Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017
i
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BLITAR
NOMOR : 72 TAHUN 2016
TANGGAL : 08 NOPEMBER 2016
Tentang
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERUBAHAN PERUBAHAN (RKPD-P)
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan perkenan-
Nya maka Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar
Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.
Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar 2017 merupakan kewajiban daerah sebagaimana amanat Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan
Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar 2017
disusun sebagai tindak lanjut atas atas Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/2911/Sj
Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah, diinstruksikan kepada daerah untuk melakukan penyesuaian dokumen
Rencana Pembangunan Daerah sesuai kelembagaan perangkat daerah yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017
i
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar 2017
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih yang
penyusunannya berpedoman pada RPJM Daerah dan memperhatikan RKP Nasional,
memuat kebijakan makro ekonomi, arah kebijakan keuangan daerah, program prioritas
pembangunan daerah, dan program/kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan rencana-
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Terselesaikannya Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar 2017 tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait yang berperan aktif
dalam proses penyusunan RKPD-P ini. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Blitar
menyampaikan terima kasih kepada seluruh Jajaran Pemerintah Kabupaten Blitar, swasta
dan masyarakat atas sumbangsihnya, dengan harapan di masa datang partisipasinya dapat
lebih ditingkatkan untuk melangkah bersama, berbuat seirama dalam memastikan roda
pembangunan di Kabupaten Blitar berjalan pada rel yang dicita-citakan.
Akhir kata kami harapkan agar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar Tahun 2017 ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak yang terkait, serta tercapainya target pembangunan Kabupaten Blitar Tahun
2017. Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kabupaten Blitar senantiasa
mendapat petunjuk serta ridho dari Allah SWT. Amin.
ii
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan 2
1.3 Hubungan Antar Dokumen 5
1.4 Sistematika Dokumen Rencana Kerja Perangkat Daerah 6
1.5 Maksud dan Tujuan 8
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 9
BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 53
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah 60
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
4.1 Platform Pilkada Calon Bupati dan Wakil Bupati 2016-2021 78
4.2 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 85
4.3 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMN Tahun 2017 86
4.4 Prioritas Pembangunan Kabupaten Blitar ..................................................................... 87
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ......................... 91
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................. 92
LAMPIRAN : RENCANA PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
iii
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama manajemen
pembangunan yang selalu diperlukan karena kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari
sumber daya (resources) yang tersedia. Melalui perencanaan yang baik dapat dirumuskan
kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memperoleh hasil yang optimal
dalam pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dan potensi yang ada. Perencanaan
pembangunan di Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengatur perencanaan secara sistematis dan
terintegrasi. Terintegrasi dapat diartikan sebagai kessuaian perencanaan pembangunan
antar waktu maupun antar level pemerintahan. Perencanaan pembangunan berdasar pada
ruang lingkup waktu dapat dibedakan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) untuk kurun waktu 20 tahun; Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
untuk kurun waktu 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk jangka pendek kurun
waktu 1 tahunan.
Kinerja pemerintah daerah secara akumulatif harus dapat berdampak pada kinerja
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Seluruh dokumen perencanaan harus saling
terintegrasi dan saling mendukung pencapaian satu sama lain. Setiap tahun pemerintah
daerah harus menyusun dokumen RKPD sebagai bentuk dokumen perencaan jangka
pendek. RKPD disusun sebagai penjabaran arah kebijakan tahunan selama 5 tahun yang
ada di dalam RPJMD, sesuai dengan program tahunan yang ada didalam RPJMD. RKPD
berisi rencana kerja dari seluruh SKPD pada tahun yang bersangkutan, yang didasarkan
pada arahan dan program prioritas yang telah dirumuskan pada Rancangan Awal RKPD.
Sehingga masing-masing SKPD memiliki arahan/tema pembangunan yang jelas setiap
tahunnya. Penyusunan RKPD penting untuk memberikan gambaran arah kebijakan sesuai
dengan tahapan RPJMD/RPJPD dan isu-isu pembangunan besar pemerintah pusat yang
baru serta memberikan gambaran capaian kinerja untuk RKPD tahun lalu.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-undang 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 2
Sehubungan dengan amanat undang-undang tersebut maka Pemerintah Kabupaten Blitar
telah menyusun RPJPD Tahun 2005-2025 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008.
Penyusunan RKPD-P Kabupaten Blitar Tahun 2017 berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dan memperhatikan RPJMD Propinsi Jawa Timur
maupun Rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016. Hal-hal yang menjadi
perhatian dalam menyusun RKPD-P ini juga mempertimbangkan hasil kinerja pembangunan
yang dicapai pada tahun sebelumnya, isu-isu strategis yang akan dihadapi pada tahun
pelaksanaan RKPD serta sinergitas antar sektor dan antar wilayah serta penjaringan aspirasi
yang mengemuka sebagai hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
yang secara partisipatif dilakukan mulai dari desa/kelurahan hingga kabupaten.
Hal pokok penting dalam RKPD-P ini merupakan gambaran investasi pemerintah
yang dalam penjabarannya diinteraksikan dengan komponen sumber daya yang lain seperti
PAD, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Tugas Pembantuan, serta dana-dana bagi
hasil lainnya. Dokumen RKPD-P ini merupakan dokumen publik yang harus disusun dan
dipublikasi dimana sesuai amanat undang-undang nomor 14 tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik yang berlaku maka diharapkan dokumen ini dapat diakses oleh
semua pemangku kepentingan baik dalam kapasitas untuk pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) tahun 2017
berlandaskan pada beberapa dasar hukum seperti dibawah ini:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 9);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 3
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 112);
7. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–
undangan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 );
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beerapa kali terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaran Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 4
16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembanguna Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2015 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2016;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Desa;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian dan Evalusi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2014;
22. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/2911/Sj Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025;
24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Blitar sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan
Peraturan Daerah Nomor 26 tahun 2012;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 7 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2016;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 04 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah;
30. Peraturan Bupati Blitar Nomor 47 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2016;
31. Peraturan Bupati Blitar Nomor 18 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Tahun 2017.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 5
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka keberadaan Keberadaan
RKPD-P Tahun 2017 juga sebagai pedoman bagi SKPD untuk penyusunan Rencana Kerja
(Renja) SKPD tahun 2017. RPJMD dan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan jangka
menengah daerah untuk periode 5 tahunan, yang dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana
tahunan. Rencana kerja tahunan pada tingkat nasional dinamakan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan pada tingkat daerah disebut Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Perubahan (RKPD). Hubungan Renstra K/L dengan RKP dan Renstra SKPD dengan RKPD
adalah bersifat mengikat yaitu penyusunan rencana tahunan harus berpedoman pada
rencana lima tahunan. Sedangkan hubungan antara Renstra K/L dan Renstra SKPD adalah
bersifat konsultatif yaitu penyusunan Renstra SKPD harus memperhatikan Renstra K/L.
Mengingat adanya keselarasan sistem perencanaan dan sistem penganggaran,
maka RKPD harus dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Oleh karena itu penyusunan RKPD tersebut, perlu dilakukan secara
lebih rinci dengan tekanan utama pada penetapan program dan kegiatan.Penetapan
program dan kegiatan tersebut harus pula mencakup indikator dan target kinerja serta
perkiraan kebutuhan dana untuk mendukung pelaksanaan masing-masing program dan
kegiatan. Hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dapat dilihat pada bagan 1.1.
Bagan 1.1 Hubungan Dokumen RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
RPJP
Daerah
RKP
Renja SKPD
RKP
Daerah
RAPBD
RKA SKPD
RPJM
Daerah
Renstra
SKPD
RPJM
Nasional
DPA SKPD
APBD Pedoman
Diperhatikan
Pedoman Bahan
Pedoman
Dijabarkan
Bahan Diacu
Pedoman
Diacu
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 6
1.4 Sistematika Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan
Berikut ini merupakan sistematika dokumen RKPD-P Kabupaten Blitar Tahun 2017.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menjelaskan pengertian ringkas mengenai RKPD-P, proses penyusunan
dan kedudukan RKPD-P tahun rencana dalam periode penyusunan RPJMD,
keterikatan dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD dan
tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Menyebutkan peraturan perundang - undangan yang mengatur tentang
perencanaan dan penganggaran serta tatacara penyusunan dokumen
perencanaan dan pelaksanaan Musrenbang.
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Bagian ini menjelaskan secara ringkas hubungan dokumen RKPD-P dengan
RPJMD Kabupaten Blitar tahun 2016-2021.
1.4. Sistematika Dokumen RKPD-P
Sub bab ini mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD-P
terkait dengan pengarutan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya.
1.5. Maksud dan Tujuan
Memberikan uraian ringkas tentang maksud dan tujuan penyusunan
dokumen RKPD-P.
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD-P TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN
Bab ini menguraikan tentang evaluasi pelaksanaan RKPD-P tahun yang lalu selain
itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dakomuen RKPD-P tahun berjalan
sebagai acuan.
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Bagian ini menjelaskan dan menyajikan secara umum mengenai kondisi
daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi, serta indikator kinerja
penyelenggaraan pemerintah daerah.
BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Bab ini menjelaskan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan
antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 7
pendanaan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan
perkonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah.
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Bagian ini mengemukakan implementasi program perekomonian untuk
mewujudkan visi dan misi kepala daerah, isu strategis daerah sebagai dasar
untuk menyusunprioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan tahun 2017.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Menguraikan kebijakan yang akan ditempuh pemerintah daerah
berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan
belanja daerah.
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pada Bab IV berisi mengenai perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah
berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan
capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan
masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional, kerangka ekonomi daerah beserta
kerangka pendanaan.Perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta
indikasi prioitas kegiatannya, juga memperhatikan apa yang diusulkan oleh SKPD
berdasarkan prakiraan maju pada RKPD tahun sebelumnya.
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan program daerah yang
dsusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana
(RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakanoleh RPJMD. Rencana Program dan
kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat. Diuraikan
dari program dan kegiatan yang paling bermanfaat atau memiliki nilai kegunaan yang
tinggi bagi masyarakat.
BAB VI PENUTUP
Pada Bab V, merupakan bab penutup dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Perubahan Kabupaten Blitar Tahun 2017 beserta lampiran program SKPD
dan penggunaan dana pagu.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 8
1.5 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 adalah untuk acuan dan dasar penyusunan dokumen Renja
SKPD tahun 2017, dengan menjamin sinkronisasi dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. RKPD-P Tahun 2017 merupakan pedoman
dalam penyusunan RAPBD dan merupakan acuan dalam perumusan Kebijakan Umum
Anggaran Perubahan (KUPA) maupuan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Perubahan (PPAS-P) APBD Kabupaten Blitar Tahun 2017. Selanjutnya RKPD-P tersebut
juga dijadikan dasar untuk menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD.
Disusunnya Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Tahun 2017 adalah
untuk memberikan arah serta pedoman bagi semua pelaku pembangunan di Kabupaten
Blitar, dalam rangka mewujudkan pencapaian indikator dan target kinerja
prioritas/agenda/program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD 2016-2021
yang akhirnya ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 9
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan tahun 2017 ini pada
hakekatnya didasarkan pada evaluasi hasil pelaksanaan RKPD tahun 2015 disinergikan
dengan RPJMD Kabupaten Blitar dan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Tahun
2015. Evaluasi tersebut merupakan penelaahan atas pelaksanaan kinerja dari program dan
kegiatan SKPD. Evaluasi juga diselaraskan dengan hasil-hasil laporan kinerja yang menjadi
dasar penyusunan LAKIP SKPD.
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Untuk menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Blitar, Pada bab ini menyajikan
data dan menggambarkan kondisi daerah Kabupaten Blitar yang berkaitan dengan aspek
geografis dan demografis, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing
daerah. Berikut ini merupakan kondisi daerah Kabupaten Blitar.
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
Kabupaten Blitar terletak di Provinsi Jawa Timur bagian selatan yang secara geografis
berada antara 111040'-112010' Bujur Timur dan 7058' – 809'5'' Lintang Selatan. Sementara
itu secara administratif, Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Malang di sebelah utara, Kabupaten Malang di sebelah timur, Samudera
Indonesia di sebelah selatan serta Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah
barat. Letak yang cukup strategis tersebut menjadikan perkembangan kabupaten yang
mempunyai luas wilayah 1.588,79 km² dan terbagi ke dalam 22 kecamatan, 248 desa dan
24 kelurahan ini layak diperhitungkan.
Kondisi alam Kabupaten Blitar sangat beragam, terdiri dari wilayah pegunungan,
dataran rendah, daerah aliran sungai dan pesisir. Secara spesifik, kondisi topografi
kabupaten yang memiliki ketinggian wilayah ± 167 meter adalah sebagai berikut:
1. Wilayah utara memiliki kemiringan berkisar 2% - 15%, 15% - 40% dan lebih besar
dari 40%, dengan relief bergelombang hingga berbukit. Wilayah ini merupakan bagian
dari wilayah Gunung Kelud dan Gunung Butak.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 10
2. Wilayah Tengah merupakan daerah yang relatif datar dengan kemiringan 0-20%.
Namun, bagian timur dari wilayah ini agak bergelombang dengan kemiringan rata-
rata 2-15%.
3. Wilayah Selatan yang sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan
kemiringan 15% - 40%. Terdapat sebagian kecil dari wilayah ini yang berada di sekitar
DAS Brantas dengan kontur agak landai antara 0-20%.
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kabupaten Blitar
Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan 2016
Kondisi geografis Kabupaten Blitar terdiri dari wilayah pegunungan, dataran rendah,
daerah aliran sungai, dan pesisir. Daerah pegunungan berada di bagian utara dengan
adanya Gunung Kelud yang masih aktif dan Gunung Kawi disebelah timur. Sedangkan
pegunungan kapur berada di bagian selatan berbatasan dengan wilayah pesisir pantai
selatan. Daerah dataran rendah berada dibagian tengah dan barat. Daerah aliran sungai
berada dibagian tengah wilayah Kabupaten Blitar dimana terdapat aliran Sungai Brantas
yang membagi Kabupaten Blitar menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan.
Sungai Brantas ini juga sekaligus merupakan muara dari sungai-sungai utama yang mengalir
dari bagian utara Kabupaten Blitar seperti sungai Lekso, sungai Putih dan sebagainya.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 11
Dibagian selatan juga terbentang dari timur ke barat wilayah pesisir Kabupaten Blitar
sepanjang 45 km menghadap Samudera Indonesia.
Jenis batuan yang dijumpai di wilayah Kabupaten Blitar terdiri dari satuan batu
gamping dan satuan batuan vulkanik dan marin yang berumur Miosen, satuan batuan
vulkanik muda, batuan endapan alluvial sungai dan satuan endapan alluvial pesisir. Satuan
batuan gamping terdiri dari batuan gamping terumbu yang banyak dijumpai di wilayah selatan
Kabupaten Blitar dengan jumlah hampir 20% dari luas wilayah yang meliputi Kecamatan
Bakung, Wonotirto sebagian Kecamatan Panggungrejo dan sebagian Kecamatan Wates.
Sedangkan satuan batuan campuran terdiri dari endapan vulkanik (breksi, tuva dan lava)
serta endapan marin (batu gamping, napal, serpik, batu pesisir dan konlomerat) terdapat di
Kecamatan Sutojayan, sebagian Kecamatan Kademangan, Wonotirto, Panggungrejo,
Binangun, Wates, Kesamben, Selopuro dan Ponggok. Satuan batuan vulkanik muda terdiri
dari lava lahar breksi dan lava andesit sampai basalt, terletak seluruhnya di bagian utara
wilayah Kabupaten Blitar dengan jumlah ± 50% dari luas wilayah Kabupaten Blitar.
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Blitar mempunyai pola yang
berbeda antara wilayah utara dengan selatan. Wilayah utara sungai Brantas membentuk pola
aliran (drainase system) radial dimana anak sungai dan sungai-sungai utamanya seolah-olah
berpusat pada gunung Kelud dan Gunung Butak, kemudian menyebar keluar dan bermuara
di sungai Brantas. Wilayah selatah, sungai-sungai dan anak sungai sebagian besar bermuara
di Samudera Indonesai dan hanya sebagian kecil (disekitar Kecamatan Binangun) bermuara
di sungai Brantas. Sumber-sumber mata air utama di Kabupaten Blitar dengan debit air cukup
besar terdapat di Kecamatan Srengat, Gandusari, Wlingi, dan Kesamben. Sedangkan
sumber air lainnya relatif kecil (rata-rata < 5 liter/detik) terletak di Kecamatan Kesamben,
Kademangan, Sutojayan dan Bakung.
Iklim di Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3. yaitu iklim tropis yang ditandai dengan
adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau umumnya
berlangsung antara bulan November–April. Sedangkan musim penghujan antara bulan Mei–
September dengan curah hujan rata-rata 2.000 hingga 3.000 mm/tahun. Suhu rata-rata di
Kabupaten Blitar berkisar antara 24,4 C̊ sampai 28,3 ̊C. Tempat di sekitar pesisir pantai
mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi.
Berdasarkan keadaan morfologi, Kabupatan Blitar termasuk dalam jenis morfologi
pegunungan, perbukitan, dan daratan. Dari segi morfologi pegunungan, terletak pada bagian
Blitar utara dengan ketinggian mencapai 167-2.800 meter dari permukaan laut, yaitu Gunung
Kombang, Gunung Kelud, Gunung Butak. Morfologi tersebut terbentuk berasal dari letusan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 12
gunung api berumur muda dengan kemiringan antara 2 persen hingga 40 persen, meliputi
Kecamatan Talun, Doko, Gandusari, Nglegok, dan Ponggok. Sedangkan untuk morfologi
perbukitan, berada pada wilayah Blitar bagian selatan dengan ketinggian berkisar 100 meter
diatas permukaan air laut (dpl) hingga 350 meter dpl. Morfologi tersebut umumnya terbentuk
dari batuan gamping atau kapur dengan kemiringan antara 20 persen sampai 40 persen,
yang meliputi kecamatan Panggungrejo, Wates, dan Wonotirto. Kemudian untuk morfologi
dataran, terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Blitar. Daerah dataran ini ditempati
oleh batuan hasil letusan gunung api dan juga batuan lepas hasil dari endapatan Sungai
Brantas yang mengalir dari timur ke barat, dengan kemiringan antara 0% sampai dengan
sekitar 20 persen, meliputi Kecamatan Wonodadi, sebagaian Kecamatan Kademangan,
Srengat, Garum, Sanankulon, Kanigoro, Sutojayan, Kesamben, Wlingi, Selopuro dan
Selorejo.
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan kondisi geografis Kabupaten Blitar, sejak jaman dahulu Kabupaten Blitar
dikenal sebagai daerah yang mengandalkan sektor pertanian (Agraris). Lahan yang
digunakan sebagai areal persawahan ini mencapai 19,9 persen dari luas wilayah, belum
termasuk untuk sektor perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan. Komoditas Hasil
Peternakan terdiri dari telur, daging dan susu. Ketiga komoditas ini sangat menonjol dari sisi
produktivitasnya, sehingga mampu menopang ketersediaan bahan pangan masyarakat
khususnya Kabupaten Blitar.
Komoditas unggulan yang dihasilkan dari Kabupaten Blitar meliputi Komoditas
Perkebunan yaitu: Rambutan, Nanas, Teh, Cengkeh, Kopi serta komoditas pertanian
utamanya pertanian tanaman pangan meliputi; padi, jagung, ketela, sayur-sayuran, gula
merah yang di kemas dengan berbagai bentuk.
Komoditas Perikanan terdiri dari ikan hias dengan produk utama adalah ikan Koi, ikan air
tawar dengan produk utama antara lain Gurami, Nila, Lele, Mujair serta ikan laut tangkapan.
Di wilayah pantai terdapat pula beberapa lokasi untuk tambak udang. Seiring kebutuhan akan
bahan baku tambang, saat ini wilayah selatan merupakan pemasok bahan tambang golongan
C seperti, Feldspar, Kaolin, Zeolit, Pasir Besi dan Batu Kapur.
