Download - Reinventing Government
Prinsip-Prinsip Reinventing Government Menurut David Osborne
1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh (Steering Rather Than Rowing )
Berfokus pada pengarahan, bukan pada produksi pelayanan publik Memisahkan fungsi
”mengarahkan” (kebijaksanaan dan regulasi) dari fungsi ”mengayuh” (pemberian layanan dan
compliance). Peranan pemerintah lebih sebagai fasilitator dari pada langsung melakukan semua
kegiatan operasional. Metode-metode yang digunakan antara lain : privatisasi, lisensi, konsesi,
kerjasama operasional, kontrak, voucher, insentif pajak, dll. Pemerintah harus menyediakan
(providing) beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan proses
produksinya (producing). Pemerintah memfokuskan pada pemberian arahan, sedangkan produksi
pelayanan publik diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga. Produksi pelayanan publik oleh
Pemerintah harus dijadikan sebagai perkecualian, bukan suatu keharusan. Pemerintah hanya
memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan pihak non publik.
2. Pemerintah adalah Milik Masyarakat : Memberdayakan Ketimbang Melayani ( Empowering raher
than Serving )
Mendorong mekanisme control atas pelayanan lepas dari birokrasi dan diserahkan kepada
masyarakat. Masyarakat dapat membangkitkan komitmen mereka yang lebih kuat, perhatian lebih
baik dan lebih kreatif dalam memecahkan masalah. Mengurangi ketergantungan masyarakat kepada
pemerintah. Dengan adanya prinsip ini, Pemerintah sebaiknya memberi wewenang kepada
masyarakat, sehingga menjadi masyarakat yang mampu menolong dirinya sendiri (community self-
help). Dengan adanya kontrol dari masyarakat, aparatur pemerintahan (pejabat eksekutif dan
legislatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan lebih peduli serta lebih kreatif dalam
memecahkan masalah
.
3. Pemerintah yang kompetitif : Menyuntikkan persaingan dalam pemberian pelayanan ( Injecting
Competition into service Delivery )
Pemberian jasa/layanan harus bersaing dalam usaha berdasarkan kinerja dan harga. Persaingan
adalah kekuatan yang fundamental yang tidak memberikan pilihan lain yang harus dilakukan oleh
organisasi public; Pelayanan public yang dilaksanakan oleh Pemerintah tidak bersifat monopoli
tetapi harus bersaing. Masyarakat dapat memilih pelayanan yang disukainya. Oleh sebab itu
pelayanan sebaiknya mempunyai alternative. Kompetisi merupakan satu-satunya cara untuk
menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan
publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya
.
4. Pemerintah Digerakkan oleh Misi : Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
(Transforming Rule-Driven Organizations) menjadi digerakkan oleh misi (mission-driven).
Secara internal,dapat dimulai dengan mengeliminasi peraturan internal dan secara radikal
menyederhanakan system administrasi. Perlu ditinjau kembali visi tentang apa yang harus dilakukan
oleh pemerintah. Misi pemerintah harus jelas dan peraturan perundangan tidak boleh bertentangan
dengan misi tersebut. Apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah diatur dalam
mandatnya. Tujuan Pemerintah bukan mandatnya, tetapi misinya. Contoh: Cara penyusunan APBD.
APBD memang harus disusun berdasarkan suatu prosedur yang benar dan baku, tetapi pemenuhan
prosedur bukanlah tujuan. Tujuan APBD adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil: Membiayai hasil bukan masukan ( Funding outcomes, Not
input )
Berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif: membiayai hasil dan bukan masukan.
Mengembangkan standar kerja, yang mengukur seberapa baik mampu memecahkan masalah.
Semakin baik kinerja, semakin banyak dana yang dialokasikan untuk mengganti dana yang
dikeluarkan unit kerja
.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan: Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi
( Meeting the Needs of Customer, not be Bureaucracy )
Mengidentifikasi pelanggan yang sesungguhnya. Pelayanan masyarakat harus berdasarkan pada
kebutuhan riil, dalam arti apa yang diminta masyarakat Instansi pemerintah harus responsif
terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen; Perlu dilakukan penelitian untuk
mendengarkan pelanggan mereka, Perlu penetapan standar pelayanan kepada pelanggan.
Pemerintah perlu meredesain organisasi mereka untuk memberikan nilai maksimum kepada para
pelanggannya. Menciptakan dual accountability (masyarakat dan bisnis, serta DPRD dan pejabat).
7. Pemerintah Menghasilkan ketimbang membelanjakan (Earning Rather than Spending)
Pemerintah wirausaha memfokuskan energinya bukan hanya membelanjakan uang (melakukan
pengeluaran uang) melainkan memperolehnya. Hal tersebut dapat diperoleh dari biaya yang
dibayarkan pengguna atau pelanggan yang dilayani dan biaya dampak (impact fees) pendapatan atas
investasinya dan dapat menggunakan insentif seperti dana usaha (swadana). Partisipasi pihak swasta
perlu ditingkatkan sehingga dapat meringankan beban pemerintah.
Contoh pelaksanaan :
Dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misal : BPS dan Bappeda dapat menjual
informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian.
BUMD menjual barang maupun jasa
Memberi hak guna usaha, menyertakan modal dan lain-lain.
8. Pemerintah antisipatif (anticipatory government): Mencegah ketimbang Mengobati ( Preventon
Rather than Cure)
Menunjuk pada pemerintahan yang berfikir kedepan, bersikap proaktif dan mencoba mencegah
timbulnya masalah daripada memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. Hal itu
ditempuh melalui penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan utuk membantu
meraih peluang tidak terduga, menghadapi krisis tidak terduga, tanpa menunggu perintah., dan
berbagai metode lain untuk melihat masa depan
.
9. Pemerintah desentralisasi (decentralized government): Dari hierarki menuju partisipasi dan tim
kerja ( From Hierarchy to Participation and Teamwork )
Dengan melihat beberapa tantangan dari masyarakat, diantaranya :
a. Perkembangan teknologi sudah sangat maju.
b. Kebutuhan masyarakat dan bisnis semakin kompleks.
c. Staf banyak yang berpendidikan tinggi Maka pemerintah perlu untuk : Menurunkan wewenang
melalui organisasi, dengan mendorong mereka yang berurusan langsung dengan pelanggan untuk
lebih banyak membuat keputusan (Pengambilan keputusan bergeser kepada masyarakat, asosiasi,
pelanggan, LSM.)
Tujuan : Untuk memudahkan partisipasi masyarakat, serta terciptanya suasana kerja Tim. Pejabat
yang langsung berhubungan dengan masyarakat (from-line workers) harus diberi kewenangan yang
sesuai. Karena dengan kewenangan yang diberikan akan memungkinkan terjadinya koordinasi “cross
functional” antar semua instansi yang terkait. Keunggulan dari desentralisasi adalah lebih responsif
dan fleksibel, lebih efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi
sehingga lebih banyak komitmen dan akhirnya lebih produktif.
10. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar (market oriented government) :
Mendongkrak perubahan melalui pasar ( Leveraging change throught the Market) Mengadakan
perubahan dengan mekanisme pasar ( sistem insentif ) dan bukan dengan mekanisme administratif (
sistem prosedur dan pemaksaan) (David Osborne,dkk.1996) maksudnya di sini adalah Pemerintahan
berorentasi pasar sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah daripada
menggunakan mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau perintah dan kontrol
dengan memanfaatkan peraturan. Pemerintahan semacam ini menciptakan insentif keuangan –
insentif pajak, dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan berperilaku yang
mengarah pada pemecahan masalah sosial.
Reinventing Government
Seperti halnya kondisi birokrasi di banyak Negara yang cenderung tidak efisien dan efektif,
Reinventing Government yang ditulis oleh David Osborne dan Ted Geabler juga diilhami oleh
kecenderungan sinisme yang mendalam rakyat Amerika terhadap birokrasi. Buku tersebut juga
merupakan kritik atas konsep weberian. Pada dasarnya gagasan Reinventing Government
merupakan gagasan tentang penataan ulang pemerintahan. Gagasan ini terbilang revolusioner bagi
mereka yang melihat pemerintahan sebagai sesuatu yang mapan, tidak berubah. Buku tersebut
disusun dalam kurun waktu yang cukup lama, 4 tahun. Selama kurun waktu tersebut Osborne dan
Geabler melakukan riset dan wawancara yang mendalam dengan ratusan orang dan bekerja dengan
ribuan orang lainnya dalam berbagai peran yang mereka jalani di bidang manajemen dan konsultasi
dalam bidang manajemen pemerintahan.
Buku tersebut ditulis dalam 11 bab. Masing-masing bab merupakan uraian terhadap 10 poit gagasan
reinventing Government, bab 11 berisi rangkuman yang menegaskan kembali inti dari gagasan
reinventing government. Buku tersebut menawarkan perspektif baru pemerintahan melalui
pendekatan kewirausahaan yang cenderung fleksibel dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi.
Kata Reinventing Government (pemerintahaan wirausaha) berasal dari kata “wirausaha dan
pemerintah. Wirausaha (entrepreneur) tidak sekedar mempunyai arti menjalankan bisnis, oleh J.B
Say (1800) diartikan sebagai memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah yang
produktivitasnya rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasilnya lebih besar.
Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk
memaksimalkan produktivitas dan efektivitas. Dengan demikian pemerintahan wirausaha adalah
pemerintahan yang mempunyai kebiasaan bertindak dengan menggunakan sumber daya dengan
cara baru untuk meningkatkan/mempertinggi efisiensi dan efektifitasnya. Definisi Say berlaku bagi
sektor swasta, pemerintah, dan sukarelawan atau sektor ketiga. Jika dihubungaan dengan kata
pemerintah, maka pemerintahan wirausaha berarti usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah
mengelola berbagai sumber daya dari cara dengan produktifitas rendah ke cara dengan produktifitas
tinggi dengan hasil yang lebih besar.
Dengan kata lain Reinventing dapat dimaknai sebagai penciptaan kembali birokrasi dengan
mendasarkan pada sistem wirausaha, yakni menciptakan organisasi-organisasi dan sistem publik
yang terbiasa memperbarui, yang secara berkelanjutan, memperbaiki kualitasnya tanpa harus
memperoleh dorongan dari luar. Dengan demikian, reinventing berarti menciptakan sektor publik
yang memiliki dorongan dari dalam untuk memperbaiki apa yang disebut dengan “sistem yang
memperbarui kembali secara sendiri”. Reinventing menjadikan pemerintah siap menghadapi
tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat diantisipasi. Dengan demikian konsep ini muncul
dari kritik terhadap kinerja pemerintahan selama ini yang cenderung kaku, tidak fleksibel, kurang
adaptif terhadap perkembangan yang terjadi dan perubahan yang akan terjadi di masa depan
Adapun kesepuluh point yang menjadi gagasan Reinventing Government adalah sebagai berikut :
Pemerintahan katalis, yakni pemerintahan yang bertindak sebagai pengarah daripada sebagai
pelaku
Pemerintahan milik masyarakat, yakni pemerintahan yang lebih banyak memberikan wewenang
daripada melayani.
Pemerintahan yang kompetitif, yakni dengan menyuntikkan persaingan dalam penyelenggaraan
pelayanan
Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, yakni mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi
Pemerintahan yang berorientasi hasil, yakni membiayai hasil bukan masukan
Pemerintahan berorientasi pelanggan, yakni memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi.
Pemerintah wirausaha, yakni pemerintah yang lebih banyak menghasilkan daripada
membelanjakan
Pemerintah yang antisipatif, yakni pemerintah yang lebih sering mencegah daripada mengobati
kerusakan.
Pemerintahan desentralisasi
Pemerintahan berorientasi pasar, mendongkrak perubahan melalui pasar.
Konsep birokrasi entrepreneurial merupakan kritik terhadap birokrasi seperti yang diungkapkan oleh
Weber yang sangat hirarkis. Meskipun pada awalnya, birokrasi merupakan sistem kerja institusional
yang diharapkan dapat menjadi alat untuk melayani kepentingan masyarakat dengan efektif dan
efisien, dalam kenyataannya justru sebaliknya. Birokrasi cenderung lamban, hirarkis, tidak efisien,
dan hanya memboroskan anggaran pemerintah. Meski demikian konsep ini bukan tanpa kritik.
Konsep pemerintahan entrepreneur Osborn dan Gaebler yang mencoba menemukan nilai-nilai baru
(re-inventing) di bidang pemerintahan ternyata menurut Painter (1994) mempunyai kekuatan dan
sekaligus kelemahan. Kritik Painter terhadap konsep pemerintahan entrepreneur adalah bahwa ia
terlalu bias pada “new administrative values” yang lebih banyak menitik beratkan pada orientasi
goal governance dengan meminggirkan nilai-nilai administrasi klasik yang sebenarnya masih
potensial yang berbasis pada rule governance. Oleh karena itu, Painter menyebutnya bukannya
reinventing government melainkan pemerintahan yang sudah dalam keadaan tertinggal (abandoning
government), karena Osborn dan Gaebler sebenarnya telah menghapuskan atau setidak-tidaknya
telah membelotkan nilai-nilai pemerintahan. Padahal kedua nilai tersebut (lama dan baru) bisa
disatu padukan.
