Download - RPJPD KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KOTA PROBOLINGGO
TAHUN 2005-2025
PEMERINTAH DAERAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA
PROBOLINGGO TAHUN 2005 – 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PROBOLINGGO,
Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah jangka panjang yang merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang mempunyai karakteristik sendiri;
b. bahwa untuk menjamin agar kegiatan pembangunan jangka panjang berjalan efektif, efisien dan bersasaran, maka diperlukan Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
c. bahwa Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dan Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 10 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c konsiderans ini, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-2025;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) dan Pasal 28D ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan
1
Daerah-Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Djawa
Timur, Djawa Tengah dan Djawa Barat (Himpunan Peraturan
Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang
Pengubahan Undang-undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun
1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor
40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
551);
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
5. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
2
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
3
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa
Timur Tahun 2005-2025;
18. Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun
2009-2028 (Lembaran Daerah Kota Probolinggo Tahun 2010
Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PROBOLINGGO DAN
WALIKOTA PROBOLINGGO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005- 2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud :
1. Daerah adalah Daerah Kota Probolinggo.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Probolinggo.
3. Walikota adalah Walikota Probolinggo.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Probolinggo.
5. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda, adalah Peraturan Daerah
Kota Probolinggo.
4
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2005 - 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJPD Provinsi, adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-
2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah, adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, memuat visi, misi dan
arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD
Provinsi.
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut
RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan
program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJPD Daerah serta
memperhatikan RPJM Nasional.
10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo yang selanjutnya disebut
RTRW Kota adalah rencana umum tata ruang yang berfungsi sebagai
kebijakan matra ruang pembangunan daerah.
11. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD Kota
adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
12. Visi, adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
13. Misi, adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
14. Arah Pembangunan Daerah adalah strategi untuk mencapai tujuan
pembangunan daerah.
Pasal 2
Sistimatika RPJP Daerah terdiri dari :
a. Pendahuluan;
5
b. Gambaran Umum Kondisi Daerah;
c. Analisis Isu-Isu Strategis;
d. Visi dan Misi Daerah;
e. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah; dan
f. Kaidah Pelaksanaan.
Pasal 3
(1) Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a terdiri dari latar
belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, hubungan RPJP daerah
dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan.
(2) Kondisi Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri dari
kondisi umum daerah, tantangan daerah dan prediksi kondisi umum daerah.
Pasal 4
(1) Visi Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d adalah
TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA PROBOLINGGO YANG AMAN,
DEMOKRATIS, ADIL DAN SEJAHTERA.
(2) Keberhasilan pencapaian visi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandai
dengan meningkatnya pemerataan dan pertumbuhan ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat.
Pasal 5
Dalam rangka mencapai visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
ditetapkan misi pembangunan yang terdiri dari :
a. mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat Kota
Probolinggo untuk melestarikan ciri khas Kota Bayuangga (Angin, Anggur dan
Mang-ga), membangun citra kota Indaditasi (Industri, Perdagangan,
Pendidikan dan Transportasi), dan membudayakan motto Kota Bestari (Bersih,
Sehat,
Tertib, Aman, Rapi dan Indah);
b. mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dan
harmonisasi antar kelompok masyarakat;
c. mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan;
6
d. mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim ketenagakerjaan,
dan memacu kewirausahaan;
e. mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
percepatan pembangunan infra struktur;
f. mewujudkan optimali- sasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi
lingkungan hidup;
g. mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak azasi
manusia;
h. mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui
reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik
Pasal 6
Kebijakan Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf e diarahkan pada masing-masing misi sebagai
berikut :
a. Misi Pertama, memantapkan citra kota industri, perdagangan, pendidikan dan
transportasi dan mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah.
Kota Probolinggo akan terus dikembangkan sebagai kota industri,
perdagangan dan transportasi karena posisinya yang sangat strategis dilihat
dari koneksitasnya dengan kota-kota di wilayah Timur, Selatan dan Barat di
Jawa Timur. Didukung juga oleh adanya fasilitas perhubungan darat dan laut
yang cukup representatif. Sedangkan fokus sebagai kota yang bersih, sehat,
tertib, aman dan indah adalah bentuk kota idaman yang harus tetap
diwujudkan mengiringi perkembangan kota sebagai kota metropolitan
b. Misi Kedua, meningkatkan upaya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan
memantapkan harmoninasi hubungan antar kelompok yang ada dalam
masyarakat;
c. Misi Ketiga, Pembangunan Transportasi, Pengelolaan Sumber Daya Air,
Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Pengembangan Wilayah,
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pembangunan Sistem Informasi dan
Komunikasi; d. Misi Keempat, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan
terjangkau serta peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
7
kesehatan sangat penting demi peningkatan produktivitas sumber daya
manusia;
e. Misi Kelima, meningkatkan upaya dan efektifitas penanggulangan kemiskinan,
mewujudkan perluasan dan penciptaan lapangan kerja dan mewujudkan iklim
kewirausahaan yang sehat guna menunjang pertumbuhan perekonomian kota;
f. Misi Keenam, menciptakan keseimbangan antara pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi
lingkungan hidup;
g. Misi Ketujuh, peningkatan upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat serta pencegahan tindak kriminal; dan
h. Misi Kedelapan, memantapkan pelaksanaan otonomi daerah dan
memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN
KOTA PROBOLINGGO
Pasal 7
(1) Program Pembangunan Kota Probolinggo periode 2005-2025 dilaksanakan
sesuai dengan RPJP Daerah dan RTRW Kota Probolinggo yang merupakan
satu kesatuan dokumen sistem perencanaan pembangunan daerah.
(2) Penjabaran dari RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat
pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(3) RTRW Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kebijakan yang berfungsi sebagai matra ruang RPJPD Kota Probolinggo untuk
penyusunan RPJMD Kota Probolinggo dalam periodesasi yang telah
ditentukan.
Pasal 8
(1) RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD Kota Probolinggo
yang memuat Visi, Misi dan Program Walikota Probolinggo.
(2) RPJMD Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Probolinggo.
8
Pasal 9
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan dan untuk menghindari kekosongan
rencana pembangunan daerah Kota Probolinggo, Walikota yang sedang
memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun
RKPD Kota Probolinggo untuk tahun pertama periode Pemerintahan Walikota
berikutnya.
(2) RKPD Kota Probolinggo yang dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
pertama periode Pemerintahan Walikota berikutnya.
Pasal 10
(1) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) menjadi acuan
dalam penyusunan RPJMD Kota Probolinggo yang memuat visi, misi dan
Program Walikota.
(2) RPJMD Kota Probolinggo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan memperhatikan RPJMD Provinsi Jawa Timur dan RPJM Nasional.
BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 11
(1) Pemerintah Kota Probolinggo melakukan pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan RPJP Daerah.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(3) RPJP Daerah dapat dievaluasi kembali setiap 5 (lima) tahun.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka bahwa Peraturan Daerah Kota
Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Kota Probolinggo Tahun
9
2006-2025 dan Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun
20062025, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 14
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Probolinggo.
Ditetapkan di Probolinggo pada tanggal 24 Desember 2013
WALIKOTA PROBOLINGGO,
Ttd,
H.M. BUCHORI
Diundangkan di Probolinggo pada tanggal 30 Desember 2013
SEKRETARIS DAERAH KOTA PROBOLINGGO,
Ttd,
Drs. H. JOHNY HARYANTO, M.Si Pembina Utama Madya
NIP. 19570425 198410 1 001
LEMBARAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2013 NOMOR 11
10
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,
AGUS HARTADI Pembina Tingkat I
NIP. 195660817 199203 1 016
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO
NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA
PROBOLINGGO TAHUN 2005-2025
I. UMUM
Pasal 13 ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
mengamanatkan bahwa RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Selanjutnya pada pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa RPJP Daerah memuat visi,
misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evauasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Daerah, rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD daam bentuk Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.
Dalam pelaksanaannya, RPJPD dibagi menjadi 4 tahapan pembangunan,
tiap tahapannya dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
11
(RPJM) Daerah. Pentahapan rencana pembangunan daerah disusun dalam
masing-masing periode RPJMD sesuai dengan visi, misi dan program Walikota
yang dipilih secara langsung oleh rakyat Kota Probolinggo. RPJM Daerah
memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program Walikota
serta kerangka ekonomi yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh. RPJM Daerah dijabarkan ke dalam rencana tahunan berupa
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat prioritas
pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro serta program
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Maksud disusunnya RPJP Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005-2025
adalah menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif dengan
jangka dua puluh tahunan yang memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
seluruh komponen pembangunan di Kota Probolinggo dalam mewujudkan cita-
cita dan tujuan bersama sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang
telah disepakati bersama. Dokumen ini juga menjadi acuan dalam setiap
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk
periode 5 tahunan yang memuat visi, misi dan program Kepala Daerah.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJP Daerah adalah untuk menyediakan
dokumen perencanaan pembangunan yang berdasar pada karakteristik Kota
Probolinggo, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta
terarah menuju Masyarakat Kota Probolinggo yang diidamkan 20 tahun ke
depan.
Sesuai dengan penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,
maka jangka waktu RPJP Daerah mengikuti jangka waktu RPJP Nasional, yaitu
tahun 2005-2025. Namun periodesasi RPJM Daerah tidak dapat mengikuti
periodesasi RPJM Nasional. Hal tersebut karena pemilihan Presiden dan
pemilihan Kepala
Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan, sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Secara garis besar, Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota
Probolinggo Tahun 2005-2025 terdiri atas 5 Bab dan 14 Pasal.
II. PASAL DEMI PASAL
12
Pasal 1
: Cukup jelas
Pasal 2
: Cukup jelas
Pasal 3
: Cukup jelas
Pasal 4
: Cukup jelas
Pasal 5
: Cukup jelas
Pasal 6
: Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Program pembangunan adalah uraian secara umum
tentang arah kebijakan pembangunan.
Ayat (2)
: Cukup jelas
Ayat (3)
: Cukup jelas
Pasal 8
: Cukup jelas
Pasal 9
Pasal 10
: Cukup jelas
: Cukup jelas
Ayat (1)
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJPD Kota
Probolinggo dilakukan oleh masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan RPJPD Daerah dari masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten.
13
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Ayat (2)
: Cukup jelas
Ayat (3)
: Cukup jelas
: Cukup jelas
Pasal 14
: Cukup jelas
: Cukup jelas
###### ######
14
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. I-1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan …………………………………. I-2
1.3 Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen …………….. I-5
1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………. I-6
1.5 Maksud dan Tujuan ………………………………………….
I-6
BAB II GAMBARAN UMUM KODISI DAERAH II-1
2.1 Aspek Geografis dan Demografi ………………………… II-1
2.1.1 Aspek Geografis …………………………………………… II-1
2.1.2 Aspek Demografi ………………………………………….. II-5
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat……………………… II-7
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi………. II-7
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat…………… …………. II-10
2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga……………………… II-13
2.3 Aspek Pelayanan Umum …………………………………. II-14
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib …………………………… II-14
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan ………………………….. II-26
2.4 Aspek Daya Saing Daerah II-28
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah……………………. II-28
ii
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur…………………….. II-30
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi……………………………………
II-33
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS ……………………………………..
3.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah …….
3.1.1 Identifikasi Permasalahan Terkait Urusan Wajib ………...
3.1.2 Identifikasi Permasalahan Terkait Urusan Pilihan ……….
3.2 Isu Strategis ………………………………………………….
BAB IV VISI DAN MISI KOTA PROBOLINGGO ………………………..
4.1 Perumusan Visi……………………………………………….
4.2 Perumusan Misi ………………………………………………
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH KOTA PROBOLINGGO ………………………………
5.1 Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan …………….
5.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan …………………..
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ……………………………………….
III-1
III-1
III-1
III-13
III-16
IV-1
IV-1
IV-3
V-1
V-1
V-8
VI-1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Hubungan Antara RPJPD Kota Probolinggo
Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan
iii
Gambar 2.1
Lainnya ……………………………………………….. I-1
Peta Kota Probolinggo………………………………. II-1
Gambar 2.2 Jumlah Kelurahan Tiap Kecamatan Kota
Probolinggo…………………………………………… II-2
Gambar 2.3 Jumlah RW Tiap Kecamatan Kota Probolinggo……. II-3
Gambar 2.4 Jumlah RT Tiap Kecamatan Kota Probolinggo……. II-3
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Pertumbuhan Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………………………………………… II-6
Grafik 2.2 Populasi Penduduk Kota Probolinggo Menurut Kelompok Umur Tahun 2008-2011……………………. II-7
iv
Grafik 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010……………. II-9
Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Tahun 2006- 2010 ………………………………………………………. II-10
Grafik 2.5 Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo Tahun 2007-2010……………………………………….. II-11
Grafik 2.6 Kondisi Tenaga Kerja Kota Probolinggo Tahun 2006- 2010………………………………………………………. II-13
Grafik
2.7 Peluang Kerja Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………………………………
II-14
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Probolinggo… II-2
Tabel 2.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Probolinggo
Tahun 2010-2011 …………………………………….
II-5
Tabel 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun
2000……………………………………………………….
II-8
Tabel 2.4 Angka Melek Huruf Kota Probolinggo Tahun 2006-
2010………………………………………………………. II-12
Tabel 2.5 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Probolinggo Tahun
2007-2011………………………………………………..
II-12
Tabel 2.6 Angka Harapan Hidup Masyarakat di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-13
Tabel 2.7 Data kinerja layanan pendidikan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-16
Tabel 2.8 Data kinerja layanan kesehatan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-17
Tabel 2.9 Data kinerja layanan pekerjaan umum di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-18
Tabel 2.10 Data kinerja layanan perumahan rakyat di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-18
Tabel 2.11 Data kinerja layanan penataan ruang di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-19
Tabel 2.12 Data kinerja perencanaan pembangunan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-19
Tabel 2.13 Data kinerja layanan perhubungan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-20
Tabel 2.14 Data kinerja layanan lingkungan hidup di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-20
Tabel 2.15 Data kinerja layanan pertanahan di Kota Probolinggo
Tabel
vi
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-21
2.16 Data kinerja layanan administrasi kependudukan dan
Tabel
vii
catatan sipil di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…. II-21
Tabel 2.17 Data kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Kota Probolinggo Tahun 2007-
2011………………………………………………………..
II-21
Tabel 2.18 Data kinerja urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…….
II-22
Tabel 2.19 Data kinerja urusan sosial di Kota Probolinggo Tahun
2007-2011…………………………………………………
II-22
Tabel 2.20 Data kinerja urusan ketenagakerjaan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-23
Tabel 2.21 Data kinerja urusan koperasi dan usaha kecil menengah di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…..
II-23
Tabel 2.22 Data kinerja urusan penanaman modal di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-24
Tabel 2.23 Data kinerja urusan kebudayaan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-24
Tabel 2.24 Data kinerja urusan kepemudaan dan olah raga di
Kota Probolinggo Tahun 2007-2011……………………
II-24
Tabel 2.25 Data kinerja urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011..
II-25
Tabel 2.26 Data kinerja urusan otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian dan persandian di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………..
II-25
Tabel 2.27 Data kinerja urusan ketahanan pangan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………………….
II-26
Tabel 2.28 Data kinerja urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011…………
II-26
Tabel 2.29 Data kinerja urusan statistik daerah di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………………….
II-27
Tabel 2.30 Data kinerja urusan kearsipan daerah di Kota
Tabel
viii
Probolinggo Tahun 2007-2011………………………… II-27 2.31 Data kinerja urusan komunikasi dan informatika di
Kota Probolinggo Tahun 2007-2011………………….. II-28
Tabel 2.32 Data kinerja urusan perpustakaan di Kota ProbolinggoTahun 2007-
2011…………………………..
II-28
Tabel 2.33 Data kinerja urusan pertanian di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-29
Tabel 2.34 Data kinerja urusan pariwisata di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011………………………………………..
II-29
Tabel 2.35 Data kinerja urusan kelautan dan perikanan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-30
Tabel 2.36 Data kinerja urusan kelautan dan perdagangan di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-30
Tabel 2.37 Data kinerja urusan kelautan dan perindustrian di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011…………………………
II-31
Tabel 2.38 Angka Konsumsi Rata-Rata RT Per Kapita Per Bulan di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………
II-32
Tabel 2.39 Produktivitas Total Daerah Per Sektor (ADH Berlaku) di
Kota Probolinggo Pada Tahun 2006 – 2008 (Dalam
Jutaan Rupiah)……………………………………………
II-33
Tabel 2.40 Fasilitas Perhubungan di Kota Probolinggo Tahun
2011……………………………………………………….
II-35
Tabel 2.41 Data Peruntukan Lahan Kota Probolinggo Tahun 2011
…………………………………………………………….
II-35
Tabel 2.42 Jenis dan Jumlah Bank serta Cabangnya di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011……………………….
II-36
Tabel 2.43 Jumlah Fasilitas Hotel dan Penginapan di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011……………………….
II-37
Tabel 2.44 Jumlah Fasilitas Restoran dan Rumah Makan di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011……………………….
II-37
Tabel 2.45 Cakupan Pelayanan Air Bersih dan Listrik di Kota
Probolinggo Tahun 2007 – 2011……………………….
II-38
Tabel
ix
Tabel 2.46 Data Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri di
Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………… II-39
2.47 Data Pelayanan Perijinan Investasi di Kota Probolinggo
Tabel
x
Tahun 2007 – 2011………………………. II-40
Tabel 2.48 Data Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011………………… II-41
I | xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan memperhatikan ketentuan pasal 1 ayat 9 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yang dimaksud dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD
adalah dokumen perencanaan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk
periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen perencanaan daerah pada dasarnya
merupakan satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional yang
disesuaikan dengan tingkat kewenangannya.
Penyusunan RPJPD dilakukan melalui beberapa tahapan secara
sekuensial serta perumusannya berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan
pembangunan daerah, yakni : dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para
pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing,
mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah,
serta dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi daerah, menyesuaikan
dengan dinamika perkembangan daerah dan nasional.
Tahapan penyusunan Dokumen RPJPD diawali dengan persiapan
penyusunan, penyusunan rancangan awal, pelaksanaan Musrenbang,
perumusan rancangan akhir serta penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembanganunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005 – 2025.
Mencermati perkembangan keadaan yang terjadi pada saat ini, dengan
tingkat akselerasi yang sangat tinggi pada hampir semua segi kehidupan, serta
masih banyaknya tantangan dan permasalahan yang dihadapi Kota Probolinggo,
jelas diperlukan upaya-upaya terencana, strategis dan berkesinambungan, yang
dituangkan ke dalam suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah yang
berdimensi jangka panjang dan berorientasi pada perwujudan kesejahteraan
masyarakat. RPJP ini selanjutnya dijadikan landasan bagi penyusunan tahapan
pembangunan lima tahunan, yakni Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah atau RPJMD, serta menjadi arah bagi para calon kepala daerah dalam
merumuskan visi, misi dan program yang akan dilaksanakannya dalam kurun
waktu lima tahunan. RPJPD yang ditetapkan melalui peraturan daerah mengikat
I | xii
seluruh komponen masyarakat Kota Probolinggo, baik pemerintah daerah, dunia
usaha maupun masyarakat umum lainnya.
