Transcript
Page 1: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

REFLEKSI TEORETIK E-C ONTRAC T:HUKUM YANG BERLAKU DALAM SENGKETA TRANSAKSI BISNIS

INTERNASIONAL YANG MENGGUNAKAN E.COMMERCE

Oleh: M. Alvi Syahrinl

AbstrakPerkembangan teknologi infbrmasi pada awal abad dua puluh satu ini telah menyebabkan terjadinyahubungan dunia tanpa batas. Salah satu produk dari meningkatnya intensitas teknologi informasiadalah perdagangan elektronik (e-commerce) yang kemudian juga diterapkan pada transaksi bisnisinternasional. Hal ini tentunya telah mengubah paradigma sistem perdagangan di dunia yang sebe-lumnya serba konvensional menjadi non-konvensional. Konfiik dan sengketa dalam transkasi bisnisrntemasional yang menggunakafi e-commerce bukanlah suatu hal yang baru. Namun, mengingatsengketa yang akan diselesaikan tersebut akan melibatkan beberapa negara, maka timbul beberapapermasalahan faktual. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah terkait dengan hrikum apakahvang berlaku dalam penyelesaian sengketa transaksi bisnis intemasional yang menggunakan e-commerce. Berdasarkan hasil temuan, maka dapat disimpulkan bahwa hukum yang berlaku adalahhukum yang dipilih oleh para pihak (pilihan hukum) sebagaimana yang diatur dalam kontrakelektronik intemasional yang mereka buat. Pilihan hukum tersebut dapat dilakukan secara tegasataupun secara diam-diam. Penerapan metode hukum yang berlaku ini diatur dalam ketentuan Pasal7 Konvensi Hague dan Pasal 3 ayat (1) Konvensi Roma yang mengatur hal serupa. Namun bilatidak diatur, maka hukum yang berlaku adalah hukum yang mengacu pada hukum penjual, yangdidasarkan atas the Most Chctrcrcteristic Connection Theot -'v (asas Hukum Perdata Intemasional)sebagaimanayang diatur dalam Pasal 8 Konvensi Hague sefta Pasal 4 ayat (l) dan (2) KonvensiRoma.

Kata Kunci: E-Contract, E-Commerce) Hukum yang Berlaku, Transaksi Bisnis Internasional

AbstructIn the last 2l't centutlt, the development of information technolog.v has cattsed the borderless worldconnection. One of that product is electronic commerce (e-comnterce) **hich also applied ininternational bussiness transaction (international trading transaction). Consequently, it haschanged trading system in the ,,*orld, where is adhered conventional before to non-cottventionaln'ading now. Conflict and bussiness dispttte also occured in international trading transaction ,,*hichused e-commerce. But, w^e rnust remember that the dispute of it will be involving some countries inthe **orld. So that is wh1, it can rise some fctctual problems in that implementation. There/bre, theproblem which will researched in this paper are: what is the applicable law that applied in tlteresolution oJ'international trading which u,sed e-commerce and what is the qualiJied .foruru thatapplied in the resolution of international trading which used e-contmerce. Based on the result, theconclusions are: the applicable lay, in this dispute resolution is the law w,hich choosed b1t theparties (the choice oJ'law) in their electronic international contract. In practically, it is not onlt theclearllt choice of lav, but also imlply choice of law. Application of the method applicable law' isregulated in the provisions oJ' Article 7 and Hague Convention Article 3 (1) q/' the Rome

I Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Hukum (S-3) Universitas Borobudur. Saat ini bertugas sebagai PejabatImigrasi pada Direktorat Jenderai Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM Rl.

47s

Page 2: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal 475 - 494

Convention. But if not regulated, the applicable law is the law of the seller, which is based on theMost Characteristic Connection Theory (Principle of International Law), as stipulated in Article 8of Hague Convention and Article 4 paragraph (1) and (2) of the Rome Convention.

Keywords: E-Contract, E-Commerce, The Applicable Law,Internutional Bu,ssizess Transaction

A. PendahuluanPerkembangan teknologi informasi2 pada

awal abad dua puluh satu ini telah menyebabkaninformasi dapat bergerak dengan cepat. Infor-masi mengalir dari suatu lokasi ke lokasi laintanpa dibatasi oleh jarak di antara lokasi-lokasiitu sendiri.' Perkemb angan teknologi informasidan komunikasi semacam ini telah pula menye-babkan hubungan dunia menjadi tanpa batas(borderless; a dan menyebabkan perubahan so-sial, ekonomi, dan budaya secara signifikan ber-langsung sedemikian cepat.) Tidak hanya itu,pemanfaatannya pun telah semakin meluas se-

hingga memasuki hampir semua segi kehidu-6pan.

Salah satu produk inovasi teknologi tele-komunikasi adalah internetT (interconnection

2 Menurut Ade Maman Suherman, teknologi informasi di-kategorikan sebagai revolusi industri tahap ketiga (tahun1 950-sekarang), setelah sebelumnya revoulsi industri per*tama (tahun 1760-1840) dan revolusi industri kedua (ta-hun 1840-1950). Pada masa revolusi industri tahap ketigaini, semua tingkatan masyarakat industri sangat bergan-tung pada kegiatan ekonomi yang berbasiskan informasi,dimana peranan teknologi komputer memiliki perananyang sangat menentukan, seperti halnya semakin banyak-nya praktik bisnis yang sangat bergantung pada IT (Infor-mation Technology), khususnya komputer. Lihat Ade Ma-man Suherman,2001, Aspek Hukum dalam Ekonomi Glo-bal, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 178.

' Ad" Maman Suherman dalam Yahya Ahmad. Zeit,2009, Kontrak Elektronik dan Penyelesaian Sengketa Bis-nis E-Commerce: Dalam Transaksi l'lasional dan Interna-sional, Bandung: Mandar Maju, hlm. 1o Baca Ahmad M. Ramli, 2006, Cet-2, Cyberlaw danHAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Bandung: PT. Re-fika Aditama, hlm. 1

5 Periksa Indonesia, Undang-Undang tentang Informasidan Transaksi Elektronik, UU No. 11 Tahun 2008, LNTahun 2008 Nomor 58, TLN Nomor 4843 (selanjutnyadisebut UU ITE). Penjelasan.o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,Cet-3, Tim KemasBuku, (selanjutnya disebut M. ArsyadSanusi I), hlm. 1

' Secara singkat, internet adalah sebuah alat penyebaraninformasi secara global, sebuah mekanisme penyebaraninformasi dan sebuah media untuk berkolaborasi dan ber-

476

nehuorking), yaitu koneksi antar jaringankornputer. Internet yang merupakan implemen-tasi dari Transmission Control Protocol atau In-ternet Protocol (TCP atau IP) telah memberi-kan kemudahan dalam berkomunikasi secaraglobal tanpa batasan geografis antar negara. Ko-munikasi tersebut dapat meliputi komunikasiantar pribadi dengan menggunakan elektronikmail (e-mail) atau tayangan informasi bebas ba-ca )'ang disebut sebagai World Wide Web atauyang disingkat ttWW'atau lebih singkat disebutWeb.8

Di Indonesia, terjadi peningkatan penggu-naan intemet secara masif, yang secara tidaklangsrurg berdampak besar bagi perkembangandunia brsnis. Sebagaimana diketahui bahwa de-u,asa ini aplikasi internet telah memasuki berba-gai segmen aktivitas manusia baik dalam sektorpolitik sosial, budaya, maupun ekonomi dan bis-nis. Dalam bidang perdagangan, intemet mulaibanyak dimanfaatkan sebagai media aktvitasbisnis terutama karena kontribusinya terhadapefesiensi.e Aktivitas perdagangan melalui mediainiernet ini terkenal dengan sebutan electroniccommerce (e-contmercel.i'i E-canlmerce terse-but terbagi atas dua segnlen, yaiat business tob Lt s i n e,s s e- c o n'un er ce (p erdagan gan antar pelaku

interaksi antar individu dengan menggunakan komputerianpa terhalang batas geografis. Periksa Riyeke Ustadian-to, 2001. Framey,ork E-Commerce, Cet-1, Yogyakarta:Penerbit Andi, hlm. 1; Sementara itu, SP Hariningsih, me-ngemukakan bahu,a internet adalair media komunikasi al-tenratif- yang dalam batas-batas pemakaian tertentu dapatdigunakan untuk menggantikan media komunikasi tradisi-onil, seperti pos, telepon, dan fax. Baca SP Hariningsih,2045. Teknologi Infbnnosl, Jakarla: Graha Ilmu, hlm. 125s \-ahya Ahmad Zein, Op. cil., hlm. 3e hrclonesia Corrupton Watch (ICW) rnerilis temuan baru-nya bahwa pengadaan barang dan jasa dengan cara online(internet) lebih hemat biaya 30% dibanding manual. Di-muat dalam Rttnning Text pada acara Metro Hari Ini padahari Jur.n'at,28 Mei 2010, Pukul 17.25 WIB'u Baca Mieke Komar Kantaatmad.j a et. al, 2002, Cyber-law: Strctttt Pengantar ('Seri l)asor Hukum Ekonomi),Bandung: ELIPS II, hlm.28

Page 3: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

\

;-

-):. I

:a -

t.-

:: .:-l-:.-

. _l

-:-

Refleksi Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalam .,.

usaha) dan business to consumer e-commerce(perdagangafl antar pelaku usaha dengan konsu-men).11

B. Refleksi E-Contract terhadap E-Commer-ce

Diskursus e-contract tentunya tidak ter-lepas dari e-commerce. E-commerce hadir kare-na adafiya eksistensi e-contract di dalamnya.Setiap aktivitas bisnis tentu tidak terlepas de-n-san kontrak di dalamnya. Begitu juga dengane-contract. Sebagai inovasi baru atas relasi tek-nologi informasi, e-contract menjadi suatu ele-men penting untuk terselenggaranya e-commer-ce. Layaknya perdagangan konvensional yangmembutuhkan perseujuan (baca: kontrak), e-c oml?xer ce pun demikian.

C. Apa itrt E-Commerce?Sistem perdagangan dengan memanfaat-

kan sarana internet, yang selanjutnya disebut e-c o mm er c e tel ah mengub ah tatanan trans aksi bis -nis di Indonesia. Selain disebabkan oleh adanyaperkembangan teknologi informas i, e-commerc elahir atas tunfutan masyarakat terhadap pelaya-nan yang serba cepat, mudah dan praktis mela-lui internet. Sehingga masyarakat memilikiruang gerak yang cukup luas dalam memilihproduk (barang dan jasa) yang akan diperguna-kan tentunya dengan berbagai kualitas dankuantitas sesuai dengan yang diinginkan.12

E-commerce seringkali diartikan sebagaijual beli13 barung dan jasa melalui media elek-tronik, khususnya melalui intemet. Di Indone-sia- e-commerce rttt sendiri sudah dikenal sejaktahun 1996 dengan munculnya situs http://www.sot'turcom sebagai toko buku on-line pertama.la\lemasuki awal tahun 20A0-an, maka mulai ber-

Yahya Ahmad Zein, Loc. cit;Llhat juga Didik M. Arief\fansur dan Elisatiris Gultom, Op. cit, hlm. 150-152

't Didik J. Rachbini dalam Didik M. Arief Mansur danElisatiris Gultorn, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi[ntbrmasi, Cet-2, Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 144'-- \{enurut Pasal 1457 KUHPerdata, Jual beli adalah sua-:u persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkandirhla untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihakrang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.Lrhat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BurgerlijkIferboek) diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosu-libio. 1983, Cet-16, Iakarta: Pradnya Paramita, hLrc.321

'' Didik M. Arief Mansur dan Elisatiris Gultom, Loc. cit

M. Alvi Syahrin

munculan situs-situs on-line lainnya, seperti net-market. c om, amazon. com, dan pl as a. c om.

Dari uraian di atas, dapat diperhatikanbahwa perkembangan teknologi informasi da-lam dunia ekonomi, disadari atau tidak disadaritelah memberikan dampak terhadap perkemba-ngan hukum. Bahkan, perkembangan teknologiinformasi yang telah melahirkan model transak-si baru dalam dunia perdagangan internasionalpun tidak luput dari timbulnya suatu sengketadalarn transaksi bisnis tersebut.

