REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
(Studi Pada Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung)
(Skripsi)
Oleh :
FRENDY KURNIAWAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRACT
TRADITIONAL MARKET REVITALIZATION
(Study In Tani Traditional Market Of Bandarlampung City)
By
FRENDY KURNIAWAN
The Tani Traditional Market of Bandarlampung City was originally created from
an idea by the department of agriculture, who wanted to create a market
specifically for the local agriculture harvest and could be said to be one of the
largest agriculture market in Bandarlampung City. Tani Traditional Market plays
an important role in the people’s economy in Bandarlampung City. But like most
other traditional markets, Tani Traditional Market has many problems such as
dirty, irregular, and uncomfortable. These problems also show that the Tani
Traditional Market has declined in quality.
The purpose of this research is to describe the traditional market revitalization
program in Tani Traditional Market of Bandarlampung City and find out the
factors that inhibit it. The research method used is descriptive research type with
qualitative approach. The location of this research is in Pasar Tapis Berseri
Regional Company of Bandarlampung City and Tani Traditional Market of
Bandarlampung City. Collecting data method used are interview, observation, and
documentation.
The conclusion of this study is this program has been implemented quite well.
This can be seen in the physical intervention stage. The market buildings has been
built to be magnificent, market floor that has been tiled, and permanent roof. At
the stage of economic rehabilitation, it is still not good because after
revitalization, some traders have no increase in income. At the stage of social
engineering / institutional development it has been done well. The market is
cleaner and safer. The implementation of the traditional market revitalization
program has inhibiting factors such as the available market area is not enough to
accommodate all traders. Besides that the size of the road around the market is not
wide enough and does not surround the entire market side.
Keywords: Revitalization, Traditional Market
ABSTRAK
REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
(Studi Pada Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung)
Oleh
FRENDY KURNIAWAN
Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung terbentuk bermula dari gagasan Dinas
Pertanian yang ingin mendirikan pasar khusus untuk hasil pertanian di wilayah
setempat dan saat ini bisa dikatakan sebagai salah satu pasar pertanian terbesar di
Kota Bandarlampung. Pasar Rakyat Tani memainkan peranan penting dalam
perekonomian masyarakat di Kota Bandarlampung. Namun seperti kebanyakan
pasar tradisional lainnya, Pasar Rakyat Tani memiliki banyak masalah seperti
kotor, tidak teratur, dan tidak nyaman. Berbagai masalah tersebut juga
menunjukkan bahwa Pasar Rakyat Tani kualitasnya telah menurun.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan program revitalisasi pasar
tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung serta mengetahui faktor-
faktor yang menghambatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini berada di
Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri Kota Bandarlampung dan Pasar Rakyat
Tani Kota Bandarlampung. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:
observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah program ini sudah dilaksanakan dengan
cukup baik. Hal ini terlihat pada tahap intervensi fisik, gedung pasar sudah
dibagun menjadi megah, lantai pasar yang sudah dikeramik, dan atap yang
permanen. Pada tahap rehabilitasi ekonomi masih kurang baik karena setelah
dilakukan revitalisasi, beberapa pedagang tidak mengalami peningkatan
pendapatan. Pada tahapan rekayasa sosial/pengembangan institusional sudah
dilakukakan dengan baik. Pasar sudah lebih bersih dan aman. Pelaksanaan
revitalisasi Pasar Rakyat Tani terdapat faktor yang menghambat seperti luas lahan
pasar yang tersedia tidak cukup untuk menampung semua pedagang. Selain itu
ukuran jalan di sekitar pasar tidak cukup lebar dan tidak mengelilingi seluruh sisi
pasar.
Kata Kunci : Revitalisasi, Pasar Tradisional
REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
(Studi Pada Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung)
Oleh
Frendy Kurniawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI PUBLIK
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Frendy Kurniawan, terlahir di
keluarga yang sederhana sebagai anak kedua dari
pasangan Almarhum Bapak Tugimin dan Almarhumah Ibu
Nur Betty. Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Juni 1993 di
Kabupaten Pringsewu. Pendidikan yang ditempuh oleh
penulis dimulai pada tahun 1999 dari Sekolah Dasar (SD)
di SD Negeri 2 Sinar Mulya kemudian pada tahun 2001 pindah ke SD Negeri 3
Banyumas. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri 1 Banyumas Kabupaten Pringsewu, yang diselesaikan pada
tahun 2008, dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 1 Kabupaten Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, melalui jalur
SNMPTN. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan KKN di Desa Banding,
Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan selama 40 hari. Selama
menimba ilmu di Kampus Hijau penulis tercatat aktif dalam organisasi
kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA)
dan FSPI.
MOTTO
Seorang pedagang yang melakukan pendekatan bisnis dengan ide
melayani publik dengan baik tidak perlu takut menghadapi persaingan.
(James Cash Penney)
Di era persaingan global jika pasar tradisional ingin tetap bertahan
maka harus melakukan perubahan dan dikelola dengan semangat
inovasi serta terobosan kreatif untuk menghadapi berbagai tantangan.
(Frendy Kurniawan)
PERSEMBAHAAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk mereka yang menyayangiku:
Almarhumah Ibu dan Almarhum Bapak Tercinta
Bibi dan Paman Tersayang
Selalu berjuang dalam usaha serta doa yang tulus dan mendukung segala
aktivitasku, semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak mampu aku
gantikan dengan apapun.
Untuk sepupu-sepupuku, semua saudaraku, teman teman, dosen dan guruku,
serta almamater tercinta yang telah mendukung selama ini hingga penyusunan
karya ini.
SANWACANA
Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi pada Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik di Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara.
3. Ibu Devi Yulianti, S.A.N., M.A selaku dosen pembimbing utama. Terima
kasih banyak atas saran, masukan, motivasi dan bimbingannya yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf atas
semua kesalahan yang dilakukan penulis selama mengikuti proses bimbingan
skripsi.
4. Ibu Intan Fitri Meutia, M.A., Ph.D. selaku dosen pembahas. Terima kasih ibu
atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Dedy Hermawan S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis. Terima kasih untuk saran, motivasi, kesabarannya dan ilmu
bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis sehingga memotivasi penulis
untuk menjadi lebih baik dalam mencapai kesuksesan.
6. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terima kasih atas segala ilmu yang
telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal
yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.
7. Pak Azhari dan Pak Jauhari selaku staf Jurusan Ilmu Administrasi Publik
yang selalu membantu dalam hal administratif. Terimakasih atas kesabaran
dan kesediaannya selama ini.
8. Pihak Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri Kota Bandarlampung maupun
Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung yang telah memberikan izin
melakukan penelitian serta meminta data yang dibutuhkan peneliti, terima
kasih atas kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Almarhum
Bapak dan almarhumah Ibu yang tak pernah lelah memberikan doa,
semangat, motivasi dan kerja kerasnya untuk membiayai anaknya agar
menjadi lebih baik. Terima kasih atas didikan yang telah kalian berikan
selama ini.
10. Semua sepupu dan saudaraku, terima kasih atas kasih sayang dan semangat
yang selalu di berikan untukku sehingga bisa mencapai gelar S.AP.
11. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku sewaktu di SD, SMP, maupun SMA
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa pendidikan penulis tidak
akan bisa mendapatkan cerita dan ilmu yang menghantarkan penulis sampai
sekarang ini.
12. Saudara terdekat di dunia kampus Angkatan 2011 (Antimapia) Filardis
Akbar, Dede Irawan, Ekky Ananda, Febby Ardiantika P, Pebie Putri,
Aisyiyah Atamimi, Ratu Ratna Juwita, Novia Rosdiani, Ludfiana Dwi
Kosari, Alisa, M. Risky Satria, M. Rosyid, Farrah Mardatila, Dannisa Inna
Putrisia, Renita Kirana, Novilia, Rano Kurniawan, Toto Sudiyanto, Novi
Nurkholis, Sigit Prasetyo, Wahyu Wahedi P, A. Panggo Wahyu P, Suci
Aprodity, Amanda Ramadani, Fitri, Mut Mulyani, Fatma, Miftayuni R, Juzna
Septia, Leli Juwiyah, Kiki Yoa Gunevi, Fredy Anggara, M. Deni Kurniawan,
Devin Yusef, David M, Widiantara, M. Ikhsan, M. Trio Handie, Martina
Bulan, Istiyana, Destriana Risky, Nisa Aprilia, Wulan Agesta, Ninda Agistia,
Farah Anisa, Raras Efriyanti Putri, Andri Misna Aprilia, Cindy Celia
Rakasiwi, Laras Ayuning Putri, Ade, Iid Apriliani, Rinanda Adi Saputra, M.
Zachika Ericko, Rendy Pratama Putra, Nindia Pratiwi, Maria Nori Kristiani,
M. Ibnu, Deo Wiranto, Eka, Seza Karlina, Kartika Wulandari, Astri Korpri
Yanti, Andi Haryono, Ririn Wulandari, Akbar Karomi Putra, Ahmed Adha S,
Octa Cassabela, Okta, Lisa Sagita, Riza, Ria Eridanita Yasa, M. Faizal, Yori
terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian semua.
