8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka publik merupakan ruang milik bersama, tempat masyarakat
melakukan aktivitas fungsional dan ritualnya dalam suatu ikatan komunitas,baik
kehidupan sehari-hari maupun dalam perayaan berkala yang telah ditetapkan sebagai
sesuatu yang terbuka, tempat masyarakat melakukan aktivitas pribadi dan kelompok.
Ruang terbuka publik merupakan ruang wadah aktivitas sosial yang melayani dan juga
mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Ruang terbuka juga merupakan wadah
dari kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang mempertemukan sekelompok
masyarakat dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan
periodik (Marhendra, dkk, 2014; 3).
Ruang terbuka kota merupakan pertemuan antara sistem alam dan manusia
dalam lingkungan perkotaan (urban). Kawasan perkotaan yang berkelanjutan ditandai
oleh interaksi dan hubungan timbal balik yang seimbang antara manusia dan alam
yang hidup berdampingan di dalamnya. Pada kasus lingkungan perkotaan
berkepadatan tinggi, keseimbangan tersebut mengalami gangguan akibat berkurangnya
ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, mengembalikannya ke dalam lingkungan
perkotaan dengan berbentuk sistem dinilai penting (Rahmi, dkk, 2012; 27).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan ruang terbuka publik adalah wadah dari behaviour setting. Ruang terbuka kota
merupakan salah satu properti yang harus dimiliki oleh suatu kota untuk kepentingan
interaksi antar warga dan berlaku untuk umum. Ruang terbuka publik dapat melayani
kebutuhan sosial masyarakat kota dan memberikan pengetahuan kepada
pengunjungnya. Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat sebagai tempat
untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca. Intinya adalah, ruang publik
merupakan area umum dimana orang-orang melakukan aktivitas ritual dan fungsional.
Dalam suatu komunitas kehidupan komunal perkotaan, baik aktivitas kehidupan rutin
harian ataupun acara-acara yang bersifat periodik, aktivitas yang tumpang tindih ini
seharusnya dapat dihindari. Sehingga pengunjung atau pelaku aktivitas di dalamnya
tidak merasa terganggu satu sama lain. Maka dari itu dengan memetakan pola
8
9
pemanfaatan ruang akan membantu pemutusan masalah untuk memberikan fasilitas
yang memadai terhadap berbagai aktivitas yang terjadi di dalam ruang publik.
1. Tujuan Ruang Publik (public space) atau Ruang Terbuka (open Space)
Secara umum, tujuan ruang publik (public space) atau ruang terbuka (open
space) menurut (Carret al, 1992: 85) adalah:
a. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dasar dalam penciptaan dan
pengembangan ruang terbuka publik yang menyediakan jalur untuk pergerakan,
pusat komunikasi, dan tempat untuk merasa bebas dan santai.
b. Peningkatan Visual (Visual Enhancement)
Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan kualitas visual kota
tersebut menjadi lebih manusiawi, harmonis, dan indah.
c. Peningkatan Lingkungan (Environmental Enhancement)
Penghijaun pada suatu ruang terbuka publik sebagai nilai estetika juga paru-
paru kota yang memberikan udara segar di tengah-tengah polusi.
d. Pengembangan Ekonomi (Econimic Decelopment)
Pengembangan ekonomi adalah tujuan umum dalam penciptaan dan
pengembangan ruang terbuka publik.
e. Peningkatan Kesan (Image Enhancement)
Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam kerangka penciptaan
suatu ruang terbuka publik namun selalu ingin dicapai.
2. Fungsi Ruang Publik (public space) atau Ruang Terbuka (open Space)
Ruang publik atau ruang terbuka sebagai salah satu elemen perancangan
kota mempunyai fungsi:
a. Ruang-ruang publik tidak hanya digunakan sebagai wadah interkasi sosial
saja, namun juga mampu menciptakan suatu budaya atau pola perilaku
masyarakat, yang akhirnya akan mempengaruhi pula pertumbuhan dan
perkembangan suatu kawasan serta menghubungkan dengan kawasan lain di
sekitarnya (Carret al, 1992: 43).
b. Ruang terbuka publik melayani kebutuhan sosial masyarakat kota dan
memberikan pengalaman kepada pengunjungnya. Pemanfaatan ruang terbuka
10
publik oleh masyarakat sebagai tempat untuk bersantai, bermain, berjalan-
jalan dan membaca (Nazaruddin, 1996: 34).
Selanjutnya Edy Darmawan (2005: 1) menyebutkan fungsi ruang publik dapat di
bedakan sebagai berikut:
a. Sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal seperti
upacara bendera, sholat Ied pada Hari Raya dan peringatan-peringatan yang
lain; pertemuan informal seperti pertemuan individual, kelompok masyarakat
dalam acara santai dan rekreatif atau demo mahasiswa dengan tujuan
menyampaikan aspirasi, ide atau protes terhadap keputusan penguasa, instansi
atau lembaga pemerintah swasta.
b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menuju
arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur
kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitar serta
ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan beralih ke arah tujuan lain.
c. Sebagai tempat pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan makanan dan
minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment atau pertunjukan terutama
yang diselenggarakan pada malam hari.
d. Sebagai paru-paru kota yang semakin padat, sehingga masyarakat banyak
yang memanfaatkan sebagai tempat berolahraga, bermain dan bersantai
bersama keluarga.
3. Tipologi Ruang Publik
Tipologi ruang publik memiliki banyak variasi yang kadang memiliki
perbedaan tipis sehingga seolah-olah memberi pengertian yang tumpang tindih
(overlapping). Menurut Stephen Carr (1992) dalam Edy Darmawan (2005: 11-19)
mengelompokkan tipologi ruang publik menjadi menurut beberapa tipe dan
karakter, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Taman Umum (Public Park), skala pelayanan taman ini adalah tingkat
nasional, lokasinya berada di pusat kota seperti Jakarta yang berpengaruh
terhadap kegiatan nasional. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang
memiliki peran yang sangat penting dengan luasan melebihi taman-taman kota
yang lain. Kegiatan yang dilaksanakan disini berskala nasional. Di samping
sebagai landmark Kota Jakarta juga dapat sebagai landmark nasional,
11
terutama tugu monument yang didukung dengan elemen asesori kota yang lain
seperti air mancur, jalan pedestrian yang diatur dengan pola-pola yang
menarik, disamping taman dan penghijauan di sekitar kawasan tersebut.
Contoh: Monas.
GAMBAR 2.1
MONAS, JAKARTA
Sumber: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Monas.JPG
b. Taman Lingkungan (Neightborhood Park), ruang terbuka yang di
kembangkan di lingkungan perumahan untuk kegiatan umum seperti bermain
anak-anak, olahraga dan bersantai bagi masyarakat di sekitarnya (contoh:
taman kompleks perumahan).
GAMBAR 2.2
TAMAN KOMPLEKS PERUMAHAN
Sumber: http://mhprihantoro.blogdetik.com/files/2009/12/dsc00138-300x225.jpg
c. Lapangan dan Plasa (Squares and Plazas)
Lapangan Pusat Kota (Central Square), ruang publik ini sebagai bagian
pengembangan sejarah yang berlokasi di pusat kota dan sering digunakan
untuk kegiatan-kegiatan formal seperti upacara peringatan hai nasional,
sebagai rendezvous point koridor-koridor jalan di kawasan tersebut.
Disamping itu juga untuk kegiatan-kegiatan masyarakat baik sosial, ekonomi
maupun apresiasi budaya.
12
GAMBAR 2.3
SIMPANG LIMA, SEMARANG
Sumber:http://seputarsemarang.com/images/2011/05/simpanglima_dari_lt_6
_matahari.jpg
c. Jalan (Street)
1) Pedestrian Sisi Jalan (Pedestrian Sidewalk), bagian ruang publik kota
yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan satu
yang berhubungan dengan jalan yang lain.
GAMBAR 2.4
PEDESTRIAN SISI JALAN, SEMARANG
Sumber: http://ardansirodjuddin.smkn8semarang.sch.id/wp-
content/uploads/2013/06/trotoar1.jpg
2) Mal Pedestrian (Pedestrian Mall), suatu jalan yang ditutup bagi
kendaraan bermotor, dan diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki. Fasilitas
tersebut biasanya dilengkapi dengan asesori kota seperti pagar, tanaman
dan berlokasi di jalan utama pusat kota.
13
GAMBAR 2.5
MAL PEDESTRIAN, COSTARICA
Sumber:http://www.andrewclem.com/Photos/CostaRica/CanonVideo/SanJose
PedestrianMall.jpg
3) Mal Transit (Transit Mall), pengembangan pencapaian transit untuk
kendaraan umum pada penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan
sebagai pedestrian area.
GAMBAR 2.6
MAL TRANSIT
Sumber: http://citytransport.info/Digi/5537a.jpg
4) Jalur Lambat (Traffic Restricted Street), jalan yang digunakan sebagai
ruang terbuka dan diolah dengan desain pedestrian agar lalu lintas
kendaraan terpaksa berjalan lamban, disamping dihiasi dengan tanaman
sepanjang jalan tersebut.
14
GAMBAR 2.7
JALUR LAMBAT
Sumber:http://images.detik.com/customthumb/2012/02/09/1025/img_2012
0209084710_4f33259e99aed.jpg?w=600
B. Ruang Jalan sebagai Ruang Publik (public space) atau Ruang Terbuka (open
space) untuk Olahraga
Menurut Spurrier dalam Bishop (1989: 23), jalan tidak dapat dipertimbangkan
hanya sebagai jalur kendaraan, tetapi secara keseluruhan menjadi bagian integral
kehidupan manusia. Bila jalan direncanakan hanya berdasarkan anggapan akan
fungsinya, maka akan menutup peluang untuk memanfaatkan jalan sebagai ruang
untuk beraktivitas (Eko Budihardjo, 2000: 67).Selanjutnya Lewelyn-Davies (2000: 6)
mengungkapkan dari fungsi awal jalan sebagai jalur penghubung, muncul kegiatan
lain di sepanjang jalan tersebut, namun harus dilihat pula beberapa aspek lainnya,
seperti peranan jalan itu sendiri dari sudut pandang masyarakat, tipe dari bangunan
disekitarnya serta penataan lansekap yang mendukung.
Appleyard (1981: 3), mengungkapkan bahwa jalan adalah pusat sosial kota
dimana masyarakat berkumpul, tapi juga sekaligus merupakan saluran pencapaian dan
sirkulasi. Jalan yang baik mendorong partisipasi, masyarakat berhenti untuk berbicara
atau mungkin mereka duduk dan melihat, sebagai peserta pasif, menerima apa yang
ditawarkan jalan (Jacobs, 1993: 12).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa jalan merupakan
sarana untuk melakukan perpindahan dari suatu tempat menuju ketempat lain, dari
satu titik menuju ke titik yang lain. Namun jalan merupakan suatu arena / wadah
kegiatan sosial pula, sebagai pintu gerbang ruang privat manusia menuju ke ruang
dengan dimensi yang lebih luas yaitu masyarakat / publik.
15
Kegiatan di ruang terbuka publik di pusat kota merupakan perwujudan “fungsi
manifestasi” (ruang terbuka sebagai pusat interaksi sosial budaya mayarakat dan
fungsi ekologis kota, pedestrian dan jalan sebagai linkage system) dan juga fungsi
laten (ruang terbuka sebagai aktivitas ekonomi dan jalan / pedestrian sebagai tempat
aktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat). Terjadinya aktivitas tersebut
sebagai perwujudan fungsi manifestasi dan laten dalam ruang publik sehari-hari yang
saling bercampur baur antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya dan saling
mempengaruhi, yang dilakukan oleh orang atau kelompok yang mempunyai persepsi
atau nilai-nilai sama atau mirip dan melakukan suatu rangkaian kegiatan atau perilaku
tertentu untuk makna dan tujuan yang telah disepakati (Rapoport, 1977: 89).
Jika dikaitkan dengan ruang jalan, maka jalan dengan fungsi manifestasinnya
sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan antara dua tempat yang berbeda,
dan jalan juga memiliki fungsi laten sebagai tempat beraktivitas sosial, tempat
berhubungan antar masyarakat sebagai peserta aktif maupun pasif yang mungkin
hanya duduk atau melihat apa yang ditawarkan oleh jalan tersebut.
Selanjutnya Edy Darmawan (2005: 3) menyatakan bahwa penyediaan ruang
terbuka bagi masyarakat seharusnya memenuhi beberapa kriteria. Setidak-tidaknya
ada 3 (tiga) kriteria yang harus dipenuhi dalam merancang ruang publik. Kriteria
tersebut meliputi: (1) meaningful, yakni dapat memberikan makna atau arti bagi
masyarakat secara individu maupun kelompok, (2) responsive, yakni tanggap terhadap
semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodasi kegiatan yang ada pada ruang
publik tersebut, (3) democratis, yakni dapat menerima kehadiran dari berbagai lapisan
masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi.
Pemanfaatan ruang terbuka yang dimaksudkan sebagai salah satu dimensi
pembangunan olahraga dapat diartikan sebagai ruang publik yang dimiliki dan
dikelola oleh daerah yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga bagi masyarakat.
Konsep mengenai ruang publik (public space) bersifat dinamis, artinya bahwa
pengetiannya dapat saja bergeser secara relatif tergantung pada pola dinamika
perutumbuhan mobilitas sosial dan persoalan pemukiman. Pergeseran konsep tersebut
juga dipengaruhi oleh perkembangan persepsi masyarakat dan pengambil keputusan
(decision maker) publik atas pemanfaatan tata ruang secara keseluruhan.
16
Korelasi antara ruang publik dengan aktivitas olahraga di masyarakat adalah
secara timbal balik dan saling memperkuat. Artinya, tersedianya ruang publik yang
cukup memadai dapat memicu motivasi aktivitas olahraga di masyarakat. Sebaliknya,
animo dan prakarsa kuat masyarakat untuk beraktivitas olahraga akan melahirkan
kreatifitas dalam pemanfaatan ruang terbuka.
Menurut Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007: 37) ruang terbuka merujuk
pada suatu tempat yang diperuntukkan bagi kegiatan olahraga dan sejumlah orang
(masyarakat) dalam bentuk bangunan / lahan. Bangunan / lahan tersebut dapat berupa
lapangan olahraga yang standar atau tidak standar, yang tertutup (in-door) maupun
terbuka (out-door), atau berupa lahan yang memang diperuntukkan untuk kegiatan
berolahraga masyarakat. Angka ruang terbuka dengan jumlah penduduk usia 7 tahun
keatas suatu wilayah.
Secara hakiki menurut Eko Budiharjo (dalam Agus Kristiyanto, 2012: 188)
ruang publik (public space) diartikan sebagai suatu tempat atau wahana para warga
untuk melakukan kontak sosial mulai dari pekarangan komonal, lapangan desa,
lapangan di lingkungan rukun tetangga, sampai alun-alun berskala kota.
