RUTINITAS MERDEKA.COM
MEMBERITAKAN KH. MA’RUF AMIN PADA PEMILU
PRESIDEN 2019
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Sosial (M.Sos)
Dede Rosyadi
211605 100000 15
PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
KETERANGAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Pembimbing dari
Nama : Dede Rosyadi HM, M.Sos
NIM : 21160510000015
Jurusan : Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul Tesis : RUTINITAS MERDEKA.COM
MEMBERITAKAN KH. MA’RUF AMIN PADA PEMILU
PRESIDEN 2019
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah menyelesaikan
penulisan tesisnya (BAB I-VI) dan telah menjalani pemeriksaan. Oleh karena
itu, mahasiswa disetujui untuk mempertahankan tesisnya pada ujian tesis.
Jakarta, 10 Desember 2019
Dr.
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dede Rosyadi HM, M.Sos
NIM : 21160510000015
TTL : Bekasi, 7 Maret 1989
Alamat: Kp.Pengarengan, RT 02/RW 07, Kelurahan Kaliabang
Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa
Barat.
Dengan ini menyatakan bahwa tesis berjudul
RUTINITAS MERDEKA.COM MEMBERITAKAN KH.
MA’RUF AMIN DI PEMILU PRESIDEN 2019 ini adalah
benar merupakan karya saya sendiri, dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan ada
dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam tesis. Saya bersedia melakukan proses
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan berlaku jika
ternyata tesis ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat
dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
Bekasi, 10 Desember 2019
Dede Rosyadi, M.Sos
iv
v
Abstrak
Pada Pemilu Presiden 2019, Jokowi memilih KH. Ma’ruf Amin
sebagai calon wakilnya merupakan Ketua Majelis Ulama Islam (MUI)
sekaligus seorang Kyai sepuh dari Nadltul Ulama (NU). Kabar ini
sontak membuat media massa menyorot sosok Ma’ruf .Isi pemberitaan
tentang Ma’ruf Amin terlihat mempraktikkan pengaruh bertingkat
banyak wacana di media, salah satunya Merdeka.com. Tujuan tesis
untuk membuktikan bahwa teori hierarki pengaruh bisa diterapkan
dalam penelitian di atas.
Pertanyaan mayor dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
Merdeka.com secara rutin memberitakan KH. Ma’ruf Amin dalam
konstruksi teori hierarki pengaruh?. Sedangkan pertanyaan minornya,
yaitu, sejauh mana pengaruh level rutinitas wartawan Merdeka.com
dalam pemberitaan KH. Ma’ruf Amin?. Apa saja unsur-unsur dalam
rutinitas media yang memengaruhi isi pemberitaan KH. Ma’ruf Amin?.
Bagaimana Merdeka.com mewacanakan berita tersebut?.
Metode digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan
memakai Teori Hierarki Pengaruh level rutinitas media oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese dan untuk pisau analisis teks berita
menggunakan Teori Wacana Van Djik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Merdeka.com dalam
memberitakan Ma’ruf Amin terlebih dahulu mengadakan rapat redaksi
terkait tema, isi pesan diangkat. Dan wartawan harus menjalankan
agenda liputan yang sudah ditentukan.
Kata Kunci: Pemberitaan KH. Ma’ruf Amin, Merdeka.com, Pemilu
Presiden 2019
vi
Abstrack
In the 2019 Presidential Election, Jokowi chose KH. Ma'ruf
Amin as his deputy candidate is the Chair of the Islamic Ulema Council
(MUI) as well as an elderly Kyai from Nadltul Ulama (NU). This news
instantly made the mass media highlight the figure of Ma'ruf. The
contents of the news about Ma'ruf Amin were seen practicing a multi-
tiered influence of discourse in the media, one of which was
Merdeka.com.
The major question in this research is how Merdeka.com
regularly reports KH. Ma'ruf Amin in the construction of an influence
hierarchy ?. While the minor question is, to what extent does the level
of routine of the Merdeka.com reporter affect the coverage of KH.
Ma'ruf Amin ?.
What are the elements in the media routines that affect the contents of
the news coverage KH. Ma'ruf Amin ?. How does Merdeka.com
discuss the news ?.
The theory used in this research is the Hierarchy Theory of
Influence of the level of media routines by Pamela J. Shoemaker and
Stephen D. Reese and for the knife of news text analysis using Van
Djik's Discourse Theory.
The results of this study indicate that Merdeka.com in
preaching Ma'ruf Amin first held an editorial meeting related to the
theme, the content of the message was raised. And journalists must
carry out the predetermined coverage agenda.
Keywords: News, KH. Ma'ruf Amin, Merdeka.com, Presidential
Election 2019.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat
Rahmat-Nya yang tak pernah putus, sehingga peneliti masih
diberi kesehatan dan kelancaran dalam menyusun Tesis ini.
Shalawat serta salam semoga Allah AWT tetap tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya setia hingga akhir zaman.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Master Sosial (M.Sos) di Prodi Magister Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan tesis hingga
terselesaikannya, peneliti mendapat bantuan moril maupun
materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A.
sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M. Ed, Ph.D sebagai Dekan di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Rulli Nasrullah,M.Si. Telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing tesis ini hingga dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Dr. Tantan Hermasnyah, M.Si, selaku ketua prodi Magister
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Prof. Dr. Murodi, M.Ag, sebagai Penasehat Akademik.
6. Dr. Sihabudin Nooer, MA sebagai Wakil Dekan II Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.
7. Dr. Arief Subhan, MA sebagai penguji tesis.
viii
8. Kiky Rizki, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Magister KPI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ahmad Fatoni, M.Sos, sebagai Staff Tata Usaha Fakultas
Dakwah dan Komunikasi yang mengurusi surat menyurat.
10. Para dosen Magister KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Dr. Syamsul Yakin, MA, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, Dr.
Fakrurozzi, MA, Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Dr. Wahyu,
Dr. Armawati Arbi, M.Si, Dr. Silmi.
11. Para Pegawai Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Jakarta.
12. Ibuku, Hj. Askanah yang selalu menyemangati,
memberikan dukungan, dan seluruh bantuan serta doanya
yang tak pernah putus sehingga penulis bisa menyelesaikan
pendidikan Strata dua (S2) secara tuntas.
13. Bapakku, H. Mursyid yang selalu memberikan motivasi,
semangat, serta seluruh bantuan biaya pendidikan dan
doanya sehingga peneliti bisa menyelesaikan tesis ini.
14. Keluarga Besar Almarhum H. Ma’ruf Bin Demar dan
Mpeng Hj. Muhinah.
15. Keluarga Besar Almarhum H. Asmawih Bin Naman dan
Mpeng Hj. Jahroh.
16. Alumni Pondok Pesantren KH. Noer Alie Attaqwa Bekasi
Angkatan 2006.
17. Teman seperjuangan dan teman seangkatan magister
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) angkatan 2016 selalu
memberikan masukan dan kritikan dalam menyelesaikan
tesis ini.
18. Pimpinan Redaksi media online Merdeka.com, Ramadhian
Fadhilah.
ix
19. Redaktur Pelaksana media online Merdeka.com, Wisnoe
Moerti.
20. Kawan-kawan Jurnalis, khususnya Merdeka.com.
21. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu yang
telah membantu dalam penelitian tesis ini.
Dalam penyusunan tesis ini peneliti menyadari bahwa
banyak terdapat kesalahan, kelemahan, dan kekurangan dari
berbagai sisi. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya
saran dan kritik sifatnya membangun demi kesempurnaan
Tesis ini, semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan kepentingan lainnya. Aamiin Ya Rabbal
Alamin.
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................. .i
Pengesahan Pengesahan Pembimbing......................................... ii
Pernyataan Bebas Plagiasi .......................................................... iii
Persetujuan Tim Penguji Tesis .................................................... iv
Abstrak ........................................................................................ .v
Abstrack.......................................................................................vi
Kata Pengantar............................................................................vii
Daftar Isi.......................................................................................x
Daftar Tabel...............................................................................xiv
Daftar Gambar...........................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah............................................................1
B. Identifikasi Masalah.................................................................6
C. Batasan dan Rumusan Masalah................................................7
D. Pernyataan Tesis.......................................................................7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..............................................8
F. Kajian Penelitian Terdahulu.....................................................8
G. Metodologi Penelitian.............................................................10
1. Paradigma Penelitian..............................................................10
xi
2. Konsep Penelitian...................................................................12
3. Prosedur Pengambilan Data...................................................14
4. Teknik Analisis Data.............................................................16
H. Sistematika Penulisan.....................................................18
I. Pedoman Tesis ...............................................................19
J. Waktu Penelitian.............................................................20
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan teori.................................................................20
1. Teori Heirarki Pengaruh Level Rutinitas Media.......22
a. Organisasi Media (Processor)..............................23
b. Sumber Berita (Suppliers)...................................24
c. Pembaca (Audiens)..............................................25
2. Teori Analisis Wacana Model Teun Van Dijk..........27
a. Analisis Teks.......................................................36
b. Dimensi Kognisi Sosial.......................................39
c. Dimensi Konteks Sosial......................................40
B. Kajian pustaka.................................................................41
1. Ulama dan Pemerintahan Dalam Konsep Islam..........41
2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia......60
xii
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil KH. Ma’ruf Amin.................................................77
B. Sejarah Media Online Dan Perkembangannya...............85
C. Profil Situs Media Online Merdeka.Com.......................93
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kerja Rutin Merdeka.com............................................102
1. Organisasi Media Merdeka.com..............................105
2. Sumber Berita Merdeka.com...................................113
3. Audiens ...................................................................114
B. Pewacanaan Berita KH. Ma’ruf Amin.........................115
1. Teks berita KH. Ma’ruf Amin.................................117
2. Kongnisi sosial Berita KH. Ma’ruf Amin...............149
3. Strategi Dalam Memahami Peristiwa......................151
4. Kognisi Wartawan Memahami Peristiwa................154
5. Konteks Sosial Berita KH. Ma’ruf Amin................157
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis pengaruh rutinitas Merdeka.com Memberitakan
KH. Ma’ruf Amin.......................................................163
B. Analisis Pewacanaan Berita KH. Ma’ruf Amin .........169
xiii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................180
B. Rekomendasi.................................................................183
C. Daftar Pustaka...............................................................185
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
Daftar Tabel
Tabel 1.1 skema teori heirarki pengaruh
Tabel 2.1. Karir Ma’ruf Amin
Tabel 3.1 Analisis wacana Van Dijk
Tabel 4.1 Analisis teks isi berita
Daftar Gambar
Gambar 1. Pilpres 2019 perang ideologi kelompok moderat
dan radikal”.
Gambar 2. “Ma’ruf Amin: Radikalisme jangan sampai tumbuh
dan berkembang di Indonesia”.
Gambar 3. Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya untuk
mengembangkan aliran keras”.
Gambar 4. “Ma’ruf Amin: Islam dan kebangsaan tak bisa
dipertentangkan”.
Gambar 5. “Ma’ruf Amin akan lebih banyak bicara isu terorisme
di debat capres”.
Gambar 6. “Ma’ruf Amin akan lebih banyak bicara isu
terorisme di debat capres”.
Gambar 7. Logo merdeka.com
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alasan meneliti pemberitaan Merdeka.com tentang KH.
Ma’ruf Amin pada Pemilu Presiden 2019, dikarenakan ada tiga
opini menarik dibalik pencalonan KH. Ma’ruf Amin menjadi calon
wakil presiden mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Berikut tiga
opini menarik tersebut: pertama, KH. Ma’ruf Amin mampu meredam
politik identitas kebangsaan, kedua, dia dinilai bisa masuk ke dua
golongan yaitu, konservatif dan moderat, dan ketiga, Ma’ruf dinilai
memiliki pengalaman dan pengaruh di bidang keumatan dan
politik.1
Pada Pemilu Presiden 2019, Jokowi memilih Ma’ruf
Amin sebagai calon wakil presiden untuk mendampinginya pada
periode 2019-2024. Ma’ruf merupakan Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia (MUI) sekaligus seorang Rais Aam2 Nahdlatul
Ulama (NU)3 yang cukup disegani. Kabar ini sontak membuat
masyarakat bertanya-tanya dan penasaran pada sepak terjang
sosok Kyai tersebut lantaran disorot media.
1 Ben Otto dalam With Fatwas and Blasphemy Claims, Cleric
Emerges as a Force in Indonesia dilansir The Wall Street Journal.
https://www.wsj.com/articles/conservative-muslim-cleric-emerges-as-a-force-
in-indonesias-elections-11548244803. Diakses, Rabu 20 November 2019. 2 Rais 'Aam diambil dari bahasa Arab, yeng memiliki arti Ketua
Umum, beranggotakan para Kiai besar Nadlatul Ulama (NU).
Sumber:https://news.detik.com/berita/2976046/tentang-rais-aam-orang-nomor-
wahid-dalam-kepengurusan-nu 3 Nahdlatul 'Ulama disingkat NU, adalah salah satu organisasi Islam
terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak
di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sumber:
https://www.nu.or.id/static/6/sejarah. Diakses Rabu 20 November 2019.
2
Ma’ruf mendapat sorotan media ketika dia turut
mendukung demonstrasi pada 2016, terkait penistaan agama
menyeret Basuki Tjahaja Purnama (Ahok/BTP) mantan Gubernur
DKI Jakarta. Dia melegitimasi gerakan tersebut karena
menyetujui fatwa terhadap Ahok, sehingga menyulut aksi dengan
ratusan ribu orang turun ke jalan dan berkumpul di Monumen
Nasional (Monas), Jakarta. Kasus ini melambungkan nama Ma’ruf,
setelah sebelumnya hanya bekerja di balik layar.4
Ketika itu, Jokowi berupaya meredakan masalah ini
dengan mengundang Ma’ruf ke Istana Presiden dan
menjadikannya penasihat. Koalisi Indonesia Kerja5 melihat
permasalahan politik identitas keberagamaan akan menimpa
mereka, jika Jokowi salah mengambil pendamping. Oleh sebab
itu, Koalisi Indonesia Kerja menyarankan agar Jokowi memilih
tokoh dari NU sebagai lawan politik identitas yang dimainkan
oleh lawan politiknya.
Pilihan itu jatuh kepada Ma’ruf, karena Ia memiliki
pengaruh penting di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nahdlatul
4 https://www.wsj.com/articles/conservative-muslim-cleric-emerges-
as-a-force-in-indonesias-elections-11548244803. Diakses, Rabu 20 November
2019.
5 Koalisi Indonesia Kerja adalah koalisi mendukung pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin pada
Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2019.
Koalisi ini terdiri 10 partai, yakni: Partai PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem,
PKB,PPP,Hanura,PSI,Perindo,PKPI,PBB.Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki
/Koalisi_Indonesia_Maju. Diakses Rabu 20 November 2019.
3
Ulama (NU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta jaringan
para ulama se-Indonesia.6
Jokowi memilih Ma’ruf sebagai langkah politik cerdas
untuk melindungi dirinya dari serangan politik identitas. Tanpa
Ma’ruf Amin, Jokowi akan terkena isu komunis dan anti Muslim,
seperti terjadi pada Pemilu 2014 lalu. Menurut Sian Troath,
dalam beberapa tahun mendatang, khususnya tahun 2024 politik
identitas akan terus bergejolak karena polarisasi semakin
menguat setelah Pilpres. Harapan untuk mendamaikan suasana ini
datang dari sosok Ma’ruf.7
Ma’ruf adalah ulama paling kuat di Indonesia. Sejak
2015, Ma’ruf menduduki dua posisi unggulan. Pertama, Rais
Aam Syuriah PBNU. PBNU adalah organisasi Muslim terbesar di
negara Indonesia. Kedua, Ketua MUI, badan didukung negara
untuk mengeluarkan keputusan tentang isu-isu Islam.8
Kedua organisasi tersebut dianggap memiliki pandangan
berbeda, khususnya pada kasus terjadi pada belakangan ini yakni
politik identitas, rasisme dan radikalisme.9 Satu sisi Ma’ruf
memiliki pemahaman Islam moderat identik dengan NU. Tapi di
6 Ben Otto dalam With Fatwas and Blasphemy Claims, Cleric
Emerges as a Force in Indonesia dilansir The Wall Street Journal. 7 Sian Troath, dalam INDONESIA: An Election of Identity Politics
and Peace Offerings.https://international.thenewslens.com/article/112192.
Diakses, Rabu 20 November 2019. 8 Sumber:https://www.pinterpolitik.com/sekuat-apa-maruf-jadi-
wapres/. Diakses rabu 20 November 2019. 9 https://www.newmandala.org/maruf-amin-jokowis-islamic-
defender-deadweight/. Diakses Rabu 20 November 2019.
4
sisi lain, Ia merupakan orang konservatif, melabeli sesuatu halal
dan haram sebatas hitam dan putih. Namun, dengan posisi
tersebut adalah letak kekuatan dari Ma’ruf. Dia bisa masuk ke
dua golongan ini, yaitu konservatif dan moderat. Dengan
demikian, dia bisa melakukan berbagai upaya rekonsiliasi dengan
golongan Islam yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2019.
Bisa saja yang terjadi malah Ma’ruf yang merangkul
golongan Islam di oposisi pemerintahannya. Jika hal ini terjadi
Ma’ruf menjadi orang paling kuat dalam organisasi keagamaan di
Indonesia karena tidak hanya bisa menyatukan NU dan PKB, tapi
menyatukan umat dan musuh politiknya pada Pemilu Pilpres
2019. Ma’ruf bukan sosok memiliki satu dimensi pemikiran.
Ma’ruf memiliki kemampuan adaptasi baik dalam berbagai
lingkungan berbeda. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut,
terlihat bahwa sebenarnya memiliki kekuatan cukup besar
terutama jika dihadapkan dengan massa kelompok Islam. Di satu
sisi, dia bisa menggenggam kekuatan Islam tradisional, melalui
posisinya sebagai kader NU.10
Di sisi yang lain, sebagai pemberi fatwa aksi 212, Ma’ruf juga bisa
saja menarik dukungan kelompok konservatif identik dengan gerakan
tersebut. Dalam kadar tertentu, dirinya menjadi wajah Islam
konservatif pertama duduk di kursi pemerintahan setingkat Wakil
Presiden. Anggapan bahwa Ma’ruf hanyalah alat politik, dan
tidak punya kekuatan, bisa saja salah. Dengan berbagai kekuatan
10 Ma’ruf Amin: Jokowi’s Islamic defender or deadweight?. Sumber:
https://www.newmandala.org/maruf-amin-jokowis-islamic-defender-
deadweight/. Diakses Rabu 20 November 2019.
5
di lingkarannya, dia bisa saja muncul menjadi salah satu wakil
presiden yang terkuat pada 2019-2024.
Saat resmi diumumkan mencalonkan calon wakil presiden
pada Pilpres 2019, KH. Ma’ruf Amin menjadi tokoh “diburu”
oleh banyak media lokal maupun nasional, statmentnya serta
ucapanya sering dimuat oleh media. Salah satu media rutin
memberitakan adalah media online Merdeka.com.
Ada dua faktor mempengaruhi media untuk memberitakan
suatu peristiwa, yakni faktor internal (karakteristik individu
pekerja media, dan rutinitas yang berlangsung dalam organisasi
media) dan faktor eksternal (variabel ekstramedia dan ideologi
mempengaruhi isi media. Media massa melakukan proses seleksi
dan interpretasi disampaikan kepada publik. Jika kebijakan media
menganggap penting, maka akan ada penekanan, penonjolan,
argumentasi lebih dalam pemberitaan suatu peristiwa.11 Menurut
Walther & Burgoon, kemampuan manusia untuk berkreatifitas
mendorong penggunaan komunikasi online mampu menyamai
bahkan melebihi kualitas komunikasi tatap muka.12
Hal ini sejalan dengan teori hierarki pengaruh
dikemukakan oleh Pamela J.Shoemaker dan Stephen D. Reese,
11 Rulli Nasrullah, Media Siber (Cybermedia), Kakilangit Kencana,
Jakarta 2014., hal.45 12 Andrew M. Ledbetter, Jocelyn M. Degroot, dkk. Attitudes Toward
Online Social Connection and Self Disclosureas Predictors of Facebook
Communication and Relational Closeness. Communication Research,38(I),
(Sagepub, 2011) h.29
6
yakni menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu
pemberitaan media.
Namun, guna untuk fokus pada penelitian dengan latar
belakang masalah di atas, peneliti hanya mengambil teori level
rutinitas media, yang dimana ritme kerja wartawan pada saat
meliput dan memuat berita KH, Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019,
selain itu ditambahkan dengan teori wacana Model Van Dijk
untuk analisis teks berita terkait.
Bersasarkan ulasan tulisan diatas maka penulis tertarik
untuk meneliti, “Rutinitas Merdeka.com Memberitakan KH.
Ma’ruf Amin Pada Pemilu Presiden 2019”.
B. Identifikasi masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa
masalah yang peneliti temukan, yaitu:
KH. Ma’ruf Amin dinilai bisa meredam politik identitas yang
terjadi di Pemilu Presiden 2019
KH. Ma’ruf Amin memiliki pemahaman Islam moderat dan
konservatif sekaligus memiliki dimensi pemikiran,
kemampuan adaptasi baik dalam berbagai lingkungan
berbeda
Sosok ulama politik berpengalaman, memiliki pengaruh
sekaligus Rais Aam Nadlatul Ulama (NU) salah satu
organisasi Islam terbesar di Indonesia
7
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan terarah, maka dibuat
batasan masalah, dengan menentukan fokus mengenai pengaruh
rutinitas media Merdeka.com pada pemberitaan KH. Ma’ruf
Amin di Pilpres 2019. Ini dilakukan agar inti permasalahan serta
pembahasannya menjadi lebih terarah.
Masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan pokok
permasalahan, tidak dibahas secara lebih mendalam. Berdasarkan
latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh rutinitas media Merdeka.com
memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada Pemilu Presiden
2019?
1) Bagaimana redaksi Merdeka.com mewacanakan berita
KH. Ma’ruf Amin saat kampanye Pemilu Presiden 2019?
D. Pernyataan Tesis
Pemberitaan KH. Ma’ruf Amin pada saat Pemilu Presiden
2019 menjadi menarik dan mendapatkan perhatian khusus oleh
media online Merdeka.com, yang kemudian Merdeka.com
berusaha membangun pengaruh seperti terlihat pada judul dan isi
pemberitaan. Jika dikaitkan dalam teori heirarki pengaruh pada
level rutinitas media, maka terlihat bahwa pengaruh rutinitas
media merupakan salah satu bagian utama dalam memengaruhi
isi pemberitaan. Ditambah dengan analisis teks berita memakai
pisau analisis teori wacana kritis model Van Dijk, sehingga
8
maksud atau pesan-pesan komunikasi tekstual pemberitaan KH,
Ma’aruf di Merdeka.com bisa ditelaah.
E. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan telah dirumuskan, maka
tujuan penelitian ini adalah?
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media
Merdeka.com rutin memberitakan KH. Ma’ruf Amin di
Pilpres 2019.
Untuk mengetahui pewacanaan berita Merdeka.com
memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019.
F. Kegunaan Penelitian
Bagi kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sumber informasi ilmiah guna melakukan
pengkajian lebih lanjut dan mendalam tentang pengaruh rutinitas
media Merdeka.com serta wacana pemberitaan KH. Ma’ruf
Amin. Bagi kalangan praktisi dengan hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna untuk referensi, informasi dan
perbandingan serta menjadi menambah wawasan tetang pengaruh
kerja rutin media sekaligus pewacanaan pemberitaan KH. Ma’ruf
Amin.
G. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penyusunan, tinjauan pustaka yang
ditinjau merujuk pada displin ilmu Komunikasi Media, baik yang
ada di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maupun yang ada
9
di tempat lain, misalnya di Universitas Indonesia, di antaranya sebagai
berikut:
a) Tesis yang ditulis oleh Adi Wibowo Octavianto dengan judul,
“Rutinitas Media Dan Pembentukan News Judgement Seorang
Jurnalis”, yang di tulis pada Juni 2009. Adi merupakan
mahasiswa Program Pascasarjana Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia.
Dia membahas rutinitas media terutama yang berkaitan
dengan pandangan tentang nilai berita, prosedur kerja, nilai
ekslusif berita, hubungan dengan jurnalis dari media lain,
hubungan dengan nara sumber.
b) Tesis yang ditulis oleh Nurul Zakiyah dengan judul,
“Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam Dalam Konstruksi
Heirarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu”. Nurul Merupakan
Mahasiswa Program Magister Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dia membahas pemberitaan Kasus penistaan agama oleh
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok). Pristiwa tersebut menjadi sorotan berbagai media
massa. Isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di Berita Satu
terlihat mempraktikkan pengaruh bertingkat, yaitu bagaimana
pemberitaan gerakan Aksi Bela Islam dalam konstruksi
hierarki pengaruh, pengaruh level individu pekerja media,
level rutinitas media yang memengaruhi isi pemberitaan.
10
c) Buku Berjudul “Komunikasi dan Konflik di Indonesia” dalam
salah satu isi pembahasannya menulis tentang jurnalisme
damai dan rutinitas media, karya Farid Rusdi, terbitan
PT.Showchase Indonesia dotcom, tahun 2012.
Dalam buku ini membahas tentang kaitan bagaimana
jurnalisme damai dan rutinitas media. Rutinitas media tersebut
kemudia akan dicari kaitannya denga news judgement jurnalis
dalam proses produksi berita. Penelitian ini menggunakan
pandangan teoritis Shoemaker, yang melihat bahwa media
membentuk rutinitas-rutinitas untuk mengatasi dan beradaptasi
dengan keterbatasan-keterbatasn fisik dalam merespons banjir
peristiwa dalam realitas sebenarnya. Rutinitas ini kemudian
membatasi kemampuan jurnalis untuk melihat dunia secara
utuh.13
H. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Secara umum, pendekatan penelitian atau sering juga disebut
paradigma penelitian yang cukup dominan yaitu paradigma
13https://www.researchgate.net/publication/303406175_Jurnalisme_D
amai_dan_Rutinitas_Media. Diakses Rabu 20 November 2019.
11
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan campuran (gabungan
kualitatif dan kuantitatif).14
Penelitian berjudul “Rutinitas Merdeka.com Memberitakan
KH. Ma’ruf Amin Pada Pilpres 2019,” dengan fokus penelitian
yaitu pemberitaan “berita saat kampanye cawapres KH. Ma’ruf
Amin pada Pilpres 2019” ini adalah penelitian kualitatif, yang
menggunakan paradigma konstruktivis.
Konstruktivisme, mengadopsi ontologi kaum relativis,
epistimologi transaksional dan metodologi hermeneutis atau
dialektis. Tujuan-tujuan penelitian dari paradigma ini diarahkan
untuk menghasilkan berbagai pemahaman yang bersifat
rekonstruksi.15
Menurut paradigma ini, pengetahuan terdiri atas berbagai
konstruksi yang memiliki konsensus relatif di antara pihak-pihak
yang berkompeten. Sedangkan peran nilai-nilai dalam paradigma
konstruktivis menempati posisi penting, sebab nilai dipandang
sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam menciptakan
hasil-hasil penelitian.16
14 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi,
dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana, 2011), 33. 15 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook Of
Qualitative Research. Penerjemah Dariyatno, dkk (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 124.
16 Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 141.
12
2. Konsep Penelitian
a) Metode Konsep Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan,
kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin
ilmu. Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari
berbagai aspek yang mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian.17 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif.
Penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif analitik. Data
yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
pemotretan, data dokumentasi, catatan lapangan, disusun peneliti
di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-
angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan
memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan,
menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi
dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan
mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian
naratif.18
Menurut Creswell, metode kualitatif dibagi menjadi lima
macam yaitu phenomenological research, grounded theory,
ethnography, case study, and narrative research.19 Adapun dalam
17Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal
dan Penulisan Tesis (Jakarta: Program Magister KPI Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2015), 14.
18 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan
Penulisan Tesis, 14-15. 19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
(Bandung: CV. Alfabeta, 2016), 14.
13
penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
studi kasus (case study). Studi kasus adalah merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti melakukan eksplorasi
secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas
seseorang, satu atau lebih.20 Studi kasus membantu peneliti untuk
melakukan eksplorasi mendalam terkait berita tentang KH.
Ma’ruf Amin saat kampanye menjadi cawapres pada pemilu
2019.
b) Konsep Penelitian
Konsep penelitian atau konsep metodologis yaitu memuat
unsur-unsur konsep penting yang berkaitan tentang “Rutinitas
Merdeka.com memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019”.
Unsur mikro dan unsur makro dalam teori hierarki pengaruh yakni
level rutinitas media akan menjadi uraian lapangan bagi teori
digunakan dalam penelitian ini. Sehingga dari teori yang digunakan
dalam penelitian ini akan dielaborasikan dengan pisau analisis
wacana kritis teori model Van Djik untuk menganalisis isi teks
berita tersebut.
Pendekatan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif, bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif
menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, 15.
14
bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.21
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.22 Jenis metode kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Menurut John W.
Creswell, studi kasus merupakan strategi penyelidikan, peneliti
mengekplorasi secara mendalam terhadap sebagian atau
keseluruhan dari program, acara, aktivitas, maupun proses. Peneliti
mengumpulkan informasi secara rinci dengan menggunakan
berbagai proses pengumpulan data selama periode waktu yang
berkelanjutan.23 Dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi
bagaimana pengaruh rutinitas media media Merdeka.com
memberitakan KH. Ma’ruf pada Pilpres 2019.
3. Prosedur Pengambilan Data
a) Wawancara
Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan memperkuat
data, maka peneliti melakukan wawancarabebas terpimpin (Semi
Structured Interview) yaitu wawancara dengan menggunakan
interview guide atau pedoman wawancara yang dibuat berupa
21 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan
Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke 1, h 7. 22 Lexy J. Moeleng,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet ke 10, h 3. 23 John W. Creswell, Reserach Design: Qualitative, Quantitative,
and Mixed Methods Approaches-3rded (California, SAGE Publications
Inc,2009), h. 13.
15
daftar pertanyaan.24 Wawancara yaitu cara yang digunakan kalau
seseorang untuk tujuan sesuatu tertentu mencoba mendapatkan
keterangan secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-
cakap berhadapan muka dengan orang itu.25 Peneliti mewawancarai
Redaktur Pelaksana Merdeka.com.
b) Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi dengan mengumpulkan
data yang berasal dari buku-buku, Jurnal, perpustakaan, sebagai
referensiyang berkaitan dengan objek penelitian. Mempelajari,
menelaah dan mengkaji dokumen-dokumen tertulis yang terkait
dengan Rutinitas Media Dalam Pemberitaan KH. Ma’ruf Amin di
Merdeka.com.Selain itu,ada pula penggunaan data-data yang
bersumber dari internet berupa artikel-artikel media massa, dan
laporan hasil penelitian lainnya.
c) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana
penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
gejala-gejala subyek yang diselidiki.26 Patricia Adler dan Peter
Adler menyebut dua prinsip pokok yang mencirikan tekhnik
observasi dalam tradisi kualitatif. Pertama observer kualitatif
tidak boleh mencampuri urusan subyek penelitian. Dikatakan
24 Denzin, Norman K, Lincoln, Yvonna S, Handbook of
Qualitative Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia.),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). 25 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:
PT Gramedia, 1985), 71. 26 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah, (Bandung: C.V Tarsito, 1975), 26.
16
“…Of the hallmarks of qualitative observation has traditionally
been its noninventionism”.27
Kedua, observer kualitatif harus menjaga sisi alamiah dari
subyek penelitian. Dikatakan bahwa, “qualitative observation is
fundamentally naturalistic in essence; it occurs in the natural
context of occurrence, among the actors who would naturally be
participating in theinteraction, and follows the natural system of
everyday life”.28
Ketiga, Senitizing concept, yakni kepekaan diri yang ada
dari peneliti, dengan berusaha keras untuk dapat memasuki obyek
penelitian dengan mengarahkan pengamatan kepada semua hal
yang ditemukan di lapangan, misalnya dengan berfikir, “out of
the box.29 Artinya observasi itu suatu metode pengumpulan data
dengan cara melakukan penelitian langsung ke tempat yang
dijadikan penelitian yakni di redaksi merdeka.com, yang mana
objek diteliti adalah berita-berita KH. Ma’ruf Amin pada waktu
Pilpres 2019.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti
mengolahnya dengan melakukan editing atau memeriksa
kejelasan dan kelengkapan data, kemudian data dipelajari dan
ditela’ah. Dalam penelitian ini peneliti menampilkan data
27Norman K.Denzin and Yvonna S.Lincoln, Haandbook of
Qualitative Research (London: Sage Publication, 2011), 495. 28 Norman K.Denzin and Yvonna S.Lincoln, Haandbook of Qualitative
Research (London: Sage Publication, 2011), 496. 29 Norman K.Denzin and Yvonna S.Lincoln, Haandbook of Qualitative
Research (London: Sage Publication, 2011), 499.
17
menampilkan rutinitas berita tayang khusus pada pemberitaan
KH. Ma’ruf Amin di Merdeka.com.
Setelah seluruh data yang penulis peroleh dari field research
seperti interview maupun studi dokumentasi, data tersebut lalu
dianalisa dengan analisa kualitatif, yaitu suatu cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang
dinyatakan oleh informan secara tertulis serta lisan dan juga
perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.30 Lalu
diinterpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif.
Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode
deskriptif eksploratif yakni menggambarkan atau melukiskan
secara jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan yang terjadi
dilapangan secara objektif, sehingga didapatkan fakta-fakta yang
diselidiki.31 Kemudian data tersebut diperoleh dan dianalisis
melalui model Milles da Huberman yaitu tiga alur kegiatan yang
akan dilakukan secara bersamaan yakni melalui reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi.32
Reduksi data merupakan sebuah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan
transformasi data kasar yang mucul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Data kualitatif disederhanakan ditransformasikan
dalam aneka ragam cara, seperti seleksi dan penyortiran ketat
30 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif, 63 . 31 Husaini Usman et al, Metode Penelitian Sosial, 44. 32 Milles, Mathew dan Huberman, Qualitative Data Analysis (London:
Stage Publication,1984)diterjemahkan Tjetjep Rohendi,(Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 2010), 62 .
18
ringan. Data yang diperoleh dari lapangan secara bertahap
direduksi dalam pengertian dirangkum, dipilih dan difokuskan
pada hal-hal yang terkait dengan pengaruh rutinitas media
Merdeka.com terhadap pemberitaan KH. Ma’ruf Amin.
Jenis metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case studies) karena
untuk membuat pemahaman secara lebih baik dan mendalam
tentang kasus (keunikan, kelebihan, permasalahan, dan
ketidaksesuain) tertentu Hal ini dilakukan karena ingin diketahui
secara intrinsik suatu kejadian, keteraturan, dan kekhususan kasus
pada lokasi. Dengan kata lain studi kasus ini dilakukan bukan
didasarkan atau dipengaruhi (diintervensi) pada faktor ekstemal
lainnya.33
Peneliti melakukan analisis data dengan analisis
deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap informasi atau fakta
yang ditemukan melalui hasil pengumpulan data, kemudian di
deskripsikan secara konkret terkait pengaruh rutinitas berita-
berita KH. Ma’ruf Amin yang tayang di Merdeka.com.
