1
RELIGIUSITAS SEBAGAI PREDIKTOR PARANORMAL BELIEF
MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY DI SITUBONDO
Fauzul Adim Ubaidillah
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
E-mail : [email protected]
RINGKASAN : Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui gambaran religiusitas mahasiswa Institut Agama Islam
Ibrahimy (IAII) (2) untuk mengetahui gambaran paranomal belief
mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII). (3) untuk
mengetahui apakah religiusitas merupakan prediktor paranormal
belief. Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif
korelasional dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
sederhana. Partisipan penelitian ini berjumlah 204 orang yang
terdiri dari 102 orang laki-laki dan 102 orang perempuan dengan
teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian adalah skala Religious Orientation Scale (ROS)
dan skala Paranormal Belief Scale (PBS). Hasil dari penelitian
adalah (1) Religiusitas dan Paranormal belief sebagian besar
mahasiswa Institut Agama Islam berada pada klasifikasi sedang.
(2) religiusitas memiliki pengaruh yang rendah (R Square = 0,053
atau 5,3%) namun signifikan terhadap paranormal belief (0,001 <
0,05). Saran untuk peneliti selanjutnya adalah mempertimbangkan
variabel kognitif, kepribadian, orientasi kebahagiaan, sensation
seeking, dan distrust in science sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap paranormal belief individu atau kelompok masyarakat.
Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan memilih sampel
penelitian yang lebih variatif dengan mempertimbangkan latar
belakang agama, sosial, dan budaya.
Kata kunci : religiusitas, paranormal belief, mahasiswa
Paranormal adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena atau keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ilmu
pengetahuan (Broad, 1949; Tobacyk, 1995; Hurley & Peetrs, 2005). Tobacyk dan
Milford (dalam, Sen & Yesilyurt, 2014) mengidentifikasi tiga kriteria untuk
2
menetapkan suatu keadaan atau fenomena yang dapat dikategorikan sebagai
fenomena paranormal yaitu : 1). Fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara
ilmiah. 2). Fenomena yang bisa dijelaskan hanya dengan mengubah prinsip-
prinsip dasar ilmu pengetahuan. 3). Fenomena yang tidak sesuai dengan persepsi
normatif dan ekspektasi tentang suatu hal yang dianggap sebagai fakta.
Pada tahun 2012 Pew Research Center melakukan survei tentang
kepercayaan umat muslim di Indonesia dengan jumlah partisipan sebanyak 2000
orang berusia lebih dari 18 tahun yang berasal dari berbagai kota dan provinsi di
Indonesia, dan 1880 orang partisipan beragama muslim. Hasil dari survei ini
menunjukkan 99 % masyarakat di Indonesia percaya pada malaikat, 95 % percaya
pada takdir atau nasib, 96% percaya adanya surga, 95% percaya adanya neraka,
53 % percaya pada jin, 69% percaya adanya sihir atau santet, 29% percaya pada
takhayul seperti adanya kutukan atau mantra yang bisa menyebabkan suatu
kejadian yang buruk bisa terjadi, dan 20% dari masyarakat Indonesia mempunyai
pengalaman mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh seseorang (Pew Research
Center, 2017). Akan tetapi, tidak semua kepercayaan pada sesuatu yang gaib dan
mistik sesuai dengan nilai dan norma yang diajarkan agama. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tahun 2005 mengeluarkan fatwa yang berisi larangan untuk
memanfaatkan, menggunakan dan atau mempercayai segala bentuk perdukunan
dan peramalan (Amin & Hasanuddin, 2017).
