1
Inflasi Maret Tetap Terkendali
INFLASI IHK
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran.
Inflasi IHK pada Maret 2018 tercatat sebesar 0,20% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan lalu
sebesar 0,17% (mtm)1 (Tabel 1). Peningkatan inflasi IHK tersebut didorong oleh kelompok volatile food
dan administered prices di tengah melambatnya inflasi kelompok inti (Grafik 1). Dengan perkembangan
tersebut, sampai dengan bulan Maret, inflasi IHK tercatat sebesar 0,99% (ytd). Secara tahunan inflasi
IHK mencapai 3,40% (yoy), meningkat dari bulan lalu sebesar 3,18% (yoy), yang didorong oleh
kenaikan inflasi kelompok volatile food dan kelompok inti, sementara inflasi kelompok administered
price masih melanjutkan tren perlambatan sejak Juli 2017 (Grafik 2).
Tabel 1. Disagregasi Inflasi Maret 2018
Grafik 1. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Grafik 2. Disagregasi Inflasi Tahunan
Secara spasial, inflasi bulanan terendah terjadi di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Secara agregat, inflasi di berbagai wilayah dari yang terendah adalah wilayah KTI dengan inflasi
sebesar 0,12%, disusul wilayah Jawa dengan inflasi sebesar 0,16% dan wilayah Sumatra dengan inflasi
sebesar 0,38%. Inflasi yang rendah di wilayah KTI disumbang oleh Sulawesi dengan deflasi sebesar -
0,06% dan Balinusra dengan deflasi sebesar -0,03%, sementara inflasi di Kalimantan dan Mapua lebih
1 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi IHK bulan Maret empat tahun terakhir sebesar 0,11% (mtm)
RELEASE NOTE INFLASI MARET 2018 TPIP
2
tinggi dari nasional, yakni masing-masing sebesar 0,25% dan 0,56%. Inflasi yang rendah di wilayah
Jawa disumbang dari deflasi di Jawa Tengah sebesar -0,004%, inflasi di DKI Jakarta sebesar 0,09% dan
inflasi di Jawa Timur sebesar 0,06%. Inflasi yang tinggi di wilayah Sumatera terjadi di hampir semua
daerah dengan yang tertinggi terjadi di Jambi (0,60%), Sumatera Utara (0,56%), dan Riau (0,55%).
Secara nasional, provinsi yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Papua (1,57%), sementara deflasi
terdalam terjadi di Sulawesi Barat (-0,53%) (Gambar 1).
Secara tahunan (yoy), inflasi di hampir seluruh daerah tercatat masih dalam rentang sasaran
inflasi nasional 2018 sebesar 3,5%±1%. Seluruh kawasan mengalami inflasi tahunan (yoy) yang
lebih rendah dibanding rata-rata historisnya, yakni KTI sebesar 2,85%, Jawa sebesar 3,47%, dan
Sumatera sebesar 3,70%. Seluruh daerah mencatatkan inflasi di dalam atau di bawah rentang sasaran,
kecuali Kepulauan Riau (5,05%). Angka inflasi Kepulauan Riau yang berada di atas kisaran sasaran
terutama didorong oleh inflasi tarif listrik, cabai merah, dan beras (Gambar 2).
Sumber: BPS, diolah
Inflasi Nasional: 0,20%
Sumber: BPS, diolah
Inflasi Nasional: 3,40% (yoy)
Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Bulanan
Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Tahunan
Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%.
Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus
diperkuat, terutama sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food.
INFLASI INTI Secara bulanan perlambatan inflasi inti terjadi pada kelompok traded maupun non traded.
Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,19% (mtm)2, melambat dibandingkan bulan lalu sebesar
0,26% (mtm) (Tabel 1). Melambatnya inflasi inti pada bulan ini disumbang oleh kelompok traded dan
non traded (Grafik 3). Inflasi inti traded bulan ini menurun dari 0,26% (mtm) menjadi 0,20% (mtm).
Melambatnya inflasi searah dengan menurunnya harga komoditas global sebesar 0,85% (mtm) di
tengah depresiasi nilai tukar Rupiah sebesar 1,16%. Inflasi inti non traded pada bulan ini menurun dari
0,26% (mtm) menjadi 0,18% (mtm) terutama bersumber dari upah tukang bukan mandor yang
mengalami perlambatan sejak awal tahun (Grafik 4). Komoditas utama penyumbang inflasi inti bulan
ini adalah emas perhiasan, tukang bukan mandor dan juice buah (Tabel 2).
2 sedikit lebih rendah dari rata-rata inflasi inti bulan Maret empat tahun terakhir sebesar 0,20% (mtm)
3
Grafik 3. Inflasi Inti Traded – Non Traded (mtm) Grafik 4. Inflasi Upah Tukang Bukan Mandor
Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Inti Maret 2018 (mtm)
Grafik 5. Inflasi Inti Traded - Non Traded (yoy) Grafik 6. Harga Komoditas Global, Nilai Tukar dan
Inflasi Inti Traded
Secara tahunan, inflasi inti sedikit meningkat. Inflasi inti bulan Maret tercatat sebesar 2,67% (yoy),
meningkat dari bulan lalu sebesar 2,58% (yoy) yang bersumber dari kelompok traded maupun non
traded (Grafik 5). Inflasi inti traded melanjutkan tren peningkatan sejak September 2017 sejalan
dengan perkembangan inflasi komoditas global dan pelemahan rupiah (Grafik 6), sementara inflasi inti
non traded sedikit meningkat sejak mengalami tren perlambatan sejak awal tahun 2017. Peningkatan
inflasi juga terjadi pada kelompok inti jasa dan kelompok inti barang (Grafik 7). Inflasi kelompok inti
jasa sedikit meningkat setelah mengalami perlambatan sejak awal tahun 2017. Kenaikan inflasi inti non
traded dan inflasi inti jasa pada bulan ini bersumber dari jasa perumahan (upah tukang bukan
mandor), jasa kesehatan dan jasa komunikasi (pulsa ponsel) (Grafik 8).
Grafik 7. Inflasi Inti Barang – Jasa (yoy) Grafik 8. Komponen Inflasi Inti Jasa
4
Tekanan permintaan domestik terindikasi meningkat secara terbatas. Indikator demand sensitive
to inflation terlihat mulai meningkat bulan ini sejalan dengan indikator core flexible price yang
meningkat sejak September 2017 (Grafik 9).3 Tekanan permintaan yang masih terbatas ini tercermin
dari pertumbuhan kredit konsumsi dan M2 yang masih relatif rendah meskipun dalam tren yang
meningkat sejak tahun 2017. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 10,53% ke 11,16% di
bulan Februari 2018, sedangkan pertumbuhan M2 menurun dari 8,40% (yoy) menjadi 8,30% di bulan
Februari 2018.
Grafik 9 Core Flexible Price dan Demand Sensitive
to Inflation Grafik 10. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast
dan CPI dan Core Sticky Price
Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi.
Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei
Consensus Forecast (CF) bulan Maret 2018 yang sama seperti hasil survei bulan lalu yakni sebesar
3,70% (average, yoy). Ekspektasi inflasi yang ditunjukkan oleh indikator core sticky price4 di bulan
Maret 2018 juga terlihat stabil sejak awal tahun 2018 (Grafik 10). Sementara itu di sektor riil,
ekspektasi inflasi 3 dan 6 bulan ke depan dari pedagang eceran dan konsumen terlihat meningkat
mengantisipasi kenaikan permintaan hingga pertengahan tahun 2018 (Grafik 11 dan Grafik 12).
Grafik 11. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 12. Ekspektasi Inflasi Konsumen
3 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price
terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price
memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini.
4 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau
cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait
dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price
merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa.
5
INFLASI VOLATILE FOOD
Secara bulanan inflasi kelompok volatile food meningkat yang didorong oleh komoditas
hortikultura. Inflasi volatile food tercatat sebesar 0,15% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya
sebesar 0,10% (mtm). Angka realisasi ini berbeda dari rata-rata bulan Maret empat tahun terakhir
yang mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm) (Tabel 1). Inflasi terutama bersumber dari komoditas
cabai merah, bawang merah, bawang putih dan cabai rawit, sedangkan komoditas beras, telur dan
daging ayam ras tercatat mengalami deflasi (Tabel 3).
Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Maret 2018 (mtm)
Kenaikan inflasi cabai disebabkan oleh gangguan pasokan akibat cuaca buruk. Harga cabai
merah kembali mengalami inflasi bulan ini setelah bulan Februari mengalami deflasi. Komoditas
cabai rawit kembali mengalami inflasi melanjutkan tren kenaikan harga sejak bulan November 2017.
Harga cabai merah dan cabai rawit masing-masing meningkat menjadi Rp45.483/kg dan
Rp46.222/kg (Grafik 13 dan Grafik 14). Kenaikan harga cabai didorong oleh gangguan pasokan
komoditas tersebut seiring dengan curah hujan yang tinggi. Pasokan cabai di pasar Kramat Jati
terpantau mengalami penurunan sebesar 28,89% (mtm) pada bulan Maret 2018.
Kurangnya pasokan juga mendorong kenaikan inflasi aneka bawang. Harga bawang putih dan
bawang merah kembali meningkat pada bulan ini masing-masing ke level Rp37.007/kg dan
Rp28.381/kg (Grafik 15 dan Grafik 16). Tingginya inflasi bawang putih sejak bulan Februari 2018
disebabkan realisasi impor awal tahun 2018 yang jauh lebih rendah dari periode yang sama di tahun
2017. Hal ini disebabkan Surat Persetujuan Impor (SPI) baru dikeluarkan pada Maret 2018 seiring
adanya kebijakan kewajiban penanaman bawang putih 5% dari volume permohonan ijin impor per
tahun (Permentan 16/2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura). Sementara kenaikan
harga bawang merah didorong oleh gangguan pasokan komoditas tersebut seiring dengan curah
hujan yang tinggi di awal tahun 2018. Pasokan bawang putih dan bawang merah di pasar Kramat Jati
terpantau mengalami penurunan sebesar 17,15% (mtm) dan 21,75% (mtm) pada bulan Maret 2018.
6
Grafik 13. Inflasi dan Harga Cabai Merah
Grafik 14. Inflasi dan Harga Cabai Rawit
Grafik 15. Inflasi dan Harga Bawang Putih Grafik 16. Inflasi dan Harga Bawang Merah
Komoditas beras mengalami deflasi setelah mengalami inflasi sejak bulan September 2017.
Harga beras turun sebesar 2,34% (mtm) dibandingkan bulan lalu yang mengalami inflasi sebesar
1,19% (mtm). Deflasi ini sejalan dengan penurunan harga gabah di tingkat petani dan penurunan
harga beras di tingkat penggilingan5 seiring berlangsungnya panen di wilayah sentra (Cianjur, Garut,
Pati, Nganjuk, Malang, dan Jember). Bulog juga melakukan Operasi Pasar sebesar 49.623 ton di bulan
Maret 2018 sehingga sejak awal tahun Operasi Pasar telah mencapai 291.924 ton. Dengan
perkembangan tersebut, inflasi beras mencapai 9,03% (yoy) (Grafik 17) dan harga beras rata-rata
mencapai Rp12.092/kg (Grafik 18).
Grafik 17. Inflasi Beras Bulanan dan Tahunan Grafik 18. Inflasi dan Harga Beras
5 Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 8,65% (mtm) dan di tingkat penggilingan turun 8,67% (mtm). Harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani turun 8,71% (mtm) dan di tingkat penggilingan turun 8,85% (mtm). Harga beras di penggilingan untuk kualitas premium, medium dan rendah masing-masing turun 4,71% (mtm), 5,06% (mtm) dan 4,34% (mtm).
7
Sementara itu, harga komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras kembali mengalami
deflasi (Grafik 19 dan Grafik 20). Turunnya harga daging ayam ras dan telur ayam ras sesuai dengan
pola seasonalnya yang turun di Februari hingga April pasca berlalunya permintaan libur akhir tahun
dan hari raya Imlek 2018.
Grafik 19. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras
Grafik 20. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras
Secara tahunan, inflasi volatile food meningkat dari 3,10% ke 4,06% (yoy). Peningkatan inflasi
volatile food bulan ini melanjutkan tren kenaikan sejak awal tahun 2018 yang terutama disumbang oleh
komoditas beras, dan hortikultura (Grafik 13, 16 dan 18).
INFLASI ADMINISTERED PRICE
Secara bulanan inflasi kelompok administered prices meningkat yang didorong oleh bensin
dan rokok. Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,20% (mtm), meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,07% (mtm)6 (Tabel 1). Inflasi pada kelompok ini terutama
didorong oleh kenaikan harga bensin dan rokok kretek filter di tengah deflasi bahan bakar rumah
tangga (BBRT) (Tabel 4). Kenaikan inflasi bensin disebabkan kenaikan harga Pertalite sebesar
Rp200/liter pada 24 Maret 2018 serta masih berlanjutnya dampak kenaikan harga Pertamax dan
Pertamax Turbo pada 24 Februari 2018 masing-masing sebesar Rp300/liter dan Rp500/liter.
Kenaikan harga rokok kretek filter didorong oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai
10,04%/tahun mulai 1 Januari 2018. Sementara penurunan harga BBRT disebabkan adanya
himbauan dari Kementerian ESDM terhadap pangkalan untuk tidak menjual LPG 3 kg di atas HET.
Sejalan dengan himbauan tersebut, deflasi BBRT telah terjadi di beberapa wilayah sejak bulan Januari
2018.
Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price Maret 2018 (mtm)
6 lebih rendah dibandingkan historis sebesar 0,29% (mtm)
8
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices masih melanjutkan tren perlambatan
sejak Juli 2017. Pada Maret inflasi kelompok administered prices mencatat inflasi 5,11% (yoy),
sedikit melambat dari bulan sebelumnya yaitu 5,29% (yoy). Perlambatan tersebut terutama didorong
perlambatan inflasi tarif listrik sejalan dengan berlalunya dampak kenaikan tarif listrik non subsidi
daya 900 VA pada tahun 2017. Di sisi lain, inflasi bensin dan solar mengalami kenaikan yang
bersumber dari bensin dan solar non subsidi seiring masih tingginya harga minyak dunia.
Jakarta, 2 April 2018