Download - Scipsi Hakekat Belajar Mengajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HAKIKAT BELAJAR MENGAJAR
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat
latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan
yang membedakan dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia
merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan
dimana saja, baik disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak
ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar
dilakukan manusia senantiasa oleh iktikad dan maksud tertentu ( Oemar
Hamalik: 2004 : 154)
Belajar adalah mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi
antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
social. Lingkungan fisik, contohnya buku, alat peraga, alam sekitar.
Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra, dk : 2002 : 2.3)
Skiner ( dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpadangan … bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon Pembelajaran, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah
suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada
8
disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah perubahan maka hakikat belajar
mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan
belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individu anak
didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir
demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada
anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut dapat
merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning
adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery
learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan
dan program perbaikan ( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Ny. Dr. Roestiyah. N.K ( dalam Syaful Bahri Djamarah : 2002 : 49) menyatakan … bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan, suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari proses pengajaran itu sendiri.
B. PEMBELAJARAN SAINS
Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diharapkan dapat
9
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih lanjut mendalam tentang alam
sekitar.(Depdiknas, 2008 : 147)
Tujuan pembelajaran sains di SD adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-NYA
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki dalam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan sains sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.( Depdiknas, 2008 : 148)
Sains sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk sains terdiri
atas fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, dan postulat. Semua itu merupakan
produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui
metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah. Dari pengamatan selanjutnya
10
fakta-fakta tersebut dihimpun dan dicatat sebagai data. Data tersebut dianalisis
berdasarkan prosedur dan sikap ilmiah hingga menjadi konsep, prinsip,
selanjutnya menghasilan teori, hokum dan postulat.
Ditinjau dari segi proses, sains memiliki berbagai keterampilan sains,
misalnya : (a) Mengidentifikasi dan menentukan variabel bebas/tetap dan
variabel berubah/tergayut, (b) menentukan apa yang diukur dan diamati, (c)
keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera, (d)
keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan dapat menghubung-
hubungkan hasil pengamatan, (e) keterampilan dalam meramalkan apa yang
terjadi berdasarkan hasil pengamatan dan (f) keterampilan menggunakan
alat/bahan dan mengapa bahan atau alat itu digunakan ( Depdiknas : 2003).
Menurut Bryce, dkk, ( dalam Depdiknas : 2003 ) keterampilan proses sains
mencakup keterampilan dasar sebagai kemampuan yang terendah, kemudian
diikuti dengan keterampilan proses dan keterampilan tinggi adalah
keterampilan investigasi. Keterampilan dasar mencakup (a) melakukan
pengamatan, (b) mencatat data, (c) melakukan pengukuran, (d)
mengimplementasikan prosedur, dan (e) mengikuti instruksi. Keterampilan
proses meliputi : (a) menginfrensi dan (b) menyeleksi berbagai prosedur/cara..
keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan
melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Jadi dalam keterampilan
sains berupa investigasi yang merupakan keterampilan tertinggi, siswa sudah
mulai dilatih bagaimana siswa harus mengorganisasi kejadian-kejadian untuk
dipakai sebagai alas an pembenar yang paling kuat. Selain itu, proses sains
11
juga mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis
berupa pembuatan tulisan atau karangan, mengembangkan atau melengkapi
petunjuk kerja serta dapat mengkomunikasikan secara lisan kepada orang lain.
C. MODEL BELAJAR INKUIRI
Inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat
mencari pemecahan permasalahan sesuatu dengan cara kritis, analisis, ilmiah
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan atau
keyakinan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan.
Inkuiri adalah merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk
mengajar didepan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : guru
membagi tugas meneliti sesuatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu
yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah itu kerja mereka dalam
kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang disusun baik.guru
menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuang demikian : agar
siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari sendiri serta meneliti
pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama
kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya.(Dra.Roestiyah N.K, 1991:75-76)
Terdapat beberapa definisi mengenai model pembelajaran. Joyce (1986
: 1) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu
12
pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas.
Sedangkan Udin ( 1997 : 78) menyatakan, model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar
tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Dalam menerapkan model Inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan
adalah siswa memilik kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan
yang dimilikinya, sehingga hal itu akan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis karya ilmiah. Disamping itu juga dengan model inkuiri
siswa sudah mulain diajarkan untuk menganalisa dan mencari kebenaran dari
suatu masalah yang sedang dibahas, telah mampu berpikir sistematis, terarah
dan mempunyai tujuan yang jelas, disamping mampu bepikir induktif,
deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa
memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.
