Download - SATUAN ACARA PENGAJARAN
![Page 1: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/1.jpg)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TUBERCOLOSIS PARU (TB PARU)
OLEH KELOMPOK V:
1. ILHAM ANSHORI
2. JUMADIP
3. ZULKARNAEN
4. NENI APRIANA
5. SRI UTAMI RAHAYU
6. SAYIM
![Page 2: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/2.jpg)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Tubercuolosis Paru
Pokok Bahasan : Pencegahan Tubercuolis Paru
Target/sasaran : Keluarga dan Pasien
Hari/tanggal : Sabtu, 22 februari 2014
Waktu : 10.00-11.00 Wita ( 1x60 menit)
Tempat : Ruang Buginvile
A. TUJUAN
1. Tujuan instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan agar peserta atau pasien dan keluarga
dapat mengetahui tentang penyakit Tuberculosis paru, memahami bagaimana proses
penularan dan gejala penyakit Tuberculosis paru sehingga dapat menjaga kesehatan dan
lingkungan sekitar.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga mampu:
- Memahami pengertian Tubercuolosis Paru
- Mengetahui tanda-tanda penyakit Tubercuolosis Paru
- Mengetahui cara penularan Tubercuolosis Paru
- Mengetahui pencegahan Tubercuolosis Paru
- Mengetahui pengobatan Tubercuolosis Paru
B. MATERI (Terlampir)
Materi yang akan di sampaikan:
1. Pengertian Tubercuolosis Paru
2. Tanda-tanda penyakit Tubercuolosis Paru
3. cara penularan Tubercuolosis Paru
4. pencegahan Tubercuolosis Paru
5. pengobatan Tubercuolosis Paru
![Page 3: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/3.jpg)
C. PESERTA
Peserta yaitu keluarga Pasien dan pasien yang berada di Ruang Bouginvile
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA PENYULUHAN
1. Lembar balik
2. Leaflat
F. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 10 Menit Kegiatan membuka penyuluhan
a. Mengucap salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menggali pengetahuan
tentang tubercolosis paru
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai
berkaitan dengan materi penyuluhan
yang akan disampaikan
a. Menjawab salam
b. Mengenal petugas
penyuluhan
c. Mengemukakan pendapat
sesuai dengan apa yang
diketahui
d. Menyimak dengan seksama
2. 40 menit Kegiatan inti:
a. Menjelaskan pengertian tubercolosis
paru
b. Menyebutkan tanda dan gejala
tubercolosis paru
c. Menyebutkan cara pencegahan
tubercolosis paru
d. Menyebutkan penatalaksanaan
tubercolosis paru
e. Mendemonstrasikan cara
pencegahan tubercolosis paru
f. Memberikan reinforcemen positif
atas jawaban Peserta
a. Mendengar dengan dan
menyimak dengan seksama
b. Peserta mendengarkan
penjelasan
c. Peserta menyimak
penjelasan
d. Peserta menyimak
penjelasan
e. Peserta menyimak
penjelasan.
f. Menerima reinforcemen
diberikan.
3. 10 menit Kegiatan menutup penyuluhan
a. mengajukan pertanyaan sebagai a. Peserta menjawab
![Page 4: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/4.jpg)
evaluasi
b. mengucapkan salam penutup.
pertanyaan yang diberikan
b. Menjawab salam.
G. PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS
a. Pengorganisasian:
1. Moderator : Sri Utami Rahayu
2. Penyaji : Sayim
3. Fasilitator : Zulkarnaen
: Neni Apriana
4. Notulen : Ilham Anshori
5. Observer : Jumadip
b. Uraian tugas
1. Moderator bertugas menjalankan jalannya acara penyuluhan dari awal hingga akhir
penutupan acara
2. Penyaji bertugas menyampaikan materi penyuluhan yang telah disiapkan
3. Fasilitator bertugas menciptakan suasana penyuluhan yang nyaman dan memotifasi
peserta untuk bertanya
4. Observer bertugas mengamati jalanya acara penyuluhan
H. SETING TEMPAT
Ruang perawatan Bouginvile
PESERTA
PESERTA
PESERTA
OBSERVER
![Page 5: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/5.jpg)
FASILITATO
R
PENYAJI
MODERATOR
I. EVALUASI
1. Evaluasi proses
Keluarga dan pasien mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir acara
penyuluhan
Penyaji dapat memberikan materi dan menjawab pertanyaan Keluarga Pasien dan
pasien dengan baik
Penyuluhan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan baik dan lancer
2. Evaluasi hasil
Keluarga dan Pasien tahu dan memahami sehingga menerapkan dalam praktiknya
indifidu maupun kelompok seperti materi yang telah disampaikan dalam penyuluhan
Keluarga dan Pasien akan membagikan pengetahuannya yang telah di dapat dalam
penyuluhan kepada masyarakat yang lainya
J. REFERENSI
1. Bruner & suddarth. (2002). Keperawatan medical bedah, vol 1. Jakarta EGC.
2. Mansjoer,arif,dkk. 1999. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilit 2. Jakarta: Media
Aescularius.
![Page 6: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/6.jpg)
Lampiran
MATERI PENYULUHAN TUBERKULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
olehbakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia
B. Tanda-tanda Tuberkulosis
C. . Gejala Penyakit TBC
D. Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
E.
F. Gejala sistemik/umum
G. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
H. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
I. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
J. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
K. Gejala khusus
L. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
M. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
N. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
O. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagaimeningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
P. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
![Page 7: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/7.jpg)
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan –
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Sebagian besar seseorang yang terinfeksi menunjukan demam tingkat rendah, keletihan,
anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, neyri dada, dan batuk menetap. Batuk
pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis.
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a). Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
b). Batuk Darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c). Sesak Napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d). Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, Meliputi:
a) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
3. Test Diagnostik Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik,
tomogram dan lain-lain.
![Page 8: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/8.jpg)
a) Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa mingg
e. Bayangan bilier
b) Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium
TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.
Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis).
Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak.
Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn
pemberantasan TBC paru di Indonesia.
Q. Cara penularan Tuberkulosis Paru
Sumber penularan TBC adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC
menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang
mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.Penyakit
TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ
tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksiimunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat
jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan
menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentukdormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri
ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi
![Page 9: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/9.jpg)
sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan
beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk
dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan
dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar
matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab
dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang
waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan
tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis
juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit
(lebih jarang).
D. Pencegahan tubektiolus paru
E. Pengobatan tubektiuolis paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian,
mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi
tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh
WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
![Page 10: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/10.jpg)
Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan
penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan
yang memiliki sarana tersebut.
Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas
Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap
hari.
Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
Pencatatan dan pelaporan yang baku.
2
3. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan
organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga
cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
![Page 11: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/11.jpg)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagaimeningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal
serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi
berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php
www.tbcindonesia.or.id
Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html
TBC Paru
![Page 12: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/12.jpg)
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium Tuberculosis atau basil
tuberkel yang tahan asam. Penularannya melalui udara apabila orang yang menderita TBC dalam
paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara sehingga kuman/basil dilepaskan ke udara.
Kuman/basil dapat bertahan beberapa jam dalam suhu kamar/lingkungan rumah, maka jika ada orang
disekitar penderita maka kuman/basil akan mudah menular ke semua orang disekitarnya/yang kontak
dengan penderita. Kebanyakan orang mendapat/tertular kuman TBC adalah orang yang sering berada
di dekat penderita, seperti anggota keluarga, teman atau rekan kerja. Karena orang yang terdekat dan
paling sering kontak/berkomunikasi dengan penderita adalah keluarganya, maka orang mengetahui
dan menduga penyakit TBC adalah penyakit keturunan dan sulit untuk disembuhkan. Sehingga perlu
adanya pemahaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penderita dan keluarga untuk
mencegah penularan/penyebaran penyakit.