Jadi ruang terbuka merupakan suatu tempat yang diperlukan oleh orang atau
masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik. Baik untuk meningkatkan olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Keberadaan ruang terbuka
olahraga hendaknya mudah diakses dan menarik oleh masyarakat sehingga dapat
mendorong masyarakat untuk gemar berolahraga atau beraktivitas fisik sehingga bisa
dijadikan modal untuk kesegaran jasmani bagi masyarakat. Sulitnya ruang terbuka
atau kurangnya ruang terbuka akan menjadikan ruang terbuka yang semestinya tidak
dijadikan untuk kegiatan fisik akan berubah alih fungsi ketika ruang tersebut tidak
digunakan dengan kegiatan yang semestinya. Bisa kita ambil contoh misalnya lahan
parkir, taman, badan jalan yang luas, alun-alun, bandara digunakan untuk aktivitas
fisik seperti bermain sepak bola, senam aerobik, jogging, kegiatan ini semua hanyalah
bertujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani.
Dampak dari pada ruang terbuka terhadap kegiatan olahraga adalah partisipapsi
olahraga yang menyeluruh tanpa hambatan oleh ras, gender, ekonomi, kemampuan,
maupun kelainan fisik. Peningkatan kesehatan bagi masyarakat dan pertumbuhan
17
ekonomi dengan demikian ruang terbuka diharapkan dapat berpengaruh terhadap
output dan outcome.
Ketersediaan ruang terbuka olahraga merupakan bagian terpenting bagi
pembentukan suasana kondusif masyarakat yang berbudaya olahraga. Budaya
olahraga yang dimaksud adalah dalam cakupan lingkup olahraga secara lengkap, yakni
meliputi: (1) olahraga prrestasi, (2) olahraga pendidikan, dan (3) olahraga masyarakat
atau olahraga rekreasi. Fasilitas publik, public space atau open space bahkan
merupakan prasyarat aksi bagi terbentuknya perilaku kolektif masyarakat untuk
mengembangkan budaya berolahraga tersebut. Dengan kata lain, budaya olahraga
yang merupakan nilai-nilai kolektif masyarakat akan terbangun dan terpelihara dengan
baik jika didukung oleh tersedianya ruang terbuka yang memadai.
Terdapatnya ruang terbuka yang layak bagi publik untuk melakukan aktivitas
sosial, pada gilirannya akan mengarah pada terbentuknya masyarakat yang aktif dan
kuat secara sosial. Karakter egois dan individualis, bisa jadi merupakan dampak dari
berkurangnya ruang publik untuk berinteraksi secara sosial antara individu dengan
individu yang lain, antara individu dengan kelompok, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lainnya. Sensitivitas perilaku manusia, konon semakin tinggi
manakala semakin sempit kepemilikan ruang (space).
Penyediaan ruang terbuka menjadi sesuatu yang sangat urgen, karena memiliki
dampak yang sangat luas bagi perilaku kolektif sebuah masyarakat atau komunitas.
Ruang terbuka memiliki fungsi sebagai wahana untuk berbagai penyaluran kegiatan
pendidikan, sosial, dan kemasyarakatan. Ruang terbuka yang cukup dapat berfungsi
untuk rekreasi, relaksasi, dan prokreasibagi masyarakat. Untuk pengembangan
kegiatan “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”, panji
olahraga sport for all, yang sekarang jarang diucapkan oleh para pejabat, mutlak
dipersyarati oleh ketersediaan ruang publik yang memadai.
C. Ruang Terbuka Olahraga
Ketersediaan ruang terbuka olahraga merupakan bagian terpenting bagi
pembentukan suasana kondusif masyarakat yang berbudaya olahraga. Budaya
olahraga yang dimaksudkan adalah dalam cakupan lingkup olahraga secara lengkap,
yakni meliputi: (1) olahraga prestasi, (2) olahraga pendidikan, dan (3) olahraga
18
masyarakat atau olahraga rekreasi. Fasilitas publik, public space atau open space
bahkan merupakan prasyarat aksi bagi terbentuknya perilaku kolektif masyarakat
untuk mengembangkan budaya berolahraga tersebut. Dengan kata lain, budaya
olahraga yang merupakan nilai-nilai kolektif masyarakat akan terbangun dan
terpelihara dengan baik jika didukung oleh tersedianya ruang terbuka yang memadai.
Penyediaan ruang terbuka menjadi sesuatu yang sangat urgent, karena memiliki
dampak yang sangat luas bagi perilaku kolektif sebuah masyarakat atau komunitas.
Ruang terbuka memiliki fungsi sebagai wahana untuk berbagai penyaluran kegiatan
pendidikan, sosial, dan kemasyarakatan. Ruang terbuka yang cukup dapat berfungsi
untuk rekreasi, relaksasi, dan prokreasi bagi masyarakat. Ruang terbuka untuk
olahraga sangat bergantung pada jumlah populasi yang ada di suatu area
(Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan). Artinya bahwa semakin banyak jumlah
populasi, maka semakin luas dan banyak ruang terbuka yang harus disediakan.
D. Pengertian Olahraga
Perkataan olahraga mengandung arti kata akan adanya sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa mengolah raga dan jasmani. Definisi atau batasan
tentang olahraga itu sendiri masih belum tegas, akibatnya terdapat bermacam-macam
batasan, definisi atau deskripasi mengenai apa itu “Olahraga”, karena memang belum
ada lembaga resmi yang diakui berwenang untuk membuat batasan, definisi mengenai
penertian olahraga. Olahraga berasal dari dua suku kata, yaitu olah dan raga, yang
berarti memasak atau memanipulasi raga dengan tujuan membuat raga menjadi
matang, Ateng (Husdarta, 2010: 145).
Selanjutnya menurut Supandi yang dikutip oleh Kusmaedi (2002: 1)
menyatakan bahwa kata olahraga bersal dari :
1. Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
2. Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang terdiri dari
kegiatan menembak dan berburu.
3. Desporter, membuang lelah.
4. Sport, pemuasan atau hobi.
5. Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti berenang, main
bola, agar tumbuh sehat.
19
Secara umum orang memahami olahraga merupakan salah satu aktivitas
jasmani yang dilakukan oleh orang, sekelompok orang dengan tujuan untuk
memperoleh kebugaran jasmani. Apakah benar yang dikatakan oleh orang atau
sekelompok orang tersebut hanya sebatas untuk mencapai kebugaran jasmani saja, apa
hanya itu saja yang kita dapat dari melakukan olahraga?
Olahraga dilakukan karena berbagai alasan penting dari sisi pelakunya. Nilai-
nilai dan manfaat (kemaslahatan) yang diperoleh para pelaku itu didapat dari
partisipasi atau keterlibatan aktif sebagai pelaku dalam beberapa kegiatan yang
bersifat hiburan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, hubungan sosial, perkembangan
biologis, kebebasan menyatakan diri, pengujian kemampuan sendiri atau kemampuan
diri dibandingkan dengan orang lain. Dengan kata lain, seperti yang dikemukakan
Zakrajsek (Husdarta, 2010: 135) olahraga merupakan wahana untuk mengalami aspek
pengalaman manusiawi.
Pengalaman yang bersifat manusiawi itu dialami dalam dunia kehidupan nyata,
sehingga ekstensi kegiatan olahraga pada hakikatnya merupakan bagian dari
kehidupan. Karena itu pemahaman terhadap esensi olahraga dibatasi oleh hubungan
antara tiga faktor yaitu alam, budaya, dan individu sebagai pelaku. Olahraga tidak
dapat dipisahkkan dari dunia nyata, lingkungan alam dan lingkungan sosial serta
lingkungan geografis. Makna kualitatif olahraga itu mencapai taraf yang lebih tinggi
dan lingkungan sosial budaya yang didorong oleh strata budaya. Dunia nyata itu dapat
diikat secara bersama-sama melalui hubungan antar subyek (individu) dalam ruang
dan waktu.
Beberapa pengertian tentang olahraga (sport) menurut para ahli antara lain:
1. Giriwijoyo dan Didik, Z (2012: 37), olahraga adalah serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan
kemampuan fungsionalnya.
2. Cholik, M dan Ali, M (2007: 14), olahraga adalah proses sistematik yang berupa
segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina
potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan / pertandingan, dan
prestasi puncak dalam pembentukan manusias Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.
20
3. WHO dalam Cholik, M dan Ali, M (2007: 14), menggunakan istilah physical
activity, yaitu segala bentuk aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari, termasuk
kerja, rekreasi, latihan, dan aktivitas olahraga.
4. Undang-undang No. 3 Tahun 2005, olahraga adalah segala kegiatan yang
sistematik untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani,
rohani, dan sosial (Jakarta: Biro Humas dan Hukum Kementrian Negara Pemuda
dan Olahraga RI, 2007).
5. Smith 1971 dalam Rusli, L et al. (1992: 12), olahraga merupakan perluasan dari
bermain. Karena itu, olahraga berdasarkan pada bermain dan nilai inti dalam
kegiatan itu.
6. Matveyev 1981 dalam Rusli, L et al. (1992: 12), olahraga merupakan satu
kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan
kemampuan geraknya (performa) semaksimal mungkin.
7. Loy 1968 dalam Rusli, L et al. (1992: 12), olahraga merupakan peragaan
ketangkasan fisik yang terungkap dalam ketrampilan, kesegaran jasmani atau
kombinasi dalam kedua hal itu.
8. Depdikbud (1993: 1), olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani.
Olahraga merupakan bentuk pendidikan dari individu dan masyarakat yang
mengutamakan gerakan-gerakan jasmani yang dilakukan secara sadar dan
sistematis menuju suatu kualitas hidup yang lebih tinggi.
9. UNESCO dalam Rusli, L (2002: 38), olahraga yaitu setiap aktivitas fisik berupa
permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain atau
pun diri sendiri.
10. Dewan Eropa 1980 dalam Rusli, L (2002: 39), olahraga sebagai aktivitas spontan,
bebas, dan dilaksanankan selama waktu luang.
Dari beberapa definisi olahraga menurut para ahli diatas dapat disimpulakn
bahwa yang dimaksud dengan olahraga adalah: 1) Serangkaian gerak raga yang
teratur dan terencana untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, 2) Kegiatan
fisik yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok, 3) Aktivitas yang dilakukan
setiap hari, 4) Kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan
kesegaran jasmani, rohani, dan sosial, 5) Suatu aktivitas yang terdapat unsur bermain,
21
peraturan, bertanding, dan juara, 6) Suatu ketangkasan fisik yang terdapat unsur gerak,
7) pembentukan karakter seseorang serta peningkatkan prestasi puncak, 8) Kegiatan
fisik yang dilakukan dengan cara bersenang-senang dalam ruang waktu bercakap-
cakap, hiburan, senda gurau, dan permainan, 9) Suatu kegiatan aktivitas fisik yang
memerlukan perjuangan serta dapat mengendalikan diri dan orang lain.
Dari rumusan ini berarti olahraga yang dimaksud bukan sekedar kegiatan
sistematis yang berhubungan dalam pembangunan jasmaniah, tetapi juga berhubungan
denagan rohani dan sosial. Oleh karena itu pengertian tentang olahraga menjadi
beragam yaitu: 1) Olahraga pendidikan, 2) Olahraga prestasi, 3) Olahraga rekreasi, 4)
Olahraga amatir, 5) Olahraga professional, 6) Olahraga penyandang cacat. Sedangkan
menurut Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) No. 3 Tahun 2005
sebagai berikut:
1. Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga dilaksanakan
sebagai bagian dari proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk
memperoleh pengetahuan kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran
jasmani. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 11 Undang-undang No. 3 tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
2. Olahraga Rekreasi
Olahraga rekresi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kombinasi dan nilai budaya setempat masyarakat untuk kesehatan, kebugaran dan
kesenangan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 12 Undang-undang No. 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
3. Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara teratur, berjenjang, berkelanjutan, melalui kompetisi untuk
mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No. 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
22
4. Olahraga Amatir
Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau
kegemaran olahraga. Sesuai dengan pasal 1 ayat 14 Undang-undang No. 3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
5. Olahraga Profesional
Olahraga professional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran
berolahraga. Sesuai dengan pasal 1 ayat 15 Undang-undang No. 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
6. Olahraga Penyandang Cacat
Olahraga penyandang cacat adalah olahraga khusus yang dilakukan sesuai dengan
kondisi kelainan fisik atau mental seseorang.Sesuai dengan pasal 1 ayat 16
Undang-undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
Sebagai ilustrasi mengenai penggolongan olahraga ditinjau dari tujuan orang
melakukannya menurut Nurlan Kusmaedi (2002: 4), dapat ditelaah dari paparan
berikut:
Gambar 2.14 :Olahraga dalam kontinyu Play dan Work
Pada gambar diatas, olahraga rekreasi berada pada kontinum sebelah kiri,
karena lebih tinggi proporsi bermainnya. Makin tinggi proporsi bermainnya semakin
tinggi pula nilai kreatifnya. Olahraga yang bersifat promotif atau rehabilitatif lebih
mengutamakan hasil akhir walaupun lebih alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
namun nuansa bermain masih mewarnai olahraga pendidikan. Olahraga prestasi juga
Work
Olahraga
Rekreasi
Olahraga Kesehatan
Olahraga
Pendidikan
Olahraga
Prestasi
Olahraga Mata
Pencaharian
Play Sport
-intrinsik
-kesenangan
-proses
-ekstrinsik
-material
-hasil akhir
23
menekankan pada pencapaian hasil akhir berupa prestasi maksimal untuk
mendapatkan juara, dalam work dapat terjadi tidak ada nuansa bermain sama sekali,
yang terpenting adalah hasil akhir berupa material atau uang.
1. Tujuan Olahraga
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu,
termasuk juga kegiatan olahraga. Tujuan itu berkaitan dengan tujuan pendidikan
jasmani. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena olahraga dan pendidikan jasmani memiliki tujuan yang hampir sama,
terutama tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan yang diharapkan lebih
menitik beratkan pada faktor jasmani atau fisik yang erat kaitannya dengan faktor
fisiologis. Tujuan olahraga dijelaskan oleh Depdikbud (1993: 5) yaitu:
Kegiatan keolahragaan itu mempunyai tujuan-tujuan yang nyata, salah satu
diantaranya adalah bertujuan untuk meningkatkan pembiasaan hidup sehat,
kesegaran jasmani, prestasi fisik optimal, membentuk sikap perorangan,
perkembangan rasa sosial, pengetahuan dan kecerdasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
olahraga itu lebih menekankan pada hal pembiasaan hidup sehat. Maksud dari
hidup sehat yaitu perilaku atau kebiasaan yang dilakukan seseoang dalam upaya
menjaga kesehatannya setiap saat, dengan olahraga yang baik dan teratur dapat
mendukung terhadap kesehatan fisik, mengembangkan sikap perorangan, sehingga
memilliki sikap percaya diri dan dapat mengatur diri. Perkembangan rasa sosial
dengan keikutsertaan dalam kegiatan orang lain atau masyarakat. Selain itu,
olahraga berpengaruh dalam peningkatan emosional. Dengan olahraga jelas dapat
memberikan sumbangan bagi peningkatan baik dari segi fisiologis ataupun
psikologis.
Mengenai tujuan olahraga Soudan dan Evereee melakukan penelitian
terhadap mahasiswa yang dikutip oleh Arma Abdulah (1994: 23) adalah sebagai
berikut:
Bermacam-macam tujuan olahraga adalah:
a. Memelihara kesehatan dan kondisi jasmani yang baik.
b. Memperoleh kesenangan dan kegembiraan.
c. Memperoleh kepercayaan diri.
24
d. Memperoleh latihan secara teratur.
e. Membentuk kebiasaan menggunakan waktu untuk aktivitas yang
menyenangkan.
f. Mencegah, mengetahui, dan mengoreksi kelemahan dan cacat jasmani.
Selanjutnya Depdikbud (1993: 47) menerangkan tujuan dari olahraga
adalah:
a. Untuk mencari kesenangan (rekreasi).
b. Untuk mengisi waktu luang.
c. Untuk kesehatan tubuh.
d. Untuk physical fitness.
e. Untuk penyembuhan / pengobatan.
f. Untuk pembentukan tubuh / sikap.
g. Untuk mencapai prestasi.
h. Untuk prestise.
i. Untuk mencari nafkah.
j. Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Rusli Lutan (1992: 23) berdasarkan penekanan tujuan
olahraga dibagi menjadi 4 (empat). Yaitu sebagai berikut:
a. Olahraga prestasi (olahraga kompetitif) yang menekankan kepada pencapaian
prestasi, kemenangan, atau keunggulan dalam perlombaan atau pertandingan.
b. Olahraga pendidikan yang menekankan kepada pencapaian tujuan pendidikan.
c. Olahraga professional yang menekankan kepada pencapaian tujuan yang
bersifat material.
d. Olahraga kesehatan untuk pencapaian derajat sehat yang lebih baik.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, maka identitas olahraga itu
sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang hendak dicapai, seseorang
melakukan olahraga memiliki tujuan seperti untuk mendapatkan prestasi,
kesenangan atau kegembiraan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, atau sebagai
mata pencaharian. Apabila olahraga tersebut dilakukan secara teratur, terarah, dan
terkendali maka akan memberikan manfaat kepada diri seseorang sebagai mana
yang dijelaskan oleh Supandi (1992: 34) bahwa: “Bergerak wajib bagi manusia,
pelakunya akan memperoleh manfaat sedangkan yang tidak akan memperoleh
mudarat”.
25
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan / aktivitas
olahraga apabila dilakukan secara teratur dan terarah, maka seseorang akan
bertambah baik kuailtas jasmaninya. Disamping itu dalam pelaksanaannya
olahraga dapat dilakukan dimana saja baik di desa, kota, maupun di komplek /
pemukiman yang kiranya daerah tersebut aman bagi keselamatan.
2. Manfaat Olahraga
Olahraga merupakan suatu kegiatan yang dapat membina seseorang untuk
menjadi sehat atau menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Olahraga berpengaruh
trhadap kesehatan fisik yang merupakan faktor utama dalam hidup ini. Dengan
sehatnya tubuh dan fisik maka setidaknya mental kita akan lebih kuat dan sehat.
Mengenai manfaat olahraga dijelaskan oleh Depdikbud (1993: 57) antara lain
yaitu, (1) Manfaat terhadap kesimbangan mental, (2) Manfaat terhadap kecepatan
berfikir, (3) Manfaat terhadap lingkungan, (4) Manfaat terhadap kepribadian.
Manfaat terhadap keseimbangan mental, yaitu dengan olahraga dapat
menciptakan lingkungan mental yang sehat. Lingkungan mental yang sehat harus
dimulai dari lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan faktor pertama yang
dapat mempengaruhi seseorang memiliki kesehatan mental.
Hampir seluruh kegiatan program olahraga banyak melibatkan kesiapan
fisik untuk kebutuhan manusia secara keseluruhan. Dalam melaksanakan olaharag
setiap anak dituntut untuk dapat daya penglihatan dan sensitivitas yang tinggi di
dalam menghadapi situasi. Mereka harus memiliki kecepatan proses berfikir untuk
mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam bertindak.
Terhadap lingkungan, yaitu dengan olahraga yang dilakukan di alam sekitar
diharapkan dapat membina kelestarian alam sekitar. Hal itu akibat kecintaan
terhadap alam sekitar. Misalnya dengan mengadakan kegiatan menjelajah ataupun
mendaki gunung. Dengan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan terhadap
pentingnya tumbuh-tumbuhan, hutan, dan sungai-sungai yang mengalirkan air
dengan lancar dan bersih bagi kelestarian alam sekitar. Selain itu, olahraga juga
berpengaruh terhadap kepribadian, sebagai mana dijelaskan oleh Depdikbud (1993:
51).
Kepribadian merupakan modal dasar dan juga kemudi dari intelegensi dan
energi, tanpa dimilikinya kepribadian pada seseorang akan sangat membahayakan
26
didalam perkembangannya, baik perkembangan pada dirinya sendiri maupun
perkembangan bagi masyarakat.
Kepribadian merupakan faktor penting bagi seseorang.Kepribadian
berpengaruh terhadap kelangsungan perkembangan, baik untuk dirinya secara
pribadi ataupun untuk masyarakat secara umum. Dihubungkan dengan olahraga,
olahraga akan dapat membina ke arah perkambangan pribadi. Hal itu sesuai dengan
ciri olahraga yang selalu menuntut orang harus belaku jujur, sportif, loyal dan
bertanggung jawab harus patuh terhadap peraturan dan dapat mengakui kelebihan
orang lain atau sifat-sifat kepribadian yang dapat diterima oleh setiap orang dan
oleh masyarakat secara umum.
Olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak,
pelaksanaanya tergantung pada kemampuan dan tujuan apa yang hendak dicapai
oleh pelakunya, seperti yang dijelaskan oleh Giriwijoyo (1992: 80) bahwa “Melalui
aktivitas jasmani akan terjadi perubahan berupa pengaruh positif terhadap
kesehatan. Sebaliknya, akibat yang negatif akan diperoleh jika olahraga itu
dilakukan dengan cara yang salah”. Melalui perkembangan faktor-faktor fisik
dengan kegiatan olahraga secara teratur akan menunjang kehidupan manusia.
a. Manfaat kegiatan olahraga terhadap jasmani antara lain:
1) Meningkatkan kemampuan dan ketahanan dalam bergerak atau bekerja, hal
ini disebabkan oleh:
a) Persedian dapat bergerak secara luas, sehingga mencegah kekakuan pada
sendi-sendi.
b) Meningkatkan fungsi syaraf yang dapat diwujudkan dalam bentuk reaksi
yang lebih cepat dan kemampuan mengkoordinasikan fungsi otot yang
lebih baik.
2) Mengatasi kekurangan gerak. Melalui olahraga, maka kekurangan gerak
yang dialami oleh seseorang akan teratasi.
3) Berkurangnya resiko untuk mendapatkan penyakit-penyakit non-infeksi
khususnya penyakit jantung dan pembuluh darah.
4) Kemampuan gerak akan lebih baik. Melalui olahraga seperti kegiatan dalam
senam kebugaran jasmani dan cabang-cabang olahraga seperti bola basket
dan bola voli, serta sepakbola, dan permainan lainnya, tidak menutup
27
kemungkinan kemampuan gerak seseorang yang melakukan kegiatan
tersebut akan lebih baik.
b. Manfaat kegiatan olahraga terhadap rohani antara lain:
1) Membina sikap positif terhadap kegiatan olahraga dalam waktu luang.
2) Mendapatkan harga diri. Seseorang yang melakukan olahraga akan
mendapatkan peluang untuk mendapatkan harga diri.
3) Mendapat kegembiraan. Melalui kegiatan olahraga seperti senam kebugaran
jasmani secara massal yang diiringi musik, seseorang akan mendapatkan
kegembiraan bersama-sama dengan orang lain.
4) Dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan, baik tekanan emosional maupun
mantal. Hal ini juga di jelaskan oleh Giam dan The yang dikutip oleh
Satmoko (1992: 12) bahwa “Mereka secara fisik aktif, cenderung
menyesuaikan diri lebih baik terhadap stress emosional dan mental dan
jarang menderita kelainan kepribadian”.
c. Manfaat kegiatan olahraga terhadap sosial antara lain:
1) Membina kerjasama. Olahraga bukan semata-mata kegiatan individu, tetapi
juga kegiatan yang dapat dilakukan secara bersama-sama seperti halnya
kegiatan senam, sepak bola, bola voli, dan sebagainya.
2) Belajar bergaul. Tidak setiap orang dapat bergaul dengan orang lain.
Melalui kegiatan olahrga secara bersama-sama atau melibatkan orang
banyak tidak menutup kemungkinan seseorang akan bergaul dengan orang
lain.
3) Meningkatkan saling pengertian dan hubungan emosional yang lebih baik.
E. Penggolongan Cabang-cabang Olahraga Sejenis
Olahraga yang berkembang pada saat ini dapat digolongkan menurut cabang-
cabang olahraga sejenis ditinjau dari sifat, peraturan, tempat, penyelenggaraan, dan
musim sebagai berikut:
1. Penggolongan menurut sifat dan cabang olahraga, yaitu sifat pertandingan dan
perlombaan. Mengenai kedua sifat tersebut adalah:
a. Sifat pertandingan. Menurut Moch Soebroto (1984: 140) yang dimaksud
pertandingan adalah kegiatan untuk memperoleh kesenangan para olahragawan
28
atau peserta harus mencurahkan kelebihan jasmani dan rohani, kemampuan
taktik dan dalam pertadingan para olahragawan akan saling berhadapan.
Dari penjelasan tersebut, maka dalam pertandingan olahraga setiap pelaku akan
menampilkan kemampuannya untuk memperoleh kemenangan dari pelaku lain
yang berhadapan dengan dirinya. Cabang-cabang olahraga yang memiliki sifat
pertandingan antara lain: sepak bola, bola voli, bulutangkis, bola basket, pencak
silat.
b. Sifat perlombaan. Menurut Moch Soebroto (1984: 140) mengenai perlombaan
adalah:
Dalam perlombaan para olahragawan harus berjuang untuk memperoleh waktu
yang sependek-pendeknya atau waktu yang lama, menapai jarak setinggi-
tingginya atau sejauh-jauhnya, dan mungkin juga harus berusaha menguasai
bentuk gerak yang seindah-indahnya, dan dalam berlomba para olahragawan
atau peserta tidak saling berhadapan tetapi harus melawan waktu, jarak,
keindahan atau bahan.
Beberapa contoh cabang olahraga yang termasuk perlombaan adalah:
1) Perlombaan yang berkaitan dengan waktu seperti: lari, renang, terbang
layang, dan layar.
2) Perlombaan yang berkaitan dengan jarak seperti: lompat tinggi, lompat jauh,
tolak peluru, lempar martil, dan loncat galah.
3) Perlombaan yang berkaitan dengan keindahan seperti: loncat indah dan
senam lantai.
4) Perlombaan yang berkaitan dengan beban seperti: angkat besi.
2. Penggolongan menurut peraturan, antara lain:
a. Permainan yang lapangannya atau tempat bertandingnya dipisahkan oleh jaring
atau net. Misalnya: tenis, bulutangkis, bola voli, tens meja, dan sepak takraw.
Pada jenis cabang olahraga ini tidak akan mungkin terjadi percampuran antara
lawan, sehingga tidak akan mungkin terjadi persentuhan badan.
b. Permainan yang lapangannya atau tempat pertandingannya tidak dipisahkan
dengan jaring. Misalnya: sepak bola, bola basket, softball, hoki, polo air. Dalam
permainan ini yang dibatasi dengan jarring ini ada percampuran antara pemain,
sehingga ada kemungkinan persentuhan badan (body contact) dengan lawan.
29
3. Penggolongan menurut penyelenggaraan adalah sebagai berikut:
a. Darat. Cabang-cabang olahraga sebagai olahraga darat antara lain seperti: sepak
bola, bola voli, bola basket, tenis dan bulutangkis.
b. Air. Cabang-cabang olahraga sebagai olahraga air antara lain seperti: renang,
ski air, polo air, dan dayung.
c. Udara. Cabang-cabang olahraga sebagai olahraga udara antara lain seperti:
terbang layang, terjun payung.
4. Penggolongan olahraga menurut musim yaitu:
a. Olahraga musim panas. Olimpiade ini adalah olimpiade yang diselenggarakan
pada waktu musim panasyang merupakan kelanjutan dari olimpiade Yunani
yang diselenggarakan sebelum tahun masehi dan terjadi perubahan atau
modernisasi oleh Baron Pierce de Coubertin yang dimulai tahun 1896. Jenis-
jenis olahraga musim panas antara lain: nomor atletik, permainan bola basket,
sepak bola, bola voli, tenis, anggar, dan renang.
b. Olimpiade musim dingin. Olimpiade musim dingin ini adalah olimpiade yang
diselenggarakan berbagai pertandingan dan perlombaan cabang-cabang
olahraga yang membutuhkan salju atau es sebagai alas dalam pertandingan dan
perlombaan. Jenis-jenis olahraga musim dingin antara lain: hoki.
(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197603082005
011-SUHERMAN_SLAMET/modul_bermain_08/bab_6_teori_bermain.pdf)
F. Pengertian Rekreasi
Definisi tentang rekreasi masih beragam, belum ada satu definisi yang lengkap
mewakili seluruh karakteristik dan aspek yang terkandung dalam aktivitas rekreasi
tidak mempunyai bentuk tertentu yang pasti dan baku. Secara umum para ahli
memandang rekreasi bahwa rekreasi merupakan aktivitas pengisi waktu luang,
sehingga waktu luang seseorang tidak terbuang dengan sia-sia tanpa menghasilkan
sesuatu.
Sampai saat ini orang belum sampai pada suatu perumusan yang tegas, pendek,
dan dapat diterima oleh semua pihak. Orang hanya berhasil mengemukakan
tanggapan-tanggapan mereka, antara lain: rekreasi dirasakan sebagai suatu bentuk
pengalaman, rekreasi adalah suatu bentuk kegiatan yang khas.