Potensi alam yang bervariasi bisa dikembangkan menjadi obyek wisata yang sangat
berpotensi mengundang wisatawan domestik maupun luar negeri, seperti potensi pantai-
pantai yang tersebar di sepanjang pantai selatan, air terjun, pengembangan desa wisata
ataupun paket-paket inovatif lain dari sektor pariwisata. Pengembangan usaha mikro dan
usaha kecil yang telah ditumbuhkan hampir di setiap desa di Kabupaten Blitar bisa menjadi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 13
potensi pengembangan ekonomi lokal yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat. Lebih-lebih jika dilakukan pengembangan jejaring usaha antar lintas sektoral
yang masing-masing memiliki keunggulan produknya, sehingga tercipta sinergitas
pengembangan usaha bersama di Kabupaten Blitar yang didukung oleh tumbuh dan
berkembangnya lembaga keuangan mikro masyarakat.
Di sisi lain, kondisi geografis Kabupaten Blitar menjadikan adanya perbedaan sosio
kultural bagi penduduk yang mendiami berbagai wilayah di Kabupaten Blitar. Seperti di
wilayah barat kebudayaan masyarakatnya condong ke mentaraman yang merujuk pada
suatu teritori budaya maupun dialek yang digunakan. Sedangkan di bagian timur cenderung
pada dialek yang diucapkan oleh penduduk Kabupaten Malang.
2.1.3 Kawasan Rawan Bencana
Dengan kondisi topografis yang bervariasi, antara lain sepanjang sisi selatan berada
di tepi pantai, serta sisi utara yang bergunung-gunung bahkan terletak di lereng gunung Kelud
yang masih aktif, selain memiliki potensi yang menjanjikan, Kabupaten Blitar juga memiliki
potensi bencana alam yang cukup beragam, antara lain :
a. Daerah rawan Tsunami berada di sepanjang pesisir Selatan Kabupaten Blitar,
meliputi Kecamatan Wates, Panggungrejo, Wonotirto dan Bakung.
b. Daerah rawan bencana Gunung Berapi, meliputi Kecamatan Gandusari, Nglegok,
Ponggok dan Srengat.
c. Daerah rawan Banjir meliputi wilayah di sepanjang aliran sungai Brantas, antara lain
Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Sutojayan.
d. Daerah Rawan Angin Puting Beliung yaitu Kecamatan Srengat, Wonodadi dan
Udanawu.
2.1.4 Demografi
Penduduk merupakan bagian penting dari modal pembangunan, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi sumber daya (input)
produksi sekaligus menciptakan demand barang dan jasa hasil produksi. Namun demikian,
jumlah penduduk harus dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah kependudukan seperti
pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain serta perlu ditingkatkan kualitasnya terutama di era
pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) seperti saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar mencatat bahwa di tahun 2015 jumlah
penduduk Kabupaten Blitar sebanyak 1.145.396 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,51
persen sejak Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) lalu. Dengan luas wilayah 1.588,79 km2
maka rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 721 jiwa per km2.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 14
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2010 – 2015 (Jiwa)
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Dilihat dari persebaran penduduk Kabupaten Blitar, Kecamatan Ponggok merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 101.058 jiwa, sementara
Kecamatan Bakung memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu sejumlah 25.542 jiwa.
Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Sanankulon dengan jumlah
penduduk sebesar 1.672 jiwa per km2, sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan
paling rendah adalah Wonotirto dengan jumlah penduduk 216 jiwa per km2.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2015
No. Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
%
Jumlah Penduduk (jiwa) Sex
Ratio
Kepadatan
(jiwa/km2) L P Total
1. Bakung 111,24 7,00 12.504 13.038 25.542 95,90 230
2. Wonotirto 164,54 10,36 17.873 17.707 35.580 100,94 216
3. Panggungrejo 119,04 7,49 20.617 20.711 41.328 99,55 347
4. Wates 68,76 4,33 14.124 14.094 28.218 100,21 410
5. Binangun 76,79 4,83 21.355 21.330 42.685 100,12 556
6. Sutojayan 44,2 2,78 23.626 24.192 47.818 97,66 1.082
7. Kademangan 105,28 6,63 32.598 32.639 65.237 99,87 620
8. Kanigoro 55,55 3,50 38.719 38.096 76.815 101,64 1.383
9. Talun 49,78 3,13 30.209 30.455 60.664 99,19 1.219
10. Selopuro 39,29 2,47 20.213 19.605 39.818 103,10 1.013
11. Kesamben 56,96 3,59 23.879 24.509 48.388 97,43 850
1.116.639
1.124.775
1.130.4231.136.701 1.140.793 1.145.396
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 15
No. Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
%
Jumlah Penduduk (jiwa) Sex
Ratio
Kepadatan
(jiwa/km2) L P Total
12. Selorejo 52,23 3,29 17.248 17.666 34.914 97,63 668
13. Doko 70,95 4,47 18.840 18.885 37.725 99,76 532
14. Wlingi 66,36 4,18 25.162 25.009 50.171 100,61 756
15. Gandusari 88,23 5,55 33.528 32.949 66.477 101,76 753
16. Garum 54,56 3,43 32.697 32.139 64.836 101,74 1.188
17. Nglegok 92,56 5,83 35.082 34.692 69.774 101,12 754
18. Sanankulon 33,33 2,10 27.869 27.855 55.724 100,05 1.672
19. Ponggok 103,83 6,54 51.159 49.899 101.058 102,53 973
20. Srengat 53,98 3,40 32.362 32.592 64.954 99,29 1.203
21. Wonodadi 40,35 2,54 23.419 23.494 46.913 99,68 1.163
22. Udanawu 40,98 2,58 20.624 20.133 40.757 102,44 995
Kab. Blitar 1.588,79 100 573.707 571.689 1.145.396 100,35 721
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Komposisi penduduk Kabupaten Blitar berdasarkan jenis kelamin selama lima tahun
terakhir sejak SP 2010 disajikan dalam Gambar 2.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
selama kurun waktu tersebut populasi penduduk laki-laki lebih besar dibanding populasi
perempuan.
Grafik 2.2
Komposisi Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Blitar
Tahun 2010- 2015 (Jiwa)
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berpengaruh pada
nilai sex ratio. Nilai sex ratio Kabupaten Blitar dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Laki-Laki 559.475 562.779 565.689 568.596 571.303 573.707
Perempuan 557.164 561.996 564.734 568.105 569.490 571.689
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 16
yang signifikan. Pada tahun 2015, sex ratio Kabupaten Blitar sebesar 100,35. Artinya, dalam
10.000 jiwa penduduk perempuan terdapat 10.035 jiwa penduduk laki-laki. Angka sex ratio
digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan berwawasan kesetaraan gender
maupun sebagai informasi untuk kepentingan mengakomodir tingkat keterwakilan perempuan
dalam lembaga legislatif.
Sementara itu, untuk mengetahui penduduk menurut kelompok usia, dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk tersebut mampu
menunjukkan komposisi penduduk menurut kelompok umur sekaligus menurut jenis kelamin.
Grafik 2.3
Piramida Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2015
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Piramida penduduk di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten
Blitar berada pada rentang usia produktif (15-64 tahun) dengan persentase sebesar 66,62%
(763.093 jiwa). Sisanya merupakan usia non produktif (382.303 jiwa) yang terdiri dari
penduduk usia muda dibawah 15 tahun sebesar 23,51% dan penduduk usia lanjut 65 tahun
keatas sebesar 9,87%.
7,66
7,62
7,74
6,85
6,16
6,746,96
7,57
7,73
7,66
6,66
5,91
4,12
3,59
7,02
10,0 5,0 0,0 5,0 10,0
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
≥ 70
Perempuan Laki-laki
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 17
Grafik 2.4
Persentase Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2015Menurut Golongan Usia
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Melalui informasi di atas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Blitar memiliki potensi
besar dalam hal penyediaan tenaga kerja yang ditunjukkan dengan besarnya persentase usia
produktif. Hal tersebut perlu diimbangi dengan tingginya kualitas sumber daya manusia agar
mampu bersaing di pasar tenaga kerja.
Selain itu, diperoleh informasi pula bahwa dependency ratio atau rasio ketergantungan
yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dan usia produktif
Kabupaten Blitar sebesar 0,50. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap 100
orang yang berusia kerja (dan dianggap produktif) menanggung kurang lebih sebanyak 50
orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan ini
merupakan salah satu indikator demografi penting yang menunjukkan bahwa semakin kecil
rasio tersebut maka semakin baik pula kondisi penduduknya.
Suatu daerah akan memperoleh “bonus demografi” saat nilai depedency ratio-nya
kurang dari 0,5 atau saat 100 orang usia kerja menanggung tidak lebih dari 50 orang usia
nonproduktif. Namun, hal yang tidak kalah penting adalah berapa persen dari jumlah
penduduk usia kerja (angkatan kerja) tersebut yang benar-benar aktif bekerja pada usia
produktifnya.
23,51
66,62
9,87
Usia Muda (< 15) Usia Produktif (15-64) Usia Lanjut (65+)
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 18
2.1.5 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.5.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Pertumbuhan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blitar dihitung dalam dua bentuk
yaitu penghitungan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan penghitungan Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK). PDRB ADHB masih dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga (inflasi),
sedangkan PDRB ADHK memperlihatkan perkembangan PDRB tanpa dipengaruhi
perkembangan harga yang biasanya cenderung naik dari tahun ke tahun.
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya
berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB menggambarkan kemampuan
Kabupaten Blitar dalam mengelola sumber daya daerah yang dimiliki menjadi suatu proses
produksi. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh Kabupaten Blitar sangat
tergantung kepada kondisi sumber daya alam dan faktor produksi yang tersedia.
Selama periode 2010-2015 nilai PDRB Kabupaten Blitar terus mengalami
perkembangan, baik ADHB maupun ADHK Tahun 2010. Dalam rentang waktu tersebut,
pertambahan PDRB ADHB Kabupaten Blitar rata-rata berkisar 2,1 milyar rupiah per tahun.
Angka ini masih kasar dan belum bisa digunakan sebagai indikator perkembangan ekonomi,
karena didalamnya mengandung pengaruh perubahan/kenaikan harga (inflasi). Artinya, bisa
saja pertambahan tersebut mayoritas jsutru disumbang oleh perubahan harga, bukan
kuantitas. Perkembangan ekonomi secara riil, bisa dilihat dari perubahan PDRB ADHK
Kabupaten Blitar yang kemudian lazim disebut dengan istilah pertumbuhan ekonomi. Berikut
adalah tabel PDRB ADHB menurut lapangan usaha tahun 2010 – 2015.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 19
Tabel 2.2
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kategori Lapangan Usaha,
Tahun 2010 – 2015 (Miliar Rupiah)
Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021
Pada tahun 2015, Kabupaten Blitar sukses membukukan PDRB ADHB sebesar 26,7
triliyun rupiah. Maknanya, di tahun tersebut seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk yang berdomisili di wilayah Kabupaten Blitar bernilai 26,7 triliyun rupiah. Sementara
jika ditinjau dari harga konstan, PDRB yang dihasilkan berkisar 20,9 triliyun rupiah.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,721.1 6,304.2 6,969.4 7,675.2 8,647.2 9,615.5
B Pertambangan dan Penggalian 744.6 828.1 847.6 894.9 1,066.5 1,151.3
C Industri Pengolahan 2,206.6 2,447.6 2,572.2 2,788.0 3,075.9 3,444.8
D Pengadaan Listrik dan Gas
12.6 13.0 13.6 12.2 12.4 13.1
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6.9 6.9 7.1 7.5 7.9 8.5
F Konstruksi 1,409.2 1,561.7 1,766.7 1,950.0 2,204.9 2,409.0
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2,628.6 2,967.3 3,389.6 3,740.9 4,037.9 4,556.6
H Transportasi dan Pergudangan
196.0 212.3 228.7 253.3 287.7 321.1
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
134.0 147.7 172.2 185.8 207.1 233.6
J Informasi dan Komunikasi
878.1 956.1 1,023.2 1,134.4 1,190.8 1,311.1
K Jasa Keuangan dan 267.8 360.2 449.9 499.1 561.3 615.3 L Real Estate 307.7 339.7 363.1 394.0 420.7 479.8
M,N Jasa Perusahaan 59.6 65.4 70.2 76.6 80.7 89.0
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
635.6 692.7 762.0 791.3 802.1 869.9
P Jasa Pendidikan 648.8 714.0 804.5 896.9 1,007.3 1,102.1
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
110.9 127.8 146.3 163.0 184.9 202.8
R,S,T,U Jasa lainnya 245.8 268.3 282.2 297.2 330.5 366.9 16,213.9 18,013.4 19,868.5 21,760.5 24,125.7 26,790.3 16,213.9 18,013.4 19,868.5 21,760.5 24,125.7 26,790.3
2014 2015
PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS
Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 20
Tabel 2.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Kategori Lapangan Usaha,
Tahun 2010 – 2015 (Miliar Rupiah)
Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,721.1 5,899.3 6,204.7 6,354.7 6,552.4 6,811.9
B Pertambangan dan Penggalian
744.6 800.8 811.0 845.2 872.5 901.4
C Industri Pengolahan 2,206.6 2,282.5 2,318.2 2,431.6 2,595.9 2,761.3
D Pengadaan Listrik dan Gas
12.6 13.6 15.0 15.3 15.6 15.6
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6.9 6.9 7.0 7.2 7.4 7.6
F Konstruksi 1,409.2 1,480.7 1,576.7 1,709.4 1,815.5 1,871.9
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2,628.6 2,834.3 3,098.8 3,324.7 3,531.6 3,773.5
H Transportasi dan Pergudangan
196.0 205.9 214.7 227.1 243.8 258.9
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
134.0 144.8 162.3 169.1 179.1 189.8
J Informasi dan Komunikasi
878.1 954.4 1,032.4 1,144.1 1,215.1 1,293.4
K Jasa Keuangan dan 267.8 343.5 391.0 422.8 451.1 470.7 L Real Estate 307.7 328.8 344.6 362.7 387.2 409.8
M,N Jasa Perusahaan 59.6 62.4 65.2 67.7 70.6 73.9
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
635.6 666.6 685.5 693.3 695.8 726.7
P Jasa Pendidikan 648.8 680.9 715.3 757.1 821.6 872.2
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
110.9 125.5 136.2 146.4 158.6 168.7
R,S,T,U Jasa lainnya 245.8 263.1 275.9 287.0 301.5 315.1 16,213.9 17,093.9 18,054.5 18,965.2 19,915.3 20,922.3 16,213.9 17,093.9 18,054.5 18,965.2 19,915.3 20,922.3
PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS
2013 2014 2015 2012 Kategori Uraian 2010 2011
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 21
B. Laju Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Tingkat
keparahan inflasi terbagi atas Inflasi ringan (<10% setahun); Inflasi sedang (10%-30%
setahun); Inflasi berat (30%-100% setahun); dan Hiperinflasi ( >100% setahun). Inflasi tahun
ke tahun (yoy) Kabupaten Blitar pada tahun 2011 tercatat sebesar 5,06 persen. Sampai tahun
2015, inflasi Kabupaten Blitar relatif fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu
7,03%.
Grafik 2.5
Perkembangan Inflasi Kabupaten Blitar Tahun 2011 – 2015
Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021
C. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita dihitung dengan pendekatan nilai PDRB ADHB dibagi jumlah penduduk,
meskipun pendekatan tersebut memiliki kelemahan namun telah dianggap dapat memberikan
gambaran tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu atau
perbandingannya dengan daerah lain.
2011 2012 2013 2014 2015
Series1 3,62 4,63 8,05 7,49 1,71
3,62
4,63
8,057,49
1,71
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 22
Grafik 2.6
PDRB Perkapita Kabupaten Blitar (Juta Rupiah)
Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah)
PDRB per kapita masyarakat Kabupaten Blitar tahun 2011 mencapai 16 juta rupiah
dan meningkat menjadi 23,39 juta rupiah pada tahun 2015 atau meningkat rata-rata 10% per
tahun.
D. Indeks Gini
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan
adalah dengan menghitung nilai koefisien gini (Gini Ratio). Ketimpangan distribusi
pendapatan yang dihitung berdasarkan nilai gini ratio ini didasarkan pada kriteria: a) Jika nilai
koefisien gini ……< 0,4, maka dinyatakan tingkat ketimpangan rendah, b)Jika nilai koefisien
gini 0,4 < 0,5, maka dinyatakan tingkat ketimpangannya sedang, dan 3) jika nilai koefisien gini
……> 0,5, maka tingkat ketimpangan distribusi pendapatannya tinggi. Posisi terakhir Gini
Ratio tahun 2013 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur, Kabupaten
Blitar berada di angka 0,33. Angka tersebut dapat diartikan bahwa ketimpangan yang terjadi
di Kabupaten Blitar tergolong rendah dikarenakan nilai koefisien gininya di bawah 0,4.Berikut
adalah gambar indeks gini Kabupaten Blitar.
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB per kapita (jutarupiah)
14,49 16,02 17,58 19,14 21,15 23,39
14,4916,02
17,5819,14
21,15
23,39
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 23
Grafik 2.7
Indeks Gini Kabupaten Blitar Tahun 2008 - 2013
Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021
E. Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan
Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan (GK). Garis kemiskinan
adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum
kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk
hidup layak.
Mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head
Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
Data persentase penduduk Kabupaten Blitar di atas garis kemiskinan disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.5
Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan
Indikator 2011 2012 2013 2014
Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan 88,71 89,29 89,47 89,78
Sumber: Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Series1 0,28 0,30 0,27 0,33 0,36 0,33
0,28 0,30
0,27
0,33
0,36
0,33
-
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 24
2.1.5.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
2.1.5.2.1 Pendidikan
A. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. AMH dapat digunakan untuk:
1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di
daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak
pernah bersekolah atau tidak tamat SD.
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media.
3. Menunjukkan kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga
angka melek huruf dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah.
Capaian kinerja angka melek huruf didukung dengan program seperti
penyelenggaraan kejar paket A, B dan C serta melalui keaksaraan fungsional, pelaksanaan
beberapa pelatihan kecakapan hidup serta peningkatan kualitas pendidikan informal seperti
pelatihan pengelolaan kursus-kursus yang ada di Kabupaten Blitar. Berikut adalah grafik
angka melek huruf Kabupaten Blitar.
Grafik 2.8
Angka Melek Huruf Kabupaten Blitar (%)
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ)
Bupati Blitar Tahun 2011-2016
B. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menghitung angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan adanya metode baru dalam
penghitungan angka IPM, angka rata-rata lama sekolah kabupaten Blitar pada awal periode
tahun 2011 adalah 6,52 tahun. Indikator ini mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan
kondisi sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai 6,82 tahun.
91,9591,96
91,9791,98 91,98
91,92
91,94
91,96
91,98
92
2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 25
Capaian kinerja tersebut didukung dengan program seperti pelatihan kecakapan
hidup, penyelenggaraan kegiatan kejar paket B dan C, serta rintisan wajib belajar pendidikan
menengah 12 tahun. Berikut adalah grafik angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Blitar.
Grafik 2.9
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)
Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah)
C. Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang
mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase
jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun
usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut.
Tabel 2.5
Angka Partisipasi Kasar (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
APK SD/MI 104 97 99 99 123
APK SMP/MTs 101 95 97 98 108
APK SMA/SMK/MA 35 40 49 52 41,25
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan
yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk
mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur
daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
6,52
6,59
6,67
6,82
6,35
6,40
6,45
6,50
6,55
6,60
6,65
6,70
6,75
6,80
6,85
2011 2012 2013 2014
2011 2012 2013 2014
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 26
Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang
bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia diluar batas usia sekolah
pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas
12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia
7 tahun tetapi telah masuk SD.
Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan
tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah.
Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang
pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda atau mungkin
bisa jg akibat adanya sistem akselerasi. Pada kondisi APK ini dapat terlihat semakin tinggi
tingkat pendidikan, nilai realisasinya semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor
seperti masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang apada khirnya mengalami
kesulitan biaya untuk menlanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, masih rendahnya
kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.
D. Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia
sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Bila
APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah
dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat
berapa usianya, maka APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
Tabel 2.6
Angka Partisipasi Murni (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
APM SD/MI 95 96 92 90,31 91
APM SMP/MTs 83 78 80 80,68 71,22
APM SMA/SMK/MA 28 31 36 40 32,01
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan
mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai
APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih
antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat
bersekolah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 27
2.1.5.2.2 Kesehatan
A. Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran
Angka kematian bayi (AKB) ini menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
pada setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu
kelahiran hidup). Berikut ini disajikan AKB di Kabupaten Blitar Tahun 2011 sampai dengan
2015 yang menunjukkan hal menggembirakan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun AKB
mengalami penurunan dari 14,09 pada Tahun 2011 menjadi 10,5 pada Tahun 2015.
Grafik 2.10
Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
B. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh
bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka harapan hidup bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada
umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup dapat
diketahui dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
14,09 14,313,4
10,64 10,5
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 28
Grafik 2.11
Angka Usia Harapan Hidup (Tahun)
Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah)
Peningkatan AHH dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
C. Persentase Balita Gizi Buruk
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk
terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur.
Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
Pada tahun 1999, WHO mengelompokkan wilayah berdasarkan kecamatan untuk
level kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk level provinsi berdasarkan prevalensi gizi
kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu:
a. rendah = di bawah 10 %
b. sedang = 10-19 %
c. tinggi = 20-29 %
d. sangat tinggi = 30 %
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat
badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang
telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi
baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar
dikatakan gizi buruk.
72,36
72,42
72,47
72,50
72,25
72,30
72,35
72,40
72,45
72,50
72,55
2011 2012 2013 2014
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 29
Indikator prevalensi balita gizi buruk pada awal periode tahun 2011 mencapai 0,1
persen mengalami keadaan yang hampir sama pada setiap tahunnya, dengan kondisi sampai
dengan tahun 2015 dengan angka yang sama yaitu 0,1 persen. Capaian tersebut selalu
mencapai target <1 per 1000 balita. Angka disini berarti Pemerintah Kabupaten Blitar berhasil
menjaga Angka Prevalensi Balita Gizi Buruk tetap di bawah <1 per 1000 balita, sehingga
target nasional telah terpenuhi.
Tabel 2.7
Persentase Balita Gizi Buruk (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase Balita Gizi Buruk 0,1 0,04 0,11 0,13 0,1
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016
2.1.5.2.3 Ketenagakerjaan
A. Jumlah Angkatan Kerja
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization) tenaga kerja atau
disebut juga dengan penduduk usia kerja merupakan penduduk usia 15 tahun atau lebih.
Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat
dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut.
Tabel 2.8
Jumlah Angkatan Kerja (Orang)
Indikator 2011 2012 2013 2014
Jumlah Angkatan Kerja 590.838 593.469 616.259 606.076
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
B. Pencari Kerja Yang Ditempatkan
Di tahun 2015, jumlah pencari kerja yang ditempatkan mengalami penurunan. Berikut
adalah tabel pencari kerja yang ditempatkan di Kabupaten Blitar.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 30
Tabel 2.9
Pencari Kerja Yang Ditempatkan (Orang)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Pencari Kerja Yang Ditempatkan 4.511 4.223 4.124 4.106 2.437
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
C. Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau pun pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerap. Pengangguran terbuka merupakan
bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi
mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau
sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja.
Tabel 2.10
Tingkat Pengguran Terbuka (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) 2,19 2,01 1,97 1,90 1,85
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
D. Keselamatan dan Perlindungan
Keselamatan dan perlindungan Kabupaten Blitar ditunjukkan melalui tabel berikut.
Tabel 2.11
Keselamatan dan Perlindungan (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Keselamatan dan perlindungan tenaga kerja 100 100 100 100 75
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 31
2.1.5.4 Fokus Seni Budaya dan Olahraga
A. Jumlah Klub Olahraga
Pada tahun 2011 tercatat hanya terdapat 4 klub olahraga yang mengalami sedikit
peningkatan hingga tahun 2015 menjadi 7 klub olahraga. Jumlah klub olahragapun perlu terus
ditingkatkan sebagai sarana pengembangan diri pemuda yang merupakan tulang punggung
serta penerus cita-cita bangsa.
Grafik 2.12
Jumlah Klub Olahraga (Klub)
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
B. Jumlah Gedung Olahraga
Hanya terdapat sebuah gedung olah raga di Kabupaten Blitar hingga tahun 2015.
Senada dengan indikator sebelumnya, sarana berupa gedung olah raga perlu terus
dikembangkan sebagai sarana pengembangan diri pemuda yang merupakan tulang
punggung serta penerus cita-cita bangsa.
Tabel 2.12
Jumlah Gedung Olahraga (Unit)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Gedung Olahraga 1 13 2 1 1
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
4 4
5
6
7
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 32
2.1.6 Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum merupakan aspek kedua dari tiga aspek pada indikator
kinerja kunci yang tercantum pada Permendagri No 54 Tahun 2010. Aspek pelayanan umum
memberikan gambaran kinerja pemerintah dalam melayani penduduknya. Aspek pelayanan
umum dibagi menjadi dua yaitu urusan wajib dan urusan pilihan, keduanya akan dijabarkan
sebagai berikut.
2.1.6.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
2.1.6.1.1 Pelayanan Pendidikan
Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan mempunyai nilai strategis berupa
kontribusi terhadap pertumbuhan IPM. Keberhasilan di bidang pendidikan dapat diukur dari
pemerataan dan perluasan pendidikan serta peningkatan efisiensi dan kualitas manajemen
pendidikan yang berupa Angka Partisipasi Murni, Angka Buta Huruf, angka putus sekolah,
Angka Partisipasi Sekolah dan Angka Partisipasi kasar (APK) SMP/MTS.
A. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu
kelompok umur. APS SD/MI tahun 2014 dengan kelompok umur 7-12 tahun sebesar 93,95
persen, dan APS SMP/MTs dengan kelompok umur 13-15 tahun sebesar 96,45 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa masih ada 6,05 persen anak umur Sekolah Dasar di Kabupaten Blitar
saat ini sedang tidak aktif bersekolah. Selanjutnya, anak umur Sekolah Menengah Pertama
yang sedang tidak aktif bersekolah sebanyak 23,55 persen. Hal ini memberikan gambaran
bahwa tugas pemerintah masih cukup berat untuk mensukseskan program wajib belajar 9
tahun dimasa datang. Berikut adalah tabel Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Blitar untuk
usia 7-12 tahun dan usia 13-15 tahun.
Tabel 2.13
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Indikator 2011 2012 2013 2014
Usia 7 – 12 tahun 91.31 91.55 93.42 93.95
Usia 13 -15 tahun 69 70 72.33 76.45
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 33
B. Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per
10.000 jumlah penduduk usia sekolah dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk
menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Kondisi rasio ketersediaan sekolah
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14
Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah Dasar
Indikator 2011 2012 2013 2014
Pendidikan Dasar 0.126389 0.126389 0.125694 0.126389
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
C. Rasio Guru/Murid
Rasio guru terhadap murid dihitung melalui perbandingan antara jumlah guru tingkat
pendidikan dasar per 1000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Selain itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk setiap
guru agar tercapai standar kualitas mutu pengajaran yang baik. Berikut adalah tabel rasio
guru terhadap murid untuk pendidikan dasar pada Kabupaten Blitar dengan periode 2011-
2014.
Tabel 2.15
Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs
Indikator 2011 2012 2013 2014
- SD/MI 1:16 1:16 1:15 1:11
- SMP/MTs 1:11 1:11 1:10 1:10
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
D. Penduduk yang berusia >15 Tahun Melek Huruf (Tidak Buta Aksara)
Pemerintah berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
berbagai cara, selain pendidikan formal terdapat beberapa langkah, salah satunya adalah
dengan cara pemberantasaan buta aksara.Pada tahun 2015, hampir seluruh penduduk usia
15 tahun ke atas (98%) mampu membaca dan menulis. Data dari Dinas Pendidikan
menyebutkan bahwa masih terdapat 14.207 dari 858.986 jiwa yang tidak dapat baca tulis.
Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya serta melampaui target yang
ditetapkan, sebagaimana tabel dibawah ini.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 34
Tabel 2.16 Penduduk yang berusia >15 Tahun Melek Huruf
(Tidak Buta Aksara)
Indikator 2012 2013 2014 2015
Penduduk >15 tahun melek huruf (buta aksara) 87,68 87,21 85,92 98
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar
E. Sekolah Pendidikan SD, SLTP & SLTA Kondisi Bangunan Baik
Selain rasio ketersediaan sekolah dan rasio guru, mutu pendidikan juga dapat dinilai
melalui kondisi bangunan yang baik. Di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, kondisi
bangunan mengalami peningkatan positif setiap tahunnya.
Tabel 2.17 Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Baik (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi
bangunan baik 0.33 0.66 0.67 0,71
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Tabel 2.18 Sekolah Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
Kondisi Bangunan Baik (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014
Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik 85 85 86 87
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
F. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal, dan informal.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 35
Tabel 2.19 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
62,37 60 61 62
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
G. Angka Kelulusan
Angka kelulusan adalah persentase kelulusan yang dicapai setiap tahunnya pada
setiap jenjang pendidikan. Angka kelulusan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah serta kebijakan yang berkaitan
dengan pendidikan daerah. Berikut adalah tabel angka kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA pada Kabupaten Blitar.
Tabel 2.20 Angka Kelulusan (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Kelulusan SD/MI 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan SMP/MTs 100 100 100 100 100
Angka Kelulusan SMA/SMK/MA 100 100 100 100 100
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Dari tabel tersebut tercatat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2015, Kabupaten
Blitar tercatat bahwa seluruh siswa SD/MI hingga SMA/SMK/MA lulus dengan angka 100
persen. Hal ini menggambarkan bahwa tigkat penddidikan di Kabupaten Blitar baik siswa dan
tenaga pengajar memiliki kualitas yang baik, hal ini diharapkan akan tetap berjalan dengan
sangat baik hingga tahun mendatang.
2.1.6.1.2 Pelayanan Kesehatan
A. Angka Usia Harapan Hidup
Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan berdampak pada membaiknya
tingkat kesehatan penduduk. Ketersediaan tenaga kesehatan juga sangat berpengaruh
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Disadari bahwa pembangunan kesehatan
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan
ekonomi sehingga pembangunan kesehatan dapat dianggap sebagai investasi bagi
pembangunan masyarakat di masa yang akan datang. Oleh sebab itu peningkatan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 36
pelayanan di bidang kesehatan dan akses masyarakat terhadap sektor kesehatan perlu
mendapatkan perhatian utama. Indikator utama tingkat kesehatan masyarakat di suatu
daerah adalah Umur Harapan Hidup.
Grafik 2.13 Angka Usia Harapan Hidup (Tahun)
Sumber: BPS Kabupaten Blitar, 2016 (diolah)
B. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk
Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu bermanfaat untuk mengetahui cakupan
pelayanan fasilitas kesehatan tersebut dalam memenuhi pelayanannya kepada penduduk
agar pelayanan kesehatan dapat terpenuhi sesuai dengan standar pelayanan.
Tabel 2.21
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Puskesmas,
Pustu, poliklinik 1:38.703 1 : 11.262 1:12.300 1 : 33.563 1:10.908
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016
Semakin tinggi nilai rasio fasilitas kesehatan maka semakin banyak penduduk yang
dilayani oleh puskesmas ataupun pustu. Sedangkan semakin rendah nilai rasio fasilitas
kesehatan maka semakin sedikit penduduk yang dilayani oleh puskesmas ataupun pustu.
Penambahan jumlah fasilitas kesehatan seperti pustu dan dan puskesmas perlu ditingkatkan
seiiring dengan perkembangan jumlah penduduk sehingga penduduk di Blitar memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal.
72,36
72,42
72,47
72,50
72,25
72,30
72,35
72,40
72,45
72,50
72,55
2011 2012 2013 2014
2011
2012
2013
2014
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 37
C. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000
penduduk. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, asuhan keperawatan yang bekesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien.
Nilai rasio rumah sakit menunjukkan perbaikan setiap tahunnya namun angka
tersebut masih tercatat relatif kecil sehingga diperlukan penambahan jumlah rumah sakit
dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejauh ini, kurangnya jumlah
rumah sakit diimbangi dengan jumlah puskesmas beserta jaringannya. Berikut adalah tabel
rasio rumah sakit per satuan penduduk.
Tabel 2.22
Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Rumah
Sakit 1:2.851 1:2.371 1:2.400 1:1.300 1 : 1.517
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016
D. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat
diberikan oleh dokter dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Tabel berikut adalah
perkembangan rasio dokter baik umum maupun spesialis per satuan penduduk di Kabupaten
Blitar dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 2.23
Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio dokter 1:28.221 1:23.969 1:25.260 1:6.750 1 : 11.184
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016.
E. Rasio Tenaga Paramedis Per Satuan Penduduk
Rasio tenaga medis per satuan penduduk tercatat mengalami peningkatan hingga
tahun 2015.
Tabel 2.24 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio tenaga para Medis
1:3.010 1:3.284 1:1.939 1:1.940 1 : 1.476
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Tahun 2016.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 38
2.1.6.1.3 Ketenagakerjaan
Angka TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)atau tuna karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau pun pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerap.
Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang
sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang
sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Tabel 2.25 Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,19 2,01 1,97 1,90 1,85
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
2.1.6.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
Fokus layanan urusan pilihan merupakan urusan pemerintahan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah. Urusan pilihan membahas mengenai pertanian, kehutanan, energi
dan sumber daya, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan dan perindustrian.
2.1.6.2.1 Pertanian
Produksi padi tahun 2015 di Kabupaten Blitar mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya. Secara detail hal tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 2.26
Produksi Padi Kabupaten Blitar (Ton)
Indikator 2012 2013 2014 2015
Produksi Padi 308.256 318.154 329.798 351.348
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan UPSUS padi
yang bekerjasama dengan TNI AD dalam Program Swasembada Beras 2017 serta
peningkatan dukungan sarana dan prasarana pertanian yang dilakukan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 39
2.1.6.2.2 Kehutanan
Kontribusi sub sektor kehutanan pada PDRB relatif kecil, yakni sebesar 1,11 persen
pada tahun 2015. Berikut adalah tabel kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB pada
Kabupaten Blitar.
Tabel 2.27
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Kontribusi Sektor
Kehutanan
Terhadap PDRB
0,62 0,63 0,62 0,61 1,11
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
2.1.6.2.3 Industri dan Perdagangan
Kontribusi sub sektor industri pada PDRB relatif kecil, yakni sebesar 12,86 persen
pada tahun 2015. Berikut adalah tabel kontribusi sektor industri terhadap PDRB berdasarkan
ADHB dan ADHK.
Tabel 2.28
Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Kontribusi Sektor Industri terhadap
PDRB
2,44 2,40 2,40 2,39 12,86
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Dari sisi perdagangan,capaian cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal
Pada tahun 2011 Kabupaten Blitar tercatat 5 persen lalu hingga tahun 2015 tercatat 6%, hal
ini masih jauh dari target pada Tahun 2015 yaitu 11%. Maka dengan ini pemerintah daerah
perlu membuat program agar kelompok pedagang atau usaha informal dapat lebih maju lagi
di Kabupaten Blitar. Berikut adalah tabel cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal.
Tabel 2.29
Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan bina kelompok
pedagang/usaha informal 5 7 9 9 6
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ)
Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 40
2.1.6.2.4 Pariwisata
Pada tahun 2015, laporan dari Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata
(Disporbudpar) Kab. Blitar menunjukkan terjadinya kenaikan jumlah kunjungan wisata dari
1.495.999 kunjungan di tahun 2014 menjadi 1.560.015 kunjungan di tahun 2015.
Grafik 2.14
Kunjungan Wisata (Kunjungan)
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
2.1.6.2.5 Kelautan dan Perikanan
Perikanan tangkap bersumber dari hasil tangkapan di laut maupun di perairan umum
darat (PUD). Perikanan budidaya memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap
produksi perikanan di Kabupaten Blitar. Berikut adalah tabel produksi perikanan di Kabupaten
Blitar dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
Tabel 2.30
Produksi Perikanan
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Produksi
Perikanan
Tangkap
12,92 15,76 16,77 12,46 13,2
Produksi
Perikanan
Budidaya
87,08 84,24 83,23 87,54 86,8
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 41
2.1.7 Aspek Daya Saing Daerah
Aspek daya saing daerah terdiri dari empat fokus penilaian yakni fokus kemampuan
ekonomi daerah, fokus fasilitas wilayah/infrastuktur, fokus iklim berinvestasi dan fokus sumber
daya manusia. Aspek daya saing daerah menjelaskan mengenai kesiapan suatu daerah untuk
maju dan berkembang. Data yang tersedia untuk menjelaskkan sub bab ini tidak cukup
banyak, serta data untuk mengetahui capaian sumber daya manusia tidak tersedia sehingga
tidak dapat diketahui capaiannya. Capaian dari aspek daya saing daerah dapat diketahui dari
ketiga fokus berikut ini.
2.1.7.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
A. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Indikator ini merupakan fokus pertama yang dinilai untuk melihat capaian daya saing
daerah. Fokus kemampuan ekonomi daerah melihat kesiapan suatu daerah dari sesi ekonomi
dalam rangka mendukung investasi yang masuk ke daerah tersebut. Dari data yang tersedia
fokus kemampuan ekonomi daerah dapat diketahui dari sub fokus otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan
persandian yang didetailkan pada pembahasan pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita.
Konsumsi rumah tangga perKapita adalah pengeluaran rumah tangga yang digunakan
untuk keperluan makan dan bukan makan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
dapat menggambarkan pendapatan suatu rumah tangga, sehingga dengan kata lain
pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan
suatu rumah tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di negara berkembang seperti
Indonesia banyak digunakan untuk kategori makanan, berbeda dengan di negara maju yang
pengeluaran untuk makanan lebih sedikit.
Capaian pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita pada tahun 2011 tercatat Rp
646.740 lalu hingga tahun 2015 tercatat Rp. 660.250. Berikut adalah tabel pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita pada Kabupaten Blitar.
Tabel 2.31
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita (Ribu Rupiah)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Pengeluaran konsumsi
rumah tangga per kapita per
bulan
646,74 657,23 659,12 660,03 660,25
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 42
B. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan PerKapita
Capaian kinerja Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita pada tahun 2015
tercatat Rp. 310.110, lalu tahun 2012 tercatat Rp. 316.460, lalu pada tahun 2015 tercatat Rp.
323.790. Berikut adalah tabel pengeluaran konsumsi non pangan per Kapita dari tahun 2011
hingga tahun 2015.
Tabel 2.32
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan PerKapita(Ribu Rupiah)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Pengeluaran konsumsi non pangan
perkapita per bulan (Ribu Rupiah) 310,11 316,46 321,32 322,42 323,79
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
C. Nilai Tukar Petani
Nilai tukar petani mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir walaupun
peningkatannya tidak terlalu pesat.NTP pada Tahun 2013 sebesar 104,59 sedangkan Tahun
2014 mencapai 104,75.
