101
Rupa Ragam Hias Batik Bernuansa Islam
Keraton Cirebon Setelah Masa Pra-Islam
Aquamila Bulan Prizilla
Program Studi Kriya Tekstil dan Mode Universitas Telkom
ABSTRACT
Ornament depictions on the archipelago batik fabrics are much influenced by foreign cultures.
Indonesia as an Islamic country also majority diverse country with the world's largest Islamic
population, but there are still many Indonesian people do not know how such a batik decoration
Nusantara Islamic nuances and how the influence of Islamic culture. The Koran does not mention
specifically the image or depiction of law. But batik decoration nuances of Islam Indonesia can be
based on hadis, decoration that has a historical background of Islam, and the Islamic philosophical or
told him about Islam. The study was confined to the nuances of Islamic ornament palace Cirebon batik
after pre-Islamic times. With the goal on the basis of the preservation and dissemination of decorative
nuances of Islam in the archipelago, in purpose that Indonesian can can be familiar with batik
ornament which is has Islamic nuances, specially batik ornament from Cirebon palace pra-Islam
which is has Islamic nuances. The study will use qualitative methods by means of a literature study,
expert interviews and field surveys.
Keywords : batik, Islam, Cirebon, West Java.
PENDAHULUAN
Tekstil Nusantara, dalam bentuk
ragam hiasnya dapat dikategorikan
menjadi kain tenun dan non-tenun,
kain tenun adalah kain yang
penggambaran ornamennya dengan
teknik tenun, sedangkan kain non-
tenun adalah kain yang
penggambaran ornamennya
menggunakan teknik selain teknik
tenun, contohnya teknik batik, teknik
ikat celup, dan sebagainya. Dari ujung
barat hingga ujung timur Indonesia
masing-masing daerah memiliki ciri
khas ornamennya sendiri. Sebagai
sebuah negara yang menjadi pusat
perdagangan di masa lampau hal ini
membuat Indonesia menjadi pusat
pertukaran ilmu, tidak terkecuali ilmu
agama yang banyak memengaruhi
budaya di Indonesia dalam hal ini
agama Islam telah berperan
mempengaruhi proses perkembangan
ornamen Indonesia.
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 102
Setelah Masa Pra-Islam
Salah satu kriya tekstil yang banyak
menggunakan ornamen adalah kain
batik. Hingga saat ini kain batik masih
banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebagai tekstil untuk
produk busana dan produk interior.
Sebuah bentuk dapat dikatakan
sebuah motif, kumpulan beberapa
motif dapat membentuk menjadi
sebuah ornamen atau ragam hias.
Pelestarian dan sosialisasi ragam hias
batik bernuansa Islami di Indonesia
sangat penting adanya karena
mayoritas penduduknya adalah
beragama Islam. Sensus tahun 2010
menampakkan Indonesia sebagai
negara dengan penduduk beragama
Islam terbanyak di dunia, yaitu
209.120.000 atau 13 persen dari
populasi umat Islam dunia, diikuti
oleh India di posisi kedua dengan
176.200.000 orang, 14 persen dari
populasi negara tersebut
(cnnindonesia.com, 2015).
Oleh sebab itu budaya Islam menjadi
menarik dan penting bagi bangsa
Indonesia. Sebagaimana diketahui Al-
Quran tidak meyebutkan hukum
gambar dan penggambaran, tetapi ada
beberapa hadis yang menyebutkan hal
tersebut yang harus dipelajari dan
dipahami lebih jauh kepada ahlinya
karena pendapat bisa berbeda-beda.
Ragam hias batik bernuansa Islam
Indonesia dapat dilandaskan pada
hadis, ragam hias yang memiliki latar
belakang sejarah Islam, filosofis Islam
dan atau bercerita tentang Islam, yang
penelitian akan difokuskan kepada
ragam hias batik Islam di Cirebon
setelah masa pra Islam, yaitu setelah
Cirebon menjadi wilayah Islam.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini perlu diteliti jauh
mengenai sejarah batik di Indonesia,
sejarah batik di Cirebon, sejarah Islam
di Cirebon dan rupa ragam hias batik
bernuansa Islam Cirebon. Maka dari
itu metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan cara studi literatur,
wawancara pakar dan investigasi
lapangan.