D. Isu Hukum dalam E-CommerceUrgensi dari permasalahan ini adalah kare-

na transaksi bisnis internasional yang menggu-nakan e-commerce sangat membufuhkan jami-nan kepastian hukum dan perlindungan hukumyang kuat. Apakah itu terkait dengan dasar hu-kumnya ataupun penyelesaian hukum apabilaterjadi sengketa. Dikarenakan sifatnya sangatbergantung pada kepercayaan (trust) dari parapihak, maka transaksi bisnis internasional inisangat rentan untuk terjadinya konflik.

E. Hukum yang Berlaku dalam PenyelesaianSengketa Transaksi Bisnis Internasionalyang Menggunakan E-Commerce

Masalah hukum yang berlakuls dalam pe-nyelesaian sengketa transaksi bisnis yang meng-gunakan e-commerce adalah salah satu masalahkrusial dalam Hukum Kontrak Intemasional ter-masuk juga dalam Hukum Perdagangan Intema-sional. Masalahnya adalah hukum yang berlakuini akan menjadi penentu kepastian hukum ter-utama bagi badan peradilan bahwa ia telah me-netapkan hukumnya dengan benar.16

Dalam Pasal 18 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasidan Transaksi Elektronik (UUITE) pada dasar-nya telah mengatur hukum yang berlaku dalampenyelesaian sengketa transaksi bisni s internasi-onal yang menggunakan e-commerce. Pasal 18

ayat (2) menyatakan bahwa "para pihak memi-

t5 Hukum yang berlaku ini mencakup beberapa macamhukum, di antaranya: (i) hukum yang diterapkan dalamhal terhadap pokok sengketa (applicable substantive lawatat lex causae); dan (ii) hukum yang akan berlaku untukproses persidangan yang akan dilaksanakan dalam penye-lesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi antaraparapihak. Baca Yahya Ahmad Zein, Op.cit,hlm.l24'u lbid.,hlm. r23

417

tll

:ln

! t-

::e

i,.si,1_

:.l--1il

: -Lt

Page 4: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jwrnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal 175 - 494

liki kewenangan untuk memilih hukum yangberlaku bagi Transaksi Elektronik internasionalyang dibuatlya" (cetak tebal dilakukan penulis).Kemudian Pasal 18 ayat (3) menegaskan bahwa'Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukumdalam Transaksi Elektronik internasional, hu-kum yang berlaku didasarkan pada asas-asasHukum Perdata Internasional" (cetak tebaldilakukan penulis).

Mengingat karakteristik yang melekat pa-da transaksi elektronik intemasional ini adalahmelintasi batas negara dalam dunia ffiaya, makaakan mengakibatkan persoalan hukum yang ber-laku menjadi lebih rumit lagi. Sehingga timbulpeftanyaan, apakah doktrin-doktrin atau asas-asas konvensional dalam Hukum Perdata lnter-nasional (HPD dapat diterapkan dalam transaksijenis ini.

Untuk mencari hukum yang berlaku da-lam suatu kontrak yang mengadung unsur-unsurasing atau HPI dapat dipergunakan bantuantitik-titik pertalian atau titik taut sekundert', diantarmya adalah pilihan hukum (choice oflaw)18, tempat ditandatang aninya kontrak, atautempat dilaks anak anny a kontrak.

F. Hukum yang Berlaku: Filihan HukumPara Pihak

Pada prinsipnya hukum yang berlaku didalam kontrak yang mengandung HPI tersebutadalah hukum yang dipilih sendiri oleh parapihak (pilihan hukum-cftoice of law). Jika pili-han hukum tersebut tidak ditemukan daiam kon-trak yang bersangkutan, dapat digunakan ban-tuan titik-titik taut sekunder lainnya.

Para pihak memang diberikan kebebasanuntuk menentukan sendiri hukum mana yangberlaku terhadap kontrak elektronik internasio-

" Titik taut sekunder ini juga sering kali disebut dengantitik taut penentu, karena fungsinya untuk menentukan hu-kum dari tempat manakah yang akan digunakan sebagaithe applicable law dalam penyelesaian perkara. PeriksaBayu Seto, 2006, Buku ke-l (Edisi Keempat), Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Bandung: PT. CitraAditya Bakti, hlm. 61-6218 Pakar HPI menyatakan bahwa choice of law adalahtangga kedua setelah jurisdiction yang menjadi tanggapertama. Sedangkan recognition dan enforcement merv-pakan tangga ketiga dalam wacana conflict of law. LihatM. Arsyad Sanusi, 2001, E-Commerce: Hukum dan Solu-sinya,PT.Mizan Grafika Sarana, (selanjutnya disebut M.Arsyad Sanusi II), hlm. 18

478

nalnya tersebut. Inilah yang disebut denganprinsip kebebasan berkontrak, yatg dalam ba-hasa Inggris disebut dengan istilah "Party Au-t onomy" ata:.l " Fre edom of Contract" .19

Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak,maka para pihak dalam suatu perjanjran ataukontrak bebas menentukan isi dan bentuk suatuperjanjian, termasuk untuk menentukan pilihanhukum.2o Kernudian apa yang telah disepakatioleh kedua belah pihak tadi berlaku sebagai un-dang-undangbagr kedua belah pihak dalam sua-tu kontrak.2l Perlu diketahui bahwa kebebasanpara pihak daiam suatu kontrak internasionaluntuk menundukkan kontrak mereka pada suatusistem hukum nasional teftentu, praktis merupa-kan prinsip yang diakui secara universal danbahkan suatu kontrak internasional yang tidakmemuat sebuah choice of law clause (dan jugaklausula pilihan hukum forum) akan dianggapkurang lengkap.22

IV{enurut Gerald Cooke, kebebasan parapihak untuk menentukan pilihan hukum yangmereka gunakan akan banyak dipengaruhi olehsistem hukurn nasional yang akan dipilih (baik

le Munir Fuady, 2003, Buku Ke-2, Hukum Kontrak: DariSudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: PT. Citra AdityaBakti, hlm. 139

'0 Di dalam hukum kontrak, kebebasan berkontrak menca-kop (D kebebasan untuk membuat atau tidak membuatperjanjian; (ii) kebebasan untuk memilih dengan siapa iaingin membuat perjanjian; (iii) kebebasan untuk menentu-kan atau memilih kuasa perjanjian yang akan dibuatnya;(iv) kebebasan untuk menenhrkan objek perjanjian; (v)kebebasan untuk menentukan isi perjanjian; (vi) kebeba-san untuk menerima atau menyimpangi ketentuan-keten-tuan undang-undang yang bersifat optional (aanvullend-recht). Lihat Sutan Remy Sjahdenini, 1993, KebebasanBerkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbangbagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indo-nesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, hlm. 47

" Dalam sistem hukum Indonesia, prinsip ini dikenal de-ngan"pacta sun servanda". Secara yuridis hal ini diintro-dusir dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Berdasar-kan prinsip ini, semua ketentuan dalam perjanjian ataukontrak yang dibuat oleh para pihak, akan menimbulkankekuatan mengikat sebagaimana layaknya undang-un-dang. Terkait dengan e-commerce, maka segala sesuafuketentuan yang terkait dengan transaksi elektronik yangkemudian dituangkan ke dalam kontrak elektronik adalahmengikat bagi para pihak. Baca Indonesia, Undang-un-dang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No.11 Tahun 2008, LN Tahun 2008 Nomor 58, (selanjutnyadisebut UU ITE), Pasal 18 ayat (1)

" BuWSeto, Op. cit.,hlm. 28l

Page 5: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Re.fteksi Teoritik E-Coriract: Hukum Yang Berluku Dalam ..,

:,1eh salah satu pihak maupun oleh kedua belah:rhak). Tidak hanya sekedar menentukan hu-...Liri1 Suotu negara, tetapi juga mernpertimbang-.::n apakah hukum di negara tersebut konsisten.tau tidak. Artinya apakah hukum di suatu ne-::ra tertentu sering berubah-ubah atau tidak.)cngan tegas Cooke menyatakan sebagai beri-',..-'.i. "The signi/icant oJ'needing to provide for-i.' 'prov-er' lar,* is that the parties will fre-.,.ttrl:lr pre.fer to have their disptrtes dealt tvith' t legal systent which is perhaps independent' each of the parties or which is recognized to

: ;, e !1ShU

sophisticated and consistent trading

Terkait dengan kebebasan berkontrak, ma-:.: i.rukum yang berlaku ini sedikit banyak akan-;:sanfung pada kesepakatan para pihak. Hu-:.*l \'Bog akan berlaku tersebut dapat berupar *{um nasional suatu negara tertentu. I)alam:::ktek. biasanya hukum nasionai tersebut akan;:r3it dengan nasionalitas salah satu pihak. Ca-. rernilihan iniiah yang laztm ditetapkan de-, .sa ini. Apabila salah satu pihak atau kedua:: :l prhak tidak sepakat mengenai salah satu---r,r-rn nasionai tersebut" maka kemudian mere-. ,. :,-,an berupaya mencari hukum nasional yang-- :iif lebih netrai. Alternaiif lain yang me-- -r_skinkan dalam Hukum Perdagangan Inter-' .,..,rna1 adalah menerapkan prinsip-prinsip ke-: r. -itan cian kelayakan (er aequc er bono)24 . Na-:',.r-. demikian, prinsip ini pun harus tetap ber-

-'s"rkan pada kesepakatan para pihak.25\Ienurut Yansen Dermanto Latip, penem-

-':.,n klausula piiihan hukum dalam suatu kon-,,,i inempunyai arti penting yang dise'oabkan:l nai-hal sebagai berikut:25

-- Gerald Cooke dalam Huala Adolf, 2005, Hukum Perda-Jdngan Internasional, Iakarta: PT. RajaGrafindo Persada, selanjutnya disebut Huala Adolf I), hlm. 216-217tt L* aequo et bono merupakan suatu penyelesaian suatuperkara secara menyimpang dari garis-garis hukum de-ngan menggunakan pandangan-pandangan, nilai-nilai,nonna-noflna non hukum, yang menurut arbiter dipan-l*ng sebagai sesuatu yang bermanfaatbagi para pihak, la-yalr adil, dan bijaksana (fair and reasonable) untuk me-mntus perkarayang dihadapi. Baca Ida Bagus Wyasa Put-ra- 1008, Cet-2, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasio-,nl dalam Transkasi Bisnis Internasional, Bandung: Refi-Xia Aditama, hlm.97- Huala Adolf I, hlm. 215:" Yansen Dermanto Latip sebagaimana dikutip oleh Mu-oirFuady, Loc. cit

toL Alvi Svahrin

1. Sebagai sarana untuk menghindari ke-tentuan hukum memaksa yang tidak efi-sien;

2. Untuk meningkatkan persaingan yuris-diksial;

3. Memecahkan masalah peraturan berba-gai negara.

Lebih lanjut, choice of lav, dalam tran-saksi bisnis internasional yang menggunakan e-commerce mempunyai peran yang sarlgat signi-hkan sebagai hukum yang digunakan oleh ba-dan peradilan (pengadilan atau arbitrase). Haltersebut bergutra dalam hal:27

1" Menentukan keabsahan suatu kontrakdagang (d.h.i khusus berkaitan dengansengketa transaksi bisnis internasionalyang menggunakan e- (:o m m e r c e ) ;

2. N4enafsirkan suatu kesepakatan-kesepa-katan atau persetujuan dalam kontrakyang dibuat para pihak;

3. Menentukan telah dilaksanakan atau ti-dak dilaksanakannya suatu prestasi yangmenjadi objek kontrak tersebut (pelaksa-naan suatu kontrak dagang); dan

4. Menentukan akibat-akibat hukr.tm dariadanya pelanggaran terhadap kontrakyang telah disepakati para pihak.

Pilihan hukum merupakan niasalah sentraldalam Hukum Perdata Internasional berbagaisistem hukum. Ia telah diterima. baik di kala-ngan akademisi mauplrn praktek pengadilan.Yansen Derrvanti Latif rnenyatakan bahwa pili-han hukum dihomati ciengan beberapa alasan:2E

1. Pilihan huhum sebagain, ana maksud pa-ra pihak dianggap sangat memuaskanoleh mereka yang menganggap kebeba-san akhir individu adalah dasar mumidari hukum. Prinsip ini berlaku di ba-nyak negara. Hal ini merupakan faktayang menarik, karena hal itu terjadi tan-pa ada perjanjian antara pengadilan diberbagai negara.