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memahami pembahasan pada penelitian tesis ini,
maka klasifikasi permasalahan dibagi dalam lima bab, pada
masing-masing BAB terdiri dari sub bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
33 Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 79.
19
BAB I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah,
pembatasan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, BAB ini berisi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan teori heirarki pengaruh yang berfokus pada
level rutintias media, organisasi media, sumber berita, audiens
(pembaca) dan Kajian Kepustakaan.
BAB III Membahas Gambaran Umum Profil KH. Ma’ruf Amin,
Sejarah Media Online dan Merdeka.com
BAB IV Deskripsi Hasil Temuan Penelitian, membahas temuan
pengaruh rutinitas media Merdeka.com dalam memberitakan KH.
Ma’aruf Amin, serta analisis wacana teks berita tersebut.
BAB V Anailisis temuan rutinitas pemberitaan media
Merdeka.com serta analisis wacana teks berita KH. Ma’ruf pada
Pilpres 2019.
BAB VI Penutup, berisikan kesimpulan dan rekomendasi teoritis
dan praktis berdasarkan penelitian telah dilakukan.
I. Pedoman Penulisan tesis digunakan
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun
oleh Hamid Nasuhi dkk, diterbitkan oleh CeQDA (Center for
20
Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
J. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian berlangsung sejak sidang proposal
tesis Agustus 2019, hingga pemaparan hasil penelitian November
2019.
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab sebelumnya (bab 1) sudah diuraikan tentang
latar belakang masalah yang ada pada penelitian ini, metodologi
penelitian, teknik pengumpulan data dan lain sebagainya. Pada
bab 2 ini peneliti akan menjelaskan tentang teori yang akan
digunakan yaitu teori Hirarki Pengaruh diperkenalkan oleh
Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese dan mengkombinasi
dengan analisis wacana model Teun Tan Djik, serta materi-materi
kajian pustaka terkait dengan objek penelitian, yakni sejarah
pemilu di Indonesia, peran ulama dan pemerintahan dalam
konsep Islam.
A. Landasan Teori
Dalam Teori hirarki pengaruh, Shoemaker dan Reese
membagi kepada beberapa level pengaruh isi media. Yaitu
pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh
dari rutinitas media (media routines level), pengaruh dari
organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media
(outside media level), dan terakhir pengaruh ideologi (ideology
level34 Namun, dari beberapa level pengaruh isi media Fokus
penelitian ini hanya pada Level Rutinitas media (media routines
level).
34Pamela J Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating The Message
Theories of Influences on Mass Media Content, (New York, USA: Logman
Publishers, 1996) (New York,Longman Publisher : 1996) h. 60
21
Bagan: 1.1. Teori Hierarki Pengaruh Isi Media35
35 Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, hal. 64
22
1. Teori Pengaruh Level Rutinitas Media
Pada level ini mempelajari tentang efek pada pemberitaan
dilihat dari sisi rutinitas media. Rutinitas media adalah kebiasaan
sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Semua
produksi selalu bekerja menurut deadline (tenggat waktu).
Kesadaran terhadap deadline ini adalah alasan lain untuk
menerapkan rutinitas.36 Pada level rutinitas media terbentuk oleh
tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers),
organisasi media (processor), dan audiens (conmers).37 Ketiga
unsur ini saling berhubungan dan berkaitan dan pada akhirnya
membentuk rutinitas media yang membentuk pemberitaan pada
sebuah media.
(Bagan 2.1. Level Rutinitas Media)
36 Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media, 62. 37 Shoemaker and Reese,Mediating The Message Theories of
Influences on Mass Media Content, (New York, USA: Logman Publishers,
1996), h. 102
23
a. Organisasi Media (Processor)
Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara
melakukan sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi materi siar secara
efektif. Sebagian besar rutinitas ini telah menjadi bagian dari
bisnis berita, memberi pekerja peran dan harapan yang jelas dan
khusus.
Seperti rutinitas yang berorientasi pada penonton, kami
menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan sistem dan telah menjadi standar, dilembagakan,
dipahami oleh mereka yang menggunakannya.38 Konsekuensi
umum dari cara institusi-institusi media beroperasi dan dari dasar
keuangan (dan laba) yang sangat besar adalah bahwa mereka
memiliki banyak kekuatan.39
Pada level ini, dapat dilihat bahwa para pekerja di bidang
media seperti wartawan ataupun jurnalis, para editor, yang
bertugas dalam peliputan berita maupun proses penyiaran suatu
berita, sesuai dengan tema dan isi berita. Sehingga, baik itu
program rutin berita yang telah terjadwal setiap harinya, ataupun
program-program khusus yang hanya ditayangkan ketika terjadi
sebuah peristiwa tertentu.
Hal ini memengaruhi isi pemberitaan setiap media massa,
seperti pemberitaan KH. Ma’ruf Amin saat mencalonkan wakil
Presiden di Pilpres 2019 merupakan sebuah peristiwa penting,
38 Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 117. 39 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 70.
24
sehingga dipastikan peristiwa tersebut tentunya diliput dalam
berita khusus. Intensitas dalam memproses berita terkait
peristiwa tersebut tentunya berbeda dengan proses pemberitaan
telah terjadwal sebelumnya.
Hal itu pula berkaitan dengan tenggat waktu penayangan
(deadline), yang akan berdampak pada penekanan maupun cara
dalam menyampaikan berita. Jika diamati berita Merdeka.com
terkait KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 lebih dominan berisi
ajakan, imbauan dan seruan tentang pentingnya persatuan umat
serta menjaga kedaulatan NKRI. Alur dalam memproses berita
berkaitan dengan KH. Ma’ruf Amin pun, didasarkan pada tiga
alur seperti yang dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese.
b. Sumber Berita ( Suppliers )
Walaupun sumber berita tidak terlalu berdampak signifikan
pada konten dari sebuah media, tetapi ketergantungan sebuah
media dengan sebuah berita sedikit banyak dapat mempengaruhi
sebuah pemberitaan. Biasanya terjadi simbiosis mutualisme
antara antara sumber berita dengan media yang mencari
berita.Sebuah media mendapatkan bahan berita dengan mudah
sedangkan sebuah lembaga mendapatkan pencitraan yang baik
tentang lembaganya.
Rutinitas dari sebuah media memiliki pengaruh yang penting
pada produksi isi simbolik. Mereka membentuk lingkungan
25
dimana pekerja media melaksanakan pekerjaannya.40 Dan
pengaruh rutinitas ini berpengaruh secara alami karena bersifat
keseharian dan terkesan tidak memaksa pekerja media.
Rutinitas media tidak berkembang secara acak, dengan
sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi media yang
terbatas. Rutinitas adalah tanggapan praktis terhadap kebutuhan
organisasi media dan pekerja. Tugas organisasi media ini adalah
mengantarkan, sebuah produk yang paling dapat diterima oleh
konsumen dengan cara yang paling efisien dalam keterbatasan
waktu dan ruang. Karena kebanyakan media adalah perusahaan
pembuat keuntungan, mereka berusaha membuat produk yang
bisa dijual lebih dari biaya produksi.41
Sebuah organisasi media dapat digambarkan seperti bisnis
lain yang berusaha menemukan pasar untuk produknya. Media
harus memperoleh dan memproses produk mentah (bahan berita
yang belum jadi) kemudian disampaikan hal tersebut ke pembaca.
Pada setiap tahap, organisasi harus menyesuaikan diri dengan
keterbatasan- keterbatasan apa yang dapat dilakukan.42
b. Audiens
Media massa menghabiskan banyak uang untuk mencari
tahu tentang khalayak mereka. Seperti koran secara berkala
mencermati angka sirkulasi mereka. Penyiar dan media online
40 Shoemaker and Reese,Mediating The Message Theories of
Influences on Mass Media Content, (New York, USA: Logman Publishers,
1996), h. 137 41 Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 108 42 Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109.
26
mengandalkan perusahaan seperti Nielsen dan Arbitron untuk
memberi tahu mereka peringkat dan pangsa pemirsa program
mereka.Media sangat tertarik dengan ukuran dan karakteristik
demografi khalayak. Sebagian besar informasi ini dikumpulkan,
sehingga nantinya pengiklan dapat dengan mudah mengetahui ke
mana harus menempatkan diri mereka agar menjangkau khalayak
target mereka.
Data pemirsa membantu mengukur penerimaan publik,
namun tidak membantu secara langsung dalam membimbing
pilihan yang tak terhitung jumlahnya yang masuk ke dalam
memproduksi pesan media.43 Suatu hal yang jelas adalah bahwa
para produsen biasanya cenderung untuk mencoba dan
menciptakan berbagai produk yang secara umum sukses bagi
audiens-audiens yang besar.44 Audiens memang mengumpan
balik pesan-pesan kepada para produser, meskipun dengan cara
yang amat terbatas. Pesan-pesan tersebut terutama berupa
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap produk tersebut.45
Tetapi, lebih jauh Burton menjelaskan ada hal yang harus
diingat, seperti yang dapat dikutip sebagai berikut: Para
produser komunikasi media pertama-pertama bertanggung
jawab terhadap para pemilik dan editor, bukan kepada para
pembaca dan penonton yang pada intinya membayar bagi
komunikasi tersebut.seperti yang telah kita katakan, memang
43 Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 110. 44 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 65.
45 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 197.
27
benar bahwa audiens harus dipuaskan lewat materi media, kalau
tidak mereka tidak akan membeli produk tersebut. Namun, hal ini
merupakan persoalan terpisah dari fakta bahwa para produser
(redaktur) tidak benar-benar bertanggung jawab kepada audiens
bagi materi yang mereka buat. Selain itu, audiens pun tidak
memiliki akses kepada media.46
B. Teori Analisis Wacana Model Teun Van Dijk
Pengertian analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis
dan wacana. Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan
sesudah dikaji sebaik- baiknya, penguraian suatu pokok atas
berbagai bagian, serta penguraian karya sastra atau unsur-
unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.47
Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/uak yang memiliki arti „berkata‟ atau “berucap”.
Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana.
Kata „ana‟ yang berada di belakang adalah bentuk sufiks
(akhiran) yang bermakna „membendakan‟ (nominalisasi).
Dengan demikian, kata wacana dapat dikatakan sebagai perkataan
atau tuturan.48
Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh
46 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 198. 47 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, Cet.Ke-1 1988),h.32
48 Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan
Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.3
28
para ahli linguis (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan
dari istilah bahasa Inggris, discourse”. Kata deiscourse sendiri
berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana lari ke
mari). Kata ini diturunkan dari kata “dis” (dan/ dalam arah
yang berbeda-beda) dan kata currere (lari).49
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga
makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan
tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan
satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang
realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel,
buku, dan artikel.50 Definisi klasik wacana berasal dari asumsi-
asumsi formalis (dalam istilah Hymes 1974b, “struktural”),
mereka berpendapat bahwa wacana adalah “bahasa di atas
kalimat atau di atas klausa” (Stubbs 1983:1).51
Van Dijk (1985:4) mengamati bahwa karakteristik deskripsi
struktural wacana pada beberapa perbedaan unit, kategori
bentuk sistematik atau hubungan-hubungan yang berbeda.
Lanjutnya, menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak
cukup hanya atas dasar dimensi teks semata, karena teks
tersebut merupakan hasil praktik produksi yang harus diamati
juga.
49 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana,
(Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.3
50 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, Edisi Ke-3 2002), h.1709
51 Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h.28
29
Van Dijk menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah
bangunan teoritis yang abstrak (the abstract theoritical construct)
dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan
wacana adalah teks.52
Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba
menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya
sebuah kalimat atau pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk
mengungkap makna yang tersirat dari subjek yang
mengungkapkan pernyataan tersebut. Caranya, adalah dengan
meletakkan posisi pada si pembicara dengan mengikuti struktur
makna dari pembicara tersebut.
Jika dicoba untuk merumuskan, analisis wacana adalah studi
tentang struktur pesan dalam komunikasi. Dalam pandangan
Littlejohn, bahwa menulis dan bahkan bentuk-bentuk non verbal
dapat dianggap wacana. Menurutnya, terdapat beberapa untai
analisis wacana, bersama-sama menggunakan seperangkat
perhatian (Littlejohn: 1996).
Pertama,seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun,
prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan
dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya.
Kedua, wacana dipandang sebaga aksi yakni cara melakukan
segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli analisis wacana
berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya
aturan-aturan tata bahasa kalimat, namun juga aturan-aturan
52 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang: Bayu
Media, 2004), h. 4
30
untuk menggunakan unit-unit lebih besar dalam menyelesaikan
tujuan- tujuan pragmatik dalam situasi sosial.
Ketiga, analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip
digunakan oleh komunikator aktual dari perspektif mereka ia
tidak memerdulikan ciri atau sifat psikolog tersembunyi atau
fungsi otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari
yang kita kelola dan kita pecahkan.53
Sthepen W. Littlejohn lebih mengarahkan wacana kepada
aturan-aturan tata bahasa yang hadir dalam proses berkomunikasi.
Secara otomatis, lebih terarah kepada makna pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Maka, tetap saja dalam penelitian
lebih terarah kepada tokoh van Dijk, lebih memaksudkan bahwa
analisis wacana sebagai suatu analisis membongkar maksud-
maksud dan makna-makna tertentu.
Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks
Media” karangan Eriyanto, di dalamnya terdapat para tokoh
mengembangkan analisis wacana. Tokoh-tokoh terkenal dan
dikemukakan oleh Eriyanto tersebut, di antaranya Roger Fowler
dkk (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana
tentang ideologi, Sara Mills (1992) menitikberatkan perhatian
kepada wacana mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986)
adalah analisis diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti
bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan
posisinya dalam suatu wacana.
53 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, h. 48-49
31
Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis
wacana, model van Dijk- lah yang paling sering dipakai dalam
berbagai penelitian teks media. Meski penelitian-penelitian
wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai
rasialisme namun tidak menutupkemungkinan terhadap objek
penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti Jika penelitian
dalam tesis ini memakai tokoh Teun A. van Dijk, maka harus
diketahui terminologi analisis wacana dari van Dijk itu sendiri,
yang dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis.”
Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general
label for a study of text and talk, emerging from critical
linguistics, critical semiotics and in general from socio-
politically conscious and oppositional way of investigating
language, discourse and communication. As is the case many
fields, approaches, and subdisciplines in language and
discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the
special principles, practices, aims, theories or methods of
CDA.54
Atau terminologi lainnya, yang terdapat dalam buku
“Critical Discourse Analysis” dalam pembahasan mengenai
“What is discouse?” yaitu: Discourse analysis are tic, “ked to
define the concept of discourse”. Such a definition would have
to consist of the whole discipline of discourse studies, in the
same of way as linguistic provide many deminitions of the
definition of languages. In the may view, it hardly makes to
54 Teun van Dijk, Aims of Critical Discours e Analysis, (Japan
Discourse, 1995) Vol. 1, hal.17
32
define fundamental notions such as discourse, languange,
cognition, interaction, power, or society. To understand these
notions, we need whole theories or discipline of the objects or
phenomena we are dealing with. Thus, discourse is a
multidimentional social phenomenon. It is at the same tune in
linguistic (verbal gramatical), object (meaningful sequences of
word or sentences), an action (as an assertion or a threat), a form
of social interaction (like conversation), a social practice (such
as a lecture), a mental representation (a meening, a mental
model, an opinion, knowledge), an interactional communicative
event or activity (like a parliementary debate), a cultural product
(like a telenovela), or even an economic commodity that is being
sold and bought (like a novel). In other words, a more or
less complete “definition” of the notion of discourse would
involve many dimentions of consists of many other
fundamental notions that need definition, that is, theory, such as
meaning, interaction, and cognition. 55
Studi wacana ini berasal dari analisis linguistik kritis.
Merambah kepada ilmu sosial lainnya, seperti analisis semiotik
kritis, bahasa, wacana, komunikasi, dan ilmu sosial lainnya.
Meski awalnya berasal dari bahasan wacana linguistik, tapi tidak
menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya untuk diteliti.
Van Dijk sendiri menyatakan dalam buku karangannya,
Critical Discourse Analysis (CDA) bahwa ia lebih menyukai
55 Teun van Dijk, Critical Discourse Studies: A Sociocognitive
Approach, (London: Sage, 2002), h. 66-67
33
untuk berbicara mengenai Critical Discourse Studies (CDS)
karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis
kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun,
dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma
konstruktivis, bukan paradigma kritis atau Critical Discourse
Analysis (CDA). Pengertian CDA dan wacana di atas hanya
untuk menggambarkan apa itu wacana menurut tokoh van
Dijk sendiri.
Van Dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan
strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi
pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu
elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi
kekuasaan atau hegemoni dengan wacana adalah pola-pola
akses terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-
kelompok masyarakat.
Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara
suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas,
maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-
bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam
representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial,
hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat serta
struktur sosial mikro dengan makro.56
Menurut van Dijk, analisis wacana memiliki tujuan
ganda: sebuah teoritis sistematis dan deskriptif yaitu struktur
56 Teun Van Djik,. Discourse and Society: Vol 4 (2). (London:
Newbury Park and New Delhi: Sage, 1993), h. 249
34
dan strategi di berbagai tingkatan dan wacana lisan tertulis,
dilihat baik sebagai objek tekstual dan sebagai bentuk praktek
sosial budaya, antar tindakan dan hubungan. Sifat teks ini
berbicara dengan yang relevan pada struktur kognitif, sosial,
budaya, dan sejarah konteks. Singkatnya, studi analisis teks
dalam konteks. Momentum penting dari pendekatan tersebut
terletak pada fokus khusus yang terkait pada isu sosial-
politik, dan terutama membuat eksplisit cara penyalahgunaan
kekuasaan kelompok dominan dan mengakibatkan
ketidaksetaraan, legitimasi, atau ditantang dalam dan dengan
wacana.57
Model yang dipakai van Dijk ini kerap disebut sebagai
“kognisi sosial.”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari
pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks.58 Wacana
digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi
sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan
analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk
menegaskan suatu tema tertentu.
57 Teun Van Dijk, Menganalisis Rasisme Melalui Analisis Wacana
Melalui Beberapa Metodologi Reflektif, artikel diakses pada 15 Oktober 2010
dari http://www.discourse.com 58 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, h. 73
35
Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi
teks berita yang melibatkan kognisi individu penulis.
Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu
masalah.59 Dapat digambar seperti di bawah ini:
59 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Ananlisis Teks Media, h. 224
36
1. Kerangka Analisis Van Dijk
A. Analisis Teks
Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat
digunakan, untuk melihat suatu wacana yang terdiri dari
berbagai tingkatan atau struktur dari teks. Van Dijk
membaginya kepada tiga tingkatan, yaitu, Pertama, struktur
makro adalah makna global suatu teks yang dapat diamati dari
topik atau tema yang diangkat dari sebuah teks.
Kedua, superstruktur yaitu kerangka suatu teks bagaimana
struktur dan elemen wacana disusun dalam teks secara utuh,
seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan.
Ketiga, Struktur Mikro, yakni makna lokal dari suatu teks
dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya dipakai oleh
teks. Sedangkan struktur atau elemen dikemukakan oleh Van
Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:
37
Berbagai elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling
berhubungan dan mendukung antara lainnya. Untuk memperoleh
gambaran dari elemen-elemen harus diamati tersebut, berikut
adalah penjelasan singkatnya, yaitu:
a) Tematik (Tema Atau Topik)
Elemen ini menunjuk epada gambaran umum dari teks,
disebut juga sebagai gagasan inti atau ringkasan. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan
dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep yang
dominan, sentral, dan yang paling penting dalam sebuah berita.
b) Skematik (Skema atau Alur)
Teks umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur menunjukkan bagian-bagian
dalam teks yang disusun dan diurutkan hingga membentuk
kesatuan arti.
c) Semantik (Latar, Detail, Maksud, Pranggapan,
Nominalisasi)
Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai
makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari
hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang
membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana
memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang
eksplisit maupun implisit.60
60 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 78
38
Latar teks merupakan elemen yang berguna untuk
membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh
wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar
hendak ke mana makna teks itu dibawa.
Elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi dari
yang ingin ditampilkan oleh wartawan. Detil ini adalah strategi
dari wartawan untuk menampilkan bagian mana yang harus
diungkapkan secara detil lengkap dan panjang, dan bagian mana
yang diuraikan dengan detil sedikit.
Detil hampir mirip dengan elemen maksud, kalau detil
itu mengekspresikan secara implisit sedangkan maksud yaitu
secara eksplisit atau jelas atas maksud pengungkapan informasi
dari wartawan. Kalau praanggapan (presuppotion) merupakan
pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna dari suatu
teks. Dengan cara menampilkan narasumber yang dapat
memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
d) Sintaksis (Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti)
Ramlan (Pateda 1994:85) mengatakan, “Sintaksis ialah
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase…”61 Dalam sintaksis
terdapat koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Di mana,
keriga hal tersebut untuk memanipulasi politik dalam
menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif,
dengan cara penggunaan sintaksis (kalimat).
61 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.80
39
e) Stilistik (Leksikon)
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata
yang tersedia. Seperti kata “meninggal” yang memiliki kata
lain seperti wafat, mati, dan lain-lain.
f) Retoris (Grafis, Metafora, Ekspresi)
Retoris mempunyai daya persuasif, dan berhubungan
dengan bagaimana pesan ini ingin disampaikan kepada
khalayak. Grafis, penggunaan kata-kata yang metafora, serta
ekspresi dalam teks tertulis adalah untuk menyakinkan kepada
pembaca atas peristiwa yang dikonstruksi oleh wartawan.
B. Dimensi Kognisi Sosial
Dalam kerangka analisis van Dijk, pentinya kognisi
sosial yaitu kesadaran mental wartawan yang membentuk teks
tersebut. Karena, setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat
kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu
atas suatu peristiwa. Di sini, wartawan tidak dianggap sebagai
individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nilai,
pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari
kehidupannya.
Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model. Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup
cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa.
Ada beberapa skema/model yang dapat digunakan dalam
40
analisis kognisi sosial penulis, digambarkan sebagai berikut:62
C. Dimensi Konteks Sosial
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk ini adalah konteks
sosial, yaitu bagaimana wacana komunikasi diproduksi dalam
masyarakat. Titik pentingnya adalah untuk menunjukkan
bagaimana makna dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi
lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut van Dijk, ada dua
poin yang penting, yakni praktik kekuasaan (power) dan akses
(access).
Praktik kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan oleh
suatu kelompok atau anggota untuk mengontrol kelompok atau
62 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, h. 262
41
anggota lainnya. Hal ini disebut dengan dominasi, karena praktik
seperti ini dapat memengaruhi di mana letak atau konteks sosial
dari pemberitaan tersebut.
Kedua, akses dalam mempengaruhi wacana. Akses ini
maksudnya adalah bagaimana kaum mayoritas memiliki akses
lebih besar dibandingkan kaum minoritas. Makanya, kaum
mayoritas lebih punya akses kepada media dalam memengaruhi
wacana.
B. Kajian Pustaka
1. Ulama Dan Pemerintahan Dalam Konsep Islam
Kata ulama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal
(mufrad) yakni alim yang berarti orang berilmu atau orang
berpegetahuan.63 Kata ini berasal dari akar kata alima ya lamu
ilman. Kata alim bermakna suatu pengaruh/bekas atau
kemuliaan yang membedakannya dengan yang lainnya, adapun
kata ulama dipahami sebagai orang yang memadukan
pengetahuannya dengan pengalamannya.64
Kata alim adalah kata benda dari kata kerja alima yang
artinya “mengerti atau mengetahui”. Di Indonesia, kata Ulama
yang menjadi kata jama‟ alim, umumnya dapat diartikan
sebagai “orang berilmu”.65 Ulama adalah orang-orang yang
63 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsir al-Qur‟an, 1973) h. 278. 64 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manzur al-Afriqi, Lisan al-„Arab
(Cet. I; Bairut: Daar Sadir, t.th.). Jilid 12 h. 416 65 Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hal. 12.
42
mampu menganalisis fenomena alam untuk kepentingan hidup
dunia dan akhirat serta takut ancaman Allah jika terjerumus
kedalam kenistaan. Orang yang maksiat hakikatnya bukan
ulama.66
Ketika menjelaskan QS. Fathir ayat 28, Rusydi al-
Badrawi menegaskan bahwa ulama adalah orang yang paling
takut kepada Allah, karena intensnya studi mereka terhadap
alam, sehingga sampai pada hakikat yang membuat akal
terkagum, lalu mereka meyakini bahwa alam ini pastilah ada
Pencipta Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui.67 Dalam
kitabnya Fi Dzilal al-Qur‟an, Sayid Quthub menjelaskan bahwa
ulama adalah mereka yang merenungkan alam yang
menakjubkan. Dari sini, mereka mengenal Allah dengan
ma‟rifah hakiki, mereka mengenal Allah melalui hasil ciptaan-
Nya, mereka menjangkau-Nya melalui dampak kekuasaan-Nya.
Mereka merasakan hakikat keagungan Allah dengan melihat
hakikat penciptaan-Nya. Dari sini, mereka khasyyah kepada
Allah dengan sebenar khasyyah, mereka bertakwa kepada Allah
dengan sebenar takwa, mereka menyembah Allah dengan
sebenar penyembahan.68
Wahbah az-Zuhaili, ketika menafsirkan QS. Fathir; 28
dalam kitabnya al-Tafsir al-Munir fi al-„Aqidah wa asy-
66 Badaruddin Hsukby, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 45-56. 67 Al-Badrawi, Rusydi. Qashash al-Anbiya‟ wa at-Tarikh (juz VII):
Khatim al-Anbiya‟ Muhammad Shallahu `Alaihi wa Sallam. tp. 2004 68 Sayyid Quthb,Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, jil. 9 (Bairut: Darusy
Syuruq, 1992), h. 363
43
Syari‟ah wa al-Manhaj menjelaskan bahwa ulama adalah orang
alim dalam ilmu alam, ilmu kehidupan, dan rahasia-rahasia
alam. Sesungguhnya orang yang alim tentang alam dan
rinciannya, alim tentang sifat Allah dan perbuatan-Nya,
merekalah yang takut pada kekuasaan-Nya. Siapa yang
mengetahui bahwa Allah Mahakuasa, dia akan yakin pada siksa-
Nya jika melaksanakan kemaksiatan. Siapa yang tidak memiliki
khasyyah, bukanlah orang ulama. Dari sini, orang ulama derajat
orang alim lebih tinggi dari „abid (ahli ibadah), karena Allah
menjelaskan bahwa kemuliaan tergantung ketakwaan, dan
ketakwaan tergantung pada ilmu pengetahuan. Menurut Quraish
Shihab, bahwa mereka yang memiliki pengetahuan tentang
fenomena alam dan sosial dinamai sebagai ulama. Hanya saja,
pengetahuan tersebut menghasilkan khasyyah.
Quraish Shihab melanjutkan bahwa QS. Fathir 28, ini
berbicara tentang fenomena alam dan sosial. Ini berarti para
ilmuwan sosial dan alam dituntut agar mewarnai ilmu mereka
dengan nilai spiritual dan dalam penerapannya selalu
mengindahkan nilai-nilai spiritual tersebut.69 Oleh karena itu,
ulama tidak hanya terbatas kepada orang yang hafal al-Qur'an,
hadits, sering khotbah dan berceramah menyampaikan pesa-
pesan keagamaan, Akan tetapi, seorang ilmuwan misalnya pakar
fisika juga bisa disebut ulama, asalkan kajiannya dalam rangka
menemukan kabesaran Tuhan. Seorang ahli biologi, ahli
astronomi, ahli geologi dan semua yang bergelut dalam
69 M. Quraish shihab. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qur‟an. Vol. 11,(Jakarta: Lentera Hati, 2012), h.467
44
lapangan ilmu pengetahuan, semuanya berhak disebut ulama
asalkan kajiannya dalam rangka menemukan kebesaran Allah
swt dan membawanya kepada rasa takut kepada-Nya.
Selain itu Istilah ulama dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai orang yang ahli dalam hal agama
atau dalam pengetahuan agama Islam.70 Definisi ulama dalam
Ensiklopedi Islam adalah orang yang tahu atau yang memiliki
pengetahuan ilmu agama dan ilmu pengetahuan kealaman yang
dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut dan tunduk
kepada Allah swt.71
Sementara itu M. Dawam Rahardjo melalui karyanya
ensiklopedi alQur‟an menagatakan bahwa bentuk kata jadian
yang bermula dari huruf „ain, lam, dan mim disebut tidak
kurang dari 744 kali. Untuk menyebutnya seccara terperinci,
kata- kata itu disebut dalam bentuk dan frekuensi sebagai
berikut: alima (35), ya’lamu (215), I‟lam (31), yu‟lamu (1), ilm
(105), alim (18), ma’lum (13), alamin (73), alam (3), a‟lam (49),
alim atau ulama (163), allam (4), allama (12), yu’allimu (16),
ulima (3), mu’allam (1), atau ta’allama (2). Dari kata jadian
tersebut kemudian menimbulkan berbagai macam arti seperti
mengetahui, pengetahuan, orang berpengetahuan, tahu, yang
terpelajar, paling mengetahui, memahami, mengetahui segala
sesuatu, lebih tahu, sangat tahu, cerdik, megaar, belajar, orang
70 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonsia, cet.
3, h. 985. 71 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta:
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), h. 120.
45
yang menerima pelajaran, mempelajari, alamat atau tanda,
segala yang dapat diketahui, dan lain- lain.72 Dalam konteks ke-
Indonesiaan, istilah ulama juga memiliki beragam penyebutan
pada tiap masing- masing daerah misalnya daerah Jawa
menggunakan sebutan Kyai, Ajengan (Sunda), Tengku (Aceh),
Syeikh (SumatraUtara/Tapanuli), Tuan Guru (Nusa Tenggara
dan Kalimantan), dan lain- lain.73
Apabila kata ulama dihubungkan dengan perkatan yang
lain, maka artinya hanya mengandung arti sebatas dalam
hubungannya itu. Semisal untuk orang yang ahli dalam ilmu
fiqih, disebut dengan ulama fiqih, orang ahli dalam ilmu hadis
disebut dengan ulama hadis, orang yang ahli dalm ilmu tafsir
disebut dengan ulama tafsir. Ada juga ulama kalam, ulama,
bahasa, dan sebutan lainnya yang sesuai dengan bidang dan
keahliannya.
Secara bahasa yang telah berlaku dimasa sekarang ini,
khususnya di Indonesia misalnya. Istilah ulama atau juga disebut
dengan alim ulama diartikan sebagai orang yang ahli dan paham
tentang agama Islam, yakni orang yang telah mendalam ilmunya
serta pengetahuannya seputar agama Islam. Menguasai berbagai
cabang keilmuan tentang agama islam seprti, ilmu tafsir, ilmu
ahdis, ilmu kalam, ilmu bahasa beserta ilmu- ilmu alatnya yaitu
nahwu, sharaf, ma‟ani, bayan, balaghah, dan lain- lainnya. Atau
72 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur‟an;Tafsir Sosial
Berdasrakan Konsep- Konsep Kunci, (Jakarta:Paraadina, 1996) , h. 531- 532. 73 Djohan Efendi, Ulama Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid
17 (Jakarta:Cipta Adi Pustaka, 1991),
46
dengan kata lain, orang yang memahami secara mendalam
tentang agama Islam dalam aqidah, mu‟amalah, syari‟ah serta
akhlak.74
Betapapun semakin sempitnya pengertian ulama dari
dahulu sampai sekarang, namun ciri khasnya tetap tidak
dilepaskan, yaitu ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu
diajarkan dalam rangka khasyah (adanya rasa takut) kepada
Allah swt. Oleh karena itu, seorang ulama harus orang yang
Islam. Seseorang yang baru belajar atau baru memiliki ilmu
keagamaan(Islam) seperti para ahli ketimuran ( orientalis ), tidak
bisa dikatakan sebagai seorang ulama.75
Dengan demikian melekatnya term keulamaan pada diri
seseorang bukan terjadi secara proses formal, tetapi melalui
proses yang panjang didalam masyarakat itu sendiri dimana
unsur- unsur keulamaan pada seseorang yang berupa integritas,
kualitas keilmuan, kredibilitas kesalehan moral dan tanggung
jawab sosialnya sebagai ulama akan dibuktikan. Karena
keulamaan seseorang tidak akan termanifestasi secara nyata jika
tidak dibarengi dengan penampakan sifat- sifat pribadi yang
pantas mereka miliki.76
Dari beberapa penjelasan mufassir dan para pakar ahli
yang telah penulis paparkan di atas, maka menurut hemat
74 Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi;Selayang Pandang
Sejarah Para Ulama, cet. 2, ( Suarabya: PT. Bina ILmu, 1983), h. 15. 75 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. 1, 1993), h, 121. 76 M. Dawam Rahardjo, intelektual Integensia dan Prilaku Politik
Bangsa;Risalah Cendikiawan Muslim, (Bandung:Mizan, 1993), h. 196.
47
penulis bahwa ulama yang dimaksudkan oleh al-Qur‟an adalah
orang yang berilmu dan mempunyai kekuatan intelektual dan
spritual tinggi, terutama ilmu- ilmu yang terkait dengan
pemahaman al-Qur‟an dan as-sunnah. Sehingga mereka dapat
mengetahui segala sesuatu yang ada di alam sekitarnya sebagai
ciptaan Allah swt. yang berguna dan tidak ada yang sia- sia.
Dan semuanya itu menjadikan mereka memiliki rasa
takut (khasyyah) dan selalu menghadirkan Penciptanya, setiap
kali menemukan pengetahuan. Dan semua itu wujudkan dalam
bentuk ketundukan dan pengabdian yang semata-mata hanya
kepada Allah. Sedangkan orang yang memiliki keilmuan dalam
bidang agama maupun kealaman dan ia tidak memiliki rasa
takut kepada Allah akan tanggungjawabnya sebagai hamba yang
berilmu yang telah diberikan oleh Allah berupa kelebihan
intelektual maka bukan termasuk dalam kategori ulama yang
dimaksud dalam al-Quran.
Ulama merupakan pengalih fungsi ke-Nabi-an. Setiap
ulama harus mampu meneruskan misi para Nabi kepada seluruh
masyarakat, dalam keadaan sangat sulit sekalipun. Umat
menegakkan Islam pada setiap sisi kehidupan serta menuntut
peran aktif dengan perjuangan, kesabaran, keihklasan, dan sikap
tawakal. Dengan demikian, umat Islam dapat mengamalkan nilai
keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung Jawab ulama
yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak positif bagi
kehidupan umat. Akan tumbuh semangat pembelaan terhadap
Islam. Fenomena keterlibatan ulama dalam politik terlihat dalam
48
proses Pilpres 2019, di mana KH.Ma’ruf Amin mencalonkan
Wakil Presiden. Ulama terlibat dalam kemenangan kandidat
nomor urut 1 yaitu Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin secara
resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.