1. SEJARAH PERKEMBANGAN
BATIK DI CIREBON
Sebelum masuk kebudayaan Islam,
kebudayaan Cirebon adalah
kebudayaan Hindu-Budha. Warisan
kebudayaan tersebut dapat dilihat dari
hiasan bangunan keraton yang
didirikan oleh keturunan-keturunan
Tumenggung Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati) sebagai sultan
pertama. Peninggalan seni hias
bernuansa budaya Hindu-Budha ini
kemudianl inspirasi batik Cirebon
yang dimulai pada abad ke - 14. Batik
Cirebon termasuk batik persisiran.
Batik yang pada awalnya dibuat oleh
keluarga dalem keraton, tetapi
103 Jurnal Rupa Vol. 01, No. 02, Juli -Desember 2016 : 78-150
perkembangannya dilakukan oleh
masyarakat luar keraton. Batik dibuat
baik di dalam maupun diluar keraton
adalah tradisi masyarakat yang
diteruskan sejak masa pra Islam, yaitu
masa peralihan dari kebudayan
Hindu-Budha menuju Islam.
Batik Cirebon memiliki nilai filosofi
yang tinggi dan dianggap sakral pada
masa pembuatan batik oleh keluarga
keratin. Tetapi setelah berkembangnya
batik ke masyarakat, rupa ragam hias
lebih bebas dan bervariasi. Pada
awalnya penggunaan batik adalah
sebagai sarana perlambangan,
digunakan dalam upacara adat dan
dianggap benda sakral dalam
pertunjukan seni.
Para sultan tidak semuanya
menggunakan motif batik sebagai
sarana perlambangan, ada juga motif
batik yang dibuat dan ditulis dengan
kaligrafi arab yang mengandung
azimat (isim). Bahkan ada juga yang
dibuat sebagai sarana pengobatan
dengan menuliskannya ayat kursi.
Beberapa kaligrafi yang dituliskan di
batik sebagai sebuah lambang
kesultanan, diantaranya bendera
Cirebon yang disebut Macan Ali.
Selain itu ada juga ragam hias yang
berbentuk binatang khayal, yang
diketahui di Islam sebagai Buraq.
Namun selain itu beberapa
kebudayaan seperti Cina, Hindu dan
Budha tetap memengaruhi
sebagiannya. Bentuk bentuk yang
diadopsi oleh batik keraton Cirebon
antara lain bentuk naga, wadasan,
Mega Mendung yang berakar dari
budaya Cina. Pengaruh ini tidak lepas
dari salah satu istri Sunan gunung Jati
yaitu Ong Tin seorang perempuan
Cina yang peduli terhadap budaya
dan kesenian lokal. Bentuk singa dari
Cina, Arab. Dan Persia, serta bentuk
gajah dan trisula yang berakar dari
India (Hindu-Budha), dan tumbuhan
rambat dari budaya Cirebon.
Motif batik keratonan memiliki aturan
tertentu dan ciri khasnya masing
masing, contoh ke-khas-an batik
keraton Cirebon sebagian besar adalah
Wedasan, Mega Mendung dan Pandan
Wangi yang merupakan hiasan pokok
batik Cirebon. Hiasan tersebut
merupakan hiasan yang terpengaruh
dari budaya Cina. Ada juga yang
menggunakan ragam hias Pohon Lam
Alif dan Singa Barong. Paksi Naga
Liman dan Macan Ali, dan motif lokal
yaitu tumbuhan seperti kangkung.
Pada dasarnya motif pokok batik
keratonan Cirebon adalah batik yang
bernuasa Cina, namun motif tersebut
sudah distilasikan sehingga
menghasilkan motif yang secara fisik
menunjukan budaya Cina tetapi
dengan adanya perkembangan motif
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 104
Setelah Masa Pra-Islam
ini bisa memiliki ruh ajarah agama
Islam.