Kedudukan RPJPD yang penting dan strategis menunjukkan bahwa
keberadaannya sangat dibutuhkan bagi keberlanjutan pelaksanaan
pembangunan daerah. Ketiadaan dokumen RPJPD akan menimbulkan ketidak
jelasan arah dan sasaran pokok pembangunan daerah, sekaligus sulit untuk
menjaga konsistensi dan kesinambungan pembangunan dari setiap periode
pemerintahan, Apabila setiap periode pemerintahan daerah (kurun lima tahunan)
tanpa dipedomani dengan arah dan sasaran pokok pembangunan untuk masa 20
tahun, maka setiap periode pemerintahan akan berjalan dengan
mengesampingkan aspek kesinambungann pencapaian sasaran pembangunan
antar periode pemerintahan.
Substansi RPJPD Kota Probolinggo sesuai ketentuan pasal 20 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 adalah memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah selama 20 tahun sampai dengan tahun 2025.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Berbagai peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam
penyusunan RPJPD Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4287) ;
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ;
I | xiii
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4321) ;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438) ;
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700) ;
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daserah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737) ;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
I | xiv
11.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) ;
12.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional Tahun 2008 – 2028 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833) ;
13.Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah ;
14.Peraturan Pemerintah Nomor Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209)
15.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 ;
16.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun
17.Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 tentang Visi dan
Misi Kota Probolinggo Tahun 2006 – 2025.
18.Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Probolinggo Tahun 2009 – 2028;
19.Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2029;
I | xv
1.3 Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah
Lainnya
RPJPD Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 penyusunannya
memperhatikan keselarasan dengan dan sekaligus mengacu pada RPJP
Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan agar terdapat
keselarasan antara visi, misi , arah dan kebijakan pembangunan daerah Kota
Probolinggo dengan visi, misi, arah, tahapan dan prioritas pembangunan jangka
panjang Nasional dan Provinsi Jawa Timur. Penyusunan RPJPD Kota
Probolinggo juga memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Provinsi Jawa Timur
dan RTRW Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian diharapkan terdapat
keselarasan dalam pemanfaatan struktur dan pola ruang dan dapat dihindari
adanya konflik pemanfaatan ruang wilayah.
Secara skematik, pola hubungan antara RPJPD Kota Probolinggo Tahun
2005-2025 dengan dokumen Rencana Pembangunan lainnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar I.1
Hubungan Antara RPJPD Kota Probolinggo Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lain
ProbolinggoKabupaten
ilayah WTata Ruang
Rencana
ProbolinggoKota
Ruang TataRencana
ProbolinggoPanjang Daerah Kota
Pembangungan Jangka Rencana
Probolinggorah Kabupaten Dae
njang Jangka PaPembangungan
Rencana
2031 -Tahun 2011 Provinsi Jawa Timur Wilayah
a Tata Ruang Rencan 1220Tahun 5Perda Prov Jatim No.
2025-Tahun 2005 Provinsi Jawa Timur
RPJPD tentang Tahun 2009 1 Perda Provinsi Jawa Timur Nomor
2028 -Tahun 2008 asionalNRencana Tata Ruang Tentang
PP No. 26 Tahun 2008
2025 -Tahun 2005 RPJP Nasional Tentang UU No. 17 Tahun 2007
I | xvi
1.4 Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005 – 2025 memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antara dokumen RPJPD dengan dokumen rencana pembangunan disusun berdasarkan tata urut penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang, dasar hukum penusunan, hubungan antara RPJPD dengan dokumen rencana pembangunan daerah lainnya, sistematika penulisan serta maksud dan tujuan.
Bab II : Gambaran Umum Kota Probolinggo, yang memuat penjelasan umum mengenai kondisi eksisting berbagai sektor prmbangunan strategis serta tantangan yang dihadapi dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2025 mendatang.
Bab III : Analisis Isu-Isu Strategis, yang berisi berbagai permasalahan utama pembangunan daerah dan isu-isu strategis.
Bab IV : Visi dan Misi Kota Probolinggo, yang memuat perumusan visi dan misi pembangunan Kota Probolinggo hingga tahun 2025.
Bab V : Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang memuat sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka penjang daerah untuk masing-masing misi pada setiap tahapan 5 (lima) tahunan, selama kurun waktu 20 tahun.
Bab VI : Kaidah Pelaksanaan, dimana pada bab ini diuraikan langkah-langkah pelaksanaan visi dan misi serta arah kebijakan
pembambanguan jangka panjang daerah yang telah disusun dalam
dokumen RPJPD.
1.5 Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun
2005 – 2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan untuk jangka waktu 20
(dua puluh) tahun dimaksudkan unttuk memberikan arahan sekaligus menjadi acuan
bagi seluruh komponen pemerintah, dunia usaha swasta dan masyarakat dalam
I | xvii
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kota Probolinggo dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. RPJPD Kota Probolinggo
disusun sebagai pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah.
Tujuan penyusunan RPJPD Kota Probolinggo adalah untuk :
1. Menetapkan visi, misi dan arah pembangunan daerah Kota Probolinggo untuk
waktu 20 tahun sampai dengan tahun 2025, dalam rangka peningkatan
pertumbuhan dan pengembangan pembangunan daerah guna meningkatkan
derajat kesejahteraan masyarakat Kota Probolinggo.
2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu
antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten
Probolinggo dan Kota Probolinggo.
3. Memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi upaya mewujudkan visi dan
misi pembangunan nasional serta Millenium Development Goals.
I I | 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografis dan Demografi Kota Probolinggo
2.1.1 Aspek Geografis
Letak Kota Probolinggo berada pada 7º 43’ 41” sampai dengan 7º 49’ 04”
Lintang Selatan dan 113º 10’ sampai dengan 113º 15’ Bujur Timur dengan luas
wilayah 56,667 Km². Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit
yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember,
Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) :
Pasuruan, Malang, Surabaya.
Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, dan Sumberasih
Kabupaten Probolinggo
Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
Gambar 2.1
I I | 2
yaitu Kecamatan Mayangan dengan 5 Kelurahan, Kecamatan Kanigaran dengan
6 Kelurahan, Kecamatan Kedopok dengan 6 Kelurahan, Kecamatan Wonoasih
dengan 6 Kelurahan dan Kecamatan Kademangan dengan 6 Kelurahan
(Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2006 tentang Penataan
dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan). Pembagian Wilayah
Administrasi Kota Probolinggo terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Probolinggo
Nama Kecamatan Jml Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT
Kademangan 6 31 171
Kedopok 6 35 143
Wonoasih 6 39 182
Mayangan 5 42 257
Kanigaran 6 51 251
Jumlah Total 29 198 1004
Sumber : BPS Kota Probolinggo
kecamatan 5dari terdiri Probolinggo Kota Pemerintahan administrasi Secara
Peta Kota Probolinggo
I I | 3
Sumber : BPS Kota Probolinggo
Sumber : BPS Kota Probolinggo
Sumber : BPS Kota Probolinggo
I I | 4
Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap
tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada tahun-tahun lalu
musim penghujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juli dan Nopember
sampai dengan Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan
Agustus sampai bulan Oktober. Jumlah curah hujan pada tahun 2009 dari hasil
pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan yang ada di Kota Probolinggo,
rata – rata tercatat sebesar 955 mm dan hari hujan sebanyak 64 hari. Apabila
dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun 2009 sebesar 932 mm dengan
75 hari hujan, maka kondisi tahun 2010 lebih basah dibandingkan tahun 2009.
Ada banyak terjadi fenomena perubahan iklim di tahun 2010, datangnya
musim hujan tidak lagi memungkinkan diperkirakan dengan pengetahuan lokal.
Curah hujan naik pada periode Nopember sampai bulan Maret. Kenaikan sampai
dengan 50mm. Musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Agustus
sampai dengan bulan Oktober, pada tahun 2010 musim kemarau lebih panjang
yang dimulai pada bulan April dengan intensitas curah hujan menurun sampai
dengan September.
Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Januari sebesar 336 mm,
sedangkan hari hujan terlama terjadi pada bulan Januari dengan 21 hari hujan.
Musim kering yang terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober di Kota
Probolinggo berpengaruh terjadinya angin kering yang bertiup cukup kencang
dari arah tenggara ke barat laut, yang populer dengan sebutan ”Angin Gending”
Secara umum, kondisi dan struktur tanah Kota Probolinggo cukup
produktif untuk berbagai jenis tanaman. Hal ini banyak dipengaruhi oleh
pengairan yang cukup, sehingga memungkinkan pengembangan lahan sawah
untuk tanaman pangan maupun hortikultura, khususnya bawang merah yang
merupakan komoditi unggulan. Akan tetapi ada beberapa dampak perubahan
iklim yang terjadi di Kota Probolinggo dan perubahan pola hujan menyebabkan
pergeseran dalam periode tanam, musim dan pola tanam, degredasi tanah dan
penurunan ketersediaan air pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober.
Sumber data yang disampaikan diatas hasil dari pemantauan dan kerjasama
antara Pemerintah Federal Jerman (GIZ) Perubahan Iklim (PAKLIM) dan
Pemerintah Kota Probolinggo.
I I | 5
Meskipun merupakan wilayah perkotaan, pola penggunaan tanah di Kota
Probolinggo tahun 2010 ternyata masih terdapat lahan sawah seluas 1.866
hektar, lahan bukan sawah seluas 3.801 hektar. Lahan bukan sawah terbagi atas
lahan kering 3.702,28 hektar dan lahan lainnya (tambak dan mangrove) seluas
98,72 hektar. Melihat potensi dan pemanfaatan wilayah demikian itu, banyak
alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan
pemberdayaan potensi daerah kota, guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Kota Probolinggo melalui percepatan penanggulangan kemiskinan
dan pengangguran berbasis investasi produktif dan berkesinambungan
2.1.2 Aspek Demografi
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk yang
makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Perkembangan
pendudukan di Kota Probolinggo selama ini menunjukkan peningkatan, dapat
dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 217.349 jiwa menjadi
sebanyak 218.061 jiwa pada tahun 2011, sehingga Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) Kota Probolinggo pada tahun 2011 mencapai 0,33%.
Pertumbuhan penduduk ini selain dikarenakan adanya fertilitas yang
cukup tinggi (pertumbuhan penduduk alami), juga disebabkan adanya
pertumbuhan penduduk migrasi, dimana terdapat migrasi masuk yang lebih
besar daripada migrasi keluar (migrasi neto positif) atau dengan kata lain
penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang
keluar Kota Probolinggo. Jumlah penduduk tersebut mendiami wilayah seluas
56,667 km2 sehingga rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2011 adalah
38,48 jiwa per km2. Adapun rincian jumlah dan komposisi penduduk Kota
Probolinggo dapat diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Probolinggo
Tahun 2010-2011
I I | 6
No Uraian 2010 2011 2012 Peningkatan/
Penurunan
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 217,349 218,061 219.139 0.49% 2 Rata-rata Kepadatan Penduduk
(km2) 3,836 3,848 3,867 0,49%
3 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) -0,77 0.33 0,49 0,16% 4 Komposisi Penduduk, menurut: a. Jenis Kelamin - Pria 108,026 108,321 108,810 0,45% - Perempuan 109,323 109,740 110,329 0,53% b. Angkatan Kerja - Jumlah Tenaga Kerja 108,239 110,316 113.966 3,20%
- Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja
88.181 90.702 94.625 4,15%
- Jumlah pengangguran 20,058 19,614 19.341 -1,41%
- Tingkat Pengangguran Terbuka 6,85 4,66 5,12 89,84%
c. Penduduk berdasarkan pendidikan terakhir
- Tidak/belum pernah sekolah/ tidak/belum tamat SD
49.109 49.447 60.811 18,69%
- Tamat SD/MI/sederajat 62.948 63.178 55.516 -13,80%
- Tamat SMP/MTs/sederajat 29.519 29.584 27.876 -6,13%
- Tamat SLTA/sederajat 50.829 50.893 49.460 -2,90%
- Perguruan Tinggi 13.742 13.767 15.248 9,71%
Sumber: BPS Kota Probolinggo, 2011
Grafik 2.1 Pertumbuhan Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
Sumber : BPS Kota Probolinggo
I I | 7
Grafik 2.2 Populasi Penduduk Kota Probolinggo Menurut Kelompok Umur Tahun
2008-2012
Sumber : Kota Probolinggo Dalam Angka (BPS) Tahun 2013 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi kesejahteraan masyarakat di Kota Probolinggo dapat dielaborasi
kedalam tiga fokus utama, yakni fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi,
fokus kesejahteraan masyarakat serta fokus seni budaya dan olah raga.
Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Metode yang biasa dipergunakan untuk mengetahui kondisi kesejahteraan
dan pemerataan ekonomi di daerah adalah melalui pengukuran pencapaian
indikator makro ekonomi. Komponen-komponen dari indikator makro ekonomi
tersebut diantaranya adalah Produk Domistik Regional Bruto (PDRB), PDRB Per
Kapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dan Laju Inflasi. Indikator ekonomi
makro untuk Kota Probolinggo dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Produk Domistik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator untuk melihat gambaran pembangunan ekonomi daerah
adalah dengan menggunakan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Ditinjau dari segi pendapatan Kota Probolinggo, PDRB merupakan
I I | 8
jumlah dari semua pendapatan yang timbul oleh karena ikut sertanya faktor
produksi dalam proses produksi diwilayah Kota Probolinggo. Pada tahun 2006
PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000) Kota Probolinggo sebesar
Rp.1,603 triliun dan meningkat menjadi Rp. 1,706 triliun pada tahun 2007.
Sedangkan PDRB tahun 2008 sebesar Rp. 1.808 triliun dan meningkat
menjadi Rp. 1,905 triliun pada tahun 2009 serta menjadi Rp. 2,032 triliun
(angka sementara) pada tahun 2010.
Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2006-2010
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 NO URAIAN TH 2008 TH 2009 TH 2010 TH 2011 * 2012**
1 Atas Dasar Harga Berlaku
1.1 PDRB (Juta Rupiah)
3.792.923,65 4.230.400,82 4.767.748,72 5.290.802,42 5.865.792,68
1.2 PDRB Perkapita (Rp)
16.735.234,05 19.704.327,00 21.935.910,00 24.262..950,00 26.766.720,00
2 Atas Dasar Harga Konstan 2000
2.1 PDRB (Juta Rupiah)
1.808.452,67 1.905.226,66 2.021.826,54 2.154.960,07 2.301.193,44
2.2 PDRB Perkapita (Rp.)
7.979.300,79 8.759.622,53 9.302.210,00 9.882.370,00 10.500.780,00
3 Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,02 5,35 6.06 6,58 6,85
Keterangan : ** Angka sementara tahun 2012
Grafik 2.3 PDRB Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
I I | 9
Sumber : BPS Tahun 2013
2. PDRB Per Kapita
Dari tabel 2.3 juga nampak bahwa PDRB per kapita Kota Probolinggo
terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Apabila pada tahun 2007
baru mencapai Rp. 14.685.948,95, tahun 2008 meningkat menjadi Rp.
16.735.234,05, pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi Rp. 19.704.327,00
dan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 21.935.910,00. Selanjutnya pada
dua tahun terakhir 2011 dan 2012 mengalami peningkatan menjadi Rp.
24.262.950,00 dan Rp. 26.766.720,00. Dari data tersebut berarti PDRB per
kapita penduduk Kota
Probolinggo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir meningkat sebesar 34,19 %. 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Dari data yang ada pada tabel 2.3 juga dapat dijelaskan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo dengan memperhatikan tampilan
tabel 2.3 juga dapat dicatat adanya peningkatan yang sangat berarti. Apabila
pada tahun 2006 mencapai 5,92% meningkat menjadi 6,39% pada tahun
2007. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kota Probolinggo 6,02%, tahun
2009 menjadi 5,35 % dan tahun 2010 pertumbuhan ekonimi tercapai sebesar
6,06 %.
I I | 10
Grafik 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
Sumber : BPS Tahun 2010
4. Laju Inflasi
Gambaran mengenai laju inflasi PDRB yang terjadi di Kota Probolinggo
dapat dijelaskan bahwa dari kurun waktu tahun 2006 sampai tahun 2010, inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 10,89 % dan tingkat inflasi
terendah terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 3,55%. Apabila tingkat inflasi
masih berada di bawah 10% per tahun maka masih digolongkan sebagai inflasi
ringan. Berdasarkan kelompok sektor, pada tahun 20O8 inflasi tertinggi terjadi
pada sektor makanan jadi, rokok dan tembakau yang mencapai sebesar
I I | 11
19,35%, sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada sektor pendidikan, rekreasi
dan olah raga yakni sebesar 6,44 %.
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat
Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan
merupakan stu kesatuan yang tidak terpisahkan, dilakukan terhadap seluruh
siklus hidup manusia. Upaya tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa
pembangunan manusia yang baik merupakan kunci bagi tercapainya
kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa.
Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan kesejahteraan
masyarakat antara lain dapat diketahui dari indikator sebagai berikut :
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai oleh semakin
meningkatnya capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat
dilihat dari tiga bidang utama, yakni pendidikan, kesehatan dan daya beli
masyarakat. IPM Kota Probolinggo tingkat capaiannya dapat digambarkan
sebagai berikut :
Grafik 2.5 Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
I I | 12
Sumber : BPS Kota Probolinggo Tahun 2010
Dukungan terhadap capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Probolinggo
tersebut antara lain berasal dari :
Angka Melek Huruf
Data Angka Melek Huruf di Kota Probolinggo dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 menunjukkan tren yang terus meningkat. Ini
menunjukkan bahwa kontribusi Angka Melek Huruf terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Bidang Pendidikan cukup bermakna dari tahun ke
tahun. Selanjutnya data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.4 Angka Melek Huruf Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
90,78 % 91,28 % 92,49 % 92,50 % 93,35%
Rata-Rata Lama Sekolah
Indikator bidang pendidikan dalam kerangka Indeks Pembangunan
Manusia selanjutnya adalah Rata-Rata Lama Sekolah. Terjadi
kecenderungan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun rata-rata
lama sekolah di Kota Probolinggo. Kondisi demikian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
8,29 8,29 8,35 8,52 8,53
Angka Harapan Hidup
Berdaskan kecenderungan yang ada, angka harapan hidup manusia terus
mengalami peningkatan. Demikian pula angka harapan hidup masyarakat
di Kota Probolinggo yang mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010. Peningkatan tersebut nampak pada tabel berikut ini :
I I | 13
Tabel 2.6
Angka Harapan Hidup Masyarakat di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Tidak Terdata 70,12 70,52 70,52
2. Kondisi Ketenagakerjaan
Indikator lain yang juga dapat dipergunakan untuk menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang
terserap pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Kondisi tenaga kerja di Kota
Probolinggo tahun 2010 meliputi angkatan kerja sebanyak 108.239 orang. Jumlah
lowongan kerja sejumlah 3.561 buah dengan pencari kerja tahun 2010 yang
terdaftar sebanyak 3.493 orang, berhasil ditempatkan 2.228 orang, sehingga
jumlah pencari kerja yang masih terdaftar hingga akhir tahun 2010 sebanyak
14.836 orang.