KONTEKS INDONESIA
Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua lembaga yang berbeda secara mendasar. Pemerintahan
bertujuan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga dapat dipilih kembali oleh
masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh
keuntungan. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisasi
tersebut akan mengalami Death Line atau kematian. Demikian juga dengan organisasi
pemerintahan. Jika tidak dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat (tidak favorit bagi
masyarakat) maka pemerintahan tersebut pada periode yang akan datang tidak akan dipilih oleh
masyarakat dan akan berganti dengan pemerintah yang baru.
Perbedaan tujuan di atas menciptakan motivasi yang berbeda. Pimpinan usaha swasta akan
berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, karena keuntungan merupakan
indikator dari keberhasilan mereka. Sedangkan dalam pemerintahan, indikator keberhasilan seorang
manajer pemerintah adalah bukan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh tetapi apakah
mereka dapat menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Karena itu kinerja manajer
pemerintah sangat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan yang menang dalam pemilu dalam
periode tertentu. Reinventing Government bukan bertujuan untuk menghilangkan peran
pemerintah dalam masyarakat dan menjadikan peran tersebut dijadikan peran swasta. Dengan kata
lain Reinventing Government bukan indentik dengan swastanisasi, karena dengan swastanisasi
menyeluruh fungsi pemerintah sebagai publik service akan kabur oleh profit oriented pihak swasta.
Menurut Imawan, prinsip utama Reinventing Government adalah: (1) Steering (mengendalikan,
memfasilitasi aktivitas masyarakat). (2) Empowering (memberdayakan anggota masyarakat). (3)
Meeting the need of the costumer, not bureaucracy. (4) Earning (5) Prevention. Prinsip-prinsip
utama reinventing government ini akan diigunakan sebagai dasar analisa untuk melihat pelaksanaan
reinventing government di Indonesia. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan Imawan tersebut,
maka penerapan reinventing government untuk konteks Indonesia dapat dilihat melalui kelima
prinsip utama tersebut yakni: Pertama, Steering. Paradigma tradisional tentang birokrasi
pemerintahan menyatakan bahwa birokrasi pemerintahan ibarat sebuah perahu besar yang dapat
menyelamatkan seluruh warga negara dan masyarakat dari bencana banjir ekonomi maupun politik.
Hal ini menyebabkan pemerintah merupakan aktor tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat dan masyarakat akan semakin tergantung kepada pemerintahnya. Paradigma tradisional
ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jernih untuk meningkatkan mutu kerjanya,
karena sudah dililit oleh aktivitas-aktivitas rutin untuk melayani kebutuhan masyarakat. Mutu
pelayanan kepada masyarakat tidak bisa ditingkatkan lagi. Untuk itu perlu perubahan paradigma,
agar pemerintah tidak lagi sebagai pelaksana tunggal pelayanan kepada masyarakat tetapi bermitra
dengan pihak swasta. Agar pemerintah tidak lagi terjerat dengan kegiatan rutin sebagai pelayan
masyarakat, maka pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugas-tugas pelayanan
tersebut kepada masyarakat (NGO -non government organization- atau pihak swasta) atau
melaksanakan pelayanan tersebut dengan bermitra dengan masyarakat (sistem koproduksi).
Pemerintah yang banyak melaksanakan tugas pelayanan akan semakin memberikan peluang kepada
gagalnya atau lemahnya mutu pekrjaan, maka dalam kondisi ini akan lebih baik jika pemerintah
menyerahkan urusan tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya menetapkan peraturan-
peraturan yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta. Dengan memfokuskan diri kepada pengarahan,
maka daya pikir para pembuat kebijakan publik akan meningkat dan cermat, sehingga kebijakan-
kebijakan yang diambil akan lebih produktif dan lebih cermat.
Kedua, Empowering. Pada pemerintahan yang menganut sistem otoriter kekuasaan tertinggi berada
ditangan penguasa (negara) dan tidak memberikan hak-hak politik kepada rakyat. Pada sistem ini
rakyat hanyalah sebagai objek tanpa mempunyai akses untuk ikut berpartisipasi dalam
pemerintahan. Rakyat tidak dapat memberikan saran-saran/koreksi terhadap kinerja pemerintah
sehingga pemerintah bekerja tanpa terkontrol. Pada perkembangannya sistem ini tidak populer lagi
dimata masyarakat, apalagi pada sistem ini pemerintah harus melayani seluruh kebutuhan
masyarakat tetapi pemerintah tidak mampu melaksanakannya dengan baik.
Karena sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu dilakukan
perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dengan
melakukan pemberdayaan kepada rakyat (Empowering). Melalui sistem ini rakyat tidak lagi sebagai
objek pemerintahan tetapi juga sebagai subjek pemerintahan. Rakyat harus diberikan kewenangan
untuk mengurus dirinya sendiri. Dalam pelaksanaan empowering ini ada beberapa kendala yang
dihadapi, yaitu keterbatasan kemampuan sumber daya manusia. Dengan keterbatasan ini
masyarakat belum mampu menterjemahkan berbagai misi pemerintahan. Disini tugas pemerintah
untuk melakukan pembinaan pengetahuan masyarakat agar mampu melakukan berbagai kegiatan
dalam pembangunan.
Ketiga, Meeting the Needs of the Costumer, not the Bureaucracy. Dalam prinsip reinventing
government ini pemerintah harus memenuhi kebutuhan consumer (masyarakat) bukan kebutuhan
birokrasi. Gejala yang selama ini ada para administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang
akan dinilai baik oleh atasannya. Para bawahan akan berusaha membuat atasan senang agar dia
mendapatkan pangkat yang lebih tinggi. Sedangkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan
pelayanan yang baik dari para administrator menjadi faktor sampingan, faktor yang utama adalah
seorang administrator harus melayani kebutuhan para pejabat. Untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat para administrator harus merubah orientasi pelayananan dari melayani
kebutuhan para birokrat menjadi melayani kebutuhan masyarakat. Dengan demikian masyarakat
akan merasa terayomi oleh pemerintah, merasa dekat secara emosional dengan pemerintah. Hal ini
akan terjadi jika telah terwujud Civil Society dalam masyarakat. Dengan civil society masyarakat akan
mempunyai ekses dalam mengawasi pelaksanaan tugas pemerintahan. Jika terjadi pelanggaran,
misalnya para birokrat tidak melayani masyarakat dengan baik tetapi melayani birokrat atasannya,
maka masyarakat akan meniupkan peluit sebagai tanda peringatan kepada administrator. Dengan
demikian penyimpangan akan semakin dikurangi. Dengan kata lain administrator akan
mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan birokrat.
Keempat, Earning. Sifat pemerintahan yang selama ini ada adalah selalu berusaha untuk
menghabiskan dana yang ada, tanpa perlu memikirkan bagaimana mendapatkan dana tersebut.