Ruh Islam di dunia Batik Keraton
Cirebon merupakan pengejawantahan
dari tarekat di Cirebon. Keindahan
tarekat dituangkan dalam keindahan
motif batik Cirebon, dengan
menyimpan risalah pesan yang secara
implisit tertuang dalam corak motif
batik. Semenjak berdirinya, Caruban
Nagari atau yang sekarang dikenal
dengan Cirebon adalah sebuah daerah
yang bersifat multi kultur, merupakan
pembauran dari budaya-budaya Arab,
Persia, India, Cina, maupun lokal
Nusantara, yang semua itu disatukan
dalam ruh Islam. Hal ini dapat dilihat
dari kondisi dan jumlah masyarakat
Cirebon pada awal didirikannya.
Wilayah Cirebon memiliki kekayaan
khasanah budaya batik yang variatif,
baik yang masih tetap ada sampai
sekarang, maupun yang sudah punah
tinggal kenangan
2. SEJARAH PERKEMBAGAN
ISLAM CIREBON
Agama Islam yang berasal dari
Mekkah kali pertama masuk ke
Indonesia pada abad ke - 7 Masehi.
Islam sudah masuk ke Cirebon sejarah
nama Cirebon masih beranama Nigari
Caruban Larang pada abad ke – 14,
dimana pada tahun 1337, Haji Purwa
datang ke Nigari Carubang Larang
dan berusaha meng-Islam-kan
adiknya, namun gagal, tapi berhasil
meng-Islam-kan Syeh Maulana
Safiudin. Sejak itu Islam berkembang
secara perlahan. Sejarah kota Cirebon
yang merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa Barat, yang dibawah
kepemimpinan Tumenggung Syarif
Hidayatullah.
Tumenggung Syarif Hidayatullah
dinobatkan tumenggung dan bergelar
Susuhunan Jati oleh Pangeran
Cakrabuana yang merupakan kakek
dari ibunya pada tahun 1479-1568,
yang juga bersamaan dengan
penobatan tersebut, nama Nigari
Caruban Larang dibubah menjadi
Cirebon. Tumenggung Syarif
Hidayatullah meninggal pada tahun
1568 di usianya yang ke 120 tahun.
Karena pro dan kontranya tahun
kelahiran Tumenggung Syarif
Hidayatullah apabila dilihat dari
tanggal meninggal dan usia saat
meninggalnya, maka dapat
diasumsikan Tumenggung Syarif
Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448.
Sebelum datangnya Islam selain
sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa
Barat, Cirebon juga mewarisi
kebudayaan Hindu-Budha dari
Majapahit dan Padjadjaran, yang
dimana pada masa peralalihan itu
disebut masa pra-Islam. Batik
dijadikan sebagai media penyebaran
agama Islam oleh Tumenggung Syarif
105 Jurnal Rupa Vol. 01, No. 02, Juli -Desember 2016 : 78-150
Hidayatullah. Awal munculnya
kegiatan membatik tak terlepas dari
peran Ki Gede trusmi yang adalah
pengikut setia Tumenggung Syarif
Hidayatullah, dari sini lah mucul batik
Trusmi.
3. RUPA RAGAM HIAS BATIK
ISLAM DI KERATON CIREBON
SETELAH MASA PRA ISLAM
Untuk dapat menjadi ragam hias batik
keraton Cirebon harus memiliki tiga
persyaratan berikut:
1. mengandung makna filosofis
2. mengandung makna mitologis, dan
3. mengandung makna religius.
Telah disebutkan bahwa motif batik
keratonan memliki pakem pakem
tertentu dan ciri khasnya masing
masing. contoh ke-khas-an batik
keraton Cirebon sebagian besar adalah
wedasan, Mega Mendung dan pandan
wangi yang merupakan hiasan pokok
batik Cirebon.
Hiasan tersebut merupakan hiasan
yang terpengaruh dari budaya cina.
Ada juga yang menggunakan ragam
hias pohon lam alif, Singa Barong. Paksi
Naga Liman dan macan ali, dan motif
lokal yaitu tumbuhan rambat seperti
kangkung.