13. Teman-Teman KKN 2013 Desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten
Lampung Selatan. Evie, Ester, Fetia, Ely, Bang Bion, Bang Adi, Bang Bur,
Eko Parias, Gilang. Terima kasih atas waktu yang berharga dan semua
bantuanya.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi diri penulis secara pribadi maupun mereka yang telah menyediakan waktu
membacanya.
Bandarlampung, 4 Februari 2019
Penulis
Frendy Kurniawan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11
A. Tinjauan Tentang Pembangunan .................................................... 11
B. Tinjauan Tentang Revitalisasi ........................................................ 13
C. Tinjauan Tentang Pasar .................................................................. 20
1. Pengertian Pasar .................................................................... 20
2. Jenis-Jenis Pasar .................................................................... 20
3. Fungsi Pasar .......................................................................... 22
D. Tinjauan Tentang Revitalisasi Pasar .............................................. 23
E. Kerangka Pikir .............................................................................. 29
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 32
A. Pendekatan Dan Tipe Penelitian .................................................... 32
B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 33
C. Fokus Penelitian ............................................................................. 34
D. Informan Penelitian ........................................................................ 35
E. Sumber Data ................................................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40
H. Teknik Keabsahan Data ................................................................. 42
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung ....................................... 44
1. Deskripsi Wilayah Kota Bandarlampung ................................ 44
2. Visi-Misi Kota Bandarlampung ............................................... 45
a. Visi Kota Bandarlampung .................................................. 45
b. Misi Kota Bandarlampung ................................................. 48
3. Kondisi Perekonomian ............................................................. 49
B. Gambaran Umum Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri Kota
Bandarlampung .............................................................................. 50
C. Gambaran Umum Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung........ 56
D. Gambaran Umum Pasar Rakyat Tani Kota Bandar Lampung ....... 58
E. Hasil dan Pembahasan ................................................................... 60
1. Revitalisasi Pasar Rakyat Tani ................................................. 60
a. Intervensi Fisik ................................................................... 62
b. Rehabilitasi Ekonomi ......................................................... 72
c. Rekayasa Sosial/Pengembangan Institusional ................... 74
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Revitalisasi Pasar
Rakyat Tani .............................................................................. 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
SelamaSeminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan
Utama dan Jenis Kelamin di Kota Bandarlampung, 2015........ 2
Tabel 2 Daftar Informan........................................................................ 36
Tabel 3 Perwujudan Visi ....................................................................... 54
Tabel 4 Penyusunan Penjelasan Visi .................................................... 54
Tabel 5 Perumusan Misi ....................................................................... 54
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir ...................................................................... 29
Gambar 2. Struktur Organisasi PD Pasar Tapis Berseri Kota
Bandarlampung ..................................................................... 55
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Kota
Bandarlampung .................................................................... 57
Gambar 4. Pasar Rakyat Tani ................................................................. 60
Gambar 5. Pembangunan Pasar Rakyat Tani .......................................... 63
Gambar 6. Atap Pasar Rakyat Tani ........................................................ 64
Gambar 7. Lantai Pasar Rakyat Tani ...................................................... 65
Gambar 8. Toilet Pasar Rakyat Tani ....................................................... 67
Gambar 9. Lampu-lampu di Pasar Rakyat Tani ..................................... 68
Gambar 10. Blok Penjual Daging Pasar Rakyat Tani ............................... 71
Gambar 11. Tempat Parkir Pasar Rakyat Tani ......................................... 75
Gambar 12. Jalan di depan Pasar Rakyat Tani ......................................... 79
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang dalam mewujudkan kemakmuran serta
mensejahterakan rakyatnya memberikan perhatian pada pembangunan ekonomi.
Perkembangan perekonomian Indonesia bisa dilihat dari maraknya pembangunan
pusat perdagangan. Keberadaan pusat perdagangan merupakan salah satu
indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Menurut
bentuk fisik, pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan
pusat perbelanjaan modern (Sandharini & Marom, 2016:2).
Pasar tradisional tidak hanya berperan penting dalam mencipatakan lapangan
kerja, juga memberikan kesempatan yang luas bagi para petani sebagai produsen
untuk memperoleh pendapatan dari hasil pertaniannya baik dengan memasarkan
produknya secara langsung di pasar tradisional maupun melalui perantara
pemasok atau agen. Pada akhirnya pasar tradisional memberikan manfaat yang
besar bagi kesejahteraan seluruh stakeholder yang terlibat di dalamnya baik
produsen, pedagang, pemasok, dan pembeli termasuk bagi para pelaku penunjang
seperti tukang parkir. Bagi pemerintah sebagai pengelola juga mendapat manfaat
dari pemasukan retribusi yang akan disalurkan kembali bagi kepentingan
masyarakat luas (Peranginangin, 2018:2).
2
Pasar tradisional juga mempunyai peran strategis dalam penyerapan tenaga kerja.
Menurut survey tentang jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja
selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin
di Kota Bandarlampung yang dilakukan BPS Kota Bandarlampung pada tahun
2015 menunjukkan bahwa sektor ritel mampu menyerap 163.331 tenaga kerja dari
total 407.190 tenaga kerja Kota Bandarlampung. Dengan jumlah tersebut,
penyerapan tenaga kerja di sektor ritel menempati urutan pertama. Data tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Selama Seminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin di Kota Bandarlampung, 2015
Lapangan Pekerjaan Jenis Kelamin/Sex
Jumlah Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan
Perikanan/Agriculture, Forestry, Hunting, and
Fisheries
14 812 1 579 16 391
Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying 1 009 - 1 009
Industri Pengolahan/Manufacturing Industry 33 527 9 394 42 921
Listrik, Gas, dan Air/Electricity, Gas, and Water 1 733 - 1 733
Bangunan/Construction 42 511 - 42 511
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan
Hotel/Wholesale Trade, Retail Trade, Restaurants, and
Hotels
89 608 73 723 163 331
Angkutan, Pergudangan, dan
Komunikasi/Transportation, Warehousing, and
Communication
23 765 5 407 29 172
Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan,
Tanah, dan Jasa Perusahaan/Financial, Insurance, Real
Estate, and Business Services
15 799 6 714 22 513
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
Perorangan/Community, Social, and Personal Services 49 178 38 431 87 609
Jumlah/Total 271 942 135 248 407 190
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung
(https://bandarlampungkota.bps.go.id/statictable/2017/01/12/133/jumlah-penduduk-
berumur-15-tahun-ke-atas-yang-bekerja-selama-seminggu-yang-lalu-menurut-lapangan-
pekerjaan-utama-dan-jenis-kelamin-di-kota-bandar-lampung-2015.html diakses pada 2
Juni 2018).
3
Berdasarkan tabel 1 mengenai jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis
kelamin di Kota Bandarlampung, menunjukan bahwa lapangan pekerjaan yang
paling banyak di Kota Bandarlampung adalah di sektor perdagangan besar,
eceran, rumah makan, dan hotel.
Pasar modern keberadaannya telah merambah ke mana-mana, dimana lokasinya
berdekatan dengan pasar tradisional dan komplek pemukiman. Bisnis-bisnis ritel
modern seperti minimarket juga hampir ada di setiap tempat. Perkembangan
tersebut, jika tidak ditata akan dapat mematikan kegiatan usaha para pedagang
pasar tradisional. Di lain pihak, masyarakat masih sangat membutuhkan
keberadaan pasar tradisional, bahkan pasar tradisional juga berfungsi sebagai
tempat para pedagang pengecer. Kesamaan fungsi antara pasar tradisional dan
pasar modern dapat mengakibatkan adanya persaingan diantara keduanya.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin besar pula tuntutan
kebutuhan terhadap pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Demi menarik
pengunjung, pengusaha besar membangun mal dengan berbagai fasilitas lain,
misalnya restoran, tempat bermain anak, tempat santai, hingga bioskop. Selain
mal, ratusan mini market juga terus berkembang di hampir seluruh sudut kota
sampai perdesaan. Menjadi hal yang tidak mengherankan jika eksistensi pasar
tradisional semakin tergusur. Padahal, pasar tradisional itulah yang selama ini
menjadi tumpuan hidup banyak orang, mulai dari petani hasil bumi, pedagang
pengepul, pedagang bakulan, hingga masyarakat pembeli. Menurunya eksistensi
pasar tradisional dapat dilihat hampir merata di seluruh daerah. (sumber:
4
http://www.lampost.co/berita-selamatkan-pasar-tradisional diakses pada 4 Mei
2018).
Citra pasar tradisional sekarang sudah identik dengan sebuah lokasi perdagangan
yang kotor, tidak aman, sumber kemacetan lalu lintas dan lain-lain. Walau begitu
masih banyak penduduk desa yang setia berbelanja di pasar tradisional. Pasar
tradisional memiliki banyak keunikan di antaranya merupakan tujuan para turis
yang ingin mendapatkan barang khas suatu daerah, makanan tradisional, dan
berbagai barang yang tidak ada di pasar modern. Begitu pula budaya tawar
menawar dalam berbelanja tidak bisa ditemui di pasar modern. Pasar tradisional
juga dibutuhkan penduduk di desa yang memiliki daya beli rendah. Akan tetapi
eksistensi pasar tradisional itu sendiri harus tetap dijaga.