Melihat cara-cara ikuiri yang dilakukan dalam pembalajaran sains, ada
bebarapa hal pokok yang harus ditempuh yaitu inkuiri dimulai dengan
menimbulkan peristiwa yang membuat siswa menjadi bingung keadaan ini
akan memotivasi siswa untuk menyelelidiki masalah-masalah yang ada
13
dengan menggugunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka
menemukan pemecahan masalah tersebut. Selanjutnya dilakukan eksperimen
yaitu membuat suatu kejadian atau peristiwa, kemudian siswa mengamati
kejadian atau peristiwa tersebut itu, untuk selanjutnya dilakukan pencatatan
data sebagai bahan dalam menemukan konsep, prinsip yang akhirnya lahirlah
teori atau pengetahuan. Sasaran utama dari model belajar inkuiri ini adalah
mengembangkan penguasaan pengetahuan. Penguasaa pengetahuan
merupakan hasil dari pengolahan data/informasi. Pada kegiatan in siswa
dilibatkan secara aktif dalam proses mencari tahu untuk mampu
menginterprestaikan informasi, membedakan antara asumsi yang benar dan
yang salah, dan memandang suatu kebenaran dan hubungannya dengan
berbagai situasi. Jadi disini siswa tidak hanya memiliki informasi, tetapi lebih
jauh lagi siswa menempatkan diri sebagai sainstis yang melakukan penelitian,
berpikir dan merasakan lingkungan penelitian.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
kebaikan yaitu :
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain ( Dahar : 1998 : 126)
14
Sedangkan Depdiknas (2002:2) menyatakan , melalui model inkuiri
diharpakan guru dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga
melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan
suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui
proses ekplorasi atau pengujian gagasan baru. Peranan guru sebagaimana
dikatakan Dahar (1988:130-131) adalah :
1. Merencanakan pelajaran sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa
2. menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah
3. Memperhatikan cara penyajian, yaitu ; cara enaktif, ikonik dan simbolik4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
D. KERANGKA BERPIKIR
Mengajar adalah kegiatan penyampaian pesan berupa pengetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta
didik. Sistem lingkungan dalam proses belajar akan saling mempengaruhi
antar komponen seperti tujuan intruksional yang ingin dicapai, guru dan
peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan social
tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilaksanakan serta
sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik
setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi
dari sekitarnya. Pada dasarnya semua peserta didik memiliki gagasan atau
pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud ksemata. Dari
pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik menggunakan
15
informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengkonstruksi
intrpestasi pribadi serta makna-makna. Makna dibangun ketika guru
memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah ada sebelumnya, mendorong ingkuiri untuk memberi kesempatan
kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun
makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
Pada dasarnya sains bukan hanya sekedar kumpulan fakta, prinsip dan
kumpulan pengetahuan, tetapi sains lebih sebagai sebuah cara berpikir
bagaimana memperoleh fakta dan prisip. Konteks pembelajaran sains, para
siswa sebenarnya sudah memiliki konsep-konsep yang telah mereka bawa dari
luar. Artinya siswa memasuki kelas tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah
memiliki konstruksi pengetahuan tentang pelajaran sains. Misalnya pada
materi gaya, sebagian siswa telah memiliki konsep tentang gaya seperti yang
mereka lakukan setiap hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran sains perlu
diciptakan kondisi belajar dimana siswa mengolah sendiri pengetahuannya
dengan memperhatikan pengetahuan awal untuk mengaktifkan skemata di
dalam memori jangka panjang yang berhubungan dengan informasi baru yang
akan dipelajari.
Kegiatan pembelajran inkuiri diawali dengan eksplorasi konsep,
memberika kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan sesuai
dengan pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa diberikan kesempatan
untuk mencari sendiri jawaban permasalahan yang diberikan, dan hal lainnya
yang berkaitan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Dengan
16
demikian, model pembelajran ini diduga dapat meningkatkan potensi
intelektual siswa. Dalam pembelajaran inkuiri siswa didorong untuk belajar
sebagaian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan/praktik yang mungkin mereka dapat menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi. Ciri khas pembelajaran inkuiri ini berusaha
membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir sebab
siswa terlibat secara mental dan fisik.. pelatihan dan pembiasaan siswa untuk
terampil berpikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih besar sehingga hasil belajar pun dapat memuaskan.
Dengan demikian penggunaan model belajar inkuiri terbimbing dianggap
perlu dan diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan belajar sains pada
siswa kelas IV SDN 1 Pringga Jurang tahun pelajaran 2009/2010.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya ( S.Margono : 2004 : 67-78)
Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “ Pengggunaan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan
Belajar Sains pada siswa kelas IV SDN 1 Pringga Jurang tahun pelajaran
2009/2010”
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research) dengan tujuan penggunaan model pembalajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan kemampuan belajar sains. Penelitian ini
menerapkan rancangan Suharsimi Arikunto (2007: 16) yakni secara garis
besar setiap siklus terdapat 4 tahapan yang melalui: 1) Perencanaan, 2)
Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) refleksi.
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap sebagai
berikut :
( Suharsimi Arikunto : 2007:16)
18
Refleksi
Refleksi
Siklus I
Perencanaan
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
?