Ada beberapa aspek yang membentuk peran kepemimpinan
ulama dalam hubungannya dengan sosial-politik terkait dengan
fungsinya sebagai bagian dari civil society; Pertama, yaitu aspek
intelektualitas. Ulama tentu mempunyai kelebihan pengetahuan
keagamaan. Kedua, aspek fungsional, yaitu berkaitan dengan
peran konkret ditengah-tengah masyarakat. Ketiga, aspek status
sosial, dimana ulama ditengah-tengah masyarakat memiliki
status sosial yang tinggi. Keempat, aspek kekerabatan, dimana
ulama mampu menjalin hubungan antar kelompok ditengah-
tengah masyarakat. Dari keempat hal inilah faktor
kepemimpinan ulama terbentuk, yang pada akhirnya ulama
menjadi sosok digugu dan ditiru.77
Menurut Hasan al-Banna sebagaimana dikutip oleh
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, pemerintahan Islam adalah
pemerintah terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang
beragama Islam, melaksanakan kewajibankewajiban agama
Islam dan tidak melakukan maksiat secara terang-terangan,
melaksanakan hukum-hukum dan ajaran-ajaran agama Islam.78
77 Ahmad fajri, Ulama dan Politik (Tanggerang: Kenanga Pustaka
Indonesia 2015) hal. 31.
78 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqih Politik Hasan al-Banna,
Terj. Odie alFaeda, Solo: Media Insani, 2003, hlm. 39
49
Sistem pemerintahan yang pernah dipraktikkan dalam
Islam sangat terkait dengan kondisi konstektual yang dialami oleh
masing-masing-umat. Dalam rentang waktu yang sangat panjang
sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, umat Islam pernah
mempraktekkan beberapa sistem pemerintahan yang meliputi
sistem pemerintahan khilafah (khilafah berdasarkan syura dan
khilafah monarki), imamah, monarki dan demokrasi.
Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi
oleh teritorial, sehingga kekhalifahan Islam meliputi berbagai
suku dan bangsa. Ikatan yang mempersatukan kekhalifahan
adalah Islam sebagai agama. Pada intinya, khilafah merupakan
kepemimpinan umum yang mengurusi agama dan kenegaraan
sebagai wakil dari Nabi Saw. Dalam bahasa Ibn Khaldun,
kekhalifahan adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariat
Islam dan memikul da'wah Islam ke seluruh dunia. Menegakkan
khilafah adalah kewajiban bagi semua kaum muslimin di seluruh
penjuru dunia. Menjalankan kewajiban yang demikian itu, sama
dengan menjalankan kewajiban yang diwajibkan Allah atas semua
kaum muslimin. Melalaikan berdirinya kekhalifahan merupakan
maksiat (kedurhakaan) yang disiksa Allah dengan siksaan yang
paling pedih.79
Berdasarkan ijma' sahabat, wajib hukumnya mendirikan
kekhalifahan. Setelah Rasulullah wafat, mereka bersepakat
79 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan
Pemikiran Politik Islam, Jakarta: Erlangga, 2008, hlm. 204-205.
50
untuk mendirikan kekhalifahan bagi Abu Bakar, kemudian
Umar, Usman, dan Ali, sesudah masing-masing dari ketiganya
wafat. Para sahabat telah bersepakat sepanjang hidup mereka
atas kewajiban mendirikan kekhalifahan, meski mereka berbeda
pendapat tentang orang yang akan dipilih sebagai khalifah, tetap
mereka tidak berbeda pendapat secara mutlak mengenai
berdirinya kekhalifahan. Oleh karena itu, kekhalifahan
(khilafah) adalah penegak agama dan sebagai pengatur soal-soal
duniawi dipandang dari segi agama. Jabatan ini merupakan
pengganti Nabi Muhammad Saw, dengan tugas yang sama,
yakni mempertahankan agama dan menjalankan kepemimpinan
dunia. Lembaga ini disebut khilafah (kekhalifahan). Orang yang
menjalankan tugas itu disebut khalifah.
Tentang penamaan khalifah masih sering muncul
pertentangan. Sebagian orang membolehkannya, berdasarkan
kekhalifahan universal yang diperuntukkan seluruh anak Adam,
yang dikandung dalam firman Allah: "Sesungguhnya Dia
menciptakan mereka sebagai khalifah-khalifah". Jumhur ulama
melarang memberi nama demikian, karena menurut mereka ayat
tersebut tidak bermaksud begitu. Lagi pula, Abu Bakar menolak
ketika beliau dipanggil dengan nama tersebut. "Saya bukan
khalifah Allah, tapi khalifah Rasulullah.80
Maka pemerintahan yang dimaksud yaitu pemerintahan
dalam perspektif Islam yang tentunya pembahasan dengan
menengok pemerintahan di masa Nabi Muhammad Saw (negara
80 Ibid., hlm. 206
51
Madinah). Sehubungan dengan itu, menurut Mohammed S. Elwa
bahwa siapa saja terlibat dalam sebuah riset tentang prinsip-
prinsip sistem politik Islam dan sejarahnya, maka harus menerima
kenyataan bahwa Rasulullah Saw adalah yang pertama kali
membentuk pemerintahan Islam sesudah hijrah dari Mekkah ke
Madinah.81
Menurut Hasan al-Banna, Islam menganggap pemerintahan
sebagai salah satu dasar sistem sosial yang dibuat untuk manusia.
Islam tidak menghendaki kekacauan atau anarkis dan tidak
membiarkan satu jamaah tanpa Imam (pemimpin). Jadi orang
yang menganggap bahwa Islam tidak memberi penjelasan tentang
politik atau politik bukan bidang pembahasannya, maka ia
mengkhianati dirinya dan juga mengkhianati Islam.82
Sebagaimana diketahui bahwa masa kenabian adalah masa
yang pertama dari sejarah Islam, dan semenjak Rasulullah
memulai dakwahnya sampai beliau wafat yang dinamakan masa
itu dengan masa kenabian atau masa wahyu, mengingat ciri-ciri
yang membedakannya dari masa-masa yang lain, adalah masa
yang ideal, yang di masa itulah puncak berwujudnya keagungan
Islam. Masa kenabian itu, terbagi kepada dua periode yang
dipisahkan oleh hijrah. Pada itu tidak ada di antara kedua fase itu
perbedaan yang tegas bahkan periode yang pertama, adalah
sebagai perintis jalan bagi yang kedua. Di dalam periode yang
81 Mohammed S. Elwa, Sistem Politik dalam Pemerintahan Islam,
Terj. Anshori Thayib, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983, hlm. 19 82 Hasan al-Banna, Majmu'ah Rasa'il al-Imam Syahid Hasan al-
Banna, alih bahasa, Su'adi Sa'ad, "Konsep Pembaruan Masyarakat Islam",
Jakarta: Media Da'wah, 1986, hlm. 374-375.
52
pertama, timbullah benih masyarakat Islam dan dalam periode
inilah ditetapkan dasar-dasar Islam yang pokok.
Dalam periode yang kedua, disempurnakan pembentukan
masyarakat Islam serta dijelaskan sesuatu yang tadinya
dikemukakan secara ringkas (global) dan disempurnakan
perundang-undangan dan tata aturan dengan melahirkan prinsip-
prinsip baru, serta menerapkan prinsip-prinsip itu ke dalam
kenyataan. Dalam periode inilah nampak masyarakat Islam dalam
bentuk kemasyarakatan sebagai satu kesatuan yang bergerak
menuju kepada satu tujuan.83
Dari segi tinjauan politik, sejarah lebih memperhatikan
periode yang kedua, karena jamaah Islamiyah pada waktu itu
telah memperoleh kedaulatannya yang sempurna dan
kemerdekaan yang penuh serta prinsip prinsipnya mulai
diterapkan ke dalam alam kenyataan. Pada periode ini dapat
dikatakan dalam tinjauan sejarah, adalah masa pembentukan dasar
dan membangun dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
nilainya. Dari segi tafkir nazhary, maka masa ini (pada zaman
nabi Muhammad) membentuk daya gerak yang menghasilkan
teladan-teladan yang sempurna yang menjadi tumpuan pikiran
para ahli, dan membentuk pula titik perjumpaan bermacam aliran.
Walaupun satu sama lainnya menempuh jalan sendiri-sendiri.84
83 Hasbi Ash-Shiddieqy, Islam & Politik Bernegara, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002, hlm. 3 84 Ibid., hlm. 3.
53
Terbentuknya Negara Madinah, akibat dari perkembangan
penganut Islam yang menjelma menjadi kelompok sosial dan
memiliki kekuatan politik riil pada pasca periode Mekkah di
bawah pimpinan Nabi. Pada periode Mekkah pengikut beliau
yang jumlahnya relatif kecil belum menjadi suatu komunitas yang
mempunyai daerah kekuasaan dan berdaulat. Mereka merupakan
golongan minoritas yang lemah dan tertindas, sehingga tidak
mampu tampil menjadi kelompok sosial penekan terhadap
kelompok sosial mayoritas kota itu yang berada di bawah
kekuasaan aristokrat Quraisy, yang masyarakatnya homogen.
Tapi setelah di Madinah, posisi Nabi dan umatnya mengalami
perubahan besar, Di kota itu, mereka mempunyai kedudukan yang
baik dan segera merupakan umat yang kuat dan dapat berdiri
sendiri. Nabi sendiri menjadi kepala dalam masyarakat yang baru
dibentuk itu dan yang akhirnya merupakan suatu negara. Suatu
negara yang daerah kekuasaannya di akhir zaman nabi meliputi
seluruh Semenanjung Arabia. Dengan kata lain di Madinah Nabi
Muhammad bukan lagi hanya mempunyai sifat Rasul, tetapi juga
mempunyai sifat Kepala Negara.85
Praktik pemerintahan yang dilakukan Muhammad SAW
sebagai Kepala Negara tampak pada pelaksanaan tugas-tugas
yang tidak terpusat pada diri beliau. Dalam piagam Madinah
beliau diakui sebagai pemimpin tertinggi, yang berarti pemegang
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Tapi walaupun pada
masa itu orang belum mengenal teori pemisahan atau pembagian
85 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,
Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 88-90.
54
kekuasaan, namun dalam prakteknya beliau mendelegasikan
tugastugas eksekutif dan yudikatif kepada para sahabat yang
dianggap cakap dan mampu.86
Timbulnya berbagai masalah yang dihadapi dan
perkembangan wilayah kekuasaan menuntut adanya peta
pembagian tugas. Untuk pemerintahan di Madinah, Nabi
menunjuk beberapa sahabat sebagai pembantu beliau, sebagai
katib (sekretaris), sebagai amil (pengelola zakat) dan sebagai
qadhi (hakim). Untuk pemerintahan di daerah, Nabi mengangkat
seorang wali, seorang qadhi dan seorang 'amil untuk setiap daerah
atau propinsi.
Pada masa Rasulullah Negara Madinah terdiri dari
sejumlah propinsi, yaitu Madinah, Tayma, al-Janad, daerah Banu
Kindah, Mekkah, Najran, Yaman, Hadramaut, Oman dan Bahrain.
Masing-masing pejabat memiliki kewenangan sendiri dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang qadhi diberi beberapa kebebasan
penuh dalam memutuskan setiap perkara, karena secara struktural
ia tidak berada di bawah wali. Ali bin Abi Thalib dan Muaz bin
Jabal adalah dua orang qadhi yang diangkat Nabi, yang bertugas
di dua propinsi berbeda. Nabi juga selalu menunjuk sahabat untuk
bertugas di Madinah bila beliau bertugas keluar, memimpin
pasukan misalnya. Demikian pula kedudukan beliau sebagai
panglima perang, beliau sering wakilkan kepada para sahabat.
Seperti dalam perang Muktah (8 H), beliau menunjuk Zaid bin
86 J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah dan Pemikiran,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 97.
55
Haritsah sebagai panglimanya. Beliau juga berpesan: Kalau Ziad
gugur, maka Ja'far bin Abi Thalib memegang pimpinan, dan kalau
Ja'far gugur, maka Abdullah bin Rawaha memegang pimpinan.87
Adapun pranata sosial di bidang ekonomi yang juga
menjadi bagian dari tugas kenegaraan, adalah usaha Nabi
Muhammad SAW mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial rakyat Madinah. Untuk tujuan ini beliau mengelola zakat,
infaq dan sadaqah yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah
yaitu harta rampasan perang dan jizyah (pajak) yang berasal dari
warga negara non-muslim. Jizyah oleh kalangan juris muslim
disebut juga "pajak perlindungan" (protection tax). Sedangkan
praktek pemerintahan Nabi Muhammad di bidang hukum adalah
kedudukan beliau sebagai hakam untuk menyelesaikan
perselisihan yang timbul di kalangan masyarakat Madinah, dan
menetapkan hukuman terhadap pelanggar perjanjian.
Ketika kaum Yahudi melakukan pelanggaran sebanyak
tiga kali terhadap isi Piagam Madinah, dua kali beliau bertindak
sebagai hakamnya., dan sekali beliau wakilkan kepada sahabat
untuk melaksanakannya. Kedudukannya sebagai hakam dan tugas
ini pernah beliau wakilkan kepada sahabat, dan penunjukan Muaz
bin Jabal dan Ali bin Abi Thalib sebagai hakim, merupakan bukti
praktek pemerintahan Nabi di bidang pranata sosial hukum.
Dari sebagian contoh praktek pemerintahan yang
dilakukan oleh Muhammad SAW tersebut, tampak bahwa beliau
87 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali
Audah, cet, ke-29, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2003, hlm. 399-440.
56
dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara dalam memerintah
Negara Madinah dapat dikatakan amat demokratis. Sekalipun
undang-undangnya berdasarkan wahyu Allah yang beliau
terima, dan Sunnah beliau termasuk Piagam Madinah. Beliau
tidak bertindak otoriter sekalipun itu sangat mungkin beliau
lakukan dan akan dipatuhi oleh umat Islam mengingat statusnya
sebagai Rasul Allah yang wajib ditaati.88
Dalam konteks itu beberapa ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda mengenai bentuk dan corak Negara
Madinah tersebut di zaman Rasulullah. Ali Abd al-Raziq
berpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak mempunyai
pemerintahan dan tidak pula membentuk kerajaan. Sebab beliau
hanya seorang Rasul sebagaimana Rasul-Rasul lain, dan bukan
sebagai seorang raja atau pembentuk negara. Pembentukan
pemerintahan tidak termasuk dalam tugas yang diwahyukan
kepada beliau. Walaupun kegiatankegiatan tersebut dapat
disebut kegiatan pemerintahan, namun bentuk pemerintahannya
sangat sederhana, dan kekuasaannya bersifat umum, mencakup
soal dunia dan akhirat.
Karena sebagai Rasul beliau harus mempunyai
kekuasaan yang lebih luas dari kekuasaan seorang raja terhadap
rakyatnya. Kepemimpinan beliau adalah kepemimpinan seorang
Rasul yang membawa ajaran baru, dan bukan kepemimpinan
88 J. Suyuthi Pulungan, op.cit., hlm. 98-99.
57
seorang raja, dan kekuasaannya hanyalah kekuasaan seorang
Rasul, bukan kekuasaan seorang raja.89
Berbeda dari pendapat ini, Khuda Baks, penulis dari
Gerakan Aligarh India, menyatakan bahwa Nabi Muhammad
tidak hanya membawa agama baru, tetapi juga membentuk suatu
pemerintahan yang bercorak teokratis. yang puncaknya berdiri
seorang wakil Tuhan di muka bumi.
Pada umumnya, para ahli berpendapat, masyarakat yang
dibentuk oleh Nabi di Madinah itu adalah negara, dan beliau
sebagai kepala negaranya. Watt, seorang orientalis, menyatakan
masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad di Madinah
bukan hanya masyarakat agama, tetapi juga masyarakat politik
sebagai pengejawantahan dari persekutuan suku-suku bangsa
Arab. Instansi persekutuan itu adalah rakyat Madinah dan Nabi
Muhammad sebagai pemimpinnya.
Sebab beliau disamping seorang Rasul juga adalah
Kepala Negara. Hitti juga berpendapat, terbentuknya masyarakat
keagamaan di Madinah yang bukan berdasarkan ikatan darah
membawa kepada terbentuknya Negara Madinah. Di atas
puncak negara ini berdiri Tuhan, dan Nabi Muhammad adalah
wakil Tuhan di muka bumi. Beliau disamping tugas
kerasulannya juga memiliki kekuasaan dunia seperti kepala
negara biasa.
89 Karen Armstrong, Muhammad Biografi Sang Nabi, Terj. Joko
Sudaryanto, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2004, hlm. 250-280
58
Dari Madinah teokrasi Islam tersebar ke seluruh Arabia
dan kemudian meliputi sebagian terbesar dari Asia Barat sampai
Afrika Utara. Dalam Negara Madinah itu memang ada dua
kedaulatan, yaitu kedaulatan Syariat Islam sebagai undang-
undang negara itu, dan kedaulatan umat. Syariat Islam sebagai
undang-undang di satu segi ia membatasi kekuasaan umat untuk
membuat undang-undang mengenai hukum sesuatu bila
penjelasan hukumnya sudah jelas dalam nash syariat.
Tapi di segi lain ia memberi hak kebebasan kepada umat
untuk menetapkan hukum suatu hal yang belum jelas hukumnya,
memerintahkan kepada umat agar memusyawarahkan setiap
urusan mereka, yaitu urusan yang belum jelas hukumnya dalam
nash syariat. Ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai
salah satu aktivitasnya yang menonjol di bidang pranata sosial
politik dalam memimpin negara Madinah. Jadi negara Madinah
itu adalah negara yang berdasarkan Syariat Islam, tapi ia memberi
hak bermusyawarah dan berijtihad kepada umat. Dengan
demikian corak Negara Madinah adalah negara berasaskan syariat
Islam, dan bersifat demokratis.90
Berdasarkan paparan di atas, dapatlah ditegaskan bahwa
praktek pemerintahan yang dilakukan Muhammad SAW sebagai
Kepala Negara tampak pada pelaksanaan tugas-tugas yang tidak
terpusat pada diri beliau. Dalam piagam Madinah beliau diakui
sebagai pemimpin tertinggi, yang berarti pemegang kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Tapi walaupun pada masa itu
90 J. Suyuthi Pulungan, op.cit., hlm. 100-101..
59
orang belum mengenal teori pemisahan atau pembagian
kekuasaan, namun dalam prakteknya beliau mendelegasikan
tugas-tugas eksekutif dan yudikatif kepada para sahabat yang
dianggap cakap dan mampu.91 Abu Bakar menjadi khalifah cukup
singkat yaitu 2 tahun (11-13 H), tapi pengangkatannya merupakan
awal terbentuknya pemerintahan negara Madinah model Khilafah
dalam sejarah Islam. Pemerintahan model Khilafah ini tampaknya
belum berbeda jauh dengan sistem pemerintahan pada masa Nabi.
Sepeninggal Abu Bakar, jabatan khalifah diamanatkan
kepada 'Umar bin Khaththab yang bergelar Khalifatu-khalifatu
Rasulullah. namun Umar sering dipanggil Amir al-Mu'min. Umar
tidak diangkat berdasarkan musyawarah, melainkan penunjukan
Abu Bakar yang didahului konsultasi dengan sahabat lain. Abu
Bakar mengambil inisiatif ini karena khawatir akan terulang
peristiwa Bard Saqifah.
Oleh karena itu sikap Abu Bakar ini dianggap para Yuris
Sunni sebagai ijtihad Abu Bakar pribadi.92 Di zaman
pemerintahan 'Umar terjadi perluasan daerah yang begitu cepat
sehingga administrasi pemerintahan mengalami perkembangan.
Sistem pembayaran gaji dan pajak mulai diatur dan ditertibkan,
pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga
yudikatif dengan lembaga eksekutif, jawatan kepolisian
dibentuk.93
91 Ibid., hlm. 97
92 Sirajuddin, Politik Ketatanegaraan Islam Studi Pemikiran A.
Hasjmy, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 42. 93 Ibid., hlm. 43.
60
Salah satu mekanisme pemerintahan yang penting ialah
pembentukan Majelis Permusyawaratan yang anggota-
anggotanya terdiri dari suku Aus dan Kazraj yang berfungsi
sebagai lembaga legislatif. Dengan demikian 'Umar jauh
sebelum lahimya teori "Trias Politica" telah mengatur
administrasi pemerintahannya melalui pembagian atau
pemisahan kekuasaan yaitu eksekutif yang ia pimpin, sedangkan
yudikatif dilimpahkan kepada hakim dan kekuasaan legislatif
ada pada Majelis Permusyawaratan.94
2. Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Di Indonesia
1) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sistem Demokratis
Secara etimologi, demokrasi ialah kekuasaan atau kedaulatan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan berasal dari rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat.95 Sedangkan secara terminologi, demokrasi adalah suatu
keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan
rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.96 Sebagaimana telah kita
ketahui, bahwasanya organisasi pakar hukum Internasional,
94 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang
Prinsip-prinsipnya Dilihat dari segi Hukum Islam, Implementasinya pada
Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Jakarta: Prenada Media, 2003, hlm.
180. 95 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo,
Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,
(Jakarta: Gramedia, 1996), h. 50. 96 A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, cet. III, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007), h. 131.
61
International Commission of Jurists (ICJ) yang secara intens
melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan unsur-unsur
esensial di dalamnya,97 telah merumuskan beberapa syarat
pemerintahan demokratis di bawah rule of law98 yakni sebagai
berikut:
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak
individual, konstitusi harus pula menentukan tekhnis-
prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin;
2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Kebebasan menyatakan pendapat;
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
6. Pendidikan kewarganegaraan.99
Terdapat pula unsur-unsur diperlukan bagi tegaknya suatu
negara demokratis, sebagaimana dikemukakan oleh Tim
Indonesian Center for Civic Education (ICCE) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yakni partai politik di pemilih umum100
97 P.S. Atiyah, Law and Modern Society, (Oxford: Oxford University
Press, 1995), h. 106. 98 Albert Venn Dicey memperkenalkan istilah rule of law yang
secara sederhana diartikan dengan keteraturan hukum. Lihat Majda El-
Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,cet. II, (Jakarta:
Kencana, 2007),, h. 24, dan lihat lebih lanjut A.V. Dicey, An Introduction
to The Study of The Law of The Constitution, (London: Mac Millan,
1973), h. 202-203.
99 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,
h. 27. 100 A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, h. 148-157.
62
Dengan demikian dapat difahami bahwa pemilihan
umum merupakan salah satu syarat dan unsur terbentuknya
pemerintahan atau negara yang demokratis. Hal tersebut tidak
lepas pula dari peranan partai politik sebagai unsur lainnya yang
membentuk pemerintahan atau negara demokratis.
Jimly Asshiddiqie, menjelaskan bahwasanya hukum dan
peraturan perundang- undangan yang berlaku tidak boleh
ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya
untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan
prinsip- prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak
dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan segelintir
orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan akan
rasa adil bagi semua orang tanpa terkecuali. Dengan demikian
negara hukum (rechtstaat) yang dikembangkan bukanlah
absolute rechtstaat, melainkan democratische rechtstaat atau
negara hukum yang demokratis.101
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara
hukum.102 Miriam Budiardjo menjelaskan mengenai sistem
pemerintahan Negara Indonesia dengan mengacu kepada
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satunya yaitu
101 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2011), h. 132. 102 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X,(Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006), h. 64.
63
Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat) tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).103 Pendapat yang
sama juga disampaikan oleh H. Nur Ahmad Fadhil Lubis, di
dalam buku Shari’a and Politics in Modern Indonesia, yakni:
"Constitutionally, the conduct of the government is to be based on
the rule of law, since Indonesia is a rechtstaat (Negara hukum or
a state based on law), not a machtstaat (a state based on power),
(Secara konstitusional, pelaksanaan pemerintah harus
didasarkan pada aturan hukum, karena Indonesia adalah
rechtstaat (negara hukum), bukan machtstaat (negara yang
berdasarkan kekuasaan)”.104
Selanjutnya, Indonesia dapat dikatakan sebagai
democratische rechtstaat atau negara hukum yang demokratis,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Jimly Asshiddiqie,
apabila Indonesia mampu menjamin kepentingan akan rasa adil
bagi semua orang dengan tidak menjamin kepentingan segelintir
orang yang berkuasa, karena agar tidak terjadi penyelewengan
kekuasaan. Untuk mewujudkan Negara Indonesia sebagai negara
hukum yang demokratis dan adil tanpa adanya penyelewengan
kekuasaan, maka perlu adanya suatu mekanisme pelaksanaan
pemerintahan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi, mekanisme itu
103 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.106.
104 H. Nur Ahmad Fadhil Lubis, “The States Legal Policy and
The Develoment of Islamic Law in Indonesian’s New Order”, dalam
Arskal Salim dan Azyumardi Azra, ed., Shari’a and Politics in Modern
Indonesia, (Singapore: Institute of South Asian Studies (ISEAS), 2003),
h. 52.
64
antara lain melalui pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan
secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederajat diantara
partai-partai politik yang ada di Indonesia.105
Hal itu ditegaskan oleh pendapat Samuel Huntington
dalam bukunya Political Order in Changing Societies,
sebagaimana dikutip oleh R. Wiliam Liddle, ia mengugkapkan
bahwa cara untuk menciptakan pemerintahan stabil sekaligus
demokratis melalui organisasi politik. Organisasi dimaksud
Huntington adalah partai politik, yaitu suatu lembaga paling
orisinal dalam sistem politik modern.106
Selanjutnya difahami bahwa untuk mewujudkan Negara
Indonesia sebagai negara hokum demokratis dan adil tanpa
penyelewengan kekuasaan, selain harus diselenggarakannya
partisipasi politik melalui pemilu, dan melalui perwakilan rakyat
representative. Sebagaimana diwujudkan dalam mekanisme
partai politik, sebagai salah satu wadah penyelenggara pemilu
rakyat, tentunya tidak akan lepas dari peran dan dukungan
rakyat sebagai warga negara, juga harus diselenggarakan
berdasarkan prinsip-prinsip moral menjunjung tinggi hak asasi
manusia (HAM), sebagai kodrat diberikan Tuhan serta
105 A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madani, h. 152.
106 R. William Liddle, Partisipasi dan Partai Politik,
Penerjemah: Tim Penerjemah Pustaka Utama Garfiti, cet. I, (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1992) h. 13-14.
65
penghargaan dan penerapan kebebasan dan persamaan.107
Maka demikian, demokrasi di Indonesia diwujudkan
dalam suatu pemilihan umum yang digariskan dan diatur dalam
konstitusi Negara, yakni Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum tersebut
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil setiap lima tahun sekali,108 dan diselenggarakan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.109 Sebelum Presiden dan Wakil Presiden dipilih
secara langsung (oleh rakyat), umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil, yakni sebelum amandemen UUD 1945 (amandemen
ketiga), Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR.110
Adapun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden oleh MPR
kurang demokratis.111
Selanjutnya,dalam usaha untuk mewujudkan demokratisasi
107 Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan
Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2007), h. 192. 108 Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitusi,h. 74.
109 Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Lihat Ibid, h.74.
110 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 204. 111 Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD
1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung, Cet. II, (Jakarta: Setjen &
Kepaniteraan MKRI, 2006), h. 40.
66
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, maka hanya dapat
dilakukan melalui pembaharuan UUD 1945. Pembaharuan UUD
1945 dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pembaharuan
dalam kerangka sistem UUD 1945. Kedua, pembaharuan di luar
kerangka sistem UUD 1945. Pembaharuan dalam kerangka sistem
UUD 1945 dilakukan dengan pengembangan praktik
ketatanegaraan baik dalam bentuk kebiasaan ketatanegaraan
maupun melalui berbagai peraturan perundang-undangan biasa.
Sedangkan Pembaharuan di luar kerangka sistem UUD
1945 hanya mungkin dilakukan apabila ada perubahan resmi
(amandemen resmi) terhadap UUD 1945, khususnya ketentuan
mengenai pemilihan Presiden. Perubahan ini seyogianya menuju
pada pemilihan langsung (popular vote) Presiden dan Wakil
Presiden, dan sepanjang ada keterbukaan, kebebasan, tidak ada
tekanan, rakyat akan memilih Presiden (dan Wakil Presiden) yang
terbaik.112
Oleh karena telah disahkannya perubahan Keempat UUD
1945 dalam sidang tahunan MPR 2002 maka mekanisme
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung telah
ditentukan secara final ketentuan pokoknya. Dalam rumusan
Pasal 6A ayat (4) yang sempat tertunda karena belum berhasil
mendapatkan kesepakatan dalam sidang tahunan MPR 2001
dinyatakan: “Dalam hal tidak ada pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum,
112 Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD
1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung, h. 41-42.
67
dipilih oleh rakyat secara langsung, dan pasangan yang
memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan
Wakil Presiden. Dengan demikian rumusan norma Pasal 6A
selengkapnya berbunyi:
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara
dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara
di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah
provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil
Presiden.
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh
rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara
rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
lebih lanjut diatur dalam undang-undang”.113
Maka dengan demikian, secara khusus pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia pada saat ini diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,
113 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 181-182.
68
sebagaimana mandat dari UUD NRI 1945.114
Hal ini menunjukan bahwa untuk pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden telah berlaku mekanisme yang
demokratis, adil dan sesuai dengan konstitusi. Adapun pemilu
Presiden dan Wakil Presiden yang dimaksud ialah pemilihan
umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.115 Dengan kata lain, pemilu Presiden dan Wakil Presiden
adalah pemilihan umum secara langsung untuk memilih jabatan
Presiden dan Wakil Presiden.116
Pada masa Republik pertama (17 Agustus 1945-27
Desember 1949) landasannya ialah UUD 1945, soal pengisian
jabatan Presiden diatur dalam pasal 6 ayat (2), yakni: “Presiden
dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dengan suara terbanyak”. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
dapat diketahui tiga hal, yakni:
• Jabatan Presiden diisi dengan cara pemilihan.
• Sistem dipakai ialah sistem pemilihan tidak langsung. Rakyat
memilih terlebih dahulu wakil-wakilnya akan duduk di dalam
114 Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. LihatMahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h.
74.
115 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Lihat pula
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 116 M. Bambang Pranowo, ed., Multi Dimensi Ketahanan Nasional,
cet. I, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2010), h. 120.
69
suatu badan, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat.
• Kemudian badan tersebut yang melakukan pemilihan
Presiden. majelis tersebut bukan merupakan badan ad hoc
melainkan badan tetap yang selain berwenang memilih Presiden
(dan Wakil Presiden), juga mempunyai wewenang lain, yaitu
menetapkan undang-undang dasar, menetapkan garis besar
haluan negara dan mengubah undang-undang dasar.
Cara mengambil keputusan digunakan asas suara terbanyak,
dengan kata lain melalui pemungutan suara. Hal tersebut
menunjukan bahwa pembuat UUD 1945 mengantisipasi lebih
dari satu orang calon Presiden. selanjutnya yang terpilih ialah
calon yang mendapatkan suara terbanyak, maksudnya adalah
suara terbanyak mutlak. Namun teori di atas dengan praktiknya
berbeda.
Pada sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) 1945, Soekarno dipilih sebagai Presiden
secara aklamasi.117 Hal tersebut dikarenakan hanya terdapat satu
orang calon atau calon tunggal untuk masing-masing jabatan
Presiden dan Wakil Presiden. Maka dengan kata lain, PPKI di
dalam rapatnya pada saat itu tidak mengadakan pemilihan
melainkan menyetujui dengan suara bulat pengangkatan
Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden pertama Republik Indonesia tanpa melalui pemungutan
117 Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 46.
70
suara sebagaimana lazimnya yang dilaksanakan pada setiap
proses pemilihan/pengambilan keputusan dengan suara
terbanyak.118
Pada masa Republik kedua (27 Desember 1949 17 Agustus
1950) yang berdasarkan konstitusi RIS perihal pemilihan
Presiden diatur di dalam Pasal 69 ayat (2). Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka terlihat bahwa pada masa ini pemilihan
dilaksanakan dengan sistem pemilihan yang tidak dilakukan
oleh rakyat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.pemilihan dilakukan oleh sebuah badan yang terdiri
dari orang-orang yang mendapat mandate dari pemerintah
daerah-daerah bagian. Badan ini bersifat ad hoc yang berarti
tugasnya ialah khusus untuk memilih Presiden.
Setelah tugas itu selesai, maka badan itu pun bubar.
Selanjutnya sebagai catatan bahwa pada Pemilihan Presiden
yang kedua ini yakni pada tanggal 16 Desember 1949, Ir.
Soekarno juga terpilih secara aklamasi, dengan kata lain,
terulang kembali preseden calon tunggal untuk kedua kalinya.119
Pada masa Republik ketiga (17 Agustus 1950-5 Juli 1959), yang
berlandaskan UUD 1950, Ir. Soekarno tetap memangku jabatan
Presiden berdasarkan ketentuan peralihan tercantum dalam pasal
118 Muchyar Yara, Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden di Indonesia (Suatu Tinjauan Sejarah Hukum Tata Negara), cet.
I, (Jakarta: Nadhilah Ceria Indonesia, 1995), h. 163.
119 Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 46.
71
141 ayat (3) UUD 1950.120
Soal pengaturan pemilihan Presiden (baru) didelegasikan
oleh pembuat Undang-Undang Dasar kepada pembuat Undang-
Undang biasa, sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 45
ayat (3), yakni: “Presiden dan Wakil Presiden dipilih menurut
aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.” Namun hingga
berakhirnya masa republik ketiga, undang-undang yang
dimaksud tersebut tidak terbentuk. Demikian pula konstituante
hasil pemilihan umum 1955 tidak berhasil membentuk undang-
undang dasar baru yang diharapkan dapat mengatur perihal
pemilihan Presiden. badan tersebut dibubarkan oleh Presiden
Soekarno sebelum tugasnya selesai.
Pada masa Republik keempat (5 Juli 1959-19 Oktober
1999) menurut Pasal 6 ayat (2) UUD 1945, yang berlaku
kembali berdasarkan Dekrit Presiden. Presiden dipilih oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Namun Pasal tersebut belum
bisa diterapkan, dikarenakan MPR hasil pemilu belum
terbentuk. Hal tersebut merupakan berkat yang tersembunyi
(blessing in disguise); jikalau pemilu dilaksanakan pada masa
Orde Lama, maka kemungkinan besar MPR akan didominasi
oleh PKI, karena Masyumi dan PSI telah dibubarkan dan PNI
sudah retak.121 Situasi politik berubah setelah perebutan
kekuasaan (kudeta) yang dilakukan oleh PKI (30 September
120 Ibid, h. 47.
121 Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 48.
