu disebabkan
oleh Dewa-Dewa.12
Adapun menurut Sidi Galzaba berpendapat bahwa sejarah sebagai
gambaran masa lalu tentang manusia dan lingkungan sekitarnya serta makhluk
sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap yang meliputi fakta masyarakat
tersebut, dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan
pemahaman tentang apa yang telah berlalu. Sebagaimana ilmu sejarah terkait
prosedur penelitian ilmiah sejarah juga terkait pada pengajaran yang bersandar
kepada fakta. Kebenaran sejarah terletak kesediaan sejarawan untuk meneliti
sumber sejarah secara tuntas, sehingga diharapkan ia akan tuntas mengungkapkan
sejarah secara objektif.
12 Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Bandung :pustaka setia terbit, 2013), hal.17
10
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah ialah peristiwa
yang benar-benar terjadi di masa lampau serta mempunyai bukti dan fakta sejarah,
Sejarah juga terbagi menjadi dua bagian ialah sejarah sebagai peristiwa dan
sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai peristiwa ialah sejarah sebagai objektif
sebab-sebab pristiwa di masa lampau tersebut dan sebagai pristiwa nyata yang di
luar pengetahuan manusia itu sendiri, sedangkan sejarah sebagai kisah ialah
sejarah sebagai subjektif karena masa lampau itu menjadi pengetahuan manusia.
Karena dilapangan sejarah terdapat beberapa pengetahuan manusia yang
mengungkapkan fakta mengenai siapa, apa, kapan, dan bagaimana peristiwa itu
bisa terjadi.13
B. Perjuangan
Perjuangan ialah kata juang dalam sebuah peperangan menurut KBBI,
maka di dalam kemerdekaan Republik Indonesai terdapat perjuangan rakyat yang
telah ditindas oleh penjajah, sebelum revolusi kemerdekaan RI, Indonesia telah
dijajah Jepang selama 3,5 tahun dan dijajah oleh Belanda selama 35 tahun begitu
lamanya Bangsa Indonesia dijajah bangsa asing yang membuat bangsa Indonesia
menderita.
Perjuangan Indonesia dikaitkan dengan orang orang yang siap mati demi
membela tanah air, maka dalam islam perjuangan bangsa Indonesia sering
dikaitkan dengan kata Jihad dan ini menjadi faktor untuk mempertahankan
kemerdekan Republik Indonesia dengan nilai relegius yang tinggi dimiliki bangsa
Indonesia membuat bangsa ini rela berjuang hingga titik darah penghabisan.14
C. Jambi
Daerah provinsi Jambimemepunyai luas sekitar54.008km₂atau lebih
kurang 5.400.800 hektar, yang membentang dari 0°45′ hingga dengan 2° 45’
Lintang Selatan dan 101°10′ hingga dengan 104° Bujur Timur, batas batas
wilayah derah Jambi dilihat dari keadaan geografi sebagai berikut: sebelah Utara
13 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, hal. 1 14 Syarif Hidayatullah, “Bentuk-Bentuk perjuangan Ulama dalam Mempertahankan
kemerdekaan di Jambi 1945-1949”,hlm. 9
11
dibatasi oleh Provinsi Riau dan Provinsi Sumatra Barat di sebelah Selatan dibatasi
oleh Provinsi Sumatra Selatan kemudian disebelah Barat dibatasi oleh Provinsi
Bengkulu dan Sumatra Barat dan sebelah Timur dibatasi oleh Selat Berhala.
Daerah Jambi dikenal dengan keresidenan sebelum tahun1957 dalam wilayah
provinsi Sumatra Tengah, yang merupakan daerah kekuasaannya ialah, Kabupaten
Merangin, Kabupaten Batang Hari, dan Kotamadya Jambi, kemudian wilayah
kerinci yang pada saat itu masih menjadi wilayah wedanaan pesisisr Selatan
Kerinci.15
Terbentuknya Provinsi daerah tingkat I Jambi merupakan salah satunya
dari 27 Provinsi dalam Republik Indonesia, berdasarkan Undang –Undang darurat
No 19 tahun 1957 tentang pembentukan daerah tingkat I dan daerah Jambi secara
struktural ialah daerah keresidenan dan bagian dari Sumatra yang pada saat itu
Sumatra terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Jambi, Riau dan Sumatra Barat maka
pada saat itu Keresidenan Jambi yang terdiri dari beberapa Kabupaten yaitu:
Merangin, Kota Praja dan Batanghari yang masuk dalam provinsi Sumatra tetapi
dengan turunnya Undang-Undang No 61 pada Tahun 1958 maka pada saat itu
Provinsi Sumatra Tengah pecah menjadi tiga Provinsi yaitu : Jambi, Sumatra
Barat, dan Riau. Maka sejak tanggal 6 Januari 1957 daerah Jambi terdiri atas
Kotamadya dengan 5 Kabupaten : Kotamadya Jambi, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Tanjung Jabung, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun Bangko dan
Kabupaten Kerinci.16
D. Agersi militer
Agresi ialah penyerangan dari suatu negara kenegara lain menurut KBBI
(kamus besar bahasa Indonesia) begitu juga dengan militer ialah tentara, maka
agresi militer ialah penyerangan dari tentara dalam suatu negara kenegara lain
dalam tujuan tertentu. Seperti halnya yang diakukan belanda terhadap bangsa
Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan yakni perang kemerdekaan pertama
dimana terjadinya peristiwa agresi militer pertama Belanda terhadap Indonesia,
15 Hartono Margono, Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota Dagang, (Jakarta:
Depdikbud, 1984), hal. 5 16Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jambi, hal. 1
12
tak terkecuali daerah Sumatra khususnya Jambi dimana angkatan laut Belanda
mulai memasuki perairan dikuala tungkal.
Pihak Belanda telah menanda tangani perjanjian Linggarjati pada tanggal 2
Maret 1947 Belanda telah menyatakan pengakuan terhadap kedaulatan pemerintah
Republik Indonesia pada wilayah Madura, Jawa dan Sumatra, Akan tetapi laporan
yang telah diterima pemerintah Indonesia bahwa Angkatan laut Belanda
mengadakan patroli di wilayah perairan kuala tungkal.
Hal ini merupakan pelanggaran atas persetujuan perjanjian Linggarjati,
maka pada bulan April 1947 Letnan Muda Ardjai sebagai Kepolisian dari Sub
Detasemen Muara Sabak, Sersan Mayor Laisa dan Inspektur polisi Marpi
memperingatkan kepada kapal laut Belanda sedang melakukan patroli disekitar
Sungai Batanghari bahwa masih wilayah RI, namun Belanda menyangkal
peringatan tersebut dengan mengatakan sungai yang dilalui adalah perairan
Internasional serta Belanda menahan Letnan Muda Ardjai dengan tuduhan telah
melakukan pengancaman terhadap Angkatan Laut Belanda dan tuduhan tersebut
di bantah langsung oleh Letnan Muda Ardjani dengan bukti bahwa mereka
berpakaian lengkap seragan TNI tanda pangkat dan surat jalan.17
Tepatnya pada tanggal 27 Juli 1947 Belanda melakukan perang
kemerdekan pertama yaitu agresi militer I dan tidak melakukan peperangan
senjata akan tetapi dengan melakukan blokade dipinggir-pinggir perairan wilayah
Jambi yang membuat prekonomian Jambi melemah dan untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya peperangan besar-besaran kepada Belanda maka daerah
Jambi memutuskan membentuk persiapan pertahanan militer yaitu TNI STD (Sub
Territorium Jambi) yang dipimpin oleh Kolonel Abunjani.18
Karena Belanda telah melakukan agresi militer pertamanya, maka PBB
(Dewan Perserikan Bangsa-Bangsa) melakukan tindakan dengan cara
melaksanakan perundingan antara kedua delegasi diatas kapal Amerika Serikat
17 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), Hal. 50 18 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan,,, hal. 68
13
Renville pada tanggal 2 Desember 1947 yang mendarat di pelabuhan Tanjung
Priok, dengan hal ini maka pada tanggal 17 Januari resmi ditanda tangani oleh
kedua delegasi, adapun sikap pemerintah dan rakyat di daerah Jambi terhadap
perjanjian Renville karena tetap berpegang teguh pada hak ketentaraan, keuangan
sendiri dan hubungan luar negeri.19
Maka perbedaan penafsiran inilah yang membuat Belanda melakukan
agresi militernya yang kedua pada tanggal 28 Desember 1948 dengan
penyerangan peluru dari udara selama 24 jam oleh pesawat terbang Belanda yang
menghanguskan Kota Jambi dan Belanda menurunkan tentaranya di daerah Tanah
Minyak serta dipinggir pinggir Kota Jambi, maka terjadilah peperangan sengit
oleh tentara TNI yang banyak menewakan korban salah satunya kapten TNI,
kemudian pada keesokan paginya tanggal 29 Desember 1948 tentara Belanda
sudah menduduki kota Jambi, dengan hal ini membuat Residen R. Inu Kertapati
berserta staf dewan pemerintahan telah sampai di Sengeti, kemudian mulai
menyingkir dan berhenti di dusun Rantaumajo untuk mengadakan rapat atau
musyawarah,20 Pertempuran di Kenali asam banyak menelan korban diantarnya,
buruh 50 orang serta TNI 20 orang, seorang letnan TNI R. Mansoer, sebagai
kepala bagian perusak (Vernielingscorps).21 Kemudian pada tanggal 1 Januari
1949 kepala Tambang Minyak yakni Sudarsono ditawan oleh Belanda dan
menjalankan tawanan hingga tanggal 22 Desember 1949.
19 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan,, hal. 92 20 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Jambi, hal. 75-78 21Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah
(Jakarta: 1953), hal 274
14
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Sejarah
Kajian ini merupakan kajian pustaka dengan data dari beberapa
perpustakaan dan kemudian di bantu dengan artikel sejarah. Maka dari itu peneliti
mengatakan bisa mengetahui “Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi dalam Melawan
Agresi Militer Belanda pada Tahun 1947-1949”, metode yang digunakan pada
penulis dalam menjawab permasalahan penelitian adalah metode sejarah, yaitu
aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber sumber sejarah secara
efektif. Penulisan dan penelitian ini menggunakan metode sejarah karna penelitian
dan penulisan sejarah dilakukan secara ilmiah, metode itu sendiri ialah suatu cara,
teknik atau prosedur dalam menggapai tujuan tertentu secara efektif dan metode
sejarah itu sendiri ialah, cara yang digunakan para penulis dalam meneliti sejarah,
menulis sejarah secara sistematis yang tidak melenceng dari aturan ilmu sejarah22
terdapat beberapa metode sejarah yaitu:
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Heuristik berasal dari bahasa Yunani (heurisein) yang mempunyai arti
menemukan, maka dari itu heuristik tidak memiliki peraturan-peraturan umum,
jadi heuristik secara sederhana merupakan tahap proses menemukan, menangani
dan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang diperlukan dalam kegiatan
penelitian, menurut Lucey, heuristik ialah kesaksian dalam informasi yang perlu
dilakukan untuk kegiatan penelitian, serta penulisan sejarah menyangkut beberapa
hal yakni:
a. Apa yang dirasakan, dipikirkan, dilakukan serta katakan oleh manusia,
baik individu atau anggota masyarakat, maka hal ini peneliti akan
memperoleh informasi tentang apa yang terjadi serta mengapa bisa terjadi.
b. Siapa saja yang telah berperan ketika peristiwa sejarah sedang
berlangsung, serta apa akibat dari suatu keputusan dan bagaimana reaksi
22 Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombat, 2015), Hal. 28
15
dari keputusan tersebut kemudian hasil apa yang diperoleh dari pelaku
sejarah.
Dalam hal ini peneliti telah melakukan studi arsip serta studi pustaka, yang
pertama peneliti melakukan studi arsip dengan cara mengunjungi kantor Korem
042 Garuda Putih, pada kunjungan ini peneliti mendapatkan berbagai data yang
memberikan informasi serta berguna bagi penulis, beberapa diantaranya ialah:
Pejuang 50 orang tewas disimpang Tiga Sipin dalam mempertahankan
kemerdekaan di Jambi.
Tahapan ini merupakan tahapan awal untuk metode sejarah dalam
melakukan pengumpulan sumber dan data-data yang akan dijadikan bahan
penelitian ini. Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang keseluruhan data
didapat dari sumber tertulis, maka pada tahap heuristik hal yang harus
diperhatikan ialah, apa saja yang dapat dan dijadikan sebagai data yang digunakan
dalam melakukan penelitian.
a. Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang didapatkan diberbagai tempat sesuai dengan topik
penelitian, beberapa defisini menurut para ahli tentang pengertian sumber sejarah
yakni, salah satunya helius Sjamsuddin yang mengatakan bahwa “sumber sejarah
merupakan segala sesuatu yang langsung ataupun tidak langsung yang
menceritakan tentang kenyataan atau kegiatan manusia yang terjadi pada masa
lalu”. Kemudian menuru R. Moh Ali mengatakan bahwa “sumber sejarah adalah
segala sesuatu yang berwujud serta tidak berwujud yang berguna bagi penelitian
sejarah penelitian Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekrang”.23
Maka disimpulkan bahwa sumber sejarah ialah sejarah merupakan segala
bentuk dari warisan yang berbentuk lisan, tertulis sampai visual yang merupakan
fakta dari sejarah, untuk mencari kebenaran sejarah. Secara garis besar sumber-
sumber sejarah dibagi menjadi 3 bagian yakni: sumber-sumber material atau
kebenda, sumber immaterial atau bukan benda, sumber lisan, dari ketiga sumber
23 Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 95
16
sejarah tersebut penelitian ini merupakan kajian pustaka dimana peneliti
menggunakan sumber sejarah berupa material atau kebendaan yang didaptkan dari
dokumen tentang perjuangan di Jambi. Arsip museum, serta foto-foto perjuangan,
untuk dijadikan data awal peneliti dalam mengembangkan penelitian ini.
b. Sumber Primer dan Sekunder
Sumber primer dalam penelitian sejarah yang dimaksud adalah kesaksian
dari seorang pelaku atau saksi mata yang tidak hanya disampaikan melalui lisan
akan tetapi melalui tulisan seperti arsip-arsip laporan pemerintah, catatan rapat,
serta daftar anggota organisasi adapun yang dimaksud dalam sumber sekonder
ialah majalah, buku serta surat kabar, hal ini dikarnakan sumber tertulis tersebut
disampaikan oleh bukan saksi mata24. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
Arsip yang ditulis oleh Residen Militer Sumatra Selatan pada masa Gencatan
Militer Belanda pada tahun 1949. Kesaksian ini dapat digolongkan sebagai
sumber primer dalam penelitian, sedangkan dalam sumber sekonder peneliti
menggunakan tulisan atau penelitian lain yang searah mengenai topik penelitian,
penelitian-penelitian ini dapat dijadikan sumber pendukung dalam penelitian ini.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah data terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik
untuk memproleh ke absahan sumber, kritik tersebut dilakukan melalui dua cara
yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik eksternal merupakan usaha
mendapatkan sumber dengan melakukan pengecekan fisik terhadap suatu sumber.
