Transcript
Page 1: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah
Page 2: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 67

JendelaKeluarga

celah

Seorang ibu menaiki se bu­ah taksi bersama seorang putrinya. Dalam perjalanan, sopir taksi mengajak ber­bicara si ibu. Ketika melihat

anak si ibu sudah tertidur sang sopir berkata, ”Bu, dijaga ya anak perempuannya!”

Mendengar kata­kata sopir terse but, tentu saja si ibu kaget. Belum sempat bertanya, sopir ber­kata lagi. “Saya bertahun­tahun bekerja sebagai sopir taksi sering mengantar anak­anak pe rem puan muda, mungkin ma sih SMP namun berdandan seper ti orang dewasa. Ketika sampai di tempat tujuan, ternyata ia sudah ditunggu sebuah mobil. Terkadang saya lihat orang di dalam mobil ter sebut om­om berusia tidak muda lagi.“

Sopir menduganya bahwa anak­ anak perempuan muda yang berdandan me nor tersebut bukan semata­mata mencari uang, namun mencari figur ayah. Karena tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, sehingga ia mencarinya di luar rumah.

Si ibu tidak menyangka ada fenomena yang terjadi seperti itu, bahwa kekurangan interaksi anak perempuan dengan ayahnya bisa berakibat fatal.

Lalu ia teringat dengan dirinya yang tidak dekat dengan ayahnya. Sang ayah bekerja di luar kota dan hanya beberapa hari berada di rumah. Kalau pulang ke rumah pun sang ayah hanya ingin beristirahat, dan tidak mau diganggu anak­anaknya. Kalau mendengar kegaduhan anak­anaknya, sang ayah langsung berteriak. Bahkan kadang sampai melempar barang ke arah anak­anaknya.

Hal itu membuat dirinya cukup lama untuk meng­ambil keputusan menikah. Yang terbayang dari so­sok seorang suami adalah figur ayahnya yang tidak menyenangkan. Meski ia juga melihat gambaran suami

yang lembut dan perhatian, namun yang paling membekas adalah kesan yang ditorehkan ayahnya.

Dua kisah di atas menyadarkan kita bahwa betapa pentingnya figur positif seorang ayah. Namun sulit dipungkiri bahwa banyak ayah yang tidak menyadari akan hal itu. Sebagian ayah menganggap bahwa perannya hanya mencari uang, sedangkan penga suhan diserahkan sepenuhnya kepada istrinya.

Fenomena tersebut bukan hanya muncul di masyarakat perkotaan yang berorientasi pada materi. Namun juga muncul di masyarakat umum, bahkan juga di sebuah komunitas aktivis dak­wah. Pengasuhan dan pendidikan anak nya diserahkan kepada istrinya saja. Mereka lupa bahwa sebagai pe­mimpin keluarga seharusnya bertu gas juga untuk mengedukasi kelu arganya

agar terhindar dari api neraka.Rasulullah adalah tauladan kita. Perhatian,

kasih sayang, juga pendidikan bukan saja pada anak kandungnya, namun juga pada anak angkatnya. Zaid bin Tsabit adalah seorang budak milik Khadijah yang diberikan pada Rasulullah . Ia anak asing yang diculik suku pedalaman, kemudian dijual. Ketika ayahnya mendengar bahwa Zaid masih hidup, ia datang menghadap Rasulullah untuk menebusnya. Rasulullah memberinya pilihan. Apa yang dikatakan Zaid sungguh di luar dugaannya. “Ya, Rasulullah, aku tidak bisa memilih orang lain selain engkau!” Karena sikap Nabi yang memuliakannya, maka ia memilih Rasulullah dibanding ayah kandungnya sendiri.

Demikianlah Zaid. Ia kemudian menjadi anak angkat dan dididik oleh Rasulullah hingga menjadi orang hebat, panglima pasukan perang Mu’tah dan gugur sebagai syuhada.* Penulis Buku Mendidik Karakter dengan Karakter

Mengapa Perlu Ayah?Oleh IdA S. WIdAyAntI

FoTo

: M

uH

. A

BDu

S SY

AK

uR/

SuA

RA H

IDAY

ATu

LLA

H

Page 3: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68

usrah

Cemburu terkadang membuat perasaan tiada menentu, makan tidak enak, tidurpun tak nyenyak, terkadang mau marah.

Santi agak gusar menyikapi perilaku Yanto, suaminya. Ia rasakan akhir­akhir ini suaminya banyak berubah. Sejak acara arisan keluarga

sikapnya menjadi terlalu protektif terhadap dirinya. Terlalu banyak larangan yang membatasi geraknya. Sebagai istri, ia sudah berusaha menjadi istri yang baik. Ijin sebelum keluar rumah selalu ia lakukan. Tapi toh suaminya masih menaruh rasa curiga. Ketika ditanya tentang perubahan sikap itu, suaminya hanya diam.

Santi tidak mau berlarut­larut dalam ketidaknyamanan akibat perubahan sikap suami. Maka ia berusaha mencari informasi dari berbagai pihak. Setelah melalui pencarian, ternyata perubahan sikap sang suami disebabkan rasa cemburu. Sewaktu acara arisan keluarga ternyata saudara jauh yang dulu pernah dijodohkan dengan dirinya datang menghadiri acara tersebut. Hati Santi rasanya plong setelah mengetahui akar permasalahnya. Tinggal sekarang bagaimana mengkomunikasikan rasa cemburu suaminya agar tidak menjadi api yang membakar kebahagiaan rumah tangganya.

Tapi berbeda dengan pasangan Roni dan Tina. Roni tidak

menampakkan rasa cemburunya ketika ada kabar dari temannya bahwa istrinya sering dibonceng oleh teman sekerjanya. Roni menganggap itu hal yang biasa, bukankah rumahnya dan teman sekerja istrinya searah. Justru ia merasa terbantu tidak perlu menjemput sang istri karena pada jam­jam tersebut, ia belum keluar dari kantor tempatnya bekerja.

Cemburu adalah CintaCemburu adalah hal fitrah dan

lumrah dalam kehidupan berumah tangga. Kalau kita berbicara tentang cemburu maka kita bicara masalah kedekatan. Karena pada dasarnya cemburu adalah rasa khawatir seseorang atau berkurangnya kedekatan atau kualitas hubungan itu.

Maka bisa saja terjadi seorang suami cemburu pada bayinya karena waktu sang istri sekarang lebih tercurah pada bayi yang baru lahir. Atau seorang istri cemburu pada ibu mertuanya lantaran suami memberikan perhatian lebih kepada sang ibu. Sering memberi pujian lebih pada ibu untuk segala hal. Seperti masakannya, cara menata ruangan, serta kemampuannya membuat panganan ringan yang selalu menjadi favorit keluarga.

Cemburu bagi para pecinta adalah lumrah selama cemburu itu dalam batas­batas wajar. Selama rasa cemburu itu masih bisa dibuktikan dengan akal sehat dan sesuai syariat, maka cemburu kita tidak membabi buta. Apabila cemburu kita tidak punya landasan dan hanya berdasarkan perasaan saja, maka kita terjebak dalam cemburu buta.

Bagi para pecinta, sebenarnya rasa

cemburu adalah pertanda adanya cinta yang kuat dalam hubungan mereka. Justru pasangan yang tidak ada rasa cemburu tentu perlu dipertanyaakan komitmen cintanya. Apapun alasannya, baik itu berdalih konsultasi rumah tangga atau agama, bila SMS ataupun telepon dilakukan tanpa adanya sikap terbuka pada pasangan, maka wajar bila pasangan cemburu. Jangan sampai menganggap pasangan kurang percaya pada kita atau terlalu protektif. Justru sikap itu adalah reaksi positif untuk mempertahankan cintanya.