Seperti yang dilukiskan diatas bahwa setiap siklus terdiri 4 tahapan
kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain :
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Awal Proses pembelajaran
- Factor penghambat dalam pembelajaran
- Merumuskan masalah
- Menyusun hipotesis pemecahan awal
- Mengurus perijinan penelitian
- Menetapkan alternative tindakan yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah siswa
- Simulasi
2. Pelaksanaan
Pada tahapan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Melaksanakan tindakan sesuai scenario pembelajaran
- Melaksanakan pembalajaran sains dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan langkah sebagai berikut :
a. Guru mengadakan apersepsi
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Siswa melakukan Tanya jawab sesuai dengan penjelasan guru
d. Guru memberikan bimbingan kepada anak yang membutuhkan
e. Guru mengevaluasi
19
f. Menutup pembelajaran
3. Pengamatan
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan adalah
- Melakukan pengamatan dan pencatatan pelaksanaan tindakan
pembelajaran, kelemahan, keaktifan siswa dan ketidaksesuaian dengan
scenario yang direncanakan
- Diskusi dengan teman sejawat tentang proses tindakan
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
- Menilai pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran, kegiatan, keaktifan
siswa, keinginan, pendekatan dan strategi yang digunakan
- Menganalisis data dan mencari hasil perkembangan siswa sebagai
bahan diskusi
- Menilai kekuatan dan kelemahan strategi yang digunakan
- Mendiskusikan hambatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada
siklus I
- Membuat rencana awal tindakan yang lebih baik untuk diteruskan pada
siklus II
Siklus II
1. Pelaksanaan tindakan II
- Melaksanakan rencana tindakan II
20
- Mengoptimalkan penggunaan model pembalajaran yang digunakan
untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar sains siswa agar hasil
yang diharapkan dapat dicapai.
2. Pengamatan
- Melaksanakan pengamatan lebih teliti pada proses tindakan II,
keaktifan, kesenangan dan kreatifitas siswa
- Mencatat hasil kegiatan pengamatan
- Mencatat hasil peningkatan
- Mencatat hasil akhir dari kemampuan belajar sains siswa
3. Refleksi
- Menganalisis data akhir dari alat pengumpul data dan format penilaian
- Menilai hasil akhir perkembangan kemampuan belajar sains siswa.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas bertempat di SDN 1 Pringga
Jurang Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi
Nusa Tenggara Barat tahun pelajaran 2009/2010. Waktu pelaksanaan dari
bulan Januari sampai Februai 2009/2010.
C. SUBJEK PENELITIAN
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, dan berdasarkan
pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti maka di peroleh data siswa
yang dijadikan subjek adalah siswa kelas IV SDN 1 Pringga Jurang dengan
jumlah siswa 38 yang terdiri dari laki-laki 25 orang dan perempuan 13 orang.
21
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan
yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data. Model pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan ( pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran
( Suharsimi Arikunto, dkk : 2007:127)
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berasa bersama objek yang
diselidiki ( Margono : 2004: 159)
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
( Maleong : 2006 186)
3. Dokumentasi
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil atau hokum-
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian disebut
teknik documenter atau studi documenter. Dalam penelitian kualitatif
teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian
22
hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat,
teori, huku,-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang
menolong hipotesis tersebut. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif
teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang
dipergunakan di dalam kerangka atau landasan teori, penyusun hipotesis
secara tajam ( Margono : 2004 : 181)
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu (1) reduksi data,
(2) display data, (3) penarikan kesimpulan, verifikasi data, dan refleksi.
1. Reduksi Data
Mereduksi data dilakukan setelah semua data yang telah diperoleh
dari hasil observasi, dan dokumentasi yang telah ditulis dalam lembar
rekaman data yang sudah disiapkan. Data keterampilan proses ilmiah
siswa selama proses pembelajaran merupakan data mentah. Data tersebut
kemudian disingkat, direduksi dan disusun secara sistematis, sehingga data
yang diperoleh dalam kondisi yang mudah dimengerti dan dikenali.
2. Penyajian Data
Display data merupakan tahapan analisis data yang berusaha
mendeskripsikan temuan penelitian. Temuan penelitian ini dideskripsikan
dalam bentuk kata-kata dan format rekaman data.
3. Penarikan Kesimpulan, Verifikasi, dan Refleksi
23
Berdasarkan display data, ditarik suatu kesimpulan, sehingga
didapatkan temuan. Temuan ini kemudian diverifikasi atau dilakukan
pengecekan keabsahan temuan data. Berdasarkan temuan tersebut,
selanjutnya dilakukan pemaknaan (refleksi) sehingga diperoleh
kesimpulan akhir. Hasil dari kesimpulan akhir tersebut, dipakai sebagai
bahan untuk menyusun tindakan selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, dkk, 1998. Teori-teori Belajar. Banduang : Erlangga
Depdiknas, 2001, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains.
Jakarta : Puskur-Balitbang Depdiknas.
Depdiknas, 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta
Joyce dan Weil. 1986. Model of Teaching. New Jersey : Pretice. Hall
Maleong Lexy, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosa dan Karya.
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Muhammad Tohri, 2007. Belajar dan Pembelajaran : STKIP Hamzanwadi
Oemar Hamalik, 2004.Perencanaan Pengajaran Berdasakan Pendekatan
Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
Roestiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto, 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Suharsimi Arikunto, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Udin.S. 1997. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Dekdikbud
Udin.S. Winata Putra, dkk, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Universitas Terbuka.
9