Download - rumah sakit
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat . (zul dahlan, hal 2196)
Pneumonia adalah perdanagan parenkim paru yng
disbabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parsit,
namun pneumonia juga dapat disebabkan oleh bahan kimia
ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
(darmanto, hal 136-137)
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru (saluran nafas
bagian bawah) yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri
primer atau sekunder setelah infeksi virus (corwin 2001, hal
411)
Sehingga dapat disimbulkan bahwa pneumonia adalah
penyakit radang pada paru paru, atau disebut juga peradangan
yang mengenai parenkim paru / peradangan alveolar atau
alveolar yang berisi cairan abnormal yang disebabkan oleh
mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasite, ataupun akibat
bahan kimia maupun paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
radang pada parenkim paru ini digambarkan dimana asinus
terisi dengan cairan dan sel radang dengan atau tanpa infiltrasi
sel radang ke dalam dinding alveolus dan rongga intestinum .
2. Factor resiko
Secara umum terdapat beberapa factor resiko yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia, yaitu : usia > 65
tahun, aspirasi secret orofaringeal, infeksi pernafasan oleh virus,
sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan ( diabetes
mellitus, uremia), penyakit pernafasan kronik (PPOK), kanker
(terutama kanker paru), tirah baring yang lama (terutama di
rumah sakit), pemakaian selang endotracheal, bedah thoraks
atau abdominal, pengobatan dengan immunosupresif, pasien
dengan immunocompromised, riwayat merokok, alkoholisme,
serta malnutrisi.
3. Riwayat perjalanan penyakit
Gejala umum pneumonia adalah demam, batuk dan
sesak nafas, gejala lain dapat berupa : sakit tenggorokan, nyeri
pleuritik, gejala intestinal (mual muntah, diare), malaise berat,
sakit kepala berat .
4. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan :
anatomi, etiologi, onset, maupun menurut lingkungannya .
Berdasarkan letak anatomisnya pneumonia dapat dibedakan
menjadi pneumonia yang terbatas pada segmen, lobus, ataupun
menyebar atau diffuse .
berdasarkan etiologi serta onset pneumonia di bedakan
menjadi pneumonia akut dan pneumonia kronis, pneumonia
akut merupakan pneumonia yang terjadi kurang dari 3 minggu,
pneumonia akut itu sendiri terbagi kedalam sub set pneumonia
tipycal ( seperti streptococcus pneumonia), pneumonia atypical
( seperti mycoplascma chlamydia pneumonia) dan sindrom
aspiration pneumonia. Sedangkan pneumonia kronis
merupakan pneumonia yang terjadi lebih dari 3 minggu ,
pneumonia kronis cendrung tidak menular dan biasanya
disebabkan oleh mycobacterial (seperti mycobacterium
tuberculosis, atipycal mycobacteria), fungal (seperti
blasomyces dermatitis), atau campuran yang disebabkan oleh
infeksi bakteri saluran pernafasan . Agen – agen mikroba yang
menyebabkan pneumonia memiliki 3 transmisi primer : 1)
aspirasi sekret berisi mikroorganisme pathogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring, 2) inhalasi aerosol yang
infeksius, 3) penyebaran hematogen dari bagian ektrapulmonal,
aspirasi dan inhlasi agen – agen infeksius adalah dua cara
tersering yang menyebabkan pneumonia .
Berdasarkan lingkungan kejadiannya, pneumonia dapat
diklasifikasikan menjadi community acquired pneumonia dan
hospital acquired pneumonia .
a. Community acquired pneumonia
Community acquired pneumonia ( CAP ) atau
pneumonia komunitas adalah pneumonia menular yang
tidak didapat dari rumah sakit, CAP adalah pneumonia
yang paling umum terjadi, penyebab paling umum CAP
beragam, tergantung pda usia seseorang, contoh
penyebabnya streptococcus pneumonia, virus, bakteri yg
atypical, dan haemophilus influenza. Secara keseluruhan,
streptococcus pneumonia adalah yang paling umum
menjadi penyebab CAP diseluruh dunia . CAP memiliki
urutan keempat penyebab kematian terbesar di Inggris, dan
keenam di Amerika serikat. Istilah “walking pneumonia”
telah digunakan untuk menjelaskan suatu jenis CAP yang
kurang ganas (karena fakta bahwa penderita ini dapat terus
“berjalan” daripada memerlukan rumah sakit). Walking
pneumonia biasanya disebabkan oleh atypical bakteri
mycoplasma pneumonia .