Coba bayangkan, seandainya seorang suami tidak cemburu istrinya selalu dibonceng teman lelaki sekerjanya sebagaimana ilustrasi di atas. Atau, istri cuek saja mendengar suaminya telepon terus sambil bergurau dengan rekan kerja wanitanya. Jika sikap pasangan seperti itu, perlu dipertanyakan komitmen cintanya.

Cemburu karena allah SWtSetiap orang pasti akan tersiksa bila

berada dalam belenggu rasa cemburu. Perasaan tiada menentu, makan tidak enak, tidur pun tak nyenyak, terkadang mau marah tapi kepada siapa karena cemburu yang belum terbukti kebenarannya. Namun bila didiamkan, rasa cemburu itu bagaikan seonggok duri yang menusuk­nusuk hati. Sejuta rasa tidak menyenangkan menghinggapi kita.

Itulah cemburu manusia. Bahkan Rasulullah sebagai manusia yang maksum pun pernah cemburu terhadap istrinya, Aisyah. Sampai­sampai beliau tidak mau bicara dan

Mengolah Cemburu dOleh SRI leStARI*

Page 4: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 69

Jendela keluarga

gusar berhari­hari hingga jelas apa yang menjadi akar rasa cemburu dari berita yang tersebar terbukti: bahwa Aisyah tidak seperti yang dituduhkan oleh orang orang yang membenci keluarga Nabi.

Akhirnya Allah membersihkan citra Aisyah dengan mengungkap berita bohong tersebut sehingga akar rasa cemburu Rasulullah terdeteksi sejak dini dan tidak berlarut larut terlalu lama.

 Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Sa’ad bin ubadah suatu kali berkata, “Kalau ketahuan seorang lelaki tengah bersama istri saya, akan saya potong lehernya dengan pedang sebagai sangsinya.” Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabat, ‘Herankah kalian dengan cemburunya Sa’ad itu? Ketahuilah bahwa saya lebih cemburu dari pada dia. Dan demi Allah, saya cemburu berdasarkan kecemburuan Allah terhadap perbuatan keji, baik yang dilakukan terang­terangan maupun sembunyi­sembunyi’.” (Riwayat Bukhari)

Itulah cemburu manusia biasa. Yang akar rasa cemburunya masih didominasi hawa nafsu. Berbeda dengan cemburu Nabi Muhammad sebagai manusia yang maksum. Tentu beliau selalu berada dalam lindungan Allah Ta’ala.

Dalam Hadits di atas Allah pun cemburu, tetapi tentunya berbeda akar cemburu antara Tuhan dan hamba­Nya. Ketika hamba­Nya yang taat dan selalu ingat kepada­Nya tiba­tiba lalai beribadah karena ada pihak ketiga, di situlah Allah cemburu. Cemburu Allah karena cinta, berbeda dengan

marahnya Allah .Jika Allah cemburu, Ia akan

memberikan sebuah cobaan kepada hamba­Nya yang lalai agar hamba­Nya dapat mengingat­Nya kembali. Sedangkan marah Allah adalah sebuah azab kepada hamba­Nya, karena enggan mengikuti atau kembali di jalan Allah .

Itulah perbedaan cemburu dan amarah Allah , namun Allah selalu mendahulukan kasih sayang­Nya daripada amarah­Nya. Karena itu, kita

FoTo

Mu

H. A

BDu

S SY

AK

uR/

SuA

RA H

IDAY

ATu

LLA

H

... berbicara dengan lembut,

menguatkan kepercayaan,

dan tidak lupa utamakan

kejujuran dan kesabaran

jangan pernah menduakanNya, jangan pernah cinta kita kepada yang lain lebih besar daripada cinta kita kepada Allah

. Maka, cintailah yang lain karena Allah , sebab dengan mencintai yang lain karena Allah itu sama halnya dengan mencintai Allah . Jika mencintai Allah , pasti perintah­perintah Allah selalu tak terabaikan oleh hamba­Nya.

Itulah sedikit perbedaan cemburu manusia dan cemburu Allah . Boleh cemburu, asal tak boleh marah. Harus melakukan pendekatan komunikasi, dan tentunya berbicara dengan lembut, menguatkan kepercayaan, dan tidak lupa utamakan kejujuran dan kesabaran. Kita patut cemburu dan marah bila pasangan atau anggota keluarga kita melanggar aturan Allah

. Insya Allah, hubungan kita akan langgeng, damai, bahagia, hingga berjumpa dengan Sang Maha Cinta. Aamiin. *Ibu rumah tangga tinggal di Yogyakarta

alam Rumah tangga

Page 5: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70

mar’ah

Belajar mendukung diri sendiri dan membangun kemampuan diri karena ada saatnya kita harus melangkah sendiri

Sosoknya masih seperti dulu. Secara finansial terlihat lebih baik karena beberapa simbol kemapanan sudah dimilikinya. Namun, ia menulis SMS pada

seorang teman, “Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan untuk mengubah semua ini.” Ia merasa sangat kesepian di tengah segala fasilitas. Ia merasa sendirian, tanpa seorangpun mendukung cita­cita dan keinginannya.

Walaupun ia tak pernah mengatakan tidak bahagia dengan pernikahannya, berbagai penelitian (Brehm:2002) menyatakan bahwa pada faktanya banyak perempuan yang merasa kesepian setelah menikah. Lalu, apakah hal seperti ini memalukan bagi seorang Muslimah? 

Sadar Kemampuan diriSejatinya tidak dan katakanlah

tidak. Kaum Muslimah tidak harus merasa malu atau tak pantas memiliki keinginan dan kebutuhan untuk didukung orang lain, ketika ingin melakukan yang berguna bagi dirinya dan orang lain.

Namun, terkadang banyak perempuan yang lupa bahwa sebenarnya dirinya pun memiliki kemampuan untuk dapat berdiri sendiri. Mampu untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti dengan

kekuatannya sendiri. Terutama, perempuan yang telah memiliki suami.

Bila dulu saat menjadi aktivis bisa menempuh jarak puluhan kilometer menuju lokasi acara dengan  angkot, maka setelah menikah, pergi ke tempat yang berjarak dekatpun harus diantar kendaraan pribadi suami. Bila saat masih lajang dapat dengan lihai mengelola waktu dan rela bangun dini hari untuk meluangkan persiapan seminar atau pelatihan, maka setelah menikah dan punya anak jadi “susah berangkat pagi­pagi” karena merasa repot dengan urusan anak dan suami.

Padahal “fiqh prioritas” adalah bahasan yang berungkali dikupas dan slogan Muslimah mandiri terasa demikian gagah menguatkan hati saat masih sendiri. Tentu setelah menikah, dua hal ini seyogyanya masih dipertahankan dan justru makin diperlukan. Jadi, meskipun kita didampingi oleh dia yang sangat mencintai, kita tetap harus bersemangat untuk mendukung diri sendiri. Tetap konsisten pada cita­cita yang pernah kita lukis dalam hati, berusaha merealisasikannya, dan menyamankan diri dengan setiap kondisi. 

Tiga hal ini sangat penting. Meskipun dukungan orang­orang yang kita cintai akan menguatkan rasa percaya diri, tapi sadarilah bahwa tak selamanya dukungan seperti itu akan kita peroleh. Seringkali kondisi bisa berubah dengan cepat. Cobaan pasti akan datang menguji komitmen kita. Apalagi, jika orang yang selama ini mendukung kita harus pergi untuk selamanya.