Meskipun sudah terdapat fatwa yang melarang masyarakat untuk
memanfaatkan, menggunakan dan atau mempercayai perdukunan dan peramalan,
masih banyak masyarakat dari berbagai kalangan seperti artis, pengusuha, politisi,
dan mahasiswa yang mendatangi dukun atau paranormal untuk menyelesaikan
3
berbagai macam persoalan yang dialaminya. Seorang paranormal di Pati, Jawa
Tengah bernama Asih Marlina atau Jeng Asih saat diwawancara Portal Media
Tempo mengatakan bahwa menjelang pemilihan umum dirinya akan kedatangan
para politisi yang mencalonkan diri menjadi legislator dari berbagai partai politik,
Jeng Asih mengatakan bahwa tujuan para politisi tersebut adalah ingin auranya
menguat sehingga banyak yang memilih. Selain politisi, terdapat pula mahasiswa
yang mendatangi dukun atau paranormal, ketua Paguyuban Paranormal Indonesia
Edy Rusmanto atau Boss Edy kepada portal media Tempo mengatakan bahwa
mahasiswa yang menemui dirinya memiliki tujuan agar dimudahkan saat
menghadapi ujian skripsi atau meminta pengasihan agar mudah menaklukkan
lawan jenis (Sohirin, 2017).
Ada beberapa penelitian yang membahas mengenai kepercayaan individu
atau masyarakat kepada fenomena gaib, dan tidak dapat dijelaskan secara ilmiah,
penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Tam & Shiah (2004) meneliti
tentang hubungan antara paranormal belief, religiusitas dan kemampuan kognitif
individu pada mahasiswa yang memiliki latar kebudayaan cina di Taiwan. Abbas
(2013) meneliti dampak percaya pada aktivitas atau fenomena yang bersifat gaib
terhadap orientasi kebahagiaan anak-anak muda di Pakistasn. Oh dkk (2011)
melakukan penelitian tentang perbedaan dan perubahan paranormal beliefs pada
mahasiswa yang berasal dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. Parra (2015)
meneliti hubungan paranormal belief dengan sensation seeking dan mengalisis
perbedaan hubungan paranormal belief dengan sensation seeking berdasarkan
gender. Colbert dan Saroglu (2015) meneliti tentang hubungan antara agama dan
paranormal belief terhadap distrust in science, penelittian ini membandingkan
4
hasil korelasi antara agama, paranomal belief, dan distrust in science, partisipan
yang berasal dari Korea Selatan dengan partisipan yang berasal dari Denmark dan
Austria.
Hergovich dkk (2005) meneliti hubungan antara paranormal belief dan
religiusitas pada mahasiswa di Vienna, Austria. Penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang rendah tetapi signifikan antara paranormal belief dan
religiusitas. Pada subjek ateis hubungan antara paranormal belief dan religiusitas
lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang menganut agama katolik dan
protestan. Ara (2016) meneliti tentang hubungan antara paranormal belief dan
religious belief di India. Penelitian ini dilakukan dengan meneliti hubungan
paranormal belief dan religious belief dengan partisipan yang berasal dari tiga
kelompok agama mayoritas di India yaitu agama Hindu, Islam, dan Kristen.
Partisipan penelitian berusia antara 15 sampai 71 tahun yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Menurut
penelitian ini terdapat korelasi yang signifikan antara religious belief, dengan
paranormal belief (r=0.236, p=0.000).
Singer dan Benassi (dalam Sen & Yesilyurt, 2014) menyatakan bahwa
tingkatan dari paranormal belief dapat digunakan sebagai indikator yang
menunjukkan kekurangan dalam program pendidikan kita. Berdasarkan perspektif
ini, paranormal belief tidak sesuai dengan fakta dan hukum yang berlaku dalam
ilmu pengetahuan dan berdampak buruk terhadap proses literasi dalam ilmu
pengetahuan, hal ini penting untuk melakukan identifikasi paranormal belief
untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan sistem pendidikan kita. Meskipun
terdapat penelitian tentang paranormal belief yang dilakukan di Amerika, Eropa,
5
dan Asia, masih sedikit penelitian tentang paranormal belief yang dilakukan di
Indonesia. Melakukan identifikasi dan memahami paranormal belief dalam kultur
dan konteks agama yang berbeda memungkinkan para peneliti dan pendidik
memiliki sudut pandang yang lebih luas tentang paranormal belief.