Semakin lama semakin terbatas sumber dana pemerintah, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai
berbagai program pemerintah semakin tinggi. Disatu sisi pemerintah dapat memungut pajak yang
tinggi dari masyarakat untuk membiayai berbagai program pemerintah, tetapi hal tersebut akan
menambah beban masyarakat dan pada akhirnya akana mengurangi akuntabilitas pemerintah
dimata masyarakat. Disini berarti menaikan sektor pajak merupakan cara yang tidak bijaksana.
Sehubungan dengan hal di atas pemerintah perlu mempertimbangkan pemikiran bahwa instansi
pemerintah harus mampu menghasilkan dana untuk membiayai berbagai programnya. Seorang
manajer instansi pemerintah harus mampu melaksanakan tugas sebagaimana halnya manajer
perusahaan swasta yakni dengan mempertimbangkan input dan out-put dari instansinya. Masing-
masing instansi pemerintah harus mampu membuat program yang mampu menambah penghasilan
instansinya, sebagaimana yang dilaksanakan oleh sektor swasta. Dengan demikian instansi
pemerintah dan para birokrat didalamnya akan terbiasa untuk menghemat biaya/anggaran. Apabila
seluruh instansi pemerintah sudah terbiasa untuk menghasilkaan dana sendiri untuk membiayai
berbagaaai kegiatannya bahkan sampai bisa menabung/investasi untuk usaha lain, maka beban
pemerintah untuk berbagai kegiatan pemerintahan akan semakin berkurang. Dengan demikian
konsentrasi pemikiran pemerintah (pembuat kebijakan) akan tertuju pada masalah-masalah yang
penting dan mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat akan meningkat.
Hal di atas akan dapat dilaksanakan di Indonesia, jika masing-masing pemerintah daerah sudah
mampu membiayai pemerintahannya sendiri. Dan di dalam Pemerintah Daerah tersebut, masing-
masing instansi Pemerintah Daerah mampu menghasilkan dana sendiri dengan tidak selalu
memberatkan anggaran Pemerintah Daerah, misalnya Dinas Pertanian mampu menghasilkan dana
sendiri dengan melakukan penelitian dan pengembangan bibit unggul dan hasilnya dijual ke
masyarakat atau ke daerah lain melalui mekanisme pasar yang sehat. Demikian juga dengan Dinas
Perikanan, mampu mengembangkan sektor penelitian dan pengembangan ikan dan hasilnya di jual
kepada pasar. Demikian juga dengan dinas-dinas lainnya. Jika hal di atas dapat diwujudkan, maka
nantinya akan kita lihat bahwa daerah-daerah di Indonesia akan merata kemajuannya. Ekonomi
masyarakat akan ditunjang dengan perdagangan antar daerah yang berjalan dengan sehat. Hal ini
pada akhirnya akan mampu mengeluarkan Indonesia dari krisis ekonomi dan krisis politik.
Kelima, Prevention. Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah
masalah tersebut timbul atau menjadi masalah besar. Setelah suatu masalah menjadi masalah besar,
maka pemerintah akan mengalami kesulitan besar untuk mengatasinya, baik dari segi kerumitan
maupun pembiayaan. Misalnya, Masalah wabah penyakit, Apabila di suatu daerah telah terjadi
wabah penyakit mutaber, demam berdarah, maka pemerintah akan bekerja ekstra keras dan
mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengatasi masalah wabah penyakit tadi. Akan lain halnya jika
pemerintah sudah melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap datangnya penyakit tadi. Misalnya,
pemerintah sudah membuat saluran-saluran air yang baik, memberikan penyuluhan tentang hidup
sehat kepada masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan penyakit yang mewabah tidak akan terjadi.
Dengan demikian pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengatasi masalah
wabah penyakit. Begitu juga dengan situasi politik nasional dan international. Pemerintah harus
sudah paham dengan situasi politik nasional dan internasional. Apa-apa yang diinginkan oleh
masyarakat harus mampu dibaca oleh pemerintah. keputusan-keputusan yang diambil harus sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Akan terjadi akumulasi ketidakpuasan masyarakat
dalam bentuk tindakan anarkhis apabila kebutuhan masyarakat tidak terlayani oleh pemerintah. Jadi
dengan memahami kehendak politik rakyata secara dini, maka rakyat akan semakin dekat dengan
pemerintahnya, partisipasi politik rakyat akan semakin tinggi dan pemerintah akan melaksanakan
pemerintahan dengan tenang.
KESIMPULAN
Reinventing Government yang ditulis David Osborne dan Ted Geabler merupakan rujukan penting
dalam melakukan reformasi birokrasi di Indonesia. Latar belakang penulisan buku tersebut yang
merupakan refleksi atas keprihatinan mendalam terhadap birokrasi Amerika pada dasarnya juga
merupakan keprihatinan banyak negara-negara di dunia termasuk negara berkembang seperti
Indonesia. Masalah kunci yang muncul sehubungan dengan kinerja birokrasi adalah sifatnya yang
kaku, tidak fleksibel, kurang adaptif terhadap perkembangan pasar dan tidak peka terutama
terhadap kepentingan kelompok-kelompok marginal. Terkait dengan permasalahan-permasalahan
tersebut sudah selayaknya birokrasi di Indonesia melakukan introspeksi dan refleksi mendalam
terhadap perkembangan organisasinya terlebih lagi ditengah-tengah tuntutan dinamika global,
otonomi daerah dan demokratisasi yang terus berkembang.
Osborne dan Geabler menawarkan perspektif baru dalam reformasi birokrasi melalui pendekatan
yang dikenal dengan pendekatan entrepreneurship/kewirausahaan. Pendekatan ini menganalogikan
birokrasi seperti organisasi bisnis, yang luwes dan fleksibel yang dianggap lebih adaptif dalam
merspon perkembangan lingkungan eksternal. Gagaan ini bukan tidak mendapatkan kritik, kritik
Painter (1994) terhadap konsep pemerintahan entrepreneur adalah bahwa ia terlalu bias pada “new
administrative values” yang lebih banyak menitik beratkan pada orientasi goal governance dengan
meminggirkan nilai-nilai administrasi klasik yang sebenarnya masih potensial yang berbasis pada rule
governance.
Secara umum permasalahan tentang kelambanan birokrasi, ketidak efisienan merupakan kondisi
umum birokrasi di banyak Negara termasuk Indonesia. Meski demikian harus diakui pula bahwa
bagaimanapun Pemerintah tidak sama dengan organisasi bisnis, sehinga reinventing government
tidak boleh dimaknai sebagai swastanisasi. Himawan ( 1998 ) menyampaikan bahwa terdapat lima
prinsip utama Reinventing Government yakni : (1) Steering (mengendalikan, memfasilitasi aktivitas
masyarakat). (2) Empowering (memberdayakan anggota masyarakat). (3) Meeting the need of the
costumer, not bureaucracy). (4) Earning (5) Prevention. Kelima prinsip inilah yang membedakan
antara kewirausahaan pemerintah dengan kewirausahaan swasta.
Akhirnya jelas, sebuah perubahan harus dimulai, apapun konsep yang hendak digunakan, namun
paling tidak konsep tersebut harus merepresentasikan juga posisi kebudayaan Indonesia sehingga
ditemukan format kelembagaan birokrasi yang efisien,efektif, adaptif dan human tanpa harus
menjadi ke-barat-barat-an, meninggalkan identitas sebagai sebuah bangsa yang otonom dan berjati
diri.
ABSTRAK
Tuntutan masyarakat tentang terwujudnya masyarakat yang Civil Society (masyarakat madani)
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sekarang ini. Tuntutan ini
menjadi semakin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan terbuka lebar, yang memungkinkan
seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jelas hakekat kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara
tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari rakyat dan pertanggungungjawaban atas kekuasaan
tersebut juga kepada rakyat. Hal ini karena penerapan suatu konsep tidak bisa dilepaskan dari
konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang melingkupinya.Dengan demikian, reinventing
berarti menciptakan sektor publik yang memiliki dorongan dari dalam untuk memperbaiki apa yang
disebut dengan “sistem yang memperbarui kembali secara sendiri”. Dengan kata lain, reinventing
menjadikan pemerintah siap menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat
diantisipasi. Di samping itu, reinventing tidak hanya memperbaiki keefektifan pemerintah
sekarang ini, Didukung dengan riset yang dilakukan di beberapa negara bagian AS, Osborne dan
Gaebler merumuskan sepuluh prinsip birokrasi yang mempunyai jiwa entrepreneur, yakni(1).
Pemerintahan Katalis: Mengarahkan Ketimbang Mengayuh; (2). Pemerintahan Milik
Masyarakat: Memberi Wewenang Ketimbang Melayani; (3). Pemerintahan yang Kompetitif:
Menyuntikkan Persaingan ke dalam Pemberian Pelayanan; (4). Pemerintahan yang digerakkan
Misi: Mengubah Organisasi yang digerakkan oleh Peraturan; (5). Pemerintahan yang berorientasi
Hasil: Membiayai Hasil Dibandingkan dengan Masukan; (6). Pemerintahan berorientasi Pelanggan:
Memenuhi Kebutuhan Pelanggan bukan Birokrasi; (7). Pemerintahan Wirausaha: Menghasilkan
Dibandingkan dengan Membelanjakan; (8). Pemerintahan Antisipatif: Mencegah daripada
Mengobati; (9). Pemerintahan Desentralisasi; (10). Pemerintahan berorientasi Pasar:
Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar. Dengan bahasa yang lebih ringkas, Osborne dan Gaebler
meringkas kesepuluh prinsip birokrasi wirausaha tersebut .
key word : Reinventing, Government
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai macam nikmat iman, islam dan kesehatan kepada kami semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan waktunya pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Administrasi Negara. Dan tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Allah SWT.
Makalah ini kami buat dan kami tulis untuk memperluas pemahaman kami serta pengetahuan kami
tentang Reinventing Government. Disamping itu , pembuatan makalah ini sebagai penunjang nilai
mata kuliah Ilmu Administrasi Negara.
Dalam pembuatan makalah tentang Reinventing Government ini, kami mencoba memadukan
pemikiran-pemikiran dari para ahli teori, dan praktisi.
Makalah ini terdiri dari 3 bab, adapun bab pertama merupakan pendahuluan sebelum kami
membahas lebih jauh materinya, dan bab kedua merupakan pembahasan, dimana didalam
pembahasan terdapat pengertian dari Reinventing Government itu sendiri, kemudian setelah
pengertian ada perbedaaan pemerintah dengan usaha bisnis, lalu kepada pembahasan mengenai
sistem politik dan civil society (masyarakat madani), dan pembahasan yang terakhir adalah lima
strategi menuju pemerintahan wirausaha. Di dalam bab ketiga, kami isi dengan kesimpulan dari
hasil pembahasan mengenai Reinventing Government.
Tentunya di dalam makalah ini, kami menyadari banyak terdapat kesalahan di dalam pembuatan
nya, karena kami merupakan manusia biasa yang tak luput dari serba kekurangan. Kerena itu, kami
mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari teman-teman khususnya dosen mata kuliah
Pengantar Ilmu Administrasi Negara Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP. M.Si dalam perbaikan makalah kami.
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat oleh semua Mahasiswa/i , dan dapat mengaplikasikannya di
dalam kehidupan sehari-hari, Amiin yarabbal’alamin.
April, 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
REINVENTING GOVERNMENT
Tuntutan masyarakat tentang terwujudnya masyarakat yang Civil Society (masyarakat madani)
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia sekarang ini. Tuntutan ini
menjadi semakin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan terbuka lebar, yang memungkinkan
seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jelas hakekat kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara
tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari rakyat dan pertanggungungjawaban atas kekuasaan
tersebut juga kepada rakyat. Sebagai pihak yang telah diberikan kekuasaan oleh rakyat, tentulah
pihak pemerintah harus memberikan out put yang terbaik buat rakyat. Sekarang sudah saatnya
pemerintah mengembalikan hak-hak politik masyarakat yang selama ini dikekang oleh pemerintah
yang berkuasa dengan demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu latar belakang bergulirnya reformasi tahun 1988 adalah masyarakat Indonesia dilanda
oleh rasa kecewanya kepada pemerintah. Pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat. Pelayanan dibidang kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya tidak
memuaskan masyarakat dan penegakan hukum tidak berjalan dengan semestinya. Aparat birokrat
bekerja tidak untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan politik atau penguasa. Hak rakyat
sebagai pemilik kedaulatan tidak dimiliki lagi oleh rakyat. Akibatnya rakyat semakin terpinggirkan
dalam kehidupan bernegara dan semakin kehilangan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri
(jauhdari masyarakat madani).
Birokrasi yang besar dan tidak efektif merupakan salah satu penyebab dari masalah di atas. Prinsip
efisiensi dalam penggunaan dana negara tidak terlaksana dengan baik Birokrasi cenderung untuk
menghabiskan dana untuk kegiatan-kegiatanyang tidak berguna. Hal ini disebabkan oleh sistem
anggaran yang tradisional. Suatu institusi pemerintah harus menghabiskan dalam satu tahun
anggaran tertentu, jika tidak institusi birikrasi tersebut akan menerima resiko; pada tahun anggaran
berikutnya akan menerima anggaranyang lebih sedikit, mereka dinilai tidak mampu membuat
perencanaan anggaran yang baik. Dengan anggaran sistem tradisional ini aparat birokrasi tidak
diperkenankan untuk mengalihkan anggaran untuk kegiatan yang tidak tertulis dalam perencanaan
anggaran, walaupun kegiatan yang tertulis dalam perencanaan anggaran tersebut sudah tidak efektif
menurut waktu maupun kebutuhan masyarakat. Pengalihan anggaran merupakan tindakanyang
melanggar peraturan dan harus dihukum menurut sistem tradisional ini.