Sedangkan kritik internal adalah kritik yang mengacu pada isi, kredabilitas
sumber. Dalam penelitian sejarah para peneliti menggunakan metode sejarah
selain dari heuristik yakni verifikasi, metode ini digunakan dalam penelitian
sejarah, guna untuk menguji keabsahan sumber yang telah dikumpulkan oleh
peneliti, setelah menggunakan verifikasi data akan dapat diketahui keabsahan data
24Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: ombak,
2011), hal.105
17
dengan sempurna, maka kritik sumber (verifikasi) tidak akan ditinggalkan oleh
para peneliti sejarah.25
kritik ini digunakan agar mengetahui apakah data yang didapatkan benar-
benar asli, atau ada perubahan pada isinya serta dapat menjadi perbandingan jika
sumber berbeda menyebutkan hal yang sama, ataupun hampir sama, dengan
bertujuan dilakukannya tahapan ini agar semua sumber dinyatakan kebenarannya
sebagai sumber sejarah. Kritik sumber dilakukan dengan dua cara yakni kritik
ekstern dan keritik intern.26
1. kritik ekstern
Kritik ini dilakukan untuk memilah apakah dokumen tersebut diperlukan
atau tidak, serta menganalisi apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau
tidak dengan cara mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta apakah dokumen
tersebut masih utuh isinya atau ada perubahan. Kritik ekternal yang dilakukan
peneliti ialah dengan memilih dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian
serta menganalisi dokumen tersebut asli atau tidak contoh arsip kedatangan jepang
yang telah masih asli dari ketikan semula, serta sumber terkait banyak
menggunakan tulisan serta ejaan bahasa lama.
a. Autensitas
sumber sejarah yang berupa surat surat, catatan harian serta buku itu
termasuk Autentik atau asli jika benar-benar yang merupakan hasil dari seseorang
yang dianggap sebagai pemilik atau jika kesaksiannya tu benar. Sumber yang
didapat pada penelitian ini ialah dokumen negara atau arsip yang berisikan catatan
penting pada masa Agresi Militer Belanda. Contohnya peneliti melihat dari buku
Kementrian Penerangan Sumatra Tengah yang masih asli dari seseorang yang
dianggap sebagai kesaksian yang benar.
b. Deteksi Sumber Palsu
25Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hal. 107 26 kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),
hal. 99
18
Setelah melalui tahap sebelumnya maka yang harus dilakukan penulis
adalah mendeteksi dokumen-dokumen yang didapatkan keasliannya. Dengan cara
menganalisa beberapa keriteria dimulai dari ebntuk (fisik) yang dilihat secara
kasat mata tentang dokumen, selanjutnya kertas, tinta, jenis tulisan serta
menganalisi, yang mungkin bertentangan dengan sumber lain atau terdengar asing
dari sumber umum lainnya. Peneliti mengamati sebuah arsip dari museum
perjuangan yang dianggap asli serta dokumen yang menyangkut dalam penelitian.
2. Kertik Intern
Kritik intern ialah sebuah langkah untuk menilai dari beberapa sumber
yang telah dikumpulkan, yang bertujuan untuk mendapatkan kredibilas sumber
serta isi sumber tersebut. Sumber-sumber yang telah dikumpulkan yang dijadikan
bahan penelitian ialah arsip yang dijamin oleh negara atas kebenarannya.
3. Interpretasi (Analisi Fakta Sejarah)
Intrepretasi sering disebut dengan analisis sejarah dan analisi sejarah itu
sendri diartikan sebagai menguraikan dan secara termologis berbeda dengan
sintesis yang mempunyai arti menyatukan. pada tahap ini peneliti dituntuk untuk
melakukan penafsiran serta perbandingan fakta yang kemudian
mengelompokkanya, berdasarkan isi yang ada sebelum mendapatkan kesimpulan
dalam sebuah bentuk tulisan (Historiografi)sebab akibat.27
Dalam ilmu sejarah intrpretasi juga dapat diartikan sebagai penafsiran
suatu peristiwa, yang memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa.
Dengan cara mengintrepretasikan fakta dengan kejelasan, yang objektif serta yang
harus dihindari dari penafsiran yang bersifat subjektif dengan penulisan yang
memihak. Kemudian proses intrepretasi harus bersifat selektif dengan cara
memasukkan hal-hal yang dianggap penting dalam mendiskripsikan sejarah,
dikarnakan tidak mungkin semua cerita dapat dimasukkan agar penulisan relevan
dengan topik atau judul dari penelitian ini.
27 kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),
hal. 100
19
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Historiografi ialah tahap akhir dalam metode sejarah dimana peneliti
melakukan proses penyusunan fakta sejarah, dari beberapa sumber setelah di
sleksi yang berbentuk penulisan sejarah.28 Setelah mengumpulkan sumber-sumber
serta melakukan kritik ekstern dan intern, maka selanjutnya ialah melakukan
pemaparan atau penulisan secara sistematis atas “Perjuangan Rakyat Jambi dalam
Melawan Agresi Militer Belanda pada Tahun (1947-1949)”.
Berdasarkan penulisan sejarah apakah penelitian ini berlangsung sesuai
dengan prosedur yang digunakan tepat atau tidaknya, dengan penulisan ini akan
dapat menentukan mutu dari penelitian itu sendiri.
Beberapa syarat umum yang harus di perhatikan peneliti dalam
memaparkan sejarah ialah:
a. Memberikan penjelasan apa yang ditemukan oleh peneliti, dengan
penyajian bukti-bukti dan membuat garis umum yang diikuti secara jelas
bagi pembaca, maka dalam hal ini peneliti harus membuat pola penulisan
dan sistematika pembahasan dan penyusunan.
b. Para peneliti harus mempunyai kemampuan dalam mengungkapkan
bahasa yang baik, contohnya para peneliti harus memperhatikan aturan
atau pedoman bahasa indonesia yang baik, serta mengerti bagaimana
memilih gaya bahasa yang tepat untuk mengungkapkan dalam arti tidak
menggunakan bahasa sastra murni yang cenderung membuat kelebihan
dalam penulisan.
c. Dalam kesatuan sejarah yakni suatu penulisan sejarah itu yang harus
disadari dari bagian sejarah yang lebih umum, karena itu didahului oleh
masa dan diikuti oleh masa pula, dalam kata lain penulisan itu harus
ditempatkan sesuai dengan perjalanan sejarah.
28 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: ombak,
2011), hal. 116
20
d. Dalam memaparkan sejarah haruslah argumentative dalam arti usaha
peneliti dalam mengerahkan ide dan pemikirannya dalam merekontruksi
kejadian dimasa lampau yang berdasarkan atas bukti yang sudah disleksi
dan cukup lengkap serta fakta yang akurat.29
Historiografi dalam melakukan penelitian sejarah berguna untuk
menyimpulkan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui penelitian,
maka dari itu data yang telah didapatkan, peneliti perlu menggunakan teknik
historiografi sebagai fase yang terakhir dalam penulisan sejarah perjuangan rakyat
Jambi dalam melawan agresi militer belanda pada tahun 1947-1949.
Bagi penulisan sejarah yang sangat sulit ialah direalisasikan yakni sikap netral
dan objektif dalam menulis. Penulisan sejarah sangat berpengaruh pada masa yang
akan datang, jadi dalam melakukan penelitian sejarah jangan sampai penulis
memasukkan sumber sejarah yang tidak kredibel atau bahkan menulisnya dalam
pandangan yang objektif dan memiliki kepentingan tersendiri, menurut Ibnu
Khaldun terdapat beberapa kelemahan penulisan sejarah yang lebi mengarah pada
subjektifitas, yakni sebagai berikut:
a. Sikap pemisahan pada mazhab-mazhab tertentu
b. Sejarawan terlalu percaya pada penulis berita sejarah
c. Sejarawan gagal menangkap maksud apa saja yang dapat dilihat serta
didengar yang menurunkan laporan atas dasar persangkaan keliru
d. Sejarawan memebrikan asumsi yang tidak beralasan terhadap sumber
berita
e. Ketidaktahuan sejarawan dlam mencocokkan keadaan dengan kejadian
yang sebenarnya
f. Kecenderungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada penguasa atau
orang yang berpengaruh
g. Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang mucul dalam
peradaban
29Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hal. 117
21
Dalam 7 unsur ini terdapat di sebuah karya, maka akan berpengaruh terhadap
tulisan selanjutnya30
B. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara pembuatan proposal serta dilanjutkan
dengan perbaikan dari hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul
dan riset, maka penulis mngadakan pengumpulan data, verifikas, dan analisis
dalam waktu yang berurutan hasil dari penelitian maka penulis akan diskusikan
kembali bersama dosen pembimbing sebelum mengajukan sidang munaqasah
nantinya, hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan
laporan skripsi.
30 Sulasman, Metode penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal. 147-149
22
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN JAMBI PADA MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN
TAHUN 1945-1949
Kedatangan Belanda pertama kali ke Jambi pada tahun 1615 lewat
maskapi daganganya “Wapen Van Amsterdam” yyang mendarat di Jambi,
kemudian pada tahun 1616 Sulthan Kabar memeberikan izin kepada Belanda
untuk mendirikan kantor dagangnya di Muara Kumpeh. Tujuannya adalah untuk
membeli langsung rempah-rempah dari petani, karena pada tahun-tahun tersebut
daerah kesultanan Jambi terkenal dengan penghasil lada yang cukup bagus,
namun ternyata VOC mengalami kegagalan dan harus menutup kantornya pada
tahun 1624. Kegagalan tersebut disebabkan karena para petani daerah Jambi lebih
suka menjual hasil kebunnya ke pengepul Cina, ini dikarnakan para pengepul dari
Cina sering masuk kedalam pedalaman Jambi untuk membeli langsung dari
petani, membuat para petani tidak harus keluar kampung untuk menjual hasil
kebunnya.31
Pada saat kedatangan awal Belanda ke Jambi, daerah Jambi sudah
memiliki sistem pemerintahan yaitu kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sulthan,
Sulthan adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam menjalankan
pemerintahaanya dibantu oleh pangeran ratu (putra mahkota, yang mana nantinya
akan melanjutkan titah kesultanan), dibawahnya terdapat Rantau yang dipimpin
oleh seorang Jenang, sedangkan nagari yang dipimpin oleh seorang Batin
begitupun selanjutnya seperti Luhak Berpenghulu, Kampung Bertuo Dan Rumah
Bertengganai,32 itu adalah susunan bentuk pemerintahan di kesultanan Jambi,
dimana disetiap wilayah terdapat pemimpin yang bertanggungjawab mengatur
wilayahnya serta memiliki kewajiban menjalankan apa yang disampaikan oleh
Sulthan. Kesultanan Jambi berdiri sejalan dengan proses berkembangannya islam
31Proyek Investarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional, Sejarah Perlawanan Terhadap
Imperialisme Dan Imperialisme Didaerah Jambi, (Jakarta: depdikkeb, 1983), hal. 35 32 Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi, (Jakarta:
depdikbud, 1978), hal. 23
di Jambi yaitu pada awal-awal abad ke enam belas, walaupun tidak ada yang
mengetahui persis kapan tahunnya. Namun, menurut buku/tambo yang berjudul
silsilah raja-raja Jambi yang ditulis oleh Ngabehi Suto Dilogo, islam didaerah
Jambi datang dari Turky yang menikah dengan putri pinang masak dan anak-
anaknyalah yang menyebarkan islam di Jambi. Dimana jauh sebelum masuknya
islam ke Jambi, daerah ini sudah terlebih dahulu masuk agama budha ditandai
dengan adanya komplek percandai Muaro Jambi, yang merupakan komplek
percandian terbesar di Asia Tenggara. Selanjutnya setelah kegagalan Belanda
dalam menjalankan loji dagangnya di Muara Kumpeh, perlahan namun pasti
Belanda mulai mendekati sultan Jambi.33
Caranya adalah pada tahun 1858 Belanda menempatkan seorang politik
agen sebagai penasehat lapangan pemerintah didaerah Jambi. Namun, pada saat
sultan Thaha Saifuddin naik tahta tidak mau mengakui agen tersebut, sehingga
menimpulkan gejolak di kesultanan Jambi. Gugurnya sulthan Thaha Safuddin
pada tahun 1904, dengan penghianatan ini maka kesultanan Jambi berakhir
kemudian disusul dengan wafatnya Raden Mattaher pada tahun 1906 menandai
gejolak di kesultanan Jambi, setelah itu kesultanan Jambi dikuasai penuh oleh
Belanda. Setelah Jambi dipimpin oleh seorang Residen yang mengolah wilayah
Jambi dan bertanggungjawab kepada Gubernur jendral di Batavia.34
Pergantian kekuasaan dari kesultanan Jambi ke Belanda juga merubah
susunan pemerintahan yang ada di Jambi, dimana sultan dulunya sebagai
pemimpin tertinggi sekarang digantikan dengan seorang Residen, dibawahnya lagi
ada kontelir yang menggantikan Jenang, serta dibawahnya masih ada asisten
demang, kepala adat/pasirah dan penghulu atau kepala kampung. Pada saat
kekuasaan Belanda tersebut, kekuasaannya berpusat di kota Jambi. Ini dapat
dilihat dari kantor Residen yang berada di kota Jambi, sekarang kantor Residen
tersebut masih dapat dilihat walaupun sudah berganti Fungsi sebagai rumah sakit
33Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra Tengah Dan Negara Kolonial:
Hubungan Jami Batavia (1830-1907) Dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, Ter. Noor Cholis,
(Jakarta: Banana Dan Ktlv), hal 272 34Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi, hal. 31
DKT (rumah sakit Theresia). Itu adalah susunan pemerintahan Belanda saat
mengusai Jambi dari tahun 1906-1942.