2. Pilihan hukum daiam kontrak inten'rasio-

27 Huala Adolf i. hlm.214-215" Yansen Derlvanto Latif sebagaimana dikutip oleh Rid-wan Khairandy, 20-l0, "Hukum yang Berlaku dalan"r Tran-saksi Bisnis dengan E-Commerce". Jto'nol Hukum Bisnis.Volume 29 Tahun 2010, Jakarta: Yayasan PengembanganHukum Bisnis, hlm. 17; Lihat juga Yahya Ahmad Zein,op. cit., hlm. 127

479

, _- ,l I.l

'.. t-

:',i-

-1.-:N-

: -:lLl

-- --.4'11

:i-..1n

...:ti,.11 -

s _.,1-

: a:11

- t:l* -::tl

_lr-

-!lil

, -:kJ:]

:_- .lil

-:r J:.to

:lr- ;i -.: L\

:'-:l -

,r -iii

. ..i11

i . -::'!1

.- -rli

\.],

Page 6: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Lilsrum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal, 475 - 491

nal memberikan kepastian, yakru me-mungkinkan para pihak dengan mudahmenentukan hukum yang mengatur kon-trak tersebut.

3. Akan memberikan efesiensi, manfaat,dan keuntungan. Pilihan hukum para pi-hak dilaksanakan berdasarkan pertimba-ngan efesiensi. Alasan tersebut membe-rikan keuntungan untuk menghindari hu-kum memaksa yang tidak efesien, me-ningkatkan persaingan hukum, dan me-ngurangi ketidakpastian tentang hukumyang dipergunakan. Pemuatan pilihanhukum dalam hukum kontrak adalahha-nya satu cara dari pengurangan biaya.Suatu altematif mungkin adalah suatuperaturan bersifat memaksa yang relatifsederhana, seperti rnenentukan hukumtempat kontrak dibuat. Hal ini akanmenghemat para pihak dari biaya penen-

tuan hukum yang berlaku, jika tidak ter-dapat klausul pilihan hukum.

4. Pilihan hukum akan memberikan kepadanegara insentif bersaing. Kebebasan parapihak memilih dan menentukan hukumyang berlaku bagi kontrak yang merekabuat untuk mengganti atau memindah-kan peraturan yang tidak pasti dan setiapsistem hukum.

Pilihan hukum para pihak didasarkan padapertimbangan bahwa pada prinsipnya seluruhsistem hukum nasional adalah sama dan olehkarenanya dapat saling dipindahkan. Dalamkontrak intemasional, Hukum Privat nasionalakan diterapkan apabila tidak ada pilihan hukumoleh para pihak, atau mungkin dipindahkan olehpara pihak melalui klausul pilihan hukum kepa-da hukum nasional lainnya.2e

Pilihan hukum ini sudah umum. Kiniorang sudah tidak meragukan lagi, bahwa parupihak daiam membuat suatu kontrak dapat me-nentukan sendiri hukum bagi kontrak yang me-reka buat itu.30 Namun, pada dasarnya kebeba-san para pihak untuk menentukan pilihan hu-

kurn tersebut dibatasi oleh beberapa pembata-san, di antaranya:31

1" Tidak bertentangan dengan ketertibanumum;

2. Pilihan hukum tidak mengenai hukumyang bersifat memaksa.

Hal serupa juga disampaikan oleh M. Ar-syad Sanusi yang menyatakan bahwa ada be-berapa b atas an-ba tasan (r e s tr i c t i o n s) yan g di gu-nakan dalam penggunaan pilihan hukum, yai-tu:32

l. Filihan hukum tidak boleh melanggarketerliban umum (tetapi tentunya harusdianut prinsip keterliban umum secara

ter"batas);2. Pilihan hukurn tidak boleh menjadi pe-

nyeiundupar.i hukum;3. Filihan hukun, tidak dapat diberlakukan

dalam bidang yang di dalamnya pengua-sa telah rnengadakan suatu peraturankhusus yang demikian penting dan bersi-fat sosial ekonomis serta megatur tatatertib dalam suati-l negara sehingga dapatdianggap bahrva peraturan-peraturan inibersitat sangat rnemaksa dan tidak dapatdikesampingkan oleh para pihak denganmeniilih hukr"rm yang lain; dan

4. Pilihan hukum ini hanya dapat diterap-kan dalam bidang hukum kontrak.

Hal yang agak sedikit berbeda disampai-kan oleh Ida Bagus Wyasa Putra, yang memba-tasi penggunaan rnetode piiihan h*um denganbeberapa pendekatan prinsip, yaitu:"

l. PotijcttrtonotrticMenurut prinsip ini, para pihak merupa-kan pihak yang paling berhak menentu-kan hukum Szang hendak mereka pilihdan berlaku sebagai dasar transaksi, ter-masuk sebagai dasar penyelesaian seng-keta sekiranva timtrul suatu sengketadari kontrak transaksi yang dibuat (d.h.isengketa transaksi bisnis internasionalyang menggunakan e-ceommerce). Prin-sip ini merupakan prinsip yang telah se-

cara umum dan terlulis diakui oleh seba-

" Yansen Derwanto Latif dalam Ridwan Khairatdy, Loc.Cit.to Baca Sudargo Gautama, 1987, Pengantar Hukum Per-data Internasional, Bandung: Badan Pembinaan HukumNasional-Binacipta (selanjutnya disebut Sudargo Gauta-ma I), hlm. 169

480

t' R,idwan Khairandy, Loc. cit; Periksa, Yahya AhmadZein. Loc. clr; Periksa juga Ba1,u Seto, Op cll., hlm. 286rr

L,1[. Arsyad Sanusi I, h1m. 215; Bandingkan dengan Mu-nir F'uady. Loc. cil" lda Bagus Wyasa Putra, Op. ci.t.,hlm. l0-ll

t

Page 7: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

-:iJ-

- t3n

-.'L:m

\r-

l- ru-'lr-

:Jar.:f'JS

:i ;1I&

f!

.. \J11

'.,rn_,-l

:-rta

:i:at- 111i

. -'-:. at- i 111

.--:P-

ll.li-..^-,J-

::.ln

:..ih-r I -

:.:etar h.i

- lalf..1,.Ltt-

:-fa-

:lad_ iA

r l'.1u-

Refleksi Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalum ...

gian besar tTegara, seperti Eropa (Italia,Portugal, Yunani), Eropa Timur (Polan-dia, Cekoslowakia, Austria), negara-ne-gara Asia-Afrika, termasuk Indonesia,dan negara-negara Amerika, khususnyaKanada;

). BonafideMenurut prinsip ini, suatu pilihan hukumharus didasarkan atas itikad baik (bona-

.fid"), yaitu semata-mata untuk tujuankepastian, perlindungan yang adil, danjaminan yang lebih pasti bagi pelaksana-an akibat-akibat transaksi (isi perjanji-an);

,1. Real ConnectionBeberapa sistem hukum mensyaratkankeharusan adanya hubungan nyata antarahukum yang dipilih dengan peristiwahukum yang hendak ditundukkan/dida-sarkan kepada hukum yang dipilih;

+. Larangan Penyelundupan HukumPihak-pihak yang diberi kebebasan un-tuk melakukan pilihan hukum, hendak-nya tidak menggunakan kebebasan ituuntuk tujuan kesewenangan-wenangandemi keuntungan sendiri.

5. Keterliban UmumSuatu pihan hukum tidak boleh berlenta-ngan dengan ketertiban umum, yaitubahwa hukum yang dipilih oleh parapihak tidak boleh bertentangan dengansendi-sendi asasi hukum dan masyara-kat, hukum para hakim yang akan me-n-sadili sengketa bahwa ketertiban umum(public order) merupakan pembatas per-tama kemauan seseorang dalam melaku-kan pilihan hukum (une primere limitati-on de I'excercide de la volonte individu-alle).

Pilihan hukum diperkenankan berdasarkan,..s kebebasan berkontrak. Kebebasan bukan:::l:ti tidak ada batasannya. Kebebasan terse-: -.: dibatasi oleh ketentuan ketertiban umum.:'.,.)iic policy). Selain itu, hukum yang memak-r: ,titntdatory law, dwingan recht) juga mem-:,::sr kebebasan para pihak dalam menentukan:,,.nan hukum. Pembatasan-pembatasan terse-:*. ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi ke-

J-rpan modern, seperti perlindungan konsu-::3:r. pencegahan penyalahgunaan wewenang

M. Alvi Syahrin

dari penguasa ekonomi, serta menjaga iklimpersaingan yang adil dalam ekonomi pasar.34

Dalam disiplin ilmu Hukum Perdata Inter-nasional, pilihan hukum dapat dilakukan denganbeberapa cara, y aitl:3s

1. Pilihan hukum secara tegas (uitdrukke-lijk, met zovele woorden)Pada pilihan hukum secara tegas ini, pa-ra pihak yang mengadakan kontrak se-cara tegas dan jelas menentukan hukummana yang mereka pilih. Hal tersebutbiasanya muncul dalam klausul gover-ning law atau. applicable law yang isinyaberbunyi:a. The validity. Construction and per-

formance of this agreement shall begoverned by and interpreted inaccordance with the law of RepublicIndonesia; atat

b. This agreement shall be governed byand construed in all repsect inaccordance with the law of England.

Contoh larn dapat kita lihat pada PasalXXIII APCI Engineering Service Agree-ment Arun tanggal 25 Setember 1973yang menyebutkan:(l) Matters involving Patent Law shall

be governed by the Applicable of thecountry of supra National Bodyissuing the patent;

(2) In all other respect, this agreementshall be governed by construed inaccordance with the Laws of theState of I){9w York, United States ofAmerica.36

Jadi, di dalam pilihan hukum yang di-nyatakan secara tegas, pilihan hukum di-nyatakan dengan kata-kata yang menya-takan pilihan hukum tertentu dalam kon-trak tersebut. Bilamana hakim dalammenentukan hukum mana yang harusberlaku dalam kontrak tersebut, hakim

3o Sudargo Gautama I, hlm. 643t Ridwan Khairandy, Op. cit., hlm. 18; Periksa YahyaAhmad Zein, Op. cit.,hlm.128; Lihat juga Sudargo Gau-tama, 1998, Jilid II Bagian 4 (Buku ke-5), Pengantar Hu-kum Perdata Internasional Indonesia, Bandung: Alumni(selanjutnya disebut Sudargo Gautama II), hlm. 28-61

'6 Sudargo Gautama, 1981, Huhum Perdata Internasio-nal: Hukum yang Hidup, Bandung: Alumni (selanjutnyadisebut Sudargo Gautama III), hlm. 63