30
Para ahli pendidikan dan tokoh-tokoh rekreasi berpendapat bahwa didalam
rekreasi terdapat elemen-elemen permainan sehingga orang-orang yang sedang
berekreasi dikatakan mereka sedang bermain. Mengenai bermain tadi John Finolly
yang dikutip oleh Nurlan Kusmaedi (2002: 5) mengatakan bahwa arti rekreasi sangat
luas dan tidak hanya bermain saja.
Pendapat-pendapat diatas masih bersifat umum, dan belum sampai pada
pengertian hakikat dari pada rekreasi hingga kini perumusan-perumusan yang sudah
ada belum dapat diterima oleh semua pihak. Tidak lain arena rekreasi berbeda-beda.
Karena itu setiap pernyataan dapat dibenarkan sesuai dengan filsafah, sikap, dan cara
hidup setiap orang. Dengan demikian maka setiap aktivitas orang dapat saja dijadikan
aktivitas rekreasi asal memenuhi syarat-syarat yang khas dari rekreasi.Telah diketahui
bahwa setiap usaha dari setiap orang mempunyai unsur postif dan negatif, karena
manusia bukanlah makhluk yang sempurna.Demikian pula aktivitas-aktivitas rekreasi
ada yang bersifat positif dan ada juga yang bersifat negatif.
Menurut Jay B. Nash dalam Budhy Satyawan (2010: 35) mengemukakan
bahwa rekreasi merupakan pelengkap dari kerja, dan karenannya merupakan
kebutuhan setiap orang. Rekreasi biasanya dilakukan saat seseorang memiliki waktu
luang, ketika bebas dari pekerjaan atau tugas, setelah kebutuhan sehari-hari telah
terpenuhi. Rekreasi berasal dari bahasa latin “re-creature” yang berarti mencipta, lalu
diberi awalan “re” yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran
daya cipta”.Kegiatan rekreasi biasanya dilakukan di waktu senggang
(leasuretime).Leasure berasal dari kata “licere” (latin) yang berarti diperkenankan
menikmati saat-saat yang bebas dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau
menyegarkan kembali.
Lazimnya orang membedakan kegiatan bekerja sebagai kewajiban, seperti juga
pemenuhan kebutuhan biologis dan kegiatan memperoleh pendidikan formal. Di luar
waktu untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, disebut waktu luang yang bebas
diisi dengan kegiatan apa saja. Kegiatan rekreasi adalah kegiatan yang memang cocok
untuk mengisin waktu luang dengan sifat bukan paksaan, melainkan atas kehendak
sendiri secara suka rela (Rusli Lutan, 2002: 65).
Kegiatan rekreasi itu juga didukung oleh restu masyarakat sehingga harus
sesuai dengan norma yang berlaku. Etika sosial dan bahkan peraturan pemerintah
31
merupakan rujukan bagi seleksi kegiatan rekreasi. Kemaslahatan kegiatan itu juga
merupakan kriteria pemilihan dan pengembangan rekreasi sehingga pengaruh positif
bagi individu dan masyarakat menjadi pedoman penentu.
Acuan utama dalam kegiatan rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan pada
waktu senggang itu harus sehat dalam pengertian moral dan berpengaruh positif
terhadap jasmani dan rohani, termasuk menghormati hak orang lain. Ini berarti
kebebasan berbuat untuk mencari kepuasan itu tidak semena-mena, karena tetap
diberlakukan tanggung jawab sosial.Tujuan tetap tanpa pamrih dan dilakukan sebagai
pengisi waktu senggang dan kesempatan untuk melepaskan daya kreasi, luapan
dorongan dari aspek rohani dan jasmani.
Beberapa pengertian rekreasi menurut para ahli, antara lain:
1. Nurlan Kusmaedi (2002: 3) menjelaskan sebagai berikut: “Rekreasi adalah suatu
kegiatan pengisi waktu luang yang melibatkan fisik, mental / emosi dan sosial yang
mengandung sifat pemulihan kembali kondisi seseorang dari segala beban yang
timbul akibat kegiatan-kegiatan sehari-hari dan dilaksanakan dengan kesadaran
sendiri.”
2. David Gray dalam Butler (1978: 10) mengemukakan:
Expressed in terms of activities, recreation may be considered as any activity
which is consciously performed for the sake of any reward beyond self, which is
usually engaged in during leisure, which offers man an outlet for his physical,
mental or creative powers, and in which he engaged because of inner desire not
because of other compulsion. The activity becomes recreation for the individual
because it elicits from him a pleasurable and satisfying response. In short,
recreation is any form of experience or activity in which an individual engages
from choise of the personal enjoyment and satisfaction which it brings directly to
him. This concept emphasizes the personal nature of recreation activities are as
diversified as the interests of man.
Yang artinya rekreasi diungkapkan dalam istilah kegiatan/aktivitas, rekreasi
mungkin dianggap sebagai segala kegiatan yang dilakukan secara sadar demi
penghargaan diluar dirinya yang biasanya dengan waktu luang, yang menawarkan
seseorang jalan keluar untuk fisik, memtal, dan daya kreatifnya dan dimana dia
terlibat karna hasrat dalam dirinya bukan karena paksaan. Kegiatan itu menjadi
32
rekreasi untuk pribadi, karna hal itu memncing tanggapan yang memuaskan dan
menyenangkan untuk dia. Secara singkat rekreasi adalah segala bentuk
pengalaman/kegiatan dimana yang berdampak lansung pada dirinya. Konsep ini
menekankan bahwa kegiatan rekreasi alam pribadi adalah semacam ketertarikan
seseorang.
Kesimpulan beberapa ciri-ciri dari rekreasi, seperti berikut:
1. Rekreasi adalah suatu aktivitas yang bersifat fisik, mental, maupun emosional,
rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak selalu bersifat non aktif.
2. Aktivitas rekreasi tidak mempunya bentuk dan macam tertentu, semua kegiatan
yang dapat dilakukan oleh manusia dapat dijadikan aktivitas rekreasi asalkan saja
dilakukan dalam waktu senggang dan memnuhi tujuan dan maksud-maksud positif
dari pada rekreasi.
3. Rekreasi dilakukan karena terdorong oleh keinginan atau motif-motif yang
sekaligus memilih gerakan atau bentuk dan macam aktivitas yang hendak
dilakukan,
4. Rekreasi hanya dapat dilakukan pada waktu senggang (leisure time), ini berarti
bahwa semua kegiatan yang dilukan dalam waktu senggang tersebut tidak dapat
digolongkan sebagai kegiatan rekreasi.
5. Rekreasi dilakukan secara bebas dari segala bentuk dan macam paksaan, hal ini
adalah penting bagi sifat kegiatan rekreasi sebagai sarana untuk dapat menyatakan
diri secara bebas.
6. Rekreasi bersifat universal yang merupakan bagian dari pada kehidupan manusia,
dari semua bangsa, dan tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin, pangkat, serta
kedudukan sosial.
7. Rekreasi dilakukan secara sungguh-sungguh dan mempunyai maksud-maksud
tertentu, banyak orang menganggap bahwa rekreasi tidak bersifat sungguh-sungguh
karena justru ingin mendapatkan kesenangan. Anggapan tersebut kurang tepat dan
merupakan salah pengertian dari sekian banyak orang. Justru karena ingin
mendapatkan kesenangan dan kepuasan kegiatan rekreasi harus dilukan secara
sungguh-sungguh.
33
8. Rekreasi adalah fleksibel. Ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh tempat,
dimana saja sesuai dengan bentuk dan macam kegiatan rekreasi dapat dilakukan.
Selanjutnya rekreasi dapat juga dilakukan oleh perorangan atau kelompok.
9. Rekreasi mengarah pada perkembangan fisik, mental, sosial-emosinal. Aktivitas
rekreasi yang dilakukan secara sungguh-sungguh dapat mendatangkan manfaat
positif bagi perkembangan fisik, psikis, sosial maupun emosional sipelaku.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa rekreasi adalah aktivitas
yang dilakukan pada waktu senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk,
meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara
individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari
dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin
manusia.
Pengertian rekreasi dan wisata adalah overlap, karena kedua-duanya merupakan
suatu cara dalam mengisi waktu luang, dan juga dengan aktivitas lainnya yang
menyangkut perjalanan. Kegiatan untuk berwisata dapat mendorong motif-motif yang
sudah menjadi tabiat manusia, seperti keinginan untuk menyelidiki atau mengenai hal-
hal yang belum dikenal, ingin mendapatkan kepastian, dan sebagai variasi dalam
hidup.
Menurut Bovy dan Lawson (1997) ada beberapa hal yang menjadi faktor yang
mempengaruhi rekereasi antara lain :
1. Faktor sosial ekonomi
Pada masyarakat dengan kelompok sosial tertentu (elite) akan berbeda dengan
rekreasi masyarakat pada umumnya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.
2. Faktor jenis kelamin, usia dan keluarga
Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda dengan remaja putra dan berbeda
pula dengan kegiatan rekreasi orang dewasa.
3. Faktor ketersediaan waktu luang.
Waku luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan
wanita pekerja.
34
4. Faktor pranata
Berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan sikap
terhadap rekreasi.
5. Faktor perubahan teknologi
Berhubungan dengan munculnya jenis-jenis rekreasi baru dan kemudahan
pencapaian dengan fasilitas-fasilitas rekreasi teknologi tinggi.
G. Pengertian Olahraga Rekreasi
Olahraga dan rekreasi erat hubungannya, namun jika kata olahraga dan rekreasi
digabungkan akan mengandung kata arti sendiri, oleh karena itu mengenai pengertian
olahraga rekreasi, Kusmaedi (2002: 4) mengemukakan bahwa ”Olahraga rekreasi
adalah olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi”.
Lebih lanjut Haryono (1978: 10) menjelaskan bahwa olahraga rekreasi adalah
kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu senggang berdasarkan keinginan atau
kehendak yang timbul kaena memberikan kepuasan dan kesenangan. Dalam
melakukan kegiatan olahraga tersebut pelaku mengutamakan nilai-nilai kesenangan
atau kepuasan, positif, sehat, tanpa paksaan, dan dilukukan dalam konteks waktu
senggang atau luang.
Menurut Herbert Haag (1994) yang dikutip oleh Nurlan Kusmaedi (2002: 4)
mengungkapkan bahwa, “Recretional sports / leisure time sports are form of physical
activity in leisure under a time perspective. It comprise sport after work, on weekend,
in vacations, in retirement, or during periods of (unfortunate) unemployment”.
Olahraga rekreasi/olahraga di waktu luang adalah bentuk-bentuk aktivitas fisik
di waktu luang dalam perpektif waktu (bila ditinjau darisegi waktu olahraganya).Hal
tersebut terdiri dari olahraga setelah bekerja, pada akhir pekan, saat liburan, pada saat
pensiun, atau selama menjadi penggaguran atau tidak punya pekerjaan.
Olahraga rekreasi/olahraga wisata adalah kegiatan olahraga yang ditujukan
untuk rekreasi atau wisata, seperti halnya olahraga pendidikan yaitu olahraga untuk
tujuan pendidikan, atau olahraga kesehatan yaitu olahraga untuk tujuan kesehatan serta
olahraga prestasi yaitu olahraga untuk tujuan prestasi. Olahraga wisata adalah olahraga
yang dilakukan sambil melakukan perjalanan atau merupakan kunjungan. Pelaku
olahraga wisata dapat menjadi pelaku aktif, dapat pula menjadi pelaku pasif.
35
Mengenai pengertian olahraga rekreasi Husdarta (2010: 148-149) mengatakan
bahwa “Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu
senggang sehingga pelaku memperoleh kepuasan secara emosional seperti
kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-
fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga tercapainya
kesehatan secara menyeluruh”.Rekreasi merupakan kegiatan positif yang dilakukan
pada waktu senggang dengan sungguh-sungguh dan bertujuan untuk mencapai
kepuasan. Aktivitas rekreasi dibagi atas dua golongan besar, yaitu rekreasi yang aktif
secara fisik dan pasif secara fisik.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa olahraga rekreasi
adalah suatu kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu luang / senggang berdasarkan
keinginan pribadi tanpa ada paksaan dari orang atau kelompok lain dan bertujuan
untuk memperoleh kepuasan secara emosional, seperti kesenangan, kegembiraan,
kebahagiaan, serta untuk memperoleh kepuasan secara fisik dan fisiologis sehinnga
tercapainya kesehatan secara menyeluruh.
Selanjutnya Nurlan Kusmaedi (2002: 5) mengelompokkan olahraga rekreasi
atau olahraga wisata kedalam beberapa kelompok menurut tempat melakukannya
dapat dibedakan menjadi 4 (empat) golongan besar, yaitu:
1. Olahraga rekreasi yang dilakukan di darat.
2. Olahraga rekreasi yang dilakukan di air.
3. Olahraga rekreasi yang dilakukan di udara.
4. Olahraga rekreasi yang dilakukan gabungan dari ke dua atau ketiga tempat
tersebut.
Kemudian Kusmaedi (2005: 5) menambahkan bahwa pada garis besarnya
cabang-cabang olahraga yang dilakukan di darat ini dapat dikelompokkan lagi atau
merupakan modifikasi dari:
1. Atletik seperti lari, jalan, lompat, lempar, dan nomor-nomor khusus.
2. Senam seperti umum, artistik, dan ritmik.
3. Permainan seperti menggunakan bola dan tanpa menggunakan bola atau permainan
tradisional dan modern.
4. Bela diri import dan asli.
5. Olahraga rekreasi/olahraga wisata yang di ciptakan spontanitas baik dalam terbuka
maupun tertutup.
36
Cabang-cabang olahraga rekreasi/olahraga wisata yang dilakukan di air ada
yang dilakukan di laut (layar, selam, ski air, dayung, dan renang), di danau atau di
waduk (dayung, jet ski, renang), di sungai (arung jeram, canoe), dikolam renang
(renang, loncat indah, polo air). Selain olahraga air yang sudah baku dapat diciptakan
bentuk-bentuk permainan olahraga air sebagai kegiatan yang bersifat rekreatif.
Cabang-cabang olahraga yang dilakukan di udara (dirgantara) seperti terjun payung,
gantole, dan paralayang.
Dalam perkembangannya muncul sebutan nama yang popular dikalangan
masyarakat jenis olahraga rekreasi yang dikatakan oleh Kusmaedi (2005: 5) yaitu:
1. Olahraga rekreasi / wisata bahari (selam, dayung, layar, ski air, selancar air).
2. Wisata alam (jalan kaki di alam terbuka, mendaki gunung, panjat tebing, out
bound).
3. Olahraga wisata pertandingan (sepak bola, bola voli, bola basket, tinju, tenis).
4. Olahraga wisata playground (menembak, balap mobil, gokart, sepeda mini).
5. Olahraga wisata dirgantara (terjun paying, paralayang, gantole, kapal radio control).
6. Olahraga wisata hotel (fitnees, kolam renang, tenis, golf, bilyard).
7. Olahraga wisata permainan tradisional (egrang, patol lele, bebentengan, gobak
sodor).