Tabel 2.33
Nilai Tukar Petani
Indikator 2012 2013 2014
Nilai Tukar Petani 103,83 104,59 104,75
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
2.1.7.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrasttuktur
2.1.7.2.1 Fasilitas Wilayah/infrastruktur
A. Proporsi Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik
Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik digunakan untuk mengidentifikasi kualitas
jalan dari keseluruhan panjang jalan. Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik adalah
panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan baik
nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Hingga tahun 2015, panjang jalan kabupaten dalam keadaan baik hanya sebesar 34,4
persen. Dengan melihat data tersebut, program pemerintah daerah yang akan datang perlu
difokuskan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur sebagai salah satu sarana penunjang
perekonomian Kabupaten Blitar.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 43
Tabel 2.34
Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase panjang jalan Kabupaten yang
kondisinya baik (%)
43,54 46,65 49,76 47,14 34,4
Persentase panjang jalan lingkungan yang
kondisinya baik
62 63 71 73 66
Sumber: Laporan Kinerja Kabupaten Blitar 2015
Disamping itu, melalui program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan yang berada di
bawah Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Blitar, di tahun 2015, 66% atau
2.891 km jalan lingkungan berada pada kondisi baik dari total 4.400 km jalan lingkungan di
seluruh wilayah Kabupaten Blitar.
B. Jaringan Irigasi
Data panjang jaringan irigasi di Kabupaten Blitar dari tahun 2011 hingga tahun 2015
ditunjukkan melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.35
Jaringan Irigasi (Km)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Jaringan Irigasi 14.7 Km 20 km 43 Km 65 km
65
km
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
C. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk dihitung dengan cara menjumlahkan
masing-masing tempat ibadah yang ada di Kabupaten Blitar, dibagi dengan jumlah penduduk
sesuai agama yang dianut dikali dengan 1000. Angka tersebut di Kabupaten Blitar
menunjukkan bahwa penambahan tempat ibadah berjalan seiring dengan pertumbuhan
penduduk dengan angka yang berada di kisaran 1.
Tabel 2.36
Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
Indikator 2011 2012 2013 2014
Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk 1,01 0,93 1,16 1,19
Sumber: Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2015 (Data Diolah)
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 44
D. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Blitar sesuai dengan tugas dan fungsinya
melakukan penanganan terhadap sampah domestik. Kegiatan penanganan sampah tersebut
dilakukan melalui penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di 4 lokasi yaitu; Tegalasri,
Kesamben, Sutojayan dan Srengat. Dari empat lokasi tersebut TPA Tegalasri menggunakan
sistem control landfill, sedangkan lokasi yang lain masih menggunakan sistem open dumping.
Hingga saat ini di Kabupaten Blitar terdapat 21 lokasi Tempat Penampungan Sementara
(TPS) dan 3 lokasi TPS 3R. Volume sampah domestik yang dapat ditangani oleh Dinas PU
Cipta Karya berkisar 30,61% atau 156,259 m3 per hari sedangkan sisanya sebesar 354,279
m3 belum dapat ditangani.
E. Rumah Tidak Layak Huni
Berdasarkan pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilaksanakan pada
tahun 2012 diketahui terdapat 11.408 unit RTLH di Kabupaten Blitar dengan jumlah terbesar
berlokasi di Kecamatan Bakung sebanyak 1.032 unit. Pemerintah Kabupaten Blitar
selanjutnya menindaklanjuti pengentasan RTLH yang dilakukan melalui beberapa cara
dengan mengacu pada ketentuan rehab RTLH dari Kemenpera, diantaranya penganggaran
melalui Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, bedah rumah yang dilaksanakan Bank Jatim
dalam program CSR, serta penganggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
dikerjakan oleh Kodim 0808.
2.1.7.2.2 Penataan Ruang
Dalam hal penataan ruang, Pemerintah Kabupaten Blitar saat ini tengah merevisi
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Blitar Tahun 2008-2028 menjadi Peraturan Daerah Tentang RTRW Kabupaten
Blitar tahun 2011-2031. Berdasarkan analisis terhadap pola ruang wilayah Kabupaten Blitar
terdiri dari Kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Lindung terdiri atas : (a)
Kawasan hutan lindung, (b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, (c) Kawasan perlindungan setempat, (d) Kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya, (e) Kawasan rawan bencana alam, dan (f) Kawasan lindung lainnya.
Sedangkan untuk kawasan budidaya terdiri dari: (a) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi,
(b) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, (c) Kawasan Peruntukan Pertanian, (d) Kawasan
peruntukan perikanan dan kelautan, (e) Kawasan Peruntukan Pertambangan, (f) Kawasan
Peruntukan industri, (g) Kawasan Peruntukan pariwisata, (h) kawasan peruntukan
pemukiman dan (i) Kawasan peruntukan lainnya. Didalam kawasan peruntukan pertanian
terdapat kawasan yang digunakan untuk kawasan pertanian tanaman pangan yang terdiri
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 45
dari ; (a) pertanian tanaman pangan lahan basah yang meliputi sawah irigasi dan sawah
bukan irigasi seluas 31.725 hektar, (b) pertanian tanaman pangan lahan kering seluas 44.968
hektar dan (c) pertanian tanaman pangan berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih
28.403,32 hektar.
Kawasan Perhutani terdiri dari 8 kecamatan yang meliputi kecamatan Campurdarat,
Kalidawir, Rejotangan, Lodoyo Barat, Lodoyo Timur, Kesamben, SumberPucung dan Wlingi
yang tercatat pada tahun 2013 memiliki kawasan hutan baik terbagi atas hutan produksi dan
hutan lindung sebagai salah satu aset daerah.
Tabel 2.37
Luas hutan Produksi, Hutan Lindung dan luas Tanah Kosong
BKPH
Hutan
Produksi
(Ha)
Hutan
Lindung
(Ha)
Luas Tanah Kosong
2009 2010 2011 2012 2013
CampurDarat - - 1369,7 92,3 417,5 124,3 210,7
Kalidawir - - 375,5 4,9 91,6 57,4 46,9
Rejotangan 4917,5 81,5 612,7 51,2 246,1 649,3 175,8
LodoyoBarat 7968,4 15,4 344,2 1,1 32,6 169,4 69,2
LodoyoTImur 4579,3 1239,8 420,5 2,0 197,5 186,5 324,9
Kesamben 3236,6 1000,7 260,4 6,3 46,8 66,6 10,6
Sumberpucung - - 115,7 50 28 - 162,4
Wlingi 2811,9 9568,2 40 11,1 10,8 23,5 16,6
Sumber : Perum Perhutani KPH Blitar dalam Blitar 2014 data diolah 2015
Untuk kawasan strategis yang terdapat di Kabupaten Blitar meliputi: (a) Kawasan
strategis propinsi dan (b) kawasan strategis kabupaten. Yang termasuk dalam kawasan
strategis propinsi adalah Kawasan Candi Penataran yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial budaya, dan Daerah Aliran sungai Brantas sebagai daya dukung
lingkungan hidup. Sedangkan kawasan strategis Kabupaten dibagi menurut sudut
kepentingan ekonomi, sosial budaya serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 46
2.1.7.2.3 Sarana Transportasi
A. Ijin Trayek
Ijin trayek di Kabupaten Blitar tahun 2015 tercatat sejumlah 11 trayek, diantaranya
yaitu trayek Blitar-Nglegok-Penataran-Dayu-Blitar PP dengan kode trayek BB. Trayek kode
BW melintasi Brongkos-Binangun-Wates PP serta kode BG dengan trayek Blitar-
Kademangan-Gawang PP.
Tabel 2.38
Angkutan Trayek di Kabupaten Blitar Tahun 2015
NO KODE
TRAYEK URAIAN TRAYEK
1. BB Blitar-Nglegok-Penataran-Dayu-Blitar PP
2. BW Brongkos- Binangun- Wates PP
3. WPT Wlingi-Kanigoro-Terminal Patria PP
4. WK Wlingi-Semen-Krisik PP
5. WKn Wlingi-Selopuro-Bendosewu-Kanigoro PP
6. WR Wlingi-Doko-Resapombo PP
7. KBK Kademangan-Lodoyo-Birowo-Ngadri-Kesamben PP
8. LS Lodoyo-Panggungrejo-Serang PP
9. SAR Sumberagung-Ngrendeng-Banjarsari-Resapombo PP
10. BL Blitar-Lodoyo PP
11. BG Blitar-Kademangan-Gawang PP
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
B. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi
serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Indikator ini dihitung
dengan menjumlahkan terminal bus di Kabupaten Blitar.
Tabel 2.39
Jumlah Terminal Bis
Indikator 2011 2012 2013 2014
Jumlah Terminal Bis 8 7 8 8
Sumber: Kabupaten Blitar Dalam Angka Tahun 2015
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 47
C. Pemasangan Rambu-Rambu
Rambu-rambu sangat penting untuk meningkatkan keselamatan tansportasi karena
rambu-rambu berfungsi memberikan informasi terhadap apa saja yang terdapat dalam setiap
perjalanan darat, air maupun udara bagi pengendara. Secara lengkap rambu-rambu di
Kabupaten Blitar ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 2.40
Pemasangan Rambu-rambu
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Bertambahnya prasarana dan fasilitas perhubungan (rata-rata pengadaan rambu-rambu lalu lintas)
-189 bh rambu lalin ukuran sedang
-306 bh rambu lalin uk. Sedang
- 513 bh rambu lalin ukuran sedang
- 497 bh rambu lalin uk. Sedang
- 270 bh rambu lailn uk. Sedang
-56 m Guadril
- 140 m guadril
- 1.408m2marka jalan
- 80 M guadril
-462 m2 Marka Jalan
- 527 m marka jalan
-144 m Guadril
- 2 unit traffic light
3 bh RPPJ -70 m2 Marka Jalan
- 6 unit lampu kedip
1.155 M2 marka jln
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
2.1.7.3 Fokus Iklim Berinvestasi
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta melalui roda
pemerintahan dan pembangunan maka diperlukan sebuah campur tangan dan bantuan dari
pihak-pihak non-pemerintahan yang turut membantu dalam mensejahterakan kehidupan
masyarakat. Bentuk dari upaya tersebut dapat berwujud sebuah investasi jasa-jasa, pendirian
sarana wisata, rumah makan, perhotelan dan lain sebagainya. Sarana akomodasi selalu
berkaitan dengan nilai-potensi-potensi wisata karena bagaimanapun visitor/pengunjung yang
hadir di obyek wisata biasanya menggunakan sarana perhotelan untuk menginap.
Berdasarkan data Blitar dalam angka tahun 2015 Kabupaten Blitar memiliki 15 tempat wisata
dengan 14 diantaranya adalah wisata alam. Sementara jumlah hotel yang ada di kabupaten
malang masih berjumlah 8 tempat penginapan dengan jumlah kamar sebanyak 185 kamar
saja. Kabupaten Blitar memilki potensi alam yang masih besar dan belum tereksplor maka
merupakan sebuah kesempatan tersendiri bagi pembangunan pariwisata dan perhotelan
untuk berinvestasi.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 48
A. Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan
dalam periode 1 (satu) tahun. Angka kriminalitas juga dapat diartikan rata-rata kejadian
kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Kegiatan yang termasuk tindak kriminal
adalah curanmor (pencurian motor), pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan lain
sebagainya. Angka kriminalitas bermanfaat untuk menilai tingkat keamanan di Kabupaten
Blitar, karena semakin tinggi angka kriminalitas maka Kabupaten Blitar semakin tidak aman,
dandemikian sebaliknya. Angka kriminalitas yang telah tertangani dari tahun 2011 hingga
tahun 2014 tercatat 80%, lalu tahun 2015 tercatat menurun dengan tercatat hanya 40%.
Angka kriminalitas ini harus diperhatikan dengan baik oleh pemerintah daerah, karena ini akan
berdampak besar kepada masyarakat dan bahkan pembangunan ekonomi di Kabupaten
Blitar. Berikut adalah tabel angka kriminalitas di Kabupaten Blitar.
Tabel 2.41
Angka Kriminalitas (%)
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Angka kriminalitas 50 80 40 80 40
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati Blitar Tahun 2011-2016
B. Perijinan
Iklim persaingan dalam sektor perdagangan juga merupakan salah satu upaya
pembangunan daerah yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kabupaten
Blitar yang terkonsentrasi pada sektor sekunder memang merupakan fokus utama pemerintah
dalam mengembangkan potensi daerah. Selain itu perusahaan dan perdagangan juga perlu
diperbanyak selain memberikan nilai terhadap pendapatan daerah juga dapat menyerap
jumlah tenaga kerja. Indikasi jumlah perusahaan di Kabupaten Blitar memiliki angka naik yang
signifikan sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut tentang perkembangan pemegang
tanda daftar perusahaan (TDP).
Tabel 2.42
Perkembangan Pemegang Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
No Badan Usaha
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1. Perseroan terbatas 143 172 205 229 253
2. Koperasi 213 234 252 257 262
3. Persekutuan komanditer 955 1107 1195 1229 1263
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 49
4. Firma - - - - -
5. Perusahaan perseorangan 8460 9072 9791 10170 10549
6. Bentuk usaha lain 11 12 18 343 668
Sumber : Blitar dalam angka, 2015
Berdasakan data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2014 pemegang
tanda daftar perusahaan (TDP) semakin meningkat dari tahun ke tahun dari berbagai bentuk
badan usaha. Artinya semankin banyak badan usaha yang didirikan berarti semakin banyak
pula jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh perusahaan dana salah satu tugas
pemerintah adalah menyediakan lapangan pekerjaan. Sementara di tahun yang sama 22
kecamatan dikabupaten blitar masih memiliki 25 Stasiun Pompa Bahan Bakar Umum (SPBU).
Jumlah ini tidak berubah dimana tahun 2013 lalu jumlah statisun pompa bahan bakar
berjumlah 24 SPBU. Dimana 6 kecamatan tidak memiliki stasiun pompa bahan bakar umum.
Pada tahun 2013 Industri pembuatan dan penjualan makanan yang diawasi terdapat
sebanyak 38 industri rumahan katering, 416 produksi makanan dan 44 restoran. Profil industri
pengolahan di Kabupaten Blitar apabila dilihat lebih lanjut cenderung didominasi oleh
industri kecil. Walaupun porsi jumlah perusahaan industri besar dan sedang di
Kabupaten Blitar lebih sedikit, namun demikian apabila dilihat dari kemampuannya dalam
penyerapan tenaga kerja peranan kelompok industri besar dan sedang tidak dapat
diabaikan.
C. Komunikasi dan Informatika
Pelayanan listrik di Kabupaten Blitar yang dikelola oleh PLN didominasi oleh
penggunaan rumah tangga dengan jumlah pelanggan mencapai 158.000 dan untuk
komersial serta industri sebanyak 2254 dan 126 pelanggan. Pelayanan telekomunikasi
khususnya telepon untuk wilayah Blitar telah menjangkau diseluruh wilayah kecamatan
melalui 5 (lima) unit pelayanan telekomunikasi yang berada di Binangun, Kesamben, Lodoyo,
Penataran, Srengat dan Wlingi. Jumlah satuan sambungan telepon dari kelima unit
pelayanan telepon tersebut adalah sebagaimana tabel berikut;
Tabel 2.43
Perkembangan Jumlah Satuan Sambungan Telepon di
Kabupaten Blitar Tahun 2008-2011
No UnitPelayanan
Komunikasi 2008 2009 2010 2011 2012
1 Binangun 428 444 407 385 400
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 50
2 Kesamben 2056 3039 1954 1961 2019
3 Lodoyo 3431 3406 3423 3144 3275
4 Penataran 2933 2900 2972 2796 2809
5 Srengat 4398 4407 4242 3963 4029
6 Wlingi 5648 5648 5532 5113 5312
Jumlah 18.969 19.844 18.530 17.362 17.844
Sumber : BPS Kab. Blitar Tahun 2015
Dalam urusan akomodasi komunikasi dan informatika pemerintah kabupaten Blitar
memberikan kewenangan kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infrmatika untuk
melaksanakan kegiatan komunikasi. Program dan kegiatan berkaitan dengan urusan
informasi dan informatika pada tahun 2014 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp
1.517.897.950,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp 1.197.051.762,- atau sebesar 78,86%
dari angggaran yang dialokasikan telah terserap.
2.1.7.4 Fokus Sumber Daya Manusia
Adapun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Blitar adalah untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas dalam kesehatan, pendidikan dan kompetensi kerja
sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan diarahkan melalui serangkaian
kebijakan sebagai berikut :
1. Peningkatan usia harapan hidup dan menurunkan pravalensi balita kurang gizi. Dimana
indikator paling penting adalah indeks pembangunan manusia
2. Peningkatan angka melek huruf, membentuk kepribadian insan pendidikan yang
mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, menguasai penetahuan, teknologi, budaya dan
bertaqwa kepada Tuhan YME serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan pendidikan
3. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja serta menurunkan angka
pengangguran
4. Peningkatan peran pemuda dan prestasi olah raga
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai
subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM
diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif,
disiplin dan profesional. Kualitas sumber daya manusia juga memiliki peranan penting dalam
meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 51
sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas
tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban
ketergantungan penduduk.
Tingkat Ketergantungan
Secara konseptual rasio ketergantungan (dependency ratio) digunakan untuk mengukur
besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap
penduduk yang tidak produktif. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan
semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Dependency ratio Kabupaten Blitar pada Tahun 2014 adalah 50,10. Nilai ini
menunjukkan bahwa dari 100 orang usia kerja (dianggap produktif) menanggung kurang lebih
sebanyak 50 orang yang belum atau dianggap sudah tidak produktif lagi.
Tabel 2.44
Dependency Ratio di Kabupaten BlitarTahun 2012-2014
Indikator Tahun
2012 2013 2014
Dependency
Ratio 51,82 50,09 50,10
Sumber: Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan 2016
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 52
BAB III KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH
Ekonomi merupakan salah satu sektor yang menjadi indikator penting dalam
keberhasilan pembangunan. Hal ini karena ekonomi memiliki pengaruh yang besar terhadap
taraf kehidupan yang lebih baik terutama dalam modal dan kekayaan dalam suatu Negara.
Kondisi ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan dinamika perekonomian di suatu wilayah.
Perwujudan kesejahteraan sosial dapat dicapai melalui pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan berkeadilan sesuai dengan tata kelola, kepastian hukum, dan stabilitas
politik. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) baik di pusat maupun daerah. PDRB digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di
masa yang akan datang.
Pentingnya sektor perekonomian mengharuskan adanya perencanaan atau kerangka
pembangunan ekonomi yang sesuai baik pusat ataupun daerah. Terdapat Rancangan
Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah yang merupakan suatu bagian
yang penting dalam menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
untuk dapat melihat kondisi perekonomian dan kemampuan keuangan pemerintah dalam
menjalankan program-program yang dirancang. Secara umum, kondisi perekonomian
Kabupaten Blitar dalam waktu lima tahun terakhir (dapat dikatakan cukup baik). Berdasarkan
LKPJ Akhir Masa Jabatan Blitar Periode 2011-2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar
selama periode 2010-2015 berturut-turut sebesar 5,33%; 5,43%; 5,62%; 5,04%; 5,01%, dan
5,06%*). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar sedikit melambat pada tahun 2014 yaitu
mencapai 5,01 % dan berdasarkan proyeksi pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 5,06%.