Kondisi ketenagakerjaan tahun 2007-2011 dapat digambarkan sebagai berikut :
Grafik 2.6 Kondisi Tenaga Kerja Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo
Grafik 2.7 Peluang Kerja Penduduk Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
I I | 14
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Probolinggo 2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga
Pembangunan seni dan budaya pada dasarnya ditujukan untuk
melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah ditengah-tengah semakin
derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Pembangunan seni
dan budaya di Kota Probolinggo diarahkan untuk memperkuat jati diri masyarakat
seperti solidaritas sosial, rasa kekeluargaan, budaya berperilaku positif seperti
kerja keras, gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa
daerah. Dengan pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat
dipertahankan dan terus digali kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.
Aktivitas yang terus dijaga adalah keberadaan grup kesenian daerah, baik dari
segi jumlah grup kesenian yang sekarang ada sejumlah 50 grup maupun
intensitas kegiatannya yang terus diberikan ruang dan kesempatan untuk
berkembang.
Strategi pembangunan pemuda selama ini dilakukan dengan cara: (1)
membangun moral dan budi pekerti luhur, (2) membangun sarana dan prasarana
fisik dan non fisik dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, (3) membangun sumber daya
manusia dengan keteladanan, solidaritas, gotong royong, sopan santun, ramah
tamah, saling menghormati, saling menghargai dan memelihara kepekaan sosial,
(4) dan membangun semangat juang dan cinta tanah air. Wujud pembangunan
generasi muda secara nyata adalah : (1) pemberdayaan pemuda untuk
membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam pembangunan, (2)
I I | 15
pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan potensi manajerial,
kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3) perlindungan pemuda dalam
pengertian untuk menolong pemuda dalam menghadapi demoralisasi, degradasi,
tindakan destruktif, regenerasi dan perlindungan hak dan kewajiban pemuda.
Diharapkan di masa depan nanti akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari
generasi muda yang berwawasan kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki sikap,
intelektualitas dan perilaku luhur.
Pembinaan olah raga selama ini siarahkan pada upaya pembinaan dan
pengembangan keolahragaan. pengelolaan keolahragaan, penyelenggaraan
pekan dan kejuaraan olahraga, pembangunan dan peningkatan prasarana dan
sarana olahraga, pendidikan dan pelatihan keolahragaan, pendanaan
keolahragaan, pengembangan kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat
dalam pembangunan olahraga, peningkatan peranserta secara lintas bidang dan
sektoral serta masyarakat, peningkatan kemampuan atlit, pelatih, dan pembina
olahraga, peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana olah raga, dan
pemberdayaan dan pemasyarakatan olahraga serta peningkatan kebugaran
jasmani masyarakat. Meskipun hasilnya belum cukup menggembirakan, tetapi
progres kearah peningkatan prestasi olah raga dapat diwujudkan. Kondisi ini
didukung dengan terus berkembangnya klub olah raga di Kota Probolinggo yang
sekarang berjumlah 59 klub olah raga (berkembang dari keadaan tahun 2008
sejumlah 50 klub) dan jumlah gedung olah raga yang bertambah dari 4 gedung
menjadi 7 gedung olah raga sekarang ini.
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan umum pada hakekatnya merupakan implementasi pelayanan
publik, yakni segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk pelayanan barang,
pelayanan jasa maupun pelayanan administratif yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Secara garis besar gambaran umum mengenai aspek pelayanan umum ini
dapat dielaborasi dari 2 (dua) fokus layanan, yaitu fokus layanan urusan wajib
dan fokus layanan urusan pilihan pemerintah daerah.
I I | 16
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
Layanan urusan wajib Pemerintah Daerah sesuai ketentuan
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
terdiri atas 26 bidang, yaitu :
1. Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis
dalam ikut menentukan kualitas sumber daya manusiayang diharapkan yakni
yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi
pekerti yang luhur. Capaian kinerja pembangunan pendidikan antara lain
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.7 Data Kinerja Layanan Pendidikan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pendidikan Dasar :
1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%)
123,92 115,54 114,35 114,70 111,31 110,13
2 Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs (%)
104,76 103,08 106,49 120,17 138,00 116,63
3 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
1 : 160 1 : 140 1 : 150 1 : 160 1 : 151 1:163
4 Rasio Guru/Murid 1 : 31 1 : 31 1 : 30 1 : 30 1 : 16 1:15
Pendidikan Menengah:
1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SM (%)
117,58 118,04 118,84 119,84 122,19 126,19
2 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
1 : 231 1 : 216 1 : 212 1 : 196 1 : 193 1:269
3 Rasio Guru/Murid 1 : 16 1 : 15 1 : 14 1 : 14 1 : 13 1:12
Fasilitas Pendidikan :
1 Gedung SD/MI dalam kondisi baik
163 164 166 166 169 -
2 Gedung SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dalam kondisi baik
91 96 102 100 105 -
Angka Putus Sekolah :
1 APS SD/MI (%) 0,19 0,20 0,16 0,05 0,10 0,07
2 APS SMP/MTs (%) 2,03 0,40 0,75 0,77 0,25 0,18
3 APS SMA/SMK/MA (%) 1,69 1,52 1,75 1,78 1,45 2,13
Angka Kelulusan :
1 AL SD/MI (%) 96,55 97,01 97,98 98,68 98,48 99,94%
2 AL SMP/MTs (%) 93,93 94,93 95,04 96,04 98,79 99,77%
3 AL SMA/SMK/MA (%) 95,55 96,95 97,01 98,01 98,97 96,80%
I I | 17
Angka Melanjutkan :
1 AM SD/MI ke SMP/MTs (%) 109,39 111,30 115,65 119,17 104,67 106,09
2 AM SMP/MTs ke SMA/ SMK/MA (%)
128,12 116,75 127,76 132,68 142,68 121,29
Sumber : Data Pokok Pendidikan dan BPS
2. Kesehatan
Indikator kinerja yang dapat menunjukkan hasil capaian pembangunan
kesehatan di Kota Probolinggo dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 2.8 Data kinerja layanan kesehatan di Kota Probolinggo Tahun 2009-2012
No Indikator 2009 2010 2011 2012
1 Rasio ketersediaan puskesmas, puskesmas pembantu dan poliklinik per satuan penduduk
1:30.000 1:30.000 1:30.000 1:30.000
2 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 1TT:10.000 1TT:10.000 1TT:10.000 1TT:10.000
3 Rasio dokter per satuan penduduk 1:3.333 1:3.333 1:3.333 1:3.333
4 Cakupan pertolongan persalinan oleh Nakes
87,61% 91,89% 96,32% 88.88%
5 Cakupan kelurahan UCI 93,10% 72,41% 86,21% 80,66%
6 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan
52,82% 100% 100% 100%
7 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
66,23% 90,04% 104,76% 88,24%
8 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
100% 100% 100% 100%
9 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100% 3,03% 4,19% 0%
10 Cakupan Puskesmas 6 6 6 6
11 Cakupan Puskesmas Pembantu 20 20 21 21
3. Pekerjaan Umum
Indikator kinerja yang dapat menunjukkan hasil capaian pelaksanaan urusan
pekerjaan umum di Kota Probolinggo dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 2.9 Data Kinerja Layanan Pekerjaan Umum di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (%)
65,4 65,2 65,6 77,78 81,11
2 Rasio jaringan irigasi (%) 57,4 57,9 58,2 58,5 63,0
I I | 18
3 Panjang jalan dilalui roda 4
(km) 195 195 195 198,3 198,3
4 Panjang jalan dalam kondisi baik (> 40 km/jam)
127,53 127,14 127,92 145,95 144,36
5 Panjang jalan yang memiliki trotoir dan drainase (min 1,5 m)
12,68 13,46 13,46 14,36 14,36
6 Drainase dalam kondisi baik / aliran air tidak tersumbat (km)
99 99 102 105 107
7 Pembangunan turap di jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor (%)
50 52 54 60 62
8 Luas irigasi dalam kondisi baik (Ha)
2011 2011 1973 1973 1866
4. Perumahan
Capaian indikator kinerja pelaksanaan urusan perumahan rakyat di Kota
Probolinggo dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.10 Data Kinerja Layanan Perumahan Rakyat di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah rumah tangga berakses air bersih (%)
- 39,09 40,92 43,71 45 46,85
2 Jumlah rumah tangga bersanitasi lingkungan (%)
- 59,01 56,54 57,97 - 59
3 Jumlah rumah tangga pengguna listrik (%)
98,19 99,69 99,60 99,23 99,25 -
5. Penataan Ruang
Kondisi capaiann kinerja pelaksanaan urusan penataan ruang di Kota
Probolinggo dapat dilihat berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.11 Data Kinerja Penataan Ruang di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Rasio ruang terbuka hijau kota per satuan luas wilayah (%)
- - 13,5 13,8 14 14
2 Rasio jumlah bangunan yang - 311 314 352 404 388
I I | 19
memiliki IMB (%)
6. Perencanaan Pembangunan
Kinerja perencanaan pembangunan daerah tingkat capaiannya dapat diukur dari
indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.12 Data Kinerja Perencanaan Pembangunan di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk
1 Dokumen RPJPD yang ditetapkan
dengan Perda
V V V V V
2 Dokumen RPJMD yang ditetapkan
dengan Perda
V V V V V
3 Dokumen Renstra
SKPD yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota
V*) V V V V
4 Dokumen RKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota
V V V V V
5 Dokumen Renja SKPD yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota
V*) V V V V
*) Ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD 7. Perhubungan
Kondisi capaian kinerja dalam pelaksanaan urusan perhubungan dapat
digambarkan berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.13 Data Kinerja Layanan Perhubungan di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah ijin trayek perkotaan 215 215 215 215 215
2 Jumlah uji kir angkutan umum 337 340 316 325 326
3 Penumpang angkutan umum 100 100 100 100 100
I I | 20
yang dapat dilayani (%)
4 Jumlah kepemilikan kir angkutan umum
337 340 316 325 326
5 Pemasangan rambu-rambu 40 221
6 Biaya pengujian kelayakan angkutan perkotaan
47.500 47.500 35.000 37.500 37.500
7 Bongkar Muat barang di
Pelabuhan Probolinggo (m3) :
a. Bongkar b. Muat
2013.047 26.425
214.961 32.675
189.837 26.670
218.351 22.942
186.741 18.453
8. Lingkungan Hidup
Gambaran umum mengenai capaian kinerja terkait pelaksanaan urusan
lingkungan hidup dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.14 Data kinerja layanan lingkungan hidup di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Volume Sampah Yang Masuk TPA (Kg/Th)
21.941.232 18.469.896 15.640.742 13.742.723 12.515.063
4 Jumlah TPS per Satuan Penduduk
1:3400 1:300 1:2900 1:2900 1:2100
5 Penegakkan Hukum Lingkungan (kali)
0 7 2 2 -
6 Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksaan AMDAL (kali)
0 11 5 5 -
9. Pertanahan
Kinerja pelaksanaan urusan pertanahan tingkat capaiannya dapat digambarkan
melalui indikator kinerja sebagai berikut
Tabel 2.15 Data kinerja layanan pertanahan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Persentase luas lahan bersertifikat
1,7 % 0,8 % 1,6 % 1,6 % 1,1%
2 Penyelesaian ijin lokasi - 19 38 34 49
3 Penyelesaian kasus pertanahan 2 2 1 - 1
I I | 21
10.Kependudukan dan Catatan Sipil
Kinerja pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil dapat
digambarkan melalui capaian indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.16 Data Kinerja Layanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
di Kota Probolinggo Tahun 2009-2012 No Indikator 2009 2010 2011 2012
1 Rasio Penduduk ber KTP per Satuan Penduduk (%)
94,42 95,69 96,07 92,82%
2 Jumlah Layanan Akta Kelahiran 3.599 3.570 2.983 3.663
3 Jumlah Kepemilikan KTP 153.227 153.246 156.762 156.556
4 Jumlah Kepemilikan KK 80.682 61.009 60.429 61.371
11.Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan pelaksanaan urusan
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tingkat capaian kinerjanya
dapat diukur dari indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.17 Data kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah pekerja perempuan di lembaga pemerintahan
2.001 2.187 2.415 2.464 2.410
2 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan
47,2 48,2 48,7 49,3 49,84
3 Jumlah pekerja perermpuan di lembaga swasta
2.150 2.187 2.228 2.521 -
12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
I I | 22
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan pelaksanaan urusan keluarga
berencana dan keluarga sejahtera tingkat capaian kinerjanya dapat diukur dari
indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.18 Data kinerja urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Kota
Probolinggo Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Rata-rata jumlah anak per keluarga
1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2
2 Jumlah akseptor KB 1.272 6.531 9.866 11.533 10.160
3 Jumlah Pasangan Usia Subur PUS
- - 48.458 47.864 49.379
3 Presentase akseptor KB Terhadap PUS
- - 20,36% 24,10% 20,58%
4 Persentase jumlah keluarga pra sejahtera-sejahtera 1
18,73 18,71 17,92 17,33 -
13.Sosial
Gambaran umum kondisi daerah terkait pelaksanaan pembangunan sosial
tingkat capaian kinerjanya dapat diukur dari indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.19 Data kinerja urusan sosial di Kota Probolinggo Tahun 2007-2012
No Indikator 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial
7.714 9.027 8.447 7.571
2 Persentase jumlah PMKS yang dibina dan berhasil mandiri
1,02 1,21 0,99 1,20
3 PMKS yang memperoleh bantuan sosial 51 31 26 -
4 Bantuan untuk veteran 100 70 70 -
14.Ketenagakerjaan
Tingkat capaian kinerja pelaksanaan urusan ketenagakerjaan di Kota
Probolinggo dapat digambarkan berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut:
I I | 23
Tabel 2.20 Data kinerja urusan ketenagakerjaan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Penduduk usia kerja 138.576 140.091 143.983 146.060 152.532
2 Angkatan kerja 105.060 106.575 108.239 110.316 113.966
3 Kesempatan Kerja 84.986 85.953 88.181 90.702 94.625
4 Penganggur terbuka 20.074 20.622 20.018 19.614 19.341
6 Angka sengketa pengusaha-pekeja per tahun
27 10 19 21 14
15.Koperasi dan UKM
Gambaran mengenai tingkat capaian kinerja urusan koperasi dan usaha kecil
menengah salah satunya dapat dilihat dari indikator kinrtja sebagai berikut :
Tabel 2.21 Data kinerja urusan koperasi dan usaha kecil menengah
di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011 No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah koperasi aktif 191 189 172 150 158 201
2 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
65 87 108 135 135 -
3 Jumlah BPR/LKM 2 2 6 6 7 7
4 Usaha Mikro dan Kecil 248 253 384 429 405 409
16.Penanaman Modal
Gambaran mengenai tingkat capaian kinerja urusan penenaman modal
daerah di Kota Probolinggo antara lain dapat dilihat berdasarkan indikator
kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.22 Data kinerja urusan penanaman modal di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah investor berskala nasional (Jumlah PMA/PMDN)
19 19 20 20
2 Jumlah nilai investasi PMA/PMDN
84.300.000 10.225.629 240.176.752.890 424.584.382
I I | 24
3 Daya serap tenaga kerja 12.822 10.409 10.959 9.089
17.Kebudayaan
Gambaran mengenai kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan dapat
dijelaskan dengan melihat capaian indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.23 Data kinerja urusan kebudayaan di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Jumlah sarana seni dan budaya 1 1 1 1 1
2 Jumlah penyelenggaraan seni dan budaya
1 1 1 2 2
3 Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan (unit)
1 1 1 1 1
18.Kepemudaan dan olah raga
Gambaran mengenai kinerja penyelenggaraan urusan kepemudaan dan olah
raga salah satunya dapat dilihat dari indikator jumlah organisasi pemuda dan
olah raga, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.24 Data kinerja urusan kepemudaan dan olah raga di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah organisasi pemuda 12 14 10 10 9
2 Jumlah organisasi olah raga 18 20 26 29 29
3 Jumlah kegiatan kepemudaan 9 11 12 16 16
4 Jumlah kegiatan olah raga 28 30 35 39 39
5 Gelanggang/balai remaja 12 12 15 16 16
6 Lapangan olah raga 8 10 10 12 12
19.Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
I I | 25
Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan
kesatuan bangsa dan politik dalam negeri dapat dijelaskan berdasarkan
indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.25 Data kinerja urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP (kali)
2 2 2 2 2
2 Kegiatan pembinaan politik daerah
3 3 3 3 3
20.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Gambaran keadaan tingkat capaian kinerja pelaksanaan urusan otonomi
daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian dapat dijelaskan melalui indikator kinerja
sebagai berikut :
Tabel 2.26 Data kinerja urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
5 5 5 5 5
2 Rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk
1:437 1:437 1:437 1:437 1:437
3 Jumlah Pos Siskamling 507 549 592 619
4 Persentase penyelesaian penegakan K3
81 85 90 95
5 Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (ada/tidak ada)
Ada Ada ada Ada Ada
6 Sistem informasi pelayanan
perijinan (ada/tidak ada)
Ada Ada ada Ada Ada
7 Cakupan pelayanan bencana kebakaran
66 64 62 79
21. Ketahanan Pangan
I I | 26
Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan ketahanan pangan salah
satunya dapat dilihat tingkat capaiannya berdasarkan indikator kinerja sebagai
berikut :
Tabel 2.27 Data kinerja urusan ketahanan pangan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Ketersediaan pangan utama (beras/ton)
7.098,69 6.078,41 5.872,25 6.073,19 6.206,59
2 Ketersediaan pangan utama (jagung/ton)
5.367,34 12.883,90 15.511,10
14.098,40 11.888,20
22.Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat dan
desa salah satunya dapat dilihat tingkat capaiannya berdasarkan indikator
kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.28 Data kinerja urusan pemberdayaan masyarakat dan desa di Kota
Probolinggo Tahun 2007-2011 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kelompok binaan LPM 29 29 29 29 29
2 Jumlah kelompok binaan PKK 34 34 34 34 34
3 Jumlah PKK aktif 34 34 34 34 34
4 Jumlah Posyandu aktif 215 216 216 217 217
5 Jumlah LSM aktif 72 74 34 37 45
23.Statistik
Gambaran umum kinerja pelaksanaan urusan statistik salah satunya dapat
dilihat tingkat capaiannya berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.29 Data kinerja urusan statistik daerah di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012
I I | 27