8. Olahraga wisata spontanitas atau improvisasi (pukul air dalam plastik, menggambil
uang logam yang disimpan dalam pepaya).
Menurut PP RI No. 16 Tahun 2007 Pasal 93 Ayat 3 tentang Penyelenggaraan
Olahraga, ada standar minimal pelayanan olahraga untuk olahraga rekreasi anrata lain:
1. Penyuluh atau instruktur
2. Sanggar/perkumpulan
3. Pelatihan
4. Penataran
5. Invitasi atau festival
6. Perlombaan
7. Prasarana dan sarana; dan
8. Pendanaan
Menurut UU RI No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Rekreasi adalah:
37
1. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan dan diarahkan
untuk memassalkan olahraga sebagai upaya mengembangkan kesadaran
masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan
hubungan sosial.
2. Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dengan membangun dan
memanfaatkan potensi sumber daya, prasarana dan sarana olahraga rekreasi.
3. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi yang bersifat tradisional
dilakukan dengan menggali, mengembangkan, melestarikan dan memanfaatkan
olahraga tradisional yang ada dalam masyarakat.
4. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan berbasis mayarakat
dengan memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik, manfaat dan massal.
5. Pembinaan dan pengembangan olahraga rekreasi dilaksanakan sebagai upaya
menumbuhkembangkan sanggar-sanggar dan mengaktifkan perkumpulan olahraga
dalam masyarakat, serta menyelenggarakan festival olahraga rekreasi yang
berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
H. Ruas Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004). Jaringan jalan merupakan salah
satu pembentuk struktur kota, menjadi aspek penting dalam pembangunan wilayah,
ekonomi, sosial dan politik. Melalui fungsinya sebagai sarana transportasi, jaringan
jalan memiliki keterkaitan yang erat dengan pola penggunaan lahan perkotaan. Jalan-
jalan di area kota tertentu dipandang secara umum sebagai area sirkulasi dan rekreasi
publik. Sedangkan menurut Rob Krier (1991: 21) jalan adalah sebagai penyebaran dari
sebuah perumahan / tempat tinggal, rumah-rumah sudah dibangun pada areanya
masing-masing itu menyediakan kerangka kerja untuk pembagian tanah dan
memberikan akses pada kepentingan individu.
38
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan menyatakan manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang di batasi
oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan
yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
I. Kota Kediri
Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Kediri
dengan luas wilayah 63,40 km² terbelah oleh sungai Brantas yang membujur dari
selatan ke utara sepanjang 7 kilometer. Artefak arkeologi yang ditemukan pada tahun
2007 menunjukkan bahwa daerah sekitar Kediri menjadi lokasi kerajaan Kediri,
sebuah kerajaan Hindu di abad ke-11. Kota ini merupakan pusat perdagangan utama
untuk gula Indonesia dan industri rokok. Kota ini dinobatkan sebagai peringkat
pertama Indonesia Most Recommended City for Investment pada tahun 2010
berdasarkan survey oleh SWA yang dibantu oleh Business Digest, unit bisnis riset
grup SWA. Di kota ini juga, pabrik rokok kretek Gudang Garam berdiri dan
berkembang. Kota Kediri adalah kota terbesar ketiga di Provinsi Jawa Timur setelah
Surabaya dan Malang. Kediri juga merupakan ibukota dari Karesidenan Kediri yang
terdiri dari beberapa kota dan kabupaten yaitu kabupaten Kediri, Nganjuk,
Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek.
Kota ini berkembang seiring meningkatnya kualitas dalam berbagai aspek.
Mulai pendidikan, pariwisata, perdagangan, birokrasi pemerintah, hingga olahraga.
Pusat Perbelanjaan dari tingkat swalayan hingga mall sudah beroperasi di kota ini.
Industri rokok Gudang Garam menjadi penopang mayoritas perekonomian warga
Kediri, yang sekaligus merupakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Sekitar
16.000 warga kediri menggantungkan hidupnya kepada perusahaan ini. Gudang
Garam menyumbangkan pajak dan cukai yang relatif besar terhadap pemkot Kediri.
Di bidang ekonomi pariwisata, kota ini mempunyai beragam tempat wisata
untuk masyarakat lokal menengah kebawah seperti Kolam Renang Pagora, Water Park
Tirtayasa, Dermaga Jayabaya, Goa Selomangleng, dan Taman Sekartaji. Di area
sepanjang jalan Dhoho menjadi pusat pertokoan terpadat di Kediri, juga di berbagai
39
area kota banyak didirikan minimarket, cafe, resort, hiburan malam dan banyak tempat
lain yang menjadi penopang ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kota Kediri menerima penghargaan sebagai kota yang paling kondusif untuk
berinvestasi dari sebuah ajang yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan
kualitas otonomi. Kediri menjadi rujukan para investor yang ingin menanamkan
modalnya di kota yang sedang berkembang. Beberapa perguruan tinggi swasta,
pondok pesantren, tempat ibadah dan ziarah Katolik berupa Gua Maria Puhsarang juga
memberi dampak ke sektor perekonomian kota ini.
Di bawah kepemimpinan Walikota H.A. Maschut, Kota Kediri mengalami
berbagai perubahan, misalnya pembangunan mal terbesar, hotel bintang 4 pertama
(2005) dan kawasan wisata Selomangkleng bertaraf nasional. Maschut juga
merencanakan pembangunan jembatan baru, meresmikan pasar grosir pertama di Kota
Kediri, merencanakan jalur lingkar luar Kota Kediri dan pembangunan ruko
1. Demografi
Menurut catatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Kediri, jumlah
penduduk Kota Kediri pada tahun 2012 sebanyak 312.331 jiwa. Kepadatan
penduduk Kota Kediri adalah sebesar 4.926 jiwa per km². Menjadi situs sebuah
ibukota kuno bagi kerajaan Jawa, kota ini adalah salah satu pusat kebudayaan
utama bagi suku Jawa, kota ini juga berisi beberapa reruntuhan kuno dan candi
yang secara penanggalan kembali ke era kerajaan Kediri dan kerajaan Majapahit.
2. Suku bangsa
Mayoritas penduduk Kota Kediri yaitu suku Jawa, diikuti dengan Tionghoa, Batak,
Manado, Ambon, Madura, Sunda, Arab, dan berbagai perantau di luar suku Jawa
lainnya yang tinggal dan menetap.
3. Agama
Berdasarkan Sensus Penduduk Kota Kediri pada tahun 2010, mayoritas penduduk
beragama Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu,
Khong Hu Chu, dan aliran kepercayaan lainnya.
Banyak tempat ibadah seperti Masjid, Klenteng, Pura, Gereja dan lainnya telah
berdiri ratusan tahun seperti bangunan Gereja GPIB Kediri peninggalan masa
kolonial Belanda, lalu Klenteng Tjio Hwie Kiong. Toleransi dan kerukunan antar
umat beragama terjalin dengan baik.
40
4. Bahasa
Bahasa Indonesia menjadi bahasa formal di masyarakat Kota Kediri, sedangkan
bahasa jawa yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan
keluarga, tetangga, teman, atau orang-orang sesama penutur bahasa Jawa lainnya.
Berbeda dengan bahasa jawa penduduk Kota Surabaya dan Malang yang memiliki
dialek dan gaya bahasa jawa yang blak-blakan dan egaliter, bahasa Jawa mayoritas
masyarakat Kota Kediri cenderung halus dari segi pemakaian kata dan penuturan.
5. Pendidikan
Di bidang pendidikan, kota ini memiliki puluhan Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta, ada tiga
sekolah yang kemudian masuk kedalam segitiga emas pendidikan Kota Kediri
(sekolah bergengsi) yaitu SMA Negeri 2 Kediri, SMA Negeri 1 Kediri dan SMA
Negeri 7 Kediri. Kemudian diikuti oleh Sekolah Menengah Atas lainnya seperti
SMA Negeri 3 Kediri, SMA Negeri 8 Kediri, SMA Negeri 6 Kediri. Dan Sekolah
Menengah Atas swasta seperti SMA Katolik Santo Augustinus Kediri, SMA
Kristen Petra Kediri. Juga berdiri beberapa Perguruan Tinggi lokal, Madrasah,
hingga Pondok Pesantren. Dalam tahap wacana, akan dibangun Universitas
Brawijaya Kampus IV di lahan seluas 23 ha di Mrican, Kota Kediri. Pembangunan
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lain yang sedang berlangsung adalah
pembangunan Politeknik Negeri Kediri. Universitas Brawijaya Kampus Kediri
telah membuka pendaftaran mahasiswa baru sejak tahun 2011 dan sejak tahun itu
pula perkuliahan sudah dilaksanakan.
6. Olahraga
Kediri adalah kandang bagi klub sepak bola Persik Kediri yang bermain di Liga
Super Indonesia. Tercatat telah memenangkan Piala Liga Indonesia IX & XII pada
tahun 2003 & 2006. Stadion Brawijaya menjadi tempat Persik Kediri bertanding.
J. Sejarah Car Free Day
Sejarah Car Free Day Internasional, telah dimulai sejak zaman krisis minyak
ditahun 1970-an di Amerika dan dilaksanakan di beberapa kota di Eropa pada awal
1990-an. Acara Car Free Day internasional mulai diselenggarakan di kota-kota Eropa
pada tahun 1999 yang merupakan proyek percontohan kampanye Uni Eropa “Kota
Tanpa Mobil (In Town Without My Car)” kampanye ini terus berlanjut hingga kini
41
dalam bentuk Minngu Mobilitas Eropa (European Mobility Week). Car Free Day telah
dilaksanakan di lebih dari 1500 kota di 40 negara melalui penutupan sebuah penggal
jalan untuk kemudian mengisinya dengan berbagai kegiatan seperti festival jalanan,
bazar, parade sepeda, dan kegiatan olahraga lalinnya. Penutupan jalan akan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk kembali berjalan kaki dijalan-jalan
yang biasanya dijejali oleh masyarakat dengan kendaraan pribadi. Untuk melihat hasil
yang lebih nyata, kegiatan ini perlu dilengkapi pengukuran kualitas udara dan kualitas
suara serta lalu lintas kendaraan selama dan sesudah pelaksanaan Car Free Day. Hasil
pengukuran akan menjadikan advokasi kebijakan dan kampanye pentingya
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Sedangkan untuk Indonesia sendiri, Car Free Day lahir di Surabaya sebagai
Kota pertama kali di Indonesia yang menyelenggarakan Car Free Day pada tahun
2000. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kampanye peningkatan udara kota
yang bertema “Seger Suroboyo Rek”.
Jakarta menyelenggarakan Car Free Day pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005,
dan 2006. Kegiatan tersebut pertama kali dilaksanakan oleh koalisi LSM Lingkungan
sebagai wadah penampung aspirasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan
publik.Dalam setiap Car Free Day selalu diadakan promosi penggunaann alat
transportasi alternatif untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi seperti
angkutan umum, sepeda, dan fasilitas pejalan kaki.
Dampak positif lain yang hadir dari penerapan Car Free Day adalah animo
masyarakat untuk berolahraga yang meningkat. Ruas-ruas jalan yang ditetapkan
sebagai kawasan Car Free Day hampir selalu dipenuhi masyarakat yang berolahraga.
Mulai dari sekedar berjalan kaki, bersepeda bahkan stress akibat kemacetan selama
hampir satu pekan berusaha mereka obati dengan memanfaatkan Car Free Day untuk
berolahraga atau bersantai bersama keluaraga.
Dalam perkembangannya program Car Free Day mulai diselenggarakan
diberbagai kota-kota besar di Indonesia seperti di Bandung, Medan, juga Solo.
Antusiasme masyarakat akan program Car Free Day ini menunjukkan betapa
jenuhnya mereka akan polusi dan kemacetan serta kerinduan akan udara yang bersih
dan berkualitas sudah berada diubun-ubun. Cerita sukses dibeberapa daerah ini layak
menjadi contoh dan lecutan untuk daerah-daerah lain. Bukan tidak mungkin dengan
42
kampanye ramah lingkungan seperti Car Free Day, bumi akan kembali menjadi
tempat tinggal yang nyaman.
Kegiatan utama Car Free Day adalah penutupan jalan selama beberapa waktu
dari arus lalu lintas kendaraan. Namun demikian kendaraan angkutan umum masih
bisa melintasi jalan tersebut. Untuk memanfaatkan jalan yang ditutup maka dilakukan
berbagai kegiatan seperti pertunjukan kesenian, hiburan, permainan, olahraga, lomba-
lomba, parade sepeda dan kegiatan festival jalanan lainnya. Kegiatan ini ditujukan
untuk memberikan suasana yang berbeda pada kota tersebut. Melihat kegiatan Car
Free Day yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Car Free Day juga
memberikan manfaat dan dampak positif pada kualitas udara yang kotor oleh
trasnportasi darat.
K. Profil Dhoho Car Free Day
Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor merupakan suatu upaya
penekanan tingkat polusi udara yang ditimbulkan oleh emisi gas buang kendaraan
bermotor yang jika dibiarkan akan akan mengakibatkan ancaman pemanasan global
sehingga sudah saatnya kota Kediri melaksanakan pembatasan atau pengurangan
penggunaan kendaraan bermotor, menambah ruang pendistrian / pejalan kaki dan
ruang hijau kota. Oleh karena itu, dalam upaya melindungi bumi dan ancaman
pemanasan global, maka Pemerintah kota Kediri memberlakukan Car Free Day,
terlihat dari beberapa kota yang sudah memberlakukan cukup efektif karena dapat
menurunkan karbon monoksida hingga 67%, natrium oksida sekitar 80% dan debu
sebanyak 34%.
Global Warming atau Pemanasan Global adalah sebuah gejala alam yang
ditandai dengan meningkatnya suhu bumi secara global, hal ini dikarenakan panas
yang terperangkap di bumi yang disebabkan karena polusi udara yang semakin
meningkat. Riset menunjukkan bahwa, penyumbang polusi udara, yang disebabkan
oleh manusia antara lain 75% disebabkan dari sektor transportasi, dan 25% polusi
udara disebabkan dari industri, gas buang pabrik, pembakaran dan pembangkit listrik.
Persentase pembakaran dari sektor transportasi dibagi menjadi 80% dari transportasi
darat (berupa asap knalpot kendaraan bermotor, asap ini mengandung bahan
43
berbahaya seperti karbon, timbale, dan bahan beracun lainnya) dan 20% dari
transportasi laut dan udara.