Beragamnya permasalahan isu utama tersebut, kelengkapan fasilitas serta
kebersihan pasar sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung untuk
menjaga eksistensi pasar tradisional. Dinas Perdagangan (Disdag) Lampung
menyatakan sebanyak 540 unit pasar rakyat (tradisional) yang tersebar di wilayah
Provinsi Lampung tidak higienis (sehat). Pasar-pasar rakyat yang dibuka masih
banyak tanpa fasilitas publik sehingg perlu revitalisasi pasar agar menuju higienis.
Pasar rakyat yang ada, sangat menopang perekonomian daerah setempat. Namun
pasar-pasar tersebut masih terlihat kumuh, kotor, dan tidak sehat (sumber:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/31/p6fzpw415-
ratusan-pasar-rakyat-di-lampung-tak-sehat diakses pada 2 Mei 2018).
5
Pelaksanaan program revitalisasi pasar sangat penting adanya untuk
meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern yang telah
menjamur. Revitalisasi pasar dilakukan agar terdapat peningkatan kualitas baik
fisik maupun non fisik yang menjadikan pasar tradisional lebih baik. Pembenahan
pasar tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu
tantangan yang cukup berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab
kepada publik. Pemerintah Kota Bandarlampung sendiri terus berupaya untuk
menjaga eksistensi perekonomian lokal yaitu dengan merevitalisasi pasar
tradisional. Pasar tradisional di Bandarlampung yang menjadi prioritas untuk
direvitalisasi yakni Pasar Rakyat Tani dan Pasar Gudang Lelang, sebab telah
masuk revitalisasi yang termasuk dalam program pemerintah pusat. Selain itu,
kedua pasar tersebut juga akan menjadi percotohan di Provinsi Lampung (sumber:
https://lampung.antaranews.com/berita/289462/pemkot-bandarlampung-
kembangkan-pasar-tradisional diakses pada 2 Mei 2018).
Revitalisasi pasar dilakukan tidak hanya sebatas bangunan dan regulasi
pemerintah. Akan tetapi, semua aspek yang menjadi instrumen pasar tradisional
perlu direvitalisasi. Baik dari segi manajmen, pengembangan pasar dan lain-lain.
Diharapkan setelah dilakukan revitalisasi, pengelolaan sarana perdagangan berupa
pasar rakyat dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia No. 37 Tahun 2017 atau sesuai peraturan terbaru jika terdapat
perubahan. Melihat dari pengalaman di Kota Bandarlampung, manajemen pasar
belum berjalan dengan baik. Contoh paling jelas di Pasar Tugu, Pasar Panjang
dan Pasar Cimeng. Para pedagang enggan menempati kios/los yang sudah
disediakan di dalam pasar. Mereka lebih suka berjualan di halaman pasar karena
6
sewa kios terlalu tinggi. Selain itu, kondisi bangunan juga tidak terawat. Pola
manajemen pasar yang dilakukan selama ini perlu diperbaiki karena jika tidak,
berapapun besar dana yang dikucurkan pemerintah tidak akan efektif. (sumber:
http://www.lampost.co/berita-selamatkan-pasar-tradisional diakses pada 4 Mei
2018).
Sebagai contoh keberhasilan revitalisasi pasar tradisional, bisa dilihat pada Pasar
Sindu di Sanur. Kenyataannya keterbatasan SDM pengelola pasar dan pedagang
juga menjadi salah satu faktor penghambat pengembangan pasar. Maka Pemkot
Denpasar merintis program sekolah pasar untuk memberikan edukasi kepada
pedagang tentang bagaimana mewujudkan pasar yang ramah, segar dan
terpercaya. Revitalisasi tidak hanya dilakukan dengan merubah pasar secara fisik,
namun juga merubah pola pikir atau mindset para pengelola dan pedagang di
pasar. Sekolah pasar ini juga dibentuk sebagai kesempatan bertukar pikiran serta
menyamakan gagasan inovasi dan kemajuan pasar rakyat ke depan. Dilihat dari
aspek pariwisata, pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional mampu
mengintegrasikan sektor pariwisata, budaya dan lingkungan di wilayah perkotaan
dengan baik. Kondisi Pasar Sindu yang bersih dan tertata menjadi daya tarik para
turis di sekitar daerah wisata Sanur untuk berbelaja di pasar tersebut. Ditambah
dengan kenyamanan dalam berkomunikasi, dimana para pedagang rata-rata
mampu berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. (sumber:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/10/09/berhasil-lakukan-revitalisasi-pasar
-rakyat-sejumlah-daerah-belajar-ke-kota-denpasar diakses pada 16 Januari
2018).
7
Keberhasilan revitalisasi pasar tradisional juga dapat dilihat pada Pasar Rakyat
Oro-Oro Dowo Kota Malang. Konsep yang diusung semi modern, ciri khas
belanja di pasar tradisional disertai interaksi tawar-menawar antara pembeli dan
pedagang secara langsung masih ditemui. Menariknya ada nuansa supermarket,
pengunjung disiapakan troli, koneksi wifi gratis,ruang menyusui atau laktasi,
CCTV, klinik kesehatan, pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, instalasi
pengelolaan air limbah (IPAL). Sedangkan untuk aspek ruang dagang,
aksesibilitas dan zonasi, pencahayaan, fasilitas umum, sirkulasi udara, sistem
drainase, ketersediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah,
dan dukungan sarana telekomunikasi sangat tertata. (sumber:
http://www.seputarmalang.com/berita/sensasi-belanja-di-pasar-rakyat-oro-oro-
dowo-pasar-tradisional-nuansa-supermarket/33330 diakses pada 7 Februari
2019).
Program revitalisasi juga dilakukan pada pasar Desa Sumaja Makmur (Tolhas),
Gunung Megang, Muara Enim, Padang yang berhasil menambah suguhan pasar
dengan pasar tematik yang khusus melelang getah karet. Sebelum adanya pasar
tematik, para petani karet kesulitan mengangkut dan menjual hasil panennya.
Mereka terpaksa menjual karet kepada tengkulak dengan harga utang. Kini harga
jual karet di sana relatif stabil, bahkan lebih menjanjikan. Desa Tolhas menjadi
barometer harga karet desa-desa sekitarnya. Selain itu, harga karet terkendali dan
penghasilan petani karet relatif stabil. (sumber:
https://www.jawapos.com/nasional/15/09/2018/revitalisasi-pasar-di-desa diakses
pada 7 Februari 2019).
8
Ada empat prinsip revitalisasi pasar yang dilakukan. Pertama adalah revitalisasi
fisik, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata
hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.
Kedua adalah revitaliasi manajemen, pasar harus mampu membangun manajemen
pengelolaan pasar yang mengatur secara jelas aspek-aspek seperti: hak dan
kewajiban pedagang, tata cara penempatan, pembiayaan, fasilitas-fasilitas yang
harus tersedia di pasar, standar operasional prosedur pelayanan pasar. Ketiga
adalah revitalisasi ekonomi, perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek,
untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic
development). Prinsip yang terakhir adalah revitalisasi sosial, menciptakan
lingkungan yang menarik dan berdampak positif serta dapat meningkatkan
dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga. Hal ini merupakan upaya
perbaikan dan peningkatan sistem interaksi sosial budaya antar pemangku
kepentingan pasar rakyat. (sumber: http://presidenri.go.id/artikel-
terpilih/mensukseskan-program-revitalisasi-pasar-tradisional.html diakses pada
2 Mei 2018).
Pasar tradisional jika bisa dikelola lagi dengan baik dan menarik, maka tidak perlu
ada pertentangan antara pasar tradisional dan pasar modern. Keduanya dapat
berkembang dengan daya tariknya sendiri-sendiri. Mengingat pentingnya peran
pasar tradisional dalam perokonomian masyarakat, berbagai permasalahan seputar
pasar tradisional harus segera diatasi. Peran pemerintah diharapkan dalam
mengatasi permasalaan tersebut sehingga dapat meningkatkan daya saing pasar
tradional dalam kancah perdagangan yang semakin bebas sehingga nasib pelaku
ekonomi yang terlibat dapat diselamatkan (Peranginangin, 2018:6).
9
Pemerintah Kota Bandarlampung mengembangkan pasar tradisional untuk
membantu meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut. Sedangkan
pengunjung pasar mengeluhkan kondisi Pasar Rakyat Tani sebelum direvitalisasi
karena tidak nyaman, kumuh, dan sering terjadi kemacetan. Beberapa hal yang
diinginkan oleh para pedagang dan pembeli adalah dilakukan pembangunan
gedung pasar agar menjadi bagus. Serta melengkapinya dengan berbagai fasilitas
penunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui program revitalisasi pasar
yang dilakukan pemerintah daerah serta hambatan-hambatan yang dihadapinya.
Hasil penelitian ini juga dapat memberikan saran berupa solusi yang dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah, pengelola pasar, maupun pedagang untuk
memperbaiki Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung agar keadaan dan citranya
menjadi lebih baik. Eksistensinya dapat terus terjaga dan dapat bersaing dengan
pasar modern seperti tujuan yang diharapkan oleh pemerintah sebelum
revitalisasi.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “REVITALISASI PASAR TRADISIONAL (Studi Pada Pasar
Rakyat Tani Kota Bandarlampung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana revitalisasi pasar tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung?