Karena itu, mulailah mendukung diri kita sendiri untuk mengerjakan hal­hal positif yang mendekatkan kita pada apa yang kita harapkan. Contohnya, bila kita ingin memiliki sebuah kantor jasa penanganan anak­anak berkebutuhan khusus secara holistik, maka mulailah membangun jaringan dengan apapun yang terdekat yang kita miliki. Walaupun kita hanya memiliki sebuah handphone yang “cuma bisa SMS dan telepon”, bukan berarti itu adalah halangan untuk membangun jaringan. Kita bisa memulai dengan mengirimkan SMS pada teman yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dan mulai mencari orangtua dengan anak berkebutuhan khusus. Anak seperti ini semakin mudah ditemui di masyarakat. Mengingat jumlah anak­anak yang lahir dengan kebutuhan khusus semakin meningkat.  Lalu mulailah menggali informasi tentang bagaimana mengatur pola keseharian anak­anak berkebutuhan khusus. Mulai dari cara membangun komunikasi, pola makan, pola aktivitas apa yang sesuai dengan kondisi mereka, hingga pengobatan thibbun nabawi yang dapat diterapkan pada mereka.

KeyaKinan poSitifuntuk “mulai mengetik sms”,

maka hal yang pertama kali harus ditingkatkan adalah self efficacy  yang kita miliki. Self efficacy adalah keyakinan diri terhadap kemampuan yang kita miliki untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan tugas. Semakin tinggi self efficacy  yang kita miliki, maka semakin mudah pula kita mengatasi masalah yang kita hadapi.

Berarti Meski SendiriOleh UMMU ARInA*

Page 6: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 71

Jendela keluarga

Maka, untuk menambah self efficacy, informasi mengenai kemampuan diri yang kita miliki harus semakin digali. Kumpulkan sebanyak mungkin penilaian­penilaian yang pernah dilontarkan oleh orang lain tentang keberhasilan yang kita capai. Hal­hal terbaik yang pernah kita lakukan. Dan yang terpenting, yakinkan diri bahwa Allah akan membantu kita melampui segala hal yang kita anggap tidak mungkin, menjadi mungkin.

Keyakinan ini akan sangat penting untuk mendukung diri sendiri. Bahwa sesulit apapun memulai sesuatu yang baru, kita memiliki kemampuan sebagai modal untuk bergerak mencapai apa yang kita harapkan. Kita juga memiliki Allah sebagai pelindung dan penolong. Sebagaimana Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan sebuah Hadits qudsi, “Demi kemuliaan dan keagunganKu, tidaklah seorang hamba meminta perlindungan kepadaKu, kemudian langit dan bumi ingin

tetapi ia berkata, “Dengan laa hawla wa laa quwwata illa billaahi, semua beban bisa ditanggung, semua guncangan bisa diatasi, dan semua kemuliaan bisa digapai.”

Setelah yakin akan kemampuan diri kita, maka selajutnya adalah bagaimana bisa mengubah cara pandang pada diri kita sendiri. Cara pandang pada diri sendiri (self esteem) ini akan mendorong kita bisa mengambil langkah­langkah konstruktif dan mempertahankannya.

Pandanglah diri kita sebagai orang yang bisa melakukan apapun dengan izin Allah . Dengan merendahkan diri di hadapan Allah kita akan yakin bahwa tidak ada kehendak yang lebih tinggi dari pada kuasa­Nya. Karena itu, kita tidak akan pesimis pada sikap orang lain dan memiliki percaya diri yang proporsional sebagai hasil dari merendahnya diri pada kehendak dan aturan­Nya. 

Tak kalah penting, kelilingilah diri kita dengan orang­orang yang punya optimisme dan sikap positif dalam kehidupan. Berteman dengan mereka akan mendatangkan sikap serupa sehingga semangat dan rasa syukur kita selalu meningkat. “Dan bersabarlah kamu bersama-sama de ngan orang-orang yang menyeru Robbnya…” (Al-Kahfi {18}: 28). *Ibu rumah tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat

 

FoTo

: IB

Nu

SYA

FAAT

/Su

ARA

HID

AYAT

uLL

AH

memperdayainya, pasti Aku akan membuatkan baginya jalan keluar dan kemudahan. Dan, demi kemuliaan dan keagung anKu, tidaklah seseorang meminta perlindungan kepada selain Aku, kecuali akan Aku balikkan bumi dari kedua kakinya.”  

Bergantunglah hanya pada Allah saat memulai. Dan peganglah erat­erat keyakinan bahwa Allah senantiasa menemani kita ketika melangkah mengupayakan yang terbaik. Mengharapkan orang lain untuk mendukung dan membantu, seringkali melemparkan kita pada kenyataan bahwa kita sebenarnya hanya sendirian. Sedih dan putus asa seperti bumi seakan telah terbalik di depan mata kita sendiri. Seringkali, orang lain pun hanya bisa diam tanpa tergerak untuk menolong kita. 

Sebagaimana yang dialami oleh Ibnu Taimiyyah yang ditangkap, kemudian diarak dan dipermalukan dalam perjalanannya menuju Mesir,

kelilingilah diri kita dengan orang-orang yang punya optimisme dan sikap positif dalam kehidupan.

Berteman dengan mereka akan mendatangkan sikap serupa sehingga semangat dan rasa syukur kita selalu

meningkat

Page 7: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72

Belajar Peradaban pada Gadis Penjual Susu

Membahas tentang kejujuran, ungkapan filsuf Muslim pertama, Al­Kindi (801­873) patut

direnungi. Ia berkata, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh para pencinta kebenaran daripada kebenaran itu sendiri, dari mana pun datangnya, dari siapa pun berasal, dan dalam bentuk apa pun adanya; bahkan, dia bersedia mengabdi kepada kebenaran itu dengan mengerahkan segenap jiwa raganya.”

 Itulah manifestasi kejujuran paling hakiki dari seorang Muslim. Mengetahui kebenaran, kemudian meyakini, mengamalkan, dan mengajarkannya. Bahkan lebih jauh siap hidup atau mati dengan kejujuran sebagai wujud dari pemahaman yang mendalam dan kecintaan yang menghujam terhadap nilai­nilai kebenaran (iman). Dengan kata lain, kejujuran adalah perwujudan dari keimanan seorang Muslim.

 Dalam sejarah peradaban Islam, kejujuran tidak saja melekat pada karakter para pemimpin umat seperti Khulafaur Rasydin, tetapi juga pada sistem kepenulisan karya ilmiah.

Tanpa kejujuran, seorang Muslim pasti akan terseret pada kemalasan, kebodohan dan kekalahan. Energi dan waktunya akan habis terkuras hanya untuk kebohongan, kezaliman dan kemunkaran. Lambat laun, ketidakjujuran akan menyeret sebuah peradaban pada kenistaan. Al­Qur’an

secara tegas menyatakan bahwa Allah membenci pengkhianatan (Al Anfal {8}: 58).

Pepatah mengatakan, kecerdasan seseorang dapat dilihat dari perbuatannya. Keilmuan seseorang bisa dilihat dari pembicaraannya. Dan, keimanan seseorang bisa dilihat dari kejujurannya. Itulah mengapa Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk selalu menepati janji (Al Maidah {5}: 1).

mahalnya KejujuranNamun demikian, praktik

kejujuran di zaman ini sungguh sangat mahal. Ironisnya, dinamika pendidikan di Tanah Aair diakui atau tidak, telah menyeret cara berpikir sebagian besar anak­anak Indonesia pada praktik ketidakjujuran. Bahkan diduga, kebijakan pendidikan telah menjadikan ketidakjujuran menjadi lumrah. Demi kelulusan, ketidakjujuran menjadi kebenaran. Demi popularitas, ketidakjujuran menjadi pedoman.

Apalagi, praktik korupsi hingga detik ini belum benar­benar dapat di berantas. Jika kondisi seperti itu dibiarkan, maka ke depan negeri ini akan dihuni oleh generasi yang bermental buruk, sehingga akan mengundang berbagai macam huru­hara politik, ekonomi, sosial bahkan pendidikan. Pada akhirnya, peradaban bangsa ini akan runtuh dan tenggelam hanya karena sebab nihilnya kejujuran.

Ibarat musibah kebakaran besar yang meluluhlantakkan

perbendaharaan dunia, ketidakjujuran adalah percikan api yang lambat diantisipasi, sehingga tidak saja melumat kekayaan, tetapi juga keimanan dan ketakwaan seorang Muslim. Sebagaimana ditegaskan diawal pembahasan, ketiadaan kejujuran adalah alamat ‘kematian’ iman.

mendidiK KeimananJika dikatakan kejujuran adalah

bukti nyata keimanan, maka tidak ada jalan terbaik untuk melahirkan sikap kejujuran pada anak kecuali dengan mendidik keimanan pada mereka sedini mungkin. Tanpa melalui keimanan, maka segala macam sistem, kurikulum, aturan, bahkan sampai pada metode apa pun, pasti tidak akan berdampak signifikan.

Contoh sederhana, di negeri ini sudah ada yang namanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Logikanya, praktik korupsi berkurang atau bisa dihilangkan. Tetapi, secara empiris, praktik korupsi kian menjadi­

Oleh IMAM nAWAWI

tarbiyah

Page 8: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 73

jadi. Padahal negara telah memiliki uu bahkan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Artinya, sejauh iman bermasalah, sampai kapan pun masalahah tidak akan pernah bisa diwujudkan.

Berbeda jika iman ditanamkan sejak dini kepada seluruh anak­anak di negeri ini, baik melalui pendidikan keluarga, lebih­lebih pendidikan formal di sekolah, bukan tidak mungkin dalam dua generasi ke depan akan lahir para pembaharu yang benar­benar sanggup membawa perubahan penting bagi sejarah masa depan bangsa dan negara.

Mari kita lihat dari riwayat perjalanan lahirnya seorang umar bin Abdul Aziz. umar bin Abdul Aziz adalah putra pasangan Abdul bin Aziz bin Marwan dan ummi Ashim. ummi Ashim adalah nama julukan untuk Laila, putri dari Ashim bin umar bin Khaththab dengan seorang gadis penjual susu yang terkenal dengan kejujurannya.

Al­kisah, ketika menjalankan tugas rutinnya di malam hari, tatkala

penduduk sudah tertidur, umar bin Khaththab berjalan menyusuri jalan­jalan di kota. Menjelang dini hari, umar merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, umar mendengar percakapan antara seorang ibu dan anak perempuannya dalam sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat umar beristirahat.

Singkat cerita, sang ibu itu memerintahkan anak gadisnya untuk mencampur susu jualannya dengan air, dengan demikian keuntungan bisa lebih besar. Namun anak gadisnya selalu menolak dengan beberapa argumen.

Terakhir, karena desakan yang tidak berubah dari sang ibu, sang anak gadis itu berkata kepada ibunya, “Ibu, mungkin orang biasa melakukan kecurangan dan mereka aman­aman saja bahkan mungkin sepintas terlihat mendapat keuntungan. Mungkin Amirul Mukminin umar bin Khaththab tidak melihat kecurangan kita. Tapi bagaimana dengan Allah SWT, apakah kita bisa bersembunyi dari pengamatan

dan pembalasan­Nya?”Mendengar jawaban sang anak

gadis itu, umar yang sejatinya masih memerlukan waktu untuk istirahat bergegas pulang dan menemui Ashim putranya untuk bersegera melamar gadis penjual susu itu dan bersegera menikahinya. Dari pernikahan karena kejujuran itulah kelak lahir umar bin Abdul Aziz yang kemudian dikenal sebagai pemimpin yang mampu mensejahterakan seluruh umat Islam.

Imanlah yang mendorong gadis penjual susu itu tetap pada kebenaran dan lurus di atas kejujuran. Hingga dari rahimnya lahir generasi yang tidak saja saleh, tetapi juga mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik bahkan sangat spektakuler. Dan, terbukti dalam masa dua tahun pemerintahan umar bin Abdul Aziz, tidak satu pun rakyat yang dipimpinnya merasa berhak untuk menerima zakat.

Jika dikembalikan pada permisalan bahwa peradaban ini laksana pohon, maka iman adalah akarnya, ilmu adalah batangnya, amal adalah daunnya dan kejujuran adalah buahnya. Artinya, untuk membangun peradaban kita perlu menguatkan iman, mengokohkan ilmu, banyak beramal, sehingga lahirlah kejujuran yang merupakan buah dari kualitas iman.

Itulah makna terdalam dari ungkapan Al­Kindi bahwa orang beriman rela menyerahkan jiwa raganya untuk mengabdi pada kebenaran dengan penuh kejujuran. Karena secara hakikat, hanya kejujuranlah yang memungkinkan sebuah peradaban akan terbangun, keadilan akan tercipta, dan kemaslahatan akan merealita.

Dengan demikian, nilai kejujuran inilah yang semestinya ditekankan secara serius oleh para orangtua, pendidik, bahkan pemerintah kepada seluruh anak­anak Indonesia. Karena nyawa bangsa dan negara kita sangat bergantung pada ada tidaknya kejujuran pada para generasinya. *penulis buku & pendidik di Hidayatullah Depok Jawa Barat

Jendela keluarga

FoTo

Mu

H.

ABD

uS

SYA

Ku

R

Peradaban ini laksana pohon.Iman adalah akarnya, ilmu adalah batangnya, amal adalah daunnya dan kejujuran adalah buahnya

Page 9: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74

profil keluarga

Sony Sugema dikenal sebagai pengusaha dan aktivis pendidikan asal Bandung, Jawa Barat. Ia sukses mengelola bisnis jaringan bimbingan

belajar, Sony Sugema Collage (SSC). Tak hanya piawai mengelola bisnis, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menganugerahi Sony kemampuan mengelola keluarga besar dengan dua istri, alias poligami.

Kedua istrinya selalu terlihat rukun dan kompak menghadiri berbagai acara keluarga dan kajian keilmuan. Bagaimana kiat dia berpoligami? Seperti apa hubungan kedua istrinya serta anak­anak mereka?

Juli lalu Suara Hidayatullah mewawancarai istri pertama Sony, Siti Romelah, di rumahnya yang teduh dan cukup luas di daerah Buah Batu, Bandung.   

Siti Romelah menikah dengan Sony pada 1982, saat berusia 20 tahun dan sedang kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jurusan Biologi. usia Sony tiga tahun lebih muda dan kuliah tingkat satu di kampus yang sama yakni Jurusan Teknik Sipil.

Kata Siti, sesudah anak ketiga mereka, Zaenab Azahra lahir pada 1988, Sony mengutarakan niatnya untuk menikah lagi. Siti mengaku memaklumi niat suaminya karena hal itu memang dibolehkan dalam ajaran Islam. “Poligami kan sudah ada ayatnya dalam al­Qur`an. Laki­laki boleh nikah dengan dua, tiga, atau empat wanita. Tapi kalau tidak bisa adil cukup satu saja,” kata Siti.