Selama kurun waktu 36 tahun tersebut, terdapat 12 orang residen yang
ditugaskan untuk memimpin daerah Jambi, dimulai dari residen yang pertama O.
L. Heifrich (1906-1908) sampai Residen yang terakhir Reuvers yaitu tahun (1940-
1942), berikut adalah nama-namanya:
1. O.L. Helfrich (tahun 1906-1908)
2. A. J. N Engelemberg (1908-1910)
3. TH. A. L. Heyting (1910-1913)
4. AL. Kamerling (1913-1915)
5. H. E. C. Quast (1915-1918)
6. H. L. C. Petri (1918-1923)
7. C. Poortman (1923-1925)
8. G. J Van Dongen (1925-1927)
9. H. E. K Ezerman (1927-1928)
10. J. R. F Verschor Van Niesse (1928-1931)
11. W. S Teinuch (1931-1933)
12. Ph. J. Van der Meulen (1933-1936)
13. Mj. Ruyschaver (1936-1940)
14. Reuvers (1940-1942)35
Pada tahun 1940 pasukan Jepang masuk ke-Indonesia seluruh wilayah di
Indonesia secara tiba-tiba membuat pertahanan Belanda menjadi lemah dan tidak
dapat mempertahankan wilayahnya. Pada serangan tersebut pasukan Jepang juga
menyerang daerah Jambi dan pasukan Jepang yang ditugaskan untuk menyerang
wilayah Jambi berhasil menjalankan tugasnya. Dengan peristiwa tersebut,
membuat berakhirnya kekuasaan Belanda di Jambi yang sudah 36 tahun berakhir,
dan daerah Jambi kemudian dikuasai oleh pasukan tentara Jepang.
35Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi, hal 47
1. Masa Kependudukan Jepang di Jambi
Sebelum pasukan Jepang masuk ke Indonesia, radio Jepang telah terlebih
dahulu melancarkan propaganda serangannya kapada Belanda, setalah berhasil
mengalahkan daerah-daerah sekitarnya seperti Palembang dan Sumatera Barat,
maka tibalah saatnya untuk menyerang daerah Jambi. Pada awal kedatangan
pasukan Jepang, pasukan tersebut dipimpin oleh kolonel Nomura. Masuknya
pasukan ke-Jambi dari daerah Uluan seperti Palembang dan Padang. Setelah
berhasil menakhlukan daerah-daerah diperbatasan Jambi, seperti Muara Rupit,
Sarolangun Rawas, maka pada tanggal 24 Februari 1942 pasukan Jepang mulai
melancarkan serangan kedaerah Jambi, dan daerah yang pertama kali dituju
adalah Sarolangun.36
Pasukan tentara Jepang yang dipimpin langsung oleh kolonel Nomura
hanya membutuh waktu satu hari untuk menyerang pertahanan yang berada di
Sarolangun, selanjutnya pada tanggal 26 Februari pasukan tentara Jepang
menyerang Bangko. Selanjutnya penyerangan diarahkan ke Muara Bungo,
didaerah Rantau Panjang, pasukan Jepang mendapatkan perlawanan selama sehari
semalam sehingga pada tanggal 28 Februari pasukan tentara Jepang berhasil
menahlukan Muara Bungo. Sedangkan untuk daerah Muaro Tebo berhasil
ditahlukan Jepang pada tanggal 2 Maret 1942.37
Setelah berhasil mengambil alih kota Tebo, pasukan tentara Jepang dibagi
menjadi dua bagian yaitu sebagian untuk menyerang kota Jambi dan sebagian lagi
untuk menyerang tentara Belanda di Pulau Musang. Pasukan yang bertugas untuk
menyerang tentara Belanda di Pulau Musang dipimpin langsung oleh kolonel
Nomura, pada saat pertempuran di Pulau Musang terjadi Kolonel Namura tewas.
Sedangan pasukan ditugaskan untuk menyerang kota Jambi yang dipimpin oleh
Kapten Oreta berhasil menjalankan tuganya dengan baik, sehingga pada tanggal 4
Maret 1942 kota Jambi berhasil ditahlukkan oleh pasukan tentara Jepang.
Pergerakan dari pasukan tentara Jepang sangat cepat dan dinamis, dibuktikan
36Anonim, Sejarah perjuangan rakyat Jambi terhadap penjajah Jepang, hal. 14 37 Proyek inventarisasi dan dokumen sejarah nasional, sejarah perlawanan terhadap
Imperalisme dan Kolonialisme di Daerah Jambi, (Jakarta:depdikbud,1983). hal. 73
dapat dengan cepat mengusai daerah Jambi, semua daerah yang menjadi
sasarannya dapat dengan mudah ditahlukkan. Pada saat kedatangan pasukan
tentara Jepang ke-Jambi membuat perasaan rakyat Jambi lega dan puas, karena
melihat orang-orang Belanda yang melarikan diri. Melihat keadaan yang sedang
kacau tersebut dimanfaatkan oleh rakyat Jambi untuk mengambil dan merampas
kembali harta dari orang-orang Belanda yang melarikan diri. Tidak berselang
lama setelah perampasan tersebut terjadi, pasukan tentara yang mengetahui
tindakan tersebut memberitakukan kepada masyarakat Jambi agar menyerahkan
kembali harta rampasan tersebut kepada pihak Jepang dengan tujuan untuk
kepentingan mereka.38
Setelah seluruh daerah Jambi dapat dikuasi oleh pasukan tentara Jepang
dengan singkat, maka pada tanggal 10 Maret 1942 disusunlah pemerintahan oleh
tentara Jepang yang pada saat itu susunan ketatanegaraan dari Belanda masih
dipertahankan, perubahan tersebut hanya sedikit yaitu perubahan nama dan istilah
yang diganti dengan istilah Jepang, serta semua istilah dalam pemerintahan
diganti kedalam bahasa Jepang, seperti keresidenan diganti dengan Syucokan,
Afdeeling disebut dengan Bunsyu digantikan dengan gun dan dikepalai oleh
Bunsyu-co, maka pada masa pemerintahan Jepang di daerah Jambi. Syucokan
membawahi enam Bunsyu-co39 yaitu:
1. Bunsyu-co Bungo berkedudukan di muara Bungo
2. Bunsyu-co Tebo berkedudukan di muara Tebo
3. Bunsyu-co Tungkal berkedudukan di Kuala Tungkal
4. Bunsyu-co Tembesi berkedudukan di Muara Tembesi
5. Bunsyu-co Bangko berkedudukan di Bangko
6. Bunsyu-co sarolangun berkedudukan di sarolangun
Pada awal kedatangan pasukan tentara Jepang di Jambi tidak melakukan
sikap kejam terhadap masyarakat, akan tetapi lama-kelamaan masyarakat Jambi
38 Anonim, Sejarah perjuangan rakyat Jambi terhadap penjajah Jepang, hal. 15 39Arsip Kedatangan Jepang Di Jambi Posted By Fachruddin Saudagar on 19 Maret 2007 in
Sejarah Jambi menjelang Jepang Datang
mulai dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya, seperti membuat lubang-lubang
untuk pertahanan, dan menanam biji-biji jarak dipinggir jalan serta menanam
pohon-pohon karet dipaksa untuk ditebang dan harus diganti dengan menanam
padi, ubi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan Jepang tak luput pula bahan
pangan yang ada di masyrakat Jambi harus diserahkan kepada pihak Jepang,
sehingga sikap inilah membuat prekonomian masyarakat Jambi merosot.40
Ini dikarenakan memang sistem politik ekonomi yang diterapkan adalah
sistem Autarki, yaitu dimana segala sumber daya dan tenaga serta usaha di bidang
perekonomian digunakan oleh Jepang untuk keperluan perang. Dengan sistem
tersebut, membuat rakyat mulai tertekan dengan dipaksanya tenaga dan harta
benda yang terus dikuras oleh pihak Jepang, demikian pula dengan bahan pangan
sehari-hari mulai hilang dipasaran, beban pun bertambah dengan adanya kerja
paksa (Romusya), hal ini menyebabkan terjadinya, kemiskinan, mati kelaparan,
kesengaran yang terjadi dimana-mana.41
Semua itu dilakukan oleh pemerintah Jepang, karena dipersiapkan untuk
menghadi perang Asia Timur Raya sewaktu-waktu terjadi, sehingga membuat
pemerintah Jepang membentuk organisasi semi militer yang digunakan untuk
melati para penduduk pribumi tentang kemiliteran. Karena memang pembentukan
organisasi tersebut untuk menambah pasukan Jepang, karena memang secara
umum Jepang masih kekurangan pasukan tentaranya. Pembentukan organinasi
militer tersebut dilakukan disetiap daerah yang dikuasi oleh Jepang termasuk di
Jambi, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Heiho (Tentara Pembantu Prajurit)
Pasukan Heiho (tentara pembantu) merupakan pasukan yang berisikan
para orang-orang Indonesia. Dimana pasukan ini dibentuk berdasarkan intruksi
bagian angkatan darat markas besar umum kekaisaran Jepang pada tanggal 2
40Anonim, Sejarah perjuangan rakyat Jambi terhadap penjajah Jepang, hal. 17 41 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979)hal. 23
September 1942.42 Pasukan Heiho didirikan disemua wilayah kekuasaan Jepang
termasuk didaerah Jambi
Untuk dapat manarik minat para pemuda-pemuda daeah Jambi untuk
mengikuti pelatihan Haiho maka pasukan Jepang memberikan janji-janji manis
kepada para pemuda-pemuda yang berada di Jambi. Setalah berhasil mendapatkan
para siswa untuk dilatih, maka pelatihan untuk pasukan Haiho-pun dimulai, untuk
pelatihannya sendiri dilakukan didaerah masing-masing. Walaupun begitu, ada
beberapa para peserta didik Haiho yang berasal dari daerah Jambi yang
dikirimkan keluar daerah seperti Bukittinggi, Pelembang dan Bengkulu untuk
mengukiti latihan bersama disana, jumlah para peserta didik yang dikirimkan
kedaerah tersebut sebanyak 120 orang.43
Dari latihan kemiliteran tersebut membuat pemuda-pemuda daerah Jambi
mendapat pengalaman dalam kemiliteran serta strategi perang modern yang tidak
didapatkan pada saat kekuasaan Belanda. Kemudian Heiho sendiri dibubarkan
oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia sesaat setelah Jepang menyerah
pada Sekutu.Kemudian dari pada itu, anggota-anggota Haiho tersebut dialihkan
menjadi Badan Keamanaan Rakyat (BKR), akan tetapi beberapa tokoh penting
seperti Ahmad Yani dan Untung yang pernah ikut perang pasifik, mereka ada
yang tertangkap oleh Sekutu yang kemudian dimasukkan kedalam tentara Belanda
yang pada saat itu masuk kembali ke Indonesia.44
Pemuda- pemuda yang direkrut Jepang menjadi anggota Heiho dalam
membantu prajurit, yakni:
1. laisa
2. yakub A
3. Muhammad Jiha
4. Yakub Yaman
42 Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, (Yogyakarta: Narasi, 2011), hal. 74 43 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, hal. 39 44 Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, hal. 76
5. Alif
6. Hasan
7. Mahmud
8. Ismail Yamin
9. Syukur Pidin
10. Mat Itik
11. Zainal Barhan
12. dan lain-lain yang belum bisa diurutkan45
b. Gyugun (Tenaga Sukarela)
Selain dari pada Heiho, terdapat Gyugun sebagai tentara sekarela di
Sumatera. Sebagai penanggungjawab Gyugun adalah panglima tentara ke-25 yaitu
Jendral Moritake Tanabe. Perekrutan anggotanya dimulai pada bulan September
1943.46 Sedangkan untuk didaerah Jambi, pembentuka Gyugun mendapatkan
sambutan yang cukup baik, dikarenakan memang para pemuda-pemuda Jambi
menganggap Haiho tidak lebih dari pada Romusya dan juga menganggap bahwa
kegiatan tersebut hanya menguntungkan pemerintah Jepang belaka.
Sambutan dari dibentuknya Gyugun cukup baik, sehingga disetiap kota
Bunsyu didirikan tempat untuk latihan, pendaftaran bersipat terbuka mulai dari
umur 19-30 tahun, berbadan sehat dan pernah atau duduk dibangku sekolah.
Dengan banyaknya antusiasnya para pemuda-pemuda yang berada di Sumatera,
sehingga dalam waktu singkat Gyugun di Sumatera Tengah (Sumatera Tengah
dahulu meliputi wilayah Jambi Sumatera Barat dan Riau) sebanyak 44.000 orang.