Salah satu indikator utama ekonomi daerah adalah penghitungan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan
PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Sektor-sektor yang dimaksud dalam PDRB adalah sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan
gas; pengadaan Air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan;
penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan
asuransi; real esatate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan
sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya. Indikator
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 53
lain yang tidak kalah penting yaitu tingkat pengangguran, kemiskinan, investasi, inflasi dan
lain-lain. Perkembangan ekonomi Kabupaten Blitar dari tahun 2011-2015 cenderung
meningkat sesuai dengan kontribusi setiap sektor pada PDRB. Berikut ini merupakan
perkembangan indikator makro ekonomi Kabupaten Blitar yang akan disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Blitar
No Indikator Makro Satuan
Realisasi Proyeksi
2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 7 8
1. PDRB (Harga
Berlaku) Miliar (Rp)
24.125,7 26.790,3 28.240,0 30.800,0
2. PDRB (Harga
Konstan) Miliar (Rp)
19.915,3 20.922,3 20.280,0 21..350,0
3. Pertumbuhan
Ekonomi % 5,01% 5,06%* 5,36% 5,40%
4. LajuInflasi % 7,49% 1,71% 7,22% 7,54%
5. Jumlah
Penduduk Miskin Orang 119.000 117.700 116.400 115.100
6. Tingkat
Pengangguran Terbuka
% 1,90% 1,85% 1,76% 1,10%
Sumber: LKPJ AMJ Bupati Blitar,Ranwal RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021, BPS Provinsi Jawa Timur (Data Diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa PDRB ADHB dan PDRB ADHK
mengalami peningkatan pada tahun 2014 ke 2015 dan mengalami peningkatan pada proyeksi
tahun 2016-2017. Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun diproyeksikan
mengalamikenaikan, demikian halnya dengan angka inflasi di Kabupaten Blitar. Jumlah
penduduk miskin pada tahun 2014 sebesar 119.000 menurun menjadi 117.700 pada tahun
2015, proyeksi jumlah penduduk miskin pada tahun 2016 menurun menjadi 116.400 orang
dan proyeksi tahun 2017 mengalami penurunan kembali menjadi 115.100 orang. Tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Blitar pada tahun 2014 sebesar 1,90% menurun pada
tahun 2015 sebesar 1,85%, proyeksi tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2016 sebesar
1,76% dan pada tahun 2016 sebesar 1,10%.
3.1 Strategi dan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional adalah mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Sektor-sektor
unggulan yang akan dikembangkan adalah kedaulatan pangan, kemaritiman dan kelautan
serta pariwisata dan industri. Dilihat dari sasaran pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014
sebesar 5,1% dan pada tahun 2015 sebesar 5,02%.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 54
Penurunan inflasi nasional diharapkan berpengaruh pada menurunnya tingkat suku
bunga sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi di sektor riil, baik kegiatan investasi
maupun produksi. Pada tahun 2010, laju inflasi nasional sebesar 5,1%, pada tahun 2011
sebesar 5,4%, pada tahun 2012 turun menjadi 4,3%, pada tahun 2013 menjadi 8,4%, pada
tahun 2014 sebesar 8,4%, dan proyeksi jangka menengah yang menjadi sasaran nasional
pada tahun 2015 sebesar 5,0%, dan pada tahun 2016 sebesar 4,0% dan pada tahun 2017
sebesar 4,0%. Dengan adanya strategi dan arah kebijakan nasional, dalam periode 2015-
2019 laju inflasi akan dapat dikendalikan rata-rata sekitar 3,5-5%.
Dilihat dari arah kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Timur 2009-2014 yaitu keseimbangan
pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan
agroindustry/agrobisnis. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011
sebesar 7,22%, pada tahun 2012 sebesar 7,27%,pada tahun 2013 sebesar 6,55%, pada
tahun 2014 sebesar 6,55%, dan pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 6,55%. Sedangkan
laju inflasi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar 4,09%, pada tahun 2012 sebesar
4,5%, pada tahun 2013 sebesar 7,59%, pada tahun 2014 sebesar 6,55%, dan pada tahun
2015 sebesar 5,9%.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar pada tahunpada tahun 2011 sebesar 5,43%,
pada tahun 2012 sebesar 5,62%, pada tahun 2013 sebesar 5,04%, pada tahun 2014 sebesar
5,01%, dan pada tahun 2015 dperkirakan sebesar 5,06%. Tingkat inflasi di Kabupaten Blitar
pada tahun 2011 sebesar 3,62%, pada tahun 2012 sebesar 4,63%, pada tahun 2013 sebesar
8,05%, pada tahun 2014 sebesar 7,49%, dan pada tahun 2015 sebesar 1,71%.Tren
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012
mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan dan tahun 2013 sampai
2015 diperkirakan memiliki angka yang sama. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Blitar pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalam kenaikan akan
tetapi mengalami penurunan mulai tahun 2012 sampai 2015.
Strategi dan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Blitar diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada sektor primer Kabupaten Blitar dan
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, dapat
dilakukan melalui :
a. Strategi Kesatu, meningkatkan daya saing usaha koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah.
Arah kebijakan:
(1) Peningkatan kualitas produk koperasi dan UMKM.
(2) Peningkatan peran koperasi, UMKM dalam perekonomian masyarakat.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 55
b. Strategi Kedua, Meningkatkan pengembangan industri kecil menengah, dan sentra
industri potensial.
Arah Kebijakan:
(1) Peningkatan jumlah industri kecil dan menengah, serta industri potensial
(2) Peningkatan penggunaan iptek dalam industri kecil dan menengah.
c. Strategi Ketiga, mengembangkan destinasi pariwisata
Arah Kebijakan:
(1) Pengembangan destinasi kawasan wisata Penataran, wisata agro dan edukasi, serta
wisata alam.
(2) Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana destinasi wisata.
(3) Pengembangan industri penunjang kepariwisataan dan desa wisata.
d. Strategi Keempat, menyederhanakan prosedur pelayanan perijinan.
Arah kebijakan: penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan perijinan.
e. Strategi Kelima, meningkatkan pengendalian ruang dan lingkungan.
Arah Kebijakan: peningkatan pengawasan tata ruang dan lingkungan
f. Strategi Keenam, meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan lingkungan
hidup.
Arah Kebijakan: peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola kelestarian
lingkungan hidup.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2016 dan Perkiraan Tahun 2017
Kondisi ekonomi daerah Kabupaten Blitar tahun 2015 dibandingkan dengan tahun
2014 mengalami pertumbuhan di sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; persewaan
dan jasa perusahaan. Sektor pertanian sebagai penggerak ekonomi Kabupaten Blitar
walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan faktor cuaca
maupun terus berkurangnya luas lahan budidaya. Penurunan pertumbuhan sektor pertanian
(primer) tidak berarti produksi sektor tersebut turun, namun pertumbuhannya kalah cepat
dengan sektor yang lain. Secara umum pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi
kondisi perekonomian regional dan ekonomi domestik nasional yang relatif tidak terpangaruh
oleh krisis ekonomi yang melanda di Kabupaten Blitar. Penyerapan anggaran pemerintah
serta pembangunan infrastruktur juga berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah. Pendapatan Regional dapat digunakan sebagai alat ukur minimal sebagai
indikator terhadap hasil upaya pembangunan beserta dampaknya secara sektoral.
PRDB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Blitar dari tahun 2011-2015 rata-rata
meningkat pada setiap sektornya. Pendapatan produk sektor pertanian setiap tahunnya
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 56
menduduki posisi pertama sektor yang banyak berkontribusi di dalam PDRB. Pendapatan
sektoral setiap tahun pasti dipengaruhi oleh adanya inflasi di Kabupaten Blitar. Sebagai
indikator keberhasilan pembangunan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar menunjukkan
adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan berhasil membawa perubahan yang diinginkan. Pembangunan ekonomi daerah
merupakan salah satu kunci keberhasilan sekaligus strategi bagi pembangunan sektor-sektor
lainnya. Hal ini mengingat bahwa pembangunan di bidang ekonomi merupakan urat nadi
keberhasilan pembangunan bidang-bidang lainnya. Untuk melihat sejauh mana keberhasilan
pembangunan bidang ekonomi dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikator
keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi dalam tahun tertentu.
Pada tahun 2015 sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang
memiliki kontribusi atau peran PDRB paling tinggi yaitu sebesar 35,89% disusul sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 17,01% dan
kemudian sektor industri pengolah sebesar 12,86%. Kontribusi sektor usaha di Kabupaten
Blitar paling banyak ada di sektor pertanian. Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar
hanya ada 2 kecamatan yang mempunyai komposisi perekonomian bertumpu pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Wlingi dengan
persaingan masing-masing 41% dan 49,89%. Sedangkan 20 kecamatan lainnya
perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian.
Tingginya peranan sektor pertanian ini karena pemanfaatan sumber daya alam yang
intensif untuk kegiatan usaha pertanian dan penggunaan sistem pengairannya. Melalui upaya
diversifikasi dan intensifikasi pertanian memungkinkan berbagai macam komoditas pertanian
di masing-masing kecamatan dapat dihasilkan melalui kegiatan usaha tani rakyat baik dari
usaha komoditas tanaman musiman maupun komoditas tanaman tahunan dengan volume
produksi yang cukup besar. Hal ini memposisikan masing-masing kecamatan sebagai salah
satu daerah pensuplai bahan baku produk pertanian skala regional maupun nasional.
Jenis industri yang didirikan akan berpengaruh erat terhadap besarnya nilai investasi
yang ditanam. Jumlah investasi industri kecil di Kabupaten Blitar pada tahun 2013 sebesar
Rp 117 milyar yang terbagi menjadi Rp 70 milyar untuk kelompok industri kecil formal dan Rp
47 milyar untuk kelompok industri kecil non formal. Di Kabupaten Blitar pada tahun 2013
tercatat sebanyak 1 industri besar dan 77 industri sedang. Industri besar yang ada bergerak
di sektor makanan dan terletak di Kecamatan Sanankulon. Nilai produksi industri kecil
menurut kategori pada tahun 2013 lebih dominan adalah industri hasil pertanian dan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 57
kehutanan sebesar 81,63% kemudian industri aneka sebesar 13,18% dan industri logam,
mesin dan kimia 5,19%.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017 dan Tahun 2018
Potensi daerah Kabupaten Blitar adalah sektor pertanian yang banyak tersebar di
seluruh kecamatan. Kabupaten Blitar dengan luas 158.897 Ha apabila dilihat dari penggunaan
lahannya tampak bahwa 19,95% dari luas wilayah merupakan persawahan,sehingga dapat
menopang pasokan bahan pangan masyarakat khususnya Kabupaten Blitar. Setiap tahun
konversi lahan sawah untuk bangunan terus mengalami peningkatan. Hal ini perlu diimbangi
dengan membuka lahan baru untuk pertanian sehingga terus menambah pemanfaatan
luasan lahan kering untuk lahan sawah. Untuk menghindari cepatnya konversi lahan pertanian
ke lahan kering harus ada kebijakan pembangunan yang berpihak pada sektor pertanian
berkelanjutan.
Unggulan bidang pertanian adalah tanaman pangan yang terdiri atas padi, jagung dan
ketela pohon. Disusul oleh sub sektor peternakan dalam hal ini ayam petelur dan hasil
peternakan sapi yaitu susu. Kedua komoditi ini menjadi produk andalan Kabupaten Blitar.
Selain itu Kabupaten Blitar merupakan sentra pengembangan dan budidaya perikanan darat
(ikan hias) terutama koi unggulan yang telah diakui secara nasional. Di sektor perkebunan,
komoditas khas yang sangat menonjol adalah rambutan dan nanas, kemudian tanaman
tahunan perkebunan rakyat yang terbanyak adalah petani kelapa yaitu 34.438 orang,
menyusul kakao 7.461 orang, kopi 3,880 orang, cengkeh 3.576 orang dan kenanga 994 orang.
Potensi ternak yang mendominasi di Kabupaten Blitar adalah sapi potong dan produksi telur
ayam ras. Potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata sangat berpotensi
mengundang wisatawan domestik atau luar negeri, seperti pantai yang tersebar di sepanjang
pantai selatan, air terjun, pengembangan desa wisata. Pengembangan usaha mikro di setiap
desa juga dapat berperan untuk meningkatkan prospek perekonomian daerah yang
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selama kurun waktu tahun 2011-2015, semua sektor ekonomi yang ada di Kabupaten
Blitar mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun ada beberapa yang mengalami
perlambatan. Dengan kata lain, aktivitas produksi barang dan jasa di daerah ini semakin
berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan diperkirakan dalam beberapa tahun
mendatang, perekonomian Kabupaten Blitar mampu tumbuh semakin pesat. Terlebih dengan
adanya upaya-upaya yang ditempuh pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan
ekonomi masyarakat.
Dilihat secara topografis, Kabupaten Blitar memiliki potensi bencana gunung merapi.
Lokasi rawan bencana gunung Kelud meliputi Kecamatan Gandusari, Kecamatan Nglegok,
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 58
Kecamatan Ponggok dan Kecamatan Srengat. Selain bencana gunung merapi, antisipasi
bencana lainnya juga perlu diperhatikan. Daerah rawan tsunami di sepanjang pesisir pantai
selatan, daerah rawan banjir di daerah aliran sungai brantas dan daerah rawan angin putting
beliung di Kecamatan Srengat, Kecamatan Wonodadi dan Kecamatan Udanawu.
Dari sisi demografis, potensi sumber daya manusia masih perlu diberdayakan untuk
meningkatkan kemakmuran melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Peningkatan dan pengembangan potensi
sumber daya manusia dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) mulai umur 7-12
tahun rata-rata 99,01%, umur 13-15 tahun rata-rata 89,05% dan umur 16-18 tahun 59,09%.
Dan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 terus menunjukkan peningkatan meskipun
relatif kecil. Namun demikian, masih banyak sekali upaya yang harus dilaksanakan agar APK
pendidikan utamanya pendidikan menengah (SMP-SMA) semakin tinggi, bahkan bila
mungkin justru dapat menarik lulusan dari daerah lain untuk bersekolah di Kabupaten Blitar.
Kemakmuran masyarakat juga dapat dilihat dari pelayanan kepada masyarakat miskin
diberikan dalam bentuk jaminan sosial meskipun masih dalam skala terbatas.
Aktivitas ekonomi tidak terlepas dari sarana dan prasana perhubungan dalam hal ini
adalah jalan dan jembatan merupakan bidang yang amat vital sebagai pendukung aktivitas
perekonomian tak pelak juga harus mendapatkan perhatian serius. Aktivitas perekonomian
tidak hanya berlangsung di daerah Kabupaten Blitar saja tetapi dapat berlangsung antar
daerah sekitar Kabupaten Blitar seperti Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Tulungagung. Guna meningkatkan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dan
barang khususnya pada jalur Blitar-Malang, kondisi saat ini terdapat kondisi jalan yang
mengganggu kelancaran arus lalu lintas dimana kondisi jalan berkelok-kelok kemudian
menurun atau menanjak cukup tajam. Terus diupayakan mencari terobosan untuk meluruskan
jalan tersebut dan membangun jembatan di empat titik yaitu Jembatan Kali Bambang,
jembatan sungai Tuwuh, Jembatan Kalilegi, dan perbatasan antara Blitar-Malang. Selain itu,
akses jalan desa yang merupakan akses utama kegiatan ekonomi dan mengangkut hasil bumi
sangat perlu diperhatikan.
Kabupaten Blitar merupakan daerah yang memiliki keunggulan di sektor pertanian
sehingga akses penghubung dengan desa-desa penghasil pertanian harus menjadi prioritas
utama. Akses jalan antara daerah produksi pertanian dengan pasar, jalan usaha tani, irigasi
dan pengelolaan sumber air harus benar-benar diperhatikan. Tantangan di bidang
infrastruktur adalah bagaimana membentuk konektivitas wilayah secara merata dan mampu
menjadi penggerak pertumbuhan termasuk membentuk sinkronasi dengan daerah yang
berbatasandengan Kabupaten Blitar. Potensi wilayah Blitar timur dan utara perlu
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 59
dikembangkan dengan meningkatkan kualitas jalan yang menghubungkan dengan Kota Batu
dan Kabupaten Malang. Tersedianya infrstruktur transportasi desa, jalan desa dan jembatan
juga sangat diperlukan sebagai sarana dan prasarana dasar pemukiman agar akses
masyarakat meningkat. Peningkatan kualitas prasarana pasar tradisional sebagai sarana
distribusi produk dan kegiatan jual beli masyarakat sangat dibutuhkan. Selain itu peningkatan
infrastruktur sumber daya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan
sumber daya air untuk memperlancar kegiatan produksi pertanian juga sangat penting.
Tantangan perekonomian daerah sangat tergantung dari kondisi perekonomian nasional
dan gejolak pasar globalyang mengakibatkan pelemahan terhadap permintaan ekspor. Selain
itu masalah penyerapan anggaran pemerintah yang mengalami keterlambatan turut
memperlambat masuknya investasi dan menurunkan daya saing. Hal tersebut dapat
mempengaruhi perekonomian daerah Kabupaten Blitar khususnya investasi dan
pengembangan usaha berbasis lokal dan ketahanan pangan. Berdasarkan perkembangan
ketenagakerjaan Kabupaten Blitar tahun 2013mencapai 21.688 orang pencari kerja 11.923
diantaranya perempuan, sementara jumlah lowongan kerja yang tersedia hanya untuk 5.454
orang. Dari jumlah data tersebut yang sudah mendapat penempatan kerja sebanyak 4.124
orang. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara perkembangan jumlah pencari kerja
dengan perkembangan lowongan kerja yang tersedia, apalagi jumlah angka penghapusan
lowongan kerja yang cukup tinggi yaitu sebesar 1.287 lowongan. Tingkat pengangguran
terbuka pada tahun 2014 sebesar 1,90% dan pada tahun 2015 sebesar 1,85%.
Tantangan lainnya yang menyangkut globalisasi dan perdagangan bebas adalah
masuknya budaya asing yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi budaya lokal
Kabupaten Blitar yang menjunjung tinggi adat jawa. Disparitas antar wilayah juga menjadi
perhatian yang dapat berakibat pada disharmonisasi masyarakat. Dilihat dari laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, dapat berpengaruh pada kualitas keluarga,
kesehatan masyarakat, penyediaan fasilitas pendidikan, lapangan pekerjaan dan fasilitas
lainnya. Banyaknya angka pengangguran dan rendahnya kualitas ekonomi dapat berdampak
pada angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban yang tidak segera teratasi
berpengaruh pada stabilitas wilayah dan ketenteraman masyarakat. Sedangkan masalah
lingkungan hidup yang tidak dikelola dengan baik, perubahan iklim dan bencana alam yang
belum diantisipasi dapat berpengaruh pada berbagai aktivitas masyarakat. Antisipasi bencana
khususnya Gunung Kelud perlu ditingkatkan guna memenuhi pelayanan masyarakat dalam
hal rasa aman.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 60
Masalah sosial khususnya masyarakat miskin, tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana memberdayakan rumah tangga miskin dan hampir miskin agar memiliki
ketahanan terhadap peningkatan harga-harga serta gejolak sosial lainnya. Saat ini konsep
terhadap pemberdayaan rumah tangga miskin perlu dipertegas lagi dengan penjabaran
rencana aksi yang lebih konkrit dan terkoordinasi lintas sektor. Tantangan peningkatan
kualitas pendidikan Kabupaten Blitar tahun 2016 yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya
Pendidik, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan
prosentase wajib belajar 12 tahun. Sedangkan untuk bidang kesehatan, tantangan yang
dihadapi pemerintah Kabupaten Blitar yaitu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
kesehatan dari tingkat daerah (rumah sakit umum daerah) sampai tingkat desa (puskesdes).
Selain itu peningkatan kualitas tenaga kesehatan juga sangat dibutuhkan hingga level desa.
Sumber daya aparatur sangat penting sebagai aktor pemerintah daerah yang mampu
mengayomi masyarakat secara keseluruhan. Permasalahan di dalam kegiatan aparatur
pemerintah sangat bervariasi, salah satunya adalah persoalan budaya kerja. Salah satu
aspek yang bisa dipergunakan untuk melihat budaya kerja aparat pemerintah daerah adalah
disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan ketaatan pada peraturan-peraturan yang berlaku di
dalam proses pelaksanaan pekerjaan.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2015-2019, dalam hal peningkatan kemampuan
fiskal dan kinerja keuangan daerah, strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut
adalah:
a. Meningkatkan kemampuan fiskal daerah;
b. Meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah
daerah; dan
c. Meningkatkan keterkaitan alokasi dana transfer dan pelayanan publik.
Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah,
penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan lebih berorientasi kepada
kepentingan daerah yang diimplementasikan dalam bentuk program kegiatan SKPD. Untuk
itu, pengalokasian anggaran dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah diharapkan
dapat meningkatkan IPM, memberi kepuasan kepada masyarakat, membuka kesempatan
lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta utamanya UMKM diberbagai
bidang.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 61
Kabupaten Blitar sebagai daerah otonom, berhak, berwenang, dan berkewajiban
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan memanfaatkan sumber-sumber
keuangan yang dimilikinya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
publik dan pembangunan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan
selaras dengan kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten
sehingga tidak terjadi tumpang tindih untuk membangun kebersamaan dalam meningkatkan
kesejahteraan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Blitar tahun 2017 di bidang
keuangan daerah secara umum diarahkan dalam rangka mendukung terwujudnya good
governance melalui pengelolaan keuangan daerah secara profesional, terbuka, dan
bertanggungjawab sesuai dengan perudang-undangan yang berlaku. Dengan adanya arah
kebijakan ini, maka anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat mencerminkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik.
Penentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah
untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima sehingga kemampuan
pendanaan pembangunan daerah pada tahun 2017 dapat diketahui. Perhitungan kapasitas
keuangan daerah dan kerangka pendanaan pada dasarnya dilakukan dengan menganalisis
sejauh mana kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan
dapat diimplementasikan pada tahun 2017. Perhitungan kapasitas keuangan daerah beserta
kerangka pendanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD-P Tahun 2017
Sebagaimana amanat undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-
undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
serta Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
yang antara lain menyebutkan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan
dipakai sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan penerimaan dan
pengeluaran daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan serta kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip pengelolaan ini
akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan
struktur belanja daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 62
Dari sisi keuangan negara dan fiskal, selama kurun waktu 2010-2014, APBN
menunjukkan pendapatan negara dan hibah meningkat rata-rata 13,2% per tahun atau naik
dari Rp. 995,3 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.438,9 triliun pada tahun 2013 dan
diperkirakan mencapai Rp. 1.635,4 triliun pada tahun 2014. Peningkatan pendapatan
negara tersebut utamanya didorong oleh peningkatan penerimaan perpajakan yang
meningkat rata-rata sebesar 14,6% per tahun dan menyumbang lebih dari 70% dari total
penerimaan dalam negeri.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur di tahun 2009-
2013 adalah sebesar 22,40% dengan rincian PAD sebesar 19,57%, dana perimbangan
sebesar 10,59%, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 1,03%. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Jawa Timur tahun 2009-2013 masih didominasi oleh sumbangan dari
pajak daerah (sekitar 82,56%). Urutan kedua adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah (sekitar 30,61%), berikutnya adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan (BUMD) (sekitar 13,74%), terakhir adalah retribusi daerah (sekitar 3,52%).
Pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Blitar Tahun 2006-2010 diarahkan
pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas
Daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang baru. Sumber-
sumber pendapatan daerah meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber PAD berasal dari Pajak Daerah, retribusi
daerah, bagiian laba usaha perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah. Dana perimbangan berasal dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, subsidi
daerah otonom, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan
pembangunan daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian lain-lain penerimaan berasal dari
lain-lain penerimaan yang sah dan lain-lain penerimaan dari propinsi.
Tabel 3.2 Proyeksi Pendapatan Daerah padaRKPD-P Tahun 2017
No Uraian
Proyeksi
Tahun 2017
(Juta Rp)
Catatan
(1) (2) (3) (4)
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah 210,135
Pajak Daerah 58,006
Retribusi Daerah 22,771
Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang
Dipisahkan
2,246
Lain-Lain PAD yang sah 127,113
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 63
No Uraian
Proyeksi
Tahun 2017
(Juta Rp)
Catatan
(1) (2) (3) (4)
1.2. Dana Perimbangan 1,850,657
Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan
Pajak
84,187
Dana Alokasi Umum 1,184,937
Dana Alokasi Khusus 581,533
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 427,827
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
131,582
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 195,355
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
100,890
Total Pendapatan 2,488,619
2 Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran (SILPA) 199,448
Jumlah 2,688,067
Jumlah Proyeksi Penerimaan Riil 2,688,067
Sumber: Ranwal RPJMD 2016-2021
2. Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah
Kebijakan pada perspektif keuangan yaitu kebijakan yang memberi jalan bagi
upaya untuk mengefektifkan alokasi anggaran, efisiensi belanja, dan upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas keuangan daerah demi mendukung strategi pembangunan
daerah. Kapasitas keuangan daerah dapat dilihat dari peningkatan intensifikasi
pendapatan daerah, peningkatan ekstensifikasi pendapatan daerah, jumlah penerimaan
pajak, penerimaan pajak di banding target, peningkatan pengelolaan keuangan daerah,
penyempurnaan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, pengadaan sarana
dan prasarana keuangan daerah dan penyempurnaan sistem pengelolaan keuangan
daerah.
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelengggaraan pembangunan daerah. Kebijakan keuangan daerah juga
diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan aset-aset daerah. Terbatasnya sumber-
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 64
sumber penerimaan fiskal telah menempatkan pengelolaan aset-aset daerah pada posisi
yang sangat penting untuk menunjang penerimaan daerah. Perhitungan kapasitas
keuangan daerah dapat di analisis melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
A. Tahap I: Analisis dan Perhitungan Penerimaan Daerah
1) Menghitung rata-rata pertumbuhan pendapatan, belanja tidak langsung,
pembiayaan dan neraca daerah.
a) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah
Dilihat dari tren pendapatan dari tahun 2013 ke 2015 mengalami kenaikan.
Gambaran perkembangan pertumbuhan realisasi pendapatan daerah tahun
2013–2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
Kabupaten Blitar
No. Uraian (2014)
(Rp)
(2015)
(Rp)
(2016) (Rp)
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah
108,595,573,621 133,852,719,732.00 195.222.122.211,07
1.1.1. Pajak Daerah 34,432,450,580 34,967,180,207.00 52.292.316.145,00
1.1.2. Retribusi Daerah 21,554,402,083 28,169,721,950.50 19.251.121.300,07
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan
2,694,048,967 3,416,404,530.00 1.952.683.601,00
1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah
49,914,671,991 67,299,413,044.50 121.726.001.165,00
1.2. Dana Perimbangan
1,145,025,514,589 1,258,190,425,008.50 1.742.874.830.000,00
1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak
35,975,658,389 35,647,652,308.50 73.613.373.000,00
1.2.2. Dana Alokasi Umum
1,038,727,296,200 1,162,051,182,700.00 1.128.511.321.000,00
1.2.3. Dana Alokasi Khusus
70,322,560,000 60,491,590,000.00 540.750.136.000,00
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
403,330,111,981.67 398,813,422,201.17 386.438.753.946,00
1.3.1 Hibah
1.3.2 Dana Darurat
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
65,254,227,215 64,633,737,254.50 114.419.248.946,00
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 65
No. Uraian (2014)
(Rp)
(2015)
(Rp)
(2016) (Rp)
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
292,315,909,100 286,353,533,780.00 175.933.652.000,00
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
45,759,975,666.67 47,826,151,166.67 96.085.853.000,00
Sumber: APBD Kabupaten Blitar 2016
b) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung daerah
Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung
daerah, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah
Kabupaten Blitar
No. Uraian (2014)
(%) (2015)
(%)
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
1. Belanja Pegawai 72,2% 84,2% 83,1%
2. Belanja Bunga 0,0% - 0%
3. Belanja Subsidi - - -
4. Belanja Hibah 8,5% 3,9% 4,5%
5. Belanja Bantuan Sosial 0,2% 0,2% 0,2%
6. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa - 0,17% 0,8%
7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa 3,2% 10,7% 6,1%
8. Belanja Tidak Terduga - 0,3% 0,2%
9. Belanja Barang dan Jasa 15,7% - 15,7%
Jumlah Belanja Tidak Langsung 100% 100% 100%
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2015 (2015:75) dan Lampiran I Peraturan Daerah
Kabupaten Blitar tentang APBD Tahun Anggaran 2014 dan 2015
c) Menghitung rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah
Untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah
No. Uraian (2013)
(Rp)
(2014)
(Rp)
Rata-rata Pertumb
(%)
1. ASET
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 66
No. Uraian (2013)
(Rp)
(2014)
(Rp)
Rata-rata Pertumb
(%)
1.1. ASET LANCAR
1.1.1. Kas di Kas Daerah 101.268.449.646,35 207.621.272.403,80 154.444.861.025,08
1.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan
14.407.352,00 11.040.026,00 12.723.689,00
1.1.3 Kas di Bendahara Pengeluaran
672.808.472,31 16.507.000,00 344.657.736,16
1.1.4. Kas di Badan Layanan Umum Daerah
6.668.013.080,66 12.445.604.344,66 9.556.808.712,66
1.1.5. Kas di Bendahara Kapitasi JKN
0,00 5.088.932.980,00 2.544.466.490,00
1.1.6. Investasi Jangka Pendek
0,00 0,00 0,00
1.1.7. Piutang Pajak 1.678.056.966,00 10.069.244.643,15 5.873.650.804,58
1.1.8. Piutang Retribusi 153,698.062,00 244.089.463,30 198.893.762,65
1.1.9. Piutang Dana Bagi Hasil
71.471.610.804,00 21.756.376.477,46 46.613.993.640,73
1.1.10. Putang Dana Alokasi Umum
944.297.542.000,00 929.040.709.916,00 936.669.125.958,00
1.1.11. Piutang Dana Alokasi Khusus
70.322.560.000,00 1.021.944.780.907,60 546.133.670.453,80
1.1.12 Piutang Lain-Lain 70.033.346.408,17 45.926.145.366,22 5.797.9745.887,20
1.1.13. Persediaan 61.390.138.354,67 58.124.127.963,39 59.757.133.159,03
1.1.14 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
(2.004.233.035,40) 6.858.413,70 -998.687.310,85
JUMLAH ASET LANCAR
239.874.685.306,76 339.546.964.190,52 289.710.824.748,64
1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG
1.2.1. Investasi Non Permanen
0,00 0,00 0,00
1.2.1.1. Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
0,00 0,00 0,00
1.2.1.2. Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
0,00 0,00 0,00
1.2.1.3. Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya
0,00 0,00 0,00
1.2.1.4. Investasi dalam Surat Utang Negara
0,00 0,00 0,00
1.2.1.5. Investasi Non Permanen Lainnya
15.178.000,00 700.000,00 7.939.000,00
1.2.1.6. Jumlah Investasi Non Permanen
15.178.000,00 700.000,00 7.939.000,00
1.2.2. Investasi Permanen
1.2.2.1. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
17.994.810.515,70 17.801.909.419,70 17.898.359.967,70
1.2.2.2. Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
0,00 0,00 0,00
1.2.2.3. Penyertaan Modal Perusahaan Patungan
0,00 0,00 0,00
1.2.2.4. Investasi Permanen Lainnya
0,00 0,00 0,00
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 67
No. Uraian (2013)
(Rp)
(2014)
(Rp)
Rata-rata Pertumb
(%)
1.2.2.5. Jumlah Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih
17.994.810.515,70 17.801.909.419,70 17.898.359.967,70
1.2.3. Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih
1.2.3.1. Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih
(7.589.000,00) (700.000,00) -700.000,00
JUMLAH Penyisihan Dana Bergulir Tidak Tertagih
(7.589.000,00) (700.000,00) -700.000,00
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG
18.002.399.515,70 17.802.609.419,70 17.902.504.467,70
1.3. ASET TETAP
1.3.1. Tanah 587.193.642.601,76 586.656.201.004,76 586.924.921.803,26
1.3.2. Peralatan dan Mesin 301.302.044.101,70 350.571.473.844,30 325.936.758.973,00
1.3.3. Gedung dan Bangunan
690.057.828.950,92 741.201.304.154,92 715.629.566.552,92
1.3.4. Jalan, irigasi, dan Jaringan
934.725.451.506,62 1.170.889.657.457,12 1.052.807.554.481,87
1.3.5. Aset Tetap Lainnya 28.234.620.837,00 32.039.809.800,00 30.137.215.318,50
1.3.6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
14.467.524.050,00 70.467.299.457,00 42.467.411.753,50
1.3.7. Akumulasi Penyusutan
0,00 0,00 0,00
JUMLAH ASET TETAP
2.555.981.072.048,00 2.951.825.745.718,10 2.753.903.408.883,05
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 2.000.000.000,00 10.173.792.210,00 6.086.896.105,00
JUMLAH DANA CADANGAN
2.000.000.000,00 10.173.792.210,00 6.086.896.105,00
1.4. ASET LAINNYA
1.4.1. Tagihan Penjualan Angsuran
0,00 0,00 0,00
1.4.2. Tagihan tuntutan Ganti Kerugian Daerah
0,00 348.445.570,00 174.222.785,00
1.4.3. Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
0,00 0,00 0,00
1.4.4. Aset Tak Berwujud 2.107.548.832,64 3.247.540.832,64 2.677.544.832,64
1.4.5. Aset lain-lain 56.190.718.020,00 56.381.351.154,71 56.286.034.587,36
JUMLAH ASET LAINNYA
58.298.266.852,64 59.977.337.557,35 59.137.802.205,00
JUMLAH ASET DAERAH
2.874.156.423.723,10 3.379.326.449.095,67 3.126.741.436.409,38
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 68
No. Uraian (2013)
(Rp)
(2014)
(Rp)
Rata-rata Pertumb
(%)
2. KEWAJIBAN
2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga
22.162.372,46 136.262,46 11.149.317,46
2.1.2. Utang Bunga 0,00 0,00 0,00
2.1.3. Utang Pajak 0,00 0,00 0,00
2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang-Utang Bank
0,00 0,00 0,00
2.1.5. Uang Muka Dari Kas Daerah
0,00 0,00 0,00
2.1.6. Pendapatan Diterima Dimuka
0,00 0,00 0,00
2.1.7. Utang Jangka Pendek Lainnya
1.684.568.273,00 4.963.958.584,00 3.324.263.428,50
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1.706.730.645,46 4.964.094.846,46 3.335.412.745,96
JUMLAH KEWAJIBAN
1.706.730.645,46 4.964.094.846,46 3.335.412.745,96
3. EKUITAS DANA
3.1. EKUITAS DANA LANCAR
3.1.1. SILPA (57.435.037,00) 225.172.180.466,00 112.557.372.714,50
3.1.2. Cadangan Piutang 69.873.951.800,77 56.239.479.472,67 63.056.715.636,72
3.1.3. Cadangan Persediaan
61.390.138.354,67 58.124.127.963,39 59.757.133.159,03
3.1.4. Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
(1.684.568.273,00) (4.963.958.584,00) -3.324.263.428,50
3.1.5. Pendapatan yang ditangguhkan
14.671.224,31 11.040.026,00 12.855.625,16
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR
129.536.758.069,75 334.582.869.344,06 232.059.813.706,91
3.2. EKUITAS DANA INVESTASI
3.2.1. Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
18.002.399.515,70 17.802.609.419,70 17.902.504.467,70
3.2.2. Diinvestasikan Dalam Aset tetap
2.555.981.072.048,00 2.951.825.745.718,10 2.753.903.408.883,05
3.2.3. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
58.298.266.852,64 59.977.337.557,35 59.137.802.205,00
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI
2.632.281.738.416,34 3.029.605.692.695,15 2.830.943.715.555,75
EKUITAS DANA CADANGAN
2.000.000.000,00 10.173.792.210,00 6.086.896.105,00
JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN
2.000.000.000,00 10.173.792.210,00 6.086.896.105,00
JUMLAH EKUITAS DANA
2.763.818.496.486,09 3.374.362.354.249,21 3.069.090.425.367,65
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
2.765.525.227.131,55 3.379.326.449.095,67 3.072.425.838.113,61
Sumber: Neraca Lajur Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun 2013 dan 2014
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 69
2) Analisis Sumber Pendapatan Daerah Tahun 2016
a) Analisis Sumber Pendapatan Daerah
Analisis sumber pendapatan daerah dilakukan untuk memperoleh gambaran
proporsi dari setiap sumber pendapatan daerah yang paling dominan
kontribusinya.
Tabel 3.6 Prosentase Sumber Pendapatan Daerah
Kabupaten Blitar
No Uraian
Tahun
(2014)
(%)
(2015)
(%)
(2016)
(%)
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah
1.1.1. Pajak Daerah 11,1% 2,2% 2,21%
1.1.2. Retribusi Daerah 9,6% 1,0% 0,97%
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan -1,1% 0,1% 0,13%
1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 30,8% 5,6% 5,62%
1.2. Dana Perimbangan
1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak -3,9% 6,0% 6,02%
1.2.2. Dana Alokasi Umum - 52,3% 52,30%
1.2.3. Dana Alokasi Khusus - 3,7% 3,71%
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah - -
1.3.1 Hibah - -
1.3.2 Dana Darurat - -
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya -9,8% 5,2% 5,21%
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2,6% 19,9% 19,91%
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 60,5% 3,9% 3,94%
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 100% 100%
Sumber: Ringkasan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 dan Laporan Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2015dan 2016
b) Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah
Untuk mengetahui perkembangan realisasi setiap objek pendapatan
daerah yaitu dengan membandingkan antara yang dianggarkan dalam
perubahan APBD dengan realisasi pendapatan daerah pada tahun
anggaran berkenaan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 70
Tabel 3.7Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah
No
Uraian
Kinerja (%)
(2014) (%)
(2015) (%)
1 PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah
1.1.1. Pajak Daerah 11,1% 2,3%
1.1.2. Retribusi Daerah 9,6% 1,0%
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 1,1% 0,2%
1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 30,8% 5,4%
1.2. Dana Perimbangan - -
1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak -3,9% 6,9%
1.2.2. Dana Alokasi Umum - 48,2%
1.2.3. Dana Alokasi Khususinflas - 3,6%
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah - -
1.3.1 Hibah - -
1.3.2 Dana Darurat - -
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya -9,8% 7,2%
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 2,6% 20,0%
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 60,5% 5,4%
Sumber: RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 dan Data Diolah dari Laporan
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan revisi dari UU Nomor 34 Tahun
2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pendapatan asli daerah (PAD)
terdapat beberapa perubahan, yaitu: jenis pajak Kabupaten/Kota menjadi 11 jenis meliputi:
a) Pajak hotel;
b) Pajak restoran;
c) Pajak hiburan;
d) Pajak reklame;
e) Pajak penerangan jalan;
f) Pajak mineral bukan logam dan batuan;
g) Pajak parkir;
h) Pajak air tanah;
i) Pajak sarang burung walet;
j) Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan
k) Pajak bea perolehan atas tanah dan bangunan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 71
Jenis retribusi daerah yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan
masih memungkinkan untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan.
Obyek retribusi daerah tersebut meliputi:
a) Retribusi jasa umum;
b) Retribusi jasa usaha;
c) Retribusi perizinan tertentu.
Pendapatan Asli Daerah akan tetap diupayakan menjadi sumber utama pendapatan,
untuk itu kebijakan Pendapatan Daerah lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan
setiapkomponen PAD. Oleh sebab itu, harus tetap diupayakan intensifikasi maupun
ekstensifikasi sumber-sumber PAD lain, antara lain melalui pajak hotel dan restoran,
peningkatan kinerja retribusi rumah sakit umum daerah dan retribusi pasar, pajak reklame dan
lain-lain. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan aset-aset
daerah yang memiliki makna bahwa:
1. Arah belanja APBD Kabupaten Blitar digunakan sepenuhnya untuk mendukung
kebijakan dan prioritas startegis;
2. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk
mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustain dan dengan jumlah yang
memadai.
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan
pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru untuk menambah
pendapatan asli daerah (PAD), serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.Dalam rangka otonomi daerah, maka pengalokasian
anggaran dan pemanfaatan potensi dan sumber daya daerah sangat bergantung kepada
kreativitas dan kemauan dalam mengelolaanggaran daerah agar mencapai hasil maksimal
yang direncanakan termasuk menghasilkan peningkatan kesejahateraan masyarakat secara
lebih merata.