72
1963) mengalami kegagalan. Peristiwa tersebut merupakan the
beginning of the end bagi Presiden Soekarno yang tidak
mengambil tindakan tegas terhadap PKI. Untuk menyelesaikan
situasi konflik antara kekuatan Orde Lama dan Orde Baru,
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang para
anggotanya telah diganti oleh unsur-unsur Orde Baru,
mengadakan sidang umum ke-IV dari tanggal 20 Juni 5 Juli
1966.
Sidang tersebut menghasilkan Ketetapan MPRS No.
XV/MPRS/1966 tentang pemilihan atau penunjukan Wakil
Presiden dan tata cara pengangkatan pejabat Presiden. Pasal 3
Ketetapan MPRS yakni: “Dalam hal terjadi yang disebut dalam
Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945, maka MPRS segera
memilih pejabat Presiden yang bertugas sampai dengan
terbentuknya MPR hasil pemilihan umum.” Maka dengan
demikian ketetapan MPRS No.111/MPRS/1963 tentang
pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup, dicabut
dengan ketetapan MPRS No. XVIII/MPRS/1966.122 MPRS yang
pembentukannya menyalahi ketentuan Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 1945 ternyata menjadi boomerang bagi Presiden
Soekarno. Dalam sidang istimewa MPRS pada tanggal 7-12
Maret 1967, lahirlah ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967
pencabutan kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden
Soekarno. Maka dengan demikian, berakhir era Ir. Soekarno
sebagai Presiden Republik Indonesia pertama dalam sejarah
122 Ibid, h. 49.
73
ketatanegaraan Indonesia.
Dalam sidang umum MPRS yang ke-V (terakhir)
berlangsung dari tanggal 21 sampai dengan 27 maret 1968.
Dengan Ketetapan MPRS No.XLIV/MPRS/1968, kedudukan
hukum Jendral Soeharto dari Pejabat Presiden menjadi Presiden
(Seutuhnya). Hal itu mengabaikan ketentuan tercantum dalam
Pasal 3 Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1996 dan Pasal 4
Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968 mengatur bahwa masa
jabatan Pejabat Presiden ialah sampai terbentuknya MPR hasil
Pemilihan Umum.123
Setelah Majelis Permusyawaratan hasil Pemilihan Umum 3
Juli terbentuk, dalam sidang umum MPR 1973 dikeluarkan
Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 yang mengatur tata cara
pemilihan Presiden.
Pada pemilihan-pemilihan Presiden berikutnya (1978, 1983,
1988, dan 1993) juga hanya terdapat calon tunggal, yaitu Jendral
Soeharto. Selanjutnya, karena pada pemilihan Presiden Republik
Indonesia tanggal 18 Agustus 1945 dan pemilihan Presiden
Republik Indonesia Serikat pada tanggal 16 Desember 1949 juga
terdapat calon tunggal, yaitu Ir. Soekarno, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam praktik ketatanegaraan di Indonesia
telah timbul “tradisi calon tunggal” dalam hal pemilihan Presiden.
Menurut Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, pada masa
ini (masa Republik keempat) meskipun pemilihan Presiden
dilaksanakan secara tidak langsung, namun pengisian jabatan
123 Ibid, h. 50.
74
Presiden masuk dalam sistem (stelsel) pemilihan (election) bukan
pengangkatan (appointment). Karena itu, merupakan suatu
anomali.124 apabila terdapat ketetapan MPR mengenai
pengangkatan Presiden (dan Wakil Presiden). MPR tidak
mengangkat, melainkan memilih Presiden (dan Wakil
Presiden).125
Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan
Wakil Presiden lebih lanjut diatur dengan Undang-undang.
Peraturan pelaksanaan dari ketentuan mengenai pemilihan umum
eksekutif sebagaimana ditegaskan pada Pasal 6A UUD 1945
adalah UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden.126 Pada pemilihan umum tahun
2004 untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia diadakan
pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung
sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).127
Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung pada tahun 2004 diselenggarakan dengan sistem dua
putaran. Artinya kalau pada putaran pertama tidak ada calon
yang memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan
124 Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen
UUD 1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung, h. 39-40.
125 Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD
1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung, h. 39-40. 126 Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 65. 127 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 483.
75
diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang calon yang
memperoleh suara terbanyak.128
Adapun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat,
sebagaimana pada pemilihan umum tahun 2004 masih berlaku
hingga saat sekarang ini, namun untuk pelaksanaannya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya
disebut UU Pilpres. Adanya UU Pilpres berdasarkan mandat
dari UUD NRI 1945 untuk menjalankan pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden, sebagaimana terdapat dalam Pasal
6A ayat (5) UUD NRI 1945.
Dalam UU Pilpres itu terdapat beberapa hal tekhnis diatur
untuk menyelenggarakan pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden, seperti teknis pengusulan bakal Presiden dan Wakil
Presiden, penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden, dan lain sebagainya.
128 Ibid, h. 484.
77
BAB III
GAMBARAN UMUM PROFIL KH. MA’RUF AMIN DAN
MEDIA MERDEKA.COM
A. Profil KH. Ma’ruf Amin
Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma'ruf Amin lahir di Kresek,
Tangerang, Masa Pendudukan Jepang, 11 Maret 1943; umur 76
tahun adalah ulama dan politisi Indonesia. Ma'ruf saat ini
menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia. Ia merupakan Wakil
Presiden terpilih pada Pilpres 2019 yang akan mendampingi Joko
Widodo pada masa kepemimpinan 2019-2024.129
Perjalanannya di dunia politik dimulai pada Pemilu 1971.
Pada pemilihan umum itu, dia berhasil menjadi anggota DPRD
DKI Jakarta pada usia 28 tahun. Selama menjadi legislator di Ibu
Kota, Ma'ruf Amin beberapa kali menduduki posisi strategis.
Antara lain sebagai Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) dan Pimpinan Komisi A DPRD DKI Jakarta.
Lalu, dia membuat gebrakan dengan menyeberang dari
PPP ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Keputusan ini mengantarkannya
menjadi Ketua Komisi VI DPR. Dia juga sempat duduk sebagai
Anggota MPR. Pada rentang waktu cukup panjang yakni 2001-
2007, dia fokus di MUI, sebagai Ketua Komisi Fatwa dan Dewan
Syariah Nasional. Kemudian, pada 2007, Ma'ruf Amin ditunjuk
129 http://id.wikipedia.org/wiki/KH.Ma’ruf_Amin,diakses pada Kamis
12 September 2019. Pukul: 8: 52 WIB.
78
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai Anggota
Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) dari unsur ulama
hingga 2014. Muhktamar NU ke-33 di Jombang menghantarkan
pria kelahiran Banten ini menjadi pemimpin tertinggi (Rois Aam)
PBNU periode 2015-2020.130
Ma’ruf Amin. Begitulah nama lengkapnya yang dikenal
dan diketahui khalayak umum. Namun ternyata, nama panjang
Kiai Ma’ruf bukan lah Ma’aruf Amin, tapi Ma’ruf al-Kharki.
Nama tersebut adalah nama yang dipersiapkan sang ayah, KH
Muhammad Amin, ketika Ma’ruf lahir.
“Ayah memberi saya nama Ma’ruf al-Kharki,” aku Kiai
Ma’ruf dalam buku KH Ma’ruf Amin: Penggerak Umat,
Pengayom Bangsa.131
KH Muhammad Amin memberi nama anaknya ‘Ma’ruf
al-Kharki’ bukan tanpa sebab. Dengan pemberian nama tersebut,
Kiai Amin berharap bahwa suatu saat nanti anaknya bisa menjadi
ahli agama seperti Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus al-Kharki
(Ma’ruf al-Kharki). Perlu diketahui, Ma’ruf al-Kharki adalah
seorang ahli sufi dari Persia. Ia besar di Baghdad pada masa
khalifah Harun al-Rasyid. Sejak kecil, ia belajar kepada ulama-
ulama Irak. Hingga akhirnya ia berhasil menjadi ahli agama
terkemuka di Irak.
130 https://www.merdeka.com/politik/profil-maruf-amin-asam-garam-
sang-kiai-di-panggung-politik.html, diakses pada Kamis12 September 2019,
pukul 9:03 WIB. 131 https://www.nu.or.id/post/read/95373/nama-kecil-kh-maruf-amin,
diakses pada Kamis 12 September 2019, pukul 9:40 WIB.
79
Namun demikian, nama al-Kharki pada Kiai Ma’ruf yang
diberikan ayahnya itu ‘tidak bertahan.’ Nama al-Kharki juga
tidak tercatat pada dokumen-dokumen legal Kiai Ma’ruf. Pada
tahun-tahun berikutnya, nama yang dipakai adalah nama
ayahnya, Amin. Sehingga namanya menjadi Ma’ruf Amin, bukan
Ma’ruf al-Kharki lagi. Kiai Ma’ruf memang tidak menyandang
nama kecil yang diberikan ayahnya, tapi harapan yang
disematkan ayahnya kepadanya benar-benar menjadi kenyataan.
Yakni menjadi ahli agama. Bahkan, Kiai Ma’ruf menjadi pucuk
pimpinan dua ormas Islam terbesar dan paling disegani,
Nahdlatul Ulama (Rais Aam) dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Pernikahan dengan Wuri. Ma'ruf dan Wury Estu menikah
pada 31 Mei 2014 di aula Masjid Sunda Kelapa. Wury dengan
Ma'ruf Amin memiliki selisih usia 30 tahun lebih muda darinya.
Keduanya menikah usai menjalani proses taaruf yang cukup
singkat. Saat itu keduanya berstatus sama-sama sendiri, sebab
Wury sudah menjanda 2 tahun, sedangkan Ma'ruf menduda 7
bulan usai istri pertamanya, Siti Churiyah meninggal dunia.
Pernikahan ini berawal saat Wury yang merupakan
seorang perawat gigi di Puskesmas dikenalkan oleh atasannya
yakni Kiai Hidayat, sahabat dekat Ma'ruf Amin. Pernikahan itu
istimewa karena yang menjadi saksi adalah Jusuf Kalla dan Hatta
Rajasa yang baru saja bertarung dalam Pilpres 2014. JK adalah
pasangan Jokowi, sementara Hatta dipinang Prabowo.
80
Laman resmi Nahdlatul Ulama menyebut, pada Rabu, 24
Mei 2017, Ma'ruf Amin mendapatkan gelar profesor dari
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Magribi, Malang.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Menristek Dikti) Nomor
69195/A2.3/KP/2017, tentang pengangkatannya sebagai profesor
dengan status sebagai dosen tidak tetap dalam bidang Ilmu
Ekonomi Syariah di UIN Malang.132
Sidang senat terbuka itu dihadiri oleh Presiden Joko
Widodo, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menristek
Dikti Muhammad Natsir, dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siroj. Dia disebut mewarisi etos generasi santri salaf (klasik)
yang sibuk dengan mengkaji ilmu Islam yang termaktub dalam
kitab kuning. Kajian dalam kitab kuningnya tidak berhenti dalam
diskusi dan ngaji, tetapi diaktualisasikan (dan diamalkan) dalam
membangun bangsa dan negara.
"Tak heran kemudian kalau KH Ma'ruf Amin sekarang
menduduki posisi tertinggi dalam tradisi keulamaan, Rais Aam
PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat. Dalam tradisi NU,
kedudukan Rais Aam NU bukan amanah biasa, karena selain
kedalaman ilmu pengetahuan, juga mempunyai posisi istimewa
dalam spiritual," tulis situs tersebut.
132 https://www.nu.or.id/post/read/78544/kh-maruf-amin-dan-gelar-
professornya, diakses pada hari Kamis 12 September 2019, pukul 9:16 WIB.
81
1. Riwayat Pendidikan
Tabel 1. Data Riwayat Pendidikan Formal KH Ma’ruf
Amin133
NO TINGKAT
PENDIDIKAN NAMA INSTITUSI
TAHUN
LULUS
1. SR(Sekolah
Rakyat)
SR Kresek, Tangerang 1955
SD/Sederajat Madrasah Ibtidaiyah
Kresek, Tengerang
1955
2. SMP/ Sederajat Madrasah
Tsanawiyah
Pesantren Tebuireng,
Jombang
1958
3. SMA/ Sederajat Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren
Tebuireng, Jombang
1961
4. Strata I (S-1) Fakultas Ushuluddin
Universitas Ibnu
Chaldun, Bogor
1967
5. Pendidikan
Khusus
Pesanten, Banten 1963
133 https://nasional.kompas.com/read/2018/08/09/18551651/ini-profil-
maruf-amin-cawapres-jokowi, diakses pada Kamis 12 September 2019, pukul
9:32 WIB.
82
Tabel 2. Data Riwayat Karir KH Ma’ruf Amin134
NO Karir
1. Guru Sekolah-sekolah di Jakarta Utara (1964-1970)
2. Pendakwah (1964)
3. Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Nahdatul Ulama
(Unnu), Jakarta (1968)
4. Direktur dan Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan dan
Yayasan Al-Jihad (1976)
5. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (kehidupan
beragama) (2007–2010)
6. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2010–2014)
7. Anggota DPRD DKI Jakarta dari Utusan Golongan
(1971–1973)
8. Anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) (1973-1977)
9. Ketua Fraksi DPRD I dari Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan (1977-1982)
10. Pimpinan Komisi A dari Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan (PPP)
11. Anggota MPR RI dari Fraksi PKB (Partai Kebangkitan
Bangsa)
12. Ketua Komisi VI dari Fraksi PKB (Partai Kebangkitan
Bangsa)
134 https://id.wikipedia.org/wiki/Ma’ruf_Amin#Riwayat_pendidikan,
diakses Kamis 12 September 2019, Pada pukul 9:48 WIB.
83
13. Anggota Komisi II dari Fraksi PKB (Partai
Kebangkitan Bangsa) 1999
14. Anggota DPR dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
(1999-2004)
15. Anggota MPR dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
(1997-1999)
16. Anggota Panitia Anggaran dari Fraksi PKB (Partai
Kebangkitan Bangsa) (1999)
2. Pengalaman Organisasi
Tabel 3. Data Pengalaman Organisasi135
JABATAN INSTITUSI TAHUN
Ketua Ansor Jakarta 1964-1966
Ketua Front Pemuda 1964-1967
Ketua Nahlatul Ulama, Jakarta 1966-1970
Wakil Ketua NU, Jakarta 1968-1976
Anggota Koordinator Da'wah
(Kodi), Jakarta
1970-1972
Anggota Bazis (Badan amil
zakat, infaq, dan
1971-1977
135 https://nasional.kompas.com/read/2018/08/09/18551651/ini-profil-
maruf-amin-cawapres-jokowi. Diakses Kamis 12 September 2019, pukul 10:44
WIB.
84
shadaqah), Jakarta
Ketua Dewan Fraksi PPP 1973-1977
Anggota Pengurus Lembaga
Da'wah-PBNU,
Jakarta
1977-1989
Ketua Umum Yayasan Syekh Nawawi
Al Bantani
1987
Katib-Aam
Syuriah
PBNU 1989-1994
Anggota MUI Pusat 1990
Rois Syuriah PBNU 1994-1998
Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat 1996
Ketua Dewan Syariah Nasional
(DSN)
1996
Ketua-Dewan
Syuro
PKB 1998
Mustasyar PBNU 1998
Anggota Komite
Ahli
Pengembangan
Bank Syariah, Bank
Indonesia
1999
85
Ketua Komisi
Fatwa
Majelis Ulama Indonesia
(MUI)
2007-2010
Mustasyar PKB 2002-2007
Ketua Majelis Ulama Indonesia
(MUI)
2007-2010
Ketua Harian Dewan Syariah Nasional
MUI
2004-2010
B. Media Online
1) Sejarah Media Online Dan Perkembangannya
Perkembangan teknologi komunikasi massa menjadi
semakin canggih, sehingga informasi dapat berpindah dengan
sangat cepat; karena munculnya media komunikasi baru yaitu
internet sebagai wadah media online. Media online ini dapat
dikatakan sebagai kebangkitan dari jurnalis multimedia136. Meskipun
keterampilan dasar jurnalis tetap menjadi pondasinya137.
Kata ”Online” sendiri merupakan bahasa internet, berarti
informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja, selama ada
jaringan internet. Jurnalisme online ini merupakan perubahan
136 Reddick, R and King, E, The online Journalist: using the Internet
and Other Electronic Resources, 3rd edn, Orlando, (FL: Harcourt Brace and
Company, 2001) h.243 137 Hall, J, online Journalism: A Critical Primer, (London:Pluto Press)
2001) h. 87
86
baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan jurnalistik dengan
menggunakan teknologi internet, disebut dengan media online,
menyajikan informasi dengan cepat dan mudah diakses di mana
saja. Dengan kata lain, berita saat ini bisa di baca saat ini juga, di
belahan bumi mana saja138.
Media online (internet) didirikan oleh pemerintah
Amerika Serikat pada tahun 1969. Dengan beroperasinya jaringan ARPAnet
(Advance Reseach Projet Agency Network) pada jaringan Departemen
Pertahanan Amerika Serikat yang menghubungkan empat buah
computer, masing-masing di UCLA, di Standford Research
Institute ( SRI) , di Universitas California Santa Barbara ( UCSB)
dan di University Utah Charley Kline, dengan bandwith sebesar
50 kbps, yang disediakan perusahaan AT&T (American
Telephone and Telegraph). Istilah internet sendiri muncul pada
tahun 1983 dengan ditemukannya protocol TCP/IP (Transmission
Control Protocol/ Internet Protocol) untuk system backbhone
yang menghubungkan jaringan-jaringan139
Internet (dengan huruf “I” besar) merupakan gabungan jaringan
komputer di seluruh dunia (lima benua), sedangkan istilah
internet (dengan huruf “i” kecil) merujuk kepada gabungan
beberapa jaringan komputer (tidak harus meliputi seluruh dunia).
Ada cara lain di mana media elektronik telah mempengaruhi
peran wartawan yang memiliki akses cepat ke informasi yang
138 Hall, J, online Journalism: A Critical Primer, (London:Pluto Press)
2001) 139 Jhon Vivian, Teori Komunikasi Massa, ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 20008), hal.266
87
jauh lebih (baik lama dan baru) dari sebelumnya, baik dalam
meningkatkan proses meneliti dan melaporkan.140 Jurnalisme
online dapat digambarkan sebagai kualitas informasi dan berita
yang diposting di internet (khususnya world wide web)141.
Media online, konten dapat disajikan dengan cara yang
jauh lebih kaya dari media cetak dan siaran tradisional, beralih
kepada munculnya bentuk baru berita yang mungkin dapat
digambarkan sebagai jurnalisme kontekstual memfasilitasi
penggunaan dan aplikasi multimedia, interaktivitas, hypertext dan
kustomisasi.142
Istilah lain media online memiliki nilai konseptual dalam
hal ini mengacu pada bentuk baru jurnalisme telah menjadi
sebuah media mass communication dalam era globalisasi,
misalnya, versi surat kabar World Wide Web yang menjadi edisi
online atau web.143
Secara fisik, internet dibentuk oleh jaringan-jaringan
komputer di seluruh dunia yang saling terhubung. Setiap jaringan
mungkin menghubungkan ratusan, bahkan ribuan komputer yang
memungkinkan berbagi informasi dan sumber daya sehingga
membentuk sistem informasi global144.
Media online didefinisikan sebagai jaringan luas komputer,
dengan perizinan, dapat saling berkoneksi antara satu dengan
140 Ward, M. Journalisme Online, (Oxford: Focal Press, 2002) h.19,23 141 De Wolk, R, Introduction to online Journalisme, (Boston: Alln and
Bacon, 2001) 142 Pavlik, J.V, Journalism and News Media, (Columbia, NY:
University Press,2001) h.217 143 Ward, M , Journalisme Online, (Oxford: Focal Press, 2002) 144 Pavlik J, Journalism and news media, ( New York: Columbia
University Press, 2000)
88
lainnya melalui internet sebagai sarana untuk menyebarluaskan
dan membagikan digital files, serta memperpendek jarak antar
negara. Tidak seperti radio dan televisi yang disiarkan dari satu
lokasi untuk diterima didaerah sekitarnya, internet mampu
mengkoneksikan antara satu komputer dengan komputer lain,
sekaligus sebagai broadcaster dan receiver. Media online mulai
memasuki kebudayaan komunikasi massa pada pertengahan
tahun 1990-an di Amerika Serikat.
Hubungan antara jurnalisme dan teknologi lebih baru dimulai
jauh sebelum tahun 1995. Sepanjang tahun 1980, perkembangan
media baru termasuk Internet, dipercepat dengan kehadiran
komputer dan cara penularan yang meningkat dari segi kecepatan,
rendahnya biaya, dan kapasitas yang diperluas145.
Pada pertengahan 1990-an, hampir semua aspek operasi ruang
berita, termasuk produksi, tata letak, komposisi, sirkulasi, dan
arsip surat kabar, yang terkomputerisasi, dan potensi jaringan
komputer untuk jurnalisme semakin diakui. Pada tahun 1980-an,
beberapa wartawan surat kabar dan siaran memulai sistem dial-up
bulletin board di Internet.
Sebagian besar dihasilkan dari kemitraan dengan dial-up
platform seperti America Online, Prodigy, dan CompuServe.
Tarif standar jurnalistik di papan buletin tersebut termasuk iklan
baris, daftar bisnis dan hiburan, dan beberapa headline. Pada
tahun 1991, Perusahaan Chicago Tribune diinvestasikan di
145 Bills, Edward, Now the News: The Story of Broadcast Journalism,
New York, (Columbia University, Perss,1991) h.713
89
Amerika Online. Setahun kemudian, diluncurkan Chicago Online
di AOL dengan cerita lokal dan konten lainnya.
Sejak pertengahan 1990-an, kemampuan untuk mengirimkan
reporter surat elektronik dan editor telah sangat terbantu dalam
laporan mereka dan kegiatan pengecekan fakta. Meskipun ada
beberapa kelemahan dalam menggunakan e-mail sebagai alat
wawancara, seperti kritik yang mengatakan bahwa wartawan
menjadi malas dan rawan terhadap penipuan, namun ada banyak
keuntungan. Email menyediakan catatan elektronik yang
memungkinkan kedua wartawan dan sumber untuk melacak apa
yang telah dikatakan dan ditulis.
Tentunya perkembangan teknis paling dramatis dari pertengahan
1990-an adalah munculnya dari world wide web, yang pada
dasarnya adalah sebuah sistem dokumen hypertext yang saling
terkait yang dapat diakses melalui Internet. Dengan browser web,
wartawan dapat melihat halaman yang berisi teks, gambar, dan
multimedia lainnya dan menavigasinya dengan menggunakan
hyperlink. Ide dasar ini dikembangkan pada tahun 1989 oleh Tim
Berners-Lee, dan pertama kali tersedia di Internet pada tahun
1991. Sebagai penggunaan web jurnalis diperluas menjadi
cyberjournalists.
Biasanya koran adalah publikasi cetak pertama versi
online digital. Pemahaman yang lebih baik tentang kapasitas
terbatas di web menyebabkan penerbit menyertakan informasi
lebih lanjut dan materi visual dalam edisi online yang lebih luas
dari surat kabar mereka. Seiring waktu, mereka mulai
bereksperimen dengan desain ketika mereka menambahkan
90
hypertext dan link. Contoh awal adalah munculnya Nando Times
dari tahun 1993-1994, rekan kepada Raleigh, North Carolina
News & Observer. Edisi online cepat menarik perhatian sebagai
berita pertama, ter-update, dan tempat olahraga online. Awalnya,
stafnya melakukan beberapa laporan berita nyata, tetapi segera
duduk di peran utama sebagai agregator dan enhancer berita.
Sementara surat kabar online menawarkan lebih banyak
berita dan konten lainnya daripada rekan-rekan cetak mereka,
penerbit mengalami kesulitan menjual iklan online atau
menghasilkan pendapatan.
Hanya The Wall Street Journal yang berhasil mengembangkan
model subscripotion tersukses di dunia web yang dianggap
sebagian besar pengguna adalah sumber informasi gratis. Akhir
1990-an terlihat pertumbuhan luar biasa dalam jurnalisme online.
Asosiasi koran Nasional mencatat bahwa selama 1996, jumlah
surat kabar online hampir dua kali lipat; pada bulan Juli 1999,
hanya 2 dari 100 harian terbesar tidak memiliki edisi online. Dari
tahun 1995 hingga 1998, semakin banyak kasus, jumlah
pengguna yang mengakses edisi online surat kabar mulai
mencetak sirkulasi saingan mereka.
Iklan pertama kali muncul dalam operasional berita online
pada tahun 1994. Selama dua belas tahun depan, karena iklan di
web tumbuh secara eksponensial, solusi yang dikembangkan
untuk banyak masalah, termasuk harga; penciptaan alat mengukur
efektivitas, dan mengembangkan hubungan dengan media lain,
baik online maupun tradisional.
91
Pada akhir dekade pertama abad ke dua puluh satu.
Banyak surat kabar dan organisasi broadcasting yang terkenal di
dunia maya. Menurut penulis Internet Society, web telah menjadi
sekaligus kemampuan penyiaran di seluruh dunia, sebuah
mekanisme untuk penyebaran informasi, dan media untuk
kolaborasi dan interaksi antara individu dan komputer mereka
tanpa memperhatikan lokasi geografis.
Perkembangan di Inggris dan Amerika, media online
mampu merambah ke pelosok (sub urban area) dan daerah
terpencil lainnya, sehingga penduduk disana tak terisolir. Pada
tahun 2000-an, media online digunakan sebagai sarana
menyebarkan foto pribadi dengan teman dan keluarga, mem-
posting portfolio, mengekspresikan opini atau observasi, menyiarkan
produksi/ciptaan sendiri yang menghibur, serta menghasilkan
uang dari internet.
Perkembangan media online di Indonesia sendiri terbilang
sangat pesat. Internet dibawa masuk ke Indonesia oleh
Universitas Indonesia sebagai administrator ccTLD-ID oleh
IANA, dan mulai beroperasi pada tahun 1994. Kemudian pada
Maret 1996, terbentuklah APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia) sebagai organisasi non-profit. Saat ini,
berdasarkan www.antaranews.com, data dari Netcraft atas survei
server, total website naik 5,4 juta website selama bulan Desember
2007.
Total jumlah website sampai 2008 mencapai 155.230.051
website. Perkiraan peningkatan jumlah website ditahun 2007 saja
sudah bertambah sampai 50 juta website baru, dan mengalahkan
92
jumlah pertambahan website pada tahun 2006 dengan
peningkatan 30 juta website.
Pemerintah Indonesia juga turut berpartisipasi dan masuk
ke dalam gaya hidup media online (internet). Secara resmi
pemerintah Indonesia meluncurkan portal nasional pada tanggal
20 Mei 2002 dengan alamat www.indonesia.go.id. Kemudian,
pemerintah daerah pertama yang melakukan koneksi ke internet
adalah Pemerintah Daerah Samarinda www.samarinda.go.id.
Dan kini internet telah menjadi salah satu mediator
manusia untuk saling berkomunikasi, atau yang disebut Computer
Mediated Communications. Era globalisasi harus diakui telah
membawa pengaruh luar biasa terhadap perkembangan teknologi
saat ini, tak terkecuali bagi industri komunikasi modern
(termasuk media online), khususnya dalam menginformasikan
sejumlah berita146.
Tren industri media massa modern adalah bagaimana
peran media begitu besar untuk menyediakan berita-berita dan
kemampuan mereka untuk mempengaruhi publik. Dalam
penyebaran informasi, media online memiliki kelebihan yaitu
dapat diakses secara leluasa, tanpa batas, dimanapun, siapapun,
dan kapanpun. Kini, masyarakat tidak hanya membutuhkan
informasi aktual, menarik, dan akurat saja; namun juga kecepatan
pemberitaan.
146 Dolley, Patricia L, The Technology of Journalism: Cultural
Agents, Cultural Forms, Evanstone, IL, (Northwestern University Perss, 2007)
93
C. Profil Situs Media Online Merdeka.com
Merdeka.com adalah hasil dari kolaborasi antara media
dan teknologi. Kebanyakan media online dibangun sebagai
bagian dari pengembangan perusahaan media, atau dibangun oleh
orang-orang media. Tetapi Merdeka.com justru dibangun oleh
perusahaan teknologi yang terdiri dari orang-orang yang mengerti
PHP & Apache / Free BSD terlebih dulu daripada ilmu jurnalistik
(dulunya).147
Merdeka.com adalah anak atau pengembangan dari situs
KapanLagi.com yang berfokus pada layanan internet dapat
dinikmati jutaan orang dan kemudian berkembang menjadi
perusahaan teknologi dan media yang fokus pada dunia
enterainment, sedangkan merdeka.com memfokuskan diri pada
berita politik dan peristiwa, dan kini Merdeka.com bergabung
dengan orang-orang jurnalistik. Dengan sinergi orang teknologi
dan jurnalis, maka lahirlah Merdeka.com.
Adapun 10 katagori pada situs merdeka.com, sebagai
berikut:148
Katagori peristiwa berisi informasi berita-berita yang ter-
update di masyarakat, di dalam negeri maupun di luar negeri.
Katagori politik, berisi informasi berita-berita politik.
Katagori Jakarta, berisi informasi berita-berita di ibukota DKI
Jakarta.
147 Sumber: Arsip Kapan Lagi Network (KLN), Hari Kamis 8 Oktober
2019. 148Sumber: situs http://www.merdeka.com. Diakses pada hari kamis
31 Oktober 2019
94
Katagori uang berisi informasi ekonomi.
Katagori berita dunia, berisi informasi mancanegara.
Katagori fakta, menampilkan foto-foto yang terjadi di dunia.
Katagori profile menceritakan orang menjadi panutan
masyarakat.
Katagori artis menampilkan infotainment.
Katagori gaya menampilkan isi berita lifestyle.
Katagori teknologi menampilkan berita teknologi saat ini.
1) Tanggal Berdiri
Merdeka.com berdiri pada tanggal 21 Februari 2012 oleh
Eka Wiharto. Media online ini berdiri di bawah naungan PT.Integra
Ventura. Situs Merdeka.com adalah www.organization, yaitu organisasi
yang hidup di internet. Orang-orangnya hidup, berkarya, bisa di-
googling, dan diajak mengobrol di internet bahkan menghidupi
keluarganya dari internet. Internet hidup, berkembang dan
memberi inspirasi, di mana Merdeka.com menjadi bagiannya
tersebut, terutama untuk internet Indonesia.
2) Visi dan Misi Merdeka.com
Visi merdeka.com memang bukan pertama tapi merdeka.com
punya mimpi baru, yakni merdeka berkreasi: bagaimana
menyajikan yang sebenarnya dan enak dinikmati.
Misi sebagai situs media online yang baru di Indonesia, misi
merdeka.com ialah:
• Cepat dalam menyajikan berita dari media online yang lain.
• Dapat mengakses situs merdeka.com dengan cepat
95
• Berita disampaikan akurat dan sesuai dengan fakta.
• Berita disampaikan dapat dipertanggungjawabkan.
3) Logo149
Warna-warni dari logo Merdeka.com memiliki arti sebagai
warna kebebasan dalam menyampaikan informasi, tidak terikat
oleh paham menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham
tertentu atau kepentingan tertentu. Tetapi dasar yang putih (atau
hitam, di saat tertentu) mendasari itikad untuk selalu ada di jalur
yang benar, bukan seenaknya sendiri. Tujuannya adalah menjadi
sebuah media yang bisa diakses jutaan orang melalui teknologi,
tanpa batasan atau dibatasi. Karena tidak ada yang lebih berharga
dari pada menjadi merdeka (tanpa dot com).150
149 Sumber: https://www.merdeka.com. Diakses pada Hari kamis, 31
Oktober 2019 150 Sumber: Arsip Kapan Lagi Network (KLN), Kamis 8 Oktober
2019.
96
4) STRUKTUR ORGANISASI MERDEKA.COM151
Direktur Konten : Wenseslaus Manggut
Pemimpin Redaksi : Ramadhian Fadillah
Wakil Pemimpin Redaksi : Muhammad Hasits
Redaktur Pelaksana : Wisnoe Moerti, Didi Syafirdi
Channel Manager: Dwi Zain Musofa
Sekretaris Redaksi : Eriza Gatmasari
Desk News : Randy Ferdi Firdaus.(Kepala Desk News ), Lia
Harahap (Wakil Kepala Desk News), Iqbal Fadil, Eko
Prasetya, Dedi Rahmadi, Agil Aliansyah, Henny Rachma Sari,
Raynaldo G. Lubabah, Achmad Fikri Fakih Haq, Mohamad
Eko Nugroho, M. Syakur Usman, Supriatin, M. Genantan
Saputra, Sania, Ronald, Yunita Amalia, Hari Ariyanti, Nur
Habibie, Ahda Bayhaqi, Intan Umbari Prihatin.
Desk Uang :Harwanto Bimo Pratomo (Kepala Desk Uang),
Idris Rusadi Putra, Siti Nur Azzura, Anggun Situmorang, Dwi
Aditya Putra, Wilfridus Setu Embu, Yayu Agustini Rahayu.
151 Sumber: Situs http://www.merdeka.com. Diakses pada hari Kamis
31 Oktober 2019, pukul 16:16 WIB
97
Desk Khas :Angga Yudha Pratomo (Kepala Desk Khas),
Nuryandi Abdurohman, Anisyah Al Faqir, Muhammad Zul
Atsari.
Desk Foto : Arie Basuki (Kepala Desk Foto), Debby Restu
Utomo, Nanda Farikh Ibrahim, Nirmatuloh Efendi, Imam
Buhori, Iqbal Septian Nugroho, Dwi Narwoko.
Desk Traffic :Mardinah (Kepada Desk Traffic) Endang
Saputra, Desi Aditia Ningrum, Fellyanda Suci Agiesta, Syifa
Hanifah Astri, Agustina Dian Rosadi.
Desk Daerah :Ya'cob Billiocta (Kepala Desk Daerah), Moch.
Adriansyah,Yan Muhardiansyah, Irwanto, Sunaryo.
Desk Tek Dan Oto : Indra Cahya, Fauzan Jamaludin, Syakur
Usman.
Desk Lifestyle : Tantri Setyorini, Rizky Wahyu Permana,
Titah Mrananim
Desk Commercial Content : Anwar Khumaini (Kepala Desk
Commercial Content), Hery Winarno, Haris Kurniawan, Rizlia
Khairun Nisa.
Tim Media Sosial : Tri Wahyu Utami, Yudi Suryanto.
Tim Litbang : Djoko Poerwanto, Dwi Zain Musofa.
98
BAB IV
DATA TEMUAN PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pemberitaan KH.
Ma’ruf Amin di Merdeka.com pada Pilpres 2019 terlihat jelas
bahwa kontestasi152 politik Pemilihan Umum Presiden Wakil
Presiden (Pilpres) di Indonesia begitu menyita perhatian
masyarakat dan media, baik media lokal maupun nasional gencar
memberitakan, salah satunya media online153 Merdeka.com.
Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian
informasi untuk masyarakat ini, menjadikan media sebagai
sesuatu yang penting.
Isi berita tentang suatu peristiwa dari media merupakan
hasil dari proses yang telah dipengaruhi oleh berbagai unsur, baik
itu unsur internal media tersebut seperti organisasi yang
menaunginya, maupun unsur-unsur dari luar organisasi media.
Dengan kata lain, berita yang ditampilkan pun merupakan hasil
kompromi rapat redaksi dari berbagai unsur. Merdeka.com
sebagai salah satu media online, tentunya menjadi sebuah bagian
pemberi informasi kepada masyarakat Indonesia, di antaranya
informasi berita politik pada Pilpres 2019.
Sehingga ketika KH. Ma’ruf Amin yang dikenal sebagai
ulama sepuh NU, secara resmi dicalonkan menjadi Wakil
152 Sumber: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kontestasi, diakses
pada Pukul 22.45 WIB, 24 November 2019 153 Media online ialah informasi dan berita yang diposting di internet
(khususnya world wide web), De Wolk, R, Introduction to online Journalisme,
(Boston: Alln and Bacon, 2001)
99
Presiden mendampingi Jokowi pada pemilu presiden dan wakil
presiden 2019, Merdeka.com menjadi salah satu media yang
memberitakannya. Bahkan, diantara media-media online lainnya,
Merdeka.com secara khusus memberitakan KH. Ma’ruf Amin dalam
kesehariannya dan menempatkan empat reporter sekaligus.154
Pada media online Merdeka.com proses penyusunan berita
dilakukan melalui berbagai tahap, hingga berita tersebut layak
untuk diberitakan kepada khalayak. Tahap-tahap tersebut,
misalnya rapat redaksi penentuan berita akan diliput, narasumber
yang akan di wawancarai, dan wartawan yang ditunjuk untuk
meliputnya. Kemudian setelah tahap berikutnya ialah penulisan berita, proses
penyuntingan, pemilihan headline, judul berita, hingga kemudian ditayangkan
kepada pembaca.155
Sesuai dengan penjelasan pada bab dua, mengenai syarat
dan ketentuan sampel peneliti tentukan, yakni pada pemberitaan
KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019. Peneliti menyajikan isi
(konten) berita menyangkut ucapan, peryataan, imbauan KH.
Ma’ruf Amin yang selalu berbicara tentang pentingnya persatuan
umat, melawan radikalisme, terorisme dan nilai-nilai kebangsaan
pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2109. .
154 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
155 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana Media
Online Merdeka,com pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com, Tebet
Raya, Jakarta Selatan.
100
Berikut ini adalah penyajian data kerja rutin redaksi
Merdeka.com dan temuan berita yang sudah dimuat
Merdeka.com. berita-berita ini peneliti ambil dari situs media
online www.merdeka.com, dan hanya mengambil serta memilih
konten berita KH. Ma’ruf Amin pada masa kampanye dan
ditetapkan sebagai calon Wakil Presiden 2019.
Di ketahui, proses pemberitaan pada Merdeka.com
dipengaruhi oleh Hirarki Pengaruh rutinitas pola kerja media
tersebut. Sebelum masuk kepada tataran level rutinitas media,
peneliti mencoba menjelaskan proses penyusunan berita di media
online Merdeka.com sesuai dengan hasil temuan. Rutinitas kerja
para wartawan Merdeka.com sebelum meliput biasanya
melakukan rapat redaksi tiap sore hari. Rapat redaksi itu dihadiri
oleh semua wartawan, termasuk Pimpinan Media Merdeka.com.
156
Para redakur tiap desk yang terdiri dari desk news, desk
uang, desk, khas, desk dunia, dan desk daerah memaparkan apa
isu yang ingin diangkat. Siapa narasumbernya akan diwawancara,
termasuk penugasan reporter di lapangan. Isu-isu berita yang
bakal tayang dibahas dalam rapat tersebut. Rapat redaksi di
pimpin oleh Pimpinan redaksi atau Redaktur Pelaksana. Menurut
Pimpinan Redaksi Merdeka.com, Ramadhian Fadhilah, semua
wartawan yang hadir di rapat boleh menguratakan pendapat dan
memberikan usulan terhadap isu berita akan diangkat pada esok
156 Wawancara khusus dengan Pimpinan Merdeka.com, Ramadhian
Fadhilah, Di Kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan, 8 Oktober 2019.
101
hari. Dalam rapat itu juga, Redaktur Pelaksana menulis isu-isu
berita akan digarap sesuai hasil rapat redaksi dan dikirim pada
malam hari ke para reporter melalui email.
“Rapat redaksi kami lakukan setiap sore hari. Semua wartawan
dari berbagai desk bebas mengusulkan isu berita ingin diangkat
(liput). Setelah disepakati isu apa saja yang menarik dan sedang
berkembang, maka pada malam harinya kami bagikan agenda
liputan ke para reporter melalui email redaksi Merdeka.com. Di
agenda liputan sudah ada jadwal masing-masing bakal kita liput.
Jadi wartawan liputannya terarah”157
Tugas reporter pada malam hari hanya menunggu agenda
email masuk dikirim oleh koordinator liputan. Biasanya ada
titipan pertanyaan dari redaksi kepada narasumber yang dituju,
baik pada acara jumpa pers, seminar dan diskusi publik. Titipan
pertanyaan ini biasanya untuk meruning berita yang sedang
hangat terjadi, semisal berita politik, hukum dan kriminal maupun
berita yang terjadi di daerah.158
Ramadhian menambahkan, redaksi dan reporter saling
kerjasama dalam hal pengambilan bahan berita atau wawancara
narasumber. Tiap redaktur memiliki peran masing-masing, yakni
redaktur news menghadle berita-berita politik dan hukum,
redaktur uang menghadle berita-berita ekonomi, redaktur dunia
menghandle berita-berita Internasional, redaktur khas menghadle
157 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
158 Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Merdeka.com di Kantor
Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan, 8 Oktober 2019.
102
berita-berita inverstigasi (mingguan), dan redaktur daerah
mengandle berita-berita yang dikirim dari tiap kontributor daerah.
“Kita bagi tugas, reporter disebar pada pagi hari sesuai agenda
masing-masing sudah dikirim semalam oleh redaksi. Tiap
reporter melaporkan dan mengirimkan hasil liputan ke redaksi
melalui email,. Jadi reporter liputan di lapangan terarah, tidak
semaunya”159
Alur kerja di “dapur”redaksi berlangsung selama 24 jam.
Proses pengiriman berita, editing tulisan oleh redaktur dan
publish berita dilakukan setiap saat sesuai dengan berita yang
diagkat. Namun, tidak semua berita yang masuk ke email redaksi
ditayangkan (naik berita). Sebab redaksi Merdeka.com memiliki
kebijakan dalam pengambilan berita, menyunting (editing) dan
publish.
“Berita hasil liputan reporter yang dikirim ke email redaksi tidak
semua naik (tayang). Sebab kami punya standar nilai berita. Di
lihat dari isi berita, siapa yang berbicara dan harus di cek dulu
sumber beritanya dari mana,”160
A. Kerja Rutin Media Merdeka.com
Level rutinitas media merupakan level kedua dalam
bagian teori hierarki pengaruh yang diperkenalkan Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese. Pada level ini, isi berita
159 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
160 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
103
dipengaruhi oleh sisi rutinitas dari media tersebut.161 Semua
produksi berita selalu bekerja menurut tenggat (dead line) dan
jadwal liputan reporter di lapangan. Deadline berita harus
dipenuhi, jika tidak, maka tidak ada yang diberitakan.
Kesadaran terhadap deadline ini adalah alasan lain untuk
menerapkan rutinitas.162 Menurut Shoemaker dan Reese dalam
bukunya “Mediating the Message” bahwa media rutin ini
terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu organisasi media
(processor), sumber berita (suppliers), dan audiens (consumers).163
Merdeka.com sebagai media online berita, para reporter selalu
mengupdate informasi secara 24 jam guna memenuhi deadline.
Setiap hari dari pagi, tengah malam sampai pagi lagi beberapa
wartawan dan redaktur berjaga di redaksi.164 Sehingga tentunya
dengan rutinitas itu semua informasi tidak luput dari pantauan
wartawan.
Begitupun, pada hajat 5 tahun pesta demokrasi yakni
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019,
pemberitaan KH. Ma’ruf Amin dipantau secara rutin, sebab Ia
menjadi salah satu kandidat Wakil Presiden yang statmentnya
selalu ditunggu para jurnalis.
161 Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 109.
162 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 62.
163 Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 109.
164 Wawancara peneliti dengan Ramadhian Fadhilah (Pemimpin
Redaksi Merdeka.com) 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta
Selatan.
104
Demikian juga, wartawan Merdeka.com secara rutin
mengadakan rapat redaksi, mencari sumber berita, menulis
(mengolah) menjadi berita dan meyebarkan ke khalayak. Hal ini
terkait jika dilihat dari tiga unsur dalam pengaruh level rutinitas
media yakni proses produksi berita, sumber berita, dan pembaca.
Pada Pilpres 2019, KH. Ma’ruf Amin menjadi salah satu sumber
berita utama bagi para awak media Merdeka.com.
“Kami tempatkan empat reporter untuk liputan kegiatannya dan
mewawancarai KH. Ma’ruf Amin selama Pilpres 2019. Ucapan-
ucapanya sering kami jadikan judul berita, karena menarik”165
Selain itu, redaksi Merdeka.com punya alasan tersendiri
mengapa menempatkan sebanyak empat reporter untuk meliput
Ma’ruf Amin. Hal ini lantaran KH. Ma’ruf Amin selalu
melontarkan statment berisi pesan perdamaian, toleransi,
persatuan umat, anti radikalisme, serta bahaya terorisme. Hal itu
bisa meredamkan panasnya suasana perpolitikan Pilpres 2019.
Beda dengan pesaingnya (lawan politik) tidak ada hal baru dalam
orasi politiknya166.
“Kami secara rutin memuat pernyataan KH. Ma’ruf Amin. Sebab
selalu mengemukakan gagasan pentingnya perdamaian, imbauan
bahaya radikalisme serta terorisme. Hampir di tiap kampanye
Pilpres. Hal ini beda dari pesaingnya. Sehingga masyarakat di
akar rumput (kalangan bawah) tidak berseteru, saling membenci
165 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com), pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
166Reporter bertugas menyampaikan informasi (laporan), baik dalam
bentuk tulisan untuk media cetak atau dalam situs berita di internet. Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Reporter. Diakses pada pukul 15.21 WIB, 23
September 2019
105
antar pendukung saat Pilpres 2019. Dia lebih menekankan
persatuan dan kesatuan dalam kampanyenya,”167
Dari pengamatan peneliti, sebagian berita-berita KH.
Ma’ruf di Merdeka.com saat kampanye Pilpres selalu berbicara
soal kebangsaan, mengajak masyarakat untuk bersatu
membangun Indonesia, melawan terorisme, menangkal
radikalisme.168 dan cinta tanah air Indonesia.
1. Organisasi Media (Processor)
Organisasi media menjadi unsur yang memiliki pengaruh
besar dalam level ini, terutama masalah pemberitaan di
Merdeka.com. Hal ini ini menjadi bagian pertama dalam
pengolahan berita.
Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, wartawan
Merdeka.com sebelum meliput suatu peristiwa yang kemudian
menjadi berita, terlebih dahulu melakukan rapat redaksi untuk
menentukan isu berita yang akan dipublish, seperti penentuan
narasumber, penugasan reporter ke lokasi peliputan, hingga
pengiriman laporan berita ke redaksi dan tayang. Menurut
penuturan Redaktur Pelaksana Merdeka.com, Wisnoe Moerti,
bahwa sebelum mereka menugaskan reporter ke lapangan, lebih
dahulu sudah dilakukan rapat redaksi.
167Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com), pada 8 Oktober2019 di kantor
Merdeka.com,Tebet Raya, JakartaSelatan.
168 Radikalisme: sebuah kelompok atau gerakan politik yang kendur
dengan tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan electoral mencakup
106
“Rapat redaksi juga terkait penugasan reporter di lapangan.
Sesuai agenda liputan yang kami kirim melalui email, esoknya
reporter sudah tahu ke mana dia harus meliput,”169
Ada hal menarik jika melihat berita-berita kampanye KH.
Ma’ruf Amin isi pesanya selalu bicara persatuan (kedaulatan) bangsa,
toleransi, pencegahan radikalisme dan terorisme. Berikut isi berita-berita KH.
Ma’ruf Amin dimuat Merdeka.com seperti yang telah dijelaskan
di atas.
Gambar 1.1170
169Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com), pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
170 http://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-pilpres-2019-perang-
ideologi-kelompok-moderat-dan-radikal.html. Diakses tanggal 30 November
2019.
107
Pada Senin (4/2/19), yang ditulis oleh tim Merdeka.com saat
KH.Ma’ruf Amin kampanye ke daerah. Secara khusus wartawan
Merdeka.com menggunakan judul dengan memakai quote KH. Ma’ruf
Amin yakni, “Ma’ruf Amin: Pilpres 2019 Perang Ideologi Kelompok
Moderat171 dan Radikal,”.
Ma’ruf menegaskan bahwa pentingnya menjaga keutuhan
(persatuan) bangsa, agar terhindar dari perang ideologi kelompok
moderat dan radikal. Pada isi berita tersebut, redaksi menulis, Ma’ruf Amin
mengaskan bahwa Pilpres 2019 bukan hanya memilih sosok (figur),
namun sudah tahap perang ideologi172. Dia mengimbau agar
warga Nahdiyin wajib menjaga kedaulatan negara serta
solidaritas. Dalam berita tersebut, bahwa telah ada proses perencanaan
sebelumnya oleh redaksi Merdeka.com. Hal ini merupakan hasil dari
rapat redaksi Merdeka.com dilakukan sebelum berita dimuat.
Pada berita ke dua, Senin (19/4/19) ditulis oleh reporter
Merdeka.com, Raynaldo Ghiffari Lubabah. dengan judul,“Ma’ruf
Amin: Radikalisme Jangan Sampai Tumbuh dan Berkembang di
Indonesia”.
171Definisi moderat adalah menghindarkan pengungkapan perilaku ekstrim. Sikap
moderat cenderung lebih kompromistis dan dekat dengan toleransi. Dalam menjalankan
aksinya lebih kooperatif. Sumber: www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-moderat-dan-
contohnya.
172 Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan
serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak
dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara. Sumber:
https://www.artikelsiana.com › pengertian-ideologi-ideologi-definisi-para-ahli
108
Gambar 2.1173
Berita Ini juga dapat dilihat Ma’ruf menegaskan paham
radikal sangat berbahaya, menjadi ancaman keutuhan (Negara
Kesatuan Republik Indonesia). Berita ini juga dimuat atas dasar
perencanaan redaksi.
173https://www.merdeka.com/peristiwa/maruf-amin-radikalisme-
jangan-sampai-tumbuh-dan-berkembang-di-indonesia.html. Diakses Kamis 31
Oktober 2019.
109
Pada berita selanjutnya (6/11/19) berjudul, “Ma’ruf Amin:
Sekarang ada upaya-upaya untuk mengembangkan aliran
keras”,ditulis oleh Putu Merta. Isi berita ini, Ma’ruf Amin
menyampaikan untuk selalu menjaga (persatuan) sesama umat
dan bangsa. Judul diangkat juga merupakan hasil dari rapat
redaksi dilakukan sebelum berita tersebut ditayangkan.
Gambar 3.1174
174https://www.merdeka.com/peristiwa/maruf-amin-sekarang-ada-
upaya-upaya-untuk-mengembangkan-aliran-keras.html
110
Berita terkait yakni dimuat Merdeka.com pada Rabu
(28/1). Ditulis oleh Ahda Bayhaqi, dengan judul, “Ma’ruf Amin:
Islam dan Kebangsaan Tak Bisa Dipertentangkan,”. Ma’ruf juga
dalam pemberitaan tersebut menegaskan NKRI dan Pancasila
adalah kesepakatan dan titik temu (bersatu) dan perlu dijaga.
Gambar 4.1175
Selanjutnya, Merdeka.com pada hari sama, Rabu (16/1),
memuat berita KH. Ma’ruf dengan judul berita, “Ma’ruf Amin
akan lebih banyak bicara isu terorisme di debat Capres,”. Ditulis
oleh Ahda bayhaqi. Ma’ruf menginginkan pencegahan teroris
175Sumber:https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-islam-dan-
kebangsaan-tak-bisa-dipertentangkan.html. Diakses Kamis 31 Oktober 2019.
111
melalui pendekatan serta pemahaman tentang Islam. Sehingga
saling damai dan toleransi. Pengangkatan isi berita ini tentu
sudah ditentukan oleh redaksi Merdeka.com.
Gambar 5.1176
Pada berita terakhir pada Jumat (17/5/19) dengan judul,
“Ma’ruf Amin ingatkan semua pihak terima hasil pemilu 2019
dengan lapang dada”. Ditulis oleh Putu Merta Surya Putra. Isi
176 https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-akan-lebih-banyak-
bicara-isu-terorisme-di-debat-capres.html. Diakses kamis, 31 Oktober 2019.
112
berita tersebut ialah Ma’ruf mengimbau bahwa Pemilu
merupakan kesepakatan bersama rakyat. Semua pihak agar
menerima dengan lapang dada apapun hasilnya.
Gambar 6.1177
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat bahwa
pemberitaan terkait KH. Maruf Amin pada Pilpres 2019,
sebelum redaksi Merdeka.com menentukan dan memutuskan
untuk meliput hingga menayangkannya. Semua itu telah terlebih
dahulu dirancang melalui rapat redaksi.
177 https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-ingatkan-semua-
pihak-terima-hasil-pemilu-2019-dengan-lapang-dada.html. Diakses kamis 31
Oktober 2019.
113
2. Sumber Berita (supplier)
Sumber berita juga unsur terpenting dalam level rutinitas
media. Sumber berita (supplier) merupakan sebuah informasi
yang didapatkan para wartawan atau jurnalis, ketika mencari
berita ke lapangan.Sehingga tentunya sumber berita pasti
memengaruhi isi berita, karena isi berita adalah bagian dari
sumber berita. Untuk itu, sumber berita bisa didapatkan seorang
wartawan dari mana saja baik itu dari masyarakat, maupun dari
sebuah lembaga dan organisasi.
Pemberitaan KH. Ma’ruf Amin di Merdeka.com pada Pilpres 2019,
jika diamati sumber utama berita lebih dominan dari KH. Ma’ruf Amin. Alur
mendapatkan sumber berita tersebut yakni berasal dari tim kampanye Jokowi-
Ma’ruf. Wartawan dan Redaksi Merdeka.com biasanya mendapatkan agenda
dari pihak tim kampanye, di kirim melalui email atau via grup Whatsaap
(WA) jurnalis.178 Hal ini terlihat dari statment-statment Ma’ruf
yang selalu dijadikan judul berita.
Pada berita politik, Senin (4/2/19), misalnya: Merdeka.com
memuat kampanye Cawapres KH. Ma’ruf Amin saat berkunjung
ke suatu daerah, dengan judul “Ma’ruf Amin: Pilpres 2019 Perang
Ideologi Kelompok Moderat dan Radikal,”. Isi pemberitaanya tentang
pernyataan dari Ma’ruf yang menegaskan bahwa pentingnya
menjaga keutuhan (persatuan) bangsa, agar terhindar dari perang
ideologi kelompok moderat dan radikal. Dan juga dalam berita tersebut,
Ma’ruf Amin mengaskan bahwa Pilpres 2019 bukan hanya memilih
178 Wawancara peneliti dengan Wisnoe Moerti (Redaktur Pelaksana
Media Online Merdeka,com), pada 8 Oktober 2019 di kantor Merdeka.com,
Tebet Raya, Jakarta Selatan.
114
sosok (figur), namun sudah tahap perang ideologi.179
Selain itu, pada berita lainnya yang dimuat pada Jumat
(17/5/19) dengan judul, “Ma’ruf Amin ingatkan semua pihak
terima hasil pemilu 2019 dengan lapang dada”. Isi berita
tersebut ialah Ma’ruf mengimbau bahwa Pemilu merupakan
kesepakatan bersama rakyat. Semua pihak agar menerima
dengan lapang dada apapun hasilnya.180
Dari sini terlihat bahwa sumber berita tersebut adalah KH.
Ma’ruf Amin yang merupakan salah satu Calon Wakil Presiden
pada pemilu 2019. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa
telah dilakukan berbagai rapat redaksi sebelumnya dalam
menentukan sumber berita. Setelah sumber berita itu didapatkan,
barulah ada keputusan dalam menentukan headline news181 yang
cocok, dan video serta foto akan dipakai ketika menayangkan
berita.
3. Audiens
Unsur audiens menjadi bagian dalam level rutinitas
media, karena audiens juga menjadi bagian penting dalam
memengaruhi isi pemberitaan pada sebuah media. Karena berita-
berita yang ditayangkan oleh Merdeka.com tujuannya adalah
179 http://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-pilpres-2019-
perang-ideologi-kelompok-moderat-dan-radikal.html. Diakses pada tanggal
30 November 2019. 180 https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-ingatkan-semua-
pihak-terima-hasil-pemilu-2019-dengan-lapang-dada.html. Diakses kamis 31
Oktober 2019.
181 Headline News sebagai suatu berita yang dianggap paling layak
untuk dimuat di halaman depan, dengan judul menarik perhatian. Djunaedy
(1990:29). https://media.neliti.com/media/publications/89750-ID-proses-
penentuan-headline-surat-kabar-st.pdf. Diakses Jumat 1 November 2019.
115
untuk disampaikan kepada khalayak atau audiens. Apalagi
Merdeka.com adalah media yang diakses melalui internet, tentu
mereka yang memiliki PC Komputer, Hanphone (gatget) yang
dapat membaca berita tersebut.
Berita KH. Ma’ruf menjadi penting, sebab Ia
mencalonkan wakil presiden pada Pilpres 2019. Menurut
Redaktur Pelaksana Merdeka.com, Wisnoe Moerti, berita-berita
Ma’ruf perlu diliput, sebab ucapan sang kyai tersebut bisa
membuat masyarakat khususnya umat Islam tidak terprovokasi
oleh isu-isu politik anarkis serta memecah persatuan bangsa.
B. Pewacanaan Berita KH. Ma’ruf Amin
Peneliti akan memaparkan temuan data mengenai
pemberitaan KH. Ma’ruf Amin, yang berjudul,“Rutinitas media
Merdeka.com dalam memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada
Pemilu Presiden 2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode pisau analisis wacana model Teun van
Dijk. Model van Dijk ini menganalisisis dari tiga elemen yaitu
teks, kognisi sosial, serta konteks sosial. Maka hasil penelitiannya
diuraikan sebagai berikut:
a. Struktur Makro (Tematik)
Dalam struktur makro (makna global) hal diamati adalah
tematik, berarti gagasan atau tema utama yang ada dalam berita
tersebut. Maka, tema pemberitaan KH. Ma’ruf Amin ini adalah
“ Pilpres 2019 perang ideologi kelompok moderat dan radikal”.
116
b. Super Struktur (Skematik)
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam
super struktur, hal yang diamati adalah skematik, yaitu
rangkaian pendapat itu disusun dan dirangkai, seperti
pendahuluan, isi, dan penutup. Van Dijk memasukkan skema
atau alur yang sistematis dalam sebuah wacana.
Dalam berita, terdapat dua skema besar yaitu summary
(ringkasan) dan story (isi berita atau tulisan secara keseluruhan).
Dalam summary terdapat dua hal yaitu judul dan lead.
Judul berita ini adalah tentang KH. Ma’ruf Amin
menegaskan bahwa Pilpres 2019 bukan lagi memilih sosok
namun sudah perang ideologi moderat dan radikal. Dengan sub
judul Bagaimana para jurnalis Merdeka.com menulis ucapan
dan memuat berita KH. Ma’ruf Amin?.
Naskah berita ini terdiri dari 6 berita, dan setiap berita
memiliki lead atau teras masing-masing dari satu teks berita
sama, serta dikonstruksi oleh wartawan. Unsur skematik kedua
yaitu story. Pada awal berita ini dimulai dari unsur situasi atau
proses berjalannya peristiwa sebagai lead berita dari peristiwa,
bukan dari unsur komentar narasumber.
Secara keseluruhan utuh, berita ini diawali lead berita
situasi saat KH. Ma’ruf Amin berkunjung ke beberapa tempat
saat berkampanye. Sedangkan isi berita ini terletak pada hari di
mana peristiwa kampanye terjadi. Serta epilog atau penutup pada
teks berita. Selanjutnya, peneliti akan membagi hasil penelitian
ini perberita, dari berita 1 sampai berita 6.
117
Penelitian ini dimulai dari super struktur (skematik atau alur) dan
struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris), yaitu:
1. Analisi Teks Berita KH. Ma’ruf Amin ke 1
Struktur Makro Tematik
Tematik atau judul berita: “Ma’ruf Amin: Pilpres 2019 Perang
Ideologi Kelompok Moderat dan Radikal”.
Super Struktural (Skematik)
Skematik atau alur pada berita ke 1 dimulai dari kunjungan
Ma’ruf ke Kantor PCNU Kendal, Jawa Tengah, untuk rapat
konsolidasi Jaringan Kyai, Sanrti Nasional (JKN) pada Senin
(4/2/19). Ma’ruf mengatakan persaingan pemilihan Presiden 209
bukan lagi sekedar memilih sosok, namun sudah dalam tahap
perang ideologi. Penutup pada berita ini diakhiri dengan Ma’ruf
memohon doa dan dukungan agar bisa terpilih menjadi pemimpin
Indonesia 2019.
Struktur Mikro (Semantik;Latar,Detil,Maksud,Praanggapan,
Nominalisasi)
Latar pada berita ke 1, dimulai dari kunjungan Ma’ruf ke
Kantor PCNU Kendal untuk menggelar rapat konsolidasi
Jaringan Kyai Santri Nasional (JK). Pada acara tersebut Ma’ruf
menegaskan bahwa Pilpres bukan sekedar memilih figur, namun
sudah tahap perang ideologi kelompok moderat dan radikal.
Sebab itu dia meminta khususnya kepada warga Nahdiyin
menjaga kedaulatan bangsa. Dalam Penutup berita, Ma’ruf
118
memohon doa dan dukungan agar bisa terpilih menjadi pemimpin
Indonesia 2019, mendampingi Joko Widodo (Jokowi).
Pada berita 1, terdapat salah satu contoh detil dari deskripsi
keadaan kondisi perpolitikan di Indonesia dikatakan Ma’ruf.
(paragraf ke 1).
Elemen maksud terdapat pada paragraf 2, “Pilpres sekarag
bukan sekedar memilih. Pilpres juga perang ideologi. Kelompok
moderat dan radikal. Karena isu yang dibangun ya begitu itu,”.
Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan ada di berita 1,
terdapat pada paragraf 4, “Jadi hal yang harus dilakukan adalah
memberi kepahaman kepada ulama kita, pengurus, anggota. Baik
yang kultural dan struktural. NKRI harga mati,”.
Struktur Mikro (Sintaksis; Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata
Ganti)
Dari segi sintaksis yaitu pengemasan suatu teks dengan
menentukan bentuk kalimat, koherensi, kata ganti yang
digunakan dalam kalimat.
Bentuk kalimat pasif yang terlihat adalah bentuk kalimat aktif,
“Kalau kita tidak bisa menjaganya, kemungkinan mereka bisa
menunggangi kekuasaan,,” (paragraf 6).
Dalam hal ini digunakan agar seseorang menjadi subjek
dari tanggapannya. Kata “mereka”‟ (kelompok moderat dan
radikal) menjadi subjek, dengan kata kerja “menunggangi”,
yang berarti ‘menguasai”.
119
Koherensi atau hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan
pada berita ini adalah proposisi “pilih sosok” dan “perang
ideologi”, adalah dua prinsip yang berlainan dan dihubungkan
dengan kata “namun‟. Kalimatnya adalah, “Persaingan pemilihan
presiden 2019 bukan lagi sekedar pilih sosok, namun sudah
dalam tahap perang ideologi,”(paragraf 1 dan 2).
Koherensi pembeda juga terlihat pada kalimat, “Wajib
hukumnya setiap bagian warga Nahdliyin,”. Sebutan kata lain
untuk muslimat Nahdlatul Ulama (paragraf 2).
Koherensi kausal atau sebab akibat juga pada paragraf 2, “kalau kita
tidak bisa menjaganya kemungkinan mereka bisa menunggani kekuasaan....,”
(paragraf 6).
Pada keseluruhan berita 1, kata ganti orang ketiga jamak yaitu
“anggota, pengurus dan mereka”. Jadi hal yang harus dilakukan
adalah memberi kepahaman kepada ulama kita, pengurus,
anggota,, baik yang kultural dan struktural, NKRI harga mati,”.
Namun, penggunaan kata ganti orang pertama jamak yaitu
“kita” digunakan pada ucapan narasumber, “Jadi hal yang harus
dilakukan adalah memberi kepahaman kepada ulama kita”
(paragraf 4), “kalau kita tidak bisa menjaganya kemungkinan mereka
menunggangi kekuasaan..”, (paragraf 6).
Struktur Mikro (Stilistik; Leksikon)
Unsur leksikon atau pemilihan kata yang digunakan adalah
pemilihan kata “Warga Nahdiyin”, “Wajib hukumnya untuk warga
120
Nahdiyin untuk bisa menjaga kedaulatan negara, wajib dijaga solidaritasnya.”
(paragraf 3).
Struktur Mikro (Retoris; Grafis dan Metafora)
Dalam berita 1 ini tidak ada kata atau kalimat yang
menggunakan tanda petik. Sedangkan metafora atau kiasan
terdapat pada kalimat,“perang ideologi” dan “menunggangi”.
(paragraf 2 dan 6).
Tabel 4. “Ma’ruf Amin: Pilpres 2019 Perang Ideologi
Kelompok Moderat dan Radikal”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Pilpres 2019 perang ideologi kelompok moderat dan radikal
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur Dimulai dengan kronologis
KH. Ma’ruf Amin
menggelar rapat konsolidasi
Jaringan Kyai Santri
Nsional (JKN) di kantor
PCNU Kendal, Jawa
Tengah,Senin(4/2/19).
Isi berita, menjelaskan
bahwa pada Pilres 2019
bukan sekedar melilihsosok,
namun sudah dalam tahap
perang ideologi.
Ma’ruf mengimbau bahwa
hukumnya wajib bagi
seluruh warga Nahdliyin
untuk menjaga kedaulatan
negara.
Berita ditutup dengan
121
permohonan doa agar
Jokowi dan Ma’ruf Amin
bisa memenangkan Pilpres.
Struktur mikro
(semantik)
Latar Latar, Pilpres 2019 perang ideology kelompok mederat dan radikal.
Detil Paragraf 2 menjelaskan tentang Pilpres 2019 sudah tahap perang ideologi kelompok moderat dan radikal.
Praanggapan “kalau kita tidak bisa
menjaganya
kemungkinan mereka bisa
menunggangi
kekuasaan”. (Paragraf 6),
kalimat ini diperkuat oleh
kalimat berikutnya yang
menjelaskan isi
kedaulatan negara.
Nominalisasi -
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat Kalimat aktif,“Jadi hal
yang harus dilakukan
adalah memberi
kepahaman kepada
ulama..”. (paragraf 6).
Koherensi Koherensi (konjungsi kata
sebab akibat‟), “kalau kita
tidak bisa menjaganya
kemungkinan mereka
bisa menunggani
kekuasaan”. (paragfraf 6)
122
Kata Ganti Kata ganti “mereka”, dan “kita”
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon Nahdliyin (paragraf 3), mustasar (paragraf 4)
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Menonjolkan persatuan
umat
Metafora “menunggangi”. (paragraf 6),
Analisis Teks berita ke 2.
Struktur Makro Tematik atau judul berita: “Ma’ruf Amin:
Radikalisme jangan sampai tumbuh dan berkembang di
Indonesia”.
Super Struktural (Skematik) atau alur pada berita ke 2. Di
muali dari Calon Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin berkunjung
ke Pondok Pesantren Tanara, Kabupaten Serang, Banten. Isi
berita, pada kesempatan itu, Ma’ruf berbicara tentang bahaya
radikalisme dan menjadi ancaman keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).. Penutup pada berita ini diakhiri
dengan penjelasan penulis berita bahwa, pemilu Presiden pada
tanggal 17 April 2019 diikuti dua pasangan calon, yakni Jokowi-
KH.Ma’ruf Amin dengan nomor urut 01 dan Prabowo Subianto-
Sandiaga Uno dengan nomor urut 02.
Struktur Mikro (Semantik; Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan, Nominalisasi)
Latar pada berita ke 2, “kita harus bersihkan dan kembalikan
paham radikalisme itu,” (paragraf 2). Kalimat ini yang
mengawali ucapan langsung dari Ma’ruf dan membawa pembaca
123
bahwa bahayanya aliran keras (radikalisme) jika berkembang di
Indonesia.
Pada berita 2, elemen detil dapat dibaca pada paragraf 5
menjelaskan sejarah berdirinya Indonesia “Negara Indonesia
dibangun berdasarkan dengan kesepakatan dengan menerima
ideologi pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan
NKRI”.
Elemen maksud, “Negara meiliki kewajiban untuk mencegah
dan membersihkan paham radikalisme dan terorisme,” (paragraf
3).
Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan ada di paragraf
4. “Saya kira paham radikalisme jangan sampai tumbuh dan
berkembang di Indonesia”.
Struktur Mikro (Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata
Ganti)
Elemen sintaksis, bentuk kalimat deduktif, “Kita harus bersihkan
radikalisme, karena berbahaya dan menjadikan ancaman
keutuhan NKRI”. (paragraf 8).
Koherensi konjungsi sebab akibat, “Paham radikalisme sangat
berbahaya dan menjadikan ancaman keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), Ma’ruf beranggapan radikalisme tak
boleh diberi ruang untuk berkembang di Indonesia”. (paragraf 1).
124
Sedangkan kata ganti orang pertama jamak yakni, “kita”.Pada
kata ganti orang pertama jamak terdapat pada paragraf 2. “kita
harus bersihkan dan kembalikan paham radikalisme itu”.
Dan kata ganti jamak orang ke dua dan ketiga yakni, “dia” dan
“mereka”. Pada paragraf 3: “Menurut dia, paham radikalisme
sangat berbahaya, karena mereka melakukan kekerasan dengan
cara sendiri...”.
Struktur Mikro (Stilistik; Leksikon)
Leksikon (pemilihan kata) yang ada yaitu “keutuhan” (paragraf
1). “Bersihkan Radikalisme” (paragraf 8). “keanekaragaman”
(paragraf 7).