Pusat Gyugun berada di Sumatera Barat dan dipimpin oleh Chatib Sulaima..47
45 Arsip Kedatangan Jepang Di Jambi Posted By Fachruddin Saudagar on 19 Maret 2007
in Sejarah Jambi menjelang Jepang Datang 46 Petrik Matanasi, Sejarah Tentara, (Yogyakarta: Narasi, 2011), hal. 76 47 Proyek inventarisasi dan dokumen sejarah nasional, sejarah perlawanan terhadap
Imperalisme dan Kolonialisme di Daerah Jambi, (Jakarta:depdikbud,1983). hal. 77
Pemuda-pemuda yang dikirim ke Pagar Alam untuk ikut latihan militer
Gyu-gun selama3-4 bulan. Mereka yang mendapat latihan militer Nanhu Sumatra
Gyukanbu Kohose, anatar lain ialah:
1. Abunjani
2. Ahmad Marzuki
3. Haji Ibrahim
4. Zainal Riva’i
5. Switar Mahyuddin
6. Mahyuddin
7. Ismail Ripin
8. M. THAIB rh
9. Byung Malik
10. H. Teguh
11. Ramli Umar
12. R.A. Rahman Kadipan
13. R.A. Rahman
14. Darham
15. Mahidin
16. Ismail Malik
17. Lebai Hasan
18. Said Abdullah
19. Yusup AB
20 A. Somad Gerak
21. A. Thatin
22. M. Thaher
23. Sulaiman Effendi
24. Abu Kasim
25. Yusuf Didong
26. A. Rachman Mersam
27. M Kukoh
28. Jupri
29. Ahmad Pulau Teniang
30. H. Suud
31. Mauti
32. Yakub
33. Zainal
34. M. Amin Mangku
35. M. Noer
36. A. Khatab
37. Mentadi48
c. Keibodan
Untuk memperkuat pasukan cadangan yang maka Jepang membentuk
barisan pertahanan yang bernama Keibodan, tugasnya adalah mempertahankan
teritorial. Keibodan dibentuk disetiap marga untuk membantu dan menertibkan
keamanan di setiap marga tersebut, tugasnya hampir sama dengan kepolisian
48 Arsip Kedatangan Jepang Di Jambi Posted By Fachruddin Saudagar on 19 Maret 2007
in Sejarah Jambi menjelang Jepang Datang
kalau sekarang dapat dibilang hansip. Pasukan Keibudon mendapatkan dari
Syucokan Jambi dan diadakan disetiap marga, didalam proses latihan tersebut
para siswa mendapatkan keterampilan seperti pencegahan kebakaran, pertolongan
kecelakaan, pemakaian alat komunikasi dan pengairan.49 Dengan dibentuknya
Keibudon tersebut, membuat para pemuda-pemuda yang berada dikampung atau
Marga tersebut dapat mempertahankan daerahnya bila mendapatkan serangan
secara mendadak dari musuh.
Pembentukan oganisasi-organisasi perjuangan oleh Jepang tersebut
memiliki maksud agar kedepannya dapat menjadi pasukan cadangan yang dimiliki
oleh pasukan tentara Jepang.50 Namun ternyata pasukan-pasukan tersebut tidak
dapat berbuat banyak, karena memang tidak terjadinya pertempuran di Indonesia.
Pasukan Sekutu yang ditakutkan oleh pemerintah Jepang ternyata lebih memilih
untuk menyerang Jepang secara langsung dengan cara menjatuhkan bom atom di
kota Hirosymah dan Nagasaki masing-masing pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9
Agustus 1945. Peristiwa tersebut menimbulkan kerusakan yang cukup parah bagi
kedua kota tersebut, sehingga kaisar Jepang harus menyerah kepada Sekutu pada
tanggal 15 Agustus 1945.51
Kejadian tersebut membuat Jepang menyerah kapada Sekutu dan harus
melepaskan semua daerah kekuasaannya, keadaan tersebut dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh pemimpin-pemimpin Indonesia, dengan memproklamirkan
kemerdekaan Repulik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, teks proklamasi
dibacakan oleh Soekarno-Hatta.Peristiwa tersebut dengan cepat menyebar
keseluruh Indonesia, termasuk daerah Jambi yang mendapatkan kabar melalui dari
para pegawai telegrap.
49 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979). hal 41 50 Konfrontasi republik Indonesia dengan militer Jepang menjelang masunya sekutu
1945-1945. Hal 62 51 Konfrontasi Republik Indonesia Dengan militer Jepang Menjelang Masuknya,,,hal 69
2. Berita Kemerdekaan Indonesia Sampai ke-Jambi
Berita tentang kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan
oleh Soekarna-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat diketahui oleh para
pegawai telegrap yang berada di Jambi melalui alat morse. Karena keadaan yang
masih tidak memungkinan untuk diumumkan secara luas, membuat seorang tokoh
pergerakan yang bekerja jawatan penerangan Jepang (Hodohan) yaitu Abdullah
Kartawirana berinisiatif untuk menghubungi para tokoh-tokoh agama, politik dan
pemuda-pemuda daerah Jambi menyampaikan bahwasannya Indonesia sudah
merdeka, serta mengajak 20 orang para tokoh politik dan pemuda tersebut untuk
berkumpul dirumahnya pada tanggal 22 Agustus 1945 untuk membicarakan
tentang kelanjutan dari tersiarnya kemerdekaan Indonesia.52
Agar tidak diketahui oleh pasukan Jepang pada pertemuan tersebut dibuat
seolah-olah mengadakan acara selamatan, didalam pertemuan yang dipimpin oleh
Abdullah Kartawirana tersebut membuahkan hasil yaitu, segera membentuk
sebuah wadah organisasi perjuangan yang akan dibutuhkan untuk perjuangan
selanjutnya, kemudian beberapa pemuda memakai lambang merah putih di dada
dan apabila bertemu berteriak perjuangan “MERDEKA” oleh pemuda yang
bernama R.Husain Akip, M. Amin Aini yang dikawal oleh beberapa pemuda
lainnya dan mengibarkan bendera merah-putih pertama kali di puncak Menara Air
(Water Toren) Kota Jambi pada tanggal 19 Agustus 1945, ditempat tersebutlah
terkibarnya sang bendera merah-putih pertama didaerah Jambi.53
Pada tanggal 22 Agustus tahun 1945, sebanyak 20 orang pemuda
menurunkan bendera Jepang “HINOMARU” yang dikibarkan didepan kantor
polisi kersidenan Jambi (Kantor Polresta Jambi), serta menaikkan bendera merah
putih serta diiringi dengan teriakan “MERDEKA”. Pada saat itu yang bertindak
sebagai pengibar bendera pada upacara itu ialah empat orang putri yang bernama
52 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal.10 53Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979), hal. 46
Zuraidah, Nuraini, Sri Rezeki, dan Nursiah. Tindakan tersebut adalah sebuah
pertanda bahwasannya para pemuda-pemudi di Jambi sangat antusias didalam
mengisi kemerdekaan dan itu juga merupakan sebuah gerakan awal kemerdekaan
Indonesia di Jambi.
Kemudian tindakan lain yang dilakukan para pegawai pemerintahan di
Jambi yakni dengan cara mengibarkan bendera merah-putih didepan rumah-rumah
para pejabat, rumah yang pertama kali dikibarkan ialah rumah Makalam
(Gunco/Wedana dalam pemerintahan Jepang), yang disaksikan secara langsung
oleh beberapa orang pemuda-pemudi Jambi. Selanjutnya dirumah pejabat-pejabat
lainnya yang bertempat disebagian besar lapangan Tungkal Straat (Terminal Oplet
Kota Rawasari), Kota Jambi yang pada masa itu dibawah kekuasaan Jepang yang
kemudian menyuruh pejabat-pejabat bangsa Indonesia melarang atau menghetikan
pengibaran bendera merah putih. akan tetapi, usaha tersebut sia-sia dikarenakan
para pemuda-pemudi tersebut menentangnya dengan mendesak atau dengan
ancaman agar penjabat bangsa Indonesia tidak mengeluarkan larangan atas
pengibaran bendera merah-putih tersebut.54
a. Penyusunan Pemerintahan di Jambi
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah negara
merdeka dan berdaulat penuh atas wilayahnya sendiri, maka presiden Soekarno-
Hatta membuat sebuah badan yang bernama KNIP (Komiter Nasonal Indonesia
Pusat) pada tanggal 22 Agustus 1945 yang diketuai oleh Mr. Kasman
Singodimejo. Selanjutnya KNIP tersebut mengangkat orang disetiap daerah
(KNID) tugasnya adalah membantu Gubernur yang diangkat langsung oleh
presiden. Pada awal-awal kemerdekaan Indonesia masih terdapat 8 provinsi yaitu
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku
dan Sunda Kecil. Gubernur Sumatera yang pertama adalah Mr, Tengku
Muhammad Hasan.55
54 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal.11 55 Laporan penelitian Revolusi kemerdekaan di sumatera abad XX. Fakultas ilmu sosial
Universitas Negri Yogyakarta, 2013. Hal 38
Menindaklanjuti dari terbentuknya KNID tersebut, serta melaksanakan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, maka pada tanggal 25 Agustus 1945
terbentuklah KNI daerah Jambi dan dilantik pada bulan Oktober 1945 dan yang
menjadi ketua adalah Dr. Sagaf Yahya yang berkedudukan di Kota Jambi, berikut
adalah struktur pengurusnya:
Ketua : Dr. Sagaf Yahya
Ketua Muda : M. Kamil
Sekretaris : R. Sucipto
Pembentu : Subari Ilyas
Susunan pemerintahan KNI masih bersifat sementara, karena memang
masih dalam keadaan yang masih belum memungkinkan untuk memikirkan
susunan pemerintahan yang sempurnah, Pulau Sumatera pada masa-masa awal
kemerdekaan Republik Indonesia dijadikan sebuah provinsi yang sangat luas dan
Medan sebagai ibu kotanya. Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional
Indonesia wilayah Sumatera mengadakan rapat di Bukittinggi didalam rapat
tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya adalah membagi pulau
Sumatera menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan
Sumatera Tengah. Sumatera Tengah meliputi wilayah Sumatera Barat, Riau dan
Jambi.56
Masyarakat Jambi yang telah mengetahui kemerdekaan Indonesia,
berinsiatif untuk mengibarkan bendera merah putih didepan rumah, dipinggir-
pinggir jalan serta tempat penting lainnya, maka hal ini membuat Gubernur
Sumatera mengangkat dr. Syagaf Yahya untuk menjadi Residen Jambi akan tetapi
hal ini tak berlangsung lama.57 Kemudian digantikan oleh tokoh terkemuka di
Jambi yakni R. Inu Kertapati.
Setelah diadakan rapat kembali, pada tanggal 2 September 1945, maka
tersusunlah pengurus lengkap KNI keresidenan Jambi, yaitu :
1. Ketua : Makalam
56 Laporan penelitian Revolusi kemerdekaan di sumatera abad XX. Fakultas ilmu sosial
Universitas Negri Yogyakarta, 2013. hal 24 57 Arsip kerangka acuan penyusunan sejarah dan pembentukan museum dapartemen
dalam negri. hal. 42
2. Wakil Ketua : M. Chatab
3. Sekretaris : Abdullah Kartawirana
4. Urusan Pemuda : Abunjani
5. Bendahara : Kemas A. Rifai
6. Urusan Keamanan : 1. Moh. Insya
2. R. H. Sutopo
3. M. Kamil
4. Nuzuar
5. Sudarsono
Terbentuknya pemerintah sipil di Jambi tidak akan lepas dari pemerintahan
sebelumnya, dimana pada zaman penjajah Belanda dan kemudian pada saat
kekuasaan Jepang diganti wilayah keresidenan Jambi menjadi Jambi-su yang
berkepimpinan syucokan.58 Namun, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1945 jabatan yang memegang wilayah tersebut digunakan Republik
Indonesia, serta mendiskusikan wilayah Jambi, setelah mendapatkan hasil
perundingan tersebut adalah, pemerintahan keresidenan Jambi membagi
daerahnya menjadi dua bagian yakni :
1. Wilayah Jambi Bagian Hulu, yakni termasuk daerah Bangko, Sarolangun,
Muara Bungo, dan Muara Tebo, yang ibukotanya Bangko yang kemudian
dipindahkan ke Muara Bungo.
2. Wilayah Jambi Ilir, yakni termasuk Daerah Muara Tembesi, Kuala
Tungkal dan Jambi, yang ibukotanya Jambi.
Adapun susunan pemerintahan sipil pertama semenjak kemerdekaan
Republik Indonesia, sesuai dengan pembagian wilayah tersebut dengan struktur
dan personalinya yakni:
Residen RI : Dr. Sagaf Yahya (Pertama)
R. Inu Kertapati (Kedua)
Kepala Polisi : Teuku Mohd. Insya (Pertama
58 H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, (Jambi: Inti Grafika,
2007), hal. 11
Komisaris I
Zainal Abidin (Kedua)
Komisaris II
Achmad Bastari (Ketiga)
Komisaris III59
Penyempurnaan aparatur pemerintahan Jambi yang mendapat Instruksi
dari Gubernur Sumatera kepada Residen Jambi, maka pada saat itu aparatur
pemerintahan akan membentuk badan legislatif beserta bagian-bagian lainnya
yang dibentuk pada bulan Maret 1946, yang bertujuan untuk membantu tugas
Residen sehari-hari yang mempunyai struktur sebagai berikut:
1. Ketua : R. Inu Kertapati
2. Wakil Anggota : Syamsu Bahrun
3. Anggota : 1. H. Ali Hamzah
: 2. Yang Cik
: 3. A. Chatab
: 4. Dr. Syagaf Yahya
Bertepatan pada Bulan November 1946, wakil ketua dari dewan
pertahanan Dareah Kresidenan Jambi yakni, Letnan Kolonel Teuku Mohd akan
dipindahkan menjadi Staf Komandemen Sumatra di daerah Pematang Siantar,
kemudian sebagai ganti untuk sementara waktu maka ditunjuklah Mayor M.