48t

Page 8: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal. 475 - 494

akan menggunakan pilihan hukum seba-

gai titik taut penentunya.Pilihan hukum secara diam-diam (stilz-wijgend)Untuk mengetahui adanya pilihan hu-kum tertentu yafig dinyatakan secara

diam-diam, bisa disimpulkan dari mak-sud, atau ketentuan-ketenfuan dan fakta-fakta yang terdapat dalam suatu kontraktersebut.37 Fakta-fakta yang berkaitandengan kontrak tersebut, misalnya baha-sa yang dipergunakafl, mata uang yangdigunakan, gaya atar style kontrak, pe-

laksanaan kontrak, dan pilihan domisili.Jika para pihak memilih domisili pada

Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

Indonesia, maka dapat disimpulkan bah-wa para pihak secara diam-diam *?n€;hendaki berlakunya hukum Indonesia.Kesimpulan ini adalah tafsiran hakimatau pengadilan. Dalam kenyataannyamungkin saja para pihak tidak bermak-sud seperti yang disimpulkan pengadilantersebut.Pilihan hukum secara dianggap (vermoe-delijk)Pilihan hukum secara dianggap ini hanyamerupakan presumption iuris, suatu du-gaan hukum. Hakim menerima telah ter-jadi suatu pilihan hukum berdasarkandugaan belaka.3e Pada pilihan hukumyang demikian ini tidak dapat dibuktikanmenurut saluran yang ada. Dugaan ha-kim merupakan pegangan yang dipan-dang cukup untuk mempertahankan bah-wa para pihak benar-benar telah meng-hendaki berlakunya suatu sistem hukumtefientu.Pilihan hukum secara hipotesis (hypo-thetische partijwil)Pilihan hukum secara hipotesis dikenalterutama di Jerman, sebenarnya disini ti-dak ada kemauan dari para pihak untuk

t' Ibid.. hlm. 177; Lihat Purnadi Purabacaraka dan AgusBrotosusilo. 1983, Sendi-Sendi Hukum Perdata lnterna-sional Sttatu Orientasi, Jakarla: CV. Rajawali, him. 29;Baca juga Syahmin AK dan Amirul Husni, 2()05, HtrkumPerdata Internctsional: Dalom Kerangko Studi Analitis,Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya, hlm. 23

'* Sudargo Gautama I, hlm. i78tn lbid..hlm. 169

482

memilih sedikitpun. Hakim yang mela-kukan pilihan hukum tersebut. Hakimbekerj a dengan fiksi: seand ainya para pi-hak telah memikirkan hukum yang dipi-lih mereka dengan cara sebaik-baiknya.Jadi, sebenamya tidak ada pilihan hu-kum bagi para pihak. Hakim yang me-nentukan pilihan hukum tersebut.a0

Banyak kalangan tidak menerima pilihanhukum secara dianggap, apalagi pilihan hukumsecara hipotesis. Oleh karena itu, sebaiknyayang digunakan hanyalah pilihan hukum secara

tegas atau pilihan hukum secara diam-diam.alDalam kontrak mengenai transaksi bisnis

e-commerce antar fiegara, tidak semuanya me-muat dan menggunakan kontrak sebagaimanakontrak bisnis pada umumnya. Namun, dalamtransaksi bisnis yang berhubungan dengan soft-ware) biasanya para pihak (penjual) menentukansendiri adanya pilihan hukum baik secara tegasmaupun diam-diam. Umumnya, hukum yangdiberlakukan dalam hal jika terjadinya sengketadi antara mereka adalah hukum dari negara pen-jual software. Sebagai contoh, jika yang men-jual software tersebut adalah Amerika Serikat,biasanya dalam kontrak pembelian software ter-sebut akan dinyatakan bahwa apablla terjadisengketa perdata, maka hukum perdata negarayang dipilih adalah hukum Amerika Serikat.Dengan adanya pilihan hukum tersebut, parapihak yang membuat kontrak dalam transaksi e-

commerce harus tunduk dan taat pada hukumyang ditentukan.a2

Sebagaiman a yang telah dij elaskan di atas,

bahwa persoalan hukum yang berlaku dalamkontrak bisnis internasional menjadi salah satuperhatian utama Hukum Perdata Internasional.Persoalan ifu mendorong negara-negara baikyang memiliki tradisi common law maupttn civillaw melakukan harmonisasi hukum berkaitandengan persoalan di atas. Hasilnya adalah ada-nya beberapa konvensi internasional yang me-ngatur hukum yang berlaku dalam kontrak. Adadua konvensi utama yang sangat penting dalammenentukan hukum yang berlaku dalam kontrak

^o lbid.hlm. r8o-181o' Ridwan Khairandy, Loc. cit" Yahya Ahmad Zein, Op. cil., hlm. 128-129

2.

J.

4.

Page 9: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

iela-rkima pi-drpi-jl).4.

hu-

lrran.iiumLr)'alaaral

_-tas,

:-amsatu

c ral.:aik-!\'ll

.1ltan

ada-

-tll-

\da:-am::rak

Refleksi Teoritik E-Contract: Hukum Yung Berlaku Dulam ...

risnis intemasional, yaitu:43

l. Convention on The Law Applicable toContract for International Sale of Goods(The Hague Convention 1986)aa'. dan

l. The European Convention on The LawApplicable to Contractttal Obligcttions(Rome Conyention i980) 4s.

Konvensi yang pefiama adalah Konvensij:sue. Pasal 7 Konvensi Hague (1986) menga-:.csi prinsip bahwa para pihak bebas untuk:::mbuat pilihan hukum yang mengatur kontrak.:rg mereka buat. Kemudian Pasal 8 menentu-:.,.-i bahrva untuk memperluas hukum yang ber-,..1r dalam suatu kontrak jual beii yang tidak di-: .h para pihak sesuai Pasal 7, maka kontrakr.:i'irr oleh hukum negara dimana kedudukan: .::is penjual pada saat kontrak dibuat.a6

Kontrak akan diatur hukum negara dima-: lembeli memilih tempat bisnisnya pacia saat

... :'.trak dibuat, jlka:41

1 Negoisasi diadakan dan kontrak ditanda-tangani oleh dan dalam kehadiran parapihak, dalam suatu negara, atau

l. Kontrak menentukan secara tegas bahwapenjual harus memenuhi kewajibannyauntuk mengirim barang dalam suatu ne-gara. atau

-r Kontrak ditandatangani dengan syaratvang ditentukan sebagaian besar olehpembeli dan dalam tanggapan atas suatuundangan oleh pembeli ditujukait kepadaorang yang diundang unt-,lk mengajukanpenawaran.

Lebih lanjut, Pasal 13 menentukan bahwa-:.-::r ha1 tidak ada pilihan hukum yang tegas,j,,l berlaku hukum negara dirnana pemeriksa-

:- r*lane dilakukan.Ken-rudian konvensi yang kedua adalah

'. .,-.ensi Roma. Konvensi ini mulai berlaku

' -, . \-an Houtte sebagaimana dikutip oleh Ridr,van

'- : :.::'ij-.'. Op. cit., hlm. 19- :.. :',ensi ditandatangani pada tahun 1955. Kemudian, ::.,.:::1 amandemen dan diterima oleh the Hague Con-, -. :ada tahun 1985. Selanjutnya pada tahun 1986 di-

. .,- - rrandemen lagi.'.,. :.,, ensi rni mulai berlaku di negara-negara anggota

-.'.,::kat Eropa (EC) pada tahun 1994: :--.:3n Deru,anto Latif'dalam Ridwan Khairandy, Loc.:..--.r ruua Yahya Ahmad Zein, Op. cit., hlm. 137

: :.-.s:n Derrvanto Latif dalam Ridwan Khairandy. Zoc.. ::.ksa Yahya Ahmad Zein, Op. clt., hlm. 138

M. AIvi Sy-uhrin

pada2 April 1991 dan berlaku untuk setiap kon,trak yang tercakup dalam ruang lingkup kon-vensi tersebut, asalkan kontrak itu dibuat setelahkonvensi ini dibuat.as

Namun, ruang lingkLrp pilihan hukum da-lam Konvensi Roma tidaklah mencakup semLra

hal. Ada beberapa pengecualian terhadap ruanglingkup pilihan hukum tersebut" Dengan katalain, pilihan hukum tersebut tidak dapat diterap-kan pada beberapa permasalahan, diantarany,a:to

1. Persoalan yang berkaitan dengan statusatau kepastian hukurn seseorang, tetapiyang merupakan subiek dari Pasal liKonvensi Roma:

2. Kewajiban kontraktuai yang terkait cie-ngan surat lvasiat dan warisan;

3. Keq,ajiban kontraktual yang terkait de-ngan hak atas harta bencla yang timbuldari hubungan perkawinan (masalah ke-luarga);

4. Kewajiba-n yang timbul daiam r,r,esei,

cek, surat sanggup, atau surat promes"dan instnrmen yang ciapat diperjualbeii-kan lainnya;

5. Perjanjian arbitrase dan yurisdiksi;6. Persoalan yang diatur oleh lrukum peru-

sahaan dan badan usaha lainnya, sepertipembentukan, kapasitas hukum, organi-sasi intemasional atau winding ttp, dantanggung jar.vab karyawan dan anggotasebagai suatu kewajiban perusahaan ataubadan usaha iru:

7. Persoalan apakair agen itu mampu untukmengikat prinsipal, atau suatu organmampu untuk mengikat perusahaan ataubadan usaha pacia pihak ketiga;

8. Pengaturan trust dan hubungan antaras ettl ors, trttstee, dan beneficiaries;

9. Pembuktian dan prosedur yang termasuksubjek Pasal 14 Konvensi Roma; dan

10. Kontrak asuransi yang mencakup resikoyang berada dalam rvilayah negara ang-gota EC.

Pasal 1 ayat (1) Konrrensi Roma menyata-kan bahwa ketentuan pilihan hLrkum berlakubagi kewajiban kontraktual dalam setiap situasiyang menyangkut teniang pilihan hukur:"r antaradua negara yang berbeda, yaitu kontrak yang

a8 Pasal 17 Konvensi Romaon Yahya Ahrnad Zein, Op. cll.. hlm. 139

483

:egas

] eng

:(eta

-,an---\&t,

Ll I -

: adi

I tSra1\at.:3ra-: ^.\l (-

.,.;um

Page 10: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnul Lex Librum, VoL III, No. 2, Juni 2017, hal. 475 - 494

menyangkut tentang satu atau lebih elemenasing di dalamnya.5u Hal ini juga penting untukdiketahui. seperti Konvensi Brussels, bahwa ne-gara tennasr-rk dalam Konvensi Roma ini tidakterbatas pada negara anggotannya. s 1

Pasai 2 secara tegas menyatakan bahwasetiap hukum yang telah ditetapkan oleh kon-vensi ini harus cliterapkan baik hukum itu meru-pakan hukum dari contracting state ataupun bu-kan. Selanjutnya Pasai 19 ayat (2) menyatakanbahwa konvensi ini ticiak berlaku untuk konllikhukum rvilayah yang berbeda dalarn satu negarayung.u,ru."

Seperli halnya ketentuan cotninon lotvInggris, konvensi ini juga memberikan perbeda-an yang mendasar antara situasi dimana hukumyang beriaku itu dipilih oleh para pihak dan si-tuasi dimana tidak ada prliiran l^iukurn -yang te-gas, maka hukum yang berlaku harus dikctairui.Biasanya hr-rkum yang rreriaku iiaiam kc;nvensiini mengacu pada hukunr ,-ionrestik suatu negaradan disesuaikan dengan cioktrin renvoi sepertiyang diatur oleh Pasal 15.51

I-ebih lanjut, Pasai j ayat (1) Konvensi irrimenyatakan bahwa kontrak rtu diatur: oleh liu-kum yang dipilih oleh para pihak, asalkan pili-han itu dinyatakan dengan tegas dan ditujukandengan alasan yang patut sesuai dengan termkontraknya atau situasi kasusnya. Sesuai denganpasal tersebut di atas, maka para pihak dapatmemilih hukum yang berlaku dalam kontrakmeieka baik sebagian atau seluruhnya dan parapihak juga dapat mernilih dua hukum yang ber-beda r,rntuk mengatur bagian yang berbeda da-lam kontrak. Hal ini disebut dengan depecoge,yaitu menggunakan dua sistem hukum yang ber-beda dalam satu kontrak. Sebagai contohnya pa-ra pihak dapat memilih satu hukum untuk meng-atur tentang penafsiran kontraknya dan menggu-nakan sistem hukum yang lain untuk mengaturtentang pemutusan kontrak itu.sl

Jika tidak ada pilihan hukum yang tegas,menurut Giuliano-Legat,de Report, pilihan hu-

'o Rid*at Khairandy, Loc. cit; Lihat juga Yahya AhmadZeit, Op. cll., hlm. 138

" Ridwan Khairandy, Loc. citt' Ibid.;Yahya Ahmad Zein, Loc. cit" Ridwan Khairandy, Loc. cittt Ablu J. Mayss sebagaimana dikutip oleh Ridwan Khai- 't tbicl.randy. Oy , lr.. lrlm. l0 'n lbid.