b. Hospital acquired pneumonia
Hospital acquired pneumonia, juga disebut
nosocomial pneumonia, adalah pneumonia yang terjadi
setelah pasien 48 jam dirawat dirumah sakit dan
disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk
rumah sakit. Diikuti oleh infeksi saluran kemih pneumonia
nososkomial adalah infeksi nosocomial yan umum kedua
dengan prevalensi 15-20%. Penyebab kematian utama pada
infeksi nosocomial dan menyebabkan memanjangnya masa
rawat inap adalah mikrobiologi, pengobatan dan prognosa
yang berbeda dari yang CAP. Factor resiko lain dari
pneumonia nosocomial adalah Me-rumahsakit-kan pasien
contohnya pasien dengan ventilasi mekanik (alat pernafasan
buatan), kekurangan gizi yang bekepanjangan, penyakit
jantung dan paru, serta gangguan system kekebalan tubuh.
sebagai tambahan, mikroorganisme pada seseorang yang
terpapar dari rumah sakit sering berbeda dari yang ada
dirumah. Mikrorganisme yang diperoleh dari rumah sakit
mungkin termasuk bakteri yang ( umumnya resisten
terhadap obat) seperti MRSA (Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus), Pseudomonas, Enterobacter, dan
Serratia. Karena seseorang yang mendapat pneumonia dari
rumah sakit biasanya terkena bakteri yang lebih berbahaya
dibandingkan bakteri dari luar rumah sakit, maka HAP
cendrung lebih mematikan daripada CAP. Ventilator-
associated pneumonia (VAP) adalah subset dari pneumonia
yang diperoleh dari rumah sakit atau HAP. VAP adalah
pneumonia yang terjadi setidak-tidaknya 48 jam intubation
( penggunaan tabung ekternal atau internal melalui lubang
tubuh misalkan mulut) dan ventilasi mekanik .
5. Etiologi
Pathogen penyebab hospital acquired pneumonia
( pneumonia nosocomial) berbeda dengan pneumonia
komunitas. Etiologi dari pneumonia nosocomial tergantung
pada 3 factor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia .
FAKTOR RESIKO UTAMA UNTUK PATOGEN
TERTENTU PADA PNEUMONIA NOSOKOMIAL
PATOGEN Factor resiko
STAPHYLOCOCCUS
AUREUS
Koma, edera kepala,
influenza
METHICILLIN
RESISTEN S.
AUREUS
Pemakaian obat IV, Diabetes
Melitus, gagal ginjal
PS. AERUGINOSA Pernah dapat antibiotic,
ventilator >2hari, lama
dirawat di ICU, terapi
steroid/antibiotic, kelainan
struktur paru (bronkiektasis,
kistik fibrosis), malnutrisi
ANAEROB Aspirasi, pasca bedah
abdomen
ACINOBACTER SPP Antibiotic sebelum onset
pneumonia, dan ventilator
mekanik
Karena etiologi pathogen setiap pneumonia berbeda beda,
ini berdampak terhadap jenis pengobatan yang akan
diberikan .
6. Factor resiko atau factor predisposisi pneumonia nosocomial
Factor resiko terjadinya pneumonia nosocomial dapat
dikelompokkan atas 2 golongan yaitu :
a. Factor yang tidak bisa berubah atau factor endogen factor
yang berasal dari inang dan daya tahan tubuh, seperti :
jenis kelamin pria, usia lanjut, penyakit paru kronik atau
gagal organ jamak ( diabetes mellitus, azotemia) dan terkait
tindakan yang diberikan ( intubasi atau pemasanga selang
nasogastric), pengobatan steroid, malnutrisi .
b. Factor yang dapat berubah atau factor eksogen. Pada factor
yang dapat dirubah dapat dilakukan upaya berupa
mengontrol infeksi, disinfeksi dengan alcohol, pengawasan
pathogen resisten ( Multi drug resisten- MDR) ,
pengehentian dini pemakaian alat invasive, dan pengaturan
tata cara pemakaian antibiotic.
Factor resiko lain berupa factor resiko kritis adalah
ventilasi mekanik >48 jam, lamanya perawatan di ICU,
skor APACHE, adanya ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome) .
faktor resiko terinfeksi patogen multi resisten yang
menyebabkan pneumonia nosocomial, dan pneumonia
yang berhubungan dengan ventilator
Terapi dalam 90 hari sebelumnya
Perawatan RS dalam 5 hari atau lebih
Frekuensi tinggi kuman resiten AB di RS atau
lingkungan pasien
Factor resiko pusat perawatan kesehatan :
a. Rawat di RS 2 hari atau lebih dalam 90 hari
terakhir
b. Berdiam dirumah jompo
c. Terapi infus dirumah (termasuk antibiotic)
d. Dialysis kronik dalam 30 hari
e. Perawatan luka dirumah
f. Anggota keluarga terinfeksi pathogen multi
resisten
Penyakit immunosupresif
Lingkungan rumah sakit juga merupakan factor resiko dari
pneumonia nosocomial yaitu : hieginitas lingkungan yg kurang
baik, petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai
prosedur, penatalaksanaan dan penggunaan alat yang tidak sesuai
prosedur ( alat bantu nafas, selang makanan, selang infus, kateter)
serta pasien dengan kuman MDR yang tidak dirawat diruang
isolasi.