Yunus dari Daerah Palembang, untuk merangkap sebagai Komandan Polisi
Tentara (PT) didaerah Sumatera Selatan termasuk daerah Jambi yang digantikan
oleh Letnan Kolonel Azzddin sebagai komandan Resimen definitif.60
b. Pembentukan Militer di Jambi
Bersamaan dengan pembentukan Pemerintahan Sipil, Republik Indonesia
juga membentuk Badan Keamanan Republik Indonesia (BKR) pada Tanggal 22
Agustus 1945 yang dipimpin oleh Kolonel Abunjani, yakni mantan perwira
59Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal. 32 60 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 33
Gyugun yang salah satu dari organisasi Angkatan Pemuda Indonesia (API),
kemudian di kewedanan Muara Tembesi dibentuk juga organisasi Pemuda
Republik Indonesia (PRI), yang berkemimpinan Madjid Umar dan Bujan, dengan
bergabungkan kedua organisasi tersebut maka terbentuklah organisasi yang
bernama TKR (Tentara Keamanan Rakyat).61
Karena memang selain dari pada pemerintahan sipil, hal yang perlu
diperhatikan didalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan adalah haruslah
didukung dengan kekuatan bersenjata. Kekuatan tersebut bertugas bersama para
pejuang-pejuang daerah termasuk Jambi, yang mempertahankan kemerdekaan bila
suatu saat musuh kembali datang. Uniknya membahas tentang sejarah
pemerintahan ataupun sejarah ketentaraan yang berada di Indonesia itu
tumbuhnya secara bersamaan, karena memang pada saat kita merdeka dari
penjajahan Jepang tanpa ada persiapan. Baik pemerintahan sipil ataupun
ketentaraan masih bersifat semantara serta masih mengadopsi dari Jepang.
Pada masa itu keadaaan keamanan semakin gawat, dikarnakan hampir
setiap kota besar menghadapi pertempuran dengan pihak Jepang, Sekutu serta
NICA (Nethederlands Indies Civil Administory) tak tekecuali Jambi, melihat
situasi semangkin rumit komandan TKR yang berada di Jambi Hulu mulai
mengumpulkan tenaga pejuang untuk menggempur Jepang yang berada di Muara
Bulian, kemudian tenaga pejuang yang terkumpul cukup banyak dari laskar
Hulubalang Muara Bulian, serta Sarolangun dikarnakan TKR adalah pasukan inti
maka dari itu komandan TKR yakni, Kolonel Abunjani melakukan rencana dan
dibantu beberapa perwira yang dilaksanakan pada bulan Januari 1946, pada
pertempuran ini banyak menewaskan pejuang yakni sekitar 30 orang yang
kemudian membuat Jepang menyerahkan kekuasaanya dan kembali pulang
kenegara asalnya.62
61 H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, hal.18 62 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal.34
Maka dengan hal ini badan keamanan yakni, Tentara Keamanan Rakyat
diubah menjadi Tentara Rayat Indonesia (TRI), yang melaksanakan ketentaraan di
Sumatra yang terbagi menjadi beberapa Divisi, sebagai berikut:
a. TKR menjadi TRI
Diangkatnya Residen Jambi menjadi komandan polisi tentara (PTKR)
Komandemen Sumatera yakni, Kolonel Abunjani pada tanggal 24 Januari 1946
Pemerintahan Republik Indonesia yang secara resmi mengumumkan perubahan
TKR menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Kemudian pada tanggal 11
Februari 1946 para perwira TRI Residen Jambi mengadakan rapat yang dipimpin
oleh Kolonel Hasan Kasim serta dihadiri Kolonel Abunjani sebelum berangkat ke
markas (TRI), komandemen daerah Sumatera yang berada di Pematang Siantar
mendapatkan hasil dari rapat yang telah dilaksanakan dan berisikan, sebagai
berikut:
1. Perubahan kesatuan TKR Keresidenan Jambi menjadi TEI Resimen II
Devisi II Jambi.
2. Menunjuk letnan kolonel Teuku Mohd, Insya sebagai komandan Resimen
II Jambi, pada masa itu masih menjadi kepala polisi Keresidenan Jambi.
3. Menetapkan pangkat para perwira yang dapat hadir dalam rapat secara
definitif mulai dari letnan dua sampai dengan letnan kolonel.
4. Peresmian TRI Resimen II Devisi II Jambi dan pelantikan para perwira
yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 februari 1946.
Setelah rapat tersebut, maka terbentuklah struktur personal inti dari TRI
Resimen II Devisi II di daerah Jambi, ialah:63
Komandan : Letnan Koloel Teuku Mohd. Insya
Kepala staf : Kapten RA Rahman Kadipan
Ajudan : Kapten Ramli Umar
63 H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, hal.28
Kepada Tata Usaha : Kapten Rd. Ismail Arifin
Kepala Persenjataan : Kapten Dirham
Kepala Keuangan : Letnan I Hasan Basri
Kepala Perhubungan : Letnan I Said Abdullah
Kepala Angkutan : Kapten M. Kukuh
Kepala Bagian Siasat : Letnan I Aman
Kepala polisi Tentara (PT) : Kapten Sukimin
Kepala Kesehatan : Letnan I Suprianto
Maka organisasi Tentara Republik Indonesia (TRI) yang berkomandemen
Sumatera dan membawahi beberapa sub komandemen, yakni:
1. Sub Komandemen Sumatra Utara yang berkedudukan di Medan.
2. Sub Komandemen Sumatra Tengah yang berkedudukan di Bukittinggi.
3. Sub Komandemen Sumatra Selatan yang berkedududkan di Palembang
dan kemudian dipindahkan ke Lahat.64
b. Pembentukan TRI Resimen II Divisi II Jambi
Rapat para perwira TRI Keresidenan Jambi yang di langsungkan pada
tanggal 11 Februari 1946, bertempat di Sarolangun yang di pimpin oleh Panglima
Divisi II Kolonel Hasan Kasim, kemudian dihadiri oelh Kolonel Abunjani sesaat
sebelum berangkat ke Markas TRI Komandemen Sumatra didaerah Pematang
Siantar.
Struktur dan anggota inti TRI Resimen II/Divisi II Jambi ialah:
Komandan : Letnan Kolonel Teuku Mohd. Insya
Staf : Kapten R.A. Rakhman Kadipan
64H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, hal. 33
c. TRI Resimen II Divisi II diganti menjadi TRI Resimen XVI Divisi
VIII
pada tanggal 11 Februari 1946 di sarolangun dengan diadakannya rapat
Perwira TRI Keresidenan Jambi yang pada saat itu dipimpin oleh Devisi IIKoonel
Hasan Kasim yang dihadiri oleh Kolonel Abunjani sebelum berangkat ke Markas
TRI Komandemen yang berada di Pematang Siantar. Hasil keputusan rapat ialah
sebagai berikut:
TRI RESIMEN XVI Divisi VIII Garuda Putih memepunyai 3 batalyon,
yakni:
1. Batalyon 1 Jambi Komandan Mayor Z. Rivai
2. Batalyon 2 Ka. Tungkal Komandan Kapten M. Nur
3. Btalyon 3 Sarolangun Komandan Mayor H. Ibrahim65
d. Pembentukan TRI Resimen II Divisi IX Banteng
Setelah melakukan rapat kembali yang dilaksanakan pada tanggal 17 Mei
1946, Batalyon TRI di Sungai penuh yakni bagian dari Resimen IV Sawah Lunto
dihapuskan dan kemudian diganti nama dengan Resimen II Divisi Banteng. Yang
menggabungkan Batlyon I di daerah Sungai Penuh dan Btalyon II di daerah
Painan (Sumatra Barat).66
e. Terbentuknya ALRI, AURI, serta Kompi
Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang dibentuk dikarnakan
adanya pelanggaran perbatasan wiilayah laut Republik Indonesia yakni masuknya
kapal perang Belanda ke perairan Kuala Tungkal, serta melakukan pemberhentian
kepada kapal apa saja yang lewat disekitar peraiaran Kuala Tungkal.67
Maka didatangkanlah satu pasukan Angkatan Laut Republik Indonesia
(ALRI) dar daerah Palembang.dengan anggota 15 orang dan di komandankan oleh
65H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, hal 34 66Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 41 67 H. Abu Bakar Roni, daerah keresidenan Jambi tahun 1945-1949, hal. 35
Letnan Dua (Laut) Sanusi, serta 7 orang ditempatkan di pelabuhan Kuala Tungkal
yang di pimpin oleh Sersan Mayor (laut), dan Armansyah dan selebihnya di
tempatkan di pangkalan ALRI di daerah Kasang Kota Jambi (sekarang pelabuhan
Jambi). Keadaan semakin genting karena dalam situasi perjuangan yang terjadi
pada bulan September 1948, dengan itu pangkalan ALRI seluruhnya dipindahkan
ke daerah Kuala Tungkal, sedangkan pangkalan ALRI yang berada di Jambi
dipindahkan di daerah Boom Baru Palembang dengan komandang Kapten (Laut)
Sarongsong.68
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dibentuk pada tahun 1947
guna untuk memeperlengkap pertahan keamanan Republik Indonesia, pada saat
itu berkekuatan 25 orang yang dipimpi oleh Letnan Udara Djajusadi yang
kemudian pada tahun 1948 digantikan oleh Kapten Udara Suryono (sekarang
MARSDA TNI pur). maka dari itu pemerintah menematkan satu Destasemen
AURI di lapangan Pall Merah Jambi (sekarang Bandara Sulthan Thaha
syaifuddin),yang dipimpin oleh Kapten (Udara) Iskandar serta wakilnya Letnan
Dua (Udara) Sujasman dan 20 Anggota lainnya yang didatangkan dari Markas
Besar AURI di Yogyakarta. Kompi istimewa adalah anggota batalyon yang dipiih
dan ditempatkan di Tanah Minyak Tempino dan Kenali Asam yang pada saat itu
dibentuk di Muara Bulian, struktur dari anggota kompi istimewa yakni:
1. Komandan : Kaptem Ramli Umar
2. Wakil Komandan : Letnan Satu Said Abdullah
3. Komandan Seksi I : Letnan Dua Popo
4. Komandan Seksi II : Letnan Muda Abunawas
5. Komandan Seksi III : Letnan Muda Yusuf Lakap
6. Komandan Seksi IV : Letnan Muda A. Tomo
Pada akhir bulan Mei 1946 tentara dan para pegawai Jepang berangkat
meninggalkan Jambi, maka kompi istimewa inilah yang mengambil alih
68Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 42
penjagaan dan keamanan di tambang minyak permiri Jambi yang bertempat di
Tempino.69
f. Membentuk TRIP
Keputusan dari Markas petahanan keamanan pelajar Sumatra Tengah
yakni Khaidir Nin Latief serta Wakil Kepala Staf Umum dan seorang staf lainnya,
menyampaikan kepada Ketua IPI Jambi Kms. Saleh Rahman, agar pada saat itu
TRIP Jambi langsung berada dibawah komandan Resimen XVI dan dibawah
pengawasan Kepala Staf Resimen Mayor Akhmad Marzuki,dengan terbentuknya
TRIP ini maka tugas yang harus dikerjakan ialah :
1. Memasang plakat dirumah pemerintah yang dihuni oleh Jepang dengan
tulisan “Milik Republik Indonesia”.
2. Memebuat brosur dalam rangka untuk membangkit semangat juang.
3. Menempelkan panflet perjuangan di pasar dan di toko-toko.
4. Menaikkan Bendera Merah Putih ditempat yang strategis.
5. Memeberikan penyuluhan serta memberikan pengertian kepada Mayarakat
tentang tujuan dari kemerdekaan, serta wajib membela kemerdekaan
dengan segala dana dan tenaga.
Komandan TRIP yang pertama ialah Lukmanullahakim, dikarnakan
Lukmanullahakim yang mengikuti pendidikan di Bukittinggi sebagai Komandan
serta kemudian digantikan oleh Usman Marzuki.70
Dengan terbentuknya pemerintahan kemiliteran Republik Indonesia , maka
terdapat partisipasi masyarakat untuk membuat barisan rakyat, dan badan
kelaskaran serta organisasi perjuangan, yang menyesuaikan dengan agama dan
golongan yang dapat mengokohkan perjuangan, barisan ini dibekali persenjataan
sendiri tanpa adanya bantuan dari Pemerintah, barisan barisan tersebut ialah:
69 Pimpinan pusat Legiun Veteran RI, Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan jilid
III, (jakarta: Penca, 1986), hal. 108 70 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 44
1. Hisbullah (Tentara Allah)
Barisan ini terdapat didaerah Tanjung Jabung dan Kerinci pada tahun 1946
kemudian barisan ini merupakan barisan Tangguh disamping TRI, Yang
dipusatkan di Daerah Kuala Tungkal dan dipimpin oleh Guru H. Muhammad
Daud Arif kemudian di Daerah Kerinci dipimpin oleh Patih Saleh dan H. Imron.
2. Laskar Hulubalang
Sedangkan di Jambi biasa disebut dengan Lasykar Adat akan tetapi di Daerah
Kerinci disebut dengan Laskar Hulubalang Indonesia (HBI), yang dipimpin oleh
M. Chatib, sedangkan untuk didaerah Kerinci Dipimpin oleh Makmun dan M.
Agus.
3. Masyoemi (Majelis Syoero Muslimin Indonesia)
Barisan ini bentuk oleh PERTI (Partai Islam) dan didaerah Jambi pada
tahun 1946 dipimpin oleh Perti sedangkan di Daerah Kerinci Dipimpin oleh
Abubakar.
4. Angkatan Pemuda Indonesia
Barian ini berada di Daerah Jambi dan bergabung dengan Angkatan
Pemuda Indonesia (API) pada 20 Agustus 1945 yang berkemimpinan Abunjani
dan wakilnya Pasirah Bakar.71
Melainkan ketentaraan dari pihak kepolisian pun ikut dalam perjuangan
yang tidak boleh terlupakan pada masa Revolusi Kemerdekaan, tidak sedikit dari
anggota kepolisian yang dimiliterisasikan pada masa itu, salah satunya M. Insya
yang pada waktu itu adalah kepala kepolisian akan tetapi setelah dimiliterisasikan
menjadi komandan Resimen 2 Jambi.