Indikator umum (makro) merupakan indikator gabungan (komposit) dari berbagai
kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial. Indikator makro pembangunan tersebut
terdiri dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, penurunan jumlah pengangguran
dan pengentasan kemiskinan. Indikator umum lainnya yang juga digunakan adalah indek
pembangunan manusia (Human Development Index) yang digunakan oleh United Nation
Development Program (UNDP) sebagai indikator komposit bidang ekonomi dan sosial.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 72
Pertumbuhan ekonomi adalah indikator utama yang sangat penting untuk menjamin
kesinambungan pembangunan untuk menggerakkan roda pembangunan. Tanpa
pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan program pembangunan akan mengalami stagnasi
berujung pada peningkatan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah kemiskinan.
Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan mengalami kenaikan pada
tahun 2016 dengan asumsi perubahan pengelolaan pajak dan retribusi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta
memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah. Sesuai dengan proyeksi potensi
ekonomi daerah Kabupaten Blitar dari lima tahun terakhir (2009-2014), potensi Kabupaten
Blitar adalah sektor pertanian yang merupakan sektor primer yang dapat menunjang
perekonomian daerah. Sedangkan sektor yang paling berkompetitif dibandingkan dengan
daerah sekitar Kabupaten Blitar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Diharapkan
selain potensi unggulan, potensi daya saing juga dapat dikembangankan sebagai sumber
pendapatan daerah. Pada sisi Dana Perimbangan diproyeksikan mengalami kenaikan seiring
dengan membaiknya perekonomian nasional yang memberi pengaruh postif terhadap APBN
sehingga pada giliranya memberikan tambahan porsi dana perimbangan. Semakin
diperketatnya pembentukan daerah pemerintahan baru menjadi hal penting atas tambahan
dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi
Hasil Pajak/Bukan Pajak diharapkan mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya
ekonomi nasional walaupun ada beberapa jenis pajak yang dilimpahkan kepada daerah.
Komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah diproyeksikan rata-rata mengalami
kenaikan per tahun dimana komponen utama yang diprediksi naik adalah Dana Penyesuaian
serta Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Propinsi. Dana Penyesuaian lainnya yang digunakan
untuk biasanya dialokasikan untuk infrastruktur serta Bantuan Keuangan dari Propinsi
sehingga sulit untuk diproyeksikan.
3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah
melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi
daerah; (2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah;
(3) Peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil
dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4) Peningkatan kesadaran
masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Kapasitas kemampuan keuangan daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk 5 Tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku
RPJMD 2014-2019, Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan meningkat rata-rata 9,73% per
tahun, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,75–7,59 persen per tahun, inflasi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 73
rata–rata 4,5–6 % per tahun. Dengan meningkatnya perekonomian yang diindikasikan dengan
pertumbuhan ekonomi, maka potensi obyek pajak dan retribusi akan meningkat.
Tingkat Provinsi Jawa Timur, untuk mencapai pendapatan daerah, kebijakan pengelolaan
pendapatan daerah diarahkan pada:
a. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah.
b. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-
sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum,
karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-
prinsip akuntabilitas dan transparansi.
c. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan
Pemerintah Pusat, SKPD Penghasil, Kabupaten dan Kota, serta POLRI.
d. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi
secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah.
e. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah.
f. Meningkatkan peran dan fungsi UPT dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan
dan pendapatan.
g. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah.
h. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi
dan efisiensi penggunaan anggaran daerah.
i. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan organisasi dan tata kerja,
pengembangan sumber daya pegawai yang profesional dan bermoral, serta
pengembangan sarana dan fasilitas pelayanan prima dan melaksanakan terobosan untuk
peningkatan pelayanan masyarakat.
Pengalokasian dana secara vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance,
pemerintah melakukan reformulasi dana perimbangan. DAU yang diberikan oleh pemerintah
pusat ke daerah bertujuan untuk menghindari kesenjangan fiskal (fiscal gap) antar daerah
yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan
keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dari Perkembangan
tahun 2011 hingga tahun 2015 alokasi DAU Kabupaten Blitar mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 Kabupaten Blitar mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.
698.002.036.000,00 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp. 767.802.239.600,00. Pada
tahun 2013 DAU sebesar Rp. 844.582.463.560,00 meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp.
929.040.709.916,00 dan pada tahun 2015 meningkat lagi menjadi 1.037.911.125.468,00 dan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 74
tahun pada 2016 diprediksi akan mengalami peningkatan kembali yang menunjukkan
konsistensi peningkatan DAU.
Selain itu, dana dari pemerintah pusat adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mana
dana DAK bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Reformulasi DAK dilakukan dengan: (i) penajaman dan
perluasan kriteria DAK agar dapat mewujudkan tujuan DAK, yaitu untuk membantu daerah
dalam upaya perbaikan dan penyediaan infrastruktur dasar; serta (ii) mendorong pengalihan
secara bertahap anggaran Kementerian/Lembaga (dana dekonsentrasi dan dana tugas
pembantuan), yang digunakan untuk melaksanakan urusan daerah ke DAK. Pada tahun 2011
Kabupaten Blitar mendapatkan Alokasi DAK sebesar Rp. 89,984,500,000 dan meningkat
pada tahun 2012 sebesar Rp.98.982.950.000,00. Pada tahun 2013 DAK sebesar Rp
108.881.245.000,00 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp. 119.769.369.500,00 namun
pada tahun 2015 menurun menjadi Rp. 131.746.306.450,00 dan pada tahun 2016
diperkirakan mengalami kenaikan sebesar Rp 144.920.937.095,00. Penerimaan Dana Alokasi
Khusus yang diperoleh Kabupaten Blitar, diharapkan mampu mendorong peningkatan
kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar
daerah. Untuk itu DAK diarahkan dengan mempertajam indikator yang diperlukan dalam
penyusunan kriteria dan penggunaan DAK. Alokasi DAK diarahkan untuk mendanai bidang-
bidang yang menunjang pelayanan dasar masyarakat, seperti peningkatan kualitas
infrastruktur, aksesibilitas kualitas pendidikan, dan kesehatan.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka prosentase untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan
sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari: a). Pajak
penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan b). PPh
pasal 21. Sedangkan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:
a). kehutanan; b). pertambangan umum; c). perikanan; d). pertambangan minyak bumi;
e).pertambangan gas bumi; f). pertambangan panas bumi. Dana Bagi Hasil pada tahun tahun
2011sebesar 52.126.688.176,00 meningkat pada tahun 2012 sebesar 54.733.022.584,80
meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar 58.017.003.939,89. Pada tahun 2014
mengalami penurunan nilai dana menjadi 21.756.376.477,46 namun mulai terjadi kenaikan
pada tahun 2015 sebesar 23.061.759.066,11 dan pada tahun 2016 diperkirakan akan
mengalami kenaikan kembali sebesar 24.445.464.610,07.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 75
3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran belanja daerah agar tetap terarah,
efisien dan efektif, maka arah kebijakan belanja daerah RPJMD Provinsi Jawa Timur tahun
anggaran 2014-2019 sebagai berikut :
a. Pengelolaan belanja daerah sesuai dengan anggaran berbasis kinerja (performance
based) untuk mendukung capaian target kinerja utama sebagaimana ditetapkan dalam
RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 dengan menganut prinsip akuntabilitas,
efektif dan efisien dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja;
b. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi
Jawa Timur yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan
dalam ketentuan perundang-undangan;
c. Pemanfaatan belanja yang bersifat reguler/rutin diutamakan untuk memenuhi belanja
yang bersifat mengikat antara lain pembayaran gaji PNS, belanja bagi hasil kepada
kabupaten/kota, dan belanja operasional kantor dengan prinsip mengedepankan prinsip
efisien dan efektif;
d. Stimulus belanja untuk pengembangan infrastruktur pedesaan;
e. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja untuk penyelenggaraan urusan kewenangan
Pemerintah Provinsi dan fasilitas bantuan keuangan, belanja bantuan hibah maupun
belanja bantuan sosial untuk urusan non kewenangan Pemerintah Provinsi.
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib, urusan
pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menentukan besaran belanja
yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip
kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai
dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu
mengacu pada prioritas utama pembangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas
anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan
skala prioritas. Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Sesuai dengan peraturan yang ada, belanja daerah diprioritaskan pada pos belanja
yang wajib dikeluarkan diantaranya, belanja pegawai, belanja bunga dan belanja pembayaran
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 76
pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja barang dan jasa yang wajib
dikeluarkan pada tahun bersangkutan. Arah kebijakan umum belanja Kabupaten Blitar tahun
2017 adalah sebagai berikut:
1. Mencukupi belanja pegawai (Gaji PNS)
2. Mencukupi belanja rutin kantor
3. Belanja pelayanan fungsi pendidikan
4. Belanja urusan kesehatan, termasuk dukungan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
5. Alokasi Dana Desa (ADD)
6. Peningkatan belanja modal
7. Alokasi dana pembangunan pusat pemerintahan, stadion dan wisata
8. Alokasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi
9. Belanja lainnya (hibah, bansos, bantuan keuangan)
10. Dukungan program pemerintahan pusat dan propinsi
11. Belanja antisipasi kegiatan mendesak melalui belanja tidak terduga
3.2.4 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan diarahkan untuk
meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan
penerimaan piutang daerah. SiLPA tahun 2015-2019 diproyeksikan sebesar tumbuh rata-rata
per tahun sebesar 3% dengan tahun dasar 2014, namun demikian tahun-tahun mendatang
proses perencanaan dan penganggaran diharapkan akan menjadi lebih baik dan sistem
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan sudah berjalan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau dengan asumsi bahwa SilPA harus
mampu menutup defisit anggaran yaitu maksimal 6% dari total APBD.
Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka kesempatan bagi
pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan, untuk melakukan pinjaman sebagai salah
satu instrumen pendanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun
demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan
pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan
biaya lainnya, pemerintah daerah akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian
(prudential management), profesional, dan tepat guna dalam penggunaan potensi pinjaman
daerah tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 77
Mengingat pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, maka dengan kemampuan keuangan daerah
yang sangat terbatas kebijakan pembiayaan masih akan diorientasikan pada hal-hal yang
bersifat realistis sesuai dengan cash flow pendapatan dan flow pengeluaran belanja serta
kegiatan lain yang memiliki tingkat resiko sangat rendah.
Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, akan mencakup: pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi)
pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah. Untuk itu
kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi:
a. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD
dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi
pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD, dan
b. Dana Bergulir (Kredit Program) untuk pengembangan usaha kecil menengah.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 78
BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
4.1 Platform Pilkada Bupati dan Wakil Bupati 2016-2021
Periode perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah tahun 2017 merupakan
tahun kedua setelah penetapan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Blitar
periode tahun 2016-2021. Prioritas perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Blitar
tahun 2017 memfokuskan berdasarkan evaluasi kinerja pembangunan tahun 2016, proyeksi
pencapaian kinerja tahun 2017, program indikatif di tahun 2016 yang bersifat lintas wilayah
dan strategis dari RPJMD Kabupaten Blitar 2011-2016, serta dokumen Rancangan Awal
RPJMD Kabupaten Blitar 2016-2021. Telaah RPJPD Kabupaten Blitar periode tahun 2005-
2025, memberi arahan strategis berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai
keberlanjutan RPJMD ke-2 (periode tahun 2011-2016) dengan memperhatikan dan mengacu
pada RPJM Provinsi Jawa Timur 2014-2019 dan telaah prioritas RPJMN 2015-2019 dan isu-
isu kebijakan nasional.
Isu-isu strategis yang menjadi pertimbangan pembangunan Kabupaten Blitar
diantaranya adalah: 1) kesiapan masyarakat menghadapi era perdagangan bebas dalam
masyarakat ekonomi asean (MEA); 2) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
bersih, bebas dari KKN sebagai implementasi UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara; 3) implementasi UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dalam hal penguatan
penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;
4) implementasi UU Nomor 23 tahun 2014 sebagaimana yang terakhir kali telah diubah
dengan UU Nomor 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua UU No 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah; 5) kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah; 6) kesinambungan
pembangunan dengan visi dan misi sebelumnya; 7) keberadaan RPJPD Kabupaten Blitar
tahun 2005-2025.
Arah pembangunan Kabupaten Blitar dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2016-
2021) pada dasarnya adalah proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah
yang lebih sejahtera, maju dan berdaya saing dalam bidang ekonomi, baik domestik maupun
regional, Asean maupun internasional. Pembangunan Kabupaten Blitar ke depan, diharapkan
proses perubahan yang terjadi di masyarakat diharapkan tidak hanya terjadi pada aspek fisik,
mental dan ekonomi saja, tetapi juga perubahan pada taraf kehidupan masyarakat, kondisi
sosial, budaya, kesehatan, pendidikan peningkatan budi pekerti yang luhur, wawasan
kebangsaan, ketenagakerjaan, kependudukan, ketertiban, ketaatan pada norma-norma
agama dan derajat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam menyelenggarakan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 79
pembangunan. Rencana pembangunan daerah dapat dilihat dari cita-cita Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah terpilih sebagai dasar pelaksanaan pembangunan. Cita-cita tersebut
dapat dituangkan ke dalam visi yang kemudian dijabarkan ke dalam misi sebagai cara untuk
mewujudkan visi tersebut. Visi Kabupaten Blitar periode tahun 2016-2021 yaitu:
“MENUJU KABUPATEN BLITAR LEBIH SEJAHTERA, MAJU DAN BERDAYA SAING”.
Penjelasan dari visi Kabupaten Blitar adalah, Lebih Sejahtera, berarti meningkatnya
kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin. Secara lahir adalah pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat secara baik, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan
pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, kemudahan akses masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan secara batin
diwujudkan dalam penciptaan suasana kehidupan yang religius, aman dan kondusif, serta
adanya kebebasan dan kemudahan masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
Maju, dimaknai dengan adanya perkembangan positif dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat terutama terkait dengan kualitas dan kapasitas sumber daya
manusia (SDM), tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik. Berdaya Saing, yaitu
terwujudnya kemampuan masyarakat Kabupaten Blitar untuk memanfaatkan keunggulan
komparatif dan kompetitif yang dimiliki sehingga mampu bersaing secara regional,
nasional bahkan internasional.
Untuk mewujudkan Visi Kabupaten Blitar tersebut maka Misi Pembangunan
Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021 ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program pengentasan
kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program pembangunan dan
kemasyarakatan yang tepat sasaran ;
2. Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai keagamaan (religius),
kearifan lokal dan hukum melalui optimalisasi kehidupan beragama dan kehidupan sosial,
serta penerapan peraturan perundang-undangan ;
3. Meningkatkan kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) masyarakat melalui peningkatan
mutu bidang pendidikan (termasuk di dalamnya adalah wawasan kebangsaan, budi
pekerti, praktek keagamaan) dan kesehatan serta kemudahan akses memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai ;
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi, serta
pelayanan publik berbasis teknologi informasi ;
5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat yang memiliki
daya saing melalui peningkatan ketrampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 80
kerakyatan berbasis Koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa kewirausahaan, potensi
lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata serta pemanfaatan sumber daya alam
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
6. Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan melalui optimalisasi
penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Visi dan Misi Kabupaten Blitar periode tahun 2016-2021,dirumuskan dan dijabarkan
ke dalam beberapa program aksi sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur
tingkat keberhasilannya. Berikut ini merupakan penjabaran misi dari pembangunan
Kabupaten Blitar tahun 2016-2021:
Misi I:Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program
pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program pembangunan
dan kemasyarakatan yang tepat sasaran. Tujuan dari misi ini adalah pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat secara proporsional, pengurangan angka kemiskinan,
peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesempatan kerja,
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
Program Aksi yang disusun adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kestabilan ketersediaan pangan;
2) Pembangunan dan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni;
3) Subsidi dan bantuan untuk masyarakat miskin, termasuk disabilitas (cacat);
4) Perluasan kesempatan kerja serta pembinaan untuk menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan;
5) Peningkatan penyediaan infrastruktur dasar pada semua bidang.
Misi II :Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai
keagamaan (religius), kearifan lokal, dan hukum melalui optimalisasi kehidupan
beragama dan kehidupan sosial, serta penerapan peraturan perundang-undangan.
Tujuan dari misi ini adalah penciptaan suasana kehidupan yang religius, aman dan kondusif
serta adanya kebebasan dan kemudahan masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya. Program Aksi yang disusun adalah sebagai berikut:
1) Fasilitasi kegiatan keagamaan masyarakat;
2) Meningkatkan komunikasi serta memantapkan keharmonisan antar umat beragama;
3) Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat agar mampu mengantisipasi ancaman
dan gangguan kamtibmas;
4) Memberdayakan kearifan lokal untuk menjaga kehidupan masyarakat yang harmonis;
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 81
5) Meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan
menciptakan ketertiban dan keamanan.
Misi III :Meningkatkan kualitas Sumer Daya Manusia (SDM) masyarakat melalui
peningkatan mutu bidang pendidikan (termasuk di dalamnya adalah wawasan
kebangsaan, budi pekerti, praktek keagamaan) dan kesehatan serta kemudahan akses
memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai. Tujuan dari misi ini
adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Blitar,
meningkatkan kualitas pendidikan yang religius, meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat, memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan
serta pelayanan kesehatan yang memadai. Program Aksi yang disusun adalah sebagai
berikut:
1) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan;
2) Pelaksanaan pendidikan berbasis pengembangan karakter (termasuk di dalamnya
adalah wawasan kebangsaan, budi pekerti dan praktek keagamaan);
3) Penataan manajemen pendidikan yang profesional dan efisien dengan menggunakan
sistem database pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan yang berbasis IT;
4) Peningkatan akses atas pendidikan dan pemerataan layanan pendidikan yang
berkualitas bagi masyarakat, baik formal maupun non formal, termasuk yang
berkebutuhan khusus (disabilitas) serta pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai;
5) Peningkatan kualitas/kompetensi dan kuantitas tenaga kesehatan;
6) Peningkatan akses atas kesehatan yang memadai serta pemenuhan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan (kesehatan dasar dan rujukan);
7) Peningkatan peranserta dan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan Hidup Bersih
dan Sehat.
Misi IV :Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi
birokrasi serta pelayanan publik berbasis teknologi informasi. Tujuan misi ini adalah
penataan kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efisien, memantapkan
pelaksanaan sistem dan prosedur perencanaan, pengendalian, evaluasi dan pengawasan
pembangunan daerah, meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia
aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar yang profesional, berintegritas dan berdaya saing,
meningkatkan kualitas manajemen keuangan pemerintah daerah, meningkatkan kualitas
pelayanan publik yang prima di segala bidang dan berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan masyarakat, dan mengembangkan manajemen pemerintahan daerah berbasis
teknologi informasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, dan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 82
akuntabel serta mempermudah akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Program Aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penataan serta peningkatan peran kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan
efisien berdasarkan peraturan perundang-undangan;
2) Peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia aparatur Pemerintah
Kabupaten Blitar;
3) Memaksimalkan fungsi dan kinerja kelembagaan pemerintah daerah melalui
penerapan prinsip “the right man on the right place”;
4) Pengembangan sistem manajemen pemerintahan daerah berbasis teknologi informasi;
5) Peningkatan kualitas manajemen keuangan pemerintah daerah, termasuk pengelolaan
keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan
profesionalisme;
6) Pemantapan pelaksanaan sistem dan prosedur perencanaan, pengendalian, evaluasi
dan pengawasan pembangunan daerah;
7) Mewujudkan konsistensi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
melalui perencanaan dan penganggaran terpadu;
8) Peningkatan kualitas pelayanan publik yang prima di segala bidang dan berorientasi
pada kepuasan masyarakat.