Menurutnya, sejak itu sang suami semakin intens bicara tentang poligami. Hal itu dibicarakan hampir setiap hari. Sony juga menjelaskan alasannya berpoligami kepada anak­anak dan orangtua Siti. “Katanya, kalau menikah lagi, dirinya akan ada teman untuk berbagi. Anak­anak kan banyak, bisa saling bantu mengurus mereka,” tutur Siti menirukan kata­kata suaminya.

Siti mengaku, kata­kata sang suami memang banyak benarnya. Namun, ketika pernikahan itu terjadi dia merasa

kaget juga. “Rasa cemburu sebenarnya juga ada. Itu tidak bisa dihilangkan,” katanya.

Pernikahan kedua suaminya berlangsung pada 2001, sembilan belas tahun setelah mereka menikah. Sebelum menikah, Sony memperkenalkan Siti dengan calon madunya di Masjid Salman, kampus ITB. Sang calon madu bernama Ira Kartika, yang saat itu bekerja sebagai guru di SSC.

“Bapak (Sony) sendiri yang cari calon istri keduanya,” kata ibu dari 10 anak ini.

teman berbagi Siti bersyukur, keluarganya tetap

utuh hingga kini. Hubungannya dengan istri kedua suaminya juga terjalin baik. Anak­anaknya juga dekat dengan ibu

kedua mereka, “Alhamdulillah, Bu Ira bisa menjadi teman berbagi dengan saya.”

Siti tak menampik adanya perasaan tidak enak di awal. Tapi proses yang berjalan membuat semuanya membaik. Anak­anaknya sering menginap bersama ibu kedua mereka untuk mempererat hubungan. Anak­anak Siti memanggil ibu kedua mereka “mama” sedangkan Siti dipanggil “ummi”.

Anak ketiga Siti, Zaenab mengaku sering menginap di rumah “mama”. Walau begitu, Zaenab mengaku pada awalnya sulit menerima ayahnya menikah lagi. “Waktu itu saya masih SMP, tidak bisa menerima dan

Siti romelah

Kompak Berbagidengan Sang madu

sulit memahami. Tapi Bapak terus menjelaskan, dan berkata ibu sudah ikhlas. Begitu juga dengan orangtua Ibu (nenek),” kata Zaenab.

Agar Zaenab bisa menerima kehadiran ibu keduanya, ia sering diinapkan di rumah Ika Kartika.. “Saya sering menginap di rumah Mama supaya bisa sering berkomunikasi. Anak­anak Mama juga kerap menginap di rumah ummi,” kata Zaenab yang baru saja menyelesaikan studi kedokteran di univertistas Padjajaran, Bandung.

Kata Siti, dengan poligami yang dilakukan suaminya, dia jadi punya waktu luang untuk diri sendiri. Siti dan Ira saling membantu dalam mengurus anak­anak dan suaminya. Siti dianugerahi 10 orang anak, sedangkan Ira dianugerahi 2 anak bernama Sarah dan Cinta.

Page 10: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 75

dari istri dan anak­anaknya soal perusahaan atau soal sekolah khusus untuk siswa tak mampu yang didirikan suaminya.

Poligami, kata Siti adalah amal saleh, dan bukan hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Hikmah yang dia dapatkan yakni bisa saling berbagi dengan madunya. Bagi laki­laki yang ingin berpoligami, Siti berpesan agar bisa mengukur diri, dan niatkan untuk ibadah. “Kalau tidak bisa berlaku adil, cukup satu saja,” pesan Siti.* Surya fachrizal/Suara Hidayatullah

Jendela keluarga

Siti sering bermusyawarah dengan Ira dalam merawat Sony yang kini sedang menderita gangguan jantung. Mereka berdua bergantian saling menitipkan suami dan anak­anak. “Antara saya dari Bu Ira juga tidak ada rahasia,” katanya.

Meski begitu Siti mengaku, kalau sedang cemburu, rasa pengertian dirinya kepada suami bisa hilang. Namun, katanya, sang suami bisa bersikap adil lahir dan batin seperti dalam hal pembagian hari giliran, harta, rumah, kendaraan, dan lainnya.

“Tidak ada yang dilebihkan. Kalau adil dalam masalah hati urusannya pada Allah yang Maha Adil,” ujar Siti.

Siti dan Ira juga sering berbagi makanan. untuk urusan makanan, Siti bahkan mengakui kemahiran madunya dalam memasak. “Kalau ada acara keluarga, Bu Ira yang masak. Karena dia memang ahli memasak,” kata Siti tersenyum.

Siti pun tidak keberatan jika suaminya ingin menikah lagi untuk ketiga kalinya. “Ibu Ira yang enggak mau. Belum siap. Katanya mau berdua saja.”

dokter rumah tanggaSiti Romelah adalah anak

kedua dari sembilan bersaudara. Ia dilahirkan di Cirebon, 23 Maret 1962 dari pasangan Cahyamin dan Siti Asiyah. Meski sudah mempunyai anak seorang dokter, Siti ingin menjadi dokter bagi keluarganya. Karena itu, di sela­sela waktunya, ia menekuni thibbun nabawi, atau ilmu pengobatan ala Nabi untuk dipraktekkan kepada seluruh anggota keluarganya. Ia belajar hijamah atau bekam tiga tahun yang lalu dan kini sedang mendalami akupuntur. Anaknya yang dokter juga mendukung langkah ibunya.

Sekarang bukan hanya suami dan anak­anak yang dia bekam. Siti mengaku juga rutin membekam istri kedua suaminya dan

kerabatnya. “Alhadulillah, Ibu Ira dan teteh-tetehnya (kakak­kakaknya) sudah rutin saya bekam,” kata Siti.

“Mohon doanya untuk tetap istiqamah dalam belajar dan mengamalkan thibbun nabawi sebagai solusi untuk menyehatkan umat seperti yang dicontohnya Rasulullah,” ujar Siti berharap.

Siti mengatakan, suaminya tidak ingin kedua istrinya bekerja. Katanya, di rumah juga banyak pekerjaan penting yang harus dilakukan. Tapi, kata Siti, suaminya sering meminta pendapat

Page 11: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com76

Kurban untuk Orangtua yang Sudah Meninggal

Jawab

Diasuh oleh : ustaDz hamim thohari

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ustadz, sebentar lagi Idul Qurban akan me­nyapa kita. Selain disunnahkan melaksanakan sha­lat Id, kaum Muslimin juga dianjurkan menyembel­ih hewan kurban. Selama hampir dua tahun terakhir ini kami sekeluarga telah menyisihkan uang belanja sebesar Rp 50 ribu hingga cukup untuk membeli see­kor kambing, walaupun tidak terlalu besar. Tadi nya kami ingin berkurban atas nama istri saya, namun kemudian terpikir bahwa ayah saya yang sudah me­ninggal dua tahun lalu belum pernah berkurban ka­rena kurang mampu. Pertanyaan saya, apakah berkurban untuk dan atas nama orangtua yang telah meninggal itu diper­bolehkan oleh syariat Islam? Apakah pahalanya juga akan sampai kepada mereka? BUSurabaya

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Islam mengajarkan bahwa berbuat baik kepada orangtua itu hendaknya dilakukan oleh semua anak yang saleh, baik pada waktu mereka masih hidup atau mereka sudah wafat. Birrul walidain pada saat orangtua masih hidup sudah dimengerti oleh keba­nyakan kita, lalu apa kewajiban anak kepada orang­tuanya ketika mereka sudah wafat? Selain melaksanakan wasiatnya, seorang anak juga dianjurkan untuk menyambung silaturahim ke­pada setiap orang yang pernah dekat dan memiliki hubungan persaudaraan, kekerabatan, dan bermua­malah dengan almarhum. Sebaiknya, seorang anak tetap menjaga hubungan baik dengan orang­orang tersebut, dan jangan sampai putus. Memutuskan hubungan dengan mereka sama halnya dengan me­mutuskan silaturahim.