10
2. Apa saja faktor-faktor yang menghambat program revitalisasi pasar
tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasakan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas adalah:
1. Untuk mendeskripsikan program revitalisasi pasar tradisional di Pasar
Rakyat Tani Kota Bandarlampung.
2. Mengetahui faktor-faktor penghambat dalam proses revitalisasi pasar
tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, penelitian ini menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang pembangunan dan tata kelola pasar, serta dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti dan pihak lain yang tertarik
dengan penelitian ini.
2. Secara Praktis, penelitian ini menjadi bahan masukan atau referensi pada
program revitalisasi pasar tradisonal yang telah dilakukan di Pasar Rakyat
Tani Kota Bandarlampung bagi Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri Kota
Bandarlampung dan pihak terkait.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pembangunan
Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja
pembangunan yang sangat baik, bisa saja mendatangkan suatu masalah sosial baru
yang tidak diharapkan, baik dalam segi ekonomi maupun hukum. Kompleksitas
permasalahanya bertambah besar karena ruang lingkup permasalahanya telah
bertambah luas. Pembangunan tidak terbatas hanya pada pemenuhan kebutuhan
pokok saja, tetapi manusia mempunyai kebutuhan lainya yang sangat banyak
jumlahnya dan sangat luas jenisnya (Adisasmita, 2005:9-10).
Pembangunan ekonomi lokal mencerminkan suatu pergerakan fundamental
peranan pelaku-pelaku pembangunan, demikian pula sebagai aktifitas yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Secara esensial peranan
pemerintah lokal dan / atau kelompok-kelompok berbasis masyarakat dalam
mengelola sumberdaya berupaya untuk mengembangkan usaha kemitraan baru
dengan pihak swasta, atau dengan pihak lain, untuk menciptakan pekerjaan baru
dan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah
(wilayah) ekonomi. Ciri atau sifat utama suatu pembangunan yang berorientasi
12
atau berbasis ekonomi lokal adalah menekankan pada kebijaksanaan
pembangunan pribumi (Adisasmita, 2005:18).
Menurut konsep ekonomi, prasarana dilakukan sebagai pelayanan publik (public
utilities). Prasarana mempunyai peranan ganda dan sekaligus memadukan antara
menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pemerataan hasil-hasil
pembangunan dan sekaligus mempunyai dampak positif yaitu meningkatkan
kualitas hidup. Disadari bahwa pembangunan prasarana sangat penting bagi
pertumbuhan dan pemerataan. Namun pemerintah menghadapi permasalahan
dalam hal keterbatasan dana dan keterbatasan kemampuan manajemen.
Keterbatasan ini menuntut peran serta yang lebih luas dari swasta dan masyarakat
dalam pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu diperlukan pembaharuan
dalam pola pembanguna dan pelayanan jasa prasarana yang dituntut menjadi lebih
efektif dan efisien (Adisasmita, 2005:111-112).
Menajemen prasarana dituntut sebagai kegiatan bisnis dan bukan sebagai
birokrasi semata-mata. Dalam hubungan dengan keterbatasan pemerintah
beberapa langkah dapat dilakukan:
1. Desentralisasi dan partisipasi lokal dalam pembangunan dan pemeliharaan
prasarana berskala kecil di tingkat lokal
2. Alokasi anggaran yang lebih mengaacu pada pertimbangan ekonomis
dalam pembangunan prasarana
3. Pola subsidi diarahkan untuk membantu golongan masyarakat miskin
13
4. Perbaikan dalam teknik perencanaan proyek prasarana yang
mengutamakan aspek pertumbuhan, pemerataan dan kelestarian
lingkungan hidup
Revitalisasi pasar tradisional dapat dilihat dari fungsi pasar sendiri yang salah
satunya sebagai penopang utama perekonomian yang secara langsung
berhubungan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu
sistem pembangunan pasar atau revitalisasi ini mengacu pada konsep penataan
tata ruang kota, yang semua itu berhubungan dengan upaya pembangunan daerah.
Program perbaikan prasarana lingkungan pasar merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah tingkat II. Pemerintah pusat dapat memberikan pembinaan
kepada daerah melalui proyek perintisan atau pemberian dana stimulan kepada
pemerintah daerah. Ruang lingkup perbaikan prasarana lingkungan pasar meliputi
prasarana di sekitar dan di dalam pasar. Prasarana tersebut seperti perbaikan
saluran drainase, saluran air limbah, penyediaan air bersih, perbaikan jalan dan
pemeliharaan semua sarana yang telah dibangun (Adisasmita, 2005:126).
B. Tinjauan Tentang Revitalisasi
Pengertian revitalisasi adalah merubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi
yang lebih sesuai (Piagam Burra). Revitalisasi lebih kepada upaya untuk
mengembalikan atau menghidupkan kembali kawasan yang tidak berfungsi atau
menurun fungsinya agar berfungsi kembali, atau menata dan mengembangkan
kawasan yang berkembang pesat namun kondisinya cenderung tidak terkendali.
Maksud kegiatan penataan dan revitalisasi kawasan adalah untuk meningkatkan
14
aktivitas dan kenyamanan lingkungan yang dapat berdampak pada peningkatan
kualitas hidup masayarakat, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokalnya.
Beberapa jurnal mengenai revitalisasi menyebutkan bahwa revitalisasi adalah
upaya memvitalkan/menghidupkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang
dulunya pernah vital/hidup tetapi mengalami kemunduran. Keberhasilan
revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan
yang menarik. Fokus utamanya pada struktur manajemen yang harus dikelola
dengan baik oleh aktor yang berkompeten, serta polanya mengikuti perubahan-
perubahan, sehingga benar jika konsep revitalisasi mengacu pada program
pembangunan. Jurnal lainnya menyebutkan, implementasi program revitalisasi
akan menyebabkan permasalahan lokal kawasan, apabila dalam
pengembangannya kurang mempertimbangkan tata nilai budaya lokal, kebiasaan,
aktivitas rutin dan tradisi masyarakat setempat (Andini, 2011:11-12).
Fokus dari revitalisasi adalah upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan
aktifitas ekonomi kawasan. Dengan adanya aktifitas ekonomi upaya
pemberdayaan, perawatan dan penguatan karakter kawasan dapat berlangsung
dengan baik. Hal ini dapat berarti menghidupkan kembali aktifitas/kegiatan yang
pernah ada atau secara lebih kompleks merestrukturisasi aktifitas ekonomi
kawasan. Secara konseptual, revitalisasi merupakan usaha meningkatkan vitalitas
kawasan kota melalui peningkatan kualitas lingkungan, dengan
mempertimbangkan aspek sosial budaya dan karakteristik kawasan. Ditinjau dari
skala kegiatannya, revitalisasi dapat mencangkup kawasan kota yang luas (makro)
15
atau dapat pula terjadi pada skala mikro kota misalnya pada skala jalan, koridor,
kelompok bangunan (Martokusumo, 2006:4).
Revitalisasi adalah upaya untuk mendaur-ulang (recycle) dengan tujuan untuk
memberikan vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan
menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada, namun telah memudar.
Revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada
masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan
untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau
seharusnya dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi,
segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan
kualitas lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari
penghuninya. Perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya bahwa pelaksanaan
revitalisasi memerlukan adanya keterlibatan masyarakat yang bukan hanya
sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas perlunya partisipasi
masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini terkait erat karena revitalisasi berarti
adanya kegiatan baru dalam suatu kawasan, sehingga keterlibatan tersebut
didukung oleh pemahaman yang mendalam tentang revitalisasi dan konservasi
(sumber: http://www.academia.edu/24103347/Manajemen_Kota_Urban
_Revitalization. diakses pada 2 Juni 2018).
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali atau merubah tempat untuk
memberikan vitalitas baru dan dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai,
dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya dan karakteristik kawasan serta
16
dalam pelaksanaannya memerlukan adanya keterlibatan masyarakat. Revitalisasi
dapat mencangkup kawasan kota yang luas (makro) atau dapat pula terjadi pada
skala mikro kota misalnya pada skala jalan, koridor atau kelompok bangunan.
Menurut (Martokusumo, 2006:37-38) penetapan kriteria revitalisasi kawasan
dapat dilakukan dengan menelaah penyebab penurunan kinerja kawasan. Dimensi
penurunan kinerja sebuah kawasan kota dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Struktur/fisik: penurunan fisik terjadi karena faktor waktu/usia, cuaca, gempa
bumi, polusi kendaraan ataupun akibat mekanisme perawatan yang buruk.
2. Fungsi: pada umumnya diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal
kawasan. Faktor internal disebabkan bangunan karena tidak mampu kagi
mendukung secara teknis/fungsional kebutuhan yang ada, sedangkan eksternal
kawasan mengakibatkan perlunya modifikasi ataupun penambahan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kinerja bangunan.
3. Aspek legal dan institusi/kelembagaan: keduanya berkaitan secara langsung
dengan dimensi fungsional dan fisik. Artinya secara fungsi, fisik, dan citra
dapat juga disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang tidak tepat ataupun
penerapan pemintakan kawasan yang tidak tepat.
4. Citra: umumnya citra bangunan dan lingkungan berkaitan dengan persepsi
publik.
5. Lokasi: degaradasi bangunan dan lingkungan dari segi lokasi umumnya
diakibatkan karena adanya perubahan pola distribusi dan konsumsi barang
serta perubahan sistem aksesibilitas dalam skala luas.
17
6. Finansial/ekonomi.
Menurut (Martokusumo, 2006:10), sebagai sebuah kegiatan yang sangat
kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun
waktu tertentu serta meliputi hal-hal berikut :
1. Intervensi fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan,
tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan
(urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi
visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi
fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun
menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah memperhatikan lingkungan.
2. Rehabilitasi ekonomi
Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang
bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi
informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan
nilai tambah kawasan kota. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan
fungsi-fungsi campuran (mixed use development) yang bisa mendorong terjadinya
aktifitas ekonomi (penyedia lapangan pekerjaan) dan sosial (vitalitas baru).
18
3. Rekayasa sosial/pengembangan institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan
lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful
place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place
making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.
Revitalisasi dalam salah satu konsepsi dimasukkan menjadi bagian dari
konservasi (pelestarian). Namun konservasi tidak hanya bertujuan untuk
melestarikan suatu tempat atau kawasan bersejarah, tetapi juga sebagai alat untuk
mengembalikan utilitas suatu kawasan. Konservasi merupakan istilah yang
menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian. Dalam menjalankan revitalisasi
diperlukan beberapa langkah nyata yang harus dijalankan pada saat bersamaan,
supaya revitalisasi dapat berhasil menurut Budihardjo (Andini, 2011:12-15).
1. Pertama adalah yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan.
Peraturan daerah tentang konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah
segera disahkan sebagai patokan hukum yang kuat. Dan dengaan adanya perda
konservasi, keberadaan dan kelestarian bangunan kuno bersejarah dapat lebih
terjamin.
19
2. Menyusun panduan perencanaan dan perancangan beserta pakar dan konsultan
yang kompeten dalam bidang konservasi pada kawasan bersejarah yang akan
direvitalisasi. Diharapkan agar keunikan, karakter dan kekhasan bangunan
kuno atau kawasan bersejarah dapat terjaga dan ditingkatkan.
3. Kerja sama antara pemerintah dan swasta. Melalui penggalangan dana dan
kemitraan tersebut, dapat diupayakan revitalisasi kawasan lama tidak hanya
berorientasi pada kepentingan budaya atau kesejarahan, tetapi kehidupan
ekonominya juga berkembang.
4. Bertautan dengan upaya pemilikan oleh pemda. Beberapa bangunan kuno
yang bermakna dimiliki oleh pemda, atau paling tidak pemda mempunyai
saham yang cukup besar pada bangunan tersebut, agar tetap memegang peran
yang menentukan masa depan bangunan kuno yang bersangkutan.
5. Menggairahkan iklim investasi di kawasan pusat kota lama. Seandainya sektor
swasta yang berminat menanam modal di kawasan bersejarah,misalnya
dengan mendirikan hotel, restoran, toko cinderamata, kafetaria, dan lain-lain
diberi insentif yang menarik.
6. Keringanan pajak atau tax relief bagi pengusaha atau pemilik bangunan kuno
di kawasan bersejarah yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi,
keringanan pajak itu bisa disertai dengan persyaratan yang mengikat tentang
pelestarian dan pemanfaatan bangunan kunonya.
20
C. Tinjauan Tentang Pasar
1. Pengertian Pasar
Definisi pasar menurut Sukirno (Alfianita dkk, 2015:2) adalah suatu institusi
yang pada umumnya tidak terwujud dalam fisik yang mempertemukan penjual
dan pembeli suatu barang. Secara umum pasar dibedakan atas pasar tradisional
dan pasar modern. Menurut (Kotler, 2007:12) pasar merupakan suatu tempat fisik
dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Para
ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang
melakukan transaksi atas sebuah produk atau kelompok produk tertentu. Menurut
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2017: Pasar
Rakyat adalah suatu area tertentu tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan proses jual beli berbagai jenis
barang konsumsi melalui tawar menawar.
Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pasar
adalah suatu tempat yang digunakan sebagai berkumpulnya atau bertemunya
pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
melakukan transaksi atas sebuah produk atau kelompok produk tertentu.
2. Jenis-Jenis Pasar
Dilihat berdasarkan luas jangkauannya pasar dapat dibedakan menjadi tiga,
(Surya, 2015:28) yaitu:
21
a. Pasar lokal
Pasar lokal yaitu pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari daerah
atau wilayah tertentu saja. Pasar dimana para pembelinya berasal dari daerah atau
wilayah tertentu saja.
b. Pasar nasional
Pasar nasional adalah pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari
berbagai daerah atau wilayah dalam suatu negara. Pasar ini pembeli dan
penjualnya berasal dari berbagai daerah atau wilayah dalam satu negara.
Contohnya, pasar kayu putih di Ambon dan pasar tembakau di Deli.
c. Pasar internasional
Pasar Internasional adalah pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari
berbagai negara. Pasar ini penjual dan pembelinya berdatangan dari berbagai
negara. Misalnya pasar tembakau di Bremen Jerman.
Jenis-jenis pasar menurut fisiknya, (Surya, 2015:28) adalah:
a. Pasar konkret
Pasar konkret (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara pembeli dan penjual
melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia
di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional.
22
b. Pasar abstrak
Pasar abstrak (pasar tidak nyata) adalah terjadinya transaksi antara penjual dan
pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang.
Contohnya pasar modal.
Berdasarkan hubungannya dengan proses produksi pasar, (Barmawi, 2016:38)
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pasar input
Pasar input (faktor produksi) adalah interaksi antara permintaan dan penawaran
terhadap berbagai barang dan jasa yang digunakan sebagai input dalam proses
produksi.
b. Pasar output (pasar produk)
Pasar output atau juga disebut pasar barang adalah pasar yang memperjualbelikan
output hasil produksi (biasanya dalam bentuk barang jadi untuk konsumsi).
3. Fungsi Pasar
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual (pedagang) dan pembeli
(konsumen) memiliki peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Adapun fungsi pasar dalam kegiatan ada tiga macam, (Surya,
2015:28) yaitu:
23
a. Fungsi Distribusi: Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan
jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar
memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada
konsumen.
b. Fungsi Pembentukan Harga: Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu
dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara
penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua
belah pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan
kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.
c. Fungsi Promosi: Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan
leaflet atau brosur penawaran.
D. Tinjauan Tentang Revitalisasi Pasar
Menurut Pangestu (Nida, 2014:5) revitalisasi pasar berarti perubahan pasar secara
fisik dan pengelolaanya secara modern yang ditujukan untuk memacu
pertumbuhan pasar dengan menyelaraskan pasar dengan lingkunganya, dan sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Mengacu pada pengertian di atas,
revitalisasi pasar tradisional berarti upaya mensinergiskan sumberdaya yang ada
di pasar tradisional secara komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat
meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan
kekhasan dan keunggulan yang dimiliki pasar tersebut. Pasar rakyat merupakan
aspek penting dalam sistem perdagangan nasional. Kemendag RI akan terus
24
mendukung program nasional revitalisasi 5000 unit pasar rakyat sebagai upaya
mengangkat citra dan merawat eksistensi pasar, agar memiliki daya saing dan
mampu bertahan dalam era persaingan bebas. Pasar rakyat mempunyai peran dan
fungsi ganda. Selain sebagai penggerak perekonomian, pasar juga merupakan
wahana interaksi sosial dan budaya masyarakat di daerah. Oleh karena itu,
pembangunan dan peremajaan pasar-pasar rakyat selalu mendapat perhatian lebih
dari Kemendag. Misinya jelas, yakni bagaimana pasar dapat meningkatkan
pendapatan para pedagang pasca revitalisasi. Selain itu, pasar yang telah
direvitalisasi diharapkan mampu berperan sebagai penyangga ketersediaan barang
kebutuhan pokok, sehingga ke depan dapat menjadi barometer stabilisasi harga
pangan di tingkat nasional. Sebagai leading sector program nasional revitalisasi
5000 pasar rakyat (2015-2019), Kemendag terus memperkuat sinergi dan
koordinasi yang intensif dengan pemerintah daerah untuk mempercepat
implementasi program revitalisasi pasar-pasar tersebut. Program revitalisasi pasar
rakyat yang dilakukan pemerintah saat ini diharapkan dapat dijadikan model oleh
para pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan dan pengembangan pasar
rakyat di daerahnya masing-masing (sumber:
http://ditjenpdn.kemendag.go.id/detail/artikel/4/percepatan-revitalisasi-pasar-
rakyat. diakses pada 2 Juni 2018).
Pembangunan/Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.
37 Tahun 2017 dilakukan melalui:
25
1. Pembangunan/revitalisasi fisik
Pembangunan/revitalisasi sarana perdagangan berupa pasar rakyat melalui
pembangunan/revitalisasi fisik merupakan upaya perbaikan dan peningkatan
sarana dan prasarana fisik pasar rakyat dengan berpedoman kepada:
a. SNI pasar rakyat atau perubahannya
b. Desain prototipe pasar rakyat
c. Ketentuan mengenai kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan
(K3LH)
d. Kemudahan akses transportasi.
2. Revitalisasi manajemen
Pembangunan/revitalisasi sarana perdagangan berupa pasar rakyat melalui
revitalisasi manajemen merupakan upaya perbaikan manajemen pengelolaan pasar
rakyat dengan berpedoman kepada:
a. SNI pasar rakyat atau perubahannya
b. Upaya peningkatan profesionalisme pengelola pasar rakyat
c. Upaya pemberdayaan pelaku usaha perdagangan
d. Upaya penerapan standar operasional prosedur pengelolaan dan pelayanan
pasar rakyat dan
e. Upaya penerapan ketentuan produk yang diperdagangkan harus bebas dari
bahan berbahaya.
26
3. Revitalisasi ekonomi
Pembangunan/revitalisasi sarana perdagangan berupa pasar rakyat melalui
revitalisasi ekonomi merupakan upaya perbaikan intermediasi hulu ke hilir pasar
rakyat, melalui:
a. Penerapan ketentuan produk yang diperdagangkan harus bebas dari bahan
berbahaya
b. Peningkatan akses terhadap pasokan barang, khususnya terhadap barang
kebutuhan pokok
c. Peningkatan instrumen stabilisasi harga, khususnya terhadap barang
kebutuhan pokok dan
d. Program membangun konsumen cerdas.
4. Revitalisasi sosial budaya.
Pembangunan/revitalisasi sarana perdagangan berupa pasar rakyat melalui
revitalisasi sosial budaya merupakan upaya perbaikan dan peningkatan sistem
interaksi sosial budaya antar pemangku kepentingan pasar rakyat, melalui:
a. Penyediaan ruang terbuka untuk interaksi sosial
b. Program untuk menjadikan pasar rakyat sebagai etalase produk lokal
c. Pemanfaatan pasar rakyat sebagai tempat pertunjukan budaya dan
d. Pembinaan terhadap pedagang kaki lima.
27
Pembangunan/revitalisasi sarana perdagangan berupa pasar rakyat harus:
1. Berada di lokasi yang telah ada embrio pasar rakyat
2. Berada di lokasi yang strategis, dan dekat pemukiman penduduk atau pusat
kegiatan ekonomi masyarakat
3. Memiliki akses jalan menuju pasar dan didukung sarana transportasi umum,
serta memperhatikan kondisi sosial ekonomi daerah
4. berpedoman pada SNI pasar rakyat dan
5. Berpedoman pada desain prototipe pasar rakyat dengan gambar tampak
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan
Peraturan Menteri ini.
Lokasi pembangunan atau revitalisasi pasar rakyat diprioritaskan atau diutamakan
untuk pasar yang telah berumur lebih dari 25 tahun, pasar yang mengalami
bencana kebakaran, pasca bencana alam, dan konflik sosial, daerah tertinggal,
perbatasan, atau daerah yang minim sarana perdagangannya, serta daerah yang
memiliki potensi perdagangan besar. Mekanisme pembiayaan revitalisasi/
pembangunan pasar rakyat tersebut dilaksanakan melalui beberapa jalur
pendanaan yang bersumber dari APBN dan APBN-P Kementerian Perdagangan
RI. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, maka revitalisasi pasar rakyat
yang dilakukan oleh Kemendag RI bukan hanya dari sisi perbaikan fisik saja,
melainkan juga dari sisi ekonomi, sosial budaya dan manajemen. (sumber:
http://presidenri.go.id/artikel-terpilih/mensukseskan-program-revitalisasi-pasar-
tradisional.html. diakses pada 2 Mei 2018).
28
Maksud dan tujuan revitalisasi atau pembangunan pasar rakyat adalah:
1. Mendorong agar pasar rakyat lebih modern dan mampu bersaing dengan pusat
perbelanjaan dan toko modern, sehingga dapat meningkatkan omset pedagang
pasar rakyat.
2. Meningkatkan pelayanan dan akses yang lebih baik kepada masyarakat
konsumen, sekaligus menjadikan pasar rakyat sebagai penggerak
perekonomian daerah.
3. Mewujudkan Pasar rakyat yang bermanajemen modern, lebih bersih, sehat,
aman, segar, dan nyaman, sehingga dapat menjadi tujuan tetap belanja
konsumen serta referensi dalam pembangunan pasar-pasar lainnya. Konsep
dan Prinsip Revitalisasi Pasar Rakyat Program revitalisasi pasar rakyat
Kemendag RI bukan hanya menyentuh perbaikan dari sisi perbaikan fisik saja,
melainkan juga dari sisi ekonomi, sosial budaya dan manajemen.
Salah satu cara merevitalisasi yaitu menciptakan pasar tradisional dengan
berbagai fungsi dan kegunaan, seperti tempat bersantai atau tempat rekreasi
bersama dengan keluarga. Revitalisasi pasar tradisional bertujuan meningkatkan
pasar tradisional agar tetap bisa bersaing dengan pasar modern. Menurut
Paskarina dalam (Alfianita dkk, 2015:3) dasar pertimbangan melakukan
kerjasama merevitalisasi pasar tradisional antara lain berubahnya pandangan pasar
dari tempat interaksi ekonomi menjadi ruang publik, yang difokuskan pada upaya
memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjualbelikan. Fungsi
pembangunan pasar juga diharapkan tidak hanya mencari keuntungan finansial
29
dan merupakan langkah untuk meningkatkan perekonomian perdagangan kecil
serta perlu melibatkan pengembang untuk dikelola secara kreatif.
E. Kerangka Pikir
Kemakmuran serta mensejahterakan rakyat dapat diwujudkan melalui
pembangunan ekonomi. Salah satunya dengan pembangunan pasar tradisional,
yang keberadaanya sangatlah penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Maka, perlu adanya pembangunan pasar yang memberikan rasa nyaman dengan
fasilitas bangunan modern. Apabila pasar tradisional itu difasilitasi dengan
bangunan yang memberikan rasa nyaman yang didukung dengan fasilitas-fasilitas
yang dibutuhkan baik bagi pedagang ataupun bagi para masyarakat/pembeli,
diharapkan pasar tradisional bisa tetap bertahan dan bersaing dengan pasar-pasar
modern.
Kenyatanya sekarang, di lapangan kerap kali menunjukkan sesuatu hal yang
kurang diinginkan oleh masyarakat. Seperti citra pasar tradisional yang buruk,
SDM yang kurang memadai, tingkat keamanan yang kurang terjamin dll. Hal ini
telah menjadi potret tersendiri yang dialami oleh banyak pasar tradisional salah
satunya Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung. Hal ini terjadi karena bangunan
fisik pasar yang buruk dan pengeloaan pasar yang kurang memperhatikan aspek-
aspek manajemen yang baik dalam mengelola dan menjalankan sebuah pasar
tradisonal.
30
Revitalisasi pasar dilakukan agar pasar tradisional tetap mampu bersaing dengan
pasar modern yang telah menjamur. Karena banyaknya masyarakat yang
bergantung pada pasar tradisional. Adanya revitalisasi Pasar Rakyat Tani
diharapkan bermanfaat dan memberikan kepuasan saat belanja berupa kondisi
pasar lebih nyaman, bersih, tidak bau, aman, fasilitas-fasilitas bagi konsumen
tersedia seperti tempat parkir yang lebih luas dan lain sebagainya. Sedangkan
bentuk-bentuk biaya yang diharapkan berkurang bagi pembeli seperti akses jalan
menuju pasar tidak lagi macet dan semrawut sehingga waktu yang dikeluarkan
untuk belanja lebih efisien tidak menghabiskan waktu. Pelaksanaan pembangunan
dan pelayanan bagi kesejahteraan masyarakat tentu bukanlah sekedar
pembangunan yang hanya secara fisik. Namun juga dibutuhkan sebuah
pengelolaan yang baik, profesional dan terintergrasi untuk mencapai sebuah pasar
yang nyaman bagi pedagang maupun masyarakat sebagai konsumen/pelanggan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan program
revitalisasi pasar tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung dengan
menggunakan indikator dari Widjaja Martokusumo, yaitu intervensi fisik,
rehabilitasi ekonomi, dan rekayasa sosial/pengembangan institusional. Diharapkan
dengan revitalisasi ini dapat mengangkat citra Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung dan menjaga eksistensinya, agar memiliki daya saing dan mampu
bertahan dalam era persaingan bebas. Berdasarkan deskripsi kerangka pikiran
diatas dapat digambarkan dengan gambar seperti dibawah ini:
31
Gambar 1: Kerangka Pikir
Sumber : Diolah oleh peneliti tahun 2018
Revitalisasi Pasar Tradisional (Pasar
Rakyat Tani Kota Bandarlampung)
Faktor penghambat revitalisasi
Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung
Menurut (Martokusumo, 2006:10),
revitalisasi terjadi melalui beberapa
hal-hal berikut:
a. Intervensi fisik
b. Rehabilitasi ekonomi
c. Rekayasa sosial/ pengembangan
institusional
Citra pasar tradisional yang buruk,
pengelolaan yang kurang baik dan
terancamnya eksistensi Pasar Rakyat
Tani Kota Bandarlampung
Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung
memiliki citra yang baik dan dapat terus
menjaga eksistensinya
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dan dengan pendekatan kualitatif. Moleong (Barmawi, 2016:43)
berpendapat bahwa deskriptif yaitu menggambarkan sebuah fenomena atau
kejadian dengan apa yang sebenarnya terjadi dan apa adanya. Menurut (Sugiyono,
2012:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah ekperimen).
Menurut (Usman, 201:130) penelitian kualitatif deskriptif diuraikan dengan kata-
kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan
penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang
melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak).
Penggunaaan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif pada
penelitian ini diharapkan dapat melihat fenomena-fenomena yang ada, yakni
tentang program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung.
33
B. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di Kota Bandarlampung, tepatnya di Perusahaan
Daerah Pasar Tapis Berseri dan Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung. Alasan
penulis melakukan penelitian di Kota Bandarlampung ialah atas dasar bahwa Kota
Bandarlampung masih mempunyai banyak pasar tradisional, serta pasar
tradisional tersebut sebagai salah satu pendapan asli daerah Kota Bandarlampung.
Tetapi dalam kenyataannya pasar tradisional di Kota Bandarlampung masih
banyak terdapat permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan pasar
tradisional di Kota Bandarlampung mengalami penurun kualitas dan menunjukkan
bahwa beberapa bahkan hampir seluruh pasar tradisional mengalami
permasalahan seperti adanya pedagang kaki lima, pasar yang tidak tertata dan
tidak terawat.
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung
karena pasar ini terbentuk bermula dari gagasan Dinas Pertanian yang ingin
mendirikan pasar khusus untuk hasil pertanian di wilayah setempat dan saat ini
bisa dikatakan sebagai salahsatu pasar pertanian terbesar di Bandarlampung.
Adapun alasan penulis memilih Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri Kota
Bandarlampung yaitu dikarenakan pihak tersebut yang memiliki wewenang serta
diberikan tanggung jawab oleh pemerintah Kota Bandarlampung untuk mengelola
Pasar Rakyat Tani Kota Bandarlampung.
34
C. Fokus Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang berisi pokok
masalah yang masih bersifat umum. Untuk mempertajam penelitian kualitatif
maka perlu menetapkan fokus. Fokus itu merupakan domain tunggal atau
beberapa domain yang terkait dari situasi sosial (Sugiyono, 2012: 285-286).
Penelitian ini difokuskan pada pendekatan revitalisasi menurut (Martokusumo,
2006:10), revitalisasi terjadi melalui beberapa hal-hal berikut:
1. Intervensi fisik
Bagaimana kegiatan fisik revitalisasi yang meliputi perbaikan dan peningkatan
kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, serta peningkatan sarana dan
prasarana fisik dalam program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Tani Kota
Bandarlampung? Indikator yang digunakan yaitu:
a. Pembangunan gedung.
b. Penambahan fasilitas.
c. Penataan ruangan.
2. Rehabilitasi ekonomi
Apakah program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Rakyat Tani Kota
Bandarlampung mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi, kemudian bisa
mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic
development), sehingga mampu memberikan nilai tambah kawasan kota
35
Bandarlampung? Indikator yang digunakan yaitu pemberdayaan pelaku usaha
perdagangan
3. Rekayasa sosial/pengembangan institusional
Apakah program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Tani Kota Bandarlampung
mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), bukan sekedar
membuat beautiful place tetapi juga berdampak positif serta dapat meningkatkan
dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms)? Indikator yang
digunakan yaitu:
a. Peningkatan keamanan
b. Perawatan kebersihan
4. Faktor-faktor yang menghambat program revitalisasi pasar tradisional di Pasar
Rakyat Tani Kota Bandarlampung.
D. Informan Penelitian
Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria
ini harus sesuai dengan topik penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap
kredibel untuk menjawab masalah penelitian. Adapun informan dalam penelitian
diperoleh dari kunjungan lapangan ke lokasi penelitian oleh peneliti, yakni di
Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung, Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri
Kota Bandarlampung, dan di Pasar Rakyat Tani yang dipilih secara purposive
sampling, yaitu merupakan metode penetapan informan yang dibutuhkan atau
dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang permasalahan
yang terjadi di pasar tradisonal tersebut, sehingga mereka akan memberikan
36
informasi secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti (Sugiyono,
2012:300).
Informan yang menjadi fokus penulis disini ialah Dinas Perdagangan Kota
Bandarlampung, Perusahaan Daerah Pasar Tapis Berseri, pedagang dan pembeli
di Pasar Rakyat Tani, serta masyarakat di sekitar pasar Tani. Alasan utama penulis
memfokuskan Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung sebagai salah satu
informan dikarenakan dinas ini yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
atas revitalisasi Pasar Rakyat Tani. Informan selanjutnya adalah Perusahaan
Daerah Pasar Tapis Berseri sebagai pengelola Pasar Rakyat Tani maka dipilih
menjadi salah satu informan. Informan selanjutnya adalah pedagang dan pembeli,
dalam hal ini sebagai informan amat vital perannya dalam proses penelitian ini.
Alasan penulis memilihnya sebagai salah satu informan karena pedagang dan
pembeli merupakan salah satu objek penelitian yang notabene merasakan akibat
revitalisasi Pasar Rakyat Tani. Selanjutnya, ialah masyarakat di sekitar lokasi
Pasar Rakyat Tani, dalam hal ini masyarakat tidak dapat dipungkiri perannya yang
juga merasakan akibat dari revitalisasi, baik positif maupun negatif.
Tabel 2. Daftar Informan
No Nama Jabatan Informan
1 Ibu Yuli Ernitasari, S.H.M.H Bendahara Pengeluaran PD Pasar Tapis Berseri
2 Bapak Nur Ichsan Pelaksana Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan
Kota Bandarlampung
3 Ibu Jaenap Pedagang di Pasar Rakyat Tani 4 Bapak Andi Pedagang di Pasar Rakyat Tani 5 Ibu Kusmiati Pedagang di Pasar Rakyat Tani 6 Bapak Budi Pedagang di Pasar Rakyat Tani
7 Bapak Nasrul Pembeli di Pasar Rakyat Tani
8 Ibu Turi Pembeli di Pasar Rakyat Tani
9 Bapak Muji Masyarakat Sekitar Pasar Rakyat Tani
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2018
37
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Pada penelitian ini, data primer yang
akan peneliti dapatkan adalah berasal dari metode wawancara dan hasil observasi
pada pembangunan dan pengelolaan pasar tradisional di Kota Bandarlampung
khususunya Pasar Rakyat Tani.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Pada penelitian ini, data sekunder yang akan peneliti dapatkan
adalah data-data yang berasal dari Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung
berupa dokumen-dokumen, catatan, laporan historis, dan dokumentasi foto-foto
kegiatan.
38
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2012: 308). Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat
dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan
teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan
observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi
(Sugiyono, 2012: 309).
Berikut ini teknik-teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif.
1. Pengumpulan data dengan observasi
Nasution, 1988 (Sugiyono, 2012: 310) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang dihasilkan melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron)
maupun benda yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan
jelas. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2012: 310).
39
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi bagaimana PD Pasar
merevitalisasi Pasar Rakyat Tani di Kota Bandarlampung dengan cara melihat dan
mengamati proses yang dilakukan PD Pasar dari pelaksanaan program yang
dilakukan dan lain sebagainya.
2. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esteberg (Sugiyono, 2012: 317) mendefinisikan bahwa wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
(Sugiyono, 2012: 317).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012: 194).
3. Teknik pengumpulan data dengan dokumen
Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya sejarah kehidupan, dokumen yang berbentu gambar
seperti foto dan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni (Sugiyono,
2012: 329). Hasil penelitian dari observasi dan wawancara lebih dipercaya atau
40
semakin kredibel apabila didukung oleh autobiografi, foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada.
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data tentang hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian seperti: struktur organisasi, gambaran umum PD Pasar Kota
Bandarlampung, letak geografis, tabel atau grafik dan hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data yang
diperoleh dari wawancara dan observasi yang disebutkan diatas.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang
telah dikumpulkan kemudian dilakukan penyusunan dan pemecahannya
dijabarkan ke dalam unit-unit, pencarian pola-pola dan penemuan apa yang
penting dan apa yang perlu dipelajari, kemudian membuat keputusan
(kesimpulan) yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain, Bogdan
(Sugiyono, 2012:334).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang
dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, (Sugiyono,
2012:337). Dalam penelitian ini digunakan analisis data yang dilakukan dalam
tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
41
1. Reduksi Data
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan pada data primer yaitu hasil
wawancara. Data yang diperoleh dipilah-pilah terlebih dahulu, dirangkum,
difokuskan pada hal-hal penting dan dibuat kategori-kategori yang menjelaskan
mengenai kinerja inspektorat kota dalam upaya pencegahan penyelewengan
keuangan daerah.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau
memaparkan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan yang memahami
mengenai kinerja inspektorat kota dan kendala-kendala yang dihadapi dalam
upaya pencegahan penyelewengan keuangan daerah. Penyajian data diwujudkan
dalam bentuk uraian dengan teks naratif, bagan, foto atau gambar dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh di
lapangan yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
turun ke lapangan. Sehingga kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Pada penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan
dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan
observasi, wawancara dan dokumentasi hasil penelitian.