Misi V :Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat
yang memiliki daya saing melalui peningkatan ketrampilan dan keahlian,
pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis Koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif,
jiwa kewirausahaan, potensi lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata serta
pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup.Tujuan misi ini adalah : Meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga mampu
mandiri dan memiliki daya saing, meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja
Kabupaten Blitar menuju persaingan global, mendorong pengembangan standarisasi
produk barang dan jasa untuk meningkatkan daya saing, menumbuhkembangkan dan
meningkatkan daya saing sektor pertanian, koperasi dan usaha mikro, kecil, menengah
(KUMKM) yang ada di Kabupaten Blitar, mengembangkan ekonomi kreatif,
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha, penguatan sektor pariwisata yang sesuai dengan
potensi lokal Kabupaten Blitar, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Program Aksi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Peningkatan kapasitas kelompok ekonomi masyarakat melalui pelatihan ketrampilan
berkelanjutan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha;
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 83
2) Penyediaan tenaga kerja terampil dan profesional melalui penyetaraan kualitas standar
kompetensi tenaga kerja untuk memenuhi standar sertifikasi internasional dalam era
global;
3) Pengembangan iklim usaha secara sehat serta melindungi konsumen;
4) Pengembangan sektor pertanian, koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah
(KUMKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan
berdaya saing;
5) Mengembangkan pariwisata daerah yang berbasis pada seni dan budaya lokal serta
potensi sumber daya alam;
6) Pengembangan ekonomi kreatif yang sesuai dengan potensi lokal untuk menunjang
kepariwisataan daerah;
7) Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup.
Misi VI : Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan
melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.Tujuan misi ini adalah
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa melalui peningkatan kapasitas
aparatur desa dan kelembagaan masyarakat desa, meningkatkan kuantitas dan kualitas
pembangunan, baik fisik maupun non fisik yang berbasis pendekatan desa dan kawasan
perdesaan, mengembangkan peran aktif lembaga kemasyarakatan desa dalam
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat desa untuk mewujudkan pembangunan desa secara partisipatif.
Program Aksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan;
2) Penyusunan regulasi penyelenggaraan pemerintahan desa;
3) Pembangunan infrastruktur kawasan perdesaan yang berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat untuk meminimalisasi disparitas antar wilayah;
4) Fasilitasi pengembangan manajemen pemerintahan desa didukung dengan sistem
informasi desa;
5) Optimalisasi pemberdayaan masyarakat desa sebagai bentuk nyata partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan desa.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 84
Berikut adalah gambar hubungan antara visi dan misi Kabupaten Blitar periode 2016-
2021:
Gambar Hubungan Visi dan Misi Kabupaten Blitar 2016-2021
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat hubungan antara visi dan misi dari
Kabupaten Blitar. Visi Kabupaten Blitar apabila di rinci yaitu:
1. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Sejahtera
Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke I dan ke II yaitu
Mewujudkan Kabupaten Blitar yang lebih sejahtera dengan meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan dengan membangun nilai religius, kearifan lokal, dan menegakkan
hukum.
Lebih Maju
Lebih Sejahtera
Lebih Berdaya
Saing
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 85
2. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Maju
Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke III dan IV yaitu
mewujudkan Kabupaten Blitar yang maju melalui tata kelola pemerintahan yang baik,
dan melalui Kualitas SDM Aparatur yang baik.
3. Menuju Kabupaten Blitar Lebih Berdaya Saing
Visi ini dapat diwujudkan melalui misi Kabupaten Blitar ke V dan VI yaitu mewujudkan
Kabupaten Blitar yang berdaya saing dengan menciptakan keberdayaan pada
masyarakat, perdesaan, dan UMKM serta dengan mengembangkan potensi
unggulan pariwisata dan pertanian.
4.2 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun
2017
Penekanan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional terhadap keberadaan
Kabupaten Blitar didasarkan pada karakteristik sekaligus potensi yang dapat dikembangkan
Kabupaten Blitar dalam kerangka sebuah sistem pembangunan nasional. Selain arah
kebijakan dan strategi nasional, perlu ditelaah penetapan prioritas pembangunan Kabupaten
Blitar tahun 2017 dalam cakupan rencana pembangunan Provinsi Jawa Timur.
Strategi umum pembangunan Jawa Timur 2014-2019 secara lebih tegas menyatakan
keberpihakannya (affirmative) kepada rakyat miskin melalui strategi pertumbuhan ekonomi
yang berpihak kepada rakyat miskin, atau disebut pro-poor growth, yang dilandasi pemikiran
bahwa pertumbuhan dan pemerataan harus berjalan serempak, dan bukan pilihan prioritas
(trade-off) satu terhadap lainnya.Penegasan keberpihakan ini sejalan dengan label misi
“Makin Mandiri dan Sejahtera bersama Wong Cilik”, di mana wong cilik atau rakyat miskin
tidak boleh tertinggal atau ditinggalkan dalam memperoleh manfaat dari pertumbuhan
ekonomi.
Berdasarkan dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur periode tahun 2014-2019
disebutkan bahwa Kabupaten Blitar merupakan ruang pembangunan yang dikelompokkan
dalam cluster pengembangan regional Kelud.Cluster Regional Kelud berfungsi sebagai
pemerataan aktifitas pusat pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur yang terdiri dari :
1. Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Kediri: Kota Kediri,
Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten
Tulungagung;
2. Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Blitar yaitu Kota Blitar
dan Kabupaten Blitar.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 86
Berdasarkan arahan wilayah pengembangan, maka Cluster Regional Kelud ditetapkan
pada Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar dengan arahan
strategi sebagai berikut:
1. Target tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2017 adalah 7,5%-8,00% ;
2. Target tingkat kemiskinan tahun 2017 adlah 11,95-10,98% ;
3. Target Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2017 adalah 3,97-3,86% ;
4. Target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2017 adalah 75,53-76,65% ;
5. Peningkatan pusat-pusat pertumbuhan baru;
6. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
7. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan;
8. Pemertahanan kawasan pertanian;
9. Pengembangan energi baru terbarukan;
10. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
11. Pembangunan infrastruktur transportasi;
12. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
13. Peningkatan kegiatan yang diarahkan pada perkebunan, pertanian, pertambangan,
pariwisata pantai dan perikanan;
14. Pengembangan potensi sumber daya alam unggulan lokal dalam pengembangan industri
kecil dan menengah sebagai pemasok utama pasar regional.
4.3 Arah Kebijakan/Prioritas Pembangunan RPJMN Tahun 2017
Dilihat dari kacamata nasional, dengan berbagai kebijakan, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan meningkat tajam sejak tahun 2016, menjadi 7,1 persen pada tahun 2017, dan
terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5 persen dan 8,0
persen. Dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp. 47,8 Juta
(USD3.918,3) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp. 72,2 Juta (USD 6.018,1) pada tahun
2019. Dari sisi pengeluaran, investasi didorong dan mencapai sekitar 10,4 persen pada tahun
2017, dan 12,1 persen pada tahun 2019. Dorongan kuat dari investasi akan meningkatkan
kontribusi ekspor barang dan jasa, serta konsumsi. Ekspor diperkirakan tumbuh 8,8 persen
pada tahun 2017, dan mencapai 12,2 persen pada tahun 2019. Konsumsi masyarakat dan
konsumsi pemerintah tumbuh secara bertahap dan masing-masing mencapai 6,1 persen dan
2,5 persen pada tahun 2019.Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan
meningkat tajam mulai tahun 2017, neraca pembayaran yang sebelumnya menghadapi
tekanan akibat krisis ekonomi, kinerjanya akan membaik. Prediksi akan terjadinya perbaikan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 87
lingkungan global dan membaiknya harga komoditas dunia turut mendorong membaiknya
kinerja neraca pembayaran.
Secara nasional hal yang perlu diperhatikan dari arah kebijakan pemerintah pusat
adalah:
1. Pemerintah Daerah harus mengusung Program Prioritas Nasional untuk masuk kedalam
RPJM Daerah;
2. Menggunakan pendekatan Perencananaan Terintegrasi terhadap Program Prioritas
Pembangunan Nasional;
3. Berorientasi pada “money follow program” daripada “money follow functions” artinya
review atas Kapasitas Kelembagaan menjadi penting;
4. Nomeklatur Program hanya sebagai ‘rumah’ dan dokumen penganggaran (karena
melekat kode rekening anggaran), yang terpenting adalah definisi dari program tersebut
dan kegiatan prioritas di dalam program tersebut;
5. Fokus terhadap pelaksanaan program yang langsung kepada rakyat dan dapat diukur;
6. Urusan tata kelola birokrasi dan kelembagaan diharapkan selesai pada tahun 2016, bagi
daerah yang baru menyelenggarakan PILKADA.
Dalam rangka penetapan prioritas pembangunan Kabupaten Blitar Tahun 2017 perlu
ditinjau perspektif dan sudut pandang pembangunan Nasional terhadap Kabupaten Blitar.
Berdasarkan hal tersebut, arah kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Pulau Jawa
dan Bali dalam dokumen RPJMN 2015-2019 menyebutkan bahwa:
1. Kabupaten Blitar ditetapkan sebagai wilayah pengembangan dengan strategi
peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui penyediaan
sistem pemantauan gunung api.
2. Kabupaten Blitar ditetapkan sebagai Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan
Pulau Jawa-Bali Periode 2015-2019, dimana Blitar sebagai Pusat kegiatan Wilayah
(II/C/2).
4.4. Prioritas Pembangunan Kabupaten Blitar 2017
Berdasarkan pada evaluasi capaian kinerja pembangunan Kabupaten Blitar tahun lalu
beserta proyeksi pencapaian kinerja tahun 2016, program indikatif di tahun 2017 yang bersifat
lintas wilayah dan strategis dari RPJMD Kabupaten Blitar 2011-2016, telaah tujuan dan
tahapan pembangunan dalam dokumen RPJPD Kabupaten Blitar 2005-2025, telaah arahan
strategis pengembangan kewilayahan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019, telaah
prioritas RPJMN 2015-2019, analisis isu-isu kebijakan nasional, platform kepala daerah
terpilih dan dokumen Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Blitar tahun 2016-2021 maka tema
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 88
RKPD-P Kabupaten Blitar tahun 2017 adalah “Percepatan Kecukupan Sarana Prasarana,
Sistem dan Infrastruktur Ekonomi Berbasis Potensi Unggulan Kab. Blitar (Pariwisata
dan Pertanian)” dengan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Blitar tahun 2017
ditetapkan sebagai berikut:
1. Penataan Sarana Aparatur dan Sistem Pendukung Pemerintahan.
Penataan sarana aparatur dan sistem pendukung pemerintahan ditetapkan sebagai
prioritas dengan mempertimbangkan bahwa sumber daya aparatur memiliki peran yang
sangat penting sebagai aktor pemerintah daerah yang nantinya akan mengayomi
masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu adanya penataan sarana dan
sistem pendukung yang dibutuhkan oleh sumber daya aparatur sebagai penunjang
pelaksanaan pemerintahan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi Sumber daya
aparatur dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, bebas dari KKN
sebagaimana implementasi UU no. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Adapun
prioritas penataan sarana aparatur dan sistem pendukung pemerintahan dapat diarahkan
dengan prioritas pembangunan, antara lain:
a. Penataan Organisasi dan Peningkatan Profesionalisme Sumber Daya Aparatur ;
b. Bimbingan Teknis dalam Rangka Implementasi UU Desadan UU ASN;
c. Pengembangan Sistem Perencanaan, Keuangan, Evaluasi, Pelaporan, Layanan
Perijinan dan Layanan Lainnya Berbasis Teknologi Informasi ;
d. Fasilitasi Penyusunan Peraturan-Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
Pendukung Sistem Pemerintahan.
2. Infrastruktur Perekonomian yang Berpihak terhadap Pertanian dan Pariwisata.
Pembangunan ekonomi dan infrastruktur secara garis besar ditempatkan dalam posisi
yang sangat strategis. Pembangunan ekonomi dalam prioritas ini disandingkan dengan
pembangunan infrastruktur dengan logika berpikir bahwa pembangunan ekonomi baik
dengan orientasi pertumbuhan maupun pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan
masyarakat Blitar membutuhkan dukungan infrastruktur. Dengan demikian jenis
infrastruktur yang dimaksud dalam prioritas ini adalah pembangunan infrastruktur yang
mampu digunakan untuk akselerasi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Kabupaten
Blitar. Infrastruktur perekonomian lebih ditekankan terhadap sektor pertanian dan
pariwisata Kabupaten Blitar. Hal ini karena kondisi geografis Kabupaten Blitar yang
sebagian besar adalah lahan pertanian dan potensi alam yang dapat dikembangkan
menjadi obyek wisata. Berdasarkan hal ini, maka prioritas pembangunan infrastruktur
perekonomian yang berpihak terhadap pertanian dan pariwisata dapat dilaksanakan
dengan prioritas pembangunan, sebagai berikut:
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 89
a. Pembangunan Saluran Irigasi ;
b. Pelestarian Sumber Mata Air dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan ;
c. Pembangunan Destinasi Wisata Kabupaten Blitar ;
d. Pembangunan Pasar Kabupaten dan Ruang Terbuka Hijau.
3. Pembangunan Infrastruktur berbasis Kawasan dan Pusat Pertumbuhan Baru.
Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses
pembangunan Kabupaten Blitar. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai
salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat bahwa gerak laju
dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur di kawasan dan pusat pertumbuhan baru menjadi hal yang
penting karena kawasan dan pusat pertumbuhan baru menjadi titik-titik strategis dalam
pengembangan ekonomi di Kabupaten Blitar. Adapun prioritas pembangunan
infrastruktur besar berbasis kawasan dan pusat pertumbuhan baru dilaksanakan dengan
prioritas pembangunan, antara lain:
a. Pembangunan Infrastruktur Pendukung Pusat Pemerintahan Kabupaten Blitar di
Kanigoro ;
b. Pembangunan Kawasan Stadion Nglegok ;
c. Fasilitasi Percepatan Realisasi Pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) ;
d. Rehabilitasi Kawasan Rawan Bencana ;
e. Pembangunan Kawasan Pariwisata Strategis ;
f. Pembangunan dan Pelebaran Jalan Aspal dan Jembatan ;
g. Pembangunan Drainase dan Pengaman Badan Jalan ;
h. Perawatan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan ;
4. Pemantapan Pemberian Layanan Dasar Umum dan Pemerintahan.
Keberadaan pemerintah dengan semua penyelenggaraan urusan pemerintahan pada
dasarnya adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan Publik
dalam hal ini didefinisikan sebagai aktivitas pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui penyediaan barang dan jasa. Proses penyelenggaraan pelayanan
publik merupakan ranah kebijakan, program, dan kegiatan yang menginteraksikan
pemerintah dengan masyarakat. Alokasi dana pemerintah dipergunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Prioritas pemantapan pemberian layanan dasar
umum dan pemerintahan diarahkan pada prioritas pembangunan sebagai berikut:
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 90
a. Pelayanan Berbasis Online (Online Based Service) ;
b. Pemberian Bantuan Sarana dan Prasarana Sekolah ;
c. Pelatihan Keterampilan dan Kejar Paket Bagi Anak Putus Sekolah ;
d. Pendidikan Non Formal ;
e. Pembangunan RSUD Srengat ;
f. Verifikasi PBDT / PPLS 2015 Pendukung Program Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial Lainnya ;
g. Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ;
h. Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ;
i. Pembangunan Sanitasi dan Sarana Air Bersih ;
5. Intensifikasi Potensi Pariwisata Unggulan dan Penggunaan Teknologi Pertanian.
Prioritas intensifikasi potensi pariwisata unggulan dan penggunaan teknologi pertanian
diarahkan pada prioritas pembangunan sebagai berikut:
a. Pengadaan Sarana Produksi Sektor Pertanian ;
b. Pengadaan Sarana Prasarana Industri Kreatif Pendukung Pariwisata;
c. Pelatihan Budidaya, Pengolahan Pasca Panen dan Pengemasan Produk-Produk Hasil
Pertanian ;
d. Pameran dan Promosi Produk-Produk Unggulan Daerah ;
e. Pelatihan Kewirausahaan dan Pengembangan Kelompok Tani, Kelompok Sadar
Wisata / Desa Wisata, Industri Kreatif dan Stakeholder Pariwisata di Kabupaten Blitar;
f. Pengembangan Koperasi, Bumdes, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
Industri Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Blitar.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 91
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN
PRIORITAS DAERAH
Dalam bab ini memuat urusan-urusan dan bidang yang dilaksanakan oleh Unit Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Termasuk didalamnya urusan wajib dan pilihan serta bentuk
program kerja setiap urusan serta program prioritas tiap perangkat sesuai dengan kebutuhan
dan guna bagi masyarakat. Capaian program kerja nantinya menjadi parameter yang
dipaparkan dalam indikator program kerja yang menjadi tolak ukur keberhasilah program.
Anggaran juga dipaparkan dalam bab ini yang memuat perencanaan anggaran pada tahun
2017 serta prakiraan kebutuhan dana pagu di tahun 2018 mendatang. Rekapitulasi kegiatan
dan Kebutuhan dana pagu setiap SKPD terlampir pada halaman akhir laporan ini.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 92
BAB VI PENUTUP
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P) Kabupaten Blitar Tahun
2017 merupakan perencanaan pembangunan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021.
Sesuai amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa RKPD merupakan pedoman
untuk penyusunan APBD. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan disusun
berdasarkan pemberlakuan peraturan dari Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, untuk
implementasinya diperlukan koordinasi antar instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Blitar dan partisipasi masyarakat serta seluruh pelaku pembangunan (stakeholder) melalui
Forum SKPD dan Focus Group Discussion (FGD) serta musyawarah perencanaan
pembangunan (Musrenbang) yang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan
terutama sinkronisasi dan penyelarasan rencana program dan kegiatan yang telah ditentukan.
Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Kabupaten Blitar tahun
2017 dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen
Kebijakan Umum Anggaran Perubahan (KUPA) dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan
(PPAS-P) Tahun 2017. Dokumen RKPD-P menjadi landasan dalam melaksanakan kewajiban
pemerintahan umum, sekaligus mendorong masyarakat untuk mewujudkan partisipasinya,
serta untuk mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan. Keberhasilan pembangunan
selain dilaksanakan jajaran Pemerintah Kabupaten Blitar juga ditentukan oleh dukungan
masyarakat untuk menjawab tantangan dan mengurangi permasalahan yang ada, sehingga
cita-cita masyarakat Kabupaten Blitar sesuai visi dan misi yang tertuang dalam dokumen
perencanaan dapat terwujud sesuai waktu yang telah ditentukan.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan Kabupaten Blitar tahun 2017
disusun dalam upaya meningkatkan sinergitas pusat dengan daerah, antar daerah, dan antar
satuan kerja dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi
mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan
wilayah. Oleh karenanya, diperlukan komitmen dan dukungan dari seluruh stakeholder
Kabupaten Blitar untuk dapat mewujudkan berbagai substansi rencana pembangunan daerah
Kabupaten Blitar yang telah ditetapkan.
Berikut dilampirkan Program Kerja beserta urusan-urusan dan bidang yang
dilaksanakan oleh Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah. Termasuk didalamnya urusan wajib
dan pilihan serta bentuk program kerja setiap urusan. Capaian program kerja nantinya
menjadi parameter yang dipaparkan dalam indikator program kerja yang menjadi tolak
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar Tahun 2017 93
ukur keberhasilah program. Anggaran juga dipaparkan dalam bab ini yang memuat
perencanaan anggaran pada tahun 2017 beserta rencana penyerapan serta prakiraan
kebutuhan dana pagu di tahun 2018 mendatang. Rekapitulasi kegiatan dan Kebutuhan dana
pagu setiap SKPD terlampir pada halaman akhir laporan ini.
Demikian dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan (RKPD-P)
Kabupaten Blitar tahun 2017 ini disusun untuk menjadi dasar dalam proses perencanaan
pembangunan tahap selanjutnya di Kabupaten Blitar Tahun 2017.
BUPATI BLITAR,
RIJANTO