Meskipun penderita tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan kondisi sosial ekonomi yang kurang
mendukung diharapkan penderita dan orang-orang yang ada disekitarnya/keluarga melaksanakan
perilaku hidup sehat/tindakan-tindakan pencegahan dengan benar sesuai anjuran/arahan petugas
puskesmas dalam upaya menekan semakin meningkatnya angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan TBC Paru di masyarakat. Misalnya dengan cara penemuan kasus secara dini dengan
mengenal tanda dan gejala TBC, minum obat secara teratur, menutup mulut waktu bersin/batuk, tidak
meludah disembarang tempat, menjemur tempat tidur penderita, meningkatkan ventilasi dan
pencahayaan rumah penderita (membuka pintu dan jendela terutama saat pagi, pemasangan genteng
kaca karena kuman TBC akan mati jika terpapar sinar matahari/sinar ultra violet) dan memisahkan
alat-alat yang telah digunakan penderita karena kemungkinan sudah terkena basil TBC yang dapat
menular pada orang lain serta menerapkan pola hidup sehat dalam masyarakat dengan mengkonsumsi
makanan bergizi.
Riskesda (2008:105) prevalensi TB paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya usia dan
prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB Paru 20% lebih tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan dan tiga kali lebih di pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih
tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan di pendidikan tinggi. Dalam Gerdunas-TBC, (2002c: 3)
Penularan TBC akan lebih mudah terjadi jika terdapat dalam situasi hunian padat
(overcrowding) , sosial ekonomi yang tidak menguntungkan (social deprivation), lingkungan
pekerjaan dan perilaku hidup tidak sehat dalam masyarakat. Depkes RI, (2008: 5). Yang beresiko
tertular TBC Paru diantaranya orang-orang yang kontak fisik secara dekat dengan penderita, orang-
orang tua, anak-anak, orang-orang bertaraf hidup rendah dan memiliki akses rendah terhadap fasilitas
kesehatan serta orang-orang yang sedang sakit dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah
diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia dianggap
![Page 13: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/13.jpg)
cukup tinggi dan bervariasi ( Annual Risk of Tuberculosis Infection =ARTI ) antara 1-3% dan 50
persennya dengan BTA positif.
Adanya kontak dengan BTA positif dapat menjadi sumber penularan yang berbahaya karena
berdasarkan penelitian akan menularkan sekitar 65% orang di sekitarnya (Depkes IDAI, 2008: 12).
Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan
percakapan, juga peralatan yang terkontaminasi kuman TBC. Semakin sering dan lama kontak, makin
besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut kontak
erat, adalah orangtuanya, orang serumah atau orang yang sering berkunjung. Bakteri ini sangat lambat
pertumbuhannya, mereka memecah diri setiap 16-20 jam. Matinya juga sangat lambat, perlu waktu
sedikitnya 6 bulan bagi obat-obatan yang ada untuk membunuh seluruh bakteri. Dengan pengobatan
TBC yang lama dan perlu adanya ketelatenan dari penderita untuk tetap teratur mengkonsumsi obat
yang diberikan (Obat Anti Tuberkulosis/OAT). Kuman TBC hanya dapat dibasmi dengan obat-obatan
(program DOTS yang memerlukan Pengawas Minum Obat/PMO untuk mengawasi/mengingatkan
penderita minum obat) yang disertai makan makanan bergizi serta pola hidup sehat. Sehingga selama
terapi perlu adanya pemahaman bahwa masih ada kemungkinan terjadi penularan pada orang
disekitarnya/khususnya keluarga jika tidak dilakukan tindakan pencegahan penularannya baik oleh
penderita maupun orang disekitarnya khususnya keluarga untuk mendukung terlaksananya program
terapi. Depkes (2008: 3) Sekitar 75% Pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jika dia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma
bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Depkes (2008: v) Kerugian yang diakibatkan sangat besar, bukan
hanya aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian TB
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB berarti pula perang terhadap kemiskinan,
ketidakproduktifan dan kelemahan akibat TB.
![Page 14: SATUAN ACARA PENGAJARAN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf98f8550346d0339ac2f5/html5/thumbnails/14.jpg)