Download - Resus Syaraf Nida
REFLEKSI KASUS
STROKE NON HEMORAGIK
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan
Kepaniteraan Klinis Ilmu Syaraf RSUD Tidar Magelang
Diajukan kepada :
dr. TH Suryono, Sp. S
Disusun oleh :
NIDA PUSPITA AYU
20090310015
BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
ANAMNESIS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. D.L
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Menikah
II. KELUHAN UTAMA
Mengeluh kaki kanan tiba-tiba terasa berat untuk berjalan dan kekuatan
tangan kanan melemah
III. KELUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN UTAMA
Mulut perot ke kiri dan bicara tiba-tiba pelo.
IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poli syaraf RSU Tidar Magelang dengan keluhan sekitar 1
minggu yang lalu ketika pasien sedang beristirahat seusai bekerja dan
mencoba bangkit dari tempat duduknya, pasien susah melakukannya. Pasien
merasa jika anggota gerak sebelah kanannya menjadi lemah, dan sulit
digerakkan seperti biasanya sehingga pasien berjalan seperti diseret dan
tangan kanannya melemah sehingga kesulitan dalam beraktivitas misalnya
saat makan, mandi menggunakan gayung dan aktivitas lainnya. Selain itu
pasien tiba-tiba bicaranya menjadi pelo ketika sedang mengobrol dengan
rekan kerjanya. Pasien juga merasakan jika sudut bibir kanannya seperti
tertarik kesamping, bibir kirinya tampak jatuh (perot ke kanan). Pasien sadar
penuh, tidak mengeluh mual, muntah dan nyeri kepala.
V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit serupa : (+) hemparesis sinistra e.c SNH 2 tahun yang
lalu
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat hipertensi : (+) tak terkontrol
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat stroke : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
I. STATUS
1. Kesan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 E4M6V5
Vital sign
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 37°C
2. Status Internus
Kepala : CA -/- SI -/-, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Leher : Lnn tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax : Cor: S1-S2 reguler, bising jantung(-), gallop(-)
Pulmo: SDV +/+ STP -/-
Abdomen : Supel, BU(+)N, NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
3. Status neurologis
a. N.I ( OLFAKTORIUS)
Subjektif : anosmia (-)
Dengan bahan : tidak dilakukan
b. N II ( OPTIKUS)
tajam penglihatan : tidak dilakukan
lapang penglihatan : normal
melihat warna : normal
funduskopi : tidak dilakukan
c. N.III (OKULOMOTORIUS), N.IV (TROKLEARIS ), N.VI
(ABDUCENS )
Dx Sx
Pergerakan bulbus N N
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Strabismus - -
Pupil bulat,isokor,ø 3mm bulat,isokor,ø 3mm
Refleks terhadap sinar + +
Refleks konvergensi + +
Melihat kembar - -
d. N V ( TRIGEMINUS )
Sensibilitas taktil dan nyeri muka : mati rasa pada wajah sinistra
Membuka mulut : sulit, tidak simetris
Mengunyah : sulit, tidak simetris
Menggigit : melemah
Refleks kornea : +/+
e. N VII (FACIALIS)
Dx Sx
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Menahan rangsang
membuka mata
+ +
Menyeringai + -
Mencucu/bersiul + -
Pengecapan lidah 2/3 tidak dilakukan tidak dilakukan
f. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
Pemeriksaan dengan suara + +
TES WEBER tidak dilakukan tidak dilakukan
TES RINNE tidak dilakukan tidak dilakukan
g. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
Arkus faring : tidak simetris
Sengau : (-)
h. N X ( VAGUS )
Arkus faring : tidak simetris
Berbicara : -
Menelan : fungsi menelan berkurang
Nadi : 80 x/menit
i. N XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu : +/+
Memalingkan kepala : +/+
j. N XII ( HYPLOGOSSUS )
Pergerakan lidah : tidak normal, deviasi ke kanan
Tremor lidah : (-)
Artikulasi : tidak normal, parau
Lidah : tidak simetris
Badan dan Anggota Gerak
1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : normal
Duduk : normal
SENSIBILITAS
Taktil : +/-
Nyeri : +/-
Thermi : tidak dilakukan
2. ANGGOTA GERAK ATAS
MOTORIK
Motorik Dx Sx
Pergerakan Tidak kuat penuh Normal
Kekuatan (4) (5)
Tonus normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - -
SENSIBILITAS
Dx Sx
Taktil menurun dbn
Nyeri menurun dbn
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
REFLEK
Dx Sx
Biceps N N
Triceps N N
Hoffman - -
Trommer - -
3. ANGGOTA GERAK BAWAH
MOTORIK
Motorik Dx Sx
Pergerakan Tidak kuat penuh Normal
Kekuatan (4) (5)
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS
Dx Sx
Taktil menurun +
Nyeri menurun +
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
REFLEK
Dx Sx
Patella N N
Achilles N N
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Bing - -
Rossolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi (CT-scan Kepala)
Infark di ganglia basalis sinistra
III. DIAGNOSIS
Stroke Non Hemoragik
IV. TERAPI
Medikamentosa
o Piracetam 3x800 mg
o Aspillet 1x1
o Neurodex 1x1
Non medikamentosa
o Konsul ke ahli RM untuk fisioterapi dan menjalankannya secara
rutin (fisioterapi pasif)
Monitor
o Perbaikan gejala dan tanda
Edukasi
o menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
o dianjurkan untuk minum obat teratur
o kontrol perkembangan ke dokter secara rutin
o menghindari faktor resiko (tidak boleh makan lemak dan jeroan,
garam,antan,gorengan dikurangi)
o Rutin latihan menggerakan sendi
V. PROGNOSA
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad vital : dubia ad bonam
Ad fungsional : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai
sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan
peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut
juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,
invaliditas).
B. EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan
modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk
terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya
cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat
setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh
mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia,
namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena serangan stroke.
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi
proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini
terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai
rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya
peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984
menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Stroke atau cerebrovascular accident,
merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45
tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan keganasan.
C. ANATOMI
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Otak harus menerima
lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang
dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah
dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri
karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler,
yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan
sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Pada otak
besar ditemukan beberapa lobus yaitu lobus frontalis adalah bagian dari serebrum
yang terletak di depan sulkus sentralis, lobus parietalis terdapat di depan sulkus
sentralis dan dibelakangi olek karaco oksipitalis, lobus temporalis, terdapat di
bawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis dan, Oksipitalis
yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Disamping pembagian dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan
banyaknya area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian :
a. Korteks Frontalis
Merupakan area motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan
volunter.
b. Korteks Parietalis
Mempunyai peranan utama pada kegiatan memproses dan mengintergrasi
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya.
c. Lobus Temporalis
Merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran. Korteks
pendengaran primer berfungsi sebagai penerima suara. Korteks asosiasi
pendengaran penting untuk memahami bahasa ucap, dan lesi daerah ini
(terutama pada sisi dominan) dapat mengakibatkan penurunan hebat
kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa serta sulit mengulang
kata-kata.
d. Lobus oksipitalis
Mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi mengurus
sisi tubuh kontra lateral. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat
gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat
bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area
visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang
otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ.
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya
serangan stroke.
D. FAKTOR RESIKO
a. Tidak dapat diubah
A. Usia
Merupakan faktor resiko paling penting terjadinya serangan strok.
Penelitian populasi menunjukan bilamana sesorangan hanya mempunyai
satu faktor resiko pada dirinya, faktor ini tidak akan banyak meningkat
kemungkinan terjadinya permasalahan strok. Permasalahan baru terjadi
kalau penderita mempunyai dua,tiga,atau emapat faktor resiko yang
bergabung menjadi satu. Jadi, walaupun tidak dapat mengubah usia, faktor-
faktor lain yang disebutkan diatas dapat dihindari.
B. Jenis kelamin pria
Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita.
C. Ras
Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena
stroke.
D. Genetik
Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke. Hetero zigot atau
homo zigot untuk hemosistinuria.
b. Dapat diubah
1) Utama
Hipertensi
Hipertensi merupakan satu-satunya faktor resiko yang terpenting tapi
dapat diobati karena pengobatan hipertensi dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya strok hingga separuhnya. Namun, insidensi
serangan stok sudah mulai terlihat berkurang sekalipun belum ditemukan
obat darah tinggi yang efektif. Ada beberapa alasan yang menjelaskan
penurunan insidensi ini, yaitu termasuk kemungkinan garam sebagai
penyebabnya dan tekanan darah penduduk menurun bersamaan dengan
berkurangnya kandungan garam dalam makanan setelah ditemukan lemari
es untuk mengawetkan makanan. Yang menarik untuk diperhatikan,
penurunan tekanan darah ternyata hanya memberikan pengaruh yang amat
kecil terhadap upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan
jantung.
Diabetes melitus
Penderita diabetes mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
mendapatkan serangan strok daripada lainnya sehingga penyakit ini harus
dikendalikan secermat mungkin. Penyakit diabetes yang kurang terkontrol
dapat mengakibatkan penurunan volume plasma dalam peredaran darah.
Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi sel darah merah.
TIA
Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik otak sepintas
(TIA) akan menghadapi resiko untuk terjadi suatu serangan strok. Serangan
iskemik sepintas memebrikan gejala seperti serangan strok yang ringan,
karena ada gangguan penglihatan serta bicara, dan perasaan lemas atau
gangguan sensorik pada salah satu sisi tubuh. Gejala-gejala akan hilang
dalam waktu 24jam.Serangan ini dianggap sebagai suatu ancaman stroke.
Kelainan Jantung
Penderita penyakit katub jantung, yang mungkin timbul setelah
demam rematik, mempunyai kecendrungan untuk terjadinya trombus dalam
jantung yang kemudian terbawa darah ke dalam otak. Keadaan ini terutama
terjadi bila irama jantung menunjukan kelainan. Setiap orang yang pernah
merasakan gejala palpitasi (rasa berdeba-debar), atau ketika diperiksa
denyut nadinya teraba ketidakteraturan yang lebih dari sekedar denyutan
ekstra yang kadang – kadang timbul, harus menjalani pemeriksaan lebih
lanjut.
2) Tambahan
Hiperlipidemia :kolesterol LDl maupun trigliseride
Kurang olah raga
Obesitas
Pil konrasepsi
Hiperurisemia
Merokok
Hematokrit tinggi
Hiperhomosisteinemia
E. KLASIFIKASI
1) Berdasarkan manifestasi klinik:
Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan
timbulnya defisit neurologis akut yang berlangsung kurang dari 24 jam.
Stroke ini tidak akan meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak
terlihat pernah mengalami serangan stroke. Akan tetapi adanya TIA
merupakan suatu peringatan akan serangan stroke selanjutnya sehingga
tidak boleh diabaikan begitu saja.
Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja berlangsung lebih
lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND juga tidak meninggalkan gejala
sisa.
Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit ditentukan
prognosanya. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil,
berubah-ubah, dan dapat mengarah ke kondisi yang lebih buruk.
Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit
neurologist akut yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan
meninggalkan gejala sisa
2) Berdasarkan Kausal:
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang
cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar
kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh
darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit aterosklerosis.
Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau
lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah
yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Stroke Non Hemoragik
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut
adalah:
1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
Buta mendadak (amaurosis fugaks).
Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
Bisa terjadi kejang-kejang.
3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.
Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
Meningkatnya refleks tendon.
Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala
berputar (vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit bicara (disatria).
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
Gangguan pendengaran.
Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontra lateral.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
6. Gejala berdasarkan sisi yang mengalami kelemahan
Gejala Klinis Hemiplegia kiri Hemiplegia kiri
Bahasa Bekerja baik berbagai
tingkat
Aphasia receptive/
expressive dalam
Pembicaraan Dysarthria Dysarthria
Pengindraan Hilang penginderaan
sebelah kiri,homonymous
hemianopsia kiri
Hilang penginderaan
sebelah
kanan,homonymous
hemianopsia kanan
Persepsi Kesadaran berkurang
untuk belahan tubuh kiri,
persepsi lain
Kesadaran normal untuk
belahan tubuh kanan
Gerakan Paralise atau parase
sebelah kiri, apraxia
Paralise atau parase
sebelah, jarang apraxia
Perilaku Salah perhitungan,labilitas
emosi meningkat
Perhitungan baik, labilitas
emosi meningkat
Memori Defisit dari informasi
spatial baru
Defisit informasi bahasa
baru
7. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua
yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara,
mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara
kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia
sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain,
namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau
sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan
otak.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat
membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,
tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
disebut Global alexia.
Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah
tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya).
Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang
menyebabkan terjadinya gangguan bicara.
Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma
capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa
di otak.
Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
8. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik
Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non
Hemoragik
PIS PSA
Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/Ringan
SIS sebelumnya Amat jarang - +/Biasa
Onset/Permulaan Menit/Jam 1-2menit Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat B
Muntah pada
awalnya
Sering Sering Tidak, kecuali lesi
di batang otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang
sebentar
Dapat hilang
Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada
permulaan
Tidak ada
Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal
Deviasi mata Bisa ada Tidak ada Mungkin ada
Gangguan bicara Sering Jarang Sering
Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih
Perdarahan
Subhialoid
Tak ada Bisa ada Tak ada
Paresis/gangguan N
III
- Mungkin (+) -
G. DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK
Diagnosis didasarkan atas hasil:
1. Penemuan Klinis
a. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.
Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
b. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,
kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.
Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS)
maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
b. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
H. PENATALAKSANAAN
Pendekatan terapi pada fase akut stroke iskemik: restorasi aliran darah
otakdengan menghilangkan sumbatan/clot, dan menghentikan kerusakan seluler
yang berkaitan dengan iskemik.
Therapeutic window: 12-24 jam, golden periode: 3-6 jam.
1. Menghilangkan sumbatan aliran darah
Terapi trombolitik: t-PA (tisue plasminogen activator )
Terapi antiplatelet: Aspirin, clopidogrel, tiklopidin,silostazol
Terapi antikoagulan: heparin
2. Memulihkan metabolisme otak
Piracetam
Citicholin
Chodergorcrin
3. Terapi pembedahan
Carotid endarterectomy (baik untuk pasien dengan stenois > 70%)
4. Terapi rehabilitasi
Fisioterapi
Terapi wicara dan bahasa
I. KOMPLIKASI
1. Bahu yang kaku
Sebagian penderita struk akan menderita perasaan nyeri dan kaku pada
bahu di sisi yang sakit. Ada tiga penyebab keadaan ini pertama, sendi bahu
memerlukan kisaran gerakan yang penuh di sepanjang hari. Jika hal ini terjadi,
nyeri hebat dapat terasa ketika bahu tersebut digerakkan. Kedua, lengan yang
lumpuh merupakan beban yang sangat berat sehingga bila tidak tersangga akan
mengakibatkan pembengkakkan, rasa nyeri serta kekakuan pada sendi tersebut.
Penyebab ketiga yang paling sering menimbulkan kekakuan bahu adalah
kerusakan yang terjadi ketika penderita diangkat secara ceroboh dengan
memgang ketiaknya-bagian sendi dapat robek dan mengalami inflamasi akibat
pengangkatan ini.
2. Pneumonia
Akibat gangguan pada gerakan menelan, mobilitas dan pengembangan
paru, serta batuk yang parah setelah serangan stroke, maka dapat terjadi
peradangan di dalam rongga dada dan kadang-kadang pneumonia.
3. Trombosis vena provundus dan emboli pulmoner
Suatu trombus atau bekuan darah sangat sering terbentuk di dalam
pembuluh darah balik pada tungkai yang lumpuh, khususnya di daerah betis.
Keadaan ini dapat mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki di sisi
tersebut, dengan nyeri tekan pada otot betis. Kadang-kadang seluruh tungkai
dapat membengkak dan terasa nyeri atau pagal. Karena adanya tambahan
cairan di dalam tungkai, gerakan kaki akan terganggu. Kadang kala trombus
dari pembuluh darah balik terlepas dan membentuk suatu embolus yang
terbawa darah ke dalam paru dan kemudian menyumbat satu atau lebih arteri
pulmonalis yang memperdarahi paru-paru. Keadaan ini mengakibatkan
kelainan emboli pulmoner yang kadang-kadanag dapat menimbulkan kematian
setelah serangan stroke. Gejalanya nyeri dada dan sesak napas.
4. Dekubitus
Karena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaanya,
dekubitus selalu menjadi ancaman khususnya di daerah bokong, panggul,
pergelangan kaki, tumit, dan bahkan telinga. Dekubitus dapat menimbulkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan suatu infeksi sehingga kulit luka pada
permukaannya dan kuman dapat masuk.
5. Kejang (konvulsi)
Beberapa penderita stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-
hari pertama setelah serangan. Serangan ini dapat berupa kedutan atau
(twiching) atau kejang kaku (spasme) pada otot, pernapasan yang berisik, lidah
yang tergigit, mulut yang berbuih, inkontinensia dan kehilangan kesadaran
dalam waktu yang singkat. Serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi
bila korteks serebri sendiri telah terkena, daripada serangan stroke yang
mengenai struktur otak yang lebih dalam. Kemungkinan lain disebabkan oleh
emboli serebral.
6. Problem kejiwaan
Penderita sering mengalami depresi setelah serangan stroke. Disamping
rasa rendah diri yang bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap
kemunduran kualitas keberadaan mereka. Depresi merupakan penyebab utama
yang menerangkan mengapa penderita tidak mampu bereaksi dengan
kecepatan yang normal terhadap seyiap upaya remobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fuller, Geraint. 2008. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologi. Jakarta; EGC.
Henderson Leila. 2002. Stroke Panduan Perawatan. Jakarta: Arcan.
Kowalak. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta EGC.
Masjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Kedua. Jakarata:
Media Aesculapius.
Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006. PERDOSSI.