Struktur Mikro (Retoris; Grafis, Metafora)
Dalam berita ke 2 tidak ada kata atau kalimat yang menggunakan
tanda petik. Namun dalam berita narasumber menekankan kata
“paham radikalisme” yang diulang-ulang di beberapa paragraf
berita ke 2 ini.
Metafora yang dipakai pada berita ke 2 yakni,“tumbuh dan
berkembang”. (paragraf 4).
Tabel 5. “Ma’ruf Amin: Radikalisme jangan sampai tumbuh
dan berkembang di Indonesia”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Ma’ruf Amin: Radikalisme
jangan sampai tumbuh dan
125
berkembang di Indonesia
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur Di muali dari Calon Wakil
Presiden KH. Ma’ruf Amin
berkunjung ke Pondok
Pesantren Tanara,
Kabupaten Serang, Banten.
Isi berita, pada kesempatan
itu, Ma’ruf berbicara tentang
bahaya radikalisme dan
menjadi ancaman keutuhan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).. Ma’ruf
mengimbau bahwa
hukumnya wajib bagi
seluruh warga Nahdliyin
untuk menjaga kedaulatan
negara.
Berita ditutup Penutup pada
berita penenegasan
wartawan bahwa, pemilu
Presiden pada tanggal 17
April 2019 diikuti dua
pasangan calon, yakni
Jokowi- KH.Ma’ruf Amin
dengan nomor urut 01 dan
Prabowo Subianto-Sandiaga
Uno dengan nomor urut 02.
Struktur mikro
(semantik)
Latar Latar, paham radikalisme
sangat berbahaya
Detil Paragraf 3, menjelaskan
tentang bahaya radikalisme
dengan melakukan cara
kekerasaan
126
Praanggapan “Kita harus bersihkan
radikalisme karena
berbahaya dan menjadi
ancaman keutuhan NKRI.
(Paragraf 8).
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat
Kalimat aktif: “Saya kira
paham radikalisme jangan
sampai tumbuh dan
berkembang di Indonesia”.
(paragraf 4).
Koherensi Koherensi (konjungsi kata
sebab akibat), “radikalisme
sangat berbahaya dan
menjadikan ancaman
keutuhan NKRI. (paragraf
1)
Kata Ganti Kata ganti, “kita” dan
“mereka”.
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon keanekaragaman (paragraf
7), dibangun (paragraf 5)
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Berita ke 2 ini menonjolkan
kata radikalisme berulang-
ulang di dalam isi berita
Metafora “Tumbuh dan
berkembang”.(paragraf 4)
Analisis Teks berita 3.
Analisi Teks Berita 3 “Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya
untuk mengembangkan aliran keras”.
127
Struktur Makro Tematik
Tematik, “Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya untuk
mengembangkan aliran keras”.
Super Struktural (Skematik)
Skematik atau alur pada berita ke 3 yakni: KH. Ma’ruf Amin
menerima silaturahim para kyai dari Jakarta barat. Silaturahim itu
diawali dengan mendengar ceramah KH. Ma’ruf Amin yang
dimulai pada 05.15 WIB di kediamannya, Jalan Situbondo,
Jakarta Pusat, Selasa (6/11/19). Isi berita: Ma’ruf menyampaikan
agar selalu menjaga sesama umat dan bangsa. Jangan sampai
menumbuhkan rasa permusuhan.
Dalam penutup berita:“Sekarang ada upaya untuk
mengembangkan aliran keras”.(paragraf 6).
Struktur Mikro (Semantik; Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan, Nominalisasi)
Latar pada berita ke 3, Ma’ruf menyampaikan untuk saling
menjaga sesama umat dan bangsa. Jangan sampai menumbuhkan
rasa permusuhan,” (paragraf 2).
Kalimat ini yang mengawali ucapan langsung dari Ma’ruf dan
membawa pembaca untuk saling menjaga persaudaraan antar
sesama manusia, sebab dia menilai saat ini ada upaya tertentu
dengan menggunakan cara kekerasan.
Pada berita ke 3 ini, elemen detil dapat dilihat pada paragraf 4
menjelaskan, prinsip-prinsip persaudaraan, “NU mengeluarkan
128
prinsip ukhuwah. Ukhuwah itu saudara. Ukhuwah nadhiyah,
yaitu sesamaNU, Ukuwah Islamiyah sesama Islam”.
Elemen maksud, “Kita tidak boleh saling bermusuhan”
(paragraf 3).
Praanggapan yakni sebagai pendukung dari pernyataan ada di
paragraf 6. “Ini murni NU yang mengeluarkan (prinsip-prinsip
Ukuwah). Ini cara kita agar gerakan tidak merusak”.
Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti
Elemen sintaksis, bentuk kalimat pasif sekaligus sebagai inti
kalimat (deduktif) pada paragraf ke 2 adalah, “Dalam
kesempatan itu, Ma’ruf menyampaikan untuk selalu menjaga
sesama umat dan bangsa. Jangan sampai menumbuhkan rasa
permusuhan”.
Kata kerja menyampaikan merupakan kalimat pasif, dalam hal ini
van Dijk mengemukakan kalimat pasif ini digunakan sebagai
objek. Kalimat bentuk deduktif (inti kalimat di awal) dapat dilihat
dari satu kalimat di awal dipisahkan oleh kata “untuk”.
Koherensi konjungsi sebab akibat, “Dia (Ma’ruf) menegaskan,
ini upaya NU untuk tidak melahirkan gerakan-gerakan merusak.
Karena Ma’ruf menilai, saat ini ada upaya-upaya tertentu
dengan menggunakan cara kekerasan”. (paragraf 5).
Sedangkan kata ganti orang pertama jamak yakni, “kita”. Pada
kata ganti orang pertama jamak terdapat pada paragraf 3 dan 6).
“kita tidak boleh saling bermusuhan”. Dan “Ini cara kita agar
129
gerakan tidak merusak”. Kata orang kedua jamak terdapat pada
paragraf 4 dan 5. “Dia menturkan...” dan “Dia menegaskan...”.
Kata ganti jamak orang ketiga yakni, “para kiai” pada paragraf 1
yakni, “Calon Wakil Presiden Ma’ruf Aminhari ini menerima
silaturahim dari parai Kiai Jakarta Barat”.
Stilistik; Leksikon
Leksikon (pemilihan kata) yang ada yaitu “ceramah” pada
paragraf 1. “rasa permusuhan” pada paragraf 2. “prinsip
ukhuwah”, ukhuwah nadhiyin” ukhuwah islamiah”, “ukhuwah
watoniyah”, “ukhuwah insaniah” (paragraf 4).
Retoris; Grafis, Metafora
Dalam berita ke 3 ini , unsur Grafis narasumber menekankan kata
“ukhuwah” yakni persaudaraan yang diulang-ulang di paragraf
berita ke 4.
Metafora yang dipakai pada berita ke 3 yakni,“menumbuhkan
rasa permusuhan” pada paragraf 2. Pada paragraf ke 5 yakni,
“Melahirkan gerakan-gerakan merusak”. Dan pada paragraf ke 6
yakni, “mengembangkan aliran keras”.
Tabel 6. “Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya untuk
mengembangkan aliran keras”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya untuk mengembangkan aliran
130
keras
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur KH. Ma’ruf Amin menerima
silaturahim para kyai dari
Jakarta barat. Silaturahim itu
diawali dengan mendengar
ceramah KH. Ma’ruf Amin
yang dimulai pada 05.15
WIB di kediamannya, Jalan
Situbondo, Jakarta Pusat,
Selasa (6/11/19).
Isi berita: Isi berita: Ma’ruf
menyampaikan agar selalu
menjaga sesama umat dan
bangsa. Jangan sampai
menumbuhkan rasa
permusuhan.
Berita penutup: Sekarang ada
upaya-upaya untuk
mengembangkan aliran keras
Struktur mikro
(semantik)
Latar Para Kyai Jakarta Barat
bersilaturahim ke kediaman
Ma’ruf Amin dan pertemuan
diawali dengan
mendengarkan ceramah.
Detil Paragraf 2,Ma’ruf
menyampaikan untuk selalu
menjaga sesama umat dan
bangsa. Jangan sampai
menumbuhkan rasa
permusuhan
Praanggapan “Ini murni NU yang
mengeluarkan (prinsip
ukhuwah). Ini cara kita agar
131
gerakan tidak merusak.
Sekarang ini ada upaya-
upaya untuk
mengembangkan aliran
keras”. (paragraf 6)
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat
Kalimat pasif sekaligus
sebagai inti kalimat
(deduktif) “Dalam
kesempatan itu, Ma’ruf
menyampaikan untuk
selalu menjaga sesama
umat dan bangsa. Jangan
sampai menumbuhkan
rasa permusuhan”.
(paragraf 2).
Koherensi Koherensi (konjungsi kata
sebab akibat), “Dia
menegaskan, ini upaya NU
untuk tidak melahirkan
gerakan-gerakan merusak.
Karena Ma’ruf menilai, saat
ini ada upaya-upaya tertentu
dengan menggunakan cara
kekerasan”. (paragraf 5)
Kata Ganti Kata ganti orang ketiga jamak, “para kiai”. (paragraf 1)
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon “ceramah” pada paragraf 1.
“rasa permusuhan” pada
paragraf 2. “prinsip
ukhuwah”, ukhuwah
nadhiyin” ukhuwah
islamiah”, “ukhuwah
watoniyah”, “ukhuwah
insaniah” (paragraf 4).
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Berita ke 3 ini menonjolkan
kata “ukhuwah” pada
paragraf 4 sebanyak 7 kata.
132
Metafora “Menumbuhkan rasa”
(paragraf 2). “Melahirkan
gerakan-gerakan merusak”
(paragraf 5).
“Mengembangkan aliran
keras”(paragraf 6).
Analisis Teks berita ke 4.
Struktur Makro Tematik atau judul berita: “Ma’ruf Amin:
Islam dan kebangsaan tak bisa dipertentangkan”.
Super Struktural (Skematik) atau alur pada berita ke 4 di mulai
dari Calon Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin mengatakan,
kepada wartawan dalam sebuah diskusi politik, bahwa Islam dan
kebangsaan tidak bisa dipertentangkan di Indonesia saat ini. Isi
berita, Ma’ruf menyebut NKRI dan pancasila adalah kesepakatan
dan titik temu antara Islam dan Nasionalis. Penutup pada paragraf
berita ke 4 ini diakhiri dengan penegasan Ma’ruf bahwa, sudah
ada kesepakatan (Islam dan kebangsaan) dan itu mengikat.
Struktur Mikro: Semantik; Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan
Pada berita ke 2, Latar: “Persoalan Islam dan kebangsaan sudah
diselesaikan oleh para pendiri bangsa sejak negara ini
didirikan” (paragraf 1).
Pada berita ke 4, elemen detil dapat dilihat pada paragraf 2 yakni,
“para ulama kita di Indonesia sudah dapat menyelesaikan,
mengkompromikan antara Islam dan kebangsaan. Sehingga
133
Islam dan kebangsaan tidak ada lagi pertentangan, tidak ada lagi
konfrontatif”.
Elemen maksud, “...Jika ada yang masih mempertentangkan,
artinya orang tersebut mispresepsi.. ”. (paragraf 3).
Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan ada di paragraf
5. “Ma’ruf Amin menyebut NKRI dan Pancasila adalah
kesepakatan dan titik temu antara Islam dan nasionalis. Hal ini
perlu dijaga seterusnya”.
Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti
Elemen sintaksis, bentuk kalimat pasif “Karena itu, lanjutnya,
paham keagamaan yang radikal menjadi tantangan saat ini.....
(paragraf 6).
Koherensi konjungsi sebab-akibat, “Apabila masih ada yang
persoalkan bisa mispresepsi ke-Islamannya. Sehingga tidak bisa
memahami kebangsaan. Atau mispresepsi tentang kebangsaanya,
sehingga tidak bisa memahami tentang kedua hubungan
keduanya”, (paragraf 4).
Sedangkan kata ganti orang pertama jamak yakni, “kita”. Pada
kata ganti orang pertama jamak terdapat pada paragraf 2, “para
ulama kita di Indonesia....”. dan paragraf 7, “kita disini sudah
ada kesepakatan....”
Dan kata ganti jamak orang ke dua yakni, “orang tersebut”
Pada paragraf 3 yakni, “Ketua MUI ini menganggap jika ada
masih mempertentangkan, artinya orang tersebut mispresepsi”.
134
Sedangkan kata ganti orang ke tiga jamak yakni, “para pendiri
bangsa”, pada paragraf 1, “para ulama” pada paragraf 2.
Stilistik; Leksikon
Leksikon (pemilihan kata) pada berita ke 4 yaitu,“pendiri
bangsa” (paragraf 1). “mengkompromikan” dan “konfrontatif”
(paragraf 2). “mispresepsi” (paragraf 2dan 4). “kedua hubungan
keduanya” (paragraf 4). “nasionalis”, dan “NKRI” (paragraf 5).
“radikal” dan “majemuk” (paragraf 6).
Retoris; Grafis, Metafora
Dalam berita ke 4 penekanan kata pada Islam dan kebangsaan
pada paragraf berita ke 1.
Metafora yang dipakai pada berita ke 4 yakni,“negara
majemuk”. (paragraf 7).
Tabel 7. “Ma’ruf Amin: Islam dan kebangsaan tak bisa
dipertentangkan”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Ma’ruf Amin: Islam dan
kebangsaan tidak bisa
dipertentangkan
135
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur Calon Wakil Presiden KH.
Ma’ruf Amin mengatakan,
kepada wartawan dalam
sebuah diskusi politik,
bahwa Islam dan
kebangsaan tidak bisa
dipertentangkan di
Indonesia saat ini.
Isi berita: Ma’ruf menyebut
NKRI dan pancasila adalah
kesepakatan dan titik temu
antara Islam dan Nasionalis
Berita penutup: Ma’ruf
menegaskan, sudah ada
kesepakatan (Islam dan
kebangsaan) sejak Indonesia
berdiri dan itu mengikat.
Struktur mikro
(semantik)
Latar “Persoalan Islam dan
kebangsaan sudah
diselesaikan oleh para
pendiri bangsa sejak negara
ini didirikan” (paragraf 1).
Detil “Para ulama kita di
Indonesia sudah dapat
menyelesaikan,
mengkompromikan antara
Islam dan kebangsaan.
Sehingga Islam dan
kebangsaan tidak ada lagi
pertentangan, tidak ada lagi
konfrontatif”. (paragraf 2).
Praanggapan “Ma’ruf Amin menyebut
NKRI dan Pancasila adalah
kesepakatan dan titik temu
antara Islam dan nasionalis.
Hal ini perlu dijaga
136
seterusnya”. (paragraf 5)
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat
Bentuk kalimat pasif
“Karena itu, lanjutnya,
paham keagamaan yang
radikal menjadi tantangan
saat ini..... (paragraf 6).
Koherensi Koherensi (konjungsi kata
sebab akibat), “Apabila
masih ada yang persoalkan
bisa mispresepsi ke-
Islamannya. Sehingga tidak
bisa memahami kebangsaan.
Atau mispresepsi tentang
kebangsaanya, sehingga
tidak bisa memahami
tentang kedua hubungan
keduanya”, (paragraf 4).
Kata Ganti kata ganti orang pertama
jamak yakni, “kita”.
(paragraf 2). “para ulama
kita di Indonesia....”. dan
paragraf 7, “kita disini
sudah ada kesepakatan....”
Dan kata ganti jamak orang
ke dua yakni, “orang
tersebut” Pada paragraf 3.
Sedangkan kata ganti orang
ke tiga jamak yakni, “para
pendiri bangsa”, pada
paragraf 1, “para ulama”
pada paragraf 2.
137
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon Pemilihan kata pada berita
ke 4 yaitu,“pendiri
bangsa” (paragraf 1).
“mengkompromikan” dan
“konfrontatif” (paragraf 2).
“mispresepsi” (paragraf
2dan 4). “kedua hubungan
keduanya” (paragraf 4).
“nasionalis”, dan “NKRI”
(paragraf 5). “radikal” dan
“majemuk” (paragraf 6).
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Narasumber penekanan kata
pada kata Islam dan kata
kebangsaan pada paragraf
berita ke 1.
Metafora Metafora yang dipakai pada
berita ke 2 yakni,“negara
majemuk”. (paragraf 7).
Analisis Teks berita ke 5.
Struktur Makro Tematik, judul berita: “Ma’ruf Amin akan
lebih banyak bicara isu terorisme di debat capres”.
Super Struktural (Skematik) atau alur pada berita ke 5 di
mulai pada pernyataan pengacara pasangan calon nomor 01,
Yusril Ihzha Mahendra, bahwasanya cawapres Ma’ruf Amin akan
lebih banyak bicara soal terorisme pada debat capres perdana. Isi
berita yakni, pada debat capres-cawapres pertama adalah soal
138
hukum, HAM, korupsi dan terorisme. Penutup berita: “Karena
lebih banyak dikira terorisme terkait dengan Islam. Jadi lebih
tepat Pak Ma’ruf yang menjawab, lengkap dengan ayat-ayat Al-
Quran sekaligus”.
Struktur Mikro Semantik; Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan
Latar pada berita ke 5 diawali dari penyataan Yusril sebagai
kuasa hukum Jokowi-Ma’ruf di Pilpres 2019. Bahwasanya
cawapres Ma’ruf Amin akan banyak bicara soal terorisme dan
bakal membawa dalil-dalil AlQuran, (paragraf 1).
Pada berita ke 5 ini, elemen detil dapat dilihat pada paragraf 5
yakni, “Dalam menjawab isu teroris medalam debat, bakal
ditekankan bahwa penanggulangan terhadap aksi teror bukan
meusuhi Islam. Aksi teror di Indonesia sendiri lebih banyak
dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal yang berafiliasi
dengan ISIS. Kubu inkumben bakal menekankan pendekatan yang
soft” (paragraf 5).
Elemen maksud, “Kalau mengenai terorisme terutama
penekanannya nanti bahwa menghadapi terorisme itu sama
sekali tidak berarti pemerintah itu memusuhi Islam, (paragraf 6).
Praanggapan sebagai pendukung dari pernyataan ada di paragraf
9 yakni : “Karena lebih banyak dikira terorisme terkait dengan
Islam. Jadi lebih tepat Pak Ma’ruf yang menjawab, lengkap
dengan ayat-ayat Al-Quran sekaligus”.
139
Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti
Elemen sintaksis, bentuk kalimat pasif deduktif, “Karena lebih
banyak dikira terorisme terkait dengan Islam. Jadi lebih tepat Pak
Ma’ruf yang menjawab, lengkap dengan ayat-ayat Al-Quran
sekaligus”. (paragraf 9).
Koherensi konjungsi sebab-akibat, “Pemerintah menjunjung
tinggi agama Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat. Tapi
beliau (Ma’ruf) ingin sekali ada pendekatan (pemahaman) yang
perlu diluruskan.....” (paragraf 7).
Sedangkan kata ganti orang kedua jamak yakni, “dia” pada
paragraf 5. “Beliau” pada paragraf ke 7.
Sedangkan kata ganti orang ke tiga jamak yakni, “kelompok-
kelompok radikal”, pada paragraf 5, “kepada yang lainnya” pada
paragraf 7.
Leksikon (pemilihan kata) pada berita ke 4 yaitu,“pasangan
calon”, “dalil-dalil”, “aksi teror” (paragraf 1). “revisi”
(paragraf 2). “kubu” dan “pemantapan” (paragraf 3). “pakar”
(paragraf 4). “berafiliasi”, “inkumben”, “soft” (paragraf 5).
“memusuhi Islam” (paragraf 6). “toleran” (paragraf 7). “Rais
Am” (paragraf 8). “ayat-ayat” (paragraf 9).
Retoris; Grafis, Metafora
Dalam berita ke 5, penekanan kata yang ditonjolkan yakni Islam
dan terorisme pada paragraf ke 1.
140
Metafora yang dipakai pada berita ke 5 yakni,“pembisik”.
(paragraf 4).
Tabel 8. “Ma’ruf Amin akan lebih banyak
bicara isu terorisme di debat capres”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Ma’ruf Amin akan lebih
banyak bicara isu terorisme
di debat capres
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur Di mulai pada pernyataan
pengacara pasangan calon
nomor 01, Yusril Ihzha
Mahendra, bahwasanya
cawapres Ma’ruf Amin akan
lebih banyak bicara soal
terorisme pada debat capres
perdana.
Isi berita yakni, pada debat
capres-cawapres pertama
adalah soal hukum, HAM,
korupsi dan terorisme.
Penutup berita: “Karena
lebih banyak dikira
terorisme terkait dengan
Islam. Jadi lebih tepat Pak
Ma’ruf yang menjawab,
lengkap dengan ayat-ayat
Al-Quran sekaligus”.
Struktur mikro
(semantik)
Latar Yusril sebagai kuasa hukum
Jokowi-Ma’ruf memaparkan
ahwasanya cawapres Ma’ruf
Amin akan banyak bicara
soal terorisme dan bakal
141
membawa dalil-dalil
AlQuran, (paragraf 1).
Detil “Dalam menjawab isu
terorismedalam debat, bakal
ditekankan bahwa
penanggulangan terhadap
aksi teror bukan meusuhi
Islam. Aksi teror di
Indonesia sendiri lebih
banyak dilakukan oleh
kelompok-kelompok radikal
yang berafiliasi dengan
ISIS. Kubu inkumben bakal
menekankan pendekatan
yang soft” (paragraf 5).
Praanggapan “Karena lebih banyak
dikira terorisme terkait
dengan Islam. Jadi lebih
tepat Pak Ma’ruf yang
menjawab, lengkap
dengan ayat-ayat Al-
Quran sekaligus”.
(paragraf 9).
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat Bentuk kalimat pasif
deduktif, “Karena lebih
banyak dikira terorisme
terkait dengan Islam. Jadi
lebih tepat Pak Ma’ruf
yang menjawab, lengkap
dengan ayat-ayat Al-
Quran sekaligus”.
(paragraf 9).
142
Koherensi “Pemerintah menjunjung
tinggi agama Islam yang
dianut oleh mayoritas
masyarakat. Tapi beliau
(Ma’ruf) ingin sekali ada
pendekatan (pemahaman)
yang perlu diluruskan.....”
(paragraf 7).
Kata Ganti Kata ganti orang kedua jamak
yakni, “dia” pada paragraf 5.
“Beliau” pada paragraf ke 7.
Sedangkan kata ganti orang ke tiga
jamak yakni, “kelompok-
kelompok radikal”, pada paragraf
5, “kepada yang lainnya” pada
paragraf 7.
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon pemilihan kata) pada berita
ke 4 yaitu,“pasangan
calon”, “dalil-dalil”, “aksi
teror” (paragraf 1). “revisi”
(paragraf 2). “kubu” dan
“pemantapan” (paragraf 3).
“pakar” (paragraf 4).
“berafiliasi”, “inkumben”,
“soft” (paragraf 5).
“memusuhi Islam” (paragraf
6). “toleran” (paragraf 7).
“Rais Am” (paragraf 8).
“ayat-ayat” (paragraf 9).
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Dalam berita ke 5, penekanan kata
ditonjolkan yakni Islam dan
terorisme pada paragraf ke 1.
143
Metafora Metafora yang dipakai
pada berita ke 5
yakni,“pembisik”.
(paragraf 4).
Analisis Berita ke 6:
Struktur Makro Tematik atau judul berita: “Ma’ruf ingatkan
semua pihak terima hasil pemilu 2019 dengan lapang dada”.
Super Struktural (Skematik) atau alur pada berita ke 6 ini awal
paragraf cawapres Ma’ruf Amin mengingatkan agar semua pihak
menerima dengan lapang dada hasil pemilu 2019 dari KPU. Hal
ini disampaikan pada acara buka bersama di Posko Cemara No.
!9, Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat (17/05).
Isi berita: Dengan menerima kesepakatan tersebut, Insya allah
semuanya akan menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak diterima,
maka akan menimbulkan disharmoni sesama anak bangsa.
Penutup berita: Ma’ruf menyampaikan bahwa gerakan massa
atau people power sebenarnya tidak diperlukan. Terlebih di
momen Ramadan seperti sekarang ini.
Struktur Mikro (Semantik; Latar, Detil, Maksud,
Praanggapan, Nominalisasi)
144
Latar pada berita ke 6 diawali dari imbauan Ma’ruf pada buka
puasa bersama dengan tajuk “Gutuk yuk, merajut kembali tali
batin kebangsaan, gotong royong bangun negeri”.
Pada berita ke 6 ini, elemen detil dapat dilihat dari ucapan Ma;ruf
yakni, “Negara indonesia ini adalah Negara Kesepakatan
(Daarul Miitsaq) didirikan oleh para Bapak Bangsa dengan
kesepakatan, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Termasuk di antaranya ialah pemilihan umum. Itu juga
merupakan kesepakatan, di mana hasilnya apapun itu harus
diterima dengan lapang dada”.” (paragraf 3)
Elemen maksud, “Dengan menerima kesepakatan tersebut, Insya
Allah semua akan menjadi lebih baik...”. (paragraf 5).
Praanggapan, “Dengan menerima hasil pemilu akan membuat
ssituasi nasional menjadi damai. (paragraf 4).
Struktur Mikro (Sintaksis; Bentuk kalimat, Koherensi, Kata
Ganti),
Elemen sintaksis, bentuk kalimat pasif induktif, “Cawapres
Ma’ruf Amin mengingatkan agar semua pihak menerima dengan
lapang dada hasil pemilu 2019 dari KPU. (paragraf 9).
Koherensi konjungsi sebab-akibat: “Dengan menerima hasil
pemilu akan membuat ssituasi nasional menjadi damai.
Sebaliknya, jika tidak diterima, maka akan menimbulkan
disharmoni antar sesama anak bangsa” (paragraf 5).
Kata ganti orang kedua jamak yakni, “dia” pada paragraf 3,6,8).
145
Sedangkan kata ganti orang ke tiga jamak yakni, “semua pihak”,
(paragraf, 4,6,)
Stilistik; Leksikon
Leksikon (pemilihan kata) pada berita ke 6 yaitu, “lapang
dada”, (paragraf 1).“tali batin”(paragraf 2). (Daarul Miitsaq),
(paragraf 3). “prasangka” (paragraf 6). “Insya Allah” (paragraf
5). “disharmoni”(paragraf 5).“people power” (paragraf 7).
“ramadhan” dan “momen” (paragraf7). “profesi” (paragraf 8).
“guyub” (paragraf 2).
Retoris; Grafis, Metafora
Dalam berita ke 6, penekanan kata yang ditonjolkan yakni
kesepakatan bersama pada paragraf ke 1.
Metafora : “Tali Batin” (paragraf 2).
Tabel 9. “Ma’ruf ingatkan semua pihak terima hasil pemilu
2019 dengan lapang dada”.
Struktur
Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Topik/ Tema Ma’ruf Amin igatkan semua
pihak terima hasil pemilu
2019 dengan lapang dada
146
Super struktur
(skematik)
Skema/ Alur pada berita ke 6 ini awal
paragraf Cawapres Ma’ruf
Amin mengingatkan agar
semua pihak menerima
dengan lapang dada hasil
pemilu 2019 dari KPU. Hal
ini disampaikan pada acara
buka bersama di Posko
Cemara No. !9, Menteng,
Jakarta Pusat, pada Jumat
(17/05).
Isi berita: Dengan menerima
kesepakatan tersebut, Insya
Allah semuanya akan
menjadi lebih baik,
sebaliknya jika tidak
diterima, maka akan
menimbulkan disharmoni
sesama anak bangsa.
Penutup berita: Ma’ruf
menyampaikan bahwa
gerakan massa atau people
power sebenarnya tidak
diperlukan. Terlebih di
momen Ramadan seperti
sekarang ini.
Struktur mikro
(semantik)
Latar Imbauan Ma’ruf pada
buka puasa bersama
dengan tajuk “Gutuk yuk,
merajut kembali tali batin
kebangsaan, gotong
royong bangun negeri”.
147
Maksud “Dengan menerima
kesepakatan tersebut, Insya
Allah semua akan menjadi
lebih baik...”. (paragraf 5).
Detil “Negara indonesia ini
adalah Negara Kesepakatan
(Daarul Miitsaq) didirikan
oleh para Bapak Bangsa
dengan kesepakatan, yaitu
Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Termasuk di
antaranya ialah pemilihan
umum. Itu juga merupakan
kesepakatan, di mana
hasilnya apapun itu harus
diterima dengan lapang
dada”.” (paragraf 3)
Praanggapan “Dengan menerima hasil
pemilu akan membuat
ssituasi nasional menjadi
damai. (paragraf 4).
Struktur mikro
(sintaksis) Bentuk
Kalimat
Bentuk kalimat pasif
induktif, “Cawapres Ma’ruf
Amin mengingatkan agar
semua pihak menerima
dengan lapang dada hasil
pemilu 2019 dari KPU.
148
(paragraf 9).
Koherensi “Dengan menerima hasil
pemilu akan membuat
ssituasi nasional menjadi
damai. Sebaliknya, jika
tidak diterima, maka akan
menimbulkan disharmoni
antar sesama anak bangsa”
(paragraf 5).
Kata Ganti Kata ganti orang kedua
jamak yakni, “dia” pada
paragraf 3,6,8).
Sedangkan kata ganti orang
ke tiga jamak yakni, “semua
pihak”, (paragraf, 4,6,)
Struktur mikro (stilistik)
Leksikon “Lapang dada”, (paragraf 1).
“tali batin”(paragraf 2).
(Daarul Miitsaq), (paragraf
3). “prasangka” (paragraf
6).“Insya Allah” (paragraf
5). “disharmoni” (paragraf
5). “people power”(paragraf
7). “ramadhan” dan
“momen(paragraf7).
“profesi” (paragraf 8).
“guyub” (paragraf 2).
Struktur mikro
(Retoris) Grafis Dalam berita ke 6,
penekanan kata yang
ditonjolkan yakni
kesepakatan bersama pada
149
paragraf ke 1.
Metafora Dalam berita ke 6,
penekanan kata yang
ditonjolkan yakni
kesepakatan bersama pada
paragraf ke 1.
2. Kognisi Sosial Berita KH. Ma’ruf Amin Pada Pemilu
Presiden 2019 di Merdeka.com
Dalam memahami sebuah teks, kognisi sosial menjadi hal
terpenting. Pada umumnya teks diasumsikan tidak mempunyai
makna, namun anggapan tersebut salah karena teks diberikan
makna oleh si pemakai bahasa (penulis). Makna inilah
dikonstruksi oleh penulis.
Dalam menganalisa struktur kedua wacana Van Dijk ini
yaitu, kesadaran mental wartawan. Sama halnya seperti berita-
berita “Rutinitas Media Merdeka.com Dalam Memberitakan KH.
Ma’ruf Amin di Pilpres 2019”. berita ini tidak terlepas dari
konstruksi teks, serta mental dari wartawan Merdeka.com.
Tentunya, Merdeka.com memiliki nilai, pengaruh, dan ideologi
dari terbentuknya teks tersebut.
Wacana tentang berita KH. Ma’ruf yang dimuat oleh
media Merdeka.com pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
merupakan peristiwa yang telah terjadi, sebelum berita tersebut
dipublikasikan. Merdeka.com adalah media online berkonten
150
berita, di antaranya berita politik dengan mengandalkan 90% isi
beritanya dari wartawan yang meliput di lapangan yang mereka
kirim melalui email ke redaksi Merdeka.com.
Dikutip dari wawancara ketika peneliti bertanya mengenai
bagaimana proses pra produksi sebelum berita diangkat, Redaktur
Pelaksanan Merdeka.com, Wisnoe Moerti menceritakan prosedur
awal perencanaan liputan:
“Kami setiap sore hari mengadakan rapat redaksi dihadiri oleh
setiap kepala desk. Isu apa akan diangkat. Siapa narasumbernya
dan siapa saja reporternya yang turun ke lapangan. Setelah
reporter mendapatkan hasil liputan, lalu dikirim ke email redaksi
diterima oleh editor di ruang redaksi Merdeka.com sebelum naik
berita (tayang), editor memeriksa dahulu hasil liputan. Jika sudah
layak, baru akan dipublish”.182
Wisnoe Moerti, Selain sebagai redaktur Pelaksana, dia
juga “menggawal” berita-berita Cawapres KH. Ma’ruf Amin,
dalam peliputan berita KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019,
dirinya lebih dahulu mengadakan rapat redaksi.
“Keputusan memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada Pemilu
lantaran dianggap bisa meredakan suasana perpolitikan di
Indonesia. Ucapannya selalu mengimbau persatuan NKRI, soal
kebangsaan, kerukunan umat beragama dan memerangi terorisme
dan radikalisme,”183
182 Wawancara Peneliti kepada Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan. 8 Oktober 2019. 183 Wawancara Peneliti kepada Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan. 8 Oktober 2019.
151
3. Strategi Dalam Memahami Peristiwa
Untuk mengetahui sejauh mana wartawan mencampurkan
pengetahuan dimiliki ke dalam berita. Dalam hal ini, Van Dijk
mempunyai empat elemen untuk mengetahui strategi wartawan
dalam memahami peristiwa. Strategi Van Dijk untuk mengetahui
model digunakan wartawan terhadap berita dalam memahami
peristiwa pemberitaan KH. Ma’ruf pada Pilpres 2019 adalah
dengan melakukan empat strategi.
Pertama, seleksi. Seleksi adalah strategi kompleks untuk
menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, dan informasi
diseleksi oleh wartawan, kemudian ditampilkan ke dalam berita.
Setiap media maupun wartawan memiliki ideologinya masing-
masing. Merdeka.com merupakan media online yang setiap hari
memberitakan peristiwa, dalam penentuan dan pemilihan tema
liputan dirapatkan terlebih dahulu oleh redaksi Merdeka.com.
Setelah disetujui oleh semua redaksi, reporter turun ke
lapangan untuk meliput. Tema liputan KH. Ma’ruf Amin
disetujui oleh Pimpinan Redaksi, redaktur pelaksana serta para
kepala desk liputan. Akhirnya, disepakati, Merdeka.com
menempatkan empat reporter untuk mengawal agenda rutin
Ma’ruf Amin selama kampanye Pilpres 2019. Untuk pemilihan
narasumber, redaksi memilihnya sendiri Narasumber utama
tentunya KH. Ma’ruf Amin, selain itu wartawan juga mencari
data-data pendukung terkait dengan pemberitaan tersebut.
Kedua yaitu reproduksi. Setelah menggunakan strategi
pertama yaitu penyeleksian tema yang dipilih, reproduksi berita
152
yang berkaitan dengan perolehan informasi dari narasumber.
Dalam hal ini, wartawan mencari data sebanyak-banyaknya
tentang KH. Ma’ruf Amin ketika meliput dan mengkonfirmasikan
kembali kepada narasumber. Selain itu juga, editor berita yang
ada di kantor redaksi Merdeka.com mengkroscek setiap data,
dialog narasumber, detil kejadian, serta hal-hal kecil lainnya
untuk ditanyakan kembali kepada wartawan yang meliput.
Supaya informasi yang didapatkan wartawan benar-benar akurat
dan harus dikroscek lagi ketika proses editing berita berlangsung,
sebelum sampai kepada publik.
“Berita yang masuk ke redaksi, kami cek dulu. Mulai dari judul,
isi berita sampai pernyataan narasumber kami perisa sebelum
naik (tayang”.184
Strategi ketiga adalah kesimpulan. Setelah penyeleksian
tema (judul) serta narasumber dan reproduksi informasi dari
narasumber, selanjutnya adalah proses penyimpulan data dari
informasi narasumber dan penunjang lainnya. Semua itu dikemas
dalam satu teks berita utuh menjadi sebuah berita.
Wartawan Merdeka.com di lapangan menuliskan ucapan-
ucapan narasumber utama, yaitu KH. Ma’ruf Amin serta
menuliskan siapa saja yang hadir dan berada dalam kampanye
Ma’ruf. Di antaranya para tim kampanye Jokowi-Ma’ruf, Yusril
Ihzha Mahendra (Kuasa Hukum Pasangan Capres-Cawapres 01,
Jokowi-Ma’ruf).
184 Wawancara Peneliti kepada Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan. 8 Oktober 2019.
153
Pada strategi ini, wartawan tidak hanya memasukkan
ucapan narasumber ke dalam teks saja, tapi deskripsi situasi serta
sense penglihatan dan pendengaran ketika meliput di lapangan.
Seperti berita yang berjudul, Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-
upaya untuk mengembangkan aliran keras, yang terdapat pada
paragraf 1.
“Calon Wakil Presiden nomor urut 01, ma’ruf amin hari ini
menerima silaturahim dari para kyai Jakarta Barat. Pertemuan ini
diawali dengan mendengar ceramah dari Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) itu. Acara tersebut dimulai sekitar pukul 05:15
WIB di Rumah Ma’ruf di Jalan Situbondo, Jakarta Pusat. Dalam
kesmpatan itu, Ma’ruf menyampaikan untuk selalu menjaga
sesama umat dan bangsa. Jangan sampai menumbuhkan rasa
permusuhan”.185
Wisnoe memaparkan, bahwa pantauan atau pengamatan
mata dari reporter di lokasi liputan bisa menjadi berita awal,
meski belum ada quote (ucapan) dari narasumber, bisa naik
tayang (dimuat).
“Biasanya reporter bisa melaporkan berita dari pengamatan/pantauan di lokasi
liputan. Baik itu dari suasana lokasi, siapa saja yang sudah hadir di
lokasi. Berupa poto situasi juga bisa (berita poto). Kita
menyebutnya laporan pandangan mata (laporan awal),”186
Strategi keempat, transformasi lokal. Strategi ini
berhubungan dengan bagaimana peristiwa tersebut ditampilkan.
185 https://www.merdeka.com/peristiwa/maruf-amin-sekarang-ada-
upaya-upaya-untuk-mengembangkan-aliran-keras.html. Diakses pada 25
Oktober 2019.
186 Wawancara Peneliti kepada Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan. 8 Oktober 2019.
154
Dalam pemberitaan KH. Ma’ruf Amin di Merdeka.com dikemas
dengan menarik.
4. Kognisi Wartawan Dalam Memahami Peristiwa
Perihal pengetahuan wartawan dalam memahami berita
KH. Ma’ruf Amin yang dimuat, bahwa berita Pilpres 2019 penuh
dengan perang ideologi dan Suku Ras dan Aagama (SARA).
Munculnya sosok Ma’ruf sebagai Cawapes dalam kancah Pilres
membuat suasana menjadi sejuk. Sebab ulama sepuh ini dianggap
bisa mendinginkan suasana dan mempersatukan antar golongan
dengan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan umat dalam tiap
kampanyenya.
Keterikatan Merdeka.com mengangkat pemberitaan KH.
Ma’ruf amin dalam memahami peristiwa Pilpres 2019 ini sangat
erat. Wartawan ditugaskan untuk mencatut ucapan-ucapan
Ma’ruf yang selalu menggaungkan persatuan, toleransi, anti
kekerasan (radikalisme) dan bahaya terorisme dalam
keberagamaan di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh
Redaktur Pelaksana Merdeka.com, Wisnoe Moerti kepada
peneliti melalui wawancara:
“Ma’ruf Amin menjadi penyejuk dan peredam suhu perpolitikan
Pilpres 2019. Di saat mayarakat terkotak-kotak. Berbeda pilihan
antar kelompok terkait pemimpin bangsa, namun Ma’ruf dapat
meredam semua itu dengan ucapan-ucapanya yang selalu
mengimbau agar umat menjaga kedaulatan bagsan dan tidak
155
mudah terpropokasi oleh kepentingan kelompok yang berupaya
menghancurkan NKRI,”187
Wartawan mengonstruksi secara deskripsi tempat
kampanye yang disambangi Ma’ruf dan paham kultural
masyarakat Indonesia, serta alasan mengapa Ma’ruf selalu
berbicara persatuan dan kedaulatan bangsa, wartawan memahami
itu semua. Secara geografis dan emosional, wartawan sudah
paham, karena selalu bertemu dengan berbagai kalangan.
Namun, yang menjadi titik utama dari angle berita188 yang
diambil dalam berita KH. Ma’ruf Amin adalah bagaimana
wartawan merdeka berupaya menyajikan berita penyejuk yang
disampaikan melalui ucapan ulama tersebut. Bagaimana
wartawan meliput dengan kehati-hatian, agar tidak menyinggung
kelompok tertentu.
Merdeka.com mencoba melepaskan keberpihakannya
meskipun tiap media punya kepentingan perusahaan. wartawan
mencoba menulis sesuai dengan angle berita, serta memasukkan
dari beragam fakta ditemukan di lapangan, tidak hanya dari
laporan rilis yang dikirim oleh tim kampanye Jokowi-Ma’ruf.
Jika strategi media dan wartawan dalam memahami
peristiwa dan kognisi tersebut, seperti yang diterangkan di atas,
187 187 Wawancara Peneliti kepada Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan. 8 Oktober 2019.
188 Berita (news angle) adalah sudut pandang (poin of view) wartawan
terhadap sebuah peristiwa atau kasus. Sudut pandang ini secara teknis
menentukan penulisan judul (head) dan teras (lead) atau alinea pertama naskah
berita.Diakses :https://www.romelteamedia.com/2016/07/angle-berita-sudut-
pandang-untuk-judul-lead.html?m=0. 24 Oktober 2019, pukul 19:10 WIB.
156
maka dapat diambil kesimpulan dalam tabel empat skema atau
model kognisi sosial van Dijk, sebagai berikut:
Tabel 10.
Skema/Model kongnisi Sosial Van Dijk
Skema Person (Person Schemes)
Wisnoe Moerti adalah wartawan sekaligus Redaktur
Pelaksana Merdeka.com. Ia yang menggawangi
sekaligus mengedit berita-berita KH. Ma’ruf Amin
pada Pilpres 2019. Berita tersebut dimuat
Merdeka.com. wisnoe lahir di Bandung dan
berdomisili di Bogor hingga sekarang.
Skema Diri (Self Schemes)
Wisnoe menulis berita ini pada kanal news, berita
politik yang ada di Merdeka.com. Dia adalah
wartawan Merdeka.com. Ia mengambil anggle
(sudut pandang) peristiwa pemberitaan KH.
Ma’ruf Amin bukan dari segi kepentingan politik,
melainkan melihat sisi perdamaian dan persatuan
bangsa. Hal ini terlihat dari judul dan isi berita
KH. Ma’ruf Amin yang Ia muat selalam Pilpres
2019.
Skema Peran (Role Schemas)
Skema ini berkaitan dengan peran dari media
naungan berita tersebut berada. Merdeka.com.
Sejak meliput pemberitaan Calon Wakil Presiden
157
KH. Ma’ruf Amin di Pilpres. Merdeka.com selalu
mengedepankan berita-berita penyejuk dan
peredam dari panasnya perpolitikan Pilpres 2019.
Wisnoe selalu menggambil angle Ma’ruf Amin
sebagai pemersatu umat. Berita Ma’ruf menjadi
jembatan untuk mendamaikan umat dan
kedaulatan bagsa.
Skema Peristiwa (Even Schemas
Seperti dikatakan oleh Wisnoe Moerti, bahwa
peristiwa pilpres 2019 adalah ajang kontestasi
politik. Sebab itu dibutuhkan peran figur (sosok)
pemimpin yang bisa mempersatkan umat
sekaligus meredakan gejolak radikalisme, serta
panasnya perpolitikan di Indonesia. Sosok itu ada
pada diri KH. Ma’ruf Amin . Selain itu,
masyarakat setiap hari perang siber, bukan lagi
bersaing pada tataran argumen, namun sudah
mengarah pada ujaran kebencian terhadap salah
satu kontestan Pilpres 2019.
5. Konteks Sosial Berita KH. Ma’ruf Amin
Analisis sosial (konteks sosial) berkaitan dengan hal-hal
memengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah
wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi sosial sedang
terjadi saat itu. Pada konteks sosial tertentu, sebuah wacana dapat
diteliti, dianalisis, dan dimengerti.
158
Konteks ini juga berkaitan dengan who atau siapa dalam
hubungan komunikasi. Siapa yang menjadi komunikatornya,
siapa komunikannya, dalam situasi bagaimana, apa mediumnya,
dan mengapa ada peristiwa tersebut. Dalam analisis sosial ini,
meneliti wacana sedang berkembang di masyarakat pada konteks
terbentuknya sebuah wacana dalam masyarakat. Bagaimana
masyarakat memproduksi dan mengkonstruksikan sebuah
wacana.
Dalam konteks peristiwa berita rutinitas Merdeka.com
memberitakan KH. Ma’ruf Amin Pada Pilpres 2019 ini menjadi
komunikator189 adalah KH. Ma’ruf Amin dan komunikan190
adalah masyarakat Indonesia yang membaca Merdeka.com.
Pilpres 2019 saat itu dalam keadaan memanas disebabkan isu-isu
Suku Ras dan Agama (SARA). Merdeka.com menjadi medium di
antara peristiwa tersebut untuk mempublikasikan berita Cawapres
KH. Ma’ruf Amin.
189 komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim
pesan.Sumber:http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-
komunikan-dan-komunikator. Diakses pada 31 Oktober 2019. 190 komunikan adalah pihak penerima pesan dalam sebuah proses
komunikasi.Sumber:http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-
komunikan-dan-komunikator. Diakses pada 31 Oktober 2019.
159
Peneliti menganalisis konteks sosial ini, terbagi ke dalam
dua bagian, yaitu:
a) Praktik Kekuasaan
Konstruksi praktik kekuasaan, dalam peristiwa berita KH.
Ma’ruf Amin ini adalah bagaimana media Merdeka.com
mengulas dan menempatkan judul-judul berita dari ucapan
(quote) Ma’ruf yang memiliki dominasi lebih besar ketimbang
lawan politiknya yakni, Prabowo-Sandiaga. Ini bisa dibaca dari
judul dan isi berita Ma’ruf yang selalu menekankan pentingnya
persatuan, radikalisme, terorisme, tolerasi serta kedaulatan NKRI
yang erlihat pada masa kampanye Pilpres 2019 dan berita-berita
dimuat Merdeka.com. (bisa dilihat pada Berita 1 sampai 6).
Dari berita-berita tersebut jelas sekali bagaimana praktik
kekuasaan Merdeka,com mengemas berita KH. Ma’ruf dalam
setiap tayang (dimuat).
b) Akses memengaruhi Wacana
Dalam akses mempengaruhi wacana, tentu saja
Merdeka.com kuasa yang dominan. Dari macam–macam akses
Van Dijk kemukakan, Merdeka.com memilki akses yang disebut
dengan akses perencanaan (planning), akses wacana dalam hal
setting, akses wacana dalam hal mengontrol peristiwa komunikasi
(communicative event), dan kontrol wacana atas khalayak.
Hal ini dapat dilihat pada pemaparan peristiwa rutinitas
media Merdeka.com memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada
Pilpres 2019 lebih banyak memuat soal persatuan dan
160
kebangsaan. Di antaranya, berita berjudul: “Ma’ruf Amin: Islam
dan Kebangsaan Tak Bisa Dipertentangkan”191
Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin
mengatakan Islam dan kebangsaan tidak ada pertentangan di
Indonesia saat ini. Menurutnya, persoalan keduanya itu sudah
diselesaikan oleh para pendiri bangsa sejak negara ini didirikan.
"Para ulama kita di Indonesia sudah dapat menyelesaikan,
mengkompromikan antara Islam dan kebangsaan. Sehingga
Islam dan kebangsaan tidak ada lagi dipertentangan, tidak ada
lagi konfrontatif," kata Ma'ruf di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu
(28/11).
Ketua Umum MUI ini menganggap jika ada masih
mempertentangkan, artinya orang tersebut mispersepsi."Apabila
masih ada yang persoalkan bisa mispersepi ke-Islamannya.
Sehingga tidak bisa memahami kebangsaan. Atau mispersepi
tentang kebanggasaanya sehingga tidak bisa memahami tentang
kedua hubungan keduanya,"jelasnya.
Ma'ruf menyebut NKRI dan Pancasila adalah
kesepakatan dan titik temu. Antara Islam dan nasionalis. Hal itu
perlu dijaga seterusnya.Karena itu, lanjutnya, paham keagamaan
yang radikal menjadi tantangan saat ini. Kelompok Islam
tersebut tidak mengenal namanya kesepakatan. Berbeda dengan
Arab Saudi yang tidak mengenal kesepakatan karena bukan
191https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-islam-dan-
kebangsaan-tak-bisa-dipertentangkan.html. Diakses 25 Oktober 2019
161
negara majemuk. "Kita di sini sudah ada kesepakatan dan itu
mengikat," tandas Ma'ruf.
Merdeka.com memiliki alasan tersendiri. Ucapan Ma’ruf
Amin selalu menjadi tema dalam setiap berita terkait tokoh NU
tersebut. Sehingga pewacanaan beritanya terorganisir melalui
rapat redaksi.
“Hal menarik dari pencalonan Ma’ruf Amin sebagai cawapres
mendampingi Jokowi. Ucapan Ma’ruf saat orasi kampanye selalu
mengedepankan persatuan umat, kebangsaan, toleransi. Masalah
terorisme,radikalisme. Pernyataannya meredam suhu perpolitikan
pemilu saat ini. Sehingga pembaca tidak terpancing emosi. Nah,
ucapan-ucapan Ma’ruf itu selalu kita muat, bahkan kita selalu
jadikan judul pemberitaan”192.
Dengan adanya akses, wartawan Merdeka.com bisa
memengaruhi wacana pemberitaan KH. Ma’ruf Amin, dengan
dalih mempersatukan umat, kedaulatan NKRI serta meredam
suhu perpolitikan yang memanas.
192 Wawancara peneliti dengan Redaktur Pelaksana Merdeka.com,
Wisnoe Moerti, di Kantor Merdeka.com, Tebet, Jakarta Selatan, 8 Oktober
2019.
163
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Pengaruh Rutinitas Merdeka.com Memberitakan
KH. Ma’ruf
Berdasarkan uraian dari temuan data (bab IV), terlihat
bahwa peristiwa pemberitaan KH. Ma’ruf Amin menjadi
peristiwa yang rutin untuk diliput media, terutama soal pesan
dalam setiap kampanye. Ia selalu mengimbau masyarakat agar
bersatu dan menjaga kedaulatan bangsa. Ini menjadi poin alasan
Merdeka.com secara rutin memuat berita-berita ulama karismatik
tersebut. Sebab kondisi Pilpres 2019 sudah tidak karuan, banyak
ujaran kebencian di media sosial, maupun sikap saling benci antar
kelompok di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Hadirnya Ma’ruf muncul sebagai Cawapres mendampingi Joko
Widodo (jokowi) menjadi penyejuk sekaligus peredam suasana
Pilpres tersebut.
Peran media sangat dibutuhkan untuk saluran aspirasi,
termasuk pesan yang disampaikan oleh Ma’ruf dalam setiap
rutinitas kampanye. Merdeka.com lebih menyorot soal
perdamaian, kerukunan umat beragama dan keutuhan bangsa
setiap berita terkait dengan ketua MUI tersebut. Quote (ucapan)
Ma’ruf selalu menjadi led berita di halaman penuh. Hal ini
memang sudah di rancang dalam rapat redaksi sebelum berita
tayang ke publik.
164
Media berada dalam kehidupan masyarakat, dan karena
itu memiliki keterkaitan dengan sistem dan praktik kehidupan
masyarakat tersebut. Sebagai lembaga komunikasi yang
memproduksi dan mendistribusikan informasi, media memiliki
dua posisi kelembagaan yaitu, sebagai lembaga kemasyarakatan
atau social institution dan sebagai lembaga bisnis.193
Merdeka.com merupakan media mainstrem memuat
konten berita-berita peristiwa, di anataranya peristiwa politik. Hal
ini menjadikan setiap pemberitaan tidak terlepas dari pengaruh
berbagai unsur. Dalam teori hierarki pengaruh diperkenalkan oleh
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Sebagaimana sudah
dijelaskan oleh Shoemaker dan Reese dalam bukunya Mediating
the Massage, terdapat lima level memengaruhi isi berita pada
suatu media, yaitu individual level, media routine level,
organizational level, extramedia level, ideological level. Namun,
peneliti hanya fokus pada pengaruh level rutinitas untuk
penelitian ini dan di kolaborasi dengan teori wacana model Van
Dijk.
Teori hierarki pengaruh pada level rutinitas kerja
wartawan. Dalam teori tersebut ditegaskan bahwa pengaruh
dihasilkan dari praktik media (misalnya penggunaan siaran pers,
ketersediaan teknologi, pemilihan kata, jenis kalimat dan
pengeditan) memiliki dampak relatif kecil pada masyarakat,
193 Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam
Perspektif,Teori dan Metode (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 29.
165
dikarenakan bukan faktor yang berperan secara sistematis dari
konten suatu kelembagaan.
Pengaruh yang dihasilkan individu dari sebuah media
mungkin tidak luas. Tetapi ketika konten media di pengaruhi oleh
faktor-faktor lain, yaitu diluar organisasi media, maka peluang
memanipulasi konten media sesuai dengan kepentingan dan
ideologi kelompok tertentu dapat memberikan pengaruh yang
kuat dan menimbulkan efek yang luas di masyarakat.194 Sehingga
bukan tidak mungkin isi pemberitaan tentang KH. Ma’ruf Amin
menjadi sorotan publik. Peneliti hanya fokus mengambil teori
yang ke dua yakni media routine level guna memperdalam
penelitian tersebut. Selain itu juga dielaborasikan dengan teori
wacana model Van Dijk, untuk menelaah isi pesan (teks) dalam
setiap pemberitaan tersebut.
Dalam teori hierarki pengaruh level rutinitas ini
memengaruhi isi pemberitaan ialah media Routine Level, level ini
dapat dimaknai juga dengan ritme kerja. Dalam pengaruhnya
terdapat tiga unsur saling berkaitan dalam memengaruhi isi
pemberitaan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Shoemaker dan
Reese dalam bukunya Mediating The Message. Ketiga unsur
tersebut yakni: organisasi media (processor), narasumber
(consumer), dan pembaca (suppliers).
194 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 60.
166
Isi pemberitaan dari sebuah media dapat dilihat
berdasarkan ritme kerjanya, karena berita tersaji ke khalayak
bukanlah sebuah informasi didapatkan oleh wartawan di lapangan
langsung disampaikan begitu saja ke masyarakat. Akan tetapi,
informasi tersebut telah melalui serangkaian proses hingga layak
dijadikan berita dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh
karenanya, setiap media dalam melakukan kerja rutinnya,
memiliki tenggat waktu berbeda-beda dalam memproses
produknya, yaitu berita. Sehingga dari hasil pengamatan, maka
pengaruh terbesar di antara ketiga unsur dalam level media rutin
adalah pada bagian processornya, karena pada bagian ini terjadi
yang namanya pengolahan bahan berita.
1. Organisasi Media
Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara
melakukan sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi agenda liputan secara
efektif. Sebagain besar rutinitas ini telah menjadi bagian dari
kerja jurnlistik. Seperti rutinitas yang berorientasi pada konten
berita, yang menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan sistem dan telah menjadi standar,
dilembagakan, dan dipahami oleh mereka menggunakannya.195
Berdasarkan hal ini, maka rutinitas Merdeka.com
memberitakan KH. Ma’ruf Amin seperti headline berita yang
195 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 117.
167
digunakan, penggunaan bahasa wartawan ataupun judul berita
yang dipilih, semuanya telah diatur dan dirancang dalam rapat
redaksi. Selain itu juga contoh lainnya yaitu, berita-berita Ma’ruf
pada Pilpres 2019 selalu menggunakan judul dari quote Rais Aam
Nadlatul Ulama (NU) tersebut. Judul, maupun isi berita yang
dimuat dalam berita itu adalah bagian tentunya telah disepakati
melalui rapat redaksi.
Jika disimpulkan, maka berita yang ditayangkan bukan
berita yang benar- benar objektif, melainkan bersifat subjektif.
Hal ini karena wartawan telah diproyeksi (diarahkan) oleh
redaksi, sebelum terjun ke lapangan meliput berita. Dan
narasumber serta hal-hal lainnya seperti judul berita, headline
berita semuanya telah ditentukan melalui rapat redaksi dan proses
editing di ruang redaksi.
2. Sumber Berita
Unsur kedua, sumber berita juga merupakan unsur
terpenting dalam level rutinitas media. Sumber berita (supplier)
merupakan sebuah informasi yang didapatkan para wartawan
ketika mencari berita ke lapangan. Sehingga tentunya sumber
berita pasti memengaruhi isi berita, karena isi berita adalah
bagian dari sumber berita.
Sumber berita Merdeka.com bisa berasal dari masyarakat,
instansi milik pemerintah atau swasta, ataupun pers rlilis yang
diterima oleh wartawan melalui pesan jejaring media sosial
semisal Whatsaap. Karena sumber berita adalah pusat informasi
agar seorang jurnalis dapat menulis sebuah berita. Pada
168
pemberitaan cawapres KH. Ma’ruf Amin terlihat bahwa pihak
redaksi Merdeka.com setiap berita narasumber dominan adalah
KH. Ma’ruf Amin. Merdeka.com memiliki alasan bahwa setiap
pesan (ucapan) Ma’ruf selalu memiliki bilai berita yakni dampak
positif untuk masyarakat. Terlebih pada suasana pemilu 2019 saat
itu memanas dan ujaran kebencian merebak di masyarakat, krisis
politik identitas kebangsaan dan keberagamaan, sikap saling
membenci antar sesama. Ma’ruf dinilai menjadi peredam dari
gejolak perpolitikan di Indonesia pada saat ini.
3. Audiens
Pengaruh terakhir terletak pada audiens (consumer), hal
ini dikarenakan Merdeka.com adalah media online menggunakan
jejaring internet, sehingga jelas bahwa sasaran Merdeka.com
yakni para pengguna gatget, seperti ponsel maumpun komputer
yang terkoneksi internet. Merdeka.com punya cara tersendiri
untuk melihat seberapa besar pengaruh berita yang sudah naik
dan berapa banyak audiens yang membaca berita tersebut, yakni
dengan cara melihat google analitik, dengan cara dipantau oleh
redaksi Merdeka.com setiap saat.
Selain itu, jika dipandang dari perspektif komunikasi
Islam, yakni dalam konsep informasi, maka berita KH.Ma’ruf
Amin pada Pilpres 2019 menghasilkan efek beragam di
masyarakat. Jika berita dimuat positif, maka efek ditimbulkan
169
pun bersifat positif. Tetapi sebaliknya jika negatif, maka
kemungkinan besar efeknya bersifat negatif. 196
Sebab itu, Merdeka.com lebih memilih memberitakan
KH. Ma’ruf dalam pemilu dengan pesan-pesan positif. Dengan
tujuan gejolak permusuhan, pertikaian maupun kebencian antar
sesama bisa diatasi dengan jernih dan tanpa pertumpahan darah
demi sebuah politik.
B. Analisis Pewacanaan Berita KH. Ma’ruf Amin
Analisis Teks Berita KH. Ma’ruf Amin Pada Pilpres
2019. Berdasarkan teori analisis wacana kritis Teun. A. Van Dijk,
dikemukakan bahwa untuk menganalisis wacana terdapat tiga
teknik yang digunakan, yaitu: konteks (analisis struktur teks),
analisis kognisi sosial, dan analisis sosial. Ketiga unsur tersebut,
dapat diterapkan dalam menganalisis berita-berita terkait
kampanye KH. Ma’ruf Amin pada 2019 dimuat Merdeka.com.
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global (umum)
dari suatu teks dapat diamati dengan melihat topik atau tema
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini
merupakan struktur wacana berhubungan dengan kerangka atau
skema suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke
dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna
wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni
kata, kalimat, parafrase dan lain-lain.
196 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 178
170
1. Analisis Struktur Makro
Merdeka.com memuat pemberitaan KH. Ma’ruf Amin
pada hari Senin, 4 Februari 2019. Dengan judul, “Ma’ruf Amin:
Pilpres 2019 perang ideologi kelompok moderat dan radikal”.
Berdasarkan judul diatas, terlihat jelas makna judul berita
yang diangkat oleh Merdeka.com, bahwa pemilihan judul atau
topik diangkat adalah representasi dari kebijakan redaksi, quote
(ucapan) Ma’ruf dipakai sebagai judul menegaskan bahwa
kontestasi pemilu 2019 bukan lagi sekedar memilih pemimpin ,
namun sudah perang ideologi antar kelompok moderat dan
radikalisme. Ini merupakan upaya redaksi Merdeka.com dengan
tujuan memuat pesan/imbauan M’aruf diharapkan masyarakat
agar waspada terhadap perpecahan umat dan bangsa saat
berlangsungnya Pilpres 2019.
2. Analisis super struktur (skematik)
Dari wacana pemberitaan KH. Ma’ruf Amin pada hari
Senin, 4 Februari 2019, analisis skematik terkait berita tersebut
terlihat bahwa Merdeka.com menyajikan berita dengan alur yang
runtun sesuai dengan awal mula kronologi peristiwa tersebut. Isi
berita diatas lebih kepada maklumat untuk para ulama dan warga
Nadlatul Ulama (NU) agar tidak terpecah belah. Di akhir
beritanya, Merdeka.com memuat permohonan doa Ma’ruf kepada
masyarakat Indonesia agar Jokowi-Ma’ruf bisa memenangkan
pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden 2019.
171
Merdeka.com berusaha memposisikan medianya tidak
memihak pada pendukung salah satu kelompok. Bisa dikatakan
Merdeka.com lebih menonjolkan imbauan Ma’ruf tentang
persatuan umat dan bangsa.
3. Analisis Struktur Mikro: Semantik
Analisis struktur mikro: Semantik, terlihat dari latar, detil,
maksud, dan praanggapan diuraikan pada gambar 1.1. Jelas
bahwa Merdeka.com sesuai dengan judul beritanya, Ma’ruf
Amin: Pilpres 2019 perang ideologi kelompok moderat dan
radikal”, fokus menjelaskan tentang kondisi Pilpres 2019, rakyat
bukan lagi sekedar memilih sosok pemimpin negara, namun
sudah pada tahap perang ideologi antar kelompok. Dalam berita
Ma’ruf mengimbau khususnya warga NU agar tidak termakan isu
dan provokasi antar golongan, baik yang moderat maupun yang
radikal. Sehingga persatuan menjadi penting dalam berdemokrasi
dan kehidupan antar umat.
a. Sintaksis
Sintaksis yaitu terkait bentuk kalimat, koherensi dan kata
ganti, berdasarkan pada uraian data temuan di bab 4 gambar 1.
Merdeka.com tidak banyak menggunakan istilah-istilah yang
bersifat implisit, sehingga tidak membuat pembacanya mencari-
cari maksud dari teks yang disajikan.
b. Stilistik
Stilistik atau dikenal dengan istilah leksikon. Terlihat
dalam pemberitaan terkait berita Ma’ruf tentang Pilpres 2019
172
perang ideologi antar kelompok moderat dan radikalisme dimuat
Merdeka.com, terlihat bahwa pemilihan kata-katanya bersifat
islami, sehingga Merdeka.com tidak membawa kepentingan
pihak tertentu dalam menjelaskan peristiwa tersebut.
c. Retoris,
Retoris yaitu melihat berita disajikan Merdeka.com
berdasarkan penggunaan grafis, metafora dari wartawan dalam
penulisan beritanya. Berdasarkan hal itu, gaya penulisan maupun
bahasa digunakan wartawan Merdeka.com terlihat menggunakan
bahasa singkat dan jelas dalam menjelaskan kronologi peristiwa
tersebut. Pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat yakni
soal persatuan umat dan bangsa.
Pada berita kedua juga dari segi Semantik, terlihat bahwa
Merdeka.com konsisten memuat berita Ma’ruf tentang
Radikalisme, dengan judul berita, “Ma’ruf Amin: Radikalisme
jangan sampai tumbuh dan berkembang di Indonesia”. Di mana
isi dari beritanya ataupun detil beritanya menjelaskan bahaya
paham radikalisme (kelompok garis keras) di Indonesia bagi
kedaulatan NKRI. Ma’ruf tetap kosnsisten menyuarakan agar
masyarakat menjaga dan mengawal persatuan umat dari berbagai
masalah yang terjadi, apalagi saat pemilu 2109.
d.Sintaksis
Sintaksis berdasarkan bentuk kalimat, koherensi dan kata
ganti yang digunakan Merdeka.com pada berita kedua ini dalam
menjelaskan peristiwa tersebut sedikit menggunakan kata ganti
173
atau istilah-istilah yang bersifat implisit dalam menjelaskan
peristiwa radikalisme di Indonesia.
Stilistik, atau yang dikenal dengan leksikon. Pada
pemberitaan ke dua terkait radikalisme, wartawan merdeka.com
nampak menggunakan pemilihan bahasa bersifat mendukung
ucapan KH. Ma’ruf Amin bahwa memang paham radikalisme
harus dicegah.
Retoris, berdasarkan uraian data pada bab 4 terlihat
bahwa wartawan Merdeka.com lebih ekpresif dalam isi
tulisannya terkait paham radikalisme yang ditulis berulang-ulang
sebagai penekanan tanda bahwa radikalisme memang harus
dihilangkan di Indonesia.
Begitu juga pada berita ketiga Merdeka.com memberikan
judul,“Ma’ruf Amin: Sekarang ada upaya-upaya untuk
mengembangkan aliran keras”. Dari sturktur makro tematik
terlihat jelas hampir mirip dengan berita kedua. Namun, pada
berita ini wartawan Merdeka.com berupaya melakukan penegasan
dengan meruning (berita lanjutan) dari berita sebelumnya.
Dari segi super struktur skematik, hal ini disampaikan
kepada para kyai se Jakarta Barat yang kebetulan bersilaturahim
dengan KH. Ma’ruf di kediamannya. Hal ini menjadi momentum
Ma’ruf untuk menyampaikan bahayanya aliran keras yang ada di
tengah masyarakat Indonesia, apalagi saat kondisi pemilu yang
rawan oleh kepentingan. Pada struktur mikro juga, bahwa berita
ke tiga ini wartawan menulis pesan yang disampaikan oleh
174
Ma’ruf, yakni pesan menjaga sesama umat dan bangsa agar tidak
saling bertikai. Hal ini disampaikan kepada warga Nadlatul
Ulama yang secara historis Ma’ruf memiliki basis kekuatan
massa pada salah satu organisasi terbesar di Inonesia tersebut.
Initnya, Ma’ruf meminta kepada khususnya warga NU agar tidak
terpecah belah oleh kepentingan kelompok.
Pada berita keempat, wartawan Merdeka.com juga
memakai ucapan Ma’ruf sebagai led berita yakni dengan Sturktur
Makro tematik atau judul, “Ma’ruf Amin: Islam dan kebangsaan
tak bisa dipertentangkan”. Dari segi super struktur alur penulisan,
terlihat wartawan Merdeka.om mengambil angle berita lebih
kepada persatuan NKRI dan hubungan Islam dengan Indonesia
yang sejak awal kemerdekaan sudah disepakati bersama untuk
bersatu demi kedaulatan bangsa.
Jika dilihat dari struktur mikro, berita ke empat ini, yakni
latar, detail, maksud dan peranggapan memiliki pesan yang sama
pada berita sebelumnya. Wartawan pada posisi tersebut berupaya
bagaimana mengambil angle berita dari sudut pandang nilai-nilai
kebangsaan dan kerukunan umat. Jadi berita pertama dan ke
empat memiliki maksud yang sama, yakni persatuan, kedaulatan
bangsa dan kerukunan beragama.
Pada berita kelima, wartawan Merdeka.com mengangkat
soal debat capres Ma’ruf. Meski dalam isi berita yang berbicara
(narasumber) bukan KH. Ma’ruf Amin, namun wartawan lebih
memilih menempatkan led berita pada strukur makro tematik
dengan judul, “Ma’ruf Amin akan lebih banyak bicara isu
175
terorisme di debat capres”. Judul dengan menggunakan nama
Ma’ruf bagi wartawan lebih memiliki nilai berita dibanding
dengan narasumber yang berbicara dalam isi berita tersebut.
Meski dari segi super struktur berita, alur ditulis wartawan
Merdeka.com mengutip pernyataan pengacara pasangan capres
dan cawapres nomor 01 Jokowi-Ma’ruf yakni Yusril Ihzha
Mahendra. Isi berita ini semuanya dari pernyataan Yusril tentang
debat cawapres yang dilakukan oleh Ma’ruf soal terorisme. Jika
dilihat dari isi berita, Ma’ruf memang sudah diamanatkan untuk
berbicara soal isu-isu terorisme memang terkait dengan
kedauluatan bangsa dan persatuan umat.
Begitupun, dari struktur mikro semantik, wartawan
menulis berita dengan merinci maksud ucapan Yusril terkait
Ma’ruf pada debat cawapres, salah satunya soal kelompok radikal
yang dianggap sering melakukan aksi teror di Indonesia. Peran
Ma’ruf yang dikenal sebagai ulama moderat dan memiliki
pengaruh dianggap bisa mengatasi masalah tersebut.
Pada berita terakhir, yakni ke berita keenam, wartawan
Merdeka.com memuat led berita dengan imbauan Ma’ruf kepada
seluruh masyarakat agar ikhlas menerima hasil pemilihan umum
Presiden-Wakil Presiden 2019.
Wartawan konsisten menggunakan ucapan Ma’ruf sebagai
judul berita dengan struktur makro tematik, “Ma’ruf ingatkan
semua pihak terima hasil pemilu 2019 dengan lapang dada”. Pada
keseluruhan isi berita, pesan yang disampaikan Ma’ruf terkait
176
dengan persatuan dan memberi pemahaman kepada masyarakat
bahwa pemilihan umum juga bagian dari hasil kesepakatan
bersama. Sudut pandang wartawan lebih kepada nilai-nilai
kedaulatan bangsa yang sering dilontarkan oleh ulama tersebut,
sehingga muatan kepentingan politik pada berita tidak terlihat,
hal ini memang sudah dikonsep oleh redaksi pemberitaan
Merdeka.com.