Berdasarkan penjelasan tersebut, khususnya penjelasan tentang
kepercayaan masyarakat kepada fenomena yang gaib, dan tidak dapat dijelaskan
secara ilmiah yang masih banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat
khususnya masyarakat muslim di Indonesia, penulis tertarik untuk mengkaji dan
melakukan penelitian tentang “Religiusitas sebagai prediktor Paranormal Belief
pada mahasiswa di Institut Agama Islam Ibrahimy di Situbondo”.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII). Karakteristik populasi ini
adalah a). Mahasiswa beragama Islam, b). Berusia 17 tahum sampai 23 tahun, c).
Masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif di Institut Agama Islam Ibrahimy.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified
random sampling. Teknik stratified random sampling dipilih karena sebaran
populasi relatif tidak sama atau tidak proporsional. Teknik stratifoed random
sampling dilakukan dengan memilih secara acak satu kelas (kelompok)
mahasiswa IAII pada masing-masing program studi untuk dijadikan sampel
penelitian. Sampel penelitian yang dipilih berasal dari 11 program studi yang
terdapat di IAII. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 204 orang dengan
rincian 102 orang laki-laki dan 102 orang perempuan.
6
Peneltiian ini memiliki dua jenis data yaitu data religiusitas dan data
paranormal belief mahasiswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah skala religiusitas yang merupakan adaptasi dari
Religious Orientation Scale (ROS) yang disusun oleh Gorsuch & McPherson
(1989) dan skala paranormal belief yang merupakan adaptasi dari Revised
Paranormal Belief Scale yang disusun oleh Tobacyk (2004). Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran
tingkat religiusitas dan paranormal belief mahasiswa. Selain menggunakan
analisis deskriptif, penelitian ini juga menggunakan analisis regresi linier
sederhana untuk mengetahui pengaruh variabel religiusitas (X) terhadap variabel
paranormal belief (Y).
HASIL
Hasil analisis deskriptif terhadap data religiusitas mahasiswa IAII dengan
menggunakan skor T dengan mean 50 dan deviasi standar 10 menunjukkan bahwa
religiusitas 39 partisipan penelitian dengan persentase 19,2% berada pada
klasifikasi tinggi, religiusitas 126 partisipan penelitian dengan persentase 61,8%
berada pada klasifikasi sedang, dan 39 partisipan penelitian dengan persentase
19,2% berada pada klasifikasi rendah. Sedangkan hasil analisis deskriptif dengan
skor T mean 50 dan deviasi standar 10 terhadap data paranormal belief
mahasiswa IAII menunjukkan bahwa paranormal belief 45 partisipan penelitian
dengan persentase 22,1% berada pada klasifikasi tinggi, paranormal belief 144
partisipan penelitian dengan persentase 70,6% berada pada klasifikasi sedang, dan
paranormal belief 15 partisipan penelitian dengan persentase 7,4% berada pada
klasifikasi rendah.
7
Adapun hasil analiss regresi yang mengukur pengaruh religiusitas terhadap
paranormal belief menunjukkan terdapat pengaruh yang rendah namun signifikan
R square = 0,053; p = 0,001 < 0,05. Nilai Standardized Coefficients (beta) sebesar
0,229 yang berarti pengaruh dan sumbangan efektif variabel religiusitas (X)
terhadap paranormal belief (Y) dalam penelitian ini sebesar 0,229 atau 22,9%.
Dengan demikian H0 ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa religiusitas
merupakan prediktor paranormal belief.
PEMBAHASAN
Religiusitas Mahasiswa
Religiusitas merupakan kepercayaan beragama yang kuat (Oxford, 2017).
Sedangkan, menurut Bergan dan McConatha (dalam Holdcroft, 2006) religiusitas
adalah beberapa dimensi yang berkaitan dengan kepercayaan dan keterlibatan
pada suatu agama tertentu. Allport dan Ross tahun 1967 mengidentifikasi dua
dimensi religiusitas yaitu dimensi religiusitas intrinsic dan extrinsic. Religiusitas
mahasiswa Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) ditinjau dari hasil uji Skor T
menunjukkan bahwa religiusitas sebagian besar mahasiswa IAII berada pada
kategori sedang.