Masalah polusi bukan hanya menjadi masalah individual akan tetapi juga
menjadi masalah kota bahkan menjadi masalah nasional sampai internasional. Car
Free Day menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak dari polusi tersebut dan
dari sisi lain Car Free Day menambah tersedianya ruang publik (public space) yang
dapat dimanfaatkan warga masyarakat kota sebagai wahana / tempat untuk
berkomunikasi, berinteraksi dan mengembangkan seni budaya, entertainment, dan
olahraga, karena keseharian masyarakat sudah merasa jenuh dengan situasi dan
berbagai aktivitas di kota yang terus meningkat serta volume lalu lintas yang terus
meningkat pula. Oleh karena itu, dipilihlah kawasan Car Free Day sebagai tempat
untuk berekreasi dan berkumpul bersama teman dan keluarga.
Mulai hari Minggu, 21 Desember 2014, Pemerintah Kota Kediri mengukir
sejarah baru dengan menggulirkan program pembebasan Jalan Dhoho dari hiruk-pikuk
kendaraan bermotor. Program tersebut disebut dengan nama Dhoho Car Free Day,
yang akan secara kontinyu dilaksanakan setiap hari Minggu mulai jam 05.00 hingga
09.00 masyarakat Kediri mempunyai “tambahan” ruang publik sepanjang -/+ 1,5
kilometer. Kebijakan Pemkot tersebut sudah barang tentu diterapkan setelah melalui
pengkajian dari berbagai aspek. Dengan prasangka baik Pemkot Kediri, seluruh
elemen masyarakat tentu berharap mendapatkan manfaat yang signifikan dari program
tersebut.
1. Alasan Diselenggarakan Dhoho Car Free Day
Alasan mengapa Dhoho Car Free Day di selenggarakan di Sepanjang ruas jalan
Dhoho Kota Kediri, karena semua akses menuju jalan tersebut lebih mudah. Jalan
Dhoho termasuk dalam kecamatan kota yang merupakan salah satu dari tiga
kecamatan di Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Berada di sebelah
timur sungai brantas, kecamatan kota bisa dibilang merupakan “Jantung” dari Kota
Kediri, karena di sini terdapat kantor Walikota Kota Kediri, pusat dari beberapa
bank nasional maupun swasta berada di jalan Brawijaya, bank-bank itu antara lain
bank BCA, bank Mandiri, bank BNI, bank bank Indonesia (BI). Pusat perbelanjaan
modern maupun tradisional juga terpusat di kecamatan Kota Kediri, seperti ; mall,
pasar setonobetek yang merupakan pasar terbesar Se-kotamadya Kediri, di sini
44
juga terdapat gedung bioskop yang letaknya satu lokasi dengan golden swalayan,
stasiun radio dan televisi lokal serta alun-alun kota juga terdapat di kecamatan ini.
Di kecamatan ini juga terdapat pusat aneka jajanan maupun makanan khas dari
kota Kediri yaitu ; gethuk pisang, tahu kuning, stik tahu yang bisa kita jumpai di
pusat oleh-oleh khas Kota Kediri di Jalan Patimura dan Yos Sudarso. Selain itu di
Kota Kediri juga terkenal dengan makanan khas yaitu, sambal pecel Kediri dan
sambal tumpang Kediri, serta nasi campur yaitu perpaduan antara sambal pecel dan
sambal tumpang. Makanan khas ini bisa dijumpai di sepanjang jalan Dhoho Kota
Kediri pada saat malam hari hari setelah pertokoan tutup. Di jalan Dhoho juga
terdapat banyak pertokoan pakaian, aneka kerajinan dan swalayan-swalayan. Jalan
Dhoho ini ibarat Jalan Malioboro di Yogyakarta, tapi versi Kota Kediri karena
semua tempat itu berada pada satu jalur jalan yang saling berdekatan, dan tentunya
berada di pusat Kota Kediri.
2. Tanggapan Warga Kota Kediri
Diberlakukanya program Dhoho Car Free Day cukup positif , terlihat dari
antusiasme masyarakat memanfaatkan kawasan Car Free Day dengan melakukan
berbagai aktivitas di sana. Tidak sedikit pula warga yang berharap bahwa program
yang sama juga dilaksanakan di ruas-ruas jalan lainnya di Kota Kediri. Sebagian
masyarakat juga berharap ditambahnya waktu pelaksanaan program Car Free Day.
Meski demikian, dalam upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Kota
Kediri, pengelola Kota Kediri jangan cukup merasa puas hanya dengan telah
melaksanakan program Car Free Day. Bagaimanapun, perbaikan lingkungan Kota
Kediri tidak boleh hanya bertumpu pada program Car Free Day yang cuma digelar
sekali dalam sepekan di beberapa titik.
3. Pembukaan Dhoho Car Free day
Setelah di resmikannya Car Free Day di jalan Dhoho, banyak warga Kota
Kediri memanfaatkan lokasi tersebut untuk berolahraga
45
GAMBAR 2.9
LAUNCHING DHOHO CAR FREE DAY
Minggu 21 Desember 2014 oleh Walikota Kediri.
Sumber : Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
GAMBAR 2.10
LOGO DHOHO CAR FREE DAY
Sumber : Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
46
Dibawah ini adalah peta lokasi pelaksanaan Dhoho Car Free Day di sepanjang
ruas jalan Dhoho Kota Kediri
GAMBAR 2.11
PETA LOKASI DHOHO CAR FREE DAY
Sumber: Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
Dhoho Car Free Day / Hari Bebas Kendaraan Bermotor merupakan
implementasi dari Peraturan Walikota Kediri No 34 Tahun 2013 Tentang
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kota Kediri, BAB I Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat 3 yaitu Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau yang biasa
disebut Car Free Day adalah upaya untuk memberikan kesadaran kepada
masyarakat tentang efisiensi penggunaan kendaraan bermotor dan meningkatkan
kualitas ambien udara melalui kegiatan penutupan ruas jalan tertentu selama
beberapa waktu dari arus lalu lintas kendaraan bermotor. Namun, Peraturan
Walikota Kediri tersebut belum dapat terealisasi karena beberapa sebab dan
kendala antara lain adalah peralihan masa jabatan Walikota. Namun pada 21
Desember tahun 2014 pemberlakuan Surat keputusan tersebut dapat direalisasikan
dengan beberapa mengalami revisi kembali menjadi Peraturan Walikota Kediri
Nomor 23 Tahun 2015 yang isinya adalah Perubahan Atas Peraturan Walikota
Kediri Nomor 34 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan
47
Bermotor Di Kota Kediri. Perubahan atas peraturan Walikota tersebut terkait
dengan alasan menimbang ;
1. Bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
(Car Free Day) di Kota Kediri, maka perlu ada perubahan ruas jalan dan waktu
pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor;
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota
Kediri Nomor 34 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan
Bermotor di Kota Kediri.
Dari perubahan surat keputusan tersebut memutuskan; Menetapkan :
Peraturan Walikota tentang perubahan atas peraturan Walikota Kediri Nomor 34
Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor Di Kota Kediri.
Adapun isi perubahan atas surat keputusan tersebut adalah sebagai berikut ;
Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Kediri Nomor 34 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kota Kediri (Berita
Daerah Kota Kediri Tahun 2013 Nomor 34) diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi
sebagai berikut :
“BAB IV
PELAKSANAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR
Pasal 4
(1) Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor dilakukan dengan penutupan
ruas jalan dari arus lalu lintas kendaraan bermotor.
(2) Ruas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sepanjang ruas
Jalan Dhoho.
2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai
berikut :
“Pasal 5
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dilaksanakan pada setiap hari Minggu mulai Pukul 06.00 – 09.00 WIB.
48
Pasal 2
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Kediri.
4. Tujuan Dhoho Car Free Day
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 34 Tahun 2013 dalam
BAB II pasal 2 Tentang Tujuan adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor bertujuan untuk :
a. Pemulihan kualitas udara dan penurunan beban pencemaran udara yang
dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor;
b. Memberikan ruang gerak bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga
dan rekreasi; dan
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi pencemaran udara
melalui pengurangan pemakaian kendaraan bermotor.
5. Kewajiban Dan Larangan Dalam Pelaksanaan Dhoho Car Free Day
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 34 Tahun 2013 dalam
BAB V Pasal 7 dan 8 Tentang Kewajiban Dan Larangan adalah sebagai berikut:
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban untuk :
a. Mewujudkan kualitas udara yang bersih dan sehat;
b. Menyediakan fasilitas ruang terbuka untuk dapat dipakai sebagai tempat
aktivitas masyarakat umum pada saat pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan
Bermotor;
c. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan sebagai pendukung
pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor;
d. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk kelancaran
pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
(2) Setiap orang dan/atau masyarakat berkewajiban untuk :
a. Mendukung pelaksanaan acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; dan
b. Ikut menjaga kebersihan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran
pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
49
Pasal 8 : Setiap orang dan/atau masyarakat selama pelaksanaan Hari Bebas
Kendaraan Bermotor berlangsung dilarang menggunakan kendaraan
bermotor dilokasi yang ditentukan.
6. Peran Serta Masyarakat
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 34 Tahun 2013 dalam
BAB VI Pasal 9 Tentang Peran Serta Masyarakat adalah sebagai berikut:
(1) Setiap anggota masyarakat dapat berperan serta dan berpartisipasi dalam
pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan cara :
a. Memanfaatkan waktu pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
dengan jalan kaki, bersepeda atau menggunakan sarana transportasi
alternatif lain;
b. Memeriahkan dan memanfaatkan ruang terbuka yang tercipta dari
ditutupnya ruas jalan selama pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan, seperti:
melakukan interaksi sosial/bersosialisasi dengan anggota masyarakat yang
lain, mengadakan acara kreasi, dan lain sebagainya.
7. Konsep Dhoho Car Free Day :
a. No Car, No Problem
b. Polusi udara yang di akibatkan oleh emisi kendaraan di upayakan untuk
diturunkan sehingga tidak mengancam kesehatan masyarakat.
c. Menekan angka kemacetan dan kecelakaan lalu lintas di Kota Kediri.
GAMBAR 2.12
SLOGAN DHOHO CAR FREE DAY
Sumber : Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
50
GAMBAR 2.13
PEMBAGIAN SEGMENTASI DHOHO CAR FREE DAY
Sumber : Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
Pada perkembangannya pembagian segmentasi pada kawasan Dhoho Car
Free Day tidak berjalan sebagaimana mestinya karena masyarakat mempunyai
zona-zona favorit seperti zona wisata kuliner, zona pesepeda, dan zona partisipasi
hiburan perwakilan dari pelajar atau kecamatan yang paling ramai dikunjungi, akan
tetapi Dishubkominfo selaku sebagai “regulator” mulai mengarahkan para warga
masyarakat untuk tidak fokus hanya pada satu kawasan/zona tertentu agar
kawasan-kawasan yang lain tidak sepi. Oleh karena itu perijinan, penataan, dan
pembagian event di Dhoho Car Free Day tidak terfokus hanya pada satu
kawasan/zona tertentu saja.
Walaupun kenyataanya seperti ini, akan tetapi Dhoho Car Free Day
diharapkan mampu untuk menurunkan tingkat emisi gas yang berasal dari asap
kendaraan bermotor. Berbagai pertunjukkan mewarnai pembukaan Car Free Day
di Kota Kediri. Yang menarik, di area Car Free Day tersebut, masyarakat Kota
Kediri akan diajak senam bersama dan menyaksikan aksi atlet Kota Kediri.
51
Rencananya, atlet yang akan pamer kemampuan di cabang olahraga (cabor) sepak
takraw, wushu, sepeda, aeromodelling, dan senam. Masyarakat juga akan
mendapat hiburan alunan musik dari artis-artis Kediri juga kreatifitas dari pelajar
seluruh kota Kediri yang sudah terjadwal dari Disbudparpora.
Semua komunitas warga Kediri tumpah ruah di acara Car Free Day ini, jadi
tidak heran apabila pada kawasan Car Free Day selalu dipenuhi pertunjukkan-
pertunjukkan seru dan kreatif, yang hampir mirip dengan karnaval. Mulai dari aksi
bersepeda santai, senam pagi, pentas musik, komunitas BMX, skateboard, maupun
pawai-pawai nan unik ada disini setiap Minggu pagi. Mereka semua berkumpul
menjadi satu di Jalan Dhoho untuk menunjukkan solidaritas terhadap lingkungan.
Tidak heran apabila Kota Kediri dikenal sebagai kota yang kreatif dan inovatif.
Kegiatan Dhoho Car Free Day tidak lepas dari campur tangan Dinas
Perhubungan Pemerintah Kota Kediri, yang mempunyai tugas pokok yaitu,
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang lalu lintas, angkutan dan teknis
sarana prasarana.
8. Visi Dan Misi Dinas perhubungan Komunikasi Dan Informatika Kota Kediri
a. Visi :
Terwujudnya Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Kediri
sebagai institusi yang Profesional dalam Pelayanan Jasa Perhubungan Darat
komunikasi dan Informatika
b. Misi :
1) Menjalankan administrasi perkantoran secara tertib dan akuntabel
2) Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib dan nyaman
3) Mewujudkan pelayanan perpakiran yang nyaman
4) Mewujudkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang mudah dan
akuntabel
5) Mewujudkan pelayanan jasa komunikasi dan informatika yang tertib dan
akuntabel.
c. Dasar :
Peraturan Walikota Kediri Nomor 75 Tahun 2008 Tentang uraian tugas, Fungsi
dan tata kerja dinas Perhubungan komunikasi dan Informatika.
52
GAMBAR 2.14
LOKASI PERSONIL PENGAMANAN DHOHO CAR FREE DAY
Sumber : Dokumentasi Dishubkominfo, 2014
9. Kendala-kendala dalam Dhoho Car Free Day
Car Free Day atau Hari bebas Kendaraan bermotor mulai diterapkan di
Kota Kediri sejak 21 Desember 2014. Pemberlakuan hari bebas kendaraan
bermotor ini sebenarnya sudah digagas sejak tahun 2013, namun dalam
pelaksanaannya terus tertunda dan mengalami beberapa permasalahan atau
kendala. Berikut adalah beberapa kendala yang ada di Dhoho Car Free Day antara
lain :
53
a. Sebelum Pelaksanaan Dhoho Car free Day
Pelaksanaan Dhoho Car free Day banyak menimbulkan pro dan kontra
terutama dari kalangan pedagang, merela menganggap Car Free Day justru
akan menurunkan omset penjualan. Banyak pedagang yang menolak adanya
Dhoho Car Free Day, maka untuk mengantisipasi penolakan dari sejumlah
pihak Pemkot mengadakan sosialisasi kepada warga. Sosialisasi kepada warga
tersebut akan dilakukan melalui berbagai pertemuan yang dihadiri warga
Kediri.
b. Saat Pelaksanaan Dhoho Car Free Day
1) Sepeda motor masih melintasi kawasan Dhoho Car Free Day.