71 Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979), hal. 64
B. PERJUANGAN RAKYAT JAMBI DALAM MENGHADAPI AGRESI
MILITER BELANDA TAHUN 1947-1949
1. Agresi militer Belanda I di Jambi
Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Repulik Indonesia yang
diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Namun disatu sisi Belanda masih belum
mau mengakui kemerdekaan tersebut dan menganggap masih wilayah jajahannya,
setelah berbagai upaya untuk mencari jalan tengah atas ketegangan antara pihak
Indonesia dan Belanda, maka pada bulan November 1946 diadakanlah perjanjian
Linggarjati dan ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947. Namun pihak
Belanda malahan melanggar perjanjian tersebut dan mulai melakukan
penyerangan diberbagai daerah. Belanda mulai melancarkan Agresi militer yang
pertamanya pada tanggal 27 Juli 1947, berbagai kota-kota besar di Jawa dan
Sumatera mendapatkan serangan secara tiba-tiba serta dapat ditahlukkan. Akan
tetapi, berbeda dengan kota-kota besar lainnya, daerah Jambi pada saat agresi
militer pertama tidak mengalami serangan secara frontal, hanya saja pasukan
Belanda melakukan pemblokadean prekonomian secara besar-besaran disepanjang
perairan Jambi. Pemblokiran tersebut dilakukan diperairan Tungkal dan
sekitarnya, setiap kapal yang ingin masuk dan keluar dari Jambi harus
mendapatkan pemeriksaan dari pasukan Belanda yang berjaga disana.72
Selain dari pada pembelokiran ekonomi tersebut, pasukan Belanda juga
sempat beberapa kali berupayah untuk menjatuhkan mental masyarakat Jambi
dengan cara menerbangkan pesawat pemburu jenis Mustang yang ditugaskan
untuk berpuputar-putar diatas kota Jambi, pesawat tersebut juga sempat
menyerang lapangan udara Pall Merah. Selanjutnya pesawat tersebut terbang
menyusuri sungai Batanghari, saat berada didesa Lubuk Ruso pesawat tersebut
menyerang kapal Tek Kho Seng yang membawa minyak untuk keperluan tentara
didaerah Uluan yang dipimpin oleh A. Chatib dan menewaskannya.73
72Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990),hal. 52 73 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 53-54
Selain dari pada pemblokiran ekonomi, penyerangan lapangan udara Pall
Merah dan peristiwa di Lubuk Ruso tidak terdapat serangan lainnya yang
dilakukan oleh Belanda. Terdapat beberapa alasan yang membuat Jambi tidak
diserang Belanda, pada saat melancarkan agresi militernya yang pertama yaitu,
diperkirakan daerah Jambi sudah mempunyai persenjataan lengkap diantaranya
ACC (Anti Air Craft), dimana senjata tersebut didatangkan langsung dari
Singapusra yang dilakukan oleh para pedagang yang sering ke-Singapura.
Agresi militer Belanda pertama tersebut telah melanggar perjanjian
linggarjati, serta Belanda juga sudah melewati garis yang telah ditetapkan pada
tanggal 14 Oktober 1946, maka dari itu diplomat berusaha melalui Dewan PBB
untuk menentuk agar aksi militer Belanda segera dihentikan dan Belanda mundur
dari garis demarkasi yang telah ditetapkan dibawah pimpinana Sutan Syahril.74
Setelah terjadinya agresi militer pertama, maka pemerintah Republik
Indonesia dan Belanda melakukan perudingan dengan pihak DK PBB (Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang membentuk “Komisi Tiga Negara”,
yang terdiri dari tiga Negara yakni: Amerika, Belgia dan Australia, kemudian
mengadakan pertemuan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda, dengan
syarat dilaksanakannya perundingan maka penembakan pada saat itu dihentikan
dan menentukan status Que Line pada setiap front dalam pertempuran dengan
disetai penjagaan khusus.
Melihat keadaan yang semangkin tidak kondusif, maka para petinggi TNI
dari kesatuan Garuda Putih mengadakan pertemuan untuk membahas tentang
keadaan daerah Jambi dan juga mempersiapan kemungkinan serangan lanjutan
dari Belanda, dan didalamn pertemuan tersebut menghasilkan beberapa poin
kesepakatan sebagai berikut:
1. Membuat pasukan khusus yang mempertahan daerah tanah minyak
(Bajubang, Tempino dan Kenali Asam) tujuannya adalah untuk dapat
74 H. Abu Bakar Roni, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan bersenjata,
(Jambi: Inti Grafika, 2007). hal. 39
mempertahan daerah tersebut apabila mendapatkan serangan lanjutan dari
Belanda.
2. Membuat pertahhan disetiap persimpangan, batas antar kanpung/dusun
caranya adalah dengan memasang pagar kawat berduri ataupun bisa juga
dengan menebang pohon-pohon besar. Tujuannya adalah menghambat
mobilitas Belanda bila ingin masuk kedaerah tersebut.
3. Membentuk pasukan khusus yang dipimpin oleh letnan satu M. Sayuti
Makalam, tujuannya adalah siap membatu disetiap batalion-batalion bila
mendapatkan serangan dari Belanda.75
Selain dari pada strategis yang dibuat oleh TNI dari Brigadir Garuda Putih,
permiri (Perusahaan Minyak Milik Republik Indonesia) juga membantu dalam
perjuangan melawan agresi militer Belanda tersebut dengan cara membuat
senjata. Pembuatan senjata tersebut dilakukan disalah satu gudang milik permiri,
pembuatan senjata tersebut dipimpin oleh Mayor Darko dan dibantu oleh letnan
satu Dullah Komari, letnan dua Mardjid serta letnan muda Suratman, jenis senjata
yang berhasil dibuat adalah granat tangan, mortir dan ranjau darat.76 Senjata-
senjata tersebut digunakan oleh pasukan TNI dalam melawan agresi militer
Belanda.
2. Agresi Militer Belanda II di Jambi
Pada tanggal 28 Desember 1948, Kota Jambi mendapatkan serangan dari
udara yang cukup membuat penduduk Kota Jambi merasa khawatir. Pesawat yang
ditugaskan untuk menyerang Kota Jambi berjumlah 14 buah dan melakukan
penembakan secara acak selama 24 jam, sehingga peristiwa membuat keadaan
Kota Jambi hancur. Peristiwa tersebut membuat penduduk Kota Jambi menjadi
panik berhamburan mengamankan diri tidak terkecuali Residen Jambi bersama
dengan stafnya menyusuri sungai batanghari menggunakan motorboat R.I 120
sampai di Sengeti terus melanjutkan perjalannya kedusun Rantaumadjo. Didusun
75 DHD-45 Sumatera Selatan. Sejarah dan peranan SUBKOSS. hal 549-550 76Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal 61
tersebutlah para pemimpin tersebut untuk sementara mengatur pemerintahan dan
perjuangan dalam menghadapi agresi militer Belanda II. 77
Sebagai awal dari dimulainya agresi militer Belanda II didaerah Jambi,
maka pada tanggal 29 Desember 1948 para tentara Belanda melanjutkan
serangannya yang lebih besar meliputi jalur udara dan sungai, operasi militer ini
bernama operasi Burung Murai yang merupakan bagian dari agresi militer II.
Pasukan udara Belanda ditugaskan untuk menyerang lapangan udara Jambi (Pall
Merah) serta menyerang daerah tanah minyak meliputi daerah Tempino, Bajubang
dan Kenali Asam. Sedangkan pasukan yang ditugaskan menyerang dari sungai
dengan menggunakan kapal Hr. Jan Van Gelder mulai masuk ke Kota Jambi
dengan menyusuri sungai Niur dan sungai Batanghari, angkatan laut tersebut
masuk dengan membawa pasukan dan persenjataan yang lengkap guna keperluan
perang di Jambi. Sehingga terjadilah pertempuran dimana-mana yang banyak
menimbulkan korban jiwa. 78
a. Pertempuran simpang Jelutung
Sebelum agresi militer kedua terjadi, para tentara dan pejuang-pejuang
Jambi sudah mengantispasinya dengan cara membuat pertahanan disetiap
kampung/dusun serta membuat pertahanan disetiap persimpangan seperti yang
dilakukan disimpang Jelutung. Disimpang Jelutung terdapat pertahanan STD yang
dipimpin oleh komandan letnan dua CPM R. Sumardi beserta pasukannya yang
berjumlah 42 orang.79
b. Pertempuran disimpang 3 sipin.
Pertempuan ini dimulai dari penyerangan Belanda pada tanggal 29
desember Jam 16.00 sore, melihat kondisi tersebut maka pimpinan sipil dan
militer cepat mengambil tindakan dengana cara memindahkan pusat pemerintahan
dan militer dari kota Jambi, dengan membagi dua tempat dimana sistem
77Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah
(Jakarta: 1953), hal 273 78 Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah hal
274 79 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal. 77
pemerintahan dipindahkan di Bangko dekat dengan pusat komando TNI di
Sumatera Selatan, serta pemerintahan militer dipindahkan ke daerah Rantai Ikil
dekat dengan pemerintahan Sipil Sumatera Selatan. Pada saat pemindahan ini
membutuhkan perjuangan diamana dibutuhkan 100 orang untuk keluar dari kota
Jambi, akan tetapi kelompok ini dihadang dan hujani peluru oleh Belanda di
Simpang Tiga Sipin yang kemudian menewaskan 50 orang diantaranya Rd.
Ibrahim (putra R. Inu Kertapati), Sersan Bais, Anggota polisi Abdullah dan
pejuang lainnya, dalam proses pengamanan dokumen dan menebus beberapa
brikade Belanda di Simpang Tiga Sipin, maka Komando Keur Corps dan
beberapa perwirawanya tewas tertembak, selain itu banyak pula pejuang yang
mengalami luka ringan dan berat pada pertempuran tersebut, meski banyak
menelan korban dalam pertempuran ini, namun dokumen-dokumen militer serta
persenjataan dan amunisi tetap dapat diselamatkan.80
c. Pertempuran di lapangan terbang Pall Merah
Pesawat Belanda “Cocor Merah” (Mustang dan Kitty Hawk), melakukan
penembakan di lapangan Pall Merah pada tanggal 28 Desember 1948 dalam
insiden ini tidak menelan korban jiwa, kemudian pada tanggal 29 Desember 1948
Jam 07.00 pagi, pesawat Belanda tiba-tiba datang kembali mengepung Lapangan
Pall Merah, pada saat itu pasukan AURI dan TNI STD tidak melakukan
penembakan balik dikarnakan cepatnya pesawat tersebut menghilang. Namun
pada siang harinya Jam 14.00 pesawat dakota yang membawa pasukan Belanda
kembali datang dan mengepung Lapangan Terbang Pall Merah, akan tetapi kali
ini pesawat Belanda, tidak hanya melakukan penembakan Belanda juga
menurunkan pasukannya guna untuk menduduki wilayah Lapangan Terbang Pall
Merah, setelah pasukan Belanda mendarat, maka insiden sengit tembak
menempak antara pasukan AURI dan TNI STD, akan tetapi tidak berlangsung
lama dikarnakan kekuatan tidak seimbang, hal ini disebabkan oleh senjata Prajurit
80 Arsip Pejuang Gugur Di Jambi, Korem
TNI STD banyak yang tidak berfungsi dengan baik, hanya senjata pasukan
prajurit STD yang berfungsi dengan baik.81
pada saat itu pasukan Belanda semangkin banyak turun hal ini membuat
pasukan TNI STD mulai mundur ke arah Payo Lincir, Talang Banjar, sedangkan
pasukan AURI mundur kedalam yakni ke Kebon Kopi kurang lebih sekita 800
meter dari Lapangan Terbang Pall Merah. Melihat keadaan ini dengan mudah
Belanda menduduki sepenuhnya Lapangan Terbang Pall Merah, akan tetapi hal ini
dimanfatkan oleh Belanda dengan merampas mobil Jeep PC milik Kompi TNI
STD yang membawa bendera merah putih, kemudian dibawa oleh pasukan
Belanda Menuju Kota Jambi, sehingga sesampainya disimpang Empat Jelutung
banyak pasukan TNI menjadi korban akibat ditembak oleh pasukan belanda dari
atas mobil Jeep PC tersebut.82
Pertempuran di Lapangan Tebang Pall Merah banyak pasukan TNI yang
tewas termasuk, Letnan Muda Ramlan Komandan Regu Senjata berat ACC serta
beberapa pejuang dari kalangan rakyat. Selain pertempuran diatas terdapat juga
pertempuran daerah lainnya seperti di Kuala Tungkal, Batang Hari, muara Tebo,
Bungo, sarolangun serta Tanah minyak, Kerinci dan tempat lainnya yang masih
dalam wilayah Jambi, yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Melihat keadaan Jambi semangkin rumit dikarnakan Belanda menduduki
Kota Jambi dan melancarkan aksi militernya diberbagai tempat, maka hal ini
membuat pasukan TNI dan konsolidasinya yang tersebar dibeberapa daerah mulai
melakukan serangan balasan yakni, mengadakan perang Grilya (kit and Run),
guna untuk menaklukan Belanda, maka hal ini membuat komandan STD
mengadakan rapat di Bangko untuk membentuk front Utara dan Front Selatan,
yang diadir oleh perwira-perwira dari senior STD, dalam menghadapi
kemungkinan Belanda melakukan serangan lagi untuk merebut Muara Tebo dan
81Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal.85 82H. Abu Bakar Roni, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan bersenjata,
(Jambi: Inti Grafika, 2007). hal. 63
Muaro Bungo serta mencari pemerintahan keresidenan Jambi, kemudian
menerobos pertahanan STD yang berada di Mandiangin, dari perkiraan ini maka
hasil rapat yang ditetapkan yakni:
1. Membagi wilayah Keresidenan Jambi menjadi dua front, yang front Utara
dikomandankan oleh Letnan Kolonel Harun Sohar dan front Selatan yang
dikomandankan oleh Kolonel Abunjani,
2. Membentuk Batalyon tempur menjadi tiga yang masing-masing dinamakan
Batalyon “Gajah Mada”, yang dikomandankan oleh Mayor Brori Mansyur
yang berkedudukan di Bangko, Batalyon “Cindur Mato” yang
dikomandankan oleh Kapten Hasyim Alamlah yang berkedududkan di
Muara Tebo, serta Batlyon “Gajah Katja” yang dikomandankan oleh Z.