Menurut Kudiya (2016), ajaran Islam
melarang penggambaran makhluk
ciptaan Allah, maka gambar binatang
pada batik keraton Cirebon tubuhnya
diganti dengan tumbuh-tumbuhan
atau huruf Arab yang merupakan
suatu ayat, tetapi tetap dapat
tertangkap bentuk siluet
binatangnya‛.
Berikut adalah beberapa motif batik
keraton Cirebon yang bernafaskan
Islam:
a. Ragam hias Macan Ali
Bendera Cirebon yang memiliki ragam
hias Macan Ali merupakan simbol dari
Caruban Nagari saat itu, sebagai
simbol petunjuk kehidupan bernegara,
bermasyarakat, maupun beragama
serta harapan untuk memperoleh
pertolongan Allah dan kemenangan
yang dekat. Menurut Tawalluddin
dalam tulisannya dalam Pikiran
Rakyat (2016), menyatakan bahwa
ragam hias batik Macan Ali memiliki
pemaknaan sebagai berikut :
1. Fungsi dari bendera Macan Ali
tidak hanya sebagai lambang,
identitas atau simbol, tetapi
dipandang sebagai regalia yang
memiliki kekuatan magis.
2. Benda-benda yang dipercaya
oleh masyarakat dapat
mendatangkan keselamatan
atau kebaikan bagi seseorang
atau yang memiliki dan
menggunakannya.
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 106
Setelah Masa Pra-Islam
3. Dimana pada bendera tersebut
terdapat tiga gambar macan
yang disamarkan dengan
tulisan kaligrafi Arab, pedang
bermata dua, bintang bersudut
lima dan inkripsi dari kitab suci
Al Quran.
Inskripsi di sisi atas merupakan
surat Al Ikhlas, sisi bawah Surat Al
An’am, sisi kiri terdapat surat Ash
Shaff dan di sisi kanan surat Al
Fatihah. Sementara hewan macan
yang kemudian oleh masyarakat
Cirebon dikenal dengan motif
Macan Ali dibuat dengan teknik
stilasi (penyamaran) berupa dua
kalimah syahadat.
4. Di negara Persia (Iran) kalimat-
kalimat yang mengagungkan
Sayyidina Ali dibentuk dalam
wujud singa dan di Cirebon dalam
bentuk macan. Bisa jadi konsep
Macan Ali merupakan adaptasi
pengaruh budaya Persia dengan
kondisi lokal mengingat agama
Islam dibawa ke Indonesia tidak
langsung dari Arab, tapi dari Iran
atau India
b. Ragam hias Paksi Naga Liman
Paksi Naga Liman diperkirakan dibuat
pada tahun 1350 Saka atau 1438
Masehi, mendapat pengaruh dari
bangsa Persia. Ragam hias ini
terinspirasi dari kendaraan yang
digunakan oleh Sunan Gunung Jati
untuk berkeliling keraton.
Motif ini terinspirasi dari tiga hewan
yang digabungkan. Paksi yang berarti
Garuda yang melambangkan alam
atas, Naga yang melambangkan alam
bawah / air, dan liman yang berarti
gajah melambangkan alam tengah
atau bumi. Tiga hewan ini mendapat
pengaruh dari Mesir, China dan India.
Motif Paksi Naga Liman ini
menggambarkan peran raja atau
sultan sebagai penguasa dan
pengayom bagi semesta alam di
Cirebon.
Gambar 1. Motif Paksi Naga Liman
(kepulauanbatik.com, 2016)
c. Motif Singa Barong
Tak jauh beda dengan motif Paksi Naga
Liman, motif ini terinspirasi dari tiga
hewan yaitu naga, gajah, dan Buraq.
Tiga hewan ini menandakan pengaruh
dari China yang beragama Buddha,
107 Jurnal Rupa Vol. 01, No. 02, Juli -Desember 2016 : 78-150
India yang beragama Hindu, dan
Mesir yang beragama Islam. Yang
membedakan Paksi Naga Liman dan
Singa Barong adalah sayap dan badan.