Mahasiswa IAII yang termasuk dalam kategori sedang dapat dikategorikan
sebagai mahasiswa yang memiliki kepercayaan yang cukup kuat pada nilai-nilai
dan ajaran suatu agama. Allport dan Ross (1967) mendeskripsikan karakteristik
individu yang religius yaitu individu yang religius memandang agama sebagai
suatu ketetapan yang tidak dapat diubah dan menjadikan agama sebagai pedoman
hidup. Selain itu, individu yang religius juga terlibat dalam berbagai aktivitas
keagamaan, dan menjadikan agama sebagai sarana untuk memperoleh
8
perlindungan, kenyamanan, dan status sosial di masyarakat (Paraschiva &
Nicoleta).
Paranormal Belief Mahasiswa
Paranormal merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fenomena atau keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar-dasar
ilmu pengetahuan (Broad, 1949; Tobacyk, 1995; Hurley & Peetrs, 2005).
Paranormal belief adalah kepercayaan atau keyakinan kepada fenomena yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Paranormal belief
terdiri dari tujuh aspek atau dimensi yaitu : traditional religious belief,
psychokinesis, witchcraft, superstition, spiritualism, extraordinary life form,
precognition. Istilah paranormal selalu diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat
dijelaskan secara ilmiah (Oh dkk, 2011).
Tobacyk dan Milford (dalam Sen & Yesilyurt, 2014) mengidentifikasi tiga
kriteria untuk menetapkan suatu keadaan atau fenomena yang dapat
dikategorikan sebagai fenomena paranormal yaitu : 1). Fenomena yang tidak
dapat dijelaskan secara ilmiah. 2). Fenomena yang bisa dijelaskan hanya dengan
mengubah prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. 3). Fenomena yang tidak
sesuai dengan persepsi normatif dan ekspektasi tentang suatu yang dianggap
sebagai fakta. Hasil uji skor T dalam penelitian ini menunjukkan paranormal
belief sebagian besar mahasiswa IAII berada pada kategori sedang. Mahasiswa
IAII yang termasuk dalam kategori sedang dapat dikategorikan sebagai
mahasiswa yang percaya pada suatu hal atau fenomena yang bersifat gaib.
Tingkatan paranormal belief individu atau kelompok masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu; pertama, faktor pertumbuhan
9
ekonomi dan pendapatan per kapita, jika pertumbuhan ekonomi suatu negara
semakin baik dan pendapatan per kapita mengalami peningkatan, maka tingkat
paranormal belief akan mengalami penurunan. Kedua, penerimaan individu atau
kelompok masyarakat terhadap sudut pandang ilmiah, artinya tingkat paranormal
belief individu atau kelompok masyarakat akan mengalami penurunan apabila
individu atau kelompok masyarakat menjadikan ilmu pengetahuan dan proses-
proses ilmiah sebagai dasar dalam memahami suatu fenomena. Individu atau
kelompok masyarakat yang memiliki sudut pandang ilmiah atau individu yang
memahami nilai dan proses ilmiah mungkin akan memiliki tingkat paranormal
belief yang rendah, sedangkan individu yang percaya adanya kekuatan misterius
yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan urutan proses ilmiah akan memiliki
tingkat paranormal belief yang lebih tinggi daripada individu yang memiliki
sudut pandang ilmiah (Oh dkk, 2011).
Ara (2016) menyatakan bahwa status sosial-ekonomi dan tingkat
pendidikan juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat paranormal belief
individu. Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki status sosial-
ekonomi dan pendidikan yang rendah lebih mudah percaya terhadap sesuatu hal
atau fenomena yang bersifat gaib. Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa tingkat paranormal belief mahasiswa IAII berada pada
kategori sedang. Faktor ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap tingkatan
paranormal belief individu atau kelompok masyarakat.