Yang paling utama adalah mendoakan mereka. Doa anak saleh kepada orangtuanya sangat dinantikan di saat mereka sudah tidak lagi bisa berbuat apa­pun. Tambahan berat timbangan amalnya sangat ditentukan oleh doa anak­anaknya yang saleh. Ra­sulullah mengajarkan kepada kita untuk senan­tiasa mendoakan mereka dengan doa yang sangat populer: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Al­Isra’ [17]: 24) Terhadap hal tersebut Rasulullah menegas­kan: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: dari sekedah jariyah, atau dari ilmu yang bermanfaat, atau dari anak saleh yang mendoakannya.” (Riwa­yat Muslim) Lalu, bagaimana kedudukan sedekah dalam kaitannya dengan Hadits di atas? Imam Nawawi meriwayatkan dalam syarahnya bahwa doa yang di­panjatkan anak yang saleh, pahalanya akan sampai kepada orangtua yang sudah meninggal, demiki­an juga dengan sedekah. Imam Nawawi menjelas­kan bahwa hal ini telah menjadi kesepakatan (ijma’) ulama yang masyhur. Khusus terhadap masalah doa yang dipanjatkan orang lain, pahalanya juga akan sampai kepada orang yang meninggal. Berba­hagialah orang yang sudah meninggal tetapi masih mendapat kiriman doa dari orang lain. Kurban dalam syariat Islam merupakan sede­kah. Seorang anak boleh berkurban untuk dan atas nama orangtuanya, baik yang masih hidup mau­pun yang sudah meninggal dunia. Pahalanya, insya Allah akan sampai kepada mereka. Kesimpulannya, seseorang yang ingin berkur­ban untuk dan atas nama orangtuanya yang sudah meninggal itu diperbolehkan, dan pahalanya akan sampai kepada mereka.*

konsultasi keluarga

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com76

Page 12: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 77

oase

Diani, seorang teman SMP yang sudah lama tidak bertemu. Saat itu tanpa sengaja bertemu dalam sebuah kesempatan.

Ia termasuk wanita yang masih terpesona de ngan duniawi. Aku melihat penampilannya jauh dari nilai­nilai islami, tanpa jilbab. Walaupun begitu aku tak lantas mengritiknya. Biarlah nanti ia sadar sendiri. Katanya, ia belum bisa membalut tubuhnya karena masih belum bisa meninggalkan kebiasaannya. Ia bilang kalau urusan shalat tak meninggalkannya. “Kalau Muslimah yang baik itu ya harus pakai jilbab, Di. Masak terus­terusan begini,” terangku pada saat itu. “Iya sih. Aku pun ingin menutup aurat tapi belum bisa. Sepertinya aku belum mendapatkan hidayah,” jawabnya. “Hidayah itu tidak datang sendiri tapi harus dicari,” jelasku. Pertemuan itu akhirnya berakhir dan aku tak pernah bertemunya lagi. Sekian lama kami tidak bertemu. Tiba­tiba sebuah SMS masuk ke HP­ku. Diani bilang ia punya masalah. Ia sudah tidak membayar asuransi selama lima tahun dan asuransi pendidikan anaknya akan ditutup. “Punya solusi nggak nih. Aku harus ada uang tiga juta rupiah untuk bisa melanjutkan asuransi itu. Bisa nggak aku pinjam uang dari kamu?” tanya dia via SMS. “Boro-boro meminjamkan uang, aku juga lagi butuh uang buat anak dan istri,” jawabku. “Kamu punya saran untuk masalah aku dalam soal ini,” tanyanya lagi.

“Yang paling mudah shalat malam dan sedekah saja. Kayaknya kamu mudah untuk melakukannya,” jawabku. Ah, kukira ia belum tentu melakukannya. Gayanya saja seperti itu. Kupikir mana mungkin ia akan melakukannya. Syukur kalau ia melakukannya, mudah­mudahan dari hal itu ia bisa terbuka untuk dekat dengan Allah kepada yang lebih mendalam, tidak hanya di luarnya saja. Suatu hari HP­ku berbunyi. Rupanya Diani meneleponku. “Aku berterima kasih atas saran kamu. Aku lakukan shalat malam dan memberi sedekah lima puluh ribu rupiah kepada anak yatim piatu. Eh, asuransi anakku setelah mengisi aplikasi bisa dilanjut tanpa harus membayar uang yang jutaan itu,” terangnya.

“Alhamdulillah, ya tapi shalat malam dan sedekah itu jangan karena kamu lagi butuh saja. Kalau bisa laksanakan secara terus menerus. Bukan saja kamu nanti dapat asuransi, tetapi siapa tahu kamu pun diberi jodoh dan menikah,” jawabku berkelakar. “Emang kasih sedekah berapa kalau bisa dapat jodoh,” tanyanya. “Ya nggak ada batasan, bukan sedekah sih tetapi semua itu kan ketentuan Allah. Coba saja lima ratus ribu, siapa tahu dengan sedekah kamu bisa dipertemukan jodoh oleh Allah. Tapi ingat, shalat wajib jangan ditinggalkan dan berdoalah setelahnya, niscaya doa kamu akan dikabulkan Allah,” terangku. Lama tak terdengar setelah percakapan itu. Diani tiba­tiba mengontakku. “Insya Allah, minggu depan aku menikah, Def. Allah mengabulkan keinginanku selama ini,” ucapnya penuh kegembiraan. “Insya Allah, aku akan hadir kalau tak ada halangan,” jawabku. “Ada satu lagi yang belum kamu penuhi,“ kataku kemudian. “Apaan tuh?” “Semoga setelah menikah kamu segera berjilbab,” kataku. “Doakan ya biar aku dapat melakukannya,” kata Diani di ujung telepon menutup perbincangan. Aku berharap semoga Allah segera memberi kesempatan dia untuk menutup auratnya karena doa seorang teman yang tak diketahui olehnya akan dikabulkan oleh Allah. Semoga temanku itu saat kembali bertemu ia telah menutup auratnya.* Deffy Ruspiyandy, Bandung

Kisah Seorang Teman

AGUStUS 2013/SyAWAl 1434 77

Page 13: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com80

sYiFa

Mengenal dan mengendalikan kolesterol. Banyak olahraga dan atur pola makan.

Kolesterol? Setiap orang pasti merasa takut dengan kata tersebut. Terutama jika membayangkan dampak yang ditimbulkan

jika kadar kolesterol meningkat. Apalagi bagi mereka yang memiliki kelebihan berat badan, kata itu pasti akan selalu terbayang di benak mereka. Tapi, orang yang kurus pun tidak berarti terbebas dari kolesterol. Karena itu, setiap kita perlu mengetahui gejala dan tanda­tanda meningkatnya kadar kolesterol darah. Ada beberapa tanda­tanda yang dapat dilihat dari bagian tubuh kita, sehingga hal ini bisa menjadi alarm bagi kita. Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayang­Nya kepada setiap makhluk. Tidak ada di dunia ini yang luput dari pengawasan­Nya. Begitupun dengan penyakit. Setiap penyakit yang ada di dunia ini, Allah   pasti sediakan obatnya. Sekaligus Allah tunjukkan juga gejala dan tanda­tanda yang menyertainya, sehingga manusia bisa melakukan pencegahan. Namun, sebelum melihat tanda­tanda pada anggota tubuh kita, alangkah baiknya kita tahu terlebih dahulu “makhluk” yang namanya kolesterol. Kolesterol adalah molekul sejenis lipid atau lemak yang ada dalam aliran darah dan sel tubuh.Kolesterol diproduksi oleh hati

yang digunakan untuk proses metabolisme tubuh, yaitu membantu pembentukan sel baru dan hormon. Namun, jangan sampai berlebih. Kelebihan kolesterol dapat mengakibatkan penumpukan lemak dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh darah. Pada akhirnya, jantung dan otak akan kekurangan pasokan darah yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke. Kadar kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah disebut hiperkolesterolemia. Ada beberapa jenis kolesterol: low density lipoprotein (LDL) yang disebut juga kolesterol jahat. LDL mengandung 75 persen kolesterol dan hanya sedikit protein. LDL berperan untuk mengalirkan kolesterol ke seluruh tubuh. Kadar LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan lemak di dinding arteri. Jenis kolesterol berikutnya adalah high-density lipoprotein (HDL), dikenal sebagai kolesterol baik. HDL mengandung banyak protein dan mengalirkan 20­30 persen kolesterol ke seluruh tubuh. HDL berperan untuk membuang kelebihan kolesterol dari sel dan dinding arteri serta membawa kolesterol kembali ke hati untuk dibuang. Ada pula yang disebut trigliserida, yang berperan dalam penyimpanan lemak dan berpengaruh dalam pembentukan lipoprotein kaya kolesterol. Lipoprotein kaya kolesterol inilah yang menyebabkan kolesterol tinggi serta meningkatkan pembentukan gumpalan darah. Karena itu, jangan sepelekan makhluk yang bernama kolesterol ini. Namun juga jangan terlalu

DeteksI kolesterolsecArA MAnDIrI

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com80

Page 14: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 81

risau, kita bisa mendeteksi sejak dini kondisi kolesterol darah kita melalui beberapa bagian tubuh kita, di antaranya melalui telapak tangan dan iris mata. Walaupun diagnosa ini tidak menunjukan angka, namun bisa menjadi bahan landasan untuk mengubah pola hidup. Adapun tanda­tanda di telapak tangan seseorang yang mengalami permasalahan kolesterol adalah sebagai berikut: Ruas ujung jari berwarna lebih merah/lebih gelap dibanding ruas jari di sekitarnya.  Semakin gelap warnanya menandakan kadar kolesterol di tubuh semakin tinggi. Telapak tangan berwarna merah, terlihat bengkak dan terdapat urat berwarna biru. Sedangkan pada iris mata, dapat dilihat adanya lingkaran putih pekat yang  mengelilingi zona ke 7  atau dekat dengan skelera yang terdapat  pada iris mata. Selain dari  tanda­tanda  pada tangan dan iris mata yang dapat dilihat, gejala lain yang biasanya dirasakan adalah seperti sering pusing di belakang kepala. Juga, tengkuk dan pundak terasa pegal, tangan dan kaki sering kesemutan dan dada sebelah kiri seperti tertusuk tusuk. Namun untuk lebih meyakinkan dan memastikan kebenarannya, Anda bisa mengecek kadar kolesterol darah di laboratorium atau di apotek yang memiliki alat cek kolesterol. Kadar kolesterol darah normal adalah 160 mg/dl ­ 200 mg/dl. Bila melebihi batas tersebut, Anda harus mulai menjaga makanan,  mengendalikan serta menurunkan kadar kolesterol darah tersebut agar tidak menimbulkan  penyakit yang fatal seperti jantung koroner ataupun stroke. Untuk mengatasi meningkatnya kadar kolesterol darah, sangat

sederhana: mulailah dari sekarang untuk berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat. Contohnya,  hindari makanan yang mengandung lemak tinggi seperti goreng­gorengan, santan, daging terutama yang berasal dari hewan yang di suntik hormon seperti ayam potong. Juga hindari keju, kerang, produk susu dan olahannya. Kurangi juga makanan­makanan siap saji yang mengandung pengawet, pewarna, pemanis buatan, dan penyedap makanan, serta minuman bersoda dan beralkohol. Mulailah perbanyak makan sayur­sayuran, kacang­kacangan, dan gandum. Makanan tersebut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan kolesterol di usus,sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol yang masuk pada aliran darah. Selain  itu, ada beberapa jenis buah atau sayuran dan tanaman obat yang diduga mampu mengatasi kolesterol darah seperti bawang putih, belimbing manis ataupun belimbing wuluh, rosela, alpukat, jamur lingzhi, sambiloto, temulawak, daun dewa, daun sendok, dan masih banyak lagi. Contoh beberapa tanaman obat untuk kolesterol: jamur lingzhi, temulawak, daun dewa, daun sendok, sambiloto, bawang putih, belimbing wuluh, rosela, alpukat, belimbing manis Semoga dengan mengetahui gejala,  tanda­tanda  dan penanganannya   baik preventif (pecegahan), maupun  kuratif (pengobatan) menjadikan kita makhluk yang  senantiasa bersyukur atas nikmat yang begitu luas dan tak terhitung yang Allah berikan kepada kita semua.* Ika Oktariyani,apoteker dan pengajar di Institut Thibbun Nabawi Indonesia (INTI), Jakarta

81

Perbanyak makan sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan gandum. Makanan tersebut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan kolesterol di usus,sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol yang masuk pada aliran darah.

AGUStUS 2013/SyAWAl 1434

Page 15: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com82

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh. Saya laki­laki, berusia 38 tahun, tinggi 166 cm, berat badan 48 kg. Saya sering mengalami pusing terutama kepala bagian belakang, susah tidur, cepat lelah, susah buang air besar, dan kadang terasa nyeri pada perut bagian bawah. Pinggang juga kadang terasa sakit. Berat badan terus turun.  Saya sudah melakukan USG dan tes laboratorium. Kata dokter saya hanya maag biasa.  Apa benar seperti itu, atau ada penyakit lain?  Mohon informasi mengenai penyakit saya, dan apa obat herbalnya? Atas informasinya saya ucapkan terima kasih.

Zainudin Bima, NTB 

Jawab:

Wa’alaikumsalam wa Rahmatullahi wa Barakatuh. Terimaksih atas info yang Bapak sampaikan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan kesabaran atas rasa sakit yang Bapak rasakan, hingga kemudian datang nikmat sembuh yang Allah Ta’ala berikan. Adakalanya ketika seseorang mengalami keluhan seperti ini, umumnya disebabkan karena permasalahan enzim dalam tubuh manusia. Biasanya, keluhan­keluhan seperti ini juga tidak bisa dideteksi melalui pemeriksaan rontgen atau

laboratorium lainnya. Namun ada beberapa tips ringan yang bisa dilakukan sebagai langkah awal perbaikan.

1. Adakah Bapak mengonsumsi lebih banyak makanan cepat saji, seperti ayam, nuget, atau makanan­makanan yang banyak mengandung pengawet atau penyedap rasa?  Jika iya, segera hentikan.

2. Adakah Bapak mengonsumsi gula pasir dan produk pemanis buatan secara berlebihan? Jika iya, segera dikurangi.

3. Adakah Bapak jarang memakan buah­buahan dan sayuran dalam keseharian? Jika iya, segera masukan menjadi menu wajib sehari­hari.

4. Mulailah mengonsumsi produk­produk herbal, seperti: madu, zaitun, kurma, dan habatusauda.

5. Tambahkan dengan ramuan herbal lokal, seperti kunyit, jahe, dan beras kencur.

6. Berolahragalah secara rutin.7. Perbanyaklah berzikir dan beramal ibadah

lainnya, karena hal ini bisa menjadi sumber keberkahan juga untuk Bapak.

8. Mulailah banyak bersyukur dengan tubuh yang ada saat ini untuk tidak dimasukan bahan­bahan yang tidak halal dan tidak baik.

Dan, yang juga jangan tinggalkan, berbekamlah secara rutin. Insya Allah, dengan bekam bisa membantu mengurangi rasa sakit yang Bapak rasakan. Demikian yang bisa kami sampaikan. Semoga segera membaik dan sehat kembali. Wallahu ‘alam bishshawab.*

Susah Tidurdan Cepat LelahDiasuh oleh : dr Zaidul akbar

Praktisi dan Konsultan Thibbun Nabawi dan Herba

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com82

Rubrik ini berisi tanya­jawab seputar pengobatan ala Nabi (thibun nabawi) yang diasuh oleh dr Zaidul Akbar, konsultan dan praktisi

thibun nabawi dan herba Institut Thibbun Nabawi Indonesia (INTI). Kirimkan pertanyaan Anda melalui surat ke alamat redaksi atau

email: [email protected]

Page 16: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com78

seJarah

Ternyata selain al­Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matemetika yang handal dan fenomenal.

Namanya Abu al­Wafa al­Buzjani. “Ia salah satu matematikus terhebat yang dimiliki perabadan Islam,” papar George Sarton dalam bukunya bertajuk Introduction to the History of Science. Abu al­Wafa hidup pada abad ke­10 M. Abu al­Wafa adalah seorang saintis serba bisa. Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai insinyur dan astronom kenamaan pada zamannya. Kiprah dan pemikirannya dibidang sains diakui Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia atas jasanya dalam mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia mengabadikan namanya menjadi salah satu nama kawah di bulan. Tak heran, jika sang ilmuwan Muslim itu sampai saat ini begitu dihormati dan disegani  oleh ilmuwan Barat. Dalam bidang matematika, Abu al­Wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung. Betapa tidak, sepanjang hidupnya ia telah melahirkan sederet inovasi penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Eucklid, Diophantos dan Al­Khawarizmi. Sayang risalah itu hilang. Sang ilmuwan pun mewariskan Kitab Al-Kamil yang membahas tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis. Kontribusi lainnya yang tak kalah penting dalam ilmu matematika adalah Kitab Al-Handasa yang mengkaji penerapan geometri. Ia juga berjasa besar dalam

mengembangkan trigonometri. Ia orang pertama yang mencetuskan rumus umum sinus dan metode baru membentuk tabel sinus. Juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimal kedelapan. Yang lebih mengagumkan lagi, ia membuat studi khusus tentang tangen serta menghitung sebuah tabel tangen. Istilah secan dan co secan juga pertama kali dikenalkan oleh Abu al­Wafa. Baron Carra de Vaux  yang hidup pada abad 19 M mengambil konsep secan yang dicetuskannya. Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abu al­Wafa bagi studi matematika adalah trigonometri. Ini sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen. Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaktepatan tentang  hubungannya. Namun bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari geometri. Ia juga memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan spherical triangles. Secara khusus, Abu al­Wafa berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas trigonometri. Rumus tersebut yaitu:

sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)cos(2a) = 1 ­ 2sin2(a)sin(2a) = 2sin(a)cos(a)

Selain itu, Abu al­Wafa berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola, yakni: x4 = a and x4 + ax3 = b. Rumus­rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikirannya

Abu al-Wafa al-Buzjani, Matematikus Muslim Idola Barat

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com78

Page 17: Rubrik Parenting - Jendela Keluarga majalah Hidayatullah

AGUSTUS 2013/SYAWAL 1434 79

yang hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus­rumus baru matematika membuktikan bahwa Abu al­Wafa adalah matematikus jenius. tumbuh dari lingkungan ilmu Abu al­Wafa tumbuh di era bangkitnya dinasti Islam baru, Buwaih, tahun 945 hingga 1055 M. Kesultanan Buwaih menancapkan benderanya di antara periode peralihan kekuasaan dari Arab ke Turki. Dinasti ini memindahkan ibu kota pemerintahannya ke Baghdad saat Adud ad­Dawlah berkuasa dari tahun 949 hingga 983 M. Pemerintahan ad­Dawlah sangat mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan dan seniman. Dukungan itulah yang membuat Abu al­Wafa memutuskan hijrah dari kampung halamannya ke Baghdad. Sang ilmuwan dari Khurasan ini lalu memutuskan mendedikasikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana Adud ad­Dawlah pada 959 M. Abu al­Wafa bukanlah satu­satunya matematikus yang mengabdikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana itu. Matematikus lainnya yang juga bekerja di istana Adud ad­Dawlah antara lain al­Quhi dan al­Sijzi. Pada 983 M, suksesi kepemimpinan terjadi di Dinasti Buwaih. Adud ad­Dawlah digantikan puteranya bernama Sharaf ad­Dawlah. Sama seperti sang ayah, sultan baru itu juga sangat mendukung perkembangan matematika dan astronomi. Abu al­Wafa pun makin betah kerja di istana. Kecintaan sang sultan pada

astronomi makin memuncak ketika dirinya ingin membangun sebuah observatorium. Abu al­Wafa dan temannya, al­Quhi, pun mewujudkan ambisi sang sultan. Observatorium astronomi itu dibangun di taman istana sultan di kota Baghdad. Kerja keras Abu al­Wafa pun berhasil. Observatorium itu secara resmi dibuka pada Juni 988 M. Untuk memantau bintang dari observatorium itu, secara khusus Abu al Wafa membangun kuadran dinding. Sayang, observatorium tak bertahan lama. Begitu Sultan Sharaf ad­Dawlah wafat, observatorium itu pun lalu ditutup. Sederet karya besar telah dihasilkan Abu al­Wafa selama mendedikasikan dirinya di istana Sultan Buwaih. Beberapa kitab bernilai yang ditulisnya antara lain Kitab fima Yahtaju Ilaihi al-Kuttab wa al-Ummal min ‘Ilm al-Hisab sebuah buku tentang aritmatika. Dua salinan kitab itu sayangnya tak lengkap, kini berada di perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo, Mesir. Dalam geometri, ia menulis Kitab fima Yahtaj Ilaih as-Suna’ fi ‘Amal al-Handasa. Buku itu ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ ad­Dawla. Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofia, Istanbul. Kitab Al-Majesti adalah buku karya Abu al­Wafa yang paling terkenal dari semua buku yang ditulisnya. Salinannya yang juga sudah tak lengkap, kini tersimpan di perpustakaan nasional Paris, Prancis. Sang matematikus terhebat di abad ke­10 itu tutup usia pada 15 Juli 998 di kota Baghdad, Iraq. Namun, hasil karya dan pemikirannya hingga kini masih tetap hidup.* Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah

79

Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abu al-Wafa bagi studi matematika adalah trigonometri.

AGUStUS 2013/SyAWAl 1434


Top Related