Penulis menilai enam berita diatas, bahwa Merdeka.com
sebelumnya sudah megintruksikan kepada wartawan di lapangan
bahwa berita-berita terkait Ma’ruf Amin harus memiliki nilai
kebangsaan, persatuan umat dan meredam gejolak politik.
Sehingga watawan saat meliput tidak leluasa dalam menggali
informasi sebanyak mungkin. Dalam acara atau agenda liputan
tentunya narasumber tidak hanya membicarakan satu pokok
masalah saja. Bisa saja wartawan menilik lebih dalam lagi apa
saja tema/isu yang akan diangkat. Namun, kebijakan dari rapat
redaksi yang menentukan semua itu dan editor dalam proses
editing seleksi berita berhak menaikan atau tidak sebuah berita.
Dengan demikian, Merdeka.com tidak memberikan ruang
kebebasan kepada wartawan untuk menulis sisi lain dari Ma’ruf.
Wartawan dipacu untuk mengiring wacana pemberitaan hanya
sebatas imbauan pesan-pesan positif, pernyataan Ma’ruf soal
perdamaian, persatuan dan kedaulatan bangsa, dengan alasan
untuk meredam suasana politik 2019 yang dinilai rawan konflik
Suku Ras dan Agama (SARA).
177
Begitupun jika dilihat dari kognisi sosial, ini menjadi
salah satu teknik dalam menganalisis wacana dalam teks berita
menurut teori analis wacana kritis Van Dijk. Adapun dalam
kognisi sosial ini, terdapat 4 skema dalam melihat bagaimana teks
itu diproduksi oleh suatu media, yakni: skema person, skema diri,
skema peran, dan skema peristiwa.
Berdasarkan 4 skema dalam analisis kognisi sosial
tersebut, maka dapat terlihat pada posisi mana Merdeka.com
sebagai media online dalam memposisikan diri terkait
memberitakan KH. Ma’ruf pada Pilpres 2019.
Pertama, skema person, berdasarkan skema ini terlihat
pada enam berita yang peneliti kaji bahwa skema person
digambarkan oleh Merdeka.com terkait KH. Ma’ruf Amin yaitu
ulama moderat sekaligus bisa beradaptasi dengan semua
golongan, dinilai bisa mempersatukan antar kelompok atau
golongan, ucapannya selalu mengajak umat atau masyarakat
untuk bersatu, menjaga persatuan kedaulatan NKRI, melawan
aksi terorisme dengan cara pemahaman keagamaan (soft), serta
anti radikalisme.
Kedua, skema diri, skema ini menunjukkan identitas dari
wartawan Merdeka.com memberitakan KH. Ma’ruf Amin pada
pemilu 2019, yakni citra diri (menggambarkan) wartawan, bahwa
wartawan Merderka.com dalam memuat berita tidak memiliki
kepentingan politik.
178
Ketiga, skema peran, pada skema peran ini seperti halnya
skema person. Pada skema ini Merdeka.com terlihat menjelaskan
tentang sososk dari KH. Ma’ruf Amin lebih condong sebagai
ulama berpengaruh, berwawasan luas, menjunjung tolerasi dan
pemersatu umat.
Keempat, skema peristiwa, pada skema ini nampak jelas
bahwa, Merdeka.com berfokus menjelaskan tentang alur berita
dari setiap kampanye cawapres KH. Ma’ruf Amin. Kemana arah/
maksud wartawan dalam mengambil isi berita.
Teknik terakhir dalam bagan analisis wacana kritis milik
Van Dijk adalah analisis sosial. Di mana pada teknik ini terdapat
dua hal yang memengaruhi suatu wacana dalam teks berita, yaitu
praktik kekuasaan dan akses memengaruhi wacana.
Pertama, praktik kekuasaan dalam pemberitaan KH.
Ma’ruf Amin diberitakan oleh Merdeka.com, dipengaruhi oleh
rapat redaksi media tersebut. Merdeka.com merupakan portal
media online yang kepemilikannya adalah Steven Cristian
merupakan pengusaha di bidang jasa media Kapan Lagi Network
(KLN), sehingga jika dilihat dari jejak rekam dari latar
kepemilikan yang tidak berorientasi pada salah satu aliran partai
politik maupun organisasi Islam. Hal ini membuat Merdeka.com
dalam memberitakan KH. Ma’ruf Amin dalam teks isi beritanya
terlihat bahasa digunakan lugas dan tidak menyudutkan pihak
manapun.
179
Kedua, akses memengaruhi wacana. Redaksi dalam
pemberitaan KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 yaitu pembaca
portalnya. Para pembaca Merdeka.com juga bisa mengomentari
berita tersebut di laman kolom komentar. Dan bisa mengirimkan
masukan dan saran melalui: [email protected]. Redaksi
akan menjawab masukan dan saran terkait berita tersebut.
Teori Analisis wacana kritis model Van Dijk akhirnya
menuntun peneliti pada penentuan ideologi dominan dari
lembaga perusahaan media, dalam hal ini adalah media online
Merdeka.com. Melihat dari setiap wacana dimuat media online
tersebut Merdeka.com cenderung memuat peristiwa Pilpres 2019
sebagai fenomena pesta demokrasi di masyarakat Indonesia,
sehingga perlu diekspose beritanya.
Berdasarkan kondisi sosial, nama KH. Ma’ruf Amin
sudah terkenal sebagai ulama Nadlatul Ulama (NU), yang
memiliki pengaruh dalam keumatan. Begitu juga dalam
pemerintahan jejak karirnya di dunia politik sudah diakui.
Berdasarkan hal itu, Merdeka.com mengangkat berita cawapres
Ma’ruf Amin dengan sebab agar meredam suasana perpolitikan di
Indonesia terhadap isu identitas kebangsaan, maupun isu-isu
dinilai bisa memecah belah umat, semisal isu teroris, radikalisme.
Dari data-data diatas, membuktikan bahwa wacana atau
narasi dari media online Merdeka.com diproduksi oleh ideologi
melekat pada media itu sendiri. Hal ini menjadikan wacana yang
tersaji pada laman media online Merdeka.com sebagai
implementasi ideologi yang dianut media tersebut.
180
Untuk tingkat objektivitas dari kacamata peneliti, tingkat
objektivitas belum terpenuhi. Ini terlihat dari pemberian judul
maupun isi berita, Merdeka.com selalu menggunakan quote
(ucapan) KH. Ma’ruf Amin. Sehingga tidak ada narasumber lain
yang bisa dijadikan pembanding sebagai sudut pandang
pembaca.
180
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bersadarkan data, fakta dan informasi hasil penelitian
mengenai rutinitas Merdeka.com memberitakan KH. Ma’ruf
Amin pada Pilpres 2019, dapat diambil sebuah kesimpulan.
Kesimpulan ini merupakan hasil temuan dan analisis data-data
terkait pemberitaan KH. Ma’ruf diberitakan oleh Merdeka.com
pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019. Adapun poin-
poin utama dari analisis penelitian ini ialah :
1. Rutinitas Merdeka.com Memberitakan KH. Ma’ruf
Amin pada Pilpres 2019
Setelah dianalisa, kerja rutin wartawan Merdeka.com
terhadap pemberitaan KH. Ma’ruf Amin, bahwasanya diadakan
rapat redaksi terlebih dahulu sebelum wartawan meliput (turun ke
lapangan). Dalam organisasi media Merdeka.com, rapat rutin
diadakan pada sore hari, dihadiri oleh setiap kepala desk. Desk
news dan peristiwa, desk investigasi (khas), desk ekonomi
(uang), deks dunia (internasional), dan desk regional (daerah).
Rapat rutin itu di pimpin oleh pimpinan redaksi Merdeka.com.
Untuk rapat penentuan berita-berita KH. Ma’ruf Amin pada
Pilpres 2019 dipercayakan kepada Redaktur Pelaksana yakni
Wisnoe Moerti sekaligus menggarap pemberitaan tentang
cawapres KH. Ma’ruf Amin.
181
Untuk mengawal berita-berita tersebut, redaksi Merdeka.com
menempatkan empat wartawan dalam peliputannya. Wartawan
tersebut sudah diproyesikan untuk menggambil bahan-bahan
berita KH. Ma’ruf Amin. Berita yang ditulis setelah itu dikirim ke
kantor redaksi Merdeka.com melalui email redaksi. Selanjutnya
diterima dan diperiksa (editing) oleh editor berita di ruang
redaksi. Bahan berita KH. Ma’ruf Amin diolah sebelum tayang
(naik berita). Tugas editor selain mengedit teks berita juga
bertangung jawab atas penggunaan judul berita. Setelah bahan
berita dianggap sudah layak, maka editor mempublish berita
tersebut sehingga bisa dibaca khalayak.
Khusus pada pemberitaan cawapres KH. Ma’ruf Amin pada
Pilpres 2019. Merdeka.com lebih dominan menggambil sumber
berita dari ucapan-ucapan (quote) Ma’ruf Amin yang sering
dijadikan headline berita.
Terkait pembaca Merdeka.com. Pemberitaan Ma’ruf Amin
secara sengaja dimuat untuk meredam politik identitas
kebangsaan dan keberagamaan saat Pilpres 2019. Sehingga
pembaca berita tersebut diharapkan bisa meredam emosi dan
tidak tersulut oleh isu-isu Suku, Ras, dan Antargolongan
(SARA).
2. Pewacanaan Berita KH. Ma’ruf Amin di Merdeka.com
saat kampanye Pemilu Presiden 2019
Merdeka.com membangun wacana berita KH. Ma’ruf
Amin dengan maksud dan tujuan meredam suasana politik
identitas kebangsaan dan keberagamaan pada Pilpres 2019. Hal
182
ini terlihat pada enam berita yang di muat Merdeka.com.Berita
tersebut terlihat sekali, wartawan mewacanakan teks berita
dengan headline KH. Ma’ruf Amin yang secara terus menerus
meyuarakan persatuan dan kedaulatan NKRI. (lihat berita 1-6).
Hal itu membuktikan bahwa wacana atau narasi dari
media online Merdeka.com diproduksi oleh ideologi melekat
pada media itu sendiri. Hal ini menjadikan wacana yang tersaji
pada laman media online Merdeka.com sebagai implementasi
ideologi yang dianut media tersebut.
Untuk tingkat objektivitas pada Merdeka.com dalam
memuat berita KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dari
kacamata peneliti, tingkat objektivitas belum terpenuhi. Ini
terlihat dari pemberian judul maupun isi berita, Merdeka.com
selalu menggunakan quote (ucapan) KH. Ma’ruf Amin. Sehingga
tidak ada narasumber lain yang bisa dijadikan pembanding
sebagai sudut pandang pembaca.
Sumbangan penting dari analisis wacana kritis adalah
menyadarkan peneliti tentang apa dianggap sebuah netralitas
dalam kerja jurnalistik ternyata sudah diatur dalam rapat redaksi
sehingga wartawan di lapangan tidak leluasa mencari angle berita
dan terbelenggu dengan keputusan rapat redaksi.
183
B. Rekomendasi
1. Rekomendasi Teoritis
Teori hirarki pengaruh pada level rutinitas media dapat
menjadi rujukan bagi peneliti yang tertarik meneliti tentang
rutinitas kerja media. Mulai dari rapat redaksi, penentuan
narasumber berita dan sasaran pembaca, sehingga berita tentang
KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dapat ditemukan bagaimana
proses kerja wartawan terutama pada level rutinitas, wartawan
mencari berita di lapangan, sehingga menjadi berita yang siap
dibaca.
Begitu juga dengan analisis teks berita, Teori analisis
wacana kritis model Van Dijk dapat diaplikasikan pada sebuah
pemberitaan di media online Merdeka.com, sehingga penelitian
ini ditemukan bahwa teks berita tentang pemberitaan KH. Ma’ruf
Amin pada Pilpres 2019 dapat diteliti menggunakan analisis
wacana kritis model Van Dijk, berdasarkan analisis tersebut
ditemukan bahwa wacana terkait berita tersebut dapat di analisis
ke dalam tiga bagian yaitu, Pertama, Struktur Teks yang terdiri
dari struktur makro, super struktur dan struktur mikro. Kedua,
analisis kognisi sosial (bagaimana suatu berita diproduksi).
Ketiga, analisis sosial (kondisi sosial yang memengaruhi penulis
berita pada saat menulis berita yang dimuat di laman
Merdeka.com.
184
2. Rekomendasi Praktis
Pemberitaan mengenai KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres
2019 yang diberitakan Merdeka.com pada kenyataannya
memberikan gambaran bahwa media turut andil dalam
pembentukan pengaruh dan wacana terhadap sebuah berita.
Selain itu juga, pemberitaan tersebut bisa memberikan
khasanah keilmuan tentang media online, bahwa media adalah
sarana penyedia infromasi yang tidak luput dari berbagai
pengaruh dan kepentingan, sehingga khalayak perlu lebih bijak
dalam menerima arus informasi, serta dapat menyaring informasi
yang ada dan apabila diperlukan bisa kroscek dengan pihak yang
terkait.
185
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer:
Reddick, R and King, E, The online Journalist: using the
Internet and Other Electronic Resources, 3rd edn, Orlando, (FL:
Harcourt Brace and Company, 2001).
Hall, J, online Journalism: A Critical Primer,
(London:Pluto Press) 2001).
Jhon Vivian, Teori Komunikasi Massa, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 20008), hal.266
De Wolk, R, Introduction to online Journalisme, (Boston:
Alln and Bacon, 2001)
Pavlik, J.V, Journalism and News Media, (Columbia, NY:
University Press,2001).
Ward, M , Journalisme Online, (Oxford: Focal Press,
2002)
Pavlik J, Journalism and news media, ( New York:
Columbia University Press, 2000).
Bills, Edward, Now the News: The Story of Broadcast
Journalism, New York, (Columbia University, Perss,1991).
Dolley, Patricia L, The Technology of Journalism:
Cultural Agents, Cultural Forms, Evanstone, IL, (Northwestern
University Perss, 2007.
Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media.
W. Lawrence Neuman, Social Research Methods
(Qualitative and Quantitative Approaches), Ed. 5th., (Boston:
Allyn and Bacon, 2003).
Pamela J Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating
The Message Theories of Influences on Mass Media Content,
(New York, USA: Logman Publishers, 1996) (New
York,Longman Publisher : 1996).
186
Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook Of
Qualitative Research. Penerjemah Dariyatno, dkk (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009).
Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research,
141.
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal
dan Penulisan Tesis (Jakarta: Program Magister KPI Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,
2015).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan
Kombinasi (Bandung: CV. Alfabeta, 2016).
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah dengan
Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).
Moeleng,Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1993).
John W. Creswell, Reserach Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches-3rded (California,
SAGE Publications Inc,2009).
Denzin, Norman K, Lincoln, Yvonna S, Handbook of
Qualitative Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan
Indonesia.), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).
Milles, Mathew dan Huberman, Qualitative Data Analysis
(London: Stage Publication, 1984) diterjemahkan oleh Tjetjep
Rohendi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2010).
Kanneth D. Bailey, Methods of Social Research (New
York: A Division of Macmillan Publishing Co. Inc, 1982), 254.
Koentjaraningrat.Metode-metode Penelitian Masyarakat
(Jakarta: PT Gramedia, 1985).
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research
Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: C.V Tarsito, 1975).
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif.
187
Nasrullah, Rulli. Media Siber (Cybermedia), Kakilangit
Kencana, Jakarta 2014.
Noor,Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Karya Ilmiah (Jakarta: Kencana, 2011).
Usman Husaini Usman et al. Metode Penelitian Sosial.
Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010).
Mulyana Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Paradigma Baru ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya
(Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006).
Lexy j.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Abbas, Afifi Fauzi. Metode Penelitian, cet.I, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2010).
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, Cet.Ke-1 1988).
Mulyana Deddy Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode
Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2005).
Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis
Wacana, (Yogyakarta: Kanisius, 1993).
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, Edisi
Ke-3 2002).
Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).
Rani Abdul. Analisis Wacana Sebuah Kajian, (Malang:
Bayu Media, 2004).
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk
Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Ananlisis Teks
Media.
188
Yunus, Mahmud Yunus. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Penafsir al-Qur‟an, 1973).
Ibn Mukrim, Ibn Manzur al-Afriqi, Lisan al-„Arab (Cet. I;
Bairut: Daar Sadir, t.th.). Jilid 12.
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
Hsukby, Badaruddin. Dilema Ulama Dalam Perubahan
Zaman (Jakarta: Gema Insani Press, 1995).
Al-Badrawi, Rusydi. Qashash al-Anbiya‟ wa at-Tarikh
(juz VII): Khatim al-Anbiya‟ Muhammad Shallahu `Alaihi wa
Sallam. tp. 2004.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, jil. 9 (Bairut:
Darusy Syuruq, 1992).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonsia, Jakarta, cetakan ke 3.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (
Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993).
Raharjo, M. Dawam. Ensiklopedi al-Qur‟an;Tafsir Sosial
Berdasrakan Konsep- Konsep Kunci, (Jakarta:Paraadina, 1996).
Effendi, Djohan Efendi. Ulama Dalam Ensiklopedi
Nasional Indonesia, Jilid 17 (Jakarta:Cipta Adi Pustaka, 1991),
Hasyim, Umar. Mencari Ulama Pewaris Nabi;Selayang
Pandang Sejarah Para Ulama, cet. 2, ( Suarabya: PT. Bina ILmu,
1983).
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,
(Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. 1, 1993).
Rahardjo, M. Dawam. Intelektual Integensia dan Prilaku
Politik Bangsa;Risalah Cendikiawan Muslim, (Bandung:Mizan,
1993).
Fajri, Ahmad. Ulama dan Politik (Tanggerang: Kenanga
Pustaka Indonesia 2015).
189
Abdul Qadir, Muhammad Abu Faris. Fiqih Politik Hasan
al-Banna, Terj. Odie alFaeda, Solo: Media Insani, 2003.
Syarif, Mujar Ibnu dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah
Doktrin dan Pemikiran Politik Islam, Jakarta: Erlangga, 2008.
S. Elwa, Mohammed. Sistem Politik dalam Pemerintahan
Islam, Terj. Anshori Thayib, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.
Al Banna, Hasan. Majmu'ah Rasa'il al-Imam Syahid
Hasan al-Banna, alih bahasa, Su'adi Sa'ad, "Konsep Pembaruan
Masyarakat Islam", Jakarta: Media Da'wah, 1986.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Islam & Politik Bernegara,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,
Jilid I, Jakarta: UI Press, 1985.
Pulungan, J.Suyuthi. Fiqh Siyasah, Ajaran Sejarah dan
Pemikiran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad,
Terj. Ali Audah, cet, ke-29, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2003.
Armstrong, Karen. Muhammad Biografi Sang Nabi, Terj.
Joko Sudaryanto, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2004.
Sirajuddin, Politik Ketatanegaraan Islam Studi Pemikiran
A. Hasjmy, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Azhary, Muhammad Tahir. Negara Hukum: Suatu Studi
tentang Prinsip-prinsipnya dilihat segi Hukum Islam,
Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
Jakarta: Prenada Media, 2003.
Abdillah, Masykuri. Demokrasi di Persimpangan Makna,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999).
Budiarjo,Miriam. Demokrasi Indonesia: Demokrasi
Parlementer dan Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Gramedia,
1996).
190
A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia
Masyarakat Madani, cet. III, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007).
P.S. Atiyah, Law and Modern Society, (Oxford: Oxford
University Press, 1995).
El-Muhtaj, Majda. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia,cetakan II, (Jakarta: Kencana, 2007).
A.V. Dicey, An Introduction to The Study of The Law of
The Constitution, (London: Mac Millan, 1973).
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2011).
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X,(Jakarta: Sekretariat
Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006).
Budiardjo,Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Fadhil Lubis, H. Nur Ahmad.“The States Legal Policy
and The Develoment of Islamic Law in Indonesian’s New
Order”, dalam Arskal Salim dan Azyumardi Azra, ed., Shari’a
and Politics in Modern Indonesia, (Singapore: Institute of South
Asian Studies (ISEAS), 2003).
Liddle, R. William. Partisipasi dan Partai Politik,
Penerjemah: Tim Penerjemah Pustaka Utama Garfiti, cet. I,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992).
Mujani, Saiful. Muslim Demokrat: Islam, Budaya
Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde
Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007).
Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
191
Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945.
Asshiddiqie, Jimly dan Bagir Manan, Gagasan
Amandemen UUD 1945 dan Pemilihan Presiden Secara
Langsung, Cet. II, (Jakarta: Setjen & Kepaniteraan MKRI, 2006).
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme (Jakarta).
Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. LihatMahkamah Konstitusi Republik
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden. Lihat pula Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum.
Pranowo, M. Bambang. ed., Multi Dimensi Ketahanan
Nasional, cet. I, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2010).
Alrasid, Harun. “Masalah Pengisian Jabatan Presiden
Sejak Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1945
Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993.
Yara, Muchyar. Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden di Indonesia (Suatu Tinjauan Sejarah Hukum Tata
Negara), cet. I, (Jakarta: Nadhilah Ceria Indonesia, 1995).
Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Lihat Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah Konstitusi.
192
Jurnal :
Teun van Dijk, Aims of Critical Discours e Analysis,
(Japan Discourse, 1995) Vol. 1, hal.17
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qur‟an. Vol. 11,(Jakarta: Lentera Hati, 2012),
h.467
Bakti, Andi Faisal, dan Lecomte, Isabelle. “The
Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism”. Jurnal
Komunikasi Islam, Vol. 5 no.1 (Juni, 2015).
Krisdinanto, Nanang.“Anomali dan Teori Hierarki
Pengaruh terhadap Isi Media”. Jurnal Komunikatif, Vol.03, no.1
(Juli, 2014).
Wawancara:
Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Merdeka.com
Wisnoe Moerti pada Oktober 2019.
Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Merdeka.com
Ramadhian Fadhilah pada 8 Oktober 2019.
Sumber Sekunder (Internet):
Ben Otto dalam With Fatwas and Blasphemy Claims,
Cleric Emerges as a Force in Indonesia dilansir The Wall Street
Journal.https://www.wsj.com/articles/conservative-muslim-
cleric-emerges-as-a-force-in-indonesias-elections-11548244803.
Diakses, Rabu 20 November 2019.
Sian Troath, dalam INDONESIA: An Election of Identity
Politics-and-
PeaceOfferings.https://international.thenewslens.com/article/112
192. Diakses, Rabu 20 November 2019.
193
Greg Fealy; Ma’ruf Amin: Jokowi’s Islamic defender or
deadweight?.Sumber:https://www.pinterpolitik.com/sekuat-apa-
maruf-jadi-wapres/. Diakses Rabu 20 November 2019.
Sumber:https://www.pinterpolitik.com/sekuat-apa-maruf-jadi-
wapres/. Diakses rabu 20 November 2019.
Ma’ruf Amin: Jokowi’s Islamic defender
ordeadweight?.Sumber: https://www.newmandala.org/maruf-
amin-jokowis-islamic-defender-deadweight/. Diakses Rabu 20
November 2019.
Logo merdeka.com, situs http://www.merdeka.com.
Diakses pada hari kamis 31 Oktober 2019
http://id.wikipedia.org/wiki/KH.Ma’ruf_Amin,diakses
Kamis 12 September 2019. Pukul: 8: 52 WIB.
https://www.merdeka.com/politik/profil-maruf-amin-
asam-garam-sang-kiai-di-panggung-politik.html, diakses pada
Kamis12 September 2019, pukul 9:03 WIB.
https://www.nu.or.id/post/read/95373/nama-kecil-kh-
maruf-amin, diakses pada Kamis 12 September 2019, pukul 9:40
WIB.
https://www.nu.or.id/post/read/78544/kh-maruf-amin-
dan-gelar-professornya, diakses pada hari Kamis 12 September
2019, pukul 9:16 WIB.
194
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/09/18551651/i
ni-profil-maruf-amin-cawapres-jokowi.Diakses 12 September
2019, pukul 9:32 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ma’ruf_Amin#Riwayat_pen
didikan, diakses Kamis 12 September 2019, Pada pukul 9:48
WIB.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/09/18551651/
ini-profil-maruf-amin-cawapres-jokowi. Diakses 12 September
2019, pukul 10:44 WIB.
http://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-pilpres-
2019-perang-ideologi-kelompok-moderat-dan-
radikal.html.Diakses Tanggal 30 November 2019.
https://www.merdeka.com/peristiwa/maruf-amin-
radikalisme-jangan-sampai-tumbuh-dan-berkembang-di-
indonesia.html. Diakses Kamis 31 Oktober 2019.
https://www.merdeka.com/peristiwa/maruf-amin-
sekarang-ada-upaya-upaya-untuk-mengembangkan-aliran-
keras.html. Diakses pada 20 November 2019.
Sumber:https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-
islam-dan-kebangsaan-tak-bisa-dipertentangkan.html.Diakses
Kamis 31 Oktober 2019.
https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-akan-
lebih-banyak-bicara-isu-terorisme-di-debat-capres.html. Diakses
kamis, 31 Oktober 2019.
195
https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-ingatkan-
semua-pihak-terima-hasil-pemilu-2019-dengan-lapang-dada.html.
Diakses kamis 31 Oktober 2019.
http://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-pilpres-
2019-perang-ideologi-kelompok-moderat-dan-
radikal.html.Diakses pada tanggal 30 November 2019.
https://www.merdeka.com/politik/maruf-amin-ingatkan-
semua-pihak-terima-hasil-pemilu-2019-dengan-lapang-dada.html.
Diakses kamis 31 Oktober 2019.
LAMPIRAN
Berikut Pertanyaan penelitian tesis tentang" Rutinitas
Merdeka.com Memberitakan KH. Ma'ruf Amin Pada
Pemilu Presiden 2019".
Peneliti melakukan wawancara dengan Redaktur Pelaksana
Merdeka.com, Wisnoe Moerti di Kantor Merdeka.com, Tebet,
Jakarta pada .tanggal 8 Oktober 2019. Berikut beberapa pertanyaan
dalam penelitian tersebut:
1. Bagaimana Redaksi dan Wartawan merdeka.com mengemas
berita-berita terkait KH. Ma"ruf Amin sehingga layak dimuat?
Jawab: Pertama, sosoknya menarik, dia menjadi ketua MUI
pernah jadi anggota DPR. Beliau bukan politisi praktis. Jadi
cukup menarik di situ. Banyak hal yang bisa di kemas. Dari
kepribadiannya, alasan-alasan kenapa Jokowi dan para ketum
parpol memutuskan dan memilih Maruf jadi Cawapres, itu jadi
menarik. Lalu, juga soal penampilan Ma’ruf dia selalu
mencirikan seorang santri, pakai baju kokoh, sarung. Soal
Pemikirannya di antaranya soal ekonomi syariah. Jadi ada 4 hal
dari Ma’ruf yakni ketokohan , politik, penampilan, dan keemppat
soal ekonomi syariah.
2. Bagaimana cara Wartawan/redaksi mendapatkan sumber berita
terkait KH. Ma'ruf Amin?
Jawab: Itu sudah ada Standar Operasional Prosedur (SOP), yakni
rutin redaksi mengadakan rapat. Ketika sudah diputuskan untuk
meliput tentang apa. Kita lalu esoknya memempatkan satu
wartawan stanby meliput di situ. Karena memempatkan wartawan
itu bisa mendapatkan informasi banyak hal, terutama soal liputan
Ma’ruf Amin. Kegiatannya dia apa, kampanyenya dia apa, lalu
pertemuan-pertemuan politiknya apa. Aktivitasnya apa.Nah
informasi 2 sumber berita apapun itu kita dapat di situ. Selain itu
eman-teman wartawan membuka jaringan orang-orang
terdekatnya Maruf. Membuka jaringan komunikasi kita dengan
tim maruf amin. Kita juga bisa dapat berita via Whatsaap, via
telepon, atau meman datang ketemu langsung dengan sumber
berita, termasuk orang dekatnya juga, keluarganya juga isterinya
dan anak-anaknya.
3. Bagaimana redaksi merdeka.com mengemas sosok KH. Ma'ruf
Amin sehingga memiliki nilai berita untuk dibaca khalayak?
Jawab: Mengemasnya itu dalam bayak angle. Soal sosok dia
sebagai ulama dan biasanya kan kalau ngomong soal kajian-
kajian saja, tapi di politik jarang terjadi, Maruf Amin ini lebih
banayak bicara soal kebangsaan, justeru kelihatanya beliau
mengindari kepentingan politik. Pemampilan menarik, sarung.
Pak kyai akan menubah penampilan apa tidak. Berita ada yang
penting atau menarik. Bayak berita kita arahnya ke gagasan,
gagasan dia apa?, untuk pemikiran ekonomi, gagasan untuk
kerukunan bagsa, kita ke arah ke situ. Jadi kita mengali pemikiran
dia, kita jadikan berita. Pas waktu memberitakan debat,
penampilanya, belajar debat, klo ulama kan nomong panjang nah
kalau dalam debat kan terbatas dan iunya menarik. Itu yang kita
cari.
4. Bagaimana editor memproses (mengelola) berita- berita KH.
Ma'ruf Amin sehingga layak untuk dimuat/tayang?
Jawab: Pertama berita datang dari wartawan atau reporter di
lapangan, lalu kririm via email ke redaksi dan diterima editor,
dari edito. Nah editor bertugaa melihat lagi chek and ricek. Jika
sudah benar dan layak maka bisa naik (tayang) langsung. Namun,
kalau berita isinya dari narsum yang diucapkan berulang-ulang,
pernah diomongin hanya pengulangan tidak ada yag baru kita
skip (lewatin) saja. Kan sudah pernah diomongin. Tidak baik juga
pengulangan berita.
5. Apakah berita KH. Ma'ruf Amin berdampak (memiliki efek)
pada pembaca merdeka.com?
Jawab: Kalau kita bicara dampaknya itu. Terus terang ada di
pembaca sendiri. Kita tidak bisa menyimpulkan dan menilai
pemberitaan ini akan berdampak pada masyarakat, namun kita
hanya bisa mengontrol komentar-komentar di ruang kolom
komentar yang ada diberita tersebut dan kita punya ruang untuk
masukan dan saran di situs merdeka.com.
Berita Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 ini kita berharap efeknya
adem. Walaupun suhu politik panas, di level akar rumput itu
harus adem. Maka, pemberitan ini itu arahnya ke sana,
meredamkan suasana. Kami tidak mengacu pada rating soa berita
Ma’ruf Amin. Kondisi politik sekarang membutuhkan peran
media, bagaimanan jadi damai. Kami awak media berusaha untuk
membuat jurnalisme damai. Kalau Ma’ruf bicara persatuan dan
kesatuan kita sampaikan. Bicara soal agama lebih mendinginkan
susana itu kita sampaikan. Soal pembaca, pro dan kontra itu
relatif. Kita tidak patokan komentar apapun. ita jalankan tugas
jurnalistik saja, kami hanya punya ide pemberitaan, sehingga
berita atau pesan disampaikan itu untuk sampai ke pembaca.
6. Bagaimana posisi redaksi merdeka.com mengambil keputusan
memuat berita-berita KH. Ma'ruf Amin. Netral atau punya
kepentingan dari segi kebijakan redaksi?.
Jawab: Kenapa kita memempatkan reporter di setiap Capres dan
Cawapres 2019 sebanyak empat orang kita tempatkan. Netralitas
harus dijaga. Bikin berita seaktual mungkin, jangan ada perasaan
pilihan kepentingan politik, ya begitu wartawan dilapangan
Merdeka.com.
7. Bagaimana posisi netralitas wartawan dalam meliput berita
KH.Ma'ruf Amin. Apakah sudah sesuai dengan SOP Kode etik
jurnalistik, berimbang tidak memihak?
Jawab: Ya harus netral. Kalau ada berita politik saling serang,
untuk mengindari yang tidak diinginkan kita harus
menyandingkan tanggapan pihak lawan. Harus ada pernyataan
conter, menjaga keberimbangan.
8. Berapa dalam sehari wartawan memuat berita khusus Ma’ruf
Amin?.
Jawab: Minimalnya sehari itu dua, itu sangat minimal,. Kita
menghendaki tiap hari ada. Apalagi di pemulu presiden ini
memang Ma’ruf jadi salah satu narasumber yang diliput media.
9. Seberapa Rutin wartawan merdeka.com memberitakan KH.
Ma'ruf Amin pada saat pemilu presiden/wakil presiden 2019?
Jawab: Dari segi kuantitas itu lebih banyak Jokowi dia sebagai
Capresnya. Namun, berita Ma’ruf juga tidak luput dari kita di
lapangan. Namun usai pilpres agaknya tidak rutin dulu, karena
sudah ada Paspampres yang menempel. Dan iklim panas
politiknya sudah menurun.
10. Apakah ada kepentingan politik redaksi
media merdeka.com memberitakan KH. Ma'ruf Amin?
Jawab: Alhamdulillah merdeka.com pemiliknya tidak terafiliasi
dengan kepentingan politik tertentu, tidak ada, jadi memang kita
dibebaskan, silahkan ini hajatan lima tahun pemilu, kita
dipersilahkan bebas meliput pasangan calon presiden dan wakil
presiden. Dan tidak ada advertorial (berita berbayar), bisnis
politik juga tidak ada di pilpres 2019 ini.
11. Apakah ada kendala wartawan dalam meliput KH Ma;ruf
Amin?. Untuk kendala aksesnya kadan tidak bisa masuk, lantaran
beberapa alasan, seperti pertemuan yang mendadak, kita tidak
dikasih tahu jadwalnya dan bersifat intern. Itu sudah biasa, soal
teknis dilapangan.
Foto Dokumentasi Saat Penelitian Tesis Di Merdeka.Com
Bersama Kang wisnoe Moerti selaku redaktur pelaksana
harian merdeka,com usai wawancara tentang pemberitaan
KH. Ma’ruf Amin Pada Pemilu Presiden 2019.
Bersama para redaksi media online merdeka.com saat
menerima tamu dari lembaga pemerintah pusat.
Para Jurnalis Merdeka.com
SEMINAR HASIL PENELITIAN
Pemaparan Hasil Penelitian
SIDANG TESIS
Nama : Dede Rosyadi HM, M.Sos
NIM : 211605 100000 15
Prodi : Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Tesis : Rutinitas Merdeka.com Memberitakan KH.
Ma’ruf Amin Pada Pemilu Presiden 2019
Sidang Tesis : 10 Desember 2019
Ketua Sidang : Dr. Tantan Hermansah, M.Si
Sekretaris : Kiki Rizky, M.Si
Penguji 1 : Dr. Tantan Hermansah, M.Si
Penguji 2 : Dr. Syamsul Yakin, MA
Pembimbing : Dr. Rulli Nasrullah, M.Si