Pada Singa Barong sayap yang
digunakan adalah sayap Buraq
sedangkan pada paksi naga adalah
sayap garuda. Lantas badan pada
Singa Barong adalah badan Buraq,
sedangkan pada Paksi Naga Liman
adalah badan gajah. Filosofi motif
Singa Barong ini adalah seorang Sultan
memiliki peran sebagai pengayom dan
harus memiliki ketajaman dalam
menguasai tiga kekuatan alam pikiran
manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa.
Gambar 2. Motif Singa Barong
(kepulauanbatik.com, 2016)
d. Motif Buraq
Sebagai daerah penyebaran Islam,
tentunya mengetahui tentang buraq.
Buraq adalah tunggangan Nabi
Muhammad SAW dalam perjalanan
Isra Mi’raj. Dalam penyebaran agama
Islam ini, Sunan Gunung Jati
menjadikannya media seni atau
pertunjukan. Kesenian Buraq adalah
satu bentuk seni yang awalnya
diperkenalkan oleh Sunan Gunung Jati
sebagai sarana silaturahmi ketika
beliau mengajak masyarakat
berkumpul sambil memberikan
dakwah Islam. Tunggangan buraq ini
dikembangkan dalam imajinasi berupa
hewan berbentuk kuda bersayap
dengan kepala wanita cantik yang
berkerudung. Kesenian buraq ini
digunakan untuk acara kirab atau
arak-arakan khitanan. Maka, muncul
inspirasi motif Buraq pada batik
Cirebon.
Gambar 3. Motif Buraq
(kepulauanbatik.com, 2016)
e. Motif Ayam Alas
Adalah salah satu motif batik
keratonan yang sengaja dibuat sebagai
bentuk penghormatan kepada Sultan
Gunung Jati. Ayam Alas atau ayam
hutan adalah hewan kesayangan
Sultan. Dalam masyarakat yang
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 108
Setelah Masa Pra-Islam
percaya akan banyak simbol, ayam ini
dipercaya sebagai simbol keberanian.
Ayam selalu berkokok di pagi hari
sehingga sering dianggap sebagai
penjaga matahari.
Gambar 4. Motif Ayam Alas
(kepulauanbatik.com, 2016)
f. Wadasan
Merupakan kekhasan batik Cirebon
yang tidak akan ditemukan di batik
lainnya. Wadasan sendiri adalah
ragam hias batu karang yang diambil
dari kata wadas yang artinya baru
karang/ batu cadas. Ragam hias
wadasan dapat ditemukan di keraton
keraton Cirebon. Hal ini terinspirasi
oleh geografis Cirebon yang banyak
terdapat pantai.
Ragam hias wadasan bisa digunakan
sebagai motif utama ataupun
pelengkap. Ragam hias wedasan
sebagai motif utama yang terkenal
adalah adalah motif ‚rajegwesi‛, motif
‚panji semirang‛, motif ‚wadas
grompol‛, dimana rajeg berarti pagar
dan wesi berarti besi.
Rajegwesi memiliki filosofi bahwa
agar kehidupan aman dari gangguan
luar, harus memiliki pengaman yang
kuat dan kokoh. Mayoritas
masyarakat Cirebon yang muslim
mengartikan sebagai akidah yang
kokoh sekokoh batu karang, tidak
boleh guyah dan selalu istiqomah
dalam menghadapi godaan.
Gambar 5. Motif Wedasan
(kepulauanbatik.com, 2016)
g. Motif Mega Mendung
Motif yang terkenal pada masa
pemerintahan Sunan Gunung Jati
adalah motif Mega Mendung. Motif ini
memiliki artian awan pembawa hujan
sebagai lambang kesuburan, dan
pemberi kehidupan.
Motif Mega Mendung ini berkaitan
dengan sejarah datangnya bangsa
China yang datang ke Cirebon.
109 Jurnal Rupa Vol. 01, No. 02, Juli -Desember 2016 : 78-150
Ditambah Sunan Gunung Jati yang
menikah dengan seorang wanita
Tionghoa bernama Ong Tie. Motif
Mega Mendung melambangkan
kehidupan manusia secara utuh, mulai
dari mencari jati diri, memasuki dunia
baru, yang pada akhirnya kembali ke
asalnya yaitu Allah S.W.T., dan
membawa pesan moral bahwa
kehidupan manusia selalu turun naik.