Disamping itu sistem pemerintahan yang sentralistik mengakibatkan lambannya proses penetapan
kebijakan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Daerah tidak mau membuat kebijakan publik
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.
Meskipun turun petunjuk dari pemerintah pusat, tetapi hal tersbeut sudah "out of date" sudah tidak
cocok dengan kebutuhan. Kondisi ini akan menambah rasa ketidakpuasan masyarakat kepada
pemerintah.
Bila dikaitkan dengan situasi krisis moneter yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yang
mengakibatkan pemerintah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dana untuk melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu pemerintah harus mengefisienkan penggunaan
dana bagi kegiatan pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reinventing Government
Kata Reinventing Government (pemerintahan wirausaha) berasal dari kata "wirausaha dan
pemerintah". Wirausaha (entrepreneur) tidak sekedar mempunyai arti menjalankan bisnis, oleh J.B
Say (1800) diartikan sebagai memindahkan berbagai sumber ekonomidari suatu wilayah yang
produktivitasnya rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasilnya lebih besar .
Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk
memaksimalkan produktivitas dan efektivitas. Dengan demikian pemerintahan wirausaha adalah
pemerintahan yang mempunyai kebiasaan bertindak dengan menggunakan sumber daya dengan
cara baru untuk meningkatkan/ mempertinggi efisiensi dan efektifitasnya.
Definisi J.B Say berlaku bagi sektor swasta, pemerintah, dan sukarelawan atau sektor ketiga. Jika
dihubungaan dengan kata pemerintah, maka pemerintahan wirausaha berarti usaha-usahayang
dilakukan oleh pemerintah mengelola berbagai sumber daya dari cara dengan produktifitas rendah
ke cara dengan produktifitas tinggi dengan hasil yang lebih besar.
Pemerintahan yang bersifat wirausaha tersebut mempunyai 10 (sepuluh) karakteristik, yang meliputi
:
1) Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh.
Pemerintahan katalis memisahkan fungsi pemerintah sebagai pengarah (membuat kebijakan,
peraturan, undang-undang) dengan fungsi sebagai pelaksana (penyampai jasa dan penegakan).
Disamping itu menggunakan berbagai metode (kontrak, voucher, hadiah, insentif pajak dan
sebagainya) untuk membantu organisasi publik mencapai tujuan, memilih metodeyang paling sesuai
untuk mencapai efisiensi, efektivitas, persamaan, pertanggungjawaban dan fleksibilitas.
2) Pemerintahan Milik Masyarakat : Memberi Wewenang Ketimbang Melayani.
Menunjuk pada pemerintahan yang mengalihkan wewenang kontrol yang dimiliki ke tangan
masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh
birokrasi. Dengan adanya kontrol dari masyarakat, aparatur pemerintahan (pejabat eksekutif dan
legislatif) akan memiliki komitmen yang lebih baik dan lebih peduli serta lebih kreatif dalam
memecahkan masalah.
3) Pemerintahan Kompetitif : Menyuntikkan Persaingan Ke Dalam Pemberian Pelayanan.
Pemerintahan semacam ini mensyaratkan persaingan diantara para penyampai jasa atau pelayanan
(publik-swasta, swasta-swasta, publik-publik) untuk bersaing berdasarkan kinerja dan harga. Mereka
memahami bahwa kompetisi adalah kekuatan fundamental untuk memaksa badan pemerintah
melakukan perbaikan. Keuntungan dari kompetisi ini adalah efisiensi, respon terhadap kebutuhan
pelanggan lebih besar, menghargai inovasi dan membangkitkan semangat harga diri dan semangat
juang.
4) Pemerintahan Yang Digerakkan Oleh Misi : Mengubah Organisasi yang Digerakkan oleh
Peraturan.
Pemerintahan yang berorentasi misi melakukan deregulasi internal, menghapus banyak peraturan
internal dan secara radikal menyederhanakan sistem administrasi, seperti anggaran, kepegawaian
dan pengadaan. Pemerintahan seperti ini mensyaratkan setiap badan pemerintah harus mempunyai
misi yang jelas, kemudian memberikan kebebasan kepada para manajer untuk menemukan cara
terbaik misi tersebut, dalam batas-batas legal. Keunggulan pemerintahan semacam ini adalah lebih
efisien, efektif, inovatif, fleksible dan mempunyai semangat lebih tinggi.
5) Pemerintahan Berorentasi pada Hasil : Membiayai Hasil Bukan Masukan.
Menunjuk pada pemerintahan yang result-oriented dengan mengubah fokus dari input (kepatuhan
pada peraturan dan membelanjakan anggaran sesuai ketetapan) menjadi akuntabilitas pada
keluaran atau hasil. Mengukur kinerja badan publik, menetapkan target, memberi imbalan, kepada
badan-badanyang mencapai atau melebihi target.
6) Pemerintahan Berorentasi Pelanggan : Mematuhi Kebutuhan Pelanggan Bukan Birokrasi.
Pemerintah berorentasi pelanggan memperlakukan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan.
Oleh karenanya pemerintah melakukan survei pelanggan, menetapkan standart pelayanan, memberi
jaminan, dan sebagainya. Dengan masukan itu, pemerintah meredesain organisasinya untuk
menyampaikan nilai maksimum kepada pelanggan. Keunggulan dari sistem pemerintahan yang
berorentasi pada pelanggan adalah meningkatkan pertanggungjawaban kepada pelanggan,
mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi,
memberi lebih banyak pilihan kepada pelanggan, pemborosan dapat ditekan pemasokan sesuai
dengan permintaan, mendorong pelanggan untuk membuat pilihan dan berkomitmen, serta
menciptakan lebih besar bagi keadilan.
7) Pemerintahan Wirausaha : Menghasilkan Ketimbang Membelanjakan.
Pemerintah berusaha memfokuskan energinya bukan sekedar untuk menghabiskan anggaran, tetapi
juga menghasilkan uang. Mereka meminta masyarakat yang dilayani untuk membayar; menuntut
return on investment. Mereka memanfaatkan insentif seperti dana usaha, dana inovasi untuk
mendorong para pimpinan badan pemerintah berfikir mendapatkan dana operasional.
8) Pemerintahan Antisipatif : Mencegah Daripada Mengobati.
Menunjuk pada pemerintahan yang berfikir kedepan, mereka mencoba mencegah timbulnya
masalah daripada memberikan pelayanan untuk menghilangkan masalah. Hal itu ditempuh melalui
penggunaan perencanaan strategis, pemberian visi masa depan, dan berbagai metode lain untuk
melihat masa depan.