Rivai yang berkedudukan di Merlung.83
Dalam urusan persenjataan maka ditunjuklah Letnan Muda Sani Bandung
yang menyamar sebagai tukang perahu, yang berhubungan dengan Letnan Muda
Suwarno yang menyamar sebagai pegawai di asrama serta markas Belanda.
Tertangkapnya Sersan Mayor Cad Semidjok namun dengan keahliannya dalam
berbicara inilah yang membuat Belanda percaya serta mengangkatnya menjadi
tentara KNIL dengan pangkat Spandri, maka dengan adanya kedua orang ini
senjata dapat diserahkan kepada Letnan II Sumardi yang berada di Sengeti.
Letnan Muda Radjah yang mengerakkan pasukan TNI yang berada di Kota Jambi,
sedangan Letnan Muda Husin Djoban menggerakkan para laskar-laskar tyang
masih berada di Kota, maka pada saat itu Letnan Muda Soewarno yang masih
berada di Kota berhasil mengajak lebih dari 20 orang tentara KNIL, dari Gajah
Merah yang bertempat tinggal di asrama (sekarang menjadi SMP 1), untuk ikut
berjuang mempertahankan kemerdekaan.84
Dalam hasil rapat rahasia disekitar Danau Sipin menyatakan pembagian
tugas dari seluruh pasukan sabotase Kota Jambi yakni:
83H. Abu Bakar Roni, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan bersenjata,
(Jambi: Inti Grafika, 2007). hal. 64 84H. Abu Bakar Roni, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan bersenjata,
hal. 65
1. Letnan Muda Syakban Siregar, Letnan Muda Sani Bandung, Kopral
Parno dan Lasykar Rakyat Bero, berserta anggotanya yang bertugas
menghancurkan asrama tentara Belanda yang pada saat itu berada di
Benteng.
2. Letnan I Said Abdullah serta anggotanya bertugas untuk mengambil
suplay senjata dari Tentara Belanda (KNIL), dikarnakan bagian
persenjataan Tentara Belanda sudah memihak kepada kita.
3. Letnan Muda Husin Djoban beserta anggotanya ditugaskan untuk
menyerang asrama KNIL ( sekarang SMP 1).
4. Letnan Muda Soewarno dengan beberapa tentara KNIL yang telah
memeihak kepada kita untuk bertugas menghancurkan markas dari
tentara KNIL yang pada saat itu berada di Markas Brigade Gajah Merah
(sekarang menjadi bekas Markas Korem lama).
5. Letnan Muda Sutrisno beserta anggotanya yang bertugas untuk
menghanguskan dapur umum milik Tentara Belanda (KNIL) yang
sekarang menjadi kes rem.
6. Sedangkan Sersan Mayor Suroto serta Kopral Legiman yang bertugas
untuk membunuh Bekas Mayor Selamat yang telah membela Belanda
yakni, Letnan Muda Lomban serta Sersan Mayor KNIL.
7. Kemudian Sersan Mayor Cad Sumardi beserta anggotanya yang bertugas
untuk membunuh anggota dari Sersan Rosert, sersan Lesterak serta
sersan mayor dikarankan telah berkhianat dan berpihak kepada Belanda.
8. Sersan Mayor Cad dan anggotanya bertugas membunuh Kapten TNI
sukimin yang menjadi kaki tangan Belanda.
9. Kemudian Sersan Mayor Ishak Ahmad dari Laskar Muhammad beserta
anggotanya ditugaskan untuk menyerang anggota KNIL Gajah Mada
yang akan keluar dari tempat pertunjukkan dari kesenian ketoprak yang
berada di Taman Budaya DI Lapangan Benteng.
10. Selanjutnya yang betugas untuk merebut semua senjata yang berada
dirumah Mayor Selamat, yakni Sersan Mayor M. Aziz Zen beserta
anggotanya.
11. Berikutnya Sersan Mayor Ngadimin, Sersan Sulaima Helmi serta
anggotanya bertugas untuk membakar bangunan-bangunan vital di kota
Jambi seperti Markas KNIL.
12. Kemudian anggota KNIL serta Sersan KNIL, Kopral KNIL yang telah
berpihak kepada kita bertugas untuk menyerang KNIL di Kompi Km 2
Kasang.
13. Selanjutnya Sersan Sareh dan Sersan Arsyad serta anggotanya yang
bertugas untuk memutuskan kabel listrik telepon.
14. Sedangkan Suenarnyo sebagai Sentral Listrik dari Tambang Minyak
Kenali Asam akan memetuskan aliran listrik ke kota Jambi.85
Pada malam hari dengan kode Jam 20.00 KNIL yang membantu
perjuangan pasukan griliya memakai handuk putih di leher, kemudian memakai
kendaraan yang harus mematikan lampu sebelah kiri guna untuk membedakan
mana tentara KNIL yang berpihak kepada pejuang, serta Jam yang ditetapkan
utntuk melakukan penyerangan adalah Jam 03.00 dini hari.86
Akan tetapi kelompok dari Letnan Muda Syakban Siregar mendahului
yang lainnya, meski rencana pengeboman Kompi di Asrama Benteng dengan
melemparkan granat yang membuat beberapa pasukan penjaga KNIL terluka
parah, dikarnakan telah mendahului waktu maka anggota dari KNIL yang
bertugas mengambil senjata dari Gudang (sekarang SD Xaverius) menjadi terhenti
sedangkan bari beberapa senjata yang dapat di terima oleh Letnan I Said
Abdullah, yang kemudian mereka dikepung oleh Belanda serta beberapa anggota
TNI pun ikut tertangkap, namun sebagian dari anggota TNI termasuk Sersan
Muda Syakban Siregar mampu melarikan diri keluar kota ke arah Jambi Sebrang,
kemudian sebagian yang tertangkap dibawa pergi oleh Tentara Belanda untuk
diperiksa, setelah disidang oleh Belanda pasuka pejuang tersebut dijatuhi
hukuman bertahun-tahun seperti: anggota KNIL yang berpihak kepada pejuang
85 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal. 162 86H. Abu Bakar Roni, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan bersenjata,
(Jambi: Inti Grafika, 2007). hal. 102
kemerdekaan dijatuhi hukuman kuran lebih 16 tahun demikian pula Kepala
Sentral Listrik Kenali Asam serta para tahanan lainnya yang dipenjarakan
dirumah penjara Jambi dapar dikeluarkan setelah penyerahan kedaulatan.87
Pada awal Januari 1949 dikarnakan adanya serangan Agresi militer
Belanda, maka pada saat itu pemerintah militer sudah menjadi pemerintahan
militerisasi yang resmi, yang di tetapkannya no. WKS/SI.Ist/038 kepada Panglima
dan Teritorium Sumatra, yang pada itu masuk menjadi Daerah Militer Sumatra,
yang kemudian menjadi daerah militer Sumatra Selatan serta dibawah Komando
Gubernur Militer Sumatra Selatan, sebagai Residen yakni Bachsan telah
menggantikan R. Inu Kertapati menjadi Residen Milliter yang berpangat Letnan
Kolonel Tituler. Sedangkan Daerah Kerinci pada saat itu dimasukkan kedalam
militer Daerah Sumatra Barat, dengan dikomandankan dibawah Pemerintahan
Residen Sumatra Barat yakni, Mr. St. M. Rasyid yang juga menjabat sebagai
Gubernur Militer Sumatra Barat, serta yang menjadi bupati Militer Kerinci pada
saat itu ialah Aminuddin, Daerah Jambi yang terdiri dari dua kabupaten dengan
jumlah kewedanan 14 wilayah, yang pada saat itu dijadikan menjadi tiga daerah
Pemerintahan, yakni:
1. Muara Tebo, yang dipimpin oleh Residen Militer Yakni, Bachsan.
2. Bangko, yang dipimpin oleh Bupati Militer yakni, M. Kamil.
3. Kuala Tungkal, dipimpin oleh Wedana Militer yakni, Nurdin.88
Kemudian pada tanggal 19 mei 1949 Pemerintah Militer Sumatra Selatan yang
terdiri dari Wakil Gubernur yakni, Dr. M. Isa, Panglima Sumatra Selatan, Kolonel
M. Sumbolon serta Komisaris Polisi yakni, M. Hasan datang mengunjungi Jambi,
kunjungan tersebut bermaksud untuk memusyawarahkan soal-soal pemerintahan
serta pertahanan negara, rmusyawarah ini diadakan oleh Wakil Gubernur Militer
Sumatra Selatan yang pada saat itu dihadiri oleh, Komisaris Polisi, Dewan
Pertahanan Daerah Jambi, Pimpinan-Pimpinan Rakyat, Organisasi, Pemimpin
87Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 161 88Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979), hal. 96
Partai, Alim-Ulama, Pesirah Kepala Marga, serta Pemimpin-Pemimpin Angkatan
Muda, yang pad hasil dari musyawarah tersebut ialah pemindahan pemerintahan
dari Muara Bungo ke Muara Tebo.
3. Perundingan gencatan senjata serta perundingan penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia
Kedudukan pemerintahan daerah Jambi yang telah dipindahkan ke Muara
Tebo pada agresi militer Belanda kedua, serta kedudukan pemerintah militer
Jambi yang dipindahkan ke Muara Bungo. Kemudian dikarnakan adanya serangan
dari Belanda , maka dengan halvitu pemerintahan militer daerah Jambi terpaksa
pindah ke Tanah Tummbuh serta akhirnya pindah ke rantai ikil, selaku presiden
militer yakni Bachsan, serta komisaris polisi daerah Jambi yakni A. Bastari
memindahkan pemerintahan guna untuk melindungi pemerintahan militer daari
serangan Belanda.89
a. Cease fire
Pada tanggal 22 Juni 1949 pokok dari persetujuan “Rum Royen” yang
diumumkan antara lain, mengenai penghentian tembak menembak dari kedua
belah pihak anatar Belanda dan Republik Indonesia, kemudian pada tanggal 1
Agustus 1949 maka ditandatanginlah persetujuan bersama “untuk menghentikan
tembak-menembak” dari kedua belah pihak, pengumuman pelaksanaanya tersebar
melalui radio, kawat, kepada seluruh jajaran TNI di Indonesia, sedangkan dari
pihak Belanda menyebarkan melalui H.Y. Lovink yang bertugas sebagai wakil
tertinggi mahkota Belanda yang berada di Jakarta, untuk menyampaikan kepada90
Seluruh Tentara Belanda agar menghentikan tembak-menembak karena
diawasi olehKomisi Tiga Negara, setelah poko persetujuan ini dilaksanakan
barulah akan dilanjutkan konperensi Meja Bundar di Den Haag. Sedangkan di
Jambi pada tanggal 3 Agustus 1949 dapat pengumuman menghentikan tembak-
89Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah
(Jakarta: 1953), hal 283 90Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Jambi, hal. 177
menembak oleh kuasa Militer Belanda, dengan memeberikan intruksi penghentian
tersebut melalui selebaran yang disebarkan melalui pesawat, diakrnakan TNI pada
saat itu berada dikantong-kantong udara. Selebaran tersebut sudah ditanda tangani
oleh Gubernur Militer Sumatra Selatan yakni, Dr. A.K Gani yang berisikan
sebagai berikut:
“atas perintah panglima tertinggi tni TKD. Kuassa diberikan Kom.Sum.
Kol. Hidayat maka kami dr. A.k. gani kommagub daerah militer istimewa
sumatera selatan memerintahkan kepada semua kesatuan tni serta badan
perjuangan rakyat yang bersenjata menghentikan tembak-menembak dan
bermusuhan serta tetap ditempat masing-masing mulai tanggal 3 agustus
1949 jam 24.00 waktu indonesia ttk perintah hbs dr. A.k. gani.”91
Sejalan dengan adanya perintah tersebut maka dari pihak Belanda pada
tanggal 2 Oktober 1949 datang ke Muaro Bungo beserta Asisten C.C. Hartman
untuk melakukan peninjauan serta pernyataan mengenai perundingan, seanjitnya
pemerintah militer Belanda yang berada di Muaro Bungo, kemudian pada tanggal
11 Oktober 1949 terkirimlah surat kepada pemerintah RI Daerah Jambi yang
menyatakan bahwa, gencatan senjata telah berlaku, maka surat yang dikirimkan
tersebut diterima secara positif, dengan hal ini pemerintah daerah Jambi dikirim
dua orang kurir untuk membawa surat balasan, bahwa perundingan dilaksanakan
di Air Gemuruh pada tanggal 12 Oktober 1949. kemudian pemerintah RI
menjelaskan bahwa yang diutus untuk berangkat ke tempat perundingan ialah
Letnan I Daud, Letnan II Suhaimi serta pembantu dari Letnan Husin Saad,
kemudian dari pihak Belanda mengutus Vrachter untuk datang keperundingan
tersebut. perundingan menghilangkan rasa permusuhan dengan adanya cease fire
yang bersifat pendahuuan serta perundingan ini berjalan dengan lancar.
Perundingan ini dilanjutnya ke tinggkat yang lebih tinggi yakni tingkat
kerisidenan, yang akan diadakan pada tanggal 7 November 1949 bertempat di
Muara Bungo yang kemudian pemerintah RI, Keresidenan Jambi mengutus
beberapa orang yakni sebagai berikut:92
91Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal. 178-178 92Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979), hal. 104
1. Residen RI Bachsa
2. Dewan Pertahanan Daerah/Ketua Muda DPR Daerah Jambi yakni, A.
Syarnudi.