Gambar 6. Motif Mega Mendung
(senirupaterapanbatikindonesia.
blogspot.com, 2016
4. HUKUM ISLAM MENGENAI
GAMBAR DAN PENGGAMBARAN
Di dalam Al-Quran tidak disebutkan
mengenai hukum gambar atau
penggambaran, tetapi ada beberapa
hadist yang menyatakan hal tersebut,
yang harus ditelaah lebih jauh kepafa
ahliya dan tentunya keyakinan orang
akan berbeda.
Hadis menurut para ulama ahli hadis
adalah segala ucapan, perbuatan,
taqrir (peneguhan/ mendiamkan
sebagai tanda membolehkan atau
persetujuan) dan sifat-sifat Nabi
Muhammad S.A.W. Hadis adalah
sumber hukum kedua setelah Al-
Qur'an.
Berikut adalah hadis shahih, hadis
yang cukup sanadnya dari awal
sampai akhir dan oleh orang-orang
yang sempurna hafalannya, yang
berkaitan dengan gambar dan
penggambaran:
a. Dan dari Ibnu ‘Umar ,
Rasulullah SAW. bersabda:
‚Sesungguhnya orang-orang
yang membuat gambar / patung
(makhluk bernyawa) akan
disiksa pada Hari Kiamat,
dikatakan kepada mereka,
‘Hidupkanlah apa yang telah
kamu ciptakan!’ (HR Bukhari :
5951)
b. ‛Manusia yang paling keras
azabnya pada hari kiamat
adalah para tukang gambar.‛ (
HR.Bukhari : 5494 dan
HR.Muslim : 3944)
c. ‛Sesungguhnya orang-orang
yang membuat gambar-gambar
ini akan di azab pada hari
kiamat, di katakan kepada
mereka, ‛ hidupkan apa yang
kalian ciptakan.‛ (HR.Bukhari :
5495)
d. Rasulullah SAW. bersabda:
‛Barangsiapa menggambar
suatu gambar, dia akan di azab
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 110
Setelah Masa Pra-Islam
dan di bebani untuk meniupkan
roh ke dalam gambar itu,
sedangkan dia tidak mampu ‚.
(HR. Bukhari : 6520)
e. ‛Setiap orang yang
menggambar akan di azab di
neraka, dia diperintah untuk
meniupkan ruh untuk setiap
gambar yang ia buat, maka ia
diazab dengan hal itu di
neraka.‛, lalu beliau berkata:
‛Jika kamu harus
melakukannya (menggambar),
maka gambarlah pohon dan
sesuatu yang tidak mempunyai
ruh.‛ (HR. Muslim no: 3945)
f. Diriwayatkan dari Abu Thalhah
r.a, ia berkata, Rasulullah SAW.
bersabda, "Malaikat tidak akan
memasuki rumah yang di
dalamnya terdapat anjing dan
gambar." (HR Bukhari : 5949
dan Muslim 2106).
g. Diriwayatkan dari Abdullah
Ibnu Umar R.A, ia berkata,
"Jibril berjanji akan datang
kepada Nabi SAW. tetapi
ternyata Jibril terlambat hingga
membuat beliau sangat gelisah.
Lalu ia keluar dan bertemu
dengan Jibril dan beliau
mengeluhkan tentang
keterlambatan Jibril. Lantas
Jibril berkata, ‘Sesungguhnya
kami tidak memasuki rumah
yang di dalamnya terdapat
anjing dan gambar.’ (HR
Bukhari : 5960).
h. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah R.A, ia berkata,
"Rasulullah SAW. bersabda:
‚Malaikat tidak akan memasuki
rumah yang di dalamnya
terdapat patung atau gambar."
(HR Muslim : 2112).