Pengaruh Religiusitas terhadap Paranormal Belief
Religiusitas dan paranormal belief merupakan kepercayaan atau
keyakinan adanya fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah, seperti
10
psychokinesis, extrasensory perception, atau adanya hidup setelah mati dan
adanya malaikat (Hergovich dkk, 2005). Menurut Ara (2016) religiusitas memiliki
korelasi yang signifikan terhadap paranormal belief. Tam dan Shiah (2004)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara religiusitas
dengan paranormal belief. Colbert dan Saroglu (2015) menyatakan terdapat
korelasi positif antara paranormal belief dengan religiusitas pada partisipan
beragama Katholik di Austria, partisipan beragama Protestan di Denmark dan
partisipan beragama Budha di Korea Selatan, sedangkan korelasi negatif antara
paranormal belief dengan religiusitas terdapat pada partisipan beragama protestan
di Korea Selatan.
Aarnio dan Lindeman (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
religiusitas dan paranormal belief memiliki korelasi yang positif dan signifikan.
Aarnio dan Lindeman (2007) juga menjelaskan persamaan dan perbedaan
karakteristik psikologis individu yang religius dan individu yang percaya adanya
fenomena yang bersifat gaib, persamaan tersebut yaitu; pertama, individu yang
religius dan percaya pada fenomena yang bersifat gaib cenderung berpikir secara
intuitif dan kurang berpikir secara analitis. Kedua, individu tersebut lebih sering
menyaksikan fenomena yang bersifat gaib dibandingkan dengan individu yang
tidak religius dan percaya pada fenomena yang bersifat gaib. Selain itu, individu
tersebut juga memiliki sikap yang positif terhadap fenomena supernatural yang
ditunjukkan oleh peserta yang lainnya. Sedangkan perbedaannya adalah individu
yang religius memfokuskan pada nilai-nilai kebudayaan seperti; respek pada suatu
tradisi, konformitas, dan kesejahteraan dibandingkan dengan individu yang
11
percaya pada fenomena yang bersifat gaib. Kedua, individu yang religius
mendukung nilai-nilai transendensi diri, khususnya nilai kebajikan.
Uji hipotesis penelitan ini adalah menggunakan uji regresi linier sederhana
untuk mengetahui apakah religiusitas merupakan prediktor paranormal belief.
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang rendah namun signifikan antara variabel religiusitas terhadap variabel
paranormal belief, yang berarti religiusitas mahasiswa IAII berpengaruh rendah
namun signifikan terhadap paranormal belief mahasiswa IAII. Seluruh partisipan
dalam penelitian ini menganut agama islam. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hergovich dkk pada tahun 2005 yang
menyatakan religiusitas memiliki pengaruh yang rendah namun signfikan
terhadap paranormal belief. Hergovich dkk (2005) menyatakan bahwa agama
yang dianut oleh individu memiliki pengaruh terhadap tingkat paranormal belief
individu tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Hergovich dkk (2005)
menunjukkan perbedaan korelasi antara religiusitas dan paranormal belief pada
partisipan penelitian yang menganut agama Katolik dan Protestan dengan
partisipan penelitian yang Ateis.
Berdasarkan hasil penjelasan diatas, dapat disimpukan bahwa religiusitas
dapat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan tingkat paranormal belief.
Religiusitas berbanding lurus dengan tingkat paranormal belief mahasiswa IAII
artinya semakin tinggi religiusitas semakin tinggi pula tingkat paranormal belief
mahasiswa atau sebaliknya semakin rendah religiusitas semakin rendah pula
tingkat paranormal belief
12
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa religiusitas dan paranormal belief sebagian besar mahasiswa Institut
Agama Islam berada pada klasifikasi sedang. Terdapat pengaruh rendah namun
signifikan antara religiusitas terhadap paranormal belief. Religiusitas dapat
digunakan sebagai prediktor paranormal belief
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang bisa diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; Bagi masyarakat, diharapkan
masyarakat agar tidak terlalu menjadikan sesuatu hal yang bersifat gaib sebagai
landasan utama dalam bepikir dan mengambil keputusan. Selain itu, hendaknya
masyarakat lebih selektif lagi dalam memilih sesuatu yang ingin dipercaya dan
diyakini, terutama sesuatu hal yang bersifat gaib. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan untuk peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian ini
menjadi lebih variatif, terutama mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi paranormal belief dan religiosity. Selain itu, peneliti selanjutnya
diharapkan memilih sampel penelitian yang lebih variatif dan tidak terbatas pada
mahasiswa.
13
DAFTAR RUJUKAN
Aarnio, K. & Lindeman, M. 2007. Religious People and Paranormal Believers,
Alike or Different?. Journal of Individual Differences. 28 (1): 1 – 9.
Abbas, S. N. 2013. The Impact of Belief in Paranormal Belief Activities on
Orientation to Happiness of Youth in Pakistan. Interdiscplinary Journal of
Contemporary Research in Bussiness. 5 (7): 432 – 440.
Amin, M. & Hasanuddin. 2005. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor
2/MUNAS VII/6/2005 Tentang Perdukunan (Kahanah) dan Peramala
(‘Irafah). (Online), (http://mui.or.id/wp-content/uploads/2017/02/11.-
Perdukunan-Kahanah-Dan-Peramalan-Irafah.pdf), diakses 22 Februari 2017.
Ara, R. M. 2016. A Correlational Study of Religious and Paranormal Belief
among Indians. International Journal of Education and Psychological
Research. 5 (2): 84 – 95.
Colbert, M. & Saroglou, V. 2015. Religion, Paranormal Beliefs, and Distrust in
Science. Archive for The Psychology of Religion : 185 – 199.
Hergovich, A. dkk. 2005. Paranormal Belief and Religiosity. The Journal of
Parapsychology; 293 – 303.
Ji-Young, Oh, dkk. 2011. Differences and Changes in Paranormal Beliefs in
University Student from South Korea and The United States. Korean Social
Science Journal, 38 (2): 35 – 51.
Paraschiva, P. & Nicoleta, M. 2011. Ways of Approaching Religiosity in
Psychological Research. The Journal International Social Researach, 4 (18):
352 – 362.
Parra, A. 2015. Gender Differences in Sensation Seeking and Paranormal/
Anomalous Experiences. The Open Psychology Journal. 8: 54 – 58.
Pew Research Center. 2012. The World’s Muslim : Unity and Diversity.
Washington, D.C: Pew Research Center. (Online),
(http://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-
diversity-executive-summary/), diakses 27 Februari 2017.
14
Sen, M. & Yesilyurt, E. 2014. The Development of Paranormal Belief Scale (PBS)
for Science Education in the Context of Turkey. International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology. 2 (2): 107 – 115.
Sohirin. 2013. Pati Kota Seribu Paranormal. (Online),
(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470688/pati-kota-seribu-
paranormal), diakses 20 Februari 2017
Sohirin. 2013. Ketika Paranomal Kebanjiran Politikus. (Online),
(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470683/ketika-
paranormal-kebanjiran-politikus), diakses 20 Februari 2017
Sohirin. 2013. Zaman Modern Ritual dari Paranormal Lebih Mudah. (Online),
(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470733/zaman-modern-
ritual-dari-paranormal-lebih-mudah), diakses 20 Februari 2017
Sohirin. 2013. Mahasiswapun Pergi ke Paranormal. (Online),
(https://seleb.tempo.co/read/news/2013/04/02/219470700/mahasiswa-pun-
pergi-ke-paranormal), diakses 20 Februari 2017.
Tam, W.C. & Shiah, Y. 2004. Paranormal Belief, Religiosity, and Cognitive
Complexity. The Parapsychological Association Convention; 423 – 429.