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Ketersediaan dokumen PDRB Ada ada ada Ada Ada
2 Ketersediaan dokumen IPM Ada ada ada Ada Ada
3 Ketersediaan dokumen Kota Probolinggo dalam
angka
Ada ada ada Ada Ada
4 Ketersediaan dokumen monografi daerah
Ada ada ada Ada Ada
5 Ketersediaan dokumen Indeks Gini Ratio
tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada tdk ada
6 Ketersediaan dokumen IKM ada ada ada ada ada
7 Ketersediaan dokumen IHK ada ada ada Ada Ada
24.Kearsipan
Gambaran kondisi daerah terkait dengan kinerja pelaksanaan urusan kearsipan
daerah dapat dijelaskan berdasar indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.30 Data kinerja urusan kearsipan daerah di Kota Probolinggo
Tahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah SKPD yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku
35 35 35 35 35
2 Jumlah pengelola arsip yang telah
melakukan pelatihan
- 2 4 6 -
25.Komunikasi dan Informatika
Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan
kearsipan daerah dapat dijelaskan berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel 2.31 Data kinerja urusan komunikasi dan informatika di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
I I | 28
1 Jumlah SKPD yang memiliki
akses internet 31 35 39 39 39
2 Jumlah media yang digunakan untuk penyebaran informasi
8 7 10 11 11
3 Jumlah titik hotspot yang difasilitasi Pemda
- - - - 2
26.Perpustakaan
Gambaran kondisi daerah berkaitan dengan kinerja pelaksanaan urusan
perpustakaan daerah dapat dijelaskan berdasarkan indikator kinerja sebagai
berikut :
Tabel 2.32 Data kinerja urusan perpustakaan di Kota ProbolinggoTahun 2008-2012 No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah perpustakaan milik Pemda
1 1 1 1 1
2 Taman baca 1 1 1 1 1
3 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
49.644 40.778 28.933 27.694 -
4 Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
30.631 34.876 38.730 42.460 -
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
Layanan urusan pilihan Pemerintah Daerah sesuai ketentuan
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
terdiri atas 8 (delapan) urusan. Dari jumlah urusan tersebut, yang secara intensif
dapat dilaksanakan di Kota Probolinggo adalah :
1. Pertanian
Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan pertanian dapat
dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.33 Data kinerja urusan pertanian di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
I I | 29
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Produktivitas padi (ton/ha) 5,61 6,40 6,50 5,58 5,79
2 Produktivitas palawija (ton/ha) 6,50 6,90 6,37 7,10 7,66
3 Persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (ADH Berlaku)
9,06 8,88 7,77 6,75 6,36
4 Persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (ADH Konstan)
-1,08 1,12 -7,23 -5,16 -2,40
2. Pariwisata
Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan pariwisata di Kota
Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja sebagai
berikut :
Tabel 2.34 Data kinerja urusan pariwisata di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kunjungan wisata 178.180 187.539 206.444 293.290 767.717
2 Kontribusi sektor jasa hiburan dan rekreasi terhadap PDRB
5,45 4,03 5,92 9,69 7,20
3. Kelautan dan Perikanan
Gambaran umum mengenai kinerja pelaksanaan urusan Kelautan dan
Perikanan di Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator
kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.35 Data Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan di Kota Probolinggo
Tahun 2007-2011 No Indikator 2009 2010 2011 2012
1 Produksi perikanan tangkap (ton) 43.040,8 36.234 18.372,2 10.222,90
2 Produksi perikanan budidaya (ton) 617,9 934,58 1.219,4 760,78
3 Tingkat konsumsi ikan (kg/kapita/tahun) - 31,509 36,236 -
4 Cakupan bina kelompok nelayan dan pembudidaya
25 36 45 54
I I | 30
4. Perdagangan
Gambaran keadaan mengenai kinerja pelaksanaan urusan perdagangan di
Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja
sebagai berikut :
Tabel 2.36 Data Kinerja Urusan Perdagangan di Kota Probolinggo Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
1 Nilai ekspor bersih perdagangan (dalam juta rupiah)
105.941 78.812 70.34 90.297 65.381
2 Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB (%)
37,46 38,13 39,74 41,01 42,24
3 Cakupan bina kelompok
pedagang/usaha informal
648 680 710 654 -
5. Perindustrian
Gambaran keadaan mengenai kinerja pelaksanaan urusan perindustrian di
Kota Probolinggo dapat dijelaskan berdasarkan capaian indikator kinerja
sebagai berikut :
Tabel 2.37 Data kinerja urusan perindustrian di Kota Probolinggo Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertumbuhan jumlah industri 164 164 182 446 598
2 Kontribusi sektor perindustrian terhadap PDRB
16,23 14,78 14,11 13,64 13,50
3 Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor industri
83,41 84,75 84,51 83,55 82,89
4 Cakupan bina kelompok
pengrajin
57,32 59,76 70,33 32,29 26,59
6. Energi dan Sumberdaya Mineral
Urusan energi dan sumberdaya mineral, secara khusus di Kota Probolinggo
sebagaimana karakteristik kota pada umumnya, urusan ini kurang
mendapatkan porsi sebagaimana wilayah perdesaan. Perhatian yang
I I | 31
berkaitan dengan urusan sumberdaya mineral adalah ditekankan pada
keberadaan sumberdaya air tanah di wilayah perkotaan. Dengan kebutuhan
air yang terus meningkat maka akan mempengaruhi potensi jumlah air tanah
yang terkandung di wilayah kota Probolinggo. Dengan kebutuhan air yang
terus meningkat tersebut maka doperlukan suatu penanganan dan
manajemen pengelolaan air tanah yang tepat agar tidak cepat habis dan
mempercepat intrusi air laut ke daratan. Langkah yang diambil selama ini
dalam rangka pengendalian jumlah air tanah adalah dengan pengendalian ijin
pengambilan dan pemanfaatan air tanah.
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan dan unggulan daerah. Suatu
daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam konteks daya saing daerah adalah
bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik bagi pelaku ekonomi
yang telah ada dan yang akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan
multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
Kondisi daerah Kota Probolinggo terkait dengan kemampuan ekonomi daerah
salah satunya dapat dilihat dari indikator : pengeluaran rata-rata konsumsi rumah
tangga per kapita / angka konsumsi rata-rata rumah tangga per kapita sebulan
(pangan dan non pangan) dan produktivitas total daerah.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa
atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi
rumah tangga semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah
I I | 32
Untuk kota Probolinggo, indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah
tangga tersebut pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah
sebagaimana tergambar pada tabel berikut :
Tabel 2.38 Angka Konsumsi Rata-Rata RT Per Kapita Per Bulan
di Kota Probolinggo Tahun 2007 – 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1 Pengeluaran konsumsi ratarata rumah tangga per kapita sebulan (pangan)
329.615 507.514 517.689 586.502 578.748
2 Pengeluaran konsumsi ratarata rumah tangga per kapita sebulan (non pangan)
157.098 268.719 302.600 324.088 307.279
3 Jumlah pengeluaran rumah tangga per kapita sebulan (pangan dan non pangan)
486.713 776.229 820.289 910.590 886.027
2. Produktivitas Total Daerah
Produktivitas total daerah dapat menggambarkan seberapa besar tingkat
produktivitas tiap sektor dalam rangka mendorong perekonomian suatu
daerah. Sektor / lapangan usaha di Kota Probolinggo yang menunjang PDRB
terdiri atas 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha, yaitu : pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, sewa dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Gambaran dari
produktivitas total daerah di Kota Probolinggo tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 adalah sebagaimana tergambar pada tabel 2.36 berikut ini :
Tabel 2.39 Produktivitas Total Daerah Per Sektor (ADH Berlaku) di Kota Probolinggo Pada Tahun 2007– 2012 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Sektor/
Lapangan Usaha
2007 2008 2009 (Rp) % (Rp) % (Rp) %
PDRB
1 Pertanian 317.154,68 9,69 344.001,49 9,07 375.496,96 8,88
2 Pertambangan dan Penggalian
43,49 0,02 46,84 0,02 48,87 0,00
3 Industri Pengolahan 538.887,59 16,47 593.128,28 15,64 606.440,28 14,34
4 Listrik, Gas dan Air 58.986,55 1,80 61.960,31 1,63 45.607,26 1,08
I I | 33
Bersih
5 Konstruksi 10.584,25 0,32 13.594,60 0,36 41.209,12 0,97
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.264.763,16 38,65 1.526.159,60 40,24 1.732.097,46 40,94
7 Pengangkutan dan Konstruksi
602.562,48 18,41 687.465,74 18,12 641.368,12 15,16
8. Keuangan, Sewa &
Jasa Perusahaan
245.270,09 7,50 289.948,30 7,64 278.258,03 6,58
9 Jasa-Jasa 290.002,21 8,86 337.284,02 8,89 509.874,72 12,05
No Sektor/ Lapangan
Usaha
2010 2011 2012
(Rp) % (Rp) % (Rp) %
PDRB
1 Pertanian 370.378,54 7,77 355.214,09 6,75 374.029,90 6,36
2 Pertambangan dan Penggalian
47,83 0,00 53,32 0,00 55,37 0,00
3 Industri Pengolahan 655.549,23 13,75 700.548,18 13,61 750.674,37 12,76
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
51.436,37 1,08 57.290,47 1,09 61.739,51 1,05
5 Konstruksi 51.062,30 1,07 57.896,15 1,10 65.114,36 1,11
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.031.352,91 42,60 2.317.139,37 44,03 2.669.151,60 45,39
7 Pengangkutan dan Konstruksi
684.642,11 14,36 747.905,91 14,21 811.694,91 13,80
8. Keuangan, Sewa &
Jasa Perusahaan
321.827,29 6,75 366.616,15 6,97 414.648,13 7,05
9 Jasa-Jasa 601.703,45 12,62 659.709,05 12,54 733.883,47 12,48
2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur kota dalam konteks daya saing daerah adalah
bahwa dengan semakin lengkapnya ketersediaan infrastruktur akan memiliki daya
tarik bagi pelaku ekonomi yang telah ada dan yang akan masuk ke suatu daerah
untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
Kondisi daerah Kota Probolinggo terkait dengan kemampuan menyediakan
infrastruktur kota salah satunya dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai
berikut :
1. Ketersediaan Fasilitas Perhubungan
I I | 34
Ketersediaan infrastruktur perhubungan sangat penting dalam rangka
menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut maka
arus distribusi barang dan orang serta jasa transportasi lainnya akan berjalan
lancar. Fasilitas perhubungan yang tersedia di Kota Probolinggo dalam rangka
menunjang daya saing daerah tersebut adalah :
Tabel 2.40 Fasilitas Perhubungan di Kota Probolinggo Tahun 2012
No Uraian Keterangan
1 Fasilitas Perhubungan Darat 1. Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi Tipe B
2. Terminal Kargo 3. Stasiun Kereta Api
2 Fasilitas Perhubungan Laut Dermaga Pelabuhan Tanjung Tembaga
3 Jumlah orang melalui terminal/stasiun/ dermana per tahun
± 480.000 orang
2. Penataan Ruang Kota
Penataan ruang kota yang memungkinkan tersedianya wilayah industri dan
niaga akan berdampak pada upaya peningkatan daya saing daerah. Sesuai
dengan struktur tata ruang kota Probolinggo, dari luas wilayah kota 56,667
Km². peruntukan kawasan kota dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2.41 Data Peruntukan Lahan Kota Probolinggo Tahun 2012
No Peruntukan Luas (Ha) Persentase
1 Wilayah Permukiman 2.090,04 36,88
2 Wilayah Perdagangan/Jasa 262,05 4,62
3 Wilayah Industri 90,08 1,59
4 Wilayah Produktif 2.690,36 47,48
5 Wilayah Lainnya 534,17 9,43
3. Fasilitas Bank dan Non Bank
Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting dalam
rangkamenunjang aspek daya saing darah. Dengan adanya fasilitas tersebut
maka segala urusan yang berkaitan dengan jasa dan lalu lintas keuangan
dapat berjalan dengan lancar. Indikator ketersediaan fasilitas ini dapat dilihat
I I | 35
dari jenis dan jumlah bank yang ada di Kota Probolinggo hingga saat ini.
Menurut fungsinya, bank dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bank umum dan
bank perkreditan rakyat. Sedangkan menurut kegiatan usahanya, bank dibagi
menjadi bank konvensional dan bank syariah.
Tabel 2.42
Jenis dan Jumlah Bank serta Cabangnya di Kota Probolinggo Tahun 2008 - 2012
No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012 1 Bank Umum 17 19 21 23 23
1.1 Konvensional - - - - - 1.2 Syariah - - - - - 2 BPR 4 5 5 6 6
2.1 Konvesional - - - - - 2.2 Syariah - - - - -
4. Fasilitas Hotel dan Penginapan
Ketersediaan fasilitas hotel dan penginapan sangat menunjang dalam
pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah. Apalagi posisi stratregis
Kota Probolinggo yang menghubungkan Kota-Kota Lumajang, Jember,
Bondowoso, Probolinggo dan Banyuwangi di sebelah Timur, dan Kota-Kota
Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Mojokerto dan Surabaya di sebelah Barat.
Banyaknya fsilitas hotel dan penginapan menunjukkan perkembangan
kegiatan perekonomian pada suatu daerah dan peluang-peluang yang
ditimbulkannya.
Tabel 2.43 Jumlah Fasilitas Hotel dan Penginapan di Kota Probolinggo
Tahun 2008 - 2012
No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012
1 Hotel 10 10 10 12 12
2 Penginapan - - - 4 4
I I | 36
5. Fasilitas Restoran dan Rumah Makan
Ketersediaan restoran dan rumah makan di suatu daerah dapat mendorong
dan memberi insentif bagi tumbuhnya daya tarik investasi di daerah tersebut.
Banyaknya restoran dan rumah makan juga menunjukkan perkembangan
perekonomian suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Bagi
kehidupan kota, tumbuhnya usaha restoran dan rumah makan juga
menunjukkan bahwa dinamika perekonimian kota sangat kondusif bagi upaya
menunjang tumbuhnya daya saing daerah.
Gambaran mengenai keadaan restoran dan rumah makan di Kota probolinggo
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.44
Jumlah Fasilitas Restoran dan Rumah Makan di Kota Probolinggo Tahun 2007 - 2011
No Uraian Jumlah
2007 2008 2009 2010 2011 1 Jenis Usaha Restoran 3 4 4 5 5
2 Jenis Usaha Rumah Makan 11 11 12 13 16
6. Fasilitas Air Bersih dan Listrik
Ketersediaan air bersih dan listrik bagi kehidupan warga masyarakat dan
kegiatan usaha juga merupakan bentuk insentif bagi upaya pengembangan
daya saing daerah. Gambaran mengenai ketersediaan air bersih di Kota
Probolinggo dapat dijelaskan dengan indikator sebagai berikut :
Tabel 2.45 Cakupan Pelayanan Air Bersih dan Listrik di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011 No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012 1 Kapasitas air bersih yang dapat
disediakan secara keseluruhan 14.011 14.663 15.781 16.366 200.589
2 Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih
39,09% 40,92% 43,74% 44,96% 46,66%
3 Persentase RT yang 99,69% 99,6% 99,23% 99,25% -
I I | 37
telah
mendapat aliran listrik
2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi
Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam peningkatan
kegiatan pembangunan perekonomian daerah. Investasi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga dapat
diharapkan mampu mengurangi beban pengangguran dan menanggulangi
masalah kemiskinan.
Ada beberapa faktor yang diindikasikan mempunyai pengaruh yang sangat berarti
bagi tumbuhnya iklim investasi daerah, seperti kondisi keamanan dan politik
daerah, kemudahan pelayanan perijinan investasi, adanya peraturan daerah yang
menunjang investasi daerah, adanya beban pajak dan retribusi daerah.
Gambaran kondisi iklim berinvestasi di Kota Probolinggo dapat dijelaskan dengan
menggunakan berbagai indikator sebagai berikut :
1. Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri
Masuknya investasi, baik itu Penanaman Modal Asing maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri ke suatu daerah, sangat tergantung dari kondisi
keamanan dan politik dalam negeri. Stabilitas kondisi keamanan dan politik
dalam negeri suatu daerah, adalah merupakan modal penting dalam menarik
minat investasi.
Data yang berkaitan dengan kondisi keamanan dan politik dalam negeri tersebut
dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini :
Tabel 2.46 Data Kondisi Keamanan dan Politik Dalam Negeri di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011 No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kasus-kasus kriminalitas yang terjadi
328 293 312 265 336
2 Angka kriminalitas 880 619 570 408 459
3 Jumlah kegiatan demonstrasi dan unjuk rasa
2 0 0 19 0
4 Jumlah kasus mogok kerja 0 0 0 0 0
I I | 38
2. Kondisi Pelayanan Perijinan Investasi
Investasi yang akan masuk ke suatu daerah juga sangat bergantung pada
berbagai insentif yang diberikan, antara lain dalam bentuk kemudahan
pelayanan perijinan investasi. Semakin banyak insentif yang diberikan akan
mendorong minat investor dalam menanamkan modalnya, dan sebaliknya
sulitnya pengurusan ijin investasi akan mengurangi minat investasi ke suatu
daerah.
Gambaran mengenai pelayanan perijinan investasi di Kota Probolinggo dapat
terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.47 Data Pelayanan Perijinan Investasi di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011 No Uraian Jumlah
2008 2009 2010 2011 2012 1 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 411 314 352 404 388 2 Surat Keterangan Rencana Kota 269 280 323 338 72 3 Persetujuan Prinsip / Ijin Lokasi 19 38 34 49 47 4 Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP) 491 550 661 729 706
5 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 484 511 640 794 745 6 Ijin Usaha Industri (IUI) / Tanda
Daftar Industri (TDI) 8 4 0 1 5
7 Tanda Daftar Gudang (TDG) 0 0 9 11 8 8 Ijin Gangguan (HO) 252 205 167 155 234 9 Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 464 447 357 392 278
10 Ijin Usaha Pariwisata (IUP) 9 28 42 80 77 11 Ijin Pemakaian Kekeayaan Daerah 83 36 29 42 92 12 Ijin Penutupan Sebagian Badan
Jalan 29 25 29 2 0
13 Ijin Penempatan Bedak 15 23 12 14 108 14 Ijin Reklame 1.055 898 1.013 412 419 15 Ijin Hiburan 150 125 108 96 76 16 Ijin Usaha Perikanan 5 19 22 1 3 17 Surat Penangkapan Ikan 4 24 24 19 8 18 Surat Pengolahan Ikan - 1 - - - 19 Ijin Pemakaman 410 207 352 196 318 20 Ijin Undian Gratis Berhadiah 6 - - 1 2 21 Surat Ijin Pengambilan Air Bawah - 13 26 - 27
I I | 39
Tanah (SIPA)
3. Peraturan Daerah Penunjang Investasi
Peraturan Daerah adalah merupakan sebuah instrumen kebijakan daerah
yang bersifat formal. Melalui peraturan daerah dapat diketahui adanya insentif
ataupun disinsentif sebuah kebijakan di daerah terhadap aktivitas
perekonomian. Peraturan daerah yang mendukung iklim investasi di daerah
adalah peraturan daerah yang berkaitan dengan perijinan, lalu lintas barang
dan jasa dan peraturan daerah tentang ketenagakerjaan.