Berbagai pelanggaran masih mewarnai pelaksanaan Car Free Day yang
berlangsung di sepanjang ruas jalan Dhoho. Sejumlah kendaraan bermotor
terlihat nekat untuk melintas di tengah-tengah masyarakat yang sedang
beraktivitas. Pelanggaran yang masih terlihat jelas adalah banyak warga
yang menuntun kendaraan melalui gang tikus mereka menyebrangi jalan
Dhoho dari sis selatan ke utara begitu pula sebaliknya. Akan tetapi saat ini
para warga yang melanggar sudah ditindak tegas yakni dengan cara
menilang para pelanggar tersebut.
2) Hewan peliharaan yang buang kotoran sembarangan.
Bertebaran kotoran hewan di sejumlah area Car Free Day mulai dikeluhkan
oleh sebagian masyarakat. Hal itu mengakibatkan kawasan di Car Free Day
menjadi bau dan terkadang juga sebagaian pengunjung menjadi risih.
Sejumlah hewan yang di bawa oleh komunitas pecinta hewan, membuang
kotoran sembarangan di jalan. Terkadang hewan tersebut membuang
kotoran yang ada di sebelah kiri dan kanan ruas jalan Dhoho. Seharusnya
hal ini menjadi pekerjaan rumah yang sangat serius bagi Pemkot Kediri
terhadap kenyamanan pengunjung Car Free Day. Oleh karena itu, perlu
ditindak tegas terhadap para komunitas pecinta hewan yang membawa
hewan peliharaannya ke area Car Free Day.
3) Area atau jalur jalan yang semakin lama semakin sempit.
Alasan kenapa Car Free Day dilaksanakan di jalan Dhoho karena jalan
tersebut merupakan jalur utama yang berada di pusat kota dan pusat
54
perdagangan di Kota Kediri, sehingga mudah ditemukan dan dijangkau oleh
warga Kediri. Pada awalnya pelaksanaan hari bebas kendaraan ini berjalan
sangat tertib dan alokasi waktunya adalah empat jam yakni dari pukul 05.00
sampai 09.00 WIB, tapi dalam perkembangannya area Dhoho Car Free Day
dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan pada area tepi jalan
dan bahkan memakan separo badan jalan. Hal ini mengakibatkan semakin
sempitnya area untuk melakukan olahraga bahkan pesepeda juga harus
menuntun sepedanya karena terlalu padatnya pengunjung dan terlalu
banyaknya pedagang yang berjualan di area Dhoho Car Free Day Oleh
karena itu ini merupakan tugas dari Pemkot kota Kediri bekerjasama dengan
Dishubkominfo untuk mengatur kembali area-area yang boleh digunakan
untuk berjualan dan area-area yang digunakan untuk aktifitas olahraga
rekreasi agar tujuan utama bahwa Dhoho Car Free Day memang untuk
ruang terbuka olahraga rekreasi masyarakat khususnya masyarakat Kota
Kediri. Di samping itu kesadaran masyarakat selaku sesama pengguna jalan
harus lebih ditingkatkan, agar tercipta rasa toleransi serta kondisi yang aman
dan tenteram.
c. Setelah Pelaksanaan Dhoho Car Free Day
Dari awal, saat dan akhir pelaksanaan Dhoho Car Free Day selalu memberikan
masalah atau kendala baru. Setelah penyelengaraan Car Free Day ternyata
menyisakan sampah yang tidak sedikit. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) mencatat, sedikitnya tiga bahkan lebih tong sampah berupa plastik, sisa
makanan dan kertas selebaran, memenuhi area penyelenggaraan kegiatan bebas
kendaraan bermotor tersebut. Sebagian besar sampah tersebut dihasilkan oleh
para pengunjung Dhoho Car Free Day itu sendiri dan hal itu disebabkan karena
minimnya sarana tong sampah di jalan Dhoho. Tidak ketinggalan juga perilaku
pedagang kaki lima yang selalu meninggalkan sampah seusai berjualan. Semua
itu butuh kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya membuang sampah pada
tempatnya dan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
55
L. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan dalam
mengambil keputusan masa depan. Minat menurut Suryasubrata (1988: 109) adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu obyek atau menyenangi
suatu obyek. Apabila seseorang mempunyai ketertarikan pada suatu obyek maka orang
tersebut akan senang mempelajari suatu obyek tersebut. Menurut Abror (1998: 112)
yang dikutip dari Crow and Crow menerangkan bahwa minat atau interest bisa
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik
pada orang, benda atau kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat menjadi penyebab
kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.
Menurut Slameto (2007: 180) minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Lebih
lanjut Hurlock (1993: 114) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian
mendatangkan kepuasan, bila kepuasan berkurang dan minatpun berkurang.
Sedangkan menurut Efendi (1985: 123) mendefinisikan minat adalah
kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai
dengan kebutuhan atau merasakan bahwa ssesuatu yang akan dipelajari, dirasakan
bermakna bagi dirinya. Selanjutnya menurut Sardiman (2011: 76) minat diartikan
sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.
Minat ialah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir
dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto,
2008: 92). Jadi minat muncul apabila individu tersebut tertarik kepada sesuatau yang
dirasakan bermakna serta dibutuhkan. Mappiare (1994: 62) mengemukakan bahwa
minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
56
harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain
yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 56) menyatakan bahwa minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu,
selanjutnya apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat
dan baik. Djaali (2007: 99) menyatakan bahwa ”Minat yang besar (keinginan yang
kuat) terhadap sesuatu merupakan modal besar untuk mencapai tujuan”.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
minat adalah suatu keadaan psikis dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu
dan disertai keinginan untuk mengetahui, memiliki, mempelajari, dan
membuktikannya. Minat dibentuk setelah memperoleh informasi tentang obyek
dengan didasari atas kemauan, melibatkan perasaaan, dan diiringi rasa senang yang
terarah pada suatu obyek atau kegiatan tertentu. Minat terbentuk oleh adanya unsur-
unsur rasa tertarik, perhatian, harapan, bakat, kesadaran individu, pengalaman,
kepribadian, lingkungan, aktivitas, alat / faslitas dan perasaan senang yang membuat
individu ada kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif lagi terhadap obyek yang
menjadi pusat perhatiannya.
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena
pengaruh dari beberapa faktor. Menurut Adityaromantika (2010: 12) faktor-faktor
yang mempengaruhi minat seseorang, antara lain:
a. Faktor dari dalam
Faktor internal adalah sesuatu yang membuat seseorang berminat yang
datangnya
dari dalam diri. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2005: 151) faktor
internal tersebut adalah pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan
kebutuhan.
b. Faktor dari luar
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat individu berminat yang
datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru,
rekan, tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas dan keadaan lingkungan.
57
Menurut Sri Rumini yang dikutip oleh Hartono Widiyatmoko (2010: 14)
bahwa minat dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sosial, ekonomi, bakat,
umur, jenis kelamin, pengalaman kepribadian dan lingkungan. Sedangkan menurut
Hurlock dalam Hartono Widiyatmoko (2010: 14) bahwa semua minat mempunyai
2 (dua) aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak melalui
bidang yang berkaitan dengan minat
b. Aspek Afektif atau bobot emosional, konsep yang membangun aspek kognitif
yang dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.
Menurut Whiterington (1985: 136) membagi minat menjadi 2 macam, yaitu:
a. Minat primitif yaitu minat biologis yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-
kebutuhan jaringan yang berkisar pada soal-soal makanan, comfort, dan
kebebasan. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang
langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.
b. Minat kultural atau minat sosial yaitu minat yang berasal dari belajar yang lebih
tinggi tarafnya, minat ini meliputi kekayaan, bahasa simbol, harga diri atau
prestise sosial dan sebagainya. Jadi minat kultural disini lebih tinggi nilainya
dari pada minat primitif.
Sedangkan menurut Adityaromantika (2010: 12), faktor-faktor yang
menimbulkan minat pada diri seseorang terhadap sesuatau dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan
kejiwaan.
b. Faktor motif sosial
Timbulnya minat dari dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial
yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakkuan, penghargaan dari lingkungan
dimana individu berada.
c. Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian
terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.
58
Seseorang memiliki minat dari pembawaanya dan memperoleh perhatian
dan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga minat tumbuh dan berkembang.
Dari kajian teori diatas maka peneliti menyimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat masyarakat kota Kediri terhadap olahraga rekreasi yang
dilakukan dikawasan Car Free Day adalah sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam (instrinsik)
Suatu perbuatan yang memang diinginkan karena seseorang senang
melakukannya. Minat datang dari dalam diri orang itu sendiri dan orang itu
senang melakukan perbuatan itu. Dalam penelitian ini yang sangat dominan
sebagai indikator untuk mengetahui minat masyarakat kota Kediri dalam
indikator instrinsik meliputi rasa tertarik, rasa perhatian, dan aktivitas. Sedang
faktor ekstrinsik meliputi lingkungan dan sarana prasarana. Faktor yang
menjadi indikator minat masyarakat kota Kediri terhadap olahraga rekreasi
yang dilakukan dikawasan Car Free Day adalah :
1) Rasa tertarik
Rasa tertarik muncul ketika kita melihat sesuatu yang menarik perhatian kita
dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang yang membuat rasa
tertarik itu muncul pada diri seseorang.
Menurut Sumardi Suryabrata (2007: 66) perasaan didefinisikan sebagai
suatu gejala psikis yang bersifat suatu subyektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas
senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Sedangkan menurut Dendy
Sugono (2008: 146) tertarik adalah keadaan atau peristiwa tertarik. Jadi dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa rasa tertarik adalah
peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang dalam hubungan
peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.
2) Perhatian
Perhatian muncul dari diri seseorang apabila melihat suatu kejadian atau
obyek yang menarik sehingga perhatian tersebut tertuju pada suatu obyek.
Menurut Slameto (2007: 105), perhatian adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam hubungannya dengan pilihan rangsangan yang datang dari
lingkungan. Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (2007: 14), perhatian
59
adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang
dilakukan.Jadi dari beberapa pandapat diatas dapat disimpulakan bahwa
perhatian adalah kreatifitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada
suatu obyek.
3) Aktivitas
Kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam melakukan
aktivitas tertentu yang membuat seseorang mendapat kesibukan tertentu.
Menurut Sumardi Suryabrata (2007: 97), aktivitas adalah banyak sedikitnya
orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dari pikiran-
pikiranya dalam tindakan yang spontan. Sedangkan menurut Dendy Sugono
(2008: 31), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan kerja / salah satu kegiatan
kerja yang dilakukan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Jadi menurut
beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah
banyak sedikitnya orang menyatakan diri menjelmakan perasaan-
perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan spontan.
b. Faktor dari luar (ekstrisik)
1) Lingkungan
Tempat seseorang melakukan aktivitas dan tempat seseorang melakukan
interaksi pada masyarakat luas. Menurut Dendy Sugono (2008: 831),
lingkungan adalah daerah atau kawasan yang termasuk didalamnya.
Lingkungan yang mendukung menyebabkan seseorang berkeinginan untuk
memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendukung minatnya.
2) Alat/fasilitas
Alat atau fasilitas merupakan alat bantu untuk memperlancar
berlangsungnya suatu kegiatan/aktivitas. Menurut Dendy Sugono (2008:
389) fasilitas adalah sarana untuk memperlancar fungsi. Fasilitas yang
mendukung menyebabkan seseorang berkeinginan untuk lebih
memanfaatkan keadaan tersebut sebagai sarana untuk mendukung minatnya.
2. Unsur-unsur Minat
Menurut Abdul Rahman Abror (1993: 112) menjabarkan unsur-unsur minat
sebagai berikut:
60
a. Unsur kognisi (mengenal), dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan
informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut.
b. Unsur emosi (perasaan), karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai
dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).
c. Unsur konasi (kehendak), merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu
perwujudan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.
Menurut Adityaromantika (2010: 12) seseorang dikatakan berminat
terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:
a. Perhatian
Seseorang dikatakan berminat apabila seseorang disertai adanya perhatian,
yaitu kreatifitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek,
jadi seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek pasti perhatiannya akan
memusat terhadap sesuatu obyek tersebut.
b. Kesenangan
Perasaan senang terhadap suatu obyek baik orang atau benda akan
menimbulkan minat pada diri seseorang, seseorang merasa tertarik kemudian
pada saatnya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi
miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk
mempertahankan obyek tersebut.
c. Kemauan
Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang
dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu
perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat
seseorang yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat diatas diidentifikasikan unsur-unsur minat sebagai
berikut:
a. Adanya kecenderungan untuk kebutuhan dalam jiwa seseorang (unsur kognitif).
b. Adanya pemusatan perhatian individu.
c. Adanya rasa senang pada individu, baik keinginan untuk mengetahui,
melaksanakan maupun membuktikan lebih lanjut.
d. Adanya pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan atau perhatian terhadap
suatu obyek tersebut menarik perhatian.
61
Berdasarkan identifikasi unsur dan faktor yang mempengaruhi minat dapat
disimpulkan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan dalam diri individu
untuk tertarik pada suatu obyek, aktivitas dan merasa senang untuk terlibat dalam
aktivitas tersebut dan dilakukan dengan kesadaran diri sendiri. Minat sangat
penting peranannya dalam kehidupan individu, minat membantu penyesuaian
pribadi dan sosial sesorang maka perlu ditemukan dan dipupuk sejak dini. Untuk
membedakan minat dengan kesenangan sementara.
M. Pengertian Motivasi
Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 3), istilah kata motivasi berasal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi tercapainya tujuan
tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang
yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau
dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya
semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya
motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah yang pemicunya datang dari luar diri kita.
Sementara motivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita sendiri.
Menurut Masnur yang dikutip oleh Hamdani (2011: 290) mendefinisikan
bahwa motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang, tindakan atau
perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut. Good dan
Brophy (1990) dalam Husdarta (2010: 116) menambahkan bahwa motivasi adalah
proses aktualisasi generator penggerak internal di dalam diri individu untuk
menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsungannya dan menentukan arah atau haluan
aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku manusia pada hakekatnya berorientasi pada tujuan dengan kata lain
bahwa perilaku individu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai
62
beberapa tujuan. Satuan dasar dari setiap perilaku adalah kegiatan. Dengan demikian
semua perilaku itu adalah serangkaian kegiatan-kegiatan. Jadi perilaku individu tidak
berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang
ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong itu mungkin didasari oleh individu,
tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang kongkrit ataupun abstrak.