3. Komandan Polisi RI Daerah Jambi yakni, A. Bastari
4. Inspektur Polisi Kelas 1 yakni, Syabirin
5. Sekretaris Keresidenan yakni, Machmud
6. Wakil Sub. Teritorium Jambi pada dewan pertahanan Daerah yakni,
Lettnan II Suhaimi
7. Komandan Batalyon Cindur Mato yakni, Letnan I.M Hasyim.
Sedangkan dari Pemerintah Belanda yang berada di Daerah Jambi
mengutus beberapa orang sebagi berikut:
1. Asisten Residen ialah, J.B. Schendel
2. Komandan Tentara dari Muara Tembesi ialah, kooi
3. Demang Muara Bungo
4. Pihak Polisi Muara Bungo ialah, Harling
5. Komandan Tentara Belanda di Muara Bungo ialah, Pattiwael93
Pertempuran dan perjuangan tidak lepas dari perundingan dan persetujuan,
seperti perundingan sebelumnya yang sudah banyak mengecewakan bangsa kita
seperti perundingan Linggarjati serta perundingan Revenville Yang memundurkan
kita dari daerah kekuasaan Belanda kemudian persetujuan Rum Royen dengan
pengalaman yang sangat berharga dari perundingan sebelumnya bangsa ini harus
lebih berhati-hati lagi, dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda Kedua ini kita
akan masuk kedalam perundinga Konperensi Meja Bundar (KMB) yang
sebelumnya akan di dahului oleh Konperensi antar Indonesia.94
Demikian besarnya keinginan Belanda untuk memenangkan dalam
konperensi Meja Bundar tersebut, pada tanggal 23 Agustus 1949 Konperesei Meja
Bundar dibuka, kemudian Komisi Meja Bundar (KMB) ini diterima oleh kabinaet
93Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jakarta:
Depdikbud, 1979), hal. 105 94Bambang Suwondo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, hal. 106
pada tanggal 18 November 1949, Perundinga tersebut berjalan dengan lancar
kemudian pada esok harinya pemerintah RI beserta anggota lainnya Kembali dan
beristirahat di Teluk Pandak. Pada tanggal 10 Desember 1949 Wedana A. Laman,
selaku kepala pemerintah kewedanaan Muara Bungo yang masih berada di Bedaro
diperintahkan untuk berangkat ke Muara Bungo, untuk menerima penyerahan kota
dari tangan Pemerintah Belanda, kemudian pada tanggal 11 Desember 1949 Jam
16.00 dilaksanakannya penanda tanganan proses Verbaal Timbang untuk
menerima penyerahan Kota Muara Bungo dari pemerintah Belanda kepada
pemerintah RI, dihadapan Komisi Tiga Negara, yang bertempat di Kantor
Pemerintah Muara Bungo, kemudian Belanda serta anggotanya meninggalkan
Muara Bungo, selesai dari penanda tanganan tersebut maka pasukan TNI dengan
anggotanya masuk kedalam Kota. Hasil dari perundingan KMB ini tidak
menyenangkan dihati Rakyat Jambi yang telah berjuang mempertahankan
kemerdekaan, dikarnakan kita harus memebayar hutang Belanda yang
dipergunakannya untuk memerangi gerakan kemerdekaan bangsa kita serta
mengembangkan status keresidenan Irian Barat, akan tetapi semua itu telah
diterima oleh Rakyat Jambi sebagi suatu kenyataan yang pahit.95
b. Penyerahan kedaulatan ke Republik Indonesia (RI)
Setelah dilaksanakan perundingan yang ditengahi oleh Komisi Tiga
Negara dari PBB, maka perundingan ini dapat disepakati bahwa Negara Republik
Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), Rapat tersebut berlangsung
tertutup bertempat dirumah bekas Controleur Muara Tembesi, dalam perundingan
tersebut maka tercapailah persetujuan yang tercantum dalam “Naskah Persetujuan
Alih Tugas” di bidang Pemerintahan serta Keamanan, dengan hal itu ditanda
tanganilah dari kedua belah pihak yakni Letan Kolonel A.G.W Navis utusan dari
Belanda sedangkan utusan dari Indonesia yakni Kolonel Abunjani. Didalam Kata
sambutan dari Dr. A.k. Gani selaku Gubernur Militer Sumatera Selatan yang
menyatakan bahwa “ setelah mempelajari perjuangan yang terjadi selama perang
95Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah
(Jakarta: 1953), hal. 285
kemerdekaan Republik Indonesia, Daerah Keresidenan Jambi adalah daerah
Republik Indonesia, maka dari itu penyerahan pemerintahan oleh Belanda harus
kepada Pemerintah Republik Indonesia”.96
Setelah perundingan tersebut maka menghaslkan penyerahan wilayah
Jambi yang dibawah kekuasaan Belanda kepada pemerintahan Indonesia meliputi
wiayah:
1. Kewedanaan Muara Bungo, Antara Pemerintahan Belanda, Wedana M.
Hasan dengan Pemeritahan Republik Indonesia Wedana A. Laman pada
tanggal 11 Desember 1949.
2. Kewedanaan Tungkal, Antara Pemerintahan Belanda Wedana Ishak degan
pemerintahan Republik Indonesia Wedana Nurdin pada tanggal 15
Desember 1949
3. Kewedanaan Sarolangun, antara Pemerintahan Belanda As. Residen J. B.
Van Schendel dengan pemerintahan Republik Indonesia Wedana
Machmoed pada tanggal 18 Desember 1949.
4. Kewedanaan Muaro Tebo antara pemerintahan Belanda wedana R. H.
Saman dengan Pemerintahan Republik Indonesia Wedana Abd. Manap
pada tanggal 18 Desember 1949.
5. Kewedanaan Muara Tembesi antara Pemerintah Belanda Wedana Zainul
BahriSt. Pesisir Barat dengan Pemerintahan Republik Indonesia Wedana
Raden Ateng pada tanggal 19 Desember 1949.
6. Kewedanaan Jambi antara Pemerintah Belanda Wedana Kgs. M. Amin
dengan Pemerintahan Republik Indonesia Wedana Nurdin pada tanggal 20
Desember 1949
7. Penyerahan seluruh daerah Jambi daari Pemerintahan Belanda kepada
Pemerintahan Republik Indonesia antara Residen Belanda D.J.A. Van Der
Vliet dengan Residen Republik Indonesia Bachsan pada tanggal 27
Desember 1949.
96Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi: Tim DHD 45, 1990), hal. 183
8. Kewedanaan Bangko antara Pemerintahan Belanda Wedana Abd. Hamid
dengan Pemerintahan Republik Indonesia Wedana M. Keras pada tanggal
31 Januari 1950. Semua penyerahan tersebut dilaksanakan dihapadan
Kapten Bossuyt selaku utusan dari Komisi Tiga Negara.97
97Anonim. Kementrian Penerangan Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah
(Jakarta: 1953), hal. 286
63
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan permasalahan diatas, demikian dapat disimpulkan
bahwa mengenai sejarah perjuangan Rakyat Jambi dlam Melawan Agresi Militer
Belanda pada Tahun 1947-1949 sebagai berikut:
1. setelah proklmasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 oleh suekarno-Hatta, berita tersebut menyebar cukup cepat
sampai kepelosok negri termasuk daerah Jambi, seluruh rakyat langsung
mengadakan pertemuan-pertemuan untuk membahas tentang kemerdekaan
Indonesia, diantaranya adalah pertemuan dirumah Abdullah Kartawira
yang dihadiri 20 orang lebih. Kemerdekaan Indonesia memang tampa
persiapan, maka dari itu disususnlah pemerintahan daerah Jambi pertama
kali dipimpin oleh Dr. Sagaf Yahya yang dilantik pada bulan oktober
1945. Sistem pertahanan juga dibentuk dengan penyempurnaan sususan
yang ada yakni, mengubah TRI (Tentara Republik Indonesia) menjadi TNI
(Tentara Nasional Indonesia).
2. pada tanggal 25 Maret 1947 Agresi Militer Belanda I dilakukan, daerah
akan tetapi daerah Jambi hanya mendapatkan pemblokiran ekonomi
disekitar perairan tungkar, melihat keadaan semangkin tidak kondusif,
maka para petinggi TNI mengadakan rapat dan menghasilkan beberapa
keputusan yakni: membuat pasukan khusus untuk mempertahankan tanah
minyak, kemudian memebuat pertahanan khusus dengan cara membuat
parit atau menebang pohon diperbatasan antar dusun yang memutuskan
jalur tranfortasi antar dusun, berikutnya membuat pasukan khusu yang
dipimpin oleh M. Sayuti Makalam untuk membantu setiap batalyon yang
mendapatkan serangan dari Belanda. Namun pada tanggal 28 desember
1948 Belanda melancarkan Agresi Militernya yang ke dua yakni
menghanguskan daerah Jambi yang akan menjadi kedudukan kekuasaan,
pertempuran terjadi dimana-mana seperti di Simpang Tiga Sipin, di
Lapangan Terbang Pall Merah dan banyak menelan korban jiwa,
berakhirnya agresi militer Belanda setelah ada perundingan gencatan
sejata, dan perundingan penyeerahan kedaulatan ke pada Republik
Indonesia.
B. SARAN
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untukk Mengetahui Sejarah
Perjuangan Rakyat Jambi Dalam Melawan Agresi Militer Belanda Pada Tahun
1947-1949, maka penulis ingin memberi saran dan masukan sebagai berikut:
1. penulis berharap agar pemerintahan khususnya Jambi untuk lebih
memperhatikan literatur sejarah yang tertinggal, hal ini dikarnakan banyak
peninggalan-peninggalan sejarah yang terbaikan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan agar memberikan wawasan serta kontribusi
pada penelitian selanjutnya yang bertema serupa akan tetapi berfokus
berbeda, diakrnakan masih banyak hal yang belum terungkap pada masa
penjajahan di Jambi khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 1999, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu
Anonim. 1953, Republik Indonesia Provinsi Sumatra Tengah. Kementrian
Penerangan RI Jakarta.
Anonim. Sejarah perjuangan rakyat jambi terhadap penjajah Jepang.
C.s.t. kansil. Dkk. 1993, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia,
Jakarta: Erlangga.
Daliman. 2015, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombat.
Kartodirjo, Sartono. 1997, Sejarah Nasional Indonesia. Jiid VI, Jakatra: Balai
Pustaka.
Lindayati Dkk. 2013, Jambi Dalam Sejarah, Jambi: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jambi.
Locher – Scholten, Elsbeth. 2008, Kesultanan Sumatra Dan Negara Kolonial,
Jakarta: Banana KITLV
Margono Hartono. 1984. Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota Dagang,
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Matanasi, Petrik. 2011 Sejarah Tentara, Yogyakarta: Narasi.
Moelong, Lexy J. 2013, metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pimpinan pusat Legiun Veteran RI. 1986, Bunga Rampai Perjuangan dan
Pengorbanan jilid III, Jakarta: Penca.
Roni Abu Bakar. 2007, sejarah penyusunan pemerintahan sipil dan kekuatan
bersenjata, Jambi: Inti Grafika.
Sugino. 2013, metode kuantitatif kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Sulasman. 2014, Metodologi Penelitian Sejarah, Bandung: pustaka setia terbit.
Suwondo, Bambang. 1979, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi,
Jakarta: Depertemen pendidikan dan kebudayaan.
Tim Penyusun Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi, 1990,Sejarah
Perjuangan Kemerdekaan R.I (1945-1949) Di Provinsi Jambi,
Jambi:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Tim Penyusun. 1983.Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme Dan
Kolonialisme Di Daerah Jambi. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Tim Penyusun Sejarah Perjuangan Sub Komandemen Sumatera Selatan. 2003.
Sejarah Dan Peranan Subkoss Dalam Perjuangan Rakyat Sumbagsel (1945-
1950). Palembang: Cv, Komring Jaya Putra.
Jurnal
Laporan penelitian Revolusi kemerdekaan di sumatera abad XX. 2013. Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negri Yogyakarta.
Arsip
Kerangka acuan Penyusunan Sejarah Dan Pembentukan Museum Dapartemen
Dalam Negri
Pejuang Gugur Di Jambi, Korem Garuda Putih 042
Kedatangan Jepang Di Jambi Posted By Fachruddin Saudagar on 19 Maret
2007 in Sejarah Jambi menjelang Jepang Datang
Konfrontasi republik Indonesia dengan militer Jepang menjelang masunya sekutu
1945-1945.
Skripsi
Hidayahtullah, Syarif, Bentuk-Bentuk Perjuangan Ulama Memepertahankan
Kemerdekaan Di Jambi (1945-1949). Jambi: Universitas SulthanThaha
Saifuddin Jambi.
Winata, Rahma, 2017, Sejarah Perjuangan Rakyat Batanghari Dalam Melawan
Agresi Militer Belanda II Skripsi, Jambi: Universitas Jambi.
LAMPIRAN
Gambar : 01 Peta Keresidenan Jambi
Sumber : KTLV Lieden
Gambar 02 kantor keresidenan Jambi
Sumber KTLV Lieden
Gambar 03 H.L.C. Petri van sedang bersama pejabat pemerintah di Jambi
Sumber KTLV Lieden
Gambar 04 Pertempuran di Simpang Tiga Sipin
Sumber Museum Perjuangan
Gambar 05 Pertempuran di Simpang Tiga Sipin
Sumber Museum Perjuangan
mbar 06 Pengibaran bendera merah putih pertama kali di Jambi
Sumber Museum Perjuangan
Gambar 07 Menara Air di Jambi
Sumber Kompasiana
Gambar 07 Perundingan Penyerahan Kedaulatan Republik Indonesia dari
pihak Belanda kepada Republik Indonesia
Sumber Museum Perjuangan
DAFTAR RIWAYAT
(CURRICULUM VITAE)
Nama Lengkap : Arnianta Swastika
Tempat/Tanggal/Lahir : Pekan Baru, 04 Januari 1998
Email/Surel : [email protected]
No. Telepon/Hp : 082280361441
Agama : Islam
Alamat Asal : Desa Taman Raja, kec. Tungkal Ulu, Kab.
Tanjung Jabung Barat
Pendidikan Formal:
1. SDN 139/V Taman Raja : Tahun 2004-2010
2. SMP N 1 Tungkal Ulu : Tahun 2010-2013
3. SMA N 1 Tungkal Ulu : Tahun 2013-2016
4. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi : Tahun 2017-2021
Jambi, 25 mei 2021
Arnianta Swastika
402170788