484

kum dapat diketahui dari beberapa faktor yangdapat membantu usaha pengadilan untuk meng-ambil kesimpulan atau menduga suatu pilihanhukum. Faktor-faktor tersebut di arfiaranya ada-lah klausul pilihan yurisdiksi atar arbitrase dansuatu penunjukan pada suatu sistem hukum ter-tentu dalam kontrak yang misalnya tercermindari standard .form tertentu. Faktor-faktor itubukanlah suatu hal yang menentukan tetapr ha-nya merupakan bahan pertimbangan saja. Pan-duan tentang bagarmana aturan tentang pilihanhukum secara diam-diam diatur dalam Pasal 3

ayat (l) yang dapat kita temukan pada kasusEgon Oldendorff vs. Liberia Corpn (1996). Da-lam kasus ini, kontrak dibuat antara perusahaanJepang dan Jerman tanpa adanya ketentuan pili-han hukum yang tegas. Kontrak ini mengguna-kan badan arbitrase di London dan disebut de-tgan English Charter Party yang terdapat da-lam klausul standar dan istilah ini merupakanistilah yang popular di dalam hukum Inggris.Menurut Clarke J, kontrak tersebut merupakansubjek dari Pasal 3 ayat (1) Konvensi Roma,walaupun para pihak tidak menyetujui dengantegas hukum manakah yang berlaku - hukumJepang atau Jerman - penggugat menunjukandengan menggunakan alasan yang patut bahwapara pihak telah berkehendak untuk mengguna-kan hukum Inggris dalam kontrak mereka.ss

Lebih lanjut, pengadilan Inggris juga me-ngadopsi pandangan hukum, yaitu ketika parapihak tidak memilih hukum, melainkan memilihforum, baik itu litigasi ataupun arbitrase, makapilihan tersebut merupakan indikasi yang kuatbahwa para pihak telah berkehendak untuk me-milih hukum forum tersebut untuk mengaturkontrak mereka.s6

Pasal 3 ayat (2) Konvensi Roma menyata-kan bahwa para pihak dapat membuat pilihanhukum kapan saja, walaupun hal itu dibuat se-telah penandatanganan kontrak. Mereka sewak-tu-waktu dapat mengubah piihan hukum yangtelah dibuat sebelumnya. Perubahan itu diperbo-lehkan dengan ketentuan perubahan pilihan hu-kum itu tidak melanggar syarat sahnya suatukontrak sesuai dengan peraturan yang ada dalamPasal 9, atau merugikan pihak ketiga. Ketentuanini memungkinkan para pihak untuk mempunyai

Page 11: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

i lngrflo-

l:hin'lda-

: dan

I ter-r:linr itu: ha-

Pan-

[.hans:1 3: -1 SLIS

Da-:.,lan:i1i-

:lna-- t-

i da-

.kan:_:ris.

;ianr'lla.r i111

,:, Ll1Tl

',-iani:\\ a' rla_

.tL-

:.lra:,:1ih::ka-..11&t

:ifuI

,r-"'/7eA'si Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalam ...

..-:,3basan yang maksimum untuk membuat pi-::n hukum mereka. Selain itu, pilihan hukum.. rusa bisa dibuat pada saat pembuatan kon-::i. ataupun setelah atau sesudah penandata--::nan kontrak.5T

Secara singkat, apabila pilihan hukum da-;:r :ransaksi e-commerce tnternasional telah di-:,::kan oleh para pihak, maka hukum itulah,. q akan digunakan dalam kontrak elektronik-.::rasional bersangkutan. Dengan kata lain,- -..*m vang berlaku dalam transkasi bisnis in-:-.rsional yang menggunakan e-commerce,-...:h hukum negara yang dipilih oleh para pi-- ::.. rrks ada pilihan hukum.ss

l.. Hukum yang Berlaku: Asas-Asas Hukumd alam Hukurn Perdata Internasional

\amun, permasalahan yang akan timbul, : - .^:ungan dengan tejadinya perselisihan yang- : r :, 3r13&fl dengan kontrak-kontrak internasional

. ,::lah jika kontrak-kontrak itu tidak memuat, :-.sil mengenai governing law ata:u applicable

Selain itu, tidak selamanya kontrak dagang- =::asional dibuat secara tertulis. Dalam kea-

-,.: .lemikian, tentunya tidak akan acia pula pi--,: :lukumnya. Hal yang sama juga dapat ter-:-. lllam transaksi e-commerce.

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3), -TE. maka ada beberapa titik taut dan asas-

-,,. :a1am HPI yang dapat dgadikan sebagai.:r r:rrr1 untuk menentukan hukum yang berla-, -. .::sebut. Asas-asas tersebut diuraikan di ba-

. <!

Ler Loci ContractusMenurut teori "klasik" lex loci

corttractLts, hukum yang berlaku bagi se-mua kontrak internasional adalah hukumdi tempat perjanjian atau kontrak itu di-br:at. Penerapan teori ini memang sangat

,..: Khairandy. Op. cit.,hlm.20-22; Baca Sudargo::.. i998. Jilid III Bagian 2 (Buku ke-8'). Hukum

-:'.: !;tJsyTTqsional Indonesla, Bandung: Alumni (se-'., disebut Sudargo Gautama IV), hlm. 12-40; Li-

.,::irrn -{K dan Amirul Husni, Op. cit,hlm.21-26;.' Purnadi Purabacaraka dan Agus Brotosusilo,

-.,:. cir.. hlm. 30-32; Bandingkan dengan M. Ar->'::si I. hlm. 215; Bandingkan juga dengan Edmon-:. 100:1, Kompilasi Hukum Telematika, Cet-2,

M. Alvi Syahfin

cocok pada zartannya dknana dulu bia-sanya para pihak yang mengadakan kon-trak berada pada tempat yang sama, parapihak langsung bertemu muka.

Di dalam praktik dagang interna-sional dewasa ini, teori ini sukar sekaliditerapkan, karena kontrak sering kalidiadakan tanpa kehadiran para pihak pa-da tempat yang sama.60 Dalam keadaandemikian tidaklah mudah kianya untukmenentukan negara mafia yang berlakubagi kontrak itu. Jika dalam transkasi"tradisional" saja terkadang susah me-nentukan di negara mana tempat terjadi-nya penandatanganan kontrak, apalagidalam e-commerce yang semua terjadi dialammaya.

2. Mail Box Theory dan Theory of Decla-ration

Untuk mengatasi beberapa kesu-litan dalam penerapan lex loci contractusdalam masalah tersebut di atas, di nega-ra-rregara common law dlintroduksikanmail box therory.

Menurut mail box theory, bilama-na kedua belah pihak dalam suatu kon-trak internasional tidak saling bertemumuka (misalnya melalui surat-menyu-rat), maka yang penting adalah saat salahsatu pihak mengirimkan surat yang ber-isi penerimaal atas penawaran yang dia-jukan oleh pihak lainnya. Hukum yangberlaku bagi kontrak tersebut adalah hu-kum negara pihak yang mengirimkan pe-nerimaan penawaran tadi. Sudargo Gau-tama memberikan contoh: A di negara Xmenawarkan kepada B di negara Y (ne-gara common law) suafu partai barangdengan kondisi tertentu. B kemudianmenulis surat penerimaannya dan mem-poskan surat tersebut di negara Y.61 Jadi,kalau penawaran tersebut diterima, makalex loci contractus di negara Y yangakan berlaku, Sehingga diterima klasifi-kasi menurut sistem hukum negaraY.62

Di negara-negara civil law sebalik-nya dikembangkan teori deklarasi (theo-

u'Sudargo Gautama IV, hlm. 13u' Ibirt.,hlm. 14ut lbid... PT RajaGrafindo Persada, hlm. 245

485

:. lia-lan

- -1-.. -1N-

'. rngr:30-

la,t-

--.1tu

:.f,m:-.an

.: rai

Page 12: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Librum, VoL III, No. 2, Juni 2017, hal 475 - 494

ry of declaration). Menurut teori ini, pe-

nerimaan terhadap penawaran oleh yang

ditawari harus dinyatakan (declared).

Surat pernyatan penerimaan harus sam-

pai kepada pihak yang menawarkan, danpenerimaan penawaran tersebut harus di-tetahui oleh pihak yang menawarkan.63

Sama seperti contoh kasus di atas, makahukum yang berlaku berdasar teori iniadalahhukum negara X.

Dengan adanya perbedaan ini, ti-dak dapat ditentukan dimana tempat di-langsungkannya perjanjian. Permasala-

han ini penting artinya dalam hubungan-nya dengan penentuan di hadapan forumhakim mana perkara ini dapat diajukan,karena forum ini mempunyai kualifrkasisendiri dan bergantung dari kualifikasiforum pengadilan ini inilah teori mana

yang dianut.Berdasarkan dua teori di atas,

membuktikan bahwa walaupun posisikasusnya sama, bukan berarti hasilny_a

akan sama (berbeda satu sama lain).64

Oleh karenartya, penggunaan lex locicontractus dalam kontrak elektronik ju-ga dapat menimbulkan dipergunakannyasuatu sistem hukum yang sama sekali ti-dak ada hubungannya dengan kontrakyang bersangkutan.6s

3. Lec Loci SolutionisSebagai variasi terhadap toeri lex

loci contractus dlkemtkakan pula ada-

nya teori lex loci solutionis. Menurutteori ini hukum yang berlaku bagi suatu

kontrak adalah tempat kontrak tersebutdilaksanakan.

Menurut Sudargo Gautama dalampraktek Hukum Internasional umumnyadiakui bahwa berbagai peristiwa tertentudipastikan oleh hukum yang berlaku pa-

da tempat pelaksanaan kontrak.66

"t Ibirt.; Lihat juga Pumadi Purbacaraka, Op. cit., hhn. 30-

31; Lihat pula Sudargo Gautama, 7983, Capita Selectct

Hukum Perdata Internasional, Bandung: Alumni (selan-jutnya disebut Sudargo Gautama V), hlm. 75

I t)taut lhid.t'o

Sudargc, Gautama, 1988, Jilid II Bagian 5 (Buku ke-6),Hukum Perdata Intentasiortttl Indonesia, Bandung: A-lumni (selajutnya disebut Sudargo Gautama VI), hlm. l7

486

Penerapan teori ini dalam praktikjuga menimbulan berbagai permasala-han, misalnya bilamana pelaksanaan

kontrak dilakasanakan di berbagai nega-

ta.Berkatian dengan lex loci solutio-

nis ini, perlu diperhatikan ketentuan Pa-

sal 18 AB (Algemene Bepolingen vanWetgeving voor Indonesia). Pasal terse-

but menyatakan bahwa: "de vorm van

elke handeling wordt beoodeld naar de

wetten van het land of the plaats, alwaardie handeling is verrigt". Secara ring-kas, ketentuan tersebut mengandungmakna bahwa bentuk dari setiap perbua-tan dinilai menurut perundang-undangannegara tempat perbuatan itu dilakukan.6T

Wirjono Projodikoro menuturkan bahwaketentuan Pasal 18 AB ini bermanfaatuntuk mempertimbangkan dan menentu-kan keabsahan dimana tempat perbuatanhukum tersebut di1akukan.68

Pasal 18 AB ini dikenal juga seba-

gai peraturalyartg sesuai dengan statutamixta. Statuta mixta ini sendiri dimak-sudkan kepada peraturan-peraturan yangmengenai segi formal perbuatan-perbua-tan hukum (vorm derrechtshandeling).Peraturan-perafuran tentang sesuatu per-buatan yang diberlalrukan inilah yangmerupakan hukum dari tempat terjadi-nya perbuatan hukum tersebut (lex lociactus).6e

Terkait hal di atas, maka untukmenentukan suatu permasalahan yangberkaitan dengan perbuatan hukum ha-

rus diselesalkan berdasarkan hukum di-mataperbuatan itu dilaksanakan. 70 Kon-

6' Abdul Halim Barkatulah, 2010, "Bentuk PerlindunganHukum Bagi Konsumen dalam Penyelesaian SengketaTransaksi Elektronik Internasional Menurut UU No. 11

Tahun 2008, Jurnal Httkum Bisnis, Volume 29 Tahun

2010, Jakarta: Yayasan Pengernbangan Hukum Bisnis,hlm. 55-56ut Wirlono Projodikoro, 1979, Cet-5, Asas-Asas HukumPerdata htternasional. Bandung: Sumur Bandung, hlm.31t'' Abdul Halim Barkatulah. Loc. cit'u Lihat M. Arsyad Sanusi I, hlm. 93

Page 13: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

"3ktik

rsala-rnaan

1.ga-

i:,tio-n Pa-

Ianterse-| \'an;r' de','- LlAfnnc'-

Ldung

ibua-mgan..ln.n':hrr'aLnl-aat

entu-u3tan

.eba-'.;!ula

rak-i ang

r lua-,'-,lg).i per-j ang

:-adi-; ioci

:rtuki ang

: ha-

: di-Kon-

:'.:gan: i\etai-, 11

,:hun3 . snis,

i:,..um. r1m.

Refieksi Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalam ...

trak adalah suatu perbuatal hukum.7lDengan perkataan lain, kontrak adalahbagian dari perbuatan hukum.

Jadi, jika ada perkara yang me-ngandung unsur asing di pengadilan diIndonesia, tidak drjumpai adalah klausulpilihan hukum, maka sesuai dengan hu-kum yang berlaku di Indonesia harus di-selesaikan berdasarkan hukum fiegaradimana kontrak itu dilaksanakan.

Misalnya, PT. ABC mengimporsuatu barang tertentu dari Singapura. PT.ABC ini membeli barang tersebut dariHan Seng Pte. Ltd, Singapura. Barangbarang tersebut diserahkan di Jakarta.Barang-barang itu telah tiba di Jakarta,tetapi PT. ABC melakukan wanprestasidalam pembayarannya. Han Seng Pte,Ltd kemudian menggugat PT. ABC kePengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalamperjanjian jual beli barang yang keduabelah pihak tidak dijumpai adanya klau-sul pilihan hukum. Mengingat tidak adapilihan hukum, maka pengadilan dalammenyelesaikan perkara wanprestasi iniharus didasarkan pada hukum Indonesia.Hukum Indonesia dijadikan sebagai hu-kum yang berlaku kontrak tersebut kare-na perjanjian dilaksanakan di Jakarta, In-donesia.T2

Contoh lain, PT. XYZmengeksporsejumlah partaibarang merupa mebel keSingapura. Pembeli barung tersebut ada-lah Yang Ming, Ltd. Barang dikirim keSingapura dari Surabaya. Ketika barangditerima pembeli di Singapura, temyatabarang tersebut tidak sesuai dengan kon-disi yang disepakati dalam kontrak, se-

hingga pembeli mengembalikan barang-barang tersebut ke PT. XYZ. Dari sinikemudian timbul sengketa yang padaakhirnya PT. XYZ menggugat YangMing Ltd, ke Pengadilan Negeri Sura-

M. Alvi Syahfin

baya. Jika di dalam kontrak di atas tidakdiketemukan klausul pilihan hukum, ma-ka pengadilan harus berpedoman padaPasal 18 AB. Mengingat barang-barangtersebut diserahkan di Singapura. De-ngan demikian, sesuai dengan ketentuanPasal 18 AB, Pengadilan Negeri Sura-baya dalam mengadili perkara ini harusdidasarkan pada hukum Singapura. Pe-nerapan hukum asing oleh pengadilan disini, bukan karena kehendak hakim ataupengadilan, tetapi ini adalah perintah un-dang-undang, yakni Pasal 18 A8.73

Jika memang jelas, dimana tempatpelaksanaan kontraknya, asas ini dapatditerapkan dalam transaksi e-commerce.Jika kansaksi tersebut adalah perjanjianjual beli, tempat pelaksanaan perjanjianadalah rregara dimana penyerahan ba-rang dilakukan.

4. Lex ForiTaDoktrin lex fori mengajarkan bah-

wa manakala para pihak tidak melaku-kan pilihan hukum dalam kontrak yangdibuatnya, maka hukum yang berlakuadalah hukum dimana hakim memutus-kan perkara (hukum dari hakim). Lexfo-ri ini juga merupakan pendekatan tradi-sional untuk menentukan hukum matayang berlaku tersebut.

Ketentuan lex fori penting, apabllahukum asing yang harus berlaku sulituntuk ditentukan. Oleh karenanya, berla-ku lex fori yang berarti hukum yang di-pergunakan adalah hukum nasional darihakim. Namun tidak menutup kemung-kinan, hukum yang berlaku didasarkanpada penunjukan kemb ali (renvoi)7S ataupenunjukan lebih lanjut pada sistemhukum negara ketiga tersebut. Renvoimuncul jika hukum nasional (lex fori)mengacu pada hukum asing yang akhir-nya menunjuk kembali kepada hukum

. - :,tikan Pasal l3l3 KUHPerdata. Bahwa yang di- " Rid*an Khairandy, Op. cit.,hlm.22-. , -: dengan perjanjian (persetquan) adalah suatu per- 7a Munir Fuady, Op. cit., hlm. 144

-,. .:. dengan mana suatu orang atau lebih mengikatkan " Ada dua jenis renvoi, yaill Renvoi Remission dan Ren-- - . ' ::rhadap satu orang lain atau lebih. Llhat Kitab voi Transmis,sion. Renvoi Remission adalah proses renvol

,.:'::-L-tttlang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) oleh kaidah HPI asing yang kembali ke arah lexfori. Se-- : ;arehkanolehR.Subekti danR.Tjitrosudibio, 1983, dangkan RenvoiTransmission adalahprosesrenyoioleh: - r. Jakarta: Pradnya Paramita, hlm. 304 kaidah HPI asing yahng menunjuk suatu sistem hukum: :','.f,n Khairandy, Op. cit., hlm. 2l asing lain. Lihat Bayu Seto, Op. cll., hlm. 105-106

487

Page 14: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal 475 - 494

'6 Munir Fuady, Op. cit.,hlm. 145

" Ibid..hlm.282" Yahya Ahmad Zetn, Op. cll., hlm. 131

488

5.

nasional atau sistem hukum asing lain-nva.L"ex Rae SitaeT6

Lex rae sitae atau disebut juga de-

ngan lex silas mengajarkan bahwa hu-kum yang berlaku atas suatu kontrakadalah hukum dimana benda objek kon-trak tersebut berada. Sudah meniadi hu-kum yang universal bahwa jika kontrakyang berobjekkan benda tidak bergerak(tanah), maka hukum yang berlaku ada-

lah hukum dimana tanah tersebut terie-tak. Prinsip ini juga dianut oleh indone-sia sebagaimana yang dimuat dalam Pa-

sal 17 AB.6. The Proper Law o/'Contract

Di negara-negara dengan sistemconTn'ton /aur untuk peruntukan hukumapa yang berlaku dalam suatu kontrakyang mengandung unsur asing adaiahmenggunakan doktrin the proper law q/contract.

Menurut Cheshire, the proper lawof contract adalah "... e convenient andsuccinct expression to describe the law^

that gover"ns many of the matters alfec-ting a contract. It has been defined as

that laru which the English or othercourt is to aplllt in determining the ob-Iiagtions ttncler the contt"aci ""11

Pengadilan Kanada rnengadopsidoktrin proper law yang kemudian ba-nyak dimodifrkasi oleh Dicey dan Mor-ris, yaitu sebagai suatu sistem hukumyang dikehendaki oleh para pihak. Ke-mudian, jika para pihak baik yarrg diung-kapkannya tersebut secara tegas tidakdapat diketahui dari keadaan sekitarnya,maka digunakanlah suatu sistem hukumyang mempunyai kaitan paling erat,kuat, dan nyata dengan transaksi yangterjadi. Hal inilah yang disebut sebagaithe proper law of contract.ts

Dalam hal tidak ada pernyataan

tentang pilihan proper law oleh parupihak dalam kontrak mereka, pengadilandr common /ar,u, khususnya Anglo-Cana-

dian dalam menyatakan bahwa merekaakan menghubungkan setiap maksud pa-ra pihak atau menenfukan proper lawba-gi para pihak "sebagai orang yang adildan reasonable", seharusnya (ought) orsebaiknya (would have) berkehendakjika mereka mempunyai pemikiral ya\giagu ketika mereki membuat kontrak".Te

Kelemahan teori ini menurut Su-

dargo Gautama adalah bahwa sebelum

suatu perkara diajukan ke pengadilan,sukar sekali menentukan terlebih dahuluhukum mala yang berlaku bagi kontraktersebut. Kesulitan itu terjadi karena ha-kim terlebih dahulu harus menyelidikisegala titik pertalian dan keadaan di se-

kitar kontrak yang bersangkutan untukmenentukan hukum negara mafia yangberlaku bagi kontrak tersebut.80

7. The Most Characteristic ConnectionTheory

Untuk mengatasi berbagai kesuli-tan di atas, muncul teori baru, yakm themost characteristic connection theory.Teori ini menurut Sudargo Gautama me-rupakan teori yang terbaik dan dapat di-gunakan sebagai pedoman dalam me-nyelesaikan persoalan pemakaian hukumdan kontrak bisnis internasional dewasa. .81tnl-

Menurut Rabbel apabila para pihakdalam suatu kontrak bisnis internasionaltidak menentukan sendiri pilihan hu-kumnya, maka akan berlaku hukum darinegara dimana kontrak yang bersangku-tan memperlihatkan the most characte-ristic connection (hubungan yang palingkarakteristik).82

Doktrin ini mengajarkan bahwamanakala para pihak tidak melakukanpilihan hukum dalam kontrak yang di-

" Ada perbedaan penggunaan tstrlah ought dan wouldhave. Istrlah ought menyatakan pendekatan objektif, se-

dangkan istilah would have menyalakan pendekatan sub-jektif.*" Sudargo Gautama V, hln. 78* Ibid.o'Rabel datam lbid.; Lihat juga Sudargo Gautama, 1987,

Buku III Bagian 2 (Buku ke-8). Hubrm Perdata Interna-sional, Bandung: Alumni (selanjutnya disebut SudargoGautama VII), h1m. 32

I

Page 15: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

ereka

o pa-,', ba-

r adil;.- ) oI:ndak

i ang,,.. t9

t Su-,e1um

iiian,arulurrrak: ha-

.rdikii- se-

,ntUk

) ang

, - liotl

esuli-:i, the

: a t)l'y .

I n1e-

.: di-me-

*-.Um

l-.i asa

l.hak; -..nali hu-r darir rku---; cf e-

t.1tng

"hrvar-'lkan

:. di-

.,.,ttld

:. -. se-

.: sub-

.Tr.rleksi Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalam ...

buatnya, maka hukum yang berlaku ada-lah hukum yang paling mempunyai ka-rateristik dalam hubungan kontrak terse-but. Doktrin ini juga sering disebut de-ngan istilah the most significant relation-ship83 , the most closely connectetls4, atan)

die charakteris tis che leis tung theoriess .