Gambaran mengenai adanya peraturan daerah yang mendukung iklim usaha di
Kota Probolinggo dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.48 Data Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha di Kota Probolinggo
Tahun 2007 - 2011 No Tahun Klasifikasi Perda
Terkait Perijinan Terkait Lalu Lintas Barang dan Jasa
Terkait Ketenagakerjaan
1 2007 Perda No.6 Thn. 2007 tentang Retribusi Pergantian Cetak Peta
- -
2 2008 Perda No.9 Thn. 2008 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Perda No.3 Thn. 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
-
3 2009 - - -
4 2010 1. Perda No.9 Thn. 2010 tentang Izin Hiburan 2. Perda No.10 Thn.
2010 tentang Izin Reklame
- -
I I | 40
5 2011 1. Perda No.3 Thn. 2011
tentang Retribusi Jasa Umum
2. Perda No.4 Thn. 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha
3. Perda No.5 Thn. 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu
4. Perda No.9 Thn. 2011 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern
5. Perda No.10 Thn. 2011 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
- -
6 2012 1. Perda No. 3 Thn 2012 tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi
2. Perda No. 6 Thn 2012 tentang Perubahan Perda No. 4 Thn 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha
Jumlah 11 1 0
I I | 1
I
BAB III
ANALISIS ISU STRATEGIS
3.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah
Impelemtasi dari suatu rencana pembangunan daerah, biasanya
menimbulkan adanya permasalahan yang disebabkan karena terjadi “gap
expectation” antara kinerja nyata pembangunan yang dicapai pada saat ini
dengan kinerja pembangunan yang direncanakan. Adanya gap ini juga
terjadi karena adanya perbedaan antara target pembangunan yang ingin
dicapai dimasa datang dengan kondisi riil daerah pada saat dokumen
rencana pembangunan disusun. Permasalahan pembangunan daerah
demikian ini harus diidentifikasi sehingga dapat dicari solusinya dalam
rangka mewujudkan keberlanjutan pelaksanaan pembangunan daerah.
Permasalahan pembangunan daerah padav umumnya timbul dari
adanya potensi daerah sebagai faktor kekuatan yang belum dimanfaatkan
secara optimal, kelemahan internal yang belum sepenuhnya dapat diatasi,
peluang yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal serta ancaman
eksternal yang belum dapat diantisipasi dengan baik. Oleh karenanya
dalam penyusunan RPJP Kota Probolinggo perlu diawali dengan
identifikasi terhadap berbagai permasalahan pembangunan daerah yang
dihadapi agar rencana pembangunan jangka penjang daerah yang akan
disusun dapat mengatasi atau minimal mengeliminir masalah yang
dihadapi tersebut dengan tingkat efektivitas yang tinggi.
Pemetaan terhadap permasalahan pembangunan daerah dapat
diuraikan berdasarkan permasalahan pembangunan pada
penyelenggaraan urusan wajib pemerintah daerah dan urusan pilihan
pemerintah daerah, sebagai berikut :
3.1.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait
Urusan Wajib
I I | 2
Sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007, urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
I
diselenggarakan oleh pemerintah daerah berkaitan dengan pelayanan
dasar masyarakat. Permasalahan pembangunan yang terkait dengan
urusan wajib ini secara garis besar dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bidang Pendidikan
Pembangunan pendidikan perlu terus mendapatkan prioritas
penanganan dimana keberhasilannya antara lain dapat diukur dari
indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka
partisipasi kasar, pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni,
rasio guru, cakupan pelayanan pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan. Meskipun upaya perbaikan yang dilakukan dalam urusan
pendidikan ini telah banyak terlihat hasilnya, dengan dukungan
anggaran yang porsinya terus ditingkatkan, beberapa aspek
permasalahan dalam jangka panjang tetap harus menjadi perhatian
utama, yakni :
• Masih belum teratasinya masalah anak putus sekolah terutama
dijenjang pendidikan menengah kejuruan, angkanya masih
tergolong tinggi tiap tahunnya.
• Belum terpenuhinya standar mutu, kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan masih belum
terpenuhinya semua indikator standar pelayanan minimal
pendidikan dasar.
• Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
arti pendidikan bagi upaya mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing di masa depan.
• Masih rendahnya akses mesyarakat kepada layanan pendidikan
yang berkualitas.
I I | 3
2. Bidang Kesehatan
Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah Daerah Kota Probolinggo
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya
dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai
berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, pos
kesehatan maupun mitra pelayanan kesehatan di tingkat kelurahan.
Sarana dan prasarana kesehatan ini keberadaan dan kualitasnya terus
I
ditingkatkan sehingga dapat berfungsi dengan baik sebagai penunjang
kesehatan masyarakat. Meskipun demikian beberapa permasalahan
yang dihadapi dan dalam jangka panjang perlu penanganan dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
• Masih rendahnya Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat apabila
mengacu pada standar Indeks Pembangunan Manusia.
• Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, maka
terpenuhinya rasio jumlah penduduk dengan ketersediaan unit
pelayanan kesehatan yang berkualitas menjadi masalah yang
serius.
• Belum terpenuhinya ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah
dan kualitas yang dipersyaratkan bagi terwujudnya pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
• Terbatasnya lahan Rumah Sakit serta belum terpenuhinya tenaga
dokter, apoteker dan peralatan medis yang sesuai dengan Standart
Rumah Sakit Tipe B sehingga sulit dalam pengembangan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Bidang Pekerjaan Umum
Jaringan jalan yang perkotaan yang baik memiliki keterkaitan erat
dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan kondisi sosial
budaya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya indikator yang
digunakan untuk menghitung tingkat keberhasilan penanganan
I I | 4
infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kualitas dan kondisi
jalan. Sejalan dengan pesatnya laju perkembangan kehidupan
masyarakat Kota Probolinggo, antara lain ditunjukkan dengan
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan peningkatan
pergerakkan distribusi barang dan orang, maka permasalahan yang
teridentifikasi adalah :
• Ketersediaan infrastruktur jalan yang berkualitas, sehingga mampu
menunjang peningkatan akses, pertumbuhan wilayah kota dan
peningkatan kesejahteraan warga kota Proboilinggo khususnya.
I
• Ketersediaan pematusan kota yang memadai sehingga dapat
menunjang kelancaran aktivitas perekonomian kota.
4. Bidang Perumahan Rakyat
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung kawasan perkotaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian beserta fasilitas penunjangnya.
Permasalahan yang dihadapi pembangunan kawasan permukiman
perkotaan di Kota Probolinggo adalah :
• Adanya kawasan permukiman yang belum tertata dan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana standar yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang tinggal di permukiman tersebut.
• Diperlukannya perbaikan sarana dan prasarana dasar permukiman
secara berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
• Masih adanya kawasan permukiman yang kurang layak huni
khususnya dari aspek akses air bersih dan sistem sanitasi.
5. Bidang Penataan Ruang
Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian ruang dalam rangka menciptakan keterpaduan serta
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya yang efisien dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks penataan
I I | 5
ruang ini permasalahan yang teridentifikasi dalam jangka panjang
adalah :
• Perlunya terus dipenuhi rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan sebagaimana standar penyediaan RTH berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
• Belum optiomalnya pengendalian dan pengawasan bangunan yang
tingkat pertumbuhannya sangat tinggi.
6. Bidang Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan daerah Kota Probolinggo
didokumentasikan kedalam berbagai dokumen pranata perencanaan,
mulai RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, dan Renja SKPD.
I
Proses penyediaan dokumen rencana pembangunan tersebut telah
dapat dilaksanakan dengan baik> Permasalahan yang dihadapi adalah
terjadi pada tataran implementasi, yakni :
• Belum optimalnya komitmen semua pemangku kepentingan untuk
taat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan berdasarkan
rencana pembangunan yang telah disepakati bersama.
• Belum adanya keselarasan antara rencana pembangunan jangka
panjang, rencana pembangunan jangka menengah dan rencana
pembangunan tahunan.
7. Bidang Perhubungan
Keberhasilan dalam pelayanan pada bidang perhubungan di wilayah
perkotaan dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat kota dalam
berbagai bidang kehidupan, mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas
dan memperlancar arus pergerakkan distribusi orang dan barang dan
bahkan juga mengurangi kemacetan lalu lintas kota.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang
perhubungan adalah :
I I | 6
• Belum terpenuhinya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan ideal
dalam mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan yang sangat
tinggi.
• Belum terpenuhinya tuntutan ketersediaan pedestrian wilayah
perkotaan.
• Belum terkelolanya transportasi laut khususnya Pelabuhan Tanjung
Tembaga dalam rangka menggerakkan perekonomian masyarakat
Kota Probolinggo dan sekitarnya.
8. Bidang Lingkungan Hidup
Keberhasilan dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup
mempunyai hubungan yang sangat berarti dengan upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Ketidak seimbangan lingkungan hidup
akan dapat menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir,
pencemaran lingkungan, penularan penyakit melalui sampah kepada
manusia dan hewan, dan sebagainya. Oleh karenanya pemerintah
I
danmasyarakat harus bekerja sama agar terjadinya bencana tersebut
dapat dihindari atau diminimalisir.
Beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian dalam
upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup wilayah perkotaan di
Kota Probolinggo adalah :
• Menurunnya kualitas air permukaan dan kualitas udara ambient
• Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan, sehingga kompleksitas
permasalahan lingkungan bertambah berat.
• Belum seimbangnya antara pertumbuhan jumlah sampah yang
harus ditangani dengan peningkatan peran serta masyarakat dalam
ikut mengelola sampah lingkungan dan juga dengan ketersediaan
sarana dan prasarana persampahan kota.
9. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil
I I | 7
Pertumbuhan jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas
kehidupan masyarakat di semua sektor sejalan dengan keberhasilan
pelaksanaan pembangunan dan meningkatnya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pemerintah, jelas
menuntut peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan.
Tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil menjadi ukuran riil
dari keberhasilan pembangunan bidang kependudukan dan catatan
sipil ini. Beberapa indikator tertib admininistrasi kependudukan
memang telah menunjukkan kondisi cukup baik, seperti kepemilikan
KTP, KK, Akte Kelahiran dan Akte Nikah dan sebagainya, namun
tantangan kedepan tidak berarti sudah tidak ada. Permasalahan
muncul berkaitan dengan tuntutan kualitas pelayanan yang semakin
meningkat dari seluruh elemen masyarakat.
10.Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender atau pengarusutamaan gender.
Sedangkan perlindungan anak diarahkan untuk mewujudkan suatu
kondisi yang menjamin hak dan tumbuh kembang anak. Permasalahan
I
yang dihadapi adalah bagaimana upaya meningkatkan derajat
partisipasi perempuan dalam konteks kepemerintahan. Juga
permasalahan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga
dan penjaminan terhadap upaya tumbuh kembang anak.
11.Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Tujuan umumnya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Ledakan jumlah penduduk ini dalam jangka
I I | 8
panjang apabila tidak dikendalikan maka akan menjadi permasalahan
sosial yang dapat mengganggu pembangunan bangsa. Permasalahan
yang ada adalah masyarakat generasi sekarang belum sepenuhnya
memahami konteks dan konten program keluarga berencana untuk
membangun keluargab sejahtera. Karenanya kegiatan sosialisasi,
penyuluhan dan penyebaran opini akan pentingnya keluarga
berencana perlu digalakkan, sehingga masyarakat menyadari akan
keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari program keluarga
berencana.
12.Bidang Sosial
Pembangunan kesejahteraan sosial berorientasi pada peningkatan
modal sosial (social capital) yang dapat dilihat dari indikator
keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial serta
menghadapi goncangan dan tekanan kehidupan. Meskipun sasaran
pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup individu dan
masyarakat dari berbagai kelas sosial ekonomi, namun sasaran utama
pelayanan pembangunan sosial pada umumnya adalah mereka yang
tergolong kelompok-kelompok kurang beruntung dikenal Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) atau disebut juga
I
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Permasalahan
yang dihadapi adalah perhatian terhadap tingkat perlindungan yang
dialami oleh manusia rentan (misal : penduduk yang berusia lanjut,
para anak, para perempuan, para orang cacat), tingkat dukungan yang
dinikmati oleh individu atau kelompok yang kurang mampu
(fakir/keluarga miskin, orang tua cerai/ duda/ janda, anak terlantar,
warga usia lanjut berserta orangcacat yang terlantar), tingkat
partisipasi dalam bidang sosial-politik yang dapat diwujudkan oleh
individu, kelompok dan keluarga, dan tingkat pengendalian sosial
terhadap kekerasan.
I I | 9
13. Bidang Ketenagakerjaan
Secara empiris, pembangunan bidang ketenagakerjaan setidaknya
dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan fungsional yaitu : pendekatan
pemberdayaan tenaga kerja, pelatihan dan produktivitas, hubungan
industrial serta pengawasan ketenagakerjaan. Sebagian besar
permasalahan dalam urusan ketenagakerjaan adalah berkaitan
dengan jenjang pendidikan serta miss match antara lulusan dan
permintaan tenaga kerja. Secara umum permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan urusan ketenagakerjaan adalah :
• Masih rendahnya penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia produktif.
• Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja.
14. Bidang Koperasi dan UKM
Koperasi sebagai salah satu lembaga perekonomian diharapkan
mampu sebagai penggerak roda ekonomi di suatu wilayah. Peran
koperasi sangat penting untuk peningkatan potensi usaha kecil yang
dimiliki oleh masyarakat lokal, sebagai penyedia informasi dan sebagai
lembaga distribusi dan pemasaran. Secara umum permasalahan yang
masih dihadapi pembangunan bidang koperasi dan UKM adalah :
• Tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia
koperasi dan UKM pada umumnya belum memadai.
I
• Lemahnya struktur permodalan koperasi dan UKM serta
terbatasnya akses koperasi dan UKM ke sumber permodalan dari
luar.
• Manajemen kelembagaan dan sistem koperasi yang belum berjalan
dengan baik.
• Masih kurangnya kepercayaan dalam bekerja sama bagi
terwujudnya jaringan usaha antara koperasi dengan pelaku
ekonomi lainnya.
I I | 10
• Masih kurangnya pemahaman terhadap aspek legalitas usaha.
15. Bidang Penanaman Modal
Investasi dalam bentuk penanaman modal memberikan dampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan kesejahteraan
masyarakatnya. Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang
dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya,
antara lain : faktor sumber daya alam, faktor sumber daya manusia,
faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian
dalam berusaha, dan faktor kebijakan pemerintah, serta faktor
kemudahan dalam peizinan. Oleh karenanya kelima faktor tersebut
harus menjadi perhatian dalam pembangunan bidang penananam
modal daerah.
16. Bidang Kebudayaan
Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan daerah yang harus
dijaga dan dilestarikan. Kebudayaan juga merupakan sarana promosi
yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan antara
lain adalah upaya mengembangkan kebebasan berkreasi dalam
berkesenian dengan mengacu pada etika, moral, estetika, dan agama,
serta tetap melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan
daerah. Disamping itu juga melakukan pembinaan dan
pengembangan museum serta peninggalan
I I | 11
I
sejarah dan cagar budaya yang berpotensi untuk pengembangan
pariwisata daerah.
17. Bidang Kepemudaan dan Olah Raga
Pemberdayaan Pemuda yang dilakukan diarahkan pada terwujudnya
pemuda yang berkualitas, berkompeten dan profesional, peduli dan
tanggap terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat. Strategi
pemberdayaan pemuda dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan
kemandirian dan profesionalisme, sehingga dapat mendorong
berkembangnya pemuda sebagai pelaku pembangunan yang handal,
mampu bersaing ditingkat regional, nasional dan internasional serta
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menciptakan iklim yang
kondusif pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemuda.
Sedangkan upaya pemberdayaan olahraga diarahkan untuk
membangun masyarakat yang memiliki ketahanan fisik dan mental
yang sehat dan bugar, serta berbagai perilaku yang positif.
Pemberdayaan Olahraga dimaksudkan sebagai upaya terciptanya
budaya berolahraga yang harus juga diiringi dengan pengelolaan dan
penataan semua aspek yang terlibat di dalam tiga kelompok jalur
pembinaan olahraga, yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
olahraga prestasi. Masyarakat sehat, yang dicapai melalui kegiatan
olahraga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja dan
daya saing yang tinggi dengan negara lain, yang pada akhirnya dapat
menciptakan prestasi dan citra bangsa di tingkat dunia. Dengan
demikian, untuk dapat menjadi masyarakat yang kokoh, aktif, produktif,
unggul dan jaya akan terwujud bilamana terdapat sinkronisasi dari
ketiga jalur pembinaan tersebut. Kendati dari ketiga jalur tersebut
memiliki sasaran dan wadah yang berbeda, namun memiliki
keterkaitan yang erat.
I I | 12
Untuk mendukung dan merealisasikan upaya pembangunan pemuda
dan olah raga tersebut berbagai permasalahan yang dihadapi antara
lain adalah :
• Belum optimalnya upaya pemberdayaan pemuda dan olahraga
melalui dorongan, dukungan, kesempatan, pelatihan dan
I
pendampingan, sehingga mempunyai kemampuan untuk berjiwa
wirausaha, produktif, berprestasi dan bertanggungjawab.
• Belum optimalnya upaya untk memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat.
• Masih terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pemuda dan
olahraga.
18. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri menitik beratkan
pada kegiatan pembinaan terhadap lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi kepemudaan serta kegiatan
pembinaan politik daerah. Permasalahan yang masih dihadapi adalah
pengetahuan politik masyarakat yang mulai meningkat, seringkali tidak
diimbangi dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di negara Republik Indonesia. Adanya kondisi ini
sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan dan optimalisasi dalam
hal pembinaan. Upaya ini dperlukan secara terus menerus dengan
azas kontinuitas.
Dalam hal upaya pembinaan terhadap ketenteraman dan ketertiban
masyarakat, permasalahan yang dihadapi adalah lebih berkaitan
dengan masalah pemeliharan dan upaya mewujudkan ketertiban
umum. Kondisi ini berkaitan dengan masih terjadinya berbagai
pelanggaran terhadap berbagai peraturan daerah dan peraturan
kepala daerah (Peraturan Walikota).
I I | 13
19. Bidang Ketahanan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhann pokok masyarakat yang
wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah. Kejadian rawan pangan
menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan
sosial. Oleh karenanya ketersediaan pangan utama di Kota
Probolinggo harus senantiasa diupayakan selaras dengan jumlah
konsumsi pangan masyarakat. Juga harus dihindari masalah
ketimpangan dalam hal distribusi pangan dengan arahan terwujudnya
distribusi pangan secara merata sesuai kebutuhan masyarakat kota.