9) Pemerintahan Desentralisasi : Dari Herarki Menuju Partisipasi dan Tim Kerja.
Adalah pemerintahan yang mendorong wewenang dari pusat pemerintahan melalui organisasi atau
sistem. Mendorong mereka yang langsung melakukan pelayanan, atau pelaksana untuk lebih berani
membuat keputusan. Keunggulan dari desentralisasi adalah lebih responsif dan fleksibel, lebih
efektif, lebih inovatif, dan menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi sehingga lebih banyak
komitmen dan akhirnya lebih produktif.
10) Pemerintahan Berorentasi Pasars : Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar.
Pemerintahan berorentasi pasar sering memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan
masalah daripada menggunakan mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau
perintah dan kontrol dengan memanfaatkan peraturan. Pemerintahan semacam ini menciptakan
insentif keuangan -insentif pajak, dengan cara itu organisasi swasta atau anggota masyarakat akan
berperilaku yang mengarah pada pemecahan masalah sosial.
B. Beda Pemerintahan dengan Usaha Bisnis
Pemerintahan dengan bisnis merupakan dua lembaga yang berbeda secara mendasar. Pemerintahan
bertujuan agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga dapat dipilih kembali oleh
masyarakat pada periode yang akan datang. Sedangkan bisnis bertujuan untuk memperoleh
keuntungan. Jika suatu organisasi bisnis tidak dapat memperoleh keuntungan maka organisassi
tersebut akan mengalami Death Line atau kematian. Demikian juga dengan organisasi
pemerintahan. Jika tidak dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat (tidak favorit bagi
masyarakat) maka pemerintahan tersebut pada periode yang akan datang tidak akan dipilih oleh
masyarakat dan akan berganti dengan pemerintah yang baru.
Perbedaan tujuan di atas menciptakan motivasi yang berbeda. Pimpinan usaha swasta akan
berorientasi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, karena keuntungan merupakan
indikator dari keberhasilan mereka. Sedangkan dalam pemerintahan, indikator keberhasilan seorang
manajer pemerintah adalah bukan seberapa banyak keuntungan yang diperoleh tetapi apakah
mereka dapat menyenangkan para politisi yang terpilih atau tidak. Karena itu kinerja manajer
pemerintah sangat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan yang menang dalam pemilu dalam
periode tertentu.
Reinventing Government bukan bertujuan untuk menghilangkan peran pemerintah dalam
masyarakat dan menjadikan peran tersebut dijadikan peran swasta. Dengan kata lain Reinventing
Government bukan indentik dengan swastanisasi, karena dengan swastanisasi menyeluruh fungsi
pemerintah sebagai publik service akan kabur oleh profit oriented pihak swasta.
C. Sistem Politik
Sistem politik dapat diartikan sebagai struktur dan pola interaksi yang terjadi dalam suatu
masyarakat menyangkut pembagian nilai atau hak-hak istimewa kepada masyarakat itu, yang
membuat sipenerima dipandang syah (legitimate) dan memiliki kewenangan (authority) untuk
terlibat dalam proses politik. (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan
RI). Jadi dalam sistem politik ada beberapa unsur, yaitu :
Struktur dan pola interaksi, yaitu adanya struktur dan pola interaksi tertentu dalam menjalankan
kegiatan politik.
Pembagian nilai atau hak-hak istimewa masyarakat, yaitu adanya nilai-nilai atau hak-hak yang
dibagi dari masyarakat kepada pemegang kekuasaan
Legitimate, yaitu keabsyahan penerima kewenangan (pemegang kekuasaan) dari masyarakat.
Proses politik, yaitu proses terjadinya penyerahan kewenangan dari masyarakat kepada penerima
kewenangan untuk menjalankan kekuasaan.
Proses politik itu sendiri berkaitan dengan upaya memahami persoalan yang ada dalam masyarakat,
penyusunan agenda persoalan sehingga dapat dibentuk serangkaian alternatif mana yang terbaik
yang seharusnya dipilih (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan RI).
D. Civil Society
Civil Society atau sering disebut Masyarakat Madani merupakan konsep tentang keberadaan satu
masyarakat yang dalam batas-batas tertentu mampu memajukan dirinya sendiri melalui penciptaan
aktivitas mandiri, dalam satu ruang gerak yang tidak memungkinkan Negara melakukan intervensi.
Penekanan diberikan pada hak-hak dasar individual sebagai manusia maupun warga negara.
Penekanan ini yang membuat konsep Civil Society sangat erat terkait dengan demokrasi dan
demokratisasi. (Riswandha Imawan, Hand Out kuliah Sistem Politik dan Pemerintahan RI).
Dilihat dari pengertian dari pakar di atas, dapat dipahami bahwa Civil Society menghendaki suatu
masarakat yang mampu mengurus dirinya sendiri dengan menciptakan aktivitas sendiri tanpa
adanya intervensi dari negara. Pengertian ini bukan berarti rakyat tidak menghendaki adanya
pemerintah, tetapi pemerintah dengan rakyat berhubungan secara sejajar dan konsultatif.
Pengertian ini juga tidak perlu menimbulkan kecurigaan pemerintah bahwa Civil Society akan
menghilangkan fungsi negara, tetapi akan membantu negara melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dengan memberdayakan rakyat dan otonomi masyarakat untuk mengurus dirinya
sendiri.
Selanjutnya Imawan menjelaskan bahwa bila keberadaan Civil Society dipahami oleh negara, maka
tugas mereka untuk memelihara ketertiban seraya melayani kepentingan publik akan lebih ringan.
Tidak banyak yang dituntut oleh Civil Society dari negara. Hanya ada tiga hal yang diharapkan :
1. Negara manjamin hak-hak azasi warga negara.
2. Negara menghormati aksistensi ruang dan wacana publik.
3. Negara melaksanakan hal-hal yang telah disepakati senbagai batas kewenangan masing-masing.
Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami bahwa konsep Civil Society adalah menghendaki
kemampuan rakyat untuk mengurus dirinya sendiri atau dengan kata lain pemberdayaan rakyat
serta memberikan otonomi kepada rakyat untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan menerapkan berbagai prinsip-prinsip Reinventing Government.
Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha
1. Strategi Inti
Strategi inti berbicara tentang tujuan karena berkaitan dengan fungsi inti pemerintahan, dan fungsi
pengarahan. Dalam strategi ini adanya penghapusan fungsi-fungsi yang tidak menjalankan tujuan
pemerintah yang sebenarnya, fungsi yang bisa lebih baik jika di laksanakan oleh sector swasta atau
oleh tingkat pemerintahan yang lain.
Strategi inti memisahkan fungsi pengarahan dari fungsi melaksanakan (dan fungsi pelayanan dari
penegakan ), sehingga tiap organisasi dapat memusatkan pada suatu tujuan. Dan strategi ini
mengingatkan kemampuan pemerintah untuk mengarahkan dengan menciptakan mekanisme baru
guna mendefinisikan tujuan dan strategi.