Dalam teori ini kewajiban untukmelakukan prestasi yang paling khas(karakteristik) menjadi tolak ukur penen-tuan yang akan mengatur kontrak. Da-1am setiap kontrak dapat dilihat pihakmana yang akan melakukan prestasivang paling khas. Hukum negara daripihak yang melakukan prestasi yangpaling khas menjadi hukum yang seha-rusnya berlaku bagi kontrak. Misalnya,dalam kontrak jual beli, pihak penjualdianggap memiliki prestasi yang palingkhas. Dalam perjanjian kredit bank, pi-hak bank memiliki prestasi yang palingkhas. Demikian juga hubungan antaraklien dan advokat. Prestasi advokatlahr.ang dianggap paling khas.86

Dewasa ini. teori ini juga diterap-kan di dalam Konvensi Roma tahun1980 tentang Law Applicable to Con-rractttal Obligations yang berlaku di ne-gara-negara anggota masyarakat eropa.Pasal 4 ayat (1) dan terutama ayat (2)dari Konvensi Roma ini menetapkanbahu,a dalam hal para pihak tidak mem-buat pilihan hukum secara tegas untukberlaku atas kontrak mereka, maka kon-trak akan diatur berdasarkan hukum darinegara yang memiliki kaitan palingnvata terhadap kontrak (ayat (1) - "...with which it is most closely connec-red'). Suatu kontrak diasumsikan memi-hki kaitan yang paling nyata dengan ne-sara yang pada saat kontrak ditutup me-rupakan tempat tinggal sehari-hari ataupusat administrasi (untuk badan hukumatau koperasi) dari pihak yang dianggap

'}ftmtFuady, Op. cit., hlm. 145* Ibtd-t B.]ll Seto, Op. cit.,hlm.2g3t Sudargo Gautama, 1980, Hukurn Perdata dan Daganghranosional, Bandung: Alumni (selanjutnya disebut Su-hngo Gautama VIII) , hlm. 180

M, Alvi Syahrin

memiliki prestasi yang paling khas didalam kontrak yang bersangkutan (ayat(2) -"...where the party who is to effectthe performance which is characteristicof the contrast has, at the time of theconclusion of the contract, has his habi-tual residence, or .... rts central adminis-tration").87

Teori ini memiliki beberapa kele-bihan. Dengan adanya prinsip prestasiyang paling khas dapat secara pastiditentukan terlebih dahulu prestasi yangkhas, sehingga sebelum kontrak dibuatsudah dapat diketahui hukum yang seha-rusnya berlaku. Disini juga tidak perlulagi diadakan kualifikasi yang rumit se-perti dalam lex loci contractus dan lexloci solutionis.ss

Walaupun teori ini dianggap seba-gai teori yang terbaik, tetapi tidak berartitidak ada kelemahan. Ada kelemahanyang melekat di dalamnya. Misalnya, ji-ka di dalam kontrak jual beli, prestasi pi-hak penjual dianggap memiliki prestasiyang paling khas, tetapi jika perhatianterhadap pembeli lebih besar atau jikapihak pembeli dinyatakan harus dilindu-ngi, maka keadaannya menjadi lain.8e

8. Lex MercatoriaeoHukum yang berlaku di dalam sua-

tu kontrak internasional tidak hanya me-rujuk pada salah satu hukum negara ter-tentu. Secara historis, lex mercatoria tnimerupakan hukum kebiasaan di antarapara pedagang eropa yang kemudian di-administrasi oleh pengadilan pedagang,dimana pedagang itu sendiri yang men-jadi hakimnya. Dapatlah dikatakan bah-wa prinsip-prinsip dan kebiasaan yalgditerima secara umum dalam praktekperdagangan internasional tanpa meru-juk pada suafu sistem Hukum Internasio-nal tertentu disebut sebagai lex mercato-ria. Dengan demikian, lex mercatoria

t' Bu)r Seto, Op. cit.,hlm.294" Suda.go Gautama YIII, Loc. cit8e Sutisna Atamadipraja, (tanpa tahun), Hukum Perjanjiandalam Hukum Perdata Internasional, Bandung: Djatnika,hlm.49'u Yahya Ahmad Zeh, Op. cit.,hlm.134-135

-rS7.

.-. i t/0-

- ---'.rgo

489

Page 16: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal 475 - 494

merupakan suatu nofina yang bersifatotonom dan berlaku di kalangan masya-rakat binis. Adapun elemen-elemen lexm erc at o ria adalah sebagai berikut:a. Peraturan-peraturan yang terdapat

dalarn per1 anjian internasional;b. Hukurn-hukum yang seragamlc. Prinsip-prinsip hukum umum yang

diakui oleh bangsa-bangsa pedagang

di seluruh dunia, seperli asas pactasun servanda;

d. Resolusi-resolusi Majelis UmumPBB;

e. Rekomendasi-rekomendasi dan ko-de-kode perilaku yang dikeiuarkanlembaga-lembaga intema sional;

f . Kebiasaan-kebiasaan yang berlakudaiam bidang perdagangan dan kon-trak-kontrak standar yang diterimasecara universail dan

g. Putusan-putusan arbitrase.Selain asas-asas HPI di atas, ada sebagian

ahli berpendapat bahwa sebaiknya kegiatan-ke-giatan dalarn cyberspace 1.d.h.i transkasi bisnisinternasional yang menggunakan e-commerce).hendaklah diatur oleh hukum telsendiri. Hal ter-sebut dengan mengambil contoh tentang tum-buhnya the latu oJ' merchant (lex mercatoria)pada abad pertengahan, yang meliputi:e1

1. The theoryt oJ the Uploader and Down-loaderBerdasarkan teori tni, uploader adalahpihak yang memasukkan informasi kedalam suatu lokasi (cyberspace), sedang-kan downloader adalah pihak yangmengakses informasi. Hukum yang ber-laku adalah tempat dimana si pengaksesinformasi (doutn lo ctder) tersebut berasal.

2. The Law o.f the ServerPendekatan yang dapat digunakan ada-lah memperlakukan server dimana web-site secara fisik berlokasi, yaitu dimanamereka dicatat sebagai data elektronik.Artinya, hukum yang digunakan adalahhukum tempat si pelaku usaha tersebutberasal.

3. The Theoru oJ'International Spaces

Pendekatan yang digunakan adalah men-

o' Edmon Makarim, Op. cit.,hlm. 369

490

coba menganalogikan hukum dalam cy-berspace sebagaimana layaknya ruangangkasa yang bebas dan tidak tunduk pa-

da suatu hukum ataupun kedaulatan ne-gara manapuq dimana hukumnya diten-tukan oleh Hukum Internasional berda-sarkan perj anj ian antar negara-ne gara.

Kembali pada permasalahan di atas, makatimbul suatu pertanyaan, yaitu prestasi manakahyang paling karakteristik di dalam konteks tran-saksi bisnis intemasional yang menggunakan e-

commerce, apakah pengiriman barang dan pe-

nyediaan jasa pelayanan digital (penjual) atau-kah pemba y ar anny a (pembeli).

Sehubungan dengan ketiadaan pilihan hu-kum tersebut, Konvensi Roma memberikan be-berapa ketentuan. Jlka para pihak gagal untukmembuat pilihan hukum baik secara tegas atau-pun secara dam-diam, maka pilihan hukum ituakan ditentukan sesuai dengan Pasal 4 ayat (1)yang menyatakan bahwa dalam hal ketika pili-han hukum tidak dapat dipilih sesuai dengan Pa-sal 3, maka kontrak tersebut akan diatur olehhukum suafu negara yang mempunyai hubu-ngan yang paling dekat dengan kontrak itu.e2

Lebih lanjut Pasal 4 ayat (2) menjelaskantentang anggapanbahwa kontrak itu mempunyaihubungan yang paling dekat dengan negara di-mana para pihaknya mempunyai karakteristiktertentu pada pelaksanaan kontrak seperti tem-pat tinggal mereka pada saat penandatanganarrkontrak.

Menurut the Giuliano-Lagarde Report,biasanya karakterisitk prestasinya itu ditandaipada saat pembayaran itu terjadi seperti pengiri-man barang, ketentuan pelayanan, memberikanhak untuk membuat item bararrgnya, dan lain-lain.e3 The Giuliano Lagerde Report mendefeni-sikan prestasi karakteristik tersebut sebagai:"the performance for which payment is due ...

the delivery of goods ... which usually constituesthe centre of gravity and social-economic func-tion of contractual trans action " .e4

Konsekuensinya, dalam ruang lingkupkontrak online, contoh-contoh dari prestasi yang

" Ridw'an Khairandy, Op. cit.,hlm. 24

"3 Sutisna Atamadipraja, Op. cit.. him. 117ea Michael Chrssick dan Alistair Kelman dalam RidwanKlrairandy, Op. cit., hlm. 25

Page 17: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

uangk pa-

irten-erda-'f,.

i::akar:kah:ran-;tl c-

1 pe-

;taU-

n hu-:. be-

*rtuk:-al1-

n rturi (1), pili-.: Pa-

,rieh

rubu-. 9lrtu.

".kan-.r..'ai:: di-::rstik

.em-

i:1lan

:.*rkupI r qno

P;tleksi Teoritik E-Contact: Hukum Yang Berlaku Dulam ...

,:iakteristik adalah mencakup pengiriman ba-,rs dan penyediaan jasa layanan atau pelaya--:: digital. Hal inilah yang merupakan inti kon-,i. bukan pembayarannya.es Melihat fakta-,..ra karakteristik di atas, maka hukum yang

=:laku dalam kontrak online khususnya terkait

-:rrgan transaksi bisnis internasionai yang-.:regunakan e-commerce adalah hukum dima--: ,3mpat si penjual berada.

Oleh karena hukum yang diterapkan da-, :r ketiadaan pilihan akan jatuh kepada tempat- .:r. penjual, penjual mungkin saja ingin tahu,:,-r3h lokasi web set'y,er dapat dipertimbang-, ,r sebagai suatu tempat bisnis. Interpretasi ini,' :rr lilenlberi fleksibilitas untuk memilih forum' ' :ili shop) antara tempat bisnis mereka yang

':-..if,1 (nyata) mereka dan web server-nya. Wa-,-:,,:r demikian, untuk menentukan web seryer.:r:r3i tempat bisnis akan menjadi suatu periu-,:: -. rorsep yang akan betmuara pada perla-

, -_,,], terhadap semangat dari hukum itu sen-

\\'alaupun Pasal 4 ayat (,2) lebih menekan-

- ::da ciri khas prestasi, akan tetapi disini ju--- :,.:laskan tentang hukum negara mana yang-: ::,r-r ketika para pihaknya mempunyai tem--, : :geal yang tetap, atau untuk kasus sebuah- . -.:l hukum atau tidak berbadan hukum, di-

:-,: DrlSot administrasinya, pada saat penanda-

- -:ian kontrak. Ketika ternpat tinggal para pi--. ::-n pusat administrasi dari suatu perusaha-

-- ::k disebutkan, maka kemudian hukum se-' . :. ionim akan dianggap diterapkan dalam

9-.- .:{ lILl.

Terkait dengan badan hukum iersebut,.'-,.' ialam Hukum Perdata Intemasional dike-' -,.:.<:n 2 (dua) prinsip popuier, yaitu:e8

Prinsip tempat badan hukum didirikanrTlte Place of Incorporation)Pnnsip ini menyatakan bahwa hukum

. l''1:numt Chissick, bahwa dalam konteks transaski'.,'- r. perusahaan-perusahaan yang menempatkan

' - - ;i.dan juga lokasi web server mereka dimanapun

-,- ,: ino\'a. seringkali sepenuhnya tidak reievan de-

--- ,::imana penjual menjalankan bisnisnya. Tempat' , ,::lah suatu yang holistik, oleh karenanya bukan

: -: . .;:n_s didasarkan pada kriteria objektif kecil (ml-, - .:'in e criteria) yang menuju pada suatu distorsi.

. : \hmad Zein, Op. c#., hlm. 136

M. Alvi Syahrin

yang berlaku bagi suatu badan hukumadalah hukum tempat dimana badan hu-kum itu didirikan;

2. Prinsip tempat badan hukum yang efek-tif (Siege Reel)eePrinsip ini menyatakan bahwa hukumyang berlaku bagi status badan hukumadalah hukum tempat dimana badanhukum itu melakukan usahanya.

Berdasarkan kedua prinsip tersebut, apa-bila transaksi e-commerce antar rregara dilaku-kan oleh badan hukum dengan perseorangandan kemudian terjadi sengketa, maka hukumyang berlaku adalah hukum tempat dimana ba-dan hukum itu didirikan atau tempat dimana ba-dan hukum itu melakukan usahanya.

Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) dite-gaskan bahwa "... a choice of law by the partiesshall not the resut of depriving the consumer ofthe protection afforded to him by the mandatoryrules of the country in which he has his habitualresidence". Maksudnya, dalam konkak bisnis-konsumen, pilihan hukum yang dibuat di dalamkontrak tidak dapat menghilangkan hak-hakkonsumen atas perlindungan hukum yang seha-rusnya ia peroleh dari hukum perlindungan kon-sumen dari negara tempat ia memiliki kediamantetap.loo

Sejalan dengan ketentuan yang terkan-dung dalam Konvensi Roma 1980 tersebut diatas, maka berlaku asas bahwa hukum yang di-pilih para pihak dalam sebuah kontrak tidak da-pat mengenyampingkan kaidah-kaidah memak-sa (mandatory laws) dari negara lain yang me-miliki closest connection dengan kontrak (d.h.ikontrak dalam Hukum Perlindungan Konsu-

ei' Prinsip ini dikenal juga dengan sebutan "centre ctf ex-ploitrtion theory-" ata:u"centre of operations". Prinsip iniberanggapan bahwa status badan hukum harus diatur ber-dasarkan hukum dari tempat perusahaan itu memusatkankegiatan operasional, eksploitasi, atau kegiatan produksibarang dan/atau jasanya. Prinsip ini akan mengalami ke-sulitan jika dihadapkan pada suatu perusahaan (multina-sional) yang memiliki pelbagai bidang usaha/bidang eks-ploitasi dan./atau memiliki pelbagai anak perusahaan ataucabang ang tersebar di pelbagai tempat di dunia. Belumlagi apabila perusahaan induknya mengalami persoalanyang berkaitan dengan eksistensi luridisnya, seperli pailit.merger, akuisisi, dan sebagainya. Lihat Bayu Seto, Op.cir.. hlm. 2"73-274t"" Abdul Halim Barkatulah, Op. clr., hlm. 56

491

l..Ju an

Page 18: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jurnal l-ex Librunr, Vol, III, n"o. 2, Juni 2017, hal, ,l7S - lg4

men).lolPenetrasi makna dibuatnya Konvcnsi Ro-

nra adalah diakomodirnya ketentuan yang ter-kait dengan kebebasan pilihan hukurn (Pasal 3).Narnun, dalarn transkasi elektronik internasionalyang melibatkan konsumen, pilihan hukurn ti-clak rnemilki pengaruh yang tcrbatas. MenurutPasal 5 ayat (2). pilihan hukurn dalam kontrakkonsumen adalah sah tetapi tidak mengesam-pingkan aturan Hukum Perlindungan Konsumendari negara tempat domisili konsumen, jika kon-sumen itLr adalah "konsumen pasif'.102

Di negara-negara Uni Eropa telah ditelap-kan prinsip "coltntrv of reception" bagi transak-si konsrrmen e-commerce (Busine.\s lo Consu-mer B2C). Prinsip ini merupakan aturan yanemenrperbolehkan konsumcn pemakai terakhir(encl usei) r-rntuk menerapkan Undang-undangPerlindungan Konsumen mcreka. Prinsip ini di-tcrapkan hanya nntuk transaksi konsumen dantidak kepada kontrak elektrontk antar pclakuusaha.l"3 Bisnis pcrdagangan elektronik jelasrnempunyai alasan yang baik. untuk rnenentu-kan pilihan hgkum dan forum dengan tegas da-lam kor trak.loa

Sedangkan untuk transaksi e-comnterceantara pelaku usaha (.Busine.y,s to Busilrcss -B2B), di Uni Eropa telah dikernbangkan prinsipcoutltty o./'origin. Di dalant prinsip ini, hukumyang diterapkan adalah hukum dimana kontrakberasal. Misalnya, pelaku usaha di Uni Eroparnelakukan transaksi e-(:ommerce dengan pelakuusalra di Amenka Serikat. Kontrak yang menga-tur transkasi tersebut dibuat di Arnerika Serikat.Apabila kernudian hari terjadi scngketa. makahukum yang diberlakukan adalah hukurn negarabagian di Amerika Serikat.ro-'

[I. PenutupBcrdasarkan uraian di atas, maka dapat

Jisimpulkan bahwa hukun, yang berlaku dalamrenyelesaian sengketa transaksi bisnis intema-;ional yang menggunakan e-commerce adalah:

L Hukum yang berlaku dalarn penyelesai-

"' Decey dan Morris dalam lbict.

"2 Lakke Moerel sebagaimana dikutip oleh Abdul HalimJarkatulah, Ott. cit., hlrn.57nj

Ceral R. Firrera, et. all.,dalatn Ihid.0a Miclrael Chissick dan Alistair Kelrnan dalarr Ibid,nt Ridwan Khairandy, Op. cit.,hlm. 26

t92

an sengketa transaksi bisnis internasionalyang menggunakan e-commerce adalahhukum yang dipilih oleh para pihak(pilihan hukum-c/roice o/' law) dalamkontrak elektronik internasional yangmereka buat. Pilihan hukum tersebut da-pat dilakukan, baik itu secara tegas mau-pun secara diarr-r-diam. Penerapan meto-de hukum yang berlaku ini diatur dalamketentuan Pasal 7 Konvensi Hague danPasal 3 ayat (1) Konvensi Roma yangmengatur hal scrupa;

2. Hukum yang berlaku dalam penyelesai-an sengketa transaksi bisnis internasionalyang menggunakan e-com merce, bilama-na para pihak tidak rnenentukan pilihanhukum dalam kontrak elektronik interna-sional adalah mengacu pada hukum da-ri negara si penjual berdasarkan asas-asas Hukurn Perdata Internasional. Halini dikarenakan, penjual merupakan pi-hak yang memilrki prestasi paling karak-teristik dibandrng pihak lainnya. Penen-tuan tersebut didasarkan pada the MostCharacteristic Connection Theory seba-gaimana yang diatur dalam Pasal 8 Kon-vensi Hague serta Pasal 4 ayat (1) dan(2) Konvensi Ronta.

Terkait dengan isu hukum di atas, makapenulis memberikan masukan atau saran sebagarberikut:

1. Hendaknya para pihak membuat suatupilihan hukum (r,hoice of' lav,) dalamkontrak elektronik internasional, yangdapat berlaku dalam penyelesaian seng-keta transaksi bisnis internasional terse-but. Hal ini ditujukan untuk menjaminkepastian hukum di antara para pihak.Serta untuk menghindari berlakunyaasas-asas Hukum Perdata Intenasional(HPI) yang dapat rnenimbulkan penggu-naan hukurn yang sama sekali tidak di-kehendaki oleh para pihak;

2. Mengrngat dalam Undang-lJndang No.1l Tahun 2008 tentang Infbrmasi danTransaksi Elektronik hanya memuat satupasal terkait dengan penyelcsaian seng-keta transaksi bisnis intemasional yangmenggunakan e-(:omnlerce, yaitu PasalI tJ, maka untuk menciptakan suatu kea-

Page 19: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Re"fieksi Teoritik E-Contract: Hukum Yang Berlaku Dalum ,., M. Alvi Syuhrin

Lilonal dilan dan kepastian hukum yang lebih komprehensif, baik itu dalam hal prose-

adalah mengikat, perlu dibentuknya suatu nor- dural formiel, ataupun materiel, yang

pihak ma konkritual positivis berupa Peraturan merupakan pelaksana dari Pasal 18 ter-dalam Pemerintah tentang penyelesaian seng- sebut.

)-ang keta transaksi e-commerce yang lebihlut da-) maU-

meto- Daftar Pustakadalamre dan tsuku-Bukur \ang --joll Huala. 2005. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

-,K. Syahmin dan Amirui Husni. 2005. Hukum Perdata Internasional: Dalam Kerangka Studi Ana-elesai- litis.Paiembang: PenerbitUniversitas Sriwijaya.rsional --::madipraja, Sutisna. (tanpa tahun). Hukum Perjanjian dalam Huhtm Perdata Internasional.Ban-ilama- dung: Djatnika.rrlihan '*,ir. Munir. 2003. Httktrm Kontrak: Dari Sudur Pandang Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Adi-Irefira- tya Bakti.,m da- -r,-ltama, Sudargo. 1983. Capita Selecta Hukum Perdata Internasianal. Bandung: Alumni.! asas-

ri. Hal:an pi-karak- Alumni.Penen-

. 1983. Httkum Perdata Interncsional: Huktrn yang flidup. Bandung: Aluinni.

. 1980. Ilukum Perdatct dan l)agattg lrrternasionai.Bandung: Aiumni.

. 1987 . Buku III Bagian 2 (Buku ke-8). Hukum Perdara Internasiorzal. Bandung:

. i988. iiiici it Bagian 5 (Bukii ke-6). Hukurn llertiata Internasionai Indonesia.

t Jfost Bandung: Alumnir seba- . 1998. Jilid iI Bagian 4 (Buku ke-5). Pengantar l{ulum Perdata lnternasional: Kon- Indonesia. Bandung: Alumni-t dan . 1998. iil;d III Bagian 2 (Buku ke-8). f{ukum Perdato Internasional Indonesia.

Bandung: Alumni.maka -,,:nrngsih, SP. 2005. Telorclogi InJormasi. Jakarla: Graha Iimu.

ebagai r,. ,aatmadja, Mieke Komar et. a|.2002. Cyberlaw: Sttatu Pengantar (Seri Dasar Hukum Eko-ttomi). Bandung: ELIPS Ii.

suatu ,l':.ur. Didik M. Arief dan Eiisatiris Gultom. Cyber Latu: Aspek Hukum Teknologi lffirmasi. Cet-dalam 2. Bandung: PT. Refika Aditama.

)-ang ,l'.:rrim. Edmon. 2004. Kompilasi Httkttm Telematika. Cet-2. Jakata: PT. RajaGrafindo Persada.

rseng- :-,-,-drkoro, Wirjono. 1979. Cet-5. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional. Bandung: Sumurterse- Bandung.

ntamin : -..:acaraka, Pumadi dan Agus Brotosusilo. 1983. Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional Sua-pihak. nr Orientasi. Iakarta: CV. Rajawali.rkunya : -.:.. ida Bagus Wyasa. 2008. Cet-2. Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional dalam Transkasiasional Bisnis Internasional.Bandung: Refika Aditama.enggu- :

':'..i. -\hmad M. 2006. Cet-Z. Cyberlaw dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia. Bandung: PT.

iak di- Refika Aditama.:: -Si. \'{. Arsyad. 2001. E-Commerce: Hukum dan Solusinya.PT. Mizan Grafika Sarana.

rs No. .2005. Hukum Telcnologi Informasi. Cet-3. Tim Kemas Buku.

r-.r dan :-.-. Baru.2006. Buku ke-l (Edisi Keempat). Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional.Ban-uat safu dung: PT. Citra Aditya Bakti.r seng- r ,:;eint. Sutan Remy. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang ba-

.1 1.ang gi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta: Institut Bankir Indone-

. Pasal sia.

ru kea-

493

Page 20: REFLEKSI TEORETIK HUKUM YANG BERLAKU DALAM …stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/120/original/061701.pdf · Penjelasan. o M. Arsyad Sanusi, 2005, Hukum Teknologi Informasi,

Jarnal Lex Librum, Vol. III, No. 2, Juni 2017, hal 475 - 494

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio. 1983. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Cet-16. Jakarta:

Pradnya ParamitaSuherman, Ade Maman.200l. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ustadianto, Riyeke. 2001. Cet- 1 . Frame'tyork E-C ommerce. Y ogyakafia: Penerbit Andi.Zein, Yahya Ahmad. 2009. Kontrak Elektronik dan Penyelesaian Sengketa Bisnis E-Commerce:

Dalam Transalrsi Nasional dan Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Jurnal IlmiahBarkatulah, Abdul Halim. 20L0. "Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen dalam Penyele-

saian Sengketa Transaksi Elektronik lntemasional Menurut UU No. 11 Tahun 2008. JurnalHukum Bisnis. Volume 29 Tahunz}l}. Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis

Khairandy, Ridwan. 2010. "Hukum yang Berlaku dalam Transaksi Bisnis dengan E-Commerce".

Jurnal Hukum Bisnis. Volume 29 Tahun 20T0. Jakarta: Yayasan Pengembangan HukumBisnis

Sumber LainnyaRunning Text pada acara Metro Hari lni pada hari Jum'at. 28 Mei 2010. Pukul 17 .25 WIB

Peraturan Perundang-undanganKitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerliik Wetboek)

Indonesia. Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Eleklronik. UU No. I I Tahun 2008.LN Tahun 2008 Nomor 58. TLN Nomor 4843.

494


Top Related