I
20. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat menjadi perhatian utama dalam
rangka mewujudkan masyarakat sipil yang memiliki tingkat
keberdayaan tinggi untuk ikut dalam tatakelola penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam konteks ini keberadaan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) mempunyai peran yang strategis.
Keberadaannya dapat berfungsi sebagai sarana berorganisasi, sarana
berbagi informasi, sarana penyaluran aspirasi serta peningkatan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mendukung
pembangunan di lingkungannya.
Sejajar dengan itu, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
sebagai satu gerakkan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari
bawah, yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat menuju
terwujudnya keluarga yang maju, mandiri dan sejahtera,
keberadaannya juga sangat strategis dalam konteks pemberdayaan
masyarakat. Meskipun upaya pemberdayaan masyarakat telah
menunjukkan hasil nyata, namun permasalahan yang dihadapi dalam
jangka waktu kedepan adalah menjaga agar kadar keterlibatan
masyarakat dalam wadah pemberdayaan masyarakat ini dapat terus
terjaga dan ditingkatkan. Seiring dengan semakin meningkat dan
kompleksitas kehidupan masyarakat kota dikhawatirkan intensitas
I I | 14
keterlibatan warga kota dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
menjadi semakin terbatas.
21. Bidang Komunikasi dan Informatika
Secara umum, pembangunan di bidang komunikasi dan
informatika, terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
merupakan salah satu aspek penting yang mendorong pembangunan,
termasuk pembangunan daerah. Selain menjadi faktor produksi dan
ekonomi, TIK juga berperan sebagai enabler dalam perubahan sosial
budaya kemasyarakatan di berbagai aspek. Aspek-aspek yang
dimaksud seperti pengembangan kehidupan politik yang lebih
demokratis, pengembangan budaya dan pendidikan, dan peningkatan
I
kapasitas governance di berbagai sektor pembangunan.
Perkembangan TIK menyebabkan terciptanya lalu lintas informasi dan
komunikasi bebas hambatan antar wilayah, bahkan antar negara.
Dengan kata lain, keberadaan TIK mampu menghilangkan berbagai
hambatan geografis sehingga terjadi transformasi pola hidup manusia
di berbagai bidang menuju terwujudnya masyarakat berbasis ilmu
pengetahuan.
Adapun manfaat keberadaan TIK bagi kita secara nyata adalah :
1) mendukung perbaikan keamanan dan mempercepat
perkembangan kesejahteraan masyarakat secara sosial dan
ekonomi;
2) mengatasi berbagai kesenjangan antara pusat dan daerah dalam
mendukung suatu sistem yang lebih adil dan makmur;
3) meningkatkan akses informasi dan pengetahuan masyarakat;
4) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
5) mendukung proses demokrasi dan transparansi birokrasi yang
sedang berjalan;
I I | 15
6) mendukung upaya reformasi birokrasi dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat; serta 7) membentuk masyarakat
informasi.
Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa TIK belum mendapatkan
prioritas implementasinya, sehingga berbagai manfaat tadi belum
terasakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3.1.2 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait
Urusan Pilihan.
Urusan pilihan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Identifikasi
terhadap permasalahan pembangunan daerah terkait urusan pilihan
Pemerintah Kota Probolinggo secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut :
I
1. Kelautan dan Perikanan
Kebijakan strategis pembangunan bidang kelautan dan perikanan
keberhasilannya diharapkan dapat berdampak pada adanya aspek
pemerataan akibat peningkatan kesejahteraan yang dirasakan oleh
masyarakat perikanan, melalui pengelolaan, pengendalian dan
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang terintegrasi.
Kebijakan strategis pembangunan kelautan dan perikanan terfokus
pada upaya pemberdayaan ekonomi, pengendalian dan kelestarian
sumberdaya kelautan dan perikanan, revitalisasi perikanan,
pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan
usaha serta Pengembangan kawasan.
I I | 16
Dalam rangka mengembangkan dan mengelola secara optimal
sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, beberapa
permasalahan yang masih dihadapi antara lain adalah :
• Belum optimalnya upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir yang berdampak pada rendahnya kesadaran dalam
pendayagunaan sumberdaya laut;
• Rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat dalam pengawasan
dan pengendalian sumberdaya kelautan;
• Perlunya upaya prefentif dalam rangka peningkatan mitigasi
bencana alam laut dan prakiraan iklim laut.
2. Perdagangan
Pembangunan bidang perdagangan telah mengalami kemajuan yang
berarti dalam penerapan reformasi perdagangan pada beberapa tahun
terakhir dan hal itu merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
membantu berkembangnya penyerapan tenaga kerja di sektor resmi
dan sekaligus berkontribusi pada upaya memangkas tingkat
kemiskinan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan
perdagangan ini antara lain adalah :
• Produsen-produsen telah menyuarakan keprihatinan akan daya
saing mereka melawan produsen berbiaya rendah, baik di dalam
I
negeri maupun di pasar asing. Penurunan pertumbuhan bidang
manufaktur dan menyurutnya pangsa ekspor sektor manufaktur juga
menimbulkan pengaruh mengenai daya saing sektor manufaktur.
• Tingginya biaya transportasi barang-barang perdagangan
berdampak pada melambungnya harga ke titik yang terlalu mahal
untuk diekspor, dan juga lebih murah untuk mengimpor.
I I | 17
3. Perindustrian
Kebijakan dalam pembangunan industri diharapkan dapat menjawab
tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi
perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara,
sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan
adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di
pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses
industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan
globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi
perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri
sangat memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang
mampu menjawab pertanyaan kemana dan seperti apa bangun industri
dalam jangka panjang.
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri pada saat ini antara lain
adalah :
• Adanya kecenderungan penurunan daya saing industri di pasar
internasional. Penyebabnya antara lain adalah meningkatnya biaya
energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya
layanan birokrasi.
• Tantangan lain adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri,
seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri
hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil
menengah, belum terbangunnya struktur klaster (industrial cluster)
yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang
setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri
I
berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antar daerah,
serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
I I | 18
4. Pariwisata
Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas
dari peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal
utama yaitu; perencanaan daerah atau kawasan pariwisata,
pembangunan fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran
kebijakan pariwisata, dan pembuatan dan penegakan peraturan.
Dalam rangka pengembangan kegiatan pariwisata, secara umum
permasalahan yang dihadapi antara lain adalah :
Masalah keterbatasan dalam pengadaaan infrastruktur umum seperti
jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan pengembangan
pariwisata terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar yang
memerlukan dana yang sangat besar seperti jalan untuk
transportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan proyek
pembuangan limbah merupakan tanggung jawab pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan
pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam
bidang pembangunan pariwisata.
3.2 Isu Strategis
Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan
eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal ke
depan diidentifikasi dengan baik maka pemerintah daerah dapat
mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan daerah yang tidak
menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan
menghadapi kendala dalam mencapai keberhasilan pembangunan
daerah.
I
I I | 19
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya
yang signifikan bagi entitas pemerintahan daerah dan masyarakat dimasa
datang. Suatu kondisi/kejadian penting adalah keadaan yang apabila
tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau
sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan maka menghilangkan peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Dengan memperhatikan identifikasi permasalahan yang terjadi maka isu
strategis pembangunan daerah Kota Probolinggo Tahun 2006-2025 dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat.
Di era perekonomian global yang makin kompetitif, perlu diantisipasi
adanya liberalisasi, ekspansi pasar dan kecenderungan perilaku
konsumtif diberbagai bidang kehidupan sebagai perubahan baru
dalam perilaku dan gaya hidup masyarakat. Globalisasi juga akan
mempengaruhi dinamika kondisi perekonomian lokal.
2. Kesenjangan sosial dan tekanan kemiskinan.
Tantangan di bidang sosial adalah adanya kesenjangan sosial dan
kondisi sebagian masyarakat yang masih menghadapi tekanan
kemiskinan, kurangnya kesempatan kerja dan pengangguran serta
kualitas SDM masyarakat yang belum siap bersaing di era global
yang makin kompetitif. Tingginya laju pertumbuhan penduduk
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap permasalahan ini.
3. Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya partisipasi
masyarakat dalam ikut menjaga kondisi lingkungan.
Isu ini sejalan dengan semakin meningkatnya intensitas dan
kompleksitas kehidupan masyarakat seiring dengan modernitas yang
terjadi hampir di segala bidang kehidupan.
4. Belum meratanya hasil pembangunan dan belum optimalnya
aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum.
Isu ini berkaitan dengan tuntutan masyarakat untuk tidak ada
diskriminasi dalam hal penyediaan dan pemberian pelayanan publik
I I | 20
I
dan sekaligus pemerataan untuk dapat menikmati pembangunan dan
hasl-hasilnya.
5. Tuntutan untuk mengembangkan transparansi, akuntabilitas dan
partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan publik
yang didukung oleh profesionalisme aparatur
Isu ini berkaitan dengan kebutuhan akan percepatan reformasi
birokrasi dan profesionalisme aparatur dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
6. Tuntutan percepatan pengembangan infrastruktur kota guna
memberikan nilai tambah yang tinggi.
Isu ini berkaitan dengan tuntutan pemenuhan pembangunan sarana
dan prasarana kota guna mendukung pengembangan pusat-pusat
distribusi (metropolitan) serta mengurangi ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antar wilayah kota maupun antar pulau dengan
pengembangan infrastruktur pelabuhan beserta sarana
pendukungnya.
7. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan murah dan
berkualitas dengan ditunjang sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas.
Isu ini dikaitkan dengan makin mahalnya biaya pendidikan dan
rendahnya aksebilitas masyarakat kurang mampu untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
8. Ketahanan Pangan dan Energi
Sebagai wilayah yang berkembang ke arah urban ketahanan pangan
dan energi menjadi hal yang penting untuk diantisipasi pada
masamasa yang akan datang. Kebutuhan pangan dan energi jangan
sampai menjadi permasalahan yang tak terselesaikan di kelak
kemudian hari.
9. Peningkatan daya saing daerah
I I | 21
Kesepakatan perdagangan bebas yang secara nasional harus
dipatuhi dan tunduk didalamnya menjadi pencermatan yang penting.
Persiapan daya saing daerah dalam hal produk maupun
ketenagakerjaan industri harus ditingkatkan secara optimal. Baik
I
melalui pendidikan dan pelatihan maupun melalui kontrol secara
regulasi.
V | 1
I
BAB IV
VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KOTA PROBOLINGGO
4.1 Perumusan Visi
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan atau kondisi daerah
yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan pembangunan jangka
penjang, yakni pada akhir tahun 2025. Visi bukan hanya merupakan serangkaian
harapan, tetapi suatu bentuj komitmen dan upaya merancang serta mengelola
perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang. Oleh
karenanya visi ini didasarkan pada realita dan menunjukkan gambaran masa
depan ideal bagi pembangunan daerah dan masyarakat.
Berdasarkan kondisi Kota Probolinggo dan dengan memperhatikan
tantangan yang dihadapi sampai dengan tahun 2025 mendatang serta dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki serta aspirasi masyarakat Kota
Probolinggo, maka Visi Pembangunan Kota Probolinggo Tahun 2005–2025
sebagaimana telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Probolinggo
Nomor 2 Tahun 2006, adalah :
“ TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA PROBOLINGGO YANG AMAN,
DEMOKRATIS, ADIL DAN SEJAHTERA”
Visi Kota Probolinggo Tahun 2005-2025 ini merupakan sebuah
gambaran yang menjadi cita-cita luhur bersama masyarakat Kota Probolinggo
dengan tetap mempertahankan karakteristik masyarakat Kota Probolinggo yang
agamis, rukun, demokratis dan partisipatif.
Untuk pelaksanaan pembangunan yang terarah dan dapat mencapai
tujuan diperlukan suatu kondisi dan situasi yang memungkinkan
dilaksanakannya pembangunan serta memungkinkan dirasakannya hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. Kondisi keamanan yang kondusif dan
V | 2
ketenteraman masyarakat yang terjaga adalah merupakan situasi dan kondisi
yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan di Kota Probolinggo.
Kondisi yang aman dan tenteram akan terwujud apabila terdapat kesadaran
kolektif dan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat terhadap
I
berbagai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan telah disepakati
bersama.
Keberhasilan pembangunan di Kota Probolinggo sampai dengan tahun
2025 mendatang akan diukur secara obyektif, akurat dan transparan melalui
asas kesejahteraan, kemandirian serta daya saing yang dimiliki oleh masyarakat
Kota Probolinggo dalam percaturannya secara regional, nasional maupun
global. Otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas kepada
daerah otonom untuk mengelola pembangunan daerahnya dimaknai oleh Kota
Probolinggo untuk menjadikan Kota yang mampu memanfatkan seoptimal
mungkin sumberdaya yang dimiliki dalam rangka mewujudkan masyarakat Kota
Probolinggo yang sejahtera seutuhnya, mandiri dalam segala bidang kehidupan
serta memiliki keunggulan daya saing (comparative advantage).
Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur yang diartikan
sebagai keadaan yang berkecukupan atau tidak kekurangan, yang tidak saja
memiliki dimensi fisik atau materi, tetapi juga dimensi rohani.
Kemandirian merupakan manifestasi dari otonomi daerah, yaitu hak
setiap daerah untuk menentukan arah nasibnya sendiri serta mewujudkan yang
terbaik bagi daerahnya. Dalam konteks inter regional development kemandirian
bukan berarti mengisolasi diri dari keterkaitan dengan daerah lain tetapi tetap
membangun hubungan saling ketergantungan yang mutualistik dalam koridor
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kota Probolinggo yang mandiri
adalah kota yang diwarnai dengan masyarakat yang mampu mewujudkan
kehidupan sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju dengan
mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
V | 3
Kemandirian suatu daerah akan sangat dipengaruhi oleh daya saingnya
yang kokoh yang tercermin dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakatnya.
Daya saing merupakan semangat internal baik secara individual maupun kolektif
akan tercermin dari kualitas sumberdaya daerah beserta pengelolaannya yang
bijak dan berkelanjutan. Daya saing daerah akan ditandai kualitas sumber daya
manusia masyarakat Kota Probolinggo yang agamis, demokratis, rukun dan
partisipatif, sehingga menjadi pelaku-pelaku pembangunan yang andal dan gigih
disertai dengan dedikasi dan integritas moral yang tinggi. Daya saing daerah
I
juga tercermin oleh pengelolaan pemerintahan daerah yang secara murni dan
konsekuen menerapkan prinsip-prinsip tata perintahan yang baik (good
governance).
4.2 Perumusan Misi
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan Kota Probolinggo
tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan. Misi adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Probolinggo dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan 2005-2025. Misi
yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota
Probolinggo Nomor 2 Tahun 2006 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Trikarsa Bina Praja, yaitu tiga kehendak masyarakat Kota
Probolinggo untuk melestarikan ciri khas Kota Bayuangga (Angin,
Anggur dan Mangga), membangun citra kota Indaditasi (Industri,
Perdagangan, Pendidikan dan Transportasi), dan membudayakan motto
Kota Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah) ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah tertuju pada dua fokus,
yaitu memantapkan citra kota industri, perdagangan, pendidikan dan
transportasi dan mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah.
Kota Probolinggo akan terus dikembangkan sebagai kota industri,
perdagangan dan transportasi karena posisinya yang sangat strategis dilihat
V | 4
dari koneksitasnya dengan kota-kota di wilayah Timur, Selatan dan Barat di
Jawa Timur. Didukung juga oleh adanya fasilitas perhubungan darat dan laut
yang cukup representatif. Sedangkan fokus sebagai kota yang bersih, sehat,
tertib, aman dan indah adalah bentuk kota idaman yang harus tetap
diwujudkan mengiringi perkembangan kota sebagai kota metropolitan.
2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
agama dan harmonisasi antar kelompok masyarakat ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan memantapkan harmoninasi
hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat.
I
Tujuan lebih lanjut dari upaya ini adalah untuk menjaga harmoni sosial
didalam kelompok-kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan
lokal dalam rangka memperkuat hubungan masyarakat. Selain itu juga
mencegah kemungkinan berkembangnya potensi konflik di dalam masyarakat
yang mengandung sentimen keagamaan dengan mencermati secara
responsif dan mengantisipasi secara dini terjadinya konflik.
3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
yang ber-mutu dan terjangkau. Peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan sangat penting demi peningkatan
produktivitas sumber daya manusia, sebab hanya sumber daya manusia yang
sehat, yang dapat beraktivitas dan mengembangkan diri. Pembangunan
kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar sosial, yaitu
hak masyarakat memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan
yang murah dan berkualitas.
V | 5
4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan iklim
ketenagakerjaan, dan memacu kewirausahaan ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan upaya
dan efektifitas penanggulangan kemiskinan, mewujudkan perluasan dan
penciptaan lapangan kerja dan mewujudkan iklim kewirausahaan yang sehat
guna menunjang pertumbuhan perekonomian kota.
Tujuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan upaya dan efektifitas
penanggulangan kemiskinan dan pengangguran di wilayah perkotaan
dengan menghormati, melindungi hak-hak dasar masyarakat miskin yang
meliputi hak atas pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, tanah, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, rasa aman serta hak
untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik.
5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
percepatan pembangunan infrastruktur ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan dan mempercepat perbaikan dan
I
perluasan kapasitas infrastruktur kota. Percepatan pembangunan infrastruktur
difokuskan pada upaya untuk meningkatkan dan mempercepat perbaikan
infrastruktur yang rusak, terutama infrastruktur ekonomi strategis yang
mampu menunjang pertumbuhan perekonomian kota, serta infrastruktur untuk
melayani masyarakat miskin. Pembangunan sarana dan prasarana kota juga
diharapkan mampu mendorong pengembangan kawasan distribusi dan
mengurangi ketimpangan antar wilayah kota.
6. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi
lingkungan hidup ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah menciptakan
keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup.
V | 6
Tujuan fungsionalnya adalah untuk menciptakan keseimbangan antara
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas
dan fungsi lingkungan hidup, mencengah terjadinya atau berlanjutnya
pencemaran lingkungan melalui media air, udara maupun tanah, serta
mendorong pengembangan industri kecil, menengah dan besar yang ramah
lingkungan.
7. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak
azasi manusia ;
Melalui misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah peningkatan upaya
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta
pencegahan tindak kriminal.
Tujuan fungsionalnya adalah meningkatkan peran serta masyarakat untuk
mencegah kriminalitas dan gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan
masing-masing, meningkatkan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan serta peredaran narkoba, dan juga mendorong peningkatan
perlindungan dan pengayoman masyarakat.
I
8. Mewujudkan revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah
melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik. Melalui
misi ini tujuan yang hendak diwujudkan adalah memantapkan pelaksanaan
otonomi daerah dan memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi.