Para ahli seringkali menjelaskan perilaku individu ini dengan tiga pertanyaan
pokok, yaitu: Apa (What), Bagaimana (How), dan Mengapa (Why). Apa yamg ingin
dicapai oleh individu atau apa tujuan individu, bagaimana cara mencapainya dan
mengapa individu melakukan kegiatan tersebut. Apa yang ingin dicapai atau tujuan
individu mungkin sama, tetapi bagaiman mencapai dan mengapa individu ingin
mencapainya mungkin berbeda. Cara atau kegiatan yang dilakukan individu mungkin
sama, tetapi tujuan dan faktor-faktor pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga
hal-hal yang mendorong perbuatan individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara
individu mencapainya bisa berbeda. Bagaimanapun variasinya tetapi ketiga komponen
perilaku individu tersebut selalu ada dan merupakan satu kesatuan (Sukmadinata,
2004: 60).
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2011: 73) mengemukakan bahwa
“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari
pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membaawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari
dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa / “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculanya karena terangsang /
63
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan.
Dari beberapa penjelasan dan pengertian tentang motivasi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang
untuk berbuat sebagai proses aktualisasi generator penggerak internal yang ada di
dalam diri individu dan menentukan arah atau haluan aktivitas terhadap pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi sebagai sesuatu yang kompleks dan motivasi
akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,
untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya
tujuan, kebutuhan atau keinginan.
1. Teori Tentang Motivasi
Menurut Husdarta (2011: 35) ada beberapa macam teori tentang motivasi antara
lain:
a. Teori Hedonisme
Teori hedonisme adalah teori yang beranjak dari pandangan klasik pada
hakikatnya manusia akan memilih aktivitas yang menyebabkan merasa gembira
dan senang. Begitu pula halnya dalam memilih aktivitas olahraga.
b. Teori Naluri
Teori naluri adalah teori yang menghubungkan perilaku manusia dengan
berbagai naluri. Misalnya naluri untuk mempertahankan diri, mengembangkan
diri, dll. Semua aktivitas dan perilakunya digerakkan oleh nalurinya tersebut.
c. Teori Kebudayaan
Teori kebudayaan adalah teori yang menghubungkan tingkah laku manusia
berdasarkan pada kebudayaan tempat seseorang tersebut berada.
d. Teori Kebutuhan
Adalah teori yang menggagas bahwa tingkah laku manusia pada hakikatnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut Maslow dalam Winardi (2004: 13), terdapat lima tingkat
kebutuhan pokok manusia, sedangkan kelima tingkatan kebutuhan pokok yang
dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut :
64
GAMBAR 2.15
HIERARKI KEBUTUHAN DARI MASLOW
Sumber: Winardi (2004: 13)
Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) merupakan kebutuhan dasar yang
bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi dasar dari
organisme manusia, seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan,
kesehatan fisik, kebutuhan seks, dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security), seperti terjamin
keamanannya, terindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial (social needs), meliputi kebutuhan akan dicintai,
diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia
kawan, kerjasama.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai
karena prestasi, kemampuan, kedudukan, status, pangkat, dan sebagianya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), seperti kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimum, kreastivitas dan ekspresi diri.
Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini merupakan kerangka acuan
yang dapat digunakan sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk mempraktikkan
65
tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang yang akan dimotivasi
bertindak melakukan sesuatu.
Berdasarkan dari beberapa teori tentang motivasi yang telah diuraikan,
peneliti mengetahui bahwa setiap teori memliki kelemahan dan kekurangan
masing-masing. Namun jika peneliti hubungkan dengan manusia sebagai pribadi
dalam kehidupan sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah dikemukakan
ternyata memiliki hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi
satu sama lain. Oleh kaeana itu, di dalam penerapannya peneliti tidak boleh
terpaku atau cenderung pada salah satu teori saja. Peneliti dapat mengambil
manfaat dari beberapa teori sesuai dengan situasi dan kondisi sesorang pada saat
peneliti melakukan tindakan motivasi.
2. Motivasi Dalam Olahraga
Menurut Gould dan Petlichkoff dalam Ali Maksum (2011: 67), motivasi
orang melakukan olahraga ada berbagai macam, yaitu:
a. Memperbaiki keterampilan
b. Mendapatkan kesenangan -
c. Mendapatkan teman
d. Memperoleh pengalaman yang menantang
e. Mendapatkan kesuksesan
f. Kebugaran
Sementara itu, Wankel (1890) yang dikutip oleh Ali Maksum (2011: 67)
mengemukakan bahwa orang yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik pada
awalnya karena (1) faktor kesehatan, (2) mengurangi berat badan, (3) kebugaran,
(4) ingin tantangan, dan (5) merasa lebih baik dengan melakukan aktivitas fisik.
Setelah beberapa waktu kemudian mulai berkembang dan bergeser kepada alasan
(1) kesenangan, (2) pengelolaan kepemimpinan, (3) sebagai aktivitas diri, dan (4)
karena faktor sosial.Perlu dicatat disini bahwa berdasarkan pendapat diatas
menggunakan istilah aktivitas fisik (physical activity), dan bukan
olahraga.Aktivitas fisik adalah semua bentuk gerakan dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk didalamnya bekerja, rekreasi, latihan, dan aktivitas olahraga.
Berbagai macam motivasi orang melakukan aktivitas olahraga. Dari
alasan-alasan yang sangat sederhana, seperti mendapatkan kesenangan sampai
66
yang relatif kompleks seperti praktek kepemimpinan. Olahraga pada
kenyataannya memang merupakan wahana pengembangan diri. Banyak nilai-nilai
yang diajarkan dan didapatkan dari keikutsertaan seseorang dalam aktivitas
olahraga.
Meskipun banyak motivasi orang melakukan aktivitas olahraga sebagai
mana yang dikemukakan, akan tetapi berdasarkan hasil survei BPS tahun 2003,
sebagian besar (65,2%) masyarakat melakukan olahraga untuk tujuan menjaga
kesehatan, dan hanya sebagian kecil (7,8%) yang untuk tujuan prestasi.
Partisipasi seseorang dalam olahraga mencerminkan minat dan
apresiasinya terhadap kegiatan olahraga. Semakin tinggi tingkat partisipasi
seseorang dalam berolahraga menunjukkan semakin tingginya minat dan
apresiasinya terhadap olahraga. Berdasarkan data nasional (survei yang dilakukan
oleh BPS bekerjasama dengan Dirjen Olahraga, 2004) disebutkan bahwa selama
periode 1994 - 2000, terjadi penurunan tingkat partisipasi berolahraga masyarakat
secara signifikan. Pada tahun 1994 angka partisipasi sebesar 35,3% sementara
pada tahun 2000 turun menjadi 22,6%. Partisipasi mengalami peningkatan pada
tahun 2003 menjadi sebesar 25,4%.
Pola partisipasi masyarakat dalam berolahraga tampaknya dipengaruhi oleh
kondisi geografis atau wilayah tempat tinggal yang meliputi wilayah perkotaan
dan pedesaan. Hasil survei nasional tahun 2003 menunjukkan bahwa angka
partisipasi olahraga masyarakat perkotaan sebesar 32,1% sementara untuk daerah
pedesaan sebesar 20,4%. Provinsi dengan angka partisipasi tertinggi berturut-turut
adalah Banten (42,71%), DKI Jakarta (40,3%), dan Yogyakarta (32,9%).
Sebaliknya, provinsi dengan angka partisipasi terendah berturut-turut adalah
Sulawesi Selatan (19,9%), Lampung (20,2%), dan Papua (20,5%).
3. Macam-macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau moti-motif yang aktif itu sangat
bervariasi. Berbagai macam atau jenis motivasi menurut Sardiman (2011: 86-91)
anatara lain adalah sebagai berikut:
67
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
1) Motif - motif bawaan.
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalkan: dorongan untuk
makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dan lain
sebagainya. Motif itu sering kali disebut motif yang diisyarakatkan secara
biologis.
2) Motif-motif yang dipelajari.
Maksudnya motif yang timbul karena dipelajari. Misalkan: dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu
dalam masyarakat. Motif-motif itu sering kali disebut motif yang
diisyaratkan secara sosial.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis.
1) Kebutuhan-kebutuhan organis yakni motif-motif yang berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh (kebutuhan-
kebutuhan organis), seperti: lapar, haus, kekurangan zat pembakar,
kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur, dan sebagianya.
2) Motif-motif darurat (emergency motives), aialah motif-motif yang timbul
jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari
diri seseorang. Dalam hal ini motif itu timbul bukan atas kemauan
seseorang tersebut, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita.
3) Motif obyektif ialah motif yang diarahkan/ditujukan karena obyek atau
tujuan tertentu disekitar lingkungan. Motif ini timbul karena adanya
dorongan dari dalam diri seseorang (orang tersebut menyadarinya).
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah.
Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti: reflex, insting otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan
itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen, antara lain:
momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, momen terbentunya
kemauan.
68
d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi instrinsik.
Menurut Thornburgh dalam Elida Prayitno (1989: 10-11), motivasi
instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong
dari dalam diri (internal) individu. Menurut Sardiman (2011: 89), motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Menurut Harsono dalam Komarudin (2013: 26),
motivasi instrinsik berfungsi karena dorongan-dorongan yang berasal dari
dalam diri individu sendiri.Sedangkan menurut E. Mulyasa (2002: 120),
motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri
seseorang.Ali Maksum (2011: 71) mendefinisikan motivasi instrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam individu yang bersangkutan.
Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik akan relatif tetap melakukan
tindakannya karena dia menikmati dan mendapatkan kepuasan dari tingkah
lakunya.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh
dari luar (Pintner, dkk 1963 dalam Elida Prayitno, 1989: 13). Sedangkan
Komarudin (2013: 26), motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
timbul karena adanya faktor luar yang mempenagruhi drinya. Menurut E.
Mulyasa (2002: 120) motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari
lingkungan di luar diri seseorang. Faktor lingkungan dapat pula berperan
sebagai bagian yang mempengaruhi motivasi seseorang. Menurut
Sardiman (2011: 88), motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Ali Maksum (2011: 71)
mendefinisikan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar
diri individu. Tindakan yang dilakukan cenderung didasari oleh keinginan
untuk memperoleh hadiah dari lingkungan seperti uang, piala atau
penghargaan lain.
69
N. Kerangka Berfikir
Penutupan sementara jalan protokol pada hari libur khususnya, telah lazim
dilakukan di beberapa kota besar di dunia. Di Kediri, terutama di Jalan Dhoho setiap
hari Minggu di ruas jalan tersebut ditutup dari kendaraan bermotor. Esensi penutupan
tersebut sebenarnya untuk memberikan ruang relaksasi perkotaan. Setelah sibuk, maka
harus ada rehat untuk memberikan keseimbangan. Setelah penat dengan berbagai
urusan rutin, maka perlu adanya relaksasi. Relaksasi sama pentingnya dengan bekerja,
karena relaksasi bukan sekedar istirahat atau leha-leha, tetapi juga berfungsi untuk
terapi dalam rangka meningkatkan produktifitas.
Apabila dirancang dengan baik, relaksasi perkotaan tersebut akan memberikan
efek yang sangat luar biasa dalam berbagai aspek, antara lain: pertama, dari aspek
lingkungan fisik, relaksasi perkotaan akan menekan terjadinya polusi lingkungan, baik
polusi udara maupun polusi suara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Kedua,
penutupan jalan protokol akan menambah tersedianya ruang publik (public space)
ditengah perkotaan yang dimanfaatkan warga masyarakat untuk kepentingan aktivitas
sosial dan interaksi antar komunitas. Ketiga, habituasi budaya positif akan dibentuk
dan terbentuk melalui kegiatan yang dirancang oleh masyarakat, terutama kegiatan
olahraga, kesenian, dan aktivitas-aktivitas edukasi lainnya yang dapat diciptakan oleh
masyarakat kota Kediri yang sangat terkenal kreatif dan inovatif tersebut.
Namun demikian, upaya kreatif dapat dilakukan dengan cara melakukan
intensifikasi ruang terbuka. Intensifikasi ini dilakukan dengan cara melakukan
subtitusi atau pengalihan fungsi zona tertentu secara temporer tapi berkelanjutan.
Intensifikasi ruang terbuka merupakan sebuah model aplikatif dan ideal untuk
memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka bagi masyarakat perkotaan. Kebijakan
pemerintah Kota Kediri untuk mensterilkan jalan protokol jalan Dhoho dari kendaraan
bermotor pada setiap hari Minggu mulai pukul 05.00 sampai 09.00 juga merupakan
bentuk intensifikasi fungsi ruang terbuka bagi masyarakat.
Dhoho Car Free Day merupakan implementasi dari model intensifikasi fungsi
ruang publik untuk olahraga dan berbagai kegiatan sosial-edukasi yang lainnya.
Kegiatan “relaksai perkotaan” tersebut memiliki manfaat strategis bagi upaya
menambah akses masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan ruang publik yang
terbebas dari polusi dan hiruk-pikuk deru kendaraan bermotor.
70
Semua jenis aktivitas olahraga yang dilakukan di Dhoho Car Free Day adalah
jenis olahraga rekreasi. Jenis olahraga ini dapat dilakukan pada saat seseorang atau
beberapa orang memliki waktu luang atau senggang dan tujuannya untuk memperoleh
kesenangan. Semua jenis kegiatan olahraga rekreasi ini selalu didasari dengan adanya
minat dan motivasi dari dalam diri para pelaku olahraga rekreasi tersebut. Seseorang
yang memiliki minat untuk melakukan olahraga rekreasi didasari atas kebutuhan
terhadap kegiatan tersebut, meskipun seseorang melakukan kegiatan olahraga rekreasi
untuk mencari kesenangandan kepuasan, akan tetapi diduga ada dampak pengiring
lain, yaitu tubuh menjadi bugar, merasa aman, merasa banyak teman dan ada
penghargaan bagi dirinya.
Kegiatan olahraga rekreasi tentunya didasarkan atas minat dan motivasi yang
timbul pada dirinya sendiri sehingga hasilnya akan menimbulkan kesenangan pribadi
yang secara tidak langsung sudah menanamkan budaya hidup sehat. Dari alasan-alasan
yang sangat sedehana, seperti mendapatkan kesehatan, kebugaran dan kesenangan
maka olahraga rekreasi pada kenyataannya memang merupakan wahana
pengembangan diri. Banyak nilai-nilai yang diajarkan dan didapatkan dari
keikutsertaan seseorang dalam aktivitas olahraga rekreasi. Partisipasi seseorang dalam
olahraga rekreasi mencerminkan minat dan apresiasinya terhadap kegiatan olahraga
rekreasi. Semakin tinggi tingkat partisipasi seseorang dalam olahraga rekreasi
menunjukkan semakin tingginya minat dan motivasi terhadap olahraga rekreasi.
Berdasarkan data permasalahan yang telah diperoleh dari beberapa teori yang
digunakan untuk dapat mendiskripsikan secara eksplisit mengenai arah pemikiran,
maka dalam hal ini dapat disusun kerangka berfikir secara universal adalah sebagai
berikut: