Download - Resume Gaya Gaya Geologi
-
RESUME
GAYA-GAYA GEOLOGI
A. Gaya-Gaya Geologi
Gaya-gaya geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik
berasal dari dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi
(eksogen). Gaya-gaya yang bekerja yang mempengaruhi perubahan muka bumi
baik bersifat membangun (konstruktif) maupun yang bersifat merusak (destruktif).
Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari
luar bumi (eksogen).
Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit
bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun
kekuatannya sangat hebat. ).Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi
melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika.
1. Ogenesa (Orogenesis). Proses pembentukan pegunungan akibat
pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan
pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun
pegunungan patahan.
2. Vulkanisma (Volcanism). Proses penerobosan magma atau keluarnya
magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga
terbentuk tubuh gunungapi.
Gambar 1
Gunung Api
-
3. Tektonika (Tectonic). Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi
(kerak batuan dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan
perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya
berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dan
lain-lain.
Gambar 2 Lithosfer
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit
bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer,
hidrosfer dan biosfer. Gaya eksogen juga adalah gaya yang bekerja di
permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass wasting serta sedimentasi.
Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses
pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.
1. Gaya Angin (Wind Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh
terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.
2. Gaya Air (Water Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap
permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.
3. Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces). Gaya yang bekerja dan berpengaruh
terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.
4. Erosi (Erosion). Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar
seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat
sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian
tanah/batuan.
-
5. Abrasi (Abration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang
mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan
tenaga yang sangat kuat.
6. Exarasi (Exaration). Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser
yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang
sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.
7. Denudasi (Denudation). Proses perataan pegunungan karena pengaruh
pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan).
B. Teori Tektonik Lempeng
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua
(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-
benua tersebut dari inti bumi seperti bongkahan es dari granit yang bermassa
jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yanglebih padat.
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori
dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang
lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor
spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Gambar 3
Lempeng Indonesia
-
Anggapan lama pernah ada pada abad-abad yang lampau bahwa bumi
adalah sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada
kedudukannya yang tetap tidak berpindah-pindah. Setelah ditemukannya benua
Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di Amerika dan Eropa ternyata terdapat
kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik.
Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan bahwa benua-
benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini dibagi menjadi
tiga menurut perkembangannya (van Krevelen, 1993):
1. Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh
peristiwa yang katastrofik dalam sejarah bumi. Konsep ini dikemukakan
oleh Owen dan Snider pada tahun 1857.
2. Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan
bahwa benua-benua bergerak secara lambat melalui dasar samudera,
dikemukakan oleh Alfred Wegener (1912). Akan tetapi teori ini tidak bisa
menerangkan adanya dua sabuk gunung api di bumi.
3. Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu
Teori Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada tahun 1960+. Tektonik
Lempeng ini dipicu oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea
Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid
Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962).
Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan
Gondwana, kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua
besar (supercontinent) yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang
disebut Panthalassa (270 juta tahun yang lalu). Dari supercontinent ini kemudian
terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 juta tahun yang lalu) dan
akhirnya terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh
manusia sekarang.
Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu
Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia.
Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori
Tektonik Lempeng sebagai berikut :
1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus
konveksi (convection current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi
yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa dibayangkan
-
seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus.
Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif
yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa
menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini
akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang
menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk
gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di
bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera
yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang
berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Mid Oceanic Ridge atau
Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material
dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi
3000 m dari dasar laut dan lebarnya lebih dari 2000 km, atau melebihi
ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah benua.
MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari
lautan Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat
Benua Afrika dan melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah
timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di
Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini
karena aliran material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru
terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan
dari magma mantle yang terus-menerus dan juga hanyut oleh arus
mantle. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu
akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan
mengarungi samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai
Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung
Samudera yang memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena
yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya
proses penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor
Spreading maka kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua
sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan
-
menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona
penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi
paparan, dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua
oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke
bawah ini akan kembali ke mantle dan sebagian mengalami mixing
dengan kerak benua membentuk larutan silikat pijar atau magma.
(Proses mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km di bawah
permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka
jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga
akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke
permukaan bumi membentuk deretan gunung api.
Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat
dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-
bagian kerak tersebut dapat bergerak gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori
yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan
bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya
bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Proses Terjadinya Subduksi. Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu
memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah
medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini
dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-
mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng
yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan
vertical (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang
ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi
(translation fault).
-
Gambar 4
Proses Terjadinya Subduksi
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang
radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di
kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor
spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog
Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan
tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Prinsip-prinsip Utama. Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer
dan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya
perpindahan panas. Litosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih
panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya
melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas
melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian
ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel,
dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel. Suatu
bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip
kunci tektonik lempeng adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng
tektonik yang berbeda-beda.
Lempeng ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai
viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya
bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-
-
Atlantic Ridge, ataupun mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut)
seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng- lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel
litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis
material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut
dengan sima, gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua yaitu
kerak benua yang sering disebut sial, gabungan dari silikon dan aluminium.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki
ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.
Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya
5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate
boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti
gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung
berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia
berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di
Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan
astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi,
batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
-
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng
tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas
lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang
sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa
sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun
dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh
sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas diCalifornia.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di
zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung
banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini
dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik
yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu
divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup
kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan
-
litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng
samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan
terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara
kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik
(Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik,
membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
2. Batas Konvergen terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan
(consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak
saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah
dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau
lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones).
Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api
(volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di
wilayah ini.
3. Batas Transform terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling
menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun
berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling
menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault)
Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang
berada di daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San
Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara
Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan
Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
1. Lempeng Afrika, meliputi Afrika Lempeng benua
2. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika Lempeng benua
3. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India
antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
4. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa Lempeng benua
5. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut
Lempeng benua
-
6. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan Lempeng benua
7. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik Lempeng samudera
8. Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng
India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca,
Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng
Scotia.
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua,
lempeng ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian
meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung
berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi
penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan
yang terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara
Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika Selatan.
Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra
lainnya, menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung
berapi yang pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian
gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan
pulau vulkanik (volcanic island chain).
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari
proses ini. Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan
Lempeng Amerika Utara.
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya.
Karena keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan
tidak cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di
bagian yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan
pegunungan non vulkanik (mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh
pegunungan yang terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari
konvergensi antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia.
-
KESIMPULAN
Gaya-gaya geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik
berasal dari dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi
(eksogen). Gaya-gaya yang bekerja yang mempengaruhi perubahan muka bumi
baik bersifat membangun (konstruktif) maupun yang bersifat merusak (destruktif).
Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari
luar bumi (eksogen).
Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit
bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun
kekuatannya sangat hebat. ). Gaya endogen juga berarti ialah gaya yang berasal
dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas
vulkanisme, Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses
orogenesa, vulkanisma dan tektonika.
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit
bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer,
hidrosfer dan biosfer. Gaya eksogen juga adalah gaya yang bekerja di
permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass wasting serta sedimentasi.
Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses
pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua
(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-
benua tersebut dari inti bumi seperti bongkahan es dari granit yang bermassa
jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yanglebih padat.
-
DAFTAR PUSTAKA
http://geologyandmining.blogspot.com/2011/04/gaya-gaya-geologi.html
http://wong168.wordpress.com/2011/04/25/teori-lempeng-tektonik/
http://enda1312.wordpress.com/2011/03/17/tektonik-lempeng/