Tujuan fungsionalnya adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan otonomi
daerah yang mampu mensejahterakan rakyat dan membangun transparansi,
akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan kinerja pelayanan
publik birokrasi pemerintah yang didukung oleh profesionalisme aparatur
guna mewujudkan peningkatan kinerja birokasi berbasis kompetensi.
V | 7
4.3. Strategi
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota
Probolinggo dilaksanakan melalui strategi untuk menjadikan Kota yang mampu
memanfatkan seoptimal mungkin sumberdaya yang dimiliki dalam rangka
mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo yang sejahtera seutuhnya, mandiri
dalam segala bidang kehidupan serta memiliki keunggulan daya saing
(comparative advantage). Hal ini mengingat bahwa Kota Probolinggo memiliki
wilayah yang relatif tidak terlalu luas. Namun demikian pada kenyataannya Kota
Probolinggo mempunyai potensi yang luar biasa.
Salah satu potensi yang cukup memberikan arti bagi keberadaan Kota
Probolinggo adalah ciri kota Bayuangga. Dimana pengembangan potensi angin
sebagai salah satu sumber energi dan mangga serta anggur sebagai potensi
produk unggulan yang bisa diangkat secara nasional bahkan internasional.
Potensi tersebut cukup mampu menjadikan Kota Probolinggo sebagai kota yang
mandiri jika kita semua mampu mengolah, mengelola dan membudidayakannya
secara optimal.
Untuk itu diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan, termasuk didalamnya adalah
keterlibatan perempuan dan berbagai stakeholder lainnya. Tidak bisa
dilupakan juga adalah peran serta sektor swasta, baik melalui investasi maupun
melalui peran-peran dalam bentuk lain. Dengan begitu pembangunan dapat
dipacu secara lebih
I
optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih mandiri dan
berdaya saing.
Pada sisi lain hubungan kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus terjalin lebih erat dan lebih baik. Hal ini
agar memungkinkan terjadinya harmonisasi perumusan kebijakan pembangunan
V | 8
daerah, yang ditunjang oleh tumbuh dan berkembangnya jalinan kerjasama
antara Pemerintah Daerah, Sektor Swasta dan Masyarakat
Namun demikian arah proses pembangunan harus tetap terjaga
kesinambungannya. Hal ini kita lakukan agar visi Kota Probolinggo dapat
tercapai sesuai dengan rencana. Dalam sistem yang baru, tahapan perencanaan
pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni (1) penyusunan rencana;
penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi
pelaksanaan rencana. Untuk itulah perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan harus disertai dengan monitoring dan evaluasi. Keempatnya
saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan
kepada yang lainnya. Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada
artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan
berjalan lancar jika tidak didasarkan kepada perencanaan yang baik.
V | 1
BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA PROBOLINGGO
5.1 Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Berdasarkan misi pembangunan daerah jangka panjang yang telah
ditetapkan, maka dapat dirumuskan tujuan dan sasaran pokok serta indikator
target pencapaian pada akhir tahun 2025 mendatang. Tujuan pokok dijabarkan
sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, dan sasaran pokok merupakan
langkah yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai
tolak ukur pencapaian sasaran, disusunlah indikator pencapaian kinerja
pembangunan jangka panjang. Secara rinci rumusan tujuan dan sasaran
tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Tabel 5.1 Misi, Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang Kota
Probolinggo Tahun 2005-2025 Misi Pembangunan Jangka
Panjang Tujuan Pembangunan
Jangka Panjang Sasaran Pokok
Pembangunan Jangka Panjang
1. Membangun citra kota Indaditasi (Industri, Perdagangan,
Pendidikan dan Transportasi), dan membudayakan motto Kota Bestari (Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi dan Indah
1.1 Memantapkan citra kota industri, perdagangan,
pendidikan dan transportasi
Meningkatnya kegiatan industri, perdagangan dan transportasi Meningkatnya
kualitas pembangunan pendidikan Meningkatkan daya saing serta kemandirian sumberdaya manusia
1.2 Mewujudkan kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah
Terwujudnya kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah
2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
2.1 Meningkatkan upaya penghayatan dan peng amalan nilai-nilai agama dalam
Terciptanya pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat
V | 2
agama dan harmo- nisasi antar kelompok masyarakat
kehidupan bermasyarakat
Meningkatnya masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur
2.2 Memantapkan harmoninasi hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat
Terwujudnya hubungan yang harmoni dalam kehidupan antar kelompok masyarakat
3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan
3.1 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Meningkatnya pola hidup sehat masyarakat Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan
3.2 Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau
Terwujudnya peningkatan
kualitas serta fungsi pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
terutama penduduk miskin, melalui puskesmas dan rumah sakit. Terjaminnya ketersedia an, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan ketenagakerjaan, memacu usahaan
iklim dan kewira-
Meningkatkan upaya dan efektifitas penanggulangan kemiskinan
Terwujudnya keberdayaan masyarakat miskin dalam mengakses sumber daya produktif dan pelayanan dasar
Mewujudkan perluasan dan penciptaan lapangan kerja
Terciptanya perluasan lapangan kerja disektor informal maupun formal Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga
V | 3
kerja
Mewujudkan iklim kewirasaan yang sehat guna menunjang pertumbuhan perekonomi an kota
Terwujudnya iklim investasi yang kondusif Berkembangnya kegiatan kewirausahaan, koperasi dan terwujudnya keunggulan kompetitif UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi berkualitas percepatan
pembangunan struktur
yang dan
infra
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Terwujudnya peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah
Meningkatkan dan mempercepat perbaikan dan perluasan kapasitas infrastruktur kota
Terwujudnya pemenuhan dan pemerataan penyediaan infrastruktur kota
Meningkatkan ketahanan pangan yang berkualitas dan berkelanjutan
Terwujudnya pemenuhan ketahanan pangan yang berkualitas dengan mempertahankan dan memanfaatkan lahan serta mengolah potensi lokal
6. Mewujudkan optimali- sasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup
Menciptakan keseimbangan antara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaan kualitas dan fungsi lingkungan hidup.
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan menurunnya tingkat kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, air, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
7. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak azasi
Peningkatan upaya pemeliharaan ketentraman dan
Terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai di
V | 4
manusia ketertiban masyarakat
serta pencegahan tindak kriminal.
masyarakat.
8. Mewujudkan revitali- sasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik
Memantapkan pelaksanaan
otonomi daerah
Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima
Memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi
Terwujudnya birokrasi yang efisien, kreatif, inovatif, dan bertanggungjawab serta profesional untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, sasaran pokok disusun pada tiap butir misi
pembanguan jangka panjang daerah. Tahap berikutnya adalah perumusan
indikator kinerja yang menjelaskan target pencapaian sasaran pokok dimaksud
selama 20 (dua puluh) tahun. Perumusan indikator kinerja RPJPD Kota
Probolinggo Tahun 2005 – 2025 dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.2
- Perumusan Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja Pembanguan Jangka
Panjang Daerah Kota Probolinggo Tahun 2005 – 2025
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Pembangunan
Indikator Pencapaian
1. Membangun citra kota
Indaditasi (Perdagangan, Pendidikan Transportasi), membudayakan motto
Industri,
dan dan
Bersih, Aman,
Meningkatnya kegiatan industri, perdagangan dan transportasi
• Meningkatnya produktivitas dan daya saing produk industri kecil dan menengah
• Berkembangannya ekspor yang dilihat dari segi volume dan nilai ekspor produk-produk
V | 5
Kota Bestari (Sehat, Tertib, Rapi dan Indah
unggulan daerah • Terpenuhinya fasilitas
jasa pelayanan transportasi yang memenuhi kebutuhan
Meningkatnya kualitas pembangunan pendidikan
• Meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan
• Terpenuhinya keter- sediaan sarana dan prasarana pendidikan
• Meningkatnya jumlah rata-rata lamanya penduduk bersekolah
• Meningkatnya mutu kelulusan siswa
Terwujudnya kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah
• Tereciptanya kota yang terbebas dari masalah sampah
• Terwujudnya lingkungan permukiman kota yang sehat dan indah
• Terpeliharanya ketenteraman dan ketertiban kota
2. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dan harmo- nisasi antar kelompok
Terciptanya pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat
Meningkatnya kualitas
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasya- rakat
masyarakat Meningkatnya masyarakat yang beriman dan bertakwa serta berbudi luhur
Terwujudnya hubungan yang harmoni dalam kehidupan antar kelompok masyarakat
• Terjalinnya kesetia- kawanan sosial masyarakat
• Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan mematuhi norma budaya dan kearifan
V | 6
lokal
3. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas serta kualitas kesehatan
Meningkatnya pola hidup sehat masyarakat
• Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
• Meningkatnya jumlah keluarga yang melaksanakan PHBS
Meningkatnya kesehatan ling
kualitas kungan
• Meningkatnya kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
• Optimalnya upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
dan wabah • Meningkatkan
kesadaran masyaa Terwujudnya peningkatan serta fungsi kesehatan masyarakat, penduduk melalui puske rumah sakit.
kualitas pelayanan bagi terutama miskin, smas dan
• Terpenuhinya cakupan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
• Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin
• Terlayaninya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Rumah Sakit
Terjaminnya ketersedia an, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
• Terpenuhinya standar mutu, ketersediaan dan pemerataan obat di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
• Terpenuhinya peralatan Medis Rumah Sakit
Peningkatan Pelayanan di Rumah Sakit
Peningkatan Jenis dan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
4. Mewujudkan penanggulangan kemiskinan, perbaikan
Terwujudnya keberdayaan masyarakat
miskin dalam
• Tersedianya sumber daya produktif yang dapat diakses mesyarakat miskin
V | 7
iklim ketenagakerjaan, dan memacu kewira- usahaan
mengakses sumber daya produktif dan pelayanan dasar
• Terpenuhinya kebutuhan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin
• Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran
Terciptanya perluasan lapangan kerja disektor informal maupun formal
Terwujudnya perluasan kesempatan kerja diberbagai bidang usaha bagi pencari kerja
Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja
• Terpenuhinya jumlah tenaga kerja yang memenuhi ketentuan standar kompetensi kerja
• Terpenuhinya jumlah tenaga kerja yang mendapatkan sertifikasi kompetensi kerja
Terwujudnya iklim investasi yang kondusif
• Meningkatnya jumlah dan nilai investasi pembangunan daerah
• Meningkatnya daya tarik investasi dalam bentuk jumlah pelaku investasi pembangunan di daerah
5. Mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan percepatan pembangunan infra struktur
Berkembangnya kegiatan kewirausahaan, koperasi dan terwujudnya keunggulan kompetitif UMKM
• Terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi UKM
• Meningkatnya persentase
jumlah investasi UKM
• Meningkatnya jumlah koperasi mandiri
• Meningkatnya produktivitas dan daya saing UKM
• Berkembangnya sistem pendukung usaha bagi UKM
V | 8
Terwujudnya pemenuhan dan pemerataan penyediaan infrastruktur kota
Terpenuhinya tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan infrastruktur kota
6. Mewujudkan optimali- sasi pengelolaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan menurunnya tingkat kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, air, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat
• Menurunnya tingkat pencemaran lingkungan
hidup perkotaan • Meningkatnya
efektivitas upaya perlindungan dan konservasi sumber daya alam
• Terpenuhinya standar kinerja pengelolaan persampahan kota
• Terpenuhinya standar kinerja pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
7. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban, supremasi hukum dan hak azasi manusia
Terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai di masyarakat.
• Menurunnya tingkat gangguan terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan
• Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat
• Terwujudnya kerukunan dan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
• Terwujudnya supremasi hukum
dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
8. Mewujudkan revitali- sasi proses desentralisasi dan
Terwujudnya pelayanan publik yang
• Meningkatnya keperca- yaan publik
V | 9
otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik
sesuai dengan standar pelayanan
publik yang prima
terhadap kinerja pelayanan publik pemerintah daerah
• Terpenuhinya keinginan dan harapan masyara- kat untuk mendapatkan pelayanan prima dari pemerintah daerah
Terwujudnya birokrasi yang efisien, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab serta profesional untuk menciptakan tata kelola
• Meningkatnya indeks efektivitas pemerintahan (IEP)
• Meningkatnya indeks persepsi korupsi (IPK)
• Meningkatnya indeks
pemerintahan yang baik
pelayanan publik Tercapainya opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara mantap
5.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan
Tahapan pembangunan jangka panjang merupakan penjabaran dari misi
dan sasaran pembangunan. Tahapann ini menunjukkan langkah-langkah per lima
tahunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Probolinggo. Tahapan
dan prioritas yang ditetapkan merupakan cerminan dari tingkat urgensi
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pengaturan waktu dan penyediaan
dana. Penekanan prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, namun tetap
berkesinambungan dari satu periode ke periode berikutnya dalam rangka
mencapai sasaran pokok dan perwujudan misi pembangunan jangka panjang
daerah. Dengan periodesasi lima tahunan maka dalam jangka waktu sampai
dengan tahun 2025 mendatang terdapat 4 (empat) tahapan pembangunan yang
harus disusun oleh Pemerintah Kota Probolinggo.
V | 10
Uraian secara rinci mengenai pentahapan periodesasi kebijakan
pembangunan daerah Kota Probolinggo sampai dengan tahun 2025 dapat
disampaikan melalui tabel berikut
Tabel 5.3
Tahapan Kebijakan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Probolinggo Tahun 2005 – 2025
No Sasaran Pokok Kondisi Awal Kinerja
Pembangunan
Tahapan Kebijakan Prioritas Pembangunan
2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
1 2 3 4 5 6 7 1 1.1 Meningkatnya
kegiatan industri, perdagangan dan transportasi
1. Belum optimalnya produktivitas dan daya saing produk industri kecil dan menengah
2. Belum optimalnya perkembangan ekspor baik dari segi volume maupun nilai ekspor produk-produk unggulan daerah
3. Terbatasnya fasilitas jasa
pelayanan transportasi yang mendukung terwujud- nya citra kota Indaditasi
1. Meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri kecil dan menengah
2. Meningkatkan kualitas produk-produk unggulan daerah guna merealisasikan terwujudnya peluang ekspor
3. Meningkatkan akses jasa pelayanan trensportasi guna mendukung terwujudnya citra kota Indaditasi
1.
2.
3.
Menciptakan kondisi yang mendukung percepatan peningkatan produktivitas dan daya saing industri kecil dan menengah
Meningkatkan volume dan nilai ekspor produkproduk unggulan daerah
Mengembang- kan akses jasa pelayanan trensportasi guna mendukung terwujudnya citra kota Indaditasi
1. Memantapkan kelembagaan pendukung peningkatan produktivitas dan daya saing produk industri kecil dan menengah
2. Mempertahan-kan dan mengembangkan capaian ekspor produk-produk unggul an daerah baik dari segi nilai maupun volume ekspor
3. Memantapkan akses jasa pelayanan trensportasi guna mendukung terwujudnya citra kota Indaditasi
1. Mengembang kan kerjasama dan jejaring guna perkuatan daya saing produk industri kecil dan menengah
2. Akselerasi pengembang an ekspor produkproduk unggulan daerah guna meningkatkan daya saing dan keunggulan daerah
3. Mewujudkan profesionalisme penyediaan fasilitas jasapelayanan ransportasi yang mendukung terwujudnya citra kota Indaditas
5.3 | 1
1.2 Meningkatnya kualitas pembangunan pendidikan 1. Masih perlu ditingkatkannya
kesadar-an masyarakat akan arti pentingnya pendidikan
1. Peningkatan kesa-daran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan anak sejak usia dini
1. Melanjutkan dan memantapkan kebijakan pembangunan
1. Melanjutkan, memantapkan dan mengembang kan kebijakan
1. Memantapkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang
2. Belum terpe nuhinya ketersediaan sarana dan prasarana pendi dikan sesuai standar
3. Mesih rendahnya jumlah rata-rata lamanya penduduk bersekolah sesuai standar Indeks Pembangunan Manusia
4. Perlu ditingkatkan nya mutu kelulusan siswa guna meme nuhi standar mutu kelulusan siswa
2. Peningkatan angka partisipasi sekolah tingkat pendidikan dasar dan penurunan angka putus sekolah tingkat pendidikan dasar
3. Pemenuhan keter sediaan sarana dan prasarana pendi dikan dasar
4. Peningkatan upaya untuk memenuhi standar mutu kelulusan siswa
pendidikan tahap sebelumnya dalam rangka meningkatkan indeks pembangunan manusia bidang pendidikan
2. Peningkatan angka partisipasi sekolah tingkat pendidikan menengah
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan
pembangunan tahap sebelumnya dalam rangka akselerasi peningkatan indeks pembangunan manusia bidang pendidikan
2. Mengembang kan kebijakan pembangunan pendidikan berbasis peran serta masyarakat dan swasta
berkualitas di semua jenjang pendidikan
5.3 | 2
1.3 Terwujudnya kota yang bersih, sehat, tertib, aman dan indah
1. Belum optimalnya upaya untuk mewujudkan kota yang benar-benar terbebas dari
masalah sampah
2. Belum optimalnya upaya untuk mewujudkan kondisi lingkungan permuki man kota yang tertib, sehat dan indah
1. Optimalisasi upaya penanganan sampah kota
2. Peningkatan peranserta masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah kota
3. Peningkatan upaya untuk mewujudkan kondisi lingkungan permukiman kota yang tertib, sehat dan indah
1. Pemantapan manajemen pengelolaan sampah kota
2. Peningkatan dan pemantapan peran serta masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah kota
3.Peningkatan peran serta lintas sektor untuk mewujudkan kondisi lingkung an permukiman kota yang tertib, sehat dan indah
1. Pelembagaan peranserta para pemangku kepentingan dalam penanganan dan pengelolaan persampahan dan berbagai upaya dalam mewujud kan kota Bestari
1. Memantapkan upaya pelem bagaan peranserta para pemangku kepentingan dalam penanganan dan pengelolaan per sampahan dan berbagai upaya dalam mewujud kan kota Bestari
2 2.1 Terciptanya pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat
1. Perlunya upaya secara terus menerus untuk
1. Meningkatkan kese jahteraan rakyat melalui peningkatan
1. Melanjutkan upaya meningkatkan
kesejahteraan rak yat
1. Memantapkan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
1. Memantapkan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
meningkatnya kualitas pemahaman, penghayat an dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasya- rakat
kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
2. Peningkatan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat
melalui pening katan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
2. Memantapkan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung pening katan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok
melalui peningkatan kualitas pelayan an dan pema haman agama serta kehidupan beragama
2. Memantapkan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masy.
melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama
2. Memantapkan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masy.
5.3 | 3
masyarakat 2.2 Terwujudnya
hubungan yang harmoni dalam kehidupan antar kelompok masyarakat
1. Belum jalinan k
kawanan masyarakat
2. Pelunya peningkatan kesadaran masyarakat memelihara mematuhi budaya dan ke
optimalnya
esetiasosial
upaya
untuk dan norma arifan
1. Menumbuhkan kepedulian rasa kesetiakawanan sosial
dan pem berdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
1. Memelihara rasa kesetiakawanan sosial untuk meningkatkan derajat kesejahteraan sosial masyarakat
1. Terus memeli hara rasa kesetia kawan an sosial untuk meningkatkan derajat kesejah teraan sosial masyarakat
1. Memantapkan terpeliharanya rasa kesetia kawanan sosial untuk mening katkan derajat kesejahteraan sosial masyarakat
1. Membangun masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai realitas multikultural dan memahami makna kemajemukan sosial
2. Membangun suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama.
1. Melanjutkan kebijakan tahap sebelumnya dalam rangka lebih memperkokoh hubungan yang harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
1. Melanjutkan dan
memantapkan pelaksanaan kebijakan tahap sebelumnya guna lebih memperkokoh hubungan yang harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
1. Melanjutkan dan memantapkan pelaksanaan kebijakan tahap sebelumnya guna lebih memperkokoh hubungan yang harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
5.3 | 4
3 3.1 Meningkatnya pola hidup sehat masyarakat
1. Perlunya upaya terus meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat
2. Belum optimalnya jumlah keluarga yang melaksanakan pola hidup bersih dan sehat
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dengan mengatasi berba gai keterbatasan masyarakat dalam hal aksesibilitas terha dap faktor-faktor yang mempenga rahui pola hidup bersih dan sehat
2. Meningkatkan upayaupaya promosi kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat
1. Melanjutkan kebijakan tahap sebelumnya dengan fokus peningkatan dan pengembangan upaya-upaya berbasis pemberdayaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
1. Melanjutkan kebijakan tahap sebelumnya dengan fokus peningkatan , pengembangan dan pemantapan upayaupaya berbasis pemberdayaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
1. Melanjutkan kebijakan tahap sebelumnya dengan fokus peningkata, pengembangan dan pemantapan upayaupaya berbasis pemberdayaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
3.2 Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan
1. Belum optimalnya kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
2. Belum optimalnya upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan wabah
1. Pengembangan lingkungan sehat guna mewujud kan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
2. Sinkronisasi program peningkatan kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
3. Penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit menular dan tidak menular serta angka penyakit potensial wabah
1. Pengembangan lingkungan sehat
berbasis pemberdayaan masyarakat guna mewujud kan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
2. Melanjutkan upaya
berkesinambungan dalam rangka penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit menular dan tidak menular serta angka penyakit potensial wabah
1. Melanjutkan kebijakan pengembangan lingkungan sehat
berbasis pemberdayaan masyarakat guna mewujud kan peningkat an kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
2. Memantapkan upaya penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan yang disebab kan oleh penyakit menular dan tidak menular serta angka penyakit potensial wabah
1. Memantapkan pelaksanaan kebijakan pengembangan lingkungan sehat berbasis pemberdayaan masyarakat guna mewujud kan peningkatan kualitas sanitasi lingkungan masyarakat
2. Pelembagaan upaya pemantapan penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit menular dan tidak menular serta angka penyakit potensial wabah
5.3 | 5
3.3 Terwujudnya peningkatan kualitas serta fungsi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama penduduk miskin, melalui puskesmas dan rumah sakit.
1. Belum sepenuhnya terpenuhi standar cakupan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
2. Belum optimalnya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin
3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
1. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas dan
jaringannya
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Rumah Sakit dan Puskesmas
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayana kesehatan bagi masyarakat
miskin
1. Peningkatan aksesibilitas masyarakat khususnya masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di Rumah Sakit dan Puskesmas dan jaringannya
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Rumah Sakit dan Puskesmas
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayana kesehatan bagi masyarakat miskin
1. Peningkatan dan perluasan aksesibilitas masyarakat khususnya masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di Rumah Sakit dan Puskes mas dan jaringannya.
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Rumah Sakit dan Puskesmas
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayana kesehatan bagi masyarakat miskin
1. Melanjutkan upaya peningkatan dan perluasan aksesibilitas masyarakat khususnya masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di Rumah Sakit dan Puskesmas dan jaringannya
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Rumah Sakit dan Puskesmas
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayana kesehatan bagi masyarakat miskin
3.4 Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
1. Belum optimalnya u-paya pemenuhan terhadap standar mutu, ketersediaan dan pemerataan obat di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
2. Belum terpenuhinya peralatan medis di Rumah Sakit
1. Optimalisasi upaya pemenuhan terhadap
standar mutu, ketersediaan dan
pemerataan obat di Rumah Sakit,
Puskesmas dan jaringannya
2. Pemenuhan standart peralatan medis di
1. Melanjutkan kebijakan optmalisasi upaya pemenuhan terhadap standar mutu, ketersediaan dan pemerataan obat di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya.
2. Pemenuhan standart peralatan medis di
1. Melanjutkan kebijakan optmalisasi upaya peme nuhan mengi kuti perkem bangan standar mutu, keterse diaan dan pemera taan obat di Rumah Sakit,
Puskes mas dan jaringannya
2. Pemenuhan standart
1. Melanjutkan kebijakan optmalisasi upaya pemenuhan mengi kuti perkembangan standar mutu, keterse diaan dan pemerataan obat di Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya
5.3 | 6
3. Belum sesuai luasan standart luas tempat pelayanan Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit
3. Rencana Perluasan luasan Rumah Sakit sesuai Standart Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit
3. Pemenuhan Luasan Tanah,
pembangunan/Relokasi sesuai standart Rumah Sakit Kelas B
peralatan medis di Rumah Sakit
3. Pemenuhan Luasan Tanah, pembangunan/Relok asi sesuai standart Rumah Sakit Kelas B
2. Pemenuhan standart peralatan medis di Rumah Sakit
3. Pemenuhan Luasan Tanah,
pembangunan/Relok asi sesuai standart Rumah Sakit Kelas B
4 4.1 Terwujudnya keberdayaan masyarakat miskin dalam mengakses sumber daya produktif dan pelayanan dasar
1. Belum sepenuhnya tersedia sumber daya produktif yang dapat dan mudah diakses mesyarakat, utamanya masyarakat miskin
2. Belum optimalnya upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin
1. Peningkatan derajat ketahanan dan keberdayaan keluarga khusus nya keluarga miskin di bidang ekonomi keluarga
2. Peningkatan keberdayaan dan pengembangan lembaga ekonomi masyarakat
3. Optimalisasi upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar
bagi masyarakat miskin
1. Pemberdayaan masyarakat miskin untuk mampu meng akses lembaga ekonomi produk tif
2. Mempermudah akses pembentukan lembaga ekonomi produktif
3. Memperluas akses masyarakat miskin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar
1. Meningkatkan jumlah dan memantapkan lembaga ekonomi produktif yang profesional
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dasar yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat miskin
1. Menjamin aksesibilitas masyarakat miskin terhadap sumber daya produktif secara maksimal
2. Menjamin aksesibilitas masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan dasar yang berkualitas
4.2 Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja
1. Belum dapat terpenuhinya jumlah tenaga kerja yang memenuhi keten-tuan standar kompetensi kerja
1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja sesuai tuntan standar kerja
1. Terus memenuhi tuntutan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
1. Melanjutkan peme nuhan tuntutan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
5.3 | 7
2. Belum dapat terpenuhinya jumlah tenaga kerja yang mendapatkan sertifikasi kompetensi kerja
1. Meningkatkan usahausaha pe-latihan untuk mem-bangun kewirausahaan masy
2. Mengadakan pengawasan norma K3, pembinaan hubungan industrial dan syarat kerja untuk meningkat kan motivasi kerja dan kesejahteraan pekerja
2. Mendorong sektor swasta untuk aktif meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, mewujudkan norma hubungan industrial dan meningkakan kesejahteraan tenaga kerja
2. Memantapkan peran sebagai regulator untuk mendorong sektor swasta untuk aktif meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, mewujudkan norma hubungan industrial dan meningkakan kesejahteraan tenaga kerja
2. Melanjutkan ke bijakan memantapkan peran pemerintah daerah sbg regulator untuk mendorong sektor swasta untuk aktif meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, mewujudkan norma hubungan industrial dan meningkaTkan kesejahteraan tenaga kerja
4.4 Terwujudnya iklim investasi yang kondusif
1. Belum optimalnya jumlah dan nilai investasi pembangunan daerah
2. Masih kurangnya daya tarik investasi dalam bentuk jumlah pelaku investasi pembangunan di daerah
1. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan daya tarik investasi pembangunan di daerah
2. Peningkatan kesem patan berusaha dan penciptaan peluang usaha baru yang mendorong tumbuh dan berkembang nya jumlah dan nilai investasi pembangunan drh
1. Terus memelihara iklim usaha yang kondusif guna mendorong akselerasi investasi pembangunan di daerah
2. Mengembang kan terus upaya membuka peluang usaha guna mendorong tumbuhnya investasi pembangunan daerah
1. Memelihara iklim usaha yang kondusif secara berkesi nambungan agar tetap terjaga kebijakan akselerasi investasi pembangunan daerah dan tetap terbukanya peluang berusaha untuk tumbuhnya investasi baru
1. Mempertahan kan kondisi iklim usaha yang kondusif secara berkesi nambungan agar tetap terjaga kebijakan akselerasi investasi pembangunan daerah dan tetap terbukanya peluang berusaha untuk tumbuhnya investasi baru
5.3 | 8
5 5.1 Berkembangnya kegiatan kewirausahaan dan terwujudnya keunggulan kompetitif UKM
1. Belum terwujudnya iklim usaha yang benar-benar kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM sehingga berpengaruh pada belum optimalnya persentase peningkatan jumlah
1. Pengembangan dan penguatan UKM untuk memberikan kontribusi terha
dap pertumbuhan ekonomi, pencip taan lapangan kerja dan peningkatan daya saing daerah
1. Pengembangan dan penguatan UKM untuk memberikan kontribusi terha dap pertumbuhan ekonomi, pencip taan lapangan kerja dan peningkatan daya saing daerah
1. Menjaga kondisi terus tumbuh berkembang nya kemandirian UKM sehingga memberikan kontribusi yang semakin besar terha dap pertumbuhan ekonomi, pencip taan
1. Menjaga kondisi terus tumbuh berkembangnya
kemandirian UKM sehingga memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap pertum buhan ekonomi,
investasi UKM, sereta rendahnya produktivitas dan daya saing UKM.
2. Belum berkembangnya sistem pendukung usaha bagi UKM yang berdampak pada tingkat berkembangnya UKM
2. Penguatan dan peningkatan kualitas kelembagaan, SDM dan kemandirian UKM
2. Penguatan dan peningkatan kualitas kelembagaan, SDM dan kemandirian UKM
lapangan kerja dan peningkatan daya saing daerah
penciptaan lapangan kerja dan pening katan daya saing daerah
5,2 Terwujudnya pemenuhan dan pemerataan penyediaan infrastruktur kota
1. Belum mantapnya infra struktur kota yang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan investasi guna medorong percepatan pertumbuhan perekonomian kota
1. Membangun infrastruktur perekonomian kota sebagai bentuk insentif untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian kota
1. Memantapkan infrastruktur perekonomian kota untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian kota, dan mengantisipasi berkembangnya ekonomi agropolitan di kawasan sekitar kota
1. Memantapkan infrastruktur perekonomian kota untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian kota, dan meng antisipasi berkem bangnya ekonomi agropolitan di kawasan sekitar kota
1. Memantapkan infrastruktur perekonomian kota untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian kota, dan mengantisipasi berkembangnya ekonomi agropolitan di kawasan sekitar kota
5.3 | 9
6 6.1 Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan menurunnya tingkat kerusak- an dan/atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, air, maupun udara, sehingga masya rakat memper- oleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat
1. Tingkat pencemaran lingkungan hidup perkotaan yang belum sepenuhnya
dapat dikendalikan
2. Belum efektifnya upaya perlindungan dan konservasi
sumber daya alam
3. Belum terpenuhinya standar kinerja yang optimal dalam
pengelolaan persampahan kota
1. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengendalian pencemaran lingkungan hidup perkotaan serta mengefektifkan upaya perlindungan dan konservasi sumber daya alam
2. Optimalisasi kinerja
pengelolaan persampahan kota
1. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengendalian pencemaran lingkungan hidup perkotaan serta mengefektifkan upaya perlindungan dan konservasi sumber daya alam melalui pemberdayaan masyarakat
2. Optimalisasi kinerja
1. Melanjutkan kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat disertai upaya penguatan sistem penegakkan hukum lingkungan
2. Pemantapan kinerja pengelolaan persampahan kota dan pengelolaan
1. Melanjutkan kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat disertai upaya penguatan sistem penegakkan hukum lingkungan
2. Pemantapan kinerja pengelolaan persampahan kota dan pengelolaan
4. Belum terpenuhinya standar kinerja optimal dalam pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
3. Optimalisasi kinerja pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
pengelolaan persampahan
kota melalui pemberdayaan masyarakat
3. Optimalisasi kinerja pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut melalui pemberdayaan masyarakat
ekosistem pesisir dan laut berbasis pemberdayaan masyarakat
ekosistem pesisir dan laut berbasis pemberdayaan masyarakat
7. 7.1 Terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai di masyarakat.
1. Belum optimalnya upaya penurunan tingkat gangguan terhadap keamanan dan kenyamanan lingkungan
1. Penataan kelembagaan dan peningkatan profesionalisme Satuan Polisi
1. Pemantapan kelembagaan dan profesio- nalisme Satuan Polisi
Pamong Praja dan
1. Pemantapan kelembagaan
dan profesionalisme Satuan Polisi Pamong Praja dan
1. Pemantapan kelembagaan dan profesionalisme Satuan Polisi Pamong Praja dan
5.3 | 10
Pamong Praja dan AparatLinmas
Aparat Linmas Aparat Linmas Aparat Linmas
2. Belum opti
partisipasi masyarakat pemeliharaan keamanan, ketenteraman ketertiban masyarakat
3. Perlunya pemantapan kerukunan partisipasi masyarakat kehidupan bermasyara berbangsa bernegara
4. Perlunya penegakkan
malnya dalam
dan
dan dalam
kat, dan
2.Pengembangan sistem keamanan berbasis masyarakat dalam rangka pengembangan sistem deteksi dini ketentraman lingkungan
3.Memantapkan dasardasar kerukunan intra dan antar umat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju persatuan dan kesatuan bangsa.
4.Penegakkan supremasi hukum, pemba- ngunan
2. Peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menjaga ketentraman
dan ketertiban masyarakat
3. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju
persatuan dan kesatuan
bangsa.
4. Penegakkan
2. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat
3. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Penegakkan supremasi hukum, pemba- ngunan
2. Peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menjaga ketentraman
dan ketertiban masyarakat
3. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama, dilandasi nilai-nilai luhur agama untuk mencapai keharmonisan sosial menuju
persatuan dan kesatuan
bangsa.
4. Penegakkan
5.3 | 11
supremasi hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
budaya hukum dan pengembangan akses masya- rakat terhadap keadilan serta peningkatan upaya penghor- matan terhadap hak asasi manusia
supremasi hukum, pemba- ngunan budaya hukum dan pengembangan akses masya- rakat terhadap keadilan serta peningkatan upaya penghor- matan terhadap hak asasi manusia
budaya hukum dan pengembangan akses masya- rakat terhadap keadilan serta peningkatan upaya penghor- matan terhadap hak asasi manusia
supremasi hukum, pemba- ngunan budaya hukum dan pengembangan akses masya- rakat terhadap keadilan serta peningkatan upaya penghor- matan terhadap hak asasi manusia
8 8.1 Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan publik yang prima
1. Masih perlu terus ditumbuhkan kepercayaan publik terhadap kinerja pelayanan publik pemerintah daerah
2. Belum optimalnya upaya pemenuhan keinginan dan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang prima dari pemerintah daerah
1. Membangun kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap pemerintah melalui praktek terbaik dalam pemberian pelayanan publik
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik guna memenuhi keingin an dan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan prima
1. Melaksanakan reformasi pelayanan publik melalui penataan kelembagaan pelayanan, tata laksana pelayanan dan aparat pelaksana pelayanan publik
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta secara aktif meningkatkan kualitas pelayanan publik
1. Memantapkan reformasi pelayanan publik melalui penataan kelembagaan pelayanan, tata laksana pelayanan dan aparat pelaksana pelayanan publik
2. Mengembang kan partisipasi masyarakat untuk ikut serta secara aktif meningkatkan kualitas pelayanan
publik
1.Memantapkan upaya pengem bangan tata laksana pelayanan publik dan peningkatan profesionalisme aparat pelaksana pelayanan publik guna memenuhi tuntan keinginan dan harapan masy.
2.Mengembang kan partisipasi masyarakat untuk aktif ikut mening katkan kualitas pelayanan publik
8.2 Terwujudnya birokrasi yang efisien, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab serta profesional untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
1. Belum optimalnya usaha untuk meningkatkan capai an indeks efektivitas pemerintahan (IEP)
2. Belum optimalnya upaya peningkatan capaian indeks
persepsi korupsi (IPK)
3. Belum optimalnya
1. Melaksanakan reformasi birokrasi, yakni reformasi struktur kelembagaan pemerintah daerah, reformasi tatalaksana penyelanggaraan otonomi daerah dan
1. Mengoptimal- kan reformasi birokrasi, yakni reformasi kelem bagaan peme rintah daerah, reformasi tata aksana penye lenggaraan otonomi daerah
1. Memantapkan reformasi
birokrasi, yakni reformasi
kelembagaan pemerintah daerah,reformasi tatalaksana penyelanggaraa otonomi daerah dan
1.Memantapkan dan mengembang kan pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan pada periodesasi sebelumnya
12
reformasi aparatur guna meningkatkan kompetensi dan
dan reformasi aparatur guna meningkatkan
reformasi aparatur guna meningkatkan
5.3 | upaya meningkatkan capaian indeks pelayanan publik
4. Belum tercapainya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara mantap
profesionalisme aparatur dalam
pelaanan publik
kompetensi dan profesionalisme aparatur dlm pelayanan pblk
kompetensi dan profesionalisme aparatur dalam pelayanan publik
2. Meningkatkan upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerin tahan yang baik dengan mengede pankan upaya membangun transparansi , akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik
2.Memantapkan upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan ang baik, dengan membangun peran aktif domain swasta dan masyarakat dan tetap mempertahan- kan berkem bangnya prinsip transparansi dan akuntabi litas publik
2.Terus meman tapkan implementasi kebijakan mewjudkan tata
kelola pemerintahan yang baik guna mewujudkan otonomi daerah yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat
2.Terus meman tapkan implementasi kebijakan mewjudkan tata kelola pemerintahan yang baik guna mewujudkan otonomi daerah yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat
13
5.3 |
14