42
H. Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data Sugiyono (Barmawi, 2016: 52-53) penelitian kualitatif
meliputi :
1. Credibility (Derajat Kepercayaan)
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, dan
kecukupan referensi. Untuk menguji credibility, peneliti melakukan:
a. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
b. Pengecekan Sejawat
Pengecekan sejawat dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat agar hasil penelitian dapat lebih baik.
c. Kecukupan Referensial
Kecukupan Referensial yang dimaksud dengan bahan referensi adalah
pendukung untuk membuktikan data yang telah di temukan oleh peneliti
sebagai contoh data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya
rekaman wawancara, data tentang interaksi manusia didukung oleh foto-
foto. Dakam laporan penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan
perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga
menjadi lebih dapat dipercaya.
43
2. Transferability (Keteralihan)
Transferability akan tercapai apabila pembaca memperoleh gambaran yang
sedemikian jelas. Oleh sebab itu, peneliti akan menyajikan laporan yang
sedemikian rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
3. Dependability (Kebergantungan)
Dependability dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan
proses penelitian. Dalam uji ini dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Conformability (Derajat Kepastian)
Uji kepastian dilakukan untuk melihat apakah data hasil laporan bersifat objektif
atau tidak. Objektif berarti faktual dan dapat dipercaya.
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Tani
Berdasarkan pendekatan revitalisasi menurut teori dari (Martokusumo, 2006:10),
kegiatan revitalisasi yang dilaksanakan di Pasar Rakyat Tani sudah cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari bangunan gedung pasar yang semakin megah, lantai
yang sudah dikeramik, atap permanen, dan fasilitas penunjang juga sudah cukup.
Pedagang sudah dikelompokan sesuai dengan jenis barang dagangannya.
Pelatihan untuk para pedagang sudah dilakukan seperti sekolah pasar dan PHAST
pasar. Pasar Rakyat Tani sudah terlihat bersih dan teratur. Keamanannya juga
sudah cukup baik karena tidak terdapat kasus pencurian yang terjadi.
Namun masih terdapat beberapa kekurangan seperti banyak pedagang yang tidak
mendapatkan tempat untuk berdagang di dalam gedung pasar. Di area pasar tidak
terdapat kotak sampah dan tanaman yang bisa membuat kondisi pasar menjadi
lebih sejuk. Setelah dilakukan revitalisasi masih ada beberapa pedagang yang
tidak mengalami peningkatan pendapatan. Serta pelatihan yang dilakukan untuk
para pedagang yang masih belum optimal. Selain itu para pedagang maupun
pengunjung kurang nyaman dengan kondisi pasar yang masih terasa panas dan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
81
terkadang merasa sedikit terganggu dengan masih adanya pengamen yang
memasuki gedung pasar.
2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Tani
Faktor yang menjadi penghambat revitalisasi Pasar Rakyat Tani antara lain, lahan
Pasar Rakyat Tani yang kurang luas menyebabkan banyaknya pedagang yang
berjualan di pinggir jalan sekitar Pasar Rakyat Tani. Hambatan lainnya dalam
merevitalisasi Pasar Rakyat Tani yaitu ukuran jalan di sekitar pasar yang masih
kurang lebar dan tidak mengelilingi seluruh sisi pasar. Kondisi jalan yang seperti
itu dapat menyebabkan penumpukan antrian kendaraan, kemacetan, dan dapat
mempersulit penanggulangan bahaya kebakaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka
peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Gedung Pasar Rakyat Tani pada bagian depan hingga belakang sebaiknya
dibangun 2 lantai untuk menampung seluruh pedagang. Jika hal tersebut tidak
dapat dilakukan, sebaiknya sebagian pedagang dipindahkan ke tempat
berdagang lainnya yang layak dan juga tetap memperhatikan
kesejahteraannya. Selain itu pasar perlu diberi kotak sampah, tanaman-
tanaman, dan bagian dalam gedung dipasang blower agar kondisinya menjadi
lebih sejuk.
82
2. Pedagang dan pengelola harus terus meningkatkan kompetensinya serta
melakukan berbagai inovasi, misalnya menjadikan pasar sebagai tempat
pertunjukan budaya, melakukan event promosi, dan memaksimalkan
penggunaan teknologi. Hal itu diharapkan dapat meningkatkan kedatangan
pengunjung pasar sehingga pendapatan pedagang juga meningkat.
3. Petugas keamanan sebaiknya mencegah pengamen dan pengemis yang akan
masuk ke dalam Pasar Rakyat Tani untuk meningkatkan kenyamanan dan
ketertiban pasar.
4. Semua pihak diharapkan merawat dengan baik bangunan maupun fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada di Pasar Rakyat Tani.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, H. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Adisasmita, Rahardjo, H. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Alfianita, Ella, Andy Fefta Wijaya dan Siswidiyanto. 2015. Revitalisasi Pasar
Tradisional Dalam Perspektif Good Governance (Studi di Pasar Tumpang
Kabupaten Malang) Jurnal elektronik online Universitas Brawijaya
Volume 3 Nomor 5 Tahun 2015. Dalam
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view
/861 diakses pada 2 Mei 2018.
Andini, Dita. 2011. Revitalisasi Obyek Wisata Taman Balekambangkota
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Dalam
https://eprints.uns.ac.id/6763/1/Unlock-191151211201104551.pdf diakses
pada 4 Juni 2018.
Barmawi, Ariswan. 2016. Pengelolaan Pasar Tradisional Di Kota Bandar
Lampung Oleh Dinas Pengelolaan Pasar (Studi di Pasar Tradisional
Tugu, Kelurahan Kampung Sawah, Kecamatan Tanjung Karang Timur,
Kota Bandar Lampung). Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Ernawati. 2016. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Plaza
Bandar Jaya, Lampung Tengah. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller. (2007). Manajemen Pemasaran. Edisi.
Kedua Belas. Jakarta: Indeks.
Martokusumo, Widjaja. 2006. Revitalisasi dan Rancang Kota: Beberapa Catatan
dan Konsep Penataan Kawasan Kota Berkelanjutan. Jurnal elektronik
Institut Teknologi Bandung Volume 17 Nomor 3 Tahun 2006 dalam
http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/view/4244 diakses pada 3
Juni 2018.
84
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nida, Mufna Mubdiatun. 2014. Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar
Tradisional di Kota Surakarta. Jurnal elektronik online Universitas
Diponegoro Volume 10 Nomor 2 Tahun 2014. Dalam
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/17644 diakses
pada 12 Mei 2018.
Peranginangin, Fitri Anggi Br. 2018. Analisis Kebijakan Pengembangan Pasar
Bulu Kota Semarang Berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Pengaturan Pasar Tradisional. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro. Dalam http://eprints.undip.ac.id/61256/ diakses pada 5 Mei
2018
Sandharini, Maria Palupi dan Aufarul Marom. 2016. Partisipasi Masyarakat
Dalam Revitalisasi Pasar Peterongan Di Kota Semarang. Jurnal
elektronik online Universitas Diponegoro Volume 5 Nomor 3 Tahun 2016.
Dalam https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/12489
diakses pada 11 Mei 2018
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surya, Farizal Okta. 2015. Evaluasi Program Pemberdayaan Pasar Sukadana
Lampung Timur (Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur
No 9 Tahun 2013). Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Usman, Husaini Dan Purnomo Setiady Akbar. (2011). Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Dokumen:
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan
Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Tugas,
Fungsi, Dan Tata Kerja Dinas Perdagangan
Sumber lain:
https://bandarlampungkota.bps.go.id/statictable/2017/01/12/133/jumlah-
penduduk-berumur-15-tahun-ke-atas-yang-bekerja-selama-seminggu-
yang-lalu-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-dan-jenis-kelamin-di-kota-
bandar-lampung-2015.html diakses pada 2 Juni 2018.
85
http://ditjenpdn.kemendag.go.id/detail/artikel/4/percepatan-revitalisasi-pasar-
rakyat diakses pada 2 Juni 2018.
https://lampung.antaranews.com/berita/289462/pemkot-bandarlampung-
kembangkan-pasar-tradisional diakses pada 2 Mei 2018.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/31/p6fzpw415-
ratusan-pasar-rakyat-di-lampung-tak-sehat diakses pada 2 Mei 2018.
http://presidenri.go.id/artikel-terpilih/mensukseskan-program-revitalisasi-pasar-
tradisional.html diakses pada 2 Mei 2018.
http://www.academia.edu/24103347/Manajemen_Kota_Urban_Revitalization
diakses pada 2 Juni 2018.
https://www.jawapos.com/nasional/15/09/2018/revitalisasi-pasar-di-desa diakses
pada 7 Februari 2019
https://www.jejamo.com/pasar-tani-kemiling-pasar-pertanian-terbesar-di-bandar-
lampung.html diakses pada 2 Mei 2018.
http://www.lampost.co/berita-kemendag-kucurkan-rp14-miliar-renovasi-tiga-
pasar-bandar-lampung diakses pada 24 Mei 2018
http://www.lampost.co/berita-selamatkan-pasar-tradisional diakses pada 4 Mei
2018.
http://www.seputarmalang.com/berita/sensasi-belanja-di-pasar-rakyat-oro-oro-
dowo-pasar-tradisional-nuansa-supermarket/33330 diakses pada 7
Februari 2019).
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/10/09/berhasil-lakukan-revitalisasi-pasar-
rakyat-sejumlah-daerah-belajar-ke-kota-denpasar diakses pada 16 Januari
2018).