KESIMPULAN
Perkembagan batik Cirebon dimulai
pada abad ke-14 pada saat kerajaan
Islam pertama di Jawa Barat didirikan
untuk pertama kalinya yang terletak
di Cirebon. Didirikan oleh Syarif
Hidayatullah atau yang lebih dikenal
dengan Sunan Gunung Jati, sebagai
tokoh yang menyebarkan agama Islam
di Indonesia, sehingga pada saat itu
banyak motif atau ragam hias yang
bernuansa Islami, meskipun ada
akulturasi budaya dari kebudayaan
lainnya.
Ragam hias batik Cirebon masa pra-
Islam dapat dikategorikan menjadi
tiga kategori berdasarkan filosofis di
belakang ragam hias tersebut dan
hadis shahih tentang gambar dan
penggambaran, antara lain:
a. Ragam hias Batik yang terbentuk
menjadi batik Islam karena
memiliki makna filosofis yang
Islami. Ragam hias yang termasuk
kategori ini adalah ragam hias
111 Jurnal Rupa Vol. 01, No. 02, Juli -Desember 2016 : 78-150
Macan Ali, ragam hias Paksi Naga
Liman, ragam hias Singa Barong,
ragam hias Buraq, ragam hias
Ayam Alas, yang dimana kelima
ragam hias tersebut memiliki motif
yang mempunyai ruh, yang
kesemua motif tersebut
menggambarkan suatu binatang,
atau penggabungan lebih dari satu
binatang, atau penggabungan
antara binatang dan manusia.
b. Ragam hias Batik yang terbentuk
menjadi batik Islam karena
memiliki filosofis Islami dan
berlandaskan hadis. Dalam hal ini
adalah hadith yang menganjurkan
rupa gambar dalam penggambaran
adalah HR. Muslim no: 3945;
‛Setiap orang yang menggambar
akan di azab di neraka, dia
diperintah untuk meniupkan ruh
untuk setiap gambar yang ia buat,
maka ia diazab dengan hal itu di
neraka.‛, lalu beliau berkata: ‛Jika
kamu harus melakukannya
(menggambar), maka gambarlah
pohon dan sesuatu yang tidak
mempunyai ruh.‛
Ragam hias yang termasuk
kategori ini adalah ragam hias
Wadasan dan ragam hias Mega
Mendung, yang dimana di dalam
ragam hias tersebut tidak
menggambar motif yang
mempunyai ruh.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asa, Kusnin,
2014, Mosaic of Indonesian Batik,
Yogyakarta: Red & White
Publishing.
Hamid, Syamsul Rizal,
2006, Buku Pintar Agama Islam, Bogor:
Cahaya Islam.
Hasanudin,
2001, Batik Pesisiran Melacak Pengaruh
Etos Dagang Santri Pada Ragam
Hias Batik, Bandung : PT.
Kiblat Buku Utama
Koko, Sondari & Yusmawati,
2000, Album Seni Budaya Batik Pesisir,
Jakarta: Depdiknas.
Nailul Authar Sugiyono,
2015, Memahami Penelitian Kualitatif,
Bandung : CV. Alfabeta
Wulandari, Ari,
2011, Batik Nusantara, Yogyakarta :
CV. Andi Offset
Internet
http://www.budaya-indonesia.org
http://www.cirebonkab.go.id
http://www.pikiran-rakyat.com/seni-
budaya/2013/09/11/250288/semi
nar-makna-simbolik-dan-
fungsi-bendera-macan-ali
https://kepulauanbatik.com/2016/04/08
/batik-keraton-cirebon-5-taman-
arum-sunyaragi/
Aquamila Bulan Prizilla : Ragam Hias Batik Bernuansa Islam Keraton Cirebon 112
Setelah Masa Pra-Islam
https://kepulauanbatik.com/2016/04/10/
motif-keraton-cirebon-6-taman-
teratai/
https://kepulauanbatik.com/2016/04/06
/motif-keraton-cirebon-4-naga-seba/
https://kepulauanbatik.com/2016/03/31
/batik-keraton-cirebon-1-
wadasan/
Wawancara
Komarudin Kudiya, (2016) : Pakar
Batik Cirebon
Muchammad Ircham (2016) : Tokoh
dan ulama Islam