Pendekatan yang di gunakan yaitu :
1. Kejelasan tujuan
2. Kejelasan peran
3. Kejelasan arah
1. Strategi konsekuensi
Bagian penting kedua dari DNA sistem pemerintahan adalah DNA yang menentukan sistem insentif
pemerintah. DNA birokratis member intensif yang kuat kepada pegawai untuk taat aturan dan
tunduk. Inovasi hanya akan memberikan kesulitan. Pegawai di bayar sama tanpa memandang hasil.
Da sebagian besar organisasi adalah monopoli atau monopoli yang di isolasi dari kegagalan-
kegagalan mereka. Tidak seperti perusahaan swasta mereka tidak kehilangan pendapatan atau
keluar dari bisnis jika pesiang bisa melakukan pekerjaan lebih baik.
Para pembaru menulis kembali kode genetik untuk mengubah insentif ini dengan menciptakan
kesekuensi atas kinerja yang di hasilkan.
Pendekatan yang di gunakan yaitu :
1. Persaingan terkendali
2. Manajemen perusahaan
3. Manajemen kinerja
2. Strategi pelanggan
Bagian fundamental berikutnya dari sistem DNA terutama memusatkan pada akuntabilitas,
pertanggungjawaban. Sebagian bessar entinitas pemerintah bertanggung jawab kepada pemerintah
yang terpilih yang membuiat entinitas itu, menentukan fungsi entinitas.
Kadang kadang terjadi penelewenganterjadi dalam birokrasi pemerintahan, dan sebagai
jawaban para pembantu birokrasi sudah lama membentuk sebuah pamong praja yang professional
untuk memisahkan menejemen departemen-departemen dari pengaruh politk. Para menejer dan
pegawai secara bertahap menjadi bertanggung jawab untuk mengikuti peraturan pamong praja.
Strategi pelanggan memecah pola ini dengan menggeser sebagian pertanggungjawaban kepada
pelanggan. Ini member pilihan kepada pelanggan mengenai organisasi yang memberikan pelayanan
pelanggan yang harus di penuhi oleh organisasi organisasi itu. Strategi ini menjadikan organisasi
bertanggung jawab ganda yaitu kepada wakil terilih dan pelanggan.
Pendekatan yang di gunakan yaitu :
1. Pilihan pelanggan
2. Pilihan kompetitif
3. Pemastian mutu pelanggan
3. Strategi Kontrol
Bagian ke empat dari DNA menentukan letak kekuasaan pengambilan keputusan. Dalam birokrasi
sebagian besar kekuasaan berada pada puncak hierarki. Yang mana para petinggi akan cenderung
untuk mempertahankan kekuasaannya, dengan demikian para manajer badan “lini” pelaksana tidak
memiliki kebebasan dalam pengambilan keputusan. Akibatnya organisasi organisasi pemerintah
lebih tanggap pada peraturan baru daripada kepada perubahan situasi atau kebutuhan pelanggan.
Strategi pengendalian menggeser bentuk pengendalian yang di gunakan dari aturan aturan yang
rinci serta komando hierarkis ke misi bersama dan sistem yang menciptakan akuntabilitas kinerja.
Strategi ini memberdayakan pegawai dengan mendorong wewenang pengambilan keputusan ,
menanggapi pelanggan, dan memecahkan masalah ke mereka yang memiliki kemampuan lini depan
sebagaimana yang di miliki oleh beberapa badan pelaksana.
Pendekatan yang di gunakan yaitu :
1. Organsaional
2. Pemberdayaan karyawan
3. Pemberdayaan masyarakaat
4. Strategi Budaya
Bagian terakhir dari DNA pemerintah adalah DNA yang menentukan budaya organisasi pemerintah :
nilai-nilai, norma, sikap, dan harapan pegawai : oleh tujuan organisasi sistem intensif, sistem
pertanggungjawabanya, dan struktur kekuasaannya. Dengan mengubah unsure-unsur ini maka
budaya akan berubah.
Sistem birokrasi menggunakan spesifikasi yang rinci _unit unit fungsional, aturan prosedur, dan
uraian pekerjaan untuk membentuk hal-hal yang harus di kerjakan pegawai, spesifikasi tersebut
membuat inisiatif menjadi resiko. Akibatnya mereka menjadi reaktif, menggantungkan diri, takut
mengambil inisiatif terlalu banyak bila di lakukan sendirian. Dengan begitu menciptaka budaya takut,
menyalahkan dan sikap defensive.
Pendekatan yang di lakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut :
1. Menghentikan kebiasaan
2. Menyentuh perasaan
3. Mengubah pikiran
KESIMPULAN
1. Paradigma tradisional ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jernih untuk
meningkatkan mutu kerjanya, karena sudah dililit oleh aktivitas-aktivitas rutin untuk melayani
kebutuhan masyarakat. Agar pemerintah tidak lagi terjerat dengan kegiatan rutin sebagai pelayan
masyarakat, maka pemerintah perlu memikirkan untuk menyerahkan tugas-tugas pelayanan
tersebut kepada masyarakat. Pemerintah yang banyak melaksanakan tugas pelayanan akan semakin
memberikan peluang kepada gagalnya atau lemahnya mutu pekerjaan, maka dalam kondisi ini akan
lebih baik jika pemerintah menyerahkan urusan tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya
menetapkan peraturan-peraturan yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta.
2. Karena sistem otoriter tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu dilakukan
perubahan dengan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat atau pemberdayaan rakyat
(Empowering). Melalui sistem ini rakyat tidak lagi sebagai objek pemerintahan tetapi juga sebagai
subjek pemerintahan. Rakyat harus diberikan kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri.
3. Gejala yang selama ini ada para administrator bekerja untuk mendapatkan prestasi yang akan
dinilai baik oleh atasannya. Sedangkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang
baik dari para administrator menjadi faktor sampingan. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat para administrator harus merubah orientasi pelayananan dari melayani kebutuhan para
birokrat menjadi melayani kebutuhan masyarakat.
4. Sifat pemerintahan yang selalu berusaha untuk menghabiskan dana, tanpa perlu memikirkan
bagaimana mendapatkan dana tersebut perlu dirobah. Karena sumber dana pemerintah makin
berkurang, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai berbagai program pemerintah semakin tinggi.
Untuk itu instansi pemerintah harus mampu menghasilkan dana untuk membiayai berbagai
programnya.
5. Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah masalah menjadi
masalah besar. Setelah menjadi masalah besar, maka pemerintah akan kesulitan untuk mengatasi,
baik dari segi kerumitan maupun pembiayaan. Untuk itu perlu tindakan pencegahan terhadap
timbulnya suatu masalah.