7. Pathogenesis
8. DIAGNOSIS
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control
(CDC-Atlanta), diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai
berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah
sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi
pada waktu masuk rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
• Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
• Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
- suhu tubuh > 38oC
- sekret purulen
- leukositosis
Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS
1. Dirawat di ruang rawat intensif
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau
membutuhkan O2 > 35 % untuk mempertahankan saturasi O2
> 90%
3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia
multilobar atau kaviti dari infiltrat paru
4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan
hipotensi dan atau disfungsi organ yaitu :
• Syok (tekanan sistolik < 90 mmHg atau diastolik < 60
mmHg)
• Memerlukan vasopresor > 4 jam
• Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
• Gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
a. Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum
atau aspirasi sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi. Jika fasiliti
memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan biakan kuman secara
semikuantitatif atau kuantitatif dan dianggap bermakna jika ditemukan ≥
106 colony-forming units/ml dari sputum, ≥ 105 – 106 colony-forming
units/ml dari aspirasi endotrracheal tube, ≥ 104 – 105 colony-forming
units/ml dari bronchoalveolar lavage (BAL) , ≥ 103 colony-forming
units/ml dari sikatan bronkus dan paling sedikit 102 colony-forming
units/ml dari vena kateter sentral . Dua set kultur darah aerobik dan
anaerobik dari tempat yang berbeda (lengan kiri dan kanan) sebanyak 7
ml. Kultur darah dapat mengisolasi bakteri patogen pada > 20% pasien.
Jika hasil kultur darah (+) maka sangat penting untuk menyingkirkan
infeksi di tempat lain. Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus
dilakukan pemeriksaan kultur darah.
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan
langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan
pandang kecil (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.
b. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit c.
c. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan
maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat diambil
melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan bronkus
dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage (BAL).
Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal
Tentang Rumah Sakit
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan
pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan
medik spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik
rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai
salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan
atau masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang
juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu serta berkesinambungan.
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang
dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan, dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
2.1.3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
A. Jenis Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan
dan pengelolaannya.
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit
dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus :
a. Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
2. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi
rumah sakit publik dan rumah sakit privat :
a. Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit
publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah
Sakit privat.
b. Rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas
atau persero. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat
ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
B. Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit umum
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Rumah Sakit umum kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis
lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b) Rumah Sakit umum kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis
lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c) Rumah Sakit umum kelas C
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.
d) Rumah Sakit umum kelas D.
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis
b. Kewajiban dan hak
Kewajiban rumah sakit
(1) Setiap rumah sakit memiliki kewajiban :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya
e. Menyedikan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin
f. Melaksanakan fungsi social anatara lain dengan emberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti social bagi misi kemanusiaan
g. Membua, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien
h. Menyelenggarakan rekam medisi. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
anatara lainsarana ibadah, parker, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia
j. Melaksanakan system rujukank. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
standar profesidan etika serta peraturan perundang-undangan
l. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasienn. Melaksanankan etika Rumah Sakito. Memiliki system pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencanap. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan
baik secara regional maupun nasionalq. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit ( hospital by laws)
s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok
(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimasksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administrative berupa :
a. Teguranb. Teguran tertulis atauc. Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Mentri
Hak Rumah sakit
(1) Setiap rumah sakit mempunyai hak :
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perndang-undangan
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuia dengan ketentuan perundang-undangan
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugianf. Mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan
g. Memperomosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit public dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai promosi layanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dengan Peraturan Mentri
(3)(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Perturan Pemerintah.
Kewajiban Pasien
(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Mentri
Hak Pasien
Setiap pasien mempunyai hak :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur oprasional
e. Memperoleh layanan yang efekti dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang di dapatkan
g. Memilih dokter dankelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita termasuk data-data medisnya
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko, dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
l. Didampingi keluarga dalam keadaan kritism. Menjalankan ibadah sesuai agama aau kepercayaan
yang dianutnta selama kegiatan itu tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhdap dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai engan standar baik secara perdata ataupun pidana
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melaui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Keselamatan Pasien
(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan
(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Mentri
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengkoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamata pasien
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Mentri
Perlindungan hukum Rumah Sakit
Berdasarkan UU No. 44 tentang Rumah Sakit
Pasal 44
(1) Rumah sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada public yang berkaitan dengan rahasia kedokteran
(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan meninformasikan melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum
(3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit
Pasal 45
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif
(2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Tanggung jawab Hukum
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkam atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit