Transcript
Page 1: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA

UNTUK MENDUGA TINGGI OBJEK

HAFZAL HANIEF

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rekonstruksi Model 3D

Menggunakan Foto Udara untuk Menduga Tinggi Objek adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Hafzal Hanief

NIM G651100374

Page 3: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

i

RINGKASAN

HAFZAL HANIEF. Rekonstruksi Model 3D Menggunakan Foto Udara untuk

Menduga Tinggi Objek. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan DENI

SUWARDHI.

Perkembangan teknologi kamera digital non-metrik dan Unmanned

Aerial Vehicle (UAV) membuka peluang bagi dunia fotogrametri untuk

menghasilkan peta digital 3-Dimensi (3D) dengan biaya yang efektif dan

operasional yang lebih mudah. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan faktor

apa saja yang mempengaruhi dan menentukan ketelitian tinggi objek dari

ekstraksi model 3D hasil rekonstruksi. Kamera yang ditempatkan pada UAV

dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada

pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi tertentu menggunakan sistem

autopilot dengan menerapkan teknologi Global Postioning System. UAV

diterbangkan pada ketinggian sekitar 50 m, 60 m dan 70 m dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh tinggi terbang terhadap akurasi hasil rekonstruksi 3D. Dua

atau lebih foto udara yang saling overlap (bertampalan) dapat diolah menjadi

model 3D dengan menerapkan prinsip collinearity dan epipolar geometry yang

diproses menggunakan algoritme rekonstruksi 3D. Akurasi tinggi objek dari

rekonstruksi 3D menggunakan 2 foto dibandingkan dengan rekonstruksi 3D

menggunakan 3 foto.

Karena kamera digital non-metrik memiliki ketidakstabilan, maka

kalibrasi kamera sebaiknya dilakukan sebelum, pada saat dan setelah pemotretan

udara dilakukan agar kualitas ekstraksi spasial yang dihasilkan memiliki akurasi

yang baik dan terukur. Penelitian dilakukan menggunakan kamera digital Sony

NEX7 yang memiliki resolusi 24 megapiksel. UAV yang dipilih adalah

Hexacopter dan rekonstruksi 3D dilakukan menggunakan Camera Calibration

Toolbox ditambah program khusus yang dikembangkan dalam MATLAB.

Validasi tinggi objek dari model 3D dilakukan dengan membandingkan tinggi

objek hasil ekstraksi spasial dengan tinggi objek hasil pengukuran langsung

menggunakan Electronic Total Station yang memiliki akurasi dalam fraksi mm.

Akurasi tinggi objek yang dapat diperoleh pada penelitian ini mencapai fraksi

mm, kesalahan prediksi tinggi terbesar mencapai 15.2 cm pada ketinggian

terbang 70 m di atas permukaan tanah dan rata-rata persentase kesalahan relatif

sebesar 4.07.

Kata kunci: collinearity, ekstraksi spasial, epipolar geometry, rekonstruksi 3D,

UAV

Page 4: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

ii

SUMMARY

HAFZAL HANIEF. 3D Model Reconstruction using Aerial Photo to Measure

Object Height. Supervised by SRI NURDIATI and DENI SUWARDHI.

3D reconstruction, especially for height extraction, using digital aerial

photos taken from a non-metric camera and Unmanned Aerial Vehicle (UAV) is

a challenging study. The purposes of the study are to determine the factors affect

the accuracy of an object’s height reveal from a 3D model and establish

procedures to deliver the optimal result. Two or more overlapping aerial photos

can be constructed into the 3D model by applying the principles of collinearity

and epipolar geometry using 3D reconstruction algorithm.

Due to the instability of non-metric digital camera, the camera must be

calibrated before 3D reconstruction is processed, in that way the quality of spatial

extraction can be then measured. The study is conducted using 24 megapixels

resolution Sony NEX7 digital camera and Hexacopter UAV. UAV was flown to a

height of 50 m, 60 m and 70 m and placed at a certain position in order to get

some height variations of camera. Camera Calibration Toolbox is utilized to

calculate intrinsik parameters of the camera and a specific program is developed

using MATLAB in order to build the 3D model and to obtain the object’s height.

The result validation is done by comparing the height from 3D model with that

one measured using Electronic Total Station. The accuracy of the object’s height

up to 1 mm successfully achieved, with the largest height prediction error reaches

15.2 cm at 70 m flying height above ground level and average percentage error

4.07 for 20 objects.

Key words: 3D reconstruction, collinearity, epipolar geometry, UAV

Page 5: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA

UNTUK MENDUGA TINGGI OBJEK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

HAFZAL HANIEF

Page 7: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

Penguji dari luar Komisi Pembimbing : Dr Ir Agus Buono, MSi MKom

Page 8: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

Judul Tesis : Rekonstruksi Model 3D Menggunakan Foto Udara untuk Menduga Tinggi Objek

Nama : Hafzal Hanief NIM : G65 11 00374

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Ketua

~ Dr Den! Suwardhi, ST MT

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Komputer

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

Dr a i Nurhadryani, SSi MT

Tanggal Ujian: 18 Juli 2013

Page 9: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

Judul Tesis : Rekonstruksi Model 3D Menggunakan Foto Udara untuk Menduga

Tinggi Objek

Nama : Hafzal Hanief

NIM : G651100374

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Nurdiati, MSc

Ketua

Dr Deni Suwardhi, ST MT

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Komputer

Dr Yani Nurhadryani, SSi MT

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2013

Tanggal Lulus:

Page 10: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

iii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah

ekstraksi spasial, dengan judul Rekonstruksi Model 3D Menggunakan Foto Udara

untuk Menduga Tinggi Objek.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sri Nurdiati, MSc dan

Bapak Dr Deni Suwardhi, ST, MT selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Agus

Buono MSi, MKom dan Ibu Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT sebagai penguji dan

telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada

istri, anak-anak, bapak, ibu, adik-adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan

kasih sayangnya, serta seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Komputer IPB

serta teman-teman di Data dan Geomatika UTC PERTAMINA HULU atas kerja

sama dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Hafzal Hanief

Page 11: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 2 1.4 Manfaat Penelitian 2

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Close-Range Photogrammetry 4 2.2 Geometri dan Pengambilan Citra Foto Digital 4 2.3 Epipolar Geometry 8 2.4 Resolusi Kedalaman dalam Pengaturan Stereo 9 2.5 Kalibrasi Kamera 11

3 METODE 13 3.1 Studi pustaka 14 3.2 Pengambilan Data 15 3.3 Alat 20

3.3.1 Kamera Digital 20 3.3.2 Multirotor 21 3.3.3 Electronic Total Station 21

3.4 Prosedur Pengolahan dan Analisis Data 23 3.4.1 Kalibrasi Kamera 23 3.4.2 Rekonstruksi 3D 25

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28 4.1 Hasil Kalibrasi Kamera 28 4.2 Hasil Rekonstruksi 3D 34

5 SIMPULAN DAN SARAN 51 DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN 53

Page 12: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ukuran Tinggi Target 18 Tabel 3.2 Data hasil uji coba program 26 Tabel 4.1 Parameter intrinsik hasil tiga kalibrasi 29 Tabel 4.2 Parameter intrinsik kamera hasil kalibrasi dengan mengubah

konfigurasi posisi papan kalibrasi dan menggunakan foto

udara 33 Tabel 4.3 Hasil kalibrasi kamera : 6 set parameter intrinsik 34 Tabel 4.4 Kesalahan titik sekawan 35

Tabel 4.5 Perbedaan tinggi titik sekawan 36 Tabel 4.6 Contoh perbedaan tinggi target T5 hasil rekonstruksi 39 Tabel 4.7 RMS perbedaan tinggi 20 target hasil rekonstruksi 41 Tabel 4.8 Perbedaan tinggi target hasil rekonstruksi 3D dengan

kombinasi jumlah foto dan tinggi terbang 43 Tabel 4.9 Perbedaan tinggi terkecil salah satu target dari 20 target

dengan beberapa kombinasi parameter intrinsik, jumlah foto

dan tinggi terbang 44 Tabel 4.10 Perbedaan tinggi terbesar salah satu target dari 20 target

dengan beberapa kombinasi parameter intrinsik, jumlah foto

dan tinggi terbang 45

Tabel 4.11 Nilai resolusi kedalaman Rh dari 3 pasang foto dari 3 tinggi

terbang menggunakan 6 parameter intrinsik 47

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pin-hole Model dari sudut pandang kamera dengan dua

sistem koordinat W (eksternal) dan C (kamera) (Cyganek

dan Siebert,2009) 5 Gambar 2.2 Perpotongan berkas sinar dari banyak foto (Atkinson,

1996) 7 Gambar 2.3 Epipolar Geometry (Cyganek dan Siebert,2009) 8 Gambar 2.4 Fenomena keterbatasan ketelitian dari pengukuran

kedalaman karena bertambahnya jarak objek dari kamera

(Cyganek dan Siebert, 2009) 9 Gambar 2.5 Keterkaitan akurasi pengukuran kedalaman dengan

resolusi kamera (Cyganek dan Siebert, 2009) 10 Gambar 2.6 Gambaran akibat adanya distorsi lensa dan sumbu yang

tidak orthogonal atau affine deformation (Pullivelli, 2005) 12

Gambar 3.1 Rekonstruksi koordinat sistem bumi 3D dari sebuah objek

titik dalam sebuah stereo model (Aber et.al., 2010) 13 Gambar 3.2 Diagram alir penelitian 14

Gambar 3.3 Papan kalibrasi 15 Gambar 3.4 Mosaik foto-foto papan kalibrasi dari berbagai posisi

kamera 16

Gambar 3.5 Penempatan kamera dan papan kalibrasi pada bidang foto 16

Page 13: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

vi

Gambar 3.6 Target 17 Gambar 3.7 Penempatan target 18 Gambar 3.8 Konfigurasi posisi kamera dan pengukuran target 19 Gambar 3.9 Pertampalan beberapa foto udara dengan berbagai variasi

posisi dan tinggi terbang 20 Gambar 3.10 Kamera Sony NEX7 21 Gambar 3.11 Hexacopter DJI Wookong S-800 21 Gambar 3.12 Electronic Total Station Leica TCR 1203 23 Gambar 3.13 Digitasi 4 titik sudut 24 Gambar 3.14 Hasil ekstraksi titik silang kotak hitam-putih di papan

kalibrasi 24 Gambar 3.15 Posisi 2 kamera dan titik-titik merah mewakili titik kotak

hitam-putih pada papan kalibrasi 25 Gambar 3.16 Digitasi setiap target 26 Gambar 4.1 Proses iterasi penentuan titik pojok untuk mendapatkan

kesalahan terkecil 28 Gambar 4.2 Konfigurasi dan posisi kamera pada ketiga kalibrasi 30 Gambar 4.3 Model distorsi hasil kalibrasi pertama 30 Gambar 4.4 Model distorsi hasil kalibrasi ketiga 31 Gambar 4.5 Model distorsi hasil kalibrasi kedua 31 Gambar 4.6 Konfigurasi posisi kamera hasil pemilihan posisi papan

kalibrasi di bidang foto 32 Gambar 4.7 Kenampakan target hasil pemotretan dari UAV 36 Gambar 4.8 Grafik perbedaan tinggi 20 target menggunakan 2 foto 37 Gambar 4.9 Grafik perbedaan tinggi 20 target menggunakan 3 foto 37 Gambar 4.10 Rekonstruksi menggunakan 2 dan 3 Foto 41 Gambar 4.11 Grafik perbedaan tinggi pada beberapa target 43 Gambar 4.12 Hasil ANOVA Dua Arah 48 Gambar 4.13 Boxplot persentase kesalahan relatif tinggi target terhadap

parameter intrinsik 49 Gambar 4.14 Boxplot persentase kesalahan relatif tinggi target terhadap

pasangan foto udara 50

Page 14: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Close-Range Photogrammetry (CRP), ekstraksi spasial dari hasil

pengolahan foto udara digital 2D menjadi model 3D dapat dimanfaatkan untuk

mendapatkan informasi spasial, khususnya pada komponen

vertikal/tinggi/kedalaman suatu objek yang terdapat pada foto tersebut. Kajian

tentang berapa ketelitian tinggi suatu objek atau beda tinggi antara dua objek

tertentu yang dapat dihasilkan dari model 3D merupakan topik yang menarik.

Oleh karena itu penelitian tersebut perlu dilakukan karena akan memberikan

manfaat pada aspek teori dan aplikasi tertentu.

Penelitian yang pernah dilakukan terkait pemanfaatan foto digital sudah

banyak dilakukan dengan berbagai tujuan dan aplikasi. Pemodelan tanaman,

identifikasi kematangan buah, pengenalan pola daun, dan klasifikasi tanaman,

merupakan beberapa contoh pengembangan teknologi dalam pemrosesan foto

digital dalam aplikasi pertanian, namun penelitian-penelitian tersebut belum

menyinggung aspek spasial. Hanifa (2007) lebih spesifik meneliti tentang aplikasi

CRP menggunakan kamera digital auto-focus dan low-cost untuk mendeteksi

deformasi suatu objek, suatu kajian spasial tetapi tidak pada komponen tinggi.

Khalil (2011) meneliti tentang pengukuran pergeseran horizontal 2D (dx,dy)

dengan statik CRP dan kamera tunggal, tetapi tidak pada komponen tinggi. Zhou

et.al. (2008) melakukan penelitian untuk merekonstruksi pohon jagung

menggunakan teknik fotogrametri, tetapi lebih fokus pada ekstraksi karakteristik

pohon jagung. Kirscht dan Rinke (1998) melakukan penelitian dengan

merekonstruksi bangunan dan vegetasi menggunakan citra Synthetic Aperture

Radar (SAR), penelitian ini sudah masuk pada aspek spasial tetapi tidak

menggunakan foto udara.

Fotogrametri dikenal lebih dulu dibanding CRP. Fotogrametri konvensional

memanfaatkan foto yang diperoleh melalui pemotretan udara menggunakan

kamera metrik dan diambil menggunakan wahana pesawat terbang. Pada

fotogrametri konvensional posisi kamera terhadap objek dikondisikan sedemikian

rupa sehingga pada posisi relatif orthogonal, sedangkan pada CRP foto diperoleh

dari kamera digital low-cost, non-metric, dan posisi kamera terhadap objek lebih

bebas dan bervariasi. Salah satu faktor lain yang membedakan fotogrametri dan

CRP adalah jarak kamera ke objek. Jarak kamera ke objek pada CRP lebih dekat

dibanding pada fotogrametri. Jarak kamera ke objek pada CRP tidak lebih dari

300 m. Fotogrametri lebih banyak diterapkan pada pemetaan permukaan bumi,

sedangkan CRP lebih banyak bidang penerapan, seperti pemodelan

bangunan/arsitektur, kecelakaan kendaraan, rekonstruksi wajah, pemetaan skala

besar dan masih banyak aplikasi di bidang lainnya. Karena dengan metode CRP

objek dapat didekati sampai jarak beberapa meter, maka foto digital pada CRP

akan memiliki skala yang besar, detil, dan cakupan yang sangat terbatas,

sedangkan objek pada fotogrametri memiliki skala lebih kecil, kurang detil, tetapi

memiliki cakupan yang luas.

Sesuai teknik fotogrametri, maka foto digital yang berurutan pemotretannya

dikondisikan mempunyai overlap atau pertampalan tertentu, misalnya 60%.

Dengan menggunakan algoritme collinearity, epipolar geometry, dan triangulasi

dua foto digital yang bertampalan (overlap) dan berdimensi 2 (2D) tersebut dapat

Page 15: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

2

direkonstruksi menjadi model 3 dimensi (3D). Rekonstruksi model 3D dari foto

digital dapat dilakukan jika terdapat dua foto digital atau lebih yang mempunyai

beberapa objek yang sama tetapi diambil dari posisi kamera yang berbeda. Dari

model 3D tersebut dapat diperoleh satu informasi penting berupa kedalaman atau

ketinggian suatu objek yang ada pada kedua foto. Ekstraksi ketinggian inilah yang

akan menjadi fokus penelitian yang akan dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Rekonstruksi model 3D dari dua atau lebih foto digital melibatkan

algoritme yang kompleks dan computational intensive. Ada tiga tahap utama

yang harus dilakukan, yaitu : kalibrasi kamera, rekonstruksi model 3D dan

pengujian hasil. Pada dua tahap utama tersebut akan diterapkan algoritme

collinearity , epipolar geometry dan triangulasi. Pengujian hasil dilakukan dengan

membandingkan tinggi objek hasil rekonstruksi dengan tinggi objek hasil

pengukuran lapangan sehingga dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut :

Apa saja syarat foto digital 2D yang dapat dibuat menjadi model 3D sehingga

objek pada foto dapat diduga tingginya? Faktor apa saja yang mempengaruhi

ketelitian? Berapa ketelitian yang di dapat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang

dicoba untuk dijawab dalam penelitian ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Merumuskan faktor apa saja yang mempengaruhi hasil ekstraksi spasial pada

tahapan rekonstruksi model 3D dari foto udara menggunakan kamera non-

metrik.

2. Menentukan tinggi objek dari ekstraksi model 3D dan menilai tingkat akurasi

yang dapat diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan tinggi objek hasil

ukuran langsung dengan tinggi hasil rekonstruksi 3D.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain :

1. Dapat disusun suatu prosedur/urutan langkah-langkah yang dapat

direkomendasikan terkait pemanfaatan dan pengolahan lanjut dari foto udara

digi-tal hasil kamera low-cost. Prosedur mulai dari perencanaan,

pengambilan data, pemrosesan menggunakan algoritme tertentu, hingga

mendapatkan ekstraksi tinggi dengan akurasi yang terukur.

2. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa aplikasi CRP yang fokus pada

ekstraksi tinggi suatu objek tertentu dapat diterapkan untuk beberapa tujuan,

misalnya untuk menduga tinggi tanaman, tinggi bangunan, dan beda tinggi

permukaan tanah yang selanjutnya dapat dikembangkan untuk menentukan

kontur permukaan tanah, kemiringan lereng dan sebagainya.

Page 16: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini ditetapkan ruang lingkup pembahasan antara lain :

1. Foto digital yang akan digunakan adalah foto digital dari kamera non-metrik

yang diperoleh dengan memposisikan kamera sedemikian rupa sehingga

posisinya relatif orthogonal terhadap objek. Foto digital yang diproses

merupakan foto digital dari hasil pemotretan udara menggunakan pesawat

tanpa awak yang terbang dengan ketinggian tidak lebih dari 100 m dari

permukaan tanah.

2. Pengukuran tinggi/beda tinggi objek dilakukan menggunakan alat Electronic

Total Station (ETS) yang akan memberikan akurasi tinggi hingga 1 mm.

3. Pembahasan pokok penelitian dititikberatkan pada penerapan proses kalibrasi

kamera dan rekonstruksi model 3D. Kemudian hasilnya dianalisis akurasi

spasial yang dihasilkan dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Pada

penelitian ini digunakan algoritme kalibrasi kamera yang sudah ada dan

faktor apa saja yang mempengaruhi hasil dan memberikan ketelitian terbaik

pada ekstraksi tinggi suatu objek.

4. Objek yang dimaksud pada penelitian ini adalah objek berupa target yang

dibuat khusus dan dapat dikenali secara visual pada foto digital. Target-target

tersebut ditempatkan, diamati dan diukur sedemikian rupa sehingga hasil

ekstraksi tingginya dapat dianalisis dan ditentukan akurasinya.

Page 17: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Close-Range Photogrammetry

Photogrammetry (Fotogrametri), tersirat dari makna katanya, adalah teknik

mengukur koordinat 3-dimensi yang menggunakan foto sebagai media pokok

untuk metrologi (atau pengukuran). Lebih ilmiah pengertian fotogrametri

didefinisikan sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi

tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan

penafsiran foto udara (Thomson dan Gruner, 1980).

Istilah Close Range (Rentang Dekat) Photogrammetry (Fotogrametri)

berawal karena teknik ini digunakan untuk objek-objek yang jaraknya kurang dari

300 meter dari posisi kamera. Kamera dan prosedur analisis fotogrametri terestris

dimulai pada akhir abad ke 19 oleh seorang Kolonel Perancis, Aime Laussedat.

Prinsip dasar fotogrametri sampai saat ini tetap sama. Perkembangan teknologi

fotografi, kamera digital dan komputer meningkatkan efektifitas waktu dan

tingkat akurasi (Leitch, 2002).

Prinsip dasar CRP menggunakan prinsip dasar triangulasi. Foto diambil dari

dua posisi yang berbeda, sehingga kondisi line of sight dapat dikembangkan dari

masing-masing kamera ke titik-titik pada objek tertentu. Kondisi line of sight

(penjalaran berkas sinar) secara matematis dijelaskan dengan konsep collinearity

condition (kondisi kolinearitas ) atau kondisi kesegarisan berkas sinar yang akan

diuraikan pada pembahasan berikutnya.

2.2 Geometri dan Pengambilan Citra Foto Digital

Cyganek dan Siebert (2009) menguraikan sebuah Pin-hole Model untuk

menjelaskan kondisi kolinearitas dari sebuah sistem kamera dan suatu objek pada

Gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 diperlihatkan sebuah ilustrasi dari sebuah model

dan hubungan geometrik yang memperlihatkan bagaimana berkas sinar yang

menghubungkan titik P dalam ruang (3D) atau dunia nyata (bumi) dengan titik p

pada citra foto digital yang merupakan bidang 2D, serta sebuah sistem koordinat

kamera (3D) yang berpusat pada titik tengah lensa kamera Untuk memahami

bagaimana titik-titik di dunia nyata terhubungkan dengan titik-titik pada foto

digital, maka perlu diperhatikan dua sistem koordinat berikut (Gambar 2.1) :

1. Sistem koordinat bumi (ditulis dengan notasi ‘W’ mewakili dunia nyata) yang

tidak terkait dengan posisi dan parameter kamera.

2. Sistem koordinat kamera (ditulis dengan notasi ‘C’ mewakili kamera).

Dua sistem koordinat tersebut dihubungkan dengan sebuah translasi, yang

dinyatakan dengan matriks T, dan rotasi, yang dinyatakan dengan matriks R.

Page 18: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

5

Jika koordinat titik P = [X,Y,Z]T pada sistem koordinat W(ekternal) dan p =

[x,y,z]T pada sistem koordinat C(kamera) dan karena sumbu optik tegak lurus

dengan bidang foto, maka dengan mempertimbangkan Ocpo dan OcPO’c adalah sebangun sehingga z = f pada sistem koordinat kamera (Xc,Yc,Zc),

selanjutnya akan diperoleh persamaan berikut :

Gambar 2.1 Pin-hole Model dari sudut pandang kamera dengan

dua sistem koordinat W (eksternal) dan C (kamera)

(Cyganek dan Siebert,2009)

Beberapa bagian penting dari Gambar 2.1 adalah :

a) Titik Oc, disebut titik pusat dari titik fokus (focal point), bersamaan

dengan sumbu Xc,Yc,Zc menentukan suatu sistem koordinat kamera.

b) Bidang citra foto dinotasikan dengan

c) Principal Point dari koordinat lokal bidang foto ditulis dengan o(ox,oy).

d) Jarak antara bidang foto dan titik Oc disebut panjang fokus (focal

length ).

e) Nilai hx dan hy menentukan ukuran sebuah piksel

(2.1)

Keterangan :

: koordinat titik dalam sistem koordinat kamera

X,Y,Z : koordinat titik dalam sistem koordinat bumi

: panjang fokus lensa kamera

Page 19: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

6

Persamaan (2.1) merupakan dasar dari sebuah Pin-hole Camera Model yang

dapat didefinisikan jika diketahui dua set parameter, yaitu :

1. Parameter ekstrinsik, adalah semua parameter geometris yang diperlukan

untuk menghubungkan sistem koordinat luar dengan sistem koordinat kamera

yang terdiri atas matriks rotasi R dan translasi T.

2. Parameter intrinsik, adalah parameter yang terkait dengan sistem kamera

yang terdiri atas panjang fokus (f), parameter yang memetakan sistem

koordinat kamera ke dalam sistem koordinat foto yang terdiri atas o(ox,oy), hx

dan hy, serta parameter terkait distorsi geometrik yang disebabkan oleh

komponen optik dari kamera.

Pada saat foto diambil oleh kamera, maka berkas sinar dari objek akan

menjalar berupa garis lurus menuju pusat lensa kamera hingga mencapai sensor

digital. Kondisi yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1 yaitu titik objek pada dunia

nyata (Ground Point P), titik objek pada foto (titik p) dan titik pusat proyeksi (O)

terletak pada satu garis dalam ruang dinamakan kondisi kesegarisan.

Pada fotogrametri, posisi dari sebuah objek pada ruang didefinisikan pada

sistem koordinat kartesian 3D. Sedangkan objek pada foto didefinisikan pada

sistem koordinat berkas (foto). Oleh karena itu perlu dilakukan transformasi

koordinat dari sistem berkas ke sistem 3D atau sistem tanah. Pusat dari sistem

koordinat berkas merupakan pusat dari lensa kamera.

Menurut Atkinson (1996) persamaan kesegarisan sesuai Gambar 2.1

adalah :

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

(2.2)

Keterangan :

f : principal distance (panjang fokus)

, : koordinat titik p pada sistem koordinat foto

: posisi titik pusat kamera dalam sistem koordinat bumi

: posisi titik p dalam sistem koordinat bumi

r ii : elemen matriks rotasi yang merupakan fungsi rotasi terhadap

sumbu X,Y,Z

Page 20: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

7

Untuk melakukan rekonstruksi model 3D maka kondisi kesegarisan harus

dibangun menggunakan minimal dua foto yang bertampalan, oleh karena itu

persamaan kesegarisan (2.2) di atas dikembangkan menjadi (Atkinson, 1996) :

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

(2.3)

Jika terdapat sejumlah j foto dan terdapat i titik pada setiap foto maka

berlaku persamaan kesegarisan di atas. Gambar 2.2 menunjukkan konsep space

intersection atau interseksi pada ruang, yaitu perpotongan beberapa berkas sinar

pada objek yang sama di dunia nyata. Oleh karena itu, jika ada sebuah titik P di

lapangan yang dapat diamati pada 2(dua) atau lebih foto yang berbeda, maka

setiap foto akan mendapatkan bayangan titik tersebut. Apabila posisi kamera dan

arah sumbu optiknya diketahui, maka perpotongan sinar garis dari foto 1, foto 2

dan foto ke n akan dapat menentukan posisi koordinat titik P tersebut (Wolf,

1993).

Gambar 2.2 Perpotongan berkas sinar dari banyak foto (Atkinson, 1996)

Page 21: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

8

2.3 Epipolar Geometry

Epipolar Geometry adalah suatu kondisi model matematik yang harus

dipenuhi oleh sepasang foto yang bertampalan untuk dapat membangun hubungan

suatu titik objek di dunia nyata dengan titik foto, sehingga visualisasi model yang

berkoordinat 3D dapat ditentukan dengan perhitungan matematik.

Gambar 2.3 merupakan ilustrasi yang memperlihatkan hubungan geometrik

dari sebuah sistem pengambilan foto untuk menghasilkan model stereo. Gambar

tersebut terdiri atas dua pin-hole camera, kiri (l) dan kanan(r).

Gambar 2.3 menunjukkan adanya suatu epipolar constraint, yaitu : setiap

titik pi pada foto yang merupakan objek dari titik P pada ruang nyata akan

terletak pada bidang foto hanya pada sebuah garis epipolar tertentu yang

bersesuaian.

Vektor Pl = [Xl,Yl,Zl]T dan Pr = [Xr,Yr,Zr]

T merupakan vektor yang menunjuk

pada titik yang sama pada ruang 3D, yaitu titik P. Selain itu pada masing-masing

bidang foto terdapat vektor pl = [xl,yl,zl]T dan pr = [xr,yr,zr]

T yang merupakan letak

titik P. Tambahannya dapat dicatat bahwa zl = fl, zr = fr dan fl adalah panjang

fokus kamera kiri dan fr adalah panjang fokus kamera kanan.

Telah diuraikan di atas bahwa setiap kamera akan mempunyai nilai-nilai

parameter masing-masing. Parameter tersebut menentukan posisi dari masing-

masing kamera pada sistem koordinat luar. Selanjutnya hubungan antara dua

sistem koordinat kamera dapat dilakukan dengan melakukan translasi T = Or - Ol

dan rotasi yang ditentukan oleh sebuah matriks orthogonal R, oleh karena itu,

menurut Cyganek dan Siebert (2009) berlaku persamaan-persamaan berikut :

(2.4)

Gambar 2.3 Epipolar Geometry (Cyganek dan Siebert,2009)

Keterangan gambar :

OlOr : baseline

e : epipolar plane (bidang epipolar)

l,r : bidang proyeksi dari foto

Page 22: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

9

Bidang epipolar e dalam sistem koordinat foto kiri berkaitan dengan dua vektor

T dan Pl, dengan demikian Pl – T juga termasuk pada bidang tersebut. Hal ini

berarti berlaku :

(2.5)

2.4 Resolusi Kedalaman dalam Pengaturan Stereo

Gambar 2.4 menjelaskan suatu fenomena dari berkurangnya akurasi

pengukuran kedalaman dengan semakin bertambahnya jarak objek dari kamera.

Hal ini adalah suatu kondisi yang terjadi akibat keterbatasan geometris karena

secara khusus tergantung pada parameter geometris dari sistem stereo.

Akurasi kedalaman juga tergantung pada resolusi kamera dan jarak ke

objek yang digambarkan dengan melakukan analisis terhadap Gambar 2.5. ABC

sebangun dengan ADF, begitu juga dengan AEF sebangun dengan AHG,

dengan demikian diperoleh hubungan :

Gambar 2.4 Fenomena keterbatasan ketelitian dari pengukuran

kedalaman karena bertambahnya jarak objek dari

kamera (Cyganek dan Siebert, 2009)

Page 23: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

10

Untuk memudahkan perlu dibuat simbol lain, yaitu :

Diperoleh

Kemudian dengan penyederhanaan

Akhirnya akan diperoleh rumus :

(2.26)

Dengan mengasumsikan bahwa fb/Z jauh lebih besar daripada resolusi piksel r,

akan diperoleh nilai pendekatan

(2.27)

Analisis terhadap (2.26) dan (2.27), kesimpulan yang dapat diperoleh

adalah persamaan (2.26) benar jika memenuhi kondisi :

Gambar 2.5 Keterkaitan akurasi pengukuran kedalaman dengan

resolusi kamera (Cyganek dan Siebert, 2009)

Page 24: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

11

fb ≠ rH.

Secara gradual Z akan mendekati nilai

resolusi pengukuran kedalaman nilai Rh mendekati tak terhingga. Pada

kebanyakan sistem pengambilan foto, nilai r, b dan f adalah konstan, setidaknya

pada pengambilan tunggal. Hal ini berarti bahwa ada suatu kondisi sebuah nilai Z

yang tidak memungkinkan untuk mengukur kedalaman terkait keterbatasan

geometri dari pengaturan kamera stereo.

2.5 Kalibrasi Kamera

Foto yang dihasilkan dari kamera non-metrik memiliki beberapa kesalahan

yang diakibatkan oleh lensa yang tidak sempurna. Remondino dan Frasser (2006)

menyatakan bahwa kalibrasi kamera perlu dilakukan untuk menentukan parameter

internal kamera atau biasa juga disebut parameter intrinsik yang terdiri atas :

principal distance (f ), titik pusat fidusial foto (o(ox,oy)), distorsi lensa (K1, K2, K3,

P1, P2 ) serta distorsi akibat perbedaan penyekalaan dan ketidakorthogonalan

antara sumbu X dan Y pada sistem koordinat foto.

Distorsi lensa dapat menyebabkan bergesernya titik pada foto dari posisi

sebenarnya, sehingga memberikan ketelitian pengukuran yang tidak baik, tetapi

tidak mempengaruhi kualitas ketajaman citra yang dihasilkan. Distorsi lensa

dibagi menjadi distorsi radial dan distorsi tangensial.

Koreksi akibat distorsi radial dan tangensial menggunakan persamaan

berikut (Brown, 1971) :

[

] [

]

[

][

]

dengan

(X,Y,Z) : koordinat titik pada sistem koordinat kamera

(u,v) : koordinat titik proyeksi pada sistem koordinat berkas/foto

(fx,fy) : panjang fokus

K1, K2, K3 : koefisien distorsi radial

Page 25: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

12

P1, P2 : koefisien distorsi tangensial

β : koefisien sudut antara sumbu x dan y

Gambar 2.6 memvisualisasikan distorsi objek karena ketidaksempurnaan

lensa kamera.

Gambar 2.6 Gambaran akibat adanya distorsi lensa dan sumbu

yang tidak orthogonal atau affine deformation

(Pullivelli, 2005)

Page 26: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

13

3 METODE

Fokus penelitian ini adalah melakukan rekonstruksi model 3D dengan

memproses foto udara digital. Foto yang dapat direkonstruksi menjadi model 3D

adalah dua atau lebih foto yang diambil dari posisi berbeda tetapi memiliki objek

yang sama (overlap). Gambar 3.1 mengilustrasikan foto udara yang dapat

direkonstruksi menjadi model 3D.

Prinsip rekonstruksi adalah melakukan perhitungan matematik

menggunakan algoritme rekonstruksi 3D. Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa dari

koordinat titik a1 dan a2 pada sistem koordinat foto , berkas sinar ditelusuri

ulang melalui pusat proyeksi L ke objek titik A. Rekonstruksi dapat dilakukan

dengan syarat parameter intrinsik pada bidang foto, dan parameter ekstrinsik

(koordinat dan rotasi ) dari L (kamera) harus

diketahui.

Gambar 3.1 Rekonstruksi koordinat sistem bumi 3D dari sebuah

objek titik dalam sebuah stereo model (Aber et.al., 2010)

Page 27: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

14

Metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat dalam diagram alir pada

Gambar 3.2.

3.1 Studi pustaka

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian berupa studi terhadap berbagai

literatur dari buku referensi, disertasi, tesis, jurnal, laporan penelitian, artikel, dan

termasuk situs internet. Seluruh informasi yang diperoleh dari studi pustaka

memberikan bekal pengetahuan, teori dasar, penelitian sebelumnya yang pernah

dilakukan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, tahapan kerja,

algoritme yang sudah tersedia, sampai dengan hasil, analisis, dan sintesis yang

ada. Semua itu sangat bermanfaat dan beberapa menjadi acuan bagi penelitian ini.

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

Page 28: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

15

3.2 Pengambilan Data

Ada dua pekerjaan utama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kalibrasi

kamera dan rekonstruksi 3D. Pada setiap pekerjaan tersebut perlu dilakukan

pengambilan data yang berbeda yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-

masing.

Keperluan untuk kalibrasi kamera

Pada tahap kalibrasi kamera tujuan utama adalah untuk mendapatkan

parameter intrinsik kamera. Pada penelitian ini kalibrasi kamera dilakukan dengan

metode kalibrasi di lapangan, yaitu dengan menggunakan papan kalibrasi yang

dibuat khusus yang disesuaikan dengan syarat ditentukan oleh Camera

Calibration Toolbox.

Pembuatan Papan Kalibrasi

Papan kalibrasi dibuat seperti Gambar 3.3.

Pada Gambar 3.3(a) objek kotak hitam-putih seperti papan catur dicetak

pada kertas berukuran 112 cm X 112 cm. Setiap kotak dibuat dengan ukuran 3 cm

X 3 cm. Koordinat 4(empat) pojok kotak terluar adalah O(0.0), 1(108,0),

2(108,108), 3(0.108) dalam satuan centimeter (cm). Ukuran tersebut bukan ukuran

mutlak. Kemudian kertas ditempelkan pada multipleks dengan tujuan untuk

mendapatkan permukaan yang datar. Pada Gambar 3.3(b) ukuran kotak dibuat 5

cm dengan ukuran kertas 150 cm x 100 cm. Dua buah papan kalibrasi dengan

ukuran berbeda tersebut dibuat dengan tujuan untuk melakukan perbandingan

hasil kalibrasi dan pengaruh yang mungkin ditimbulkan karena ukuran yang

berbeda.

Pemotretan papan kalibrasi

Beberapa faktor perlu dipertimbangkan ketika pemotretan papan kalibrasi

untuk mendapatkan parameter intrinsik kamera antara lain :

1) Papan kalibrasi ditempatkan pada posisi yang memungkinkan untuk dapat

dipotret dari berbagai sudut/posisi kamera

2) Pemotretan dilakukan dengan berbagai posisi kamera terhadap papan kalibrasi

seperti Gambar 3.4. Selain posisi, variasi jarak kamera ke papan kalibrasi saat

memotret juga dilakukan.

(a) (b)

Gambar 3.3 Papan kalibrasi

Page 29: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

16

3) Foto seperti Gambar 3.3 yang memuat utuh sebuah papan kalibrasi dalam satu

foto sulit diperoleh karena panjang fokus lensa 16 mm yang digunakan pada

kamera termasuk jenis lensa bersudut lebar dan ukuran papan kalibrasi yang

relatif kecil. Foto-foto tersebut penting untuk menentukan parameter intrinsik.

Agar foto-foto yang akan digunakan sebagai data masukan dalam perhitungan

parameter intrinsik kamera melingkupi semua sudut lensa, maka dilakukan

pemotretan dengan menempatkan objek papan kalibrasi di berbagai bidang

foto (Gambar 3.5.

4) Untuk mendapatkan hasil terbaik dilakukan pemotretan yang memenuhi

kriteria butir 2) dan 3) diatas sehingga dalam 1(satu) sesi pemotretan diperoleh

banyak foto hingga mencapai lebih dari 40 foto. Jumlah tersebut diperoleh dari

kombinasi posisi kamera, jarak kamera dan penempatan papan kalibrasi pada

bidang foto.

5) Pemotretan untuk kalibrasi dilakukan dalam 3(tiga) sesi pemotretan pada

waktu yang berbeda. Pemotretan dilakukan sebelum dan sesudah pemotretan

udara dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

kamera pada UAV terhadap parameter intrinsik.

Gambar 3.5 Penempatan kamera dan papan kalibrasi pada

bidang foto

Gambar 3.4 Mosaik foto-foto papan kalibrasi dari berbagai

posisi kamera

Page 30: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

17

Keperluan untuk rekonstruksi 3D

Setelah tahap kalibrasi kamera dilakukan, maka untuk dapat melakukan

rekonstruksi 3D diperlukan data lainnya, yaitu : dua atau lebih foto udara yang

mempunyai pertampalan pada objek yang akan diukur dan koordinat 3D objek

tersebut dalam sistem bumi dan foto. Koordinat objek dalam sistem bumi

diperoleh dari pengukuran lapangan. Koordinat objek dalam sistem foto diperoleh

dengan melakukan digitasi. Foto udara diperoleh dari pemotretan udara

menggunakan Multirotor.

Target

Untuk menentukan kualitas spasial, khususnya tinggi, suatu objek maka objek

tersebut harus mudah dikenali pada foto. Oleh karena itu objek-objek tersebut

dibuat dalam bentuk beberapa target yang didesain seperti tampak pada

(c) (d)

Gambar 3.6.

Target yang dibuat berupa kertas berukuran 30 cm dengan bujur sangkar hitam-

putih yang masing-masing berukuran 15 cm ( (c)

(d)

Gambar 3.6(a)). Ukuran tersebut bukan keharusan tetapi merupakan pilihan dan

ditentukan dengan pertimbangan target akan cukup teridentifikasi pada foto

dengan tinggi terbang sampai dengan 100 m di atas permukaan tanah. Target

ditempelkan pada papan multipleks dan diberi kaki ( (c)

(d)

Gambar 3.6(b))dengan ketinggian bervariasi seperti Gambar 3.6(c) dan

Tabel 3.1. Bentuk target kotak hitam-putih seperti papan catur dengan harapan

(c) (d)

Gambar 3.6 Target

Page 31: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

18

dapat dikenali difoto dengan baik dan dapat ditentukan koordinat titik silang di

tengah dengan mudah dan dapat diidentifikasi menggunakan algoritme corner

finder. Tinggi target dibuat bervariasi dengan tujuan untuk dapat dianalisis apakah

ada pengaruh tinggi objek terhadap akurasi nilai ketinggian hasil rekonstruksinya

dengan hasil ukuran menggunakan ETS dalam fraksi ukuran tertentu.

Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data di lapangan direncanakan dengan mempertimbangkan

beberapa hal terkait proses rekonstruksi 3D foto udara sehingga dapat dilakukan

rekonstruksi berkas sinar, pembuatan model 3D dan ekstraksi spasial, khususnya

tinggi objek yang dapat diukur tingkat akurasinya. Oleh karena itu dibuat

konfigurasi posisi dan tinggi terbang seperti pada Error! Reference source not

ound. yang mempertimbangkan konfigurasi penempatan target berbentuk grid,

target di berbagai posisi di lapangan. Gambar 3.7 memperlihatkan salah satu

contoh foto udara hasil pemotretan dengan sebaran target dan posisi horizontal

Gambar 3.7 Penempatan target

Tabel 3.1 Ukuran Tinggi Target

No Target Tinggi (cm) Jumlah

1 To1-To9 ± 1 9

2 T10 ± 1 1

3 T11-T13 ± 10 3

4 T14-T17 ± 20 4

5 T18-T21 ± 30 4

6 T22-T25 ± 50 4

7 T26-T29 ± 100 4

Page 32: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

19

kamera saat pemotretan. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh

parameter intrinsik pada titik tertentu terhadap nilai tinggi objek hasil

rekonstruksi.

Pekerjaan pengambilan data di lapangan terdiri atas dua kegiatan utama,

yaitu :

a. Pemotretan udara

Foto udara diperoleh dengan menempatkan kamera pada Unmanned Aerial

Vehicle (UAV)/pesawat tanpa awak. UAV digunakan berupa multirotor yang

dapat terbang pada posisi dan ketinggian tertentu dan dikendalikan dari darat

menggunakan Romote Control (RC), oleh karena itu konfigurasi posisi kamera

dengan variasi tinggi terbang seperti pada Error! Reference source not found.

an variasi horisontal sepert Gambar 3.7 (kamera warna kuning) dapat

dilakukan. Pada saat pemotretan, lensa kamera diatur pada auto-focus mode

dengan tujuan agar diperoleh hubungan dengan pengaturan fokus saat kalibrasi

kamera. Beberapa foto hasil pemotretan menggunakan UAV yang saling

bertampalan dan berisi target lengkap serta diperoleh dari variasi tiga tinggi

terbang diperlihatkan pada Gambar 3.9.

b. Pengukuran dan perhitungan koordinat dan tinggi target.

Foto udara yang dapat diproses dan direkonstruksi menjadi model 3D adalah

foto udara yang memiliki minimal 6 titik sekawan pada foto ke 1 dan foto ke 2

(atau ke n). Keenam titik sekawan tersebut memiliki koordinat pada sistem foto

dan sistem bumi. Penentuan koordinat 3D setiap target pada sistem bumi

dilakukan menggunakan alat Electronic Total Station (ETS) dengan metode

radial. Koordinat titik referensi BM 1 (Error! Reference source not found.) dan

Gambar 3.8 Konfigurasi posisi kamera dan pengukuran target

Page 33: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

20

rientasi arah Utara ditentukan menggunakan Receiver GPS tipe navigasi

Garmin Map 60csx.

Hasil pengukuran ETS dan GPS tersebut adalah koordinat (X,Y,Z) setiap target

dalam sistem bumi. Nilai X dan Y yang dipakai koordinat pada sistem

Universal Transvers Mercator (UTM) zone 48 South dalam Datum WGS84.

Nilai Z adalah nilai tinggi target yang mengacu pada elevasi altimeter pada

receiver GPS tersebut di atas. Koordinat dan tinggi target hasil pengukuran

ETS dianggap bebas dari kesalahan, sehingga digunakan sebagai acuan

perhitungan atau pembanding dengan hasil rekonstruksi 3D dan kemudian

dilakukan analisis.

3.3 Alat

Peralatan yang digunakan dapat dikelompokan menjadi 3 unit utama, yaitu

kamera digital, multirotor, dan Electronic Total Station (ETS).

3.3.1 Kamera Digital

Kamera digital low-cost yang digunakan memiliki spesifikasi teknis sebagai

berikut :

a) Kamera : Sony NEX7

b) Ukuran CCD : 23.5 x 15.6 mm

c) Efektif CCD : 24.0 MP

d) Resolusi Foto : 6000 x 4000 piksel

e) Format file : JPG

f) Lensa : Sony 16 mm dan terpasang filter UV

Gambar 3.9 Pertampalan beberapa foto udara dengan berbagai

variasi posisi dan tinggi terbang

Page 34: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

21

Jenis kamera ini dipilih karena memiliki dimensi yang cukup kecil dan berat

yang relatif ringan. Hal tersebut penting terkait dengan kemampuan daya angkat

UAV. Selain itu, kamera tersebut memiliki resolusi sensor CCD yang besar yaitu

24 Megapixel, termasuk yang terbesar dibandingkan dengan kamera lain yang

sekelas. Pemotretan menggunakan kamera ini dapat dilakukan menggunakan

remote control dengan menambahkan peralatan tambahan berupa Infra Red (IR)

shutter.

3.3.2 Multirotor

Wahana terbang tanpa awak atau UAV yang digunakan memiliki

spesifikasi sebagai berikut :

a) Jenis UAV : Hexacopter DJI S-800

b) Controller : DJI Wookong M

c) Radio Control : JR PROPO DSX11

d) Perangkat lunak : DJI WookongM Assistant 1.32 & Ground Station 4.0.6

3.3.3 Electronic Total Station

Electronic Total Station (ETS) adalah sebuah alat ukur jarak dan sudut.

ETS mengukur jarak suatu target dari tempat ETS didirikan menggunakan

gelombang Infra Red (IR). Dari ukuran jarak dan sudut akan diperoleh perbedaan

koordinat dua titik pada arah horizontal (dx,dy) dan perbedaan tinggi dua titik

tersebut. Untuk mendapatkan koordinat suatu titik pada sistem UTM maka perlu

diketahui dulu koordinat minimal 1 titik referensi. Titik referensi itulah yang

Gambar 3.10 Kamera Sony NEX7

Gambar 3.11 Hexacopter DJI Wookong S-800

Page 35: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

22

ditentukan koordinatnya dalam sistem UTM menggunakan GPS Garmin 60csx.

Spesifikasi ETS yang digunakan adalah :

a) Merek, tipe : Leica TCR 1203

Page 36: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

23

c) Sudut

Akurasi Hz,V : 3”

Resolusi Tampilan : 1”

d) Jarak

Akurasi : 1 mm + 1.5 ppm

Resolusi tampilan : 0.1 mm

e) Prisma : GPR1

f) Perlengkapan lain : Tripod, Tribrach, Target, Pita ukur

g) Perangkat lunak : Leica Geo Office 4.0

3.4 Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pada dasarnya tahap pengolahan data yang diakukan pada penelitian dapat

dibagi menjadi 2 tahap, yaitu : pengolahan data untuk menentukan parameter

intrinsik kamera dengan melakukan kalibrasi kamera dan rekonstruksi untuk

membangun suatu model 3D dengan menentukan parameter ekstrinsik kamera dan

perhitungan triangulasi untuk menentukan koordinat 3D objek.

Analisis data terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi tinggi

objek hasil rekonstruksi dilakukan dengan metode statistik ANOVA Dua Arah.

Metode statistik tersebut dipakai untuk melihat pengaruh masing-masing faktor

dan apakah ada interaksi antar faktor.

3.4.1 Kalibrasi Kamera

Program komputer utama yang digunakan untuk menentukan parameter

intrinsik adalah Camera Calibration Toolbox yang ditulis dalam MATLAB yang

dibuat oleh Jean-Yves Bouguet (2010). Beberapa algoritme harus dimodifikasi

terkait dengan pengelolaan memory komputer, besarnya ukuran, format file foto

dan alur program.

Tahapan pengolahan data untuk mendapatkan parameter intrinsik kamera

yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Membaca satu per satu semua file foto berformat JPG yang berisi papan

kalibrasi dan menampilkannya dengan sistem koordinat masing-masing foto.

2) Menentukan 4 titik pojok di papan kalibrasi dengan melakukan digitasi pada

area tertentu (area titik 1-4 pada Gambar 3.13).

Gambar 3.12 Electronic Total Station Leica TCR 1203

Page 37: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

24

3) Menentukan koordinat titik pojok kotak hitam-putih pada sistem koordinat

foto.

Program akan melakukan penentuan koordinat titik-titik silang/sudut kotak

hitam-putih menggunakan algoritme Harris corner finder.

Keterangan :

adalah titik hasil Harris corner finder yang pendekatannya dari

digitasi secara manual.

: tanda + adalah titik hasil ekstraksi setiap pojok kotak hitam-putih

dan kotak biru adalah ukuran jendela sebagai batas pencarian yang menjadi

masukan ke program Harris corner finder.

Dengan demikian pada setiap foto yang menggunakan papan kalibrasi dengan

ukuran kotak 3 cm akan diperoleh 1369 koordinat titik-titik pojok kotak

kalibrasi dalam sistem koordinat foto/berkas Selain itu koordinat 1369 titik

Gambar 3.13 Digitasi 4 titik sudut

(a) (b)

Gambar 3.14 Hasil ekstraksi titik silang kotak hitam-putih di

papan kalibrasi

Page 38: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

25

tersebut juga pada papan kalibrasi telah diketahui koordinatnya dalam sistem

bumi, yaitu titik 1(0.0)cm, 2(3,0)cm, 3(6,0)cm, dan seterusnya sampai dengan

titik 1368(105,108)cm, dan 1369(108,108)cm. Untuk papan kalibrasi yang

kotaknya berukuran 5 cm akan terdapat 551 titik yang koordinatnya dalam

sistem bumi adalah 1(0.0)cm, 2(5,0)cm, 3(10.0)cm, dan seterusnya sampai

dengan titik 550(140.85)cm, dan 551(140.90)cm.

Dua set koordinat titik-titik sudut kotak hitam-putih pada papan kalibrasi

dalam sistem foto dan koordinat bumi merupakan data masukan untuk

menghitung parameter intrinsik. Jadi jika terdapat 40 foto papan kalibrasi

maka akan terdapat 40 x 1369/551 koordinat titik yang menjadi data masukan

yang akan diolah bersama-sama dengan 1369/551 koordinat titik pada sistem

bumi.

3.4.2 Rekonstruksi 3D

Setelah parameter intrinsik kamera dapat ditentukan melalui kalibrasi

kamera, maka tahap selanjutnya adalah rekonstruksi 3D. Rekonstruksi 3D pada

dasarnya adalah proses :

1) merekonstruksi posisi dan orientasi kamera saat pemotretan setiap foto,

2) menghitung parameter ekstrinsik relatif antara dua atau lebih kamera dan

3) menghitung koordinat 3D objek.

Algoritme rekonstruksi 3D dibuat dalam MATLAB dengan menerapkan

prinsip kesegarisan dan Epipolar Geometry sehingga diperoleh posisi relatif satu

kamera terhadap kamera lainnya, selanjutnya koordinat 3D target dalam sistem

bumi dapat dihitung dengan menerapkan triangulasi stereo setiap objek pada foto

yang saling bertampalan.

Untuk menilai program dalam menghitung nilai tinggi target apak sudah

valid atau belum, maka program tersebut diuji coba dengan menggunakan data 2

buah foto tertentu yang dipilih dan yang telah digunakan pada perhitungan

kalibrasi kamera untuk menentukan parameter intrinsik. Hasilnya diperlihatkan

pada Tabel 3.2.

Visualisasi rekonstruksi posisi kamera saat pemotretan dan sebaran titik-

titik target papan kalibrasi diperlihatkan pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Posisi 2 kamera dan titik-titik merah mewakili titik

kotak hitam-putih pada papan kalibrasi

Page 39: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

26

Pada uji coba program data masukan yang digunakan adalah koordinat 551

titik pada sistem foto dan sistem bumi. Koordinat 551 titik pojok kotak hitam-

putih ditentukan menggunakan algoritme corner finder dan koordinat titik-titik

tersebut dalam sistem bumi diketahui dari ukuran sebenarnya pada papan kalibrasi

dengan kotak yang berukuran 5 cm. Data pada Data hasil uji coba program,

khususnya nilai RMS kesalahan tinggi sebesar 0.06 mm (Tabel 3.2), meyakinkan

bahwa program yang dibuat sudah valid dan dapat dipakai dengan menggunakan

data hasil dari pengukuran lapangan.

Proses rekonstruksi 3D menggunakan data lapangan adalah sebagai berikut :

a. Digitasi titik-titik target pada setiap foto.

Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.16, pada tahap ini diperoleh koordinat

setiap target dalam sistem koordinat masing-masing foto. Pada tahap ini data

koordinat target dibagi menjadi 2(dua) kelompok, yaitu :

1) Data 9 target yang dipilih sebagai titik sekawan adalah To1, To2, To3,

To4, To5, To6,To7, To8 dan To9. Data ini dipakai sebagai data titik

referensi untuk membangun model 3D. Jumlah 9 titik terkait dengan

Gambar 3.16 Digitasi setiap target

Tabel 3.2 Data hasil uji coba program

Jumlah titik 551

RMS kesalahan tinggi 0.06 mm

Parameter ekstrinsik (translasi) foto 1/kiri

Tx = -0.219 m

Ty = -0.413 m

Tz = 2.068 m

Parameter ekstrinsik (translasi) foto 2/kanan

Tx = -1.155 m

Ty = -0.424 m

Tz = 1.738 m

Parameter ekstrinsik (posisi relatif kamera 1/kiri terhadap kamera 2/kanan) :

Vektor translasi Tx = 0.495 m

Ty = 0.021 m

Tz = 0.476 m

Vektor rotasi Rx = 0.02254 rad

Ry = -0.78970 rad

Rz = -0.00775 rad

Page 40: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

27

ukuran lebih dari kebutuhan minimal secara matematis, yaitu 6 buah titik.

Di lapangan 9 target tersebut ditempatkan dalam bentuk mendekati grid 3

x 3.

2) Data 20 target lainnya : T1 sampai T29; merupakan titik yang akan

ditentukan tingginya dari model 3D dan dianalisis hasilnya.

b. Menghitung parameter ekstrinsik kamera pada setiap foto.

Data masukan yang diperlukan untuk menghitung parameter ekstrinsik setiap

foto adalah parameter intrinsik kamera hasil kalibrasi dan koordinat titik

sekawan pada sistem foto dan sistem bumi. Pada tahap ini diperoleh

parameter ekstrinsik setiap foto dalam sistem koordinat bumi yang terdiri atas

vektor translasi dan rotasi dari sumbu koordinat sistem kamera. Dengan

diperolehnya parameter ekstrinsik tersebut maka rekonstruksi posisi kamera

saat pemotretan setiap foto telah berhasil dilakukan. Kondisi tersebut

memungkinkan dilakukannya rekonstruksi semua berkas sinar pada setiap

piksel foto.

c. Memilih 3 foto yang bertampalan dan menghitung parameter ekstrinsik

relatif antar foto-foto tersebut. Pada tahap ini perhitungan posisi relatif antar

kamera pada saat pemotretan dilakukan. Hasilnya adalah vektor translasi dan

rotasi relatif antar 2 sistem koordinat kamera. Vektor tersebut diperlukan saat

rekonstruksi koordinat 3D setiap objek di foto yang ingin ditentukan

koordinat 3Dnya dalam sistem bumi.

Pada penelitian ini dipilih 3 kelompok foto. Kelompok tersebut dibuat

berdasarkan posisi tinggi terbang, yaitu sekitar 50 m, 60 m, dan 70 m. Pada

setiap kelompok dipilih 3 foto yang saling bertampalan dan semua target ada

pada setiap foto. Jadi parameter ekstrinsik relatif yang ditentukan pada tahap

ini adalah parameter ekstrinsik relatif dalam kelompok foto masing-masing.

d. Merekonstruksi koordinat 3D titik-titik target dengan triangulasi stereo.

Pada tahap ini dilakukan perhitungan koordinat 3D titik target dengan data

masukan berupa :

1) Koordinat titik pada masing-masing sistem foto 1 dan 2.

2) Parameter intrinsik kamera.

3) Parameter ekstrinsik relatif antar kamera/foto 1 dan 2.

Algoritme triangulasi stereo digunakan dengan menerapkan kondisi

kesegarisan dan triangulasi antara vektor-vektor yang menghubungkan titik

P,Ol,Or (Gambar 2.3). Hasilnya adalah koordinat X,Y,Z sebuah titik/target

pada sebuah model 3D. Pada tahap ini koordinat X,Y,Z setiap target dihitung.

Sampai tahap ini ekstraksi spasial (X,Y,Z ) setiap target telah dapat dilakukan.

e. Membandingkan ketinggian hasil pengukuran ETS dengan hasil rekonstruksi

3D.

Hasil rekonstruksi 3D pada langkah d di atas adalah koordinat X,Y,Z dalam

sistem bumi. Dari sepasang foto akan diperoleh satu set koordinat X,Y,Z,

tetapi dari tiga foto dapat diperoleh tiga set koordinat X,Y,Z dan satu set

koordinat X,Y,Z hasil rata-ratanya. Z adalah nilai ketinggian target.

Selanjutnya nilai-nilai Z setiap target tersebut dibandingkan dengan nilai H,

tinggi target, hasil pengukuran ETS.

Page 41: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

28

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan terhadap hasil penelitian dititikberatkan pada hasil kalibrasi kamera

dan rekonstruksi 3D, khususnya ekstraksi spasial dari model berupa koordinat 3D

objek pada komponen tingginya saja. Parameter intrinsik hasil kalibrasi kamera

merupakan data masukkan pada perhitungan tinggi objek hasil rekonstruksi 3D,

oleh karena itu analisis hubungan atau pengaruh parameter intrinsik terhadap

tinggi objek dilakukan lebih detil.

4.1 Hasil Kalibrasi Kamera

Keluaran yang diperoleh dari Camera Calibration Toolbox adalah : Calibration results (with uncertainties):

Focal Length: fc = [4096.14584 4097.64434] ± [0.40609 0.40092]

Principal point: cc = [2975.87782 1981.72154] ± [0.27895 0.22077]

Skew: alpha_c = [0.00096] ± [0.00001]

=> angle of pixel axes = 89.94497 ± 0.00047 degrees

Distortion: kc = [-0.06233 0.11848 -0.00236 -0.00252 -0.03805] ±

[0.00019 0.00072 0.00001 0.00002 0.00085]

Pixel error: err = [0.16018 0.18896]

Keterangan :,

1) Panjang fokus : fc(1) = fx dan fc(2) = fy

2) Titik fidusial : cc(1) = xp dan cc(2) = yp

3) Sudut antara sumbu xy : alpha_c = β

4) Koefisien radial : kc(1)= K1, kc(2)= K2, kc(5)= K3

5) Koefisien tangensial : kc(3)= P1, kc(4)= P2

Untuk mendapatkan hasil hingga diperoleh kesalahan piksel (pixel

error) < 1 piksel dilakukan dengan beberapa kali proses yang diulang beberapa

kali. Salah satu cara dengan menghitung ulang koordinat titik-titik pojok kotak

hitam-putih pada foto yang memberikan kesalahan besar. Jika tidak ada

penurunan besarnya kesalahan maka langkah berikutnya adalah dengan tidak

mengikutsertakan foto yang memberikan kesalahan besar pada titik koordinat

pojok tersebut dalam perhitungan parameter intrinsik.

Gambar 4.1 mengilustrasikan proses iterasi yang dilakukan berdasarkan

hasil plot kesalahan titik-titik di setiap foto terhadap nilai yang sebenarnya. Pada

prinsipnya proses iterasi yang dilakukan adalah menentukan koordinat titik-titik

pojok kotak hitam-putih pada setiap foto yang masih memiliki kesalahan cukup

besar. Grafik sebelah kiri menunjukkan masih ada titik pojok yang mempunyai

kesalahan terbesar pada sumbu y dan x sampai x = +15 piksel dan y = +10 piksel.

Gambar 4.1 Proses iterasi penentuan titik pojok untuk

mendapatkan kesalahan terkecil

Page 42: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

29

Pada grafik tengah kesalahan dapat diperkecil dan grafik kanan memperlihatkan

kesalahan terbesar yang mengecil hingga x < + 0.5 piksel dan y < + 0.3 piksel.

Proses iterasi dihentikan saat diperoleh nilai pixel error terkecil yang dapat

dicapai, dengan demikian nilai-nilai komponen parameter intrinsik terakhir yang

dianggap nilai terbaik/definitif. Proses ini dilakukan tidak secara otomatis tetapi

dengan melibatkan pengolah data. Pemilihan foto yang perlu dilakukan penentuan

ulang koordinat titik-titik pojok kotak hitam-putih dan besarnya ukuran jendela

pada proses corner finder ditentukan oleh pengolah data. Dengan demikian nilai

definitif parameter intrinsik sebuah kamera kemungkinan besar akan tidak

tunggal, walau pun menggunakan sejumlah foto yang sama. Hal ini disebabkan

karena adanya faktor subjektif dari pengolah data.

Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi parameter intrinsik

kamera pada penelitian ini dilakukan 3(tiga) kali pemotretan papan kalibrasi yang

hasilnya diperlihatkan pada Tabel 4.1.

Tiga pemotretan untuk kalibrasi kamera dilakukan sebagai berikut :

Pemotretan kalibrasi pertama pemotretan udara pertama pemotretan

kalibrasi kedua pemotretan kedua pemotretan kalibrasi ketiga.

Pada pemotretan kalibrasi pertama, posisi kamera tidak ditentukan pola

posisinya terhadap papan kalibrasi. Penempatan posisi papan kalibrasi pada

bidang foto yang menjadi faktor utama.

Pada pemotretan kalibrasi kedua, posisi kamera dilakukan di 9 posisi seperti

matriks 3 x 3. Jarak antara kamera dan papan kalibrasi dipertahankan hampir sama

serta variasi penempatannya pada bidang foto dipertahankan seperti pada

pemotretan pertama.

Pada pemotretan ketiga dicoba papan kalibrasi dengan ukuran kotak 5 cm

dan lensa kamera diatur pada posisi manual focus dan dikunci. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk memudahkan penentuan titik pojok kotak hitam-putih dan

posisi fokus kamera sedekat mungkin dengan posisi fokus saat pemotretan di

udara dilakukan, sedangkan pada kalibrasi pertama dan kedua dilakukan dengan

Tabel 4.1 Parameter intrinsik hasil tiga kalibrasi

No Jenis Parameter Parameter

Intrinsik

Kalibrasi Pertama(I) Kalibrasi Kedua(II) Kalibrasi Ketiga(III)

Nilai Std.Dev. Nilai Std.Dev. Nilai Std.Dev.

1 Panjang Fokus

fx (piksel) 4014.65931 ± 0.06099 4015.44010 ± 0.05235 4096.14584 ± 0.40609

2 fy (piksel) 4013.57641 ± 0.05991 4014.91913 ± 0.05131 4097.64434 ± 0.40092

3 Titik Tengah Foto

xp(piksel) 2966.35209 ± 0.05161 2951.91268 ± 0.05003 2975.87782 ± 0.27895

4 yp(piksel) 1986.66182 ± 0.05346 1968.19834 ± 0.05154 1981.72154 ± 0.22077

5 Kemiringan Sumbu x-y

β 0.00003 ± 0.00011 0.00020 ± 0.00000 0.00096 ± 0.00001

6

Distorsi Radial

K1 -0.06652 ± 0.00003 -0.07117 ± 0.00003 -0.06233 ± 0.00019

7 K2 0.08026 ± 0.00011 0.09651 ± 0.00011 0.11848 ± 0.00072

8 K5 0.00188 ± 0.00012 -0.01997 ± 0.00012 -0.00236 ± 0.00001

9 Distorsi Tangensial

P1 -0.00139 ± 0.00000 -0.00199 ± 0.00000 -0.00252 ± 0.00002

10 P2 -0.00282 ± 0.00000 -0.00252 ± 0.00000 -0.03805 ± 0.00085

11 Kesalahan

x (piksel) 0.03585 0.05183 0.16018

12 y (piksel) 0.03082 0.04727 0.18896

Page 43: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

30

auto-focus. Selain itu, pada pemotretan kalibrasi ketiga jarak antara kamera dan

papan kalibrasi diatur dalam berbagai jarak, dekat dan cukup jauh hingga 2-3 x

jarak pada kalibrasi pertama dan kedua.

Pada Gambar 4.2 ditampilkan visualisasi posisi dan konfigurasi kamera saat

pemotretan terhadap papan kalibrasi pada ketiga pemotretan kalibrasi. Limas

berwarna hijau bergaris merah mewakili posisi kamera dan foto, sedangkan angka

menunjukkan posisi kamera dan banyaknya foto yang digunakan pada

pengolahan data untuk menghitung parameter intrinsik.

Gambar 4.2 memperlihatkan adanya perbedaan konfigurasi posisi kamera

dan jarak kamera ke papan kalibrasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui

apakah nilai parameter intrinsik akan dipengaruhi oleh hal tersebut.

Tabel 4.1 memperlihatkan adanya perbedaan nilai yang berarti, antara lain :

1) Panjang fokus lensa hasil kalibrasi ketiga berbeda sangat berarti hingga 80

piksel dibandingkan dengan nilai pertama dan kedua. Dari hasil tersebut

tampak bahwa panjang fokus merupakan komponen parameter intrinsik yang

sangat dipengaruhi dari tahap kalibrasi.

2) Koordinat piksel titik utama juga mempunyai perbedaan yang berarti tetapi

perbedaannya tidak lebih dari 30 piksel.

3) Nilai koefisien radial dan tangensial (K1, K2, K3, P1, P2) juga menunjukkan

perbedaan yang tidak terlalu berarti. Hal ini tampak dari model distorsi yang

diperlihatkan pada Gambar 4.3, 4.4 dan 4.5.

Secara grafik perbedaan tersebut dapat divisualisasikan dengan baik berupa

3(tiga) model distorsi (Lengkap, Radial dan Tangensial) seperti tampak pada

Gambar 4.3.

(a) (b) (c)

Gambar 4.2 Konfigurasi dan posisi kamera pada ketiga kalibrasi

Gambar 4.3 Model distorsi hasil kalibrasi pertama

Page 44: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

31

Pada Gambar 4.3, 4.4 dan 4.5 diperlihatkan grafik yang memodelkan

adanya distorsi radial dan tangensial serta model gabungannya. Panah-panah biru

menunjukkan bahwa titik objek pada foto mengalami distorsi dari posisi

sebenarnya ke arah tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal kamera

terutama pada bagian lensa.

Pada model distorsi gabungan tampak adanya perbedaan kontur yang

berkaitan dengan besaran nilai parameter intrinsik yang ditampilkan pada Tabel

4.1. Analisis yang dapat dikemukakan terhadap data tersebut antara lain :

1) Konfigurasi posisi kamera saat pemotretan papan kalibrasi memberikan

pengaruh yang tidak banyak berarti. Hal ini terlihat dari hasil kalibrasi

pertama dan kedua. Panjang fokus lensa yang dihasilkan relatif sama dan nilai

koefisien radial dan tangensial juga tidak banyak perbedaannya. Gambar

4.2(b) memperlihatkan bahwa posisi kamera pada kalibrasi kedua sangat

bervariasi, jarak dekat, sedang dan jauh. Ternyata nilai parameter intrinsiknya

tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil kalibrasi pertama. Pada kalibrasi

ketiga juga terdapat posisi kamera yang cukup dekat dan jauh dengan papan

kalibrasi tetapi tidak mempengaruhi nilai parameter intrinsik secara berarti.

2) Pengaturan panjang fokus lensa, auto-focus atau manual, merupakan faktor

yang sangat berarti pada nilai parameter intrinsik. Kalibrasi pertama dan

kedua fokus lensa diatur pada posisi auto-focus dan nilai parameter intrinsik

panjang fokus relatif sama (4014.66 dan 4015.44) yang berbeda hanya

dalam 1 piksel. Tetapi panjang fokus hasil kalibrasi ketiga memiliki perbedaan

sampai dengan 80 piksel (4096.15) , hal ini disebabkan karena fokus diatur

secara manual pada posisi terjauh.

3) Perubahan atau perbedaan nilai parameter intrinsik mungkin disebabkan oleh

karena kamera low cost memiliki tingkat kestabilan yang rendah. Kamera

tersebut memang bukan untuk fotogrametri, oleh karena itu penentuan

Gambar 4.5 Model distorsi hasil kalibrasi kedua

Gambar 4.4 Model distorsi hasil kalibrasi ketiga

Page 45: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

32

parameter intrinsik perlu dilakukan sesering mungkin. Tetapi pada kasus

kamera yang digunakan pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa kamera ini

mempunyai kestabilan yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari nilai

parameter intrinsik kalibrasi pertama dan kedua yang tidak banyak berbeda,

sehingga faktor fisik kamera tidak menjadi faktor yang berpengaruh.

Selain tiga analisis di atas terhadap beberapa faktor yang sudah diuraikan,

yaitu faktor penempatan papan kalibrasi pada bidang foto, seperti Gambar 3.5,

merupakan salah satu faktor yang penting dibahas khusus. Untuk itu, pada

penelitian ini juga dilakukan perhitungan parameter intrinsik menggunakan

kelompok foto hasil pemotretan kalibrasi pertama, tetapi dengan memilih foto

tertentu saja. Pemilihan foto tertentu tersebut diatur sedemikian rupa sehingga foto

yang diproses berisi posisi papan kalibrasi yang tidak melingkupi semua sisi

lensa. Hasilnya diperlihatkan pada Tabe; 4.2.

Pada Tabel 4.2 terdapat 2 set parameter intrinsik, IV dan V, yang diperoleh

dari 2 set foto papan kalibrasi. Parameter intrinsik kelompok IV dan V merupakan

parameter intrinsik hasil pemilihan foto yang posisi papan kalibrasi hanya pada

sisi tertentu (Gambar 4.6(b) dan 4.6(c)). Terlihat parameter intrinsik yang hasilnya

berbeda secara berarti, khususnya pada komponen panjang fokus. Hal ini

menunjukkan faktor penempatan papan kalibrasi pada bidang foto merupakan

salah satu kriteria penting yang harus diperhatikan pada kalibrasi kamera.

Selain menggunakan papan kalibrasi, pada penelitian ini dilakukan juga

perhitungan parameter intrinsik menggunakan data foto udara. Metode ini dikenal

dengan istilah Field-Calibration. Prinsip perhitungannya tetap menggunakan

Camera Calibration Toolbox dari Jean-Yves Bouguet (2010) yang dimodifikasi

dan disesuaikan sesuai dengan kondisi data masukan yang ada. Besaran yang

menjadi masukan adalah koordinat 29 target pada 9 foto udara yang dipilih untuk

rekonstruksi 3D serta koordinat target tersebut pada sistem koordinat bumi.

Parameter intrinsik yang diperoleh dari data foto udara tersebut disimpan pada

Tabel 4.2 kolom VI.

Standard deviasi parameter intrinsik hasil kalibrasi kamera tersebut,

khususnya pada komponen panjang fokus lensa sebesar 12 piksel dan koordinat

titik fidusial sebesar 3 piksel, jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil papan

kalibrasi yang lebih kecil dari 1 piksel. Hal tersebut diseperkirakan karena jumlah

dara masukan yang sedikit, yaitu data berupa koordinat 29 titik/target setiap foto

dan hanya menggunakan sembilan foto udara. Sedangkan jika menggunakan

(a) (b) (c)

Gambar 4.6 Konfigurasi posisi kamera hasil pemilihan posisi papan

kalibrasi di bidang foto

Page 46: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

33

papan kalibrasi ukuran kotak 3 cm terdapat 1369 titik setiap foto serta jumlah

fotonya lebih dari 40 foto.

Gambar 4.6 mengilustrasikan konfigurasi posisi kamera saat pengambilan

foto yang berkorelasi dengan parameter intrinsik pada Tabel 4.2. Pada Gambar

4.6(a) diperlihatkan konfigurasi posisi kamera jika semua foto yang berisi papan

kalibrasi melingkupi bidang foto, sedangkan pada Gambar 4.6(b) dan 4.6(c)

diperlihatkan bahwa jika pemotretan papan kalibrasi dilakukan seperti itu maka

akan mempengaruhi nilai parameter intrinsik yang diperoleh (Tabel 4.2 kolom IV

dan V)

Dengan demikian sebuah kamera dengan satu lensa tertentu dapat memiliki

beberapa parameter intrinsik. Parameter intrinsik bervariasi tergantung optimasi

dan pemilihan faktor-faktor yang mempengaruhi dan telah dijelaskan sebelumnya.

Pada penelitian ini dipilih beberapa kelompok parameter intrinsik yang akan

digunakan pada rekonstruksi 3D. Pengelompokan dibuat berdasarkan dominasi

faktor penting yang telah diuraikan sebelumnya serta kombinasinya. Parameter

intrinsik dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 akan digunakan sebagai salah satu faktor

yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap akurasi tinggi objek hasil rekonstruksi.

Jadi ada 6 kelompok parameter intrinsik yang dipakai sebagai data masukkan pada

rekonstruksi 3D (Tabel 4.3).

Tabel 4.2 Parameter intrinsik kamera hasil kalibrasi dengan mengubah

konfigurasi posisi papan kalibrasi dan menggunakan foto

udara

No Jenis Parameter Parameter

Intrinsik

IV V VI

Nilai Std.Dev. Nilai Std.Dev. Nilai Std.Dev.

1 Panjang Fokus

fx (piksel) 4021.74845 ± 0.09095 4004.15502 ± 0.10934 4053.86652 ± 12.51514

2 fy (piksel) 4021.00587 ± 0.08871 4004.6336 ± 0.10910 4054.95274 ± 12.47136

3 Titik Tengah Foto

xp(piksel) 2982.02057 ± 0.07782 2944.30200 ± 0.10509 2983.59159 ± 3.02136

4 yp(piksel) 1965.77150 ± 0.07500 2009.43512 ± 0.10539 1978.08748 ± 3.61002

5 Kemiringan sumbu x-y

β -0.00025 ± 0.00000 0.00017 ± 0.00001 0.00069 ± 0.00006

6

Distorsi Radial

K1 -0.06781 ± 0.00004 -0.07442 ± 0.00005 -0.06292 ± 0.00179

7 K2 0.08833 ± 0.00015 0.11380 ± 0.00018 0.10701 ± 0.00836

8 K3 -0.00722 + 0.00017 -0.04555 + 0.00021 -0.00240 ± 0.00011

9 Distorsi

Tangensial

P1 -0.00238 ± 0.00000 -0.00040 ± 0.00001 -0.00275 ± 0.00013

10 P2 -0.00192 ± 0.00000 -0.00460 ± 0.00001 -0.02360 ± 0.01141

11 Kesalahan

x (piksel) 0.03084 0.04745 0.37017

12 y (piksel) 0.03047 0.04045 0.41364

Page 47: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

34

4.2 Hasil Rekonstruksi 3D

Data masukan pada proses rekonstruksi 3D adalah parameter intrinsik

kamera, koordinat target titik sekawan pada sistem koordinat masing-masing foto

dan koordinat target pada sistem bumi. koordinat target pada sistem bumi

dijadikan sebagai acuan dan dianggap tidak memiliki kesalahan karena tingkat

akurasinya yang paling baik. Koordinat 9 target yang dipilih sebagai titik sekawan

memiliki kesalahan karena proses digitasi manual dan faktor identifikasi titik

silang kotak hitam-putih yang bisa memiliki nilai berbeda setiap melakukan

digitasi. Ada 6 set/kelompok parameter intrinsik yang memiliki nilai yang

berbeda. Oleh karena itu pembahasan lebih detil ditujukan pada dua faktor

terakhir.

Setelah perhitungan parameter ekstrinsik setiap foto (butir 3.3.2 b) dapat

dihitung penyimpangan atau selisih koordinat target hasil dari proyeksi ulang

dengan koordinat hasil digitasi. Caranya dengan melakukan proyeksi ulang

koordinat titik sekawan dengan masukan koordinat hasil digitasi dan parameter

ekstrinsik hasil hitungan, kemudian koordinat hasil proyeksi tersebut

dibandingkan dengan hasil digitasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui validitas

data dan parameter ekstrinsik final terbaik yang dapat ditentukan, yaitu dengan

mencari nilai minimal perbedaannya antara hasil digitasi dengan hasil hitungan.

Penyimpangan posisi target 9 titik sekawan diperlihatkan pada Tabel 4.4. Data

yang ada pada tersebut diperoleh dari 9 foto (FA1, FA2, FA3, FB1, FB2, FB3,

FC1, FC2, FC3) digunakan untuk analisis dengan menggunakan satu set

Tabel 4.3 Hasil kalibrasi kamera : 6 set parameter intrinsik

No

Komponen

Parameter

Intrinsik

Kelompok/Set

I II III IV V VI

1 fx (piksel) 4014.66 4015.44 4096.15 4021.75 4004.16 4053.87

2 fy (piksel) 4013.58 4014.92 4097.64 4021.01 4004.63 4054.95

3 xp(piksel) 2966.35 2951.91 2975.88 2982.02 2944.30 2983.59

4 yp(piksel) 1986.66 1968.20 1981.72 1965.77 2009.44 1978.09

5 β 0.0000 0.0002 0.0010 -0.0003 0.0002 0.00069

6 K1 -0.0665 -0.0712 -0.0623 -0.0678 -0.0744 -0.06292

7 K2 0.0803 0.0965 0.1185 0.0883 0.1138 0.10701

8 K3 -0.0014 -0.0020 -0.0024 -0.0024 -0.0004 -0.00240

9 P1 -0.0028 -0.0025 -0.0025 -0.0019 -0.0046 -0.00275

10 P2 0.0019 -0.0200 -0.0381 -0.0072 -0.0456 -0.02360

Keterangan :

a) Parameter intrinsik I,II dan III dari Tabel 4.1

b) Parameter intrinsik IV,V dan VI dari Tabel 4.2

c) Parameter intrinsik I,II,IV,V dan VI adalah hasil kalibrasi dengan pengaturan lensa pada

kondisi auto-focus menggunakan papan kalibrasi

d) Parameter intrinsik III adalah hasil kalibrasi dengan pengaturan lensa pada kondisi fix-

focus menggunakan papan kalibrasi

e) Parameter intrinsik VI adalah hasil kalibrasi menggunakan foto udara (Field-Calibration)

Page 48: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

35

parameter intrinsik (kelompok ketiga). Besarnya Root Mean Square (RMS) dari

selisih koordinat titik sekawan tidak ada yang lebih besar dari 0.5 piksel. Dengan

demikian ketelitian parameter ekstrinsik yang diperoleh sudah menghasilkan

ketelitian titik sekawan hasil proyeksi ulang lebih kecil dari 1 piksel. Hasil ini

menunjukkan bahwa koordinat titik sekawan hasil digitasi cukup baik.

Besarnya kesalahan koordinat hasil proyeksi ulang dapat diperbaiki hingga

diperoleh RMS minimal dengan mengubah nilai koordinat hasil digitasi. Caranya

dengan mengurangi atau menambahkan 1 piksel atau lebih pada koordinat x dan

atau y pada koordinat hasil digitasi pada titik To1 sampai To9. Koordinat hasil

digitasi titik To1 sampai To9 yang dianggap final adalah koordinat yang

memberikaan nilai RMS terkecil pada setiap foto. Besarnya RMS pada Tabel 4.4

adalah hasil optimal yang dapat diperoleh dari digitasi manual. Proses digitasi

secara manual menimbulkan adanya faktor subyektifitas pendigit akan

mempengaruhi ketelitian hasil.

Pada penelitian ini diperoleh data bahwa bentuk target yang dipakai

mempengaruhi ketelitian koordinat hasil digitasi. Titik pojok atau persilangan

kotak hitam-putih pada foto udara digital hasil pemotretan dari UAV ternyata

tidak tampak dengan jelas sehingga tidak mudah diidentifikasi. Kondisi ini

Tabel 4.4 Kesalahan titik sekawan

Foto Selisih Koordinat

Foto

Target

RMS

To1 To2 To3 To4 To5 To6 To7 To8 To9

FA1 dx(piksel) 0.3 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 0.1 0.2 0.3

dy(piksel) 0.7 -0.5 0.4 -0.2 -0.4 -0.4 0.8 0.2 -0.7 0.5

FA2 dx(piksel) 0.6 0.3 -0.3 0.1 -0.2 -0.5 0.2 -0.2 0.2 0.3

dy(piksel) 0.5 -0.3 -0.4 -0.5 -0.6 0.6 0.4 0.7 -0.4 0.5

FA3 dx(piksel) 0.6 0.2 -0.1 0.2 -0.4 -0.5 0.2 -0.3 -0.2 0.3

dy(piksel) 0.5 -0.4 -0.3 0.1 -0.6 0.0 0.4 0.4 -0.1 0.4

FB1 dx(piksel) 0.1 -0.7 0.1 0.4 0.1 -0.3 0.5 -0.2 0.0 0.3

dy(piksel) -0.2 -0.4 0.6 -0.2 -0.6 0.3 0.1 0.2 0.3 0.4

FB2 dx(piksel) -0.3 -0.6 0.5 0.1 0.1 0.1 -0.6 0.4 0.3 0.4

dy(piksel) 0.1 0.6 0.1 -0.7 0.0 0.3 0.1 -0.3 -0.1 0.3

FB3 dx(piksel) 0.1 0.2 0.0 0.3 -0.1 -0.2 0.4 -0.1 -0.6 0.3

dy(piksel) -0.1 -0.5 -0.4 0.6 -0.4 0.8 0.5 -0.2 -0.4 0.5

FC1 dx(piksel) -0.7 0.3 0.2 -0.3 0.2 0.4 -0.1 0.0 0.0 0.3

dy(piksel) 0.3 -0.4 0.3 0.1 0.0 0.3 -0.1 -0.5 -0.1 0.3

FC2 dx(piksel) 0.2 0.2 0.1 0.2 -0.1 -0.6 0.0 -0.4 0.5 0.3

dy(piksel) 0.0 -0.1 -0.2 0.3 0.2 -0.3 -0.3 0.6 -0.2 0.3

FC3 dx(piksel) 0.6 0.0 -0.4 0.2 0.5 -0.1 -0.4 -0.3 -0.3 0.4

dy(piksel) 0.3 -0.3 -0.2 0.5 0.0 -0.5 0.5 0.4 -0.5 0.4

Keterangan :

a) FA adalah kelompok foto udara yang dipotret dari ketinggian sekitar 50 m (Lampiran)

b) FB adalah kelompok foto udara yang dipotret dari ketinggian sekitar 60 m (Lampiran)

c) FC adalah kelompok foto udara yang dipotret dari ketinggian sekitar 70 m (Lampiran)

Page 49: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

36

berbeda dengan foto untuk kalibrasi kamera dengan target yang sama. Kondisi

objek pada bagian belakang dari target juga mempengaruhi penampakan target.

Gambar 4.7 memperlihatkan beberapa kenampakan target setelah diperbesar saat

akan didigit untuk mendapatkan koordinat titik silangnya.

Gambar 4.7 Kenampakan target hasil pemotretan dari UAV

Kondisi target seperti tampak pada Gambar 4.7 menyebabkan koordinat titik

pojok hitam-putih tampak tidak jelas pada satu titik tertentu, sehingga hasil

digitasinya bisa berbeda sampai dengan 2 piksel jika dilakukan secara manual.

Awalnya, pemilihan bentuk target seperti (c)

(d)

Gambar 3.6 didasarkan pada pertimbangan untuk menerapkan algoritme

corner finder sehingga penentuan titik silang tersebut dapat dilakukan secara

otomatis dan kesalahan akibat faktor orang yang mendigit dapat dihilangkan.

Hasil yang diperoleh ternyata hal tersebut tidak efektif, karena koordinat hasil

corner finder tidak lebih baik, berbeda dengan hasil saat proses kalibrasi kamera.

Hasil ini memperlihatkan bahwa perlu dipertimbangkan dan diteliti bentuk target

yang lain yang lebih efektif untuk dapat diindetifikasi dan ditentukan koordinat

titik tengahnya. Pada tahap ini dapat diindentifikasi salah satu sumber kesalahan

yang akan mempengaruhi hasil akhir penelitian ini.

Rekonstruksi 3D yang dilakukan dengan data masukan koordinat sistem

foto dan bumi 9 target yang dipakai sebagai titik sekawan (butir 3.3.2 d dan e))

dengan menggunakan 6 set parameter intrinsik (Tabel 4.3) diperoleh salah satu

hasil seperti pada Tabel 4.5.

Pada Tabel 4.5 diperlihatkan bahwa perbedaan tinggi target hasil ukuran

ETS dengan hasil rekonstruksi berkisar antara 1.6 cm – 2.6 cm. Setiap sepasang

foto yang bertampalan akan memberikan data seperti Tabel 4.5 tentunya dengan

nilai yang berbeda. Dari pasangan foto yang dipilih kesalahan terbesar adalah

11.7 cm pada foto hasil pemotretan di ketinggian 70 m.

Pada Tabel 4.5 terdapat data yang menunjukan bahwa parameter intrinsik III

dan VI memberikan nilai kesalahan terkecil, yaitu dilihat dari nilai RMS terkecil

Tabel 4.5 Perbedaan tinggi titik sekawan

Parameter

Intrinsik

Perbedaan Tinggi Target Ukuran – Rekonstruksi (cm) RMS.

(cm) To1 To2 To3 To4 To5 To6 To7 To8 To9

I 1,9 0,5 1,7 -3,3 -1,4 1,8 -1,6 -0,1 0,4 1,7

II -0,5 0,9 4,7 -4,0 -1,1 3,2 -0,6 -1,1 -2,1 2,5

III 1,3 0,2 -2,1 -1,4 1,6 2,6 -1,1 0,3 -1,8 1,6

IV -1,1 -0,5 2,5 -4,0 0,0 5,0 -3,2 -0,2 1,2 2,6

V 4,5 2,2 1,7 -3,3 -2,5 -0,4 -0,1 -0,8 -1,3 2,4

VI 1.1 0.1 -1.4 -2.0 1.4 3.1 -2.0 0.2 -0.7 1.6

Page 50: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

37

sebesar 1.6 cm. Pada tahap ini belum cukup data untuk menentukan bahwa dua set

parameter intrinsik tersebut adalah yang terbaik, karena penentuan tinggi 20 target

lainnya belum dihitung.

Tahap selanjutnya adalah menghitung tinggi 20 target lainnya (butir 3.3.2 a

2)). Karena pada setiap tinggi terbang dipilih 3 foto maka dapat dibangun 3 model

yang merupakan kombinasi pasangan yang dapat dibuat dari 3 foto tersebut, yaitu

pasangan foto 1-2, 2-3 dan 1-3 untuk foto udara dengan ketinggian sekita 50 m,

misalnya. Kombinasi yang sama akan dapat juga dilakukan pada 3 foto udara

yang dipotret pada ketinggian sekitar 60 m dan 70 m. Dengan demikian akan

diperoleh 9 pasang kombinasi foto udara. Pada setiap pasang akan dapat dihitung

tinggi 20 target dari rekonstruksi 3D, sehingga akan diperoleh data tinggi target 20

x 9 untuk setiap set parameter intrinsik. Jadi tinggi target hasil rekonstruksi 3D

yang dihasilkan pada pelitian ini adalah sebanyak 20 x 9 x 6 = 1080.

Error! Reference source not found. merupakan grafik dari selisih tinggi

0 target hasil rekonstruksi dikurang ukuran ETS dari salah satu kombinasi

Gambar 4.8 Grafik perbedaan tinggi 20 target menggunakan 2 foto

Gambar 4.9 Grafik perbedaan tinggi 20 target menggunakan 3 foto

Page 51: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

38

sepasang foto udara dengan ketinggian terbang 70 m (FC(1-2) pada Tabel 4.6).

Dengan demikian grafik seperti Error! Reference source not found. dapat dibuat

lagi dari 2 kombinasi foto udara lainnya. Error! Reference source not found.

merupakan grafik dari selisih tinggi 20 target hasil rekonstruksi dikurang ukuran

ETS dari rata-rata 3 tinggi taget yang diperoleh dari hasil rekonstruksi 3

kombinasi pasangan foto udara tersebut.

Dari Error! Reference source not found. dan Error! Reference source not

und. dapat dianalisis bahwa setiap set parameter intrinsik memberikan hasil

perbedaan tinggi yang berbeda pada setiap target dan tidak ada parameter

intrinsik yang memberikan hasil perbedaan tinggi terkecil pada semua target.

Masing-masing parameter intrinsik dapat memberikan koreksi yang baik pada titik

tertentu tetapi dapat juga memberikan koreksi yang buruk pada titik lainnya. Oleh

karena itu perlu dipilih metode analisis atau besaran statistik yang dapat

menentukan parameter intrinsik yang mana yang dapat menunjukkan parameter

intrinsik terbaik atau optimal pada semua target. Hal ini menunjukkan bahwa

parameter intrinsik menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi akurasi

hasil rekonstruksi.

Pengaruh parameter intrinsik terhadap akurasi tinggi target dapat dilihat

dengan menyusun data hasil ekstraksi tinggi seperti Tabel 4.6.

Page 52: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

39

Tabel 4.6 merupakan sebuah contoh kompilasi data perbedaan tinggi pada

target T5 hasil rekonstruksi dibanding dengan pengukuran ETS terhadap faktor

parameter intrinsik, kombinasi foto dan tinggi terbang. Analisis terhadap nilai

pada setiap kolom pada table tersebut akan menghasilkan suatu sintesis yang

menarik terkait pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap akurasi nilai tinggi target

hasil rekonstruksi 3D.

Remondino dan Frasser (2006) menyatakan bahwa semua komponen

parameter intrinsik kamera harus dipakai jika akan melakukan ekstraksi spasial

dari rekonstruksi 3D suatu objek dari foto. Semakin baik parameter intrinsik dapat

ditentukaan semakin baik hasil rekonstruksi yang diperoleh. Error! Reference

ource not found. menunjukan bahwa pada penelitian ini pernyataan tersebut

terbukti.

Pada Error! Reference source not found. diperlihatkan data perbedaan

inggi target T5 hasil rekonstruksi dengan hasil pengukuran lapangan

menggunakan ETS. Terlihat pengaruh faktor 6 set parameter intrinsik hasil

kalibrasi sangat signifikan terhadap tinggi hasil rekonstruksi.

Data hasil penelitian yang diperlihatkan pada Error! Reference source not

ound. membuktikan bahwa parameter intrinsik kamera yang digunakan untuk

rekonstruksi 3D sangat mempengaruhi ketelitian tinggi objek. Perbedaan nilai

Tabel 4.6 Contoh perbedaan tinggi target T5 hasil rekonstruksi

Parameter

Intrinsik

Perbedaan Tinggi Pada Target T5 (cm)

2 Foto 3 Foto

FA FB FC FA FB FC

1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2-3 1-2-3 1-2-3

I 5.3 -1.6 3.9 3.0 -1.2 3.1 1.8 3.1 2.8 2.5 1.6 2.6

II 3.3 -1.4 3.0 2.6 0.1 2.1 0.4 2.2 1.1 1.6 1.6 1.2

III 1.7 -11.7 -2.8 6.7 -1.2 -5.9 3.8 0.3 -1.5 -4.2 -0.1 0.9

IV 1.7 -0.3 2.1 2.6 0.2 2.0 -7.4 1.5 3.9 1.1 1.6 -0.7

V 9.8 -1.1 7.2 3.7 -0.9 4.8 10.2 6.1 2.8 5.3 2.5 6.4

VI 2.6 -9.3 -1.4 6.4 -0.7 -3.9 -0.1 1.0 0.7 -2.7 0.6 0.6

Keterangan :

a) Kolom FA adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 50 m; FA(1-2) adalah

kombinasi pasangan foto FA1 dan FA2, demikian seterusnya dengan kombinasi FA(1-3)

dan FA(2-3)

b) Kolom FB adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 60 m; FB(1-2) adalah:

kombinasi pasangan foto FB1 dan FB2, demikian seterusnya dengan kombinasi FB(1-3

dan FB(2-3)

c) Kolom FC adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 70 m; FC(1-2) adalah:

kombinasi pasangan foto FC1 dan FC2, demikian seterusnya dengan kombinasi FC(1-3

dan FC(2-3)

d) Kolom FA(1-2-3) adalah perbedaan tinggi hasil rata-rata dari rekonstruksi 3 foto udara

FA1,FA2 dan FA3

e) Kolom FB(1-2-3) adalah perbedaan tinggi hasil rata-rata dari rekonstruksi 3 foto udara

FB1,FB2 dan FB3

f) Kolom FC(1-2-3) adalah perbedaan tinggi hasil rata-rata dari rekonstruksi 3 foto udara

FC1,FC2 dan FC3

g) Baris I-VI merupakan pengaruh faktor 6 parameter intrinsik terhadap tinggi hasil

rekonstruksi

Page 53: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

40

setiap kolom terhadap baris menunjukkan bagaimana kontribusi langsung

parameter intrinsik terhadap tinggi target, sementara komponen masukan lainnya,

koordinat foto dan bumi, menggunakan nilai yang sama. Pada table tersebut juga

diperlihatkan bahwa tidak ada satu set parameter intrinsik yang memberikan nilai

tekecil pada semua posisi dan konfigurasi terbang atau pemotretan. Nilai yang

berlatar belakang abu-abu merupakan nilai dengan perbedaan terkecil dibanding

nilai lain pada kolom tersebut, artinya terkait dengan pengaruh satu set parameter

intrinsik terhadap satu kombinasi foto udara. Parameter intrinsik II, III, IV dan VI

memberikan nilai perbedaan terkecil pada konfigurasi tertentu, sedangkan

parameter intrinsik I dan V tidak. Khusus data pada tersebut yang hanya berlaku

pada target T5, parameter instinsik IV memberikan nilai perbedaan tinggi terkecil

pada 6 konfigurasi rekonstruksi 3D, sedangkan parameter intrinsik II, III dan VI

memberikan nilai perbedaan tinggi terkecil pada masing-masing 3 konfigurasi.

Kompilasi lain dari data hasil rekonstruksi model 3D menggunakan foto

udara memberikan hasil yang berbeda (Tabel 4.7). Kalau Error! Reference

ource not found. hanya berlaku pada satu target saja, T5, maka untuk

menentukan parameter intrinsik mana yang memberikan hasil ekstraksi tinggi

terbaik perlu dihitung besaran lain yang menunjukkan akurasi 20 target. Besarnya

RMS dari perbedaan tinggi 20 target hasil rekonstruksi dibanding dengan

pengukuran ETS terhadap faktor parameter intrinsik, kombinasi foto dan tinggi

terbang dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan parameter intrinsik terbaik.

Pada Tabel 4.7 diperlihatkan bahwa dari nilai RMS perbedaan tinggi 20

target tampak bahwa parameter intrinsik VI memberikan nilai terbaik pada 6

kombinasi, parameter intrinsik III memberikan nilai terbaik pada 5 kombinasi,

parameter intrinsik ke I dan II memberikan nilai terbaik pada masing-masing 1

kombinasi, sedangkan parameter intrinsik IV dan V tidak memberikan nilai

terbaik pada 12 kombinasi yang dilakukan.

Sampai tahap ini dapat disimpulkan bahwa parameter intrinsik III dan VI

merupakan kandidat parameter intrinsik terbaik. Perbedaan pengaturan kamera

saat kalibrasi untuk mendapatkan parameter intrinsik III dibading dengan yang

lainnya adalah pengaturan fokus kamera pada posisi tetap, bukan auto-focus.

Pengaturan fokus tersebut lebih mendekati posisi fokus saat pemotretan

menggunakan UAV dilakukan, yaitu jarak kamera ke objek sekitar 50 m, 60 m,

dan 70 m. Dengan demikian komponen panjang fokus lensa kamera merupakan

faktor yang paling dominan mempengaruhi akurasi hasil ekstraksi tinggi target.

Page 54: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

41

Hal ini lebih diperkuat dengan fakta bahwa parameter intrinsik VI merupakan

parameter intrinsik yang memberikan nilai terbaik pada 6 kombinasi, lebih baik

dari parameter intrinsik III. Parameter intrinsik ke 6 diperoleh dari data foto udara

dan saat pemotretan kamera memang diatur pada posisi auto-focus dan pada

pemotretan dengan jarak 50 m, 60 m atau 70 m dapat diperkirakan posisi fokus

lensa akan mendekati pengaturan pada jarak tak terhingga. Fakta ini menunjukkan

bahwa panjang fokus merupakan faktor yang penting pada parameter intrinsik

sebuah kamera.

Analisis berikutnya dapat dilakukan terkait penggunaan 2 foto dibandingkan

dengan 3 foto pada rekonstruksi 3D. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa ekstraksi

tinggi dari model 3D yang dibangun dari 3 buah foto udara cenderung

memberikan akurasi yang lebih baik dibanding dengan yang menggunakan hanya

2 foto udara. Hal ini dapat dimengerti karena penggunaan 3 foto berarti

merekonstruksi 3 berkas sinar sedangkan yang menggunakan 2 foto hanya

merekonstruksi 2 berkas sinar, sehingga akurasi menjadi lebih baik (Gambar

4.10).

Tabel 4.7 RMS perbedaan tinggi 20 target hasil rekonstruksi

Parameter

Intrinsik

RMS Perbedaan Tinggi 20 Target (cm)

2 Foto 3 Foto

FA FB FC FA FB FC

1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2-3 1-2-3 1-2-3

I 6.8 7.6 5.2 8.4 4.7 7.2 8.8 4.2 4.0 5.1 4.5 4.3

II 6.7 8.8 5.8 7.1 4.6 7.0 14.9 4.6 4.0 6.3 4.6 5.8

III 3.5 5.8 3.2 4.6 3.9 5.3 8.2 3.1 4.6 3.3 3.1 2.6

IV 5.9 7.7 5.0 8.9 5.3 6.5 10.1 4.0 5.8 4.6 4.7 4.3

V 9.1 6.7 6.1 9.8 5.4 8.1 11.4 5.3 4.9 6.5 5.1 5.4

VI 4.3 5.0 3.4 5.3 3.4 4.3 6.7 3.3 4.3 3.0 2.5 2.7

Keterangan tabel sama dengan Tabel 4.6

(a) (b)

Gambar 4.10 Rekonstruksi menggunakan 2 dan 3 Foto

Page 55: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

42

Analisis lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat hubungan atau pengaruh

tinggi objek/target dengan akurasi tingginya hasil dari rerkonstruksi 3D. Error!

eference source not found. dan Error! Reference source not found. merupakan

data hasil penelitian yang dipilih untuk melihat apakah ada hubungan tersebut.

Enam target dipilih dari 20 target berdasarkan perwakilan dari kelompok tinggi

target (1 cm,10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm, 100 cm) dan posisi relatifnya pada foto

udara dan terhadap sebaran 9 titik sekawan, yaitu :

1) Target T1 dan T3 berada relatif di bagian tengah foto dan di dalam 9 titik

sekawan

2) Target T62 pada bagian tengah-kanan foto dan di luar 9 titik sekawan

3) Target T10 pada bagian kiri-atas foto dan di luar 9 titik sekawan

4) Target T13 pada bagian tengah-atas foto dan di luar 9 titik sekawan

5) Target T29 pada bagian kiri-bawah foto dan di luar 9 titik sekawan

Penempatan posisi target di dalam atau di luar titik sekawan dimaksudkan

untuk melihat apakah konfigurasi posisi target seperti itu mempengaruhi akurasi

tinggi hasil rekonstruksi 3D pada objek-objek tertentu. Hal ini perlu

dipertimbangkan karena pengaruh distorsi lensa pada komponen radial

diperkirakan akan memberikan kontribusi kesalahan dengan semakin jauhnya

target dari pusat lensa dan titik-titik sekawan.

(a) (b)

(c) (d)

Page 56: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

43

Tabel 4.8 menguatkan kesimpulan bahwa rekonstruksi 3D yang

menggunakan 3 foto memberikan akurasi yang lebih baik dibanding 2 foto. Hal

ini dapat dipahami karena penggunaan 3 foto berarti rekonstruksi menggunakan 3

berkas sinar, sedangkan penggunaan 2 foto berarti rekonstruksi dilakukan hanya

(e) (f)

Gambar 4.11 Grafik perbedaan tinggi pada beberapa target

Tabel 4.8 Perbedaan tinggi target hasil rekonstruksi 3D dengan kombinasi

jumlah foto dan tinggi terbang

Tinggi

terbang

Target T1(1 cm) Target T3(10 cm)

2 Foto 3 Foto 2 Foto 3 Foto

(1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3) (1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3)

50 m -1.4 0.0 2.0 0.2 -0.8 5.0 2.6 2.3

60 m -3.0 -4.5 -2.3 -3.2 1.7 -3.0 -1.6 -1.0

70 m -2.2 -0.2 -0.4 -1.0 -10.6 -1.3 3.4 -2.8

(a) (b)

Tinggi

terbang

Target T6(20 cm) Target T10(30 cm)

2 Foto 3 Foto 2 Foto 3 Foto

(1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3) (1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3)

50 m -1.3 -0.1 -1.4 -0.9 0.3 -6.8 -1.9 -2.8

60 m 3.8 1.0 -5.4 -0.2 0.0 -3.6 -0.2 -1.3

70 m -5.5 -2.5 1.3 2.3 0.0 0.6 0.4 0.3

(c) (d)

Tinggi

terbang

Target T13(50 cm) Target T29(100 cm)

2 Foto 3 Foto 2 Foto 3 Foto

(1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3) (1-2) (1-3) (2-3) (1-2-3)

50 m -8.3 -2.3 -5.6 -5.4 -0.2 10.4 0.3 3.5

60 m -5.8 -3.7 -12.6 -7.4 -4.3 4.8 -3.8 -1.1

70 m 0.6 -0.8 -0.6 -0.3 22.2 -9.0 -13.1 0.0

(e) (f)

Page 57: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

44

menggunakan hanya 2 berkas sinar pada setiap target. Rekonstruksi menggunakan

2 foto tidak memiliki data tambahan yang biasa disebut sebagai ukuran lebih.

Berdasarkan pada Error! Reference source not found. dan Error! Reference

urce not found. dapat dilakukan analisis bahwa belum terlalu tampak adanya

korelasi pengaruh perbedaan tinggi target dengan akurasi tinggi hasil

rekonstruksi. Khusus pada target F4 yang memiliki tinggi 100 cm tampak adanya

peningkatan kesalahan yang berarti pada penggunaan 2 foto, tetapi faktor

pengaruh parameter ekstrinsik dan posisi target yang diperkirakan lebih banyak

mempengaruhi kesalahan tersebut. Hal ini ditunjukan oleh hasil rekonstruksi

menggunakan 3 foto. Penambahan 1 foto memperbaiki akurasi hasil yang hanya

menggunakan 2 foto. Pada kasus ini juga dapat diperkirakan parameter intrinsik

pada posisi target F4 cukup bagus. Hal ini diperkuat dengan data pada Error!

eference source not found.dan Error! Reference source not found. lainnya.

Keterkaitan antara akurasi tinggi target dengan perbedaan tinggi terbang

terlihat pada beberapa target : A10, B3, C2, dan F4, khususnya rekonstruksi yang

menggunakan 2 foto. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Keterkaitan tersebut

tidak terlihat pada target D2 dan E1 diperkirakan karena ada faktor lain yang lebih

dominan. Khusus pada target E, besarnya kesalahan cenderung pada nilai negatif.

Hal terjadi kemungkinan lebih didominasi oleh faktor parameter intrinsik kamera

pada titik tersebut.

Pada penelitian ini tampak bahwa tinggi terbang UAV pada 50 m, 60 m, dan

70 m belum cukup untuk memperlihatkan pengaruh tinggi terbang terhadap

akurasi hasil rekonstruksi (Cyganek dan Siebert, 2009). Akurasi yang diperoleh

dari hasil rekonstruksi foto dengan tinggi terbang 70 m memiliki selisih tinggi

yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil tinggi terbang 50 m dan 60 m.

Untuk menganalisis berapa akurasi yang bisa dicapai dari rekonstruksi 3D

pada penelitian ini, diperlihatkan beberapa data yang merupakan hasil

rekonstruksi. Error! Reference source not found. dan Tabel 4.10 berisi data

angkuman dari selisih tinggi hasil rekonstruksi dengan hasil ukuran ETS pada

salah satu dari 20 target yang memberikan selisih terkecil dan terbesar dari

kombinasi parameter intrinsik dan pasangan foto udara.

Tabel 4.9 Perbedaan tinggi terkecil salah satu target dari 20 target dengan

beberapa kombinasi parameter intrinsik, jumlah foto dan tinggi

terbang

Parameter

Intrinsik

Perbedaan Tinggi Terkecil (cm)

2 Foto 3 Foto

FA FB FC FA FB FC

1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2-3 1-2-3 1-2-3

I 0.1 0.0 0.0 0.2 0.0 0.2 0.5 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1

II 0.2 0.1 0.1 0.9 0.0 0.3 0.4 0.1 0.2 0.1 0.4 0.3

III 0.1 0.0 0.3 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0

IV 0.1 0.2 0.1 0.0 0.2 0.2 0.5 0.1 0.1 0.0 0.1 0.0

V 0.2 0.3 0.4 0.1 0.3 0.3 0.5 0.6 0.1 0.1 0.2 0.1

VI 0.0 0.0 0.1 0.2 0.6 0.4 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.1

Keterangan tabel sama dengan keterangan pada Tabel 4.6 tetapi nilainya merupakan nilai

absolut atau tanda negatif dihilangkan

Page 58: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

45

Pada Error! Reference source not found. diperlihatkan bahwa akurasi

enentuan tinggi 20 target hasil rekonstruksi dapat dicapai sampai dengan fraksi

milimeter, bahkan beberapa target sama dengan hasil ukuran ETS, yaitu dengan

kesalahan 0.0 cm. Kecuali parameter intrinsik V, semua parameter intrinsik dapat

memberikan hasil tinggi target yang sama dengan hasil pengukuran ETS pada

salah satu pasangan foto udara, paling tidak pada salah satu target di antara 20

target.

Pada Tabel 4.10 diperlihatkan bahwa :

1. Parameter intrinsik ke I, III, dan VI masing berturut turut memberikan

perbedaan tinggi maksimal 25.9 cm, 47.6 cm, 22.2 cm, 25.6 cm, 29.5 cm dan

15.2 cm terhadap kombinasi jumlah foto udara dan tinggi terbang.

2. Parameter intrinsik VI memberikan perbedaan tinggi maksimal yang relatif

lebih kecil pada 9 kolom, parameter intrinsik III memberikan perbedaan tinggi

maksimal yang relatif lebih kecil pada 4 kolom, parameter intrinsik I hanya 1

kolom pada satu kombinasi foto dan tinggi terbang,, sedangkan parameter

intrinsik II, IV dan V tidak memilikinya.

3. Perbedaan tinggi pada kolom FC(1-2) lebih besar dari kolom lain disebabkan

oleh parameter ekstrinsik relatif pada kombinasi foto tersebut, yaitu terlalu

dekatnya posisi kamera satu dengan yang lainnya saat pemotretan

dibandingkan dengan tinggi terbang, sehingga perpotongan berkas sinar

membentuk sudut yang lebih lancip.

4. Tinggi target yang diperoleh dari 3 foto selalu lebih baik dari hasil 2 foto.

Tinggi target hasil dari 3 foto dapat mereduksi besarnya perbedaan hingga

diperoleh akurasi sampai fraksi satuan sentimeter.

5. Data pada kolom FA(1-2-3), FB(1-2-3), dan FC(1-2-3) terkait dengan tinggi

terbang 50 m, 60 m, dan 70 m, yang menunjukan bahwa antara teori

berkurangnya akurasi sebanding dengan bertambahnya tinggi terbang belum

terlihat dengan jelas. Kemungkinan faktor distorsi lensa dan digitasi koordinat

target masih lebih dominan daripada faktor resolusi kamera dan tinggi terbang.

Parameter intrinsik VI merupakan parameter intrinsik terbaik karena

memberikan perbedaan tinggi maksimal yang terkecil dibanding dengan

parameter intrinsik lainnya. Hal ini berkaitan dengan penggunakan foto udara

Tabel 4.10 Perbedaan tinggi terbesar salah satu target dari 20 target dengan

beberapa kombinasi parameter intrinsik, jumlah foto dan tinggi

terbang

Parameter

Intrinsik

Perbedaan Tinggi Terbesar (cm)

2 Foto 3 Foto

FA FB FC FA FB FC

1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2 1-3 2-3 1-2-3 1-2-3 1-2-3

I 13.5 21.9 15.4 16.0 10.5 16.5 25.9 11.9 7.8 14.4 8.6 10.7

II 13.0 26.6 16.9 14.2 9.7 15.0 47.6 12.3 11.6 16.2 8.0 14.4

III 8.3 11.7 7.3 10.0 10.9 10.6 22.2 9.0 13.1 7.3 8.3 7.2

IV 10.2 19.0 15.9 18.0 11.0 15.0 25.6 10.1 16.3 14.3 9.6 10.1

V 18.7 20.2 14.9 21.2 10.9 17.8 29.5 15.9 14.2 15.0 11.0 10.7

VI 8.7 9.7 6.5 11.2 9.0 9.5 15.2 10.2 13.1 6.0 7.1 6.1

Keterangan kolom sama dengan Tabel 4.9

Page 59: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

46

sebagai data kalibrasi, sehingga parameter intrinsik yang diperoleh merupakan

nilai yang hampir sama dengan parameter intrinsik saat pemotretan Pengaturan

kamera dan cara pengambilan foto saat kalibrasi memberikan pengaruh pada

besarnya parameter intrinsik. Pengaturan fokus lensa kamera yang tetap, bukan

auto-focus, merupakan pengaturan yang diterapkan pada parameter intrinsik III

dan parameter intrinsik ini merupakan parameter intrinsik terbaik kedua. Walau

pun saat pemotretan udara digunakan pengaturan lensa pada mode auto-focus,

tetapi pada tinggi terbang 50 m, 60, dan 70 m pengaturan fokus mendekati pada

posisi terjauh atau tak terhingga. Oleh karena itu dapat dimengerti mengapa

parameter intrinsik III memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan

parameter intrinsik lain yang menggunakan data foto dari papan kalibrasi

Dari berbagai pembahasan di atas dapat diperlihatkan bahwa penentuan

tinggi objek melalui rekonstruksi model 3D dari foto udara dapat dicapai dengan

tingkat kesalahan maksimal tidak lebih dari 15.2 cm pada tinggi terbang 70 m

jika parameter intrinsik kamera dapat ditentukan dengan baik. Semakin baik

parameter intrinsik kamera dapat ditentukan semakin baik tinggi objek yang

didapat dari rekonstruksi 3D. Untuk mendapatkan hasil yang optimal sebaiknya

digunakan minimal 3 foto pada saat rekonstruksi dilakukan karena akurasi yang

diperoleh pada penelitian ini menunjukkan perbaikan akurasi yaitu dengan

kesalahan terbesar menjadi 7.1 cm pada tinggi terbang 70 m dibandingkan dengan

yang menggunakan 2 foto (15.2 cm).

Pengaruh tinggi terbang perlu dianalisis lebih lanjut. Dengan menggunakan

persamaan 2.26 dapat dibuat tabel resolusi akurasi tinggi secara teori dengan

memasukkan data hasil penelitian yang diperlihatkan pada Error! Reference

ource not found.. Dengan membandingkan hasil penelitian dan hitungan secara

teori dapat disimpulkan bahwa penggunaan kamera Sony NEX7 dan UAV berupa

Multirotor dapat memenuhi akurasi sesuai teori yang ada.

Analisis lebih lanjut untuk melihat pengaruh dua faktor utama terhadap

akurasi tinggi objek perlu dilakukan. Faktor pertama adalah parameter intrinsik

yang terkait dengan 6 set nilai hasil kalibrasi kamera. Faktor kedua adalah terkait

posisi kamera di udara saat pemotretan yang terkait dengan jarak relatif antar

kamera (nilai b pada Gambar 2.4 atau Tabel 4.11) dan tinggi terbang (nilai H pada

Gambar 2.4 atau Tabel 4.11). Kombinasi nilai b dan H digabung menjadi satu

faktor yang akan dianalisis. Metode statistic ANOVA Dua Arah dipilih untuk

melihat signifikan atau tidaknya dua faktor tersebut terhadap tinggi objek hasil

rekonstruksi serta untuk mengetahui apakah ada interaksi antara keduanya.

Parameter intrinsik ditetapkan sebagai faktor pertama dengan 6 tingkat

(level) dan kombinasi pasangan foto udara ditetapkan sebagai faktor kedua yang

memiliki 9 tingkat/level (terkait dengan jumlah kolom pada Tabel 4.6, 4.7, 4.9 dan

4.10). Target sebanyak 20 ditentukan sebagai ulangan data pada masing-masing

kombinasi dua faktor tersebut. Data yang dipakai adalah data persentase kesalahan

relatif tinggi setiap target hasil rekonstruksi, yaitu menggunakan persamaan

berikut:

dengan :

p_err : persen kesalahan relatif tinggi target

Z : tinggi target hasil rekonstruksi

Page 60: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

47

h : tinggi target pada sistem koordinat bumi

Nilai persentase kesalahan tinggi relatif dipakai karena 20 target memiliki tinggi

yang berbeda terhadap referensi sistem koordinat bumi.

ANOVA Dua Arah dihitung menggunakan perangkat lunak Minitab 16.2.1

dan diperoleh hasil seperti pada Gambar 4.12. Pada Gambar 4.12 tampak bahwa

faktor pertama dan kedua mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tinggi target

hasil rekonstruksi, yaitu ditunjukan dengan masing nilai P1 =0.000 dan P2=0.000.

Interaksi antar kedua faktor tersebut tidak nyata (P12=0.883). Pengaruh yang nyata

faktor pertama (parameter intrinsik) diperlihatkan pada Gambar 3.13, sedangkan

pengaruh faktor kedua (pasangan foto) diperlihatkan pada Gambar 3.14. Kedua

faktor menunjukan pengaruh yang nyata yang terlihat dari keragaman sebaran

data tinggi 20 target hasil rekonstruksi 3D (Gambar 4.13 dan 4.14). Dengan

demikian dapat dipahami bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor utama

Tabel 4.11 Nilai resolusi kedalaman Rh dari 3 pasang foto dari 3 tinggi

terbang menggunakan 6 parameter intrinsik

Pasangan

foto r (mm) H(m)

Parameter

intrinsik f(mm) b(m) Rh(cm)

1 0.00392 49

I 15.7 7.344 8.1

II 15.7 7.276 8.2

III 16.0 7.635 7.7

IV 15.8 7.325 8.1

V 15.7 7.367 8.1

VI 15.9 7.609 7.8

2 0.00392 66

I 15.7 13.821 7.8

II 15.7 14.127 7.7

III 16.0 14.044 7.6

IV 15.8 13.86 7.8

V 15.7 13.606 8

VI 15.9 13.757 7.8

3 0.00392 70

I 15.7 8.509 14.3

II 15.7 7.987 15.2

III 16.0 9.048 13.2

IV 15.8 8.534 14.2

V 15.7 8.698 14

VI 15.9 9.182 13.1

Keterangan :

a) r : ukuran piksel/resolusi sensor kamera dalam mm

b) H : tinggi terbang sebenarnya saat pemotretan

c) f : panjang focus lensa kamera hasil

d) b : jarak/vektor antar 2 sistem koordinat kamera saat pemotretan

e) Rh : resolusi kedalaman secara teoritis

Page 61: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

48

yang langsung mempengaruhi akurasi penentuan tinggi suatu objek melalui

rekonstruksi model 3D menggunakan foto udara.

Pada Gambar 4.12 juga diperlihatkan nilai rata-rata persentase kesalahan

relatif tinggi terhadap faktor pertama. Gambar tersebut menunjukkan bahwa

parameter intrinsik ke 6 (VI) memberikan nilai rata-rata persentase kesalahan

relatif terkecil, yaitu sebesar 4.067. Hal ini menunjukkan bahwa parameter

intrinsik yang dihitung menggunakan foto udara atau menggunakan metode field-

calibration menghasilkan parameter intrinsik terbaik. Sedangkan pada faktor

kedua, pasangan foto ke 8 (tinggi terbang 70 m) memberikan nilai rata-rata

persentase kesalahan relatif tinggi yang terkecil, yaitu sebesar 3.702. Hal ini

menunjukkan bahwa pasangan foto tersebut memiliki nilai b dan H yang paling

optimal dibanding pasangan foto lainnya, sehingga perhitungan triangulasi berkas

sinar pada 20 target memberikan hasil yang paling baik dibanding dengan data

lainnya. Nilai H(tinggi terbang) tidak dominan atau tidak berdiri sendiri terkait

pengaruhnya kepada akurasi tinggi target. Secara teori seharusnya pada tinggi

terbang sekitar 50 m memberikan nilai rata-rata persentase kesalahan relatif tinggi

yang terkecil, tetapi data penelitian tidak menunjukan hal tersebut. Kombinasi

Gambar 4.12 Hasil ANOVA Dua Arah

Page 62: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

49

foto dengan tinggi terbang 70 m relatif lebih baik dibanding dengan tinggi terbang

50 m dan 60 m, hal ini dapat diperkirakan cukup berartinya nilai b pada suatu

sistem stereo. Hanya saja nilai b memiliki keterbatasan pada jarak tertentu karena

terkait dengan besarnya persentase pertampalan (overlap) dua atau lebih foto yang

akan direkonstruksi menjadi model 3D. Jika b terlalu besar maka makin kecil

persentasi pertampalannya atau bahkan pada kondisi terntentu sistem stereo tidak

dapat dibentuk.

Nilai H terkait dengan jarak kamera ke objek. Semakin tinggi terbangnya

semakin kecil resolusi akurasi koordinat objek yang dapat ditentukan dari foto.

Jadi dapat dimengerti mengapa faktor kedua (nilai b dan H) menjadi faktor yang

berpengaruh nyata pada rekonstruksi 3D selain faktor pertama (parameter intrinsik

kamera).

Pengaruh faktor pertama dan kedua pada akurasi tinggi target hasil

rekonstruksi 3D yang begitu tampak nyata diperlihatkan pada grafik boxplot pada

Gambar 4.13 dan 4.14. Setiap faktor parameter intrinsik berpengaruh nyata pada

rata-rata persentase kesalahan relatif yang berubah secara signifikan. Demikian

juga dengan faktor kedua yang terkait dengan pasangan foto yang dipakai untuk

membangun sistem stereo. Setiap kombinasi pasangan foto (sistem stereo) sangat

signifikan mempengaruhi besarnya rata-rata persentase kesalahan relatif tinggi

yang dihasilkan dari rekonstruksi 3D. Hal ini berarti kedua faktor tersebut sangat

mempengaruhi akurasi tinggi suatu objek yang diperoleh dari ekstraksi spasial

dari model 3D hasil rekonstruksi.

Gambar 4.13 Boxplot persentase kesalahan relatif tinggi

target terhadap parameter intrinsik

Page 63: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

50

Gambar 4.14 Boxplot persentase kesalahan relatif tinggi

target terhadap pasangan foto udara

Page 64: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

51

5 SIMPULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Tinggi suatu objek dapat diduga dengan cara membuat model 3D dari

rekonstruksi, minimal, sepasang foto udara digital yang saling bertampalan.

Perlu diketahui minimal 6 titik sekawan yang dapat dikenali di foto dan

koordinat diketahui dalam sistem koordinat foto dan sistem koordinat bumi.

Ekstraksi tinggi objek dari rekonstruksi 3D bisa mencapai fraksi satuan

milimeter pada kondisi tertentu dan penyimpangan terbesar mencapai 15.2

cm dari model yang dibangun dari 2 foto, sedangkan model yang dibangun

dari 3 foto penyimpangan terbesar mencapai 7.1 cm.

2. Faktor utama yang mempengaruhi akurasi tinggi objek adalah parameter

intrinsik kamera dan kombinasi pasangan foto udara yang terkait dengan

parameter ekstrinsik relatif dan tinggi terbang saat pemotretan. Kedua faktor

tersebut tampak sangat nyata pengaruhnya terhadap akurasi tinggi objek hasil

rekonstruksi, tetapi interaksi antara dua faktor tersebut tidak tampak nyata.

3. Penentuan parameter intrinsik kamera harus dilakukan dengan melaksanakan

kalibrasi kamera. Kalibrasi kamera dengan metode field-calibration

menghasilkan parameter intrinsik yang lebih baik dibandingkan dengan

metode yang menggunakan papan kalibrasi. Penggunaan papan kalibrasi

dapat dilakukan untuk mengetahui kestabilan kamera, yaitu dengan

melakukan kalibrasi kamera sebelum, pada saat dan sesudah pemotretan

udara. Kalibrasi kamera sebaiknya dilakukan dengan pengaturan fokus lensa

kamera pada posisi tetap (fix-focus) atau diperkirakan sama dengan posisi

fokus saat pemotretan, bukan auto-focus.

4. Penentuan koordinat titik sekawan dan titik objek pada sistem koordinat foto

sangat mempengaruhi ketelitian model 3D hasil rekonstruksi, semakin baik

koordinat target ditentukan semakin akurat tinggi yang diduga.

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan ruang lingkup dan

metode, untuk itu beberapa hal yang dapat disarankan adalah :

1. Penggunakan bentuk dan jenis target dapat diganti dengan target yang dapat

dikenali pada foto dan dapat ditentukan koordinat titiknya tidak dengan

melakukan digitasi manual tetapi secara otomatis menggunakan algoritme

tertentu.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menerapkan kalibrasi kamera

dengan metode lainnya antara lain metode yang diusulkan oleh Heikkila

(2000) atau Zhang (2000). Perlu juga dilakukan penelitian yang

menggunakan papan kalibrasi yang lebih besar dan dapat dipotret dan masuk

dalam sebuah muka foto sehingga koefisien distorsi lensa yang melingkupi

pengaruh seluruh sisi lensa dapat ditentukan .

3. Perlu dilakukan pemotretan dengan tinggi terbang yang mencapai 100 m atau

lebih untuk mendapatkan data tambahan untuk mengetahui hubungan

berkurangnya akurasi karena semakin jauhnya jarak kamera dengan objek

dan menentukan berapa ketelitian yang dapat diperoleh pada ketinggian

tersebut serta menerapkan metode field-calibration yang diusulkan oleh

Ebner (1976).

Page 65: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

52

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson KB. 1996. Close Range Photogrammetry and Machine Vision.

Scotland(UK): Whittles Publishing.

Bouquet J-Y. 2010. Camera Calibration Toolbox for Mathlab [Internet]. [diunduh

2012 September 5, status 2010 Juli 9]; Tersedia pada :

http://www.vision.caltech.edu/ bouquetj/calib_doc/

Brown DC 1971. Close-Range Camera Calibration. Melbourne(AU):

Photogrammetric Engineering, (pp. 855-866), Vol.37, No.8.

Cyganek Boguslaw, Siebert JP. 2009. An Introduction to 3D Computer Vision

Techniques and Algorithms. Chippenham, Wiltshire(UK): John Wiley &

Sons, Ltd. ISBN: 978-0-470-01704-3.

Ebner H. 1976. Self Calibrating Block Adjustment. Congress of the International

Society for Photogrammetry (pp. 1-17). Helsinki(FI): Invited Paper of

Commision III from Institute for Photogrammetry, Stuttgart University.

Hanifa NR. 2007. Studi Penggunaan Kamera Digital Low-Cost Non-Metric Auto-

Focus [tesis]. Bandung(ID): Institut Teknologi Bandung.

Heikkila J. 2000. Geometric Camera Calibration Using Circular Control Points.

IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol. 22,

No. 10., (pp. 1066-1077).

Khalil AM. 2011. Two-dimensional displacement measurement using static close

range photogrammetry and single fixed camera. Alexandria

Engineering(EG), (pp. 219-227).

Leitch K. 2002. Close Range Photogrammetric Measurement of Bridge

Deformation. Mexico(MX): New Mexico State University.

Kirscht M, Rinke C. 1998. 3D Reconstruction of Buildings and Vegetation from

Synthetic Aperture Radar (SAR) images. MVA.

Pullivelli A. 2005. Low-Cost Digital Cameras: Callibration, Stability Analysis,

and Applications [thesis]. Calgary(CA), Alberta: Department of

Geomatics Engineering University of Calgary.

Remondino F, Fraser C. 2006. Digital Camera Calibration Methods :

Considerations and Comparisons. ISPRS Volume XXXVI, Part 5 (pp. 266-

271). Dresden(DE): ISPRS Commision.

Thompson M, Gruner H. 1980. Foundations of Photogrammetry. In Manual of

Photogrammetry (pp. 1-36). Falls Church, Virginia(US): American

Society of Photogrammetry.

Wolf P R. 1993. Element of Photogrammetry , Dengan Interpretasi Foto Udara

dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Zhou G, Yan G, Zhang W, Wang H. 2008. Corn 3D Reconstruction with

Photogrammetry. The International Archives of the Photogrammetry,

Remote Sensing and Spatial Information Sciences, XXXVII Part B8 (pp.

967-970).

Zhang Z. 2000. A flexible new technique for camera calibration. IEEE

Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol.22,

No.11, (pp. 1330-1334).

Page 66: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

53

LAMPIRAN

Daftar Persentase Kesalahan Relatif Tinggi Target Hasil Rekonstruksi 3D Keterangan :

a) Kolom FA adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 50 m; contoh : FA(1-2)

adalah kombinasi foto FA1- dan FA2 dan seterusnya

b) Kolom FB adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 60 m; contoh FB(1-3)

adalah kombinasi foto FB1- dan FB3 dan seterusnya

c) Kolom FC adalah foto udara dengan tinggi terbang sekitar 70 m; contoh FC(2-3)

adalah kombinasi foto FC2- dan FC3 dan seterusnya

Parameter

Intrinsik Target

Kombinasi Foto Udara Rata-

rata

Rata-

rata FA

(1-2)

FA

(1-3)

FA

(2-3)

FB

(1-2)

FB

(1-3)

FB

(2-3)

FC

(1-2)

FC

(1-3)

FC

(2-3)

I

1 4.3 4.7 0.7 2.4 2.4 9.4 4.8 2.8 1.7 3.7

5.8

2 14.8 11.6 10.1 2.7 1.6 19.9 8.8 1.1 1.8 8.0

3 5.9 1.8 0.8 3.1 3.6 7.1 16.5 6.2 0.2 5.0

4 13.5 17.0 16.9 3.6 8.1 11.2 15.8 14.4 8.7 12.1

5 5.8 1.8 4.3 3.6 1.4 3.7 2.2 3.7 3.4 3.3

6 0.1 2.3 0.4 14.2 8.4 10.5 2.8 0.2 3.7 4.8

7 10.1 1.0 5.9 2.3 7.1 14.4 2.8 6.8 5.6 6.2

8 7.4 5.3 7.4 14.1 0.4 1.2 7.7 6.0 2.5 5.8

9 4.2 3.1 3.7 5.8 5.8 1.6 1.4 4.8 3.9 3.8

10 8.0 4.2 2.3 7.7 6.2 8.3 0.6 2.3 6.0 5.1

11 4.8 4.3 3.4 15.3 3.3 7.6 2.9 1.2 6.6 5.5

12 5.0 6.4 6.3 11.1 1.3 4.8 7.0 0.1 5.3 5.3

13 8.8 7.5 1.3 8.9 3.1 8.9 4.2 2.9 1.4 5.2

14 8.0 11.1 0.5 19.3 10.7 9.4 10.9 4.6 0.1 8.3

15 6.7 0.4 1.1 4.3 0.5 11.0 4.3 0.5 5.6 3.8

16 7.5 0.2 2.0 13.0 1.1 1.7 9.1 3.3 3.4 4.6

17 4.6 6.1 0.1 16.7 12.7 1.9 8.7 9.3 9.4 7.7

18 5.2 1.1 3.5 0.2 1.3 3.5 8.9 1.8 0.7 2.9

19 6.7 3.7 7.1 7.8 7.5 1.9 11.7 3.6 1.4 5.7

20 2.9 24.0 0.8 12.9 2.4 6.8 31.3 1.8 8.1 10.1

II

1 2.2 4.3 1.2 2.2 3.0 8.2 5.1 2.8 1.0 3.3

6.3

2 9.8 14.9 9.8 4.1 2.7 18.1 19.2 4.8 1.1 9.4

3 4.8 0.2 1.4 1.7 5.1 7.5 17.1 5.9 1.8 5.1

4 14.3 20.5 18.5 4.3 11.7 12.8 12.8 11.7 3.0 12.2

5 3.6 1.5 3.3 3.1 0.1 2.5 0.5 2.7 1.3 2.1

6 4.5 0.9 2.0 12.7 6.5 9.3 14.0 2.4 2.8 6.1

7 9.3 3.5 3.6 3.0 7.2 14.6 5.9 6.5 4.8 6.5

8 6.6 7.7 7.7 12.7 2.3 0.4 5.6 4.7 1.1 5.4

9 2.6 3.8 3.6 3.5 4.8 1.7 9.7 7.1 2.4 4.4

10 4.8 2.0 2.4 5.8 4.7 7.2 4.2 0.1 5.4 4.1

11 8.3 2.1 5.3 14.4 2.7 5.4 1.4 1.3 5.7 5.2

12 6.8 8.7 7.8 5.9 3.3 6.2 15.1 1.1 9.2 7.1

13 8.7 6.9 1.9 10.5 3.1 9.2 9.8 4.1 0.2 6.0

14 12.2 9.1 1.8 17.1 9.1 7.6 2.2 3.0 0.7 7.0

15 5.4 1.6 0.2 3.6 0.1 10.5 4.7 1.3 4.8 3.6

16 7.1 2.3 2.3 9.1 3.0 0.4 12.3 3.5 0.2 4.5

17 0.5 4.1 0.4 11.6 7.8 1.8 31.4 14.8 6.2 8.7

18 4.2 0.1 3.9 4.6 1.1 3.1 20.4 3.5 1.0 4.7

19 5.7 5.2 7.6 11.5 10.5 3.4 6.8 2.5 2.4 6.2

20 10.2 29.2 8.9 4.3 0.5 10.4 57.4 1.7 14.0 15.2

Page 67: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

54

Parameter Intrinsik

Target

Kombinasi Foto Udara Rata-rata

Rata-rata FA

(1-2)

FA

(1-3)

FA

(2-3)

FB

(1-2)

FB

(1-3)

FB

(2-3)

FC

(1-2)

FC

(1-3)

FC

(2-3)

III

1 1.5 0.0 2.2 3.6 5.4 2.8 2.7 0.2 0.5 2.1

4.3

2 3.0 2.0 1.5 5.6 1.9 0.4 2.7 5.9 10.6 3.7

3 0.9 5.5 2.9 2.1 3.6 1.9 12.8 1.6 4.1 3.9

4 0.4 8.3 3.7 12.1 3.3 1.4 11.8 2.5 2.8 5.2

5 1.9 12.8 3.1 8.1 1.4 7.1 4.6 0.4 1.8 4.6

6 1.4 0.1 1.5 4.6 1.2 6.5 6.6 3.0 1.6 3.0

7 6.1 5.6 1.2 4.1 13.2 12.8 2.9 5.1 6.2 6.3

8 0.5 1.2 0.4 5.7 3.5 6.5 5.6 0.5 2.3 2.9

9 3.6 12.4 7.6 4.9 2.7 6.9 5.7 0.0 2.2 5.1

10 0.3 7.5 2.1 0.0 4.3 0.2 0.0 0.7 0.5 1.7

11 2.5 1.5 1.0 4.5 4.5 2.9 7.0 1.0 3.6 3.2

12 0.4 1.1 2.9 1.9 5.7 2.1 5.7 5.1 8.6 3.7

13 9.1 2.5 6.1 7.0 4.5 15.2 0.7 1.0 0.7 5.2

14 5.7 7.6 2.2 8.9 3.3 4.2 17.0 6.5 2.5 6.4

15 2.2 3.3 1.4 1.6 4.1 8.9 2.1 0.5 6.9 3.4

16 0.9 3.8 3.3 5.7 1.6 7.4 6.5 2.1 0.0 3.5

17 7.8 8.1 8.0 4.5 0.1 6.3 13.9 1.2 3.9 6.0

18 5.4 1.3 3.4 1.8 1.6 1.2 3.0 2.4 2.1 2.5

19 4.2 0.4 2.9 4.5 5.3 0.0 12.7 0.1 5.2 3.9

20 0.2 11.4 0.3 5.2 5.8 4.6 26.8 10.9 15.8 9.0

IV

1 0.8 4.5 2.6 4.8 2.4 7.8 3.1 0.5 0.1 3.0

6.0

2 8.6 15.0 7.6 1.8 0.7 18.1 23.7 4.2 3.7 9.3

3 2.3 0.9 0.8 4.3 4.9 6.2 12.3 4.3 2.4 4.3

4 10.6 19.0 17.4 10.1 13.3 11.3 13.0 12.2 11.5 13.2

5 1.9 0.3 2.3 3.1 0.2 2.4 8.9 1.8 4.7 2.9

6 2.1 2.7 0.7 15.8 7.8 10.3 15.6 1.8 2.2 6.5

7 10.9 0.5 5.8 1.0 3.9 12.9 3.9 8.1 9.4 6.3

8 4.9 7.0 7.2 16.9 3.4 0.2 3.1 5.2 3.4 5.7

9 5.8 2.9 4.6 5.6 6.9 2.2 0.6 4.3 2.5 3.9

10 4.5 2.9 0.8 9.4 7.2 6.5 8.1 0.6 7.0 5.2

11 8.3 3.9 5.6 18.6 3.5 6.3 8.4 3.5 8.1 7.4

12 2.2 6.1 3.9 7.0 2.5 5.4 2.8 1.2 10.0 4.6

13 11.2 7.9 2.6 9.4 1.9 9.5 1.7 1.9 1.3 5.3

14 11.1 11.3 1.3 21.7 10.0 8.4 2.3 2.2 0.2 7.6

15 6.5 0.5 1.1 6.8 2.9 9.3 2.7 2.5 6.8 4.3

16 4.9 1.2 1.0 13.0 3.5 0.4 3.6 2.5 2.3 3.6

17 4.6 4.6 1.0 16.2 12.1 0.5 18.6 9.9 3.6 7.9

18 3.8 0.3 3.2 0.2 0.8 2.7 11.3 2.5 1.6 2.9

19 3.5 5.3 6.3 8.3 11.1 2.2 11.0 3.0 3.0 6.0

20 3.4 20.8 4.3 1.6 4.1 6.3 30.9 4.2 19.7 10.6

Page 68: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

55

Parameter Intrinsik

Target Kombinasi Foto Udara Rata-

rata Rata-rata FA

(1-2)

FA

(1-3)

FA

(2-3)

FB

(1-2)

FB

(1-3)

FB

(2-3)

FC

(1-2)

FC

(1-3)

FC

(2-3)

V

1 5.8 5.2 1.1 0.1 2.3 9.9 11.0 3.1 3.3 4.6

6.8

2 20.5 10.6 14.9 0.2 0.4 21.5 2.7 5.3 4.2 8.9

3 7.2 1.0 2.2 0.4 3.4 10.0 18.0 6.8 2.7 5.7

4 19.0 12.4 16.3 3.9 0.6 12.2 12.6 19.2 7.1 11.5

5 10.8 1.2 7.9 4.5 1.1 5.8 12.3 7.4 3.4 6.0

6 1.3 2.1 1.0 18.5 10.7 9.3 9.3 0.8 6.5 6.6

7 7.8 4.3 5.0 3.5 12.2 17.3 0.6 5.3 2.1 6.4

8 9.9 2.2 6.8 9.4 7.5 2.5 8.1 6.2 0.2 5.9

9 0.2 4.1 1.4 10.5 5.2 0.4 6.5 5.6 5.4 4.4

10 10.8 2.0 5.3 6.4 2.1 11.6 1.3 6.9 10.4 6.3

11 3.4 4.7 1.8 16.3 4.2 6.0 17.1 1.2 8.0 7.0

12 8.8 4.5 7.5 10.3 3.9 3.4 12.8 2.3 3.4 6.3

13 4.3 7.5 1.4 5.6 3.3 7.2 12.2 4.6 1.8 5.3

14 5.8 10.5 1.9 22.0 13.2 8.1 24.4 4.9 1.7 10.3

15 6.1 3.6 0.8 2.9 5.6 14.2 1.3 1.8 0.1 4.1

16 9.8 2.0 2.1 9.9 5.1 3.9 12.3 2.2 1.9 5.5

17 0.9 0.3 0.5 25.6 11.5 2.9 1.6 8.9 17.1 7.7

18 8.7 2.2 4.5 1.7 5.3 4.6 6.4 0.8 3.9 4.2

19 8.1 2.2 6.8 9.7 5.2 5.2 14.0 3.7 0.1 6.1

20 17.3 22.2 9.8 20.4 3.7 9.3 35.6 4.3 3.5 14.0

VI

1 2.1 0.7 2.2 2.1 4.5 3.9 0.1 0.1 0.6 1.8

4.1

2 5.6 0.5 0.7 4.7 1.1 3.7 9.5 3.7 4.6 3.8

3 1.6 4.5 2.3 2.3 3.9 3.3 11.3 2.3 2.9 3.8

4 0.0 10.6 6.1 7.0 0.7 4.0 7.2 4.3 2.9 4.8

5 2.9 10.2 1.5 7.7 0.8 4.7 0.1 1.2 0.8 3.3

6 2.0 0.0 1.2 8.6 3.9 6.9 3.9 2.5 2.2 3.5

7 6.9 2.7 3.0 3.4 10.9 11.5 0.8 6.3 6.4 5.8

8 0.5 2.1 1.4 8.2 2.4 5.2 2.5 0.6 0.2 2.6

9 3.6 9.9 6.4 6.6 4.2 5.2 6.4 0.4 2.5 5.0

10 1.5 7.7 1.9 1.7 4.7 0.5 4.8 0.8 3.6 3.0

11 2.2 1.8 1.5 8.8 1.7 3.6 5.2 0.1 5.6 3.4

12 2.1 0.3 1.2 4.1 3.9 1.6 1.2 5.6 8.8 3.2

13 9.0 0.1 5.0 2.2 1.0 4.9 1.9 0.6 0.4 2.8

14 5.0 8.0 1.9 13.5 6.0 5.1 14.8 5.9 1.3 6.8

15 2.7 1.0 0.1 0.4 2.8 7.7 0.5 0.7 6.2 2.5

16 0.0 3.8 3.4 8.1 1.3 6.6 2.3 1.9 0.8 3.2

17 7.5 5.3 5.9 10.7 3.7 4.9 12.4 0.5 4.8 6.2

18 6.7 0.2 4.3 3.1 1.8 0.6 1.0 1.0 1.6 2.2

19 5.2 2.5 4.3 4.2 6.3 1.9 14.6 1.8 4.1 5.0

20 9.5 8.3 7.1 0.2 2.2 4.6 18.3 12.3 15.8 8.7

Rata-rata 5.7 5.4 3.9 7.3 4.4 6.4 9.1 3.7 4.1

Page 69: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

56

Foto Udara Yang Digunakan Untuk Rekonstruksi 3D

Foto udara dengan tinggi terbang 50 m

Foto FA1 Foto FA2 Foto FA3

Foto udara dengan tinggi terbang 60 m

Foto FB1 Foto FB2 Foto FB3

Foto udara dengan tinggi terbang 70 m

Foto FC1 Foto FC2 Foto FC3

Page 70: REKONSTRUKSI MODEL 3D MENGGUNAKAN FOTO UDARA UNTUK … · dapat menghasilkan citra atau foto udara suatu area di permukaan bumi. Pada pemotretan udara UAV ditempatkan pada posisi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung Jawa Barat pada tanggal 2 Desember 1968

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Havizuddin Chair dan

Sutihat. Pada tahun 1987 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Cimahi dan pada tahun

yang sama diterima di Institut Teknologi Bandung, Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Jurusan Teknik Geodesi melalui jalur PMDK. Penulis lulus S1 dari

ITB pada Bulan April 1992. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan studi ke

jenjang pascasarjana (S2) Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja sebagai Senior Geomatics Specialist Fungsi Data and

Geomatics Upstream Technology Centre PERTAMINA. Penulis bekerja di

PERTAMINA sejak tahun 1993 sampai dengan sekarang. Selama di

PERTAMINA penulis banyak berkiprah di bidang survei dan pemetaan untuk

kegiatan eksplorasi minyak, gas dan panas bumi. Sejak tahun 2006 penulis lebih

banyak melakukan kajian terkait aplikasi teknologi dan pengembangan metode

Geodesi dan Geomatika pada kegiatan PERTAMINA UPSTREAM sampai

sekarang.

Penulis juga aktif mengikuti forum ilmiah bidang Geodesi dan Geomatika,

Geofisika dan beberapa teknologi terkait kegiatan eksplorasi minyak, gas dan

panas bumi. Beberapa makalah telah penulis presentasikan pada forum ilmiah

Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) terutama terkait peran Geomatika

pada survei Geologi dan Geofisika.


Top Related